PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang....

103
PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON MUSLIM (Analisis Putusan Nomor:1429/Pdt.G/2013/PA.Tng.) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Diajukan Oleh: Ahmad Syairopi NIM. 1111044200010 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M

Transcript of PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang....

Page 1: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON MUSLIM

(Analisis Putusan Nomor:1429/Pdt.G/2013/PA.Tng.)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Diajukan Oleh:

Ahmad Syairopi

NIM. 1111044200010

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 2: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan
Page 3: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan
Page 4: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan
Page 5: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

iv

ABSTRAK

AHMAD SYAIROPI, NIM 1111044200010. PEMBERIAN HAK ASUH

ANAK KEPADA SUAMI NON MUSLIM (AnalisisPutusanPengadilan Agama

TangerangNomor 1429/Pdt.G/2013/PA.Tng.).Program Studi Hukum Keluarga Islam

Konsentrasi Adminstrasi Keperdataan Islam, Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437 H/2016 M. x +70

halaman dan lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui putusan hakim tentang Hak Asuh

Anak yang diberikan kepada Suami non Muslim dan pertimbangan hakim dalam

mengeluarkan putusan tersebut.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang menekankan kualitas

sesuai dengan pemaparan deskriftif. Penelitian ini berupa analisis terhadap kasus

yang berkenaan dengan pemberian hak asuh anak kepada Suami yang non Muslim,

yang terjadi di Pengadilan Agama Tangerang,

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian hak asuh anak kepada Suami

yang non Muslim dikarenakan Ibu anak tersebut tidak amanah, sibuk bekerja, dan

tidak mempunyai itikad baik dalam mengurus anak.

Page 6: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat, hidayah serta pertolongan-Nya, bahwa penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang merupakan suatu persyaratan untuk

menyelesaikan masa kuliah di Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, sebagai Nabi terakhir yang membawa Syari’at Islam

sampai akhir masa, dan telah membawa banyak kemaslahatan kepada

seluruh umat manusia.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih

banyak atas segala bantuan, dorongan serta bimbingan yang diberikan

pada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Untuk itu, patut kiranya Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya

perlu penulis sampaikan kepada :

1. Dr. H. Asep Saefudin Jahar, MA.

2. Dr. Abdul Halim, M.Ag, Ketua jurusan Hukum Keluarga.

3. Arip Furqon, SH, MH, Selaku sekretaris jurusan Hukum Keluarga.

Page 7: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

vi

4. Hj. Hotnidah Nasution, MA, Selaku pembimbing yang sudah

meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan pengajaran

kepada saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Dr. H. Ahmad Tholabi Karlie, MA, Selaku dosen pembimbing

akademis program studi Administrasi Keperdataan Islam.

6. Kedua orang tua penulis beseta keluarga besar, yang memberikan

semangat dan dukungan baik moril maupun materil.

7. Seluruh dosen Jurusan Administrasi Keperdataan Islam dn sekarang

menjadi Hukum Keluarga yang telah mengajarkan saya pada saat

bangku kuliah.

8. Drs. Haryadi Hasan, MH, beserta Staff yang telah membantu saya

dalam penelitian skripsi di Pengadilan Agama Tangerang.

9. Teman-teman Administrasi Keperdataan Islam tahun 2011 yang saling

membantu dalam perkuliahan.

Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi instansi

dan pihak-pihak yang memerlukannya. Semoga Allah SWT meridhoi dan

memberkahi usaha penulis dalam menyusun skripsi ini, penulis juga

berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan baik kepada pihak-

pihak yang telah membantu saya dalam menyusun skripsi ini.

Jakarta, 21 Oktober 2016

Penyusun

Ahmad Syairopi

Page 8: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi

DAFTAR ISI .............................................................................................................. vii

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................. 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6

E. Review Studi Terdahulu ...................................................................... 7

F. Metode Penelitian ................................................................................ 8

G. Tekhnik Penulisan ............................................................................... 10

BAB II : KONSEP HAK ASUH ANAK DAN PROSEDUR

PENYELESAIANNYA .......................................................................... 12

A. Pengertian Hak Asuh Anak dan Dasar Hukumnya ............................. 12

B. Hak Asuh Anak dalam Perspektif Fiqh ............................................... 17

C. Hak Asuh Anak dalam Perspektif Hukum Positif di Indonesia .......... 21

D. Tata Cara Penyelesaian Perkara Hak Asuh Anak ................................ 32

BAB III : PENYELESAIAN PERKARA HAK ASUH ANAK DI

PENGADILAN AGAMA TANGERANG ........................................... 34

A. Sejarah Pengadilan Agama Tangerang ................................................ 34

B. Kewenangan Pengadilan Agama Tangerang ....................................... 39

C. Perkara Hak Asuh Anak di Peradilan Agama Tangerang ................... 45

1. Cara Pengajuan Hak Asuh anak ...................................................... 45

2. Cara Penyelesaian Hak Asuh Anak ................................................ 48

3. Produk Hukum dari Penyelesaian Hak Asuh Anak ........................ 49

Page 9: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

ix

BAB IV: SUAMI NON MUSLIM SEBAGAI PEMEGANG HADHANAH

DALAM PUTUSAN No. 1429/Pdt.G/2013/PA.Tng ............................ 50

A. Deskripsi Putusan Nomor 1429/Pdt.G/2013/PA.Tng .......................... 50

1. Posisi Kasus .................................................................................... 50

2. Duduknya Perkara .......................................................................... 51

3. Pertimbangan Hukum ..................................................................... 52

4. Amar Putusan .................................................................................. 55

B. Alasan Hakim Menetapkan Pertimbangan Hukum seperti yang

tertera dalam Putusan No. 1429/Pdt.G/2013/PA.Tng ......................... 56

C. Putusan No. 1429/Pdt.G/2013/PA.Tng. yang Memberikan Hak

Asuh Anak pada Suami non Muslim ditinjau dari Perspektif Fiqh ..... 57

D. Pandangan Hukum Positif Pada Putusan No. 1429/Pdt.G/2013/PA.

Tng ....................................................................................................... 60

BAB V : PENUTUP ............................................................................................... 64

A. Kesimpulan .......................................................................................... 64

B. Saran .................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada

semua makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan.

Ia adalah suatu cara yang dipilih Allah SWT, sebagai jalan baik makhluk-Nya

untuk berkembang biak, dan melestarikan hidupnya.1

Perkawinan ialah pertalian yang sah antara seorang lelaki dan seorang

perempuan untuk waktu yang lama. Undang-undang memandang perkawinan

hanya dari hubungan keperdataan, demikian pasal 26 Burgelijk Wetboek.2

Allah tidak menjanjikan manusia seperti makhluk lainnya yang hidup

bebas mengikuti nalurinya dalam berhubungan secara bebas tanpa aturan.

Demi menjaga kehormatan dan martabat kemuliaan manusia, Allah

mengadakan hukum sesuai dengan martabatnya, sehingga hubungan antara

laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat dan berdasarkan rasa saling

suka, dengan ucapan ijab qabul sebagai lambang adanya rasa saling suka dan

dengan dihadiri oleh para saksi yang menyaksikan bahwa pasangan laki-laki

dan perempuan tersebut telah terikat secara sah menurut syariat agama Islam.

Ada beberapa definisi nikah dikemukakan para ahli fiikih, namun pada

prinsipnya tidak ada perbedaan yang berarti kecuali pada redaksinya saja.

Yakni :

1 Slamet Abidin dan Aminudin, Fiqh Munakahat, (Jakarta : pustaka setia, 1997), h.39.

2 Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, (Jakarta : Intermasa, 2003), h. 23.

Page 11: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

2

1. Menurut ulama Hanafiyah: Nikah adalah akad yang disengaja dengan

tujuan mendapatkan kesenangan.

2. Menurut ulama Syafi’iyah: Nikah adalah akad yang mengandung maksud

untuk memiliki kesenangan (wathi’) disertai lafadz nikah, kawin atau yang

semakna.

3. Menurut ulama Malikiyah: Nikah adalah akad yang semata-mata untuk

mendapatkan kesenangan dengan sesama manusia.

4. Menurut ulama Hanabilah: Nikah adalah akad dengan lafadz nikah atau

kawin untuk mendapatkan manfaat bersenang-senang.3

Pernikahan yang baik adalah pernikahan yang dilakukan pria dan

wanita yang sama akidah, akhlak dan tujuannya, di samping cinta dan

ketulusan hati. Dibawah naungan keterpaduan itu, kehidupan suami istri akan

tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak

akan sejahtera.

Dalam pandangan Islam, kehidupan keluarga seperti itu tidak terwujud

secara sempurna kecuali jika suami istri berpegang kepada agama yang sama.

Jika agama keduanya berbeda akan timbul berbagai laksana ajaran Islam. Jika

agama keduanya berbeda akan timbul berbagai kesulitan di lingkungan

keluarga, dalam pelaksanaan ibadat, pendidikan anak, pengaturan makanan,

pembinaan tradisi keagamaan, dan lain-lain.

Islam dengan tegas melarang wanita Islam kawin dengan pria non-

Muslim, baik musyrik maupun ahlul kitab. Pria Islam secara pasti dilarang

3 Abd ar-Rahman Al-Jaziri, Kitab al-Fiqih „ala al-Mazahib al-„arba‟ah, (Beirut: Dar al-

Fikr, 2002), Cet. I. h. 3.

Page 12: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

3

nikah dengan wanita musyrik. Kedua bentuk perkawinan tersebut mutlak

diharamkan.

Yang menjadi persoalan dari zaman Sahabat sampai abad modern ini

adalah perkawinan antara pria Islam dengan wanita Ahlul Kitab atau

Kitabiyah. Berdasar zahir ayat 221 surat Al-Baqarah, menurut pandangan

Ulama pada umumnya, pernikahan seorang Muslim dengan Kitabiyah

dibolehkan. Sebagian Ulama mengharamkannya atas dasar sikap musyrik

Kitabiyah. Dan banyak sekali Ulama yang melarangnya karena fitnah atau

mafsadah dari bentuk perkawinan tersebut mudah sekali timbul.4

Islam adalah agama Nizham (aturan) hidup paripurna, universal, dan

integral. Tidak ada dimensi kehidupan yang tidak tersentuh nilai-nilai

kebenarannya. Islam merupakan solusi atas problematika kehidupan, ia

bahkan hanya satu-satunya solusi yang ada. Tidak ada aturan yang lebih baik

dari aturan Islam untuk memperbaiki permasalahan umat satu ini.

Sebagai pedoman hidup, ruang lingkup Islam bersifat menyeluruh. Ia

tidak dibatasi hanya pada persoalan hukum sipil, tetapi juga termasuk hukum

privat, dan salah satunya adalah tentang perkawinan.

Ketertarikan kedua pasangan lawan jenis untuk kemudian dilanjutkan

melalui sebuah ikatan perkawinan agar hubungan keduanya menjadi leluasa

dan sah. Ajaran Islam sangat menganjurkan pernikahan adanya kehidupan

membujang (ruhbaniyah).

4 Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Anshary AZ,Problematika Hukum Islam

Kontemporer, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2008), h. 9.

Page 13: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

4

Muderis Zaini berpendapat bahwa keluarga mempunyai peranan

penting dalam kehidupan manusia sebagai manusia sosial dan merupakan

masyarakat kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak.5Perceraian

memang berpangkal pada perselisihan antara suami dan istri. Salah satu pihak

menghendaki perceraian, oleh karena pihak yang lain berbuat sesuatu yang

membuat perceraian.6 Perceraian menyebabkan putusnya ikatan nikah tetapi

tidak menyebabkan putusnya hubungan orang tua dengan anak yang

dilahirkan dari pernikahan tersebut.

Menurut Kompilasi Hukum Islam 105 (a): pemeliharaan anak yang

belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya, (b)

pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak untuk

memilih di antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaan.

Akan tetapi, dikatakan juga bahwa non musim tidak berhak atas hak

pemeliharaan anak. Dalam kasus perceraian pada putusan Pengadilan Agama

Tangerang Nomor: 1429/Pdt.G/2013/PA.Tng. bahwa hak pemeliharaan

anaknya yang sudah mumayyiz ditetapkan kepada bapak yang non Muslim.

Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba meninjau lebih dalam

mengenai hadhanah seorang anak kepada bapaknya yang berpindah agama

setelah perceraian orang tuanya, dalam bentuk skripsi dengan judul

“Pemberian Hak Asuh Anak Kepada Bapak Yang Non Muslim (Analisis

Putusan Pengadilan Agama Tangerang Nomor: 1429/Pdt.G/2013/PA.Tng.)”.

5 Muderis Zaini, Adopsi Suatu Tinjauan Dari Segi Tiga Sistem Hukum, (Jakarta: Sinar

Grafika, 1992), h. 7. 6 R. Soetojo Prawirohamidjojo, Asis Sarioedin, Hukum Orang Dan Keluarga, (Bandung:

Penerbit Alumni, 1986), h. 109.

Page 14: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

5

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini terfokus, maka masalah dalam

penelitian ini dibatasi pada apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim

dalam menetapkan hak asuh anak pada suami yang non muslim pada putusan

nomor 1429/Pdt.G/2013/PA.Tng.

2. Perumusan Masalah

Dalam fiqih syarat pemelihara atau pengasuh anak adalah :

1. Sudah dewasa, orang yang belum dewasa tidak mampu melakukan tugas

yang berat itu, oleh karenanya belum dikenai kewajiban dan tindakan

yang dilakukan itu belum dinyatakan memenuhi persyaratan.

2. Berfikiran sehat, orang yang kurang akalnya seperti idiot tidak akan

mampu berbuat untuk dirinya sendiri dan dengan keadaannya itu tidak

akan mampu berbuat untuk orang lain.

3. Beragama islam, ini adalah pendapat yang dianut oleh jumhur ulama,

karena tugas pengasuh itu termasuk tugas pendidikan yang akan

mengarahkan agama yang diasuh. Kalau oleh orang bukan agama Islam

dikhawatirkan anak yang diasuh akan jauh dari agamanya.

4. Adil dalam arti menjalankan agama secara baik, dengan meninggalkan

dosa besar menjauhkan dosa kecil. Kebalikan dari adil dalam hal ini

disebut fasiq, yaitu tidak konsisten dalam beragama, orang yang

komitmen agamanya rendah tidak dapat diharapkan untuk mengasuh anak

yang masih kecil.

Page 15: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

6

Pasal 105 (b) pemeliharaan anak yang sah sudah mumayyiz diserahkan

kepada anak untuk memilih di antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak

pemeliharaan. Akan tetapi dalam putusan nomor 1429/Pdt.G/2013/PA.Tng.

hakim menetapkan hak hadhanah pada suami yang non Muslim.

Karena itu bentuk pertanyaan penelitiannya adalah:

a. Bagaimana pandangan ulama fiqih dan Perundang-undangan tentang

penetapan hak asuh anak pada suami yang non Muslim?

b. Bagaimana dasar hakim menetapkan pertimbangan hukum yang tertuang

dalam putusan nomor 1429/Pdt.G/2013/PA.Tng. yang memberikan

hadhanah pada suami yang non Muslim?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui para pihak yang berhak menurut hukum atas

pemeliharaan anak sebagai akibat terjadinya perceraian dari kedua orang

tuanya.

2. Untuk mengetahui dasar hakim menetapkan pertimbangan hukum yang

tertuang dalam putusan nomor 1429/Pdt.G/2013/PA.Tng. yang

memberikan hadhanah pada suami yang non Muslim.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan memberikan manfaat bagi pihak terkait, yang dalam hal ini

para pihak khususnya yang konsen mengkaji hukum perkawinan.

Page 16: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

7

b. Untuk menambah serta memperdalam ilmu pengetahuan penulis akan

hal perihal hak asuh anak.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat luas

mengenai pelimpahan hak asuh anak baik menurut hukum Islam

ataupun hukum konvensional.

b. Dapat memberikan penjelasan lebih jelas perihal pemberian hak asuh

anak.

E. Review Studi Terdahulu

Melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu sebelum melakukan judul

proposal, di antaranya adalah sebagai berikut.

Penulis : Roro Tunjung Sari

Prodi : Akhwal Al-Syakhshiyah

Fakultas : Syariah Dan Hukum

Tahun : 2009

Judul : PENETAPAN HAK ASUH ANAK AKIBATPERCERAIAN

ISTRI NON MUSLIM

Perbedaan skripsi yang ditulis oleh Roro Tunjung Sari adalah di

penetapan hak asuh anak akibat perceraian istri non muslim. Dalam perkara

ini hakim memutuskan hak asuh anak di bawah umur (mumayyiz) jatuh

kepada istri (ibu) yang non Muslm. Berbeda dengan penelitian saya yang

jatuh pada bapak non Muslim.

Skripsi selanjutnya adalah skripsi yang ditulis sebagai berikut.

Page 17: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

8

Penulis : Diana Yulita Sari

Prodi : Perbandingan Mazhab Hukum

Fakultas : Syariah dan Hukum

Tahun : 2010

Judul : HAK ASUH ANAK DIBAWAH UMUR AKIBAT

PERCERAIAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 23

TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (Analisis

Putusan Perkara Mahkamah Agung Nomor 349 K/AG/2006)

Perbedaan skripsi yang di tulis oleh Diana Yulita Sari adalah lebih

menjelaskan mengenai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak hanya mengatur kuasa asuh dan hal tersebut dapat dicabut

bila diketahui orang tua melantarkan anak-anak atau tidak dapat menjamin

tumbuh kembang si anak. Hakim telah menetapkan hak asuh anaknya yang

jatuh kepada bapak non Muslim. Oleh karenanya orang tua disini

bertanggung jawab atas hak asuhnya.

F. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah

penelitian kualitatif.

2. Pendekatan studi

Pendekatan yang penyusun gunakan adalah pendekatan normatif

yuridis, pendekatan dengan melihat persoalan yang dikaji apakah sesuai

Page 18: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

9

dengan norma kebutuhan masayarakat yang didasarkan hukum Islam dan

perundang-undangan di Indonesia.

3. Sumber data

a. Data primer (hasil wawancara dengan hakim yang memutus perkara

nomor 1429/Pdt.G/2013/PA.Tng.)

b. Data skunder

Buku-buku (textbooks) yang ditulis (para ahli hukum yang

berpengaruh (de herseendeleer), jurnal-jurnal hukum, pendapat para

sarjana, kasus-kasus hukum, yurisprudensi, dan salinan putusan

perkara gugatan dengan nomor 1429/Pdt.G/2013/PA Tng.

4. Tekhnik pengumpulan data

a. Studi kepustakaan

Pengumpulan data yang dilakukan dengan merujuk kepada buku –

buku, jurnal, artikel, dan sumber tertulis lain yang terkait dengan

penelitian ini.

b. Studi dokumenter

Pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan dokumentasi

secara langsung di tempat penelitian dalam hal ini adalah pengadilan

agama Tangerang.

c. Wawancara

Pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan wawancara

secara langsung terhadap ketua majelis hakim yang memutus perkara

Page 19: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

10

nomor 1429/Pdt.G/2013/PA.Tng. dan juga kepada panitera Pengadilan

Agama Tangerang.

5. Analisis data

Analisis dilakukan secara deduktif-analitik yakni menarik kesimpulan

dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkrit

yang dihadapi.

