IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas...
Transcript of IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas...
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identitas Informan
Informan untuk penelitian ini adalah para pelaku pemasaran kambing PE
Kelompok Ternak Lebaksiuh yang berjumlah 7 orang. Rincian secara jelas
mengenai identitas informan diterangkan pada Tabel 1, sebagai berikut:
Tabel 1. Identitas Informan menurut Usia, Pengalaman Kerja dan Pendidikan
Terakhir
No Jabatan Usia Pengalaman
kerja
Pendidikan
terakhir
1 Ketua kelompok 41 tahun 11 tahun SMK
2 Anggota Kelompok 49 tahun 3 tahun SD
3 Pedagang
Pengumpul 2 50 tahun 5 tahun SMP
4 Pedagang
pengumpul 2 35 tahun 10 tahun SMP
5 Pedagang perantara 35 tahun 10 tahun SMP
6 Pedagang besar 35 tahun 7 tahun Diploma 3
7 Pegawai Dinas
Peternakan 29 tahun 3 tahun Sarjana
27
Berdasarkan data pada tabel 1 diketahui bahwa rentang usia para pelaku
pemasaran berada pada rentang usia 29 – 50 tahun, hal ini menunjukkan
keberadaan usia para pelaku pemasaran yang berada pada rentang usia produktif
kerja yaitu dari usia 15-64 tahun. Pegawai Dinas Peternakan memiliki pendidikan
terakhir paling tinggi yaitu sarjana, lalu pedagang besar yang memperoleh gelar
diploma 3, dan ketua kelompok dengan pendidikan terakhirnya adalah SMK. Hal
ini memperlihatkan kemampuan berorganisasi dan tingkat pekerjaan yang
semakin rumit sejalan dengan tingginya tingkat pendidikan terakhir yang diambil.
4.2 Sejarah Kelompok Ternak Lebaksiuh
Kelompok Ternak Lebaksiuh dirintis sejak tahun 1975 yang merupakan
gabungan peternak yang telah mengembangbiakkan domba dan kambing, secara
bertahap kelompok ini mengembangbiakkan kambing perah secara khusus dari
bangsa kambing Peranakan Etawah, dengan nama kelompok pada saat itu adalah
Tunas Lingga. Pembentukan kelompok ternak ini pada awalnya didasari oleh
dorongan, semangat, dan motivasi dari warga desa Sindanggalih untuk lebih
mengembangkan usaha peternakan maupun pertanian masyarakat
Desa Sindanggalih, usulan tersebut diutarakan dalam musyawarah desa yang
menjadi agenda bulanan di desa tersebut.
Kelompok ternak rintisan ini pernah mendapatkan bantuan dari
Pemerintah yaitu Bantuan Presiden (Banpres) pada tahun 1992 sehingga
kelompok ternak ini berkembang semakin pesat. Setelah beberapa tahun berjalan
pada tahun 2006 kelompok ternak Tunas Lingga diubah namanya menjadi
Kelompok Ternak Lebaksiuh dan diresmikan pada tanggal 12 Maret 2012.
28
Nama Lebaksiuh diambil dari Bahasa Sunda yang berarti tempat atau
daerah yang adem, ayem, dan tentram, sehingga Lebaksiuh mengandung arti
kelompok yang sangat tentram. Kelompok Ternak Lebaksiuh berlokasi di
Kampung Babakan Rt 03/ Rw 05 Desa Sindanggalih, Kecamatan Karangpawitan,
Kabupaten Garut. Sejak peresmiannya menjadi kelompok, Kelompok Ternak
Lebaksiuh memiliki anggota sebanyak 31 orang, hingga saat ini anggota
kelompok telah mencapai 60 orang. Rata-rata mata pencaharian anggota
kelompok merupakan petani, buruh tani juga pekerja serabutan.
Ketua kelompok saat ini adalah Moh. Darda Fadili yang tiada lain
merupakan anak dari perintis Kelompok Ternak Lebaksiuh. Struktur organisasi
Kelompok Ternak Lebaksiuh saat ini yaitu:
Ilustrasi 2. Struktur Organisasi Kelompok Ternak Lebaksiuh
Ketua
Moh. Darda Fadili
Sekertaris
Janjan Pardiana
Bendahara
Siti Nurjahroh
Anggota
29
Kelompok Ternak Lebaksiuh dilengkapi buku-buku administrasi
diantaranya: buku kas; buku tabungan; buku notulen rapat; buku tamu; buku
daftar pertemuan; buku produksi; buku catatan kegiatan; buku daftar anggota; dan
buku populasi. Dokumentasi data ini tertib dilakukan untuk mendukung
pengembangan Kelompok Ternak Lebaksiuh serta menjaga ketertiban data-data
kelompok ternak yang perlu disimpan.
