PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA...

89
PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA PROGRAM KETERAMPILAN MENJAHIT HIGH SPEED DI PANTI SOSIAL KARYA WANITA (PSKW) “MULYA JAYA” SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I.) Oleh: M. Arif Iskandar NIM: 105054102075 KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H./2009 M.

Transcript of PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA...

Page 1: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA PROGRAM KETERAMPILAN MENJAHIT HIGH SPEED

DI PANTI SOSIAL KARYA WANITA (PSKW) “MULYA JAYA”

SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Syarat-syarat

Mencapai Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I.)

Oleh:

M. Arif Iskandar NIM: 105054102075

KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1430 H./2009 M.

Page 2: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

PENGESAHAN PANITIA UJUAN

Skripsi berjudul PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA PROGRAM KETERAMPILAN MENJAHIT HIGH SPEED DI PANTI SOSIAL KARYA WANITA (PSKW) “MULYA JAYA” PASAR REBO-JAKARTA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Pengembangan Masyarakat IslamKonsentrasi Kesejahteraan Sosial.

Jakarta, 17 Desember 2009

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Angota, Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Mahmud Jalal, MA Ismet Firdaus M. Si, NIP: 19520422 198103 1 002 NIP: 150411196

Anggota

Penguji I, Penguji II,

Dra. Asriati Jamil, M.Hum. Nurul Hidayati S.Ag., M.Pd. NIP: 19610422 199003 2 001 NIP: 19690322 199603 2 001

Pembimbing,

Ahmad Zaky, M.Si. NIP: 150 411 158

Page 3: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA PROGRAM KETERAMPILAN MENJAHIT HIGH SPEED

DI PANTI SOSIAL KARYA WANITA (PSKW) “MULYA JAYA”

SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Sosial Islam

Oleh:

M. Arif Iskandar NIM: 105054102075

Di bawah Bimbingan

Ahmad Zaky M. Si NIP: 150 411 158

KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1430 H./2009 M.

Page 4: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

LEMBAR PERNYATAAN

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian Hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 1 Desember 2009

M. Arif Iskandar

Page 5: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

ABSTRAK M. Arif Iskandar Pemberdayaan Pekerja Seks Komersial Pada Program Keterampilan High Speed (Menjahit Cepat) di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya”

Minimnya pendidikan dan sulitnya lapangan pekerjaan membuat seseorang menjadi sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup. Keadan ini semakin memburuk dengan adanya krisis ekonomi yang semakin parah, harga kebutuhan pokok semakin meningkat sedangkan penghasilan tidak juga bertambah. Krisis ekonomi juga berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat. Krisis ekonomi mengakibatkan turunnya pendapatan nyata penduduk akibat hilangnya kesempatan kerja. Dampak lanjutan dari krisis ekonomi adalah kerawanan yang menyangkut berbagai hal, salah satu di antaranya adalah bidang ekonomi dan sosial. Krisis ekonomi juga dapat meningkatkan jumlah wanita tuna susila, mereka bekerja sebagai wanita tuna susila karena kurangnya lapangan pekerjaan dan minimnya pendidikan. Dalam pekerjaan ini tidak dibutuhkan keterampilan dan keilmuan, yang penting mau dan berani. Penghasilan yang didapat jauh lebih menggiurkan dari pekerjaan pada umumnya. Sesuai surat keputusan Menteri Sosial RI Nomor 59/HUK/2003, Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya” Jakarta adalah salah satu Panti Rehabilitasi Sosial yang menangani penyandang masalah tuna susila. Tugas Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya” adalah memberikan pelayanan, perawatan dan rehabilitasi sosial yang bersifat preventif, kuratif, rehabilitatif, promotif dalam bentuk pembinaan / bimbingan fisik, mental, sosial, merubah sikap dan tingkah laku serta pelatihan keterampilan, resosialisasi dan pembinaan lanjut bagi para tuna susila agar mampu melaksanakan kembali fungsi sosialnya. Dari keterampilan yang di berikan salah satunya adalah High Speed (Menjahit Cepat). Penelitian ini ingin mengetahui bagai mana pelaksanaan pemberdayaan wanita tuna susila melalui program keterampilan High Speed di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya”, dan bagaimana Hasil yang dicapai dalam pemberian keterampilan program High Speed bagi para siswa dan Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pemberian keterampilan program High Speed.

Melalui wawancara, observasi dan studi pusaka diketahui bahwa Pemberdayaan Wanita Tuna Susila Pada Program Keterampilan High Speed (Menjahit Cepat) di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya” berjalan dengan baik. Pemberdayaan dilakukan pada beberapa tahap yaitu tahapan Perencanaan (Planning), Tahapan Pelaksanaan Program (Implementation), Tahapan Evaluasi (Evaluation), dan Tahapan terminasi. Manfaat pemberdayaan ini sangat positif bagi wanita tuna susila baik secara sosial, ekonomi, pendidikan, dan psikologis menjadi lebih baik lagi.

i

Page 6: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim Alhamdulillahirabil’alamiin

Segala puji hanya milik Allah SWT tuhan semesta alam yang menguasai bumi

dan langit dan karena nikmat-Nyapenulis bisa beraktifitas dengan sepenuh hati, hanya

rasa syukur yang disertai tasbih dan tahmid yang pantas penulis ucapkan untuk

membalas semuanya, karena Rahmat dan berkah-Nya penulis mampu menyelesaikan

skripsi ini.

Shalawt dan salam semoga tercurahkan kepada Junjungan Nabi Besar

Muhamad SAW, yang telah membimbing umat manusia kepada jalan kebenaran dan

penyelamat di yaumil mahsyar yang akan dating. sekaligus menjadi inspirasi dalam

kehidupan penulis karena kemuliaan akhlaknya.

Skripsi ini berjudul “Pemberdayaan Pekerja Seks Komersial Pada Program

Keterampilan Menjahit High Speed (Kecepatan Tinggi) di Panti Sosial Karya Wanita

(PSKW) Mulya Jaya Pasar Rebo-Jakarta”. Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi

gelar Sarjana Sosial Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Penulis menyadari, skripsi ini terwujud atas bantuan berbagai pihak. Maka

pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Keluarga besar H. Ahmad (alm) Dan H. Saman (alm).

2. Yang terhormat dan tercinta yaitu Ayahanda Syam Adang dan Ibunda

Mamah Serta Bapak Syamsuluddin dan Ibu Ranah Syamsul semoga Allah

SWT selalu mencurahkan karunia nikmat dan kemuliaan sebagai balasan

atas cinta kasih dan pengorbanan yang telah diberikan secara tulus dan

ikhlas kepada penulis.

ii

Page 7: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

3. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi beserta para pembantu Dekan, yang telah membimbing

penulis selama melaksanakan studi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

4. Bapak Drs.Helmi Rustandi, MA dan Bapak Ismet Firdaus, M.Si selaku

Ketua dan Sekretaris Konsentrasi Kesejahteraan Sosial, dan juga seluruh

Staf Akademik Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah membantu

penulis dalam memperlancar penulisan skripsi ini.

5. Bapak Ahmad Zaky, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan dan mengorbankan waktunya untuk memberikan perhatian,

bimbingan, arahan, kritik dan saran yang bermanfaat serta motivasi yang

besar kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Seluruh bapak/ibu dosen yang telah memberikan dedikasi dan ilmunya

selama penulis kuliah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

7. Kepala Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) ”Mulya Jaya” beserta staf,

khususnya Bapak Abdul Rahman selaku pembimbing penulis di panti,

Bapak Ali Samanta selaku kasie Resos, Bapak Hasan Otoy dan Ibu Sri

Purwanti selaku pendamping dan instruktur High Speed, OD, OH, DS, dan

anak-anak High Speed angkatan 35 tahun 2009, semoga Allah SWT.

membalas semua kebaikan yang telah diberikan.

8. Kakak-kakak tercinta; M. Rizqi, Irmah, Warman. Adik-adik tersayang:

Atikah Rahmawati, M. Darham Aditama, Lia Aprianti, dan Nur Wardatul

Jamilah. Serta keponakanku: M. Taqiyuddin, M. Fikri Zahir dan M. Nur

Fakhri Zamzami, M. Zein Abdilah dan Istriku Tercinta Unah Iskandar

iii

Page 8: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

Syam yang menjadi penyemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat Kessos tempat berbagai macam inspirasi dan warna-

warni kehidupan. Sahri, Izmoel, Fahmi, Dony, Neo, Akmal, Iman, Riza,

dan Ersyad. Semoga persahabatan tetap abadi. Tidak ketinggalan juga

semua Teman-teman Perempuan thanks for all. Juga teman-teman Kessos

angkatan 2005 tanpa terkecuali, semoga persaudaraan tetap terjalin selama

nafas masih berhembus. Serta Kessos angkatan 2006, 2007 dan 2008

semoga sukses.

10. Terakhir, kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya

namun telah ikut berpartisipasi membantu dan mendo’akan penulis dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa

hormat, penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih.

Pada akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi penulis pada khususnya dan kepada para pembaca pada umunya. Dan juga

semoga semua perhatian, motivasi dan bantuan yang telah mereka berikan kepada

penulis mendapat imbalan dan pahala yang setimpal dari Allah SWT. Semoga Allah

menuntun ke jalan yang lurus yaitu jalan yang Engkau ridhoi dan bukan jalan yang

Engkau murkai. Amin yaa Robbal’alamin.

Jakarta, 31 Desember 2009

M. Arif Iskandar

iv

Page 9: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

DAFATAR ISI

ABSTRAK ……………………………………….……………………………… i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. v

DAFTAR LAMPIRAN ..………………………………………………………... viii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………. 1

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….………. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………….………. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..……………………………………….. 6

D. Metodologi Penelitian ..………………………………………………… 7

1.Pendekatan Penelitian ……………………………………………….. 8

2. Sumber Data ………………………………………………………… 8

3. Tekhnik Pengumpulan Data…………………………………………. 8

4. Analisis Data…………………………………………………………. 9

5.Tempat dan Waktu Penelitian ..……………………………………… 10

E. Tinjauan Pustaka……………………………………………………….. 10

F. Sistematika Penulisan…………………………………………… ……. 11

BAB II KERANGKA TEORI………………………………………….………. 13

A. Pemberdayaan Masyarakat………………………………………………. 13

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat………………………………... 13

2. Tahapan Pemberdayaan……………………………………….………. 16

3. Aras Pemberdayaan…………………………………………………… 20

B. Pekerja Seks Komersial …………………………………………………. 22

1. Pengertian Pekerja Seks Komersial…………………………………… 22

2. Pengertian Prostitusi ………………………………………………….. 26

3. Jenis-jenis Prostitusi ………………………………………………….. 27

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Prostitusi ….. ……... 30

v

Page 10: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

5. Dampak dari Prostitusi……………………………………….……….. 34

C. High Speed……………………………………………………………….. 36

1. Pengertian High Speed………………………………………………… 36

2. Macam-macam Mesin High Speed ……………………………………. 37

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA………………………………….. 40

A. Gambaran Umum Lembaga………………………………………………. 40

1. Sejarah Singkat …………………………………………………………….. 40

2. Visi dan Misi PSKW............................................................................ 41

3. Struktur Organisasi .............................................................................. 42

4. Sasaran Pelayanan ............................................................................... 43

5. Dasar Hukum ....................................................................................... 43

6. Persyaratan Calon Siswa PSKW ......................................................... 44

7. Proses Rehabilitasi .............................................................................. 44

a. Proses Pendekatan Awal dan Penerimaan Siswa ........................... 44

b. Bimbingan Sosial, Mental, Fisik, dan Keterampilan ...................... 45

c. Resosialisasi (Proses Pemulangan) ................................................ 46

d. Penyaluran....................................................................................... 46

e. Evaluasi ........................................................................................... 46

f. Terminasi ........................................................................................ 46

8. Sarana Dan Prasarana ............................................................................ 47

9. Target .................................................................................................... 48

10. Pembiyayaan Oprasional ....................................................................... 49

11. Kerjasama .............................................................................................. 49

vi

Page 11: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

vii

BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN DI PANTI SOSIAL KARYA

WANITA (PSKW) “MULYA JAYA” PASAR REBO.......................... 51

A. Bagaimna Metode yang Dilakukan dalam pemberian keterampilan Menjahit

High Speed bagi para Pekerja Seks Komersial di PSKW Mulya Jaya Pasar

Rebo........................................................................................................... 51

1. Pelatih ................................................................................................. 52

2. Peserta ................................................................................................. 53

3. Waktu Pelatihan High Speed ............................................................... 56

4. Kurikulum Pelatihan High Speed ........................................................ 56

5. Alat-Alat Praktek keterampilan High Speed ....................................... 61

B. Hasil dan Manfaat yang di Capai Dalam Program Keterampilan

High Speed Bagi WTS di PSKW “Mulya Jaya” Pasar Rebo .................... 61

1. Awal Pelatihan Keterampilan High Speed .......................................... 61

2. Tahapan Pelatihan Keterampilan High Speed..................................... 62

3. Hasil dan Manfaat yang di Capai Dalam Pelatihan Keterampilan

High Speed........................................................................................... 64

C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Program

Keterampilan High Speed di PSKW “Mulya Jaya” Pasar Rebo ............... 67

BAB V PENUTUP……………………………………………………………… 71

A. Kesimpulan……………………………………………………………… 71

B. Saran ……………………………………………………………………. 73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Pada dasarnya setiap perempuan dan laki-laki adalah sama mereka

mempunyai derajat yang tinggi dan mereka patut untuk di hormati sebagai

mana mestinya, tidak ada yang membedakan antara perempuan dan laki-laki.

Perempuan punya hak untuk berekspresi dan prempuan juga mampu untuk

berkarya seperti para lelaki. Seperti apa yang telah Nabi sabdakan melalui

hadisnya:

“Sebaik-baiknya perempuan ialah perempuan yang apabila engkau memandangnya ia menyenangkanmu, dan apabila engkau menyuruhnya maka dituruti perintahmu dan jika engkau bepergian maka dipeliharanya hartamu dan dijaganya kehormatannya.” (Al-Hadist).1

Namun sayang kian waktu semua itu hilang tergerus dengan seiring

berjalannya waktu, banyak orang yang beranggapan wanita adalah barang

dagangan yang dapat dibeli dengan beberapa lembar uang dan perempuan

adalah pemenuh nafsu birahi semata bagi kaum adam. Sungguh sangat

menyedihkan bila budaya ini terus berlanjut hingga masa yang akan datang

maka akan percuma semua pengorbanan Ibu Kartini sebagai Pahlawan

pembela perempuan di Negri ini.

Hampir setiap hari kita melihat berita tentang prostitusi menghiasi layar

kaca dan menjadi pemenuh pada lembaran surat kabar di pagi hari, para

petugas melakukan razia tempat-tempat mesum dan berapa banyak dalam

razia tersebut yang tertangkap belasan bahkan puluhan wanita penghibur

1 H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung: PT. Sinar Baru Algensindo, 2001), h. 378.

1

Page 13: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

2

hampir setiap malam hal ini dilakukan para petugas namun tetap saja tidak

pernah habis bahkan semakin bertambah banyak seperti jamur yang tumbuh di

musim penghujan.