G. Tekhnik Penulisan

Skripsi ini disusun dengan sistematika yang terbagi dalam lima bab.

Masing-masing bab terdiri atas beberapa sub-sub guna lebih memperjelas

ruang lingkup dan cakupan permasalahan yang diteliti. Adapun urutan dan

tata letak masing-masing bab serta pokok pembahasannya adalah sebagai

berikut.

Bab pertama diawali dengan Latar Belakang Masalah, Batasan dan

Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Review Studi

Terdahulu, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab kedua menjelaskan tentang Konsep Hak Asuh Anak dan Prosedur

Penyelesaiannya. Meliputi Pengertian Hak Asuh Anak dan Dasar Hukumnya,

Hak Asuh Anak dalam Perspektif Fiqh, Hak Asuh Anak dalam Perspektif

Hukum Positif di Indonesia, dan Tata Cara Penyelesaian Perkara Hak Asuh

Anak.

Bab ketiga menjelaskan tentang Penyelesaian Perkara Hak Asuh Anak

di Pengadilan Agama Tangerang. MeliputiSejarah Pengadilan Agama

Page 20: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

11

Tangerang, Kewenangan Pengadilan Agama Tangerang, Perkara Hak Asuh

Anak di Peradilan Agama Tangerang.

Bab keempat yaitu membahas tentang Suami non Muslim sebagai

Pemegang Hadhanah dalam Putusan Nomor 1429/Pdt.G/2013/PA.Tng.

Meliputi Deskripsi Putusan Nomor 1429/Pdt.G/2013/PA.Tng, Alasan Hakim

Menetapkan Pertimbangan Hukum seperti yang tertera dalam Putusan Nomor

1429/Pdt.G/2013/PA.Tng., Putusan Nomor 1429/Pdt.G/2013/PA.Tng.yang

memberikan Hak Asuh Anak pada Suami non Muslim ditinjau dari Perspektif

Fiqh, dan Pandangan Hukum Positif pada Putusan Nomor

1429/Pdt.G/2013/PA.Tng.

Bab Kelima yaitu berisi mengenai Penutup. Meliputi Kesimpulan dan

Saran.

Page 21: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

12

BAB II

KONSEP HAK ASUH ANAK DAN PROSEDUR PENYELESAIANNYA

A. Pengertian Hak Asuh Anak dan Dasar Hukumnya

1. Pengertian Hak Asuh Anak

Hadhanah berasal dari kata ن عح berarti memeluk, mendekap,

mendidik, mengasuh, mengerami. Di samping itu, kata berarti pengakuan حد

dan dada. ت ت berarti perawatan dan pengasuhan, sementara حعب berarti حعب

pendidikan, penguasaan, nasihat. Kalimat انبئط ت berarti pengeraman حعب

telur.7

Menurut Wahbah al-Zuhaili, hadhanah secara bahasa terambil dari

kata ب yang berartiانحع sisi, pinggang, pinggul, lambung, rusuk; yaitu ;انج

mengumpulkan dekat ke samping. Mengepit antara ketiak sampai pusar

(pinggul), bentuk jamaknya احخعب,احعبmaknanya membawa sesuatu dan

mengepitnya di ketiak seperti wanita yang mengepit anaknya dan

membawanya dengan salah satu punggungnya, seperti burung yang

mengeram/mengepit telur yang dikumpulkan di bawah sayapnya.8

Sedangkan menurut Imam Taqiyudin hadhanah ialah ibarat

menjalankan untuk menjaga orang (anak) yang belum mumayyiz atau tidak

berakal dan mengajarkannya akan kebaikan serta menjaganya dari sesuatu

yang sangat membahayakan.9

7 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Mudhlar, Kamus Kontemporer Arab Indonesia,

(Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak, 1996), cet-1, h. 775-6. 8 Al-Imam Abu Zakaria Muhyiddin ibn Syarf al-Nawawi, al-Majmu „Syarh al-Mazhab,

Dar al-Fikr, tt. j-18, h. 322-3. 9 Imam Taqiyudin Abi Bakr Ibn Muhammad al Huasini, Kifayah a-Akhyar (Beirut Dar al-

Fikr, 1994), h. 49.

Page 22: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

13

Secara keseluruhan hadhanah merupakan hak bersama antara kedua

orang tua serta anak-anak, sehingga apabila nantinya timbul permasalahan

dalam hadhanah, maka yang diutamakan adalah hak anak.10

Rumah tangga

merupakan bangunan kokoh yang tidak akan pernah sempurna kecuali dengan

kepastian nasab anak kepada bapaknya supaya tidak kehilangan silsilah

keturunan, penyusunan yang merupakan awal tegaknya kehidupan,

pemeliharaan pada fase-fase lemah dan masa kanak-kanak yang sangat

memerlukan perlindungan, perwalian atas diri dan harta mereka, kebutuhan

pada orang yang mengurusi mereka dalam perawatan dan pengajaran,

menjaga harta dan penghasilannya. Sehingga anak memiliki macam hak, hak

penyusuan, hak hadhanah, hak perwalian dan hak nafkah.

Hadhanah juga berarti hak perwalian dan penguasaan anak, kaum

perempuan lebih berhak menerima hak hadhanah karena mereka lebih lembut

dalam hak belas kasih, perhatian dalam perawatan dan kesabaran serta selalu

bersamanya. Selanjutnya, bila anak sampai pada usia tertentu, maka hak

perawatannya pindah ke kaum laki-laki karena lebih mampu untuk menjaga

dan melindungi anak. Hukum menjalankan hadhanah wajib karena jika

dilalaikan akan merusak anak sehingga wajib menjaga dari kehancuran,

begitu juga wajib menafkahi dan menghindarkannya dari hal-hal yang dapat

mencelakakannya.

Sabda Nabi:

10

Wahbah Al Zuhaili, Al Fiqh Al Islam Wa adillatuhu Juz VII, (Damaskus: Daar Fikr,

1984), h. 279.

Page 23: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

14

زأبيظعابعببض:أأضبعببدةالأصبزدخمعهانبصه

ظهى،فقبل:بزظلاالله،إنبث،أبأدععهببنث، احدععهاانهعهى

ثانسظبانصبت، فئبانبسكتفانببث،فقم:بابظبعدة،ايلاثعدانعت،،

اللهعهزشقالأزض،عهثقهانشدة،عد

“Riwayat Musa dari Ibn Abbas, bahwa Aus ibn „Ubadah al-Anshari

menemui Nabi dan berkata wahai Rasulullah sesungguhnya aku mempunyai

beberapa putri dan aku mendoakan supaya mereka mati saja, maka Nabi

bersabda wahai Ibna Saidah jangan mendoakan kejelekan mereka karena

sesungguhnya berkah ada pada anak-anak perempuan, mereka penghias

keindahan nikmat, penolong ketika musibah, dan pelipur ketika kesulitan,

tanggunglah mereka di dunia dan beri mereka nafkah rezeki demi Allah.”

(HR Muslim dan Abu Daud dari Jabir ibn Abdullah).11

Di dalam Kompilasi Hukum Islam disebutkan pengertian hadhanah

sebagai pemeliharaan anak atau hadhanah adalah kegiatan mengasuh,

memelihara, dan mendidik anak hingga dewasa atau mampu berdiri sendiri.

Hadhanah adalah ungkapan kata yang artinya memelihara, anak yang

belum mumayyiz dan belum mampu mengurus dirinya sendiri, serta mendidik

anak tersebut dengan pendidikan yang bermanfaat untuknya, dan menjaganya

dari hal-hal yang dapat menyakiti.12

Ditinjau dari segi kebutuhan anak yang masih kecil dan belum

mandiri, hadhanah adalah suatu perbuatan yang wajib dilaksanakan oleh

orang tuanya, karena tanpa hadhanah akan mengakibatkan anak akan menjadi

terlantar dan tersia-sia hidupnya. Oleh karena itu, hakim yang memeriksa dan

mengadili perkara hadhanah itu haruslah bersikap hati-hati, harus

mempertimbangkan dari para pihak yang berperkara dapat terpenuhi. Jika

putusan tentang hadhanah telah diucapkan dan pihak yang menguasai anak

11

Imam Bukhari Muslim, Syarah Hadis Imam Bukhari (Libanon: Dar el-Beirut, 1998), h.

401. 12

Imam Taqiyyudin Abu Bakar Al-Huasini, Kifayatul Akhyar, (Beirut: Daar Al-

Fikr,1994), h. 49.

Page 24: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

15

tidak bersedia menyerahkan anak-anaknya sesuai dengan putusan hakim

tersebut maka hendaklah ditempuh jalan persuasif, sehingga putusan ini dapat

dilaksanakan secara sukarela. Apabila pihak yang menguasai anak itu tetap

tidak bersedia menyerahkan anak-anaknya sesuai dengan putusan hakim

tersebut, maka para yang mempunyai hak dalam putusan hakim itu

mengajukan perkara tersebut agar amar putusan hakim itu supaya

dilaksanakan secara paksa.

Dari beberapa definisi diatas penulis dapat disimpulkan bahwa

hadhanah adalah kegiatan mengasuh, memelihara dan mendidik anak kecil

maupun yang kurang akal, baik itu berupa jasmani maupun rohani dalam

rangka mempersiapkan diri mereka agar mampu berdiri sendiri menjalani

kehidupan yang sempurna dan dapat bertanggung jawab.

2. Dasar Hukum Hadhanah

Para ulama sepakat bahwa pemeliharaan anak itu adalah wajib,

sebagaimana wajib memelihara selama dalam pernikahan, adapun dasar

hukum dari hadhanah atau pengasuh anak adalah pada (Q.S. At-Tahrim (66) :

6) : 13

فعك آياقاأ بانر يلائكتغلاظشدادبأ انحجبزةعه قدبانبض هكىبزا أ ى

لاعص يبؤيس فعه يبأيسى الله

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;

penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak

mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka

dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

13

Slamet Abidin, dkk, Fiqh Munakahat II, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), h. 171.

Page 25: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

16

Yang dimaksud dengan memelihara keluarga pada ayat di atas yakni

mengasuh dan mendidik mereka sehingga menjadi seorang muslim yang

berguna bagi agama.14

Kewajiban pemeliharaan anak yang masih kecil bukan hanya berlaku

selama ayah dan ibu masih terikat dalam tali perkawinan saja, namun juga

berlanjut setelah terjadinya perceraian. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga

anak agar tetap terjamin kebutuhan, terjaga dari hal-hal yang dapat

membahayakan anak.15

Dasar hukum hadhanah lainnya adalah sebagaimana firman Allah

pada (Q.S. Al-Baqarah (2) : 233):16

ند عهان ظبعت انس خى أزادأ ن كبيه ن ح لاد أ انداثسظع ان ن

ن لاي ندب اندةب ظعبلاحعبز عسفلاحكهففطإلا ببن ح كع دزشق

زفلاجبح حشب ب حساضي أزادافصبلاع ازديثمذنكفئ عهان ند نب

لادكى خعخسظعاأ أزدحىأ إ ب عسعه خىببن خىيبآح كىإذاظه ففلاجبحعه

بصس ه بحع ب الله اأ اعه احقاالله Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua

tahun penuh yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan

kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara

yang makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar

kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena

anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan waris pun

berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua

tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada

dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,

maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran

menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah

Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Baqarah (2) : 233).

Maksud dalil diatas adalah bahwasannya orang tua berkewajiban

untuk menyiapkan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak serta

14

Syaikh Hasan Ayuub, Fiqh Keluarga, Cet. IV, h. 391. 15

Syarifuddin, Hukum Hadhanah(Jakarta: 2006), h. 328. 16

Huzaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, (Jakarta: Ghalia Indonesia,

2000), h. 149.

Page 26: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

17

kesehatan baik secara fisik maupun psikis, karena masa-masa itulah sangat

mempengaruhi anak dari segi perawatan, asuhan dan pendidikan yang harus

diberikan dan diperhatikan oleh kedua orangtuanya. Hal tersebut merupakan

upaya mewujudkan manusia yang berkualitas dan berakhlak tinggi.17

Pada ayat ini orang tua diperintahkan Allah SWT untuk memelihara

keluarganya dari api neraka, dengan berusaha agar seluruh anggota

keluarganya itu melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-

larangan Allah, termasuk anggota keluarga dalam ayat ini adalah anak.18

Mengasuh anak-anak yang masih kecil hukumnya wajib, sebab mengabaikan

berarti menghadapkan anak-anak yang masih kecil kepada bahaya

kebinasaan. Hadhanah merupakan hak bagi anak-anak yang masih kecil,

karena ia membutuhkan pengawasan, penjagaan, pelaksanaan urusannya, dua

orang yang mendidiknya. Pendidikan yang lebih penting adalah pendidikan

anak dalam pengakuan ibu bapaknya, karena adanya pengawasan dan

perlakuan akan dapat menumbuhkan jasmani dan akalnya, membersihkan

jiwanya, serta mempersiapkan diri anak dalam menghadapi kehidupannya di

masa yang akan datang.19

B. Hak Asuh Anak dalam Perspektif Fiqh

Konsep pemeliharaan dan perlindungan anak dalam hukum Islam

(fiqh) lebih dikenal dengan hadhanah yang merupakan salah satu dari hak

anak yang wajib dipenuhi. Menurut Muhammad Mugniyah, pemeliharaan dan

17

Huzaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, (Jakarta: Ghalia Indonesia,

2000), h.150. 18

Abdul Rahman Ghazali, Fikih Munakahat, (Jakarta Kencana, 2006), h. 177. 19

Slamet Abidin, Fikih Munakahat 2, (Bandung Pustaka Setia, 1999), h. 172.

Page 27: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

18

pengawasan harta itu bukan hanya anak yatim saja tetapi juga berlaku untuk

orang gila, anak yang masih kecil, safih dan bangkrut.20

Masalah yang paling pokok dalam pemeliharaan anak adalah syarat-

syarat orang yang menjadi Hadhin. Karena sifat seorang pengasuh akan

berpengaruh kuat terhadapat anak yang menjadi asuhannya, seorang hadhinah

(ibu asuh) yang menangani dan menyelenggarakan kepentingan anak kecil

yang di asuhnya, yaitu adanya kecukupan dan kecakapan. Kecukupan dan

kecakapan yang memerlukan syarat-syarat tertentu. Jika syarat-syarat tertentu

ini tidak terpenuhi satu saja maka gugurlah kebolehan menyelenggarakan

hadhanahnya.21

Melaksanakan tugas hadhanah bukanlah suatu tugas yang mudah

karena bukan saja memelihara dengan memenuhi kebutuhan jasmani anak

saja akan tetapi pendidikan atau moral anak pun menjadi tanggung jawab

pelaksana hadhanah itu sendiri. Karena itu tidak sembarangan orang yang

dapat melaksanakan hadhanah. Ada kriteria atau syarat-syarat ini tidak

terpenuhi satu saja maka gugurlah kebolehan menyelenggerakan

hadhanahnya.22

Persyaratannya yang diajukan Imam Taqiyuddin, bahwa

pemelihara atau pengasuh harus:

)الاظلاو(،الاقبيت23 ج،اند ش ،انعقت،الايبت،انحهقي انعقم،انحس

Artinya: “Berakal sehat, merdeka, memiliki kasih sayang dapat

dipercaya, tidakbersuami, beragama Islam, dan bertempat tinggal.”

20

Abd. Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, h.166. 21

Satria Effendi M.Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, (Jakarta:

Kencana, 2004), h. 172. 22

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, h. 179 23

Imam Taqiyuddin Abi Bakr, Khifayah Al-Ahyar, (Surabaya: Al-Hidayah, t.th), Juz. 2,

h. 152

Page 28: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

19

Persyaratan yang dikemukakan tentang pemeliharaan anak memang

hanya berkisar pada hal tersebut di atas, karena hal tersebut merupakan hal

pokok, misalnya seperti seorang pengasuh harus berakal sehat. Jelas bagi

orang yang tidak berakal sehat atau gila tentunya tidak akan mampu mendidik

anak karena mereka saja tidak dapat mengurus keperluan dirinya sendiri, oleh

karena itu berakal sehat merupakan syarat utama.

Pemeliharaan atau pengasuhan anak itu berlaku dua unsur yang

menjadi rukun dalam hukumnya, yaitu orang tua yang disebut hadhin dan

anak yang diasuh atau disebut madhun atau hadinah. Baik masih dalam ikatan

perkawinan atau setelah perceraian, kedua orang tua berkewajiban untuk

memelihara anaknya dengan baik. Adapun syarat-syarat hadhin adalah sebagai

berikut:24

1. Sudah dewasa, orang yang belum dewasa tidak akan mampu melakukan

tugas yang berat itu, oleh karenanya belum dikenai kewajiban dan

tindakan yang dilakukan itu belum dinyatakan memenuhi persyaratan.

2. Berpikiran sehat, orang yang kurang akalnya seperti idiot tidak akan

mampu berbuat untuk dirinya sendiri dan dengan keadaannya itu tidak

akan mampu berbuat untuk orang lain.

3. Beragama Islam, ini adalah pendapat yang dianut oleh jumhur ulama,

karena tugas pengasuh itu termasuk tugas pendidikan yang akan

24

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh Munakahat dan

UU Perkawinan. h. 328.

Page 29: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

20

mengarahkan agama yang diasuh. Kalau oleh orang yang bukan agama

Islam dikhawatirkan anak yang diasuh akan jauh dari agamanya.

4. Adil dalam arti menjalankan agama secara baik, dengan meninggalkan

dosa besar menjauhi dosa kecil. Kebalikan dari adil dalam hal ini disebut

fasiq, yaitu tidak konsisten dalam beragama, orang yang komitmen

agamanya rendah tidak dapat diharapkan untuk mengasuh anak yang

masih kecil.

Sayyid sabiq dalam Kitab Fiqh Sunnah memberikan persyaratan untuk

hadhinah sebagai berikut:25

1. Berakal sehat, jadi bagi orang yang kurang akal dan gila, keduanya tidak

boleh menangani hadhanah.

2. Dewasa, sebab anak kecil sekalipun mumayyiz, tetapi ia tetap

membutuhkan orang lain yang mengurusi urusannya dan mengasuhnya.

3. Mampu mendidik, karena tidak boleh menjadi pengasuh orang yang buta

atau rabun, sakit menular atau sakit yang melemahkan jasmaninya untuk

mengurus kepentingan anak kecil, tidak berusia lanjut, yang bahkan ia

sendiri perlu diurus.

4. Amanah dan berbudi, sebab orang yang curang tidak aman bagi anak

masih kecil dan tidak dipercaya akan dapat menunaikan kewajibannya

dengan baik.

5. Islam, anak kecil tidak boleh diasuh oleh pengasuh yang bukan muslim.

Sebab, hadhanah merupakan masalah perwalian, sedangkan Allah tidak

25

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid II, h. 289.

