PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMURditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2006/KabupatenLombok...Azas...

43
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR, Menimbang : a. bahwa sumber daya hutan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai peran- an penting sebagai sistem penyangga kehidupan dan pembangunan yang berke- lanjutan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat; b. bahwa agar sumber daya hutan pada kawasan hutan produksi dan hutan lindung dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat, maka pengelolaannya perlu dilakukan secara adil dan lestari melalui pendekatan ekologis, ekonomi, dan sosial budaya dengan mem- berikan peran kepada komunitas sosial setempat melalui pola Pengelolaan Sumber Daya Hutan Berbasis Masyarakat; c. bahwa pola Pengelolaan Sumber Daya Hutan Berbasis Masyarakat sebagai suatu pola pengelolaan hutan yang mengedepan- kan peranan komunitas sosial setempat Sosialisasi Peraturan Daerah 125

Transcript of PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMURditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2006/KabupatenLombok...Azas...

  • PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

    PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2006

    TENTANG

    PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERBASIS MASYARAKAT

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR,

    Menimbang : a. bahwa sumber daya hutan sebagai karuniaTuhan Yang Maha Esa mempunyai peran-an penting sebagai sistem penyanggakehidupan dan pembangunan yang berke-lanjutan untuk mewujudkan kesejahteraanmasyarakat;

    b. bahwa agar sumber daya hutan padakawasan hutan produksi dan hutanlindung dapat dimanfaatkan secara optimaluntuk kesejahteraan masyarakat, makapengelolaannya perlu dilakukan secara adildan lestari melalui pendekatan ekologis,ekonomi, dan sosial budaya dengan mem-berikan peran kepada komunitas sosialsetempat melalui pola Pengelolaan SumberDaya Hutan Berbasis Masyarakat;

    c. bahwa pola Pengelolaan Sumber DayaHutan Berbasis Masyarakat sebagai suatupola pengelolaan hutan yang mengedepan-kan peranan komunitas sosial setempat

    Sosialisasi Peraturan Daerah 125

  • dalam pengelolaan hutan sebagai penerimamanfaat utama dari sumberdaya hutan,dalam pelaksanaannya perlu diatur dandikendalikan agar mematuhi kaidah-kaidah pengelolaan hutan dan mencapaitujuan yang ditetapkan;

    d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai-mana dimaksud dalam huruf a, huruf b,dan huruf c, perlu membentuk PeraturanDaerah tentang Pengelolaan Sumber DayaHutan Berbasis Masyarakat.

    Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958tentang Pembentukan Daerah-daerahTingkat II dalam wilayah Daerah-daerahTingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat danNusa Tenggara Timur (Lembaran NegaraTahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lem-baran Negara Nomor 1665);

    2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960tentang Pokok-pokok Agraria (LembaranNegara Tahun 1960 Nomor 104, TambahanLembaran Negara Nomor 2034);

    3. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974tentang Pengairan (Lembaran NegaraTahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lem-baran Negara Nomor 3046);

    4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981tentang Kitab Undang-undang HukumAcara Pidana (Lembaran Negara Tahun1981 Nomor 76, Tamabahan LembaranNegara Nomor 3209);

    Sosialisasi Peraturan Daerah 126

  • 5. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990tentang Konservasi Sumberdaya AlamHayati dan Ekosistemnya (LembaranNegara Tahun 1981 Nomor 76, TambahanLembaran Negara Nomor 3419);

    6. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992tentang Penataan Ruang (LembaranNegara Tahun 1992 Nomor 115, TambahanLembaran Negara Nomor 3501);

    7. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68,Tambahan Lembaran Negara Nomor3699);

    8. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999tentang Kehutanan (Lembaran NegaraNomor 167, Tambahan Lembaran NegaraNomor 3888);

    9. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004tentang Pembentukan Peraturan Perun-dang-undangan (Lembaran Negara Tahun2004 Nomor 53, Tambahan LembaranNegara Nomor 4389);

    10. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah (LembaranNegara Tahun 2004 Nomor 125, TambahanLembaran Negara Nomor 4437); sebagai-mana diubah dengan Undang-UndangNomor 8 Tahun 2005 (Lembaran NegaraTahun 2005 Nomor 118, TambahanLembaran Negara Nomor 4548);

    Sosialisasi Peraturan Daerah 127

  • 11. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004tentang Perimbangan Keuangan antaraPemerintah Pusat dan PemerintahanDaerah (Lembaran Negara Tahun 2004Nomor 126, Tambahan Lembaran NegaraNomor 4438);

    12. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun1982 tentang Tata Pengaturan Air (Lem-baran Negara Tahun 1982 Nomor 37, Tam-bahan Lembaran Negara Nomor 3225);

    13. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun1982 tentang Irigasi (Lembaran NegaraTahun 1982 Nomor 38, Tambahan Lembar-an Negara Nomor 3226);

    14. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun1991 tentang Sungai (Lembaran NegaraTahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembar-an Negara Nomor 3446);

    15. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun1994 tentang Perburuan Satwa Liar (Lem-baran Negara Tahun 1994 Nomor 1);

    16. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun1994 tentang Pengusahaan PariwisataAlam (Lembaran Negara Tahun 1994Nomor 25, Tambahan Lembaran NegaraNomor 3550);

    17. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun1998 tentang Kawasan Suaka Alam danKawasan Pelestarian Alam (LembaranNegara Tahun 1998 Nomor 132, TambahanLembaran Negara Nomor 3776);

    Sosialisasi Peraturan Daerah 128

  • 18. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhandan Satwa (Lembaran Negara Tahun 1999Nomor 14, Tambahan Lembaran NegaraNomor 4024);

    19. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun2000 tentang Kewenangan Pemerintah danKewenangan Provinsi sebagai DaerahOtonom (Lembaran Negara Tahun 2000Nomor 54, Tambahan Lembaran NegaraNomor 3952);

    20. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun2000 tentang Penyedia Jasa PenyelesaianKonflik Lingkungan Hidup (LembaranNegara Tahun 2000 Nomor 113, TambahanLembaran Negara Nomor 3982);

    21. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun2002 tentang Tata Hutan dan PenyusunanRencana Pengelolaan Hutan, PemanfaatanHutan dan Penggunaan Kawasan Hutan(Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 66);

    22. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Dae-rah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor140, Tambahan Lembaran Negara Nomor4578);

    23. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun2005 tentang Pedoman Pembinaan danPengawasan Penyelenggaraan Pemerintah-an Daerah (Lembaran Negara Tahun 1991Nomor 4090);

    Sosialisasi Peraturan Daerah 129

  • 24. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;

    25. Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001tentang Tata Cara Pengawasan Penyeleng-garaan Pemerintahan Daerah;

    26. Peraturan Daerah Provinsi Daerah TingkatI Nusa Tenggara Barat Nomor 5 Tahun1984 tentang Tata Pengaturan Air (Lem-baran Daerah Tahun 1986 Nomor 6);

    27. Peraturan Daerah Provinsi Daerah TingkatI Nusa Tenggara Barat Nomor 6 Tahun1984 tentang Irigasi (Lembaran DaerahTahun 1985 Nomor 8);

    28. Peraturan Daerah Provinsi Daerah TingkatI Nusa Tenggara Barat Nomor 9 Tahun1989 tentang Kawasan PengembanganPariwisata (Lembaran Daerah Tahun 1990Nomor 3).

