PEMBELAJARAN TEMATIK PADA ANAK BERKEBUTUHAN …repository.uinjambi.ac.id/3246/1/Skripsi Fitra...

183
PEMBELAJARAN TEMATIK PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PROF. DR SRI SOEDEWI MASJCHUN SOFWAN SH KOTA JAMBI SKRIPSI FITRA SARDISTA NIM. TPG. 161881 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2020

Transcript of PEMBELAJARAN TEMATIK PADA ANAK BERKEBUTUHAN …repository.uinjambi.ac.id/3246/1/Skripsi Fitra...

  • PEMBELAJARAN TEMATIK PADA ANAK BERKEBUTUHAN

    KHUSUS DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PROF. DR

    SRI SOEDEWI MASJCHUN SOFWAN SH

    KOTA JAMBI

    SKRIPSI

    FITRA SARDISTA

    NIM. TPG. 161881

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

    FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    2020

  • PEMBELAJARAN TEMATIK PADA ANAK BERKEBUTUHAN

    KHUSUS AUTIS DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI

    PROF. DR SRI SOEDEWI MASJCHUN SOFWAN SH

    KOTA JAMBI

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

    FITRA SARDISTA

    NIM. TPG. 161881

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

    FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    2020

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

  • vii

    PERSEMBAHAN

    Segala usaha dan perjuangan yang tak pernah luput dari ridho Allah SWT dan

    kedua orang tua, kini diriku tiba di titik yang selama ini ku impikan. Sebuah awal

    dari perjuangan baru untukku menapaki dunia ynag lebih luas dan mencari lebih

    banyak iilmu dunia serta akhirat untuk suatu saat dapat kupersembahkan untuk

    orang lain.

    Kupersembahkan karya kecil nan berharga ini.

    Untukmu wahai malaikat yang selalu menjagaku, yang selalu berada didepan di

    segala kondisiku, yang selalu memberiku segala hal yang aku inginkan hingga

    diriku dapat menggapai cita-citaku. Terimakasih untuk semua usaha dan kerja

    kerasmu untukku selama ini.

    Ayahku tercinta

    ( Sukadi )

    Untukmu wahai malaikat tanpa sayapku, wanita hebat yang selalu menjadi

    inspirasiku, yang selalu memahamiku dalam keadaan apapun, pantang menyerah

    dan membangkitkan semangat saat keterpurukan menerpa, yang selalu memberiku

    dukungan disetiap langkahku untuk menggapai cita-citaku. Terimakasih telah

    mendoakan ku di setiap sujudmu.

    Ibuku tercinta

    (Kasinem )

    Tak terlepas dari semangat saudara perempuanku kakak tercinta ( Kasri ) serta

    kakak iparku (Sardi) yang selalu ada untuk ku dan mengajariku banyak hal sehingga aku bisa sampai di titik sekarang ini. Terimakasih kuucapakan untuk

    semangat dan do’a untukku.

  • viii

    MOTTO

    ﴿٤﴾

    Artinya: “sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang

    sebaik baiknya" (Surah At-Tin ayat: 4).

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulilah, puja dan puji syukur kepada Allah SWT berkat rahmat dan

    hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta

    salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW junjungan umat.

    Penulisan skripsi ni diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

    gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

    Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

    bantuan dan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak yang telah

    memberikan motivasi baik moral maupun materil. Oleh karena itu dalam

    kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terimakasih kepada:

    1. Prof. Dr. H. Suaidi Asy’ari, M.A, Ph.D selaku Rektor UIN Sulthan Thaha

    Saifuddin jambi.

    2. Dr. Rofiqoh Ferawati, Dr. As’ad Isma dan Dr. Bahrul Ulum selaku Wakil

    Rektor I, II, III UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    3. Dr. Hj. Fadlilah selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

    Sulthan Thaha Saifddin Jambi.

    4. Ikhtiati, M.Pd.I dan Nasyariah Siregar, M.Pd.I selaku ketua Program Studi

    dan Sekretaris Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas

    Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    5. Dr. Mahluddin, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Nasyariah

    Siregar, M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan

    waktu dan mencurahkan segala pemikiran demi mengarahkan penulis

    dalam menyelesaikan penyususunan skripsi.

    6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah

    memberikan banyak ilmu pengetahuan kepada penulis.

    7. Bapak Triyono, S.Pd, M.Ed selaku Kepala Sekolah dan Ibu Titin

    Yuniasih, S.Pd selaku wali kelas autis Sekolah Luar Biasa Negeri Prof. Dr.

    Sri Soedewi Masjchun Sofwan SH Kota Jambi.

    8. Kedua orang tua dan keluarga besar yang selalu memberi dukungan dan

    motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  • x

  • xi

    ABSTRAK

    Nama : Fitra Sardista

    Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

    Judul : Pembelajaran Tematik Pada Anak Berkebutuhan

    Khusus di Sekolah Luar Biasa Negeri Prof. Dr.

    Sri Soedewi Masjchun Sofwan SH Kota Jambi

    Skripsi ini membahas tentang pembelajaran tematik di kelas autis yang telah

    menerapkan kurikulum 2013 dalam bentuk tematik, hanya saja terdapat Program

    Khusus (PROKSUS) yang diterapkan di kelas autis yaitu meliputi komunikasi,

    interaksi dan perilaku. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui

    bagaimana proses pembelajaran tematik pada anak autis, 2) untuk mengetahui

    kendala apa saja yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran tematik pada

    anak autis, 3) untuk mengetahui upaya guru dalam mengatasi kendala dalam

    proses pembelajaran tematik pada anak autis.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan

    pendekatan studi kasus. Kemudian pengumpulan data dilakukan dengan

    mengunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis

    data dilakukan dengan tahapan: 1) mereduksi data dengan cara mencatat dan

    merekam data yang di dapat selama di lapangan, 2) menyajikan data dengan

    uraian berbentuk teks naratif, 3) menyimpulkan data atau verifikasi dengan

    menarik kesimpulan secara garis besar.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa kendala yang terjadi dalam proses

    pembelajaran tematik yaitu guru cukup kesulitan menyampaikan materi pelajaran,

    karena kurangnya kemampuan anak autis dalam berkomunikasi dan mengerti apa

    yang guru sampaikan, pelaksanaan pembelajaran yang tidak sepenuhnya

    berdasarkan Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP), kurangnya spesifikasi guru

    berlatar belakang pendidikan luar biasa, media pembelajaran yang terbatas,

    metode pembelajaran yang tidak dapat sepenuhnya diterapkan, kesulitan dalam

    mengevaluasi pembelajaran, sarana dan prasarana yang kurang terpenuhi dalam

    kegiatan belajar mengajar. Upaya dalam mengatasi kendala dalam proses

    pembelajaran tematik yaitu guru mengikuti pelatihan kurikulum 2013 dan KKG

    (Kelompok Kerja Guru) yang diadakan sekolah maupun provinsi, pihak sekolah

    berupaya untuk memenuhi fasilitas sarana dan prasarana sebagai penunjang

    proses pembelajaran tematik pada anak autis tercapai dengan maksimal.

    Kata Kunci : Pembelajaran Autis.

  • xii

    ABSTRACT

    Nama : Fitra Sardista

    Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

    Judul : Pembelajaran Tematik Pada Anak Berkebutuhan

    Khusus di Sekolah Luar Biasa Negeri Prof. Dr.

    Sri Soedewi Masjchun Sofwan SH Kota Jambi

    This thesis discusses thematic learning in autistic classes that have

    implemented the 2013 curriculum in a thematic form, only that there is a Special

    Program (PROKSUS) implemented in the autistic class that includes

    communication, interaction and behavior. The purpose of this study are: 1) to find

    out how the thematic learning process in children with autism, 2) to find out what

    obstacles are faced by teachers in the thematic learning process in children with

    autism, 3) to find out the teacher's efforts in overcoming obstacles in the thematic

    learning process in autistic child.

    The method used in this research is a qualitative method, with a case study

    approach. Then the data collection is done by using the method of observation,

    interviews, and documentation. The data analysis technique was carried out in

    stages: 1) reducing the data by recording and recording data obtained during the

    field, 2) presenting the data in the form of narrative text, 3) concluding the data or

    verification by drawing conclusions in broad outline.

    The results showed that the obstacles that occur in the thematic learning

    process that is quite difficult for teachers to deliver subject matter, due to the lack

    of ability of children with autism to communicate and understand what the teacher

    is conveying, the implementation of learning that is not entirely based on the

    Learning Implementation Plan (RPP), the lack of teacher specifications set in

    behind exceptional education, limited learning media, learning methods that

    cannot be fully implemented, difficulties in evaluating learning, facilities and

    infrastructure that are not met in teaching and learning activities. Efforts to

    overcome obstacles in the thematic learning process, namely teachers attending

    the 2013 curriculum training and KKG (Teacher Working Group) held by schools

    and provinces, the school seeks to meet the facilities and infrastructure facilities to

    support the thematic learning process in children with autism is achieved to the

    maximum.

    Keywords: Autistic Learning.

