PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN...
Transcript of PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN...
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN
METODE PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY
LESSON) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR
MATEMATIKA SISWA
DISUSUN OLEH :
FARDIANSYAH103017027188
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
i
ABSTRAK
Fardiansyah “Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode
Penamuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar siswa (Penelitian
Tindakan Kelas di SMP Islam Plus Mardhotillah)”. Tujuan penelitian untuk
meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Tempat penelitian SMP Islam
Plus Mardhotillah, tahun pelaksanaan 2008, metode yang digunaka metode
penemuan terbimbing. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Latar belakang penelitian ini adalah kurang aktifnya siswa dalam proses
pembelajaran. Melihat sangat perlunya aktivitas belajar matematika siswa dalam
proses pembelajaran, maka diperlukan metode pembelajaran yang dapat
mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses pemebelajaran.
Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode
Penemuan Terbimbing (Guided Discovery Lesson). Metode penemuan terbimbing
adalah salah satu metode yang mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
aktivitas belajar matematika siswa dengan menggunakan metode penemuan
terbimbing. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitina ini adalah
penelitian tindakan kelas atau (Classroom Action Research). Subjek penelitian
yaitu siswa-siswi kelas VIII SMP Islam Plus Mardhotillah tahun ajaran
2008/2009. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Metode Penemuan
Terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Hal ini
terlihat dari meningkatnya skor aktivitas belajar matematika siswa melalui lembar
observasi, skor awal yang diperoleh siswa 11,67 meningkat menjadi 27,64
Kata kunci : Pembelajaran Matematika, Metode Penemuan Terbimbing,
Aktivitas belajar
xi+; 15 tabel ; 9 gambar; 37 lampiran; 19 daftar acuan
ii
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحیمAlhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT tuhan semesta alam yang
menggenggam setiap kejadian, penyempurna setiap kebahagiaan, tempatku
barsandar dan bersyukur atas seluruh nikmat tanpa batas bilangan. Shalawat dan
Salam senantiasa menyelimuti Rasulullah SAW tercinta beserta seluruh keluarga,
sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak
sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, do’a, dan
kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi
ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maifalinda Fatra M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bpk. Otong Suhyanto, M.Si., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika
sekaligus Dosen Jurusan Pendidikan Matematika yang telah memberikan
ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis.
4. Bpk Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd Dosen Pembimbing I yang penuh
kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini.
5. Bpk Abdul Muin, S.Si, M.Pd, Dosen Pembimbing 2 yang penuh kesabaran
dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan
Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
7. Kepala Sekolah SMP Islam Plus Mardhatilah Jakarta, Bpk. Faturahman,
S.pd yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di SMP Islam
Plus Mardhatilah Jakarta, Ibu Feny Indriawati, S.Pd yang telah membantu
penulis melaksanakan penelitian di kelas VIII,
iii
8. Pimpinan dan staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam menyediakan serta meberikan pinjaman literatur
yang dibutuhkan.
9. Teristimewa untuk kedua orang tua saya, Ibu Hj. Misni dan Bapak H.
Sumanta yang selalu penulis banggakan. Mereka tak henti-hentinya
mendo’akanku, melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan
moril dan materil kepadaku. Hanya Allah SWT. yang dapat membalasnya,
semoga penulis dapat memberikan yang terbaik untuk kalian.
10. Teristimewa untuk keluargaku, Fachrurozi (abang), farhan, farida, fajriah
(ade), H. Toha (mamang), H. Haris (mamang) terimakasih atas doanya dan
dukungannya. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal untuk
kalian.
11. Sahabat-sahabatku Zaenal terimakasih banyak atas bantuanya selama ini,
Ibul, Izal, Sukron, Anam, Munok, Asqol thanks bro untuk semangatnya, Lia,
Nubi, Aan, Lina dan Ria terima kasih doanya.
12. Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan
‘03, kelas A dan B yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih
kebersamaannya semoga persahabatan kita tetap abadi, sampai jumpa dalam
kesuksesan.
13. Teman-temanku bedoel, dindin, edy, fuad, cempeng thanks nyo atas
bantuanya dan doanya akhirnya gw bisa...
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudah-
mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, dan do’a yang telah diberikan
menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah
ilmu pengetahuan umumnya.
Jakarta, Januari 2010
PenulisFardiansyah
iv
DAFTAR ISI
HALAMANABSTRAK ................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ..........................................................7
C. Pembatasan Fokus Penelitian.........................................................................7
D. Perumusan Masalah Penelitian ......................................................................8
E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian.............................................................8
BABII KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
PERENCANAAN TINDAKAN ............................................................9
A. Kajian Teori....................................................................................................9
1. Pembelajaran Matematika..................................................................9
a.Pengertian Matematika.................................................................9
b. Belajar dan Pembelajaran Matematika......................................11
2. Metode Penemuan Terbimbing (Guided Discovery Lesson) .............13
a. Pengertian Metode Penemuan Terbimbing...............................13
b. Perencanaan Pelaksanaan Metode Penemuan Terbimbing .......18
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Penemuan Terbimbing......19
3. Aktifitas Belajar Matematika .............................................................20
4. Hubungan Aktifitas Belajar Matematika dengan Metode Penemuan
Terbimbing ........................................................................................24
B. Penelitian Yang Relevan ................................................................................25
C. Pengajuan Konseptual Intervensi/Perencanaan Tindakan .............................26
D. Kerangka Berfikir...........................................................................................26
E. Hipotesis Penelitian Tindakan .......................................................................29
v
HALAMAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...........................................................30
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................30
B. Metode Penelitian Dan Desain Intervensi Tindakan......................................31
C. Subjek Penelitian............................................................................................33
D. Peran Dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ..................................................33
E. Tahapan Perencanaan Kegiatan .....................................................................33
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan..................................................37
G. Data dan Sumber Data ...................................................................................37
H. Instrumen-instrumen Pengumpulan Data.......................................................38
I. Teknik Pengumpulan Data.............................................................................40
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi .......................40
K. Analisis Data dan Intervensi Hasil Data ........................................................40
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ..........................................................41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................42
A. Deskripsi Data................................................................................................42
B. Pemeriksaan Keabsahan Data ........................................................................69
C. Analisis Data ..................................................................................................70
D. Interpretasi Data .............................................................................................71
E. Pembahasan Temuan Penelitian.....................................................................73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................76
A. Kesimpulan ....................................................................................................76
B. Saran...............................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................78
LAMPIRAN – LAMPIRAN....................................................................................80
vi
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 3.1 : Jadwal Kegitan Penelitian / Siklus...........................................................30
Tabel 3.2 : Pemberian Skor Pada Skala Likert ..........................................................40
Tabel 4.1 : Skor Awal Hasil Belajar Matematika Siswa............................................43
Tabel 4.2 : Rangkuman Nilai Awal Hasil Belajar Matematika Siswa.......................44
Tabel 4.3 : Skor Rata-Rata Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Selama
Pembelajaran Pada Siklus I......................................................................50
Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Siklus I..........................................51
Tabel 4.5 : Hasil Refleksi Pada Siklus I.....................................................................53
Tabel 4.6 : Skor rata-rata observasi aktivitas belajar matematika siswa selama
Pembelajaran Pada Siklus II ....................................................................57
Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Nilai tes akhir siklus II ...........................................59
Tabel 4.8 : Hasil Refleksi Pada Siklus II ...................................................................60
Tabel 4.9 : Skor Rata-Rata Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Selama
Pembelajaran Pada Siklus III ...................................................................66
Tabel 4.10 : Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Siklus III .....................................67
Tabel 4.11 : Hasil Refleksi Pada Siklus III ................................................................69
Tabel 4.12 : Skor Rata-Rata Lembar Observasi Aktivitas Belajar MatematikaSiswa .......................................................................................................71
Tabel 4.13 : Nilai Rata-Rata Hasil Tes Akhir Siklus .................................................72
vii
DAFTAR GAMBARHALAMAN
Gambar 1 : Desain Penelitian Tindakan Kelas ..........................................................34
Gambar 2 : Aktivitas Siswa Mengerjakan Tes Akhir Siklus I ...................................53
Gambar 3 : Histogram Dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Tes Akhir Siklus I .54
Gambar 4 : Aktivitas Siswa Mengerjakan Tugas Kelompok.....................................60
Gambar 5 : Histogram Dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Tes Akhir Siklus II 61
Gambar 6 : Aktivitas Siswa Untuk Bertanya Langsung ............................................68
Gambar 7 : Histogram Dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Tes Akhir Siklus
III 69
Gambar 8 : Diagram Batang Hasil Skor Rata-Rata Aktivitas Melalui Lembar
Observasi..................................................................................................73
Gambar 9 : Diagram Batang Hasil Skor Rata-Rata Tes Akhir Siklus .......................74
viii
DAFTAR LAMPIRAN
HALAMAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................................80
Lampiran 2 LKS Metode Penemuan Terbimbing Pert 3 ..........................................98
Lampiran 3 Jawaban Latihan Soal Pert 3...................................................................100
Lampiran 4 LKS Metode Penemuan Terbimbing Pert 6 ..........................................101
Lampiran 5 Jawaban Latihan Soal Pert 6...................................................................102
Lampiran 6 LKS Metode Penemuan Terbimbing Pert 9 ..........................................103
Lampiran 7 Jawaban Latihan Soal Pert 9...................................................................104
Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa .......................105
Lampiran 9 Lembar Observasi Guru..........................................................................119
Lampiran 10 Kisi-Kisi Angket Aktivitas Belajar Matematika Siswa Sebelum Uji
Validitas ................................................................................................120
Lampiran 11 Angket Aktivitas Belajar Matematika Siswa Sebelum Uji Validitas ...121
Lampiran 12 Kisi-kisi Angket Aktivitas Belajar Matematika Siswa Setelah Uji
Validitas ................................................................................................124
Lampiran 13 Angket Aktivitas Belajar Matematika Siswa Setelah Uji Validitas .....125
Lampiran 14 Lembar Wawawncara Guru Sebelum dan Sesudah Penelitian.............128
Lampiran 15 Kutipan Wawancara Guru Sebelum Penelitian ....................................129
Lampiran 16 Kutipan Wawancara Guru Setelah Penelitian ......................................131
Lampiran 17 Lembar Wawancara Siswa Sebelum dan Setelah Penelitian................133
Lampiran 18 Kutipan Wawancara Siswa Sebelum Penelitian...................................134
Lampiran 19 Kutipan Wawancara Siswa Setelah Penelitian .....................................135
Lampiran 20 Kisi-kisi Tes Akhir Siklus I ..................................................................136
Lampiran 21 Tes Akhir Siklus 1 ................................................................................137
Lampiran 22 Jawaban Tes Akhir Siklus 1 .................................................................138
Lampiran 23 Kisi-kisi Tes Akhir Siklus II.................................................................139
Lampiran 24 Tes Akhir Siklus 2 ................................................................................140
Lampiran 25 Jawaban Tes Akhir Siklus 2 .................................................................141
Lampiran 26 Kisi-kisi Tes Akhir Siklus III ...............................................................142
Lampiran 27 Tes Akhir Siklus 3 ................................................................................143
Lampiran 28 Jawaban Tes Akhir Siklus 3 .................................................................144
Lampiran 29 Kisi-kisi Ulangan BAB Lingkaran dan Garis Singgung .....................145
Lampiran 30 Soal-soal Ulangan BAB Lingkaran dan Garis Singgung .....................146
ix
HALAMAN
Lampiran 31 Jawaban Soal-soal Ulangan BAB Lingkaran dan Garis Singgung ......147
Lampiran 32 Daftar Nilai Awal Hasil Belajar Matematika Siswa.............................148
Lampiran 33 Perhitungan Statistik Nilai Awal Hasil Belajar Matematika Siswa .....149
Lampiran 34 Daftar Nilai Tes Akhir Siklus...............................................................150
156
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Islam memandang manusia sebagai makhluk yang dilahirkan dalam
keadaan fitrah. Allah SWT memberikan potensi jasmani dan rohani bagi manusia,
potensi yang terdapat didalam organ tubuh manusia disebut fisio psikis manusia,
berfungsi sebagai alat yang penting untuk melakukan kegiatan belajar.
Dalam sejarah kehidupan manusia, satu hal yang menjadi cita-cita manusia
yaitu menjadikan hidup ini lebih baik. Usaha perbaikan tersebut telah dilakukan
sejak manusia diciptakan, sebagai suatu keniscayaan dari kodratnya yang
memiliki akal dan hasrat untuk mencapai perubahan yang lebih baik. Perubahan
dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung
dalam belajar. Banyak sekali bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia
melalui proses belajar, sehingga kualitas peradaban manusia berpulang kepada
apa dan bagaimana ia belajar.
Masalah pendidikan dan pengajaran merupakan salah satu masalah yang
cukup komplek dan masalah pokok pendidikan di Indonesia pada saat ini masih
berkisar pada soal pemerataan kesempatan, revolusi, kualitas, efektifitas, dan
efisiensi pendidikan sesuai dengan masalah pokok tersebut. Serta memperhatikan
tentang masa kini dan kecenderungan di masa depan, maka dalam rangka
meningkatkan sumber daya manusia untuk mengatasi persoalan dan menghadapi
itu perlu diciptakan pendidikan yang unggul yaitu pendidikan yang dapat
mengembangkan potensi dan prestasi belajar siswa.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Mujaadilah ayat 11
Artinya:
”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan
orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat”
2
Pendidikan itu sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan. Sifatnya mutlak, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga maupun
bangsa dan negara. Perkembangan suatu bangsa banyak dipengaruhi dan
ditentukan oleh perkembangan pendidikan bangsa dan negara itu sendiri. Hal
tersebut mangandung implikasi bahwa masa depan bangsa dan negara dapat
diukur dari seberapa besar pendidikan sebagai investasi sumber daya manusia,
oleh karena itu mau tidak mau, senang atau tidak senang, pendidikan harus
menjadi investasi masa depan yang utama karena sumber daya manusia
merupakan pusat bagi pembangunan secara keseluruhan.
Landasan pendidikan di Indonesia juga diatur dalam undang-undang
Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentag Sistem Pendidikan Nasional,
diungkapkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasanabelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktifmegembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual agama,pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan yangdiperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1
Begitu pentingnya pendidikan bagi bangsa dan negara, maka pemerintah
merumuskan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional yang
dimaksud adalah ”tujuan akhir yang akan dicapai oleh semua lembaga pendidikan
baik formal, non formal, maupun informal yang berada dalam masyarakat dan
negara indonesia”.2
Undang-undang No. 20 tahun 2003 juga menjelaskan bahwa: ”Pendidikan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.”3 Langeveld dalam bukunya Beknpte Theore Tische
Paedagogiek mengungkapkan ”tujuan umum pendidikan adalah tujuan didalam
1 UU RI No 20 Th 2003, Sistem pendidikan nasional, (Jakarta : Sinar Grafika, 2006), cet ke3, hal. 2
2 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : PT RemajaRosdakarya, 2003), cet ke 15, hal. 36
3 UU Sisdiknas, dalam http://www.jakarta teachers.com/821.html, 18 maret 2008, 20:45
3
pendidikan yang seharusnya menjadi tujuan orang tua atau pendidik lain”.4
Seorang cendikiawan muslim Cak Nur (2002) mengungkapkan bahwa: ”tujuan
utama pendidikan adalah pendidikan moral atau akhlak dan pengembangan
kecakapan atau keahlian.”5
Persoalan pendidikan bukan lagi hanya sekedar menyampaikan
pengetahuan (Transfer of knowledge), menyampaikan nilai atau hasil (Transfer of
value), dan menyampaikan kemampuan atau keahlian (Trasnfer of skill),
melainkan merupakan kegiatan intergratif yang mengembangkan suasana liberatif
(membebaskan) dan bukan memenjarakan, mengembangkan praksis (praktik dan
refleksi) serta pendidikan yang meluluskan manusia will in formed sadar IPTEK,
karena punya etika dan solidaritas. Oleh karena itu pendidikan harus senantiasa
memperhatikan pengelola operasional pendidikan, diantaranya pemberdayaan
peserta didik, guru, dan tenaga kependidikan lain, serta masyarakat yang menjadi
komponen penentu keberhasilan suatu program pendidikan dan merupakan
investasi SDM jangka panjang dan berlangsung sumur hidup.
Ilmu pengetahuan juga sangat berperan dalam mempertahankan kehidupan
umat manusia di tengah persaingan yang cukup ketat di kehidupan ini. Akibat
persaingan tersebut kenyataan tragis juga bisa terjadi, misalnya tidak sedikit orang
pintar yang menggunakan kepintarannya untuk mendesak bahkan menghancurkan
kehidupan orang lain. Kinerja akademik yang merupakan hasil belajar disamping
membawa manfaat juga membawa mudharat.
Sebagai menejer, guru atau pendidik dapat memenej kelas agar dapat
terlaksana proses belajar mengajar yang baik, bukan memenejemeni untuk
terjadinya prilaku baik, tetapi memenejemen kelas agar dapat terlaksananya
proses belajar mengajar yang baik, mencakup perencanaan untuk memfokuskan
pemikiran peserta didik, memfasilitasi diskusi, dan membentuk peserta didik
secara individual. Guru memenejemen kelas untuk mempromosikan belajar yang
lebih baik, yakni dengan meningkatkan kondisi belajar yang lebih baik, yang
mencakupi kesukaran dan aktivitas belajar, koperasi sekolah, kependidikan belajar
4 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan…, hal.205 Andreas Harefa, Sekolah Saja Tidak Pernah Cukup, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2002) hal. 74
4
dan meningkatkan kepercayaan diri peserta didik. Dengan demikian,
sebagai hasilnya diharapkan guru atau pendidik memerlukan sedikit waktu untuk
memenejemeni perilaku mengerjakan tugas dan lebih banyak waktu untuk
berinteraksi dengan peserta didik, yakni menemukan ide, pertanyaan, dan
pemahaman.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 242
Artinya:
”Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayatnya (hukum-
hukumnya) supaya kamu memahaminya”
Guru sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya proses
belajar mengajar agar dapat tercapainya tujuan pengajaran yang telah dicanangkan
dan harus memiliki kemampuan serta kreativitas dalam menyesuaikan materi yang
diajarkan dengan model-model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk
lebih mengerti sekaligus berpikir kreatif, inovatif, dan aspiratif dalam menyikapi
masalah yang ada. Guru merupakan factor human kedua setelah peserta didik,
walaupun padangan dari paham teacher centred pada umumnya tidak diterima,
tetapi guru mempunyai peranan yang sangat penting didalam proses pendidikan,
karena tanpa guru pendidikan tidak mungkin dapat berlangsung. Peranan guru
dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal sebagaimana oleh Adam
Decey dalam Basic Principle of student Teaching dalam Usman, antara lain guru
sebagai “pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan belajar,
partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, penanya, evaluator, dan
konselor.”6
Guru yang professional dalam tugasnya adalah guru yang kinerjanya
dilandasi secara benar oleh pengetahuan dan kemahiran mengelola interaksi
pembelajaran, penguasaan bahan ajar, dan kelihaian mengukur proses belajar dan
hasil pembelajaran serta guru yang mahir mengelola interaksi pembelajaran
6 Mohammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2008), cet ke 22, h. 9
5
inklusif menguasai dan mampu memilih bahan ajar yang tepat serta dapat
menerapkan berbagai model dan bentuk penilaian. Oleh karena itu, guru tidak
hanya sebagai seorang yang memberikan informasi dan mengemas mata pelajaran
peserta didik untuk dijadikan bahan ajar, akan tetapi harus lebih mendidik mereka
belajar hidup sebagai masyarakat yang hidup bersosialisasi dengan semangat
persaudaran, menjunjung tinggi martabat manusia, saling menghargai, kerjasama
dan peduli terhadap sesama. Tugas lain dari guru adalah membimbing peserta
didik yaitu untuk mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan,
kesanggupan, bakat, minat, serta aktif dan menciptakan situasi untuk pendidkan
yaitu suatu keadaan di mana tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung
dengan baik dengan hasil yang memuaskan.
