PEMBELAJARAN OPEN-ENDED PADA LUAS …ejournal.unigha.ac.id/data/Journal SAINS Riset vol 1 no 1...

14

Click here to load reader

Transcript of PEMBELAJARAN OPEN-ENDED PADA LUAS …ejournal.unigha.ac.id/data/Journal SAINS Riset vol 1 no 1...

Page 1: PEMBELAJARAN OPEN-ENDED PADA LUAS …ejournal.unigha.ac.id/data/Journal SAINS Riset vol 1 no 1 9.pdf · dan pendekatan pembelajaran tesebut adalah didasarkan pada teori ... (problem

PEMBELAJARAN OPEN-ENDED PADA LUAS SEGITIGA SISWA

SMA NEGERI 2 INDRAJAYA

* Martunis

ABSTRAK.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan hasil belajar siswa,

ketuntasan belajar siswa, aktivitas siswa dan respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan

pendekatan open-ended. Untuk mencapai tujuan penelitian secara komprehensif seperti di atas,

prosedurnya adalah: (!) mengambil subjek penelitian di kelas X-3 SMA Negeri 2 Indrajaya

sebanyak 31 siswa, (2) menyusun instrumen penelitian yaitu soal mencari luas segitiga untuk

kelas X SMA semester genap, (3) melakukan treatment berupa pembelajaran open-ended bagi

siswa oleh guru, (5) melakukan feed back. Adapun teknik pengumpulan data adalah melalui tes

hasil belajar siswa, observasi aktivitas siswa dan penyebaran angket respon siswa. Sedangkan

teknik pengolahan data, penulis menggunakan analisis deskriptif (persentase). Hasil penelitian

menunjukan bahwa: (1) Hasil belajar siswa melalui pendekatan open-ended mencapai rata-rata

71,03%, (2) siswa mencapai ketuntasan belajar secara klasikal sebanyak 87,1% siswa

memperoleh skor lebih besar dari 65% dari skor total hasil tes, (3) Siswa terlibat secara aktif

dalam kegiatan pembelajaran, (4) Respon siswa positif terhadap pendekatan open-ended.

Kata kunci: Pembelajaran Open-ended, dan Luas segitiga.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan cabang ilmu

pengetahuan yang banyak mengundang

perhatian berbagai elemen dari aspek

kehidupan yang beranekaragam. Berbagai

alasan dikemukakan yang berkaitan dengan

matematika, diantaranya matematika

merupakan alat dan ilmu pendukung bagi

cabang ilmu lainnya untuk mendapatkan

solusi dari berbagai permasalahan yang

timbul. Disamping itu, matematika juga

merupakan ilmu yang sangat berguna dalam

kaitannya dengan perilaku kehidupan sehari-

hari. Matematika mengajarkan cara atau

proses berpikir yang terstruktur, logis

(rasional), kritis dan objektif. Semua itu

akan diperoleh dan dinikmati secara mudah

jika adanya ketekunan dan keyakinan yang

penuh dari setiap insan yang

mempelajarinya sekaligus mencoba untuk

menghilangkan kesan bahwa matematika

merupakan momok yang menakutkan.

Kurangnya minat, bakat, intelegensi,

motivasi dan keadaan psikologis dari siswa

merupakan faktor internal yang

menyebabkan terjadinya kesulitan belajar

matematika. Disamping itu, faktor eksternal

juga sangat berpengaruh diantaranya faktor

lingkungan, pengajaran, kelengkapan dan

fasilitas alat pengajaran. Adapun

penyebabnya adalah dominasi peran guru

yang cenderung menonton dalam berbagai

bentuk masalah yang disajikan dalam

pelajaran matematika. Disinilah peran

seorang guru dioptimalkan untuk

meminimalkan faktor negatif tersebut.

Tugas seorang guru memang sangatlah

berat, karena selain untuk menguasai materi

secara baik, luas dan mendalam juga harus

memiliki kiat khusus melalui strategi dan

pendekatan pembelajaran untuk

membangkitkan motivasi dan meningkatkan

pemahaman siswa terhadap suatu materi

yang diajarkan sehingga proses

pembelajaran akan lebih berarti dan

bermakna bagi siswa.

Salah satu pengembangan strategi

dan pendekatan pembelajaran tesebut adalah

didasarkan pada teori kognitif yang lebih

mengacu kepada teori konstruktivis.

Menurut teori ini siswa harus menemukan

sendiri dan menyampaikan informasi

kompleks, mengecek informasi baru dengan

aturan-aturan lama dan merevisinya apabila

aturan-aturan tersebut tidak sesuai dengan

informasi baru yang diterimanya yang

dikenal dengan asimilasi konsep. Dengan

acuan teori konstruktivis tersebut

dikembangkan model dan pendekatan

Page 2: PEMBELAJARAN OPEN-ENDED PADA LUAS …ejournal.unigha.ac.id/data/Journal SAINS Riset vol 1 no 1 9.pdf · dan pendekatan pembelajaran tesebut adalah didasarkan pada teori ... (problem

pembelajaran dengan harapan guru dapat

menerapkannya dalam pelaksanaan

pembelajaran untuk memancing aktivitas

siswa. Melalui aktivitas tersebut diharapkan

siswa akan lebih kreatif karena dengan

kreatifitas siswa akan membantu guru dalam

meningkatkan pemahaman siswa terutama

dalam bidang pendidikan. Pendekatan

pembelajaran (learning approach)

merupakan cara guru dalam pelaksanaan

pembelajaran agar konsep yang disajikan

bisa beradaptasi dengan siswa (Suherman,

2001:7). Surakhmad (1979:75)

mengemukakan bahwa “metode adalah cara

yang didalam fungsinya merupakan alat

untuk mencapai suatu tujuan, makin baik

metode itu makin baik dan efektif pula

pencapaian tujuannya”. Jadi, pemilihan

metode, model dan pendekatan

pembelajaran yang tepat akan

mempermudah proses terbentuknya

pengetahuan pada siswa.

Secara teoritis, salah satu

pendekatan pembelajaran yang menjanjikan

dapat mengintegrasikan siswa aktif dan

kreatif dalam pembelajaran yang efektif dan

inovatif melalui penerapan pendekatan

open-ended. Menurut Hedden dan Speer

(dalam Maqsudah, 2003:6) pendekatan

open-ended adalah suatu model

pembelajaran yang dapat memberikan

keleluasaan kepada siswa berpikir secara

aktif dan kreatif dalam menyelesaikan suatu

permasalahan, sehingga bermanfaat untuk

meningkatkan cara berpikir siswa.

