PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik...

109
PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF JACOBSON TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN TN.M DENGAN HIPERTENSI DIRUANG ANYELIR RSUD DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI DI SUSUN OLEH SITI NORMALA NIM. P13.052 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

Transcript of PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik...

Page 1: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF JACOBSON

TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA

ASUHAN KEPERAWATAN TN.M DENGAN

HIPERTENSI DIRUANG ANYELIR RSUD

DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO

WONOGIRI

DI SUSUN OLEH

SITI NORMALA

NIM. P13.052

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI

ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2016

Page 2: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

i

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF JACOBSON

TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA

ASUHAN KEPERAWATAN TN.M DENGAN

HIPERTENSI DIRUANG ANYELIR RSUD

DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO

WONOGIRI

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH

SITI NORMALA

NIM. P13.052

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI

ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2016

Page 3: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

ii

Page 4: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

iii

Page 5: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “ Pemberian Terapi Relaksasi Otot Progresfi untuk

Menurunkan Tekanan Darah pada Asuhan Keperawatan Tn.M dengan Hipertensi

di Ruang Anyelir RSUD DR. Soediran Mangun Sumarso.”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat :

1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma

Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di

STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di

Stikes Kusuma Husada Surakarta.

3. Alfyana Nadya R, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Sekretasi Program Studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat

menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.

4. Anissa Cindy N.A., S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen pembimbing sekaligus

sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan

Page 6: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

v

masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta

memfasilitasi demi sempurnya studi kasus ini.

5. Fakhrudin N. Sani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen penguji yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi

kasus ini.

6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya

serta ilmu yang bermanfaat.

7. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat

untuk menyelesaikan pendidikan.

8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma

Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,

yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan.Amin.

Surakrta, 12 Mei 2016

Siti Normala

NIM. P13052

Page 7: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL …………………………………………....... i

PERNYATAAN KEASLIAN PENULIS ………………………… ii

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………….. iii

KATA PENGANTAR …………………………………………….. iv

DAFTAR ISI ……………………………………………………… vi

DAFTAR TABEL ………………………………………………... ix

DAFTAR GAMBAR …………………………………………........ x

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………… xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………. 1

B. Tujuan Penulisan ……………………………….. 5

C. Manfaat Penulisan ……………………………… 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori …………………………………... 7

1. Hipertensi ………………………………….. 7

2. Asuhan Keperawatan Hipertensi ………….. 17

3. Relaksasi Otot Progrsif Jacobson …………. 26

4. Tekanan Darah ……………………………. 29

B. Kerang Teori ………………………………….. 35

Page 8: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

vii

BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subyek aplikasi riset …………………………... 36

B. Tempat dan waktu …………………………….. 36

C. Media atau alat yang digunakan ………………. 36

D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset …. 36

E. Alat ukur evaluasi tindakan aplikasi riset …….. 40

BAB IV LAPORAN KASUS

A. Identitas klien …………………………………. 41

B. Pengkajian …………………………………….. 41

C. Perumusan masalah keperawatan ……………... 49

D. Perencanaan …………………………………… 50

E. Implementasi ………………………………….. 52

F. Evaluasi ……………………………………….. 56

BAB V PEMBAHASAN

A. Pengkajian …………………………………….. 60

B. Perumusan masalah keperawatan …………….. 72

C. Perencanaan …………………………………… 76

D. Implementasi ………………………………….. 79

E. Evaluasi ……………………………………….. 84

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……………………………………. 88

B. Saran …………………………………………... 93

Page 9: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

viii

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 10: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

ix

DAFTAR TABEL

1. Tabel A. Tabel Tekanan Darah ………………… 31

2. Tabel B. Kategori Tekanan Darah ……………… 40

Page 11: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

x

DAFTAR GAMBAR

1. GAMBAR A. Kerangka teori ………………………… 35

2. GAMBAR B. Genogram ……………………………… 43

Page 12: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Usulan Judul

Lampiran 2. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 3. Surat Pernyataan

Lampiran 4. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 5. Jurnal Utama

Lampiran 6. Asuhan Keperawatan

Lempiran 7. Loog Book

Lampiran 8. Lembar pendelegasian pasien

Page 13: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan

prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara

maju (World Health Organizationl, 2003).

Penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini

menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan darah tinggi. Menurut

Khancit, pada 2011 WHO mencatat ada satu miliar orang terkena hipertensi.

Di Indonesia, angka penderita hipertensi mencapai 32% pada 2008 dengan

kisaran usia diatas 25 tahun. Jumlah penderita pria mencapai 42,7% ,

sedangkan 39,2% adalah wanita. Di Indonesia angka kejadian hipertensi

berkisar 6-15% dimana masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh

pelayanan kesehatan terutama daerah pedesaan. Sementara itu, berdasarkan

data NHANES (National Health and Nutrition Examination Survey)

memperlihatkan bahwa risiko hipertensi meningkat sesuai dengan peningkatan

usia. Data NHANES 2005-2008 memperlihatkan kurang lebih 76,4 juta orang

berusia ≥20 tahun adalah penderita hipertensi, berarti 1 dari 3 orang dewasa

menderita hipertensi (Candra, 2013)

Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas yang tidak terkontrol

(seperti keturunan, jenis kelamin, dan umur) dan yang dapat dikontrol (seperti

Page 14: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

2

kegemukan, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan

garam).Penderita hipertensi yang sangat heterogen membuktikan bahwa

penyakit ini bagaikan mosaik, diderita oleh orang banyak yang datang dari

berbagai subkelompok berisiko didalam masyarakat.Hal tersebut juga berarti

bahwa hipertensi dipengaruhi oleh faktor resiko ganda, baik yang bersifat

endogen seperti neurotransmitter, hormon dan genetik, maupun yang bersifat

eksogen seperti rokok, nutrisi dan stress. (Sigarlaki, 1995)

Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga

bisa menyebabkan kerusakan lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan

berdampak pada kematian yang tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi pada

kerusakan pembuluh darah jantung) serta penyempitan ventrikel kiri / bilik

kiri (terjadi pada otot jantung). Selain penyakit tersebut dapat pula

menyebabkan gagal ginjal, diabetes mellitus dan lain-lain.(Staessen, 2003)

Penyakit hipertensi ini seringnya datang secara diam-diam dan tidak

menunjukkan adanya gejala-gejala tertentu yang bisa dilihat dari luar sehingga

disebut sebagai the silent disease.Pada sebagian kasus hipertensi, penderita

tidak mengetahui atau menyadari bahwa dirinya telah menderita hipertensi

ketika tekanan darahnya berada di atas batas normal.Menyadarinya ketika

hipertensi yang dideritanya telah menyebabkan berbagai penyakit

komplikasi.(Sudarmoko, 2010).

Penatalaksanaan hipertensi dapat digunakan dengan farmakologi dan

non farmakologis.Penanganan secara farmakologis terdiri atas pemberian obat

Page 15: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

3

yang bersifat diuretic, simpatik, beta bloker dan vasodilator yang mempunyai

efek samping penurunan curah jantung. Sedangkan penanganan non

farmakologi merupakan penanganan yang meliputi penurunan berat badan,

olahraga secara teratur, diet rendah garam dan lemak dan terapi komplementer

(Ramadi, 2012). Terapi komplementer banyak digunakan untuk mengatasi

hipertensi karena bersifat alamiah dan tidak menimbulkan efek samping yang

berbahaya.Terapi komplementer yang bersifat terapi pengobatan alamiah

diantaranya adalah dengan terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi otot progresif,

meditasi, terapi tawa, akupuntur, aroma terapi dan refleksologi.Terapi

komplementer untuk mengatasi hipertensi diantaranya adalah terapi relaksasi

otot progresif, terapi musik, senam aerobik dan yoga (Triyanto, 2014).

Salah satu terapi komplementer yang digunakan untuk hipertensi yaitu

relaksasi otot progresif yang merupakan prosedur untuk mengurangi

ketegangan atau kecemasan dengan cara melatih penderita untuk merilekskan

otot-otot dalam tubuh (Padila, 2013). Cara yang dilakukan dalam bentuk

pernafasan diafragma atau diaphragmatic breathing, meditasi atau attention-

focussing exercises, relaksasi perilaku atau behavioral relaxation training dan

relaksasi otot atau progressive muscle relaxation (Ramdhani, 2009).

Relaksasi otot progresif menurut Jacobson adalah suatu keterampilan

yang dapat dipelajari dan digunakan untuk mengurangi untuk menghilangkan

ketegangan dan mengalami rasa nyaman tanpa tergantung pada hal atau

subyek di luar dirinya. Relaksasi otot progresif Jacobson ini dapat membantu

menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi, insomnia dan asma serta

Page 16: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

4

dapat melawan rasa cemas, stress atau tegang dengan menegangkan atau

melemaskan otot sehingga seseorang bisa menghilangkan kontraksi otot dan

menjadi rileks (Resti, 2014). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Shinde

dkk pada tahun 2013 menunjukkan bahwa terdapat penurunan tekanan darah

sebesar 3 mmHg setelah dilakukan relaksasi otot progresif pada 105 penderita

hipertensi.

Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan adalah membantu

penderita hipertensi untuk mempertahankan tekanan darah pada tingkat

optimal dan meningkatkan kualitas kehidupan secara maksimal dengan cara

memberi intervensi asuhan keperawatan, sehingga dapat terjadi perbaikan

kondisi kesehatan. Salah satu tindakan yang dapat diberikan untuk

menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi adalah terapi relaksasi

otot progresif Jacobson. Pemberian teknik relaksasi otot progresif dilakukan

sebelum pemberian obat-obatan hipertensi dan berperan dalam keberhasilan

penanganan hipertensi. (Triyanto, 2014)

Pada pasien Tn.M mengalami hipertensi dan dilakukan tindakan non

farmakologi yaitu pemberian teknik relaksasi otot progresif menurut Jacobson.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

mengimplementasikan tindakan relaksasi otot progresif sebagai bentuk

aplikasi hasil penelitian dalam bentuk pengelolaan kasus yang dituangkan

dalam karya tulis ilmiah dengan judul “Pemberian Teknik Relaksasi Otot

Progresif Menurut Jacobson Untuk Menurunkan Tekanan Darah pada Pasien

Page 17: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

5

Hipertensi di Bangsal Anyelir di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso

Wonogiri”

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya tulis terdiri dari :

1. Tujuan umum

Mengaplikasikan tindakan pemberian relaksasi otot progresif dengan

teknik Jacobson untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi di

Rumah Sakit RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

2. Tujuan khusus

Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi

meliputi:

a). Mampu melaksanakan pengkajian pada Tn.M dengan hipertensi

b). Mampu merumuskan diagnosa sesuai prioritas pada Tn.M dengan

hipertensi.

c). Mampu membuat rencana tindakan keperawatan kepada Tn.M dengan

hipertensi.

d). Mengimplementasi tindakan keperawatan pada Tn.M hipertensi.

e). Mengevaluasi asuhan keperawatan Tn.M hipertensi.

Page 18: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

6

C. Manfaat Penuliasan

1. Mahasiswa

Menambah wawasan atau pengetahuan dalam pembuatan karya tulis

ilmiah dan pemecahan masalah pada klien Hipertensi terutama tindakan

mandiri keperawatan.

2. Institusi

Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan

khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk

pelayanan asuhan keperawatan pada pasien di Rumah Sakit nanntinya.

3. Rumah Sakit

Mempercepat proses penyembuhan pasien dengan pemberian tindakan

mandiri keperawatan dan asuhan keperawatan kepada pasien.

Page 19: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Hipertensi

a. Definisi

Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan

dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang

ditunjukkan oleh angka systolik (bagian atas) dan diastolik (angka bawah)pada

pemeriksaan tekanan darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang

berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) atau alat digital lainnya. Nilai normal

tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat

aktivitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg.Dalam

aktivitas sehari-sehari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka

kisaran stabil.Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun

saat tidur dan meningkatkan diwaktu beraktivitas atau berolahraga (Pudiastuti,

2013).

Hipertensi atau darah tinggi sangat bervariasi bergantung bagaimana

seseorang memandangnya.Secara umum hipertensi adalah kondisi tekanan darah

seseorang yang berada di atas batas-batas tekanan darah normal.Hipertensi

disebut juga pembunuh gelap atau silent killer.Hipertensi dengan secara tiba-tiba

dapat mematikan seseorang tanpa diketahui gejalanya terlebih dahulu

(Susilo&Wulandari, 2011).

Page 20: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

8

Menurut World Health Organizational, batas tekanan darah yang masih di

anggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari

140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi (batas tersebut diperutukkan bagi

individu dewasa diatas 18 tahun). Sebetulnya batas antara tekanan darah normal

dan tekanan darah tinggi tidak jelas, sehingga klasifikasi hipertensi di buat

berdasarkan tingkat tingginya tekanan darah yang mengakibatkan resiko

penyakit jantung dan pembuluh darah (Triyanto, 2014).

b. Penyebab Hipertensi

Menurut Yekti dan Ari (2011) bahwa hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor

yang sangat memperngaruhi satu sama lain. Berikut ini faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya Hipertensi yaitu : 1) toksin, 2) faktor genetik, 3) umur, 4)

jenis, 5) etnis, 6) stress, 7) kegemukan, 8) nutrisi, 9) merokok, 10) narkoba, 11)

alkohol, 12) kafein, 13) kurang olahraga, 14) kolesterol tinggi.

Menurut Pudiastuti (2013) bahwa penyebab hipertensi dibagi menjadi 3 yaitu :

1) Secara genetis

a) Gangguan fungsi barostat rena

b) Sensitifitas terhadap konsumsi garam

c) Abnormalitas transportasi natrium kalium

d) Respon SSP (sistem saraf pusat) terhadap stimulus psiko-sosial

e) Gangguan metabolisme (glukosa, lipid, dan resistensi insulin)

Page 21: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

9

2) Faktor lingkungan

a) Faktor psikososial : kebiasaan hidup, pekerjaan, stress mental,

aktivitas fisik, status sosial ekonomi, keturunan, kegemukan, dan konsumsi

minuman keras (beralkohol)

b) Faktor konsumsi garam : penggunaan obat-obatan seperti golongan

kortikosteroid (cortisone) dan beberapa obat hormone, termasuk beberapa

obat antiradang (anti-flamasi) secara terus menerus dapat meningkatkan

tekanan darah seseorang

c) Merokok juga merupakan faktor penyebab terjadinya peningkatan

tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin

3) Adaptasi struktural jantung serta pembuluh darah

a) Pada jantung : terjadi hypertropi dan hyperplasia miosit

b) Pada pembuluh darah : terjadi vaskuler hypertropi

c. Faktor Resiko Hipertensi

Menurut Purwanto (2012) faktor risiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasi

antara lain :

1) Keturunan

Anak dengan orang tua yang memiliki hipertensi, 70% - 80% memiliki risiko

untuk menderita hipertensi.

2) Jenis kelamin

Pada perempuan 31,7% risiko hipertensi akan terjadi setelah menopause yang

menunjukkan adanya pengaruh hormone.

Page 22: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

10

3) Umur

Untuk penderita hipertensi dengan persentase 65,4% terjadi pada umur 69

tahun.

4) Orang yang mengalami stress psikososial

Apabila stress berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan

darah yang menetap.

5) Kegemukan atau obesitas

Tingginnya peningkatan tekanan darah bergantung pada besarnya

penambahan berat badan dan kolestrol.

6) Kurang olahraga

Olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah pada semua

kelompok baik hipertensi maupun normotensi.

7) Perokok

Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf menyebabkan peningkatan

tekanan darah, denyut jantung, kontraksi otot jantung, pemakaian O2

bertambah, aliran darah dikoroner meningkat dan vasokontriksi pada

pembuluh darah.

8) Peminum alkohol

Peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta

kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan darah.

Page 23: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

11

d. Derajat Hipertensi

Menurut Joint Nattional Committee (JNC) VII derajat hipertensi dapat

dikelompokkan yaitu (Triyanto, 2014) :

1) High Normal yaitu sistolik 130-139 mmHg dan diastolik 85-89 mmHg.

2) Hipertensi Grade 1 atau ringan yaitu sitolik 140-159 mmHg dan

diastolik 90-99 mmHg.

3) Hipertensi Grade 2 atau sedang yaitu sistolik 160-179 mmHg dan

diastolik 100-109 mmHg.

4) Hipertensi Grade 3 atau berat sistolik 180-209 mmHg dan diastolik 100-

119 mmHg.

