Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...
Transcript of Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | i
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | i
PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI MELALUI TEKNIK
BERCERITA HINDU PADA PAUD
Penulis
Dr. Dra. Ni Nyoman Perni, M.Pd.
Drs. I Wayan Mandra, M.Ag.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | ii
PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI MELALUI TEKNIK
BERCERITA HINDU PADA PAUD
Penulis :
Dr. Dra. Ni Nyoman Perni, M.Pd.
Drs. I Wayan Mandra, M.Ag.
Editor :
Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag., M.Pd.H.
Penerbit :
Jayapangus Press
Jalan Antasura Gang Dewi Madri I Blok A / 3, Peguyangan
Kangin, Kec. Denpasar Utara, Kota Denpasar, Bali 80115
Anggota IKAPI No. 019/Anggota Luar Biasa/BAI/2018
Anggota APPTI No. 002.066.1.11.2018
ISBN : 978-623-7112-32-7
PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI
MELALUI TEKNIK BERCERITA
HINDU PADA PAUD
Penulis :
Dr. Dra. Ni Nyoman Perni, M.Pd.
Drs. I Wayan Mandra, M.Ag.
Denpasar : Jayapangus Press, 2020
iv + 84 pages; 16 x 23 cm
Copyright © Jayapangus Press, 2020
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | iii
KATA PENGANTAR
Atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi
(Tuhan Yang Maha Esa) penulis dapat menyelesaikan buku
dengan judul“Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik
Bercerita Hindu Pada PAUD”. Penyusunan buku ini sebagai
implementasi dari konsep Tri Dharma Perguruan Tinggi, dan
penting dalam rangka merumuskan konsep yang jelas berkenaan
dengan PAUD yang berbasis konsep Hindu.
Berkenaan dengan hal tersebut, penulis ajukan dalam
upaya menelaah penerapan pembelajaran budi pekerti melalui
teknik bercerita Hindu pada PAUD di Desa Pakraman
Padangtegal Ubud. Telaah ini penting untuk mengetahui
bagaimana penanaman ajaran budi pekerti dilakukan sejak dini
sebagai upaya mendidik anak didik dengan sikap moral melalui
cerita-cerita yang ada dalam ajaran agama Hindu.
Tentunya buku ini masih banyak kekurangannya, sudi
kiranya dimaklumi dan dijadikan pertimbangan sebagai upaya
pengembangan ilmu pendidikan anak usia dini, dan sebagai
akhir penulis mengucapkan terima kasih.
Denpasar, 7 Agustus 2020
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................... iv
PENDAHULUAN ................................................................................ 1
Sekilas Tentang PAUD di Ubud ...................................................... 1
Menyitas Pembelajaran Budi Pekerti ............................................... 4
Apa Itu Teknik Bercerita Hindu ....................................................... 8
Tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ................................. 9
SELAYANG PANDANG TENTANG DESA PAKRAMAN
PANDANGTEGAL UBUD ............................................................... 12
Sekilas Sejarah Desa Pakraman Padangtegal ................................ 12
Letak Geografis Desa Pakraman Padangtegal ............................... 18
Demografi Desa Pakraman Padangtegal ....................................... 19
Pendidikan ...................................................................................... 21
Sistem Kepercayaan ....................................................................... 22
Keberadaan PAUD Bija Santhi ...................................................... 28
Sejarah Pelembagaan PAUD Bija Santhi Desa Pakraman
Padangtegal .................................................................................... 29
Jumlah Anak Didik PAUD Bija Santhi .......................................... 35
Pembelajaran PAUD Bija Santhi ................................................... 39
PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI MELALUI TEKNIK
BERCERITA ...................................................................................... 47
Cerita Dalam Ajaran Agama Hindu yang Mengandung Nilai Budi
Pekerti ............................................................................................ 48
Penerapan Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita .. 80
Menentukan Topik Cerita Hindu .................................................... 83
Membuat RPPH Pembelajaran ....................................................... 86
Pengorganisasian Anak Didik ........................................................ 92
Disiplin Kelas ................................................................................. 95
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | v
Pengelolaan Tempat Bercerita ....................................................... 97
Setrategi Menyampaikan Cerita ..................................................... 99
Memperlihatkan Simulasi Kreatif ................................................ 102
Memberikan Anak Didik Bermain ............................................... 105
Kegiatan Akhir ............................................................................. 107
KENDALA YANG DIHADAPI DALAM PEMBELAJARAN BUDI
PEKERTI MELALUI TEKNIK BERCERITA .................................. 108
Kendala Internal ........................................................................... 108
Guru.............................................................................................. 109
Siswa ............................................................................................ 114
Kendala Eksternal ........................................................................ 119
Sarana-Prasarana .......................................................................... 121
Kondisi Kelas ............................................................................... 124
IMPLIKASI PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI MELALUI
TEKNIK BERCERITA TERHADAP ANAK DIDIK ........................ 130
Anak dapat Mengembangkan Sikap Berkarakter ......................... 131
Anak dapat Mengembangkan Aspek Kognitif ............................. 136
Anak dapat Mengembangkan Aspek Psikomotorik ..................... 141
Anak dapat Mengembangkan Aspek Mental Spiritual ................. 148
PENUTUP ........................................................................................ 152
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 153
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 1
PENDAHULUAN
Sekilas Tentang PAUD di Ubud
Penanaman pembelajaran budi pekerti bagi anak didik
sangat penting dilakukan sejak usia dini. Sebab karakter yang
baik akan terbentuk, jika dari sejak usia dini mereka diberikan
pembelajaran yang berhubungan dengan nilai-nilai moralitas
dan etika. Sebagaimana dalam teori perkembangan anak didik,
bahwasanya anak pada usia dini merupakan masa yang paling
optimal untuk berkembang. Berkenaan dengan hal itu,
pembelajaran hendaknya mengarahkan anak didik pada hal-hal
yang berhubungan dengan perilaku (aspek afektif), sehingga
menjadikan anak didik nantinya memiliki sikap yang baik
sebagai pengimplementasian nilai pendidikan karakter.
Mengacu uraian Asmawati, dkk (2008: 1), bahwa anak
usia dini dalam perkembangan awalnya memiliki rasa ingin tahu
yang sangat kuat, dan seorang anak akan melakukan apapun
dalam rangka memenuhi kebutuhan rasa ingin tahu tersebut.
Berkenaan dengan hal itu, pembelajaran budi pekerti menjadi
sangat penting untuk diterapkan dalam proses pembelajaran
pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Melalui pembelajaran budi pekerti, anak didik akan dapat
mengalami sendiri sebuah pengalaman yang sangat penting pada
fase pertumbuhan dan perkembangannya. Sebagaimana J. Piaget
(dalam Sukardjo, 2008: 2) menjelaskan bahwa anak usia dini
masih berada tahap praoprasional konkret yang bertumpu pada
pengalaman langsung. Jadi dengan demikian, pembelajaran
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 2
yang mengarahkan mereka untuk “mengalami langsung” adalah sangat penting diaplikasikan.Tentunya dalam hal ini adalah
melalui aktivitas mental dan fisik yang seimbang dan
proporsional.
Adapun pembelajaran budi pekerti secara tidak langsung
mengarahkan anak untuk masuk dalam sebuah proses
pembelajaran langsung (hands on) yang berkaitan dengan minat
dan pengalamannya sendiri. Pembelajaran yang demikian dapat
menjadi sebuah exsperitions base learning (pembelajaran
berbasis pengalaman), sehingga anak didik dapat mengulang-
ulang berbagai kegiatan atau aktivitas pembelajaran yang sama,
meskipun dalam rentang waktu pembelajaran yang pendek.
Dengan demikian, guru PAUD sebagai tenaga pendidik dapat
memfasilitasi anak didik melalui kegiatan pembelajaran yang
dapat memberikan mereka ruang untuk mengenal aspek-aspek
moral dan etika (susila) yang kemudian diwujudkan dalam
sikap.
Bertolak atas hal itu, penerapan pembelajaran budi pekerti
pada anak usia dini dapat dilakukan dengan teknik bercerita, dan
tentunya dalam konteks ini adalah cerita-cerita yang
berhubungan dengan nilai moral dan etika Hindu. Penanaman
sikap moralitas pada anak usia dini dengan cerita-cerita menarik
berkenaan dengan nilai moral akan dapat membentuk
kepribadian anak secara utuh. Sebagaimana Zaenab dan
Syahbudin (2015: 4) menyebutkan bahwa anak yang memiliki
kepribadian utuh, yakni memiliki karakter baik, budi pekerti
luhur, cerdas, ceria, terampil, dan memiliki sikap yakin dan
percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 3
Dalam menumbuhkembangkan kepribadian yang
demikian pada anak usia dini, tidak membutuhkan biaya mahal
dan metode yang rumit. Belakangan saya amati penerapan
pembelajaran pada anak usia dini melalui PAUD beberapa ada
yang kurang efektif. Sebab masih banyak diterapkan metode
pembelajaran yang rumit, dan tidak sesuai dengan tahap
perkembangan anak. Selain itu, masih adanya paradigma bahwa
berhasilnya pembelajaran anak usia dini diukur dari biaya
pendidikan yang mahal. Dalam artian, semakin mahal biaya
pendidikan maka pembelajaran semakin efektif. Namun,
mahalnya biaya pendidikan bukan menjadi jaminan bahwa
pembelajaran akan efektif dapat membentuk kepribadian anak
seutuhnya tanpa diimbangi dengan metode pembelajaran yang
menekankan pada aspek pengalaman langsung.
