Pemerintah Kabupaten...
Transcript of Pemerintah Kabupaten...
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 1
Gambar 2.4. Posisi Relatif Tingkat Kemisinan Kabupaten Majalengka
Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, tahun 2012
Sebagaimana data makro yang telah dipublikasikan BPS bahwa jumlah
penduduk miskin secara nasional pada tahun 2012 sebanyak 28.594.600 jiwa dan
penduduk miskin di Jawa Barat sebanyak 4.421.531 jiwa. Sedangkan khusus di
Kabupaten Majalengka pada tahun yang sama berjumlah 169.800 jiwa. Posisi
relatif jumlah penduduk miskin di Kabupaten Majalengka pada tahun 2012
sebenarnya lebih rendah dibandingkan dengan 11 kabupaten lainnya di Jawa
Barat yaitu; Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur,
Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten
Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupten Subang, Kabupaten Karawang dan
Kabupaten Bandung Barat. Adapun kabupaten/kota yang lebih rendah jumlah
penduduk miskinnya dari Kabupaten Majalengka diantaranya Kabupaten Ciamis,
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 2
Kabupaten Kuningan, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten
Bekasi, Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi,
Kota Depok, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar.
Gambar 2.5.
Posisi Relatif Jumlah Kemiskinan Penduduk Kabupaten Majalengka Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, tahun 2012
Perkembangan jumlah kemiskinan di Kabupaten Majalengka diperbandingkan
dengan Provinsi Jawa Barat dapat diukur dengan menggunakan rumus Indeks
Ketimpangan Williamson (IW). Untuk tahun 2012 dengan jumlah penduduk miskin di
Kabupaten Majalengka sebanyak 169.800 jiwa, kemudian rata-rata laju penurunan
jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Barat selama 5 tahun sebesar 165.568 jiwa.
Sementara itu jumlah penduduk Kabupaten Majalengka berjumlah 1.176.117 jiwa
dan penduduk Provinsi Jawa Barat tahun 2012 sebesar 44.548.432 jiwa, maka Indeks
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 3
Ketimpangan Williamson khusus untuk jumlah penduduk miskin sebesar 1,68 poin,
artinya jika IW>1 maka dapat dikatakan tingkat disparitas antara jumlah kemiskinan
di Kabupaten Majalengka dan Provinsi Jawa Barat sangat tinggi.
1. Angka Kriminalitas
Salah satu ukuran kesejahteraan dan pemerataan ekonomi adalah dengan
memperhatikan angka-angka kriminalitas. Semakin banyak terjadi tindakan
krimininalitas disuatu daerah menunjukkan adanya kesenjangan ekonomi
diantara penduduknya. Data kriminalitas Kabupaten Majalengka dapat dilihat
pada tabel 2.20.
Tabel 2.20. Angka Kriminalitas Kabupaten Majalengka
Tahun 2008-2012
No. Kasus 2008 2009 2010 2011 2012
Kj Ttn Kj Ttn Kj Ttn Kj Ttn Kj Ttn 1. Pembunuhan 2 2 5 1 2 2 3 1 2 1 2. Penganiayaan Berat 16 7 19 19 8 4 6 4 15 4 3. Penculikan - - - - 1 - - - 1 - 4. Pencurian dengan Kekerasan 44 19 49 12 28 17 23 15 12 4 5. Pencurian dengan
Pemberatan 113 79 102 62 104 74 85 55 76 50
6. Pencurian Ranmor 105 17 119 27 78 4 86 20 106 31 7. Pencurian Kawat Telepon - - - - - - - - - - 8. Pemerkosaan 6 3 3 1 - - 2 1 1 0 9. Pembakaran - - - - 1 - 1 1 1 - 10. Senpi/Handak 4 4 5 4 10 10 - - 6 6 11. Pemerasan 7 4 2 2 3 1 3 3 1 - 12. Penyelundupan /trafficking 2 2 - - 1 - - - 1 1 13. Kejahatan Terhadap Kepala
Negara - - - - - - - - - -
14. Jumlah 299 137 304 128 236 112 209 100 222 97 Sumber : Polres Majalengka, tahun 2013 Ket : Kj=Jumlah Kejadian; Ttn= Kejadian yang ditangani.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 4
Dari tabel, terlihat bahwa selama kurun waktu 2008-2012 angka kriminalitas di
Kabupaten Majalengka cenderung menurun, walaupun penanganan kasusnya masih
dibawah jumlah kasus yang terjadi.
2.2.2. Fokus Kesejahteraan Masyarakat
1. Pendidikan
a. Angka Melek Huruf (AMH)
Salah satu kualitas penduduk dicerminkan dengan kemampuan untuk
mengakses pengetahuan untuk dapat memperluas cakrawala ilmu dan
wawasan berpikir. Modal dasar suatu masyarakat untuk dapat mengakses
pengetahuan antara lain dicermikan dengan kemampuan baca-tulis yang
dihitung dengan Angka Melek Huruf (AMH). Perkembangan AMH
Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6.
