PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat...

124
TESIS PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS STUDI KASUS DI WAISARISA, KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT, MALUKU Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Magister Humaniora (M.Hum.) pada Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Oleh : FABIOLA SINTHYA SEITTE 076322002 UNIVERSITAS SANATA DHARMA PROGRAM MAGISTER ILMU RELIGI DAN BUDAYA YOGYAKARTA 2009

Transcript of PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat...

Page 1: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

TESIS

PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS STUDI KASUS DI WAISARISA, KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT,

MALUKU

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Magister Humaniora

(M.Hum.) pada Program Magister Ilmu Religi dan Budaya

Oleh :

FABIOLA SINTHYA SEITTE

076322002

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

PROGRAM MAGISTER ILMU RELIGI DAN BUDAYA

YOGYAKARTA

2009

Page 2: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

ii

Page 3: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

iii

Prof. Dr. A. Supratiknya

Lembaran Pernyataan

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Fabiola Sinthya Seitte, NIM:

076322002, dengan ini menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis oleh orang lain kecuali yang diacu secara tertulis dalam naskah

ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 11 Desember 2009,

Penulis

Page 4: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

iv

Page 5: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

v

Motto

Takut akan Tuhan

adalah permulaan Pengetahuan,

(Amsal 1: 7a)

Page 6: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

vi

Page 7: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

vii

Kata Pengantar

Ide penulisan tesis ini berawal dari rasa keprihatinan yang saya pendam dari

Ambon terhadap nasib salah seorang adik (dan ribuan tenaga kerja lainnya) yang

mengalami PHK pada pabrik pengolahan kayu lapis di Waisarisa, Kabupaten

Seram Bagian Barat. Rasa keprihatinan ini kemudian menjadi suatu hal yang

menarik ketika saya diperhadapkan pada mata kuliah Marxisme. Ide ini kemudian

oleh Pa‟ Budiawan diarahkan bukan pada masalah ketidakadilan yang dialami

tetapi pada bagaimana para mantan pekerja ini bergulat dengan identitas-identitas

mereka sebagai mantan pekerja pabrik maupun sebagai etnis mayoritas dan

minoritas dalam sebuah kabupaten baru. Saya mengakui untuk sampai pada tahap

ini, saya sangat tertolong oleh berbagai bantuan yang diberikan. Oleh karena itu

pada kesempatan ini, secara pribadi saya ingin mengucapkan danke banya voor

semua orang yang telah membantu saya selama saya berstudi di IRB yang tidak

dapat saya sebutkan satu per satu.

Danke voor Direktur Program Pasca Sarjana, Kaprodi dan Wakaprodi IRB.

Untuk semua dosen yang selama ini telah membekali saya dengan sejumlah ilmu,

Pa‟ Nardi, Romo Bas, Bu‟ Katrin, Romo Moko, Pa‟George, Romo Hary Susanto,

Mbak Devi dan Mbak Stefani, khususnya untuk Pa‟ Budiawan dan Pa‟ Anton

Haryono yang begitu sabar membimbing saya serta mengajarkan saya banyak hal

baik, termasuk secara tidak langsung dan tanpa disadari oleh kalian. Bahkan

penulisan tesis ini tidak akan selesai tanpa bimbingan dan arahan kalian berdua.

Untuk Romo Banar atas diskusi-diskusi menarik yang semakin menambah

wawasan saya. Untuk mbak Hengki atas pelayanannya serta mas-mas dan mbak

pada WS dan perpustakaan.

Danke voor Ketua STAKPN Ambon, R. Souhaly, SH,MH, yang telah

memberikan kesempatan kepada saya untuk belajar, serta para Pembantu Ketua I,II

dan III. Pemda Propinsi Maluku Bidang Kesra yang telah membantu dengan

dukungan dana pada awal saya berstudi. Sesama rekan dari STAKPN Ambon di

Jogja, Bapa Agus, Bu Angky, Usi Udi, Usi Ko, Usi Echi dan Ona, serta untuk Nn

Venty atas semua bantuannya. Teman-teman IRB angkatan 2007, Vivin, Novel,

Page 8: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

viii

Sansan, Tia, Uul, Anas, Karin, Trisno, Boy, Mas Dedy, Wahyu, khusus buat Bu

Risma untuk dorongannya yang tak henti-hentinya.

Danke voor Drs.Nataniel Elake, M.Si (Bu‟ Tanel) yang selalu memberikan

bantuan setiap kali saya perlukan, bahkan untuk semua informasi yang diberikan

termasuk membagi pengalaman selama berstudi di Makasar untuk saya. Semua

kebaikan itu saya tidak bisa membalasnya, hanya doa yang dapat saya berikan

semoga engkau tetap menjadi inspirasi bagi banyak orang. Juga untuk para

informan serta perangkat Desa Waisarisa dan staf kantor Bupati SBB yang telah

memberikan sejumlah informasi yang saya butuhkan untuk kelengkapan penulisan

ini. Khusus untuk Mas Yanto dan Usi Nonce atas kesediaan menjadi bapa dan

mama piara saya selama penelitian di Waisarisa. Juga untuk Keluarga Kakisina di

Piru, Bapa Agus, Mama Ati, Bu Ade dan Usi Moni yang selalu memberikan

bantuan dan dukungan untuk saya. Juga untuk Keluarga Ahyate (Angky, Erna dan

anak-anak). Untuk sahabatku Pdt. Lita Tuamely (ingatlah “viva forever together”),

Jus Anamofa, Fani dan Wien, Plavius, Eby H serta semua teman-teman lain atas

kebersamaan selama ini. Juga untuk Keluarga Anguarmase untuk bantuannya

dalam penyelesaian tesis ini.

Danke banya voor kakak-kakak dan adik-adikku, Bu Ampi, Usi Lisa, Ade

Nova, O64N dan Bu Cila serta semua keponakanku, Icky, Ge, Bapin, Adri

(Topilus), Dave (Rambo), Dinda, Ona Kety atas semua bantuan dan dorongan

semangat yang tak terkira, terutama dalam mengurus kedua buah hatiku serta

menjadi teman bermain mereka. Keluarga besar Seitte-Frans (khusus untuk Opa

Cada) dan keluarga Lekitoo (Mama Yo dan Son), Keluarga Suryaman serta Nn

Ema T.

Natalis Mathias Lekitoo, suamiku tercinta serta kedua buah hatiku, Jovi dan

Ona Tasya, atas semua pengorbanan yang diberikan selama ini, untuk doa yang tak

henti-hentinya, untuk cinta dan kepercayaan yang berwujud pada kerelaan kalian

mengizinkan mama pergi belajar jauh di tana orang, untuk celoteh yang

menguatkan ketika kerinduan menyergap hati bahkan untuk kesabaran kalian

menanti mama pulang. Pada akhirnya kesuksesan ini merupakan buah dari

pengorbanan kalian.

Page 9: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

ix

Papa Agus dan Mama Sien Seitte, nama kalian yang saya cantumkan

terakhir dalam lembaran ini, bukan bermaksud mengecilkan arti kehadiran dan

pengorbanan kalian tapi saya tetap meyakini bahwa yang terakhir akan menjadi

yang pertama. Karena itu kalian adalah orang pertama dalam hati saya. Karena

kalianlah saya ada. Untuk semua keringat, doa dan air mata yang kalian taruhkan

hanya untuk hidup anak-anakmu. Semuanya tidak akan sia-sia, teriring doa yang

tulus, semoga Tete Manis mau kasih umur panjang voor papa deng mama supaya

tetap menjadi sombar untuk anak- cucu.

Page 10: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

x

ABSTRAK

Setelah terjadi reformasi, otonomisasi daerah seakan-akan memberikan

peluang bagi daerah-daerah untuk berkembang. Dari sisi jumlah, terjadi

peningkatan jumlah propinsi diikuti dengan peningkatan kabupaten kota dan

kecamatan-kecamatan yang merupakan salah satu syarat mutlak terjadinya

pemekaran. Dari aspek tujuan, pemekaran bertujuan untuk mendekatkan

pemerintah dengan rakyatnya yang diwujudkan dalam bentuk pembangunan-

pembangunan diberbagai bidang. Tapi Otonomi daerah yang berwujud pada

pemekaran wilayah menyisakan banyak persoalan. Daerah-daerah yang merasa

tidak puas beramai-ramai menuntut mekar lepas dari kabupaten atau propinsi induk

dengan harapan dapat mengatur diri sendiri. Pemekaran daerah juga setidaknya

ikut memberikan harapan bagi masyarakat di daerah mekaran baru, khususnya

akses ke sumber-sumber daya publik. Etnis yang termarjinalkan mulai bangkit dan

memperjuangkan hak-haknya. Terjadi tegangan antara para pendatang dan putera

daerah.

Masalah tegangan antara para pendatang dan putera daerah juga terjadi

pada Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB). Perebutan sumber-sumber daya publik

pasca pemekaran kabupaten seakan-akan menjadi sebuah arena pertarungan

identitas “asli” dan bukan. Isu pengutamaan putera daerah yang beredar bersamaan

dengan perjuangan pemekaran kabupaten seakan-akan menjadi sebuah harga mati.

Putera daerah mengklaim hak mereka pada sumber-sumber daya publik.

Tesis ini bermaksud menunjukkan bahwa motivasi pemekaran kabupaten

Seram Bagian Barat untuk kepentingan masyarakat, yakni agar masyarakat SBB

dapat menikmati pembangunan yang setara dengan daerah-daerah lainnya. Selain

itu motif lainnya adalah memperjuangkan nasib putera daerah yang setiap kali

harus kalah dan tersingkir dalam perebutan sumber-sumber daya publik. Namun

motivasi motivasi terselubung yang dibawa oleh masing-masing tokoh pemekaran

justru menjadikan putera daerah berada pada tingkatan yang sama dengan para

pendatang. Identitas sebagai yang asli/lokal bukan menjadi sebuah jaminan

kesuksesan dalam perebutan sumber-sumber daya publik. Putera daerah pada

Page 11: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

xi

akhirnya harus mengalami hal yang sama ketika masih berada dalam wilayah

administratif Kabupaten Maluku Tengah. Masyarakat Waisarisa yang adalah

mantan pekerja pabrik turut merasakannya. Bagi mereka ketika bersama dalam

perebutan sumber daya publik, sesama mantan pekerja pabrik yang merupakan

etnis lain dianggap merupakan saingan. Tetapi ketika mereka sama-sama gagal

dalam perebutan sumber daya publik tersebut, kebersamaa mereka wujudkan dalam

kehidupan yang harmonis sebagai sesama mantan pekerja pabrik.

Page 12: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

xii

Daftar Isi

Halaman Judul ……………………………………………………....………i

Lembar Persetujuan ....…..…………………………………………....…...…ii

Lembar Pengesahan ........................................................................................iii

Lembar Pernyataan .........................................................................................iv

Lembar Motto …....……………………………………………………...........v

Kata Pengantar ………………………………………………………....……..vi

Abstrak ……………...……………………………………..………….....…..ix

Daftar Isi ……………………………………………………………....……...xi

Bab I. Pendahuluan

1. Latar Belakang ..…… …………………....……………....…...1

2. Perumusan Masalah ................…………………….....……...5

3. Tujuan Penelitian .……........………………………....……...6

4. Kerangka Konseptual ....……………………………....…....6

5. Tinjauan Pustaka ...........................................................13

6. Metodologi Penelitian ............................................................17

7. Sistematika Penulisan ...........................................................20

Bab II. Seram Bagian Barat: Geografi, Demografi dan Mitos-Sejarah

1. Pengantar ...............................................................................21

2. Gambaran Umum Seram Bagian Barat ..................................24

A. Letak Geografis ........................................................24

B. Kondisi Demografi ....................................................26

C. Sumber Daya dan Pembangunan ................................29

3. Sejarah Lokal Masyarakat Seram Bagian Barat .......................31

A. Mitos Yang Berkembang Dalam

Masyarakat Seram dan Sejarah Adat ..........................33

B. Masa Kolonial Belanda .............................................38

4. Sejarah Panjang Yang berujung Pada Pemekaran ...................41

5. Catatan Penutup .....................................................................43

Page 13: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

xiii

Bab III. Menuju Terbentuknya Kabupaten Seram Bagian Barat:

Proses Politik dan Proses Administif

1. Pengantar ...............................................................................45

2. Pemekaran Wilayah Seram Bagian Barat ...............................47

A. Di Awal Perjuangan .................................................49

B. Pemekaran Kabupaten Baru ......................................51

C. Alasan-alasan di balik Usulan

Pemekaran ...............................................................57

3. Catatan Penutup ..................................................................64

Bab IV. Pergumulan Kabupaten Baru dan Politik Identitas

1. Pengantar ................................................................................66

2. Mengenal Masyarakat Waisarisa

A. Geografis dan Demografis ........................................69

B. Sejarah Lokal Masyarakat Waisarisa ..........................71

3. Masyarakat Bekas Pekerja Pabrik .........................................72

4. Proses Pengidentifikasian Diri „Lokal/Asli‟

dan „Pendatang (Orang dagang) „ ......................................75

A. Penduduk „Lokal/Asli‟ ..............................................76

B. „Pendatang‟ ...............................................................78

5. Upaya Perebutan Sumber-sumber Daya Publik ......................84

6. Identifikasi Masyarakat: Sebuah Perjuangan hidup ................91

A. Berjuang Untuk Hidup .............................................91

B. Kesamaan Identifikasi Diri .......................................94

7. Catatan Penutup ...................................................................95

Bab V. Penutup ....................................................................................98

Daftar Pustaka ............................................................................................105

Lampiran-lampiran

Page 14: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

BAB I

P E N D A H U L U A N

1. Latar Belakang

Sejak tahun 1998 dengan jatuhnya Soeharto dari kursi kepresidenan,

banyak pengamat menyatakan bahwa Indonesia memasuki suatu era baru dalam

bidang pemerintahan, yakni dari pemerintahan yang tersentralisasi ke pemerintahan

yang terdesentralisasi. Artinya, daerah di beri kewenangan yang lebih besar untuk

mengatur dirinya sendiri (otonom). Ini jelas terlihat dengan adanya undang-undang

otonomi daerah, walaupun garis pemisah tentang tanggung jawab dan klaim-klaim

antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah belum begitu jelas1.

Sejak dikeluarkannya undang-undang otonomi daerah, Propinsi Maluku

yang pada awalnya hanya terdiri dari tiga kabupaten dan satu kotamadya,

dimekarkan menjadi 9 kabupaten, 2 kota dan 1 propinsi baru yakni Maluku Utara.

Pemekaran wilayah-wilayah ini cukup membawa dampak bagi kehidupan

masyarakat di daerah-daerah hasil pemekaran, terutama berkaitan dengan

distribusi akses terhadap sumber-sumber daya publik. Ini dikarenakan tingginya

angka pengangguran akibat konflik yang melanda propinsi ini beberapa waktu

sebelumnya. Pengangguran di Maluku dan Maluku Utara tahun 1999 mencapai

120.000 orang atau 13, 34% dari angkatan kerja. Jumlah ini meningkat di tahun

2001 mencapai 17,40%, jumlah ini kemudian mulai menurun, seiring mulai

membaiknya kondisi keamanan. Sampai akhir tahun 2003, pengangguran

1 Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Klinken (ed), Politik Lokal Di Indonesia, , Jakarta, KITLV

dan Yayasan Obor Indonesia, 2007, hlm.13.

Page 15: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

2

mencapai 15,43% dari jumlah usia kerja. Pada Desember 2004, Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebanyak 505.296 orang dengan

penggangguran hampir mencapai 76.000 orang atau sekitar 15%.2 Jumlah ini

perlahan-lahan mulai turun namun jumlah pengangguran termasuk kategori cukup

tinggi dibandingkan yang terjadi di Kawasan Timur Indonesia (KTI) lainnya.

Masalah perebutan akses sumber-sumber daya publik juga melanda

Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), salah satu kabupaten baru hasil pemekaran

dari Kabupaten Maluku Tengah. Di kabupaten ini bukan hanya berdiam

masyarakat lokal SBB serta orang Maluku sendiri, tetapi juga etnis lain dari luar

Maluku. Adanya etnis lain yang berdiam di daerah ini karena bermacam-macam

alasan. Alasan terbesar adalah mengikuti program pemerintah Orde Baru, yakni

transmigrasi nasional. Kehadiran etnis lain di daerah ini pada awalnya tidak

bermasalah. Antara penduduk lokal dengan pendatang hidup saling

berdampingan.

Demikian pula dengan apa yang terjadi di „negeri‟3 Waisarisa. Waisarisa

adalah satu daerah di wilayah kabupaten SBB dengan komposisi penduduk yang

sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti

Group. Pabrik ini menyerap banyak tenaga kerja yang bukan hanya etnis SBB

atau Maluku, tetapi juga banyak dari etnis Jawa, Toraja, Minahasa, dll. Mereka

yang berasal dari etnis luar Maluku, terutama Jawa dan Toraja, didatangkan secara

besar-besaran dengan menggunakan sistem angkatan kerja. Ketika mereka tiba

2 www.detiknews.com/ dan www.disnakertrans-jateng.go.id/ , tanggal 2 April 2009 dan

www.hamline.edu/apakhabar/ dan http//74.125.153.132/ tanggal 27 Oktober 2009. 3 Negeri merupakan sebutan umum untuk desa di Maluku. Ketika pemerintahan orde baru, negeri-

negeri di Maluku mengalami perubahan nama menjadi desa dan sistem pemerintahannya pun

diseragamkan dengan desa-desa di Jawa..

Page 16: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

3

untuk pertama kalinya, tidak pernah ada rasa iri dan perasaan tersaingi dari

penduduk lokal. Selain itu, karena merupakan tenaga kerja yang khusus

didatangkan dari luar Maluku oleh perusahaan, maka keberadaan mereka sangat

dilindungi oleh pihak perusahaan yang bersangkutan. Lagipula keberadaan

mereka di sana hanya untuk bekerja, bukan untuk hal-hal lain yang dapat

menyusahkan kehidupan mereka bersama.

Kemp-kemp yang disediakan pihak perusahaan dihuni bersama-sama baik

etnis lokal maupun pendatang. Dalam kehidupan bersama ini terjadi perjumpaan

multietnik dan multikultural. Ketika konflik Ambon yang mengedepankan isu

agama terjadi, daerah Waisarisa boleh dikatakan tidak terjamah sama sekali.

Masyarakat telah belajar dari perjumpaan-perjumpaan yang terjadi, sehingga

konflik relatif dapat dihindari.

Dengan kondisi keamanan yang mulai membaik, undang-undang otonomi

daerah mulai diberlakukan. Atas perjuangan tokoh-tokoh masyarakat, lahirlah

kabupaten-kabupaten baru. Pemekaran kabupaten-kabupaten baru ini membawa

harapan baru tentang akan adanya perbaikan dalam setiap bidang kehidupan buat

masyarakat yang bermukim di daerah hasil pemekaran tersebut. Salah satunya

adalah Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) yang beribukota di Piru, yang

disahkan dengan UU No. 40 Tahun 2003. Kasus inipun terjadi pada kabupaten ini

(SBB). Pemekaran kabupaten-kabupaten baru ini selalu diikuti dengan perekrutan

tenaga kerja baru pada instansi pemerintah kabupaten dalam jumlah besar. Wacana

yang berkembang sebelum pelaksanaan proses seleksi penerimaan pegawai adalah

pengutamaan “anak daerah”4 dan bukan “orang dagang”

5. Walaupun sudah hidup

4 Istilah ini artinya sejajar dengan putera daerah

Page 17: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

4

bertahun-tahun di Maluku bahkan di SBB, para pendatang tetap dianggap orang

luar. Dengan kata lain berhembusnya isu ini seakan-akan menutup peluang

bagi etnis lain dari luar SBB, bahkan dari luar Maluku untuk mendapatkan

pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Proses perjumpaan yang telah

terjadi bertahun-tahun seolah-olah tidak lagi diperhitungkan. Perbedaan etnis

menjadi isu utama dalam seleksi penerimaan PNS bukan perbedaan agama dan

keyakinan.

Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang dialami oleh warga Waisarisa.

Tes yang pertama kali dilakukan diikuti oleh ribuan pelamar, termasuk orang-

orang Waisarisa yang pada saat itu masih berstatus sebagai karyawan PT. Jayanti

grup. Bukan hanya anak daerah yang berlomba-lomba, tetapi juga menarik minat

orang-orang dari luar SBB. Ada rasa optimis “anak daerah” SBB bahwa mereka

akan diterima sebagai PNS. Tapi kenyataan yang terjadi di luar dugaan mereka.

Dari hasil yang diumumkan, muncul nama-nama yang berasal dari luar SBB. Hal

ini tentu saja membawa rasa kecewa di kalangan orang Waisarisa. Mereka

beranggapan bahwa sebagai orang Seram dan putera daerah SBB, mereka lebih

berhak atas sumber-sumber daya publik tersebut daripada orang-orang luar. Rasa

kekecewaan semakin diperkuat ketika pada tahun 2006 pabrik mengadakan PHK

besar-besaran terhadap dua ribu lebih karyawannya dan disusul dengan penutupan

pabrik itu pada tahun berikutnya. Mereka menilai pemerintah seakan-akan

menutup mata terhadap nasib mereka.

5 Istilah ini selalu dikenakan kepada orang asing atau bukan penduduk asli setempat yang berdiam

ditengah-tengan penduduk asli. Misalnya saja orang Waisarisa menyebut orang dari etnis luar yang

berdiam ditengah-tengah mereka dengan sebutan ini. Istilah ini bukan saja ditujukan pada orang-

orang dari luar propinsi Maluku tetapi juga kepada sesama orang Maluku, yang berlainan pulau

maupun negeri/kampung.

Page 18: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

5

Dengan gambaran di atas, identitas seseorang kembali dipertanyakan.

Sebelum pemekaran wilayah tidak ada wacana penguatan identitas etnis. Tetapi

setelah pemekaran wilayah, penguatan identitas etnis ini kemudian dimunculkan

dalam upaya perebutan sumber-sumber daya publik. Fenomena inilah yang akan

saya kaji.

2. Perumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang diatas maka pertanyaan masalah yang muncul

adalah: Sejauh mana politik identitas berperan dalam perebutan sumber-sumber

daya publik paska pemekaran wilayah di kabupaten Seram Bagian Barat?

Pertanyaan umum tersebut diuraikan kedalam beberapa pertanyaan penelitian

sebagai berikut :

1. Bagaimana etnis “pendatang” dan etnis “lokal” saling memandang?

Bagaimana masing-masing mendefinisikan identitas mereka?

2. Bagaimana pandangan etnis “pendatang” dan etnis “lokal” terhadap isu

“putra daerah” yang digulirkan dalam proses penerimaan Calon Pegawai

Negeri Sipil pasca pemekaran?

3. Bagaimana identifikasi diri yang dibangun oleh orang Waisarisa (pendatang

maupun lokal) dalam menjembatani penguatan-penguatan identitas etnis

pasca seleksi CPNS?

3. Tujuan Penelitian

Page 19: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

6

Dengan melihat gambaran permasalahan diatas maka penelitian ini bertujuan

untuk:

1. Mendeskripsikan proses politisasi identitas pasca pemekaran kabupaten baru.

2. Mengungkapkan fungsi politisasi identitas dalam proses perebutan

sumber- sumber daya publik.

4. Kerangka Konseptual

Ketika pada akhirnya pemerintah pusat menyetujui usulan pemekaran

Kabupaten Seram Bagian Barat dengan UU No.40 tahun 2003, ada rasa lega yang

tersirat dari ungkapan-ungkapan oleh orang-orang yang berasal dari Seram Bagian

Barat. Rasa lega itu dikaitkan dengan terbukanya lapangan pekerjaan, “Syukurlah,

dengan berdiri sendiri maka setidaknya anak-anak daerah SBB punya peluang

besar untuk mendapat pekerjaan di negeri sendiri”. Demikianlah ungkapan seorang

ibu asal SBB bahkan mungkin orang-orang SBB lainnya. Sekali lagi kata anak

daerah ini patut digarisbawahi. Ungkapan “anak daerah” telah menjadi kata kunci

bagi orang-orang yang merasa berasal dari Seram Bagian Barat (SBB). Ini

merupakan pembeda mereka yang mengaku berasal dari SBB dengan orang lain

yang bukan berasal dari SBB berdasarkan nama keluarga (fam)6 yang diwariskan.

Anak daerah dan nama keluarga (fam) merupakan dua hal yang saling

berhubungan satu dengan yang lainnya dan berkaitan erat dengan masalah yang

terjadi di kabupaten baru hasil pemekaran. Kedua hal ini juga yang menjadi

instrumen pengidentifikasian diri. Menurut Stuart Hall, pada dasarnya identitas

6 Kata ini sengaja penulis cetak miring. Fam bagi orang Maluku merupakan sebutan untuk nama

keluarga/marga, dan masing-masing etnis Maluku memilikinya dibelakang nama depannya,

misalnya nama keluarga yang penulis pakai.

Page 20: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

7

selalu dinyatakan sebagai bentuk representasi diri. Ide atau gagasan tentang

identitas merupakan suatu hal yang kontradiktoris, karena terdiri dari satu atau

lebih wacana yang berproses melewati atau membatasi yang lainnya.7 Artinya,

identitas seseorang dapat merepresentasikan banyak hal dan oleh karena itu tidak

tunggal serta selalu berproses. Identitas itu bersifat cair, ia akan berubah ketika

situasi yang dihadapi berbeda pula. Dengan banyak komponen itulah maka kita

dapat menggambarkan diri kita dan orang lain sehingga dapatlah dikatakan bahwa

identitas menurut Hall selalu bersifat relasional. Defenisi tentang “diri” itu selalu

terkait dengan siapa yang dilihat/dibayangkan sebagai yang “lain”.

Sejalan dengan pikiran Hall, Robin Tolmach Lakoff menyatakan bahwa

identitas manusia adalah sebuah „proses‟ yang dikonstruksi dan dapat berubah oleh

pengalaman hidup. Identitas dikonstuksi lewat sebuah cara yang sangat kompleks

dengan maupun tanpa kesadaran. Dalam beberapa kasus, ia menyatakan bahwa

identitas sama dengan proses pengidentifikasian seseorang terhadap keanggotaan

dari komunitasnya.8 Dengan melihat pendapat di atas dapat dikatakan bahwa Hall

dan Lakoff memiliki pandangan bahwa identitas itu disamakan dengan

pengidentifikasian diri dan melewati sebuah proses yang dikonstruksi berulang-

ulang oleh pengalaman yang berbeda-beda. Atau dengan kata lain, bagi Hall dan

Lakoff, identitas itu bersifat cair. Seperti yang diungkapkan oleh Kobena Mercer

bahwa identitas itu merupakan sebuah kata kunci dalam perkembangan politik,

bahkan kata identitas juga bisa ditafsirkan dalam makna yang berbeda maupun

7 Stuart Hall, “Old and New Indentities, Old And New Ethnicities”, dalam Anthony D. King (ed),

Culture, Globalization And The World-System, Binghamton ,The Macmillan Press Ltd, 1991, hlm.

49. 8 Robin Tolmach Lakoff, “Identity: „You Are What You Eat”, dalam Anna de Fina, dkk (ed)

Discourse and Identity, Crambridge, Cambridge University, 2006, hlm. 142-143.

Page 21: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

8

sama tergantung siapa pelakunya.9 Artinya, bahwa identitas bersifat cair karena ia

bebas diartikan oleh siapa saja tergantung kepentingan yang ingin dicapai. Bahkan

kelompok-kelompok etnis sebagai tatanan sosial pun terbentuk bila seseorang

menggunakan identitas etnisnya dalam mengkategorikan/mengidentifikasi dirinya

dan orang lain untuk tujuan interaksi.10

Pada kasus Waisarisa, asumsinya adalah bahwa yang dipakai sebagai

tanda identifikasi diri adalah nama keluarga (fam). Tanda ini akan dipakai jika

berkaitan dengan upaya perebutan sumber-sumber daya publik. Lain lagi jika

masalah yang dihadapi secara komunal sebagai sebuah masyarakat (sosial) bekas

pekerja, tentunya indikator pengidentifikasian diri itupun berbeda pula. Misalnya

saja yang dipakai adalah buruh pabrik yang terkena PHK gelombang pertama dan

kedua atau kelompok kerja pada bagian alat berat di pabrik. Akhirnya dapat

dikatakan bahwa nama keluarga (fam) yang dipakai sebagai penanda hanya

merupakan salah satu dari begitu banyak penanda-penanda yang lain misalnya

etnis, agama, pekerjaan, dll.

