Pemeriksaan Tht

26
PENUNTUN CARA PEMERIKSAAN PENUNTUN CARA PEMERIKSAAN TELINGA-HIDUNG-TENGGOROKAN TELINGA-HIDUNG-TENGGOROKAN Oleh: Oleh: Dr. Dr. Olivia Pelealu,SpTHT-KL Olivia Pelealu,SpTHT-KL Bagian THT-KL Bagian THT-KL Fakultas Kedokteran Unsrat Fakultas Kedokteran Unsrat RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado

description

er

Transcript of Pemeriksaan Tht

  • PENUNTUN CARA PEMERIKSAAN
    TELINGA-HIDUNG-TENGGOROKAN

    Oleh:

    Dr. Olivia Pelealu,SpTHT-KL

    Bagian THT-KL

    Fakultas Kedokteran Unsrat

    RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado

    *

  • Pemeriksaan Telinga

    Yang diperiksa bgn luar telinga : auriculum, MAE, M.tympani bgn luar.AURICULUM, tdd: bgn bertulang rawan, bgn tdk bertulang rawan, helix dan antihelix, tragus, antitragus, concha,sulcus retroauricular.Anatomi abnormal :

    - kongenital:fistula auris kong, microtia

    - acquisita: trauma, radang, sikatriks,bloemkool ear

    - penykt: erisipelas, dermatitis sekunder,

    perikondritis, herpes zoozter otikus, othematoma.

    *

  • MAE, ad/ saluran tdk lurus, membentuk sudut tumpul ke anteroinferior.Lumen MAE, terbagi ke dlm 2 bgn :

    Bgn lateral : pars cartilago, berambut, mempunyai kelenjar sebacea dan serumen, cartilago.

    Bgn medial: pars osseus bgn dr os temporal, tidak berambut, tdpt penyempitan yang dsbt isthmus, tdk mobile thdp sekitar.

    Kelainan2:

    atresia- stenosis

    cerumen obturans- corpus alienum

    radang- tumor

    *

  • 45%

    15%

    5%

    35%

    Membran Timpani :

    Posisi : mbtk sudut 450 dng bdg horisontal-sagital

    tepi bwh terletak 6 mm medial dr tepi atas.

    pd by

  • Patologi Membran Timpani

    1. Perubahan warna :

    a. merah : (hiperemis),pemb.darah mjd lbh banyak dan

    jelas, jg pemb.darah yg radier.

    b. hitam : fungi (jamur)

    c. kuning : fungi (jamur) atau obat tetes telinga

    d. putih : fungi (jamur) atau accidum baricum pulvuratum

    2. Perubahan posisi :

    a. retraksi : manubr.malei lbh pendek & lbh horizontal,

    ref.cahaya berubh bntuk at hilang, proc.brevis menonjol.

    b. bombans : mmbran terdesak ke lateral,cembung, merah

    3. Perubahan struktur :

    Perforasi, ruptura, sikatriks, granulasi.

    *

  • TEKNIK MEMERIKSA LUBANG TELINGA

    Memeriksa dng Lampu

    1.Px MAE dan MT dng lampu 6 volt

    2.Posisi lampu medial mata & sedekat mgkn pd pupil, proyeksi tabung medial proyeksi cahaya yg diameter 1cm,&singgung menyinggung

    3.Cara duduk : pdrt ddk di muka px, lutut kiri msg2 berdempet, kepala dipegang dng ujung jari.

    4.Cara pegang telinga: kanan : dipegang dng tangan kiri, auriculum ditarik ke posterosuperior dipegang dng jari I,II sdgkn jari III,IV,V pd mastoid

    kiri : auriculum diantara jari II dan III sdgkn jari IV dan V pd mastoid.

    5. Alat2 pembantu : spekulum telinga (untuk menyingkirkan rambut-rambut dan melebarkan MAE, dimasukkan dng gerak memutar), loupe berkekuatan 10 D, Watten drager (pemintal kapas), kapas dan lampu spritus.

    *

  • Pemeriksaan dengan Kaca Kepala (Reflektor) :

    Prinsip : kaca kepala mrpkn kaca cekung dng titik fokus 15-20 cm yg dikaitkan pd kepala. Dokter melihat melalui lubang yg ada di tengah kaca dengan mata kiri (mata terdekat dng sumber cahaya).

