Pembuatan Peta Hidrogeologi

10
3 2.1 PENYUSUNAN PETA HIDROGEOLOGI SKALA 1:100.000 1. PENDAHULUAN Untuk keperluan perencanaan konservasi dan pendayagunaan air tanah yang ada di suatu daerah, diperlukan informasi dasar tentang keterdapatan, penyebaran, kuantitas dan kualitas air tanah yang dikaitkan dengan kondisi geologinya. Salah satu cara untuk memperoleh informasi tersebut adalah dengan melakukan pemetaan hidrogeologi dan menuangkan hasilnya ke dalam peta hidrogeologi skala 1:100.000. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan adanya suatu panduan dalam menyusun peta hidrogeologi skala 1:100.000, sebagai alat dalam pengelolaan air tanah. 2. PENJELASAN UMUM Peta hidrogeologi pada dasarnya adalah suatu media informasi tentang hidrogeologi suatu daerah yang disajikan dalam bentuk tampilan grafis. Setiap tampilan grafis tersebut menggambarkan parameter hidrogeologi tertentu. Keterdapatan air tanah pada jenis litologi akuifer dan produktivitas akuifer disajikan pada peta dengan luasan warna ( areal color), sementara unit-unit geologi ditampilkan dengan pola grafis (pattern) dan lambang. Pada peta tersebut dicantumkan juga informasi parameter akuifer dan parameter hidraulika air tanah (arah aliran, tinggi bidang preatik dan pisometrik, dll), serta kondisi kualitas air tanah dalam bentuk lambang-lambang dan tampilan grafis yang lain. Sebagai peta hidrogeologi, informasi geologi masih disajikan pada peta, tetapi menjadi bagian yang kurang menonjol (sub ordinate), oleh sebab itu peta ditampilkan dalam bentuk pola grafis dengan teknik saring (screen) dalam pencetakannya dibandingkan dengan informasi air tanah yang disajikan dalam warna penuh dalam pencetakannya. Peta tersebut pada dasarnya adalah proyeksi dari kondisi hidrogeologi tiga dimensi ke dalam sajian dua dimensi di permukaan. Oleh sebab itu, suatu peta hidrogeologi yang komprehensif selalu menyertakan juga penampang hidrogeologi, sebagai gambaran dimensi kedalaman. Tingkatan kedalaman informasi, parameter penampilan, dan kemungkinan penggunaan suatu peta hidrogeologi dapat dilihat pada tabel klasifikasi peta (Lampiran 2). Berdasarkan lampiran tersebut, pedoman ini pada dasarnya memberikan acuan untuk penyusunan peta dengan informasi dalam tingkatan rendah hingga lanjut ( advance). Artinya informasi yang tersaji pada peta hidrogeologi skala 1:100.000 bersifat masih kualitatif hingga semi kuantitatif. Peta hidrogeologi skala 1:100.000 suatu daerah umumnya mencakup suatu luasan yang dibatasi oleh garis-garis koordinat lintang dan bujur, ataupun garis-garis koordinat Universal Transverse Mercator ataupun batas-batas lain yang tidak berkaitan dengan batas-batas hidrogeologi, misalnya batas administratif pemerintahan.

description

Pembuatan Peta Hidrogeologi

Transcript of Pembuatan Peta Hidrogeologi

  • 3

    2.1 PENYUSUNAN PETA HIDROGEOLOGI SKALA 1:100.000

    1. PENDAHULUAN

    Untuk keperluan perencanaan konservasi dan pendayagunaan air tanah yang ada di suatu

    daerah, diperlukan informasi dasar tentang keterdapatan, penyebaran, kuantitas dan

    kualitas air tanah yang dikaitkan dengan kondisi geologinya. Salah satu cara untuk memperoleh informasi tersebut adalah dengan melakukan pemetaan hidrogeologi dan

    menuangkan hasilnya ke dalam peta hidrogeologi skala 1:100.000.

    Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan adanya suatu panduan dalam menyusun peta

    hidrogeologi skala 1:100.000, sebagai alat dalam pengelolaan air tanah.

    2. PENJELASAN UMUM

    Peta hidrogeologi pada dasarnya adalah suatu media informasi tentang hidrogeologi suatu

    daerah yang disajikan dalam bentuk tampilan grafis. Setiap tampilan grafis tersebut menggambarkan parameter hidrogeologi tertentu. Keterdapatan air tanah pada jenis

    litologi akuifer dan produktivitas akuifer disajikan pada peta dengan luasan warna (areal

    color), sementara unit-unit geologi ditampilkan dengan pola grafis (pattern) dan lambang.

    Pada peta tersebut dicantumkan juga informasi parameter akuifer dan parameter hidraulika air tanah (arah aliran, tinggi bidang preatik dan pisometrik, dll), serta kondisi

    kualitas air tanah dalam bentuk lambang-lambang dan tampilan grafis yang lain.

    Sebagai peta hidrogeologi, informasi geologi masih disajikan pada peta, tetapi menjadi bagian yang kurang menonjol (sub ordinate), oleh sebab itu peta ditampilkan dalam

    bentuk pola grafis dengan teknik saring (screen) dalam pencetakannya dibandingkan

    dengan informasi air tanah yang disajikan dalam warna penuh dalam pencetakannya.

    Peta tersebut pada dasarnya adalah proyeksi dari kondisi hidrogeologi tiga dimensi ke

    dalam sajian dua dimensi di permukaan. Oleh sebab itu, suatu peta hidrogeologi yang

    komprehensif selalu menyertakan juga penampang hidrogeologi, sebagai gambaran

    dimensi kedalaman.

    Tingkatan kedalaman informasi, parameter penampilan, dan kemungkinan penggunaan

    suatu peta hidrogeologi dapat dilihat pada tabel klasifikasi peta (Lampiran 2).

    Berdasarkan lampiran tersebut, pedoman ini pada dasarnya memberikan acuan untuk penyusunan peta dengan informasi dalam tingkatan rendah hingga lanjut (advance).

    Artinya informasi yang tersaji pada peta hidrogeologi skala 1:100.000 bersifat masih

    kualitatif hingga semi kuantitatif.

    Peta hidrogeologi skala 1:100.000 suatu daerah umumnya mencakup suatu luasan yang

    dibatasi oleh garis-garis koordinat lintang dan bujur, ataupun garis-garis koordinat

    Universal Transverse Mercator ataupun batas-batas lain yang tidak berkaitan dengan

    batas-batas hidrogeologi, misalnya batas administratif pemerintahan.

  • 4

    Lazimnya luasan dalam batas-batas tersebut tercakup dalam lembar peta yang mengacu pada pembagian lembar peta dasar topografi skala 1:100.000, yang diterbitkan oleh

    Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional, 1980.

    Hasil utama kegiatan penyusunan peta hidrogeologi skala 1:100.000 adalah peta hidrogeologi yang disertai dengan catatan penerangan (explanatory note) tentang peta

    tersebut.

    Catatan penerangan yang menyertai peta hidrogeologi pada dasarnya adalah informasi pendukung yang memperjelas pembaca peta dalam memahami isi peta karena tidak

    semua informasi hidrogeologi dapat dicantumkan pada peta. Apabila semua informasi

    dimasukkan ke dalam peta, peta akan menjadi penuh informasi dan justru menjadikan

    peta tak terbaca. Oleh sebab itu, catatan penerangan ini mutlak diperlukan bagi suatu peta hidrogeologi yang baik.

    3. TAHAPAN KEGIATAN PENYUSUNAN PETA HIDTROGEOLOGI

    SKALA 1:100.000

    Tahapan kegiatan ini mencakup perencanaan, inventarisasi, interpretasi,

    penelaahan/penyuntingan, kartografi, dan publikasi.

