Pembelajaran Kontrutivisme

download Pembelajaran Kontrutivisme

of 17

Transcript of Pembelajaran Kontrutivisme

  • 7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme

    1/17

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangParadigma pembangunan pendidikan dewasa ini telah bergeser dari

    pola teacher centered ke student centered learning, dari orientasi filosofis

    yang lebih menekankan dimensi obyektivis-positivis ke subyektivis-

    interpretif. Indikator yang memperkuat asumsi tersebut adalah: Pertama,

    digulirkannya kebijakan pemerintah tentang penerapan Kurikulum Tingkat

    Satuan Pendidikan (KTSP) pada jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan

    menengah atas, yang sejatinya keberadaan KTSP tersebut telah memberi

    peluang cukup signifikan terjadinya kreatifitas lokal (local genius) dalam

    pengembangan pembelajaran di sekolah, dengan tetap memperhatikan standar

    kompetensi keilmuan yang ditetapkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional

    Pendidikan); Kedua, sistem evaluasi pembelajaran yang harus dikembangkan

    guru adalah penilaian internal (internal assessment) yang terjelma dalam

    model penilaian kelas yang dilakukan melalui beragam cara, yaitu: penilaian

    unjuk kerja (performance), penilaian sikap (afektif), penilaian tertulis (paper

    and pencil test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui

    kumpulan hasil karya peserta didik (potofolio) dan penilaian diri (self

    assessment) Apabila mencermati arah perkembangan pendidikan di era

    transformasi Iptek dan globalisasi kehidupan dewasa ini, nampak bahwa

    proses pembelajaran di kelas harus mampu mengarah pada upaya

    membangun iklim belajar kompetitor, pembelajaran aktif kreatif efektif dan

    menyenangkan (PAKEM), pembelajaran yang mampu mendorong peserta

    didik menginternalisasi dan mentransformasi pengetahuan yang baru. Pola

    strategi pembelajaran tersebut oleh para ahli sering disebut dengan pola

    pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme (Brooks & Brooks, 1999).

    Jadi, penguasaan pendekatan konstruktivisme oleh setiap guru dalam proses

  • 7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme

    2/17

    2

    pembelajaran di kelas adalah suatu keharusan dalam rangka mengantarkan

    peserta didik mampu Mengembangkan potensi diri secara maksimal.

    B. Rumusan Masalah1. Apakah pengertian teori konstruktivisme?2. Bagaimana konsep dasar teori konstruktivisme?3. Mengapa memilih teori konstruktivisme?4. Strategi apa yang digunakan dalam teori konstruktivisme?5. Bagaimana implementasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran?

    C. Tujuan1. Untuk mengetahui pengetian teori konstruktivisme2. Untuk mengetahui konsep dasar teori konstruktivisme3. Untuk mengetahui alasan memilih teori konstruktivisme4. Untuk mengetahui strategi dalam teori konstruktivisme5. Untuk mengetahui implementasi teori konstruktivisme dalam

    pembelajaran

  • 7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme

    3/17

  • 7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme

    4/17

    4

    belajar, cara belajar dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan

    tata pikir dan skema berpikir seseorang. sebagai upaya memperoleh

    pemahaman atau pengetahuan yang bersifat subyektif.

    Jadi, Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat

    generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.

    Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai

    kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih

    memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan

    pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan

    pengalamanya. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang

    baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan

    dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang

    mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.

    Von Glasersfeld mengatakan bahwa konstruktivisme adalah salah satu

    filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah

    konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan itu dibentuk oleh struktur

    konsepsi seseorang sewaktu berinteraksi dengan lingkungannya.2

    Menurut para penganut konstruktif, pengetahuan dibina secara aktif oleh

    seseorang yang berfikir. Seseorang tidak akan menyerap pengetahuan dengan

    pasif. Untuk membangun suatu pengetahuan baru, peserta didik akan

    menyesuaikan informasi baru atau pengalaman yang disampaikan guru dengan

    pengetahuan atau pengalaman yang telah dimilikinya melalui berintekrasi

    sosial dengan peserta didik lain atau dengan gurunya.3 Konsep teori belajar

    konstruktivisme mempunyai interpretasi perwujudan yang beragam. Belajar

    merupakan proses aktif untuk megkonstruksi pengetahuan dan bukan proses

    menerima pengetahuan. Proses pembelajaran yang terjadi lebih dimaksudkan

    untuk membantu atau mendukung proses belajar, bukan sekedar untuk

    menyampaikan pengetahuan.

    2Suparno,Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 1997), 23.