Page 30: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

21

membolehkan orang Mukmin dibawah perwalian orang kafir, sesuai yang

tersirat dalam firman Allah SWT. Surat An-Nisa’ Ayat 141:26

6. Ibunya belum kawin lagi.

7. Merdeka

Para ulama sepakat bahwa, dalam mengasuh anak disyaratkan bahwa

orang yang mengasuh berakal sehat, bisa dipercaya, suci diri, bukan pelaku

maksiat, bukan penari, bukan peminum khamr, serta tidak mengabaikan anak

yang diasuhnya. Tujuannya dari keharusan dari adanya sifat-sifat tersebut

diatas adalah untuk memelihara dan menjamin kesehatan anak dan

pertumbuhan moralnya.27

C. Hak Asuh Anak dalam Perspektif Hukum Positif di Indonesia

1. Perspektif Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Hak asuh anak dalam UU Perkawinan No.1 Tahun 1974 Pasal-pasal

yang mengatur mengenai hak asuh anak yang tercantum dalam UU No.1

Tahun 1974 terdapat pada pasal 41. Pasal 41 UU No.1 Tahun 1974 tentang

akibat putusnya perkawinan karena perceraian menerangkan kewajiban kedua

belah pihak orang tua menjaga kepentingan anak yang meliputi penghidupan

dan pendidikan dan biaya pemeliharaan dan pendidikan anak ditanggung oleh

pihak ayah, yang berbunyi akibat putusnya perkawinan karena perceraian

ialah:

a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-

anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada

26

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid II, h. 290. 27

M. Jawab Mugniyah, Fikih Lima Mazhab, Cet. 17, (Jakarta: Lentera, 2006), h. 416.

Page 31: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

22

perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan memberi

keputusan.

b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan

pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak tidak dapat memberi

kewajiban tersebut pengadilan dapat menentukan bahwa ikut memikul

biaya tersebut.

c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan

biaya penghidupan dan/atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas

istri.

Dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan Pasal 41, dapat dipahami bahwa ada perbedaan antara tanggung

jawab pemeliharaan yang bersifat material dengan tanggung jawab

pengasuhan. Pasal 41 ini lebih memfokuskan kepada kewajiban dan tanggung

jawab material yang menjadi beban suami atau bekas suami jika ia mampu,

dan sekiranya tidak mampu Pengadilan Agama dapat menentukan lain sesuai

dengan keyakinannya.28

Dalam PP. No. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan UU No.1 Tahun

1974 pembahasan mengenai hak asuh anak tidak diatur. Akan tetapi, dalam

pasal 24 ayat 2 berbunyi: Selama berlangsungnya gugatan perceraian atas

permohonan penggugat atau tergugat, pengadilan dapat:

1) Menentukan nafkah yang harus ditanggung suami.

28

Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Islam, Cet. V, (Jakarta: UI Press, 1986), h. 149.

Page 32: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

23

2) Menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin pemeliharaan dan

pendidikan anak.

3) Menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin terpeliharanya barang-

barang yang menjadi hak bersama suami istri atau barang-barang yang

menjadi hak suami atau barang-barang yang menjadi hak istri.

Hal tersebut menerangkan bahwa, pengadilan dapat menentukan hal-

hal yang perlu untuk menjamin terpeliharanya anak, walaupun masih dalam

proses persidangan. Sehingga dapat menjamin kesejahteraan dan

terpeliharanya anak, meskipun kedua orang tuanya sedang menjalani proses

sidang perceraian. Tidak bisa dipungkiri bahwa, perceraian merupakan

sesuatu yang tidak diinginkan oleh anak, maka keadaan jiwa seorang anak

pastilah terganggu dengan perceraian kedua orang tuanya, sudah barang tentu

di antara kedua orang tua wajib menjaga keadaan jiwa maupun raga anak

dalam rangka terpeliharanya si anak.

Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan telah

disebutkan tentang pengusaan anak secara tegas yang merupakan rangakaian

dari hukum perkawinan di Indonesia, akan tetapi hukum penguasaan anak itu

belum diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 secara luas

dan rinci. Oleh karena itu, masalah penguasaan anak (hadhanah) ini belum

dapat diberlakukan secara efektif sehingga pada hakim di lingkungan

Peradilan Agama waktu itu masih mempergunakan hukum hadhanah yang

tersebut dalam Kitab-kitab fikih ketika memutus perkara yang berhubungan

dengan hadhanah itu. Setelah diberlakukan Undang-undang Nomor 7 Tahun

Page 33: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

24

1989 tentang Peradilan Agama, dan Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang

Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam, masalah hadhanah menjadi hukum

positif di Indonesia dan Peradilan Agama di beri wewenang untuk

menyelesaikannya.29

Dalam Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal

42-45 dijelaskan bahwa orang tua wajib nmemelihara dan mendidik anaknya

yang belum mencapai umur 18 tahun dengan cara yang baik sampai anak itu

kawin atau dapat berdiri sendiri. Kewajiban ini berlaku terus menerus

meskipun perkawinan antara orang tua si anak putus karena perceraian atau

kematian. Kekuasaan orang tua juga dapat meliputi untuk mewakili anak

tersebut mengenai segala perbuatan hukum di dalam dan luar Pengadilan.

Kewajiban orang tua memelihara anak meliputi pengawasan (menjaga

keselamatan jasmani dan rohani), pelayanan (memberi dan menanamkan

kasih sayang) dan pembelajaran dalam arti luas yaitu kebutuhan primer dan

skunder sesuai dengan konsep hadhanah dalam hukum Islam, dimana

dikemukakakn bahwa orang tua berkewajiban memelihara anak-anaknya,

semaksimal mungkin dengan sebaik-baiknya.30

Pada pasal 45 bab X mengenai hak dan kewajiban antara Orang tua

dan anak Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

menyatakan pada ayat 1 bahwa kedua orang tua wajib memelihara dan

mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya. Pada ayat 2 menyatakan

29

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Agama,

(Jakarta: Kencana, 2008), h. 429. 30

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Agama, h.

429.

Page 34: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

25

kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini berlaku sampai

anak itu menikah atau dapat berdiri sendiri, kewajiban tersebut berlaku

selamanya meskipun antara kedua orang tua putus.31

Selanjutnya dijelaskan

pula pada pasal 47 ayat 1 bab X mengenai Hak dan Kewajiban antara Orang

Tua dan Anak Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

bahwa anak yang belum mencapai usia 18 tahun atau belum pernah

melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya selama

mereka tidak dari kekuasaannya. Pada ayat 2, orang tua mewakili anak

tersebut mengenai segala perbuatan hukum di dalam dan di luar pengadilan.

2. Perspektif KHI (Kompilasi Hukum Islam)

Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 1 huruf g dikatakan bahwa:

“Hadhanah atau memelihara anak adalah kegiatan mengasuh, memelihara

dan mendidik anak hingga dewasa atau berdiri sendiri”.

Dalam kaitan ini, Kompilasi Hukum Islam Pasal 105 menjelaskan

secara rinci dalam hal suami istri terjadi perceraian yaitu (1) pemeliharaan

anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya;

(2) pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak untuk

memilih diantara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaannya;

(3) biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya.32

Dalam Kompilasi Hukum Islam pada pasal 98 menyatakan:

31

Undang-undang Pokok Perkawinan Beserta Peraturan Perkawinan Khusus untuk

Anggota ABRI, POLRI, Pegawai Kejaksaan dan Pegawai Negeri Sipil, (Jakarta: Sinar Grafika,

2006), h.138. 32

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademia Pressindo,

2007), h. 138.

Page 35: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

26

a. Batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun,

sepanjang anak tersebut tidak cacat fisik atau mental atau belum pernah

melangsungkan perkawinan.

b. Orang tuanya mewakili anak tersebut mengenai perbuatan segala

perbuatan hukum di dalam dan di luar pengadilan.

Selanjutnya dalam pasal 156 Kompilasi Hukum Islam menyatakan

bahwa akibat dari putusnya perkawinan karena perceraian adalah:33

a. Anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dari ibunya,

kecuali bila ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukannya

digantikan oleh wanita dalam garis lurus keatas dari ibu, ayah, wanita

dalam garis lurus ayah, saudara perempuan dari anak tersebut, wanita dari

kerabat sedarah menurut garis samping ayah.

b. Anak yang sudah mumayyiz berhak memilih untuk mendapatkan

hadhanah dari ayah atau ibu.

c. Apabila pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan

jasmani dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah

dicukupi, maka atas permintaan yang bersangkutan Pengadilan Agama

dapat memindahkan hak hadhanah kepada kerabat lain yang mempunyai

hak hadhanah pula.

d. Semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah

menurut kemampuannya, sekurang-kurangnya sampai anak tersebut

dewasa dapat mengurus diri sendiri (21 tahun).

33

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademia Pressindo,

2007), h. 138.

Page 36: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

27

e. Bilamana terjadi perselisihan mengenai hadhanah dan nafkah anak,

Pengadilan Agama memberikan putusnya berdasarkan huruf (a), (b), (c),

dan (d).

Pengadilan dapat pula dengan mengingat kemampuan ayahnya

menetapkan jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak

yang tidak turut padanya.34

Kewajiban membiayai anak yang masih kecil bukan hanya berlaku

selama ayah dan ibu masih terikat dalam tali perkawinan saja, namun juga

berlanjut setelah terjadinya perceraian.35

Jika orang tua dalam melaksanakan kekuasaannya tidak cakap atau

tidak mampu melaksanakan kewajibannya memelihara dan mendidik anak-

anaknya, maka kekuasaan orang tua dicabut dengan putusan Pengadilan

Agama. Adapun alasan pencabutan tersebut karena: (1) orang tua sangat

melalaikan kewajiban terhadap anaknya; (2) orang tua berkelakuan buruk

sekali, M. Yahya Harahap menjelaskan bahwa orang tua yang melalaikan

kewajiban terhadap anaknya yaitu meliputi ketidakmampuan orang tua atau

sama sekali tidak mungkin melaksanakannya sama sekali, boleh jadi

disebabkan karena dijatuhi hukuman penjara yang memerlukan waktu lama,

sakit uzur atau gila dan berpergian dalam suatu jangka waktu yang tidak

diketahui kembalinya. Sedangkan berkelakuan buruk meliputi segala tingkah

34

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, h. 138. 35

Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan

UU Perkawinan, h.328.

Page 37: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

28

laku yang tidak senonoh sebagai pengasuh dan pendidik yang seharusnya

memberikan contoh yang baik.36

Akibat pencabutan kekuasaan dari orang tua sebagaimana tersebut

diatas maka terhentinya kekuasaan orang tua itu untuk melakukan penguasaan

kepada anaknya. Jika yang dicabut kekuasaan terhadap anaknya hanya

ayahnya saja, maka ia tidak berhak lagi mewakili anak di dalam dan di luar

pengadilan. Dengan demikian, ibunyalah yang berhak melakukan pengasuh

terhadap anak tersebut.

Akan tetapi didalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 104 semua

biaya penyusuan anak dipertanggung jawabkan kepada ayahnya. Apabila

ayahnya telah meninggal dunia, maka biaya penyusuan dibebankan kepada

orang yang berkewajiban memberi nafkah kepada ayahnya atau walinya.37

Oleh karena itu walaupun ulama sepakat bahwa ibu yang lebih kuat

dalam melaksanakan hadhanah, namun dalam kenyataannya sang ibu tersebut

memiliki perilaku atau akhlak yang baik atau jika sang ibu mempunyai

keyakinan yang berbeda yaitu seorang yang bukan beragama Islam maka

demi kemaslahatan anak, bahkan sang ibu pergi meninggalkan rumah dan

tidak diketahui keberadaannya walaupun telah dilakukan upaya pencarian

namun tidak juga diketahui. Maka hadhanah digantikan oleh ayahnya, jika

sang ayah telah memenuhi syarat-syarat untuk melaksanakan hadhanah.

3. Perspektif Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak yang di ubah dengan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014

36

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Agama,

(Jakarta: Kencana, 2008), h. 431. 37

Kompilasi Hukum Islam, pasal 104 ayat a.

Page 38: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

29

Perwujudan adanya UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak merupakan usaha negara dalam melindungi anak untuk menjamin

terpenuhinya hak-hak anak untuk hidup. Anak merupakan karunia dari Tuhan

Yang Maha Esa dimana di dalamnya terdapat potensi sebagai generasi muda

bangsa yang memiliki peran yang sangat penting untuk mewujudkan cita-cita

bangsa Indonesia, seperti yang diperjuangkan para pahlawan terdahulu.

Dalam UU No. 23 Tahun 2002 disebutkan dalam pasal 26 mengenai

begitu pentingnya peran orang tua terhadap kesejahteraan anak. Hal tersebut

tercantum dalam pasal 26 dan pasal 30. Disebutkan dalam pasal 26,pada

prinsipnya orang tua adalah sebagai subjek penting dalam pencapaian tumbuh

kembang yang baik bagi anak. Sedangkan dalam pasal 30 mengenai kuasa

hak asuh orang tua terhadap anak dapat dicabut kuasa asuhnya, jika sebagai

orang tua melalaikan tanggung jawabnya terhadap kesejahteraan anak

sebagaimana yang dimaksud pasal 26. Akan tetapi hal tersebut tidak

menghapuskan hubungan darah antara anak dan orang tua serta tidak

menghapuskan kewajiban orang tua untuk membiayai penghidupan anak

sesuai dengan kemampuannya sebagaimana yang disebut dalam pasal 32.

Mengenai Hak dan Kewajiban Anak, diatur dalam Undang-Undang

Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 pasal 4 sampai dengan pasal 18

dimana semua pasal itu menerangkan hak-hak yang harus diterima sebagai

anak. Diantara hak-hak anak itu antara lain adalah :

a. Dalam pasal 4 disebutkan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup,

tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan

Page 39: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

30

harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi.

b. Dalam pasal 6 disebutkan bahwa setiap anak berhak beribadah menurut

agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasannya

dan usianya, dalam bimbingan orang tua.

c. Dalam pasal 8 disebutkan bahwa setiap anak berhak memperoleh

pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik,

mental, spiritual, dan sosial.

d. Dalam pasal 9 ayat 1 disebutkan bahwa setiap anak berhak memperoleh

pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan

tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

e. Dalam pasal 10 disebutkan bahwa setiap anak berhak menyatakan dan

didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi

sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan

dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.

f. Dalam pasal 13 disebutkan bahwa setiap anak selama dalam pengasuhan

orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas

pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminasi,

eksploitasi baik ekonomi maupun seksual, penelantaran, kekejaman,

kekerasan, dan penganiayaan, ketidakadilan dan perlakuan salah lainnya.

Mengenai Perlindungan Agama anak, diatur dalam Pasal 42 dan pasal

43 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal 42 (1) berbunyi

bahwa setiap anak mendapat perlindungan untuk beribadah menurut

Page 40: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

31

agamanya. Sedangkan dalam Pasal 42 (2) menyebutkan bahwa sebelum anak

dapat menentukan pilihannya maka agama anak tersebut ikut orang tuanya.

Sedangkan UU No. 23 Tahun 2002 pasal 43 (1) menyebutkan

Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, orang tua, wali dan lembaga sosial

menjamin perlindungan anak dalam menjalankan agamanya. Pasal (2)

menyebutkan perlindungan anak dalam memeluk agamanya sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) meliputi pembinaan, pembimbingan, dan

pengamalan ajaran agama bagi anak.

Dalam lingkungan keluarga semua ini tidak akan dapat terwujud tanpa

perlindungan ayah dan ibu sebagai orang tua. Syariat islam telah menjadikan

orang tua bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan

perkembangan anak, dengan dasar anak adalah titipan yang dipercayakan

tuhan untuk dipelihara dan harus dipertanggung jawabkan di hadapan

Tuhan.38

4. Perspektif Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia

Mengenai pentingnya hak asuh anak guna mencapai tujuan yang

diinginkan yaitu perkembangan anak yang baik, maka UU No. 39 Tahun

1999 yang diatur dalam pasal 51 (2) menyebutkan bahwa setelah putusnya

perkawinan seorang wanita mempunyai hak dan tanggungjawab yang sama

dengan mantan suaminya atas semua hal yang berkenaan dengan anak-

anaknya dengan memperhatikan kepentingan terbaik anak.

38

Muhammad Alwi Al-Maliki, Etika Islam Tentang Sistem Keluarga, Penejemah Faruk

K Timur, cet. 1, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995), h. 32.

Page 41: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

32

Hal di atas begitu pentingnya peran orang tua dalam pengasuhan

sebagai usaha untuk menumbuh kembangkan anak. Sehingga peran orang tua

dalam hal ini tidak boleh dikesampingkan.

D. Tata Cara Penyelesaian Perkara Hak Asuh Anak

Perkara hak asuh anak adalah Perkara Contentius karena pada perkara

ini ada sengketa antara orang tua dalam memperebutkan antara orang tua

dalam memperebutkan hak asuh anak.

Prosedur perkara hak asuh anak di awali dengan mengajukan surat

gugatan ke Pengadilan Agama selanjutnya hakim memeriksa dan mengadili

perkara hadhanah itu dengan hati-hati. Jika putusan tentang hadhanah telah

diucapkan dan pihak yang menguasai anak tidak bersedia menyerahkan anak-

anaknya sesuai dengan putusan hakim tersebut maka hendaklah ditempuh

jalan persuasif, sehingga putusan ini dapat dilaksanakan secara sukarela.

Apabila pihak yang menguasai anak itu tetap tidak bersedia menyerahkan

anak-anaknya sesuai dengan putusan hakim tersebut, maka para yang

mempunyai hak dalam putusan hakim itu mengajukan perkara tersebut agar

amar putusan hakim itu supaya dilaksanakan secara paksa.

Apabila dilihat dari perspektif gender bisa disimpulkan bahwa pasal

105 dan 156 di atas ternyata tidak menunjukkan ketidakadilan gender

terhadap laki-laki. Secara implisit, kedua pada istri jika terjadi perceraian.

Agaknya, alasan yang dipakai oleh KHI ini tidak akan jauh berbeda dengan

alasan yang dipakai oleh fuqaha, bahwa istri lebih mempunyai jiwa keibuan

dibanding suami.

Page 42: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

33

Dalam bentuk praktis, ketentuan pasal ini umumnya dijadikan

pedoman oleh Pengadilan Agama dalam memutuskan perkara perselisihan

tentang pengasuh anak. Bahkan, dalam banyak kasus, ketika perceraian

didasarkan atas istri, pengadilan masih sering memberikan hak pengasuh

kepada pihak istri, pengadilan masih sering memberikan hak pengasuhan

dikhawatirkan suatu saat nanti anaknya akan meniru tingkah laki ibunya yang

nakal misalnya.

Page 43: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

34

BAB III

PENYELESAIAN PERKARA HAK ASUH ANAK DI PENGADILAN

AGAMA TANGERANG

A. SEJARAH PENGADILAN AGAMA TANGERANG

Kota Tangerang dinyatakan sebagai wilayah Kotamadya (Kota) pada

tanggal 31 Juli 1993. Status kota yang saat itu berada di bawah provinsi Jawa

Barat merupakan upaya pengembangan wilayah daerah tingkat 2 (dua) yang

sebelumnya dipusatkan pada satu wilayah kabupaten Tangerang. Berdasarkan

undang-undang nomor 2 tahun 1993 kota tangerang diberikan otoritas daerah

tersendiri di samping kabupaten kota tangerang yang berpusat di Tigaraksa.

Selanjutnya, setelah provinsi Banten dibentuk Kota Tangerang pun beralih

menjadi wilayah Kota yang berada di bawah provinsi Banten.39

Penelusuran pembentuk Pengadilan Agama Tangerang secara

histories pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan pembentukan Pengadilan

Agama-Pengadilan Agama lainnya yang ada di wilayah negara RI. Fase

sebelum kemerdekaan dimana indonesia mengalami beberapa kali masa

penjajahan oleh bangsa lain seperti Belanda, Jepang dan lain-lain mewarnai

tumbuh kembang dan terbentuknya ilustrasi Peradilan Agama di Indonesia.