Salah satu materi yang dianggap

layak diterapkan dengan pembelajaran

melalui pendekatan open-ended adalah “luas

segitiga”. Luas segitiga yang diajarkan di

SMA merupakan lanjutan dari materi yang

pernah diajarkan di SMP. Contoh

penerapannya adalah untuk menghitung luas

tanah/daerah yang berbentuk segitiga.

Materi luas segitiga juga merupakan salah

satu materi yang menyumbangkan soal

dalam distribusi soal tes/ujian, baik UN

(Ujian Nasional) maupun tes SPMB (Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru) dan materi

luas segitiga juga merupakan materi yang

diajarkan secara berkelanjutan dari tingkat

SMP sampai Perguruan Tinggi yang saling

keterkaitan.

Materi luas segitiga yang dipelajari

secara berkelanjutan tentu harus benar-benar

bisa dipahami secara berkelanjutan pula.

Oleh karena itu, hendaknya si pengajar/guru

dapat memilih dan menggunakan

pendekatan pembelajaran yang sesuai dan

relevan agar siswa mampu memahami dan

menguasai materi tersebut secara mudah.

Bertolakbelakang pada acuan

tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk

mengamati dan meneliti tentang kegiatan

pembelajaran matematika dengan

menerapkan pendekatan open-ended.

B. Rumusan Masalah dan Tujuan

Penelitian

Berdasarkan uraian di atas yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

1) Bagaimana pencapaian hasil belajar

siswa tentang luas segitiga yang

diperoleh melalui penerapan

pendekatan open-ended?

2) Apakah siswa mencapai ketuntasan

belajar melalui pendekatan open-

ended pada materi luas segitiga?

3) Bagaimana aktivitas siswa selama

proses pembelajaran dengan

pendekatan open-ended?

4) Bagaimana respon siswa terhadap

penerapan pendekatan open-ended?

Berdasarkan rumusan masalah di atas,

maka yang menjadi tujuan dalam penelitian

ini adalah untuk mengetahui dan

mendeskripsikan:

1) Hasil belajar siswa tentang Luas

Segitiga melalui penerapan

pendekatan open-ended.

2) Ketuntasan belajar siswa pada

materi Luas Segitiga setelah

mengikuti pembelajaran dengan

pendekatan open-ended.

3) Aktivitas siswa selama proses

pembelajaran.

4) Respon siswa terhadap pelaksanaan

pembelajaran pendekatan open-

ended.

II. KAJIAN PUSTAKA

Page 3: PEMBELAJARAN OPEN-ENDED PADA LUAS …ejournal.unigha.ac.id/data/Journal SAINS Riset vol 1 no 1 9.pdf · dan pendekatan pembelajaran tesebut adalah didasarkan pada teori ... (problem

A. Pembelajaran Matematika dalam

Pandangan Konstruktivis Belajar dan pembelajaran

merupakan suatu rangkaian proses kegiatan

yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

Melalui belajar seorang akan mengalami

perubahan dalam kehidupan baik dari pola

berpikir, keterampilan maupun tingkah laku.

Hal ini sejalan dengan definisi belajar yang

dikemukakn oleh Slameto (1995: 2), ia

mengatakan bahwa belajar adalah suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secaca keseluruhan sebagai

hasil pengalaman sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya. Namun pada

hakekatnya, menurut paham konstruktivis

belajar adalah suatu proses yang dilakukan

seseorang untuk mengkonstruksi

pengetahuan karena seseorang hanya dapat

mengetahui sesuatu yang telah

dikonstruksinya. Proses konstruksi

pengetahuan dilakukan melalui

pengorganisasian antara aktivitas fisik

(kegiatan indera) dan aktivitas mental

(proses berpikir). Proses berpikir sangat

penting karena pengetahuan itu hanya dapat

dibangun dalam pikiran seseorang (Piaget

dalam Suhartati, 2006:91). Sementara itu

untuk menumbuhkan aktivitas fisik sangat

dibutuhkan lingkungan belajar yang dapat

memberikan pengalaman belajar bagi siswa.

Menurut seorang ahli konstruktivis Vigotsky

(Suparno, 1997:45) menyatakan bahwa

budaya dan konteks mempunyai pengaruh

proses dalam proses kontruksi pengetahuan.

Ini juga meyakini bahwa dengan interaksi

sosial dapat membatu seseorang untuk

mengkonstruksi pengetahuannya yang lebih

sesuai dengan kontruksi para ahli (dalam

Suhartati, 2006:91). Disamping itu, ahli

konstruktivis lain juga berpendapat bahwa

belajar juga dipandang sebagai proses aktif

dan konstruktif yang menuntut siswa untuk

menyelesaikan masalah, oleh karena itu

dibutuhkan lingkungan belajar agar siswa

dapat menemukan konsep dasar,

keterampilan algoritma proses heuristic dan

kebiasaan bekerjasama serta berefleksi Cobb

(Suherman, 2001:72).

Berdasarkan pendapat para ahli

diatas dapat disimpulkan bahwa untuk

mendapatkan hasil belajar yang optimal dan

produk yang berkualitas perlu adanya

lingkungan belajar yang baik dengan

perencanaan yang maksimal. Perencanaan

lingkungan belajar dapat dirancang dan

diorganisir dalam sebuah proses

pembelajaran. Pembelajaran dapat dikatakan

sebagai proses eksternal yang sengaja

dirancang dan direkayasa dalam upaya

penataan lingkungan untuk memberikan atau

menciptakan suasana sehingga proses

belajar berlangsung secara optimal.

Belajar matematika merupakan

keharusan bagi semua siswa dari SD sampai

SMA bahkan sampai mahasiswa di

Perguruan Tinggi. Cornelius (Suhartati,

2007:1) memberikan lima alasan perlunya

belajar matematika, yaitu matematika

merupakan sarana untuk:

1. berpikir jelas dan logis,

2. memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari,

3. mengenal pola-pola hubungan

dan generalisasi pengalaman,

4. mengembangkan kreativitas,

5. meningkatkan kesadaran

terhadap perkembangan budaya.

Tujuan belajar yang telah

disebutkan di atas akan terealisasi dengan

baik jika ada proses pembelajaran yang baik

pula. Selama ini pembelajaran yang

dipraktekkan masih tergolong konvensional.

Schoenfeld (dalam Yuwono, 2001:6)

menyatakan bahwa pembelajaran

konvensional mengakibatkan siswa bekerja

secara prosedural tanpa proses pemahaman.