    Dengan persetujuan Bersama

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

    dan BUPATI LOMBOK TIMUR

    MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEDO-

    MAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERBASIS MASYARAKAT

    Sosialisasi Peraturan Daerah 130

  • BAB I KETENTUAN UMUM

    Pasal 1 Dalam Peraturan daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Lombok Timur. 2. Bupati adalah Bupati Lombok Timur. 3. Dinas Kehutanan dan Perkebunan adalah Dinas Kehu-

    tanan dan Perkebunan Kabupaten Lombok Timur. 4. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan

    lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasipepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yangsatu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

    5. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjukdan atau ditetapkan oleh Pemerintah untukdipertahankankeberadaannya sebagai hutan tetap.

    6. Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yangtidak dibebani hak atas tanah.

    7. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yangdibebani hak atas tanah.

    8. Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalamwilayah masyarakat hukum adat.

    9. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyaifungsi pokok memproduksi hasil hutan.

    10. Daerah adalah Kabupaten Lombok Timur . 11. Bupati adalah Bupati Lombok Timur. 12. Dinas Kehutanan dan Perkebunan adalah Dinas

    Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lombok Timur. 13. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan

    lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasipepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yangsatu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

    Sosialisasi Peraturan Daerah 131

  • 14. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjukdan atau ditetapkan oleh Pemerintah untukdipertahankankeberadaannya sebagai hutan tetap.

    15. Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yangtidak dibebani hak atas tanah.

    16. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yangdibebani hak atas tanah.

    17. Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalamwilayah masyarakat hukum adat.

    18. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyaifungsi pokok memproduksi hasil hutan.

    19. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyaifungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyanggakehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut danmemelihara kesuburan tanah.

    20. Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khastertentu, yang mempunyai fungsi pokokpengawetankeanekaragaman tumbuhan dan satwa sertaekosistemnya.

    21. Hutan Alam adalah kawasan hutan yang tanamannnyatumbuh dengan sendirinya tanpa campur tanganmanusia.

    22. Hutan Tanaman adalah kawasan hutan yang tanamannyamerupakan hasil budidaya manusia dengan jenis tertentu.

    23. Tebang Pilih Tanam Indonesia yang selanjutnya disebutTPTI adalah suatu sistem silvikultur yang menggunakanpenebangan.

    24. Pengeloaan Sumber Daya Hutan Berbasis Masyarakatselanjutnya disebut PSDHBM adalah serangkaiankegiatan yang meliputi : penataan hutan, perencanaan,pemanfaatan, rehabilitasi dan pemeliharaan, perlin-

    Sosialisasi Peraturan Daerah 132

  • dungan hutan di areal izin kegiatan PSDHBM sesuaifungsi hutan secara berkelanjutan.

    25. Wilayah Pengelolaan PSDHBM adalah kawasan hutannegara yang dikelola oleh kelompok usaha masyarakatsetempat dan bertujuan untuk memberdayakanmasyarakat setempat tanpa mengganggu fungsi pokokhutan yang ditetapkan oleh Bupati dan dikukuhkan olehMenteri melalui Gubernur.

    26. Areal izin kegiatan PSDHBM adalah bagian dari wilayahpengelolaan PSDHBM yang dikelola kelompok usahamasyarakat setempat dengan izin yang sah.

    27. Forum koordinasi Pengembangan PSDHBM yangselanjutnya disebut FPPSDHBM adalah forum atauwadah koordinasi antar instansi pemerintah, perguruantinggi, lembaga masyarakat, pakar, pelaku PSDHBM.

    28. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memperolehmanfaat optimal dari hutan untuk kesejahteraanmasyarakat berupa pemanfaatan kawasan hutan,pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan/pemungutanhasil hutan kayu dan non kayu, serta flora dan fauna yangtidak dilindungi.

    29. Masyarakat setempat adalah kesatuan sosial yang terdiridari warga Negara Republik Indonesia yang tinggal didalam dan atau sekitar hutan, yang membentukkomunitas, yang didasarkan pada kesamaan matapencaharian yang berkaitan dengan hutan, kesejahteraan,keterikatan tempat tinggal, serta pengaturan tata tertibkehidupan bersama.

    30. Izin kegiatan PSDHBM dalah izin yang diberikan olehBupati kepada masyarakat setempat untuk mengelolaPSDHBM.

    Sosialisasi Peraturan Daerah 133

  • 31. Air permukaan adalah air yang berada di permukaantanah baik yang mengalir atau pun yang tidak.

    32. Air bawah tanah adalah air yang berada di bawah lapisanair permukaan tanah dan di atas lapisan air tanah.

    33. Keputusan Desa adalah Peraturan Desa yang dibuatdalam musyawarah bersama Badan Perwakilan Desa danKepala Desa.

    34. Provisi Sumber Daya Hutan yang selanjutnya disebutPSDH adalah pungutan yang dikenakan sebagaipengganti nilai instrinsik dari hasil hutan yang dipungutdari hutan negara.

    35. Retribusi adalah pembayaran atas pelayanan penyediaanjasa berupa pemberian pekerjaan oleh PemerintahKabupaten kepada pemegang izin PSDHBM.

    36. Dana Reboisasi yang selanjutnya disebut DR adalah danayang dipungut dari pemegang izin usaha pemanfaatanhasil hutan dari hutan alam yang berupa kayu, digunakandalam rangka reboisasi, rehabilitasi hutan serta kegiatanpendukungnya.

    BAB II

    AZAS, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP Pasal 2

    Azas PSDHBM yang diselenggarakan berdasarkan Peraturan Daerah ini adalah : a. Azas kelestarian dan berkelanjutan; b. Azas keadilan; c. Azas demokrasi; d. Azas transparansi; e. Azas partisipasi dan akuntabilitas; f. Azas holistik;

    Sosialisasi Peraturan Daerah 134

  • g. Azas kehati-hatian dini; h. Azas eko-efisiensi; i. Azas perlindungan optimal dan keanekaragaman hayati; j. Azas pluralisme hukum.

