PEMBERIAN RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP … · pasien inpartu kala 1 fase laten sebelum diberikan...
Transcript of PEMBERIAN RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP … · pasien inpartu kala 1 fase laten sebelum diberikan...
PEMBERIAN
PENURUNAN NYERI P
Ny. F DENGAN INPARTU KALA I FASE LATEN
DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA
PROGRAM
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP
PENURUNAN NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN
Ny. F DENGAN INPARTU KALA I FASE LATEN
DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA
DISUSUN OLEH :
DIYAH SETYANINGRUM
NIM. P.13 017
GRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP
ADA ASUHAN KEPERAWATAN
Ny. F DENGAN INPARTU KALA I FASE LATEN
DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA
KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
PEMBERIAN
PENURUNAN NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN
Ny. F DENGAN
DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
PROGRAM
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
i
RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP
PENURUNAN NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN
Ny. F DENGAN INPARTU KALA I FASE LATEN
DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
DIYAH SETYANINGRUM
NIM. P.12 017
GRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
TERHADAP
PENURUNAN NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN
INPARTU KALA I FASE LATEN
DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha kuasa karena
berkat, rahmat dan karunianya, sehingga penulis mampu menyelesaikan karya
tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian Relaksasi Nafas Dalam terhadap
Penurunan Nyeri pada Asuhan Keperawatan Ny F dengan Inpartu Kala 1 fase
Laten di Ruang Bersalin Di Puskesmas Sibela Surakarta.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak
mendapatkan bimbingan dan dukungan dan berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi
- tingginya kepada yang terhormmat:
1. Ns. Wahyu Rima Agustin M. Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di
STIkes Kusuma Husada Surakarta.
2. Ns. Meri Oktariani M. Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
dan selaku dosen penguji satu yang telah membimbing penulis dengan
cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam
membimbing serta memfasilitasi penulis demi kesempurnaan studi kasus
ini.
3. Ns. Alfyana Nadya R. M. Kep, selaku Sekretaris Program Studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat
menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
v
4. Ns. Siti Mardiyah, S. Kep selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji kedua yang telah membimbing penulis dengan cermat, memberikan
masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam membimbing serta
memfasilitasi penulis demi kesempurnaan studi kasus ini.
5. Semua dosen program studi DIII Keperawtan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
6. Direktur Puskesmas Sibela Surakarta yang telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. F di
Puskesmas Sibela Surakarta.
7. Nataliana Indah AN, SKep.NS selaku pembimbing lahan di Puskesmas
Sibela Surakarta yang telah memberikan banyak masukan dan membimbing
penulis dalam menyelesaikan asuhan keperawatan selama di Puskesmas
Sibela Surakarta.
8. Kedua orangtuaku (Sudarno dan Siti Muslikah), Kakak Untari Istiqomah,
Kedua Adik (Khoirul Nasiruddin dan Imanurul Fatimah) dan Fajar I M yang
selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan do’a serta menjadi inspirasi
dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan DIII
Keperawatan.
9. Sahabat-sahabat yang selalu memberi motivasi sehingga penulis mampu
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
vi
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................... 3
C. Manfaat Penulisan ................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ........................................................................ 6
1. Persalinan ....................................................................... 6
2. Asuhan Keperawatan ....................................................... 14
3. Nyeri Persalinan ............................................................. 22
4. Relaksasi Nafas Dalam .................................................... 33
B. Kerangka Teori ...................................................................... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Subyek Aplikasi Riset ............................................................ 40
B. Tempat dan Waktu ................................................................. 40
C. Media dan Alat Yang Digunakan ........................................... 40
D. Prosedur Tindaka .................................................................... 40
E. Alat Ukur Evaluasi Tindakan Aplikasi Riset ......................... 41
viii
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien....................................................................... 43
B. Pengkajian .............................................................................. 44
C. Analisa Data ........................................................................... 50
D. Diagnosa Keperawatan........................................................... 51
E. Intervensi Keperawatan .......................................................... 52
F. Implementasi Keperawatan ................................................... 55
G. Evaluasi Keperawatan ............................................................ 58
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian .............................................................................. 60
B. Diagnosa Keperawatan........................................................... 64
C. Intervensi Keperawatan .......................................................... 67
D. Implementasi Keperawatan ................................................... 71
E. Evaluasi Keperawatan ............................................................ 76
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................ 79
B. Saran ................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
2.1. Gambar Skala nyeri........................................................................... 29
2.2. Gambar Skala nyeri........................................................................... 31
2.3. Gambar skala nyeri ........................................................................... 32
2.4. Gambar Skala nyeri........................................................................... 33
2.5. Gambar Kerangka Teori ................................................................... 39
3.1. Gambar alat ukur nyeri...................................................................... 42
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Usulan Judul Aplikasi Jurnal
Lampiran 2 : Lembar Konsultasi
Lampiran 3 : Surat Pernyataan
Lampiran 4 : Jurnal Utama
Lampiran 5 : Asuhan Keperawatan
Lampiran 6 :Log Book
Lampiran 7 : Pendelegasian
Lampiran 8 : Lembar observasi
Lampiran 9 : Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan normal adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak
belakang kepala / ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat bantu, serta tidak
melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomy). Dalam proses persalinan
normal biasanya diperlukan waktu kurang dari 24 jam (Anggraeni, 2012).
Menurut Jayanthi (2010) berdasarkan penelitian di Amerika Serikat
70% sampai 80% wanita yang melahirkan mengharapkan persalinan
berlangsung tanpa rasa nyeri. Berbagai cara dilakukan agar ibu melahirkan
tidak selalu merasa sakit dan merasa nyaman. Saat ini 20% hingga 50%
persalinan di rumah sakit swasta di Indonesia dilakukan dengan operasi
caesar, tingginya operasi Caesar disebabkan para ibu yang hendak bersalin
lebih memilih operasi yang relative tidak nyeri. Di Brazil angka ini mencapai
lebih dari 50% dari angka kelahiran di suatu rumah sakit yang merupakan
persentase tertinggi diseluruh dunia (Wildan et.al, 2012)
Persalinan kala 1 merupakan sebagai permulaan kontraksi persalinan
sejati, yang ditandai adanya perubahan serviks yang progresif dan diakhiri
dengan pembukaan lengkap (10 cm). Hal ini dikenal sebagai tahap
pembukaan serviks (Varney, 2007). Persalinan kala satu merupakan salah
satu pembukaan yang berlangsung antara nol sampai pembukaan lengkap.
Lama kala 1 untuk primigravida sekitar 12 jam sedangkan pada multigravida
2
Berlangsung selama 8 jam. Berdasarkan kurve friedman pembukaan primi 1
cm / jam dan multi 2 cm / jam (Manuaba, 2007).
Menurut Handerson (2005) Nyeri persalinan dapat mempengaruhi
kontraksi uterus melalui sekresi kadar katekolamia dan kartisol yang
menaikkan dan akibatnya mempengaruhi durasi persalinan. Nyeri juga dapat
menyebabkan aktivitas uterus yang tidak terkoordinasi yang akan
mengakibatkan persalinan lama. Adapun nyeri persalinan yang berat dan
lama dapat mempengaruhi verifikasi sirkulasi maupun metabolisme yang
harus segera diatasi karna dapat menyebabkan kematian dalam (Fitriani,
2013)
Intervensi untuk mengurangi ketidaknyamanan atau nyeri selama
persalinan yaitu intervensi nonfarmakologis nyeri yaitu dengan teknik
relaksasi nafas dalam sesuai dengan teori Dick-Read dan Lamage bahwa
nyeri persalinan yang disebabkan oleh rasa nyeri, takut dan tegang dapat
dikurangi / diredakan dengan berbagai metode yaitu, menaikkan kepercayaan
diri dan relaksasi nafas dalam (Ghofur, 2010).
Menurut Prasetyo (2010) Teknik relaksasi nafas dalam merupakan
teknik pereda nyeri yang banyak memberikan masukkan terbesar karena
teknik relaksasi dalam persalinan dapat mencegah kesalahan yang berlebihan
pasca persalinan. Adapun relaksasi nafas dalam selama proses persalinan
dapat mempertahankan komponen system saraf simpatis dalam keadaan
homeostasis sehingga tidak terjadi peningkatan suplai darah, mengurangi
3
kecemasan dan ketakutan agar ibu dapat beradaptasi dengan nyeri selama
proses persalinan dalam Fitriani (2013).
Dari hasil penelitian Fitriani (2013) menunjukkan bahwa dari 71
pasien inpartu kala 1 fase laten sebelum diberikan teknik relaksasi yaitu nyeri
sedang 37 responden, nyeri berat 34 responden dengan nyeri hebat sebanyak
0 responden dan setelah diberikan teknik relaksasi nafas dalam nyeri ringan 7
responden, nyeri sedang 58 responden nyeri berat 6 responden, nyeri hebat 0
responden. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan terdapat perbedaan antara
tingkat nyeri dan respon adaptasi nyeri pada pasien inpartu kala 1 fase laten
sebelum dan setelah diberikan teknik relaksasi nafas dalam.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk menyusun
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pemberian Relaksasi Nafas Dalam
terhadap Penurunan Nyeri pada Asuhan Keperawatan Pasien Inpartu Kala 1
Fase Laten dan mengaplikasikan tindakan dipuskesmas.
A. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan meliputi :
1. Tujuan Umum
Untuk mengaplikasikan pemberian tindakan relaksasi nafas dalam
terhadap penurunan nyeri pada pasien dengan inpartu kala 1 fase laten.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan inpartu
kala 1 fase laten.
4
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan inpartu kala 1 fase laten.
c. Penulis mampu menyusun intervensi keperawatan pada pasien
dengan inpartu kala 1 fase laten.
d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien
dengan inpartu kala 1 fase laten.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
inpartu kala 1 fase laten.
f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian tindakan relaksasi
nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien dengan inpartu
kala 1 fase laten.
B. Manfaat Penulisan
Dari penulisan ini diharapkan agar dapat memberikan sesuatu yang
bermanfaat dan berharga bagi :
1. Institusi Pelayanan Kesehatan
Agar hasil penulisan ini dapat dijadikan intervensi tindakan pemberian
latihan relaksasi nafas dalam dengan intervensi relaksasi nafas dalam
terhadap penurunan nyeri inpartu kala 1 fase laten.
5
2. Institusi Pendidikan
Agar hasil penulisan ini dapat dijadikan pembelajaran di bidang
keperawatan mengenai pemberian latihan relaksasi nafas dalam dengan
intervensi relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri inpartu kala 1
fase laten.
3. Klien dan keluarga
a. Sebagai bahan masukan bagi klien dalam mengatasi permasalahan
yang dihadapi.
b. Diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang
pemberian relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri inpartu
kala 1 fase laten.
4. Pembaca
Sebagai sumber informasi mengenai teknik relaksasi nafas dalam
terhadap penurunan nyeri inpartu kala 1 fase laten.
5. Penulis
Untuk mengetahui tindakan pemberian latihan relaksasi nafas dalam
dengan intervensi relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri inpartu
kala 1 fase laten.
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori
1. Persalinan
a. Definisi Persalinan
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan yaitu (setelah kehamilan 37
minggu) dengan pelepasan dan pengeluaran pasenta dan selaput janin
dari tubuh ibu (Kumalasari, 2015).
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang tejadi pada
kehamilan cukup bulan (37 minggu - 42 minggu), tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin (Nugroho, 2011).
Menurut Danuatmaja (2004) Proses persalinan diartikan
sebagai peregangan dan pelebaran mulut rahim yang terjadi ketika
otot-otot rahim berkontraksi untuk mendorong bayi keluar. Otot-otot
rahim akan meregang saat terjadinya kontraksi. Bersamaan dengan
setiap kontraksi kandung kemih, rectum tulang belakang, dan tulang
pubis menerima tekanan kuat dari rahim (Wildan et.al, (2012)).
7
b. Etiologi Persalinan
Penurunan Hormone
1-2 minggu sebelum partus dimulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot
polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila progesterone turun.
1) Plasenta Menjadi Tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim
2) Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik
otot-otot rahim sehingga menganggu sirkulasi utero-plasenta.
3) Iritasi Mekanik
Dibelakang servik terlihat ganglion servikal (fleksus franterrhaus).
Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin
akan timbul kontraksi uterus.
4) Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan ganggang laminaria yang
dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang
pleksus frankenhauser, ( pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu
pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus
8
c. Jenis Persalinan
Jenis persalinan berdasarkan cara persalinan
1) Persalinan normal Persalinan normal (spontan) adalah proses
lahirnya bayi pada letak belakang kepala (LBK) dengan tenaga ibu
sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi
yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
2) Persalinan buatan adalah proses persalinan dengan bantuan tenaga
luar.
3) Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk
persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
d. Menurut usia kehamilan dan berat janin yang dilahirkan
1) Abortus (keguguran) adalah berakhirnya suatu kehamilan pada
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.
2) Persalinan prematur adalah persalinan dengan usia kehamilan 28-
36 minggu dengan berat janin kurang dari 2499 gram.
3) Persalinan matur (aterm) adalah persalinan dengan usia kehamilan
37-42 minggu dan berat janin di atas 2500 gram.
4) Persalinan matur (aterm) adalah persalinan dengan usia kehamilan
37-42 minggu dan berat janin di atas 2500 gram.
5) Partus post matures atau serotinus
Pengeluaran buah kehamilan setelah 42 minggu
9
e. Manifestasi persalinan
Menurut Novita (2011) tanda gejala dapat terjadi tiga minggu
sebelum persalinan, seperti lightening merupakan sensasi yang bersifat
subjektif, terutama pada primigravida dimana fetus mulai bergerak
kearah bawah sehingga diaphragma berkurang tekanannya, terasa lega
saat bernafas dan mudah untuk bernafas dengan dalam. Tanda yang
lain adalah kontraksi Braxton hicks digambarkan sebagai sensasi
tarikan atas tulang pubis. Perubahan serviks, menjadi lebih tipis,
lembut, pendek. Hal tersebut terjadi karena kontraksi Braxton hicks.
Persalinan (inpartu) dimulai sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Tanda dan gejala
inpartu : penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus yang
mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali
dalam 10 menit), cairan lendir bercampur darah (blood show) melalui
vagina.
f. Tanda-tanda bahaya persalinan
Ada beberapa tanda-tanda bahaya ibu bersalin yang akan
mengancam jiwa diantaranya: Syok pada saat persalinan, nyeri kepala,
gangguan penglihatan, kejang atau koma, tekanan darah tinggi,
persalinan yang lama, gawat janin dalam persalinan, demam dalam
persalinan, nyeri perut hebat, sukar bernafas.
