PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

145
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN MINAT BELAJAR ( Sebuah Studi Kasus Pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen, Tahun Pelajaran 2010/2011) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Biologi Oleh : TRI WAHYUNI NIM. S831002064 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

Page 1: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN NHT

(NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA PEMBELAJARAN

BIOLOGI DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL

DAN MINAT BELAJAR

( Sebuah Studi Kasus Pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen, Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Biologi

Oleh :

TRI WAHYUNI NIM. S831002064

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011

Page 2: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN NHT

(NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN MINAT BELAJAR

( Sebuah Studi Kasus Pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011)

Oleh Tri Wahyuni

NIM. S831002064

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Pembimbing I Prof. Drs. Sutarno, M.Sc.,Ph.D. ...................... ...............

NIP. 19600809 198612 1 001

Pembimbing II Dra. Suparmi, MA., Ph.D. ....................... ............... NIP. 19520915 197603 2 001

Mengetahui Ketua Program Studi pendidikan Sains,

Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 19520116 198003 1 001

Page 3: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENGESAHAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN NHT

(NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN MINAT BELAJAR

( Sebuah Studi Kasus Pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011)

Oleh Tri Wahyuni

NIM. S831002064

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Telah disahkan oleh Tim Penguji Tanggal : 2011

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Ketua : Prof. Dr. H.Widha Sunarno, M.Pd. ....................... ...............

Sekretaris : Prof. Dr. H. Ashadi ...................... ............... Anggota : 1. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D. ...................... ............... 2. Dra. Suparmi, M.A., Ph.D. ...................... ...............

Mengetahui

Direktur Ketua Program Pascasarjana, Program Studi pendidikan Sains, Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D. Prof. Dr. H.Widha Sunarno, M.Pd. NIP.19570820 198503 1 004 NIP. 19520116 198003 1 001

Page 4: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

SURAT PERNYATAAN

Dengan puji syukur kepada Allah SWT., yang bertanda tangan di bawah ini

saya :

Nama : TRI WAHYUNI

NIM : S831002064

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya yang berjudul

“PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN NHT

(NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN MINAT BELAJAR ( Sebuah Studi

Kasus Pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen

Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah benar-benar karya sendiri.

Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh.

Surakarta, April 2011

Yang Membuat Pernyataan,

TRI WAHYUNI NIM. S831002064

Page 5: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

“Orang yang cerdas adalah yang bisa mengendalikan nafsunya dan beramal untuk kepentingan

setelah mati, sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang senantiasa memperturutkan hawa

nafsunya dan hanya mengharapkan sesuatu dari Allah ta’ala tanpa usaha beribadah”.

“Hidup sekali, hiduplah yang berarti”.

Page 6: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN “Teriring untaian doa dan sanjungan rasa syukur atas nikmat dan karunia Allah SWT,

kupersembahkan karya sederhana ini teruntuk :

kedua orang tuaku,

Suamiku tercinta,

ketiga buah hatiku,

Saudara-saudaraku, Sahabat-sahabatku seperjuangan

yang telah memberikan semangat,dukungan, dan doa dalam menggapai cita-citaku”

Page 7: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memercikkan setetes dari keluasan lautan ilmu-Nya sehingga penulis mampu

menyelesaikan Tesis berjudul :” PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO

DANCING DAN NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA

PEMBELAJARAN BIOLOGI DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN

MINAT BELAJAR” (Sebuah Penelitian Eksperimen Pada Pokok Bahasan Ciri-Ciri

Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen), untuk

memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Pendidikan Program

Studi Pendidikan Sains, Minat Utama Pendidikan Biologi, Fakultas Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tesis ini dapat terwujud berkat bimbingan dan dukungan dari pembimbing dan

banyak pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana, yang

telah memberikan dukungan dalam penyusunan tesis kepada penulis.

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Sains, yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang sangat berharga

dalam penyusunan tesis penulis.

3. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc.,Ph.D., sebagai pembimbing I penyusunan tesis penulis

yang telah memberikan bimbingan, arahan dan dukungan moril kepada penulis

mulai dari persiapan hingga selesainya tesis ini.

4. Dra. Suparmi, M.A., Ph.D., sebagai pembimbing II penyusunan tesis penulis

yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan moril kepada penulis

mulai dari persiapan hingga selesainya tesis ini.

Page 8: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

5. Dr. Suciati Sudarisman, M.Pd., selaku dosen Problematika Pendidikan Sains,

Kapita Selekta Pendidikan Sains, dan Penelitian Pendidikan Sains yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan koreksi kepada penulis dalam menyusun

proposal penelitian.

6. Para Dosen Pengampu Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas Pascasarjana,

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pendalaman ilmu

kepada penulis.

7. Para karyawan Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas Pascasarjana yang

selalu memberi bantuan demi kelancaran penyelesaian proposal ini.

8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas

Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berbagi dan

memberikan motivasi dalam banyak hal selama menjalani pendidikan.

9. Suami Sugianto, S.Pd. dan ketiga putri tercinta; Meiki Anissah NH., Dheiwa

Safira NS., Fadlila Qolbi NA., yang selalu memberikan semangat dan dukungan

kepada penulis hingga tesis ini dapat diselesaikan.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu terlaksananya penyusunan tesis ini.

Semoga segala bimbingan, arahan, dukungan dan motivasi yang diberikan

semua pihak kepada penulis mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis berharap tesis ini dapat mengantarkan penulis untuk mendapatkan derajat

Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas Pascasarjana,

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, April 2011

Penulis

Page 9: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................ ...i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN ........................................................................................ iv

MOTTO .................................................................................................................... v

PERSEMBAHAN .................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................ vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... . ix

DAFTAR TABEL .....................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xiv

ABSTRAK ............................................................................................................. xvi

ABSTRACT ............................................................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........ …………….........................................................1

B. Identifikasi Masalah …………….....................................................................9

C. Pembatasan Masalah......................................................................................... 10

D. Perumusan Masalah .................. ……………....................................................11

E. Tujuan Penelitian .................. ……………........................................................11

F. Manfaat Penelitian ............... …………….........................................................12

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Teori Belajar ........................ ………………………………………............14

2. Pembelajaran dan Pengajaran ………………………………………..........20

3. Model Pembelajaran ......... ………………………………………………..21

4. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ..................................... 24

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing ....................................... 29

6. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) ............ 31

Page 10: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

7. Interaksi Sosial ……………………………………………………………32

8. Minat Belajar................................................................................................ 36

9. Hasil Belajar....... …………………………………………………………..39

10. Hakekat Biologi .......................................................................................... 40

11. Materi Pembelajaran Ciri-Ciri Makhluk Hidup ................ .…………..........42

B. Penelitian Yang Relevan ……………………………………….....................63

C. Kerangka Berpikir ……………………………………………………...........68

D. Hipotesis …………..…………..……………………………………….........73

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian... ………………………………………............74

B. Metode Penelitian ............................................................................................ 75

C. Variabel Penelitian ........................................................................................... 76

D. Definisi Operasional ........................................................................................ 76

E. Populasi dan Sampel.................... ………………………………….….......... .78

F. Instrumen Penelitian ........................................................................................ 78

G. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 79

H. Pengujian Instrumen ........................................................................................ 80

I. Teknik Pengukuran .......................................................................................... 87

J. Teknik Analisa Data ........................................................................................ 88

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ............................................................................................. .....90

B. Uji Prasyarat Analisis ...................................................................................... 99

C. Pengujian Hipotesis ...................................................................................... 102

D. Pembahasan Hasil Analisis ........................................................................... 105

E. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 118

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................................... 120

B. ImplikasiHasil Penelitian ............................................................................... 124

C. Saran ............................................................................................................. 124

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................127

LAMPIRAN ...........................................................................................................131

Page 11: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

3.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ........................................................................74

3.2. Desain Faktorial 2x2x2 ...................................................................................75

3.3. Interpretasi Validitas Soal ................................................................................81

3.4. Hasil Uji Validitas Instrumen ..........................................................................82

3.5. Interpretasi Reliabilitas Soal ............................................................................84

3.6. Hasil Uji Reliabilitas ........................................................................................84

3.7. Klasifikasi Taraf Kesukaran ............................................................................85

3.8. Hasil Uji Taraf Kesukaran ...............................................................................86

3.9. Interpretasi Daya Pembeda ..............................................................................87

3.10. Hasil Uji Daya Pembeda ..................................................................................87

4.1. Diskripsi Data Hasil Belajar Ranah Kognitif Peserta Didik dalam Model

Pembelajaran ....................................................................................................90

4.2. Data Sikap Kooperatif ......................................................................................91

4.3. Distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen I..........92

4.4. Distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen II ........93

4.5. Diskripsi Sebaran Data Keseluruhan ................................................................94

4.6. Rerata Hasil Belajar ..........................................................................................94

4.7. Diskripsi Data Interaksi Sosial .........................................................................95

4.8. Distribusi Frekuensi Data Interaksi Sosial Tinggi ............................................96

4.9. Distribusi Frekuensi Data Interaksi Sosial Rendah ..........................................96

4.10. Diskripsi Data Minat Belajar .. .........................................................................98

4.11. Distribusi Frekuensi Data Minat Belajar Tinggi ................................ .............98

Page 12: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

4.12. Distribusi Frekuensi Data Minat Belajar Rendah ............................................98

4.13. Hasil Uji Normalitas Pembelajaran Kooperatif ..............................................100

4.14. Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Ditinjau dari Interaksi Sosial ..................100

4.15. Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Ditinjau dari Minat Belajar .....................101

4.16. Hasil Uji Homogenitas ....................................................................................102

4.17. Hasil Uji Anava ...............................................................................................103

Page 13: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

2.1. Lintasan Oksidasi Piruvat ................................................................................47

2.2. Siklus Asam Sitrat .............................………………………………...……...49

2.3. Lintasan Detail Siklus Kreb’s ..........................................................................50

2.4. Ringkasan alur Glukoneogenesis ...……………………………….………….52

2.5. Siklus Urea .. …………………………………………………………………55

2.6. Sel Target .........................................................................................................56

2.7. Cara Hormon Mencapai Sel Target .................................................................57

4.1. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Eksperimen I ………………………92

4.2. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Eksperimen II ……………………...93

4.3. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Interaksi Sosial Tinggi ………….….97

4.4. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Interaksi Sosial Rendah ...……….…97

4.5. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Minat Belajar Tinggi .......................99

4.6. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Minat Belajar Rendah ……...……...99

Page 14: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Silabus ........................................................................................................ 131

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

a. RPP Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing ............................ 133

b. RPP Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ................................................ 147

3. Lembar Kegiatan Peserta Didik...................................................................... 160

4. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar ............................................................................. 163

5. Soal Tes Hasil Belajar .................................................................................... 164

6. Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar ................................................................... 170

7. Lembar Jawab Tes Hasil Belajar .................................................................... 171

8. Kisi-Kisi Interaksi Sosial Peserta Didik ......................................................... 172

9. Instrumen Interaksi Sosial Peserta Didik........................................................ 173

10. Lembar Jawab Interaksi Sosial Peserta Didik ................................................ 176

11. Kisi-Kisi Minat Belajar Peserta Didik............................................................ 177

12. Instrumen Minat Belajar Peserta Didik .......................................................... 179

13. Lembar Jawab Minat Belajar Peserta Didik .................................................. 182

14. Rubrik Penilaian Sikap Kooperatif ................................................................ 183

15. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran Tes Hasil

Belajar ............................................................................................................ 184

16. Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Interaksi Sosial .................................... 186

17. Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Minat Belajar ...................................... 188

18. Data Induk Kelas Bamboo Dancing .............................................................. 190

19. Data Induk Kelas NHT .................................................................................. 191

20. Foto Try-out ................................................................................................... 192

21. Foto Kelas Bamboo Dancing ......................................................................... 193

22. Foto Kelas NHT ............................................................................................. 194

23. Data Normalitas, Homogenitas Hasil Belajar ................................................ 196

24. Data T-test ...................................................................................................... 198

25. Hasil Try-out .................................................................................................. 199

26. Jawaban Hasil Belajar Peserta Didik.............................................................. 205

Page 15: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

27. Jawaban Interaksi Sosial Peserta Didik ......................................................... 209

28. Jawaban Minat Belajar Peserta Didik ............................................................ 213

29. Hasil Penilaian Sikap Kooperatif ................................................................... 217

30. Daftar Hadir Peserta Didik ........................................................................... 221

31. Surat Permohonan Ijin Penelitian .................................................................. 228

32. Surat Ijin Uji Coba Instrumen Penelitian ....................................................... 229

33. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Uji Coba Instrumen Penelitian ....... 230

34. Surat Ijin Penelitian ....................................................................................... 231

Page 16: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

ABSTRAK

Tri Wahyuni. S831002064. “Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing dan NHT (Numbered Heads Together) pada Pembelajaran Biologi Ditinjau dari Interaksi Sosial dan Minat Belajar.” ( Sebuah Studi Kasus pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen) Tesis. Pembimbing : 1) Prof.Drs.Sutarno,M.Sc.,Ph.D. 2) Dra.Suparmi, MA.,Ph.D. Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT terhadap hasil belajar biologi; (2) Pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (3) Pengaruh minat belajar tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (4) Interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (5) Interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (6) Interaksi antara interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap prestasi belajar biologi; (7) Interaksi model pembelajaran kooperatif dengan interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil biologi.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilaksanakan pada bulan Juni 2010 – Maret 2011. Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Tangen, Kabupaten Sragen semester gasal tahun pelajaran 2010/2011. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik cluster random sampling yang terdiri dari dua kelas. Satu kelas eksperimen I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan satu kelas eksperimen II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pengumpulan data menggunakan teknik tes untuk hasil belajar ranah kognitif, rubrik penilaian sikap kooperatif untuk ranah afektif, angket untuk interaksi sosial dan minat belajar peserta didik. Uji hipotesis penelitian menggunakan Anava dengan desain faktorial 2x2x2 dengan bantuan software SPSS 12. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup; (2) Terdapat pengaruh interaksi sosial (tinggi dan rendah) terhadap hasil belajar biologi; (3) Terdapat pengaruh minat belajar (tinggi dan rendah) terhadap hasil belajar biologi; (4) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (5) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (6) Tidak terdapat interaksi antara interaksi sosial dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (7) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif, interaksi sosial, dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi. Kata Kunci : Pembelajaran kooperatif, Bamboo Dancing, NHT, interaksi sosial, minat belajar, hasil belajar, Ciri-Ciri Makhluk Hidup.

Page 17: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

ABSTRACT

Tri Wahyuni. S831002064. “Cooperative Learning Using Bamboo Dancing and Numbered Heads Together (NHT) Type on Biology Learning overviewed from Social Interaction and Learning Interest.” (A Case Study on Living Things Characteristics Material for student in Grade VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen academic year 2010/2011) Thesis. Advisors: 1) Prof. Drs. Sutarno, M.Sc.,Ph.D. 2) Dra. Suparmi, M.A.,Ph.D. Science Education Program, Post Graduate Program, Sebelas Maret University Surakarta, 2011. The purposes of the research were to find out: (1) The effect of the use of cooperative learning model Bamboo Dancing and NHT type towards student’s achievement; (2) The effect of student’s social interaction towards student’s achievement; (3) The effect of student’s learning interest towards student’s achievement; (4) Interaction between cooperative learning model and student’s social interaction towards student’s achievement. (5) Interaction between cooperative learning model and student’s learning interest towards student’s achievement. (6) Interaction between student’s social interaction and students learning interest towards student’s achievement. (7) Interaction between cooperative learning model, student’s social interaction, and student’s learning interest towards student’s achievement. The research used experimental method which carried out in June 2010-March 2011. The populations of this research were all students in grade VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen, semester 1 year 2010/ 2011. Sample of this research was determined by clusters random sampling technique consisting of two classes. An experimental class I used cooperative learning model Bamboo Dancing type and an experimental class II used cooperative learning model Numbered Heads Together type. The data was collected using test for student’s achievement, observation sheet for affective, and questionnaires for social interaction and learning interest. Hypotheses were tested using ANOVA with 2x2x2 factorial design using SPSS 12 software. The result of this research indicated that: (1) There was an effect of the use of cooperative learning model throught Bamboo Dancing and Numbered Heads Together type towards student’s achievement on Living Things Characteristics material; (2) There was an effect of student’s social interaction (high and low) towards student’s achievement; (3) There was an effect student’s learning interest (high and low) towards student’s achievement; (4) There was not any interaction between cooperative learning model and student’s social interaction towards student’s achievement; (5) There was not any interaction between cooperative learning model and student’s learning interest towards student’s achievement; (6) There was not any interaction between student’s social interaction and student’s learning interest towards student’s achievement; (7) There was not any interaction between cooperative learning model, student’s social interaction, and student’s learning interest towards student’s achievement. Keywords: Cooperative learning, Bamboo Dancing, NHT, social interaction, learning interest, student’s achievement, Living Things Characteristics.

Page 18: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

Page 19: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan bangsa.

Pengembangan bangsa itu akan dapat diwujudkan secara nyata dengan usaha

menciptakan ketahanan nasional dalam rangka mencapai cita-cita bangsa. Mengingat

hal itu, maka sistem pendidikan akan diarahkan kepada perwujudan keselarasan,

keseimbangan dan keserasian antara pengembangan kuantitas dan pengembangan

kualitas serta aspek lahiriah dan aspek rohaniah. Itulah sebabnya pendidikan nasional

kita dirumuskan sebagai usaha sadar untuk membangun manusia Indonesia

seutuhnya.

Pentingnya pendidikan IPA dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

sekarang ini dan di masa mendatang diharapkan dapat sesuai dengan pelaksanaan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah, dengan adanya KTSP ini

akan memungkinkan sekolah dapat menyesuaikan program pendidikannya dengan

kebutuhan dan potensi yang dimiliki. Sekolah sebagai unit penyelenggara pendidikan

dituntut untuk mengembangkan pembelajaran IPA dengan memperhatikan

perkembangan dan tantangan masa depan, seperti perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi,serta globalisasi. Khususnya berkaitan dengan perubahan perilaku dan

moral manusia.

Untuk mengantisipasi tuntutan global dan kemajuan IPTEK maka

pembelajaran IPA ditujukan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap

materi IPA serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Agar Biologi

1

Page 20: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

dapat diajarkan sesuai dengan hakikatnya, maka terlebih dahulu guru Biologi harus

memahami dengan baik hakikat IPA. Disamping itu guru Biologi juga harus

memahami dengan baik karakteristik materi Biologi, kondisi peserta didik serta

keterampilan dasar mengajar seperti , kemampuan memilih dan menggunakan media

atau model pembelajaran, serta menguasai materi pelajaran.

Mengajarkan ilmu kepada peserta didik dikatakan baik kalau memenuhi

kriteria, yaitu sesuai dengan hakikat ilmu itu dan sesuai dengan pengetahuan tentang

bagaimana peserta didik belajar. IPA sebagai ilmu juga harus diajarkan sesuai

dengan hakikat IPA dan teori belajar yang mendasari pembelajaran IPA itu. Adapun

hakikat IPA terdiri atas tiga komponen, yaitu (1) sikap ilmiah, (2) proses ilmiah, dan

(3) produk ilmiah.

Berdasarkan hakikat IPA di atas, maka proses atau keterampilan proses

merupakan bagian dari pembelajaran Biologi, begitu pula sikap ilmiah dan materi

yang dipelajari. Sikap ilmiah yang dikembangkan dalam pembelajaran Biologi secara

luas bertujuan untuk mengembangkan kepribadian peserta didik. Proses ilmiah atau

metode ilmiah sebagai perangkat keterampilan kompleks yang harus dikuasai dalam

pembelajaran Biologi. Proses ini misalnya pengamatan dan eksperimen, sedangkan

sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur pada saat mengumpulkan dan menganalisis

data. Dengan menggunakan sikap dan proses ilmiah maka akan diperoleh produk

ilmiah yang berupa fakta, konsep, dan teori. Semua itu terjadi dalam pembelajaran

Biologi.

Hasil belajar di SMP Negeri 2 Tangen, khususnya untuk mata pelajaran IPA

tahun pelajaran 2009/2010 masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 60

yaitu diperoleh rerata 55. Selain itu, hasil ulangan peserta didik sebelum materi Ciri-

Page 21: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Ciri Makhluk Hidup, peserta didik yang tuntas dalam pembelajaran hanya mencapai

46%. Hal ini diprediksi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor guru dan

peserta didik. Pertama, ditinjau dari faktor gurunya. Pembelajaran IPA (Biologi) di

SMP Negeri 2 Tangen cenderung bersifat deklaratif. Akibatnya, peserta didik

menjadi pasif, pembelajaran membosankan dan tidak menarik. Hal ini tidak sesuai

dengan hakekat pendidikan IPA, yang tidak hanya mengutamakan produk atau hasil

tetapi lebih berorientasi pada proses pembelajaran dan sikap dalam pembelajaran.

Selain itu, meski secara keilmuan terjadi perubahan-perubahan (perkembangan)

dalam pembelajaran IPA, namun kenyataannya pembelajaran IPA (Biologi) di SMP

Negeri 2 Tangen masih cenderung berorientasi pada guru (teacher centered ). Guru

masih menekankan pada perannya sebagai penyampai materi pelajaran

(transformator), sehingga hasil belajar yang dicapai dalam kegiatan belajar

mengajar belum sesuai yang diharapkan atau masih di bawah KKM.

Dalam proses belajar mengajar, penguasaan materi, penguasaan metode dan

teknik mengajar oleh guru merupakan faktor utama, selain faktor gaya mengajar,

dan kepribadian guru sendiri. Kecenderungan guru mengajar selama ini kurang

menggunakan metode yang bervariasi, sehingga suasana belajar nampak sangat

monoton dan membosankan. Guru juga belum melaksanakan perannya sebagai

mediator dan fasilitator sesuai anjuran yang terdapat dalam Permendiknas nomor 16

tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Hal ini

mengakibatkan interaksi antara guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan

peserta didik sangat kurang. Akibatnya, lingkungan belajar yang tercipta juga kurang

Page 22: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

harmonis, walaupun lingkungan secara fisik di sekolah sangat mendukung. Keadaan

ini akan menghambat keberhasilan pembelajaran. Hal tersebut relevan dengan

pernyataan Herawati Susilo (2000) bahwa ”kunci keberhasilan belajar adalah

partisipasi aktif peserta didik”. Sementara menurut Bloom dalam Herawati Susilo

(2000:2.3) menyatakan bahwa besarnya partisipasi aktif peserta didik dalam belajar

merupakan petunjuk yang baik tentang kualitas mengajar.

Guru cenderung hanya mengembangkan aspek kognitif saja, sementara dalam

pembelajaran IPA ada tiga aspek yang harus dikembangkan yaitu aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor. Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi (Minds on).

Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi

berbeda dengan penalaran. Aspek afektif menurut Krathwohl & Bloom dkk dalam

Aunurrahman (2009:51), terdiri dari tujuh jenis/kategori perilaku yaitu, penerimaan,

partisipasi, penilaian, atau penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan hidup

(Heart on). Sedangkan, menurut Simpson dalam Aunurrahman (2009:52) psikomotor

yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi,

kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola

gerakan dan kreativitas ( Hands on).

Kedua, ditinjau dari faktor peserta didiknya. Pembelajaran biologi menuntut

adanya peran aktif peserta didik, karena salah satu karakteristik biologi adalah

adanya proses ilmiah yang diperoleh melalui kegiatan pengamatan atau eksperimen.

Peserta didik di SMP Negeri 2 Tangen, belum dapat berpartisipasi aktif dalam proses

belajar mengajar. Peserta didik dalam pembelajaran masih bersifat individual, pasif,

Page 23: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

dan kurang bergairah. Kondisi ini dapat dilihat dari kecenderungan peserta didik

terhadap beberapa hal, antara lain : peserta didik hanya menerima informasi/materi

dari guru secara pasif, peserta didik kurang menyenangi mata pelajaran Biologi dan

lebih menyenangi pembelajaran yang bersifat fisik (olahraga), minat belajar rendah,

kurang mampu bekerja sama dan kemampuan memahami konsep-konsep biologi

rendah.

Apabila permasalahan di atas tidak teratasi dengan baik , maka akan berdampak

pada lingkup yang lebih besar. Harapan pendidikan di Indonesia untuk mewujudkan

pembelajaran yang bermakna hanya akan menjadi slogan. Ini merupakan tugas besar

guru untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pembelajaran biologi yang terjadi

di kelasnya.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka guru dituntut untuk lebih kreatif dan

inovatif dalam merancang pembelajaran, sehingga kualitas mengajar menjadi lebih

baik. Dalam hal ini model pembelajaran yang digunakan oleh guru diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar. Selain itu model pembelajaran yang digunakan guru juga

diharapkan dapat memberi keadilan bagi peserta didik kelompok bawah maupun

kelompok atas. Selain itu, model pembelajaran juga diharapkan dapat

mengembangkan ketrampilan kerjasama untuk dapat menggali pengetahuan sesama

teman secara bebas.