Pelacuran atau prostitusi merupakan salah satu bentuk penyakit

masyarakat yang harus diberhentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan

usaha pencegahan dan perbaikan. Pelacuran berasal dari kata pro-stituere atau

pro-stauree, yang berarti membiarkan diri membuat zina, melakukan

persundalan, percabulan, dan pergendakan. Sedangkan prostitue adalah

pelacur atau sundal. Dikenal pula dengan istilah WTS atau wanita tuna susila.2

Sejak jaman dahulu para pelacur selalu dikecam atau dikutuk oleh

masyarakat, karena tingkah lakunya yang tidak susila dan diangap mengotori

sakralitas hubungan seks. Mereka disebut sebagai orang-orang yang

melanggar norma moral, adat dan agama, bahkan kadang-kadang juga

melanggar norma negara, apabila negara tersebut melarangnya dengan

undang-undang atau peraturan.

Wanita-wanita pelacur kebanyakan ada di kota-kota, daerah-daerah

lalulintas para turis dan tempat-tempat plesir, dimana banyak didatangi orang-

orang yang hendak berlibur, beristirahat atau berwisata. Pada umumnya, di

tempat-tempat tersebut diterapkan prinsip 4S dari turisme, yaitu sea (laut dan

adanya air), sun (ada matahari), service (pelayanan) dan seks. Maka untuk

menyelegarakan pelayanan seks guna pemuaskan kebutuhan baik dari kaum

pria maupun wanita, diselenggarakan praktik-praktik pelacuran secara resmi di

2 Dr. kartini Kartono, Patologi Sosial-Jilid I, (Jakrta: PT. Graja Grafindo Persada, 2005),

h. 207.

Page 14: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

3

bordil-bordil dan lokasi tertentu ataupun secara tidak resmi merembes ke

hotel-hotel, penginapan-penginapan dan tempat-tempat hiburan.3

Namun, ada masyarakat-masyarakat tertentu yang memperkenankan

hubungan seks diluar perkawinan. Pada masyarakat Eskimo, kelahiran bayi di

luar pernikahan ditoleransi oleh masyarakat. Bahkan untuk menghormati

tamu-tamu yang terpandang istri sendiri disuruhnya tidur dengan tamunya dan

memberikan pelayanan seks seperlunya. Juga pada beberapa kelompok suku

di pulau Kei, Plores, Mentawai, sistem perkawinannya mengijinkan anak-anak

gadis melakukan hubungan kelamin dengan laki-laki sebelum menikah.

Bahakn gadis-gadis yang trampil dan pandai memberikan pelayanan seks akan

lebih laku terlebih dahulu

Bukan hanya para perempuan yang cukup umur yang menjajakan dirinya

sebagai wanita penghibur tetapi banyak gadis belia belasan tahun yang telah

terenggut keperawanannya demi uang, hal ini tidak hanya di Indonesia saja

tetapi hampir setiap belahan dunia kegiatan prostitusi ini ada bahkan sudah

menjadi perdagangan perempuan tingkat Internasional dan Indonesia adalah

salah satu pemasok terbesar, diantaranya melalui jasa Tenaga Kerja Wanita

(TKW) yang di kirim keberbagai Negara dengan alasan sebagai pekerja rumah

tangga.

Allah telah jelas melarang dalam Al-Qur’an:

3 Ibid., h. 230.

Page 15: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

4

Artinya : “Dan Janganlah Kamu Mendekati Zina, Sesungguhnya Zina Itu Adalah Perbuatan Yang Sangat Keji Dan Merupakan Suatu Jalan Yang Buruk ’’ (QS. Al-Isra’:32)

Hingga pada akhirnya timbulah citra buruk di masyarakat bagi para

wanita ini sebagai WTS (Wanita Tuna Susila) pada dasarnya mereka tidak

mau melakukan hal tersebut mereka mau seperti kebanyakan para wanita baik-

baik dan mendapatkan perlakuan yang baik di masyrakat. Tapi kenyataan telah

menuntun mereka seperti itu, penyebabnya antara lain: faktor ekonomi,

kerusakan rumah tangga, salah pergaulan dan yang sedihnya adalah dijual oleh

orang tua.

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia dampaknya mulai terasa sejak

awal tahun 1998 selain langsung pada kehidupan ekonomi bangsa, juga

berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat. Krisis ekonomi

mengakibatkan turunnya pendapatan nyata penduduk akibat hilangnya

kesempatan kerja. Dampak lanjutan adalah kerawanan yang menyangkut

berbagai hal, salah satu di antaranya adalah bidang ekonomi dan sosial. Krisis

ekonomi dapat meningkatkan jumlah penjaja seks komersial (PSK). Pekerja

seks yang beroperasi di Jakarta datang dari berbagai daerah. Suatu survey

menunjukkan bahwa mereka datang dari Jawa Timur 4%, dari Jambi 2%, dari

Sumatera Barat 6%, dari Jawa Tengah 17%, dari Jawa Barat 18% dan D.K.I

sendiri 50% (Suara Pembaruan, Maret 1999).4

Sesuai surat keputusan Menteri Sosial RI Nomor 59/HUK/2003, Panti

Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya” Jakarta adalah salah satu Panti

Rehabilitasi Sosial yang menangani penyandang masalah tuna susila, dengan

kedudukan sebagai salah satu Pelaksana Tekhnis di lingkungan Departmen

4 Riyan Maulana, Data Prostitusi 2008, artikel ini diakses pada tanggal 1 Oktober 2009 dari http://www.pikiran rakyat.4a//.SeP,H content&task=view&id=254&Itemid=33.,

Page 16: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

5

Sosial RI yang berada di bawah dan langsung bertanggung jawab langsung

kepada Direktorat Jendral Pelayaanan dan Rehabilitasi Sosial, sehari-hari

secara fungsional dibina oleh direktur Pelayanan Rehabilitasi Tuna Sosial.

Tugas Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya” adalah

memberikan pelayanan, perawatan dan rehabilitasi sosial yang bersifat

preventif, kuratif, rehabilitatif, promotif dalam bentuk pembinaan / bimbingan

fisik, mental, sosial, merubah sikap dan tingkah laku serta pelatihan

keterampilan, resosialisasi dan pembinaan lanjut bagi para tuna susila agar

mampu melaksanakan kembali fungsi sosialnya.

Untuk itu Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya” yang

bergerak dalam rehabilitasi Wanita Tuna Susila sejak tahun 1959 yang berada

di bawah naungan Departmen Sosial RI memberikan pelatihan keterampilan

High Speed bagi para siswa tuna susila, di harapkan dengan pemberian

keterampilan ini akan mengembalikan keberfungsian sosial mereka

dimasyarakat dan mereka dapat bekerja dengan cara yang baik.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka penulis

tertarik untuk meneliti mengenai Pemberdayaan Pekerja Seks Komersial

Pada Program Keterampilan Menjahit High Speed di Panti Sosial Karya

Wanita (PSKW) Mulya Jaya Pasar Rebo-Jakarta Timur.

B. Pembatasan dan perumusan Masalah

1. Pembatasan masalah

Mengingat keterbatasan penulis dalam hal ilmu pengetahuan, waktu,

dana dan agar terfokusnya pemikiran maka penelitian ini penulis batasi pada

Page 17: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

6

masalah “Pemberdayaan Wanita Tuna Susila Pada Program Keterampilan

High Speed di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya Pasar Rebo-

Jakarta Timur”.

2. Perumusan Masalah

Adapun masalah yang akan peneliti lakukan adalah:

1). Bagaimana metode pemberian keterampilan program High Speed di

Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya kepada para

pekerja seks komersial dilakukan?

2). Bagaimanakah Hasil yang dicapai dalam pemberian keterampilan

program High Speed bagi para pekerja seks komersial di PSKW?

3). Apa saja paktor pendukung dan penghambat dalam pemberian

keterampilan program High Speed di PSKW?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a) Untuk mengetahui bagaimana metode pemberian keterampilan High

Speed di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya bagi para

pekerja seks komersial dilakukan.

b) Untuk mengetahui hasil yang dicapai dalam program keterampilan

High Speed di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya bapa

para pekerja seks komersial.

c) Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam

program keterampilan High Speed di PSKW.

Page 18: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

7

2. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan dapat menambah

khasanah ilmu pengetahuan khususnya bagi masyarakat dan para

wanita tuna susila di PSKW, dan dapat dijadikan sumbangan

pemikiran bagi Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya dalam

pemberian keterampilan program High Speed.

b. Secara Praktis

Penelitian ini dapat menambah wawasan penulis, berkaitan dengan

konsep maupun metodologinya.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif,

menurut Bogdan dan Taylor, pendekatan kualitatif merupakan prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif dalam berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati .5

Menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai

rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi dari kondisi

sewajarnya dalam kehidupan suatu objek dan dihubungkan dengan

pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun

praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi-

5 Syamsir Salam, Metode Penelitian Sisial, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 30.

Page 19: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

8

informasi dalam situasi sewajarnya untuk dirumuskan menjadi suatu

generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.6

Penelitian ini menggambarkan kegiatan yang dilakukan oleh Panti

Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya dalam rangka pemberian

keterampilan pada program High Speed bagi wanita tuna susila.

2. Sumber Data

a) Data Primer, yaitu berupa data yang diperoleh langsung dari

partisipan atau sasaran penelitian, yaitu para wanita tuna susila

yang menjadi siswi di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya

Jaya yang mengikuti program keterampilan High Speed

b) Data Sekunder, yaitu berupa catatan atau dokumen yang diambil

dari berbagai literature, buku-buku, atau internet yang berhubungan

dengan masalah penelitian ini.

3. Tekhnik Pengumpulan Data

a) Observasi, Yaitu penulis melakukan pengamatan secara langsung

dalam pelaksanaan pemberian keterampilan High Speed bagi

wanita tuna susila di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya

Jaya.

b) Interview atau Wawancara yang dilakukan oleh penulis untuk

memperoleh data dari berbagai nara sumber, wawancara dalam

penelitian ini lebih di arahkan kepada pelaksana program pelatihan

High Speed dan terutama pada penerima program tersebut yaitu

para siswa di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya.

6 Nawawi hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1992)h. 209.

Page 20: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

9

c) Dokumentasi, dalam dokumentasi penelitian ini peneliti berusaha

mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai macam

bentuk data tertulis yang ada di lapangan serta data-data lain yang

didapat dari buku, majalah, surat kabar, artikel, kliping dan lain-

lain.

4. Analisis Data

Setelah data terkumpul dan informasi yang dibutuhkan sesuai

dengan permasalahan penelitian, maka selanjutnya penulis melaksanakan

analisis terhadap data dan informasi tersebut. Dalam menulis data tersebut

penulis menggunakan analisis deskriptif, yaitu mendeskripsikan hasil

temuan penelitian secara sistematis, faktual dan akurat yang disertai

dengan petikan hasil wawancara.

Nasir mengemukakan analisa data merupkan bagian yang sangat

penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat

diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah

penelitian.7

5. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya

Jaya” dengan alamat Jl. Tat Twam Asi No. 47 Komp. Depsos Pasar Rebo-

Jakarta Timur 13760 Telp. (021) 8400631, Fax. 8415717. Penelitian ini

dilakukan pada bulan September-Oktober.

7 Moh. Nasir D. Metode Penelitian ,(Jakrta: Graha Indonesia, 1993) h.405.

Page 21: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

10

E. Tinjauan Pustaka

Setelah penulis melakukan studi kepustakaan, telah banyak buku-

buku yang berhubungan dengan masalah prostitusi. Antara lain: Kartini

Kartono Patologi Sosial-Jilid I, Kartini Kartono Patologi Abnormal dan

Patologi Seks dan Marzuki Umar Sa’abah, Seks dan Kita.

Studi kepustakaan juga penulis lakukan pada skripsi yang ada di

perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di antaranya: Evaluasi

Program Keterampilan Olahan Pangan di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW)

Mulya Jaya Pasar Rebo oleh Tri Yani Kusuma dan Evaluasi Program

Bimbingan Rohani di Panti Wanita Kedoya oleh Unah Iskandar.

Namun demikian, penulis belum menemukan pembahasan mengenai

pentingnya pemberdayaan pekerja seks komersial melalui keterampilan High

Speed pada umumnya penulis dari setiap buku dan skripsi tersebut di atas

hanya menekankan/membahas hal-hal yang berkaitan dengan pekerja seks

komersial dan penyebap terjadinya prostitusi dan sedikit yang menulis tentang

pemberdayaan para pekerja seks komersial guna mengembalikan

keberfungsian sosial mereka.

Menyadari belum adanya pembahasan tentang pemberdayaan pekerja seks

komersial melalui program keterampilan High Speed penulis merasa perlu

melakukan studi lebih lanjut mengenai hal ini dalam sebuah skripsi. Oleh

karena itu skripsi ini membahas tentang pelaksanaan pemberdayaan para

pekerja seks komersial melalui program keterampilan High Speed dan apa saja

yang mereka dapatkan dari program keterampilan yang mereka jalankan.

Page 22: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

11

F. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah,

Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian,

Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Pengertian Pemberdayaan, Tahapan Pemberdayaan, Aras

Pemberdayaan, Pengertian Pekerja Seks Komersial, Pengertian

Prostitusi, Jenis-jenis Prostitusi, Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Terjadinya Prostitusi, Dampak dari Prostitusi

dan Pengertian High Speed.

BAB III : Gambaran Umum Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya

Jaya

Sejarah berdirinya, Visi dan Misi, Fungsi dan Tujuan, Program

Kerja dan Struktur Organisasi Panti dan Kiprah Panti Sosial

Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya dalam Pemberdayaan wanita

tuna susila.

BAB IV : Temuan dan hasil Penelitian di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW)

“Mulya Jaya” dalam rangka pemberdayaan wanita tuna susila:

Bagaimna Metode yang Dilakukan dalam pemberian

keterampilan High Speed bagi para Pekerja Seks Komersial di

PSKW Mulya Jaya Pasar Rebo, Bagaimanakah Hasil dan

Manfaat yang di Capai Dalam Program Keterampilan High Speed

Bagi Para Pekerja Seks Komersial di PSKW “Mulya Jaya” Pasar

Page 23: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

12

Rebo, Apa Saja yang Menjadi Faktor Pendukung dan

Penghambat dalam Pelaksanaan Program Keterampilan High

Speed di PSKW “Mulya Jaya” Pasar Rebo.

BAB V : Penutup

Kesimpulan dan Saran.

Page 24: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pemberdayaan masyarakat

1. Pengertian pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan adalah mengembalikan keberfungsian sosial

seseorang hingga ia mampu kembali berfungsi sosial dengan baik melalui

bantuan seorang agen perubah. Dalam rangka memenuhi kebutuhannya,

seperti: pendidikan, kemanan, kesehatan dan lain sebagainya.1

Istilah pemberdayaan masyrakat mengacu kepada kata

empowerment yang berarti penguatan. Yaitu sebagai upaya untuk

mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat.

Jadi pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah

penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu

sistem yang mengorganisir diri mereka. Maka pendekatan pemberdayaan

masyarakat diharapkan adalah yang dapat memposisikan individu sebagai

subjek bukan sebagai objek.2

Menurut Suharto (2005) pemberdayaan menunjuk kepada

kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga

mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi

kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom),

dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas

1 Siti nafsiyah, Disability dan Gerontologi, disampaikan pada kuliah Disability dan Gerontologi kesejahteraan sosial, April 2008.