Disamping itu, kegiatan pembelajaran lebih

didominasi oleh guru dan siswa cenderung

bersifat pasif. Hal itu tidak sejalan dengan

tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu,

pengembangan pembelajaran matematika

didasarkan paham konstruktivis. Menurut

Ridhwan (2006:63) “Konstruktivisme lahir

oleh gagasan Jean Piageat dan Vigotsky,

dimana keduanya menekankan bahwa

perubahan kognitif hanya terjadi jika

konsepsi-konsepsi yang telah dipahami

diolah melalui suatu proses

ketidakseimbangan dalam upaya memakai

Page 4: PEMBELAJARAN OPEN-ENDED PADA LUAS …ejournal.unigha.ac.id/data/Journal SAINS Riset vol 1 no 1 9.pdf · dan pendekatan pembelajaran tesebut adalah didasarkan pada teori ... (problem

informasi-informasi baru”. Menurut Nickson

(Hudojo, 1998:6), pembelajaran matematika

menurut pandangan konstruktivis adalah

usaha membantu siswa untuk mengkontruksi

konsep-konsep atau prinsip-prinisp

matematika dengan kemampuannya sendiri

melalui proses internalisasi sehingga konsep

tersebut terbangun kembali. Pengetahuan

tidak dapat ditransfer begitu saja dari

seseorang kepada orang lain, melainkan

diinterpretasikan sendiri oleh masing-

masing orang. Dengan demikian tujuan

pembelajaran berdasarkan pandangan

konstruktivis adalah membangun

pemahaman.

Pembelajaran matematika dalam

pandangan konstruktivis menurut Hudojo

(1998:7) mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut:

1) Siswa terlibat aktif dalam

belajarnya, siswa belajar materi

matematika secara bermakna

dengan bekerja dan berpikir,

2) Informasi baru harus dikaitkan

dengan informasi sebelumnya

sehingga menyatu dengan skemata

yang dimiliki siswa , dan

3) Orientasi pembelajaran adalah

investigasi dan penemuan yang pada

dasarnya adalah pemecahan

masalah. Namun disamping

kemampuan pemecahan masalah,

pembelajaran matematika jika

ditinjau dari aspek kompetensi yang

ingin dicapai maka matematika juga

menekankan pada penguasaan

konsep dan materi serta algoritma

penyelesaian.

Peranan guru dan pembelajaran

berdasarkan pandangan konstruktivis

menurut Suparno (1997:65) adalah sebagai

fasilitator dan mediator yang bertugas untuk:

(1) menyediakan pengalaman belajar yang

memungkinkan siswa mengkontruksi

pengetahuan dengan benar, (2) menyediakan

atau memberikan kegiatan yang merangsang

rasa ingin tahu siswa, dan (3) memonitor

dan mengevaluasi proses belajar siswa.

Evaluasi dilakukan sepanjang proses

pembelajaran berlangsung untuk memantu

perkembangan pemahaman siswa dan

mengawasi proses kontruksi pengetahuan

yang dibuat siswa.

Berdasarkan filsafat konstruktivis

ini banyak muncul pendekatan-pendekatan

yang diikuti bermacam strategi belajar,

diantaranya adalah pendekatan penemuan,

pemecahan masalah (problem solving),

problem posing, investigasi, open-ended dan

pendekatan realistik (dalam Suherman,

2001:70). Strategi belajar yang tertuang

dalam beragam model pembelajaran makin

gencar dikembangkan seiring dengan

munculnya pendekatan tersebut, Soekamto

dkk (1995:7) mengemukakan bahwa model

pembelajaran adalah kerangka konseptual

yang melukiskan prosudur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar

untuk mencapai tujuan tertentu dan

berfungsi sebagai pedoman bagi perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam

merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Dengan demikian berarti guru harus

mampu mengkondisikan kegiatan

pembelajaran yang dapat melibatkan siswa

secara aktif dalam kegiatan belajar. Guru

harus dapat memilih pendekatan yang

diterapkan dalam pembelajaran matematika

untuk dapat merangsang siswa kreatif

membangun pemahaman tentang

pengetahuan yang dipelajarinya.

B. Pembelajaran Matematika dengan

Pendekatan Open-Ended

Problem open-ended merupakan

problem yang diformulasikan memiliki

multi jawaban yang benar. Problem ini

disebut juga problem tak lengkap atau

problem terbuka. Hancock (Suhartati,

2007:3) menyatakan bahwa masalah open-

ended adalah soal yang memiliki lebih dari

satu selesaian yang benar. Selain itu masalah

open-ended juga mengarah siswa untuk

menggunakan keragaman cara atau metode

penyelesaiannya sehingga sampai pada suatu

jawaban yang diinginkan (Maqsudah,

2003:17).

Pembelajaran matematika melalui

pendekatan open-ended adalah pembelajaran

yang menggunakan masalah open-ended dan

dimulai dengan memberikan masalah

Page 5: PEMBELAJARAN OPEN-ENDED PADA LUAS …ejournal.unigha.ac.id/data/Journal SAINS Riset vol 1 no 1 9.pdf · dan pendekatan pembelajaran tesebut adalah didasarkan pada teori ... (problem

terbuka kepada siswa. Kegiatan

pembelajaran harus membawa siswa dalam

menjawab permasalahan dengan banyak

cara dan mungkin juga banyak jawaban

yang benar sehingga mengundang potensi

intelektual dan pengalaman siswa dalam

proses menemukan sesuatu yang baru.

Dalam menyelesaikan masalah (problem

solving), guru berusaha agar siswa

mengkombinasikan pengetahuan,

ketrampilan, dan cara berpikir matematika

yang telah dimiliki sebelumnya Sawada

(Muqsudah, 2003:17). Ciri penting dari

masalah open-ended adalah terjadinya

keleluasaan siswa untuk memakai sejumlah

metode dan segala kemungkinan yang

dianggap paling sesuai untuk menyelesaikan

masalah. Artinya pertanyaan open-ended

diarahkan untuk mengiring tumbuhnya

pemahaman atas masalah yang diajukan

guru. “Adapun bentuk-bentuk soal yang

dapat diberikan melalui pendekatan open-

ended terdiri dari tiga bentuk, yaitu: (1) soal

untuk mencari hubungan, (2) soal

mengklasifikasikan dan, (3) soal mengukur”

(Sawada dalam Maqsudah, 2003:18-21).

Pendekatan open-ended menjanjikan

suatu kesempatan kepada siswa untuk

menginvestigasi berbagai strategi dan cara

yang diyakini sesuai dengan kemampuan

mengelaborasi permasalahan. Tujuannya

agar berpikir matematika melalui kegiatan

kreatif siswa dapat berkembang secara

maksimal dan berkomunikasi melalui proses

belajar mengajar sehingga akan membangun

kegiatan interaktif antara matematika dan

siswa. Perlu digaris bawahi kegiatan

matematika dan kegiatan siswa disebut

terbuka jika memenuhi ketiga aspek berikut

yaitu:

1) kegiatan siswa harus terbuka,

2) kegiatan matematika adalah ragam

berpikir,

3) kegiatan siswa dan kegiatan

matematika merupakan satu

kesatuan.