Dalam pengidentifikasian diri yang menggunakan nama keluarga (fam),

orang selalu mengaitkannya dengan perebutan sumber-sumber daya publik untuk

membedakan yang asli dan pendatang. Banyak contoh menunjukkan bahwa nama

keluarga (fam) ini pada akhirnya bermuara pada apa yang disebut etnis. Etnis

pendatang dan etnis lokal itu yang selalu bergaung setelah pemekaran kabupaten

Seram Bagian Barat. Sebenarnya, apa yang dimaksudkan dengan etnis itu sendiri?

9 Kobena Mercer, “1968”:Periodizing Politics and Identity”, dalam Lawrence Grossberg, dkk (ed),

Cultural Studies, New York & London, Roudledge, 1992, hlm. 424. 10

Fredrik Barth, Ethnic Group and Boundaries, Bergen and London, Universitets Forlaget and

George Allen & UNWIN, 1970, hlm.14.

Page 22: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

9

Menurut Anthony D. Smith, etnis atau komunitas etnis dapat diartikan

sebagai penamaan populasi manusia yang memiliki mitos, sejarah dan budaya yang

sama, memiliki tanah tumpah darah (homeland) dan memiliki rasa solidaritas11

.

Dengan demikian komunitas ini juga lebih mengacu pada sistem primodial yang

telah berlangsung lama. Hal senada juga diungkapkan oleh Tilaar bahwa pada

dasarnya suatu kelompok etnis memiliki enam sifat dasar diantaranya adalah

memiliki nama khas yang mengidentifikasikan hakikat dari suatu masyarakat serta

terikat dengan tanah tumpah darah.12

Mengacu pada kedua pendapat ini maka,

mereka yang mengaku sebagai anak daerah Seram Bagian Barat merasa bahwa

mereka adalah etnis Seram Barat karena mereka memiliki nama keluarga dan mitos

terutama tentang tiga batang air/aer: Tala (Kecamatan Kairatu), Eti (Kecamatan

Seram Barat) dan Sapalewa (Kecamatan Taniwel), sejarah dan budaya yang sama,

tanah tumpah darah (homeland) yang telah berdiri menjadi daerah otonom. Dari

sinilah rasa solidaritas sebagai orang Seram Bagian Barat dibangun. Dengan

demikian ketika diperhadapkan dengan perebutan sumber-sumber daya publik,

etnis SBB mulai membangun benteng pertahanan dengan isu putera asli daerah.

Asumsinya bahwa dengan adanya isu ini memungkinkan putera-puteri daerah

memiliki kesempatan besar dalam perebutan sumber-sumber daya publik.

Ketika telah berdiri menjadi sebuah kabupaten yang mandiri, dalam upaya

perebutan sumber-sumber daya publik tersebut, masalah identitas mulai mencuat.

Seiring dengan berjalannya waktu, kontestasi politik lokal yang mengetengahkan

isu identitas kembali dimunculkan. Politik identitas ini seakan-akan merupakan

11

Anthony D. Smith, “Structure and Persistence of Etnie”, dalam Montserrat Guibernau dan John

Rex (ed), The Ethnicity Reader, Cambridge, Polity Press, 1997, hlm.27 12

H.A.R. Tilaar, Mengindonesia, Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia, Jakarta, PT.Rineka

Cipta, 2007, hlm.6.

Page 23: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

10

jalan terakhir dalam perebutan lapangan pekerjaan. Politik identitas itu mengacu

pada mekanisme politik pengorganisasian identitas (baik identitas politik maupun

identitas sosial) sebagai sumberdaya dan sarana politik.13

Mengacu pada kasus Waisarisa dimana banyak penduduknya berasal dari

luar Seram, maka hal ini tentulah dapat dipahami. Mereka yang merasa sebagai

orang lokal/putera asli daerah mengklaim bahwa mereka lebih berhak bekerja di

negeri mereka sendiri ketimbang etnis/orang lain. Asumsi mereka adalah bahwa

negeri mereka akan maju jika dipimpin oleh orang-orang mereka sendiri. Sejalan

dengan itu Gustiana Kambo, mengutip Halls dan Gay, mengatakan bahwa politik

identitas merujuk pada berbagai bentuk mobilisasi politik atas dasar identitas

kolektif yang sebelumnya sering disembunyikan, ditekan, diabaikan baik oleh

kelompok dominan yang terdapat dalam sebuah sistem demokrasi liberal atau oleh

agenda politik kewarganegaraan yang diusung untuk dan atas nama demokrasi

yang lebih progresif.14

Mengacu pada pendapat tadi pertanyaan yang muncul adalah apakah

memang selama ini orang/etnis Seram Bagian Barat merasa selalu

menyembunyikan identitas kolektifnya, karena selalu ditekan dan diabaikan oleh

etnis lain yang dominan? Bukankah politik identitas selalu dikaitkan dengan

sentimen primordialisme? Sentimen primordialisme bukan hanya berbicara

tentang diri sendiri atau siapa kami, tetapi juga cenderung untuk melihat relasi

kekuasaan terutama berkaitan dengan siapakah yang dianggap “the other”. Bagi

13

Ari Setyaningrum, „Memetakan lokasi Bagi Politik Identitas dalam Wacana Politik Poskolonial‟,

Jurnal Mandatory, Edisi 2/Tahun 2/2005, Yogyakarta, IRE, 2005, hlm.18. 14

Gustiana Kambo, “Memahami Politik Identitas, Pemikiran Tentang Pencarian identitas Etnik:

Sebuah Kajian Dalam Pembentukan Propinsi Sulawesi Barat‟ makalah, disampaikan pada seminar

internasional Percik dengan tema “Dinamika Politik lokal di Indonesia”, Salatiga, 15-17 Juli 2008.

Page 24: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

11

penduduk “asli” Waisarisa, ketika masih sama-sama bekerja di pabrik, mungkin ia

tidak merasa bahwa sesama pekerja etnis pendatang adalah “orang lain”, tetapi ia

menjadi “orang lain“ ketika konteks yang dihadapi mulai berubah, sama-sama

dalam urusan memperjuangkan hidup.

Masalah etnisitas telah menjadi sebuah hal penting dalam membicarakan

berbagai fenomena di seputar masalah otonomi daerah. Otonomi daerah selalu

dikaitkan dengan kebijakan daerah untuk mengatur dirinya sendiri. Konsep

otonomi daerah pada hakikatnya mengandung arti adanya kebebasan daerah untuk

mengambil keputusan, baik politik maupun administratif, menurut prakarsa

sendiri.15

Secara normatif otonomi daerah lebih menekankan aspek

kemandirian daerah dalam mengurus dirinya sendiri, tak lain untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat serta mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya. Otonomi

daerah memicu terjadinya pemekaran wilayah-wilayah. Pemekaran wilayah sendiri

merupakan suatu proses pembagian wilayah menjadi lebih dari satu wilayah,

dengan tujuan meningkatkan pelayanan dan mempercepat pembangunan.16

Sejalan

dengan pemikiran itu, Henk S. Nordholt dan Gerry van Klinken menyatakan

bahwa pemekaran daerah merupakan sebutan untuk subdivisi distrik-distrik dan

provinsi yang ada dalam rangka menciptakan unit-unit administratif baru.17

Dari

kedua pendapat ini terlihat bahwa yang menjadi alasan adanya pemekaran sebuah

daerah baru bukan cuma keinginan mengatur dirinya sendiri, tetapi secara

administratif lebih mempermudah pelayanan kepada masyarakat.

15

Lili Romli, Potret Otonomi Daerah dan Wakil Rakyat di Tingkat Lokal, Yogyakarta, Pustaka

Pelajar, 2007, hlm.7. 16

Yadi Surya Diputra, “Analisa Kekuatan Politik Etnisitas Dalam Proses Pemekaran Propinsi Pulau

Sumbawa”, makalah, disampaikan pada seminar internasional Percik dengan tema “Dinamika

Politik Lokal di Indonesia”, Salatiga, 15-17 Juli 2008, hlm.11 17

Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Klinken, op.cit, hlm.25.

Page 25: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

12

Bagi masyarakat Seram Bagian Barat, menjadi sebuah kabupaten sendiri

lepas dari kabupaten induk, secara administratif sangat mempermudah

mendapatkan pelayanan birokrasi, karena jarak yang harus ditempuh tidaklah jauh

dibandingkan ke Masohi, ibukota Kabupaten Maluku Tengah. Jarak antara Kairatu

(kecamatan SBB yang berbatasan dengan Kabupaten Maluku Tengah) kurang

lebih sekitar 148 km18

, belum lagi dengan kecamatan-kecamatan yang tidak

berbatasan langsung. Selama ini untuk mengurus keperluan administrasi maka

orang dari Seram Bagian Barat harus ke Masohi. Secara geografis, jarak yang harus

ditempuh cukup jauh dengan kondisi jalan raya yang rusak cukup parah sehingga

memakan biaya yang tidak sedikit. Selain itu prasarana jalan raya ini tidak

langsung menghubungkan beberapa daerah dengan Masohi disebabkan kondisi

geografis yang tidak memungkinkan, belum lagi sarana transportasi yang sulit

menyebabkan pengurusan bisa memakan waktu berhari-hari dan mahal. Jadi,

alasan pemekaran ini bukan karena masalah perbedaan etnis semata, tetapi lebih

pada alasan pelayanan atministratif yang lebih efisien. Dengan kata lain, untuk

mempersempit rentang kendali pemerintahan.

5. Tinjauan Pustaka

Ketika berbicara tentang otonomisasi daerah yang berwujud pada

pemekaran wilayah, pemikiran kita akan dibawa pada adanya kemandirian dan

desentralisasi kekuasaan. Dengan adanya desentralisasi ini maka daerah mendapat

kewenangan yang lebih besar untuk mengatur jalannya roda pembangunan di

daerah bersangkutan. Ada banyak penelitian yang telah dilakukan baik pribadi

18

http://www2.kompas.com/ tanggal 12 Desember 2008.

Page 26: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

13

maupun berkelompok untuk melihat persoalan yang terjadi di seputar otonomisasi

daerah. Mulai dari perlunya merevisi UU Otonomi Daerah yang selama ini telah

digunakan sampai pada masalah kontestasi politik lokal.

Berdasarkan tulisan-tulisan tersebut tampak bahwa masalah otonomisasi

daerah selalu ditinjau dari aspek yuridisnya (Lili Romli,2007; Ni‟matul

Huda,2007), tetapi ada beberapa tulisan yang berbicara dari sisi kontestasi politik

lokal, misalnya tentang bagaimana para elit lokal mulai melebarkan pengaruhnya

untuk turut mengambil bagian dalam setiap proyek daerah paska otonomisasi (John

F. McCarthy, 2007; Erwiza Erman, 2007; Akiko Morishita, 2006, dll). Dari sisi

kontestasi politik ini ada beberapa orang yang sudah mulai berbicara tentang politik

identitas (Yadi Surya Diputra, 2008; Gustiana A. Kambo, 2008; Carole Foucher,

2007; Myrna Eindhoven,2007). Tulisan-tulisan mengenai otonomisasi daerah dan

kaitannya dengan politik identitas ini semuanya sangat menarik karena kasus yang

dihadapi oleh setiap daerah berdasarkan hasil penelitian ini hampir sama. Alasan

sebuah daerah ingin mekar atau terlepas dari daerah induk (entah propinsi atau

kabupaten), selalu dikaitkan dengan identitas etnis dan rasa termarjinalkan dalam

bidang sosial maupun bidang ekonomi oleh etnis “dominan”.

Dalam tulisan Myrna Eindhoven misalnya, alasan terpisahnya kepulauan

Mentawai sebagai sebuah kabupaten sendiri lepas dari kabupaten Padang Pariaman

di daratan Sumatera disebabkan kurangnya perhatian pemerintah Kabupaten

Padang Pariaman yang berada di daratan Sumatra terhadap pembangunan di

kepulauan ini. Selain itu juga adanya diskriminasi agama yang dimunculkan

sebagai sebuah persyaratan, yakni dengan adanya peraturan daerah yang

Page 27: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

14

mengharuskan para pelamar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) harus beragama

Islam.

…Selain itu, untuk bisa melamar menjadi pegawai negeri, ada syarat yang

bersangkutan harus orang Muslim, dan hal ini membuat sebagaian besar

orang Mentawai praktis tidak mungkin melamar posisi-posisi di

pemerintahan. Karena menjadi orang Kristen sejak awal abad ke-20,

mayoritas orang Mentawai sekarang memandang Kristenitas sebagai

bagian integral dari identitas mereka. Meskipun begitu, ada beberapa

kasus yang diketahui ketika orang-orang Mentawai beralih memeluk

agama Islam atau setidak-tidaknya mengubah nama Kristen menjadi nama

Islam-agar bisa memenuhi syarat sebagai pegawai negeri.19

Hal ini menyebabkan etnis Mentawai merasa terpinggirkan karena mayoritas

beragama Kristen. Seiring dengan masalah tersebut identitas yang dipolitisir ikut

menentukan dalam pengambilan kebijakan tentang kepemimpinan “putra daerah”.

Tulisan Gustiana A. Kambo juga mencirikan hal yang sama yakni adanya

ketidakpuasan etnis Mandar yang merasa didominasi oleh etnis Bugis. Padahal

etnis Mandar merasa memiliki sejarah kolektif tentang asal usul dan keberadaan

mereka sendiri. Seperti yang diungkapkan bahwa politik perbedaan (politik

identitas) antaretnik di Sulawesi Selatan didasarkan atas dominasi etnik dominan

(Bugis) atas kelompok minoritas dan marginal (Mandar). Dengan alasan inilah

mereka lepas dari Propinsi Sulawesi Selatan dan membentuk Propinsi Sulawesi

Barat.20

Dari kedua kajian di atas dapat kita lihat betapa identitas dapat menjadi

sebuah kekuatan untuk menentukan nasib sendiri lewat pemekaran sebuah daerah

19

Myrna Eindhoven, “Penjajah Baru? Identitas, Representasi, dan Pemerintahan di Kepulauan

Mentawai Pasca-Orde Baru”, dalam Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Klinken (ed), Politik

Lokal di Indonesia, Jakarta, KITLV dan YOI, 2007, hlm.92. 20

Gustiana Kambo, “Memahami Politik Identitas, Pemikiran Tentang Pencarian identitas Etnik:

Sebuah Kajian Dalam Pembentukan Propinsi Sulawesi Barat‟ makalah, disampaikan pada seminar

internasional Percik dengan tema “Dinamika Politik lokal di Indonesia”, Salatiga, 15-17 Juli 2008.

Page 28: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

15

baru. Artinya, identitas etnis dan atau agama telah menjadi alasan utama

pemekaran. Namun, hal ini berbanding terbalik dengan kondisi yang dihadapi oleh

Kabupaten Seram Bagian Barat. Isu tentang perbedaan etnis bukan menjadi alasan

mendasar pemekaran. Isu identitas etnis baru dimunculkan setelah terjadi

pemekaran dalam upaya perebutan sumber-sumber daya publik antara etnis “asli”

dan “pendatang” (orang dagang). Bagi orang Maluku sendiri, penyebutan

seseorang dengan istilah “orang dagang” bukan cuma ditujukan bagi orang-orang

yang berasal dari etnis di luar Maluku (etnis Jawa, Buton, Bugis-Makasar, dll).

Sebutan ini juga dikenakan bagi orang-orang Maluku sendiri yang berasal dari

bahkan pulau bahkan negeri yang berbeda.21

Misalnya, orang Saparua memanggil

orang-orang Seram atau orang Kei dengan sebutan ini (baca: orang dagang). Hal

ini pun terjadi di Waisarisa yang dihuni bukan saja oleh penduduk lokal, tetapi oleh

berbagai suku bekas pekerja pabrik. Seorang mantan pekerja yang berasal dari desa

Allang dan menikah dengan perempuan Waisarisa, oleh keluarga istrinya tetap

disebut orang dagang.22

Identitas menjadi salah satu variabel kunci. Penduduk

lokal (asli Waisarisa dan Seram Bagian Barat) akhirnya menggunakan variabel

kunci ini sebagai justifikasi untuk dapat menjadi CPNS bahkan PNS.

Selain hal itu, yang menarik dari daerah Seram Bagian Barat khususnya

Waisarisa adalah bahwa daerah ini tidak terjamah konflik sama sekali sehingga

ketika terjadi pemekaran wilayah, agama bukanlah sebuah alasan yang cukup

penting untuk membedakan yang lokal dan pendatang. Hal ini disebabkan karena

21

Maluku merupakan propinsi kepulauan yang terdiri dari kurang lebih 972 pulau, dengan Pulau

Seram sebagai pulau terbesar (Sumber: Asisten I Sekda Maluku 2007,

http://www.malukuprov.go.id/) tanggal 12 Desember 2008. 22

Seperti yang diungkapkan oleh seorang mantan pekerja pabrik berinisial AS, tanggal 13 Januari

2009.

Page 29: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

16

dalam kehidupan masyarakat pada umumnya terjadi pembauran, dimana tempat

tinggal tidak berdasar pada agama yang dipeluk. Hal ini berbeda dengan negeri-

negeri lainnya di Maluku, terutama pasca-konflik Ambon.23

6. Metodologi Penelitian

A. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi

kasus, dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yakni:

1. Observasi lapangan dengan mengamati langsung kehidupan

penduduk Waisarisa baik orang lokal maupun pendatang yang

sampai saat ini masih bertahan di kemp perusahaan serta wacana-

wacana seputar pemekaran wilayah.

2. Wawancara; teknik ini diharapkan dapat menggali sejumlah

informasi penting melalui interaksi dengan para informan.

3. Pendalaman berbagai dokumen tertulis untuk mendapatkan

gambaran tentang sejarah adat masyarakat SBB sampai pada upaya-

upaya pemekaran dan seputar politisasi identitas dalam perebutan

sumber-sumber daya publik.

23

Pada umumnya negeri-negeri di Maluku, memiliki pemeluk agama yang homogen. Artinya

bahwa sebuah agama menjadi agama tunggal di sebuah negeri tertentu pula sehingga ketika

menyebut sebuah nama negeri maka orang akan langsung tahu agama yang dianut oleh masyarakat

negeri tersebut. Misalnya negeri Kamariang, orang langsung tahu bahwa ia merupakan sebuah

negeri Kristen sedangkan Mamala, orang langsung tahu bahwa itu adalah negeri Islam. Kalaupun

pada akhirnya ada dua negeri yang memiliki kesamaan nama mungkin karena adanya pertalian

darah antara leluhur negeri-negeri tersebut (ade-kaka) maka akan ada penambahan nama

berdasarkan agama yang dianut oleh masyarakat negeri tersebut, misalnya negeri Sirisori Sarane

(Sirisori Kristen) dan Sirisori Salam (Sirisori Islam). Agama Islam telah lebih dulu ada

dibandingkan agama Kristen. Agama tersebar lewat jalur perdagangan yang dikembangkan oleh

para pedagang dari Jawa dan Gowa (Sulawesi Selatan) dan juga pengaruh dari kerajaan Ternate dan

Tidore di Maluku Utara. Sedangkan agama Katolik dan Protestan disebarkan oleh bangsa Portugis

dan Belanda yang cukup giat mengadakan pengkristenan terhadap negeri-negeri yang pada awalnya

telah beragama Islam.

Page 30: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

17

Kombinasi ketiga teknik pengumpulan data ini digunakan untuk

mendapatkan data yang tidak dapat digali dari satu teknik tertentu.

B. Yang menjadi informan adalah penduduk Waisarisa baik pendatang maupun

lokal, yang telah memiliki pekerjaan maupun belum, teristimewa mantan

tenaga kerja pabrik kayu lapis, aparat pemerintahan setempat (bisa dari

negeri Waisarisa maupun dari pemerintah kabupaten). Hal ini guna

mendapat data yang akurat tentang pemekaran dan implikasinya pada

politisasi identitas. Selain dari masyarakat Waisarisa dan pemerintah,

penulis juga berupaya mendapat data dari beberapa orang tua asal SBB

guna penyempurnaan data mengenai sejarah adat masyarakat SBB. Penulis

merasa tertarik menulis tentang kondisi kabupaten baru ini karena walaupun

sebagai etnis Seram Bagian Barat yang tidak pernah merasakan pahit

getirnya hidup di negeri asal, kondisi pasca pemekaran ini dengan berbagai

permasalahan yang terjadi menimbulkan pertanyaan besar tentang politik

identitas yang sedang dipraktekkan. Walaupun para informannya sebagian

berasal dari etnis lain, penulis tetap pada posisi tidak berpihak dan

menganggap bahwa informasi yang didapatkan dari setiap informan itu

penting. Mungkin akan ada keraguan dari etnis pendatang tentang

keberadaan penulis sebagai putera daerah SBB dan rasa subjektivitas

sebagai seorang peneliti bisa saja muncul. Untuk mengatasi masalah

tersebut, penulis menggunakan seorang mantan pekerja pabrik etnis Jawa

yang mendampingi penulis melakukan wawancara awal dengan para

informan.

Page 31: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

18

C. Wawancara dilakukan secara terbuka dengan pertanyaan semi terstruktur.

Artinya informasi digali lewat wawancara berdasarkan pertanyaan-

pertanyaan penelitian tetapi bisa juga terjadi pengembangan pertanyaan

berdasarkan informasi yang diberikan. Kesemuanya bertujuan untuk

menggali lebih jauh sejumlah informasi penting yang belum terdapat dalam

lampiran pertanyaan-pertanyaan operasional. Selain itu juga agar para

informan dapat mengemukakan apa yang mereka tahu dan rasakan serta

harapan-harapan mereka tanpa harus diintervensi oleh penulis terlebih

dulu.

D. Penelitian ini dilakukan di negeri Waisarisa, Kecamatan Kairatu, Kabupaten

Seram Bagian Barat. Lokasi ini dipilih karena memiliki keunikan.

Penduduknya bukan hanya penduduk asli/lokal, tetapi terdiri dari berbagai

etnis karena dulunya di wilayah ini berdiri pabrik pengolahan kayu lapis

yang mempekerjakan banyak orang dari berbagai etnis. Ketika pabrik ini

tutup, orang-orang tersebut tetap tinggal dan menetap di negeri ini

bersamaan dengan pemekaran wilayah Kabupaten SBB. Selain itu pula

yang cukup menarik dari Waisarisa adalah penduduk asli Waisarisa juga

bukan merupakan etnis SBB, melainkan orang-orang yang berasal dari

Pulau Nusalaut di Kecamatan Maluku Tengah. Mereka sudah menempati

tanah ini sekitar dua generasi.

7. Sistematika Penulisan

Tesis ini terdiri atas 5 bab dengan sistematika sebagai berikut : bab I

merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan

penilitian, kerangka teori yang memaparkan sejumlah kata kunci yang menjadi

Page 32: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

19

sandaran penulisan ini, tinjauan pustaka yang mengupas penelitian-penelitian

dengan topik yang sama namun dengan sudut pandang yang berbeda, serta

metodologi penelitian. Bab II akan memaparkan gambaran Kabupaten Seram

Bagian Barat baik letak dan kondisi geografis, demografi, serta deskripsi sejarah

lokal. Deskripsi sejarah lokal diawali dengan mitos tentang asal-usul etnis Seram

sampai pada perjuangan mengusir Belanda dari Seram Barat serta penentuan batas

wilayah yang dirunut dari sejarah tersebut. Bab III akan membahas proses

pemekaran wilayah baik secara administratif maupun secara politik ditingkat

birokrasi pemerintahan pusat maupun daerah dan dalam lingkup masyarakat SBB

sendiri serta implikasinya dengan isu politik identitas. Bab IV akan menyoroti

identifikasi pendatang dan penduduk lokal dalam kaitannya dengan proses

rekrutmen pegawai negeri, indikator-indikator yang dipakai Pemda untuk

mengetahui pendatang dan penduduk lokal serta upaya-upaya untuk meredam

kemungkinan terjadinya ketegangan antar etnis akibat politisasi identitas dalam

rekrutmen CPNS. Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari

seluruh hasil penulisan serta saran-saran.

Page 33: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

20

B A B II

SERAM BAGIAN BARAT:

GEOGRAFI, DEMOGRAFI DAN MIT0S-SEJARAH

Sejarah harus dihormati,…..

Sejarah tidak bersinonim dengan nostalgia hampa

atau pemujaan tanpa pandang bulu pada masa lalu.

Sebaliknya, ia mewadahi semua yang telah dibangun selama berabad-abad:

ingatan, lambang-lambang, pranata-pranata, bahasa,

karya seni dan semua hal lain tempat orang bisa terikat secara sah.

(Amin Maalouf, 2004)

1. Pengantar

Desentralisasi pemerintahan yang terjadi saat ini turut membuka artikulasi

keberadaan suatu kelompok etnis yang selama ini merasa didominasi etnis lain.

Berbagai upaya dilakukan etnis itu untuk menggali kembali simbol-simbol budaya

yang sebelumnya terkungkung oleh budaya Orde Baru. Penggalian simbol budaya

ini kemudian menjadi sebuah pemicu ide pemekaran karena adanya kesamaan

budaya yang dianggap berbeda dengan budaya mayoritas/dominan. Oleh sebab

itu setiap komunitas yang relatif homogen mempunyai kebudayaan tersendiri

yang merupakan ciri khas dari kelompok etnis tersebut.24

Dari sinilah perasaan

primordial dibangun, entah itu secara kesukuan ataupun kepercayaan/religi.

24

H.A.R. Tilaar, Mengindonesia, Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia, Jakarta, PT. Rineka

Cipta, 2007, hlm.2.

Page 34: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

21

Bab ini akan memaparkan gambaran Seram Bagian Barat (SBB) bukan

semata-mata sebagai satu kesatuan administratif (geografis, demografi) tetapi juga

sebagai sebuah kesatuan kultural-historis. Hal ini karena pemekaran wilayah yang

berlangsung di tahun 2004 membagi Pulau Seram menjadi tiga wilayah

administratif. Tetapi secara kultural historis masyarakat Seram tetap satu yang

terbagi dalam dua suku, yakni Alune dan Wemale. Kultur historis masyarakat

Seram ini menarik karena sama seperti masyarakat lainnya, masyarakat Seram pun

memiliki sejarah panjang dengan warisan budaya yang sampai saat ini tetap

dipelihara dari generasi ke generasi. Bahkan sejarah awal masyarakat Seram dapat

ditelusuri dari mitos-mitos yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

Diantaranya mitos Nunusaku.25

Mitos Nunusaku masyarakat Seram sampai saat ini masih dipercaya

merupakan cikal bakal masyarakat Maluku pada umumnya. Dalam tuturan mitos

ini terkandung patokan yang dijadikan penentuan batas wilayah administratif

Seram Bagian Barat pada saat kabupaten ini sedang diperjuangkan menjadi sebuah

wilayah administratif baru. Mitos-mitos yang hidup dan berkembang dalam

masyarakat ini menjadi gambaran kehidupan etnis Seram, bagaimana mereka

memandang diri mereka dan orang-orang lain di sekitar mereka. Mitos Nunusaku

merupakan gambaran kehidupan dalam kebersamaan dengan orang luar.

Mitos-mitos yang hidup dalam masyarakat Seram dan sejarah panjang

mereka menjadi bukti bahwa sejak dulu etnis Seram bukan etnis yang menutup diri

terhadap etnis lain yang ada disekitarnya, walaupun mereka merupakan etnis

25

Nunusaku secara etimologi berarti pohon beringin. Nunu artinya beringin dan saku artinya

pohon.

Page 35: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

22

mayoritas. Nunusaku yang menjadi mitos sentral26

etnis Seram merupakan sebuah

gambaran keterbukaan etnis Seram terhadap orang luar. Sehingga pada akhirnya

ketika kabupaten Seram Bagian Barat berdiri, nilai-nilai filosofis Nunusaku

diharapkan dapat tertanam dalam setiap kehidupan etnis Seram, yakni mereka tetap

memandang etnis lain sebagai sesama mereka, kendati terjadi perebutan sumber-

sumber daya publik di Seram Bagian Barat.

Dengan melihat paparan di atas, bab ini berisikan gambaran umum Seram

Bagian Barat. Gambaran SBB akan dimulai dengan mengenal SBB lebih dekat

baik letak wilayah, kondisi demografinya serta potensi yang dimiliki oleh SBB

berupa sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Selain itu bab ini juga

berisikan sejarah panjang masyarakat Seram yang dapat ditelusuri lewat mitos-

mitos berkembang dalam kehidupan masyarakat Seram dan yang merupakan dasar

masyarakat Seram berpikir tentang diri mereka. Sejarah ini juga akan menyinggung

perjuangan masyarakat Seram ketika berada dalam penguasaan kolonial Belanda

sampai pada perjuangan untuk mekar menjadi sebuah kabupaten baru.