  • xiii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

    NOTA DINAS ................................................................................................ ii

    NOTA DINAS ................................................................................................ iii

    PENGESAHAN ............................................................................................. iv

    PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................... vi

    PERSEMBAHAN .......................................................................................... vii

    MOTTO ......................................................................................................... viii

    KATA PENGANTAR ................................................................................... ix

    ABSTRAK ..................................................................................................... xi

    ABSTRACT ................................................................................................... xii

    DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii

    DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Fokus Penelitian .................................................................................. 5 C. Rumusan Masalah ............................................................................... 5 D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5 E. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kajian Teoritik .................................................................................... 7 1. Pembelajaran Tematik ................................................................... 7

    a. Pengertian Pembelajaran Tematik ........................................... 7 b. Landasan Pembelajaran Tematik ............................................ 8 c. Prinsip-prinsip Pembelajaran Tematik .................................... 9 d. Karakteristik Pembelajaran Tematik ....................................... 10 e. Buku Ajar Tematik .................................................................. 12

    2. Anak Berkebutuhan Khusus .......................................................... 12 a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus .................................. 12 b. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus ................................. 13 c. Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus ........................ 16 d. Dampak Kelainan Anak Berkebutuhan Khusus ...................... 18

    3. Autis .............................................................................................. 18 a. Pengertian Autis ...................................................................... 18 b. Penyebab Autis ....................................................................... 19 c. Klasifikasi Autis ...................................................................... 21 d. Karakteristik Autis .................................................................. 22

    4. Sekolah Luar Biasa ....................................................................... 24 a. Pengertian Sekolah Luar Biasa ............................................... 24

  • xiv

    b. Kebijakan Pemerintah Dalam Pelayanan Pendidikan SLB ..... 25 B. Studi Relevan ...................................................................................... 27

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Pendekatan dan Desain Penelitian ....................................................... 31 B. Setting dan Subjek Penelitian ............................................................. 31 C. Jenis dan Sumber Data Penelitian ....................................................... 32 D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 33 E. Teknik Analisis Data ........................................................................... 34 F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................. 36 G. Jadwal Penelitian ................................................................................. 38

    BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

    A. Temuan Umum .................................................................................... 39 1. Gambaran Umum Sekolah ............................................................ 39 2. Identitas Sekolah ........................................................................... 40 3. Visi dan Misi Sekolah .................................................................... 41 4. Peserta Didik Baru ........................................................................ 41 5. Struktur Organisasi Sekolah .......................................................... 42 6. Data Siswa ..................................................................................... 43 7. Data Guru ...................................................................................... 44 8. Sarana dan Prasarana ..................................................................... 49 9. Kegiatan Ekstrakurikuler .............................................................. 51

    B. Temuan Khusus dan Pembahasan ....................................................... 52 1. Temuan Khusus .............................................................................. 52 2. Pembahasan .................................................................................... 64

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ......................................................................................... 69 B. Saran .................................................................................................... 71

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    CURICULUM VITAE

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Struktur Organisasi Sekolah ............................................................ 42

    Tabel 4.2 Data Siswa ....................................................................................... 43

    Tabel 4.3 Data Guru ........................................................................................ 44

    Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana ...................................................................... 49

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Surat Pernyataan Responden

    Lampiran 2 :Intrumen Pengumpulan Data

    Lampiran 3 : Wawancara dengan Kepala Sekolah

    Lampiran 4 : Wawancara dengan Guru Kelas Autis

    Lampiran 5 : Wawancara dengan Siswa Autis

    Lampiran 6 : Wawancara dengan Orang tua Siswa

    Lampiran 7 : Lembar Observasi

    Lampiran 8 : Lembar Wawancara

    Lampiran 9 : Lembar Dokumentasi

    Lampiran 10 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    Lampiran 11 : Program Tahunan dan Program Semester

    Lampiran 12 : Silabus Tematik

    Lamporan 13 : Dokumentasi Kegiatan

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

    belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

    mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki potensi spiritual keagamaan,

    pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

    yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang RI

    No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).

    Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk lembaga pendidikan jalur

    pendidikan formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Sekolah

    Dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan pengetahuan, kepribadian,

    akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

    pendidikan lebih lanjut (Permendiknas No 23 Tahun 2006 Tentang Standar

    Kompetensi Lulusan).

    Pembelajaran tematik dalam pendidikan sekolah dasar tidak terlepas dari

    perkembangan akan konsep pendekatan terpadu itu sendiri. Pada dasarnya

    pembelajaran tematik merupakan terapan dari pembelajaran terpadu.

    Kurikulum terpadu cenderung lebih memandang bahwa suatu pokok bahasan

    harus terpadu (integrated) secara menyeluruh. Pembelajaran tematik adalah

    pembelajaran yang diterapkan pada tingkatan pendidikan dasar yang

    menyuguhkan proses belajar berdasarkan tema untuk kemudian

    dikombinasikan dengan mata pelajaran lainnya (Mulyasa, 2013, hal.170).

    Pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan

    yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar.

    Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 Tentang

    Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh

    pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan

    tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20

    Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap

  • 2

    peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan

    pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1b).

    Pendidikan Inklusi 2004 menyatakan bahwa keberadaan anak berkelainan

    dan anak berkebutuhan khusus lainnya di Indonesia berhak mendapatkan

    kesamaan hak dalam berbicara, berpendapat, memperoleh pendidikan,

    kesejahteraan dan kesehatan, sebagaimana yang dijamin oleh UUD 1945; serta

    mendapatkan hak dan kewajiban secara penuh sebagai warga negara.

    Berdasarkan Undang-undang di atas menyatakan bahwa setiap anak

    berhak mendapatkan pendidikan, termasuk pada anak berkebutuhan khusus.

    Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami kelainan atau

    penyimpangan (fisik, mental intelektual, sosial, dan emosional) dalam proses

    pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain

    seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus

    (Grichara, 2013, hal.148).

    Anak berkebutuhan khusus yaitu anak yang jika dilihat secara signifikan

    merupakan seorang anak yang memiliki kelainan, baik dalam fisik, emosional,

    mental ataupun sosial, dalam proses pertumbuhannya jika dibandingkan

    dengan sejumlah anak yang lainnya yang memang seusia dengannya. Seorang

    anak berkebutuhan khusus memiliki kesempatan yang sama dengan siswa

    lainnya hanya saja perlu perlakuan khusus untuk ditempatkan di sekolah yang

    sesuai dengan kondisinya. Salah satu sekolah yang menaungi anak-anak yang

    memiliki keunikan/spesial adalah Sekolah Luar Biasa (SLB). Salah satu bentuk

    anak tersebut adalah anak yang memiliki berkebutuhan khusus yang

    dinamakan anak autis.

    Autisme pada hakikatnya adalah gangguan perkembangan nerobiologi

    yang luas pada anak. Gangguan ini menimbulkan masalah bagi anak, dalam hal

    berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan lingkungan. Anak autis tak

    dapat berinteraksi denganan siapa pun secara berarti, karena ketidakmampuan

    memahami apa yang dimaksud orang lain (Mulyadi dan Sutadi, 2014).

  • 3

    Berdasarkan Observasi awal di Sekolah Luar Biasa Negeri Prof. Dr. Sri

    Soedewi Masjchun Sofwan SH Kota Jambi dengan salah satu guru

    pembelajaran tematik di Sekolah Luar Biasa (SLB) kelas Autis sudah

    menerapkan kurikulum 2013 yang dikemas dalam bentuk tematik, hanya saja

    terdapat kendala pada guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik dan siswa

    yang mengalami kesulitan dalam menerima materi pembelajaran tematik.

    Terdapat program khusus (PROKSUS) yang dilaksanakan dalam waktu empat

    jam/minggunya pada hari senin dan kamis. Program khusus meliputi interaksi,

    komunikasi dan perilaku pada anak autis, dengan adanya program tersebut

    sangat membantu pelaksanaan pembelajaran tematik.

    Interaksi sosial umumnya sulit bagi individu autisme yang ingin berbagi

    pengalaman dengan orang lain. Komunikasi yaitu kesulitan berkomunikasi

    berjangkauan dari ketidakmampuan memproduksi kata-kata yang bermakna

    hingga memahami dan mengkontekskan apa yang dikatakan. Sedangkan

    perilaku yaitu individu dengan autisme cenderung menampilkan perilaku yang

    dianggap orang lain tidak lazim atau tidak biasa (Sastry dan Aguirre, 2014).

    Kurikulum pendidikan khusus disusun dan dilaksanakan dengan

    mengakomodasi hambatan peserta didik, mulai dari kompetensi inti,

    kompetensi dasar dan silabusnya. Buku ajar tematik anak autis dengan buku

    tematik anak normal terdapat perbedaan yang mendasar seperti pada tema dan

    kegiatan pembelajaran yang dikemas lebih sederhana dibandingkan dengan

    buku tematik anak normal lainnya.

    Proses pembelajaran tematik pada anak Autis di Sekolah Luar Biasa

    Negeri Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan SH Kota Jambi menggunakan

    gambar sebagai media pembelajaran dan menggunakan metode khusus yang

    disesuaikan dengan karakteristis siswa autis karena setiap individual anak

    memiliki kemampuan interaksi, komunikasi dan perilaku yang berbeda dalam

    satu kelas, seperti hiperaktif, emosional maupun siswa yang cenderung sulit

    berkomunikasi. Kelas V autis berjumlah empat siswa dalam setiap kelasnya.

  • 4

    Sesuai dengan standar pendidikan maksimal dalam satu kelas terdapat tiga

    siswa autis dengan seorang tenaga pengajar, tetapi dikelas V autis terdapat

    empat siswa, hal tersebut dikarenakan kurangnya tenaga pengajar. Oleh karena

    itu, tenaga pengajar dibidang pendidikan khusus atau pendidikan luar biasa

    (PLB) sangat dibutuhkan agar pendidik mampu menerapkan pembelajaran

    tematik pada anak autis sesuai dengan standar pendidikan khusus.

    Tanggung jawab pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah

    terletak ditangan pendidik yaitu guru SLB yang memiliki pendidikan khusus,

    itu sebabnya para pendidik harus dididik dalam profesi kependidikan, agar

    memiliki kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya

    secara efesien dan efektif, tetapi tidak sedikit guru di Sekolah Luar Biasa

    Negeri Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan SH Kota Jambi yang belum

    memiliki kemampuan pendidikan khusus. Oleh karena itu perlu dilakukan

    penelitian yang lebih mendalam tentang pembelajaran tematik bagi siswa autis

    di Sekolah Luar Biasa Negeri Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan SH

    Kota Jambi yang telah menerapkan pembelajaran dengan kurikulum 2013.

    Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

    penelitian tentang pembelajaran tematik pada anak berkebutuhan khusus

    autis. Peneliti memilih kelas ini karena dalam proses pembelajaran anak autis

    belum berhasil sepenuhnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

    dengan judul “Pembelajaran Tematik pada Anak Berkebutuhan Khusus di

    Sekolah Luar Biasa Negeri Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan SH

    Kota Jambi”.

  • 5

    B. Fokus Penelitian

    Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang dikemukakan di atas

    maka untuk memudahkan penelitian lebih lanjut peneliti akan memfokuskan

    penelitiannya sebagai berikut:

    1. Subyek penelitian ini adalah anak berkebutuhan khusus autis kelas V di

    Sekolah Luar Biasa Negeri Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan SH

    Kota Jambi.

    2. Penelitian ini berfokus pada tema aku dan sekolahku dan sub tema

    pramuka.

    3. Proses pembelajaran tematik pada anak berkebutuhan khusus autis.

    C. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana proses pembelajaran tematik pada anak berkebutuhan

    khusus autis kelas V?

    2. Apa saja kendala yang di hadapi guru dalam proses pembelajaran

    tematik pada anak berkebutuhan khusus autis kelas V?

    3. Bagaimana upaya guru mengatasi kendala pada proses pembelajaran

    tematik pada anak berkebutuhan khusus autis kelas V?

    D. Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

    untuk mengetahui:

    1. Proses pembelajaran tematik pada anak berkebutuhan khusus autis kelas V

    di Sekolah Luar Biasa Negeri Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan SH

    Kota Jambi.

    2. Kendala yang di hadapi guru dalam proses pembelajaan tematik pada anak

    berkebutuhan khusus autis kelas V di Sekolah Luar Biasa Negeri Prof. Dr.

    Sri Soedewi Masjchun Sofwan SH Kota Jambi.

    3. Upaya guru dalam mengatasi kendala dalam proses pembelajaran pada

    anak berkebutuhan khusus autis kelas V di Sekolah Luar Biasa Negeri

    Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan SH Kota Jambi.

  • 6

    E. Kegunaan Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan, wawasan dan

    pengalaman tentang hal-hal yang berkaitan dengan peranan guru dalam

    mendidik anak berkebutuhan khusus, karena dengan melihat realita yang

    ada secara langsung akan memudahkan untuk mengkaji masalah tersebut

    sehingga dapat mengambil manfaat dari penelitian ini.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi lembaga (sekolah)

    Sebagai bahan pertimbangan dalam mengasuh, membina,

    mengarahkan, membimbing anak berkebutuhan khusus dan sebagai

    informasi untuk mendorong semua civitas akademik menerapkan

    manajemen guru dan sekolah sebaik-baiknya dengan tujuan pada

    efektifitas pendidikan anak berkebutuhan khusus sehingga dapat

    berjalan dengan lancar.

    b. Bagi pendidik

    Sebagai acuan dan masukan serta kritik konstruktif terutama dalam

    mendidik anak berkebutuhan khusus.

    c. Bagi peneliti

    Sebagai sarana untuk mengintegrasikan keterampilan dan

    pengetahuan serta memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar

    sarjana strata satu (S1) dalam bidang pendidikan Guru Madrasah

    Ibtidaiyah di Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN STS JAMBI.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kajian Teoritik

    1. Pembelajaran Tematik

    a. Pengertian Pembelajaran Tematik

    Menurut Majid (2017, hal.80) pembelajaran tematik adalah salah

    satu model pembelajaran terpadu (integreted instruction) yang

    merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik

    secara individu maupun kelompok aktif menggali dan menemukan

    konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan

    otentik.

    Sedangkan menurut Setiawan (2018, hal. 20) pembelajaran tematik

    adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan prinsip pembelajran

    terpadu menggunakan topik atau tema. Tema berfungsi sebagai

    pemersatu beberapa muatan mata pelajaran dengan melibatkan

    pengalaman peserta didik guna mendapatkab pengalaman belajar yang

    bermakna.

    Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang memadukan antara

    berbagai mata pelajaran atau bidang studi dengan menggunakan tema

    tertentu. Tema tersebut kemudian diulas atau dilaborasi dari berbagai

    sudut pandang baik dari pandangan ilmu pengetahuan, humaniora

    maupun agama, sehingga memberikan pengalaman bermakna bagi anak

    didik (Kadir dan Hanun, 2014)

    Berdasarkan Kemendikbud (2013, hal.193) pembelajaran tematik

    dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu.

    Pembelajaran terpadu menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan

    pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam

    satu kali tatap muka, untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi

    peserta didik. Peserta didik dalam memahami sebuah konsep yang

    mereka pelajari selalu melalui pengalaman langsung dan

    menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya

  • 8

    Beragam defenisi yang dikemukakan oleh para ahli dan kementerian

    pendidikan dan kebudayaan, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa

    pada umumnya pembelajaran tematik/terpadu adalah pembelajaran yang

    menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan antara beberapa isi mata

    pelajaran dengan pengalaman kehidupan nyata sehari-hari siswa-siswi,

    sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

    b. Landasan Pembelajaran Tematik

    Menurut Majid (2014, hal.87-88) Landasan pembelajaran tematik

    mencakup:

    1) Landasan Filosofis

    Aliran progresivisme yakni memandang proses pembelajaran

    perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah

    kegiatan suasana yang alamiah (natural), serta memperhatikan

    pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme yakni berupaya melihat

    pengalaman siswa secara langsung (direct experiences) sebagai kunci

    dalam pembelajaran. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja

    dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterprestasikan sendiri

    oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah

    jadi, melainkan suatu proses yang terus-menerus. Keaktifan siswa

    yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam

    perkembangan pengetahuannya.

    2) Landasan Psikologi

    Pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi

    perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi

    perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/ materi

    pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat

    keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan

    peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal

  • 9

    bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan

    kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.

    3) Landasan Yuridis

    Pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau

    peraturan yang mendukung pelakanaan pembelajaran tematik di

    sekolah dasar. Landasan Yuridis tersebut adalah UU No .23 tahun

    2002 tentang perlindungan anak yang menyatakan bahwa setiap anak

    berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka

    pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasanya sesuai dengan

    minat dan bakatnya. UU No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

    Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan

    pendidikan berhak mendapakan pelayanan pendidikan sesaui dengan

    bakat minat dan kemampunya.

    c. Prinsip Pembelajaran Tematik

    Menurut Setiawan (2018, hal.21) mengklasifikasikan prinsip-prinsip

    pembelajaran tematik menjadi lima macam, yaitu:

    1) Prinsip perencanaan pembelajaran

    Merupakan dasar/landasan dalam proses pembelajaran tematik.

    Keterukuran pembelajaran tematik bergantung pada seberapa banyak

    mata pelajaran yang diintegraskan dan ketersediaan media-media

    pembelajaran yang dibutuhkan. Semakin banyak mata pelajaran yang

    dipadukan, akan semakin sulit pelaksanaan pembelajaran

    dilaksanakan.

    2) Penentuan tema

    Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan

    tema. Tema dalam pembelajaran tematik merupakan sarana atau alat

    untuk mengajarkan kompetensi dasar/indikator. Keberadaan tema

    bersifat dinamis, bisa di sesuaikan dengan kondisi dan lingkungan

    belajar peserta didik.

  • 10

    3) Prinsip proses pembelajaran

    Pembelajaran tematik, guru sebagai fasilitator dan mediator yang

    bertugas menerjemahkan kurikulum/materi ajar yang terpadu agar

    menjadi lebih mudah dicerna. Hakikat proses pembelajaran tematik

    adalah kemampuan guru dalam mengintegrasikan materi belajar

    menjadi padu dan harmonis.

    4) Prinsip evaluasi

    Prinsip evaluasi pembelajaran tematik menghendaki evaluasi

    menyeluruh yaitu evaluasi yang mencakup mapel-mapel yang

    diintegrasikan dan evaluasi parsial yaitu evaluasi yang dilakukan

    berdasarkan mata pelajaran.

    5) Prinsip terukur

    Prinsip terukur adalah seorang guru harus memikirkan jumlah

    mata pelajaran, bidang studi, dan muatan pelajaran yang akan

    diintegrasikan di dalam proses pembelajaran. Tidak semua muatan

    pelajaran mudah untuk diintegrasikan. Kesesuaian/keterukuran

    berdasarkan kompetensi dasar/indikator menjadi variabel utama yang

    perlu dipahami guna mempertahankan kebermaknaan di dalam

    pembelajran tematik.

    d. Karakteristik Pembelajaran Tematik

    Menurut Rusman (2015, hal. 146-147) sebagai suatu model

    pembelajaran di sekolah, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-

    karakteristik sebagai berikut:

    1) Berpusat pada siswa

    Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Hal

    ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak

    menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih

    banyak berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan-

    kemudahan pada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

  • 11

    2) Memberikan pengalaman langsung pada anak

    Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung

    pada siswa (directexperiences). Dengan pengalaman langsung ini,

    siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar

    untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

    3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

    Pembelajaran tematik pemisah antarmata pelajaran menjadi tidak

    begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-

    tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

    4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

    Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai

    mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian,

    siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini

    diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-

    masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

    5) Bersifat luwes/fleksibel

    Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat

    mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran

    yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan

    keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

    6) Hasil pembelajaran berkembang sesuai dengan minat, bakat dan

    kebutuhannya

    Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang

    dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

    7) Menggunakan prinsip bermain sambil belajar.

