PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBACA DI KELAS VII B …

15
233 JURNAL ILMIAH KORPUS, Volume I, Nomor II, Desember 2017 PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBACA DI KELAS VII B SMP NEGERI 9 KOTA BENGKULU TAHUN AJARAN 2016/2017 Wahyu Aditya Pratama Putra 1 , Agus Joko Purwadi 2 , dan Catur Wulandari 3 123 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Bengkulu [email protected] Abstrak Penelitian ini mempunyai sasaran untuk mengamati cara guru mengajarakan keterampilan membaca kepada siswa di kelas VII B. Metode penelitian yang dipakai oleh peneliti yaitu metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas VII B SMP Negeri 9 Kota Bengkulu, pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan materi pembelajaran tentang ‘membaca intensif’. Hasil penelitian ini menunjukkkan bahwa dalam kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia di kelas VII B SMP Negeri 09 Kota Bengkulu, peneliti mengamati bahwa kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia benar-benar berhubungan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun Data mengenai penelitian ini meliputi (1) Hubungan antara RPP dan Pembelajaran di kelas; (2) Alokasi waktu yang diterapkan; (3) Kesesuaian metode dengan materi; (4) Penguasaan materi yang disampaikan oleh guru. Meskipun dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa yang kurang sesuai, seperti alokasi waktu dalam kegiatan belajar mengajar yang singkat, siswa yang tidak fokus dalam mendengarkan dan memahami penjelasan oleh guru, serta guru yang kurang menguasai materi pembelajaran. Kata Kunci: Pembelajaran, keterampilan membaca. Abstract This study has a goal to observe the way teachers teach reading skills to students in grade VII B. Research methods used by researchers is descriptive method using a qualitative approach. The subjects of this study are students of class VII B SMP Negeri 9 Kota Bengkulu, on the subjects of Indonesian language with learning materials about 'intensive reading'. The results of this study indicate that in teaching and learning activities conducted by Indonesian teachers in class VII B SMP Negeri 09 Kota Bengkulu, researchers observed that teaching and learning activities conducted by Indonesian teachers are really related to the Lesson Plans (RPP). The data on this research include (1) The relationship between RPP and learning in the classroom; (2) Time allocation applied; (3) Conformity of method with material; (4) Mastery of the material submitted by the teacher. Although in practice there are still some less appropriate, such as the allocation of time in short teaching and learning activities, students who do not focus on listening and understand the explanation by teachers, and teachers who lack the master of learning materials. Keywords: Learning, reading skills.

Transcript of PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBACA DI KELAS VII B …

233

JURNAL ILMIAH KORPUS, Volume I, Nomor II, Desember 2017

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBACA DI KELAS VII B SMP NEGERI 9 KOTA BENGKULU TAHUN AJARAN 2016/2017

Wahyu Aditya Pratama Putra1, Agus Joko Purwadi2, dan Catur Wulandari3

123Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Bengkulu

[email protected]

Abstrak Penelitian ini mempunyai sasaran untuk mengamati cara guru mengajarakan keterampilan membaca kepada siswa di kelas VII B. Metode penelitian yang dipakai oleh peneliti yaitu metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas VII B SMP Negeri 9 Kota Bengkulu, pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan materi pembelajaran tentang ‘membaca intensif’. Hasil penelitian ini menunjukkkan bahwa dalam kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia di kelas VII B SMP Negeri 09 Kota Bengkulu, peneliti mengamati bahwa kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia benar-benar berhubungan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun Data mengenai penelitian ini meliputi (1) Hubungan antara RPP dan Pembelajaran di kelas; (2) Alokasi waktu yang diterapkan; (3) Kesesuaian metode dengan materi; (4) Penguasaan materi yang disampaikan oleh guru. Meskipun dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa yang kurang sesuai, seperti alokasi waktu dalam kegiatan belajar mengajar yang singkat, siswa yang tidak fokus dalam mendengarkan dan memahami penjelasan oleh guru, serta guru yang kurang menguasai materi pembelajaran. Kata Kunci: Pembelajaran, keterampilan membaca.

Abstract This study has a goal to observe the way teachers teach reading skills to students in grade VII B. Research methods used by researchers is descriptive method using a qualitative approach. The subjects of this study are students of class VII B SMP Negeri 9 Kota Bengkulu, on the subjects of Indonesian language with learning materials about 'intensive reading'. The results of this study indicate that in teaching and learning activities conducted by Indonesian teachers in class VII B SMP Negeri 09 Kota Bengkulu, researchers observed that teaching and learning activities conducted by Indonesian teachers are really related to the Lesson Plans (RPP). The data on this research include (1) The relationship between RPP and learning in the classroom; (2) Time allocation applied; (3) Conformity of method with material; (4) Mastery of the material submitted by the teacher. Although in practice there are still some less appropriate, such as the allocation of time in short teaching and learning activities, students who do not focus on listening and understand the explanation by teachers, and teachers who lack the master of learning materials. Keywords: Learning, reading skills.

234

Pembelajaran Keterampilan Membaca di Kelas VII B SMP Negeri 9 Kota Bengkulu Tahun Ajaran 2016/2017

PENDAHULUAN Membaca adalah proses membuka

jendela dunia, melihat wawasan yang ada, dan menjadikan salah satu cara untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya. Keterampilan membaca diperlukan agar dapat memahami pesan yang disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis secara cepat dan memahami isi bacaan dengan tepat. Oleh sebab itu membaca merupakan salah satu bagian penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia, karena dapat dijadikan sarana dalam mengembangkan wawasan keilmuan.

