Pemeliharaan Kelapa Sawit Dikebun Percobaan Cikabayan

15
LAPORAN ILMU TANAMAN PERKEBUNAN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT DI KEBUN PERCOBAAN CIKABAYAN KELOMPOK B 11 Anggota : 1. Galvan Yudistira A24070040 2. Sitta Azmi F A24070088 3. Azanel Walad A24070156 4. Merry Gloria Meliala A24070162 5. Nova MS H34070111 Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian

Transcript of Pemeliharaan Kelapa Sawit Dikebun Percobaan Cikabayan

LAPORAN ILMU TANAMAN PERKEBUNAN

PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

DI KEBUN PERCOBAAN CIKABAYAN

KELOMPOK B 11

Anggota :

1. Galvan Yudistira A24070040

2. Sitta Azmi F A24070088

3. Azanel Walad A24070156

4. Merry Gloria Meliala A24070162

5. Nova MS H34070111

Departemen Agronomi dan Hortikultura

Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

2010

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili

Palmae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal dari Amerika.

Brazil dipercaya sebagai tempat di mana pertama kali kelapa sawit tumbuh. Dari tempat asalnya,

tanaman ini menyebar ke Afrika, Amerika Equatorial, Asia Tenggara, dan Pasifik Selatan. Benih

kelapa sawit pertama kali yang ditanam di Indonesia pada tahun 1984 berasal dari Mauritius,

Afrika. Perkebunan kelapa sawit pertama dibangun di Tanahitam, Hulu Sumatera Utara oleh

Schadt (Jerman) pada tahun 1911.

Klasifikasi kelapa sawit adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Keluarga : Palmaceae

Sub keluarga : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq

Varietas unggul kelapa sawit adalah varietas Dura sebagai induk betina dan Pisifera

sebagai induk jantan. Hasil persilangan tersebut memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih baik.

Varietas unggul hasil persilangan antara lain: Dura Deli Marihat (keturunan 434B x 34C; 425B x

435B; 34C x 43C), Dura Deli D. Sinumbah, Pabatu, Bah Jambi, Tinjowan, D. Ilir (keturunan 533

x 533; 544 x 571), Dura Dumpy Pabatu, Dura Deli G. Bayu dan G Malayu (berasal dari Kebun

Seleksi G. Bayu dan Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta

Peluang Investasinya di Indonesia Komoditi Kelapa Sawit III – 2 G. Melayu), Pisifera D.

Sinumbah dan Bah Jambi (berasal dari Yangambi), Pisifera Marihat (berasal dari Kamerun),

Pisifera SP 540T (berasal dari Kongo dan ditanam di Sei Pancur). Beberapa ciri yang dapat

digunakan untuk menandai kecambah yang dikategorikan baik dan layak untuk ditanam antara

lain sebagai berikut:

· Warna radikula kekuning-kuningan, sedangkan plumula keputih-putihan

· Ukuran radikula lebih panjang daripada plumula

· Pertumbuhan radikula dan plumula lurus dan berlawanan arah

· Panjang maksimum radikula 5 cm, sedangkan plumula 3 cm.

( http://regionalinvestment.com)

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tanaman perkebunan penting penghasil minyak makanan,

minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Indonesia adalah penghasil minyak

kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Diperkirakan pada tahun 2009, Indonesia akan

menempatiposisi pertama produsen sawit dunia. Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit

dilakukan kegiatan perluasan areal pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan

intensifikasi.

Salah satu penyebab rendahnya produktivitas perkebunan sawit rakyat tersebut adalah

karena teknologi produksi yang diterapkan masih relatif sederhana, mulai dari pembibitan

sampai dengan panennya. Dengan penerapan teknologi budidaya yang tepat, akan berpotensi

untuk peningkatan produksi kelapa sawit. (tknologi budiddaya kelapa sawit , balai besar

pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian badan penelitian dan pengembangan

pertanian 2008. http://lampung.litbang.deptan.go.id

Pada tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi dua fase, yaitu tanaman belum

menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Masa TBM merupakan masa

pemeliharaan yang banyak memerlukan tenaga dan biaya karena pada dasarnya merupakan

penyempurnaan dari pembukaan lahan dan persiapan tanaman, selain itu pada masa ini sangat

menentukan keberhasilan masa TM. Pekerjaan dalam pemeliharaan TBM adalah sebagai berikut:

1) Konsolidasi,

2) Pemeliharaan jalan, benteng, teras, parit dan lain-lain,

3) Penyulaman,

4) Pengendalian gulma,

5) Pemupukan

6) Pemeliharaan tanaman penutup tanah,

7) Kastrasi/ablasi

8) Penyerbukan (polinasi),

9) Pengendalian hama dan penyakit.

