PEMBUATAN NANOKRIM KOJIC ACID DIPALMITATE DENGAN...

83
PEMBUATAN NANOKRIM KOJIC ACID DIPALMITATE DENGAN KOMBINASI SURFAKTAN TWEEN 80 DAN KOSURFAKTAN POLIETILEN GLIKOL 400 MENGGUNAKAN MIXER SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Venny Claudia Hermanto NIM : 128114139 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PEMBUATAN NANOKRIM KOJIC ACID DIPALMITATE DENGAN...

  • PEMBUATAN NANOKRIM KOJIC ACID DIPALMITATE DENGAN

    KOMBINASI SURFAKTAN TWEEN 80 DAN KOSURFAKTAN

    POLIETILEN GLIKOL 400 MENGGUNAKAN MIXER

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

    Program Studi Farmasi

    Oleh:

    Venny Claudia Hermanto

    NIM : 128114139

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2016

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • i

    PEMBUATAN NANOKRIM KOJIC ACID DIPALMITATE DENGAN

    KOMBINASI SURFAKTAN TWEEN 80 DAN KOSURFAKTAN

    POLIETILEN GLIKOL 400 MENGGUNAKAN MIXER

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

    Program Studi Farmasi

    Oleh:

    Venny Claudia Hermanto

    NIM : 128114139

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2016

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    EVERYTHING SEEMS IMPOSSIBLE UNTIL IT’S DONE

    - NELSON MANDELA

    We rejoice in our SUFFERINGS, knowing that suffering

    produces ENDURANCE, and endurance produces CHARACTER,

    and character produces HOPE. and this hope will not

    lead to DISSAPOINMENT :) – Romans 5 : 3-5

    Skripsi ini saya persembahkan untuk

    Mami, Papi, Nike, diriku sendiri, dan Ongky

    Semua teman-temanku :)

    dan untuk semuanya, terima kasih dan aku cinta kalian semua

    .

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PRAKATA

    Puji syukur kepada Tuhan Yesus, Bunda Maria, dan para malaikat atas

    berkat, perlindungan, dan kasih karunia yang selalu diberikan kepada penulis,

    sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang

    berjudul “Pembuatan Nanokrim Kojic Acid Dipalmitate dengan Kombinasi

    Surfaktan Tween 80 dan Kosurfaktan Polietilen Glikol 400 menggunakan Mixer”

    yang sengaja disusun dalam rangka pemenuhan persyaratan untuk memperoleh

    gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

    pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah

    membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih diucapkan kepada:

    1. Bapak Hermanto dan Ibu Indayanti selaku orang tua penulis, yang selalu

    membantu penulis dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi dalam

    bentuk apapun, dari sebelum pembuatan skripsi dilakukan hingga akhir

    penyusunan skripsi berakhir.

    2. Kakak Nike Sylvia Hermanto dan Adik Ongky Reinaldo Hermanto selaku

    saudara kandung penulis, yang selalu mengingatkan akan berjalannya skripsi

    ini.

    3. Dr. Sri Hartati Yuliani Apt. selaku dosen pembimbing I yang selalu setia

    membimbing dan memberi masukan terhadap skripsi yang dibuat.

    4. Beti Pudyastuti M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing II yang sangat murah

    hati dan sabar dalam membimbing penulis dalam melaksanakan skripsi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    5. Wahyuning Setyani, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji, yang memberikan saran

    dan dukungannya terhadap skripsi ini.

    6. Septimawanto Dwi Prasetyo, M.Si., Apt. selaku dosen penguji, yang

    memberikan saran dan dukungannya terhadap skripsi ini.

    7. Seluruh dosen, karyawan dan semua orang dari Fakultas Farmasi maupun

    Universitas Sanata Dharma yang telah membantu baik secara langsung maupun

    secara tidak langsung, sehingga penelitian dapat dilaksanakan dengan lancar.

    8. Semua laboran, karyawan laboratorium Universitas Sanata Dharma yang selalu

    sabar, ramah, baik hati, yang baik secara langsung maupun secara tidak

    langsung sehingga penelitian dapat dilaksanakan dengan lancar.

    9. Agnesia Brilianti Kananlua dan Suzan selaku teman skripsi KAD yang selalu

    membantu dan sangat murah hati sehingga skripsi ini dapat selesai dibuat.

    10. Medaliana Hartini dan Stephanie selaku teman skripsi nano yang selalu

    membantu penulis sehingga penelitian ini dapat dibuat dengan lancar.

    11. Semua teman-teman FSM D, FST B 2012, farmasi 2012 dan 2013, teman-teman

    PVARC yang selalu hadir untuk mendukung peneliti, terutama untuk teman-

    teman yang sering menjadi pasangan kelompok tugas maupun saat praktikum.

    Tiada mawar yang tak berduri, begitulah kata pepatah untuk

    menggambarkan ketidaksempurnaan segala sesuatu yang ada di dunia ini. Begitu

    pula dengan penelitian ini, yang juga bukan merupakan penelitian yang sempurna.

    Penulis menyadari terdapatnya kekurangan dalam penulisan skripsi ini, sehingga

    segala kritik dan saran sangat diterima dalam rangka membangun penelitian dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    skripsi ini. Penulis berharap skripsi yang dibuat dapat bermanfaat dan menjadi

    sumbangsih bagi ilmu pengetahuan di Indonesia dan di seluruh dunia.

    Yogyakarta, 10 Desember 2015

    Penulis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. iv

    LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................................. v

    PRAKATA .............................................................................................................. vi

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. ix

    DAFTAR ISI ............................................................................................................ x

    DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiv

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvi

    INTISARI ........................................................................................................... xvii

    ABSTRACT ......................................................................................................... xviii

    BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

    A. Latar belakang .................................................................................................... 1

    1. Perumusan masalah ...................................................................................... 4

    2. Keaslian penelitian ....................................................................................... 4

    3. Manfaat penelitian ....................................................................................... 5

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    B. Tujuan penelitian ............................................................................................... 6

    BAB II. PENELAHAAN PUSTAKA ..................................................................... 7

    A. Kojic Acid Dipalmitate (KAD) .......................................................................... 7

    B. Nanokrim ........................................................................................................... 8

    C. Metode Pembuatan Nanokrim ......................................................................... 10

    1. Metode emulsifikasi energi tinggi ............................................................. 11

    2. Metode emulsifikasi energi rendah ................................................................. 13

    D. Stabilitas Nanokrim ......................................................................................... 14

    1. Creaming dan flokulasi .............................................................................. 14

    2. Koalesens ................................................................................................... 16

    3. Ostwald ripening ........................................................................................ 16

    E. Rheologi ........................................................................................................... 19

    1. Newtonian .................................................................................................. 20

    2. Non-Newtonian .......................................................................................... 21

    F. Pemerian Bahan ............................................................................................... 23

    1. Tween 80 .................................................................................................... 23

    2. Polietilen glikol (PEG) 400 ........................................................................ 24

    3. Virgin Coconut Oil (VCO) ......................................................................... 24

    4. Aquadest ..................................................................................................... 25

    G. Landasan Teori ................................................................................................. 26

    H. Hipotesis .......................................................................................................... 27

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 28

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................................... 28

    B. Variabel dan Definisi Operasional ................................................................... 28

    a. Variabel penelitian ..................................................................................... 28

    b. Definisi operasional ................................................................................... 29

    C. Bahan Penelitian ............................................................................................. 30

    D. Alat Penelitian ................................................................................................. 30

    E. Tata cara penelitian ......................................................................................... 30

    1. Formula sediaan nanokrim KAD ............................................................... 30

    2. Pembuatan sediaan nanokrim KAD ........................................................... 31

    3. Evaluasi sifat fisik sediaan nanokrim KAD ............................................... 32

    4. Evaluasi stabilitas fisik sediaan nanokrim ................................................. 34

    F. Analisis Data .................................................................................................... 34

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 36

    A. Metode Pembuatan ........................................................................................... 36

    B. Uji Sifat Fisik Nanokrim .................................................................................. 38

    1. Uji organoleptis, homogenitas, dan pH ...................................................... 38

    2. Uji tipe nanokrim ....................................................................................... 40

    3. Uji ukuran droplet ...................................................................................... 41

    4. Uji viskositas .............................................................................................. 42

    5. Uji daya sebar ............................................................................................ 44

    6. Uji daya lekat ............................................................................................. 44

    C. Stabilitas Fisik Nanokrim ................................................................................ 45

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 48

    A. Kesimpulan ...................................................................................................... 48

    B. Saran ................................................................................................................ 48

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 49

    LAMPIRAN ........................................................................................................... 53

    BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................... 63

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel I. Formula acuan nanokrim ..................................................................... 30

    Tabel II. Formula nanokrim KAD ...................................................................... 31

    Tabel III. Data organoleptis, homogenitas, dan pH nanokrim ............................. 39

    Tabel IV. Data hasil uji ukuran droplet, viskositas, daya sebar, dan daya lekat

    nanokrim .............................................................................................. 41

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Struktur molekul kojic acid dipalmitate (KAD) ................................. 7

    Gambar 2. Representasi skematik metode emulsifikasi energi tinggi ................ 11

    Gambar 3. Ilustrasi konsep Newtonian ............................................................... 20

    Gambar 4. Ilustrasi konsep non-Newtonian tipe plastik ..................................... 21

    Gambar 5. Ilustrasi konsep non-Newtonian tipe pseudoplastik.......................... 22

    Gambar 6. Ilustrasi konsep non-Newtonian tipe dilatan ..................................... 22

    Gambar 7. Struktur molekul Tween 80 .............................................................. 23

    Gambar 8. Struktur molekul PEG 400 ................................................................ 24

    Gambar 9. Hasil pengujian tipe nanokrim .......................................................... 40

    Gambar 10. Grafik hasil pengukuran droplet ....................................................... 41

    Gambar 11. Grafik rheologi nanokrim KAD ........................................................ 43

    Gambar 12. Pemisahan fase nanokrim setelah uji stabilitas dipercepat ............... 45

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Certificate of Analysis (CoA) Kojic Acid Dipalmitate................... 54

    Lampiran 2. Data Perhitungan HLB Gabungan ................................................. 55

    Lampiran 3. Data Penimbangan Formula Nanokrim ......................................... 55

    Lampiran 4. Data Hasil Uji Organoleptis Nanokrim .......................................... 55

    Lampiran 5. Data Hasil Uji Homogenitas, pH, Tipe Nanokrim. Viskositas, Daya

    Sebar, dan Daya Lekat Nanokrim .................................................. 55

    Lampiran 6. Data Perhitungan Ukuran Droplet ................................................. 56

    Lampiran 7. Data Pengujian Viskositas ............................................................. 56

    Lampiran 8. Data Perhitungan Rasio Pemisahan Fase ....................................... 59

    Lampiran 9. Dokumentasi Nanokrim KAD ....................................................... 60

    Lampiran 10. Dokumentasi Alat .......................................................................... 61

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    INTISARI

    Kojic acid dipalmitate (KAD) merupakan bentuk ester dari kojic acid

    (KA) yang diketahui memiliki aktivitas sebagai antioxidant scavenger. KAD

    bersifat liposoluble dan diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi

    ketika berada dalam suatu formula yang stabil. Salah satu bentuk sediaan yang

    stabil yaitu sediaan nanokrim. Nanokrim adalah sediaan nanoemulsi yang

    berbentuk semisolid. Penelitian ini bertujuan untuk membuat nanokrim KAD yang

    stabil secara fisik dengan menggunakan kombinasi Tween 80 dan polietilen glikol

    (PEG) 400 sebagai surfaktan dan kosurfaktan, menggunakan metode emulsifikasi

    energi tinggi sistem high-shear stirring dengan mixer.