Bersamaan dengan pengembangan Kelompok Ternak Lebaksiuh, sejak
tahun 2015 dibentuk Koperasi Simpan Pinjam Lebaksiuh. Koperasi ini
menyimpan dan mengelola dana yang didapat dari simpanan pokok anggota,
simpanan wajib anggota, simpanan sukarela/tabungan anggota, serta dana yang
diberikan oleh pihak ketiga. Dana yang didapat dikelola dan dialokasikan untuk
peminjaman anggota yang berkebutuhan serta pengelolaan Kelompok Ternak
Lebaksiuh. Perkembangan dana simpanan koperasi dapat diketahui dalam setiap
pertemuan kelompok yang rutin diadakan setiap satu setengah bulan sekali dan
anggota koperasi dapat memeriksa pengelolaan dana dari buku kas Kelompok
Ternak Lebaksiuh.
4.3 Kondisi Usaha Kelompok Ternak Lebaksiuh
Kelompok Ternak Lebaksiuh merupakan kelompok ternak yang
bergerak dalam bidang perbibitan kambing perah Peranakan Etawah (PE), hingga
saat ini populasi ternak kelompok telah mencapai ±600 ekor kambing PE.
Anggota kelompok sebanyak 60 orang dengan kepemilikan kambing PE yang
beragam, rata-rata kepemilikan kambing PE sebanyak 10 ekor kambing
peranggota. Pemeliharaan kambing PE dilakukan sebagian di kandang kelompok
yang tersebar hingga 10 titik di Desa Sindanggalih dan sebagian diternakkan di
30
lahan masing-masing anggota. Setiap anggota bertanggung jawab atas
pemeliharaan masing-masing ternak yang dimilikinya termasuk pakan dan cara
pemeliharaannya. Kandang kelompok merupakan kandang koloni yang saat ini
digunakan oleh 6 anggota dengan jumlah keseluruhan kambing PE sebanyak
100 ekor, yang kepemilikannya dipisahkan oleh sekat-sekat didalam kandang
koloni tersebut.
Pupuk kandang kelompok dikumpulkan dari kandang kelompok
sedangkan anggota yang membawa ternaknya ke lahan masing-masing tidak
diwajibkan mengumpulkan pupuk kandang. Pupuk kandang yang dikumpulkan
tersebut dijual lalu uang hasil penjualannya dimasukkan ke dalam kas kelompok.
Kelompok Ternak Lebaksiuh ini terus berkembang, terutama dengan
dijalankannya sistem bergulir oleh Kelompok Ternak Lebaksiuh kepada warga
Desa Sindanggalih yang ingin bergabung sebagai anggota. Sistem bergulir yaitu
peternak atau penerima bibit kambing PE dari Kelompok Ternak Lebaksiuh,
diwajibkan untuk mengembangbiakan kambing PE yang diberikan oleh kelompok
dan mengembalikan ternak tersebut sesuai dengan jumlah ketika awal pemberian
bibit kambing. Warga yang menerima bantuan sistem bergulir dari Kelompok
Ternak Lebaksiuh kebanyakan merupakan saudara atau tetangga dari anggota
kelompok itu sendiri. Salah satu keuntungan dari menjadi anggota Kelompok
Ternak Lebaksiuh adalah anggota kelompok mendapatkan beberapa fasilitas yang
secara khusus diberikan oleh Kelompok Ternak Lebaksiuh kepada anggotanya,
yaitu kaos kelompok, alat untuk mencari pakan ternak yaitu arit, pakan konsentrat,
serta ultramineral untuk kambing PE.
Kelompok Ternak Lebaksiuh memasarkan kambing PE melalui ketua
kelompok. Ketua kelompok akan melakukan pendataan populasi kambing PE
31
keseluruhan yang dimiliki kelompok, lalu melakukan penyeleksian kambing PE
yang berpotensi bagus sebagai bibit, afkir, atau kambing PE yang tidak layak
dijadikan sebagai bibit. Sistem jual beli kambing PE dilakukan oleh anggota
kepada ketua kelompoknya terlebih dahulu, lalu ketua kelompok akan
menyalurkannya ke pedagang pengumpul atau pedagang besar, sehingga ketua
kelompok disini dapat juga disebut sebagai pedagang pengumpul.
Ternak yang tidak berpotensi sebagai bibit kambing PE yang baik, atau
ternak yang sudah tidak produktif lagi atau afkir akan dijual kepada pedagang
pengumpul, sedangkan untuk pedagang besar yang memborong dalam rangka
pengadaan ternak biasanya memiliki spesifikasi tersendiri yang telah ditentukan
oleh dinas peternakan yang memerlukan pengadaan bibit kambing PE. Setiap
penjualan dari anggota ke ketua kelompok biasanya mengambil margin antara
Rp. 100.000,00 hingga Rp. 150.000,00 per ekor yang uangnya sebagian
dialokasikan untuk kas kelompok dan sebagian diberikan kepada ketua sebagai
bagian yang diterima oleh ketua kelompok.