Pemeliharaan kelapa sawit pada TM pada dasarnya hampir sama dengan pemeliharaan

TBM. Kegiatan pada TM meliputi pemeliharaan jalan, teras tanggul, pemangkasan pelepah daun,

konsolidasi dan inventarisasi, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit serta

pemupukan.( http://regionalinvestment.com)

TUJUAN

Praktikum pemeliharaan tanaman kelapa sawit bertujuan, untuk :

1. Melakukan pemeliharaan tanaman meliputi : sanitasi tanaman, pengendalian gulma

bokoran dan gawangan serta pemupukan

2. Mengamati phylotaksi kelapa sawit

3. Simulasi pengambilan contoh daun untuk analisis hara daun

4. Menentukan kebutuhan tenaga kerja dan waktu untuk pemeliharaan TM kelapa sawit

BAHAN DAN ALAT

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut

o Tanaman kelapa sawit TM

o Pupuk : Urea, SP-18, KCL, dan Kliserit

Alat yang digunakan dalampraktikum ini adalah sebagai berikut

o Cangkul (1 buah)

o Koret (2 buah)

o Timbangan (1 buah)

o Ember (1 buah)

WAKTU DAN TEMPAT

Waktu pelaksanaan praktikum ini adalah pada tanggal 2 Maret 2010-03-09

Tempat pelaksanaan praktikum ini adalah Kebun Percobaan Cikabayan

METODE PELAKSANAAN

Sanitasi Tanaman

Hal-hal yang dilakukan dalam pekerjaan sanitasi adalah membersihkan batang tanaman

kelapa sawit dari berondolan atau anakan yang menyangkut di batang dan gulma yang menempel

di batang. Serasah atau pelepah kering ditumpuk di gawangan mati. Sampah plastik dibuang dari

area.

Pembuatan Piringan

Piringan dibuat dengan radius jari-jari 2 m dari pokok tanaman sawit. Pada piringan yang

terleak pada areal yang miring dibuat teras tapal kuda. Piringan dibersihkan dari gulma,

berondolan kelapa sawit, dan anakan dalam kodisi W0.

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma manual dilakukan dengan kriteria W0 pada piringna dan W2 pada

gawangan. Gulma berkayu didongkel sehingga gawangan dalam kondisi bebas dari gulma

berkayu. Serasah gulma, berondolan, dan anakan ditumpuk di gawangan mati.

Pemupukan

Dosis pupuk yang digunakan adalah: 500 g urea, 500 d SP-18, 500 g KCl, dan 100 g

kliserit. Pupuk ditabur pada piringan setelah kondisi W0.

Simulasi Daun ke-17

Daun yang ke-17 ditunjukkan pada asisten.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam melakukan pemeliharaan 3 tanaman sawit, kami membutuhkan 0,71 HOK. Populasi sawit

dalam 1 hektar lahan adalah sekitar 136 tanaman, berarti untuk mengerjakan 1 hektar oleh 5

pekerja dibutuhkan waktu selama .

Waktu yang kami perlukan untuk melakukan pemeliharaan cukup lama. Hal ini terjadi karena

keterbatasan dan kerusakan alat. Hanya ada 1 cangkul dan 2 koret. Jumlah ini tidak cukup untuk

melakukan pemeliharaan, Selain itu, setelah beberapa menit digunakan, tangkai cangkul patah

sehingga kami haya mempunyai 2 alat. Jadi kami membutuhkan waktu yang lebih lama karena

harus melakukan pemeliharaan dengan alat yang terbatas.