    Parameter sifat fisik yang diamati meliputi sifat organoleptis,

    homogenitas, pH, tipe nanokrim, ukuran droplet, viskositas, daya sebar, dan daya

    lekat. Uji stabilitas dilakukan dengan metode uji stabilitas dipercepat pada suhu 40

    ± 2°C dengan RH sebesar 75 ± 5% selama 30 hari menggunakan climatic chamber.

    Jika tidak terjadi pemisahan fase, maka dilakukan pengujian sifat fisik setelah

    penyimpanan. Data akan diolah dengan uji statistik menggunakan program R 3.2.2.

    dengan tingkat kepercayaan 95%.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa nanokrim KAD memiliki sifat fisik

    yang baik dengan ukuran droplet yang memenuhi kriteria nanokrim yaitu sebesar

    270 nm, tetapi tidak stabil secara fisik karena mengalami pemisahan fase dengan

    rasio sebesar 0,93.

    Kata kunci : kojic acid dipalmitate, nanokrim, emulsifikasi energi tinggi, mixer,

    Tween 80, PEG 400

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xviii

    ABSTRACT

    Kojic acid dipalmitate (KAD) is one of the ester form of kojic acid (KA)

    which known to have an activity as antioxidant scavenger. KAD is a liposoluble

    material and have a higher antioxidant activity in a stable formulation. One of the

    stable formulation is nano-cream which is a nanoemulsion in semisolid form. This

    research purpose is to make a stable KAD nano-cream from a combination of

    Tween 80 as surfactant and polyethylene glycol (PEG) 400 as cosurfactant with

    high energy emulsification method and high-shear stirring system using mixer.

    Physical properties parameter that being observed are organoleptic

    properties, homogeneity, pH, nano-cream type, droplet size, viscosity, dispersive

    power, and adhesion power. Stability test was conducted using an accelerated

    stability test at 40 ± 2 °C with 75 ± 5% RH for 30 days using a climatic chamber.

    If during the storage phase separation does not occur. Data was processed by

    statistical tests using the program R 3.2.2. with a 95% confidence level.

    The results showed that KAD nano-cream has good physical properties

    with 270 nm droplet sizes that was met nano-cream's criteria, but it was physically

    unstable due to phase separation with ratio 0,93.

    Keywords : kojic acid dipalmitate, nano-cream, high energy emulsification, mixer,

    Tween 80, PEG 400

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENGANTAR

    A. Latar Belakang

    Kojic acid (KA) merupakan antioxidant scavenger dan agen anti-

    tirosinase yang baik karena kemampuannya sebagai agen pengkelat logam transisi

    seperti Cu2+ dan Fe3+ (Gonçalez, Correa, and Chorilli, 2013). Tetapi KA memiliki

    beberapa kelemahan dalam formulasinya seperti diperlukannya KA dalam dosis

    tinggi (diatas 2%) untuk mencapai aktivitasnya, kesulitan dalam formulasi pada

    sediaan berbasis minyak karena sifatnya yang tidak liposoluble (tidak larut lemak),

    serta sifat KA yang tidak stabil terhadap suhu dan cahaya (Cho et al., 2012; Lajis

    et al., 2013; Gonçalez, Marcussi, Calixto, Correa, and Chorilli, 2015). Oleh

    karenanya, dibuat KA dalam bentuk ester yang memiliki aktivitas lebih tinggi

    karena bersifat liposoluble (larut lemak) dan stabil terhadap suhu dan cahaya. Kojic

    acid dipalmitate (KAD) merupakan bentuk ester dari KA yang secara in situ akan

    terhidrolisis oleh enzim esterase pada sel kulit menjadi KA (Cho et al., 2012;

    Gonçalez et al., 2015).

    Pengembangan formulasi yang baik masih diperlukan dalam pembuatan

    sediaan senyawa liposoluble seperti KAD (Gonçalez et al., 2015), dan

    pengembangan KAD dalam bentuk nanokrim merupakan salah satu solusinya.

    Pemilihan nanokrim sebagai bentuk sediaan antioksidan dan anti-aging merupakan

    pilihan yang tepat, mengingat manfaat penggunaan krim yang dapat melembapkan

    dan memperbaiki garis halus serta kerutan pada kulit (Duraivel, Shaheda, Basha,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    Pasha, and Jilani, 2014). Nanokrim adalah sediaan nanoemulsi yang berbentuk

    semisolid. Nanoemulsi merupakan dispersi koloid oil in water (O/W) atau water in

    oil (W/O) yang memiliki rentang diameter droplet sebesar 20-500 nm, terbentuk

    dari proses dispersi dari satu fase cair ke dalam fase cair lainnya untuk membentuk

    droplet (Usón, Garcia, and Solans, 2004). Krim adalah bentuk sediaan setengah

    padat (semisolid) mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi

    dalam bahan dasar yang sesuai (Anonim, 2013). Terdapat banyak keuntungan dari

    pemilihan nanoemulsi sebagai sediaan topikal, salah satunya adalah adanya

    peningkatan kapasitas kelarutan zat aktif yang membuat aktivitas termodinamik zat

    aktif pada kulit juga meningkat (Abdulkarim et al., 2010c). Selain itu, pemilihan

    nanoemulsi sebagai teknologi untuk sediaan KAD memiliki peluang yang besar

    dalam bidang industri kosmetik, di mana enam pemegang hak paten nanoteknologi

    terbesar di US adalah perusahaan kosmetik (Nasir, 2010).

    Formulasi sediaan nanoemulsi terdiri dari air, minyak, surfaktan, dan

    kosurfaktan. Surfaktan berfungsi menurunkan tegangan antar muka antara fase

    minyak dengan fase air dengan membentuk lapisan film sehingga terbentuk suatu

    nanoemulsi, sedangkan kosurfaktan berfungsi dalam memberikan penurunan

    tegangan antar muka lebih lanjut serta memfluidisasi lapisan film surfaktan (Tsai,

    Fu, Lin, Huang, and Wu, 2014). Tween 80 merupakan surfaktan hidrofil non-ionik

    yang bersifat tidak toksik dan memiliki critical micellar concentration (CMC) lebih

    rendah dibanding dengan surfaktan ionik. Polietilen glikol 400 (PEG 400)

    digunakan sebagai kosurfaktan yang berfungsi sebagai menstabilkan lapisan film

    pada droplet nanoemulsi (Suciati, Aliyandi, and Satrialdi, 2014). Tween 80 dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    PEG 400 memiliki nilai HLB sebesar 15 dan 13,1, sudah sesuai dengan kriteria

    surfaktan kosurfaktan nanoemulsi O/W yaitu surfaktan dengan nilai HLB>10

    (Anjana et al., 2012; Jain, Kumar, Sood, and Gowthamarajan, 2013). Penelitian

    Suciati et al., (2014) dan Yadav, Singh, dan Poddar (2012) telah menunjukkan

    bahwa penggunaan surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400 dapat

    menghasilkan nanoemulsi yang stabil.

    Terdapat dua metode dalam pembuatan nanoemulsi yaitu metode energi

    rendah dan metode energi tinggi. Salah satu jenis dari metode energi rendah yaitu

    metode emulsion inversion point (EIP) atau sering disebut dengan metode titrasi,

    pada metode ini nanoemulsi O/W akan terbentuk ketika jumlah air yang

    ditambahkan telah melebihi batas titik perubahan tipe nanoemulsi (Koroleva and

    Yurtov, 2012). Sebelumnya, Al-Edresi dan Baie (2010) telah melakukan

    pembuatan nanokrim KAD dengan metode EIP, tetapi terdapat kelemahan dari

    metode ini seperti diperlukannya peralatan yang lebih kompleks dibandingkan

    dengan metode energi tinggi, dan banyak titik kritis yang harus dikontrol terutama

    dalam suhu. Karena kelemahan tersebut, maka diperlukan penelitian mengenai

    pembuatan nanokrim KAD dengan alat yang lebih sederhana.

    Pembuatan nanoemulsi dengan metode energi tinggi terbagi menjadi

    empat jenis metode, diantaranya adalah metode high-shear stirring yang dapat

    membentuk droplet nanoemulsi karena adanya peningkatan intensitas pengadukan.

    Alat yang digunakan dalam high-shear stirring berupa alat bersistem rotor-stator

    seperti mixer dan colloid mills (Koroleva and Yurtov, 2012). Metode high-shear

    stirring telah digunakan Abdulkarim et al., (2010a) untuk membuat nanokrim

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    dengan zat aktif piroksikam dan surfaktan Tween 80-Span 20 menggunakan alat

    propeller (berbentuk baling-baling) bersistem rotor-stator.

    Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

    mengenai pembuatan nanokrim KAD yang dibuat dengan surfaktan Tween 80 dan

    kosurfaktan PEG 400 menggunakan metode yang digunakan Abdulkarim et al.,

    (2010a) dengan alat yang berprinsip sama dan sederhana yaitu mixer.

    1. Perumusan masalah

    Apakah nanokrim kojic acid dipalmitate dengan kombinasi surfaktan

    Tween 80 dan kosurfaktan polietilen glikol 400 yang stabil secara fisik dapat

    dibuat dengan menggunakan mixer?

    2. Keaslian penelitian

    Penelitian terkait kojic acid dipalmitate dan formulasi sediaan

    nanokrim serta nanoemulsi yang pernah dilakukan antara lain:

    a. In-Vitro and In-Vivo Evaluation of a Photo-Protective Kojic Dipalmitate

    Loaded into Nano-Creams (Al-Edresi and Baie, 2010), mengenai evaluasi

    foto-protektif kojic acid dipalmitate dalam nanokrim yang dibuat dengan

    menggunakan metode energi rendah jenis emulsion inversion point dengan

    alat pengaduk magnetik yang termodifikasi dengan elektroda.

    b. Formulation and Characterization of Palm Oil Esters Based Nano-Cream

    for Topical Delivery of Piroxicam (Abdulkarim et al., 2010a), mengenai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    pembuatan nanokrim piroksikam dam surfaktan Tween 80-Span 20 dengan

    metode energi tinggi jenis high-shear stirring dengan alat propeller.

    c. Development of Transdermal Nanoemulsion Formulation for Simultaneous

    Delivery of Protein Vaccine and Artin-M Adjuvant (Suciati et al., 2014),

    mengenai pembuatan nanoemulsi dengan menggunakan Tween 80 sebagai

    surfaktan dan PEG 400 sebagai kosurfaktan.

    Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan, penelitian mengenai

    “Pembuatan Nanokrim Kojic Acid Dipalmitate dengan Kombinasi Surfaktan

    Tween 80 dan Kosurfaktan Polietilen Glikol 400 menggunakan Mixer” belum

    pernah dilakukan.

    3. Manfaat penelitian

    a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

    ilmiah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan tentang pembuatan

    nanokrim kojic acid dipalmitate dengan kombinasi surfaktan Tween 80 dan

    kosurfaktan polietilen glikol 400 yang stabil secara fisik dengan

    menggunakan mixer.

    b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan nanokrim

    kojic acid dipalmitate dengan kombinasi surfaktan Tween 80 dan

    kosurfaktan polietilen glikol 400 yang stabil secara fisik yang dibuat dengan

    menggunakan mixer, yang nantinya dapat bermanfaat bagi perkembangan

    sediaan nanokrim di Indonesia.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    B. Tujuan Penelitian

    Menghasilkan nanokrim kojic acid dipalmitate yang stabil secara fisik

    dengan kombinasi surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan polietilen glikol 400 dengan

    menggunakan mixer.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    BAB II

    PENELAAHAN PUSTAKA

    A. Kojic Acid Dipalmitate (KAD)

    Gambar 1. Struktur molekul kojic acid dipalmitate (KAD) (Balaguer, Salvador, and

    Chisvert, 2008)

    KAD (gambar 1) berupa serbuk putih yang bersifat liposoluble, stabil

    terhadap panas dan cahaya, serta stabil dalam rentang kondisi pH yang lebar yaitu

    dalam rentang pH 4 hingga pH 9 yang secara in situ akan terhidrolisis oleh enzim

    esterase pada sel kulit menjadi KA (Cho et al., 2012; Gonçalez et al., 2015). KA

    merupakan antioxidant scavenger dan agen anti-tirosinase yang baik karena

    memiliki kemampuan sebagai agen pengkelat logam transisi seperti Cu2+ dan Fe3+

    (Gonçalez et al., 2013). Antioxidant scavenger adalah salah satu mekanisme

    penetralan radikal bebas yang bersifat tidak stabil dan reaktif dalam mencari

    elektron. Keberadaan radikal bebas dalam tubuh dapat menyebabkan terjadinya

    aging (Ardhie, 2011).

    Formulasi dengan KA sebagai zat aktif memiliki beberapa kendala,

    diantaranya diperlukan KA dalam dosis tinggi (di atas 2%) untuk mencapai

    aktivitasnya, kesulitan dalam formulasi pada sediaan berbasis minyak karena

    sifatnya yang tidak liposoluble, serta sifat KA yang tidak stabil terhadap suhu dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    cahaya. Karena kendala tersebut, KA dibuat dalam bentuk ester agar memiliki

    aktivitas lebih tinggi karena bersifat liposoluble, dan stabil terhadap suhu dan

    cahaya, di mana salah satu bentuk ester dari KA adalah KAD (Cho et al., 2012;

    Lajis, et al., 2013; Gonçalez, et al., 2015).

    KAD menunjukkan sifat antioksidan dalam konsentrasi 1,25% dalam

    sediaan emulsi W/O/W. Sifat antioksidan dibuktikan dengan menggunakan uji

    DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) dan menunjukkan hasil bahwa sediaan

    emulsi W/O/W yang mengandung 1,25% KAD dapat melakukan inhibisi DPPH.

    Sifat antioksidan KAD akan meningkat jika KAD terdapat dalam suatu sediaan

    yang stabil, dibuktikan dari hasil perbandingan nilai % inhibisi yang diperoleh

    antara % inhibisi KAD bebas (tidak di dalam suatu sediaan), % inhibisi KAD yang

    terkandung dalam sediaan bukan emulsi W/O/W, dan % inhibisi KAD dalam

    sediaan emulsi W/O/W yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, dan

    nilai % inhibisi KAD pada sediaan emulsi W/O/W menujukkan nilai yang terbesar

    (Gonçalez et al., 2015).

    B. Nanokrim

    Nanokrim adalah sediaan nanoemulsi yang berbentuk semisolid.

    Nanoemulsi merupakan dispersi koloid oil in water (O/W) atau water in oil (W/O)

    yang memiliki rentang diameter droplet sebesar 20-500 nm, terbentuk dari proses

    dispersi dari satu fase cair ke dalam fase cair lainnya untuk membentuk droplet

    (Usón et al., 2004). Krim adalah sediaan setengah padat (semisolid) mengandung

    satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    (Anonim, 2013). Sehingga pengertian nanokrim secara lengkap adalah suatu

    dispersi koloid O/W atau W/O berbentuk semisolid yang terdiri dari fase minyak

    yang terdispersi ke dalam fase air atau sebaliknya membentuk droplet dengan

    diameter sebesar 20-500 nm. Nanoemulsi memiliki sistem dispersi O/W jika fase

    minyak (oil) terdispersi sebagai droplet dalam fase air (water), atau begitu pula

    sebaliknya (McClements, 2012).

    Terdapat banyak keuntungan dari penggunaan nanoemulsi sebagai sediaan

    topikal dalam sistem penghantaran obat. Keuntungan yang pertama dan utama

    adalah lebih banyaknya zat aktif yang dapat diformulasikan dalam satu sediaan

    dikarenakan adanya peningkatan kapasitas kelarutan zat aktif sehingga membuat

    aktivitas termodinamik zat aktif pada kulit juga meningkat. Keuntungan kedua

    yaitu laju permeasi zat aktif yang dapat meningkat karena adanya efek sinergis dari

    berbagai komponen yang dapat membantu proses penghantaran zat aktif yang

    melewati kulit. Keuntungan ketiga adalah komponen utama nanoemulsi yang

    berupa fase minyak, fase air, dan kombinasi surfaktan kosurfaktan dapat menjadi

    satu yang secara sinergis dapat meningkatkan flux zat aktif (Abdulkarim et al.,

    2010c). Selain itu, sebagai sediaan semisolid seperti krim, nanokrim juga memiliki

    manfaat yang sangat baik untuk mengatasi aging karena dapat melembapkan dan

    memperbaiki garis halus serta kerutan pada kulit (Duraivel et al., 2014).

    Nanoemulsi memiliki beberapa kelemahan yaitu seperti dibutuhkannya

    surfaktan dan kosurfaktan dalam jumlah yang besar agar dapat membentuk droplet

    berukuran nano yang stabil, dan stabilitas nanoemulsi yang dipengaruhi oleh

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    kondisi lingkungan seperti pH dan suhu (Haritha, Basha, Rao, and Vedantham,

    2013).

    Komponen nanoemulsi terdiri dari minyak, air, surfaktan, dan kosurfaktan.

    Surfaktan dan kosurfaktan merupakan komponen penting dalam pembuatan

    nanoemulsi karena dapat menurunkan tegangan antar muka antara fase air dan fase

    minyak sehingga dapat terbentuk sebuah sistem emulsi. Surfaktan memiliki ekor

    non polar yang akan menjulur ke dalam inti lipofilik dari fase minyak. Bagian

    kepala surfaktan yang bersifat polar akan menonjol ke luar yaitu ke bagian fase air,

    sehingga surfaktan dapat menurunkan tegangan antar muka antara fase air dan fase

    minyak (McClements, 2012). Tipe nanoemulsi yang terbentuk bergantung pada

    nilai hidrofil lipofil balance (HLB) yang dimiliki surfaktan (Sevcikova, Vltavska,

    Kasparkova, and Krejci, 2011). Surfaktan dengan nilai HLB < 7 akan cenderung

    membentuk emulsi tipe W/O, sedangkan surfaktan dengan nilai HLB > 7 akan

    cenderung membentuk emulsi dengan tipe O/W (Tadros, Izquierdo, Esquena, and

    Solans, 2004). Surfaktan dengan nilai HLB > 10 merupakan surfaktan yang sangat

    sesuai dalam membentuk droplet berukuran nano (Kotta, Khan, Ansari, Sharma,

    and Ali, 2014).

    Penggunaan kosurfaktan dibutuhkan karena kosurfaktan dapat

    menurunkan tegangan muka antar fase lebih lanjut serta menfluidisasi lapisan film

    surfaktan, sehingga penggunaan kosurfaktan dapat menurunkan jumlah surfaktan

    yang digunakan (Yadav et al., 2012; Tsai et al., 2014).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    C. Metode Pembuatan Nanokrim

    Proses pembuatan suatu nanoemulsi membutuhkan energi eksternal untuk

    dapat menyatukan semua bahan menjadi suatu sistem dispersi koloid (McClements,

    2012). Metode pembuatan nanokrim terdiri dari metode emulsifikasi energi tinggi

    dan metode emulsifikasi energi rendah. Metode emulsifikasi energi tinggi meliputi

    high-shear stirring, emulsifikasi ultrasonik, homogenisasi bertekanan tinggi,

    mikrofluidisasi, dan emulsifikasi membran. Sedangkan metode emulsifikasi energi

    rendah meliputi metode phase inversion temperature (PIT), emulsion inversion

    point (EIP), dan emulsifikasi spontan (Koroleva and Yurtov, 2012).

    1. Metode emulsifikasi energi tinggi

    Pembuatan nanoemulsi menggunakan metode emulsifikasi energi

    tinggi (gambar 2) memerlukan konsumsi energi yang tinggi untuk pembentukan

    dispersi, terutama jika nanoemulsi yang dibuat memiliki viskositas yang tinggi.

    Ukuran droplet yang terbentuk bergantung pada jumlah surfaktan yang

    digunakan karena surfaktan adalah bahan yang berfungsi untuk menurunkan

    tegangan antar muka fase dispersi agar dapat terdispersi dalam medium

    dispersi, kurangnya surfaktan akan membuat ukuran droplet menjadi lebih

    besar karena terjadinya koalesens (Gupta, Pandit, Kumar, Swaroop, and Gupta,

    2010).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    Gambar 2. Representasi skematik dari metode emulsifikasi energi tinggi: (a) sistem

    rotor-stator, (b) homogenisasi bertekanan tinggi, (c) emulsifikasi ultrasonik, dan (d)

    emulsifikasi membran (Koroleva and Yurtov, 2012)

    a. High-shear stirring

    Alat yang digunakan dalam high-shear stirring adalah alat yang

    memiliki sistem rotor-stator, salah satunya adalah mixer. Penurunan ukuran

    droplet terjadi seiring dengan peningkatan intensitas pengadukan (mixing).

