Pemeriksaan Refraksi

14
Pemeriksaan Refraksi Subjektif dan Objektif 1. Pemeriksaan Visus Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan dengan memakai Snellen Chart atau dengan chart jenis lainnya. Jarak antara kartu Snellen dengan mata 6 meter.Tajam penglihatan diperiksa satu per satu, dengan mata kanan terlebih dahulu kemudian mata kiri. Tajam penglihatan adalah jarak kemampuan melihat seseorang, yang dinilai sebelum dan sesudah koreksi dengan cara menilai kemampuan melihat optotyp atau menghitung jari atau gerakan tangan. Tajam penglihatan dinyatakan dengan rasio pembilang dan penyebut, dimana pembilang merupakan jarak mata dengan kartu Snellen dan penyebut merupakan jarak dimana satu huruf tertentu dapat dilihat mata normal.Sebagai contoh, visus 6/6 berarti pada jarak 6 meter dapat melihat huruf yang seharusnya dapat dilihat pada jarak 6 meter.Dan visus 6/10 berarti pada jarak 6 meter hanya dapat melihat huruf yang seharusnya dapat dilihat pada jarak 10 meter. Visus 1/60 hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter, visus 1/300 hanya dapat melihat gerakan tangan pemeriksa pada jarak 1 meter, dan visus 1/∞ hanya dapat membedakan gelap dan terang saja. Cara pengukuran tajam penglihatan: 1

description

Ophtalmology

Transcript of Pemeriksaan Refraksi

Page 1: Pemeriksaan Refraksi

Pemeriksaan Refraksi Subjektif dan Objektif

1. Pemeriksaan Visus

Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan dengan memakai Snellen Chart

atau dengan chart jenis lainnya. Jarak antara kartu Snellen dengan mata 6

meter.Tajam penglihatan diperiksa satu per satu, dengan mata kanan terlebih

dahulu kemudian mata kiri. Tajam penglihatan adalah jarak kemampuan melihat

seseorang, yang dinilai sebelum dan sesudah koreksi dengan cara menilai

kemampuan melihat optotyp atau menghitung jari atau gerakan tangan. Tajam

penglihatan dinyatakan dengan rasio pembilang dan penyebut, dimana pembilang

merupakan jarak mata dengan kartu Snellen dan penyebut merupakan jarak

dimana satu huruf tertentu dapat dilihat mata normal.Sebagai contoh, visus 6/6

berarti pada jarak 6 meter dapat melihat huruf yang seharusnya dapat dilihat pada

jarak 6 meter.Dan visus 6/10 berarti pada jarak 6 meter hanya dapat melihat huruf

yang seharusnya dapat dilihat pada jarak 10 meter. Visus 1/60 hanya dapat

menghitung jari pada jarak 1 meter, visus 1/300 hanya dapat melihat gerakan

tangan pemeriksa pada jarak 1 meter, dan visus 1/∞ hanya dapat membedakan

gelap dan terang saja.

Cara pengukuran tajam penglihatan:

- Pemeriksaan dilakukan dengan monokuler (satu mata) dimulai dengan mata

kanan.

- Penderita/pasien diperintahkan untuk melihat obyek pada kartu Snellen dari

yang terbesar sampai dengan yang terkecil sesuai batas kemampuannya

dengan jarak antara pasien dan kartu Snellen 5-6 meter tergantung pada kartu

Snellen yang dipakai.

- Bila pasien tidak dapat melihat huruf yang terbesar (dengan visus 6/60) maka

dilakukan dengan carafinger counting yaitu menghitung jari pemeriksa pada

jarak 1 meter sampai 6 meter dengan visus 1/60 sampai 6/60.

- Bila tidak dapat melihat jari dari jarak 1 meter maka dilakukan dengan cara

hand movement dengan visus 1/300. Pasien harus dapat menentukan arah

gerakan tangan pemeriksa.

1

Page 2: Pemeriksaan Refraksi

- Bila dengan hand movement tidak dapat juga, dilakukan dengan cara

penyinaran dengan pen light pada mata pasien, dikenal dengan istilah Light

Perception.

- Light Perception dinyatakan dengan visus 1/∞ proyeksi baik, bila pasien

masih dapat menentukan datangnya arah sinar dari berbagai arah (6 arah)

- Bila pasien tidak dapat menentukan arah datangnya sinar maka visusnya 1/∞

proyeksi buruk.

