Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
-
Upload
arwin-soelaksono -
Category
Documents
-
view
294 -
download
3
description
Transcript of Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
AUSTRALIA - INDONESIA FACILITY FOR DISASTER REDUCTION
BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA
Arwin Soelaksono & Wawan Budianto
PEMBELAJARAN
PASCA BANJIR BANDANG
24 JULI 2012
KOTA PADANG
Arwin Soelaksono Konsultan Protokol Humanitarian dan Hubungan Internasional
AIFDR-BNPB
www.humanitarian-development.org
Wawan Budianto Konsultan Analis Pengurangan Resiko Bencana Propinsi Sumatera Barat
AIFDR-BNPB
1 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
KATA PENGANTAR
Kejadian banjir bandang di Kota Padang pada tanggal 24 Juli 2012
merupakan hal yang tidak terduga. Kita bersyukur tak satupun ada korban
jiwa dalam bencana ini. Namun kejadian ini merupakan pengalaman berarti
yang perlu dimaknai dan dipelajari.
Pengamatan dimulai tepat pada saat bencana terjadi dan dilanjutkan pada
masa tanggap darurat. Kami menemukan hal-hal baru yang perlu dikaji
lebih lanjut. Hal ini mendorong kami untuk mempelajari kecenderungan
serta hubungan sebab akibat yang muncul dalam penanganan banjir
bandang ini. Semangat dari pembelajaran yang kami lakukan adalah upaya
untuk melihat peluang dimana penanganan bencana dapat lebih baik lagi.
Secara khusus kami menyoroti pemahaman masyarakat akan potensi
bencana serta implikasi pengetahuan tersebut terhadap kebijakan
pemerintah dan kesiap-siagaan masyarakat.
Dokumen pembelajaran ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih bagi
ketangguhan masyarakat Kota Padang dan Propinsi Sumatera Barat. Hal ini
penting mengingat propinsi ini rawan bencana sehingga ketangguhan
masyarakat perlu terus dibangun. Karena sifatnya sebagai pembelajaran,
maka dokumen ini terbuka bagi kritik maupun saran dari pembacanya.
Arwin Soelaksono & Wawan Budianto
2 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
Ucapan terima kasih
Kami mengucapkan banyak terima kasih sehingga pembelajaran banjir
bandang di Kota Padang pada tanggal 24 Juli 2012 bisa disusun. Kami
berterima kasih untuk kerjasama dan diskusi yang dilakukan sekalipun
kesibukan pada masa tanggap darurat begitu tinggi dan melelahkan. Oleh
karena itu ijinkan kami berterima kasih pada para pihak yang telah
memberikan banyak informasi yang bermanfaat dalam penulisan dokumen
pembelajaran ini yakni:
Kepala Pelaksana BPBD Kota Padang: Drs. H. Dedi Henidal MM
Koordinator Pusat Pengendali Operasi Penanganan Bencana
(PUSDALOPS PB) BPBD Sumatera Barat: Ade Edward
Kabid Kedaruratan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Padang
Staff PUSDALOPS PB BPBD Sumatera Barat: Suryadi
Staff PUSDALOPS PB BPBD Sumatera Barat: Agus
Staff BPBD Sumatera Barat: Surung Sinaga
Staff PUSDALOPS PB BPBD Kota Padang: Hendra
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia:
Irina Rafliana.
Kelompok Siaga Bencana Kota Padang: Jafar
Serta kepada para penyelia kami atas dukungan penuh dalam
pembelajaran ini yakni:
Kepala Biro Hukum dan Kerjasama BNPB: Drs. R. Sugiharto
Kepala Pelaksana BPBD Sumatera Barat: Ir. Yazid Fadli MM
Senior Program Manager, Training & Outreach AIFDR:
Widya Setiabudi
3 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
DAFTAR ISI
Kata pengantar 1
Ucapan terima kasih 2
Daftar Isi 3
Ringkasan Eksekutif 5
Bab I Pendahuluan 11
1.1. Latar belakang 11
1.2. Tujuan pembelajaran 12
1.3. Waktu dan metode pembelajaran 12
1.4. Produk pembelajaran 12
Bab III Lingkup pembelajaran 13
Bab III Bencana banjir bandang 15
3.1. Kronologis kejadian dan kerugian banjir bandang 15
3.2. Daerah terdampak banjir bandang 16
Bab IV Pengamatan dan diskusi tentang manajemen bencana 18
4.1. Manajemen bencana yang dijalankan BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD Kota Padang
18
4.2. Kesiapsiagaan masyarakat dalam upaya mengurangi resiko bencana
24
4.3. Peranan Information and Communication Technology (ICT) dan media massa dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat
25
4.4. Pengaruh dari program-program NGO dalam hal pengembangan kapasitas masyarakat dan BPBD dibidang kesiapsiagaan
26
4.5. Kontribusi dunia usaha dalam peningkatan kinerja masyarakat dan BNPB dalam penanggulangan bencana.
27
Bab V Diskusi dan Rekomendasi 28
5.1. Urgensinya peningkatan akan pemahaman potensi bencana 28
5.2. Replikasi Pengembangan Kapasitas Manjemen Bencana Bagi BPBD
29
5.3. Pendidikan siaga kebencanaan yang berkesinambungan 30
4 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
bagi masyarakat dengan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan
5.4. Perbaikan infrastruktur yang terintegrasi dan upaya sinergi program pengurangan resiko bencana
31
Appendix 1 Term of Reference Pembelajaran Bencana Banjir
Bandang Padang 24 Juli 2012
33
Appendix 2 Program Pengembangan Kapasitas Pada Masa
Pemulihan Dini Sumatera Barat 2010
36
Appendix 3 Perkiraan Penyebab Banjir Bandang 38
Appendix 4 Banjir Bandang di Koto Kaciak dan Koto Gadang 40
Rekapitulasi Data Dampak Bencana Banjir Bandang Kota Padang
24 Juli 2012
43
Referensi 44
Daftar singkatan 45
5 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
RINGKASAN EKSEKUTIF
Banjir bandang yang terjadi pada tanggal 24 Juli 2012 di Kota Padang cukup
mengejutkan. Dampak kerugiannya secara ekonomi sebesar Rp.
271.365.000.000,- dan membuat 4.399 warga mengungsi. Tidak ada korban
jiwa dalam musibah ini namun sekalipun demikian semua pihak terpanggil
untuk mempelajari kejadian ini supaya semakin kecil kerugian apabila
bencana datang lagi.
Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR) menugaskan
Konsultan Protokol Humanitarian dan Hubungan Internasional serta
Konsultan Analis Pengurangan Resiko Bencana Propinsi Sumatera Barat
untuk melakukan pembelajaran tersebut. Berdasarkan pengamatan
lapangan dan diskusi yang dilakukan hasil pembelajaran dipaparkan dalam
dokumen ini.
Kedua Konsultan AIFDR ini menemukan beberapa hal yang menjadi potensi
di masa depan yang perlu untuk terus dikembangkan dan diperkuat. Di
bawah ini disampaikan secara ringkas sebagai berikut:
Tujuan Pembelajaran
Mengingat besarnya dampak banjir bandang ini dilingkup sosial maupun
ekonomi maka pembelajaran adalah mendesak untuk dilakukan. Penting
untuk diamati, pengaruh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
beserta unsur masyarakat dalam hal kesiapsiagaan maupun dalam
penanganan bencana. Terkait dengan hal tersebut, langkah-langkah para
pemangku kepentingan pada masa tanggap darurat diamati dalam hal
pemenuhan kebutuhan dasar para penyintas. Pembelajaran ini mengamati
rangkaian periode kesiapsiagaan dan tanggap darurat yang diharapkan
menemukan usulan langkah perbaikan. Diharapkan pula mencari
pembelajaran yang baik dan yang bisa direplikasi di tempat lain.
Pengamatan dan Diskusi
Dalam kerangka bersinergi dengan program Capacity Development Support
Program (CDSP) AIFDR-BNPB, maka studi ini perlu dibatasi cakupan
aspeknya. Aspek-aspek tersebut terdapat dalam Term of Reference (TOR)
yang terdapat pada Appendix 1. Di bawah ini secara singkat dipaparkan
pengamatan dan diskusi dari ke 5 aspek bidang pembelajaran ini:
6 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
1. Peran BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD Kota Padang
dalam hal manajemen penanggulangan bencana.
Hal ini meliputi manajemen aliran informasi waspada bencana, efektivitas
penyaluran bantuan, sinergi kedua institusi tersebut serta strategi mitigasi
bencana yang spesifik.
Manajemen aliran informasi waspada bencana. 21/2 jam sebelum luapan
banjir mencapai rumah penduduk, Pusat Pengendalian Operasi
Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB) BPBD Sumatera Barat
menyebarkan peringatan bahaya bencana ke media massa elektronik. Hal
tersebut adalah bagian dari mekanisme peringatan dini. Namun dalam
pengamatan, ditemukan bahwa tidak semua media elektronik yang
mendapat informasi dari PUSDALOPS PB langsung meneruskannya kepada
masyarakat.
Terputusnya komunikasi bisa jadi karena stasiun radio tidak ingin
menimbulkan kepanikan masyarakat. Oleh karena itu salah satu yang perlu
dikembangkan pada media elektronik adalah metode penyampaian
peringatan dini yang proporsional. Berita yang proporsional akan
mendorong masyarakat untuk bersiaga namun tidak panik.
Efektivitas penyaluran bantuan. Dalam hal ini ditemukan kesigapan BPBD
Sumatera Barat dan BPBD Kota Padang. Karena dalam waktu sekitar 6 jam
setelah luapan Sungai Batang Kuranji mencapai rumah penduduk, lokasi
pengungsian telah disiapkan. Logistik mulai dari makanan hingga tenda
serta perlengkapannya sudah disiapkan. Perihal jumlah dan jenis bantuan
yang didistribusikan adalah hasil keputusan rapat yang segera diambil
setelah mengetahui data pengungsi. Bahan bantuannya sendiri adalah
diambil dari gudang BPBD Provinsi Sumatera Barat yang memang sudah
dipersiapkan bila ada situasi bencana.
Namun dalam pengamatan ini belum didapat data perihal kecocokan jenis
dan jumlah bantuan bagi para penyintas.
Sinergi BPBD Provinsi dan BPBD Kota. Selama pengamatan ditemukan
kegiatan yang saling mengisi antara BPBD Kota Padang dan BPBD Provinsi
Sumatera Barat. BPBD Kota Padang lebih langsung turun ke masyarakat
yang terkena bencana sedangkan BPBD Provinsi Sumatera Barat
mengefektifkan dukungan dari perangkat pemerintah.
Di Sumatera Barat, BPBD Provinsi dan BPBD Kota serta Kabupaten dalam
kurun waktu lebih lebih dari 2 tahun ini telah menjalani berbagai
pengembangan kapasitas. Kegiatan yang saling mengisi yang disebutkan di
7 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
atas adalah salah satu bukti keberhasilan dari pengembangan kapasitas
tersebut.
Strategi mitigasi bencana yang spesifik. Dalam pengamatan, ditemukan
dokumen kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami.
Selain itu ditemukan rambu-rambu di jalan raya yang menunjukkan arah
evakuasi tsunami. Namun selama pengamatan dilakukan tidak ditemukan
dokumen kesiapsiagaan terhadap bahaya banjir bandang ataupun banjir
besar yang membawa lumpur dan material padat lainnya.