    3.1 Perencanaan

    Berdasarkan data dan informasi yang tersedia, dilakukan perencanaan penyusunan peta yang mencakup pembentukan tim/kelompok kerja, pembuatan rencana kerja dan rencana

    biaya, serta daftar kebutuhan peralatan pendukung.

    Tim yang telah dibentuk melakukan kajian atas semua data dan informasi hidrogeologi yang tersedia dan memberikan evaluasi perlu tidaknya dilakukan kegiatan pengumpulan

    data primer di lapangan.

    3.2 Inventarisasi

    Setiap penyusunan peta hidrogeologi harus berdasarkan atas data dasar dan informasi

    hidrogeologi daerah yang dipetakan, yang meliputi peta dasar topografi skala 1:100.000

    atau lebih besar, peta geologi skala yang sesuai, foto udara dan citra satelit, peta

    penggunaan lahan, peta curah hujan, serta informasi hidrogeologi (geometri, litologi, dan parameter akuifer maupun nirakuifer, sebaran dan debit sumur, sebaran dan debit mata

    air, muka air tanah bebas dan air tanah tertekan, mutu air tanah, dll.).

    Apabila kegiatan pengumpulan data primer di lapangan memang diperlukan, kegiatan pemetaan lapangan yang dilaksanakan mencakup pengumpulan dan pemutakhiran

    a. data sumur, baik yang menyadap akuifer bebas maupun tertekan; b. data mata air; c. data geometri, litologi, dan parameter akuifer/nirakuifer; d. data mutu air (sumur, mata air, air permukaan); e. data sekunder (topografi, geologi, curah hujan, penggunaan lahan, dll.)

    Pengumpulan data tersebut serta perekamannya dalam lembar data (data sheet) wajib mengacu pada standar atau kriteria yang ada.

  • 5

    3.3 Interpretasi

    Kegiatan interpretasi serta analisis atas data yang telah terkumpul didasarkan pada

    pengetahuan hidrogeologi (hydrogeological knowledge), acuan dan standar yang ada,

    maupun penilaian pribadi (personal judgement). Pada dasarnya kegiatan ini menggunakan 2 metoda yakni :

    a. metode penghitungan langsung, yakni menganalisis data dengan menggunakan kalkulasi berdasarkan dalil, formula, standar, ataupun kriteria yang ada.

    b. metode deduksi, adalah metode yang dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh dengan data yang tersedia di daerah lain yang secara hidrogeologi

    dianggap serupa/sejenis.

    Di samping kedua metoda tersebut, mengingat peta adalah suatu citra yang erat kaitannya dengan seni (art), penilaian pribadi juga berperan, terutama dalam penarikan batas unit-

    unit hidrogeologi.

    Interpretasi dan analisis data tersebut mencakup hal-hal berikut.

    a. Peta geologi untuk mendapatkan, mengklarifikasi, atau menambah informasi tentang struktur, stratigrafi, dan komposisi litologi batuan menentukan keterdapatan air tanah

    (groundwater occurrence). Analisis dapat menggunakan metode deduksi dan

    penilaian pribadi.

    b. Data stratigrafi, struktur dan karakteristik hidraulika dari bahan-bahan bawah permukaan, muka air tanah dan buaiannya. Data ini dapat diperoleh dari penampang

    (log) sumur-sumur yang ada, contoh batuan hasil pengeboran, hasil uji pemompaan,

    dan rekaman muka air tanah. Analisis dapat menggunakan metode kalkulasi

    langsung.

    c. Data curah hujan, paling tidak tahunan, dipakai memberikan gambaran kemungkinan jumlah ketersediaan air yang ada. Analisis dapat menggunakan metode kalkulasi

    langsung.

    d. Data aliran dasar (base flow) yang memberikan gambaran jumlah aliran air tanah yang tersedia pada setiap satuan luasan wilayah aliran sungai dalam satu tahun.