Selain itu, membaca merupakan dasar untuk mempelajari sesuatu dan membaca merupakan interaksi antara pembaca dan penulis, interaksi tersebut tidak langsung namun bersifat komunikatif (Rahim, 2005:12). Komunikatif maksudnya adalah ada interaksi antara pembaca dengan karya penulis. Komunikasi antara pembaca dan penulis akan semakin baik jika pembaca memiliki kemampuan membaca yang baik. Maksud dan tujuan yang akan dicapai dalam membaca akan dapat dimengerti dengan sempurna dan tepat bila pembaca dapat memahami isi yang tertuang dalam bacaan tersebut. Oleh sebab itu bermacam-macam kemampuan dikerahkan oleh seseorang pembaca agar mampu memahami materi yang dibacanya (Harjasujana, 1966:5).

Pada penelitian ini, peneliti bertugas mengamati guru bahasa Indonesia di Kelas VII B. Adapun yang harus diamati oleh peneliti sendiri adalah bagaimana kegiatan guru bahasa Indonesia mengajar dan cara guru bahasa Indonesia menyampaikan suatu materi pembelajaran bahasa Indonesia tentang keterampilan membaca kepada siswa di kelas VII B, yakni ‘membaca memindai’. Apakah sesuai dengan apa yang

disampaikan oleh guru itu sendiri atau kurang sesuai dengan yang diharapkan.

Hal inilah yang menjadi alasan peneliti tentang keterampilan membaca di SMP Negeri 9 Kota Bengkulu, maka judul penelitian yang diangkat adalah: “Pembelajaran Keterampilan Membaca di Kelas VII B SMP Negeri 9 Kota Bengkulu”. Hakikat Membaca

Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang berhubungan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Membaca merupakan suatu proses aktif yang bertujuan dan memerlukan strategi. Hodgson (Depdikbud, 2009:4) mengemukakan bahwa membaca ialah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis. Zapadi (2000:8) mengemukakan bahwa membaca adalah salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting pada manusia, yaitu berbahasa. Kemudian Soedarsono (1989:1) berpendapat bahwa membaca adalah dua tingkat proses dari penerjemahan dan pemahaman, pengarang menulis pesan berupa kode (tulisan), dan pembaca mengartikan kode itu. Tampubolon (1990:6) menyebutkan bahwa membaca adalah salah satu dari keempat kemampuan bahasa pokok dan merupakan satu bagian dari komunikasi tulisan. Ini sangat sesuai dengan membaca tingkat lanjut, yakni membaca kritis dan membaca kreatif. Pendapat lainnya mengenai membaca dikemukakan oleh Harjasujana (1966:67) membaca merupakan kegiatan merespon lambang-lambang tertulis dengan menggunakan pengertian yang tepat. Slamet (2008:67) menyatakan bahwa membaca adalah perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerjasama beberapa keterampilan, yakni mengamati, memahami dan memikirkan.

235

JURNAL ILMIAH KORPUS, Volume I, Nomor II, Desember 2017

Dari pendapat ahli di atas, dapat dikatakan bahwa membaca lebih ditekankan pada proses/aktivitas pengolahan bacaan untuk memahami keseluruhan isi bacaan dan mengadakan penilaian terhadap bacaan itu. Kegiatan membaca mempunyai empat tahapan yaitu: persepsi, pemahaman, reaksi, dan integrasi. Tahapan persepsi, kemampuan membaca sebagai suatu kesatuan yang berarti. Tahapan pemahaman, ditekankan pada kemampuan untuk membuat kata-kata penulis, menimbulkan pikiran-pikiran yang berguna seperti yang terbaca dalam kontek. Tahapan reaksi, ditekankan pada tindakan yang memerlukan pertimbangan yang berkenaan dengan apa yang telah dikatakan penulis. Integrasi, ditekankan pada kemampuan untuk menanamkan pikiran atau konsep terhadap latar belakang pengalaman penulis sehingga berguna sebagai bagian dari pengalaman keseluruhan bagi pembaca. Tujuan Membaca

Tujuan umum orang membaca adalah untuk mendapatkan informasi baru. Sedangkan tujuan khusus adalah bermacam-macam sesuai dengan kepenrtingan pembaca. Nurhadi(1987:136) menggolongkan tujuan membaca, meliputi:

a. Alat untuk alat tertentu (instrument effect), yaitu membaca untuk memperoleh sesuatu yang bersifat praktis.

b. Mendapat hasil berupa prestise, yaitu membaca dengan tujuan ingin mendapat rasa lebih.

c. Memperkuat nilai-nilai pribadi atau keyakinan.

d. Mengganti pengalaman estetik yang telah usang.

e. Membaca untuk menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan atau penyakit tertentu.

Aspek-Aspek Membaca

Aspek membaca adalah keterampilan membaca berdasarkan tujuan membaca yang diinginkan pembaca. Ada dua aspek keterampilan membaca yaitu keterampilan mekanik dan pemahaman. Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skill) yang dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup : (1) pengenalan huruf, pengenalan unsur-unsur linguistik seperti fonem, grafem, frase, pola klausa, kalimat dan lain-lain. (2) pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis), (3) kecepatan membaca bertaraf lambat (Tarigan 1979:11).

Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehensive skill) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup : (1) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorika), (2) memahami signifikansi atau makna antara lain maksud dan tujuan pengarang, relevansi keadaan budaya, reaksi pembaca, (3) evaluasi dan penilaian isi dan bentuk, (4) kecepatan membaca yang fleksibel yang mudah disesuaikan dengan keadaan. Jenis-Jenis Membaca

Dalam kajian membaca dikenal berbagai jenis membaca. Dari segi jenjangnya, membaca dikelompokan menjadi dua, yakni: 1) membaca permulaan; 2) membaca lanjut. Membaca permulaan adalah kegiatan membaca yang mampu menghafalkan huruf dengan benar dan memperoleh informasi. Membaca lanjut adalah keterampilan membaca yang dapat dilakukan apabila pembaca sudah bisa membaca teknik atau membaca permulaan.

236

Pembelajaran Keterampilan Membaca di Kelas VII B SMP Negeri 9 Kota Bengkulu Tahun Ajaran 2016/2017

Pembelajaran Keterampilan Membaca Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sementara menurut PP Nomor 32 Tahun 2013, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi antara peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, tugas utama seorang guru adalah mengajar, sedangkan tugas utama seorang siswa adalah belajar.