10
Pada saat memberikan asuhan bagi ibu bersalin, penolong
harus selalu waspada terhadap kemungkinan timbulnya masalah atau
penyulit. Menunda pemberian asuhan kegawat daruratan akan
meningkatkan resiko kematian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahir.
Langkah atau tindakan yang akan dipilih sebaiknya dapat memberikan
manfaat dan memastikan bahwa proses persalinan akan berlangsung
aman dan lancar sehingga akan berdampak baik terhadap keselamatan
ibu dan bayi yang akan dilahirkan (JNPK-KR, 2007).
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Menurut Rohani dkk (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi
persalinan yaitu :
1) Power (Tenaga/Kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah
his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari
ligament. Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan
adalah his, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah
tenaga meneran ibu.
2) Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang
yang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus. Janin harus
berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatife
kaku, oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan
sebelum persalinan dimulai.
11
3) Passenger (Janin dan Plasenta)
Cara penumpang (passenger) atau janin bergerak di
sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor,
yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi
janin. Plasenta juga harus melalui jalan lahir sehingga dapat juga
dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin.
4) Psikis (Psikologis)
Perasaan positif ini berupa kelegaan hati, seolah-olah pada
saat itulah benar-benar terjadi realitas “ kewanitaan sejati ” yaitu
munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau memproduksi anak.
Khususnya rasa lega itu berlangsung bila kehamilannya
mengalami perpanjangan waktu, mereka seolah-olah mendapatkan
kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “
keadaan yang belum pasti ” sekarang menjadi hal yang nyata.
5) Penolong
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin,
dalam hal ini tergantung dari kemampuan dan kesiapan penolong
dalam menghadapi proses persalinan.
12
h. Tahapan persalinan
Tahap-tahap persalinan
1) Menurut Nugroho (2011) persalinan dibagi 4 kala yaitu:
a) Kala 1
Saat persalinan (mulai HIS) sampai pembukaan lengap (10
cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase:
(1) Fase Laten, pembukaan berlangsung lamban. Pembukaan
serviks 0 – 3 cm berlangsung dalam 11-12 jam pada primi
& 6 – 8 jam pada multi gravida.
(2) Fase aktif, pembukaan lebih cepat. Fase ini di bagi dalam:
Fase accelerasi (fase percepatan) dari pembukaan 3 sampai
4 cm, yang dicapai selama 2 jam, Fase kemajuan maksimal,
dari pembukaan 4 sampai 9 cm, selama 2 jam dan Fase
decelerasi (kurang percepatan), dari pembukaan 9 sampai
10 cm, selama 2 jam.
b) Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi lahir.
Proses ini biasanya berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
c) Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya placenta,
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
13
d) Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post
partum.
2) Menurut kumalasari (2015) proses persalinan dibagi atas 4 kala
yaitu:
a) Kala 1 (pembukaan)
Kala 1 persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus
yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya)
hingga servik membuka lengkap (10 cm). Kala 1 persalinan
terdiri atas 2 fase yaitu:
(1) Fase Laten
Dimulai sejak awal berkontraksi uterus yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks hingga ± 3 cm, pada
umumnya fase laten berlangsung dalam 7-8 jam.
(2) Fase Aktif
Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas tiga subfase
yaitu Periode akselerasi: berlangsung selama 2 jam,
pembukaan menjadi 2 cm, Periode dilatasi maksimal
(steady): berlangsung selama 2 jam pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm, Periode deselerasi:
berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan
menjadi 10 cm (lengkap).
14
b) Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Dengan his
mengejan yang terpimpin maka akan lahir kepala, diikuti oleh
seluruh badan janin. Kala II pada primigrafida berlangsung 1½
- 2 jam, pada motigrafida ½ – 1 jam.
c) Kala III (Kala Pengeluaran plasenta)
Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Berlansung
selama 15-30 menit. Kala III terdiri atas 2 fase yaitu:
(1) Fase pelepasan uri
(2) Fase pengeluaran uri
d) Kala IV
Kala IV persalinan adalah dimulai dari lahirnya plasenta
sampai 2 jam pertama post partum.
2. Asuhan Keperawatan
Pelaksanaan asuhan keperawatan intranatal melalui
pendekatan proses keperawatan dengan melaksanakan unsur proses
keperawatan meliputi pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan,
intervensi dan evaluasi.
15
a. Pengkajian keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan yang dapat
diambil dari mengumpulkan data atau status kesehatan pasien
untuk menentukan diagnosa keperawatan. Diagnosa yang diangkat
akan menentukan perencanaan, tindakan, dan evaluasi mengikuti
perencanaan yang telah dibuat (Rohmah dan Walit, 2012).
1) Anamnesa
Tujuan anamnesa adalah mengumpulkan informasi tentang
riwayat kesehatan dan kehamilan untuk digunakan dalam
proses membuat keputusan klinis guna menentukan
diagnosa dan mengembangkan rencana asuhan yang sesuai
(Erawati, 2011).
Pengakajian riwayat kesehatan lengkap dan pemeriksaan fisik
dilakukan setelah diagnosa kehamilan ditegakkan. Tujuan
penting adalah untuk mengembangkan rasa percaya “Trust”,
hubungan kerja antara pasien (ibu) dan teman kesehatan
(perawat).
2) Data umum kesehatan
Data kenaikan berat badan, masalah kesehatan khusus, obat-
obatan yang dikonsumsi, alergi, eliminasi BAK, dan pola tidur
3) Riwayat kebidanan
Riwayat kebidanan dicatat mengenai jumlah gravidity
(kehamilan) dan parity (persalinan). Gravid merupakan
16
jumlah total kehamilan. Partus menggambarkan 4 serial
angka: persalinan cukup bulan (term), persalinan premature
(preterm), keguguran / aborsi (spontaneous atau elective), dan
persalinan dengan bayi hidup. Detail kehamilan sebelumnya,
seperti karakter dan lama persalinan, tipe persalinan,
komplikasi, status infant, dan berat lahir (BBL), harus dicatat.
Keguguran pada trimester pertama yang berulang atau riwayat
keguguran pada trimester kedua yang berulang menunjukkan
masalah genetik atau servik yang tidak kompeten. Jika pasien
memiliki riwayat persalinan caesar, rekomendasi persalinan
melalui vagina (pervagina) dapat didiskusikan pada saat ini
(Erawati, 2011)
4) Riwayat persalinan sekarang
Riwayat mulai persalinan, keadaan kontraksi dan frekuensi
denyut jantung janin.
5) Pemeriksaan fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah menilai kesehatan dan
kenyamanan fisik ibu dan bayinya untuk membuat keputusan
klinis guna menentukan diagnosa dan mengembangkan
rencana asuhan yang paling sesuai (Erawati, 2011).
a) Keadaan umum, kesadaran
b) Tanda-tanda vital: tekanan darah, suhu, nadi dan
pernafasan.
17
c) Payudara: ASI sudah keluar atau belum
d) Abdomen: tinggi fundus uteri, kontraksi uterus,
penghitungan DJJ.
e) Genetalia: keluar sedikit lendir
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang
respons individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah
kesehatan yang aktual dan potensial, atau proses kehidupan
(wilkinson, 2011).
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien intranatal adalah
1) Kala I
a) nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
(kontraksi)
b) Ansietas berhubungan dengan ancaman pada (status
kesehatan)
2) Kala II
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (proses
meneran)
3) Kala III
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (proses
pengeluaran plasenta)
18
4) Kala IV
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif
c. Rencana Keperawatan
Perencanaan merupakan langkah berikutnya dalam proses
keperawatan. Pada langkah ini, perawat menetapkan tujuan dan kriteria
hasil yang diharapkan bagi klien dan merencanakan intervensi
keperawatan (wilkinson, 2011).
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (kontraksi)
Tujuan dan kriteria hasil:
a) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
melakukan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri).
b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan manajemen.
c) Mampu mengenali (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri).
d) Skala nyeri berkurang.
e) Pasien nyaman setelah nyeri berkurang.
f) Vital sign dalam batas normal.
Intervensi
a) Kaji nyeri P,Q,R,S,T secara komprehensif
Rasional: Mengetahui kualitas nyeri yang dirasakan pasien
b) Observasi reaksi nonferbal dari ketidaknyamanan
Rasional: mengetahui segala nyeri.
19
c) Monitor vital sign dan denyut jantung janin
Rasinonal: Untuk mengetahui vital sign dan DJJ
d) Anjurkan pasien untuk miring kekiri
Rasional: Memberikan kenyamanan pada janin
e) Ajarkan teknik non farmakologi (pemberian teknik relaksasi
nafas dalam)
Rasional: Untuk mengalihkan nyeri yang dirasakan pasien
f) Anjurkan pasien untuk tarik nafas panjang
Rasional: untuk mengurangi nyeri saat proses persalinan
berlangsung
g) Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik
Rasional: untuk mengurangi nyeri persalinan
2) Ansietas berhubungan dengan ancaman pada (status kesehatan)
Tujuan dan kriteria hasil
a) Mengidentifikasi, mengungkapkan, menunjukan teknik untuk
mengontrol cemas.
b) Vital sign dalam batas normal.
Intervensi
a) Gunakan pendekatan yang menenangkan
Rasional: Membuka kepercayaan kepada perawat
b) Jelaskan semua prosedur selama tindakan
Rasional: Untuk menengurangi kecemasan pasien
c) Berikan informasi tentang kesiapan persalinan
20
Rasional: Untuk membuka pengetahuan pasien
d) Observasi vital sign
Rasional: Untuk mengetahui status kesehatan
e) Beri dukungan dan support pada pasien
Rasional: motivasi dan mengontrol perasaan pasien
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (proses
meneran)
Tujuan dan kriteria hasil
a) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
b) Mampu mengenali nyeri (skala, intesitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
c) Skala nyeri berkurang Pasien nyaman setelah nyeri berkurang
d) Vital sign dalam batas normal
Intervensi
a) Kaji skala nyeri P,Q,R,S,T
Rasional: Untuk mengetahui kualitas nyeri yang dirasakan
pasien
b) Anjurkan pasien untuk nafas panjang
Rasional: Untuk mengurangi nyeri
c) Bimbing dan beri dukungan pada pasien untuk meneran
Rasional: Untuk memudahkan dalam proses persalinan
21
4) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (pengeluaran
plasenta).
Tujuan dan kriteria hasil
a) Pasien mampu mengontrol nyeri
b) Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
a) Kaji kontraksi uterus
b) Pertahankan posisi litothomi
c) Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam
d) Kolaborasi dengan bidan dalam pengeluaran plasenta
5) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif
Tujuan dan kriteria hasil
a) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
b) Tidak mengalami haus yang tidak normal
c) Memiliki keseimbangan asupan yang seimbang dalam 24 jam
d) Menampilkan hidrasi yang baik (membran mukas lembab,
mampu berkeringat, elastis turgor kulit baik)
e) Memiliki asupan cairan oral dan atau intravena yang adekuat
Intervensi
a) Kaji keadaan umum dan monitor vital sign
Rasional: Untuk mengetahui keadaan umum pasien
b) Pantau perdarahan
22
Rasional: Untuk mengetahui seberapa perdarahan yang
dikeluarkan
c) Identifikasi faktor-faktor yang berkonstribusi terhadap
bertambah buruknya dehidrasi (misalnya: obat-obatan, demam,
stress dan program pengobatan)
Rasional: Untuk mengetahui faktor yang berkontribusi terhadap
bertambah buruknya dehidrasi
d) Kolaborasi pemberian cairan parenteral
Rasional: Untuk menambah suplai cairan
6) Evaluasi
Evaluasi adalah catatan mengengenai perkembangan pasien
yang dibandingkan dengan kriteria hasil yang telah ditentukan
sebelumnya, dengan menggunakan metode SOAP (Subyektif,
Obyektif, Analisa, Planning) (Wahit dan Suprapto, 2012).
3. Nyeri perasalinan
a. Definisi
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak
menyenangkan. Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal
skala ataupun tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan rasa nyeri yang dialaminya (Azis, 2009)
The International Association for the Study of pain
mendefinisikan nyeri sebagai “Suatu ketidak nyamanan, bersifat
23
subjektif, sensori, dan pengalaman emosional yang dihubungakan
dengan aktual dan potensial untuk merusak jaringan atau digambarkan
suatu yang merugikan” (Monahan, 2007).
Nyeri persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi.
Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah
perut dan menjalar kearah paha. Kontraksi ini menyebabkan adanya
pembukaan mulut rahim (serviks) dengan adanya pembukaan servik
ini maka akan terjadi persalinan (Judha dkk, 2012).
b. Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri menurut Green (2007)
1) Nyeri akut
Nyeri akut didefinisikan sebagai suatu nyeri yang dapat di
kenali penyebabnya, waktunya pendek, dan diikuti oleh
peningkatan tegangan otot, serta kecemasan. Ketegangan otot dan
kecemasan tersebut dapat meningkatkan persepsi neyri.
2) Nyeri kronis
Nyeri kronis didefinisikan sebagai suatu nyeri yang tidak
dapat dikenali dengan jelas penyebabnya. Nyeri ini kerap kali
berpengaruh pada gaya hidup klien. Nyeri kronis biasanya terjadi
pada rentang waktu 3-6 bulan.
24
c. Penyebab nyeri
Menurut Judha, dkk (2012 ), rasa nyeri persalinan muncul karena
1) Kontraksi otot rahim
Kontraksi otot rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan
serviks serta iskemia rahim akibat kontraksi arteri miometrium,
karena rahim merupakan organ internal maka nyeri yang timbul
disebut nyeri visceral. Pada persalinan nyeri alih dapat dirasakan
pada punggung bagian bawah dan secrum. Biasanya ibu hanya
mengalami rasa nyeri ini hanya selama kontraksi dan bebas dari
rasa nyeri pada interval antar kontraksi.
2) Regangan otot dasar panggul
Jenis nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II, tidak
seperti nyeri visceral, nyeri ini terlokalisir di daerah vagina, rectum
dan perineum, sekitar anus. Nyeri kronis ini disebut nyeri somatik
dan disebabkan peregangan struktur jalan lahir bagian bawah
akibat penurunan bagian terbawah janin.