Kelompok Ternak Lebaksiuh menjual kambing dengan beberapa
spesifikasi yaitu jantan siap kawin, betina siap kawin, cempek, dan kambing afkir
yang dijual kepada pengumpul dan pedagang besar. Pedagang pengumpul
biasanya membeli kambing jantan atau betina afkir, dan cempek lepas sapih yang
tidak berpotensi sebagai bibit dan telah digemukkan. Pedagang pengumpul
menjual kambing potong di pasar hewan kabupaten Garut, yaitu Pasar Wanaraja
dan Pasar Bayongbong yang secara rutin bergantian 2 kali setiap minggu, Pasar
Wanaraja buka setiap hari Rabu dan Minggu, sedangkan Pasar Bayongbong buka
setiap hari Senin dan Kamis.
32
Pedagang pengumpul menjual dan membeli kambing PE dengan
penaksiran berat badan. Penentuan harga dilakukan berdasarkan taksiran yang
dilakukan dengan menaksir berat badan kambing secara tradisional, yaitu melihat
bentuk dan memegang punggungnya, lalu menaksir berapa kilogram berat hidup
kambing tersebut. Pedagang besar membeli sesuai dengan permintaan dinas
terkait yang mengadakan pengadaan bibit kambing PE. Permintaan biasanya
selalu didominasi oleh jenis kambing PE betina siap kawin, karena pengadaan
dilakukan ketika kelompok penerima bantuan kekurangan pasokan bibit kambing
PE untuk budidaya. Penjualan kambing PE dilakukan setidaknya satu kali setiap
bulan kepada pengumpul, dengan kisaran penjualan yang bervariasi antara
4 – 6 ekor setiap penjualan, sedangkan kepada pedagang besar biasanya dua kali
dalam setahun dengan jumlah ternak yang dijual berkisar antara 150-200 ekor
bibit kambing PE, menyesuaikan dengan kebutuhan dinas terkait yang
mengadakan pengadaan ternak kambing PE.
4.4 Pelaku dan Fungsi Pemasaran
Pelaku pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kambing PE
Kelompok Ternak Lebaksiuh adalah ketua kelompok (pedagang pengumpul 1),
pedagang pengumpul 2, pedagang perantara, dan pedagang besar.
4.4.1 Pedagang Pengumpul 1 (Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh)
Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh berperan sebagai pedagang
pengumpul untuk pemasaran ternak Kambing PE dari anggota-anggotanya.
33
Kegiatan ini diorganisasikan oleh ketua kelompok selaku ketua Kelompok Ternak
Lebaksiuh.
Ketua kelompok mengumpulkan kambing PE dari anggota Kelompok
Ternak Lebaksiuh untuk dijual kembali kepada pedagang pengumpul dan
pedagang besar yang membeli kambing PE ke Kelompok Ternak Lebaksiuh.
Keuntungan yang didapatkan dari penjualan kambing PE tersebut akan
dimasukkan ke dalam kas koperasi Lebaksiuh dan sebagian diberikan sebagai
bagian untuk ketua kelompok.
Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh mengorganisasikan seluruh fungsi
pemasaran yang dibutuhkan untuk kesejahteraan anggota. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hamid (1972) bahwa di dalam fungsi pemasaran terdapat fungsi
pertukaran yaitu fungsi penjualan dan pembelian. Selanjutnya dijelaskan pula
bahwa terdapat fungsi fisik yaitu fungsi penyimpanan dan pengangkutan, serta
fungsi fasilitas yang terdiri dari fungsi standardisasi dan grading, fungsi
pembiayaan, fungsi informasi pasar dan fungsi penanggungan resiko.
4.4.2 Pedagang Pengumpul 2
Pedagang pengumpul mengumpulkan kambing-kambing dan domba di
Desa Sindanggalih, salah satunya dari Kelompok Ternak Lebaksiuh, untuk dijual
kembali di Pasar Wanaraja dan Pasar Bayongbong. Harga kambing PE yang
dibeli dari Kelompok Ternak Lebaksiuh ditentukan berdasarkan taksiran berat
badan. Spesifikasi kambing terbagi menjadi 6 macam yaitu:
1. Cempek lepas sapih
2. Jantan umur 1-1,5 tahun
34
3. Jantan umur 2-3 tahun
4. Betina umur 1-1,5 tahun
5. Betina umur 2-3 tahun
6. Kambing afkir
Jumlah kambing PE yang diterima oleh pedagang pengumpul dari
Kelompok Ternak Lebaksiuh tidak rutin dan tidak bisa diprediksi berapa banyak
yang bisa diambil. Hal ini karena karakterisktik kambing PE yang dijual oleh
Kelompok Ternak Lebaksiuh ke pedagang pengumpul merupakan kambing PE
yang tidak produktif lagi, atau kambing yang tidak berpotensi baik sebagai
kambing PE bibit.
Pedagang pengumpul membeli kambing PE Kelompok Ternak
Lebaksiuh untuk dijual dipasar, mereka mengangkut kambing PE yang
dikumpulkan lalu menyimpannya dilahan mereka sampai hari pemasaran di pasar
tiba. Pedagang pengumpul melakukan fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran
yang terdiri dari fungsi pembelian dan fungsi penjualan. Fungsi pembelian,
dimana hal ini sesuai dengan pendapat Hamid (1972) bahwa fungsi pembelian
(buying), bertujuan untuk mencari tempat penjual (produsen) atau sumber-sumber
penawaran barang guna menjamin kontinuitas persediaan barang baik bagi
konsumen maupun bagi para pedagang. Pelaku pemasaran ini juga melakukan
fisik yaitu Fungsi pengangkutan dan penyimpanan, serta fungsi fasilitas yaitu
fungsi penanggungan resiko.