- Pasien dinyatakan buta total (visus 0) kalau pasien tidak dapat menentukan

ada atau tidak ada sinar (No Light Perception)

- Visus pasien adalah baris terkecil yang dapat dilihat dengan benar semuanya

tetapi baris dibawahnya tidak bisa terbaca. Contoh: visus 6/18.

- Apabila pasien bisa melihat huruf pada baris tersebut tetapi ada yang salah,

dinyatakan dengan f, contoh dapat membaca baris 6/18 tetapi terdapat satu

kesalahan, maka visus 6/18 f1.

- Kesalahan jumlahnya tidak boleh sampai ½ dari jumlah huruf yang ada di

baris tersebut.

- Kalau jumlah kesalahan ½ atau kebih maka visusnya menjadi visus di baris di

atasnya.

Gambar : Berbagai macam chart untuk pemeriksaan visus

2

Page 3: Pemeriksaan Refraksi

2. Pemeriksaan Refraksi

Penyebab penglihatan yang buram yang dikeluhkan oleh pasien dapat

berupa kelainan refraksi atau bukan, misalnya terdapat gangguan pada nervus

optikus. Tes Pin Hole dilakukan untuk membedakan apakah gangguan

disebabkan oleh refraksi atau bukan.

Cara pemeriksaannya adalah sebagai berikut :

1. Pasien diminta duduk dengan jarak yang ditentukan (umumnya 6 meter

atau 20 kaki) dari kartu pemeriksaan.

2. Tutup mata yang akan diperiksa dengan okluder Pin Hole, bila

berkacamata, pasang koreksi kacamatanya.

3. Langkah selanjutnya sama dengan pemeriksaan tajam penglihatan.

4. Catat sebagai tajam penglihatan pin hole.

Teknik pemeriksaan refraksi terdiri dari teknik pemeriksaan secara subjektif dan objektif.

a. Pemeriksaan Refraksi Subjektif

Teknik pemeriksaan refraksi subjektif tergantung kepada respon pasien dalam

menentukan koreksi refraksi.

1) Pemeriksaan trial and error

Cara melakukan pemeriksaan trial and error pada pasien adalah sebagai

berikut :

Pasien tetap duduk pada jarak 5 atau 6 meter dari Snellen chart.

Pada mata dipasang trial frame.

Satu mata ditutup dengan okluder.

Dimulai pada mata sebelah kanan terlebih dahulu

Dipasang trial lens, tergantung dari jarak berapa pasien mulai tidak

bisa membaca Snellen chart (+/- 2, +/- 1, +/- 0.5, +/- 0.25) dan dari

kejernihan pasien melihat tulisan Snellen chart (lensa +/-)

3

Page 4: Pemeriksaan Refraksi

Pasien membaca mulai dari huruf terbesar sampai terkecil, ubah lensa

sampai huruf pada jarak 5/5 dapat dibaca dengan jelas, jika lensa

negatif (-) pilih lensa yang negatif terkecil yang dapat melihat huruf

pada jarak 5/5, dan jika lensa positif, maka di pilih positif yang

terbesar yang bisa melihat huruf pada jarak 5/5.

Lakukan hal yang sama pada mata kiri

Interpretasikan

2) Pemeriksaan dengan Jackson Cross Cylinder dan Astigmat Dial.

Penentuan koreksi astigmatisma lebih kompleks berbagai jenis

teknik pemeriksaan refraksi subjektif dapat dilakukan. Jackson cross

cylinder adalah alat yang paling sering digunakan dalam menentukan

koreksi astigmatisma. Alat pegangan ini terdiri dari 2 lensa silindris

dengan kekuatan 1 minus dan 1 plus.

Gambar : Jackson Cross Cylinder.

Astigmat dial adalah tes menggunakan chart dengan garis – garis

yang tersusun secara radial yang digunakan untuk menentukan aksis dari

astigmatisma.

Berikut merupakan langkah – langkah yang dilakukan dalam

pemeriksaan dengan menggunakan astigmat dial :

Ketajaman visus dipertahankan dengan menggunakan sferis.

Lakukan fogging atau pengaburan pada mata kurang lebih 20/50

dengan menambahkan sferis positif.