    Guru dalam membimbing siswanya yang masih usia dini, ada

    baiknya dalam setiap pembelajaran ynag dilakukan diaplikasikan

    dengan melalui kegitan permainan. Kegiatan bermain sambil belajar

    tidak hanya disukai oleh anak-anak melainkan juga sangat bermanfaat

    bagi perkembangan anak dan dapat mendapatkan banyak pengalaman

    yang berharga melalui bermain.

  • 12

    e. Buku Ajar Tematik

    Buku ajar tematik merupakan buku guru yang dipersiapkan

    pemerintah dalam rangka implementasi Kurikulum 2013. Buku ini

    disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak dibawah koordinasi

    kementerian pendidikan dan kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap

    awal penerapan Kurikulum 2013. Buku tematik dalam langkah-langkah

    kegiatan pembelajaran menerapkan pendekatan saintifik yaitu

    (mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan komunikasi)

    dengan penilaian otentik.

    Sedangkan pada buku ajar tematik pada anak berkebutuhan khusus

    autis, kurikulum disusun dan dilaksanakan dengan mengakomodasi

    hambatan peserta didik, mulai dari kompetensi inti, kompetensi dasar dan

    silabusnya. Kurikulum dikembangkan secara fleksibel sesuai dengan

    kebutuhan setiap individu anak autis dan harus disesuaikan dengan

    kemampuan masing-masing.

    Buku ajar tematik anak autis dengan buku tematik pada umumnya

    terdapat perbedaan diantaranya buku tematik pada anak autis yaitu tema

    dan kegiatan pembelajarannya lebih sederhana dibandingkan dengan

    buku tematik untuk anak normal pada umumnya. Standar penilian

    kriteria ketuntasan minimal (KKM) anak autis lebih rendah dibandingkan

    dengan anak pada umumnya (Permendiknas No 20 Tahun 2007 tentang

    Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah).

    2. Anak Berkebutuhan Khusus

    a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

    Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memiliki kebutuhan

    khusus sementara atau permanen sehingga membutuhkan pelayanan

    pendidikan secara lebih intens. Kebutuhan tersebut disebabkan karena

    kelainan atau bawaan dari lahir atau karena masalah tekanan ekonomi,

    politik, sosial, emosi, dan perilaku menyimpang. Berkebutuhan khusus

    karena anak tersebut memiliki kelainan dan berbeda dengan anak normal

    pada umumnya (Wijaya, 2019, hal.2).

  • 13

    Menurut Marlina (2019, hal. 6) anak berkebutuhan khusus diartikan

    sebagai seorang anak yang memiliki hambatan perkembangan dan

    hambatan belajar termasuk di dalamnya anak-anak penyandang cacat dan

    mereka memerlukan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan

    hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual.

    Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam pendidikan

    memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada

    umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini mengalami hambatan dalam

    belajar dan perkembangannya atau dengan kata lain anak dengan

    problema belajar (Cahya, 2013, hal.5).

    Sedangkan menurut Grichara (2013, hal.148) Anak berkebutuhan

    khusus adalah anak yang mengalami kelainan atau penyimpangan (fisik,

    mental intelektual, sosial, dan emosional) dalam proses pertumbuhan

    atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya

    sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

    Beragam defenisi yang dikemukakan oleh para ahli, dapat diambil

    sebuah kesimpulan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang

    mengalami kelainan dengan karakteristik khusus yang membedakan

    dengan anak normal pada umumnya serta memerlukan pendidikan

    khusus sesuai dengan jenis kelainannya.

    b. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

    Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus diklasifikasikan atas beberapa

    kelompok, antara lain (Marlina, 2019, hal. 11):

    1) Anak dengan Gangguan Penglihatan (Tunanetra)

    Anak bergangguan penglihatan adalah anak yang memiliki

    gangguan daya penglihatan, berupa kebutaan menyeluruh atau

    sebagian, dan walaupun tekah diberi pertolongan dengan alat-alat

    bantu khusus. Anak tunanetra terdiri dari buta total (blind) dan kurang

    penglihatan (low vision).

  • 14

    2) Anak dengan Gangguan Pendengaran (Tunarungu)

    Anak yang mengalami gangguan pendengaran adalah mereka

    ynag mengalami kehilangan pendengaran meliputi pengaruh gardiasi

    atau tingkatan baik ringan, sedang, berat dan sangat berat, yang

    mengakibatkan pada gangguan komunikasi dan bahasa. Keadaan ini

    walaupun telah diberikan alat bantu mendengar tetap memerlukan

    pelayanan pendidikan khusus.

    3) Anak dengan Gangguan Intelektual Rendah (Tunagrahita)

    Tunagrahita merupakan kondisi yang ditandai dengan

    kemampuan mental jauh di bawah rata-arata, memiliki hambatan

    dalam penyesuaian diri secara sosial, berkaitan dengan adanya

    kerusakan organik pada susunan saraf pusat dan tidak dapat

    disembuhkan serta membutuhkan layanan pendidikan khusus, layanan

    multididiplin, dan dirancang secara individual.

    4) Anak dengan Gangguan Fisik dan Motorik (Tunadaksa)

    Anak yang mengalami fisik atau motorik adalah anak yang

    mengalami ganguan fisik berkaitan dengan tulang, otot, sendi, dan

    sistem persarafan, sehingga memerlukan layanan pendidikan khusus

    agar kemamuannya berkembang secara optimal. Anak tunadaksa rata-

    rata mengalami gangguan psikologis yang cenderumg merasa malu,

    rendah diri, dan sensitif serta memisahkan diri dari lingkungannya.

    5) Anak Berbakat (Anak Gifted dan Talend)

    Anak berbakat adalah anak yang ditunjukkan dengan kemampuan

    tingkat kecerdasan atau kemampuan umumdi atas rata-rata. Anak

    berbakat diantaranya: anak unggul, anak berkemampuan istimewa,

    anak superior, anak genius. Kemampuan individu dapat dikategorikan

    menjadi dua yaitu, kemampuan khusus dan kemampuan umum.

    6) Anak Berkesulitan Belajar (Children with Learning Disabilitas)

    Anak Children with Learning Disabilitas yaitu anak yang

    memiliki intelegensi normal atau bahkan superior, tetapi sulit belajar

    dalam satu atau beberapa bidang tertentu, dan mungkin unggul dalam

  • 15

    bidang lain. Salah satu ciri dari kesulitan belajar adalah dugaan

    adanya gangguan fungsi otak, yang disebabkan oleh adanya sel otak

    yang rusak.

    7) Anak Lambat Belajar (Slow Leaner)

    Anak Slow Leaner adalah anak yang memiliki intelegensi berada

    pada taraf perbatasan dengan IQ 75-85 (berdasarakan tes baku).

    Lambat belajar bukan termasuk golongan kecerdasan di bawah rata-

    rata. Anak ini umumnya berada di sekolah reguler. Penyebab lambat

    belajar karena keterbatasan kapasitas intelektual, yakni adanya

    keterbatasan kemampuan dalam memecahkan masalah secara cepat

    dan tepat.

    8) Anak Autisme (Autistic Spectrum Disorder)

    Autisme merupakan gangguan perkembangan yang berat, akibat

    adanya kerusakan atau masalah perkembangan pada otak yang

    mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan berhubungan

    dengan orang lain. Penyandang autisme memiliki gangguan dalam

    interaksi sosial, komunikasi, tidak memahami gerak-gerik tubuh,

    ekspresi muka dan suara datar (monoton), juga mengalami gangguan

    imajinasi dan pola perilaku berulang-ulang.

    9) Anak dengan Gangguan Emosi dan Perilaku

    Anak tunalaras sering disebut dengan gangguan emosional yang

    sering mengalami konflik baik dengan orang lain maupun dengan diri

    sendiri. Mereka mengalami kesulitan untuk bermain atau belajar

    bersama anak lain. Anak tunalaras mengalami kesulitan beradaptasi

    dengan kehidupan masyarakat, sering berkelahi, dan tidak disukai oleh

    anak-anak lain pada umumnya, karena ketidakmampuannya menjalin

    hubungan persahabatan, maka anak tunalaras oleh awam seing disebut

    juga anak nakal.

  • 16

    10) Anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas

    (GPPH)

    Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)

    merupakan perilaku yang berkembang secara tidak sempurna dan

    timbul pada anak-anak dan orang dewasa. Perilaku yang dimaksud

    berupa kekurangmampuan dalam hal menaruh perhatian, pengontrolan

    gerak hati, serta pengendalian motorik. Keadaan yang demikian

    menjadi masalah bagi anak-anak (penderita) terutama dalam

    memusatkan perhatian terhadap pelajaran sehingga akan menimbulkan

    kesukaran di dalam kelas.

    Berdasarkan klasifikasi anak berkebutuhan khusus diatas, peneliti

    memfokuskan pada anak berkebutuhan khusus autis. Autisme adalah

    gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya gangguan

    pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi

    sosial, komunikasi dan perilaku. Gejalanya biasa muncul pada anak-anak

    yang tampak tumbuh normal, sampai usia antara satu hingga tiga tahun.

    Beberapa orang penyandang autis berkondisi nonverbal, tetapi yang

    lain dapat berbicara dan berkomunikasi dengan lebih normal. Setiap

    individual anak autis memiliki kemampuan yang berbeda dalam

    komunikasi maupun bahasa, hal tersebut berpengaruh pada

    perkembangan intelegensi seorang anak. Pembagian kelas anak autis

    disesuaikan dengan kemampuan setiap individual siswa bukan

    berdasarkan umurnya.

    c. Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus

    Menurut Suparno dkk (2007) beberapa faktor penyebab untuk anak

    berkebutuhan khusus antara lain :

    1) Faktor heriditer

    Faktor herediter terjadi karena kelebihan kromosom yang

    diakibatkan oleh kesamaan gen pada pasangan suami istri. Selain

    itu,usia ibu waktu hamil juga sangat berpengaruh terhadap kelahiran

  • 17

    anak. Usia ibu saat hamil diatas 35 tahun memiliki resiko yang cukup

    tinggi untuk melahirkan anak berkebutuhan khusus.

