Pembelajaran Kontrutivisme
Transcript of Pembelajaran Kontrutivisme
-
7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme
1/17
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangParadigma pembangunan pendidikan dewasa ini telah bergeser dari
pola teacher centered ke student centered learning, dari orientasi filosofis
yang lebih menekankan dimensi obyektivis-positivis ke subyektivis-
interpretif. Indikator yang memperkuat asumsi tersebut adalah: Pertama,
digulirkannya kebijakan pemerintah tentang penerapan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) pada jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan
menengah atas, yang sejatinya keberadaan KTSP tersebut telah memberi
peluang cukup signifikan terjadinya kreatifitas lokal (local genius) dalam
pengembangan pembelajaran di sekolah, dengan tetap memperhatikan standar
kompetensi keilmuan yang ditetapkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional
Pendidikan); Kedua, sistem evaluasi pembelajaran yang harus dikembangkan
guru adalah penilaian internal (internal assessment) yang terjelma dalam
model penilaian kelas yang dilakukan melalui beragam cara, yaitu: penilaian
unjuk kerja (performance), penilaian sikap (afektif), penilaian tertulis (paper
and pencil test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui
kumpulan hasil karya peserta didik (potofolio) dan penilaian diri (self
assessment) Apabila mencermati arah perkembangan pendidikan di era
transformasi Iptek dan globalisasi kehidupan dewasa ini, nampak bahwa
proses pembelajaran di kelas harus mampu mengarah pada upaya
membangun iklim belajar kompetitor, pembelajaran aktif kreatif efektif dan
menyenangkan (PAKEM), pembelajaran yang mampu mendorong peserta
didik menginternalisasi dan mentransformasi pengetahuan yang baru. Pola
strategi pembelajaran tersebut oleh para ahli sering disebut dengan pola
pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme (Brooks & Brooks, 1999).
Jadi, penguasaan pendekatan konstruktivisme oleh setiap guru dalam proses
-
7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme
2/17
2
pembelajaran di kelas adalah suatu keharusan dalam rangka mengantarkan
peserta didik mampu Mengembangkan potensi diri secara maksimal.
B. Rumusan Masalah1. Apakah pengertian teori konstruktivisme?2. Bagaimana konsep dasar teori konstruktivisme?3. Mengapa memilih teori konstruktivisme?4. Strategi apa yang digunakan dalam teori konstruktivisme?5. Bagaimana implementasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran?
C. Tujuan1. Untuk mengetahui pengetian teori konstruktivisme2. Untuk mengetahui konsep dasar teori konstruktivisme3. Untuk mengetahui alasan memilih teori konstruktivisme4. Untuk mengetahui strategi dalam teori konstruktivisme5. Untuk mengetahui implementasi teori konstruktivisme dalam
pembelajaran
-
7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme
3/17
-
7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme
4/17
4
belajar, cara belajar dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan
tata pikir dan skema berpikir seseorang. sebagai upaya memperoleh
pemahaman atau pengetahuan yang bersifat subyektif.
Jadi, Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai
kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih
memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan
pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan
pengalamanya. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang
baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan
dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang
mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Von Glasersfeld mengatakan bahwa konstruktivisme adalah salah satu
filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah
konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan itu dibentuk oleh struktur
konsepsi seseorang sewaktu berinteraksi dengan lingkungannya.2
Menurut para penganut konstruktif, pengetahuan dibina secara aktif oleh
seseorang yang berfikir. Seseorang tidak akan menyerap pengetahuan dengan
pasif. Untuk membangun suatu pengetahuan baru, peserta didik akan
menyesuaikan informasi baru atau pengalaman yang disampaikan guru dengan
pengetahuan atau pengalaman yang telah dimilikinya melalui berintekrasi
sosial dengan peserta didik lain atau dengan gurunya.3 Konsep teori belajar
konstruktivisme mempunyai interpretasi perwujudan yang beragam. Belajar
merupakan proses aktif untuk megkonstruksi pengetahuan dan bukan proses
menerima pengetahuan. Proses pembelajaran yang terjadi lebih dimaksudkan
untuk membantu atau mendukung proses belajar, bukan sekedar untuk
menyampaikan pengetahuan.
2Suparno,Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 1997), 23.
3Ella Yulaelawati, Kurikulum dan Pembelajaran;Filosofi Teori dan Aplikasi, (Bandung: Pakar
Raya, 2004), 53.