Perkembangan AMH Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
2008 2009 2010 2011 2012AMH 94,81 95,03 95,09 95,11 95,14
94,6
94,7
94,8
94,9
95
95,1
95,2
dala
m p
erse
n
AMH
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 5
Selama periode tahun 2008-2012, AMH Kabupaten Majalengka selalu
meningkat, yaitu 94,81 % pada tahun 2008, meningkat menjadi 95,14 %
pada tahun 2012. Apabila dibandingkan dengan target yang tertuang
dalam RPJPD Kabupaten Majalengka tahun 2008-2025, capaian tersebut
sudah melampaui angka yang telah ditetapkan, yaitu pada akhir tahap ke 2
(tahun 2009-2013), diproyeksikan AMH sebesar 94,82%.
b. Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
Rata-Rata Lama Sekolah (means years schooling) adalah rata-rata jumlah
tahun yang ditempuh oleh setiap penduduk berumur 15 tahun ke atas di
daerah tersebut untuk mendapatkan pendidikan formal. Perkembangan RLS
Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada gambar 2.7.
Gambar 2.7.
Perkembangan RLS Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
2008 2009 2010 2011 2012RLS 6,7 6,83 6,84 7,17 7,19
6,46,56,66,76,86,9
77,17,27,3
dala
m p
erse
n
RLS
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Perkembangan RLS tahun 2008-2012 menunjukkan grafik yang menanjak
yaitu dari 6,70 tahun pada tahun 2008 menjadi 7,19 tahun pada tahun 2012.
Apabila dibandingkan dengan target yang tertuang dalam RPJPD Kabupaten
Majalengka tahun 2008-2025, capaian tersebut masih dibawah angka
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 6
proyeksi yang telah ditetapkan, yaitu pada akhir tahap ke 2 (tahun 2009-
2013), diproyeksikan RLS sebesar 7,53 tahun.
c. Angka Partisipasi Kasar (APK)
Angka Partisipasi Kasar (APK) didefinisikan sebagai jumlah siswa pada
jenjang pendidikan tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada usia
tersebut. Angka ini menunjukkan tingkat keikutsertaan masyarakat dalam
menempuh pendidikan. Perkembangan APK Kabupaten Majalengka dapat
dilihat pada gambar 2.8.
Gambar 2.8.
Perkembangan APK Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, tahun 2013
d. Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
Tabel 2.21.
Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Jenjang Pendidikan Yang Ditamatkan
Di Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Indikator Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
1. Tidak Punya Ijazah 24,66 23,31 21,94 19,95 19,20
2. SD 45,13 45,85 46,84 45,37 46,93
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 7
No. Indikator Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
3. SLTP 15,67 16,03 14,88 18,62 18,23
4. SLTA 10,35 10,64 11,88 12,04 12,05
5. Diploma (D1-D3) 1,98 1,73 1,66 1,19 1,23
6. >=S1 2,21 2,44 2,80 2,83 2,36 Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Angka Pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu indikator
keberhasilan di bidang pendidikan. Dari data di atas terlihat bahwa
penduduk yang tidak punya ijasah berkurang dari 24,66 % menjadi 19,20 %,
sebaliknya angka pendidikan yang ditamatkan dari tahun 2009 hingga
tahun 2012 mengalami peningkatan yaitu untuk tingkatan SD menjadi
sebesar 46,93%, SLTP menjadi sebesar 18,23%, SLTA menjadi sebesar
12,05%, dan S1 menjadi 3,59%.
e. Angka Partisipasi Murni (APM)
Angka Partisipasi Murni (APM) didefinisikan sebagai jumlah siswa yang
berusia pada jenjang pendidikan tertentu dibagi dengan jumlah penduduk
pada usia tersebut. Angka ini menunjukkan tingkat keikutsertaan
masyarakat dalam menempuh pendidikan. Perkembangan APM Kabupaten
Majalengka dapat dilihat pada gambar 2.9.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 8
Gambar 2.9.
Perkembangan APM Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
2008 2009 2010 2011 2012apm sd/mi 98,07 97,59 85,72 86,13 84,14apm smp/mts 86,38 87,29 84,55 88,14 89,53apm sma/ma 37,92 37,95 38,25 39,56 41,35
0
20
40
60
80
100
120Da
lam
Per
sen
apm sd/miapm smp/mtsapm sma/ma
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, tahun 2013
2. Kesehatan
a. Angka Kelangsungan Hidup Bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir
sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan
dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian
bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen
atau yang umum disebut dengan kematian neo-natal adalah kematian bayi
yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya
disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh
dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi
yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang
disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan
luar. Angka kematian bayi (AKB) menggambarkan keadaan sosial ekonomi
masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan AKB untuk
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 9
pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan
kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor
endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program
untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan
dengan program pelayanan kesehatan ibu hamil, misalnya program
pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan angka kematian
Post-Neo Natal dan angka kematian anak serta kematian balita dapat
diintervensi dengan mengembangkan program imunisasi, serta program-
program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program
penerangan tentang gizi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah
usia 5 tahun. Angka kelangsungan hidup bayi (AKHB) adalah probabilitas
bayi hidup sampai dengan usia 1 tahun. Selama periode 2008-2013 AKHB
cenderung meningkat artinya derajat kesehatan masyarakat cenderung
membaik.
Tabel 2.22.