2. Kesiapsiagaan masyarakat dalam upaya mengurangi risiko
bencana. Pada bagian ini pengamatan dilakukan dengan mengambil sudut
pandang dari kacamata masyarakat itu sendiri. Pengamatan tersebut
adalah kesiapan masyarakat untuk melakukan evakuasi dan pemenuhan
kebutuhan masyarakat pada saat tanggap darurat.
Sesungguhnya terdapat 21/2 jam waktu yang bisa digunakan untuk
evakuasi. Namun sebagian warga dievakuasi setelah daerah tesebut
digenangi banjir yang hampir mencapai atap rumah. Perihal partisispasi
masyarakat, ditemukan upaya masyarakat menghubungi PUSDALOPS PB
untuk melaporkan situasi banjir. Namun belum ditemukan indikasi aktifitas
masyarakat menanyakan konfirmasi tentang potensi bencana banjir pada
saat PUSDALOPS mengeluarkan peringatan potensi bencana.
Tentang pemenuhan kebutuhan masyarakat pada saat tanggap darurat,
Tim Kaji Cepat yang melakukan assessment di lapangan. Kebutuhan
masyarakat dilaporkan kepada Pos Komando (POSKO) Utama BPBD Kota
Padang untuk dapat dipenuhi. Namun dari pengamatan ditemukan ada
masyarakat yang menyampaikan informasi bahwa mereka belum
menerima bantuan.
Untuk keluhan seperti di atas POSKO Utama memeriksa keabsahan
pengaduan tersebut. Selain itu dukungan dari Sekretariat Bersama Pecinta
Alam yang ikut melakukan distribusi bantuan meningkatkan akuntabilitas
penyaluran bantuan.
3. Peranan Information and Communication Technology (ICT) dan
media massa dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat. Sesuai
mekanisme yang berlaku, BMKG akan menginformasikan potensi bencana
yang akan terjadi pada media massa. Demikian halnya pada PUSDALOPS
yang segera menginformasikan potensi bahaya tersebut pada media
melalui Blackberry Messenger. Namun ternyata seperti telah disebutkan
sebelumnya, tidak semua radio meneruskan berita ini kepada masyarakat.
8 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
4. Pengaruh dari program-program Non-Government Organization
(NGO) lokal dan internasional dalam hal pengembangan kapasitas
masyarakat dan BPBD dibidang kesiapsiagaan. Pasca gempa 2009
berbagai NGO bekerjasama dengan warga masyarakat dan pemerintah
daerah dalam melakukan penguatan kapasitas terhadap risiko bencana.
Program yang dimulai sejak 2009 dan mencapai puncaknya di tahun 2010
tersebut telah memberi sumbangsih dalam meletakkan dasar-dasar
pengurangan resiko bencana.
Pengaruhnya bagi masyarakat dapat dilihat dari keberadaan Kelompok
Siaga Bencana (KSB). KSB ini memberikan sumbangsih yang besar dalam
menolong masyarakat pada saat bencana ini terjadi. Disisi perangkat
pemerintah, BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD Kota Padang terlihat
mampu menjalankan tugasnya. Mulai dari penyebaran informasi hingga
memberikan bantuan bagi para penyintas. Dari pengamatan terlihat
mekanisme koordinasi yang saling melengkapi antara pemerintah kota dan
pemerintah provinsi.
5. Peranan dunia usaha dalam berkontribusi meningkatkan kinerja
masyarakat dan BNPB dalam penanggulangan bencana. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan pada saat tanggap darurat banjir bandang,
ditemukan alat-alat berat yang dikirimkan oleh PT Semen Padang. Media
massa juga memberitakan asosiasi pengusaha memberi bantuan bagi
masyarakat yang menjadi korban banjir. Namun pada saat pengamatan
belum ditemukan aktifitas signifikan yang menunjukkan bahwa sektor
swasta terlibat aktif dalam membangun kesiapsiagaan masyarakat.
Rekomendasi
Melalui dokumen pembelajaran ini kejadian banjir bandang ini diambil
sebagai titik tolak untuk melihat peluang bagi perbaikan di bidang
manajemen bencana. Oleh karena itu rekomendasi yang diberikan
diharapkan bisa menutup gap yang masih ada demi kepentingan semua.
1. Urgensinya peningkatan akan pemahaman potensi bencana
Terdapat dua hal penting untuk ditindaklanjuti. Pertama, perlu adanya
pembelajaran yang bertujuan untuk dapat menginterpretasi data
kerawanan bencana. Hal ini akan mendorong semua pemangku
kepentingan bertindak dengan pasti dan jelas apa yang harus dilakukan.
Masyarakat juga akan mudah diyakinkan, tidak panik dan akan sigap untuk
menyelamatkan diri. Yang kedua adalah pengadaan peta resiko
kebencanaan. Adanya kesadaran rawan bencana dan informasi pendukung
9 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
yang memadai akan mempertinggi kesadaran warga masyarakat akan
kesiapsiagaan.
2. Replikasi Pengembangan Kapasitas Manjemen Bencana Bagi BPBD
Berdasarkan bukti keberhasilan berbagai macam program pengembangan
kapasitas yang telah dilakukan maka ada beberapa hal yang perlu
ditindaklanjuti.
BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD Kota Padang perlu
mendokumentasikan seluruh pelatihan yang sudah terbukti berhasil dalam
pengembangan kapasitas. Dokumen ini dapat didiskusikan dengan
PUSDIKLAT BNPB untuk dapat dibuat modul pelatihannya. Dokumen ini
hendaknya dapat dipublikasikan agar dapat menjadi sarana pembelajaran
pula bagi NGO dalam melakukan perancangan program. Selanjutnya
kegiatan ini bisa juga direplikasi pada provinsi lain dengan sedikit
penyesuaian sehubungan kondisi khas daerah tujuan.
3. Keterlibatan seluruh pemangku kepentingan dalam pendidikan
siaga kebencanaan yang berkesinambungan
Pengamatan dan diskusi yang dilakukan menemukan pentingnya
kesinambungan dan peran aktif seluruh komponen masyarakat.
Kesinambungan pelatihan kesiapsiagaan yang terus menerus adalah perlu
bagi seluruh lapisan masyarakat. Mereka yang telah mendapat pelatihan
terdahulu perlu terus menerus dibina dengan serangkaian pelatihan
kesiapsiagaan. Hasil akhir dari pelatihan ini adalah dimasa depan
diharapkan kesiapsiagaan menjadi gaya hidup masyarakat. Hal ini sangat
relevan mengingat Provinsi Sumatera Barat adalah daerah yang rawan
bencana.
4. Perbaikan infrastruktur yang terintegrasi dan upaya sinergi
program pengurangan resiko bencana
Bencana banjir bandang berpotensi terjadi lagi bila tidak ada perbaikan
infrastruktur mulai dari hulu hingga ke hilir. Bila perbaikan hendak
dilakukan maka upaya yang dilakukan tidaklah boleh terpisah dengan
seluruh kaitan permasalahan secara makro. Selain itu yang paling penting
untuk dilakukan pemerintah adalah menciptakan sinergi antar para
pemangku kepentingan. Program ini hanya akan berhasil bila instansi
pemerintah, elemen masyarakat seperti sektor swasta, NGO dan
masyarakat sekitar sungai bisa menyadari manfaat jangka panjang dari
program ini.
10 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
Halaman ini sengaja dikosongkan
11 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bencana banjir bandang telah melanda sebagian kota Padang pada tanggal
24 Juli 2012. Banjir bandang yang terjadi sejak pukul 18.30 WIB
mengakibatkan kerugian yang ditaksir sebesar Rp. 271.365.000.000,-[1].
Nilai kerugian tersebut didapat dari perhitungan pada kerusakan
infrastruktur publik serta dampaknya pada 4.399[1] anggota masyarakat
yang menjadi pengungsi. Kejadian banjir berlangsung cepat namun air
telah surut pada sekitar pukul 03.54 WIB[2] pagi harinya.
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan Pemerintah Kota Padang beserta
perangkat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi
Sumatera Barat dan BPBD Kota Padang segera melakukan koordinasi untuk
memberi bantuan. Pos Komando (POSKO) Utama yang dipimpin BPBD Kota
Padang segera dioperasikan sebagai pusat informasi dan distribusi
bantuan.
Dari sisi pandang humanitarian kejadian ini perlu dipelajari dan diambil
hikmahnya agar korban dan dampak bencana dapat diperkecil. Lebih jauh
lagi diharapkan segenap lapisan masyarakat dapat terlibat sepenuhnya
untuk membuat masyarakat tersebut lebih siaga terhadap bencana. Oleh
karena itu Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR)
melakukan kajian perihal banjir bandang ini. AIFDR menugaskan Konsultan
Protokol Humanitarian dan Hubungan Internasional bersama Konsultan
Analis Pengurangan Risiko Bencana Propinsi Sumatera Barat untuk
melakukan studi lapangan.
Dasar Pemikiran
Sumatera Barat khususnya Kota Padang telah memiliki perangkat
penanggulangan bencana yang tergolong lengkap bila dibandingkan
dengan daerah lainnya di Indonesia. Hal ini disebabkan besarnya dukungan
pemerintah beserta masyarakat nasional dan internasional sewaktu
pemulihan bencana gempa 2009. Dari segi peningkapan kapasitas,
pemerintah setempat beserta warga juga telah mendapat beberapa
pelatihan. Salahsatunya terlihat sejak tahun 2010 yang sejak saat itu
dilakukan drill antisipasi bencana setiap bulan pada tanggal 26.
[1] BPBD Kota
Padang, Rekapitulasi
Data Dampak
Bencana Banjir
Bandang Kota
Padang 24 Juli 2012,
data diterbitkan 28
Juli 2012
[2] PUSDALOPS PB
Sumatera Barat,
Tabel Informasi
Kejadian Bencana
Banjir Dan Badai Kota
Padang 24 Juli 2012
12 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
1.2. Tujuan Pembelajaran
Banjir bandang ini yang terjadi pada saat Indonesia menghadapi musim
kemarau diperkirakan mengejutkan bagi masyarakat Indonesia khususnya
yang tinggal di kota Padang. Besarnya bencana dapat dilihat dari dampak
yang ditimbulkan secara sosial maupun ekonomi seperti tertulis di atas.
Oleh karenanya pembelajaran adalah suatu hal yang penting dan
mendesak untuk dilakukan. Pembelajaran ini akan mencoba melihat
pengaruh kesiapan BPBD beserta unsur masyarakat dalam hal
kesiapsiagaan maupun dalam menangani bencana yang telah terjadi.
Pembelajaran ini bertujuan:
Mengkaji langkah-langkah yang telah dilakukan oleh para pemangku
kepentingan pada masa tanggap darurat untuk memenuhi kebutuhan
dasar para penyintas di periode ini. Mencari ruang untuk langkah
perbaikan sekaligus mencari pembelajaran yang baik dan yang bisa
direplikasi di tempat lain.
1.3. Waktu dan Metode Pembelajaran
Waktu pembelajaran ini dilakukan dalam kurun waktu 2 minggu yakni
dimulai sejak bencana terjadi pada tanggal 24 Juli hingga 7 Agustus 2012.