    Ketika media emulsi yang akan dibuat sangat kental, efisiensi dari sistem

    high-shear stirring akan menurun dan ukuran droplet emulsi yang

    dihasilkan dapat mencapai lebih dari satu mikrometer (Koroleva and

    Yurtov, 2012).

    b. Emulsifikasi ultrasonik

    Pembentukan droplet berukuran nanometer terjadi melalui proses

    sonikasi. Pada proses sonikasi terjadi pembentukan gelembung udara dari

    aliran nanoemulsi (kavitasi) akibat dari pelepasan sejumlah energi secara

    local (Gupta et al., 2010).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    c. Homogenisasi bertekanan tinggi

    Sistem ini merupakan sistem yang paling sering digunakan dalam

    membuat emulsi yang memiliki viskositas rendah hingga sedang.

    Pembentukan droplet terjadi karena adanya shear forces, turbulensi, dan

    kavitasi. Hal yang mempengaruhi besar ukuran droplet tergantung dari

    desain alat, viskositas, dan tekanan yang dihasilkan oleh alat (Gadhave,

    2014).

    d. Mikrofluidisasi

    Mekanisme emulsifikasi pada sistem ini terjadi karena adanya

    tumbukan antar cairan yang tidak saling campur di dalam microchannels

    yang bertekanan tinggi (Gupta et al., 2010)

    e. Emulsifikasi membran

    Pada sistem ini, pembentukan droplet terjadi dengan cara ekstrusi

    atau pendorongan keluar fase dispersi melalui pori atau microchannels pada

    membran. Ukuran droplet yang terbentuk bergantung pada ukuran pori yang

    terdapat pada membran (Schultz, Wagner, Urban, and Ulrich, 2004).

    2. Metode emulsifikasi energi rendah

    Teknologi emulsifikasi energi rendah berdasar pada inversi fase pada

    emulsi yang terjadi karena adanya perubahan komposisi dan suhu (Koroleva

    and Yurtov, 2012).

    a. Phase inversion temperature (PIT)

    Metode emulsifikasi PIT bergantung pada sifat surfaktan yang

    digunakan. Surfaktan yang digunakan biasanya adalah surfaktan nonionik

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    ethoxylated yang dapat merubah afinitas air dan minyak berdasarkan suhu.

    Surfaktan nonionik ethoxylated akan bersifat lipofob (larut dalam air) di

    suhu rendah karena adanya hidrasi dari gugus polar, dan akan membentuk

    lapisan monolayer dan menghasilkan emulsi O/W. Peningkatan suhu akan

    membuat gugus ehoxylated pada surfaktan berubah menjadi bersifat lipofil,

    dan akan membentuk emulsi dengan jenis W/O (Gadhave, 2014).

    b. Emulsion inversion point (EIP)

    Pada metode ini, proses emulsifikasi bergantung pada perubahan

    substansi yang memicu terjadinya perubahan nilai HLB pada sistem pada

    suhu yang tetap. Metode EIP juga sering disebut dengan metode phase

    inversion composition (PIC) atau terkadang disebut dengan metode titrasi.

    Nanoemulsi O/W akan terbentuk ketika jumlah air yang ditambahkan telah

    melebihi batas titik perubahan tipe nanoemulsi (Koroleva and Yurtov,

    2012).

    c. Nanoemulsifikasi spontan

    Nanoemulsifikasi spontan terjadi dengan melakukan pengadukan

    berkelanjutan terhadap fase minyak yang telah bercampur dengan surfaktan

    ke dalam fase air (Gullota, Saberi, Nicoli, and McClements, 2014).

    D. Stabilitas Nanokrim

    Nanokrim dan nanoemulsi merupakan tipe sediaan emulsi yang dapat

    berubah menjadi bentuk yang tidak stabil terkait dengan adanya faktor pengaruh

    lingkungan dan penyimpanan nanoemulsi dalam jangka panjang. Secara umum,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    bentuk ketidakstabilan emulsi dapat berupa creaming, flokulasi, koalesens, dan

    Ostwald ripening (Ali, Alam, Alam, Anwer, and Safhi, 2013).

    1. Creaming dan flokulasi

    Creaming adalah pemisahan fase emulsi yang disebabkan oleh

    perbedaan densitas antara fase dispersi dengan medium dispersi. Creaming

    bersifat reversible dan dapat dihilangkan dengan perlakuan penggojogan.

    Creaming dapat dicegah dengan mengecilkan perbedaan densitas antara fase

    dispersi dengan medium dispersi (Ali et al., 2013).

    Flokulasi adalah keadaan di mana droplet saling bergabung karena

    adanya ikatan antar droplet yang lemah. Flokulasi bersifat reversible dan dapat

    dihilangkan dengan perlakuan penggojogan yang kuat. Droplet yang

    terflokulasi ditandai dengan kemampuannya untuk mempertahankan bentuk

    dan ukuran. Flokulasi juga dapat menyebabkan terjadinya koalesens yang

    bersifat irreversible (Ali et al., 2013).

    Pada sistem emulsi yang menggunakan surfaktan non-ionik, terdapat

    gaya tarik-menarik antar droplet yang disebabkan oleh adanya gaya van der

    Waals, tetapi gaya itu dapat dilemahkan dengan menurunkan jarak antar

    droplet. Seiring dengan peningkatan konsentrasi surfaktan, maka lapisan film

    antar muka yang membentuk droplet juga akan semakin menebal dan

    menandakan bahwa halangan sterik antar droplet juga membesar. Halangan

    sterik yang besar berfungsi dalam mencegah terjadinya penyatuan droplet yang

    bersifat irreversible atau mencegah terjadinya koalesens, sehingga dapat

    dikatakan penggunaan konsentrasi surfaktan dalam jumlah tinggi dapat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    menghasilkan suatu emulsi yang lebih stabil, dan pada pembuatannya

    nanoemulsi membutuhkan konsentrasi surfaktan dalam jumlah tinggi sehingga

    flokulasi bukan merupakan bentuk ketidakstabilan utama yang terjadi dalam

    nanoemulsi (Abdulkarim et al., 2010b; Ali et al., 2013).

    2. Koalesens

    Koalesens terjadi ketika droplet-droplet saling menyatu dan

    membentuk suatu droplet baru yang memiliki ukuran lebih besar dan bersifat

    irreversible (Abdulkarim et al., 2010b).

    3. Ostwald ripening

    Ostwald ripening merupakan bentuk ketidastabilan yang utama pada

    nanoemulsi. Ostwald ripening atau difusi molekuler muncul dari adanya

    polidispersitas dan perbedaan kelarutan antara droplet yang berukuran besar

    dengan droplet yang berukuran kecil. Terdapat beberapa hal yang dapat

    mengurangi kecepatan terjadinya Ostwald ripening seperti peningkatan

    konsentrasi surfaktan dan penyimpanan nanoemulsi di tempat dengan suhu

    optimum. Peningkatan konsentrasi surfaktan dapat mengurangi kecepatan

    terjadinya Ostwald ripening karena dengan meningkatnya kuantitas misel pada

    medium dispersi dapat mencegah molekul minyak untuk berdifusi ke dalam

    medium dispersi sehingga dapat membentuk droplet kecil yang memiliki

    tegangan permukaan yang rendah dan bersifat monodispers (Gadhave, 2014).

    Uji stabilitas perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas sediaan terhadap

    waktu dengan beberapa pengaruh dari lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    cahaya sehingga dapat diketahui shelf-life dari sediaan tersebut (Abdulkarim et al.,

    2010b).

    Pengujian stabilitas suatu sediaan jangka panjang (real time stability

    testing) dapat dilakukan dalam waktu minimal selama enam bulan, di mana

    membutuhkan waktu dan biaya dalam melakukannya. Oleh karena itu, uji stabilitas

    dilakukan dengan metode uji stabilitas dipercepat atau accelerated stability testing

    yang dapat memprediksi stabilitas sediaan dengan perlakuan penyimpanan produk

    pada kondisi tertentu, yaitu untuk penyimpanan sediaan nanoemulsi dilakukan pada

    suhu 40 ± 2°C dengan relative humidity (RH) sebesar 75 ± 5% selama satu bulan

    atau 30 hari (Kumar, Sasikanth, Sabareesh, and Donabaru, 2011).

    Parameter yang diukur dalam uji stabilitas meliputi sifat fisikokimia

    nanoemulsi meliputi:

    1. Sifat organoleptis

    Sifat organoleptis meliputi pengamatan secara visual terhadap bau,

    warna, bentuk sediaan nanokrim. Sifat organoleptis dapat mencerminkan

    keadaan fisik sediaan yang dirasakan oleh indra manusia (Abdulkarim et al.,

    2010b).

    2. Homogenitas

    Homogenitas menunjukkan ketercampuran yang baik dari bahan-

    bahan sediaan. Sediaan yang homogen menunjukkan keberadaan zat aktif yang

    merata dan kesamaan dosis di setiap penggunaan. Jika terjadi perubahan

    homogenitas menandakan terjadinya ketidak-rataan bahan dan zat aktif

    (Gonçalves, Srebernich, and Souza, 2011).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    3. pH

    Perubahan yang terjadi pada pH sediaan mengindikasikan terjadinya

    degradasi atau ionisasi dari salah satu atau lebih bahan dalam sediaan. Efek

    yang dapat ditimbulkan dari degradasi bahan dalam sediaan adalah jika bahan

    terdegradasi menjadi senyawa bersifat toksik yang membahayakan

    (Abdulkarim et al., 2010b). pH sediaan topikal disesuiakan dengan pH kulit

    yaitu sebesar 4,5-7 untuk mencegah terjadinya iritasi (Swastika, Mufrod, and

    Purwanto, 2013).

    4. Tipe nanokrim

    Suatu sediaan nanokrim dapat memiliki tipe oil in water (O/W) atau

    tipe water in oil (W/O). Perubahan tipe nanokrim mengindikasikan terjadinya

    ketidakstabilan emulsi (Abdulkarim et al., 2010b).

    5. Ukuran droplet

    Pengukuran droplet merupakan faktor terpenting dalam melihat

    stabilitas emulsi karena perubahan ukuran droplet yang terjadi dapat

    menunjukkan langsung terjadinya ketidakstabilan emulsi (Abdulkarim et al.,

    2010b).

    6. Viskositas

    Penurunan nilai viskositas setelah masa penyimpanan dapat

    mengindikasikan ketidakstabilan emulsi secara kinetika, di mana droplet dapat

    bergerak bebas dan saling bergabung dan memiliki kecenderungan untuk

    berkoalesens (Abdulkarim et al., 2010b).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    7. Daya sebar

    Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kelunakan krim saat

    digunakan pada kulit sehingga dapat diketahui area kulit yang terpapar oleh

    sediaan saat sediaan digunakan atau dioleskan ke kulit. Nilai daya sebar

    berbanding terbalik dengan nilai viskositas. Jika viskositas rendah, maka daya

    sebar akan tinggi, begitu pula sebaliknya (Prasad, Kumar, and Prabhudutta,

    2012). Daya sebar sediaan krim dengan diameter ≤ 5 cm menunjukkan jenis

    semistiff krim, sedangkan diameter yang bernilai > 5 cm sampai < 7 cm

    menunjukkan sifat semifluid krim (Garg, Aggarwal, Garg, and Singla, 2002).