    Pasal 3

    (1) Tujuan penyelenggaraan PSDHBM adalah untuk mening-katkan keberdayaan dan kesejahteraan masyarakat didalam dan di sekitar hutan melalui manfaat ekologi,ekonomi dan sosial budaya dari hutan secara seimbangdan berkelanjutan.

    (2) Berdasarkan status fungsi, kondisi dan potensi hutan,PSDHBM mempunyai tujuan khusus, yaitu : a. Pemanfaatan kayu. b. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu. c. Pemanfaatan air. d. Pemanfaatan jasa wisata alam. e. Pemanfaatan flora dan fauna yang tidak dilindungi. f. Suatu wilayah PSDHBM dapat dikelola untuk satu

    atau lebih tujuan khusus, apabila memenuhi seluruhcriteria kelayakan sebagaimana dimaksud dalamPasal 2.

    Pasal 4 (1) Ruang lingkup penyelenggaraan PSDHBM meliputi :

    penetapan wilayah pengelolaan, penyiapan masyarakat,perizinan, pengelolaan hutan, pembinaan, pengendalian,dan sanksi.

    (2) Penyelenggaraan PSDHBM melibatkan peranan dan fungsipemerintah daerah, masyarakat, perguruan tinggi danlembaga kemasyarakatan.

    Sosialisasi Peraturan Daerah 135

  • BAB III PENETAPAN WILAYAH PENGELOLAAN

    Bagian Kesatu Kriteria Pasal 5

    (1) Kriteria kelayakan wilayah PSDHBM sebagai berikut : a. Berstatus kawasan hutan negara dengan fungsi hutan

    produksi atau hutan lindung. b. Hutan alam dan atau hutan tanaman dengan prioritas

    dengan kondisi rusak dan perlu direhabilitasi. c. Terletak di dalam dan merupakan bagian dari satu

    wilayah kesatuan pengelolaan hutan. d. Menjadi sumber penghidupan langsung bagi

    masyarakat sekitarnya. e. Mempunyai kelayakan untuk dikelola sebagai usaha

    bersama oleh masyarakat sekitarnya untuk tujuantersebut mencakup kelayakan tekhnis, kelayakanekologis, kelayakan produksi lestari dan kelayakanekonomis.

    f. Kawasan hutan yang tidak sedang dibebani izin atauhak bidang kehutanan yang syah atau ada rencanaperuntukan lainnya oleh pemerintah.

    g. Terletak dalam satu atau beberapa wilayah Desa/Kelurahan dengan kepadatan agraris rata-rata >200jiwa/km² (lebih dari dua ratus jiwa per kilometerpersegi).

    (2) Kriteria kelayakan ekonomis PSDHBM pada hutan alamuntuk produksi kayu adalah sebagai berikut : a. Status fungsi hutan produksi.

    Sosialisasi Peraturan Daerah 136

  • b. Luas areal yang dapat dikelola maksimal 250 Ha (duaratus lima puluh hektar).

    c. Dapat diterapkan sistem silvikultur Tebang Habisdengan Permudaan Buatan.

    d. Dapat diterapkan pola tanam tumpangsari untuk arealyang kemiringan lahannya dibawah 40 % (empatpuluh persen) dan pola tanam banjar harian untukkemiringan areal diatas 40% (empat puluh persen)atau areal sempadan sungai, sempadan jurang,sempadan mata air, dan sempadan danau/waduk.

    (3) Kriteria kelayakan ekonomis PSDHBM pada hutan alamuntuk produksi hasil hutan bukan kayu adalah sebagaiberikut : a. Status fungsi hutan produksi dan atau hutan lindung. b. Luas minimum 200 Ha (dua ratus hektar). c. Mengandung potensi produksi lestari yang dapat

    dimanfaatkan setiap tahun dan dapat memberikannilai lebih untuk membiayai seluruh kegiatan-kegiatanPSDHBM tersebut dan seluruh kewajibannya kepadaPemerintah.

    (4) Kriteria kelayakan ekonomis PSDHBM untuk pemnafa-atan air adalah sebagai berikut : a. Status hutan lindung dan atau hutan produksi. b. Merupakan/meliputi satu daerah tangkapan air

    (catchment area) dari suatu sungai atau anak sungai. c. Terdapat mata air dan atau sungai dengan debit 10

    liter/detik (sepuluh liter per detik) atau lebih. d. Luas daerah tangkapan air maksimal 500 Ha (lima

    ratus hektar). e. Mengandung potensi produksi air lestari yang dapat

    dimanfaatkan dan dapat memberikan nilai lebih untuk

    Sosialisasi Peraturan Daerah 137

  • membiayai seluruh kegiatan pengelolaan PSDHBMtersebut dan seluruh kewajibannya kepadaPemerintah.

    f. Tidak bertentangan dengan kepentingan umumlainnya.

    (5) Kriteria kelayakan ekonomis PSDHBM untuk pemanfa-atan jasa wisata alam adalah sebagai berikut : a. Status hutan lindung dan/atau huttan produksi. b. Luas 50 - 100 Ha (lima puluh sampai dengan seratus

    hektar). c. Mengandung potensi wisata alam berupa air terjun,

    mata air, pemandangan alam, udara sejuk dan bersih,peninggalan budaya/sejarah, flora dan fauna,fenomena alam dan lain-lain yang dapat dimanfaatkandan dapat memberikan nilai lebih untuk membiayaiseluruh kegiatan PSDHBM tersebut dan seluruhkewajibannya kepada Pemerintah.

    (6) Kriteria kelayakan ekonomis PSDHBM untuk penang-karan flora dan fauna adalah sebagai berikut : a. Merupakan habitat asli dan atau memenuhi

    persyaratan hidup bagi jenis flora dan atau fauna yangditangkarkan.

    b. Luas minimum 50 Ha (lima puluh hektar). c. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum.

    Bagian Kedua

    Kriteria Pasal 6

    Penetapan wilayah PSDHBM dilakukan setelah melaluiidentifikasi dan inventarisasi wilayah PSDHBM.

    Sosialisasi Peraturan Daerah 138

  • BAB IV PENYIAPAN MASYARAKAT

    Pasal 7 (1) Penyiapan masyarakat untuk kegiatan PSDHBM

    dilakukan untuk menyiapkan kemampuan, kemauan danrasa tanggung jawab masyarakat dalam melaksanakanPSDHBM, sebelum diterbitkan izin.

