Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota
-
Upload
m-naufal-aqil-farhan -
Category
Documents
-
view
110 -
download
3
description
Transcript of Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota
“?/”:
LAPORAN AKHIR IPTEKDA
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DARI SAMPAH KOTA
DI KABUPATEN DATI-II SLEMAN, YOGYAKARTA
Tim Teknologi Penanganan Limbah PadatSecara Biologis
Direktorat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Laporan Kemajuan Pekerjaan Iptekda PPOSK
FEBRUARI 1999
Tim Teknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT ii
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
LEMBAR PENGESAHAN
Jakarta, 28 Januari 1999
Pemimpin Lembaga Peneliti Utama/Penyelenggara Riset Penanggung Jawab Riset
Ir. Tusy A. Adibroto, MSi.. Ir. Firman L Sahwan, MSi.Direktur Teknologi Lingkungan BPPT
Tim Teknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT i
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 11.2. Manfaat dan Potensi Kompos 41.3. Gambaran Hasil Kegiatan 5
II. TUJUAN DAN SASARAN
2.1. Tujuan 62.2. Sasaran Kegiatan 6
III. METODOLOGI DAN RUANG LINGKUP
3.1. Metodologi 73.2. Ruang Lingkup Kegiatan 9
IV. HASIL YANG DICAPAI
4.1. Koordinasi dengan pihak terkait di lingkungan Pemda Tk.II Sleman 114.2. Sosialisasi Rencana Penerapan Teknologi Pembuatan Kompos 134.3. Pembuatan Disain Plant 144.4. Pelaksanaan Pembangunan Fisik Plant 144.5. Alih Teknologi Pembuatan Pupuk Organik Kompos Kepada Calon Pengelola
dan Tenaga Pelaksana 154.6. Serah Terima dan Peresmian Pengoperasian Plant Pengkomposan 164.7. Proses Produksi Pupuk Organik Kompos 17
V. KONTRIBUSI HASIL
5.1. Kemajuan Iptek 265.2. Peningkatan Sosek dan Kesejahteraan Masyarakat 265.3. Perkembangan Industri Nasional 275.4. Meningkatkan Kualitas Lingkungan 285.5. Efisiensi Subsidi Nasional 28
VI. HAMBATAN 29
VII. REALISASI ANGGARAN 32
VIII. PENUTUP 33
LAMPIRAN-LAMPIRAN
- Hasil rapat koordinasi tanggal 5 Agustus 1998Hasil rapat koordinasi tanggal 16 September 1998Hasil rapat koordinasi tanggal 29 September 1998
- Berita Acara Serah Terima/Hibah Plant Pengkomposan Program Iptekda BPPT
- Pemberitaan media masa tentang Iptekda Pembuatan Pupuk Organik BPPT
- Gambar-gambar rencana Plant PPODSK
- Photo-photo pembangunan fisik dan proses produksi Plant PPODSK
Tim Teknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT ii
LAPORAN AKHIR IPTEKDA
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DARI SAMPAH KOTA
DI KABUPATEN DATI-II SLEMAN, YOGYAKARTA
Direktorat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
FEBRUARI 1999
LAMPIRAN :
RAPAT KOORDINASIPERSIAPAN KEGIATAN IPTEKDA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DARI SAMPAH KOTA DAN
KELEMBAGAAN LDUS
Hari / Tanggal : Selasa, 5 Agustus 1998
Tempat : Ruang rapat A, BAPPEDA Kab. Dati.II Sleman
Jam : 09.00 – 11.30 WIB
==============================================
Rapat Koordinasi diikuti oleh Dinas / Instansi terkait antara lain :
1. Direktorat Teknologi Pemukiman dan Lingkungan Hidup, BPP Teknologi2. Sekretaris Ka.Bid. I, II, III BAPPEDA Kab. Sleman3. Dinas Cipta Karya, Kab. Sleman4. Bagian Lingkungan Hidup, Kab. Sleman5. Bagian Penyusunan Program, Kab. Sleman6. Bagian Perekonomian, Kab. Sleman7. Ka.Sie. PLP Dinas Cipta Karya, Kab. Sleman8. Ka.Sie. SDA dan Lingkungan, BAPPEDA Kab. Sleman9. Ka.Sie. Pengairan, BAPPEDA Kab. Sleman10. Pimpro LDUS, BAPPEDA Kab. Sleman11. undangan lainnya.
Rapat dipimpin oleh Ketua BAPPEDA Kab. Dati II Sleman (Ir. Sutrisno, MES).Beberapa agenda / permasalahan yang dibahas dalam rapat koordinasi tersebut adalah :
1. Rencana Program Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Daerah (IPTEKDA) Pembuatan Pupuk Organik dari Sampah Kota di Kab. Sleman dari Direktorat Teknologi Pemukiman dan Lingkungan Hidup BPPT
2. Evaluasi dan Rencana program LDUS Tambakboyo3. Evaluasi dan rencana program LDUS di Desa Pringwulung, Condongcatur4. Peninjauan rencana lokasi Program IPTEKDA.
HASIL RAPAT KOORDINASI
1. Rencana Program IPTEKDA Pembuatan Pupuk Organik dari Sampah Kota di Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman
Pada tahun anggaran 1998/1999 Direktorat Teknologi Pemukiman dan Lingkungan Hidup BPPT akan melaksanakan program Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk Daerah (IPTEKDA) Pembuatan Pupuk Organik dari Sampah Kota di wilayah Kabupaten Dati II Sleman. Program / kegiatan ini seluruh anggaran dibiayai oleh BPPT.
Dari beberapa alternatif lokasi yang diamati di lapangan, maka lokasi terpilih adalah Dusun Mranggen, Desa Sinduadi, Kec. Mlati, Kab Sleman. Pengelolaan kegiatan akan bekerjasama dengan Karang Taruna Desa Sinduadi dengan didukung oleh Dinas / Instansi terkait seperti : Dinas Cipta Karya, BAPPEDA, Penyusunan Program, Bagian Lingkungan Hidup, dan Bagian Perekonomian. Sampah yang akan diolah berasal dari perumahan dan pasar yang ada di sekitar kawasan tersebut.
2. LDUS Tambakboyo
Kegiatan daur ulang sampah kota di LDUS Tambakboyo telah berjalan kurang lebih 11 bulan dengan menghasilkan kompos 26 ton. Kompos tersebut sebagian telah dipromosikan sekitar 11 ton dengan harga Rp. 200,- /kg, sebagian termanfaatkan oleh Dinas / Instansi terkait untuk percobaan pemupukan palawija dan taman-taman di sekitar kantor Pemda Dati II Sleman dan sampai akhir bulan Juli tersedia cadangan kompos kurang lebih 12 ton.
Pada tahun 2000 kegiatan daur ulang sampah Tambakboyo diharapkan dapat mandiri, artinya biaya produksi tidak lagi disubsidi oleh anggaran Pemda Dati II Sleman. Oleh karena itu, dalam rangka kemandirian tersebut perlu dibentuk suatu Tim POKJA (kelompok Kerja) yang profesional guna melaksanakan kegiatan terrsebut. Dalam jangka panjang, LDUS Tambakboyo akan dikembangkan sebagai Laboratorium Teknologi Daur Ulang Sampah.
3. LDUS Dusun Pringwulung, Condongcatur
LDUS di Dusun Pringwulung, Desa Condongcatur, Kecamatan Depok merupakan suatu Unit Percontohan Daur Ulang Sampah Skala Perumahan. Kelembagaan yang mengatur kegiatan tersebut adalah LKMD Dusun Pringwulung. Kegiatan ini baru berjalan kurang lebih 4 bulan. Teknologi yang dikembangkan adalah Aerob dengan sistem Bak. Sampah yang diolah terutama berrasal dari Dusun Pringwulung dan sekitarnya.
4. Peninjauan Rencana Lokasi Terpilih Iptekda oleh Tim
Dari hasil pembicaraan / diskusi mengenai kriteria lokasi pengembangan daur ulang sampah kota, yaitu :- Merupakan lokasi Tempat Pembuangan Sampah liar yang telah
mencemari lingkungan- Terdapat Lembaga / Kelompok Masyarakat yang mengambil sampah
dari pemukiman- Tersedia lahan dengan luasan sesuai yang dibutuhkan (sekitar 1300
M2).
maka, direncanakan 3 (tiga lokasi terpilih untuk ditinjau langsung oleh Tim terkait di lapangan, yaitu :
1. Dusun Mranggen, Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Sleman2. Dusun Pogung, Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Sleman3. Dusun Kuningan, Desa Catur Tunggal, Kecamatan Depok, Sleman
Dari ketiga lokasi tersebut diputuskan untuk lokasi Program Iptekda Pembuatan Pupuk Organik dari Sampah Kota oleh Dit. TPLH BPPT adalah Dusun Mranggen, Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Sleman.
