Pemberdayaan Program Anak Jalanan (Review Research)

21
Pendayagunaan Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Di Perguruan Tinggi Untuk Mendukung Program Pembinaan Anak Jalanan Di Indonesia MAKALAH Oleh : ATEP SETYA T AFANDI [email protected], Bandung Indonesia JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2008

description

review of Street Children development

Transcript of Pemberdayaan Program Anak Jalanan (Review Research)

Page 1: Pemberdayaan Program Anak Jalanan (Review Research)

Pendayagunaan Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Di Perguruan Tinggi Untuk

Mendukung Program Pembinaan Anak Jalanan Di Indonesia

MAKALAH

Oleh :

ATEP SETYA T AFANDI

[email protected], Bandung Indonesia

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2008

Page 2: Pemberdayaan Program Anak Jalanan (Review Research)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 3

C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 3

D. Sistematika Penulisan........................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 5

A. Urgensi Pembinaan anak Jalanan ........................................................ 5

B. Potensi kegiatan Pengabdian pada Masyarakat sebagai Wahana

Pembinaan anak Jalanan....................................................................... 6

C. Usaha Menciptakan Sebuah Sistem Sinergis dalam Upaya

Pemecahan Masalah Anak Jalanan di Indonesia.................................. 8

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 11

A. Kesimpulan........................................................................................... 11

B. Rekomendasi......................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 13

Page 3: Pemberdayaan Program Anak Jalanan (Review Research)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu isu kesejahteraan anak yang terus berkembang menjadi perhatian dunia

adalah masalah anak jalanan. Laporan Dunia tentang Situasi Anak, menyebutkan bahwa

terdapat 30 Juta anak tinggal dan menjaga diri mereka sendiri di jalan. Sedang di Asia, saat

ini paling tidak terdapat sekitar 20 juta anak jalanan. Jumlah tersebut diramalkan akan

meningkat dua kali lipat pada 30 tahun mendatang (Childhope,1991 dalam Tauran, 2008).

Selain jumlah anak jalanan yang terus bertambah, hal yang paling esensial yang perlu

diperhatikan adalah kondisi mereka yang harus dipaksa bekerja keras, hingga kasar dan

eksploitatif (de Beritez, 1996).

Indonesia merupakan salah satu dari banyak negara dengan jumlah anak jalanan yang

tinggi (UNICEF’s State of the World’s Children (SWOC), 2007). Berdasarkan data dari

Yayasan Anak Indonesia (1994), jumlah anak jalanan yang ada semakin bertambah baik

dari segi kualitas maupun kuantitas. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar anak

jalanan berasal dari keluarga yang tidak mampu. Namun, hal ini tidak memberikan sebuah

kesimpulan yang tegas bahwa kemiskinan memberikan sumbangan yang paling utama

dalam masalah pertambahan anak jalanan ini. selain itu, ditemukan bahwa terdapat faktor-

faktor intermediet yang mempengaruhi hal tersebut, diantaranya harmoni keluarga, daya

dukung keluarga, kemampunan pengasuhan serta langkanya daya dukung keluarga (familiy

support) terhadap anak dalam keluarga (Tauran, 2008). Hal ini diperparah dengan kurang

mengenanya kebijakan-kebijakan pemerintah dalam penuntasan masalah ini, seperti

didapat dari hasil survei Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia terhadap 100 anak,

menunjukkan ternyata hanya 10% anak jalanan yang terjangkau oleh program penanganan

baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun oleh lembaga swadaya masyarakat

(Publikasi YKAI,1994 dalam Tauran, 2008).