Bagian pertama dari pembelajaran dilakukan antara tanggal 24 Juli – 31 Juli
2012 dengan kegiatan:
1. Wawancara dengan pihak terkait 2. Kunjungan lapangan
Sedangkan bagian kedua yakni 1 – 7 Agustus 2012 merupakan kegiatan desk study untuk menganalisa hasil dua kegiatan di atas. 1.4. Produk Pembelajaran
Pembelajaran ini akan menghasilkan dokumen berisi usulan perbaikan
untuk perkuatan BPBD yang merupakan komplementer dari Capacity
Development Support Program (CDSP) AIFDR yang saat ini dijalankan di
Sumatera Barat.
13 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
BAB II LINGKUP PEMBELAJARAN
Banjir bandang ini memiliki dimensi yang luas serta banyak hal yang dapat
dipelajari. Namun untuk mendapatkan hasil yang dapat menjadi catalyst
bagi program CDSP, maka studi ini perlu dibatasi cakupannya. Aspek-aspek
yang menjadi pembelajaran dapat dibaca dalam Term of Reference (TOR)
yang terdapat pada Appendix 1. Oleh karena itu cakupan studi ini hanya
dibatasi dalam 5 aspek. Ke 5 aspek bidang pembelajaran ini adalah:
1. Peran BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD Kota Padang dalam
hal manajemen penanggulangan bencana. Hal ini meliputi
manajemen alur informasi waspada bencana, efektivitas penyaluran
bantuan, sinergi kedua institusi tersebut serta strategi mitigasi
bencana yang spesifik.
2. Kesiapsiagaan masyarakat dalam upaya mengurangi risiko bencana.
Dari aspek ini akan dilihat kesigapan masyarakat untuk melakukan
evakuasi setelah menerima peringatan dini. Dari hal ini akan dilihat
pula bagaimana kerjasama antara BPBD dan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat pada masa tanggap darurat.
3. Peranan Information and Communication Technology (ICT) dan
media massa dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat. Pada
masyarakat perkotaan ICT dan media massa memegang peranan
penting untuk mempercepat atau bahkan memperbesar
penyampaian suatu gejala ataupun kejadian. Dalam hal ini akan
dilihat interaksi antara ICT dan media massa dengan masyarakat
dalam kasus bencana banjir bandang ini serta usulan perbaikan bagi
masa datang.
4. Pengaruh dari program-program Non-Government Organization
(NGO) lokal dan internasional dalam hal pengembangan kapasitas
masyarakat dan BPBD dibidang kesiapsiagaan. Semenjak 2010
berbagai NGO telah bekerja di Sumatera Barat termasuk di Kota
Padang untuk program pemulihan akibat bencana gempa 2009.
Meskipun daerah cakupan program yang dilakukan NGO tersebut
adalah terbatas namun diyakini bahwa pihak yang mendapatkan
pelatihan akan memiliki tingkat kesiapsiagaan yang lebih tinggi.
5. Peranan dunia usaha dalam berkontribusi meningkatkan kinerja
masyarakat dan BNPB dalam penanggulangan bencana. Aspek ini
akan mempelajari peranan sektor swasta pada dua hal yakni
kesigapan pada masa tanggap darurat dan peranannya dalam
membangun kesiapsiagaan masyarakat.
14 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
Dalam mempelajari 5 aspek yang disebutkan di atas, ditemukan hal lain
yang cukup menarik untuk dipelajari yakni memperkirakan penyebab
bencana banjir bandang. Hal tersebut merupakan faktor yang berkaitan
dengan kerangka berpikir dari salah satu dari ke lima aspek yang dipelajari
yakni tentang kesiapsiagaan. Namun untuk menjaga fokus pembahasan
maka hal tersebut dibahas terpisah dan dapat dibaca pada Appendix 3.
Hasil dari pembelajaran ini adalah berupa 4 butir rekomendasi yang dapat
dibaca di bab V.
15 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
BAB III BENCANA BANJIR BANDANG
Banjir bandang yang menerjang sebagian kota Padang pada tanggal 24 juli
2012 mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Kejadian yang mendadak
di tengah musim kemarau bagi sebagian besar wilayah Indonesia, cukup
mengejutkan di tengah fokus kesiapsiagaan menghadapi gempa dan
tsunami. Sebelum masuk pada materi pembelajaran dan analisa ke 5 aspek
yang telah disebutkan terdahulu, di bawah ini akan dibahas tentang
bencana banjir bandang tersebut dan pemaparannya meliputi:
1. Kronologis kejadian dan kerugian banjir bandang
2. Daerah terdampak banjir bandang
Pembahasan 2 topik di atas adalah dalam rangka melihat urutan peristiwa serta data bencana. Tujuan pemamparannya adalah untuk dapat melihat permasalahan secara lebih luas agar analisa permasalahan menjadi lebih relevan. 3.1.… . Kronologis kejadian dan kerugian banjir bandang
Beberapa hari sebelum terjadi bencana, Gubernur Sumatera Barat telah memperingatkan bahaya rawan longsor dan banjir bandang [3]. Instruksi untuk melakukan mitigasi bencana sudah dikeluarkan untuk 13 daerah yang diantaranya adalah Padang, Solok dan Bukittinggi. Peringatan tersebut dikeluarkan karena terjadinya intensitas hujan yang tinggi di Sumatera Barat. Banjir bandang kemudian benar-benar terjadi di Padang yang secara kronologis [4] kejadiannya dapat dijelaskan sebagai berikut:
15.45
Informasi
dari BMKG
diterima
PUSDALOPS
16.00 PUDSDALOPS
mengirim informasi ke
Media menggunakan
Blackberry Messenger
juga pada Kelompok
Siaga Bencana di
setiap kelurahan
18.30 Luapan
Sungai Batang
Kuranji mencapai
rumah penduduk
19.25-19.30 Luapan Sungai
Batang Kuranji membanjiri
daerah Limau Manis (1
meter). Banjir juga terjadi
di Bandar Gadang dan
Perumahan Siteba
20.30-20.35 Banjir di Gurun
Lawas Banuaran, Jembatan Koto
Panjang Limau Manis putus dan
masyarakat Bandar Gadang
terjebak banjir 1,2 meter
16.30 Hujan lebat disertai badai 22.00 Hujan mereda. BPBD Padang
mendata pengungsi dan kerugian.
00.23 BPBD Padang
menyediakan tenda dan
genset di lokasi
pengungsian Bandar
Gadang. BPBD Sumbar
melakukan distribusi
logistik
03.54 Banjir
mulai surut
[3] Padang Ekspress,
Awas Longsor-Galodo
Mengintai. Gubernur:
Perkuat Mitigasi di 13
Daerah. 23 Juli 2012
[4] PUSADALOPS
Sumatera Barat,
Tabel dan Informasi
Kejadian Banjir dan
Badai Kota Padang
24 Juli 2012
16 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
Kerugian atas banjir bandang tersebut ditaksir senilai Rp.
271.365.000.000.[5] Dari data yang dikeluarkan BPBD Kota Padang tersebut
tercatat 4.397 orang mengungsi dan 2 orang luka ringan. Tidak ada korban
jiwa dalam bencana ini. Detail dari kerugian akibat banjir bandang ini dapat
dilihat pada Rekapitulasi Data Dampak Bencana Banjir Bandang Kota
Padang 24 Juli 2012 yang terdapat pada lampiran dokumen ini.
. 3.2.… . Daerah terdampak banjir bandang
Banjir bandang ini mengakibatkan kerusakan di 7 kecamatan, namun
dampak yang parah terjadi pada 4 kecamatan seperti terlihat pada Gambar
1 di atas [6]. Dari ke-4 daerah tersebut, pengungsi paling banyak yakni 2.518
orang, terdapat di Kecamatan Nanggalo yang terletak dekat dengan Sungai
Batang Kuranji. Luapan sungai tersebut juga melanda Kecamatan Pauh
yang menderita kerusakan rumah paling parah di antara 7 kecamatan yang
terkena banjir bandang. Di sana terdapat 77 rumah mengalami rusak berat.
Di Kecamatan Pauh terdapat 3 jembatan dan 2 ruas jalan rusak.
2 ruas jalan rusak yang lain terdapat juga di kecamatan Lubuk Begalung
yang berada dekat dengan aliran Sungai Batang Arau. Seperti terlihat pada
gambar di atas, luapan banjir sungai tersebut mengakibatkan kerusakan
irigasi terbesar dibandingkan ke 4 daerah lainnya.
Nanggalo
Pauh
Lubuk Begalung Lubuk Kilangan
Gbr. 1. Lokasi Banjir Kota Padang, 24 Juli 2012
[5] BPBD Kota
Padang, Rekapitulasi
Data Dampak
Bencana Banjir
Bandang Kota
Padang 24 Juli 2012,
data dikeluarkan
tanggal 28 Juli 2012
[6] Gubernur
Sumatera Barat.
Dampak &
Penanganan Darurat
Banjir Bandang Kota
Padang Selasa 24 Juli
2012. Paparan 27 Juli
2012
17 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
Dengan demikian dapat disimpulkan banjir bandang ini melanda daerah-
daerah yang dilalui oleh aliran air dari Sungai Batang Kuranji dan Sungai
Batang Arau. Analisa dari penyebab meluapnya ke 2 sungai ini yang
mengakibatkan banjir bandang akan dibahas secara terpisah pada
Appendix 3.
18 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
BAB IV PENGAMATAN DAN DISKUSI TENTANG MANAJEMEN
BENCANA
Pemaparan pada bab ini adalah tentang pengamatan, interpretasi dan
diskusinya. Sedangkan rekomendasi sebagai hasil dari diskusi ini
dibicarakan secara terpisah dan secara khusus pada Bab V. Pengamatan
dan diskusi yang dilakukan adalah pada bidang manajemen bencana, hal ini
meliputi kesiapsiagaan hingga penanganan bencana banjir bandang.
Pengamatan dan diskusi dilakukan sambil tetap mengacu pada kerangka 5
aspek seperti yang ditulis di Bab II. Oleh karena itu pengamatan terhadap
manajemen bencana ini dibatasi hanya dalam lingkup 5 aspek tersebut.
Pengamatan yang ditulis pada laporan ini adalah dimulai sejak tanggal 24
Juli 2012, tepat pada saat bencana terjadi. Staff AIFDR-BNPB, Konsultan
Analis Pengurangan Resiko Bencana Propinsi Sumatera Barat, melakukan
pengamatan ini sejak bencana terjadi. Pengamatan berakhir pada tanggal
30 Juli 2012.
4.1. Manajemen Bencana yang dijalankan BPBD Provinsi Sumatera
Barat dan BPBD Kota Padang
Pengamatan dan diskusi dalam hal ini bertujuan untuk melihat 4 bagian
yang penting untuk dipelajari pada kejadian banjir bandang ini. Pertama
adalah untuk mengetahui alur komunikasi peringatan bencana, selanjutnya
adalah manajemen penyaluran bantuan. Bagian ketiga adalah berusaha
mengamati sinergi antara BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD Kota
Padang. Serta yang terakhir adalah mengamati strategi BPBD Provinsi
Sumatera Barat dalam mitigasi bencana secara spesifik.
4.1.1. Efektivitas Aliran Informasi
Dalam hal aliran informasi ini ada 3 pihak yang saling berkait yakni Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), BPBD dan masyarakat.