    Sumber cahaya :lampu 40 watt yg diberi selubung berlubang, terletak di kanan pdrt, shg kedua mata pemeriksa tltk di belakang bayangan kaca kepala.

    Keuntungan: poros mata dan poros berkas cahaya saling berimpitan, artinya yg dilihat reflektor dilihat pula oleh mata pemeriksa.

    4. Kerugian: sudut antara poros mata dan poros berkas cahaya harus konstan.

    *

  • PEMERIKSAAN HIDUNG DAN SINUS PARANASALIS

    Anatomi

    Batang Hidung : Terdiri atas :

    1. Bgn keras (kranial) : os nasalis, proc.frontalis os

    maxilaris.

    2. Bgn lunak (kaudal) : cartilago nasi lateral & cartilago

    alaris, kulit dihubungkan dng pericondrium o/jar.ikat

    keras. Dlm vestibulum nasi didapatkan vibrissae.

    II. Septum Nasi, menopang dorsum nasi dan membagi 2 cavum nasi, tdd 2 bagian :

    1. Bgn posterior tdd os vomer & lamina perpendicularis

    os ethmoidalis.

    2. Bgn anterior tdd cartilago quadrangularis.

    Di masa cranium dlm pertumbuhan, bgn2 septum tdk sama kec pertmbuhan, akbtnya :

    - Septum letak miring, deviasi septi

    - Septum bengkok dng pembntkn cristadan spina septi.

    *



  • III. Cavum Nasi, batas-batasnya :
    a.Medial : Septum Nasi
    b.Lateral: dng ddg lateral dimana tdpt concha (superior,
    medius, inferior) dan meatus nasi (superior, medius,
    inferior).
    c.Anterior: introitus cavum nasi yg berhub dng dunia luar
    mll vestibulum. Peralihan vestibulum ke dlm cavum nasi
    disebut limen nasi.
    d.Posterior: dengan choane (ka/ki)
    e.Superior: lamina cribosa os ethmoidalis
    f.Inferior: palatum durum.
    Permukaan dalam seluruhnya dilapisi dng mukosa. Mukosa pd septum ternyata lbh anterior drpd concha inferior. Sdgkn mukosa dkt atap cavum nasi (medial & lateral) mengandung epitel olfaktorius.

    *

  • IV. Sinus Parasanalis, tdpt 2 kelompok paranasalis :

    Kelompok anterior : sinus maxilaris, sinus frontalis dan

    sinus ethmoidalis anterior. Ostia bermuara dlm meatus nasi medius.

    2. Kelompok posterior : tdd sinus ethmoidalis post & sinus sphenoid. Ostia dr ke2 sinus ini bermuara ps meatus nasi inferior.

    Pus yg berasal dr sinus kelompok anterior akan mengalir ke dlm vestibulum nasi, sdgkn yg berasal dr kelompok posterior mengalir ke dlm faring (post nasal drips).

    JENIS-JENIS PEMERIKSAAN HIDUNG

    Px luar2. Rhinoskopi anterior

    3. Rhinoskopi posterior4. Transiluminasi

    5. Pemeriksaan radiologi6. Punksi percobaan

    7. Biopsi8. Px lab.

    *

  • Pemeriksaan Luar

    Inspeksi, perhatikan hal2 sbb :

    - Perubahan kerangka dorsum nasi (lebar, miring saddle

    nose, lorgnet nose).

    - Luka-luka- Warna kulit

    - Edema- Sulcus nasolabialis

    - Bibir atas (maserasi, sekresi kronis oleh sinusitis).

    2. Palpasi

    a.Dorsum nasi : krepitasi, os nasal menonjol/jatuh

    b.Ala nasi : Nyeri tekan pd furunkel vestibulum nasi

    c.Regio frontalis, tekanan thdp sinus frontalis dengan ibu jari, ke arah

    mediosuperior dng tenaga optimal kanan = kiri (simetris).Interpretasi

    hanya ada nilai bila terdapat perbedaan reaksi. Jangan menekan pd

    regio supra orbitalis !!

    d.Fossa Canina, thd sinus maxilaris, syarat serta penilaian idem.