Angka Kelangsungan Hidup Bayi (per 1.000 kelahiran) Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2013
No. Tahun Angka Kelangsungan Hidup Bayi /1000 KH
1. 2008 980
2. 2009 981
3. 2010 980
4. 2011 985
5. 2012 986
6. 2013 989 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka tahun 2009 s.d. 2013 diolah
b. Angka Harapan Hidup
Tujuan utama pembangunan manusia dalam aspek kesehatan adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan manusia, sehingga dapat hidup sehat dan
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 10
berumur panjang. Pengukuran taraf kesehatan tersebut adalah dengan
menghitung angka harapan hidup saat lahir (e0). Angka Harapan Hidup
(AHH) merupakan rata-rata perkiraan banyaknya tahun yang akan ditempuh
oleh seseorang selama hidup. AHH dihitung dengan menggunakan metode
tidak langsung yaitu banyaknya anak lahir hidup dan banyaknya anak masih
hidup. Perkembangan AHH Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada
tabel 2.23.
Tabel 2.23.
Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Tahun Angka Harapan Hidup (Tahun)
1. 2008 65,82
2. 2009 66,09
3. 2010 66,35
4. 2011 66,62
5. 2012 66,68 Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2012
Pada tahun 2008-2012 secara umum AHH penduduk Kabupaten
Majalengka terus meningkat dari 65,82 tahun pada tahun 2008 menjadi
66,68 tahun pada tahun 2012, menunjukkan dalam 4 tahun terjadi
peningkatan AHH sebanyak 0,86 tahun. Peningkatan tersebut relatif kecil
dan masih sangat jauh dari kondisi ideal yaitu 85 tahun. Hal tersebut
menunjukkan bahwa, peningkatan derajat kesehatan masyarakat khususnya
ibu dan anak masih belum berjalan secara optimal dalam implementasinya
dan harus mendapat perhatian khusus dalam pembangunan bidang
kesehatan.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 11
c. Persentase Balita Gizi Buruk
Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk
terhadap jumlah balita. Keadaan tubuh anak atau bayi dilihat dari berat
badan menurut umur. Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan standar WHO.
WHO (1999) mengelompokkan wilayah yaitu kecamatan untuk
kabupaten/kota dan kabupaten/kota untuk provinsi berdasarkan prevalensi
gizi kurang ke dalam 4 kelompok dari seluruh jumlah balita, yaitu :
a. rendah = di bawah 10 %
b. sedang = 10-19 %
c. tinggi = 20-29 %
d. sangat tinggi = 30 %
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi
menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan
membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut
panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila
berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik.
Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah
standar dikatakan gizi buruk. Persentase balita gizi buruk di Kabupaten
Majalengka dari tahun ke tahun mengalami penurunan, data terakhir tahun
2013 sebesar 0,07%, artinya menurut standar WHO jika lebih kecil dari 10 %
dapat dikatakan rendah. Perkembangan persentase gizi buruk dapat dilihat
pada tabel 2.24.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 12
Tabel 2.24. Perkembangan Persentase Gizi Buruk
Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2013
No. Tahun Persentase Balita Gizi Buruk
1. 2008 1,16
2. 2009 1,16
3. 2010 1,12
4. 2011 0,14
5. 2012 0,06
6. 2013 0,07
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka tahun 2008 s.d. 2013
3. Pertanahan
Selama periode 2008-2012, penduduk yang memiliki lahan semakin meningkat,
yaitu dari 60.372 orang (15%) pada tahun 2008, meningkat menjadi 100.616
orang (23%) pada tahun 2012. Persentase Penduduk memiliki lahan dapat di
lihat pada tabel 2.25.
Tabel 2.25.
Persentase Penduduk Memiliki Lahan Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Tahun Luas Tanah Jumlah penduduk
Jumlah penduduk yang memiliki tanah
Persentase penduduk
memiliki tanah
1. 2008 1.395.857.839 1.196.811 60.372 15% 2. 2009 1.395.857.839 1.206.702 70.433 11% 3. 2010 1.395.857.839 1.166.473 80.494 19% 4. 2011 1.395.857.839 1.171.478 90.555 21% 5. 2012 1.395.857.839 1.176.117 100.616 23%
Sumber: BPN Kabupaten Majalengka, tahun 2013
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 13
4. Ketenagakerjaan
Rasio penduduk yang bekerja didefinisikan sebagai persentase penduduk yang
bekerja terhadap seluruh angkatan kerja.
Gambar 2.10.
Rasio Penduduk Yang Bekerja Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
2008 2009 2010 2011 2012Penduduk yang
bekerja 92,02 93,26 94,18 92,2 93,29
90,5
9191,5
9292,5
9393,5
9494,5
dala
m p
erse
n
Pendudukyangbekerja
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Dari data diatas terlihat bahwa rasio penduduk yang bekerja selama periode
2008-2010 meningkat, namun pada tahun 2011 menurun, kemudian tahun 2012
meningkat lagi. Kondisi ini menunjukkan bahwa trennya lebih bersifat
eksponensial, sehingga cukup tingginya jumlah calon tenaga kerja di Kabupaten
Majalengka berdampak pada perlunya perluasan lapangan pekerjaan.
2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga
Tingkat kesejahteraan masyarakat juga dilihat dari aktivitas kesenian dan
keolahragaan yang ada di masyarakat. Selama kurun waktu tahun 2008-2012, jumlah
grup kesenian di Kabupaten Majalengka terus meningkat, hal ini bisa dilihat dari
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 14
jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk yang meningkat dari 0,012 pada tahun
2008 menjadi 0,0155 pada tahun 2012. Terdapat 15 jenis kelompok kesenian di
Kabupaten Majalengka, yaitu : Degung, jaipong, genjring qosidah, calung, reog,
pencak silat, wayang golek, wayang kulit, kacapi suling, sintren, sandiwara, kuda
renggong, orkes dangdut, tarling dan organ tunggal.