Secara umum diyakini makin efektif aliran informasi ini, maka akan makin
kecil pula dampak bencana pada masyarakat.
Seperti telah dipaparkan pada Bab III sebelumnya BMKG telah
mengeluarkan peringatan akan adanya hujan besar dengan bahaya banjir
pada pukul 15.45 WIB. BMKG menyebutkan terjadinya potensi banjir ini
berdasarkan penelitian kecenderungan volume curah hujan. Informasi
tersebut diterima oleh Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan
19 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
Bencana (PUSDALOPS PB) BPBD Sumatera Barat dan pada pukul 16.00
disebar ke media massa dan Kelompok Siaga Bencana (KSB). Penyebaran
informasi ini menggunakan Blackberry Messenger. BPBD Kota Padang juga
memberikan informasi melalui radio Handy Talkie (HT) ke seluruh KSB dan
semua sektor yang memantau informasi radio PUSDALOPS PB Kota Padang
agar semua jajaran KSB, dan satuan rescue yang berada dilokasi sepanjang
bantaran sungai agar siaga dan waspada.
Dengan demikian ada tenggang waktu selama sekitar 2 jam 30 menit
antara penyebaran informasi dengan mulainya luapan Sungai Batang
Kuranji.
Dalam pengamatan, ditemukan bahwa tidak semua media elektronik yang
mendapat informasi dari PUSDALOPS PB langsung meneruskannya kepada
masyarakat. Sesungguhnya sejak gempa 2009 di Padang telah berdiri
stasiun radio yang mengkhususkan siarannya untuk pengurangan risiko
bencana. Stasiun-stasiun radio swasta lainnya yang sekalipun tidak
mengkhususkan missinya di bidang kebencanaan pun, beberapa waktu lalu
cukup aktif berpartisipasi. Meskipun demikian pada tanggal 24 Juli 2012,
tidak semuanya secara aktif menyampaikan peringatan bahaya banjir ini.
Hal ini menjadi menarik untuk dipelajari, sebab seperti disebutkan di atas
peringatan BMKG yang disebarkan oleh PUSDALOPS adalah sebagai
mekanisme peringatan dini. Mekanisme ini terlihat berjalan meskipun
hanya sebagian radio swasta menyampaikan peringatan ini.
Hal yang menarik dipelajari juga adalah bagaimana cara menyampaikan
peringatan potensi bencana. Penyampaian peringatan bahaya bencana bisa
menjadi tidak produktif bilamana penyampaiannya justru menimbulkan
kepanikan masyarakat. Bukannya kewaspadaan dan kesiapsiagaan yang
didapat melainkan kondisi masyarakat yang sulit dikendalikan, karena
semuanya ingin menyelamatkan diri. Dalam hal ini terlihat BPBD sudah
menyampaikan peringatan potensi bahaya secara proporsional. Namun
yang masih perlu dikembangkan adalah menguatnya kewapadaan
masyarakat untuk mengantisipasi bencana tanpa menimbulkan kepanikan.
Salah satu cara membangun kewaspadaan masyarakat akan bencana
adalah pembentukan kelompok-kelompok terlatih dalam penananganan
bencana. Salah satunya adalah KSB yang dibentuk oleh BPBD Sumatera
Barat. Kelompok ini didirikan pada tahun 2011 dan telah mengikuti
serangkaian pelatihan. Dalam pengamatan ini, tidak didapat data tentang
peranan KSB setelah mendapat informasi dari PUSDALOPS PB, namun
keberadaan mereka sangat menolong pada masa tanggap darurat ini.
20 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
Sore itu memang awan gelap terlihat di atas kota Padang, sehingga
seyogyanya kebanyakan warga masyarakat sadar bahwa hujan akan turun
dengan lebat. Awan gelap tersebut di atas sesungguhnya tidak langsung
bermakna potensi bencana karena hal tersebut merupakan sesuatu
fonemena alam yang biasa terjadi. Tetapi jika hal tersebut dikaitkan
dengan peringatan potensi bencana yang dapat di dengar di radio, maka
hal ini patut dianggap serius. Namun pada malam harinya, dalam tayangan
di berita di televisi terlihat bahwa masyarakat cukup terkejut akan kejadian
bencana banjir bandang ini. Masih pada tayangan televisi terlihat beberapa
orang berusaha menyelamatkan ternak-ternaknya yang terperangkap
banjir. Dibagian lain ditemukan keluarga yang kehilangan ternak dan
hartanya karena tidak sempat di evakuasi terlebih dulu.
Media massa lokal seperti radio swasta dan televisi menghadapi kondisi
sulit dalam penyampaian peringatan potensi bencana seperti ini. Terlalu
gencar memberitakannya maka akan menimbulkan kepanikan. Selain itu
bila bencana tidak pernah terjadi maka radio atau televisi tersebut
kehilangan kredibilitasnya sebagai penyampai berita yang layak dipercaya.
Pada kondisi ekstrim yang lain, peringatan disampaikan justru kurang dari
yang seharusnya. Akibatnya banyak orang terluput untuk mendengar berita
tersebut. Berdasarkan pengamatan yang telah disebutkan pada paragraf di
atas, stasiun radio masih kurang aktif dalam menyampaikan peringatan ini.
Oleh karena itu salah satu yang perlu dikembangkan pada stasiun radio dan
televisi adalah metode penyampaian peringatan dini yang proporsional.
Ada kemungkinan radio tidak memberitakan karena tidak memahami
bagaimana menginterpretasi informasi yang didapat. Berbeda dengan
gempa yang terjadi tanpa bisa diduga, banjir bisa diduga waktu terjadinya
yakni beberapa jam kemudian. Informasi tanpa dukungan interpretasi yang
memadai dapat menimbulkan kebingungan. Masyarakat awam
membutuhkan kejelasan apa yang harus dilakukan.
4.1.2. Efektivitas penyaluran bantuan
Sekitar 6 jam setelah luapan Sungai Batang Kuranji mencapai rumah
penduduk, BPBD Kota Padang telah menyiapkan 2 unit tenda peleton serta
genset.[7] Tenda dan genset tersebut ditempatkan di lokasi pengungsian di
Bandar Gadang. Pada saat yang sama, BPBD Sumatera Barat
mendistribusikan logistik berupa sarung, tikar dan makanan siap saji.
Logistik tersebut selain didistribusikan di Bandar Gadang, juga di lokasi
pengungsian lainnya di Limau Manis. Pada pukul 02.45 WIB pengiriman
[7] PUSDALOPS
Sumatera Barat,
Tabel Informasi
Kejadian Bencana
Banjir Dan Badai Kota
Padang 24 Juli 2012
21 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
bahan makanan dilanjutkan dengan mengirimkan nasi bungkus untuk
pengungsi dan petugas.
Perihal jumlah dan jenis bantuan yang didistribusikan adalah hasil
keputusan rapat yang segera diambil setelah mengetahui data pengungsi.
Bahan bantuannya sendiri adalah diambil dari gudang BPBD Provinsi
Sumatera Barat yang memang sudah dipersiapkan bila ada situasi bencana.
Dalam pengamatan ini belum didapat data perihal kecocokan jenis dan
jumlah bantuan bagi para penyintas.
4.1.3. Efektivitas sinergi antara BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD
Kota Padang
BPBD Kota Padang mendirikan POSKO Utama untuk mengkoordinasi
pendataan, penerimanan dan distribusi bantuan. Dari pengamatan terlihat
POSKO Utama ini menyediakan layanan bagi pihak yang ingin memberi
bantuan. Meja-meja untuk melayani berbagai elemen masyarakat
disediakan seperti untuk NGO, dunia usaha dan sebagainya. Di POSKO
Utama yang dilengkapi dengan perlengkapan komunikasi, komputer dan
intenet ini terlihat kegiatan menerima bantuan dari masyarakat dan juga
menyalurkannya.
BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD Kota Padang, sesuai mekanisme
yang berlaku menyampaikan informasi-informasi terkini secara teratur ke
Pusat Data dan Informasi BNPB (PUSDATINMAS).
Gbr. 2. POSKO Utama BPBD Kota Padang
22 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
Selain penyampaian ke Pusat, BPBD Kota Padang juga berupaya
memberikan kemudahan akses informasi dengan menampilkan data-data
kerugian akibat bencana ini. Rapat-rapat dengan elemen masyarakat juga
diadakan di POSKO Utama ini.
Sementara itu BPBD Provinsi Sumatera Barat mengkoordinir BPBD
kabupaten lainnya untuk dapat mendukung penanggulangan bencana ini.
BPBD Sumatera Barat juga berkoordinasi dengan TNI/POLRI, PMI,
BASARNAS dan perangkat pemerintahan lainnya untuk memaksimalkan
dukungan dalam mengatasi bencana ini. Untuk menjamin tindakan yang
dijalankan agar tepat dan berguna maka BPBD Provinsi Sumatera Barat
mengkoordinasi informasi.
Informasi-informasi yang didapat dari tindakan kaji cepat yang dilakukan
oleh berbagai pihak yakni Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Kelurahan
dan Kecamatan disampaikan kepada BPBD Provinsi Sumatera Barat.
Disamping itu BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD Kota Padang juga
mengaktifkan tim kaji cepat mereka. Selain itu instansi pemerintah seperti
Dinas Sosial, Peternakan dan Pertanian juga menyampaikan informasi
mereka kepada BPBD Provinsi Sumatera Barat. Semua informasi ini diolah
dan dikelola oleh PUSDALOPS PB untuk dilaporkan sebagai informasi resmi
dan diteruskan ke PUSDATINMAS.
Selama pengamatan ditemukan kegiatan yang saling mengisi antara BPBD
Kota Padang dan BPBD Provinsi Sumatera Barat. BPBD Kota Padang lebih
langsung turun ke masyarakat yang terkena bencana sedangkan BPBD
Provinsi Sumatera Barat mengefektifkan dukungan dari perangkat
pemerintah.
Di Sumatera Barat, BPBD Provinsi dan BPBD Kota serta Kabupaten dalam
kurun waktu lebih lebih dari 2 tahun ini telah menjalani berbagai
pengembangan kapasitas. Kegiatan yang saling mengisi yang disebutkan di
atas adalah salah satu bukti keberhasilan dari pengembangan kapasitas
tersebut.
Selain itu rekonstruksi pasca gempa 2009 dan pasca tsunami 2010
membuat instansi-instansi ini terlatih untuk tugas manajemen bencana
yang meliputi kesiapsiagaan, tanggap darurat hingga pemulihan.
Pemahaman akan berbagai regulasi mendorong setiap instansi untuk fokus
akan tugasnya dan di sisi lain membatasi kegiatan yang di luar
wewenangnya. Pemahaman akan tugas ini yang mendorong sistem
berjalan dan efektif. Sehingga sekalipun terjadi komunikasi interpersonal
Beberapa program
pengembangan
kapasitas seperti
yang tertulis dalam
Lessons Learned
Pembelajaran Rehab
Rekon Pasca Gempa
di Sumatera Barat 30
September 2009
Building Back Better
(Sugimin Pranoto
et.al, 2011) dimuat
dalam Appendix 2
pada dokumen
pembelajaran ini.
23 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
Gbr. 3. Sungai di Kelurahan Limau Manis
yang tidak efektif maka fokus pada tanggung jawab dan wewenang akan
memaksimalkan kinerja institusi.
