Pemberdayaan Masyarakat Oleh Kelompok Kema Sama Asli
-
Upload
ravlesia-raja-kolivornia -
Category
Documents
-
view
331 -
download
7
description
Transcript of Pemberdayaan Masyarakat Oleh Kelompok Kema Sama Asli
P E M B E R D A Y A A N M A S Y A R A K A T M E L A L U I K E LO M P O K K E M AS A M A D A L A M P E N G O L A H A N I K A N
( P E N G E R I N G A N ) D I D E S A A E M U R IK E C A M A T A N W E W A R I A
K A B U P A T E N E N D E
OLEH
ROLAND KOLIVORNIA
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT (STPM )SANTA URSU LA ENDE FLORES
2007
1
HALAMAN PERSETUJUAN
Laporan akhir ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing serta
Diketahui oleh ketua program studi
Ende,11 Juni 2007
MengetahuKetua Program Studi
Pembangunan Masyarakat
Yulita Eme, S.Sos, M.Si
Dosen Pembimbing
Drs.Moses Nggesu
2
HALAMAN PENGESAHAN
Telah dipertanggungjawabkan dihadapan Tim penguji pada:
Hari : Senin
Tanggal : 14 September 2007
Tempat : STPM St. Ursula
Penguji I
Petrus Lako, S. Sos, M. Si
Penguji II
DRS.Moses Nggesu,S.Sos
MengesahkanKetua Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Santa Ursula
Sr. Mariana Ita Batmomolin OSU, S. Pi
Ende, Agustus 2007
Mengetahui Ketua Program Studi Pembangunan masyarakat
Yulita Eme, S. Sos, M. Si
3
M O T T O
KEBERUNTUNGAN ADALAH KESIAPAN MENGHADAPI KESEMPATAN
4
HALAMAN PERSEMBAHAN
Laporan akhir ini kupersembakan buat tercinta:
MAMA MARIA GORETI
5
6
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menulis dengan baik laporan tugas akhir
tentang PEMBERDAYAAAN MASYARAKAT MELALUI KELOMPOK KEMA
SAMA DALAM PENGOLAHAN IKAN (PENGERINGAN) di desa Aemuri
kecamatan Wewaria Kabuaten Ende.
Penuklis melihat bahwa yang menjadi faktor penting adalah bagaimana
masyarakat bisa mendayagunakan potensi sumberdaya alam yang ada di daerah kita,
untuk bisa menghasilkan uang, barang/jasa sehingga dengan apa yang di perolehnya
masyarakat dapat memanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena
dalam penulisan ini banyak mengalami rintangan yang cukup berat dan penulis
menyadari melalui campur tangan Tuhan dan Berkat Kuasanya, serta dukungan dari
kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan akhir ini tepat pada
waktunya.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih, kepada semua pihak yang telah
membantu penulis baik secara moril maupun material, baik secara langsung maupun
secara tidak langsung, karena jasa baik Bapak / I bu, saudara / saudarI berikan tidak
dapat di balas oleh penulis, kiranya Tuhan Yang Maha Esa selalu menuntun langkah
kita.
Lebih khusus lagi penulis ucapkan limpah terima kasih kepada:
1. Ketua STPM St.Ursula Ende
7
2. Ketua prodi Pembangunan Masyarakat
3. Bapak Kepala Desa Aemuri beserta stafnya dan seluruh masyrakat Aemuri
4. Bapak Moses Nggesu, S.sos sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktu
untuk membimbing penulis dalam menyusun laporan akhir pada waktunya.
5. kelompok kemasama karena telah membantu penulis dalam menyelesaikan
tulisan ini tepat waktu dengan memberikan informasi yang dapat memudakan
penulis dalam menulis tulisan.
Penulis menyadari bahwa sesungguhnya penulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan usul saran dari kita semua
untuk menyempurnakan tulisan ini sehingga dapat memberikan makna bagi para
pembaca.
Penulis
8
ABSTRAKSI
Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang dilaksanakan melalui ber bagai perubahan dan pembaharuan.dengan pembangunan itu pula kesejahteraan masyarakat akan semakin meningkatd dari waktu ke waktu. Pelaksanaan program pembangunan selalu berorientasi pada upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Salah bentuk dalam meningkatkan taraf hidup adalah melalui peningkatan pendapatan keluarga. Kondisi ini mengngambarkn bahwa pembangunan itu dilakukan oleh dan un tuk masyarakat. Dengan demikian esensi penting manjadi sentral perhatian adalah pembangunan masyarakat dalam upaya peningkatan panda[patan keluarga serta masyarakat.
Hal lain yang hendak di perhatikan dalam keberhasilan itu adfalah timbulnya etos kerja yang tinggi dari maysarakat dalam menyiasati setiap program pembangunan. Aspek ini tentunya di dukung oleh kemampuan berpiker kritis dan realistis di tingkat masyarakat Aemuri.
Namun perlu di akui bahwa setiap tatanan pelaksanaan program pembangunan di dominasi dan di barengi kepentingan adapt dan kebiasaan masyarakat setempat. Ritus budaya yang mendominasi dalam setiap tatanan kehidupan masyarakat menjadi kendala bagi setiap masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya karena setiap itus di jalankan akan menelan biaya yang sangat besar sementara tata upacara di lakukan terus setiap tahun tanpa mengenal kondi perekonomian keluarga. Faktor lain yang menyebabkan merosotnya perekonomian keluarga pada masyarakat Aemuri adalah sistim pengolahan usaha tani yang masih bersifat tradisional, pengaturan ekonomi rumah tangga yang tidak memperhitungkan nilai ekonomi dan kurang memanfaatkan peluang atau waktu sebaik mungkin.
Oleh karena itu untuk meningkatkan pendapatan anggota kelompok yang harus di perhatikan adlalah sikap tanggap anggota kelompok dalam mengembangkan usaha kelompok kearah yang lebih baik. Dalam rangka menuju proses tersebut, yang menjadi faktor penting yaitu bagaimana anggota kelompok bisa mendayagunakan SDA untuk mencapai kesejahteraan keluarganya.Untuk menjawabi fenomena di atas, penulis mengdakan kajian tentang pemberdayaan masyarakat kemasama dalam pengolahan ikan dalam hal ini pengeringan di desa Aemuri kecamatan Wewaria kabupaten Ende.
Hasil kajian menunjukan bahwa kelompok kemasama dalam pemberdayaan dengan mengembangkan pengolahan ikan dalam hal ini pengeringan masih menggunakan pola tradisional tetapi sejauh ini kelompok merasa sangat efektif dan mudah untuk di kerjakan namun masih ada kendala yaitu dalam hal proses pemasaran. Hal ini menunjukan bahwa kerja keras kelompok dalam menunjang upaya peningkatan kesejahteraan keluarga dari para anggota. Dengan demikian maka hal yang perlu di perhatikan adalah manajemen pengolahan ikan sehingga kendala seperti pemasaran dan lainnya dapat di atasi agar cita-cita atau misi dari kelompok kemasama dapat di wujudkan atau di capai.
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................ii
LEMBARAN PENGESAHAN........................................................................iii
MOTTO............................................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................v
KATA PENGANTAR.......................................................................................vi
ABSTRAKSI....................................................................................................viii
DAFTAR ISI.....................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................4
1.3 Tujuan Dan Pengguanaan....................................................................4
1.4 Metode Penulisan.................................................................................5
1.5 Relevansi Program Studi......................................................................5
1.6 Sistimmatika Penulisann......................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemberdayaan Masyrakat..........................................................................7
2.1.1. Pengertian Pemberdayaan.....................................................7
2.1.2. Pendekatan Pemberdayaan....................................................8
2.1.3. Tahap-Tahap Pemberdayaan.................................................10
2.2. Pengolahan Ikan (Pengeringan).................................................................11
2.2.1. Pengertian Pengolahan............................................................11
2.2.2. Pengertian Ikan.......................................................................12
2.2.3. Bagia-Bagian Ikan .................................................................13
2.3. Cara-Cara Pengolahan Ikan.......................................................................11
2.4. Pendapatan Keluarga.................................................................................15
10
2.4.1. Pengertian Pendapatan .........................................................15
2.4.2. Sumber Pendapatan Keluarga...............................................16
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
3.1 Profil Desa Aemuri..............................................................................19
3.1.1. Keadaan Geografis......................................................................19
3.1.2. Keadaan Topografi......................................................................19
3.1.3. Keadaan Demigrafi.................................................................................19
3.1.4. Keadaan Ekonomi.......................................................................23
3.2. Profi Kelompok Kemasama...........................................................24
3.2.1. Sejarah Pembentukan Kelompok Kemasama.............................24
3.2.2. Keadaan Kelompok Kemasama .................................................24
BAB IV. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KEOLMPOK
KEMASAMA DALAM PENGOLAHAN IKAN (PENGERINGAN)
4.1. Pemberdayaan Masyarakat........................................................................27
4.1.1. Pola Pendektaan Kelompok Kemasama.....................................27
4.1.2. Strategi Kelompok Kemasama dan Pemaparan Hasil Wawancara 29
4.2. Pengolahan Ikan.........................................................................................42
4.2.1. Penanganan Hasil Perikanan.......................................................42
4.2.2. Pengolahan Ikan..........................................................................43
4.2.2.1. Penggaraman............................................................................43
4.2.2.2. Pengeringan..............................................................................51
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan....................................................................................56
5.2. Saran-Saran....................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA
11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses yang bertujuan
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang dilaksanakan melalui
berbagai perubahan dan pembaharuhan . Dengan pembangunan itu pula
kesejahteraan masyarakat akan semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Pelaksanaan program pembangunan selalu berorientasi pada upaya
peningkatan taraf hidup masyarakat . Salah satu bentuk dalam meningkatkan
taraf hidup adalah melalui peningkatan pendapatan keluarga . Kondisi ini
menggambarkan bahwa pembangunan itu dilakukan oleh dan untuk
masyarakat . Dengan demikian esensi penting yang menjadi sentaral
perhatian adalah pembangunan masyarakat dalam upaya meningkatan
pendapatan keluarga atau masyarakat .