Keberhasilan dalam proses pembelajaran biologi juga dipengaruhi oleh faktor

minat dan interaksi sosial peserta didik. Minat sebagai pernyataan psikis yang

menunjukkan adanya pemusatan perhatian terhadap suatu materi pelajaran karena

obyek tersebut menarik bagi dirinya. Pemusatan perhatian dalam proses

Page 24: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

pembelajaran sangat diperlukan, karena kehadiran minat belajar dalam pribadi

seseorang akan merangsang keinginan untuk belajar yang lebih besar Minat adalah

juga sebagai daya penggerak di dalam diri untuk melakukan aktivitas tertentu demi

tercapainya suatu tujuan. Oleh karena itu, guru diharapkan selalu dapat mengelola

keadaan psikis peserta didiknya agar dapat menumbuhkan minat belajar yang tinggi.

Hanya peserta didik yang memiliki minat belajar yang tinggi yang dapat mengikuti

dengan seksama proses pembelajaran, sehingga kompetensi dasar dapat dicapai

secara optimal. Hal ini juga selaras dengan pendapat Baharuddin dan Esa Nur W.

(2007:24) yang menyatakan bahwa untuk membangkitkan minat belajar peserta didik

diantaranya dengan cara membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin

dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang

membebaskan peserta didik untuk mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan

seluruh domain belajar peserta didik ( kognitif, afektif, dan psikomotorik). Hal ini

sesuai dengan hakikat pembelajaran biologi yang mengacu pada aspek-aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karenanya, guru biologi dituntut untuk

dapat menciptakan situasi pembelajaran yang menarik agar dapat memotivasi peserta

didik.

Interaksi sosial peserta didik juga penting dalam keberhasilan proses

pembelajaran. “Interaksi sosial peserta didik merupakan hubungan-hubungan sosial

yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang-perorangan, antara

kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok

manusia”. (Soerjono Sukanto. 2007 : 55 ).Thibaut dan Kelley dalam M. Asrori.

(2008:107 mendefinisikan interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu

Page 25: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil

satu sama lain, atau berkomunikasi satu sama lain. Sementara Chaplin dalam M.

Asrori (2008:107) menyatakan bahwa interaksi merupakan hubungan sosial antara

beberapa individu yang bersifat alami dimana individu-individu itu saling

mempengaruhi. Interaksi sosial dapat terjadi apabila dua individu atau kelompok

terdapat kontak sosial dan komunikasi. Jadi, dalam proses pembelajaran apabila

tanpa adanya interaksi sosial tidak akan tercapai seperti yang diharapkan. Dengan

demikian, memfasilitasi kegiatan interaksi sosial dalam pembelajaran merupakan

faktor penting dalam keberhasilan suatu pembelajaran.

Dengan demikian, guru dapat memilih model yang tepat agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Menurut Arends dalam Wartono dkk.(2004), bahwa

tidak ada model pengajaran yang lebih baik daripada model pengajaran yang lain.

Setiap model memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit

berbeda. Setiap model pembelajaran memberikan peran yang berbeda kepada

peserta didik, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial peserta didik.

Model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning), yang pada prinsipnya

merupakan proses pembelajaran berbasis kerja sama antar peserta didik dan antar

komponen-komponen lain di sekolah. Model pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil peserta didik yang

mempunyai tingkat kemampuan berbeda untuk bekerja sama dan memaksimalkan

kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam menyelesaikan tugas

kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami

suatu bahan pembelajaran. Jadi, model pembelajaran kooperatif ini cocok digunakan

Page 26: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

untuk mewujudkan pembelajaran yang berorientasi pada student center. Oleh

karenanya, model pembelajaran kooperatif khususnya tipe pembelajaran Bamboo

Dancing dan NHT (Numbered Heads Together) adalah model pembelajaran dirasa

sangat cocok untuk meningkatkan interaksi sosial dan minat belajar peserta didik.

Dalam Bamboo Dancing peserta didik dalam kelas dibagi menjadi dua

kelompok besar, masing-masing kelompok besar anggotanya saling berpasangan,

sehingga terbentuk pasangan awal untuk mendiskusikan materi atau pertanyaan

yang telah diberikan oleh guru. Setelah selesai diskusi dengan pasangan awal, peserta

didik berbagi informasi dengan peserta didik dari pasangan awal yang lain dengan

bergeser searah jarum jam. Dalam model ini diharapkan peserta didik dapat bekerja

sama, dan memiki keberanian serta kemampuan untuk menyampaikan informasi

kepada peserta didik yang lainnya.

Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu

pembelajaran di mana peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik

dalam kelompok diberi nomor lalu guru memberikan tugas untuk dikerjakan

masing-masing kelompok, kemudian guru memanggil nomor yang sama untuk

melaporkan hasil kerja sama mereka. Dalam model ini peserta didik diharapkan

dapat bekerja sama antar anggota kelompok, dan memiliki kesiapan serta keberanian

untuk menjawab dan menjelaskan hasil diskusi dari pertanyaan yang diberikan oleh

guru. Semua peserta didik mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan

hasil diskusinya. Dengan model ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa tanggung

jawab, kerja sama, dan keberanian untuk mengemukakan pendapat pada peserta

didik.

Page 27: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Dari permasalahan di atas, maka perlu diadakan penelitian untuk dapat

meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik di SMP Negeri 2 Tangen,

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif yang memperhatikan interaksi

sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar. Dalam hal ini model

pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe

Bamboo Dancing dan NHT ( Numbered Heads Together ).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, ada beberapa

masalah pembelajaran di SMP Negeri 2 Tangen yang dapat diidentifikasi sebagai

berikut :

1. Secara umum hasil belajar peserta didik mata pelajaran IPA (Biologi) di SMP

Negeri 2 Tangen belum memuaskan.

2. Berbagai model pembelajaran telah banyak dikembangkan seperti PBL, CTL,

Pembelajaran Kooperatif, namun belum dikembangkan.

3. Terdapat berbagai tipe dalam pembelajaran kooperatif seperti TPS, Bamboo

Dancing, NHT, namun belum dikembangkan.

4. Peserta didik yang pasif dalam menerima pelajaran, dapat dipengaruhi oleh

faktor internal peserta didik, antara lain interaksi sosial, minat belajar, gaya

belajar, motivasi belajar, keingintahuan, dan kesulitan belajar.

5. Interaksi sosial peserta didik dalam pembelajaran biologi belum diperhatikan.

6. Minat belajar peserta didik dalam pembelajaran biologi belum diperhatikan.

7. Pemahaman guru biologi tentang hakikat pembelajaran IPA masih kurang.

Page 28: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

8. Guru biasanya hanya melakukan penilaian pada aspek kognitif saja, padahal ada

tiga aspek yang harus dinilai yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

9. Ada berbagai materi yang dipelajari peserta didik kelas VII diantaranya materi

Mikroskop, Ciri-Ciri Makhluk Hidup, Organisasi Kehidupan namun guru belum

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu luas ruang lingkupnya, maka masalah

penelitian difokuskan pada:

1 Model pembelajaran Biologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT.

2 Interaksi sosial dikategorikan menjadi tinggi dan rendah, yang diteliti meliputi

lima komponen, yaitu kerja sama, persesuaian, perpaduan, persaingan, dan

pertentangan, yang dikategorikan menjadi

3 Minat belajar dikategorikan menjadi tinggi dan rendah, meliputi tiga komponen

yaitu keinginan/hasrat, kecenderungan melakukan aktivitas, dan perasaan

suka/tak suka.

4 Materi pelajaran yang digunakan adalah tentang Ciri-Ciri Makhluk Hidup sesuai

Kompetensi Dasar 6.1. Mengidentifikasi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.

5 Hasil belajar peserta didik diukur melalui tes formatif untuk aspek kognitif

setelah penelitian dilakukan dan rubrik penilaian sikap kooperatif untuk untuk

aspek afektif.

Page 29: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo

Dancing dan NHT terhadap hasil belajar biologi ?

2. Apakah ada pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah peserta didik terhadap

hasil belajar biologi ?

3. Apakah ada pengaruh minat belajar tinggi dan rendah peserta didik terhadap

hasil belajar biologi ?

4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo

Dancing dan NHT dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar

biologi ?

5. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo

Dancing dan NHT dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar

biologi ?

6. Apakah ada interaksi antara interaksi sosial dan minat belajar peserta didik

terhadap hasil belajar biologi ?

7. Apakah ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan

NHT, interaksi sosial, dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar

biologi ?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan

NHT terhadap hasil belajar biologi.

Page 30: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

2. Pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar

biologi.

3. Pengaruh minat belajar tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar

biologi.

4. Interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT

dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar biologi.

5. Interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT

dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi.

6. Interaksi antara interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil

belajar biologi.

7. Interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT

dengan interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar

biologi.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara Teoritis

a. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pelaksanaan model pembelajaran

kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT terhadap hasil belajar biologi

ditinjau dari interaksi sosial dan minat belajar peserta didik.

b. Untuk menambah dan mengembangkan pembelajaran IPA (biologi) dalam

mendukung teori-teori belajar yang sudah ada sehubungan dengan masalah

yang diteliti.

Page 31: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

2. Secara Praktis

a. Guru

(1) Sebagai masukan untuk memperbaiki kemampuan guru dalam

menggunakan strategi pembelajaran sehingga dapat meminimalkan

permasalahan-permasalahan yang dihadapi.

(2) Lebih terdorong untuk berkreasi dan berinovasi dalam menciptakan

pembelajaran biologi yang efektif, menyenangkan, dan bermakna.

b. Peserta didik

(1) Terlatih menjalin kerja sama dengan orang lain, menghargai pendapat

orang lain,meningkatkan minat / motivasi belajar, belajar lebih bermakna,

dan ada perubahan norma yang positif yang berhubungan dengan hasil

belajar.

c. Peneliti lain

(1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi peneliti lain

untuk melakukan pengembangan penelitian yang sejenis.

Page 32: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Teori Belajar

Belajar merupakan komponen yang paling vital dalam setiap usaha

penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, sehingga tanpa proses belajar

sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Gagne dalam Agus Suprijono (2009:2)

menyatakan bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang

dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh

langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Belajar ialah proses

yang memungkinkan organisme mengubah tingkah lakunya dengan cepat dan sedikit

banyak bersifat permanen. Jadi, belajar adalah proses dan belajar dikatakan telah

terjadi bila terdapat perubahan tingkah laku.

Perubahan tingkah laku dapat melalui dua cara yaitu lewat interaksi dengan

lingkungan dan lewat kematangan, karena pertumbuhan dan perkembangan yang

terjadi di dalam diri siswa. Hal ini juga sejalan dengan teori belajar Piaget, yang

memiliki prinsip, (a) manusia tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui

perkembangan fisik, kepribadian, sosioemosional, kognitif, dan bahasa; (b)

pengetahuan datang melalui tindakan; (c) perkembangan kognitif sebagian besar

tergantung seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan

lingkungan.

Morgan dalam Agus Suprijono (2009:3) mengatakan bahwa, belajar adalah

perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.

Page 33: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Sedangkan menurut Hilgrad dan Bower dalam Baharuddin dan Esa N.W.(2010:13)

menyatakan bahwa belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau

menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman,

dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki

arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.

Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke

perkembangan pribadi seutuhnya. Hal ini merupakan pengertian belajar secara luas.

Dalam pengertian sempit, kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas

sekolah. Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha

penguasaan materi ilmu pengetahuan. Belajar adalah penambahan pengetahuan.

Guru memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan siswa giat untuk

menerima / mengumpulkan dan menghafalnya (Sardiman. 2010 : 20). Seperti yang

dikatakan Reber dalam Agus Suprijono (2009:3), menyatakan bahwa belajar adalah

proses mendapatkan pengetahuan. Pada kenyataannya belajar sebagai konsep

mendapatkan pengetahuan banyak dianut. Sudah barang tentu pengertian belajar

seperti ini secara esensial belum memadai. Dari pengertian belajar di atas dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku melalui proses sistemik

yang dinamis dan konstruktif sehingga memperoleh pengalaman dari hasil interaksi

antara peserta didik dengan lingkungannya.

Dari beberapa pengertian belajar di atas pada prinsipnya belajar adalah suatu

proses yang menimbulkan suatu perubahan perilaku. Belajar merupakan hasil

pengalaman. Dengan demikian, belajar memerlukan waktu.

Beberapa ahli yang mengemukakan tentang teori belajar yang mendasari

pembelajaran biologi diantaranya :

a. Teori Piaget

Page 34: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Teori pembelajaran kognitif yang terkenal adalah teori Jean Piaget. Menurut

Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai bayi yang baru dilahirkan sampai

menginjak usia dewasa akan mengalami empat tingkat perkembangan kognitif.

Empat perkembangan kognitif tersebut adalah : (1) sensori motor (usia 0-2 tahun);

(2) pra-operasional (usia 2-7 tahun); (3) operasional konkrit (usia 7-11 tahun); (4)

operasional formal (usia 11-dewasa). Perkembangan kognitif merupakan perubahan

yang bertautan, bertahap sedemikian rupa sehingga proses mental menjadi semakin

kompleks dan canggih.

Tingkat perkembangan peserta didik usia SMP kelas VII adalah pada tingkat

operasional konkrit menuju operasional formal. Pada tingkatan ini peserta didik

mendapatkan kemampuan memecahkan masalah-masalah konkrit secara logis.

Peserta didik dapat menerima pandangan orang lain, bahasa komunikatif dan sosial

serta dapat memencar persepsi lebih lanjut dan dapat mengikuti transformasi. Hal ini

terjadi dalam pembelajaran menggunakan NHT pada tahap berpikir bersama dalam

kelompok.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada

seberapa besar anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan

lingkungannnya. Implikasi penting dalam pembelajaran biologi dari teori Piaget

dalam Baharruddin dan Esa N.W.(2010:118) dan Paul Suparno (2006:30-32) adalah:

a) Menyesuaikan diri dengan lingkungannya (skemata); b) Memusatkan perhatian

pada berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya (asimilasi); c)

Memperhatikan peranan dan inisiatif peserta didik, serta keterlibatannya secara aktif

dalam kegiatan pembelajaran (akomodasi); d) Memaklumi adanya perbedaan

Page 35: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

individual, maka kegiatan pembelajaran diatur dalam bentuk kelompok

(keseimbangan/equilibrium).

Asimilasi merupakan suatu proses, individu secara kognitif mengadaptasikan

diri terhadap lingkungan. Pada pembelajaran model kooperatif tipe Bamboo Dancing

asimilasi terjadi pada saat peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya, sedangkan

pada pembelajaran model kooperatif tipe NHT asimilasi terjadi pada saat berpikir

bersama. Begitu pula untuk proses adaptasi akomodasi dan equilibrium.

Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran diterapkan dalam program-program

yang menekankan pada : pertama, pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman-

pengalaman nyata dan pemanipulasian langsung alat, bahan, atau media belajar yang

lain, dan kedua, peranan guru sebagai seseorang yang mempersiapkan lingkungan

yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar

yang luas.

Berdasarkan teori Piaget di atas, bahwa perkembangan kognitif bukan

merupakan akumulasi dari kepingan informasi terpisah, namun lebih merupakan

pengkonstruksian oleh peserta didik suatu kerangka mental untuk memahami

lingkungan mereka. Jadi, dalam melaksanakan pembelajaran penggunaan lingkungan

sebagai sumber belajar dapat dilaksanakan dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif Bamboo Dancing dan NHT.

b. Teori Vygotsky

Teori Vygotsky merupakan teori penting dalam psikologi perkembangan.

Sumbangan paling penting dari teori Vygotsky adalah penekanan pada hakikat

sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky dalam Herawati Susilo (2000:1.45)

Page 36: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

menyatakan bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam

percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu

terserap ke dalam individu tersebut. Pembelajaran akan terjadi apabila anak bekerja

atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu

masih berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas tersebut berada

dalam zone of proximal development (ZPD). Zone of proximal development adalah

perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang saat ini. Ide penting

lain dari Vygotsky adalah scaffolding yang berarti memberikan sejumlah besar

bantuan kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian

anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia

dapat melakukannya.

Menurut Herawati Susilo (2000:1.44) ada dua implikasi utama teori Vygotsky

dalam pembelajaran biologi. Pertama adalah dikehendakinya susunan kelas

berbentuk pembelajaran kooperatif antar peserta didik, sehingga peserta didik dapat

berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-

strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD. Kedua,

dalam pengajaran menekankan scaffolding, peserta didik semakin lama semakin

bertanggung jawab terhadap pembelajaran sendiri.

Teori Vygotsky inilah yang menjadi landasan dalam penerapan dan

pengembangan pembelajaran kooperatif. Peserta didik dalam membangun

pengetahuannya selain harus mengalami diperlukan adanya kerja kelompok dan

interaksi sosial dengan pihak luar untuk memfasilitasi dan mengarahkan agar proses

konstruksi terarah. Interaksi sosial di sini adalah interaksi sesama peserta didik, guru,

Page 37: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

dan lingkungan yang lain. Hal ini terjadi pada pembelajaran kooperatif tipe Bamboo

Dancing pada tahap berdiskusi dalam kelompok dan NHT pada tahap berpikir

bersama.

c. Teori Belajar Gagne

Menurut Gagne, belajar ialah suatu proses yang memungkinkan organisme

mengubah tingkah lakunya dengan cepat dan sedikit banyak bersifat permanen.

Belajar merupakan proses dan telah terjadi apabila terdapat perubahan perilaku.

Perubahan perilaku dapat melalui dua cara belajar, yaitu pertama lewat interaksi

dengan lingkungan dan cara yang kedua lewat kematangan, karena pertumbuhan dan

perkembangan yang terjadi pada diri peserta didik.

Implikasi teori belajar Gagne dalam pembelajaran biologi adalah : Gagne

beranggapan adanya learning hierarchy. Keberhasilan mempelajari sesuatu

kemampuan tergantung kepada ada tidaknya kemampuan yang lebih sederhana yang

telah dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu belajar harus dimulai dari yang paling

sederhana kemudian yang kompleks.

Menurut Gagne terdapat lima kemampuan manusia yang harus dicapai dalam

pembelajaran biologi. Lima kemampuan hasil belajar tersebut tiga diantaranya

bersifat kognitif (keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal), satu

bersifat afektif (sikap), dan yang lain bersifat psikomotorik (keterampilan motorik).

Lima kemampuan tersebut dapat diperoleh melalui pembelajaran kooperatif tipe

Bamboo Dancing maupun NHT mulai dari tahap penyampaian tujuan sampai

evaluasi melalui presentasi untuk Bamboo Dancing dan tahap menjawab untuk NHT.

Keterampilan intelektual (keterampilan berpikir) adalah kemampuan yang

memungkinkan seseorang berbuat sesuatu seperti membaca, menghitung, dan

Page 38: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

menganalisis. Ini merupakan keterampilan prasyarat untuk menguasai keterampilan

berikutnya. Strategi kognitif (proses terkendali) adalah suatu bentuk khusus dari

keterampilan berpikir yang sangat penting bagi seseorang untuk memecahkan

masalah yang berasal dari proses internal yang digunakan untuk mengubah cara

belajar, mengingat, dan cara berpikir. Informasi verbal adalah kemampuan yang

diperoleh dengan jalan menghafal. Keterampilan motorik yaitu kemampuan yang

melibatkan koordinasi otot, gerakan, mata, dan indera yang lain. Di dalam kegiatan

praktikum banyak kegiatan yang melibatkan keterampilan motorik. Sikap, yaitu

keadaan pada peserta didik yang akan mempengaruhi dan mengubah tindakan yang

dipilihnya.

2. Pembelajaran dan Pengajaran

Agus Suprijono (2009:11) menyatakan bahwa ’pembelajaran merupakan

terjemahan dari learning’. Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses,

cara, perbuatan mempelajari. Menurut Syaiful Sagala (2008:61) pembelajaran adalah

membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang

merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses

komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik,

sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Menurut Wartono dkk. (2004:15),

pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap barupada

saat seseorang/individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan, terjadi

sepanjang waktu dan di mana saja.

Pembelajaran biologi adalah pengembangan pengetahuan biologi, keterampilan

proses sains, atau sikap ilmiah pada saat seseorang individu berinteraksi dengan

Page 39: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

informasi dan lingkungan. Pembelajaran terjadi di sepanjang waktu. Dengan kata

lain bahwa pembelajaran biologi merupakan sebuah proses yang alami atau proses

perubahan yang terjadi karena reaksi terhadap sesuatu yang dihadapi di alam ini.

Berdasarkan makna leksikal, pengajaran adalah proses, perbuatan, cara

mengajarkan. Pengajaran adalah proses penyampaian. Pengajaran adalah proses

mekanis. Menurut Wartono dkk.( 2004:15 ), ”pengajaran adalah susunan informasi

dan lingkungan untuk memfasilitasi pembelajaran”. Yang dimaksud lingkungan di

sini adalah tidak hanya tempat di mana pengajaran berlangsung tetapi juga metode,

media, dan peralatan yang dibutuhkan untuk menyampaikan informasi dan

membimbing peserta didik belajar. Jadi perbedaan esensiil pada istilah pembelajaran

dan pengajaran adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta

didik belajar, sementara pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya

guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran.

Jadi, proses pengajaran-pembelajaran mencakup pemilihan, penyusunan, dan

penyampaian informasi dalam suatu lingkungan yang sesuai dan cara peserta didik

berinteraksi dengan informasi itu.

3. Model Pembelajaran

Mills dalam Agus Suprijono (2009:45) berpendapat bahwa, model adalah

bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau

sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan

interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa

sistem.

Page 40: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran, pola yang

digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk

kepada guru di kelas maupun tutorial. Menurut Arends dalam Agus Suprijono

(2009:46) menyatakan bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang

akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam

kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model

pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas maupun tutorial.

Merujuk pemikiran di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan perancang pembelajaran untuk

merencanakan aktivitas belajar mengajar. Selain itu model pembelajaran juga dapat

membantu peserta didik dalam memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara

berpikir, dan mengekspresikan ide.

Model pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk

keberhasilan pembelajaran itu sendiri. Pada awalnya model pembelajaran

dikembangkan oleh Bruce, Joyce, Weil, dan Showers dan digunakan untuk dua

alasan penting. Pertama, model mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu

strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mencakup suatu pendekatan

pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Satu model pembelajaran dapat

menggunakan sejumlah keterampilan metodologis dan prosedural, seperti

merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan, melakukan penelitian, berdiskusi dan

memperdebatkan temuan, bekerja secara kolaboratif, menciptakan karya seni, dan

melakukan presentasi.

Page 41: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Model pembelajaran dalam Wartono dkk (2004 :1) mempunyai empat ciri

khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau prosedur tertentu. Ciri tersebut adalah

(1) rasional teoritik yang logis; (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana

peserta didik belajar; (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan; (4) lingkungan

belajar yang diperlukan.

Kedua, model pembelajaran berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting

untuk memfokuskan kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran diklasifikasikan

berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaksnya, dan sifat lingkungan belajarnya.

Penggunaan model pembelajaran tertentu memungkinkan guru dapat mencapai

tujuan pembelajaran tertentu dan bukan tujuan pembelajaran yang lain.

Sintaks suatu model pembelajaran menggambarkan keseluruhan urutan alur

langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran.

Sintaks dari bermacam-macam model pembelajaran mempunyai komponen-

komponen yang sama. Semua pembelajaran diawali dengan menarik perhatian

peserta didik dan memotivasi peserta didik. Demikian pula setiap model

pembelajaran selalu mempunyai tahap ” menutup pelajaran ” dengan merangkum

pokok-pokok pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik dengan bimbingan

guru. Namun, antara sintaks yang satu dengan yang lainnya juga mempunyai

perbedaan, yang berlangsung di antara pembukaan dan penutupan.

Setiap model memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang

sedikit berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada peserta

didik, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial peserta didik. Misalnya, belajar secara

kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel yang meliputi tersedianya

meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Proses demokrasi dan peran aktif peserta

Page 42: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

didik sangat diperlukan untuk menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana

mempelajarinya.

Menurut Arends dan para pakar pembelajaran yang lain dalam Wartono dkk

(2004:1), menyatakan bahwa tidak ada model pengajaran yang lebih baik daripada

model pengajaran yang lain. Guru perlu menguasai berbagai macam model

pengajaran, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beranekaragam dan

lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah. Dengan demikian guru dapat memilih

model yang sangat baik untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu atau yang sangat

sesuai dengan lingkungan belajar atau sekelompok peserta didik tertentu.