2. Gambaran Umum Seram Bagian Barat27

A. Letak Geografis

Seram Bagian Barat (SBB) adalah salah satu kabupaten baru hasil

pemekaran dari Kabupaten Maluku Tengah. Wilayahnya meliputi Pulau Seram

bagian barat serta beberapa pulau kecil yang berada diseputarnya namun sebagian

besar wilayahnya berada di Pulau Seram. Secara geografis kabupaten ini terletak

26

Kata ini sengaja penulis miringkan untuk menunjukan pentingnya mitos Nunusaku dalam

kehidupan etnis Seram 27

Data diambil dari Buku Seram Bagian Barat Dalam Angka 2007, hasil kerjasama Badan Pusat

Statistik Kabupaten Seram Bagian Barat dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Seram Bagian Barat serta beberapa sumber lainnya.

Page 36: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

23

antara 2˚ 55‟ – 3˚ 30‟ Lintang Selatan dan 127˚ - 55˚ Bujur Timur, dengan batas

wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Maluku Tengah;

b. Sebelah barat berbatasan dengan Laut Buru;

c. Sebelah utara dengan Laut Seram;

d. Sebelah selatan dengan Laut Banda.

Ketika melihat peta Seram Bagian Barat maka sudah dapat dipastikan

bahwa kabupaten ini memiliki luas laut yang lebih besar dibandingkan luas

daratannya. Luas laut mencapai 79.005 km² dan luas daratan sekitar 5.176 km² dari

total keseluruhan luas wilayahnya sekitar 84.181 km². Kabupaten ini juga terbagi

atas 4 kecamatan yakni:

1. Kecamatan Huamual Belakang seluas 569,36 km²;

2. Kecamatan Seram Barat seluas 879,92 km²;

3. Kecamatan Kairatu seluas 1.811,60 km² dan,

4. Kecamatan Taniwel seluas 1.915,12 km²

Kabupaten ini terdiri dari 62 pulau dengan Pulau Seram sebagai pulau yang

terbesar dan yang berpenghuni hanya sekitar 10 pulau dan yang tidak berpenghuni

sekitar 52 pulau. Kabupaten ini banyak dialiri aliran sungai besar dan kecil, tetapi

yang menjadi pusat cerita yang diwariskan turun temurun adalah Sungai Tala di

Kecamatan Kairatu, Sungai Eti di Kecamatan Seram Barat dan Sungai Sapalewa di

Kecamatan Taniwel yang oleh Bupati Seram Bagian Barat dikatakan sebagai

“aliran sungai kehidupan”.28

28

Disampaikan pada acara pembukaan seminar Sejarah dan Bahasa Tiga Batang Air tanggal 15

Januari 2009, Tabloid Umum Nusa Ina, Kamis 22 s/d Selasa, 27 Januari 2009.

Page 37: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

24

Dengan beribukota di Piru maka pelayanan publik dipermudah. Jarak yang

ditempuh dari masing-masing kecamatan ke ibukota kabupaten tidaklah jauh jika

dibandingkan ke ibukota kabupaten lama (Masohi ibukota Kabupaten Maluku

Tengah). Perjalanan dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat yang

memakan waktu beberapa jam saja. Kalaupun ada yang masih menggunakan

transportasi laut, hal ini lebih disebabkan pada belum tersedianya akses jalan raya

ke Piru (sampai draf ini ditulis sementara masih dikerjakan) misalnya beberapa

desa di kecamatan Huamual Belakang. Berikut jarak masing-masing kecamatan

dengan Piru selaku ibukota kabupaten :

a. Waesala (Kec. Huamual Belakang) 35,0 km;

b. Piru (Kec. Seram Barat) 1,0 km;

c. Kairatu (Kec. Kairatu) 48,0 km;

d. Taniwel (Kec. Taniwel) 76,7 km.

Dengan melihat jarak antara kecamatan-kecamatan yang ada dengan Piru

selaku ibukota kabupaten maka dapat dikatakan bahwa pemekaran wilayah ini

setidaknya memang telah membantu masyarakat memperpendek jarak untuk

urusan pelayanan publik. Walaupun demikian, ketika Surat Keputusan Menteri

Dalam Negeri tentang pemekaran kabupaten ini disahkan, sempat terjadi polemik

seputar letak ibukota kabupaten yang baru tersebut.

B. Kondisi Demografi

Dalam setiap pembangunan, yang menjadi sasaran pembangunan adalah

masyarakat. Di sisi lain penduduk atau masyarakat juga adalah pelaku

pembangunan itu sendiri. Sedangkan pemerintah adalah fasilitator dan pelayan

masyarakat, menampung aspirasi masyarakat dan memberikan pelayanan bagi

Page 38: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

25

aktivitas warga masyarakat. Oleh karena itu sumber daya manusialah yang selalu

diperhatikan oleh pemerintah yang sedang membangun. Hal ini terjadi mengingat

masyarakat di daerah-daerah yang baru dimekarkan selalu menuntut untuk dapat

berperan dalam bidang-bidang pemerintahan.29

Hal ini menjadi masalah apabila

pada daerah-daerah ini kualitas sumber daya manusianya dianggap belum layak

untuk berperan dalam bidang pemerintahan tersebut. Ditambah pula dengan

tingginya laju pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan lapangan

pekerjaan yang tersedia. Hal ini juga terjadi pada Kabupaten SBB.

Jumlah penduduk SBB menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal

Daerah (BKPMD) Maluku tahun 2004-2005 adalah sekitar 148.988 jiwa dengan

klasifikasi laki-laki :75.115 jiwa sedangkan perempuan 73.873 jiwa yang tersebar

pada empat kecamatan. Kecamatan Seram Barat: 53.909 jiwa; Kecamatan Kairatu:

49.481 jiwa; Kecamatan Taniwel: 16.936 jiwa dan Kecamatan Huamual Belakang:

28.662 jiwa.. Penduduk ini tersebar pada 89 desa serta 126 dusun.30

Jumlah ini

mengalami peningkatan yang cukup besar pada tahun-tahun berikutnya. Data yang

diperoleh dari Seram Bagian Barat Dalam Angka Tahun 2007 menyebutkan bahwa

pada tahun 2006 jumlah penduduk SBB sebanyak 157.318 jiwa dan menjadi

158.478 jiwa pada tahun 2007. Laju pertumbuhan penduduk mengalami

peningkatan sebesar 0,62 persen pada tahun 2006 menjadi 0,74 persen pada tahun

2007. Faktor peningkatan jumlah penduduk yang cukup tinggi ini pendukungnya

adalah penerimaan pegawai yang cukup banyak tetapi berasal bukan dari

Kabupaten SBB sendiri, melainkan berasal dari Maluku tengah dan kota Ambon,

29

J.W.Ajawaila, “Etnisitas dan Pemekaran Wilayah”, opini dalam Harian Siwalima, Selasa 23

September 2003 Edisi 243/IX Tahun IV. 30

http://www.bkpmd-maluku.com/ tanggal 2 April 2009.

Page 39: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

26

bahkan luar propinsi Maluku. Selain itu juga masih kurang kesadaran sebagian

penduduk (terutama yang bermukim di pedesaan) untuk membatasi jumlah anak.

Hal ini disebabkan mereka membutuhkan banyak tenaga untuk berkebun dan yang

diharapkan untuk membantu adalah anak-anak mereka sendiri. Selain itu adanya

proses pewarisan nama keluarga/fam yang mengikuti garis keturunan laki-laki,

sehingga setiap keluarga tetap berupaya memiliki anak laki-laki.

Pemda SBB telah berupaya menekan laju pertumbuhan penduduk tersebut.

Hal ini dilakukan mengingat tingginya angka pertumbuhan penduduk selalu tidak

berimbang dengan ketersediaan lapangan pekerjaan, baik pada birokrasi

pemerintah maupun pada sektor swasta. Oleh karena itu salah satu cara yang

ditempuh pemda adalah dengan menggalakkan program Keluarga Berencana

(KB). Program KB ini diharapkan dapat menggugah masyarakat demi alasan

perbaikan hidup anak cucu di kemudian hari.

Selain program KB, perhatian Pemda SBB juga diarahkan pada upaya

pemerataan penyebaran penduduk. Hal ini dikarenakan sekitar 36 persen penduduk

SBB terkonsentrasi di Kecamatan Seram Barat. Padahal luas kecamatan ini hanya

17 persen dari luas kabupaten. Keadaan ini kontras dengan kecamatan Taniwel.

Kecamatan Taniwel memiliki luas sekitar 37 persen dari luas seluruh kabupaten

tetapi hanya dihuni oleh sekitar 11 persen dari jumlah penduduk SBB. Pemda

Kabupaten SBB boleh saja berupaya melakukan penyebaran penduduk agar tidak

hanya terkonsentrasi pada Kecamatan Seram Barat yang dianggap sudah padat.

Namun tindakan nyata pemda untuk mengurangi kepadatan itu belumlah nampak.

Program ini akan menemui kesulitan jika pemda tidak memiliki gambaran jelas

penyebab terjadinya ketimpangan penyebaran penduduk tersebut.

Page 40: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

27

Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan

penyebaran penduduk. Misalnya, Piru sebagai ibukota kabupaten, sedikit banyak

memberikan sumbangan bertambahnya jumlah penduduk yang mendiami Piru dan

daerah-daerah di sekitarnya. Hal ini tentu dapat dipahami mengingat semua

kegiatan administrasi pemerintahan maupun ekonomi berpusat di Piru. Selain itu

akses jalan raya yang menghubungkan Piru dengan dua kecamatan lainnya

(Huamual belakang dan Taniwel) rusak parah, apalagi di musim hujan. Ini

menyebabkan lambatnya pembangunan di dua kecamatan ini. Pembangunan yang

berjalan lambat di dua kecamatan ini tentu saja akan menghambat laju

perekonomian karena pengusaha lokal yang berasal dari luar kecamatan ini enggan

berinvestasi di daerah-daerah ini. Tingginya modal yang harus dikeluarkan tidak

seimbang dengan daya dukung masyarakat. Akibatnya justru mereka akan merugi.

Dalam bidang pendidikan, Pemda SBB telah berupaya semaksimal

mungkin mengupayakan pendidikan yang layak bagi warganya. Upaya-upaya itu

diantaranya dengan mengadakan program pemberantasan buta huruf serta

penambahan jumlah tenaga pengajar (guru) dan sejumlah gedung sekolah yang

pada gilirannya dapat meningkatkan jumlah siswa. Hal ini dilakukan dengan

harapan ketersediaan fasilitas-fasilitas pendidikan akan dapat meningkatkan mutu

pendidikan. Jumlah sekolah sampai tahun 2005 adalah 274 buah dengan rincian

TK: 17, SD/MI: 183, SLTP/MTS: 52 dan SMU/MA: 22.31

C. Sumber Daya dan Pembangunan

Sebagaimana diungkapkan Bosko bahwa dengan adanya permintaan akan

persediaan sumber daya alam menyebabkan adanya pencarian dan gerakan

31

http://www.bkpmd-maluku.com/ tanggal 2 April 2009.

Page 41: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

28

eksploitasi sumber-sumber ini sampai pada daerah-daerah terpencil.32

Di sela-sela

upaya peningkatan dan optimaliasi SDM yang sedang gencar-gencarnya dilakukan

oleh Pemda SBB, berdasarkan hasil survei para ahli yang khusus didatangkan dari

Jakarta, kabupaten ini bukan hanya berlimpah dengan hasil hutan, perkebunan atau

hasil laut (ikan dan mutiara), tetapi juga telah ditemukan sejumlah titik yang

mengandung hasil tambang bernilai jual tinggi, diantaranya nikel dan emas.

Bahkan menurut seorang informan, hasil tambang nikel dan emas jika nantinya

diolah hasilnya dapat dipakai untuk membangun Kota Piru sebagai ibukota

kabupaten, terutama di bidang infrastruktur. Apalagi dalam merancang tata kota

ini pemda mengadakan kerja sama dengan ITB.33

Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa bisa jadi suatu saat nanti ada perusahaan yang tertarik untuk

berinvestasi dan bekerja sama dengan pemda SBB. Keuntungannya dapat dipakai

untuk pembangunan daerah.

Pembangunan di bidang infrastruktur ini ditegaskan karena memang sampai

saat ini kantor-kantor masih dibangun secara bertahap. Misalnya saja kantor bupati

masih menggunakan bekas kantor Camat Seram Barat karena kantor definitifnya

masih belum dibangun (sementara masih dalam penggusuran jalan ke lokasi

kantor). Bahkan ada sebagaian instansi yang masih mengontrak/menyewa rumah-

rumah warga sebagai kantor (misalnya Kesbanglinmas, kantor Pendidikan dan

Olahraga, dll). Dalam pandangan penulis sendiri sebenarnya tidak layak disebut

kantor apalagi dalam konteks kabupaten. Hal ini dikarenakan dengan ruangan yang

sempit dan jumlah ruangan yang terbatas sangat menyulitkan pelayanan

32

Rafael Edy Bosko, Hak-Hak Masyarakat Adat Dalam Konteks Pengelolaan Sumber Daya Alam

(terjem), Jakarta, Elsam, 2006, hlm. 84. 33

Wawancara dengan seorang bapak berinisial MS, tanggal 21 Desember 2008.

Page 42: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

29

administrasi kepada warga. Belum lagi pada siang hari sering terjadi pemadaman

listrik dari PLN sehingga semakin memperumit pengurusan. Dari kondisi ini

terlihat belum adanya kesiapan SBB sebagai kabupaten baru dalam hal persiapan

infrastukturnya, bahkan sampai ulang tahun yang ke-5 tanggal 07 Januari 2009

lalu.

3. Sejarah Lokal Masyarakat SBB

Terbentuknya kabupaten Seram Bagian Barat tidak dapat dipisahkan dari

sejarah masyarakat adat yang ada sampai saat ini. Bagi masyarakat adat SBB,

sejarah tentang asal-usul mereka tidak akan terlupakan. Apalagi konflik yang

mendera Propinsi Maluku beberapa waktu lalu ikut menegaskan keberadaan

mereka sebagai penjaga “Nusa Ina”34

.

Sampai saat ini etnis Seram masih mempercayai cerita tentang Nunusaku

dan asal-muasal mereka sebagai orang Seram. Bahkan bukan cuma etnis Seram

tetapi orang Maluku pada umumnya. Walaupun demikian mereka tidak dapat

mengatakan bahwa cerita ini merupakan sebuah mitos ataukah sejarah. Bagi

mereka itu tidak terlalu penting dibandingkan makna filosofis yang terkandung

dalam cerita tersebut.35

Hal ini tentu dapat dipahami mengingat cerita ini sudah

turun temurun diwariskan oleh orang-orang tua mereka. Penulispun mendengar

tuturan cerita yang sama oleh orang tua yang adalah etnis Seram, dan penulispun

menganggap bahwa cerita Nunusaku ini hanya merupakan sebuah mitos. Sebab

sampai saat ini ada beberapa versi cerita tentang Nunusaku tersebut. Pertanyaan

34

Nusa Ina merupakan sebutan untuk Pulau Seram. Nusa Ina sendiri artinya Pulau Ibu. Nusa artinya

pulau dan Ina artinya Ibu. Ada banyak cerita yang berkembang seputar penyebutan Pulau Seram

sebagai “Pulau Ibu” 35

Wawancara dengan seorang bapak yang berinisial AK, tanggal 28 Januari 2009

Page 43: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

30

yang muncul adalah benarkah Nunusaku ini hanya merupakan sebuah mitos? Lalu

apakah sebenarnya mitos itu?

Menurut Eliade, mitos adalah sejarah mengenai apa yang terjadi di masa

lalu. Sejarah di sini dipahami sebagai sejarah kudus/sakral karena berbicara tentang

sesuatu yang bersifat mistis. Ia hadir untuk memproklamirkan kehadiran sebuah

situasi kosmis baru atau sebuah kejadian kuno.36

Dengan demikian dapat dipahami

dari pemikiran Eliade bahwa mitos merupakan cara masyarakat arkais

menceritakan keberadaan mereka melintasi dunia yang supra-natural menuju

kenyataan dunia ini dan cerita ini dianggap kudus sehingga perlu adanya pewarisan

bagi generasi berikutnya. Bahwa untuk mengetahui keberadaan/asal usul maupun

segala ritus-ritus dan tindakan mereka di dunia dapat dipahami melalui

kenyataan-kenyataan yang ditunjukkan oleh mitos tersebut.

Seperti yang diungkapkan oleh Eliade di atas ketika dibenturkan dengan

pandangan etnis Seram tentang Nunusaku, maka akan dijumpai sebuah makna

mendalam. Makna inilah yang diyakini merupakan kosmologi etnis Seram tentang

keberadaan mereka. Cerita Nunusaku hadir untuk menceritakan kejadian kuno

etnis Seram. Kejadian ini adalah cerita tentang awal mula kehidupan etnis Seram

dibawah pemerintahan sebuah kerajaan besar namun akhirnya hancur karena

adanya perpecahan dalam masyarakat. Berdasarkan pandangan Eliade, Susanto

mengelompokkan mitos ke dalam beberapa tipe, yakni mitos kosmogoni

(menceritakan tentang penciptaan alam semesta secara keseluruhan) dan mitos

asal-usul (menceritakan tentang asal mula segala sesuatu, asal mula makluk hidup,

pulau-pulau, tempat-tempat suci, dsb). Tipe mitos asal-usul ini melengkapi mitos

36

Mircea Eliade, Sakral dan Profan (terjemahan), Yogyakarta, Fajar Pustaka Baru, 2002, hlm. 94.

Page 44: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

31

kosmogoni, menceritakan tentang bagaimana dunia itu diubah, ditambah atau

dikurangi.37

Dari pengertian mitos serta beberapa tipenya, cerita Nunusaku dapat

dikatagorikan sebagai mitos asal-usul. Sebab cerita Nunusaku inilah yang menjadi

dasar kepercayaan masyarakat Seram dan Maluku pada umumnya tentang asal-

usul keberadaan mereka sebagai penduduk pribumi yang menempati pulau-pulau di

Maluku. Selain itu keberadaan Nunusaku tidak dapat dibuktikan secara faktual,

walaupun banyak tetua adat menyatakan bahwa Nunusaku berada di salah satu

gunung di Seram Bagian Barat. Bagi sebagian etnis Seram, ada yang merasa takut

untuk menceritakan kisah Nunusaku bahkan untuk mencari tahu letak Nunusaku

tersebut melebihi apa yang diketahui. Karena bagi mereka ini merupakan sebuah

hal yang tabu (mengandung sanksi baik bagi individu maupun kelompoknya).

A. Mitos yang Berkembang dalam Masyarakat Seram dan Sejarah Adat

Menurut tuturan para tetua adat bahwa pada awalnya di Pulau Seram (Nusa

Ina) terdapat sebuah kerajaan yang bernama Nunusaku. Diperkirakan bahwa

Nunusaku ini berada di wilayah Seram Bagian Barat.38

Dalam kerajaan ini

terdapat kelompok-kelompok berdasarkan pekerjaannya. Kelompok yang pertama

adalah kelompok menenun atau dalam bahasa tana39

disebut kelompok Auna

(yang akhirnya melahirkan suku Alune) dan kelompok kedua adalah kelompok

berburu atau kelompok Wema (menurunkan suku Wemale). Kelompok ini timbul

37

Hary Susanto, Mitos Menurut Pemikiran Mircea Eliade, Yogyakarta, Kanisius, 1987, hlm.

74,76-77. 38

J. E. Lokollo, Pela-Gandong Dari Pulau Ambon (Seri Budaya), Ambon, Lembaga

Kebudayaan Daerah Maluku, 1998, hlm. 3. 39

Bahasa tana merupakan istilah masyarakat lokal yang menunjuk pada bahasa daerah setempat

(Seram/Alune dan Wemale). Bahasa ini umumnya dipakai pada upacara-upacara adat.

Page 45: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

32

karena adanya kebiasaan yang sama. Walaupun demikian bahasa yang digunakan

saat itu masih satu artinya bahasa komunikasi mereka masih sama. Dari dua

kebiasaan yang berbeda ini mulailah terjadi segregesi dalam masyarakat

Nunusaku.40

Suatu ketika terjadi kekacauan (perang saudara) di Nunusaku. Alasan

peperangan karena kedua kelompok (Wema dan Auna) memperebutkan Rapie

Hainuwele41

, perempuan yang terkenal paling cantik di kerajaan tersebut. Karena

terjadi peperangan, seluruh penduduknya menyebar ke seluruh pulau (Pulau

Seram) bahkan ada yang sampai meninggalkan pulau dan menyeberang ke pulau-

pulau lainnya di Maluku.42

Setelah perpisahan tersebut, para orang tua dari kedua

kelompok kemudian menurunkan bahasa yang berbeda kepada anak cucu mereka.

Kelompok Auna kemudian menurunkan suku Alune dengan bahasa Alune dan

kelompok Wema menurunkan suku Wemale dengan bahasa Wemale. Lama

kelamaan bahasa asli yang mereka gunakan ketika masih sama-sama di Nunusaku

perlahan-lahan mulai hilang.43

Pengakuan bahwa penduduk yang mendiami

pulau-pulau di Maluku berasal dari Pulau Seram bukan hanya milik orang Seram

semata. Pengakuan ini juga milik orang Maluku pada umumnya. Mereka juga

menganggap bahwa memang tete nene moyang44

mereka berasal dari Pulau Seram

40

Wawancara dengan beberapa orang tua etnis SBB, tanggal 25 Februari 2009 dan 2 Maret 2009 41

Mitos tentang Rapie Hainuwele ini merupakan awal terjadinya peperangan antara kedua

kelompok dalam masyarakat Nunusaku. Rapie Hainuwele sendiri artinya putri yang berasal dari

kuming kelapa. Mitos Rapie Hainuwele ini sudah ditulis oleh Agustina Kakiay dalam tesis tahun

2001. 42

Wawancara dengan Bapak AS, tanggal 18 Desember 2008, hal ini ikut pula menegaskan

keyakinan masyarakat Maluku bahwa mereka berasal dari Pulau Seram. 43

Wawancara dengan seorang tokoh masyarakat SBB berinisial NE, tanggal 2 Maret 2009. 44

Tete nene adalah sebutan lokal untuk kakek nenek, tetapi dalam konteks bahasa diatas

diterjemahkan sebagai nenek moyang atau para leluhur.

Page 46: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

33

dan setelah beranak pinak, mereka akhirnya menyebar ke seluruh wilayah

Maluku.45

Menurut Lokollo, ada beberapa perkembangan kehidupan sosial di

Nunusaku yang ikut membuat masyarakatnya berpencar. Diantaranya adalah

adanya pertambahan jumlah penduduk, dasar ucapan dan cara rumpun Patasiwa

dan Patalima berbahasa dan adanya perbedaan ketrampilan, antara lain cara

menenun pakaian diantara anggota kedua rumpun tersebut.46

Patasiwa adalah

kelompok sembilan dan patalima adalah kelompok lima. Masyarakat Maluku

Tengah (termasuk Seram Barat) umumnya termasuk salah satu kelompok ini.

Adapun susunan sosial kelompok sembilan terdiri dari sembilan satuan yang lebih

kecil, misalnya sembilan pemukiman, dsb. Begitu pula dengan kelompok lima.47

Itu berarti bahwa susunan dan perangkat negeri/desa atau adat tersebut termasuk

dalam kelompok Patasiwa atau Patalima.

Dari pembagian itu dapatlah dikatakan bahwa penghuni Pulau Seram pada

umumnya terdiri dari dua suku, yakni Alune dan Wemale. Terjadinya perpecahan

dalam masyarakat Nunusaku ikut menentukan terbentuknya kelompok-kelompok

baru. Terbentuknya kelompok baru ini dengan membawa pola kehidupan sama

dari kelompok asal mereka yang pada akhirnya mereka pelihara sampai menyebar

ke pulau-pulau lainnya di Maluku, terutama Ambon-Lease (Saparua, Haruku dan

Nusalaut).

45

Pemda Propinsi Maluku, The Wondeful Islands Maluku, Jakarta-Ambon, Gibon Books dan

Pemprov Maluku, 2008, hlm. 82. 46

J. E. Lokollo, op cit, hlm. 8, hal ini juga diungkapkan oleh NE, tanggal 2 Maret 2009 47

Frank L. Cooley, Mimbar dan Takhta (terjemahan), Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1987, hlm.

118.

Page 47: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

34

Menurut Cooley, kelompok Patasiwa menghuni wilayah Seram sebelah

barat Sungai Mala, sedangkan orang-orang Patalima menghuni daerah-daerah

sebelah timurnya.48

Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan salah satu tokoh

masyarakat SBB bahwa kelompok Patalima menghuni wilayah sebelah timur

Sungai Makina (perbatasan Kecamatan Taniwel Kabupaten SBB dengan

Kecamatan Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah) dan di sebelah selatannya

dengan Sungai Mala. Jadi wilayah sebelah timur sungai Mala merupakan wilayah

Patalima. Sedangkan sebelah barat Sungai Mala dan Makina merupakan wilayah

Patasiwa. Walaupun demikian ada juga kelompok patasiwa yang pada akhirnya

masuk pada wilayah patalima dan begitu pula sebaliknya. Dalam pandangan

masyarakat Seram, kelompok patasiwa dan patalima merupakan nama lain dari

suku Wemale dan Alune. Tetapi ada perkecualian untuk suku Wemale, misalnya

saja tidak semua suku Wemale termasuk dalam kelompok Patasiwa, Wemale

Ulipatai49

ada sebagian Patasiwa dan ada sebagian Patalima.50

Kelompok Patasiwa dan Patalima ini mungkin merupakan gabungan dari

beberapa sub-sub suku dari Alune dan Wemale dan mungkin juga merupakan

sebuah bentuk kelompok politik yang berupaya membendung serangan dari Utara

(empat kerajaan besar, yakni Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo/Halmahera).

Hal lain yang berkembang juga adalah bahwa ketika terjadi perang antara Patasiwa

dan Patalima yang memakan banyak korban, orang-orang tua dari kedua

kelompok bersepakat untuk melupakan permusuhan dan mengangkat sumpah

48

Frank L. Cooley, ibid, hlm. 119 49

Ini merupakan nama sub suku yang diberikan berdasarkan wilayah tempat tinggalnya. Selain

Wemale Ulipatai ada juga Wemale Yapioupatai yang menghuni daerah Elpaputi yang secara

administratif masuk dalam wilayah Kabupaten Maluku tengah, sedangkan Wemale Ulipatai masuk

dalam wilayah administratif Kabupaten SBB (Kecamatan Taniwel). 50

Wawancara tanggal 2 Maret 2009.

Page 48: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

35

untuk hidup bersatu dalam perdamaian satu dengan yang lain dan tidak ada lagi

bakalai51

apalagi dalam skala besar seperti konflik Maluku.

Perjanjian orang-orang tua antara dua kelompok tadi dilakukan di batas

wilayah kedua kelompok, yakni di Kali Makina dan Kali Mala. Janji ini dipegang

teguh supaya pada gilirannya nilai-nilainya dapat diwariskan kepada generasi

berikutnya. Bahkan menurut penuturan salah satu orang tua, adanya janji ini

dapat memotivasi seluruh aparatur SBB agar memiliki kinerja yang baik. Dari

peristiwa itu diperkirakan muncul istilah miloku atau maloku, yang artinya diikat

menjadi satu. Diduga bahwa kedua kata ini ikut melahirkan kata Maluku yang

diambil menjadi nama propinsi.52

Selain itu pula bahwa kata miloku dan maloku

dianggap pula berasal dari bahasa Maluku Utara atau setidaknya telah mendapat

pengaruh dari bahasa Maluku Utara. Hal ini dapat dipahami mengingat pada saat

itu telah terjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di Maluku Utara.

B. Masa Kolonial Belanda

Ketika Belanda menguasai Maluku, seluruh etnis Seram/Nusa Ina

mengadakan perlawanan. Kekuasaan Kolonial Belanda menghancurkan sistem

Pata/Uli. Sebagai gantinya Belanda mendirikan negeri-negeri/desa yang berdiri

sendiri yang langsung tunduk kepada pejabat-pejabat VOC.53

Hal ini dilakukan

Belanda guna mempersempit ruang gerak masyarakat pribumi supaya tidak

mengadakan perlawanan. Dengan kata lain, untuk mempermudah penguasaan

daerah-daerah yang dianggap potensial mengadakan perlawanan, pemerintah

kolonial menyeragamkan bentuk-bentuk pemerintahan lokal. Selain itu juga untuk

51

Pertengkaran/perkelahian 52

Wawancara tanggal 2 Maret 2009 53

Frank L. Cooley, op.cit, hlm. 224

Page 49: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

36

membantu Belanda memperlancar monopoli perdagangan rempah-rempah yang

sangat laku di pasaran Eropa.