Sunyoto menyatakan bahwa persoalan kemiskinan dan kesenjangan masih
merupakan masalah krusial di pedesaan.Persoalan ini tidak bisa diabaikan
karena bisa menjadi pemicu konflik1. Dengan demikian bila pembangunan di
pedesaan di seluruh wilayah Indonesia berjalan secara merata dan adil serta
1 Dr. Sunyoto Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003) Hal. 29
12
dikoordinasikan secara baik, maka hal itu akan memberi dampak bagi
kesejahteraan masyarakat bangsa dan negara.
Dari pernyataan tersebut namun masih ada penilaian yang menyatakan
bahwa hambatan dan kendala pelaksanaan progaram pembangunan di Desa
atau Kelurahan dikarenakan ketidak mampuan masyarakat dan
kelembagaan Desa atau Kelurahan. Alasan ini sebagai pembenar
pelaksanaan program pembangunan selama ini ditentukan dari atas dan
masyarakat hanya menerima. Penilaian ini ternyata kurang tepat, sikap pasif
masyarakat terhadap program pembangunan adalah akibat dari tidak
terlibatnya masyarakat dalam proses pembangunan mulai dari tahap
perencanaan sampai evaluasi.
Produk hasil pertanian maupun perikanan merupakan produk yang
tidak tahan (mudah membusuk). Salah satu solusi agar produk tersebut
dapat disimpan dalam jangka waktu lama dan tetap dapat dikonsumsi oleh
masyarakat yaitu melalui proses pengeringan ikan. Potensi perikanan laut
yang cukup besar. Namun demikian, kegiatan pengolahan ikan di wilayah
Pantai utara kabupaten Ende masih belum berkembang secara optimal.
Padahal jika dikelola dengan baik dapat menciptakan nilai tambah dan
meningkatkan pendapatan masyarakat sekitarnya.
Dalam buku Pengawetan dan Pengelolaan Ikan, mengemukakan
bahwa penanganan ikan segar merupakan salah satu bagian penting dari
mata rantai industri perikanan karena dapat mempengaruhi mutu.baik
13
buruknya penanganan ikan segar akan mempengaruhi mutu ikan sebagai
bahan makanan atau sebagai bahan mentah untuk proses pengolahan lebih
lanjut.2
Dari pandangan tersebut di atas sebenarnya merupakan suatu usaha
untuk mempertinggi daya tahan dengan menggunakan berbagai cara
sehingga kualitas ikan dapat dipertahankan tetap dalam kondisi baik.
Untuk mengatasi hal–hal tersebut di atas, maka pemberdayaan
masyarakat sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kesejahteraan dalam
keluarga dengan mengembangkan usaha pengolahan ikan dalam hal
pengeringan.
Berangkat dari kesadaran masyarakat Aemuri, ini sebetulnya sudah
mencerminkan adanya partisipasi yang tinggi dari masyarakat dalam proses
pembangunan menuju masyarakat yang maju dan mandiri sesuai tujuan
pembangunan nasional yang termuat dalam undang – undang Dasar negara
republik Indonesia pada alinea ke-4 yaitu ,untuk memajukan kesejahteraan
umum,mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban
dunia berdasarkan kemerdekaan ,perdamaian abadi dan keadilan social.
Penulis melihat bahwa Belum maksimal kegiatan pemberdayaan
masyarakat dalam usaha pengolahan ikan dalam hal pengeringan, sehingga
ikan memberikan suatu hasil yang dapat menambah penghasilan dalam
2 ?Ir.Eddy afrianto dkk, pengawetan dan pengolahan ikan, (yokyakarta, penerbit kanisius, 1989), hlm.24
14
keluarga bagi para petani ikan.Kenyataan menggambarkan bahwa
masyarakat desa Aemuri dalam pengeringan ikan masi menggunakan pola
tradisonal sehingga dapat menurunkan kualitas dari ikan sendiri.
Dasar – dasar pemikiran tentang permasalahan tersebut di atas
merupakan landasan pemikiran bagi penulis untuk mengembangkan tulisan
dengan judul PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KELOMPOK
KEMA SAMA DALAM PENGOLAHAN IKAN (PENGERINGAN) DI DESA
AEMURI KECAMATAN WEWARIA KABUPATEN ENDE.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan
pokok permasalahan sebagai berikut BAGAIMANA PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MELALUI KELOMPOK KEMA SAMA DALAM
PENGOLAHAN IKAN (PENGERINGAN) DI DESA AEMURI KECAMATAN
WEWARIA KABUPATEN ENDE
1.3 TUJUAN DAN KEGUNAAN
1.3.1 TUJUAN
1. Tujuan dari studi ini untuk mengetahui bagaimana
pemberdayaan masyarakat dalam memingkatkan
kesejahteraan keluarga dengan melalui pengolahan ikan
(pengeringan) di desa Aemuri kecamatan wewaria kabupaten
Ende.
15
2. Untuk mengetahui apa upaya pemberdayaan masyarakat
dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan melalui
pengolahan ikan ( pengeringan ) di Desa Aemuri , kecamatan
Wewaria ,kabupaten Ende.
1.3.2 KEGUNAAN
1. Sebagai masukan bagi masyarakat Desa Aemuri untuk lebih
berperan aktif dalam program pembangunan di barbagai sektor
guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat
2. Sebagai input dan sumbangan pikiran kepada pemerintah desa
agar lebih meningkatkan perannya dalam memotivasi masayarakat
Aemuri untuk lebih berprestasi dalam meningkatkan pendapatan
keluarga .
3. Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan studi jenjang
Diploma III pada Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat
(STPM) Santa Ursula , Ende .
1.4 METODE PENULISAN
Untuk mengetahui bagaimana pemberdayaan masyarakat melalui
pengolahan ikan ( pengeringan ) di Desa Aemuri Kecamatan Wewaria
Kabupaten Ende.Maka penulis menggunakan metode deskripif dengan
menggunakan beberapa teknik dalam memperoleh data yaitu dengan cara
16
wawancara dan juga memanfaatkan literarur sebagai refrensi dan
perbandingan
1.5 RELEVANSI PROGRAM STUDY
Dalam tulisan ini penulis melihat bahwa permasalahan yang diangkat
ini sangat sesuai relevansi dengan program studi pembangunan masyarakat ,
sebab dalam program studi pembangunan masyarakat lebih memfokuskan
pada kemampuan mendayagunakan potensi yang ada dalam diri dan juga
potensi sumber daya alam yang ada di daerahnya untuk bisa dikembangkan
lebih lanjut .
Atas dasar pertimbangan di atas maka penulis dapat mengangkat
permasalahan yang dihadapai di Desa Aemuri yaitu pengolahan ikan
( pengeringan ). Dengan demikian bila dikaji dari judul ini maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa relevansi dari judul yang diangkat dengan program
studi adalah dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam maka
masyarakat dapat meningkatkan pendapatan keluarga sehingga pendapatan
itu bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya .
1.6 SISTIMATIKA PENULISAN
Dalam menyusun tulisan ini penulis mengelompokkan kedalam
beberapa bagian , yakni ; BAB I PENDAHULUAN Bagian ini berisikan latar
belakang , rumusan masalah , tujuan dan kegunaan , metode penulisan , dan
17
sistematika penulisan . BAB II TINJUAN PUSTAKA Bagian ini berisikan
pandangan dan pendapat para ahli berkaitan dengan topik tulisan .
BAB III PROFIL WILAYAH DESA AEMURI DAN PROFIL KELOMPOK
KEMA SAMA.Bagian ini memuat tentang keadaan dan kelompok masyarakat
di Desa Aemuri . BAB IV PEMBAHASAN Bagian ini memuat , data
pendukung serta langkah-langkah pemecahan masalah yang ditawarkan
BAB V PENUTUP Berisikan Kesimpulan dan Saran penulis .
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemberdayaan Masyarakat
2.1.1 Apa itu Pemberdayaan ?
Secara konseptual, pemberdayaan ( empowerment ), berasal dari kata
power
(kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya ide utama pemberdayaan
bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan.Kesuasaan seringkali
dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa
yang kita inginkan terlepas dari keinginan dan minat mereka3.
Dengan demikian maka pemberdayaan adalah penguatan masyarakat
untuk dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang
mrmpengaruhi masa depannya, penguatan masyarakat untuk dapat
memperoleh faktor-faktor produksi dan penguatan masyarakat untuk
menentukan pilihan masa depannya.
