pembentukan masyarakat yang islami

10
PEMBENTUKAN MASYARAKAT YANG ISLAMI Muqaddimah Kalau kita berbicara tentang masyarakat yang islami, maka ingatan kita akan terbayang pada masyarakat Islam di Madinah pada awal-awal perkembangan Islam dibawah bimbingan manusia yang mulia dan lihai dalam membentuk tatanan sosial yang rapi dan sempurna yaitu rasulullah saw. dimana beliau benar-benar berhasil membangun masyarakat yang madani, yang belum ada duanya di dunia ini. Di madinah rasulullah telah mencontohkan dan membuktikan serta memperlihatkan kepada seluruh dunia tatanan masyarakat yang sempurna , dimana seluruh anggota masyarakat yang heterogen itu hidup damai, sejahtra, saling tenggang rasa, aman dan saling mencintai hidup rukun berdampingan walaupun mereka berbeda keyakinan dan idiologi. Ketika orang-orang barat membangga-banggakan kemajuan Yunani dan Rum dimasa lalu, tetap saja mereka tidak dapat menjadika kehidupan masyarakat Yunani dan Rum itu sebagai contoh tatanan sosial yang baik untuk diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat mereka. Seperti apa yang didamba- dambakan oleh umat Islam akan kembalinya masyarakat Madinah dalam kehidupan mereka, yang berdasarkan syari’at islam. Asas Masyarakat Islam 1. Pembinaan Melalui Masjid 1

Transcript of pembentukan masyarakat yang islami

Page 1: pembentukan masyarakat yang islami

PEMBENTUKAN MASYARAKAT YANG ISLAMI

Muqaddimah

Kalau kita berbicara tentang masyarakat yang islami, maka ingatan kita akan

terbayang pada masyarakat Islam di Madinah pada awal-awal perkembangan Islam

dibawah bimbingan manusia yang mulia dan lihai dalam membentuk tatanan sosial yang

rapi dan sempurna yaitu rasulullah saw. dimana beliau benar-benar berhasil membangun

masyarakat yang madani, yang belum ada duanya di dunia ini. Di madinah rasulullah

telah mencontohkan dan membuktikan serta memperlihatkan kepada seluruh dunia

tatanan masyarakat yang sempurna , dimana seluruh anggota masyarakat yang heterogen

itu hidup damai, sejahtra, saling tenggang rasa, aman dan saling mencintai hidup rukun

berdampingan walaupun mereka berbeda keyakinan dan idiologi.

Ketika orang-orang barat membangga-banggakan kemajuan Yunani dan Rum

dimasa lalu, tetap saja mereka tidak dapat menjadika kehidupan masyarakat Yunani dan

Rum itu sebagai contoh tatanan sosial yang baik untuk diterapkan dalam kehidupan

bermasyarakat mereka. Seperti apa yang didamba-dambakan oleh umat Islam akan

kembalinya masyarakat Madinah dalam kehidupan mereka, yang berdasarkan syari’at

islam.

Asas Masyarakat Islam

1. Pembinaan Melalui Masjid

sesampainya di Madinah, Rasulullah saw. segera menegakkan masyarakat islam

yang kokoh dan terpadu, dan sebagai langkah pertama kearah itu, Rasulullah saw

membangun masjid. Tidaklah heran kalu masjid merupakan asas utama dan terpenting

bagi pembentukan masyarakat islam, karena masyarakat islam tidak akan terbentuk

kokoh dan rapi kecuali dengan adanya komitmen terhadap sistem, aqidah dan tatanan

islam, halini hanya bisa ditumbuhkan melalui semangat masjid.

Diantara sistem dan prinsip islam adalah tersebarnya mahabba dan ukhuwah

sesama kaum muslimin, tetapi ikatan ini tidak akan terjadi kecuali dalam masjid, dengan

bertemunya kaum muslimin berkali-kali dalam sehari dimana kedudukan, kekayaan dan

status sosial lainnya terhapuskan.