Menguasai sepenuhnya model-model pengajaran yang banyak diterapkan

merupakan proses belajar seumur hidup. Model pengajaran yang dimaksud adalah

pengajaran langsung, belajar secara kooperatif, dan pengajaran berdasarkan masalah.

Kunci penting dalam menggunakan model pengajaran adalah tidak terlalu

menyimpang dari sintaks model atau lingkungan belajar yang diperlukan, agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

4. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Depdiknas (2004:11-12) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan suatu model pengajaran dimana peserta didik belajar dalam kelompok-

kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda”. Dalam menyelesaikan

tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami

suatu bahan pembelajaran. Sedangkan menurut Herawati Susilo (2000:1.57)

menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang

Page 43: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

memanfaatkan kecenderungan peserta didik untuk berinteraksi dan menerapkan

keterampilan tertentu, serta mengandalkan peranan tugas dan peranan hubungan

kerja di dalam kelompok untuk mencapai hasil belajar bersama. Menurut Slavin

(2010:8) inti dari pembelajaran kooperatif adalah peserta didik duduk bersama dalam

kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang

disampaikan oleh guru. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009:15) menyatakan bahwa

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik lebih baik

dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial. Jadi, dalam

pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada peserta didik keterampilan kerjasama

dan kolaborasi.

Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan berdasarkan teori belajar

kognitif-konstruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vygotsky, yaitu tentang

penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran.Vygotsky yakin bahwa

fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau

kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke

dalam individu tersebut. Ditinjau dari pendapat tersebut, maka yang dikehendaki

adalah susunan kelas berbentuk pembelajaran koopratif.

Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan

memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif

dapat menumbuhkan pembelajaran efektif, yang bercirikan : (1) memudahkan

peserta didik belajar sesuatu yang bermanfaat; (2) pengetahuan, nilai, dan

keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.

Roger dan David Johnson dalam Agus Suprijono (2009:58) mengatakan bahwa

tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk

Page 44: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

mencapai hasil yang maksimal, lima unsur pembelajaran kooperatif harus

diterapakan. Lima unsur tersebut adalah positive interdependence (saling

ketergantungan positif), personal responsibility (tanggung jawab perseorangan), face

to face promotif interaction ( interaksi promotif ), interpersonal skill ( komunikasi

antar anggota ), dan group processing ( pemrosesan kelompok ).

Unsur pertama pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan positif.

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua

pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan

kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari

bahan yang ditugaskan tersebut.

Unsur kedua pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab individual.

Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan

kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota

kelompok menjadi individu yang kuat. Tanggung jawab individu adalah kunci untuk

menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama.

Unsur ketiga pembelajaran kooperatif adalah interaksi promotif. Unsur ini

dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri interaksi promotif adalah

saling membantu, saling memberi informasi dan sarana, memproses informasi

bersama, saling mengingatkan, saling percaya dan saling memotivasi untuk

keberhasilan bersama.

Unsur keempat pembelajaran kooperatif adalah keterampilan sosial. Dalam

pencapaian tujuan peserta didik harus saling mengenal dan mempercayai, mampu

berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling

mendukung, dan mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.

Page 45: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Unsur kelima pembelajaran kooperatif adalah pemrosesan kelompok. Melalui

pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan

kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa dari anggota kelompok yang

sangat membantu dan siapa yang tidak dapat diketahui.

Menurut Slavin (2010 : 4), dikatakan bahwa cooperative learning mempunyai

tiga karakteristik : (1) Peserta didik bekerja dalam tim-tim belajar kecil; (2) Peserta

didik didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan yang bersifat

akademik atau dalam melakukan tugas kelompok; (3) Peserta didik diberi imbalan

atau hadiah atau dasar prestasi. Anita lie (2008:18,28) menyatakan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang

terstruktur. Pembelajaran kooperatif didasari oleh semangat gotong royong.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk meningkatkan pencapaian

hasil belajar berupa prestasi akademik, mengembangkan hubungan antarkelompok,

penerimaan teman sekelas yang lemah bidang akademik, dan meningkatkan rasa

harga diri. Selain itu pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan kesadaran bahwa

peserta didik perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan

mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuannya. Untuk

mencapai hasil belajar itu diperlukan kerja sama dan interdependensi peserta didik

dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas

berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu pada

derajat kerja sama atau kompetensi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun

reward. Selain itu, model ini juga unggul dalam membantu peserta didik memahami

konsep-konsep sulit dan berpikir kritis.

Page 46: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Berdasarkan uraian di atas dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya

mempelajari materi saja, namun juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan

khusus yang ada hubungannya dengan kerjasama dan pengembangan komunikasi

antar anggota kelompok. Dalam pembentukan kelompok harus heterogen. Heterogen

dalam hal prestasi belajar, kemampuan komunikasi, aktifitas sosial dan jenis

kelamin.

Dalam pembelajaran kooperatif ada enam tahap, yaitu: (1) Tahap 1,

menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik. Guru menyampaikan tujuan

pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik

belajar; (2) Tahap 2, menyajikan informasi/memperkenalkan materi. Guru

menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demostrasi atau lewat bahan

bacaa;. (3) Tahap 3, mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok

belajar. Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara

efisien; (4) Tahap 4, membimbing kelompok bekerja dan belajar. Guru membimbing

kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka; (5) Tahap

5, evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau

masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya; (6) Tahap 6,

memberikan penghargaan. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya

maupun hasil belajar individu dan kelompok.

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing

Page 47: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Menurut Hanafiah (2009 : 56) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe

Bamboo Dancing ( tari bamboo ) bertujuan agar peserta didik saling berbagi

informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu

singkat secara teratur. Metode ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran

pengalaman pikiran dan informasi antarpeserta didik. Anita Lie (2008:67)

menyatakan bahwa salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang

jelas dan memungkinkan peserta didik untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda

dengan singkat dan teratur.

Menurut Agus Suprijono (2009:98), pembelajaran dengan Bamboo Dancing ini

diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru bisa menuliskan topik di papan

tulis atau guru bertanya jawab apa yang diketahui peserta didik mengenai topik itu.

Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang

telah dimiliki peserta didik agar lebih siap mengikuti pelajaran yang baru.

Tahap berikutnya, guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Jika dalam

satu kelas ada 36 peserta didik, maka tiap kelompok besar terdiri 18 peserta didik.

Mengatur sedemikian rupa pada tiap-tiap kelompok besar 18 peserta didik berdiri

berjajar dan saling berhadapan. Dengan demikian di dalam tiap-tiap kelompok besar

mereka saling berpasang-pasangan. Pasangan ini disebut sebagai pasangan awal.

Guru membagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas. Pada

kesempatan itu, peserta didik diberi waktu yang cukup untuk mendiskusikan tugas

yang diterimanya.

Usai berdiskusi dalam kelompok awal, tiap-tiap kelompok besar berdiri berjajar

saling berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam. Dengan cara ini tiap-tiap

Page 48: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

peserta didik akan mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian

seterusnya. Pergeseran baru berhenti apabila tiap peserta didik kembali ke pasangan

awalnya.

Hasil diskusi di tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada seluruh

kelas. Guru memfasilitasi dalam presentasi kelas, agar pengetahuan yang diperoleh

melalui diskusi di tiap-tiap kelompok besar dapat diobjektivikasi dan menjadi

pengetahuan bersama seluruh kelas.

Dari uraian di atas, tahap 1: Menyampaikan tujuan dan motivasi, tahap 2:

pengenalan topik dan sumbang saran, tahap 3: membagi kelas menjadi 2 kelompok

besar, tahap 4: berdiskusi dalam kelompok awal dan kelompok besar, tahap 5:

Evaluasi melalui presentasi kelas, tahap 6: pemberian penghargaan, membuat

rangkuman.

Pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing ini, memiliki keunggulan dan

kelemahan. Adapun keunggulan dari Bamboo Dancing adalah peserta didik akan

lebih bertanggung jawab akan tugasnya, berusaha untuk bisa bekerja sama dengan

sesama teman dan terfokus, berusaha untuk bisa menyampaikan informasi dengan

baik, secara individu maupun kelompok dapat mencapai kompetensi yang

diharapkan, memperoleh reward yang membanggakan. Proses dari metode ini akan

membawa dampak yang besar bagi peserta didik untuk pembelajaran dan kehidupan

selanjutnya. Apabila penggunaan tipe Bamboo Dancing ini belum dikelola dengan

baik, maka akan memiliki kelemahan yaitu adanya kegaduhan sehingga mengganggu

konsentrasi peserta didik yang lain.

6. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered-Head-Together (NHT)

Page 49: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Anita Lie ( 2008:59) menyatakan bahwa metode NHT memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan

jawaban paling tepat. Selain itu, metode ini juga mendorong peserta didik untuk

meningkatkan semangat kerja sama mereka. NHT bisa digunakan dalam semua mata

pelajaran dan untuk semua tingkatan usia didik.

NHT atau Penomoran-Berpikir-Bersama merupakan jenis pembelajaran

kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan

sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Metode ini dikembangkan oleh

Spencer Kagan dengan melibatkan para peserta didik dalam melihat kembali bahan

yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman

mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai gantinya mengajukan pertanyaan

kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat langkah seperti berikut ini.

Tahap 1: Penomoran ( Numbering ). Guru membagi peserta didik ke dalam

kelompok beranggotakan 3-5 orang atau disesuaikan dengan jumlah konsep yang

dipelajari dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-5 atau

disesuaikan. Tahap 2 : Mengajukan Pertanyaan ( Questioning ). Guru mengajukan

sebuah pertanyaan kepada peserta didik. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan

dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau berbentuk arahan. Tahap 3 :

Berpikir bersama (Heads Together). Peserta didik menyatukan pendapatnya terhadap

jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam kelompoknya

mengetahui jawaban itu. Tahap 4 : Menjawab (Answering ). Guru memanggil suatu

nomor tertentu, kemudian peserta didik yang nomornya sesuai mengacungkan

tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Hal itu dilakukan

terus hingga semua peserta didik dengan nomor yang sama dari masing-masing

Page 50: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru. Berdasarkan

jawaban-jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga

peserta didik menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT ini memiliki keunggulan dan kelemahan

sebagai berikut: a) Keunggulan : dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerja

sama, dan keberanian untuk mengemukakan pendapat pada peserta didik yang lain.;

b) Kelemahan : membutuhkan waktu persiapan yang lama dan kurang efektif untuk

kelas yang terlalu banyak jumlah peserta didiknya.

7. Interaksi Sosial

Interaksi akan selalu berkaitan dengan istilah komunikasi atau hubungan.

Dalam proses komunikasi, dikenal adanya unsur komunikan dan komunikator.

Hubungan antara komunikator dengan komunikan biasanya karena menginteraksikan

sesuatu. Kegiatan komunikasi bagi diri manusia merupakan bagian yang hakiki

dalam kehidupannya. Dinamika kehidupan masyarakat akan senantiasa bersumber

dari kegiatan komunikasi dan interaksi dalam hubungannya dengan pihak lain dalam

kelompok.( Sardiman .2010:7). Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

interaksi sosial peserta didik adalah adanya sosialisasi individu yang terjadi di tiga

lingkungan utama, yaitu: lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.(M.Asrori.

2008:112). Pendapat tersebut sejalan dengan H.Bonner dalam Abu Ahmadi

(2007:49) yang menyatakan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antar

individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah,

atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.

Page 51: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Dalam kehidupan bersama tak akan mungkin tanpa interaksi sosial, karena

interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan di dunia ini. Antar individu saling

menegur, berjabat tangan, saling berbicara dan saling kontak fisik. Aktivitas-aktivitas

seperti itu merupakan bentuk interaksi sosial. Menurut Soerjono Soekanto (2007:55)

menyatakan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang

dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-

kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.

Interaksi sosial dapat terjadi apabila adanya kontak sosial (social-contact) dan

adanya komunikasi. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu

antarindividu, antarindividu dengan kelompok, dan antarkelompok. Selain itu, suatu

kontak dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Adanya komunikasi,

seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin

disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan

reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

Beberapa tokoh yang berpendapat tentang bentuk interaksi sosial dalam

Soejono Soekanto (2007 : 65) antara lain : Gillin dan Gillin menggolongkan interaksi

sosial menjadi dua yaitu proses yang asosiasif (akomodasi, asimilasi, dan akulturasi)

dan proses yang disasosiatif (persaingan, pertentangan ). Kimball Young berpendapat

bahwa bentuk interaksi sosial adalah oposisi (persaingan dan pertentangan), kerja

sama (kooperatif) yang menghasilkan akomodasi, dan diferensiasi (tiap individu

mempunyai hak dan kewajiban atas dasar perbedaan usia, seks, dan pekerjaan).

Menurut Tomatsu Shibutani, bentuk interaksi adalah akomodasi dalam situasi rutin,

ekspresi pertemuan dan anjuran, interaksi strategis dalam pertentangan, dan

pengembangan perilaku massa.

Page 52: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa bentuk interaksi sosial adalah

kerja sama (cooperation), persaingan (competition), perpaduan (asimilasi),

akomodasi (accomodation), dan pertentangan atau pertikaian (conflict).

Interaksi sosial merupakan proses komunikasi sosial dan terjadinya kontak fisik

antara dua individu atau lebih dalam mencapai tujuan yang ingin diraih. Menurut

Soerjono Soekanto (2007: 57) berlangsungnya interaksi sosial didasarkan pada

beberapa faktor, yaitu : (1) Imitasi. Faktor imitasi memiliki peranan penting dalam

proses interaksi sosial. Imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-

kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Selain itu, imitasi dapat

melemahkan atau bahkan mematikan pengembangan daya kreasi seseorang;

(2)Sugesti. Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan

atau sustu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.

Berlangsungnya sugesti pada saat seseorang tidak dapat berpikir secara rasional

(emosi); (3) Identifikasi. Faktor identifikasi merupakan kecenderungan-

kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama

dengan pihak lain.Proses identifikasi dapat berlangsung dengan sendirinya, maupun

dengan disengaja karena sering kali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di

dalam proses kehidupannya. Meskipun identifikasi dapat terjadi dengan sendirinya,

dalam proses identifikasi berlangsung dalam suatu keadaan dimana seseorang yang

teridentifikasi bener-benar mengenal orang lain, sehingga pandangan, sikap maupun

kaidah-kaidah yang berlaku pada pihak lain dapat menjiwainya. Jadi, proses

identifikasi memberikan pengaruh yang kuat dalam proses interaksi sosial;

(4)Simpati. Proses simpati merupakan proses dimana merasa tertarik kepada orang

Page 53: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

lain. Di dalam proses ini, perasaan memegang peranan penting dalam memahami

pihak lain secara mendalam untuk bekerjasama dengan pihak lain. Proses simpati

akan dapat berkembang di dalam suatu keadaan di mana faktor saling mengerti. Hal

ini akan memungkinkan untuk terciptanya interaksi sosial.

Hal-hal di atas merupakan faktor minimal yang menjadi dasar berlangsungnya

interaksi sosial, secara operasional masih banyak faktor lain yang mempengaruhi

interaksi sosial. Dalam pembelajaran di sekolah interaksi sosial dipengaruhi oleh

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor dari dalam diri

peserta didik meliputi kesiapan, motivasi, kemampual awal, bakat, dan itelegensi.

Faktor eksternal merupakan faktor dari luar diri peserta didik meliputi sarana

prasarana, guru, iklim belajar dan sebagainya.

Menurut Agus Suprijono (2009:56) interaksi sosial merupakan dialog interaktif

sebagai kunci dari semua kehidupan sosial. Jadi, tanpa interaksi sosial tidak mungkin

ada kehidupan bersama dan tidak akan ada pengetahuan yang disebut Piaget sebagai

pengetahuan sosial. Interaksi adalah saling mempengaruhi individu satu dengan

individu yang lain. Interaksi dapat berlangsung secara fisik, non-verbal, dan

emosional.

Model pembelajaran kooperatif di dalamnya selalu terjadi interaksi kelompok.

Interaksi kelompok merupakan interaksi interpersonal (interaksi antaranggota).

Interaksi kelompok dalam pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan

inteligensi interpersonal. Secara umum inteligensi interpersonal berkaitan dengan

kemampuan seseorang menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang.

Interaksi kelompok tersebut bertujuan mengembangkan keterampilan sosial (social

Page 54: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

skill). Beberapa komponen keterampilan sosial adalah kecakapan berkomunikasi,

kecakapan bekerja sama, dan solidaritas ( Agus Suprijono. 2009:62). Dukungan teori

konstruktivisme sosial Vygotsky telah meletakkan arti penting model pembelajaran

kooperatif, yang menekankan bahwa pengetahuan dibangun dan dikonstruksi secara

mutual. Peserta didik berada dalam konteks sosiohistoris. Keterlibatkan dengan

orang lain membuka kesempatan bagi mereka mengevaluasi dan memperbaiki

pemahaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial memberikan

mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran peserta didik. Vygotsky

menekankan peserta didik mengonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial

dengan orang lain.

Berdasarkan uraian di atas, interaksi sosial peserta didik adalah keterlibatan

peserta didik dalam hubungannya dengan peserta didik yang lain baik secara individu

maupun secara kelompok, peserta didik dengan guru, untuk mendapatkan

pengalaman atau pengetahuan dalam konteks sosial. Interaksi sosial ini memberikan

makna yang positif terhadap kehidupan peserta didik di sekolah maupun di

masyarakat.

8. Minat Belajar

Menurut Slameto (2003:180) minat adalah suatu rasa lebih suka atau rasa

ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Pendapat yang

sama juga disampaikan oleh Baharuddin dan Esa Nur W (2007:24). Minat

merupakan perasaan suka terhadap suatu kegiatan, dimana minat menjadi sebab

suatu kegiatan itu dilakukan oleh seseorang. Minat dapat berupa respon mulai dari

yang disukai sampai pada yang tidak disukai.

Page 55: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Dalam kehidupan sehari-hari minat berkaitan erat dengan aktivitas dalam

segala hal. Secara umum Arikunto (1990:103) mendefinisikan minat sebagai

kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak suatu kegiatan. Dari definisi

ini dapat diungkapakan bahwa minat merupakan kecenderungan dalam menyukai

suatu kegiatan dapat berupa pelajaran, benda atau suasana tertentu.

Menurut Wina Sanjaya (2010:71) minat adalah kecenderungan individu untuk

melakukan sesuatu perbuatan. Minat adalah aspek yang dapat menentukan motivasi

seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu. Hal ini juga sejalan dengan Winkel

(1991:105) yang menyatakan bahwa minat merupakan kecenderungan subyek yang

menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan

merasa senang mempelajari materi itu.

Winkel (1991:105) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi minat

belajar disebut faktor situasional. Faktor situasional itu ada lima aspek yaitu : (1)

Pribadi peserta didik. Aspek pribadi peserta didik mencakup hal-hal seperti taraf

intelegensi, daya kreativitas, kemampuan berbahasa, kecepatan belajar, kadar

motivasi belajar, sikap terhadap tugas belajar, minat dalam belajar, perasaan dalm

belajar, kondisimental dan fisik; (2) Pribadi guru. Pribadi guru mencakup hal-hal

seperti kepribadian, penghayatan nilai-nilai kehidupan, daya kreativitas, motivasi

kerja, keahlian dalam penguasaan materi dan penggunaan prosedur didaktik, gaya

memimpin dan kemampuan bekerjasama; (3) Struktur jaringan hubungan sosial

sekolah. Struktur jaringan hubungan sosial di sekolah mencakup sistem sosial, status

sosial peserta didik, interaksi sosial antara peserta didik dan antara guru dengan

peserta didik, suasana dalam kelas; (4) Sekolah sebagai institusi pendidikan. Sekolah

Page 56: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

sebagai institusi pendidikan mencakup disiplin sekolah, pembentukan satuan-satuan

kelas, pembagian tugas guru, penyusunan jadwal pelajaran, dan hubungan dengan

orang tua; (5) Faktor situasional. Faktor situasional mencakup keadaan sosial

ekonomis, keadaan politik, keadaan musim dan iklim, ketentuan dari instansi-instansi

negara yang berwenang terhadap pengelolaan pendidikan sekolah. Semua aspek ini

dapat berperan dalam kelangsungan proses belajar mengajar di kelas, tetapi tidak

merupakan salah satu komponen dalam belajar mengajar.

Menurut Baharuddin dan Esa N.W. (2010:24) menyatakan bahwa minat

(interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang

besar terhadap sesuatu. Minat memberikan pengaruh terhadap aktivitas belajar.

Berdasarkan uraian di atas, minat belajar dapat dimaknai sebagai dorongan atau

respon, kegairahan, kesenangan, dan ketertarikan yang kuat dari dalam diri peserta

didik terhadap sesuatu yang dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga terjadi

perubahan tingkah laku.

Minat belajar adalah pilihan kesenangan dalam melakukan kegiatan dan dapat

membangkitkan gairah seseorang untuk memenuhi kesediaan yang dapat diukur

melalui kesulitan, ketertarikan, perhatian dan keterlibatan. Berminat terhadap sesuatu

hal mengandung arti menarik diri dalam hal itu. Minat merupakan kekuatan

pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada orang, situasi atau

aktivitas tertentu. Maka dari itu, minat belajar sangat mempengaruhi hasil belajar

peserta didik. Apabila peserta didik memiliki minat belajar tinggi terhadap pelajaran

tertentu maka akan mempermudah peserta didik mempelajarinya. Tetapi sebaliknya,

apabila minat belajar rendah terhadap suatu pelajaran maka akan mempersulit dalam

mempelajarinya.

Page 57: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

9. Hasil Belajar

Agus Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Merujuk pemikiran

Gagne, hasil belajar berupa : (1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mrngungkapkan

pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan

merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak

memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

(2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan

lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,

kemampuan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan

kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. (3) Strategi kognitif yaitu

kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan

ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. (4)

Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani

dalam urusan dan koordiansi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. (5)

Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian

terhadap obyek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan

eksternalisasi nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2009:6-7), hasil belajar mencakup

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge

(pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas,

contoh ) application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan),

synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan

Page 58: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding

(memberikan respons), valuing (nilai), organisation (organisasi), characterization

(karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan routinized.

Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, tekniki, fisik, sosial, manajerial,

dan intelektual.

Hasil belajar peserta didik dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal

peserta didik. Faktor internal peserta didik antara lain kesehatan, intelegensi/IQ,

motivasi, minat, dan keingintahuan. Faktor eksternal antara lain lingkungan keluarga,

serkolah, masyarakat, dan sumber belajar.

Dari beberapa pemikiran para pakar pendidikan tersebut dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah

satu aspek potensi saja. Artinya hasil belajar tidak dilihat secara fragmentaris atau

terpisah, melainkan komprehensif dari beberapa faktor. Dalam penelitian ini akan

diteliti pengaruh faktor internal peserta didik yaitu minat belajar dan interaksi sosial

peserta didik serta faktor eksternal yaitu penggunaan model pembelajaran dalam

usaha untuk mencapai hasil belajar yang optimal pada mata pelajaran biologi.

10. Hakekat Biologi

Menurut Wenno (2008:10) menyatakan bahwa biologi sebagai ilmu harus

diajarkan sesuai dengan hakikat biologi dan teori belajar yang mendasari

pembelajaran biologi. Para ilmuwan biologi mempelajari gejala alam yang

merupakan kajian biologi melalui proses dan sikap ilmiah tertentu. Proses misalnya

pengamatan dan eksperimen, sedangkan sikap ilmiah antara lain mencakup sikap

objektif dan jujur pada saat sedang mengumpulkan dan menganalisis data, sikap

ingin tau yang selalu berkembang, sikap terbuka terhadap pandangan/gagasan baru,

Page 59: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

kritis terhadap pernyataan ilmiah, peduli terhadap lingkungan dan memanfaatkannya

secara bijaksana, tekun, dan tidak percaya pada dongeng.

Dengan menggunakan proses dan sikap ilmiah itu diperoleh penemuan-

penemuan yang dapat berupa fakta atau teori, dan penemuan-penemuan itulah yang

disebut produk ilmiah. Fakta biasanya merupakan hasil pengamatan, konsep

merupakan generalisasi dari beberapa stimulus yang berciri sama, sementara teori

merupakan hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya.

Dengan demikian secara garis besar biologi terdiri atas tiga komponen

keterampilan proses IPA, yaitu (1) sikap ilmiah, (2) proses ilmiah, dan (3) produk

ilmiah. Komponen sikap ilmiah yang perlu dikembangkan adalah tanggung jawab,

keingintahuan, jujur, terbuka, objektif, toleransi, kerja keras, kecermatan bekerja,

disiplin, percaya diri, konsep diri positif, terbuka, menafsirkan gejala alam dari sudut

prinsip-prinsip ilmiah. Pendidikan biologi dalam arti luas bertujuan mengembangkan

kepribadian peserta didik.