Matematika merupakan pelajaran yang selalu diajarkan di setiap jenjang
pendidikan. Karena pelajaran matematika merupakan syarat kelulusan siswa dan
matematika sangat berguna dalam kehidupan sehari–hari untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapi manusia. Pelajaran matematika juga merupakan
pelajaran yang dianggap penting oleh pemerintah, peserta didik menjadikan
pelajaran matematika suatu yang tidak menyenangkan. Matematika (ilmu pasti)
bagi anak-anak merupakan pada umumnya mata pelajaran yang tidak disenangi,
kalau bukan mata pelajaran yang dibenci.
Namun demikian, kita juga tidak dapat mengingkari kenyataan bahwa
sampai sekarang masih banyak orang yang mengalami kesulitan dalam
mempelajari matematika. Bahkan tidak jarang matematika dianggap momok atau
hantu yang menakutkan, yang sebisa mungkin dihindari. Ketika mendengar kata
matematika serta merta yang muncul di pikiran indentik dengan kata sulit.
Pendidikan matematika juga mempunyai ciri-ciri khusus sehingga
pendidikan dan pengajarannya perlu ditangani secara khusus pula. Demikian pula
matematika sebagai proses yang aktif, dinamik dan generatif melalui kegiatan
matematika (doing math), matematika juga memberikan sumbangan yang penting
kepada siswa dalam pengembangan motivasi belajar, berpikir logis, sistematik,
kritis, cermat dan bersikap obyektif serta terbuka dalam menghadapi
permasalahan.
6
Secara umum diberikannya pendidikan matematika di sekolah adalah
untuk membantu siswa mempersiapkan diri agar sanggup menghadapi perubahan
keadaan didalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan
bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, dan kritis. Serta
mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola fikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan. Tujuan pendidikan matematika di sekolah lebih ditekankan pada
penataan nalar, dasar dan pembentukan sikap, serta ketrampilan dalam penerapan
matematika.
Pembelajaran akan berhasil jika diawali dengan membangun pemikiran
siswa, misalnya siswa diberikan permasalahan yang tidak asing lagi dalam
pemikirannya, artinya permasalahan yang diberikan pernah mereka alami,
sehingga siswa berupaya untuk mencari dan menemukan jawabannya berdasarkan
pada struktur pengetahuan telah mereka miliki sebelumnya. Pada umumnya
metode yang banyak digunakan guru adalah metode ceramah dan tanya jawab,
guru bertindak sebagai sumber informasi yang sangat dominan, interaksi yang
berlangsung sering kali membuat siswa merasa jenuh.
Pembelajaran matematika juga mempunyai beberapa metode yang dapat
dipilih untuk kegiatan belajar mengajar agar dapat berlangsung dengan baik.
Metode-metode yang banyak digunakan diantaranya adalah metode ceramah,
tanya jawab, diskusi, demontrasi, pemecahan masalah, penemuan, dan
sebagainya. Dari beberapa metode yang banyak digunakan dalam pembelajaran
matematika, pada dasarnya tidak ada metode yang mutlak bernilai tepat.
Pada perkembangan pendidikan dewasa ini, proses pembelajaran lebih
menekankan pada terciptanya suasana belajar yang interaktif dan komunikatif atau
dengan kata lain pembelajaran berpusat pada siswa. Salah satu metode yang
mengarah pada hal tersebut adalah metode penemuan. Metode penemuan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu metode penemuan terbimbing dan metode
penemuan tidak terbimbing. Metode penemuan terbimbing adalah metode yang
lebih mengarahkan siswa untuk berfikir dan belajar, guru menjadi sumber
informasi bila dibutuhkan siswa, guru sebagai moderator, fasilitator, dan
7
pembimbing. Metode seperti ini lebih dapat memuaskan keingintahuan pada diri
siswa sehingga keaktifan belajar siswa dapat meningkat, sedangkan metode
penemuan tidak terbimbing siswa harus menemukan prinsip pembelajaran sendiri.
Berdasarkan uraian di atas maka metode penemuan terbimbing bisa
menjadi salah satu alternatif pilihan yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran. Sehingga penulis tertarik untuk mengangkat masalah dengan judul:
“Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan
Terbimbing (Guided Discovery Lesson) untuk Meningkatkan Aktivitas
Belajar Matematika Siswa”
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Dari penjelasan uraian di atas, maka dapat di identifikasi beberapa masalah
yang timbul, antara lain:
1. Faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya aktivitas belajar siswa?
2. Apakah metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa?
3. Bagaimana metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa?
4. Hambatan apa saja yang mungkin terjadi dalam pembelajaran
matematika dengan menggunkan metode penemuan terbimbing?
Fokus penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan metode
penemuan terbimbing.
C. Pembatasan Fokus Penelitian.
Fokus penelitian pada penelitian ini dibatasi, pembatasan fokus penelitian
sebagai berikut:
1. Aktivitas adalah suatu kegiatan yang dilakukan sehari-hari dalam kelas
atau dalam istilah proses belajar mengajar. Aktivitas dalam belajar
dilakukan bila ada guru dan siswa. Aktivitas itu sendiri berupa kehadiran,
pembahasan materi, mendengarkan, mencatat, mengingat, adanya diskusi
antara guru dan siswa, berpikir.
8
2. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah aktivitas belajar siswa setelah
diberi pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing.
3. Metode penemuan terbimbing yang dimaksud membimbing dan lebih
mengarah kepada aktifnya siswa dalam menyelesaikan suatu
permasalahan.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dibatasi sebagaimana di atas, maka
perumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut :
1. Apakah metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas
belajar matematika siswa?
2. Bagaimana hasil belajar matematika siswa setelah menggunakan
metode penemuan terbimbing dalam proses pembelajaran matematika?
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .
1. Tujuan Penelitian.
1. Untuk mengetahui bagaimana metode penemuan terbimbing dapat
meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa
2. Untuk mengetahui keaktifan belajar matematika siswa dengan metode
penemuan terbimbing.
3. Untuk mengetahui penerapan metode penemuan terbimbing dalam
proses pembelajaran matematika.
2. Manfaat Penelitian.
1. Dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.
2. Siswa lebih semangat merumuskan, menafsirkan, dan dapat
menyelesaikan model matematika.
3. Siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran.
4. Siswa tidak merasa jenuh selama berlangsungnya proses pembelajaran
156
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
PERENCANAAN TINDAKAN
A. Deskripsi Teori
1. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Matematika
Perkataan matematika sangat erat hubungannya dengan kata
mathaein yang mempunyai arti belajar (berpikir). Banyak sekali pendapat
yang muncul tentang pengertian matematika, baik dipandang dari segi
ilmu pegetahuan atau maupun pengalaman masing-masing orang yang
berbeda. Berdasarkan etimologis, perkataan matematika mempunyai arti
“ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan benalar.”1 Hal ini dimaksudkan
bukan berarti ilmu lain yang diperoleh buka melalui penalaran, akan tetapi
dalam matematika lebih mengarah kepada aktivitas dalam dunia rasio
(penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan kepada hasil
observasi atau eksperimen disamping penalaran. Matematika terbentuk
sebagai hasil pemikiran manusia yang behubungan dengan ide, proses, dan
penalaran. Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,
pembuktian yang logis. Matematika itu adalah bahasa yang menggunakan
istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya
dengan simbol, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada
mengenai bunyi. Ruseffendi menyatakan ”bahwa terdapat banyak anak
yang setelah belajar matematika bagian yang sederhana tidak
dipahaminya, bahkan banyak konsep yang dipahaminya secara keliru.”2
Banyak dari mereka menghafal bukan memahami konsepnya. Matematika
dianggap pelajaran yang membosankan dan membuat ruwet.
1 H. Erman Suherman, et al. Common Text Book; Strategi Pembelajaran MatematikaKotemporer, (Bandung: UPI, 2003), hal. 16
2 Lia Kurniawati, Dalam Algoritma Juranal Matematika dan Pendidikan Matematika,(Jakarta: Cemed, 2006), cet ke 1, hal.78
10
Untuk mengenal matematika lebih dekat, lebih dulu kita mesti
mengetahui ciri-ciri atau mengenal sifat-sifatnya. Matematika itu
memiliki beberapa ciri-ciri penting. Pertama, memiliki obyek yang sangat
abstrak. Berbeda dengan ilmu pengetahuan lain, matematika merupakan
cabang ilmu yang spesifik. Matematika tidak mempelajari obyek-obyek
secara langsung dapat ditangkap oleh indera manusia. Subtansi
matematika adalah benda-benda pikir yang bersifat abstrak. Walaupun
pada awalnya matematika lahir dari hasil pengamatan empiris terhadap
benda-benda konkret (geometri), namun dalam perkembanganya
matematika lebih memasuki dunianya yang abstrak. Obyek matematika
adalah fakta, konsep, operasi dan prinsip yang kesemuanya itu berperan
dalam membentuk proses berpikir matematis, dengan salah satu cirinya
adalah adanya alur penalaran yang logis. Kedua, memiliki pola pikir
deduktif dan konsisten. Matematika dikembangkan melalui deduksi dari
seperangkat anggapan-anggapan yang tidak dipersoalkan lagi nilai
kebenaranya dan dianggap saja benar.
Dalam matematika, anggapan-anggapan yang dianggap benar itu
dikenal dengan sebutan aksioma. Sekumpulan aksioma ini dapat
digunakan untuk menyimpulkan kebenaran suatu pernyataan lain, dan
pernyataan ini disebut teorema. Dari aksioma dan teorema atau dari
teorema dan teorema kemudian dapat diturunkan teorema lain. Akhirnya
matematika merupakan kumpulan-kumpulan butir-butir pengetahuan benar
yang hanya terdiri atas dua jenis kebenaran, yaitu aksioma dan teorema.
Andi Hakim Nasution mengungkapkan kalaulah ada pengetahuan yang
tampaknya benar, namun belum dapat dibuktikan, maka butir pengetahuan
itu belum dianggap kebenaran dan hanya berupa suatu takhayul yang
masih perlu dibuktikan. Dengan kata lain, kebenaran konsistensi
matematika adalah kebenaran dari suatu pernyataan tertentu yang
didasarkan pada kebenaran-kebenaran pernyataan terdahulu yang telah
diterima sebelumnya. Sehingga satu sama lain tidak mengalami
pertentangan.
11
Matematika tumbuh dan berkembang karena ada proses berpikir,
oleh karena itu logika dasar dari terbentuknya matematika. Logika adalah
masa bayi dari matematika, sedangkan matematika adalah masa dewasa
dari logika. Pada awalnya cabang-cabang matematika yang pertama kali
ditemukan adalah Aritmatika atau Berhitung, aljabar dan geometri.
Setelah itu ditemukanlah ilmu kalkulus yang berfungsi sebagai tonggak
penopang terbentuknya cabang-cabang ilmu matematika baru yang lebih
kompleks, antara lain Statistika, Topologi, Aljabar (linier, abstrak,
himpunan), Geometri (linier dan sistem geometri), Analisis Vektor dan
lain-lain.
b. Belajar dan Pembelajaran Matematika
Belajar merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan
peradaban manusia. Sebagai makhluk yang memiliki akal dan pikiran,
manusia selalu memikirkan dan berusaha untuk menjadikan segala sesuatu
agar lebih mudah. Sehingga setiap manusia berusaha untuk mengetahui
apa yang menjadi permasalahan hidup dan mencari jalan keluar atas
permasalahan tersebut. Untuk dapat mengatasi permasalahan yang
dihadapinya manusia memerlukan suatu perubahan tingkah laku dalam
dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut dapat diperoleh berdasarkan
pemikiran dan pengalaman pribadi atau melalui interaksi sosial dengan
orang lain. Proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku pada
manusia itu disebut sebagai proses dari belajar.
Belajar pada manusia merupakan proses psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan dan menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuannya, pemahamannya,
keterampilan, nilai yang relatif konstan/menetap. Dari berbagai sudut
pandang tentang pengertian belajar, hal yang paling mendasar adalah
adanya kesamaan pendapat tentang penggunaan istilah “berubah” dan
“tingkah laku”. Pada kesimpulanya belajar adalah “suatu proses usaha
yang dilakukan seeorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
12
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam
interaksi dengan lingkunganya.”3 Belajar pada hakekatnya dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja. Baik itu dilakukan disekolah secara
formal maupun dilakukan dialam sekitar. Lain halnya dengan Sardiman
AM, yang mengganggap bahwa sekolah adalah salah satunya pusat
kegiatan belajar karena merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas.
Proses yang terjadi pada lingkungan tertentu dinamakan
pembelajaran. Lingkungan tertentu yang dimaksud adalah lingkungan
yang didalamnya terdapat proses pembelajaran, seperti sekolah atau
lingkungan belajar di kelas. Titik fokus pembelajaran adalah bagaimana
membelajarkan siswa agar tujuan yang diinginkan tercapai. Sehingga
proses belajar merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Dalam kamus
besar Bahasa Indonesia kata pembelajaran diartikan sebagai proses, cara,
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Dan dalam undang-undang
Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
disebutkan bahwa pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”4.
Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika berperan dalam upaya bagaimana menciptakan kegiatan
belajar siswa yang baik. Oleh karena itu pada hakikatnya pembelajaran
matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk
menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang siswa
melaksanakan kegiatan belajar matematika dan dalam proses tersebut
terjalin hubungan yang sinergis dan tak terpisahkan antara tiga unsur
pembelajaran yaitu: peserta didik, pendidik, dan sumber belajar.
Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk
berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika. Menurut Zurinal
dan Wahdi, pembelajaran adalah suatu usaha dan proses yang dilakukan
secara sadar dengan mengacu pada tujuan (pembentukan kompetensi),
3 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2003), Cet ke 4, hal.2
4 UU Sisdiknas, dalam http://www.jakarta teachers.com/821.html, 18 maret 2008,20:45
13
yang dengan sistematik dan terarah pada terwujudnya perubahan tingkah
laku.
2. Metode Penemuan Terbimbing (Guided Discovery Lesson)
a. Pengertian Metode Penemuan Terbimbing
Metode penemuan (discovery method) awalnya dikembangkan
Jeromer Bruner dengan yang menyatakan “bahwa anak harus berperan
aktif di dalam kelas”5. Metode penemuan adalah cara menyampaikan
bahan ajar sedemikian sehingga proses belajar yang terjadi memungkinkan
siswa untuk menemukan hal baru baginya berdasarkan serentetan
pengalaman yang dimiliki. Metode ini merupakan metode yang
memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan
sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Biarkanlah siswa menemukan arti
bagi diri mereka sendiri dan memungkinkan mereka untuk mempelajari
konsep-konsep di dalam bahasa mereka sendiri. Hal-hal yang perlu
diperhatikan di dalam metode penemuan yaitu “adanya suatu kenaikan di
dalam potensi intelektual, ganjaran instrinsik lebih ditekankan dari pada
ekstrinsik, siswa yang mempelajari bagaimana menemukan berarti siswa
itu menguasai metode penemuan (discovery)”6.
Menurut Encyclopedia of Educational Research, “penemuan
merupakan suatu strategi yang unik dapat bentuk oleh guru dengan
berbagai cara”7, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan
memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Sund berpendapat bahwa metode penemuan (discovery
lesson) adalah “proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan
suatu konsep atau sesuatu prinsip”8. Proses mental misalnya; mengamati,
5 Sumarmi, Strategi Belajar Mengajar Geografi, (Malang: Departemen PendidikanNasional UM Malang, 2002), h 23
6 Sumarmi, Strategi Belajar …, h 237 B.Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002),
Cet ke 2, hal.1928 Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), cet ke 8 h.
20
14
menggolongkan-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur,
membuat kesimpulan, sedangkan konsep misalnya; bundar, segi tiga,
demokrasi, energi dan sebagai dan prinsip misalnya setiap logam bila
dipanaskan memuai.