    3.Perkusi, bila palpasi menimbulkan Rx yg hebat, maka dpt diganti dengan perkusi. Syarat palpasi juga berlaku pada perkusi.

    *

  • RHINOSKOPI ANTERIOR

    Perlu : alat khusus (Speculum hidung HATMANN) dan alat tambahan (pinset anguler atau bayonet, kapas & larutan tetracain efedrin 1%).

    Pemakaian Spekulum :

    a.Spekulum dipegang dng tangan kiri, dng posisi horisontal, tangkai di

    lateral, mulut spekulum di medial

    b.Spekulum dimasukkan dlm keadaan tertutup ke dlm vestibulum, tdk

    melewati limen nasi (batas vestibulum & cavum nasi).

    c.Sesudah spekulum dimasukkan, mulut spekulum dibuka pelan-pelan

    d.Selesai px, spekulum dikeluarkan dng mulut spekulum dlm keadaan

    sdkt terbuka. Kalau ditutup dpt menjepit&menarik vibrissae.

    Tahap-tahap pemeriksaan:

    a.Px vestibulum nasi: diperhatikan bibir atas(maserasi), pinggir lubang

    hidung (krusta,merah) dan posisi septum nasi (dorong apex nasi dng

    ibu jari ke atas). Bgn dlm vestibulum dipx dng spekulum yi dng dorong

    spekulum ke lat,med,sup&inf. Phtkn apakah ada sekret,krusta,bisul.

    b.Px cavum nasi bgn bwh:arahkan sinar lampu ke dlm cavum nasi, shg

    sejajar dng concha inf,kmd phtkn:wrn mukosa(hiperemis,kebiruan),

    besar lumen & concha inf (udem,hipertrofi,atrofi), lantai cavum nasi, dan

    septum (deviasi, crista, spina).

    *

  • c.Px fenomena Palatum Molle

    sinar lampu arahkan ke ddg belakang nasofaring, normal nasofaring

    terlihat terang benderang,ok arah sinar tegak lurus thd ddg nasofaring.

    Pdrt disuruh ucapkan iiiiii dan fenomena (+) bila:

    - wkt mengucapkan iii tlht pal.mole bergerak ke atas & tmpk bayangan

    gelap bergerak naik

    - selesai mengucapkan iii pal.mole bergerak ke bwh, sbg benda gelap

    yg menghilang ke bwh.

    Fenomena pal.mole dikatakan(-) bila tdk ditemukan hal di atas,pada:

    - paralisis pal mole (post difteri)- spasme pal.mole(abses peritonsil)

    - sikatriks (sifilis,post tonsilektomi)- Tumor nasofaring(ca,abses).

    d.Px cavum nasi bgn atas : arahkan sinar lampu ke cavum nasi bgn atas

    phtkn: - caput concha media- meatus medius: pus,polip

    - septum (mukosa,posisi)- fisura olfaktorius

    e.Px septum nasi : perhatikan adanya deviasi, spina, crista

    *

  • Rhinoskopi Posterior

    Ide px: menyinari choana & ddg nasofaringdng sinar yg dipantulkan cermin yg ditempatkan pada nasofaring.

    Syarat :

    Ada tempat cukup lebar utk menempatkan kaca. Utk itu lidah ditarik ke dlm mulut & ditekan ke bwh dng spatel lidah.

    Hrs ada jln ckp lebar antara uvula dan ddg faring, agar chy yg dipantulkan o/ kaca dpt masuk ke dlm nasofaring. u/ itu pdrt diminta bernafas lwt hidung, shg pal.mole bergerak ke bwh.

    Alat : Kaca bertangkai kecil, spatula penekan lidah, lampu spritus, tetracaine 1%.

    Teknik Px:

    Pd pdrt sngt sensitif kira2 5 menit sblm px, ke dlm faring diteteskan 10 tts lar tetracaine 1% (atau xylocaine spray). Spatula lidah dipegang dng tangan kiri, sdgkn kaca bertangkai dng tangan kanan.

    Punggung kaca bertangkai terlbh dahulu dipanaskan pd lampu spritus. Kmdn temperatur kaca di px dng menekankan pd bgn dorsal tangan kiri.