Proses dapat dikatakan sebagai perangkat keterampilan kompleks. Proses atau

metode ilmiah merupakan konsep dasar yang dapat dirinci menjadi sejumlah

komponen yang harus dikuasai seseorang apabila orang itu hendak melakukan

penelitian dan pengembangan dalam bidangnya. Dalam pembelajaran biologi yang

paling baik adalah menggunakan keterampilan proses. Proses belajar mengajar

biologi dengan pendekatan keterampilan proses adalah proses belajar mengajar yang

dirancang sedemiklian rupa sehingga peserta didik dapat menemukan fakta-fakta,

membangun konsep-konsep, dan teori-teori dengan keterampilan proses dan sikap

ilmiah peserta didik sendiri sebagai produk. Menyampaikan ide yang dilakukan oleh

peserta didik merupakan cara belajar biologi yang terbaik.

Page 60: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

11. Materi Pembelajaran Ciri-Ciri Makhluk Hidup

a. Organisasi Makhluk Hidup

Makhluk hidup meliputi sekelompok jasad yang pada kondisi tertentu akan

menunjukkan gejala atau tanda-tanda kehidupan. Beberapa hal yang dapat

mencirikan makhluk hidup antara lain adalah kemampuan untuk tumbuh dan

berkembang, kemampuan reproduksi atau memperbanyak diri, kemampuan

melakukan proses metabolisme (termasuk kemampuan menyerap nutrisi dari luar),

kepekaan terhadap rangsangan (baik dalam bentuk rangsangan fisik maupun kimia),

serta kemampuan melakukan interaksi atau komunikasi antarjasad (hidup). Batasan

semacam ini seringkali tidak dapat sepenuhnya menjelaskan gejala atau fenomena

yang terdapat di alam, namun paling tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk

membedakan antara jasad hidup dengan benda mati.

Berdasarkan batasan tersebut di atas, secara umum makhluk hidup dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu makhluk hidup seluler (cellular organism) dan

makhluk hidup bukan seluler ( non- cellular organism). Makhluk hidup seluler

mempunyai satuan (unit) dasar berupa sel, misalnya bakteri dan tanaman tingkat

tinggi. makhluk hidup bukan-seluler tidak tersusun atas sel melainkan satuan yang

lain, misalnya virus yang satuan dasarnya adalah virion. Dalam hal ini batasan

makhluk hidup tidak dapat diterapkan sepenuhnya, terutama pada kelompok

makhluk hidup bukan seluler. Makhluk hidup bukan seluler akan menunjukkan ciri-

ciri hidup apabila berada di dalam sistem biologis yang sesuai (jasad seluler).

Apabila makhluk hidup bukan seluler berada di luar sistem biologis yang sesuai,

maka jasad hidup bukan seluler tidak akan menunjukkan ciri-ciri kehidupan karena

Page 61: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

tidak dapat tumbuh dan berkembang, serta tidak melakukan aktivitas metabolisme di

luar sel inangnya. Hal ini sangat berbeda dengan makhluk seluler karena jasad ini

dapat menunjukkan ciri-ciri kehidupan meskipun berada secara individual di suatu

lingkungan tertentu.

Satuan dasar minimum dari makhluk hidup yang mampu perbanyakan diri

adalah sel, baik pada makhluk tingkat rendah maupun tingkat tinggi. Pada makhluk

hidup yang terdiri dari banyak sel, masing-masing sel juga mempunyai peranan yang

terpadu dengan sel-sel lainnya di dalam jasad tersebut. Semua sel tersusun atas

komponen-komponen kimiawi utama yaitu protein, asam nukleat, lemak, dan

polisakarida. Sel adalah suatu satuan yang dinamis oleh karena selalu mengalami

perubahan. Perubahan sel dapat berupa pertambahan ukuran dan volume, karena

adanya proses pertumbuhan, maupun perubahan fungsi. Bahkan pada waktu sel tidak

mengalami pertumbuhan sebenarnya juga terjadi perubahan di dalam sel karena

adanya proses metabolisme yang lain. Sel akan melakukan transformasi bahan atau

nutrisi menjadi bentuk energi, sebaliknya, energi yang dihasilkan akan digunakan

untuk melakukan transformasi lebih lanjut yang akhirnya akan bermuara dalam

bentuk pertumbuhan dan perkembangan.

b. Metabolisme

Metabolisme dilakukan oleh semua makhluk hidup, mulai dari bakteri,

protozoa, jamur ,tumbuhan, hewan, dan manusia. Metabolisme adalah suatu proses

yang sangat penting bagi semua makhluk hidup. Dalam proses ini makhluk hidup

memperoleh, mengubah dan memanfaatkan senyawa dari lingkungan untuk

Page 62: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

mempertahankan kelangsungan hidup dari makhluk tersebut. Metabolisme

merupakan modifikasi senyawa kimia secara biokimia di dalam organisme dan sel.

Metabolisme mencakup sintesis (anabolisme) dan penguraian (katabolisme) molekul

organik kompleks. Anabolisme adalah suatu peristiwa perubahan senyawa sederhana

menjadi senyawa kompleks adalah peristiwa sintesis atau penyusunan.

Metabolisme total merupakan semua proses biokimia di dalam organisme.

Metabolisme sel mencakup semua proses kimia di dalam sel. Tanpa metabolisme,

makhluk hidup tidak dapat bertahan hidup. Jalur-jalur metabolisme penting

mencakup: metabolisme karbohidrat, metabolisme lemak, metabolisme protein, dan

metabolisme asam nukleat.

Metabolisme karbohidrat. Secara sederhana karbohidrat didefinisikan sebagai

polimer gula. Karbohidrat adalah senyawa karbon yang mengandung sejumlah besar

gugus hidroksil. Karbohidrat terdiri atas atom C, H, dan O. Adapun rumus umum

dari karbohidrat adalah: Cn(H2O)n atau CnH2nOn . Fungsi primer dari karbohidrat

adalah sebagai cadangan energi jangka pendek (gula merupakan sumber energi).

Fungsi sekunder dari karbohidrat adalah sebagai cadangan energi jangka menengah

(pati untuk tumbuhan dan glikogen untuk hewan dan manusia). Fungsi lain adalah

sebagai komponen struktur sel. Dalam bentuk glukosalah massa karbohidrat

makanan diserap ke dalam aliran darah, atau ke dalam bentuk glukosalah karbohidrat

dikonversi di dalam hati, serta dari glukosalah semua bentuk karbohidrat lain dalam

tubuh dapat dibentuk. Glukosa merupakan bahan bakar metabolik utama bagi

jaringan mamalia (kecuali hewan pemamah biak) dan bahan bakar universal bagi

janin.

Page 63: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Pencernaan karbohidrat dicapai dengan hidrolisis untuk membebaskan

oligosakarida, kemudian mono- dan disakarida. Tujuan akhir pencernaan dan

absorpsi karbohidrat adalah mengubah karbohidrat menjadi ikatan-ikatan lebih kecil,

terutama berupa glukosa dan fruktosa, sehingga dapat diserap oleh pembuluh darah

melalui dinding usus halus. Pencernaan karbohidrat kompleks dimulai dari mulut dan

berakhir di usus halus. Pencernaan karbohidrat dilakukan oleh enzim-enzim

disakarida yang dikeluarkan oleh sel-sel mukosa usus halus berupa maltase, sukrase,

dan laktase.

Peranan utama karbohidrat di dalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi

sel-sel tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi. Glukosa memegang peranan

sentral dalam metabolisme karbohidrat. Jaringan tertentu hanya memperoleh energi

dari karbohidrat seperti sel darah merah serta sebagian besar otak dan sistem saraf.

Glukosa merupakan karbohidrat terpenting dalam kaitannya penyediaan energi

dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena semua jenis karbohidrat baik monosakarida,

disakarida, maupun polisakarida yang dikonsumsi oleh manusia akan terkonversi

didalam hati. Glukosa ini kemudian akan berperan sebagai salah satu molekul utama

bagi pembentukan energi di dalam tubuh.

Di dalam tubuh manusia glukosa yang telah diserap oleh usus halus kemudian

akan terdistribusi ke dalam semua sel tubuh melalui aliran darah. Di dalam tubuh,

glukosa tidak hanya dapat tersimpan dalam bentuk glikogen di dalam otot dan hati

namun juga dapat tersimpan pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah (blood

glucose). Glukosa juga berperan sebagai sumber energi utama bagi kerja otak.

Melalui proses oksidasi yang terjadi di dalam sel-sel tubuh, glukosa kemudian akan

digunakan untuk mensintesis molekul ATP (adenosine triphosphate) yang

merupakan molukel molekul dasar penghasil energi di dalam tubuh. Dalam konsumsi

Page 64: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

keseharian, glukosa akan menyediakan hampir 50-75% dari total kebutuhan energi

tubuh.

Tahapan dalam lintasan glikolisis adalah sebagai berikut : Pertama, glukosa

masuk lintasan glikolisis melalui fosforilasi menjadi glukosa-6 fosfat dengan

dikatalisir oleh enzim heksokinase atau glukokinase pada sel parenkim hati dan sel

Pulau Langerhans pancreas. Proses ini memerlukan ATP sebagai donor fosfat. ATP

bereaksi sebagai kompleks Mg-ATP. Terminal fosfat berenergi tinggi pada ATP

yang digunakan, sehingga hasilnya adalah ADP (-1P).

Mg2+

Glukosa + ATP à glukosa 6-fosfat + ADP

Kedua, glukosa 6-fosfat diubah menjadi Fruktosa 6-fosfat dengan bantuan enzim

fosfoheksosa isomerase dalam suatu reaksi isomerasi aldosa-ketosa. Enzim ini hanya

bekerja pada anomer µ-glukosa 6-fosfat

µ-D-glukosa 6-fosfat « µ-D-fruktosa 6-fosfat

Ketiga, fruktosa 6-fosfat diubah menjadi fruktosa 1,6-bifosfat dengan bantuan enzim

fosfofruktokinase yang berperan penting dalam laju glikolisis. Reaksi ini

memerlukan ATP sebagai donor fosfat, sehingga hasilnya adalah ADP.(-1P)

µ-D-fruktosa 6-fosfat + ATP « D-fruktosa 1,6-bifosfat

Keempat, fruktosa 1,6-bifosfat dipecah menjadi 2 senyawa triosa fosfat yaitu

gliserahdehid 3-fosfat dan dihidroksi aseton fosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim

aldolase (fruktosa 1,6-bifosfat aldolase).

D-fruktosa 1,6-bifosfat « D-gliseraldehid 3-fosfat + dihidroksiaseton fosfat

Page 65: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Kelima, gliseraldehid 3-fosfat dapat berubah menjadi dihidroksi aseton fosfat dan

sebaliknya (reaksi interkonversi). Reaksi bolak-balik ini mendapatkan katalisator

enzim fosfotriosa isomerase.

D-gliseraldehid 3-fosfat « dihidroksiaseton fosfat

Keenam, glikolisis berlangsung melalui oksidasi Gliseraldehid 3-fosfat menjadi 1,3-

bifosfogliserat, dan karena aktivitas enzim fosfotriosa isomerase, senyawa dihidroksi

aseton fosfat juga dioksidasi menjadi 1,3-bifosfogliserat melewati gliseraldehid 3-

fosfat.

D-gliseraldehid 3-fosfat + NAD+ + Pi« 1,3-bifosfogliserat + NADH + H+

Atom-atom hidrogen yang dikeluarkan dari proses oksidasi ini dipindahkan

kepada NAD+ yang terikat pada enzim. Pada rantai respirasi mitokondria akan

dihasilkan tiga fosfat berenergi tinggi. (+3P).

Ketujuh, energi yang dihasilkan dalam proses oksidasi disimpan melalui

pembentukan ikatan sulfur berenergi tinggi, setelah fosforolisis, sebuah gugus fosfat

berenergi tinggi dalam posisi 1 senyawa 1,3 bifosfogliserat. Fosfat berenergi tinggi

ini ditangkap menjadi ATP dalam reaksi lebih lanjut dengan ADP, yang dikatalisir

oleh enzim fosfogliserat kinase. Senyawa sisa yang dihasilkan adalah 3-fosfogliserat.

1,3-bifosfogliserat + ADP « 3-fosfogliserat + ATP

Kedelapan, 3-fosfogliserat diubah menjadi 2-fosfogliserat dengan dikatalisir oleh

enzim fosfogliserat mutase. Senyawa 2,3-bifosfogliserat (difosfogliserat, DPG)

merupakan intermediate dalam reaksi ini.

3-fosfogliserat « 2-fosfogliserat

Kesembilan, 2-fosfogliserat diubah menjadi fosfoenol piruvat (PEP) dengan bantuan

enzim enolase. Reaksi ini melibatkan dehidrasi serta pendistribusian kembali energi

di dalam molekul, menaikkan valensi fosfat dari posisi 2 ke status berenergi tinggi.

Page 66: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Enolase dihambat oleh fluoride, suatu unsure yang dapat digunakan jika glikolisis di

dalam darah perlu dicegah sebelum kadar glukosa darah diperiksa. Enzim ini

bergantung pada keberadaan Mg2+ atau Mn2+.

2-fosfogliserat « fosfoenol piruvat + H2O

Kesepuluh, fosfat berenergi tinggi PEP dipindahkan pada ADP oleh enzim piruvat

kinase sehingga menghasilkan ATP.

Fosfoenol piruvat + ADP à piruvat + ATP

Kesebelas, jika keadaan bersifat anaerob (tak tersedia oksigen), reoksidasi NADH

melalui pemindahan sejumlah unsure ekuivalen pereduksi akan dicegah. Piruvat akan

direduksi oleh NADH menjadi laktat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim laktat

dehidrogenase.

Piruvat + NADH + H+ à L(+)-Laktat + NAD+

Gambar 2.1 Lintasan oksidasi piruvat (dipetik dari: Murray dkk. 2009. Biokimia Harper)

Page 67: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Dalam keadaan aerob, piruvat diambil oleh mitokondria, dan setelah konversi

menjadi asetil-KoA, akan dioksidasi menjadi CO2 melalui siklus asam sitrat (Siklus

Kreb’s). Dengan adanya TDP (thiamine diphosphate), piruvat didekarboksilasi

menjadi derivate hidroksietil tiamin difosfat terikat enzim oleh komponen kompleks

enzim piruvat dehidrogenase. Akhirnya flavoprotein tereduksi ini dioksidasi oleh

NAD+, akibatnya memindahkan ekuivalen pereduksi kepada rantai respirasi.

Piruvat + NAD+ + KoA à Asetil KoA + NADH + H+ + CO2

Siklus asam sitrat sering disebut sebagai siklus Kreb’s dan siklus asam

trikarboksilat dan berlangsung di dalam mitokondria. Siklus asam sitrat merupakan

jalur bersama oksidasi karbohidrat, lipid dan protein. Fungsi utama siklus asam sitrat

adalah sebagai lintasan akhir bersama untuk oksidasi karbohidrat, lipid dan protein.

Hal ini terjadi karena glukosa, asam lemak dan banyak asam amino dimetabolisir

menjadi asetil KoA atau intermediat yang ada dalam siklus tersebut.

Selama proses oksidasi asetil KoA di dalam siklus, akan terbentuk ekuivalen

pereduksi dalam bentuk hidrogen atau elektron sebagai hasil kegiatan enzim

dehidrogenase spesifik. Unsur ekuivalen pereduksi ini kemudian memasuki rantai

respirasi tempat sejumlah besar ATP dihasilkan dalam proses fosforilasi oksidatif.

Pada keadaan tanpa oksigen (anoksia) atau kekurangan oksigen (hipoksia) terjadi

hambatan total pada siklus tersebut. Enzim-enzim siklus asam sitrat terletak di dalam

matriks mitokondria, baik dalam bentuk bebas ataupun melekat pada permukaan

dalam membran interna mitokondria sehingga memfasilitasi pemindahan unsur

ekuivalen pereduksi ke enzim terdekat pada rantai respirasi, yang bertempat di dalam

membran interna mitokondria.

Page 68: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Gambar 2.2 Siklus asam sitrat sebagai jalur bersama metabolisme karbohidrat, lipid dan

protein (dipetik dari: Murray dkk. 2009.Biokimia Harper)

Page 69: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Gambar 3.3 Lintasan detail Siklus Kreb’s (dipetik dari: Murray dkk. 2009. Biokimia Harper)

Reaksi-reaksi pada siklus asam sitrat diuraikan sebagai berikut:

1. Asetil KoA + Oksaloasetat + H2O à Sitrat + KoA

2.

3. Isositrat + NAD+ « Oksalosuksinat « µ–ketoglutarat + CO2 + NADH + H+ (terikat enzim)

4. µ–ketoglutarat + NAD+ + KoA à Suksinil KoA + CO2 + NADH + H+

Sitrat Sis-akonitat (terikat enzim)

Isositrat

H2

O H2

O

Page 70: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

5. Suksinil KoA + Pi + ADP « Suksinat + ATP + KoA

6. Suksinat + FAD « Fumarat + FADH2

Tahap pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan glukosa (glikolisis)

menjadi piruvat. Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA yang masuk ke

dalam rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi energi. Proses ini

terjadi jika kita membutuhkan energi untuk aktifitas, misalnya berpikir, mencerna

makanan, bekerja dan sebagainya. Jika kita memiliki glukosa melampaui kebutuhan

energi, maka kelebihan glukosa yang ada akan disimpan dalam bentuk glikogen.

Proses anabolisme ini dinamakan glikogenesis.

Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus

dipecah untuk mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan

glikogenolisis. Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis, akan tetapi

sebenarnya tidak demikian.

Glukoneogenesis terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi.

Maka tubuh adalah menggunakan lemak sebagai sumber energi. Jika lemak juga tak

tersedia, barulah memecah protein untuk energi yang sesungguhnya protein berperan

pokok sebagai pembangun tubuh. Jadi bisa disimpulkan bahwa glukoneogenesis

adalah proses pembentukan glukosa dari senyawa-senyawa non karbohidrat, bisa dari

lipid maupun protein.

Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang

merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubngkan satu sama

lain dengan ikatan peptide. Molekul protein mengandung karbon, hydrogen, oksigen

dan nitrogen dan kadang kala sulfur dan fosfor. Protein berperan penting dalam

struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Protein terdapat dalam

Page 71: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

hampir segala macam makanan. Protein adalah salah satu bio-makromolekul yang

penting perananya dalam makhluk hidup.

Gambar 3.4 Ringkasan jalur glukoneogenesis (dipetik dari: Murray dkk.2009. Biokimia

Harper)

Page 72: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Berdasarkan fungsi biologisnya protein dibedakan atas protein struktural,

protein enzim, protein pelindung, protein hormon, protein kontraktil, protein

pengangkut dan protein simpanan. Protein struktural atau protein pembangun adalah

sebagai pementuk struktur bahan atau jaringan dan memberi kekuatan pada jaringan,

sebagian protein ini adalah fibrosa yang tidak larut dalam air. Contohnya kolagen,

keratin elastin dan fibroin. Protein enzim berfungsi sebagai biokatalisator dan

mempunyai bentuk globular. Contonya : hidrolase, oksido-reduktase, transferase,

liase, ligase, dan isomerase.

Protein pengangkut mempunyai fungsi untuk membawa ion atau molekul

tertentu dari suatu organ ke organ lain melalui aliran darah, contohnya : hemoglobin,

seruloplasmin, serum albumin, lipoprotein, mioglobin. Protein kontraktil berperan

dalam proses gerak dimana dapat memberikan kemampuan pada sel untuk

berkontraksi, bergerak atau berubah bentuk, contohnya: aktin dan myosin. Protein

pelindung merupakan protein yang spesifik yang berada didalam darah yang

berperan melindungi serangan zat asing yang masuk kedalam tubuh, contohnya:

antibody atau immunoglobulin. Protein simpanan adalah jenis protein yang disimpan

atau dibuat sebagai cadangan untuk berbagai proses metabolisme, contohnya:

gliadin, ovalbumin, kasein. Protein hormone, tidak semua hormone merupakan

protein.

Secara umum fungsi protein didalam tubuh adalah mensintesis substansi-

substansi penting seperti hormone, enzim, antibody dan kromosom; mendorong

pertumbuhan, perbaikan dan pemeliharaan struktur tubuh mulai dari sel, jaringan

sampai organ; memacu dan berpartisipasi dalam berbagai reaksi kimia dan biologis

Page 73: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

(biokatalisator); menyeimbangkan cairan dalam tubuh (asam-basa) karena amfoter

(dapat bersifat asam atau basa); berfungsi sebagai buffer (penyangga pH) yang

efekitf; menyediakan energi.

Protein memainkan berbagai peranan dalam benda hidup dan bertanggung

jawab untuk fungsi dan ciri-ciri benda hidup. Keistimewaan lain dari protein ini

adalah strukturnya yang mengandung N, C, H, O, S, disamping C, H, O (seperti juga

karbohidrat dan lemak), dan S kadang-kadang P, Fe dan Cu (sebagai senyawa

kompleks dengan protein).

Metabolisme protein tidak secara langsung terlibat dalam memproduksi energi,

tetapi metabolisme protein terlibat dalam produksi enzim, beberapa hormon,

komponen struktural, dan protein spesifik. Asam-asam amino yang terbentuk

digunakan untuk biosintesis glukosa melalui tingkat-tingkat glikoneogenesis. Melalui

mekanisme reaksi yang bertingkat, asam ketokarboksilat dapat diubah menjadi asetil

-koA yang kemudian masuk kedalam siklus krebs untuk mendapatkan energi.

Di dalam tubuh protein dihidrolisis menjadi asam amino, sementara hewan dan

manusia tidak dapat menyimpan kelebihan asam amino dan harus dikeluarkan dari

tubuh melalui proses metabolism lebih lanjut. Degradasi asam amino protein

menghasilkan limbah nitrogen berupa ammonia. Senyawa ini bersifat racun bagi

organism tertentu, agar tidak beracun gugus amino diekskresikan keluar tubuh dalam

bentuk urea sebagai bentuk ekskresi nitrogen. Urea disintesis melalui dijalur urea

seperti berikut ini.

Page 74: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Gambar 2.5 Siklus Urea

c. Responsif

Organisme multiseluler memerlukan mekanisme untuk komunikasi antar sel

agar dapat memberi respon dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan eksterna

dan interna yang selalu berubah. Sistem Endokrin dan susunan saraf merupakan alat

utama dimana tubuh mengkomunikasikan antara berbagai jaringan dan sel. Sistem

saraf sering diipandang sebagai pembawa pesan melalui sistem struktural yang tetap.

Sistem Endokrin dimana berbagai macam” hormon “disekresikan oleh kelenjar

spesifik , diangkut sebagai pesan yang bergerak untuk bereaksi pada sel atau organ

targetnya (definisi klasik dari hormon). Kata hormon berasal dari istilah Yunani yang

berarti membangkitkan aktifitas.

Page 75: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Hormon merupakan mediator kimia yang mengatur aktivitas sel / organ

tertentu. Sekresi hormonal dikenal dengan cara dimana hormon disintesis dalam

suatu jaringan diangkut oleh sistem sirkulasi untuk bekerja pada organ lain disebut

sebagai fungsi Endokrin. Ini bisa dilihat dari sekresi hormon insulin oleh pulau β

Langerhans Pankreas yang akan dibawa melalui sirkulasi darah ke organ targetnya

sel-sel hepar.

Jika hormon sudah berinteraksi dengan reseptor spesifiknya pada sel-sel target,

maka peristiwa-peristiwa komunikasi intraseluler dimulai. Hal ini dapat melibatkan

reaksi modifikasi yang dapat mempengaruhi pada ekspresi gen dan kadar ion.

Gambar 2.6 Sel Target

Page 76: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Gambar 2.7 Cara Hormon Mencapai sel Target

Asam lemak merupakan sekelompok senyawa hidrokarbon yang rantai panjang

dengan gugus karboksilat pada . Asam lemak memiliki empat peranan utama.

Pertama, asam lemak merupakan unit penyusun fosfolipid dan glikolipid.

Kedua, banyak protein dimodifikasi oleh ikatan kovalen asam lemak, yang

menempatkan protein-protein tersebut ke lokasi-lokasinya pada membran . Ketiga,

asam lemak merupakan molekul bahan bakar. Keempat, derivat asam lemak berperan

sebagai hormon dan cakra intrasel.

Lipid utama dalam makanan adalah triasilgliserol, dan dalam jumlah yang lebih

sedikit yaitu fosfolipid. Keduanya adalah molekul hidrofobik, dan harus dihidrolisis

dan diemulsifikasi menjadi butiran yang sangat halus (misel) sebelum dapat diserap.