5) Hipertensi Grade 4 atau sangat berat sitolik >210 mmHg dan diastolik

antara 120 mmHg.

e. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala hipertensi menurut Pudiastuti (2013) antara lain :

1) Penglihatan kabur karena kerusakan retina

2) Nyeri pada kepala

3) Mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intra kranial

4) Edema dependent

5) Adanya pembengkakan karena meningkatnya tekanan kapiler

Page 24: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

12

Menurut Padila (2013) bahwa tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan

menjadi :

1) Tidak ada gejala : tidak ada gejala yang spesifik yang dapat

dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan

tekanan arteri oleh dokter yeng memeriksa. Hal ini berarti hipertensi

arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

2) Gejala yang lazim : sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang

menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam

kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai

kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

f. Patofisiologi

Meningkatnya tekanan darah dalam arteri terjadi ketika jantung memompa

lebih kuatsehingga mengalirkan banyak cairan yang mengakibatkan arteri

besar kehilangan kelenturan, menjadi kaku dan tidak dapat mengembang saat

jantung memompa darah melalui arteri sehingga darah dipaksa melalui

pembuluh yang sempit dan menyebabkan naiknya tekanan darah.Tekanan

darah meningkat ketika vasokonstriksi, jika arteri kecil (arteriola) sementara

waktu mengkerut karena rangsangan saraf atau hormon dalam darah.Faktor-

faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan dalam fungsi ginjal dan sistem

saraf otonom yang mengatur fungsi tubuh secara otomatis. Jika tekanan darah

meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang

Page 25: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

13

menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah

ke normal.

Ginjal bisa meningkatkan tekanan darah dengan mengasilkan enzim renin

yang memicu pembentukan hormon angiotensin dan pelepasan hormon

aldosteron.Sistem saraf simpatis sementara waktu meningkatkan tekanan

darah selama respon fight-or-flight atau (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman

dari luar), saraf simpatis juga meningkatkan kecepatan dan kekuatan deyut

jantung, melepaskan hormon epinefrin yaitu (adrenalin) dan nonepinefrin

(nonadrenalin) yang merasang jantung dan pembuluh darah. Ditambah lagi

tress merupakan faktor pecentus meningkatkannya tekanan darah dengan

proses pelepasan hormon epinefrin dan nonepinefrin (Triyanto, 2014).

g. Komplikasi Hipertensi

Menurut Murwani (2009) komplikasi dari hipertensi yaitu :

1) Pada Ginjal

Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan glomerulus.Hal tersebut

terjadi pada hipertensi kronik.

2) Pada Otak

Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan

oleh hipertensi.

Page 26: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

14

3) Pada Mata

Tekanan darah yang tinggi dan hipertensi berlangsung lama dapat

menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada retina.

4) Pada Jantung

Jantung yang terus-menerus memompa darah dengan tekanan tinggi

menyebabkan pembesaran vertikel kiri sehingga darah akan

berkurang.

h. Manifestasi Klinis

Menurut Adinil (2004) dalam Triyanto (2014) gejala klinis yang

dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa pusing, mudah marah,

telinga berdengung, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat ditengkuk, mudah

lelah, mata berkunang-kunang, dan mimisan.

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala

sampai bertahun-tahun.Gejala bila ada menujukkan adanya kerusakan

vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang

divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan, perubahan patologis pada

ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada pada

malam hari) dan azetoma peningkatan nitrogen urea dalam tubuh (BUN) dan

kreatin.Keterlibatkan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau

serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara

pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan.

Page 27: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

15

Sebagai besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi

bertahun-tahun berupa nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual

dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intracranial.Pada pemeriksa

fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi

dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat

(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat,

edema pupil (edema pada diskus optikus). Gejala lain yang umumnya terjadi

pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran

darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain

(Triyanto, 2014).

Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian gejala klinis timbul :

1) Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,

akibat peningkatan tekanan darah intracranial.

2) Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.

3) Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf

pusat.

4) Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerolus.

5) Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan

kapiler.

Page 28: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

16

i. Penatalaksanaan Hipertensi

Menurut Padila (2013), penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu :

1) Farmakologi

Obat diuretika, beta blocker seperti captropil, calcium channel blocker

atau penghambat ACE digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan

memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada

penderita.

2) Non farmokologi

a) Diet

Diet rendah kolesterol dan asam lemak jenuh, penurunan BB, asupan

etanol, menghentikan rokok, diet tinggi kalium.

b) Latihan fisik

Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah.

c) Pendidikan kesehatan

Meningkatkan pengetahuan dan pengelolaannya hipertensi sehingga

dapat mempertahankan hidup dan mencegah komplikasi.

d) Edukasi psikologis

• Tehnik biofeedback

Biofeedback digunakan untuk mengatasi nyeri kepala dan

migrain,kecemasan dan ketegangan.

Page 29: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

17

• Tehnik relaksasi

Latihan fisik olahraga teratur untuk penderita hipertensi.

• Terapi komplementer

Besifat alamiah untuk mengatasi hipertensis, misalnya tehnik

relaksai otot progresis.

2. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan menurut NANDA 2011 antara lain :

a. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat

mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan

keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Dermawan,

2012)

a) Data biografi : nama, alamat,umur, tanggal MRS, diagnose medis,

penanggung jawab, catatan kedatangan

b) Riwayat kesehatan :

• Keluhan utama : biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan

kepala pusing dan bagian kuduk terasa berat, tidak bisa tidur.

• Riwayat kesehatan sekarang : biasanya pada saat dilakukan

pengkajian pasien masih mengeluh kepala terasa sakit dan berat,

penglihatan berkunang-kunang, tidak bisa tidur.

Page 30: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

18

• Riwayat kesehatan dahulu : biasanya penyakit hipertensi ini

adalah penyakit yang sudah lama dialami oleh pasien, dan

biasanya pasien mengkonsumsi obat rutin seperti Captropil.

• Riwayat kesehatan keluarga : biasanya penyakit hipertensi ini

adalah penyakit keturunan.

c) Data dasar pengkajian

• Aktivitas / istirahat

Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton

Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

takipnea

• Sirkulasi

Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung

coroner, penyakit serabrovaskuler

Tanda : kenaikan tekanan darah, hipotensi postural, takhikardi,

perubahan warna kulit, suhu dingin

• Integritas Ego

Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,

euphoria, faktor stress multiple

Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue

perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernafasan

menghela, peningkatan pola bicara

Page 31: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

19

• Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu

• Makanan / Cairan

Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan

tinggi garam, lemak dan kolesterol

Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema

• Neurosensori

Gejala : keluhan pusing / pening, sakit kepala, berdenyut sakit

kepala, berdenyut gangguan penglihatan, episode epistaksis

Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,

perubahan retinal optic

• Nyeri / Ketidaknyamanan

Gejala : angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala

oksipital berat, nyeri abdomen

• Pernafasan

Gejala : dyspnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea,

ortopnea, dyspnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa

sputum, riwayat merokok

Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernafasan,

bunyi nafas tambahan, sianosis

Page 32: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

20

• Keamanan

Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon

individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan / proses

kehidupan yang aktual / potensial yang merupakan dasar untuk memilih

intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung

jawab perawat (Dermawan, 2012).

a) Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload.

b) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis : peningkatan

tekanan darah.

c) Perubahan perfusi jaringan serebral erhubungan dengan gangguan

sirkulasi.

d) Defisiensi pengetahuan perubahan kurangnya informasi tentang

penyakit.

c. Perancanaan

Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang

merupakan keputusan awal tentang sesuatu yang dilakukan, bagaiman

dilakukan, kapan akan dilakukan, dan siapa yang akan melakukan dari semua

tindakan keperawatan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi fokus

Page 33: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

21

keperawatan kepada klien atau kelompok, untuk membedakan tanggung

jawab perawat dengan profesi kesehatan lain, untuk menyediakan suatu

kriteria guna pengulangan dan evaluasi keperawatan, untuk menyediakan

kriteria dan klasifikasi pasien (Dermawan, 2012).

a) Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload.

Kriteria hasil :

• Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan berat yang

diterima.

• Pasien memperlihatkn irama dan frekuensi jantung stabil dalam

rentang normal.

Intervensi :

• Pantau tekanan darah untuk evaluasi awal.

Rasional : perbandingan tekanan memberikan gambaran tentang

keterlibatkan atau bidang masalah vascular.

• Catat keberadaaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.

Rasional : denyut karotis, jugularis, radialis, dan femoralis dapat

terpalpasi sedangkan denyut tungkai mungkin menurun.

• Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.

Rasional : S4 terdengar pada pasien hipertensi berat karena ada

hipertropi atrium (peningkatan volume atau tekanan atrium)

Page 34: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

22

perkembangan S3 menunjukkan hipertropi ventrikel dari

kerusakan fungsi.

• Catat edema umum atau tertentu.

Rasional : mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau

vascular

• Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurangi aktivitas atau

keributan dan batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.

Rasional : membantu menurunkan rangsang simpatis dan

meningkatkan relaksasi.

b) Nyeri akut berhubungan agen cidera biologis.

Kriteria hasil :

• Pasien akan melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.

• Pasien akan mengungkapkan metode yang memberikan

pengurangan.

• Pasien akan mengikuti regimen farmakologi yang diresapkan.

Intervensi :

• Mempertahankan tirang baring selama masa akut.

Rasional : meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi.

• Memberikan tindakan non farmakologis untuk menghilangkan sakit

kepala (kompres dingin, teknik relaksasi).

Page 35: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

23

Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral dan

yang memperlambat respon simpatis efektif menghilangkan sakit

kepala dan komplikasinya.

• Meminimalkan aktivitas vasokontriksi yang meningkatkan sakit

kepala (mengejan saat BAB, batuk dan membungkuk).

Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan

sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskular serebral.

• Kolaborasi dokter dengan pemberian analgesic

Rasional : menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan

rangsangan sistem saraf simpatis.

c) Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan

sirkulasi

Kriteria hasil :

• Tanda tanda vital dalam batas normal

• Pusing hilang

Intervensi :

• Pertahankan tirah baring, tinggikan posisi kepala 45

Rasional : meningkatkan relaksasi.

• Kaji tekanan darah

Rasional : mengetahui keadaan umum.

• Pantau peningkatan TIK

Page 36: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

24

Rasional : mencegah terjadinya peningkatan TIK.

• Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai advis dokter

Rasional : meningkatkan intravaskuler.

d) Definisi pengetahuan berhubungan berkurangnya informasi tentang

penyakit.

Kriteria hasil :

• Pasien mengatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi dan program

pengobatan.

• Pasien mampu menjelaskan apa yang dijelaskan oleh perawat atau tim

kesehatan lainnya

Intervensi :

• Gambarkan tanda dan gejala yang bisa muncul pada penyakit dengan

cara yang tepat.

Rasional : mengetahui tanda dan gejalayang bisa muncul pada

penyakit.

• Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepat.

Rasional : mengetahui kemungkinan penyebab

• Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk

mencegah komplikasi di masa yang akan datang.

Rasional : mengetahui cara mencegah komplikasi

Page 37: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

25

• Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.

Rasional : mengetahui terapi yang tepat.

d. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan asuhan keperawatan antara

dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku

klien yang tampil. Tujuan dari evaluasi antara lain untuk menentukan

perkembangan kesehatan klien, menilai efektifitas dan efisiensi tindakan

keperawatan, mendapatkan umpan balik dari respon klien dan sebagai

tanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan(Dermawan, 2012).

Hasil yang diharapkan pada asuhan keperawatan pasien dengan

hipertensi (Sudarta, 2013) :

a) Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah

b) Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

c) Melaporkan peningkatan dalam intoleransi aktivitas yang dapat diukur

d) Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol

e) Menunjukkan perubahan pola makan, baik kualitas maupun kuantitas

f) Mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan memelihara

kesehatan optimal

g) Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi

Page 38: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

26

3. Teknik Relaksasi Otot Progresif Jacobson

Relakasasi ada beberapa macam menurut Miltenberger (2004) mengemukkan 4

macam relaksasi yaitu relaksasi otot (progressive muscle relaxation), pernafasan

(diaphragmatic breathing), meditasi (attention focusing exercises), dan relaksasi

perilaku (behavioral relaxation training).

Menurut Ramdhani (2006) relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan

diri yang didasarkan pada cara kerja system saraf simpatis dan parasimpatis.

Teknik relaksasi menghasilkan respon fisiologis yang terintegrasi dan juga

menggangu bagian dari kesadaran yang dikenal sebagai “respon relaksasi benson”.

(Endang, 2014).

Relaksasi adalah salah satu teknik dalam terapi perilaku yang dikembangkan oleh

Jacobson dan Wolpe untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan.(Neila dan

Adhiyos, 2011).

Dari sudut pandang ilmiah relaksasi merupakan 2 perpanjangan serabut otot

skeletal, sedangkan ketegangan merupakan kontraksi terhadap perpindahan serabut

otot (Neila dan Adhiyos, 2011).

Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau keyegangan jiwa.

Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan melonggarkan otot tubuh sambil

membayangkan sesuatu dengan damai, indah dan menyenangkan.Relaksasi dapat bila

dilakukan dengan mendengarkan musik dan bernyanyi. (Lany, 2012)

Teknik relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang

didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatetis dan parasimpatetis. Teknik

Page 39: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

27

relaksasi dapat dilakukan mengurangi ketegangan, insomnia dan asma serta dapat

dilakukan pada penderita hipertensi (Ramdhani, 2009). Menurut Harmano (2010)

Relaksasi otot progresif adalah suatu metode relaksasi melalui dua proses yaitu

menegangkan otot dan merilekskan otot tubuh. Latihan adalah salah satu dari yang

paling sederhana dan mudah dipelajari.

Salah satu masalah yang terjadi pada hipertensi adalah peningkatan tekanan

darah. Penangan pada hipertensi untuk menurunkan tekanan darah bisa dilakukan

dengan penangan non famakologi yaitu terapi komplementer dengan cara teknik

relaksasi otot progresif Jacobson (Shinde dkk. 2013).

Teknik relaksasi otot progresif Jacobson dapat membantu mengendalikan tekanan

darah pada pasien hipertensi, terlepas dari tingkat awal hipertensi dengan tindakan

sedeharna yaitu meregangkan otot (Shinde dkk. 2013).Hal tersebut disebabkan karena

respon relaksasi bekerja lebih dominan pada sistem saraf parasimpatik, sehingga

mengendorkan saraf yang tegang.Saraf parasimpatik berfungsi mengendalikan

pernafasan dan denyut jantung untuk tubuh menjadi rileks. Ketika respon relaksasi

disarankan oleh tubuh, maka akan memperhambat detak jantung sehingga dalam

memompa darah keseluruh tubuh menjadi efektif dan tekanan darah pun menurun

(Junaidi, 2010).

Teknik relaksasi otot progresif Jacobson terhadap penurunan tekanan darah pada

hipertensi dapat menunjukkan keberhasilan perbedaan yang signifikan dalam tekanan

darah pada sebelum dan sesudah dilakukannya teknik relaksasi otot progresif

Jacobson yaitu terjadi penurunan tekanan darah sebesar 3 mmHg. Pelaksanaan dari

Page 40: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

28

teknik relaksasi otot progresif Jacobson yaitu dilakukan latihan melemaskan atau

menegangkan otot selama 30 menit dengan cara mata tertutup, berbaring telentang

dan menarik nafas dalam (Shinde dkk, 2013).

Tujuan latihan relaksasi adalah untuk menghasilkan respon yang dapat

memerangi respon stres. Bila tujuannya telah tercapai maka aksi hipotalamus akan

menyesuaikan dan terjadi penurunan aktifitas sistem saraf simpatik dan parasimpatik.

Urutan efek fisiologi dan gejala maupun tandanya akan terputus dan stres psikologis

akan berkurang (Smeltzer & Bare, 2011).

Sedangkan menurut Rhamdani (2009) relaksasi otot di bagi menjadi 3 yaitu :

a. Relaxation via tension-relaxation

Metode ini di gunakan agar individu dapat merasakan perbedaan antara saat-

saat otot tubuhnya tegang dan saat otot tubuhnya lemas.Otot yang dilatih

adalah otot lengan, tangan, bisep, bahu, leher, wajah, perut dan kaki.

b. Relaxation via letting go

Metode ini biasanya merupakan tahap berikutnya dari relaxation via

tension-relaxation yaitu latihan untuk memperdalam dan menyadari

relaksasi.

c. Differential relaxation

Differential relaxation adalah merupakan salah satu penerapan ketrampilan

relaksasi progresif dimana tidak hanya menyadari kelompok otot yang

diperlukan untuk melakukan aktivitas tertentu saja tetapi juga

Page 41: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

29

mengidentifikasi dan lebih menyadari lagi otot-otot yang tidak perlu untuk

melakukan aktivitas.

Hal-hal yang disarankan dan diperhatikan dalam relaksasi otot progresif

(Richmond, 2010):

1) Selalu latihan di tempat yang tenang, sendirian tanpa atau menggunakan

audio untuk membantu konsentrasi pada kelompok otot.

2) Melepaskan sepatu dan pakaian tebal.

3) Hindari makan, merokok dan minum, yang terbaik melakukan latihan

sebelum makan.

4) Tidak boleh latihan setelah minum minuman keras.

5) Latihan dilakukan dengan posisi duduk, tetapi dapat juga dengan posisi

tidur.

6) Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri

sendiri. Latihan membutuhkan waktu 15 sampai 20 menit.

4. Tekanan Darah

a. Definisi

Tekanan darah adalah kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang di

dorong dengan tekanan dari jantung (Perry&Potter, 2005).

Tekanan darah merupakan ukuran tekanan darah di dalam arteri yang didapat

dari setiap denyut jantung.Masalah yang dapat terjadi pada hipertensi yaitu nyeri

kepala, perdarahan pada hidung dan peningkatan tekanan darah itu sendiri.