    2) Faktor infeksi

    Faktor infeksi disebabkan adanya berbagai serangan penyakit

    infeksi yang dapat menyebabkan baik langsung maupun tidak

    langsung terjadinya kelainan seperti TORCH toksoplasma, rubella,

    cytomegalo virus, herpes, polio, meningitis.

    3) Faktor keracunan

    Keracunan dapat secara langsung pada anak ,maupun melalui ibu

    hamil.munculnya FAS(Fetal Achohol Syndrome) adalah keracunan

    janin yang disebabkan ibu mengkonsumsi alcohol yang berlebihan,

    kebiasaan kauman ibu mengkonsumsi obat bebas tanpa pengawasan

    dokter merupakan potensi keracunan pada jenis. Jensi makanan yang

    dikonsumsi bayi yang banyak mengandung zat-zat berbahaya

    merupakan salah satu penyebab. Adanya polusi pada berbagai sarana

    kehidupan terutama pencemaran udara dan air.

    4) Trauma

    Kejadian yang tidak terduga yang langsung pada anak seperti

    proses kelahiran yang sulit sehingga memerlukan pertolongan yang

    mengandung resiko tinggi mengakibatkan kekurangan oksigen pada

    otak. Bencana alam juga bisa menyebabkan anak memiliki kebutuhan

    khusus. Seperti cacat fisik dan gangguan mental.

    5) Kekurangan gizi

    Masa tumbuh kembang sanga berpengaruh terhadap tingkat

    kecerdasan anak terutama pada 2 tahun pertama kehidupan .

    kekurangan gizi dapat terjadi karena adanya kelainan metabolism

    maupun penyakit-penyakit pada anak seperti cacingan

  • 18

    d. Dampak Kelainan Anak Berkebutuhan Khusus

    Suparno dkk (2007) mengemukakan bahwa dengan adanya kelainan

    seorang anak dapat mengalami hambatan yang akibat pada aspek

    fisiologis, psikologis, dan sosial.

    1) Dampak fisiologis

    Dampak fisiologis terutama terjadi pada anak-anak yang

    mengalami kelainan yang berkaitan dengan fisik termasuk sensori-

    motor terlihat pada keadaan fisik penyandang kebutuhan khusus

    kurang mampu mengkoordinasi gerak antara lain:kurang mampu

    koordinasi sensori motor,melakukan gerak yang tepat dan terarah,

    serta menjaga kesehatan.

    2) Dampak psikologis

    Dampak psikologis timbul berkaitan dengan kemampuan jiwa

    lainya, karena keadaan mental yang labil akan menghambat proses

    kejiwaan dalam tanggapan terhadap tuntutan sosiologis.

    3) Dampak sosiologis

    Dampak sosiologis terjadi karena adanya hubungan dengan

    kelompok atau individu disekitarnya terutama keluarga dan saudara-

    saudaranya. Kehadiran anak berkebutuhan khusus dikeluarga suatu

    unit sosial menganggap dengan hadirnya anak berkebutuhan khusus

    merupakan musibah, kesedihan dan beban yang berat. Semua

    masalah dikeluarga tersebut merupakan dampak sosiologis yang

    harus ditanggung oleh keluarga.

    3. Autis

    a. Pengertian Autis

    Menurut Jamaris (2015, hal.227) autisme adalah keadaan yang

    disebabkan oleh kelainan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku

    yang sangat kaku dan pengulangan perilaku. Autisme sendiri merupakan

    gangguan yang meliputi area kognitif, emosi, perilaku, sosial, termasuk

  • 19

    juga ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang-orang di

    sekelilingnya. Anak yang autis akan tumbuh dan berkembang dengan

    cara yang berbeda di bandingkan dengan anak-anak normal lainnya.

    Anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan

    yang khas mencakup persepsi, linguistik, kognitif, komunikasi dari yang

    ringan sampai yang berat, dan seperti hidup di dunianya sendiri, ditandai

    dengan ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal dan non verbal

    dengan lingkungan eksternalnya (Koswara, 2013, hal. 11).

    Sedangkan menurut Yuwono, (2012, hal. 26) berpendapat bahwa

    pengertian autisme dimuat dalam IDEA (Individuals with Disabilitas

    Education Act) yakni masalah perkembangan yang secara signifikan

    berdampak pada kemampuan komunikasi verbal, non verbal, interaksi

    sosial yang umumnya terjadi sebelum umur tiga bulan.

    Beragam definisi yang dikemukakan oleh para ahli, dapat diambil

    sebuah kesimpulan bahwa autisme merupakan suatu gangguan

    perkembangan pervasif yang mengganggu fungsi kognitif dan

    mempengaruhi kemampuan bahasa, komunikasi, perilaku, dan interaksi

    sosial. Anak autis cenderung melakukan kegiatan yang ia sukai secara

    berulang-ulang.

    b. Penyebab Autis

    Autisme adalah gangguan perkembangan yang mencakup bidang

    komunikasi, interaksi, dan perilaku. Gejala autis mulai tampak pada anak

    sebelum mencapai usia tiga tahun. Gangguan autistik ditandai dengan

    tiga gejala utama yaitu gangguan interakasi sosial, gangguan komunikasi,

    dan perilaku yang stereotipik. Apabila interaksi membaik, sering kali

    gangguan komunikasi dan perilaku akan membaik secara otomatis.

    Komunikasi tidak selalu identik dengan bicara, dapat dilakukan secara

    nonverbal (Desiningram, 2016).

    Menurut Wiyono dalam (Usop, 2014, hal. 11) secara spesifik, faktor-

    faktor yang menyebabkan anak menjadi autistik belum ditemukan secara

  • 20

    pasti, meskipun secara umum ada kesepakatan di dalam lapangan yang

    membuktikan adanya keberagaman tingkat penyebabnya. Hal ini

    termasuk bersifat genetik, metabolik, dan gangguan syaraf pusat,

    gangguan pencernaan hingga keracunan logam berat. Struktur otak yang

    tidak normal seperti hydrocephalus juga dapat menyebabkan autistik.

    Penyebab autisme secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu

    genetik dan lingkungan. Faktor genetik telah ditemukan gen autis yang

    diturunkan orang tua kepada beberapa anak autis. Sedangkan faktor

    lingkungan adalah terkontaminasinya lingkungan oleh zat-zat beracun,

    pangan, gizi, dan akibat raksenasi (Winarno, 2013, hal.17)

    Selain hal tersebut, terdapat faktor lain yang menyebabkan autisme

    pada anak yaitu interaksi antara lingkungan dan gen. Jika seorang anak

    menderita autisme, terdapat risiko besar bahwa anak lain yang lahir dari

    orang tua sama akan memilikinya juga (berdasarkan rasio dasar 0,7

    persen, kemungkinan saudara-saudaranya sekandung adalah 4 sampai 10

    persen). Mengidentifikasi penyebab genetik akan memampukan

    mengenali anak bagaimana yang berisiko terserang autisme. Tes genetik

    memungkinkan intervensi lebih awal diberikan bagi anak yang berisiko

    terserang autis (Sastry dan Aguirre, 2014).

    Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa gejala

    anak berkebutuhan khusus autis terlihat sebelum usia tiga tahun, dengan

    gangguan utama pada interaksi, komunikasi dan perilaku yang berulang

    dan tidak bervariasi. Hal ini disebabkan oleh faktor genetik, metabolik,

    gangguan syaraf pusat, gangguan pencernaan, dan lingkungan yang telah

    terkontaminasi oleh zat-zat beracun.

  • 21

    c. Klasifikasi Autis

    Menurut Surna dan Paderoit (2014, hal. 20) mengklasifikasikan

    kedalam lima jenis gangguan perkembangan yang terjadi pada anak autis

    antara lain:

    1) Autistic Disorder Autism

    Autis yang muncul sebelum usia tiga tahun dan ditunjukkan

    dengan imajinasi serta adanya perilaku berulang pada minat dan

    aktivitas tertentu.

    2) Asperger’s Syndrome

    Autis yang terhambat pada perkembangan interaksi sosial dan

    adanya minat dan aktivitas yang terbatas, secara umum menunjukkan

    keterlambatan bahasa dan berbicara, serta memiiki tingkat intelegensi

    rata-rata hingga di atas rata-rata.

    3) Pervasive Developmental Disorder-Not Otherwise Specified

    Merujuk pada istilah atypical autis. Autis jenis PDD-NOS adalah

    seorang anak autis yang tidak menunjukkan keseluruhan kriteria pada

    diagnosis tertentu (autis aspergers dan rett’s syndrome).

    4) Rett’s Syndrome

    Autis yang lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang

    terjadi pada anak laki-laki. Anak mengalami gangguan perkembangan

    yang normal kemudian terjadi kemunduran/kehilangan kemampuan

    yang dimilikinya. Kehilangan kemampuan fungsi tangan yang

    digantikan dengan gerakan-gerakan tangan yang berulang-ulang pada

    rentang usia 1-4 tahun.

    5) Childhood Disintegrative Disorder

    Menunjukkan kemampuan perkembangan anak yang normal

    selama 2 tahun pertama usia perkembangan, kemudian tiba-tiba

    kehilangan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai sebelumnya.

  • 22

    d. Karakteristik Autis

    Menurut Jamaris (2015, hal.228-230) anak autis timbul dengan

    gejala yang beragam, tetapi keberagaman tersebut masih dapat

    diklasifikasikan ke dalam empat bagian, yaitu: (1) kelainan dalam

    interaksi sosial, (2) kelainan dalam komunikasi, (3) kelainan dalam

    perhatian, dan (4) perilaku yang berulang.