3) Episiotomi
Pada nyeri episiotomi, nyeri dirasakan apabila ada tindakan
episiotomi, tindakan ini dilakukan sebelum jalan lahir mengalami
laserasi maupun rupture pada jalan lahir.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi respon terhadap Nyeri Persalinan
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Solehati &
Kosasih (2015), antara lain :
25
1) Lingkungan
Lingkungan akan mempengaruhi persepsi dan reaksi nyeri.
Lingkungan yang ribut dan terang dapat meningkatkan intensitas
nyeri.
2) Keadaan umum
Kondisi fisik yang menurun, misalnya kelelahan dan
kurangnya asupan nutrisi dapat meningkatkan intensitas nyeri yang
dirasakan klien. Begitu juga rasa haus, dehidrasi, dan lapar akan
meningkatkan persepsi nyeri.
3) Endofrin
Tingkatan endofrin berbeda-beda antara satu orang dengan
yang lainnya. Hal inilah yang sering menyebabkan rasa nyeri yang
dirasakan oleh seseorang berbeda dengan yang lainnya.
4) Faktor situasional
Pengalaman nyeri pada situasi formal terasa lebih besar dari
pada sendirian. Persepsi nyeri juga dipengaruhi trauma jaringan.
5) Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor penting dalam merespon
adanya nyeri. Laki-laki kurang merasakan nyeri dibandingkan
dengan wanita berdasarkan etnis tertentu.
26
6) Status emosi
Status emosi sangat memegang peranan penting dalam
persepsi nyeri karena akan meningkatkan persepsi dan membuat
impuls rasa nyeri lebih cepat. Status nyeri tersebut antara lain :
kecemasan, ketakutan dan kekhawatiran.
7) Pengalaman yang lalu
Adanya pengalaman nyeri sebelumnya akan mempengaruhi
respon nyeri pada individu.
8) Ansietas dan Kepribadian
Ansietas mempunyai efek besar, pada kualitas maupun
intensitas pengalaman nyeri. Klien yang gelisah lebih sensitif
terhadap nyeri dan mengeluh nyeri dibandingkan dengan klien lain.
9) Budaya dan sosial
Budaya memiliki peran dalam mentoleransi nyeri. Aspek
ini berpengaruh besar terhadap psikologis seseorang dalam
mempersepsikan nyeri.
10) Usia
Persepsi nyeri dipengaruhi oleh usia, yaitu semakin
bertambah usia maka semakin mentoleransi rasa nyeri yang timbul.
Kemampuan untuk memahami dan mengontrol nyeri berkembang
dengan bertambahnya usia.
27
e. Respon tubuh terhadap nyeri
Menurut Solehati & Kosasih, (2015) respon tubuh terhadap nyeri:
1) Respon Fisik
Respon fisik terhadap nyeri sangat bervariasi antara nyeri
akut dan nyeri kronis. Rasa nyeri akut akan menstimulasi sistem
saraf simpatis sehingga akan menimbulkan peningkatan tekanan
darah, denyut nadi, irama pernafasan, pucat, banyak keringat serta
dilatasi pupil dan kulit terasa dingin dan lembab.
Rasa nyeri kronis akan merangsang sistem saraf
parasimpatis yang akan mengakibatkan penurunan tekanan darah,
denyut nadi, irama pernafasan, kontraksi pupil, kulit kering dan
terasa panas atau hangat. Perubahan ekspresi wajah yang dapat di
amati adalah menutup gigi atau mengerutkan geraham,
menyeringai, mengerutkan dahi dan menggigit bibir.
2) Respon tingkah Laku
Perubahan perilaku dari individu yang mengalami rasa nyeri:
a) Menangis atau merintih
b) Gelisah, banyak bergerak atau tidak tenang
c) Insomnia
d) Mengelus-elus bagian tubuh yang mengalami skala nyeri
28
f. Strategi pelaksanaan nyeri
Menurut Andarmoyo (2013), strategi penatalaksaan nyeri
adalah suatu tindakan untuk mengurangi nyeri yang terbagi menjadi
dua yaitu:
1) Strategi penatalaksanaan nyeri non farmakologis
a) Posisition
Perubahan posisi klien dengan frekuensi yang sering
dapat membantu meningkatkan kenyamanan yang disebabkan
oleh adanya nyeri. Dengan perubahan posisi tersebut akan
merangsang peredaran darah menjadi lancar. Hal ini mecegah
produksi asam laktat (perangsangan serabut rasa nyeri) yang
berlebihan sebagai mekanisme anaerob karena keadaan yang
statis. Posisi, seperti berdiri, duduk, miring, berjongkok,
berjalan-jalan, berlutut/bersujud, dan berayun (Bassett
Healthcare, 2008).
b) Massage
Massage yang lembut membatu otot untuk rileks, juga
membantu klien meringankan rasa nyeri saat persalinan.
Metode counter pressure dapat diterapkan pada saat klien
merasa nyeri pinggang akibat adanya kontraksi saat akan
melahirkan (Basset Helthcare, 2008).
29
c) Teknik relaksasi
Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas
abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat
memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan
nyaman. Irama yang konstan dapat diperlukan dengan
menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi
(“hirup, dua, tiga”) dan ekhalasi (hembuskan, dua, tiga).
d) Distraksi
Distraksi adalah menepatkan nyeri di bawah ambang
sadar atau memfokuskan perhatian pada sesuatu yang lain
selain cemas dan nyeri itu sendiri. Distraksi yang dapat
digunakan antara lain:
(1) Menonton acara favorit di televisi
(2) Humor
(3) Mendorong untuk berkonsentrasi pada suatu yang menarik
2) Strategi penatalaksanaan nyeri farmakologis
Analgesik merupakan metode yang paling umum untuk
mengatasi nyeri. Ada tiga jenis analgesik yaitu non narkotik dan
obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID), analgesik narkotik atau
opiate dan obat tambahan.
30
g. Cara Mengukur Nyeri
Menurut Andarmoyo (2013) penilaian klinis dari nyeri dapat
dilakukan dengan skala pendeskripsi verbal, penilaian numeric, dan
skala analog visual.
a. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale)
VDS merupakan garis yang terdiri atas tiga sampai lima
kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama
disepanjang garis. Pendeskripsian ini dirangking dari tidak terasa
nyeri sampai terasa nyeri pengukur menunjukkan pada pasien skala
tersebut untuk memilih intensitas nyeri yang dirasakannya.
Gambar 2.1
Skala bourbonnais
Sumber : Manurung, (2013)
Skala nyeri 0 : bebas nyeri
Skala nyeri 1-3 : nyeri sangat ringan hampir tidak terasa
sampai nyeri ringan berangsur-angsur
meningkat, rasa sakit bertambah dan rasa
sakit sekali-kali sudah mulai mengganggu
namun masih dapat beradaptasi.
Skala nyeri 4-6 : nyeri sedang , secara obyektif pasien
mulai terlihat menyeringai, dapat
31
menunjukkan lokasi nyeri, masih dapat
mengikuti perintah dengan baik.
Skala nyeri 7-9 : nyeri kuat sampai dengan nyeri kuat
sekali. Secara obyektif pada awalnya
pasien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih repon terhadap
tindakan, dapat menunjukan lokasi nyeri
sampai tidak dapat mendeskripsikan
nyerinya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi
Skala nyeri 10 : nyeri sangat berat pasien sudah tidak
mampu lagi berkomunikasi perilaku
memukul, emosi tidak terkontrol
(Manurung, 2013 ).
b. Skala Intensitas Nyeri Numerik (Numerical Rating Scale)
NRS digunakan lebih sebagai pengganti atau pendamping
VDS, klien memberikan penilain 0 sampai 10. Nyeri pasien akan
dikategorikan tidak nyeri (0). Nyeri sedang (1-3) secara objektif
pasien dapat berkomunikasi dengan baik. Nyeri ringan (4-6) secara
objektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, dapat mendiskripsikannya, dan dapat mengikuti perintah
dengan baik. Nyeri berat (7-9) secara objektif klien terkadang tidak
32
dapat mengikuti perintah tapi masih merespon terhadap tindakan,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendiskripsikannya,
serta tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas panjang, dan
distraksi. Nyeri hebat (10) pasien sudah tidak mampu
berkomunikasi atau memukul.
gambar 2.2
Skala Intensitas nyeri Numerik 0-10
Sumber : Elkin, dkk., (2000) dalam Solehati dan Cecep (2015)
c. Visual Analog Scale (VAS)
Menurut McGuire dalam Potter & Perry (2005), VAS
merupakan alat pengukur tingkat nyeri yang lebih sensitive karena
pasien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian angka
yang menurut mereka paling tepat dalam menjelaskan tingkat nyeri
yang dirasakan pada satu waktu. VAS tidak melabelkan suatu
divisi, tapi tediri dari sebuah garis lurus yang dibagi secara merata
menjadi 10 segmen dalam angka 0 sampai 10 dan memiliki alat
pendiskripsi verbal pada setiap ujungnya. Pasien diberitahu bahwa
0 menyatakan “tidak ada nyeri sama sekali”
menyatakan “nyeri paling parah” yang klien dapat bayangkan.
Skala ini dapat dipersepsikan sebagai berikut :
0
1-2
3-4
5-6
7-8
9-10 = nyeri buruk sampai tidak tertahankan
Sumber : Elkin, dkk, (2000) dalam Solehati dan Kosasih (2015)
d. Skala Face Pain Rating Scale (FPRS)
dengan enam tigkatan nyeri
sampai dengan 5. Skala ini biasanya digunakan untuk mengukur
skala nyeri pada anak.
0
1
2
0 menyatakan “tidak ada nyeri sama sekali”
menyatakan “nyeri paling parah” yang klien dapat bayangkan.
Skala ini dapat dipersepsikan sebagai berikut :
= tidak ada nyeri
= nyeri ringan
= nyeri sedang
= nyeri berat
= nyeri sangat berat
10 = nyeri buruk sampai tidak tertahankan
Gambar 2.3
Skala Analog Visual (VAS)
Sumber : Elkin, dkk, (2000) dalam Solehati dan Kosasih (2015)
Skala Face Pain Rating Scale (FPRS)
FPRS merupakan skala nyeri dengan model gambar kartun
dengan enam tigkatan nyeri dan dilengkapi dengan angka dari 0
sampai dengan 5. Skala ini biasanya digunakan untuk mengukur
skala nyeri pada anak.
: tidak menyakitkan
: sedikit sakit
: Lebih menyakitkan
33
0 menyatakan “tidak ada nyeri sama sekali” dan sepuluh
menyatakan “nyeri paling parah” yang klien dapat bayangkan.
Sumber : Elkin, dkk, (2000) dalam Solehati dan Kosasih (2015)
FPRS merupakan skala nyeri dengan model gambar kartun
dan dilengkapi dengan angka dari 0
sampai dengan 5. Skala ini biasanya digunakan untuk mengukur
34
3 : Lebih menyakitkan lagi
4 : jauh lebih menyakitkan lagi
5 : benar-benar manyakitkan
(sabatino, 2006)
Gambar 2.4
Skala Faces Pain Rating Scale
Sumber : Elkin, dkk., (2000) dalam Solehati dan Kosasih (2015)
3) Relaksasi Nafas Dalam
a. Pengertian relaksasi
Relaksasi merupakan salah satu bagian dari terapi
nonfarmakolgis, yaitu complementary dan alternative therapies
(CATs) yang dikelompokkan ke dalam Mind-body and spiritual
therapies.Relaksasi pertama kali dikenalkan oleh seorang psikolog dari
Chicago yang bernama Jacobson. Metode fisiologis ini dikembangkan
untuk melawan ketegangan dan kecemasan yang disebut relaksasi
progresif. Relaksasi progresif merupakan suatu teknik relaksasi yang
berguna untuk mengurangi ketegangan otot. Jacobson berpendapat,
bahwa semua bentuk ketegangan, termasuk ketegangan mental
didasarkan pada kontraksi otot.
35
Banyak jenis relaksasi yang digunakan sebagai terapi
nonfarmakologis selain relaksasi progresif. Relaksasi yang sering
dilakukan kepada pasien adalah relaksai nafas dalam, Relaksai Benson,
Relaksasi progresif, dan relaksasi lain, seperti Relaksasi Musik,
Relaksasi Aromaterapi, dan Relaksasi modifikasi.
Terapi relaksasi banyak digunakan dalam menangani nyeri dan
kecemasan yang dialami oleh pasien karena relaksasi tidak memiliki
efek samping. Mudah dalam pelaksanaannya, tidak memerlukan waktu
yang banyak, serta relative murah. Berikut ini beberapa pengertian
tentang relaksai.
1) Relaksasi adalah suatu tindakan pengurangan tekanan mental,
fisik, dan emosi melalui suatu aktivitas dengan tujuan tertentu
yang dapat menenangkan pikiran dan fisik seseorang
(Lowdermilk, D. L., & Perry S.E2004).
2) Relaksasi merupakan salah satu teknik yang digunakan di dalam
terapi perilaku (Sheridan & Radmacher, 1992).
3) Relaksasi adalah satu teknik dalam terapi prilaku yang bergunan
untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan. Relaksasi
merupakn suatu terapi yang diberikan kepada pasien dengan cara
menegangkan otot-otot tertentu, kemudian relaksasi (Smeltzer dan
Bare, 2002).
36
4) Relaksasi merupakan salah satu cara terapi nonfarmakologis yang
digunakan untuk menurunkan intensitas nyeri yang dialami klien
(pasien) paska operasi (Mader, 2006)
Dengan demikian, relaksasi adalah suatu teknik
nonfarmakologis di dalam terapi prilaku dengan tujuan untuk
menenangkan pikiran dan fisik seseorang sehingga terhindar dari
tekanan mental, fisik, ataupun emosi yang sedang dialami oleh
seseorang.
b. Dasar Pemikiran
Dasar pemikiran relaksasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Relaksasi merupakan pengaktifan dari saraf parasimpatis yang
menstimulasi turunnya semua fungsi yang dinaikan oleh system
saraf simpatis dan menstimulasi naiknya semua fungsi yang
diturunkan oleh saraf simpatetis.
2) Tiap-tiap saraf parasimpatetis dan simpatetis tersebut saling
berpengaruh.
3) Dengan bertambahnya salah satu aktivitas system yang satu akan
menghambat atau menekan fungsi yang lain (Utami, 1993, dalam
Purwanto & Zulaekah, 2007)
4) Ketika seseorang mengalai gangguan rasa nyeri akibat adanya
luka pasca operasi, maka akan meningkatkan saraf simpatis yang
menyebabkan ketegangan pada otak dan otot seseorang. Dengan
penggunaan teknik relaksasi, maka saraf simpatis akan dihambat,
37
sementara saraf parasimpatis meningkat sehingga mengakibatkan
ketegangan otot dan otak seseorang akan berkurang. Dengan
mengaktifkan saraf-saraf parasimpatetis akan menyebabkan
pasien merasakan nyeri berkurang.