-
7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme
5/17
5
Dalam wawasan ini, sebenarnya siswalah yang mempunyai peranan
penting dalam belajar, sedangkan guru secara fleksibel menempatkan diri
sebagaimana diperlukan oleh siswa dalam proses memahami dunianya. Pada
suatu saat guru memberi contoh, atau model bagi siswanya, dan pada saat
yang lain guru membangunkan rasa ingin tahu dan keinginan anak untuk
mempelajari sesuatu yang baru. Pada saat tertentu guru membiarkan anak
mengeksplorasi dan bereksperimen sendiri dengan lingkungannya, guru cukup
memberi semangat dan arahan saja.
B. Konsep Teori Belajar Konstruktivisme terhadap Pembelajaran PAISebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar
konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran
guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental
membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang
dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol
kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan
kehendak guru. Akan tetapi siswa harus aktif mengembangkan pengetahuan
mereka, bukan pendidik atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung
jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu
dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk
berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.
Dalam hal ini, hakikat pembelajaran menurut teori Konstruktivisme adalah
suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan
proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru
berdasarkan data. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dirancang dan
dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi
pengalamannya menjadi pengetahuan yang bermakna. Jadi, dalam
konstruktivisme ini sangat penting peran siswa untuk membangun
constructive habits of mind. Agar siswa memiliki kebiasaan berpikir, maka
dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar. Teori belajar yang mencerminkan
-
7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme
6/17
6
siswa memiliki kebebasan artinya siswa dapat memanfaatkan teknik belajar
apa pun asal tujuan belajar dapat tercapai.4
Selain itu, Nickson mengatakan bahwa pembelajaran dalam pandangan
konstruktivime adalah membantu siswa untuk membangun konsep-konsep
dalam belajar dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi
sehingga konsep itu terbangun kemabli melalui transformasi informasi untuk
menjadi konsep baru. Konstruk sebagai salah satu paradigma dalam teori
belajar telah banyak mempengaruhi proses belajar. Peran guru bukan pemberi
jawaban akhir atas pertanyaan siswa, melainkan mengarahkan mereka untuk
membentuk pengetahuan.
Sehubungan dengan hal di atas, Tasker mengemukakan tiga penekanan
dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran
aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua
adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian
secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi
baru yang diterima.
Wheatley mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip
utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama,
pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur
kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu
pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan
anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan
pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya.
Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam
teori belajar konstruktivisme, Hanbury mengemukakan sejumlah aspek dalam
kaitannya dengan pembelajaran, yaitu:
4Sukardjo & Ukim Komaruddin, Landasan Pendidikan; Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2009), 55-56.
-
7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme
7/17
7
1. Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ideyang mereka miliki.
2. Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti.3. Strategi siswa lebih bernilai.4. Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar
pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
Bila aplikasi teori konstruktivisme masuk kedalam pembelajaran PAI
khususnya di bidang Fiqh, maka para siswa akan membentuk :
a. Peserta didik akan membangun atau mengkonstruksi pengetahuan tentangfiqh khususnya masalah shalat, dari hasil yang mereka dapatkan ketika
mereka duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah.
b. Pembelajaran tentang ibadah shalat akan menjadi lebih bermakna karenapeserta didik sudah mengerti walaupun masih ada juga yang belum tahu,
namun dalam hal ini teori konstruktivisme yang diaplikasikan kedalam
pembelajaran dapat menumbuhkan respons yang positif karena stimulus
yang diberikan juga pengaruhnya lebih besar.
c. Strategi pembelajaran hukum fiqh lebih sempurna.d. Peserta didik dapat berinteraksi penuh dengan metode pembelajaran
ibadah shalat, karena ibadah shalat tidak cukup hanya teoritis, tapi juga
harus di praktekkan.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler
mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran,
sebagai berikut:
1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannyadengan bahasa sendiri, bila terapannya atau aplikasinya dapat membentuk
bahasa peserta didik sendiri dalam hal ibadah amaliyah, contohnya:
peserta didik diajarkan untuk berwudhu terlebih dahulu kemudian baru
diajarkan tentang shalat, tentunya pelaksanaan yang demikian membuat
peserta didik dapat memberikan respons positif terhadap gaya bahasa yang
dia akan ungkapkan.