Kelapa sawit seperti tanaman lainnya memerlukan unsur hara makro dan mikro. Pada

Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), sebagian besar energi digunakan untuk pertumbuhan

sedangkan pada Tanaman Menghasilkan (TM) sebagian besar energi yang tersedia digunakan

untuk pertumbuhan generatif sehingga memerlukan hara lebih banyak. Tidak semua unsur hara

yang dibutuhkan tersedia dalam tanah. Oleh karena itu perlu dilakukan pemupukan. Agar

pemupukan efisien perlu dilakukan 5 tepat dalam pemupukan yaitu tepat jenis, tepat cara, tepat

waktu, tepat dosis, dan tepat sasaran.

Jenis pupuk perlu diperhatikan untuk membandingkan harga 2 atau lebih jenis yang

sejenisnya. Kualitas pupuk pun menjadi perhatian. Walaupun tiap pupuk sudah memiliki standar,

terdapat beberapa pupuk yang stabil dan beberapa tidak sabil sehingga perlu pengecekan

terhadap kandungan hara, kadar air, kadar sesquisida( Fe, Al), dan kehalusannya dinyatakan

dalam mesh. Fikasasi pupuk dan tingkat kehilangan pun perlu diperhatikan. Beberapa unsur hara

akan terfiksasi jika terjadi reaksi kimia dengan koloid tanah. Fosfor akan mudah terfiksasi

dengan besi dan aluminium. Urea mudah larut sedangkan RP, TSP, dan klieserite lambat larut.

Oleh karena itu jenis pupuk harus tepat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman sawit dan

kondisi lingkungan.

Pada daerah yang datar pupuk diberikan dengan cara ditabur sedangkan pada daerah yang

berbukit dilakukan pembuatan teras tapak kuda. Pupuk ditebar lebih banyak pada bagian

piringan sebelah atas. Pada batang yang teretak di tepi jalan atau parit, pupuk hanya diberikan

pada piringan sebelah dalam. Pada areal miring yang tidak memiliki teras tapak kuda atau teras

yang kurang baik, pupuk ditanam atau dibenamkan. Penyebaran pupuk dilakukan dari dalam

piringan kea rah luar mengelilingi batang. Cara pemberian pupuk yang tepat dilakukan agar

pupuk dapat semaksimal mungkin digunakan oleh tanaman sawit.

Pemberian pupuk yang efektif adalah ketika keadaan tanah lembab tetapi tidak tergenang.

Pada umumnya pemupukan dilakukan dua kali dalam setahun pada bulan Maret-April ketika

akhir musim hujan dan Agustus-September pada awal musim hujan. Pemupukan dilakukan pada

awal dan akhir musim hujan agar air tersedia dalam jumlah cukup dan tidak berlebih sehingga

tanah lembab tetapi tidak tergenang. Tanaman menyerap hara dalam bentuk larutan tanah, jadi

air diperlukan untuk melarutkan hara pada pupuk sehingga tersedia bagi tanaman sawit. Pupuk

larit dan cepat diserap tanaman jika kapasitas lapang sebesar 75% (Fauzi, 2008)

Setiap tanaman memerlukan dosis pupuk yang berbeda tergantung tahap perkembangan.

Pada tanaman semusim, pupuk umumnya diberikan pada awal tanam. Namun sawit merupakan

tanaman tahunan sehingga pemupukan harus dilakukan setiap tahun. Pada umumnya dalam

setahun dilakukan 2 kali pemupukan. Tanaman memerlukan dosis pupuk yang berbeda dalam

setiap tahap perkembangannya dan tergantung umur tanaman. Dosis pupuk yang diberikan harus

sesuai dengan tahap perkembangan dan umur tanaman.

Dosis Pemupukan Kelapa Sawit Berdasarkan Unsur Tanaman.

Jenis Pupuk Dosis (Kg/Pokok/Tahun) *)

Umur Tanaman 5 – 5 6 – 12 >12

Sulphate of Amonia (ZA) 1,0 – 2,0 2,0 – 3,0 1,5 – 3,0

Rock Phosphate (RP) 0,5 – 1,0 1,0 – 2,0 0,5 – 1,0

Muriate of Potash (KCl) 0,4 – 1,0 1,5 – 3,0 1,5 – 2,0

Kieserite (MgSO4) 0,5 – 1,0 1,0 – 2,0 0,5 – 1,5

*) Keterangan :

Pupuk N, K, dan Mg diberikan dua kali aplikasi, pupuk P diberikan satu kali aplikasi, dan

pupuk B (bila diperlukan) diberikan dua kali aplikasi per tahun (salah satu contoh dosis B

adalah 0,05 – 0,1 Kg per pohon per tahun)

Sumber: www.googlesearch.com

Pada saat memberikan pupuk, yang dapat menyerap hara yang diberikan tidak hanya

tanaman tetapi juga gulma yang ada di sekitar piringan dan tanaman. Oleh karena itu dalam

pemberian pupuk harus diusahakan sasaran yang menerima hara tersebut tepat. Oleh karena itu

sebelum melakukan pemupukan, piringan dan areal di sekitar tanaman dibersihkan dari gulma.