Hal ini sejalan dengan penelitian Ments (2003) yang
membuktikan, bahwa ada hubungan antara otot, nyeri, dan kecemasan,
yaitu bila pasien merasakan ketegangan otot maka ia akan merasakan
nyeri secara cemas, dan sebaliknya. Ada beberapa bentuk relaksasi
yang telah diuji efektivitasnya dalam menurunkan rasa nyeri dan
kecemasan seseorang.
c. Tujuan
Relaksasi bertujuan untuk mengatasi atau mengurangi
kecemasan, menurunkan ketegangan otot dan tulang, serta secara tidak
langsung dapat mengurangi nyeri dan menurunkan ketegangan yang
berhubungan dengan fisiologis tubuh (Kozier & Olivier, 1996).
Pelatihan relaksasi bertujuan untuk melatih pasien agar dapat
mengkondisikan dirinya untuk mencapai suatu keadaan rileks. Pada
saat seseorang mengalami ketegangan dan kecemasan, saraf yang
berkerja adalah system saraf simpatis (berperan dalam meningkatkan
denyut jantung). Pada saat relaksasi, yang bekerja adalah system saraf
parasimpatis. Dengan demikian relaksasi dapat menekan rasa tegang
dan rasa cemas dengan cara resiprok (saling berbalasan) sehigga
38
timbul counter conditioning dan penghilangan nyeri serta kecemasan
yang dialami seseorang.
d. Indikasi
Latihan relaksasi dapat digunakan pada pasien yang mengalami
nyeri, untuk mengurangi rasa nyeri karena kontraksi otot, mengurangi
pengaruh dari situasi stress, dan mengurangi efek samping dari
kemoterapi pada pasien kanker (Sheridan & Radmacher, 1992). Hal
ini terjadi karena teknik relaksasi dapat mengurangi keregangan,
kecemasan, dan merupakan sensitivitas nyeri (Bassett Healthcare,
2008).
e. Manfaat
Relaksasi telah dikenal dalam meringankan rasa nyeri dan
tingkat kecemasasan seseorang. Metode ini digunakan bekerja dengan
memutuskan lingkaran jalur nyeri dan ketegangan. Beberapa
percobaan menduga, bahwa relaksasi efektif dalam menurunkan nyeri
akut, meskipun kualitas nyeri tersebut bervariasi (Bandolier, 2007).
Beberapa penelitian telah menunjukan, bahwa relaksasi efektif
dalam menurunkan nyeri paska oprasi (Good, dkk, 2007). Di Indonesia
sendiri sudah ada beberapa penelitian mengenai pengaruh teknik
relaksasi dalam menurunkan nyeri dengan hasil yang cukup signifikan
(Sukowati, 2007; Anggorowati, 2006).
39
Terapi relaksasi efektif dapat menurunkan nyeri kronis, nyeri
punggung, nyeri saat menstruasi, nyeri operasi, nyeri yang diakibatkan
oleh reumatik, dan kecemasan seseorang (Monahan, 2007).
Terapi relaksasi juga merupakan salah satu carayang bisa
digunakan untuk menurunkan kecemasan. Selaras dengan Brooker
(2005) menyatakan, bahwa pengendalian gejala cemas bahkan stress
bisa dilakukan dengan teknik relaksasi.
40
A. Kerangka Teori
Gambar 2.5
Kerangka teori
Nyeri persalinan
Kala 1
Intranatal
Teknik non
farmakologi :
relaksasi nafas dalam
Teknik farmakologi: analgesik
yaitu nonnarkotik, obat anti
inflamasi nonsteroid (NSAID),
analgesik narkotik dan obat
tambahan.
Terjadi peregangan
otot rahim (kontraksi)
Penurunan nyeri
41
BAB III
METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subjek Aplikasi Riset
Pada Ny F usia 21 tahun inpartu kala I fase laten dengan keluhan nyeri
usia kehamilan 38 minggu dengan status obstetrikus G2 P1 A0.
B. Tempat dan waktu
Aplikasi riset ini dilakukan di ruang bersalin Puskesmas Sibella Surakarta
pada tanggal 09 januari 2016.
C. Media dan Alat Yang Digunakan
Dalam aplikasi riset ini media dan alat yang digunakan adalah Lembar
Pengukuran Skala NRS
D. Prosedur Tindakan Menurut Riyadi dan Harmoko
1. Fase orientasi
a. Mengucap salam
b. Memperkenalkan diri ke pasien
c. Kontrak waktu
d. Menjelaskan tujuan
e. Menanyakan kesiapan pasien
42
2. Fase kerja
a. Posisi klien diatur sedemukian rupa hingga rileks, dapat duduk atau
berbaring
b. Intruksikan klien untuk menghirup nafas dalam hinga rongga dada
berisi udara bersih
c. Pasien perlahan menghembuskan nafas dan membiarkannya keluar
dari semua bagian tubuh, saat itu suruh klien merasakan betapa
rasanya
d. Pasien bernafas normal beberapa saat (1-2 menit)
e. Pasien bernafas dalam dan menghembuskan berlahan dan rasakan
udara mengalir dari tangan, kaki dan menuju paru. Ulangi lagi
f. Setelah klien rileks kemudian irama nafas ditambah. Gunakan
pernafasan dada dan abdomen
3. Fase terminasi
a. Menyampaikan evaluasi hasil pada pasien
b. Menyampaikan rencana tidak lanjut
c. Berpamitan
E. Alat Ukur Evaluasi Tindakan Aplikasi Riset
Alat ukur yang digunakan mengevaluasi aplikasi riset dengan
pengukuran skala nyeri yaitu skala Intensitas Nyeri Numerik/Numeric
Rating Scale (NRS). Skala Numeric Rating Scale (NRS) merupakan skala
nyeri berbentuk garis horizontal yang menunjukan angka-angka dari 0-10,
43
yaitu angka 0 menunjukan tidak ada nyeri dan angka 10 menunjukan nyeri
yang paling hebat. skala ini merupakan garis panjang berukuran 10 cm,
yaitu setiap panjangnya 1 cm di beri tanda. Skala ini dapat dipakai kelahiran
dengan nyeri yang hebat atau klin yang baru mengalai oprasi. Tigkat angka
yang ditunjukan oleh klin dapat digunakan untuk mengkaji efektifitas dari
itervensi pereda rasa nyeri.
Menurut Wong (1995) dalam Solehati dan Cecep (2015), skala ini
dapat diperesepsikan sebagai berikut:
Gambar 3.1
Skala Intensitas Nyeri Numerik 0-10
Sumber : Elkin, dkk., (2000) dalam solehati dan Cecep (2015)
44
BAB IV
LAPORAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menjelaskan laporan kasus “Pemberian Relaksasi
Nafas Dalam terhadap penurunan nyeri pada Asuhan Keperawatan Ny.F
Dengan Inpartu Kala I Fase Laten di Ruang Bersalin Puskesmas Sibella Surakarta”.
Pasien masuk rumah sakit pada hari sabtu 09 Januari 2016 jam 01:20 WIB
dan dilakukan pengkajian pada 09 Januari 2016 jam 01:30 WIB. Pengkajian
dilakukan dengan metode anamnesa, observasi langsung, pemeriksaan fisik, serta
catatan medis dan catatan keperawatan. Asuhan keperawatan dimulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan yang dilakukan pada Ny. F selama proses
persalinan di ruang bersalin dipuskesmas Sibella Surakarta.
A. Identitas Pasien
Pengkajian dilakukan 09 Januari 2016 jam 01:30 WIB, meliputi nama
pasien Ny. F berumur 21 tahun, alamat Bibis, pekerjaan Ny.F ibu rumah tangga,
beragama islam, pendidikan terakhir SMA, Ny.F datang ke puskesmas pada
tangal 09 Januari 2016 jam 01:30 WIB. Identitas penanggung jawab Tn. Z ,Tn.
Z adalah suami Ny. F, Tn Z berumur 27 tahun, pendidikan terakhir SMA dan
pekerjaannya wiraswasta, Tn Z beralamat di bibis.
44
45
B. Pengkajian
Data umum kesehatan Ny. F BB 54 kg dan TB 152 cm. Berat badan Ny.
F sebelum hamil yaitu 41 k. Ny. F mengatakan tidak mempunyai masalah
kesehatan khusus dan tidak mengkonsumsi obat-obatan selama hamil, Ny. F
juga tidak mempunyai alergi obat dan makanan. Eliminasi buang air kecil Ny. F
4-7 x/hari dan Ny. F belum buang air besar. Dalam istirahat pola tidur Ny F
mengatakan tidur siang kurang lebih 1 jam dan di malam hari kurang lebih 7-8
jam.
Riwayat kehamilan sekarang Ny F mengatakan ini kehamilan anak
kedua. Dalam riwayat haid Ny F mengatakan haid tidak teratur, kadang dua
bulan sekali. Status obstetrikus Ny F G2 P1 A0 dan usia kehamilan Ny F 38
minggu. HPHT (Hari pertama haid terakhir) Ny F pada 2 April 2015 dan HPL
(Hari perkiraan lahir) 25 Januari 2016. Jumlah kunjungan ke bidan pada
kehamilan ini yaitu 5 kali. Dalam riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
anak yang pertama lahir spontan, yang kedua spontan dengan berat badan 2800
gram keadaan hidup. Tidak ada masalah kehamilan dan persalinan yang lalu.
dalam masalah kehamilan yang sekarang Ny F mengatakan hamil yang ini
merasa sering mual dan pusing sampai usia kehamilan 8 bulan. Pasien belum
pernah melakukan KB sebelumnya. Dalam riwayat menyusui Ny F mengatakan
menyusui anak pertama dengan ASI eklusif. Pelajaran yang diinginkan saat ini
yaitu relaksasi nafas dalam dan manfaat ASI. Setelah lahir yang diharapkan
membantu dalam pengasuhan adalah suami dan orang tua.
46
Riwayat persalinan sekarang pada tangal 09 januari 2016 jam 12.15
WIB. Ny F merasakan mules-mules kenceng-kenceng lalu dibawa ke
puskesmas Sibela Surakarta. Dilakukan pemeriksaan dalam hasilnya
pembukaan 2 cm, kontraksi/his 2 kali dalam 15 mnt durasi 30-35 detik.
Kekuatan adekuat, umbilicus tidak menonjol, frekuensi dan kualitas denyut
jantung janin dilakukan di IGD jam 00.50 WIB yaitu 142x/menit, jelas dan
teratur.
Dalam pemeriksaan fisik Ny F mengatakan Kenaikan berat badan
selama kehamilan yaitu 13 kg. Saat diperiksa kesadaran umum composmentris.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 120/70 mmHg, Nadi
82x/mnt, suhu 36,8o C, pernafasan 22x/mnt.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik kepala leher didapatkan data mata
tidak anemis sklera tidak ikterik. hidung simetris bersih tidak terdapat polip.
mulut bibir simetris, mukosa bibir lembab dan tidak ada sianosis. Telinga
simetris bersih tidak ada serumen. Pemeriksaan leher pada pasien tidak terjadi
pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak ada kaku kuduk.
Pemeriksaan jantung didapatkan hasil inspeksi (melihat) didapakan hasil
yaitu ictus cordis tidak tampak, yang kedua dengan palpasi (meraba) ictus
cordis paling teraba di IC V kiri, yang ketiga perkusi (mengetuk) didapatkan
pekak IC II kiri teraba batas atas jantung, IC II kiri (dekat sternum) batas kanan
jantung, IC V kiri (dekat lengan) batas kiri jantung. Kemudia yang terakhir
pemeriksaan dengan auskultasi (mendengarkan) yaitu BJ 1 dan BJ 2 normal,
reguler dan tidak ada suara tambahan. Pemeriksaan fisik Paru-Paru dengan
47
teknik inspeksi (melihat) didapat hasil yaitu bentuk dada simetris. Yang ke dua
palpasi (meraba) yaitu vokal premitus kanan kiri sama. Pemeriksan yag ketiga
perkusi (mengetuk) yaitu didapatkan sonor diseluruh lapang paru. Dan yang
keempat auskultasi (mendengarkan) didapatkan vesikuler tidak ada suara
tambahan. Pemeriksaan payudara dihasilkan bentuk payudara pasien simetris,
dan aerola tampak kehitaman dan dalam pengkajian pengeluaran ASI
didapatkan hasil ASI belum keluar.
Dalam pemeriksaan abdomen kontraksi yang disetai nyeri. Pemeriksaan
leopold I tinggi fundus uteri 34 cm, teraba bulat lunak tidak melenting ( teraba
bokong). Leopold II bagian kiri teraba bagian kecil-kecil (ekstremitas) dan
bagian kanan teraba keras seperti papan (punggung). Leopold III bagian bawah
teraba bulat keras tidak melenting (kepala). Leopold IV kepala janin sudah
masuk PAP. DJJ (Denyut Jantung Janin) 142 x/menit, Status janin hidup,
pigmentasi abdomen menjadi hiperpigmentasi (kecoklatan). Linanigra tampak,
striae juga tampak. Pada terapi ekstremitas atas dan bawah didapatkan hasil
tidak terdapat oedem, akral teraba hangat. Genetalia hasil pemeriksaan dalam
pada tanggal 9 januari 2016 jam 01:45 oleh bidan pembukaan 2 cm ketuban
utuh belum pecah pengeluaran pervaginam keluar sedikit lendir , dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam.
Terapi medis pada tanggal 09 januari 2016 pemberian obat parenteral
yaitu oxytosin secara Intra Muskular sebanyak 10 ui/ml golongan uterotonik
dan relaksasi uterus fungsinya untuk merangsang kelahiran dimana kontraksi
uterus tidak sesuai perdarahan setelah melahirkan dan lidocain secara Intra
48
Muscular dengan dosis 2 ml golongan anastesi berfungsi untuk anastesi topikal
pada kulit yang berhubungan dengan jarum. Obat peroral yaitu amoxilin dengan
dosis 3x500 mg golongan antimikroba berfungsi sebagai antibiotik infeksi kulit
dan jaringan lunak dan asam mefenamat dengan dosis 3x500 mg golongan
analgesik non narkotik berfungsi untuk meringankan nyeri (karena luka setelah
melahirkan).