LAMPIRAN :
RAPAT KOORDINASIRENCANA PEMBANGUNAN PLANT PEMBUATAN
PUPUK ORGANIK DARI SAMPAH KOTADUSUN MRANGGEN, DESA SINDUADI,
KECAMATAN MLATI
Hari / Tanggal : Rabu, 16 September 1998
Tempat : Ruang rapat A, BAPPEDA Kab. Dati.II Sleman
Jam : 10.00 WIB – Selesai
==============================================
Rapat Koordinasi diikuti oleh Dinas / Instansi terkait antara lain :
1. Kepala Dinas Cipta Karya, Kab. Dati II Sleman2. Ka.Sie. PLP Dinas Cipta Karya, Kab. Dati II Sleman3. Tim Peneliti Daur Ulang Sampah Kota Dit. TPLH - BPPT4. Camat Wilayah Mlati, Sleman5. Kepala Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Sleman6. Kabid. I BAPPEDA Kab. Sleman7. Sekretaris BAPPEDA Kab. Dati II Sleman8. Staf Seksi SDA dan Lingkungan, BAPPEDA Kab. Sleman9. Pimpro LDUS, BAPPEDA Kab. Sleman10. Kabid. III BAPPEDA yang diwakili oleh Kasi. Pengairan BAPPEDA
HASIL RAPAT KOORDINASI
Dalam rangka pelaksanaan Program Iptekda Pembuatan Pupuk Organik dari Sampah Kota di dusun Mranggen, Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Dati II Sleman, beberapa hal; yang telah disepakati antara lain :
1. Lahan lokasi Iptekda seluas kurang lebih 1000 m2 disediakan oleh Desa Sinduadi yang memanfaatkan tanah Kas Desa.
2. Semua sarana-prasarana daur ulang sampah seperti : bangunan pengkomposan, kantor, sumur (air), listrik, akan dibiayai oleh proyek Iptekda Dit. TPLH – BPPT.
3. Dalam plant yang akan dibangun terdapat sarana Transfer Depo yang akan dibangun oleh Dinas Cipta Karya.
4. Adapun struktur kelembagaan yang akan dikembangkan adalah sbb. :
BUPATI KDH TK. II SLEMAN
DINAS CIPTA KARYA
PEMERINTAH DESASINDUADI, MLATI,
SLEMAN
PENGELOLA PLANT
PENGKOMPOSAN SAMPAH
DIT. TPLH - BPPT
BAPPEDABag. LINGK. HIDUP
Bag. PEREKONOMIAN
Dinas terkait lainnya
: Garis komando
: Garis koordinasi/konsultasi
LAMPIRAN :
HASIL RAPAT KOORDINASI PROGRAM IPTEKDAPEMBUATAN PUPUK ORGANIK DARI SAMPAH KOTA
KABUPATEN DATI-II SLEMAN
tentang
Penentuan Calon Pengelola
Berdasarkan hasil pertemuan yang diselenggarakan pada hari Selasa tanggal
29 September 1998 di Sekretariat Kegiatan Direktorat Teknologi Pemukiman dan
Lingkungan Hidup – BPP Teknologi Yogyakarta (Perumahan Sawit Sari Blok B4,
Sleman) yang dihadiri oleh Tim Dit. TPLH – BPPT, BAPPEDA Tk.II Sleman, Kepala
Desa Sinduadi, Kepala Dusun Mranggen, Karang Taruna Desa SInduadi dan Tokoh
Masyarakat Mranggen, dalam rangka rencana pengoperasian plant Pembuatan Pupuk
Organik dari Ssampah Kota di Kabupaten Dati II Sleman, Yogyakarta, diperoleh
kesepakatan sebagai berikut :
1). Agar pembuatan pupuk organik (kompos) dapat memberikan hasil yang optimum,
maka Plant Pembuatan Pupuk Organik (kompos) harus dioperasikan oleh orang-
orang atau organisasi yang telah memiliki pengalaman dalam bidang pengelolaan
sampah dan profesional dalam bidangnya (sepenuhnya akan bergerak di bidang
pembuatan kompos).
2). Dalam proses pengoperasiannya dikemudian hari, pihak pengelola harus
mengikuti tatacara dan petunjuk yang diberikan oleh pihak BPP Teknologi. Apabila
dalam pengoperasiannya pihak pengelola tidak mengikuti tatacara dan petunjuk
yang diberikan, maka pihak BPP Teknologi melalui Pemda Tk. II Sleman berhak
meninjau ulang untuk mencari pengelola yang lain.
3). Berdasarkan kriteria calon pengelola seperti disebut dalam butir 1 dan 2, maka
pihak Desa Sinduadi telah mengusulkan Sdr. Hartono dan Sdr. Suwarno
sebagai warga Dusun Mranggen, untuk mengelola Plant Pembuatan Pupuk
Organik (kompos) dan peserta rapat lainnya telah menyetujui usulan tersebut.
20.003.00
3.00
8.00
6.00
3.00
5.00
5.50 3.25
Sumur
Tower
Kantor
Gudang WC
12.00
9.00
Bangunan Pengkomposan
Sistem Open Windrow
Bangunan Pengkomposan
Sistem Bak Aerasi
Pelataran
Sortasi
15.00
15.00
Utara
Sungai
TATA LETAK BANGUNANPlant Pembuatan Pupuk Organik dari Sampah Kota di Desa Mranggen,
Kab. Dati II Sleman
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Krisis pangan yang terjadi di negara kita telah memacu pemerintah untuk
mengeluarkan kebijaksanaan pengembangan perekonomian yang berbasis
pada pertanian termasuk didalamya intensifikas/ekstensifikasi pertanian dan
pemanfaatan lahan-lahan tidur, untuk mengejar peningkatan produksi pangan.
Kenyataan tersebut mengakibatkan peningkatan kebutuhan pupuk, sehingga
keberadaan pupuk di pasaran menjadi langka. Kebijakan lain untuk
menghapuskan subsidi terhadap pupuk anorganik telah mengakibatkan pula
melambungnya harga pupuk tersebut, sehingga sulit terjangkau oleh para
petani.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan penyediaan pupuk
bagi para petani adalah melalui pemanfaatan sampah menjadi kompos. Upaya
ini sangat tepat dan bijaksana karena bukan hanya permasalahan lingkungan
saja yang dapat ditanggulangi, tetapi produk kompos yang dihasilkan dapat
pula membantu menjawab kelangkaan dan mahalnya pupuk anorganik di
pasaran.
Pengkomposan merupakan suatu proses biologis oleh mikroorganisme
yang mengubah sampah padat menjadi bahan yang stabil menyerupai humus
yang kegunaan utamanya sebagai penggembur tanah. Proses dekomposisi
(penguraian) sampah padat organik dapat berlangsung secara aerobik ataupun
anaerobik, tergantung dari tersedianya oksigen
Penggunaan sampah kota sebagai bahan baku dalam proses
pengkomposan adalah sejalan dengan peningkatan sampah yang dibuang ke
lingkungan sebagai akibat dari perubahan budaya dan peningkatan aktivitas
yang dilakukan masyarakat. Terjadinya peningkatan sampah kota tidak hanya
dari segi jumlah atau volume tetapi juga dalam keragaman bentuk, jenis dan
komposisinya. Tim Teknologi Kompos BPPT telah melakukan kajian yang
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 1
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
menunjukkan bahwa sampah kota memiliki sifat-sifat fisik dan kimia yang baik
untuk dijadikan pupuk organik melalui teknologi pengkomposan.
Secara nasional ketersediaan sampah sebagai bahan baku proses
pengkomposan cukup besar. Gambaran melimpahnya jumlah sampah dan
komposisi kandungan bahan organik pada sampah tersebut untuk kota
Semarang, Bandung dan Jakarta dapat dilihat pada tabel 1 dan 2. Pada
umumnya jumlah sampah kota yang melimpah tersebut justru menimbulkan
masalah pengelolaan yang cukup rumit dan belum dimanfaatkan secara optimal
sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik.
Tabel 1. Produksi Sampah pada tahun 1995
KotaProduksi(m3/hari)
Jumlah yang Dikelola (m3/hari)
Persentase Sampah yang Dikelola
Semarang 3.185 2.870 90,17
Bandung 6.890 6.663 96,70
Jakarta 30.552 28.542 93,42
Tabel 2. Komposisi Sampah di Semarang, Bandung dan Jakarta
Komposisi (%) Semarang Bandung Jakarta
Bahan Organik 68,75 73,25 73,92
Kertas 5,45 9,70 10,18
Plastik 14,15 8,58 7,86
Logam - 0,50 2,04
Kulit - 0,40 0,55
Kayu - 3,60 0,98
Tekstil - 0,90 1,57
Gelas 0,16 0,43 1,75
Lain-lain 5,97 2,64 1,22
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 2
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
Pada sisi lain sampah dari pemukiman, pasar, taman dan perkotaan
apabila tidak dikelola secara baik, keberadaannya sering menimbulkan masalah
bagi lingkungan, seperti :
Sampah yang tidak tertangani mengakibatkan lingkungan menjadi
terlihat kumuh, kotor dan jorok. Di dalamnya merupakan tempat
berkembangnya organisme patogen, yang berbahaya bagi kesehatan
manusia, dan juga merupakan sarang lalat, tikus, dan hewan liar lainnya
seperti anjing atau kucing liar. Dengan demikian limbah padat berpotensi
sebagai sumber penyebaran bibit penyakit.
Sampah yang membusuk menghasilkan gas yang berbau tidak sedap
dan berbahaya bagi kesehatan. Air yang dikeluarkannya (leachate) juga
dapat menyebabkan pencemaran sumur, sungai, danau maupun air
tanah.
Sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat menyumbat saluran
drainase sehingga dapat menimbulkan bahaya banjir.
Pembuangan sampah dalam jumlah yang besar memerlukan tempat
pembuangan yang luas, tertutup dan jauh dari lokasi pemukiman.
Kawasan yang padat penduduknya seperti kota besar akan mengalami
kesulitan dalam mencari lahan baru untuk Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) sampah.
Besarnya dampak negatif yang timbul dari sampah yang tidak dikelola
dengan baik, perlu mendapat perhatian dan diupayakan pemecahannya. Salah
satu upaya penanganan masalah sampah adalah melalui pemanfaatan sebagai
bahan baku pupuk organik (kompos). Keuntungan yang akan diperoleh adalah
teratasinya permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh sampah serta
diperolehnya pupuk organik yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan
produktivitas tanaman.