Sedangkan mengenai keolahragaan, pada tahun 2012 terdapat 7 cabang
olahraga yang ada di masyarakat yaitu sepak bola, bola voli, tenis meja, bulutangkis,
renang, bola basket dan fusal.
Tabel 2.26.
Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2012
No. Capaian Pembangunan 2008 2009 2010 2011 2012
1. Jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk 0,012 0,013 0,014 0,015 0,015
2. Jumlah gedung kesenian per 10.000 penduduk 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
3. Jumlah klub olahraga per 10.000 penduduk 0,0185 0,0185 0,0185 0,0185 0,0185
4. Jumlah gedung olahraga per 10.000 penduduk 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002
Sumber : Disporabudpar Kabupaten Majalengka, tahun 2013
2.3 Aspek Pelayanan Umum
2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib
1. Pendidikan
Pendidikan Dasar. Pendidikan diarahkan kepada upaya untuk mewujudkan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan pada
dasarnya merupakan hak setiap warga negara dan di dalamnya mengandung
satu tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Oleh karena
itu pembangunan pendidikan harus dilakukan secara terpadu dan diarahkan
pada peningkatan akses pelayanan, mutu, relevansi dan efisiensi manajemen
pendidikan.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 15
Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan ukuran daya serap sistem
pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan
adanya perubahan penduduk antara usia muda dengan ukuran pertumbuhan
jumlah murid yang ditampung pada setiap jenjang sekolah. Peningkatan jumlah
usia sekolah harus diimbangi dengan penambahan infrastruktur sekolah dan
peningkatan akses masuk sekolah. Adapun APS di Kabupaten Majalengka dapat
dilihat pada gambar 2.11. berikut ini :
Gambar 2.11.
Perkembangan APS SD/MI dan SMP/MTs Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, tahun 2013
APS SD/MI selama periode 2008-2012 cenderung menurun. Sedangkan APS
SMP/MTS, cenderung meningkat, tentunya hal ini sesuai dengan kebijakan
Wajar Dikdas 9 tahun.
Ketersediaan Sekolah. Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah
tingkat pendidikan dasar per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan dasar.
Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk
usia pendidikan dasar. Datanya dapat terlihat pada tabel 2.27. sebagai berikut :
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 16
Tabel 2.27.
Ketersediaan Sekolah Dan Penduduk Usia Sekolah Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2012
No. Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012
1 SD/MI 1.1. Jumlah gedung sekolah 885 882 882 876 872
1.2. jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 131.373 139.157 131.370 133.582 137.018
1.3. Rasio 1 : 148 1 : 156 1 : 149 1 : 152 1 : 157 2 SMP/MTs
2.1. Jumlah gedung sekolah 146 147 147 148 148
2.2. jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun 64.938 61.199 88.164 64.817 65.233
2.3. Rasio 1 : 451 1 : 416 1 : 576 1 : 437 1 : 441 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Guru. Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan dasar
per 1.000 jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan
ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah
ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran.
Tabel 2.28.
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2012
No. Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012
1 SD/MI 1.1. Jumlah Guru 7.716 7.688 7.302 7.372 37.449 1.2. Jumlah Murid 132.724 135.571 135.901 135.686 134.088 1.3. Rasio 1 : 17 1 : 18 1 : 19 1 : 18 1 : 18
2 SMP/MTs 2.1. Jumlah Guru 3.799 3.574 3.491 4.025 3.989
2.2. Jumlah Murid 52.846 58.976 58.892 57.562 59.833
2.3. Rasio 1 : 14 1 : 17 1 : 17 1 : 14 1 : 15 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, tahun 2013
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 17
Pendidikan Menengah. Pendidikan menengah yang diselenggarakan di
Kabupaten Majalengka meliputi SMA, SMK, dan MA.
Angka Partisipasi Sekolah (APS). APS SMA/SMK/MA selama periode 2008-
2012 setiap tahunnya cenderung fluktuatif. Hal ini diantaranya sangat
dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke
jenjang pendidikan menengah. Data perkembangan APS SMA/SMK/MA dapat
dilihat pada gambar 2.12 sebagai berikut :
Gambar 2.12.
Perkembangan APS SMA/SMK/MA Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Ketersediaan Sekolah. Jumlah gedung sekolah pada jenjang pendidikan
menengah selama periode 2008-2012 meningkat yaitu dari 70 unit pada tahun
2008, menjadi 87 unit pada tahun 2012. Data ketersediaan sekolah pada jenjang
SMA/SMK/MA dapat dilihat pada tabel 2.29.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 18
Tabel 2.29.
Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2012
No. Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012
1 SMA/SMK/MA 1.1. Jumlah gedung sekolah 70 74 79 78 87 1.2. jumlah penduduk
kelompok usia 16-19 tahun
58.248 64.404 58.420 64.395 64.799
1.3. Rasio 1 : 832 1 : 870 1 : 739 1 : 740 1 :745 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Guru. Seiring dengan meningkatnya jumlah murid dan jumlah sekolah, jumlah
guru SMA/SMK/MA selama periode 2008-2012 meningkat, yaitu dari 2.226
orang menjadi 2.646 orang. Data jumlah guru dan murid pada jenjang
SMA/SMK/MA dapat dilihat pada tabel 2.30. sebagai berikut :
Tabel 2.30.