Lenna, (2015:16) menyatakan bahwa keterampilan adalah derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu tujuan dengan efektif. Sedangkan, menurut Depdikbud (2009:8) menyebutkan istilah keterampilan dikategorikan menjadi 4 yaitu:

1. Basic leteracy skill, yaitu keahlian seseorang yang pasti dan wajib dimiliki kebanyakan orang, seperti membaca, menulis dan mendengar.

2. Technical skill, yaitu keahlian seseorang dalam pengembangan teknik yang dimiliki seperti menghitung secara tepat, mengoperasikan komputer.

3. Interpersonal skill, yaitu keahlian interpersonal merupakan kemampuan seseorang secara efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan kerja, seperti pendengar yang baik, menyampaikan pendapat secara jelas dan bekerja dalam satu tim.

4. Problem solving, yaitu menyelesaikan masalah adalah proses aktivitas untuk menajamkan logika,

berargumentasi dan penyelesaian masalah serta kemampuan untuk mengetahui penyebab, mengembangkan alternatif dan menganalisa serta memilih penyelesaian yang baik.

Adapun dalam pembahasan ini, Tarigan (1987:20) menjelaskan bahwa keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi:

a. Keterampilan menyimak (mendengarkan)

b. Keterampilan berbicara c. Keterampilan membaca d. Keterampilan menulis

Keterampilan membaca adalah

keterampilan bahasa tulis. Lebih lanjut Rahim(2007:32) menyebutkan bahwa keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengar dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memiliki tradisi lireasi yang telah berkembang, seringkali keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.

Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus dimiliki oleh pembicara adalah; keterampilan berbahasa. Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam membaca (Rahim, 2007:39) adalah sebagai berikut: 1) Mengenal sistem tulisan yang

digunakan 2) Mengenal kosa kata 3) Menentukan kata-kata kunci yang

mengiedintifikasi topik dan gagasan utama

4) Menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata split, dari konteks tertulis

5) Mengenal kelas kata gramatikal, kata benda, kata sifat, dan sebagainya.

237

JURNAL ILMIAH KORPUS, Volume I, Nomor II, Desember 2017

Keterampilan membaca mempunyai keterkaitan dengan keterampilan menulis. Membaca adalah proses membuka jendela dunia, melihat wawasan yang ada dan memnjadi salah satu cara memperoleh informasi sebanyak-banyaknya. Kemampuan membaca diperlukan untuk dapat memahami pesan yang disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Sedangkan kemampuan menulis adalah suatu proses merangkai, menyusun dan mencatat hasil pikiran individu dalam bahasa tulis. Menulis berarti menyajikan kembali informasi kepada masyarakat luas, informasi ini diperoleh dari kegiatan membaca. Sehingga untuk memperoleh keterampilan menulis, seseorang harus memiliki keterampilan membaca (Asteri, 2016:40).

Mengembangkan Keterampilan Membaca

Rahim (2007:39) menjelaskan bahwa setiap guru haruslah dapat membantu serta membimbing para pelajar untuk mengembangkan serta meningkatkan keterampilan-keterampilan yang mereka butuhkan dalam membaca usaha yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan membaca.

Langkah-Langkah Pembelajaran Keterampilan Membaca Tahapan-tahapan dalam mengembangkan keterampilan membaca adalah sebagai berikut: a. Tahap I: Para pelajar disuruh

membaca bahan yang telah mereka pelajari, mengucapkannya dengan baik atau atau bahan yang mungkin telah mereka ingat.

b. Tahap II: Guru atau kelompok guru bahasa asing pada sekolah yang bersangkutan menyusun kata-kata

serta struktur-struktur yang telah diketahui tersebut menjadi bahan dialog atau paragraf yang beraneka ragam , para pelajar dibimbing serta dibantu dalam membaca bahan yang baru disusun yang mangandung unsur-unsur yang sudah biasa bagi mereka.

c. Tahap III: Para pelajar mulai membaca bahan yang berisi sejumlah kata dan struktur yang masih asing atau belum biasa bagi mereka.

d. Tahap IV: Beberapa spesialis dalam bidang membaca mengajurkan penggunaan teks-teks sastra yang telah disederhanakan atau majalah-majalah sebagai bahan bacaan pada tahap ini.

e. Tahap V: Bahan bacaan tidak dibatasi. Seluruh dunia buku terbuka bagi para pelajar (Depdikbud, 2009:15).

METODE Adapun dalam penelitian yang

dilakukan di Kelas VII B SMP Negeri 9 Kota Bengkulu, metode yang digunakan oleh guru bahasa Indonesia pada saat membawakan materi pembelajaran bahasa Indonesia adalah menggunakan metode ceramah, metode tanya jawab dan metode eksperimen. Dalam penelitian ini fenomena sosial yang difokuskan untuk diteliti adalah pembelajaran keterampilan membaca di kelas VII SMP Negeri 9 Kota Bengkulu.

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 9 Kota Bengkulu yang berlokasi di kelas VII B. Adapun SMP Negeri 9 Kota Bengkulu ini merupakan salah satu dari SMP terbaik yang ada di Kota Bengkulu dan SMP yang sudah cukup lama berdiri, yaitu sejak tahun 1984 yang saat itu adalah SMP Negeri 8 Kota Bengkulu.

Subjek penelitian sering disebut sebagai informan, yaitu orang yang dapat memberikan informasi dalam pengumpulan data penelitian sesuai

238

Pembelajaran Keterampilan Membaca di Kelas VII B SMP Negeri 9 Kota Bengkulu Tahun Ajaran 2016/2017

dengan permasalahan yang diteliti. Adapun subjek penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia dan siswa pada SMPN 9 Kota Bengkulu yang akan dijadikan sumber informasi yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, yaitu pembelajaran keterampilan membaca di kelas VII B SMP Negeri 9 Kota Bengkulu.