Sifat keterbukaan dalam pendekatan

tersebut dikatakan hilang apabila guru hanya

mengajukan satu alternatif cara dalam

menjawab permasalahan (Suherman,

2001:114).

Menurut Maqsudah (2003:141-144), bentuk

pembelajaran dengan pendekatan open-

ended yang dapat meningkatkan pemahaman

siswa adalah suatu pebelajaran yang

menggunakan strategi tiga tahapan yaitu

tahap awal, tahap inti dan tahap akhir.

Ketiga tahapan tersebut dilaksanakan secara

klasikal dan secara kelompok serta

kelompok dilengkapi dengan penggunaan

Lembar Kerja Siswa (LKS).

Secara sistematis bentuk

pembelajaran tersebut dapat digambarkan

secara diagram blok seperti yang tertera di

bawah ini:

Dari skema di atas, ketiga tahapan

pembelajaran dapat diuraikan secara rinci

sebagai berikut:

Tahap awal, merupakan tahap

persiapan siswa untuk mengikut kegiatan

pembelajaran. Pada tahap ini guru

Pembelajaran

Tahap Awal

(Klasikal)

Tahap Inti

Aktifitas

Pengenalan

(Klasikal)

Pemberian

Masalah dan LKS

Aktifitas

Pemahaman

(kelompok)

Aktifitas

Pemantapan

(Kelompok)

Tahap Akhir

(Klasikal)

Gambar 1: Skema Pembelajaran Open-Ended

Page 6: PEMBELAJARAN OPEN-ENDED PADA LUAS …ejournal.unigha.ac.id/data/Journal SAINS Riset vol 1 no 1 9.pdf · dan pendekatan pembelajaran tesebut adalah didasarkan pada teori ... (problem

menjelasan tujuan pembelajaran, pendekatan

atau model serta strategi yang akan

dilakukan dalam kegiatan pembelajaran,

mengaktifkan kemampuan dasar siswa,

mengaitkan materi yang akan dipelajari

dengan materi sebelumnya serta mengaitkan

motivasi siswa.

Tahap Inti, kegiatan pada tahap ini

dibagi dalam tiga aktivitas yaitu aktivitas

pengenalan, aktivitas pemahaman dan

aktivitas pemantapan.

Kegiatan siswa dalam aktivitas

pengenalan antara lain membaca dan

memahami masalah yang ada pada LKS,

menjawab pertanyaan yang diajukan guru

serta menyelesaikan masalah dengan

mengkonstruksi ide-ide dan pengetahuan

dasar yang dimiliki secara individu.

Kegiatan siswa pada aktivitas

pemahaman antara lain menyelesaikan

masalah didalam kelompok dengan

melakukan kolaborasi dan pengabungan ide-

ide yang diperoleh dari setiap anggota

kelompok menuju sebuah kesimpulan yang

akan dipresentasikan dan

dipertanggungjawabkan di depan kelas.

Pada saat diskusi kelas, siswa mencatat hal-

hal penting sebagai bahan sharing pendapat.

Pada aktivitas pemantapan, kegiatan

yang dilakukan adalah siswa memberikan

tanggapan dan komentar serta kritikan

terhadap jawaban atau kesimpulan dari

penyelesaian masalah yang telah

disampaikan. Selain itu guru mengajukan

beberapa pertanyaan untuk memancing

respon siswa yang belum muncul.

Tahap Akhir, kegiatan yang

dilakukan pada tahap ini adalah guru

mengarahkan siswa untuk membuat

kesimpulan dari hasil pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan

kegiatan refleksi untuk mengecek

pemahaman siswa yaitu dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan kepada siswa tentang

materi yang telah dipelajari.

Dari tahapan pembelajaran di atas,

jelaslah bahwa pembelajaran matematika

dengan pendekatan open-ended juga tidak

terlepas dari gabungan beberapa metode

pembelajaran. Hal yang paling menonjol

adalah metode kooperatif (kerja kelompok).

Metode ini tepat karena akan mendorong

siswa aktif menemukan sendiri pengetahuan

melalui keterampilan proses dan kerjasama.

Namun, agar dapat bekerjasama dengan baik

di dalam kelompoknya, Wardono (dalam

Waluya dkk, 2006:279) mengatakan bahwa:

Ada 5 keterampilan kooperatif yang

harus diajarkan, yaitu:

1) berada dalam tugas, artinya tetap

berada dalam kerja kelompok dan

menyelesaikan masalah yang

menjadi tanggung jawabnya.

2) mengambil giliran dan mengambil

tugas, artinya bersedia menerima

tugas dan membantu menyelesaikan

tugas.

3) mendorong partisipasi, artinya

memotivasi teman sekelompok

untuk memberikan kontribusi.

4) mendengarkan dengan aktif, artinya

mendengar dengan menyerap

informasi yang disampaikan oleh

teman dan menghargai pendapat

teman.

5) Bertanya, artinya terampil

menanyakan informasi atau

penjesan lebih lanjut dari teman

sekelompok.

Jika semua siswa telah memiliki

ketrampilan kooperatif yang telah

disebutkan diatas maka keiatan

pembelajaran akan berjalan dengan lancar.

C. Keunggulan dan Kelemahan

Pembelajaran Matematika dengan

Pendekatan Open-Ended

Pembelajaran matematika dengan

pendekatan open-ended ternyata terdapat

beberapa keunggulan dan kelemahan

(Suherman, 2001:121).

Keunggulan dari pendekatan open-

ended antara lain:

a) Siswa berpartisipasi lebih aktif

dalam pembelajaran dan sering

mengekpresikan idenya.

b) Siswa memiliki kesempatan lebih

banyak dalam memanfaatkan

pengetahuan dan keterampilan

matematika secara komprehensif.

Page 7: PEMBELAJARAN OPEN-ENDED PADA LUAS …ejournal.unigha.ac.id/data/Journal SAINS Riset vol 1 no 1 9.pdf · dan pendekatan pembelajaran tesebut adalah didasarkan pada teori ... (problem

c) Siswa dengan kemampuan

matematika rendah dapat merespon

permasalahan dengan cara mereka

sendiri.

d) Siswa dengan cara intrinsik

termotivasi untuk memberikan bukti

atau penjelasan.

e) Siswa memiliki pengalaman banyak

untuk menemukan sesuatu dalam

menjawab permasalahan.