1

Page 2: pembentukan masyarakat yang islami

Dan juga sistem islam adalah terpadunya beraneka ragam latar belakang kaum

muslimin dalam satu kesatuan yang kokoh diikat oleh tali Allah, ini pun bisa dilakukan

bila masjid-masjid telah dibangun ditengah masyarakat muslim, karena masjid adalah

tempat kaum muslimin beerkumpul mempelajari ajaran islam.

2. Ukhuwah Sesama Kaum Muslimin

Negara manapun tidak akan berdiri tegak tanpa adanya kesatuan dan dukngan

penduduknya. Sedangkan dukungan dan kesatuan tidak akan lahir tanpa adanya

persaudaraan dan saling mencintai, suatu masyarakat yang tidak disatukan oleh ikatan

kasih sayang dan persaudaraan yang sebenarnya, tidak mungkin bersatu pada satu

prinsip.

Tetapi persaudaraan juga harus didahului oleh aqidah yang menjadi idiologi dan

faktor pemersatu. Persaudaraan antara dua orang yang berbeda aqidah adalah mimpi dan

khurafat.oleh sebab itu Rasulullah menjadikan aqidah islamiyah yang bersumber dari

Allah swt. sebagaiasas persaudaraan yang menghimpun hati para sahabatnya.

Rasulullah menjadikan persaudaraan Muhajirin dan Anshar sebagai asas bagi

prinsip-prinsip keadilan sosial yang paling baik di dunia. Prinsip-prinsip ini kemudian

berkembang dan mengikat menjadi hukum-hukum dan undang-undang syari’at yang

tetap, yang berbasis pada ukhuwah islamiyah.

3. Perjanjian Kaum Muslimin Dengan Orang-orang di Luar Islam

Dutsur yang dibuat oleh Rasulullah saw berdasarkan wahyu Allah swt dan ditulis

para sahabatnyakemudian dijadikan undang-undang dasar yang disepakati kaum

muslimin dan tetangganya yaitu Yahudi dan Arab Badui yang belum masuk Islam,

merupakan bukti nyata bahwa masyarakat Islam sejak awal pertumbuhannya tegak

berdasr undang-undang yang sempurna, bahwa masyarakat Islam sejak awal telah

ditopang oleh poerangkat perundang-undangan dan manajemen yang diperlukan setiap

negara.

Dari sini tertolaklah tuduhan orang-orang yang mengatakan bahwa Islam hanya

mengataur hubungan manusia dengan Robbnya.1

1 Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy, Sirah Nabawiyah, Jakarta: Rabbani Press, 2001, hal. 171-181

2

Page 3: pembentukan masyarakat yang islami

Membentuk Masyarakat Islami

Dalam sebuah tulisannya Amang Syafruddin Lc. Mengatakan bahwa dalam

proses pembentukan generasi unggulan cukup dengan satu ayat . kita dapat melihat

sistematika pembentukan manusia yang cukup indah digambarkan Al-qur’an.

ويعلمكم والحكمة الكتاب ويعلمكم ءايتناويزكيكم عليكم يتلوا منكم رسوال ارسلناقيكم كما

تكونواتعلمون مالم

“Sebagaimana kamitelah mengutus seorang rasuldiantara kamu, yang

membacakan kepada kamu sekalian ayat-ayat kami, membersihkan kamu, mengajarkan

kepadamu al-kitab dan hikmah(As-sunnah), dan mengajarkan kepadamu apa-apa yang

belum pernah kamu ketahui.” (Q.S. Al-baqarah: 151)

Ayat ini memberikan suatu jalannya proses pembentukan individu-individu yang

tanggu, generasi unggulan melalui empat tahap:

1. Proses Pembacaan (penguasaan informasi). Ini adalah langkah pertama proses

pembelajaran. Tanpa deposito informasi, seseorang tidak mungkin dapat berpikir

apalagi untuk menyimpulkan dan merumuskan sesuatu yang dihadapiatau

dialaminya. Untu itu “membacakan ayat-ayat” mengisyaratkan kepada

penguasaan informasi yang sudah terumuskanbaik ayat qauliah maupu

kauniah(sains) (Q.S. Al-Baqarah: 31).