Page 42: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

30

Peningkatan tekanan darah pada hipertensi harus segera di tangani karena jika

tidak segera dilakukan pengobatan dapat mengakibatkan penurunan kesadaran

bahkan koma karena pembekaan otak (Adib, 2011).

b. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah

Tekanan darah tidak konstan namun dipengaruhi oleh banyak faktor secara

kontinu sepanjang hari.Tidak ada pengukuran tekanan darah yang dapat secara

adekuat menunjukkan tekanan darah klien.Meskipun saat dalam dalam kondisi

yang paling baik, tekanan darah berubah dari satu denyut jantung ke denyut

lainnya.

1) Usia

Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan. Tingkat

tekanan darah anak-anak atau remaja dikaji dengan memperhitungkan ukuran

tubuh atau usia. Tekanan darah dewasa cendurung meningkat seiring dengan

pertambahan usia. Lansia tekanan sistoliknya meningkat sehubungan dengan

penurunan elastisitas pembuluh darah.

Page 43: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

31

Table : 1 Tekanan Darah Normal

Tekanan Darah Normal Rata-Rata

Usia Tekanan darah (mmHg)

Bayi baru lahir (3000 gr) 40

1 bulan 85/54

1 tahun 95/65

6 tahun 105/65

10-13 tahun 110/65

14-17 tahun 120/75

Dewasa tengah 120/80

Lansia 140/90

(sumber : Potter & Perry, 2005)

2) Stres

Ansiestas, takut, nyeri dan stress emosi mengakibatkan stimulasi simpatik

yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vaskuler

perifer. Efek stimulasi simpatik meningkatkan tekanan darah.Stres adalah

segala situasi dimana tuntutan otot spesifik mengharuskan seseorang individu

untuk berespon atau melakukan tindakan (Perry & Potter, 2015).

3) Medikasi

Banyak medikasi yang secara langsung maupun tidak langsung yang

mempengaruhi tekanan darah.Selama pengkajian tekanan darah, perawat

Page 44: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

32

menanyakan apakah klien menerima medikasi antihipertensi yang

menurunkan tekanan darah. Golongan medikasi lain yang mempengaruhi

tekanan darah adalah analgetik narkotik yang dapat menurunkan tekanan

darah.

4) Jenis kelamin

Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada

anak laki-laki atau perempuan.Setelah pubertas, pria cenderung memiliki

bacaan tekanan darah yang lebih tinggi. Setelah menopause, wanita cenderung

memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pada pria pada usia tersebut.

c. Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah arteri dapat diukur baik secara langsung (secara invasif)

maupun tidak langsung (secara tidak invasif).Metode langsung memerlukan

insersi kateter kecil kedalam arteri.Metode non invasife adalah metode yang

paling umum dengan menggunakan spigmomanometer dan stetoskop.Pengukuran

tekanan darah secara tidak langsung menggunakan auskultasi dan palpasi,

auskultasi merupakan teknik yang paling sering digunakan (Perry & Potter,

2005).Sebelum melakukan pengukuran tekanan darah anjurkan klien untuk

menghindari kafein dan merokok 30 menit. Kaji posisi yang paling baik

menyiapkan peralatan dalam kondisi baik yang meliputi spigmomanometer,

kantung dan manset, stetoskop, pena dan lembar observasi. Adapun posedur

pengukuran tekanan darah adalah sebagai berikut (Perry & Potter, 2015) :

Page 45: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

33

a. Bantu klien untuk mengambil posisi duduk atau tidur, pastikan ruangan

hangat dan tenang.

b. Jelaskan prosedur kepala klien dan bantu klien istirahat minimal 5 menit

sebelum pengukuran. Kemudian pemeriksa cuci tangan.

c. Posisikan beban lengan atas setinggi jantung (beri sokongan bila perlu)

dengan telapak menghadap keatas.

d. Gulung lengan baju bagian atas lengan, palpasi arteri brakialis dan letakkan

manset 2,5 cm diatas nadi brakialis.

e. Dengan manset masih kempis, pasang dengan rata diatas sekeliling lengan

atas. Pastikan bahwa manometer diposisikan secara vertikal sejajar mata,

pemeriksa tidak boleh lebih dari 1 meter.

f. Palpasi nadi radialis atau brakialis dengan ujung jari satu tangan.

g. Sambil menggelembungkan dengan cepat sampai tekanan 30 mmHg diatas

titik dimana denyut tidak teraba. Dengan perlahan kempiskan manset dan

catat dimana titik dimana denyut nadi muncul. Kempiskan manset dan tunggu

30 detik.

h. Letakkan earpieces stetoskop di telinga dan pastikan bunyi jelas.

i. Ketahui lokasi arteri brakialis dan letakkan bel atau diafragma chestpiece

diatasnya, tutup katub balon tekanan searah jarum jam sampai kencang.

j. Gembungkan manset 30 mmHg diatas tekanan sistolik yang dipalpasi, dengan

perlahan di lepaskan dan biarkan air raksa dengan kecepatan 2 sampai 3

mmHg perdetik.

Page 46: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

34

k. Catat titik pada manometer saat bunyi jelas yang pertama terdengar (sebagi

tekanan sistolik).

l. Lanjutkan mengempiskan manset, catat titik dimana bunyi muffled atau

dampened timbul. Lanjutkan mengempeskan manset, catat titik pada

manometer sampai 2 mmHg terdekat dimana bunyi tersebut hilang (sebagai

tekanan diastolik).

m. Kempeskan manset dengan cepat dan sempurna, buka manset dari lengan

kecuali jika ada rencana untuk mengulang.

n. Bantu klien untuk kembali ke posisi yang nyaman dan tutup kembali lengan

atas.

o. Beritahu hasil pemeriksaan kepada klien.

p. Pemeriksa cuci tangan.

q. Catat tekanan darah, tanggal, waktu.

Page 47: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

35

KERANGKA TEORI

Tanda gejala faktor resiko terjadi keturunan

Nyeri pada kepala jenis kelamin

Lemas, kelelahan umur

Mual dan muntah orang yang mengalami stress

Sesak nafas perokok

HIPERTENSI

Non Farmakologi

Farmakologi diet

Obat diuretik latihan fisik

captropil pendidikan kesehatan

calcium channel blocker edukasi psikologis

Teknik Teknik Teknik Teknik relaksasi penurunan

komplementer biofeedback relaksasi otot progresif tekanan darah

Gambar 1 : Kerangka Teori

Page 48: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

36

BAB III

METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subyek Aplikasi Riset

Subyek yang digunakan pada aplikasi riset ini pada Tn.M dengan

hipertensi.

B. Tempat dan waktu

Aplikasi penelitian ini dilakukan di Bangsal Anyelir pada tanggal 4-7

Januari 2016 di Rumah Sakit DR. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

C. Media dan alat

Dalam aplikasi riset ini media dan alat yang digunakan adalah:

1. Lembar observasi yang digunakan untuk mencatat hasil pengukuran

atau pemeriksaan terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi.

Alat yang digunakan adalah spigmomanometer dan stetoskop.

2. Bolpoin dan kertas

D. Prosedur Tindakan

Langkah-langkah untuk melakukan terapi relaksasi otot progresif menurut

Jacobson yang ditulis didalam Davis (1995) adalah sebagai berikut:

1. Otot tangan, lengan bawah dan otot biseps

a. Kepalkan tangan kanan, kencangkan, rasakan ketegangan pada

saat tangan anda mengepal. Relaks, rasakan kelenturan pada

Page 49: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

37

tangan kanan dan rasakan perbedaannya pada waktu tegang. (ulangi

prosedur pada tangan kiri, kemudian lakukan bersama sama pada

kedua kepalan tangan)

b. Tekuk siku dan tegangkan kedua otot lengan atas anda. Tegangkan

sekuat mungkin dan rasakan. Relaks, luruskan tangan anda,

biarkan relaksasi menjalar dan rasakan perbedaanya.

2. Kepala, muka, tenggorokan, bahu, dahi, pipi, hidung, mata, rahang,

bibir, lidah dan leher

a. Arahkan perhatian pada kepala. Kerutkan dahi anda sekuat-

kuatnya.Sekarang relaks dan lemaskan. Bayangkan seluruh dahi

dan kepala anda menjadi kendur dan istirahat. Sekarang

kerutkan dan perhatikan ketegangan menyebar melalui dahi.

Lepaskan, biarkan alis menjadi kendur.

b. Tutup mata anda, kedipkan kuat-kuat. Rasakan ketegangannya.

Kendurkan kedipan mata anda, biarkan mata anda tertutup

dengan lembut dan nyaman.

c. Katupkan rahang anda, gigit yang keras, perhatikan ketegangan

pada rahang anda. Kemudian kendurkan rahang anda. Ketika

rahang anda relaks, biarkan bibir anda sebagian terbuka.

Rasakan perbedaan antara tegang dan relaks pada rahang anda.

Page 50: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

38

d. Tekan lidah anda ke langit-langit, rasakan ketegangan didalam

mulut anda, sekarang relakskan.

e. Tekan kedua bibir anda membentuk huruf “O”, kendurkan bibir

anda. Perhatikan bahwa dahi, kepala, mata, rahang, dan bibir

anda semua relaks.

f. Tekan kepala anda ke belakang sejauh mungkin dan rasakan

ketegangan pada leher anda. Putar ke kanan dan rasakan

perubahan lokasi ketegangannya

g. Tegakkan kepala anda dan tundukkan. Tekan dagu anda ke

dada.Rasakan ketegangan di tenggorokan dan belakang

leher.Relakskan, kembalikan posisi kepala anda ke posisi

nyaman.

h. Angkat bahu anda, rasakan ketegangan pada bahu anda. Lalu

relakskan bahu anda. Turunkan dan rasakan relaks menyebar

melalui leher, tenggorokan dan bahu.

3. Dada, lambung, dan punggung bagian bawah

a. Tarik napas dan isi paru-paru anda sepenuh penuhnya. Tahan

napas anda, perhatikan ketegangannya.Kemudian hembuskan,

biarkan pernapasan anda kembali bebas, biarkan udara keluar,

relaks.Ulangi beberapa kali, perhatikan ketegangan keluar dari

tubuh anda seiring anda bernapas.

Page 51: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

39

b. Kencangkan perut anda dan tahan, perhatikan adanya ketegangan

pada perut anda, kemudian relaks.

c. Lengkungkan punggung anda tanpa dipaksa. Jaga bagian tubuh

anda yang lain tetap relaks. Pusatkan perhatian pada ketegangan

punggung bawah.Sekarang relakskan, dalam, makin dalam lagi.

4. Paha, bokong, betis dan kaki

a. Kencangkan paha dan bokong anda. Kencangkan dengan menekan

sekuat mungkin tumit anda kebawah.Relaks dan rasakan

perbedaanya.

b. Lengkungkan telapak kaki anda kebawah, rasakan ketegangan

pada betis anda Relakskan.

c. Tekuk telapak kaki anda kearah muka anda sehingga terjadi

ketegangan pada tulang kering anda. Relaks kembali.

Rasakan kelelahan keluar melalui tubuh bagian bawah. Rasakan

kenyamanan pada kaki, pergelangan kaki, betis, tulang kering, lutut,

paha dan bokong anda. Biarkan perasaan nyaman menjalar ke seluruh

tubuh anda yang lainnya.Rasakan relaksasi yang lebih dalam dan lebih

dalam lagi.

Page 52: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

40

E. Alat ukur

Menurut Wiryowidagdo (2002) alat ukur yang digunakan adalah

spigmomanometer dan stetoskop kategori tekanan darah dibawah ini:

Kategori Tekanan Darah

Sistolik

Tekanan Darah

Diastolik

Normal Di bawah 130 mmHg Di bawah 85 mmHg

Hipertensi perbatasan 130-139 mmHg 85-89 mmHg

Hipertensi Ringan

(stadium 1)

140-159 mmHg 90-99 mmHg

Hipertensi Sedang

(stadium 2)

160-179 mmHg 100-109 mmHg

Hipertensi Berat

(stadium 3)

180-209 mmHg 110-119 mmHg

Hipertensi Maligna

(stadium 4)

210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih

Tabel : 2 Kategori Tekanan Darah

Page 53: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

41

BAB IV

LAPORAN KASUS

Pada bab ini berisi tentang rangkuman asuhan keperawatan yang

dilakukan pada Tn. M dengan Hipertensi pada tanggal 04 Januari 2016 Di

Ruang ANYELIR RSUD Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Laporan

kasus ini adalah proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi

keperawatan. Pada kasus ini data diperoleh dengan caraautoanamnesa dan

alloanamnesa.

A. Identitas Klien

Pengkajian dilakukan pada tanggal 04 Januari 2016 pukul 11.00

WIB diperoleh data pasien bernama Tn.M, berusia 56 tahun, yang

bertempat tinggal di daerah Jatiyoso, Wonogiri. Pasien bekerja sebagai

petani, beragama Islam dan perpendidikan SD. Selama di rumah sakit,

yang bertanggung jawab atas Tn.M adalah Ny.M istrinya.Ny.M berusia 56

tahun bekerja sebagai petani dan bertempat tinggal di daerah Jatiyoso,

Wonogiri.

B. Pengkajian

1. Riwayat Keperawatan

Keluhan utama pasien, kepala pusing, kepala terasa cekot-cekot,

klien tampak meringis menahan nyeri dan memegangi kepala. P =

pasien mengatakan nyeri dikepala saat bergerak, Q = pasien

Page 54: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

42

mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, R = pasien mengatakan nyeri

dibagian kepala, S = pasien mengatakn nyeri skala 7, T = pasien

mengatakan nyeri datang sewaktu-waktu.

Riwayat Penyakit Sekarang, pada tanggal 01 Januari 2016, pasien

dibawa ke IGD RSUD Soediran Mangun Sumarso, Wonogiri. Dengan

keluhan nyeri kepala, leher kaku dan tangan kram setelah diperiksa

dokter pasien disuruh rawat inap dan dipasang infus RL 20 tpm, lalu

pasien mendapatkan terapi Progesol 500 mg / 8 jam, captropil 12,5 gr

diberikan tiap 8 jam, 42anitidine 25 mg / 12 jam, cefotaxim 500 mg /

12 jam Tanda-tanda vital tekanan darah 180/100 mmHg, suhu 37,5C,

nadi 88x/menit, respirasi pernafasan 18x/menit.

Riwayat Penyakit, Dahulu pasien sebelumnya pernah mengalami

sakit yang diderita sekarang tetapi pasien belum pernah dirawat inap

seperti sekarang.

Riwayat Kesehatan Keluarga, Tn.M merupakan anak ke-3 dari 4

bersaudara dan di keluarganya ada riwayat penyakit Hipertensi. Dan

Kesehatan Lingkungan, pasien mengtakan lingkungan rumahnya

cukup bersih dan ventilasinya udara cukup dan tidak ada sampah atau

sumber polusi yang deket dengan rumahnya.

Page 55: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

43

Genogram:

Gambar 2 : Genogram

2. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional

Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pasien mengatakan

bahwa sehat itu penting, pasien menjaga kesehatan keluarganya

dengan mewajibkan istri dan anak untuk menjaga pola makan dan

jangan makan sembarangan dan saat keluarga yang sakit pasien selalu

membawa ke pusat pelayanan kesehatan terdekat seperti puskesmas,

bidan / dokter.

Pola nutrisi / metabolik, sebelum sakit pasien makan 3x sehari,

jenis makan nasi, lauk, sayur, air putih, pasien menghabiskan 1 piring

habis, pasien tidak merasakan keluhan saat makan. Selama sakit pasien

makan 2x sehari, jenis makan bubur, sayur, teh atau air putih, pasien

habis 1 piring, pasien tidak mengeluh saat makan.

Page 56: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

44

Pola eliminasi, sebelum sakit pasien BAB 1-2x sehari, konsistasi

padat, sedikit lunak, berwanar kuning kecoklatan, bau khas, pasien

tidak ada keluhan saat BAB. Sebelum sakit pasien BAK 2-3x sehari,

jumlah urine 1200cc, berwarna kuning jernih, pasien tidak ada keluhan

saat BAK. Selama sakit pasien BAB 1x sehari, konsistasi padat, sedikit

lunak, berwarna kuning coklat, bau khas, pasien tidak ada keluhan saat

BAB. Selama sakit pasien BAK 3-4x sehari, jumlah urine 1000 cc,

berwarna kuning jernih, pasien tidak ada keluhan saat BAK.

Pola aktivitas dan latihan, sebelum sakit pasien bisa melakukan

makan dan minum sendiri, pasien bisa mandi sendiri, pasien bisa

toileting sendiri, pasien bisa melakukan berpakaian sendiri, pasien bisa

melakukan mobilitas ditempat tidur sendiri, pasien bisa berpindah

sendiri, pasien bisa melakukan ambulasi/ROM sendiri. Selama sakit

pasien di bantu keluarga saat makan dan minum, saat mandi pasien

masih di bantu keluarga, saat toileting pasien masih di bantu keluarga,

saat berpakaian pasien masih di bantu keluarga, saat mobilitas

ditempat tidur masih di bantu keluarga, saat berpindah pasien masih di

bantu keluarga, saat ambulasi/ROM pasien masih di bantu keluarga

dan pasien terasa lemah, tidak nyaman digerakkan, dan cuman bisa

berbaring saja.