Penerapan pembelajaran budi pekerti dengan metode
bercerita akan dapat mengembangkan potensi anak yang
beragam. Sebab dengan cerita-cerita yang di dalamnya ada nilai
budi pekerti luhur, maka anak akan dapat memulai mengenal
keperibadiannya yang unik sesuai dengan tahapan usianya. Jadi
dengan teknik bercerita di sini pendidik dapat menyampaikan
cerita-cerita yang mengandung pesan moral, baik dalam mitos,
legenda, purana, satua Bali dan cerita-cerita lainnya yang
berhubungan kearifan lokal.
Melalui penerapan teknik bercerita dalam proses
pembelajaran, anak didik akan tertarik dan pembelajaran akan
menyenangkan bagi anak. Melalui cerita pembelajaran akan
menjadi menggembirakan dan tidak membosankan. Jadi dengan
cerita anak didik pastinya akan memperoleh kesempatan
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 4
mengeksplorasi daya imajinasinya (explorations), hingga anak
menemukan (finding), dan anak dapat mengekspresikan
(ekspression) perasaanya sehingga diwujudkan dalam kreasi dan
tindakan.
Teknik bercerita juga sering dijadikan basic pembelajaran
di lingkungan PAUD Desa Pakraman Padangtegal Ubud. Guru
PAUD di Desa Pakraman Padangtegal sering menggunakan
cerita-cerita Hindu, lokal Bali, dan beberapa legenda dalam teks
Panca tantra, seperti Sang Kamandaka, Ni Diah Tantri dan
cerita pendek lainnya. Beberapa tema cerita tersebut di
dalamnya banyak terkandung nilai moral dan susila Hindu yang
relevan di terapkan dalam pembelajaran sehingga anak
memperoleh kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan,
berekspresi yang diwujudkan dalam tindakan.
Terlebih dalam beberapa kesempatan teknik cerita
dipadukan dengan teknik bermain, sehingga ada perpaduan
antara bercerita sambil bermain, dan hal tersebut akan
membantu anak mengenal dirinya dan dengan siapa anak hidup
serta lingkungan tempat anak tinggalnya atau tempat anak
berada.
Menyitas Pembelajaran Budi Pekerti
Istilah pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari konsep
belajar, dan belajar berasal dari bahasa inggris learning dan
instruction. Belajar merupakan suatu proses perubahan kegiatan
dan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan tersebut tidak dapat
disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 5
keadaan, sementara seseorang seperti kelelahan atau di bawah
pengaruh obat-obatan. Perubahan kegiatan yang dimaksud
mencakup pengetahuan, kecakapan dan tingkah laku. Perubahan
itu diperoleh melalui pengalaman (latihan) bukan dengan
sendirinya berubah karena kematangan atau keadaan sementara
(Hamalik, 2009: 54). Belajar pada dasarnya adalah proses
perubahan tingkah laku berikut adanya pengalaman.
Pembentukan tingkah laku ini meliputi perubahan keterampilan,
kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi. Oleh
sebab itu, belajar adalah proses aktif yaitu proses mereaksi
terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar
adalah suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses
berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses
melihat, mengamati, memahami sesuatu yang dipelajari.
Bertolak atas hal tersebut pembelajaran merupakan suatu
proses untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan nilai-
nilai yang diarahkan oleh nilai-nilai pendidikan, kebutuhan-
kebutuhan individu siswa, kondisi lingkungan, dan keyakinan
yang dimiliki oleh guru. Agar transfer tersebut dapat
berlangsung dengan lancar, guru paling tidak harus senantiasa
melakukan tiga hal: (1) menggerakkan, membangkitkan, dan
menggabungkan seluruh kemampuan yang dimiliki siswa; (2)
menjadikan apa yang ditransfer menjadi sesuatu yang
menantang diri siswa sehingga muncul intrinsic-motivation dari
siswa untuk mempelajarinya; (3) mengkaji secara mendalam
materi yang ditransfer sehingga menimbulkan keterkaitan
dengan pengetahuan yang lain.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 6
Adapaun budi pekerti berasal dari kosa kata Sanskerta,
yakni dari kata “Budi” dan “Pekerti”.Kata budi berasal dari akar kata budh yang berarti mengetahui, berubah menjadi kata benda
budhi berarti pengetahuan dan kecerdasan dan dalam
selanjutnya masuk ke dalam pengertian ilmu. Sebagaimana
dalam uraian Titib (2006: 1) menjelaskan bahwa budhi memiliki
arti yang lebih luas yakni berhubungan dengan moral, akhlak,
susila atau prilaku yang baik. Adapun “Pekerti” berasal dari kata prakerti yang berarti asas perilaku. Jadi dengan demikian budi
pekerti merujuk pada sebuah perilaku yang baik, berakhlak,
perilaku moral dan sejenisnya. Selanjutnya, budi pekerti juga
memiliki kedekatan arti dengan etika dan moral serta akhlak
mulia. Jika demikian, pembelajaran budi pekerti adalah proses
belajar yang di dalamnya ada penanaman nilai-nilai moralitas,
etika dan susila Hindu. Kemudian tujuan dari pembelajaran budi
pekerti yang terkandung dalam pendidikan budi pekerti adalah:
1. Menumbuh-kembangkan, dan meningkatkan kualitas śraddhā dan bhakti peserta didik, untuk mengenal, mengerti, memahami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Hindu.
2. Membentuk perilaku peserta didik yang dapat mewujudkan
kebahagian jasmani dan rohani (Mokshartham Jagadhita).
3. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti yang
berlandaskan Kitab Suci Veda, dalam pembelajarannya,
diharapkan mampu:
a. Membentuk peserta didik memiliki śraddhā dan bhakti,
berakhlak mulia, berbudi pekerti yang luhur yang
tercermin dalam perilaku sehari- hari, menjalin hubungan
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 7
yang selaras, serasi dan seimbang antara manusia dengan
Sang Hyang Widhi, manusia dengan manusia, dan
manusia dengan alam lingkungan, berkarma dan beryajña
yang baik dan benar, mampu menjaga kerukunan inter dan
antar umat beragama, serta mampu membaca dan
memahami Veda.
b. Membentuk peserta didik yang berkarakter, memahami
dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama dengan baik,
berwawasan luas, kritis, kreatif, inovatif dan dinamis serta
memiliki integritas yang tinggi.
c. Mencerdaskan kehidupan dan meningkatkan kualitas anak
bangsa, mampu menjadikan peserta didik sebagai anggota
masyarakat yang agamais, toleran dan bertanggung jawab.
d. Membentuk pertahanan moral peserta didik dalam
menghadapi tantangan global, transformasi budaya dan
arus informasi yang sulit dibendung (Sutriyanti, 2017).
Berdasarkan atas hal tersebut, konsep pembelajaran budi
pekerti yang dimaksud dalam penelitian adalah sebuah proses
pembelajaran yang melibatkan antara pendidik dengan anak
didik untuk mengwujudkan tujuan dari pendidikan budi pekerti,
yakni menumbuhkembangkan siswa yang berkarakter yang baik.
Kemudian tujuannya jelas sebagaimana terkandung dalam
Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, yakni untuk
menciptakan sumber daya manusia yang memiliki iman dan
takwa kepada Tuhan, cerdas jasmani dan rohani serta
bertanggung jawab dan mandiri.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 8
Apa Itu Teknik Bercerita Hindu
Metode sama dengan teknik, yakni suatu cara atau jalan
untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Bercerita berarti
penyampaian cerita dengan cara bertutur. Ada perbedaan antara
bercerita dengan metode penyampaian cerita lain adalah lebih
menonjol aspek teknis penceritaan lainnya. Sebagaimana
pantomin yang lebih menonjolkan gerak dan mimik, operet yang
lebih menonjolkan musik dan nyanyian, puisi dan deklamasi
yang lebih menonjolkan syair, sandiwara yang lebih menonjol
pada permainan peran oleh para pelakunya, atau monolog (teater
tunggal) yang mengoptimalkan semuanya. Jadi tegasnya metode
bercerita lebih menonjolkan penuturan lisan materi cerita
dibandingkan aspek teknis yang lainnya.
Senada dengan itu, Sukardjo dan Mui’n (2011: 87) menjelaskan bahwa teknik bercerita adalah lebih menekankan
pada alur cerita yang di dalamnya ada tokoh-tokoh ideal dalam
cerita yang dapat dimunculkan sehingga anak menemukan figur
ketauladanan moral. Kemudian dalam teknik bercerita, guru
menyampaikan cerita dengan sederhana dan bahasa yang
sederhana sehingga mudah dimengerti. Bahkan jika
memungkinkan pendidik harus mampu memberikan penjiwaan
terhadap cerita yang ditampilkan sehingga sangat bermnafaat,
seperti: (1) Membangun kedekatan emosional antara pendidik
dengan anak, (2) Media penyampai pesan/nilai moral
dan agama yang efektif, (3) Pendidikan imajinasi/fantasi,
(4) Menyalurkan dan mengembangkan emosi, (5) Membantu
proses peniruan perbuatan baik tokoh dalam cerita, (6)
Memberikan dan memperkaya pengalaman batin, (7) Sarana
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 9
Hiburan dan penarik perhatian, (8) Menggugah minat baca, dan
(9). Sarana membangun watak mulia.
