Pembentukan Ch4 Oleh Biogenik

5
PEMBENTUKAN GAS METANA OLEH BIOGENIK Seperti yang telah kita ketahui bersama, energi fosil yang merupakan sumber energi utama pada saat ini, berasal dari jasad renik makhluk hidup yang terkubur berjuta-juta tahun lalu. Jasad-jasad renik tersebut diuraikan oleh bakteri- bakteri ataupun mikroorganisme di dalam tanah sehingga mengalami pengubahan bentuk menjadi minyak bumi, gas alam, maupun batu bara. Hal itu menggambarkan bahwa bakteri-bakteri berperan penting dan besar dalam pembentukan sumber energi fosil yang kita pergunakan selama ini. Bakteri metanogen merupakan salah satu jenis bakteri yang dapat menghasilkan sumber energi. Sumber energi yang dapat dihasilkan oleh bakteri ini adalah biogas. Biogas merupakan gas yang dilepaskan jika bahan-bahan organik difermentasi atau mengalami proses metanisasi. Proses fermentasi (penguraian material organik) tersebut terjadi secara anaerob (tanpa oksigen). Biogas terdiri atas beberapa macam gas, antara lain metana (55-75%), karbon dioksida (25-45%), nitrogen (0-0.3%), hydrogen (1-5%), hidrogen sulfida (0-3%), dan oksigen (0.1- 0.5%). Persentase terbesar dalam biogas ini, metan, membuat gas ini mudah terbakar dan dapat disamakan kualitasnya dengan gas alam setelah dilakukan pemurnian terhadap gas metan. Sumber pembuatan gas metan ini berasal dari bahan-bahan organik yang tidak memerlukan waktu yang terlalu lama dalam penguraiannya, seperti kotoran hewan, dedaunan, jerami, sisa

description

Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang sangat kompleks yang melibatkan perubahan mineralogi, kimiawi, dan tekstur yang disebabkan oleh interaksi fluida panas dengan batuan yang dilaluinya, di bawah kondisi evolusi fisio-kimia. Proses alterasi merupakan suatu bentuk metasomatisme, yaitu pertukaran komponen kimiawi antara cairan-cairan dengan batuan dinding ( Pirajno, 1992 ).Interaksi antara fluida hidrotermal dengan batuan yang dilewatinya ( batuan dinding ), akan menyebabkan terubahnya mineral-mineral primer menjadi mineral ubahan ( mineral alterasi ), maupun fluida itu sendiri ( Pirajno, 1992, dalam Sutarto, 2004 ).Alterasi hidrotermal akan bergantung pada :Karakter batuan dinding.Karakter fluida ( Eh, pH ).Kondisi tekanan dan temperatur pada saat reaksi berlangsung ( Guilbert dan Park, 1986, dalam Sutarto, 2004 ).Konsentrasi.Lama aktivitas hidrotermal ( Browne, 1991, dalam Sutarto, 2004 ).Walaupun faktor-faktor di atas saling terkait, tetapi temperatur dan kimia fluida kemungkinan merupakan faktor yang paling berpengaruh pada proses alterasi hidrotermal ( Corbett dan Leach, 1996, dalam Sutarto, 2004 ). Henley dan Ellis ( 1983, dalam Sutarto, 2004 ), mempercayai bahwa alterasi hidrotermal pada sistem epitermal tidak banyak bergantung pada komposisi batuan dinding, akan tetapi lebih dikontrol oleh kelulusan batuan, tempertatur, dan komposisi fluida.Batuan dinding (wall rock/country rock) adalah batuan di sekitar intrusi yang melingkupi urat, umumnya mengalami alterasi hidrotermal. Derajat dan lamanya proses alterasi akan menyebabkan perbedaan intensitas alterasi dan derajat alterasi (terkait dengan stabilitas pembentukan). Stabilitas mineral primer yang mengalami alterasi sering membentuk pola alterasi ( style of alteration ) pada batuan ( Pirajno, 1992, dalam Sutarto, 2004 ). Pada kesetimbangan tertentu, proses hidrotermal akan menghasilkan kumpulan mineral tertentu yang dikenal sebagai himpunan mineral ( mineral assemblage ) (Guilbert dan Park, 1986, dalam Sutarto, 2004). Setiap himpunan mineral akan mencerminkan tipe alterasi ( type of alteration ). Satu mineral dengan mineral tertentu seringkali dijumpai bersama ( asosiasi mineral ), walaupun mempunyai tingkat stabilitas pembentukan yang berbeda, sebagai contoh klorit sering berasosiasi dengan piroksen atau biotit. Area yang memperlihatkan penyebaran kesamaan himpunan mineral yang hadir dapat disatukan sebagai satu zona alterasi. Host rock adalah batuan yang mengandung endapan bijih atau suatu batuan yang dapat dilewati larutan, di mana suatu endapan bijih terbentuk. Intrusi maupun batuan dinding dapat bertindak sebagai host rock.Reaksi – Reaksi Pada Proses AlterasiReaksi – reaksi yang berperan penting didalam proses alterasi (reaksi kimia antara batuan dengan fluida) adalah :HidrolisisMerupakan proses pembentukan mineral baru akibat terjadinya reaksi kimia antara mineral tertentu dengan ion H+, contohnya :3 KalSiO3 O8 + H2O(aq) Kal3Si3O10 (OH)2 + 6SiO2 + 2KK – Feldspar Muscovite (Sericite) Kuarsa HidrasiMerupakan proses pembentukan mineral baru dengan adanya penambahan molekul H2O. Dehidrasi adalah sebaliknya. Reaksi Hidrasi :2 Mg2SiO4+ 2H2O + 2 H+ Mg3 Si2O5 (OH)4 + Mg2+Olivine SerpentiniteReaksi dehidrasi :Al2Si2O5(OH)4 + 2 SiO2 Al2Si4O10 (OH)4 + Mg2+Kaolinit Kuarsa Pyrophilite Metasomatisme alkali – alkali tanahContoh:2CaCO3 + Mg2+ CaMg (CO3)2 + Ca2+Calcite DolomiteDekarbonisasi reaksi kimia yang menghasilkan silika dan§ oksidaContoh :CaMg(CO3)2 + 2 SiO2 (CaMg)SiO2 + 2 CO2Dolomite Kuarsa DiosideSilisifikasiMerupakan proses penambahan atau produksi kuarsa polimorfnya, contohnya:2 CaCO3 + SiO2 + 4 H- 2Ca2- + 2 CO2 + SiO2 + 2 H2OCalcite Kuarsa SilisikasiMerupakan proses konversi atau penggantian mineral silikat, contohnya:CaCO3 + SiO2 CaSiO3 + CO2Calcite Kuarsa WollastoniteTipe Alterasi (Type of Alteration)Creasey (1966, dalam Su