    Tangkai kaca dipegang spt memegang potlot dng kaca mnghdp atas.

    Pdrt buka mulut lebar2,lidah tetap dlm mulut, bernapas via hidung.

    Spatula diletakkan pd paramedial kanan lidah, ujung spatula ditempatkan sdkt melewati punggung lidah di depan uvula.

    *

  • 5. Lidah ditekan ke bawah,shg diperoleh tempat ckp luas utk menempatkan kaca.

    6. Kaca dimasukkan dan ditempatkan di antara faring & pal.mole dng tuntunan spatula lidah.

    7. Sinar lampu diarahkan pada kaca.

    Tahap-Tahap Pemeriksaan :

    Px bgn kanan penderita : pertama perhatikan margo post septum nasi pada tengah kaca. Tangkai kaca diputar ke kanan,shg tampak concha. Concha yg plg besar a/ cauda concha media. Jg diperhatikan cauda concha sup, meatus sup & meatus medius.

    Memeriksa bagian kiri penderita : tangkai kaca diputar ke medial, tampak margo post septum nasi, kmdn tangkai kaca diputar terus ke kiri shg berturut-turut terlihat choana kanan & tuba kanan.

    Memeriksa atap nasofaring : mula2 tangkai kaca diputar kembali ke medial, shg terlihat lg margo post septum nasi. Ssdh itu tangkai kaca dinaikkan sdkt at kaca direndahkan

    Memeriksa cauda concha inferior : tangkai kaca direndahkan atau kaca dinaikkan, biasanya cauda concha inferior tak dpt dilihat, kec mengalami hipertrofi, bentuknya seperti murbei.

    *

  • Perhatikan :

    Radang : pus dr meatus nasi medius at superior, ada adenoiditis, ulserasi ddg nasofaring.

    Tumor :carcinoma pd fossa rosenmuleri, polip

    Kesulitan-Kesulitan :

    Dari pihak dokter :

    a.Menekan lidah hendaknya dng tenaga optimal. Terlalu kuat sakit, kurang kuat faring belum terlihat.

    b.Spatula diletakkan pd daerah optimal. Cukup luas buat kaca dan tdk timbul refleks muntah. Terlalu jauh ke radix lingua timbul muntah, terlalu dkt gigi lidah terangkat shg tidak ada tempat untuk kaca.

    c.Diusahakan ujung spatula tetap pd tempatnya. Fiksasi spatula dpt dilaksanakan dng mmgang spatula dng ibu jari dibwh spatula, jari II&III diatas spatula, jari IV diatas dagu, jari V di bwh dagu.

    2.Dari pihak penderita :

    a.Bernapas dr hidung dng mulut terbuka.

    b.Refleks muntah yg kuat.

    *

  • PEMERIKSAAN MULUT & FARING
    A.Anatomi

    Mulut

    Palatum Mole : uvula terletak median dng axis mengarah ke bwh vertikal. Pinggir kanan dan kiri konkaf. Pd wkt mengucapkan aaa pal.mole secara simetris.

    Tonsil : Tdd jaringan limfoid. Pd radang, ditemukan banyak detritus (tdd leukosit, epitel rusak, bakteri mati), yg tampak sbg bintik-bintik putih pd permukaan tonsil. Batas-batas tonsil:

    Depan : arcus palatoglossus/anterior

    Belakang : arcus palatofaringeus/posterior

    Lateral : ruangan peritonsiler berisi jar.ikat longgar dan M.constrictor faringeus medius.

    4.Faring : tdpt jar limfoid pd ddg belakang faring (granula) dan ddg lateral (lateral band), yg merupakan bgn dr lingkaran Waldeyer,yg tdd:

    a.Tonsila palatinab. Tonsila lingualis

    c. Adenoidd. Lateral band

    Diantara uvula dan ddg faring tdpt ruangan. Ruangan ini menghilang pd abses retrofaringeal, dimana uvula bersentuhan dng ddg faring.

    *

  • 5. Refleks Muntah

    bila ddg faring disentuh, akan tjd kontraksi m.constrictor faringeus medius, diperhatikan :

    Faring : ddg belakang akan tertarik ke depan, sdgkn ddg lateral tertarik ke medial, shg lumen faring menghilang.