    (2) Kriteria kesiapan masyarakat meliputi : a. Keterampilan teknis budidaya hutan dan pasca panen. b. Ketersediaan dan akses sumberdaya untuk memulai

    kegiatan budidaya hutan. c. Keterampilan/manajemen usaha. d. Pemasaran. e. Kelembagaan PSDHBM

    (3) Indikator kesiapan kelembagaan masyarakat meliputi : a. Telah ditetapkan kesepakatan dan efektifnya aturan-

    aturan internal kelompok yang mengikat dalmpengambilan keputusan, penyelesaian masalah dankonflik serta pengelolaan organisasi.

    b. Dimiliki dan dipahaminya peraturan perundang-undangan dan ketentuan teknis dalam kegiatanPSDHBM sesuai peraturan perundang-undangan yangberlaku meliputi : penataan areal kerja, penyusunanrencana pengelolaan, pemanfaatan, rehabilitasi,perlindungan serta hak dan kewajiban.

    c. Telah tebentuk kelompok usaha yang berjalan denganbaik dan mengikat pada 2 (dua) tahun terakhir, sertaterkumpulnya sumberdaya yang cukup untukmelaksanakan kegiatan PSDHBM pada tahun I(pertama).

    Sosialisasi Peraturan Daerah 139

  • d. Pengakuan adanya kelembagaan/kelompok tersebutoleh masyarakat dan Pemerintah Desa.

    e. Rencana lokasi dan luas areal kerja serta jangka waktukegiatan dibuat secara tertulis dan disusun secarapartisipatif, sehingga dapat dipahami, dipatuhi dandilaksanakan oleh seluruh anggota kelompok.

    f. Telah diterapkan pengelolaan lahan dengan baik padalahan milik maupun kelompok, yang meliputi aspek :penggunaan lahan sesuai dengan rencana tata ruangwilayah dan kemampuan serta penerapan teknikkonservasi tanah dan air.

    BAB V

    PERIZINAN

    Bagian Kesatu Jenis dan Jangka Waktu Berlakunya Izin

    Pasal 8 (1) Jenis izin PSDHBM terdiri dari :

    a. Izin pemanfaatan kayu. b. Izin pemanfaatan hasil hutan bukan kayu. c. Izin pemanfaatan air. d. Izin pemanfaatan jasa wisata alam. e. Izin pemanfaatan flora dan fauna yang tidak

    dilindungi.

    (2) Jangka waktu berlakunya izin kegiatan PSDHBM sesuaidengan tujuan pemanfaatan, yaitu : a. Pemanfaatan hasil hutan kayu selama 35 (tiga puluh

    lima) tahun. b. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu selama 10

    (sepuluh) tahun.

    Sosialisasi Peraturan Daerah 140

  • c. Pemanfaatan air selama 10 (sepuluh) tahun. d. Pemanfaatan jasa wisata alam selama 10 (sepuluh)

    tahun. e. Pemanfaatan flora dan fauna yang tidak dilindungi

    selama 5 (lima) tahun.

    (3) Jangka waktu berlakunya izin sementara kegiatanPSDHBM yaitu : a. Pemanfaatan hasil hutan kayu selama 5 (lima) tahun. b. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu selama 2 (dua)

    tahun. c. Pemanfaatan air selama 2 (dua) tahun. d. Pemanfaatan jasa wisata alam selama 2 (dua) tahun. e. Pemanfaatan flora dan fauna yang tidak dilindungi

    selama 2 (dua) tahun.

    Pasal 9 (1) Izin tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)

    dapat diperpanjang apabila telah memenuhi kewajibandan tidak pernah melanggar larangan dalm izin tetap.

    (2) Izin kegiatan PSDHBM batal/hilang, jika : a. habis masa berlakunya; b. diserahkan kembali oleh pemegang izin; c. terkena sanksi pencabutan izin; d. dimanfaatkan untuk kepentingan negara/umum.

    (3) Apabila dimanfaatkan untuk kepentingan negara/umum,maka Pemerintah wajib : a. Mencari areal pengganti. b. Memberi ganti rugi c. Kebijakan lain yang tidak merugikan pemegang izin.

    Sosialisasi Peraturan Daerah 141

  • Pasal 10 (1) Izin sementara sebagaimana dimaksud Pasal 8 ayat (3)

    hanya diberikan kepada kelompok masyarakat yangmemenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Anggota masyarakat desa di sekitar hutan yang

    tergabung dalam kelompok tani atau kelompok usahaatau koperasi dengan jumlah anggota “minimal” 20(dua puluh) orang.

    b. Memenuhi kriteria kelayakan ekonomis sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5 ayat (2), ayat (3), ayat (4), danayat (5);

    c. Setiap kelompok masyarakat hanya boleh mengelolasatu areal kerja PSDHBM dengan satu atau lebih izinpemanfaatan

    (2) Izin tetap sebagaimana dimaksud Pasal 8 ayat (2) hanyadiberikan kepada Pemegang Izin Sementara kegiatanPSDHBM yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Telah memiliki izin sementara PSDHBM; b. Berbentuk koperasi dan telah memiliki badan hukum; c. Telah memiliki Rencana PSDHBM (Rencana Kerja

    Tahunan dan Rencana Kerja Jangka Panjang yang sah);d. Telah memenuhi kewajiban sebagai pemegang izin

    sementara.

    Pasal 11 (1) Luas areal Izin kegiatan PSDHBM untuk tujuan produksi

    kayu dan hasil hutan bukan kayu maksimum sebesarjumlah anggota kelompok dikalikan 1 (satu) Ha, denganluas maksimum 250 Ha.

    Sosialisasi Peraturan Daerah 142

  • (2) Luas areal izin kegiatan PSDHBM untuk tujuanpemanfaatan air, maksimum 500 Ha (lima ratus hektarberada di sekeliling hutan dan merupakan arealtangkapan air (catchment area) dari mata air dan atausungai tersebut.

    (3) Luas areal izin kegiatan PSDHBM untuk tujuanpemanfaatan jasa wisata, maksimum sebesar jumlahanggota kelompok dikalikan 0,25 Ha (seperempat hektar)areal pemanfaatan ditambah dengan areal perlindunganyang luasnya 6 (enam) kali areal pemanfaatan, denganluas maksimum 150 Ha.

    (4) Luas areal izin kegiatan PSDHBM untuk tujuanpenangkaran flora dan fauna maksimum sebesar jumlahanggota kelompok dikalikan 2 Ha (dua hektar) denganluas maksimum 100 Ha.