Dari pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
pemberdayaan memiliki dua tujuan yaitu pertama melepaskan belenggu
kemiskinan dan keterbelakangan. Kedua memperkuat posisi lapisan
3 Edi Suaharto, Membagun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: Refika Aditama: 2005) Hal. 57
19
masyarakat dalam struktur sosial. Atau pemberdayaan adalah upaya untuk
membangun daya itu dengan memotifasikan dan membangkitkan kesadaran
akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya.
Lebih lanjut Winarni mengemukakan bahwa, inti dari pemberdayaan
adalah meliputi tiga hal yaitu pengembangan (enablin) memperkuat potensi
atau daya (empowering) tercipta kemandirian4.
Bertolak dari kedua pendapat di atas bahwa pemberdayaan tidak saja
terjadi pada masyarakat yang tidak memiliki kemampuan, akan tetapi pada
masyarakat yang memiliki daya yang masih terbatas, dapat dikembangkan
hingga mencapai kemandirian.
2.1.2 Pendekatan Pemberdayaan
Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan dicapai
melalui perubahan pendekatan pemberdayaan. pendekatan pemberdayaan
di antaranya adalah5:
1. Pemukinan.
Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan
masyarakat dari sekat-sekat kultur dan struktur yang menghambat.
2. Penguatan.
4 Winarni, Tri, Memahami Pemberdayaan Desa Partisipatif Dalam Orientasi Pembanugnan Masyarakat Desa Menyonsong Abad 21, (Yogyakarta, Aditya Media 1998) Hal. 75-76
56 Opcit. Hal. 67
20
Memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat
dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Pemberdayaan harus mampu menumbuhkembangkan segenap
kemapuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang
kemandirian mereka.
3. Perlindungan.
Melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak
tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang
tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan
mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok
lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis
diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.
4. Penyokongan.
Memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu
menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pembedayaan
harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh kedalam
keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.
5. Pemeliharaan
Memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan
distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat.
21
Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan
yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.
Dengan demikian maka penulis dapat mengatakan bahwa pendekatan
utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak
dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan tetapi merupakan subjek
dari upaya pembangunan itu sendiri.
2.1.3 Tahap – Tahap Pemberdayaan
Sampai kapankah pemberdayaan tersebut harus dilakukan? Menurut
Sumodiningrat bahwa pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan
sampai target masyarakat mampu untuk mandiri dan kemudian dilepas untuk
mandiri meski dari jauh dijaga agar tidak jatuh lagi6.
Dilihat dari pendapat tersebut penulis dapat mengatakan bahwa
pemberdayaan melalui suatu prosees belajar, sehingga mencapai status
mandiri. Meskipun demikian dalam rangka menjaga kemandirian tersebut
tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi, dan kemampuan secara
terus menerus supaya tidak mengalami kemunduran lagi.
Sebagaimana proses belajar dalam rangka pemberdayaan
masyarakat akan berlangsung secara bertahap.tahap-tahap yang dilalui
sebagai berikut7:
6 Drs. Aloysius B. Kelen, Materi Kuliah Teori Pembangunan Masyarakat (Ende STPM 2006)7 Ibid.
22
1. Tahap penyadaran dan pembentukan prilaku menuju prilaku
sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas
diri.
Pada tahap ini pihak pemberdaya atau pelaku pemberdayaan berusaha
menciptakan sentuhan penyadaran akan lebih membuka keinginan dan
kesadaran masyarakat tentang kondisinya saat itu, dan dengan demikian
akan dapat merangsang kesadaran mereka tentang perlunya
memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
2. Tahap transformasi kemampuan berubah wawasan
pengetahuan, kecakapan keterampilan agar terbuka wawaan dan
memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran
didalam pembangunan.
Pada tahap ini masyarakat hanya dapat memberikan peran partisipasi
pada tingkat yang rendah, yaitu sekedar menjadi pengikut atau objek
pembangunan saja, belum mampu menjadi subjek dalam pembangunan.
3. Tahap peningkatan peningkatan kemampuan intelektual,
kecakapan keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan
inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian.
Apabila masyarakat telah mencapai tahap ini maka masyarakat dapat
secara mandiri melakukan pembangunan. Dalam konsep pembangunan
masyarakat pada kondisi ini seringkali didudukan sebagai subyek
pembangunan.
23
Sejalan dengan pendapat Sumodiningrat maka masyarakat sudah
mandiri tidak dapat dibiarkan begitu saja. Masyarakat tersebut tetap
memerlukan perlindungan, supaya dengan kemandirian yang dimiliki dapat
melakukan dan mengambil tindakan nyata dalam pembangunan.Disamping
itu kemandirian mereka perlu dilindungi supaya dapat terpupuk dan
terpelihara dengan baik.
2.2PENGOLAHAN IKAN ( PENGERINGAN )
2.2.1 PENGERTIAN PENGOLAHAN
Ikan merupakan salah satu kekayaan alam yang ada di bumi
Nusantara ini, karena ikan merupakan salah satu sumberdaya alam yang ada
di laut yang melimpah, karena sebagian besar dari nusantara terdiri dari
lautan. Ikan mudah rusak, hanya bertahan tidak lebih dari 12 jam. Setelah itu
ikan akan membusuk kecuali diawetkan dengan pendinginan
Apabila hasil tangkapan ikan melampaui kemampuan penjualan, akan terjadi
kerusakan pada ikan dan hanya akan dibuang begitu saja, yang berarti akan
terjadi kerugian pada nelayan. Oleh karenanya perlu dilakukan pengolahan
ikan sebagai upaya mencegah kerugian yang lebih banyak bagi nelayan.
Pengolahan dimaksudkan sebagai transformasi bahan baku ikan menjadi
produk lain yang lebih dalam arti ekonomi sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat8
8 Diposkan oleh Surya Mas, Perdagangan Bahan dan Alat Laboratorium & Jasa
Konsultan Lingkungan,(www.google, Kamis, 2008 Juli 17 )page 1
24
Dengan melakukan pengolahan dan pemanfaatan ikan berarti
melakukan sebuah cara untuk meminimalisir kerusakan ikan sehingga ikan
dapat bertahan walau disimpan dalam jangkah waktu yang lama. Dan juga
dapat memberi nilai tangbah bagi pengolah ikan tersebut.
2.2.2 PENGERTIAN I KAN
Suraswati,mengemukakan bahwa ikan adalah bahan makanan
dengan kandungan gizi yang tinggi, dan kaya akan protein,selai itu ikan juga
merupakan sumber penghasilan pokok bagi nelayan indonesiakhusus
yangberada di pantai. 9
Lebih lanjut Eddy Afrianto,mengatakan bahwa ikan merupakan salah
satu sumber makanan yang sangat dibutuhkan oleh manusia karena banyak
mengandung protein.dengan kandungan protein dan air yang cukup tinggi,
ikan termasuk komoditi yang sangat mudah busuk ( highly perishable ).oleh
karena itu untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang selalu
mengharapakan ikan segar,penanganan ikan perlu dilakukan agar bias
sampai ketangan konsumen atau pabrik pengolahan dalam keadaan segar
atau mendekati segar10
Dengan demikian dilihat dari beberapa pengertian ikan d I atas maka
penulis dapat menyimpulkan bahwa ikan merupakan salah satu hewan air
9 Suraswati,Mengawetkan Ikan,(jakarta,bhratara,1993)hal 1
10 opcit,hal 5
25
yang juga mempunyai kandungan gizi sangat tinggi yaitu kandungan protein
yang berguna bagi tubuh manusia bila dikonsumsi dan ikan juga merupakan
salah satu sumber penghasilan bagi petani ikan yang bisa memberikan
kesejahteraan bagi para nelayan.
2.2.3 BAGIAN – BAGIAN IKAN
Ensoklopedi fauna,menerangkan bahwa bagian – bagian ikan adalah
sebagai berikut:
1. Kepala Ikan
2. Kulit
3. Sisik
4. Mata
5. Insang
6. Daging
7. Ekor ikan
8. Tulang ikan11
Dengan demikian maka penulis dapat menggambarkan bagian – bagian ikan
seperti di bawah ini :
2..3 CARA – CARA PENGOLAHAN IKAN
11 Stefen frink dkk,Ensoklopedi fauna ( Jakarta,Erlangga,1988)hal 126
26
Kepala ikan
Mata ikan
Sisik ikan
Kulit ikan
Ekor ikan
Insang (di dalam)
Tulang
(di dalam)
Daging
(di dalam)
Hamijaya, mengemukakan bahwa cara yang lasim digunakan dalam
pengolahan ikan adalah:
1. ikan didinginkan
2. ikan dikeringkan
3. ikan dipanaskan
4. ikan diasap
5. ikan dikalengkan
6. ikan diasinkan12
Dari pendapat di atas maka penulis dapat mengatakan bahwa semua
cara pengolahan ikan bertujuan untuk mempertahankan kualitas dari
ikan.sebab Oleh karenanya perlu dilakukan pengolahan ikan sebagai upaya
mencegah kerugian yang lebih banyak bagi nelayan. Pengolahan
dimaksudkan sebagai transformasi bahan baku ikan menjadi produk lain
yang lebih dalam arti ekonomi sehingga diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat.