Pola istirahat tidur, sebelum sakit pasien tidur siang 2-3 jam,

pasien tidur malem 6-8 jam, tidak ada pengantar tidur, pasien selama

tidur tidak ada gangguan saat tidur, perasaan pasien saat bangun tidur

Page 57: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

45

nyaman dan nyenyak. Selama sakit pasien tidur siang 2-4 jam, pasien

tidur malem 5-6 jam, tidak ada pengantar tidur, perasaan pasien saat

bangun tidur nyenyak dan nyaman.

Pola kognitif dan perseptual, tidak ada gangguan

pendengaran.Penglihatan, berbicara dengan lancar. P = pasien

mengatakan nyeri dikepala saat bergerak, Q = pasien mengatakan nyeri

seperti ditusuk-tusuk, R = pasien mengatakan nyeri dibagian kepala, S

= pasien mengatakan nyeri skala 7, T = pasien mengatakan nyeri

datang sewaktu-waktu.

Pola konsep diri, Harga Diri pasien mengatakan di hargai oleh

semua keluarga, baik istri maupun anaknya.Peran Diri pasien

mengatakan dirinya seorang kepala keluarga yang mempunyai 2

anak.Ideal Diri pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan beraktifitas

kerja.Identitas Diri pasien mengatakan seorang kepala keluarga yang

baik.Gambaran Diri pasien mengatakan bahwa dirinya mensyukuri

seluruh anggota tubuhnya.

Pola hubungan peran, sebelum sakit pasien mengatakan

hubungan dengan keluarganya dan masyarakat tidak ada

masalah.Selama sakit pasien mengatakan telah diperhatikan keluarga

dan petugas kesehatan.Pola seksualitas reproduksi, pasien berjenis

kelamin laki-laki, mempunyai istri dan 2 orang anak.

Pola mekanisme koping, sebelum sakit pasien mengatakan untuk

menghilangkan stress pasien beribadah dan berdoa kepada Allah

Page 58: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

46

SWT.Selama sakit pasien mengatakan untuk menghilangkan dan

mengatasi masalah dengan berkomunikasi sama keluarga.

Pola nilai dan kenyakinan, sebelum sakit pasien mengatakan

beragama Islam dan taat beribadah.Selama sakit pasien mengatakan

tidak teratur beribadah.

3. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil keadaan umum lemah,

kurang segar, meringis kesakitan dan pasien tampak berbaring.

Kesadaran composmentis, tekanan darah 180/100 mmHg, suhu 37,5C,

nadi 88x/menit, pernafasan 18x/menit.Bentuk kepala mesochepal,

tidak ada jejas dan memar, kulit bersih, tidak ada ketombe, rambut

sebagian beruban dan merata. Mata palpebra normal, konjungtiva

tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, dan tidak menggunakan

alat bantu penglihatan. Hidung bersih, tidak ada secret, tidak ada

pendarahan, tidak ada cuping hidung, tidak ada gangguan

penciuman.Mulut mukosa bibir lembab, tidak ada gangguan

menelan.Gigi bersih, tidak ada gigi tanggal, tidak berlubang.Telinga

simetris, bersih, dan ada sedikit serumen. Leher tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid .

Pada pemeriksaan fisik paru-paru meliputi inspeksi yaitu datar,

pengembangan paru ka/ki simetris, tidak ada rektrasi dada.Palpasi

yaitu vokal premitus ka/ki sama. Perkusi yaitu terdengar sonor di

lapang paru.Auskultasi yaitu vesikuler, dan tidak ada suara tambahan.

Page 59: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

47

Pada pemeriksaan jantung didapatkan data pengkajian meliputi

Inspeksi yaitu diperoleh ictus cordis tidak tampak. Palpasi yaitu

ictuscordis teraba pada midclaviculaictus cordis ke 5.Pemeriksaan

perkusi yaitu didapatkan data redup.Auskultasi yaitu diperoleh data

suara bunyi jantung I II murni.

Pemeriksaan fisik abdomen meliputi inpeksi yaitu datar, tidak

ada jejas,.Auskultasi yaitu bising usus 5x/menit.Palpasi yaitu tidak

terdapat nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati.Perkusi yaitu

tympani.Pemeriksaan fisik genetalia yaitu genetalia tidak terpasang

DC, tidak ada jejas.

Pemeriksaan fisik ekstermitas meliputi ekstermitas atas tangan

kanan tidak ada edema, tidak ada jejas, terpasang infus RL 20tpm,

kekuatan otot 5, ROM aktif capillary reffile 1 detik, tidak ada

perubahan bentuk tulang, perabaan akral hangat. Pengkajian

pemeriksaan ekstermitas bawah meliputi tidak ada jejas, tidak ada

edema, kekuatan otot 5, ROM aktif, capillary reffile 1 detik, tidak ada

perubahan bentuk tulang, perabaan akral hangat.

Pemeriksaan neorologis meliputi tingkat kesadaran (GCS) yaitu

kesadaran composmentis, GCS 15.Tanda rangsangan otak (meningeal

sign) tidak ada. Pemeriksaan saraf otak (neorologis I-XII), neorologis I

: pasien dapat merasakan / membedakan aroma, neorologis II : pasien

dapat melihat jelas pada jarak 6 meter, neorologis III : pasien

pergerakan mata simestris, neorologis IV : pasien dapat menggerakan

Page 60: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

48

bola mata kebawah dan keatas, neorologis V : pasien dapat merasakan

goresan kapas pada wajah, neorologis VI : pasien dapat menggerakan

bola mata kesegala arah, neorologis VII : pasien dapat mengangkat

dahi dan tersenyum, neorologis VIII : secara umum pasien dapat

mendengar dengan baik, neorologis IX : pasien dapat menelan secara

normal, neorologis XI : pasien dapat mengangkat bahu dan

menggerakan kepala, neorologis XII : pasien dapat menggerakan lidah

kesegala arah. Fungsi motorik baik.Fungsi motorik klien dapat

membedakan rangsangan (dingin, panas, tajam, dan tumpul). Reflek

fisiologis baik, refleks patologis : babinksi tidak ada.

Pemeriksaan laboratorium satu kali, yaitu pada tanggal 02

Januari 2016. Hasil pemeriksaan meliputi WBC 5.7 k/uL (nilai normal

4.1-10.9 k/uL), LYM 1.4 % (nilai normal 0.6-4.1 %), MID 0.4 % (nilai

normal 0.0-1.8 %), GRAN 3.9 % (nilai normal 2.0-7.8 %), RBC 4.72

M/uL (nilai normal 4.20-6.30 M/uL), HGB 8.7 g/dL (nilai normal

12.0-15.6 g/dL), HCT 41.5 % (nilai normal 37.0-51.0 %), MCV 87.9

fL (nilai normal 80.0-97.0 fL), MCH 29.2 pg (nilai normal 26.0-32.0

pg), MCHC 33.3 g/dL (nilai normal 31.0-36.0 g/dL), RDW 14.7 %

(nilai normal 11.5-14.5 %), PLT 165 k/uL (nilai normal 140-440

k/uL), MPV 5.8 fL (nilai normal 0.0-99.8 fL).

Terapi obat yang didapat pasien selama diruangan antara lain

infus RL 20 tetes per menit, cefotaxim 500 mg diberikan setiap 12 jam,

Page 61: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

49

injeksi ranitidin 25 mg diberikan setiap 12 jam, progesol 500 mg

diberikan setiap 8 jam, captropil 12,5 mg diberikan setiap 8 jam.

C. Perumusan Masalah Keperawatan

1. Analisa Data

Berdasarkan analisa terhadap data pengkajian diperoleh diagnosa

keperawatan yang pertama yaitu nyeri akut (00029) berhubungan

dengan agen cidera biologis: peningkatan tekanan darah dengan data

subyektif Tn.M mengatakan nyeri kepala, leher kaku, pengkajian

PQRST, P = Tn.M mengatakan nyeri pada kepala saat digerakkan, Q =

pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, R = pasien mengatakan

nyeri di bagian kepala, S = pasien mengatakan nyeri skala 7, T =

pasien mengatakan nyeri datang sewaktu-waktu. Data obyektif Tn.M

tampak meringis kesakitan, tampak memegang kepala, keadaan umum

lemah, tekanan darah 180/100mmHg, nadi 88x/menit, suhu 37,5C,

pernafasan 18x/menit.

Diagnosa keperawatan kedua yaitu intoleransi aktivitas (00093)

berhubungan dengan kelemahan dengan data subyektif Tn.M

mengatakan badan terasa lemah, rasa tidak nyaman digerakan, dan

cuman bisa berbaring saja.Data obyektif Tn.M tampak lemah, tekanan

darah 180/100mmHg, nadi 88x/menit, suhu 37,5C, pernafasan

18x/menit, Hb 8.7 g/DL.

Diagnosa keperawatan ketiga yaitu defisiensi pengetahuan

(00126) berhubungan dengan kurang pajanan : informasi terhadap

Page 62: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

50

penyakit Hipertensi. Data subyektif yang didapatkan Tn.M

mengatakan tidak tahu dirinya menderita hipertensi.Data obyektif

Tn.M tampak tidak paham dengan penyakitnya.

2. Prioritas Diagnosa Keperawatan

Dari hasil pengkajian dan analisa data dan penulis merumuskan 3

diagnosa yaitu prioritas diagnosa :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (00029).

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (00093).

c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan

(informasi terhadap penyakit hipertensi) (00126).

D. Perencanaan

Intervensi yang penulis rencanakan untuk manajemen diagnosa

pertama yang ditemukan akan diuraikan dengan berbagai intervensi.

Rencana tindakan untuk diagnosa nyeri akut (00029) berhubungan dengan

agen cidera biologis: peningkatan tekanan darah adalah setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapkan nyeri berkurang dengan

kriteria hasil yaitu mampu mengontrol nyeri, menyatakan nyeri berkurang

dengan manajemen nyeri (skala nyeri 3), klien mengatakan nyeri hilang,

monitor tanda vital normal (tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 60-

100x/menit, suhu 36C, pernafasan 20x/menit), klien tidak menunjukkan

wajah meringis kesakitan, mampu mendemostrasikan teknik relaksasi.

Intervensi untuk masalah keperawatan ini adalah observasi nyeri

(PQRST), pengukur tanda-tanda vital, ajarkan tentang teknik non

Page 63: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

51

farmakologi (teknik relaksasi otot progresif Jacobson) dan kolaborasi yang

direncanakan adalah dengan pemberian analgesik sesuai advis dokter.

Intervensi yang penulis rencanakan untuk manajemen diagnosa

kedua yang ditemukan akan diuraikan dengan berbagai rencana intervensi.

Rencana tindakan untuk diagnosa toleransi aktivitas (00093) berhubungan

kelemahan, setelah dilakukan tindakan keperawatan keperawatan selama

3x8 jam diharapkan klien mampu beraktivitas kembali dengan kriteria

hasil yaitu kemampuan beraktivitas klien meningkat, klien mampu

melakukuan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan. Intervensi untuk

masalah keperawatan ini adalah kaji kemampuan dalam beraktifitas,

anjukan pasien batasi aktivitas, beri support sesuai kemampuan, anjurkan

keluarga untuk membantu kebutuhan klien, kolaborasi dengan tenaga

laboratorium untuk mengetahui Hb pasien.

Intervensi untuk diagnosa yang ketiga, Defisiensi pengetahuan

(00126) berhubungan dengan kurang pajanan: informasi penyakit

hipertensi adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam

diharapkan pasien mampu memahami informasi penyakit hipertensi

dengan kriteria hasil yaitu antara lain pasien menyatakan pamahaman

tentang penyakit, pasien mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan

dengan benar, pasien mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan

oleh perawat atau tim kesehatan lainnya. Intervensinya antara lain

penggambaran tanda dan gejala yang bisa muncul pada penyakit dengan

cara yang tepat, pengidentifikasian kemungkinan penyebab dengan cara

Page 64: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

52

yang tepat, diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan

dan diskusikan pilihan terapi atau penanganan.

E. Impelementasi

Pada tanggal 4 Januari 2016 implementasi yang sudah

dilaksanakan untuk mengatasi diagnosa pertama tersebut antara lain pukul

11.15 melakukan mengukur tanda-tanda vital dengan respon Tn.M

mengatakan pusing, obyektifnya tekanan darah 180/100 mmHg, nadi

88x/menit, suhu 37,5C, pernafasan 18x/menit. Implementasi kedua

dilakukan pada pukul 11.30 melakukan mengkaji tingkat nyeri dengan

respon subyektif Tn.M mengatakan nyeri kepala saat digerakkan, Tn,M

mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, Tn.M mengatakan nyeri dibagian

kepala, skala nyeri 7, Tn.M mengatakan nyeri datang sewaktu-waktu dan

obyektifnya Tn.M tampak memegang kepala, meringis kesakitan, lemah.

Implementasi ketiga yang penulis lakukan pada pukul 12.00 adalah

mengajarkan tentang teknik non farmakologi (teknik relaksasi otot

progresif Jacobson) respon subyektif Tn.M mengatakan untuk bersedia

diajarkan teknik relaksasi otot progresif Jacobson, obyektif Tn.M tampak

dapat mendemontrasikan teknik relaksasi otot progresif Jacobson dengan

menutup mata, tarik nafas dalam-dalam dan tidur terlentang dan selama 20

menit. Implementasi keempat yang dilakukan pukul 12.30 adalah

berkolaborasi dengan medis memberikan analgesik ranitidin 25 mg dan

memberikan obat injeksi lainnya seperti ceftriaxone, farbion, melalui IV.

Implementasi selanjutnya pukul 13.00 penulis mengukur ulang tanda-

Page 65: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

53

tanda vital dan didapatkan hasil Tn.M mengatakan pusing berkurang,

tekanan darah 170/90 mmHg, nadi 85x/menit, suhu 37C, pernafasan

20x/menit.

Implementasi untuk diagnosa kedua yang dilakukan pukul

11.45 yaitu memotivasi untuk bedrest, respon subyektif Tn.M mengatakan

mau melakukan apa yang disarankan perawat. Obyektifnya Tn.M tampak

mengikuti apa yang disarankan oleh perawat.

Implementasi untuk diagnosa kedua yang dilakukan pukul

13.30 yaitu mengkaji tingkat pengetahuan pasien, respon subyektif Tn.M

mengatakan tidak tahu dengan penyakit yang dideritanya.Obyektifnya

pasien tampak bingung dengan penyakit yang dideritanya.

Pada tanggal 5 Januari 2016 implementasi yang sudah

dilaksanakan untuk mengatasi diagnosa pertama tersebut antara lain pukul

08.15 melakukan mengukur tanda-tanda vital, respon subyektif Tn.M

mengatakan masih pusing, obyektifnya tekanan darah 160/90 mmHg, nadi

83x/menit, suhu 36,3C, pernafasan 20x/menit. Implementasi yang kedua

yang dilakukan pukul 08.30 melakukan mengkaji tingkat nyeri dengan

respon subyektif Tn.M mengatakan nyeri pada kepala saat digerakkan,

nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada bagian kepala, Tn.M mengatakan

nyeri dengan skala 5, nyeri datang sewaktu-waktu. Obyektinya Tn.M

tampak meringis kesakitan, pasien tampak lemas. Implementasi yang

ketiga pukul 11.00 melakukan memberikan relaksasi otot progresif

Jacobson, respon subyektif Tn.M mengatakan bersedia untuk diajarkan

Page 66: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

54

teknik relaksasi otot progresif Jacobson, obyektifnya Tn.M tampak dapat

mendemostrasikan teknik relaksasi otot progresif Jacobson dengan kepal

tangan, kerutkan dahi, tekuk siku, tekan bibir membentuk huruf O dan

dilakukan selama 20 menit. Implementasi yang keempat pukul 12.30

melakukan mengukur tanda-tanda vital, respon subyektinya Tn.M

mengatakan pusing berkurang. Obyektifnya tekanan darah 150/80 mmHg,

nadi 85x/menit, suhu 36C, pernafasan 20x/menit.implementasi berikutnya

dilakukan pada pukul 12.00 melakukan pemberian obat analgesik

ranitidin, dan obat injeksi lainnya seperti ceftriaxone, farbio, dan captropil

melalui IV.

Implementasi untuk diagnosa yang kedua dilakukan pada pukul

09.00 yaitu mengatur lingkungan agar nyaman untuk pasien beristirahat,

respon subyektif Tn.M mengatakan bersedia mengikuti saran dari

perawat.Obyektifnya Tn.M tampak tenang tenang saat beristirahat.

Implementasi yang kedua dilakukan pada pukul 12.30 yaitu

mengajarkan keluarga pasien untuk membatu kebutuhan pasien, respon

subyektifnya keluarga Tn.M mengatakan bersedia membantu pasien saat

membutuhkan sesuatu.Obyektifnya keluarga Tn.M tampak mau membatu

kebutuhan pasien.