Triasilgliserol merupakan cadangan energi yang sangat besar karena dalam bentuk

tereduksi dan bentuk anhidrat. Oksidasi sempurna asam lemak menghasilkan energi

sebesar 9 kkal/g dibandingkan karbohidrat dan protein yang menghasilkan energi

sebesar 4 kkal/g.

Page 77: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

d. Reproduksi

Kemampuan organisme untuk mereproduksi jenisnya merupakan salah satu

karakteristik yang membedakan antara makhluk hidup dengan benda mati.

Kemampuan yang unik untuk menghasilkan keturunan memiliki dasar seluler, yaitu

setiap sel berasal dari sel. Kelangsungan kehidupan didasarkan pada reproduksi sel,

atau pembelahan sel. Sejenis menghasilkan sejenis, organisme menurunkan

organisme yang sama. Keturunan akan lebih menyerupai orangtuanya daripada

individu-individu lain yang spesiesnya sama namun hubungannya lebih jauh.

Kehidupan suatu sel yang dimulai dari asal-usulnya dalam pembelahan sel induk

hingga pembelahan dirinya sendiri menjadi dua bagian. Pembelahan sel berfungsi

dalam reproduksi, pertumbuhan, dan perbaikan.

Reproduksi pada makhluk hidup ada dua macam, yaitu reproduksi aseksual

(vegetatif) dan seksual (generatif). Reproduksi aseksual terjadi seperti pada

organisme bersel tunggal membelah untuk membentuk keturunan duplikatnya,

pembelahan suatu sel mereproduksi seluruh organisme. Pembelahan sel pada

organisme multiseluler dapat tumbuh dan berkembang dari satu sel tunggal, yaitu sel

telur yang dibuahi. Setelah organisme dewasa pembelahan sel berperan dalam

pembaharuan dan perbaikan, penggantian sel yang mati. Pembelahan sel

mendistribusikan kumpulan kromosom yang identik ke sel anak melalui pembelahan

mitosis. Pembelahan mitosis adalah pembelahan nukleus, biasanya segera diikuti

oleh sitokinasis, yaitu pembelahan sitoplasma. Pada proses pembelahan ini , dari satu

sel induk menjadi dua sel anak yang memiliki informasi genetik yang ekuivalen

dengan sel induknya. Proses yang sama berlanjut untuk menghasilkan sel-sel baru

untuk menggantikan sel-sel yang rusak atau sel yang mati. Jadi, pada reproduksi

Page 78: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

aseksual satu induk menghasilkan keturunan dengan sifat genetik yang identik lewat

proses mitosis.

Meiosis adalah pembelahan sel untuk memproduksi sel gamet yang

menghasilkan sel anak yang memiliki separuh jumlah kromosom sel induknya. Pada

setiap generasi manusia, meiosis mengurangi jumlah kromosom dari 46 menjadi 23.

Reproduksi seksual didahului oleh proses fertilisasi/pembuahan/singami. Fertilisasi

dapat terjadi dengan cara hubungan seksual, dimana sel sperma haploid dari bapak

mencapai dan bersatu dengan ovum haploid dari ibu. Fertilisasi menggabungkan

gamet (sel sperma dan ovum) dan menggandakan jumlah kromosom kembali

menjadi 46 kromosom dalam somatis, sebenarnya adalah dua set yang terdiri dari 23

kromosom, satu set maternal dan satu set paternal.

Meiosis dan fertilisasi merupakan ciri unik dari reproduksi seksual. Meiosis

dan fertilisasi saling bergantian dalam siklus hidup seksual. Meskipun

kemunculannya bergantian antara meiosis dengan fertilisasi, waktu terjadinya kedua

peristiwa dalam siklus hidup bervariasi, tergantung pada spesiesnya. Pada reproduksi

seksual mengkombinasi gen-gen yang berasal dari dua induk (orang tua) yang

berbeda untuk menghasilkan keturunan dengan sifat genetik yang berbeda-beda.

e. Mutasi, Evolusi, dan Adaptasi

Evolusi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme

dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh

kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang

menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan suatu

makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme

bereproduksi, keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat

Page 79: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

diperoleh dari perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan

antar spesies. Pada spesies yang bereproduksi secara seksual, kombinasi gen yang

baru juga dihasilkan oleh rekombinasi genetika yang dapat meningkatkan variasi

antara organisme.

Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih

umum atau langka dalam suatu populasi. Evolusi didorong oleh dua mekanisme

utama, yaitu seleksi alam dan hanyutan genetik. Seleksi alam merupakan sebuah

proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup

dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi dan sebaliknya,

sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan

sifat-sifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih

banyak individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang

menguntungkan ini. Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi

perubahan kecil sifat yang terjadi secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi

alam.

Sementara itu, hanyutan genetik (Genetic Drift) merupakan sebuah proses

bebas yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi. Proses

ini mencapai puncaknya dengan menghasilkan spesies yang baru. Dan sebenarnya,

kemiripan antara organisme yang satu dengan organisme yang lain mensugestikan

bahwa semua spesies yang kita kenal berasal dari nenek moyang yang sama melalui

proses divergen yang terjadi secara perlahan ini.

Fenotipe suatu individu organisme dihasilkan dari genotipe dan pengaruh

lingkungan organisme tersebut. Variasi fenotipe yang substansial pada sebuah

populasi diakibatkan oleh perbedaan genotipenya. Variasi menghilang ketika sebuah

Page 80: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

alel mencapai titik fiksasi, yakni ketika ia menghilang dari suatu populasi ataupun ia

telah menggantikan keseluruhan alel leluhur. Variasi berasal dari mutasi bahan

genetika, migrasi antar populasi (aliran gen), dan perubahan susunan gen melalui

reproduksi seksual. Variasi juga datang dari tukar ganti gen antara spesies yang

berbeda; contohnya melalui transfer gen horizontal pada bakteria dan hibridisasi

pada tanaman.

Mutasi merupakan perubahan pada urutan DNA sel genom dan diakibatkan

oleh radiasi, virus, transposon, bahan kimia mutagenik, serta kesalahan selama

proses meiosis ataupun replikasi DNA. Mutagen-mutagen ini menghasilkan beberapa

jenis perubahan pada urutan DNA. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan produk

gen, mencegah gen berfungsi, atupun tidak menghasilkan efek sama sekali. Oleh

karena efek-efek merugikan mutasi terhadap sel, organisme memiliki mekanisme

reparasi DNA untuk menghilangkan mutasi. Mutasi dapat melibatkan duplikasi

fragmen DNA yang besar, yang merupakan sumber utama bahan baku untuk gen

baru yang berevolusi, dengan puluhan sampai ratusan gen terduplikasi pada genom

hewan setiap satu juta tahun.

Seleksi alam dalam sebuah populasi untuk sebuah sifat yang nilainya

bervariasi, misalnya tinggi badan, dapat dikategorikan menjadi tiga jenis. Yang

pertama adalah seleksi berarah (directional selection), yang merupakan geseran nilai

rata-rata sifat dalam selang waktu tertentu, misalnya organisme cenderung menjadi

lebih tinggi. Kedua, seleksi pemutus (disruptive selection), merupakan seleksi nilai

ekstrem, dan sering mengakibatkan dua nilai yang berbeda menjadi lebih umum

(dengan menyeleksi keluar nilai rata-rata). Hal ini terjadi apabila baik organisme

yang pendek ataupun panjang menguntungkan, sedangkan organisme dengan tinggi

Page 81: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

menengah tidak. Ketiga, seleksi pemantap (stabilizing selection), yaitu seleksi

terhadap nilai-nilai ektrem, menyebabkan penurunan variasi di sekitar nilai rata-rata.

Hal ini dapat menyebabkan organisme secara perlahan memiliki tinggi badan yang

sama.

Adaptasi merupakan struktur atau perilaku yang meningkatkan fungsi organ

tertentu, menyebabkan organisme menjadi lebih baik dalam bertahan hidup dan

bereproduksi. Ia diakibatkan oleh kombinasi perubahan acak dalam skala kecil pada

sifat organisme secara terus menerus yang diikuti oleh seleksi alam varian yang

paling cocok terhadap lingkungannya. Proses ini dapat menyebabkan penambahan

ciri-ciri baru ataupun kehilangan ciri-ciri leluhur.

Namun, banyak sifat-sifat yang tampaknya merupakan adapatasi sederhana

sebenarnya merupakan eksaptasi, yakni struktur yang awalnya beradaptasi untuk

fungsi tertentu namun secara kebetulan memiliki fungsi-fungsi lainnya dalam proses

evolusi. Selama adaptasi, beberapa struktur dapat kehilangan fungsi awalnya dan

menjadi struktur vestigial. Struktur tersebut dapat memiliki fungsi yang kecil atau

sama sekali tidak berfungsi pada spesies sekarang, namun memiliki fungsi yang jelas

pada spesies leluhur atau spesies lainnya yang berkerabat dekat.

B. Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Ratna Kartikawati (2009 ) di SMK

Gamaliel I Madiun, yang berjudul: Pembelajaran Kimia Model Think Pairs Share

(TPS) dan Model Make a Match (MAM) ditinjau dari Interaksi Sosial dan Minat

Belajar Siswa, diperoleh hasil ada pengaruh interaksi sosial (tinggi dan rendah)

3terhadap prestasi belajar. Prestasi belajar peserta didik yang memiliki interaksi

Page 82: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

sosial tinggi lebih baik dari pada peserta didik yang memiliki interaksi sosial rendah.

Begitu pula minat belajar (tinggi dan rendah) terhadap prestasi belajar. Prestasi

belajar peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik dari pada peserta

didik yang memiliki minat belajar rendah. Hal yang membedakan dengan penelitian

yang dilaksanakan peneliti adalah tipe dari model pembelajaran kooperatifnya, pada

penelitian Ratna Kartikawati menggunakan tipe Think Pairs Share (TPS) dan Model

Make a Match (MAM), sedangkan pada penelitian yang dilaksanakanan peneliti

adalah tipe Bamboo Dancing dan NHT. Adapun persamaannya adalah sama-sama

menggunakan model kooperatif dan tinjaunnya dari interaksi sosial dan minat

belajar.

Berdasarkan hasil penelitian di SMA N 1 dan SMA N 2 Telukdalam, Nias

Selatan oleh Abdiel Ranesaro Sarumaha (2009), tentang pengaruh penerapan

pembelajaran NHT dan NHT + Metakognitif berpengaruh terhadap pemahaman

konsep dan keterampilan metakognitif siswa. Namun demikian, penggunaan NHT +

Metakognitif memberikan pengaruh lebih tinggi dibandingkan penggunaan NHT

saja. Hal yang membedakan dengan penelitian yang dilaksanakan peneliti adalah

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT+ Metakognitif dan pada

variabel terikatnya yaitu pemahaman konsep dan keterampilan metakognitif.

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SMP Samarinda oleh Eltje

Theodora Maasawet (2009), terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif Snowballing

dan NHT terhadap kemampuan berpikir kritis, hasil belajar kognitif sains biologi ,

dan sikap sosial siswa. Hal yang membedakan dengan penelitian yang dilaksanakan

peneliti adalah model pembelajaran yang digunakan oleh Eltje Theodora Maasawet

yaitu Snowballing dan pada variabel terikatnya yaitu kemampuan berpikir kritis,

hasil belajar kognitif sains biologi , dan sikap sosial siswa.

Page 83: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di kelas X-5 SMAN 7

Malang oleh Ainussholiha Noor (2009), diperoleh hasil bahwa penerapan

pembelajaran dengan NHT dapat meningkatkan hasil belajar biologi untuk aspek

kognitif dan aspek afektif peserta didik. Hal yang membedakan dengan penelitian

yang dilaksanakan peneliti adalah pada penelitian Ainussholiha Noor hanya

menggunakan satu tipe model saja dan tanpa memperhatikan faktor internal peserta

didik seperti interaksi sosial dan minat belajar.

Penelitian yang dilaksanakan di SMA Taruna Magelang oleh Stepanus Legiyo

(2009), diperoleh hasil penggunaan NHT dan TPS ada pembelajaran fisika ditinjau

dari sikap sosial siswa, dapat meningkatkatkan prestasi belajar peserta didik. Begitu

pula, peserta didik yang memiliki sikap sosial tinggi berprestasi lebih tinggi, yang

sikap sosial rendah berprestasi lebih rendah, Hal yang membedakan dengan

penelitian yang dilaksanakan peneliti adalah pada penelitian Stepanus Legiyo salah

satu model pembelajaran kooperatifnya menggunakan tipe TPS dan yang

diperhatikan adalah sikap sosial siswa.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SMPN 3 Pahandut

Palangkaraya oleh Supramono (2007), yang berjudul: Penerapan Model Kooperatif

Tipe NHT (Number Head Together) pada Konsep Gerak pada Tumbuhan di Kelas

VIII-6 SMPN-3 Pahandut Palangkaraya, diperoleh simpulan bahwa penerapan model

kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan ketuntasan belajar dan respon siswa baik di

segala aspek. Hal yang membedakan dengan penelitian yang dilaksanakan peneliti

adalah pada penelitian Supramono hanya menggunakan satu tipe pembelajaran

kooperatif tanpa memperhatikan faktor internal peserta didik seperti interaksi sosial

dan minat belajar.

Page 84: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Menurut penelitian dari Burcin Acar and Leman Tarhana (2005) yang

berjudul: Effect of Cooperative Learning Strategies on Students Understanding of

Concepts in electrochemistry, pada High School Science Turkey diperoleh hasil

sebagai berikut : The result from the t-test indicated that the student who were

trained using cooperative learning instruction had significantly higher score in terms

of achievement than those tought by the traditional approach. According to the post-

test and interview, it was also found that instruction for the cooperative group was

more successful in remediati. Dimana Peserta didik yang belajar dengan

pembelajaran kooperatif memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi secara signifikan

dibanding dengan pembelajaran tradisional. Hal yang membedakan dengan

penelitian yang dilaksanakan peneliti adalah pada penelitian Burcin Acar and Leman

Tarhana tipe yang digunakan tidak diketahui dan tanpa memperhatikan faktor

internal peserta didik seperti interaksi sosial dan minat belajar.

Berdasarkan hasil penelitian internasional berikutnya dengan judul:

Cooperative Learning An Alternative to Teaching at a Medieval University ( George

M. Bodner, Patricia A.Metz, dan Ken Tobin.1997 ), diperoreh simpulan : Particular

attention is paid to what has been learned from evaluation of the techniques know as

cooperative learning. Dengan pembelajaran kooperatif menunjukkan bahwa peserta

didik aktif dalam proses pembelajaran. Hal yang membedakan dengan penelitian

yang dilaksanakan peneliti adalah pada penelitian George M. Bodner, Patricia

A.Metz, dan Ken Tobin tipe pembelajaran kooperatif yang digunakan tidak diketahui

dan yang diperhatikan hanya keaktifan peserta didik tanpa memperhatikan faktor

internal peserta didik seperti interaksi sosial dan minat belajar.

Page 85: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Hasil penelitian dari Kemal Doymus Umit Simsek, Atanam Karacop, dan

Sukru Ada (2009) yang berjudul Effect of Two Cooperative Learning Strategies on

Teaching and Learning Topics of Thermochemistry, diperoleh hasil sebagai berikut :

The results indicated that the instruction based on group investigation techniques,

caused a significantly better achievement in terms of the TAT and PNMET compared

to jigsaw technique designed chemistry instruction. Hal yang membedakan dengan

penelitian yang dilaksanakan peneliti adalah pada penelitian Kemal Doymus Umit

Simsek, Atanam Karacop, dan Sukru Ada tipe pembelajaran kooperatif yang

digunakan GI dan Jigsaw dan tanpa memperhatikan faktor internal peserta didik

seperti interaksi sosial dan minat belajar.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh Nesrin OZSOY dan

Nazli YILDIZ (2004), yang berjudul: The Effect of Laerning Together Technique of

Cooperative Learning Method on Student Achievement in Mathematics Teaching 7th

Class of Primary School, diperoleh simpulan sebagai berikut : Conclusions showed

that there is a significant difference between the results of experiment and control

groups. Learning Together technique of cooperative learning method is more

effective that tradisional teaching methods. Pembelajaran kooperatif lebih efektif

daripada pembelajaran tradisional. Hal yang membedakan dengan penelitian yang

dilaksanakan peneliti adalah pada penelitian Nesrin OZSOY dan Nazli YILDIZ

pembelajaran kooperatif yang digunakan tidak diketahui dan menggunakan

pembelajaran tradisional sebagai kontrol serta tanpa memperhatikan faktor internal

peserta didik seperti interaksi sosial dan minat belajar.

Page 86: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

C. Kerangka Berpikir

Dari kajian teori dapat disusun kerangka berpikir yang dapat digunakan untuk

memperoleh jawaban sementara atas permasalahan yang muncul.

1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan

NHT terhadap hasil belajar biologi.

Karakteristik dari materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup adalah materi yang sebagian

bersifat konkrit dan sebagian bersifat abstrak. Dalam proses pembelajaran ini peserta

didik melakukan pengamatan di lingkungan sekolah, sehingga peserta didik sudah

memiliki bekal dari hasil pengamatan langsung. Untuk itulah, dalam pembelajaran

dapat dilakukan dengan metode diskusi melalui pembelajaran kooperatif. Model

pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing memiliki keunggulan dimana peserta

didik akan lebih bertanggung jawab akan tugasnya, berusaha untuk bisa bekerja sama

dengan sesama teman, dan berusaha untuk bisa menyampaikan informasi dengan

baik. Sedangkan model pembelajaran kooperatif NHT juga memiliki keunggulan

yang dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerja sama, dan keberanian untuk

mengemukakan pendapat pada peserta didik yang lain. Penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT diduga dapat

mempengaruhi hasil belajar biologi, karena sesuai dengan karakteristik peserta didik.

Dari kedua tipe pembelajaran kooperatif itu diduga tipe Bamboo Dancing akan

lebih unggul dibandingkan dengan tipe NHT, karena tipe Bamboo Dancing terdapat

diskusi dengan kelompok lebih kecil dari NHT, sehingga lebih fokus dalam

penyelesaian tugasnya dan peserta didik lebih besar keterlibatannya dalam

pembelajaran. Hal ini sesuai dengan teori belajar Peaget yang menyatakan bahwa

Page 87: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada seberapa besar anak aktif

memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannnya. Ketepatan pemilihan

dan penggunaan model pembelajaran akan membantu peserta didik dalam mencapai

tujuan yang telah direncanakan dan membantu guru dalam pembelajaran dapat lebih

terarah.

2. Pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar

biologi .

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang

menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Dalam

kegiatan belajar mengajar kondisi peserta didik beraneka ragam, ada yang interaksi

sosialnya tinggi dan rendah. Bentuk interaksi sosial adalah kerja sama (cooperation),

persaingan (competition), perpaduan (asimilasi), akomodasi (accomodation), dan

pertentangan atau pertikaian (conflict).

Peserta didik yang memiliki interaksi sosial tinggi memiliki ciri-ciri antara lain:

mampu bekerja sama dengan baik, selalu berusaha menyelesaikan

konflik/pertentangan dengan baik, dapat saling memotivasi antar teman, selalu

berusaha dan bersaing untuk mencapai tujuan, dan ambisius dalam mencapai tujuan.

Untuk peserta didik yang memiliki interaksi sosial rendah memiliki ciri-ciri

sebaliknya dari peserta didik yang memiliki interaksi sosial tinggi. Interaksi sosial

dapat dibangun melalui pembelajaran kooperatif.

Tinggi rendahnya interaksi sosial peserta didik diduga dapat mempengaruhi

hasil belajar biologi, dikarenakan peserta didik yang memiliki interaksi sosial tinggi

Page 88: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

akan mudah mendapatkan dan memberikan pemahamannya dengan cara berinteraksi

dengan sesama temannya. Hal ini sesusai dengan teori Vygotsky yang menekankan

peserta didik mengonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain

(sosiokultural).

3. Pengaruh minat belajar tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar

biologi

Minat belajar adalah pilihan kesenangan dalam melakukan kegiatan dan dapat

membangkitkan gairah seseorang untuk memenuhi kesediaan yang dapat diukur

melalui kesulitan, ketertarikan, perhatian, dan keterlibatan. Minat belajar yang

dimiliki peserta didik dalam pembelajaran biologi ada yang tinggi dan ada yang

rendah. Maka, guru biologi memiliki tugas membangkitkan minat peserta didiknya.

Peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi memiliki ciri-ciri antara lain: peserta

didik memiliki keinginan/hasrat yang tinggi dalam pembelajaran, ada kecenderungan

melakukan aktivitas dengan cepat dan tepat, memiliki semangat dan gairah yang

tinggi untuk belajar. Peserta didik yang minat belajarnya rendah memiliki ciri-ciri

sebaliknya dari peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi.

Tinggi rendahnya minat belajar biologi diduga dapat mempengaruhi hasil belajar

biologi. Peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi akan memperoleh hasil

belajar lebih baik dari pada peserta didik yang memiliki minat belajar rendah. Hal

ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan. Daryono (2010:38) bahwa minat besar

pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai

dengan minat peserta didik, maka peserta didik tidak akan belajar dengan sebaik-

baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.

Page 89: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

4. Interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT

dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar biologi.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT

merupakan faktor dari luar peserta didik yang dapat mempengaruhi hasil belajar

biologi. Sedangkan, interaksi sosial merupakan faktor dari dalam diri peserta didik.

Interaksi antara model pembelajaran dengan interaksi sosial diduga dapat

mempengaruhi hasil belajar biologi. Dimana peserta didik yang memiliki interaksi

sosial rendah dengan pembelajaran kooperatif dapat terbantu dalam proses

pembelajarannya, sehingga hasil belajar meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat

Stahl dalam Isjoni (2009:15) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik lebih baik dan meningkatkan sikap tolong

menolong dalam perilaku sosial. Begitu pula menurut teori Vygotsky yang

menekankan peserta didik mengonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial

dengan orang lain. Jadi, susunan kelas yang dikehendaki Vygotsky adalah susunan

kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar peserta didik, sehingga peserta didik

dapat berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-

strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD.

5. Interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT

dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT

merupakan faktor dari luar peserta didik yang dapat mempengaruhi hasil belajar

biologi. Sedangkan, minat belajar biologi merupakan faktor dari dalam diri peserta

didik. Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan dapat membangkitkan minat

Page 90: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

belajar, sehingga peserta didik yang memiliki minat belajar rendah dapat lebih

tertarik dan senang dalam proses pembelajarannya. Hal ini akan berdampak positif

pada peningkatan hasil belajar.

Interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar diduga dapat

mempengaruhi hasil belajar biologi. Hal ini sesuai dengan teori Peaget dimana

tingkat perkembangan usia didik kelas VII adalah tingkat operasional formal dan

peserta didik cenderung menginginkan belajar dalam suasana yang menyenangkan

dan nyata. Jadi, dengan model pembelajaran yang menyenangkan akan membangun

minat peserta didik.

6. Interaksi antara interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil

belajar biologi.

Interaksi sosial dan minat belajar merupakan faktor dari dalam diri peserta

didik diduga dapat mempengaruhi hasil belajar biologi secara bersama-sama.

7. Interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT

dengan interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar

biologi.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan

Numbered Heads Together (NHT) merupakan faktor dari luar peserta didik yang

dapat mempengaruhi hasil belajar biologi. Sedangkan, interaksi sosial dan minat

belajar biologi merupakan faktor dari dalam diri peserta didik. Interaksi antara

model pembelajaran dengan interaksi sosial dan minat belajar peserta didik diduga

dapat mempengaruhi hasil belajar biologi secara bersama-sama.

Page 91: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah peneliti kemukakan ,

maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Bamboo Dancing dan NHT terhadap hasil belajar biologi.

2. Terdapat pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah peserta didik terhadap

hasil belajar biologi .

3. Terdapat pengaruh minat belajar tinggi dan rendah peserta didik terhadap

hasil belajar biologi .

4. Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo

Dancing dan NHT dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil

belajar biologi.

5. Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo

Dancing dan NHT dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil

belajar biologi .

6. Terdapat interaksi antara interaksi sosial dengan minat belajar peserta didik

terhadap hasil belajar biologi .

7. Terdapat interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing

dan NHT dengan interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap

hasil belajar biologi.