2..4 PENDAPATAN KELUARGA
2.4.1 PENGERTIAN PENDAPATAN
12 Hamijaya DRS,Pendidikan Keterampilan Perikanan,(Jakarta-Bandung,Penerbit c.v. Indradjaya,1982)hal 64
27
Trisusanto , menyatakan bahwa pendapatan adalah hasil usaha atau
Produksi Barang dan Jasa yang dihasilkan dalam jangka waktu tertentu untuk
memenuhi kebutuhan hidup13.
Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa pendapatan atau
penghasilan merupakan bentuk penerimaan yang diperoleh sebagai imbalan
atau balas jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses produksi . Hasil
dari usaha yang diperoleh tersebut dapat berupa barang atau imbalan jasa
dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari agar dapat
meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga atau masyarakat .
Labih lanjut Michael , mengemukakan bahwa tujuan pembangunan
pertanian dan pembangunan Desa dalam progresif tingkat hidup di pedesaan
dapat meningkatkan pendapatan petani kecil , meningkatkan out-put dan
produktivitas , maka yang paling penting adalah meneliti sumber-sumber
prinsipiil tentang kemajuan pertanian dan kondisi dasar yang esensial dalam
usaha mencapai kemajuan, hal-hal ini sudah pasti saling berhubungan dan
kait mengait satu sama lain14.
Konsep pemikiran di atas memberi isyarat bahwa pelaksanaan
pembangunan yang berorientasi pada upaya peningkatan pendapatan dan
produktivitas keluarga atau masyarkat harus dilihat dari esensi yang paling
mendasar , yang ditekankan dalam esensi pembangunan adalah
13 Trisusanto, SE, dkk Penuntung Pelajaran dan Ekonomi dan Koperasi, (Penerbit, Ganeca Exact Bandung, 1984) Hal 154
14 Michael P. Todaro, Pembangunan di Dunia Ke-3, (Ghalia Indonesia, 1993) Hlm 412
28
keterpaduan , keserasihan , keseimbangan dan kebulatan yang utuh dalam
melaksanakan seluruh aspek pembangunan . Karena pembangunan itu untuk
manusia dan bukan sebaliknya manusia untuk pembangunan, maka
meskipun pembangunan menduduki tempat utama dalam pembangunan
sector lainnya , namun unsure manusia, unsur sosial budaya dan unsur
lainnya selalu mendapat perhatian seimbang . Hal ini menunjukkan bahwa
pembangunan pada sektor yang satu tidak dapat dipisahkan dari unsur
pembangunan pada sektor lainnya .
2.4.2 SUMBER PENDAPATAN KELUARGA
Dalam rangkaian program pembangunan nasional, sejak REPELITA I,
pembangunan sektor pertanian menjadi tolok ukur bagi keberhasilan sektor
lainya. Basis ini yang dapat menghidupkan program pembangunan adalah
sumber daya-sumber daya yang ada di daerah pedesaan .
Dikatakan demikian karena daerah pedesaan menyimpang berbagai
potensi andalan yang dapat mengerakkan pelaksanaan pembangunan
nasional. Bersamaan dengan itu potensi dapat pula menghidupkan
masyarakat tani yang ada dan berkiprah di desa tersebut .
Mubyarto, mengatakan bahwa keberhasilan sektor pertanian telah
memberikan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan bagi sebagian
besar masyarakat pedesaan yang mempunyai sumber penghasilan dari
29
pertanian antara lain melalui BIMAS dan intensifikasi lainnya. Pengendalian
harga dan program peningkatan pendapatan petani kecil15.
Pada initinya basis pelaksanaan pembangunan pedesaan secara
umum dan Desa Aemuri Khususnya maliputi dua hal ; pertama , SDA yang
tersedia dan kedua , SDM yang akan memanfaatkan SDA tersebut . Sumber
daya alam memberikan kontrobusi bagi peningkatan pendapatan ekonomi
yang telah , sementara dan akan diolah dan dikembangkan , selanjutnya
diperuntukan manusia .
Potensi SDA yang begitu banyak merupakan asset untuk dapat
mengembangkan dan memperluas lapangan kerja bagi masyarakat setempat
. Sehingga dengan demikian setiap orang dipacu untuk lebih meningkatkan
kemampuannya untuk lebih menghayati serta menjiwai etos kerja dalam
menyiasati potensi SDA yang ada .
Mubyarto , menerangkan bahwa GBHN 1993 mununjukkan bahwa
perluasan dan penataan dunia usaha perlu ditingkatkan dalam rangka
menggairahkan kegiatan ekonomi , memperluas lapangan kerja dan
kesempatan peningkatan pendapatan masyarakat secara lebih merata
melalui kerja sama kemitraan antara koperasi , usaha Negara dan usaha
swasta16.
15 Prof.Dr. Mobyart, Masyarakat Terasing, (Aditya Media, Yogyakarta 1994) Hlm 1116 Op, Cit. Hlm 16-17
30
Seirama dengan pemikiran tesebut di atas , maka lebih lanjut Faisal ,
mangatakan bahwa struktur ekonomi akan lebih maju dan berkembang ,
mengarah ke penguatan yang semakin memperkukuh landasan bagi tumbuh
dan berkembangnya sebagian besar aktor di dalam perekonomian . Artinya
pertumbuhan ekonomi akan lebih merata dan dari segi pendapatan akan
semakin baik , bahkan bias memperkukuh fondasi sosial dan karenanya kita
bias terhindar dari system pengalokasian sumber daya ekonomi yang
mengalir kebidang-bidang yang sangat tidak produktif dan tidak menopang
penguatan struktur ekonomi masyarakat17.
Dari kedua konsep pemikiran di atas menjadi dasar pijak bagi penulis
untuk melihat realita kehidupan keluarga di Desa Aemuri dalam bentuk pola
laku , pola pikir dan pola hubungan . Pola laku menunjuk pada etos kerja
keluarga dalam mengali dan mengelola serta memanfaatkan potensi SDA
yang ada, juga mencakupi tata krama dan tata pergaulan dalam kehidupan
keluarga . Pola pikir menenkankan cara dan orientasi berpikir konstruktif yang
ditandai dengan cara hidup hemat , sederhana dan mandiri . Pola hubungan
menekankan pada sikap kesetiakawanan , membina hubungan kekerabatan
dan kerelaan dalam menerima dan melayani sesama tanpa memilih-milih
satu dengan yang lain begitu pula keakraban dengan lingkungan alam
sekitarnya .
17 Faisal H. Basri. Majalah DR, (Analisis Kita, 1998) Hlm 21-22.
31
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
3.1 Profil Desa Aemuri
3.1.1 Keadaan Geografis
Desa Aemuri berada di wilayah Kecamatan Wewaria, Kabupaten
Ende. Desa Aemuri terbagi dalam 4 Dusun yaitu: Dusun A ( Waka 1), Dusun
B (Aemur 1), Dusun C (Aemuri 2), Dusun D (Aekole). Secara luas Desa
Aemuri, 15 KM² , dengan batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara
berbatasan dengan Laut Flores, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa
Ekoae, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Wewaria, sebelah Barat
berbatasan dengan Desa Mukusaki.
3.1.2 Keadaan Topografi
Wilayah desa aemuri sebagian besar berdaratan rendah yang
merupakan wilayah pesisir pantai. Keadaan iklim tergolong dalam daerah
yang beriklim tropis.
32
3.1.3 Keadaan demografi
Keadaan penduduk Desa Aemuri berdasarkan perkembangan data
penduduk tahun 2008 tercatat sebanyak 223 KK dengan jumlah penduduk
sebanyak 823 jiwa, tidak terhitung dengan yang berada di daerah
perantauan. Untuk lebih jelas dan terperinci dapat dilihat pada table data
penduduk di bawah ini:
a. Jumlah Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin
Tabel 01.
Jumlah Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin
No Kelompok Umur Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
0-5
6-12
13-15
16-20
21-30
31-40
41-Seterusnya
123
126
108
114
125
123
104
Total 823
Sumber Data: Kantor Desa Aemuri Tahun 2008
33
Berdasarkan table di atas, maka dapat dikatakan bahwa dari
keseluruhan populasi masyarakat Desa Aemuri lebi dominasi oleh
kaum perempuan berusia produktif.
b. Keadaan Penduduk Menurut Agama
Tabel 02.
Jumlah Penduduk Menurut Agama
No Agama jumlah
1
2
3
4
5
Islam
Katolik
Protestan
Hindu
budha
16
807
-
-
Total 823
Sumber Data: Kantor Desa Aemuri Tahun 2008
34
Dengan demikian maka dilihat data di atas dapat disimpulkan
bahwa masyarakat desa Aemuri di dominasi oleh masyarakat yang
beragama Katolik
c. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 03.
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No Tingkat pendidikan jumlah
1
2
3
4
5
6
7
Tidak Tamat SD
SD
SLTP
SLTA
Diploma
Strata Satu
Belum sekolah
179
382
68
59
5
7
123
Total 823
Sumber Data: Kantor Desa Aemuri Tahun 2008
Dengan melihat tabel di atas maka diketahui bahwa masyarakat
desa Aemuri tergolong dalam kategori masyarakat yang
berpendidikan rendah dan sebagaian besar tidak mengenyam
pendidikan . Dengan demikian tingkat sumber daya manusia
tergolong rendah .
