IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas...

23
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informan Informan untuk penelitian ini adalah para pelaku pemasaran kambing PE Kelompok Ternak Lebaksiuh yang berjumlah 7 orang. Rincian secara jelas mengenai identitas informan diterangkan pada Tabel 1, sebagai berikut: Tabel 1. Identitas Informan menurut Usia, Pengalaman Kerja dan Pendidikan Terakhir No Jabatan Usia Pengalaman kerja Pendidikan terakhir 1 Ketua kelompok 41 tahun 11 tahun SMK 2 Anggota Kelompok 49 tahun 3 tahun SD 3 Pedagang Pengumpul 2 50 tahun 5 tahun SMP 4 Pedagang pengumpul 2 35 tahun 10 tahun SMP 5 Pedagang perantara 35 tahun 10 tahun SMP 6 Pedagang besar 35 tahun 7 tahun Diploma 3 7 Pegawai Dinas Peternakan 29 tahun 3 tahun Sarjana

Transcript of IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas...

Page 1: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informanmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120274_4_1576.pdfkelompok yang sangat tentram. Kelompok Ternak Lebaksiuh berlokasi di Kampung

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identitas Informan

Informan untuk penelitian ini adalah para pelaku pemasaran kambing PE

Kelompok Ternak Lebaksiuh yang berjumlah 7 orang. Rincian secara jelas

mengenai identitas informan diterangkan pada Tabel 1, sebagai berikut:

Tabel 1. Identitas Informan menurut Usia, Pengalaman Kerja dan Pendidikan

Terakhir

No Jabatan Usia Pengalaman

kerja

Pendidikan

terakhir

1 Ketua kelompok 41 tahun 11 tahun SMK

2 Anggota Kelompok 49 tahun 3 tahun SD

3 Pedagang

Pengumpul 2 50 tahun 5 tahun SMP

4 Pedagang

pengumpul 2 35 tahun 10 tahun SMP

5 Pedagang perantara 35 tahun 10 tahun SMP

6 Pedagang besar 35 tahun 7 tahun Diploma 3

7 Pegawai Dinas

Peternakan 29 tahun 3 tahun Sarjana

Page 2: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informanmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120274_4_1576.pdfkelompok yang sangat tentram. Kelompok Ternak Lebaksiuh berlokasi di Kampung

27

Berdasarkan data pada tabel 1 diketahui bahwa rentang usia para pelaku

pemasaran berada pada rentang usia 29 – 50 tahun, hal ini menunjukkan

keberadaan usia para pelaku pemasaran yang berada pada rentang usia produktif

kerja yaitu dari usia 15-64 tahun. Pegawai Dinas Peternakan memiliki pendidikan

terakhir paling tinggi yaitu sarjana, lalu pedagang besar yang memperoleh gelar

diploma 3, dan ketua kelompok dengan pendidikan terakhirnya adalah SMK. Hal

ini memperlihatkan kemampuan berorganisasi dan tingkat pekerjaan yang

semakin rumit sejalan dengan tingginya tingkat pendidikan terakhir yang diambil.

4.2 Sejarah Kelompok Ternak Lebaksiuh

Kelompok Ternak Lebaksiuh dirintis sejak tahun 1975 yang merupakan

gabungan peternak yang telah mengembangbiakkan domba dan kambing, secara

bertahap kelompok ini mengembangbiakkan kambing perah secara khusus dari

bangsa kambing Peranakan Etawah, dengan nama kelompok pada saat itu adalah

Tunas Lingga. Pembentukan kelompok ternak ini pada awalnya didasari oleh

dorongan, semangat, dan motivasi dari warga desa Sindanggalih untuk lebih

mengembangkan usaha peternakan maupun pertanian masyarakat

Desa Sindanggalih, usulan tersebut diutarakan dalam musyawarah desa yang

menjadi agenda bulanan di desa tersebut.

Kelompok ternak rintisan ini pernah mendapatkan bantuan dari

Pemerintah yaitu Bantuan Presiden (Banpres) pada tahun 1992 sehingga

kelompok ternak ini berkembang semakin pesat. Setelah beberapa tahun berjalan

pada tahun 2006 kelompok ternak Tunas Lingga diubah namanya menjadi

Kelompok Ternak Lebaksiuh dan diresmikan pada tanggal 12 Maret 2012.

Page 3: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informanmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120274_4_1576.pdfkelompok yang sangat tentram. Kelompok Ternak Lebaksiuh berlokasi di Kampung

28

Nama Lebaksiuh diambil dari Bahasa Sunda yang berarti tempat atau

daerah yang adem, ayem, dan tentram, sehingga Lebaksiuh mengandung arti

kelompok yang sangat tentram. Kelompok Ternak Lebaksiuh berlokasi di

Kampung Babakan Rt 03/ Rw 05 Desa Sindanggalih, Kecamatan Karangpawitan,

Kabupaten Garut. Sejak peresmiannya menjadi kelompok, Kelompok Ternak

Lebaksiuh memiliki anggota sebanyak 31 orang, hingga saat ini anggota

kelompok telah mencapai 60 orang. Rata-rata mata pencaharian anggota

kelompok merupakan petani, buruh tani juga pekerja serabutan.