2. Proses Penyucian(purifikasi). Proses pembersihan yang diisyaratkan

dalamungkapan ayat “dan membersihkan kamu” ini sangat diperlukandalam

menetralisir pemikiran, perasaan dan moral-moral dari muatan-muatan negatif

yang akan mengganggu dan merusak jaringan hidup manusia, sehingga potensi-

potensi manusia teroptimalisasi kearah yang lebih efktif dan efisien.

3. Proses Pengajaran (penguasaan epistemologi dan methologi ilmu pengetahuan

dan kebijaksanaan). Ungkapan “dan mengajarka kepadamu alkitab dan hikamah”

menunjukan bahwa dalam proses pembelajaran harus memperhatikan penguasaan

kedua sis ini. Al-Kitab(Al-qur’an dan Hikmah(As-sunnah) merupakan sumber

dan asl-usul ilmu pengetahuan yang membimbing seseorang dalam proses

3

Page 4: pembentukan masyarakat yang islami

berpikir. Selain mengajarkan metologi mencari ilmu juga mengajarkan bagaimana

ilmu itu ditrpakan dalam kehidupan yang konkrit dan lebih pragmatis.

4. Proses Penguasaan Informasi danmasalah-masalah yang baru dan dinamis. Ini

diisyaratkan dalam ungkapan “ dan mengajarkan kepada kamu apa-apa yang

belum kamu ketahui”. Proses ini mrupakan langkah antisipasif terhadap masa

depan dan dinamika yang trrus berkembang.

Dengan mengacu pada proses pembentukan manusia-manusia unggulan yang

tercermin pada ayat ini maka terbuktilah sebuah masyarakat Madinah. Proses

pengintegrasian dan takwiniyah ini dibimbing langsung oleh Allah dengan gaidline yang

tersurat dalam surat Al-Baqarah. Dimana esensinya tpusat pada paradikma terbentuknya

umatan wasathan dengan tahapan proses:

a. Kesatuan pemikiran, orientasi dan visi sbagai ikatan dasar konsolidasi dan

institusi(lihat Q.S. Al-Baqarah: 142-146, 168-150).

b. Kemurnian referensi sebagai dasar terbentuknya konstitusi, hukum dan

etika(lihat Q.S. Al-Baqarah: 147).

c. Kesiapan kompetensi sebagai dasar persaingan ditataran aksi(lihat Q.S.

Al-Baqarah: 148).

Proses ini dapat dilakukan dengan dua pendekatan. Pertama, pendekatan kultural

yang berorientasi pembentukan kesadaran dan kebiasaan hidup yang selalu interaktif dan

kondusip dengan Islam. Pada tataran individu terbentuknya syakshiah islamiyah dan pada

tataran masyarakat diorientasikan kearah terbentuknya peradaban Islam. Kedua,

pendekatan struktural, yang berorientasi pada pembentukan masyarakat yang terstruktur

dengan sebuah otoritas dan konstitusi yang berdaulat. Pendekatan ini juga untuk

melindungi masyarakat dari ancaman dan bahaya yang akanmenodai kehormatan dan

meruntuhkan ekstensinya baik secara internal maupin eksternal.2

Tata Cara Kehidupan Masyarakat IslamiTata kehidupan masyarakat Islam ditetapkan oleh Islam untuk berhidmah pada

aqidah dan ibadahnya, pemikiran dan simbol-simbolnya kemudian akhlaknya. Yang

2 Achmad Satori, Lc. Et all. Khutbah Yang Menggugah, Jakarta: LP2Si Haramain, 2001. hal.99-101

4

Page 5: pembentukan masyarakat yang islami

tentunya sangat kompleks karna semua aspek kehidupan ini telah diatur oleh Islam.

Diantaranya dalah:

1. Tidur diawal waktu dan bangun diawal waktu juga, hal ini karena Allah

menjadikan waktu malam sebagai pakaian untuk memulihkan kesehatan dan

kekuatan manusia. Dan initerkait dengan ibadah fajar.