35
d. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencarian
Tabel 04.
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian
No Mata pencaharian Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Petani
Pedagang
Buruh Swasta
PNS
Wiraswasta
Tukang
Nelayan
Pelajar
Pengangguran
414 orang
2 orang
23 orang
7 orang
9 orang
5 orang
17 orang
213 orang
123 orang
Total 706 orang
Sumber Data : Kantor desa Aemuri, tahun 2008
Dari data yang ada terlihat bahwa penduduk desa Aemuri didominasi
oleh masyarakat yang bermatapencaharian sebagai petani , di
samping Pengangguran, dan Pelajar .
3.1.4 Keadaan Ekonomi
Masyarakat desa aemuri pada umumnya bermata pencaharian
sebagai petani
36
. Adapun hasil komoditi masyarakat desa aemuri yang sangat
dominant adalah; ikan, jambu mete, coklat, dan kelapa dan juga garam.
Dengan demikian bahwa kehidupan perekonomian masyarakat desa aemuri
cukup berkembang dengan baik.
3.2 Profil Kelompok Kema Sama
3.2.1 Sejarah Pembentukan Kelompok Kema Sama
Kelompok Kema Sama ini didirikan pada tahun 1982 dan diprakarsai
oleh Bapak Polikarpus Kaki dengan beberapa teman-temannya.
Tujuan pembentukan kelompok ini adalah untuk memajukan dan
mengembangkan usaha bersama dengan menumbuhkan persatuan dan
kesatuan serta mendayagunakan segalah potensi yang dimiliki demi
kesejahteraan anggota dan masyarakat.
3.2.2 Keadaan Kelompok Kema Sama
Dari hasil pendataan penulis maka keadaan kelompok kema sama
dapat terlihat dalam table di bawah ini.
a. Jumlah Anggota Kelompok Kema Sama
Tabel 05.
Jumlah Anggota Kelompok Kema Sama Sesuai Jabatan
NO NAMA ANGGOTA JENIS KELAMIN JABATAN
LAKI-LAKI PEREMPUAN
37
1
2
3
4
5
6
Polikarpus Kaki
Vinsensius Gawa
Arnoldus Tau
Petrus Mea
Konsolinus Dua
Wilbrodus Karno
V
V
V
V
V
V
-
-
-
-
-
-
Ketua
Sekretaris
Bendahara
Anggota
Anggota
Anggota
Sumber Data Dokumen Kelompok Kema Sama 2008
Berdasarkan data pada table 5 di atas bahwa dari keenam anggota
kelompok semuanya adalah laki-laki karena kita tahu bahwa profesi sebagai
nelayan harus dibutukan fisik yang kuat dalam mengarungi samudera demi
mencari hasil laut dengan berbagai tantangan yang dapat mengancam
nyawa bagi para nelayan. Sehingga kelompok ini lebih mengutamakan laki-
laki dari pada kaum perempuan dengan pertimbangan seperti diutarakan di
atas.
b. Pengurus
Tabel 06
Pengurus Kelompok Kema Sama
NO JABATAN NAMA
1
2
Pelindung
Ketua
Kepala Desa
Polikarpus Kaki
38
3
4
5
Sekertaris
Bendahara
Pemeriksa
Vinsensius Gawa
Arnoldus Tau
Perangkat
Pemerintah Desa
Sumber Data Dokumen Kelompok Kema Sama 2008
Berdasarkan paparan sejarah dan data kelompok pada table –tabel
di atas, menunjukan bahwa kelompok tersebut terbentuk dari sebuah
kesadaran dan inisiatif masyarakat terutama para anggota kelompok kema
sama untuk memanfaatkan komoditas local dengan segala potensi sumber
daya yang dimilikinya.
BAB IV
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KELOMPOK KEMA SAMA
DALAM PENGELOLAHAN IKAN (PENGERINGAN)
4.1 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
39
Nelayan dan komunitas desa pesisir, pada umumnya adalah bagian
dari kelompok masyarakat miskin yang berada pada level paling bawah dan
acapkali menjadi korban pertama yang paling menderita akibat
ketidakberdayaan dan kerentanannya. Berbagai kajian yang telah dilakukan
menemukan, bahwa para nelayan (tradisional) bukan saja sehari-hari harus
berhadapan dengan ketidakpastian pendapatan dan tekanan musim paceklik
ikan yang panjang, tetapi lebih dari itu mereka juga sering harus berhadapan
dengan berbagai tekanan dan bentuk eksploitasi yang muncul bersamaan
dengan berkembangnya proses modernisasi di sektor perikanan
4.1.1 POLA PENDEKATAN KELOMPOK KEMA SAMA
Kelompok kema sama merupakan sebuah organisasi akar rumput non
formal yang tidak mempunyai badan hukum, otonom yang berarti organisasi
tidak berada dibawah organisasi apapun. Sebagai organisasi akarumput,
Kelompok Kema Sama bebas menentukan tujuan dan berbagai kegiatan
untuk mengembangkan diri sejauh tidak menyimpang dengan peraturan dan
Undang – Undang yang berlaku, kelompok ini bebas mengatur rumah
tangganya sendiri, sedangkan campur tangan pihak lain hanya bersifat
pelengkap.
Dengan dasar orientasinya adalah Orientasi Pertumbuhan, artinya
kelompok swadaya ini harus memberitahukan keuntungan secara ekonomis
bagi anggotanya. Pemerataan, artinya dimana setiap anggota ikut memiliki
kekayaan Kelompok sekaligus ikut menikmati hasil– hasil Kelompok secara
40
adil. Kemandirian, artinya mampu mengambil keputusan secara mandiri dan
demokratis dan tidak bergantung pada orang lain. Partisipasi, semua
anggota berkewajiban mendukung berbagai kegiatan Kelompok.
Keberkelanjutan, layanan Kelompok memberikan keuntungan secara moral
maupun material dan senantiasa memyesuaikan kebutuhan anggota.
Prinsip – prinsip yang dibangun dalam Kelompok diantaranya;
keanggotaan atas dasar kesadaran , sukarela dan terbuka untuk siapa saja.
Prinsip kerja Kelompok dari , oleh dan untuk anggotanya. menyelenggarakan
pendidikan bagi anggotanya secara teratur dan berkelanjutan.Gerakan
kelompok di bidang pengembangan sosial- ekonomi bagi anggotanya. Juga
dalam kelompok menerapkan manajemen terbuka dan partisipatif.
Anggota Kelompok adalah semuanya laki-laki dengan kegiatan usaha
skala rumah tangga. Diantaranya; mencari ikan di laut, dan dari mendapatkan
hasil laut maka akan dilanjutkan pekerjaan pengolahan ikan dalam hal
penggaraman sampai pengeringan, dan juga melaksanakan pekerjaan
sebagai petani. Seluruh kegiatan usaha ekonomi yang dilakukan dengan
mekanisme pengelolaan pada Kelompok berupaya meningkatkan
kesejahteraan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat akarrumput.
4.1.2 STRATEGI KELOMPOK KEMA SAMA
41
Inti dari strategi pembangunan Masyarakat yang terpenting adalah
partisipasi dari segenap kehidupan masyarakat dalam segala bentuk melalui
komunikasi sosial , termasuk kreativitas sosial dan imajinasi bersama .
Artinya masyarakat merncanakan , melaksanakan , menguasai , dan
mengawasi sumber daya dan tujuan produksi yang berbasis pada kebutuhan
dan keinginan bersama . Kapan sebaliknya maka dapat dipastikan bahwa
istilah pemandirian akan kembali kepada pola lama yang hanya merupakan
sebuah simbol retorika politik belaka .
Makanya untuk mengembangkan usaha di desa khususnya desa
aemuri dalam konteks pengentasan kemiskinan dan kebodohan barangkali
tidak berlebihan kalau penulis mengatakan bahwa sebelum merencanakan
dan melaksanakan sebuah program diawali dengan memperhatikan hal-hal
seperti :
(1) apa potensi alam dan sosial yang ada di desa
(2) jenis usaha apa saja yang perlu dikembangkan dikaitkan dengan
potensi alam dan sosial pada suatu komunitas setempat atau pada
suatu desa , dan jangan lupa peluang pasarnya ,
(3) bagaimana pembinaan yang harus dilakukan terhadap petani atau
masyarakat miskin dalam berusaha ,
(4) bagaimana mengoptimalkan dukungan financial dari pemerintah
sehingga penggunaan dana tidak konsumtif , tapi memiliki nilai
42
ganda dalam rangka penyediaan modal kerja , pembinaan SDM
petani dan penerapan teknologi pertanian ,
(5) bagaimana membina pengelola agar memiliki tiga sehat yakni;
sehat mental , sehat administrasi dan sehat organisasi . 18
Lebih lanjut Korten menyatakan Kebijakan pembangunan pedesaan
yang mandiri, harus menekankan kepada :
(1) prakarsa dan proses pengambilan keputusan utuk memenuhi
kebutuhan masyarakat , tahap demi tahap harus diletakkan pada
masyarakat sendiri .
(2) fokus utamanya adalah meningkatkan kemanpuan masyarakat
untuk mengelola dan memobilisasi sumber –sumber yang terdapat
pada desa tersebut untuk memenuhi kebutuhan mereka .