    Bagian Kedua

    Hak, Kewajiban dan Larangan Pasal 12

    (1) Hak pemegang izin kegiatan PSDHBM meliputi : a. Melakukan kegiatan PSDHBM selama jangka waktu

    berlakunya izin; b. Melakukan pemanfaatan dan memperoleh bagian

    hasil hutan, pemanfaatan jasa lingkungan danhasiltumpang sari;

    c. Memperoleh pembinaan, penyuluhan dan fasilitasidari Pemerintah;

    d. Perlindungan hukum atas lokasi/areal izin; e. Melakukan kerjasama dengan pihak lain.

    (2) Kewajiban bagi pemegang izin kegiatan PSDHBMmeliputi :

    Sosialisasi Peraturan Daerah 143

  • a. Melaksanakan tata batas dan penataan PSDHBM; b. Menyusun rencana PSDHBM; c. Mengamankan hutan dan kawasan hutan dalam

    areal/lokasi izin; d. Melaksanakan rehabilitasi, peremajaan, memelihara

    perlindungan hutan sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku;

    e. Memenuhi kewajiban pembayaran pungutan yang sahkepada negara sesuai peraturan perundang-undanganyang berlaku;

    f. Memenuhi segala ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya di bidang Kehutanan;

    g. Membuat dan menyampaikan laporan PSDHBMkepada Dinas Kehutanan dan Perkebunan secaraberkala setiap 6 (enam) bulan.

    (3) Larangan bagi pemegang izin kegiatan PSDHBMmeliputi : a. Mengalihkan hak/izin atau mengontrakkan dan atau

    menyewakan areal izin kepada pihak lain baik secaraperorangan maupun kelompok;

    b. Melakukan kerjasama dan atau mengajak sertapihaklain tanpa izin;

    c. Melakukan tindakan di luar rencana PSDHBM danatau tindakan yang bertentangan dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

    BAB VI

    P E N G E L O L A A N

    Bagian Kesatu Penataan

    Sosialisasi Peraturan Daerah 144

  • Pasal 13 (1) Setiap areal/lokasi izin kegiatan PSDHBM dibuat tata

    batas meliputi batas lokasi dan blok peruntukan yangterdiri dari blok budidaya/pemanfaatan dan blokperlindungan.

    (2) Pembuatan tata batas areal dan tata batas peruntukanlahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dilaksanakan oleh Pejabat yang berwenang.

    (3) Apabila dalam satu areal/lokasi izin kegiatan PSDHBMterdapat kelompok tani lebih dari satu, maka untuk setiapsatu kelompok tani dijadikan satu petak dan dibuat tatabatas petaknya.

    (4) Untuk setiap anggota kelompok tani dapat dibuat batasgarapan.

    (5) Pembuatan tata batas dan tata batas garapan sebagaimanadimaksud ayat (3) dan ayat (4) dilaksanakan oleh petugasyang ditunjuk.

    (6) Blok perlindungan terdiri dari : a. Perlindungan tata air pada areal dengan kemiringan

    lahan lebih dari 40 % (empat puluh persen); b. Sempadan danau/waduk 500 M (lima ratus meter)

    dari tepi waduk/danau; c. Sempadan mata air 200 M (dua ratus meter) dari tepi

    mata air; d. Sempadan sungai 100 M (seratus meter) dari tepi

    anak sungai yang lebarnya antara 5 – 20 M (limasampai dua puluh meter);

    e. Sempadan jurang 2 (dua) kali kedalaman jurang daritepi jurang yang kedalamannya lebih dari 10 M(sepuluh meter);

    Sosialisasi Peraturan Daerah 145

  • f. Sempadan pantai 130 (seratus tiga puluh)kali selisihpasang tertinggi dan terendah dari tepi pantai;

    g. Perlindungan plasma nutfah sebagai perlindunganhabitat flora dan fauna langka asli (Indigenom) diwilayah itu.

    (7) Di dalam blok perlindungan tidak boleh dilakukanpenebangan pohon dan atau pengolahan tanah dan ataumembuat bangunan kecuali dalam rangka pemeliharaanhutan.

    (8) Blok budidaya/pemanfaatan merupakan areal yangdapat dilakukan untuk kegiatan pengambilan manfaathutan secara langsung sesuai dengan fungsi hutannya.

    (9) Buku dan peta hasil penataan batas ditanda tangani olehpemegang izin, petugas yang ditunjuk, diketahui olehKepala Desa, dan disahkan oleh Kepala Dinas Kehutanandan Perkebunan.

    Bagian Kedua Perencanaan

    Pasal 14 (1) Setiap unit izin kegiatan PSDHBM wajib membuat

    rencana pengelolaan kegiatan PSDHBM sebagai dasarpelaksanaan pengelolaan hutan, yang terdiri dari : a. Rencana Kerja Jangka Panjang (RKJP) yang meliputi

    jangka waktu berlakunya izin kegiatan PSDHBM. b. Rencana Kerja Tahunan (RKT) untuk jangka waktu

    setahun. (2) Penilaian dan pengesahan Rencana Kerja Jangka Panjang

    (RKJP) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) adalah sebagai berikut :

    Sosialisasi Peraturan Daerah 146

  • a. Rencana Kerja Jangka Panjang (RKJP) dinilai olehFKPSDHBM Kabupaten dan disahkan oleh Bupati.

    b. Rencana Kerja Tahunan (RKT) dinilai olehFKPSDHBM Kabupaten dan disahkan oleh KepalaDinas Kehutanan dan Perkebunan.

    (3) Rencana kerja PSDHBM memuat seluruh kegiatan yangmeliputi : penataan areal kerja (blok perlindungan danblok pemanfaatan), penyusunan rencana rehabilitasi,pemeliharaan, pengamanan, pemanfaatan dan perlin-dungan di areal izin kegiatan sesuai dengan fungsi hutansecara berkelanjutan.

    Bagian Ketiga Pemanfaatan

    Pasal 15 (1) Pemanfaatan hutan dan hasil hutan dalam areal izin

    kegiatan PSDHBM meliputi : produksi hasil hutan kayudan bukan kayu, pengambilan/pemanfaatan airpermukaan dan air tanah, pengusahaan jasa wisata alamdan penangkaran flora-fauna yang tidak dilindungi sertatanaman tumpangsari.

    (2) Setiap pemanfaatan hutan dan hasil hutan harus tertuangdalam rencana kerja PSDHBM.

    Pasal 16

    (1) Produksi kayu pada kawasan hutan produksi yangberupa hutan tanaman dapat menggunakan sistemTebang Habis dengan Permudaan Buatan (THPB) atausistem Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI).