Ketika Belanda datang dan menggantikan Portugis, mereka membentuk

Inama-inama (semacam kantong-kantong pemerintahan) dengan tujuan untuk

dapat menguasai Seram dan memadamkan perlawanan-perlawanan masyarakat

yang oleh Belanda dianggap sebagai pemberontak. Di daerah Seram Bagian Barat

dibentuk tiga inama besar yang meliputi tiga sungai besar di daerah itu, yakni

Inama Etibatai (secara administratif masuk Kecamatan Seram Barat), Inama

Talabatai (masuk wilayah administratif Kecamatan Kairatu) dan Inama

Sapalewabatai (masuk wilayah administratif Kecamatan Taniwel). Dari ketiga

Inama ini diangkatlah lembaga tua-tua adat (Saniri) yang nantinya mengatur

kehidupan masyarakat yang berada pada ketiga Inama tersebut, tetapi tetap tunduk

secara mutlak kepada pejabat VOC.

Adapun pembentukan ketiga inama ini berdasarkan pada aliran ketiga

sungai tersebut, yakni Tala, Eti dan Sapalewa. Menurut informasi seorang bapak

bahwa pembentukan berdasarkan sungai-sungai ini karena menurut cerita yang

dia terima dari orang-orang tua, kapala air (hulu) ketiga sungai berasal dari

Nunusaku tersebut. Air yang keluar dari sebelah bawah akar beringin (nunu)

kemudian tertampung dalam sebuah danau dimana danau inilah yang menjadi

kapala air ketiga sungai.54

Itulah mengapa sampai ketiga air ini sangat penting

bagi kehidupan masyarakat Seram Bagian Barat. Mereka tetap menganggap diri

mereka satu, karena berasal dari satu kapala.

54

Wawancara dengan seorang bapak yang berinisial AK, tanggal 28 Januari 2009

Page 50: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

37

Selain itu menurut informan tersebut, Belanda juga ingin membentuk

Inama Ulipatai yang meliputi wilayah seputar Sungai Uli. Namun ini tidak jadi

dilaksanakan entah apa sebabnya. Tetapi pada intinya inama-inama dibentuk

Belanda guna pengendalian kekuasaan. Hal ini dilakukan karena sebelum Belanda

menguasai Seram, telah terjadi perang antara etnis Seram/Nusa Ina melawan

Portugis yang dikenal dengan nama Perang Sahulau. Bahkan menurut tuturan

orang-orang tua, hal ini merupakan perang pertama kalinya di Maluku, walaupun

kepastian tahunnya tidak jelas dan tidak pernah tercatat dalam sejarah Indonesia.55

Ternyata usaha Belanda untuk menaklukkan Seram Barat melalui

pendekatan pada daerah-daerah adat sama seperti cara yang dipakai di Kalimantan.

Dengan menggunakan pendekatan adat, yakni mengayau (headhunting) yang

memiliki citra yang mampu menimbulkan dampak psikologis kepada publik

sangat besar untuk kemudian dipakai mencapai kepentingan kolonial.56

Kedua cara

ini memang kelihatannya cukup berhasil dengan makin bertambahnya wilayah-

wilayah jajahan.

Walaupun inama-inama telah dibentuk namun masih saja terjadi berbagai

perlawanan masyarakat ketiga inama tersebut. Salah satunya adalah perlawanan

masyarakat Taniwel yang pada saat itu masih berdiam di daerah pegunungan.

Daerah yang menjadi incaran Belanda adalah Riring-Romasoal dan Uweng

Pegunungan. Hal ini dikarenakan kedua daerah ini merupakan pusat perlawanan

dari daerah Taniwel. Pada tahun 1820 terjadi perang Romasoal, dan di tahun 1825-

55

Wawancara tanggal 18 Desember 2008 dan 2 Maret 2009. 56

John Bamba, “Borneo Headhunters : Imej dan Manipulasi” dalam Okamoto Masaaki dan Abdur

Rozaki (ed), Kelompok Kekerasan Dan Bos Lokal di Era Reformasi, Yogyakarta, IRE Press dan

CSEAS Universitas Kyoto, 2006, hlm. 117-118.

Page 51: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

38

1826 Belanda mengadakan ekspedisi ke Romasoal dan berhasil menaklukannya.57

Selain itu juga daerah-daerah lain di Seram Barat dapat ditaklukkan oleh Belanda.

Dari penaklukan inilah, Belanda semakin memperketat keamanan dengan

membentuk Saniri Tiga Batang Air (Tala, Eti dan Sapalewa) yang sangat berperan

dalam menggalang persatuan di antara masyarakat adat ketiga inama tersebut.

Selain itu ketiga inama ini memiliki otoritas tertinggi dalam menentukan peraturan-

peraturan yang berlaku pada ketiga wilayah ini. Kepemimpinan Saniri Tiga Batang

Air ini merupakan contoh besarnya peran lembaga-lembaga adat dalam kehidupan

masyarakat Maluku.58

4. Sejarah Panjang yang Berujung Pada Pemekaran Wilayah

Ketika pada akhirnya Belanda harus mengakui kedaulatan Indonesia dan

meninggalkan Indonesia, akar masyarakat adat ketiga inama itu telah tertanam

dalam kehidupan masyarakat Seram Bagian Barat hingga saat ini. Ketika pada

akhirnya otonomisasi daerah yang memungkinkan pengembangan daerah propinsi

dan kabupaten/kota muncul, ada suatu pemikiran untuk berdiri sendiri lepas dari

kabupaten Maluku Tengah. Dengan bermodalkan sejarah panjang itu masyarakat

Seram Bagian Barat menuntut hak untuk dapat mengatur kehidupan mereka

sendiri.

Dengan meletakkan dasar pada perjanjian orang-orang tua setelah turun

dari Nunusaku dan juga inama-inama yang dibentuk oleh Belanda, diletakkanlah

batas administratif wilayah Kabupaten SBB. Secara administratif, wilayah SBB

sebelah selatan (Kecamatan Kairatu) berbatasan dengan Sungai Tala dan sebelah

57

Wawancara tanggal 2 Maret dan 25 pebruari 2009. 58

Bandingkan tulisan Paschalis Maria Laksono tentang kehidupan masyarakat Kei yang patuh pada

lembaga adat mereka dan menjunjung setiap keputusan lembaga adat mereka dalam The Common

Ground In The Kei Islands, Yogyakarta, Galang Press, 2002, hlm. 19-23.

Page 52: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

39

utara (Kecamatan Taniwel) berbatasan dengan Sungai Makina. Menurut seorang

tokoh pemekaran bahwa secara normatif (administratif) memang batas wilayahnya

di Kali Tala, tapi berdasarkan pendekatan adat/historis, letaknya di Sungai Mala.59

Hal ini dipertahankan berdasarkan sejarah perjalanan orang-orang tua yang

mengikat perjanjian di Makina Mala. Janji ini kemudian dipegang teguh oleh anak-

anak adat yang disebut etnis Nusa Ina.

Oleh karena itu, sampai sekarang masih terjadi polemik antara Pemda

SBB dengan Pemda Kabupaten Maluku Tengah tentang batas wilayah. Hal ini

dapat dimengerti karena secara normatif administratif batas antara Kecamatan

Kairatu dengan Samasuru adalah Kali Tala ketika masih sama-sama dalam wilayah

administratif Maluku Tengah. Alasan Pemda SBB berjuang untuk peletakan batas

wilayah ini bukan saja karena nilai filosofis yang dikandung, tetapi juga karena

adanya perbedaan letak batas antara kedua kabupaten ini seperti yang tercantum

dalam rekomendasi Bupati Maluku Tengah (Rudolf Ruka) dengan lampiran UU

No. 40 tahun 2003 ( Undang-undang Pemekaran Kabupaten SBB, SBT dan

Kepulauan Aru). Sampai saat ini ketika ada pertanyaan seputar batas wilayah

SBB, apakah di Tala ataukah di Mala, banyak yang masih bingung dan enggan

menjawab, termasuk orang-orang yang duduk pada birokrasi pemerintahan SBB

sendiri. Alasannya karena hal ini masih bersifat rahasia dan sedang diperjuangkan

oleh pemda SBB.60

Dengan demikian dari gambaran tentang Nunusaku dan perjalanan tete-

nene moyang dalam membentuk kehidupan bersama yang damai, etnis Seram tetap

berada dalam satu pemikiran bersama bahwa mereka semua adalah satu dan sama.

59

Wawancara tanggal 2 Maret 2009 60

Wawancara dengan seorang Birokrat Pemda SBB yang berinisial JK, tanggal 24 Januari 2009.

Page 53: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

40

Dari informasi-informasi yang dikumpulkan terlihat dengan jelas bahwa usaha

pewarisan nilai-nilai filosofis orang-orang tua selalu menjadi dasar pijakan bagi

mereka yang menamakan dirinya anak-anak adat. Bahkan dasar filosofis Makina-

Mala inilah yang dijadikan dasar dalam proses peletakan batas kabupaten baru

walaupun sampai draf ini ditulis sengketa antara Kabupaten SBB dan Maluku

Tengah belum juga ada penyelesaian. Makina Mala merupakan sebuah teritori

yang memiliki makna bagi kehidupan anak-anak adat setempat.

Lewat kepemimpinan Saniri Tiga Batang Air yang ikut mewariskan nilai-

nilai kearifan lokal, orang Seram Bagian Barat semakin merasa mantap untuk

berdiri sendiri. Bahkan banyak harapan yang disandarkan ketika kabupaten ini

berdiri. Nilai filosofis dari Makina Mala adalah bahwa seluruh masyarakat SBB

terutama pemerintah daerah merasa semakin perlu menggali nilai-nilai kearifan

lokal yang selama ini telah ada dan terpelihara dalam kehidupan bersama. Mereka

boleh berbeda dalam wilayah administratif pemerintahan, tetapi tetap merupakan

etnis Seram/Nusa Ina yang dalam tuturan orang tua adalah satu.

5. Catatan Penutup

Kehidupan masyarakat Seram dapat dipelajari melalui mitos-mitos yang

berkembang selama ini. Nunusaku yang merupakan mitos sentral masyarakat

Seram menjadi salah satu narasi munculnya rasa primordialisme kesukuan.

Masyarakat Seram Bagian Barat memandang Nunusaku sebagai asal mereka baik

Suku Alune maupun Wemale. Bagi mereka itu bukan sebuah hal yang penting.

Terlebih lagi dengan adanya pembentukan Saniri Tiga Batang Air oleh Belanda,

hal ini semakin memperkokoh rasa kebersamaan mereka sebagai etnis Seram.

Perjalanan sejarah orang-orang tua itu mereka abadikan dalam ingatan yang selalu

Page 54: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

41

diwariskan kepada generasi berikutnya, dengan harapan agar anak cucu kelak

tetap mengingat Nunusaku sebagai perlambang orang Seram, serta dapat menjadi

sebuah pengikat rasa kebersamaan sebagai etnis Seram.

Sejarah adat masyarakat SBB akhirnya turut memberikan sumbangan

terhadap cara pandang masyarakat Seram. Bagaimana mereka memandang diri

mereka sendiri dan bagaimana mereka memandang orang lain yang berada di

lingkungan mereka. Secara keseluruhan, masyarakat Seram Bagian Barat

memandang bahwa mereka adalah satu. Mereka boleh berbeda dalam wilayah

administratif pemerintahan (Kabupaten SBB, Kabupaten SBT/Seram Bagian Timur

dan Kabupaten Maluku Tengah), tapi dalam budaya dan sejarah mereka tetap satu

karena keluar dari Nunusaku. Hal itu terjadi ketika berbicara tentang asal usul

mereka sebagai etnis Seram. Tapi bagaimana jika rasa kesamaan dan kebersamaan

etnis Seram ini dipertaruhkan dalam perebutan sumber-sumber ekonomi?

Perjalanan panjang yang berujung pada pemekaran setidaknya

meninggalkan sebuah pertanyaan besar. Apakah perjuangan pemekaran Kabupaten

SBB dan SBT merupakan sebuah bukti atas makin menipisnya rasa kebersamaan

etnis Seram yang berada pada wilayah Seram Barat, Tengah dan Timur?

Pertanyaan ini mengemuka sebab selama ini mereka selalu mengagung-agungkan

Nunusaku sebagai lambang pemersatu seluruh masyarakat Seram. Selain itu ketika

nantinya diperhadapkan pada perebutan sumber daya publik, apakah kebersamaan

dan kesatuan mereka masih bisa dipertahankan. Kalau memang makin menipisnya

rasa kebersamaan ini sebagai pemicu ide pemekaran, berarti dapat dikatakan

Nunusaku hanyalah sebuah fantasi masyarakat Seram akan kehidupan kebersamaan

yang akrab seperti pada masa lampau.

Page 55: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

42

B A B III

MENUJU TERBENTUKNYA KABUPATEN SBB :

PROSES POLITIK DAN PROSES ADMINISTRATIF

1. Pengantar

Angin segar reformasi yang sedang berhembus di Indonesia membawa

pesan demokrasi dan otonomisasi daerah yang selama ini diperjuangkan

masyarakat. Banyak daerah yang selama pemerintahan otoriter Orde Baru merasa

dikungkung kebebasannya kini mulai bangkit memperjuangkan hak untuk

mengatur sumber daya lokal. Entah atas nama rakyat atau atas nama pribadi yang

diselewengkan dengan kepentingan rakyat. Di atas semua itu pemekaran wilayah

menjadi satu alternatif untuk meredam keinginan beberapa daerah yang hendak

memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bab ini akan membahas proses perjuangan masyarakat Seram Bagian Barat

menjadi sebuah kabupaten baru, terpisah dari Kabupaten Maluku Tengah.

Perjuangan masyarakat SBB untuk mekar sangat menarik karena memiliki alasan-

alasan cukup rasional. Pertama, rentang kendali pemerintahan yang cukup jauh

antara beberapa kecamatan dengan Masohi sebagai ibukota. Dengan akses jalan

raya yang rusak cukup parah, bahkan ada beberapa kecamatan yang tidak dapat

dicapai melalui jalur darat menyebabkan lambatnya pembangunan infrastruktur

yang berpengaruh pada proses pelayanan administratif dalam berbagai hal.

Kedua, sebagai etnis asli Seram, justru dalam setiap kali perebutan sumber-

sumber daya publik (dalam birokrasi pemerintahan) mereka selalu terdesak dan

Page 56: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

43

kalah. Mereka selalu menjadi kaum nomor dua dan keberadaannya tidak

diperhitungkan sama sekali. Mereka merasa terpinggirkan di negeri sendiri. Tidak

banyak etnis asli Seram yang duduk dalam birokrasi pemerintahan. Bahkan seakan

sudah menjadi tradisi bahwa yang berperan di birokrasi pemerintahan Kabupaten

Maluku tengah adalah orang-orang Haturima Hatuhaha (sebutan untuk nama

kampung-kampung tertentu di Pulau Haruku seperti Pelau, Kailolo, dll).61

Dari

sinilah muncul sebuah ide besar tentang pemekaran wilayah SBB yang diharapkan

dapat memberikan kesempatan kepada putera-puteri Seram, khususnya SBB,

untuk dapat bekerja pada birokrasi pemerintahan.

Bab ini terlebih dahulu akan memaparkan proses pemekaran wilayah

Seram Bagian Barat. Pemekaran ini diawali dengan adanya saling lempar opini

antar anggota DPRD Kabupaten Maluku Tengah dan masyarakat tentang

kemungkinan pemekaran kabupaten SBB. Selain itu juga akan dibahas tentang

perjuangan masyarakat dan elit-elit SBB di tingkat birokrasi, terutama di tingkat

kabupaten induk (Maluku Tengah) yang enggan melepaskan Seram Bagian Barat,

serta proses pengusulan pemekaran di tingkat pusat. Bab ini juga akan menyoroti

motivasi-motivasi pemekaran dan sebuah resume sebagai catatan penutup.

2. Pemekaran Wilayah Seram Bagian Barat

Pemekaran wilayah di Indonesia entah pada tingkat kabupaten/kota ataupun

propinsi dewasa ini mengacu pada Undang-undang nomor 32 tahun 2004.

Berdasarkan UU ini, untuk mengusulkan pemekaran sebuah daerah baru

setidaknya ada tiga syarat yang harus dipenuhi. Ketiga syarat itu adalah syarat

administrasi, syarat teknis dan syarat fisik, yang semuanya selalu ditunjukkan

61

Seperti ungkapan seorang pemuda berinisial OS, tanggal 17 Agustus 2009.

Page 57: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

44

dengan angka-angka.62

Artinya, dalam pemekaran ini yang selalu menjadi acuan

adalah berapa jumlah kecamatan yang dipunyai oleh sebuah wilayah jika ingin

menjadi sebuah kabupaten otonom. Demikian halnya dengan propinsi. Sebuah

wilayah yang hendak mekar menjadi kabupaten, sekurang-kurangnya ia harus

memiliki paling sedikit lima kecamatan dan empat kecamatan untuk kota serta

lima kabupaten untuk propinsi.63

Menurut Giri A. Taufik bahwa tujuan dari pemekaran dapat ditinjau dari beberapa

aspek, yakni:64

1. Aspek sosial budaya, salah satunya diharapkan dapat

mengakomodasikan identitas-identitas lokal yang pada gilirannya dapat

berpengaruh pada masyarakat lokal untuk menentukan tujuan-tujuan

pembangunannya.

2. Aspek politik, diharapkan bisa melibatkan dan meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam mengambil kebijakan karena rentang kendali

menjadi lebih pendek.

3. Aspek ekonomi, diharapkan bisa meningkatkan efisiensi dan efektivitas

proses pengambilan keputusan, sehingga pemerintah dengan cepat dapat

merespon kepentingan-kepentingan masyarakat.

Dengan demikian pemekaran wilayah ini adalah untuk kepentingan masyarakat,

yakni untuk mendekatkan pemerintah dengan masyarakat serta pemberdayaan

62

Giri Ahmad Taufik, “Konsepsi Pemekaran Aceh (ALA ABAS) Dan Pengaruhnya Terhadap

Peningkatan Kesejahteraan dan Kehidupan Kultural Masyarakat”, dalam Ning Retnaningsih, dkk

(ed), Penataan Daerah (Territorial Reform) dan Dinamikanya, Salatiga, Percik, 2008, hlm.128-

129. 63

Sebagaimana yang tercantum dalam UU No 32 tahun 2004, pasal 5. Selain persyaratan fisik

tentang jumlah kecamatan dan kabupaten maka syarat lainnya adalah mengenai lokasi calon

ibukota, sarana dan prasarana pemerintahan. 64

Giri Ahmad Taufik, loc cit.

Page 58: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

45

masyarakat pada aras lokal dengan selalu memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal

masyarakat, yang pada gilirannya menjadikan masyarakat sebagai penentu

kebijakan daerahnya sendiri.65

Jika mengacu pada undang-undang tersebut, maka SBB sebenarnya tidak

layak untuk dimekarkan menjadi sebuah kabupaten baru sebab syarat fisik berupa

jumlah kecamatan yang harus dipunyai oleh sebuah daerah jika ingin mekar

menjadi kabupaten otonom tidak terpenuhi. Pada awalnya kabupaten ini hanya

terdiri dari tiga kecamatan yakni kecamatan Seram Barat I (Kairatu), Kecamatan

Seram Barat II (Piru) dan Kecamatan Taniwel. Selain itu belum adanya sarana dan

prasarana pemerintahan yang memadai yang dapat menunjang SBB sebagai

kabupaten baru. Belum lagi adanya polemik seputar lokasi calon ibukota kabupaten

jika merujuk pada UU No.40 tahun 2003 pasal 9, sebab dalam undang-undang

tersebut dicantumkan bahwa lokasi ibukota kabupaten berada pada Dataran

Hunipopu, sedangkan Dataran Hunipopu sampai saat ini masih merupakan sebuah

lahan kosong (tidak berpenghuni).66

Dengan demikian sebagai kabupaten baru

SBB jauh dari kesiapan, tetapi karena desakan anak-anak adat yang menginginkan

pemekaran kabupaten cukup kuat, maka undang-undang ini pun tidak menjadi

masalah. Yang menjadi masalah adalah apakah masyarakat SBB siap membangun

kabupaten yang baru.

65

Tri Ratnawati, Potret Pemerintahan Lokal di Indonesia Di Masa Perubahan, Yogyakarta dan

Jakarta, Pustaka Pelajar dan Pusat Penelitian Politik LIPI, 2006, hlm. 87 66

Wawancara dengan salah satu orang tua yang bermukim di Piru berinisial MS tanggal 21

Desember 2008, selain itu penulispun telah melihat langsung dataran ini.

Page 59: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

46

A. Di Awal Perjuangan Sejarah terbentuknya Kabupaten SBB setidaknya hampir sama dengan

sejarah pemekaran kabupaten /kota bahkan propinsi lainnya di Indonesia. Selalu

didahului dengan ketidakpuasan dan keluhan-keluhan para elit lokal daerah

bersangkutan. Hal ini kemudian mendapat dukungan masyarakat. Sebuah wilayah

yang merasa kepentingannya selalu diabaikan oleh pemerintah daerah dengan

sendirinya akan berupaya memekarkan diri lepas dari kabupaten induk. Belum lagi

penyelenggaraan otonomi daerah lebih didominasi oleh pemerintah daerah yang

kurang melibatkan masyarakat dan beranggapan bahwa keterlibatan masyarakat

telah terwakili oleh DPRD.67

Hal ini pun terjadi pada daerah Seram Bagian Barat yang merupakan salah

satu daerah Kabupaten Maluku Tengah. Wilayah Kabupaten Maluku Tengah

meliputi seluruh Pulau Seram serta beberapa gugusan pulau di seputarnya, bahkan

sampai pada beberapa kepulauan di Laut Banda (untuk lebih jelas dapat dilihat

pada lampiran). Dengan rentang kendali yang cukup luas dan tidak didukung akses

sarana dan prasarana transportasi yang memadai, inilah yang menjadi alasan utama

tuntutan pemekaran oleh masyarakat SBB. Selain itu, pembangunan di beberapa

pulau bahkan di Pulau Seram sendiri berjalan sangat lambat. Seperti yang

diungkapkan oleh seorang putera daerah SBB, Ir. Niko Puttileihalat, bahwa kalau

SBB dan SBT (Seram Bagian Timur) tidak dimekarkan, maka sampai kapan

pembangunan yang sudah berjalan kurang lebih 50 tahun ini bisa dinikmati oleh

orang-orang di ujung Seram Timur dan ujung Seram Barat.68

Pernyataan tersebut

67

Edie Toet Hendratno, Negara Kesatuan, Desentralisasi, dan Federalisme, Yogyakarta, Graha

Ilmu, 2009, hlm.315. 68

Harian Umum Siwalima, Kamis 9 Januari 2003, Edisi 048/XII tahun IV.

Page 60: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

47

menunjukkan bahwa salah satu cara mempercepat pembangunan di bagian Pulau

Seram adalah dengan pemekaran wilayah menjadi beberapa wilayah administratif

baru lepas dari Kabupaten Maluku Tengah.

Dengan adanya isu-isu yang sengaja dihembuskan oleh tokoh-tokoh

tertentu yang menyatakan bahwa SBB dan SBT belum siap untuk berdiri menjadi

sebuah kabupaten baru, banyak putera-puteri daerah SBB yang membantah hal

tersebut dengan semakin memperjuangkan pemekaran daerah ini. Misalnya saja

pernyataan seorang anggota DPRD Propinsi Maluku yang berinisial JT bahwa jika

dibandingkan SBB dan SBT, sebenarnya Kepulauan Aru jauh lebih siap menjadi

kabupaten baru. Pernyataan ini pun tidak dapat dibenarkan mengingat SBB dan

SBT sangat kaya sumber daya alam, baik hasil hutan dan perkebunan maupun

bahan tambang (minyak bumi, nikel dan emas).

Isu-isu lain yang berkembang di seputar wacana pemekaran Kabupaten

SBB adalah kesiapan masyarakat dan anak-anak daerah SBB. Maksudnya adalah

apakah seluruh masyarakat SBB sudah siap untuk dimekarkan lepas dari Maluku

Tengah. Namun isu inipun tidak berlangsung lama. Sebab, isu ini dibalas dengan

pernyataan masyarakat SBB lewat latupati-latupati (raja-raja/bapa raja/kepala desa)

se-SBB yang menyatakan kesungguhan mereka untuk lepas dari Maluku Tengah

dan berdiri sebagai sebuah daerah otonom baru. Demikianlah awal pemekaran

kabupaten ini penuh dengan adu argumentasi antara masyarakat SBB dengan

masyarakat non-SBB ataupun dengan Pemerintah Maluku Tengah yang

menyebabkan hampir terjadinya perkelahian antar anggota DPRD Maluku Tengah

Page 61: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

48

pada saat membahas rencana pemekaran SBB dan SBT pada tanggal 27 Pebruari

2003.69

B. Pemekaran Kabupaten Baru70

Berbekalkan keyakinan untuk mengatur diri sendiri sebagai daerah otonom,

para elit lokal dan masyarakat SBB bertekad untuk mekar dari Kabupaten Maluku

Tengah. Hal ini tak lepas dari semangat reformasi yang mengedepankan

desentralisasi kekuasaan untuk kepentingan masyarakat. Kondisi ini semakin

diperkuat dengan adanya kebijakan pemerintah pusat maupun daerah untuk

memekarkan daerah-daerah baru. Sebagaimana respon pemerintah Propinsi

Maluku yang akhirnya mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Maluku

Nomor 1 tahun 1997 tentang pemekaran 5 daerah otonom di Propinsi Maluku.

Di setiap awal proses pemekaran suatu daerah, kekuatan masyarakat

menjadi salah satu faktor penentu. Seperti yang diungkapkan oleh Yaya Mulyana

bahwa sinergi kekuatan-kekuatan masyarakat dapat menjadi salah satu faktor

penentu keberhasilan pemekaran propinsi Banten yang lepas dari Propinsi Jawa

Barat.71

Demikian juga dengan Kabupaten SBB yang ingin mekar dari Kabupaten

Maluku Tengah sebagai wujud pelaksanaan surat keputusan Pemerintah Daerah

Propinsi Maluku.

Para elit lokal SBB dan masyarakat SBB ingin berdiri sendiri sebagai

sebuah wilayah administrasi baru. Pemekaran wilayah SBB berangkat dari sebuah

idealisme elit-elit SBB yang mengidam-idamkan adanya sebuah kabupaten yang

69

Harian Umum Siwalima, Jumat 28 Februari 2003, Edisi: 028/II Tahun IV 70

Sebagian sejarah pemekaran ini diperoleh dari arsip Sekda SBB bagian pemerintahan. 71

Yaya Mulyana, “Dimensi Gerakan Dalam Pembentukan Propinsi Banten”, dalam Erick Hiariej,

Ucu Martanto, Ahmad Musyaddad (Ed), Politik Transisi Pasca Soeharto, Yogyakarta, FISIPOL

UGM, 2004, hlm.202.

Page 62: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

49

bisa menjadi sarana bagi putera-puteri daerahnya untuk berkarya di birokrasi

pemerintahan tanpa takut tersaingi oleh orang luar. Selain itu, walaupun tidak

memiliki organisasi resmi yang dapat menjadi sarana penggerak, ide pemekaran ini

tetap dimantapkan dalam setiap pertemuan para elit SBB.72

Ide ini kemudian

mereka satukan dalam perjuangan di tingkat birokrasi pemerintahan maupun di

tingkat masyarakat yang memang selama ini menginginkan sebuah perubahan bagi

daerah mereka.

Pada awalnya keputusan Pemda Propinsi tidak dapat diimplementasikan

oleh Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah. Padahal telah dilakukan uji kelayakan

oleh Tim Studi Kelayakan Seram Bagian Barat Propinsi Maluku dan Bappeda

Propinsi Maluku pada bulan Oktober sampai Nopember 2000.73

Terhadap uji

kelayakan ini, menurut pendapat Ketua Tim Kerja Otonomi Daerah Komisi II

DPR-RI sebagaimana dikutip Makagansa, penentuan kelayakan daerah merupakan

titik awal dan sangat menentukan daya mandiri daerah itu untuk membangun ke

depan dan tidak menjadi beban dan tanggung jawab negara.74

Dengan dukungan

pemerintah propinsi, SBB dinilai layak berdiri menjadi sebuah kabupaten otonom.

