PEMBERDAYAAN PEMUDA PELAKU VANDALISME …digilib.unila.ac.id/54784/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...iii...
Transcript of PEMBERDAYAAN PEMUDA PELAKU VANDALISME …digilib.unila.ac.id/54784/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...iii...
i
PEMBERDAYAAN PEMUDA PELAKU VANDALISMEDI BANDAR LAMPUNG
(Studi Kasus Pada Komunitas Artcans)
OlehMUHAMMAD FADHIL FADHURRAHMAN
SkripsiSebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA SOSIOLOGI
Pada
Jurusan SosiologiFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ii
EMPOWERMENT OF YOUTH VANDALISM PLAYERSIN BANDAR LAMPUNG
(Case Studies on Artcans Communities)
byMuhammad Fadhil Fadhurrahman
Abstrack
This study aims to find out how to increase the enthusiasm of youngvandalism perpetrators in creativity in the field of painting and to find out how toempower youth vandalism in Bandar Lampung. This research was conducted atthe Bandar Lampung Art Cans community. The informants in this study consistedof 3 general public members and 3 members of the Artcans community. Thisstudy uses a qualitative approach. The data used is primary data through interviewtechniques and secondary data through photo documentation.
The results of this study are efforts made to improve the spirit ofvandalized youth, namely, first, participating actively in painting communities inBandar Lampung. Secondly, often exchanging ideas or making work withpainting activists. Third, take part in various painting competitions in BandarLampung or other. Fourth, doing mural or graffity activities together withinteresting content and adding to the beauty of the environment. Efforts toempower vandalized youth by the Art Cans community have the following stages:first, second, the group formation stage. Third, the identification stage. Fourth, theplanning phase of the activity, Fifth, the implementation phase.
Keywords: Vandalism, Painting, Empowerment
iii
PEMBERDAYAAN PEMUDA PELAKU VANDALISMEDI BANDAR LAMPUNG
(Studi Kasus pada Komunitas Artcans)
olehMuhammad Fadhil Fadhurrahman
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara meningkatkansemangat pemuda pelaku vandalisme dalam berkreatifitas di bidang seni lukisserta untuk mengetahui cara pemberdayaan pemuda pelaku vandalisme diBandar Lampung. Penelitian ini dilakukan pada komunitas Art Cans BandarLampung. Informan dalam penelitian ini terdiri dari masyarakat umum yangberjumlah 3 orang dan anggota komunitas Artcans 3 orang. Penelitian inimenggunakan pendekatan kualitatif. Data yang digunakan berupa data primermelalui teknik wawancara dan data sekunder melalui dokumentasi poto.
Hasil penelitian ini adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkansemangat pemuda pelaku vandalis yaitu pertama, ikut serta aktif dalamkomunitas-komunitas seni lukis yang ada di Bandar Lampung. Kedua, seringbertukar pikiran atau membuat karya bersama para penggiat seni lukis. Ketiga,mengikuti berbagai kompetisi seni lukis yang ada di Bandar Lampung ataulainnya. Keempat, melakukan kegiatan mural atau graffity bersama dengankonten yang menarik dan menambah keindahan lingkungan. Upayapemberdayaan pemuda pelaku vandalis oleh komunitas Art Cans mempunyaitahap-tahp berikut yaitu pertama.. Kedua, tahap pembentukan kelompok.Ketiga, tahap identifikasi. Keempat, tahap merencanakan kegiatan, Kelima,tahap implementasi.
Kata kunci: Vandalisme, Seni Lukis, Pemberdayaan
vii
RIWAYAT HIDUP
Muhammad Fadhil Fadhurrahman, dilahirkan pada tanggal 06
September 1996 di Jakarta. Anak pertama dari dua bersaudara
pasangan Bapak Abdul Jabbar dan Ibu Ghina Siti Fathonah.
Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh yaitu: TK Qurrota
a’ayun Bandar Lampung pada 2001, SD Negeri 2 Labuhan
Ratu pada 2002, SMP Negeri 22 Bandar Lampung pada 2008, SMA Al-Kautsar
pada 2011 dan Universitas Lampung, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Jurusan Sosiologi pada 2014.
Penulis terdaftar menjadi mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik melalui penerimaan mahasiswa jalur ujian mandiri. Pada periode
pertama Juli sampai dengan Agustus 2017 (selama 40 hari), penulis mengikuti
kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang bertempat di Kecamatan Sidomulyo,
Kabupaten Lampung Selatan. Selama menjadi mahasiswa, penulis menjadi kepala
bidang minat bakat Himpunan Mahasiswa Jurusan Sosiologi. Selain itu, penulis
merintis sebuah usaha kreatif di bidang seni lukis yang dinamai Haluskasar.
viii
MOTTO
“Dunia sementara, Akhirat selamanya”
“Hati dengki akan menderita di dunia dan akhirat”
ix
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT,skripsi ini Saya persembahkan kepada:
Ayah dan Ibuku TercintaBapak Muhammad Abdul Jabbar dan Ibu Ghina Siti F
Istriku TercintaOktiana Sari
Dosen Pembimbing dan Dosen PembahasBapak Drs. Abdul Syani, M.IP dan Ibu Dra. Yuni Ratnasari, M.Si
Kawan-kawan SeperjuangankuSosiologi 2014
AlmamaterkuKeluarga Besar Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Lampung
Dan semua orang-orang baik dan terkasih yang sudah membantu penulis hinggasampai tahap sekarang ini
x
Terimakasih atas dukungan, doa, saran, kritik yang telah diberikan kepadaku,semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaiknya kepada kita semua,
Aamiin
SANWACANA
Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya. Tiada daya dan upaya
serta kekuatan yang penulis miliki untuk dapat menyelesaikan skripsi ini selain
atas limpahan karunia dan anugerah-Nya. Sholawat serta salam senantiasa
dicurahkan kepada junjungan ilahi robbi, Nabi Besar Muhammad SAW yang
senantiasa kita nantikan syafa’atnya fiddini waddunnya ilal akhiroh.
Skripsi ini berjudul “Pemberdayaan Pemuda Pelaku Vandalisme di Bandar
Lampung (Studi Kasus Pada Komunitas Artcans)” merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Penelitian skripsi ini tidak terlepas dari hidayah, karunia, bantuan, dukungan, doa,
kritik dan saran, serta bimbingan yang berasal dari berbagai pihak. Maka dari itu,
penulis mengucapkan rasa syukur dan terimakasih yang sebesar-besarnya,
khususnya kepada :
xi
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan karunia dan ridho-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini
dengan baik.
2. Kepada kedua orangtuaku tercinta, Ayah Abdul Jabbar dan Ibu Ghina Siti
F. Terimakasih banyak atas cinta, kasih, dan sayang yang tak terhingga
untukku. Terimakasih untuk nasihat, bimbingan, dukungan, serta doa yang
selalu kalian panjatkan demi kelancaran segala urusanku. Maafkan Fadhil
yang belum bisa membalas budi baik kalian dan juga masih sering
membantah serta merepotkan. Semoga kelak kita berkumpul di Jannah-
Nya. Aamiin
3. Kepada Adikku Qonita Salsabila, terima kasih banyak atas dukungannya.
Semoga menjadi wanita yang shalehah, berbakti kepada orang tua dan
Allah selalu memberkahimu. Aamiin
4. Kepada Istriku tersayang, adinda Oktiana Sari. Terima kasih sudah selalu
setia menemani serta memberikan saran dan dukungan dalam pengerjaan
skripsi ini. Terima kasih sudah menjadi penyemangat di hari-hariku.
Semoga cinta kita terus tumbuh hingga surga-Nya nanti. Aamiin
5. Kepada Bapak Drs. Ikram, M.Si. selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Terimakasih pak sudah
menyetujui outline yang penulis ajukan sebagai tonggak awal bagi penulis
dalam menyusun skripsi ini.
6. Kepada Bapak Damar Wibisono, S.Sos.,M.A. selaku Sekretaris Jurusan
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
xii
Terimakasih sudah mendukung dan memperlancar proses penyelesaian
skripsi saya.
7. Kepada Bapak Teuku Fahmi, S.Sos, M.Krim selaku pembimbing
akademik. Terima kasih yang telah bersedia membimbing saya dari awal
hingga akhir perkuliahan. Terima kasih atas nasehat dan saran yang telah
bapak berikan kepada saya.
8. Kepada bapak Drs. Abdul Syani, M.IP selaku dosen dan pembimbing
skripsi ini. Terima kasih telah dengan sabar membimbing saya hingga
akhir proses penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah selalu memberikan
keberkahan kepada bapak dan keluarga. Aamiin
9. Kepada ibu Dra, Yuni Ratnasari, M.Si selaku dosen pembahas dalam
skripsi ini. Terima kasih atas ketersediaan ibu dalam memberikan saran
dan masukan serta membimbing saya dalam proses penyelesaian skripsi
ini. Semoga Allah selalu memberkahi kehidupan ibu. Aamiin
10. Kepada Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung. Terima kasih banyak atas ilmu yang
telah disampaikan kepada Peneliti. Semoga menjadi amal jariyah untuk
Bapak dan Ibu. Aamiin.
11. Kepada staf Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung. Terima kasih banyak sudah memperlancar dan
mendukung segala proses penyelesaian skripsi saya. Semoga Allah
menghadiahkan pahala berlipat bagi kerja kerasnya. Aamiin
12. Kepada Abang dan Mba Sosiologi. Terimakasih atas kritik dan saran
selama ini. Sukses selalu untuk kita semua. Aamiin.
xiii
13. Kepada teman-teman Sosiologi 2014 yang senantiasa berjuang bersama
selama empat tahun ini. Terima kasih atas solidaritas dan kepeduliannya.