Ketua kelompok saat ini adalah Moh. Darda Fadili yang tiada lain

merupakan anak dari perintis Kelompok Ternak Lebaksiuh. Struktur organisasi

Kelompok Ternak Lebaksiuh saat ini yaitu:

Ilustrasi 2. Struktur Organisasi Kelompok Ternak Lebaksiuh

Ketua

Moh. Darda Fadili

Sekertaris

Janjan Pardiana

Bendahara

Siti Nurjahroh

Anggota

Page 4: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informanmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120274_4_1576.pdfkelompok yang sangat tentram. Kelompok Ternak Lebaksiuh berlokasi di Kampung

29

Kelompok Ternak Lebaksiuh dilengkapi buku-buku administrasi

diantaranya: buku kas; buku tabungan; buku notulen rapat; buku tamu; buku

daftar pertemuan; buku produksi; buku catatan kegiatan; buku daftar anggota; dan

buku populasi. Dokumentasi data ini tertib dilakukan untuk mendukung

pengembangan Kelompok Ternak Lebaksiuh serta menjaga ketertiban data-data

kelompok ternak yang perlu disimpan.

Bersamaan dengan pengembangan Kelompok Ternak Lebaksiuh, sejak

tahun 2015 dibentuk Koperasi Simpan Pinjam Lebaksiuh. Koperasi ini

menyimpan dan mengelola dana yang didapat dari simpanan pokok anggota,

simpanan wajib anggota, simpanan sukarela/tabungan anggota, serta dana yang

diberikan oleh pihak ketiga. Dana yang didapat dikelola dan dialokasikan untuk

peminjaman anggota yang berkebutuhan serta pengelolaan Kelompok Ternak

Lebaksiuh. Perkembangan dana simpanan koperasi dapat diketahui dalam setiap

pertemuan kelompok yang rutin diadakan setiap satu setengah bulan sekali dan

anggota koperasi dapat memeriksa pengelolaan dana dari buku kas Kelompok

Ternak Lebaksiuh.

4.3 Kondisi Usaha Kelompok Ternak Lebaksiuh

Kelompok Ternak Lebaksiuh merupakan kelompok ternak yang

bergerak dalam bidang perbibitan kambing perah Peranakan Etawah (PE), hingga

saat ini populasi ternak kelompok telah mencapai ±600 ekor kambing PE.

Anggota kelompok sebanyak 60 orang dengan kepemilikan kambing PE yang

beragam, rata-rata kepemilikan kambing PE sebanyak 10 ekor kambing

peranggota. Pemeliharaan kambing PE dilakukan sebagian di kandang kelompok

yang tersebar hingga 10 titik di Desa Sindanggalih dan sebagian diternakkan di

Page 5: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informanmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120274_4_1576.pdfkelompok yang sangat tentram. Kelompok Ternak Lebaksiuh berlokasi di Kampung

30

lahan masing-masing anggota. Setiap anggota bertanggung jawab atas

pemeliharaan masing-masing ternak yang dimilikinya termasuk pakan dan cara

pemeliharaannya. Kandang kelompok merupakan kandang koloni yang saat ini

digunakan oleh 6 anggota dengan jumlah keseluruhan kambing PE sebanyak

100 ekor, yang kepemilikannya dipisahkan oleh sekat-sekat didalam kandang

koloni tersebut.

Pupuk kandang kelompok dikumpulkan dari kandang kelompok

sedangkan anggota yang membawa ternaknya ke lahan masing-masing tidak

diwajibkan mengumpulkan pupuk kandang. Pupuk kandang yang dikumpulkan

tersebut dijual lalu uang hasil penjualannya dimasukkan ke dalam kas kelompok.

Kelompok Ternak Lebaksiuh ini terus berkembang, terutama dengan

dijalankannya sistem bergulir oleh Kelompok Ternak Lebaksiuh kepada warga

Desa Sindanggalih yang ingin bergabung sebagai anggota. Sistem bergulir yaitu

peternak atau penerima bibit kambing PE dari Kelompok Ternak Lebaksiuh,

diwajibkan untuk mengembangbiakan kambing PE yang diberikan oleh kelompok

dan mengembalikan ternak tersebut sesuai dengan jumlah ketika awal pemberian

bibit kambing. Warga yang menerima bantuan sistem bergulir dari Kelompok

Ternak Lebaksiuh kebanyakan merupakan saudara atau tetangga dari anggota

kelompok itu sendiri. Salah satu keuntungan dari menjadi anggota Kelompok

Ternak Lebaksiuh adalah anggota kelompok mendapatkan beberapa fasilitas yang

secara khusus diberikan oleh Kelompok Ternak Lebaksiuh kepada anggotanya,

yaitu kaos kelompok, alat untuk mencari pakan ternak yaitu arit, pakan konsentrat,

serta ultramineral untuk kambing PE.

Kelompok Ternak Lebaksiuh memasarkan kambing PE melalui ketua

kelompok. Ketua kelompok akan melakukan pendataan populasi kambing PE

Page 6: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informanmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120274_4_1576.pdfkelompok yang sangat tentram. Kelompok Ternak Lebaksiuh berlokasi di Kampung

31

keseluruhan yang dimiliki kelompok, lalu melakukan penyeleksian kambing PE

yang berpotensi bagus sebagai bibit, afkir, atau kambing PE yang tidak layak

dijadikan sebagai bibit. Sistem jual beli kambing PE dilakukan oleh anggota

kepada ketua kelompoknya terlebih dahulu, lalu ketua kelompok akan

menyalurkannya ke pedagang pengumpul atau pedagang besar, sehingga ketua

kelompok disini dapat juga disebut sebagai pedagang pengumpul.