LAPORAN PERSALINAN
KALA I
Kala I Mulai persalinan tanggal 9 januari 2016. Tanda dan gejala pasien
mengeluh kenceng-kenceng mulas ingin mengejan. TTV dengan hasil tekanan
darah 120/70 mmHg, S : 36,8 derajat celcius, N : 82 x/menit, RR: 22 x/mnt.
Pasien mengatakan nyeri P : Nyeri perut karena kontraksi, Q : Nyeri seperti
ditusuk-tusuk, R :Nyeri pada bagian perut bawah dan pinggang, S : Skala nyeri
8, T : Nyeri muncul sewaktu-waktu. Hasil pemeriksaan dalam VT buka 2 cm
pada jam 01:45 Keadaan psikososial ibu merasa cemas menghadapi persalinan
ke 2. Kebutuhan khusus pasien yaitu pasien butuh minum. Tindakan
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, mengajarkan pasien miring kiri dan
memberikan minum hangat. Saat ini pasien belum memerlukan pengobatan
khusus.
KALA II
Laporan kala II pada tangal 09 januari 2016 kala II yaitu 12:15 WIB
tanda gejalanya perineum menonjol, ibu tampak ingin mengejan saat kontraksi
49
dan pengeluaran lendir dari vagina. Pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil
tekanan darah 120/70mmHg, nadi 82x/menit, pernafasan 22x/menit. Ny F
meneran dengan cara tarik nafas panjang, posisi kaki dorsal recumbent atau
kaki ditekuk,kemudian posisi kepala ditinggikan. Keadaan psikosasial Ny F
meringis kesakitan jika dilihat dari raut wajah skala nyeri 7. Ibu merasa lega
setelah melihat bayinya keluar. Tindakan yang dilakukan yaitu melatih ibu
untuk tarik nafas panjang dan ajarkan ibu meneran dengan baik.
CATATAN KELAHIRAN
Bayi lahir tanggal 09 januari 2016 jam 12.15 WIB jenis kelamin
perempuan. Dan nilai APGAR SCORE didapatkan pada menit pertama jantung
dengan nilai 2, nafas nilai 2,otak nilai 2, Rangsang nilai 1, warna nilai 1,dengan
total penilaian adalah 8. Dimenit ke 5 dengan nilai jantung 2, nafas nilai 2, otak
nilai 2. Rangsang nilai 2, warna nilai 1 dengan total penilaian 9 dan di menit 10
menit dengan nilai jantung 2, nafas nilai 2, otak nilai 2, rangsang nilai 2, warna
nilai 2, dengan total penilaian 10. Lama kala II yaitu 10 menit dan tanda-tanda
vital ibu hasilnya tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 82 x/menit, pernafasan
22x/menit dan suhu 36,80C. Pengobatan oxytosin secara Intra Muscular
sebanyak 10 ui/ml dan dilakkukan penjahitan dengan pola menjelujur dan
membersihkan luka dengan kasa betadin.
KALA III
Tanda dan gejala kala III yaitu keluar darah, tali pusat memanjang dan
uterus globuler, plasenta lahir jam jam 12.25 WIB lahir dengan spontan.
Karakteristik plasenta yaitu selaput plasenta utuh, kulit plasenta segar dan
50
berbentuk cakram, kotiledon lengkap ukuran diameter kurang lebih 12 cm tidak
ada kelainan. Perdarahan yang keluar kurang lebih 100 cc, karekteristik
perdarahan normal. Keadaan psikososial ibu merasa lelah setelah melahirkan
plasenta. Kebutuhan khusus yang dibutuhkan yaitu berikan ibu minum dan
anjurkan ibu untuk istirahat, tindakan yang perlu dilakukan adalah massage
observasi perdarahan.
KALA IV
Laporan persalinan kala IV yaitu jam 12.30 WIB. Pemeriksaan tanda-
tanda vital dengan hasil tekanan darah 120/70 mmHg, Nadi 80x/menit, Suhu
36,60C dan pernafasan 20x/menit. Kontraksi uterus baik (keras). Perdarahan
yang keluar ± 100cc. Tindakan yang dilakukan observasi perdarahan, TTV,
anjurkan istirahat dan banyak minum. Pengobatan yang dilakukan dikala IV
yaitu asam mefenamat 500 mg x 2, amoxilin 500 mg.
BAYI
Bayi lahir pada tanggal 9 januari 2015 dan jam 12.15 dengan berat
badan 2800 gram, panjang badan 49 cm, lingkar kepala 33 cm dan lingkar dada
34 cm karakteristik (normal). Pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil
nadi 112 x/mnit pernafasan 34 x/menit, suhu 36,7 derajat celcius. Anus
berlubang. Perawatan tali pusat terjadi perdarahan karena baru lahir, tali pusat
dibungkus dengan kasa steril tanpa dibubuhi apapun.
51
C. Analisa Data
Dari data pengkajian yang dilakukan pada tanggal 09 januari 2015 jam
01:30 WIB. Data tersebut ditunjang dengan data subjektif pada kala I pasien
mengatakan nyeri pada bagian pingang perut terasa kenceng - kenceng
(kontraksi). P (palites) : Nyeri perut karena kontraksi, Q (Qualiti) : Nyeri
seperti ditusuk-tusuk, R (Region) : Nyeri pada bagian perut dan pinggang, S
(Skala) : Skala nyeri 8, dan T (Time) Nyeri muncul sewaktu . Data ada his.
objektif yang diperoleh dari pasien tampak meringis kesakitan dengan skala
nyeri 8 dan tampak memegangi pingang dan perut. penulis menegakkan
diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
(kontraksi).
Pada kala I jam 01:35 WIB diperoleh data subjektif dari pasien
mengatakan takut dan cemas dalam menghadapi persalinan. Data objektif yang
diperoleh dari klien tampak gelisah ekspresi wajah tenang keluar keringat
dingin. TD = 120/70 mmHg, N = 82 x/mnt, S = 36,80C, RR = 22 x/mnt. Maka
penulis merumuskan prioritas masalah keperawatan ansietas berhubungan
dengan proses persalinan
Pada kala II jam 12:00 WIB. diperoleh data subjektif pasien mengatakan
perut terasa kenceng-kenceng pasien ingin meneran. Data objektif yang
diperoleh dari pasien tampak memegangi kaki dan meneran dengan perineum
menonjol, meningkatnya keluar lendir dan pembukaan lengkap 1-10 cm
(lengkap), skala nyeri dengan raut wajah menunjukkan 7 dan Ny F tampak
52
meringis kesakitan. Maka penulis merumuskan diagnosa keperawatan nyeri
akut berhubungan dengan agen cidera biologis (proses meneran).
Pada kal III jam 12.25 WIB diperoleh data tersebut ditunjang dari data
subjektif bahwa pasien mengatakan perut terasa nyeri. P : Pasien mengatakan
nyeri, Q : Nyeri, R : Di perut, S: skala nyeri 5, T : Pasien mengatakan nyeri
terus menerus. Data objektif yang diperoleh dari pasien tampak meringis
kesakitan menahan nyeri dengan hasil plasenta sudah lahir diameter 12 cm,
perdarahan 100 cc dan terdapat luka jahitan pada jalan lahir kurang lebih 2 cm.
Maka penulis merumuskan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera fisik.
Pada kala IV jam 12.30 diperoleh data subjektif pasien mengatakan
sangat haus, perdarahan kala IV sebanyak 100 cc sedangkan data obyektif Ny F
tampak lemas, pucat, mukosa bibir kering dan tampak ada luka pada jalan lahir
kurang lebih 2 cm (jahitan menjelujur). Maka penulis merumuskan diagnosa
keperawatan resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif.
D. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan rumusan masalah keperawatan dari hasil analisa data maka
dapat diprioritaskan diagnosa keperawatan sebagai berikut pada
Kala I Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (kontraksi) dan
Ansietas berhubungan dengan proses persalinan. Kala II Nyeri akut
53
berhubungan dengan agen cidera biologis (proses meneran). Kala III Nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik (pengeluaran plasenta). Kala IV
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
E. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan rumusan masalah yang didapatkan, maka penulis
menyusun rencana keperawatan pada diagnosa pertama yakni nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis (kontraksi) dengan tujuan setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 10 jam dapat berkurang dengan
kriteria hasil pasien mengatakan nyaman setelah nyeri berkurang, mampu
mengontrol nyeri, dan mampu mengenali nyeri.
Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan pada kala I
yaitu kaji nyeri P,Q,R,S,T dengan rasional untuk mengetahui tingkat nyeri yang
dirasakan Ny F, Ajarkan teknik relaksasi dengan rasional memberikan
kenyamanan pasien, Berikan posisi yang nyaman dengan rasional memberikan
kenyamanan pasien, Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik dengan
rasional untuk merangsang kelahiran.
Rencana keperawatan pada diagnosa kedua pada kala I yakni ansietas
berhubungan dengan proses persalinan dengan tujuan setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1x10 jam ansietas dapat teratasi dengan kriteria
hasil pasien mampu mengidentifikasi cemas dan postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan.
54
Intervensi keperawatan yang akan dilakukan yaitu kaji tingkat
kecemasan dengan rasional mengidentifikasi kecemasan agar berkurang,
Ajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam dengan rasional untuk mengurangi
kecemasan, berikan informasi tentang persiapan persalinan dengan rasional agar
mengurangi kecemasan pasien, Kolaborasi dengan melibatkan keluarga untuk
menemani disampingnya dengan rasional untuk menambah semangat pasien.
Rencana keperawatan pada diagnosa ketiga pada kala II adalah nyeri
akut berhubungan dengan agen cidera biologis (proses meneran) dengan tujuan
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit masalah nyeri
dapat berkurang dengan kriteria hasil yaitu pasien mampu mengontrol nyeri,
mampu mengenali nyeri, mangatakan nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi keperawatan yang akan dilakukan yaitu kaji nyeri dengan
rasional untuk mengetahui skala nyeri, anjurkan relaksasi nafas panjang dengan
rasional untuk mengurangi nyeri pada pasien, beri posisi yang nyaman dengan
rasional untuk membantu memperlancar persalinan, kolaborasi bidan / dokter
untuk membantu persalinan dengan rasional untuk membantu persalinan pasien.
Rencana keperawatan pada diagnosa yang keempat pada kala III yaitu
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik dengan tujuan setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x1 jam nyeri dapat berkurang dengan
kriteria hasil yaitu mampu mengenali nyeri, mampu mengontrol nyeri, pasien
mengatakan nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi keperawatan yang akan dilakukan yaitu observasi nyeri
dengan rasional untuk mengetahui tingkat nyeri, Memberikan posisi yang
55
nyaman (dorsal recumben) dengan rasional untuk mengurangi nyeri, Anjurkan
pasien untuk relaksasi nafas dalam dengan rasional untuk mengurangi nyeri.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesik dengan rasional
untuk membantu mengurangi nyeri pasien.
Rencana keperawatan pada diagnose kelima pada kala IV yaitu resiko
resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
dengan tujuan setelah dilakukan tindakan selama 1x30 menit resiko kekurangan
volume cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil yaitu vital sign dalam batas
normal (tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 60-100x/menit, pernafasan 16-
24x/menit, suhu 36,5-37,50C), tidak ada tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit
baik).
Intervensi keperawatan yang akan dilakukan yaitu monitor vital sign
dengan rasional untuk mengetahui keadaan umum pasien, monitor status hidrasi
dengan rasional untuk mengetahui status hidrasi pasien, dorong masukan oral
dengan rasional untuk menstabilkan kondisi pasien, kolaborasi pemberian
infuse RL dengan rasional untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit.
F. Implementasi Keperawatan
Penyusunan intervensi atau perencanaan keperawatan telah dilakukan,
penulis kemudian melakukan implementasi atau tindakan keperawatan kepada
Ny F, yang dilakukan pada tanggal 9 januari 2016 jam 01:35 WIB pada kala I
dengan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis (kontraksi), penulis mengkaji Jam 02:00 megkaji tingkat nyeri pasien
56
denga PQRST. Respon subjektif pasien mengatakan nyeri di pinggag, P: nyeri
karena kontraksi, Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : nyeri pada bagian perut
bawah dan pinggang, S : skala nyeri 8, T : nyeri muncul sewaktu-waktu, respon
objektif pasien tampak meringis kesakitan. Jam 01:40 WIB Mengajarkan pasien
tentang teknik relaksasi nafas dalam. Respon subjektif pasien bersdia diajarkan
teknik relaksasi nafas dalam. Respon objektif pasien terlihat lebih nyaman dan
rileks setelah melakukan relaksasi sendiri. Jam 03:40 WIB memberikan posisi
yang nyaman dengan respon subjektif pasien mau untuk diposisikan. Respon
objektif pasien miring ke kiri, dan pasien tampak lebih nyaman dan memegangi
perutnya.
Implementasi keperawatan pada diagnosa kedua pada kala I yakni
ansietas berhubungan dengan proses persalinan pada 9 januari 2016 jam 1:35
WIB mengkaji tingkat kecemasan pasien, respon subjektif pasien mengatakan
takut akan persalinan anak yang ke dua ini. Respon objektif pasien tampak
tegang dan keluar keringat dingin. Jam 01:50 WIB Menganjurkan dan
memberikan minum manis dan hangat. Respon subjektif pasien mau untuk
diberi minum teh hangat. Respon objektif pasien tampak lebih lega. Jam 02:15
WIB menganjurkan keluarga untuk menemani disampingnya. Respon subjektif
pasien bersedia untuk ditemani, respon objektif pasien tampak lebih nyaman
dengan hadirnya suami. Jam 03:20 WIB monitor TTV respon subjektif pasien
mengataan bersedia di ukur tanda-tanda vital. Respon objektif hasil TD :
120/70 mmHg, S : 36,80 C, RR : 22 x/menit, N : 82 x/menit.
57
Implementasi keperawatan pada kala II dengan diagnosa keperawatan
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (proses meneran) tanggal
09 januari 2016 jam 12:00 WIB memberikan posisi yang nyaman (dorsal
recumben) respon subjektif pasien mau diposisikan kaki ditekuk (dorsal
recumben), respon objektif pasien sudah diposisikan dorsal recumben. Jam
12:09 WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam respon subjektif pasien
mengatakan nyeri sedikit berkurang, respon objektif pasien tampak menarik
nafas dari hidung dan menghembuskan lewat mulut dan pasien tampak
mengejan. Jam 12:10 WIB bimbing pasien meneran saat merasa kenceng-
kenceng respon subjektif pasien mau untuk dibimbing meneran, respon objektif
pasien tampak meneran saat ada kontraksi. jam 12:10 WIB memberi minum
pasien respon subjektif pasien mengatakan mau untuk diberi minum, data
objektif pasien tampak minum kurang lebih 50cc. Jam 12:13 WIB
mengbservasi karakteristik nyeri respon subjektif P : pasien mengatakan mules
Q : pasien mengatakan mules seperti ingin BAB R : pasien mengatakan mules
pada perut dan jalan lahir seperti mau robek. S : skala nyeri 6, T : pasien
mengatakan nyeri terus menerus. respon objektif pasien tampak berusaha
meneran saat ada kontraksi dan pasien tampak meringis kesakitan. Jam 12:13
bimbing pasien untuk meneran respon objektif pasien tampak berusaha meneran
saat ada kontraksi, dan bayi sudah keluar (jam 12.15).