Dengan kondisi yang demikian, Consorsium Nusa Ina (CNI) selaku NGO

dan putera-puteri daerah SBB yang berdiam di luar SBB bersama sejumlah institusi

kemasyarakatan, para latupati75

yang ada di empat kecamatan (Huamual Belakang,

Kairatu, Seram Barat dan Taniwel), mulai melakukan tekanan-tekanan politik ke

72

Wawacara tanggal 17 Januari 2009, dengan seorang pemuda yang juga turut bekerja untuk

proses ini berinisial OS 73

Harian Umum Siwalima, Selasa 19 Agustus 2003, Edisi 214/VIII Tahun IV. 74

Makagansa, op.cit, hlm. 165. 75

Latupati adalah raja yang membawahi beberapa orang raja.

Page 63: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

50

berbagai institusi pemerintahan. Tujuannya untuk mencapai kesepakatan guna

proses pemekaran tersebut.

Sikap Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah yang tidak segera

merespons keputusan Pemerintah Maluku dan segala aspirasi masyarakat SBB

merupakan salah satu faktor kendala desentralisasi. Menurut Edie Toet Hendratno,

kendala tersebut adalah adanya ketidaktulusan di kalangan pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah untuk mendudukkan masyarakat pada posisi yang

sebenarnya. Posisinya yakni sebagai elemen penting dalam proses pengambilan

keputusan.76

Atau dengan kata lain bahwa adanya kecenderungan Pemerintah

Kabupaten Maluku Tengah tidak rela melepaskan SBB dan SBT menjadi

kabupaten otonom baru mengingat daerah-daerah ini kaya sumber daya alam,

merupakan salah satu faktor yang dapat menyumbang kemandirian ekonomi suatu

daerah.77

Selain itu, perjuangan masyarakat yang dimotori CNI ini menunjukkan

bahwa organisasi-organisasi tingkat lokal memiliki pengaruh yang begitu kuat

karena didukung berbagai tokoh masyarakat yang sudah diakui (cukup terkenal di

kalangan masyarakat Seram bahkan Maluku).78

Tokoh-tokoh masyarakat ini bukan

saja yang berdiam di SBB sendiri, melainkan juga melibatkan sejumlah tokoh-

76

Edie Toet Hendratno, op.cit, hlm. 69. Menurutnya selain adanya ketidaktulusan pemerintah baik

pusat maupun daerah, faktor lain yang menjadi kendala desentralisasi adalah skala besaran wilayah

operasi pemerintah daerah yang mengakibatkan penyelenggaraan pemerintahan daerah menjadi

kurang efektif terutama dalam menangani persoalan sosial dan ekonomi. 77

Lili Romli, Potret Otonomi Daerah Dan Wakil Rakyat Di Tingkat Lokal, Yogyakarta, Pustaka

Pelajar, 2007, hlm. 58. 78

Bandingkan dengan tulisan Yaya Mulyana tentang proses pemekaran Propinsi Banten yang

dimotori oleh kelompok-kelompok masyarakat, LSM-LSM, himpunan-himpunan maupun forum-

forum serta mahasiswa yang setidaknya telah mengecap pendidikan metropolitan yang

mencetuskan pikiran-pikiran guna pemekaran tersebut, Dalam Dimensi Gerakan dalam

Pembentukan Propinsi Banten, op.cit, hlm. 208.

Page 64: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

51

tokoh yang berada di luar SBB (Ambon dan sekitarnya) yang cukup vokal bersuara

tentang pemekaran.

Dengan adanya tekanan-tekanan yang dilakukan oleh masyarakat SBB

melalui perwakilan CNI dicapailah hasil-hasil yang cukup menggembirakan.

Diantaranya adalah Rekomendasi Bupati Maluku Tengah (Rudolf Ruka) Nomor :

100/87/Rek/2002 tanggal 21 Juni 2002 tentang dukungan pemekaran Kabupaten

Seram Bagian Barat. Dukungan ini bukan saja diperoleh dari Bupati Maluku

Tengah tetapi juga dari Ketua DPRD Kabupaten Maluku Tengah, Hasbullah Selan,

SHi (Sarjana Hukum Islam). Menurut informasi yang didapat bahwa rekomendasi

yang dikeluarkan oleh Bupati Rudolf Ruka adalah berdasarkan tulisan salah satu

tokoh pemekaran SBB.79

Menurut para elit SBB, Rekomendasi Bupati Maluku Tengah dan dukungan

ketua DPRD merupakan titik awal pengusulan kabupaten SBB ke DPR-RI.

Adapun pengusulan ini nantinya akan masuk dalam agenda pembahasan dewan.

Dengan dukungan 20 anggota DPR-RI sebagai hak usul inisiatif dewan maka

dalam Rapat Paripurna DPR-RI tanggal 27 Nopember 2002 telah diambil

keputusan tentang Rancangan Undang-Undang (RUU) Pemekaran Kabupaten

SBB. Keputusan ini sebagai hak usul inisiatif dewan dan didukung semua fraksi.

Demikianlah secara politis Seram Bagian Barat telah final dan hanya menunggu

proses administrasi.

79

Wawancara dengan seorang tokoh pemekaran berinisial NE tanggal 2 Maret 2009. Dari

penjelasan tokoh inilah tersingkap jelas kenapa sampai saat ini masih ada beda pendapat antara

Pemerintah Kabupaten SBB dengan Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah tentang tapal batas

kedua kabupaten ini.

Page 65: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

52

Consorsium Nusa Ina (CNI) dalam gerakan pemekaran berjalan tanpa

dukungan dana dari pemerintah daerah. Namun dengan tekad dan semangat telah

memfasilitasi dokumen administrasi mulai dari pengumpulan dukungan masyarakat

SBB, membuat studi kelayakan, pembuatan lambang kabupaten80

serta

memfasilitasi kelengkapan normatif lainnya. Kelengkapan itu antara lain dukungan

pemerintah daerah dan DPRD Kabupaten Maluku Tengah. Dukungan Pemerintah

Maluku Tengah yang dirasakan lambat mengindikasikan kekurangseriusan dalam

proses tersebut.

Tanggapan yang kurang serius dari Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah

menyebabkan adanya campur tangan pemerintah propinsi dan pemerintah pusat

yang selalu memberikan tekanan politik dan hukum. Pemerintah Propinsi Maluku

menyatakan dukungannya dengan mengeluarkan SK Gubernur Maluku Nomor 139

tahun 2003 tentang kesanggupan pemenuhan Propinsi Maluku atas dukungan dana

bagi kabupaten baru. Selain itu juga dukungan datang dari Komisi II DPR-RI.

Terhadap dukungan DPR-RI ini banyak suara yang mempertanyakan dukungan

mereka. Misalnya dalam kasus pemekaran salah satu kabupaten di Sumba (Propinsi

NTT) ditemukan bahwa kedatangan anggota DPR di daerah tersebut bukan dalam

rangka penilaian layak atau tidak, melainkan dalam fungsi konsultatif. Maksudnya

adalah mengarahkan dan memberikan saran-saran bagaimana pemekaran dapat

mulus dan digolkan.81

Hal ini tentu saja akan berpengaruh ketika daerah tersebut

jadi dimekarkan.

80

Pembuatan lambang kabupaten ini dikerjakan oleh tokoh-tokoh pemekaran serta tokoh-tokoh

masyarakat SBB, salah satu tokoh tersebut yang menjadi responden. Dengan motto Saka Mese

Nusa (bahasa Wemale) artinya Jaga Pulau Bai-bai (jaga pulau dengan baik). 81

Makagansa, op.cit, hlm.187-188.

Page 66: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

53

Dengan dukungan dari semua pihak, maka semua kelengkapan administratif

dari pemerintah kabupaten induk dan pemerintah propinsi pada waktunya dapat

dipenuhi. Pada tanggal 10 – 20 Nopember 2003 diadakan pembahasan Rancangan

Undang-Undang Pemekaran. Pembahasan RUU ini menyangkut pemekaran 24

kabupaten dari 13 propinsi di seluruh Indonesia oleh pemerintah pusat bersama

DPR-RI. Pembahasan ini dihadiri oleh LO (Liason Officer) dan perwakilan tiap

propinsi. Propinsi Maluku diwakili ketua CNI (Jacobus Fredik Puttileihalat, S.Sos).

Oleh Dr. Sijagor Situmorang yang mewakili pemerintah pusat, ditunjuklah ketua

CNI untuk mempresentasikan tiga kabupaten di propinsi Maluku, yakni Seram

Bagian Barat (SBB), Seram Bagian Timur (SBT) dan Kepulauan Aru.

Pada tanggal 7 Januari 2004 di Jakarta telah diresmikan berlakunya 24

daerah otonom baru di seluruh Indonesia. Oleh karena tanggal tersebut ditetapkan

sebagai hari lahirnya kedua puluh empat daerah itu. Pengukuhan tanggal 7 Januari

2004 sebagai hari lahirnya Kabupaten SBB ditetapkan dengan Surat Keputusan

Bupati SBB Nomor: 141-04 tanggal 25 Agustus 2005.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk menuju sebuah perubahan

sangat diperlukan dukungan masyarakat. Dukungan masyarakat tentunya dapat

menjadi daya dorong untuk maju di bawah pengawasan pemerintah daerah dan

pusat. Perjuangan panjang masyarakat SBB dan masyarakat daerah lain hasil

pemekaran ini setidaknya telah membuktikan bahwa kekuatan masyarakat di era

desentralisasi kekuasaan cukup mampu membawa perubahan bagi masyarakat itu

sendiri tanpa menunggu perubahan dari pemerintah. Sebab, yang menjadi sasaran

pemekaran adalah masyarakat itu sendiri.

C. Alasan-alasan di Balik Usulan Pemekaran

Page 67: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

54

Ketika tercetus keinginan untuk berdiri sendiri sebagai sebuah daerah

otonom, dalam pengajuan proposal untuk mekar setidaknya tercantum alasan-

alasan mendasar. Alasan-alasan ini dapat menjadi dasar pijakan bagi pemerintah

daerah maupun pusat guna persetujuan pemekaran. Alasan utama yang sering

dikemukakan dalam proses pemekaran suatu daerah menurut Makagansa adalah

peningkatan pelayanan publik dengan memperpendek rentang kendali

pemerintahan dalam wilayah-wilayah yang lebih kecil. Selain itu juga peningkatan

kesejahteraan menjadi salah satu alasan cukup populer terkait dengan pembagian

pendapatan daerah dari hasil sumber daya alam yang tidak seimbang antara daerah

dengan pusat. Masalah identifikasi etnis juga disebut-sebut sebagai salah satu

alasan utama.

Bagi para elit SBB alasan utama pemekaran adalah memperkecil rentang

kendali guna pelayanan publik. Hal ini tentulah dapat dipahami mengingat rentang

kendali wilayah administratif Kabupaten Maluku Tengah yang terbentang dari

timur ke barat sangat luas. Belum lagi akses sarana dan prasarana transportasi yang

tidak memadai. Hal inilah yang mendorong timbulnya gerakan pro pemekaran

yang disponsori oleh CNI dan tokoh-tokoh masyarakat SBB lainnya. Jadi alasan

yang dikemukakan disini bukan semata-mata copy- paste dari alasan pemekaran

daerah lain.

Di antara alasan yang diberikan tersebut, muncul pertanyaan lain yang

cukup penting untuk mendapat perhatian. Apakah hanya alasan itu yang

mendorong tokoh-tokoh elit SBB berjuang untuk lepas dari Kabupaten Maluku

Tengah? Atau adakah alasan lain yang cukup kuat memotivasi para tokoh pejuang

Page 68: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

55

pemekaran? Semua itu nantinya dapat terjawab ketika daerah SBB telah resmi

berdiri sebagai sebuah kabupaten baru.

Ada beberapa alasan/sebab terjadinya pemekaran. Seperti yang

diungkapkan oleh Aloysius Gunadi Brata, alasan tersebut adalah penyebaran

geografis (wilayah administratif yang cukup luas), keragaman politik etnis,

kekayaan sumber daya alam dan juga soal korupsi elit-elit lokal yang memburu

peluang-peluang ekonomis pemekaran.82

Dari pendapat tersebut kelihatannya

alasan yang mendasar hampir selalu ada di setiap proses pemekaran. Walaupun

demikian belum tentu semua alasan dimasukkan sebagai alasan resmi pemekaran

(tercatat dalam proposal pemekaran yang diajukan kepada pemerintah daerah

maupun pemerintah pusat). Banyak daerah ketika hendak mekar selalu mengajukan

diri dengan alasan yang kelihatannya sangat logis. Tetapi di balik semua alasan-

alasan yang kelihatannya logis tersebut, terselip alasan-alasan yang tidak pernah

disinggung di depan publik.

Seperti yang diungkapkan oleh Makagansa bahwa memang di luar alasan

formal yang sering digembar-gemborkan ada beberapa alasan yang tidak diucapkan

namun sesungguhnya menjadi semangat pemekaran daerah.83

Alasan-alasan

tersebut diantaranya adalah:

1. Motif politik identitas kultural; selama ini banyak etnis dan sub-etnis

yang merasa terpinggirkan dalam akses terhadap sumber-sumber daya

publik. Ini kemudian mendorong para elit mereka berupaya menggalang

82

Aloysius Gunadi Brata, “Konsolidasi Daerah dan Pelayanan Publik”, dalam Ning retnaningsih,

dkk (ed), Penataan Daerah (Territorial Reform) Dan Dinamikanya, Salatiga, Percik, 2008, hlm.

59. 83

Makagansa, op.cit, hlm. 165-166.

Page 69: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

56

dukungan masyarakat dengan menghembuskan isu etnis tersebut.

Misalnya saja dalam tulisan Gustiana Kambo yang memperlihatkan

betapa Suku Mandar ingin mekar menjadi sebuah propinsi baru lepas

dari dominasi Suku Bugis di Propinsi Sulawesi Selatan karena merasa

memiliki identitas budaya sendiri, Pemekaran Kabupaten Mentawai

yang lepas dari Padang Pariaman dan kasus pada daerah-daerah

mekaran lainnya.

2. Motif menciptakan peluang perekrutan jabatan bagi elit lokal; dari motif

ini terlihat dengan jelas keinginan menciptakan posisi kekuasaan yang

lebih banyak di daerah tertentu. Hal ini dapat dipahami mengingat

pembentukan daerah administratif baru semakin menciptakan peluang

bagi perekrutan kepala daerah baru dan berbagai jabatan-jabatan

strategis lainnya sampai pada sejumlah besar tenaga kerja pada birokrasi

pemerintahan. Bahkan tidak jarang terjadi bahwa seringkali para

pemrakarsa pemekaran tersebut akhirnya terpilih menjadi kepala daerah

dan wakilnya, entah itu bupati ataupun gubernur.

Dari alasan-alasan ini terlihat dengan jelas bahwa pemekaran yang selalu

dikatakan untuk masyarakat sebenarnya hanya merupakan bagian kecil yang ingin

dicapai oleh tokoh-tokoh pejuang pemekaran suatu daerah. Dengan kata lain,

pemekaran diboncengi kepentingan pribadi. Atau, tujuan-tujuan pragmatis sangat

dominan dalam pemekaran wilayah di era reformasi dan sebaliknya kepentingan

Page 70: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

57

publik hanya sebagai „tumpangan‟ bagi aktor-aktor dalam mencapai self-interest

mereka yang sesungguhnya.84

Dengan melihat alasan-alasan/motif pemekaran di atas, baik yang tersurat

maupun tidak, hal ini dapat dipakai untuk membedah kondisi pemekaran

Kabupaten SBB yang merupakan salah satu kabupaten mekaran baru di Propinsi

Maluku bersama dengan Kabupaten SBT dan Kepulauan Aru. Benarkah SBB

mekar semata-mata hanya karena alasan pelayanan publik yang mempermudah

masyarakat serta mendekatkan pemerintah dengan masyarakat? Apakah tidak ada

motivasi lain selain hal tersebut? Pertanyaan ini kemudian mengemuka setelah

kabupaten SBB mekar.

Menurut seorang responden yang juga adalah seorang tokoh gerakan

pemekaran, sebenarnya alasan yang dikemukakan dalam draf usulan pemekaran

hanya bersifat umum. Maksudnya, yang dikemukakan dalam draf tersebut

hanyalah demi alasan pelayanan publik dengan memperkecil rentang kendali dari

Masohi sampai ke Seram Barat (bahkan beberapa pulau sekitarnya) dan Taniwel,

tetapi ada alasan mendasar yang tidak dicantumkan. Kalau alasannya untuk

memperkecil rentang kendali pemerintahan maka sebenarnya yang menjadi

permasalahan adalah pada sarana dan prasarana transportasi. Pemerintah

Kabupaten Maluku Tengah bisa saja diminta untuk membuat jalan raya dari Tala

langsung ke Taniwel. Selain itu juga, memperbaiki jalan raya yang

menghubungkan Masohi dengan kecamatan-kecamatan lain. Sedangkan untuk

mengatasi jauhnya jarak yang ditempuh untuk pelayanan administratif maka dapat

dibangun beberapa kantor camat pembantu di wilayah-wilayah tersebut, biaya yang

84

Tri Ratnawati, Pemekaran Daerah, Politik Lokal & Beberapa Isu terseleksi, Yogyakarta, Pustaka

Pelajar, 2009, hlm.34-35.

Page 71: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

58

dikeluarkan untuk pembangunan ini jauh lebih murah jika dibandingkan dengan

biaya pemekaran kabupaten baru.85

Dari penjelasan itu setidak-tidaknya dapat diketahui beberapa hal

menyangkut keinginan masyarakat SBB untuk mekar. Diantaranya adalah bahwa

selama berada dalam wilayah administratif Kabupaten Maluku Tengah, tidak

adanya kesetaraan dalam pembangunan. Maksudnya pembangunan itu lebih

banyak menjangkau daerah-daerah seputar Masohi. Contohnya jalan trans-Seram

yang menghubungkan Masohi dengan Wahai (Kecamatan Seram Utara) yang

diaspal hotmix sehingga mempermudah akses ke Masohi.

Selain lambatnya pembangunan menjangkau wilayah barat dan timur Pulau

Seram, memperkecil rentang kendali sebenarnya bukan merupakan sebuah alasan

yang kuat untuk pemekaran. Alasan sebenarnya muncul dalam pertanyaan awal

yang tokoh (Bapak NE) ini lontarkan bahwa selama dalam Kabupaten Maluku

Tengah, ada berapa banyak Anak Seram yang duduk pada birokrasi pemerintahan?

Hal ini tentunya menyiratkan alasan-alasan yang sebenarnya menjadi dasar pijakan

tokoh-tokoh pemekaran untuk bertindak. Dengan mempertanyakan berapa banyak

Anak Seram pada birokrasi Pemerintahan Kabupaten Maluku Tengah

mengindikasikan adanya rasa ketidakpuasan diperlakukan tidak adil oleh

Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah. Oleh karena itulah maka para tokoh ini

berjuang agar setidaknya SBB dapat menjadi sebuah kabupaten baru yang dapat

menampung aspirasi masyarakat SBB terlebih khusus memperhatikan semua nilai-

nilai kearifan lokal yang terdapat dalam kultur masyarakat SBB.

85

Wawancara dengan seorang tokoh pemekaran yang berinisial NE, tanggal 2 Maret 2009.

Page 72: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

59

Dengan alasan yang diungkapkan tersebut telah terjawab apa yang selama

ini melatarbelakangi perjuangan pemekaran. Seperti yang diungkapkan oleh

Makagansa bahwa alasan yang tidak digembar-gemborkan adalah perjuangan atas

nama etnis dan masyarakat yang termarjinalkan. Perjuangan ini adalah upaya agar

anak-anak Seram mendapat pengakuan bahwa mereka juga mampu berkarya pada

birokrasi pemerintahan hanya saja tidak diberi kesempatan oleh Pemerintah

Maluku Tengah. Selain itu juga mereka berhak untuk bekerja di daerah mereka

tanpa takut disaingi oleh orang lain.

Ketika pada akhirnya SBB berdiri menjadi sebuah kabupaten otonom, dan

berhadapan dengan proses pilkada yang pertama di tahun 2005, calon-calon yang

maju dalam perebutan kursi bupati dan wakil bupati semuanya diisi oleh tokoh-

tokoh pemekaran. Menurut salah seorang informan yang turut bekerja untuk

pemekaran kabupaten ini, adanya tokoh-tokoh pemekaran yang maju sebagai calon

bupati dan wakil bupati hanya untuk menyiasati undang-undang pemilihan kepala

daerah. Sebab jika ini tidak dilakukan, maka akan ada calon yang berasal dari luar

SBB (bukan etnis SBB) dan tidak tertutup kemungkinan bisa saja orang yang

berasal dari luar SBB tersebut yang menjadi bupati pertama kabupaten SBB. Hal

inilah yang diantisipasi oleh para tokoh pemekaran tersebut, sehingga siapapun

yang memenangkan kursi bupati dan wakil bupati pertama SBB adalah orang SBB

sendiri.86

Informasi ini kelihatannya sangat rasional, namun ketika dibenturkan

dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, misalnya besarnya biaya kampanye

yang dikeluarkan oleh masing-masing calon bahkan sampai dengan masalah tarik-

86

Wawancara tanggal 17 Agustus 2009.

Page 73: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

60

ulur hasil pemilihan, informan ini hanya mampu mengatakan bahwa ini sudah

menyangkut masalah politik dan ia tidak dapat menjawabnya. Itu berarti bahwa

tujuan pemekaran yang pada awalnya baik telah berubah menjadi sebuah arena

perebutan kekuasaan di kalangan tokoh-tokoh pemekaran itu sendiri.

Dari sinilah awal alasan pengutamaan putera-puteri daerah ini

dimunculkan. Putera-puteri Seram merasa bahwa pemekaran itu hanya untuk

mereka. Hanya mereka yang berhak duduk dalam birokrasi pemerintahan karena

memang itulah yang sejak awal diperjuangkan. Tetapi di atas semua itu putera-

puteri Seram harus siap bersaing dengan orang lain akibat adanya niat-niat

tersembunyi yang dibawa sejak awal perjuangan pemekaran daerah.

3. Catatan Penutup

Dengan paparan di atas, pemekaran Kabupaten SBB merupakan bukti

kerjasama masyarakat dengan tokoh elit masyarakat SBB baik yang bermukim di

SBB maupun di Ambon dan sekitarnya. Para elit SBB dalam memperjuangkan

pemekaran kabupaten baru tidak sendirian. Mereka mendapat dukungan dari

masyarakat SBB terlebih lagi oleh para latupati, meskipun pada awalnya proses

pemekaran ini tersendat-sendat karena adanya ketidaktulusan Pemda Kabupaten

Maluku Tengah.

Adapun tujuan pemekaran Kabupaten SBB adalah untuk kesejahteraan

masyarakat SBB, yakni mempermudah pelayanan administratif dan mendekatkan

pemerintah dengan masyarakat. Tetapi tujuan utama yang menjadi ide dasar

pemekaran ini adalah memperjuangkan nasib putera-puteri Seram, khususnya

Seram Bagian Barat, yang termarjinalkan di daerah sendiri. Keprihatinan ini

berawal dari sebuah kenyataan sangat minimnya putera-puteri Seram yang duduk

Page 74: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

61

pada birokrasi pemerintahan Kabupaten Maluku Tengah. Dari adanya keprihatinan

tersebut, di awal pemekaran telah berhembus isu adanya pengutamaan putera-

puteri daerah. Mereka yang merasa sebagai etnis SBB semakin yakin adanya suatu

perbaikan kondisi dengan berdiri sebagai sebuah kabupaten otonom lepas dari

Maluku Tengah.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan adanya pemekaran

kabupaten baru, banyak peluang putera-puteri daerah SBB untuk bekerja dan

mengabdi di negeri sendiri khususnya pada birokrasi pemerintahan. Mereka yang

merasa sebagai putera-puteri daerah SBB sangat menyakini hal tersebut. Bahkan

mereka merasa yakin bahwa isu pengutamaan putera daerah ini akan benar-benar

dilaksanakan. Itu berarti akan menutup peluang bagi para pendatang.

Page 75: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

62

B A B IV

PERGUMULAN KABUPATEN BARU

DAN POLITISASI IDENTITAS

1. Pengantar

Terbentuknya kabupaten baru melambungkan banyak harapan, teristimewa

di kalangan warga daerah SBB. Bab ini akan menyoroti politisasi identitas dalam

kaitannya dengan upaya-upaya perebutan sumber-sumber daya publik, terutama di

kalangan masyarakat Waisarisa. Ada beberapa alasan mengapa masyarakat

Waisarisa yang penulis angkat disini. Pertama, masyarakat Waisarisa merupakan

masyarakat yang sangat heterogen. Artinya, mereka bukan merupakan masyarakat

yang memiliki kesamaan-kesamaan tertentu sebagaimana layaknya masyarakat

pada negeri-negeri87

di Maluku pada umumnya.88

Mereka tidak terdiri atas satu

etnis, tetapi beberapa etnis dengan kepercayaan dan budaya yang berbeda pula.

Adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group di daerah ini

menyebabkan banyak orang dari berbagai daerah, bahkan dari luar propinsi

Maluku, datang bekerja di sini.

Kedua, politisasi identitas paska pemekaran SBB sebagai kabupaten baru

sangat marak dibicarakan. Artinya, politisasi identitas dalam kaitannya dengan

perebutan sumber-sumber daya publik menjadi isu krusial dalam wacana

87

Lihat catatan kaki 3 pada Bab I. 88

Perbedaan Waisarisa dengan negeri-negeri lain di Maluku yang lebih spesifik sudah penulis

utarakan pada bab I secara terperinci (lihat catatan kaki 21)

Page 76: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

63

pemekaran wilayah.89

Politisasi identitas ini menjadi menarik karena etnis

Maluku pada umumnya memiliki nama keluarga (fam)90

yang melekat pada diri

masing-masing orang sejak lahir. Dengan fam ini antar orang Maluku sendiri

dapat saling mengenali asal negeri masing-masing. Fam ini kemudian menjadi

sebuah penanda identitas etnis seseorang.

Pada waktu SBB mekar menjadi kabupaten baru, berkembang wacana

penerimaan CPNS hanya untuk putera daerah91

SBB. Salah satu indikator putera

daerah dalam pandangan masyarakat SBB adalah mereka yang memakai fam etnis

SBB. Syarif Ibrahim Aqadrie92

merumuskan pengertian putera daerah dengan

mengemukakan dua indikator. Indikator pertama adalah keterikatan melalui

hubungan vertikal dari garis ayah. Berdasarkan indikator ini ia merumuskan,

bahwa putera daerah adalah semua orang yang memiliki hubungan darah atau

ikatan genealogis dengan kelompok etnis yang menjadi kelompok mayoritas atau

yang dianggap asli, dan telah sangat lama mendiami daerah atau lokasi domisili

kelompok etnis itu.93

Indikator kedua adalah bahwa putera daerah tidak hanya ditentukan oleh

hubungan genealogis, tetapi juga oleh faktor tempat kelahiran. Artinya, setiap

89

Kalimat yang tercetak miring ini sengaja penulis lakukan untuk menjelaskan adanya

kepentingan-kepentingan masyarakat yang ingin bekerja di birokrasi pemerintahan. Kepentingan

masyarakat ini selalu terkait dengan adanya pandangan umum dalam kehidupan masyarakat

Maluku bahwa lebih baik menjadi PNS daripada bekerja pada sektor swasta karena alasan lebih

terjaminnya masa depan. Selain pandangan umum tersebut, sampai saat ini masih sedikitnya,

bahkan hampir tidak ada sektor-sektor swasta yang turut mengambil peranan dalam pembangunan

masyarakat di SBB, menyebabkan hampir sebagian besar warga SBB berorientasi menjadi PNS

dan bukan untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. 90

Lihat catatan kaki 6 Bab I. 91

Kata ini sengaja penulis miringkan karena sampai sekarang masih ada kerancuan pengertiaannya

dalam pandangan masyarakat awam SBB. 92

Profesor Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tanjungpura

Pontianak. 93

Syarif Ibrahim Aqadrie, “Pemekaran Wilayah: Masalah dan Implementasinya Dalam

Pembangunan Daerah Di Kalimantan Barat”, dalam Ning Retnaningsih, dkk (ed), Penataan

Daerah dan Dinamikanya, Salatiga, Percik, 2008, hlm. 57-58.

Page 77: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

64

orang yang lahir dan berdomisili di tempat tersebut minimal sekitar satu generasi

atau 25 tahun adalah juga putra daerah yang memiliki hak dan kewajiban yang

sama.94

Dari pengertian ini jelas bahwa putera daerah bukan hanya mereka yang

menggunakan fam etnis SBB saja, melainkan juga setiap orang yang telah

bermukim lama sekitar satu generasi di daerah SBB.