Page 92: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah di SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen Provinsi

Jawa Tengah. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran

2010/2011. Agar pelaksanaan penelitian berjalan sesuai yang telah direncanakan,

diperlukan penjadwalan kegiatan. Adapun jadwal pelaksanaan penelitian sebagai

berikut :

Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tahun 2010/2011 bulan No. Kegiatan

Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar

1. Penyusunan proposal x x

2. Pembimbingan proposal x x x

3. Penyusunan instrumen x

4. Seminar proposal x x x

5. Uji coba instrumen x x

6. Analisis uji coba instrumen x

7. Pelaksanaan penelitian x x

8. Pembimbingan bab III dan

pengolahan data penelitian

x

9. Penulisan laporan bab IV

dan V

x x x

10. Ujian tesis x

Page 93: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen. Penelitian ini melibatkan dua kelompok eksperimen. Kedua kelompok

diasumsikan sama dalam segala segi kecuali dalam perlakuan. Satu kelompok

(eksperimen I) diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif Bamboo

Dancing dan kelompok lain (eksperimen II) diberi perlakuan dengan model

pembelajaran kooperatif NHT (Numbered Heads Together). Desain penelitian

menggunakan desain faktorial 2 x 2 x 2 seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.2. Desain Faktorial 2 x 2 x 2

Pembelajaran Kooperatif ( A ) Bamboo Dancing NHT ( A1 ) ( A2 )

Interaksi Sosial

Tinggi Interaksi Sosial ( B1 )

( B ) Interaksi Sosial

Rendah ( B2 ) Minat Belajar Tinggi

Minat Belajar ( C1 )

( C ) Minat Belajar

Rendah ( C2 )

Keterangan :

A : Model pembelajaran kooperatif.

A1 : Model pembelajaran kooperatif Bamboo Dancing

A2 : Model pembelajaran kooperatif NHT

B1 : Interaksi sosial tinggi

Page 94: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

B2 : Interaksi sosial rendah

C1 : Minat belajar tinggi

C2 : Minat belajar rendah

C. Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi variabel bebas,

variabel terikat, dan variabel moderator.

1. Variabel Bebas adalah variabel yang dipilih untuk dicari pengaruhnya

terhadap variabel terikat. Pada penelitian ini variabel bebas satu adalah

model pembelajaran tipe Bamboo Dancing dan variabel bebas dua adalah

model pembelajaran tipe NHT.

2. Variabel Terikat adalah variabel yang kehadirannya dipengaruhi variabel

bebas. Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah hasil belajar biologi

yang diukur dari hasil ulangan harian peserta didik (aspek kognitif).

3. Variabel Moderator/Atribut dalam penelitian ini adalah interaksi sosial

peserta didik yang akan dikategorikan menjadi tinggi dan rendah, serta

minat belajar peserta didik yang akan dikategorikan menjadi tinggi dan

rendah.

D. Definisi Operasional

1. Hasil Belajar

Hasil Belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil tes ulangan

harian biologi (ranah kognitif) pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup dan ranah

Page 95: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

afektif berupa sikap kooperatif. Tes berupa soal pilihan ganda dengan 4 pilihan

jawaban, afektif dengan menggunakan rubrik penilaian sikap kooperatif.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana peserta

didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

anggotanya antara 4-6 peserta didik dengan struktur heterogen.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing

Bamboo Dancing ( tari bamboo ) merupakan tipe pembelajaraan dimana

peserta didik saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan

yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur. Tipe ini mempunyai kelebihan

yaitu peserta didik akan lebih bertanggung jawab akan tugasnya, berusaha untuk bisa

bekerja sama dengan sesama teman, dan berusaha untuk bisa menyampaikan

informasi dengan baik.

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ( Numbered Heads Together)

NHT atau Penomoran-Berpikir-Bersama merupakan tipe pembelajaran

kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan

sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Metode NHT memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan

mempertimbangkan jawaban paling tepat. Selain itu, metode ini juga mendorong

peserta didik untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. NHT bisa digunakan

dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia didik.

5. Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah keterlibatan peserta didik dalam hubungannya dengan

peserta didik yang lain baik secara individu maupun secara kelompok, peserta didik

Page 96: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

dengan guru, untuk mendapatkan pengalaman atau pengetahuan dalam konteks

sosial. Interaksi sosial ini memberikan makna yang positif terhadap kehidupan

peserta didik di sekolah maupun di masyarakat.

6. Minat Belajar

Minat belajar dapat dimaknai sebagai dorongan atau respon, kegairahan atau

kecenderungan, kesenangan, dan ketertarikan yang kuat dari dalam diri peserta didik

terhadap sesuatu yang dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga terjadi

perubahan tingkah laku. Minat menjadi penyebab seseorang melakukan kegiatan dan

penyebab munculnya partisipasi dalam kegiatan.

E. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP

Negeri 2 Tangen, dan sebagai sampelnya diambil dua kelas secara random ( Cluster

Random Sampling). Adapun langkah pertamanya adalah menentukan peserta didik

kelas VII yang akan dijadikan sampel dengan cara memilih dua kelas secara acak

dari lima kelas yang ada di SMP Negeri 2 Tangen, Sragen.

F. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran

Pada penelitian ini instrumen pelaksanaan pembelajaran yang digunakan adalah

Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa tentang

Ciri-Ciri Makhluk Hidup.

Page 97: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

2. Instrumen Pengambilan Data

Pengambilan data pada penelitian ini, interaksi sosial dan minat belajar peserta

didik dengan menggunakan instrumen berupa angket dan hasil belajar peserta didik

menggunakan instrumen tes hasil belajar untuk aspek kognitif. Pengambilan data

dengan menggunakan rubrik penilaian sikap kooperatif untuk penilaian aspek afektif.

G. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini berasal dari peserta didik kelas VII SMP

Negeri 2 Tangen, Sragen tahun pelajaran 2010/2011, khususnya dua kelas yang

diambil secara acak. Data yang akan dikumpulkan adalah hasil belajar yang

diperoleh dari hasil ulangan harian peserta didik ranah kognitif pada materi

pembelajaran Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Interaksi sosial dan minat belajar peserta

didik diperoleh datanya dengan menggunakan angket dan rubrik penilaian sikap

kooperatif untuk ranah afektif.

1. Tes, dilaksanakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar peserta didik

kelas VII SMP Negeri Tangen. Data diambil menggunakan tes kognitif. Bentuk

tes objektif pilihan ganda ( Multiple Choice ) terdiri dari 30 butir soal untuk

dikerjakan dalam waktu 40 menit.

2. Angket, merupakan daftar pertanyaan ataupun pernyataan yang diisi oleh

responden untuk mendapatkan data tentang interaksi sosial dan minat belajar

peserta didik. Butir soal sebanyak 40 soal untuk dikerjakan dalam waktu 60

menit.

3. Rubrik penilaian sikap kooperatif, merupakan lembar pengamatan yang terdiri

dari beberapa pernyataan yang diisi oleh guru yang bersangkutan atau oleh guru

lain sebagai observer.

Page 98: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Untuk memperoleh instrumen yang benar-benar baik, sebelum digunakan untuk

mengambil data penelitian, maka instrumen diujicobakan dahulu untuk mengukur

tingkat validitas dan reliabilitasnya.

H. Pengujian Instrumen

Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan pengujian

instrumen. Uji coba ini untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun benar-

benar telah valid dan reliabel, sebab tingkat validitas dan reliabilitas dapat

mempengaruhi hasil penelitian. Selain itu pengujian ini juga untuk mengetahui

tingkat kesukaran dan daya pembeda pada tiap butir soal. Adapun instrumen-

instrumen yang diujikan meliputi tes hasil belajar pada materi Ciri-Ciri Makhluk

Hidup dan angket interaksi sosial serta minat belajar peserta didik.

Uji coba dilaksanakan pada kelas VII SMP Negeri 1 Gesi Sragen dengan

alasan sekolah tersebut memiliki kesetaraan tingkat kemampuan dengan kelas

eksperimen dengan pertimbangan nilai IPA pada ijazah SD saat penerimaan peserta

didik baru di SMP Negeri 1 Gesi Sragen tidak jauh beda dengan kelas eksperimen.

Diharapkan dengan kesetaraan ini, hasil uji coba instrumen dapat dipercaya.

Selanjutnya soal-soal yang benar-benar memenuhi kriteria validitas dan reliabel akan

digunakan, sedangkan beberapa soal yang tidak valid atau mendekati valid akan tetap

digunakan setelah melalui proses revisi dan penyesuaian.

1. Uji Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Uji coba intrumen dimaksudkan untuk mengetahui

Page 99: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

validitas item dari instrumen penelitian. Suatu item dikatakan valid apabila ada

dukungan yang besar terhadap skor total atau dengan kata lain terdapat kesejajaran

antara skor item dan skor total.

Rumus yang dipakai untuk mengetahui tingkat validitas item soal dalam

penelitian ini adalah rumus korelasi Product-Moment (rxy) dari Karl Pearson. Rumus

Product-Moment dari Karl Pearson adalah :

N∑XY – ( ∑X )( ∑Y ) rxy = √ ( N∑X2 – ( ∑X)2(N∑Y2- (∑Y)2 )

Keterangan :

rxy = Angka indeks korelasi Product-Moment

N = Jumlah responden / peserta tes

X = Skor butir

Y = Skor total

∑XY = Jumlah hasil kali antara skor X dan Skor Y

∑X = Jumlah total butir

∑Y = Jumlah skor total

Keputusan uji :

a. Jika rxy > r tabel maka butir soal valid pada taraf signifikan 5%.

b. Jika rxy < r tabel maka butir soal tidak valid / invalid

Klasifikasi validitas soal yang dipakai pada tabel 3.3.

Tabel 3.3. Interpretasi Validitas Soal

Koefisien Korelasi Kualifikasi 0,91-1.00 Sangat tinggi 0,71-0,90 Tinggi 0,41-0,70 Cukup 0,21-0,40 Rendah

Negatif-0,20 Sangat rendah

Page 100: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Dengan menggunakan rumus korelasi Product-Moment ini dapat diketahui

besarnya validitas tiap item. Semua soal atau item dikatakan valid jika mempunyai

hasil perhitungan lebih besar dari tabel harga kritik Product-Moment. Semua item

soal dikatakan tidak valid jika harga perhitungan lebih kecil dari harga tabel.

Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas tes hasil belajar, angket interaksi

sosial dan minat belajar peserta didik diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen

Jenis Instrumen

Jumlah Item Jumlah Item Valid

Jumlah Item Tidak Valid

Hasil Belajar 30 25 5

( 6, 13, 18, 20, 26 )

Angket Interaksi Sosial

40 34 6 ( 4, 13, 16, 17, 23, 32 )

Angket Minat Belajar

40 36 4 ( 14,17,24,30 )

a. Hasil Belajar

Berdasarkan hasil uji validitas di atas, pada instrumen tes hasil belajar yang

berjumlah 30 item terdapat 5 item yang tidak valid yaitu nomor 6, 13, 18, 20, 26.

(lampiran 15). Namun demikian 5 item yang tidak valid tersebut validitasnya

mendekati valid, maka dari itu item tersebut semua tetap digunakan setelah melalui

proses revisi dan penyesuaian.

b. Angket Interaksi Sosial

Berdasarkan hasil uji validitas pada angket interaksi sosial yang berjumlah 40

item terdapat 6 item yang tidak valid yaitu nomor 4, 13, 16, 17, 23,32 (lampiran 16).

Namun demikian 6 item yang tidak valid tersebut validitasnya mendekati valid, maka

Page 101: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

dari itu item tersebut semua tetap digunakan setelah melalui proses revisi dan

penyesuaian.

c. Angket Minat Belajar

Berdasarkan hasil uji validitas pada angket minat belajar yang berjumlah 40

item terdapat 4 item yang tidak valid yaitu nomor 14,17,24,30 (lampiran 17). Namun

demikian 4 item yang tidak valid tersebut validitasnya mendekati valid, maka dari itu

item tersebut semua tetap digunakan setelah melalui proses revisi dan penyesuaian.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah nilai keajegan dari suatu item atau ketetapan instrumen

ketika digunakan. Suatu item dikatakan reliabel jika soal tersebut dari waktu ke

waktu menghasilkan nilai yang sama bagi seorang individu. Uji reliabilitas

digunakan pada instrumen penelitian tes hasil belajar, angket interaksi sosial serta

angket minat belajar peserta didik. Uji reliabilitas untuk tes hasil belajar

menggunakan Kuder-Richardson (K-R) sebagai berikut :

n Mt (1- Mt/n ) R = ( 1 - ) n - 1 SD2

Keterangan :

R = Indeks reliabilitas seluruh tes

n = Jumlah item tes

Mt = Mean nilai (skor) total

SD = Standar Deviasi

Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel tidaknya suatu instrumen pada

umumnya adalah perbandingan antara r hitung dengan r tabel dengan taraf

signifikansi 5 %. Jika r hitung > r tabel, maka instrumen tersebut dikatakan reliabel.

Interpretasi reliabilitas seperti pada tabel 3.5.

Page 102: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Tabel 3.5 Interpretasi Reliabilitas Soal

Koefisien Korelasi Interpretasi 0,81-1.00 Sangat tinggi 0,61-0,80 Tinggi 0,41-0,60 Cukup 0,21-0,40 Rendah

Negatif-0,20 Sangat rendah

Sedangkan yang digunakan untuk menguji konsistensi internal dari suatu

angket yang memiliki skor bukan nol dan satu adalah Cronbach’s Alpha atau

Koefisien Alpha. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung Koefisien Alpha

adalah :

R ∑σi2

α = (1 - ) R – 1 σx

2

Keterangan :

R = jumlah butir soal

σ i2 = varian butir soal

σ x2 = varian skor total

Varian butir soal diperoleh dengan rumus: σ x2 = Pi qi

Keterangan : Pi adalah tingkat kesukaran soal dan qi adalah ( 1 - Pi )

Berdasarkan hasil uji reliabilitas tes hasil belajar, angket interaksi sosial, dan

minat belajar dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut :

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas

Jenis instrumen Reliabilitas Kriteria

Hasil Belajar 0,867 Sangat tinggi

Angket Interaksi Sosial

0,851 Sangat tinggi

Angket Minat Belajar 0,895 Sangat tinggi

(Lampiran 15-17)

Page 103: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

3. Uji Taraf Kesukaran

Suatu tes hasil belajar yang baik memiliki proporsi butir soal yang tingkat

kesukarannya seimbang, artinya berdestribusi normal. Salah satu ciri butir soal yang

baik adalah soal tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah untuk kelompok tertentu

yang akan dites. Taraf kesukaran suatu item dinyatakn dalam suatu bilangan indeks

yang disebut indeks kesukaran (IK) , yaitu bilangan yang merupakan hasil

perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh dengan jawaban benar yang

seharusnya diperoleh dari suatu item. Makin tinggi prosentase peserta didik yang

menjawab benar pada suatu butir soal, maka makin mudah soal tersebut, atau

sebaliknya.

Indeks kesukaran diujikan pada instrumen tes hasil belajar. Rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut :

BN IK = N Keterangan :

IK = Indeks Kesukaran.

BN = Jumlah peserta didik /pengikut yang menjawab benar.

N = Jumlah seluruh peserta didik /pengikut

Klasifikasi taraf kesukaran dapat dilihat pada tabel 3.7.

Tabel 3.7 Klasifikasi Taraf Kesukaran

IK (%) Kategori 0 - 20 Sangat Sukar (SS) 21- 40 Sukar (S) 41- 70 Sedang (Sd) 71- 90 Mudah (Md)

91 - 100 Sangat Mudah (SM)

Page 104: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Berdasarkan hasil uji taraf kesukaran tes hasil belajar (lampiran 15), dapat dilihat

pada tabel 3.8 berikut :

Tabel 3.8 Hasil Uji Taraf Kesukaran

Klasifikasi Jumlah Soal Nomor Soal Sangat Mudah (SM) 0 - Mudah (Md) 8 5,7,10,13,18,23,27,30

Sedang (Sd) 15 1,2,3,4,6,8,9,11,12,15,17,20,24

,26, 29

Sukar (S) 7 14,16,19,21,22,25,28

Sangat Sukar (SS) 0 - Jumlah

30

4. Daya Pembeda

Butir soal dikatakan baik selain memenuhi kriteria di atas adalah kemampuan

suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang kelompok atas dengan

kelompok bawah dalam kaitannya dengan butir-butir soal lainnya yang terdapat pada

tes yang bersangkutan.

Untuk menghitung bilangan daya pembeda suatu item digunakan rumus

sebagai berikut :

BA BB DP = - NA NB

Keterangan :

DP = Daya Pembeda

BA = Jumlah jawaban benar kelompok atas

BB = Jumlah jawaban benar kelompok bawah

Page 105: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

NA = Jumlah pengikut/ peserta didik kelompok atas

NB = Jumlah pengikut/ peserta didik kelompok bawah

Adapun klasifikasi daya pembeda seperti pada tabel 3.9 di bawah ini.

Tabel 3.9 Interpretasi Daya Pembeda

DP Kualifikasi Negatif - 0,19 Sangat Kurang Membedakan

0,20-0,39 Kurang Membedakan 0,40-0,59 Cukup Membedakan 0,60-0,79 Lebih Membedakan 0,80-1,00 Sangat Membedakan

Berdasarkan hasil uji daya pembeda tes hasil belajar (lampiran 15), dapat

dilihat pada tabel 3.10 berikut :

Tabel 3.10 Hasil Uji Daya Pembeda

Kualifikasi Jumlah Soal Nomor Soal Sangat Membedakan (SM) 0 -

Lebih Membedakan (LM) 6 1,2,4, 8,17,22

Cukup Membedakan (CM) 19 3,5,7,9,10,11,12,14,15,16,19,21,

23,24,25,27,28,29,30

Kurang Membedakan (KM) 5 6,13,18,20,26

Sangat Kurang Membedakan

(SKM)

0 -

Jumlah 30

I. Teknik Pengukuran

1. Interaksi Sosial

Pengukuran tingkat interaksi sosial peserta didik didasarkan skor-skor dari

angket. Penilaian tersebut dikategorikan menjadi dua, yaitu : tinggi dengan skor di

atas mean dan rendah dengan skor di bawah mean.

Page 106: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

2. Minat Belajar

Pengukuran tingkat minat belajar peserta didik didasarkan skor-skor dari

angket. Penilaian tersebut dikategorikan menjadi dua, yaitu : tinggi dengan skor di

atas mean dan rendah dengan skor di bawah mean.

3. Hasil Belajar

Pengukuran hasil belajar peserta didik menggunakan tes kognitif yaitu dengan

ulangan harian dan afektif dengan menggunakan rubrik penilaian sikap kooperatif.

J. Teknik Analisa Data

Analisa data dilakukan untuk mengetahui dan menguji kebenaran dari hipotesis

yang diajukan. Teknik analisa data dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam

penelitian ini untuk menganalisa data diperlukan penghitungan statistik.

Sebelum data dianalisa dengan menggunakan Analisa Varian (ANAVA) tiga

jalan dengan desain faktorial 2 x 2 x 2, terlebih dahulu data diuji normalitas dan

homogenitasnya . Pengujian normalitas dan homogenitas menggunakan program

SPSS 12

1. Uji Prasyarat Analisa

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data dalam penelitian

diperoleh data populasi yang berdistribusi normal. Dengan prosedur sebagai berikut :

1) Menetapkan hipotesis, (Ho) : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak

normal, (H1): Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal; 2) Menentukan

Page 107: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

taraf signifikansi yaitu 5%; 3) Melakukan pengujian; 4) Keputusan uji dimana Ho

diterima jika tobs < ttabel , Ho ditolak jika tobs > ttabel ; 5) Menarik kesimpulan. Hasil

uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov(a) dapat dilihat pada lampiran

23.

b. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas di program SPSS 12 disebut Test of Equal Variances. Uji

homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varians atau homogenitas antar

populasi. Jika populasi-populasi mempunyai varian-varian sama dikatakan populasi

homogen. Kriteria pengujian Ho yaitu : Jika Fobs > Ftabel maka Ho ditolak (tidak

homogen), jika Fobs < Ftabel maka Ho diterima (homogen). Hasil uji homogenitas

dapat dilihat pada lampiran 23.

2. Pengujian Hipotesis

Untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan Anava pada taraf signifikan α =

0,05 dengan bantuan SPSS 12. Uji Anava adalah untuk menguji beda rerata. Setelah

uji Anava selesai, maka tidak dilanjutkan dengan uji lanjut dari Anava walaupun

hasil analisis variansi menunjukkan hipotesis nol (Ho) ditolak dan H1 diterima.

Hal ini dilakukan karena hasil pengujian dari variabel yang hanya terdiri dari

dua kategori, apabila hipotesis nol (Ho) ditolak dan H1 diterima ( Sig < 0,05) sudah

memiliki cukup bukti bahwa ada beda rerata antara dua perlakuan atau dua kategori,

sehingga tidak perlu untuk dilakukan uji lanjut Anava. Karena tujuan uji lanjut

Anava ini untuk melakukan pelacakan terhadap rataan setiap pasangan kolom, baris,

dan pasangan sel, untuk variabel lebih dari dua kategori.

Page 108: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Page 109: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Pada bab ini akan disajikan tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan di

SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen. Adapun hasil penelitian yang akan

disajikan yaitu mengenai deskripsi data, pengujian syarat analisis, pengujian

hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.

Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri atas data hasil belajar pada

ranah kognitif, interaksi sosial, dan minat belajar. Data tersebut diperoleh dari kelas

VII E sebagai kelas eksperimen I dengan menggunakan model Bamboo Dancing, dan

kelas VII D sebagai kelas eksperimen II dengan menggunakan model NHT

(Numbered Heads Together).

1. Data Hasil Belajar

Dalam penelitian ini data hasil belajar peserta didik diambil ketika

pembelajaran dengan menggunakan model Bamboo Dancing dan NHT telah selesai.

Data hasil belajar peserta didik ranah kognitif dari model Bamboo Dancing dan

NHT dapat dilihat pada deskripsi data hasil belajar peserta didik pada tabel 4.1

berikut ini.

Tabel 4.1. Deskripsi Data Hasil Belajar Ranah Kognitif Peserta Didik dalam Model Pembelajaran

Model Jumlah Data

Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

Rerata SD

Bamboo Dancing 37 97 40 68,38 11,25 NHT 37 97 53 75,32 12,05

Page 110: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rerata hasil belajar peserta didik

pada kelas yang pembelajarannya dengan model Bamboo Dancing adalah 68,38

sedangkan pada kelas yang pembelajarannya dengan model NHT adalah 75,32. Jadi,

rerata hasil belajar peserta didik pada kelas yang pembelajarannya dengan

menggunakan model pembelajaran koopetatif tipe NHT lebih tinggi daripada kelas

yang pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Bamboo Dancing.

Tabel 4.2 Data Sikap Kooperatif Peserta Didik

Kelas Jumlah Data Nilai Maksimum Nilai Minimum Rerata

Bamboo Dancing 37 85 56 68,15

NHT 37 85 56 69,00

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa nilai ranah afektif memiliki

rerata yang tidak jauh beda. Rerata nilai ranah afektif pada pembelajaran dengan

model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing sebesar 207, sedangkan pada

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebesar 210. Hal ini

menunjukkan bahwa sikap kooperatif pada kedua tipe pembelajaran kooperatif tidak

menunjukkan perbedaan yang berarti.

a. Data Hasil Belajar Ranah Kognitif pada Kelas dengan Model Bamboo Dancing

Distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik pada kelas yang

pembelajarannya dengan model Bamboo Dancing ( Eksperimen I ) disajikan pada

tabel 4.3 berikut ini.

Page 111: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik pada kelas Eksperimen I

Interval kelas Nilai Tengah Frekuensi Persentase (%)

38 - 46 42 1 2,7 47 - 55 51 1 2,7 56 - 64 60 11 29,7 65 - 73 69 15 40,5 74 - 82 78 5 13,5 83 - 91 87 2 5,4 92 - 100 96 2 5,4

Jumlah 37 100,0

Untuk memperjelas distribusi frekuensi hasil belajar di atas disajikan grafik

histogram pada gambar 4.1. Berdasarkan histogram pada gambar 4.1 dapat dilihat

bahwa hasil belajar dengan frekuensi tertinggi terdapat pada interval kelas 65-73

yaitu sebanyak 15 peserta didik. Hal ini karena pada interval tersebut terletak pada

rerata kelas Eksperimen I yaitu 68,38.

Gambar 4.1 Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Eksperimen I

b. Data Hasil Belajar Ranah Kognitif pada Kelas dengan Model NHT

Distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik pada kelas yang

pembelajarannya dengan model NHT ( Eksperimen II ) disajikan pada tabel 4.4

berikut ini.

Hasil Belajar Kelas Bamboo Dancing

1 1

11

15

52 2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

38-46 47-55 56-64 65-73 74-82 83-91 92-100

Interval Kelas

Fre

kuen

si

Page 112: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik pada kelas Eksperimen II

Interval kelas Nilai Tengah Frekuensi Persentase (%) 52 - 58 55 4 8,1 59 - 65 62 6 16,2 66 - 72 69 4 8,1 73 - 79 76 7 18,9 80 - 86 83 5 13,5 87 - 93 90 10 27,0 94 - 100 97 1 2,7

Jumlah 37 100,0

Untuk memperjelas distribusi frekuensi hasil belajar di atas disajikan grafik

histogram pada gambar 4.2. Berdasarkan histogram tersebut dapat dilihat bahwa

hasil belajar dengan frekuensi tertinggi terdapat pada interval kelas 87-93 yaitu

sebanyak 10 peserta didik. Sedangkan frekuensi terendah berada pada interval 94-

100 yang hanya berjumlah 1 peserta didik. Berikut ini juga disajikan deskripsi

sebaran data keseluruhan berdasarkan desain pembelajaran dalam penelitian pada

tabel 4.4 di bawah ini.