Implementasi untuk diagnosa yang ketiga dilakukan pada pukul

13.00 yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit yang

diderita oleh Tn.M, respon subyektifnya Tn.M mengatakan sedikit

Page 67: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

55

mengerti dengan penyakit yang dideritanya.Obyektinya Tn.M tampak

menjelaskan pendidikan kesehatan tentang penyakit yang dideritanya.

Pada tanggal 6 Januari 2016 implementasi yang sudah

dilaksanakan untuk mengatasi diagnosa pertama tersebut antara lain pukul

08.30 melakukan mengukur tanda-tanda vital, respon subyektif Tn.M

mengatakan sudah sedikit tidak pusing. Obyektifnya tekanan darah 145/80

mmHg, nadi 87x/menit, suhu 36,3C, pernafasan 20x/menit. Implementasi

kedua yang dilakukan pada pukul 10.00 mengkaji skala nyeri dengan

respon subyektif Tn.M mengatakan nyeri kepala saat digerakkan, nyeri

seperti ditusuk-tusuk, Tn.M mengatakan skala nyeri 3, nyeri datang

sewaktu-waktu. Obyektifnya Tn.M tampak sehat, tidak kesakitan

lagi.Implementasi ketiga yang dilakukan pada pukul 10.30 yaitu

memberikan relaksasi otot progresif Jacobson, respon subyektif Tn.M

mengatakan mau diajarkan teknik relaksasi otot progresif

jabcobson.Obyektifnya Tn.M tampak mendemostrasikan tegakkan kepala

dan tundukan, tekan kepala sejauh mungkin, kencangkan perut dan tahan,

lengkungkan telapak kaki dan dilakukan selama 20 menit.Implementasi

ketiga dilakukan pada pukul 11.00 yaitu melakukan mengukur tanda-tanda

vital, respon subyektif Tn.M mengatakan sudah tidak merasakan nyeri,

sudah enakan.Obyektifnya tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 87x/menit,

suhu 36C, pernafasan 20x/menit.Implementasi keempat dilakukan pada

pukul 12.00 yaitu memberi obat analgesik ranitidin, dan memberikan obat

injeksi lainnya seperti ceftriaxone, farbion, dan captropil, dan melalui IV.

Page 68: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

56

Implementasi untuk diagnosa yang kedua dilakukan pada pukul 09.00

mengkaji aktifitas klien, respon subyektifnya Tn.M mengatakan sudah bisa

melakukan aktifitas seperti dikamar mandi sendiri, makan dan minum

sendiri. Obyektif Tn.M tampak sudah melakukan aktifitas seperti mandi

sendiri, makan dan minum sendiri.

Implementasi untuk diagnosa ketiga dilakukan pada pukul 11.30 mengkaji

pengetahuan pasien, respon subyektifnya Tn.M mengatakan sudah paham

dengan penyakit yang dideritanya dan akan menjaga kesehatannya.

Obyektifnya Tn.M tampak sudah paham dan sudah bisa menjelaskan

kembali yang sudah dijelaskan oleh perawat.

F. Evaluasi

Evaluasi hasil yang dilakukan tanggal 04 Januari 2016 pukul 11.00

WIB yaitu evaluasi untuk diagnosa nyeri akut (00029) berhubungan

dengan agen cidera biologis: peningkatan tekanan darah adalah Tn.M

mengatakan nyeri pada kepala saat digerakkan, nyeri seperti ditusuk-tusuk,

Tn.M mengatakan nyeri di bagian kepala, nyeri skala 7, nyeri datang

sewaktu-waktu. Tn.M tampak lemas, dan merigis kesakitan, tekanan darah

180/100 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 37,5x/menit, pernafasan 18x/menit

dan masalah belum teratasi dan untuk rencana selanjutnya lakukan

pengkajian nyeri, monitor tanda-tanda vital, beri tindakan yang dapat

mengurangi nyeri kepala seperti pemberian teknik relaksasi, kolaborasi

pemberian analgetik.

Page 69: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

57

Evaluasi untuk diagnosa kedua yaitu intoleransi aktivitas (00093)

berhubungan dengan kelemahan.Tn.M mengatakan badan terasa lemas,

rasa tidak nyaman saat digerakkan, dan hanya bisa berbaring saja.Tn.M

tampak aktifitas masih dibantu dengan keluarga, pasien tampak lemah, dan

masalah belum teratasi dan lanjutkan tindakan kaji dalam aktivitas, beri

support sesuai kebutuhan, anjurkan keluarga untuk membantu kebutuhan

klien.

Evaluasi untuk diagnosa ketiga yaitu defisiensi pengetahuan

(00126) berhubungan dengan kurang pajanan: informasi penyakit

hipertensi. Tn.M mengatakan tidak tahu dengan penyakit yang dideritanya.

Tn.M tampak tidak paham dengan penyakit yang dideritanya dan masalah

belum teratasi dan lanjutkan tindakan kaji pengetahuan klien, bantu klien

untuk mengidentifikasi faktor resiko tinggi yang berhubungan hipertensi.

Evaluasi hasil dilakukan pada tanggal 05 Januari 2016 pukul 10.00

WIB yaitu: evaluasi untuk diagnosa nyeri akut (00029) berhubungan agen

cidera biologis: peningkatan tekanan darah adalah Tn.M mengatakan nyeri

di kepala saat digerakkan, nyeri seperti ditusuk-tusuk, Tn.M mengatakan

nyeri di bagian kepala, nyeri skala 5, Tn.M mengatakan nyeri datang

sewaktu-waktu, Tn.M tampak meringis kesakitan, tampak lemah dan

lemas, tekanan darah 150/80mmHg, suhu 36C, nadi 85x/menit, pernafasan

20x/menit, dan masalah teratasi sebagian, dan lanjutkan tindakan kaji

tingkat nyeri, monitor tanda vital, beri tindakan yang dapat menguragi

Page 70: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

58

nyeri kepala seperti pemberian teknik relaksasi, kolaborasi pemberian

analgetik.

Evaluasi untuk diagnosa yang kedua yaitu intoleransi aktivitas

(00093) berhubungan dengan kelemahan. Tn.M mengatakan badan sedikt

lemas, dan sedikit pusing, Tn.M tampak bisa melakukan makan dan

minum sendiri, dan masalah teratasi sebagian dan lanjutkan tindakan kaji

kemampuan aktivitas, beri support sesuai kebutuhan, anjurkan keluarga

untuk membantu pemenuhan kebetuhan pasien.

Evaluasi untuk diagnosa yang ketiga yaitu defisiensi pengetahuan

(00126) berhubungan dengan kurang pajanan: informasi penyakit

hipertensi adalah Tn.M mengatakan sedikit mengerti dengan penyakit

yang dideritanya, Tn.M tampak sudah paham dengan penyakit yang

dideritanya dan bisa sedikt menjelaskan yang dijelaskan oleh perawat dan

masalah teratasi sebagian dan lanjutkan tindakan kajin pengetahuan

pasien, bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor resiko tinggi yang

berhubungan dengan hipertensi.

Evaluasi hasil dilakukan pada tanggal 06 Januari 2016 pukul 12.00

WIB yaitu: evaluasi untuk diagnosa nyeri akut (00029) berhubungan

dengan agen cidera biologis: peningkatan tekanan darah adalah Tn.M

mengatakan nyeri kepala saat digerakkan, nyeri seperti ditusuk-tusuk,

Tn.M mengatakan nyeri dibagian kepala, nyeri skala 3, nyeri datang

sewaktu-waktu. Tn.M tampak tidak terlihat kesakitan, tampak sehat,

tampak rileks dan nyeri selama diberikan terapi relaksasi otot progresif

Page 71: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

59

Jacobson, tekanan darah 130/80mmHg, suhu 36C, nadi 87x/menit,

pernafasan 20x/menit dan masalah teratasi, dan pertahankan tindakan.

Evaluasi untuk diagnosa yang kedua yaitu toleransi aktivitas

(00093) berhubungan dengan kelemahan.Tn.M mengatakan sudah sehat,

badan terasa bugar dan sudah beraktifitas sendiri, Tn.M tampak sudah bisa

berjalan, makan sendiri, mandi sendiri, dan masalah teratasi dan

pertahankan tindakan.

Evaluasi untuk diagnosa yang ketiga yaitu defisiensi pengetahuan

(00126) berhubungan dengan kurang pajanan: informasi penyakit

hipertensi adalah Tn.M mengatakan sudah paham dengan penyakit yang

deritanya dan akan memperhatikan dengan kesehatannya, Tn.M tampak

paham dan mampu menjelaskan semuanya yang sudah perawat jelaskan

dan masalah teratasi dan pertahankan intervensi.

Page 72: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

60

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang membahas Asuhan

Keperawatan Tn.m Dengan Hipertensi di Ruang Anyelir RSUD DR.Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri. Pembahasan pada bab ini terutama membahas

adanya kesesuain maupun kesenjangan antara teori dan kasus. Asuhan

Keperawatan memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia melalui

tahap, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk mengumpulkan

informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal

masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik,

mental, sosial dan lingkungan (Dermawan, 2012).

Pengkajian pada Tn.M dilakukan pada tanggal 04 Januari 2016 Jam 11.00

WIB dengan metode pengkajian autoanamnesa dan

alloanamnesa.Autoanamnesa adalah suatu teknik pemeriksaan yang dilakukan

lewat suatu percakapan antara seorang perawat dan pasiennya secara langsung

dengan orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan

data pasien berserta permasalahan medisnya. Alloanamnesa adalah kegiatan

wawancara secara tidak langsung atau dilakukan wawancara/tanya jawab pada

keluarga pasien atau yang mengetahui tentang pasien, misalnya pasien belum

Page 73: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

61

dewasa (anak-anak yang belum dapat mengemukakan pendapat terhadap apa

yang

Page 74: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

62

dirasakan), pasien dalam keadaan tidak sadar karena sesuatu, pasien tidak dapat

berkomunikasi. Keluhan pasien mengatakan kepala cekot-cekot.

Pada saat dikaji oleh penulis, Tn.M kepala cekot-cekot, sakit apabila

digerakkan.Dan hasil TTV diperoleh tekanan darah 180/100 mmHg, frekuensi

pernafasan 18 kali per menit, frekuensi nadi 88 kali per menit, suhu

37,5C.berdasarkan hal tersebut, kondisi Tn.M mengalami tekanan darah lebih

dari 140/90 mmHg yang sudah dianggap tinggi dan disebut hipertensi (Yekti

dan Ari, 2011). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic

(bagian atas) dan diastolic (bagian bawah) pada pemeriksaan tensi

menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa

(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (Pudiastuti, 2013).

Hipertensi yang dialami Tn.M yaitu hipertensi grade 3 180-209 mmHg

dan 100-119 mmHg.Menurut Joint National Committee atau JNC VII derajat

hipertensi dapat dikelompokkan yaitu high normal sistolik 130-139 mmHg dan

diastolik 85-89 mmHg, garade 1 atau ringan sistolik 140-159 mmHg diastolik

90-99 mmHg, grade 2 atau sedang sistolik 160-179 mmHg dan diastolik 100-

109 mmHg, grade3 atau berat sistolik 180-209 mmHg dan diastolik 100-119

mmHg, grade 4 atau sangat berat sistolik > 210 mmHg dan diastolik > 120

mmHg (Triyanto, 2014).

Faktor resiko terjadinya hipertensi pertamausia, paling tinggi terjadi pada

usia 30-40 tahun. Kedua yaitu jenis kelamin biasanya laki-laki lebih banyak dari

perempuan serta komplikasinya meningkat pada laki-laki.Ketiga yaitu riwayat

Page 75: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

63

keluarga, pasien kurang lebih ada hubungan keluarga.Keempat obesitas, berat

badan meningkat pada anak atau usia petengahan dapat menyebabkan resiko

mengidap tekanan darah tinggi. Kelima yaitu serum lipid yang disebabkan

karena peningkatan Kadar Cholestorel. Keenam yaitu perokok dan diet yang

banyak mengandung lemak.Ketujuh yaitu stress emosional yang merangsang

sistem saraf simpatik untuk meningkatan tekanan darah (Sudarta,

2013).Berdasarkan teori tersebut Tn.M mengalami hipertensi didukung oleh

faktor genetik dimana orang tua dari Tn.M juga mempunyai riwayat hipertensi.

Tanda gejala hipertensi yaitu sakit kepala, perdarahan dari hidung

(mimisan), migren atau sakit kepala sebelah, wajah kemerahan, mata

berkunang-kunang, sakit tengkuk, dan kelelahan. Gejala-gejala tersebut bisa saja

terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan

darah yang normal, jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobatin,

bisa timbul gejala sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah,

pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,

mata, jantung, dan ginjal. Penderita hipertensi berat mengalami penurunan

kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini

disebut ensefalopati hipertensif yang memerlukan penanganan segera, apabila

tidak ditangani keadaannya akan semakin parah dan dapat memicu kematian

(Susilo&Wulandari, 2011). Berdasarkan teori diatas dilihat dari tanda gejala

hipertensi yang dirasakan Tn.M dimana Tn.M mengalami sakit kepala,

kelelahan, dan gelisah.

Page 76: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

64

Hasil pengkajian pola kesehatan fungsional pada pasien, dikaji pada pola

persepsi, pola nutrisi atau metabolik, pola eliminasi, pola aktivitas dan latihan,

pola istirahat tidur, pola persepsi dan latihan, pola istirahat tidur, pola kognitif

perseptual, pola konsep diri, pola hubungan peran, pola mekanisme koping dan

terakhir pola nilai dan keyakinan.

Pola persepsi pemeliharaan kesehatan adalah menggambarkan persepsi,

pemeliharan dan penanganan kesehatan persepsi terhadap arti kesehatan dan

penatalaksanaan kesehatan, kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang

praktek kesehatan. Hasil pengkajian pola persepsi pemeliharaan kesehatan tidak

menunjukkan masalah, Tn.M mengatakan bahwa sehat itu penting, pasien

menjaga kesehatan keluarganya dengan mewajibkan istri dan anak untuk

menjaga pola makan dan jangan makan sembarangan dan saat keluarga yang

sakit pasien selalu membawa ke pusat pelayanan kesehatan terdekat seperti

puskesmas, bidan / dokter. (Cholik Harun, 2011)

Pola nutrisi/ metabolik adalah menggambarkan masukan nutrisi, balance

cairan dan elektrolit, nafsu makan, pola makan, diet, fluktuasi BB, dalam 6

bulan terakhir, kesulitan menelan, mual/ muntah, kebutuhan jumlah, kebutuhan

jumlah zat gizi, masalah/ penyembuhan kulit, makanan kesukaan. Hasil

pengkajian pola nutrisi/ metabolik tidak menunjukan masalah, sebelum sakit

Tn.M makan 3x sehari, jenis makan nasi, lauk, sayur, air putih, dan tidak ada

keluhan saat makan. Selama sakit Tn.M makan 2x sehari jenis makan bubur,

sayur, air putih, dan tidak ada keluhan saat makan. (Cholik Harun, 2011)

Page 77: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

65

Pola eliminasi adalah menjelaskan pola fungsi eksresi, kandungan kemih

dan kulit kebiasaan defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi

(oliguria, disuri) penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi, karakteristik

urin dan fases, pola input cairan, infeksi saluran kemih, respirasi berlebih. Hasil

pengkajian pola eliminasi tidak mengalami keluhan, sebelum sakit pasien BAB

1-2x sehari, konsistasi padat, sedikit lunak, berwanar kuning kecoklatan, bau

khas, dan tidak mengalami keluhan saat BAB, sebelum sakit BAK 2-3x sehari,

jumlah urine 1200cc, berwarna kuning jernih, dan mengalami keluhan saat

BAK. Selama sakit Tn.M BAB 1x sehari, konsistasi padat, sedikit lunak,

berwarna kuning kecoklatan, bau khas, dan tidak mengalami keluhan, selama

sakit BAK 3-4x sehari, jumlah urine 1000cc, bewarna kuning jernih, pasien

tidak ada saat BAK. Pola eliminasi pada BAK pasien dengan hipertensi

menunjukkan adekuat fungsi ginjal.Pasien dengan hipertensi lama memiliki

risiko terjaid gangguan pada ginjal. (Cholik Harun, 2011)

Pola aktivitas dan latihan adalah menggambarkan pola latihan, aktivitas,

fungsi pernafasan dan sirkulasi. Pentingnya latihan/ gerak dalam keadaan sehat

dan sakit, gerak tubuh dan kesehatan berhubungan satu sama lain kemampuan

klien dalam menata diri apabila tingkat kemampuan 0= mandiri, 1= dengan alat

bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang dan alat, 4= tergantung dengan

dalam melakukan ADL, kekuatan otot dan Range Of Motion, riwayat penyakit

jantung, frekuensi, irama dan kedalaman nafas, bunyi nafas riwayat penyakit

paru. Hasil pengkajian pola aktivitas dan latihan pasien mengalami masalah

dimana aktivitas pasien masih dibantu keluarga dan perawat.Sebelum sakit

Page 78: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

66

pasien bisa melakukan makan dan minum sendiri, pasien bisa mandiri sendiri,

pasien bisa toileting sendiri, pasien bisa melakukan berpakaian sendiri, pasien

bisa melakukan ambulasi/ROM sendiri. Selama sakit pasien dibantu keluarga

saat makan dan minum, saat mandi pasien masih dibantu keluarga, saat toileting

pasien masih dibantu keluarga, saat berpakaian pasien masih dibantu keluarga,

saat mobolitas ditempat tidur masih dibantu keluarga, saat berpindah pasien

masih dibantu keluarga, saat ambulasi/ROM pasien masih dibantu keluarga.