    3Ella Yulaelawati, Kurikulum dan Pembelajaran;Filosofi Teori dan Aplikasi, (Bandung: Pakar

    Raya, 2004), 53.

  • 7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme

    5/17

    5

    Dalam wawasan ini, sebenarnya siswalah yang mempunyai peranan

    penting dalam belajar, sedangkan guru secara fleksibel menempatkan diri

    sebagaimana diperlukan oleh siswa dalam proses memahami dunianya. Pada

    suatu saat guru memberi contoh, atau model bagi siswanya, dan pada saat

    yang lain guru membangunkan rasa ingin tahu dan keinginan anak untuk

    mempelajari sesuatu yang baru. Pada saat tertentu guru membiarkan anak

    mengeksplorasi dan bereksperimen sendiri dengan lingkungannya, guru cukup

    memberi semangat dan arahan saja.

    B. Konsep Teori Belajar Konstruktivisme terhadap Pembelajaran PAISebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar

    konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran

    guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental

    membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang

    dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol

    kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan

    kehendak guru. Akan tetapi siswa harus aktif mengembangkan pengetahuan

    mereka, bukan pendidik atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung

    jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu

    dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk

    berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.

    Dalam hal ini, hakikat pembelajaran menurut teori Konstruktivisme adalah

    suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan

    proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru

    berdasarkan data. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dirancang dan

    dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi

    pengalamannya menjadi pengetahuan yang bermakna. Jadi, dalam

    konstruktivisme ini sangat penting peran siswa untuk membangun

    constructive habits of mind. Agar siswa memiliki kebiasaan berpikir, maka

    dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar. Teori belajar yang mencerminkan

  • 7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme

    6/17

    6

    siswa memiliki kebebasan artinya siswa dapat memanfaatkan teknik belajar

    apa pun asal tujuan belajar dapat tercapai.4

    Selain itu, Nickson mengatakan bahwa pembelajaran dalam pandangan

    konstruktivime adalah membantu siswa untuk membangun konsep-konsep

    dalam belajar dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi

    sehingga konsep itu terbangun kemabli melalui transformasi informasi untuk

    menjadi konsep baru. Konstruk sebagai salah satu paradigma dalam teori

    belajar telah banyak mempengaruhi proses belajar. Peran guru bukan pemberi

    jawaban akhir atas pertanyaan siswa, melainkan mengarahkan mereka untuk

    membentuk pengetahuan.

    Sehubungan dengan hal di atas, Tasker mengemukakan tiga penekanan

    dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran

    aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua

    adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian

    secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi

    baru yang diterima.

    Wheatley mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip

    utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama,

    pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur

    kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu

    pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.

    Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan

    anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan

    pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya.

    Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam

    teori belajar konstruktivisme, Hanbury mengemukakan sejumlah aspek dalam

    kaitannya dengan pembelajaran, yaitu:

    4Sukardjo & Ukim Komaruddin, Landasan Pendidikan; Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: Raja

    Grafindo Persada, 2009), 55-56.

  • 7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme

    7/17

    7

    1. Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ideyang mereka miliki.

    2. Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti.3. Strategi siswa lebih bernilai.4. Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar

    pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.

    Bila aplikasi teori konstruktivisme masuk kedalam pembelajaran PAI

    khususnya di bidang Fiqh, maka para siswa akan membentuk :

    a. Peserta didik akan membangun atau mengkonstruksi pengetahuan tentangfiqh khususnya masalah shalat, dari hasil yang mereka dapatkan ketika

    mereka duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah.

    b. Pembelajaran tentang ibadah shalat akan menjadi lebih bermakna karenapeserta didik sudah mengerti walaupun masih ada juga yang belum tahu,

    namun dalam hal ini teori konstruktivisme yang diaplikasikan kedalam

    pembelajaran dapat menumbuhkan respons yang positif karena stimulus

    yang diberikan juga pengaruhnya lebih besar.

    c. Strategi pembelajaran hukum fiqh lebih sempurna.d. Peserta didik dapat berinteraksi penuh dengan metode pembelajaran

    ibadah shalat, karena ibadah shalat tidak cukup hanya teoritis, tapi juga

    harus di praktekkan.

    Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler

    mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran,

    sebagai berikut:

    1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannyadengan bahasa sendiri, bila terapannya atau aplikasinya dapat membentuk

    bahasa peserta didik sendiri dalam hal ibadah amaliyah, contohnya:

    peserta didik diajarkan untuk berwudhu terlebih dahulu kemudian baru

    diajarkan tentang shalat, tentunya pelaksanaan yang demikian membuat

    peserta didik dapat memberikan respons positif terhadap gaya bahasa yang

    dia akan ungkapkan.