    8. Daya lekat

    Uji daya lekat dilakukan untuk mengetahui konsistensi dan

    kenyamanan pada saat sediaan digunakan. Sediaan topikal yang lebih disukai

    pasien adalah sediaan yang tidak berlemak dan memiliki daya lekat yang rendah

    (Yadav et al., 2014). Perubahan yang terjadi pada nilai daya lekat menunjukkan

    perbedaan sifat fisik sediaan yang tidak diinginkan terkait dengan estetika dan

    tujuan sediaan (Gonçalves et al., 2011).

    9. Rasio pemisahan fase

    Uji rasio pemisahan fase dilakukan jika terjadi pemisahan fase emulsi

    pada nanokrim. Uji rasio pemisahan fase dilakukan untuk mengetahui dan

    menghitung rasio volume emulsi yang memisah dibandingkan volume total

    emulsi. Hubungan antara viskositas emulsi dan ukuran droplet terhadap

    kecepatan pemisahan dapat dilihat dari hukum Stokes. Kecepatan pemisahan

    berbanding terbalik dengan viskositas. Semakin tinggi viskositas emulsi, maka

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    semakin lambat kecepatan pemisahan fase dan semakin stabil emulsi yang

    dihasilkan. Sedangkan kecepatan pemisahan berbanding lurus dengan ukuran

    droplet, semakin besar ukuran droplet menandakan kecepatan pemisahan

    emulsi yang meningkat (Aulton, 2003).

    E. Rheologi

    Rheologi merupakan ilmu tentang aliran yang ditunjukkan melalui sifat

    viskositas dari sediaan serbuk, cairan, dan semisolid (Sinko and Singh, 2011).

    Viskositas adalah sifat tahanan atau resistensi suatu cairan untuk mengalir atau

    bergerak. Semakin besar viskositas, semakin besar pula resistensinya untuk

    mengalir (Aulton, 2003). Rheologi penting untuk dipelajari karena rheologi terkait

    dengan analisa kriteria sediaan yang meliputi proses pencampuran dan sifat alir

    bahan, pengisian sediaan ke dalam kemasan, dan cara pengeluaran sediaan dari

    kemasan seperti pada saat pengeluaran sediaan dari dalam kemasan tube, botol, atau

    jarum suntik (Allen, Popovich, and Ansel, 2011). Selain itu, pemilihan alat, proses,

    dan cara pembuatan dari suatu sediaan juga dipengaruhi oleh sifat rheologi sediaan

    (Sinko and Singh, 2011).

    Berdasarkan sifat alir yang dimiliki suatu bahan atau sediaan, rheologi

    terbagi menjadi dua kategori yaitu Newtonian dan non-Newtonian. Aliran

    Newtonian akan menunjukkan nilai viskositas yang konstan (tidak berubah)

    terhadap peningkatan shear rate, sedangkan aliran non-Newtonian akan

    menunjukkan perubahan viskositas seiring terjadinya peningkatan shear rate.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    Aliran non-Newtonian terdiri dari tiga tipe yaitu tipe plastik, tipe pseudoplastik, dan

    tipe dilatan (Allen et al., 2011).

    1. Newtonian

    Gambar 3. Ilustrasi konsep Newtonian (Allen et al., 2011)

    Tipe Newtonian (gambar 3) digambarkan melalui perumpamaan

    cairan sebagai balok yang terdiri dari lapisan-lapisan paralel, seperti setumpuk

    kartu dengan lapisan dasar yang tertempel pada dasar. Ketika tekanan diberikan

    pada lapisan atas, maka lapisan atas tersebut akan berpindah dalam kecepatan

    yang tetap. Setiap lapisan akan berpindah dengan dengan suatu kecepatan yang

    berbanding lurus dengan jarak dengan lapisan dasar yang diam, sehingga dapat

    dikatakan bahwa semakin besar viskotas, maka semakin besar pula tekanan

    (shear stress) yang dibutuhkan untuk memperoleh rate of shear tertentu (Allen

    et al., 2011; Sinko and Singh, 2011).

    2. Non-Newtonian

    Tipe aliran New-Newtonian adalah tipe aliran yang tidak mengikuti

    prinsip hukum Newton seperti pada tipe Newtonian. Tipe non-Newtonian

    biasanya dimiliki oleh sediaan cair dan padat yang heterogen seperti larutan

    koloid, emulsi, suspensi, dan salep (Sinko and Singh, 2011).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    a. Plastik

    Gambar 4. Ilustrasi konsep non-Newtonian tipe plastik (Allen et al., 2011)

    Bahan yang bersifat plastik (gambar 4) atau disebut Bingham

    bodies tidak akan mengalir sebelum shear stress yang diberikan

    melampaui yield value tertentu, dan selama shear stress belum melampaui

    yield value maka bahan akan bersifat elastis. Sifat plastik dapat

    dihubungkan dengan terjadinya flokulasi, semakin besar flokulasi yang

    terjadi maka semakin besar pula yield value (Allen et al., 2011; Sinko and

    Singh, 2011).

    b. Pseudoplastik

    Gambar 5. Ilustrasi konsep non-Newtonian tipe pseudoplastik (Allen et al.,

    2011)

    Bahan bersifat pseudoplastik (gambar 5) akan mengalami

    pergeseran ketika terdapat shear stress, hal ini menandakan tidak

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    terdapatnya yield value seperti pada tipe plastik. Pada tipe pseudoplastik,

    peningkatan shear stress akan membuat rate of shear juga meningkat

    sehingga bahan dengan tipe ini juga sering disebut shear-thinning system

    (Allen et al., 2011).

    c. Dilatan

    Gambar 6. Ilustrasi konsep non-Newtonian tipe dilatan (Allen et al., 2011)

    Bahan yang bersifat dilatan (gambar 6) adalah bahan yang akan

    mengalami peningkatan volume saat diberikan shear stress, serta

    mengalami peningkatan viskositas seiring dengan meningkatnya shear

    rate. Bahan dengan tipe dilatan juga sering disebut shear-thickening

    system (Allen et al., 2011).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    F. Pemerian Bahan

    1. Tween 80

    Gambar 7. Struktur molekul Tween 80 (Rowe, Sheskey, and Quinn, 2009)

    Tween 80 (gambar 7) memiliki rumus molekul C64H124O26, bobot

    molekul 1310 g/mol, warna dan bentuk pada suhu 25°C yaitu cairan berminyak

    warna kuning, dengan HLB sebesar 15, dan viskositas 425 mPas. Tween 80

    larut dalam etanol dan air, namun tidak larut dalam mineral oil. Tween 80

    bersifat stabil terhadap elektrolit, asam atau basa lemah, tetapi incompatible

    dengan basa kuat karena dapat menyebabkan terjadinya saponifikasi. Selain itu,

    dapat terjadi pengendapan atau perubahan warna pada Tween 80 karena adanya

    senyawa fenol, tanin, dan antimikroba golongan paraben (Rowe et al., 2009).

    Tween 80 dapat berfungsi sebagai surfaktan karena dapat menurunkan

    tegangan antar muka antara fase minyak dengan fase air dalam pembuatan suatu

    sistem nanoemulsi (Tsai et al., 2014). Tween 80 telah digunakan secara luas di

    bidang kosmetik maupun farmasetik karena sifatnya yang tidak iritatif dan tidak

    toksik. Penggunaan Tween 80 pada bidang farmasi selain sebagai surfaktan

    adalah sebagai solubilizing agent (agen pelarut) dan wetting agent (agen

    pembasah) dalam konsentrasi 0,1–15% (Rowe et al., 2009).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    2. Polietilen glikol (PEG) 400

    Gambar 8. Struktur molekul PEG 400 (Rowe et al., 2009)

    PEG 400 (gambar 8) merupakan cairan jernih tidak berwarna, dengan

    nilai viskositas sebesar 105-130 mPas., dan nilai HLB sebesar 13,1. PEG 400

    merupakan senyawa tidak toksik dan tidak iritatif yang bersifat hidrofilik, larut

    dalam air, alkohol, heksan, aseton, dan sedikit larut dalam hidrokarbon alifatik.

    PEG digunakan dalam formula sediaan farmasi sebagai basis, suspending

    agent, solubilizing agent dan emulsifier (Rowe et al., 2009). Penggunaan PEG

    400 sebagai kosurfaktan suatu nanoemulsi berfungsi pada stabilisasi lapisan

    film pada droplet nanoemulsi dalam konsentrasi 6-19% (Suciati et al., 2014).

    3. Virgin Coconut Oil (VCO)

    VCO merupakan minyak nabati yang diperoleh dari kelapa (Cocos

    nucifera L.), dengan atau tanpa penggunaan panas, dan tanpa proses pemutihan

    atau penambahan aroma. Beberapa cara dalam ekstraksi minyak kelapa antara

    lain melalui proses kering mapun basah. VCO yang diperoleh dari proses

    ekstraksi basah lebih disukai karena tidak memerlukan bahan kimia maupun

    perlakuan panas yang tinggi (Sanjeewani and Sakeena, 2013; Suraweera et al.,

    2014).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    VCO merupakan minyak yang tidak mengiritasi kulit, dan telah

    dikenal di kalangan peneliti maupun masyarakat karena manfaatnya bagi

    kesehatan tubuh (Sanjeewani and Sakeena, 2013). Asam laurat yang

    terkandung dalam VCO memiliki manfaat sebagai pemberi asupan vitamin,

    serta memiliki aktivitas sebagai anti mikroba dan anti virus. VCO dapat

    digunakan dalam produk makanan maupun produk kosmetik dan farmasi

    (Mansor, Che, Shuhaimi, Abdul, and Ku, 2012). VCO dapat diaplikasikan

    sebagai fase minyak dalam pembuatan sediaan nanokrim (Al-Edresi and Baie,

    2010).

    4. Aquadest

    Aquadest digunakan sebagai pelarut dan pembawa pada formulasi

    farmasetika. Pada aplikasi farmasi, air dimurnikan dengan cara destilasi,

    pertukaran ion, reverse osmosis (RO), atau beberapa proses lain yang sesuai

    untuk menghasilkan aquadest. Karakteristik aquadest adalah cairan jernih,

    tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa (Rowe et al., 2009).

    G. Landasan Teori

    KAD memiliki sifat sebagai antioxidant scavenger yang baik. Sifat

    liposoluble yang dimiliki oleh KAD membuat KAD dapat diformulasikan dalam

    bentuk sediaan nanokrim. Nanokrim adalah sediaan nanoemulsi yang berbentuk

    semisolid. Kelebihan sistem nanoemulsi sebagai sediaan topikal yaitu adanya

    peningkatan kapasitas kelarutan zat aktif sehingga membuat aktivitas termodinamik

    zat aktif pada kulit juga meningkat, serta peningkatan laju permeasi dan flux zat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    aktif karena adanya efek sinergis dari berbagai komponen yang dapat membantu

    proses penghantaran zat aktif yang melewati kulit.