Disamping keunggulan yang

diperoleh, terdapat beberapa kelemahan dari

penerapan pembelajaran dengan pendekatan

open-ended antara lain:

a) Membuat dan menyiapkan masalah

matematika yang bermakna bagi

siswa bukanlah pekerjaan mudah.

b) Mengemukakan masalah yang

langsung yang dapat dipahami siswa

sangat sulit sehingga banyak siswa

mengalami kesulitan bagaimana

merespon masalah yang diberikan.

c) Siswa dengan kemampuan tinggi

bisa merasa ragu atau mencemaskan

jawaban mereka.

d) Mungkin ada sebagian siswa yang

merasa keegiatan belaar mereka

tidak menyenangkan karena

kesulitan yang mereka hadapi.

Jadi, di samping keunggulan yang

menjanjikan pembelajaran lebih bermakna

namun harus disadari bahwa untuk

mendapatkan hasil yang optimal dibutuhkan

kerja yang maksimal dan guru yang inovatif

serta motivatif untuk membuat siswa aktif

dan kreatif.

III. SUBYEK SAMPEL DAN

INSTRUMEN PENELITIAN

Penelitian ini bernuansa eksperimen

berbasis Peneltian Tindakan Kelas (PTK.

Subyek penelitian adalah siswa kelas X

Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Indrajaya

Kabupaten Pidie Provinsi Aceh. Sedangkan

alat ukurnya berupa soal essay matematika

untuk kelas X SMA semester genap dan

penilaiannya berpedoman pada item tujuan

penelitian seperti yang telah digambarkan di

atas. Selain itu kerpada semua siswa

diberikan angket isian untuk menilai

keaktifan siswa dalam kelas.

IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Secara umum penelitian ini

mengungkapkan tiga macam temuan yaitu

intensitas keaktifan siswa selama

berlangsungnya proses pembelajaran,

kemampuan berpikir kritis siswa menurut

level sekolah dan pola kesalahan dalam

menjawab soal cerita. Temuan intensitas

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

dinilai berdasarkan hasil pengamatan guru

terhadap siswa dan pengamatan siswa

terhadap siswa lainnya di dalam kelompok.

Tujuannya untuk mengungkap apa yang

dilakukan siswa selama berlangsungnya

proses pembelajaran yang berbasis inkuairi.

Sedangkan temuan kemampuan berpikir

kritis siswa diperoleh berdasarkan hasil tes

awal, evaluasi 1, evaluasi 2 dan tes akhir

terhadap siswa dari enam lokasi/daerah uji

coba.

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Belajar Siswa

Pada penelitian ini, hasil belajar siswa

diperoleh melalui tes akhir belajar secara

tertulis dan dikerjakan secara mandiri.

Penilaian dilakukan pada akhir proses

kegiatan pembelajaran secara keseluruhan.

Data hasil belajar dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 1: Data Hasil Tes Siswa

No Kode Soal Total Keterangan

Page 8: PEMBELAJARAN OPEN-ENDED PADA LUAS …ejournal.unigha.ac.id/data/Journal SAINS Riset vol 1 no 1 9.pdf · dan pendekatan pembelajaran tesebut adalah didasarkan pada teori ... (problem

siswa 1 2 3 4 5

1 Subjek 1 20 20 18 10 0 0 68 Tuntas

2 Subjek 2 20 12 14 20 0 66 Tuntas

3 Subjek 3 20 20 19 18 111 11 88 Tuntas

4 Subjek 4 20 20 19 19 13 91 Tuntas

5 Subjek 5 20 12 12 16 7 67 Tuntas

6 Subjek 6 20 20 19 18 13 90 Tuntas

7 Subjek 7 20 20 20 16 4 7 67 Tuntas

8 Subjek 8 18 20 10 10 8 8 66 Tuntas

9 Subjek 9 20 20 14 16 10 80 Tuntas

10 Subjek 10 18 14 15 18 0 65 Tuntas

11 Subjek 11 20 10 13 20 7 70 Tuntas

12 Subjek 12 20 18 13 18 8 69 Tuntas

13 Subjek 13 20 20 18 18 13 89 Tuntas

14 Subjek 14 20 20 17 10 0 67 Tuntas

15 Subjek 15 20 10 17 20 8 75 Tuntas

16 Subjek 16 18 12 15 20 0 65 Tuntas

17 Subjek 17 20 12 14 20 0 66 Tuntas

18 Subjek 18 15 20 14 8 8 65 Tuntas

19 Subjek 19 16 11 3 2 0 32 Tidak Tuntas

20 Subjek 20 20 20 19 19 13 90 Tuntas

21 Subjek 21 18 20 13 6 8 65 Tuntas

22 Subjek 22 18 20 13 6 8 65 Tuntas

23 Subjek 23 20 10 18 20 8 76 Tuntas

24 Subjek 24 20 20 16 20 8 84 Tuntas

25 Subjek 25 20 20 18 18 13 89 Tuntas

26 Subjek 26 16 20 10 5 0 51 Tidak Tuntas

27 Subjek 27 16 10 10 18 0 54 Tidak Tuntas

28 Subjek 28 20 20 16 10 0 66 Tuntas

29 Subjek 29 20 20 17 18 10 85 Tuntas

30 Subjek 30 20 10 12 6 5 53 Tidak Tuntas

31 Subjek 31 20 15 14 18 10 77 Tuntas

Rata - Rata 19,13 16,13 14,58 14,97 6,23 71,03

Dari data di atas diperoleh jangkauan data

adalah 59 dengan skor tertinggi 91 dan

terendah adalah 32. Sedangkan rata-rata

hasil belajar siswa adalah 71,03 dari skor

maksimal 100 dari 5 soal yang tersedia,

sebahagian besar siswa tidak dapat

menyelesaikan butir soal nomor 5 karena

keterbatasan waktu yang tersedia.

2. Ketuntasan Hasil Belajar

Berdasarkan nilai tes hasil belajar

yang telah dipaparkan di atas menunjukan

bahwa 27 siswa sudah mencapai skor

minimal 65% dari skor total, sehingga 27

siswa tersebut dinyatakan telah tuntas

belajar secara individual. Adapun siswa

yang tidak mencapai skor minimal 65% dari

total skor adalah 4 siswa. Secara persentase

diperoleh banyaknya siswa yaang tuntas

belajar secara individu adalah 87,1%. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar

secara klasikal sudah tercapai.

3. Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran

Data pengamatan mengenai aktivitas

siswa selama kegiatan pembelajaran

diperoleh dari 3 kali pertemuan Hasil dan

pengamatan dinyatakan dengan persentase

dan disajikan dalam bentuk tabel berikut ini.