Ternak yang tidak berpotensi sebagai bibit kambing PE yang baik, atau

ternak yang sudah tidak produktif lagi atau afkir akan dijual kepada pedagang

pengumpul, sedangkan untuk pedagang besar yang memborong dalam rangka

pengadaan ternak biasanya memiliki spesifikasi tersendiri yang telah ditentukan

oleh dinas peternakan yang memerlukan pengadaan bibit kambing PE. Setiap

penjualan dari anggota ke ketua kelompok biasanya mengambil margin antara

Rp. 100.000,00 hingga Rp. 150.000,00 per ekor yang uangnya sebagian

dialokasikan untuk kas kelompok dan sebagian diberikan kepada ketua sebagai

bagian yang diterima oleh ketua kelompok.

Kelompok Ternak Lebaksiuh menjual kambing dengan beberapa

spesifikasi yaitu jantan siap kawin, betina siap kawin, cempek, dan kambing afkir

yang dijual kepada pengumpul dan pedagang besar. Pedagang pengumpul

biasanya membeli kambing jantan atau betina afkir, dan cempek lepas sapih yang

tidak berpotensi sebagai bibit dan telah digemukkan. Pedagang pengumpul

menjual kambing potong di pasar hewan kabupaten Garut, yaitu Pasar Wanaraja

dan Pasar Bayongbong yang secara rutin bergantian 2 kali setiap minggu, Pasar

Wanaraja buka setiap hari Rabu dan Minggu, sedangkan Pasar Bayongbong buka

setiap hari Senin dan Kamis.

Page 7: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informanmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120274_4_1576.pdfkelompok yang sangat tentram. Kelompok Ternak Lebaksiuh berlokasi di Kampung

32

Pedagang pengumpul menjual dan membeli kambing PE dengan

penaksiran berat badan. Penentuan harga dilakukan berdasarkan taksiran yang

dilakukan dengan menaksir berat badan kambing secara tradisional, yaitu melihat

bentuk dan memegang punggungnya, lalu menaksir berapa kilogram berat hidup

kambing tersebut. Pedagang besar membeli sesuai dengan permintaan dinas

terkait yang mengadakan pengadaan bibit kambing PE. Permintaan biasanya

selalu didominasi oleh jenis kambing PE betina siap kawin, karena pengadaan

dilakukan ketika kelompok penerima bantuan kekurangan pasokan bibit kambing

PE untuk budidaya. Penjualan kambing PE dilakukan setidaknya satu kali setiap

bulan kepada pengumpul, dengan kisaran penjualan yang bervariasi antara

4 – 6 ekor setiap penjualan, sedangkan kepada pedagang besar biasanya dua kali

dalam setahun dengan jumlah ternak yang dijual berkisar antara 150-200 ekor

bibit kambing PE, menyesuaikan dengan kebutuhan dinas terkait yang

mengadakan pengadaan ternak kambing PE.

4.4 Pelaku dan Fungsi Pemasaran

Pelaku pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kambing PE

Kelompok Ternak Lebaksiuh adalah ketua kelompok (pedagang pengumpul 1),

pedagang pengumpul 2, pedagang perantara, dan pedagang besar.

4.4.1 Pedagang Pengumpul 1 (Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh)

Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh berperan sebagai pedagang

pengumpul untuk pemasaran ternak Kambing PE dari anggota-anggotanya.

Page 8: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informanmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120274_4_1576.pdfkelompok yang sangat tentram. Kelompok Ternak Lebaksiuh berlokasi di Kampung

33

Kegiatan ini diorganisasikan oleh ketua kelompok selaku ketua Kelompok Ternak

Lebaksiuh.

Ketua kelompok mengumpulkan kambing PE dari anggota Kelompok

Ternak Lebaksiuh untuk dijual kembali kepada pedagang pengumpul dan

pedagang besar yang membeli kambing PE ke Kelompok Ternak Lebaksiuh.

Keuntungan yang didapatkan dari penjualan kambing PE tersebut akan

dimasukkan ke dalam kas koperasi Lebaksiuh dan sebagian diberikan sebagai

bagian untuk ketua kelompok.

Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh mengorganisasikan seluruh fungsi

pemasaran yang dibutuhkan untuk kesejahteraan anggota. Hal ini sesuai dengan

pendapat Hamid (1972) bahwa di dalam fungsi pemasaran terdapat fungsi

pertukaran yaitu fungsi penjualan dan pembelian. Selanjutnya dijelaskan pula

bahwa terdapat fungsi fisik yaitu fungsi penyimpanan dan pengangkutan, serta

fungsi fasilitas yang terdiri dari fungsi standardisasi dan grading, fungsi

pembiayaan, fungsi informasi pasar dan fungsi penanggungan resiko.

4.4.2 Pedagang Pengumpul 2

Pedagang pengumpul mengumpulkan kambing-kambing dan domba di

Desa Sindanggalih, salah satunya dari Kelompok Ternak Lebaksiuh, untuk dijual

kembali di Pasar Wanaraja dan Pasar Bayongbong. Harga kambing PE yang

dibeli dari Kelompok Ternak Lebaksiuh ditentukan berdasarkan taksiran berat

badan. Spesifikasi kambing terbagi menjadi 6 macam yaitu:

1. Cempek lepas sapih

2. Jantan umur 1-1,5 tahun

Page 9: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informanmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120274_4_1576.pdfkelompok yang sangat tentram. Kelompok Ternak Lebaksiuh berlokasi di Kampung

34

3. Jantan umur 2-3 tahun

4. Betina umur 1-1,5 tahun

5. Betina umur 2-3 tahun

6. Kambing afkir

Jumlah kambing PE yang diterima oleh pedagang pengumpul dari

Kelompok Ternak Lebaksiuh tidak rutin dan tidak bisa diprediksi berapa banyak

yang bisa diambil. Hal ini karena karakterisktik kambing PE yang dijual oleh

Kelompok Ternak Lebaksiuh ke pedagang pengumpul merupakan kambing PE

yang tidak produktif lagi, atau kambing yang tidak berpotensi baik sebagai

kambing PE bibit.