Piringan atau bokoran harus dibersihkan dari gulma agar pupuk yang diberikan tidak

diserap gulma. Pemeliharaan piringan juga dilakukan untuk memperlebar radius piringan sesuai

perkembangan tajuk. Selain itu, piringan yang bersih akan mempermudah pemanenan. Gulma

juga dapat menjadi inang penyebab penyakit ataupun hama. Oleh karena itu gulma harus

dibersihkan dari piringan.

Radius Piringan menurut Adlin (1992) adalah sebaga berikut

Umur Tanaman (Bulan) Radius Piringan (meter)

0 - 6 0,60

7 - 12 0,75

13 - 24 1,00

25 - 30 1,25

Pada umumnya areal penanaman kelapa sawit terletak di daerah dengan curah hujan

cukup tinggi. Untuk mencegah aliran permukaan (run off) dan memperbesar daya infiltrasi air ke

tanah digunakan teras. Selain itu, teras juga digunakan untuk meningkatkan daya simpan air,

mempermudah pemeliharaan, tempat pupuk ditabur, dan mempermudan pemanenan. Teras

tapak kuda digunakan untuk daerah dengan kemiringan 8 derajat. Teras tapal kuda dibuat pada

panjang tanam yang telah dibuat, berukuran 2 x 1,5 m dimana panjang menurut arah kontur dan

lebar menurut kemiringan dimulai 50 cm dibawah pancang. Permukaannya dibuat miring

kedalam dengan sudut 10 derajat. Disebelah dalam dibuat rorak kecil guna penampungan air dan

benteng kecil. Teras ini harus dapat diperbesar menjadi 3x3m.

Dalam melakukan pengendalian gulma perlu memperhatikan beberapa kriteria yaitu W0,

1, dan W2. Pada W0, areal bersih dari gulma dan LCC yaitu pada piringan dan jalan. Pada W1,

areal murni ditumbuhi LCC yaitu pada gawangan sampai tahun ke-2 TM. Pada W2, areal boleh

ditumbuhi LCC dan gulma lunak. Tujuan penggunaan kriteria ini dalam pengendalian gulma

adalah untuk mempermudah pengendalian. Selain itu dengan mengetahui kriteria ini, pekerja

dapat mengetahui areal mana yang benar-benar harus bebas gulma dan areal mana yang tidak

perlu pengendalian gulma.

Analisis daun dilakukan untuk mengetahui rekomendasi pemupukan. Dosis dan jenis

pupuk yang digunakan, cara dan waktu pengaplikasian pupuk dapat ditentukan melalui analisis

daun. Analisis daun dilakukan pada pelepah ke-17 karena pelepah ini dapat menggambarkan

keadaan umum kelapa sawit. Pelepah ke-17 berada tidak di engah-tengan antara pangkal batang

dan pucuk daun. Hal ini juga mempermudah dalam mengambil pelepah untuk analisis.

KESIMPULAN

Pemeliharaan Kelapa sawit meliputi beberapa kegiatan yaitu sanitasi tanaman,

pengendalian gulma pada piringan dan gawangan serta pemupukan. Pada lahan yang miring,

perlu dibuat teras tapal kuda pada piringan. Pemupukan harus efektif dan efisien sehingga

dilakukan 5 tepat yaitu tepat jenis, tepat cara, tepat waktu, tepat dosis, dan tepat sasaran. Untuk

mengetahui rekomendasi perlu dilakukan analisis daun pada pelepah daun ke-13.

DAFTAR PUSTAKA

Fauzi.Y, Widyastuti.E, Satyawibawa.Y. 2008. Kelapa Sawit. Jakarta : Penebar Swadaya.

www.googlesearch.com

http://lampung.litbang.deptan.go.id

http://regionalinvestment.com