Selain adanya nama fam yang melekat di belakang setiap nama individu

yang merupakan ciri khas orang Maluku, hal yang cukup menarik adalah bahwa

walaupun orang-orang Nusalaut sudah sekitar dua generasi menempati tanah

Waisarisa, mereka tetap mengenakan nama fam dari negeri asal mereka

(Nusalaut). Di satu sisi mereka merasa telah menjadi orang SBB, tetapi di sisi lain

mereka tetap menyadari keberadaan mereka sebagai orang Nusalaut. Hal ini selalu

membuat mereka berada dalam ambivalensi “siapakah kami sebenarnya”. Hal ini

semakin rumit ketika diperhadapkan pada seleksi penerimaan CPNS. Wacana yang

beredar jauh hari sebelum pemekaran adalah pengutamaan putera daerah SBB

dalam seleksi penerimaan pegawai.95

Dengan melihat paparan di atas, bab ini berisikan gambaran umum

Waisarisa, baik geografi, demografi serta sejarah lokal masyarakat Waisarisa.

Selain itu bab ini juga memaparkan kehidupan mantan pekerja pabrik baik

masyarakat lokal maupun pendatang yang sampai saat ini masih tinggal bersama di

Waisarisa sampai pada pengidentifikasian penduduk lokal/asli dan pendatang

(orang dagang) berdasarkan daerah asal dan tempat kelahiran. Proses

94

ibi d, Pendapat ini Ia dipakai untuk membedah permasalahan siapakah yang dikatakan putera

daerah Kalimantan Barat, karena adanya etnis-etnis lain (tionghoa dan Melayu-Arab) yang

menghuni Kalimantan Barat sejak abad-18 M. (Syarif Ibrahim Aqadrie, Pemerintahan, Otonomi

Daerah, Idenetifikasi Etnis dan Konflik Horizontal di Kalimantan, dalam Desentralisasi dan

Otonomi Daerah, Jakarta, LIPI Press, 2007, hlm.188). 95

Issu inipun sempat penulis dengar sewaktu para elit masyarakat SBB sedang memperjuangkan

pemekaran kabupaten tersebut sekitar tahun 2003.

Page 78: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

65

pengidentifikasian penduduk asli dan pendatang ini sampai pada upaya perebutan

sumber-sumber daya publik serta proses negosiasi antara penduduk lokal dan

pendatang.

2. Masyarakat Waisarisa

A. Geografis dan Demografis

Waisarisa adalah sebuah negeri yang terletak di Kecamatan Kairatu,

wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat. Daerah ini dapat ditempuh

sekitar kurang lebih 3-4 jam perjalanan dari Ambon selaku ibukota propinsi

Maluku dan 20-25 menit dari Piru, ibukota kabupaten SBB. Secara

geografis, Waisarisa berbatasan dengan Air Aru di sebelah barat, Kali

Waisarisa di sebelah timur. Sebelah utara dengan hutan rimba (kurang lebih

berjarak 15 km dari tepi pantai) dan sebelah selatan dengan laut teluk

Piru.96

Ketika pada tahun 1983 pabrik pengolahan kayu lapis mulai

beroperasi97

di Waisarisa dan Kamal, Waisarisa menjadi sebuah negeri

industri yang ramai karena begitu banyak pendatang yang bermukim di sini.

Waisarisa akhirnya menjadi sebuah negeri yang terdiri dari berbagai macam

etnis dan sub etnis. Mereka hidup bersama dengan pola budaya yang

berbeda. Baik yang menempati kemp perusahaan maupun yang tinggal di

rumah penduduk.

Dengan adanya pabrik itu, jumlah penduduk Waisarisa pun

bertambah. Jumlah penduduk Waisarisa sebanyak 1.712 jiwa dari 481 KK

(Kepala Keluarga), laki-laki sebanyak 896 jiwa, perempuan sebesar 816

jiwa yang tersebar pada 3 RW dan lokasi kemp. Selain itu Waisarisa

96

Sumber: Kantor Desa Waisarisa, tanggal 17 Januari 2009. 97

http://www2.kompas.com/ tanggal 12 Desember 2008.

Page 79: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

66

dikenal sebagai sebuah negeri Kristen. Tetapi data yang diperoleh

menunjukkan bahwa hal ini tidak benar. Selain Kristen Protestan ada juga

pemeluk agama-agama lainnya. Islam merupakan agama mayoritas kedua

dengan jumlah 579 jiwa. Walaupun tingkat keragaman agama dan

kepercayaan cukup tinggi, namun tidak pernah sekalipun para pemeluk

agama yang berbeda ini saling cekcok satu dengan yang lain. Satu hal yang

tidak dapat dipungkiri bahwa banyak penduduk Waisarisa yang dulu

bekerja di pabrik, akhirnya memilih menjadi petani dan beberapa sektor

swasta lainnya (tukang ojek dan pengumpul batu, dll).

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa Waisarisa telah menjadi

sebuah negeri majemuk dengan adanya pembangunan pabrik pengolahan

kayu lapis. Kendati demikian berdasarkan pengamatan langsung Waisarisa

tetap sama seperti negeri-negeri lainnya di Maluku, yakni agak lambat

tersentuh pembangunan walaupun jaraknya cukup dekat ke Piru bahkan ke

Ambon. Selain itu walaupun terdiri dari berbagai etnis dan budaya yang

berbeda, semuanya dapat hidup berdampingan tanpa mengalami

persinggungan yang dapat membawa perpecahan dalam masyarakat.

Pendek kata, berbeda dari Ambon dan beberapa kawasan lain di Maluku,

keragaman penduduk di Waisarisa tidak menimbulkan konflik kekerasan.

B. Sejarah Lokal Masyarakat Waisarisa98

Keberadaan suatu etnis di suatu tempat memiliki sejarahnya secara

tersendiri, khususnya menyangkut status yang dimiliki oleh suatu etnis

98

Bahan-bahan paparan sejarah lokal ini diperoleh dari penulusuran arsip pada kantor Desa

Waisarisa, serta wawancara dengan orang-orang tua yang termasuk dalam rombongan kedua yang

datang ke Waisarisa serta kepala desa.

Page 80: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

67

dalam hubungannya dengan etnis lain.99

Pada awal bab ini telah penulis

ungkapkan bahwa penduduk lokal Waisarisa bukan etnis SBB. Mereka

merupakan orang-orang Nusalaut.100

Adapun keberadaan mereka di tanah

Waisarisa ini sudah sekitar dua generasi terhitung sejak tahun 1949. Tanah

yang mereka tempati merupakan pemberian secara adat oleh Raja Eti, Raja

Kaibobo dan Waesamu (diwakili oleh salah satu Kapala Soa101

).

Penyerahan tanah Waisarisa secara adat dilakukan pada tanggal 23

Oktober 1949 sekaligus mengukuhkan bahwa anak-anak Nusahulawano

resmi sebagai pemilik tanah Waisarisa sejak tahun 1949. Menurut seorang

Oma (nenek) bermarga Leiwakabessy, ketika suaminya pensiun dan

kembali dari Sorong, setelah ke Nalahia102

, mereka langsung Waisarisa di

awal tahun 1960. Ketika mereka datang sudah ada beberapa rumah orang

Nusalaut, lama-kelamaan makin bertambahlah orang-orang Nusalaut yang

mendiami tanah ini.103

Karena sudah menempati tanah ini cukup lama, orang-orang

Waisarisa tetap menyatakan diri sebagai orang Waisarisa. Mereka merasa

sebagai orang Waisarisa tetapi sekaligus mereka juga tahu bahwa orang-

orang tua mereka berasal dari Nusalaut. Walaupun menyadari keberadaan

mereka sebagai generasi yang berasal dari Nusalaut, banyak yang tidak

99

Irwan Abdullah, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2006,

hlm. 84. 100

Kata-kata ini sengaja penulis miringkan karena ini merupakan ungkapan orang Maluku terhadap

asal etnis yang lebih merujuk pada nama pulau tempat mereka berasal bahkan ada yang merujuk

pada nama negeri (kampung) ia berasal. Dapat dibandingkan dengan asal fam (catatan kaki 5 Bab

I). 101

Soa adalah suatu bagian administratif dalam desa/negeri dalam lingkup tradisional terdiri dari

sejumlah mata-rumah (klen), kapala Soa berarti, pemimpin sebuah Soa. 102

Salah satu nama negeri di Nusalaut. 103

Wawancara tanggal 14 Januari 2009.

Page 81: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

68

pernah tahu bagaimanakah negeri asal mereka di Nusalaut. Hal ini

dikarenakan mereka tidak pernah diajak pulang untuk sekedar menengok

kampung halaman. Kalaupun pernah rata-rata baru sekali.104

Tetapi bagi

seorang perempuan Waisarisa, ketika menikah harta kawinnya harus tetap

dibawa kembali ke rumah tua105

asal perempuan tersebut yakni di

Nusalaut.106

3. Masyarakat Bekas Pekerja Pabrik

Sejak awal pemberiannya, Waisarisa hanya dihuni oleh masyarakat lokal

(yang berasal dari Nusalaut). Tetapi pada tahun 1983, pabrik pengolahan kayu lapis

milik PT.Djayanti Group didirikan di daerah ini (dan juga Kamal). Daerah inipun

menjadi ramai, penduduk Waisarisa bertambah, dan terjadi perjumpaan antar

budaya yang berbeda. Perbedaan latar belakang ini tidak pernah menjadi alasan

untuk tidak saling berkomunikasi, apalagi mereka sama-sama bekerja di pabrik.

Ketika bekerja di pabrik, antar sesama pekerja tidak pernah saling bentrok,

seperti yang diungkapkan para informan bahwa mereka sama-sama bekerja di

pabrik untuk hidup. Oleh pihak perusahaan mereka disediakan kemp-kemp tempat

tinggal. Kalau sampai terjadi pertengkaran diantara mereka resikonya adalah

dikeluarkan dari kemp tersebut.107

Selain itu, oleh pihak perusahaan selalu

diadakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan semua pekerja, baik penduduk lokal

104

Wawancara dengan beberapa orang, diantaranya berinisial AP, OP, HL, tanggal 14,15,16 Januari

2009. 105

Rumah Tua merupakan sebutan untuk rumah yang dibangun dan dihuni oleh pendiri pertama,

rumah itu dianggap sebagai pusat klen. Selanjutnya rumah itu akan dijaga oleh anak laki-laki tertua.

Saudara-saudaranya baik laki-laki maupun perempuan boleh menempati rumah tersebut bersama-

sama dengan dia selama belum menikah. (Frank L. Cooley, Mimbar dan Tahta (terjm), Jakarta,

Pustaka Sinar Harapan, 1987, hlm.47). 106

Seperti pengakuan ibu WS dan HL, tanggal 14 Januari 2009. 107

Wawancara dengan seorang bapak berinisial ANM (etnis Flores), dan seorang ibu yang

berinisial MTS (etnis Toraja, mantan bendahara pabrik), tanggal 15 Januari 2009.

Page 82: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

69

maupun pendatang. Kegiatan tersebut misalnya pasar murah yang dilaksanakan di

lingkungan pabrik, lomba-lomba olah raga pada saat-saat tertentu bahkan

panggung hiburan setiap hari Jumat.108

Dari keterangan ini dapat dibayangkan

bahwa mereka memang betul-betul dapat saling berinteraksi dengan baik.

Perbedaan tidak menjadi penghalang untuk hidup bersama. Selain itu, untuk

bekerja pada sektor swasta, penduduk lokal harus bisa hidup berdampingan dengan

orang-orang yang berbeda dengan mereka (budaya dan agama).

Ketika kerusuhan melanda di berbagai bagian Maluku bahkan juga di Kota

Ambon, daerah Waisarisa tenang-tenang saja. Padahal daerah ini dikelilingi oleh

negeri-negeri Kristen. Bahkan ketika kerusuhan sedang berlangsung, para

penghuni kemp-kemp perusahaan yang berlokasi di Nurue dan Waesamu, terutama

yang beragama Islam, mengungsi ke kemp Waisarisa dan Kamal (lokasi pabrik).109

Hal ini terjadi karena mereka beranggapan bahwa dekat ke lokasi pabrik, selalu ada

jaminan keamanan dari pihak perusahaan. Dan memang daerah ini tetap aman

kendati penduduknya sangat beragam baik dari segi etnis maupun agama.110

Pada tahun 2004 ketika terjadi pemekaran kabupaten baru (SBB),

perusahaan ini masih beroperasi. Tetapi pada tahun 2006, perusahaan dinyatakan

mengalami kerugian sehingga harus mengurangi ribuan tenaga kerjanya.111

Pada

tahun 2007, perusahaan dinyatakan pailit.112

Kekecewaan di hati para mantan

pekerja bukan karena adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), tetapi mereka

kecewa lantaran hak-hak mereka belum tuntas diselesaikan oleh pihak perusahaan.

108

Wawancara dengan MTS dan FM, AS, Y, tanggal 15 Januari 2009. 109

Wawancara dengan seorang bapak berinisial YR, tanggal 23 Desember 2008. 110

Hal ini dapat dimengerti karena kerusuhan Maluku dan Ambon pada khususnya oleh hampir

semua masyarakat dikatakan merupakan perang agama yakni Islam dan Kristen. 111

Diperkirakan jumlahnya mencapai 2.362 tenaga kerja pada masing-masing bagian. 112

wawancara dengan mantan pekerja yang berinisial AS, AP, Y dan OP, tanggal 14, 15 dan 17

Januari 2009.

Page 83: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

70

Pemilik perusahaan berjanji akan membayarnya setelah perusahaan laku dilelang.

Sampai draf ini ditulis, mantan pekerja ini belum menerima pembayaran sisa gaji

11 bulan dan uang pesangon padahal perusahaan telah laku dilelang pada bulan

Oktober 2008.113

Selain itu, oleh pemilik perusahaan yang baru, mantan pekerja

yang masih menghuni kemp harus segera keluar karena kemp akan dibersihkan.114

Pada akhirnya industri yang telah mengumpulkan mereka, hanya membiarkan

mereka hidup selama diperlukan, tetapi akan segera meninggalkan mereka ketika

sudah tidak diperlukan.115

Hal ini yang terjadi pada pekerja pabrik Waisarisa yang

masih terikat kontrak dengan PT. Djanyanti Group sampai saat ini.

4. Proses Pengidentifikasian Diri “Lokal/Asli” dan “Pendatang”

Dalam kehidupan sehari-hari, orang Waisarisa sama seperti orang Maluku

lainnya tetap membedakan seseorang berdasarkan nama keluarganya (fam). Dari

nama keluarga, mereka mampu mengidentifikasikan asal seseorang. Misalnya saja

nama-nama keluarga (fam) etnis SBB (Puttileihalat, Kermite). Dalam penyebutan

sehari-hari, sebutannya langsung dispesifikkan dengan menyebut negeri asal fam

tersebut. Hal ini nampak dalam wawancara dengan beberapa informan yang

langsung menyebut dirinya dan orang-orang tertentu dengan negeri asalnya,

misalnya „orang Alang‟ (sebuah negeri di Pulau Ambon), „orang Kaibobo‟ (sebuah

negeri di SBB) atau „orang Porto‟ (sebuah negeri di Pulau Saparua). Hal ini

menunjukkan bahwa memang nama keluarga/fam yang merupakan salah satu

identitas pribadi dapat menjadi sebuah identitas kolektif, yakni negeri asal. Seperti

113

Wawancara tanggal 21 Desember 2008 dengan seorang bapak berinisial MS dan tanggal 15 dan

17 Januari 2009 dengan OP, Y , AP (ketiganya mantan pekerja pabrik). 114

Wawancara dengan bapak ANM (etnis Flores) dan ibu S (etnis Jawa) tanggal 14 Januari 2009. 115

Karl Marx, Naskah-naskah Ekonomi dan Filsafat Tahun 1844 (terjm), Jakarta, Hasta Mitra,

hlm.34.

Page 84: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

71

diungkapkan Erikson, identitas pribadi dapat menjadi sebuah identitas kolektif.116

Identitas pribadi yang kemudian menjadi identitas kolektif ini tergambar dalam

kehidupan sehari-hari orang Maluku pada umumnya. Tetapi identitas ini kemudian

semakin berperan pada saat-saat tertentu, salah satunya adalah pada saat perebutan

sumber-sumber daya publik, seperti yang terjadi di Kabupaten SBB.

A. Penduduk “Lokal/Asli”

Siapakah kami sebenarnya? Demikianlah ungkapan masyarakat Waisarisa

terhadap diri mereka sendiri. Lahir dan besar di Waisarisa bukan merupakan

sebuah pilihan hidup melainkan sebuah kenyataan yang harus diterima. Betapa

tidak; karena dilahirkan dan dibesarkan di Waisarisa, generasi orang-orang

Nusalaut yang mendiami Waisarisa ini telah merasa menjadi orang Seram. Mereka

bukan hanya merasakan tetapi juga mengakui bahwa mereka adalah orang Seram

walaupun tete-nene117

mereka berasal dari Nusalaut. Mereka mengaku sebagai

orang Seram, tetapi mereka juga tidak menyangkal bahwa nama fam yang mereka

bawa/pakai adalah nama fam orang-orang Nusalaut, seperti ungkapan beberapa

mantan pekerja pabrik:

“…beta pikir yang dinamakan putra daerah itu jua termasuk katong karena

katong lahir basar di Waisarisa. Memang katong pung fam orang Nusalaut,

tapi katong rasa katong ini orang Seram, jadi kalau tanya katong, katong

bilang katong ini orang Seram…”118

“...Katong ini memang dari Nusalaut, barang fam yang katong pake kan

dari Nusalaut, tapi katong ini su jadi orang Seram...abis katong lahir deng

116

Hans Mol, “Religion and Identity”, dalam Victor Hayes (ed), Identity Issues and World

Religion, Bedford Park South Australia, AASRSA, 1986, hlm. 65. 117

Lihat catatan kaki 20 bab II. 118

Wawancara dengan OP tanggal 14 Januari 2009, terjemahannya kira-kira demikian”…Saya pikir

yang dinamakan putra daerah SBB itu juga termasuk kita di sini karena kita lahir dan besar di

Waisarisa. Memang nama marga kita adalah nama marga Nusalaut, tapi kami merasa sebagai

orang Seram, jadi kalau ditanya, ya kami ini orang Seram…”

Page 85: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

72

basar di sini. Beta sa baru pulang ka Nusalaut satu kali..jadi ya mau bilang

apa katong ini orang Seram jua...”119

Dari ungkapan di atas jelas bahwa mereka tetap mengaku sebagai putera daerah

SBB karena memang mereka lahir dan dibesarkan di SBB walaupun mereka bukan

etnis SBB. Seperti yang diungkapkan oleh Isaach bahwa nama-nama pribadi atau

perorangan biasanya akan menjadi sebuah tanda dari identitas kelompok.120

Nama

fam orang Waisarisa secara pribadi menunjukan identitas kelompok entah sebagai

orang Waisarisa ataupun orang Nusalaut.

Terkait dengan pertanyaan siapakah putera daerah SBB sebenarnya dan

apakah orang Waisarisa masuk dalam kategori putera SBB atau tidak, banyak

pendapat dari orang-orang tua yang adalah tokoh-tokoh pemekaran tentang hal

tersebut. Menurut seorang bapak yang adalah etnis SBB, yang dimaksud dengan

orang Seram Bagian Barat adalah setiap orang yang lahir, besar dan tinggal di

wilayah SBB. Sedangkan yang dimaksud dengan etnis SBB adalah mereka yang

memikul fam (nama marga/keluarga) asli SBB. Orang-orang ini walaupun tidak

dilahirkan dan dibesarkan bahkan tidak pernah menginjakkan kakinya di SBB

tetapi mereka tetap dikatagorikan sebagai etnis SBB.121

Hal senada juga

diungkapkan oleh salah satu orang tua bahwa orang SBB adalah setiap orang yang

telah menjadi penduduk SBB (ia lahir dan berdiam/tinggal di SBB). Dengan kata

lain, mereka yang memiliki hak politiknya di SBB. Sedangkan yang dimaksud

119

Wawancara dengan seorang Ibu berinisial HL, tanggal 14 Januari 2009, diterjemahkan kira-kira

demikian: “...Kami ini memang asal dari Nusalaut, karena nama fam yang kami pakai adalah dari

Nusaut, tapi kami ini sudah menjadi orang Seram..karena kami lahir dan dibesarkan di sini

(Waisarisa). Saya saja baru ke Nusalaut satu kali...jadi mau bilang apapun kami ini orang Seram

juga...” 120

Harold R. Isaacs, Pemujaan Terhadap Kelompok Etnis, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1993,

hlm.97. 121

Wawancara dengan NE, yang adalah tokoh pemekaran tanggal 2 Maret 2009.

Page 86: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

73

dengan etnis SBB adalah mereka yang nenek moyangnya berasal dari SBB atau

mereka yang memikul nama fam/marga SBB.122

Mengacu pada kedua pendapat orang tua di atas, dapat dikatakan bahwa

putera daerah SBB adalah orang-orang SBB dan etnis SBB.123

Demikianlah

tergambar dengan jelas bahwa apa yang diungkapkan oleh masyarakat Waisarisa

tentang keberadaan diri mereka, didukung oleh pendapat kedua tokoh SBB tadi.

Dengan sendirinya orang-orang Waisarisa juga termasuk dalam kelompok orang

SBB karena sudah sejak 1949 menempati daerah ini. Bahkan mereka telah

memiliki hak politik yang digunakan setiap Pemilu Legislatif dan Pilkada termasuk

pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati SBB yang pertama tahun 2005. Mereka

juga berhak atas segala potensi daerah ini sebanding dengan etnis SBB lainnya.

B. “Pendatang (Orang Dagang)”

Ketika orang Waisarisa memandang diri mereka sebagai orang Seram,

maka terhadap para pekerja pabrik yang baru datang bekerja ketika ada pabrik,

mereka menyebutnya dengan sebutan pendatang atau dalam bahasa lokalnya

sebagai orang dagang.124

Istilah ini mereka tujukan kepada semua pendatang yang

berada di tengah-tengah mereka (Jawa, Flores, Toraja, bahkan Maluku lainnya).

Contohnya, seorang asal Waisarisa menikah dengan orang dari luar Waisarisa,

tetapi kemudian menetap di Waisarisa, maka mereka akan disebut dengan istilah

ini. Seperti yang diungkapkan oleh seorang mantan pekerja yang menikah dengan

perempuan asal Waisarisa demikian:

122

Wawancara dengan bapak MS, tanggal 21 Desember 2008. 123

Pengertian putera daerah ini sama seperti yang diungkapkan oleh Syarif Ibrahim Aqadrie, dapat

dilihat pada catatan kaki 6 dan 7. 124

Lihat catatan kaki 5 Bab I tentang arti dan penggunaan istilah ini.

Page 87: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

74

“…kalau beta bukang orang Waisarisa, beta orang Alang-Ambon, beta

datang karja disini dari taong 1995, beta kaweng deng parampuang sini,

beta pung ipar-ipar…bini pung sudara-sudara panggel beta orang dagang,

karna beta seng asal dari sini……Istilah orang dagang ini jua dong pake

waktu pemilihan bapa raja baru-baru, barang waktu itu ada calon bukang

orang Waisarisa tapi dari Porto, amper-amper kaco gara-gara sebutan

orang dagang ini, dong pake istilah ini supaya orang Waisarisa pili dong

pung orang sandiri, supaya bisa menang….”125

Dari informasi ini dapat disimpulkan bahwa istilah orang dagang dapat menjadi

pemicu terjadinya perpecahan.

Istilah orang dagang pada awalnya hanya ditujukan pada semua pendatang

yang berada di tengah-tengah suatu komunitas negeri/kampung tanpa adanya

pikiran untuk mempolitisirnya, kecuali untuk menunjukan bahwa mereka yang

disebut orang dagang itu bukan berasal dari komunitas mereka. Tetapi, dalam

sebuah pertarungan untuk memperebutkan sumber daya publik (umumnya berupa

jabatan atau kesempatan kerja pada birokrasi pemerintahan), istilah ini berubah

menjadi hal yang menguntungkan bagi komunitas mayoritas dan sangat merugikan

serta menyulitkan komunitas minoritas. Sebagai suatu etnis yang merupakan

kelompok pendatang dan berinteraksi dengan etnis asal yang terdapat di suatu

tempat, maka secara alami akan menempatkan pendatang dalam posisi yang relatif

lemah. Namun demikian, etnis tersebut memiliki status yang relatif seimbang

dengan etnis lain pada saat mereka sama-sama berstatus sebagai pendatang dalam

125

Diterjemahkan kira-kira seperti ini : “…kalau saya bukan orang Waisarisa, saya orang Alang-

Ambon, saya kerja disini sejak tahun 1995, saya menikah dengan perempuan disini (Waisarisa),

saudara-saudara istri saya menyebut saya orang dagang karena memang saya tidak berasal dari

sini…istilah ini juga mereka pakai sewaktu pemilihan bapa raja (kepala desa) karena waktu itu ada

calon lain asal negeri Porto, hampir terjadi perkelahian karena sebutan ini..mereka pakai istilah

ini supaya orang Waisarisa tetap memilih orang mereka sendiri, supaya bisa menang…”

Wawancara dengan AS, tanggal 14 Januari 2009.

Page 88: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

75

lingkungan sosial yang baru.126

Walaupun sama-sama orang Maluku tetapi tetap

ada klasifikasi yang spesifik lagi berdasarkan daerah asal seseorang yang ditandai

dengan nama fam. Proses penamaan ini juga menunjukan bahwa tetap ada

perbedaan antara kami dengan mereka, kendati telah menikah dan menjadi bagian

dari keluarga.

Orang dagang dan bukan orang dagang menurut seorang tokoh pemekaran

yang juga adalah etnis SBB merupakan sebuah istilah yang pada umumnya

digunakan oleh orang-orang Ambon-Lease (Ambon, Saparua, Haruku dan

Nusalaut), tetapi bukan oleh orang Seram.

“…Istilah orang dagang deng bukang orang dagang ini istilah orang

Ambon-Lease…atau lebe banya dipake orang-orang Ambon-Lease, katong

orang Seram seng pernah kanal istilah orang dagang. Sebab berdasarkan

sejarah, katong bukang cuma kanal istilah kaweng kaluar127

tetapi juga

katong kanal apa yang katong biasa bilang kaweng maso128

atau dalam

katong pung bahasa bilang masawang…”129

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa istilah orang dagang ini bukan

merupakan sebuah istilah lokal etnis Seram, melainkan sapaan yang dikenal di

lingkungan sosial masyarakat Ambon-Lease. Tidak heran jika orang Waisarisa

yang merupakan keturunan masyarakat Lease tampak akrab dengan istilah ini,

126

Irwan Abdullah, loc cit. 127

Kaweng kaluar (kawin keluar) artinya bahwa seorang perempuan ketika menikah, ia harus

mengikuti suaminya, entah suaminya itu berasal masih satu kampung dengannya ataupun dari

daerah berbeda. Ia tidak berhak atas dusun (sebutan lain untuk kebun yang cukup luas dan biasanya

berisikan tanaman umur panjang seperti kelapa, cengkeh, pala, dll) yang dimiliki oleh orang tuanya

melainkan atas dusun yang menjadi bagian suaminya. 128

Kaweng maso/masawang (kawin masuk) artinya seorang laki-laki ketika menikah ia mengikuti

istrinya, menetap di kampung istrinya dan ia juga dapat berhak atas dusun yang dimiliki istrinya.

Sekalipun demikian nama marga (fam) tetap ia pakai demikian juga dengan anak-anak yang

dilahirkan baginya. 129

Diterjemahkan kira-kira demikian,“…Istilah orang dagang dan bukan orang dagang ini lebih

banyak dipakai oleh orang-orang Ambon-Lease, kita orang Seram tidak kenal (tidak pakai) istilah

ini. Sebab berdasarkan sejarah, kita bukan cuma mengenal kawin keluar tapi kita juga kenal kawin

masuk atau dalam bahasa daerah kita (baca: bahasa Wemale) disebut masawang…” Wawancara

dengan salah satu orang tua dan juga tokoh pemekaran berinisial NE, tanggal 1 Januari 2009.

Page 89: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

76

bahkan istilah ini mampu dimanfaatkan sebagai senjata untuk menaklukkan orang-

orang yang berasal dari luar dalam perebutan posisi sebagai kepala desa.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Warnaen Suwarsi bahwa konflik antar etnis

lebih banyak bersumber pada persaingan dalam bidang ekonomi dan perebutan

sumber daya umum.130

Perebutan kekuasaan di tingkat lokal dalam masyarakat

Waisarisa dapat membawa perpecahan dalam lingkup sosial antara pendatang dan

penduduk asli.