Pedagang pengumpul membeli kambing PE Kelompok Ternak

Lebaksiuh untuk dijual dipasar, mereka mengangkut kambing PE yang

dikumpulkan lalu menyimpannya dilahan mereka sampai hari pemasaran di pasar

tiba. Pedagang pengumpul melakukan fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran

yang terdiri dari fungsi pembelian dan fungsi penjualan. Fungsi pembelian,

dimana hal ini sesuai dengan pendapat Hamid (1972) bahwa fungsi pembelian

(buying), bertujuan untuk mencari tempat penjual (produsen) atau sumber-sumber

penawaran barang guna menjamin kontinuitas persediaan barang baik bagi

konsumen maupun bagi para pedagang. Pelaku pemasaran ini juga melakukan

fisik yaitu Fungsi pengangkutan dan penyimpanan, serta fungsi fasilitas yaitu

fungsi penanggungan resiko.

4.4.3 Pedagang Perantara

Pedagang perantara atau biasa disebut sebagai calo menjadi pelaku

pemasaran yang menjembatani pemasaran kambing PE dari pedagang pengumpul

Page 10: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informanmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120274_4_1576.pdfkelompok yang sangat tentram. Kelompok Ternak Lebaksiuh berlokasi di Kampung

35

ke konsumen. Pedagang perantara beroperasi secara langsung di Pasar Wanaraja

dan Pasar Bayongbong, mereka menyediakan patok dan mengurusi retribusi pasar

untuk berdagang dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Garut di

kawasan tersebut dengan harga perekor Rp. 2000,00. Mereka juga menjualkan

kambing atau domba yang dibawa oleh pengumpul kepada konsumen dengan

keuntungan antara Rp. 50.000,00 hingga Rp. 100.000,00 per ekornya. Pedagang

perantara melakukan fungsi pertukaran yaitu Fungsi penjualan (selling), yang

sesuai dengan pendapat Hamid (1972) pelaku pemasaran ini bertujuan untuk

mencari pembeli (konsumen dan langganan) suatu barang dengan motif

keuntungan yang sebesar-besarnya.

4.4.4 Pedagang Besar

Pedagang besar merupakan CV atau perusahaan perseorangan yang telah

mengikuti pelelangan yang diadakan oleh Layanan Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), proses lelang dapat dilihat pada lampiran no. 1.

Lembaga tersebut memfasilitasi pengadaan ternak kambing PE yang dilakukan

oleh Dinas Peternakan. Pedagang besar melakukan pembelian kambing PE dalam

jumlah besar kepada Kelompok Ternak Lebaksiuh sesuai dengan kontrak

pengadaan yang telah dilakukan dengan dinas peternakan yang melakukan

pengadaan ternak.

Pengadaan ternak kambing PE yang paling terakhir dilakukan sejak

penelitian ini ditulis adalah pengadaan ternak kambing PE ke dinas peternakan

Bandung Barat tahun 2016 dengan Kelompok Ternak Lebaksiuh sebagai

pendukung pengadaannya. Kambing PE yang dibutuhkan biasanya sudah mulai

dikumpulkan dan diseleksi oleh ketua kelompok agar sesuai dengan kriteria

Page 11: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informanmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120274_4_1576.pdfkelompok yang sangat tentram. Kelompok Ternak Lebaksiuh berlokasi di Kampung

36

kambing PE bibit yang diinginkan oleh pedagang besar, untuk lebih jelasnya

contoh kriteria kambing PE bibit yang dipersyaratkan oleh dinas dilampirkan pada

lampiran no. 2 dan 3.

Kambing PE yang telah diseleksi dibeli oleh ketua kelompok dari

anggota. Kambing PE Jantan siap kawin biasanya seharga Rp. 3.000.000,00 s/d

3.500.000,00, sedangkan betina siap kawin biasanya seharga Rp. 2.000.000,00

per ekornya, apabila jumlah kambing sudah sesuai dengan yang dipesankan, maka

petugas dari dinas akan menyeleksi kembali dan memastikan kambing dikirim

sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan, biasanya satu atau dua kali dalam

kontrak pengiriman. Kriteria seleksi untuk kambing PE yang diukur berupa tinggi

pundak untuk jantan minimal 75 cm sedangkan betina minimal 71 cm, umur

kambing berkisar dari 12 s/d 18 bulan, panjang telinga minimal 32 cm, serta

setiap kambing memiliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH).

Proses transaksi antara pedagang besar dengan ketua kelompok

dilakukan secara langsung. Pedagang besar akan membayar kepada ketua

Kelompok Ternak Lebaksiuh sesuai kesepakatan, biasanya menggunakan uang

muka sebesar 50% dari total harga yang dibeli, pelunasan pembelian akan

dilakukan jika proses pengiriman telah selesai dilakukan oleh ketua kelompok.

Penentuan harga ditentukan melalui nego, yang telah ketua kelompok tentukan

pagu harganya. Ketua kelompok menjual kambing PE jantan siap kawin seharga

Rp. 4.000.000,00 sedangkan betina siap kawin Rp. 2.300.000,00 termasuk biaya

pengiriman sebesar Rp. 100.000,00 per ekornya.

Kambing PE yang telah diseleksi oleh dinas yang bersangkutan akan

langsung dikirimkan ke kelompok ternak penerima bantuan. Proses pengiriman

dilakukan oleh ketua kelompok selaku pendukung pengadaan pedagang besar.