Semoga kita bisa menjadi sarjana yang bermanfaat bagi masyarakat.
Aamiin
14. Kepada teman-teman Sosiologi 2015, 2016, 2017 dan yang akan datang,
sukses selalu untuk kita semua. Aamiin.
15. Kepada semua pihak yang telah membantu skripsi ini, semoga Allah
membalas kebaikan kalian, Aamiin.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat memberikan penambahan wawasan
bagi para pembaca serta dapat dijadikan referensi bagi penelitian yang akan
datang.
Bandar Lampung, September 2018
Tertanda,
Muhammad Fadhil FNPM. 1416011068
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... iABSTRACK .................................................................................................. iiABSTRAK ..................................................................................................... iiiHALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ivHALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... vSURAT PERNYATAAN .............................................................................. viRIWAYAT HIDUP ....................................................................................... viiMOTTO ......................................................................................................... viiiPERSEMBAHAN .......................................................................................... ixSANWACANA .............................................................................................. xiiiDAFTAR ISI .................................................................................................. xiv
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang .................................................................................. 1B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan tentang Pemberdayaan Pemuda ......................................... 7
1. Pengertian Pemberdayaan ............................................................ 72. Tujuan Pemberdayaan ................................................................. 93. Karakteristik Pemberdayaan ........................................................ 104. Tahap Pemberdayaan .................................................................. 125. Pengertian Pemuda ...................................................................... 136. Indikator Pemberdayaan Pemuda ............................................... 16
B. Kajian tentang Seni Lukis ................................................................. 181. Seni ............................................................................................... 192. Lukis ............................................................................................. 20
C. Kajian tentang Pelaku Vandalisme ................................................... 20D. Kesimpulan Pemberdayaan Pemuda Pelaku Vandalisme ................. 22E. Kerangka Pikir .................................................................................. 22F. Bagan Kerangka Pikir ....................................................................... 25
III. METODE PENELITIANA. Tipe Penelitian .................................................................................. 26B. Wilayah Penelitian ............................................................................ 26C. Fokus Penelitian dan Urgensi Penelitian .......................................... 27D. Sumber Data ...................................................................................... 28
xv
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 28F. Analisis Data Kualitatif .................................................................... 30
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANA. Gambaran Umum Komunitas Artcans .............................................. 32B. Gambaran Umum Kegiatan Komunitas Artcans ............................... 39
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Profil Informan................................................................................... 41B. Pemahaman Mengenai Vandalisme .................................................. 47
1. Pemahaman mengenai Vandalisme .............................................. 472. Penyebab Melakukan Vandalisme ............................................... 493. Pembahasan .................................................................................. 51
C. Upaya Meningkatkan Semangat Pemuda Pelaku Vandalisme ......... 521. Potensi Seni Lukis di Bandar Lampung ....................................... 522. Upaya Meningkatkan Semangat Pemuda Pelaku Vandalisme ..... 543. Pembahasan .................................................................................. 58
D. Upaya Pemberdayaan Pemuda Pelaku Vandalisme .......................... 611. Langkah Pemberdayaan Pemuda Pelaku Vandalisme ................. 612. Pembahasan .................................................................................. 67
VI. PENUTUPA. Kesimpulan ........................................................................................ 72B. Saran ................................................................................................. 73
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... iABSTRAK ..................................................................................................... iiHALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iiiHALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ivSURAT PERNYATAAN .............................................................................. vRIWAYAT HIDUP ....................................................................................... viMOTTO ......................................................................................................... viiPERSEMBAHAN .......................................................................................... viiiSANWACANA .............................................................................................. ixDAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang .................................................................................. 1B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan tentang Pemberdayaan Pemuda ......................................... 7
1. Pengertian Pemberdayaan ............................................................ 72. Tujuan Pemberdayaan ................................................................. 93. Karakteristik Pemberdayaan ........................................................ 104. Tahap Pemberdayaan .................................................................. 125. Pengertian Pemuda ...................................................................... 136. Indikator Pemberdayaan Pemuda ............................................... 16
B. Kajian tentang Seni Lukis ................................................................. 181. Seni ............................................................................................... 192. Lukis ............................................................................................. 20
C. Kajian tentang Pelaku Vandalisme .................................................... 20D. Kesimpulan Pemberdayaan Pemuda Pelaku Vandalisme ................. 22E. Kerangka Pikir .................................................................................. 22F. Bagan Kerangka Pikir ....................................................................... 25
III. METODE PENELITIANA. Tipe Penelitian .................................................................................. 26B. Wilayah Penelitian ............................................................................ 26C. Fokus Penelitian dan Urgensi Penelitian .......................................... 27D. Sumber Data ...................................................................................... 28
xiv
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 28F. Analisis Data Kualitatif .................................................................... 30
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANA. Gambaran Umum Komunitas Artcans .............................................. 32B. Gambaran Umum Kegiatan Komunitas Artcans................................ 38
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Profil Informan................................................................................... 43B. Pemahaman Mengenai Vandalisme .................................................. 46
1. Pemahaman mengenai Vandalisme .............................................. 462. Penyebab Melakukan Vandalisme ................................................ 483. Pembahasan .................................................................................. 50
C. Upaya Meningkatkan Semangat Pemuda Pelaku Vandalisme .......... 511. Potensi Seni Lukis di Bandar Lampung ....................................... 512. Upaya Meningkatkan Semangat Pemuda Pelaku Vandalisme ..... 533. Pembahasan .................................................................................. 57
D. Upaya Pemberdayaan Pemuda Pelaku Vandalisme .......................... 601. Langkah Pemberdayaan Pemuda Pelaku Vandalisme.................. 602. Pembahasan .................................................................................. 65
VI. PENUTUPA. Kesimpulan ........................................................................................ 70B. Saran ................................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
1
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era modern ini penyediaan lapangan kerja masih menjadi persoalan serius di
Indonesia. Sektor formal saja masih belum mencukupi, meski sudah dilengkapi
dengan sektor nonformal dan informal. Sangat tidak mudah untuk menjadi
pegawai, pengusaha, atau berjuang sendiri di berbagai sektor yang nampaknya
semakin kompetitif ini. Diperlukan terobosan baru sebagai alternatif lapangan
kerja, bukan sekadar menciptakan lapangan kerja semata, melainkan dapat
bermanfaat lebih banyak.
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang sulit untuk masuk ke dalam dunia
kerja, yakni ketidaktepatan seseorang dalam menggali potensi yang ada pada
dirinya, ketidak tepatan seorang dalam mengenali minat dan bakatnya yang
berakibat pada sulitnya menghadapi persaingan dunia kerja setelah lulus
perkuliahan atau masa depan. Padahal menggali potensi, minat dan bakat adalah
keharusan bagi penerus bangsa demi kelangsungan hidup masa depan. Sebab
minat adalah sebagai sesuatu yang dapat memberi kepuasaan kepada seseorang
dikarenakan kesesuaian apa yang dilakukan dengan apa yang di kehendaki atau di
sukai, sedangkan bakat adalah karunia yang dimiliki seseorang sejak lahir hingga
2
dan bakat adalah kemampuan belajar bagi seseorang yang pemahamannya
membutuhkan waktu yang relatif pendek, namun hasilnya jauh lebih baik.
Di Bandar Lampung khususnya banyak pemuda yang memiliki minat dan bakat
yang tentu bisa menjadi potensi diri salah satunya dalam dunia seni lukis. Namun
walau adanya banyak pemuda yang berbakat dan berminat dalam dunia seni lukis,
seni lukis di Bandar Lampung masih belum nampak dukungan terhadap potensi
pemuda. Padahal seni lukis adalah sesuatu yang sangat diminati oleh banyak
kalangan baik anak anak hingga orang dewasa.
Berkaitan dengan kurangnya dukungan tersebut, ada saja pemuda yang akhirnya
pada melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan atau menyimpang dari
aturan atau norma hukum yang berlaku di masyarakat. Contoh tindakan yang
berlawanan dengan norma hukum yang berlaku di masyarakat dari minat seni
lukis ini yaitu tindakan vandalisme. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia
menjelaskan bahwa vandalisme adalah suatu kegiatan merusak dan
menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lainnya (keindahan alam,
dsb) atau perusakan secara kasar dan ganas (Tim penyusun KBBI, 2000 :1258).
Senada dengan apa yang dikatakan Goldstein (Wahyu Widiastuti, 2010: 104)
vandalisme adalah tindakan yang bertujuan untuk merusak benda-benda milik
orang lain. Kim & Bruchman (Natanael Simanjuntak, 2012: 15) mengungkapkan
bahwa vandalisme adalah penodaan atau perusakan yang menarik perhatian,
dan dilakukan sebagai ekspresi kemarahan, kreativitas, atau keduanya. Menurut
Ani Safitri (Kholid Masruri, 2011:19) vandalisme disebabkan oleh empat
faktor, yaitu faktor yang berasal dari teman sebaya, faktor yang berasal dari
3
keluarga, faktor yang berasaal dari media masa, dan faktor yang berasal dari
lingkungan.