2 Siti halimah Assa’diyah, Pemberdaayaan Tuna Netra Melalui Komputer Bicara di Yayasan Mitra Netra Jakarta Selatan, dalam Nurjanah, Ed., Implikasi Filsafat Konstruktivisme Untuk Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Press, 2007). Cet.1, h. 79.

13

Page 25: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

15

dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan (b) menjangkau

sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat

meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-

jasa yang mereka perlukan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan

dan keputusan-keputusan yang memungkinkan kehidupan mereka.3

Shardlow (1998) melihat bahwa berbagai pengertian yang ada

mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu,

kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri

dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan

keinginan mereka (“such a definition of empowerent is centrally about

people taking control of their own lives and having the power to shape

their own future”). Dalam kesimpulannya, Shardlow menggambarkan

bahwa pemberdayaan adalah sebagai suatu gagasan.4

Biestik (1961) berpendapat yang dimaksud dengan gagasan yang

dikenal dalam ilmu kesejahteraaan sosial dengan nama Self-Determination

atau prinsip dasar dalam bidang pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial.

Prinsip ini pada dasarnya mendorong klien untuk menentukan sendiri apa

yang harus ia lakukan dalam upaya mengatasi permasalahan yang ia

hadapi. Sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam

membentuk hari depannya.5

Menurut Diana pemberdayaan dapat diartikan sebagai perubahan

kearah yang lebih baik, dari tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan

3 Edi suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Refika

Aditama, 2005), h. 58. 4 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pembangunan dan Intervensi Komunitas, (Jakarta:

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003), h. 54-55. 5 Ibid h. 55.

15

Page 26: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

16

terkait dengan upaya meningkatkan taraf hidup ketingkat yang lebih baik.

Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri

untuk menggunakan daya yang dimiliki, tentunya dalam menetapkan

tindakan yang lebih baik lagi.6

Jadi pemberdayaan adalah mengembalikan keberfungsian sosial

seseorang seperti semula dengan bantuan seorang tenaga perubah dengan

memanfaatkan potensi yang ada pada diri seseorang tersebut baik secara

individual, kelompok dan masyarakat agar mereka dapat keluar dari segala

permasalahan yang mereka hadapi sehingga mereka mendapatkan

kebebasan (free) dalam berbagai hal, di antaranya adalah: masalah

ekonomi, pendidikan, kesehatan, keamanan, dan lain sebagainya yang

bersifat manusiawi.

2. Tahapan pemberdayaan

Menurut Nanih Mahendrawati dan Agus Ahmad Syafe’I ada tiga

tahapan dalam pemberdayaan, yaitu:

1. Pemberdayaan pada mata ruhaniah, dalam hal ini terjadi degradasi

moral atau pergeseran nilai masyarakat Islam yang sangat

mengguncang kesadran Islam. oleh karena itu pemberdayaan jiwa

dan akhlak harus lebih ditingkatkan.

2. Pemberdayaan intelektual, pada saat ini seperti yang disaksikan

betapa umat Islam Indonesia sudah jauh tertinggal dalam kemajuan

6 Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, (Yogyakarta: Gajah Mada University

Press 1991),h.15.

16

Page 27: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

17

penguasaan tekhnologi, untuk itu di perlukan berbagai upaya

pemberdayaan intelektual sebagai perjuangan besar (jihad).

3. Pemberdayaan ekonomi, masalah kemiskinan menjadi semakin

identik dengan masyarakat Islam Indonesia, pemecahannya adalah

tanggung jawab masyarakat Islam sendiri.7

7 Syamsudin RS, Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat Islam Dalam Dakwah Islam,

(Bandung: KP. HADID 1999), h. 28.

17

Page 28: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

18

Sedangkan menurut Adi (2003), tahapan pemberdayaan adalah

sebagai berikut:

Persiapan (Engagment)

Pengkajian (Assesment)

Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan

Pemformulasian rencana aksi

Pelaksanaan Program atau Kegiatan

Evaluasi

Terminasi

Untuk memperjelas bagan di atas maka di bawah ini akan

diuraikan penjelasannya:

a. Tahapan Persiapan (Engagment)

Pada tahap ini ada dua tahap yang harus dikerjakan yaitu, pertama

penyiapan petugas atau tenaga pemberdaya masyarakat yang bisa

juga dilakukan oleh Community Worker hal ini diperlukan untuk

menyamakan persepsi antara anggota tim mengenai pendekatan apa

yang akan dipilih, penyiapan petugas lebih diperlukan lagi bila dalam

proses pemberdayaan masyarakat tenaga yang dipilih memiliki latar

18

Page 29: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

19

belakang yang berbeda antara satu sama lain seperti: pendidikan,

agama, suku dan strata. dan penyiapan lapangan yang pada dasarnya

diusahakan dilakukan secara non direktif

b. Tahapan Pengkajian (Assesment)

Proses pengkajian dapat dilakukan secara individual melaui tokoh-

tokoh masyarakat (Key Person), tetapi juga dapat melalui kelompok-

kelompok dan masyarakat. Dalam hal ini petugas harus berusaha

mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan (Felt Needs)

dan juga sumberdaya yang dimiliki klien atau lebih tepatnya jika

menggunakan teori SWOT dengan melihat kekuatan (Strength),

kelemahan (Weaknesses), kesempatan (Opportunities), dan ancaman

(Threat).

c. Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan

Pada tahap ini petugas sebagai agen perubah secara partisipatif

mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang

mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam konteks ini

masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif

program dan kegiatan yang dapat dilakukan

d. Tahapan Pemformulasian rencana aksi

Pada tahap ini petugas membantu masing-masing kelompok untuk

memformulasikan gagasan mereka kedalam bentuk tertulis, terutama

bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal kepada penyandang

dana.

19

Page 30: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

20

e. Tahapan Pelaksanaan Program atau Kegiatan

Dalam upaya pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat peran

masyarakat sebagai kader diharapkan dapat menjaga

keberlangsungan program yang telah dikembangkan. Kerja sama

antara petugas dan masyarakat merupakan hal penting dalam tahap

ini karena terkadang sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik

melenceng atau kembali pada tahap-tahap awal.

f. Tahapan Evaluasi

Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap

program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya

dilakukan dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga

tersebut diharapkan dalam jangka waktu pendek bisa terbentuk suatu

sistem komunitas untuk pengawasan secara internal dan untuk jangka

panjang dapat membangun komunitas masyarakat yang lebih mandiri

dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada.

g. Tahapan Terminasi

Tahapan terminasi merupakan tahapan pemutusan secara formal

dengan komunitas sasaran. Dalam tahap ini diharapkan petugas tidak

meninggalkan komunitas secara tiba-tiba walaupun proyek harus

segera berhenti. Petugas harus tetap melakukan kontak meskipun

tidak secara rutin. Kemudian secara perlahan-lahan mengurangi

kontak dengan komunitas sasaran.8

8 Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Jakarta:

FISIF UI Perss, 2004), h.56.

20

Page 31: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

21

3. Aras pemberdayaan

Dalam konteks pekerjaan sosial menurut Edi Suharto

pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan

(empowerment setting) :

1. Aras Mikro, pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu

melalui bimbingan konseling, stress management, crisis intervensison.

Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam

menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut

sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (task contered

approach).

2. Aras Mezzo, pemberdayaan dilakukan kepada sekelompok klien,

pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai

media intervensi, pendidikan dan pelatihan, dan dinamika kelompok.

Biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran,

pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki

kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

3. Aras Makro, pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar

(Large System Strategi). Karena sasaran perubahan diarahkan pada

sistem lingkungan yang lebih luas, perumusan kebijakan, perencanan

sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat,

dan manajemen konflik adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini.

Strategi Sistem Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki

21

Page 32: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

22

kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri dan untuk

memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.9

Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan diatas

dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat di

singkat menjadi 5P, yaitu: Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan,

Penyokongan dan Pemeliharaan.

1. Pemungkinan: Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan

potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus

mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan

struktural yang menghambat.

2. Penguatan: Memperkuat kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki

masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-

kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh kembangkan

segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang

menunjang kemandirian mereka.

3. Perlindungan: Melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok

lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat. Pemberdayaan harus

diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi

yang tidak menguntungkan rakyat kecil.

4. Penyokongan: Memberikan bimbingan dan dukungan agar

masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas

kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat

9 Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 66-67.

22

Page 33: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

23

agar tidak terjatuh kedalam keadaan dan posisi yang semakin lemah

dan terpinggirkan.

5. Pemeliharaan: Memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi

keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam

masyarakat. Pemberdayaan harus menjamin keselarasan dan

keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh

kesempatan berusaha.10

B. Warga Binaan Sosial (WBS)

1. Pengertian Warga Binaan Sosial

Dalam kehidupan sekarang ini keberadaan Pekerja Seks Komersial

atau sering disebut PSK merupakan fenomena yang tidak asing lagi dalam

kehidupan masyarakat Indonesia, akan tetapi keberadaan tersebut ternyata

masih menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. Apakah Pekerja

Seks Komersial (PSK) termasuk kaum yang tersingkirkan atau kaum yang

terhina, hal tersebut mungkin sampai sekarang belum ada jawaban yang

dirasa dapat mengakomodasi konsep PSK itu sendiri. Hal ini sebagaian

besar disebabkan karena mereka tidak dapat menanggung biaya hidup

yang sekarang ini semuanya serba mahal.

Dalam kamus B. Indonesia “Pekerja Seks Komersial” atau WTS

dapat diartikan secara terpisah yaitu, “Pekerja” artinya, orang yang

bekerja; orang yang menerima upah atas hasil kerjanya, “Seks” artinya,

jenis kelamin, hal yang berhubungan dengan alat kelamin seperti

10 Ibid., h. 67-68.

23

Page 34: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

24

senggama; birahi, “Komersial” artinya, berhubungan dengan niaga atau

perdagangan; dimaksudkan untuk perdagangan; bernilai niaga tinggi,

kadang-kadang mengorbankan nilai-nilai sosial, budaya, agama dan lain

sebagainya.11

Pelacuran atau prostitusi merupakan salah satu bentuk penyakit

masyarakat yang harus diberhentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan

usaha pencegahan dan perbaikan. Pelacuran berasal dari kata pro-stituere

atau pro-stauree, yang berarti membiarkan diri membuat zina, melakukan

persundalan, percabulan, dan pergendakan. Sedangkan prostitue adalah

pelacur atau sundal. Dikenal pula dengan istilah WTS atau wanita tuna

susila.12

Dalam pandangan Departmen Sosial RI Pekerja Seks Komersial

adalah seseorang yang melakukan hubungan seksual dengan sesama atau

lawan jenis secara berulang-ulang dan bergantian di luar perkawinan yang

sah dengan tujuan mendapatkan imbalan uang, materi dan jasa. Pekerja

Seks Komersial yang diklasifikasikan dalam PMKS adalah Pekerja Seks

yang memiliki permasalahan sosial berkaitan dengan sumber mata

Pencaharian.13

Tidak jauh berbeda Istilah pelacur sering diperhalus dengan

pekerja seks komersial, wanita tuna susila, istilah lain yang juga mengacu

kepada layanan seks komersial. Dalam pengertian yang lebih luas,

seseorang yang menjual jasanya untuk hal yang dianggap tak berharga

11 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hove, 1984) Jilid 5, h. 554, 1014, 5803.

12 kartini, Patologi Sosial-Jilid I, h. 207. 13 Departmen Sosial RI, Penyandang Masalah Sosial, artikel ini di akses pada tanggal 1

Oktober 2009 dari http://www.depsos.go.id/modules.phap?name-News&file-side-327.

24

Page 35: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

25

juga disebut melacurkan dirinya sendiri, di Indonesia pelacur sebagai

pelaku pelacuran sering disebut sebagai sundal atau sundel. Ini

menunjukkan bahwa prilaku perempuan sundal itu sangat begitu buruk

hina dan menjadi musuh masyarakat.14

Menurut Soejono Soekanto yang dikutip Abdul Syani dalam

Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial, mengartikan bahwa “Wanita

Tuna Susila” adalah sebagai suatu pekerjaan yang bersifat penyerahan diri

kepada umum untuk melakukan perbuatan-perbuatan seksual dengan

mendapat upah.15

Peraturan Pemerintah DKI Jakarta Raya tahun 1967 mengenai

penaggulangan masalah pelacuran, menyatakan sebagai berikut: “ Wanita

tuna susila adalah wanita yang mempunyai kebiasaan melakukan

hubungan kelamin diluar perkawinan, baik dengan imbalan jasa maupun

tidak”. Sedangkan Peraturan Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat

menyebutkan “Pelacur atau WTS adalah mereka yang biasa melakukan

hubungan kelamin diluar pernikahan yang sah.16

Menurut Waraw, wanita tuna susila sebagai masalah sosial karena

wanita tuna susila merugikan keselamatan, ketentraman dan kemakmuran

baik jasmani, rohani maupun sosial dan kehidupan bersama. Dengan

14 Syamsul Arif, Prostitusi di Negara Berkembang, artikel ini diakses pada tanggal 5

Oktober2009http://yanrehsos.depsos.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=254&Itemid=15.

15 Abdul Syani, Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial, (Jakarta: Fajar Agung, 1987), h. 133.

16 kartini, Patologi Sosial-Jilid I, h. 214.

25

Page 36: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

26

demikian wanita tuna susila dipandang dari berbagai sudut merupakan

tindakan yang sangat merugikan masyarakat.17

Sedangkan menurut kamus sosiologi disebutkan bahwa wanita tuna

susila adalah proses memperjual belikan jasa-jasa seksual. Lazimnya

dilakukan oleh wanita walau kemungkinan adanya pelacur pria.18

Sedangkan dalam agama Islam prostitusi dikenal dengan nama

Zinah atau Perzinahan, yaitu hubungan seorang laki-laki dan perempuan

diluar penikahan baik dia sudah menikah atau belum menikah, yang

berbuat zinah dinamakan Zani (penzinah laki-laki) dan Zaniah (penzinah

perempuan) sedangkan orang yang berzina ada dua macam: 1. “Muhsan”,

yaitu orang yang sudah baligh, berakal, merdeka, dan pernah bercampur

dengan jalan yang sah. Hukuman bagi mereka adalah “rajam” (dilontar

dengan batu sederhana sampai mati). 2. “Goira Muhsan”, yaitu yang tidak

mencukupi syarat-syarat diatas, seperti: gadis dan budak. Hukuman bagi

mereka adalah didera seratus kali dan diasingkan keluar negeri selama satu

tahun.19

Dari banyaknya pendapat yang mengemukakan tentang Wanita

Tuna Susila bisa disimpulkan bahwa mereka/WTS adalah orang yang

bekerja dengan menjual diri mereka kepada orang lain demi mendapatkan

imbalan berupa uang, barang atau jasa guna memenuhi semua kebutuhan

hidupnya baik pribadi atau keluarga.

17 Alam. As, Pelacuran dan Pemasaran, Studi Sosiologi Tentang Eksploitasi Manusia oleh

Mnusia, (Bandung: CV. ALUMNI 1997) h. 32. 18 Soejono Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), h. 158. 19 Rasjid, Fiqih Islam, h. 436.