2. Tidak dibolehkannya seorang laki-laki menyendiri dengan perempuan lain tanpa

ada suami atau muhrimnya. Sesungguhna perempuan muslimah itu wajib

menutup aurat dan memelihara kehormatannya, tidak boleh menampakan

perhiasan, diharamkan pula baginya berdandan seperti dandanan Jahiliyyah. Tata

cara berpakaian yang islami ini bukan sekedar formalitas tanpa makna, tetapi

berdasarkan pertimbangan terkait kondisi masing-masing (laki-laki dan

perempuan).

3. Tata cara kehidupan islami lainnya aalah adanya ikatan yang abadi dan suci antara

orang tua dan anak. Ikatan itu tidak terputus dengan sampainya anak pada usia

baliq atau dengan pernikahannya, seperti yang terjadi dikalangan orang-orang

barat. Bahkan Islam telah memperluas wilayah keluarga hingga hubungan kerabat

daripokok sampai cabang, serta stiap yang termasuk muhrim dari laki-laki dan

perempuan.

4. Tidak makan bangkai, darah, daging babi, dan binaang yang dikorbankan kepada

selain Allah, juga dilarang meminum-minuman keras,makan dan minum dengan

tanan kanan, memulai dengan basmalah danmengahiri dngan hamdalah, serta

tidakmakan dan minum dengan bejana dari emas dan perak.

5. Berbuat baik kepada tetangga, memuliakan tamu, mendoakan orang bersin yang

membaca hamdalah, menjenguk orang akit, mengiring jenazah, menyebarkan

salam, menghibur dan menolong orang yang terkena musibah. Dan lain-lain

diantara akhlak islami yang kadar hukumnya berbeda-beda antara yang satu

dengan yang lainnya.3

KesimpulanSudah jelas bahwa kehidupan sosial dalam Islam sangat jauh berbeda bahkan

bertolak belakang dengan kehidupan sosial Kapitalis maupun konsp-konsep masyarakat 3 Dr. Yusuf Qardhawi, Masyarakat Berbasis Syari’at Islam, Jakarta: Era Intermedia, 2003.hal 160-164

5

Page 6: pembentukan masyarakat yang islami

lainnya yang diperknalkan oleh orang-orang barat. Mereka belum bisa memberikan bukti

yang konkrit terhadap konsep mereka. Berbeda dengan Islam yang telah membuktikan

dan mencontohkan secara nyata tatanan hidup dalam bermasyarakat.

Kita melihat Rasulullah dan para sahabat membentuk suatu kehidupan sosial yang

benar-benar berdiri diatas dasar keadilan yang didasarioleh Al-qur’an dan Sunnah. Ini

bisa dilakukan karena sebagaimana kita maklumi bahwa Rasulullah dalam menata

masyarakat Islam berdasarkanbimbingan wahyu, dimana kita tahubahwa Allahlah

menciptakan alam semesta beserta isinya, sehingga Dialah yang lebih tahu aturan apa

yang bisa mengaturnya secara adildan merata.

Maka tidak ada lagi alasan untuk mengatakan bahwa tatan sosial yang

berdasarkan syari’at islam yang telah dicontohkan Rasulullah dan sahabat tidak relevan

lagi dengan masa sekarang ini, yang telah majudan moderen, karena adapun orang yang

demikian belum bisa memberikan solusi atau konsep yang bisa dipakai.

Sehingga tidak ada jalan lain bagi kita untuk tidak berusaha semaksimal mungkin

untuk menerapkan apa yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya yaitu syari’at

Islam. Dengan syari’at Islam itulah kehidupan sosial kita bisa tata dengan seadil-adilnya

dan bisa mengayomi semua pihak. (Abu Waznah)

DAFTAR PUSTAKA

1. Al-qur’an Al-Karim dan Terjemahan Departemen Agama RI.

2. Sirah Nabawiyah, Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buty, Jakarta, Robbani

Pres.2000. Cet. 3

3. Khutbah Yang Menggugah, Dr. Ahmad Satori Ismail, Jakarta, LP2Si Haramain.

2001. Cet.1

4. Masyarakat Berbasis Syari’at Islam, Dr. Ysuf Qardhawi,Jakarta, intermedia,

2003. cet. 1

6