39

Pengadilan Agama Tangerang, artikel diakses pada 18 April 2016 dari

http://www.patangerangkota.go.id

Page 44: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

35

Pengadilan Agama Tangerang sudah beberapa kali melakukan

pergantian ketua sejak pertama kali berdiri hingga sekarang, adapun nama-

nama ketua Pengadilan Agama Tangerang sebagai berikut :40

Tabel III.1 Nama-nama Ketua Pengadilan Agama Tangerang

No. NAMA GOL PEND TAHUN

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7

8.

9.

10.

KH. Djunaedi

KH. Mhd. Sirodj

KH. Mursan

KH. Abdullah Mu’min

KH. Sa’ban Salim

KH. Yusuf Mustafa Harahap

KH. Sumarna

H. Halimi, BA

Drs. Humaidi ZA,ZA

Drs.H.Satibi Abdul Hadi

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Sarmud

S1

1942-1949

1949-1954

1955-1960

1960-1965

1965-1972

1972-1974

-

1974-1978

1978-1979

1979-1980

40

Pengadilan Agama Tangerang, artikeldiaksespada 18 April 2016 dari

http://www.patangerangkota.go.id

Page 45: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

36

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

Drs.H.Yusuf Effendi

H. Abdullah Juki, SH

Drs. H. Muhammad Hasyim

Drs. H.Abdurrahman Abror

Drs. H. Zurrihan Ahmad, SH, M.Hum

Drs.HM. Nadjmi, SH. M.Hum

Drs.H.A.H.Chairuddin Ridwan, SH

Drs.H.Ahmad Fathoni, SH, M.Hum

Drs. Tata Sutayuga, SH.

Drs. H. Ambo Asse., SH.,MH.

Drs. H. Chazim Maksalina., MH.

Drs. Nasirudin, M.H.

Drs. Muhayah, S.H.,M.H.

-

-

-

-

-

-

-

IV/b

IV/b

IV/c

IV/c

IV/c

IV/c

S1

S1

S1

S1

S1

S2

S1

S2

S1

S2

S2

S2

S2

1980-1984

1984-1987

1987-1989

1989-1994

1994-1999

1999-2002

2002-2004

2004-2007

2007-2010

2010-2012

2012-2013

2013-2015

2015 s/d

sekarang

Page 46: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

37

Pengadilan Agama Tangerang yang bertempat di Jalan Perintis

Kemerdekaan II, Komplek Perkantoran Cikokol Kota Tangerang adalah

merupakan Pengadilan Kelas IB yang berada di wilayah hukum Pengadilan

Tinggi Agama Banten.

Pengadilan Agama Tangerang dibangun di atas tanah seluas ± 2.020

m2 dengan status tanah hak pakai berdasarkan sertifikat yang diterbitkan

Badan Pertanahan Nasional Tangerang Nomor 28 dan 29 tanggal 21

September 1984 dan telah dibalik atas nama Pemerintah Republik Indonesia

Mahkamah Agung RI.41

Adapun bangunan gedung Pengadilan Agama Tangerang Seluas ±

1858 m2 lantai yang telah dibangun pada tahun 2009.

Letak geografis kota Tangerang antara 6’ 6’Lintang Selatan sampai

dengan 6’ 13’ Lintang Selatan dan 106 36’ Bujur Timur. Batas wilayahnya;

1. Sebelah utara, berbatasan dengan Kecamatan Teluknaga dan Kecamatan

Sepatan Kabupaten Tangerang.

2. Sebelah selatan, berbatasan dengan Kecamatan Curug (Kabupaten

Tangerang) dan Kecamatan Serpong, Kecamatan Pondok Aren

(Tangerang Selatan).

41

Pengadilan Agama Tangerang, artikeldiaksespada 18 April 2016 dari

http://www.patangerangkota.go.id

Page 47: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

38

3. Sebelah Timur, berbatasan dengan DKI Jakarta.

4. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kecamatan Cikupa Kabupaten

Tangerang.42

Wilayah Hukum/Yuridiksi Pengadilan Agama Tangerang meliputi

seluruh wilayah Daerah Tingkat II Kota Tangerang yang terdiri dari 13 (tiga

belas) Kecamatan dan 104 (seratus empat) Kelurahan.

Peta wilayah hukum pengadilan agama tangerang secara astronomis,

Kota tangerang terletak di antara: 6’ 6’- 6’ 13’ LS, 106’ 42’ BT. Kota

tangerang ini meliputi areal seluas 164,539 KM² secara geografis dengan

batas sebagai berikut:

a. Sebelah Barat : Wilayah Kabupaten Serang

b. Sebalah Utara : Laut Jawa

c. Sebelah Timur : Wilayah Kabupaten Tangerang

d. Sebelah Selatan : Wilayah Kabupaten Lebak

Pembagian wilayah hukum kota tangerang adalah 1,231 Ha, memiliki

wilayah 13 kecamatan 104 kelurahan. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah

sebagai berikut:

(1) Kecamatan Ciledug

42

Pengadilan Agama Tangerang, artikel diakses pada 15 April 2016 dari

http://www.patangerangkota.go.id

Page 48: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

39

(2) Kecamatan Larangan

(3) Kecamatan Karang Tengah

(4) Kecamatan Cipondoh

(5) Kecamatan Binong

(6) Kecamatan Tangerang

(7) Kecamatan Karawaci

(8) Kecamatan Jatiwurung

(9) Kecamatan Jatiwurung

(10) Kecamatan Priuk

(11) Kecamatan Neglasari

(12) Kecamatan Batu Ceper

(13) Kecamatan Benda43

B. KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA TANGERANG

Sebagai pengadilan tingkat pertama atau badan pemeriksa kehakiman

adalah memeriksa, menerima dan memutus perkara perselisihan hukum

antara orang-orang Islam mengenai bidang hukum perdata tertentu yang harus

diputus berdasarkan syari’at Islam. Perkara-perkara yang menjadi weweang

absolut peradilan agama dapat dilihat dalam pasal 2a Statblaad 1937 No. 116

43

Pengadilan Agama Tangerang, artikel diakses pada 18 April 2016 dari

http://www.patangerangkota.go.id

Page 49: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

40

yang isinya sama dengan pasal 3 Staatblaad 1937 No. 638 dan berlaku bagi

peradilan agama di Jawa. Madura dan sebagian Kalimantan Selatan. Perkara-

perkara tersebut adalah:

1. Perselisihan antara suami istri yang beragama Islam.

2. Perkara NTR (nikah, talak, rujuk dan perceraian).

3. Memberi putusan perceraian.

4. Menyatukan bahwa syarat jatuhnya talak digunakan (ta’lik talak) sudah

ada.

5. Mahar (termasuk Mut’ah).

6. Perkara tentang kehidupan istri yang wajib diadakan suami (nafkah).44

Dengan keluarnya Undang-undang Perkawinan No.1 tahun 1974

maka kekuasaan pengadilan agama selain yang tersebut dalam pasal 2a ayat

(1) Staatblaad 1882 No. 152 jo Statblaad 1937 No. 638 untuk Kalimantan

Selatan, dan pasal 4 ayat (1) undang-undang Perkawinan, maka pengadilan

agama yang diberi tugas pula memeriksa dan menyelesaikan perkara-

perkara:45

44

Abdul Majid, Putusnya perkawinan berdasarkan gugatan yang diakibatkan oleh

pelanggaran ta‟lik talak (Studi kasus Putusan nomor: 266/Pdt.G/2006/PA.Tng.), h.31-34. 45

Undang-undang Perkawinan di Indonesia dan Kompilasi Hukum Islam, Surabaya:

Arkola, 2000, h. 179.

Page 50: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

41

a. Izin seorang suami untuk beristri lebih dari seorang (pasal 4 ayat (1)

UUP).

b. Izin kawin sebagai dimaksud (pasal 6 ayat (5) UUP).

c. Dispensasi kawin (pasal 7 ayat (2) UUP).

d. Pencegahan perkawinan (pasal 17 ayat (1) UUP).

e. Penolakan perkawinan oleh pegawai pencatatan perkawinan (pasal 21

ayat (3) UUP).

f. Pembatalan perkawinan (pasal 25 UUP)

g. Gugatan suami dan istri atas kelalain pihak lain dalam menunaikan

kewajibannya masing-masing.

h. Penyaksian talak (pasal 39 UUP).

i. Gugatan perceraian (pasal 40 ayat (1) UUP).

j. Penentuan kekuasaan anak-anak (hadhanah) (pasal 41 sub a UUP).

k. Penentuan penghidupan bagi bekas istri (pasal 41 sub b UUP).

l. Penentuan pemeliharaan dan pendidikan anak (pasal 41 sub c UUP).

m. Penentuan tentang sah/tidak sahnya anak dasar tuduan zina oleh suami

terhadap istri (pasal 11 ayat (2) UUP).

Page 51: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

42

n. Memberikan pelayanan kebutuhan rohaniawan Islam untuk pelaksaan

penyumpahan pegawai/pejabat yang beragama Islam. (Permenag. No.

1/1989).

o. Melaksanakan hisab rukyat hilal.

p. Menyelesaikan permohonan pertolongan harta peninggalan di luar

sengketa antara orang-orang yang beragama Islam yang dilakukan

berdasarkan hukum Islam (pasal 107 ayat 92) UU No. 7/1989).46

Kewenangan dan kekuasaan pengadilan agama dicantumkan pula

dalam bab III Undang-undang No. 7 tahun 1989 yang meliputi pasal: 49

sampai dengan pasal 53. Pasal 49 adalah yang menentukan wewenang

peradilan agama secara mutlak, yang berarti bidang-bidang hukum

(Kompetensi Absolut) dari peradilan agama. Bidang-bidang hukum perdata

tersebut adalah:

a. Perkawinan

b. Wasiat

c. Wakaf, hibah dan shadaqah.

Kalau kita lihat bidang-bidang tertentu dan hukum ini, maka yang

dapat kita katakan, bahwa kompetensi absolut peradilan agama adalah bidang

46

Undang-undang Perkawinan di Indonesia dan Kompilasi Hukum Islam, h. 212.

Page 52: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

43

hukum keluarga dari orang-orang yang beragama islam, seperti juga terdapat

di beberapa negara lain.47

Yang dimaksud bidang perkawinan, yaitu yang diatur dalam undang-

udang Perkawinan No. 1 tahun 1974 seperti yang disebutkan diatas.

Kewenangan Pengadilan Agama Tangerang setelah UU No 3 Tahun

2006.Pengaturan tentang kewenangan ini sebelumnya diatur dalam Pasal 49

Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 dimana disebutkan bahwa Pengadilan

Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan

perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam

di bidang:

a. perkawinan;

b. kewarisan, wasiat, dan hibah;

c. wakaf dan shadaqah.

Dari pasal tersebut dengan jelas kita ketahui bahwasanya Pengadilan

Agama hanya mempunyai kewenangan mengadili di tiga bidang saja.

Apabila kita lihat pada Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 ternyata

kewenangan Pengadilan Agama di perluas menjadi sembilan bidang dimana

disebutkan Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus,

dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang

beragama Islam di bidang:

47

M. Yahya Harahap, Kedudukan dan Kewenangan Peradilan Agama, h. 92.

Page 53: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

44

a. perkawinan;

b. waris;

c. wasiat;

d. hibah;

e. wakaf;

f. zakat;

g. infaq;

h. shadaqah;

i. ekonomi syari’ah.

Kewenangan Peradilan Agama tersebut dimaksudkan untuk

memberikan dasar hukum kepada pengadilan agama dalam menyelesaikan

perkara tertentu itu. hal ini sesuai dengan perkembangan hukum dan

kebutuhan hukum masyarakat,khususnya masyarakat muslim Perluasan

tersebut antara lain meliputi ekonomi syari'ah. Penyelesaian sengketa

mengenai ekonomi syariah tidak hanya dibatasi di bidang perbankan syari'ah,

melainkan juga di bidang ekonomi syari'ah lainnya kemudian yang dimaksud

dengan "antara orang-orang yang beragama Islam" adalah termasuk orang

atau badan hukum yang dengan sendirinya menundukkan diri dengan

sukarela kepada hukum Islam mengenai halhal yang menjadi kewenangan

Peradilan Agama.

Page 54: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

45

Dalam kasus sengketa perkawinan, kalau salah satu atau kedua belah

pihak berpindah agama, maka secara teoritis dapat diambil dua hal untuk

menentukan pengadilan yang berwenang (Pengadilan Negeri atau Pengadilan

Agama) yaitu azas personalitas, yaitu hukum yang menguasai hubungan

kedua belah pihak sebelum pindah agama. Mahkamah Agung dengan

beberapa putusannya mengambil ukuran kedua. Dengan demikian kasus

sengketa perkawinan itu dilakukan menurut hukum Islam, maka tetaplah

pengadilan agama berwenang walaupun salah satu pihak atau kedua belah

pihak telah berpindah agama.48

Demikian pula sebaliknya, kalau perkawinan dilakukan secara non

Islam, maka tetaplah pengadilan negeri yang berwenang walaupun salah satu

atau kedua belah pihak telah beralih agama masuk Islam. Dalam soal

kewarisan, maka yang menentukan hukum waris.49

C. PERKARA HAK ASUH ANAK DI PENGADILAN AGAMA

TANGERANG

1. Cara pengajuan hak asuh anak di Pengadilan Agama Tangerang

48

Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta, Cet Ke-1, h. 14-16. 49

Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta, Cet Ke-1, h. 19.

Page 55: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

46

Pengajuan perkara hak asuh anak di pengadilan agama Tangerang,

dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pengajuan secara kumulatif

maupun dengan diajukan dengan tersendiri.

Adapun yang dimaksud dengan pengajuan secara kumulatif adalah

dengan menggabungkan pengajuan hak asuh anak dengan permintaan

cerai.Sementara yang dimaksdud dengan pengajuan secara tersendri yakni

pengajuan hak asuh anak yang dilakukan kemudian setelah terjadi perceraian.

Perihal pengajuan permohonan hak asuh anak secara kumulatif, maka

langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :

1.

a.

Mengajukan gugatan secara tertulis atau lisan

kepada Pengadilan Agama Tangerang (Pasal 118

HIR, 142 R.Bg jo Pasal 73 UU No. 7 Tahun 1989);

b.

Penggugat dianjurkan untuk meminta petunjuk

kepada Pengadilan Agama Tangerang tentang tata

cara membuat surat gugatan (Pasal 118 HIR, 142

R.Bg jo. Pasal 58 UU No. 7 Tahun 1989);

c.

Surat gugatan dapat dirubah sepanjang tidak

merubah posita dan petitum. Jika Tergugat telah

menjawab surat gugatan ternyata ada perubahan,

maka perubahan tersebut harus atas persetujuan

Tergugat.

2.

a. Gugatan tersebut diajukan kepada Pengadilan

Agama Tangerang

b.

Bila Penggugat meninggalkan tempat kediaman

yang telah disepakati bersama tanpa izin Tergugat,

maka gugatan diajukan kepada Pengadilan Agama

Tangerang yang daerah hukumnya meliputi tempat

kediaman Tergugat (Pasal 73 ayat (1) UU No. 7

Tahun 1989 jo Pasal 32 ayat (2) UU No. 1 Tahun

1974);

Page 56: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

47

c.

Bila Penggugat bertempat kediaman di luar negeri,

maka gugatan diajukan kepada Pengadilan Agama

Tangerang yang daerah hukumnya meliputi tempat

kediaman Tergugat (Pasal 73 ayat (2) UU No.7

Tahun 1989);

d.

Bila Penggugat dan Tergugat bertempat kediaman

di luar negeri, maka gugatan diajukan kepada

Pengadilan Agama Tangerang yang daerah

hukumnya meliputi tempat perkawinan

dilangsungkan atau kepada Pengadilan Agama

Jakarta Pusat (Pasal 73 ayat (3) UU No.7 Tahun

1989).

3.

Permohonan tersebut memuat :

a. Nama, umur, pekerjaan, agama dan tempat

kediaman Pemohon dan Termohon;

b. Posita (fakta kejadian dan fakta hukum);

c.

Petitum (hal-hal yang dituntut berdasarkan

posita),Dalam hal ini menyangkut cerai dan hak

asuh anak.

4.

Gugatan soal penguasan anak, nafkah anak, nafkah

istri dan harta bersama dapat diajukan bersama-

sama dengan gugatan perceraian atau sesudah

putusan perceraian memperoleh kekuatan hukum

tetap (Pasal 86 ayat (1) UU No. 7 Tahun 1989).

5.

Membayar biaya perkara (Pasal 121 ayat (4) HIR,

145 ayat (4) R.Bg. Jo Pasal 89 UU No. 7 Tahun

1989), bagi yang tidak mampu dapat berperkara

secara cuma-cuma (prodeo) (Pasal 237 HIR, 273

R.Bg).

6.

Penggugat dan Tergugat atau kuasanya menghadiri

persidangan berdasarkan panggilan Pengadilan

Agama Tangerang (Pasal 121, 124, dan 125 HIR,

145 R.Bg).

Adapun pengajuan hak asuh anak secata tersendiri dapat dilakukan

dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama Tangerang dengan

Page 57: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

48

melampirkan fotocopi kutipan akta nikah/akta cerai, fotocopi akta kelahiran anak,

biaya perkara.:

1. Mengajukan gugatan hak asuh anak secara tertulis atau lisan kepada

Pengadilan Agama Tangerang (Pasal 118 HIR, 142 R.Bg)

2.

Gugatan tersebut diajukan kepada Pengadilan Agama Tangerang :

a. Yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Tergugat ;

b.

Bila tempat kediaman tergugat tidak diketahui, maka gugatan diajukan

kepada Pengadilan Agama Tangerang yang daerah hukumnya meliputi

tempat kediaman Penggugat;

3.

Membayar biaya perkara (Pasal 121 ayat (4) HIR, 145 ayat (4) R.Bg. jo

Pasal 89 UU No. 7 Tahun 1989), bagi yang tidak mampu dapat berperkara

secara cuma-cuma (prodeo) (Pasal 237 HIR, 273 R.Bg).

4.

Penggugat dan Tergugat atau kuasanya menghadiri sidang pemeriksaan

berdasarkan panggilan Pengadilan Agama Tangerang (Pasal 121, 124, dan

125 HIR, 145 R.Bg).

2. Cara penyelesaian gugatan hak asuh anak di Pengadilan Agama

Tangerang

Perihal penyelesaian gugatan hak asuh anak dilakukan lewat

serangkaian sidang sebagai berikut:

a. Sidang pertama, hakim berusaha mendamaikan kedua pihak

b. Jika tidak berhasil, selanjutnya melakukan mediasi

c. Jika mediasi tidak berhasil, maka pemeriksaan gugatan dilanjutkan

dengan membacakan surat gugatan.

d. Dilanjutkan jawab – menjawab (replik – duplik).

e. Pembuktian

Page 58: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

49

f. Musyawarah para pihak

3. Produk hukum dari penyelesaian hak asuh anak di Peradilan Agama

Tangerang

Setelah Pengadilan Agama memeriksa perkara, maka ia harus

mengadilinya atau memberikan putusan dan mengeluarkan produknya.