  • 7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme

    8/17

    8

    2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannyasehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif, contohnya dalam

    pembelajaran fiqh, peserta didik dapat diberikan kesempatan atau rehat

    untuk berpikir karena dari segi pengalaman praktikum mereka juga tahu,

    namun disini adalah bahwa selama apa yang peserta didik yakini, dan

    lakukan adalah benar, tetapi pada kenyataannya masih banyak juga peserta

    didik yang belum paham betul tentang rukun-rukun shalat, sunnat-sunnat

    dalam shalat dan sebagainya.

    3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru, dalamhal ini pendidik atau guru pada bidang studi fiqh dapat memberikan

    kesempatan kepada peserta didik dalam mencoba terhadap gagasan yang

    baru.

    4. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telahdimiliki siswa.

    5. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka.6. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.5

    Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

    yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada

    kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan

    kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan

    dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk

    mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.

    Oleh Brooks & Brooks mengatakan bahwa pengetahuan adalah non-objective,

    bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai

    penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan

    refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar si siswa

    termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Atas

    dasar ini maka si siswa akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap

    pengetahuan tergentung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai

    5Ibid

    , 90-91.

  • 7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme

    9/17

    9

    dalam menginterpretasikannya. Atas dasar ini, maka peran kunci pendidik

    dalam interaksi pembelajaran konstruktivisme adalah pengendalian, yang

    meliputi:

    a. Menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan kesempatan untukmengambil keputusan dan bertindak; menumbuhkan kemandirian dalam

    melaksanakan praktek ibadah shalat. Karena selain merupakan kewajiban

    shalat juga termasuk membangun kesehatan di dalam tubuh kita.

    b. Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak, denganmeningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa. Dalam hal ini

    peningkatan pengetahuan tentang shalat-shalat sunnat, seperti Tahajjud,

    Dhuha dan sebagainya.

    c. Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agarsiswa mempunyai peluang optimal untuk berlatih.

    Ada beberapa ciri-ciri dalam pembelajaran model konstruktivisme, yaitu:

    1. Mencari tahu dan menghargai titik pandang/pendapat siswa.2. Pembelajaran dilakukan atas dasar pengetahuan awal siswa.3. Memunculkan masalah yang relevan dengan siswa.4. Menyusun pembelajaran yang menantang dugaan siswa.5. Menilai hasil pembelajaran dalam konteks pembelajaran sehari-hari.6. Siswa lebih aktif dalam proses belajar karena fokus belajar mereka pada

    proses pengintegrasian pengetahuan baru yang diperoleh dengan

    pengalaman/pengetahuan lama yang mereka miliki.

    7. Setiap pandangan sangat dihargai dan diperlukan. Siswa didorong untukmenemukan berbagai kemungkinan dan mensintesiskan secara terintegrasi.

    8. Proses belajar harus mendorong adanya kerjasama, tapi bukan untukbersaing. Proses belajar melalui kerjasama memungkinkan siswa untuk

    mengingat pelajaran lebih lama.

    9. Kontrol kecepatan, dan fokus pembelajaran ada pada siswa.10.Pendekatan konstruktivis memberikan pengalaman belajar yang tidak

    terlepas dengan apa yang dialami langsung oleh siswa.

  • 7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme

    10/17

    10

    Selanjutnya ada empat komponen dalam pembelajaran konstruktivisme,

    yaitu:

    a. Pengetahuan Awal (Prerequisite).b. Fakta Dan Masalah.c. Sistematika Berfikir.d. Kemauan Dan Keberanian.

    Penerapan teori konstruktivistik dalam pembelajaran hasil belajar tersebut

    secara teoritik menjamin siswa untuk memperoleh keterampilan penerapan

    pengetahuan secara bermakna:

    1. Penerapan guru dalam pembelajaran, kemampuan yang harus dimiliki olehguru dalam pembelajaran. Kemampuan-kemampuan tersebut, adalah