4

Page 5: Pemeriksaan Refraksi

Minta pasien untuk memperhatikan garis pada astigmat dial yang

paling tajam dan hitam.

Tambahkan silinder minus dengang axis tegak lurus kea rah garis

yang paling hitam dan tajam tersebut hingga garis terlihat sama.

Kurangi sferis positif atau tambahkan minus hingga ketajaman visual

yang terbaik diperoleh pasien dengan menggunakan chart.

b. Pemeriksaan Refraksi Objektif

Dilakukan dengan retinoskopi. Seberkas cahaya yang dikenal sebagai

intercept, diproyeksikan ke mata pasien untuk menghasilkan pantulan

berbentuk sama, yang disebut refleks retinoskopik di pupil. Kesejajaran

antara intercept dan refleks retinoskopik menandakan hanya ada kelainan

sferis, atau terdapat kelainan silindris tambahan dengan intercept yang

bersesuaian dengan salah satu meridian utama.

1) Retinoskopi

Retinoskopi adalah teknik untuk menentukan obyektif kesalahan

bias mata (rabun dekat, rabun jauh, Silindris) dan kebutuhan untuk

kacamata. Tes cepat, mudah, akurat dan membutuhkan kerjasama

minimal dari pasien.

Ketika cahaya tersebut akan dipindahkan secara vertikal dan

horizontal di mata, pemeriksa mengamati gerakan refleks merah dari

retina. Pemeriksa kemudian meletakkan lensa di depan mata sampai

gerakan dinetralkan. Kekuatan lensa yang diperlukan untuk menetralkan

gerakan adalah kesalahan bias mata dan menunjukkan kekuatan lensa

yang diperlukan untuk mengoptimalkan penglihatan dengan kacamata dan

/ atau lensa kontak (practical opth)

5

Page 6: Pemeriksaan Refraksi

Gambar : Retinoskopi menghasilkan pantulan cahaya pada saat pemeriksaan

Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada anak-anak, orang yang tidak

dapat membaca, karena tidak dibutuhkan kerjasama dengan penderita.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan tepat, dilakukan di

dalam kamar gelap. Jarak pemeriksa dengan penderita 1 meter. Sumber

cahaya terletak di atas penderita agk kebelakang supaya muka penderita

dalam keadaan gelap. Cahayanya ditujukan pada pemeriksa yang

memegang cermin, oleh cermin ini cahaya dipantulkan kearah pupil

penderita sehingga pemeriksa melalui lubang yang terdapat di tengah-

tengah cermin dapat melihat reflek fundus di pupil penderita. Kemudian

cermin digerak-gerakkan, perhatikan gerakan dari reflek fundus pada

mata penderita.

Arah gerak cermin sama dengan arah gerak reflek fundus

didapatkan pada hipermetrop, emetrop, myopia kurang dari 1 D. Gerak

reflek fundus yang berlawanan dengan arah gerak cermin didapatkan pada

myopia lebihdari 1 D.

Selain geraknya juga perhatikan terangnya, bentuknya, dan

kecepatan gerak dari reflek fundus. Reflek yang terang, pinggirnya yang

tegas dan gerak cepat menunjukkan kelainan reflek yang ringan. Bila

refleknya suram, pinggirnya tidak tegas dan geraknya lamban, didapatkan

pada kelainan refraksi yang tinggi. Bila pinggirnya tegak, tanda ada

astigmatisme. Sedangkan pada hipermetrop, miop, atau emetrop

mempunyai pinggir yang melengkung (crescentie).

Kemudian di depan mata penderita diletakkan lensa koreksinya,

yang dapat menimbulkan gerakan yang sebaliknya, pada jarak 1 meter.

Untuk jarak tak terhingga, perlu ditambahkan lagi -1 D untuk semua hasil

pemeriksaan akhir .Jadi untuk myopia menjadi bertambah kuat 1 D

sedangkan pada hipermetrop berkurang 1 D.

Contoh :

a. Kalau dengan cermin dari retinoskop didapatkan reflex yang bergerak

berlawanan dengan arah gerak cermin, jadi myopia lebihdari 1 D,

dengan -1D, masih berlawanan geraknya, juga dengan -2 D, tetapi 6

Page 7: Pemeriksaan Refraksi

dengan -2,5 D timbul gerak yang berlawanan, dengan gerak yang

pertama, maka koreksinya adalah (-2,5) + (-1) = -3,5 D.

b. Dengan cermin retinoskop didapatkan reflek yang bergerak sama

dengan arah gerak cermin. Mata penderita mungkin hipermetrop,

emetrop atau miop kurangdari 1 D.