Menurut pengamatan sementara berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh
peneliti di Bandar Lampung ada banyak terpampang coretan-coretan aksi
vandalisme di tempat-tempat umum, hal ini menandakan memang ada aktivitas
kegiatan pemuda dalam aksi vandalisme. Peneliti menganggap perlunya ada
kelompok atau komunitas yang mengajak para pelaku vandalisme ini agar
berhenti melakukan aksi tersebut. Peneliti melihat salah satu komunitas graffity di
Bandar Lampung dapat dilibatkan pada pemberdayaan pemuda pelaku vandalisme
yang ada di kota Bandar Lampung. Komunitas tersebut bernama ArtCans.
Beberapa anggota seringkali mereka melakukan vandalisme tempat umum
sebelum bergabung dalam komunitas Artcans yang tindakan ini jelas kurang
terarah. Kelompok Artcans memang bukanlah kelompok yang melakukan
vandalisme mereka banyak bergerak dalam berkarya lukis khusus graffity atau
biasa dikenal dengan melukis menggunakan cat semprot dan jika ada pesanan
gambar-gambar oleh orang lain dikarenakan memang memang memiliki bakat
dalam berkarya seni lukis. Kemudian dari itu maka komunitas Artcans cocok
untuk keterlibatan dalam penelitian ini sebagai objek pemberdaya dari anak muda
pelaku vandalisme. Pada penelitian ini peneliti berusaha meneliti komunitas
Artcans dalam upaya mereka memberdayakan dan mengajak pemuda pelaku
vandalisme di Bandar Lampung agar merubah kebiasan mencoret-coret tempat
umum menjadi kegiatan melukis yang lebih relevan dan lebih indah di pandang
masyarakat lain.
4
Dalam hal ini, seni lukis bukan hanya dapat menyalurkan ekspresi artistik dan
estetik, namun sesungguhnya memiliki potensi yang dapat menjawab kebutuhan
lapangan kerja, khususnya bagi pemuda yang memang senang dengan kegiatan
menggambar. Seni lukis adalah sebuah industri kreatif yang dapat memberikan
kesejahteraan batiniah, namun juga sekaligus kesejahteraan ekonomi yang dapat
menjadi sumber penghasilan baru di Lampung khususnya.
Namun yang menjadi persoalan adalah untuk mendapatkan kemampuan seni lukis
yang maksimal itu bukan perkara mudah. Lembaga pendidikan formal seni rupa di
Indonesia masih sangat terbatas apalagi di Lampung yang memang tidak ada sama
sekali lembaga atau institute yang bergerak dalam bidang seni lukis. Sementara
banyak pelukis tumbuh hanya melalui cara-cara yang otodidak yang pada
akhirnya seorang yang berbakat cenderung hanya bergelut di tempat yang tidak
ada wadahnya untuk ia mengembangkan potensi dan berujung pada
ketidakyakinan untuk mengembangkan potensi yang ada. Kondisi ini dapat
mengakibatkan keputusasaan bagi pemuda untuk mengembangkan keahlian seni
lukis di Bandar Lampung yang pada akhirnya bisa berdampak pada keinginan
untuk melakukan tindakan coret-coret fasilitas umum atau perilaku vandalisme.
Pada era modern ini pula jenis karya seni berkembang pesat, yang semula
masyarakat hanya mengenal bahwa lukis hanya identik dengan melukis di atas
kanvas atau kain, kini berkembang dengan beragam media seperti sepatu, helm,
jaket bahkan dinding sebagai penghias dekorasi ruangan. Namun, banyak pemuda
yang memiliki potensi kreatif dalam bidang seni lukis di Bandar Lampung juga
terbentur dengan tidak adanya modal untuk mengembangkan keahlian yang
5
dimiliki, sehingga membuat pemuda cenderung tak berkembang dan kesulitan
dalam mengembangkan potensinya.
Berangkat dari pemikiran itulah peneliti memandang perlu melakukan penelitian
tentang “Pemberdayaan Pemuda Pelaku Vandalisme di Bandar Lampung” sebagai
upaya mengoptimalkan minat dan bakat serta menciptakan lapangan kerja
alternatif, khususnya bagi generasi muda di Bandar Lampung.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya meningkatkan semangat pemuda pelaku Vandalisme dalam
berkreatifitas di Bandar Lampung?
2. Bagaimana memberdayakan pemuda pelaku Vandalisme di Bandar
Lampung?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui cara meningkatkan semangat pemuda pelaku vandalisme dalam
berkreatifitas di bidang seni lukis
2. Mengetahui cara pemberdayaan pemuda pelaku vandalisme di Bandar
Lampung
D. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Mengetahui cara menumbuhkan semangat pemuda pelaku vandalisme dalam
dunia seni lukis
6
2. Membuka lapangan pekerjaan baru bagi pemuda kreatif dan memberikan
pemahaman kepada pemuda di Bandar Lampung khususnya bahwa seni lukis
dapat bersaing sebagai potensi industri kreatif yang menjanjikan peluang
usaha bagi pemuda
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pemberdayaan Pemuda
1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber- yang
menjadi kata “berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya
kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Pemberdayaan artinya
membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai
kekuatan. Pemberdayaan dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari
empowerment dalam bahasa inggris. Pemberdayaan sebagai terjemahan dari
empowerment menurut Merrian Webster dalam Oxford English Dicteonary
mengandung dua pengertian:
a. To give ability or enable to, yang diterjemahkan sebagai member
kecakapan/kemampuan atau memungkinkan
b. To give power of authority to, memberikan kekuasaan.
Proses pemberdayaan (empowering process) khususnya pemberdayaan
pemuda sangatlah penting agar pemuda ini dapat memiliki sumber daya
manusia yang berkemampuan dan bertanggung jawab sehingga tidak akan
menimbulkan masalah sosial dikemudian hari.
Pemberadayaan adalah upaya untuk membangun kemampuan masyarakat,
dengan mendorong, memotivasi, membangkitkan kesadaran akan potensi
8
yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki
dan berupaya untuk mengembangkan potensi itu menjadi tindakan nyata
(Eddy Ch. Papilaya, 2001:1).
Menurut Chambers, pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep
pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini
mencerminkan paradigma baru pembangunan yang bersifat “people-
centered”, participatory, epowering, and sustainable. Konsep pemberdayaan
lebih luas dari sekedar upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar atau sekedar
mekanisme untuk mencegah proses kemiskinan lebih lanjut (safety net).
Untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
pemberdayaan, secara teoretis berikut dikemukakan beberapa definisi
pemberdayaan dari para pakar sebagai berikut:
1. Upaya untuk membangun potensi (sumber daya) organisasi dengan cara
mendorong, memberikan motivasi, dan membangkitkan kesadaran akan
potensi yang dimilikinya, serta berupaya untuk mengembangkannya
(Kartasasmita, dalam Prijono dan Pranarka, 1996:140)
2. Upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi
semakin efektif secara struktural, baik dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, negara, regional, internasional maupun dalam bidang politik,
ekonomi dan lain-lain (Pranarka dan Moeljarto, dalam Prijono dan
Pranarka, 1996:56).
3. Koeten (dalam Adimihardja, 2008:23) menyatakan bahwa pemberdayaan
masyarakat dan partisipasi dalam hal ini yang dapat dilakukan oleh
9
pemuda, merupakan salah satu strategi dalam paradigma pembangunan
yang berpusat pada masyarakat (peoplecentered Development) pendekatan
ini memperhatikan dan menyadari pentingnya kapasitas masyarakat dalam
hal ini pemuda untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal,
melalui kesanggupan untuk melakukan kontrol internal atas sumber daya
materi dan non material.
4. Riyanti (2006:2) mengemukakan bahwa terkait dengan kegiatan
pemberdayaan pemuda, maka hal ini merupakan suatu keniscayaan yang
harus dilaksanakan. Konsep pemberdayaan sangat berkaitan dengan
kegiatan yang membebaskan seseorang dari pemikiran yang kaku karena
terikat oleh ketidak pahaman terhadap apa yang hendak diperbuat dan hal
ini dapat dilakukan melalui kegiatan yang mengandung pendidikan dan
sosial.
Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan
merupakan suatu upaya meningkatkan potensi pemuda agar lebih mandiri,
memberikan kebebasan kepada seseorang, mampu mengembangkan gagasan,
memiliki tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat yang lebih
berdaya guna dan ikut serta terlibat dalam mengelola sumber daya yang
dimiliki, baik dalam pembangunan daerah maupun pembangunan jati diri.
2. Tujuan Pemberdayaan
Pemberdayaan erat kaitannya dengan pembangunan. Menurut Ambar
(2004:80), tujuan pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan
10
masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian
berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan.
Pemberdayaan merupakan pembangunan berbasis masyarakat berarti sasaran
pemberdayaan itu sendiri adalah masyarakat dan pelaku utama dalam
kegiatan tersebut juga masyarakat. Tujuan dari pemberdayaan masyarakat
adalah membentuk kemandirian. Kemandirian masyarakat adalah suatu
kondisi yang ditandai oleh kemampuan untuk berpikir, memutuskan suatu
hal yang dipandang tepat demi pemecahan masalah dengan menggunakan
kemampuan atau daya yang dimiliki.
Hal tersebut seperti diungkapkan oleh World Bank dalam Totok dan
Poerwoko (2013:27-28) menyebutkan bahwa pemberdayaan sebagai upaya
untuk memberikan kesempatan dan kemampuan kepada kelompok
mayarakat (miskin) untuk mampu dan berani bersuara (voice) atau
menyuarakan pendapat, ide, atau gagasan-gagasannya, serta kemampuan dan
keberanian untuk memilih (choice) seseuatu (konsep, metode, produk,
tindakan, dll) yang terbaik bagi pribadi, keluarga, dan masyarakatnya.
