pembentukan masyarakat yang islami
-
Upload
lukman-bin-masa -
Category
Documents
-
view
2.649 -
download
9
Transcript of pembentukan masyarakat yang islami
PEMBENTUKAN MASYARAKAT YANG ISLAMI
Muqaddimah
Kalau kita berbicara tentang masyarakat yang islami, maka ingatan kita akan
terbayang pada masyarakat Islam di Madinah pada awal-awal perkembangan Islam
dibawah bimbingan manusia yang mulia dan lihai dalam membentuk tatanan sosial yang
rapi dan sempurna yaitu rasulullah saw. dimana beliau benar-benar berhasil membangun
masyarakat yang madani, yang belum ada duanya di dunia ini. Di madinah rasulullah
telah mencontohkan dan membuktikan serta memperlihatkan kepada seluruh dunia
tatanan masyarakat yang sempurna , dimana seluruh anggota masyarakat yang heterogen
itu hidup damai, sejahtra, saling tenggang rasa, aman dan saling mencintai hidup rukun
berdampingan walaupun mereka berbeda keyakinan dan idiologi.
Ketika orang-orang barat membangga-banggakan kemajuan Yunani dan Rum
dimasa lalu, tetap saja mereka tidak dapat menjadika kehidupan masyarakat Yunani dan
Rum itu sebagai contoh tatanan sosial yang baik untuk diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat mereka. Seperti apa yang didamba-dambakan oleh umat Islam akan
kembalinya masyarakat Madinah dalam kehidupan mereka, yang berdasarkan syari’at
islam.
Asas Masyarakat Islam
1. Pembinaan Melalui Masjid
sesampainya di Madinah, Rasulullah saw. segera menegakkan masyarakat islam
yang kokoh dan terpadu, dan sebagai langkah pertama kearah itu, Rasulullah saw
membangun masjid. Tidaklah heran kalu masjid merupakan asas utama dan terpenting
bagi pembentukan masyarakat islam, karena masyarakat islam tidak akan terbentuk
kokoh dan rapi kecuali dengan adanya komitmen terhadap sistem, aqidah dan tatanan
islam, halini hanya bisa ditumbuhkan melalui semangat masjid.
Diantara sistem dan prinsip islam adalah tersebarnya mahabba dan ukhuwah
sesama kaum muslimin, tetapi ikatan ini tidak akan terjadi kecuali dalam masjid, dengan
bertemunya kaum muslimin berkali-kali dalam sehari dimana kedudukan, kekayaan dan
status sosial lainnya terhapuskan.
1
Dan juga sistem islam adalah terpadunya beraneka ragam latar belakang kaum
muslimin dalam satu kesatuan yang kokoh diikat oleh tali Allah, ini pun bisa dilakukan
bila masjid-masjid telah dibangun ditengah masyarakat muslim, karena masjid adalah
tempat kaum muslimin beerkumpul mempelajari ajaran islam.
2. Ukhuwah Sesama Kaum Muslimin
Negara manapun tidak akan berdiri tegak tanpa adanya kesatuan dan dukngan
penduduknya. Sedangkan dukungan dan kesatuan tidak akan lahir tanpa adanya
persaudaraan dan saling mencintai, suatu masyarakat yang tidak disatukan oleh ikatan
kasih sayang dan persaudaraan yang sebenarnya, tidak mungkin bersatu pada satu
prinsip.
Tetapi persaudaraan juga harus didahului oleh aqidah yang menjadi idiologi dan
faktor pemersatu. Persaudaraan antara dua orang yang berbeda aqidah adalah mimpi dan
khurafat.oleh sebab itu Rasulullah menjadikan aqidah islamiyah yang bersumber dari
Allah swt. sebagaiasas persaudaraan yang menghimpun hati para sahabatnya.
Rasulullah menjadikan persaudaraan Muhajirin dan Anshar sebagai asas bagi
prinsip-prinsip keadilan sosial yang paling baik di dunia. Prinsip-prinsip ini kemudian
berkembang dan mengikat menjadi hukum-hukum dan undang-undang syari’at yang
tetap, yang berbasis pada ukhuwah islamiyah.
3. Perjanjian Kaum Muslimin Dengan Orang-orang di Luar Islam
Dutsur yang dibuat oleh Rasulullah saw berdasarkan wahyu Allah swt dan ditulis
para sahabatnyakemudian dijadikan undang-undang dasar yang disepakati kaum
muslimin dan tetangganya yaitu Yahudi dan Arab Badui yang belum masuk Islam,
merupakan bukti nyata bahwa masyarakat Islam sejak awal pertumbuhannya tegak
berdasr undang-undang yang sempurna, bahwa masyarakat Islam sejak awal telah
ditopang oleh poerangkat perundang-undangan dan manajemen yang diperlukan setiap
negara.