Produk-produk hukum di lingkungan peradilan agama pada prinsipnya

dengan produk-produk di lingkungan peradilan umum, yang pada umumnya

sesuai dengan pembagian menurut ketentuan perundang-undangan yang

mengaturnya. Dalam hal hadhanah ini sendiri, produk hukum yang

dikeluarkan adalah berupa putusan hak asuh anak. Apabila pengajuannya

dilakukan secara kumulatif, maka putusan hak asuh anak akan diletakkan

sebagai putusan subsidair atas putusan primernya yakni perceraian. Tetapi,

apabila pengajuannya secara tersendiri, maka putusannya pun akan hanya

berisi tentang hak asuh anak saja.

Page 59: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

50

BAB IV

SUAMI NON MUSLIM SEBAGAI PEMEGANG HADHANAH DALAM

PUTUSAN No. 1429/Pdt.G/2013/PA. Tng.

A. DESKRIPSI PUTUSAN NOMOR 1429/Pdt.G/2013/PA.Tng.

1. Posisi Kasus

Pokok persoalan pada posisi kasus yang terjadi dapat diuraikan bahwa

terjadi perceraian antara sepasang suami istri dimana suami beragama Kristen

dan istri beragama Islam.

Setelah diputus bercerai, hak hadhanah menjadi permasalahan

berikutnya dimana pada dasarnya hak hadhanah diberikan kepada istri.

Namun pada perkara ini hak hadhanah diberikan kepada suami, terlebih lagi

suami tersebut beragama Kristen.

Pengadilan Agama Tangerang yang memeriksa dan mengadili

perkara-perkara tertentu pada tingkat pertama dalam persidangan Majelis,

telah menjatuhkan putusan sebagai berikut di bawah ini dalam perkara yang

diajukan oleh:

Pemohon, umur 45 tahun, Agama Kristen, pekerjaan Wiraswasta,

tempat tinggal di kota Tangerang, dalam hal ini berdasarkan surat kuasa

khusus yang telah memberikan Kuasa berdasarkan Kuasa Khusus kepada

Irchamni Chabiburrahman, SH. MH, dan Ahmad Munir Amal Tomagalo, SH.

Advokat/Pengacara dan Penasehat Hukum pada kantor Law Firm Irchamni &

Tomagola, beralamat di Jl. Veteran, No.B.11, Kelurahan Sukasari, Kota

Tangerang, yang bersangkutan adalah sebagai Pemohon.

Page 60: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

51

Sedangkan Termohon, umur 32 tahun, Agama Islam, pekerjaan Ibu

rumah tangga, semula bertempat tinggal di Kota Tangerang, sekarang tidak

diketahui lagi alamatnya dengan jelas dan pasti di wilayah Republik

Indonesia (Ghoib), yang bersangkutan adalah sebagai Termohon.

2. Duduknya Perkara

Duduk perkara ini sesuai yang didaftarkan pada kepaniteraan yang

tertera pada nomor 1429/Pdt.G/2013/PA.Tng. adalah tentang Andy sebagai

pemohon mengajukan gugatan di Pengadilan Agama Tangerang terhadap

Santy sebagai termohon. Menikah pada tanggal 05 Juni 1979 di hadapan

Kantor Urusan Agama Kecamatan Bawang, Kabupaten Bajarnegara, Jawa

Tengah Nomor 0062/010/VI/2000, tertanggal 05 Juni 2000.

Pada awalnya perkawinan antara pemohon dan termohon berjalan

dengan baik, hidup rukun dan bahagia akan tetapi seiring dengan perjalanan

waktu terjadi percekcokan dan perbedaan prinsip yang mendalam sehingga

sering terjadi pertengkaran, perselisihan semakin parah yang akhirnya

penggugat mengajukan permohonan cerai talak di Pengadilan Agama

Tangerang.

Dari perkawinan antara pemohon dengan termohon telah dikaruniai

dua orang anak; yang lahir pada tanggal 07 Juli 2001, dan yang lahir pada

tanggal 10 Februari 2003.50

Pemohon mulai September 2004 bekerja di Amerika hingga tahun

2013. di Amerika.Selama Pemohon bekerja di Amerika, Termohon selalu

50

Putusan Pengadilan Agama Tangerang Perkara Nomor 1429/Pdt.G/2013/PA.Tng.

Page 61: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

52

mengeluh dan marah karena hanya mendapatkan nafkah lahir tetapi tidak

mendapatkan nafkah batin. Termohon juga sering cemburu dan menganggap

Pemohontelah menikah lagi di Amerika.51

Selama Pemohonbekerja di Amerika, Termohon juga bekerja di

Bandara Soetta.Termohon sering pulang malam, bahkan pagi dini hari dengan

alasan lembur dan diantar oleh seorang laki – laki.

Setelah diusut, Termohon melakukan perselingkuhan dan membawa

anak laki-laki Pemohondengan cara meninggalkan rumah. Dengan kejadian

tersebut, Pemohonmerasa sudah tidak bisa lagi mempertahankan rumah

tangga dan memutuskan unntuk mengajukan perceraian.

3. Pertimbangan Hukum

Acuan utama dalam membuat pertimbangan hukum adalah apa yang

terjadi dalam proses persidangan serta ketentuan hukum yang berlaku di

lingkungan peradilan. Putusan-putusan hakim pada dasarnya tidak boleh

melewati apa yang dimohon atau digugat.

Salah satu celah yang dapat memanfaatkan untuk memaksimalkan

tuntutan, misalnya melalui permintaan memberikan kelonggaran bagi hakim

untuk menggali hukum seluas-luasnya demi menegakkan keadilan.

Majelis Hakim dalam memutuskan perkara dituntut suatu keadilan

dan untuk itu hakim melakukan penilaian terhadap peristiwa dan fakta-fakta

yang ada apakah benar-benar terjadi. Hal ini hanya bisa dilihat dari

51

Putusan Pengadilan Agama Tangerang Perkara Nomor 1429/Pdt.G/2013/PA.Tng.

Page 62: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

53

pembuktian, menanyakan kembali kepada pihak lawan mengenai keterangan

saksi-saksi dan fakta-fakta yang ada.52

Adapun pertimbangan hukum dalam memutuskan perkara Nomor:

1429/Pdt.G/2013/PA.Tng. adalah bahwa: Majelis Hakim telah berupaya

mendamaikan permohonan agar bersabar dahulu akan tetapi tidak berhasil.

Majelis Hakim juga mempertimbangkan hal lainnya yaitu, bahwa

gugatan penggugat dapat dibuktikan dengan mengajukan alat bukti berupa

fotocopy salinan Akta Nikah dari Kantor Urusan Agama dengan Nomor:

0062/010/VI/2000. Dan fotocopy akta kelahiran kedua anaknya. Selain bukti

surat, pemohon juga mengahdirkan dua orang saksi yang menerangkan

mengenai dalil gugatan pemohon yang pada intinya menguatkan dalil-dalil

permohonan Pemohon dan telah berusaha merukunkan akan tetapi tidak

berhasil kini rumah tangga Pemohon pisah tempat tinggal sejak tahun 2006.

Berdasarkan hasil penelitian dari gugatan penggugat, Putusan Nomor:

1429/Pdt.G/2013/PA.Tng. maka pertimbangan hukum majelis hakim yang

mencakup hal-hal pokok tersebut, diantaranya adalah:

1. Menimbang, bahwa berdasarkan pernyataan pemohon yang dikuatkan

dengan adanya bukti P.1 kepada Pengadilan Agama Tangerang yaitu

bahwa pemohon dan termohon terikat dalam perkawinan yang sah.

2. Menimbang, bahwa yang menjadi permasalahan pemohon mengajukan

permohonannya adalah karena rumah tangga pemohon dan termohon tidak

harmonis, sering berselisih, dan tidak menghargai satu sama lain. Antara

52

Putusan Pengadilan Agama Tangerang Perkara Nomor 1429/Pdt.G/2013/PA.Tng.

Page 63: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

54

pemohon dan termohon sudah bermusyawarah akan tetapi tidak berhasil

untuk itu pemohon mengajukan dan mengikrarkan talak kepada pemohon.

3. Menimbang, bahwa saksi-saksi keluarga dari pemohon di dalam

persidangan telah menerangkan yang pada intinya menguatkan dalil-dalil

permohonan pemohon. Hal ini diperkuat oleh saksi dari pihak pemohon

bahwa rumah tangga pemohon telah pisah tempat tingal sejak tahun 2006.

4. Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun

1974 Jo. Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam bahwa tujuan perkawinan adalah

untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal namun

yang terjadi dalam rumah tangga pemohon adalah sebaliknya yaitu suatu

tumah tangga yang dibarengi dengan perselisihan dan pertengkaran dan

pihak pemohon telah mengahirkan saksi-saki keluarga yang keterangannya

menguatkan dalil-dalil pemohon sementara termohon telah dikaruniai dua

orang anak, dipanggil secara patut tidak hadir di persidangan, untuk itu

Majelis Hakim berkesimpulan bahwa termohon mengetaui adanya

persidangan dan demikian alasan pemohon patut untuk dinyatakan

terbukti.

5. Menimbang, bahwa selama perkawinan antara pemohon dan termohon

telah dikaruniai dua orang anak yaitu: Robby, dan Seila Rafika.

Berdasarkan ketentuan Pasal 41 putusnya perkawinan baik ibu maupum

bapak tetap berkewajiban dalam memelihara dan mendididk anak-anaknya

berdasarkan tuntutan pemohon tersebut. Majelis Hakim mengabulkan

Page 64: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

55

permohonan dengan menetapkan bahwa anak pemohon dan termohon

ditetapkan pengasuh dan pemeliharaannya kepada pemohon yaitu bapak.

4. Amar Putusan

Setelah mengamati kasus antara penggugat dan tergugat seperti yang

diuraikan di atas ada hal yang menarik perhatian penulis untuk disoroti yaitu

jatuhnya hadhanah atau pemeliharaan anak yang sudah mumyyiz jatuh

kepada bapak.

Dalam hal ini penulis melihat pertimbang hukum yang diberikan

Majelis Hakim dapat dilihat untuk kepentingan anak atau kemaslahatan anak,

dalam perkara tersebut yang telah diptuskan hak pemeliharaan dan pengasuh

anak (hadhanah) diserahkan kepada penggugat yaitu bapak kandung sendiri

yang amarya menyatakan:53

1. Menyatakan Termohon yang telah dipanggil secara sah dan patut di

persidangan tidak hadir.

2. Mengabulkan permohonan Pemohon seluruhnya dengan verstek.

3. Menyatakan perkawinan Pemohon dengan Termohon putus karena fasakh.

4. Menetapkan seorang anak Pemohon dan Termohon bernama Anak ke 1,

lahir 07 Juli 2001, diasuh dan dipelihara oleh Pemohon selaku Ayah

kandungnya, dengan tetap memberikan hak kepada Termohon untuk

bertemu dan berkomunikasi dengan anak tersebut.

5. Memerintahkan kepada Panitera/Sekretaris Pengadilan Agama Tangerang

untuk mengirimkan Salinan putusan perkara ini kepada Kantor Urusan

53

Putusan Pengadilan Agama Tangerang Perkara Nomor 1429/Pdt.G/2013/PA.Tng.

Page 65: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

56

Agama (KUA) Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara, Jawa

Tengah, untuk dicatat dalam register yang disediakan untuk itu.

6. Membebankan kepada Pemohon untuk membayar seluruh biaya perkara

yang hingga kini dihitung sebesar Rp.351.000,- (Tiga ratus lima puluh satu

ribu rupiah).

B. Alasan Hakim Menetapkan Pertimbangan Hukum Seperti Yang Tertera

Dalam Putusan Nomor 1429/Pdt.G/2013/PA.Tng.

Setelah saya melakukan wawancara kepada Majelis Hakim pada

tanggal 11 Januari 2016, ditemukan bahwa alasan hakim memutuskan bahwa

hak hadhanah jatuh kepada ayah non muslim adalah karena beberapa alasan.

Yang pertama, kelakuan istri yang tidak baik. Kendatipun ia masih

berstatus muslimah tapi dia telah mengabaikan hak asuhnya, lebih-lebih dia

telah melakukan perselingkuhan dengan pria lain dimana hal ini merupakan

hal yang tidak terhormat untuk dilakukan seorang muslimah.

Alasan kedua, dari pendekatan materi fiqih, didalam materi hukum

islam itu sendiri terjadi perbedaan pendapat, antara pada imam mazhab

tentang syarat muslim ataukah tidak dalam pengasuhan hak asuh anak

tersebut.

Hal ini merupakan sumber permasalahan yang telah diperdebatkan

ulama sejak zaman dahulu. Dan pada intinya perdebatan ini dapat

dikelompokkan menjadi dua kelompok. Pertama, yakni kelompok yang

melarang menjadikan non muslim sebagai pemelihara anak muslim.

Kelompok ini didukung oleh Mazhab Syafiiyah dan Hambali.

Page 66: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

57

Sementara itu, kelompok kedua adalah kelompok yang membolehkan

non muslim untuk menjadi pengasuh selama kriterianya terpenuhi. Pendapat

ini diikuti oleh mazhab Hanafiah dan Malikiah.

Alasan hakim yang ketiga, bahwa selama terjadinya perpisahan antara

pemohon dan termohon anak diasuh oleh pemohon sebagai ayah kandungnya

dengan baik dan anak tersebut secara fisik maupun psikis tumbuh secara

wajar dan normal seperti anak-anak pada umumnya. Melihat kondisi ini pun

dapat diketahui bahwa sang ayah mampu memelihara anak dengan baik dan

bertanggung jawab

Yang keempat, bahwa hak pengasuhan anak itu lebih difokuskan -

kepada dan untuk kepentingan kemaslahatan anak itu sendiri. Dibandingkan

dengan apabila diberikan kepada sang ibu, maka lebih baik bila diberikan

kepada sang ayah. Hal ini juga untuk menghindari kekhawatiran akan

perkembangan sikap anak bila tinggal dengan ibu yang sifatnya tidak baik.

C. Putusan No. 1429/Pdt.G/2013/PA. Tng. yang Memberikan Hak Asuh

Anak pada Suami non Muslim ditinjau dari Perspektif Fiqh.

Dalam kutipan wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama (11

Januari 2016), dalam menetapkan hak asuh anak karena suami non muslim,

Hakim Pengadilan Agama merujuk pada madzhab Hanafi.

Ulama’ berbeda pendapat mengenai syarat Islam bagi pemegang hak

asuh anak (hadanah). Ulama’ Syafi’iyah mensyaratkan Islam sebagai syarat

bagi pengasuh atas anak Islam. Ulama’ Hanabilah juga mensyaratkan Islam

sebagai syarat mutlak bagi pemegang hak asuh (hadanah) atas anak

Page 67: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

58

muslim.Dikarenakan barangkali mengakibatkan fitnah atas agama anak

tersebut. Dalam Kitab “Iqna‟ fi Fiqh Al-Imam Ahmad bin Hanbal” Juz ا II

karya Imam Musa Al-Hijawi disebutkan :

"Maka tidak berhak hak asuh (hadanah) bagi orang kafir atas anak muslim

karena tidak ada wilayah bagi orang kafir atas anak muslim dan karena

dimungkinkan mengakibatkan fitnah atas agama anak”

Namun, Ulama’ Hanafiyah tidak mensyaratkan Islam bagi pemegang

hak asuh (hadanah) bagi anak muslim. Dalam Kitab “Al-Ikhtiyar li Ta‟lil Al

Mukhtar” Juz IV dalam “Fasl fil Hadanah” karya Mahmud bin Mawdud Al-

Musilli disebutkan :

“Kafir dzimmi lebih berhak atas anaknya muslim selama tidak ditakutkan

kekafiran anaknya”

Ulama Hanafiah dan Malikiah juga menyebutkan bahwa dalam hak

hadhanah, tidak mensyaratkan harus dijatuhkan kepada si muslimah, karena

ada beberapa kasus pada masa Rasul yang mana hak hadhanah diberikan

kepada sang ayah.

Akan tetapi dalam hal ini Imam Hanafi mensyaratkan bahwa yang

dimaksudkan bukanlah kafir murtad.Dalam hal penentuan hak asuh anak

mengenai dasar hukumnya yang diambil oleh Pengadilan Agama Tangerang

adalah kutipan dari Mazhab Al-Zahiri bahwa unsur utamanya bukan karena

murtad, karena Pemohon tersebut tidak diketahui benar-benar murtad atau

islam.

Page 68: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

59

Hakim memberikan putusan Hak Asuh Anak pada Suami non Muslim

dari Mazhab Ghoirul Mukhtabaroh:

1. Berakal sehat,

2. Amanah (berkelakuan baik),

3. Memiliki perhatian lebih

Ulama Hanafi berpendapat bahwa agama bukan jadi patokan utama

dalam menentukan hak asuh anak. Akan tetapi Majlis Hakim juga

memberikan keterangan terkait dengan putusan ini menurut kitab Al-Fiqhul

Islam Waadilatuh karangan Dr.Wahbah Zuhaili adalah:

1. Madzhab Syafi’i dan Hambali mengatakan harus Muslim/Muslimah.

2. Kalau tidak ada Islam, menurut madzhab Hambali boleh kepada Kafir

Dzimmi.

3. Menurut Madzhab Hanafi dan Maliky: “Tidak mensyaratkan harus

Muslimah, berdasarkan hadis riwayat Abu Daud. Saat anak memiliki

ibunya yang musryikal, Nabi membiarkan dan hanya berdoa “ya Allah,

tunjuki anak itu, condongkan hatinya kepada ayahnya”.

Ulama’ Malikiyah tetap memberikan hak asuh (hadanah) anak kepada

ibu yang kafir. Akan Tetapi, jika hal tersebut dikhawatirkan akan

menimbulkan dampak negatif terhadap anak, maka disyaratkan untuk

pengasuh (hadin) tinggal bersama orang muslim dan satu orang muslim

cukup untuk mengawasinya agar tidak mengajarkan hal-hal yang buruk bagi

anak(mahdun). Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa dalam

permasalahan hadhanah ibu yang lebih berhak mendapatkan hadhanah ketika

Page 69: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

60

seseorang anak yang masih dibawah umur dan selama ibu belum menikah.

Rasulullah SAW berkata dalam haditsnya:

عب بطن براكب إ لالله قهج:بزظ ايسأة أ س ع ب عبداالله جد نع ب ثد ء،

أببغهق، إ اء، نح ثدبحجس لاللهصهظقبء، ،فقبلنبزظ صعي خ أزادأ

.)زاأبداد(. كح يبنىح جأحقب ظهىا اللهعه

Artinya : “Seseorang perempuan berkata kepada Rasulullah: Wahai

Rasul, anakku ini aku yang mengandung, air susuku yang diminumnya dan

dipangkuanku tempat kumpulnya. Ayahnya telah menceraikanku dan ingin

memisahkannya dariku. Rasulullah besabda: kamulah yang berhak

memeliharanya sealam kau tidak menikah lagi”. (HR. Abi Daud)54

Namun, meski pada dasarnya hak asuh jatuh kepada ibu, tapi tidak serta

merta hal itu akan selalu terjadi, terdapat 4 hal yang menghalangi hak asuh

jatuh kepada ibu, yaitu :

1. Perempuan yang berstatus budak;

2. Fasiq;

3. Kafir;

4. Perempuan yang telah menikah lagi dengan lelaki lain.55

D. Pandangan Hukum Positif Pada Putusan No. 1429/Pdt.G/2013/PA. Tng.

Dalam pasal 38 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan jo pasal 113 KHI disebutkan bahwa, perkawinan putus karena

kematian, perceraian, atau atas putusan pengadilan.56

54

Abi Daud Sulaiman bin al-Asy’asy as-Sajastani al-Azdiy, Sunan Abi Daud, (Qahirah:

Daar al-Hadits, 1988), juz II, h. 292. 55

-Majmu al- Fatawa,( Beirut: Daar el-Hikmah. 2000), h. 401 56

Sulaiikin Lubis, dkk, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama Di Indonesia, (Jakarta,

Kencana, 2005), h.119a.