Page 12: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informanmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120274_4_1576.pdfkelompok yang sangat tentram. Kelompok Ternak Lebaksiuh berlokasi di Kampung

37

Kambing yang telah sampai disana memiliki garansi waktu sampai 14 hari, jika

ada kambing PE yang mati dalam kurun waktu tersebut maka yang bertanggung

jawab adalah pedagang besar untuk mengganti kambing yang mati.

Pedagang besar ini sesuai dengan pendapat Hamid (1972) didefinisikan

sebagai Pedagang penerima (wholesaler), yaitu pedagang yang membeli barang

dalam jumlah besar dari pedagang pengumpul lalu kemudian barang itu disimpan

untuk dijual kepada pedagang lain. Pedagang besar melakukan fungsi pertukaran

yaitu fungsi pembelian (buying) dan fungsi penjualan (selling), sesuai dengan

pendapat Hamid (1972) bahwa fungsi penjualan bertujuan untuk mencari pembeli

(konsumen dan langganan) suatu barang dengan motif keuntungan yang sebesar-

besarnya dan fungsi pembelian bertujuan untuk mencari tempat penjual

(produsen) atau sumber-sumber penawaran barang guna menjamin kontinuitas

persediaan barang baik bagi konsumen maupun bagi para pedagang.

Pedagang besar juga melakukan fungsi fasilitas, yaitu fungsi

standardisasi dan grading. Pedagang besar melakukan standardisasi kambing PE

bibit sesuai yang dipersyaratkan dalam kontrak pelelangan. Pedagang besar juga

melakukan fungsi penanggungan resiko apabila ada kambing PE yang mati dalam

proses pengiriman dari Kelompok Ternak Lebaksiuh ke kelompok ternak

penerima bantuan bibit kambing PE.

4.5 Pola saluran pemasaran

Pemasaran kambing PE Kelompok Ternak Lebaksiuh tidak memiliki

saluran nol tingkat, karena peternak selalu menjual kambingnya kepada ketua

kelompok terlebih dahulu. Saluran nol tingkat seperti dijelaskan oleh

Page 13: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informanmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120274_4_1576.pdfkelompok yang sangat tentram. Kelompok Ternak Lebaksiuh berlokasi di Kampung

38

Kotler (1988) merupakan saluran pemasaran langsung, yang terdiri dari seorang

produsen yang menjual langsung keada konsumen. Saluran nol tingkat ini dapat

menjadi saluran pemasaran yang paling efisien dibandingkan dengan saluran

tingkat 1, 2, maupun 3. Hal ini disebabkan saluran nol tingkat tidak menggunakan

pedagang perantara lain sehingga keuntungan pemasaran hanya diberikan kepada

produsen.

Pola saluran pemasaran pada pemasaran kambing PE Kelompok Ternak

Lebaksiuh diawali oleh anggota kelompok ternak selaku produsen, anggota

kelompok menjual kambing PE yang diternakkan kepada ketua kelompok. Ketua

kelompok lalu menyebarkannya kepada pedagang pengumpul atau pedagang

besar, pedagang besar disini merupakan pedagang yang telah mendapatkan lelang

pengadaan ternak yang dilakukan oleh dinas peternakan yang membutuhkan

pengadaan ternak. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, diketahui bahwa

saluran pemasaran kambing PE Kelompok Ternak Lebaksiuh dibagi menjadi dua

bentuk saluran, yaitu:

1) Produsen – Ketua kelompok Lebaksiuh – Pedagang Pengumpul –

Pedagang perantara – Konsumen

2) Produsen – Ketua kelompok Lebaksiuh – Pedagang besar –

Konsumen.

4.6 Persentase Margin, Biaya, dan Keuntungan

4.6.1 Saluran Pemasaran Satu

Bentuk saluran satu merupakan saluran pemasaran 3 tingkat yang terdiri

dari 3 pelaku pemasaran, yaitu ketua kelompok Lebaksiuh yang berperan sebagai

Page 14: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informanmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120274_4_1576.pdfkelompok yang sangat tentram. Kelompok Ternak Lebaksiuh berlokasi di Kampung

39

pedagang pengumpul 1, pedagang pengumpul 2 dan pedagang perantara. Margin

pemasaran terbentuk dari selisih harga jual dengan harga beli setiap pelaku

pemasaran yang berperan dalam pemasaran kambing PE Kelompok Ternak

Lebaksiuh. Rincian harga beli kambing PE setiap pelaku pemasaran pada saluran

satu dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Harga Beli Bibit Kambing PE setiap Pelaku Pemasaran Saluran Satu

Harga beli (Rp/ekor) Pedagang

Pengumpul 1

Pedagang

Pengumpul 2

Pedagang

Perantara

1. Cempek lepas sapih 700.000,00 1.000.000,00 1.500.000,00

2. Jantan

a. 1-1,5 tahun 1.700.000,00 2.000.000,00 2.500.000,00

b. 2-3 tahun 3.200.000,00 3.500.000,00 4.000.000,00

3. Betina

a. 1-1,5 tahun 1.200.000,00 1.500.000,00 2.000.000,00

b. 2-3 tahun 1.700.000,00 2.000.000,00 2.500.000,00

4. Kambing PE afkir 1.700.000,00 2.000.000,00 2.500.000,00

Harga beli terendah dari peternak adalah harga cempek lepas sapih yaitu

sebesar Rp. 700.000,00 dan harga tertinggi adalah kambing PE jantan

berumur 2-3 tahun yaitu sebesar Rp. 4.000.000,00. Rincian harga jual kambing

PE setiap pelaku pemasaran pada saluran satu dapat dilihat pada tabel 3. Harga

jual kambing PE tertinggi yang diterima konsumen yaitu kambing PE jantan

berumur 2-3 tahun dengan harga sebesar Rp. 4.100.000,00 dan harga terendah

yaitu cempek lepas sapih yang telah digemukkan sebesar Rp. 1.600.000,00.