4.1.4. Strategi mitigasi bencana secara spesifik
Dalam pengamatan, ditemukan dokumen kesiapsiagaan menghadapi
bencana gempa bumi dan tsunami. Selain dokumen tersebut, di jalan raya
terdapat peta-peta yang menyatakan daerah aman dari tsunami. Masih di
jalan raya, terdapat rambu-rambu yang menunjuk arah evakuasi dari
bahaya tsunami. Namun selama pengamatan dilakukan tidak ditemukan
dokumen kesiapsiagaan terhadap bahaya banjir bandang ataupun banjir
besar yang membawa lumpur dan material padat lainnya yang dalam
bahasa Sumatera Barat dikenal dengan istilah galodo.
Galodo terjadi beberapa kali di beberapa daerah di Sumatera Barat.
Misalnya pada tahun 2009 terjadi di Tanah Datar dan tahun 2010 terjadi di
Kecamatan Lurah Sago Halaban Kabupaten Limapuluh Kota. [8] Memang
galodo atau banjir bandang belum pernah terjadi di Kota Padang sehingga
kejadian ini cukup mengejutkan.
Bekas lintasan air setelah terjangan banjir bandang terlihat adanya material
pohon-pohon yang tumbang. Pohon yang roboh ini kemudian terseret oleh
derasnya air. Fenomena ini mirip dengan kejadian galodo di Koto Kaciak
dan Koto Gadang (lihat Appendix 4).
[8] PUSDALOPS
Sumatera Barat,
Tabel Informasi
Kejadian Bencana
Banjir Dan Badai Kota
Padang 24 Juli 2012
24 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
4.2. Kesiapsiagaan masyarakat dalam upaya mengurangi resiko
bencana
Pada bagian 4.1.1 diatas dinyatakan bahwa masyarakat telah diupayakan
untuk mendapatkan informasi waspada hujan lebat dan banjir. Pada bagian
ini pengamatan dilakukan dengan mengambil sudut pandang dari
kacamata masyarakat itu sendiri.
4.2.1. Kesiapan masyarakat untuk melakukan evakuasi
Sesungguhnya
terdapat 21/2 jam
waktu yang bisa
digunakan untuk
evakuasi barang
berharga ataupun
ternak. Namun
sebagaimana telah
dipaparkan di muka,
masih ada warga
yang melakukakan evakuasi saat air cukup tinggi menggenangi rumahnya.
Pada gambar 4 [9] terlihat anak kecil dievakuasi setelah daerah tesebut
digenangi banjir yang hampir mencapai atap rumah.
Pada video [10] terlihat beberapa pengendara sepeda motor terjebak banjir
dalam perjalanannya. Meskipun pada video tersebut ketinggian air di jalan
raya tidak mencapai 50 cm namun arus air yang kuat cukup
membahayakan bagi pengendara motor.
Pada kejadian banjir bandang ini ditemukan partisipasi masyarakat dalam
menghubungi PUSDALOPS PB [11] untuk melaporkan situasi banjir. Namun
dalam pengamatan tidak ditemukan masyarakat menanyakan konfirmasi
tentang potensi bencana banjir pada saat BMKG maupun PUSDALOPS
mengeluarkan peringatan potensi bencana.
4.2.2. Pemenuhan kebutuhan masyarakat pada saat tanggap darurat
Tujuan pengamatan dalam hal ini adalah berusaha mendapatkan informasi
apa yang dilakukan oleh warga masyarakat agar kebutuhannya dalam masa
darurat dapat dipenuhi. Bagi warga yang rumahnya sudah tidak bisa
ditinggali, maka pada tahap paling awal adalah ketersediaan tempat
pengungsian. Bagi masyarakat Limau Manis, tempat pengungsian bagi
mereka adalah di masjid terdekat. Namun bagi masyarakat Bandar Gadang,
Gbr. 4. Kelurahan Tabiang Banda Gadang [9] Walikota Padang.
Bencana Alam Banjir
Bandang Di Kota
Padang 24 Juli 2012.
Paparan
[10] Walikota Padang.
Video paparan
banjir bandang, 24
Juli 2012
[11] Keterangan
Suryadi, staff
PUSDALOPS BPBD
Provinsi Sumatera
Barat
25 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
mereka perlu mendapatkan tempat berteduh berupa tenda peleton yang
disediakan oleh BPBD provinsi.
Informasi perihal kebutuhan masyarakat seperti makanan dan kebutuhan
lainnya dilakukan oleh Tim Kaji Cepat yang melakukan assessment di
lapangan. Kebutuhan masyarakat dilaporkan kepada POSKO Utama BPBD
Kota Padang untuk dapat dipenuhi. Dari pengamatan ditemukan ada
masyarakat yang melalui Kepala Desa yang menyampaikan informasi
bahwa mereka belum menerima bantuan.
Untuk keluhan seperti di atas POSKO Utama memeriksa keabsahan
pengaduan tersebut. POSKO Utama memiliki data-data laporan penerima
bantuan. Selain itu dukungan dari Sekretariat Bersama Pecinta Alam yang
ikut melakukan distribusi bantuan meningkatkan akuntabilitas penyaluran
bantuan karena disertai tanda terima dari masyarakat. Semua laporan
penyaluran yang masuk baik ke BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD
Kota Padang di validasi oleh PUSDALOPS.
Sehubungan verifikasi data korban dan kerugian, pada hari ke 3 yakni 26
Juli 2012, verifikasi menggunakan fingerprint scanner dengan harapan
didapatkan data yang benar-benar valid. Kegiatan ini dilakukan oleh BPBD
Provinsi Sumatera Barat melalui PUSDALOPS PB bekerjasama dengan BPBD
Kota Padang dan Sekretariat Bersama Pencinta Alam Sumatera Barat. Yang
direkam dalam verifikasi ini adalah sidik jari, nomor register, foto keluarga
dan rumah yang rusak beserta koordinat lokasi.
Pemerintah Kota Padang telah menetapkan masa tanggap darurat adalah
sepanjang 30 hari. Sehubungan dengan hal tersebut belum ditemukan
informasi bagaimana masyarakat akan memenuhi kebutuhan masa
tanggap darurat maupun setelahnya. Perkiraan awal akan hal ini adalah
para penyintas akan mengungsi ke rumah kerabatnya.
4.3. Peranan Information and Communication Technology (ICT) dan
media massa dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat
Sejak pemulihan Padang pasca bencana gempa 2009, masyarakat Padang
telah memiliki media massa eletronik yang mengkhususkan diri pada
bencana. Salah satunya pada tahun 2010 adalah diresmikannya Radio Siaga
Bencana yang dikelola oleh Jaringan Jurnalis Siaga Bencana Indonesia.
Radio-radio siaran swasta lainnya juga telah memiliki ruang acara untuk
menginformasikan peringatan potensi bencana.
26 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
Sesuai mekanisme yang berlaku, BMKG akan menginformasikan potensi
bencana yang akan terjadi pada media massa. Demikian halnya pada
PUSDALOPS PB yang segera menginformasikan potensi bahaya tersebut
pada media melalui Blackberry Messenger. Namun ternyata seperti telah
disebutkan sebelumnya, tidak semua radio meneruskan berita ini kepada
masyarakat. Lebih jauh lagi dalam pengamatan ini belum ditemukan
stasiun radio yang berulang-ulang mengumumkan keadaan bahaya pada
masyarakat sebelum banjir bandang terjadi.
Sebelum banjir bandang terjadi, sesungguhnya potensi bahaya banjir
bandang diperkirakan berpotensi terjadi pada waktu dekat dan dimuat di
Padang Ekspress. Informasi ini dimuat di harian cetak maupun pada
website mereka pada tanggal 23 Juli 2012.
4.4. Pengaruh dari program-program NGO dalam hal pengembangan
kapasitas masyarakat dan BPBD dibidang kesiapsiagaan
Seiring dengan program pemulihan Sumatera Barat pasca gempa 2009,
berbagai NGO bekerjasama dengan warga masyarakat dan pemerintah
daerah dalam melakukan penguatan kapasitas terhadap risiko bencana.
Program yang dimulai sejak 2009 dan mencapai puncaknya di tahun 2010
tersebut telah memberi sumbangsih dalam meletakkan dasar-dasar
pengurangan resiko bencana. Sekalipun sebagian besar NGO telah
mengakhiri tugasnya di Sumatera Barat, diharapkan hasil dari penguatan
kapasitas itu memiliki pengaruh yang berkelanjutan.
Pengamatan ini hanya dibatasi pada kerangka waktu banjir bandang 24 Juli
2012 saja. Dalam diskusi pada bab berikut akan dibahas pengaruhnya pada
kejadian bencana lainnya. Bencana banjir bandang 24 Juli 2012, merupakan
salah satu kesempatan untuk menguji sampai berapa jauh pengaruh
efektivitas dari program tersebut diatas.
Untuk melihat pengaruhnya bagi masyarakat dapat dilihat dari KSB. KSB ini
memberikan sumbangsih yang besar dalam menolong masyarakat pada
saat bencana terjadi. Hal lain yang bisa merujuk kecepatan masyarakat
dalam menyelamatkan diri adalah tidak ada korban jiwa dalam bencana ini.
Korban luka hanya 2 orang yang menderita luka ringan. Disisi lain sebagai
imbangan, ada masyarakat yang terlambat untuk evakuasi dan terdapat
harta ataupun ternak yang tidak bisa diselamatkan.
Disisi perangkat pemerintah, BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD Kota
Padang terlihat mampu menjalankan tugasnya. Mulai dari penyebaran
27 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
informasi hingga memberikan bantuan bagi para penyintas. Dari
pengamatan terlihat mekanisme koordinasi yang saling melengkapi antara
pemerintah kota dan pemerintah provinsi. Sistem tetap berjalan meskipun
komunikasi antar pihak pada saat pelaksanaan tanggap darurat masih perlu
perbaikan.
4.5. Kontribusi dunia usaha dalam peningkatan kinerja masyarakat
dan BNPB dalam penanggulangan bencana
Dunia usaha telah menunjukkan sumbangsihnya pada saat bencana gempa
Sumatera Barat 2009. Momentum dari kesediaan mendukung upaya
kemanusiaan ini terus dipelihara dengan berbagai cara. Salah satunya
adalah pada bulan Maret 2010 dengan terbentuknya Forum Sektor Swasta
Peduli Pengurangan Resiko Bencana. Dalam forum ini tergabung beberapa
perusahaan dan asosiasi yang diantranya adalah PT Semen Padang, Ikatan
Arsitek Indonesia (IAI) dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO).[12]
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada saat tanggap darurat banjir
bandang, ditemukan alat-alat berat yang dikirimkan oleh PT Semen
Padang. Media massa juga memberitakan asosiasi pengusaha memberi
bantuan bagi masyarakat yang menjadi korban banjir.[13] Namun pada saat
pengamatan belum ditemukan aktifitas signifikan yang menunjukkan
bahwa sektor swasta terlibat aktif dalam membangun kesiapsiagaan
masyarakat.