3. Karakteristik Pemberdayaan
Karakteristik pemberdayaan dijabarkan oleh Mustofa Kamil (2011:56-57)
sebagai berikut:
a. Pengorganisasian masyarakat, ialah karakteristik yang mengarah pada
tujuan untuk mengaktifkan masyarakat dalam usaha meningkatkan
dan mengubah keadaan sosial ekonomi mereka.
11
b. Kolaborasi dan pengelolaan diri, yaitu pendekatan dengan sistem
penyamarataan atau pembagian wewenang di dalam hubungan kerja atau
di dalam kegiatan.
c. Pendekatan partisipasif, yaitu pendekatan yang menekankan pada
keterlibatan setiap anggota (warga belajar) dalam keseluruhan
kegiatan, perlunya melibatkan para pemimpin serta tenaga-tenaga ahli
setempat.
d. Pendekatan yang menekankan terciptanya situasi yang memunkinkan
warga belajar tumbuh dan berkembang analisisnya serta memiliki
motivasi untuk ikut berperan.
Menurut Sunit Agus (2008: 11-12) prinsip-prinsip pemberdayaan sebagai
berikut:
a. Pembangunan yang dilaksanakan harus besifat lokal
b. Lebih mengutamakan aksi sosial
c. Menggunakan pendekatan organisasi komunitas atau
kemasyarakatan lokal
d. Adanya kesamaan kedudukan dalam hubungan kerja
e. Menggunakan pendekatan partisipasi, para anggota
kelompok sebagai subjek bukan objek
f. Usaha kesejahteraan sosial untuk keadilan
Program pemberdayaan masyarakat identik dikaitkan dengan organisasi atau
kelompok-kelompok yang dirasa lebih dekat dengan masyarakat, dengan
demikian, karakteristik pemberdayaan masyarakat yaitu dapat dilihat dengan
12
adanya pengorganisasian masyarakat melalui organisasi sosial masyarakat
dan adanya pendekatan yang partisipatif.
4. Tahap Pemberdayaan
Proses pemberdayaan selalu dikaitkan dengan tahapan-tahapan. Anwar
(2007:31-32) menyebutkan 3 dimensi manajemen program pemberdayaan,
yaitu:
a. Kegiatan yang dilakukan oleh seorang pengelola (pemimpin, ketua)
bersama orang lain atau kelompok
b. Kegiatan yang dilakukan bersama dan melalui orang itu mempunyai
tujuan yang akan dicapai
c. Dilakukan dalam organisasi, sehingga tujuan yang akan dicapai
merupakan tujuan organisasi.
Pemberdayaan melalui sebuah program tentulah menggunakan fungsi
manajemen yang meliputi perencanaan yaitu bagaimana program tersebut
direncanakan agar sesuai dengan kebutuhan sasaran dan mencapai tujuan
yang diinginkan. Menurut Ambar Teguh (2004: 83) tahap-tahap
pemberdayaan yang harus dilalui meliputi:
a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan
peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri
b. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan,
kecakapan-ketrampilan agar terbuka berupa wawasan dan memberikan
ketrampilan dasar sehingga dapat mengambil peran dalam
pembangunan
13
c. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-ketrampilan
sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk
mengantarkan pada kemandirian.
Tahap yang pertama penyadaran dan pembentukan prilaku dengan
memberikan pemahaman mengenai kemampuan yang dimiliki. Kemudian
setelah diberikan pemahaman barulah melakukan transformasi kemampuan
menjadi sebuah wawasan agar kemampuan yang dimiliki seorang atau
pemuda mampu bermafaat bagi pembangunan. Setelah itu peningkatan
kemampuan intelektual untuk mengasah kemampuan dan wawasan yang
telah dimiliki menjadi suatu potensi perubahan yang benar benar layak
ditekuni.
Penumbuhan kepekaan dan kesadaran sosial merupakan satu paket yang
tidak dapat dipisahkan. Setiap proses pemberdayaan diupayakan untuk
mengawalinya dengan tahap tersebut, sebab jika belum ada kesadaran
dari dalam diri masyarakat maka akan lebih susah dalam dilakukannya
proses pemberdayaan yang selanjutnya.
5. Pengertian Pemuda
Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami
perkembangandan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional,
sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat
ini maupun masa datang.
14
Pemuda menghadapi masa perubahan sosial maupun kultural. Sedangkan
menurut draft RUU Kepemudaan, Pemuda adalah mereka yang berusia antara
18 hingga 35 tahun. Menilik dari sisi usia maka pemuda merupakan masa
perkembangan secara biologis dan psikologis. Oleh karenanya pemuda selalu
memiliki aspirasi yang berbeda dengan aspirasi masyarakat secara umum.
Dalam makna yang positif aspirasi yang berbeda ini disebut dengan semangat
pembaharu.
Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan
generasi muda dan kaum muda. Afzalurrahman (2010:1) mengemukakan
bahwa pemuda dalam tiap masa selalu menjadi tulang punggung sebuah
perubahan. Apakah itu perubahan menuju lebih baik atau sebaliknya. Pemuda
dalam definisi sosial adalah generasi antara umur 20-40 tahun (atau 18-35
tahun dalam referensi lain). Dalam kajian ilmu sosial, puncak kematangan
peran publik seorang manusia ialah antara umur 40-60 tahun.
Mulyana (2011:1) mengemukakan bahwa pemuda lebih dari dilihat jiwa yang
dimiliki oleh seseorang. Jika orang tersebut memiliki jiwa yang suka
memberontak, penuh inisiatif, kreatif, anti kemapanan, serta ada tujuan lebih
membangun kepribadian, maka orang tersebut dapat dikatakan sebagai
pemuda. Acuan yang kedua inilah yang pada masa lalu digunakan, sehingga
pada saat itu terlihat bahwa organisasi pemuda itu lebih banyak dikendalikan
oleh orang-orang yang secara usia sudah tidak muda lagi, tetapi mereka
mempunyai jiwa pemuda. Oleh sebab itu kelemahan dari pemikiran yang
kedua itu organisasi kepemudaan yang seharusnya digunakan sebagai wadah
15
untuk berkreasi dan mematangkan para pemuda dijadikan kendaraan politik,
ekonomi, dan sosial untuk kepentingan perorangan dan kelompok.
Lebih lanjut Mulyana (2011:1) mengemukakan bahwa selain didasarkan pada
usia pemuda juga dapat dilihat dari sifat/jiwa yang mengiringinya. Jika
didasarkan pada sifat maka pemuda mempunyai ciri-ciri :
1. Selalu ingin memberontak terhadap kemapanan. Hal ini lebih disebabkan
karena pada usia ini seorang pemuda sedang mencari identitas diri.
Keinginan untuk diakui dan ingin mendapatkan perhatian mendorong
pemuda untuk berbuat sesuatu yang ”tidak biasa-biasa saja dan sama
dengan yang lain”. Ditinjau dari sisi positif perilaku ini akan memunculkan
kreatifitas, akan tetapi disisi lain akan muncul penentangan dari pihak lain
khususnya pihak orang dewasa yang sudah mapan.
2. Bekerja keras dan pantang menyerah. Sifat kedua ini berhubungan erat
dengan sifat pertama. Kerja keras dan pantang menyerah inilah yang
mendorong pemuda berlaku revolusioner. Perilaku revolusioner inilah
yang memunculkan anggapan bahwa pemuda itu tidak berpikir panjang
sehingga akan berpotensi untuk menimbulkan konflik baik itu dengan
sesama pemuda maupun dengan orangtua.
3. Selalu optimis. Sifat ini sangat menunjang sifat kerja keras dan pantang
menyerah. Sifat optimis ini akan mendorong pemuda selalu bersemangat
berusahauntuk mencapai cita-citanya.
Berdasarkan tinjauan tersebut, mendefinisikan pemuda itu tidaklah mudah.
Hal ini disebabkan karena tidak hanya dari sisi usia bahwa seorang individu
16
dikatakan muda, akan tetapi juga harus ditunjang oleh sifat/jiwa yang berbeda
dengan golongan usia lainnya. Seseorang yang berusia muda belum tentu
dapat dikatakan pemuda jika sifat/jiwanya tidak mencerminkan seorang
pemuda. Demikian juga sebaliknya seseorang yang sudah tidak masuk
kategori muda secara usia belum tentu tidak mempunyai sifat/jiwa seperti
pemuda pada umumnya.
Adanya kegiatan masyarakat yang melibatkan para pemuda diharapkan para
generasi muda dapat meningkatkan potensi sehingga dapat berpartisipasi
dalam pembangunan baik pembangunan jati diri maupun pembangunan
daerah.
6. Indikator Pemberdayaan Pemuda
Pemberdayaan pemuda mengacu pada makna luas yang terencana dan
sistematis untuk peningkatan potensi dan kualitas menuju kemandirian.
Ayusia (2011) menyebutkan dari prespektif kritis pemberdayaan pemuda,
ada enam dimensi berhasilnya proses pemberdayaan pemuda:
a. Lingkungan yang ramah dan aman
b. Keterlibatan dan komitmen
c. Distribusi kuasa yang adil
d. Keterlibatan terhadap refleksi dalm proses interpersonal dan sosial
politik
e. Keterlibatan secara sosoal politik untuk melakukan perubahan dan
f. Terintegrasi dalam pemberdayaan di level individual dan masyarakat
(http://sosbud.kompasiana.com diakses pada 28 Mei 2014 pukul 11.30 WIB)
17
Syarat berhasilnya pemberdayaan Pemuda adalah dapat melibatkan
partisipasi aktif para pemuda dalam segala bidang serta meningkatkan level
maupun kemampuan secara individu maupun kelompok. Pemuda juga harus
saling berinteraksi agar saling mengenali masing-masing potensi yang
dimiliki.