    Nanoemulsi dapat dibuat dengan metode energi rendah maupun metode

    energi tinggi. Penelitian Al-Eldresi dan Baie (2010) telah memformulasikan

    nanokrim KAD dengan metode energi rendah jenis EIP dengan alat pengaduk

    magnetik termodifikasi elektroda. Kelemahan pada metode tersebut terletak pada

    kerumitan alat dan kestabilan suhu yang harus terjaga, karenanya diperlukan

    penelitian mengenai pembuatan nanokrim KAD yang stabil secara fisik dengan alat

    yang lebih sederhana. Penelitian Abdulkarim et al. (2010a) telah membuktikan

    penggunaan metode energi tinggi dalam membuat nanokrim menggunakan alat

    sederhana yaitu propeller dengan sistem high-shear stirring. Mixer merupakan alat

    yang bersistem sama dengan propeller, sehingga pembuatan nanokrim KAD juga

    dapat dilakukan dengan mixer. Nanokrim KAD dibuat dengan menggunakan

    surfaktan dan kosurfaktan Tween 80 dan PEG 400. Pemilihan surfaktan Tween 80

    dan kosurfaktan PEG 400 mengacu pada penelitian pembuatan nanoemulsi yang

    dilakukan Suciati et al. (2010).

    Pengujian stabilitas nanokrim dapat dilakukan dengan pengujian stabilitas

    dipercepat yang dilakukan pada suhu 40 ± 2°C dengan RH sebesar 75 ± 5% selama

    30 hari, dengan parameter uji berupa sifat fisik seperti sifat organoleptis,

    homogenitas, pH, tipe nanokrim, ukuran droplet, viskositas, daya sebar, dan daya

    lekat. Nanokrim dikatakan stabil secara fisik jika tidak terjadi pemisahan fase dan

    atau hasil analisa statistik menunjukkan perbedaan tidak bermakna antara sifat fisik

    sebelum dan setelah penyimpanan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    H. Hipotesis

    Sediaan nanokrim kojic acid dipalmitate dengan kombinasi surfaktan

    Tween 80 dan kosurfaktan polietilen glikol 400 yang stabil secara fisik dapat dibuat

    dengan menggunakan mixer.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian

    Penelitian tentang pembuatan nanokrim kojic acid dipalmitate dengan

    kombinasi surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan polietilen glikol 400 menggunakan

    mixer termasuk jenis penelitian pra-eksperimental.

    B. Variabel dan Definisi Operasional

    1. Variabel penelitian

    a. Variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah formula dan

    metode pembuatan sediaan nanokrim dengan menggunakan mixer.

    b. Variabel tergantung. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat

    fisik dan stabilitas fisik nanokrim kojic acid dipalmitate.

    c. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali dalam

    penelitian ini adalah lama dan kecepatan pengadukan saat pembuatan

    nanokrim, serta suhu dan kelembapan saat pengujian stabilitas dipercepat.

    d. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali dalam

    penelitian ini adalah suhu dan kelembapan ruang saat pembuatan nanokrim.

    2. Definisi operasional

    a. Kojic acid dipalmitate. Serbuk putih yang bersifat liposoluble, stabil

    terhadap panas dan cahaya, serta stabil dalam rentang kondisi pH yang lebar

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    yaitu dalam rentang pH 4 hingga pH 9 yang secara in situ akan terhidrolisis

    oleh enzim esterase pada sel kulit menjadi KA.

    b. Nanokrim. Suatu dispersi koloid O/W berbentuk semisolid yang terdiri dari

    fase minyak yang terdispersi ke dalam fase air dengan membentuk droplet

    dengan diameter sebesar 20-500 nm.

    c. Surfaktan. Suatu molekul yang memiliki gugus hidrofilik dan lipofilik yang

    dapat mempersatukan campuran air dan minyak. Surfaktan yang digunakan

    adalah Tween 80.

    d. Kosurfaktan. Suatu molekul yang dapat menurunkan tegangan muka antar

    fase lebih lanjut serta menfluidisasi lapisan film surfaktan. Kosurfaktan

    yang digunakan adalah PEG 400.

    e. Mixer. Alat yang digunakan dalam pembuatan nanokrim dengan metode

    high-shear stirring.

    f. Sifat fisik. Karakteristik fisik yang dimiliki sediaan nanokrim, meliputi sifat

    organoleptis, homogenitas, pH sediaan sebesar 4,5-7, tipe nanokrim O/W,

    ukuran droplet sebesar 20-500 nm, viskositas pada kecepatan 287 rpm, daya

    sebar sebesar 5-7 cm, dan daya lekat sebesar kurang dari 4 detik.

    g. Stabilitas fisik. Stabilitas sediaan nanokrim, dilihat dari parameter sifat fisik

    sediaan yang telah melalui uji stabilitas dipercepat pada suhu 40 ± 2°C

    dengan RH sebesar 75 ± 5% selama 30 hari.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    C. Bahan Penelitian

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kojic acid dipalmitate

    (kualitas teknis, Cortico Mulia Sejahtera), Tween 80 (kualitas teknis, Bratachem),

    PEG 400 (kualitas teknis, Bratachem), VCO (kuallitas teknis, Tekun Jaya), dan

    aquadest.

    D. Alat Penelitian

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas (Pyrex),

    neraca analitik (OHAUS), mixer (Miyako SM-625), mangkuk plastik, anak

    timbang, kaca ekstensometer, gelas objek, stopwatch, particle size analyzer (PSA)

    tipe dinamic light scattering (Horiba SZ-100), pH meter (SI Analytics), viskometer

    (Rheosys Merlin VR), dan climatic chamber (Memmert).

    E. Tata Cara Penelitian

    1. Formula sediaan nanokrim KAD

    Formula acuan yang digunakan dalam pembuatan sediaan nanokrim

    O/W tertera pada tabel I.

    Tabel I. Formula acuan nanokrim

    Bahan Fungsi Formula

    (%b/b)

    POEs Fase minyak 25

    Tween 80 Surfaktan 30,4

    Span 20 Surfaktan 7,6

    Aquadest Fase air 37

    (Abdulkarim et al., 2010)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    Berdasarkan formula acuan di atas dilakukan modifikasi pada

    penggantian fase minyak yang sebelumnya digunakan POEs (palm oil esters)

    menjadi VCO, penambahan zat aktif berupa kojic acid dipalmitate, penggantian

    surfaktan Span 20 menjadi kosurfaktan PEG 400. Modifikasi juga meliputi

    pengurangan fase minyak serta penambahan fase air yang dilakukan

    berdasarkan pengamatan pada saat orientasi pembuatan dikarenakan

    konsistensi nanokrim yang terlalu berminyak. Formula modifikasi yang

    dihasilkan tertera pada tabel II.

    Tabel II. Formula nanokrim KAD

    Bahan Fungsi Formula

    (%b/b)

    VCO Fase minyak 20

    KAD Zat aktif 1

    Tween 80 Surfaktan 30,4

    PEG 400 Kosurfaktan 7,6

    Aquadest Fase air 42

    2. Pembuatan sediaan nanokrim KAD

    Metode pembuatan nanokrim KAD mengacu pada penelitian yang

    dilakukan Abdulkarim et al. (2010a) mengenai pembuatan nanokrim

    piroksikam dengan metode energi tinggi jenis high-shear stirring dengan alat

    propeller. Modifikasi dilakukan pada alat yang digunakan, yang sebelumnya

    digunakan propeller diganti dengan menggunakan mixer yang sama-sama

    memiliki sistem rotor-stator dan prinsip high-shear stirring.

    Metode pembuatan nanokrim yang diacu dimulai dengan

    mencampurkan fase minyak dengan campuran surfaktan dengan propeller

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    selama 15 menit, kemudian ditambahkan zat aktif dan dicampur kembali selama

    30 menit, lalu ditambahkan fase air dan kembali dicampur selama 30 menit.

    Pada metode pembuatan nanokrim KAD yang dilakukan juga sama-

    sama dimulai dengan mencampurkan fase minyak, surfaktan, dan kosurfaktan

    yaitu VCO, Tween 80, dan PEG 400 dengan menggunakan mixer di dalam

    mangkuk plastik selama 15 menit. Setelah itu ditambahkan zat aktif KAD ke

    dalam campuran dan dicampur kembali selama 30 menit. Aquadest sebagai fase

    air ditambahkan ke dalam campuran dan dilakukan pencampuran kembali

    selama 30 menit.

    3. Evaluasi sifat fisik sediaan nanokrim KAD

    a. Uji organoleptis. Pengamatan secara visual terhadap bau, warna, bentuk

    atau konsistensi, dan ada tidaknya pemisahan fase sediaan nanokrim.

    b. Uji homogenitas. Sediaan nanokrim diletakkan di atas gelas objek,

    kemudian ditutup dengan penutup lalu diamati homogenitas dari dispersi

    partikelnya.

    c. Uji pH. Pengukuran pH sediaan nanokrim menggunakan pH meter,

    dilakukan dengan cara mencelupkan elektroda ke dalam nanokrim dan hasil

    pH akan langsung muncul pada layar setelah beberapa saat. Alat pH meter

    harus terkalibrasi secara berkala sesuai dengan indikator kebutuhan

    kalibrasi yang tertera pada layar pH meter. Kalibrasi dilakukan dengan

    menggunakan larutan buffer standar dengan pH 4 dan pH 7, pH meter harus

    bisa menunjukkan nilai pH yang benar sesuai dengan nilai pH buffer.

    Elektroda dicuci dengan aquadest setiap kali digunakan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    d. Uji tipe nanokrim. Uji dilakukan dengan mendispersikan nanokrim ke

    dalam fase air (1:100) dan juga ke dalam fase minyak (1:100). Nanokrim

    yang dapat terdispersi sempurna dalam fase air (aquadest) menunjukkan

    tipe nanokrim O/W, dan jika nanokrim dapat terdispersi sempurna dalam

    fase minyak (VCO) menunjukkan tipe nanokrim W/O.

    e. Uji ukuran droplet. Pengujian ukuran droplet nanokrim dilakukan dengan

    menggunakan PSA tipe dinamic light scattering. Pengujian dimulai dengan

    mengencerkan sampel sampai 1000 kali menggunakan akuabides,

    kemudian sampel dimasukkan ke dalam kuvet kaca dan diletakkan ke dalam

    alat PSA. Alat PSA akan bekerja dengan menembak droplet dengan sinar

    pada sudut 90°, droplet akan menghamburkan sinar dan hamburan sinar

    akan terbaca sebagai ukuran droplet pada program Horiba SZ-100.

    f. Uji viskositas. Pengukuran viskositas dilakukan menggunakan viskometer

    Merlin VR dengan sistem co-axial cylinders. Sediaan nanokrim diisi ke

    dalam tabung co-axial cylinders sampai setengah penuh, kemudian silinder

    bagian atas dari co-axial cylinders diturunkan dan diukur viskositasnya

    pada rentang kecepatan 1-250 rpm. Hasil nilai viskositas langsung terbaca

    dengan menggunakan program Rheosys micra.

    g. Uji daya sebar. Sediaan nanokrim ditimbang sebanyak 1 gram, diletakkan

    di atas kaca ekstensometer dengan alas millimeter block pada bagian tengah

    dan ditutup selama 1 menit dengan penutup kaca dan beban sebesar 125

    gram. Diameter sebaran sediaan diukur dengan mengambil panjang dari

    empat sisi lingkaran sebaran dan dirata-rata.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    h. Uji daya lekat. Sediaan nanokrim ditimbang sebanyak 0,03 gram, diletakkan

    pada gelas objek dan ditambahkan beban sebesar 1 kg selama 60 detik.