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Menengah Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2012
No. Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012
1 SMA/SMK/MA 1.1. Jumlah Guru 2.226 2.526 2.499 2.577 2.646 1.2. Jumlah Murid 24.547 26.411 28.607 29.750 34.406 1.3. Rasio 1 : 11 1 : 10 1 : 10 1 : 12 1 : 13
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Angka Melek Huruf. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan bidang
pendidikan adalah Angka Melek Huruf (AMH) yaitu pesentase penduduk
usia > 15 tahun yang bisa baca tulus huruf latin. Perkembangan AMH
Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada gambar 2.13. sebagai berikut :
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 19
Gambar 2.13.
Perkembangan AMH Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Fasilitas Pendidikan. Salah satu tugas pemerintahan di bidang pendidikan
adalah menyediakan gedung sekolah yang representatif sehingga dapat
menunjang kelancaran proses belajar mengajar di kelas. Perkembangan kondisi
bangunan sekolah selama periode 2008-2012 dapat dilihat pada tabel 2.31.
sebagai berikut :
Tabel 2.31. Perkembangan Kondisi Bangunan Sekolah Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012
1. SD/MI 1.1. Jumlah Bangunan 5.302 5.174 5.174 5.174 5.174
1.2. Jumlah Bangunan Kondisi Baik 2.513 2.846 2.922 3.486 4.410
1.3. Persentase Kondisi Bangunan Baik 47,40% 55,01% 56,47% 67,38% 85,23%
2. SMP/MTs 1.1. Jumlah Bangunan 1.516 1.621 1.761 1.834 1.834
1.2. Jumlah Bangunan Kondisi Baik 1.179 1.161 1.211 1.302 1.352
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 20
No. Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012
1.3. Persentase Bangunan Kondisi Baik 77,77% 71,62% 68,77% 70,99% 73,72%
3. SMA/SMK/MA 2.1. Jumlah Bangunan 865 700 732 732 774 2.2. Jumlah Bangunan Kondisi
Baik 696 583 629 649 698
2.3. Persentase Bangunan Kondisi Baik 80,46% 83,29% 85,93% 88,66% 90,18%
Sumber : Dinas Pendidikan, tahun 2013
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah
jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu
upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang
diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak
usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan
dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya
pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap
dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan
tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Ada dua tujuan
diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
a. Tujuan utama: Untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu
anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam
memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa
dewasa.
b. Tujuan penyerta: Untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan
belajar (akademik) di sekolah.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 21
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1
adalah 0-6 tahun. Data perkembangan PAUD di Kabupaten Majalengka
disajikan pada tabel 2.32. sebagai berikut :
Tabel 2.32.
Penyelenggaraan PAUD di Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2012
No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
1.1. Jumlah Siswa 12.597 15.384 18.481 23.591 30.657 1.2. Jumlah anak usia
4-6 tahun 53.417 53.725 54.184 54.786 56.487
1.3. Rasio/APK 23,58 28,63 34,11 34,11 54,27 Sumber : Dinas Pendidikan, tahun 2013
Angka Putus Sekolah. Angka Putus Sekolah di Kabupaten Majalengka selama
periode 2008-2012, pada setiap jenjang pendidikan, cenderung menurun.
Tentunya kinerja ini perlu terus dipertahankan agar pada masa mendatang tidak
ada lagi siswa yang berhenti bersekolah sebelum menyelesaikan pendidikan di
jenjang tersebut.
Gambar 2.14.
Perkembangan Angka Putus Sekolah Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
2008 2009 2010 2011 2012APtS SD/MI 0,89 0,52 0,22 0,17 0,02APtS SMP/MTS 0,15 0,83 0,53 0,34 0,2APtS SMA/SMK/MA 0,32 0,85 0,41 0,33 0,25
00,10,20,30,40,50,60,70,80,9
1
dala
m p
erse
n
APtS SD/MI
APtS SMP/MTS
APtS SMA/SMK/MA
Sumber : Dinas Pendidikan Pendidikan, tahun 2013
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 22
Angka Kelulusan dan Angka Melanjutkan Sekolah. Salah satu indikator mutu
penyelenggaraan pendidikan adalah dengan mengukur capaian angka kelulusan
para siswa dalam menyelesaikan pendidikannya. Standar maksimal bagi
indikator ini adalah 100 % siswa lulus. Berdasarkan data, angka kelulusan
selama periode 2008-2012 setiap tahunnya terus meningkat, bahkan untuk
tingkat SMA/SMK/MA, angka ini telah mencapai 100%. Peningkatan ini tentunya
juga dipengaruhi oleh kualitas para pengajar, yang terus meningkat, yang
diindikasikan dengan semakin meningkatnya guru yang memenuhi kualifikasi
S1/DIV. Selanjutnya sesuai dengan program yang sudah dijalankan yaitu Wajar
Dikdas 9 tahun, diharapkan seluruh siswa yang telah lulus SD/MI melanjutkan ke
SMP/MTs. Bedasarkan data, selama periode 2008-2012, angka melanjutkan ke
SMP/MTS mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu dari 65 % pada
tahun 2008 meningkat menjadi 99,23 %. Pada periode yang sama, angka
melanjutkan ke SMA/SMK/MA juga meningkat dari 63,03 % menjadi 73,51 %.