Mengingat bahwa kebutuhan akan pupuk yang murah dan mudah
didapat sangat penting dan mendesak, bahan baku pupuk kompos sangat
melimpah dan belum dimanfaatkan secara maksimal, teknologi pembuatan
kompos yang berkualitas sudah tersedia dan dapat diterapkan dengan mudah
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 3
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
dan tepat guna serta kemampuan sederetan keunggulan pupuk kompos bagi
tanah dan tanaman, maka alangkah baiknya apabila produksi dan pemanfaatan
pupuk kompos dimasyarakatkan dan hendaknya menjadi kebijakan dalam
usaha mengatasi krisis pangan ini. Maka dari itu produksi dan pemanfaataan
kompos yang telah ada sekarang ini hendaknya lebih dioptimalkan lagi dan
sekarang adalah saat yang tepat untuk mendirikan sentra-sentra baru industri
kompos untuk pemenuhan kebutuhan pupuk skala nasional.
1.2. Manfaat dan Potensi Kompos
Kompos sebagai produk dari proses penguraian bahan organik memiliki
sifat-sifat yang baik untuk menyuburkan tanah dan menyediakan unsur hara
bagi tanaman. Pupuk kompos dapat memperbaiki daya ikat tanah berpasir dan
memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga tidak terlalu berderai atau
terlalu lekat. Kompos juga dapat meningkatkan daya ikat tanah terhadap air
sehingga meningkatkan persediaan air untuk tanaman. Selain itu kompos juga
dapat memperbaiki tata udara tanah dan mempertinggi daya ikat tanah
terhadap zat hara dari pupuk mineral sehingga tidak mudah larut oleh air
penghujan sehingga penggunaan pupuk menjadi lebih efisien. Untuk tanaman,
tentu saja kompos menyediakan unsur makro maupun mikronutrien yang
penting untuk perkembangan pertumbuhannya. Jika dicermati, maka tak dapat
dielakkan bahwa deretan kemampuan pupuk kompos seperti tersebut di atas
dalam memperbaiki sifat tanah dan kemampuannya dalam menyediakan unsur
mikronutrien untuk tanaman, tidak dimiliki oleh pupuk mineral.
Selain sebagai pupuk tanaman produk kompos juga memiliki potensi,
antara lain sebagai :
Bahan dasar pupuk organik yang diperkaya dengan pupuk mineral,
inokulum bakteri pengikat N, inokulum bakteri pemfiksasi P, dsb.
Media tanam dalam bentuk pelet untuk tanaman yang spesifik
Biofilter pada sistem pengkomposan tertutup
Briket bahan bakar
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 4
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
Ditinjau dari biaya produksi, keuntungan produksi kompos juga cukup
menjanjikan. Berdasarkan perhitungan, contoh kasus di RPH Cakung misalnya,
didapatkan bahwa pupuk kompos itu ternyata lebih murah daripada pupuk
mineral. Apabila unsur hara utama seperti N, P dan K pada pupuk kompos
dihargai setara dengan harga unsur N, P dan K pada pupuk mineral maka
harga pupuk kompos per kilogramnya adalah 120 rupiah, padahal biaya
produksi kompos per kilogramnya adalah 100 rupiah. Kondisi ini membuka
peluang yang baik untuk industri kompos. Dan tentu saja, produk kompos layak
dihargai lebih besar dari 120 rupiah karena sederetan keunggulan seperti yang
telah disebutkan sebelumnya.
1.3. Gambaran Hasil Kegiatan
Dari kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan, diperoleh gambaran
yang menunjukkan bahwa Pemda TK-II Sleman dan warga masyarakat sekitar
lokasi menyambut baik Program Iptekda Pembuatan Pupuk Organik dari
Sampah Kota – BPPT dan mengharapkan bantuan kerjasama lebih lanjut.
Produksi pupuk organik Plant Pengkomposan dusun Mranggen oleh pengelola
dan tenaga kerja setempat telah mulai berjalan dengan kapasitas produksi 1 m3
kompos halus per hari. Hasil produksi kompos telah tersedia dalam bentuk
kemasan-kemasan plastik dan siap untuk dipasarkan. Kegiatan ini telah
menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi 2 orang pengelola dan 5 tenaga
pelaksana. Pengoperasian plant pengkomposan yang setiap hari mampu
mengelola 4 m3 sampah organik dari +7 m3/hari sampah kota yang terkumpul
dan menanganani residunya dengan sangat baik, telah mengatasi permasalah
pembuangan sampah liar yang sebelumnya berkembang di dusun Mranggen
sehingga secara umum telah meningkatkan kualitas lingkungan di sekitar lokasi
plant.
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 5
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
II. TUJUAN DAN SASARAN
2.1. Tujuan
Dilaksanakannya kegiatan Pengembangan Iptek Pembuatan Pupuk
Organik dari Sampah Kota.di Pemda TK-II Sleman bertujuan untuk :
Memproduksi pupuk organik dari sampah kota
Menyediakan lapangan kerja
Memberikan pendapatan bagi pemerintah daerah
Membantu upaya pengelolaan sampah kota
Mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA
Memberikan nilai tambah terhadap sampah yang semula tidak bernilai
ekonomis menjadi bernilai ekonomis.
2.2. Sasaran Kegiatan
Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah produksi pupuk
organik (kompos) sebesar 1 m3/hari oleh suatu unit usaha mandiri yang
menggunakan tenaga kerja setempat, untuk selanjutnya dipasarkan sebagai
pupuk tanaman.
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 6
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
III. METODOLOGI DAN RUANG LINGKUP
3.1. Metodologi
Pengkomposan merupakan suatu proses biologis oleh mikroorganisme
yang mengubah sampah padat organik menjadi bahan yang stabil menyerupai
humus. Proses dekomposisi (penguraian) sampah padat organik dapat
berlangsung secara aerobik ataupun anaerobik, tergantung dari tersedianya
oksigen. Proses anaerobik berlangsung lambat dan mengeluarkan bau busuk
yang sulit dikendalikan, sehingga hampir semua proses pembuatan kompos
secara modern dilakukan secara aerobik dengan mengkombinasi suhu
mesofilik dan termofilik.
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh Tim Teknologi Kompos
BPPT didapatkan kesimpulan bahwa dalam teknologi pembuatan kompos
secara aerobik, sistem open windrow adalah yang paling tepat untuk diterapkan
di Indonesia. Pemilihan sistem tersebut berdasarkan konsepsi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara teknis, sosiologis dan ekonomis. Dengan
sistem open windrow secara teknis tidak diperlukan sarana dan prasarana yang
kompleks dan modern sehingga dapat diterapkan dengan mudah dan tepat
guna. Demikian pula jumlah modal, biaya operasional dan biaya pemeliharaan
tempat pengkomposan relatif lebih rendah dibandingkan dengan semua sistem
pengkomposan lainnya. Sedangkan prosesnya sangat cocok dengan iklim
tropika dimana kelembaban dan temperatur udaranya cukup tinggi dan stabil
(25 sampai 30 oC).
Sistem open windrow adalah cara pembuatan kompos ditempat terbuka
beratap (bukan di dalam reaktor yang tertutup dengan injeksi udara) dengan
aerasi alamiah. Sampah akan yang dikomposkan ditumpuk memanjang dengan
frekuensi pembalikan tertentu dan suhunya dikendalikan. Sistem ini telah
dicoba oleh BPPT di Lokasi Daur Ulang Sampah di Tambakboyo, Sleman -
Yogyakarta, Rumah Pemotongan Hewan Cakung - Jakarta Timur dan
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 7
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
Peternakan ayam di Tangerang dengan hasil kompos yang baik. Untuk lahan
yang terbatas, penumpukan juga dapat dilakukan dalam bak-bak terbuka yang
memiliki saluran aerasi memadai (bak aerasi).
Pada dasarnya pengkomposan dengan sistem open windrow merupakan
proses degradasi materi organik menjadi materi yang stabil melalui reaksi
biologis mikroorganisma secara aerobik dalam kondisi yang terkendali. Ketika
sampah padat organik dipaparkan di udara dan kandungan airnya sesuai, maka
berbagai mikroorganisme yang biasanya sudah terdapat dalam sampah dan
mampu melakukan proses pengkomposan mulai bekerja. Selain oksigen dari
udara dan air, mikroorganisme memerlukan pasokan makanan yang
mengandung karbon dan unsur hara seperti nitrogen, fosfor dan kalium untuk
pertumbuhan dan reproduksi mereka. Kebutuhan makanan tersebut juga
disediakan oleh sampah organik. Mikroorganisme kemudian melepaskan
karbon dioksida, air dan energi, berkembang biak dan akhirnya mati. Sebagian
dari energi yang dilepaskan tersebut digunakan untuk pertumbuhan dan
gerakan, sisanya dilepaskan sebagai panas. Akibatnya setumpuk bahan
kompos melewati tahap-tahap penghangatan, suhu puncak, pendinginan dan
pematangan.
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 8
MIKROORGANISME DALAM SAMPAH
Sampah terdegradasi
Karbon, Nitrogen, Fosfor, Kalium
MIKROORGANISME BEKERJA
Sampah Organik
Karbon, Nitrogen, Fosfor, Kalium
Air dan Oksigen
Energi panas Karbon dioksida Air
TAHAP PENGHANGATAN TAHAP PENDINGINAN DAN PEMATANGAN
Suhu puncak
Diagram Alir Proses Dasar Pengkomposan
Kompos matang
C/N ratio ideal 30
Karbon, Nitrogen, Fosfor, Kalium
C/N ratio 10-20, pH 6-8.5
MIKROORGANISME MATI
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
Proses pembuatan kompos berlangsung dengan menjaga
keseimbangan kandungan nutrien, kadar air, pH, temperatur dan aerasi yang
optimal melalui penyiraman dan pembalikan. Pada tahap awal proses
pengkomposan, temperatur kompos akan mencapai 65 – 70 oC sehingga
organisma patogen, seperti bakteri, virus dan parasit, bibit penyakit tanaman
serta bibit gulma yang berada pada limbah yang dikomposkan akan mati. Dan
pada kondisi tersebut gas-gas yang berbahaya dan baunya menyengat tidak
akan muncul. Penyiraman dan pembalikan tumpukan dilakukan secara berkala
untuk menjamin tersedianya oksigen yang cukup bagi berlangsungnya proses
biodegradasi oleh mikroorganisme penghasil kompos. Proses pengkomposan
umumnya berakhir setelah 6 sampai 7 minggu yang ditandai dengan
tercapainya suhu terendah yang konstan dan kestabilan materi. Proses
pengkomposan dengan sistem open windrow praktis tidak memerlukan
tambahan zat kimia dan inokulan mikroba dari luar sehingga aman bagi
lingkungan.