Page 70: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

61

Dalam kasus ini memberikan keputusan mengenai pemberian hak

asuh anak yang di berikan kepada pemohon (ayah kandung) dengan

berdasarkan Pasal 41 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 yang berbunyi:57

Akibat putusnya perkawinan karena perceraian adalah:

1. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-

anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada

perselisihan mengenai penguasaan anak-anak Pengadilan memberi

keputusannya.

2. Bapak yang bertanggung jawab atas biaya pemeliharaan dan pendidikan

yang diperlukan anak itu, bilamana dalam kenyataan tidak dapat

memenuhi kewajiban tersebut. Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu

ikut memikul biaya tersebut.

3. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan

biaya penghidupan dan/atau menentukan suatu kewajiban bagi bekas istri.

Dalam pasal 14 Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 anak berhak

diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali ada hal yang menentukan yang

lain.58

Kemudian dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Inpres No. 1 tahun

1991 pada Pasal 105 huruf (a) menyatakan bahwa apabila terjadi perceraian,

maka pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun

adalah hak ibunya.59

Hal ini dikarenakan ibu mempunyai kasih sayang serta

kesabaran yang lebih tinggi, selain itu seorang ibu lebih lembut ketika

57

R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, h. 549-550. 58

Rika Saraswati, Hukum Perlindungan Anak di Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti, 2009), h. 209. 59

Budi Durachman, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Fokusmedia, 2007), Cet, Ke-2 h.

35.

Page 71: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

62

menjaga dan mendidik anaknya terlebih bagi anak yang masih dalam usia

menyusui, ibu memiliki sesuatu yang tidak dimiliki semua orang.

Salah satu hal penting yang mungkin kurang dipertimbangkan oleh

kedua orang tua ketika terjadi perceraian adalah tanggung jawab kedua orang

tua, baik ketika orang tuanya masih hidup rukun dalam ikatan perkawinan

maupun ketika mereka gagal karena terjadi perceraian. Pemeliharaan ini

meliputi berbagai hal, diantaranya masalah ekonomi, pendidikan dan

masalah-masalah lain yang menjadi kebutuhan pokok anak.

Selain itu dalam kasus di atas bahwa ibu tidak memberikan kebutuhan

anak cenderung mengurangi asupan gizi, ibu juga ikut perkumpulan

pengajian dan mengajak berdemo, dan ibu membiarkan anak tidur dilantai

rumah sendirian sehingga dikhawatirkan tidak bisa menjalankan tugasnya

sebagai seorang istri serta ibu bag anak-anaknya di masa depan nanti.

Selain itu anak merupakan makhluk sosial seperti layaknya orang

dewasa. Anak membutuhkan orang lain (orang tua) untuk membantu

mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala

kelemahannya sehingga tanpa bantuan orang dewasa anak tidak mungkin

dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal.

Kalau kita melihat kembali hak asuh anak di atas, penggugat ada hal

yang tidak selayaknya tidak memberikan kebutuhan anak cenderung

mengurangi asupan gizi, ibu juga ikut perkumpulan pengajian dan mengajak

berdemo, dan ibu membiarkan anak tidur dilantai rumah sendirian. Melihat

Page 72: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

63

dari tingkah laku tersebut pemohon sudah tidak layak untuk mendapatkan hak

asuh anaknya.60

Dalam hal ini terjadinya perceraian orang tua, biasanya anaklah yang

menjadi korban. Orang tua beranggapan dalam perceraian diselesaikan.

Padahal tidak demikian adanya dan tidak demkian sederahananya, bahwa

penyelesaian terbaik bagi anak akan dapat dengan mudah dicapai. Dalam

kondisi apapun harus tetap diingat bahwa sebagaimana halnya juga individu

yang mempunyai hak-hak dasar yang diakui sebagaimana halnya orang

dewasa. Oleh karena itu, dalam kasus perceraian di atas anak merupakan

salah satu subjek. Dan kepentingan anak tetap harus menjadi prioritas utama.

60

Putusan Pengadilan Agama Tangerang Perkara Nomor 1429/Pdt.G/2013/PA.Tng.

Page 73: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

64

BAB V

A. Kesimpulan

1. Dalam perkara putusan Pengadilan Agama Tangerang

No.1429/Pdt.G/2013/PA.Tng Majelis Hakim Pengadilan Agama

Tangerang memberikan hak asuh anaknya kepada bapak yang non Muslim

yang bernama Caroline anak dari hasil Pernikahan Pemohon dan

Termohon, yang masing-masing adanya Putusan Pengadilan Agama

Tangerang Hak Asuhnya diberikan kepada Bapak yang non Muslim

(pemohon) dikarenakan Ibu dari anak tersebut tidak amanah atau tidak

cakap dalam mengurus anak, hakim merujuk pada kaedah hukum fiqh

yaitu dengan Madzhab az-zahiri bahwa kalau ibunya berkelakuan seperti

ini maka ayah yang dapat mengasuh anak. Pendapat ini dikuatkan oleh

pendapat ulama Maliki dan juga Hanafi. Perihal pendapat ulama, ulama

Syafi’iyah dan Hanabali mengungkapkan bahwa non muslim tidak boleh

mendapatkan hak asuh anak. Sementara itu, ulama Malikiyah dan

Hanafiyah membolehkan hak asuh anak jatuh kepada non muslim. Dari

hukum positif sendiri pada dasarnya tidak mengatur perihal hadhanah

kepada non muslim, yang ditegaskan hanyalah hak prioritas ibu dalam

hadhanah dibandingkan ayah.

2. Yang menjadi dasar pertimbangan hakim adalah merujuk pada fakta

persidangan, hakim merujuk pada aturan ada dan yang berlaku. Dan juga

budaya masyarakat yang hidup atau yang disebut dengan nama living law.

Page 74: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

65

Dikarenakan ada beberpa faktor dasar hakim memberikan hak asuhnya

kepada bapak yang non Muslim, yaitu:

a. Yang pertama, kelakuan istri kendatipun ia masih berstatus muslimah

tapi dia telah membangkan terhadap asuhannya lebih lebih dia telah

melakukan perselingkuhan dengan pria lain.

b. Yang kedua, didalam materi hukum islam itu sendiri terjadi perbedaan

pendapat, antara pada imam mazhab tentangmuslim sebagai syarat

dalam hak asuh anak.

c. Yang ketiga, bahwa selama terjadinya perpisahan antara pemohon dan

termohon anak diasuh oleh pemohon sebagai ayah kandungnya dengan

baik dan anak tersebut secara fisik maupun psikis tumbuh secara wajar

dan normal seperti anak-anak pada umumnya.

d. Yang keempat, bahwa hak pengasuhan anak itu lebih difokuskan -

kepada dan untuk kepentingan kemaslahatan anak itu sendiri.

B. Saran

Sebagai bahan akhir penulisan skripsi ini izinkanlah penulis

memberikan beberapa saran, baik kepada penulis kaum kerabat dan pada para

pembaca sekalian pada umumnya.

Pertama: Apabila terjadi perceraian maka sebaiknya selain

menggunakan hukum yang telah di tetapkan tidak hanya melalui agama tetapi

juga berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak demi pengurusan anak yang

efektif seperti pemberian nafkah materiil dan in materiil bagi keberlangsungan

hidup anak.

Page 75: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

66

Kedua: Hendaknya setiap hakim harus teliti dalam memutuskan

mengenai hak asuh anak. Alasan-alasan yang dikemukakan oleh Hakim dalam

membuat keputusan harus melihat kemaslahatan sang anak.

Ketiga: Pembuktian merupakan sarana untuk menemukan kebenaran.

Dalam memeriksa bukti harus ada ketelitian Hakim. Oleh karena itu, perlu

adanya sikap yang bijak dalam memeriksa bukti-bukti yang diajukan oleh

kedua belah pihak yang berkaitan mengenai sengketa hak asuh anak

(hadhanah). Juru sita selaku pihak yang berwenang untuk melakukan eksekusi

juga harus bersikap arif agar pelaksanaak eksekusi terhadap anak berjalan

dengan baik.

Page 76: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim

Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Akademia

Pressindo, 2007.

Abidin, Slamet, dkk. Fiqh Munakahat II. Bandung: CV. Pustaka Setia,

1999.

Afifi, Fauzi Abbas. Metodologi Penelitian. Jakarta: Adelina Offset, 2010.

Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Mudhlar. Kamus Kontemporer Arab

Indonesia. Cet-1. Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak,

1996.

Ali, Zainuddin. Hukum Perdata Islam. Jakarta: Sinar Grafindo, 2006.

Ayuub, Hasan. Fiqh Keluarga. Cet. IV. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2005.

Bintania, Aris. Hukum Acara Peradilan Agama dalam Kerangka Fiqh al-

Qadha. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012.

Dahlan, Abdul Aziz. Ensiklopedia Hukum Islam. Jilid II. Jakarta: PT.

Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999.

Djubaedah, Neng. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia. Jakarta: PT.

Hecca Utama, 2005.

Al-Fauzan, Saleh. Fiqh Sehari-hari. Depok: Gema Insani, 2000.

Ghazali, Abdul Rahman. Fikih Munakahat. Jakarta Kencana, 2006.

Al-Husaini, Taqiyudin Abi Bakr Ibn Muhammad. Kifayah Al-Akhyar.

Beirut Dar: al-Fikr, 1994.

Page 77: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

Huzaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, (Jakarta:

Ghalia Indonesia, 2000), h. 149.

Al-Jaziri, Abd ar-Rahman. Kitab al-Fiqih ‘ala al-Mazahib al-‘arba’ah.

Cet. I. Beirut: Dar al-Fikr, 2002.

Johnny, Ibrahim. Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif.

Malang: Bayumedia Publishing, 2008.

Al-Kahlani, Muhammad Ibn Ismail al-Shan’ani. Subul al-Salam. Juz. III.

Bandung: Maktabah Dahlan, t.th.

Manan, Abdul. Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan

Peradilan Agama. Jakarta: Kencana, 2008.

Mugniyah, M. Jawab. Fikih Lima Mazhab. Cet. XVII. Jakarta: Lentera,

2006.

Al-Nawawi, Abu Zakaria Muhyiddin ibn Syarf. al-Majmu ‘Syarh al-

Mazhab. Jilid XVIII. t.tp: Dar al-Fikr, t.th.

Peter, Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana. 2011.

Prawirohamidjojo, R. Soetojo dan Asis Saroedin. Hukum Orang dan

Keluarga. Bandung: Penerbit Alumni, 1986.

Satria Effendi, M. Zein. Problematika Hukum Keluarga Islam

Kontemporer. Jakarta: Prenada Media, 2004.

Sabiq, Sayyid. Fiqh al-Sunnah. Jilid II. Cet. IV. Beirut: Daar al-Fikr,

1983.

___________. Fiqh Sunnah. Jilid 3. Cet. I. Jakarta: Pena Pundi Aksara,

2006.

Page 78: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif: Suatu

Tinjauan Singkat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003.

Subekti. Pokok-pokok Hukum Perdata. Jakarta : Intermasa. 2003.

Soimin, Soedharyo. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: Sinar

Grafika, 2007.

Thalib, Sayuti. Hukum Kekeluargaan Islam. Cet. V. Jakarta: UI Press,

1986.

Undang-undang Pokok Perkawinan Beserta Peraturan Perkawinan

Khusus untuk Anggota ABRI, POLRI, Pegawai Kejaksaan dan Pegawai Negeri

Sipil. Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Zaini, Muderis. Adopsi Suatu Tinjauan Dari Segi Tiga Sistem Hukum.

Jakarta: Sinar Grafika, 1992.

Al-Zuhaili, Wahbah. Al Fiqh Al Islam Wa adillatuhu. Jilid IV. Damaskus:

Daar Fikr, 1984.

Putusan Pengadilan Agama Tangrang Nomor: 1429/Pdt.G/2013/PAT.ng

Page 79: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PUTUSAN

Nomor 1674/Pdt.G/2012/PA JT.

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Agama Jakarta Timur yang memeriksa dan mengadili perkara

tertentu pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan dalam perkara Cerai

Gugat yang diajukan oleh :

Penggugat, umur 27 tahun, agama Islam, pekerjaan Karyawati,

beralamat di Rawamangun, Jakarta Timur, dalam hal ini memberikan

kuasa kepada Mangantar M. Napitupulu, S.H., Ferry Panggabean,

S.H. dan Rando Purba, S.H., para Advokat dari Kantor Hukum Mark

Napitupulu & Partners, beralamat di Ruko Cempaka Mas, Blok P No.

18, Jalan Letjen Suprapto, Kemayoran, Jakarta Pusat, berdasarkan Surat

Kuasa Khusus tanggal 21 Juni 2012.

Selanjutnya disebut Penggugat.

M e l a w a n

Tergugat, umur 28 tahun, agama Islam, pekerjaan Karyawan Swasta,

beralamat di Kelurahan Cipinang Besar Selatan, Kecamatan Jatinegara,

Kota Jakarta Timur. Selanjutnya disebut Tergugat.

Pengadilan Agama tersebut.

Telah mempelajari berkas perkara.

Telah mendengar Penggugat dan saksi-saksi di persidangan.

TENTANG DUDUK PERKARANYA

Menimbang, bahwa Penggugat telah mengajukan gugatannya tertanggal

06 Juli 2012. Yang telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Jakarta

Timur dalam register perkara Nomor 1674/Pdt.G/2012/PA JT, tanggal 09 Juli

2012 yang pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

Hal. 1 dari 18 hal. Put. No. 1674/Pdt. G/2011/PAJT.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 80: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

I. Hubungan Hukum Antara Penggugat Dan Tergugat

1. Penggugat dan Tergugat adalah pasangan suami istri yang sah berdasarkan

ketentuan undang-undang yang berlaku. Penggugat dan Tergugat

melangsungkan akad nikah secara agama Islam pada tanggal 25 Maret

2007 (6 Rabi'ul Awal 1428 H) yang tercatat di Kantor Urusan Agama

Kecamatan Jatinegara, Jalan I Gusti Ngurah Rai-Cipinang Muara, Jakarta

Timur dengan Akta Perkawinan Nomor xxxx tanggal 26 Maret 2007 dan

duplikat Kutipan Akta Nikah Nomor Xxxx .

2. Sebelum menikah dengan Tergugat, status kepercayaan Penggugat dalam

Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah pemeluk agama Kristen Protestan

sedangkan Tergugat adalah pemeluk agama Islam. Karena Penggugat dan

Tergugat memiliki perbedaan keyakinan maka Penggugat menuruti

permintaan Tergugat untuk melangsungkan perkawinan secara agama Islam

dan merubah status kepercayaan Penggugat di dalam KTP menjadi pemeluk

agama Islam. Hal ini karena Tergugat tidak ingin menikah secara agama

Kristen Protestan dan merubah status keyakinan Tergugat menjadi pemeluk

agama Kristen Protestan.

3. Penggugat dan Tergugat telah dikaruniai 2 (dua) anak dalam perkawinan ini,

yaitu:

i) Anak ke I, perempuan, lahir di Jakarta pada tanggal 25 Maret 2007

dengan Akta Kelahiran No. xxxx tanggal 4 Juni 2007; dan

ii) Anak ke II, Laki-laki, lahir di Jakarta pada tanggal 29 Januari 2009

dengan Akta Kelahiran No. xxxx tanggal 29 April 2009.

II. Perkawinan Penggugat dan Tergugat Tidak Sesuai Dengan Tujuan

Perkawinan Yang Diatur Dalam UU Perkawinan Karena Penggugat

Sudah Tidak Mendapatkan Kebahagiaan Lahir Dan Batin Dalam

Perkawinan Ini

1. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita

sebagai pasangan suami istri yang bertujuan untuk membentuk keluarga

yang bahagia. Hal ini sesuai dengan Pasal 1 Undang-undang No. 1

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 81: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Tahun 1974 tentang Perkawinan ("UU Perkawinan") yang kami kutip

sebagai berikut:

"Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa."

2. Berdasarkan ketentuan di atas, hubungan rumah tangga Penggugat dan

Tergugat seharusnya memberikan kebahagian bagi Penggugat dan

Tergugat. Namun demikian, sejak 1,5 tahun terakhir, Penggugat tidak

mendapatkan kebahagian dalam perkawinan ini sehingga perkawinan

Penggugat dan Tergugat sudah tidak sesuai dengan tujuan pernikahan

yang diatur dalam UU Perkawinan.

3. Hilangnya kebahagiaan dalam rumah tangga Penggugat dan Tergugat

berawal sejak awal tahun 2011 karena sejak saat itu Tergugat telah

melanggar hak azasi Penggugat, yaitu hak kebebasan untuk beribadah

menurut keyakinan hati Penggugat. Pada awalnya Penggugat dengan

itikad baik meminta ijin kepada Tergugat untuk kembali beribadah sesuai

dengan agama semula Penggugat (Kristen Protestan). Keinginan

Penggugat ini didasarkan karena Penggugat mengalami perasaan batin

yang tidak damai sejahtera setelah sekian lama tidak beribadah.

4. Namun demikian, Tergugat tidak menyetujui permintaan Penggugat.

Penggugat bersikap sabar atas penolakan Tergugat dan beberapa waktu

kemudian Penggugat kembali mencoba meminta ijin kepada Tergugat

beberapa kali, namun Tergugat selalu menolak permintaan Penggugat.

Di sisi lain, perasaan batin Penggugat semakin gelisah dan tidak tenang

sehingga Penggugat beribadah dengan inisiatif sendiri. Akibatnya,

Tergugat secara terus menerus memarahi Penggugat meskipun

Penggugat berusaha menjelaskan perasaan batin yang dialaminya.

5. Beberapa waktu kemudian, Penggugat dengan itikad baik kembali

mencoba meminta ijin beribadah kepada Tergugat agar menghindari

pertengkaran dengan Tergugat. Namun, Tergugat kembali menolak

permintaan Penggugat. Hal ini ternyata menyebabkan pertengkaran yang

cukup sengit antara Penggugat dan Tergugat dan mulai membuat

Hal. 3 dari 18 hal. Put. No. 1674/Pdt. G/2011/PAJT.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 82: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

suasana rumah tangga Penggugat dan Tergugat menjadi tidak harmonis

dan tidak kondusif.

6. Pada hari-hari selanjutnya Penggugat dan Tergugat semakin sering

bertengkar. Pertengkaran tersebut bahkan tidak lagi hanya disebabkan

oleh hal di atas. Suasana rumah tangga pun semakin tidak kondusif

hingga akhirnya Tergugat berkali-kali telah melakukan pemukulan

terhadap Penggugat. Bahkan, Tergugat pernah memukul Penggugat

dihadapan salah satu anak mereka (Anak ke I).