Beberapa konsep dasar dalam metode penemuan adalah:
1. Ditinjau dari segi siswa yang belajar:
a. Terjadinya proses mental yang tinggi dari siswa sebab dari
aktivitas ini siswa mengasimilasikan konsep dan mengasimilasikan
prinsip
b. Problem solving
c. Self learning activities
d. Tangung jawab sendiri
2. Ditinjau dari guru yang mengajar
a. Guru sebagai pendiagnosis yang berusaha mengetahui
kebutuhan siswa dan kesiapan siswa
b. Guru sebagai fasilitator
1. Menyiapkan tugas atau problem yang dipecahkan oleh para
siswa
2. Memberikan klasifikasi-klasifikasi
3. Menyiapkan setting kelas
4. Menyiapkan alat-alat dan fasilitas belajar yang diperlukan
5. Memberikan kesempatan pelaksanaan
6. Sumber informasi, jika diperlukan siswa
7. Membantu siswa agar dapat sendiri merumuskan
kesimpulan dan implikasi-implikasinya
c. Guru sebagai dinamisator:
1. Merangsang terjadinya interaksi
2. Merangsang hati siswa untuk lebih bergairah dalam
kegiatan-kegiatannya
3. Merangsang terjadinya self analysis
15
3. Ditinjau dari derajat keterlibatan proses mental dan jenis tujuan
pengajaran yang ingin dicapai:
a. Ada guru yang menggunakan metode penemuan bebas yang
tidak terpimpin sama sekali
b. Ada guru yang tidak menggunakan metode penemuan yang
terpimpin
c. Ada guru yang menggunakan metode inquiri
Dalam menggunakan teknik discovery guru berusaha
meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar, “maka teknik
discovery memiliki keunggulan sebagai berikut:”9
1. Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan,
memperbanyak kesiapan, serta penguasaan ketrampilan dalam
proses kognitif atau pengenalan siswa
2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi,
individual, sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam
jiwa siswa tersebut
3. Dapat membangkitkan aktivitas belajar pada siswa
4. Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-
masing
5. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki
motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat
6. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan
pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri
7. Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru, guru hanya
sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan
Walaupun demikian baiknya teknik ini masih ada kelemahan yang perlu
diperhatikan ialah:
9 Roestiyah N.K, Strategi Belajar…, h. 20
16
1. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk
belajar dengan metode ini. Siswa harus berani dan berkeinginan
untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
2. Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang
berhasil.
3. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan
pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti
dengan teknik penemuan.
4. Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini
terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang
memperhatikan perkembangan atau pembentukan sikap dan
ketrampilan bagi siswa.
5. Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berfikir
secara kreatif.
Konsep dasar metode penemuan di atas menjadi landasan
penggunaan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran
matematika. Sebagai suatu metode pembelajaran dari sekian banyak
metode pembelajaran yang ada, metode penemuan terbimbing
menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa jika
diperlukan. Dalam metode ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri,
menganalisis sendiri, sehingga dapat menemukan prinsip umum
berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru. Sampai seberapa
jauh siswa dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang
sedang dipelajari
Sund mengatakan bahwa penggunaan discovery dalam batas-batas
tertentu adalah baik untuk kelas-kelas rendah. Dr. J. Richard dan
asistennya (2000) mencoba self learning siswa, sehingga “proses
pengajaran berpindah dari situasi teacher dominated learning (vertical) ke
situasi student dominated learning (horizontal)”10, dengan menggunakan
discovery yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui
10 B.Suryosubroto, Proses Belajar …, hal.193
17
tukar pendapat dengan diskusi, tanya jawab, membaca sendiri dan
mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. “Salah satu bentuknya
adalah Guided Discovery Lesson.”11 Metode penemuan terbimbing adalah
proses asimilasi konsep dan prinsip yang dilakukan oleh siswa tidak lepas
dan bebas, tetapi masih berada dalam pengamatan dan bimbingna guru,
sehingga proses pembelajaran dapat terkendali dan terarah. “Untuk
kebanyakan situasi di dalam kelas, paling baik diterapkan pendekatan
penemuan terbimbing dimana guru memimpin murid-murid dengan
tahapan-tahapan yang benar.”12 Permulaan pembelajaran guru
memberikan wacana kepada siswa, lalu siswa dibiasakan untuk
menemukan sendiri informasi mengenai bahan pelajaran. Mereka tergerak
hatinya untuk menemukan sendiri informasi tersebut, sehingga suasana
kelas tidak kering dan tidak membosankan karena para siswa terlibat
dalam situasi yang aktif. Peranan guru dalam metode ini hanya sebatas
prepai objek, membantu kebutuhan-kebutuhan siswa dalam proses
penemuannya, serta menjadi sumber informasi apabila diperlukan siswa.
Dalam metode penemuan terbimbing, langkah yang ditempuh guru
adalah menyatakan masalah kemudian membimbing siswa untuk
menemukan penyelesain masalah itu dengan instruksi-instruksi seminimal
mungkin yang diberikan guru, sedangkan siswa mengikuti instruksi yang
sedikit itu, dan berusaha menemukan sendiri penyelesainya. Kesimpulan
yang dapat diambil untuk menentukan langkah-langkah yang harus
dilakukan siswa berdasarkan konsep dasar metode penemuan adalah:
1. Memahami masalah
2. Melihat pola yang terjadi dan membuat dugaan
3. Menguji dugaan tersebut
4. Menyatakan dalam bentuk umum13
11 B.Suryosubroto, Proses Belajar …, hal.19412 MAX A. Sobel dan Guan M. Maletsky, Mengajar Matematika, (Jakarta : Erlangga,
2004), Cet ke 3, hal. 1613 B.Suryosubroto, Proses Belajar …, hal.193
18
Karakteristik metode ini terletak pada peran siswa dalam proses
pemahaman definisi dan teorema yang ditemukan sendiri, dan mengujinya,
serta peranan guru yang membantu kebutuhan siswa dan memberikan
latihan. Proses tersebut masih dapat berkembang sesuai kebutuhan-
kebutuhan dalam memberikan pemahaman kepada siswa pada
pembelajaran dalam kelas dan suasana didalam kelas tidak akan
membosankan tetapi akan terasa lebih menyenangkan, karena siswa
terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
b. Perencanaan dan Pelaksanan Metode Penemuan Terbimbing
Pada perencanaan metode penemuan terbimbing yang perlu
diperhatikan oleh guru adalah:
1. Indentifikasi kebutuhan siswa
2. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep
dan generalisasi yang akan dipelajari
3. Seleksi bahan dan problem/tugas-tugas
4. Membantu memperjelas
- tugas / masalah yang dipelajari
- peranan masing-masing siswa
5. Mempersiapkan seting kelas dan alat-alat yang diperlukan
Untuk pelaksanaan metode penemuan terbimbing yang harus
diperhatikan guru adalah:
1. Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan
dipecahkan dan tugas-tugas siswa
2. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan
3. Membantu siswa dengan informasi/data, jika diperlukan oleh siswa
4. Memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan
dan mengidenifikasi proses
5. Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa
6. Memuji dan membesarkan siswa yang aktif dalam proses
penemuan
19
7. Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas
hasil penemuannya
c. Kelebihan Dan Kelemahan Metode Penemuan Terbimbing
Beberapa kelebihan penemuan terbimbing adalah sebagai berikut:
1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia befikir dan
menggunakan kemampuannya untuk menemukan hasil belajar
2. Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri
proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini
akan lebih lama diingat
3. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini
mendorong ingin melakukan penemuan lagi hingga minat
belajarnya meningkat.
4. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode ini akan
lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks
5. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri
Beberapa kelemahan metode penemuan terbimbing adalah:
1. Metode ini banyak menyita waktu.
2. Tidak setiap guru mempunyai kemampuan mengajar dengan cara
penemuan terbimbing
3. Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan. Apabila
bimbingan guru tidak sesuai dengan kesiapan intelektual siswa, ini
dapat merusak struktur pengetahuannya. Juga bimbingan yang
terlalu banyak dapat mematikan inisiatifnya, jadi yang dilakukan
guru terhadap siswa yang tidak mampu melakukan penemuan
membimbing sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
4. Metode ini tidak dapat digunakan untuk mengajar tiap topik.
5. Kelas yang banyak siswanya akan sangat merepotkan guru dalam
pengarahan belajar dengan metode penemuan.
20
3. Aktivitas Belajar Matematika
Aktivitas dalam belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan sehari-
hari didalam kelas atau dalam istilah kata proses belajar mengajar. Aktivitas
dalam belajar dilakukan bila keduanya hadir, adanya guru dan siswa.
Di dalam belajar perlu adanya aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar
itu adalah berbuat. Menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas belajar
adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental, dalam kegiatan belajar
kedua aktivitas itu harus saling berkaitan, kaitan antara keduanya akan
membuahkan aktivitas belajar yang optimal
Dari semua asas diktaktik dapat dikatakan aktivitas merupakan asas
yang terpenting karena belajar merupakan suatu kegiatan. Tanpa kegiatan
atau bergerak tak mungkin seorang dikatakan belajar. Pada prinsipnya belajar
adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan
kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak aktivitas.
Seperti yang terjadi di Indonesia kebanyakan sekolah tradisional hanya
memberlakukan siswanya dengan aktivitas mendengar dan mencatat. Mereka
menjadikan guru sebagai sentral dalam proses belajar mengajar dikelas,
sedangkan siswa bersifat pasif dan menerima begitu saja. Siswa diibaratkan
kertas putih, sedangkan guru adalah tintanya yang menulis apa saja yang
diinginkan, dengan begitu siswa tidak mempunyai tujuan dalam aktivitas
belajarnya. Oleh karena itu aktivitas belajar sangat penting dalam proses
pembelajaran, karena ”hampir tidak pernah terjadi proses belajar mengajar
tanpa adanya keaktifan individu / siswa yang belajar, dan ada pula keaktifan
belajar kategori tinggi.”14 Aktivitas yang dilakukan siswa di dalam kelas
sangatlah berpengaruh terhadap proses pembelajaran.
Dalam hal ini dapat diartikan sebagai contoh bahwa guru hanya
memberikan kail ikan sedangkan siswa yang memancing. Besar kecilnya ikan
yang di dapat tergantung dari aktivitas yang dilakukan. Kiasan ini sebenarnya
memiliki makna yang sangat penting dalam aktivitas belajar mengajar. Sebab
siswa harus aktif sendiri termasuk bagaimana strategi yang harus ditempuh
untuk mendapatkan ilmu atau nilai.
14 M. Dalyono, Psikologi Pendidkan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), cet ke 4 hal. 195
21
Seperti yang telah dijelaskan aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang
bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar mengajar, kedua aspek
harus selalu berkaitan, dengan begitu apapun yang dilakukan tidak terlepas
dari tujuan belajar yang sebenarnya karena adanya aktivitas belajar, sebagai
contoh seseorang itu sedang belajar dengan membaca. Secara fisik kelihatan
bahwa orang itu sedang membaca menghadapi sebuah buku, secara pikiran
dan sikap mentalnya tertuju pada buku yang dibaca, ini menunjukan adanya
keserasian aktivitas, kalau sudah demikian belajar itu akan optimal.
Meskipun orang telah mempunyai tujuan dalam belajar serta telah
memilih set yang tepat untuk merealisir tujuan itu, namun tindakan-tindakan
untuk mencapai tujuan sangat dipengaruhi oleh situasi. Setiap situasi
dimanapun dan kapan saja dapat memberi kesempatan belajar kepada
seseorang. Situasi ini ikut menentukan set belajar yang dipilih. “Aktivitas
belajar itu berhubungan dengan masalah belajar menulis, mencatat,
memandang, mengingat, berfikir, latihan atau praktek, dan sebagainya”15.
Disamping itu, ada juga contoh aktivitas belajar yang lain seperti diskusi, hal
ini merupakan salah satu diantarannya yang harus sering dilakukan siswa
selain dari pada kehadiran di kelas. Mengingat aktivitas belajar tersebut
merupakan credit poin siswa dalam pencapaian nilai yang baik. “Beberapa
contoh aktivitas belajar”16:
1. Mendengarkan
Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang
belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan.
2. Memandang
Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek.
Aktivitas memandang berhubungan erat dengan mata. Karena dalam
memandang itu matalah yang memegang peranan penting.
15 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002 ), cet 1, h 3816 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar…, h 38
22
3. Meraba, membau, dan mencicipi/mengecap
Aktivitas meraba, membau, dan mengecap adalah indra manusia yang
dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar.
4. Menulis atau mencatat
Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan
dari aktivitas belajar.
5. Membaca
Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan
selama belajar di sekolah.
6. Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi
Ikhtisar atau ringkasan memang dapat membantu dalam hal mengingat
atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan
datang.
7. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan
Aktivitas mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan
jangan diabaikan untuk diamati, karena ada hal-hal tertentu yang tidak
termasuk dalam penjelasan melalui tulisan.
8. Menyusun paper atau kertas kerja
Dalam penyusunan paper tidak bisa sembarangan, tetapi harus
metodologis dan sistematis.
9. Mengingat
Mengingat merupakan gejala psikologis. Untuk mengetahui bahwa
seseorang sedang mengingat sesuatu, dapat dilihat dari sikap dan
perbuatannya. Perbuatan mengingat dilakukan bila seseorang sedang
mengingat-ingat kesan yang telah dipunyai.
10. Berfikir
Berfikir termasuk aktivitas belajar. Dengan berfikir orang
memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu
tentang hubungan antara sesuatu.
11. Latihan atau praktek
Latihan merupakan cara yang baik untuk memperkuat ingatan.
23
Paul B. Dierdrich (2007) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam
kegiatan siswa yang merupakan jenis-jenis aktivitas antara lain:17
1. Visual activities seperti : membaca, memperhatikan, menggambar,
mendemonstrasikan, percobaan, pekerjaan orang lain.
2. Oral activities seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi,
instrupsi,.
3. Listening activities seperti : mendengarkan urain, percakapan diskusi,
pidato.
4. Writing activities seperti : menulis cerita, karangan, laporan, tes,
angket, menyalin.
5. Drawing activities seperti : menggambar, membuat grafik, peta
diagram, pola.
6. Motor activities seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi,
model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang.
7. Mental activities seperti : menanggap, mengingat, memcahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8. Emotional activities seperti : manaruh minat, merasa bosan, gembira,
berani, tenang, gugup.
Dari contoh-contoh dan jenis-jenis aktivitas yang sudah diuraikan di
atas, terdapat beberapa aktivitas belajar matematika dengan menggunakan
metode penemuan terbimbing yang mengarah kepada langkah-langkah yang
dilakukan siswa, antara lain:
1. Mental activities
2. Motor activities
3. Visual activities
4. Oral activities
17 Sardiman AM, Interaksi …, h 101
24
4. Hubungan Aktivitas Belajar dengan Metode Penemuan Terbimbing
Hakikat pekerjaan mengajar bukanlah melakukan sesuatu bagi siswa,
tetapi lebih berupa menggerakan siswa melakukan hal-hal yang dimaksudkan
menjadi tujuan pendidikan. “Tugas utama seorang guru bukanlah
menerangkan hal-hal yang terdapat dalam buku-buku, tetapi mendorong,
memberikan inspirasi, memberikan motif-motif dan membimbing siswa dalam
usaha mereka mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan”18
Metode penemuan terbimbing merupakan salah satu metode
pembelajaran yang bertujuan mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran, tetapi tidak lepas dari bimbingan yang diberikan guru untuk
mencapai tujuan yang diinginkan oleh siswa. “Dalam menggunakan metode
penemuan terbimbing peranan guru adalah menyatakan persoalan, kemudian
membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari persoalan itu dengan
perintah-perintah atau dengan lembar kerja”19. Siswa mengikuti petunjuk dan
menemukan sendiri penyelesaiannya.
Dalam metode penemuan terbimbing terdapat langkah-langkah dan
aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa yaitu:
1. Memahami masalah
Untuk memahami masalah, aktivitas yang dilakukan siswa adalah
aktivitas mental.
2. Melihat pola yang terjadi dan membuat dugaan
Untuk melihat pola yang terjadi dan membuat dugaan aktivitas yang
dilakukan siswa adalah aktivitas motor, aktivitas mental, aktivitas
visual, aktivitas oral.
3. Menguji dugaan tersebut
Aktivitas yang dilakukan siswa untuk menguji dugaan tersebut yaitu
aktivitas visual, aktivitas mental, aktivitas motor.
4. Menyatakan dalam bentuk umum
18 H.C. Witherington, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999 ), cet ke 7, h85
19 Al. Krismanto dan Widyaiswara, Beberapa Teknik Model, dan Strategi DalamPembelajaran Matematika, ( Yogyakarta: 2003 ), h 4
25
Aktivitas yang dilakukan siswa dalam menyatakan dugaan tersebut
dalam bentuk umum yaitu aktivitas oral.
Aktivitas belajar merupakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan siswa
di dalam kelas. Aktivitas akan terjadi bila adanya guru dan siswa, siswa akan
aktif dalam proses pembelajaran dengan bimbingan guru, dengan begitu siswa
akan dapat menemukan sesuatu yang baru bagi dirinya.
Dari uraian di atas, hubungan antara aktivitas belajar dengan metode
penemuan terbimbing tidak dapat dipisahkan, karena dengan metode penemuan
terbimbing guru membimbing siswa untuk lebih aktif mencapai tujuan yang
diinginkannya. Hal ini sangat erat hubungannya dengan konsep metode
penemuan terbimbing yang mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran dan mendapat bimbingan dari guru untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
B. Penelitian Yang Relevan
Sebagai bahan penguat penelitian tentang peningkatan aktivitas belajar
matematika siswa dengan menggunakan metode penemuan terbimbing, penulis
mengutip beberapa penelitian yang relevan diantaranya:
1. Hasil penelitian oleh Iman Sukirman (2006) tentang Perbandingan Hasil
Belajar Matematika Antara Siswa yang Menggunakan Metode Penemuan
Terbimbing (Guided Discovery Lesson) dengan Siswa yang Menggunakan
Metode Ekspositori, penelitian ini dilakukan di SMP Islam Al-Azhar BSD.
Hasil penelitian adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar siswa yang menggunakan metode penemuan terbimbing dengan
metode ekspositori.
2. Hasil penelitian oleh Laksmy Rathmila (2007) tentang Pengaruh
Penggunaan Metode Discovery Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa.
Hasil penelitian adalah terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas
eksperimen yang menggunakan metode discovery terbimbing dengan kelas
kontrol yang menggunakan metode konvensional.
26
C. Pengajuan Konseptual Intervensi / Perencanaan Tindakan
Konsep atau pokok bahasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lingkaran, materi matematika pada kelas VIII semester genap yang meliputi :
pengertian lingkaran, menentukan nilai phi, melukis lingkaran, menghitung
keliling dan luas lingkaran, menghitung panjang busur, luas juring, luas
tembereng, mengenal hubungan sudut pusat dan sudut keliling, menentukan besar
sudut-sudut keliling. Pemilihan penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan
aktivitas belajar matematika khususnya pada pokok bahasan lingkaran, karena
pokok bahasan tersebut masih menjadi materi matematika yang dianggap sulit dan
siswa membutuhkan contoh-contoh konkrit untuk meningkatkan pemahaman
tentang materi lingkaran.
Pengambilan konsep/pokok bahasan lingkaran ini juga disesuaikan dengan
metode penemuan terbimbing. Dalam proses pembelajaran dengan metode
penemuan terbimbing siswa diarahkan dan dibimbing untuk aktif dalam proses
pembelajaran. Sehingga diharapkan proses pembelajaran dengan metode
penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.