    1) Kelainan dalam Interaksi Sosial

    Kelainan interaksi sosial yang dikenal dengan istilah ASD, yang

    biasanya telah terlihat sejak usia dini. Bayi yang terdeteksi autism

    memperlihatkan perhatian yang sangat kurang pada stimulus diberikan

    kepadanya, seperti: tersenyum, canda orang tua kepadanya, jarang

    melihat pada orang lain, tidak merespons apabila namanya dipanggil.

    Anak usia dini yang mengalami autism dapat dibedakan dengan jelas

    dari anak normal. Anak autis menunjukkan kelemahan dalam bahasa

    pemahaman dan menafsirkan isi bahasa. Oleh sebab itu, dalam

    berkomunikasi dengan anak atau individu autis perlu lebih sabar dan

    dengan ucapan kalimat yang tidak cepat.

    2) Kemampuan Berkomunikasi

    Berbagai penelitian yang dilakukan terhadap anak autis

    menunjukkan bahwa dua pertiga, bahkan sampai setengah dari jumlah

    anak autis tidak mengalami perkembangan bahasa dan komunikasi

    secara normal sehingga ia mengalami kesulitan dalam bahasa dan

    komunikasi. Kelainan dalam kemampuan berkomunikasi pada

    hakikatnya telah muncul sejak bayi, yang mencakup terlambat dalam

    meraba, menunjukkan isyarat-isyarat yang aneh, tidak merespons

    sapaan, dan ungkapan vokal yang tidak sesuai dengan apa yang

    dicontohkan oleh orang tua atau pengasuhnya.

    3) Perilaku Berulang

    Individu autis menunjukkan berbagai bentuk pengulangan

    perilaku atau perilaku yang tetap tidak berubah. Keberagaman

  • 23

    pengulangan perilaku tersebut dikelompokkan ke dalam beberapa

    bagian dan pengelompokan. Kategori tersebut adalah sebagai berikut:

    a) Stereotype, yaitu pengulangan gerakan, seperti bertepuk tangan,

    mengeluarkan bunyi, suara tertentu, menggoyangkan kepala atau

    badan.

    b) Compulsive behavior, yaitu perilaku yang bertujuan untuk

    mengikuti peraturan, seperti membariskan sejumlah mainan.

    Susunan terbaik tidak akan diubah dan selalu dilakukannya pada

    waktu menyusun benda atau mainan.

    c) Sameness, yaitu perilaku yang tidak mau berubah, misalnya

    mempertahankan agar suatu benda terletak pada tempatnya dan

    tidak boleh diubah dan diganggu.

    d) Ritualistic Behaviore, yang mencakup tidak memvariasikan pola

    kegiatan sehari-hari, misalnya tidak mau menu makan atau

    minuman yang berbeda.

    e) Resticted Behavior, yaitu perilaku yang terbatas dan terfokus pada

    minat dan aktivitas tertentu.

    f) Self-injured, yaitu perilaku melukai diri dan dilakukan berulang-

    ulang, seperti menarik-narik kulit tangan, menggigit-gigit tangan,

    membentur-benturkan kepala.

    g) Tidak ada perilaku berulang yang spesifik bagi anak autis, akan

    tetapi yang dapat menetap adalah meningkatnya pola perilaku

    berulang dan keparahan ini berlanjut.

    Sedangkan menurut Koswara (2013, hal. 12) anak autis memiliki

    karakteristik yang khas bila dibandingkan dengan anak berkebutuhan

    khusus lainnya. Secara umum anak autis memiliki karakateristik sebagai

    berikut:

    1) Tidak memiliki kontak mata dengan orang lain atau lingkungan

    sekitarnya. Anak autis umumnya tidak dapat melakukan kontak mata

    atau menatap guru, orangtua atau lawan bicaranya ketika melakukan

    komunikasi.

  • 24

    2) Anak autis sangat selektif terhadap rangsang, seperti tidak suka

    dipeluk, merasa seperti sakit kepala ketika dibelai guru atau

    orangtuanya. Beberapa anak ada yang sangat terganggu dengan

    warna-warna tertentu.

    3) Respon stimulasi diri yang mengganggu interaksi sosial. Anak autis

    seringkali melakukan atau menunjukkan sikap seperti mengepak-

    ngepakkan tangan, memukul-mukul kepala, menggigit jari tangan

    ketika measa kesal atau merasa panik dengan situasi lingkungan yang

    baru dimasukinya.

    4) Anak autis umumnya senang bermain sendiri, hal ini karena anak

    tidak melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya. Oleh karena

    itu anak autis jangan dibiasakan bermain sendiri.

    5) Anak autis pada umumnya melakukan gerakan tubuh yang khas,

    seperti menggoyang-goyangkan tubuh, jalan berjinjit, menggerakan

    jari ke meja dan memperlihatkan ekspresi wajah yang datar sehingga

    sulit membedakan apakah anak sedang merasa senang, sedih ataupun

    marah.

    4. Sekolah Luar Biasa (SLB)

    a. Pengertian Sekolah Luar Biasa

    Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sebuah institusi pendidikan yang

    menyelenggarakan Pendidikan Luar Biasa (PLB) dan sekolah khusus

    bagi penyandang kecacatan tertentu. Ketika seorang anak diidentifikasi

    mempunyai kelainan, pendidikan luar biasa sangat diperlukan.

    Pendidikan Sekolah Luar Biasa adalah lembaga pendidikan yang

    bertujuan membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik

    dan/atau mental, perilaku dan sosial agar mampu mengembangkan sikap,

    pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota

    masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan

    lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan

    kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan

    (Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1993).

  • 25

    SLB berdasarkan sejarahnya ditujukan untuk peserta didik Anak

    Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan masing-masing kekhususannya.

    Jenis kekhususan tersebut menjadi landasan pendirian sebuah SLB.

    Sekolah Luar Biasa dibagi menjadi beberapa bagian menurut jenis

    ketunaan anak, yaitu :

    1) SLB bagian A untuk tunanetra

    2) SLB bagian B untuk tunarungu

    3) SLB bagian C untuk tunagrahita (C untuk tunagrahita ringan dan C1

    untuk tunagrahita sedang)

    4) SLB bagian D untuk tunadaksa (D untuk tunadaksa ringan dan D1

    untuk tunadaksa sedang)

    5) SLB bagian E untuk tunalaras

    6) SLB bagian F untuk autisme

    7) SLB bagian G untuk tunaganda (Mangunsong, 2016, hal. 182).

    Anak autis berhak mendapatkan pendidikan seperti anak normal

    lainnya, tetapi tidak seperti sekolah pada umumnya, yaitu di Sekolah

    Luar Biasa (SLB) yakni sekolah yang menaungi anak berkebutuhan

    khusus.

    b. Kebijakan Pemerintah dalam Pelayanan Pendidikan SLB

    Pendidikan khusus (special education) adalah setiap program yang

    diberikan bagi siswa yang mempunyai ketidakmampuan dan bukan atau

    selain program pendidikan umum di ruang kelas. Setiap disrtrik sekolah

    menawarkan kepada anak yang mengalami kebutuhan khusus berbagai

    jenis layanan yang di maksudkan agar cukup untuk memenuhi kebutuhan

    semua anak (Slavin, 2019, hal. 264).

    Pelayanan pendidikan anak yang berkebutuhan khusus digunakan

    dalam upaya menjelaskan tentang program dan pelayanan yang berlaku

    dalam penyelenggaraan sistem pendidikan bagi anak-anak yang

    mengalami kesulitan/keterbatasan dalam mengikuti program pendidikan

    dengan berbagai alasan dan membutuhkan bantuan khusus termasuk

  • 26

    keterbatasan fisik dan belajar serta kebutuhan sosial (Surna dan

    Pandeirot, 2014, hal. 198).

    Kebijakan dan strategi direktorat pembinaan Sekolah Luar Biasa

    dalam pelayanan pendidikan khusus dan pendidikan pelayanan khusus

    Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

    Departemen Pendidikan Nasional. Visinya adalah terwujudnya pelayanan

    pendidikan optimal untuk mencapai kemandirian bagi anak-anak

    berkebutuhan khusus serta yang mempunyai potensi kecerdasan dan

    bakat istimewa.

    Sedangkan misinya adalah memperluas kesempatan dan pemerataan

    pendidikan bagi anak-anak yang mempunyai kesulitan dalam mengikuti

    proses pembelajaran dan anak-anak yang mempunyai potensi kecerdasan

    dan bakat istimewa, meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan khusus

    dan pendidikan layanan khusus meningkatkan kepedulian dan

    memperluas jejaring tentang pendidikan khusus dan pendidikan layanan

    khusus, mewujudkan pendidikan inklusif secara baik dan benar

    dilingkungan sekolah biasa, sekolah luar biasa, maupun

    keluarga/masyarakat.

    Warga negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental,

    intelektual, dan /atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.

    Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

    memiliki tingkat kesulitan dalam proses pembelajaran karena kelainan

    fisik, emosioanal, mental, sosial dan /atau memiliki potensi kecerdasan

    dan bakat istimewa (UU No. 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

    Pasal 48 ayat 1).

    Anak berkebutuhan khusus berhak mendapatkan layanan pendidikan,

    layanan sosial, layanan bimbingan dan konseling dan jenis layanan

    lainnya yang bersifat khusus sehingga anak berkebutuhan khusus berhak

    mendapat pendidikan di sekolah untuk menuntut ilmu, memperoleh

    pendidikan serta pembelajaran seperti anak normal lainnya karena anak-

    anak berkebutuhan khusus tersebut memiliki Sekolah Luar Biasa (SLB),

  • 27

    dan sekolah SLB terdapat tahapan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB),

    Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) dan Sekolah

    Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) yang tahapannya disesuaikan

    dengan kemampuan siswa, bukan berdasarkan umurnya.