Pada pasien hipetensi cenderung mengalami keterbatasan pada aktifitas akibat

penglihatan kabur, nyeri pada kepala, anjuran lagkah yang tidak mantap karena

kerusakan susunan saraf pusat (Crown, 2000).Hal ini sesuai dengan yang terjadi

pada Tn.M yang mengalami nyeri kepala sehingga tidak dapat beraktivitas

secara mandiri.

Pola istirahat tidur adalah menggambarkan pola tidur, istirahat dan

persepasi tentang energy, jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah

selama tidur, insomnia atau mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh letih.

Hasil pengkajian pola istirahat tidur tidak menunjukkan masalah umumnya,

Tn.M sebelum sakit tidur siang 2-3 jam, pasien tidur malam 6-8 jam, tidak ada

pengantar tidur, pasien selama tidur tidak ada gangguan saat tidur, perasaan

pasien saat bangun tidur nyaman dan nyenyak. Selama sakit pasien tidur 1-2

jam, pasien tidur malam 5-6 jam, tidak ada pengantar tidur, pasien selama tidur

tidak ada gagguan saat tidur, perasaan pasien saat bangun tidur nyaman dan

nyenyak.Pada nyeri yang muncul akibat kenaikan tekanan intracranial dapat

mengganggu pola istirahat pasien. (Cholik Harun, 2011)

Page 79: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

67

Pola kognitif dan perseptual adalah menjelaskan persepsi sensori dan

kognitif, pola persepsi sensori meliputi pengkajian fungsi penglihatan,

pendengaran, perasaan, pembau dan kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan

pola kognitif didalamnya mengandung kemampuan daya ingat pasien terhadap

peristiwa yang telah lama terjadi dan baru terjadi kemampuan orientasi pasien

terhadap waktu, tempat, dan nama. Tingkat persepsi nyeri dan penanganan

nyeri, menilai skala nyeri 0-10, memakai alat bantu pendengaran, melihat,

kehilangan bagian tubuh atau fungsinya, tingkat kesadaran, orientasi pasien,

adakah gangguan pendengaran, penglihatan, persepsi sensori (nyeri),

penciuman. Hasil pengkajian pola kognitif dan perseptual pasien menunjukkan

hasil PQRST, Tn.M tidak ada gangguan pendengaran, penglihatan, berbicara

dengan lancar. P = pasien mengatakan nyeri dikepala saat bergerak, Q = pasien

mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, R = pasien mengatakan nyeri dibagian

kepala, S = pasien mengatakan nyeri skala 7, T = pasien mengatakan nyeri

datang sewaktu-waktu. (Cholik Harun, 2011)

Pengkajian PQRST riwayat penyakit sekarang P (Provocate) Tn.M

mengatakan nyeri saat bergerak, Q (Quality) Tn.M mengatakan nyeri seperti

ditusuk-tusuk, R (Region) Tn.M mengatakan nyeri dibagian kepala, S (Skala)

Tn.M mengatakan nyeri skala 7, T (Time) Tn.M mengatakan nyeri datang

sewaktu-waktu.

Penentuan skala nyeri pada Tn.M didasarkan pada skala nyeri menurut

Hayward, dilakukan dengan meminta penderita untuk memilih salah satu

bilangan (dari 0-10) yang menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri

Page 80: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

68

yang dirasakan. Skala nyeri menurut Hayward dapat dituliskan sebagai berikut:

0= tidak ada nyeri, 1-3= nyeri ringan, 4-6= nyeri sedang, 7-9= sangat nyeri

tetapi masih dapat dikendalikan dengan aktivitas yang bisa dilakukan, 10=

sangat nyeri dan tidak dapat dikendalikan (Saputra, 2013).

Pola konsep diri adalah menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan

persepsi terhadap kemampuan. Kemampuan konsep diri antara lain, harga diri,

gambaran diri, peran, identitas dan ide diri sendiri. Manusia sebagai sistem

terbuka dimana keseluruhan bagian manusia dan berinteraksi dengan

lingkungannya.Disamping sebagai sistem terbuka, manusia juga sebagai bio-

psiko-kultural-spiritual dan dalam pandangan secara holistik.Adanya

kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri, Hasil pengkajian pola konsep

diri tidak menunjukkan masalah, pasien mengatakan dihargai oleh semua

keluarga, baik istri maupun anaknya.Peran diri pasien mengatakan dirinya

seorang kepala keluarga yang mempunyai 2 anak.Ideal diri pasien mengatakan

seorang kepala keluarga yang baik.Gambaran diri pasien mengatakan bahwa

dirinya mensyukuri seluruh anggota tubuhnya. (Cholik Harun, 2011)

Pola hubungan peran adalah menggambarkan dan mengetahui hubungan

dan peran pasien terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal

pasien, pekerjaan, tempat tinggal, tidak punya rumah, tingkah laku yang passive/

agresif.Hasil pengkajian pola hubungan peran tidak menunjukkan masalah,

pasien mengatakan telah diperhatikan keluarga dan petugas kesehatan.Hasil

pengkajian pola seksualitas tidak menujukkan masalah, pasien berjenis kelamin

laki-laki, mempunyai istri dan 2 orang anak. (Cholik Harun, 2011)

Page 81: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

69

Pola mekanisme koping adalah menggambarkan kemampuan untuk

menangani stress dan penggunaan sistem pendukung penggunaan obat untuk

menangani stress, interaksi dengan orang yang terdekat, menangis, kontak mata,

metode koping yang biasa digunakan, efek penyakit terhadap penyakit stress.

Hasil pengkajian pola mekanisme koping tidak menunjukkan masalah, pasien

mengatakan sebelum sakit untuk menghilangkan stress pasien beribadah dan

berdoa kepada Allah SWT, dan selama sakit pasien mengatasi masalah dengan

berkomunikasi dengan keluarga. (Cholik Harun, 2011)

Pola nilai dan keyakinan adalah menggambarkan dan menjelaskan pola

nilai, keyakinan termasuk spiritual.Menerangkan sikap dan keyakinan pasien

dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya.Agama, kegiatan

keagamaan dan budaya, berbagi dengan orang lain, bukti melaksanakan nilai

dan kepercayaan, mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama selama

sakit.Hasil pengkajian pola nilai dan keyakinan tidak menunjukkan masalah,

pasien mengatakan beragama Islam dan taat beribadah. (Cholik Harun, 2011)

Pengkajian berikutnya dengan pemeriksaan fisik pada pasien.Pemeriksaan

fisik adalah pemeriksaan harus dirancang sesuai kebutuhan pasien, pemeriksaan

fisik lengkap dilakukan sebagai skrining rutin untuk meningkatkan perilaku

sejahtera dan sebagai tindakan kesehatan preventif, untuk menentukan

pemenuhan persyaratan asuransi kesehatan layanan militer atau pekerjaan baru

dan untukpenerimaan dirumah sakit atau fasilitas perawatan jangka panjang.

Perawat menggunakan pengajian fisik untuk alasan berikut ini :

1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan pasien

Page 82: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

70

2. Untuk menambah, mengonfirmasi atau menyangkal data yang diperoleh

dalam riwayat keperawatan

3. Untuk mengonfirmasi dan memngidentifikasi diagnosa keperawatan

4. Untuk membuat penilaian pasien tentang perubahan status kesehatan

pasien dan penatalaksanaannya

5. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi,

tidak ada maslah secara keseluruhan dari hasil pemeriksaan fisik pada

Tn.M.Inspeksi adalah proses observasi perawat menginspeksi bagian tubuh

untuk mendektesi karakteristik normal atau tanda fisik yang signifikan. Untuk

menggunakan inspeksi secara efektif, perawat mengobservasi prinsip berikut

ini : 1) pastikan tersedia pencahayaan yang baik, 2) posisikan dan pajankan

bagian tubuh sedemikian rupa sehingga semua permukaan dapat dilihat, 3)

inspeksi setiap area untuk ukuran, warna, kesimetrisan, posisi, dan

abnormalitas, 4) jika mungkin, bandingkan setiap area yang di inspeksi

dengan area yang sama disisi tubuh yang berlawanan, 5) gunakan lampu

tambahan (missal, senter) untuk menginspeksi rongga tubuh. Palpasi adalah

pengkajian lebih lanjut terhadap bagian tubuh dilakukan melalui indra peraba

melalui palpasi tangan dapat dilakukan pengukuran yang lembut dan sensitive

terhadap tanda fisik, termasuk ketahanan, kekenyalan, kekasaran, tekstur, dan

mobilitas. Perkusi adalah perkusi melibatkan pengetahuan tubuh dengan

ujung-ujung jari guna mengevaluasi ukuran, batasan, dan konsistensi organ-

organ tubuh dan menemukan adanya cairan didalam rongga tubuh melalui

Page 83: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

71

perkusi, lokasi, ukuran, dan densitas struktur dapat ditentukan.Perkusi

membantu memastikan abnormalitas yang dari pemeriksaan sinar x atau

pengkajian melalui palpasi dan auskultasi.Auskultasi adalah mendengarkan

bunyi yang dihasilkan oleh tubuh beberapa bunyi dapat didengar dengan

telinga tanpa alat bantu, meskipun sebagaian besar bunyi hanya dapat didengar

dengan stetoskop untuk mengauskultasi dengan benar, dengarkan bunyi

tersebut ditempat tubuh. Dengarkan adanya bunyi dan

karakteristiknya.Pemeriksaan fisik pada Tn.M diperkuat dengan pemeriksaan

neurologis 12 saraf kranial.Pemeriksaan neurologis pada pasien menunjukkan

seluruhnya dari 12 saraf kranial tidak mengalami masalah. Pemeriksaan

neurologis adalah terdapat 12 pasang saraf kranial yang keluar dari permukaan

bawa otak melalui foramina kecil, saraf kranial diberi nomer sesuai dengan

urutan keluarnya yaitu dari depan kebelakang. Saraf kranil terdiri dari serabut

aferen atau eferen, dan beberapa memiliki kedua serabut tersebut dan dikenal

nama serabut campuran, sel serabut aferen terdapat pada ganglia diluar batang

otak, sedangkan badan sel eferen terdapat pada nuclei batang otak. Saraf-saraf

kranial tidak diperiksa menurut urutannya, tetapi diperiksa menurut fungsinya.

Berikut ini dapat membantu menghapalkan fungsi saraf kranial sebagai

motoric (M), sensorik (S), atau keduanya (B), some (I) say (II) marry (IV),

But (V), My (VI) Brother (VII) Say (VIII) Bad (IX) Marry (XI) Money (XII).

(Potter and Perry, 2005)

Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur

pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita

Page 84: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

72

(pasien), yang bisa berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), dan

sebagainya untuk menentukan diagnosis atau membantu menetukan diagnosis

penyakit bersama dengan tes penunjang lainnya, anamnesis, dan pemeriksaan

lainnya yang diperlukan. Pada hasil pemeriksaan laboratorium yang tidak

normal pada haemoglobin 8.7 g/dL (nilai normal 12.0-15.6 g/dL) karena

penderita pucat, pusing (oksigen yang disuplai darah keotak kurang), merasa

capat lelah. Haemoglobin (Hb) rendah adalah berarti bahwa kandungan Hb

sebagai zat pengikat oxygen dalam darah memiliki kadar rendah yang

akibatnya penderita pucat, pusing (oksigen yang suplai darah ke otak kurang),

merasa cepat lelah dan sebagainya. Pada kondisi tertentu, dimana suplai

nutrisi dan O2 tidak sampai ke sel, tubuh akhirnya tidak dapat memproduksi

energy yang banyak mengakibatkan respon tubuh yang lemah, dan lemas

(Evelyn, 2009).

Terapi medik adalah proses pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk

memulihkan atau mengoptimalkan kemampuan seseorang setelah mengalami

gangguan kesehatan yang berakibat pada penurunan kemampuan fisik.

Hipertensi dapat diatasi dengan memodifikasi gaya hidup. Pengobatan

dengan anti hipertensi diberikan jika modifikasi gaya hidup tidak berhasil.

Tekanan darah harus diturunkan agar tidak mengganggu fungsi ginjal, otak,

jantung maupun kualitas hidup.Pengobatan hipertensi biasanya

dikombinasikan dengan beberapa obat dierutik, misalnya Tablet

Hydrochlorothiazide (HCT) dan Lasix (Furosemide). Merupakan golongan

obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh via urine. Beta-

Page 85: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

73

blockers Atenolol (Tenorim), capoten (Captropil). Merupakan obat yang

dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui proses

memperlambat jantung dan memperlebar pembeluh darah. Calcium channel

blockers, Norvasc (Amlodipine). Merupakan salah satu obat yang bisa dipakai

dalam pengontrolan darah tinggi melalui proses relaksasi pembuluh darah

yang juga memperlebar pembuluh darah (Pudiastuti, 2013).

Terapi farmakologi pada Tn.M saat diruang Anyelir adalah captropil 2x25

mg, yaitu sebagai diuretik yang merupakan obat hipertensi dan proses

pengeluaran tubuh via urin.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon individu,

keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan yang

aktual / potensial yang merupakan dasar untuk memilih intervensi keperawatan

untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat (Dermawan,

2012).

Diagnosa yang mungkin muncul pada penderita hipertensi adalah

gangguan rasa nyaman nyeri atau sakit kepala berhubungan peningkatan

tekanan vaskuler serebal, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

fisik, gangguan perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan masalah berlebihan kebutuhan metabolik, resiko tinggi terhadap

penurunan jantung berhubungan dengan peningkatan afterload vasokontriksi,

dan cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit.

Hipertensi kadang-kadang berjalan tanpa gejala. Gejala lain yang ditemukan

Page 86: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

74

adalah sakit kepala, epitaksis, pusing atau migran, telinga berdengung, rasa berat

ditengkuk, sukar tidur dan kebiasaan hidup (Wijayaningsih, 2013).

Data fokus yang didapatkan pada tanggal 04 Januari 2016 antara lain data

subyektif pasien mengatakan nyeri kepala, penyebabnya karena peningkatan

tekanan darah, rasanya cekot-cekot, skala nyeri 7, nyeri datang sewaktu-waktu.

Data obyektif yang diperoleh oleh pasien tampak menahan kesakitan dan

ekspresi wajah tampak pucat, tekanan darah 180/100 mmHg, frekuensi nadi 88

kali per menit, Frekuensi pernafasan 18 kali per menit, suhu 37,5C. Berdasarkan

analisa data masalah nyeri akut dan etiologinya adalah agen cidera biologis :

peningkatan tekanan darah. Diagnosa Keperawatannya yaitu nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera biologis : peningkatan tekanan darah.

Menurut Heather (2012), nyeri akut yaitu pengalaman sensori dan

emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan

yang aktual atau potesial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian

rupa (International Association for The Study of Pain): awitan yang tiba-tiba ata

lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi

atau prediksi dan berlangsung < 6 bulan. Hasil pengkajian pasien mengatakan P

(Provocate) Tn.M mengatakan nyeri saat bergerak, Q (Quality) Tn.M

mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, R (Region) Tn.M mengatakan nyeri

dibagian kepala, S (Skala) Tn.M mengatakan nyeri skala 7, T (Time) Tn.M

mengatakan nyeri datang sewaktu-waktu.

Diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.Nyeri akut

adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan

Page 87: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

75

muncul akibat kerusakan jaringan aktual dan pontesial atau gambaran dalam hal

kerusakan yang sedemikian rupa (International for the study of pain), awitan

yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir

yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari 6

bulan.(Wilkinson, 2010).

Batas karakteristik nyeri akut sendiri menurut (Wilkinson, 2010) yaitu

perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi pernafasan, perubahan selera

makan perilaku berjaga-jaga atau perilaku melindungi daerah yang nyeri,

dilatasi pupil, fokus pada diri sendiri, indikasi nyeri yang dapat diamati,

perubahan posisi untuk menghindari nyeri, gangguan tidur, melaporkan nyeri

secara verbal.

Data fokus yang didapatkan pada tanggal 4 Januari 2016 antara lain data

subjektif pasien mengatakan kepalanya pusing, akan bertambah pusing ketika

bergerak atau beraktivitas, pasien mersa lemah dan lemas. Data obyektif yang

diperoleh pasien terlihat lemah, berbaring di tempat tidur, tidak banyak

bergerak, HB 8,7 g/DL. Haemoglobin (HB) rendah adalah berarti bahwa

kandungan HB sebagai zat pengikat oxygen dalam darah memiliki kadar rendah

yang akibatnya penderita pucat, pusing (oksigen yang disuplai darah ke otak

kurang). Merasa cepat lelah dan sebagainya. Pada kondisi tertentu, dimana

suplai nutrisi dan O2 tidak sampai ke sel, tubuh akhirnya tidak dapat

memproduksi energi yang banyak mengakibatkan respon tubuh berupa

intoleransi aktifitas (Wilkinson, 2010).