Perihal keterlibatan PT Semen Padang dalam memberi bantuan, hal ini
adalah inisiatif dari perusahaan tersebut. Hal ini diperkuat pula oleh karena
beberapa staf PT Semen Padang ada yang berasal dari daerah sekitar lokasi
bencana. Selain itu daerah terdampak juga merupakan salah satu lokasi
kerja PT Semen Padang. Di lain pihak, masyarakat terdampak dan BPBD
Kota Padang juga membuat permintaan bantuan untuk alat-alat berat
tersebut. Dengan demikian peran serta dari PT Semen Padang secara cepat
menjawab kebutuhan masyarakat dan juga BPBD.
[12] Nova Ratnanto,
Private Sector Care
for Disaster Risk
Reduction in West
Sumatra, 28 Juni
2010
[13] Kliksumbar.com.
Saudagar Emas
Padang Bantu Korban
Galodo. 26 Juli 2012
28 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
BAB V REKOMENDASI
Dalam bab terakhir ini hasil pengamatan dan diskusi dirangkum dan
dijadikan rekomendasi. Karena dokumen ini bersifat pembelajaran maka
kejadian banjir bandang ini diambil sebagai titik tolak untuk melihat
peluang bagi perbaikan di bidang manajemen bencana. Hal-hal yang
disebut peluang tersebut tidak berarti selalu sesuatu yang baru, namun
sekalipun demikian masih terbuka ruang lebar untuk perbaikan. Oleh
karena itu rekomendasi yang diberikan pada bab ini diharapkan bisa
menutup gap yang masih ada demi kepentingan semua.
5.1. Urgensinya peningkatan akan pemahaman potensi bencana
Pada bab 4.1.1 dijelaskan pentingnya masyarakat dan media massa lokal
untuk dapat melakukan interpretasi terhadap data-data potensi
kebencanaan. Pemahaman ini memerlukan pelatihan dan pembelajaran
yang berulang-ulang. Disamping itu untuk membuat masyarakat tahu lebih
awal menyelamatkan diri maka diperlukan informasi dari pemetaan resiko
kebencanaan.[14] Adanya pemetaan ini akan mempengaruhi 2 hal yakni
pedoman untuk dapat melakukan evakuasi secara tepat dan mempertinggi
kesiapsiagaan masyarakat.
Pada saat sebelum bencana banjir bandang, BMKG dan PUSDALOPS sudah
mengirimkan peringatan akan terjadinya hujan lebat. Namun ternyata ada
gap yang menyebabkan alur komunikasi tidak menggerakkan sebagian
besar masyarakat bersiaga menghadapi banjir bandang. Berdasarkan
diskusi di atas maka ada 2 hal penting untuk ditindaklanjuti.
Pertama, perlu adanya pembelajaran yang bertujuan untuk dapat
menginterpretasi data kerawanan bencana. Hal ini akan mendorong semua
pemangku kepentingan bertindak dengan pasti dan jelas apa yang harus
dilakukan. Masyarakat juga akan mudah diyakinkan, tidak panik dan akan
sigap untuk menyelamatkan diri. Contoh dari kemampuan interpretasi data
atau fenomena alam ini dapat dilihat dari kesigapan masyarakat melihat
fenomena air laut surut di pantai setelah gempa. Fenomena ini
diiterpretasikan sebagai tsunami akan datang sebentar lagi. Contoh lainnya
adalah kesigapan masyarakat Jakarta bila indikator air di beberapa pintu air
di Jakarta menunjukkan posisi di atas normal. Tindakan selanjutnya adalah
mereka segera bersiap mengungsi.
[14] Badan Nasional
Penanggulangan
Bencana. Rencana
Nasional
Penanggulangan
Bencana 2010 – 2014
halaman 95
29 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
Yang kedua adalah pengadaan peta resiko kebencanaan. Peta rawan
bencana ini tentu saja unik untuk setiap daerah. Setiap jenis ancaman [15]
(hazard) perlu dipetakan menurut lokasinya. Namun pengadaan saja tak
akan mencukupi, sosialisasi berulang-ulang perlu dilakukan. Adanya
kesadaran rawan bencana dan informasi pendukung yang memadai akan
mempertinggi kesadaran warga masyarakat akan kesiapsiagaan.
Keberadaan dua hal tersebut di atas yakni kemampuan interpretasi data
atau fenomena bencana dan adanya pemahaman peta risiko kebencanaan
akan meningkatkan pemahaman bencana secara lebih menyeluruh. Dari
sisi pandang masyarakat maka hal ini berarti peringatan yang didapat dari
radio dan televisi dapat ditindaklanjuti secara tepat. Mereka dengan sadar
tanpa panik membuat keputusan untuk menyelamatkan diri dan harta
bendanya.
5.2. Replikasi Pengembangan Kapasitas Manjemen Bencana Bagi BPBD
Pada Bab 4.1.3 terdahulu sudah dipaparkan pengamatan dan diskusi
tentang adanya sinergi antara BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD
Kota Padang. Sinergi itu tidak saja pada kedua institusi tersebut saja tetapi
dengan perangkat pemerintah serta unsur masyarakat lainnya.
Telah dibahas pula bahwa sinergi tersebut di atas meningkatkan kinerja
kolektif yang tidak saja pada kedua organisasi BPBD tersebut tapi juga
institusi pemerintah terkait. Sinergi dalam penanggulangan bencana itu
terlihat bahwa terjalin pula pada organisasi-organisasi masyarakat yang
memberi dukungan. Hasilnya dapat terlihat juga pada efektivitas
penyaluran bantuan.
Lewat berbagai macam program pengembangan kapasitas yang telah
dilakukan maka dapat dikatakan bahwa usaha-usaha tersebut
menghasilkan sinergi yang efektif. Pelatihan bersama dalam program
pengembangan kapasitas yang komprehensif akan meningkatkan
pemahaman tugas dan meningkatkan ketrampilan koordinasi. Usaha
seperti ini perlu diteruskan mengingat tantangan kebencanaan yang masih
dapat terjadi.
Dengan demikian ada beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti.
Pertama adalah BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD Kota Padang
mendokumentasikan seluruh pelatihan yang sudah terbukti berhasil dalam
pengembangan kapasitas. Dokumen ini dapat didiskusikan dengan
[15] Badan Nasional
Penanggulangan
Bencana. Rencana
Nasional
Penanggulangan
Bencana 2010 – 2014
halaman 9-25
30 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
PUSDIKLAT BNPB untuk dapat dibuat modul pelatihannya. Dokumen ini
hendaknya dapat dipublikasikan agar dapat menjadi sarana pembelajaran
pula bagi NGO dalam melakukan perancangan program.
Kedua, bila dokumen pelatihan sudah dibakukan maka metodologi
pengembangan kapasitas yang sama bisa dilakukan lagi. Pengembangan
kapasitas ini bisa dilakukan di Provinsi Sumatera Barat untuk peningkatan
kapasitas maupun penyegaran organisasi. Kegiatan ini bisa juga direplikasi
pada provinsi lain dengan sedikit penyesuaian sehubungan kondisi khas
daerah tujuan.
5.3. Keterlibatan seluruh pemangku kepentingan dalam pendidikan
siaga kebencanaan yang berkesinambungan
Masyarakat Sumatera Barat telah mendapat penyuluhan tentang
kesiapsiagaan terhadap bencana dalam beberapa kali menjalani upaya
pemulihan pasca bencana. Lebih lagi sejak kehadiran NGO dalam kurun
waktu 2009-2010 beberapa rangkaian kegiatan pelatihan dan
pemberdayaan masyarakat telah dilakukan. Namun bila diamati pada
persitiwa banjir bandang 24 Juli 2012 maka dapat disimpulkan bahwa
belum semua warga masyarakat dalam status siaga terhadap bencana. Hal
ini bisa terlihat dengan sebagian warga yang terlambat untuk evakuasi
maupun yang terlambat menyelamatkan harta bendanya. Hal ini juga
terlihat dari kurangnya respon dari stasiun radio untuk melakukan
pengabaran potensi bencana secara memadai.
Contoh lain dari kurangnya kesigapan dan ketrampilan masyarakat dalam
menghadapi bencana, dapat juga dilihat pada saat gempa 11 April 2012.
Tindakan penyelamatan diri yang didominasi kepanikan mengindikasikan
bahwa kesigapan dan keteraturan belum menjadi bagian dari masyarakat
tatkala bencana itu datang. Namun di beberapa tempat menunjukkan
perbedaan. Misalnya siswa dan guru di sekolah yang mendapat pelatihan
kesiapsiagaan dari UNESCO dan KOGAMI terbukti memperlihatkan
keteraturan mereka dalam cara bersiaga dan menyelamatkan diri.[16] Hal ini
tidak terjadi secara kebetulan namun hasil dari pelatihan yang dilakukan
berulang kali. Namun tidak semua sekolah ataupun pemukiman yang
mendapatkan pelatihan kesiapsiagaan seperti ini. Program-program NGO
yang dilakukan dalam kurun waktu 2 tahun lalupun terbatas pada beberapa
sekolah dan komunitas saja. Ini karena keterbatasan jumlah NGO yang ada
dan saat ini sebagian besar NGO-NGO tersebut sudah mengakhiri
programmnya.
[16] Irina Rafliana.
Lembaga Ilmu
Pengetahuan
Indonesia.
Wawancara
pertelepon 28 Juli
2012
31 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
Dengan demikian terdapat 2 hal penting pada bagian ini yakni
kesinambungan dan peran aktif seluruh komponen masyarakat.
Kesinambungan pelatihan kesiapsiagaan yang terus menerus bagi seluruh
lapisan masyarakat. Hal ini berlaku bagi siapapun dan dimanapun. Mereka
yang telah mendapat pelatihan terdahulu perlu terus menerus dibina
dengan serangkaian pelatihan kesiapsiagaan. Hasil akhir dari pelatihan ini
di masa depan diharapkan kesiapsiagaan menjadi gaya hidup masyarakat.
Hal ini sangat relevan mengingat Provinsi Sumatera Barat adalah daerah
yang rawan bencana.
Hal lain yang sama pentingnya adalah peran aktif seluruh komponen
masyarakat. Apa yang telah dilakukan perlu ditindak lanjuti dan dipelihara
sehingga cakupannya makin besar dan makin luas. Ini adalah peran
strategis BPBD dalam melakukan koordinasi pelatihan kesiapsiagaan bagi
masyarakat. Peran yang dulu dilakukan oleh NGO dalam skala kecil perlu
diteruskan dan diperbesar dengan dukungan unsur masyarakat misalnya
salah satunya adalah sektor swasta. Sektor swasta sudah terbukti
sumbangsihnya dalam tanggap bencana namun masih tersedia ruangan
yang sangat luas untuk kegiatan kesiapsiagaan bagi program Corporate
Social Responsibility (CSR). Sektor swasta juga memerlukan dukungan dari
BPBD agar bisa mendapatkan sinergi program CSR dengan berbagai lapisan
masyarakat seperti masyarakat adat dan keagamaan. Bila jalinan program
ini dapat diciptakan maka upaya ini tidak akan berlangsung sementara saja
namun akan menghasilkan program yang berkesinambungan. Karena akan
terjadi program-program baru yang berkaitan dengan sumber pendanaan
baru bersumber dari elemen masyarakat yang lain.