Transcript of Pembentukan Ch4 Oleh Biogenik

Page 1: Pembentukan Ch4 Oleh Biogenik

PEMBENTUKAN GAS METANA OLEH BIOGENIK

Seperti yang telah kita ketahui bersama, energi fosil yang merupakan sumber energi

utama pada saat ini, berasal dari jasad renik makhluk hidup yang terkubur berjuta-juta tahun

lalu. Jasad-jasad renik tersebut diuraikan oleh bakteri-bakteri ataupun mikroorganisme di

dalam tanah sehingga mengalami pengubahan bentuk menjadi minyak bumi, gas alam,

maupun batu bara. Hal itu menggambarkan bahwa bakteri-bakteri berperan penting dan besar

dalam pembentukan sumber energi fosil yang kita pergunakan selama ini.

Bakteri metanogen merupakan salah satu jenis bakteri yang dapat menghasilkan sumber

energi. Sumber energi yang dapat dihasilkan oleh bakteri ini adalah biogas. Biogas

merupakan gas yang dilepaskan jika bahan-bahan organik difermentasi atau mengalami

proses metanisasi. Proses fermentasi (penguraian material organik) tersebut terjadi secara

anaerob (tanpa oksigen). Biogas terdiri atas beberapa macam gas, antara lain metana (55-

75%), karbon dioksida (25-45%), nitrogen (0-0.3%), hydrogen (1-5%), hidrogen sulfida (0-

3%), dan oksigen (0.1-0.5%). Persentase terbesar dalam biogas ini, metan, membuat gas ini

mudah terbakar dan dapat disamakan kualitasnya dengan gas alam setelah dilakukan

pemurnian terhadap gas metan.

Sumber pembuatan gas metan ini berasal dari bahan-bahan organik yang tidak

memerlukan waktu yang terlalu lama dalam penguraiannya, seperti kotoran hewan,

dedaunan, jerami, sisa makanan, dan sortiran sayur. Dalam menghasilkan gas metan ini,

bakteri metanogen tidak bekerja sendiri. Terdapat beberapa tahap yang harus dilalui dan

memerlukan kerja sama dengan kelompok bakteri yang lain. Berikut ini merupakan tahapan

dalam proses pembentukan biogas .