Pemberdayaan pemuda erat dengan kegiatan kecakapan hidup kecakapan
hidup. Ditjen Diklusepa (2003:7) mengelompokkan indikator menjadi empat
yaitu kecakapan personal (Personal skills), kecakapan sosial (Sosial skills),
kecakapan akademik (Academic skills), kecakapan vokasional (vocational
skills). Seorang pemuda sebagai makhluk hidupp memerlukan kecakapan
sosial untuk memenuhi kebutuhan akan bersosialisasi dengan orang lain
dengan bagaimana seseorang ikut terlibat dalam kegiatan sosial dalam
masyarakat di sekitarnya.
Menurut Adhyaksa Dault (2008: 14) pemuda mandiri harus mempunyai
kepekaan yang tinggi bagaimana menjadi orang yang maju untuk masa
depannya, adanya pembangunan jiwa kewirausahaan, rasa kebersamaan dan
solidaritas. Artinya seorang pemuda harus benar-benar mampu
memberdayakan dirinya agar menjadi pribadi yang mandiri.
Tujuan dari pemberdayaan pemuda adalah membangun jiwa muda agar
semangat dan mandiri. Mandiri yang dimaksud adalah mempunyai kepekaan
yang tinggi terhadap diri sendiri atau orang lain agar lebih maju. Jika
pemuda lebih semangat dan mandiri maka akan tumbuh tunas-tunas muda
yang berdaya guna baik itu dalam kreatifitas, wirausaha dan sebagainya.
18
Maka pemberdayaan pemuda dapat diartikan sebagai upaya meningkatkan
potensi masyarakat dalam generasi umur 18–35 tahun agar lebih mandiri,
memberikan kebebasan kepada seseorang, agar memiliki semangat dalam
membangun kepribadian, memiliki jiwa yang kreatif, memiliki tanggung
jawab dalam kehidupan bermasyarakat agar lebih berdaya guna dan ikut
serta terlibat dalam mengelola sumber daya yang dimiliki.
B. Kajian Tentang Seni Lukis
Seni lukis adalah bentuk rupa dari ungkapan emosional atau perasaan yang
dapat diartikan sebagai penyampaian pesan melalui media yang dapat melatih
individu agar jeli, cermat, teliti dan imajinasi dalam mengamati fenomena di
lingkungan sekitarnya. Media yang digunakan untuk melukis juga beragam
rupa, bisa berbentuk kanvas, papan, tembok jalan raya bahkan media digital
juga dapat diartikan sebagai media lukisan.
Menurut Soedarso Sp (Mike Susanto, 2002:101) Karya manusia yang
mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman batinnya, pengalaman batin
tersebut disajikan secara indah sehingga merangsang timbulnya pengalaman
batin pula pada manusia lain yang menghayatinya.
Menurut Soedarso Sp (1990:11) Lukis merupakan cabang dari seni rupa yang
cara pengungkapannya diwujudkan melalui karya dua dimensional dimana
unsur-unsur pokok dalam karya dua dimensional ialah garis dan warna.
19
1. Seni
Seni sudah menjadi salah satu bagian dalam kehidupan manusia dari
zaman ke zaman dari masa prasejarah hingga sekarang, keberadaan seni
sangat melekat dalam setiap sendi kehidupan dan jiwa manusia sehingga
tidak dapat terpisahkan sampai saat ini. Dengan adanya keterikatan antara
seni dan manusia, seni semakin menjadi sesuatu hal yang menarik bagi
sebagian besar orang baik dari negara dan suku manapun.
Seni menurut J.J Hogman memiliki tiga poin atau tiga pilar utama, yaitu
ideas, activities, dan artifact. Ideas bisa diartikan dengan wujud seni
sebagai suatu yang kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan dan sebagainya. Sedangkan activities dapat
diartikan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari
manusia dalam berkesenian. Terakhir artifact dapat diterjemahkan sebagai
wujud seni melalui hasil karya yang dihasilkan oleh manusia.
Menurut Aristoteles seni merupakan peniruan terhadap alam tetapi sifatnya
harus ideal. Aristoteles menjelaskan dan memaparkan bahwa seni sejatinya
adalah sebuah peniruan terhadap alam yang memiliki sifat tepat guna atau
ideal, sesuai dengan proporsi alam. Akan tetapi pendapat ini bisa
menampik kekuatan seni yang sejatinya bisa diekspresikan bahkan jika
sebuah karya tersebut adalah hanya dimiliki oleh imajinasi seseorang dan
bersifat tidak mungkin.
Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa menurutnya Seni merupakan
segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaan & sifat indah,
20
sehingga dapat menggerakan jiwa perasaan manusia. Ia menjelaskan
dengan detail bahwa seni adalah suatu tindakan atau aktifitas dari
perbuatan yang dilakukan oleh manusia yang bermula dari perasaan, yang
diidentikan dengan perasaan yang indah-indah yang akhirnya dapat dan
sampai ke jiwa dan memiliki pengaruh emosional terhadap perasaan yang
ditimbulkan dari melihat atau mendengar sebuah seni.
2. Lukis
Menurut Soedarso Sp (1990: 11) lukis merupakan cabang dari seni rupa
yang cara pengungkapannya diwujudkan melalui karya dua dimensional
dimana unsur - unsur pokok dalam karya dua dimensional adalah garis dan
warna.
Menurut Soni Ade & Imam R lukis merupakan kekuatan peradaban
manusia. Karena dalam melakukan lukis kita dilatih untuk jeli, cermat, dan
teliti dalam mengamati berbagai fenomena alam dan kehidupannya.
C. Kajian Tentang Pelaku Vandalisme
Vandalisme adalah tindakan merusak fasilitas umum yang dalam hal ini dapat
digambarkan berupa corat-coret di tempat umum. Kim & Bruchman (dalam
Natanael Simanjuntak, 2012:15) mengungkapkan bahwa vandalisme adalah
penodaan atau perusakan yang menarik perhatian dan dilakukan sebagai
ekspresi kemarahan, kreativitas, atau keduanya.
21
Menurut Ani Safitri (Kholid Masruri, 2011:19) vandalisme disebabkan oleh
empat faktor, yaitu faktor yang berasal dari teman sebaya, faktor yang berasal
dari keluarga, faktor yang berasaal dari media masa, dan faktor yang berasal
dari lingkungan.
a. Bentuk-bentuk vandalism
Goldstein dan Stanley Cohen (Wahyu Widiastuti, 2010 : 104)
membedakan vandalisme dalam beberapa kategori yaitu pertama
acquisitive vandalism atau aksi vandalisme yang dilakukan untuk
memperoleh sesuatu seperti untuk mendapatkan uang atau hak milik,
misal merusak kotak telefon umum. Kedua yaitu tactical vandalism atau
aksi perusakan yang dilakukan secara sadar dan terencana. Aksi tersebut
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan yang ketiga adalah
ideological vandalism atau aksi perusakan yang didasarkan pada sebuah
ideologi, untuk menyampaikan sebuah pesan tertentu contohnya:
mengambar tembok dengan slogan-slogan tertentu. Vandalisme yang
keempat yaitu vindicate vandalism atau aksi perusakan yang bertujuan
untuk balas dendam, yang kelima yaitu play vandalism atau perusakan
yang sengaja dilakukan semata-mata untuk sebuah permainan dan
kesenangan semata. Jenis yang keenam adalah malicious vandalism yaitu
perusakan yang merupakan ekspresi dari keputusasaan, kemarahan dan
ketidakpuasan terhadap sesuatu.
22
b. Penyebab prilaku vandalisme
Vandalisme adalah satu tindakan pengrusakan fasilitas umum di tengah-
tengah masyarakat dalam hal ini mencoret-coret tembok dengan tanda atau
simbol simbol. Tingkah laku ini merupakan bentuk reaksi yang salah atau
tidak rasional dari proses belajar, dalam bentuk ketidakmampuan remaja
dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar dan rendahnya
kontrol diri pada pemuda.
D. Kesimpulan Pemberdayaan Pemuda Pelaku Vandalisme
Penulis menyimpulkan bahwa Pemberdayaan Pemuda pelaku Vandalisme
adalah upaya mengoptimalkan potensi jiwa muda yang rajin dalam
keterampilan terutama bagi pemuda yang senang melakukan aksi corat-coret
fasilitas umum atau aksi vandalisme agar dapat diarahkan untuk melakukan
kegiatan yang lebih positif dan bernilai serta untuk membangun kemampuan
dengan memotivasi, membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki
dan berupaya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan berupaya
untuk mengembangkan potensi itu menjadi tindakan nyata dengan berkarya
melalu seni lukis. Upaya tersebut untuk melatih pemuda agar menjadi pribadi
yang mandiri dan melatih diri agar menjadi individu yang jeli, cermat, teliti
dan berimajinasi dalam mengamati fenomena di lingkungan sekitarnya.
E. Kerangka Pikir
Pemikiran awal yang melandasi peneliti untuk melakukan penelitian ini
adalah akibat dirasa perlunya pemberdayaan pemuda dalam upaya
23
pengoptimalan potensi kreatif yang dimiliki pemuda khususnya pelaku
vandalisme guna membangkitkan semangat pembangunan daerah.
Pemberdayaan pemuda adalah komitmen dalam memberdayakan pemuda
kreatif sehingga mereka memiliki berbagai pilihan nyata bagi masa depannya.