Selain adanya kawin masuk tadi, filosofi yang berkembang seputar siapakah

yang lokal dan pendatang sebenarnya tergambar dalam mitos tentang Nunusaku131

atau pohon beringin. Bahwa pohon beringin yang dipunyai orang Seram ini

berbeda dengan pohon beringin dari daerah lain. Pohon beringin ini akarnya

mampu mengikat segala jenis tumbuhan yang tumbuh di dekatnya tanpa

mematikan tumbuhan tersebut.132

Demikian juga yang terjadi dan mewarnai pola

pikir orang Seram. Dari uraian ini hendak digambarkan bahwa pohon beringin

yang merupakan perlambang orang Seram mampu menerima dan merangkul orang

lain dan hidup berdampingan dengan mereka tanpa sedikitpun memperdulikan latar

belakang mereka. Bahkan mereka semua dipandang sebagai bagian dari orang

Seram. Penerimaan orang Seram terhadap orang luar Seram juga nampak dari

tradisi maro-maro.133

Dengan demikian ada celah etnisitas orang Seram yang

bisa di „masuki‟ oleh orang lain. Seperti yang diungkapkan oleh Barth bahwa

130

Warnaen Suwarsi, Stereotip Etnis Dalam Masyarakat Multietnis, Yogyakarta, Mata Bangsa,

2002, hlm. 36. 131

Telah dibahas pada bab II. 132

Wawancara tanggal 1 Januari 2009. 133

Bernyanyi dengan menggunakan bahasa tana (daerah setempat) sambil berangkulan satu dengan

yang lain mengelilingi lampu (pelita). Setiap orang yang dirangkul termasuk orang luar Seram

dengan sendirinya diterima sebagai saudara.

Page 90: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

77

etnisitas itu bisa diseberangi karena etnisitas itu ditentukan oleh interaksi antar

masyarakat.134

Bagi mereka yang berasal dari Toraja, Jawa, Flores, dll, mereka tetap

menyadari keberadaan diri mereka. Mereka sadar bahwa mereka adalah

pendatang. Alasan mereka adalah karena mereka memang tidak berasal dari situ

(SBB/Waisarisa). Mereka ada di situ karena tuntutan pekerjaan. Berdasarkan

angkatan kerja mereka didatangkan dari negeri-negeri mereka. Berdasarkan

budaya, jelas-jelas mereka berbeda. Walaupun demikian ada yang telah menikah

dengan penduduk lokal namun tetap saja menganggap diri mereka pendatang.

Seperti yang diungkapkan oleh seorang mantan pekerja yang telah menikah dengan

perempuan Waisarisa bahwa memang sudah begitu, mereka harus menyadari diri

bahwa mereka ini cuma pendatang.135

Mereka menyadari diri sebagai pendatang, karena itu mereka tetap

mengajari anak-anak mereka cerita tentang asal-usul dan adat-istiadat mereka.

Contohnya, sebagai orang Toraja, mereka mulai memperkenalkan adat dengan

memutar kaset CD tentang adat istiadat orang Toraja kepada anak-anak mereka,

bahkan ada yang pernah mengajak anak-anaknya pulang ke kampung halaman di

Toraja. Selain itu juga walaupun telah jauh dari kampung halaman namun adat

istiadat mereka tidak pernah mereka lupakan. Bahkan sedikit-sedikit masih mereka

praktekkan, misalnya saja pada saat orang meninggal ataupun acara syukuran dari

salah satu komunitas mereka.136

Hal serupa juga dilakukan oleh mantan pekerja

etnis Jawa yang menikah dengan perempuan asal negeri Kaibobo (SBB). Ia bahkan

134

Fredrik Barth, Ethnic Groups and Boundaries, Bergen dan London, Universitets Forlaget dan

George Allen & UNWIN, 1970, hlm.10. 135

Wawancara dengan mantan pekerja etnis Toraja berinisial LT tanggal 11 Januari 2009. 136

Wawancara dengan mantan pekerja berinisial MTS dan LT tanggal 15 dan 11 Januari 2009.

Page 91: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

78

sudah pernah mengajak istri anaknya pulang ke Jawa saat kerusuhan terjadi di

Ambon, bahkan anak-anaknya dinamai dengan ciri khas kejawaannya, misalnya

Eko dan Yudi Saputra.137

Adanya perkawinan campur antar etnis dan upaya

memperkenalkan budaya masing-masing, menurut Irwan Abdullah, bagi anak-anak

mereka menjadi tidak begitu jelas etnisnya dalam setting kultural tertentu.138

Artinya, anak-anak lebih sering menjadi terpengaruh dengan sebuah budaya yang

lebih dominan, entah budaya ayah ataupun ibu.

Hal ini menunjukkan bahwa walaupun jauh dari negeri mereka tetapi

budaya yang mereka miliki tidak akan hilang. Proses pengenalan daerah asal tetap

mereka lakukan terhadap keturunan mereka yang lahir di negeri orang dengan

harapan kelak si anak tahu bahwa mereka berasal dari daerah A atau B dan bukan

penduduk asli Seram/SBB. Selain usaha mengenalkan anak pada budaya leluhur

mereka, upaya menunjukkan kepada anak adalah dengan mengajak mereka pulang

menjenguk kampung halaman. Dengan demikian walaupun telah bertahun-tahun

di negeri orang, status mereka sebagai pendatang tetap melekat sampai kapanpun.

Hanya saja status ini tidak terlalu dipermasalahkan ketika masih sama-sama

menjadi pekerja pabrik.

5. Upaya Perebutan Sumber-sumber Daya Publik

Ketika muncul upaya memekarkan kabupaten ini di kalangan elit

masyarakat SBB, isu yang mengiringi perjuangan adalah pengutamaan putera

daerah di setiap birokrasi pemerintahan. Ada rasa kepuasan dan kelegaan dalam

diri masing-masing putera-puteri SBB ketika pada akhirnya negeri ini dimekarkan

dengan Undang-undang No.40 Tahun 2003. Setidaknya demikianlah ungkapan

137

Wawancara dengan mantan pekerja berinisial Y etnis Jawa, tanggal 10 Januari 2009. 138

Irwan Abdullah, op cit, hlm. 17

Page 92: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

79

yang dikeluarkan oleh orang SBB terhadap keadaan ini. Hal ini dapat dipahami

mengingat betapa sulitnya mendapatkan pekerjaan di birokrasi pemerintahan, baik

propinsi maupun kabupaten. Walaupun sudah dinyatakan mekar tahun 2003

(tanggal 18 Desember) namun peresmiannya baru berlangsung pada awal tahun

2004. Pada awal pemekaran ini, ditunjuklah seorang Pejabat Sementara (PJS)

bupati hingga berlangsungnya pemilihan bupati di tahun 2005.

Pada saat pemekaran mulai terjadi, pabrik pengolahan kayu lapis masih

beroperasi. Meskipun demikian ketika pada tahun 2005 diadakan tes penerimaan

CPNS pertama kalinya untuk duduk pada birokrasi pemerintahan kabupaten,

banyak orang Waisarisa yang adalah pekerja pabrik mengikuti tes tersebut.

“…kabupaten mekar kamuka dolo kalau seng salah sekitar taong 2003-

2004, tes pertama taong 2005, waktu itu katong masih karja di pabrik, tapi

rame-rame katong iko…par nasib ni! Katong disini iko banya lai… tapi

seng lolos. Tes-tes selanjutnya beta seng iko lai, macam beta su pamalas

lai…”139

Dari pernyataan di atas terungkap alasan mereka mengikuti tes tersebut. Mereka

hanya ingin kesejahteraan hidup dan alasan terjaminnya masa depan.140

Hal ini

disadari oleh hampir semua pekerja pabrik yang merasa sebagai orang SBB dan

berhak atas sumber-sumber daya publik. Seperti yang diungkapkan oleh salah

seorang putera daerah SBB:

139

Diterjemahkan kira-kira demikian,“…Kabupaten mekar duluan, kalau tidak salah sekitar

2003-2004, tes pertama tahun 2005, waktu itu kami masih kerja dipabrik, tapi kami mengikutinya

berramai-ramai…semua untuk hidup! Kami disini banyak yang ikut…tapi tidak lolos. Tes-tes

selanjutnya saya tidak mengikutinya lagi soalnya saya sudah malas…” Seperti yang diungkapkan

oleh OP, tanggal 14 Januari 2009. 140

Selain OP ada beberapa mantan pekerja pabrik yang berpendapat sama yakni Y, FM, MTS, AS

yang diwawancarai pada waktu yang berbeda-beda

Page 93: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

80

“…baru-baru tes pertama beta iko…waktu itu masih karja di pabrik, beta

pikir kan beta putra daerah asli, baru beta ni kan kamareng termasuk tim

sukses par Bob ni, baru beta satu kampong lai, sama-sama orang

Kaibobo…”141

Merasa sebagai orang SBB asli menyebabkan banyak etnis SBB mengklaim hak-

hak mereka terhadap sumber daya publik. Mereka merasa lebih berhak untuk

bekerja di birokrasi pemerintahan lebih dari pendatang yang telah bermukim di

SBB maupun orang luar yang baru datang untuk mengikuti tes tersebut.

Menurut informasi, yang diterima pada birokrasi pemerintahan SBB

kebanyakan berasal dari luar SBB. Hal senada juga diungkapkan oleh beberapa

pejabat pada birokrasi pemerintahan SBB bahwa yang diterima bekerja pada

birokrasi SBB bukan orang SBB saja. SBB terbuka menerima pelamar dari mana

saja. Jadi yang dipentingkan bukan cuma orang SBB saja yang bisa bekerja di sini

(SBB).142

Pernyataan para birokrat ini bukan isapan jempol semata melainkan

didukung dengan daftar nama hasil seleksi CPNS pada birokrasi SBB untuk

pertama kalinya tanggal 24 Maret 2006. Selain itu, para birokrat juga

membandingkan banyaknya orang luar SBB yang menduduki posisi-posisi strategis

bidang pemerintahan Kabupaten SBB. Misalnya saja Sekda dan beberapa orang

stafnya berasal dari Ambon, Kepala BKD berasal dari Saparua, Kadis Pendidikan

dan Pariwisata berasal dari Buton, Kadis PU berasal dari Saparua dan beberapa

jabatan strategis lainnya. Mereka beranggapan bahwa untuk menduduki jabatan

141

Wawancara dengan seorang mantan pekerja pabrik berinisial FM, asal desa Kaibobo (Kabupaten

SBB) yang diterjemahkan kira-kira demikian: “...Tes yang diselenggarakan pertama kali saya

mengikutinya..pada waktu itu saya masih bekerja di pabrik, saya berpikir bahwa saya putera

daerah SBB, kemudian pada waktu pemilihan bupati saya menjadi tim sukses untuk Bob, saya juga

berasal dari kampung yang sama dengan beliau (baca: Bob, bupati SBB saat ini), sama-sama

berasal dari Kaibobo...” 142

Wawancara dengan birokrat pemda SBB berinisial JL dan JK, tanggal 9 dan 24 Januari 2009.

Kedua orang birokrat ini juga bukan etnis asli SBB.

Page 94: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

81

struktural, orang SBB belum ada yang bisa/mampu. Bahkan informasi yang

penulis peroleh mengenai gambaran kabupaten SBB semuanya diperoleh dari para

pegawai etnis luar bukan SBB misalnya dari Kisar (Kabupaten Maluku Barat

Daya), dan etnis Toraja.

Dari 178 nama yang dinyatakan lolos, 144 orang diantaranya bukan marga

(fam) asli SBB, sedangkan etnis SBB hanya sekitar 64 orang. Itu berarti bahwa

sekitar 64,1% bukan etnis SBB sedangkan etnis SBB hanya sekitar 35,9%. Yang

lolos ini ada yang berasal dari Jawa, Buton bahkan daerah lainnya di Maluku.

Nama-nama yang berasal dari luar Maluku misalnya Suprianto, Suprapto,

Yuningsih, Zainudin, Nyoman Riswan, dll yang merupakan etnis Jawa dan Bali.

Nama-nama etnis Buton misalnya Wa Rosna,Wa Ica, La Abugafar, dll. Nama-

nama fam orang Maluku yang bukan etnis asli SBB adalah Manuhutu,

Latumahina, Luhukay, Sahetapy, dll (asal Pulau Saparua Kabupaten Maluku

Tengah), Lambiombir, Anaktototy, Barlajery, Bulokroy (dari Kabupaten Maluku

Tengara Barat dan Kabupaten Maluku Barat Daya). Sedangkan fam asli SBB baik

Islam maupun Kristen yang lolos tidak sebanding dengan para pendatang.

Marga/fam SBB yang lolos misalnya Souhali, Pocerattu, Putirulan, Tuamely,

Mawene, Samal, dll.143

Dengan melihat daftar nama hasil seleksi CPNS tersebut, dapat dikatakan

bahwa etnis SBB memiliki peluang lebih kecil dibandingkan dengan para

pendatang. Isu pengutamaan putera-puteri daerah tidak pernah terlaksana. Salah

satu faktor yang menyebabkan diterimanya pendatang lebih banyak dari putera-

puteri SBB adalah pada panitia pelaksana seleksi tes CPNS tersebut. Menurut

143

Untuk lebih jelas nama-nama fam yang merupakan etnis SBB asli dan bukan SBB yang lolos

dalam seleksi CPNS tahun 2006 dapat dilihat pada lampiran 1.

Page 95: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

82

infomasi, setiap seleksi penerimaan CPNS di lingkungan birokrasi Pemkab SBB

yang menjadi panitianya selalu Kepala dan pegawai di lingkungan Badan

Kepegawaian Daerah (BKD). Kepala BKD ini bukan etnis/orang SBB, melainkan

berasal dari Pulau Saparua yang berinisial JL. Selain itu ia juga merupakan

seorang birokrat di Masohi semasa masih bergabung dalam Kabupaten Maluku

Tengah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa anak-anak daerah akhirnya harus

berbagi kesempatan dengan pendatang meskipun di daerahnya sendiri. Sedikit

banyak tergambar apa yang berlaku di Kabupaten Maluku Tengah mulai

dipraktekkan di SBB. Peluang putera puteri daerah tergantung pada kekuasaan

yang berlaku dalam birokrasi SBB.

Hasil seleksi CPNS menunjukkan bahwa dari Waisarisa hanya dua orang

yang lolos. Itupun mereka bukan orang Waisarisa. Mereka yang lolos ini berasal

dari Saparua. Mereka ada di Waisarisa justru karena mereka sudah menjadi guru

kontrak lebih dulu dan ditempatkan pada Sekolah Dasar Sarihalawane.144

Hal

senada juga diungkapkan oleh salah seorang mantan pekerja etnis Flores bahwa

keponakannya juga lolos karena ia dari tenaga kesehatan yang memang sangat

diperlukan.145

Terlepas dari semua itu, apakah memang diterimanya seseorang karena

pada birokrasi pemerintahan tenaganya diperlukan (secara intelektual dan

motivasinya), ataukah juga yang memiliki latar belakang tertentu (punya koneksi

orang dalam) yang dapat dinyatakan lolos? Pertanyaan ini setidaknya dapat

membantu menjawab persoalan terkait dengan penerimaan „orang luar‟ (bukan

144

Wawancara dengan AS, OP tanggal 14 Januari 2009. 145

Wawancara dengan seorang bapak ANM, tanggal 14 Januari 2009.

Page 96: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

83

berasal dan tinggal di SBB) yang menurut masyarakat SBB sangat tidak adil bagi

mereka;

“…hasil tes yang diumumkan beta seng puas skali lia akang… kalau katong lia

nama-nama PNS di atas pada umumnya orang Buton, Bugis, sedangkan anak

daerah dipinggirkan…Anak-anak daerah yang honor saja banya, bolom

pengangkatan, nanti sapa yang dapa SK tu...”146

“…lia hasil tes memang seng puas, kalau tanya adil k seng, pasti seng adil

tapi mau bagimana…. Memang su bagitu jua, tergantung dia pung

pendekatan…”147

Seperti yang diungkapkan oleh informan di atas bahwa mereka tidak puas

dan merasa diperlakukan tidak adil. Ketidakpuasan ini disebabkan harapan yang

demikian besar sewaktu pemekaran kabupaten (wacana pengutamaan putera

daerah), namun harapan ini tidak menjadi kenyataan. Entah mengapa,

ketidakpuasan ini bukan cuma milik orang-orang yang pernah gagal dalam tes

penerimaan CPNS semata, tetapi juga orang-orang yang belum pernah mengikuti

tes sama sekali. Akibat kekecewaan ini, menurut beberapa informasi yang

diperoleh, sempat terjadi demo oleh para tenaga honorer etnis SBB yang tidak

kunjung menjadi CPNS setelah sekian tahun bekerja. Tetapi hal ini kemudian

dibantah oleh birokrat SBB bahwa itu bukanlah demo, melainkan hanya keributan

146

Diterjemahkan kira-kira demikian,“…hasil tes yang diumumkan sangat tidak memuaskan, kalau

kita lihat, nama-nama PNS di atas (baca: Piru) pada umumnya orang Buton, Bugis, sedangkan

anak daerah terpinggirkan…Anak-anak daerah yang menjadi tenaga honorer saja banyak tapi

tidak ada pengangkatan, tidak tahu nanti siapa yang mendapat SK (sebagai CPNS)...” Wawancara

dengan mantan pekerja berinisial AP, tanggal 17 Januari 2009. 147

“…lihat hasil tes memang tidak puas, kalau ditanya adil atau tidak , ya pasti tidak adil tapi mau

bagaimana lagi… Memang sudah begitu, tergantung pendekatannya…” Wawancara dengan OP

tanggal 14 Januari 2009. Bahkan yang lebih ekstrim lagi seorang mantan pekerja mengatakan

bahwa ia tidak pernah akan mengikuti tes CPNS lagi selama Yakobus Puttileihalat masih menjadi

bupati.

Page 97: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

84

biasa sebagai bentuk ketidakpuasan orang-orang SBB yang tidak diterima sebagai

CPNS.148

Dengan kenyataan ini, pertanyaan yang muncul adalah apakah isu putera

daerah ini hanya sebuah wacana yang sengaja dihembuskan oleh pihak tertentu

guna suatu kepentingan? Berdasarkan informasi yang didapat dari mereka yang

berjuang untuk pemekaran ini menunjukan bahwa tujuan awal pemekaran ini

sebenarnya adalah untuk memperjuangkan nasib orang-orang SBB yang selama ini

termarjinalkan.149

Berdasarkan tujuan inilah, orang-orang SBB seakan-akan

memiliki kesempatan besar untuk bekerja di negeri sendiri. Dari sinilah

kekecewaan itu berawal. Sebagaimana yang diungkapkan oleh salah satu orang tua

demikian;

“…tapi skarang ini setiap kali ada tes, yang datang orang dari luar lalu

mereka yang diterima sedangkan katong pung ana-ana hanya dudu nganga

sa. Ini tidak bisa dibiarkan. Ini namanya perampokan. Dong rampok

katong pung ana-ana jatah. Dong musti inga kalu dong waktu pemilihan

bupati kan dong pilih untuk Maluku Tengah yo skarang pulang ka Maluku

Tengah karna dong pung hak politik disana. Disini katong pung ana-ana

pung hak politik, selain itu orang-orang yang pung tanah kabong dong su

lapas akang par bangun kantor-kantor, bupati musti inga supaya ganti

tanah itu dengan angka orang-orang ini pung ana-ana jadi PNS bukan

trima orang luar….(sambil menyalahkan Kepala BKD yang menurutnya

banyak menerima orang luar).”150

148

Wawancara dengan AP dan Y tanggal 17 Januari 2009 dan birokrat berinisial JK tanggal 24

Januari 2009. 149

Wawancara dengan tokoh pemekaran NE tanggal 1 Januari 2009. 150

Diterjemahkan kira-kira demikian,“…tapi sekarang ini setiap kali ada tes yang datang orang

dari luar lalu mereka yang di terima sedangkan anak-anak kita hanya lihat saja. Ini tidak bisa

dibiarkan, ini namanya perampokan. Mereka merampok jatah anak-anak kita. Mereka mestinya

ingat kalau mereka sewaktu pemilihan bupati, mereka memilih untuk wilayah Maluku Tengah

karena memang hak politiknya disana. Disini menjadi hak politik anak-anak kita, selain itu banyak

orang yang sudah melepaskan hak tanah atas kebun-kebun mereka untuk pembangunan kantor-

kantor bupati mestinya mengganti tanah tersebut dengan mengangkat anak-anak pemilik kebun

tersebut menjadi PNS bukan menerima para pendatang...”, wawancara dengan seorang bapak

berinisial MS, tanggal 21 Desember 2008.

Page 98: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

85

Dari ungkapan kedua orang tua ini tampak ada semacam keyakinan dan

harapan bahwa alasan hakikat pemekaran adalah untuk warga SBB dan bahwa

yang lebih berhak adalah anak-anak SBB sendiri. Tapi kenyataannya banyak orang

yang berasal dari luar menganggap bahwa orang SBB itu sebenarnya tidak punya

potensi karena minimnya jumlah sarjana. Maka ketika ada isu putera daerah,

mereka menanggapinya dengan santai.151

Ternyata hal ini juga didukung oleh

keterangan para birokrat sambil merujuk contoh bahwa sekda, kepala BKD dan ada

beberapa yang lain juga bukan orang SBB. Mereka beranggapan bahwa sampai

saat ini orang SBB belum ada yang mampu.

Pendapat beberapa informan di atas menunjukkan adanya suatu keyakinan

bahwa memang putera-puteri SBB sendiri belum memiliki daya saing dengan

pendatang yang dalam pandangan mereka lebih layak menjadi PNS. Hal ini

kemudian mereka buktikan dengan banyaknya pendatang yang bekerja di birokrasi

SBB. Terhadap informasi ini, anak-anak daerah SBB bereaksi, mereka

beranggapan bahwa mereka cukup mampu dan berpotensi untuk bekerja pada

birokrasi pemerintahan, hanya saja kesempatan itu tidak ditunjang oleh birokrat

SBB yang lebih banyak menerima orang luar.152

Dari pendapat-pendapat ini,

kelihatan adanya upaya pembelaan diri dari anak daerah tentang potensi diri

mereka, pendatang juga tetap memandang orang Seram belum layak untuk bekerja

di negeri sendiri.

6. Identifikasi Masyarakat: Sebuah Perjuangan Hidup

A. Berjuang Untuk Hidup

151

Wawancara dengan seorang guru honorer Waihatu berinisial M, tanggal 20 Desember 2008. 152

Wawancara dengan putera-putri SBB berinisial NA, KS dan FM , tanggal 20 Desember 2008,

7 dan 13 Januari 2009.

Page 99: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

86

Ketidakpuasan terhadap hasil tes menyebabkan banyak orang merasa

„kapok‟ mengikuti tes-tes berikutnya. Memang benar bahwa mengikuti tes punya

alasan cukup kuat, yakni untuk perbaikan hidup ke depan. Tetapi ketika

dihadapkan pada realita ini, mereka tampak tak lagi punya harapan, walaupun

keinginan menjadi pegawai negeri tetap ada. Banyak yang sudah tidak tertarik

mengikuti tes CPNS, tapi bagi seorang mantan pekerja asal Allang (sebuah negeri

di Pulau Ambon) misalnya, yang sudah menjadi warga Waisarisa mengaku bahwa

ia akan mencoba terus sampai kapanpun, seperti yang dikatakannya berikut ini:

“…taong-taong depan kalau ada tes par SMA, beta tetap iko, iya...samua

par perbaikan hidup. Abis di Seram ni kalu katong seng usaha cari karja

lalu nanti bagimana sedangkan kacil dong su skola….?”153

Dari penuturan itu, sangat jelas bahwa walaupun merasa diperlakukan tidak adil,

namun demi hidup yang lebih baik ke depan, mereka harus tetap berjuang. Hal

senada juga diungkapkan oleh beberapa orang lainnya bahwa kalau ada tes

berikutnya dengan formasi SMA, mereka akan mengikutinya sampai batas usia

maksimal untuk tes.154

Walaupun tidak dekat dengan pejabat manapun atau

keuangan yang cukup namun mereka tetap berniat mencoba peruntungan dengan

mengikuti tes.

Karena masih adanya keinginan mengikuti tes, ada beberapa upaya yang

dilakukan oleh masyarakat Waisarisa mantan pekerja pabrik untuk hal tersebut. Di

antaranya adalah menjadi tenaga honorer pada instansi pemerintah, walaupun

mereka pesimis bahwa nasib mereka akan lebih baik.

153

Diterjemahkan kira-kira demikian,“…tahun-tahun depan kalau ada tes ( baca : CPNS) untuk

tamatan SMA, saya akan tetap ikut..ya semuanya untuk perbaikkan hidup. Habis di Seram ini kalau

kami tidak usaha mencari pekerjaan lalu kedepannya bagaimana sedangkan anak-anak saya sudah

sekolah..,?” Wawancara dengan AS tanggal 14 Januari 2009. 154

Wawancara dengan OP, tanggal 14 Januari 2009.

Page 100: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

87

“…keinginan untuk iko tes masih ada…ya skarang katong masih usaha-

usaha ni usi, beta ada honor di kantor kecamatan pembantu di Kamal

sini… tapi masih bagitu-bagitu jua abis seng ada kejelasan pengangkatan

baru yang honor banya…”155

Mereka masih berupaya mendapatkan taraf hidup yang lebih baik. Tetap menjadi

tenaga honorer belum jelas pengangkatannya sebagai CPNS. Hal ini dikarenakan

banyaknya tenaga honorer yang melebihi kapasitas pada setiap instansi. Karena

jumlahnya cukup banyak, ada keraguan tentang siapakah yang akan mengantongi

Surat Keputusan pengangkatan CPNS dan hal ini menyebabkan banyak yang

akhirnya memilih berhenti.

Bagi penduduk Waisarisa yang sudah di-PHK dan yang selalu gagal dalam

tes CPNS, saat ini untuk tetap menjaga kestabilan ekonomi keluarga mereka

berupaya menciptakan pekerjaan sendiri. Banyak diantara mereka yang kemudian

menjadi tukang ojek. Menurut pengakuan diantara mereka, dalam sehari ia bisa

mengantongi uang paling rendah sekitar Rp.40.000,- Jumlah ini termasuk lumayan

dibandingkan ia harus menunggu tes CPNS. Selain itu ia bisa juga membagi sedikit

waktunya untuk berkebun. Dari penghasilan ojeknya ini sebagian dapat di tabung

untuk masa depan anak-anaknya. Memang ia masih berkeinginan menjadi Pegawai

Negeri tapi dengan keadaan yang seperti ini ia tidak berjanji bahwa ia akan

155

Diterjemahkan kira-kira demikian, “…keinginan untuk mengikuti tes itu masih tetap ada..ya

sekarang ini kami masih berusaha, sekarang saya lagi honor di kantor kecamatan pembantu di

Kamal, tapi keadaannya masih begitu saja sebab sampai sekarang tidak ada kejelasan

(pengangkatan sebagai CPNS) sedangkan tenaga honorer saja banyak…” Wawancara tanggal 17

Januari 2009.

Page 101: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

88

mengikuti tes lagi di SBB melainkan saat ini ia telah ditawari oleh saudara istrinya

yang berada di Buru untuk dapat mengikuti tes Pol.PP (Pamong Praja).156

Selain menjadi tukang ojek, banyak diantara mereka yang akhirnya

berprofesi sebagai pengumpul batu untuk dijual ke proyek-proyek pembangunan.

Mereka bekerja serabutan untuk menyambung hidup, antara lain sebagai buruh

pada pembangunan sekolah dan selokan-selokan di kampung sendiri.157

Sungguhpun demikian mereka masih tetap memiliki harapan ke depan, kalau

pemerintah mau melihat nasib mereka terutama berkaitan dengan segala hak-hak

mereka pada PT.Djayanti Group. Inilah kalimat yang selalu terdengar setiap kali

mereka diingatkan akan keberadaan mereka sebagai mantan pekerja.

B. Kesamaan Identifikasi Diri

Ketika masih bersama-sama bekerja di pabrik, penduduk asli Waisarisa dan

SBB lainnya tidak pernah memandang sesama pekerja dari luar sebagai saingan

mereka. Sampai akhirnya mereka di-PHK bersama-sama, keharmonisan hidup ini

tetap mereka pelihara. Mereka, sesama pekerja merasa senasib bahkan keberadaan

mereka yang berasal dari luar ini juga menimbulkan keprihatinan di hati orang

Waisarisa.