Data dalam penelitian ini adalah data tentang proses pembelajaran keterampilan membaca di kelas VII SMP Negeri 9 Kota Bengkulu pada bagian inti. Dengan data ini, penulis dapat menggambarkan keterampilan membaca siswa pada siswa SMPN 9 Kota Bengkulu. Sumber data penelitian ini adalah guru yang mengajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VIIB , yaitu Septalena, S.Pd.

Menurut Sugiyono (2006:156), terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Lebih lanjut, Sugiyono (2006:156) menjelaskan bahwa pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Adapun pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik rekaman.

Rekaman adalah menyimpan suara menggunakan elektronik, seperti kaset, tape recorder, HP dan alat perekam lainnya, yang dapat dibuka untuk didengar atau dilihat pada saat diperlukan. Alat perekam yang digunakan peneliti adalah handphone merk Nokia.

Data penelitian yang bersumber dari hasil wawancara dan kuesioner yang akan dianalisis dengan menerapkan analisis kualitatif. Analisis data dimulai dari

reduksi, display, dan penyimpulan. Untuk pencermatan kesahihan data dilakukan dengan cara pengecekan hasil penelitian. Pengecekan data dilakukan dengan cara menyerahkan hasil penelitian data kepada pembimbing. Pembimbing akan memeriksa hasil penelitian dan menunjukkan bila terjadi kesalahan dalam pengolahan data.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Pembelajaran bahasa Indonesia diberikan pada siswa di kelas VII B SMP Negeri 9 Kota Bengkulu selama 12 jam pelajaran (6 x pertemuan). Data mengenai penelitian ini meliputi (1) Hubungan antara RPP dan Pembelajaran di kelas; (2) Alokasi waktu yang diterapkan; (3) Kesesuaian metode dengan materi; (4) Penguasaan materi yang disampaikan oleh guru.

Selama penelitian berlangsung, peneliti melakukan kegiatan observasi yaitu dengan mengamati kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Observasi dilakukan sebanyak satu pertemuan, yaitu pada hari kamis pada tanggal 08 September 2016 di kelas VII B SMP Negeri 9 Kota Bengkulu dengan materi yang disampaikan berjudul ‘membaca intensif’ oleh guru bahasa Indonesia kelas VII, yaitu ibu Septalena, S.Pd. Selama observasi berangsung, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data seperti rekaman video, foto, serta lembar wawancara yang digunakan peneliti untuk mewawancarai guru guna mendapatkan data penelitian yang lebih akurat yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

Hubungan RPP dan Pembelajaran di Kelas

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana pembelajaran satu unit pelajaran atau

239

JURNAL ILMIAH KORPUS, Volume I, Nomor II, Desember 2017

kompetensi dasar suatu mata pelajaran untuk dilaksanakan selama kurun waktu tertentu.

Adapun untuk hubungan antara RPP dengan pembelajaran yang dilakukan di kelas VII B sangatlah berhubungan. Dalam penelitian yang dilakukan di kelas VII B, guru telah menyampaikan beberapa hal dalam materi yang diajarkan kepada siswa sesuai dengan yang terdapat di dalam RPP. Mulai dari kegiatan pembuka, kemudian masuk ke kegiatan inti, dan terakhir kegiatan penutup. Karena yang saya amati dalam penelitian ini adalah kegiatan inti, maka pada kegiatan inti yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP, yaitu membuka kamus besar bahasa Indonesia dan mencari arti kata tertentu dalam kamus dan menggunakannya kedalam kalimat. Hanya saja, meski materi yang diajarkan oleh guru berhubungan dengan RPP namun pada kenyataannya RPP yang dibawa bukan hasil dari rencana guru itu sendiri melainkan dari buku pelajaran yang di dapat. Di dalam kegiatan inti hanya meliputi dua kegiatan saja di dalam RPP yaitu membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia dan mencari arti kata tertentu dalam kamus dan mengguanakannya dalam kalimat. Selebihnya ada beberapa kegiatan lain dari materi yang berbeda yang terdapat di dalam kegiatan inti.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa RPP berhubungan dengan pembelajaran di kelas VII B SMP Negeri 9 Kota Bengkulu yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia meski Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibawa bukan hasil dari guru itu sendiri.

Alokasi Waktu yang Diterapkan Pada pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar, alokasi waktu yang diterapkan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas VII B SMP Negeri 9 Kota Bengkulu hanya sekitar 1 (satu) jam dari waktu yang telah ditentukan oleh RPP itu sendiri yakni selama 2 jam. Hal ini dikarenakan guru akan menghadiri acara kegiatan guru di luar kota serta adanya kegiatan test IQ dari lembaga pendidikan untuk menghadapi ujian sehingga durasi waktu kegiatan belajar mengajar dipotong satu jam yang berakibat kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru menjadi terbatas.

Dengan demikian penerapan alokasi waktu yang dilakukan oleh guru dinilai tidak tepat dan kurang efisien. Dengan durasi waktu yang hanya satu jam dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dapat kita bayangkan siswa-siswi di kelas VII B SMP Negeri 9 Kota Bengkulu kurang bisa memahami materi yang disampaikan oleh guru tersebut.