Implementasi keperawatan kala III dengan diagnosa keperawatan
keempat yaitu nyeri akut b.d agen cidera fisik tangal 09 januari 2016 jam.12:25
WIB penulis membimbing pasien untuk menarik nafas panjang respon objektif
58
pasien tampak menarik nafas panjang dari hidung dan mengeluarkan lewat
mulut dan pasenta keluar. Jam 12:30 WIB mengobservasi karakteristik nyeri
(PQRST) respon subjektif P : pasien mengatakan masih nyeri, Q : pasien
mengatakan nyeri, R : pasien mengatakan nyeri pada perut, S : skala nyei 5, T :
pasien mengatakan terus menerus objektif: pasien tampak meringis kesakitan.
Implementasi keperawatan kala IV dengan diagnose keperawatan resiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilanagan cairan aktif.
Tangal 09 januari 2016 jam 12:35 WIB penulis Jam 12:30 WIB mengkaji
keadaan umum pasien respon subjektif pasien mengatakan lelah, respon objektif
pasien tampak lelah, ttv dengan hasil TD : 120/70, N : 82 x/menit, RR : 20
x/menit, S : 36,50C. Jam 13:00 WIB melakukan vulva hygiene pada pasien
respon subjektif pasien mengatakan bersedia untuk dibersihkan, respon objektif
tampak jahitan 2 cm dengan jahitan menjelujur pada jalan lahir. Jam 13:10 WIB
memberikan minum dengan respon subjektif pasien mengatakan bersedia
minum dan respon objektif pasien tampak minum. Jam 13:30 WIB
mengkolaborasikan pemberian antibiotik amoxilin 3x500mg dan asam
mefenamat 3x500mg respon objektif pasien tampak minum obat, obat masuk
melalui oral.
G. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan yang dilakukan dengan metode subyektif,
obyektif, analisa dan perencanaan (SOAP). Pada diagnose pertama kala I yaitu
59
masalah keperawatan nyeri akut b.d agen cidera biologis (kontraksi) pada hari
sabtu tangal 09 januari 2016 jam 12:10 WIB didapatkan hasil evaluasi sebagai
berikut, untuk data subjektif pasien mengatakan nyeri berkurang, P : nyeri karna
kontraksi, Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : nyeri pada perut bagian bawah
dan pinggang, S : sala nyeri 6, T : nyeri timbul sewaktu ada HIS. Objektif
pasien tampak menahan sakit dan meringis kesakitan. Analisa masalah belum
teratasi. Planing lanjutkan intervensi kaji nyeri (PQRST), ajarkan pasien untuk
relaksasi nafas dalam.
Pada diagnosa yang kedua pada kala I ansietas berhubungan dengan
proses persalinan pada tanggal 09 januari 2016 jam 12:15 WIB didapatkan hasil
data subjektif pasien mengatakan lebih tenang dan cemas berkurang. Objektif
pasien terlihat lebih rileks dan tenang. Planing intervensi dilanjutkan ajarkan
teknik relaksasi nafas dalam.
Pada diagnosa yang ketiga pada kala II nyeri akut b.d agen cidera
biologis (proses meneran) pada tanggal 09 januari 2016 jam 12:35 WIB
didapatkan hasil data subjektif pasien mengatakan masih merasa mules P :
pasien mengatakan mules, Q : mules, R : di perut, S : skala nyeri 4, T : nyeri
terus menerus. Objektif pasien tampak mengejan sekuat tenaga saat ada HIS,
Ny F tampak meringis kesakitan, bayi lahir spontan (2800 gram). Analisa
masalah nyeri akut sudah teratasi sebagian. Planing lanjutkan intervensi
anjurkan pasien untuk relaksasi nafas dalam dan kolaborasi pemberian
analgesik.
60
Pada diagnosa yang keempat kala III nyeri akut b.d agen cidera fisik
pada tanggal 09 januari 2016 jam 13:05 WIB di dapatkan hasil data subjektif
pasien mengatakan sudah lega setelah bayinya lahir, tetapi masih merasakan
nyeri P : pasien mengatakan nyeri, Q : pasien mengatakan nyeri, R : diperut, S :
skala nyeri 3, T : pasien mengatakan nyeri terus menerus. Objektif pasien
tamapak meringis kesakitan menahan nyeri dan plasenta sudah keluar
sempurna, kotiledon utuh. Analisa masalah teratasi. Planing intervensi
dilanjutkan ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
Pada diagnose yang kelima kala IV resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, pada tanggal 09 januari 2016 jam
13:40 WIB didapatkan hasil evaluasi sebagai berikut, untuk respon subjektif
Ny F mengatakan lebih nyaman dan sudah tidak terlalu haus. objektif Ny F
terlihat lebih rileks, mukosa bibir lembab, pasien tampak minum. Analisa
masalah resiko kekurangan cairan belum terjadi, perencanaan keperawatan
dilanjutkan yaitu monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi
kuat), anjurkan keluarga untuk membantu Ny F makan dan anjurkan untuk
banyak minum.
61
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang aplikasi jurnal mengenai
pemberian teknik nafas dalam yang sudah dilakukan penulis di ruang bersalin
Puskesmas Sibela Surakarta pada tanggal 9 januari 2016. Pembahasan pada bab ini
terutama pembahasan adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dengan
kasus. Asuhan Keperawatan memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan dasar
manusia melalui tahap, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk
mengumpulkan data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal
masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik,
mental, sosial dan lingkungan (Dermawan, 2012).
Pengkajian dalam kasus ini dilaksanakan tanggal 09 januari 2016 jam
01:30 WIB. Dalam pengambilan kasus ini penulis mengumpulkan data dengan
menggunakan metode anamnesa, observasi langsung, pemeriksaan fisik, serta
catatan medis dan catatan keperawatan.
Pada kasus yang diambil oleh penulis didapatkan data pada kala I yaitu
Ny. F mengatakan nyeri pada bagian pinggang bawah sangat nyeri dan perut
terasa kenceng-kenceng, nyeri perut karena kontraksi, nyeri seperti
61
62
ditusuk-tusuk, nyeri pada pinggang bawah dan perut, skala nyeri 8, nyeri
muncul sewaktu his.
Nyeri persalinan dapat mempengaruhi kontraksi uterus melalui sekresi
kadar katelokamin dan kartisol yang meningkat dan akibatnya mempengaruhi
durasi persalinan. Adapun nyeri persalinan yang berat dan lama dapat
mempengaruhi sirkulasi maupun metabolisme yang harus segera diatasi karena
dapat menyebabkan kematian janin (Handersen, 2005)
Nyeri ibu kala I persalinan tersebut disebabkan karena tertekannya
ujung syaraf sewaktu rahim berkontraksi dan terenggangnya rahim bawah,
vagina dan perineum (Indrawan, dkk, 2013)
Dari data pengkajian kala I keluhan utama klien mengatakan takut dan
cemas dalam menghadapi proses persalinan. Ny F tampak gelisah ekspresi
wajah tegang keluar keringat dingin. Secara teori ansietas merupakan respon
emosional dan penilaian individu yang subyektif dan dipengaruhi oleh alam
bawah sadar yang kadang disertai dengan berbagai keluhan fisik seperti sering
kali ditandai dengan tegang, lesu, tidak bisa istirahat dengan tenang, mudah
terkejut, mudah menangis, gemetar gelisah, timbul dari perasaan takut terhadap
tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal (hawai, 2011).
Ansietas adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan
kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang kadang-kadang kita alami
dalam tingkat yang berbeda (Maimunah,2011).
Pada pengkajian kala II persalinan didapatkan data Ny F mengalami
kenceng-kenceng dan ingin meneran, pasien tampak meringis kesakitan,
63
berteriak-teriak karena adanya proses meneran. Nyeri tersebut terjadi karena his
semakin kuat, Ny F merasa ingin meneran bersama dengan terjadi kontraksi, Ny
F merasakan semakin meningkatnya tekanan pada rectum dan vagina, perineum
menonjol, vulva vagina dan fringter ani terlihat membuka, dan peningkatan
lendir darah (Rohani, dkk, 2011)
Pada pengkajian kala III persalinan didapatkan data Ny F mengatakan
nyeri saat plasenta keluar. Plasenta keluar sempurna, kotiledon utuh. Nyeri
tersebut terjadi karena ketika plasenta terlepas atau sepenuhnya terlepas tetapi
tidak keluar, maka pendarahan terjadi dibelakang plasenta sehingga uterus tidak
dapat sepenuhnya berkontraksi karena plasenta masih didalam. Kontraksi pada
otot uterus merupakan mekanisme fisiologis yang menghentikan perdarahan.
Begitu plasenta lepas, jika ibu tidak dapat melahirkan sendiri, atau petugas tidak
dapat menolong mengeluarkan plasenta, mungkin salah satu didiagnosis sebagai
retensi plasenta. Seringkali plasenta terperangkap dibawah serviks dan hanya
diperlukan sedikit dorongan untuk mengeluarkannya (Sarwono, 2009)
Pada pengkajian kala IV persalinan didapatkan data Ny F mengatakan
sangat haus, pucat, perdarahan kala IV sebanyak 100 cc. Resiko kekurangan
cairan tersebut terjadi karena masa post partum merupakan saat paling kritis
untuk mencegah kematian ibu, terutama kematian disebabkan perdarahan.
Selama kala IV, petugas harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama
setelah kelahiran plasenta, setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan
persalinan. Kondisi ibu tidak stabil, maka ibu harus dipantau lebih sering.
64
Apakah ibu membutuhkan minum atau apakah ibu ingin memegangi bayinya
(Sarwono, 2009).
Pengkajian payudara yang didapat pada klien, payudara simetris kanan
kiri, teraba keras, puting susu menonjol, ASI belum keluar, areola hiper
pigmentasi. Hal ini sesuai dengan pendapat prawirohardjo (2010) mengatakan
pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudara menjadi lunak.
Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena – vena di
bawah kulit akan terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman dan
tegak. Setelah persalinan kadar progesteron dan estrogen akan menurun.
Peningkatan prolaktin akan merangsang sintesis laktosa dan pada akhirnya akan
meningkatkan produksi air susu. Pada bulan yang sama aerola akan lebih besar
dan kehitaman. Kelejar montgomery yaitu kelenjar sebasea dari aerola, akan
membesar cenderung untuk menonjol keluar. Jika payudara makin membesar
maka striae seperti yang terlihat pada perut akan muncul.
Pemeriksaan pada abdomen didapatkan uterus hal ini sesuai dengan
pendapat prawirohardjo (2010). Pembesaran uterus pada awal kehamilan
biasanya tidak terjadi secara simetris. Secara normal ovum yang telah dibuahi
akan berinplantasi pada segmen atas uterus, terutama pada dinding posterior.
Pembesaran asimetri dan penonjolan salah satu kornus dikenali pemeriksaan
bimanual pelvik pada usia kehamilan 8 hingga 10 minggu.
Pemeriksaan leopold 1 didapatkan TFU 34 cm, fundus teraba bulat,
tidak melenting teraba (bokong). Leopold II bagian kiri teraba kecil-kecil
(ekstremitas) bagian kanan teraba keras seperti papan (punggung). Leopold III
65
bagian bawah teraba bulat, keras tidak melenting (kepala). Leopold IV bagian
kepala sudah masuk PAP. Pembukaan 2 cm, Ny. F memasuki fase laten hal ini
menurut rukiyah (2009) bahwa fase laten adalah pembukan mendekati 4 cm,
kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik tidak terlalu
mules.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual dan potensial
atau proses kehidupan (andarmoyo, 2013).
Diagnosa yang diambil oleh penulis adalah nyeri akut berhubungan agen
cidera biologis (kontraksi) nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan
aktual atau potensial gambaran dalam hal kerusakan yang sedemikian rupa
(International for the study of pain), awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari
intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan (Nurarif, 2012).
Batasan karakteristik nyeri akut antara lain: perubahan tekanan darah,
perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernafasan, perubahan selera
makan perilaku berjaga-jaga atau perilaku melindungi, daerah yang nyeri,
dilatasi pupil, focus pada diri sendiri, indikasi nyeri yang dapat diamati,
perubahan posisi untuk menghindari nyeri, gangguan tidur, melaporkan nyeri
secara verbal (NANDA, 2012).
66
Pada masalah keperawatan kala I diagnosa ke dua didapatkan diagnosa
ansietas berhubungan dengan proses persalinan. Ansietas adalah perasaan tidak
nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom (sumber sering
kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya dan memampukan individu untuk
bertindak menghadapi ancaman (herdmand, 2012).
Batasan karakteristik ansietas menurut (Herdman, 2012) adalah
penurunan produktivitas, gelisah , mengekspresikan kekhawatiran karena
perubahan dalam peristiwa hidup, kesedihan yang mendalam, ketakutan, rasa
nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan, wajah tegang, peningkatan
keringat, peningkatan ketegangan, gemetar.
Perumusan masalah keperawatan yang diambil penulisan ansietas yang
telah disesuaikan dengan diagnosa NANDA. Penulis memprioritaskan. Masalah
ansietas dengan alasan mengacu pada data pengkajian yaitu data subjektif Ny F
mengatakan takut dan cemas menghadapi persalinan anak yang ke dua ini. Data
objektif Ny F tampak gelisah, ekspresi wajah tegang. TD : 120/70 mmHg, nadi
82x/menit, suhu 36,80C, respirasi 22x/menit.
Pada kala II penulis merumuskan diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik (proses persalinan). Nyeri akut adalah
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul
akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau gambaran dalam hal
kerusakan yang sedemikian rupa (international for the study of pain), awalnya
yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir
67
yang dapat di antisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari 6
bulan (Nurarif, 2012).