    Analisis dapat menggunakan metode kalkulasi langsung.

    e. Data jenis tanah dan tanaman penutup yang membantu analisa perkiraan keterdapatan air tanah. Analisis dapat menggunakan metode deduksi dan penilaian pribadi.

    f. Data geofisika yang membantu memberikan gambaran kondisi bawah permukaaan termasuk geometri akuifer, kedalaman muka air, dan batuan dasar. Analisis dapat

    menggunakan metode kalkulasi langsung.

    g. Data kimia dan fisika air tanah akan membantu memberikan analisa tentang tipe air tanah dan kemungkinan paling cocok penggunaannya untuk keperluan tertentu (air

    minum, industri, pertanian dll.). Analisis dapat menggunakan metode kalkulasi langsung.

    h. Data penggunaan air tanah yang telah ada, baik kuantitas, kualitas maupun jenis pemakaiannya. Analisis dapat menggunakan metode kalkulasi langsung.

  • 6

    Hasil interpretasi dan analisis berupa komponen-komponen berikut :

    a. Peta dasar topografi skala 1:100.000 dimutakhirkan dengan data terkini serta hasil interpretasi foto udara dan citra satelit, seperti badan air, jalan baru, dan perubahan

    penggunaan lahan.

    b. Komposisi litologi batuan didasarkan atas data terkini dan peta geologi yang ada, serta hasil interpretasi foto udara dan citra satelit disajikan dalam satu lembar peta tersendiri dengan skala 1:100.000.

    Berkaitan dengan jenis litologi batuan itu sendiri interpretasi harus dapat menggolongkan

    batuan dalam : a. batuan sedimen atau vulkanik bersifat lepas atau kurang padu; b. batuan sedimen padu ; c. batuan beku dan ubahan.

    Sementara berkaitan dengan sifat keairan komposisi batuan, interpretasi menggolongkan

    batuan menjadi yang bersifat akuifer dan nirakuifer.

    Keterdapatan air tanah dan kemungkinan debit sumur berdasarkan hasil interpretasi

    geometri, litologi dan parameter akuifer, digolongkan menjadi 2, seperti pada hal-hal berikut ini.

    a. Akuifer Dangkal (shallow aquifer) hingga kedalaman 40 m, dibedakan atas besaran debit sumur menjadi 4 kelas, yakni : 1) debit sumur > 5 liter/detik; 2) debit sumur1 - 5 liter/detik; 3) debit sumur < 1 liter/detik; 4) nirakuifer (batuan dasar).

    b. Akuifer Dalam (deep aquifer), dibedakan atas besaran debit sumur menjadi 4 kelas, yakni :

    1) debit sumur > 25 liter/detik; 2) debit sumur 5 - 25 liter/detik;debit sumur < 5 liter/detik; 3) nirakuifer (batuan dasar).

    Debit sumur dalam hal ini adalah debit maksimum yang kemungkinan dapat dihasilkan oleh satu sumur yang menyadap akuifer yang bersangkutan dengan garis tengah sumur

    minimal 10 cm dan dipompa dalam kondisi seimbang (steady state).

    Kimia air tanah untuk seluruh jenis akuifer diinterpretasikan dari hasil analisis contoh air

    tanah yang diambil dari seluruh jenis litologi batuan yang ada. Kimia air tanah dikelompokkan menjadi 5 kelompok menurut klasifikasi Diagram Piper yang didasarkan

    pada dominasi unsur kalsium, magnesium, potasium, sodium, khlorida, sulfat, karbonat,

    bikarbonat, dan zat padat terlarut (Total Dissolved Solid).

    Komponen-komponen tersebut ditumpangtindihkan untuk menciptakan peta hidrogeologi

    skala 1:100.000, di atas peta dasar topografi yang disaring, sebagai berikut.

    a. Komposisi litologi batuan disajikan dalam bentuk pola (raster) dalam warna abu-abu.

    b. Akuifer dangkal dan akuifer dalam masing-masing disajikan dalam lembar peta yang berbeda. Untuk setiap kelas, diwakili oleh warna yang berbeda.