    Setelah itu beban diturunkan, dan gelas objek ditarik dengan beban anak

    timbang seberat 80 gram. Waktu yang dibutuhkan gelas objek sampai saling

    lepas dicatat.

    i. Perhitungan rasio pemisahan fase. Uji rasio pemisahan fase dilakukan jika

    terjadi pemisahan fase emulsi pada nanokrim. Uji rasio pemisahan fase

    dihitung dengan membandingkan volume emulsi yang memisah dengan

    volume total emulsi.

    4. Evaluasi stabilitas fisik sediaan nanokrim

    Evaluasi dilakukan dengan melihat parameter sifat fisik sediaan yang

    telah melalui uji stabilitas dipercepat yaitu sediaan yang disimpan pada suhu 40

    ± 2°C dengan RH sebesar 75 ± 5% selama satu bulan atau 30 hari dengan

    menggunakan climatic chamber. Apabila sampel tidak mengalami pemisahan

    fase emulsi, maka selanjutnya dilakukan pengujian sifat fisik terhadap

    nanokrim setelah penyimpanan.

    F. Analisis Data

    Data yang diperoleh pada penelitian ini berupa data sifat fisik nanokrim

    KAD yang meliputi sifat organoleptis, homogenitas, pH, tipe nanokrim, ukuran

    droplet, viskositas, daya sebar, dan daya lekat dari nanokrim baik sebelum maupun

    setelah dilakukan penyimpanan (accelerated testing). Jika setelah masa

    penyimpanan tidak ada pemisahan fase yang muncul pada nanokrim, maka

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    dilakukan kembali uji sifat fisik nanokrim. Uji statistik data menggunakan aplikasi

    program R 3.2.2. Uji normalitas distribusi data dilakukan dengan melihat nilai p (p-

    value) dengan tingkat kepercayaan 95%. Data yang terdistribusi normal akan diolah

    dengan uji T, sedangkan data yang tidak terdistribusi normal akan diolah dengan

    uji Wilcoxon untuk mendapatkan p-value. Jika p-value kurang dari 0,05, maka dapat

    disimpulkan terdapat perbedaan nilai yang bermakna setelah sampel mengalami

    penyimpanan atau dapat dikatakan nanokrim mengalami ketidakstabilan.

    Jika selama masa penyimpanan terjadi pemisahan fase sebagai bentuk

    ketidakstabilan, maka tidak dilakukan uji sifat fisik tetapi dilakukan perhitungan

    rasio pemisahan fase dengan menghitung rasio volume nanokrim yang memisah

    dibandingkan volume total nanokrim.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Metode Pembuatan

    Nanokrim KAD dibuat dengan menggunakan metode emulsifikasi energi

    tinggi high-shear stirring karena dibuat dengan menggunakan mixer yang memiliki

    sistem rotor-stator. Tata cara pembuatan nanokrim mengacu pada pembuatan

    nanokrim piroksikam yang telah dilakukan oleh Abdulkarim et al., pada tahun 2010

    dengan perbedaan pada bahan, zat aktif, dan jenis alat yang digunakan, tetapi alat

    yang digunakan sama-sama bersistem rotor-stator. Nanokrim KAD telah dibuat

    oleh Al-Edresi dan Baie (2010) dengan menggunakan metode energi rendah (EIP)

    dengan menggunakan alat pengaduk magnetik termodifikasi dengan elektroda dan

    dihasilkan nanokrim KAD dengan ukuran droplet sebesar < 350 nm.

    Perbedaan antara metode energi tinggi dengan metode energi rendah

    terletak pada energi yang dibutuhkan untuk pembuatan serta pada titik kritis yang

    menentukan keberhasilan dalam membuat droplet berukuran nano. Metode energi

    tinggi memerlukan energi yang lebih tinggi dibandingkan metode energi rendah,

    karena pada metode ini energi berpengaruh langsung terhadap proses pembentukan

    droplet, atau dapat dikatakan energi berperan sebagai pembentuk droplet sehingga

    terbentuk suatu nanoemulsi. Faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil droplet

    pada metode energi tinggi adalah jumlah surfaktan, karena surfaktan merupakan

    bahan yang dapat menurunkan tegangan muka antar fase sehingga fase minyak

    dapat terdispersi dalam fase air dan menjadi suatu nanoemulsi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    Pada pembuatan nanoemulsi energi rendah, tidak diperlukan energi

    sebesar metode energi tinggi karena proses pembentukan droplet tidak dipengaruhi

    oleh besarnya energi, tetapi bergantung pada perubahan komposisi bahan dan suhu

    pada saat pembuatan. Nanokrim KAD pada penelitian Al-Edresi dan Baie (2010)

    dilakukan dengan menggunakan energi rendah EIP, di mana faktor kritis

    pembentukan droplet terletak pada perubahan nilai HLB yang disebabkan oleh

    berubahnya jumlah air pada campuran bahan. Oleh karena itu, pembuatan

    nanoemulsi yang dilakukan Al-Edresi dan Baie (2010) dilakukan dengan

    menggunakan pengaduk magnetik yang telah termodifikasi dengan elektroda agar

    dapat mengetahui titik terjadinya perubahan fase emulsi dari W/O menjadi O/W.

    Sedangkan pada nanokrim KAD yang dibuat dalam penelitian ini, dibuat dengan

    menggunakan metode energi tinggi high-shear stirring dengan alat mixer. Droplet

    berukuran nano terbentuk dari adanya proses pencampuran (mixing) yang

    dilakukan oleh mixer.

    Nanokrim KAD dibuat dengan menggunakan surfaktan dan kosurfaktan.

    Penambahan kosurfaktan dilakukan agar dapat menurunkan jumlah surfaktan yang

    digunakan karena kosurfaktan dapat menurunkan tegangan muka antar fase lebih

    lanjut dan memfluidisasi lapisan film surfaktan, atau dengan kata lain kosurfaktan

    dapat membantu kerja surfaktan dalam menurunkan tegangan antar fase. Surfaktan

    dan kosurfaktan yang digunakan adalah Tween 80 dan PEG 400 yang memiliki

    nilai HLB sebesar 15 dan 13,1 dengan perbandingan 8 : 2 dalam konsentrasi 38%,

    dan memiliki nilai HLB gabungan sebesar 14,62 (lampiran 2). Nilai HLB yang

    digunakan dalam pembuatan nanokrim KAD sudah sesuai dengan nilai HLB yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    diperlukan dalam membuat suatu nanoemulsi menggunakan surfaktan Tween 80

    dan kosurfaktan PEG 400, dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan Suciati et

    al., (2010) yang membuat nanoemulsi yang stabil dengan menggunakan surfaktan

    Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400 dengan nilai HLB gabungan sebesar 14,37.

    Nanokrim KAD yang dibuat dalam penelitian ini memiliki ukuran droplet

    sebesar 270,21 nm. Ukuran droplet nanokrim KAD memenuhi kriteria ukuran

    droplet sediaan nanokrim yaitu sebesar 20-500 nm. Hal ini menunjukkan bahwa

    nanokrim KAD dapat dibuat baik dengan menggunakan metode energi tinggi high-

    shear stirring dengan alat mixer maupun dengan metode energi rendah EIP

    menggunakan alat pengaduk magnetik yang telah termodifikasi elektroda.

    B. Uji Sifat Fisik Nanokrim

    Sediaan dikatakan berkualitas jika memenuhi kriteria sifat fisik dan

    mampu mempertahankannya selama masa penyimpanan (stabil). Pengujian sifat

    fisik yang dilakukan meliputi sifat organoleptis, homogenitas, pH, tipe nanokrim,

    ukuran droplet, viskositas, daya sebar, dan daya lekat nanokrim.

    1. Uji organoleptis, homogenitas, dan pH

    Uji organoleptis yang dilakukan meliputi pengamatan fisik terhadap

    bau, warna, dan bentuk nanokrim. Uji organoleptis penting untuk dilakukan

    karena terkait dengan estetika produk dan penerimaan produk oleh konsumen.

    Uji organoleptis dapat mengamati secara langsung bentuk ketidakstabilan

    emulsi yang terjadi seperti pemisahan fase, perubahan bau dan warna. Hasil uji

    organoleptis, homogenitas, dan pH terdapat dalam tabel III.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    Tabel III. Data organoleptis, homogenitas, dan pH nanokrim

    Parameter Hasil

    Bau Khas kelapa

    Warna Putih kekuningan

    Bentuk Emulsi kental

    Pemisahan fase Tidak ada

    Homogenitas Homogen

    pH (x̄ ± SD) 7,19 ± 0,07

    Hasil uji organoleptis terhadap nanokrim KAD menunjukkan bahwa

    nanokrim memiliki bau khas kelapa yang berasal dari VCO yang merupakan

    fase minyak dari nanokrim, berwarna putih kekuningan, berbentuk emulsi

    kental, dan tidak terdapat pemisahan fase emulsi.

    Uji homogenitas dilakukan untuk memastikan bahwa semua bahan

    dalam nanokrim telah tercampur secara homogen sehingga terjadi keseragaman

    dosis saat digunakan. Pengukuran uji homogenitas didasarkan pada pengamatan

    secara visual terhadap distribusi partikel. Hasil dari pengamatan uji

    homogenitas nanokrim KAD menunjukkan bahwa nanokrim yang dibuat telah

    homogen, karena memiliki partikel yang terdistribusi secara merata, serta tidak

    mengalami penggumpalan.

    Sebagai sediaan topikal, nanokrim sebaiknya memiliki pH yang sama

    dengan pH kulit yaitu antara 4,5 hingga 7 untuk mencegah terjadinya iritasi

    kulit yang timbul akibat perbedaaan pH. Nanokrim KAD yang dibuat memiliki

    pH sebesar 7,19 yaitu sudah sesuai dengan pH kulit.

    2. Uji tipe nanokrim

    Uji tipe nanokrim dilakukan untuk mengetahui tipe emulsi nanokrim.

    Hasil dari pengujian tipe nanokrim menunjukkan bahwa nanokrim yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    dihasilkan memiliki tipe O/W karena nanokrim dapat terdispersi sempurna

    dalam air, tetapi tidak larut di dalam minyak (gambar 9). Tipe nanokrim O/W

    merupakan tipe nanokrim yang diinginkan, karena dalam tipe ini fase minyak

    VCO yang mengandung KAD terdispersi menjadi droplet berukuran nano.