Batasan karakteristik nyeri akut antara lain : perubahan tekanan darah,
perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernafasan, perubahan selera
makan perilaku berjaga-jaga atau perilaku melindungi daerah yang nyeri,
dilatasi pupil, fokus pada diri sendiri, indikasi nyeri yang dapat diamati,
perubahan posisi untuk menghindari nyeri, gangguan tidur, melaporkan nyeri
secara verbal (NANDA, 2012).
Pada kala III penulis merumuskan diagnosa keperawatan nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik (proses pengeluaran plasenta). Nyeri akut
adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan
muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau gambaran dalam
dalam hal kerusakan yang sedemikian rupa (International for the study of pain),
awalnya yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan
akhir yang dapat diantisipasi atau diramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan
(Nurarif, 2012).
Batasan karakteristik nyeri akut antara lain: perubahan tekanan darah,
perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernafasan, perubahan selera
makan perilaku berjaga-jaga atau perilaku melindungi daerah nyeri, dilatasi
pupil, focus pada diri sendiri, indikasi nyeri yang dapat diamati, perubahan
posisi untuk menghindari nyeri, gangguan tidur, melaporkan nyeri secara verbal
(NANDA, 2012).
68
Pada kala IV penulis merumuskan diagnosa keperawatan yaitu resiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Resiko
kekurangan volume cairan adalah beresiko mengalami dehidrasi vascular,
selular, atau intraselular (NANDA, 2012).
Batasan karakteristik resiko kekurangan volume cairan (NANDA, 2012)
antara lain: perubahan status mental, perubahan status mental, penurunan
tekanan darah, penurunan frekuensi nadi, penurunan turgor kulit, penurunan
haluaran urine, membrane mukosa kering, peningkatan hematokrit, peningkatan
suhu tubuh, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan konsentrasi urine,
penurunan berat badan tiba-tiba, haus dan kelemahan.
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan merupakan langkah berikutnya dalam proses keperawatan.
Pada langkah ini, perawat menetapkan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan
bagi klien dan merencanakan intervensi keperawatan. Dari pernyataan tersebut
diketahui bahwa dalam membuat perencanaan perlu mempertimbangkan:
tujuan, kriteria diperkirakan atau diharapkan dan intervensi keperawatan
(Andarmoyo, 2013).
Intervensi atau rencana yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan
dengan kondisi pasien, sehingga tujuan dan kriteria hasil dapat dilaksanakan
dengan SMART, Spesifik, Measurable, Acceptance, Rasional dan Timing
(NANDA, 2013). Pembahasan dari intervensi yang meliputi tujuan, kriteria
hasil dan tindakan yaitu pada diagnosa keperawatan.
69
Pada diagnosa yang pertama nyeri akut berhubungan dengan proses
persalinan (kontraksi). Pada kasus Ny. F penulis melakukan rencana tindakan
keperawatan selama 1 x 10 jam dengan kriteria hasil klien skala nyeri
berkurang, pasien mengatakan nyaman setelah nyeri berkurang, pasien mampu
mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri) dan pasien mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri).
Intervensi atau rencana yang akan dilakukan berupa kaji nyeri atau
karakteristik (P,Q,R,S,T), Provocate/paliatif: apa penyebabnya, Quality:
bagaimana rasanya, Regio: dibagian mana yang terjadi, Skala: bagaimana
intesitas nyerinya jika menggunakan skala 1 sampai 10, bagaimana pengaruh
hal tersebut pada aktivitas, Time: kapan hal itu mulai terjadi (Iyer, patricia,
2006).
Tindakan yang diberikan kaji TTV dan DJJ. Menurut Hidayat (2006)
mengatakan pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi
adanya perubahan sistem tubuh. Tanda vital meliputi, suhu tubuh, denyut nadi,
frekuensi pernapasan, dan tekanan darah. Tanda vital mempunyai nilai sangat
tinggi pada fungsi suhu tubuh. Adanya perubahan tanda vital misalnya suhu
tubuh menunjukkan perubahan sistem kardiovaskuler, frekuensi pernafasan
menunjukan fungsi pernafasan dan tekanan darah dapat menilai kemampuan
sistem kardiovaskuler yang dapat dikaitkan dengan denyut nadi. Semua tanda
vital tersebut saling berhubungan saling mempengaruhi. Perubahan tanda vital
70
dapat terjadi bila tubuh dalam kondisi aktivitas atau dalam keadaan sakit dan
perubahan tersebut merupakan indikator adanya gangguan sistem tubuh.
Intervensi selanjutnya adalah kolaborasi pemberian analgesik, menurut
Andarmoyo (2013), analgesik merupakan metode yang paling umum untuk
mengatasi nyeri. Walaupun analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan
efektif, perawatan dan dokter masih cenderung tidak melakukan upaya
analgesik dalam penanganan nyeri karena informasi obat yang tidak benar,
karena adanya kekhawatiran klien akan mengalami ketagihan obat, cemas akan
melakukan kesalahan dalam menggunakan analgesik narkotik dan pemberian
obat yang kurang dari diresepkan.
Pada kala I diagnosa kedua yaitu ansietas berhubungan dengan proses
persalinan. Pada kasus Ny. F penulis melakukan rencana keperawatan setelah
dilakukan tindakan selama 1 x 10 jam dengan kriteria hasil mampu
mengidentifikasi cemas, postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan.
Intervensi selanjutnya ajarkan klien tentang teknik relaksasi, menurut
Perry & Potter (2009) relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari
ketegangan dan stres. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika
terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik, dan emosi pada nyeri, berikan
informasi tentang persiapan persalinan, rasionalnya mengurangi kecemasan.
Intervensi selanjutnya kolaborasi dengan melibatkan keluarga untuk
menemaninya, menurut Doenges (2001) rasa takut ketidak tahuan dan rasa takut
menjadi penghambat inkompatibel dengan psikologis dan istirahat emosional
71
dan dapat memudahkan perkembangan hubungan saling percaya, penerima
yang tidak menghakimi meningkatkan rasa percaya.
Pada kala II diagnosa ketiga yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera fisik (proses meneran). Pada kasus Ny. F penulis melakukan rencana
keperawatan setelah dilakukan tindakan selama 1 x 30 menit dengan kriteria
hasil pasien mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri), mampu
mengenali nyeri (skala, intensitas,frekuensi dan tanda nyeri), mengatakan
nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi keperawatan pada kala II dengan diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik ( proses meneran) adalah kaji nyeri P, Q,
R, S, T, secara komprehensif dengan rasional mengetahui kualitas nyeri yang
dirasakan Ny F, anjurkan pasien untuk relaksasi nafas dalam dengan rasional
agar lebih terarah untuk meneran, beri posisi yang nyaman dengan rasional
pasien lebih nyaman, kolaborasi dengan bidan untuk membantu persalinan
dengan rasional membantu persalinan Ny F.
Pada kala III diagnosa keempat yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera fisik (proses meneran). Pada kasus Ny. F penulis melakukan
rencana keperawatan setelah dilakukan tindakan selama 1 x 1 jam dengan
kriteria hasil pasien mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri), mampu
mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri), mengatakan
nyaman setelah nyeri berkurang.
72
Intervensi keperawatan pada kala III dengan diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik (proses pengeluaran plasenta) adalah kaji
nyeri dengan rasional untuk mengetahui tingkat nyeri, berikan posisi yang
nyaman dengan rasional pasien tetap nyaman, anjurkan relaksasi nafas panjang
dengan rasional untuk mengontrol nyeri, kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgesik dengan rasional untuk mengurangi nyeri.
Pada kala IV diagnosa kelima yaitu resiko kekurangan cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Pada kasus Ny F penulis
melakukan rencana keperawatan setelah dilakukan tindakan selama 1 x 30
menit dengan kriteria hasil vital sign dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda
dehidrasi (turgor kulit baik).
Intervensi keperawatan pada diagnosa kala IV dengan diagnosa resiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif adalah
monitor vital sign dengan rasional untuk mengetahui keadaan umum pasien,
monitor status dehidrasi dengan rasional untuk mengetahui status hidrasi pasien,
dorong masukan oral dengan rasional untuk menstabilkan kondisi umum pasien,
kolaborasi pemberian infuse RL dengan rasional untuk memenuhi kebutuhan
cairan dan elektrolit.
73
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses
keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana
tindakan yang diperlakukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan
dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Andarmoyo, 2013).
Pada implementasi yang dilakukan pada kala I persalinan adalah
mengkaji nyeri P, Q, R, S, T, nyeri dibagian perut bawah dan pinggang. Tujuan
dilakukan tindakan untuk mengetahui nyeri, karakteristik nyeri P : provocate,
tenaga kesehatan harus mengkaji tentang penyebab terjadinya nyeri pada
penderita yang mengalami cidera termasuk menghubungkan antara nyeri yang
diderita dan faktor psikologisnya. Q : quality, kualitas nyeri merupakan sesuatu
yang subyektif yang diungkapkan oleh pasien, seringkali pasien
mendiskripsikan nyeri dengan kalimat seperti ditusuk-tusuk, terbakar, sakit
nyeri dalam atau supervisal, atau bahkan seperti digencet. R : region, untuk
mengkaji lokasi, tenaga kesehatan meminta penderita untuk menunjukkan
semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman. S: scale, tingkat keparahan
merupakan hal yang paling subyektif yang dirasakan oleh penderita, karena
akan diminta bagaimana kualitas nyeri, kualitas nyeri harus bisa digambarkan
menggunakan skala yang sifatnya kualitas T : time, tenaga kesehatan mengkaji
tentang awitan, durasi dan rangkaian nyeri, perlu ditanyakan kapan mulai
muncul adanya nyeri, berapa lama menderita, seberapa sering kambuh (Iyer,
2006).
74
Pada implementasi yang dilakuan pada kala I adalah memberikan teknik
relaksasi nafas dalam. relaksasi merupakan suatu tindakan untuk membebaskan
mental dan fisik dari ketegangan dan stress sehingga dapat meningkatkan
toleransi terhadap nyeri. Teknik yang sederhana terdiri atas nafas abdomen
dengan frekuensi lambat, berirama, pasien dapat memejamkan matanya dan
bernafas dengan perlahan dan nyaman. Nafas yang lambat dan berirama, juga
dapat digunakan sebagai teknik distraksi (Andarmoyo, 2013).
Aplikasi relaksasi nafas dalam untuk dunia kesehatan selain memiliki
aspek estetika, juga memiliki aspek terapetik, yang banyak digunakan untuk
membantu menenangkan, menyembuhkan, dan memulihkan kondisi fisiologis
pasien maupun tenaga medis. Terlepas dari berbagai pendapat pro dan kontra
mengenai kebenaran penggunaan relaksasi nafas dalam sebagai salah satu
bentuk terapi, studi-studi tentang tehnik relaksasi sebagai salah satu bentuk
terapi sudah banyak dilakukan dan hasilnya cukup signifikan (Saing, 2007).
Mekanisme kerja relaksai nafas dalam dapat mengurangi rasa sakit,
stres, kecemasan maupun menurunkan tekanan darah masih dalam kajian dan
kontroversi. Dalam mengurangi rasa sakit, muncul beberapa teori yang
menyatakan bahwa dimana saat seseorang terbebas dari tekanan dan kecemasan
atau kembalinya keseimbangan (equilibilirium) setelah terjadinya gangguan
tujuan dari teknik relaksasi nafs dalam adalah mencapai keadaan relaksasi
secara fisiologis, kognitif yang ditandai dengan penurunan kadar epinefrin dan
non epinefrin dalam darah (Rahmayati, 2010).
75
Adapun langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam sebagai berikut,
ciptakan lingkungan yang tenang, usahakan tetap rileks dan tenang, menarik
nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru udara melalui hitungan,
perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstremitas
atas dan bawah secara rileks, anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali,
menarik lagi nafas dari hidung dan menghembuskan melalui mulut secara
perlahan-lahan, membiarkan telapak tangan dan kaki rileks, usahakan tetap
konsentrasi, anjurkan melakukn teknik tersebut sampai rasa nyeri berkurang,
ulangi sampai 15 kali dengan selingi istirahat setiap 5 kali (Prawirohardjo,
2009).
Pada implementasi yang dilakukan pada kala II yaitu mengkaji tingkat
kecemasan. Menurut Saryono (2013) menyatakan mengukur tingkat kecemasan
dengan Hamilton anxiety rating scale (HARS). Alat ukur ini terdiri dari 14
kelompok gejala masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala
kecemasan yang lebih spesifik. Dari pengukuran kecemasan dengan Hamilton
anxiety rating scale (HARS) maka nantinya akan didapatkan penilaian klien
mengalami tingkat kecemasan ringan, sedang, berat, dan juga tingkat panik
(Saryono, 2013).
Dalam Fitriani (2014) yang berjudul “Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas
Dalam Terhadap Respon Adaptasi Nyeri pada Pasien Inpartu Kala I Fase
Laten”. Dalam penelitian tersebut, peneliti memberikan memberikan relaksasi
nafas dalam untuk mengurangi nyeri dan menunjukkan pengaruh yang
signifikan antara pemberian relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri
76
persalinan kala I fase laten. Hasil rata rata tersebut adalah nilai rata-rata nyeri
menghadapi persalinan sebelum diberi relaksasi nafas dalam nyeri sedang
(skala 4-6) sebanyak 52,1 %, nyeri berat (skala 7-9) sebanyak 47,9 % dan
setelah dilakukan relaksasi nafas dalam menjadi nyeri sedang (skala 4-6)
sebanyak 81,6 % dan nyeri hebat (skala 7-9) menjadi 8,4 %. Nilai rata-rata ini
dapat diinterprestasikan bahwa ada penurunan nyeri inpartu kala I fase laten.
Prosedur pemberian teknik relaksasi nafas dalam, ciptakan suasana yang
nyaman dan usahakan tetap rileks dan tenang, posisikan pasien dengan nyaman,
anjurkan pasien menarik nafas dalam dari hidung dengan hitungan 1, 2, 3
(sebelum perawat memberi contoh), anjurkan pasien untuk menghembuskan
nafas perlahan lahan melalui mulut, anjurkan pasien mengulangi sebanyak 3
kali atau sewaktu pasien merasa nyeri.
Berdasarkan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis (proses meneran) tindakan keperawatan pada kala II yang dilakukan
pada tanggal 09 januari 2016 jam 12.09 WIB adalah mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam dan meneran dengan benar. Pada pengenalan kala II anus
membuka, perineum menonjol. Setiap ada his pimpin ibu meneran pada puncak
his dan minta ibu untuk menarik lipat sendi lutut dengan mengaitkan pada lipat
siku agar tekanan abdomen menjadi efektif (Sarwono, 2009).