26

Page 37: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

27

Pada dasarnya mereka adalah manusia biasa yang ingin

mendapatkan penghormatan seperti para wanita pada umumnya di

masyarakat yang dihormati, disayangi, dicintai dan berprilaku normal,

namun karena perbuatan mereka yang tidak bermoral maka mereka

menjadi sampah masyarakat yang hina dan menjadi musuh bagi

masyarakat

2. Pengertian Prostitusi

Sarjana P.J. de Bruin van Amstel menyatakan sebagai berikut:

“Prostitusi adalah penyerahan diri dari wanita kepada banyak laki-laki

dengan pembayaran”. Definisi ini mengemukakan adanya unsur-unsur

ekonomis dan penyerahan diri wanita yang dilakukan secara berulang-

ulang atau terus menerus dengan banyak laki-laki.20

Dr. Kartini Kartono mengemukakan definisi prostitusi dalam buku

Patologi Sosial jilid I sebagai berikut:

a. Prostitusi adalah bentuk penyimpangan seksual, dengan pola-pola

organisasi implus/dorongan seks yang tidak wajar dan tidak

terintegrasi dalam bentuk pelampiasan nafsu-nafsu seks tanpa

kendali dengan banyak orang (Promiskuitas), disertai eksploitasi

dan komersialisasi seks yang impersonal tanpa afeksi sifatnya.

b. Pelacuran merupakan peristiwa penjualan diri (persundalan)

dengan cara memperjual belikan badan, kehormatan, kepribadian

20 kartini, Patologi Sosial-Jilid I, h. 215.

27

Page 38: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

28

kepada orang banyak untuk memuaskan nafsu-nafsu seks dengan

imbalan pembayaran.

c. Pelacuran ialah perbuatan perempuan atau laki-laki yang

menyerahkan badannya untuk berbuat cabul serta seksual dengan

mendapatkan upah.21

Jelasnya, prostitusi itu bisa dilakukan baik oleh kaum wanita dan

pria. Jadi, ada persamaan predikat lacur antara laki-laki dan wanita yang

bersama-sama melakukan perbuatan cabul tidak hanya berupa hubungan

kelamin di luar nikah saja, akan tetapi termasuk pula peristiwa

homoseksual dan permainan-permainan seksual lainnya.22

3. Jenis-jenis Prostitusi

Dari hasil penelitian dilapangan sebelumnya yang dilakukan oleh

Hull (1996), terdapat tipe-tipe pelacuran yang diklasifikasikan berdasarkan

atas perbedaannya. Adapun pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan perbedaan kelas pelangannya, yaitu:

Kelas ekonomi menengah kebawah vs menengah keatas.

Pelanggan menengah keatas memiliki gaya hidup yang berbeda

dengan pelanggan dari kelas menengah kebawah, oleh karena itu

ada tempat-tempat dimana bangunan dan fasilitasnya disesuaikan

dengan kondisi para pelanggan.

21 Ibid., h. 216. 22 Mulia, T.S.G. et. al., Pelacuran. Ensikopledi Indonesia, (Bandung: N. V. W. van Hoevc,

2001) h. 161.

28

Page 39: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

29

b. Berdasarkan lokasi/tempat, yaitu:

Pelacuran terbuka vs terselubung

Pelacuran terjadi baik secara terbuka maupun sebagai kegiatan

terselubung. Pelacuran terbuka dilaksanakan seperti di lokasi

sekitar daerah lampu merah, jalan-jalan, dan taman. Sedangkan

pelacuran terselubung dilaksanakan seperti di panti pijat, salon

kecantikan, diskotek, bar/kafe, dan mal/plaza.

c. Berdasarkan sistem kerja, yaitu:

Freelance vs terikat

Sistem kerja secara freelance artinya mereka para WTS beroprasi

secara mandiri (tidak dibawah kendali seorang germo) dan bebas

melakukan kegiatannya tanpa harus terikat oleh waktu. Sedangkan

sistem kerja terikat artinya mereka bekerja di bawah kendali

seorang germo/perantara dan berkewajiban membayar sejumlah

uang kepada germo/perantaranya.23

Sedangkan Kartini Kartono Berpendapat dalam buku Patologi

Sosial sebagai berikut;

a. Menurut aktifitasnya, yaitu:

Terdaftar dan tidak terdaftar

Prostitusi yang terdaftar pelakuknya diawsai oleh bagian Vice

Control dari kepolisian, yang dibantu dan bekerja sama dengan

Jawatan Sosial dan Jawatan Kesehatan. Pada umumnya mereka

dilokasikan pada daerah tertentu. Penghuninya secara prodik harus

23 ILO, Sebuah Kajian cepat: Perdagangan Anak untuk Tujuan Pelacuran di Jakarta dan

Jawa Barat, (Jakarta: Kantor Perburuhan Internasional, 2004), h. 25.

29

Page 40: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

30

memeriksakan dirinya pada dokter atau petugas kesehatan dan

mendapatkan penyuntikan serta pengobatan sebagai tindakan

kesehatan dan keamanan umum.

Prostitusi yang tidak terdaftar termasuk dalam kelompok ini adalah

mereka yang melakukan prostitusi secara gelap-gelapan dan liar,

baik secara perorangan maupun secara kelompok. Perbuatannya

tidak terorganisasi, tempatnya pun tidak tertentu bisa disembarang

tempat. Baik mencari mangsa sendiri, maupun melalui calo-calo

dan panggilan. Mereka tidak mencatat diri mereka pada yang

berwajib. Sehingga kesehatannya sangat diragukan karena belum

tentu mereka itu mau memeriksakan kesehatannya kepada dokter.

b. Menurut jumlahnya, yaitu:

Individual dan terorganisir, yaitu:

Prostitusi yang beroprasi secara individual merupakan singel

operator, sedangkan prostitusi yang bekerja dengan bantuan

organisasi dan sindikat yang teratur rapi mereka adalah prostitusi

yang terorganisir dan sistem kerja mereka diatur oleh suatu

organisasi.24

Semakin berkembangnya zaman maka semakin jadilah macam-

macam prostitusi bukan hanya barang elektronik yang semakin maju dan

canggih, dunia prostitusi juga demikian jika dahulu mereka para WTS

hanya melakukan kegiatan terselubung kini bisa dengan jelas, dapat

dipanggil, bukan hanya malam hari dan dibantu dengan aparatur

24 kartini, Patologi Sosial-Jilid I, h. 252.

30

Page 41: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

31

pemerintahan yang ada. Walaupun demikian tetap saja keberadaan tempat

prostitusi adalah lahan maksiat yang harus dimusnahkan.

Kita tidak dapat membiarkan kemaksiatan terjadi dan

menghancurkan sendi-sendi kehidupan masyarakat dan membuka luas

lahan penyebaran penyakit bagi para penerus bangsa di masa yang akan

datang.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya prostitusi

Soedjono Soekanto berpendapat, sebab-sebab terjadinya prostitusi

harus dilihat dari faktor-faktor endogen. Seperti nafsu kelamin yang besar,

sifat malas dan keinginan yang besar untuk hidup mewah. Di antara faktor

eksogen yang utama adalah faktor ekonomis, urbanisasi yang tidak teratur,

keadaan yang tidak memenuhi syarat dan seterusnya.25

Sedangkan Marzuki Umar Sa’abah mengatakan bahwa penyebap

terjadinya prostitusi pada diri seseorang adalah karena:

a. Hubungan keluarga berantakan, terlalu menekan dan mengalami

penyiksaan seksual dalam keluarga.

b. Kegagalan keluarga dalam memfungsikan perannya sebagai

pembina nilai-nilai keagamaan atau nilai-nilai agama yang dianut

tidak memberikan dasar untuk menolak prostitusi.

c. Paduan antara kemiskinan, kebodohan, kekerasan dan tekanan

penguasa.26

25 Soedjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: CV. Rajawali, 1985) h. 159. 26 Marzuki Umar Sa’abah, Seks dan Kita, (Jakarta: Gema Insani Perss,1998), cet.I, h. 87.

31

Page 42: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

32

Sedangkan Kartini Kartono Berpendapat lebih banyak tentang

terjadinya prostitusi sebagaimana tertulis dalam buku Patologi Sosial,

diantaranya:

a. Kurangnya pendidikan

Adanya kecenderungan melacurkan diri pada banyak wanita untuk

menghindarkan diri dari kesulitan hidup, dan mendapatkan

kesenangan melalui jalan yang pendek. Kurang pengertian, kurang

pendidikan dan buta huruf sehingga menghalalkan pelacuran.

b. Tekanan ekonomi

Faktor kemiskinan, tekanan ekonomi, dan adanya pertimbangan-

pertimbangan ekonomis untuk mempertahankan kelangsungan

hidupnya khususnya dalam upaya mendapatkan status sosial yang

lebih baik.

c. Aspirasi materil pada diri wanita yang menginginkan kehidupan

mewah

Tingginya keinginan para wanita untuk mengejar kesenangan dan

ketamakan dalam berpakaian indah dan perhiasaan yang mewah

atau ingin hidup bermewah-mewahan namun malas bekerja.

d. Termakan janji manis para calo yang menjanjikan pekerjaan

dengan upah besar

Banyak dari para korban prostitusi dibuai janji para lelaki dan calo

untuk pekerjaan-pekerjaan terhormat dengan gaji tinggi. Misalnya

sebagai pelayan toko, bintang film, pragawati, dan lain-lain.

32

Page 43: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

33

Namun pada akhirnya mereka dijebloskan kedalam bordil-bordil

dan rumah-rumah pelacuran.

Menurul ILO (International Labor Organization), di Jepang sekitar

80% imigran perempuan terjerumus kedalam dunia prostitusi yang

dikamuflase menjadi dunia entertainment, dan salah satu negara

pemasoknya adalah Indonesia.

e. Penundaan perkawinan

Jauh sesudah kematangan biologis disebabkan oleh pertimbangan-

pertimbangan ekonomis dan standar hidup yang tinggi, lebih suka

melacurkan diri dari pada kawin.

f. Adanya traumatis (luka jiwa) dan shock mental

Para wanita mengalami berbagai macam hal kegagalan dalam

bercinta atau pernikahan dimadu, ditipu, sehingga kematangan seks

yang terlalu dini dan abnormalitas seks. Contoh: seorang gadis

cilik yang pernah terenggut kesuciannya oleh seorang laki-laki,

menjadi terlalu cepat matang secara seksual ataupun menjadi patah

hati dan penuh dendam kesumat, lalu menerjunkan dirinya kedalam

dunia pelacuran.

g. Adanya nafsu seks yang abnormal yang menyebapkan tidak puas

terhadap satu pasangan

Nafsu seks yang abnormal dan tidak terintegrasi dalam

kepribadian, dan keloyalan seks. Histeris dan hyperseks, sehingga

tidak puas mengadakan relasi seks dengan satu pasangan.

33

Page 44: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

34

h. Melakukan hubungan seks sebelum perkawinan sekedar untuk

menikmati keindahan masa muda.

Pada masa kanak-kanak pernah melakukan relasi seks atau suka

melakukan hubungan seks sebelum perkawinan (premarital

sexrelation) untuk sekedar iseng atau untuk menikmati “masa

indah” di kala muda. Atau sebagai simbol keberanian atau

kegagahan telah menjalani dunia seks secara nyata. Selanjutnya,

gadis-gadis tadi terbiasa melakukan banyak hubungan seks dengan

pemuda-pemuda sebayanya dan trerperosoklah dalam dunia

pelacuran.

i. Banyaknya stimulasi seks dalam berbagai bentuk

Misalnya Film-film biru, gambar-gambar biru, bacaan cabul, gang-

gang anak muda yang memperaktikkan relasi seks, Kecanduan

obat-obatan dan memaksakan diri untuk menjadi pelacur untuk

dapat membeli obat-obatan tersebut.

j. Ajakan teman yang telah terlebih dahulu terjun dalam dunia

prostitusi

Pekerjaan menjadi pelacur tidak membutuhkan keterampilan/skill,

tidak memerlukan inteligensi tinggi, mudah dikerjakan asal orang

yang bersangkutan memiliki kecantikan, kemudahan, dan

keberanian. Tidak hanya orang-orang normal, wanita-wanita yang

agak lemah ingatan pun bisa melakukan pekerjaan ini.

k. Ada kebutuhan seks yang normal akan tetapi tidak terpuaskan oleh

pihak suami

34

Page 45: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

35

Misalnya karena suami impoten, lama menderita sakit, banyak

istri-istri lain hingga suami jarang mendatangi yang bersangkutan,

lama bertugas ditempat yang jauh, dan lain-lain.27

Jelaslah bahwa eksploitasi perempuan yang selama ini timbul

adalah konsekuensi dari banyak sistem yang tidak adil. Banyak perempuan

yang berperan sebagai pekerja seks dalam dunia pertama datang dari dunia

kedua, ketiga dan keempat. Di Indonesia dan di tempat lain banyak dari

mereka diperdagangkan dari negeri lain untuk melayani permintaan

jumlah pelanggan yang meningkat.

Betapa tidak adilnya dunia bagi para wanita, mereka membutuhkan

keadilan yang layak dan kesejahteraan dalam kehidupan mereka.

5. Dampak dari Prostitusi

Kartini Kartono Berpendapat banyak tentang dampak dari

prostitusi sebagaimana tertulis dalam buku Patologi Sosial, diantaranya:

a. Menimbulkan dan menyebarluaskan penyakit kelamin dan kulit

Penyakit yang paling sering terjadi ialah syphilis dan gonorrhoe

(kencing nanah). Terutama syphilis, apabila tidak mendapatkan

pengobatan yang sempurna bisa menimbulkan cacat jasmani dan

rohani pada diri sendiri dan anak keturunan. Antara lain ialah: (1)

Congential syphilis (sipilis herediter/keturunan) yang menyerang bayi

semasih dalam kandungan, sehingga terjadi abortus/keguguran atau

bayi lahir mati. Jika bayi bisa lahir biasanya kurang bobot, kurang

27 kartini Kartono, Patologi Sosial-Jilid I, h. 245-247.

35

Page 46: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

36

darah, buta, tuli, kurang inteligensinya, defect (rusak cacat) mental dan

defect jasmani lainnya. (2) Syphilis amenita, yang mengakibatkan

cacat mental ringan, retardasi atau lemah ingatan dan imbisilitas.

Sedangkan yang berat bisa mengakibatkan serangan epilepsi atau ayan,

kelumpuhan sebagian dan kelumpuhan total, bisa jadi idiot psikotik,

atau menurunkan anak idiocy.

b. merusak sendi-sendi kehidupan keluarga

Suami-suami yang tergoda pelacur biasanya melupakan fungsinya

sebagai kepala keluarga, sehingga keluarga menjadi berantakan.

c. Memberikan dampak buruk pada anak-anak remaja pada kriminal dan

obat-obatan

Dampak buruk bagi remaja adalah adanya pengaruh demoralisasi

kepada lingkungan khususnya anak-anak muda remaja pada masa

puber dan adolesensi serta berkorelasi dengan kriminalitas dan

kecanduan bahan-bahan narkotika (ganja, morfin, heroin, dan lain-

lain).

d. Merusak sendi-sendi moral, susila, hukum dan agama

Terutama sekali menggoyahkan sendi perkawinan, sehingga

menyimpang dari adat kebiasaan, norma hukum, dan agama karena

digantikan dengan pola pelacuran dan promiskuitas yaitu digantikan

dengan pola pemuasan kebutuhan seks dan kenikmatan seks yang

awut-awutan, murah serta tidak bertanggung jawab. Bila pola

pelacuran ini telah membudaya maka rusaklah sendi-sendi kehidupan

keluarga yang sehat.