Dari sini tertolaklah tuduhan orang-orang yang mengatakan bahwa Islam hanya
mengataur hubungan manusia dengan Robbnya.1
1 Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy, Sirah Nabawiyah, Jakarta: Rabbani Press, 2001, hal. 171-181
2
Membentuk Masyarakat Islami
Dalam sebuah tulisannya Amang Syafruddin Lc. Mengatakan bahwa dalam
proses pembentukan generasi unggulan cukup dengan satu ayat . kita dapat melihat
sistematika pembentukan manusia yang cukup indah digambarkan Al-qur’an.
ويعلمكم والحكمة الكتاب ويعلمكم ءايتناويزكيكم عليكم يتلوا منكم رسوال ارسلناقيكم كما
تكونواتعلمون مالم
“Sebagaimana kamitelah mengutus seorang rasuldiantara kamu, yang
membacakan kepada kamu sekalian ayat-ayat kami, membersihkan kamu, mengajarkan
kepadamu al-kitab dan hikmah(As-sunnah), dan mengajarkan kepadamu apa-apa yang
belum pernah kamu ketahui.” (Q.S. Al-baqarah: 151)
Ayat ini memberikan suatu jalannya proses pembentukan individu-individu yang
tanggu, generasi unggulan melalui empat tahap:
1. Proses Pembacaan (penguasaan informasi). Ini adalah langkah pertama proses
pembelajaran. Tanpa deposito informasi, seseorang tidak mungkin dapat berpikir
apalagi untuk menyimpulkan dan merumuskan sesuatu yang dihadapiatau
dialaminya. Untu itu “membacakan ayat-ayat” mengisyaratkan kepada
penguasaan informasi yang sudah terumuskanbaik ayat qauliah maupu
kauniah(sains) (Q.S. Al-Baqarah: 31).
2. Proses Penyucian(purifikasi). Proses pembersihan yang diisyaratkan
dalamungkapan ayat “dan membersihkan kamu” ini sangat diperlukandalam
menetralisir pemikiran, perasaan dan moral-moral dari muatan-muatan negatif
yang akan mengganggu dan merusak jaringan hidup manusia, sehingga potensi-
potensi manusia teroptimalisasi kearah yang lebih efktif dan efisien.
3. Proses Pengajaran (penguasaan epistemologi dan methologi ilmu pengetahuan
dan kebijaksanaan). Ungkapan “dan mengajarka kepadamu alkitab dan hikamah”
menunjukan bahwa dalam proses pembelajaran harus memperhatikan penguasaan
kedua sis ini. Al-Kitab(Al-qur’an dan Hikmah(As-sunnah) merupakan sumber
dan asl-usul ilmu pengetahuan yang membimbing seseorang dalam proses
3
berpikir. Selain mengajarkan metologi mencari ilmu juga mengajarkan bagaimana
ilmu itu ditrpakan dalam kehidupan yang konkrit dan lebih pragmatis.
4. Proses Penguasaan Informasi danmasalah-masalah yang baru dan dinamis. Ini
diisyaratkan dalam ungkapan “ dan mengajarkan kepada kamu apa-apa yang
belum kamu ketahui”. Proses ini mrupakan langkah antisipasif terhadap masa
depan dan dinamika yang trrus berkembang.
Dengan mengacu pada proses pembentukan manusia-manusia unggulan yang
tercermin pada ayat ini maka terbuktilah sebuah masyarakat Madinah. Proses
pengintegrasian dan takwiniyah ini dibimbing langsung oleh Allah dengan gaidline yang
tersurat dalam surat Al-Baqarah. Dimana esensinya tpusat pada paradikma terbentuknya
umatan wasathan dengan tahapan proses:
a. Kesatuan pemikiran, orientasi dan visi sbagai ikatan dasar konsolidasi dan
institusi(lihat Q.S. Al-Baqarah: 142-146, 168-150).
b. Kemurnian referensi sebagai dasar terbentuknya konstitusi, hukum dan
etika(lihat Q.S. Al-Baqarah: 147).
c. Kesiapan kompetensi sebagai dasar persaingan ditataran aksi(lihat Q.S.
Al-Baqarah: 148).
Proses ini dapat dilakukan dengan dua pendekatan. Pertama, pendekatan kultural
yang berorientasi pembentukan kesadaran dan kebiasaan hidup yang selalu interaktif dan
kondusip dengan Islam. Pada tataran individu terbentuknya syakshiah islamiyah dan pada
tataran masyarakat diorientasikan kearah terbentuknya peradaban Islam. Kedua,
pendekatan struktural, yang berorientasi pada pembentukan masyarakat yang terstruktur
dengan sebuah otoritas dan konstitusi yang berdaulat. Pendekatan ini juga untuk
melindungi masyarakat dari ancaman dan bahaya yang akanmenodai kehormatan dan
meruntuhkan ekstensinya baik secara internal maupin eksternal.2
Tata Cara Kehidupan Masyarakat IslamiTata kehidupan masyarakat Islam ditetapkan oleh Islam untuk berhidmah pada
aqidah dan ibadahnya, pemikiran dan simbol-simbolnya kemudian akhlaknya. Yang
2 Achmad Satori, Lc. Et all. Khutbah Yang Menggugah, Jakarta: LP2Si Haramain, 2001. hal.99-101
4
tentunya sangat kompleks karna semua aspek kehidupan ini telah diatur oleh Islam.