4.4.3 Pedagang Perantara
Pedagang perantara atau biasa disebut sebagai calo menjadi pelaku
pemasaran yang menjembatani pemasaran kambing PE dari pedagang pengumpul
35
ke konsumen. Pedagang perantara beroperasi secara langsung di Pasar Wanaraja
dan Pasar Bayongbong, mereka menyediakan patok dan mengurusi retribusi pasar
untuk berdagang dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Garut di
kawasan tersebut dengan harga perekor Rp. 2000,00. Mereka juga menjualkan
kambing atau domba yang dibawa oleh pengumpul kepada konsumen dengan
keuntungan antara Rp. 50.000,00 hingga Rp. 100.000,00 per ekornya. Pedagang
perantara melakukan fungsi pertukaran yaitu Fungsi penjualan (selling), yang
sesuai dengan pendapat Hamid (1972) pelaku pemasaran ini bertujuan untuk
mencari pembeli (konsumen dan langganan) suatu barang dengan motif
keuntungan yang sebesar-besarnya.
4.4.4 Pedagang Besar
Pedagang besar merupakan CV atau perusahaan perseorangan yang telah
mengikuti pelelangan yang diadakan oleh Layanan Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), proses lelang dapat dilihat pada lampiran no. 1.
Lembaga tersebut memfasilitasi pengadaan ternak kambing PE yang dilakukan
oleh Dinas Peternakan. Pedagang besar melakukan pembelian kambing PE dalam
jumlah besar kepada Kelompok Ternak Lebaksiuh sesuai dengan kontrak
pengadaan yang telah dilakukan dengan dinas peternakan yang melakukan
pengadaan ternak.
Pengadaan ternak kambing PE yang paling terakhir dilakukan sejak
penelitian ini ditulis adalah pengadaan ternak kambing PE ke dinas peternakan
Bandung Barat tahun 2016 dengan Kelompok Ternak Lebaksiuh sebagai
pendukung pengadaannya. Kambing PE yang dibutuhkan biasanya sudah mulai
dikumpulkan dan diseleksi oleh ketua kelompok agar sesuai dengan kriteria
36
kambing PE bibit yang diinginkan oleh pedagang besar, untuk lebih jelasnya
contoh kriteria kambing PE bibit yang dipersyaratkan oleh dinas dilampirkan pada
lampiran no. 2 dan 3.
Kambing PE yang telah diseleksi dibeli oleh ketua kelompok dari
anggota. Kambing PE Jantan siap kawin biasanya seharga Rp. 3.000.000,00 s/d
3.500.000,00, sedangkan betina siap kawin biasanya seharga Rp. 2.000.000,00
per ekornya, apabila jumlah kambing sudah sesuai dengan yang dipesankan, maka
petugas dari dinas akan menyeleksi kembali dan memastikan kambing dikirim
sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan, biasanya satu atau dua kali dalam
kontrak pengiriman. Kriteria seleksi untuk kambing PE yang diukur berupa tinggi
pundak untuk jantan minimal 75 cm sedangkan betina minimal 71 cm, umur
kambing berkisar dari 12 s/d 18 bulan, panjang telinga minimal 32 cm, serta
setiap kambing memiliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH).
Proses transaksi antara pedagang besar dengan ketua kelompok
dilakukan secara langsung. Pedagang besar akan membayar kepada ketua
Kelompok Ternak Lebaksiuh sesuai kesepakatan, biasanya menggunakan uang
muka sebesar 50% dari total harga yang dibeli, pelunasan pembelian akan
dilakukan jika proses pengiriman telah selesai dilakukan oleh ketua kelompok.
Penentuan harga ditentukan melalui nego, yang telah ketua kelompok tentukan
pagu harganya. Ketua kelompok menjual kambing PE jantan siap kawin seharga
Rp. 4.000.000,00 sedangkan betina siap kawin Rp. 2.300.000,00 termasuk biaya
pengiriman sebesar Rp. 100.000,00 per ekornya.
Kambing PE yang telah diseleksi oleh dinas yang bersangkutan akan
langsung dikirimkan ke kelompok ternak penerima bantuan. Proses pengiriman
dilakukan oleh ketua kelompok selaku pendukung pengadaan pedagang besar.
37
Kambing yang telah sampai disana memiliki garansi waktu sampai 14 hari, jika
ada kambing PE yang mati dalam kurun waktu tersebut maka yang bertanggung
jawab adalah pedagang besar untuk mengganti kambing yang mati.