Sebelum bercerita, pendidik harus memahami terlebih
dahulu tentang cerita apa yang hendak disampaikannya, tentu
saja disesuaikan dengan karakteristik anak-anak usia dini. Agar
dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus mempertimbangkan
materi ceritanya. Pemilihan cerita antara lain ditentukan oleh
pemilihan tema dan judul yang tepat, waktu penyajian dan
suasana (situasi dan kondisi) yang hendaknya disesuaikan
dengan acara/peristiwa yang sedang atau akan berlangsung,
seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, ulang
tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan
profesi, program sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan
materi ceritanya. Pendidik dituntut untuk memperkaya diri
dengan materi cerita yang disesuaikan dengan suasana. Jadi
selaras materi cerita dengan acara yang diselenggarakan, bukan
satu atau beberapa cerita untuk segala suasana. Adapun teknik
bercerita Hindu dalam konsep ini adalah cerita-cerita yang
berhubungan dengan tema-tema dalam ajaran agama Hindu.
Tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Mendiskripsikan konsep Pendidikan Anak Usia Dini yang
disingkat PAUD maka tidak terlepas dari bunyi UU No.20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 28 yang
menyatakan bahwa yang dimaksud pendidikan anak usia dini
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 10
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini (early child education) atau di
sebut PAUD sangat penting dilaksanakan sebagai dasar bagi
pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu
pembentukan karakter. Asmawati, dkk (2008: 13), bahwa
melalui PAUD ini ada tujuan jelas yang hendak dicapai, yakni
pembentukan anak Indonesia yang seutuhnya, yakni dalam arti
memiliki karakter, budi pekerti luhur, cerdas rohani dan jasmani,
dan beriman kepada Tuhan. Keberhasilan anak usia dini
merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang
berikutnya. Usia dini merupakan “Usia emas” bagi seseorang,
artinya bila seseorang pada masa itu mendapat pendidikan budi
pekerti yang tepat, maka ia memperoleh kesiapan belajar yang
baik yang merupakan salah satu kunci utama bagi keberhasilan
belajarnya pada jenjang berikutnya.
Kemudian dalam penerapannya pendidikan anak usia dini
memiliki dua tujuan, yakni tujuan utama dan tujuan penyerta.
Tujuan utama adalah untuk membentuk anak Indonesia yang
berkualitas, yakni anak yang tumbuh dan berkembang sesuai
dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan
yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta
mengarungi kehidupan di masa depan. Karena itu tujuan utama
PAUD adalah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan
anak sedini mungkin yang meliputi aspek fisik, psikis dan sosial
secara menyeluruh yang merupakan hak setiap anak. Kemudian
tujuan penyerta adalah melalui pendidikan anak usia dini
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 11
membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar di
sekolah. Karena itu menempatkan tujuan penyerta di atas
segalanya mengandung resiko terhadap terjadinya praktik-
praktik keliru dalam penerapan pembelajaran (Zaenab dan
Syahbudin, 2015: 29).
Berdasarkan atas hal tersebut, konsep PAUD dalam
penelitian ini adalah merujuk pada proses pembelajaran anak
usia dini dalam menumbuhkembangkan segala potensi anak
sehingga menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Manusia yang
memiliki karakter baik, budi pekerti luhur dan memiliki sikap
iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 12
SELAYANG PANDANG TENTANG DESA PAKRAMAN
PANDANGTEGAL UBUD
Sekilas Sejarah Desa Pakraman Padangtegal
Nama Padangtegal telah dikenal pada zaman Bali Kuno.
Hal itu diketahui dari Prasasti Jayapangus yang berangka tahun
Saka 1103 (1181 Masehi). Di situ dikatakan bahwa Raja
(Jayapangus) mendengar ada keresahan di Padangtegal karena
hutan rusak tak terurus. Hutan kemudian diukur dan batas-batas
hutan dibuat. Di dalam batas-batas itu tidak boleh lagi dilakukan
perusakan hutan. (Sumber: Ida Pedanda Wayahan Bun, Griya
Sanur Pejeng, 24 Mei 2009). Pada zaman Bali Kuno, di
Padangtegal telah ada tradisi pemujaan yang dijiwai oleh ajaran
Hindu (Veda). Hal ini dibuktikan oleh adanya peninggalan
berupa berbagai Arca, seperti Arca Ganesha. Peninggalan ini
diidentifikasi berasal dari abad XIII-XIV. Sampai sekarang,
peninggalan itu masih distanakan di Pura Desa/Puseh
Padangtegal. (Sumber: Hasil penelitian Jawatan Purbakala, 2008).
Pada pertengahan abad XIV mulai terjadi migrasi
kelompok-kelompok masyarakat dari berbagai daerah lainnya di
Bali ke Padangtegal. Pada tahun 1550, misalnya hijrah ke
Padangtegal I Gusti Pasek Padang Rata, diikuti beberapa
keluarga. I Gusi Pasek Padang Rata berasal dari Gelgel
(Klungkung), merupakan keturunan Kyai Agung Padang
Subadra dari Padang Silayukti. Beliau hijrah dari Buda Keling,
tempatnya berguru pada Dang Hyang Astapaka.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 13
Di Padangtegal, beliau dan rombongan membangun
tempat permukiman dan tempat pemujaan leluhur yang diberi
nama Pura Padang Rata, yang sekarang dikenal sebagai Pura
Padangkerta (Sumber: Skripsi Ni Nyoman Sroni). Kehadiran I
Gusti Pasek Padang Rata dan keluarga disusul oleh kedatangan
keturunan I Gusti Pangeran Pasek Tohjiwa (Keturunan Beliau
pun membangun tempat pemujaan leluhur, Pura Panti Pasek
Tohjiwa, setelah kedatangan pada gelombang kedua dari
Mengwi, Badung). (Sumber: I Made Subrata) Berbagai
kelompok itu, kemudian bersama-sama membangun Pura
Desa/Puseh dan Dalem. Pada tahun 1700-an, Padangtegal
merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Sukawati
yang berdiri pada tahun 1710. Oleh Dewa Agung Mayun (Raja
Sukawati II), ditugasi I Gusti Lanang Dauh yang disebut I Gusti
Padangtegal, untuk memimpin di Padangtegal. Selama bertugas
di Padangtegal Beliau sempat mendirikan Pura Keloncing.
Sementara itu, di Taman, tetangga Padangtegal, ditugasi I Gusti
Taman. (Sumber: Cok Gede Atmaja, Puri Negara, dan Cokorda
Parta, Puri Peliatan).
Pada masa selanjutnya, di Padagtegal, pernah tinggal
Cokorda Karang (hijrah dari Mambal), saudara tiri Dewa Agung
Gede dan Dewa Agung Made. Beliau di Padangtegal dalam rangka
menyiapkan serangan ke Sukawati karena Sukawati diduduki oleh
Gusti Lanang Munang dan Ki Berasan Gerenceng dari Badung. Di
Padangtegal pula beliau merekrut pasukan untuk membantu
penyerangan. Ketika penyerangan dilakukan, I Gusti Lanang
Munang dapat dibunuh, sementara Ki Berasan Gerenceng dapat
meloloskan diri lewat Guwang.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 14
Pada tahun 1776, dilakukan percobaan pembunuhan
terhadap Cokorda Karang oleh Raja Mengwi karena
kesaktiannya dianggap bisa memudarkan wibawa dan
mengancam Kerajaan Mengwi. Cokorda Karang meloloskan diri
ke arah timur dan bersembunyi di Bukit Ungaran (lokasi Pura
Dalem Agung Padangtegal). Di situ Beliau melakukan tapa dan
mendapat anugerah tombak Ki Bintang Kukus. (Cok Gede
Atmaja, Puri Negara dan Cokorda Parta, Puri Peliatan).
Pada tahun 1800-an, di Pura Bukit Ungaran, tepatnya di
Mandala Utama, oleh masyarakat Padangtegal, didirikan
pelinggih dugul menghadap ke Timur Laut. Pelinggih ini
merupakan stana roh Dewa Agung Jelantik sebagai bentuk
penghormatan masyarakat Padangtegal kepada sosok Dewa
Agung Jelantik, Raja Peliatan perode 1823-1845, yang punya
perhatian besar terhadap Pura Bukit Ungaran. Dewa Agung
Jelantik adalah cucu Dewa Agung Made, Raja Peliatan
sebelumnya, yang menjadi Raja Peliatan setelah penundukan I
Gusti Lanang Munang dan Ki Berasan Gerenceng di Kerajaan
Sukawati. (Cokorda Parta, Puri Peliatan).
Sampai pada pemerintahan Dewa Agung Gede Agung
(keturunan ke-6 dari Dewa Agung Made), Padangtegal masih
menjadi bagian dari Kerajaan Peliatan. Pada saat itu, Pemekel
Padangtegal adalah I Gede Padang Lenyod. Sejarah
Kepemimpinan Desa Pakraman Padangtegal sejak zaman Bali
Kuno telah beberapa kali mengalami pergantian Bendesa dengan
sebutan sesuai pada zaman serta peraturan yang mengaturnya.