3.2. Ruang Lingkup Kegiatan
Untuk terlaksananya kegiatan produksi pupuk organik di Kabupaten Dati-
II Sleman, diperlukan kerjasama, keterkaitan dan keterpaduan antara berbagai
pihak terkait. Ruang Lingkup Kegiatan yang akan dilakukan selama proyek ini
berlangsung secara garis besar adalah :
1. Koordinasi dengan pihak terkait di lingkungan Pemda TK-II Sleman,
mencakup kegiatan-kegiatan :
Persiapan kerjasama
Penentuan lokasi kegiatan
Penentuan tenaga pengoperasian
Persiapan manajemen pengelolaan
2. Sosialisasi rencana penerapan teknologi pembuatan kompos kepada
masyarakat setempat
3. Penyusunan desain plant
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 9
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
4. Pelaksanaan pembangunan fisik plant
5. Alih teknologi pembuatan pupuk organik kompos kepada calon pengelola
dan tenaga pelaksana
6. Serah terima dan peresmian pengoperasian plant pengkomposan sampah
kota di dusun Mranggen
7. Proses produksi pupuk organik kompos, mencakup kegiatan-kegiatan :
Pengangkutan sampah ke lokasi plant
Sortasi sampah
Pembuatan tumpukan
Perlakuan
Pengayakan
Pengemasan
8. Penyusunan laporan akhir kegiatan.
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 10
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
IV. HASIL YANG DICAPAI
Hasil yang telah dicapai dari kegiatan Pengembangan Iptek Pembuatan
Pupuk Organik dari Sampah Kota di Kabupaten Dati-II Sleman, antara lain :
4.1. Koordinasi dengan pihak terkait di lingkungan Pemda Tk. II Sleman
Dalam tahap koordinasi dengan pihak terkait di lingkungan Pemda
Tk. II Sleman, telah dilakukan kegiatan-kegiatan :
Persiapan kerjasama
Untuk mempersiapkan pelaksanaan Iptekda Pembuatan Pupuk
Organik dari Sampah telah dilangsungkan pertemuan yang
melibatkan Bappeda Tk. II Sleman, Dinas Cipta Karya, Kepala Desa,
wakil dari Kantor Kecamatan, dan pihak terkait lainnya.
Dalam pertemuan disepakati bahwa pihak BPPT akan membangun
plant pengkomposan dan memberikan alih teknologi cara pembuatan
kompos, sedangkan Pemda TK. II Sleman akan membantu dan
mendukung sepenuhnya kegiatan tersebut. Pemda Tk. II Sleman
mempersiapkan lahan yang dibutuhkan untuk kegiatan ini dan Dinas
Cipta Karya melakukan perubahan rencana pembangunan Depo
Transfer Sampah dari rencana semula di lokasi desa Bokung
dipindahkan ke lokasi proyek.
Penentuan lokasi kegiatan
Lokasi kegiatan ditentukan bersama-sama oleh Pemda TK-II
Sleman dan Tim BPP Teknologi. Dari 3 alternatif lokasi yang dapat
disediakan oleh Pemda, disepakati pilihan lokasi pada dusun
Mranggen, desa Sinduadi. Lokasi tersebut sebelumnya
dipergunakan sebagai tempat pembuangan sampah liar yang
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 11
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
dikelola oleh organisasi pemuda setempat. Luas lahan yang
dipersiapkan seluas + 1350 m2, sebagian diantaranya masih dalam
bentuk perkebunan tebu dengan status tanah sebagai kas desa.
Penentuan tenaga pengelola
Upaya pembuatan kompos dari sampah kota akan lebih
berhasil apabila dikelola oleh orang atau organisasi yang
sebelumnya telah bergerak dalam pengelolaan sampah. Dari hasil
observasi lapangan diketahui bahwa di lokasi dusun Mranggen, desa
Sinduhadi, terdapat organisasi yang selama ini melakukan usaha di
bidang pengelolaan sampah. Organisasi tersebut memperoleh
keuntungan dari biaya pembuangan sampah yang dipungut dari
penduduk setempat dan penjualan sampah-sampah yang masih
memiliki nilai baik sebagai barang bekas maupun bahan baku daur
ulang (lapak). Sedangkan sebagian besar sisa sampah yang tidak
memiliki nilai jual, dibuang sebagai tumpukan sampah liar pada
lahan kosong di tepi perkebunan tebu - yang berbatasan dengan
sungai, dan dibakar. Bagi pemukiman di sekitar lokasi pembuangan
sampah, cara pengelolaan seperti ini menimbulkan permasalahan
lingkungan seperti : asap, bau busuk yang menyengat dan gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh lalat. Keadaan seperti ini sudah
berlangsung lama akan tetapi tidak terlalu dirisaukan karena terbukti
dapat memberikan lapangan pekerjaan dan menjadi sumber
penghasilan bagi organisasi pengelola sampah setempat.
Untuk mengatasi permasalahan lingkungan dengan tetap
mempertahankan keberadaan organisasi pengelola sampah
setempat, disepakati bahwa pengoperasian Plant Pembuatan Pupuk
Organik dari Sampah Kota, akan diserahkan ke Organisasi pengelola
sampah dusun Mranggen. Dengan demikian pengumpulan sampah
dan pelapakan akan tetap dijalankan oleh tenaga kerja yang sudah
ada sedangkan kegiatannya diperluas pada pembuatan pupuk
organik (kompos) yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 12
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
tambahan penghasilan bagi pengelola maupun masyarakat dusun
Mranggen pada umumnya.
Persiapan manajemen pengoperasian
Pengoperasian Plant Pembuatan Pupuk Organik dari Sampah
Kota tidak terlepas dari manajemen pengelolaan sampah secara
keseluruhan. Dengan rencana Dinas Cipta Karya untuk
pembangunan Depo Transfer Sampah, maka lokasi tempat
pembuangan sampah Mranggen resmi menjadi bagian dari
manajemen pengelolaan sampah Pemda TK-II Sleman. Dengan
demikian kebutuhan supply sampah yang akan dikomposkan
menjadi terjamin, begitu pula dengan residu sisa sampah yang tidak
bisa dikomposkan dapat diangkut ke lokasi TPA.
Hasil-hasil rapat koordinasi dengan pihak terkait di lingkungan
Pemda Tk-II Sleman, terlampir.
4.2. Sosialisasi Rencana Penerapan Teknologi Pembuatan Kompos Kepada Masyarakat Setempat
Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan, telah diadakan penyuluhan
bagi masyarakat di sekitar lokasi melalui pendekatan informal. Dalam
penyuluhan disampaikan permasalahan-permasalahan lingkungan yang
berkaitan dengan pengelolaan sampah, potensi sampah sebagai bahan
baku kompos dan gambaran nilai ekonomis pupuk organik kompos
dalam masa krisis sekarang ini yang antara lain menjadi latar belakang
diadakannya rencana pembangunan plant pembuatan pupuk organik dari
sampah kota di dusun Mranggen.
Secara umum rencana pembangunan plant pembuatan pupuk
organik dari sampah kota mendapat sambutan baik dari masyarakat
Mranggen, terutama organisasi pengelola sampah setempat yang
memiliki harapan untuk dapat mengembangkan bidang usahanya dan
penduduk disekitar lokasi tempat penimbunan sampah liar yang
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 13
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
berharap dapat menyelesaikan berbagai masalah lingkungan yang timbul
akibat dilakukannya penimbunan dan pembakaran sampah di lokasi
pemukiman.
4.3. Pembuatan Desain Plant
Disain plant Pembuatan Pupuk Organik dari Sampah Kota telah
dimulai sejak awal kegiatan ini dan telah disiapkan gambar-gambar
rencana untuk pembangunan plant pengkomposan sistem tumpukan
terbuka, sistem bak aerasi, bangunan kantor dan kelengkapan lainnya
(gambar-gambar rencana, terlampir). Detail disain yang berkaitan
dengan sistem pengkomposan (seperti : panjang/lebar tumpukan, sistem
drainage, ukuran saluran udara, dll.) dibuat berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya. Struktur bangunan direncanakan menggunakan konstruksi
kayu dengan pertimbangan biaya dan kemampuan tenaga kerja
setempat. Mengingat posisi bangunan terletak pada bekas lokasi
pembuangan sampah, maka pondasi pasangan batu setempat
direncanakan hingga mencapai kedalaman 60 cm dengan lantai kerja
tumpukan pasir setebam 10 cm. Struktur lantai direncanakan menyerupai
perkerasan dengan tumpukan batu pecah setebal 20 cm, sirtu sebagai
pengunci dan adukan spesi 1:3:5 setebal 5 cm sebagai penutup
struktural. Penggunaan bahan-bahan bangunan direncanakan memiliki
kualitas yang cukup baik, untuk mendapatkan umur rencana bangunan
10-20 tahun.