    Sedangkan peneliti memfokuskan pada anak berkebutuhan khusus

    autis yang menempuh pendidikan di SLB tahap pertama yaitu Sekolah

    Dasar Luar Biasa (SDLB) khususnya dikelas V autis. Teknis layanan

    pendidikan jenis pendidikan khusus untuk peserta didik yang berkelainan

    atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat

    diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus

    pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

    B. Studi Relevan

    1. Penelitian yang dilakukan oleh Titi Ivony, pada tahun 2016, Universitas

    Negeri Semarang dengan judul “Strategi Pembelajaran Anak Autis di SLB

    Autisma Yogasmara, Semarang”. Penelitian ini memfokuskan pada strategi

    pembelajaran yang diterapkan pada anak autis, sedangkan penulis

    memfokuskan pada pembelajaran tematik anak autis. Adapun persamaannya

    yaitu pada proses pembelajaran anak autis, hanya saja peneliti tersebut pada

    strategi pembelajaran, sedangkan penulis mencakup secara keseluruhan dari

    proses pembelajaran anak autis, mulai dari perencanaan sampai pada tahap

    evaluasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran

    yang diterapkan di SLB Autisma Yogasmara ada 4 macam, yaitu Sensori

    Integrasi, Terapi Bermain, Terapi Okupasi dan Intervensi Perilaku,

    semuanya disesuaikan dengan kebutuhan anak itu sendiri.

    2. Penelitian yang dilakukan oleh Lady Silalahi, pada tahun 2017, Universitas

    Sumatera Utara dengan judul “Pembelajaran Anak Autis (Studi Etnografi

    pada Anak Autis dalam Proses Belajar di Sekolah Luar Biasa Taman

    Pendidikan Islam di Kota Medan)”. Penelitian ini memfokuskan tentang

    bagaimana komunikasi pembelajaran nonverbal anak autis dalam proses

    belajar. Sedangkan penulis memfokuskan pada pembelajaran tematik pada

  • 28

    anak autis. Adapun persamaannya yaitu tertuju pada proses pembelajaran

    pada anak autis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan serta

    perhatian terhadap anak autis sangatlah membantu seorang guru dalam

    memahami makna dari perilaku anak tersebut sehingga dapat tercapai target

    belajar dalam suatu proses sistem pembelajaran di kelas.

    3. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Sari Usop, pada tahun 2014,

    Universitas Muhammadiyah Palangkaraya dengan judul “Model yang

    Diberikan oleh Guru pada Anak Autis di SLB Negeri 1 Palangkaraya”.

    Penelitian ini memfokuskan pada model belajar pada anak autis. Sedangkan

    penulis memfokuskan pada pembelajaran tematik pada anak autis. Adapun

    persamaan nya yaitu tertuju pada proses belajar anak autis. Hasil penelitian

    ini menunjukkan bahwa ditemukan perbedaan karakteristik yang dimiliki

    oleh anak autis. Perbedaan tersebut dapat ditinjau dari kemampuan dalam

    berbicara dan kemampuan dalam proses belajar.

    4. Penelitian yang dilakukan oleh Aisti Siwi dan Nisa Anganti, pada tahun

    2017, Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul “Strategi

    Pengajaran Interaksi Sosial pada Anak Autis”. Penelitian ini memfokuskan

    pada interaksi sosial anak autis. Sedangkan penulis memfokuskan pada

    pembelajaran tematik anak autis. Persamaannya yaitu tertuju pada

    pembelajaran anak autis. Penelitian ini menunjukkan guru dan orangtua

    dapat menggunakan strategi yang dilakukan dan mudah dipahami oleh

    anaknya, seperti mengajarkan disiplin, merangsang panca indera pada anak

    agar anak dapat belajar merespon dengan baik.

    5. Penelitian yang dilakukan oleh Desti Widiani dan Siti Wangidah, pada

    tahun 2016, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan

    judul “Pendidikan Karakter bagi Anak Autis di Sekolah Khusus Taruna Al-

    qur’an Yogyakarta”. Penelitian ini memfokuskan pada pendidikan karakter

    bagi anak autis. Sedangkan penulis memfokuskan pada pembelajaran

    tematik anak autis. Persamaannya yaitu tertuju pada pendidikan anak autis.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembangunan nilai karakter pada

    ank autis diimplementasikan melalui beberapa strategi yaitu prinsip dasar

  • 29

    layanan anak berkebutuhan khusus, pembiasaan dan pembudayaan yang

    baik di sekolah, keteladanan, akhlak aplikatif dan terapi Al-qr’an.

    Berdasarkan studi relevan diatas merupakan sebuah penelitian dengan

    suatu pokok bahasan tertentu, misalnya dari segi strategi pembelajaran anak

    autis, studi etnografi pada anak autis, model pembelajaran anak autis, interaksi

    sosial pada anak autis maupun pendidikan karakter bagi anak autis.

    Adapun yang membedakan penelitian ini dengan yang lainnya adalah lebih

    menekankan pada poses pembelajaran tematik, kendala guru dalam

    menghadapi anak autis, dan upaya guru dalam mengatasi kendala yang

    dihadapi guru dalam proses pembelajaran tematik. Adapun persamaan

    penelitian ini dengan penelitian lainnya adalah tertuju pada pendidikan anak

    berkebutuhan khusus autis dengan tujuan pada efektifitas pendidikan anak

    berkebutuhan khusus autis seperti pembelajaran anak autis maupun

    penanganan interaksi sosial anak autis, yang diharapkan dapat berjalan dengan

    lancar dan jadikan acuan serta masukan serta kritik konstruktif terutama dalam

    mendidik anak berkebutuhan khusus autis.

  • 31

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Pendekatan dan Desain Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena dalam

    melakukan tindakan kepada subyek penelitian yang sangat diutamakan adalah

    holistik/utuh, kompleks, dinamis dan penuh makna, yakni dalam proses

    pembelajaran sebagai upaya meningkatkan motivasi, kegairahan dan prestasi

    belajar melalaui tindakan yang dilakukan. Pendekatan ini juga digunakan

    untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

    eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik

    pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan) analisis data

    bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna

    dari pada generalisasi (Sugiyono, 2014, hal.1).

    Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode studi kasus, yakni

    meneliti suatu kasus atau fenomena tertentu yang ada dalam masyarakat yang

    dilakukan secara mendalam untuk mempelajari latar belakang, keadaan,

    interaksi yang terjadi. Studi kasus dilakukan pada suatu kesatuan sistem yang

    berupa program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok individu yang ada pada

    keadaan atau kondisi tertentu.

    B. Setting dan Subjek Penelitian

    1. Setting Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa Negeri Prof. Dr. Sri

    Soedewi Masjchun Sofwan SH Kota Jambi mengenai proses pembelajaran

    tematik pada anak berkebutuhan khusus autis.

    2. Subjek Peneliti

    Subjek penelitian adalah seseorang atau lapangan yang akan dijadikan

    penelitian atau sumber yang dapat di teliti dengan metode dialog sekaligus

    menjadikan data dalam penelitian. Subjek penelitian ini ditujukan kepada

    kepala sekolah, wali kelas V autis, orang tua dan siswa autis kelas V.

  • 32

    Sekolah Luar Biasa Negeri Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun SH Kota

    Jambi untuk peneliti mengumpulkan informasi dan data.

    C. Jenis dan Sumber Data

    1. Jenis Data

    Data dan informasi yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian

    yang peneliti lakukan dalam mengumpulkan data yang berkaitan dengan

    kelengkapan data yang ingin diteliti, maka di perlukan dua jenis data yaitu

    data primer dan data sekunder. Data primer adalah jenis data yang secara

    langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan data sekunder

    adalah jenis data yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul

    data (Sujarweni, 2019, hal.74). Data tersebut yang meliputi:

    a. Data Primer

    Data primer yang diperoleh oleh peneliti adalah hasil wawancara

    dengan kepala sekolah, wali kelas V autis, siswa autis dan orang tua

    kelas V autis Sekolah Luar Biasa Negeri Prof. Dr. Sri Soedewi

    Masjchun SH Kota Jambi.

    b. Data Sekunder

    Data primer yang diperoleh oleh peneliti adalah berupa dokumen

    sekolah, arsip, dan berupa foto atau gambar dari Sekolah Luar Biasa

    Negeri Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun SH Kota Jambi.

    2. Sumber Data

    Menurut Lofland dan Lofland 91984, hal. 47) dalam Moleong (2014,

    hal. 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan

    tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

    Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat

    diperoleh. Sumber data ini digunakan untuk mempermudah proses

    penelitian, adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:

    a. Sumber data berupa manusia, yakni kepala sekolah, guru, siswa dan

    orang tua kelas V autis.

    b. Sumber data berupa proses pembelajaran tematik.

  • 33

    c. Sumber data berupa dokumentasi, berupa foto kegiatan, arsip

    dokumentasi resmi yang berhubungan dengan keberadaan sekolah baik

    jumlah siswa dan sistem pembelajaran di sekolah.

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Penelitian ini menggunakan tiga macam teknik pengumpulan data,

    diantaranya:

    1. Observasi (Observation)

    Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan

    pengamatan dan pencatatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak

    pada objek penelitian (Sujarweni, 2019, hal. 75).

    Observasi ini dilakukan dengan mengamati dan mencatat langsung

    terhadap objek penelitian, yaitu mengamati kegiatan-kegiatan yang

    dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran pada anak berkebutuhan

    khusus autis kelas V di Sekolah Luar Biasa Negeri Prof. Dr. Sri Soedewi

    Masjchun Sofwan SH Kota Jambi. Observasi yang dilakukan dalam

    penelitian ini terhadap subyek menggunakan pedoman observasi yang

    disusun sebagai berikut:

    a. Proses perencanaan pembelajaran tematik kelas V autis Sekolah Luar

    Biasa Negeri Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan SH Kota Jambi.

    b. Proses pelaksanaan pembelajaran tematik kelas V autis Sekolah Luar

    Biasa Negeri Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan SH Kota Jambi.

    c. Proses evaluasi pembelajaran tematik kelas V autis Sekolah Luar Biasa

    Negeri Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan SH Kota Jambi.