Page 9: PEMBELAJARAN OPEN-ENDED PADA LUAS …ejournal.unigha.ac.id/data/Journal SAINS Riset vol 1 no 1 9.pdf · dan pendekatan pembelajaran tesebut adalah didasarkan pada teori ... (problem

Tabel 2. Persentase Aktivitas Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran

Katagori Pengamatan

Persentase Aktivitas Siswa dalam

Pembelajaran (%)

Persentase

Rata-Rata

(%) RP I RP II RP III

Mendengarkan/memperhatikan

penjelasan guru atau teman 14,81% 8,89% 12,22% 11,97%

Membaca, memahami masalah di LKS 11,11% 8,89% 12,22% 8,15%

Menyelesaikan masalah/ menemukan

cara penyelesaian masalah di LKS 24,44% 31,11% 25,56% 27,04%

Bertanya kepada guru atau

teman,menyampaikan pendapat /ide

kepada guru atau teman

28,15% 24,44% 32,22 28,27%

Bekerjasama/berdiskusi dalam

kelompok 10,37% 17,78% 11,11% 13,09%

Menarik kesimpulan suatu konsep atau

prosedur 10,37% 6,67% 11,11% 9,38%

Perilaku yang tidak relevan dengan

KBM 0,74% 3,33% 2,22% 2,1%

Berdasarkan tabel di atas dan mengacu pada

kriteria waktu ideal aktivitas siswa dalam

pembelajaran, maka dapat disimpulkan

bahwa aktivitas siswa untuk masing-masing

kategori pada setiap pembelajaran adalah

sesuai dengan rencana pembelajaran yaitu

terlibat secara aktif dalam kegiatan

pembelajaran.

4. Respon Siswa

Data respon siswa diperoleh dari

penyebaran angket yang dilakukan setelah

semua kegiatan pembelajaran selesai

dilaksanakan. Angket respon siswa yang

diisi oleh 31 siswa dikelompokkan dalam

beberapa aspek tinjauan dinyatakan dalam

bentuk persentase dengan rincian sebagai

berikut:

Tabel 3. Persentase Perasaan Siswa Terhadap Komponen Mengajar

Aspek Respon siswa Respon Siswa

Senang Tidak

1. Model Pembelajaran

2. Meteri Pelajaran

3. LKS

4. Suasana Pembelajaran di Kelas

5. Cara Guru Mengajar

83,87 %

80,65 %

35,48 %

83,87 %

80,65 %

16, 13 %

19,35 %

64,52 %

16,52 %

19,35 %

Tabel 4. Persentase Tanggapan Siswa Terhadap Komponen Mengajar

Aspek Respon siswa Respon Siswa

Baru Tidak

Page 10: PEMBELAJARAN OPEN-ENDED PADA LUAS …ejournal.unigha.ac.id/data/Journal SAINS Riset vol 1 no 1 9.pdf · dan pendekatan pembelajaran tesebut adalah didasarkan pada teori ... (problem

1. Model Pembelajaran

2. Materi Pelajaran

3. LKS

4. Suasana Pembelajaran di Kelas

5. Cara Guru Mengajar

83,47 %

35,48 %

64,52 %

41,94 %

45,16 %

16,13 %

64,52 %

35,48 %

58,06 %

54,84 %

Tabel 5. Persentase Pendapat Siswa tentang Minat untuk Mengikuti Pembelajaran

Selanjutnya dengan Open-Ended

Aspek Respon siswa Respon Siswa

Berminat Tidak

Pendapat siswa tentang minat untuk mengukuti pembelajaran

selanjutnya dengan pendekatan open-ended 83,87 % 16,13 %

Tabel 6. Persentase Pendapat Siswa Tentang Pemahaman Bahasa yang Digunakan

Aspek Respon siswa Respon Siswa

Jelas Tidak

1. Lembar Kerja Siswa

2. Tes Hasil Belajar

45,16 %

67,74 %

54,84 %

32,26 %

Page 11: PEMBELAJARAN OPEN-ENDED PADA LUAS …ejournal.unigha.ac.id/data/Journal SAINS Riset vol 1 no 1 9.pdf · dan pendekatan pembelajaran tesebut adalah didasarkan pada teori ... (problem

Dari tabel di atas terlihat bahwa lebih dari

80% siswa berminat untuk mengikuti

pembelajaran berikutnya dengan pendekatan

open ended dan mereka senang terhadap semua

komponen pembelajaran kecuali LKS, karena

menurut sebagian besar siswa LKS merupakan

komponen baru yang jarang digunakan sehingga

siswa tidak dapat memahami secara baik

petunjuk dari LKS yang disajikan. Namun

secara keseluruhan respon siswa terhadap

komponen pembelajaran dapat digolongkan

positif.

B. Pembahasan

Kegiatan pembelajaran matematika

dengan pendekatan open-ended yang telah

dipraktekkan di kelas X-3 SMA Negeri 2

Indrajaya Kabupaten Pidie menunjukan hasil

yang positif ditinjua dari hasil belajar,

ketuntasan belajar, aktivitas siswa maupun

respon siswa. Hal ini menunjukan bahwa

pendekatan open-ended cocok diterapkan dalam

pembelajaran matematiaka khususnya pada

materi Luas Segitiga. Namun perlu

digarisbawahi bahwa tidak semua materi cocok

diajarkan dengan pendekatan open-ended. Oleh

karena itu guru harus mampu menyesuaikan

materi yang diajarkan dengan model,

pendekatan dan metode serta strategi

pembelajaran yang akan diterapkan.

Berdasarkan data hasil pengamatan di atas

menunjukan bahwa hasil belajar siswa pada

materi Luas Segitiga yang diperoleh melalui

penerapan pendekatan open-ended mencapai

skor rata-rata siswa sebesar 71,03 dengan skor

tertinggi 91 dan skor terendah adalah 32 dari

skor maksimal yaitu 100. sebagian besar siswa

mampu menjawab secara maksimal 4 soal dari 5

soal yang diberikan. Salah satu penyebabnya

adalah karena sebagian siswa kurang memahami

petunjuk soal sehingga waktu yang tersedia

tidak cukup untuk menyelesaikan semua soal.

Hasil tes belajar menunjukan bahwa

jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 27 siswa

dan siswa yang tidak tuntas belajar berjumlah 4

siswa, artinya secara persentase siswa yang

tuntas belajar mencapai 87,1% dari keseluruhan

siswa. Dengan demikian penerapan pendekatan

open-ended pada materi Luas Segitiga dapat

mencapai ketuntasan belajar siswa secara

klasikal.