4.4. Pelaksanaan Pembangunan Fisik Plant
Pembangunan fisik plant pengkomposan di dusun Mranggen, desa
Sinduadi, dimulai dengan penebangan tanaman tebu seluas + 1500 m2,
pembersihan lahan dan perataan tanah. Tenaga Kerja dan bahan-bahan
bangunan seperti : kayu, batu, semen, dll., diperoleh dari sekitar lokasi
kegiatan. Pembangunan dilaksanakan secara swakelola dengan
menyerap sekitar 20 tenaga kerja setempat selama + 2 ½ bulan. Telah
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 14
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
diselesaikan pembangunan plant pengkomposan sistem terbuka (175
m2), sistem bak aerasi (130 m2), pelataran sortasi (15 m2), bangunan
sumur, bangunan kantor (30 m2) dan penyediaan sarana penerangan
(listrik-PLN). Dengan demikian pelaksanaan pembangunan fisik plant
pengkomposan telah diselesaikan 100%.
Selanjutnya dilaksanakan pengadaan peralatan pendukung produksi,
seperti : tower dan tanki air, pompa air, gerobak sampah, timbangan,
termometer, saringan, garu, sekop, pakaian kerja, sepatu lapangan,
kantung plastik, alat press kemasan plastik, dll.
4.5. Alih Teknologi Pembuatan Pupuk Organik Kompos Kepada Calon Pengelola dan Tenaga Pelaksana
Untuk mempersiapkan tenaga-tenaga pelaksana yang akan
mengoperasikan plant pengkomposan pupuk organik dari sampah kota,
telah dilakukan kegiatan alih teknologi, mencakup :
Pengenalan teori kompos secara sederhana untuk memberikan
pengertian mengenai : jenis bahan organik, mikroorganisme yang
mampu melakukan proses pengkomposan, kondisi ideal yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk bekerja, terjadinya proses
degradasi, prinsip-prinsip perlakuan pengkomposan, kriteria
selesainya pengkomposan, dan kualitas kompos yang dihasilkan.
Pelatihan praktek dengan menggunakan sampah yang sebenarnya
dan bahan kompos setengah matang yang didatangkan dari LDUS
Tambakboyo. Pelatihan praktek diberikan dengan maksud untuk
meningkatkan kemampuan tenaga pelaksana dalam melakukan
proses : sortasi, pembuatan timbunan sampah, penyiraman,
pembalikan timbunan, dan penyaringan kompos matang.
Peninjauan lapangan di Lokasi Daur Ulang Sampah (LDUS)
Tambakboyo sebagai studi banding terhadap teori/praktek
pengkomposan yang telah diberikan. Kesempatan ini dipergunakan
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 15
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
juga untuk memperkenalkan alternatif manajemen organisasi plant
pengkomposan, peluang pasar produk kompos, dan keterkaitan
dengan sistem pengelolaan sampah secara keseluruhan.
Alih teknologi diikuti oleh 9 orang yang terdiri dari : 2 peserta tingkat
manajemen, 5 tenaga pelaksana, dan 2 warga setempat.
Diselenggarakan tanggal 30 Nopember s/d 12 Desember 1998 (12 hari
kerja) dengan tenaga pelatih dari Tim Teknologi Penanganan Limbah
Padat Secara Biologis, Dit. Teknologi Lingkungan BPPT dan petugas
lapangan yang berpengalaman dari LDUS Tambakboyo. Segera setelah
selesainya kegiatan pelatihan, pada tanggal 14 Desember 1998 plant
pengkomposan Mranggen mulai dioperasikan dengan menggunakan
sampah dan kondisi yang sebenarnya. Sehubungan dengan hal tersebut,
kegiatan alih teknologi masih terus dijalankan dengan menempatkan 2
orang tenaga yang berpengalaman dari LDUS Tambakboyo selama 2
bulan (hingga produksi kompos perdana) untuk memberikan bantuan
teknis pengkomposan. Sesuai kesepakatan yang dicapai dalam
kerjasama dengan Pemda Tk. II Sleman, Tim Teknologi Penanganan
Limbah Padat Secara Biologis juga tetap melakukan kegiatan
pemantauan berkala dan memberikan petunjuk teknis yang diperlukan
dalam pengoperasian plant.
4.6. Serah Terima dan Peresmian Pengoperasian Plant Pengkomposan Sampah Kota di Dusun Mranggen
Menandai selesainya pembangunan fisik dan dimulainya proses
produksi pupuk organik pada plant pengkomposan di dusun Mranggen,
telah dilakukan peresmian Program Iptekda Pembuatan Pupuk Organik
dari Sampah Kota, oleh Bupati KDH Tingkat II Sleman pada tanggal 16
Desember 1998. Dalam upacara peresmian yang antara lain dihadiri oleh
Ketua dan Wakil Ketua DPRD Tk. II Sleman, Ketua Bappeda serta
masyarakat setempat, telah dilakukan pula penandatanganan Berita
Acara Serah Terima/Hibah Plant Pengkomposan Program Iptekda
Pembuatan Pupuk Organik dari Sampah Kota, dari Direktur Teknologi
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 16
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
Lingkungan BPPT kepada Bupati KDH Tk. II Sleman. Acara peresmian
dihadiri tidak kurang dari 400 undangan dan mendapat liputan stasiun
televisi daerah, media cetak setempat serta nasional. Selain ungkapan
terima kasih warga setempat yang ditunjukkan melalui sumbangan acara
pertunjukan kesenian daerah, dalam pidatonya Bupati KDH Tk. II
Sleman menyampaikan harapan agar program semacam ini dapat terus
dikembangkan. (terlampir : Berita Acara No. 40/TL/TIEM/ BPPT/XII/98,
penerbitan Siaran BPP Teknologi Nomor : 3/XII/1998, kliping artikel pada
harian Kedaulatan Rakyat 17/12/98 dan Republika 19,27/12/98).
Dengan diserahkannya plant pengkomposan Program Iptekda BPPT
kepada masyarakat Sleman, Bupati selanjutnya meneruskan tanggung
jawab pengelolaan kepada Kepala Desa Sinduadi yang kemudian
menunjuk organisasi pengelola sampah dusun Mranggen sebagai
pelaksana.
4.7. Proses Produksi Pupuk Organik Kompos
Secara umum proses yang dilakukan dalam pembuatan pupuk
organik dari sampah kota dapat digambarkan seperti diagram alir proses
pengkomposan di bawah ini.
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 17
KOMPOS HALUS
LAPAK
BAHAN ORGANIK KASAR
SAMPAHKOTA
KOMPOSKASAR
MASUKANPRA
PENGKOMPOSAN PROSES PENGKOMPOSAN
DIAGRAM ALIR PROSES PENGKOMPOSAN SAMPAH KOTA
TEKNOLOGI PENANGANAN LIMBAH PADAT SECARA BIOLOGIS – DIT. TEKNOLOGI LINGKUNGAN – BPP TEKNOLOGI
SORTASI
BAHAN ORGANIK
LAPAK
RESIDU
PENYIAPAN BAHAN BAKU
PEMBUATAN PETAK
PEMBUATAN KOMPOS
PENGENDALIAN SUHU, KELEMBABAN, AERASI,
PH DAN NUTRIEN
PEMBALIKAN
PENGERINGAN
PENYARINGAN
PENGEMASAN
PELABELAN
RESIDU
- STARTER - NITROGEN - AIR
AIR KANTUNG
PASCA PENGKOMPOSAN KELUARAN
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
Diagram alir proses pengkomposan sampah kota menunjukkan
tahapan kegiatan yang dikerjakan dalam pembuatan pupuk organik dari
sampah kota, khususnya pada plant pengkomposan Mranggen, proses
produksi pupuk organik (kompos) mencakup tahapan-tahapan :
Pengangkutan sampah ke lokasi plant
Sortasi sampah
Pembuatan tumpukan
Perlakuan
Pengayakan
Pengemasan
Berikut ini akan diuraikan dengan lebih rinci kegiatan-kegiatan yang
dilakukan pada masing-masing tahapan proses produksi plant
pengkomposan Mranggen, yaitu :
Pengangkutan sampah ke lokasi plant
Di dusun Mranggen, sampah penduduk diangkut secara berkala
dengan menggunakan gerobak-gerobak sampah yang dioperasikan oleh
organisasi pengelola sampah setempat. Jadwal pengangkutan setiap
hari dimulai sejak pagi dan umumnya telah dapat diselesaikan pada
sekitar pukul 10.00 siang. Jumlah sampah yang dikumpulkan berkisar
antara (5-7) m3 sampah kota per hari. Terhadap sampah-sampah ini
dilakukan kegiatan pelapakan dan sortasi bahan-bahan organik untuk
dijadikan sebagai bahan baku proses pengkomposan. Residu yang
merupakan sisa hasil pelapakan dan sortasi dikumpulkan dalam
gerobak-gerobak sampah untuk dinaikkan ke truk melalui depo transfer.
Depo Transfer Sampah yang pengoperasiannya dilakukan oleh oleh
Dinas Cipta Karya Pemda Tk. II Sleman, dibangun pada lokasi yang
menyatu dengan plant pengkomposan Mranggen. Depo tranfer adalah
sarana untuk pengambilan sampah-sampah yang akan diangkut ke
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 18
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
lokasi TPA. Jadwal kedatangan truk pengangkut diatur oleh petugas dan
disesuaikan dengan kebutuhan pengangkutan sampah. Dengan
pengumpulan residu hasil sortasi pada gerobak-gerobak sampah, di
sekitar depo transfer tidak terdapat timbunan sampah terbuka. Selain itu
pengumpulan residu pada gerobak-gerobak sampah juga memberikan
kemudahan dalam proses pengangkutan sampah ke atas truk.