Selisih harga jual yang diberikan peternak dengan harga beli yang diterima

Page 15: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informanmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120274_4_1576.pdfkelompok yang sangat tentram. Kelompok Ternak Lebaksiuh berlokasi di Kampung

40

konsumen merupakan margin pemasaran, yang didalamnya bukan hanya

keuntungan setiap pelaku pemasaran tetapi juga biaya-biaya yang dikeluarkan

untuk menutupi fungsi-fungsi pemasaran yang telah dilakukan oleh para pelaku

pemasaran. Rincian margin pemasaran setiap pelaku pemasaran dapat dilihat pada

tabel 4.

Tabel 3. Harga Jual Bibit Kambing PE setiap Pelaku Pemasaran Saluran Satu

Harga jual (Rp/ekor) Pedagang

Pengumpul 1

Pedagang

Pengumpul 2

Pedagang

Perantara

1. Cempek lepas sapih 1.000.000,00 1.500.000,00 1.600.000,00

2. Jantan

a. 1-1,5 tahun 2.000.000,00 2.500.000,00 2.600.000,00

b. 2-3 tahun 3.500.000,00 4.000.000,00 4.100.000,00

3. Betina

a. 1-1,5 tahun 1.500.000,00 2.000.000,00 2.100.000,00

b. 2-3 tahun 2.000.000,00 2.500.000,00 2.400.000,00

4. Kambing afkir 2.000.000,00 2.500.000,00 2.600.000,00

Margin pemasaran yang ditampilkan pada Tabel 4 merupakan margin

pemasaran parsial setiap pelaku pemasaran pada saluran satu. Margin parsial

setiap spesifikasi kambing PE yang dipasarkan pada masing-masing pelaku

pemasaran memiliki margin yang sama. Margin pemasaran tertinggi ada pada

pedagang pengumpul sebesar Rp. 500.000,00 sedangkan margin pemasaran

terendah yaitu pedagang perantara sebesar Rp. 100.000,00. Besar kecilnya

margin pemasaran dipengaruhi oleh jumlah fungsi yang dilakukan oleh setiap

pelaku pemasaran.

Page 16: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informanmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120274_4_1576.pdfkelompok yang sangat tentram. Kelompok Ternak Lebaksiuh berlokasi di Kampung

41

Tabel 4. Margin Pemasaran Bibit Kambing PE setiap Pelaku Pemasaran Saluran

Satu

Margin (Rp/ekor) Pedagang

Pengumpul 1

Pedagang

Pengumpul 2

Pedagang

Perantara

1. Cempek lepas sapih 300.000,00 500.000,00 100.000,00

2. Jantan

a. 1-1,5 tahun 300.000,00 500.000,00 100.000,00

b. 2-3 tahun 300.000,00 500.000,00 100.000,00

3. Betina

a. 1-1,5 tahun 300.000,00 500.000,00 100.000,00

b. 2-3 tahun 300.000,00 500.000,00 100.000,00

4. Kambing PE afkir 300.000,00 500.000,00 100.000,00

Pada saluran pemasaran satu, biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh

pedagang pengumpul untuk fungsi pengangkutan sebesar Rp. 20.000,00, bagian

yang diberikan kepada pedagang perantara sebesar Rp. 30.000,00 dan untuk

retribusi pasar hewan yang diberikan melalui pedagang perantara sebesar

Rp. 2.000,00, sehingga besar biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang

pengumpul sebesar Rp. 52.000,00. Pedagang perantara hanya mengeluarkan

biaya sebesar Rp. 2.000,00 yang diberikan kepada pegawai pasar

dinas peternakan Garut yang menjaga pasar hewan, sehingga total biaya untuk

saluran pemasaran satu sebesar 54.000,00. Rincian keuntungan setiap pelaku

pemasaran dapat dilihat pada tabel 5.

Page 17: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informanmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120274_4_1576.pdfkelompok yang sangat tentram. Kelompok Ternak Lebaksiuh berlokasi di Kampung

42

Tabel 5. Keuntungan setiap Pelaku Pemasaran Saluran Satu

Keuntungan (Rp/ekor) Pedagang

Pengumpul 1

Pedagang

Pengumpul 2

Pedagang

Perantara

1. Cempek lepas sapih 300.000,00 448.000,00 98.000,00

2. Jantan

a. 1-1,5 tahun 300.000,00 448.000,00 98.000,00

b. 2-3 tahun 300.000,00 448.000,00 98.000,00

3. Betina

a. 1-1,5 tahun 300.000,00 448.000,00 98.000,00

b. 2-3 tahun 300.000,00 448.000,00 98.000,00

4. Kambing PE afkir 300.000,00 448.000,00 98.000,00

Berdasarkan data pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa keuntungan yang

didapat oleh ketua kelompok adalah Rp. 300.000,00 per ekornya, karena biaya

pengiriman kambing PE ditanggung oleh pedagang pengumpul yang

mengumpulkan kambing PE dari Kelompok Ternak Lebaksiuh sehingga biaya

yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul 1 ini adalah Rp. 0,00. Pedagang

pengumpul mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 448.000,00 dari setiap kambing

PE yang dijualkan per ekornya, setelah margin pemasaran dikurangi biaya

pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul. Pelaku pemasaran

terakhir yang berperan dalam saluran pemasaran kambing PE ini adalah pedagang

perantara (calo). Keuntungan yang didapat setiap satu ekor kambing PE adalah

sebesar Rp. 98.000,00 yang didapat dari margin pemasaran dikurangi biaya yang

ditanggung oleh pedagang perantara. Persentase margin dan bagian yang diterima

petani pada saluran satu dapat dilihat pada tabel 6.