Kegiatan pembelajaran melalui

pendekatan open-ended juga menunjukan hasil

yang positif terhadap aktivitas siswa pada setiap

pertemuan. Sebagian besar siswa antusias dan

memiliki motivasi tinggi serta aktif dalam

kegiatan pembelajaran baik secara individu

maupun secara kelompok. Aktivitas dan respon

siswa terhadap materi muncul sesuai dengan

harapan yang diinginkan. Buktinya persentase

seluruh aktivitas siswa yang diamati berada

dalam batas-batas waktu ideal yang telah

ditetapkan pada aspek pengamatan dengan

toleransi 5 %. Walaupun demikian dalam proses

pembelajaran masih ada kendala yang dihadapi

oleh siswa dan guru baik dari segi teknis

maupun dari segi nonteknis.

Pada pertemuan pertama, kegiatan awal

dilakukan adalah guru melakukan sharing info,

memberikan informasi tentang tujuan, materi,

dan model pendekatan pembelajaran yang akan

dilaksanakan serta mengaitkan materi yang akan

dipelajari dengan materi sebelumnya. Adapun

tujuan pembelajaran pada pertemuan pertama

adalah mengingat kembali penggunaan rumus

luas segitiga jika panjang alas dan tinggi segitiga

itu diketahui. Luas segitiga ABC jika panjang

alas dan tinggi segitiga itu diketahui dapat

digunakan rumus :

L = 2

1 a t Keterangan :

L = Luas segitiga

a = Panjang alas

t = Tinggi segitiga

Rumus luas segitiga diatas dapat

digunakan untuk mencari luas segitiga lancip

dan segitiga tumpul yang panjang alas dan

tingginya diketahui.

Menurut pengamatan peneliti dan

observer, kegiatan awal pembelajaran siswa

terlihat sangat kaku. Hal ini disebabkan karena

siswa belum terbiasa dengan masalah open-

ended yang disajikan di dalam LKS sehingga

mereka untuk memahami masalah LKS dan

siswa tidak tahu apa yang harus mereka

kerjakan. Pada pertemuan ini siswa diminta

untuk mencari luas segitiga ABC yang panjang

alas dan tingginya diketahui.

Setelah siswa mengingat kembali

penggunaan rumus luas segitiga dengan panjang

Page 12: PEMBELAJARAN OPEN-ENDED PADA LUAS …ejournal.unigha.ac.id/data/Journal SAINS Riset vol 1 no 1 9.pdf · dan pendekatan pembelajaran tesebut adalah didasarkan pada teori ... (problem

alas dan tinggi segitiga itu diketahui, kemudian

peneliti mengarahkan siswa dalam berdiskusi

untuk mencari rumus luas segitiga jika tiga

unsur dalam segitiga itu diketahui.

Kemungkinan dari tiga unsur yang diketahui itu

adalah:

1) Panjang dua sisi dan besar sudut yang

diapit oleh kedua sisi itu (ss.sd.ss)

2) Besar dua sudut dan panjang satu sisi

yang terletak di antara kedua sudut itu

(sd.ss.sd)

3) Panjang dua sisi dan besar satu sudut

yang berhadapan dengan salah satu sisi

itu (ss.ss.sd)

4) Panjang ketiga sisinya (ss.ss.ss)

Pada pertemuan kedua, proses

pembelajaran berjalan dengan baik dan lancar

dan siswa pun sudah mulai terbiasa dengan

kegiatan pembelajaran yang dilakukan sehingga.

Adapun tujuan pembelajaran yaitu menentukan

luas suatu segitiga jika:

Dua sisi dan satu sudut dari segitiga

itu diketahui

Dua sisi dan sebuah sudut di hadapan

sisi dari segitiga itu diketahui

Kegiatan pembelajaran langsung

menuju fokus permasalahan dengan

membagikan LKS kepada siswa dan

mengarahkan siswa agar membentuk kelompok

berdasarkan pertemuan sebelumnya. Beberapa

kelompok langsung terlihat aktif berdiskusi di

dalam kelompok (17,78%). Mereka mencoba

memahami dan menyelesaikan masalah yang

ada di LKS (31,11%). Sementara itu hasil kerja

kelompok didiskusikan di depan kelas.

Pada pertemuan ketiga, melanjutkan

tujuan pembelajaran pada pertemuan kedua yaitu

menentukan luas suatu segitiga jika :

Dua sudut dan satu sisi dari segitiga

itu diketahui

Ketiga sisi dari sebuah segitiga

diketahui

Pada pertemuan ketiga, kegiatan

pembelajaran tetap berjalan seperti pertemuan

sebelumnya dan berlangsung dengan baik dan

lancar. Aktivitas siswa didominasi dengan

kegiatan bertanya dan menyampaikan pendapat

kepada guru/teman baik di dalam kelompok

maupun diskusi kelas (32,22%) sehingga

kegiatannya terkesan aktif. Kegiatan

pembelajaran berakhir dengan penarikan

kesimpulan secara menyeluruh tentang rumus

mencari luas segitiga.

Berdasarkan rician kegiatan pada setiap

pertemuan maka dapat diperoleh rata-rata waktu

yang banyak digunakan adalah untuk bertanya

dan menyampaikan pendapat/ide kepada guru

atau teman (28,27%) dan menyelesaikan

masalah atau menemukan cara menyelesaikan

masalah di LKS (27,04%) serta bekerjasama

atau berdiskusi dengan kelompok (13,09%).

Data ini menerangkan bahwa pembelajaran

matematika melalui pendekatan open-ended

dapat meningkatkan aktivitas dan kreatifitas

siswa dalam mengekplorasi masalah dengan

menggunakan ide-ide yang dimiliki untuk

menarik suatu kesimpulan. Hal ini senada

dengan pernyataan Suherman (2001:121), ia

mengatakan bahwa melalui pendekatan open-

ended, siswa berpartisipasi lebih aktif dalam

pembelajaran dan sering mengekspresikan

idenya dan merespon masalah dengan cara

mereka sendiri sehingga siswa termotivasi untuk

memberikan bukti dan penjelasan mengenai

hasil temuannya. Disampinng itu, pendekatan

open-ended yang dilakukan dengan metode

diskusi kelompok (kooperatif) ternyata juga

dapat mengaktifkan siswa baik secara individual

maupun berkelompok sehingga dapat

meminimalisasikan waktu yang terbuang untuk

perilaku yang tidak sesuai dengan Kegiatan

Belajar Mengajar (2,1%). Dengan Demikian

pemblajaran melalui pendekatan open-ended

dapat digolongkan baik dan efektif.