Gambar 4.2 Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Eksperimen II

Hasil Belajar Kelas NHT

46

4

75

10

10

2

4

6

8

10

12

52-58 59-65 66-72 73-79 80-86 87-93 94-100

Interval Kelas

Fre

kuen

si

Page 113: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.5 Deskripsi Sebaran Data Keseluruhan

Pembelajaran Kooperatif Bamboo Dancing NHT

Tinggi N : 11 X : 80,1 SD: 8,6

N : 15 X : 86,7 SD: 5,5 Interaksi Sosial

Tinggi Minat Belajar

Rendah N : 5 X : 65,4 SD: 2.2

N : 7 X : 69,7 SD: 4,5

Tinggi N : 7 X : 69,6 SD: 7,1

N : 6 X : 77,2 SD: 3,9 Interaksi Sosial

Rendah Minat Belajar

Rendah N : 14 X : 59,6 SD: 8,1

N : 9 X : 59,6 SD: 4,6

Dari tabel 4.5 tersebut dapat diamati hubungan antara model pembelajaran

kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT, interaksi sosial, dan minat belajar

terhadap rerata nilai peserta didik. Melalui tabel 4.5 menunjukkan bahwa

pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yang diterapkan pada peserta didik yang

memiliki interaksi sosial tinggi dan minat belajar tinggi memperoleh rerata nilai

tertinggi yaitu 86,7. Sementara itu, pembelajaran kooperatif dengan tipe Bamboo

Dancing dan NHT yang diterapkan pada peserta didik yang memiliki interaksi sosial

rendah dan minat belajar rendah memperoleh rerata nilai terendah yaitu 59,6.

Untuk memperjelas data di atas, dapat dilihat secara keseluruhan rerata hasil

belajar peserta didik yang bervariasi pada tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6 Rerata Hasil Belajar

Interaksi Sosial Tinggi Interaksi Sosial Rendah Pembelajaran

Kooperatif Minat Belajar

Tinggi

Minat Belajar

Rendah

Minat Belajar

Tinggi

Minat Belajar

Rendah

Bamboo Dancing 80,1 65,4 69,6 59,6

NHT 86,7 69,7 77,2 59,6

Page 114: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rerata hasil belajar peserta didik

untuk model Bamboo Dancing diperoleh rerata hasil belajar tertinggi 80,1 pada

peserta didik yang memiliki interaksi sosial tinggi dan minat belajar tinggi. Untuk

model NHT diperoleh rerata hasil belajar tertinggi 86,7 pada peserta didik yang

memiliki interaksi sosial tinggi dan minat belajar tinggi. Sedangkan untuk rerata

hasil belajar model Bamboo Dancing diperoleh rerata hasil belajar terendah 59,6

pada peserta didik yang memiliki interaksi sosial rendah dan minat belajar rendah.

Untuk model NHT diperoleh rerata hasil belajar terendah 59,6 pada peserta didik

yang memiliki interaksi sosial rendah dan minat belajar rendah.

2. Data Interaksi Sosial Peserta Didik

Dalam penelitian ini, data interaksi sosial peserta didik diukur dengan

menggunakan angket interaksi sosial peserta didik kepada responden yang

dilaksanakan sebelum penelitian dilaksanakan. Pembagian kategori interaksi sosial

peserta didik adalah kategori tinggi dan rendah. Interaksi sosial peserta didik kategori

tinggi jika skor ≥ means, kategori rendah jika skor < means. Adapun diskripsi data

interaksi sosial peserta didik dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini.

Tabel 4.7 Diskripsi Data Interaksi Sosial

Interaksi Sosial

Jumlah Data

Nilai Maksimum

Nilai Minimum

Rerata SD

Tinggi 38 97 63 78,8 10,08

Rendah 36 83 40 64,5 9,42

Dari tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan peserta didik

dengan interaksi sosial tinggi berjumlah 38 orang, sedangkan peserta didik dengan

interaksi sosial rendah berjumlah 36 orang. Rerata hasil belajar pada peserta didik

Page 115: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang memiliki interaksi sosial tinggi adalah 78,8. Sedangkan rerata hasil belajar

belajar pada peserta didik yang memiliki interaksi sosial rendah adalah 64,5. Jadi,

peserta didik yang memiliki interaksi sosial tinggi memperoleh rerata hasil belajar

lebih tinggi dibanding dengan peserta didik dengan interaksi sosial rendah.

Untuk lebih rincinya distribusi frekuensi dari masing-masing kategori dapat

dilihat pada tabel 4.8 dan tabel 4.9 berikut ini.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Data Interaksi Sosial Tinggi

Interval kelas Nilai Tengah Frekuensi Persentase (%) 63 - 69 66 8 21,1

70 - 76 73 6 15,8

77 - 83 80 11 28,9

84 - 90 87 8 21,1

91 - 97 94 5 13,2

Jumlah 38 100,0

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Data Interaksi Sosial Rendah

Interval kelas Nilai Tengah Frekuensi Persentase (%)

40 - 46 43 1 2,8

47 - 53 50 3 8,3

54- 60 57 12 33,3

61 - 67 64 11 30,6

68 - 74 71 4 11,1

75 - 81 78 3 8,3

82 - 88 85 2 5,6

Jumlah 36 100,0

Untuk memperjelas distribusi frekuensi hasil belajar pada peserta didik yang

memiliki interaksi sosial tinggi dan rendah di atas disajikan grafik histogram pada

gambar 4.3 dan 4.4 berikut ini.

Page 116: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 4.3 Gambar Histogram Hasil Belajar Kelompok Interaksi Sosial Tinggi

Gambar 4.4 Gambar Histogram Hasil Belajar Kelompok Interaksi Sosial Rendah

3. Data Minat Belajar Peserta Didik

Dalam penelitian ini data minat belajar peserta didik diperoleh dari pengisian

angket minat belajar peserta didik dalam pembelajaran biologi kepada responden

yang dilaksanakan sebelum penelitian dilaksanakan. Pembagian kategori minat

belajar peserta didik adalah kategori tinggi dan rendah. Minat belajar peserta didik

kategori tinggi jika skor ≥ means, kategori rendah jika skor < means. Adapun

diskripsi data minat belajar peserta didik dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini.

Interaksi Sosial Tinggi

86

11

8

5

0

2

4

6

8

10

12

63-69 70-76 77-83 84-90 91-97

Interval KelasF

reku

ensi

Interaksi Sosial Rendah

13

12 11

4 3 20

2

4

6

8

10

12

14

40-46 47-53 54-60 61-67 68-74 75-81 82-88

Interval Kelas

Fre

kuen

si

Page 117: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.10 Diskripsi Data Minat Belajar

Minat Belajar

Jumlah Data Nilai Maksimum

Nilai Minimum Rerata SD

Tinggi 39 97 60 80,3 8,92

Rendah 35 77 40 62,4 7,19

Dari tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan peserta didik

dengan minat belajar tinggi berjumlah 39 orang, sedangkan peserta didik dengan

minat belajar rendah berjumlah 35 orang. Rerata hasil belajar pada peserta didik yang

memiliki minat belajar tinggi adalah 80,3. Sedangkan rerata hasil belajar belajar pada

peserta didik yang memiliki minat belajar rendah adalah 62,4. Jadi, peserta didik

yang memiliki minat belajar tinggi memperoleh rerata hasil belajar lebih tinggi

dibanding dengan peserta didik dengan minat belajar rendah.

Untuk lebih rincinya distribusi frekuensi dari masing-masing kategori dapat

dilihat pada tabel 4.11 dan tabel 4.12 berikut ini.

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Data Minat Belajar Tinggi

Interval kelas Nilai Tengah Frekuensi Persentase (%) 56 - 61 58,5 1 2,6 62 - 67 64,5 3 7,7 68 - 73 70,5 7 17,9 74 - 79 76,5 7 17,9 80 - 85 82,5 8 20,5 86 - 91 88,5 8 20,5 92 - 97 94,5 5 12,8

Jumlah 39 100,0

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Data Minat Belajar Rendah

Interval kelas Nilai Tengah Frekuensi Persentase (%) 40 - 45 42,5 1 2,9 46 - 51 48,5 1 2,9 52- 57 54,5 7 20,0 58 - 63 60,5 13 37,1 64 - 69 66,5 8 22,9 70 - 75 72,5 4 11,4 76 - 80 78,5 1 2,9

Jumlah 35 100,0

Page 118: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Untuk memperjelas distribusi frekuensi hasil belajar pada peserta didik yang

memiliki interaksi sosial tinggi dan rendah di atas disajikan grafik histogram pada

gambar 4.5 dan 4.6 berikut ini.

Gambar 4.5 Gambar Histogram Hasil Belajar Kelompok Minat Belajar Tinggi

Gambar 4.6 Gambar Histogram Hasil Belajar Kelompok Minat Belajar Rendah

B. Uji Prasyarat Analisis

1. Uji Normalitas

Uji normalitas untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas dalam penelitian

Minat Belajar Tinggi

13

7 78 8

5

0123456789

56-61 62-67 68-73 74-79 80-85 86-91 92-97

Interval Kelas

Fre

kuen

si

1 1

7

13

8

41

0

2

4

6

8

10

12

14

Fre

kuen

si

40-45 46-51 52-57 58-63 64-69 70-75 76-80

Interval Kelas

Minat Belajar Rendah

Page 119: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov(a) melalui bantuan software SPSS 12 dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Pembelajaran Kooperatif

Test of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk

Model Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Hasil Bel. Bamdanc. NHT

.143

.104 37 37

.053 .200(*)

.960

.964 37 37

.209

.277 * This is a lower bound of the true significance. a Liliefors Significance Correction Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa pada pembelajaran kooperatif tipe

Bamboo Dancing dengan nilai sig. 0,053 > α (0,05) yang berarti Ho diterima,

sehingga data berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji normalitas pada

pembelajaran kooperatif tipe NHT menunjukkan nilai sig. 0,200 > α (0,05) yang

berarti Ho diterima, sehingga data berdistribusi normal.

Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Ditinjau dari Interaksi Sosial Test of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk

Interaksi Sosial

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Hasil Bel. Tinggi

Rendah

.133

.116

38

36

.088

.200(*)

.950

.971

38

36

.087

.451

* This is a lower bound of the true significance. a Liliefors Significance Correction

Hasil uji normalitas hasil belajar ditinjau dari interaksi sosial menunjukkan

bahwa pada peserta didik dengan interaksi sosial tinggi diperoleh nilai sig. 0,088 > α

(0,05) yang berarti Ho diterima, sehingga data berdistribusi normal. Sedangkan hasil

Page 120: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

uji normalitas pada peserta didik dengan interaksi sosial rendah menunjukkan nilai

sig. 0,200 > α (0,05) yang berarti Ho diterima, sehingga data berdistribusi normal.

Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Ditinjau dari Minat Belajar Test of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk

Minat Belajar

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Hasil Bel. Tinggi

Rendah

.107

.139

39

35

.200(*)

.084

.976

.934

39

35

.569

.037

* This is a lower bound of the true significance. a Liliefors Significance Correction

Hasil uji normalitas hasil belajar ditinjau dari minat belajar menunjukkan

bahwa pada peserta didik dengan minat belajar tinggi diperoleh nilai sig. 0,200 > α

(0,05) yang berarti Ho diterima, sehingga data berdistribusi normal. Sedangkan hasil

uji normalitas pada peserta didik dengan minat belajar rendah menunjukkan nilai sig.

0,084 > α (0,05) yang berarti Ho diterima, sehingga data berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari

populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah uji Levene’s dengan bantuan software SPSS 12 dengan tingkat

signifikan α = 0,05, di mana bila harga P-value data yang diperoleh lebih besar atau

sama dengan α = 0,05 maka Ho diterima. Ho diterima berarti data berasal dari

populasi yang berdistribusi dari variansi yang homogen. Jika uji homogenitas

terpenuhi, maka dapat dilanjutkan dengan uji analisis variansi (Anava).

Page 121: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Levene's Test of Equality of Error Variances(a)

Dependent Variable: Hasil Belajar

F df1 df2 Sig. 1.262 7 66 .283

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a Design: Intercept+Model+Intersos+Minatbel+Model * Intersos+Model * Minatbel+Intersos *

Minatbel+Model * Intersos * Minatbel

Berdasarkan hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa nilai sig. 0,283 > α

(0,05) yang berarti sampel berasal dari populasi yang homogen. Karena homogenitas

terpenuhi maka selanjutnya dapat dilakukan uji analisis variansi (Anava).

C. Pengujian Hipotesis (Anava)

Setelah pengujian prasyarat instrumen maka pengujian selanjutnya adalah

pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui ada

tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT,

interaksi sosial (tinggi dan rendah) dan minat belajar (tinggi dan rendah) peserta

didik terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.

Data yang diperoleh dari penelitian berupa data hasil belajar, interaksi sosial,

dan minat belajar peserta didik, kemudian dianalisis dengan Anava tiga jalan

(2x2x2) dengan isi sel tidak sama menggunakan bantuan software SPSS 12. Analisis

hasil penelitian menggunakan taraf signifikan 0,05. Kriteria uji yang ditetapkan

adalah jika nilai signifikan P-value < α (0,05) maka Ho ditolak dan H1 diterima.

Berikut ini disajikan hasil uji Anava menggunakan SPSS 12 dengan General Linear

Model (GLM).

Page 122: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.17 Hasil Uji Anava

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Hasil Belajar

Source Type III Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Corrected Model

7966.624(a) 7 1138.089 27.669 .000

Intercept 324756.674 1 324756.674 7895.391 .000 Model 338.226 1 338.226 8.223 .006 Intersos 1295.601 1 1295.601 31.498 .000 Minatbel 3554.137 1 3554.137 86.407 .000 Model * Intersos 11.012 1 11.012 .268 .607 Model * Minatbel

103.874 1 103.874 2.525 .117

Intersos * Minatbel

18.744 1 18.744 .456 .502

Model * Intersos * Minatbel

27.366 1 27.366 .665 .418

Error 2714.741 66 41.132 Total 392715.000 74 Corrected Total 10681.365 73

a R Squared = .746 (Adjusted R Squared = .719)

Berdasarkan analisis variansi tiga jalan di atas didapatkan hasil-hasil sebagai

berikut :

a. Hipotesis Pertama

P-value (0,006) < α (0,05) dengan demikian H0A ditolak dan H1A diterima.

Artinya, terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT

terdadap hasil belajar peserta didik.

b. Hipotesis Kedua

P-value (0,000) < α (0,05) dengan demikian H0B ditolak dan H1B diterima.

Artinya, terdapat pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah terdadap hasil belajar

peserta didik.

Page 123: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Hipotesis Ketiga

P-value (0,000) < α (0,05) dengan demikian H0C ditolak dan H1C diterima.

Artinya, terdapat pengaruh minat belajar yang tinggi dan rendah terhadap hasil

belajar peserta didik..

d. Hipotesis Keempat

P-value (0,607) > α (0,05) dengan demikian H0AB diterima dan H1AB ditolak..

Artinya, tidak terdapat interaksi antara pembelajaran kooperatif dengan interaksi

sosial peserta didik.

e. Hipotesis Kelima

P-value (0,117) > α (0,05) dengan demikian H0AC diterima dan H1AC ditolak..

Artinya, tidak terdapat interaksi antara pembelajaran kooperatif dengan minat

belajar peserta didik.

f. Hipotesis Keenam

P-value (0,502) > α (0,05) dengan demikian H0BC diterima dan H1BC ditolak..

Artinya, tidak terdapat interaksi antara interaksi sosial dengan minat belajar peserta

didik.

g. Hipotesis Ketujuh

P-value (0,418) > α (0,05) dengan demikian H0ABC diterima dan H1ABC ditolak..

Artinya, tidak terdapat interaksi antara pembelajaran kooperatif, interaksi sosial,dan

minat belajar terhadap hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan hasil uji anava, Ho yang ditolak adalah H0A, H0B, dan H0C. Namun

demikian, sudah memiliki cukup bukti bahwa ada beda rerata antara model

pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dengan NHT, antara interaksi sosial

tinggi dengan interaksi sosial rendah, dan antara minat belajar tinggi dengan minat

belajar rendah maka tidak perlu dilakukan uji lanjut Anava.

Page 124: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D. Pembahasan Hasil Analisis

1. Hipotesis Pertama

Dari hasil perhitungan uji anava tiga jalan diperoleh P-value (0,006) < α (0,05)

dengan demikian H0A ditolak dan H1A diterima. Artinya, terdapat pengaruh

pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT terdadap hasil belajar

biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Hal ini dapat dilihat dari rerata hasil

belajar peserta didik yang menggunakan tipe Bamboo Dancing adalah 68,38

sedangkan yang menggunakan tipe NHT adalah 75,32. Melihat rerata hasil belajar

tersebut, peserta didik yang menggunakan pembelajaran NHT mempunyai hasil

belajar lebih baik daripada menggunakan Bamboo Dancing. Untuk memperkuat data

tersebut di atas bahwa ada perbedaan yang signifikan diantara dua tipe pembelajaran,

dapat dilihat dari sig. (2-tailed) (0,018) < α (0,05) menunjukkan bahwa ada

perbedaan yang signifikan hasil belajar ranah kognitif pada pembelajaran kooperatif

tipe Bamboo Dancing dan NHT.

Model pembelajaran merupakan faktor eskternal yang dapat mempengaruhi

hasil belajar peserta didik. Merujuk pemikiran Joyce dalam bab terdahulu, bahwa

model pembelajaran dapat membantu peserta didik dalam memperoleh informasi,

ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Jadi, untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang diharapkan model pembelajaran sangat diperlukan,

tentunya dengan perencanaan dan pengelolaan sebaik-baiknya.

Melalui model pembelajaran kooperatif baik tipe Bamboo Dancing maupun

NHT dalam pembelajaran biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup, hasil belajar

peserta didik meningkat. Hal ini terjadi karena peserta didik dalam proses

pembelajarannya melakukan keterampilan proses sains melalui pengamatan

Page 125: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dilingkungan sekolah maupun rumah, pengukuran hasil eksperimen, memecahkan

masalah yang sudah diterimanya, dan bertanya/merespon pendapat teman. Melalui

kegiatan tersebut, keterampilan proses sains sebagai karakteristik pembelajaran

biologi dapat muncul dan menghasilkan pengalaman belajar yang berarti pada diri

peserta didik sehingga akan berdampak positif terhadap hasil belajar peserta didik.

Sesuai dengan teori belajar Peaget, bahwa perkembangan kognitif sebagian

besar bergantung pada seberapa besar anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi

dengan lingkungannnya. Dalam proses pembelajaran peserta didik melakukan

pengamatan langsung dilingkungan sekolah, sekitar rumah, dan eksperimen sehingga

peserta didik memiliki bekal untuk belajar berkelompok dalam model pembelajaran

kooperatif. Jadi, melalui model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan

NHT tepat untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran

biologi materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.

Meskipun Bamboo Dancing dan NHT merupakan model pembelajaran

kooperatif, namun antara Bamboo Dancing dan NHT memiliki karakteristik yang

berbeda sehingga akan memberi pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar

peserta didik. Di dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki lebih

banyak kesempatan saling membantu untuk memecahkan masalah yang harus

dijawab dalam kelompoknya dan lebih tenang, karena penyampaian jawaban satu

persatu. Sehingga Model pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan pengaruh

lebih baik terhadap hasil belajar peserta didik. Sedangkan, pada model pembelajaran

kooperatif tipe Bamboo Dancing dalam memecahkan masalah hanya terfokus pada

pasangannya dan terkesan gaduh, karena peserta didik saling berbagi informasi pada

Page 126: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat dalam

bentuk lisan, sehingga mengganggu konsentrasi masing-masing peserta didik. Selain

itu tipe Bamboo Dancing merupakan hal yang baru di kelas tersebut. Sehingga belum

diperoleh hasil yang optimal, tetapi hasil belajar peserta didik sudah meningkat.

Pada penilaian ranah afektif melalui pengamatan sikap kooperatif pada kedua

kelas eksperimen tidak menunjukkan perbedaan yang berarti (lampiran 18 dan 19).

Keadaan seperti ini tidak terlepas dari bagaimana mengelola pembelajaran kooperatif

yang diharapkan. Sikap kooperatif peserta didik dalam pembelajaran kooperatif baik

tipe Bamboo Dancing dan NHT apabila dikelola sesuai prosedur yang sudah

ditentukan maka sikap dan perilaku peserta didik dapat terarah dan dapat

memberikan kontribusi yang positif dalam proses pembelajaran. Karena melalui

sikap kooperatif peserta didik akan memiliki kemampuan bicara yang pokok (inner

speech) yang dapat digunakan sebagai alat berpikir. Walaupun dalam penelitian ini

model pembelajaran kooperatif belum dapat dilaksanakan secara maksimal.

Hal tersebut di atas sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di

kelas X-5 SMAN 7 Malang, oleh Ainussholiha Noor (2009) diperoleh hasil bahwa

penerapan pembelajaran dengan NHT dapat meningkatkan hasil belajar biologi untuk

aspek kognitif dan aspek afektif peserta didik.

Menurut penelitian dari Burcin Acar and Leman Tarhana diperoleh hasil

sebagai berikut : The result from the t-test indicated that the student who were

trained using cooperative learning instructionhad significantly higher score in terms

of achievement than those tought by the traditional approach. Hasil penelitian ini

menyimpulkan hasil dari t-test mengidikasikan bahwa peserta didik yang

Page 127: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menggunakan pembelajaran kooperatif memperoleh hasil belajar lebih tinggi

daripada yang menggunakan pembelajaran tradisional.

2. Hipotesis Kedua

Hasil pengujian hipotesis kedua diperoleh P-value (0,000) < α (0,05) dengan

demikian H0B ditolak dan H1B diterima. Artinya, terdapat pengaruh interaksi sosial

tinggi dan rendah terdadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk

Hidup. Untuk mengetahui interaksi sosial yang mana yang lebih baik dapat dilihat

melalui uji t, diperoleh sig (2-tailed) (0,000) < α (0,05) menunjukkan bahwa ada

perbedaan yang signifikan hasil belajar pada peserta didik dengan interaksi sosial

tinggi dan rendah. Peserta didik dengan interaksi sosial tinggi memperoleh hasil

belajar lebih baik daripada peserta didik dengan interaksi sosial rendah. Selain itu,

pengaruh interaksi sosial terhadap hasil belajar peserta didik dapat dilihat

berdasarkan rerata yang menunjukkan bahwa interaksi sosial yang tinggi

memperoleh hasil belajar dengan rerata 78,8 sedangkan interaksi sosial rendah 64,5.

Hasil belajar peserta didik yang memiliki interaksi sosial tinggi lebih baik

daripada peserta didik yang memiliki interaksi sosial rendah. Hal ini sangat mungkin

sekali karena dengan memiliki interaksi sosial tinggi peserta didik dapat lebih aktif

dalam pembelajarannya, leluasa mengevaluasi, dan memperbaiki pemahaman serta

mengonstruksi pengetahuannya dengan cara mengomunikasikan pemahamannya

bersama kelompoknya. Dengan demikian dapat memperoleh hasil belajar yang lebih

baik daripada peserta didik yang memiliki interaksi sosial rendah.

Namun demikian, tidak semua peserta didik yang memperoleh hasil belajar

tinggi juga memiliki interaksi sosial tinggi. Hal ini terjadi karena ada sebagian

Page 128: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

peserta didik yang senang berpikir sendiri tanpa harus kerja kelompok dan kurangnya

solidaritas (egois). Selain itu, tidak semua peserta didik yang memperoleh hasil

belajar tinggi memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Keadaan demikian

dapat terjadi karena pengaruh dari lingkungan keluarga.

Seperti yang di sampaikan M.Asrori, bahwa ada sejumlah faktor dari dalam

keluarga yang sangat dibutuhkan oleh anak (peserta didik) dalam proses

perkembangan sosialnya, yaitu kebutuhan akan rasa aman, dihargai, disayang,

diterima, dan kebebasan untuk menyatakan diri. Rasa aman disini adalah rasa aman

secara material dan mental. Maka, apabila anak kurang mendapatkan apa yang

dibutuhkan dalam proses perkembangan sosialnya akan cenderung memiliki interaksi

sosial yang rendah.