    memiliki pemahaman yang baik tentang kerja baik fisik maupun sosial,

    memiliki rasa dan kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data,

    memiliki kemampuan membantu pemahaman siswa, memilikikemampuan

    mempercepat kreativitas sejati siswa, dan memiliki kemampuan kerja

    sama dengan orang lain. Para guru diharapkan dapat belajar sepanjang

    hayat seirama dengan pengetahuan yang mereka perlukan untuk

    mendukung pekerjaannya serta menghadapi tantangan dan kemajuan sains

    dan teknologi. Guru tidak diharuskan memiliki semua pengetahuan, tetapi

    hendaknya memiliki pengetahuan yang cukup sesuai dengan yang mereka

    perlukan, di mana memperolehnya, dan bagaimana memaknainya. Para

    guru diharapkan bertindak atas dasar berpikir yang mendalam, bertindak

    independen dan kolaboratif satu sama lain, dan siap menyumbangkan

    pertimbangan-pertimbangan kritis. Para guru diharapkan menjadi

    masyarakat memiliki pengetahuan yang luas dan pemahaman yang

    mendalam. Di samping penguasaan materi, guru juga dituntut memiliki

    keragaman model atau strategi pembelajaran, karena tidak ada satu model

    pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan belajar dari

    topik-topik yang beragam. Apabila konsep pembelajaran tersebut

    dipahami oleh para guru, maka upayamendesain pembelajaran bukan

  • 7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme

    11/17

    11

    menjadi beban, tetapi menjadi pekerjaan yang menantang. Konsep

    pembelajaran tersebut meletakkan landasan yang meyakinkan bahwa

    peranan gurutidak lebih dari sebagai fasilitator, suatu posisi yang sesuai

    dengan pandangan konstruktivistik.

    2. Pengubahan lingkungan dan sumber belajar. Salah satu asas pembelajaranyang harus dipahami adalah membawa dunia siswa ke dunia guru dan

    menghantarkan dunia guru ke dunia siswa. Tujuannya, adalah untuk

    mengenali potensi siswa dan memberdayakan potensi tersebut sehingga

    melahirkan pencerahan bagi siswa itu sendiri. Alternatif upaya

    pemberdayaan tersebut dapat dilakukan dengan pengubahan lingkungan

    dan sumber belajar. Termasuk lingkungan belajar adalah sekolah,

    keluarga, masyarakat, pramuka, dan media masa. Termasuk sumber

    belajar adalah guru, orang tua, teman dewasa, teman sebaya, bahan, alat,

    dan lingkungan itu sendiri. Sumber belajar ada yang dirancang khusus

    untuk pembelajaran (by design) dan ada pula yang bukan dirancang

    khusus untuk pembelajaran, tetapi dapat digunakan untuk keperluan

    pembelajaran (by utilization). Oleh karena pembelajaran merupakan

    kegiatan rekayasa supaya terjadi peristiwa belajar, maka pengubahan

    lingkungan dan sumber belajar di sini adalah terkait dengan upaya guru

    memfasilitasi siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan dan sumber

    belajar tersebut. Upaya ini dilakukan baik pembelajaran harus terjadi di

    dalam kelas atau di luar kelas.

    C. Alasan Memilih Teori Konstruktivisme dalam PembelajaranTeori konstruktivisme mempunyai banyak karakteristik yang dapat

    membuat peserta didik lebih terampil dalam mengolah ilmu pengetahuan.

    Pendekatan konstruktivisme sebagai pendekatan baru dalam proses

    pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut:

    1. Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik, sehingga peserta didikdiberi peluang besar untuk aktif dalam proses pembelajaran

  • 7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme

    12/17

    12

    2. Proses pembelajaran merupakan proses integrasi pengetahuan barudengan pengetahuan lama yang dimiliki peserta didik

    3. Berbagai pandangan yang berbeda diantara peserta didik dihargai dansebagai tradisi dalam proses pembelajaran

    4. Peserta didik didorong untuk menemukan berbagai kemungkinan danmengintesiskan secara terintegrasi

    5. Proses pembelajaran berbasis masalah dalam rangka mendorong pesertadidik dalam proses pencarian ( inquiry) yang lebih alami

    6. Proses pembelajaran mendorong terjadinya koperatif dan kompetitifdikalangan peserta didik secara aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan

    7. Proses pembelajaran dilakukan secara konstekstual, yaitu peserta didikdihadapkan kedalam pengalaman nyata6.

    Karakteristik belajar dengan pendekatan konstruktivisme menurut

    Slavin (1997) ada 4 yaitu :

    1. Proses Top-Down, yang berarti bahwa siswa mulai dengan masalah-masalah yang kompleks untuk dipecahkan dan selanjutnya memecahkan

    atau menemukan (dengan bantuan guru) ketrampilan-ketrampilan dasar

    yang diperlukan. Sebagai contoh siswa dapat diminta untuk menuliskan

    suatu susunan kalimat, dan baru kemudian belajar tentang mengeja, tata

    bahasa, dan tanda baca.

    2. Pembelajaran kooperatif yaitu siswa akan lebih mudah menemukan danmemahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikanmasalah tersebut dengan temanya.