    (2) Luas penebangan hutan harus mempertimbangkan luashutan produktif, rotasi tebang, kemampuan untuk

    Sosialisasi Peraturan Daerah 147

  • meremajakan dan memelihara hutan sesuai RKT danRKJP.

    Pasal 17

    Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dapat dilakukan diseluruh areal izin kegiatan PSDHBM, tanpa penebanganpohon dan tanpa merusak tegakan hutan.

    Pasal 18 (1) Pengambilan dan atau pemanfaatan air dalam kawasan

    hutan tidak boleh bertentangan dengan kepentinganumum dan atau mengganggu lingkungan hidup.

    (2) Pembangunan dan atau penggunaan instalasi penyaluranair di dalam areal PSDHBM harus mendapat izin.

    (3) Dilarang membangun dan menggunakan instalasi pem-rosesan dan pengemasan air di dalam kawasan hutan.

    Pasal 19 (1) Kegiatan jasa wisata alam yang boleh dilakukan di dalam

    areal izin kegiatan PSDHBM meliputi : rekreasi, penjela-jahan, arung jeram dan atau olah raga sejenis.

    (2) Pembangunan prasarana jasa wisata alam berupa gedung,arena bermain bagi anak-anak (play ground), kolamrenang, lapangan tenis dan jalan aspal hanyadiperbolehkan di blok pemanfaatan dalam areal izinkegiatan PSDHBM untuk tujuan wisata alam.

    (3) Pembangunan prasarana jasa wisata alam dalam blokperlindungan hanya boleh berupa jalan setapak, jembatansetapak, lapangan terbuka hijau, peneduh (shelter) tidakpermanen dan bangunan toilet tidak permanen.

    Sosialisasi Peraturan Daerah 148

  • Pasal 20 (1) Pengambilan dan atau pengangkutan dan atau

    pengalihan hak atas flora dan atau fauna hasilpenangkaran dalam areal izin kegiatan PSDHBM harusmendapat izin.

    (2) Setiap orang dilarang memburu dan atau mengambil danatau mematikan dan atau mengalihkan hak atas flora danfauna liar atau bagian-bagiannya yang bukan hasilpenangkaran.

    Bagian Keempat Rehabilitasi dan Pemeliharaan Hutan

    Pasal 21 (1) Setiap penebangan pohon yang dizinkan dalam areal izin

    kegiatan PSDHBM harus diikiuti dengan peremajaanuntuk melestarikan dan meningkatkan produktifitashutan.

    (2) Areal tak berhutan dan atau areal yang kondisi hutannyarusak harus dilakukan rehabilitasi hutan melaluipenanaman kembali dan atau pengayaan tanaman hutanoleh pemegang izin kegiatan PSDHBM.

    (3) Apabila dalam rehabilitasi hutan diterapkan tumpangsariharus disertai dengan usaha konservasi tanah olehpemegang izin kegiatan PSDHBM.

    (4) Setiap pemegang izin kegiatan PSDHBM wajibmelaksanakan pemeliharaan hutan di areal izinnya untukmeningkatkan produktivitas hutan dan menjagakelestarian ekosistem hutan.

    (5) Pemeliharaan hutan meliputi : penyiangan, pendangiran,pemupukan, penjarangan dan pemangkasan cabangpohon yang tidak produktif.

    Sosialisasi Peraturan Daerah 149

  • (6) Untuk mencegah erosi, tanah longsor dan gangguan tataair, dalam pemeliharaan hutan di areal sempadanwaduk/danau, sempadan mata air, sempadan sungai dansempadan jurang dilarang melakukan penebangan,penjarangan dan pembersihan lantai hutan.

    Bagian Kelima

    Perlindungan Hutan Pasal 22

    (1) Setiap pemegang izin kegiatan PSDHBM wajibmelaksanakan perlindungan hutan di areal kerjanyauntuk menjaga keutuhan kawasan hutan, kelangsunganmanfaat dan fungsi hutan secara maksimal dan pemba-tasan kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutanoleh manusia, hewan, hama, penyakit dan bencana alam.

    (2) Setiap orang dilarang melakukan pembakaran hutan. (3) Setiap orang dilarang melakukan perburuan, pengambil-

    an, pengangkutan dan jual beli satwa liar atau tumbuhanliar yang dilindungi dan atau bagian-bagiannya baikhidup maupun mati di areal izin kegiatan PSDHBM,kecuali hasil penangkaran.

    (4) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi seluruh upaya pencegahan dan penang-gulangan.

    Bagian Keenam

    Pungutan dan Pembagian Hasil Pasal 23

    (1) Pemegang izin kegiatan PSDHBM menyetor ProvisiSumber Daya Hutan (PSDH), Dana Reboisasi (DR),

    Sosialisasi Peraturan Daerah 150

  • retribusi dan leges sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    (2) Tata cara pemungutan, penyetoran dan pembagianpenerimaan retribusi dan leges sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

    (3) Penerimaan PSDH, DR, retribusi dan leges merupakanpenerimaan negara/daerah Sub Sektor Kehutanan.

    (4) Pemerintah Daerah mengenakan retribusi dan leges ataspelayanan proses perizinan, pengesahan rencana dan tatausaha hasil hutan sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD)sesuai dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

    Pasal 24 (1) Semua hasil bersih dari kegiatan PSDHBM meliputi hasil :

    produksi kayu, bukan kayu, pengambilan/pemanfaatanair, pengusahaan wisata alam, penangkaran flora danfauna yang tidak dilindungi serta hasil tanamantumpangsari dibagi untuk pemerintah kabupaten,pemerintah desa dan untuk pemegang izin kegiatanPSDHBM.

    (2) Pembagian hasil didasarkan pada kesepakatan antarapemegang izin kegiatan PSDHBM dengan pemberi izinkegiatan PSDHBM yang dituangkan dalam SuratPerjanjian Kerja sebagai lampiran dari Surat KeputusanPemberian Izin Kegiatan PSDHBM.

    (3) Bagian Pemerintah di bagi menjadi : a. Bagian Pemerintah Kabupaten 50% (lima puluh

    persen) dari penerimaan bersih. b. Bagian Pemerintah Desa 50% (lima puluh persen) dari

    penerimaan bersih. Sosialisasi Peraturan Daerah 151

  • (4) Pemungutan, penyaluran dan pengelolaan bagianpemerintah daerah dan desa tersebut dilaksanakan sesuaidengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    (5) Bagian penerimaan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1), (2) dan (3) merupakan Pendapatan Asli Daerah (PAD)dari Sub Sektor Kehutanan.