Begitu pula sebaliknya, ada sebagian peserta didik yang memiliki interaksi

sosial tinggi tetapi hasil belajarnya rendah. Ada faktor internal peserta didik yang

mempengaruhi diantaranya : kurangnya konsentrasi dalam pembelajaran dan daya

ingat yang rendah. Peserta didik yang memiliki interaksi sosial tinggi sebenarnya

telah memiliki modal untuk mencapai hasil belajar yang tinggi, sesuai dengan teori

tersebut di atas. Jadi, peserta didik yang mengalami keadaan demikian diperlukan

bimbingan khusus agar dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal.

Sebagaimana teori yang telah disajikan pada bab terdahulu, interaksi sosial

merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan

antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang

perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial dapat terjadi apabila adanya

kontak sosial (social-contact) dan adanya komunikasi. Kontak sosial dapat

Page 129: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berlangsung dalam tiga bentuk yaitu antarindividu, antarindividu dengan kelompok,

dan antarkelompok. Selain itu, suatu kontak dapat bersifat langsung maupun tidak

langsung. Adanya komunikasi, seseorang memberi arti pada perilaku orang lain,

perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang

bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin

disampaikan oleh orang tersebut.

Model pembelajaran kooperatif di dalamnya selalu terjadi interaksi kelompok.

Interaksi kelompok merupakan interaksi interpersonal (interaksi antaranggota).

Interaksi kelompok dalam pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan

inteligensi interpersona / keterampilan sosial (social skill). Beberapa komponen

keterampilan sosial menurut Agus Suprijono (2009:62) adalah kecakapan

berkomunikasi, kecakapan bekerja sama, dan solidaritas.

Dukungan teori konstruktivisme sosial Vygotsky telah meletakkan arti penting

model pembelajaran kooperatif, yang menekankan bahwa pengetahuan dibangun dan

dikonstruksi secara mutual. Peserta didik berada dalam konteks sosiohistoris.

Keterlibatkan dengan orang lain membuka kesempatan bagi mereka mengevaluasi

dan memperbaiki pemahaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial

memberikan mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran peserta didik.

Vygotsky menekankan peserta didik mengonstruksi pengetahuan melalui interaksi

sosial dengan orang lain.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMK Gamaliel I Madiun

juga diperoleh hasil bahwa ada pengaruh interaksi sosial (tinggi dan rendah)

terhadap prestasi belajar. Prestasi belajar peserta didik yang memiliki interaksi sosial

Page 130: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tinggi lebih baik dari pada peserta didik yang memiliki interaksi sosial rendah( Ratna

Kartikawati.2009 ). Begitu pula, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di

SMP negeri 2 Paron Kabupaten Ngawi oleh Tri Lukitaningsih (2011) diperoleh hasil

bahwa interaksi sosial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar

biologi.

3. Hipotesis Ketiga

Pada hasil uji analisis penelitian, diperoleh P-value (0,000) < α (0,05) dengan

demikian H0C ditolak dan H1C diterima. Artinya, terdapat pengaruh minat belajar

yang tinggi dan rendah terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk

Hidup. Untuk mengetahui minat belajar yang mana yang lebih baik dapat dilihat

melalui uji t,diperoleh sig. (2-tailed) (0,000) < α (0,05) menunjukkan bahwa ada

perbedaan yang signifikan hasil belajar pada peserta didik dengan minat belajar

tinggi dan rendah. Peserta didik dengan minat belajar tinggi memperoleh hasil

belajar lebih baik daripada peserta didik dengan minat belajar rendah. Hal ini dapat

dilihat dari rerata hasil belajar peserta didik dengan minat belajar tinggi adalah 80,3,

sedangkan peserta didik dengan minat belajar yang rendah adalah 62,4 (tabel 4.10).

Peserta didik dengan minat yang tinggi terhadap pelajaran biologi merupakan

kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada orang

(peserta didik yang lain dan guru), situasi atau aktivitas di dalamnya. Dengan

demikian akan mempermudah mempelajari dan memahami materi yang dipelajari.

Jadi, minat belajar tinggi dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam

pembelajaran biologi materi Ciri-Ciri Makhluk hidup.

Namun demikian, ada beberapa peserta didik yang memiliki minat belajar

tinggi memperoleh hasil belajar di bawah rerata kelas, tetapi masih diatas KKM.

Page 131: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hal ini terjadi, karena daya ingat yang kurang baik. Tetapi, sebagian besar peserta

didik yang memiliki minat belajar tinggi memperoleh hasil belajar di atas rerata,

sedangkan peserta didik yang memiliki minat belajar rendah sebagian besar

memperoleh hasil belajar di bawah rerata kelas.

Secara umum, minat adalah sebagai kecenderungan seseorang untuk menerima

atau menolak suatu kegiatan. Dari definisi ini dapat diungkapkan bahwa minat

merupakan kecenderungan dalam menyukai suatu kegiatan dapat berupa pelajaran,

benda atau suasana tertentu. Minat belajar adalah pilihan kesenangan dalam

melakukan kegiatan dan dapat membangkitkan gairah seseorang untuk memenuhi

kesediaan yang dapat diukur melalui kesulitan, ketertarikan, perhatian dan

keterlibatan. Berminat terhadap sesuatu hal mengandung arti menarik diri dalam hal

itu. Minat merupakan kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh

perhatian pada orang, situasi atau aktivitas tertentu. Maka dari itu, minat belajar

sangat mempengaruhi hasil belajar peserta didik.

Apabila peserta didik memiliki minat belajar tinggi terhadap pelajaran tertentu

maka akan mempermudah peserta didik mempelajarinya. Tetapi sebaliknya, apabila

minat belajar rendah terhadap suatu pelajaran maka akan mempersulit dalam

mempelajarinya. Apabila peserta didik dapat dengan mudah mempelajari dan

memahami materi pembelajaran, maka akan cenderung memperoleh hasil belajar

yang lebih baik.

Begitu pula, hasil penelitian yang telah dilakukan di SMK Gamaliel I Madiun

oleh Ratna Kartikawati (2009), diperoleh hasil ada pengaruh minat belajar (tinggi

dan rendah) terhadap prestasi belajar. Prestasi belajar peserta didik yang memiliki

Page 132: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

minat belajar tinggi lebih baik dari pada peserta didik yang memiliki minat belajar

rendah.

4. Hipotesis Keempat

Dari hasil uji analisis diperoleh P-value (0,607) > α (0,05) dengan demikian

H0AB diterima dan H1AB ditolak.. Artinya, tidak terdapat interaksi antara model

pembelajaran kooperatif dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar

biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Tidak adanya interaksi antara model

pembelajaran dengan kemampuan interaksi sosial peserta didik dapat dijelaskan

sebagai berikut : Berdasarkan hipotesis pertama, terdapat pengaruh model

pembelajaran terhadap prestasi belajar peserta didik. Dimana pembelajaran yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT mempunyai hasil belajar

lebih baik daripada menggunakan tipe Bamboo Dancing. Sedangkan pada hipotesis

kedua, peserta didik dengan interaksi sosial tinggi memperoleh hasil belajar lebih

baik daripada peserta didik dengan interaksi sosial rendah. Jadi, interaksi sosial juga

diperlukan peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar biologi.

Pada proses pembelajaran biologi menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Bamboo Dancing maupun NHT , semakin tinggi interaksi sosial

peserta didik semakin tinggi pula hasil belajarnya. Sehingga, apapun model

pembelajaran yang diterapkan kepada peserta didik yang memiliki interaksi sosial

tinggi akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula, sedangkan peserta didik yang

memiliki interaksi sosial rendah cenderung memperoleh hasil belajar yang rendah

pula. Model pembelajaran kooperatif menuntut peserta didik untuk aktif dalam

Page 133: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

proses pembelajaran. Sedangkan menurut Piaget interaksi sosial akan efektif apabila

ada tindakan aktif dari peserta didik (Paul Suparno2001:108). Karena pengaruh yang

ditimbulkan saling independen maka, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

interaksi antara model pembelajaran dengan interaksi sosial peserta didik terhadap

hasil belajar.

5. Hipotesis Kelima

Hasil uji analisis diperoleh P-value (0,117) > α (0,05) dengan demikian H0AC

diterima dan H1AC ditolak. Artinya, tidak terdapat interaksi antara pembelajaran

kooperatif dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi pada

materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Tidak adanya interaksi antara model pembelajaran

dengan kemampuan minat belajar peserta didik dapat dijelaskan sebagai berikut :

Berdasarkan hipotesis pertama, terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap

prestasi belajar peserta didik. Dimana pembelajaran yang menggunakan tipe NHT

mempunyai hasil belajar lebih baik daripada menggunakan Tipe Bamboo Dancing.

Sedangkan pada hipotesis ketiga, peserta didik dengan minat belajar tinggi

memperoleh hasil belajar lebih baik daripada peserta didik dengan minat belajar

rendah. Jadi, minat belajar sangat diperlukan peserta didik untuk meningkatkan hasil

belajar biologi. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh minat belajar yang

tinggi dan rendah terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk

Hidup.

Pada proses pembelajaran biologi menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Bamboo Dancing maupun NHT , semakin tinggi minat belajar

peserta didik semakin tinggi pula hasil belajarnya. Sehingga, apapun model

Page 134: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pembelajaran yang diterapkan kepada peserta didik yang memiliki minat belajar

tinggi akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula, sedangkan peserta didik yang

memiliki minat belajar rendah memperoleh hasil belajar yang rendah pula. Peserta

didik yang memiliki minat belajar tinggi akan lebih mudah mempelajari dan

memahami materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup, sehingga sangat memungkinkan untuk

memperoleh hasil belajar yang lebih baik walaupun menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing maupun NHT. Begitu pula

sebaliknya, apabila peserta didik dengan minat yang rendah akan mengalami

kesulitan dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran sehingga apapun

model pembelajarannya tidak akan memberikan hasil belajar yang optimal.

Karena pengaruh yang ditimbulkan saling independen maka dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar

peserta didik terhadap hasil belajar terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-

Ciri Makhluk Hidup.

6. Hipotesis Keemam

Dari hasil uji analisis diperoleh P-value (0,502) > α (0,05) dengan demikian

H0BC diterima dan H1BC ditolak.. Artinya, tidak terdapat interaksi antara interaksi

sosial dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi pada materi

Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Tidak adanya interaksi antara interaksi sosial dengan minat

belajar peserta didik dapat dijelaskan sebagai berikut : Berdasarkan hipotesis kedua,

terdapat pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil

belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Peserta didik dengan interaksi

sosial tinggi memperoleh hasil belajar lebih baik daripada peserta didik dengan

Page 135: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

interaksi sosial rendah. Jadi, interaksi sosial juga diperlukan untuk meningkatkan

hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Sedangkan pada hipotesis

ketiga, terdapat pengaruh minat belajar yang tinggi dan rendah terhadap hasil belajar

biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Peserta didik dengan minat belajar

tinggi memperoleh hasil belajar lebih baik daripada peserta didik dengan minat

belajar rendah. Jadi, minat belajar sangat diperlukan peserta didik untuk

meningkatkan hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.

Pada proses pembelajaran biologi peserta didik yang memiliki interaksi sosial

semakin tinggi maka semakin tinggi pula hasil belajarnya, begitu pula semakin tinggi

minat belajar semakin tinggi pula hasil belajarnya. Sehingga, interaksi sosial dan

minat belajar mempengaruhi hasil belajar peserta didik.

Pada peserta didik yang memiliki interaksi sosial tinggi dan minat belajar

rendah memperoleh hasil belajar yang kurang maksimal, hal yang demikian

seharusnya tidak terjadi, karena dengan modal interaksi sosial yang tinggi peserta

didik dapat lebih leluasa mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan

kelompoknya. Dalam proses pembelajaran pada penelitian, peserta didik yang

memiliki interaksi sosial tinggi dan minat belajar rendah cenderung tidak sungguh-

sungguh dalam mengikuti pembelajaran, terkesan banyak main-mainnya, dan kurang

konsentrasi. Interaksi sosial tinggi yang dimiliki peserta didik tidak dapat membuat

minat belajar yang rendah menjadi tinggi. Sehingga keadaan tersebut sangat

mempengaruhi hasil belajar.

Pada peserta didik yang memiliki interaksi sosial rendah dan minat belajar

tinggi memperoleh hasil belajar yang kurang maksimal, hal yang demikian terjadi

Page 136: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

karena peserta didik cenderung pasif sehingga akumulasi pengetahuannya tidak dapat

maksimal. Minat belajar yang tinggi tidak dapat membuat interaksi sosial rendah

peserta didik berubah menjadi tinggi.

Karena pengaruh yang ditimbulkan saling independen maka dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat interaksi antara interaksi sosial dengan minat belajar peserta

didik terhadap hasil belajar.

7. Hipotesis Ketujuh

P-value (0,418) > α (0,05) dengan demikian H0ABC diterima dan H1ABC ditolak..

Artinya, tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif, interaksi

sosial, dan minat belajar terhadap hasil belajar peserta didik. Tidak adanya interaksi

antara model pembelajaran, interaksi sosial, dan minat belajar terhadap hasil belajar

peserta didik dapat dijelaskan sebagai berikut : Berdasarkan hipotesis pertama,

terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar biologi pada materi

Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Dimana pembelajaran yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT mempunyai hasil belajar lebih baik daripada

menggunakan tipe Bamboo Dancing. Sedangkan pada hipotesis kedua, terdapat

pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar

biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Peserta didik dengan interaksi sosial

tinggi memperoleh hasil belajar lebih baik daripada peserta didik dengan interaksi

sosial rendah. Jadi, interaksi sosial juga diperlukan peserta didik untuk meningkatkan

hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Hipotesis ketiga, terdapat

pengaruh minat belajar yang tinggi dan rendah terhadap hasil belajar biologi pada

materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Peserta didik dengan minat belajar tinggi

Page 137: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

memperoleh hasil belajar lebih baik daripada peserta didik dengan minat belajar

rendah. Jadi, minat belajar sangat diperlukan peserta didik untuk meningkatkan hasil

belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.

Pada proses pembelajaran biologi menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Bamboo Dancing maupun NHT, semakin tinggi interaksi sosial

peserta didik semakin tinggi pula hasil belajarnya, begitu pula semakin tinggi minat

belajar peserta didik semakin tinggi hasil belajarnya. Begitu pula sebaliknya, proses

pembelajaran biologi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo

Dancing maupun NHT , semakin rendah interaksi sosial peserta didik semakin

rendah pula hasil belajarnya, begitu pula semakin rendah minat belajar peserta didik

semakin rendah hasil belajarnya.

Sebagaimana telah dibahas pada hipotesis keempat, kelima, dan keenam karena

pengaruh yang ditimbulkan saling independen maka, dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat interaksi antara model pembelajaran, interaksi sosial, dan minat belajar

peserta didik terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.

E. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti telah berusaha semaksimal

mungkin untuk mendapatkan hasil sesuai dengan harapan. Meskipun demikian,

peneliti menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kelemahan dan keterbatasan

yang menyebabkan hasil penelitian masih belum sempurna. Beberapa kelemahan

dalam penelitian ini antara lain :

1. Instrumen penelitian yang terdiri dari angket interaksi sosial dan minat belajar,

tes hasil belajar dan rubrik penilaian sikap kooperatif belum merupakan

Page 138: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

instrumen yang standar, karena instrumen tersebut disusun sendiri oleh peneliti

dan hanya diujicobakan satu kali.

2. Pelaksanaan penelitian yang dilakukan sebanyak empat kali pertemuan (12 JP)

dengan evaluasi, dirasa masih kurang untuk melihat pengaruh dari perlakuan.

3. Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan

NHT masih dianggap hal baru bagi guru dan peserta didik terutama tipe Bamboo

Dancing, karena lebih terbiasa menggunakan metode ceramah dan diskusi yang

belum terlaksana secara sistematik, sehingga proses belajar mengajar yang

terjadi belum dapat berjalan dengan maksimal.

4. Efektifitas pembelajaran masih rendah, masih ada beberapa peserta didik yang

belum dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

5. Timbul kegaduhan-kegaduhan sehingga menyita waktu untuk penyelesaian

pemecahan masalah dalam kelompok dan mengganggu konsentrasi masing-

masing peserta didik.

Page 139: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan maka keseluruhan hasil

penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT

berpengaruh terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.

Peserta didik dalam pembelajaran biologi dengan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT memperoleh rerata hasil belajar lebih baik yaitu 75,32 daripada peserta

didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing

yang memperoleh rerata hasil belajar 68,38. Model pembelajaran kooperatif tipe

NHT memiliki lebih banyak kesempatan saling membantu untuk memecahkan

masalah yang harus dijawab dalam kelompoknya dan lebih tenang, karena

penyampaian jawaban satu persatu. Sedangkan, pada model pembelajaran

kooperatif tipe Bamboo Dancing dalam memecahkan masalah hanya terfokus

pada pasangannya dan terkesan gaduh, karena peserta didik saling berbagi

informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu

singkat dalam bentuk lisan, sehingga mengganggu konsentrasi masing-masing

peserta didik. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih

efektif digunakan untuk pembelajaran biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk

Hidup daripada model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing.

Page 140: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

2. Interaksi sosial (tinggi dan rendah) peserta didik berpengaruh terhadap hasil

belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Rerata hasil belajar peserta

didik yang memiliki interaksi sosial tinggi lebih baik yaitu 78,8 daripada peserta

didik yang memiliki interaksi sosial rendah yang memperoleh rerata hasil belajar

64,5. Jadi, interaksi sosial diperlukan peserta didik untuk meningkatkan hasil

belajar biologi. Pada proses pembelajaran biologi materi Ciri-Ciri Makhluk

Hidup diketahui semakin tinggi interaksi sosial peserta didik semakin tinggi pula

hasil belajarnya.

3. Minat belajar (tinggi dan rendah) peserta didik berpengaruh terhadap hasil belajar

biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Rerata hasil belajar peserta didik

yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik yaitu 80,3 daripada peserta didik

yang memiliki minat belajar rendah yang memperoleh rerata hasil belajar 62,4.

Peserta didik dengan minat yang tinggi terhadap pelajaran biologi merupakan

kekuatan pendorong yang memaksa peserta didik menaruh perhatian pada

peserta didik yang lain dan guru, serta situasi atau aktivitas di dalamnya. Dengan

demikian akan mempermudah mempelajari dan memahami materi yang

dipelajari. Jadi, dengan minat belajar tinggi dapat meningkatkan hasil belajar

peserta didik dalam pembelajaran biologi materi Ciri-Ciri Makhluk hidup.

4. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan interaksi

sosial peserta didik terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk

Hidup. Peserta didik yang memiliki interaksi sosial tinggi memperoleh rerata

hasil belajar lebih baik daripada peserta didik yang memiliki interaksi sosial

rendah, walaupun menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan tipe

Page 141: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

Bamboo Dancing maupun NHT. Pada proses pembelajaran biologi menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing maupun NHT , semakin

tinggi interaksi sosial peserta didik semakin tinggi pula hasil belajarnya.

Sehingga, apapun model pembelajaran yang diterapkan kepada peserta didik

yang memiliki interaksi sosial tinggi akan memperoleh hasil belajar yang tinggi

pula, sedangkan peserta didik yang memiliki interaksi sosial rendah cenderung

memperoleh hasil belajar yang rendah pula, pengaruh yang ditimbulkan antara

model pembelajaran kooperatif dengan interaksi sosial terhadap hasil belajar

biologi saling independen, maka tidak terdapat interaksi antara model

pembelajaran dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar biologi

pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.

5. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat

belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk

Hidup. Peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi memperoleh rerata hasil

belajar lebih baik daripada peserta didik yang memiliki minat belajar rendah,

walaupun menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing

maupun NHT. Pada proses pembelajaran biologi menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing maupun NHT , semakin tinggi

minat belajar peserta didik semakin tinggi pula hasil belajarnya. Sehingga,

apapun model pembelajaran yang diterapkan kepada peserta didik yang memiliki

minat belajar tinggi akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula. Sedangkan

peserta didik yang memiliki minat belajar rendah akan memperoleh hasil belajar

yang rendah pula. Karena pengaruh antara model pembelajaran kooperatif dan

Page 142: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

minat belajar yang ditimbulkan saling independen, maka tidak terdapat interaksi

antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar terhadap hasil belajar

biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk.

6. Tidak terdapat interaksi antara interaksi sosial dengan minat belajar peserta didik

terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Peserta

didik yang memiliki interaksi sosial tinggi dan minat belajar tinggi memperoleh

rerata hasil belajar yang tinggi, sedangkan peserta didik yang memiliki interaksi

sosial rendah dan minat belajar rendah memperoleh rerata hasil belajar yang

rendah. Interaksi sosial dan minat belajar peserta didik berpengaruh dalam

meningkatkan hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup, tetapi

pengaruh yang ditimbulkan saling independen sehingga tidak terdapat interaksi

antara interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar

biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.

7. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif, interaksi sosial,

dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-

Ciri Makhluk Hidup. Peserta didik yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif baik tipe Bamboo Dancing maupun NHT yang memiliki interaksi

sosial tinggi dan minat belajar tinggi memperoleh rerata hasil belajar lebih baik

daripada peserta didik yang memiliki interaksi sosial rendah dan minat belajar

rendah. Dalam hal ini model pembelajaran kooperatif, interaksi sosial, dan minat

belajar berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran

biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Akan tetapi, pengaruh yang

ditimbulkan saling independen sehingga tidak terdapat interaksi antara model

Page 143: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

pembelajaran kooperatif, interaksi sosial, dan minat belajar peserta didik

terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.

B. Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh, penelitian ini

memberikan implikasi sebagai berikut :

1. Implikasi Teoritis

a. Memperluas pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar peserta didik.

b. Penggunaan model pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik

materi pembelajaran yang akan disampaikan.

2. Implikasi Praktis

a. Guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk

meningkatkan hasil belajar biologi khususnya pada materi Ciri-Ciri Makhluk

Hidup.

b. Dalam pembelajaran, guru seharusnya memperhatikan tingkat interaksi sosial

dan minat belajar peserta didik.

c. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sangat efektif untuk

semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia didik.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian, maka penulis

mengajukan saran-saran sebagai berikut :

Page 144: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

1. Kepada Guru Biologi

a. Guru hendaknya dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi Ciri-Ciri

Makhluk Hidup atau materi lainnya.

b. Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT hendaknya

dipersiapkan LKS, yang dilengkapi dengan soal untuk tiap nomor peserta

didik, guru telah mengobservasi lingkungan yang akan digunakan untuk

pembelajaran.

c. Sebelum pelaksanaan pembelajaran perlu diukur tingkat interaksi sosial dan

minat belajar peserta didik.

d. Perlu ditingkatkan interaksi sosial dan minat peserta didik dengan cara

memberi masalah dan contoh materi yang menarik.

e. Guru dalam membagi kelompok hendaknya benar-benar heterogen agar hasil

yang diharapkan dapat maksimal.

f. Agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan baik, peserta didik perlu

mengadakan pengamatan secara langsung di lingkungan, sekitar rumah, atau

laboratorium secara individu maupun kelompok sebagai bekal dalam proses

pembelajaran.

2. Kepada Pihak Sekolah

a. Pihak sekolah hendaknya selalu berusaha agar peserta didik tetap

bersemangat untuk belajar, menyukai pelajaran yang dipelajari, serta

menjadikan belajar sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi sehingga peserta

didik betah untuk belajar di sekolah dan di tempat belajar lainnya.

Page 145: PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

b. Pihak sekolah hendaknya dapat menciptakan lingkungan sekolah sebagai

lingkungan yang dapat menjadi sarana belajar bagi peserta didik.

c. Pihak sekolah hendaknya memenuhi sarana dan prasarana pembelajaran, agar

proses pembelajaran dapat berjalan maksimal sehingga tujuan pembelajaran

dapat tercapai dengan optimal.

3. Kepada Peneliti

a. Pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini belum optimal, hal ini dapat

dikembangkan lebih lanjut dengan mengoptimalkan pelaksanaannya.

b. Hendaknya model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian sudah

dipraktikkan pada peserta didik yang akan dijadikan sebagai sampel sebelum

penelitian dilaksanakan.

4. Kepada Pengelola Pendidikan

a. Masih banyak guru yang belum memahami penggunaan model-model

pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan materi pelajaran, untuk itu

hendaknya pengelola pendidikan mengadakan pelatihan untuk guru yang

berhubungan dengan pembelajaran.

5. Kepada Peserta Didik

a. Setiap peserta didik hendaknya memiliki interaksi sosial dan minat belajar

yang tinggi serta aktif dalam pembelajaran sehingga hasil belajar dapat

meningkat.

b. Setiap peserta didik hendaknya bersungguh-sungguh dan selalu konsentrasi

dalam proses pembelajaran.