  • 7

    c. Komposisi kimia untuk semua jenis akuifer disajikan dalam warna yang berbeda tergantung jenis komposisi kimianya, di atas satu lembar peta tersendiri.

    d. Informasi tambahan yang berkaitan dengan air tanah, semacam sebaran sumur yang ada, mata air, badan air dll. disajikan dalam bentuk lambang atau simbol dengan

    warna tertentu.

    Tersedianya paket perangkat lunak Sistem Informasi Geografi, memudahkan analisis tersebut dan meyajikannya dalam peta hidrogeologi digital, sedangkan penarikan batas

    sebaran luasan setiap kelas akuifer lebih didasarkan pada penilaian pribadi dan

    penggunaan metode deduksi.

    Penyajian pola, warna, dan lambang harus didasarkan pada Standar Legenda Peta

    Hidrogeologi yang ada (SNI 13-4729-1998). Standar ini juga menetapkan standar

    pola/raster, warna, dan lambang atau simbol yang dipakai dalam menyajikan peta hidrogeologi dalam skala yang dimaksud.

    Penyajian hasil interpretasi tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk naskah (draft)

    sebagai berikut :

    a. Peta Akuifer Dangkal; b. Peta Akuifer Dalam; c. Peta Kimia Air Tanah; d. Catatan penerangan untuk membantu memudahkan memahami isi peta. Catatan ini

    memuat segala informasi lengkap mengenai geometri, litologi, dan parameter

    akuifer/nirakuifer, keterdapatan air tanah, serta kualitas air tanah, serta hal-hal lain

    yang berkaitan dengan air tanah daerah pemetaan.

    Contoh tata letak (lay-out) peta disajikan pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. Tata letak ini tentunya perlu disesuaikan dengan luasan setiap daerah yang dipetakan.

    Naskah-naskah tersebut selanjutnya perlu didiskusikan dengan atau diedarkan kepada

    para pengguna peta serta stake holders (termasuk semua daerah otonom yang wilayahnya tercakup dalam lembar peta ybs) untuk mendapatkan masukan bagi penyempurnaan peta

    dimaksud.

    3.4 Penelaahan/penyuntingan

    Penelaahan/penyuntingan naskah peta dilaksanakan oleh seorang penyunting atau suatu

    tim sebelum peta tersebut diterbitkan, yakni menelaah isi naskah dari sisi keilmuan

    (scientific content) serta redaksional, agar naskah tersebut memang layak dipublikasikan.

    Pejabat yang berwenang perlu memberikan keputusan akhir bahwa berdasarkan hasil kegiatan huruf a peta dapat dipublikasikan sebelum tahapan berikut dilaksanakan.

    Tahapan ini dilaksanakan hanya apabila pencetakan peta akan dilakukan.

    3.5 Kartografi

    Kegiatan kartografi dilaksanakan sebagai persiapan pencetakan peta, yakni memindahkan

    setiap sajian seperti pada huruf 3 e dalam bentuk lembaran-lembaran tersendiri (lembar

    peta dasar topografi, lembar warna tersaring ataupun utuh, lembar raster, lembar lambang atau simbol), di atas media yang stabil sesuai dengan teknik atau metode kartografi yang

  • 8

    pada akhirnya akan dihasilkan film positif pelat/master cetaknya. Film tersebut hanya akan dibuat setelah penyusun peta memeriksa dan yakin bahwa seluruh naskah untuk

    pembuatan film tersebut sudah bebas dari kesalahan.

    Kegiatan ini dapat dilakukan dalam format analog (manual) maupun digital (komputer).