Keberadaan depo transfer sampah pada lokasi yang menyatu
dengan plant pengkomposan Mranggen sangat mempersingkat proses
pembuangan residu dan memberikan jaminan terangkatnya seluruh
residu hasil sortasi
Sortasi sampah
Sampah yang berasal dari pemukiman atau perkotaan terdiri dari
campuran sampah organik dan anorganik. Proses sortasi dilakukan
dengan tujuan untuk memisahkan sampah-sampah organik - yang
merupakan bahan baku dalam proses pengkomposan, dari sampah
anorganik dan bahan-bahan lain yang tidak dapat dikomposkan. Sampah
yang datang di lokasi plant pengkomposan langsung dibawa ke
pelataran sortir untuk pemisahan secara manual. Sortasi dilakukan
sesegera mungkin agar tidak terjadi penumpukan sampah yang
menimbulkan bau. Sampah organik yang masih berbentuk memanjang
seperti ranting dan batang pohon, terlebih dahulu dipotong-potong
secara manual hingga mencapai ukuran + 5 cm sehingga mudah
dikomposkan. Sampah pertanian seperti cabang pohon dan ranting
dipisahkan dari daun-daunnya. Sampah-sampah organik yang berhasil
dikumpulkan dari kegiatan sortasi dibawa ke tempat penumpukan untuk
proses lebih lanjut, barang-barang lapak dikumpulkan pada tempat yang
telah disediakan, dan residu dari kegiatan lapak / sortasi sampah organik
dikumpulkan dalam gerobak-gerobak sampah untuk memudahkan
pengangkutan ke atas truk melalui depo transfer sampah.
Kegiatan pelapakan (pengumpulan dan penjualan sampah-sampah
yang masih memiliki nilai, baik sebagai barang bekas maupun sebagai
bahan baku daur ulang) pada lokasi plant pengkomposan dusun
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 19
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
Mranggen, telah berlangsung cukup lama. Dengan demikian proses
sortasi sampah organik sebagai bahan baku proses pengkomposan
adalah merupakan pengembangan dari kegiatan sehari-hari yang telah
mereka tekuni sebelumnya. Keterpaduan antara kegiatan pelapakan dan
sortasi sampah organik sebagai bahan baku proses pengkomposan di
dusun Mranggen, dapat digambarkan seperti diagram alir berikut.
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 20
ORGANIK
Sisa makanan
Sisa sayuran
Kulit buah
Sampah daun
Ranting/kayu
Kertas rusak
Karton rusak
Sampah kain
Sampah kulit
SORTASI-2
Sampah Kota
BesiPlastikKacaKertas
Lapak
ANORGANIK
Kantung plastik
Botol plastik
Kulit sintetis
Karet sintetis
Pecahan kaca
Botol kaca
SORTASI-1
TIDAK MEMILIKI NILAI JUAL
Residu
Bahan BakuKompos
DIJUALsebagai,
- Barang bekas
- Bahan baku daur ulang
DIBUANGmelalui,
Depo Transfer Sampah
DIKUMPULKANuntuk,
tahapan proses pengkomposan
selajutnya
Diagram Alir Sortasi Sampah pada Plant Pengkomposan Mranggen
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
Dari rata-rata hasil pengumpulan sampah penduduk sebanyak 7
m3/hari, dapat diperoleh sekitar 4 m3/hari sampah organik yang
merupakan bahan baku proses pengkomposan.
Pembuatan tumpukan
SISTEM OPEN WINDROW
Sampah organik yang telah disortir kemudian ditumpuk di ruang
pengkomposan. Berdasarkan hasil rancangan disain plant
pengkomposan ukuran tumpukan memiliki lebar 2,5 m, dan tinggi 1,5
meter dan panjang sesuai dengan jumlah sampah organik yang tersedia.
Pembuatan tumpukan dilakukan dengan menggunakan garu atau alat
yang terbuat dari anyaman bambu. Sampah organik dari pelataran
sortasi setiap kali dibawa dengan alat tersebut kemudian ditumpahkan
ditempat pengkomposan dengan cara membaliknya. Tumpukan yang
telah dibuat tidak boleh dipadatkan. Tumpukan berbentuk piramida
terpancung dengan lebar atas sekitar 1 m. Sesuai dengan jadwal
pembalikan kompos maka pembuatan tumpukan diselesaikan dalam
waktu 7 hari.
SISTEM BAK AERASI
Sampah organik yang telah siap dikomposkan dimasukkan ke dalam
bak pertama. Untuk memasukkan sampah dapat digunakan garu atau
alat dari bambu. Pada setiap pengisian, sampah diratakan dengan tanpa
pemadatan. Pengisian bak dilakukan sesuai jadwal pembalikan, yaitu
selama 7 hari.
Perlakuan
Yang dimaksudkan dengan perlakuan pada proses pengkomposan
sampah organik adalah kegiatan-kegiatan : pembalikan, penyiraman dan
pemantauan suhu.
Pembalikan.
SISTEM OPEN WINDROW
Pembalikan tumpukan dilakukan dengan cara memindahkan
tumpukan ke tempat berikutnya. Pemindahan tersebut dapat dilakukan
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 21
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
dengan garu dan alat dari bambu seperti pada saat pembentukan
tumpukan yang pertama kali. Pemindahan yang berfungsi sebagai
pembalikan tersebut dilakukan 1 minggu sekali. Tempat kosong yang
telah ditinggalkannya diisi dengan tumpukan sebelumnya. Proses
pemindahan dilakukan sampai pemindahan yang ketujuh atau sampai
pada tumpukan yang ke delapan. Pada setiap pembalikan/pemindahan
tumpukan dapat dirasakan terjadinya penurunan volume sampah
sebagai akibat dari berlangsungnya proses degradasi. Penurunan ini
berlangsung secara cepat pada minggu pertama sampai minggu ketiga
atau empat dan berangsur-angsur menurun hingga tercapai kondisi stabil
pada minggu ke tujuh. Sampah yang dipindahkan pada tumpukan yang
kedelapan sudah dapat dipanen sebagai kompos matang.
SISTEM BAK AERASI
Sama seperti yang dilakukan pada sistem open windrow, pembalikan
sampah dilakukan dengan cara memindahkan tumpukan ke tempat
berikutnya, dalam hal ini bak pengkomposan yang kedua. Pemindahan
dilakukan seminggu sekali dengan cara yang sama seperti pada
pengisian bak pengkomposan sebelumnya. Bak yang telah kosong diisi
kembali dengan materi sampah yang baru. Pemindahan dilanjutkan ke
bak berikutnya diikuti dengan pengisian kembali bak yang
ditinggalkannya. Pemindahan dilakukan sampai bak yang kedelapan.
Sampah yang dimasukkan pada bak yang kedelapan sudah dapat
dipanen sebagai kompos matang.
Penyiraman.
Penyiraman dilakukan apabila sampah yang dikomposkan terlalu
kering. Kadar air yang ideal dari tumpukan sampah selama proses
pengkomposan adalah antara 50-60 % dengan nilai optimal sekitar 55 %.
Penyiraman akan sering diperlukan apabila sampah yang dikomposkan
kurang memiliki kemampuan untuk menahan air. Penyiraman dilakukan
dengan menggunakan gembor atau selang air, dan dikerjakan sebelum
pemindahan atau pembalikan tumpukan. Diusahakan penyiraman
dilakukan merata ke seluruh bagian sampah yang dikomposkan.
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 22
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
Pemantauan Suhu.
Pengukuran suhu dapat dilakukan dengan termometer kompos yang
memiliki tangkai sensor yang terbuat dari logam. Pertama-tama
termometer ditancapkan ke dalam tumpukan sampah atau bak sampai
sedalam 70-90 cm dan dibiarkan sekitar 15 menit sampai jarum penunjuk
suhu posisinya tidak berubah-ubah lagi. Pada beberapa hari pertama
pengkomposan, baik pada sistem open windrow maupun bak aerasi
temperatur sampah bisa mencapai 60–70 oC. Suhu ini sedapat mungkin
dipertahankan selama beberapa hari untuk membunuh bakteri-bakteri
patogen dan bibit gulma. Jika tidak terjadi panas, kemungkinan proses
pengkomposan tidak berjalan dengan baik. Hal itu bisa karena
sampahnya terlalu basah atau terlalu kering atau rasio C/N -nya terlalu
tinggi. Pada proses pengkomposan minggu ke tujuh (tumpukan
kedelapan) materi dan temperatur kompos telah menjadi stabil pada
suhu dibawah 50 oC yang menandai selesainya proses pengkomposan.
Pengayakan
Maksud utama dari pengayakan adalah untuk memperoleh ukuran
partikel kompos yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan. Pengayakan
juga berfungsi sekaligus untuk memisahkan bahan-bahan yang belum
terkomposkan secara sempurna dan memisahkan bahan-bahan yang
tidak dapat dikomposkan yang lolos dari proses sortasi. Bahan yang
belum terkomposkan secara sempurna dikembalikan lagi ke dalam
tumpukan yang baru dan bahan yang lolos dari proses sortasi dibuang
sebagai residu.
Kompos dapat disaring dengan berbagai jenis ayakan seperti ayakan
pasir, ayakan goyang, ayakan drum berputar dan ayakan getar.
Besarnya lubang ayakan dapat bervariasi tergantung dari ukuran
kompos yang diinginkan. Ukuran kompos dapat dibagi menjadi :
- Grade I, kompos halus yang diayak dengan ayakan yang lubang-
lubangnya berukuran 1 cm x 1 cm
- Grade II, kompos ukuran sedang dengan ayakan yang lubang-
lubangnya berukuran 2 cm x 2 cm
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 23
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
- Grade III, kompos ukuran kasar dengan ayakan yang lubang-
lubangnya berukuran 4 cm x 4 cm
Pada plant pengkomposan dusun Mranggen, digunakan ayakan
goyang dengan ukuran lubang 1 cm x 1 cm dan 0.5 x 0.5 cm
Ayakan goyang tersebut digunakan dengan cara, sbb. :
- Kedua tangkai ayakan ditaruh di atas bangku agar bidang ayakan
posisinya datar.