Bila diletakkan lensa +0,5 D menyebabkan gerak yang

berlawanan, menunjukkan penderita miop -0,5 D, karena (+0,5 D)

– (-1 D) = -0,5 D.

Bila pemberian +0,5 D arah gerak tidak berubah, tetapi pada

pemberian +1 D, menyebabakan pupil seluruhnya terang atau

seluruhnya gelap, ini menunjukkan mata penderita emetrop.

Jika pemberian +1 D tidak menimbulkan perubahan gerak,

menunjukkan matapenderita hipermetrop, maka lensa itu

kekuatannya diperbesar sampai menimbulkan kebalikan gerak,

umpamanya pada pemberian +4 D, maka derajat hipermetropnya

adalah (+4) + (-1) = +3 D.

Pada contoh di atas, hasil yang sama didapatkan bila cermin

digerakkan horizontal ataupun vertikal. Pada astigmatisme, koreksi

pada meridian vertikal tidak sama dengan koreksi pada meridian

horizontal.

Contoh :

Dengan retinoskop didapatkan reflek yang bergerak kearah

yang sama dengan retinoskop, di kedua meridian, tetapi pada meridian

yang satu, bayangannya lebih terang dan geraknya lebih cepat. Ini

menunjukkan adanya astigmatisme. Kemudian ternyata pada meridian

vertical memerlukan koreksi +1 D untuk timbul gerakan yang

berlawanan, sedang pada meridian yang horizontal diperlukan +2 D

untuk gerakan ini. Pada kedua hasil ditambahkan -1 D, maka pada

meridian vertikal didapatkan (+1 D) – (-1 D) = 0, sedang pada

meridian horizontal (+2 D) – (-1 D) = +1 D. Jadi didapatkan

7

Page 8: Pemeriksaan Refraksi

astigmatisma hipermetropikus simpleks yang memerlukan lensa

koreksi silindris +1 D dengan aksisnya vertikal.

Bila untuk timbul arah yang berlawanan, meridian horizontal

memerlukan lensa koreksi -2 D, dan meridian vertical -4 D, maka

setelah ditambahkan -1 D, untuk meridian horizontal didapatkan -3 D

sedang pada meridian vertikal didapatkan -5 D, kelainan refraksinya

adalah astigmatisma miopikus kompositus, dengan koreksi S-3D = C-

2D aksis horizontal.

Contoh untuk astigmatisma mikstus :

Disini didapatkan reflek yang bergerak berlawanan pada satu

meridian, sedang pada meridian yang lainnya pergerakannya sama

arahnya dengan arah gerak cermin retinoskop. Bila pada meridian

vertikal gerakannya sama arahnya dengan cermin dan memerlukan

lensa koreksi +2 D untuk timbulkan gerak yang berlawanan, sedang

gerak reflek pada meridian horizontal berlawanan dengan gerak

cermin dan memerlukan lensa koreksi -2 D untuk timbulkan gerak

yang kebalikannya, maka setelah ditambahkan -1 D didapatkan untuk

meridian vertikal +1 D dan untuk horizontal -3 D. Jadi lensa

koreksinya adalah S+1 = C-4 D (aksis vertikal).

2) Refraktor

Refraktor, atau photoroptor, alternatif dari kacamata uji coba,

terdapat lensa-lensa spheris, dan silindris yang dapat langsung di ganti

dengan cepat.

Gambar : Refraktor

8

Page 9: Pemeriksaan Refraksi

3) Distometer

Alat ini digunakan untuk mengukur jarak vertex, jarak antara garis

mata tertutup dan permukaan belakang lensa refraksi.

Gambar : Pemeriksaan dengan Distometer

4) Autorefraktometer

Refraktor otomatis yang dapat dengan cepat menentukan refraksi

objektif, tetapi alat ini kurang bermanfaat pada anak atau orang dewasa

dengan penyakit segmen anterior yang cukup berat (vaughan).

Gambar : Pemeriksaan dengan menggunakan autorefraktometer

9