Data perkembangan angka kelulusan, Angka Melanjutkan Sekolah dan
kualifikasi guru, dapat dilihat pada tabel 2.33. sebagai berikut :
Tabel 2.33.
Angka Kelulusan, Angka Melanjutkan Sekolah dan Kualifikasi Guru di Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
1. AL SD/MI 99,19 98,15 99,25 99,56 99,98 2. AL SMP/MTS 90,97 93,28 99,91 100 100 3. AL SMA/SMK/MK 95,69 97,78 100 100 100 4. AM SD/MI KE SMP/MTS 65,00 68,21 98,55 98,63 99,23
5. AM SMP/MTS KE SMA/MA/SMK 63,03 61,77 65,47 70,23 73,51
6. GURU YANG MEMENUHI KUALIFIKASI S1/DIV 55,62 58,18 59,89 60,57 65,32
Sumber : Dinas Pendidikan, tahun 2013
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 23
2. Kesehatan
Posyandu. Pengertian posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi
dalam pelayanan kesehatan masyarakat dan Keluarga Berencana dari
masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan
pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan Keluarga
Berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya
manusia sejak dini.
Tujuan penyelenggaraan posyandu:
1. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (ibu hamil,
melahirkan dan nifas).
2. Membudayakan NKKBS.
3. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang
menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
4. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan
Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.
Pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu dan anak-anak sejak usia dini,
merupakan suatu strategi dalam upaya pemenuhan pelayanan dasar yang
meliputi peningkatan derajat kesehatan dan gizi yang baik, lingkungan yang
sehat dan aman, pengembangan psikososial/emosi, kemampuan berbahasa dan
pengembangan kemampuan kognitif (daya pikir dan daya cipta) serta
perlindungan anak. Pengalaman empirik di beberapa tempat menunjukan,
bahwa strategi pelayanan kesehatan dasar masyarakat dengan fokus pada ibu
dan anak seperti itu, dapat dilakukan pada posyandu.
Karena posyandu merupakan wadah peran serta masyarakat untuk
menyampaikan dan memperoleh pelayanan kesehatan dasarnya, maka
diharapkan pula strategi operasional pemeliharaan dan perawatan
kesejahteraan ibu dan anak secara dini, dapat dilakukan di setiap posyandu.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 24
Terkait dengan hal tersebut di atas perlu dilakukan analisis rasio posyandu
terhadap jumlah balita dalam upaya peningkatan fasilitasi pelayanan
pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan, dan
agar status gizi maupun derajat kesehatan ibu dan anak dapat dipertahankan
dan atau ditingkatkan.
Pembentukan posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan puskesmas agar
pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai dan
idealnya satu posyandu melayani 100 balita. Data rasio posyandu dapat dilihat
pada tabel 2.34. sebagai berikut :
Tabel 2.34.
Perkembangan Rasio Posyandu di Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2013
No. Tahun Jumlah Posyandu
Jumlah Balita (Jiwa)
Rasio Posyandu Per 1000 Balita
1. 2008* 1.440 99.329 14 2. 2009* 1.440 98.725 15 3. 2010 1.418 96.396 14,71 4. 2011 1.418 125.171 11,33 5. 2012 1.418 125.672 11,28 6. 2013 1.439 100.366 14,34
Sumber : BPMDPKB tahun 2010 s.d. 2013 *) Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka tahun 2008 s.d. 2009
Rumah Sakit. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit, yang dimaksud Rumah Sakit Umum adalah Rumah
Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis
penyakit. Rumah Sakit ini memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Tugas Rumah Sakit umum adalah melaksanakan upaya
kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan
secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 25
melaksanakan rujukan. Di Kabupaten Majalengka terdapat 2 (dua) Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) yaitu RSUD Majalengka dan RSUD Cideres.
Tabel 2.35.
Distribusi Rumah Sakit, Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Tahun 2013
No. Kecamatan Jumlah Rumah Sakit Puskesmas Poliklinik Pustu
1 Lemahsugih - 2 - 5 2 Bantarujeg - 1 - 3 3 Malausma - 1 - 4 4 Cikijing - 1 - 2 5 Cingambul - 1 - 5 6 Talaga - 1 - 3 7 Banjaran - 1 - 3 8 Argapura - 1 - 3 9 Maja - 1 - 5 10 Majalengka 1 2 1 2 11 Cigasong - 1 - 1 12 Sukahaji - 2 - 1 13 Rajagaluh - 1 - 3 14 Sindangwangi - 1 - 2 15 Sindang - 1 - 0 16 Leuwimunding - 1 - 14 17 Palasah - 1 - 9 18 Jatiwangi - 2 - 9 19 Dawuan 1 1 2 7 20 Kasokandel - 1 - 9 21 Panyingkiran 1 1 - 7 22 Kadipaten - 1 - 7 23 Kertajati - 2 - 7 24 Jatitujuh - 2 - 6 25 Ligung - 1 - 13 26 Sumberjaya - 1 - 9
Jumlah 3 32 3 71 Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Pelayanan kesehatan di Kabupaten Majalengka dapat diukur berdasarkan indikator
kinerja aspek pelayanan umum diantaranya berupa rasio Puskesmas, Poliklinik, dan
Pustu per 1.000 penduduk dalam kurun waktu 2008 sebesar 0,0862 poin. Seiring
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 26
dengan penambahan sarana kesehatan, sejak tahun 2010 sampai dengan 2013
rasionya meningkat menjadi 0,0893 poin. Khusus untuk cakupan Puskesmas,
angkanya relatif lebih tinggi selama 5 tahun sebesar 1,19 persen, sedangkan
cakupan Puskesmas pembantu dalam kurun waktu 2008-2010 hanya sebesar 0,22
persen, dan mengalami penurunan antara tahun 2011-2012 menjadi 0,21 persen.