D. Kerangka Berpikir
Kegiatan pembelajaran matematika merupakan proses yang mengarahkan
siswa untuk belajar aktif, agar pada diri siswa terjadi perubahan tingkah laku baik
dalam pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan, serta kritis dalam berfikir.
Keberhasilan proses pembelajaran matematika akan membentuk pola pikir dan
intuisi yang matang dalam berbagai hal yang mempengaruhi kemampuan siswa
berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan lingkungannya, yang kemudian
dapat mempengaruhi masa depannya.
Metode pembelajaran yang bisa mengarahkan siswa untuk aktif dalam
proses pembelajaran yaitu metode penemuan terbimbing. Metode penemuan
terbimbing adalah salah satu metode pembelajaran yang bertujuan agar siswa
aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan aktifnya siswa tidak lepas dari
bimbingan yang diberikan guru jika diperlukan.
Aktivitas belajar adalah kegiatan sehari yang dilakukan guru dan siswa
didalam kelas. Aktivitas dalam belajar sangat diperlukan karena dapat
27
menciptakan suasana belajar menjadi tidak membosankan dan merupakan kredit
point siswa untuk mendapat nilai yang baik.
Skema kerangka berpikir
Proses pembelajaranmatematika
Metode penemuan terbimbing
Memahamimasalah
Melihat pola yang terjadidan membuat dugaan
Mengujidugaan
Menyatakan dalambentuk umum
Aktivitas Mental 1. AktivitasMotor
2. AktivitasMental
3. AktivitasVisual
4. AktivitasOral
1. AktivitasVisual
2. AktivitasMental
3. AktivitasMotor
Akivitas
O
r
a
l
Aktivitas Belajar
LKSMPT
28
Proses pembelajaran matematika merupakan kegiatan yang mengarahkan
siswa untuk belajar aktif agar pada diri siswa terjadi perubahan tingka laku baik
dalam hal pengetahuan, kemampuan dan keterampilan dalam berfikir. Untuk
mencapai suatu proses pembelajaran matematika yang baik, metode pembelajaran
merupakan salah satu unsur yang dapat menentukan tingkat keberhasilan proses
pembelajaran. Dalam pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan
perkembangan peserta didik baik dari segi umur, latar belakang, dan tingkat
kecerdasaan. Beberapa contoh metode pembelajaran matematika metode
ceramah, metode diskusi, metode demonstrasi, dan metode penemuan.
Salah satu metode pembelajaran matematika yang mengarahkan siswa
untuk aktif dalam proses pembelajaran matematika adalah metode penemuan.
Metode penemuan itu terbagi menjadi dua yaitu metode penemuan terbimbing dan
metode penemuan tidak terbimbing. Metode penemuan terbimbing merupakan
salah satu metode pembelajaran matematika yang lebih mengarahkan siswa
mendominasi proses pembelajaran, yang bertujuan agar siswa aktif dalam
kegiatan belajar mengajar, melatih belajar sendiri, dan menemukan sendiri
konsep-konsep yang menjadi objek pembelajaran.
Peranan guru dalam metode penemuan terbimbing adalah membimbing
atau mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sedangkan
peranan guru dalam metode penemuan tidak terbimbing adalah guru tidak
membimbing siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan, namun metode
penemuan tidak terbimbing juga bertujuan agar siswa aktif dalam proses
pembelajaran.
Langkah-langkah dan aktivitas yang dilakukan siswa dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing adalah
memahami masalah (aktivitas mental), melihat pola yang terjadi dan membuat
dugaan (aktivitas motor), menguji dugaan tersebut (aktivitas visual), menyatakan
dalam bentuk umum (oral activities), sehingga suasana yang terjadi di dalam
kelas dengan metode penemuan terbimbing akan lebih menarik dan tidak
membosankan dan siswa akan aktif untuk mendapatkan yang diinginkan.
29
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dipaparkan di atas, metode
penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.
156
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Islam Plus Mardhotilah kelas
VIII, keseluruhan populasi siswa kelas VIII di SMP Islam Plus Mardhotilah
berjumlah 26 orang.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilakukan pada semester genap tahun ajaran
2008/2009 berlangsung selama satu bulan.
Tabel 3.1Jadwal Kegiatan Penelitian / Siklus
Siklus Hari / Tanggal Pembahasan
1
Senin, 2 Februari 2009 - Pengertian lingkaran- Unsur-unsur lingkaran- Bagian-bagian lingkaran
Kamis, 5 Februari 2009 - Menghitung keliling lingkarandan luas lingkaran
Jumat, 6 Februari 2009 - Menggunakan hubungan sudutpusat dan sudut keliling
2
Senin, 9 Februari 2009 - Hubungan panjang busur, luasjuring dan luas tembereng
Kamis, 5 Februari 2009 - Menghitung panjang garissinggung dan garis singgungpersekutuan
Jumat, 6 Februari 2009 - Menghitung panjang taliminimal
3Senin, 16 Februari 2009 - Lingkaran dalam segitigaKamis, 19 Februari 2009 - Lingkaran luar segitigaJumat, 20 Februari 2009 - Lingkaran singgung segitiga
B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan
Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas atau classroom
action research, yaitu “penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan
memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran,’1 mutu praktik yang
mengarahkan proses pembelajaran bisa lebih atau meningkat. “Penelitian
tindakan kelas ini adalah usaha guru untuk dapat mengorganisasikan kondisi
1 Suharsimi,dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h.58.
31
praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.”2
Metode penelitian kelas ini dilakukan pada pembelajaran matematika dengan
menggunakan metode penemuan tebimbing untuk meningkatkan aktifitas belajar
matematika siswa dengan pokok bahasan lingkaran.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga siklus, dimana tiap-tiap
siklus terdiri dari “empat tahapan penting dalam penelitian tindakan kelas, yaitu:”3
1. Perencanaan (Planning)
Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian.
Peneliti menyiapkan skenario pembelajaran dan instrumen penelitian
yang terdiri atas lembar soal-soal latihan, lembar tes formatif, lembar
angket aktifitas, lembar observasi dan lembar wawancara.
2. Tindakan (Acting)
Tahap kedua dari penelitian ini adalah pelaksanaan yang
merupakan implementasi atau isi rancangan, yaitu menggunakan
tindakan kelas.
3. Pengamatan (Observation)
Tahap ketiga yaitu selama tahap pelaksanaan peneliti
mengobservasi keaktifan dan respon siswa terhadap skenario
pembelajaran yang telah dibuat peneliti. Dengan menggunakan lembar
observasi.
4. Refleksi (Reflecting)
Pada tahap ini, hasil yang didapat dari observasi dikumpulkan dan
dianalisa bersama oleh peneliti dan guru, sehingga dapat diketahui apakah
kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Hasil
2 Rochiati Wiraatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2005), Cet. 1, h. 13.
3 Suharsimi,dkk., Penelitian …, h.20.
32
analisis tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan
tindakan selanjutnya.
Adapun desain penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1
Desain Penelitian Tindakan KelasCatatan:
Apabila permasalahan belum terselesaikan dilanjutkan ke siklus selanjutnya
PermasalahanKurangnya aktivitasbelajar matematika
siswa
Perencanaan
tindakan 1
Pelaksanaan
tindakan 1
Observasi
tindakan 1
Refleksi 1
Refleksi 2
Permasalahan baruhasil
refleksi I
Perencanaan
tindakan 2
Pelaksanaan
tindakan 2
Observasi
tindakan 2
Permasalahan
baru hasil refleksi 2
Perencanaan
tindakan 3
Pelaksanaan
tindakan 3
Refleksi 3
Observasi
tindakan 3
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
33
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang dimaksud mengarah pada objek yang menjadikan
sasaran penelitian ini, subjek penelitian ini adalah siswa SMP Islam Plus
Mardhotilah kelas VIII tahun ajaran 2008/2009.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perancang dan pelaksana
kegiatan. Peneliti membuat perencanaan kegiatan, melaksanakan kegiatan,
melakukan pengamatan, mengumpulkan dan menganalisis data serta melaporkan
hasil penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti dibantu seorang guru, guru ini
adalah guru mata pelajaran matematika kelas VIII yang bertindak sebagai
observer (pengamat).
E. Tahapan Perencanaan Kegiatan
Tahap penelitian ini dimulai dengan kegiatan pendahuluan (tahap
prapenelitian) yang akan dilanjutkan dengan siklus 1, setelah melakukan analisis
dan refleksi pada siklus 1 penelitian akan dilanjutkan dengan siklus 2 dan
seterusnya.
Adapun tahapan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan
digambarkan sebagai berikut:
Tahapan Penelitian Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan Pendahuluan
1) Wawancara dengan guru dan beberapa siswa.
2) Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian.
3) Memberikan angket aktivitas belajar matematika kepada siswa.
4) Observasi skor awal belajar matematika siswa.
Tahapan Penelitian Siklus I
SIKLUS I
I. Tahap Perencanaana. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I.
b. Menyiapkan tempat kelas penelitian.
34
c. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan.
d. Menyiapkan LKSMPT
e. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru.
f. Menyiapkan soal tes formatif.
g. Menyiapkan soal tes akhir siklus I.
h. Menyiapkan alat dokumentasi.
II. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan LKSMPT
b. Penyampaian materi.
c. Siswa melakukan proses pembelajaran dengan metode penemuan
terbimbing.
d. Memberikan soal tes formatif.
e. Guru membimbing siswa untuk memahami, menganalisa, melihat pola,
menguji jawaban dan menyatakan masalah dalam proses pembelajaran.
f. Memberikan soal tes akhir siklus I.
g. Penilaian soal tes formatif dan tes akhir siklus.
h. Dokumentasi
III. Tahap Observasi
a. Peneliti dan observser mengobservasi proses pembelajaran siswa
b. Peneliti dan observser mengamati aktivitas siswa selama proses
pembelajaran
c. Mendokumentasikan kegiatan siswa
IV. Tahap Refleksi
Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus I
yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya
Tahapan Penelitian Siklus II
SIKLUS II
I. Tahap Perencanaan
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II dengan
ditambah hasil refleksi pada siklus I.
35
b. Membentuk 6 kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa setiap
kelompok, yang dipilih dengan mengurutkan nomor absen.
c. Menyiapkan tempat kelas penelitian
d. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan.
e. Menyiapkan LKSMPT
f. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru.
g. Menyiapkan soal tes formatif.
h. Menyiapkan soal tes akhir siklus I.
i. Menyiapkan alat dokumentasi.
II. Tahap Pelaksanaan
a. Mempersilakan siswa untuk duduk pada kelompoknya masing-masing
b. Memberikan LKSMPT
c. Penyampaian materi.
d. Memberikan soal tes formatif siswa.
e. Guru membimbing siswa untuk memahami, menganalisa, melihat pola,
menguji jawaban dan menyatakan masalah dalam proses pembelajaran.
f. Membahas soal tes akhir sklus I
g. Memberikan soal tes akhir siklus II.
h. Penilaian hasil tes formatif dan tes akhir siklus II.
i. Dokumentasi.
III. Tahap Observasi
a. Peneliti dan observer mengobservasi proses pembelajaran siswa
b. Peneliti dan observer mengamati aktivitas siswa selama proses
pembelajaran
c. Mendokumentasikan kegiatan siswa
IV. Tahap Refleksi
Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus II
yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya.
36
Tahapan Penelitian Siklus III
SIKLUS III
I. Tahap Perencanaan
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus III dengan
dtambah hasil refleksi siklus II.
b. Membentuk kelompok, kelompok diperkecil menjadi 5 kelompok yang
terdiri dari 5-6 orang siswa setiap kelompok, yang dipilih berdasarkan
tingkat prestasi siswa.
c. Menyiapkan tempat kelas penelitian
d. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan.
e. Menyiapkan LKSMPT
f. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru.
g. Menyiapkan angket aktivitas belajar matematika siswa.
h. Menyiapkan soal tes formatif.
i. Menyiapkan soal tes akhir siklus III.
j. Menyiapkan alat dokumentasi.
II. Tahap Pelaksanaan
a. Mempersilakan siswa untuk duduk pada kelompoknya masing-masing
b. Memberikan LKSMPT
c. Penyampaian materi.
d. Memberikan tes formatif siswa.
e. Guru membimbing siswa untuk memahami, menganalisa, melihat pola,
menguji jawaban dan menyatakan masalah dalam proses pembelajaran.
f. Memberikan soal tes akhir siklus III.
g. Penilaian hasil tes formatif siswa dan tes akhir siklus III
h. Mewawancarai guru dan siswa.
i. Memberikan angket aktivitas belajar siswa
j. Dokumentasi.
III. Tahap Observasi
a. Peneliti dan observser mengobservasi proses pembelajaran siswa
37
b. Peneliti dan observer mengamati aktivitas siswa selama proses
pembelajaran
c. Mendokumentasikan kegiatan siswa
IV. Tahap Refleksi
Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus III
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Hasil penelitian yang diharapkan adalah sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai yaitu meningkatkan aktifitas belajar matematika siswa kelas VIII SMP
Islam Plus Mardhotilah dengan menggunakan metode penemuan terbimbing
dalam pembelajarannya.
Berdasarkan analisis tersebut, ditentukan apakah siklus selanjutnya perlu
dilanjutkan atau tidak, sedangkan penelitian akan diakhiri atau dihentikan dengan
indikator keberhasilan sebagai berikut :
1). Hasil pengamatan melalui lembar observasi aktivitas belajar matematika
siswa menunjukkan bahwa siswa memiliki aktifitas yang baik
menggunakan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran dengan
skor rata-rata yang didapat siswa 27 (baik).
2). Tes yang diberikan pada setiap akhir siklus menunjukkan, bahwa siswa
mendapat skor rata-rata 75.
G. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif
1. Data kualitatif: hasil observasi proses pembelajaran, hasil wawancara
terhadap guru dan siswa, hasil angket aktifitas belajar matematika
siswa, hasil dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran).
2. Data kuantitatif: nilai tes akhir siklus dan nilai ulangan harian siswa.
Sumber data : sumber data dalam penelitian ini adalah guru,
siswa, pihak-pihak sekolah dan peneliti.
38
H. Instrumen-instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
terdiri atas dua jenis yaitu:
1. Instrumen Tes
Untuk tes digunakan tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap
akhir siklus, dan tes subsumatif yang diberikan pada akhir pembelajaran, tes ini
bertujuan untuk menganalisis ketuntasan belajar siswa terhadap seluruh materi
yang telah diberikan pada ketiga siklus. Tes formatif ini berupa soal essay
sebanyak 5 soal, tes ini digunakan sebagai pendukungpeneliti untuk melakukan
penelitian.
2. Instrumen Non Tes
Dalam instrumen non tes ini digunakan instrumen sebagai berikut:
a. Lembar Observasi
Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui apakah proses
pembelajaran terlaksana dengan baik, bagaimana interaksi yang terjadi
di kelas, bagaiman aktifitas siswa dan guru selama pembelajaran
berlangsung, serta untuk mengetahui kekurangan dalam proses
pembelajaran. Observasi ini dilakukan oleh guru matematika kelas VIII
di SMP Islam Plus Mardhotilah Jakarta. Lembar observasi ini
digunakan untuk menganalisa dan merefleksi setiap siklus untuk
memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya.
b. Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket skala
sikap model Likert, yang digunakan untuk mengetahui respon siswa
sebelum dan setelah mereka melaksanakan pembelajaran matematika
dengan menggunakan metode penemuan terbimbing. Angket ini
diberikan di awal dan di akhir dan angket ini sudah di validitasi oleh
dosen pembimbing
c. Lembar Wawancara
Peneliti mewawancarai guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui
39
gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan metode
penemuan terbimbing dan masalah-masalah yang dihadapi di kelas.
I. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mewawancarai guru dan
siswa, siswa menyelesaikan soal tes tiap akhir siklus, memberikan angket aktifitas
belajar matematika pada siswa di awal dan di akhir siklus 3, melakukan observasi
ketika proses belajar mengajar berlangsung dan untuk melengkapi hasil penelitian
pengumpulan data juga dilakukan dengan memberikan angket persepsi siswa
terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan
terbimbing. Hasil setiap pengamatan didiskusikan oleh peneliti bersama guru
kolaborator pada saat menganalisis data untuk membuat tindakan pada siklus
berikutnya.
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi
Untuk memperoleh data yang valid, yaitu yang objektif, sahih dan handal
dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi, saturasi, dan member chek,
diantaranya:
1. Teknik triangulasi yaitu: menggali data dari sumber yang sama dengan
menggunakan cara yang berbeda. Untuk memperoleh informasi tentang
aktivitas siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa.
2. Teknik member chek yaitu: memeriksa kembali data-data yang telah
terkumpul, baik tentang kejanggalan-kejanggalan, keaslian maupun
kelengkapannya dan mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah
terkumpul.
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis
Proses analisis data terdiri atas analisis data pada saat di lapangan yaitu
pada saat pelaksanaan kegiatan dan analisis data yang sudah terkumpul yaitu data
yang sudah terkumpul berupa hasil wawancara, hasil skor angket aktifitas belajar,
40
hasil observasi dan hasil tes siswa. Semua data di analisis dengan menggunakan
analisis deskriptif.
Untuk instrumen angket aktivitas, bentuk angket yang digunakan bersifat
langsung dan tertutup, angket diberikan kepada siswa dan langsung memilih
jawaban yang telah disediakan dalam item pernyataan. Adapun format respon
angket yang digunakan adalah model skala likert yang mempunyai 5 alternatif
pilihan jawaban, yakni:
1. Sangat setuju (SS)
2. Setuju (S)
3. Ragu-ragu (R)
4. Tidak setuju (TS)
5. Sangat tidak setuju (STS)
Untuk pemberian skor pada skala likert ini, jawaban diberi bobot dengan
nilai kuantitatif. Seperti tampak pada tabel berikut:
Tabel 3.2
Pemberian Skor Pada Skala Likert
No Kategorisasi jawabanButir angket
Fositif Negatif
1 Sangat setuju (SS) 5 1
2 Setuju (S) 4 2
3 Ragu-ragu (R) 3 3
4 Tidak setuju (TS) 2 4
5 Sangat tidak setuju (STS) 1 5
Untuk menganalisis setiap aspek aktivitas digunakan teknik analisis secara
deskriptif dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P =s
fx 100 %
Keterangan : P = persentase
f = frekuensi jawaban responden
s = jumlah responden
41
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan
Setelah tindakan pertama (siklus 1) selesai dilakukan dan hasil yang
diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu peningkatan aktifitas
belajar matematika maka akan di lanjuti pada siklus selanjutnya sebagai rencana
perbaikan pembelajaran.