5.4. Perbaikan infrastruktur yang terintegrasi dan upaya sinergi
program pengurangan resiko bencana
Bencana banjir bandang berpotensi terjadi lagi bila tidak ada perbaikan
infrastruktur mulai dari hulu hingga ke hilir. Bila perbaikan hendak
dilakukan maka upaya yang dilakukan tidaklah boleh terpisah dengan
seluruh kaitan permasalahan secara makro. Bila kejadian banjir bandang
disebabkan oleh fenomena yang mirip dengan kejadian banjir bandang di
Koto Kaciak, Tanjung Raya, Kabupaten Agam (lihat Appendix 4) maka
kebijakan yang diambil untuk perbaikan adalah menjadi tanggung jawab
seluruh pemangku kepentingan. Hal ini meliputi seluruh instansi dan
elemen masyarakat dari hulu hingga ke hilir.
32 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
Bila direncanakan untuk perbaikan Daerah Aliran Sungai (DAS) maka yang
direncanakan tidak sekedar normalisasi batang sungai saja. Perlu
diperhatikan aspek ekonomi dimana para penambang batu yang dalam
mengambil batu berpotensi merusak badan sungai agar bisa di arahkan
pada kegiatan ekonomi yang lebih aman. Hal ini juga memerlukan aspek
hukum untuk menjamin kebijakan yang diambil akan ditaati oleh semua
pihak. Keterlibatan NGO seperti pecinta lingkungan hidup, perlu
ditingkatkan pula untuk mempertinggi akuntabilitas dalam pelaksanaan
program. Keterlibatan aktif masyarakat di sekitar sungai akan
mempertinggi angka keberhasilan program, karena seyogyanyalah mereka
yang paling menikmati hasil dari pembangunan ini. Namun sejajar dengan
hal tersebut mereka juga perlu di berdayakan untuk bertanggung jawab
dalam memelihara lingkungan.
Hal yang paling penting untuk dilakukan pemerintah adalah menciptakan
sinergi antar para pemangku kepentingan. Program ini hanya akan berhasil
bila instansi pemerintah, elemen masyarakat seperti sektor swasta, NGO
dan masyarakat sekitar sungai bisa menyadari manfaat jangka panjang dari
program ini. Dalam beberapa kejadian sudah terbukti tidak akan efektif bila
pekerjaan normalisasi sungai hanya dilakukan oleh kontraktor saja yang
berujung pada lemahnya kepemilikan (ownership) dari masyarakat sekitar.
Pada tingkat kebijakan dan pada tahapan perencanaan program,
komponen pengurangan resiko bencana haruslah dimasukkan sebagai satu
kesatuan rencana strategis. Mengingat alamnya tidak berubah dimana
curah hujan yang sangat lebat masih mungkin terjadi, upaya-upaya dalam
program pengurangan resiko bencana harus mendapat perhatian.
Sekalipun sungai sudah tertata dengan baik, sudah normal karena
hambatan bebatuan dan pohon sudah dibersihkan, tetap saja pemantauan
lingkungan harus terus dilakukan. Bila terjadi hujan yang sangat deras,
mereka perlu memiliki indikator yang menunjukkan potensi bahaya banjir
bisa terjadi segera. Sistem komunikasi perlu dibangun sebagai sarana
peringatan sehingga masyarakat di hilir bisa mempersiapkan diri untuk
evakuasi.
Upaya perbaikan infrastrukur yang terintegrasi pada semua aspek serta
disinergikan pada upaya pengurangan resiko bencana akan mempertinggi
keberhasilan program kesiapsiagaan terhadap bencana. Hal ini bisa terjadi
karena semua elemen masyarakat mempunyai kebersamaan dalam
bertanggung jawab.
33 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
Appendix 1
Term of Reference
Pembelajaran Bencana Banjir Bandang Padang 24 Juli 2012
Dasar pemikiran:
Sumatera Barat khususnya Kota Padang telah memiliki perangkat
penanggulangan bencana yang tergolong lengkap bila dibandingkan
dengan daerah lainnya di Indonesia. Hal ini disebabkan besarnya dukungan
pemerintah beserta masyarakat nasional dan internasional sewaktu
pemulihan bencana gempa 2009. Dari segi peningkapan kapasitas,
pemerintah setempat beserta warga juga telah mendapat beberapa
pelatihan. Salahsatunya terlihat sejak tahun 2010 dicanangkan drill
antisipasi bencana setiap bulan pada tanggal 26.
Tujuan pembelajaran:
Banjir bandang yang terjadi pada saat Indonesia menghadapi musim
kemarau diperkirakan mengejutkan bagi masyarakat kota Padang.
Besarnya bencana dapat dilihat dari dampak yang ditimbulkan secara sosial
maupun ekonomi misalnya 20 rumah yang hanyut dan 3 jembatan yang
putus. Hal ini bisa diperparah bila ada dampaknya pada korban jiwa.
Pembelajaran ini akan mencoba melihat pengaruh kesiapan BPBD beserta
unsur masyarakat dalam hal kesiapsiagaan maupun dalam menangani
bencana yang telah terjadi.
Pembelajaran ini bertujuan :
1. Mengkaji langkah-langkah yang telah dilakukan oleh para
kepentingan yang berbeda pada masa tanggap darurat untuk
memenuhi kebutuhan dasar para penyintas di periode ini.
2. Mencari ruang untuk langkah perbaikan sekaligus mencari
pembelajaran yang baik yang bisa direplikasi di tempat lain.
Aspek yang dipelajari
No Aspek Hal Catatan
1 BPBD Efektivitas aliran informasi yang dilakukan oleh PUSDALOPS dari sumber infomasi ke
Anekdotal info: Beberapa jam sebelum kejadian BMKG sudah melaporkan siaga
34 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
No Aspek Hal Catatan
BPBD (lanjutan)
masyarakat. Hal ini akan dilihat juga pada Aspek no. 3.
hujan besar.
Efektivitas manajemen penyaluran bantuan serta akurasi penyalurannya
BPBD memberikan bantuan makanan, sarung, tikar dsb
Efektivitas BPBD provinsi bersinergi dengan BPBD Kota
Mencari info tentang strategi BPBD menangani bencana yang khas menurut tempatnya. Misalnya longsor, gempa, kebakaran, banjir dsb.
Selama ini daerah Siteba dikenal sebagai langganan banjir.
2 Masyarakat terdampak
Berapa lama periode waktu sejak peringatan bencana diberikan hingga evakuasi dilakukan.
Hal ini untuk mengetahui akurasi peringatan dini serta fasilitasi yang diberikan aparat sehingga masyarakat terdam-pak dapat menyelamatkan diri dan hartanya
Mengkaji kebutuhan masyarakat selama masa tanggap darurat dan bagaimana mereka memenuhi kebutuhan dasar tersebut.
Sehubungan dengan tanggap darurat yang cepat dan dilakukan dalam periode singkat maka akan dipelajari kebutuhan masyarakat dan bagaimana kebutuhan tersebut dipenuhi.
3 ICT dan media Mengupayakan terdapatnya informasi tentang efektivitas penggunaan telepon selular serta media elektronik lainnya sebagai alat peringatan dini.
Di Padang terdapat stasiun radio peduli bencana serta ORARI yang sudah dipersiapkan akan hal ini.
35 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
4 NGO lokal dan internasional
Mencari info tentang evaluasi program kesiapsiagaan yang telah diberikan terdahulu (2010-2011) de-ngan membandingkan dam-paknya pada masyarakat pada bencana 24 Juli 2012.
Beberapa organisasi membuat perkiraan bencana yang dihadapi adalah gempa dan tsunami.
Mencari info tentang rencana organisasi-organisasi tersebut untuk didapatkan link and match-nya dengan program BPBD.
Beberapa NGO masih melakukan kegiatan PRB dan development.
5 Peranan dunia usaha
Mempelajari sinergi
antara BPBD, NGO dan
dunia usaha melakukan
tindakan penanggulangan
bencana.
Mercy Corps 2010 mengadakan upaya koordinasi dunia usaha dalam hal PB
Metode pembelajaran:
1. Wawancara dengan pihak terkait
2. Kunjungan lapangan
Produk pembelajaran:
Dihasilkan dokumen berisi usulan perbaikan untuk perkuatan BPBD yang
merupakan komplementer dari program CDSP yang saat ini dijalankan di
Sumentera Barat.
Pembuat usulan
Arwin Soelaksono (Konsultan Protokol Humanitarian dan Hubungan Internasional)
36 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
Appendix 2
Program Pengembangan Kapasitas
Pada Masa Pemulihan Dini Sumatera Barat 2010
Dalam masa pemulihan dini setelah bencana gempa 30 September 2009,
sepanjang kurun waktu 2010 – 2011, telah dilakukan berbagai kegiatan
pengembangan kapasitas. Beberapa diantaranya berdasarkan Sugimin
Pranoto et.al, 2011[17] adalah sebagai berikut:
• Pelatihan untuk integrasi isu gender dalam penanganan bencana,
bagi staf BPBD, Kesbanglinmas dan LSM lokal.
• Pembentukan kelompok kerja gender, untuk mengawal dimuatnya
isu gender dalam perencanaan dan penganggaran pemerintah
daerah.
• Pelatihan Pengurangan Resiko Bencana (PRB) Tingkat Dasar serta
Pelatihan PRB untuk Fasilitator. Pelatihan ini ditujukan untuk staf
BPBD, BAPPEDA, KESBANGLINMAS dan LSM lokal.
• Pelatihan koordinasi penanganan bencana bagi BPBD Provinsi
Sumatera Barat, BPBD Kabupaten, BAPPEDA dan KESBANGLINMAS
dari delapan kabupaten.
• Pelatihan Geographic Information System (GIS) dan Manajeme
Informasi untuk kegiatan kemanusiaan. Pelatihan ini diikuti oleh
BPBD provinsi Sumatera Barat, BPBD Kabupaten, BAPPEDA,
KESBANGLIMNAS serta Satuan Kerja Perangkat Daerah dari lima
Kabupaten / Kota yakni Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pendidikan
dan Dinas Kesehatan
Program pengembangan kapasitas ini merupakan kerjasama antara Tim
Pendukung Teknis (TPT) BNPB, BPBD Provinsi Sumatera Barat dan Early
Recovery Network (ERN) United Nations. Program-program di atas
dilaksanakan sepanjang tahun 2010 merupakan hanya sebagian dari
program-program pengembangan kapasitas di Sumatera Barat.
Organisasi lain yakni NGO internasional, nasional maupun lokal juga
menjalankan kegiatan sejenis meskipun penekanannya berbeda.
Namun hal ini membuat kegiatan menjadi makin beragam dan semakin
lengkap. Produk yang dihasilkan juga beragam misalnya diterbitkanya
Peta Evakuasi Tsunami Kota Padang. Peta ini merupakan buah dari
kerjasama dari beberapa orgnisasi diantaranya BPBD Kota padang,
[17] Lessons
Learned
Pembelajaran
Rehab Rekon
Pasca Gempa di
Sumatera Barat 30
September 2009
Building Back
Better, Sugimin
Pranoto et.al,
2011
37 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
MercyCorps, GTZ, UK Aid dan lainya. Pelatihan juga dijalankan
mengambil tempat di daerah Kabupaten misalnya di Padang Pariaman
berupa pelatihan evakuasi tsunami yang merupakan kerjasama antara
Pemerintah Daerah, KOGAMI, MercyCoprs, sekolah-sekolah dan
masyarakat setempat.