Tabel 2.36.
Rasio dan Cakupan Puskesmas, Poliklinik dan Pustu
No Aspek Indikator Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013
1. Rasio Puskesmas, poliklinik, pustu per 1.000 penduduk
0,0862
0,0859
0,0893
0,0893
0,0893
0,0893
2. Cakupan Puskesmas 1,19
1,19
1,19
1,19
1,19
1,19
3. Cakupan Puskesmas pembantu
0,22
0,22
0,22
0,21
0,21
0,21
Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, tahun 2008 s.d. 2013
Sementara itu, untuk pemenuhan tenaga medik di Kabupaten Majalengka per
satuan penduduk, sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 rasionya masih tetap
sebesar 0,10 persen. Pemenuhan tenaga medik untuk dokter umum dan dokter gigi
di pelayanan primer sangat berpengaruh pula terhadap pemenuhan SDM kesehatan
yang dipersyaratkan oleh BPJS, sehingga berdampak pada besarnya kapitasi yang
diterima oleh setiap Puskesmas. Sedangkan kebutuhan tenaga medik di RSUD
Cideres dan RSUD Majalengka lebih terfokus pada pemenuhan dokter spesialis.
Tabel 2.37.
Rasio Dokter
No Aspek Indikator Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1. Rasio dokter per 1.000 penduduk
0,08
0,10
0,11
0,11
0,11
0,11
Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, tahun 2008 s.d. 2013
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 27
Jumah dokter umum dan dokter gigi yang tersebar di 32 Puskesmas dan 2 RSUD,
dapat kami kemukakan secara rinci pada tabel berikut :
Tabel 2.38. Jumlah Dokter Umum dan Dokter Gigi
Menurut Kecamatan Tahun 2013 No. Kecamatan Dokter Umum Dokter Gigi
1 Lemahsugih 1 - 2 Bantarujeg 1 - 3 Malausma 2 - 4 Cikijing 2 1 5 Cingambul 2 - 6 Talaga 3 1 7 Banjaran 1 - 8 Argapura 1 - 9 Maja 3 1
10 Majalengka 19 3 11 Cigasong 1 - 12 Sukahaji 4 - 13 Rajagaluh 3 1 14 Sindangwangi 1 - 15 Sindang 1 - 16 Leuwimunding 3 1 17 Pasalah 2 1 18 Jatiwangi 4 1 19 Dawuan 15 2 20 Kasokandel 1 1 21 Panyingkiran 1 - 22 Kadipaten 2 1 23 Kertajati 1 - 24 Jatitujuh 3 1 25 Ligung 2 1 26 Sumberjaya 4 1
Jumlah 83 17 Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Komplikasi Kebidanan yang ditangani. Perhatian khusus Pemerintah Kabupaten
Majalengka untuk menekan kematian ibu dan kematian bayi salah satunya berusaha
memperluas pelayanan cakupan komplikasi kebidanan yang harus ditangani. Angka
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 28
Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku
hidup bersih dan sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan,
tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu
ibu melahirkan dan masa nifas. Kaitannya dengan tingkat pelayanan kesehatan ibu
hamil perlu diantisipasi berbagai komplikasi kebidanan yang harus dapat ditangani
sehingga berpengaruh pada tingkat keselamatan ibu dan anak yang dilahirkan.
Berdasarkan data yang diperoleh, cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
digambarkan pada tabel 2.39. sebagai berikut :
Tabel 2.39.
Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2013
No. Tahun Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani (%)
1. 2008 6,44
2. 2009 76,90
3. 2010 76,80
4. 2011 92,30
5. 2012 117,57
5 2013 122,26 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka, tahun 2008 s.d. 2013 diolah
Kondisi empirik di Kabupaten Majalengka menunjukkan bahwa cakupan komplikasi
kebidanan yang ditangani memperlihatkan trend yang cenderung meningkat,
terutama tahun 2011 yang mencapai 92,30% dan tahun 2012 sebesar 117,57% serta
tahun 2013 yang mencapai 122,26%, kondisi ini telah melampaui target standar
pelayanan minimal sebesar 80% pada tahun 2015.
Pertolongan Persalinan. Untuk meningkatkan IPM, khususnya yang terkait erat
dengan indeks kesehatan, perlu perhatian terhadap pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, capaiannya sebagaimana
pada Tabel 2.40 berikut :
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 29
Tabel 2.40.
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2013
No. Tahun Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi Kebidanan (%)
1. 2008 81,18 2. 2009 94,67 3. 2010 93,47 4. 2011 85,66 5. 2012 91,47 6. 2013 94,66
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka, tahun 2008 s.d. 2013 diolah
Pelayanan obstetrik dan neonatal darurat serta pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan terlatih menjadi sangat penting dalam upaya penurunan kematian ibu,
untuk mengantisipasi masalah ini maka diperlukan terobosan dengan meningkatkan
peran bidan sehingga bidan di desa benar-benar merupakan ujung tombak dalam
upaya penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR). Target SPM berkenaan dengan
cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan sebesar 90% pada tahun 2015 diharapkan dapat tercapai. Menurut data
yang ada pada tahun 2009 target yang berkaitan dengan indikator ini telah dapat
terlampaui sebesar 4,67%, namun mengalami penurunan pada tahun 2010 (86,18%)
dan 2011 (85,70%), dan meningkat lagi pada tahun 2012 (91,47%).