Page 88: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

76

Diagnosa Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan

umum.Intoleransi Aktivitas adalah ketidak cukupan energi psikologis dan

fisologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-

hariyang harus atau yang diinginkan (Wilkinson, 2010).

Perumusan masalah keperawatan yang diambil penulis Intoleransi

Aktivitas yang telah disesuaikan dengan diagnosa NANDA. Penulis

mencantumkan masalah intoveransi aktivitas dengan alasan mengacu pada data

pengkajian yaitu data subyektif antara lain pasien mengatakan kepala cekot-

cekot, pasien mengatakan lemah dan lemas, aktivitas dan latihan di bantu oleh

keluarga. Dan data obyektif diperoleh pasien tampak lemah, pasien bisa

beraktivitas diatas tempat tidur.Tekanan darah 180/100 mmHg, frekuensi nadi

88 kali per menit, frekuensi pernafasan 18 kali per menit, suhu 37,5C.batasan

karakteristik intoleransi aktivitas meliputi respon tekanan darah abnormal

terhadap aktivitas, respon aktivitas jantung abnormal terhadap aktivitas,

ketidaknyamanan setelah beraktivitas, menyatakan merasa letih dan lemah

(Wilkinson, 2010).

Pada masalah keperawatan yang ketiga Defisiensi pengetahuan.Menurut

Heather 2012, defisiensi pengetahuan merupakan defisiensi informasi kognitif

yang berkaitan dengan topik tertentu. Data yang didapatkan dari penulis saat

pengkajian, Tn.M mengatakan tidak tahu bahwa dirinya menderita Hipertensi,

Tn.M sebelumnya belum pernah dirawat dirumah sakit,dan Tn.M hanya lulusan

SD. Tn.M jarang melakukan kontrol tekanan darah dan pertama kali Tn.M

dirawat dirumah sakit karena Hipertensi. Diagnosa yang muncul apabila ada

Page 89: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

77

batasan karakteristik berupa ketidakakuratan mengikuti perintah, berperilaku

hiperbola, perilaku tidak tepat seperti hysteria, pengngkapan masalah (Heather,

2012).

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi atau rencana yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan

dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat

dilaksanakan dengan SMART, Spesifik, Measurable, Acceptance, Rasional dan

Timing. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi fokus keperawatan kepada

pasien atau kelompok, untuk membedakan tanggung jawab perawat dengan

profesi kesehatan lain, untuk menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan

evaluasi keperawatan, untuk menyediakan kriteria dan klasifikasi pasien

(Dermawan, 2012).Pembahasan dari intervensi yang meliputi tujan, kriteria

hasil dan tindakan yaitu pada diagnosa keperawatan.Rencana Asuhan

keperawatan dilakukan pada tanggal 04 Januari 2016.

Diagnosa keperawatan yang pertama nyeri akut dengan tujuan umum nyeri

hilang atau berkurang dengan kriteria hasil skala nyeri 7-3, pasien tidak

meringis kesakitan dan tanda-tanda vital dalam batas normal (tekanan darah

100-120/60-80 mmHg, nadi 60-100x per menit, pernafasan 16-20x per menit)

(Wilkinson, 2007). Tujuan khusus setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x8 jam pasien mampu menggunakan teknik nonfarmakologi

(melakukan teknik relaksasi otot progresif menurut Jacobson) dan tekanan darah

dapat menurun.

Page 90: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

78

Intervensi atau rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada

diagnosa keperawatan nyeri akut berdasarkan NIC dan kriteria hasil NOC

adalah lakukan pengkajian nyeri PQRST secara komprehensif, rasional

mengetahui kualitas nyeri yang dirasakan pasien. Observasi reaksi nonverbal

dari ketidaknyamanan, rasionalnya mengetahui berapa besar skala nyeri

pasien.Kurangi faktor presitipasi penyebab nyeri, rasionalnya mengurangi nyeri

yang dirasakan.Kaji KU dan vital sign, rasionalnya mengetahui status

kesehatan.Ajarkan teknik nonfarmakologi (teknik relaksasi otot progresif

Jacobson), rasionalnya mengalihkan nyeri yang dirasakan pasien.Kolaborasi

dengan dokter pemberian analgetik, rasionalnya dengan kolaborasi dapat

mengurangi nyeri dengan farmakologi (Nurarif, 2013).

Teknik relaksasi otot progresif Jacobson merupakan salah satu teknik

pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem syaraf simpatetis dan

parasimpatetis (Triyanto, 2014). Menurut Shinde dkk (2013), teknik relaksasi

otot progresif Jacobson adalah suatu teknik yang dapat dipelajari dan digunakan

untuk mengurangi atau menghilangkan ketegangan sehingga dapat

menimbulkan rasa nyaman.

Alasan penulis memilih rencana keperawatan teknik relaksasi otot

progresif Jacobson adalah teknik ini merupakan metode relaksasi yang sangat

mudah dalam pelaksanaannya dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa harus

berfikir ragu, Teknik ini diyakini mampu menurunkan nyeri dan menurunkan

tekanan darah apabila dilakukan secara terartur.

Page 91: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

79

Perancanaan untuk diagnosa Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan umum mempunyai tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x8 jam pasien mampu beraktivitas secara mandiri dengan hasil yang

diharapkan pasien tidak lemah, mampu beraktivitas secara mandiri dan Hb

dalam batas normal (12,0-15,6 g/dL). Tindakan yang direncanakan antara lain

kaji aktivitas, berikan dorongan untuk beraktivitas dengan rasional untuk

melatih pasien untuk aktivitas secara mandiri. Berikan bantuan sesuai kebutuhan

dengan rasional untuk memenuhi kebutuhan ADL (activity daily life).Kolaborasi

dengan tenaga laboratorium dengan rasional untuk mengetahui Hb pasien.

(Wilkinson, 2007)

Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan oleh perawat untuk

mengatasi masalah keperawatan intoleransi aktivitas adalah mengkaji aktivitas

pasien. Tindakan keperawatan selanjutnya yang dilakukan adalah berikan

dorongan untuk beraktivitas dan berikan bantuan sesuai kebutuhan karena

meminimalkan aktivitas pasien agar tidak terjadi peningkatan tekanan darah

yang akan mengakibatkan nyeri kepala pasien bertambah, dan tindakan

keperawatan selanjutnya yang dilakukan adalah kolaborasi dengan tenaga

laboratorium untuk mengecek Hb pasien, karena pemeriksaan darah oleh tenaga

laboratorium dilakukan sehari sekali.

Perencanaan untuk diagnosa defisiensi pengetahuan kurang pajanan

(informasi penyakit Hipertensi). Tujuan dan intervensinya adalah setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapkan pasien mampu

memahami informasi penyakit Hipertensi dengan kriteria hasil yaitu pasien

Page 92: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

80

mengatakan mengerti tentang penyakit Hipertensi, penyebab, tanda gejala dan

terapi untuk Hipertensi.

Kriteria hasil untuk defisiensi pengetahuan menurut Heather (2012),

pasien mengatakan paham tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program

pengobatan, pasien mampu melaksanakan prosedur yang sudah perawat jelaskan

secara bener dan pasien bisa menjelaskan ulang yang dijelaskan perawat atau

tim kesehatan yang lainnya.

Intervensinya antara lain penggambaran tanda dan gelaja yang bisa muncul

pada penyakit dengan cara yang tepat untuk mengetahui tanda dan gejala yang

bisa muncul pada penyakit, pengidentifikasian kemungkinan penyebab dengan

cara yang tepat untuk mengetahui penyebab pada penyakit, diskusikan

perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di

masa yang akan datang, rasionalnya mengetahui cara mencegah komplikasi dan

diskusikan pilihan terapi atau penanganan untuk mengetahui terapi yang tepat

pada penyakit.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah komponen dari proses keperawatan, kategori dari

perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan

dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperwatan dilakukan dan diselesaikan

(Potter and Perry, 2005).

Implementasi yang dilakukan pada Tn.M selama 3 hari pengelolaan.

Implementasi yang dilakukan selama 3 hari yaitu mengkaji nyeri, memonitor

Page 93: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

81

TTV, mengkaji aktivitas, mengkaji aktivitas bertahap, mengkaji tingkat

pengetahuan, memberikan relaksasi otot progresif Jacobson.

Tindakan pertama penulis mengkaji nyeri dilakukan setiap pagi dan

siang.Pengkajian nyeri pada hari pertama dengan skala 7, sedangkan hari kedua

menjadi skala 5, dan sedangkan hari ketiga menjadi skala 3.Nyeri bersifat

subyektif dan nyeri kepala pasien hipertensi umunya hilang timbul, sehingga

penulis sering melakukan pengkajian nyeri.

Tindakan yang kedua mengkaji aktivitas pasien penulis melakukan setiap

pagi, hari pertama pasien tidak bisa melakukan aktivitas karena pasien masih

lemas, dan masih merasa nyeri kepala saat bergerak, hari kedua pasien bisa

berjalan meskipun masih dibantu dengan keluarga dan sudah bisa makan sendiri

karena pasien masih merasakan nyeri kepala, hari ketiga pasien sudah bisa

berjalan tanpa bantuan keluarga dan sudah mandiri karena pasien sudah tidak

merasakan nyeri kepala dan badan sudah tidak lemas.

Tindakan yang ketiga mengajarkan aktivitas secara bertahap penulis

melakukan tindakan setiap pagi dan siang, hari pertama pasien melakukan

bedrest karena pasien butuh istirahat untuk mengurangi rasa nyeri pada kepala,

hari kedua menganjurkan keluarga pasien untuk membantu kebutuhan klien

karena pasien masih merasakan nyeri kepala dan aktivitas perlu dibantu, hari

ketiga pasien sudah bisa melakukan aktivitas mandiri karena sudah tidak

merasakan nyeri kepala dan badan sudah terasa sehat.

Tindakan yang keempat mengkaji tingkat pengetahuan penulis melakukan

setiap siang hari sesudah melakukan teknik relaksasi otot progresif Jacobson,

Page 94: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

82

hari pertama pasien belum tahu penyakit yang dideritanya karena pasien kurang

pengetahuan sehingga tidak tahu penyakit yang dideritanya, hari kedua pasien

sedikit mengerti dengan penyakitnya karena perawat memberitahu tentang

penyakit yang derita oleh pasien, hari ketiga pasien sudah mengerti dengan

penyakit yang dideritanya dan pasien akan menjaga kesehatannya.

Tindakan yang kelima memonitor TTV pasien melakukan setiap pagi dan

siang, hari pertama vital sign pasien tekanan darah 180/100 mmHg, nadi

88x/menit, pernafasan 18x/menit, suhu 37,5C, yang kedua vital sign pasien

tekanan darah 170/90 mmHg, nadi 85x/menit, suhu 37C, pernafasan 20x/menit.

Hari kedua vital sign pasien tekanan darah 160/90 mmHg, nadi 83x/menit, suhu

36,3C, pernafasan 20x/menit, yang kedua vital sign pasien tekanan darah 150/80

mmHg, nadi 85x/menit, suhu 36C, pernafasan 20x/menit. Hari yang ketiga vital

sign pasien tekanan darah 145/80 mmHg, nadi 87x/menit, suhu 36,3C,

pernafasan 20x/menit, yang kedua vital sign pasien tekanan darah 130/80

mmHg, nadi 87x/menit, suhu 36C, pernafasan 20x/menit.

Tanda-tanda vital adalah pengkururan yang paling sering dilakukan oleh

praktisi kesehatan adalah pengukuran suhu, nadi, tekanan darah, frekuensi

pernafasan dan saturasi menandakan keefektifan sirkulasi, respirasi, fungsi

neural dan endokrin tubuh karena sangat penting. Suhu tubuh adalah perbedaan

antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang

hilang ke lingkungan luar. Tempat pengukur suhu (oral, rektal, aksila,

membrane timpani, esophagus, arteri pulmoner, atau bahakan kandung

kemih).Pengukuran subuh tubuh ditunjukkan untuk memperoleh suhu inti

Page 95: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

83

jaringan tubuh rata-rata yang representative, suhu normal rata-rata tergantung

lokasi pengukuran.Nadi adalah aliran darah yang menonjol dan dapat diraba

diberbagai tempat pada tubuh.Nadi merupakan indicator status

sirkulasi.Sirkulasi merupakan alat melalui sel menerima nutrient dan membuang

sampah yang menghasilkan dari metabolisme supaya sel berfungsi secara

normal harus ada aliran darah yang kontinu dan dengan volume sesuai yang

distribusikan darah kesel-sel yang membutuhkan nutrien.Pernafasan adalah

mekanismetubuh menggunakan pertukaran udara antara atmosfer dengan darah

serta darah dengan sel. Pernafasan termasuk ventilasi (pergerakan udara masuk

dan keluar dari paru), disfusi (pergerakan oksigen dan karbondioksida antara

alveoli dan sel darah merah), dan perfusi (distribusi sel darah merah dan kapiler

paru). (Potter and Perry, 2005)

Tekanan darah adalah kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang

didorong dengan tekanan dari jantung (Perry&Potter, 2005).

Tekanan darah merupakan ukuran tekanan darah di dalam arteri yang

didapatkan dari setiap denyut jantung.Masalah yang dapat terjadi pada

hipertensi yaitu nyeri kepala, perdarahan pada hindung dan peningkatan tekanan

darah itu sendiri.Peningkatan tekanan darah pada hipertensi harus segera

ditangani karena jika tidak segera dilakukan pengobatan dapat penurunan

kesadaran bahkan koma karena pembekaan otak (Adib, 2011).

Tindakan yang keenam memberikan teknik relaksasi otot progresif

Jacobson dilakukan sebelum diberikan obat dan sebelum makan dan dilakukan

selama 30 menit, hari pertama pasien merasa rileks setelah dilakukan teknik

Page 96: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

84

relaksasi otot progresif Jacobson dan tekanan darah menurun dari 180/100

mmHg menjadi 170/90 mmHg, hari kedua pasien melakukan teknik relaksasi

otot progresif Jacobson pasien merasa rileks dan tekanan darah menurun dari

160/90 mmHg menjadi 150/80 mmHg, hari ketiga pasien melakukan teknik

relaksasi otot progresif Jacobson pasien merasakan rileks dan nyeri sudah

berkurang, tekanan darah pasien normal dari 145/80 mmHg menjadi 130/80

mmHg.

Teknik relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik pengelolaan

diri yang didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatetis dan parasimpatetis.

Teknik relaksasi dapat dilakukan mengurangi ketegangan, insomnia dan asma

serta dapat dilakukan pada penderita hipertensi (Ramdhani, 2009).Dalam

penelitian Shinde dkk pada tahun 2013 bahwa teknik relaksasi otot progresif

Jacobson diperkenalkan oleh Edmund Jacobson tahun 1938.Menurut Soewondo

(2009) dalam Resti (2014), relaksasi otot progresif Jacobson adalah suatu teknik

yang dapat dipelajari dan digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan

ketegangan sehingga dapat menimbulkan rasa nyaman.

Teknik relaksasi otot progresif Jacobson dapat membantu mengendalikan

tekanan darah pada pasien hipertensi, terlepas dari tingkat awal hepertensi

dengan tindakan sederhana yaitu meregangkan otot (Shinde dkk, 2013).Hal

tersebut disebabkan karena respon relaksasi bekerja lebih dominan pada sistem

saraf parasimpatik, sehingga mengendorkan sistem saraf yang tegang.Saraf

parasimpatik berfungsi mengendalikan pernafasan dan denyut jantung untuk

tubuh menjadi rileks. Ketika respon relaksasi dirasakan oleh tubuh, maka akan

Page 97: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

85

memperhambat detak jantung sehingga dalam memompa darah ke seluruh tubuh

menjadi efektif dan tekanan darah pun menurun(Junaidi, 2010).

Dari hasil jurnal penelitian yang dilakukan oleh Shinde dkk pada tahun

2013, terdapat perbedaan yang signitifkan pada tekanan darah sebelum

dilakukan teknik relaksasi otot progresif Jacobson dengan setelah dilakukan

teknik tersebut yaitu terjadinya penurunan tekanan darah 10 mmHg.Prosedur

teknik relaksasi otot progresif Jacobson yaitu dengan tidur terlenteng, menutup

mata dan tarik nafas dan tarik nafas dalam-dalam.Teknik tersebut dilakukan

selama 30 menit.Setelah 30 menit, untuk mengetahui keefektifan teknik

relaksasi otot progresif Jacobson dilakukan pengukuran tekanan darah dalam

posisi duduk dan pengukuran nadi (Shinde dkk, 2013).Prosedur yang dilakukan

oleh penulis pada Tn.M sesuai dengan prosedur Shinde dkk pada tahun 2013.