    2. Wawancara

    Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

    dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

    mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan

    jawaban atas pertanyaan Moleong (2014, hal. 186).

    Pedoman wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara

    terstruktur, pewawancara menyusun instrumen pertanyaan yang akan

  • 34

    diajukan kepada narasumber penelitian adalah kepala sekolah, wali kelas V

    autis, beberapa siswa dan orang tua kelas V autis.

    Peneliti melakukan wawancara mengenai proses pembelajaran tematik,

    yaitu perencanaan pembelajaran (RPP), media pembelajaran, metode

    pembelajaran, sarana dan prasarana, langkah-langkah kegiatan

    pembelajaran, evaluasi pembelajaran serta berbagai bentuk kegiatan lain

    yang berkaitan dengan pembelajaran tematik kelas V autis Sekolah Luar

    Biasa Negeri Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan SH Kota Jambi.

    3. Dokumentasi (Documentation )

    Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

    bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

    seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,

    sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang

    berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.

    Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa

    gambar, patung, film, dan lain-lain. studi dokumen merupakan pelengkap

    dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian

    kualitatif (Sugiyono, 2015, hal.326).

    Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang

    bersumber dari arsip dan dokumen yang berada di Sekolah Luar Biasa

    Negeri Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan SH Kota Jambi berupa

    profil sekolah, data sekolah serta foto-foto yang berkaitan dengan sekolah

    maupun foto tentang proses pembelajaran tematik kelas V autis.

    E. Teknik Analisis Data

    Menurut Sugiyono (2016, hal. 244) analisis data adalah proses mencari

    dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,

    catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke

    dalam kategori, menjabarkan ke dala unit-unit, melakukan sintesa, menyusun

    kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan

  • 35

    membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang

    lain.

    1. Reduksi Data

    Reduksi data diartikan sebagai mencatat secara teliti dan rinci data yang

    diperoleh dari lapangan yang jumlahnya cukup banyak, semakin lama

    peneliti kelapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan

    rumit, untuk itu perlu segera dilakukan analaisis data. Mereduksi data

    berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-

    hal yang penting. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

    yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan

    data selanjutnya (Sugiyono, 2016, hal. 247). Penelitian ini data diperoleh

    melalui catatan lapangan dan wawancara kemudian data tersebut dirangkum

    dan diseleksi sehingga akan memberikan gambaran yang jelas kepada

    peneliti.

    2. Penyajian Data

    Langkah selanjutnya setelah data direduksi adalah menyajikan data.

    Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

    hubungan antar kateori, flowchart dan sejenisnya. Menurut Miles dan

    Huberman (1984) menyatakan yang paling sering digunakan untuk

    menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif

    (Sugiyono, 2016, hal. 249).

    Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan teks yang bersifat

    naratif. Penyajian data dilakukan dengan mengelompokkan data sesuai

    dengan sub bab-nya masing-masing data yang telah di dapatkan dari hasil

    wawancara dari sumber tulisan maupun dari sumber pustaka.

    3. Kesimpulan/Verifikasi

    Langkah yang terakhir dilakukan dalam analisis dan kualitatif adalah

    penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan

    masih bersifat sementara dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-

    bukti yang kuat yang mendukung pada tahap awal, didukung oleh bukti-

    bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

  • 36

    mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

    kesimpulan yang kredibel.

    Kesimpulan dalam penulisan kualitataif merupakan temuan baru yang

    sebelumnya belum pernah ada, temuan dapat berupa deskripsi atau

    gambaran suatu subjek objek yang sebelumnya kurang jelas setelah diteliti

    menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau

    teori (Sugiyono, 2016, hal. 252-253).

    F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

    Pemeriksa keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbarui dari

    konsep keshahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas). Pemeriksaan

    keabsahan data didasarkan atas kriteria tertentu. Kriteri atersebut terdiri dari

    derajat kepercayaan (credibility), kebergantungan (dependability), dan

    kepastian (confirmability). Dalam peneliti ini peneliti mengecek keabsahan

    data menggunakan teknik :

    1. Meningkatkan Ketekunan

    Teknik ini dimaksudkan untuk melakukan pengamatan secara lebih

    cermat, penguji kredilitas dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan

    dengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasil peneliti dengan

    cermat (Sugiyono, 2016, hal. 272). Sebagai bekal peneliti untuk

    meningkatkan ketekunan dengan membaca berbagai referensi buku

    maupun hasil peneliti atau dokumentasi yang terkait dengan proses

    pembelajaran tematik pada anak berkebutuhan khusus autis kelas V.

    2. Kecukupan Referensi

    Referensi di sini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data

    yang telah ditemukan oleh peneliti (Sugiyono, 2016, hal. 275).

    Kecukupan referensi, peneliti menggunakan alat bantu perekam, kamera

    atau video. Kecukupan referensi membantu peneliti dalam wawancara

    kepada informasi dan mengamati fenomena yang terjadi di lapangan

    sesuai dengan fokus peneliti dengan mengambil gambar atau vidio. Data

    dan informasi yang diperoleh dapat di gunakan sebagai dasar untuk

  • 37

    menguji data ketika diadakan analisis data dan penafsiran sehingga

    peneliti tidak lagi mengalami kesulitan ketika menyusun laporan dari

    peneliti tersebut.

    3. Triangulasi

    Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data atau

    pembanding data. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan

    sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan

    berbagai waktu (Sugiyono, 2016, hal.273). Peneliti mengumpulkan data

    sekaligus menguji kredibilitas data yaitu mengecek data dari berbagai

    teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Triangulasi berarti

    peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda

    untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Teknik triangulasi yang

    digunakan dalam penelitian ini yaitu:

    a. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang

    telah diperoleh melalui beberapa sumber. Peneliti berusaha

    membandingkan data dari hasil wawancara guru, kepala sekolah,

    siswa dan orang tua kelas V autis.

    b. Triangulasi teknik dilakukan untuk menguji kredilitas data yang

    dilakukan dengan teknik yang berbeda. Penelitian ini berusaha

    membuktikan data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.

  • 38

    G. Jadwal Penelitian

    JADWAL PENELITIAN

    No Kegiatan

    Bulan

    Maret April Juli September Oktober Januari Febuari

    1. Pengajuan

    Judul

    2. Penulisan

    Proposal

    3. Permohonan

    Dosen

    Pembimbing

    4. Bimbingan

    dan

    Perbaikan

    Proposal

    5. Batas akhir

    Perbaikan

    Proposal

    6. Seminar

    Proposal

    7. Bimbingan

    dan

    Perbaikan

    Proposal

    8. Batas Akhir

    Perbaikan

    Proposal

    9. Pengesahan

    Judul dan

    Riset

    10. Mulai Riset √

  • 39

    BAB IV

    TEMUAN DAN PEMBAHASAN

    A. Temuan Umum

    1. Gambaran Umum Sekolah Luar Biasa Negeri Prof. Dr. Sri Soedewi

    Masjchun Sofwan SH Kota Jambi

    Sekolah Luar Biasa Negeri Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan,

    SH berdiri sejak tahun 1982 atas prakarsa Ketua Dharma Wanita Provinsi

    Jambi, Ibu Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH. Seorang guru

    besar Universitas Gajah Mada dan juga Istri dari Gubernur Jambi 2

    periode tahun (1970-1989). SLB diresmikan langsung oleh ibu Tien

    Soeharto pada tanggal 4 April 1984.

    Sekolah Luar Biasa (SLB) secara resmi dengan persetujuan DPRD

    Propinsi Jambi tanggal 3 November 1982 No.14/kpts/Dprd/1982, diberi

    nama “Sekolah Luar Biasa (SLB) Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun

    Sofwan SH“. Nama ini diberikan dengan maksud untuk menghormati

    jasa almarhumah Ibu Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan SH, atas

    jasa almarhumah yang telah memprakarsai berdirinya lembaga

    pendidikan yang bersifat kemanusiaan, juga untuk kemajuan di daerah

    provinsi Jambi.

    Awalnya, sejak berdiri sampai tahun 2004 SLB beralamat di Jl.

    Letjen Suprapto no. 35 samping RS. Umum Raden Mattaher Jambi.

    Namun sejalan perkembangan dan bertambahnya jumlah siswa, sejak

    tanggal 29 November 2004 akhirnya pindah ke lokasi baru yang terletak

    di Jl. Depati Parbo Telanaipura Kota Jambi.

    Tanggal 25 Mei 2018 terbit SK Gubernur Jambi

    No.548/KEP.GUB/DISDIK-2.1/2018, tanggal 14 Mei 2018 tentang

    penetapan penegriannya sehingga menjadi Sekolah Luar Biasa Negeri

    (SLBN) Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan SH Kota Jambi

  • 40

    2. Identitas Sekolah

    a. Nama Sekolah : SLBN Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun

    Sofwan SH Kota Jambi

    b. Alamat Sekolah : Jl. Depati Perbo Kel. Pematang Sulur Kec.

    Telanaipura

    - Kelurahan : Pematang Sulur

    - Kecamatan : Telanaipura

    - Kota : Jambi

    - Provinsi : Jambi, KP 36126,

    - Website : www. Dlbjambi.sch.id

    - Email : [email protected]

    Telp. 0741-61979 Fax. 0741-670278

    c. Status Sekolah : Negeri

    Tahun Pendirian : 1984

    Nomor Pokok Sekolah 10504944

    Nasional :

    d. Legalitas Kelembagaan

    Nomor Statistik : 91.4.10.60.01.001

    Sekolah

    SK Pendirian SLB : Nomor 94/1984tanggal 26 Maret 1984

    Izin Operasi