Pemeriksaan Kedokteran Forensik.docx

3
,Pemeriksaan Kedokteran Forensik Diagnosis keracunan CO pada korban hidup biasanya berdasarkan anamnesis adanya kontak dan ditemukannya gejala keracunan CO. Pada korban yang mati tidak lama setelah keracunan CO ditemukan lebam mayat berwarna merah muda terang (Cherry Pink Colour) yang tampak jelas bila kadar COHb mencapai 30% atau lebih.Warna lebam mayat seperti itu juga dapat ditemukan pada mayat yang didinginkan, pada korban keracunan sianida dan pada orang yang mati akibat infeksi oleh jasad renik yang mampu membentuk nitrit, sehingga dalam darahnya terbentuk nitroksi- hemoglobin (nitric-oxide Hb). Meskipun demikian, masih dapat dibedakan dengan pemeriksaan sederhana. Pada mayat yang didinginkan dan pada keracunan CN, penampang ototnya berwarna biasa, tidak merah terang. Juga pada mayat yang didinginkan warna merah. terang lebam mayatnya tidak merata, selalu masih ditemukan daerah yang keunguan (livid). Sedangkan pada keracunan CO, jaringan otot, viscera, dan darah juga berwarna merah terang. Selanjutnya tidak ditemukan tanda khas lain. Kadang- kadang dapat ditemukan tanda asfiksia dan hyperemia visera. Pada otak besar dapat ditemukan petekiae di substasia alba bila korban dapat bertahan hidup lebih dari 1/2 jam. Pada analisa toksikologi darah akan ditemukan adanya COHb. Pada korban keracunan CO yang tertunda kematiannya sampai 72 jam, maka seluruh CO telah diekskresi dan darah tidak mengandung COHb lagi, sehingga ditemukan lebam mayat seperti livid biasa, demikian juga jaringan otot, viscera dan darah. Untuk keracunan CO,Jika dilakukan pemeriksaan dalam maka organ limpa dapat diperiksa untuk memastika diagnosis. Kelainan yang dapat ditemukan adalah kelainan akibat hipoksemia dan komplikasi yang timbul selam penderita dirawat.Otak. Pada substansia alba dan korteks kedua belah otak, globus palidus dapat ditemukan ptekiae. Kelainan ini tidak patognomonik untuk keracunan CO, karena setiap keadaan hipoksia otak yang cukup lama dapat menimbulkan ptekiae. Ensefalomalasia simetris dapat ditemukan pada globus palidus yang juga tidak patognomonik, karena dapat juga ditemukan pada keracunan

Transcript of Pemeriksaan Kedokteran Forensik.docx

,Pemeriksaan Kedokteran Forensik

Diagnosis keracunan CO pada korban hidup biasanya berdasarkan anamnesis adanya kontak dan ditemukannya gejala keracunan CO. Pada korban yang mati tidak lama setelah keracunan CO ditemukan lebam mayat berwarna merah muda terang (Cherry Pink Colour) yang tampak jelas bila kadar COHb mencapai 30% atau lebih.Warna lebam mayat seperti itu juga dapat ditemukan pada mayat yang didinginkan, pada korban keracunan sianida dan pada orang yang mati akibat infeksi oleh jasad renik yang mampu membentuk nitrit, sehingga dalam darahnya terbentuk nitroksi-hemoglobin (nitric-oxide Hb). Meskipun demikian, masih dapat dibedakan dengan pemeriksaan sederhana. Pada mayat yang didinginkan dan pada keracunan CN, penampang ototnya berwarna biasa, tidak merah terang. Juga pada mayat yang didinginkan warna merah. terang lebam mayatnya tidak merata, selalu masih ditemukan daerah yang keunguan (livid). Sedangkan pada keracunan CO, jaringan otot, viscera, dan darah juga berwarna merah terang. Selanjutnya tidak ditemukan tanda khas lain. Kadang-kadang dapat ditemukan tanda asfiksia dan hyperemia visera. Pada otak besar dapat ditemukan petekiae di substasia alba bila korban dapat bertahan hidup lebih dari 1/2 jam. Pada analisa toksikologi darah akan ditemukan adanya COHb. Pada korban keracunan CO yang tertunda kematiannya sampai 72 jam, maka seluruh CO telah diekskresi dan darah tidak mengandung COHb lagi, sehingga ditemukan lebam mayat seperti livid biasa, demikian juga jaringan otot, viscera dan darah. Untuk keracunan CO,Jika dilakukan pemeriksaan dalam maka organ limpa dapat diperiksa untuk memastika diagnosis.

Kelainan yang dapat ditemukan adalah kelainan akibat hipoksemia dan komplikasi yang timbul selam penderita dirawat.Otak. Pada substansia alba dan korteks kedua belah otak, globus palidus dapat ditemukan ptekiae. Kelainan ini tidak patognomonik untuk keracunan CO, karena setiap keadaan hipoksia otak yang cukup lama dapat menimbulkan ptekiae. Ensefalomalasia simetris dapat ditemukan pada globus palidus yang juga tidak patognomonik, karena dapat juga ditemukan pada keracunan barbiturate akut dan arteriosklerotik pembuluh darah korpus striatum.

Pemeriksaan mikroskopik pada otak member gambaran : Pembuluh-pembuluh halus yang mengandung trombi hialin Nekrosis halus dengan ditengahnya terdapat pembuluh darah yangmengandung trombi hialin dengan perdarahan di sekitarnya, lazimnyadisebut dengan ring hemorrhage. Nekrosis halus yang dikelilingi oleh pembuluh-pembuluh darah yangmengandung trombi. Ball hemorrhage yang terjadi karena dinding arteriol menjadi nekrotikakibat hipoksia dan memecah.

Miokardium. Dapat ditemukan perdarahan dan nekrosis, paling sering di muskulus papilaris ventrikel kiri. Pada penampang memanjangnya tampak bagian ujung muskulus papilaris berbercak-bercak perdarahan atau bergaris-garis seperti kipas berjalan dari empat insersio tendinosa ke dalam otot. Kadang-kadang ditemukan peradarahan pada otot ventrikel terutama di subperikardial dan di subendokardial. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan perangai sesuai dengan infark miokardium akut.

Ginjal. Terjadi nekrosis tubulus ginjal yang secara mikroskopis seperti payah ginjal.Kulit. Ditemukan eritema dan vesikel /bula pada kulit dada, perut, muka, atau anggota gerak badan, baik di tempat yang tertekan maupun yang tidak tertekan. Kelainan tersebut disebabkan oleh hipoksia pada pembuluh kapiler di bawah kulit. Selain itu juga bisa didapatkan lebam mayat berwarna merah bata.

Paru. Pneumonia hipostatik paru mudah terjadi karena gangguan peredaran darah. Dapat terjadi thrombosis arteri pulmonalis.

Peredaran Darah. Terdapat gangguan peredaran darah akibat perubahan degenerative miokardium yang memudahkan terbentuknya trombus. Trombus dalam ventrikel kiri (mural trombus) mungkin mengakibatkan infark otak sedangkan trombus dalam a.femoralis mungkin menyebabkan timbulnya ganggren. Pada kasus yang kematiannya tidak segera terjadi (delayed death) diagnosis

Kematian harus didasarkan atas bukti-bukti di sekitar kejadian (Circumstansial kemungkinan lain yang dapat menyebabkan perubahan hipoksik tersebut. Pemeriksaan histologik perlu dilakukan pada substansia alba, korteks serebri, serebelum, ammon`s horn dan globus palidus.