Page 18: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informanmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120274_4_1576.pdfkelompok yang sangat tentram. Kelompok Ternak Lebaksiuh berlokasi di Kampung

43

Tabel 6. Persentase Margin Parsial dan Bagian yang Diterima Peternak pada

Saluran Pemasaran Satu

Uraian Ketua

Kelompok

Pedagang

Pengumpul

Pedagang

Perantara

Persentase Margin Parsial (%) 33 56 11

Persentase Bagian yang

Diterima Petani (%)

1. Cempek lepas sapih 46

2. Jantan

a. 1-1,5 tahun 68

b. 2-3 tahun 80

3. Betina

a. 1-1,5 tahun 60

b. 2-3 tahun 68

4. Kambing PE afkir 68

Total margin pemasaran saluran pemasaran ini sebesar Rp. 900.000,00

dengan total biaya pemasaran sebesar Rp. 54.000,00 sehingga total keuntungan

yang didapatkan oleh seluruh pelaku pemasaran pola pemasaran satu sebesar

Rp. 846.000,00. Persentase margin tertinggi dimiliki oleh pedagang pengumpul,

dengan persentase sebesar 56% dan terendah dimiliki oleh pedagang perantara

dengan persentase sebesar 11% dari margin total, sedangkan persentase bagian

yang diterima oleh peternak paling besar ada pada kambing jantan berumur

2-3 tahun sebesar 80%, dan paling kecil ada pada cempek lepas sapih sebesar

46%.

Pemasaran kambing PE dapat dikatakan efisien, kecuali pemasaran

kambing PE cempek lepas sapih dengan persentase bagian yang diterima peternak

sebesar 46% dinilai tidak efisien. Hal ini sejalan dengan pendapat Rasyaf (1996),

Page 19: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informanmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120274_4_1576.pdfkelompok yang sangat tentram. Kelompok Ternak Lebaksiuh berlokasi di Kampung

44

bahwa peternak minimal harus memperoleh bagian 50% dari harga yang

dibayarkan oleh konsumen akhir, apabila bagian terbesar ada pada pelaku

pemasaran maka hal tersebut tidak proporsional dan dapat dikatakan biaya

pemasaran tidak efisien. Biaya pemasaran yang dikeluarkan untuk saluran

pemasaran satu tidak begitu besar, karena hanya menanggung biaya untuk

pengiriman dari lokasi peternak ke Pasar Wanaraja atau Pasar Bayongbong yang

lokasinya pun tidak begitu jauh dari tempat tinggal pedagang pengumpul.

Biaya pemasaran yang tidak begitu tinggi ini memberikan keuntungan

yang cukup besar pada masing-masing pelaku pemasaran yang memasarkan

kambing PE. Keuntungan tertinggi dimiliki oleh pedagang pengumpul dengan

margin pemasaran sebesar 56% karena kemampuan menawarnya yang cukup

tinggi, sedangkan ketua kelompok dengan margin pemasaran sebesar 33%

mempertimbangkan keuntungan yang juga diterima oleh anggotanya, sehingga

keuntungan yang didapat tidak sebesar keuntungan pedagang pengumpul.

4.6.2 Saluran Pemasaran Dua

Pola saluran pemasaran dua merupakan saluran pemasaran dua tingkat

yang terdiri dari 2 pelaku pemasaran, yaitu ketua kelompok Lebaksiuh yang

berperan sebagai pedagang pengumpul, dan pedagang besar. Besar margin, biaya,

dan keuntungan yang diterima oleh para pelaku pemasaran pada saluran dua,

dapat dilihat pada tabel 7.

Pada tabel 7 diketahui bahwa keuntungan yang didapatkan oleh Ketua

Kelompok sebagai pedagang pengumpul adalah Rp. 400.000,00 untuk kambing

jantan, dan Rp. 100.000,00 untuk kambing betina, dari margin pemasaran sebesar

Page 20: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informanmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120274_4_1576.pdfkelompok yang sangat tentram. Kelompok Ternak Lebaksiuh berlokasi di Kampung

45

Tabel 7. Besar Persentase Margin, Biaya dan Keuntungan Para Pelaku Pemasaran

Saluran Dua

Uraian Ketua

Kelompok

Pedagang

Besar

Harga beli (Rp/ekor)

1. Jantan siap kawin 3.500.000,00 4.000.000,00

2. Betina siap kawin 2.000.000,00 2.200.000,00

Harga jual (Rp/ekor)

1. Jantan siap kawin 4.000.000,00 5.090.000,00

2. Betina siap kawin 2.200.000,00 2.940.000,00

Margin (Rp/ekor)

1. Jantan siap kawin 500.000,00 1.090.000,00

2. Betina siap kawin 200.000.00 740.000,00

Biaya (Rp/ekor) 100.000,00 139.000,00

Keuntungan (Rp/ekor)

1. Jantan siap kawin 400.000,00 951.000,00

2. Betina siap kawin 100.000,00 601.000,00

Persentase margin parsial (%)

1. Jantan siap kawin 31 68

2. Betina siap kawin 21 78

Persentase bagian yang diterima

petani (%)

1. Jantan siap kawin 68

2. Betina siap kawin 68

Rp. 500.000,00 untuk kambing jantan dan Rp. 100.000,00 untuk kambing betina.

Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh ketua kelompok adalah sebesar

Rp. 100.000,00 per ekor kambing PE, yang digunakan untuk biaya pengiriman ke

lokasi kelompok ternak penerima bantuan.

Page 21: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informanmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120274_4_1576.pdfkelompok yang sangat tentram. Kelompok Ternak Lebaksiuh berlokasi di Kampung

46

Pelaku pemasaran kedua yang berperan dalam saluran pemasaran kedua

adalah pedagang besar. Pedagang besar mendapatkan keuntungan sebesar

Rp. 951.000,00 untuk kambing PE jantan dan Rp. 601.000,00 untuk kambing PE

betina, dari Margin pemasaran Rp. 1.090.000,00 untuk kambing PE jantan dan

Rp. 740.000,00 untuk kambing PE betina. Biaya pemasaran yang dikeluarkan

setiap ekornya sebesar Rp. 139.000,00 yang terdiri dari Pajak 1,5% dari transaksi

keseluruhan dengan dinas peternakan terkait, pemeriksaan kesehatan kambing PE

per ekor sebesar Rp. 25.000,00 , SKKH (Surat Keterangan Kesehatan Hewan)

sebesar Rp. 50.000,00 per angkutan yang setiap angkutan berjumlah 37 ekor

kambing PE, penanggungan resiko kematian serta penanggungan biaya fasilitas

tim teknis seleksi serta tim pemeriksa kesehatan.

Total margin pemasaran saluran pemasaran ini sebesar Rp. 1.590.000,00

per ekor untuk kambing PE jantan dan Rp. 940.000,00 per ekor untuk kambing PE

betina dengan total biaya pemasaran sebesar Rp. 239.000,00 per ekor kambing PE

yang dipasarkan, sehingga total keuntungan yang didapatkan oleh seluruh pelaku

pemasaran pola pemasaran dua sebesar Rp. 1.351.000,00 per ekor untuk

kambing PE jantan dan Rp. 701.000,00 per ekor untuk kambing PE betina.

Persentase margin parsial yang didapat oleh Ketua Kelompok sebesar 31,45%

untuk kambing PE jantan dan 21,28% untuk kambing PE betina. Pedagang besar

untuk kambing PE jantan mendapatkan persentase margin parsial sebesar 68,55 %

untuk kambing PE jantan dan 78,72% untuk kambing PE betina.

Persentase bagian yang diterima oleh petani masing-masing sebesar

68%, yang menunjukkan pemasaran kambing PE yang dapat dikatakan efisien.

Sejalan dengan pendapat Rasyaf (1996), bahwa peternak minimal harus

memperoleh bagian 50% dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir,

Page 22: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informanmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120274_4_1576.pdfkelompok yang sangat tentram. Kelompok Ternak Lebaksiuh berlokasi di Kampung

47

apabila bagian terbesar ada pada pelaku pemasaran maka hal tersebut tidak

proporsional dan dapat dikatakan biaya pemasaran tidak efisien. Gambaran

persentase margin dan keuntungan yang didapatkan oleh setiap pelaku pemasaran

pada masing-masing bentuk pemasaran dapat dilihat pada bagan ilustrasi 3.

Saluran Pemasaran I

Mp: 33 % Mp: 56% Mp: 11%

Keuntungan total (per ekor) : Rp. 846.000,00

Biaya total (per ekor) : Rp. 54.000,00

Margin Pemasaran total (per ekor) : Rp. 900.000,00

Saluran Pemasaran II

Mp: Jantan: 31% Mp: Jantan : 68%

Betina: 21% Betina : 78%

Keuntungan total (per ekor); Jantan : Rp. 1.351.000,00

Betina : Rp. 701.000,00

Biaya total (per ekor) : Rp. 239.000,00

Margin Pemasaran total (per ekor); Jantan : Rp. 1.590.000,00

Betina : Rp. 940.000,00

Ilustrasi 3. Gambaran Persentase dan Keuntungan Pemasaran setiap Saluran

Pemasaran

Bagan Ilustrasi 3 memperlihatkan perbedaan margin yang cukup tinggi

pada saluran pemasaran dua, yaitu sebesar Rp. 1.590.000,00 untuk satu ekor

kambing PE jantan dan Rp. 940.000,00 untuk satu ekor kambing PE betina antara

Pro

du

sen

Pedagang Pengumpul 1

Pedagang Pengumpul 2

Pedagang Perantara

Konsumen

Pedagang Pengumpul 1

Pedagang Besar Konsumen

Page 23: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informanmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120274_4_1576.pdfkelompok yang sangat tentram. Kelompok Ternak Lebaksiuh berlokasi di Kampung

48

ketua kelompok dengan pedagang besar. Hal ini disebabkan kemampuan

menawar pedagang besar yang cukup besar pada ketua kelompok, disamping itu

pedagang besar memenuhi fungsi pemasaran yang lebih banyak ketimbang ketua

kelompok, seperti standardisasi dan grading, serta informasi pasar, sehingga

saluran pemasaran dua masih dapat dikatakan efisien sejalan dengan pendapat

Rasyaf (1996), bahwa pemasaran dapat dikatakan efisien bila mampu

mengadakan pembagian keuntungan yang adil kepada semua pihak yang ikut

dalam kegiatan pemasaran dari keseluruhan harga yang dibayarkan oleh

konsumen akhir. Adil tersebut merupakan kesesuaian antara keuntungan dengan

peran atau fungsi pemasaran di tiap jalur dalam bobot atau kapasitasnya masing-

masing.