(3) pendekatan ini mentoleransi variasi lokal , dan karenanya memiliki
sifat amat fleksibel menyesuaikan dengan kondisi lokal
.(4) dalam melaksanakan pembangunan , pendekatan ini menekankan
pada proses social learning , yang padanya terdapat interaksi
kolaborasi antara birokrasi dan komunitas , mulai dari proses
perencanaan sampai evaluasi proyek , refleksi dengan
mendasarkan pada sikap saling belajar .
18 ? Drs. Zaenuddin Kabai, M.Pd, Akselerasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa Kab . Bantaeng Antara Peluang Dan Tantangan, (http://zaenuddin.blogspot.com, 2008), page 3
43
(5) proses pembentukan jaringan (ne tworking) antara birokrasi dan
lembaga swadaya masyarakat yang resmi dan teruji kredibilitasnya
, dan satuan – satuan organisasi tradisional yang mandiri
merupakan bagian integral dari pendekatan ini . 19
Dengan melihat pendapat mengenai strategi dari kedua ahli di atas
maka penulis dapat mengatakan bahwa dengan melihat realita yang terjadi di
kelompok kema sama Salah satu strategi yang dibangun adalah dengan
melalui usaha bersama yaitu dengan memanfaatkan potensi yang ada maka
usaha yang di kembangakan adalah pengolahan ikan sebab potensi yang
ada di desa aemuri kecamatan wewaria merupakan daerang penghasil ikan
dengan demikian sehingga kelompok kema sama melihat ini sebuah strategi
pemberdayaan dengan memenfaatkan potensi daerah setempat guna
mencapai kesehjateraan anggota pada khususnya dan masyarakat aemuri
keseluruhan.untuk mengatasi kemungkinan terjadinya kegagalan . Melalui
kelompok ini ketua kelompok, mengatakan anggota dan perangkat kelompok
sebagai pengelola akan mendapat pembinaan yang intensif dari pihak
pemerintah setempat yaitu dengan penyuluhan sampai kelompok bisa
mandiri.
Dengan demikian maka beberapa langka strategi pemberdayaan
masyarakat desa aemuri yang dilakukan kelompok kema sama yaitu:
19 ? Rahayu Budi, Pembangunan perekonomian nasional melalui pemberdayaan masyarakat desa, (Jakarta Selatan : Iskandarsyah Institut), 2006 hlm 112
44
a. Pemulihan ekonomi masyarakat untuk perbaikan taraf hidup
masyarakat.
b. ·Meningkatkan pengawasan sistim perencanaan, pengendalian
program pemberdayaan dan penataan administrasi keuangan serta
pemantapan kelembagaan Badan Pemberdayaan Masyarakat.
c. Meningkatkan peran pemerintahan desa serta kelembagaan
masyarakat dalam pembangunan desa.
d. Meningkatkan kwalitas sumber daya manusia.
e. Mengembangkan potensi sumber daya yang berwawasan lingkungan.
f. Mengembangkan sarana dan prasarana sosial ekonomi masyarakat.
g. Memasyarakatkan Tekhnologi Tepat Guna.
h. Melakukan koordinasi dan kerjasama terpadu dengan instansi/dinas
terkait, kalangan Perguruan Tinggi Lembaga Swadaya Masyarakat,
Dunia Usaha dan Masyarakat di wilayah propinsi NTT, dalam rangka
perumusan kebijakan, rencana program dan kegiatan pemberdayaan
masyarakat.
i. Mendorong prakarsa dan kemandirian masyarakat dalam
melaksanakan program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Dari strategi yang dikembangkan oleh kelompok kema sama ini maka
usaha pengeringan ikan dapat di kembangkan demi kesehjateraan kelompok
dan masyarakat sehingga pemanfaatan potensi sumber daya yang ada di
wilaya wewaria khusunya desa aemuri dapat dikembangkan dan
45
dimanfaatkan demi memenuhi hidup dan masa depan masyarakat. Dengan
pengolahan ikan yang dikembangkan oleh kelompok ini dari mulai
penangkapan ikan yaitu dilakukan kelompok dengan cara pergi melaut dan
mincing serta penangkapan melalaui penjalahan. Dari hasil penangkapan
tersebut maka akan dilakukan pengolahan yang akan penulis jelaskan pada
poin di bawah ini.
4.2 PENGELOLAHAN IKAN
4.2.1 Penanganan Hasil Perikanan
Produksi Perikanan yang dicapai dalam pemanfaatannya tergantung
pada cara penanganan hasil perikanan setelah ditangkap sampai
Pengolahan yang dilakukan oleh kelompok kema sama, yang meliputi
penanganan dengan kapal atau perahu motor, penanganan dipasar sampai
ke konsumen baik itu berupa hasil perikanan dalam bentuk segar, siap
dikonsumsi maupun berupa bahan baku bagi pabrik-pabrik pengolah hasil
perikanan.
Pada kenyataannya penanganan hasil perikanan yang telah dijalankan
oleh kelompok kema sama belum sepenuhnya optimal karena cara yang
46
dilakukan adalah melalui cara tradisonal yang merupakan warisan dari
leluhur yang ada di daerah wewaria.sehingga yang menjadi kendalah adalah
belum seberapa besar ikan yang diperoleh.dan juga kendalah lain adalah
kendala seperti pengetahuan/keterampilan nelayan, sikap, nelayan yang
agak sulit menerima teknologi, serta sarana/prasarana yang belum memadai.
Dengan segala keterbatasan yang ada tetap dilaksanakan pembinaan
penanganan hasil perikanan dengan maksud secara perlahan-lahan dapat
mengubah kebiasaan masyarakat setempat dalam menangani ikan agar
dapat terjadi perubahan kearah yang lebih baik, agar pemanfaatan hasil
perikanan dapat semaksimal mungkin.
Dengan demikian maka pihak pemerintah setempat sangat berperan
penting guna membinah kelompok-kelompok yang sudah tumbuh dan
berkembang guna mencapai tujuan yang diimpihkan oleh kelompok tersebut.
4.2.2 PENGOLAHAN IKAN
4.2.2.1 PENGGARAMAN
A. TEKNIK PENGGARAMAN
Istilah penggaraman yang lebih akrab dikenal dengan sebutan
pengasinan, merupakan cara pengawetan ikan yang produknya paling
gampang ditemui diseluruh pelosok Indonesia. Ada beberapa alasan yang
47
menyebabkan teknologi penggaraman ini merupakan cara yang paling
banyak dilakukan untuk mengawetkan ikan, yaitu :
1. Teknik penggaraman merupakan teknologi yang sangat sederhana
dan dapat dilakukan oleh semua orang
2. Teknologi yang menggunakan garam ini merupakan cara pengawetan
paling murah
3. Hasil olahan yang dikombinasikan dengan cara pengeringan
mempunyai daya tahan lama, sehingga dapat disimpan atau
didistribusikan ke daerah yang jauh tanpa memerlukan perlakukan
khusus
4. Produk ikan asin harganya murah, sehingga dapat terjangkau oleh
semua lapisan masyarakat. 20
Secara umum pengertian penggaraman adalah suatu rangkaian
kegiatan
yang bertujuan untuk mengawetkan produk hasil perikanan dengan
menggunakan garam.
Mekanisme pengawetan ikan melalui proses penggaraman adalah
sebagai berikut
1. Garam menyerap air dari dalam tubuh ikan melalui proses osmosa.
Akibatnya kandungan air dalam tubuh ikan yang menjadi media hidup
bakteri menjadi berkurang. Kekurangan air dilingkungan tempat bakteri
20 ? Ibid, page 3
48
hidup mengakibatkan proses metabolisme dalam tubuh bakteri menjadi
terganggu. Dengan demikian proses kemunduran mutu ikan oleh bakteri
dapat dihambat atau dihentikan.
2. Selain menyerap kandungan air dari tubuh ikan, garam juga menyerap air
dari dalam tubuh bakteri sehingga bekteri akan mengalami pemisahan inti
plasma sehingga bakteri akan mati.
Teknologi penggaraman biasanya tidak digunakan sebagai metode
pengawetan tunggal, biasanya masih dilanjutkan dengan proses pengawetan
lain seperti pengeringan ataupun dengan perebusan. Sehingga kita bisa
menjumpai tiga macam produk ikan asin, yaitu: ikan asin basah, ikan asin
kering dan ikan asin rebus (ikan pindang).
B. GARAM
Secara tradisional, umumnya garam dibuat dengan cara mengalirkan
air laut kedalam petakan lahan tanah yang dasarnya sudah padat dan rata.
Kemudian air laut dibiarkan terkena sinar matahari dan menguap sampai
habis. Penguapan air akan menghasilkan endapan kristal garam. Garam
yang digunakan untuk mengawetkan ikan sebaiknya memakai garam murni.