Penelitian ini berakhir, apabila peneliti menyadari bahwa penelitian ini
telah berhasil menggunakan metode penemuan terbimbing dalam meningkatkan
aktifitas belajar matematika siswa. Banyak faktor lain yang ikut mempengaruhi
aktifitas belajar matematika siswa, untuk itu masih diperlukan penelitian lebih
lanjut untuk menemukan faktor-faktor lain tersebut.
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Kegiatan Pendahuluan
1). Wawancara dengan guru dan beberapa siswa.
Wawancara dengan guru dilakukan, bertujuan untuk mengetahui
metode apa yang dipakai dalam proses pembelajaran matematika serta
untuk mengetahui apakah siswa aktif belajar matematika dengan
metode yang diberikan dan kendala atau kesulitan apa saja yang
dihadapi dalam mengajar matematika. Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru sebelum penelitian, metode yang dipakai guru dalam
proses pembelajaran beraneka ragam, guru (kolabolator) ”saya sudah
mencoba beberapa metode dalam proses pembelajaran matematika
seperti metode ceramah, demonstrasi dan kelompok”. Ketika
ditanyakan apakah siswa aktif belajar matematika dengan metode yang
ibu diberikan, guru (kolabolator) ”kurang aktifnya siswa dalam proses
pembelajarn matematika, dikarenakan memang sekolah ini baru
berdiri” dan menurut guru (kolabolator) kesulitan yang dihadapi yaitu
”saya harus ekstra perhatian kepada siswa agar bias aktif dalam
proses pembelajaran”.
Wawancara dengan beberapa siswa dilakukan, bertujuan
tanggapan siswa terhadap pelajaran matematika dan tanggapan siswa
terhadap metode yang diberikan guru dalam mengajar matematika.
Hasil wawancara dengan beberapa siswa, banyak siswa yang tidak
senang dengan pelajaran matematika, ada yang memberikan tanggapan
”pelajaran matematika bikin saya pusing pak dan banyak rumusnya” ,
ada juga yang memberiakn tanggapan ”gurunya galak pak jadi saya
engga suka pelajaran matematika”. Ketika ditanya apakah kamu
megerti penjelasan guru dengan metode yang diberikan, beberapa
siswa memberikan tanggapan “kadang-kadang mengerti sih pak”, ada
juga siswa yang memberikan tanggapan “saya engga mengerti
penjelasan guru”. Hasil lembar wawancara dan kutipannya dapat
dilihat pada lampiran 14 (hal.128).
43
2). Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian.
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui keadaan awal
aktivitas siswa selama proses pembelajaran sebelum peneliti
melakukan penelitian. Dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran, didapat skor awal rata-rata observasi
aktivitas belajar matematika siswa sebagai berikut:
Tabel 4.1Skor Awal Rata-rata Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa
Sebelum Penelitian
Keterangan Skor RKeterangan Jumlah Skor Rata-Rata Keseluruhan
8 – 14 = Kurang 20 – 26 = Baik14 – 20 = Cukup 26 – 32 = Sangat Baik
Berdasarkan tabel 4.1 di atas didapat bahwa skor awal aktivitas
belajar matematika siswa sebelum menggunakan metode penemuan
terbimbing rendah, dari semua siswa hanya mendapat skor rata- rata
11,67 dengan kategori aktivitas belajar matematika siswa kurang atau
rendah. Lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa dapat
dilihat pada lampiran 8 (hal. 105).
Pada tahap perencanaan siklus I, II dan III, yang menjadi target
peneliti adalah peneliti ingin mengetahui apakah aktivitas belajar
matematika siswa
No Dimensi Rata-Rata Keseluruhan
1 Mental Aktifitas 3,37
2 Motor aktifitas 2,8
3 Visual Aktivitas 2,73
4 Oral Aktifitas 2,77
Jumlah Skor Rata-Rata Keseluruhan 11,67
44
meningkat dengan metode penemuan terbimbing melalui lembar
observasi aktivitas belajar matematika siswa.
3). Memberikan angket aktivitas belajar matematika kepada siswa
Pemberian angket ini bertujuan untuk melihat sikap siswa
terhadap aktivitas belajar matematika sebelum dan setelah
menggunakan metode penemuan terbimbing. Hasil observasi awal
didapat skor awal sikap siswa terhadap aktivitas belajar matematika
sebelum menggunakan metode penemuan yaitu dengan skor rata-rata
64.5 dari seluruh siswa, jadi aktivitas belajar matematika siswa
sebelum menggunakan metode terbimbing tergolong rendah. Dari 20
item pertanyaan angket (valid) yang diberikan, banyak siswa yang
kurang aktif dalam mengingat masalah, hal ini diakibatkan karena
siswa males dalam mengingat masalah yang pernah dihadapi.
Pada tahap perencanaan siklus I, II dan III, yang menjadi target
peneliti adalah peneliti ingin mengetahui apakah aktivitas belajar
matematika siswa meningkat dengan metode penemuan terbimbing.
Lembar angket aktivitas belajar matematika siswa dapat dilihat pada
lampiran 13 (hal. 125).
4). Observasi skor awal hasil belajar matematika siswa.
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui nilai awal hasil
relajar matematika siswa sebelum menggunakan metode penemuan
terbimbing. Dari hasil observasi terhadap nilai awal hasil relajar
matematika siswa, didapat nilai awal hasil belajar matematika siswa
sebagai berikut:
Tabel 4.2
Rangkuman Nilai Awal Hasil Belajar Matematika Siswa
Jumlah Siswa (N) 26
X 57,19
X Min 52
X Mak 77
SD 6,42
45
Berdasarkan tabel 4.2 di atas didapat bahwa nilai awal hasil
belajar matematika siswa sebelum menggunakan metode penemuan
terbimbing rendah, dari semua siswa hanya mendapat skor rata- rata
57,19. Untuk perhitungan statistik nilai awal belajar matematika siswa
dapat dilihat pada lampiran 33 (hal. 151).
2. Tahapan Siklus I
a. Tahap Perencanaan
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini dibuat sebagai acuan
peneliti untuk menyampaikan materi yang akan diajarkan. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini dapat dilihat pada lampian 1 (hal.
80).
2) Menyiapkan tempat kelas penelitian.
Tempat penelitian yang disiapkan yaitu ruang kelas VIII SMP Islam
Plus Mardhotilah
3) Menyiapkan materi dan bahan ajar untuk setiap pertemuan.
Materi yang disiapkan yaitu lingkaran sebagai pokok bahasan dengan
sub pokok bahasannya adalah pada pertemuan pertama materi yang di
ajarkan yaitu: pengertian lingkaran, unsur-unsur lingkaran dan bagian-
bagian lingkaran, pada pertemuan kedua materi yang di ajarkan yaitu:
menghitung keliling dan luas lingkaran, pada pertemuan ketiga materi
yang di ajarkan yaitu: menggunakan hubungan sudut pusat dan sudut
keliling. Bahan ajar yang digunakan yaitu LKSMPT (Lembar Kerja
Siswa Metode Penemuan Terbimbing). Lembar Kerja Siswa Metode
Penemuan Terbimbing (LKSMPT) ini disiapkan sebagai bahan bacaan
siswa. LKSMPT dapat dilihat pada lampiran 2 (hal. 98).
4) Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru.
Lembar observasi disiapkan untuk mengamati aktivitas-aktivitas yang
dilakukan siswa dan guru selama proses pembelajaran. lembar
observasi siswa dan guru dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9 (hal. 105
dan 119).
5) Menyiapkan soal.
Soal-soal disiapkan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami
materi yang diajarkan, soal-soal ini berbentuk uraian singkat.
46
6) Menyiapkan soal tes akhir siklus I.
Soal-soal tes ini berbentuk tes tertulis sebanyak 5 soal, soal ini
disiapkan sebagai pendukung dari lembar observsi siswa untuk
mengetahui sejauhmana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
Soal-soal ini dan jawabannya dapat dilihat pada lampiran 22 (hal.
138).
7) Menyiapkan alat dokumentasi.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan siklus I terdiri dari tiga kali pertemuan dengan
pokok bahasan lingkaran, materi yang di ajarkan yaitu:
1) Pada pertemuan pertama materi yang di ajarkan yaitu pengertian
lingkaran, unsur-unsur lingkaran dan bagian-bagian lingkaran
2) Pada pertemuan kedua materi yang di ajarkan yaitu: menghitung
keliling dan luas lingkaran
3) Pada pertemuan ketiga materi yang di ajarkan yaitu: menggunakan
hubungan sudut pusat dan sudut keliling.
Adapun uraian proses pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan pertama / Senin, 2 Februari 2009
Kegiatan belajar matematika di kelas VIII pada hari senin 2
Februari 2009 dimulai pukul 07.40-09.00 WIB, guru matematika hadir
untuk membantu peneliti dalam melaksanakan kegiatan hari ini. Sebelum
proses pembelajaran pada pertemuan pertama dimulai, peneliti dan siswa
berdoa bersama, lalu peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan
maksud dan tujuan peneliti menggantikan guru matematika untuk beberapa
pertemuan, selain itu peneliti juga memperkenalkan metode penemuan
terbimbing yang digunakan peneliti untuk melakukan proses pembelajaran,
ketika peneliti sedang menjelaskan maksud dan tujuan peneliti, ada siswa
yang bertanya “berapa lama Bapak menggantikan guru”, peneliti “insya
Allah 1 bulan atau sekitar 9 kali pertemuan, ada yang mau bertanya
lagi?”, siswa “tidak Pak..”. Setelah selesai menjelaskan maksud dan
tujuan peneliti, lalu peneliti mengabsen siswa, siswa yang tidak hadir pada
pertemuan pertama ada 1 siswa (tidak ada keterangan). Setelah selesai
47
mengabsen penliti memberikan lembar observasi guru dan siswa kepada
observer.
Pada pertemuan pertama materi yang diberikan pengertian
lingkaran, unsur-unsur lingkaran dan bagian-bagian lingkaran. Lalu
peneliti membagikan Lembar Kerja Siswa Metode Penemuan Terbimbing
(LKSMPT) sebagai bahan bacaan siswa, kemudian peneliti menjelaskan
materi yang ada pada LKSMPT yang sudah peneliti berikan. Ketika
peneliti menjelaskan materi yang diajarkan, masih banyak siswa yang
tidak memperhatikan penjelasan guru dan masih banyak yang mengobrol
dengan temannya, pada pertemuan ini belum ada siswa yang bertanya, hal
ini dikarenakan belum berani siswa bertanya langsung dengan guru dan
peneliti. Setelah selesai menjelaskan materi pada pertemuan pertama,
siswa menyelesaikan soal-soal yang ada pada LKSMPT dengan tipe dan
bentuk soal essay, untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami
tentang bahan ajar yang dijelaskan peneliti. Ketika siswa sedang
menyelesaikan soal yang diberikan suasana kelas gaduh, hal ini
disebabkan karena masih ada siswa yang mundar-mandir melihat jawaban
temanya, tetapi ada juga siswa yang menyelesaikan dengan kemampuanya.
Selanjutnya peneliti dan guru berkeliling mengamati aktivitas siswa dan
membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-
soal latihan. Dari pengamatan guru dan peneliti masih banyak siswa yang
bergantung pada jawaban temannya
Pada pertemuan pertama ini salah satu kendala yang dihadapi
adalah kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran, masih banyak
siswa yang menjawab soal masih bergantung pada temanya. Akan tetapi
dengan bimbingan dan arahan dari guru dan peneliti kendala tersebut dapat
diminimalisir. Diakhir pembelajaran, peneliti mengarahkan siswa agar
mempelajari materi menentukan rumus keliling dan luas lingkaran untuk
pertemuan selanjutnya.
2) Pertemuan kedua/ Jum’at, 5 Februari 2009
Proses pembelajaran pada pertemuan kedua dimulai pada pukul
12.40-14.00. Sebagaimana pada pertemuan sebelumnya kegiatan belajar
di awali dengan berdoa bersama dan peneliti mengabsen siswa, siswa yang
48
tidak hadir pada pertemuan kedua ada 7 orang, lalu peneliti memberikan
lembar observasi guru dan siswa kepada observer. Materi yang diajarkan
menentukan rumus keliling dan luas lingkaran. Sebelum menjelaskan
materi yang ingin diajarkan, peneliti menanyakan kembali tentang materi
pada pertemuan 1”sudah mengerti atau belum”?, siswa “insya Allah Pak
mengerti…”. Seperti pertemuan sebelumnya peneliti membagikan
LKSMPT sebagai bahan bacaan siswa, setelah itu peneliti menjelaskan
materi yang ingin diajarkan, ketika peneliti sedang menjelaskan materi
masih ada siswa yang mengobrol pada temanya dan tidak memperhatikan
penjelasan peneliti, lalu peneliti bertanya “apakah sudah jelas materi yang
dijelaskan”?, sedikit sekali siswa yang berani bertanya, siswa “mengerti
pak…tapi engga semuannya hehe..”, hal ini dapat dimaklumi karena masih
banyak siswa yang belum berani atau biasa bertanya didepan umum.
Selanjutnya peneliti memberikan soal-soal yang ada pada LKSMPT
tentang menghitung keliling dan luas lingkaran untuk diselesaikan.
Kemudian peneliti dan observer bekeliling untuk mengetahui sejauh mana
aktivitas siswa dalam mengerjakan soal-soal dan membimbing siswa yang
kesulitan untuk menjawab soal yang diberikan. Pada pertemuan 2 ini
masih banyak siswa yang masih kesulitan untuk menyelesaikan soal
Pada pertemuan kedua ini hanya beberapa siswa yang menjawab
tanpa bantuan teman, tetapi masih banyak siswa yang masih bergantung
pada jawaban temannya. Dalam hal ini jelas bahwa interaksi antara guru
dan siswa sangatlah penting dalam proses pembelajaran agar siswa tidak
jenuh dan aktif dalam belajar matematika. Sebelum menutup pelajaran
peneliti mengarahkan siswa agar mempersiapkan diri untuk menghadapi
tes akhir siklus I.
3) Pertemuan ketiga / jum’at, 6 Februari 2009
Pada pertemuan ketiga proses pembelajaran dimulai pada pukul
09.40-11.00. Sebelum melakukan proses pembelajaran peneliti berdoa
bersama-sama, selesai berdoa peneliti mengabsen siswa, siswa yang tidak
hadir pada pertemuan ini ada 3 siswa, lalu peneliti memberikan lembar
observasi guru dan siswa kepada observer dan peneliti mempersiapkan
materi yang ingin di ajarkan. Materi yang di ajarkan pada peremuan
49
ketiga ini yaitu: hubungan sudut pusat dan sudut keliling. Seperti
pertemuan sebelumnya peneliti menyampaikan materi, peneliti
memberikan LKSMPT untuk bahan bacaan siswa dan menanyakan materi
yang belum dimengerti pada pertemuan sebelumnya, peneliti “apa ada
yang belum dimengerti materi pada pertemuan sebelumnnya, kalau belum
ada yang di mengerti ditanyakan saja, karena hari ini kita akan
melakukan tes akhir siklus dan materinya yang sudah dijelaskan pada
pertemuan 1, 2 dan 3”. Pada pertemuan ini sudah terlihat siswa yang
berani untuk bertanya, siswa “pak..kalau mencari luas daerah yang
diarsir gimana caranya, soal yang nomor 5 pada pertemuan 2 itu loh
pak”, peneliti “dicari luas lingkaran terlebih dahulu, lalu dicari luas
lingkaran yang diarsir karena luas daerah yang diarsir ¼ lingkaran, maka
rumus luas lingkarannya dikali ¼, setelah itu luas lingkaran dikurang luas
lingkaran yang diarsir, sudah paham belum...?”, siswa “oh..begitu pak..”.
Setelah selesai menanyakan materi yang belum dimengerti, peneliti
menjelaskan materi pada pertemuan ini, ketika peneliti sedang
menjelaskan masih terlihat siswa yang mengobrol dengan temannya dan
tidak memperhatikan penjelasan peneliti. Selesaikan memberikan
penjelasan tentang materi yang diajarkan, peneliti menanyakan kembali
materi yang belum jelas, peneliti “sudah paham semua atau belum...?”,
siswa “insya allah mengerti pak...”, lalu siswa menyelesaikan soal-soal
yang ada pada LKSMPT dalam waktu 15 menit. Ketika siswa sedang
menyelsaikan soal peneliti dan observer berkeliling untuk membimbing
siswa yang kesulitan untuk menjawab soal. Pada pertemuan ini siswa yang
ketergantungan dengan jawaban temannya masih terlihat.
Pada pertemuan ketiga ini, dilaksanakan juga tes akhir siklus I.
Tes ini diberikan kepada seluruh siswa kelas VIII untuk mengetahui
sampai mana siswa memahami materi pada siklus 1, soal-soal tes akhir
siklus 1 ini berupa soal essay yang berjumlah 5 soal dan berlangsung
selama 40 menit. Pada saat tes berlangsung ketergantungan siswa pada
temannya dalam menjawab soal masih sangat terlihat. Setelah itu peneliti
menutup pelajaran dengan mengarahkan siswa untuk mempelajari
pertemuan selanjutnya, lalu peneliti dan observer serta siswa berdoa
bersama.
50
c. Tahap Observasi
Tahap observasi ini pada dasarnya berlangsung bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan guru
(observer) yang mencatat seluruh aktivitas siswa dan hal-hal yang terjadi
pada setiap pertemuan selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan
tentang aktivitas belajar matematika siswa pada siklus I melalui lembar
observasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3Skor Rata-rata Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa
Selama Pembelajaran Pada Siklus I
Keterangan Jumlah Skor Rata-Rata Keseluruhan8 – 14 = Sangat Kurang14 – 20 = Kurang20 – 26 = Cukup26 – 32 = Baik
Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa dari 4 dimensi aktivitas yang diamati
pada pertemuan 1, 2 dan 3 skor rata-rata aktivitas belajar matematika
siswa pada siklus I yaitu 17,01 dengan kategori aktivitas belajar siswa
pada tingkatan cukup. Dalam hal ini siswa belum menunjukkan aktivitas
belajar yang baik dalam belajar matematika. Dari hasil observasi terlihat
siswa belum mempunyai aktivitas motor atau siswa tidak aktif dalam
melakukan percobaan dan tidak berusaha untuk memecahkan masalah
No DimensiPertemuan Rata-Rata
Keseluruhan1 2 3
1 Mental Aktifitas 4,42 4,9 4,73 4,68
2 Motor aktifitas 1,96 3,7 4,43 3,37
3 Visual Aktivitas 2,53 5,25 4,91 4,23
4 Oral Aktifitas 4,45 4,75 4,99 4,73
Jumlah Skor Rata-Rata Keseluruhan 17,01
51
yang dihadapi. Ketika tes siklus I dilaksanakan hanya beberapa siswa yang
tampak tekun dalam menjawab soal dan beberapa siswa masih bergantung
pada teman dalam menjawab soal yang diberikan.