-
7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme
8/17
8
2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannyasehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif, contohnya dalam
pembelajaran fiqh, peserta didik dapat diberikan kesempatan atau rehat
untuk berpikir karena dari segi pengalaman praktikum mereka juga tahu,
namun disini adalah bahwa selama apa yang peserta didik yakini, dan
lakukan adalah benar, tetapi pada kenyataannya masih banyak juga peserta
didik yang belum paham betul tentang rukun-rukun shalat, sunnat-sunnat
dalam shalat dan sebagainya.
3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru, dalamhal ini pendidik atau guru pada bidang studi fiqh dapat memberikan
kesempatan kepada peserta didik dalam mencoba terhadap gagasan yang
baru.
4. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telahdimiliki siswa.
5. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka.6. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.5
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada
kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan
kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan
dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
Oleh Brooks & Brooks mengatakan bahwa pengetahuan adalah non-objective,
bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai
penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan
refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar si siswa
termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Atas
dasar ini maka si siswa akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap
pengetahuan tergentung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai
5Ibid
, 90-91.
-
7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme
9/17
9
dalam menginterpretasikannya. Atas dasar ini, maka peran kunci pendidik
dalam interaksi pembelajaran konstruktivisme adalah pengendalian, yang
meliputi:
a. Menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan kesempatan untukmengambil keputusan dan bertindak; menumbuhkan kemandirian dalam
melaksanakan praktek ibadah shalat. Karena selain merupakan kewajiban
shalat juga termasuk membangun kesehatan di dalam tubuh kita.
b. Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak, denganmeningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa. Dalam hal ini
peningkatan pengetahuan tentang shalat-shalat sunnat, seperti Tahajjud,
Dhuha dan sebagainya.
c. Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agarsiswa mempunyai peluang optimal untuk berlatih.
Ada beberapa ciri-ciri dalam pembelajaran model konstruktivisme, yaitu:
1. Mencari tahu dan menghargai titik pandang/pendapat siswa.2. Pembelajaran dilakukan atas dasar pengetahuan awal siswa.3. Memunculkan masalah yang relevan dengan siswa.4. Menyusun pembelajaran yang menantang dugaan siswa.5. Menilai hasil pembelajaran dalam konteks pembelajaran sehari-hari.6. Siswa lebih aktif dalam proses belajar karena fokus belajar mereka pada
proses pengintegrasian pengetahuan baru yang diperoleh dengan
pengalaman/pengetahuan lama yang mereka miliki.
7. Setiap pandangan sangat dihargai dan diperlukan. Siswa didorong untukmenemukan berbagai kemungkinan dan mensintesiskan secara terintegrasi.
8. Proses belajar harus mendorong adanya kerjasama, tapi bukan untukbersaing. Proses belajar melalui kerjasama memungkinkan siswa untuk
mengingat pelajaran lebih lama.
9. Kontrol kecepatan, dan fokus pembelajaran ada pada siswa.10.Pendekatan konstruktivis memberikan pengalaman belajar yang tidak
terlepas dengan apa yang dialami langsung oleh siswa.
-
7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme
10/17
10
Selanjutnya ada empat komponen dalam pembelajaran konstruktivisme,
yaitu:
a. Pengetahuan Awal (Prerequisite).b. Fakta Dan Masalah.c. Sistematika Berfikir.d. Kemauan Dan Keberanian.