36

Page 47: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

37

e. Adanya pengeksploitasian manusia oleh manusia lain

Pada umumnya wanita-wanita pelacur ini hanya menerima upah

sebagian kecil saja dari pendapatan yang harus diterimanya, karena

sebagian besar harus diberikan kepada germo, calo-calo, centeng-

centeng, pelindung dan lain-lain. Dengan kata lain ada sekelompok

manusia benalu yang memeras darah dan keringat para pelacur ini.

f. Menyebapkan terjadinya disfungsi seksual

Misalnya: impotensi, anorgasme, nymfomania, satyriasis, ejakulasi

premature yaitu pembuangan sperma sebelum zaakar melakukan

penetrasi dalam vagina atau liang sanggama, dan lain-lain.28

C. High Speed

1. Pengertian High Speed

Pada dasarnya High Speed (mesin jahit cepat) tepatnya mesin besar

yang digunakan pada pabrik tekstil tidak jauh berbeda dengan mesin jahit

pada umumnya. Hanya saja telah mengalami berbagai perubahan, tidak

lagi mengandalkan tenaga manusia untuk mengoprasikannya melainkan

dengan menggunakan tenaga listrik yang disambungkan kedinamo sebagai

penggerak mesin. Mesin High Speed terdiri dari berbagai macam.29

28 Ibid., h. 250-252. 29 Ridwan Firdaus, Macam-macam Mesin High Speed, artikel ini diakses pada tanggal 23

Oktober 2009 dari http://e-nengcaos.com/archives/100.

37

Page 48: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

38

2. Macam-macam Mesin High Speed

a. Mesin Jahit jarum 1 ( single needle )

Mesin jahit jarum satu merupakan mesin jahit pokok yang harus

dipunyai

dalam dunia garment. Adapun teknologi baru yang dikembangkan

pada mesin ini adalah :

1. Otomatis Potong Benang ( Automatic Thread trimmer )

Mesin single needle yang berfasilitaskan otomatis potong benang

merupakan trend mesin yang dibutuhkan dunia garment saat ini.

Dimana sistem ini menghilangkan tenaga tambahan yang

dikeluarkan operator untuk memutus benang setelah dijahit. Jadi

sehabis bahan dijahit maka secara otomatis benang akan putus dan

bahan bisa langsung diambil dilanjutkan dengan proses jahit yang

lain.

2. Control panel

control panel digunakan untuk memprogram suatu jahitan yang

berada pada mesin tersebut. control panel ini menempel diatas

body mesin. Contoh program yang bisa diatur dengan control panel

adalah jahitan label, otomatis jahitan kunci, menjahit terus menerus

dll.

3. Direct drive

Teknologi ini memakai motor berkekuatan tinggi yang ditanam

didalam body mesin. Pada mesin ini sudah tidak ditemui lagi

dynamo yang berukuran relatif lebih besar dari bawah meja mesin

38

Page 49: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

39

jahit itu sendiri. Dengan direct drive maka getaran yang dihasilkan

sangat kecil sehingga tingkat keakuratan jahitan lebih bagus.

4. Dry Head

Mesin ini didesain tanpa ada minyak sama sekali atau dengan

sedikit minyak yang ditampung dalam botol kecil. teknologi ini

dikembangkan berdasarkan kendala yang terjadi di lapangan,

dengan seringnya bahan itu kotor karena terkena minyak mesin.

b. Mesin jahit jarum 2 (double needle)

Macam – macam tipe jarum dua :

1. Jarum dua standar

2. Jarum dua split

Mesin ini memungkinkan untuk mengatur salah satu jarum utuk

jahit / tidak. Contoh proses pada saku.

3. Jarum dua rantai

Mesin ini sama dengan mesin jarum dua standart tapi jahitan

bawah yang dihasilkan adalah jahitan rantai.

c. Mesin obras (overlock)

Dimana mesin ini untuk jahit pengaman bahan. Mesin ada 4 tipe :

obras benang 3, obras benang 4, obras benang 5, obras benang 6. setiap

mesin mempunyai fungsi masing masing dilihat dari proses yang

dijahit.

d. Mesin bartacking

Mesin bartacking digunakan untuk menjahit kunci pada akhir jahitan.

Teknologi didalam mesin bartack adalah :

39

Page 50: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

40

1. Computer controlled

Patren dan kecepatan bartack yang diinginkan dapat diatur dengan

mudah oleh control panel.

2. Active tension

Teknologi ini memungkinkan kita mengatur kekencangan jahitan

yang berbeda didalam dua model jahitan yang berbeda pada bahan

yang berbeda yang dilakukan sekaligus.

3. Direct Drive

Motor penggerak dengan kualitas tinggi ditanamkan langsung

didalam body mesin.

e. Mesin pasang kancing

Ada 2 tipe mesin pasang kancing :

1. Pasang kancing chainstitch

model mesin lama yang masih sangat manual. Hasil jahitannya

adalah jahitan rantai yang bila satu jahitan itu lepas maka akan

sangat mudah kancing itu lepas dari jahitan.

2. Pasang kancing lockstitch

model mesin terbaru yang sekarang ini menjadi trend di dunia

buyer fhasion dunia. Dengan jahitan lockstitch maka kualitas

jahitan akan lebih tahan lama, anti copot. Model pasang kancing

lockstitch pertama keluar langsung berbasis otomatis program

komputer. Teknologi pasang kancing computer adalah : direct

drive, active tension dan automatic program.

40

Page 51: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

41

41

f. Mesin lubang kancing

Mesin lubang kancing merupakan salah satu mesin spesial di sektor

produksi garment. Teknologi mesin lubang kancing JUKI adalah :

1. Computer controlled

2. Bastingstitch system

3. Active tension

4. Option long presser foot ( 120 mm )

g. Mesin Zig zag

Mesin jahit yang menghasilkan jahitan zig zag 2 step dan zig zag 3

step.30

30 Ibid.

Page 52: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

BAB III

GAMBARAN LEMBAGA

A. Gambaran Umum Lembaga

1. Sejarah Singkat

Panti Sosial Kaya Wanita “Mulya Jaya” adalah salah satu lembaga

yang menangani masalah wanita tuna susila. Lembaga ini didirikan oleh

Departemen Sosial RI., pada tahun 1959 panti ini berstatus Pilot Projek

Pusat Pendidikan Wanita, sebagai projek percontohan Depsos.

Pembangunan dan penyempurnaan panti ini dilakukan secara bertahap.

Setahun kemudian tepatnya tanggal 20 Desember 1960 dibuka oleh

Menteri Sosial Bapak H. Moeljadi Djojomartono (Alm) dengan nama

Mulya Jaya berdasarkan motto panti sendiri yaitu, “Wanita Mulya Negara

Pasti Jaya”.1

Pada tahun 1963 panti ini diresmikan menjadi Panti Pendidikan

Wanita (PPW) Mulya Jaya berdasarkan SK Menteri Sosial RI No. HUK/4-

1-9/10005 tanggal 1 Juni 1963. Setelah enam tahun kemudian (1969) pada

pelita 1 disempurnakan kembali menjadi Panti Pendidikan dan Pengajaran

Kegunaan Wanita “Mulya Jaya” (P3KW). Dan pada tahun 1979 ditetapkan

menjadi Panti Rehabilitasi Wanita Tuna Susila “Mulya Jaya” (PRWTS)

dengan SK Menteri Sosial dengan No. 41/HUK/Kep/XI/1979 tanggal 1

November 1979 yang sekaligus diterbitkan struktur organisasi dan tata

kerja panti di seluruh Indonesia.

1 Brosur, Departemen Sosial RI Panti Sosial karya wanita”Mulya Jaya”. Th. 2008.

40

Page 53: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

41

Berdasarkan SK Menteri Sosial di atas pula pada akhirnya tanggal

31 Desember 1982, Panti Rehabilitasi Wanita Tuna Susila “Mulya Jaya”

diserahkan pada Kanwil Departemen Sosial DKI Jakarta dan sejak tanggal

23 April 1994 nama Panti Rehabilitasi Wanita (PRW) “Mulya Jaya”

dengan Mensos RI No. 14/HUK/1994, dan pada tanggal 24 April 1995

ditetapkan menjadi Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya”

sampai sekarang.2

2. Visi dan Misi PSKW

1. Visi:

“Pelayanan Dan Rehabilitasi Tuna Susila yang Bermutu Dan

Profesional”.

2. Misi:

a. Melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sesuai dengan paduan

yang ada.

b. Mewujudkan Keberhasilan Pelayan dan Rehabilitasi Tuna Susila

sesuai dengan indikator indikator keberhasilan Pelayan dan

Rehabilitasi Tuna Susila.

c. Mengembangkan jaringan kerjasama dengan pihak-pihak terkait

pemerintah dan masyarakat dalam rangka meningkatkan Pelayanan

dan Rehabilitasi Tuna Susila.3

2 Brosur Panti Sosial Karya Wanita ( PSKW ) “ Mulya Jaya “, Kep / Mensos RI No: 22/HUK/ 1995.

Page 54: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

42

3. Struktur organisasi

SK. Menteri Sosial RI No : 22 Tahun 19954

Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Emi Astuti, S.Sos

Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Drs. Ali Samantha. MM

Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial

Dra. Dwismari Novi. R

Kelompok Jabatan Fungsional

Dra. Nendah Nurhida

Instalasi Produksi (Shelter Workshop)

KEPALA PANTI Drs. Suyono MM

4 Dra. Dwismari Novi. R, Wawan Cara Pribadi, tanggal 08 Oktober 2008 dan Brosur

Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Jak-Tim.

Page 55: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

43

4. Sasaran Pelayanan

a. Sasaran Utama

1) Wanita Tuna Susila (WTS)

2) Wanita korban trafficking yang dipaksa menjadi pelacur

b. Sasaran Penunjang

1) Keluarga korban / klien

2) Tokoh masyarakat

3) LSM atau Orsos

4) Germo atau Mucikari

5) Perantara atau Broker

5. Dasar Hukum

a. Undang – Undang No. 6 Tahun 1974 tentang ketentuan – ketentuan

pokok kesejahteraan sosial.

b. UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah.

c. Kep. Mensos RI. No. 20/HK/1999 Tentang rehabilitasi sosial bekas

penyandang masalah tuna susila.

d. Kep. Mensos. RI. No. 06/HUK/2001 tentang organisasi dan tata kerja

Departemen Sosial.

e. Kep. Mensos. RI. No. 59/HUK/2003 tentang organisasi dan tata kerja

panti sosial di lingkungan Departemen Sosial.

f. Kep. Mensos. RI. No. 40/HUK/2004tentang prosedur kerja panti sosial

di lingkungan Departemen Sosial.

Page 56: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

44

6. Persyaratan Calon Siswa PSKW

a. Usia 15 s/d 45 tahun.

b. Sehat jasmani dan rohani/tidak sakit ingatan.

c. mampu didik dan mampu latih

d. Tidak mengidap penyakit berat dan menular kecuali penyakit kelamin.

e. Wajib tinggal di asrama dan mematuhi ketentuan yang berlaku.

f. wajib mengikuti bimbingan mental, sosial dan fisik serta keterampilan

selama 6 bulan.

7. Proses

Pelayanan dan rehabilitasi sosial siswa di laksanakan melalui satu

rangkaian kegiatan yang mengacu pada tahapan profesi pekerjaan sosial yaitu:

a. Pendekatan awal dan penerimaan siswa

Pendekatan Awal

1) Penjajagan awal dengan instasi terkait

2) Konsultasi dengan pihak terkait dalam persiapan sosialisasi

3) Sosialisasi program pelayanan panti

4) Identifikasi

5) Motivasi

6) Seleksi

Penerimaan Siswa yang memenuhi syarat

1) Registrasi

2) Pengungkapan dan pemahaman masalah (Assesment)

3) Penempatan dalam program rehabilitasi sosial

Page 57: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

45

b. Bimbingan Sosial, Mental, Fisik, dan Keterampilan:

Bimbingan sosial meliputi:

1) Dinamika kelompok

2) Terapi kelompok

3) Penyuluhan

4) Konseling

5) Group session

Yang bertujuan untuk memulihkan dan meningkatkan

keberfungsian siswa

Bimbingan Mental meliputi:

1) Pembinaan rohani (ceramah/penyuluhan agama, sholat, baca dan

tulis Kitab Suci Al – Qur’an)

2) Kedisiplinan (mentaati tata tertib yang berlaku dipanti,

pembinaan dan polri dan koramil)

3) Pembinaan budi perketi

4) Out bond

Bertujuan untuk memahami diri sendiri dan orang lain serta

berfikiran positif dan berkeinginan untuk berprestasi.

Bimbingan fisik meliputi:

1) Senam kebugaran

2) Olah raga (bola volly, tenis meja, bulu tangkis, futsal)

Dengan tujuan agar siswa dapat hidup berpola sehat dan

memahami pentingnya arti sebuah kesehatan serta selalu dalam

kondisi sehat.

Page 58: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

46

Bimbingan keterampilan kerja meliputi:

1) Menjahit manual

2) High sped

3) Olahan pangan/tata boga

4) Tata rias pengantin

5) Tat rias rambut

6) Bordir

c. Resosialisasi (proses pemulangan) meliputi:

1) Bimbingan kesiapan dan peran serta masyarakat,

2) Bimbingan sosial hidup bermasyarakat.

d. Penyaluran meliputi:

1) Pemberian bantuan stimulant usaha produktif,

2) Bimbingan usaha kerja.

e. Bimbingan lanjut meliputi:

1) Bimbingan peningkatan kehidupan bermasyarakat dan peran

serta dalam pembangunan

2) Bantuan pengembangan usaha/bimbingan peningkatan

keterampilan

3) Bimbingan pemantapan kemandirian/peningkatan usaha kerja

f. evaluasi meliputi:

1) memastikan apakah eks siswa telah mampu mandiri dalam

melaksanakan fungsi dan peranan sosialnya di masyarakat.

2) Untuk mengetahui indikator – indikator keberhasilan

pelayanan dalam rehabilitasi sosial.

Page 59: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

47

g. Terminasi

Pemutusan pelayanan dan rehabilitasi sosial dengan eks siswa

PSKW dengan indikator keberhasilan yaitu eks siswa telah beralih

profesi dan hidup normatife.