Kesesuaian Metode dengan Materi Pelajaran

Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, metode yang terdapat di dalamnya antara lain: metode ceramah, metode diskusi, metode praktik, dan metode penugasan. Pada kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, guru lebih berfokus pada metode ceramah, dan metode eksperimen. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan belajar mengajar, guru menyampaikan materi selalu menggunakan metode ceramah agar siswa dapat memahami apa yang disampaikan guru. Seperti pada contoh:

240

Pembelajaran Keterampilan Membaca di Kelas VII B SMP Negeri 9 Kota Bengkulu Tahun Ajaran 2016/2017

Guru: (guru menulis di papan tulis sambil melihat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada di buku teks bahasa Indonesia) “Pada SK ya. KD-nya aja. 3.1 yaitu ‘menemukan makna kata cepat tepat dengan konteks diinginkan melalui kegiatan ‘membaca memindai’ (sambil menulis kembali ke papan tulis). Nah...ini ya, KD-nya ini Kompetensi Dasar. Ada 2 indikator yang akan kita capai (sambil menulis kembali ke papan tulis)....indikator yang pertama, yaitu....ini kamu tulis ini ya! (kata guru menerangkan kepada siswa). Indikatornya ada 2 yaitu: mampu menemukan kata cepat dan tepat. Indikator yang kedua yaitu mampu menemukan makna kata secara cepat, tepat, sesuai dengan konteks .”

Pada contoh pertama terlihat guru menyampaikan SK dan KD serta indikator kepada siswa untuk menjelaskan tentang materi yang akan diajarkan pada kegiatan belajar mengajar. Penyampaian yang dilakukan oleh guru kepada siswa memang menggunakan metode yang bersifat ceramah.

Kemudian pada metode eksperimen, guru menggunakannya untuk menyuruh siswa mencari kata-kata yang terdapat di dalam kamus besar bahasa Indonesia. Contohnya:

Guru : “supaya kita menggunakan kamus itu lebih cepat dan tepat. Karena membaca ini, membaca memindai kamus itu ibu suruh kamu ke depan untuk menggunakan waktu. Nah....sekarang siapa yang bersedia, ibu suruh yang bersedia ke depan untuk mencari makna kata dalam kamus. (sambil mencari siswa yang bersedia maju ke depan) siapa yang mau mencoba? Siapa yang akan mencoba? Cepat! Hah...maju ke

depan untuk menggunakan buku secara tepat dan tepat. Siapa...siapa yang akan mencoba ayo!

Penggunaan metode eksperimen ini dilakukan disaat guru ingin menguji siswanya untuk mencoba mencari makna kata tertentu yang terdapat di dalam kamus dalam waktu yang telah ditentukan agar siswa mengerti cara mencari kata di dalam kamus.

Kesimpulannya adalah antara Metode pembelajaran dan materi pembelajaran yang dibawakan oleh guru itu sesuai karena guru menggunakan metode ceramah dan metode eksperimen yang terdapat di Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Penguasaan Materi yang Disampaikan oleh Guru

Pada saat sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung, guru sudah menyiapkan secara matang materi yang akan dijelaskan kepada siswa. Karena setiap guru harus bisa menguasai berbagai macam materi pembelajaran ketika kegiatan belajar mengajar tersebut dimulai.

Dalam Pengamatan yang dilakukan di kelas VII B SMP Negeri 9 Kota Bengkulu pada saat kegiatan belajar mengajar, guru belum bisa menguasai materi pembelajaran kepada siswa dengan baik. Hal ini dapat kita lihat bahwa guru saat menyampaikan materi terlihat gugup dan tidak meyakinkan. Ada beberapa materi yang tidak sempat dijelaskan oleh guru serta ada contoh dalam materi yang kurang tepat. Ini dapat mengakibatkan siswa menerima penjelasan yang keliru dari guru tersebut. Contohnya seperti berikut:

Guru: “tepat sesuai konteks yang diinginkan ya. (kembali

241

JURNAL ILMIAH KORPUS, Volume I, Nomor II, Desember 2017

mencatatat sedikit di papan tulis). Jadi, ini keterampilan membaca ya. Ada membaca....membaca ini ada membaca nyaring, membaca dalam hati, membaca memindai, membaca ini.....ya! nah...untuk tingkat SMP,tingkat membaca itu tunggal, membaca pemahaman. Ada yang bisa membaca? (tanya guru kepada semua muridnya). Guru: “Bisa. Makanya, untuk tingkat SMP itu membaca pemahaman. Jadi, nanti kita akan membaca....membaca kamus ya. Mencari makna kata yang terdapat e.... dalam kamus ataupun didalam konteks kalimat. Konteks kalimat....ya. Sudah....? jadi, apa materi kita?” (tanya gurunya?)

Dari contoh di atas, terlihat guru sedang memberikan penjelasan tentang macam-macam keterampilan membaca. Kemudian guru menyampaikan tentang membaca pemahaman tetapi tidak disertai dengan penjelasan dan langsung melompat ke membaca kamus dan pembawaan dalam penyampaian materi itu terlihat begitu gugup dan ragu. Pada contoh yang berikutnya:

Guru: “kalau makna yang leksikal ini makna yang.....sebenarnya makna yang terdapat dalam kamus. Itu makna leksikal. Kalau makna yang konstektual (sambil mencatata kembali ke papan tulis), bagaimana maknanya? Makna kata yang sesuai dalam konteks kalimat itu...ya. apa yang bisa a......apa yang bisa memberikan contohnya? Makna yang kontekstual? Apa?” (sambil menunggu siswa memberikan contohnya). Guru: “hidup sendiri. Itu makna kontekstual. ‘di belakang rumah Budi, tumbuh sebatang pohon e..., tumbuh pohon..., tumbuh

sebatang pohon kara’. (kata guru dengan meragukan). Seabatang, sebatang kara. ‘di belakang rumah Budi, tumbuh sebatang kara”...ya. sebatang kara di situ maknanya apa? Guru: “makna yang makna apa dia? Makna apa terdapat apa di situ?”(tanya guru kepada siswa untuk memastikan jawaban dari siswanya) Siswa: “Leksikal” Guru: “makna yang leksikal. Bahwa di belakang rumah budi itu ada pohon kara. Ya, tapi pada kalimat yang pertama budi hidup sebatang kara. Yaitu makna katanya kontekstual. Sesuai dengan konteks sebenarnya, ya. Sudah, nah.... sekarang kita masuk untuk membaca memindai. Membaca memindai atau membaca kamus. Apa yang harus kamu lakukan kalau kamu membaca kamus? Apa?” (tanya guru).