    3.6 Publikasi

    Penyusun peta memeriksa hasil cetak-uji (proof-print) dari cetakan peta menggunakan

    pelat cetak yang dibuat dari film positif yang dihasilkan dari kegiatan kartografi (format analog). Dalam kegiatan ini, pada prinsipnya penyusun peta hanya dapat memberikan

    koreksi atas gradasi warna serta koreksi kecil, semacam perubahan simbol/lambang.

    Dalam format digital, penyusun mempunyai keleluasaan untuk menyunting peta.

    Apabila penyusun peta sudah puas atas penyempurnaan cetak-uji berdasarkan hasil koreksinya, penyusun dapat memberikan keputusan bahwa pencetakan akhir (biasanya

    dalam jumlah ribuan lembar) dapat dilaksanakan.

    Produk akhir dari penyusunan peta hidrogeologi adalah berupa:

    a. Satu Lembar Peta Akuifer Dangkal; b. Satu Lembar Peta Akuifer Dalam; c. Satu Lembar Peta Kimia Air Tanah; d. Satu Catatan Penerangan.

    Produk akhir tersebut dapat dalam format analog maupun digital, disebarluaskan kepada semua pihak yang berkaitan dan masyarakat. Masyarakat berhak mempunyai akses untuk

    mendapatkannya, baik membayar maupun tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

  • 7

  • 8

    Tingkatan

    informasi

    Kemungkinan penggunaan

    rendah

    (data yang beragam dan

    jarang dari berbagai sumber)

    Maju

    (program penyelidikan

    sistematik, data lebih andal)

    Tinggi

    (analisis sistem hidrogeologi

    dan model air tanah)

    Pengenalan

    dan

    Eksplorasi

    peta hidrogeologi umum

    (peta akuifer) peta parameter

    hidrogeologi

    (set peta, atlas)

    peta sistem air tanah

    regional (sajian model konseptual)

    Perencanaan

    dan

    Pengembangan

    peta potensi

    air tanah

    peta hidrogeologi khusus

    (peta perencanaan) tampilan grafis dari sistem

    informasi geografi (peta penampang, diagram perspektif,

    skenario)

    Pengelolaan

    dan

    Perlindungan

    peta kerawanan

    air tanah

    Kemungkinan

    penggunaan

    Parameter

    penyajian

    statis ------------------------------------------------ketergantungan waktu -------------------------------------------- dinamis

    rendah --------------------------------------------------- Keterandalan------------------------------------------------------ tinggi

    rendah --------------------------------------------- biaya per satuan luas -------------------------------------------------- tinggi

    besar --------------------------------------------------- luas yang tersaji ------------------------------------------------------ kecil

    kecil ------------------------------------------------------------ skala ----------------------------------------------------------- besar

    Lampiran 2. Sistem klasifikasi peta hidrogeologi (menurut Struckmeier, 1989)

  • 9

    Keterangan :

    1. Peta hidrogeologi 2. Uraian daerah yang dipetakan 3. Instansi sebagai penerbit 4. Judul peta (peta hidrogeologi

    endapan permukaan/batuan dasar)

    5. Penyusun peta 6. Nama lembar/daerah 7. Legenda peta 8. Indeks pemetaan lapangan, paraf

    pemeta dan penelaah

    9. Indeks peta administrasi dan jumlah penduduk

    10. Nama kota penerbit, tahun penerbitan, skala angka, dan garis

    11. Indeks lokasi lembar menurut Bakosurtanal

    12. Rata-rata jumlah curah hujan setahun

    13. Penampang hidrogeologi

  • 10

    Keterangan :

    1. Peta hidrokimia batuan dasar 2. Peta hidrokimia endapan

    permukaan

    3. Judul peta (peta hidrokimia) 4. Penyusun peta 5. Nama lembar/daerah 6. Nama jenis akuifer 7. Legenda peta 8. Indeks lokasi conto air tanah 9. Peta daya hantar listrik 10. Institusi penerbit 11. Nama kota penerbit, tahun

    penerbitan, skala angka, dan garis