Masalah yang sangat besar lebih bersifat implisit dan akan berdampak jangka

panjang pada sebuah bangsa (komunitas) yang mempunyai permasalahan dengan anak

Page 4: Pemberdayaan Program Anak Jalanan (Review Research)

jalanan. Kehidupan anak jalanan yang lebih banyak di jalan akan menghilangkan beberapa

kesempatan untuk membentuk hubungan emosional untuk saling menjaga atau

kemampuan untuk bersosialisasi, pendidikan atau kecakapan kerja yang diperlukan dalam

komunitas kerja, kehidupan produktif serta kehidupan yang bermakna. Diantara anak-anak

muda tersebut, secara kronis, sebagian besar menjalani kehidupan yang merugikan yang

sangat sulit untuk diperbaiki, bertahan dalam kondisi fisikal dan emosional yang sangat

menyedihkan dalam status masyarakat pinggiran (de Benitez, 1996). Kondisi fisik dan

psikis anak jalanan yang sangat menyedihkan seperti diatas, ternyata diperparah dengan

buruknya berbagai perlakuan masyarakat di lingkungannya. Banyaknya kasus HIV/AIDS

yang ditemukan merupakan sebuah indikasi masalah tindak prostitusional yang dilakukan

terhadap banyak anak jalanan, khususnya anak perempuan. Berbagai kondisi yang

menyedihkan ini, merupakan `bom waktu` bagi bangsa Indonesia, dimana kehancuran

generasi muda sudah terjadi secara luas.

Dalam upaya pemecahan masalah anak janalan ini, diperlukan sebuah langkah yang

cepat dan tepat. Hal ini mengingat, masalah anak jalanan merupakan masalah yang pelik

dan sulit untuk dicari permasalahan yang sesungguhnya. Kebijakan-kebijakan pemerintah

yang dibuat seharusnya tidak hanya mencakup pada upaya rehabilitatif, tapi juga harus

mencakup usaha preventif dan mencakup pengembangan kedepan (Tauran, 2008). Selain

itu, pemerintah memerlukan sebuah usaha `perangkulan` terhadap pihak-pihak lain yang

bisa diajak untuk membantu meringankan serta memecahkan masalah ini. Hal ini

dikarenakan, masalah anak jalanan merupakan masalah kompleks yang melibatkan banyak

pihak. Salah satu pihak yang cukup potensial, adalah kaum akademisi (civitas akademika),

khususnya mahasiswa.

Mahasiswa di perguruan tinggi merupakan bagian dari civitas akademika yang

masih mempunyai peluang berkarya yang sangat luas. Secara psikologis, mahasiswa

dinggap sudah memiliki kedewasaan dalam berpikir maupun bertindak. Selain itu, jika

dilihat dari segi intelektualnya, mahasiswa sudah memiliki taraf aplikatif yang tinggi dari

semua pemahaman teori yang dipelajari. Selain itu, sebagian besar organisasi-organisasi

kemahasiswaan yang ada di seluruh perguruan tinggi di Indonesia sudah cukup mapan

dalam melakukan atau merancang sebuah kegiatan yang bersifat eksternal (melibatkan

pihak luar). Salah satu jenis program yang sering banyak dilakukan oleh organisasi

kemahasiswaan di Indonesia adalah, Pengabdian pada Masyarakat (PPM). Program ini

Page 5: Pemberdayaan Program Anak Jalanan (Review Research)

mengkin memiliki kekhasan tersendiri di berbagai kampus di berbagai daerah, baik dilihat

dari segi nama, sasaran atau tema kegiatan yang diambilnya. Namun ada kesamaan dari

semua program PPM ini, yaitu, usaha untuk memberikan dampak positif (manfaat) bagi

masyarakat.

Melihat berbagai permasalahan anak jalanan yang dialami oleh Indonesia, serta

berbagai kesempatan yang dapat dilihat dari program kemahasiswaan, PPM, terbuka

peluang besar untuk mengarahkan, merapihkan gerak solutif masalah anak jalanan di

Indonesia melalui kegiatan-kegiatan kemahasiswaan yang mempunyai keidentikan dengan

program tersebut.

B. Rumusan Masalah

Bgaimana membangun kesinergisan antara kegiatan Pengabdian pada Masyarakat (PPM)

dengan upaya pemecahan masalah nasional-Anak Jalanan?