Semua pemimpin desa tersebut telah melaksanakan pebangunan
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 15
desa sesuai dengan kondisi saat itu. Adapun yang pernah
menjabat sebagai Bendesa di Desa Pakraman Padangtegal
adalah sebagai berikut:
1. Periode 1925-1952
Pada periode ini, yang menjadi Bendesa adalah I Made Kari.
Mengawali kepemimpinannya, dilakukan pemugaran besar-
besaran terhadap Pura Dalem setelah hancur karena gempa
pada tahun 1917.
2. Periode 1952-1962
Pada periode ini, Bendesa Adat Padangtegal adalah I Ketut
Gandeng. I Ketut Gandeng menggantikan I Made Kari.
Selama kepemimpinan I Ketut Gandeng ada beberapa
peristiwa penting yang terjadi. Pada tahun 1959, “Soroh Tri
Wangsa” (cikal bakal Br. Padangtegal Tengah) mengakhiri keikutsertaannya nyungsung Pura Dalem Agung Padangtegal.
Peristiwa ini didahului oleh harapan agar mereka juga turut
nyungsung Pura Desa. Mereka bersedia, dengan syarat
katunas ke Pura Desa Peliatan. Acara nunas sudah dilakukan,
namun karena suatu hal, mereka tidak jadi turut nyungsung
Pura Desa dan keikutsertaan nyungsung Pura Dalem pun
diakhiri. Dua tahun sesudah itu, 1961, untuk pertama kalinya
dilakukan ngaben ngerit. Tampaknya ini merupakan titik
awal tradisi ngaben ngerit di Desa Pakraman Padangtegal.
3. Periode 1962-1986
I Ketut Gandeng digantikan oleh Anak Agung Raka Turas
pada tahun 1962. Yang menjadi bendesa sampai dengan
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 16
tahun 1986. Selama kepemimpinan Anak Agung Raka Turas,
beberapa kemajuan dapat dicapai. Pada tahun 1964,
dilakukan padiksan Ida Pedanda Gria Peling Manuaba oleh
Desa Adat, sekaligus pengukuhan beliau sebagai Siwan
Jagat. Pada tahun 1970, di Pura Desa, dilakukan Upacara
Ngusaba Nini. Pada tahun 1973, dilakukan ngaben ngerit
kedua sekaligus penetapan ngaben ngerit berpola lima
tahunan. Pada tahun 1974, di Pura Dalem, dilakukan Upacara
Padudusan Agung. Pada tahun 1985 dilakukan pemekaran
Banjar Padangtegal Kaja, sehingga lahir Banjar Padangtegal
Mekarsari. Mengakhiri masa jabatannya, tahun 1986, Anak
Agung Raka Turas berhasil mengantarkan Desa Adat
Padangtegal memiliki Awig-awig Desa Adat.
4. Periode 1986-2002
Pada periode ini, Bendesa Adat Padangtegal adalah I Made
Bawa. Mengawali kepemimpinannya, I Made Bawa
melakukan penataan terhadap hutan kera di wilayah Pura
Dalem. Pengelolaan diserahkan kepada anggota Hansip di
Desa Adat Padangtegal, namun kurang berhasil. Oleh karena
itu, pada tahun 1988, dibentuklah Badan Pengelola Wenara
Wana Padangtegal dengan ketua I Wayan Acin Tisna. Karena
ketua badan berstatus PNS, perhatian tidak bisa diberikan
sepenuhnya.Untuk mengatasi masalah ini, pada tahun 1999,
pengelolaan Wenara Wana diserahkan kepada seorang
manager. Jabatan manager dipegang oleh I Wayan Selamet.
Di samping dilakukan penataan dan peningkatan pengelolaan
Wenara Wana, selama kepemimpinan I Made Bawa juga ada
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 17
beberapa peristiwa penting lainnya. Pada tahun 1987,
didirikan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dengan modal
awal Rp 2.500.000,00. LPD ini mulai memiliki kantor pada
tahun 1999. Pada tahun 1994, dilakukan Upacara Ngusaba
Desa/Ngusaba Nini di Pura Desa. Pada tahun 1996, berdiri
Sekaa Gambang. Pada tahun 2000, dilakukan Upacara
Padanaan di Pura Dalem. Dalam rangka menyongsong
upacara itu, dilakukan pengalihan jalan ke Dusun Nyuh Kuning,
yang semula membelah hutan kera, ke pinggiran hutan kera.
5. Periode 2002-2012
I Made Dana adalah Bendesa pada periode 2002-2012,
didampingi oleh Drs. I Wayan Artika sebagai Sekretaris dan I
Nyoman Sugita sebagai Bendahara. Kepemimpinannya
dimulai dengan pembentukan Saba Desa, pada tahun 2002,
suatu lembaga yang berfungsi memberi pertimbangan kepada
Bendesa dalam mengambil keputusan-keputusan penting.
Pada tahun itu juga ada peristiwa penting lain. Peristiwa itu
adalah keberhasilan memperjuangkan perubahan status
Wanara Wana, dari objek wisata menjadi taman wisata, yang
diikuti oleh perubahan pola bagi hasil dengan Pemkab
Gianyar, dari semula 50:50 menjadi 90:10. Perubahan pola
ini mendatangkan kesejahteraan bagi Desa Pakraman
Padangtegal. Sehingga pembangunan dapat berkembang.
6. Periode 2012-2022
I Made Gandra, S.E sebagai Bendesa Desa Pakraman
Padangtegal dari Tahun 2010 – 2022.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 18
Letak Geografis Desa Pakraman Padangtegal
Desa Pakraman Padangtegal terletak di Kecamatan Ubud
Kabupaten Gianyar dengan luas lahan sekitar 1,28 kilometer
persegi dengan batas-batas sebagai berikut:
Di sebelah Utara : Desa Taman
Di sebelah Timur : Desa Peliatan
Di sebelah Selatan : Desa Pengosekan
Di sebelah Barat : Desa Ubud
Gambar Peta Wilayah Desa Pakraman Padangtegal
(Sumber: Profil Desa Pakraman Padangtegal, 2017)
Lokasi Desa Pakraman Padangtegal sangat strategis,
terdapat objek wisata bernama Mandala Suci Wenara Wana.
Yang di dalamnya terdapat Candi Pura Dalem Agung
Padangtegal dan juga sebagai "Sumber Kesucian" dari candi-
candi lain serta digunakan untuk upacara kremasi.
Wenara Wana atau yang biasa dikenal dengan nama
Mongkey Forest merupakan obyek wisata yang terletak sekitar
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 19
1 Km dari pusat pemerintahan Kelurahan Ubud, yang sekaligus
sebagai daerah konservasi terhadap flora dan fauna yang ada di
dalamnya terutama kera, dan Mongkey Forest termasuk wilayah
Desa Pakraman Padangtegal. Jika jarak tempuh dari
Denpasar kurang lebih 24 Km untuk sampai dilokasi, dengan
kondisi jalan yang cukup baik sehingga dapat ditempuh dengan
berbagai jenis kendaraan dalam waktu sekitar 50 menit. Wenara
Wana dihuni oleh ratusan ekor kera, dengan jenis kera ekor
panjang (marcaques/macaca fascicularis). Padangtegal
memiliki iklim tropis biasanya, dengan musim hujan dari bulan
September sampai Februari dan musim kemarau dari bulan
Maret sampai Agustus, dan suhu berkisar setiap tahun dari 220C
ke 300C. Sebagai daerah sangat berbukit dan pada ketinggian
sedikit lebih tinggi dari pantai, lebih dingin dari daerah wisata
selatan. Desa Pakraman Padangtegal terdiri dari empat banjar
yakni Banjar Padangtegal Kaja, Banjar Padangtegal Mekarsari,
Banjar Padangtegal Kelod dan Banjar Padang Kencana.
Demografi Desa Pakraman Padangtegal
Desa Pakraman Padangtegal merupakan suatu kesatuan
sosial masyarakat yang sebagian besar menggantungkan
hidupnya dari mata pencaharian sebagai petani dan seniman.
Kehidupan masyarakat diatur komponen dua lembaga Desa,
yaitu lembaga Desa Dinas dan Desa Pakraman. Desa Dinas
berkiprah di bidang administrasi warga desa dan kegiatan yang
dicanangkan pemerintah daerah maupun pemerintahan pusat.
Sedangkan Desa Pakraman mengatur kehidupan masyarakat di
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 20
bidang adat istiadat dan upacara keagamaan termasuk
pementasan Tari Rejang Catur Pada Piodalan Ageng di Pura
Kahyangan Tiga. Sebagaimana hal tersebut dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut.