- Kemudian masukan kompos yang telah matang ke atas ayakan
secukupnya dengan skop.
- Angkat kedua tangkai ayakan dan kemudian digoyang-goyangkan
dengan cara mendorong ke depan dan ke belakang berkali-kali
sampai bahan melalui lubang ayakan.
- Setelah kompos halus sudah terayak semua, tangkai pengayak di
taruh di atas lantai.
- Kompos yang tidak lolos lubang ayakan dapat dikumpulkan, lalu
ditumpuk menjadi tumpukan kompos yang baru atau dicampurkan
kedalam tumpukan yang belum matang untuk dipanen kemudian.
Pengemasan
Kompos yang telah diayak dikemas ke dalam kantung plastik kedap
air atau karung. Telah dipersiapkan sebanyak 2000 buah kantung plastik
berukuran 35 cm x 45 cm untuk menampung kompos halus seberat 5
kg. Kantung-kantung plastik tersebut telah diberi label dengan nama
“KOMPOS SEMBADA”, dan mencantumkan nama “Koperasi Putera Melati
Dusun Mranggen, Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kab. Dati II Sleman”
sebagai pembuatnya.
Pupuk organik dari plant pengkomposan sampah kota di dusun
Mranggen telah siap untuk dipasarkan dengan produksi pertama (tanggal
8 Februari 1999) sebesar 1 m3 yang berasal dari sampah organik
sejumlah + 4 m3 dengan waktu pengkomposan selama 7 minggu.
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 24
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
Kegiatan ini melibatkan 1 orang manajer umum, 1 orang manajer operasi
dan 5 orang tenaga lapangan.
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 25
Bahan KomposOpen Windrow
PERLAKUAN
PERLAKUAN
PENUMPUKAN
PENUMPUKAN
Sumur
Tower air
Kantor
Gudang
Sistem Bak AerasiSORTASI
Sungai
1
2
3
4
8
7
6
5
1
2
4
3
5
6
8
7
Sistem Open Windrow
SARING &KEMAS
SARING &KEMAS
Lapak
Residu
BahanKompos
B. Aerasi
Depo TransferSampah
PEMASARAN
Terlalu banyak kandunganAnorganiknya
SampahKota
Banyak kandunganOrganiknya
Alur Proses Pengkomposan
Plant Pembuatan Pupuk Organik dari Sampah KotaDusun Mranggen, Desa Sinduadi, Dati II Sleman
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
V. KONTRIBUSI HASIL
Penanganan sampah kota secara biologis merupakan kegiatan
penerapan teknologi pengkomposan dalam upaya untuk membantu menangani
atau memecahkan masalah limbah padat, kebutuhan pupuk, tenaga kerja dan
peningkatan pendapatan bagi masyarakat setempat.
5.1. Kemajuan Iptek
Teknologi pembuatan kompos sangat beragam, mulai dari teknologi
yang sangat mudah dengan peralatan yang sederhana sampai dengan yang
canggih dengan peralatan yang modern. Di dalam kegiatan ini dilakukan
penerapan ilmu dan teknologi pengkomposan yang sesuai dengan kondisi
masyarakat dan iklim tropika Indonesia. Teknologi pengkomposan yang
diterapkan merupakan teknologi tepat guna yang dapat dilakukan dengan
mudah oleh segenap lapisan masyarakat baik pada skala kecil (rumah tangga),
menengah (pemukiman, pasar, sekolah, hotel) maupun skala besar (industri
pembuatan kompos, pengelolaan sampah kota).
5.2. Peningkatan Sosek dan Kesejahteraan Masyarakat
Produk kompos yang dihasilkan oleh usaha pengkomposan sampah,
berguna untuk memperbaiki kesuburan tanah sehingga bernilai ekonomi tinggi.
Pasar kompos terbuka luas misalnya dipasarkan kepada para petani sayuran,
petani hortikultura, petani bunga, usahawan di bidang pertamanan,
perkebunan, padang golf, real estate, dsb. Dengan mutu yang baik dan biaya
produksi tertentu, maka proses pembuatan kompos dapat dijadikan suatu
usaha komersial yang menguntungkan. Sejalan dengan itu usaha komersil
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 26
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
pengkomposan berarti membuka lapangan kerja baru sehingga dapat
mengurangi pengangguran.
Di bidang kesehatan masyarakat, keuntungan yang dapat diperoleh dari
pengelolaan sampah menjadi kompos adalah pengurangan tumpukan sampah
sehingga tercipta lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Bau busuk yang
berasal dari tumpukan sampah juga akan menghilang. Selain itu, proses
pengkomposan berjalan pada suhu tinggi sehingga dapat mematikan berbagai
macam bibit penyakit yang ada pada sampah. Dengan, usaha pengkomposan
sampah berarti turut meningkatkan kesehatan masyarakat.
Usaha penanganan sampah menjadi kompos juga mempunyai
kontribusi ekonomi terhadap instansi pengelola sampah dan masyarakat.
Dengan dibuatnya tempat pembuatan kompos pada beberapa tempat
(desentralisasi) maka jarak antara sumber sampah ke tempat pembuatan
kompos akan lebih dekat dibandingkan dengan jarak ke TPA. Dengan demikian
usaha pengkomposan dapat mengurangi biaya pengangkutan sampah.
Sementara itu, TPA dapat digunakan dalam waktu yang lebih lama, karena
limbah yang dibuang ke dalamnya menjadi lebih sedikit sehingga mengurangi
investasi lahan TPA sampah. Hal tersebut dapat untuk mengantisipasi sulitnya
mencari dan membuka lahan baru untuk TPA yang baru.
5.3. Perkembangan Industri Nasional
Pada saat ini kegiatan pembuatan kompos lebih ditekankan kepada
penanganan limbah padat organik sehingga tidak terjadi pencemaran
lingkungan. Walaupun demikian, pada sisi lain kekgiatan pembuatan kompos
dapat pula berfungsi sebagai usaha komersial yang menguntungkan. Lebih-
lebih lagi apabila terhadap setiap sampah yang dibuang ke lingkungan
dikenakan biaya dan biaya tersebut ditanggung oleh pembuang sampah dan
dibayarkan kepada pihak pengolah sampah yang berupaya mengubah sampah
menjadi bukan sampah. Hal tersebut sudah berjalan di luar negeri dan dampak
positifnya industri pembuatan kompos menjadi berkembang pesat. Oleh karena
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 27
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
itu, pada saatnya nanti industri kompos akan berkembang pesat pula di
Indoensia, sehingga dapat memacu perkembangan industri nasional.
5.4. Meningkatkan Kualitas Lingkungan
Dari segi pembangunan lingkungan hidup, proses pembuatan kompos
merupakan proses yang bersahabat dengan lingkungan. Pengkomposan
merupakan metoda daur ulang alami dan mengembalikan bahan organik ke
dalam siklus biologis. Kebutuhan energi dan bahan makanan yang diambil
tumbuhan dari dalam tanah untuk keperluan kehidupan dan pertumbuhannya,
dikembalikan lagi ke dalam tanah. Selain itu proses pengkomposan akan
mengurangi pencemaran lingkungan, karena jumlah sampah yang dibakar,
yang dibuang ke sungai atau pun dibuang ke TPA berkurang. Pengurangan
pembakaran sampah akan mengurangi pencemaran udara. Pengurangan
sampah yang dibuang ke sungai berarti mengurangi pencemaran air sungai.
Sedangkan pengurangan limbah padat yang dibuang ke TPA berarti
pengurangan pencemaran udara (CH4) ataupun pencemaran air tanah oleh
leachate.
Pemakaian kompos pada lahan kebun atau pertanian akan
meningkatkan kemampuan lahan dalam menahan air. Penggunaan humus
sebagai media tanaman dapat digantikan oleh kompos sehingga pengambilan
humus dari hutan dapat dicegah (konservasi hutan). Kompos juga mempunyai
kemampuan memperbaiki dan meningkatkan kondisi kesuburan tanah
(konservasi tanah).
5.5. Efisiensi Subsidi Nasional
Sementara itu, karena produk kompos merupakan pupuk alami yang
mempunyai kemampuan sebagai soil contioner dan penyubur tanaman maka
kompos dapat digunakan untuk mengganti penggunaan pupuk anorganik.
Dengan demikian penggunaan pupuk anorganik dapat ditekan sehingga dapat
mengurangi biaya pembuatan dan meningkatkan efisiensi penggunaan
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 28
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
pupuk buatan. Hal ini akan mengurangi subsidi pemerintah pada produksi
pupuk anorganik.
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 29
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
VI. HAMBATAN
Secara umum kegiatan Iptekda Pembuatan Pupuk Organik dari Sampah
Kota di Kabupaten Dati II Sleman dapat berjalan dengan baik dan
permasalahan / hambatan yang dihadapi di lapangan dapat segera diatasi
sehingga tidak banyak mengganggu jadwal kegiatan. Berikut ini adalah
gambaran dari hambatan-hambatan yang dihadapi di lapangan, sesuai dengan
kegiatan yang telah dilaksanakan.