Pedagang besar ini sesuai dengan pendapat Hamid (1972) didefinisikan
sebagai Pedagang penerima (wholesaler), yaitu pedagang yang membeli barang
dalam jumlah besar dari pedagang pengumpul lalu kemudian barang itu disimpan
untuk dijual kepada pedagang lain. Pedagang besar melakukan fungsi pertukaran
yaitu fungsi pembelian (buying) dan fungsi penjualan (selling), sesuai dengan
pendapat Hamid (1972) bahwa fungsi penjualan bertujuan untuk mencari pembeli
(konsumen dan langganan) suatu barang dengan motif keuntungan yang sebesar-
besarnya dan fungsi pembelian bertujuan untuk mencari tempat penjual
(produsen) atau sumber-sumber penawaran barang guna menjamin kontinuitas
persediaan barang baik bagi konsumen maupun bagi para pedagang.
Pedagang besar juga melakukan fungsi fasilitas, yaitu fungsi
standardisasi dan grading. Pedagang besar melakukan standardisasi kambing PE
bibit sesuai yang dipersyaratkan dalam kontrak pelelangan. Pedagang besar juga
melakukan fungsi penanggungan resiko apabila ada kambing PE yang mati dalam
proses pengiriman dari Kelompok Ternak Lebaksiuh ke kelompok ternak
penerima bantuan bibit kambing PE.
4.5 Pola saluran pemasaran
Pemasaran kambing PE Kelompok Ternak Lebaksiuh tidak memiliki
saluran nol tingkat, karena peternak selalu menjual kambingnya kepada ketua
kelompok terlebih dahulu. Saluran nol tingkat seperti dijelaskan oleh
38
Kotler (1988) merupakan saluran pemasaran langsung, yang terdiri dari seorang
produsen yang menjual langsung keada konsumen. Saluran nol tingkat ini dapat
menjadi saluran pemasaran yang paling efisien dibandingkan dengan saluran
tingkat 1, 2, maupun 3. Hal ini disebabkan saluran nol tingkat tidak menggunakan
pedagang perantara lain sehingga keuntungan pemasaran hanya diberikan kepada
produsen.
Pola saluran pemasaran pada pemasaran kambing PE Kelompok Ternak
Lebaksiuh diawali oleh anggota kelompok ternak selaku produsen, anggota
kelompok menjual kambing PE yang diternakkan kepada ketua kelompok. Ketua
kelompok lalu menyebarkannya kepada pedagang pengumpul atau pedagang
besar, pedagang besar disini merupakan pedagang yang telah mendapatkan lelang
pengadaan ternak yang dilakukan oleh dinas peternakan yang membutuhkan
pengadaan ternak. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, diketahui bahwa
saluran pemasaran kambing PE Kelompok Ternak Lebaksiuh dibagi menjadi dua
bentuk saluran, yaitu:
1) Produsen – Ketua kelompok Lebaksiuh – Pedagang Pengumpul –
Pedagang perantara – Konsumen
2) Produsen – Ketua kelompok Lebaksiuh – Pedagang besar –
Konsumen.
4.6 Persentase Margin, Biaya, dan Keuntungan
4.6.1 Saluran Pemasaran Satu
Bentuk saluran satu merupakan saluran pemasaran 3 tingkat yang terdiri
dari 3 pelaku pemasaran, yaitu ketua kelompok Lebaksiuh yang berperan sebagai
39
pedagang pengumpul 1, pedagang pengumpul 2 dan pedagang perantara. Margin
pemasaran terbentuk dari selisih harga jual dengan harga beli setiap pelaku
pemasaran yang berperan dalam pemasaran kambing PE Kelompok Ternak
Lebaksiuh. Rincian harga beli kambing PE setiap pelaku pemasaran pada saluran
satu dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Harga Beli Bibit Kambing PE setiap Pelaku Pemasaran Saluran Satu
Harga beli (Rp/ekor) Pedagang
Pengumpul 1
Pedagang
Pengumpul 2
Pedagang
Perantara
1. Cempek lepas sapih 700.000,00 1.000.000,00 1.500.000,00
2. Jantan
a. 1-1,5 tahun 1.700.000,00 2.000.000,00 2.500.000,00
b. 2-3 tahun 3.200.000,00 3.500.000,00 4.000.000,00
3. Betina
a. 1-1,5 tahun 1.200.000,00 1.500.000,00 2.000.000,00
b. 2-3 tahun 1.700.000,00 2.000.000,00 2.500.000,00
4. Kambing PE afkir 1.700.000,00 2.000.000,00 2.500.000,00
Harga beli terendah dari peternak adalah harga cempek lepas sapih yaitu
sebesar Rp. 700.000,00 dan harga tertinggi adalah kambing PE jantan
berumur 2-3 tahun yaitu sebesar Rp. 4.000.000,00. Rincian harga jual kambing
PE setiap pelaku pemasaran pada saluran satu dapat dilihat pada tabel 3. Harga
jual kambing PE tertinggi yang diterima konsumen yaitu kambing PE jantan
berumur 2-3 tahun dengan harga sebesar Rp. 4.100.000,00 dan harga terendah
yaitu cempek lepas sapih yang telah digemukkan sebesar Rp. 1.600.000,00.