Tabel Distribusi data tentang penduduk menurut kelompok umur
Umur
(Tahun)
Padangtegal
Kaja
Padangtegal
Mekarsari
Padangtegal
Kelod
Padang
Kencana
0 – 5
tahun
38 27 31 10 106
6 - 18
tahun
176 181 241 51 649
19 - 40
tahun
314 257 344 84 999
41 - 60
tahun
216 179 190 35 620
> 61 96 70 83 21 270
Total 840 714 889 201 2644
Sumber: Profil Desa Pakraman Padangtegal (2017)
Sedangkan kehidupan mata pencaharian masyarakat Desa
Pakraman Padangtegal dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel Distribusi data tentang penduduk berdasarkan mata
pencaharian
No Pekerjaan Jumlah
1 Petani 39
2 Pedagang 85
3 Petugas Pemerintah 142
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 21
4 Tentara / Polisi 10
5 Seniman 52
6 Pelajar 645
7 Kedokteran 6
8 Paramedis 8
9 Wirausaha 442
10 Karyawan Swasta 533
11 Pekerja Bangunan 27
12 Buruh 56
13 Penjahit 27
14 Ibu Rumah Tangga 299
15 Imam 17
16 Pensiunan 35
17 Tidak Bekerja 221
Total 2644
Sumber: Profil Desa Pakraman Padangtegal (2017)
Pendidikan
Maju mundurnya suatu masyarakat dapat dilihat dari
tingkatan intelektual warga masyarakat melalui data pendidikan,
oleh karena itu manusia akan bisa maju dan berkembang
bilamana memiliki pendidikan yang memadai. Dengan demikian
faktor pendidikan mestinya mendapatkan perhatian yang serius
dari semua pihak. Pendidikan bukan tanggung jawab pemerintah
namun juga merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat.
Taraf Pendidikan Masyarakat Desa Pakraman
Padangtegal secara umum sudah mencapai seluruh jenjang
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 22
pendidikan mulai dari tingkatan PAUD sampai Perguruan
Tinggi. Namun Pendidikan rata-rata terbanyak lulusan Sekolah
Menengah Atas seperti terlihat tabel di bawah ini:
Tabel Distribusi data tentang penduduk berdasarkan tingkat
pendidikan
No. Pendidikan Jumlah
1 Buta Huruf 115
2 Belum Sekolah 138
3 Paud 25
4 TK 54
5 Sekolah Dasar 599
6 SMP 330
7 SMA 914
8 Mahasiswa 469
Total 2644
Sumber: Profil Desa Pakraman Padangtegal (2017)
Sistem Kepercayaan
Masyarakat Desa Pakraman Padangtegal mayoritas
beragama Hindu, didukung oleh adanya tempat
persembahyangan (Pura). Desa Pakraman Padangtegal memiliki
Pura Kahyangan Tiga yang diempon bersama-sama. Namun
terdapat juga beberapa Pura yang diempon secara berkelompok.
Masyarakat Desa Pakraman Padangtegal Kecamatan
Ubud Kabupaten Gianyar memeluk agama Hindu yang berbaur
dengan sistem kepercayaan masyarakat setempat yang menjadi
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 23
ciri umum masyarakat agraris. Kepercayaan dalam agama Hindu
disebut Panca Sraddha yakni percaya dengan adanya Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, percaya dengan adanya roh leluhur, percaya
akan adanya Hukum Karmaphala, percaya dengan adanya
kelahiran kembali, percaya akan kehidupan yang abadi (moksa).
Kelima kepercayaan itu terpadu dengan konsep Tri Hita Karana
yaitu keseimbangan atau hubungan baik antara manusia dengan
Ida Sang Hyang Widhi Wasa, manusia dengan manusia, dan
manusia dengan alam.
Masyarakat Desa Pakraman Padangtegal juga
mendekatkan diri pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dapat
dilihat dalam wujud Tri Hita Karana. Tri Hita karana adalah
tiga hubungan penyebab kebahagiaan yang terdiri dari
Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan.
1. Parahyangan (Hubungan Manusia dengan Tuhan)
Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta isinya termasuk
manusia. Di dalam agama Hindu dinyatakan bahwa alam
semesta beserta isinya diciptakan Tuhan berdasarkan yajna-
Nya. Oleh karena itu, manusia berhutang urip (hidup) kepada
Tuhan sehingga membuat manusia mempunyai hubungan
yang sangat ketergantungan dengan Tuhan. Dengan
diciptakan manusia ke dunia ini, sudah selayaknya manusia
menunjukan bhakti dan syukur kepada Tuhan. Masyarakat
Desa Pakraman Padangtegal mewujudkan rasa bhakti dan
syukur kepada Tuhan melalui kegiatan-kegiatan keagamaan.
Adapun kegiatan keagamaan tersebut seperti:
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 24
a. Melakukan persembahyangan setiap hari, persembahan
yang dilakukan setiap hari berupa yajna yaitu
persembahan makanan (Yajna Sesa) yang dilakukan setiap
keluarga setelah selesai memasak, yang memiliki makna
sebagai ucapan terima kasih atas anugerah Tuhan,
sekaligus memohon ijin untuk menikmati makanan karena
semua yang ada merupakan ciptaan Tuhan. Apabila tidak
memohon ijin untuk mengambil dan menikmati makanan
yang merupakan milik Tuhan, maka orang yang memakan
makanan tersebut tidak ada bedanya dengan pencuri, hal
ini ditegaskan dalam sloka Bhagavad Gita sebagai berikut:
Yajña-śiṣṭaśinaḥ santo Mucyante sarva-kilbiṣaiḥ Bhuñjate te
tv aghaṁ pᾱpᾱ Ye pacanty ᾱtma-kᾱraṇᾱt
Terjemahannya:
Ia yang memakan sisa yajna akan terlepas dari segala
dosa, (tetapi) ia yang memasak makanan bagi diri sendiri,
sesungguhnya makan dosa (Bhagavad-Gita, Sloka 3.13)
b. Melaksanakan Upacara persembahyangan pada saat
Kajeng Kliwon, di Desa Pakraman Padangtegal
masyarakat pemeluk agama Hindu selalu melakukan
persembahan dan persembahyangan dengan menghaturkan
upakara segehan dan canang sari. Dengan tujuan
memohon kepada Tuhan agar berkenan memberikan
keselamatan kepada umat di Desa Pakraman Padangtegal.
c. Melaksanakan persembahyangan Purnama Tilem,
purnama merupakan saat bulan bersinar penuh. Hal ini
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 25
datang setiap bulan dan saat tersebut di Desa Pakraman
Padangtegal selalu melaksanakan persembahyangan dan
persembahan kepada Tuhan di Pura Desa dan Puseh,
dalam hal ini sebagai Sang Hyang Candra dan Hyang
Ratih. Untuk memohon waranugraha-Nya berupa
kemakmuran, keselamatan, dan kesejahteraan serta
mengucapkan terima kasih kapada Tuhan atas semua
anugrah yang diberikan. Tilem merupakan saat bulan tidak
bercahaya penuh, disaat tilem diyakini malam yang paling
gelap yang datang setiap bulan. Pada saat tilem ini
masyarakat Hindu di Desa Pakraman Padangtegal
melaksanakan persembahyangan di Pura Dalem dan
persembahan kepada Tuhan berupa banten ajuman.
d. Melaksanakan persembahyangan pada saat hari Raya
Pagerwesi, hari raya Pagerwesi merupakan hari raya
agama Hindu yang jatuh pada hari Buda Kliwon Wuku
Sinta yaitu sebagai hari payogan Hyang Pramesti Guru
disertai oleh para Dewata Nawa Sanga. Pada saat itu
masyarakat Hindu di Desa Pakraman Padangtegal
melakukan persembahyangan di rumah masing-masing
untuk memohon waranugraha kepada Tuhan.
e. Melakukan persembahyangan pada hari Raya Siwaratri,
hari raya Siwaratri adalah hari raya umat Hindu yang
dilaksanakan setiap setahun sekali. Perayaan Siwaratri
dirayakan pada hari Panglong ping empat belas sehari
sebelum Tilem Sasih Kapitu, yang biasanya jatuh bulan
Februari Tahun Masehi.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 26
f. Melaksanakan persembahan dan persembahyangan pada
Hari Raya Galungan dan Kuningan, pada hari Galungan
umat Hindu di Desa Pakraman Padangtegal melakukan
persembahyangan dan persembahan kepada Tuhan baik di
Merajan maupun ke Pura-pura yang disungsung oleh Desa
Pakraman Padangtegal.
g. Melaksanakan persembahyangan pada Hari Raya
Saraswati, hari raya Saraswati adalah hari suci agama
Hindu yang berdasarkan pawukon yang dilaksanakan
setiap enam bulan sekali (210) hari sekali, yaitu setiap
Sabtu Umanis Wuku Watugunung. Pada hari ini dilakukan
persembahyangan kehadapan Tuhan dan manifestasi
sebagai Dewi Saraswati yang telah menurunkan ilmu
pengetahuan kepada manusia. Umat Hindu di Desa
Pakraman Padangtegal ucapan terima kasih kehadapan
Beliau dengan menghaturkan banten Saraswati di atas
buku-buku yang dikumpulkan di tempat khusus.
h. Melaksanakan Hari Raya Nyepi, pada hari raya Nyepi
masyarakat Desa Pakraman Padangtegal melakukan Catur
Brata Penyepian dengan tidak berjalan ke luar rumah,
tidak bekerja, dan tidak menyalakan api.
2. Pawongan (Hubungan Manusia Dengan Manusia)
Manusia adalah makhluk sosial dan tidak dapat hidup tanpa
orang bantuan lain sehingga manusia memiliki hubungan dan
ketergantungan kepada manusia lain. Dengan adanya
ketergantungan antara manusia satu dengan yang lainnya
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 27
menyebabkan manusia harus bekerja sama, saling mengisi
dan tolong menolong demi kelangsungan hidupnya. Dengan
demikian sebagai makhluk sosial, manusia tidak boleh
mementingkan diri sendiri, akan tetapi harus saling tolong-
menolong satu sama lainnya. Menurut keterangan warga
desa, bahwa Desa Pakraman Padangtegal menerapkan
pawongan dilihat dari pada waktu salah satu warga
melakukan kegiatan adat seperti perkawinan, potong gigi,
dan sebagainya. Masyarakat setempat pasti membantu
terselenggaranya upacara tersebut yang disebut nguopin.