    Tonsil : terdorong keluar dari fosa tonsilaris ke arah medial, axis diputar dari frontal mjd sagital. Akibat lumen faring tak nampak, kec ke2 tonsila palatina sangat besar.

    PEMERIKSAAN MULUT

    Inspeksi : phtkn ada rhinolalia. Rhinolalia oklusa disebbkan obstruksi nasi/nasofaring/adenoid besar, rhinolalia aperta tjd krn jln dr orofaring ke nasofaring msh terbuka, hal amna dijumpai pd palatoschiziz dan paralisis pal.mole. Phtkn juga : ptyalismus, parese N VII, ulkus pada mukosa/gingiva, gigi & geraham, lidah (atrofi, aphtae, parese N XII), palatum durum yang mungkin bengkak.

    Palpasi : jng dilupakan bila ada ulkus pada lidah ?

    Perkusi : pada gigi&geraham.

    *

  • Pemeriksaan Tonsil dan Faring

    Teknik : mulut dibuka lebar2, lidah tetap di dalam dlm keadaan relaks, lidah ditekan dng spatula ke bwh pd bgn medial, pdrt tetap bernafas lwt hidung. Pdrt tidak blh menahan nafas, sbb faring dapat mengecil atau timbul refleks muntah. Waktu ekspirasi mengucapkan huruf h dan bukan cha sbb lidah bisa terangkat ke atas.

    Memeriksa Tonsil :Lidah ditekan pd anterior tonsil shg tampak pool bwh tonsil. Dng spatula lain menekan arcus anterior ke lateral ke arah jaringan peritonsil. Normal tonsil terdesak ke luar dari fosa tonsilaris.

    Patologi tonsil :

    - Tonsilitis akut- Tonsilitis kronik

    - Aphtae- Abses peritonsiler

    - Difteri- Angina plaut vincent

    - Radang spesifik- tumor

    - Korpus alienum- Sikatriks

    4. Patologi faring :

    - Faringitis akut- Faringitis kronik

    - Aphtae- Radang spesifik

    - Sikatriks- Korpus alienum

    *

  • Memeriksa Parese/Paralisis

    Normal:waktu istirahat uvula di tengah dan vertikal, konkavitas pal.mole simetris. Pd saat mengucapkan aaee, terangkat ke atas tetapi tetap simetris. Gerakan di atas tjd o/kerja m.levator veli palatini (gerak ke atas) dan m.tensor veli palatini (ke lateral).

    Parese/paralise : bilateral wkt istirahat normal, wkt mengucapkan aaa tdk terangkat, mengucapkan eee bergerak sdkt, faktor penyebab post difteri. Unilateral wkt istirahat normal, mengucapkan aaaeee uvula dan konkavitas tertarik ke arah sehat/ tdk simetris. Penyebab tumor maligna nasofaring, parese n.X.

    Faring normal disentuh : refleks muntah/sensitif. Bila ada parese bilateral, tampak tumpukan saliva dan tidak ada gerakan otot. Pada perese unilateral, disentuh menyebabkan gerakan pada sisi yang sehat.

    *

  • PEMERIKSAAN LARING :

    Terdiri atas :

    Px dr luar : inspeksi/palpasi

    Laringoscope inderect : dengan kaca laring

    Laringoscope direct : bgn dr pemeriksaan endoskopi.

    Px radiologis

    Pemeriksaan dari Luar :

    a.Inspeksi, phtkn : warna, keutuhan kulit, pembengkakan.

    b.Palpasi, phtkn : kerangka laring, pembengkakan, susunan abnormal.

    LARINGOSCOPE INDIRECT :

    Ide px: laring disinari dengan cahaya yang dipantulkan o/kaca yg ditempatkan dlm faring.

    Syarat:

    Ada jln lebar u/cahaya yg dipantulkan. Lidah hrs dikeluarkan shg radix akan bergerak ke depan.

    Harus ada jln luas buat kaca & kaca tdk blh ditutupi dengan uvula. u/ itu pdrt bernafas dr mulut, uvula bergerak ke atas.

    *

  • Tahap Pemeriksaan :

    Px radix lingua, epiglotis dan sekitarnya.