C. Tujuan Penulisan

1. Membentuk sebuah paradigma yang baru kegiatan kemahasiswaan, Pengabdian pada

Masyarakat (PPM) yang berbasis pemecahan masalah sosial nasional.

2. Membangun sebuah sistem yang sinergis antara Pemerintah, Masyarakat umum,

Mahasiswa (Civitas Akademika), dan NGO (Non-Government Organization).

D. Sistematika Penulisan

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

Page 6: Pemberdayaan Program Anak Jalanan (Review Research)

D. Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Urgensi Pembinaan Anak Jalanan

B. Peluang dan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB II

Page 7: Pemberdayaan Program Anak Jalanan (Review Research)

PEMBAHASAN

B. Urgensi Pembinaan Anak Jalanan

Anak merupakan generasi penerus sebuah bangsa. Pada kesempatannya sebuah

generasi akan mendapatkan peran penting dalam penentuan nasib bersama sebuah bangsa.

Oleh karena itu, anak (generasi muda) sekarang, baik secara aktif maupun pasif akan

memmerikan sebuah dampak dalam proses penentuan nasib bangsa Indonesia kedepan.

Dalam kaitannya dengan urgensi pembinaan kepada anak jalanan terdapat beberapa

faktor yang mendukung argumen tersebut, antara lain :

1. Melindungi hak asasi anak. Dalam kaitannya dengan hak asasi untuk anak, anak jalanan

sangat rentan bahkan ada yang sudah dipastikan kehilangan hak asasi yang seharusnya

didapatkannya, misalkan pendidikan, keamanan, mendapatkan perlindungan dll.

Mengingat hal ini, usaha pembinaan merupakan sebuah langkah yang nyata dilakukan

sebagai usaha mewujudkan tegaknya hak asasi anak.

2. Melindungi generasi penerus. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya anak, baik itu

anak normal yang mendapatkan kesempatan yang layak dalam pendidikan dan

kehidupan keluarga, ataupun anak jalanan yang mendapatkan hal sebaliknya besar atau

kecil akan memberikan sebuah dampak terhadap kondisi bangsa yang akan datang.

Kondisi pengalaman yang dimiliki oleh setiap individu saat mesa anak-anak akan

memberikan kontribusi besar terhadap pembentukan watak saat dewasanya. Watak-

watak keras, indisipliner, dan kurang bisa melakukan sosialisaasi dengan lingkungan

lingungan sekitrnya merupakan beberapa masalah yang dibentuk dari kehidupan anak

jalanan.

3. Mengurangi kekacauan tata ruang lingkungan. Keberadaan anak jalanan yang bebas di

jalan-jalan, selain merupakan sebuah masalah besar bagi perkembengan pribadinya

sediri, hal ini juga merupakan masalah bagi masyarakat disekitarnya. Penggunaan

fasilitas-fasilitas umum sebagai tempat tinggal atau beteduh sementara oleh anak-anak

jalanan, besar atau kecil memberikan dampak bagi masyarakat disekitarnya. Selain itu,

Page 8: Pemberdayaan Program Anak Jalanan (Review Research)

keberadaan mereka akan memberikan sebuah sesan ketidakteraturan tata sosial serta tata

ruang sebuah masyarakat.

4. Mengurangi tindak kriminalitas. Kondisi kahidupan yang begitu berat yang dialami oleh

anak jalanan, akan memberikan sebuah intervensi yang begitu besar untuk terus

berusaha bertahan hidup bagaimanapun caranya. Oleh karena itu, tindak-tindak

kriminalitas akan mempunyai peluang yang sangat besar untuk dalam kondisi ini oleh

anak-anak jalanan.

Melihat berbagai poin penting dalam langkah besar pebinaan anak jalanan, ada satu

hal yang perlu di oerhatikan oleh setiap orang bahwa, keberadaan mereka yang sudah ada

sebagai anak-anak jalanan bukan merupakan sebuah keinginan mereka. Hal ini merupakan

sebuah bentuk `keterpaksaan` seseorang untuk menjalani kehidupan pinggiran yang

menggambarkan ketidakterimaan sosial yang telah menempatkan anak jalanan diluar arus

utama kehidupan masyarakat (de Moura, 2002).