Berdasarkan uraian di atas, masyarakat di Desa Pakraman
Padangtegal hubungan manusia dengan manusia ini
wujudnya dapat dilihat dari kegiatan seperti upacara
perkawinan, potong gigi, dan sebagainya. Dimana salah satu
warga Desa Pakraman Padangtegal melaksanakan upacara
yajna, masyarakat setempat selalu membantu proses
terselenggaranya upacara tersebut, yang lebih dikenal dengan
istilah nguopin. Dari kegiatan-kegiatan tersebut jelas tampak
adanya hubungan ketergantungan antara manusia satu dengan
manusia lainnya.
3. Palemahan (Hubungan Manusia Dengan Alam)
Alam dan manusia diciptakan oleh Tuhan.Alam adalah
tempat kita hidup dan berkarya sehingga manusia memiliki
hubungan yang erat dengan alam. Dalam ajaran agama Hindu
alam semesta disebut dengan Bhuwana Agung dan manusia
disebut dengan Bhuwana Alit. Pada hakikatnya, yang
menyusun badan dan alam manusia adalah sama yaitu, tanah,
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 28
api, air, udara dan akasa. Alam diciptakan oleh Tuhan agar
manusia dapat hidup, oleh karena itu manusia perlu menjaga
kelestarian alam agar tidak rusak. Manusia dengan alam
sama-sama mempunyai hubungan timbal balik. Manusia
dijaga oleh alam dan sebaliknya alam juga dijaga oleh
manusia. Dengan adanya saling memelihara maka akan ada
keselarasan dan keseimbangan antara alam dan manusia.
Hubungan timbal balik antara alam dengan manusia dalam
umat Hindu, di Desa Pakraman Padangtegal dengan
dilaksanakannya hari raya Tumpek Kandang atau Tumpek
Uye, Tumpek Kandang (Tumpek Uye) merupakan salah satu
hari suci yang penting di Bali. Tumpek Kandang (Trumpek
Uye) dilaksanakan setiap Sabtu Kliwon Wuku Uye menurut
perhitungan kalender Jawa yang jatuh setiap enam bulan (210
hari) sekali. Pada hari suci ini, masyarakat di Desa Pakraman
Padangtegal mengadakan upacara untuk Dewa Siva sebagai
Rare Angon (pengembala). Sehingga pada hari ini, upacara
dilakukan di kandang-kandang ternak.
Keberadaan PAUD Bija Santhi di Desa Pakraman
Padangtegal
Lokus kajian dalam penelitian ini adalah di PAUD Bija
Santhi desa Pakraman Padangtegal Ubud. PAUD tersebut
dipandang layak dijadikan kajian, karena satu-satunya PAUD
Hindu yang berada di Desa Pakraman Padangtegal atas gagasan
dari Yayasan Pendidikan Bija Santhi Desa Pakraman
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 29
Pandangtegal. Yayasan yang begitu concern dalam
mengembangkan pendidikan Hindu yang dimulai dari
mengembangan pendidikan anak usia dini dan taman kanak-
kanak. Berdasarkan atas hal tersebut berikut dideskripsikan
tentang keberadaan dari PAUD Bija Santhi yang berada di Desa
Pakraman Padangtegal Ubud.
Sejarah Pelembagaan PAUD Bija Santhi Desa Pakraman
Padangtegal
Sejarah awal didirikannya PAUD Bija Santhi adalah
diawali dengan pendirian Yayasan Pendidikan Bija Santhi yang
diprakasai oleh Prajuru Desa Pakraman Padangtegal. Gagasan
tersebut berangkat dari himbauan pemerintah daerah, bahwa
disetiap Desa pakraman hendaknya memiliki pasraman dan
aktif dalam membina pendidikan remaja Hindu, dan pendidikan
anak usia dini. Kemudian mengacu pada hal tersebut, maka
yayasan pun terbentuk yang didalamnya ada basis pendidikan
Hindu, dan semula proses pembelajaran dilakukan di Desa
pakraman.
Setelah berjalan proses pembelajaran, maka ada gagasan
untuk mengembangkan yayasan yang di dalamnya ada
pasraman menjadi pelembagaan pendidikan yang dimulai dari
Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD yang berbasis pada
ajaran dan nilai agama Hindu. Sebagaimana hal tersebut
dijelaskan oleh salah satu pendiri PAUD Bija Santhi, bahwa
kami sendiri merasa perlu untuk membangun satu lembaga
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 30
pendidikan yang formal, sebab bagaimanapun lembaga
pendidikan penting. Khususnya pendidikan yang berbasis pada
nilai dan ajaran agama Hindu serta dikhususkan kepada mereka
yang berada diusia dini. Sebab pendidikan usia dini sangat
penting dalam menciptakan generasi Hindu yang berkarakter
dan berbudi pekerti yang baik.
Deskripsi tersebut dapar dikatakan menjadi ilham
tersendiri bagi Prajuru Desa Pakraman Padangtegal untuk
membangun PAUD Hindu yang kemudian diusulkan melalui
Dinas Pendidikan Kabupeten Gianyar yang kemudian berupaya
disampaikan ke pusat, sehingga terbitlah SK dari Dinas
Pendidikan dan Olahraga UPT Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kecamatan Ubud dengan nomor: 800/313/UPT
Dikpora/2014 yang bertanggal 02 Desember 2014, bahwa
PAUD Bija Santhi resmi berdiri dan diberikan ijin oprasional.
Sebagaimana bunyi surat dapat disimak sebagai berkut.
Menindak lanjuti surat saudara tanggal 02 Desember 2014,
Nomor: 02/YPBJS/XII/2014 mengenai hal tersebut di atas,
dengan ini kami memberikan rekomendasi kepada Kelompok
Bermain PAUD Bija Santhi yang berlokasi di Banjar
Padangtegal Kaja. Karena sudah memenuhi persyaratan untuk
proses ijin oprasional.
Semenjak surat izin oprasional tersebut didirikan, maka
PAUD Bija Santhi sudah melakukan kegiatan pembelajaran
sebagaimana mestinya yang didasarkan atas persayaratan yang
sudah tersusun dengan baik. Kemudian pelembagaan juga
dibangun dengan menjadikan lembaga pendidikan PAUD ini sah
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 31
secara yuridis, sehingga berbagai upaya dilakukan, dan pada
akhirnya Yayasan Bija Santhi diresmikan sebagai lembaga
formal yang didalamnya ada PAUD Bija Santhi dan TK Bija
Santhi. Sebagaimana yayasan tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut.
Gambar Pasraman Bija Santhi adalah Yayasan Hindu yang di
dalamnya ada PAUD dan TK Berbasis Hindu
(Sumber: dok Perni, 2018).
Semenjak diberikan izin oprasional terhadap PAUD Bija
Santhi, maka proses pembelajaran dilakukan, sehingga hingga
saat ini masih tetap eksis dan berkembang, sehingga menjadi
satu-satunya PAUD Hindu yang berada di Desa Pakraman
Padangtegal. Kemudian dalam proses pembelajaran, dan
pengelolaan serta pengembangan PAUD Bija Santhi selalu
berdasarkan atas Visi dan Misi yang telah ditetapkan oleh
yayasan. Adapun Visi dan Misi dari PAUD Bija Santi adalah
sebagai berikut.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 32
Visi: Menjadikan peserta didik tumbuh kembang secara optimal
sehingga untuk memasuki jenjang pendidikan berikutnya.
Misi:
1. Pembelajaran yang berpusat pada anak
2. Kegiatan pembelajaran yang membebaskan proses
berkembangnya potensi anak
3. Bimbingan dan pengasuhan yang terbaik
4. Kerjasama dengan orang tua, lingkungan sekitar dan lembaga
pendidikan lainnya
5. Memberi ruang agar nilai moral/agama, bahasa, emosional,
seni, kognitif dan motoric berkembang dnegan baik.
Visi dan misi tersebut tentunya adalah sebagai landasan
dalam merealisasikan konsep pembelajaran bagi anak-anak
PAUD Bija Santhi. Sebagaimana menurut Yasi (Wawancara: 23
Juli 2018) sebagai pengelola PAUD menjelaskan bahwasanya
visi adalah sesuatu yang nantinya akan dicapai dalam
pengembangan PAUD Bija Santhi, dan dalam rangka untuk
mencapai hal tersebut, maka melalui sebuah misi yang jelas, dan
sebagaimana yang tertuang dalam visi dan misi tersebut di atas.
Selain visi dan misi, PAUD Bija Santhi juga memiliki motto
pembelajaran agar pendidikan dapat menjalankan dengan baik.