8. Sarana Dan Prasarana

Kelancaran pelaksanaan kegiatan pelayanan dapat berjalan secara

keseluruhan sangat bergantung pada kelengkapan sarana dan prasarana

yang ada,Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya sampai dengan

tahun 2007 telah memiliki bangunan fisik terdiri dari:

No JENIS BANGUNAN Luas m²/m¹/m³1 Unit Kantor (ka. Panti & TU) 187 2 Unit Kantor (Rhesos, Musholla & PAS) 420 3 Unit Gues House (TPA) 195 4 UNIT Rumah Dinas Pegawai (1 kopel) 155 5 Unit ruang seleksi 179 6 Unit Aula 216 7 Unit keterampilan tata rias dan olahan pangan 231 8 Unit kesehatan, konsultasi dan dat 140 9 Unit asrama siswa Cut. Nyak Dien, Nyi. A. Serang

(1kopel) 130

10 Unit asrama siswa kartini I & II (2 kopel) 260 11 Unit asrama darurat (ex. R. Keterampilan) 200 12 Unit Rumah Dinas pimpinan 185 13 Unit rumah dinas pegawai (1 kopel) 115 14 Unit rumah pegawai (1 kopel) 117 15 Unit mess pegawai (2 kopel) 200 16 Unit R. Keterampilan menjahit manual 156 17 Unit keterampilan menjahit Highspeed 198 18 Unit R. Makan dan dapur 275 19 Unit Asrama siswi bertingkat (Mahlayati) 266 20 Unit R. Serbaguna (R. Pendidikan) 353 21 Unit pos jaga 9 22 Unit Rumah Ibadah (Mesjid Al’Khairat) 435 23 Unit lap. Tenis 757

Page 60: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

48

24 Unit selasar 90 25 Unit lap. Olahraga dan T. Upacara 1.280 26 Taman 1.680 27 Lahan pertanian 2.903 28 Empang I 600 29 Empang II 416 30 Empang III 416 31 Jalan dalam komplek 780 32 Pagar keliling 785 33 Drainase 1.750 34 Gardu, penghijauan dan semak belukar 2.427 35 Gedung Taman Penitipan Anak (TPA) 257 36 Gedung asrama traficking 340

9. Target

Kriteria–kriteria indikator keberhasilan dalam pelaksanaan

pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi wanita tuna susila, antara lain:

1. Adanya perubahan perilaku dan sikap hidup yang konstruktif,

untuk meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai wanita.

2. Tidak lagi melakukan Prostitusi atau sebagai wanita tuna susila.

3. Tidak berkumpul kembali dengan teman-teman wanita tuna susila.

4. Diterima kembali dan hidup secara normative ditengah-tengah

keluarga dan masyarakat.

5. Timbulnya dorongan semangat untuk bekerja dan penghasilan

yang layak.

6. Berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak untuk meningkatkan

taraf ekonomi atau kehidupan.

7. Melakukan pekerjaan yang sesuai dengan norma-norma yang

berlaku dan memperoleh penghasilan yang halal.

Page 61: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

49

10. Pembiayaan Oprasional

Anggaran dan pembiyayaan pada PSKW “ Mulya Jaya ”

sepenuhnya diperoleh dari Departemen Sosial RI. Berupa Anggaran Rutin

( DIK ) dan Anggaran Pembangunan ( DIP )5.

11. Kerjasama

PSKW “ Mulya Jaya ” bekerjasama dengan instansi lain dalam

bentuk pemberian bantuan guru/ pelatih antara lain :

a. RSCM FK-UI Bagian Kulit dan Kelamin

b. Kantor Meneg UPW

c. Dit. Bimtibnas Polda Metro Jaya

d. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e. Fakultas Psikologi UI

f. IKIP Jakarta

g. FISIP UI Jurusan Kessos

h. Koordinator Dakwah Islam ( KODI ) DKI Jakarta

i. Aisyiyah Wilayah DKI Jakarta

j. Wanita Islam DKI Jakarta

k. STKS Bandung

l. SMK N 28 Jakarta

m. Y.A.I persada / Psikologi

n. Dinas Kesehatan Kota DKI

o. Koramil Pasar Rebo

5 Kesetiakawanan Nasional, Brosur panti sosial karya wanita “ Mulya Jaya ” Th. 2008.

Page 62: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

50

p. Polsek Pasar Rebo

q. Kantor Urusan Agama ( KUA ) Wilayah Jakarta Timur

r. Balai Latihan Kerja Industri ( BLKI ) Cijantung Jakarta Timur

s. Ikatan Keluarga Besar Alumni 9 IKBAL ) Ponpes Asyahadatain

Munjul

Cirebon Cabang Jakarta

t. dan instansi-instansi/ Ormas-Ormas lainya.6

6 wawancara, Ust. Abdul Rahman, S.Sos.i, tanggal 12 Oktober 2009.

Page 63: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

BAB IV

TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN DI PANTI SOSIAL KARYA

WANITA (PSKW) “MULYA JAYA” PASAR REBO

A. Bagaimna Metode yang Dilakukan dalam pemberian keterampilan

Menjahit High Speed bagi para Pekerja Seks Komersial di PSKW Mulya

Jaya Pasar Rebo

Minimnya pendidikan dan sulitnya lapangan pekerjaan membuat

seseorang menjadi sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup. Keadan ini

semakin memburuk dengan adanya krisis ekonomi yang semakin parah, harga

kebutuhan pokok semakin meningkat sedangkan penghasilan tidak juga

bertambah. Krisis ekonomi juga berdampak terhadap berbagai aspek

kehidupan masyarakat. Krisis ekonomi mengakibatkan turunnya pendapatan

nyata penduduk akibat hilangnya kesempatan kerja.

Dampak lanjutan dari krisis ekonomi adalah kerawanan yang

menyangkut berbagai hal, salah satu di antaranya adalah bidang ekonomi dan

sosial. Krisis ekonomi juga dapat meningkatkan jumlah wanita tuna susila,

mereka bekerja sebagai wanita tuna susila karena kurangnya lapangan

pekerjaan dan minimnya pendidikan. Dalam pekerjaan ini tidak dibutuhkan

keterampilan dan keilmuan, yang penting mau dan berani. Penghasilan yang

didapat jauh lebih menggiurkan dari pekerjaan pada umumnya.

Tetapi keadan ini bukanlah hal yang patut dilestarikan, keberadaan

wanita tuna susila merupakan penyakit masyarakat yang harus diberantas.

Prostitusi sangat berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat dan merupakan

51

Page 64: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

52

suatu pelecehan terhadap norma-norma yang telah ada. Tetapi kita tidak bisa

jika hanya memberantas keberadaan wanita tuna susila tanpa harus

memperhatikan solusi bagi mereka.

Oleh karena itu sesuai surat keputusan Menteri Sosial RI Nomor

59/HUK/2003 Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya” Jakarta.

Diberikan mandat untuk menanggulangi keberadaan wanita tuna susila.

Dengan pemberian berbagai macam keterampilan dan pembinaan lanjut.

Diantara keterampilan yang diberikan adalah program High Speed (menjahit

cepat), yang banyak terdapat didunia industri atau perusahaan-perusahaan

garment. OD, OH dan DS merupakan wanita tuna susila yang mengikuti

keterampilan tersebut. Disini mereka diberikan keterampilan untuk

pengembangan potensi dan pengembalian keberfungsian sosial mereka.

1. Pelatih

Dalam pelatihan keterampilan High Speed yang menjadi Instruktur adalah

Ibu Sri Purwanti, dan didampingi oleh Bapak Hasan Otoy beserta Ibu

Supani Eka Wulandari. Ibu Sri merupakan orang yang berpengalaman

dalam dunia Fasion, karena beliau adalah penulis tetap pada sebuah

majalah bulanan Kartini. Sedangkan Bapak Hasan dan Ibu Eka adalah

pegawai tetap dipanti, mereka memiliki jabatan lain selain menjadi

pendamping. Bapak Hasan merupakan seorang Peksos (Pekerja Sosial)

sedangkan Ibu Eka merupakan staf Sub Bagian Tata Usaha panti.

Page 65: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

53

2. Peserta

a. Jumlah Peserta

Peserta yang ikut keterampilan High Speed mememang tidak terlalu

banyak jika dibandingkan dengan program keterampilan lain, yaitu

sebanyak 10 orang. Mungkin jumlah ini terbilang sangat sedikit bila di

bandingkan dengan jumlah peserta pelatihan keterampilan lain yang

mencapai belasan bahkan puluhan. Tetapi tetap hal ini tidak

menyurutkan minat mereka untuk belajar High Speed.

Pak Hasan Otoy selaku pendamping pada keterampilan High Speed

mengatakan,

“Sebenarnya yang saya inginkan adalah pembatasan peserta pada penerimaan setiap keterampilan, supaya tidak terjadi timpang tindih antara yang satu dan yang lainnya. Mungkin tidak banyak peserta pelatihan yang memenuhi suatu keterampilan dan sistem pembelajaran dapat lebih teratur.”1

Bila dilihat dari keadan dilapangan memang betul, keterampilan lain

jauh lebih banyak diminati dari pada High Speed. Jika di lihat kedepan

High Speed jauh lebih menjanjikan. Seperti kata Pak Hasan,

“keterampilan lain hanya sebatas itu-itu saja, sedangkan High Speed

adalah keterampilan yang banyak menjanjikan keberhasilannya.

Seperti hasil surfei setelah mereka keluar, bahwa lebih banyak yang

berhasil mereka yang ikut keterampilan High Speed. Mereka ada yang

bekerja di PT dan membuka usaha rumahan.”2

1 Wawancara pribadi dengan Pak Hasan Otoy, Selasa 6 oktober 2009 2 Ibid

Page 66: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

54

b. Kriteria Peserta

Para peserta pada keterampilan High Speed adalah mereka para wanita

tuna susila yang telah menjalani berbagai tahap proses peneriman di

dalam panti, mereka merupakan wanita tuna susila hasil dari razia di

berbagai kota dan ada juga mereka yang menjadi korban trafficking

yang dipaksa menjadi pelacur. Para wanita tuna susila yang mengikuti

keterampilan High Speed sudah menjalani serangkaian proses

penerimaan. Mulai dari pemeriksaan kesehatan dan bersedia untuk

mengikuti peraturan yang diterapkan di panti.

Seperti kata Bapak Ali Samanta selaku kepala Rehabilitasi Sosial,

”Proses penerimaan yang dilakukan dalam rangka penerimaan siswa/klien memeng sedikit ketat, Seperti pemeriksaan kesehatan. Hal ini dilakukan agar tidak ada siswa yang terjangkin penyakit IMS (infeksi menular seksual) dan ditularkan kepada siswa lain. Jadi mereka yang ada di Panti dapat dijamin kesehatannya”.3 Pihak panti selalu berhati-hati dalam penerimaan siswa, hal ini akan

berdampak positif bagi panti agar tidak terjadi hal yang kurang

menyenangkan. Walaupun panti ini adalah tempat rehabilitasi sosial

para wanita tuna susila tetap harus terlihat nyaman dan sopan.

c. Pola Rekrutmen

Pola rekrutmen yang dilakukan pihak panti dalam pemilihan

keterampilan untuk para siswa adalah melalui tes penelusuran minat

dan bakat, hal ini dilakukan untuk mengetahui apa yang diinginkan

siswa dalam rangka pemberian keterampilan. Dengan kata lain tanpa

3 Wawancara pribadi dengan Pak Ali samanta selaku Kasie Resos, kamis 1 Oktober 2009

Page 67: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

55

adanya paksaan dari berbagai pihak, sebagai mana dikatakan olah Pak

Hasan selaku Pendamping dan Peksos:

“untuk pemilihan keterampilan, para siswa dipersilahkan untuk memilih sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka. Hal ini dilakukan pada tes penelusuran minat dan bakat.”4 Hal ini dilakukan agar para peserta merasa bertanggung jawab atas

keputusan yang mereka pilih. Hingga suatu hari tidak ada alasan

bahwa mereka belajar karena rasa terpaksa dan tertekan.

d. Latar Belakang Pendidikan Peserta

Para peserta keterampilan High Speed memiliki latar belakang

pendidikan yang berbeda-beda, diantara mereka ada yang hanya

tamatan SD dan SMP. Tidak ada kriteria khusus harus seberapa tinggi

pendidikan mereka. Seperti OD hanya tamatan SMP PGRI Cibitung,

OH tamatan SD Jaya Winaya Subang, dan DS tamatan Mts Al-Imaroh.

Dalam keterampilan High Speed hanya ditekankan bisa baca dan tulis

agar para peserta dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan

mencatat setiap materi yang diajarkan.

Pak Hasan mengatakan:

“Pendidikan memang suatu pola ukur yang paling pas, tetapi apa arti pendidikan jika tidak diimbangi dengan keterampilan. Banyak hal telah terbukti, bahwa keterampilan jauh lebih berperan dari tingkatan pendidikan yang didapat.”5

4 Wawancara pribadi dengan Pak Hasan Otoy, Selasa 6 oktober 2009 5 Ibid.

Page 68: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

56

3. Waktu Pelatihan High Speed

a. Lama Pelatihan

Pelatihan dilakukan selama empat bulan dari keseluruhan waktu siswa

tinggal di panti selama enam bulan. Dalam seminggu pelatihan

diadakan sebanyak tiga hari yaitu: hari senin, selasa dan rabu. Setiap

harinya pelatihan berjalan selama dua jam, dari jam 09.00 - 11.00 wib.

b. Periode Pelatihan

Setiap tahunnya ada dua periode pelatihan High Speed, angkatan

pertama dan kedua. Angkatan pertama dari bulan Januari - Juni

sedangkan angkatan kedua dari bulan Juli - Desember, hal ini

berdasarkan waktu pelepasan siswa.

4. Kurikulum Pelatihan High Speed

a. Pengenalan Mesin

Pada tahapan ini para peserta pelatihan akan diperkenalkan pada

komponen-komponen mesin dan tata cara bagai mana mengoprasikan

mesin, peserta juga diajarkan bagian mana saja yang harus lebih hati-

hati karena sangat sensitif terhadap kerusakan. Tahapan ini berjalan

selama satu minggu, karena ada berbagai macam mesin yang di

kenalkan pada peserta dan membutuhkan ketelitian yang sangat tinggi.

Seperti kata Ibu Sri:

“Dalam keterampilan High Speed siswa harus banyak mengetahui tentang berbagai mesin. Tidak seperti mesin jahit manual yang hanya ada satu macam, tetapi untuk High Speed ada berbagai macam mesin,

Page 69: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

57

diantaranya yaitu: mesin jarum satu atau mesi utama, mesin obras, mesin jarun dua dan lain-lain.”6 Pada tahap ini peserta diwajibkan mencatat tentang nama-nama mesin,

kegunaan dan bagian yang terpentingnya. Diharapkan setelah pelatihan

selesai dapat menjadi bahan bacaan di asrama.

b. Belajar Menjalankan Jarum di Atas Kertas Tanpa Benang

Para peserta diajarkan menjalankan jarum tanpa benang diatas kertas

dengan mengikuti garis yang telah tercetak. Materi ini bertujuan agar

peserta terbiasa dan terlihat tidak kaku. Motif garis yang diajarkan

berupa lingkaran, zig-zag, lurus atas bawah dan berbagai macam

bentuk. Tahapan ini sangat berguna untuk para peserta, walaupun

kelihatan mudah ternyata para peserta tetap merasa kesulitan. Dan

tahapan ini berjalan selama satu minggu.

Para siswa benar-benar ditekankan untuk bisa mengikuti garis yang

disediakan. Ibu Sri mengatakan: “kebanyakan pada melenceng, karena

mereka tidak bisa mengimbangi antara laju jarum dengan gerakan

tangan. Walau ada yang bisa, itu juga karena dia pernah jadi leader di

PT.”7

Seperti kata OH:

“Ternyata penggunaan mesih High Speed dengan mesin jahit manual sedikit lebih sulit, jarumnya cepet banget jalannya. Kadang-kadang suka kelewat, apalagi kalo otomatisnya keinjek lama bisa acak-acakan.”8

6 Wawancara pribadi dengan Ibu Sri Purwati, senin 12 Oktober 2009 7 Ibid. 8 Wawancara pribadi dengan OH, Selasa13 Oktober 2009

Page 70: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

58

c. Belajar Menjalankan Jarum di Atas Kertas Memakai Benang

Setelah peserta dirasa telah lancar menjalankan jarum diatas kertas,

kini saatnya mengunakan benang untuk menjahit. Tetap seperti diawal

bahan dasar yang digunakan adalah kertas dan pola garis yang diujikan

juga sama. Yang membedakan pada tahap ini adalah pengunaan

benang saja. Para peserta akan lebih dapat melihat hasil yang mereka

jahit, tidak hanya sebatas kertas yang bolong saja melainkan ada aluran

jarum yang melekat pada kertas.