Gambar 2Aktivitas Siswa Mengerjakan Tes Akhir Siklus I
Pada pertemuan ketiga dilaksanakan tes akhir siklus I. Hasil tes
belajar matematika tersebut disajikan dalam Tabel sebagai berikut
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Siklus 1
Intervalfrekuensi
komulatif (fk)≤
f relatif komulatif(frk) ≤
30 – 38 1 4,35%39 – 47 1 4,35%48 – 56 2 8,7%57 – 65 12 52,17%66 – 74 19 82,60%75 - 84 23 100%
Keterangan:
Jumlah siswa = 23
Rata-rata = 65,30 Nilai tertinggi = 84
Nilai terendah = 30 SD = 9,8
Berdasarkan keterangan dan tabel 4.4 dapat diperoleh informasi
bahwa nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 65,30 dengan frekuensi
relatifnya 52,17%. Meskipun nilai rata-rata kelas yang diperoleh > 60,0
akan tetapi belum mencapai skor rata-rata yang ingin dicapai yaitu 75,
untuk perhitungan statistik skor akhir siklus I dapat dilihat pada lampiran
35 (hal. 153). Hasil tes akhir siklus I disajikan dalam histogram dan
poligon sebagai berikut
51
yang dihadapi. Ketika tes siklus I dilaksanakan hanya beberapa siswa yang
tampak tekun dalam menjawab soal dan beberapa siswa masih bergantung
pada teman dalam menjawab soal yang diberikan.
Gambar 2Aktivitas Siswa Mengerjakan Tes Akhir Siklus I
Pada pertemuan ketiga dilaksanakan tes akhir siklus I. Hasil tes
belajar matematika tersebut disajikan dalam Tabel sebagai berikut
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Siklus 1
Intervalfrekuensi
komulatif (fk)≤
f relatif komulatif(frk) ≤
30 – 38 1 4,35%39 – 47 1 4,35%48 – 56 2 8,7%57 – 65 12 52,17%66 – 74 19 82,60%75 - 84 23 100%
Keterangan:
Jumlah siswa = 23
Rata-rata = 65,30 Nilai tertinggi = 84
Nilai terendah = 30 SD = 9,8
Berdasarkan keterangan dan tabel 4.4 dapat diperoleh informasi
bahwa nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 65,30 dengan frekuensi
relatifnya 52,17%. Meskipun nilai rata-rata kelas yang diperoleh > 60,0
akan tetapi belum mencapai skor rata-rata yang ingin dicapai yaitu 75,
untuk perhitungan statistik skor akhir siklus I dapat dilihat pada lampiran
35 (hal. 153). Hasil tes akhir siklus I disajikan dalam histogram dan
poligon sebagai berikut
51
yang dihadapi. Ketika tes siklus I dilaksanakan hanya beberapa siswa yang
tampak tekun dalam menjawab soal dan beberapa siswa masih bergantung
pada teman dalam menjawab soal yang diberikan.
Gambar 2Aktivitas Siswa Mengerjakan Tes Akhir Siklus I
Pada pertemuan ketiga dilaksanakan tes akhir siklus I. Hasil tes
belajar matematika tersebut disajikan dalam Tabel sebagai berikut
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Siklus 1
Intervalfrekuensi
komulatif (fk)≤
f relatif komulatif(frk) ≤
30 – 38 1 4,35%39 – 47 1 4,35%48 – 56 2 8,7%57 – 65 12 52,17%66 – 74 19 82,60%75 - 84 23 100%
Keterangan:
Jumlah siswa = 23
Rata-rata = 65,30 Nilai tertinggi = 84
Nilai terendah = 30 SD = 9,8
Berdasarkan keterangan dan tabel 4.4 dapat diperoleh informasi
bahwa nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 65,30 dengan frekuensi
relatifnya 52,17%. Meskipun nilai rata-rata kelas yang diperoleh > 60,0
akan tetapi belum mencapai skor rata-rata yang ingin dicapai yaitu 75,
untuk perhitungan statistik skor akhir siklus I dapat dilihat pada lampiran
35 (hal. 153). Hasil tes akhir siklus I disajikan dalam histogram dan
poligon sebagai berikut
52
1
y
Gambar 3
Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi
Hasil Tes Akhir Siklus I
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pada siklus diperoleh skor rata-rata
aktivitas belajar matematika siswa mencapai 17,01. Hasil Observasi ini
belum menunjukkan bahwa indikator aktivitas belajar matematika siswa
tercapai, yaitu dengan skor rata-rata aktivitas belajar matematika siswa
dapat mencapai 27. Adapun aspek aktivitas yang perlu ditingkatkan untuk
siklus selanjutnya adalah melakukan percobaan, karena sesuai data
observasi yang diperoleh pada siklus I tidak ada siswa yang aktif untuk
melakukan percobaan ketika siswa menyelesaikan masalah yang dihadapi,
dan kurang aktifnya siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya
serta masih sedikit sekali siswa yang aktif untuk menguji jawaban dalam
menyelesaikan soal yang diberikan.
Untuk hasil tes akhir siklus I diperoleh hasil belajar siswa
mencapai nilai rata-rata 65,30. Hasil tes akhir siklus ini menunjukkan
bahwa indikator keberhasilan belum tercapai, dimana skor rata-rata tes
hasil belajar siswa yang ingin dicapai adalah 75. Adapun hal yang perlu
ditingkatkan adalah bimbingan peneliti dan Observer terhadap siswa yang
Frek
uens
i
30,5 38,5 47,5 56,5 65,5 74,5 84,5
x
Nilai
4
7
10
53
hasil belajarnya masih rendah dan lebih perhatian mendampingi siswa saat
mengerjakan tugas atau soal latihan agar siswa bisa lebih aktif dalam
proses pembelajaran.
Hasil refleksi pada siklus 1 disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.5
Hasil Refleksi Pada Siklus 1
Kelebihan Kekurangan Solusi
Aktivitas siswa dalam
merumuskan masalah
kurang aktifnya siswa
dalam melihat pola
membuat kelompok dalam proses
pembelajaran yang terdiri dari 4-5
siswa setiap kelompok (6
kelmpok), yang dipilih menurut
nomor absen siswa.
Aktifnya siswa dalam
hal menyatakan maslah
kurang aktifnya siswa
dalam melakukan
percobaan
2. Tahapan Siklus II
a. Tahap Perencanaan
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini dibuat sebagai acuan
peneliti untuk menyampaikan materi yang akan diajarkan.
Didalam RPP siklus II terdapat tambahan hasil refleksi siklus I
yaitu: dibentuknya 6 kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa per
kelompok, yang dipilih dengan mengurutkan nomor absen siswa.
2) Menyiapkan tempat kelas penelitian.
Tempat penelitian yang disiapkan yaitu ruang kelas VIII SMP
Islam Plus Mardhotilah
3) Menyiapkan materi dan bahan ajar untuk setiap pertemuan.
Materi yang disiapkan yaitu lingkaran sebagai pokok bahasan
dengan sub pokok bahasannya adalah pada pertemuan ke-empat
materi yang di ajarkan menggunakan hubungan panjang busur, luas
juring dan luas tembereng dalam pemecahan masalah, pada
pertemuan ke-lima materi yang di ajarkan menghitung panjang
garis singgung dan panjang garis singung persekutuan, pada
petemuan ke-enam materi yang di ajarkan menghitung panjang tali
minimal. Bahan ajar yang digunakan yaitu Lembar Kerja Siswa
54
Metode Penemuan Terbimbing (LKSMPT), LKSMPT ini
disiapkan sebagai bahan bacaan siswa.
4) Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru.
Lembar observasi disiapkan pada siklus II untuk mengetahui
apakah aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa dan guru selama
proses pembelajaran meningkat.
5) Menyiapkan soal.
Soal-soal disiapkan untuk mengetahui sejauh mana siswa
memahami materi yang diajarkan, soal-soal ini berbentuk uraian
singkat.
6) Menyiapkan soal tes akhir siklus II.
Soal-soal tes ini soal essay sebanyak 5 soal, soal ini disiapkan
sebagai pendukung dari lembar observsi siswa untuk mengetahui
sejauhmana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Soal-soal
dan jawaban tes akhir siklus II dapat dilihat pada lampiran 24 (hal.
140).
7) Menyiapkan alat dokumentasi.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan siklus II terdiri dari tiga kali pertemuan dengan
pokok bahasan garis singgung:
1) Pada pertemuan ke-empat materi yang di ajarkan menggunakan
hubungan panjang busur, luas juring dan luas tembereng dalam
pemecahan masalah.
2) Pada pertemuan ke-lima materi yang di ajarkan menghitung
panjang garis singgung dan panjang garis singung persekutuan.
3) Pada petemuan ke-enam materi yang di ajarkan menghitung
panjang tali minimal.
Adapun uraian proses pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan ke-empat / Senin, 9 Februari 2009
Kegiatan belajar mengajar pada pertemuan ke-empat dimulai pada
pukul 07.40-09.00. Sebelum melakukan proses pembelajaran, peneliti dan
siswa berdoa bersama lalu peneliti mengabsen siswa. Setelah selesai
mengabsen peneliti membentuk 6 kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa
55
setiap kelompoknya. Materi yang diajarkan adalah menggunakan
hubungan panjang busur, luas juring dan luas tembereng dalam
pemecahan masalah. Sebelum menjelaskan materi tersebut, peneliti
membahas PR yang diberikan dan menanyakan kembali tentang materi
yang belum dimengerti pada siklus I kepada siswa, peneliti “sebelum kita
masuk kemateri selanjutnya, apa yang belum paham materi pada siklus
1?”, siswa “tidak pak....”.
Sebagaimana pada pertemuan sebelumnya sebelum menyampaikan
materi peneliti memberikan LKSMPT sebagai bahan bacaan siswa dan
memberikan lembar observasi guru dan siswa kepada observser.
Selanjutnya peneliti menyampaikan materi menggunakan hubungan
panjang busur, luas juring dan luas tembereng dalam pemecahan masalah.
Selesaikan menyampaikan materi peneliti menanyakan kepada siswa
tentang penjelasan yang belum dimengerti, hanya sebagian siswa yang
berani untuk bertanya. Selesai menjelasankan pertanyaan yang belum
dimengerti kepada siswa, peneliti memberikan soal untuk dikerjakan
secara berkelompok. Lalu peneliti dan observser keliling untuk
membimbing siswa atau kelompok yang kesulitan dalam menyelesaikan
soal, dengan bimbingan peneliti dan observser suasana kelas sedikit lebih
tenang dan dapat meminimalisir siswa yang mondar-mandir untuk melihat
jawaban kelompok yang lain. Dari hasil pengamatan observser dan
peneliti masih banyak siswa yang kurang aktif dalam kelompoknya.
Setelah itu peneliti menutup pelajaran dengan mengarahkan siswa
mempelajari materi menghitung panjang garis singgung dan panjang garis
singung persekutuan sebagai materi pada pertemuan ke-lima.
2) Pertemuan ke-lima/ Kamis, 12 Februari 2009
Pertemuan ke-lima dimulai pada pukul 12.40-14.00. Sebelum
melakuakn proses pembelajaran, peneliti dan siswa berdoa bersama lalu
peneliti mengabsen siswa, siswa yang tidak hadir pada pertemuan ini ada 6
siswa. Materi yang di ajarkan yaitu menghitung panjang garis singgung
dan panjang garis singung persekutuan. Sebelum menjelaskan materi,
peneliti mempersilakan kepada siswa untuk duduk pada masing-masing
kelompoknya dan peneliti menanyakan materi yang belum difahami pada
56
pertemuan sebelumnya, ketika peneliti bertanya tentang materi yang belum
dimengerti ada beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan, siswa “pak
saya nanya soal tes akhir siklus no 4, gimana caranya pak saya engga
ngerti…?”, peneliti menyuruh salah satu siswa siapa yang bisa
mengerjakannya, peneliti “coba kamu maju kedepan untuk mengerjakan
soal yang ditanya teman kamu”, siswa “engga pak saya engga bisa, si..S
aja pak”, dari interaksi peneliti dengan siswa belum ada yang berani untuk
maju kedepan menyelesaikan soal yang ditanya temannya, hal ini
dikarenakan mungkin siswa berani untuk mengerjakan soal dipapan tulis,
ada siswa yang peneliti suruh untuk mengerjakan soal didepan. Selesai
menjelaskan soal tes akhir siklus I yang belum dimengerti peneliti
memberikan LKSMPT pertemuan 5 sebagai bahan bacaan siswa, lalu
peneliti menyampaikan materi secara umum, karena peneliti sudah
mengarahkan siswa untuk mempelajari materi pada pertemuan
sebelumnya. Setelah menyampaikan materi, peneliti menanyakan materi
yang belum difahami. Selanjutnya peneliti memberikan soal untuk
diselesaikan berkelompok, ketika siswa sedang menyelesaikan soal-soal
peneliti dan observser berkeliling untuk melihat aktivitas siswa dan
membimbing siswa atau kelompok yang kesulitan untuk menjawab soal
yang peneliti berikan. Pada pertemuan ini juga masih ada beberapa siswa
yang masih kurang aktif dalam kelompoknya dan dalam menyelesaikan
soal serta masih bergantung jawaban pada kelompoknya. Sebelum peneliti
menutup pelajaran, seperti pertemuan sebelumnya peneliti mengarahkan
siswa untuk mempelajari materi untuk pertemuan selanjutnya.
3) Pertemuan ke-enam / Jum’at, 13 Februari 2009
Pertemuan ke-enam dimulai pada pukul 09.40-11.00. Sebelum
melakukan proses pembelajaran, peneliti dan siswa berdoa bersama lalu
peneliti mengabsen siswa, siswa yang tidak hadir pada pertemuan ini ada 3
siswa, setelah itu peneliti menyuruh sisiwa untuk duduk dengan
kelompoknya masing-masing. Seperti pertemuan sebelumnya sebelum
menyampaikan materi peneliti menanyakan materi yang belum difahami
pada pertemuan sebelumnya, terlihat pada pertemuan ini siswa sudah
mulai berani untuk bertanya langsung, peneliti “apakah ada yang ingin
57
ditanyakan untuk pertemuan sebelumnya, karena hari ini kita akan
melaksanakan tes akhir siklus 2, materinya, materi pada pertemuan 4, 5
dan 6” siswa”pak saya belum mengerti tentang materi pada pertemuan
kemaren..?”.
Pada pertemuan ke-enam ini juga dilaksanakan tes akhir siklus II.
Setelah itu, peneliti menyampaikan materi yang akan diajarkan, materi
yang diajarkan pada pertemuan ini yaitu: menghitung panjang tali
minimal. Peneliti menjelaskan materi secara umum, karena peneliti sudah
mengarahkan siswa untuk mempelajari materi pada pertemuan ini. Setelah
selesai menjelaskan materi, peneliti memberikan soal yang ada di
LKSMPT selama 15 menit, lalu peneliti dan observer berkeliling untuk
membimbing siswa yang kesulitan untuk menjawab soal.
Soal tes akhri siklus II berupa soal essay sebanyak 5 soal dan
berlangsung selama 40 menit. Peneliti dan observer berkeliling untuk
melihat aktivitas siswa menyelesaikan tes akhir siklus. Setelah selesai
menjawab soal tes akhir siklus II, peneliti menutup pelajaran dengan
mengarahkan siswa untuk mempelajari materi untuk pertemuan
selanjutnya, lalu peneliti dan observer serta siswa berdoa bersama.
c. Tahap Observasi
Pembelajaran pada siklus II ini secara umum dapat dikatakan sudah
cukup baik, pada pertemuan ke-lima dan ke-enam proses belajar berjalan
dengan tertib dan lancar dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
meningkat dengan adanya arahan dan bimbingan peneliti dan observer.
Hasil pengamatan tentang aktivitas belajar matematika siswa pada
siklus II melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut:
58
Tabel 4.6
Skor Rata-rata Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa
Selama Pembelajaran Pada Siklus II
Keterangan Jumlah Skor Rata-Rata Keseluruhan8 – 14 = Sangat Kurang14 – 20 = Kurang20 – 26 = Cukup26 – 32 = Baik
Pada Tabel 4.6 terlihat bahwa dari 4 dimensi aktivitas yang diamati
melalui lembar observasi pada pertemuan 4, 5 dan 6 skor rat-rata aktivitas
belajar matematika siswa pada siklus II yaitu 25,24 dengan kategori
aktivitas belajar siswa pada tingkat cukup. Skor yang diperoleh mengalami
peningkatan dibandingkan dengan siklus I, pada siklus II siswa lebih aktif
dalam proses pembelajaran, namun siswa masi kurang aktif dalam hal
motor aktivitas dan oral aktivitas hal ini dapat dilihat dari kurang aktifnya
siswa untuk melihat pola dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dan
tidak beraninya siswa untuk bertanya langsung terhadap materi yang
belum dipahaminya dan skor rata-rata yang diperoleh siswa belum
mencapai target yang diinginkan yaitu dengan skor rata-rata 27.