Adapun motto tersebut adalah Bermain Sambil Belajar. Motto
yang sangat menarik, dan dapat dijadikan basis pembelajaran
yang relevan dengan pendidikan anak usia dini. Tentunya dalam
konteks ini, pengelolaan PAUD Bija Santhi mengarahkan
pembelajaran sesuai dengan visi pendidikan nasional Depdiknas
pada tahun 2025, yakni pendidikan yang menghasilkan insan
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 33
Dra. Ni Nyoman Yasi
PENGASUH/PENDIDIK
1. EKA HAPPY HERYANI, S.PD
2. NI MD JUNI MARIANI, S.PDH
3. I WAYAN MERSA 4. NI NYOMAN PARWATI 5. NI WAYAN RIJASA
BENDAHARA SEKRETARIS
PENGELOLA
Ni Putu Santi Ardani, S.E Ni Putu Sugianti, S. S
Indonesia cerdas komprehensif dan kompetitif (Syahbudin,
2015:1). Berdasarkan atas hal tersebut, PAUD Bija Santhi
tentunya mengelola dengan sikap professional berdasarkan
strutur organisasi yang baik.
Adapun struktur organisasi PAUD Bija Santhi dapat dilihat pada
sekema berikut.
Skema Struktur Organisasi PAUD Bija Santhi
(Sumber: Buku Panduan PAUD Bija Santhi, 2017)
Merujuk pada struktur organisasi PAUD Bija Santhi
tersebut jelas menunjukkan bahwasannya pengelola sebagai
pimpinan tinggi dalam pengelolaan. Tentunya pengegola
memiliki wewenang dalam hal menentukan kebijakan dan arah
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 34
pembelajaran PAUD termasuk juga mensinergikan kurikulum
pembelajaran yang terintegrasi dengan ajaran budhi pekerti pada
anak. Di bawah pengelola ada sekretaris yang memiliki
wewenang secara fungsional untuk melakukan pencatatan
terkait data base dari siswa PAUD dan segala sesuatunya yang
berkaitan dengan pendataan siswa dan lembaga. Berikutnya
adalah bendahara yang berhubungan dengan keuangan dan
pendestribusian logistik dalam pembelajaran.
Pendidikan Anak Usia Dini bukan hanya dilakukan di
lembaga formal seperti di sekolah PAUD yang kita ketahui,
akan tetapi PAUD yang sesungguhnya adalah semua kegiatan
baik formal, informal dan nonformal yang sifatnya mendidik
(Syahbudin, 2015: 11). Berdasarkan atas hal tersebut, baik peran
pendidik dan orang tua sangat penting dalam mengembangkan
potensi anak didik agar memiliki budhi pekerti yang luhur.
Untuk itu, PAUD Bija Santhi memberikan kesempatan orang tua
sebagai pendamping selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Namun demikian, peran pendidik juga dituntut professional
dibidangnya, dan pendidik pada PAUD Bija Santhi berjumlah
lima orang yang memiliki kualifikasi yang sesuai dengan
bidangnya. Selain itu, pengelola dan pengurus juga dalam hal ini
secara rutin melakukan pengajaran kepada peserta PAUD.
Sebagai upaya dalam meningkatkan kedekatan mereka sehingga
dapat menggali potensi dalam diri peserta didik.
PAUD Bija Santhi terletak di Desa Pakraman
Padangtegal, yakni tepatnya di Jalan Jembawan Padangtegal
Kaja. PAUD Bija Santhi memiliki gedung dan sarana prasarana
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 35
yang layak sebagai pusat pengembangan Pendidikan Anak Usia
Dini. Sarana gedung terdiri dari dua lantai, dan lantai pertama
dikhususkan sebagai tempat pembelajaran PAUD, dan lantai dua
sebagai tempat pembelajaran TK Bija Santhi. Selain sarana
gedung, PAUD Bija Santhi juga dilengkapi dengan berbagai
sarana bermain dan tempat bermain sesuai dengan ketentuan dan
standar PAUD. Jadi dengan sarana dan prasarana tersebut
diharapkan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik,
sehingga anak didik dapat mengoptimalkan masa emasnya
dengan baik.
Jumlah Anak Didik PAUD Bija Santhi
Pemberian pendidikan pada anak usia dini seharusnya
diberikan kepada semua anak tanpa terkecuali, karena akan
sangat membantu setiap anak dalam mengoptimalkan masa
emas perkembangan mereka. Hadirnya lembaga pendidikan
anak usia dini (PAUD) yang semakin banyak seharusnya
dimanfaatkan oleh kalangan orang tua, karena dengan adanya
pemberian pendidikan pada anak usia dini akan membantu anak
sebelum mereka menempuh pendidikan yang tingkatannya lebih
tinggi seperti sekolah dasar (SD). Berkenaan dengan hal
tersebut, meminjam uraian Syahbudin (2015: 15), bahwa
informasi atau sosialisasi tentang manfaat pendidikan anak pada
usia dini sangat penting agar para orang tua dapat memafaatkan
keberadaan lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) untuk
membantu proses perkembangan anak.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 36
Bertolak atas hal tersebut, PAUD Bija Santhi sudah
melakukan sosialisasi dan memberikan informasi berkenaan
dengan keberadaan PAUD Bija Santhi melalui Desa pakraman.
Jadi melalui informasi yang diberikan oleh prajuru Desa
pakraman kepada semua warga Padangtegal, maka semua warga
yang memiliki anak sudah sesuai dengan tingkat usia, maka
diberikan kesempatan untuk anak- anak mereka menempuh jalur
pendidikan pada PAUD Bija Santhi. Sebagaimana uraian Yasi
(wawancara: 23 Juli 2018) sebagai berikut.
“Setiap ada tahun ajaran baru, segala informasi terkait
dengan PAUD ini disampaikan melalui unsur dari Desa
pakraman, dan pihak Desa pakraman menyampaikan ke
warga. Selain itu, sistem sosialisasi juga kami lakukan ke
orang tua yang mereka sendiri datang ke PAUD mencari
informasi berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan
anak usia dini yang berbasis ajaran budi pekerti Hindu.
Sosialisasi ini sangat penting dilakukan, mengingat para
orang tua masih merasa khawatir untuk melepaskan anak
mereka dari rumah, dan peran lembaga adalah
memberikan kepercayaan kepada para orang tua, bahwa
pendidikan anak pada usia dini sangat penting dalam
mengoptimalkan masa emas mereka dalam upaya
mempersiapkan ke jenjang pendidikan selanjutnya.”
Jadi merujuk atas hal tersebut, sosialisasi dan informasi
betapa pentingnya para orang tua untuk mendidik anak mereka
yang dimulai dari pendidikan anak pada usia dini. Sebagaimana
dijelaskan Asmawati (2008: 1), bahwasanya anak khususnya
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 37
anak usia dini merupakan masa yang paling optimal untuk
berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu
yang sangat besar dan melakukan apapun untuk memenuhi rasa
ingin tahunya. Selain itu, secara naluriah mereka aktif bergerak,
sehingga pada masa ini dituntut anak dibelajarkan sehingga
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Berkenaan dengan hal tersebut, PAUD Bija Santhi begitu
sangat berkonsentrasi pada perkembangan anak didik dengan
memperhatikan potensi yang diawali dengan rasa keingin
tahuan mereka. Pihak pengelola PAUD pun memberikan
berbagai informasi terkait dengan perkembangan anak mereka
melalui buku catatan anak didik. Jadi orang tua mencatat
perilaku anak mereka di rumah, sehingga para pendidikan dapat
melakukan pengukuran terhadap aktivitas dan perkembangan
anak didik. Adapun jumlah siswa atau anak didik pada PAUD
Bija Santhi angkatan tahun 2018 adalah berjumlah 28 orang, dan
data selengkapnya dapat dilihat pada tebel berikut.
Tabel Data Peserta Didik Tahun 2018 pada PAUD Bija Santhi
NO NAMA SISWA
JENIS
KELAMIN TGL LAHIR UMUR L P
1 Ni Putu Putri V √ 26/03/2015 3-4
2 I Ketut Adi Suta √ 21/02/2015 3-4
3 I Kadek Rangga √ 22/05/2015 3-4
4 Putu Arga
Praba Kartana
√ 19/01/2014 3-4
5 I Gusti Ngurah
Wira Adi P
√ 27/03/2015 3-4
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 38
6 Ni Putu Arana
Remesree M
√ 2/3/2014 3-4
7 Putu Risna
Purnama Dewi
√ 5/1/2015 3-4
8 Ni Putu Rica
Putri
√ 6/9/2014 3-4
9 Komang Nara
Swaryana
√ 2/8/2013 4-5
10 Ni Wayan Rina
Anjani
√ 13/12/2013 4-5
11 Ni Putu Yulia
Swari
√ 2/7/2014 3-4
12 Dw Ayu Divya
Maheswari
√ 1/2/2015 3-4
13 Putu Binar
Cahaya Mas
√ 14/11/2013 4-5
14 I Wayan Damar
Ariguna
√ 4/6/2014 3-4
15 I Putu Adi
Dharma Wiguna
√ 21/06/2014 4-5
16 A.A Istri Felica
Gayatri
√ 2/2/2015 3-4
17 I Gede Tristan
Wibawa
√ 21/01/2014 3-4
18 Ni Wyn Irha
Maharani P
√ 3/9/2014 3-4
19 I Putu Angga
Kusuma
√ 5/6/2014 3-4
20 Gst Ayu
Anindya Gita
√ 14/10/2014 3-4
21 A.A Happy
Paramita Dewi
√ 14/12/2014 3-4
22 Ni Kdk Nessa
Triani Srinadi
√ 14/06/2014 3-4
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 39
23 Made Bagus
Khananda A
√ 17/12/2013 4-5
24 Kadek Mahendra
Dananjaya
√ 16/04/2014 3-4
25 Ni Made Verisa √ 5/9/2014 3-4
26 Gusti Ayu
Metha Pradnya
√ 31/01/2015 3-4
27 Ni Kadek Listia
Atika Dewi
√ 15/01/2014 4-5
28 Kadek Krishnanda
Dwitama
√ 28/2/2014 3-4
(Sumber: Data Peserta Didik PAUD Bija Santhi, 2018).