B. Potensi Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat sebagai Wahana Pembinaaan

Anak Jalanan

Kegiatan Pengabdian pada masyarakat merupakan salah satu bagian kegiatan yang

dilakukan oleh banyak perguruan tinggi di Indonesia. Dalam konteks teknisnya, program

ini mungkin memiliki berbagai nama, tema, serta sasaran yang dituju. Hal ini bergantung

pada kondisi serta kultur yang berkembang dalam kegiatan-kegiatan kemahasiswaan di

suatu perguruan tinggi.

Berbagai kegiatan yang dilakukan mahasiswa (termasuk kegiatan PPM yang

disebutkan sebelumnya), merupakan sebuah bentuk realisasi idealisme dari mahasiswa.

Hal ini merupakan sebuah fondasi awal yang baik, dimana keberadaan sebuah kegiatan

merupakan sebuah hal yang dbutuhkan untuk eksistensi serta pemenuhan hasrat,

pemenuhan ide (keinginan) dari mahasiswa. Selain potensi keunggulan dari basis konsep

munculnya kegiatan ini, kegiatan kemahasiswaan mempunyai chance yang sangat besar

untuk mendapatkan kesempatan bantuan, dukungan dari masyarakat, minimalnya dari

komunitas alumni perguruan tinggi terkait, baik itu dari segi materiil ataupun dukungan

secara moriil. Hal ini kan memberikan kelancaran pelaksanaan kegiatan sesuai rencana

yang dibuat.

Page 9: Pemberdayaan Program Anak Jalanan (Review Research)

Hal yang lain yang dapat dilihat sebagai potensi kegiatan Pengabdian pada

Masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa adalah, tingkat kreatifitas serta taraf aplikatif

dari berbagai teori yang sudah cukup tinggi dari mahasiswa iu sendiri. Poin ini mempunyai

titik tekan pada pemilihan bentuk, sasaran tema yang bisa diambil oleh mahasiswa dalam

kegiatan berbasis PPM ini. Melihat berbagai potensi besar yang dimili oleh kegiatan PPM

diatas, hal iini akan menjadi sebuah hal yang sangat baik dimana dibangun sebuah

kesinergisan dari berbagai poin unggulan kegiatan ini kearah pemecahan masalah nasional-

Anak jalanan. Anak jalanan merupakan permasalahan yang bisa disebut sebagai

permasalahan yang hampir kosmopolitan‒hampir bisa ditemukan dimana saja.

Secara global, hal ini bisa dilihat dari data Consortium for Street Children’s (CSC)

(2007) tentang beberapa negara dengan jumlah anak jalanan yang tinggi dan dibandingkan

dengan Indeks Perkembangan Manusia (IPM) dari negara-negara tersebut (UNDP, 2006)

memperlihatkan bahwa masalah anak jalanan bisa ditemukan di semua negara, baik itu

negara yang tergolong negara berindeks perkembangan manusia yang tinggi, menengah,

atau pun rendah. (8 (13%) dari 63 negara digolongkan sebagai negara dengan Indeks

Perkembangan Manusia (IPM) yang tinggi, 41 (49%) of 83 negara digolongkan dengan

IPM menengah dan 20 dari 31 (65%) digolongkan ber-IPM rendah).

Jika dilihat dari segi regional maupun lebih lokal, maka akan didapatkan bahwa

kasus anak-anak jalanan akan sangat banyak ditemukan di beragai tempat di daerah kota-

kota besar (seperti Medan, Jakarta, Bandung, Yogjakarta, Surabaya dll.). Kondisi ini bisa

dijadikan sebuah lahan yang sanga luas, khususnya untuk mendapatkan sasaran kegiatan

PPM yang berorientasi Anak Jalanan. Selain itu lahan yang cukup luas, jarak antara pusat

aktifitas (kampus) dari mahasiswa dengan daerah-daerah yang banyak ditemukan masalah

anak jalanan sangat dekat. Hal ini akan memudahkan dalam akses pelaksanaan PPM

tersebut.