Pada contoh berikutnya saat guru menjelaskan tentang makna leksikal dan makna kontekstual kepada siswa, guru memberikan contoh yang berkaitan dengan makna leksikal dan kontekstual tersebut, yakni contoh makna kontekstual “Budi hidup sebatang kara” dan “di belakang rumah Budi tumbuh sebatang pohon kara” untuk contoh makna leksikal. Namun dalam contoh leksikal yang diberikan guru, penyampaian contoh tersebut kepada siswa terlihat guru tidak begitu yakin akan contoh yang diberikan serta terlihat meragukan. Pada contoh selanjutnya:

Siswa: “membahas” Guru: “membahas? Nggak, maksud ibu caranya, cara kamu menggunakan kamus itu bagaimana? Yang pertama kita harus melihat petunjuk...petunjuk

242

Pembelajaran Keterampilan Membaca di Kelas VII B SMP Negeri 9 Kota Bengkulu Tahun Ajaran 2016/2017

menggunakan kamus halaman 2.(guru menjeleskan kepada siswa sambil membuka kamus yang dipegangnya). Setelah itu...setelah itu, kita melihat dan mencari kata e.... apa katanya? Misalnya kata e..... misalnya kita akan mencari kata basik, kata basik, apa itu kata basik? Kita lihat pada kamus dulu cari kata, apa makna kata atau arti kata dari kata basik? Apa yang kamu lakukan terutama kamu lihat huruf pertamanya. Siswa: “ huruf B” Guru: “ setelahnya huruf B, gak usah kamu buka namanya, di dalamnya kamus itu sudah ada pembatasnya dan kamu bisa lihat (sambil menunjukkan mencari kata dalam kamus) oh... langsung kita buka... B. Nah, kita buka di bagian B. Huruf pertama B...pertama B. Selanjutnya di aksen keduanya apa?” Siswa: “A”.

Pada contoh di atas, guru menerangkan kepada siswa tentang langkah-langkah yang harus dilakukan saat membuka kamus. Seperti memberikan contoh kata yang akan dicari di dalam kamus. Namun saat mencari huruf kedua di dalam kamus setelah huruf pertama, guru mengatakan kata ‘aksen’ dalam mencari huruf kedua. Padahal kata ‘aksen’ memiliki arti semacam cara pengucapan atau logat penyampaian.

PembahasanPelakasanaan Pembelajaran Keterampilan Membaca

Salah satu yang memegang peranan penting bagi keberhasilan pembelajaran adalah pelaksanaan pembelajaran. Untuk pelaksanaan pembelajaran keterampilan membaca sendiri pada kegiatan belajar yang dilakukan di kelas VII B SMP Negeri 09 Kota Bengkulu akan mengambil kegiatan

inti yang ada di Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, yaitu:

a. Membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia.

b. Mencari arti kata tertentu dalam kamus dan menggunakannya dalam kalimat.

Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari beberapa macam sebagai berikut.

Penggunaan Materi Pembelajaran

Pada saat penelitian berlangsung di kelas VII B SMP Negeri 09 Kota Bengkulu, guru menyampaikan pertanyaan pada siswa tentang materi apa saja yang telah dipelajari. Setelah itu, barulah guru menyampaikan materi yang akan dipelajari. Namun pada penyampaian materi tersebut, guru tidak menjelaskan kepada siswa tujuan pembelajaran dari materi yang disampaikan. Seharusnya guru harus menyampaikan tujuan pembelajaran materi tersebut agar siswa bisa lebih mengerti dalam kegiatan belajarnya.

Kemudian, dari pengamatan yang saya lakukan selama penelitian berlangsung, guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu menyampaikan materi pada kegiatan awal, inti, dan penutup. Namun dalam penelitian ini hanya akan menampilkan kegiatan inti.

Saat dimulainya materi pelajaran, guru menjelaskan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), juga indikator yang ada di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kepada siswa yang berkaitan dengan materi tersebut. Kemudian, guru juga menerangkan materi pelajaran

243

JURNAL ILMIAH KORPUS, Volume I, Nomor II, Desember 2017

beserta contoh kepada siswa. Hanya saja guru tidak menjelaskan maksud materi itu pada siswa serta saat pelajaran berlangsung, guru menyampaikan materi kepada siswa terlihat gugup dan kurang meyakinkan juga dalam memberikan contoh ada yang kurang sesuai.

Contoh: Guru: “Bisa. Makanya, untuk tingkat SMP itu membaca pemahaman. Jadi, nanti kita akan membaca....membaca kamus ya. Mencari makna kata yang terdapat e.... dalam kamus ataupun didalam konteks kalimat. Konteks kalimat....ya. Sudah....? jadi, apa materi kita?” (tanya gurunya?) Siswa: “membaca...” Guru: “membaca memindai...ya. membaca memindai. Jadi ada 2 hal yang harus kamu pahami antara lain kamu harus memahami 2 indikator ini...ya. mampu menemukan kata cepat dan tepat. Indikator yang kedua yaitu mampu menemukan makna kata secara cepat juga tepat, sesuai dengan konteks yang diinginkan. Itu untuk kegiatan kita atau materi kita pada hari ini.” (kata gruru sambil memeriksa materi yang ada di buku).

Pada contoh di atas terlihat guru sedang menyampaikan materi beserta penjelasannya kepada siswa. Guru menjelaskan materi kepada siswa mengenai indikatornya dan tentang materi yang akan dipelajari.

Guru: “kalau makna yang leksikal ini makna yang.....sebenarnya makna yang terdapat dalam kamus. Itu makna leksikal. Kalau makna yang konstektual (sambil mencatata kembali ke papan tulis), bagaimana maknanya?