Bandar lampung bukanlah kota berbasis seni, namun perlu diketahui bahwa
potensi pemuda di Bandar Lampung sangat besar, beragam jenis keahlian
dimiliki oleh banyak pemuda di Bandar Lampung seperti salah satunya
adalah mereka yang senang melakukan aksi corat-coret fasilitas umum atau
aksi vandalisme. Berdasarkan pengamatan sementara yang dilakukan oleh
peneliti terhadap lingkungan umum di Bandar Lampung banyaknya hasil
coretan di tempat-tempat umum yang kurang indah di pandang. Hasil coretan
tersebut beberapa diantaranya dilakukan oleh pemuda yang memang punya
minat dan bakat dalam dunia seni lukis. Padahal apabila minat serta bakat
seni lukis para pemuda ini dapat diarahkan dengan baik tentu hal ini bisa jadi
peluang mereka para pelukis muda di Bandar Lampung untuk pengembangan
dalam mencari keuntungan. Hal ini ditandai dengan mulai ramainya berbagai
tempat usaha yang memanfaatkan kreatifitas karya lukis sebagai objek
dekorasi tempat usahanya. Contohnya saja Kafe, Butik, Restoran, Barbershop
bahkan Mall dan beragam jenis tempat usaha lain yang di Bandar Lampung
yang dengan sengaja memanfaatkan karya seni lukis dinding sebagai
penghias ruangan.
Banyak hal yang menjadi keinginan pemuda pelaku khususnya mereka yang
senang melakukan aksi vandalisme yang ada di Bandar Lampung diantaranya
24
ingin menunjukan kreatifitasnya kepada orang lain dan juga ingin mendapat
perhatian dari penikmati seni menggambar dari berbagai elemen.
Kendala pemuda di Bandar Lampung adalah tidak memiliki biaya untuk
memudahkan mereka dalam menyalurkan hobi melukis dan juga mereka tidak
memiliki tempat khusus untuk dapat berkumpul bersama sesama pecinta seni
lukis. Kendala tersebut membuat pemuda yang memiliki potensi dan bakat
dalam hal melukis kurang bersemangat untuk mengembangkan keahliannya
yang pada akhirnya melakukan sembarang aksi mencoret dinding.
Kondisi yang ada saat ini di Bandar Lampung yakni kurangnya fasilitator
dalam memanfaatkan sumber daya manusia dalam hal pemuda juga menjadi
faktor penyebab maraknya aksi vandalisme. Tidak adanya dukungan fasilitas
dan juga modal membuat pemuda pesimis untuk mengembangkan potensi
yang ada pada dirinya. Padahal apabila suatu potensi pemudanya
dimanfaatkan dalam sebuah pemberdayaan akan senantiasa memajukan
perekonomian daerah bahkan potensi wisata daerah selain itu juga dapat
membukakan lapangan pekerjaan baru bagi pemuda kreatif.
Uraian di atas membuat peneliti tertarik untuk mendapatkan gambaran
mengenai potensi kreatif pemuda di Bandar Lampung sebagai sarana
pengembangan potensi atau bakat.
25
F. Bagan Kerangka Pikir
BaganKerangka Pikir
Pelaku Vandalisme
Pemberdayaan
Komunitas Art Cans
Upaya MeningkatkanSemangat Pemuda PelakuVandalisme
Upaya PemberdayaanPemuda PelakuVandalisme
26
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek yang ilmiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.
Menurut Suharsimi A (1998:209) mendefinisikan metode kualitatif yaitu
pendekatan dengan cara memandang objek penelitian sebagai suatu sistem,
artinya objek kajian dilihat dari satuan yang terdiri dari unsur yang saling
terkait dan mendiskripsikan fenomena-fenomena yang ada.
B. Wilayah penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bandar Lampung. Alasan mengapa penelitian
dilakukan di Bandar Lampung ialah karena peneliti melihat ada banyaknya
di lingkungan umum hasil dari coret-coret pemuda pada bangunan umum di
Bandar Lampung atau lebih dikenal dengan aksi vandalisme, namun aksi
vandalisme ini tak lepas dari potensi pemuda pada dunia kreatif yakni seni
lukis. Pasti ada landasan mengapa para pemuda memilih melakukan aksi
mencoret bangunan umum tersebut. Pengamatan sementara yang dilakukan
oleh peneliti ada kemungkinan pemuda yang melakukan aksi vandalisme
disebabkan karena tidak memiliki modal, tempat berkarya, atau bahkan
27
karena tak ada dukungan dari pemerintah untuk pemuda kreatif. Oleh karena
itu peneliti merasakan adanya daya tarik dari permasalahan ini agar
kedepannya pemuda kreatif di Bandar Lampung dapat dengan baik
menyalurkan hobi dan kreatifitasnya sehingga dapat membantu
pembangunan daerah.
C. Fokus Penelitian & Urgensi Penelitian
Fokus penelitian dilakukan kepada kelompok komunitas yang memiliki
potensi dalam berkarya seni gambar terhadap pemuda di Bandar Lampung
yang terindikasi melakukan aksi corat-coret bangunan umum atau aksi
vandalisme. Fokus kelompok yang terkait dilakukan salah pada kelompok
pemuda komunitas Artcans. Kelompok ini berbasis seni lukis graffity dan
beberapa kegiatan kreatif lain, pada beberapa anggota sebelum bergabung
dalam komunitas ini sering melakukan aksi vandalisme namun setelah
bergabung bersama komunita, kegiatan vandalisme mulai dihilangkan
dengan mengarah bagaimana cara untuk membuat atau melakukan kegiatan
yang lebih bermanfaat.
Nazir ( 1988:73) menyatakan bahwa fokus merupakan domain tunggal atau
beberapa domain yang terkait dari situasi sosial. Fokus juga merupakan
batasan masalah dalam penelitian kualitatif, yang berisi pokok masalah yang
bersifat umum dan masih bersifat sementara, serta dapat berkembang atau
berubah setelah peneliti turun ke lapangan. Fokus penelitian juga membantu
untuk membatasi ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan dan
28
menunjang peranan penting dalam memandu serta mengarahkan jalannya
penelitian.
Fokus penelitian terkait pada upaya mengangkat semangat pemuda pelaku
vandalisme di Bandar Lampung dan memberdayakan pemuda pelaku
vandalisme di Bandar Lampung oleh komunitas Artcans.
D. Sumber data
a. Data Primer
Data primer merupakan data data yang diperoleh langsung dari
narasumber. Data primer dalam penelitian ini berupa hasil pengamatan
dan wawancara peneliti dengan pemuda pelaku yang ada di Bandar
Lampung.
b. Data Sekunder
Data skunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain dari
narasumber. Data yang berupa dokumentasi dan notulensi penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
a. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam dilakukan kepada pemuda yang giat dalam
kerajinan seni lukis di Bandar Lampung, untuk mengetahui lebih dalam
apa menjadi persoalan yang mereka hadapi sebagai seorang yang bergelut
di dalam seni lukis.
29
Menurut Taylor (1984:77) Wawancara mendalam yaitu suatu wawancara
tanpa alternatif pilihan jawaban dan dilakukan untuk mendalami informasi
dari seorang informan. Karena pewawancara perlu mendalami informasi
dari seorang informan. Pada penelitian ini akan dilakukan wawancara
dengan pihak-pihak yang terkait upaya pemberdayaan pemuda melalui
seni lukis.
Informan dalam penelitian ini terdiri dari masyarakat umum dan pelaku.
Informan masyarakat umum sebagai masyarakat biasa yang sedikit banyak
memperhatikan tentang vandalisme dan karya seni lukis diambil secara
accidental sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara memilih
informan berdasarkan kedekatan dan aksesibilitas yang mudah dengan
peneliti. Sedangkan teknik pengambilan informan pelaku menggunakan
teknik purposive sampling dengan kriteria
1. Merupakan anggota komunitas Artcans
2. Pelaku vandalisme
b. Observasi
Pengamatan dilakukan secara langsung di lingkungan tempat biasa para
pemuda berkumpul melukis agar mengetahui kondisi perubahan sejak awal
dilakukan penelitian.
Menurut Hadi (dalam Sugiyono 2013:203) obsevasi merupakan suatu
proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua
diantara yang penting adalah proses pengamatan dan ingatan. Pengamatan
30
dilakukan sejak awal penelitian dengan mengamati keadaan yang terjadi di
lingkungan.
c. Studi Dokumentasi
Metode dokumentasi ini merupakan metode bantu dalam upaya
memperoleh data gambar. Dokumentasi ini sangat penting untuk menjadi
acuan melihat kondisi yang ada sebagai mengamati perubahan sejak awal
penelitian ini dilakukan hingga penetian ini berhasil.
F. Analisis Data Kualitatif
Nazir (1988:211) menyatakan bahwa analisis data merupakan proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dalam
penelitian kualitatif meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan aktivitas yang dilakukan peneliti setelah melakukan
pengumpuan data dengan cara merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, menemukan tema dan polanya.
Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan
dan keleluasaan serta kedalaman wawasan.
2. Penyajian data
Penyajian data dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam melihat
gambaran secara keseluruhan atau bagian tertentu dari penelitian.
Penyajian dilakukan pada data yang telah direduksi dalam bentuk teks
31
naratif. Penyajian data dilakukan dengan mendeskripsikan hasil temuan
dalam wawancara terhadap informan dan menyertakan dokumen sebagai
penunjang data.