No DimensiPertemuan Rata-Rata
Keseluruhan4 5 6
1 Mental Aktifitas 6,57 6,38 6,64 6,5
2 Motor aktifitas 5,99 6,33 6,24 6,18
3 Visual Aktivitas 6,42 6,85 6,44 6,57
4 Oral Aktifitas 5,43 6,38 6,16 5,99
Jumlah Skor Rata-Rata Keseluruhan 25,24
59
Gambar 4Aktivitas Siswa Mengerjakan Tugas Kelompok
Pada pertemuan ke-enam ketika pelaksanaan tes akhir siklus II,
sebagian besar siswa tampak tekun dalam mengerjakan soal tes akhir
dibandingkan dengan siklus I. Ketergantungan siswa terhadap jawaban
teman dan mudah menyerah dalam menjawab soal mulai berkurang
dibandingkan dengan siklus I, namun masih terlihat beberapa siswa yang
masih kesulitan untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Hasil tes
tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Siklus 2
Keterangan:
Jumlah siswa = 25
Rata-rata = 71,2 Nilai tertinggi = 90
Nilai terendah = 40 SD = 9,6
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diperoleh informasi bahwa nilai rata-
rata kelas yang diperoleh sebesar 71,2. Meskipun nilai rata-rata kelas yang
diperoleh > 70 akan tetapi belum mencapai skor rata-rata dari jumlah
siswa yaitu 75. Untuk perhitungan statistik skor akhir siklus II dapat
Intervalfrekuensi
komulatif (fk)≤
f relatif komulatif(frk) ≤
40-47 1 4%48-55 2 8%56-63 5 20%64-71 15 60%72-79 20 80%80-90 25 100%
59
Gambar 4Aktivitas Siswa Mengerjakan Tugas Kelompok
Pada pertemuan ke-enam ketika pelaksanaan tes akhir siklus II,
sebagian besar siswa tampak tekun dalam mengerjakan soal tes akhir
dibandingkan dengan siklus I. Ketergantungan siswa terhadap jawaban
teman dan mudah menyerah dalam menjawab soal mulai berkurang
dibandingkan dengan siklus I, namun masih terlihat beberapa siswa yang
masih kesulitan untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Hasil tes
tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Siklus 2
Keterangan:
Jumlah siswa = 25
Rata-rata = 71,2 Nilai tertinggi = 90
Nilai terendah = 40 SD = 9,6
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diperoleh informasi bahwa nilai rata-
rata kelas yang diperoleh sebesar 71,2. Meskipun nilai rata-rata kelas yang
diperoleh > 70 akan tetapi belum mencapai skor rata-rata dari jumlah
siswa yaitu 75. Untuk perhitungan statistik skor akhir siklus II dapat
Intervalfrekuensi
komulatif (fk)≤
f relatif komulatif(frk) ≤
40-47 1 4%48-55 2 8%56-63 5 20%64-71 15 60%72-79 20 80%80-90 25 100%
59
Gambar 4Aktivitas Siswa Mengerjakan Tugas Kelompok
Pada pertemuan ke-enam ketika pelaksanaan tes akhir siklus II,
sebagian besar siswa tampak tekun dalam mengerjakan soal tes akhir
dibandingkan dengan siklus I. Ketergantungan siswa terhadap jawaban
teman dan mudah menyerah dalam menjawab soal mulai berkurang
dibandingkan dengan siklus I, namun masih terlihat beberapa siswa yang
masih kesulitan untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Hasil tes
tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Siklus 2
Keterangan:
Jumlah siswa = 25
Rata-rata = 71,2 Nilai tertinggi = 90
Nilai terendah = 40 SD = 9,6
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diperoleh informasi bahwa nilai rata-
rata kelas yang diperoleh sebesar 71,2. Meskipun nilai rata-rata kelas yang
diperoleh > 70 akan tetapi belum mencapai skor rata-rata dari jumlah
siswa yaitu 75. Untuk perhitungan statistik skor akhir siklus II dapat
Intervalfrekuensi
komulatif (fk)≤
f relatif komulatif(frk) ≤
40-47 1 4%48-55 2 8%56-63 5 20%64-71 15 60%72-79 20 80%80-90 25 100%
60
10
7
3
1
dilihat pada lampiran 36 (hal. 154). Hasil tes akhir siklus II disajikan
dalam histogram dan poligon sebagai berikut:
Gambar 5
Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi
Hasil Tes Akhir Siklus II
Meskipun aktivitas belajar matematika siswa sudah mengalami
peningkatan yang cukup baik namun hasil belajar tes akhir siklus II belum
memberikan hasil yang maksimal. Target untuk mendapatkan skor rata-
rata dari jumlah siswa belum tercapai.
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pada siklus diperoleh skor rata-rata
aktivitas belajar matematika siswa mencapai 25,24. Meskipun aktivitas
belajar matematika siswa meningkat pada siklus II namun hasil observasi
ini belum menunjukkan bahwa indikator aktivitas belajar matematika
siswa tercapai, yaitu dengan skor rata-rata aktivitas belajar matematika
siswa dapat mencapai 27 atau dikatakan aktivitas siswa baik. Adapun
aktivitas yang perlu diperbaiki yaitu aktivitas siswa dalam hal melihat pola
yang terjadi dan menyatakan masalah dalam benruk umum.
Untuk hasil tes akhir siklus I diperoleh hasil belajar siswa mencapai
nilai rata-rata 71,2. Walaupun ada peningkatan untuk nilai tes akhir siklus
namun hasil tes akhir siklus II, belum menunjukkan bahwa indikator
40 48,5 56,5 64,5 72,5 80,5 90x
y
Frek
uens
i
Interval Data
61
keberhasilan tercapai, dimana skor rata-rata tes hasil belajar siswa yang
ingin dicapai adalah 75. Adapun aspek aktivitas yang perlu ditingkatkan
untuk siklus selanjutnya kurang aktifnya siswa dalam merumuskan
masalah dan interaksi guru dengan siswa yang masih kurang serta masih
kurang aktifnya siswa dalam bertanya kepada guru tentang materi yang
belum difahami.
Berdasakan hasil observasi pada siklus II yang terdiri dari 3
pertemuan, hasil yang di inginkan belum tercapai maka peneliti
memutuskan untuk melanjutkan pada siklus selanjutnya.
Hasil refleksi pada siklus 2 disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hasil Refleksi Pada Siklus 2
Kelebihan Kekurangan Solusi
Aktifnya siswa dalam
melakukan percobaan
Kurang aktifnya siswa dalam
melihat pola
memperkecil kelompok
menjadi lima kelompok,
yang terdiri dari 5-6 siswa
setiap kelompok, yang
dipilih menurut
pengamatan peneliti dan
dibantu oleh guru bidan
studi
Aktifnya siswa dalam
hal menguji jawaban
Tidak beraninya siswa untuk
bertanya langsung
kurang aktifnya siswa dalam
merumuskan masalah
Kurangnya interaksi guru
dengan siswa
3. Tahapan Siklus III
a. Tahap Perencanaan
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus III.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini dibuat sebagai acuan
peneliti untuk menyampaikan materi yang akan diajarkan.
Terdapat tambahan pada RPP siklus III ini yaitu kelompok belajar
diperkecil menjadi 5 kelompok dengan 5-6 orang siswa setiap
kelompoknya.
2) Menyiapkan tempat kelas penelitian.
Tempat penelitian yang disiapkan yaitu ruang kelas VIII SMP
Islam Plus Mardhotilah
62
3) Menyiapkan materi dan bahan ajar untuk setiap pertemuan.
Materi yang disiapkan yaitu lingkaran sebagai pokok bahasan
dengan sub pokok bahasannya adalah pada pertemuan ke-tujuh
materi yang di ajarkan lingkaran dalam segitiga, pada pertemuan
ke-delapan materi yang di ajarkan lingkaran luar segitiga, pada
petemuan ke-sembilan materi yang di ajarkan lingkaran singgung
segitiga. Bahan ajar yang diberikan yaitu Lembar Kerja Siswa
Metode Penemuan Terbimbing (LKSMPT) ini disiapkan sebagai
bahan bacaan siswa.
4) Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru.
Lembar observasi disiapkan pada siklus III untuk mengetahui
apakah aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa dan guru selama
proses pembelajaran lebih meningkat dari siklus II.
5) Menyiapkan soal.
Soal-soal disiapkan untuk mengetahui sejauh mana siswa
memahami materi yang diajarkan, soal-soal ini berbentuk uraian
singkat.
6) Menyiapkan soal tes akhir siklus III
Soal-soal tes akhir siklus ini berupa soal essay sebanyak 5 soal,
soal ini disiapkan sebagai pendukung dari lembar observsi siswa
untuk mengetahui sejauhmana aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran. Soal-soal dan jawaban tes akhir siklus III dapat
dilihat pada lampiran 27 (hal.143).
7) Menyiapkan alat dokumentasi.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan siklus III terdiri dari tiga kali pertemuan dengan
pokok bahasan lingkaran dan garis singgung:
1) Pada pertemuan ke-tujuh materi yang di ajarkan lingkaran dalam
segitiga.
2) Pada pertemuan ke-delapan materi yang di ajarkan lingkaran luar
segitiga
3) Pada petemuan ke-sembilan materi yang di ajarkan lingkaran
singgung segitiga.
63
Adapun uraian proses pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan ke-tujuh / Senin, 16 Februari 2009
Kegiatan belajar mengajar pada pertemuan ke-tujuh dimulai pada
pukul 07.40-09.00. Sebelum proses pembelajaran dilakukan peneliti dan
siswa berdoa bersama dan peneliti mengabsen siswa, siswa yang tidak
hadir pada pertemuan ini ada 2 orang. Selesai berdoa dan mengabsen
peneliti membentuk kelompok baru yang sudah peneliti tentukan
berdasarkan tingkat prestasi siswa dan menyuruh siswa untuk duduk
dengan kelompoknya masing-masing. Materi yang diajarkan adalah
lingkaran dalam segitiga. Sebelum menjelaskan materi tersebut, peneliti
membahas soal-soal tes akhir siklus II dan menanyakan kembali tentang
materi yang belum dimengerti pada siklus II kepada siswa, pada
pertemuan ini sudah terlihat siswa berani untuk bertanya, tetapi masih ada
siswa yang belum berani untuk bertanya langsung, biasanya siswa yang
tidak berani untuk bertanya menyuruh temannya untuk bertanya langsung,
peneliti “ada yang ingin ditanyakan tentang soal-soal siklus II atau materi
yang belum dimengerti?”, siswa “nih..pak si D ingin bertanya”, peneliti
“iya kenapa D ada yang mau ditanyakan”, siswa D “engga pak bukan
saya dia tuh pak yang mau bertanya”.
Sebagaimana pada pertemuan sebelumnya, sebelum peneliti
menyampaikan materi peneliti memberikan LKSMPT sebagai bahan
bacaan siswa dan memberikan lembar observasi guru dan siswa kepada
observser. Selanjutnya peneliti mempersilahkan siswa untuk duduk
dengan kelompoknya masing-masing, lalu peneliti menyampaikan materi
lingkaran dalam segitiga, ketika peneliti sedang menjelaskan ada salah
seorang siswa yang bertanya “pak..saya belum mengerti bisa diulang
engga pak?”, pada pertemuan ini sudah terlihat aktifnya dalam proses
pembelajaran. Selesaikan menyampaikan materi, peneliti menanyakan
kembali kepada siswa tentang penjelasan yang belum dimengerti, pada
pertemuan ke-tujuh ini aktivitas siswa untuk bertanya meningkat, hal ini
disebabkan karena siswa sudah berani untuk bertanya didepan umum.
Selesai menanyakan penjelasan yang belum dimengerti kepada siswa,
peneliti memberikan soal. Ketika siswa sedang menyelesaikan soal yang
64
diberikan suasana kelas tidak terlalu gaduh lagi seperti pertemuan-
pertemuan sebelumnya. Lalu peneliti dan observser keliling untuk
membimbing siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan soal, dengan
bimbingan peneliti dan observser aktivitas siswa untuk menjawab soal
yang diberikan meningkat, siswa menjawab dengan kemampuan yang
dimilliki, tetapi masih ada juga siswa yang ketergantungan jawaban
temannya. Setelah siswa selesai menjawab soal, peneliti menutup
pelajaran dengan mengarahkan siswa untuk mempelajari materi lingkaran
luar segitiga sebagai materi pada pertemuan ke-delapan.
2) Pertemuan ke-delapan / Kamis, 19 Februari 2009
Proses pembelajaran pada pertemuan ke-delapan dimulai pada
pukul 12.40-14.00. Seperi pertemuan sebelumnya, sebelum melakukan
proses pembelajaran peneliti berdoa bersama dan mengabsen siswa, siswa
yang tidak hadir pad pertemuan ini ada 3 orang. Setelah itu, peneliti
menyuruh siswa untuk duduk dengan kelompoknya masing-masing.
Materi yang di ajarkan yaitu lingkaran luar segitiga. Sebelum menjelaskan
materi, seperti biasa peneliti menanyakan materi yang belum difahami
pada pertemuan sebelumnya, pada pertemuan ini keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran sudah lebih terlihat, sekarang siswa sudah tidak takut
untuk bertanya langsung. Setelah itu peneliti memberikan LKSMPT
pertemuan ke-delapan sebagai bahan bacaan siswa, lalu peneliti
menyampaikan materi secara umum, karena peneliti sudah mengarahkan
siswa untuk mempelajari materi pada pertemuan ini. Setelah
menyampaikan materi, peneliti menanyakan materi yang belum difahami,
beberapa siswa berani bertanya tentang materi yang belum dimengerti,
namun masih ada beberapa siswa yang hanya diam, peneliti “apakah ada
yang belum mengerti terhadap materi yang sudah saya jelaskan?”, siswa
“saya pak, saya engga mengerti tentang mencari jari-jarinya”. Selesai
menjelaskan pertanyaan siswa, selanjutnya peneliti memberikan soal untuk
diselesaikan secara berkelompok, ketika siswa sedang menyelesaikan soal-
soal peneliti dan observser berkeliling untuk melihat aktivitas belajar
matematika siswa dan membimbing siswa atau kelompok yang kesulitan
65
untuk menjawab soal yang peneliti berikan, ketika peneliti dan obsevser
keliling ada siswa atau kelompok yang bertanya “pak kesini deh saya mau
tanya...ini pak untuk menghiutng jari-jari lingkarannya gimana pak?”,
peneliti “dijumlahin dulu semuanya lalu di cari akarnay berapa”, siswa
“oh...begitu pak thank U pak”. Pada pertemuan ini siswa yang
bergantung jawaban pada temannya lebih sedikit, stelah siswa selesai
menyelesaikan soal yang diberikan, peneliti menutup pelajaran, seperti
pertemuan sebelumnya peneliti mengarahkan siswa untuk mempelajari
materi lingkaran singgung segitiga untuk pertemuan selanjutnya.
3) Pertemuan ke-sembilan / Jum’at, 20 Februari 2009
proses pembelajaran pada pertemuan ke-sembilan dimulai pada
pukul 09.40-11.00. Sebelum melakukan proses pembelajaran peneliti
berdoa bersama dan mengabsen siswa, siswa yang tidak hadir pada
pertemuan ini ada 1 siswa. Seperti pertemuan sebelumnya, sebelum
menyampaikan materi peneliti menyuruh siswa untuk duduk dengan
kelompoknya masing-masing dan menanyakan materi yang belum
difahami pada pertemuan sebelumnya, pada pertemuan ini pun terlihat
antusias siswa dan siswa tidak merasa malu dan takut untuk bertanya
langsung dengan guru atau peneliti, peneliti “apaka ada yang mau
ditanyakan untuk materi pada pertemuan ke 7 dan 8, karena hari ini kita
akan melaksanakan tes akhir siklus 3, materinya dari pertemuan 7, 8 dan
9?”, siswa “saya pak...saya masih bingung untuk mencari panjang sisi
sebuah segitiga, ituloh pak ada disoal no 3 pertemuan ke 7?”.
Pada pertemuan ke-sembilan ini juga dilaksanakan tes akhir siklus
III. Materi untuk siklus 3 yaitu materi yang sudah dijelaskan pada
pertemuan 7, 8 dan 9. Materi yang diajarkan pada pertemuan 9 yaitu:
lingkaran singgung segitiga. Sebelum peneliti menyampaikan materi,
seperti pertemuan sebelumnya peneliti memberikan LKSMPT pertemuan 9
sebagai bahan bacaan siswa. Peneliti menjelaskan materi secara umum,
karena peneliti sudah mengarahkan siswa untuk mempelajari materi pada
pertemuan ini. Sebelum peneliti menyuruh siswa untuk mengerjaka soal
yang ada pada LKSMPT peneliti menanyakan kepada siswa tentang materi
66
yang belum dimengerti, peneliti “apakah ada yang ingin ditanyakan?”,
siswa “saya pak itu pak untuk mencari S nya gimana pak”, terlihat dari
interaksi peneliti dengan siswa, bahwa siswa sudah aktif dalam proses
pembelajarn dan siswa sudah berani untuk bertanya langsung dengan guru.
Setelah selesai menjelaskan materi yang ditanyakan, peneliti memberikan
soal yang ada di LKSMPT selama 15 menit, lalu peneliti dan observer
berkeliling untuk membimbing siswa yang kesulitan untuk menjawab soal.
Pada pertemuan ini juga dilaksanakan tes akhir siklus III. Soal tes
akhri siklus III berupa soal essay sebanyak 5 soal, waktu yang diberikan
untuk menyelesaikan tes akhir ini adalah 40 menit. Peneliti dan observer
berkeliling untuk melihat aktivitas siswa menyelesaikan tes akhir siklus.
Setelah selesai menjawab soal tes akhir siklus III peneliti menutup
pelajaran, sebelum peneliti menutup pelajaran peneliti memberikan
memanfaatkan waktu yang tersisa untuk memberika angket aktivitas
belajar matematika siswa untuk diisi, setelah siswa selesai mengisi angket
peneliti menutup pelajaran dan mengucapkan terima kasih kepada siswa
atas bantuannya selama peneliti melakukan penelitian disekolah ini.
c. Tahap Observasi
Proses pembelajaran pada siklus III ini sudah berjalan dengan baik,
kondisi kelas lebih kondusif dibandingkan siklus II, siswa lebih aktif
dalam proses pembelajaran dan dalam mengerjakan latihan soal yang ada
LKSMPT, dengan adanya bimbingan ekstra dari peneliti dan observer
siswa-siswa yang lambat memahami materi dapat mengikuti pelajaran
dengan baik karena siswa sudah berani bertanya langsung kepada peneliti
dan observer maupun bertanya dengan temannya serta dengan adanya
bimbingan ekstra dari peneliti dan observer.
67
Hasil pengamatan tentang aktivitas siswa melalui lembar observasi
dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.9Skor Rata-rata Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa
Selama Pembelajaran Pada Siklus III
Keterangan Jumlah Skor Rata-Rata Keseluruhan8 – 14 = Sangat Kurang14 – 20 = Kurang20 – 26 = Cukup26 – 32 = Baik
Pada Tabel 4.9 terlihat bahwa dari 4 dimensi aktivitas yang diamati
melalui lembar observasi pada pertemuan 7, 8 dan 9 skor rata-rata aktivitas
belajar matematika siswa pada siklus III yaitu 27,64 dengan kategori
aktivitas belajar siswa pada tingkat baik. Skor yang diperoleh suda
mencapai target yang diinginkan yaitu dengan skor rata-rata 27. Pada siklus
III ini siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan
siklus-siklus sebelumnya, hal ini dapat terlihat sudah aktifnya siswa untuk
melihat pola yang terjadi dan terlihatnya siswa yang berani bertanya
langsung dengan peneliti atau observser.