Penerapan teori konstruktivistik dalam pembelajaran hasil belajar tersebut
secara teoritik menjamin siswa untuk memperoleh keterampilan penerapan
pengetahuan secara bermakna:
1. Penerapan guru dalam pembelajaran, kemampuan yang harus dimiliki olehguru dalam pembelajaran. Kemampuan-kemampuan tersebut, adalah
memiliki pemahaman yang baik tentang kerja baik fisik maupun sosial,
memiliki rasa dan kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data,
memiliki kemampuan membantu pemahaman siswa, memilikikemampuan
mempercepat kreativitas sejati siswa, dan memiliki kemampuan kerja
sama dengan orang lain. Para guru diharapkan dapat belajar sepanjang
hayat seirama dengan pengetahuan yang mereka perlukan untuk
mendukung pekerjaannya serta menghadapi tantangan dan kemajuan sains
dan teknologi. Guru tidak diharuskan memiliki semua pengetahuan, tetapi
hendaknya memiliki pengetahuan yang cukup sesuai dengan yang mereka
perlukan, di mana memperolehnya, dan bagaimana memaknainya. Para
guru diharapkan bertindak atas dasar berpikir yang mendalam, bertindak
independen dan kolaboratif satu sama lain, dan siap menyumbangkan
pertimbangan-pertimbangan kritis. Para guru diharapkan menjadi
masyarakat memiliki pengetahuan yang luas dan pemahaman yang
mendalam. Di samping penguasaan materi, guru juga dituntut memiliki
keragaman model atau strategi pembelajaran, karena tidak ada satu model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan belajar dari
topik-topik yang beragam. Apabila konsep pembelajaran tersebut
dipahami oleh para guru, maka upayamendesain pembelajaran bukan
-
7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme
11/17
11
menjadi beban, tetapi menjadi pekerjaan yang menantang. Konsep
pembelajaran tersebut meletakkan landasan yang meyakinkan bahwa
peranan gurutidak lebih dari sebagai fasilitator, suatu posisi yang sesuai
dengan pandangan konstruktivistik.
2. Pengubahan lingkungan dan sumber belajar. Salah satu asas pembelajaranyang harus dipahami adalah membawa dunia siswa ke dunia guru dan
menghantarkan dunia guru ke dunia siswa. Tujuannya, adalah untuk
mengenali potensi siswa dan memberdayakan potensi tersebut sehingga
melahirkan pencerahan bagi siswa itu sendiri. Alternatif upaya
pemberdayaan tersebut dapat dilakukan dengan pengubahan lingkungan
dan sumber belajar. Termasuk lingkungan belajar adalah sekolah,
keluarga, masyarakat, pramuka, dan media masa. Termasuk sumber
belajar adalah guru, orang tua, teman dewasa, teman sebaya, bahan, alat,
dan lingkungan itu sendiri. Sumber belajar ada yang dirancang khusus
untuk pembelajaran (by design) dan ada pula yang bukan dirancang
khusus untuk pembelajaran, tetapi dapat digunakan untuk keperluan
pembelajaran (by utilization). Oleh karena pembelajaran merupakan
kegiatan rekayasa supaya terjadi peristiwa belajar, maka pengubahan
lingkungan dan sumber belajar di sini adalah terkait dengan upaya guru
memfasilitasi siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan dan sumber
belajar tersebut. Upaya ini dilakukan baik pembelajaran harus terjadi di
dalam kelas atau di luar kelas.
C. Alasan Memilih Teori Konstruktivisme dalam PembelajaranTeori konstruktivisme mempunyai banyak karakteristik yang dapat
membuat peserta didik lebih terampil dalam mengolah ilmu pengetahuan.
Pendekatan konstruktivisme sebagai pendekatan baru dalam proses
pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik, sehingga peserta didikdiberi peluang besar untuk aktif dalam proses pembelajaran
-
7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme
12/17
12
2. Proses pembelajaran merupakan proses integrasi pengetahuan barudengan pengetahuan lama yang dimiliki peserta didik
3. Berbagai pandangan yang berbeda diantara peserta didik dihargai dansebagai tradisi dalam proses pembelajaran
4. Peserta didik didorong untuk menemukan berbagai kemungkinan danmengintesiskan secara terintegrasi
5. Proses pembelajaran berbasis masalah dalam rangka mendorong pesertadidik dalam proses pencarian ( inquiry) yang lebih alami
6. Proses pembelajaran mendorong terjadinya koperatif dan kompetitifdikalangan peserta didik secara aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan
7. Proses pembelajaran dilakukan secara konstekstual, yaitu peserta didikdihadapkan kedalam pengalaman nyata6.
Karakteristik belajar dengan pendekatan konstruktivisme menurut
Slavin (1997) ada 4 yaitu :
1. Proses Top-Down, yang berarti bahwa siswa mulai dengan masalah-masalah yang kompleks untuk dipecahkan dan selanjutnya memecahkan
atau menemukan (dengan bantuan guru) ketrampilan-ketrampilan dasar
yang diperlukan. Sebagai contoh siswa dapat diminta untuk menuliskan
suatu susunan kalimat, dan baru kemudian belajar tentang mengeja, tata
bahasa, dan tanda baca.
2. Pembelajaran kooperatif yaitu siswa akan lebih mudah menemukan danmemahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikanmasalah tersebut dengan temanya.