Cakupan Universal Child Imunization (UCI). Pemerintah Kabupaten Majalengka
secara berkesinambungan terus menggalakan pelaksanaan imunisasi. Manfaat dari
imunisasi bagi bayi adalah untuk mencegah bayi terjangkit penyakit baru yang
menular dan mematikan serta penyakit infeksi. Kegiatan imunisasi tersebut bukanlah
hal baru dalam dunia kesehatan di Indonesia, namun perlu disadari masih banyak
masyarakat atau orang tua yang belum memahami secara utuh tentang pentingnya
imunisasi bagi bayi dan balita. Kemungkinan penyebabnya dikarenakan masih
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 30
adanya pandangan di masyarakat yang menganggap adanya efek kurang baik dari
imunisasi atau mitos lainnya.
Tabel 2.41.
Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI) Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2013
No. Tahun Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI) (%)
1. 2008 67,66 2. 2009 60,18 3. 2010 86,53 4. 2011 86,31 5. 2012 91,07 6. 2013 95,33
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, tahun 2008 s.d. 2013 di olah
Di Kabupaten Majalengka Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization
(UCI) selama periode 2008-2012 cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan tingkat
kesadaran masyarakat akan imunisasi semakin meningkat.
Balita Gizi Buruk. Pada Golden age yang rentang usianya 0-5 tahun, sangat
membutuhkan asupan gizi yang baik bagi tumbuh kembangnya anak. Oleh karena
itu, deteksi dini bagi kasus gizi buruk harus dilakukan secara kontinyu. Perhatian
Pemerintah Kabupaten Majalengka terhadap penanganan gizi buruk sangat tinggi.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka pada tahun 2010
ditemukan 919 (1,12%) balita yang menderita gizi buruk. Balita yang mengalami gizi
buruk itu pertumbuhannya tidak seimbang dengan usia balita yang wajar.
Pertumbuhan mereka lambat, bahkan berat badannya jauh dari berat ideal, selain itu
ciri-ciri dan indikasi lainnya adalah kepala membesar dan perut buncit, badan
terlihat kurus, kering, dan tulangnya kelihatan (stunting) yang disebabkan tubuh
tidak menerima asupan gizi seimbang. Cakupan balita gizi buruk yang mendapat
perawatan di Kabupaten Majalengka pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013
mencapai 100% sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 31
pemerintah. Jejak rekam cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan di
Kabupaten Majalengka sebagaimana tertuang dalam tabel 2.42. berikut :
Tabel 2.42.
Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2013
No. Tahun Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan (%)
1. 2008 1,86 2. 2009 42,97 3. 2010 4,35 4. 2011 100,00 5. 2012 100,00 6. 2013 100,00
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka, tahun 2008 s.d. 2013 diolah
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA. Penyakit TBC
adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa dimana Penyakit TBC dapat menyerang
pada siapa saja tanpa terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta
dimana saja. Indonesia menduduki negara terbesar ketiga di dunia dalam masalah
penyakit TBC ini. Sedangkan di Kabupaten Majalengka tahun 2013 untuk cakupan
penemuan baru penderita penyakit TBC sebanyak 1.267 jiwa (96,60%) dan
seluruhnya telah mendapat pelayanan kesehatan.
Tabel 2.43.
Cakupan Penemuan dan Pengobatan Penderita Penyakit TBC Kabupaten Majalengka Tahun 2009-2013
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka, tahun 2008 s.d. 2013 diolah
No. Indikator Tahun
2009 2010 2011 2012 2013 1. Cakupan penemuan baru (%) 97,90 98,64 80,55 83,25 96,60
2. Pengobatan penderita penyakit TBC (Jiwa) - - 471 1.059 1.267
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 32
Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD.
Penyebab kematian penduduk dapat diakibatkan karena penyakit demam
berdarah (DBD). Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus
dengue, yang merupakan virus dari famili Flaviviridae. Terdapat 4 jenis virus
dengue yang diketahui dapat menyebabkan penyakit demam berdarah
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Pencegahan demam berdarah
dapat dilakukan dengan mengendalikan vektor nyamuk, antara lain dengan
menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali
seminggu, mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung
seminggu sekali, menutup dengan rapat tempat penampungan air,
mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah,
dan perbaikan desain rumah. Tingkat pencegahan agar tidak timbulnya
penyakit DBD telah banyak dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Majalengka. Adapun data penanganan penderita DBD di Kabupaten
Majalengka tertuang dalam tabel berikut :
Tabel 2.44.
Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2013
No. Tahun Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit
DBD (%)
1. 2008 100,00
2. 2009 100,00
3. 2010 100,00
4. 2011 100,00
5. 2012 100,00
6. 2013 100,00 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka, tahun 2008 s.d. 2013 diolah.
Berdasarkan data di atas, cakupan penemuan dan penanganan penderita
penyakit DBD dalam kurun waktu 5 tahun, dari tahun 2008 sampai dengan
2013 mencapai 100%.