No DimensiPertemuan Rata-Rata
Keseluruhan7 8 9
1 Mental Aktifitas 6,72 7,33 7,23 7,1
2 Motor aktifitas 6,28 7,17 7,04 6,83
3 Visual Aktivitas 6,28 7,38 7,24 6,97
4 Oral Aktifitas 6 6,96 7,27 6,74
Jumlah Skor Rata-Rata Keseluruhan 27,64
68
Gambar 6Aktivitas Siswa untuk Bertanya Langsung
Pada pertemuan ke-sembilan ketika pelaksanaan tes akhir siklus
III, siswa tampak aktif dalam mengerjakan soal tes akhir. Ketergantungan
siswa terhadap teman dan mudah menyerah dalam menjawab soal tidak
tampak terlihat dan siswa dapat menyelesaikan soal tes tepat dengan waktu
yang telah ditentukan. Hasil tes tersebut disajikan dalam Tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Siklus 3
Intervalfrekuensi
komulatif (fk)≤
f relatif komulatif(frk) ≤
55-60 1 3,84%61-66 3 11,53%67-72 3 11m53%73-78 7 26,92%79-84 23 88,46%85-90 26 100%
Keterangan:
Jumlah siswa = 26
Rata-rata = 75,69 Nilai tertinggi = 90
Nilai terendah = 55 SD = 6,7
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diperoleh informasi, bahwa nilai
rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 75,69. Nilai rata-rata yang diperoleh
sudah mencapai skor rata-rata yang dinginkan yaitu 75. Pada siklus tiga
ini indikator keberhasilan sudah tercapai, dimana siswa sudah mencapai
skor rata-rata yang dinginkan yaitu 75. Untuk perhitungan statistik skor
69
16
4
2
akhir siklus III dapat dilihat pada lampiran 37 (hal. 155). Hasil tes akhir
siklus II disajikan dalam histogram dan poligon sebagai berikut:
Gambar 7
Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi
Hasil Tes Akhir Siklus III
d.. Tahap Refleksi
Pada siklus III ini kemampuan siswa dalam mamahami materi
pelajaran sudah sangat baik. Adanya perubahan selama pembelajaran pada
siklus III, pembelajaran berjalan lebih kondusif dan siswa lebih aktif
dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus
II. Seluruh siswa tekun dalam mengerjakan latihan sola yang diberikan,
dan siswa sudah lebih berani untuk bertanya apabila ada materi yang tidak
dimengerti.
Berdasarkan pengamatan melalui lembar observasi diperoleh, hasil
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada siklus III sudah baik
dengan skor rata-rata 27,64 dan sudah mencapai kategori aktivitas belajar
matematika siswa baik dibandingkan dengan siklus II, siswa mendapatkan
skor rata-rata 25,24 dengan kategori aktivitas belajar matematika siswa
cukup. Hasil belajar melalui tes akhir siklus III sudah menunjukkan hasil
yang baik, rata-rata nilai tes siswa mengalami peningkatan, pada siklus I
55 60,5 72,5 78,5 84,5 90
1
3
x
y
70
nilai rata-rata yang diperoleh siswa 65.30 dan pada siklus II nilai rata-rata
yang diperoleh siswa 71,2 sedangkan pada siklus III nilai rata-rata yang
diperoleh siswa 75.69. Selain untuk melihat adanya peningkatan aktivitas
belajar matematika siswa, pada hari Kamis 26 Februari 2009 siswa kelas
VIII diberikan kembali angket aktivitas belajar matematika yang sudah
valid. Dari hasil perhitungan didapatkan rata-ratanya 76,3, dengan hasil ini
indikator keberhasilan sudah tercapai. Dengan adanya peningkatan
aktivitas belajar matematika siswa dan indikator keberhasilan sudah
tercapai maka penelitian ini dihentikan pada siklus III sesuai dengan target
yang direncanakan.
Tabel 4.11
Hasil Refleksi Pada Siklus 3
No Kelebihan Kekurangan Solusi
1 Siswa aktif dalam
memahami masalah
kurang aktifnya siswa
dalam merumuskan
masalah
meembimbing
sesuai kemampuan
yang dimiliki siswa
untuk dapat
menyimpulkan
masalah yang
dihadapi agar siswa
bisa mengingat
masalah yang
pernah dihadapinya
2 Siswa aktif dalam
memecahkan
masalah
3 Siswa aktif dalam
merumuskan
masalah
B. Pemeriksaan Keabsahan Data
Instrumen yang digunakan untuk melihat aktivitas siswa belajar
matematika dalam penelitian ini yaitu lembar observasi aktivitas belajar
matematika siswa. Lembar observasi ini diberikan untuk mengetahui aktivitas
siswa dalam belajar matematika. Selain lembar aktivitas, dalam penelitian ini
menggunakan juga instrumen tes, angket dan wawancara sebagai pendukung
untuk mencari data-data yang ingin diperoleh. Untuk instrumen angket
aktivitas belajar matematika siswa sudah divaliditasi oleh dosen pembimbing.
71
Dari 28 pernyataan, pernyataan yang valid sebanyak 20 pernyataan, kemudian
pada hari Kamis 26 Februari 2009 angket yang sudah valid disebarkan
kembali untuk mengetahui apakah ada peningkatan skor aktivitas belajar
matematika.
Peneliti juga mewawancarai guru dan bebrapa siswa, wawancara
ini dilakukan sebelum penelitian dan setelah penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan metode
penemuan terbimbing. Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh valid
dan memiliki keterpercayaan yang tinggi, dilakukan member chek. Dalam
melakukan member chek peneliti memerikas kembali data-data yang diperoleh
dari narasumber selama peneliti melakukan penelitian, sehingga data-data
yang diperoleh benar. Selain melakukan member chek, untuk mendapatkan
data yang absah dilakukan pula teknik triangulasi melalui pengamatan
terhadap aktivitas belajar matematika siswa dengan menggunakan metode
penemuan terbimbing, yang bertujuan untuk menggali data dari sumber yang
sama dengan menggunakan cara yang berbeda. Didalam melakukan
triangulasi peneliti tidak hanya bertanya atau berdiskusi dengan guru
kolabolator tentang hasil observasi yang diperoleh tetapi dengan guru-guru
yang lain. Peneliti juga membaca berulang-ulang data yang diperoleh dan
melakukan reduksi data, yaitu menghilangkan data yang tidak relevan dengan
fokus penelitian. Hal ini bertujuan agar data atau informasi yang diperoleh
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
C. Analisis Data
Tahap analisis data terdiri dari analisi data pada saat dilapangan
dan data yang sudah terkumpul. Untuk data pada saat dilapangan diperoleh
dari berbagai sumber, sedangkan untuk data yang sudah terkumpul diperoleh
dari hasil lembar observasi, hasil angket, hasil tes siswa dan hasil wawancara.
Untuk data hasil lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa
diperoleh, skor awal rata-rata aktivitas siswa belajar matematika sebelum
menggunakan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran yaitu 11,67
dengan kategori aktivitas belajar matematika siswa sangat kurang sedangkan
pada siklus I skor rata-rata yang didapat siswa 17,01 dengan kategori aktivitas
belajar matematika pada siklus I kurang, pada siklus II skor rata-rata yang
72
didapat siswa 25,24 dengan kategori aktivitas belajar matematika siswa cukup,
sedangkan pada siklus III skor rata-rata aktivitas belajar matematika yang
didapat siswa meningkat yaitu 27,64 dengan kategori aktivitas belajar
matematika siswa baik. Dari data yang diperoleh melalui lembar observasi,
menunjukan adanya peningkatan aktivitas belajar matematika siswa dengan
menggunakan metode penemuan terbimbing dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan data hasil angket, diperoleh skor awal rata-rata siswa
sebelum menggunakan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran
yaitu 64.5, sedangakan setelah menggunakan metode penemuan terbimbing
dalam pembelajaran siswa mendapatkan skor rata-rata 76,3, skor rata-rata ini
sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu dengan skor rata-rata 75, bahwa
siswa sudah berani untuk bertanya kepada guru apabila ada materi yang tidak
dimengerti. Untuk data hasil tes siswa, skor awal rata-rata siswa sebelum
menggunakan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran yaitu 57.19,
sedangkan pada siklus I nilai rata-rata yang didapat siswa 65,30, pada siklus II
skor rata-rata yang didapat siswa 71,2, sedangkan pada siklus III skor rata-rata
yang didapat siswa 75.69, skor rata-rata ini sudah mencapai indikator
keberhasilan yaitu dengan skor rata-rata 75. Berdasarkan data-data yang
diperoleh melalui hasil lembar observasi, hasil angket dan hasil tes
menunjukan bahwa ada peningkaan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran.
Selain dari hasil observasi, hail angket dan hail tes untuk
memperoleh data peneliti juga melakukan wawancara kepada guru dan
beberapa siswa, wawancara ini dilakukan sebelum penelitian dan setelah
penelitian. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap
pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan
terbimbing. Hasil wawancara kepada guru sebelum penelitian diperoleh
bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika kurang, walaupun
sudah diberikan perhatian yang ekstra, namun setelah dilakukan pembelajaran
dengan metode penemuan terbimbing guru tersebut berpendapat adanya
peningkatan aktivitas belajar siswa, sedangkan hasil wawancara kepada
beberapa siswa sebelum penelitian, salah satu siswa mengemukakan “saya
kurang aktif dalam belajar dengan metode yang digunakan”. Setelah
penelitian peneliti mewawancarai kembali untuk mengetahui respon siswa
73
17,01 25,24 27,64Skor Rata-rata aktivitas siswa
terhadap metode penemuan terbimbing, siswa yang peneliti wawancarai
mengemukan seneng dengan metode penemuan terbimbing, karena bisa
mengeluarkan kemampuanya dalam menyelesaikan masalah dan bisa lebih
berani untuk bertanya apabila ada materi yang tidak dimengerti.
D. Interpretasi Hasil Analisis
Berdasarkan hasil analisis data dipeorleh bahwa, pada siklus I dari
hasil pengamatan menunjukkan aktivitas belajar matematika siswa masih
rendah, namun pada siklus II dan siklus III aktivitas belajar matematika siswa
sudah meningkat. Ini menunjukan bahwa adanya pembelajaran dengan
menggunakan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas
belajar matematika siswa.
Tabel 4.12
Skor rata-rata
Lembar Observasi Aktivitas Belajar Matematika SiswaSiklus Rata-rata Kategori
I 17,01 Aktivitas kurang
II 25,24 Aktivitas cukup
III 27,64 Aktivitas baik
Gambar 8
Diagram Batang Hasil Skor Rata-rata Aktivitas
Melalui Lembar Observasi
Siklus I
Siklus II
Siklus III
74
65,3 71,2 75,69Skor Akhir Siklus
Berdasarkan tabel 4.12 diperoleh rata-rata skor aktivitas belajar
siswa melalui lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa pada siklus
I yaitu 17,01, sedangkan pada siklus II skor rata-rata aktivitas belajar
matematika siswa yaitu 25,24 dan pada siklus III skor rata-rata aktivitas
belajar matematika siswa yaitu 27,64. Ini menunjukan adanya peningkatan
aktivitas belajar matematika siswa. Ini menunjukan bahwa siswa sudah
menunjukan aktif dalam proses pembelajaran dengan diberinya tindakan
pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing.
Tabel 4.13
Nilai Rata-rata Hasil Tes Akhir Siklus
Siklus Nilai SD
I 65,3 9,8
II 71,2 9,6
III 75,69 6,7
Gambar 9
Diagram Batang Hasil Skor Rata-rata Tes Akhir Siklus
Berdasarkan tabel 4.13 hasil tes belajar matematika yang diperoleh
dari siklus 1, 2 dan 3 terlihat mengalami peningkatan yang cukup baik. Rata-
rata tes akhir siklus I sebesar 65,3 dan mengalami peningkatan berturut-turut
dari siklus II sampai siklus III yaitu 71,2 dan 75,69. Peningkatan rata-rata dari
siklus I ke siklus II sebesar 5,9 dan dari siklus II ke siklus III sebesar 4,49,
Siklus I
Siklus II
Siklus III
75
sedangkan dari hasil skor rata-rata angket aktivitas belajar matematika siswa
mendapat 76,3.
Jadi berdasarkan hasil lembar observasi yang didukung oleh hasil
angket dan hasil tes yang diberikan pada siswa, terlihat bahwa metode
penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.
Hasil wawancara terhadap beberapa siswa yang diperoleh
informasi bahwa pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing
memberikan nuansa belajar yang baru bagi siswa, siswa lebih aktif dalam
pembelajaran. Seperti pernyataan yang dikatakan seorang siswa bahwa dia
senang belajar dengan metode penemuan terbimbing, siswa tersebut bisa
langsung bertanya kepada guru tanpa rasa malu dan takut.
E. Pembahasan Temuan Penelitian
1. Metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran dapat
meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa
Metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran dapat
meningkatkan aktivitas siswa belajar matematika, karena memang prinsip
dari metode ini adalah membimbing dan mengarahkan siswa untuk aktif
dalam prose pembelajaran, siswa tidak hanya mendengar penjelasan guru
namun siswa juga aktif untuk bertanya dan dalam menyelesaikan soal
siswa tidak hanya mendengarkan bimbingan dari guru namun siswa ikut
juga untuk menemukan jawabanya.
Peningkatan aktivitas dilihat dari hasil skor rata-rata lembar
observasi, dari hasil lembar observasi diawal siklus siswa mendapat skoir
rata-rata 11,67, sedangkan diakhir siklus adanya peningkatan siswa
mendapat skor rata-rata 27,64.
2. Metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa
Seiring dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa dengan
metode penemuan terbimbing dalam proses pembelajaran maka hasil
belajar siswa juga mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar
siswa terlihat dari hasil tes akhir siklus I, siklus II dan siklus III yang nilai
76
rata-ratanya meningkat, pada siklus nilai rata-rata siswa 65,3, pada siklus
II nilai rata-rata yang diperoleh siswa 71,2, sedangkan pada siklus III nilai
rata yang diperoleh siswa 75,69, ini menunjukan adanya peningkatan nilai
rata-rata.
3. Penggunaan lembar kerja siswa metode penemuan terbimbing
(LKSMPT) dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam mengerjakan
tugas
Hal ini berdasarkan hasil pengamatan yaitu bahwa siswa sangat
menyukai LKSMPT yang diberikan guru karena memudahkan siswa
dalam mengerjakan tugas. Penggunaan LKSMPT juga sangat efektif dan
membantu guru untuk lebih banyak memanfaatkan waktu belajar.
4. Kaitan penggunaan metode penemuan terbimbing untuk
meningkatkan aktivitas dengan penggunaan metode terbimbing
untuk mengetahui perbandingan hasil belajar yang menggunakan
metode ekspositori
Penggunaan metode penemuan terbimbing yang peneliti lakukan
dalam proses pembelajaran dapat meningatkan aktivitas belajar
matematika siswa. Penggunaan metode penemuan terbimbing juga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian Iman
Sukirman yang berjudul Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa
antara Siswa yang Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing dengan
Siswa yang Menggunakan Metode Ekspositori. Hasil penelitian adalah
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang
menggunakan metode penemuan terbimbing dengan metode ekspositori
77
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian selama 3 siklus dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan
aktivitas belajar matematika, karena siswa lebih aktif dalam proses
pembelajaran. Di dalam menggunakan metode penemuan terbimbing
dalam proses pembelajaran guru hanya memberikan bimbingan yang
seminimal mungkin kepada siswa agar siswa bisa aktif dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
2. Hasil belajar matematika siswa dengan metode penemuan terbimbing
meningkat, meningkatnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari aktifnya
siswa dalam memahami masalah yang dihadapinya dan memecahkan
masalahnya.
78
B. Saran
Sesuai dengan hasil penelitian dan kesimpulan sebagai akhir dari
skripsi ini, ada beberapa saran menggunakan metode penemuan
terbimbing dalam pembelajaran matematika:
1. Hendaknya guru dalam menggunakan metode penemuan terbimbing lebih
bisa membimbing dan mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran, agar siswa lebih konsentrasi pada bahan ajar.
2. Guru harus tahu kondisi awal siswa dalam menggunakan metode
penemuan terbimbing agar pengelolaan kelas dan aktivitas siswa bisa
berjalan dengan baik.
3. Untuk pemberian soal-soal latihan, sebaiknya guru memberikan cara
penyelesaian yang seminimal mungkin agar siswa lebih aktif untuk
menemukan solusinya sendiri.
79
DAFTAR PUSTAKA
A. M Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007)
Arikunto Suharsimi,dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT BumiAksara, 2006)
Dalyono M, Psikologi Pendidkan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), cet ke4
Djamarah Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, ( Jakarta: PT Rineka Cipta,2002 ), cet 1
Harefa Andreas, Sekolah Saja Tidak Pernah Cukup, (Jakarta: GramediaPustaka Utama, 2002)
Krismanto Al dan Widyaiswara, Beberapa Teknik Model, dan StrategiDalam Pembelajaran Matematika, ( Yogyakarta: 2003 )
Kurniawati Lia, Dalam Algoritma Juranal Matematika dan PendidikanMatematika, (Jakarta: Cemed, 2006), cet ke 1
N.K Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2001), cet ke 8
Purwanto Ngalim M., Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung :PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke 15
Sobel MAX A dan Guan M. Maletsky, Mengajar Matematika, (Jakarta :Erlangga, 2004), Cet ke 3
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2003), Cet ke 4
Suherman Erman, et al. Common Text Book; Strategi PembelajaranMatematika Kotemporer, (Bandung: UPI, 2003)
Sumarmi, Strategi Belajar Mengajar Geografi, (Malang: DepartemenPendidikan Nasional UM Malang, 2002)
Suryosubroto B, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : PTRineka Cipta, 2002), Cet ke 2
Usman Mohammad Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PTRemaja Rosdakarya, 2008), cet ke 22
UU RI No 20 Th 2003, Sistem pendidikan nasional, (Jakarta : SinarGrafika, 2006), cet ke 3