Makna kata yang sesuai dalam konteks kalimat itu...ya. apa yang bisa a......apa yang bisa memberikan contohnya? Makna yang kontekstual? Apa?” (sambil menunggu siswa memberikan contohnya). Guru: “apa, apa maknanya? Makna leksikal dan makna kontekstual? Dia makna kata itu akan berbeda. Siapa yang bisa? (sambil menunggu) tes dulu baru nanti ibu suru kamu membaca kamus ini, dalam waktu....ibu kasih waktu misalnya 5 menit, kamu harus mencari makna kata itu, misalnya 10 kata untuk 5 menit. Jadi itu...ya. pakai waktu. Apa contoh makna yang leksikal dan makna yang kontekstual?” (siswa pun tdak ada yang menjawab). Guru: “gak ada? Kalau gak ada...kalimat ‘Budi itu sebatang kara’. Kata ‘sebatang kara’ artinya apa? (Tanya gurunya) Siswa: “Sendiri” Guru: “hidup sendiri. Itu makna kontekstual. ‘di belakang rumah Budi, tumbuh sebatang pohon e..., tumbuh pohon..., tumbuh sebatang pohon kara’. (kata guru dengan meragukan). Seabatang, sebatang kara. ‘di belakang rumah Budi, tumbuh sebatang kara”...ya. sebatang kara di situ maknanya apa? Guru: “makna yang makna apa dia? Makna apa terdapat apa di situ?”(tanya guru kepada siswa untuk memastikan jawaban dari siswanya) Siswa: “Leksikal” Guru: “makna yang leksikal. Bahwa di belakang rumah budi itu ada pohon kara. Ya, tapi pada kalimat yang pertama budi hidup sebatang kara. Yaitu makna katanya kontekstual. Sesuai dengan konteks sebenarnya, ya. Sudah, nah.... sekarang kita

244

Pembelajaran Keterampilan Membaca di Kelas VII B SMP Negeri 9 Kota Bengkulu Tahun Ajaran 2016/2017

masuk untuk membaca memindai. Membaca memindai atau membaca kamus. Apa yang harus kamu lakukan kalau kamu membaca kamus? Apa?” (tanya guru).

Pada contoh berikutnya di atas guru sedang menjelaskan makna kata kontekstual dan makna kata leksikal kepada siswa beserta contohnya. Guru menggunakan kata sebatang kara untuk membuat contoh dari kedua makna tersebut. Hanya saja dalam makna leksikal ini, saat guru memberi contoh terlihat seperti tidak begitu yakin akan contoh yang diberikan ke siswa. Apalagi contoh ‘di belakang rumah budi terdapat sebatang pohon kara’ itu dinilai kurang pas karena tidak ada yang namanya pohon kara itu sendiri. Penggunaan Metode Pembelajaran

Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan. Dengan memvariasikan metode pembelajaran tersebut diharapkan siswa tidak merasa bosan atau jenuh menerima materi pelajaran.

Untuk penggunaan metode pembelajaran yang digunakan guru kepada siswa selama penelitian berlangsung, diketahui guru menggunanakan metode pembelajaran ceramah, metode eksperimen dan metode penugasan.

Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung guru selalu menjelaskan berbagai hal tentang materi pembelajaran keterampilan membaca dengan menggunakan metode ceramah.

Contoh: Guru: “membaca memindai...ya. membaca

memindai. Jadi ada 2 hal yang harus kamu pahami antara lain kamu harus memahami 2 indikator ini...ya. mampu menemukan kata cepat dan tepat. Indikator yang kedua yaitu mampu menemukan makna kata secara cepat juga tepat, sesuai dengan konteks yang diinginkan. Itu untuk kegiatan kita atau materi kita pada hari ini.” (kata gruru sambil memeriksa materi yang ada di buku). Penggunaan metode ceramah

yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan berbagai macam penjelasan materi cenderung membuat siswa terlihat pasif karena siswa tidak terlalu banyak bertanya saat guru meyampaikan dan menjelaskan materi pembelajaran.

Metode eksperimen digunakan oleh guru saat guru stelah selesai menyampaikan penjelasan materi kepada siswa, guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk mencari kata-kata yang terdapat dalam kamus dalam waktu tertentu.

Contoh: Guru : “supaya kita menggunakan kamus itu lebih cepat dan tepat. Karena membaca ini, membaca memindai kamus itu ibu suruh kamu ke depan untuk menggunakan waktu. Nah....sekarang siapa yang bersedia, ibu suruh yang bersedia ke depan untuk mencari makna kata dalam kamus. (sambil mencari siswa yang bersedia maju ke depan) siapa yang mau mencoba? Siapa yang akan mencoba? Cepat! Hah...maju ke depan untuk menggunakan buku secara tepat dan tepat. Siapa...siapa yang akan mencoba ayo!

245

JURNAL ILMIAH KORPUS, Volume I, Nomor II, Desember 2017

Namun belum ada siswa yang berani untuk maju ke depan. Guru: “Ayo! Siapa yang akan mencoba, sebentar!” Akhirnya ada satu orang siswa yang bersedia untuk maju ke depan untuk mencoba mencari makna kata yang terdapat dalam kamus. Guru: “Iya, majulah.” Siswa pun melangkah maju ke depan. Guru: “cepat, cepat, cepat. Ayo!” Guru: “Nah, dibaca ya. Nah, duduk. Silahkan cari....waktunya 5 menit dari sekarang.”

Dalam kegiatan mencari kata dalam kamus, guru mengajak beberapa siswa yang tertarik untuk maju ke depan untuk mencari kata tersebut dalam kamus dengan waktu selama 5 menit. Berdasarkan penelitian, terlihat siswa begitu terampil dalam mencari kata-kata dalam kamus dengan waktu yang begitu singkat.