Dari berbagai potensi kesinergisan antara PPM dan masalah anak jalanan diatas,

pemerintah dalam hal ini sebagai bagian pengambil kebikjakan, memerlukan usaha yang

cermat dalam mendayagunakan berbagai potensi tersebut, ditambah dengan keberadaan

masyarakat umum, NGO (Non-Government Organization) menjadi sebuah sistem yang

berjalan sinergis untuk memecahkan masalah anak-anak jalanan tersebut.

Page 10: Pemberdayaan Program Anak Jalanan (Review Research)

C. Usaha Menciptakan Sebuah Sistem Sinergis dalam Upaya Pemecahan Masalah

Anak Jalanan di Indonesia

Seperti yang telah dipaparkan diatas, usaha yang sinergis antara berbagai pihak akan

memberikan dampak yang lebih efektif dalam proses realisasi tujuan program pemecahan

anak jalanan ini. salah satu alternatif solusi yang diberikan adalam Program Adik Asuh.

Program Adik Asuh, merupakan sebuah program yang sebenarnya secara teknis maupun

konseptual telah dilaksanakan oleh beberapa perguruan tinggi, namun dalam tulisan ini,

akan diberikan gambaran tentang urgensitas, mengapa hal ini harus menjadi perhatian

semua pihak, khususnya mahasiswa di perguruan tinggi yang lainnya. Secara konseptual,

Program ini merupakan program pemberian dukungan kepada anak jalanan baik secara

moriil, spirituil dan materil dari mahasiswa yang dilaksanakan secara berkelanjutan dan

berjangka panjang. Program ini merupakan sebuah alternatif perpanjangan tangan dari

pendidikan formal yang sulit sekali diterapkan kepada anak-anak jalanan. Selain itu,

program ini juga memberikan akomodasi yang memadai bagi anak-anak jalanan tersebut

untuk dapat mengikuti sebuah alur pembinaan yang terfasilitasi dengan berbagai

kemudahan dan kenyamanan.

Secara jangka Panjang, program ini mempunyai dua fase pelaksanaan, yaitu fase

pengubahan paradigma dan fase tindak lanjut. Fase pertama dan kedua mempunyai

keterkaitan yang sangat erat, dan harus dilaksanakan sesuai dengan urutan untuk

mendapatkan sebuah progres hasil yang baik.

1. Fase Pengubahan Paradigma. Fase ini melibatkan sebuah mentoring intents yang

dilakukan oleh mahasiswa terhadap adik asuh yang menjadi tanggung jawabnya secara

informal tanpa terikat waktu dan tempat. Mentoring ini meliputi pembentukan rasa

kekeluargaan serta pengubahan cara berpikir anak jalanan secara bertahap dan tanpa

melibatkan sebuah unsur paksaan. Dalam fase ini, diperlukan sebuah tahapan yang jelas

kepada mahasiswa,agar dalam proses yang berlangsung, kegiatan ini dapat berlangsung

dengan lancar dan sesuai dengan yang diharapkan.

2. Fase Tindak Lanjut. Fase ini merupakan tindak lanjut dari fase yang pertama. Setelah

mendapatkan hasil yang cukup baik dalam hal motivasi, mental, serta paradigma hidup

dari anak jalanan yang telah mendapatkan mentoring, maka langkah selanjutnya adalah

proses pemberian pendidikan keagamaan, pendidikan formal ataupun keterampilan

Page 11: Pemberdayaan Program Anak Jalanan (Review Research)

hidup yang akan berguna dalam kehidupan anak tersebut kedepannya. Pada fase ini bisa

dilakukan dalam sebuah tempat terpusat, artinya anak-anak jalanan yang ada

dilokasisasi dalam sebuah tempat asrama yang memberikan berbagai akomodasi

kemudahan dan kenyamanan.