3. Penarikan kesimpulan
Kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian kualitatif tidak selalu dapat
menjawab masalah yang dirumuskan sejak awal. Hal tersebut disebabkan
masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan dapat berkembang setelah peneliti berada di lapangan.
Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan melalui pengambilan
intisari dari rangkaian kategori hasil penelitian berdasarkan observasi,
wawancara, serta dokumentasi hasil penelitian.
32
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Komunitas Artcans
1. Sejarah Terbentuknya Artcans
Artcans awal terbentuk 31 oktober 2010. Kelompok ini berawal dari
kesamaan hobi antara Dwina dan Dasa yang sama sama menyukai dunia
gambar, pada saat itu berstatus sebagai siswa di SMA 7 Bandar Lampung.
Dasa adalah orang yang mengawali tercetusnya sebuah kelompok penggiat
seni menggambar yang pada awalnya bernama hallowen yang beranggotakan
lima orang. Kemudian dalam jarak retan waktu beberapa bulan mulai banyak
mendapat saran dan masukan dari salah seorang penggiat seni lukis graffity di
Lampung untuk merubah nama agar lebih singkat dan enak di dengar. Dasa
dan kawan kawan menyetujui masukan yang diterima dan dari berbagai
pertimbangan akhirnya terbentuklah nama Artcans.
Pada awal 2011 komunitas Artcans mulai mencoba mengikuti kompetisi
graffity di berbagai kompetisi. Kompetisi pertama yang diikuti yaitu
kompetisi graffity yang di selenggarakan oleh Yayasan Al-Kautsar. Setelah
cukup eksis mengikuti kompetisi dan kegiatan di sekolah-sekolah, pada
akhirnya komunitas ini mengajukan untuk membentuk sebuah ekstrakulikuler
baru yang berlandaskan keinginan membentuk wadah belajar design dan
33
menggambar di SMA 7 Bandar Lampung. Tujuan dari dibentuknya
ekstrakulikuler di sekolah adalah untuk merangkul dan mewadahi para siswa
yang memiliki keinginan dan ketertarikan dalam hal seni menggambar
dengan harapan memperluas eksistensi seni menggambar di kalangan pemuda
khususnya di Bandar Lampung. Namun dikarenakan ketika itu Komunitas
Artcans adalah komunitas yang baru terbentuk maka Dasa dan Dwina
memilih untuk memulai mengembangkan potensi kreatif melalui lingkup
yang lebih kecil.
Setelah Dasa dan Dwina melakukan pengajuan pengadaan ekstrakulikuler
akhirnya disetujui oleh pihak sekolah dengan mengeluarkan SK pada bulan
agustus 2011. Ekstrakulikuler ini bernama desain grafis yang dibuat untuk
mengajak siswa yang tertarik dan memiliki hobi dalam dunia seni
menggambar belajar mengetahui dasar dasar dalam seni menggambar.
Anggota Artcans bergabung di dalam pengurus ekstrakulikuler tersebut
dengan status sebagai pengajar. Kemudian sejak saat itu Artcans mulai
berkembang di sekolah dan diikuti oleh bukan hanya laki-laki namun juga
para wanita.
Untuk tempat berdiskusi tidak menetap, namun hingga saat ini komunitas
Artcans masih terus aktif dalam mengelola ekstrakulikuler yang dibentuk
yaitu di SMA N 7 Bandar Lampung atau pada beberapa kesempatan mereka
berkumpul di rumah salah satu pengurus yaitu Septian di daerah Way Halim
dikarenakan alasan tempat yang paling strategis.
34
Bagi anggota Artcans komunitas ini bukan sekedar sebuah kumpulan namun
juga dibentuk karena untuk menjalin hubungan yang baik antar penggiat seni
lukis dan sebagai bentuk keluarga bagi para pelukis yang ingin menyalurkan
hobinya. Dalam hal ini, Dasa adalah salah satu penggerak dari Artcans dalam
melaksanakan setiap kegiatan, atau bisa disebut sebagai kepala keluarga.
Selain graffity Artcans mempunyai berbagai macam kegiatan yaitu mural,
lukis sepatu. Bagi anggota Artcans setiap kegiatan yang mereka lakukan
adalah murni karena hobi dan kesamaan keinginan untuk memberdayakan
serta menjalin hubungan bersama sesama penggiat seni lukis yang ada di
Bandar Lampung.
Namun karena mengalami proses pekembangan, mereka para anggota lebih
banyak tergerak pada kegiatan berkarya yang menghasilkan. Menghasilkan
yang dimaksud adalah dalam bentuk uang oleh berbagai orang yang
menggunakan potensi seni lukis yang dimiliki oleh anggota kelompok
sebagai bahan: dekorasi ruang, pembuatan design dan bentuk kreatifitas seni
lukis lainnya yang beragam.
Selain itu anggota mulai meninggalkan kebiasaan vandalisme tersebut dan
mengajak anggota lain untuk lebih mencari kegiatan berkarya yang
menghasilkan dan berdampak positif.
35
2. Visi dan Misi Artcans
1) Visi
a. Menyalurkan hobi seni lukis
Visi utama kelompok Artcans adalah menyalurkan hobi sebagai tujuan
untuk melatih kemapuan sesama penggiat seni lukis dalam kelompok.
Tujuan ini tidak hanya tertuju pada anggota Artcans namun juga membuka
kesempatan bagi masyarakat lain yang tertarik untuk bergabung dan
menyalurkan hobi bersama-sama.
b. Menjaga eksistensis seni lukis di Lampung
Dibentuknya kelompok penggiat seni lukis seperti Artcans di Bandar
Lampung ini memiliki tujuan agar mampu menjaga eksistensi para
penggiat seni lukis di Bandar Lampung, agar karya seni lukis tidak redup
dan terus di minati sebagai suatu potensi yang dimiliki anak muda. Sebab
Artcans yakin bahwa banyak pemuda di Bandar Lampung yang memiliki
ketertarikan dan potensi dalam dunia kreatif dan menggambar hanya saja
kurangnya fasilitas membuat para pemuda kurang dalam motivasi tersebut.
Oleh karena itu sangat penting bagi Artcans bentuk dari kelompok seperti
ini sebagai alat bantu wadah bagi pemuda yang ingin sharing ilmu terkait
dunia seni lukis.
c. Memberdayakan potensi muda
Salah satu upaya kelompok Artcans dalam mengelola potensi kreatif dari
seni lukis ini yaitu membentuk ektrakulikuler di SMA 7 Bandar Lampung.
Ekstrakulikuler yang dibentuk ditujukan bagi siswa yang memiliki minat
36
dan keinginan terhadap karya seni lukis, dengan tujuan mengembangkan
potensi seni lukis bagi siswa di SMA 7 Bandar Lampung.
Namun upaya memberdayakan tidak hanya dilakukan dengan cara
membentuk kelompok dalam sekolah seperti ekstrakulikuler tapi juga
dengan tetap fokus mengembangkan kelompok Artcans sebagai sarana
umum bagi masyarakat yang tertarik bergabung untuk berbagi ilmu seni
lukis dan juga ingin mengembangkan postensi seni lukis yang dimiliki.
Kelompok Artcans juga tidak lepas terhadap siswa SMA 7 Bandar
Lampung yang telah bergabung dengan ekstrakulikuler di sekolah agar
tetap bisa bergabung dengan kelompok Artcans setelah para siswa yang
ikut dalam ekstrakulikuler lulus dari SMA 7 Bandar Lampung.
2) Misi
a. Mengembangkan potensi seni lukis di Lampung khususnya kota
Bandar Lampung
Membentuk suatu kelompok dengan basic seni lukis adalah upaya
menyatukan pemuda dalam minat dan hobi yang sama yaitu melukis dan
yang seragam dengan melukis. Melukis identik dengan pelaku lukis yang
disebut dengan seniman. Pelukis atau seniman di Bandar Lampung
bukanlah tidak ada namun yang dirasakan oleh kelompok ini adalah
perlunya kelompok muda yang memberi pergerakan dalam dunia seni
lukis di Bandar Lampung.
Artcans membentuk kelompok seniman muda ini dengan tujuan
mengembangkan potensi aliran seni lukis yang ada pada diri pemuda di
37
Bandar Lampung. Hal tersebut diupayakan salah satunya dengan membuat
sebuah kelompok ekstrakulikuler dalam sekolah menengah atas di Bandar
Lampung yang bertujuan menjaring semangat muda bagi siswa yang
memiliki hobi dan keinginan dalam dunia seni lukis dan seragam
dengannya.
Hal lain yang diupayakan dalam sebuah pemberdayaan adalah dengan
mengajak teman teman pada lingkungan umum masyarakat di Bandar
Lampung untuk ikut terlibat dalam kegiatan kelompok Artcans dalam
berseni lukis. Kegiatan mengajak yang dimaksudkan adalah mengajak
orang lain untuk bergabung dalam kelompok apabila merasa ada hobi dan
keinginan yang sama dalam dunia seni lukis dan juga setiap kali kelompok
Artcans mengadakan kegiatan selalu berupaya mengajak pemuda di
Bandar Lampung untuk ikut serta dalam kegiatan.
Dalam kegiatan tersebut tentu kelompok ini tidak hanya mengajak namun
juga saling berbagi ilmu mengenai seni lukis guna memberdayagunakan
potensi pemuda yang ada di Bandar Lampung.
b. Mempererat rasa kekeluargaan antar pelukis
Kelompok Artcans juga memiliki misi menjaga persaudaraan antar teman
dan pemuda yang memiliki hobi dan keinginan yang sama. Bagi kelompok
ini setiap kegiatan yang dilakukan oleh Artcans bukan hanya sekedar
penyaluran hobi dan upaya memberdayakan potensi saja, namun juga
menguatkan upaya untuk menjalin hubungan dengan orang lain baik
dalamkelompok maupun dengan kelompok lain.