“…Iya Usi, katong di sini rasa kasiang lia dong lai, katong di sini bai biar

bagitu katong masih bisa karja kabong voor makan ka seng masih bisa

ojek ka karja yang laeng tapi dong mau karja apa…tanah sa seng punya…

mau pulang ka Jawa sana su seng ada kepeng, apalai ana-ana su skola di

sini, pokoknya kasiang…”158

156

Wawancara dengan seorang mantan pekerja yang berinisial AP, tanggal 17 Januari 2009. 157

Informasi dari seorang ibu rumah tangga mantan pekerja berinisial HL yang suaminya bekerja

pada proyek pembangunan gedung sekolah dasar tanggal 14 Januari 2009 dan mantan pekerja

lainnya etnis toraja berinisial LT tanggal 11 Januari 2009. 158

Diterjemahkan kira-kira demikian,“…ya Usi, kami di sini (Waisarisa) merasa kasihan melihat

mereka, kami di sini kondisinya masih untung biarpun begitu kami masih bisa kerja kerja di kebun

untuk makan, kalau tidak kami masih bisa ojek atau kerja yang lain tapi mereka mau kerja apa…

tanah saja tidak punya …mau pulang ke Jawa sudah tidak punya uang apalagi anak-anak sudah

bersekolah di sini…” Wawancara dengan seorang mantan pekerja orang Waisarisa berinisial AP,

tanggal 17 Januari 2009.

Page 102: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

89

Betapa memprihatinkan nasib para pekerja teristimewa bagi mereka yang berasal

dari Jawa dan daerah lainnya di Indonesia. Mereka bertahan di kemp-kemp tanpa

kejelasan kapan hak mereka akan dibayarkan.

Sebagian etnis non-SBB yang masih memiliki sedikit tabungan, akhirnya

memilih pulang ke kampung halaman di Jawa, Toraja dan Manado. Mereka yang

masih bertahan di kemp mendapat dukungan rekan-rekan sesama pekerja asal

Waisarisa. Hal ini dilakukan oleh orang Waisarisa mengingat nasib mereka sama.

Tetapi orang Waisarisa merasa lebih beruntung karena berada di kampung

halaman sendiri. Bagi yang tidak kembali ke kampung-kampung halaman di luar

Maluku, mereka tetap bertahan di kemp-kemp sambil bekerja serabutan dengan

mengikuti penduduk lokal sebagai buruh bangunan maupun sebagai pengumpul

batu demi bertahan hidup.

Penduduk lokal Waisarisa akhirnya memandang sesama mantan pekerja

dari etnis lain sebagai pihak yang senasib. Oleh karena itu mereka mengharapkan

bantuan pemerintah daerah untuk mengatasi masalah mereka. Perkawinan yang

terjadi antar etnis sesama pekerja, baik antara pendatang dengan orang Waisarisa

maupun pendatang dengan sesama pendatang juga tidak menimbulkan masalah.

Kebanyakan yang berasal dari luar akhirnya memilih tinggal di rumah mertua yang

adalah orang Waisarisa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa merasa senasib

(sebagai sesama mantan pekerja pabrik) akhirnya menyebabkan orang Waisarisa

tetap memandang etnis lain bukan sebagai saingan yang perlu ditakuti.

Page 103: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

90

7. Catatan Penutup

Walaupun berasal dari daerah yang berbeda namun perbedaan ini bukan

merupakan sebuah hal yang menjadi sumber konflik antara orang Waisarisa dengan

pendatang yang ada di tengah-tengah mereka. Bahkan ketika berada sebagai

mantan pekerja pabrik, orang Waisarisa memandang etnis lain sebagai bagian dari

mereka karena merasa senasib. Ke”kita”an ini mereka wujudkan dengan sama-

sama memperjuangkan hak-hak yang belum mereka dapatkan.

Mereka kemudian akan berdiri pada posisi yang berseberangan ketika

berbicara tentang perebutan sumber-sumber daya publik. Orang Waisarisa

memandang orang lain yang baru datang untuk mengikuti tes adalah saingan.

Mereka tetap dikatakan sebagai pendatang. Identitas putera daerah kembali mereka

pertanyakan. Mereka juga merasa sebagai orang Seram karena sudah bertahun-

tahun hidup di SBB. Ke”kita”an orang Waisarisa akhirnya bergeser. Mereka

memandang diri mereka sebagai orang-orang yang juga berhak atas sumber daya

publik tersebut sedangkan orang-orang yang berasal dari luar tidak berhak sama

sekali.

Ke”kita”an orang Waisarisa dengan sesama mantan pekerja ini dapat

dikatakan bersifat sementara . Artinya, ke”kita”an ini mungkin akan berubah

ketika hak-hak mereka tuntas diselesaikan oleh perusahaan dan mereka semua

bersaing mengikuti tes memperebutkan posisi pada birokrasi pemerintahan SBB.

Ketika masih sama-sama memperjuangkan hak mereka, istilah orang dagang tetap

mereka pakai untuk sesama mantan pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun

sama-sama sebagai mantan pekerja, tetapi mereka tetap memandang pendatang

sebagai orang yang berasal dari luar, walaupun ada solidaritas.

Page 104: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

91

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa identitas masyarakat Waisarisa

sangat tergantung pada relasi dengan siapa yang dibayangkan sebagai “the other”.

Dalam upaya memperjuangkan hak-hak mereka sebagai mantan karyawan PT.

Djayanti Group, identifikasi diri mereka adalah sebagai mantan pekerja. Identitas

mereka menjadi berbeda ketika sama-sama berada dalam upaya perebutan sumber-

sumber daya publik. Dasar identifikasi mereka adalah „orang Seram‟ dan „bukan

orang Seram‟. Atau, dengan kata lain dasar pengidentifikasian masyarakat

Waisarisa berubah-ubah, bersifat cair dan relasional, tergantung pada konteks

kontestasi perebutan sumber-sumber daya publik.

Page 105: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

92

BAB V

CATATAN PENUTUP

Desentralisasi yang terjadi saat ini ikut memberikan peluang bagi daerah-

daerah untuk mengembangkan diri agar kurang bergantung pada pemerintah pusat.

Pengembangan diri ini mau tidak mau menyisakan rasa ketidakpuasan pada daerah-

daerah yang selama ini merasa kepentingannya selalu diabaikan, yang berujung

pada tuntutan untuk mekar. Pemekaran wilayah seakan-akan menjadi hak

mutlak daerah-daerah yang merasa termarjinalkan selama pemerintahan Rezim

Orde Baru. Pemekaran wilayah ini kemudian dianggap menjadi sebuah kata kunci

penyelesaian masalah-masalah daerah dan dinilai sebagai sebuah jalan yang dapat

memecahkan berbagai persoalan yang terjadi dalam masyarakat, khususnya

persoalan di bidang sosial dan ekonomi. Banyak daerah yang ingin mekar entah

itu menjadi sebuah kecamatan, kabupaten/kota bahkan propinsi. Alasan yang

diungkapkan cukup logis, yakni untuk memperkecil rentang kendali pemerintahan

serta mendekatkan pelayanan pemerintah dengan rakyatnya.

Pemekaran wilayah yang terjadi pada umumnya membawa sebuah harapan

baru bagi masyarakat yang selama ini merasa tertindas oleh etnis dominan baik

secara kultural maupun ekonomi. Etnis-etnis yang selama ini merasa didominasi

etnis dominan mulai bangkit dan memperjuangkan kepentingannya. Identitas etnis

kembali menguat. Salah satu cara adalah perjuangan untuk mekar lepas dari

propinsi atau kabupaten induk. Pemekaran diharapkan dapat menjadi sebuah

sarana bagi etnis yang selama ini merasa didominasi oleh etnis lain untuk berkarya

Page 106: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

93

di daerah sendiri, entah sebagai PNS atau di sektor swasta. Hal yang tidak dapat

dipungkiri adalah bahwa setiap pemekaran yang terjadi merupakan inisiatif para

elit lokal yang didukung sepenuhnya oleh masyarakat setempat.

Dalam menggalang dukungan masyarakat, alasan yang dipakai bukanlah

menyangkut suatu kondisi yang jauh dari kehidupan masyarakat setempat

melainkan bersumber pada kondisi riil masyarakat. Salah satu isu menarik yang

sering kali dipakai dalam merebut perhatian masyarakat adalah sentimen

primordial. Isu identitas menjadi sebuah hal menarik dan menjadi alat yang

mampu mengikat setiap anggota komunitas entah itu etnis ataupun agama.

Misalnya saja bagi para pemuka masyarakat di Kepulauan Riau (Kepri), identitas

yang dianggap mampu menyatukan seluruh masyarakat Kepri (dalam hal

territorial) adalah identitas Melayu.159

Walaupun pada akhirnya identitas Melayu

ini kemudian akan berbenturan dengan identitas China yang jelas-jelas unggul

dalam bidang ekonomi.

Bagi tokoh-tokoh elit Masyarakat SBB, pemekaran wilayah Seram Bagian

Barat (SBB) menjadi sebuah harga mati bagi pengembangan daerah ini ke depan

baik di sektor pembangunan maupun untuk kesejahteraan manusianya. Hidup

bersama dalam Kabupaten Maluku Tengah menyebabkan etnis Seram seakan-

akan tidak punya pilihan hidup dan harus tersingkir dalam setiap perebutan

sumber-sumber daya publik di daerah sendiri. Hanya sedikit etnis Seram yang

duduk pada birokrasi pemerintahan, itupun hanya sebagai pegawai rendahan.

Persoalan yang dihadapi bukan pada mampu atau tidaknya mereka bersaing dengan

159

Carole Foucher, “Menggugat Batas-batas di Kepulauan Riau”, dalam Henk Schulte Nordhold

dan Gerry van Klinken (ed), Politik Lokal di Indonesia, Jakarta, KITLV dan Yayasan Obor

Indonesia, 2007, hlm. 585.

Page 107: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

94

orang-orang luar melainkan pada kesempatan yang diberikan, siapakah yang

berkuasa dan pola kekuasaan yang dijalankan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pemekaran wilayah mampu menjembatani

kesenjangan antara pemerintah dengan rakyatnya, namun di sisi lain pemekaran

wilayah justru merupakan sebuah „batu loncatan‟ bagi sebagian elit masyarakat

lokal mencapai keinginannya berkuasa tanpa mempertimbangkan apa yang hendak

diperjuangkan. Keadaan inipun terjadi pada pemekaran kabupaten Mentawai. Para

elit lokal yang berkuasa akhirnya memilih berkoalisi dengan orang-orang asing

yang oleh masyarakat setempat dianggap tidak mempedulikan budaya dan sumber

daya alam mereka. Para elit ini kemudian dengan mudah melupakan ide-ide awal

pemekaran daerah tentang hak menentukan nasib sendiri serta hak mendapat akses

menuju sumber-sumber daya alam.160

Pemekaran wilayah dengan berbasis identitas kultural kemudian melahirkan

isu pengutamaan putera daerah. Setiap warga yang selama ini tersingkir dalam

perebutan sumber daya publik kembali memiliki kesempatan tersebut. Orang SBB

dan khususnya Waisarisa mulai membentengi diri dengan isu putera daerah

tersebut. Ada garis pemisah yang jelas antara orang lokal dan pendatang meskipun

selama ini telah terjadi interaksi antara mereka. Untuk menegaskan hal itu mereka

menyebut diri dengan penduduk asli sedangkan pendatang dengan sebutan orang

dagang, begitu pula sebaliknya. Berangkat dari isu ini semua putera daerah SBB

berlega hati dengan asumsi bahwa mereka memang lebih berhak atas sumber-

sumber daya publik. Banyak harapan putera daerah yang disandarkan pada daerah

160

Myrna Eindhoven, “Penjajah Baru? Identitas, Representasi, dan Pemerintahan di Kepulauan

Mentawai Pasca-Orde Baru”, dalam Henk Schulte Nordhold dan Gerry van Klinken (ed), Politik

Lokal di Indonesia, Jakarta, KITLV dan Yayasan Obor Indonesia, 2007, hlm.115

Page 108: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

95

baru dengan pemerintahan baru. Tapi ketika kabupaten baru tidak menjanjikan apa-

apa, semua harapan seakan-akan pupus. Putera daerah dan bukan putera daerah

bukan menjadi sebuah hal penting dalam perebutan sumber-sumber daya publik

pada kabupaten baru. Putera daerah diperhadapkan pada kenyataan bahwa bukan

mereka saja yang memiliki hak untuk bekerja di daerah sendiri. Mereka menjadi

kecewa. Pemerintah baru yang diharapkan akan berpihak pada mereka justru

berpihak pada orang luar yang dianggap sebagai saingan.

Dalam perebutan sumber-sumber daya publik jumlah putera asli daerah

yang diterima sebagai CPNS selalu menjadi perhatian masyarakat. Justru karena

dalam prosentase kelulusan jumlah orang luar yang lebih banyak dari putera

daerah. menyebabkan munculnya pertanyaan kritis masyarakat tentang tujuan

pemekaran wilayah ini. Bukankah pemekaran wilayah ini bertujuan untuk

memperjuangkan nasib putera-puteri daerah yang selama ini dianggap tidak

mampu dan termarjinalkan? Pemekaran wilayah ini seakan-akan merupakan

perpanjangan tangan penguasa dari Maluku Tengah yang tetap dipertahankan pada

pemerintahan baru di SBB.

Hal ini menunjukkan bahwa pemekaran daerah justru telah menjadi ajang

pelebaran sayap kekuasaan. Pemekaran ini bukan menghasilkan para birokrat baru

dengan membawa ide-ide awal perjuangan pemekaran, melainkan tetap

mempertahankan birokrat lama yang bukan putera asli daerah SBB. Perebutan

sumber-sumber daya publik pada akhirnya menempatkan putera asli daerah dan

orang-orang luar pada arena yang sama. Bukan saja putera daerah (etnis SBB dan

warga SBB) yang berhak atas sumber-sumber daya publik, melainkan siapa saja

bahkan yang berasal dari luar Maluku. Hal ini menunjukkan bahwa dalam level

Page 109: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

96

tertentu antar orang Maluku sendiri ada perbedaan dan batas-batas yang cukup

jelas. Identitas seseorang yang didasarkan pada nama fam merupakan penanda

asal seseorang sekaligus juga sebagai pembeda. Namun dalam kasus perebutan

sumber-sumber daya publik di SBB, batas-batas ini hilang dan digantikan dengan

batas-batas yang diciptakan oleh pemerintah sendiri. Siapakah yang dianggap layak

menduduki birokrasi pemerintahan tergantung ketentuan penguasa. Atau dengan

kata lain berhak atau tidaknya seseorang bukan tergantung pada asli atau tidaknya

melainkan pada pemegang kekuasaan. Bagi penduduk Waisarisa harapan yang

pernah ada akhirnya hilang. Penduduk lokal maupun pendatang akhirnya harus

merasa senasib kembali. Walaupun mereka berbeda secara etnis dan agama namun

dipersatukan oleh nasib, yakni sebagai mantan pekerja maupun sebagai orang-

orang yang gagal dalam perebutan sumber-sumber daya publik di kabupaten baru.

Hal ini menunjukkan bahwa identitas dapat mengental pada satu sisi namun

bisa mencair pada sisi lainnya tergantung kondisi (suhu sosial-politik) yang

dihadapi. Identitas bisa berubah wujud seperti layaknya benda-benda padat.

Tetapi perubahannya itu berlawanan dengan hukum alam. Jika benda padat akan

mencair pada suhu yang panas, dan membeku pada suhu dingin, tetapi identitas itu

sebaliknya: memadat pada suhu (politik) yang memanas, dan akan mencair pada

suhu (politik) yang normal. Identitas sebagai orang SBB mengental ketika

diperhadapkan dengan perebutan sumber daya publik, namun akan mencair

kembali ketika kompetisi memperebutkan sumber-sumber daya publik ini telah

lewat/selesai.

Pada akhirnya orientasi pemekaran wilayah bukan lagi pada kesejahteraan

masyarakat, melainkan pada ambisi tokoh-tokoh masyarakat untuk berkuasa.

Page 110: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

97

Pemekaran wilayah akhirnya menyisakan banyak hal yang masih harus

diperjuangkan. Kesejahteraan masyarakat di daerah pemekaran adalah satu

diantaranya. Penulis mengakui bahwa penelitian tentang pemekaran wilayah yang

diawali dengan isu politisasi identitas ini membawa penulis pada suatu

pengalaman berbagi masalah dengan masyarakat yang selama ini tetap

terpinggirkan setiap kali terjadi perebutan sumber-sumber daya publik baik semasa

masih bergabung dalam Kabupaten Maluku Tengah maupun saat ini di kabupaten

baru yang katanya didirikan untuk memperjuangkan nasib mereka. Mereka

seakan-akan tidak berdaya melawan rezim kekuasaan lama yang sampai saat ini

masih tetap dipertahankan pada birokrasi pemerintahan kabupaten baru. Bagi

mereka kesempatan mereka untuk bekerja pada birokrasi pemerintahan hanya

mereka dapatkan ketika menjadi sebuah kabupaten baru. Tapi hal itu jauh dari apa

yang mereka bayangkan. Ide awal pemekaran tentang memperjuangkan nasib

putera-puteri daerah hanya sebuah retorika. Orang-orang yang berasal dari luar

SBB bahkan dari luar Maluku yang memiliki peluang itu lebih besar. Pandangan

mereka bukan lagi diarahkan pada siapakah kami dan siapakah sesama kami

melainkan lebih pada siapakah yang berkuasa dan yang berhak menentukan

kelulusan tersebut. Sebagai sesama orang Maluku, mereka tidak bisa menentukan

siapakah yang berhak atas sumber-sumber daya publik di SBB walaupun itu

merupakan motif awal perjuangan pemekaran kabupaten ini. Tetapi sekali lagi

yang menentukan berhak atau tidaknya itu ada di tangan penguasa dan bukan

masyarakat lokal.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendekatan identitas kultural pada

level masyarakat SBB telah mengantarkan SBB menjadi sebuah kabupaten

Page 111: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

98

otonom. Namun pendekatan ini akhirnya tidak menghasilkan apa-apa bagi etnis

SBB setiap kali terjadi perebutan sumber-sumber daya publik. Ini menunjukkan

bahwa pemekaran yang terjadi (Kabupaten SBB) bukanlah murni untuk

kepentingan masyarakat. Kepentingan ini ditunggangi oleh oknum-oknum tertentu

untuk melebarkan kekuasaan. Pada akhirnya etnis dan masyarakat SBB yang telah

termarjinalkan setiap kali perebutan sumber-sumber daya publik selama masih

berada dalam wilayah administratif Kabupaten Maluku Tengah kini harus

mengalaminya lagi. Mereka mengalami remarjinalisasi ini di daerah sendiri.

Page 112: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

99

Daftar Pustaka

A. Buku

Abdullah, Irwan, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan, Yogyakarta, Pustaka

Pelajar, 2006.

Aqadrie Syarif I, “ Pemekaran Wilayah: Masalah dan Implementasinya dalam

Pembangunan Daerah di Kalimantan Barat”, dalam Ning

Retnaningsih dkk (ed), Dinamika Politik Lokal di Indonesia:

Penataan Daerah (Territorial Reform) dan Dinamikanya,

Salatiga, Percik, 2008.

----------“Pemerintahan, Otonomisasi Daerah, Identifikasi Etnis dan Konflik

Horisontal di Kalimantan”, dalam Syamsuddin Haris (ed), Desentralisasi

dan Otonomi Daerah, Jakarta, LIPI Press, 2007.

Bamba, John, “ Borneo Headhunters: Imej dan Manipulasi”, dalam Okamoto

Masaaki dan Abdur Rozaki (ed), Kelompok Kekerasan dan Bos Lokal di

Era Reformasi, Yogyakarta, IRE Press, 2006.

Barth, Fredrik, Ethnic Groups and Boundaries, Bergen dan London,

Universitets Forlaget dan George Allen & UNWIN, 1970.

Bosko, Rafael Edy, Hak-hak Masyarakat Adat Dalam Konteks Pengelolaan

Sumber Daya Alam, Jakarta, ELSAM dan AMAN, 2006.

BPS dan Bappeda Kabupaten SBB, Seram Bagian Barat Dalam Angka 2007,

Piru, BPS dan Bappeda Kabupaten SBB, 2008.

Brata, Aloysius Gunadi, “Konsolidasi Daerah dan Pelayanan Publik”, dalam Ning

Retnaningsih, dkk (ed), Dinamika Politik Lokal di Indonesia:

Penataan Daerah (Territorial Reform) dan Dinamikanya, Salatiga,

Percik, 2008.

Cooley, Frank L, Mimbar dan Takhta (terjem), Jakarta, Pustaka Sinar

Harapan, 1987.

Eindhoven, Myrna, “Penjajah Baru? Identitas, Representasi dan Pemerintahan di

Kepulauan Mentawai Pasca-Orde Baru”, dalam Henk S. Nordholt dan

Page 113: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

100

Gerry van Klinken (ed), Politik Lokal di Indonesia, Jakarta, KITLV &

Yayasan Obor Indonesia, 2007.

Eliade, Mircea, Sakral dan Profan (terjem), Yogyakarta, Fajar Pustaka Baru, 2002.

Foucher, Carole, “Menggugat Batas-batas di Kepulauan Riau”, dalam Henk S.

Norddholt dan Gerry van Klinken, (ed), Politik Lokal di Indonesia, Jakarta,

KITLV & Yayasan Obor Indonesia, 2007.

Hall, Stuart, “Old ang New Identities, Old and New Ethnicities”, dalam Anthony

D. King (ed), Culture, Globalization and The World-System Contemporary

Conditions For The Representation of Identity, Hampshire &

London, The Macmillan Press Ltd, 1991.

Hendratno, Edie Toet, Negara Kesatuan, Desentralisasi dan Federalisme, Jakarta

& Yogyakarta, Universitas Pancasila & Graha Ilmu, 2009

Isaacs, Harold, Pemujaan Terhadap Kelompok Etnis, Jakarta, Yayasan Obor

Indonesia, 1993.

Lakoff, Robin Tolmach, “Identity: You Are, What You Eat”, dalam Anna de Finna,

dkk (ed), Discourse and Identity, Cambridge, Cambridge University

Press, 2006.

Laksono, Paschalis Maria, The Common Ground in The Kei Islands,

Yogyakarta, Galang Press., 2002

Lokollo, J.E, Pela-Gandong Dari Pulau Ambon (Seri Budaya), Ambon,

Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku, 1996.

Maalouf, Amin, Atas Nama Identitas (terjem), Yogyakarta, Resist Book, 2004.

Makagansa, H.R, Tantangan Pemekaran Daerah, Yogyakarta, FusPad, 2008.

Marx, Karl, Naskah-naskah Ekonomi dan Filsafat Tahun 1844 (terjem), Jakarta,

Hasta Mitra.

Mercer, Kobena, “1968‟: Periodizing Politics and Identity”, dalam Lawrence

Grossberg, dkk (ed), Cultural Studies, New York & London, Routledge,

1992.

Mol, Hans, “Religion and Identity” dalam Victor Hayes (ed), Identity Issues and

World Religions, South Australia, AASRSA College of Advanced

Education, 1986.

Page 114: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

101

Mulyana, Yaya, “Dimensi Gerakan dalam Pembentukan Propinsi Banten”, dalam

Erick Hiariej, dkk (ed), Politik Transisi Pasca Soeharto, Yogyakarta,

FISIPOL UGM, 2004.

Nordholt, Henk Schulte & Gerry van Klinken, Politik Lokal di Indonesia,

Jakarta, KITLV & Yayasan Obor Indonesia, 2007

Pemda Propinsi Maluku, The Wonderful Islands Maluku, Jakarta & Ambon,

Gibon Books & Pemda Propinsi Maluku, 2008.

Ratnawati, Tri, Pemekaran Daerah Politik Lokal dan Beberapa Isu Terseleksi,

Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2009

---------, Potret Pemerintahan Lokal di Indonesia di Masa Perubahan, 2006,

Jakarta & Yogyakarta, P3LIPI & Pustaka Pelajar.

Romli, Lili, Potret Otonomi Daerah dan Wakil Rakyat di Tingkat Lokal,

Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007.

Smith, Anthony D, “Structure and Persistence of Etnie”, dalam Montserrat

Guibernau dan John Rex (ed), The Ethnicity Reader, Cambridge & Malden,

Polity Press & Blackwell Publishers inc, 1997.

Susanto, Hary, Mitos Menurut Pemikiran Eliade, Yogyakarta, Kanisius, 1987.

Suwarsi, Warnaen, Stereotip Etnis Dalam Masyarakat Multietnis, Yogyakarta,

Mata Bangsa, 2002.

Taufik, Giri A, “Konsepsi Pemekaran Aceh (ALA ABAS) dan Pengaruhnya

Terhadap Peningkatan Kesejahteraan dan Kehidupan Kultural Masyarakat”,

dalam Ning Retnaningsih, dkk (ed), Dinamika Politik Lokal di Indonesia:

Penataan Daerah (territorial Reform) dan Dinamikanya, Salatiga,

Percik, 2008.

Tilaar, H.A.R., Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia,

Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2007.

B. Artikel, Makalah, dll.

Ajawaila J.W., “Etnisitas dan Pemekaran Wilayah” Harian Umum Siwalima,

Selasa, 23 September 2003, Edisi 243/IX Tahun IV.

Diputra, Yadi Surya, “Analisa Kekuatan Politik Etnisitas Dalam Proses Pemekaran

Propinsi Pulau Sumbawa”, disampaikan dalam Seminar

Page 115: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

102

Internasional Percik dengan tema “ Dinamika Politik Lokal di Indonesia”,

Salatiga, 15- 17 Juli 2008.

Harian Umum Siwalima, “Gara-gara Pemekaran Seram Barat-Timur, Anggota

DPRD Malteng Nyaris Adu Jotos”, Jumat, 28 Februari 2003.

---------, “Soal Peluang Seram Barat-Timur Jadi Kabupaten”, Kamis, 9 Januari

2003.

---------, “Hasil Studi Kelayakan, Piru Jadi Ibukota Kabupaten SBB”, Selasa, 19

Agustus 2003.

Kambo, Gustiana, “Memahami Politik Identitas, Pemikiran Tentang Pencarian

Identitas Etnik: Sebuah Kajian Dalam Pembentukan Propinsi Sulawesi

Barat”, disampaikan dalam Seminar Internasional Percik dengan tema

“Dinamika Politik Lokal di Indonesia”, Salatiga, 15-17 Juli 2008.

Pemda Kabupaten SBB, “Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Seram Bagian

Barat”, 7 Januari 2005.

Setyaningrum, Arie, “Memetakan Lokasi bagi „Politik Identitas‟ dalam Wacana

Politik Poskolonial”, 2005, dalam Jurnal Mandatory, Edisi 2/Tahun 2/2005,

Yogyakarta, IRE, hlm.18

Tabloid Nusa Ina, “Pemda SBB Gelar Seminar Sejarah dan Bahasa Tiga Batang

Air”, 22-27 Januari 2009.

Tapilatu Wim, “Sejarah Penyerahan Tanah Sarihalawane”, Arsip Kantor Desa

Waisarisa.

http://www2.kompas.com/ tanggal 12 Desember 2008.

http://www.bkpmd-maluku.com/ tanggal 2 April 2009.

http://www.detiknews.com/ tanggal 2 April 2009.

http://www.disnakertrans-jateng.go.id/ tanggal 2 April 2009.

http://www.hamline.edu/apakhabar/ tanggal 27 Oktober 2009.

http://www.malukuprov.go.id/ tanggal 12 Desember 2008.

Page 116: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

103

LAMPIRAN 1

DAFTAR NAMA LULUS CPNS 2006

Page 117: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

104

Page 118: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

105

LAMPIRAN III

PULAU SERAM BAGIAN BARAT

Page 119: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

106

LAMPIRAN IV

PULAU SERAM

Page 120: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

107

LAMPIRAN V

PULAU MALUKU SETELAH PEMEKARAN

Page 121: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

108

LAMPIRAN VI

PULAU MALUKU SEBELUM PEMEKARAN

Page 122: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

109

LAMPIRAN VII

WAISARISA

Page 123: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

110

LAMPIRAN VIII

KAMP PEKERJA PABRIK PENGOLAHAN KAYU LAPIS

Page 124: PEMEKARAN WILAYAH DAN POLITIK IDENTITAS PDF/S2/Ilmu Religi dan Budaya/076322002... · sangat beragam karena adanya pabrik pengolahan kayu lapis milik PT. Djayanti Group. Pabrik ini

111

LAMPIRAN IX

Daftar Nama Informan

1. Agus Kakisina

2. Agus Seite

3. Amos Sabandar

4. Ates Parihala

5. Agus NM.

6. Bace Mailoa

7. Nengsih Ahiyate

8. Kace Silaya

9. Fery Manait

10. Marta Tamu Salempang

11. Sri

12. Mon Souhuken

13. Nataniel Elake

14. Poly Leiwakabessy

15. Lius Tanan

16. Yanto

17. Oce Parihala

18. Oce Sapasuru

19. Herly Leiwakabessy/Kainama

20. Jems Kapuate

21. Judith Louhanapessy