Garam yang baik dapat diperoleh dengan pengendalian waktu dalam
proses pengendapan garam. Tetepi cara ini sulit dilakukan untuk
menghasilkan garam berkualitas baik. Sehingga kristal garam hasil endapan
biasanya diolah lagi di pabrik pengolahan garam untuk menghilangkan unsur-
49
unsur yang merugikan. Ada dua cara penggaraman yang biasa digunakan
oleh kelompok kemasama yaitu:
1. Penggaraman Kering (Dry Salting)
Metode penggaraman kering menggunakan kristal garam yang
dicampurkan dengan ikan. Pada umumnya, ikan yang berukuran besar
dibuang isi perut dan badannya dibelah dua. Dalam proses penggaraman
ikan ditempatkan didalam wadah yang kedap air. Ikan disusun rapi dalam
wadah selapis demi selapis dengan setiap lapisan kan ditaburi garam.
Lapisan paling atas dan paling bawah wadah merupakan lapisan garam.
Garam yang digunakan pada proses penggaraman umumnya berjumlah 10
% - 35 % dari berat ikan yang digarami.
Pada waktu ikan bersentuhan dengan kulit / daging ikan (yang
basah/berair), garam itu mula-mula akan membentuk larutan pekat. Larutan
ini kemudian akan meresap kedalam daging ikan melalui proses osmosa.
Jadi, kristal garam tidak langsung menyerap air, tetapi terlebih dahulu
berubah jadi larutan. Semakin lama larutan akan semakin banyak dan ini
berarti kandungan air dalam tubuh ikan semakin berkurang.
2. Kench Salting
Pada dasarnya, teknik penggaraman ini sama dengan pengaraman
kering (dry salting) tetapi tidak mengunakan bak /wadah penyimpanan. Ikan
dicampur dengan garam dan dibiarkan diatas antai atau geladak kapal,
50
larutan air yang terbentuk dibiarkan mengalir dan terbuang. Kelemahan dari
cara ini adalah memerlukan jumlah garam yang lebih banyak dan proses
penggaraman berlangsung sangat lambat. 21
C. PELAKSANAAN PENGGARAMAN
a. Persiapan
1) Penyediaan bahan baku.
a. Ikan yang akan diproses sebaiknya dipisahkan berdasarkan jenis,
tingkat kesegaran dan ukuran ikannya. Hal ini dilakukan untuk
penyeragaman penetrasi garam pada saat penggaraman berlangsung
b. Sediakan garam sebanyak 10 – 35 % dari berat total ikan yang akan
diproses, tergantung tingkat keasinan yang diinginkan.
2) Penyediaan peralatan
a. Siapkan wadah bak kedap air yang terbuat dari semen, kayu, fibre
atau plastik. Bila proses penggaraman menggunakan metode kench
salting, wadah bak penggaraman tidak diperlukan.
b. Siapkan penutup bak sesuai ukuran bak dilengkapi dengan pemberat
untuk membantu agar semua ikan terendam dalam larutan garam
c. Pisai atau golok yang tajam untuk membersihkan dan menyiangi ikan
d. Timbangan untuk menimbang ikan yang telah dibersihkan serta jumlah
garam yang dibutuhkan
21 ? ibid, page 19
51
e. Keranjang plastik atau bambu untuk mengangkut ikan sebelum dan
setelah proses penggaraman
f. Tempat penjemuran atau para-para yang tingginya kurang lebih 1
meter diatas permukaan tanah. Sebaiknya para-para dibuat miring 15o
ke arah datangnya angin untuk mempercepat proses pengeringan
3) Penanganan dan penyiangan
a. Untuk mempermudah proses penanganan, tempatkan ikan diwadah
terpisah sesuai ukuran, jenis dan tingkat kesegaran
b. Pada ikan berukuran besar, perlu dilakukan penyiangan dengan
membuang isi perut, insang dan sisik. Kemudian tubuh ikan dibelah
menjadi dua sepanjang garis punggung kearah perut. Hal ini dilakukan
untuk mempercepat proses penggaraman
c. Pada ikan yang berukuran sedang, cukup dibersihkan insang, sisik
dan isi perut. Bagian badan tidak perlu dibelah.
d. Pada ikan kecil seperti teri atau petek, cukup dicuci dengan air bersih
saja, tidak perlu disiangi.
e. Proses pencucian dilakukan dengan air bersih yang mengalir, agar
ikan benar benar bersih
f. Tiriskan ikan yang telah dicuci bersih dalam wadah keranjang plastik
atau bambu yang telah disediakan. Pada proses penirisan ni, ikan
52
disusun rapi dengan perut menghadap ke bawah agar tidak ada air
yang menggenang dirongga perutnya
g. Setelah ikan agak kering, timbanglah ikan agar dapat mengetahui
jumlah garam yang diperlukan dalam proses penggaraman
`b. Tahapan proses penggaraman
1) Metode dry salting
a. Sediakan kristal garam sesuai dengan jumlah ikan yang akan
diproses. Untuk ikan besar sediakan garam 20 – 30 % dari berat
ikan, ikan ukuran sedang 15 – 20 % sedangkan ikan berukuran
kecil cukup 5 %. Gunakan garam murni agar hasil olahannya
berkualitas baik.
b. Taburkan garam ke dasar bak setebal 1 – 5 cm tergantung jumlah
ikan yang diolah. Lapisan ini berfungsi sebagai alas ikan pada saat
proses penggaraman
c. Susunlah ikan dengan rapi diatas lapisan garam tadi. Usahakan
bagian perut ikan menghadap kebawah. Diatas lapisan ikan yang
sudah tersusun, taburkan kembali garam secukupnya. Pada
lapisan atas ditebarkan garam setebal 5 cm agar tidak dihinggapi
lalat.
53
d. Tutuplah bak atau wadah dengan papan yang telah diberi
pemberat agar proses penggaraman dapat berlangsung dengan
baik. Ikan dengan tingkat keasinan tertentu dapat diperoleh
sebagai hasil akhir proses penggaraman.
e. Selesainya proses penggaraman ditandai dengan adanya
perubahan tekstur, daging ikan menjadi kencang dan padat.
f. amanya penggaraman tergantung jenis, ukuran dan tingkat
kesegaran ikan. Walau demikian, umumnya proses penggaraman
dapat berlangsung 1 – 3 hari untuk ikan ukuran besar, 12 – 24 jam
untuk ikan ukuran sedang dan 6 – 12 jam untuk ikan ukuran kecil
g. Langkah selanjutnya, ikan diangkat dari tempat penggaraman. Ikan
dicuci dan dibersihkan dari kotoran yang menempel, kemudian
ditiriskan dan selanjutnya ikan dijemur dengan disusun diatas para-
para yang sudah disiapkan
2) Metode kench salting
a. Seperti metode sebelumnya, ikan dipisahkan sesuai jenis, ukuran
dan tingkat kesegaran
b. Karena tidak menggunakan wadah, ikan ditumpuk pada suatu
bidang datar ditaburi garam secukupnya sampai seluruh
permukaan tubuh ikan tertutup oleh garam. Tumpukan ikan
tersebut ditutup dengan plastik agar tidak dihinggapi lalat
54
c. Proses penggaraman dianggap selesai bila telah terjadi perubahan
tekstur pada tubuh ikan. Tubuh ikan jadi lebih kencang dan padat
C. PROSEDUR PENGGARAMAN
Prosedur penggaraman yang biasa dilakukan oleh kelompok
kemasama dapat digambarkan dalam diagram di bawah ini:
PROSEDUR PENGGARAM
AN
55
PROSEDUR PENGGARAMAN
IKAN DIPISAHKAN BERDASARKAN JENIS
ukuran dan tingkat
IKAN DISIANGI BAGIAN SISIK, ISI PERUT DAN
INSANG.
IKAN DIGARAMI DENGAN METODE DRY SALTING, ATAU KENCH
SALTING
IKAN DIGARAMI DENGAN METODE DRY SALTING, ATAU KENCH
SALTING
LAMA PENGGARAMANDIPENGARUHI OLEH METODE YANG
DIGUNAKAN, UKURAN DAN TINGKATKESEGARAN IKAN
4.2.2.2 PENGERINGAN
A. TEKNIK PENGERINGAN
Pengeringan merupakan cara pengawetan produk makanan yang
pertama digunakan oleh manusia. Pengeringan ikan merupakan cara
pengawetan sebagai lanjutan dari kegiatan pengawetan dengan
penggaraman. Ikan hasil proses penggaraman segera diangkat dari wadah
penggaraman, dicuci bersih kemudian dikeringkan. Pada awalnya proses
pengeringan hanya menggunakan panas sinar matahari dan tiupan angin.
Pada prinsipnya proses pengeringan akan mengurangi kadar air dalam tubuh
ikan sebanyak-banyaknya, sehingga kegiatan bakteri akan bisa dihambat
atau bila memungkinkan bisa dihentikan.
Oleh karena itu sebelum dilakukan proses pengeringan, selalu diawali
dengan penggaraman untuk menghambat proses pembusukan pada saat
56
pengeringan berlangsung. Karena itulah, produk ikan kering selalu
diasosiasikan dengan istilah ikan asin.
Cara yang umum digunakan untuk mengeringkan ikan adalah dengan
menguapkan air dari tubuh ikan, yaitu dengan menggunakan hembusan
udara panas. Dengan hawa panas ini, akan terjadi penguapan air dari tubuh
ikan dari mulai permukaan hingga ke bagian dalam tubuh ikan.
B. METODE PENGERINGAN
Cara pengeringan bisa dikelompokkan menjadi dua yaitu pengeringan
alami dan pengeringan mekanis (buatan).
a. Pengeringan alami.