Selisih harga jual yang diberikan peternak dengan harga beli yang diterima
40
konsumen merupakan margin pemasaran, yang didalamnya bukan hanya
keuntungan setiap pelaku pemasaran tetapi juga biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk menutupi fungsi-fungsi pemasaran yang telah dilakukan oleh para pelaku
pemasaran. Rincian margin pemasaran setiap pelaku pemasaran dapat dilihat pada
tabel 4.
Tabel 3. Harga Jual Bibit Kambing PE setiap Pelaku Pemasaran Saluran Satu
Harga jual (Rp/ekor) Pedagang
Pengumpul 1
Pedagang
Pengumpul 2
Pedagang
Perantara
1. Cempek lepas sapih 1.000.000,00 1.500.000,00 1.600.000,00
2. Jantan
a. 1-1,5 tahun 2.000.000,00 2.500.000,00 2.600.000,00
b. 2-3 tahun 3.500.000,00 4.000.000,00 4.100.000,00
3. Betina
a. 1-1,5 tahun 1.500.000,00 2.000.000,00 2.100.000,00
b. 2-3 tahun 2.000.000,00 2.500.000,00 2.400.000,00
4. Kambing afkir 2.000.000,00 2.500.000,00 2.600.000,00
Margin pemasaran yang ditampilkan pada Tabel 4 merupakan margin
pemasaran parsial setiap pelaku pemasaran pada saluran satu. Margin parsial
setiap spesifikasi kambing PE yang dipasarkan pada masing-masing pelaku
pemasaran memiliki margin yang sama. Margin pemasaran tertinggi ada pada
pedagang pengumpul sebesar Rp. 500.000,00 sedangkan margin pemasaran
terendah yaitu pedagang perantara sebesar Rp. 100.000,00. Besar kecilnya
margin pemasaran dipengaruhi oleh jumlah fungsi yang dilakukan oleh setiap
pelaku pemasaran.
41
Tabel 4. Margin Pemasaran Bibit Kambing PE setiap Pelaku Pemasaran Saluran
Satu
Margin (Rp/ekor) Pedagang
Pengumpul 1
Pedagang
Pengumpul 2
Pedagang
Perantara
1. Cempek lepas sapih 300.000,00 500.000,00 100.000,00
2. Jantan
a. 1-1,5 tahun 300.000,00 500.000,00 100.000,00
b. 2-3 tahun 300.000,00 500.000,00 100.000,00
3. Betina
a. 1-1,5 tahun 300.000,00 500.000,00 100.000,00
b. 2-3 tahun 300.000,00 500.000,00 100.000,00
4. Kambing PE afkir 300.000,00 500.000,00 100.000,00
Pada saluran pemasaran satu, biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh
pedagang pengumpul untuk fungsi pengangkutan sebesar Rp. 20.000,00, bagian
yang diberikan kepada pedagang perantara sebesar Rp. 30.000,00 dan untuk
retribusi pasar hewan yang diberikan melalui pedagang perantara sebesar
Rp. 2.000,00, sehingga besar biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang
pengumpul sebesar Rp. 52.000,00. Pedagang perantara hanya mengeluarkan
biaya sebesar Rp. 2.000,00 yang diberikan kepada pegawai pasar
dinas peternakan Garut yang menjaga pasar hewan, sehingga total biaya untuk
saluran pemasaran satu sebesar 54.000,00. Rincian keuntungan setiap pelaku
pemasaran dapat dilihat pada tabel 5.
42
Tabel 5. Keuntungan setiap Pelaku Pemasaran Saluran Satu
Keuntungan (Rp/ekor) Pedagang
Pengumpul 1
Pedagang
Pengumpul 2
Pedagang
Perantara
1. Cempek lepas sapih 300.000,00 448.000,00 98.000,00
2. Jantan
a. 1-1,5 tahun 300.000,00 448.000,00 98.000,00
b. 2-3 tahun 300.000,00 448.000,00 98.000,00
3. Betina
a. 1-1,5 tahun 300.000,00 448.000,00 98.000,00
b. 2-3 tahun 300.000,00 448.000,00 98.000,00
4. Kambing PE afkir 300.000,00 448.000,00 98.000,00
Berdasarkan data pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa keuntungan yang
didapat oleh ketua kelompok adalah Rp. 300.000,00 per ekornya, karena biaya
pengiriman kambing PE ditanggung oleh pedagang pengumpul yang
mengumpulkan kambing PE dari Kelompok Ternak Lebaksiuh sehingga biaya
yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul 1 ini adalah Rp. 0,00. Pedagang
pengumpul mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 448.000,00 dari setiap kambing
PE yang dijualkan per ekornya, setelah margin pemasaran dikurangi biaya
pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul. Pelaku pemasaran
terakhir yang berperan dalam saluran pemasaran kambing PE ini adalah pedagang
perantara (calo). Keuntungan yang didapat setiap satu ekor kambing PE adalah
sebesar Rp. 98.000,00 yang didapat dari margin pemasaran dikurangi biaya yang
ditanggung oleh pedagang perantara. Persentase margin dan bagian yang diterima
petani pada saluran satu dapat dilihat pada tabel 6.