3. Generative learning (pembelajaran generatif) yaitu belajar itu ditemukanmeskipun apabila kita menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka harus
melakukan operasi mental dengan informasi itu untuk membuat informasi
masuk kedalam pemahaman mereka.
6Nanang Hanifah & Cucu Suhana,Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung, PT Refika Aditama,
2010), 63
http://007indien.blogspot.com/http://007indien.blogspot.com/ -
7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme
13/17
13
4. Pembelajaran dengan penemuan yaitu, siswa didorong untuk belajarsebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki
pengalaman dan melakukan percobaan yang mmungkinkan mereka
menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
D. Strategi Teori Konstruktivisme1. Top-down processing : belajar dari masalah yang kompleks untuk
dipecahkan, kemudian menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan.
2. Cooperative learning : belajar untuk menemukan secara komprehensifkonsep2 yang sulit jika didiskusikan dengan siswa yang lain/kelompok
belajar.
3. Generative learning : adanya interaksi yang aktif antara materi ataupengetahuan yang baru melalui skemata. Metode ini melakukan kegiatan
mental saat belajar, seperti membuat pertanyaan, kesimpulan, atau analogi
yang sedang dipelajari.
E. Implementasi Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar
Dengan menghargai gagasa-gagasan atau pemikiran siswa serta
mendorong siswa berpikir mandiri, berarti guru membantu siswa
menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan
pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya
berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar
mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah (problem solver)
2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatanbeberapa waktu kepada siswa untuk merespon
Berfikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar
gagasan-gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan
-
7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme
14/17
14
pertanyaan dan cara siswa merespon atau menjawabnya akan mendorong
siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan
3. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggiGuru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan
menantang para siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di
balik respon-respon faktual yang sederhana. Guru mendorong siswa untuk
menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui analisis,
prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan-gagasan atau
pemikirannya
4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau didkusi dengan guru dansiswa lainnya
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang
bersifat intensif sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau
menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk
megemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan gagasan-
gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun
pengetahuannya sendiri yang didasarkan atas pemahaman mereka sendiri.
Jika mereka merasa aman dan nyaman untuk mengemukakan gagasannya
maka dialog yang sangat bermakna akan terjadi di kelas
5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorongterjadinya diskusi
Jika diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam prediksi,
seringkali siswa menghasilkan berbagai hipotesis tentang fenomena alam
ini. Guru yang menerapkan konstruktivisme dalam belajar memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji hpotesis yang
mereka buat, terutama melalu diskusi kelompok dan pengalaman nyata
6. Guru memberika data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materiinteraktif
Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme
melibatkan para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam
-
7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme
15/17
15
dalam dunia nyata. Kemudian guru membantu para siswa untuk
menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang fenomena-
fenomena alam tersebut secara bersama-sama.
-
7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme
16/17
16
BAB III
PENUTUP
A. KesimpulanKonstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda
dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang
bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami
belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan
dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya.
Hakikat pembelajaran menurut teori Konstruktivisme adalah suatu proses
pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif
membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru berdasarkan
data. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola
sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi
pengalamannya menjadi pengetahuan yang bermakna. Jadi, dalam
konstruktivisme ini sangat penting peran siswa untuk membangun constructive
habits of mind. Agar siswa memiliki kebiasaan berpikir, maka dibutuhkan
kebebasan dan sikap belajar. Teori belajar yang mencerminkan siswa memiliki
kebebasan artinya siswa dapat memanfaatkan teknik belajar apa pun asal tujuan
belajar dapat tercapai.
-
7/22/2019 Pembelajaran Kontrutivisme
17/17
17
DAFTAR PUSTAKA
Dahar Ratna Wilis. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Erlangga
Gunawan Heri. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Bandung: Alfabet
Hanifah Nanang. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika
Aditama
James F Brennan. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada
Sukardjo & Ukim Komaruddin. 2009. Landasan Pendidikan; Konsep dan
Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Suparno. 1997.Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius
Yulaelawati Ella. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran; Filosofi Teori dan
Aplikasi. Bandung: Pakar Raya
Sumber Internet :
http://fredysusanto.wordpress.com/2012/04/01/konsep-belajar-konstruktivisme/
http://007indien.blogspot.com/2011/12/prinsip-dasar-dan-karakteristik.