    Gambar 9. Hasil pengujian tipe nanokrim, (a) didispersikan dalam aquadest, (b)

    didispersikan dalam VCO

    Penentuan tipe nanokrim yang diperoleh diperkuat dengan perhitungan

    nilai HLB sediaan. Nanokrim KAD memiliki nilai HLB sebesar 14,62. Sediaan

    dengan nilai HLB > 7 akan cenderung membentuk tipe emulsi O/W, sehingga

    berdasarkan perhitungan nilai HLB maka tipe nanokrim yang dibuat akan

    memiliki tipe emulsi O/W.

    3. Uji ukuran droplet

    Tujuan dari pengujian ukuran droplet adalah untuk mengetahui ukuran

    droplet nanokrim KAD. Hasil pengujian ukuran droplet (lampiran 6)

    menunjukkan bahwa ukuran droplet nanokrim KAD memenuhi kriteria sediaan

    (a) (b)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    nanokrim, karena masuk dalam rentang diameter 20-500 nm yang tertera dalam

    tabel IV.

    Tabel IV. Data hasil uji ukuran droplet, viskositas, daya sebar, dan daya

    lekat nanokrim

    Uji Hasil

    Ukuran droplet

    (x̄ ± SD)

    270,21 ± 66 nm

    Viskositas (287 rpm)

    (x̄ ± SD)

    4850,96 ± 730,28 dPa.s

    Daya sebar

    (x̄ ± SD)

    5,98 ± 0,13 cm

    Daya lekat

    (x̄ ± SD)

    1,08 ± 0,34 detik

    Gambar 10. Grafik hasil pengukuran droplet

    Grafik hasil pengukuran droplet nanokrim KAD (gambar10)

    menunjukkan bahwa nanokrim KAD memiliki beberapa ukuran droplet atau

    memiliki bentuk polidispers. Ukuran droplet yang dimiliki nanokrim KAD

    bervariasi antara 151,57 nm sampai 454,69 nm, sehingga dihasilkan peak yang

    lebar dengan nilai deviasi baku (SD) yang tinggi. SD merupakan indeks nomor

    yang mengindikasikan rata-rata variabilitas nilai. Dengan kata lain, standar

    deviasi menjelaskan jarak, rata-rata nilai dari mean (Hamdi and Bahruddin,

    2015). Semakin besar jarak antara nilai terhadap mean, semakin besar pula nilai

    SD. Sediaan nanokrim yang baik memiliki ukuran droplet yang seragam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    (monodispers). Ukuran droplet yang seragam dapat mencegah terjadinya

    bentuk ketidakstabilan Ostwald ripening.

    Distribusi ukuran droplet polidispers dapat disebabkan karena metode

    pembuatan nanokrim yang tidak optimum (Anonim, 2014). Nanoemulsi yang

    dibuat dengan melakukan pengulangan siklus pembuatan sebanyak lebih dari

    lima kali dapat menghasilkan sediaan yang memiliki stabilitas tinggi (Affandi,

    Julianto, and Majeed, 2011). Nanokrim KAD tidak dibuat dengan melakukan

    pengulangan siklus, hal ini diduga menjadi penyebab ukuran droplet yang tidak

    seragam dan merata. Penyebab lainnya terletak pada proses pengenceran yang

    dilakukan saat analisis menggunakan PSA dynamic light scattering. Dalam

    beberapa kasus, pengenceran dapat mengubah keadaan droplet dan

    mempengaruhi distribusi ukuran droplet (Anonim, 2014).

    4. Uji viskositas

    Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui viskositas sediaan

    nanokrim KAD. Hasil uji viskositas nanokrim (lampiran 7) yang dilakukan

    pada kecepatan 287 rpm tertera dalam tabel IV.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    Gambar 11. Grafik rheologi nanokrim KAD

    Grafik rheologi nanokrim KAD (gambar 11) menunjukkan bahwa sifat

    rheologi yang dimiliki nanokrim KAD mengikuti aliran non-Newtonian tipe

    pseudoplastik. Peningkatan shear stress pada pseudoplastik akan membuat rate

    of shear meningkat, sehingga bahan dengan tipe ini juga sering disebut shear-

    thinning system. Dengan kata lain, peningkatan shear rate akan membuat

    terjadinya penurunan viskositas nanokrim. Hasil sifat rheologi yang dimiliki

    nanokrim sudah sesuai dengan sifat rheologi yang dimiliki sediaan krim yaitu

    bersifat pseudoplastik (Norton, Spyropoulos, and Cox, 2010).

    Pada grafik rheologi (gambar 11) terlihat bahwa terdapat perbedaan

    pada data nilai viskositas pada titik pertama yang dimiliki data R3. Data R3

    memiliki nilai viskositas titik pertama yang lebih rendah dari nilai viskositas

    titik kedua, sehingga menunjukkan sifat yang tidak sesuai dengan tipe

    pseudoplastik. Hal ini diduga disebabkan karena terdapat rongga pada co-axial

    cylinders dengan tabung pada tahap pemutaran pertama, tetapi pada saat tahap

    Data R3

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    pemutaran yang kedua rongga telah hilang sehingga hasil viskositas yang

    dihasilkan sudah menunjukkan rheologi dengan tipe pseudoplastik.

    5. Uji daya sebar

    Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kelunakan nanokrim saat

    digunakan. Nanokrim yang lunak akan dapat menyebar dengan baik di kulit.

    Hasil uji daya sebar (tabel IV) menunjukkan sediaan nanokrim KAD memiliki

    daya sebar yang baik, karena sesuai dengan kriteria daya sebar krim yaitu

    berdiameter kurang dari 5 cm hingga 7 cm. Daya sebar nanokrim KAD

    memiliki diameter lebih dari 5 cm, tetapi kurang dari 7 cm yang menunjukkan

    bahwa nanokrim yang dihasilkan memiliki tipe semifluid krim.

    Nilai daya sebar berbanding terbalik dengan nilai viskositas. Pada

    penelitian ini, nilai daya sebar yang dimiliki nanokrim adalah sebesar 5,98 cm

    dengan viskositas pada kecepatan 287 rpm sebesar 4850,96 dPa.s.

    6. Uji daya lekat

    Uji daya lekat bertujuan untuk mengetahui konsistensi dan

    kenyamanan saat penggunaan nanokrim. Hasil uji daya lekat (tabel IV)

    menunjukkan bahwa nanokrim KAD memiliki daya lekat yang baik, karena

    memiliki waktu daya lekat kurang dari 4 detik (Syamsuni, 2006).

    Nilai daya lekat berbanding lurus dengan nilai viskositas, semakin

    besar daya lekat menandakan viskositas yang semakin tinggi (Prasad et al.,

    2012). Nilai daya lekat yang dimiliki nanokrim KAD adalah sebesar 1,08 detik

    dengan viskositas pada kecepatan 287 rpm sebesar 4850,96 dPa.s.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    C. Stabilitas Fisik Nanokrim

    Suatu sediaan nanokrim dikatakan stabil, jika selama masa penyimpanan

    stabilitas dipercepat tidak mengalami bentuk ketidakstabilan emulsi seperti

    creaming, flokulasi, koalesens, dan Ostwald ripening, serta tidak terjadi perbedaan

    bermakna antara hasil uji sifat fisik sebelum masa penyimpanan terhadap hasil uji

    sifat fisik setelah masa penyimpanan stabilitas dipercepat.

    Gambar 12. Pemisahan fase nanokrim setelah uji stabilitas dipercepat

    Uji stabilitas fisik nanokrim KAD dilakukan dengan penyimpanan

    nanokrim dalam climatic chamber selama 30 hari. Setelah masa penyimpanan,

    terlihat pemisahan fase emulsi dalam bentuk sedimentasi (gambar 12). Sedimentasi

    merupakan bentuk ketidakstabilan yang sama dengan creaming, perbedaannya

    terletak pada densitas fase dispersi. Sedimentasi atau downward creaming terjadi

    ketika densitas droplet lebih besar dari medium dispersi. Sebaliknya, creaming

    terjadi ketika densitas droplet lebih rendah dari medium dispersi. Sedimentasi

    ditandai dengan keberadaan droplet atau fase minyak yang saling berkumpul di

    bagian bawah wadah (Koroleva and Yurtov, 2012).

    Droplet nanokrim KAD berupa VCO yang memiliki densitas sebesar

    0,915 g/mL (Anonim, 2009). Medium dispersi nanokrim terdiri dari air, Tween 80,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 47

    dan PEG 400 yang memiliki densitas sebesar 1g/mL, 1,06 g/mL, dan 1,13 g/mL

    (Rowe et al., 2009). Secara teori, fase dispersi VCO yang memisah akan berada

    pada bagian atas wadah karena memiliki densitas yang lebih rendah dibanding

    densitas medium dispersi. Tetapi pada pemisahan fase yang terjadi, VCO berada

    pada bagian bawah wadah diduga karena di dalam VCO sudah terlarut zat aktif

    KAD sehingga memiliki densitas yang lebih besar dari medium dispersi.

    Pemisahan fase emulsi disebabkan karena terjadinya kontak antar droplet

    yang disebabkan oleh adanya gerak Brownian dan gaya gravitasi. Gerak Brownian

    merupakan gerakan acak partikel di dalam suatu medium cair. Droplet yang

    mengalami gerak Brownian akan memiliki kecenderungan mengalami peningkatan

    entropi, serta mengalami peningkatan gradien konsentrasi droplet yang

    menyebabkan terjadinya sedimentasi (Koroleva and Yurtov, 2012; McClements,

    2012).

    Kecepatan terjadinya ketidakstabilan nanoemulsi dipengaruhi oleh

    komposisi nanoemulsi dan pengaruh lingkungan, seperti tipe minyak, tipe

    surfaktan, pH, dan suhu. Stabilitas nanoemulsi dapat ditingkatkan dengan cara

    mengecilkan ukuran dan mengontrol distribusi ukuran droplet fase dispersi,

    meningkatkan viskositas nanoemulsi, dan menggunakan bahan tambahan yang

    berfungsi sebagai stabilizer. Viskositas yang tinggi memiliki tahanan alir yang

    tinggi, sehingga dapat mengurangi gerakan acak droplet dalam medium dispersi.

    Ukuran droplet kurang dari 90 nm dapat meningkatkan stabilitas nanoemulsi

    terhadap sedimentasi (Koroleva and Yurtov, 2012; McClements, 2012). Pemisahan

    fase yang terjadi pada nanokrim diduga disebabkan oleh komposisi nanokrim yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 48

    belum optimum, distribusi ukuran droplet yang tidak seragam, serta ukuran droplet

    yang lebih dari 90 nm.

    Perhitungan rasio pemisahan fase dilakukan dengan menghitung rasio

    volume nanokrim yang memisah dibandingkan volume total nanokrim. Rasio

    pemisahan fase merupakan salah satu parameter stabilitas fisik emulsi. Emulsi

    dikatakan stabil jika nilai rasio pemisahan fase bernilai 1, karena menunjukkan

    bahwa pemisahan fase emulsi tidak t