7. Karena Penggugat dan Tergugat tidak mampu menyelesaikan

permasalahan ini maka Penggugat mencoba untuk melibatkan masing-

masing anggota keluarga untuk membantu penyelesaian masalah

tersebut. Pertemuan keluarga telah dilakukan beberapa kali dan dalam

salah satu pertemuan, Penggugat dan Tergugat telah membuat

kesepakatan bersama yang pada pokoknya menyepakati bahwa

Tergugat setuju untuk memberikan kebebasan beribadah kepada

Penggugat sesuai dengan keyakinan Penggugat.

8. Namun demikian, faktanya kesepakatan bersama tidak menyelesaikan

masalah karena Tergugat sama sekali tidak memenuhi kewajibannya

berdasarkan kesepakatan bersama. Tidak lama kemudian Tergugat

kembali menghalangi-halangi Penggugat untuk beribadah. Bahkan, sikap

Tergugat semakin keras terhadap Penggugat.

9. Tergugat mulai mencoba membatasi ruang gerak Penggugat dengan

selalu mengontrol keberadaan Penggugat ketika di luar rumah dengan

cara menelepon Penggugat secara terus-menerus, mengirim short

message service (SMS) atau blackberry messanger. Apabila Penggugat

terlambat memberikan respon, Tergugat selalu memarahi Penggugat

ketika tiba di rumah. Tergugat selalu mencurigai Penggugat sehingga

Tergugat melarang Penggugat untuk keluar dari rumah dengan berbagai

alasan yang tidak masuk akal meskipun pada hari-hari kerja. Hal ini

menyebabkan pertengkaran yang terus menerus antara Penggugat dan

Tergugat.

10. Lebih lanjut, Tergugat mengancam untuk menghancurkan kehidupan

Penggugat apabila Penggugat tidak menuruti kemauan Tergugat.

Tergugat juga menakuti-nakuti Penggugat dengan mengatakan bahwa

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 83: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Penggugat tidak berhak atas hak asuh anak. Penggugat hanya bisa

pasrah dan bersabar dengan keadaan yang dialami oleh Penggugat.

Penggugat sangat terkekang, mengalami depresi dan tidak menemukan

kedamaian dalam menjalani hidup sehari-hari.

11. Kejadian di atas telah terjadi terus menerus selama 1,5 tahun terakhir

dan telah menyebabkan suasana rumah tangga menjadi tidak harmonis

dan tidak kondusif. Bahkan, dalam beberapa bulan terakhir kuantitas

pertengkaran semakin sering sehingga akan menimbulkan kerugian yang

jauh lebih besar dibandingkan jika Penggugat dan Tergugat bercerai. Hal

ini menunjukkan bahwa tidak ada harapan hubungan rumah tangga

Penggugat dan Tergugat dapat rukun kembali karena Penggugat dan

Tergugat sudah tidak saling menyayangi, tidak perduli satu sama lain dan

sudah tidak menjalin komunikasi lagi. Bahkan, Penggugat dan Tergugat

telah berpisah rumah sejak tanggal 2 Juni 2012.

12.Perceraian akibat pertengkaran yang terus menerus yang disebabkan

oleh keinginan salah satu pihak untuk kembali menganut agama semula

(sebelum pernikahan dilangsungkan) merupakan salah satu alasan

perceraian. Hal ini sesuai dengan Pasal 116 huruf (k) Kompilasi Hukum

Islam (KHI) yang menyatakan:

" Perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-alasan:

k. peralihan agama atau murtad yang menyebabkan

terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga."

13.Ketentuan di atas secara konsisten telah diterapkan dalam berbagai

Yurisprudensi Tetap Mahkamah Agung, antara lain sebagai berikut:

✓ Putusan Mahkamah Agung RI No. 3827/Pdt.G/2009/PA.Sby tanggal 28 Januari 2010 yang menyatakan

"Majelis Hakim berpendapat bahwa rumah tangga Pemohon dengan

Termohon sudah pecah sedemikian rupa, tidak ada keharmonisan

dan amat sulit dipertahankan untuk mencapai tujuan perkawinan

sebagaimana mestinya, dikarenakan Termohon murtad/kembali

kepada keyakinannya yaitu Kristen,... sehingga telah cukup

Hal. 5 dari 18 hal. Put. No. 1674/Pdt. G/2011/PAJT.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 84: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

alasan dan tidak melawan hak bagi Pemohon untuk bercerai

berdasarkan Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun

1975 Jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam (vide:

Yurisprudensi MARI No. 38. K/AG/1990)

• Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 068/Pdt.G/2012/PA.Srg

tanggal 22 Februari 2012 yang menyatakan:

"Majelis hakim berkeyakinan bahwa Tergugat telah terbukti murtad

kembali ke agama semula (Katolik) yang perbuatan murtad

tersebut telah mengakibatkan rumah tangga penggugat dan

Tergugat tidak rukun, keduanya telah berpisah rumah dan tidak lagi

saling peduli sebagai suami istri... maka sesuai dengan ketentuan

pasal 39 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 jo. Pasal 116

huruf h Kompilasi Hukum Islam, gugatan cerai Penggugat dalam

petitumnya angka 2 dapat dikabulkan sebagamimana tersebut

dalam amar putusan ini;"

• Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 2233 /Pdt.G/2011/PA.Sby

tanggal 07 November 2011 yang menyatakan:

"Menimbang, bahwa gugatan Penggugat didasarkan pada dalil/

alasan yang pada pokoknya adalah bahwa sejak 2006 antara

Penggugat dengan Tergugat mulai sering terjadi perselisihan dan

pertengkaran disebabkan Tergugat meninggalkan agama Islam

(murtad) untuk kembali ke keyakinan sebelumnya yaitu katholik

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, gugatan Penggugat

telah mempunyai cukup alasan dan telah terbukti serta memenuhi

pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Jo. Pasal

19 huruf (f) Peraturan Pemerintah 9 Tahun 1975 Jo. Pasal 116

huruf (f) Kompilasi Hukum Islam"

14.Lebih lanjut, suatu perselisihan yang sudah tidak dapat diselesaikan dan

tidak ada harapan untuk dipulihkan juga merupakan salah satu alasan

untuk mengakhiri suatu perkawinan. Hal ini sesuai dengan Pasal 19 huruf

(f) UU Perkawinan yang menyatakan:

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 85: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

"Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah

tangga."

15.Ketentuan di atas secara konsisten juga telah diterapkan dalam berbagai

Yurisprudensi Tetap Mahkamah Agung, antara lain sebagai berikut:

• Putusan Mahkamah Agung RI No. 38K/AG/1990 tanggal 05

Oktober 1991 yang menyatakan:

"Bahwa alasan perceraian seperti dimaksud pasal 19 huruf (f) Peraturan

Pemerintah No. 9 Tahun 1975, tidak lagi mencari siapa yang menjadi

penyebabnya, melainkan ditekankan pada keadaan perkawinan itu

apakah telah pecah / retak dan sulit dipertahankan, sebab mencari

penyebab kesalahan dapat berakibat buruk pada anak dan masa

depannya."

• Putusan Mahmakah Agung RI No. 534K/Pdt /1996 tanggal 18 Juni

1996 yang menyatakan:

"Dalam hal perceraian tidak dilihat dari siapa penyebab percekcokkan

atau salah satu pihak telah meninggal kan pihak lain , tetapi yang perlu

dilihat adalah perkawinan itu sendih, apakah perkawinan itu masih dapat

dipertahankan atau tidak'

16.Berdasarkan ketentuan dan yurisprudensi di atas, gugatan Penggugat

yang didasari atas pertengkaran yang terus menerus akibat keinginan

Penggugat untuk kembali menjadi penganut agama semula Penggugat

sudah sepatutnya dikabulkan.

III. Tergugat Telah Sepakat Untuk Bercerai Dengan Penggugat

Berdasarkan Kesepakatan Bersama Untuk Bercerai Yang

Ditandatangani Oleh Penggugat Dan Tergugat Tanggal 2 Juni 2012

1. Setelah menjalani hubungan rumah tangga yang tidak harmonis dalam

waktu yang cukup lama, pada tanggal 2 Juni 2012 Tergugat dan

Penggugat sepakat untuk bercerai dengan membuat dan

menandatangani Kesepakatan Bersama Untuk Bercerai (selanjutnya

disebut "Kesepakatan Bersama").

Hal. 7 dari 18 hal. Put. No. 1674/Pdt. G/2011/PAJT.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 86: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2. Penandatanganan Kesepakatan Bersama ini dilakukan di hadapan Kokoh

Henry, Notaris yang berkedudukan di Jakarta dan Kesepakatan Bersama

tersebut telah dilegalisasi dengan Nomor 05/Legalisasi/2012 tanggal 2

Juni 2012.

3. Pasal 1 alinea keempat Kesepakatan Bersama menyatakan:

"Para Pihak sepakat bahwa hubungan rumah tangga Para Pihak tidak

mungkin dilanjutkan lagi dan sudah sepatutnya diakhiri karena

perkawinan Para Pihak sudah tidak sesuai dengan tujuan perkawinan

yang diatur dalam undang-undang."

4. Dengan demikian, terbukti bahwa Tergugat telah sepakat untuk bercerai

dengan Penggugat.

5. Kesepakatan bersama ini ditandatangani atas kemauan bersama dan

tanpa adanya unsur paksaan dari siapapun. Hal ini sesuai dengan Pasal

1 Kesepakatan Bersama yang menyatakan:

"Para Pihak dengan itikad baik dan atas kemauan bersama (tanpa unsur

paksaan dari pihak manapun) sepakat menandatangani Kesepakatan

Bersama"

6. Perjanjian berlaku secara sah dan mengikat para pihak sebagai undang-

undang dan harus dilaksanakan dengan penuh itikad baik. Hal ini sesuai

dengan Pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan:

"Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku

sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan

itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah

pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang.

Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik."

7. Dengan demikian, Kesepakatan Bersama mempunyai kekuatan hukum

yang mengikat bagi Penggugat dan Tergugat yang telah sepakat untuk

mengakhiri perkawinannya.

8. Kami mohon perhatian Majelis Hakim Yang Terhormat bahwa Penggugat

telah berpisah dengan Tergugat sejak Kesepakatan Bersama ini

ditandatangani. Hal ini untuk memenuhi kesepakatan bersama

Penggugat dan Tergugat yang secara bulat telah menginginkan untuk

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 87: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

bercerai sekaligus untuk menghindari perselisihan yang semakin besar.

Dengan demikian, hubungan rumah tangga Penggugat dan Tergugat

tidak dapat diharapkan untuk rukun kembali.

9. Lebih lanjut, Penggugat dan Tergugat dalam Kesepakatan Bersama

tersebut telah sepakat untuk melanjutkan kesepakatan bersama untuk

bercerai ini ke pengadilan yang berwenang untuk memutuskan

perkawinan Tergugat dan Tergugat. Hal ini merupakan dasar bagi

Penggugat untuk mengajukan gugatan aquo sehingga gugatan

Penggugat sudah sepatutnya dikabulkan.

IV. Hak Asuh Atas Anak

10.Pasal 105 KHI menyatakan:

"Dalam hal terjadinya perceraian:

a. Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum

berumur 12 tahun adalah hak ibunya;

b. Pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada

anak untuk memilih diantara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak

pemeliharaanya;

c. biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya."

11.Berdasarkan ketentuan di atas, Penggugat berhak atas hak asuh anak-

anak Penggugat dan Tergugat sampai anak-anak tersebut berumur 12

(dua belas) tahun. Karena kedua anak Penggugat dan Tergugat belum

berumur 12 (dua belas) tahun maka Penggugat berhak atas hak asuh

anak tersebut.

12. Untuk memenuhi ketentuan di atas, Penggugat secara terus menerus

telah memperjuangkan hak asuh anak kepada Tergugat. Bahkan,

sebelum menandatangani Kesepakatan Bersama dengan Tergugat,

Penggugat di hadapan Notaris Kokoh Hendry kembali membujuk

Tergugat untuk memberikan hak asuh anak hingga anak-anak tersebut

berumur 12 (dua belas) tahun. Namun demikian, Tergugat bersikeras

menolak permintaan Penggugat.

13. Untuk menghindari konflik yang semakin rumit dan berkepanjangan,

Penggugat dengan itikad baik menuruti keinginan Tergugat. Namun

Hal. 9 dari 18 hal. Put. No. 1674/Pdt. G/2011/PAJT.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 88: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

demikian, sebagai bentuk komitmen atas hak atas anak tersebut,

Tergugat sepakat untuk memenuhi seluruh kebutuhan anak-anak

tersebut dan melepaskan Penggugat dari seluruh kewajiban yang

berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan anak-anak tersebut. Hal ini

sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) dan (3) Kesepakatan Bersama yang kami

kutip sebagai berikut:

2) Untuk menghindari konflik yang semakin rumit dan

berkepanjangan, Pihak Kedua dengan itikad baik menuruti

keinginan Pihak Pertama untuk memperoleh hak asuh anak"

3) Sebagai bentuk komitmen Pihak Pertama atas hak asuh anak,

Pihak Pertama sepakat untuk membesarkan dan memenuhi

seluruh kebutuhan anak-anak tersebut. Dalam hal ini Pihak

Pertama sepakat untuk membebaskan Pihak Kedua dari

seluruh kewajiban yang timbul terkait anak-anak tersebut”

14.Sebagai bentuk kepedulian Penggugat terhadap anak-anak Penggugat

dan Tergugat, Penggugat telah meminta Tergugat untuk memberikan

kebebasan kepada anak-anak untuk memilih diasuh oleh Penggugat atau

Tergugat setelah mereka berumur 12 (dua belas( tahun). Hal ini sesuai

dengan Pasal 105 huruf (b) KHI. Hal ini juga terdapat dalam Pasal 2 ayat

(5) Kesepakatan Bersama, yang kami kutip sebagai berikut:

"Para pihak sepakat bahwa Pihak Pertama akan tetap menjadi

pemegang hak asuh anak (dan tidak dapat dituntut oleh Pihak Kedua)

kecuali apabila di kemudian hari anak-anak memilih untuk diasuh oleh

Pihak Kedua, maka Pihak Kedua akan menjadi pemegang hak asuh

anak."

15.Lebih lanjut, Tergugat juga telah sepakat bahwa Penggugat berhak untuk

menemui anak-anak di setiap waktu dan tempat tanpa adanya halangan

dalam bentuk apapun dari Tergugat maupun pihak-pihak lainnya sejak

tanggal penandatanganan Kesepakatan Bersama. Hal ini sesuai dengan

Pasal 2 ayat (4) Kesepakatan Bersama yang kami kutip sebagai berikut:

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 89: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

"Pihak Pertama sepakat bahwa Pihak Kedua berhak untuk menemui

anak-anak di setiap waktu dan tempat tanpa adanya halangan dalam

bentuk apapun dari Pihak Pertama dan/atau pihak lainnya."

16.Berdasarkan ketentuan di atas, Tergugat mempunyai kewajiban untuk

memberikan kesempatan kepada Penggugat untuk bertemu dengan

anak-anak di setiap waktu dan tempat yang tidak dapat dibatasi oleh

Tergugat.

Berdasarkan dalil-dalil Penggugat di atas, kami mohon kepada Majelis Hakim

Yang Terhormat untuk memutuskan hal-hal sebagai berikut:

1. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.

2. Menyatakan putusnya ikatan perkawinan Penggugat dan Tergugat

karena perceraian.

3. Menyatakan bahwa Tergugat wajib mengijinkan Penggugat untuk

bertemu dengan anak-anak Penggugat dan Tergugat dimanapun dan

kapanpun.

ATAU, apabila Majelis Hakim Yang Terhormat berpendapat lain, kami mohon

putusan yang seadil-adilnya (ex aquo et bono).

Menimbang, bahwa pada hari dan tanggal yang telah ditetapkan,

Penggugat beserta kuasanya datang menghadap dipersidangan sedangkan

Tergugat tidak hadir dipersidangan dan tidak menyuruh orang lain untuk hadir

sebagai wakil / kuasanya, meskipun Tergugat telah dipanggil dengan resmi dan

patut dan tidak datangnya itu tidak terdapat suatu alasan yang sah menurut

hukum, karena itu pemeriksaan terhadap perkaranya tetap diteruskan tanpa

hadirnya Tergugat.

Menimbang, bahwa upaya Mediasi tidak dapat dilaksanakan, namun

majelis telah berusaha memberikan nasehat kepada Penggugat agar rukun

kembali dengan Tergugat, namun usaha tersebut tidak berhasil.

Menimbang, bahwa kemudian dibacakanlah gugatan Penggugat yang

isinya tetap dipertahankan oleh Penggugat.

Menimbang, bahwa Tergugat tidak hadir di persidangan, oleh karenanya

jawaban Tergugat tidak dapat didengar.

Hal. 11 dari 18 hal. Put. No. 1674/Pdt. G/2011/PAJT.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 90: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil gugatan Penggugat,

maka di persidangan Penggugat telah mengajukan bukti-bukti sebagai berikut:

Bukti surat :

1. Fotokopi Kutipan Akta Nikah dari Kantor Urusan Agama Kecamatan

Jatinegara Kota Jakarta Timur Nomor : Xxxx Tanggal 26 Maret 2007 ,

(Kode P.1);

2. b. Fotokopi Kartu Keluarga dari Kelurahan Cipinang Besar Selatan

Nomor : xxxxx tanggal 12 Mei 2009(Kode P.2)

3. Fotokopi Akta Kelahiran dari Kantor Catatan Sipil Kotamadya Jakarta

Timur Nomor : xxxx tanggal 04 Juni 2007 (Kode P.3)

4. Fotokopi Akta Kelahiran dari Kantor Catatan Sipil Kota Administrasi

Jakarta Timur Nomor : xxxx tanggal 29 April 2009 (Kode P.4)

5. Fotokopi Duplikat Kutipan Akta Nikah (Kode P.5).

6. Fotokopi Akta Kelahiran Nova Sriyunita Togatorop (Penggugat) (Kode

P.6).

7. Fotokopi Akta Kelahiran Eko Kemal Julianshah (Tergugat) (Kode P.7).

8. Fotokopi Kesepakatan Bersama Untuk Bercerai dari Kantor Notaris

Kokoh Henry, SH., M.Kn. tanggal 02 Juni 2012; (Kode P.8)

Bukti Saksi

1. Saksi I, umur 24 tahun, agama Kristen Protestan, pekerjaan Swasta,

tempat kediaman di Kelurahan Sidikalang, Kecamatan Sidikalang,

Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, menerangkan dibawah sumpahnya

sebagai berikut :

• Bahwa saksi adalah adik kandung Penggugat, sedangkan

Tergugat adalah suami Penggugat.

• Bahwa rumah tangga Penggugat dan Tergugat telah dikaruniai

anak 2 (dua) orang.

• Bahwa rumah tangga Penggugat dan Tergugat sering cekcok

lantaran Penggugat sering keluar rumah sehingga Tergugat

marah, disamping itu juga masalah beda Agama Tergugat setelah

menikah tetap dengan agamanya semula yaitu Kristen.