Respon siswa terhadap kegiatan

pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan

menunjukan tanggapan yang positif. Hal itu

dapat dibuktikan dari angka persentase yang

menunjukan lebih dari 80% siswa senang

terhadap komponen mengajar seperti model

pembelajaran dan suasana pembelajaran

(83,87%), serta materi pelajaran dan cara guru

mengajar (80,65%). Menurut pengakuan siswa

materi pelajaran, cara guru menngajar dan

suasana kelas selama kegiatan pembelajaran

adalah hal yang tidak baru lagi bagi siswa

karena sudah sering dipraktekkan selama ini,

akan tetapi model pendekatan open-ended yang

diterapkan adalah hal yang baru bagi siswa,

merekapun tertarik dan berminat untuk

Page 13: PEMBELAJARAN OPEN-ENDED PADA LUAS …ejournal.unigha.ac.id/data/Journal SAINS Riset vol 1 no 1 9.pdf · dan pendekatan pembelajaran tesebut adalah didasarkan pada teori ... (problem

mengikuti pembelajaran berikutnya dengan

menggunakan model pendekatan open-ended

pada materi yang berbeda. Hal itu ditunjukan

dengan angka persentase terhadap aspek yang

direspon masing-masing mencapai 83,87%.

Namun, sebagian besar siswa memberikan

tanggapan negatif terhadap komponen

pembelajaran LKS. Dari 31 siswa hanya 35,48%

yang senang terhadap komponen pembelajaran

tersebut. Hal itu disebabkan karena LKS

merupakaan komponen pembelajaran baru

(64,52%) yang jarang digunakan dalam proses

pembelajaran sehingga siswa sulit memahami

petunjuk dan bahasa yang digunakan dalam

LKS. Jadi, untuk kelancaran proses

pembelajaran guru memberikan informasi

tambahan terhadap masalah dan kesulitan yang

dihadapi siswa. Secara keseluruhan dapat

diambil kesimpulan bahwa respon siswa

terhadap kegiatan pembelajaran melalui

pendekatan open-ended adalah positif.

Walaupun uraian di atas menunjukan

bahwa pembelajaran matematika melalui

pendekatan open-ended efektif dan lebih mudah

membentuk dan menetapkan pemahaman siswa

dalam mengajar materi Luas Segitiga, namun

perlu disadari bahwa pembelajaran tersebut tidak

efesien dari segi waktu karena membutuhkan

waktu yang lama untuk mengkontruksi ide-ide

siswa dalam menemukan hubungan menuju

suatu kesimpulan. Di samping itu, pada

penelitian ini masih ada beberapa kelemahan

pada perlakuan seperti pada penyajian masalah

di dalam LKS dan tes hasil belajar. Siswa

menanggapi bahwa bahasa yang digunakan di

dalam LKS dan tes hasil belajar masih susah

untuk dipahami sehingga diperlukan informasi

tambahan dari guru. Peneliti menyadari satu

faktor rendahnya rata-rata nilai siswa

dipengaruhi oleh kurang pahamnya siswa

terhadap bahasa yang digunakan dalam tes hasil

belajar. Oleh karena itu, untuk menerapkan

model pendekatan open-ended dalam

pembelajaran matematika dibutuhkan persiapan

yang maksimal dalam mempersiapkan perangkat

pembelajaran sehingga proses pembelajaran

dapat berlangsung dengan baik dan akan

mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan

sesuai dengan Rencana Pembelajaran (RP) yang

telah dirancang.

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat

diambil kesimpulan:

1. Hasil belajar siswa melalui pendekatan

open-ended mencapai rata-rata 71,03%

2. Siswa mencapai ketuntasan belajar

secara klasikal yaitu sebanyak 87,1%

siswa memperoleh skor 65% dari

skor total hasil tes,

3. Siswa terlibat secara aktif dalam

kegiatan pembelajaran,

4. Respon siswa positif terhadap

pendekatan open-ended.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan kesimpulan di atas berikutnya

disajikan beberapa rekomendasi:

1. Diharapkan kepada guru agar dapat

melakukan persiapan yang maksimal

untuk menyajikan dan mengkontruksi

masalah open-ended, baik dari segi

kesesuaian materi, bentuk masalah

maupun dari segi penggunaan bahasa

yang digunakan di dalam LKS.

2. Diharapkan kepada guru SMA Negeri 2

Indrajaya Kabupaten Pidie untuk

menerapkan pendekatan open-ended

pada materi Luas Segitiga serta materi

lainnya yang dianggap cocok dengan

pendekatan open-ended.

3. Diharapkan guru dapat memadukan

masalah open-ended dengan model dan

pendekatan pembelajaran lain sehingga

kegiatan pembelajaran lebih menarik

dan variatif serta lebih bermakna dan

bermamfaat bagi siswa dan guru.

DAFTAR PUSTAKA

Hudojo, H. 1998. Pembelajaran matematika

menurut Pandangan Kontruktivistik.

Makalah disajikan Dalam Seminar Nasional

Pendidikan Matematika. Malang 4 Maret:

Program Pasca Sarjana IKIP Malang.

Ridhwan, M dan Samsul Bahri. 2006. “Teori

yang Mendasari Belajar dan Pembelajaran”.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu. 3(2): 90-94

Slameto. 1995. Belajar dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Rhineka Cipta, Jakarta.

Page 14: PEMBELAJARAN OPEN-ENDED PADA LUAS …ejournal.unigha.ac.id/data/Journal SAINS Riset vol 1 no 1 9.pdf · dan pendekatan pembelajaran tesebut adalah didasarkan pada teori ... (problem

Soekamto. 1995. Teori Belajar dan Model-

Model Pembelajaran. PAU Dirjen Dikti:

Jakarta

Suherman, 2001. Common texbook, Strategi

Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Untuk mahasiswa, guru dan calon guru bidang

studi pendidikan matematika. Tim MKPBM

Jurusan Pendidikan Matematika F.MIPA JICA

UPI Bandung

Suhartati. 2007. Penggunaan Masalah Open-

Ended dalam Pendekatan Pembelajaran

Matematika Realistik. Makalah disajikan dalam

Seminar dan Workshop Pendidikan

Matematika Realistik Indonesia (PMRI) FKIP

Unsyiah Banda Aceh, 9-10 April

Suparno, P. 1997. Filsafat Kontruktivitas dalam

pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

Surakhmad, W. 1979. Metodelogi Pengajaran

Nasional. Jakarta: Jemmas.

Yuwono, 1.2001. RME (Realistik Mathematics

Education) dan hasil studi Awal

Implementasi di SLTP. Makalah

disampaikan dalam Seminar Nasional

Realistic Mathematics Education

(RME). F MIPA UNESA Surabaya, 24 Januari.

Wardono. 2006. Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika Keterlibatan Siswa dan guru

SLTP melalui pembelajaran yang

menyenangkan dan bermakna. PTK

Kolabosari antara Dosen dan Guru SLTP di

Pekalongan Jurusan Matematika F.MIPA

Univ. Semarang. Prosiding Koferenssi Nasional

Matematika XIII, 24-27 Juli.