43
Tabel 6. Persentase Margin Parsial dan Bagian yang Diterima Peternak pada
Saluran Pemasaran Satu
Uraian Ketua
Kelompok
Pedagang
Pengumpul
Pedagang
Perantara
Persentase Margin Parsial (%) 33 56 11
Persentase Bagian yang
Diterima Petani (%)
1. Cempek lepas sapih 46
2. Jantan
a. 1-1,5 tahun 68
b. 2-3 tahun 80
3. Betina
a. 1-1,5 tahun 60
b. 2-3 tahun 68
4. Kambing PE afkir 68
Total margin pemasaran saluran pemasaran ini sebesar Rp. 900.000,00
dengan total biaya pemasaran sebesar Rp. 54.000,00 sehingga total keuntungan
yang didapatkan oleh seluruh pelaku pemasaran pola pemasaran satu sebesar
Rp. 846.000,00. Persentase margin tertinggi dimiliki oleh pedagang pengumpul,
dengan persentase sebesar 56% dan terendah dimiliki oleh pedagang perantara
dengan persentase sebesar 11% dari margin total, sedangkan persentase bagian
yang diterima oleh peternak paling besar ada pada kambing jantan berumur
2-3 tahun sebesar 80%, dan paling kecil ada pada cempek lepas sapih sebesar
46%.
Pemasaran kambing PE dapat dikatakan efisien, kecuali pemasaran
kambing PE cempek lepas sapih dengan persentase bagian yang diterima peternak
sebesar 46% dinilai tidak efisien. Hal ini sejalan dengan pendapat Rasyaf (1996),
44
bahwa peternak minimal harus memperoleh bagian 50% dari harga yang
dibayarkan oleh konsumen akhir, apabila bagian terbesar ada pada pelaku
pemasaran maka hal tersebut tidak proporsional dan dapat dikatakan biaya
pemasaran tidak efisien. Biaya pemasaran yang dikeluarkan untuk saluran
pemasaran satu tidak begitu besar, karena hanya menanggung biaya untuk
pengiriman dari lokasi peternak ke Pasar Wanaraja atau Pasar Bayongbong yang
lokasinya pun tidak begitu jauh dari tempat tinggal pedagang pengumpul.
Biaya pemasaran yang tidak begitu tinggi ini memberikan keuntungan
yang cukup besar pada masing-masing pelaku pemasaran yang memasarkan
kambing PE. Keuntungan tertinggi dimiliki oleh pedagang pengumpul dengan
margin pemasaran sebesar 56% karena kemampuan menawarnya yang cukup
tinggi, sedangkan ketua kelompok dengan margin pemasaran sebesar 33%
mempertimbangkan keuntungan yang juga diterima oleh anggotanya, sehingga
keuntungan yang didapat tidak sebesar keuntungan pedagang pengumpul.
4.6.2 Saluran Pemasaran Dua
Pola saluran pemasaran dua merupakan saluran pemasaran dua tingkat
yang terdiri dari 2 pelaku pemasaran, yaitu ketua kelompok Lebaksiuh yang
berperan sebagai pedagang pengumpul, dan pedagang besar. Besar margin, biaya,
dan keuntungan yang diterima oleh para pelaku pemasaran pada saluran dua,
dapat dilihat pada tabel 7.
Pada tabel 7 diketahui bahwa keuntungan yang didapatkan oleh Ketua
Kelompok sebagai pedagang pengumpul adalah Rp. 400.000,00 untuk kambing
jantan, dan Rp. 100.000,00 untuk kambing betina, dari margin pemasaran sebesar
45
Tabel 7. Besar Persentase Margin, Biaya dan Keuntungan Para Pelaku Pemasaran
Saluran Dua
Uraian Ketua
Kelompok
Pedagang
Besar
Harga beli (Rp/ekor)
1. Jantan siap kawin 3.500.000,00 4.000.000,00
2. Betina siap kawin 2.000.000,00 2.200.000,00
Harga jual (Rp/ekor)
1. Jantan siap kawin 4.000.000,00 5.090.000,00
2. Betina siap kawin 2.200.000,00 2.940.000,00
Margin (Rp/ekor)
1. Jantan siap kawin 500.000,00 1.090.000,00
2. Betina siap kawin 200.000.00 740.000,00
Biaya (Rp/ekor) 100.000,00 139.000,00
Keuntungan (Rp/ekor)
1. Jantan siap kawin 400.000,00 951.000,00
2. Betina siap kawin 100.000,00 601.000,00
Persentase margin parsial (%)
1. Jantan siap kawin 31 68
2. Betina siap kawin 21 78
Persentase bagian yang diterima
petani (%)
1. Jantan siap kawin 68
2. Betina siap kawin 68
Rp. 500.000,00 untuk kambing jantan dan Rp. 100.000,00 untuk kambing betina.
Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh ketua kelompok adalah sebesar
Rp. 100.000,00 per ekor kambing PE, yang digunakan untuk biaya pengiriman ke
lokasi kelompok ternak penerima bantuan.
46
Pelaku pemasaran kedua yang berperan dalam saluran pemasaran kedua
adalah pedagang besar. Pedagang besar mendapatkan keuntungan sebesar
Rp. 951.000,00 untuk kambing PE jantan dan Rp. 601.000,00 untuk kambing PE
betina, dari Margin pemasaran Rp. 1.090.000,00 untuk kambing PE jantan dan
Rp. 740.000,00 untuk kambing PE betina. Biaya pemasaran yang dikeluarkan
setiap ekornya sebesar Rp. 139.000,00 yang terdiri dari Pajak 1,5% dari transaksi
keseluruhan dengan dinas peternakan terkait, pemeriksaan kesehatan kambing PE
per ekor sebesar Rp. 25.000,00 , SKKH (Surat Keterangan Kesehatan Hewan)
sebesar Rp. 50.000,00 per angkutan yang setiap angkutan berjumlah 37 ekor
kambing PE, penanggungan resiko kematian serta penanggungan biaya fasilitas
tim teknis seleksi serta tim pemeriksa kesehatan.
Total margin pemasaran saluran pemasaran ini sebesar Rp. 1.590.000,00
per ekor untuk kambing PE jantan dan Rp. 940.000,00 per ekor untuk kambing PE
betina dengan total biaya pemasaran sebesar Rp. 239.000,00 per ekor kambing PE
yang dipasarkan, sehingga total keuntungan yang didapatkan oleh seluruh pelaku
pemasaran pola pemasaran dua sebesar Rp. 1.351.000,00 per ekor untuk
kambing PE jantan dan Rp. 701.000,00 per ekor untuk kambing PE betina.
Persentase margin parsial yang didapat oleh Ketua Kelompok sebesar 31,45%
untuk kambing PE jantan dan 21,28% untuk kambing PE betina. Pedagang besar
untuk kambing PE jantan mendapatkan persentase margin parsial sebesar 68,55 %
untuk kambing PE jantan dan 78,72% untuk kambing PE betina.
Persentase bagian yang diterima oleh petani masing-masing sebesar
68%, yang menunjukkan pemasaran kambing PE yang dapat dikatakan efisien.
Sejalan dengan pendapat Rasyaf (1996), bahwa peternak minimal harus
memperoleh bagian 50% dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir,
47
apabila bagian terbesar ada pada pelaku pemasaran maka hal tersebut tidak
proporsional dan dapat dikatakan biaya pemasaran tidak efisien. Gambaran
persentase margin dan keuntungan yang didapatkan oleh setiap pelaku pemasaran
pada masing-masing bentuk pemasaran dapat dilihat pada bagan ilustrasi 3.
Saluran Pemasaran I
Mp: 33 % Mp: 56% Mp: 11%
Keuntungan total (per ekor) : Rp. 846.000,00
Biaya total (per ekor) : Rp. 54.000,00
Margin Pemasaran total (per ekor) : Rp. 900.000,00
Saluran Pemasaran II
Mp: Jantan: 31% Mp: Jantan : 68%
Betina: 21% Betina : 78%
Keuntungan total (per ekor); Jantan : Rp. 1.351.000,00
Betina : Rp. 701.000,00
Biaya total (per ekor) : Rp. 239.000,00
Margin Pemasaran total (per ekor); Jantan : Rp. 1.590.000,00
Betina : Rp. 940.000,00
Ilustrasi 3. Gambaran Persentase dan Keuntungan Pemasaran setiap Saluran
Pemasaran
Bagan Ilustrasi 3 memperlihatkan perbedaan margin yang cukup tinggi
pada saluran pemasaran dua, yaitu sebesar Rp. 1.590.000,00 untuk satu ekor
kambing PE jantan dan Rp. 940.000,00 untuk satu ekor kambing PE betina antara
Pro
du
sen
Pedagang Pengumpul 1
Pedagang Pengumpul 2
Pedagang Perantara
Konsumen
Pedagang Pengumpul 1
Pedagang Besar Konsumen
48
ketua kelompok dengan pedagang besar. Hal ini disebabkan kemampuan
menawar pedagang besar yang cukup besar pada ketua kelompok, disamping itu
pedagang besar memenuhi fungsi pemasaran yang lebih banyak ketimbang ketua
kelompok, seperti standardisasi dan grading, serta informasi pasar, sehingga
saluran pemasaran dua masih dapat dikatakan efisien sejalan dengan pendapat
Rasyaf (1996), bahwa pemasaran dapat dikatakan efisien bila mampu
mengadakan pembagian keuntungan yang adil kepada semua pihak yang ikut
dalam kegiatan pemasaran dari keseluruhan harga yang dibayarkan oleh
konsumen akhir. Adil tersebut merupakan kesesuaian antara keuntungan dengan
peran atau fungsi pemasaran di tiap jalur dalam bobot atau kapasitasnya masing-
masing.