    Px lumen laring dan rima glotis

    Px bagian yang letaknya kaudal rima glotis.

    Alat-ALat :

    Kaca laring besar3.Lampu spritus

    Larutan tetracaine4. Kain kasa dilipat

    Teknik :

    1.Pd faring sensitif, 10 menit sblm px diteteskan larutan tetracaine

    2.Mulut dibuka lebar-lebar & pdrt bernafas lwt mulut.

    3.Pdrt mengeluarkan lidah panjang2.

    4.Bgn lidah diluar mulut dibungkus dng kain kasa & dipegang dng tangan kiri dng tenaga optimal. Terlalu kuat sakit, terlalu lemah mudah terlepas. Cara pegang lidah jari I di atas lidah, jari III di bwh lidah, jari II menekan pipi pdrt ke dlm di antara gerham atas dan bawah.

    5.Kaca dipegang dengan tangan kanan (spt memegeng potlot) dng kaca mengarah ke bawah. Kaca dipanasi lampus spritus dan dikontrol di dorsal tangan kiri.

    *

  • 6. Kaca dimasukkan ke dalam faring di depan uvula, kalau perlu uvula didorong sdkt ke belakang dng punggung kaca.

    7. Kemudian kaca disinari.

    Hasil Pemeriksaan :

    Radix lingua, epiglotis dan sekitarnya.

    Lumen laring dan sekitarnya, pdrt mengucapkan iii panjang,nada tinggi.

    phtkn anatomi laring: epiglotis, plica ariepiglotica, sinus piriformis, chorda vocalis, arytenoid, plica ventricularis, comisura ant/post

    Phtkn patologi : Radang, ulserasi, edema, cairan, tumor, hipertrofi.

    Phtkn pergerakan normal dari :

    - Chorda vocalis ka/ki : stad.fonasi bergerak ke median bersama-sama,

    simetris, bertemu di grs median, bergetar o/tek udara dlm paru-paru.

    Stad.respirasi : ke-2 chorda vocalis bergerak ke lateral bersama-sama,

    gerakan simetris.

    - Arytenoid ka/ki :stad.Fonasi bergerak simetris ke median,stad.respirasi

    bergerak kembali ke lateral, simetris.

    Gerakan ke median o/gol adduktor, sdgkn gerakan ke lateral (abduksi) o/ gol.abduktor.

    *

  • Perhatikan gerakan abnormal :

    Paralisis adductor bilateral

    Paralisis adductor monolateral

    Paralisis abductor bilateral

    Paralisis abductor monolateral

    Kausa paralisis proses : kranium, leher, thorax, jantung, nefritis, diabetes, fiksasi arytenoid.

    Memeriksa trakhea : biasanya chorda vocalis hanya dapat dilihat pd stad.fonasi. Dlm stad. Respirasi lumen laring tertutup epiglotis.

    Kesalahan lazim dibuat dokter:

    Lidah pdrt ditarik keluar.

    Lidah dipegang terlalu keras

    Kaca menimbulkan refleks muntah.

    Kesulitan:

    Pihak dokter: mengadakan koordinasi yg baik pada tangan.

    Pihak pasien : nervous, mengucapkan huruf iii dng mulut terbuka dan lidah dikeluarkan.

    *

  • LARINGOSCOPE DIRECT

    Maksud : Melihat laring sec langsung tanpa kaca dengan perantaraan laringoscope.

    Alat :

    1.Endoscope model brunings, jackson, Mc.Intosh, Mc.Gill

    2.Sumber cahaya: Brunings proximal, jackson distal, lampu van Hassel.

    Teknik :

    Pdrt tidur terlentang di atas meja. Teteskan tetracaine 1% 10 menit sblm pemeriksaan.

    Pipa dimasukkan sampai introitus laring.

    Perbedaan : apa yg berada di kanan dokter adalah bagian kanan laring, sedangkan px dng kaca, apa yg terletak di sblh kanan dokter sebenarnya bagian kiri dari laring penderita.

    PEMERIKSAAN dengan X-FOTO :

    Indikasi pembuatan foto pada:

    Fraktur laring

    Ca laring, u/ melihat pasase, luas tumor, membuat laminografi.

    *

  • TERIMA KASIH

    *