• Bahwa Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal

sejak bulan Juni 2012.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 91: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa anak Penggugat dan Tergugat sekarang berada pada

Tergugat.

• Bahwa Penggugat dan Tergugat tidak bisa diperbaiki lagi.

• Bahwa atas pertanyaan Ketua Kuasa Penggugat, saksi

menjelaskan bahwa dari anak Penggugat pernah didengar bahwa

pernah terjadi KDRT terhadap Penggugat dan saksi mengetahui

ada kesepakatan tertulis antara Penggugat dan Tergugat, saksi

mengetik kesepakatan tersebut yang isinya Tergugat member izin

kepada Penggugat untk beribadah dan melihat anak.

2. Saksi II, umur 22 tahun, agama Kristen Protestan, pekerjaan Mahasiswa,

tempat kediaman di Kelurahan Rawamangun, Kecamatan Pulogadung,

Kota Jakarta Timur (teman dari Penggugat).

• Bahwa saksi adalah teman Penggugat sejak kecil, sedangkan

Tergugat adalah suami Penggugat.

• Bahwa rumah tangga Penggugat dan Tergugat telah dikaruniai

anak 2 (dua) orang.

• Bahwa rumah tangga Penggugat dan Tergugat saat ini sudah tidak

harmonis dan sering terjadi pertengkaran terus menerus sejak 1,5

tahun yang lalu, sebabnya karena Penggugat suka pergi ke Gereja

kemudian Tergugat marah.

• Bahwa Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal

sejak bulan Juni 2012.

• Bahwa saksi selaku keluarga dekat telah berusaha memberikan

nasehat agar Penggugat dan Tergugat rukun kembali, namun

Penggugat tetap dengan pendiriannya sehingga saksi tidak

sanggup lagi mengusahakannya.

Menimbang, bahwa pada tahap kesimpulan Penggugat menyampaikan

tetap dengan gugatannya dan mohon putusan.

Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian dalam putusan ini,

maka majelis cukup menunjuk berita acara persidangan ini sebagai hal yang tak

dapat dipisahkan dengan putusan ini.

Hal. 13 dari 18 hal. Put. No. 1674/Pdt. G/2011/PAJT.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 92: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

TENTANG HUKUMNYA

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah

sebagaimana telah diuraikan di atas;

Menimbang, bahwa Penggugat hadir menghadap ke persidangan,

sedangkan Tergugat telah dipanggil dengan resmi dan patut sebagaimana

ketentuan pasal 26 PP Nomor 9 Tahun 1975, namun tidak hadir dan tidak

ternyata tidak hadirnya Tergugat tersebut disebabkan oleh alasan yang sah

menurut hukum. Oleh karena itu harus dinyatakan bahwa Tergugat yang telah

dipanggil dengan resmi dan patut tidak datang menghadap ke persidangan tidak

hadir, maka sesuai dengan pasal 125 HIR perkara ini dapat diperiksa dan

diputus dengan verstek;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim pada tiap persidangan telah berusaha

memberikan nasehat agar Penggugat bersabar dan rukun kembali dengan

Tergugat sebagai suami isteri sesuai dengan maksud pasal 82 ayat (1) dan (4)

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor

9 Tahun 1975 jo pasal 143 Kompilasi Hukum Islam, namun usaha tersebut tidak

berhasil;

Menimbang, bahwa Penggugat mendalilkan Penggugat telah menikah

dengan Tergugat pada tanggal 25 Maret 2007 tercatat pada Kantor Urusan

Agama Kecamatan Jatinegara, Kota Jakarta Utara, dengan Duplikat Kutipan

Akta Nikah Nomor: Xxxx , tanggal 26 Maret 2007.

Menimbang, bahwa alasan Penggugat mengajukan gugatan cerai adalah

rumah tangganya dengan Tergugat tidak rukun lagi karena sering terjadi

perselisihan dan pertengkaran disebabkan Tergugat tidak menyetujui

permintaan Penggugat untuk kembali beribadah sesuai dengan agama

Penggugat semula Kristen Protestan yang mengakibatkan Penggugat semakin

gelisah dan tidak tenang karena tidak dapat beribadah dan melaksanakan

ibadah secara diam-diam yang sampai diketahui Tergugat dan menyebabkan

Tergugat marah kepada Penggugat, sehingga antara Penggugat dan Tergugat

tidak ada kecocokan lagi dalam membina rumah tangga, akibatnya Penggugat

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 93: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal semenjak tanggal 2 Juni 2012 yang

lalu.

Menimbang, bahwa untuk meneguhkan dalil-dalil gugatannya, Penggugat

telah mengajukan alat bukti surat bertanda P, menurut Majelis alat bukti tersebut

telah merupakan akta otentik sehingga memenuhi syarat formil dan materil

sesuai maksud Pasal 165 HIR oleh karena itu dapat dipertimbangkan;

Menimbang, bahwa dari bukti P. tersebut ditemui fakta bahwa benar

Penggugat telah menikah dengan Tergugat pada tanggal 26 Maret 2007;

Menimbang, bahwa bukti P.1, menjelaskan tentang Perkawinan

Penggugat dan Tergugat, bukti P.2, menjelaskan bahwa Penggugat dan

Tergugat adalah WNI yang dibuktikan dengan adanya Kartu Keluarga, bukti P.3

dan P.4 adalah fotokopi tentang Akta Kelahiran anak Penggugat dan Tergugat,

fotokopi mana tidak diperlihatkan yang aslinya karena yang aslinya berada pada

Tergugat, sedangkan bukti P.5, P.6 dan P.7 tentang Duplikat Akta Kelahiran

Anak dan bukti mengenai Penggugat dan anak-anak Penggugat dan Tergugat

memiliki Kewarganegaraan Indonesia, hal mana terhadap bukti P.5, P.6 dan P.7

dicabut oleh Penggugat dan bukti P.8 menjelaskan antara Penggugat dan

Tergugat telah terjadi Kesepakatan untuk mengakhiri perkawinan dan

pengaturan tentang hak asuh anak.

Menimbang, bahwa Penggugat mengajukan bukti P.8 tentang

Kesepakatan yang isinya tentang Kesepakatan untuk mengakhiri perkawinan,

pengaturan tentang hak asuh anak dan memberikan kebebasan untuk

Penggugat melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinannya, terhadap

Kesepakatan tersebut Majelis Hakim tidak akan mempertimbangkannya karena

Kesepakatan terjadi sebelum perkara diajukan ke Pengadilan, Majelis hanya

mengingatkan bahwa Kesepakatan yang dibuat tersebut adalah merupakan

Undang-Undang yang mengikat kedua belah pihak, karenanya kedua belah

pihak harus melaksanakan ke isi Kesepakatan tersebut.

Menimbang, bahwa di samping bukti surat tersebut, Penggugat juga

mengajukan dua orang saksi, masing-masing bernama Saksi I dan Saksi II

kedua saksi tersebut telah memberikan keterangan dibawah sumpah yang

menerangkan bahwa rumah tangga Penggugat dengan Tergugat tidak rukun

Hal. 15 dari 18 hal. Put. No. 1674/Pdt. G/2011/PAJT.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 94: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

lagi keterangan saksi-saksi tersebut telah bersesuaian dengan dalil gugatan

penggugat. Menurut Majelis bukti–bukti tersebut telah memenuhi syarat formil

dan materil pembuktian;

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.1 s/d P.8 dan keterangan dua

orang saksi yang tidak dibantah oleh Penggugat ditemukan fakta sebagai

berikut :

• Bahwa Penggugat dan Tergugat sebagai suami isteri yang menikah dan

telah dikaruniai 2 (dua) orang anak;

• Bahwa awalnya rumah tangga Penggugat dengan Tergugat rukun,

namun sejak tahun 2011 tidak rukun lagi sering terjadi perselisihan dan

pertengkaran lantaran Tergugat sering keluar malam dan lantaran beda

agama dan Tergugat telah sering beribadah ke Gereja, yang akhirnya

keduanya berpisah tempat tinggal sejak tanggal 2 Juni 2012 yang lalu;

• Bahwa keluarga Penggugat telah mendamaikan, namun tidak berhasil;

Menimbang, bahwa berdasarkan kejadian-kejadian diatas yang

mengakibatkan rumah tangga Penggugat dengan Tergugat menjadi “pecah” dan

tidak bisa lagi untuk disatukan, sehingga tujuan perkawinan untuk membentuk

keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah serta bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana maksud pasal 1

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 serta sebagaimana yang diisyaratkan

oleh al-Quran surat al-Rum ayat 21 tidak mungkin lagi untuk diwujudkan;

Menimbang, bahwa melanjutkan hubungan perkawinan dalam rumah

tangga yang sudah pecah akan menimbulkan penderitaan yang

berkepanjangan, sehingga melanjutkan rumah tangga yang seperti ini akan

menimbulkan mudharat yang lebih besar dari pada mashlahatnya;

Menimbang, bahwa berdasarkan kepada pertimbangan tersebut diatas,

Majelis berpendapat bahwa alasan Penggugat untuk bercerai dengan Tergugat

telah beralasan hukum yaitu sesuai dengan maksud pasal 19 huruf (f) Peraturan

Pemerintah Tahun 1975 jo pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam, maka

berdasarkan pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo pasal

22 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan pasal 134

Kompilasi Hukum Islam gugatan Penggugat dapat dikabulkan;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 95: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa sesuai dengan pasal 84 ayat 1 dan 2 Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah diperbaharui dengan Undang Nomor 3

Tahun 2006 dan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, kepada Panitera

Pengadilan Agama Padang diperintahkan untuk menyampaikan salinan putusan

yang telah berkekuatan hukum tetap kepada Pegawai Pencatat Nikah tempat

Penggugat dan Tergugat tinggal dan tempat pernikahan Penggugat dan

Tergugat dilangsungkan;

Menimbang, bahwa karena perkara ini bidang perkawinan, sesuai

dengan ketentuan pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang

telah diperbaharui oleh Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-

Undang Nomor 50 Tahun 2009, maka biaya perkara dibebankan kepada

Penggugat.

Mengingat akan semua peraturan perundang-undangan yang berlaku

dan hukum Syara’ yang berkaitan dengan perkara ini.

M E N G A D I L I

1. Menyatakan Tergugat yang telah dipanggil secara resmi dan patut untuk

datang menghadap di persidangan, tidak hadir;

2. Mengabulkan gugatan Penggugat dengan Verstek;

3. Menjatuhkan talak satu bain sughra Tergugat (Tergugat) terhadap

Penggugat (Penggugat);

4. Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Jakarta Timur untuk

mengirimkan salinan putusan ini setelah berkekuatan hukum tetap

kepada Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan

Jatinegara, Kota Jakarta Timur dan Pegawai Pencatat Nikah Kantor

Urusan Agama Kecamatan Pulogadung Kota Jakarta Timur untuk dicatat

dalam daftar yang disediakan untuk itu;

5. Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara ini

sebesar Rp.666.000,- (enam ratus enam puluh enam ribu rupiah).

Hal. 17 dari 18 hal. Put. No. 1674/Pdt. G/2011/PAJT.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 96: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Demikianlah diputuskan dalam sidang musyawarah Majelis Pengadilan

Agama Jakarta Timur pada hari Kamis tanggal 25 Oktober 2012 Masehi.

bertepatan dengan tanggal 09 Dzulhijjah 1433 Hijriyah, oleh kami

Dra. Orba Susilawati, M.HI sebagai Ketua Majelis Drs. Sultoni, M.H. dan Elvin

Nailana, S.H., M.H., masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan mana

diucapkan pada hari itu juga dalam sidang terbuka untuk umum dengan dihadiri

oleh Rita Syuriyah, S.H., sebagai Panitera Pengganti serta dihadiri oleh Kuasa

Penggugat tanpa hadirnya Tergugat.

Ketua Majelis,t.t.d

Dra. Orba Susilawati, MHIHakim Anggota, Hakim Anggota,t.t.d t.t.d Drs. Sultoni, MH. Elvin Nailana, SH, MH.

Panitera Penggantit.t.dRita Syuriyah, S.H.

Perincian Biaya Perkara:

1. Pendaftaran HHK

: Rp 30.000,-

2. Biaya Panggilan

: Rp 500.000,-

3. Redaksi : Rp 5.000,-4. Materai : Rp 6.000,-5. ATK Proses : Rp 75.000,-Jumlah Rp 666.000,-(enam ratus enam puluh enam ribu rupiah)

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 97: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

1. Apa alasan hakim menetapkan pertimbangan hukum dalam putusan Nomor

1429/Pdt.G/2013/PA.Tng?

Yang pertama, kelakuan istri kendatipun ia masih berstatus muslimah tapi dia telah

membangkan terhadap asuhannya lebih lebih dia telah melakukan perselingkuhan dengan

pria lain.

Yang kedua, didalam materi hukum islam itu sendiri terjadi perbedaan pendapat, antara pada

imam mazhab tentang syarat muslim ataukah tidak dalam pengasuhan hak asuh anak.

Yang ketiga, bahwa selama terjadinya perpisahan antara pemohon dan termohon anak diasuh

oleh pemohon sebagai ayah kandungnya dengan baik dan anak tersebut secara fisik maupun

psikis tumbuh secara wajar dan normal seperti anak-anak pada umumnya.

Yang keempat, bahwa hak pengasuhan anak itu lebih difokuskan -kepada dan untuk

kepentingan kemaslahatan anak itu sendiri.

2. Apa yang menjadi dasar petimbangan Majelis Hakim dalam memutus hak asuh anak

yang jatuh kepada bapak non muslim?

Fakta persidangan, kita merujuk pada aturan ada dan yang berlaku. Dan juga budaya

masyarakat yang hidup atau yang disebut dengan nama living law

3. Selain Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi

Hukum Islam (KHI), apakah ada Undang-Undang lain untuk Hakim gunakan dalam

memutuskan suatu perkara hak asuh anak tersebut?

Ya saya merujuk pada pasal, tetapi dalam hal-hal tersebut saya menggunakan seperti hak

asuh anak seperti KHI, tetapi saya juga memperhatikan fakta persidangan yang terjadi.

Artinya pada mana kala UU tersebut bertentangan dengan kondisi fakta yang ada bisa aja

saya mengesampingkan pasal, tetapi dalam keadaan tertentu karena perilaku ibunya menurut

kaedah hukum materil yang ada (misalnya dia bandel atau yg lain-lain) bisa saja pasal itu di

Page 98: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

kesampingkan. Inilah yang menjadi patokan hakim, saya memperhatikan yang pertama yaitu

karena faktor/binaan masyarakat fakta didalam persidangan dan yang kedua kepentingan

anak itu sendiri. Jadi bisa itu pasal dikesampingkan dengan mengatakan anak dibawah 12

tahun jatuh kepada ibunya. Tetapi pada kenyataan tertentu karena fakta di persidangan ibunya

walaupun diterima seorang yang jarang berada dirumah, tidak patuh pada suami, dan bahkan

berselingkuh karena lelaki lain, berarti saya anggap ibu itu tidak cakap/amanah walaupun

islam tetapi gak amanah. Nah kalau ketika orang tidak amanah tapi dihadapkan dengan orang

kristen (suami) tadi lebih baik mana, kalau secara logika karena kita orang islam mungkin

biarin bandel padahal itu ibunya kan, tetapi kan kita tidak begitu. Kenapa bapak menentukan

kaya, karena selama ini pertama anaknya nyaman di sisi suami yang keluar negeri. Yang

kedua mengenai status atau kedudukan agama seseorang itu pada imam mazhab berselisih

pendapat ada yang mengatakan itu salah satu syarat pengasuh ada yang tidak dan itulah

kenapa hakim memutuskan perkara ini.

Mazhab azahiry, kalau ini ada di tafsir al-kasyaf.

Termasuk itu UUPA, UU KDRT, UU HAM tahun 1999 dan lainnya.

4. Hambatan apa bagi majlis hakim dalam memutuskan perkara hadhanah tersebut?

Hambatan itu salah satunya kita harus memberikan anak yang sudah berusia 12 tahun, karena

pada saat itu hakim harus memeriksa dan menghadirkan anak tersebut di persidangan.

Hambatan yang dikhawatirkan manakala hakim kurang cerdas dalam menanyakan kepada

anak tersebut mengemukakan tentang persoalan orang tuanya itu ada kekhawatiran akan

mengganggu psikis anak atau kejiwaan anak.

5. Kasus hal apa saja yang menyebabkan gugurnya putusan hadhanah kepada ibu?

Page 99: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

Istri berperilaku tidak amanah, istri nyeleweng atau segala macem, atau istri secara faktual

tidak dapat mengasuh anak karena perilaku ibunya, istri sering juga berada diluar rumah. Dan

banyak hal-hal itu dikesampingkan dalam hak asuh anak.

6. Bagaimana proses pengambilan putusan yang terkait masalah hadhanah kepada bapak

yang non muslim?

Kita menyeleksi dulu fakta-fakta dipersidangan atau mengkonstantir, kemudian kita

merujuk aturan yang ada. Sehingga muncul keyakinan hakim untuk menentukan siapa

yang paling berhak dalam mengasuh anak.

7. Bagaimana majelis hakim dalam memutuskan perkara hadhanah?

Saksi dan bukti surat, caranya memilih lebih cenderung ke ibu atau ke ayah.

8. Kewenangan apa yang membuat Majlis Hakim menjatuhkan hak asuh anak kepada

bapak non muslim?

Kewenangannya adalah bahwa mengenai persengketaan hak asuh anak itu adalah wewenang

peradilan agama, sesuai pasal 105 KHI.

Bahwa pada hakekatnya anak dibawah umur 12 tahun atau belum mumayyiz itu hak asuhnya

pada ibu. Namun apabila ditemukan fakta adanya halangan syari maka bisa saja hak asuh

anak yang belum mumayiz tersebut jatuh kepada ayah.

Absolut berkenaan dengan bidang yang dimiliki

Relatif berkenaan dengan lokasi atau domisili

Absolut contohnya seperti perceraian bagi orang islam atau warisan itu murni absolut

kewenangan peradilan agama tapi masalah perdata umum atau pidana yaitu kewenangan

absolut kewenangan peradilan negeri.

Page 100: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan

Sementara contoh relatif, misalnya istri alamat di kabupaten itu mengajukannya di tigaraksa.

Berkaitan dengan domisilinya juga.

9. Dapatkah dijelaskan mengenai dasar?

Bisa memungkinkan bisa, ada putusan saya tetapi di tigaraksa kita membagi atau

mengalokasikan waktu juga. Jadi misalnya, hari sekolah senin sampai jumat ke ibunya, sabtu

minggu ke ayahnya. Dengan pertimbangan orang tua sama-sama menghendaki pengasuhan

anak, orang tua sama-sama menyayangi anak, orang tua sama-sama dekat dengan anak dan

itulah yang bapak bagi. Dan anak sendiri itu nyaman kepada orang tua. Fakta hukum pada

ketiga penjelasan orang tersebut.

Fakta persidangan itu kemudian untuk kepentingan anak, UU perlindungan anak jelas sekali

mengatakan pasal 38 bahwa untuk hak pengasuhan anak itu yang terpenting adalah

memperhatikan kenyamanan atau kepentingan anak.

Page 101: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan
Page 102: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan
Page 103: PEMBERIAN HAK ASUH ANAK KEPADA SUAMI YANG NON …€¦ · tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan sejahtera. Dalam pandangan Islam, kehidupan