Tahapn ini juga menentukan apakah peserta sudah benar-benar lancar

dan bisa pindah pada media yang sebenarnya atau bahan. Hal ini sesuai

dengan ucapan Ibu Sri, “anak-anak akan saya pindahkan kepada

tahapan penggunaan bahan jika pada tahapan menjahit diatas kertas

sudah lancar”.9 Biasanya tahapn ini berjalan satu minggu pada minggu

ke-III, Ibu Sri akan menambahkan waktu dan hari pelaksanaan jika

para peserta belum mampu.

d. Belajar Menjahit Menggunakan Bahan

Setelah dilihat para peserta sudah mulai cukup mahir menggunakan

jarum untuk menjahit, maka media yang digunakan adalah bahan atau

kain. Di tahap ini para siswa diberikan potongan-potongan kain bekas

dan diperintahkan untuk bisa menyatukannya atau membuat suatu

model jahitan tertentu. Memang tidak terlalu ditekankan untuk

membuat apa tetapi diharapkan para peserta mampu menjahit diatas

bahan.

9 wawancara pribadi dengan Ibu Sri, 6 Oktober 2009

Page 71: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

59

Seperti dikatakan oleh Ibu Sri, “ para peserta tidak dianjurkan untuk

membuat sesuatu. Tetapi peserta harus mampu membuat jahitan diatas

bahan, bahan yang dipakai adalah bahan sisa.”10 Sedangkan Pak Hasan

mengatakan, “hal ini sangat menunjang kemahiran peserta untuk

beberapa saat kedepan sebelum mereka membuat macam-macam

keterampilan.”11

e. Membuat Pola

Materi pembuatan pola adalah dasar sebelum para peserta benar-benar

akan membuat suatu hasil kerajinan, pada tahapan pembuatan pola

peserta diajarkan berbagai macam jenis bentuk. Mulai dari pola

pembuatan rample, kembang, lis pinggir jahitan dan macam-macam

bentuk lainnya. Peserta juga diajarkan membuat bentuk pola kerajinan,

seperti: tutup kulkas, bantal love, perlak memasak, tatakan gelas, tutup

galon dan masih banyak lagi. Dari pola yang mereka buat nantinya

akan dijadikan barang jadi atau kerajinan yang layak pakai.

f. Peraktek Membuat Berbagai Macam Kerajinan

Inilah tahap inti dari pembelajaran keterampilan High Speed. Setelah

lama para peserta belajar menjalankan mesin di berbagai media dan

pembuatan pola. Pada tahapan ini peserta akan diuji kemampuannya

sejauh mana peserta dapat menggunakan mesin. Kerajinan yang

pertama mereka buat adalah perlak untuk masak, ini merupakan model

dasar yang mudah sterusnya mereka akan di berikan model-model lain

yang lebih berfariasi.

10 Ibid. 11 Wawancara pribadi dengan Pak Hasan,

Page 72: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

60

Tahapan ini berjalan cukup lama, hampir semua waktu dari tahapan

pelatihan High Speed adalah peraktek pembuatan kerajinan. Ditahapan

ini instruktur sangat menekankan para peserta dapat membuat suatu

kerajinan, karena inilah yang akan mereka kembangkan suatu hari

nanti. Para peserta bisa membuat usaha kecil dirumah dengan

kemampuan pembuatan berbagai macam kerajinan melalui mesin high

speed.

Seperti kata ibu Sri:

“Model-model keterampilan yang diajarkan harus berpariasi, tidak hanya pada satu model saja. Hal ini bertujuan untuk membangun kreatifitas dan imajinasi peserta untuk berkembang. Para peserta diharapkan mampu mengamalkan ilmu yang telah mereka dapatkan selama berada di panti.”12 Berbagai macam pembuatan kerajinan diajarkan. Ada tutup kulkas,

tutup galon, perlak masak, bantal love, sarung bantal, dan lainnya.

Variasi ini akan membuat para peserta tidak bosan. Seperti kata OH,

“di keterampilan High Speed saya diajarkan berbagai macam kerajinan

dari bahan, mulai dari yang mudah hingga yang sulit. Tetapi saya

sangat puas walau hasilnya masih sedikit kurang sempurna.”13

g. Ujian Keterampilan

Tahapan ini dilakukan setelah seluruh rangkaian kegiatan

pembelajaran telah usai. Ujian dilaksanakan pada minggu ke-XVI,

materi yang diujikan adalah menjahit diatas kertas dengan mengikuti

pola yang telah ditentukan dan peserta di perintahkan membuat suatu

kerajinan dari apa yang telah mereka dapatkan dalam pelatihan.

12 wawancara pribadi dengan Ibu Sri, 6 Oktober 2009 13 wawancara pribadi dengan OH, kamis 15 Oktober 2009

Page 73: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

61

Karena pada akhir dari pelatihan ini para peserta akan mendapatkan

sertifikat yang menerangkan bahwa mereka telah mengikuti pelatihan

keterampilan High Speed. Sertifikat ini akan berguna ketika para

peserta melamar kerja nanti.

5. Alat-Alat Praktek keterampilan High Speed

Alat yang digunakan dalam pelatihan keterampilan High Speed bermacam-

macam, diantaranya adalah:

a. Mesin jarum dua

b. Mesin obras

c. Mesin pembuat ban pinggang

d. Mesin pasang karet

e. Mesin neci

f. Mesin pasang kancing

g. Mesin lubang kancing

h. Mesin zig zag

B. Hasil dan Manfaat yang di Capai Dalam Program Keterampilan High

Speed Bagi Pekerja Seks Komersial di PSKW “Mulya Jaya” Pasar Rebo

1. Awal Pelatihan Keterampilan High Speed

Pada awal pelatihan mungkin para peserta tidak mengerti apa yang

dimaksud dengan keterampilan High Speed, sekalipun ada hanya beberapa

orang saja. OD dan DS adalah peserta yang sudah mengetahui apa yang di

maksud High Speed, tetapi mereka hanya sebatas tahu saja karena pernah

Page 74: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

62

melihat waktu bekerja di PT dulu. Sedangkan OH sama sekali tidak

mengerti karena ia baru pertama kali. Pelatihan keterampilan akan lebih

mudah bila sebelumnya peserta telah mengerti cara pengoprasiannya.

Berbeda dengan keterampilan lain yang hanya menggunakan satu mesin

saja. Pada keterampilan High Speed berbagai macam mesin ada. Dan para

peserta harus mengerti secara keseluruhan dari kegunaan setiap mesin.

Tidak hanya tahu tetapi paham dan bisa menggunakannya.

Peserta juga tidak begitu paham dengan kegunaan berbagai mesin High

Speed, apa yang dimaksud jarum dua, pasang kancing dan lain sebagainya.

Mereka juga tidak mampu membuat sesuatu dari mesin-mesin ini. Seperti

apa yang dipaparkan Ibu sri, “banyak dari mereka yang merasa aneh ketika

masuk ruangan High Speed karena bukan hanya satu mesin yang harus

merka pelajari.”14

2. Tahapan Pelatihan Keterampilan High Speed

Tahapan pelatihan keterampilan High Speed di PSKW Mulya Jaya ada

beberapa tahapan:

a. Tahapan Perencanaan (Planning)

Tahapan ini merupakan perencanan pada materi-materi baru dan

pengaturan jadwal. Umumnya perencanaan dilakukan ketika peserta

telah mengikuti tahapan penelusuran minat dan bakat. Pada tahap ini

instruktur membuat sendiri tentang kurikulum yang akan diajarkan

kepada peserta, tahapan ini sangat menentukan akan berapa lama

14 Wawancara pribadi dengan Ibu Sri, 6 Oktober 2009

Page 75: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

63

waktu yang dibutuhkan untuk peserta ikut dalam keterampilan High

Speed. Jadwal yang dibuat akan disesuaikan dengan kegiatan di dalam

panti.

b. Tahapan Pelaksanaan Program (Implementation)

Pemberdayaan wanita tuna susila pada program keterampilan High

Speed merupakan upaya untuk mengembalikan keberfungsian sosial.

Mereka mengikuti keterampilan ini diberikan secara cuma-cuma tanpa

harus membayar kepada pihak panti. Pelaksanaan program keterampiln

High Speed melalui beberapa tahapan: pengenalan mesin, pembuatan

pola, pembuatan kerajinan dan ujian (lihat poin kurikulum high speed

hal 56).

Tahapan-tahapan ini harus diikuti oleh stiap peserta, karena ini akan

menjadi orientasi mereka terhadap pengenalan mesin dan manfaatnya

sekaligus melatih kepekaan tangan mereka terhadap mesin. Dan

kendala yang dihadapi tidak hanya itu saja, para peserta juga harus

dapat beradaptasi dengan waktu yang telah ditentukan dalam pelatihan

ini. Peserta dituntut sebisa mungkin menggunakan waktu dan

kesempatan yang mereka miliki.

Ibu Sri Purwati, instruktur program keterampilan High Speed

mengatakan,

“Peserta tidak memiliki waktu banyak untuk mengikuti keterampilan High Speed empat bulan yang dijadualkan tidak full setiap minggunya. Hanya beberapa hari saja dan setiap harinya hanya 2 jam saja.” Persoalan yang lain, peserta yang ikut keterampilan memiliki latar

belakang keterampilan yang berbeda ada yang sudah paham dan ada

yang belum sama sekali, jadi para instruktur harus mengimbangi

Page 76: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

64

materi yang diberikan antara yang sudah sedikit mahir dengan yang

belum mahir sama sekali.

c. Tahapan Evaluasi (Evaluation)

Tahapan ini dilakukan dengan mengadakan ujian materi pada akhir

kegiatan program keterampilan High Speed. Evaluasi harian juga

dilakukan oleh instruktur setaip jam kelas berakhir. Tahapan evaluasi

ini akan menimbulkan berbagai ide dan gagasan yang akan menjadi

acuan pada pelatihan berikutnya.

d. Tahapan terminasi

Tahapan ini ditunjukan dengan pemberian sertifikat bagai para peserta

dan pembagian mesin jahit. Peserta diharapkan mampu menggunakan

keilmuan yang mereka telah dapatkan selama ini dan bisa kembali

berfungsi soisal di masyarakat. Pada tahapan berikutnya pihak panti

akan melakukan home study pada peserta, apakah mereka benar-benar

menggunakan dengan baik apa yang telah diberikan panti atau kembali

menjadi wts.

3. Hasil dan Manfaat yang di Capai Dalam Pelatihan Keterampilan

High Speed

Ada beberapa hasil dan manfaat yang dicapai dalam keterampilan high

speed bagi para peserta, diantaranya:

a. Pengenalan Mesin

Pada akhirnya peserta mengetahui kegunaan mesin–mesin High Speed.

Peserta paham cara pengoprasian mesin dan apa yang bisa dilakukan

dengan mesin tersebut. Mereka senang sekarang telah memiliki

Page 77: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

65

keterampilan yang bisa menjadi harapan untuk kehidupan mereka

kedepan, apa yang mereka inginkan telah tercapai. Mereka tidak takut

lagi harus bekerja apa nanti.

DS peserta pelatihan mengatakan,

“sekarang saya bisa menggunakan berbagai macam mesin High Speed, saya berharap ini akan menjadi modal saya ketika keluar nanti. Saya mau cari rezeki yang halal untuk keluarga saya.”15 Seraya dengan DS, OH juga mengatakan, “Saya merasa senang sekarang, akhirnya saya memiliki keterampilan juga. Saya ingin kalo keluar nanti saya kerja di PT yang dulu.”16 Begitupun dengan OD, “akhirnya saya bisa menggunakan mesin High Speed juga, saya yakin kalo keluar nanti. Saya akan berusaha untuk kerja yang bener.”17 Tujuan pengenalan mesin memang sangat signifikan, peserta harus

betul-betul paham tentang mesin. Hal ini dianjurkan supaya peserta

mengerti mesin dan pengoprasiannya

b. Membuat Pola

Pembuatan pola yang dipelajari akan membantu para peserta untuk

membuat keterampilan, pola yang dipelajari bermacam-macam. Hal ini

memungkinkan untuk peserta membuat kerajinan yang baru dengan

model yang mereka inginkan. Mereka tidak hanya membuat pola

bunga yang selama ini telah ada, tetapi mereka juga dapat membuat

pola batik dan sebagainya.

Ibu Sri mengatakan,

15 Wawancara pribadi dengan DS, selasa 12 Oktober 2009 16 Wawancara pribadi dengan OH, selasa 12 Oktober 2009 17 Wawancara pribadi dengan OD, rabu 13 Oktober 2009

Page 78: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

66

“Ketika peserta dapat membuat pola, maka peserta akan mampu menemukan model-model kerajinan yang baru. Mereka mampu menjadikan berbagai model dalam satu bentuk.” Pola adalah dasar pembentukan kerajinan, pembuatan pola yang benar

akan menghasilkan kerajinan yang bagus. Pola yang dibuat tidak

sembarangan dan harus sesuai ukuran, karena dari dasar inilah

kerajinan dapat tercipta. OD, OH dan DS telah mampu membuat

berbagai macam pola, hal ini terbukti dari hasil kerajinan yang telah

mereka buat. Mereka mampu menciptakan kreasi baru dalam kerajinan

menggunakan mesin High Speed.

c. Membuat Kerajinan

Pembuatan kerajinan merupakan inti dari pelatihan program

keterampilan High Speed, para peserta mampu membuat berbagai

macam keterampilan. Yang selama ini telah mereka kuasai adalah:

pembuatan tutup kulkas, tutup galon, perlak masak, bantal love dan

sarung bantal. Semua kerajinan yang telah peserta kuasai merupakan

hasil dari kegiatan program keterampilan High Speed.

Dan dari penguasaan materi inilah terlihat bahwa peserta telah berhasil

dalam pelatihan High Speed. peserta telah mampu menyerap keilmuan

yang telah diberikan dan menjadi modal kedepan.

Page 79: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

67

C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Program

Keterampilan High Speed di PSKW “Mulya Jaya” Pasar Rebo

Faktor Pendukung dan Penghambat dalam kegiatan program

keterampilan high speed terbagi dalam dua komponen, ada yang berasal dari

dalam (Internal) dan dari luar (Eksternal). Diantaranya adalah:

1. Faktor Pendukung Pelaksanaan Keterampilan High Speed

a. Alat peraktek yang cukup mendukung

Adanya unit mesin yang banyak memungkinkan para siswa bisa

mengikuti program keterampilan dengan baik. Hampir setiap siswa

menggunakan satu mesin dalam sekali peraktek keterampilan. Dan

inilah faktor pendukung yang sangat menunjang guna terlaksananya

kegiatan peraktek keterampilan High Speed

b. Metode yang berfariasi

Para siswa tidak akan merasa jenuh dengan materi yang diberikan.