Koordinasi dengan pihak terkait di lingkungan Pemda Tk. II Sleman
Dalam pelaksanaan koordinasi dengan pihak terkait di lingkungan
Pemda Tk. II Sleman, komunikasi dilakukan melalui telephone, faksimili
dan surat menyurat. Walaupun demikian, untuk hal-hal yang perlu
dimusyawarah bersama, diperlukan adanya pertemuan langsung yang
dihadiri oleh para pembuat kebijaksanaan. Mengingat banyaknya
instansi (daerah) yang terkait dengan kegiatan ini, dan meningkatnya
kegiatan Direktorat TPLH sehubungan dengan revitalisasi di BPPT,
pengaturan jadwal pertemuan sedikit mengalami kesulitan. Untuk
mengantisipasi hambatan ini, koordinator kegiatan Iptekda Pembuatan
Pupuk Organik dari Sampah Kota memberikan wewenang kepada
Koordinator Daerah dan Sekretariat Kerjasama Dit. TPLH BPPT –
Kabupaten Dati II Sleman, untuk melakukan pembicaraan pendahuluan
dengan pihak-pihak terkait di daerah yang selanjutnya menyampaikan
melalui telephone ke Jakarta. Dengan cara ini rapat / pertemuan
koordinasi dapat berlangsung secara lebih efektif dan mencapai sasaran.
Sosialisasi Rencana Penerapan Teknologi Pembuatan Kompos Kepada Masyarakat Setempat
Sosialisasi telah dilaksanakan dengan baik dan tidak ditemui
hambatan yang cukup berarti.
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 30
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
Pembuatan Desain Plant
Pembuatan disain plant telah dilaksanakan dengan baik dan tidak
ditemui hambatan yang cukup berarti.
Pelaksanaan Pembangunan Fisik Plant
Pelaksanaan pembangunan fisik plant dimulai dengan persiapan
lahan yang semula merupakan tempat pembuangan sampah sementara
(liar) dan perkebunan tebu. Pada saat akan dimulainya kegiatan,
tanaman tebu yang ada sudah dalam kondisi siap panen. Walaupun
status tanah kas desa yang semula digunakan untuk perkebunan tebu
tersebut sebagian telah dialihkan menjadi fungsi sosial untuk kegiatan
Iptekda BPPT akan tetapi, dalam hal tanaman tebu diperlukan koordinasi
lebih lanjut. Dengan bantuan Pemda Dati II Sleman, telah dimintakan
kesediaan pemilik kebun, PG. Madukismo untuk melakukan panen lebih
awal pada lokasi Desa Mranggen. Pelaksanaan koordinasi maupun
panen/penebangan tebu menyebabkan tertundanya persiapan lahan
sekitar 2 minggu dari rencana semula.
Dalam pelaksanaan pembangunan plant pengkomposan ditemui
hambatan cuaca berupa hujan yang turun pada siang dan sore hari. Oleh
karena pembangunan berlangsung pada tempat terbuka maka dalam hal
cuaca tidak memungkinkan, kegiatan menjadi terganggu. Kondisi seperti
ini berlangsung sekitar 2 minggu, yaitu sebelum berdirinya konstruksi
atap (asbes).
Bersamaan dengan saat dimulainya pelaksanaan pembangunan
fisik, terjadi lonjakan harga kayu yang sangat besar sebagai akibat dari
terbatasnya persediaan kayu dan kondisi perekonomian. Oleh karena
struktur atap bangunan pengkomposan direncanakan dengan
menggunakan konstruksi kayu, terpaksa dilakukan pengadaan bahan
kayu dari beberapa tempat (masih di sekitar lokasi kegiatan) dengan
harga relatif mahal.
Penggunaan tenaga setempat (dari Desa Mranggen), selain
menciptakan lapangan pekerjaan dan penghasilan tambahan, pada
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 31
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
kenyataannya juga memberikan dampak yang kurang menguntungkan
bagi pelaksanaan pembangunan fisik. Terbatasnya pengalaman tenaga
kerja setempat mengakibatkan kapasitas kerja sedikit menurun sehingga
fungsi pengawasan perlu lebih diintensifkan lagi. Selain itu kuatnya rasa
kekeluargaan dan gotong royong juga mengakibatkan terganggunya
sebagian pekerjaan apabila terdapat anggota keluarga yang
menyelenggarakan perhelatan. Dalam kondisi seperti ini, dilakukan
antisipasi dengan mempekerjakan tenaga-tenaga tambahan untuk
mengisi kekosongan. Pada kenyataannya antisipasi ini tidak dapat terlalu
banyak membantu mengingat kurangnya pengalaman dari para pekerja.
Alih Teknologi Pembuatan Pupuk Organik Kompos Kepada Calon Pengelola dan Tenaga Pelaksana
Proses alih teknologi telah dilaksanakan dengan baik dan tidak
ditemui hambatan yang cukup berarti.
Serah Terima dan Peresmian Pengoperasian Plant Pengkomposan Sampah Kota di Dusun Mranggen
Serah terima dan peresmian telah dilaksanakan dengan baik dan
tidak ditemui hambatan yang cukup berarti.
Proses Produksi Pupuk Organik Kompos
Proses produksi telah dimulai dan tidak ditemui hambatan yang
cukup berarti.
Penyusunan Laporan Akhir Kegiatan
Jadwal penyusunan Laporan Akhir Kegiatan mengalami
keterlambatan dari rencana semula oleh karena ketergantungan pada
data produksi yang hanya dapat diperoleh dari ujicoba pengkomposan
selama 2 bulan (tidak dapat dipercepat). Sedangkan dimulainya
pengoperasian plant pengkomposan, mengalami keterlambatan akibat
hambatan-hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan pembangunan
fisik plant.
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 32
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
VII. REALISASI ANGGARAN
Dari rencana anggaran biaya sebesar Rp. 150.000.000,- telah
dikeluarkan/terpakai dana sebesar Rp. 135.000.000,-. Dengan demikian posisi
Saldo Dana saat ini, adalah sebagai berikut :
No Uraian Dana
(Rp)
Terpakai
(Rp)
Sisa
(Rp)
1 Gaji & Upah 45.004.000 30.004.000 15.000.000
2 Bahan & Alat Bantu 75.000.000 75.000.900 ---
3 Perjalanan Dinas 22.500.000 22.500.000 ---
4 Lain-lain 7.496.000 7.496.000 ---
Jumlah 150.000.000 135.000.000 15.000.000
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 33
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
VIII. PENUTUP
Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa
kesimpulan seperti tertera dibawah ini :
1. Sampah kota pada saat ini telah sering menjadi sumber permasalahan
lingkungan. Timbulnya permasalahan tersebut terutama disebabkan
karena belum adanya penanganan secara optimal.
2. Berdasarkan jumlahnya yang culup besar serta sifat dan karakteristiknya,
sampah kota mempunyai potensi yang cukup besar untuk diolah menjadi
kompos. Perhatian perlu diarahkan pada pentingnya kegiatan pemilahan
pada sumbernya.
3. Teknologi proses pengkomposan yang paling optimal untuk
dikembangkan di Indonesia adalah rekayasa teknologi aerobik dengan
sistem open windrow dan bak aerasi. Kedua sistem tersebut
mengandalkan kondisi lingkungan tropis Indonesia sehingga input energi
yang dibutuhkan sedikit. Disain plant Pembuatan Pupuk Organik dari
Sampah Kota di Kabupaten Dati II Sleman, diarahkan untuk
menggunakan teknologi aerobik dengan sistem open windrow maupun
sistem bak aerasi.
4. Teknologi penanganan sampah secara biologis paling bersahabat
dengan lingkungan karena prosesnya menggunakan organisme yang
sudah ada di alam, sehingga tidak akan memberikan adanya dampak
negatif berupa pencemaran lingkungan.
5. Penerimaan masyarakat terhadap kegiatan Iptekda Pembuatan Pupuk
Organik dari Sampah Kota sangat baik, terbukti dari besarnya partisipasi
yang diberikan oleh Pemda Tk. II Sleman dan minat warga Desa
Mranggen untuk melakukan pengelolaan plant.
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 34
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
6. Plant pengkomposan di dusun Mranggen, mampu mengolah sampah
sebanyak 4 m3/hari dari + 7 m3/hari sampah kota yang masuk. Dengan
pengolahan sampah 4 m3/hari tersebut, dapat diproduksi 1 m3/hari pupuk
organik (kompos) halus.
Kegiatan ini dapat menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak 2 orang
pada tingkat pengelola dan 5 orang pada tingkat pelaksana.
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 35
Laporan Akhir - Iptekda PPODSK
Lampiran-lampiran
TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 36
Kondisi awal sebelum pembangunan Kondisi awal sebelum pembangunan
Pembersihan dan perataan lahanKondisi lahan setelah penebangan pohon tebu
Bangunan open windrow. Penegakan rangka konstruksi kayu Bangunan open windrow. Pemasangan penutup atap (asbes gelombang)
Bangunan open windrow. Siap untuk digunakan/dioperasikanBangunan open windrow. Pembentukan kemiringan lantai
Bangunan bak aerasi. Pondasi lajur dan penulangan kolom Bangunan bak aerasi. Pemasangan dinding
Bangunan bak aerasi. Penyelesaian tahap akhirBangunan bak aerasi. Lubang aerasi
Pelataran sortasi. Siap digunakan Sumur air bersih. Penambahan kedalaman
Bangunan kantor. Dalam pembangunanTerowongan angin bambu. Siap digunakan
Bangunan depo transfer sampah Cipta Karya Tata letak depo transfer sampah dan plant pengkomposan
Tanjakan gerobak sampah sisa sortasi (residu)Tanjakan gerobak sampah untuk transfer ke truk
Penandatanganan Berita Acara Serah Terima Plant oleh Bupati KDH Tk. II Sleman Penandatanganan Berita Acara Serah Terima Plant oleh Dir. TL-BPPT
Prasasti peresmian Program Iptekda BPPTPlant Pengkomposan Sampah Kota di dusun Mranggen – Program Iptekda BPPT
Proses produksi kompos sistem open windrow Proses produksi kompos sistem bak aerasi
Produk kompos dalam kemasan. Siap dipasarkanProduk kompos setelah pengayakan