Diantaranya dalah:
1. Tidur diawal waktu dan bangun diawal waktu juga, hal ini karena Allah
menjadikan waktu malam sebagai pakaian untuk memulihkan kesehatan dan
kekuatan manusia. Dan initerkait dengan ibadah fajar.
2. Tidak dibolehkannya seorang laki-laki menyendiri dengan perempuan lain tanpa
ada suami atau muhrimnya. Sesungguhna perempuan muslimah itu wajib
menutup aurat dan memelihara kehormatannya, tidak boleh menampakan
perhiasan, diharamkan pula baginya berdandan seperti dandanan Jahiliyyah. Tata
cara berpakaian yang islami ini bukan sekedar formalitas tanpa makna, tetapi
berdasarkan pertimbangan terkait kondisi masing-masing (laki-laki dan
perempuan).
3. Tata cara kehidupan islami lainnya aalah adanya ikatan yang abadi dan suci antara
orang tua dan anak. Ikatan itu tidak terputus dengan sampainya anak pada usia
baliq atau dengan pernikahannya, seperti yang terjadi dikalangan orang-orang
barat. Bahkan Islam telah memperluas wilayah keluarga hingga hubungan kerabat
daripokok sampai cabang, serta stiap yang termasuk muhrim dari laki-laki dan
perempuan.
4. Tidak makan bangkai, darah, daging babi, dan binaang yang dikorbankan kepada
selain Allah, juga dilarang meminum-minuman keras,makan dan minum dengan
tanan kanan, memulai dengan basmalah danmengahiri dngan hamdalah, serta
tidakmakan dan minum dengan bejana dari emas dan perak.
5. Berbuat baik kepada tetangga, memuliakan tamu, mendoakan orang bersin yang
membaca hamdalah, menjenguk orang akit, mengiring jenazah, menyebarkan
salam, menghibur dan menolong orang yang terkena musibah. Dan lain-lain
diantara akhlak islami yang kadar hukumnya berbeda-beda antara yang satu
dengan yang lainnya.3
KesimpulanSudah jelas bahwa kehidupan sosial dalam Islam sangat jauh berbeda bahkan
bertolak belakang dengan kehidupan sosial Kapitalis maupun konsp-konsep masyarakat 3 Dr. Yusuf Qardhawi, Masyarakat Berbasis Syari’at Islam, Jakarta: Era Intermedia, 2003.hal 160-164
5
lainnya yang diperknalkan oleh orang-orang barat. Mereka belum bisa memberikan bukti
yang konkrit terhadap konsep mereka. Berbeda dengan Islam yang telah membuktikan
dan mencontohkan secara nyata tatanan hidup dalam bermasyarakat.
Kita melihat Rasulullah dan para sahabat membentuk suatu kehidupan sosial yang
benar-benar berdiri diatas dasar keadilan yang didasarioleh Al-qur’an dan Sunnah. Ini
bisa dilakukan karena sebagaimana kita maklumi bahwa Rasulullah dalam menata
masyarakat Islam berdasarkanbimbingan wahyu, dimana kita tahubahwa Allahlah
menciptakan alam semesta beserta isinya, sehingga Dialah yang lebih tahu aturan apa
yang bisa mengaturnya secara adildan merata.
Maka tidak ada lagi alasan untuk mengatakan bahwa tatan sosial yang
berdasarkan syari’at islam yang telah dicontohkan Rasulullah dan sahabat tidak relevan
lagi dengan masa sekarang ini, yang telah majudan moderen, karena adapun orang yang
demikian belum bisa memberikan solusi atau konsep yang bisa dipakai.
Sehingga tidak ada jalan lain bagi kita untuk tidak berusaha semaksimal mungkin
untuk menerapkan apa yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya yaitu syari’at
Islam. Dengan syari’at Islam itulah kehidupan sosial kita bisa tata dengan seadil-adilnya
dan bisa mengayomi semua pihak. (Abu Waznah)
DAFTAR PUSTAKA
1. Al-qur’an Al-Karim dan Terjemahan Departemen Agama RI.
2. Sirah Nabawiyah, Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buty, Jakarta, Robbani
Pres.2000. Cet. 3
3. Khutbah Yang Menggugah, Dr. Ahmad Satori Ismail, Jakarta, LP2Si Haramain.
2001. Cet.1
4. Masyarakat Berbasis Syari’at Islam, Dr. Ysuf Qardhawi,Jakarta, intermedia,
2003. cet. 1
6