PEMERIKSAAN PIPIH LONJONG AGREGAT.docx
description
Transcript of PEMERIKSAAN PIPIH LONJONG AGREGAT.docx
PEMERIKSAAN INDEKS
KEPIPIHAN DAN
KELONJONGAN AGREGAT
NAMA : TETRA OKTAVIANI
KELAS : TPJJ – 5A
Kelompok : IV
PROGRAM STUDI TPJJ
2013
I. TUJUAN
Dapat menentukan % kepipihan dan kelonjongan suatu agregat yang dapat
digunakan dalam campuran beraspal.
II. DASAR TEORI
Bentuk butiran agregat adalah ukuran normal dari sebuah agregat dimana
ukuran nominal ini bergantung kepada besar ukuran agregat dominan pada suatu
gradasi tertentu. Pengujian ini bertujuan untuk menguji keseragaman agregat pada
suatu proyek, agar memperluas perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan pada
proyek.
Ada 3 macam bentuk agregat dengan pengertian sebagai berikut :
1. Butiran agregat berbentuk lonjong
Butiran agregat yang mempunyai rasio panjang terhadap lebar lebih
besar dari nilai yang ditentukan dalam spesifikasi.
2. Butiran agregat berbentuk pipih
Butiran agregat yang mempunyai rasio lebar terhadap tebal besar dari
nilai yang ditntukan dalam spesifikasi.
3. Butiran agregat berbentuk pipih dan lonjong
Butiran agregat yang mempunyai rasio panjang terhadap tebal besar dari
nilai yang ditentukan dalam spesifikasi.
Dari ketiga bentuk indeks bentuk agregat dapat dibedakan atas :
1. Butir memanjang
Dikatakan seperti ini apabila panjangnya melebihi dua sumbu pokok.
Butir ini juga dikatakan panjang apabila panjangnya lebih besar 3 kali
lebarnya.
2. Butir pipih
Dikatakan pipih apabila tebalnya jauh lebih kecil dari 2 dimensi lainnya
dan biasanya tebal agregat kurang dari 1/3 tebal ukuran agrerat rata-rata
kepipihan berpengaruh buruk kepada daya tahan atau keawetan beton
aspal karena agregat ini cenderung berkedudukan pada bidang rata,
sehingga terdapat rongga udara dibawahnya.
3. Butir bulat
Dikatakan bulat apabila rasio permukaan volume kecil, agregat bulat
mempunyai rongga udara minimum 33 %. Hal ini berarti butir pipih
mempunyai rasio luas permukaan volume kecil. Butir bulat ini biasanya
berbentuk bulat penuh atau telur, termasuk jenis ini adalah kerikil,
kerikil yang berasal dari sungai atau pantai.
4. Butir bersudut
Dikatakan butir bersudut apabila permukaan agregat bersudut agak
tajam. Ikatan antara butiran bersudut ini sangat baik, sehingga
mempunyai daya lekat yang lebih baik pula dan butiran bersudut ini
mempunyai rongga berkisaran 30 – 40 %. Butiran bersudut biasa
diperoleh dari batu pecah.
5. Butir tidak beraturan
Dikatakan butir tidak beraturan karena benuk alaminya memang tidak
beraturan sebagian terjadi karena pengerasan dan mempunyai sisi atau
tepi yang berat. Yang termasuk jenis ini adalah kerikil sungai, kerikil
darat yang berasal dari lahar gunung berapi.
6. Butir panjang dan pipih
Dikatakan seperti ini karena jenis ini mempunyai panjang yang jauh
lebih besar dari semua tebalnya, sedangkan lebarnya jauh lebih besar
dari tebalnya. Umumnya butiran ini berjumlah kecil dari 15 % saja,
karena akan berpengaruh terhadap daya tahan atas keawetan beton aspal.
Berdasarkan RSNI T-01-2005, % agregat bentuk lonjong atau pipih adalah
maksimal 10% dengan ketentuan :
1. Jika perbandingan antara rata-rata diameter dengan diameter terpanjang
kurang dari 0,55 maka bentuk agregat tersebut lonjong.
2. Jika perbandingan antara diameter terpendek dengan rata-rata diameter
kurang dari 0,60 maka bentuk agregat termasuk pipih.
Untuk menghitung indeks kepipihan dan kelonjongan dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut :
· Indeks kepipihan = M3F / M2 x 100 %
· Indeks kelonjongan = M3E / M2 x 100 %
Dimana : M2 = total berat sampel memiliki persentase besar dari 5 %.
M3E = total berat sampel tertahan alat pengujian kelonjongan
M3F = total berat sampel yang lolos pengujian kepipihan
III. REFERENSI
RSNI T – 01 -2005
IV. PERALATAN DAN BAHAN
a. Alat
1) Saringan 25 mm, 19,5 mm 12,5 mm, 9,5 mm dan 6,30 mm
2) Timbangan digital
3) Wadah
4) Oven
5) Alat pengukur lonjong dan pipih 1 set
b. Bahan
1) Agregat kasar
V. PROSEDUR PELAKSANAAN
a. Persiapan bahan
1) Ayak agregat yang lolos saringan 25 mm dan tertahan di 6,3 mm.
2) Timbang sebanyak 5000 gram kemudian oven hingga beratnya tetap.
b. Prosedur pemeriksaan
1) Keluarkan agregat dari oven dan ayak agregat yang lolos saringan 19,5 mm,
12,5 mm, 9,5 mm dan 6,3 mm.
2) Ambil agregat dan timbang yang tertahan saringan masing-masing tersebut
(syarat untuk agregat dengan persentase >5 %).
3) Lalu ukur agregat dengan menggunakan alat pengukur pipih.
4) Timbang brat masing-masing agregat yang lolos dari pengukur pipih.
5) Lalu uji agregat yang tertahan dengan alat uji kelonjongan.
6) Timbang berat agregat yang tertahan dengan alat uji kelonjongan.
7) Catat data di dalam form data kemudian lakukanlah perhitungan kepipihan dan
kelonjongan.
Pengujian kepipihan dan kelonjongan perlu dilakukan untuk mengetahui berat persentase
kepipihan agregat dan kelonjongan agregat. Agregat yang baik digunakan dalam konstruksi
adalah agregat yang berbentuk tajam. Untuk agregat pipih dan lonjong dalam
pemakaiannnya harus di batasi.