38
Bentuk mempererat rasa kekeluargaan yang diupayakan seperti
mengadakan kegiatan yang mengajak pemuda di Bandar Lampung yang
memiliki hobi yang sama atau bahkan mengajak kelompok lain untuk ikut
serta dalam kegiatan. Namun tidak hanya itu, bentuk dari setiap pertemuan
dalam kegiatan melukis bersama tentu akan terjalin hubungan dan
komunikasi dikarenakan dalam sebuah kegiatan mereka akan saling
berkarya dan berbagi ilmu yang dimiliki masing – masing individu atau
kelompok. Hal tersebut adalah bentuk dari upaya mempererat rasa
persaudaraan dan kekeluargaan.
c. Regenerasi penerus seni lukis di Lampung
Hal yang sangat penting bagi kelompok Artcans dalam mebentuk
kelompok adalah mencari bibit baru dalam diri pemuda yang ada di
Bandar Lampung yaitu yang memiliki hobi, bakat dan keinginan kuat
dalam dunia seni lukis.
Kelompok Artcans menyadari bahwa ilmu seni lukis yang dimiliki harus
ditularkan bagi pemuda yang lain, agar terwujud visi dan kelompok.
Upaya yang dilakukan adalah memberdayakan anggota agar maksimal
dalam mewujudkan visi dan misi kelompok yaitu pemberdayaan pemuda
penggiat seni lukis yang pernah menggeluti aksi vandalisme kemudian
juga memberdayakan potensi pemuda dengan membentuk ekstrakulikuler
di SMA 7 Bandar Lampung.
39
B. Gambaran umum kegiatan Artcans
1. Graffity
Graffity adalah seni melukis menggunakan cat semprot yang umumnya
diekspresikan pada media dinding daln beton-beton jalan raya. Serupa dengan
definisi graffity, kelompok Artcans melakukan kegiatan graffity dengan
meekspresikannya pada dinding jalan di Bandar Lampung, tak jarang di
ekspresikan pada jalan sempit atau gang kecil. Umumnya graffity adalah seni
melukis tulisan yang abstrak tak jarang yang memahi isi dari karya graffity
adalah pelaku nya sendiri.
Kelompok Artcans dalam mengekspresikan karya graffity dilakukan dalam
beragam kegiatan, selain menggambar liar pada dinding jalan umum di kota
Bandar Lampung, tidak jarang pula seni lukis graffity dilakukan pada acara
atau kompetisi graffity yang diadakan oleh event tertentu di Bandar Lampung.
Tidak jarang juga ada masyarakat umum yang berminat menghias dinding
ruangan dengan memanfaatkan jasa dari keahlian pelaku graffity dalam
anggota Artcans.
2. Mural
Pada umumnya mural tidak jauh berbeda dengan seni lukis graffity namun
yang membedakannya adalah mengenai alat yang digunakan. Bila graffity
lebih mengutamakan seni menggambar menggunakan cat semprot maka
mural adalah seni lukis yang mengutamakan menggunakan alat sejenis kuas.
40
Kemudian selain itu, mural ditujukan sebagai sarana dalam mengekpresikan
dalam mengkritik dan sesuatu. Misal mural sebagai menyampaikan pesan dan
kritik terhadap suatu permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat
atau lebih spesifik terhadap saran mengkritik pemerintah, memberi himbauan
akan kepedulian lingkungan dan segala bentuk pesan yang mengarah pada
suatu permasalahan yang ada dalam masyarakat.
Namun pada perkembangannya saat ini mural banyak digunakan sebagai
sarana dekorasi pada ruangan. Banyak ragam jenis ruangan yang ternyata bisa
memanfaatkan sebuah karya seni lukis mural sebagai bahan dekorasi guna
mempercantik kondisi dinding, misalnya kafe, restoran, butik, toko kue,
pangkas rambut bahkan taman dan rumah sebagai dekorasi ruang keluarga.
Hal ini membuat anggota dari kelompok Artcans mulai mencoba peluang ini
sebagai upaya yang baik dalam menyalurkan seni lukis dengan cara yang baik
dan juga sebuah upaya dalam memberdayakan potensi yang dimiliki pemuda
kreatif di Bandar Lampung untuk menyalurkan kemampuan dan bakatnya
dalam dunia seni lukis.
3. Melukis sepatu dan jaket
Perkembangan dalam dunia seni lukis juga membuat banyaknya ide dalam
memperluas fungsi dari sebuah potensi yang dimiliki dalam hal ini khususnya
pemuda kreatif yang ada di Bandar Lampung. Selain graffity dan mural
kegiatan lain yang diupayakan oleh anggota Artcans dalam menyalurkan hobi
seni lukis yaitu menyalurkan hobi pada media lain seperti sepatu dan jaket.
41
Upaya yang dilakukan oleh anggota Artcans ini baik bagi meningkatkan
upaya pemberdayaan pemuda kreatif yang ada di Bandar Lampung dan juga
membuka sebuah peluang usaha khususnya dalam dunia seni lukis di Bandar
Lampung.
72
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan semangat pemuda pelaku
vandalis yaitu pertama, ikut serta aktif dalam komunitas-komunitas seni
lukis yang ada di Bandar Lampung. Kedua, sering bertukar pikiran atau
membuat karya bersama para penggiat seni lukis. Ketiga, mengikuti
berbagai kompetisi seni lukis yang ada di Bandar Lampung atau lainnya.
Keempat, melakukan kegiatan mural atau graffity bersama dengan konten
yang menarik dan menambah keindahan lingkungan.
2. Upaya pemberdayaan pemuda pelaku vandalis oleh komunitas Artcans
mempunyai tahap-tahp berikut yaitu pertama, tahap perkenalan yaitu
saling bernunjukkan hasil karya guna menggali potensi dan menumbuhkan
semangat berkarya. Kedua, tahap pembentukan kelompok, pembentukan
kelompok ini diwadahi oleh komunitas Artcans sehingga setiap anggota
bisa merasakan manfaatnya. Ketiga, tahap identifikasi masalah yaitu tahap
untuk mengetahui kondisi permasalahan lingkungan atau setiap anggota
guna meningkatkan potensi seni lukisnya. Keempat, tahap merencanakan
kegiatan, yaitu sebagai salah satu upaya penyelesaian masalah yang ada
dalam komunitas tersebut. Kelima, tahap implementasi yaitu pelaksanaan
73
kegiatan, dari kegiatan yang rutin dilaksanakan maka potensi dan bakat
para anggota komunitas Artcans lebih terasah dan bisa menghasilkan
inovasi baru dalam berkarya.
B. Saran
Berikut saran dalam penelitian ini:
1. Untuk komunitas agar bisa lebih mengembangkan lagi program
pemberdayaan sehingga bisa ditiru pada komunitas-komunitas yang lain
2. Untuk peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian serupa bisa
meneruskan penelitian ini dengan mengukur tingkat keberhasilan
pemberdayaan yang dilakukan oleh komunitas.
74
DAFTAR PUSTAKA
Adimihardja, Kusnaka. 2008. Dinamika Budaya Lokal. Bandung: CV. IndraPrahasta bersama Pusat Kajian LBPB.
Agus T. ,Sunit. 2008. Pemberdayaan Komunitas Terpencil di Provinsi NTTYogyakarta: B2P3KS Press.
Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan.Yogyakarta: Gava Media.
Anwar. 2007. Manajemen Pemberdayaan Perempuan (PerubahanSosial Melalui Pembelajaran Vocational Skills Pada KeluargaNelayan). Bandung : Alfabeta.
A.M.W. Pranarka dan Vidhandika Moeljarto. 1996. “Pemberdayaan(Empowerment)”, dalam Onny S. Prijono dan A.M.W Pranarka (eds).
Kamil, Mustofa. 2011. Pendidikan Non formal Pengembangan Melalui PusatKegiatan Belajar Mengajar (PKBM) di Indonesia (SebuahPembelajaran Dari Komikan Di Jepang). Bandung: Alfabeta.
Mulyana, Deddy 2011. Komunikasi Lintas Budaya. Bandung: Rosda Karya
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.
Poerwadarminta, W.J.S. 1983. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PNBalai Pustaka.
Soedarso, Sp. 1990. Tinjauan Seni. Yogyakarta: Saku Dayar Sarana.
Sumaatmadja, Nursid. 2008. Materi Pokok Konsep Dasar Ilmu PengetahuanSosial. Karunika Universitas Terbuka. Jakarta.
Susanto, Mikke. 2002. Diksi Rupa, Kanisius. Yogyakarta.
Totok M dan Poerwoko S. 2013. Pemberdayaan Masyarakat (DalamPerspektif Kebijakan Publik). Bandung: Alfabeta.
Zubaedi. 2013. Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktik. Jakarta:Kencana.
75
Skripsi
Junior, Kamun. 2013. Pemberdayaan Pemerintah Kelurahan dalam RangkaPelayanan Masyarakat.https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/governance/article/view/1124.Manado.
Natanael Simanjuntak, 2012. Kemunculan Vandalisme dan Seni Grafiti diRuang Bawah Jalan Layang. Depok: Skripsi Fakultas Teknik UI.
Jurnal
Widiastuti, Wahyu. 2010. Strategi Peningkatan Kepedulian MahasiswaTerhadap Fasilitas Belajar Mengajar. AKSES Vol 7 No 2