Secara teknis, kegiatan ini akan melibatkan banyak orang, khususnya mahasiswa

sebagai ujung tombak (direct touch) terhadap sasaran program ini sendiri, Anak Jalanan.

Dalam pelaksanaannya, setiap mahasiswa akan mempunyai 1-3 orang adik asuh (anak

jalanan) yang menjadi tanggung jawabnya dalam hal pembinaan serta pengawasannya.

Dalam kaitannya dengan komponen lain, seperti Pemerintah, Masyarakat umum dan NGO,

hal ini dapat digambarkan seperti skema dibawah ini :

1. Mahasiswa, Peran langsung dalam pengawasan serta pembentukan awal kesan

terhadap kegiatan ini.

2. Pemerintah, memberikan akomodasi kebijakan yang dapat menyatukan serta

memberikan peluang pelaksanaan program untuk berjalan dengan baik. Pemerintah

juga memberikan dorongan kepada semua pihak baik dari masyarakat umum,

mahasiswa dan NGO.

3. Msyarakat umum, memberikan akomodasi,seperti tempat, pemberian kondisi yang

kondusif bagi anak jalanan serta pengawasan jalannya program. Dalam hal teknis

hal ini bisa melibatkan aparat desa, tokoh masyarakat.

4. NGO, bekerja sama dengan masyarakat pada umumnya untuk membangun kondisi

yang kondusif bagi pelaksanaan program. Untuk kedepannya NGO ini diharapkan

dalat mengelola tempat lokalisasi anak-anak jalanan yang telah mendapatkan tahap

persiapan (fase pertama) untuk nantinyabeerja sama dengan pemerintah utnuk

memberikan berbagai pendidikan yang penting untuk diberikan kepada anak-anak

jalanan.

Secara singkat diagram alur serta deskripsi peran masing-masing komponen dalam

program ini dapat digambarkan seperti di bawah ini:

Page 12: Pemberdayaan Program Anak Jalanan (Review Research)

Gambar II.1Diagram alur serta Deskripsi singkat peran masing-masing Komponen

dalam Program Adik Asuh

Dalam Pelaksanaan program ini, dipastikan terdapat berbagai hambatan yang akan ada

diantaranya, adanya birokrasi yang rumit dari pemerintahan, masyarakat yang cenderung

apatis, mahasiswa yang kurang bisa melakukan kegiatan secara kontinyu serta adanya

individualisasi dari NGO yang ada. Namun dengan pemahaman yang benar serta keinginan

yang sama dari seluruh komponen, hal ini dapat diminimalisasi.

Page 13: Pemberdayaan Program Anak Jalanan (Review Research)

BAB III

PENUTUP

C. Kesimpulan

Permasalahan anak jalanan merupakan permasalahan yang perlu mendapatkan

perhatian yang lebih serta tindakan yang cepat. melihat berbagai kesempatan (peluang)

yang dapat dilihat dari program kemahasiswaan, PPM, terbuka peluang besar untuk

mengarahkan, merapihkan gerak solutif masalah anak jalanan di Indonesia melalui

kegiatan-kegiatan kemahasiswaan yang mempunyai keidentikan dengan program tersebut.

Salah satu contoh kegiatan yang bisa dilaksakan adalah Program Adik Asuh.

Program ini merupakan sebuah alternatif perpanjangan tangan dari pendidikan formal

yang sulit sekali diterapkan kepada anak-anak jalanan. Selain itu, program ini juga

memberikan akomodasi yang memadai bagi anak-anak jalanan tersebut untuk dapat

mengikuti sebuah alur pembinaan yang terfasilitasi dengan berbagai kemudahan dan

kenyamanan. Secara jangka Panjang, program ini mempunyai dua fase pelaksanaan, yaitu

fase pengubahan paradigma dan fase tindak lanjut. Fase pertama dan kedua mempunyai

keterkaitan yang sangat erat, dan harus dilaksanakan sesuai dengan urutan untuk

mendapatkan sebuah progres hasil yang baik. Fase-fase tersebut dapat didekripsikan

seperti di bawah ini :

1. Fase Pengubahan Paradigma. Fase ini melibatkan sebuah mentoring intents yang

dilakukan oleh mahasiswa terhadap adik asuh yang menjadi tanggung jawabnya secara

informal tanpa terikat waktu dan tempat.