Berdasarkan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
(proses meneran) tindakan keperawatan pada kala III yang dilakukan pada
tanggal 09 januari 2016 jam 12:20 WIB adalah mempertahankan posisi dorsal
recumben. Pemberian atau pengaturan posisi sangatlah penting membiarkan ibu
77
bersalin untuk memilih posisi persalinan memiliki banyak keuntungan,
Misalnya mengurangi rasa tidak nyaman, mengurangi trauma perineum, dan
menjadi lebih mudah meneran. Posisi juga merupakan salah satu dasar yang
mempengaruhi keutuhan perineum. Oleh karena itu, ibu bersalin harus
diperbolehkan memilih posisi mereka sendiri saat persalinan (Rohani, dkk
2011).
Berdasarkan diagnosa resiko kekurang volume cairan tindakan
keperawatan pada kala IV adalah memeriksa keadaan umum pasien dan vital
sign. Pada pemantauan kala IV hal yang perlu dilakukan adalah memantau
tanda-tanda vilal pasien, memberi obat-obatan yang diperlukan dan minum
secukupnya. Bila setelah 2 jam kondisi ibu stabil dan tidak ada komplikasi,
pasangkan kasa penyerap dan celana, bawa keruang perawatan dan lakukan
rawat gabung sesegera mungkin (Sarwono, 2009)
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses keperawatan
untuk mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan
klien kearah tujuan pencapain tujuan (Andarmoyo, 2013).
Evalusai yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kondisi
pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan
dengan SOAP, subjective, objective, analisa, planning (Deden, 2012).
Evaluasi pada tanggal 09 januari 2016 jam masalah keperawatan nyeri
berhubungan dengan agen cidera biologis (kontraksi), dengan subjektif Ny F
78
mengatakan nyeri berkurang, Provocate/paliatif : nyeri karna kontraksi, Quality
: nyeri seperti ditusuk-tusuk, Regio : nyeri pada perut bagian bawah dan
pinggang, Skala : sala nyeri 6, Time : nyeri timbul sewaktu-waktu. Objektif
pasien tampak menahan sakit dan meringis kesakitan. Ny F mampu melakukan
relaksasi nafas dalam, lamanya his 2x dalam 15 menit dengan durasi 30-35
menit, maka masalah nyeri akut sudah teratasi sebagian dan intervensi
dilanjutkan.
Evaluasi pada tangal 09 januari 2016 masalah keperawatan ansietas
berhubungan dengan proses persalinan dengan subjektif pasien mengatakan
lebih tenang dan cemas berkurang. Objektif Ny F terlihat lebih rileks dan
tenang, Ny F didampingi oleh suaminya, vital sign dalam batas normal maka
masalah ansietas teratasi dan dilanjutkan intervensi.
Evaluasi pada tanggal 09 januari 2016 masalah keperawatan nyeri b.d
agen cidera fisik (proses meneran), dengan subjektif Ny F merintih dan
berteriak kesakitan. Objektif Ny F tampak mengejan sekuat tenaga saat ada his,
Ny F tampak meringis kesakitan, bayi lahir spontan (berat badan bayi 2800
gram). Maka masalah nyeri akut sudah teratasi sebagian dan intervensi
dilanjutkan.
Evaluasi pada tangal 09 januari 2016 masalah keperawatan nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik ( pengeluaran plasenta), dengan subjektif
Ny F mengatakan sudah lega setelah bayinya lahir, tapi masih merasakan nyeri
dengan skala 3 dan nyeri terus menerus. Objektif Ny F tampak meringis
79
menahan nyeri, plasenta keluar sempurna, kotiledon utuh, vital sign dalam batas
normal, maka masalah nyeri akut sudah teratasi dan intervensi dilanjutkan.
Evaluasi pada tangal 09 januari 2016 masalah keperawatan resiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, dengan
subyektif Ny F mengatakan lebih nyaman dan sudah tidak terlalu haus.
Obyektif Ny F terlihat minum dan mukosa bibir lembab maka masalah resiko
kekurangan volume cairan belum terjadi.
80
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan pengkajian, analisa data, penentuan
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi tentang pemberian relaksasi
nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada “Asuhan Keperawatan Ny.F dengan
Inpartu Kala I Fase Laten di Ruang Bersalin Puskesmas Sibela Surakarta”
dengan mengaplikasikan jurnal tentang pemberian relaksasi nafas dalam
terhadap penurunan nyeri maka dapat disimpulkan:
1. Pengkajian
Pengkajian pada Ny.F kala I fase laten diperoleh data subyektif Ny.F
mengatakan bagian perut bawah dan pinggang sangat nyeri, nyeri diperberat
karena ada kontraksi, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri dibagian perut
bawah dan pinggang, skala nyeri 8, nyeri muncul sewaktu ada his, data
obyektif di tandai dengan Ny. F tampak meringis kesakitan, Ny.F
memegangi pinggang dan perut bawah.
Klien mengatakan cemas karena takut dalam menghadapi persalinan
yang kedua, dan data obyektif Ny.F tampak gelisah, raut wajah tempak
tegang, keluar keringat dingin, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 82
x/menit, frekuensi pernafasan 22 x/menit, suhu 368derajat celcius.
81
Pada pengkajian kala II diperoleh data subyektif klien mengatakan
perut terasa kenceng-kenceng dan pasien ingin meneran, dan data obyektif
Ny.F tampak memegangi kaki dan ingin meneran dengan perineum
menonjol, meningkatnya keluar lendir, dan pembukaan lengkap 1-10 cm
(lengkap), skala nyeri dengan raut wajah menunjukkan skala nyeri 6 dan Ny
F tampak meringis kesakitan.
Pada pengkajian kala III didapatkan data subyektif Ny.F mengatakan
nyeri, P : pasien mengatakan nyeri, Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk, R :
Nyeri di perut, S : skala nyeri 5, T : pasien mengatakan nyeri terus menerus,
obyektif Ny F tampak meringis kesakitan menahan nyeri dengan hasil
plasenta sudah keluar lahir dengan diameter 12 cm, kotiledon utuh,
perdarahan 100 cc dan terdapat luka jahitan pada jalan lahir kurang lebih 2
cm.
Pada pengkajian kala IV persalinan didapatkan data subyektif Ny.F
mengatakan sangat haus, dengan data obyektif Ny.F tampak lemas, pucat,
mukosa bibir kering dan tampak ada luka pada jalan lahir kurang lebih 2 cm
(jahitan menjelujur). Tekanan darah TD : 120/80 mmHg, N: 86x/menit, RR:
20 x/menit, S: 36,60C. Perdarahan kala I 20 cc, kala II 50 cc, kala III 100 cc,
kala IV 100 cc, jumlah perdarahan 270 cc.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang di temukan pada kasus Ny.F adalah
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (kontraksi), ansietas
82
berhubungan dengan proses persalinan, nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera biologis (proses meneran), nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera fisik (pengeluaran plasenta) dan resiko kekurangan volume
cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi pada kala I yang pertama dengan diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis (kontraksi) adalah kaji nyeri P, Q,
R, S, T (Provoking, Incident, Quality of pain, Region, severity of pain,
time), ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, monitor vital sign.
Intervensi keperawatan pada kala I diagnosa kedua dengan diagnosa
ansietas berhubungan dengan proses persalinan adalah observasi penyebab
kecemasan dan identifikasi cemas pasien, bina hubungan saling percaya,
ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, libatkan keluarga untuk mendampingi
pasien.
Intervensi keperawatan pada kala II dengan diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis (proses meneran) pada Ny F
adalah observasi karakteristik nyeri P, Q, R, S, T (Provoking, Incident,
Quality of pain, Region, severity of pain, time), monitor vital sign, beri
posisi yang nyaman (dorsal recumben), anjurkan Ny F untuk nafas panjang
dan meneran dengan benar sewaktu ada his, kolaborasi dengan bidan dalam
pertolongan persalinan.
Intervensi keperawatan pada kala III dengan diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik (pengeluaran plasenta) adalah kaji
83
kontraksi uterus, pertahankan posisi dorsal recumben, ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam, monitor vital sign, kolaborasi dengan bidan dalam
pengeluaran plasenta.
Intervensi keperawatan yang dirumuskan pada kala IV dengan resiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
adalah posisikan pasien tetap dorsal recumben massase fundus uteri,
monitor vital sign, dorong masukan oral, kolaborasi pemberian cairan infuse
pada pasien.
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dilakukan kala I dengan diagnosa nyeri
akut berhubungan dengan agen cidera biologis (kontraksi) adalah
melakukan pengkajian nyeri (P, Q, R, S, T) , memonitor vital sign,
menganjurkan untuk miring ke kiri, mengajarkan untuk tarik nafas dalam.
Tindakan keperawatan dengan diagnosa ansietas berhubungan dengan
proses persalinan adalah mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam,
anjurkan keluarga untuk mendampingi pasien. Tindakan keperawatan pada
kala II dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis (proses meneran) adalah memimpin meneran dengan benar dan
berkolaborasi dengan bidan dalam pertolongan persalinan. Tindakan
keperawatan pada kala III dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera fisik adalah mempertahankan pasien dengan posisi dorsal
recumben, ajarkan pasien relaksasi nafas dalam dan berkolaborasi dengan
bidan dalam pengeluaran plasenta. Tindakan keperawatan yang dilakukan
84
pada kala IV dengan diagnosa resiko kekurangan volume berhubungan
dengan kehilangan cairan aktif adalah memantau tanda-tanda vital dan
memberikan minum kepada pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan sudah komprehensif dengan acuan rencana
asuhan keperawatan, serta telah berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya
didapatkan hasil evaluasi keadaan pasien dengan kriteria hasil belum
tercapai, Pada kala I diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis (kontraksi) pada Ny.F selama 1 hari belum teratasi, masalah nyeri
akut belum teratasi sehingga intervensi dilanjutkan. Pada diagnosa ansietas
berhubungan dengan proses persalinan hasil evaluasi keadaan klien dengan
kriteria hasil teratasi sebagian maka masalah ansietas teratasi sebagian dan
intervensi dilanjutkan.
Pada diagnosa kala II nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis (proses meneran), hasil evaluasi keadaan klien dengan kriteria hasil
sudah tercapai maka masalah nyeri akut teratasi sebagian dan intervensi
lanjutkan.
Pada diagnosa kala III nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
fisik (pengeluaran plasenta), hasil evaluasi keadaan klien dengan kriteria
hasil tercapai sebagian maka masalah nyeri teratasi sebagian dan intervensi
dilanjutkan.
85
Pada diagnosa kala IV resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan cairan aktif, hasil evaluasi keadaan klien dengan
kriteria hasil sudah tercapai maka masalah resiko kekurangan volume
cairan tidak terjadi dan intervensi dihentikan.
6. Analisis Praktik jurnal
Disini penulis dapat menganalisis bahwa teknik relaksai nafas dalam
terbukti secara signifikan dapat menurunkan nyeri persalinan inpartu kala I
fase laten pada Ny.F dengan nyeri persalinan pada kala I dengan skala 8 dan
sesudah dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam nyeri berkurang dengan
skala 6.
A. SARAN
1. Bagi Pasien
Diharapkan pasien dapat melakukan relaksasi nafas dalam secara
berulang ketika pasien merasa nyeri persalinan.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan relaksasi nafas dalam dapat menjadi salah satu
alternative untuk menurunkan intensitas nyeri pada persalinan kala I serta
dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan kerja sama
baik antara tim kesehatan lain maupun klien sehingga dapatr meningkatkan
mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal.
86
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan aplikai berbasis riset ini dapat menjadi referensi bagi
institusi keperawatan dan dapat memberikan informasi dan meningkatkan
mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas sehingga dapat
menghasilkan perawat yang professional, terampil, dan bermutu dalam
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif berdasarkan ilmu
dan kode etik keperawatan.
87
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, S. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Penerbit Ar-Ruzz.
Yogyakarta.
Aziz, A. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.
Dermawan, D. 2012. Proses Keperawatan Perencanaan Konsep dan kerangka kerja.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Ghofur, Abdul. 2010. Pengaruh teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada Pasien Kala I Fase
Laten Dirumah Bersalin Depok Jaya. Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Jakarta.
Hendersen. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Cet.I. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Herdman, T. 2012. Nanda Internasional Diagnosa Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi
2011-2014. Ahli Bahasa: Sumarwati Made, Subekti Nike. EGC, Jakarta.
Kumalasari I. 2015. 2015. Perawatan Antenatal, Post Natal, Bayi Baru Lahir dan
Kontrasepsi. Penerbit Salemba Medika. Jakarta.
Maimunah. 2011. Kecemasan Ibu Hamil Menjelang persalinan Pertama. Jurnal: Fakultas
Psikologi. Universitas Muhamadiyah Malang.
Manuaba. 2009. Memahami kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Monahan, dkk. 2007. Phipps’ Medical-Surgical Nursing: Health and Illness Perspectives. 8th
ed. Philadelphia: Mosby Inc.
Nurarif Amin dan Kusuma Hardi. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda. Jilid 2. Media Action. Yogyakarta.
Novita, R VT. 2011. Keperawatan Materitas. penerbit Ghalia Indonesia. Bogor.
Nugroho, T. 2012. Asuhan Keperawata. Penerbit Nuha Medika. yogyakarta.
Potter & perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Buku 1. Edisi 7. Jakarat: Salemba Medika.
Prasetyo, sigit Nian. 2010. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Edisi I. Cet I yogyakarta:
Graha Ilmu.
Prawiroharjo, S. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka
Riyadi dan Harmoko. 2012. Standart Operating Procedure Dalam Praktik Keperawatan. 1nd
ed. penerbit Pustaka Pelajar. Celeban.
Rohmah, dkk. 2012. Proses Keperawatan Teori Dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
88
Sabatino, D.A.2006. pain (The Fifth Vital Sign) and Pain Management. thousand Oaks:
Ocala Regional Medical Center.
Saryono. 2011. Kumpulan Instrumen Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Huka Medika.
Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Solehati, T dan Kosasih C E. 2015. Konsep Dan Apikasi Relaksasi dalam Keperawatan
Maternitas. Reflika Aditama. Bandung.
Sulistyawati, A dan Esti N. 2010. Asuhan kebidanan Pada Ibu Bersalin. Penerbit Salemba
Medika. Jakarta.
Wahid Abd. dan I. Suprapto. 2012. Dokumentasi Proses Keperawatan. Penerbit Nuha
Medika. Yogyakarta.