Dalam pelatihan keterampilan High Speed siswa mendapatkan

berbagai macam model kerajinan. Hal ini sangat memotifasi siswa agar

lebih giat lagi, sekaligus menjadi acuan untuk membangun imajinasi

siswa terhadap hal-hal baru yang mungkin belum mereka dapatkan

c. Instruktur berpengalaman

Para siswa beruntung sekali dapat dibimbing oleh seorang instruktur

berpengalaman, ini menjadikan nilai lebih pada keterampilan High

Speed karena tidak semua instruktur yang ada di PSKW adalah yang

berpengalaman. Dari sisni para siswa bisa mendapatkan keilmuan yang

berkualitas dari seorang yang sangat mahir dan trampil. Ibu Sri Purwati

Page 80: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

68

yang menjadi instruktur merupakan penulis tetap pada sebuah majalah

wanita bulanan Kartini.

d. Bebas biaya

Pada pelatihan keterampilan High Speed para peserta tidak dipungut

biaya sama sekali. asalkan peserta mau, mereka bisa ikut keterampilan

High Speed. peserta tidak perlu memikirkan masalah keuangan, bahan

peraktek dan upah instruktur ditanggung oleh pihak panti. Panti

menyediakan keterampilan High Speed dengan gratis, guna

menjalankan surat keputusan Mentri Departmen Sosial RI Nomor

59/HUK/2003. sebagai lembaga rehabilitasi sosial yang menangani

masalah wanita tuna susila melalui berbagai macam program.

e. Bersertifikat

Pelaksanaan program keterampilan High Speed yang diselenggarakan

oleh PSKW Muya Jaya ini bersifat non formal, namun diakhir

pelatihan peserta diberikan sertifikat kelulusan yang bisa

dipergunakan. Misalnya bila peserta ingin melamar pekerjaan.

Diharapkan Hal ini akan mengurangi peserta yang bersifat apriori dan

bingung menggunakan keterampilan yang telah diperoleh dari

keterampilan High Speed.

f. Mendapatkan mesin

Tidak hanya sertifikat, Diakhir pelatihan para peserta akan

mendapatkan bantuan dari Departmen Sosial RI berupa mesin jahit.

Dengan pemberian mesin ini diharapkan peserta mampu menggunakan

Page 81: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

69

keterampilan yang telah mereka miliki sebagai usaha rumahan. Dan

mereka mampu mengembangkannya.

g. Ketersediaan lapangan pekerjaan

High Speed merupakan mesin pabrik, Di Indonesia terdapat begitu

banyak pabrik garment. Dan pabrik garment merupakan perusahan

yang banyak menarik buruh wanita untuk dipekerjakan. Upah yang

ditawarkan pun setara dengan UMR Nasional, mungkin inilah faktor

pendukung dari luar (Eksternal) untuk Keterampilan High Speed.

Diharapkan dengan luasnya lapangan pekerjaan di perusahaan garment

akan menjadikan peluang untuk peserta mencari pekerjaan.

2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Keterampilan High Speed

a. Kurangnya motivasi dari keluarga

Hampir dari setiap peserta yang mengikuti keterampilan selalu

diperintahkan pulang. Baik itu keluarga atau teman kerja peserta waktu

menjadi WTS, kebanyakan mereka menganggap keterampilan ini

hanya buang-buang waktu saja dan mereka merasa tidak akan

membawa perubahan pada peserta. Lebih baik mereka keluar dan

bekerja kembali menjadi WTS. Mungkin keluarga dan orang terdekat

tidak paham dengan tujuan pemberian keterampilan High Speed. tetapi

tetap pihak panti akan menahan mereka demi perubahan kedepan.

b. Tidak adanya montir mesin

Ketika mesin rusak maka kegiatan pemberian keterampilan akan

terhambat. Hal ini tentu akan sangat merugikan bagi para peserta,

karena mereka tidak bisa menggunakan mesin apalagi jika mesin rusak

Page 82: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

70

lebih dari satu semakin menambah buruk keadaan. Hanya Pak Hasan

yang membetulkan mesin tersebut, bila dilihat Pak Hasan merupakan

pendamping dan peksos bukan montir. Maka keberadaan montir sangat

diperlukan ketika mesin rusak, supaya kegiatan belajar bisa tetap

berjalan.

c. Pemasaran hasil kerajinan

Hasil dari kerajinan High Speed sudah sangat banyak, hasilnya cukup

patut untuk dipasarkan. Tetapi pihak panti tidak bisa memasarkan

kerajinan dari keterampilan High Speed, tentu ini menjadi kendala

yang berarti. Jika hanya dipajang pada etalase kaca di ruangan High

Speed maka tidak akan terjual. Sedangkan pembelian bahan berasal

dari penjualan barang jadi keterampilan High Speed.

d. Kerjasama dengan pihak lain

Panti tidak melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam

pelaksanaan keterampilan High Speed. seandainya panti bekerja sama

dengan investor asing untuk membuka usaha, pasti akan menjadikan

lapangan pekerjaan baru bagi peserta High Speed. setidaknya peserta

bisa magang di perusahan tersebut dan akan menjadi pertimbangan

perusahaan ketika peserta dianggap layak untuk dipekerjaan.

e. Sekolah paket

Betapa lebih baik jika panti mengadakan sekolah paket bagi peserta.

Hal ini tentu akan memberikan kontribusi baik bagi peserta. Bahwa

peserta tidak hanya mengikuti keterampilan saja tetapi peserta

diberikan sekolah paket yang berijazah.

Page 83: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang diperoleh, penulis

menyimpulkan hasil penelitian dalam poin-poin dibawah ini:

1. Metode yang Dilakukan dalam pemberian keterampilan Menjahit High

Speed bagi para Pekerja Seks Komersial di PSKW Mulya Jaya Pasar Rebo

adalah upaya Panti Sosial Karya Waniata (PSKW) “Mulya Jaya” dalam

menjalankan amanat yang diserahkan Mentri Sosial RI melalui surat

mandat Nomor 59/HUK/2003 tentang rehabilitasi Pekerja Seks Komersial.

Panti memberikan pelayanan kepada wanita tuna susila melalui program-

program keterampilan, salah satu yang diberikan adalah keterampilan High

Speed (Menjahit Cepat). Hal ini bertujuan untuk mengembalikan

keberfungsian sosial para wanita tuna susila.

Dalam pelatihan keterampilan High Speed yang menjadi Instruktur adalah

Ibu Sri Purwanti, dan didampingi oleh Bapak Hasan Otoy beserta Ibu

Supani Eka Wulandari. Ibu Sri merupakan orang yang berpengalaman

dalam dunia Fasion sedangkan Peserta yang ikut keterampilan High Speed

mememang tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan program

keterampilan lain, yaitu sebanyak 10 orang mereka adalah para pekera

seks komersial yang menjalani rehabilitasi di Panti Sosial Karya Wanita

“mulya Jaya”, Untuk pemilihan peserta Panti melakukan penelusuran

minat dan bakat. Pelatihan dilakukan selama empat bulan dari keseluruhan

71

Page 84: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

72

waktu siswa tinggal di panti selama enam bulan. Dalam seminggu

pelatihan diadakan sebanyak tiga hari yaitu: hari senin, selasa dan rabu.

Setiap harinya pelatihan berjalan selama dua jam, dari jam 09.00 - 11.00

wib

2. Hasil dan Manfaat yang di Capai Dalam Program Keterampilan High

Speed Bagi Pekerja Seks Komersial di PSKW “Mulya Jaya” Pasar Rebo

bagi OD, OH, dan DS:

a. Secara psikologis. OD, OH, dan DS telah mempunyai konsep yang

matang untuk menatap masa depan mereka. Mereka merasa percaya

diri dengan keterampilan yang telah mereka dapatkan.

b. Secara pendidikan. OD, OH, dan DS telah mendapatkan keilmuan

yang bermanfaat walau bersifat non formal. Sertifikat yang mereka

dapatkan adalah bukti dari kegigihan mereka mengikuti keterampilan

High Speed.

c. Secara sosial. Dengan bantuan yang diberikan oleh Department Sosial

RI mereka menjadi percaya diri untuk bisa bersosialisasi. Kemampuan

mereka menggunakan mesin High Speed akan membantu mereka

berhubungan dengan orang lain melalui pekerjaan.

d. Secara politik. Bahwa seorang wanita tuna susila juga mampu merubah

hidup mereka kepada arah yang lebih baik. Mereka mampu membuat

berbagai macam keterampilan dari mesin High Speed sebagai sumber

pencaharian mereka yang halal.

e. Secara ekonomi. Dari sertifikat yang diberikan dan bantuan mesin,

diharapkan mereka mampu bersaing dengan para pekerja lain dalam

Page 85: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

73

dunia kerja. Tanpa menutup kemungkinan mereka akan membuka

usaha rumahan dan merekrut orang lain untuk membantu pekerjaan

mereka.

3. Beberapa kesulitan yang dialami Panti Sosial Karya Wanita (PSKW)

“Mulya Jaya” dalam pelaksanaan program keterampilan High Speed

diantaranya:

a. Kurangnya motivasi dari keluarga peserta untuk mengikuti program

keterampilan High Speed.

b. Tidak ada montir mesin untuk memperbaiki mesin High Speed ketika

rusak. keadaan ini akan menambah lama kegiatan belajar para peserta.

c. Pemasaran hasil kerajinan yang belum ada membuat hasil kerajinan

menumpuk di etalase kaca ruang High Speed dan menjadi penyumbat

pemutaran modal untuk pembelian bahan dasar pelatihan.

d. Tidak ada kerjasama antara panti dengan pihak lain dalam program

keterampilan High Speed. yang membuat keterampilan High Speed

sulit untuk dikembangkan dan diperkenalkan di luar panti.

B. Saran

Pada bagian ini penulis memberikan saran-saran penelitian terkait dengan

keterampilan High Speed, berangkat dari harapan-harapan informan (OD, OH,

DS, Pak Hasan Otoy dan Ibu Sri Purwanti).

1. Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya” hendaknya:

a. Menambah pegawai montir untuk memperbaiki kerusakan mesin.

Page 86: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

74

b. Bekerja sama dengan pihak lain guna mengembangkan keterampilan

High Speed diluar panti dan menjadi satu relasi untuk penempatan

peserta kerja setelah mengikuti keterampilan.

c. Berusaha membuat pemasaran yang lebih baik untuk hasil kerajinan

keterampilan High Speed. Sehingga tidak ada kerajinan yang tidak

terjual dan hasilnya dapat dijadikan modal pembelian bahan dasar

pelatihan.

d. Mengadakan sekolah paket untuk menunjang keterampilan peserta

yang tidak hanya mendapatkan sertifikat saja tetapi juga mendapatkan

ijazah pendidikan formal.

2. Keluarga peserta hendaknya memberikan motivasi dan dorongan untuk

lebih serius dan bersungguh-sungguh mengikuti program keterampilan

High Speed.

3. Pemerintah pusat yaitu Departmen Sosial RI hendaknya:

a. Melakukan kerja sama dengan investor asing untuk membuka

lapangan kerja baru yang nantinya akan menyerap banyak peserta

pelatihan dari Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya”

terutama peserta keterampilan High Speed.

b. Bekerja sama dengan Departmen Pendidikan RI untuk pelaksanaan

sekolah paket di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya”.

Tentunya sekolah paket ini akan menambah tingkatan pendidikan bagi

peserta pelatihan di panti.

Page 87: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

75

Demikian beberapa saran yang dapat penulis sampaikan terkait penelitian

ini. Penulis berharap skripsi ini akan memberikan sumbangan bagi upaya

pemberdayaan wanita tuna susila pada program keterampilan High Speed di

Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya”. Sekaligus menjadi inspirasi

demi kemajuan pemberdayaan terhadap masyarakat dalam rangka

pengembalian fungsis sosial.

Page 88: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku

Adi, Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, Pembangunan dan Intervensi Komunitas,

Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003.

__, _______________, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Jakarta:

FISIF UI Perss, 2004.

Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, Yogyakarta: Gajah Mada

University Press 1991.

Hadari, Nawawi, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1992.

ILO, Sebuah Kajian cepat: Perdagangan Anak untuk Tujuan Pelacuran di Jakarta

dan Jawa Barat, Jakarta: Kantor Perburuhan Internasional, 2004.

Kartono, Kartini, Patologi Sosial-Jilid I, Jakrta: PT. Graja Grafindo Persada, 2005.

______, _____, Patologi Abnormal dan Patologi Seks. ALUMNI, Bandung: PT.

Graja Grafindo Persada, 1979.

Marzuki Umar Sa’abah, Seks dan Kita, Jakarta: Gema Insani Perss,1998.

Mulia, T.S.G. et. al., Pelacuran. Ensikopledi Indonesia, Bandung: N. V. W. van

Hoevc, 2001.

Nasir, Moh. D Metode Penelitian ,Jakarta: Graha Indonesia, 1993.

Nurjanah, Ed., Implikasi Filsafat Konstruktivisme Untuk Pemberdayaan

Masyaaarakat, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Press, 2007.

Rasjid, Sulaiman, H. Fiqih Islam, Bandung: PT. Sinar Baru Algensindo, 2001.

Salam, Syamsir , Metode Penelitian Sisial, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.

Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung: PT. Refika

Aditama, 2005.

Syamsudin, RS, Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat Islam Dalam Dakwah

Islam, Bandung: KP. HADID 1999.

Syani, Abdul, Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial, Jakarta: Fajar Agung, 1987.

Alam, As, Pelacuran dan Pemasaran, Studi Sosiologi Tentang Eksploitasi Manusia

oleh Mnusia, Bandung: CV. ALUMNI 1997.

Page 89: PEMBERDAYAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21015/1/M. ARIF... · A. Latar Belakang Permasalahan . ... maka akan percuma semua pengorbanan

Soejono Soekanto, Kamus Sosiologi, Jakarta: CV. Rajawali, 1985.

Soekanto, Soedjono, Sosiologi Suatu Pengantar, .Jakarta: CV. Rajawali, 1985.

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hove, 1984.

Utama, A. Yoga dan Nainggolan Yossa P., Makalah Persentasi Penelitian Kajian

Cepat: “Perdaganagan Anaka untuk Eksploitasi Seksual di Jakarta dan Jawa

Barat”, YKAI-ILO-IPEC, Jurnal Perempuan, juni-juli 2003.

Wibowo, Adik, Memapukan Wanita Agar Menggunakan Hak Produksi, Jakarta: Obor

dan Harian Kompas, 1997.

Sumber Internet

Departmen Sosial RI, Penyandang Masalah Sosial, artikel ini di akses pada tanggal 1

Oktober 2009 dari http://www.depsos.go.id/modules.phap?name-News&file-

side-327

Syamsul Arif, Prostitusi di Negara Berkembang, artikel ini diakses pada tanggal 5

Oktober 2009 http://yanrehsos.depsos.go.id/indek.php?option-comconten+task-

view+id-254+Itemid-15

Ridwan Firdaus, Macam-macam Mesin High Speed, artikel ini diakses pada tanggal

23 Oktober 2009 dari http://e-nengcaos.com/archives/100

Wawancara Pribadi

Wawancara pribadi dengan Pak Ali Samanta, Kamis 1 Oktober 2009

Wawancara pribadi dengan Pak Hasan Otoy, Selasa 6 oktober 2009

Wawancara pribadi dengan Ibu Sri Purwati, Selasa 6 Oktober 2009

Wawancara pribadi dengan OH, Selasa12 Oktober 2009

Wawancara pribadi dengan DS, selasa 12 Oktober 2009

Wawancara pribadi dengan OD, rabu 13 Oktober 2009