2. Fase Tindak Lanjut. Fase ini merupakan tindak lanjut dari fase yang pertama.

Setelah mendapatkan hasil yang cukup baik dalam hal motivasi, mental, serta

paradigma hidup dari anak jalanan yang telah mendapatkan mentoring, maka langkah

selanjutnya adalah proses pemberian pendidikan keagamaan, pendidikan formal

ataupun keterampilan hidup yang akan berguna dalam kehidupan anak tersebut

kedepannya.

Page 14: Pemberdayaan Program Anak Jalanan (Review Research)

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan program terdapat berbagai komponen yang

mendukung, seperti Pemerintah, Masyarakat umum dan NGO, peran dari masing-masing

komponen dapat dideskripsikan seperti dibawah ini :

5. Mahasiswa, Peran langsung dalam pengawasan serta pembentukan awal kesan

terhadap kegiatan ini.

6. Pemerintah, memberikan akomodasi kebijakan yang dapat menyatukan serta

memberikan peluang pelaksanaan program untuk berjalan dengan baik. Pemerintah

juga memberikan dorongan kepada semua pihak baik dari masyarakat umum,

mahasiswa dan NGO.

7. Msyarakat umum, memberikan akomodasi,seperti tempat, pemberian kondisi yang

kondusif bagi anak jalanan serta pengawasan jalannya program. Dalam hal teknis

hal ini bisa melibatkan aparat desa, tokoh masyarakat.

8. NGO, bekerja sama dengan masyarakat pada umumnya untuk membangun kondisi

yang kondusif bagi pelaksanaan program. Untuk kedepannya NGO ini diharapkan

dalat mengelola tempat lokalisasi anak-anak jalanan yang telah mendapatkan tahap

persiapan (fase pertama) untuk nantinyabeerja sama dengan pemerintah utnuk

memberikan berbagai pendidikan yang penting untuk diberikan kepada anak-anak

jalanan.

D. Rekomendasi

Untuk meminimalisasi hambatan yang kungkin muncul dalam kegiatan ini

sebaiknya, diperlukan sebuah kerjasama antara seluruh komponen yang ada dan

memahami tugas serta tenggung jawabnya dalam tanggung jawab menyelamatkan anak

jalanan dari masa depan yang suram.

Page 15: Pemberdayaan Program Anak Jalanan (Review Research)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim (2003) Street Children-What Are Street Chilren? [online]. Tersedia : http:// mexico-child-link.org//

[04 November 2008]

Anonim (2008). Street Children [online]. Tersedia : http://www.wikipedia.org// [04 November 2008]

Anonim (2008). Chilren Right`s: Street Children [online]. Tersedia : http://www.hrw.org// [04 November

2008]

De Benitez, Sarah Thomas (2000) Eksploitation of Children-A Worldwide Outrange. Laporan Statistik

Dunia: Casa Alianza

De Benitez, Sarah Thomas (1996) What Works in Street Children Programming:The JUCONI Model.

Maryland: International Youth Foundation

De Benitez, Sarah Thomas (2007) State of the World’s Street Children: Violence. London : Consortium for

Street Children

De Moura, Sergio Louiz (2002) The Social Construction of Street Children: Configuration and Implications.

British Journal of Social Work, volume 32: 353-367

Tauran (2008) Studi Profil Anak Jalanan Sebagai Upaya Perumusan Model Kebijakan Penanggulangannya

(Suatu Studi terhadap Profil Anak Jalanan di Terminal Bus Tanjung Priok, Kota Jakarta Utara).

Skripsi : Universitas Brawijaya