1.      Hidrolisis

Hidrolisis merupakan penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang

menjadi senyawa yang sederhana. Pada tahap ini, bahan-bahan organik seperti karbohidrat,

lipid, dan protein didegradasi menjadi senyawa dengan rantai pendek, seperti peptida, asam

amino, dan gula sederhana. Kelompok bakteri hidrolisa, seperti Steptococci, Bacteriodes, dan

beberapa jenisEnterobactericeae yang melakukan proses ini.

Page 2: Pembentukan Ch4 Oleh Biogenik

2.      Asidogenesis

Asidogenesis adalah pembentukan asam dari senyawa sederhana. Bakteri

asidogen, Desulfovibrio,pada tahap ini memproses senyawa terlarut pada hidrolisis menjadi

asam-asam lemak rantai pendek yang umumnya asam asetat dan asam format.

3.      Metanogenesis

Metanogenesis ialah proses pembentukan gas metan dengan bantuan bakteri pembentuk

metan seperti Mathanobacterium, Mathanobacillus, Methanosacaria, dan Methanococcus.

Tahap ini mengubah asam-asam lemak rantai pendek menjadi H2, CO2, dan asetat. Asetat

akan mengalami dekarboksilasi dan reduksi CO2, kemudian bersama-sama dengan H2 dan

CO2 menghasilkan produk akhir, yaitu metan (CH4) dan karbondioksida (CO2).

Penghasilan biogas dapat mencapai kondisi optimum jika bakteri-bakteri yang terlibat

dalam proses tersebut berada dalam lingkungan yang nyaman. Berikut ini merupakan

beberapa hal yang perlu diperhatikan agar bakteri-bakteri penghasil biogas dapat

menghasilkan gas secara optimum, yaitu:

1. Lingkungan abiotis

Bakteri yang dapat memproduksi gas metan tidak memerlukan oksigen dalam

pertumbuhannya (anaerobik).  Oleh karena itu, biodigester harus tetap dijaga dalam keadaan

abiotis (tanpa kontak langsung dengan Oksigen (O2)).

2.      Temperatur

Secara umum terdapat 3 rentang temperatur yang disenangi oleh bakteri, yaitu:

a.       Psikrofilik (suhu 0 – 25°C), optimum pada suhu 20-25°C

b.      Mesofilik (suhu 20 – 40°C), optimum pada suhu 30-37°C

c.       Termofilik (suhu 45 – 70°C), optimum pada suhu 50-55°C

Page 3: Pembentukan Ch4 Oleh Biogenik

Temperatur merupakan salah satu hal yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan

bakteri. Menjaga temperatur tetap pada kondisi optimum yang mendukung pertumbuhan dan

perkembangbiakan bakteri, akan meningkatkan produksi biogas.

3. Derajat keasaman (pH)

Bakteri asidogen dan metanogen memerlukan lingkungan dengan derajat keasaman

optimum yang sedikit berbeda untuk berkembangbiak. pH yang rendah dapat menghambat

pertumbuhan bakteri asidogenesis, sedangkan pH di bawah 6,4 dapat meracuni bakteri

metanogenesis. Rentang pH yang sesuai bagi perkembangbiakan bakteri metanogenesis 6,6-7

sedangkan rentang pH bagi bakteri pada umumnya adalah 6,4-7,2. Derajat keasaman harus

selalu dijaga dalam wilayah perkembangbiakan optimum bagi bakteri agar produksi biogas

stabil.

4. Rasio C/N bahan isian

Syarat ideal untuk proses digesti adalah C/N = 25 – 30. Nilai rasio C/N yang terlalu

tinggi menandakan konsumsi yang cepat oleh bakteri metanogenisis, hal itu dapat

menurunkan produksi biogas. Sedangkan rasio C/N yang terlalu rendah akan menyebabkan

akumulasi ammonia sehingga pH dapat terus naik pada keadaan basa hingga 8,5. Kondisi

tersebut dapat meracuni bakteri metanogen. Kadar C/N yang sesuai dapat dicapai dengan

mencampurkan beberapa macam bahan organik, seperti kotoran dengan sampah organik.

Biogas yang dihasilkan oleh sekelompok bakteri yang telah diuraikan di atas, dapat

dijadikan sebagai sumber energi alternatif untuk menggantikan sumber energi fosil yang saat

ini semakin menipis jumlahnya. Meskipun sama-sama dihasilkan oleh mikroorganisme,

namun pembentukan biogas tidak memerlukan waktu yang sangat lama seperti pembentukan

energi fosil.