Sepanjang masa pemulihan awal serta masa rehab-rekon ini terdapat
program-progam pengembangan kapasitas lainnya. Sehingga dapat
dikatakan BPBD baik di tingkat provinsi maupun kabupaten telah
mendapat cukup banyak persiapan untuk menjadi pemerintah dan
masyarakat yang senantiasa cakap dan siaga dalam menghadapi
bencana.
38 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
Appendix 3
Perkiraan Penyebab Banjir Bandang
Penyebab dari banjir bandang ini masih simpang siur dan mengandung
kontroversi. Beberapa pihak mengatakan bahwa banjir bandang
disebabkan oleh pembalakan liar (illegal logging). Namun pihak lainnya
tidak setuju dan menyatakan hal ini semata curah hujan yang tinggi.
Adapula pihak menyatakan bahwa penyebab banjir bandang adalah
penambangan batu-batu gunung untuk keperluan bahan konstruksi.
Namun apapun penyebabnya yang saat ini menjadi penting dilakukan adalah bagaimana mengantisipasi fenomena alam serupa agar tidak terjadi bencana alam yang sama. Perkiraan penyebab banjir bandang
Banjir bandang akan mungkin terjadi pada saat hujan yang sangat deras terjadi dalam waktu yang cukup panjang. Kemungkinan besar hal ini bisa terjadi bila air hujan di hulu sempat tertahan oleh kondisi alam setempat. Kondisi ini bisa terbentuk karena banyaknya batang-batang pohon atau
bebatuan yang seolah membendung aliran air sungai. Bila karena besarnya tekanan air sudah tidak dapat ditahan oleh batang-batang pohon atau bebatuan tersebut, maka air dengan kekuatannya yang besar akan membawa material - material tersebut menuju hilir. Karena tarikan gravitasi maka kecepatan air dan material-material yang dibawanya akan semakin membesar. Karena kekuatannya air dan batang pohon serta
Gbr. 5. Perumahan di Batu Busuk, Kelurahan Limau Manis
39 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
bebatuan bisa merusak badan sungai dan merusak pemukiman yang ada disepanjang tepian sungai, seperti terlihat pada gambar di atas.[18] Yang perlu dipelajari adalah apa yang sesungguhnya menyebabkan banjir
bandang ini. Bisa saja di hulu tidak ada kegiatan penebangan pohon.
Namun hal ini tidak serta merta berarti tidak ada pembalakan liar. Akibat
dari pembalakan liar bisa terjadi bertahun-tahun setelah kegiatan tersebut
dihentikan. Hal ini karena alam sangat lambat untuk meregenerasi dan
memulihkan keadaanya seperti semula. Untuk mengetahui apakah benar
telah terjadi pembalakan liar maka diperlukan rekaman luas dari keadaan
hutan dari rentang beberapa tahun sebelum kejadian banjir bandang ini.
Data dapat dicari di departemen kehutanan maupun foto udara.
Banjir bandang bisa juga terjadi karena ekosistem sungai rusak akibat
penambangan batu. Bentuk sungai yang stabil sejak berpuluh=puluh tahun
lalu tiba-tiba dalam waktu singkat menjadi berubah karena batu-batunya
diambil untuk kegiatan ekonomi. Hal ini mengakibatkan struktur tanah dan
sungai menjadi labil. Longsor dan pengikisan sungai mudah terjadi dan
menyimpan potensi bencana bila pemicunya yakni hujan deras dalam
waktu lama akan terjadi.
.
[18] Walikota Padang.
Bencana Alam Banjir
Bandang Di Kota
Padang 24 Juli 2012.
Paparan
40 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
Appendix 4
Banjir Bandang di Koto Kaciak dan Koto Gadang
Koto Kaciak dan Koto Gadang terletak di Kecamatan Tanjung Raya
Kabupaten Agam. Kedua daerah ini tidak mengalami kerusakan parah
akibat gempa 2009, hanya tampak beberapa rumah rusak. Didaerah ini
juga tidak ada longsor maupun masyarakat yang mengungsi seperti di
daerah kecamatan Tanjung Raya lainnya.
Pada bulan Agustus 2009 Koto Kaciak terkena banjir bandang. Selain air
yang deras mengenai pemukiman setinggi 1 meter, banjir ini juga
membawa bebatuan. Pada malam hari 30 September 2009 setelah gempa,
terjadi lagi banjir besar akibat hujan yang sangat deras pada malam itu.
Namun kali ini tanpa bebatuan pada aliran banjir tersebut. Namun pada
Koto Gadang yang jaraknya berdekatan dengan Koto Kaciak, pada malam
yang sama mengalami juga banjir bandang. Perbedaannya adalah banjir
tersebut membawa bebatuan dan batang-batang pohon.
Perbedaan diatas dapat dimengerti karena sungai yang melintasi Koto
Kaciak sudah dipenuhi bebatuan pada banjir terdahulu. Dengan dorongan
gravitasi dan air, bebatuan turun ke sungai Koto Gadang yang masih
kosong.
IASC Shelter Cluster mempelajari fenomena ini untuk mengerti apa yang
menjadi penyebab dari banjir bandang ini.[19] Dalam penelitian lapangan
diketahui di hulu sungai yakni di bukit, dahulunya terdapat danau kecil.
Gbr. 6. Bebatuan longsor yang mengisi badan sungai [19]
[19] IASC Shelter
Cluster. Flood
Affected Community:
Maninjau Field Visit –
20 April 2010 West
Sumatra Earthquake
Response
41 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
Gbr. 7. Bebatuan longsor yang mengikis badan sungai [20]
Pada saat gempa 6 Maret 2007 terjadi kelongsoran pada tebing yang
babatuannya mengisi danau kecil tersebut. Bila turun hujan biasa, danau
dan sungai masih dapat dengan mengalirkan air melalui badan sungai
secara normal. Pada hujan lebat di bulan Agustus 2009, maka danau kecil
dan badan sungai tidak mampu lagi menahan dan mengarahkan aliran air.
Tenaga yang dilepaskan oleh air tersebut membawa juga bebatuan dan
pohon-pohon yang tanahnya dikikis oleh aliran air banjir bandang. Banjir
bandang dengan material bebatuan dan pohon inilah yang masuk ke Koto
Kaciak.
Pada saat gempa bumi 30 September 2009, diperkirakan tanah dibukit
mengalami perubahan struktur tanah. Tanah menjadi lebih berongga
akibat getaran gempa. Malam hari setelah gempa, terjadilah hujan yang
lebat dan air ini segera mengisi rongga-rongga tanah tersebut. Tanah dan
bebatuan yang sudah menjadi labil akibat tekanan air hujan yang terus
menerus menjadi hilang keseimbangannnya dan mengalami longsor.
Longsoran tanah dan batu ini terbawa aliran air yang dibantu gravitasi
bergerak makin cepat ke arah Koto Kaciak dan Koto Gadang. Dalam
perjalanannya air dan bebatuan mengikis dinding sungai dan menyeret
pepohonan. Namun karena sungai di daerah Koto Kaciak telah dipenuhi
bebatuan maka material bebatuan tersebut mengarah ke sungai daerah
Koto Gadang.
Yang dipelajari dari fenomena ini adalah tebing-tebing dan daerah sungai
yang labil pada suatu kondisi maksimum akibat hujan lebat yang panjang
akan mengakibatkan banjir bandang. Kondisi labil ini bisa terjadi akibat
[20] Paul Sharpe.
Foto-foto diambil
April 2010
42 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
gempa-gempa yang pernah terjadi baik yang terjadi pada tahun 2007
maupun 2009. Disinilah kewaspadaan seluruh elemen masyarakat untuk
terus memantau fenomena tanah dan sungai. Sehingga bila ditemukan
potensi bahaya bisa segera dilakukan perbaikan.
43 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
44 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
Referensi
AntaraNews.com. Galodo Terjang Ratusan Rumah di Empat Nagari. Selasa, 23 Maret 2010.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010 – 2014 halaman 95.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010 – 2014 halaman 9-25.
BPBD Kota Padang, Rekapitulasi Data Dampak Bencana Banjir Bandang Kota Padang 24 Juli 2012, data dikeluarkan tanggal 28 Juli 2012.
Gubernur Sumatera Barat. Dampak & Penanganan Darurat Banjir Bandang Kota Padang Selasa 24 Juli 2012. Paparan 27 Juli 2012.
IASC Shelter Cluster. Flood Affected Community: Maninjau Field Visit – 20 April 2010 West Sumatra Earthquake Response.
Irina Rafliana. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Wawancara pertelepon 28 Juli 2012.
Keterangan Suryadi, staff PUSDALOPS BPBD Provinsi Sumatera Barat.
Kliksumbar.com. Saudagar Emas Padang Bantu Korban Galodo. 26 Juli 2012. http://www.kliksumbar.com/berita-3317-saudagar-emas-padang-bantu-korban-galodo.html
Nova Ratnanto, Private Sector Care for Disaster Risk Reduction in West Sumatra, 28 Juni 2010. http://humanitarianpapers.blogspot.com/2010/06/private-sector-care-for-disaster-risk.html
Padang Ekspress, Awas Longsor-Galodo Mengintai. Gubernur: Perkuat Mitigasi di 13 Daerah. 23 Juli 2012.
Paul Sharpe. Foto-foto diambil April 2010.
PUSADALOPS Sumatera Barat, Tabel dan Informasi Kejadian Banjir dan Badai Kota Padang 24 Juli 2012.
Sugimin Pranoto et.al, Lessons Learned Pembelajaran Rehab Rekon Pasca Gempa di Sumatera Barat 30 September 2009 Building Back Better, 2011.
Walikota Padang. Bencana Alam Banjir Bandang Di Kota Padang 24 Juli 2012. Paparan.
Walikota Padang. Video paparan banjir bandang, 24 Juli 2012.
45 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
DAFTAR SINGKATAN
AIFDR Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction APINDO Asosiasi Pengusaha Indonesia BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BASARNAS Badan SAR Nasional BMKG Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BPBD Badan Penanggulangan Bencana Daerah CDSP Capacity Development Support Program CSR Corporate Social Responsibility ERN Early Recovery Network GIS Geographic Information System HT Handy Talkie IAI Ikatan Arsitek Indonesia IASC Inter-Agency Standing Committee ICT Information and Communication Technology KESBANGLINMAS Kesejateraan Pembangunan dan Perlindungan Masyarakat KOGAMI Komunitas Siaga Tsunami KSB Kelompok Siaga Bencana LSM Lembaga Swadaya Masyarakat NGO Non-Government Organization BNPB Badan Nasional Penanggulangan Bencana PMI Palang Merah Indonesia POLRI Kepolisian Republik Indonesia POSKO Pos Komando PUSDALOPS PB Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana PUSDATINMAS Pusat Data dan Informasi BNPB TNI Tentara Nasional Indonesia TOR Term of Reference TPT Tim Pendukung Teknis UNESCO United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
46 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang
Foto-foto pada sampul depan dan belakang berasal dari Paparan Walikota Padang Bencana Alam Banjir Bandang Di Kota Padang 24 Juli 2012.
Arwin Soelaksono Konsultan Protokol Humanitarian dan Hubungan Internasional
AIFDR-BNPB
www.humanitarian-development.org
Wawan Budianto Konsultan Analis Pengurangan Resiko Bencana Propinsi Sumatera Barat
AIFDR-BNPB
PEMBELAJARAN
PASCA BANJIR BANDANG
24 JULI 2012
KOTA PADANG