Jadi, penggunaan metode pembelajaran ini jika dilakukan dengan lebih bervariasi lagi dapat membantu guru menciptakan suasana belajar yang akan bisa membuat siswa termotivasi dan membantu siswa secara aktif memahami materi pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Penggunaan Sumber Pembelajaran

Pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, guru menggunakan pedoman buku paket bahasa Indonesia kelas VIISMP untuk sumber pembelajaran guru saat menerangkan materi kepada siswa. Selain itu, guru juga menggunakan sumber pembelajaran yang lain selain buku paket, yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia dan sumber yang

diambil dari internet. Digunakannya sumber lain oleh guru untuk menambah berbagai hal dalam menjelaskan dan menyampaikan materi kepada siswa dan Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai sumber pembelajarannya untuk tugas praktek siswa yang maju ke depan mencari kata-kata yang terdapat dalam kamus tersebut.

Contoh: Guru: “paham? Nanti cari kata ‘suapin, alpukat, berkumpul, belum’.Sudah? (sambil memberikan kamus kepada siswa). Siap?1, 2, 3....nanti buka kamusnya ya. 1,2, 3, 4 mulai! Kemudian, guru mulai menghitung waktunya dan siswa pun mulai mencai kata-kata yang terdapat di dalam kamus sesuai dengan waktu yang ditentukan. Guru: “habiskan”. (kata guru pada siswa yang sebentar lagi selesai mencari). Sudah?, habiskan. Setelah itu, guru pun memeriksa makna kata yang ditemukan dalam kamus beserta waktu yang ditempuh oleh siswa dalam mencari kata tersebut. Guru: “ coba perhatikan dulu! Adit bisa mencari 4 makna kata dari dalam kamus, 4 kata dalam waktu 2 menit 38 e..... 2 menit 41.... 2 menit 41.Berarti 2 menit 41...ya.oke, sekarang siapa lagi? Yang di belakang...siapa?siapa mampu, siapa? Cepat..! ayo siapa? Kamu...ayo! (kata guru sambil menunjuk siswa yang duduk di belakang).

Dengan demikian, diharapkan penggunaan media pembelajaran Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh guru, dapat membantu para guru dalam menyampaikan materi pembelajaran bahasa Indonesia kepada siswa yang lebih baik dan sempurna agar siswa dapat mengerti

246

Pembelajaran Keterampilan Membaca di Kelas VII B SMP Negeri 9 Kota Bengkulu Tahun Ajaran 2016/2017

dan memahami serta termotivasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Penggunaan Media Pembelajaran

Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, penggunaan media atau alat bantu sangatlah berguna sekali dalam proses belajar mengajar tersebut. Hal ini dikarenakan bahwa alat bantu (media) pengajaran diartikan sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dan isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa mendorong proses belajar mengajar (Ibrahim, 1996:78).

Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, guru tidak menggunakan media pembelajaran karena memang tidak disediakannya media pembelajaran oleh guru.

Dengan demikian, pada kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia yang selanjutnya khususnya materi tentang membaca guru lebih memperhatikan betapa pentingnya media pembelajaran itu sendiri sebagai alat bantu yang menguntungkan guru dalam menerangkan dan menjelaskan kepada siswa agar siswa lebih cepat memahami dan mudah mengerti serta termotivasi lagi dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk kedepannya.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan dari apa yang telah saya amati dalam penelitian ini bahwa dalam menyampaikan materi pembelajaran bahasa Indonesia yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia di kelas VII B terlihat belum berjalan dengan baik. Dalam penyampaian materi pembelajaran bahasa Indonesia yang

dilakukan di kelas VII B SMP Negeri 9 Kota Bengkulu terlihat guru menyampaikan materi tersebut secara terbata-bata dan kurang meyakinkan serta kurang tegasnya dalam mengajar membuat siswa-siswi yang berada di kelas tersebut jadi kurang memperhatikan materi yang disampaikan. Selain itu, masalah waktu kegiatan belajar mengajar yang relatif singkat membuat kegiatan ini terlihat kurang efektif dalam membuat siswa untuk paham mengenai materi yang disampaikan oleh guru tersebut.

Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang disampaikan, maka guru disarankan untuk menguasai lagi materi pembelajaran yang akan diajarkan kepada siswa-siswi kelas VII B SMP Negeri 9 Kota Bengkulu serta lebih memperhatikan kondisi siswa-siswi di kelas agar suasana di kelas dapat terkendali dan siswa dapat dengan mudah mengerti materi yang disampaikan oleh guru. Selain itu guru harus menyesuaikan lagi waktu untuk kegiatan mengajar di kelas dengan materi yang akan diajarkan agar siswa dapat maksimal memahami materi pembelajaran ini dan bisa mempraktekkannya juga beserta tugasnya. DAFTAR PUSTAKA Asteri, Kartika. 2014. Strategi Pemahaman

Teks Bacaan Siswa Kelas VIII SMPN I Kota Bengkulu. Skripsi tidak dipubikasikan. Bengkulu: Universitas Bengkulu.

Depdikbud. 2009. Pembelajaran

Membaca. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Harjasujana dan Mulyati. 1966. Membaca

2. Jakarta: Depdikbud.

247

JURNAL ILMIAH KORPUS, Volume I, Nomor II, Desember 2017

Lenna. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang

Melatarbelakangi Permasalahan Keterampilan Membaca Siswa Kelas IV SDN Slaharwotan I Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi tidak dipublikasikan. Kediri: Universitas Nusantara PGRI.

Nurhadi. 2008. Membaca Cepat dan

Efektif (teori dan Latihan), Jakarta. Sinar Dunia Algasindo.

Rahim, Farida. 2007. Pengajaran

Membaca di Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Slamet. 2008. Belajar dan Pembelajaran.

Jakarta: Rineka Cipta Soedarsono. 1998. Speed Reading: Sistem

Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian

Administrasi. Bandung: Alfabeta. Tampubolon. 1990. Kemampuan

Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H, G. 1979. Pengajaran Gaya

bahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, H, G. 1987. Membaca Sebagai

Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Zapadi. 2000. Meniningkatkan

Kemampuan Membaca Wacana Cerpen Dengan Teknik Cloze Siswa Kelas II SMP Negeri Talo. Skripsi tidak dipublikasikan. Bengkulu: Universitas Bengkulu.