    B A B VII PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

    Bagian Kesatu Mekanisme Pembinaan dan Pengendalian

    Pasal 25 (1) Pemerintah Desa bekerjasama dengan Badan Perwakilan

    Desa, lembaga kemasyarakatan dan wakil dari pemegangizin kegiatan PSDHBM melakukan koordinasi, pem-binaan, pengawasan dan pengamanan kegiatan PSDHBM.

    (2) Pemerintah Desa bekerjasama dengan lembaga terkaitdalam menyelenggarakan penyiapan masyarakat,pelayanan perizinan, pelayanan tata usaha hasil hutan,penyuluhan, bimbingan teknis, fasilitasi, pengendalianteknis, pengawasan dan evaluasi terhadap pemegang izinkegiatan PSDHBM.

    (3) Pada akhir masa berlakunya izin sementara dan atau saatpengajuan izin tetap kegiatan PSDHBM dilakukanevaluasi terhadap keberhasilan pemenuhan seluruhkewajiban, dampak sosial dan ekonomi serta ekologi daripelaksanaan PSDHBM.

    (4) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)menjadi dasar pemberian izin tetap kegiatan PSDHBM,perpanjangan izin dan pemutusan izin kegiatanPSDHBM.

    Sosialisasi Peraturan Daerah 152

  • Bagian Kedua Tugas dan Fungsi

    Pasal 26 FKPSDHBM mempunyai tugas dan fungsi memberi masukankepada daerah dalam hal : a. Menyiapkan kebijakan operasional dan program

    PSDHBM; b. Perencanaan pembentukan wilayah kegiatan PSDHBM

    dan lokasi/areal PSDHBM; c. Seleksi peserta penyiapan masyarakat dan penilaian

    kesiapan masyarakat; d. Pemantauan, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan

    kegiatan PSDHBM; e. Telaahan dan kajian terhadap penyelenggaraan PSDHBM.

    Bagian Ketiga Pembentukan

    Pasal 27 (1) FKPSDHBM dibentuk pada tingkat Kabupaten, tingkat

    Kecamatan dan tingkat Desa/Kelurahan. (2) Pembentukan FKPSDHBM sebagaimana dimaksud dalam

    ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan : a. Bupati, bagi FKPSDHBM tingkat Kabupaten. b. Camat, bagi FKPSDHBM tingkat Kecamatan. c. Kepala Desa, FKPSDHBM tingkat Desa.

    Pasal 28 (1) Prosedur kerja FKPSDHBM ditetapkan dengan

    Keputusan Ketua FKPSDHBM.

    Sosialisasi Peraturan Daerah 153

  • (2) Ketua FKPSDHBM dapat membentuk Tim Kerja untukmenangani tugas-tugas tertentu.

    (3) Setiap tahun FKPSDHBM menyusun rencana kerja,melaksanakan kegiatan sesuai rencana kerja, melaksana-kan evaluasi dan membuat dan menyampaikan laporankepada pejabat yang menetapkan FKPSDHBM sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2).

    BAB VIII PENYIDIKAN

    Pasal 29 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan

    Pemerintah Daerah diberikan wewenang khusus sebagaipenyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidanadibidang kegiatan PSDHBM sebagaimana dimaksuddalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentangHukum Acara Pidana.

    (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) adalah :

    a. menerima, mencari, mengumpulkan dan menelitiketerangan atau laporan berkenaan dengan tindakpidana kegiatan PSDHBM agar keterangan ataulaporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

    b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keteranganmengenai kebenaran perbuatan yang dilakukan orangpribadi atau badan sehubungan dengan tindakpidana dalam kegiatan PSDHBM;

    c. meminta keterangan barang bukti dari orang pribadiatau badan sehubungan dengan tindak pidana dalamkegiatan PSDHBM;

    Sosialisasi Peraturan Daerah 154

  • d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen

    lain sehubungan dengan tindak pidana dalamkegiatan PSDHBM;

    e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkanbarang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadapbarang bukti tersebut;

    f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangkapelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dalamkegiatan PSDHBM

    g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorangmeninggalkan ruangan atau tempat pada saatpemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksaidentitas seseorang atau dokumen yang dibawasebagaimana yang dimaksud huruf c;

    h. memotret seseorang yang berkaitan tindak pidanadalam pelaksanaan PSDHBM untuk didokumen-tasikan;

    i. memanggil orang untuk didengar keterangan dandiperiksa sebagai tersangka atau saksi;

    j. menghentikan penyidikan. (3) Penyidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

    memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampai-kan hasil penyidikannya kepada penuntut umum sesuaidengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentangHukum Acara Pidana.

    B A B IX KETENTUAN SANKSI

    Pasal 30 (1) Setiap pemegang izin kegiatan PSDHBM yang melanggar

    Pasal 11 ayat (3) dikenakan sanksi berupa teguran

    Sosialisasi Peraturan Daerah 155

  • peringatan dan pem,berhentian sementara. (2) Setiap pemegang izin kegiatan PSDHBM yang melanggar

    Pasal 18 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), ayat (2), ayat (3) danayat (4), Pasal 21 ayat (1) dikenakan sanksipemutusan/pencabutan izin.

    Pasal 31 (1) Setiap pemegang izin kegiatan PSDHBM yang melanggar

    Pasal 11 ayat (3) dipidana dengan pidana kurunganpaling lama 6 (enam) bulan dan atau denda paling banyakRp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah)

    (2) Setiap orang yang melanggar Pasal 18 ayat (3), Pasal 20ayat (2), Pasal 21 ayat (6), Pasal 22 ayat (3) dipidanadengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan danatau denda paling banyak Rp. 25.000.000. (dua puluh limajuta rupiah).

    (3) Tindakan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2)adalah pelanggaran.

    B A B X

    KETENTUAN PERALIHAN Pasal 32

    Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka izin kegiatanPSDHBM yang telah dikeluarkan masih tetap berlaku sampaidengan berkahir masa berlaklunya izin.

    B A B XI

    KETENTUAN PENUTUP Pasal 33

    Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah inisepanjang pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut denganPeraturan Bupati.

    Sosialisasi Peraturan Daerah 156

  • Pasal 34 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannyadalam Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Timur.