Pengeringan alami adalah proses pengeringan yang dilakukan dengan
menggunakan media angin dan sinar matahari. Dalam pengeringan alam,
ikan dijemur diatas rak-rak yang dipasang miring (+15o) kearah datangnya
angin dan diletakkan ditempat terbuka supaya terkena sinar matahari dan
hembusan angin secara langsung. Keunggulan pengeringan alami adalah
proses sangat sederhana, murah dan tidak memerlukan peralatan khusus
sehingga gampang dilakukan oleh semua orang.
Pada proses pengeringan ini, angin berfungsi untuk memindahkan uap
57
air yang terlepas dari ikan, dari atas ikan ke tempat lain sehingga penguapan
berlangsung lebih cepat. Tanpa adanya pergerakan udara, misalnya jika
penjemuran ditempat tertutup (tanpa adanya hembusan angin), pengeringan
akan berjalan lambat. Selain tiupan angin, pengeringan alami juga
dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari pada saat penjemuran
berlangsung. Makin tinggi intensitasnya maka proses pengeringan akan
semakin cepat berlangsung begitupun sebaliknya.Oleh karena itu, proses
pengeringan alami sering terhambat pada saat musim penghujan karena
intensitas cahaya matahari sangat kurang. Karena lambatnya pengeringan,
proses pembusukan kemungkinan tetap berlangsung selama proses
pengeringan.
Masalah lain yang dihadapi oleh kelompok kemasama pada
pengeringan alami adalah ikan yang dijemur ditempat terbuka gampang
dihinggapi serangga atau lalat. Lalat yang hinggap akan meninggalkan telur,
dalam waktu 24 jam telur tersbut akan menetas dan menjadi ulat yang hidup
didalam daging ikan.
b. Pengeringan Mekanis
Karena banyaknya kesulitan yang didapat pada proses pengeringan
alami terutama pada saat musim hujan, maka kelompok kemasama mencoba
membuat alat baru untuk menghasilkan produk yang lebih baik dengan cara
yang lebih efisien. Pada pengeringan mekanis, ikan disusun diatas rak-rak
penyimpanan didalam ruangan atau dalam rumah yang dibuat seperti pera-
58
para yang kemudian ikan tersebut disimpan di atas dan akan di panaskan
atau pengasapan dari bagian bawa para-para.
C. PENYIMPANAN DAN PENGEMASAN
Produk ikan asin kering yang sudah jadi perlu dijaga kualitasnya selama
proses penyimpanan, transportasi dan distribusi sehingga harga jual bisa
tidak menurun. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengemasan yang baik
supaya kualitasnya tidak menurun.
Pengemasan bisa dilakukan dengan menggunakan, kertas, kardus ataupun
plastik. Bahan-bahan yang digunakan selama proses pengemasan
disesuaikan dengan keperluan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
tahap penyimpanan adalah :
a. Ruang penyimpan harus bersih, kering dan sejuk
b. Sirkulasi udara lancar, sehingga menghilangkan bau-bau yang tidak
sedap
c. Ikan kering dibongkar dan dijemur kembali bila terjadi kelembaban
yang tinggi
d. Banda lain yang dapat menjadi bahan pencemar seperti pestisida,
minyak tanah dan sebagainya, tidak disimpan didekat ikan asin.
D. PROSEDUR PENGERINGAN
59
Prosedur pengeringan oleh kelompok kemasama dapat di gambarkan
dalam diagram di bawa ini
60
61
PROSEDUR PENGERINGAN
SETELAH SELESAI PROSES PENGGARAMAN,
KELUARKANIKAN DARI WADAH
PENGGARAMAN
CUCI DAN BERSIHKAN IKAN DARI KOTORAN SERTA
SISA-SISA GARAM YANG MENEMPEL DITUBUHNYA
MASUKKAN IKAN KETEMPAT PENGERINGAN
PENGERINGAN ALAMI ATAU PENGERINGAN MEKANIS
LAMA PENGERINGAN DIPENGARUHI OLEH JENIS
PENGERINGAN YANG DIGUNAKAN SERTA
UKURAN
SETELAH KERING, IKAN DISORTIR BERDASARKAN
KUALITASNYA DAN DIKEMAS DENGAN BAIK
UNTUK
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Pemberdayaan merujuk pada kemampuan, khususnya kelompok rentan
dan lemah sehingga mereka memiliki kekutan atau kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan
dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melaikan bebas
dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan dan juga
menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat
meningkatkan pendapatan serta dapat memenuhi kabutuhan hidupnya.
Disamping itu juga mereka berpartisipasi dalam proses pembangunan
dan keputusan-keputusan yang memperngaruhi mereka.
2. Keterkaitan kodrat manusia dan lingkungan harus pula memampukan
manusia menjaga harmoni dan keutuhan dengan alam semesta sebagai
tempat ia mengadu. Kelestarian bumi ini berada dalam telapak tangan
dan pikiran serta pertimbangan manusia dalam mendiami dan mengelola
bumi. Hanya dengan kepedulian ini manusia akan mampu mewujudkan
62
kemandiriannya dengan memanfaatkan potensi yang tersedia. Setiap
proses pembangunan harus diarahkan kepada tujuan luhur yakni
kesejahteraan umat manusia yang tetap menjunjung dan menjaga
keutuhan serta keberlanjutan ekosistem alam semesta.
3. kelompok Kemasama aemuri merupakan polah pemberdayan masyarakat
dalam pembangunan sebab parisipasi aktif dalam pembangunan
merupakan wujut nyata kesadaran masyarakat membangun kehidupan
menuju kesejahteraan.
5.2 SARAN-SARAN
Menelaah uraian-uraian di atas maka pada bagaian ini penulis hendak
menyarankan kepada pihak-pihak yang bersentuhan langsung dengan
masalah ini, yakni;
1. Kelompok Kemasama
Disarankan agar anggota kelompok selalu tetap kompak dalam
membangun kelompok demi mencapai tujuan yang di inginkan serta
dapat memberikan conoh bagi masyarakat di desa aemuri.
2. Masyarakat
Diharapkan berperan aktif dalam setiap upaya pelaksanaan
pembangunan dengan tetap menjaga kelestarian serta eksistensi
ekosistem sustainability untuk generasi yang akan dating dan peran aktif
dalam pembangunan seperti yang di contohkan oleh kelompok
Kemasama desa aemuri.
63
3. Pemerintah
Pemerintah sebagai penanggungjawab utama dalam setiap proses
pelaksanaan pembangunan yang memgerti dan memahami akan manfaat
ekologi harus memberikan teladan yang baik dalam mengelola dan
memanfaatkan SDA, dan harus manjadikan masyarakat sebagai mitra
dalam pembangunan dan selaluh menyokong masyarakat dalam
pembangunan alam dimensi sewadaya masyarakat sehingga masyarakat
semakin sadar bahwa pebangunan ini merupakan milik memua orang
yang harus dijalakan.
64
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Sunyoto Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2003)
Ir.Eddy afrianto dkk, pengawetan dan pengolahan ikan, (yokyakarta, penerbit
Kanisius, 1989)
Edi Suaharto, Membagun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung:
Refika Aditama: 2005)
Winarni, Tri, Memahami Pemberdayaan Desa Partisipatif Dalam Orientasi
Pembangunan Masyarakat Desa Menyonsong Abad 21,(Yogyakarta, Aditya
Media 1998)
Suraswati,Mengawetkan Ikan,(jakarta,bhratara,1993)
Hamijaya DRS, Pendidikan Keterampilan Perikanan,(Jakarta-Bandung,Penerbit C.V.
Indradjaya,1982)
Trisusanto, SE, dkk Penuntung Pelajaran dan Ekonomi dan Koperasi, (Penerbit,
Ganeca Exact Bandung, 1984)
Michael P. Todaro, Pembangunan di Dunia Ke-3, (Ghalia Indonesia, 1993)
Prof. Dr. Mobyart, Masyarakat Terasing, (Aditya Media, Yogyakarta 1994
Stefen frink dkk,Ensoklopedi fauna ( Jakarta,Erlangga,1988)
Diposkan oleh Surya Mas, Perdagangan Bahan dan Alat Laboratorium & Jasa
Konsultan Lingkungan,(www.google, Kamis, 2008 Juli 17 )
Faisal H. Basri. Majalah DR, (Analisis Kita, 1998)
65
Drs. Zaenuddin Kabai, M.Pd, Akselerasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Des
Kab . Bantaeng Antara Peluang Dan Tantangan, (http://zaenuddin.blogspot.com,
2008)
Rahayu Budi, Pembangunan perekonomian nasional melalui pemberdayaan
masyarakat desa, (Jakarta Selatan : Iskandarsyah Institut), 2006
Google,http://id.wikipedia.org/wiki/Kelompok_sosial
Http://Tunas63.Wordpress.Com/2008/12/23/Visi-Misi-Dan-Strategi-Pembangunan-
Nasional-2004-2009
Http://Gogle.com.PK..TPHPii..C..02..M Tekniik Penggarraman dan Pengerriingan
Teori Kendala / Theory Of Constraint (Toc),http://www.google.com
Http://miningwatch.tripod.com/activitymenambang.html, Bandung, 26 Juni 2001
66