Keefektifan teknik relaksasi otot progresif Jacobson dalam menurunkan

tekanan darah dapat dilihat dari hasil pengukuran tekanan darah. Sebelum

dilakukan teknik relaksasi otot progresif Jacobson tekanan darah 180/100

mmHg, setelah dilakukan teknik relaksasi otot progresif Jacobson yang pertama

tekanan darah Tn.M menjadi 170/90 mmHg, yang kedua 150/80 mmHg, dan

yang ketiga 130/80 mmHg.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan asuhan keperawatan antara dasar

tujuan keperawatan pasien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku pasien

yang tampil. Tujuannya dari evaluasi antara lain untuk menentukan

Page 98: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

86

perkembangan kesehatan pasien, menilai efektifitas dan efisiensi tindakan

keperawatan, mendapatkan pelaksanan pelayanan kesehatan (Dermawan, 2012).

Evaluasi yang dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kondisi pasien

dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan

SOAP, subjective, objective, analisa, planning. (Deden, 2012)

Evaluasi hari pertama masalah nyeri akut belum teratasi, pasien

mengatakan kepala terasa seperti ditusuk-tusuk dibagian kepala saat bergerak,

skala nyeri 7, nyeri datang sewaktu-waktu, data objektif klien tampak meringis

kesakitan, klien tampak memegang kepala, pasien tampak lemah, dilakukan

tindakan keperawatan teknik relaksasi otot progresif Jacobson, tekanan darah

170/90mmHg, nadi 85x/menit, suhu 37C, pernafasan 20x/menit.

Evaluasi hari pertama masalah intoleransi aktivitas belum teratasi, pasien

mengatakan badan masih terasa lemah, rasa tidak nyaman saat digerakan, data

objektif pasien tampak lemah, dilakukan tindakan yang membatasi aktivitas dan

istirahat dibantu oleh keluarga, tekanan darah 170/90mmHg, nadi 85x/menit,

suhu 37C, pernafasan 20x/menit, Hb: 8.7 g/DL.

Evaluasi hari pertama masalah defisiensi pengetahuan belum teratasi,

pasien mengatakan tidak tahu dirinya penderita hipertensi, data objektif pasien

tampak tidak paham dengan penyakitnya, dilakukan tindakan bantu pasien untuk

mengidentifikasi faktor resiko tinggi yang berhubungan hipertensi.

Evaluasi hari kedua masalah nyeri akut teratasi sebagian, pasien

mengatakan kepala terasa seperti ditusuk-tusuk dibagian kepala saat bergerak,

skala nyeri 5, nyeri datang sewaktu-waktu, data objektif pasien tampak meringis

Page 99: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

87

kesakitan, dilakukan tindakan keperawatan teknik relaksasi otot progresif

Jacobson, tekanan darah 150/80mmHg, nadi 85x/menit, suhu 36C, pernafasan

20x/menit.

Evaluasi hari kedua masalah intoleransi aktivitas teratasi sebagian, pasien

mengatakan badan terasa segar dan mulai berjalan, data objektif pasien tampak

bisa berjalan ke WC dibantu keluarga, pasien bisa makan sendiri, dilakukan

tindakan beri support sesuai aktivitas, anjurkan keluarga untuk membantu

pemenuhan kebutuhan pasien, tekanan darah 150/80mmHg, nadi 85x/menit,

suhu 36C, pernafasan 20x/menit.

Evaluasi hari kedua masalah defisiensi pengetahuan teratasi sebagian,

pasien mengatakan sedikit mengerti dengan penyakitnya, data objektif pasien

tampak sedikit mengerti yang dijelaskan oleh perawat, dilakukan tindakan bantu

pasien untuk mengidentifikasi faktor resiko tinggi yang berhubungan hipertensi.

Evaluasi hari ketiga masalah nyeri akut teratasi, pasiem mengatakan

kepala terasa seperti ditusuk-tusuk dibagian kepala saat bergerak, skala nyeri 3,

nyeri datang sewaktu-waktu, data objektif pasien tidak meringis kesakitan, tidak

memegang kepala, tampak sehat, tampak rileks, dilakukan tindakan

keperawatan teknik relaksasi otot progresif Jacobson, tekanan darah

130/80mmHg, nadi 82x/menit, suhu 36C, pernafasan 20x/menit.

Evaluasi hari ketiga masalah intoleransi aktivitas teratasi, pasien

mengatakan badan terasa segar dan mulai berjalan, data objektif klien tampak

sehat, badan terasa bugar, dan bisa berjalan, dilakukan tindakan beri support

sesuai aktivitas, anjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan

Page 100: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

88

pasien, tekanan darah 130/80mmHg, nadi 82x/menit, suhu 36C, pernafasan

20x/menit.

Evaluasi hari ketiga masalah defisiensi pengetahuan teratasi, pasien

mengatakan sudah mengerti dengan penyakitnya dan akan memperhatikan

kesehatannya, data objektif pasien tampak sudah paham dengan penyakitnya

dan sudah paham apa yang dijelaskan oleh perawat, dilakukan tindakan bantu

pasien untuk mengidentifikasi faktor resiko tinggi yang berhubungan hipertensi.

Hasil evaluasi selama 3 hari pemberian teknik relaksasi otot progresif

Jacobson pada Tn.M dengan hipertensi dan dapat menurunkan tekanan darah

dari tekanan darah 180/100 mmHg menjadi 130/80 mmHg.

Hasil yang diharapkan pada asuhan keperawatan pasien dengan hipertensi

(Sudarta, 2013) : 1) Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan

darah, 2) Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil, 3) Melaporkan

peningkatan dalam intoleransi aktivitas yang dapat diukur, 4) Melaporkan nyeri

hilang atau terkontrol, 5) Menunjukkan perubahan pola makan, baik kualitas

maupun kuantitas, 6) Mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan

memelihara kesehatan optimal, 7) Mengidentifikasi efek samping obat dan

kemungkinan komplikasi.

Page 101: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

88

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Hasil pengkajian pada Tn.M dengan hipertensi adalah pasien

mengatakan kepala terasa seperti ditusuk-tusuk dan sakit apabila

digerakkan, P: pasien mengatakan nyeri saat digerakkan, Q: pasien

mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: pasien mengatakan nyeri

dibagian kepala, S: pasien mengatakan skala nyeri 7, T: pasien

mengatakan nyeri datang sewaktu-waktu. pasien tampak memegang

kepala, meringis kesakitan, lemah, tekanan darah 180/100mmHg, nadi

88x/menit, suhu 37,5C, pernafasan 18x/menit.

2. Diagnosa

Hasil perumusan Diagnosa Keperawatan pada Tn.M dengan

hipertensi adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

(peningkatan tekanan darah), intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan, defisiensi pengetahuan berhubungan dengan pajanan:

informasi penyakit hipertensi.

3. Intervensi

Intervensi yang dibuat oleh penulis pada diagnosa pertama lakukan

pengkajian nyeri PQRST secara komprehensif untuk mengetahui

kualitas nyeri yang dirasakan pasien, observasi reaksi nonverbal dari

Page 102: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

89

ketidaknyamanan untuk mengetahui skala nyeri, kurangi faktor

presipitas penyebab nyeri untuk mengurangi nyeri yang dirasakan, kaji

keadaan umum dan vital sign untuk mengetahui status kesehatan,

ajarkan teknik relaksasi otot progresif Jacobson untuk merilekskan

otot dan mengurangi nyeri, kolaborasi dengan dokter pemberian

analgetik untuk mengurangi nyeri dengan teknik farmakologi.

Diagnosa kedua kaji respon pasien terhadap aktifitas dan

perhatikan frekuensi nadi untuk mengetahui respon fisiologi terhadap

stress aktifitas, intruksikan pasien tentang penghematan energi untuk

mengurangi penggunaan energi juga membantu keseimbangan antara

suplai O2 berikan dorongan untuk melakukan aktifitas perawatan diri

bertahap untuk kemajuan aktivitas terhadap kerja jantung tiba-tiba.

Diagnosa ketiga kaji pengetahuan pasien terhadap penyakit yang

dideritanya, untuk mengetahui respon sejauh mana pasien paham

dengan penyakitnya yang dideritanya.

4. Implementasi

Implementasi yang dilakukan penulis, meliputi mengkaji nyeri,

mengobservasi tanda-tanda vital, memberikan posisi yang nyaman,

mengajarkan teknik relaksasi otot progresif Jacobson, mengkaji

aktivitas dan latihan pasien.Mengajarkan teknik relaksasi otot

progresif Jacobson dengan tujuan pasien mampu menurunkan skala

nyeri pada hipertensi dengan relaksasi otot progresif Jacobson.

Page 103: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

90

5. Evaluasi

Evaluasi hari pertama pada diagnosa pertama S:kepala pusing,

kepala terasa cekot-cekot, P: Tn.M mengatakan nyeri kepala saat

digerakkan, Q: Tn,M mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: Tn.M

mengatakan nyeri dibagian kepala, S: skala nyeri 7, T: Tn.M

mengatakan nyeri datang sewaktu-waktu, O: Tn.M tampak memegang

kepala, meringis kesakitan, lemah, tanda-tanda vital tekanan darah

180/100 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 37,5x/menit, pernafasan

18x/menit, A: masalah belum teratasi, P: lanjutkan intervensi kaji skala

nyeri PQRST, anjurkan teknik relaksasi.

Evaluasi pada diagnosa kedua S: Tn.M mengatakan badan terasa

lemas, rasa tidak nyaman saat digerakkan, dan hanya bisa berbaring

saja, O: Tn.M tampak aktifitas masih dibantu dengan keluarga, pasien

tampak lemah, A: masalah belum teratasi, P: lanjutkan tindakan kaji

dalam aktivitas, beri support sesuai kebutuhan, anjurkan keluarga

untuk membantu kebutuhan pasien.

Evaluasi pada diagnosa ketiga S:Tn.M mengatakan tidak tahu

dengan penyakit yang dideritanya. O: Tn.M tampak tidak paham

dengan penyakit yang dideritanya, A: masalah belum teratasi, P:

lanjutkan tindakan kaji pengetahuan pasien, bantu pasien untuk

mengidentifikasi faktor resiko tinggi yang berhubungan hipertensi.

Evaluasi hari kedua untuk diagnosa pertama S: P: Tn.M

mengatakan nyeri di kepala saat digerakkan, Q: nyeri seperti ditusuk-

Page 104: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

91

tusuk, R: Tn.M mengatakan nyeri di bagian kepala, S: nyeri skala 5, T:

Tn.M mengatakan nyeri datang sewaktu-waktu, O: Tn.M tampak

meringis kesakitan, tampak lemah dan lemas, tekanan darah

150/80mmHg, suhu 36C, nadi 85x/menit, pernafasan 20x/menit, A:

masalah teratasi sebagian, P: lanjutkan tindakan kaji tingkat nyeri,

monitor tanda vital, beri tindakan yang dapat menguragi nyeri kepala

seperti pemberian teknik relaksasi, kolaborasi pemberian analgetik.

Evaluasi untuk diagnosa kedua S: Tn.M mengatakan badan sedikt

lemas, dan sedikit pusing, O: Tn.M tampak bisa melakukan makan dan

minum sendiri, A: masalah teratasi sebagian, P: lanjutkan tindakan kaji

kemampuan aktivitas, beri support sesuai kebutuhan, anjurkan

keluarga untuk membantu pemenuhan kebetuhan pasien.

Evaluasi untuk diagnosa ketiga S: Tn.M mengatakan sedikit

mengerti dengan penyakit yang dideritanya, O: Tn.M tampak sudah

paham dengan penyakit yang dideritanya dan bisa sedikt menjelaskan

yang dijelaskan oleh perawat, A: masalah teratasi sebagian, P:

lanjutkan tindakan kajin pengetahuan pasien, bantu pasien untuk

mengidentifikasi faktor resiko tinggi yang berhubungan dengan

hipertensi.

Evaluasi hari ketiga untuk diagnosa yang pertama S: P: Tn.M

mengatakan nyeri kepala saat digerakkan, Q: nyeri seperti ditusuk-

tusuk, R: Tn.M mengatakan nyeri dibagian kepala, S: nyeri skala 3, T:

nyeri datang sewaktu-waktu. O: Tn.M tampak tidak terlihat kesakitan,

Page 105: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

92

tampak sehat, tampak rileks dan nyeri selama diberikan terapi relaksasi

otot progresif Jacobson, tekanan darah 130/80mmHg, suhu 36C, nadi

87x/menit, pernafasan 20x/menit, A: masalah teratasi, P: pertahankan

tindakan.

Evaluasi untuk diagnosa yang kedua S: Tn.M mengatakan sudah

sehat, badan terasa bugar dan sudah beraktifitas sendiri, O: Tn.M

tampak sudah bisa berjalan, makan sendiri, mandi sendiri, A: masalah

teratasi, P: pertahankan tindakan.

Evaluasi untuk diagnosa yang ketiga S: Tn.M mengatakan sudah

paham dengan penyakit yang deritanya dan akan memperhatikan

dengan kesehatannya, O: Tn.M tampak paham dan mampu

menjelaskan semuanya yang sudah perawat jelaskan, A: masalah

teratasi, P: pertahankan intervensi.

Hasil analisa dari tindakan mengajarkan teknik relaksasi otot

progresif Jacobson pada Tn.M adalah mampu mengurangi rasa nyeri

pada pasien yang mengalami nyeri akut.Relaksasi sempurna dapat

mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh dan kecemasan sehingga

mencegah menghambatnya stimulasi nyeri. Pemberian relaksasi otot

progresif Jacobson pada Tn.M dapat menurunkan tekanan darah dari

180/100mmHg dapat menjadi 130/80mmHg

Page 106: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

93

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih

berkualitas sehingga dapat menghasilkan perawat yang profesional,

terampil, inovatif, dan bermutu dalam memberikan asuhan

keperawatan secara komprehensif berdasarkan Ilmu dan kode etik

keperawatan.

2. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan rumah sakitt dapat memberikan pelayanan kesehatan

dan mempertahankan hubungan kerja sama baik anatara tim kesehatan

maupun pasien sehingga dapat menimbulkan mutu pelayanan asuhan

keperawatan yang optimal pada umumnya dan pasien hipertensi

khususnya.

3. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat

Hendaknya para perawat memiliki tanggung jawab dan

ketrampilan yang baik dan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan

dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi

khususnya, keluarga, perawat dan tim kesehatan lain mampu

membantu dalam kesembuhan klien serta memenuhi kebutuhan

laninnya.

4. Bagi Penulis

Setelah melakukan tindakan keperawatan pada pasien hipertensi

diharapkan penulis dapat lebih mengetahui cara penanganan pada

Page 107: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

94

penyakit hipertensi dan dapat menambah wawasan dalam menangani

masalah keperawatan hipertensi.

Page 108: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

95

DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. 2011. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan yang Paling

Sering Menyerang Kita. Buku Biru: Yogyakarta

Deden, Dermawan. 2012. Proses Keperawatan. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Endang T. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara

Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Harmono, R. 2010. Pengaruh Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan

Tekanan Darah Klien Hipertensi Primer di Kota Malang.Tesis.Program Studi Magister

Fakultas Ilmu Keperawtan Universitas Indonesia. Depok

Shinde, N., S. KJ., K. SM., D. Handee, dan V. Bhushan. 2013. Immediate EffectOf

Jacobson’s Progressive Muscular Relaxation in Hypertension, (online),

http://saspublisher.com/wpcontent/uploads/2013/04/SJAMS1280-85.pdf, diakes 23 April

2014 Jam 22.01

Junaidi, I. 2010. Hipertensi.Buana Ilmu Popular. Jakarta

Lanny G. 2012. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Kanisius

Murwani, A. 2009. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Cetakan Kedua. Nuha Offset.

Jogjakarta.

NIC dan NOC. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan DiagnosaMedisDan NANDA, Jilid 2. Medication. Yogyakarta.

Nurarif, AH dan Kusuma, H. 2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC. Media Action: Jakarta.

Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. CetakanPetama. Nuha Medika.

Yogyakarta

Potter and Perry. 2005. Buku Ajaran Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan

Praktik. Volume 1.Edisi 4. Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Pudiastuti R D. 2013. Penyakit - Penyakit Mematikan. Yogyakrta:Medikal Book.

Purwanto, Bambang. 2012. Hipertensi (Patogenis, Kerusakan TargetOrgan, dan

Penatalaksanaan). UNS Press: Surakarta.

Ramdhani. 2006. Pengembangan Terapi Relaksasi Otot Progrsif. Graha Ilmu:

Yogyakarta.

Saputra, Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Manusia. Binapura Aksara: Tanggerang

Selatan.

Smeltzer & Bare. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.Volume 2. Penerbit

Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Page 109: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF … · Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan khusunya penemuan-penemuan tindakan mandiri keperawatan untuk pelayanan

96

Sudarta.2013. Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Gosyen

Publishing: Yogyakarta.

Sudarta.2013. Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Gosyen

Publishing: Yogyakarta.

Susilo Y, Wulandari A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Darah Tinggi/Hipertensi. CV Andi

Offset: Yogyakarta.

Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan bagi PenderitaHipertensi Secara Terpadu.

Graha Ilmu: Yogyakarta.

Wijayaningsih, K. S. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Cetakan Pertama. Trans Info

Media. Jakarta.

Wilkinson, Judith W. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensiNIC dan

kriteria Hasil NOC. EGC: Jakarta.