    3. Generative learning (pembelajaran generatif) yaitu belajar itu ditemukanmeskipun apabila kita menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka harus

    melakukan operasi mental dengan informasi itu untuk membuat informasi

    masuk kedalam pemahaman mereka.

    6Nanang Hanifah & Cucu Suhana,Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung, PT Refika Aditama,

    2010), 63

    http://007indien.blogspot.com/http://007indien.blogspot.com/
  • 7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme

    13/17

    13

    4. Pembelajaran dengan penemuan yaitu, siswa didorong untuk belajarsebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-

    konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki

    pengalaman dan melakukan percobaan yang mmungkinkan mereka

    menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

    D. Strategi Teori Konstruktivisme1. Top-down processing : belajar dari masalah yang kompleks untuk

    dipecahkan, kemudian menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan.

    2. Cooperative learning : belajar untuk menemukan secara komprehensifkonsep2 yang sulit jika didiskusikan dengan siswa yang lain/kelompok

    belajar.

    3. Generative learning : adanya interaksi yang aktif antara materi ataupengetahuan yang baru melalui skemata. Metode ini melakukan kegiatan

    mental saat belajar, seperti membuat pertanyaan, kesimpulan, atau analogi

    yang sedang dipelajari.

    E. Implementasi Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar

    Dengan menghargai gagasa-gagasan atau pemikiran siswa serta

    mendorong siswa berpikir mandiri, berarti guru membantu siswa

    menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan

    pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya

    berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar

    mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah (problem solver)

    2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatanbeberapa waktu kepada siswa untuk merespon

    Berfikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar

    gagasan-gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan

  • 7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme

    14/17

    14

    pertanyaan dan cara siswa merespon atau menjawabnya akan mendorong

    siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan

    3. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggiGuru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan

    menantang para siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di

    balik respon-respon faktual yang sederhana. Guru mendorong siswa untuk

    menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui analisis,

    prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan-gagasan atau

    pemikirannya

    4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau didkusi dengan guru dansiswa lainnya

    Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang

    bersifat intensif sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau

    menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk

    megemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan gagasan-

    gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun

    pengetahuannya sendiri yang didasarkan atas pemahaman mereka sendiri.

    Jika mereka merasa aman dan nyaman untuk mengemukakan gagasannya

    maka dialog yang sangat bermakna akan terjadi di kelas

    5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorongterjadinya diskusi

    Jika diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam prediksi,

    seringkali siswa menghasilkan berbagai hipotesis tentang fenomena alam

    ini. Guru yang menerapkan konstruktivisme dalam belajar memberikan

    kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji hpotesis yang

    mereka buat, terutama melalu diskusi kelompok dan pengalaman nyata

    6. Guru memberika data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materiinteraktif

    Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme

    melibatkan para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam

  • 7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme

    15/17

    15

    dalam dunia nyata. Kemudian guru membantu para siswa untuk

    menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang fenomena-

    fenomena alam tersebut secara bersama-sama.

  • 7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme

    16/17

    16

    BAB III

    PENUTUP

    A. KesimpulanKonstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat

    generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda

    dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang

    bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami

    belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan

    dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya.

    Hakikat pembelajaran menurut teori Konstruktivisme adalah suatu proses

    pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif

    membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru berdasarkan

    data. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola

    sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi

    pengalamannya menjadi pengetahuan yang bermakna. Jadi, dalam

    konstruktivisme ini sangat penting peran siswa untuk membangun constructive

    habits of mind. Agar siswa memiliki kebiasaan berpikir, maka dibutuhkan

    kebebasan dan sikap belajar. Teori belajar yang mencerminkan siswa memiliki

    kebebasan artinya siswa dapat memanfaatkan teknik belajar apa pun asal tujuan

    belajar dapat tercapai.

  • 7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme

    17/17

    17

    DAFTAR PUSTAKA

    Dahar Ratna Wilis. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:

    Erlangga

    Gunawan Heri. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

    Bandung: Alfabet

    Hanifah Nanang. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika

    Aditama

    James F Brennan. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT. RajaGrafindo

    Persada

    Sukardjo & Ukim Komaruddin. 2009. Landasan Pendidikan; Konsep dan

    Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada

    Suparno. 1997.Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

    Yulaelawati Ella. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran; Filosofi Teori dan

    Aplikasi. Bandung: Pakar Raya

    Sumber Internet :

    http://fredysusanto.wordpress.com/2012/04/01/konsep-belajar-konstruktivisme/

    http://007indien.blogspot.com/2011/12/prinsip-dasar-dan-karakteristik.