    Ditetapkan di Selong pada tanggal 27 Juni 2006 BUPATI LOMBOK TIMUR

    Cap. t td. H.MOH ALI BIN DACHLAN

    Ditetapkan di Selong pada tanggal 27 Juni 2006 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

    Cap. t t d. LALU NIRWAN

    LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2006 NOMOR 6

    Sosialisasi Peraturan Daerah 157

  • P E N J E L A S A N

    A T A S

    PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2006

    T E N T A N G

    PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA HUTAN BERBASIS MASYARAKAT

    I. U M U M Dengan telah ditetapkannya Undang-Undang Nomor

    32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah danUndang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perim-bangan Keuangan antara Pemerintah dan PemerintahanDaerah, maka Pemerintahan Daerah mempunyai kewe-nangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawabuntuk mengatur dan mengurus daerahnya termasukdidalamnya pengelolaan hutan agar bermanfaat secaraberdaya guna, berhasil guna, seimbang dan berkelanjutandalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    Sebagai perwujudan dari pelaksanaan OtonomiDaerah yang nyata dan bertanggung jawab dalam upayauntuk melaksanakan program pembangunan makapengelolaan hutan yang berbasis masyarakat sebagaisuatu pola pengelolaan yang mengedepankan peranankomunitas sosial setempat dalam pengelolaan hutansebagai system penyangga kehidupan dan pembangunanyang berkelanjutan untuk mewujudkan kesejahteraanmasyarakat dengan memanfaatkan sumber daya hutanpada kawasan hutan produksi dan hutan lindung.

    Sosialisasi Peraturan Daerah 158

  • Berkaitan dengan pengelolaan sumber daya hutansesuai kewenangan yang ada, perlu ditetapkan polapengelolaan yang mengedepankan peranan socialsetempat sebagai penerima manfaat utama dari sumberdaya hutan yang pelaksanaannya perlu diatur dandikendalikan agar mematuhi kaidah-kaidah pengelolaanhutan sehingga tercapai tujuan yang ditetapkan. Gunamengantisipasi hal tersebut diatas Pemerintah kabupatenLombok Timur menetapkan Peraturan Daerah tentangPedoman Pengelolaan Sumber Daya Hutan BerbasisMasyarakat (PSDHBM).

    II. PASAL DEMI PASAL

    Pasal 1 Cukup jelas

    Pasal 2 Cukup jelas

    Pasal 3 Ayat (1)

    Cukup jelas Ayat (2)

    Cukup jelas

    Pasal 4 Ayat (1)

    Cukup jelas Ayat (2)

    Cukup jelas

    Pasal 5 Ayat (1)

    Cukup jelas

    Sosialisasi Peraturan Daerah 159

  • Ayat (2) Cukup jelas

    Ayat (3) Cukup jelas

    Ayat (4) Cukup jelas

    Ayat (5) Cukup jelas

    Ayat (6) Cukup jelas

    Pasal 6 Cukup jelas

    Pasal 7 Ayat (1)

    Cukup jelas Ayat (2)

    Cukup jelas Ayat (3)

    Cukup jelas

    Pasal 8 Ayat (1)

    Cukup jelas Ayat (2)

    Cukup jelas Ayat (3)

    Cukup jelas

    Pasal 9 Ayat (1)

    Cukup jelas

    Sosialisasi Peraturan Daerah 160

  • Ayat (2) Cukup jelas

    Ayat (3) Cukup jelas

    Pasal 10 Ayat (1)

    Cukup jelas Ayat (2)

    Cukup jelas

    Pasal 11 Ayat (1)

    Cukup jelas Ayat (2)

    Cukup jelas Ayat (3)

    Cukup jelas Ayat (4)

    Cukup jelas

    Pasal 12 Ayat (1)

    Cukup jelas Ayat (2)

    Cukup jelas Ayat (3)

    Cukup jelas

    Pasal 13 Ayat (1)

    Cukup jelas Ayat (2)

    Cukup jelas

    Sosialisasi Peraturan Daerah 161

  • Ayat (3) Cukup jelas

    Ayat (4) Cukup jelas

    Ayat (5) Cukup jelas

    Ayat (6) Cukup jelas

    Ayat (7) Cukup jelas

    Ayat (8) Cukup jelas

    Ayat (9) Cukup jelas

    Pasal 14 Ayat (1)

    Cukup jelas Ayat (2)

    Cukup jelas Ayat (3)

    Cukup jelas

    Pasal 15 Ayat (1)

    Cukup jelas Ayat (2)

    Cukup jelas

    Pasal 16 Ayat (1)

    Cukup jelas

    Sosialisasi Peraturan Daerah 162

  • Ayat (2) Cukup jelas

    Pasal 17 Cukup jelas

    Pasal 18 Ayat (1)

    Cukup jelas Ayat (2)

    Cukup jelas Ayat (3)

    Cukup jelas

    Pasal 19 Ayat (1)

    Cukup jelas Ayat (2)

    Cukup jelas Ayat (3)

    Cukup jelas

    Pasal 20 Ayat (1)

    Cukup jelas Ayat (2)

    Cukup jelas

    Pasal 21 Ayat (1)

    Cukup jelas Ayat (2)

    Cukup jelas Ayat (3)

    Cukup jelas

    Sosialisasi Peraturan Daerah 163

  • Ayat (4) Cukup jelas

    Ayat (5) Cukup jelas

    Ayat (6) Cukup jelas

    Pasal 22 Ayat (1)

    Cukup jelas Ayat (2)

    Cukup jelas Ayat (3)

    Cukup jelas Ayat (4)

    Cukup jelas

    Pasal 23 Ayat (1)

    Cukup jelas Ayat (2)

    Cukup jelas Ayat (3)

    Cukup jelas Ayat (4)

    Cukup jelas

    Pasal 24 Ayat (1)

    Cukup jelas Ayat (2)

    Cukup jelas Ayat (3)

    Sosialisasi Peraturan Daerah 164

  • Cukup jelas Ayat (4)

    Cukup jelas Ayat (5)

    Cukup jelas

    Pasal 25 Ayat (1)

    Cukup jelas Ayat (2)

    Cukup jelas Ayat (3)

    Cukup jelas Ayat (4)

    Cukup jelas

    Pasal 26 Cukup jelas

    Pasal 27 Ayat (1)

    Cukup jelas Ayat (2)

    Cukup jelas

    Pasal 28 Ayat (1)

    Cukup jelas Ayat (2)

    Cukup jelas Ayat (3)

    Cukup jelas

    Sosialisasi Peraturan Daerah 165

  • Pasal 29 Ayat (1)

    Cukup jelas Ayat (2)

    Cukup jelas Ayat (3)

    Cukup jelas

    Pasal 30 Ayat (1)

    Cukup jelas Ayat (2)

    Cukup jelas

    Pasal 31 Ayat (1)

    Cukup jelas Ayat (2)

    Cukup jelas Ayat (3)

    Cukup jelas

    Pasal 32 Cukup jelas

    Pasal 33 Cukup jelas

    Pasal 34 Cukup jelas

    TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

    NOMOR 5

    Sosialisasi Peraturan Daerah 166

  • Sosialisasi Peraturan Daerah 167