Merujuk pada tebel 4.4 tersebut di atas, jelas menunjukkan
bahwasanya jumlah peserta didik pada angkatan tahun 2018
adalah berjumlah 28 peserta didik yang terbagi atas 12 laki-laki
dan 16 perempuan, dan usia mereka rata-rata adalah berusia 3-4
tahun, dan ada berusia antara 4-5 tahun. Kemudian merujuk pula
atas jumlah peserta didik PAUD Bija Santhi angkatan 2018 ada
peningkatan signifikan dari tahun sebelumnya di mana jumlah
peserta didik hanya berjumlah 15 siswa. Hal tersebut
menunjukkan adanya peningkatan daya minat masyarakat agar-
agar anak-anak mereka diberikan pendidikan di fase dini dalam
hal menumbuhkembangkan segala potensi dan budi pekerti yang
dimiliki peserta didik.
Pembelajaran PAUD Bija Santhi
Keberadaan lembaga PAUD belakangan dipandang sangat
penting dalam upaya menumbuhkembangkan karakter dan budi
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 40
pekerti luhur dalam diri siswa. Hal tersebut berangkat dari
adanya paradigma, bahwasanya pada usia dini adalah fase dari
masa yang paling baik anak diberikan pendidikan sehingga
mereka mampu mengembangkan segala potensi dengan baik.
Tentunya hal ini menunjukkan bahwa, pendidikan anak usia dini
dari masa ke masa mengalami kemajuan. Sebagaimana uraian
Syahbudin (2015:15), bahwasanya jumlah PAUD sangat banyak
dan hal tersebut ada indikasi kemajuan dalam pelembagaan
pendidikan berbasis usia dini.
Tidak saja demikian, keberadaan dari PAUD pun kini
tidak saja hanya di kota-kota, melainkan telah masuk sampai ke
Desa. Hal tersebut menunjukkan bahwasanya ada kesadaran
orang tua akan perlunya memberikan pendidikan kepada anak
usia dini juga telah tumbuh dengan mamasukan anak mereka ke
lembaga pendidikan anak usia dini. Terlebih mengacu uraian
Susetyo (2016: 76), bahwa keberhasilan anak usia dini
merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang
berikutnya.
Berdasarkan atas hal tersebut, PAUD Bija Santhi berupaya
dikelola dengan sebaik-baiknya, dan berdasarkan atas standar
professional bagi PAUD. Terlebih visi dan misi PAUD sudah
sangat jelas tujuannya adalah sejatinya menciptakan generasi
berbudi pekerti, dan terlebih pada masa dini itulah disebut
dengan “Usia emas” bagi seseorang. Artinya, bila seseorang pada masa itu mendapatkan pendidikan yang tepat, maka ia
memperolah kesiapan belajar yang baik yang merupakan salah
satu kunci utama bagi keberhasilan belajarnya pada jenjang
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 41
berikutnya. Berkenaan dengan hal tersebut, peran pendidik dan
pengelolaan lembaga sangat penting dilakukan, dan pada PAUD
Bija Santhi sendiri memiliki motto “Belajar Sambil Bermain”, sehingga pembelajaran hendaknya dapat mengimplementasikan
motto tersebut. Oleh sebab itu, maka pendidik diharapkan dapat
menjalankan profesinya sebagai tenaga professional.
Sebagaimana uraian Suantara sebagai berikut.
“PAUD Bija Santhi berupaya merekrut pendidik yang
professional. Meskipun pada awal berdirinya PAUD ini
masih menggunakan tenaga yang istilahnya ngayah, yakni
mendidik dengan suka rela. Namun dalam perkembangan
selanjutnya, kami berupaya melakukan perekrutan tenaga
pendidik yang berkualitas, dan kami memiliki program
untuk memberikan beasiswa kepada guru untuk
melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.”
Frofesi adalah tugas atau keahlian yang dilengkapi
prasyarat pendidikan dan kompetensi khusus untuk
meningkatkan mutu proses pekerjaan sesuai dengan nilai-nilai,
norma-norma dan standar mutu yang dipersyaratkan dalam
masing- masing profesi (Rusman, 2008: 5). Termasuk juga
menjadi pendidik PAUD hendaknya dapat dipahami sebagai
profesi yang ditekuni dengan jaminan kesejahteraan dan
penghargaan. Dengan demikian keprofesian menjadi pendidik
PAUD terlihat dari cara para pendidik dalam merealisasikan
pembelajaran di dalam suasana belajar yang nyata. Berangkat
dari hal tersebut, kompetensi pendidik pada Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD), hendaknya dikembangkan secara
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 42
berkelanjutan. Untuk itu, PAUD Bija Santhi sendiri
mengedepankan pendidik yang memiliki kompetensi yang
menyangkut substansi, seperti: accountability, communication,
decisvenees, initiative, judgment, persuasivinnes, planning dan
organizing serta problem solving (wawancara: Yasi, 23 Juli 2018).
Kemudian diantara kompetensi tersebut, bagi
pembelajaran PAUD perencanaan atau plaming memegang
peranan penting, dan hal tersebut mengacu pada urain Asmawati
(2008: 43), bahwa untuk mendapatkan melaksanakan tugasnya
dengan baik dalam pembelajaran, para pendidik PAUD
hendaknya dapat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPH) bagi PAUD dengan mengacu pada stnadar kurikulum
yang dibuat dan ditentukan. Berdasarkan hal tersebut, pendidik
di PAUD Bija Santhi diharuskan membuat RPH agar
pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan kurikulum yang
diberlakukan. Adapun RPH PAUD Bija Santhi yang dikutip dari
(RPH PAUD Bija Santhi, 2018) adalah sebagai berikut.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Semester/
minggu : I/3
Hari/Tanggal : Rabu, 18 Juli 2018
Kelompok/ usia : KB/3,5 Tahun
Tema/sub tema : Kemahakuasaan Tuhan/ Dewa-Dewa Hindu
Materi :
KD 3.1-4.1 Doa Salam
KD 3.3-4.3 Membuat Banten Saiban
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 43
KD 3.6-4.6 Bercerita Dewa-Dewa Hindu
KD 3.15-4.15 Menyanyi lagu “Nama-nama hari, nama-
nama bagian tubuh, nama jari dengan jari-jari”.
Materi yang masuk dalam SOP untuk pembiasan
1. Bersyukur terhadap ciptaan Tuhan
2. Mengucapkan salam masuk dalam SOP penyambutan dan
penjemputan
3. Doa sebelum dan mengenal aturan masuk dalam SOP
pembukaan
4. Mencuci tangan masuk ke dalam SOP sebelum dan sesudah
makan
Alat dan Bahan
1. Daun dan wadahnya
2. Nasi, garam, dan telor dadar
3. Kertas
4. Spidol
5. Gunting dan gambar Dewa-Dewa agama Hindu
Pembukaan (15 menit)
1. Berkumpul dan berbaris di halaman
2. Bernyanyi pembukaan seperti Om Swastyastu, Good
Morning, Trikaya Parisuddha, anggota tubuh dan dewa-dewa
Hindu.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 44
3. Berdoa sebelum belajar
4. Membuka dengan menanyakan aktivits pengalaman mereka
dalam berdoa
5. Anak-anak masuk kelas masing-masing.
Inti (90 menit)
1. Guru menanyakan kabar anak-anak dan memulai mengabsen
2. Guru mengajak anak-anak untuk memotong daun pisang
3. Guru mengajak anak-anak membuat banten saiban
4. Guru mengajak anak-anak mebanten saiban
5. Guru mengajak anak-anak mendengarkan cerita dewa-dewa
Hindu
6. Guru menilai dengan kreteria bintang 4
Recalling
1. Tanya Jawab tentang kegiatan yang sudah dilaksanakan pada
proses pembelajaran
2. Menunjukkan kemampuan anak mengikuti gurunya
3. Mampu menamakan dewa-dewa Hindu pada gambar dewa-
dewa
4. Memberikan pujian pada anak
5. Menasehati anak agar memiliki sikap sraddha dan bhakti
kepada Tuhan
6. Istirahat
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 45
Penutup (15 menit)
1. Berbaris dan menanyakan kembali serta memberikan
penguatan pada kegiatan yang dilakukan
2. Tanya jawab tentang kegiatan satu hari dan
menginformasikan kegiatan esok hari
3. Berdoa
4. Penerapan SOP Penutup
Rencana Penilaian
1. Sikap (Kedisiplinan, Keaktifan di kelas, tidak menggangu
teman)
2. Pengetahuan dan Keterampilan (Mendengarkan cerita dan
mampu menyebutkan nama dewa-dewa Hindu)
Meurujuk atas kutipan RPH tersebut di atas, jelas
menunjukkan bahwasanya basis dari pembelajaran pada PAUD
Bija Santhi adalah berbasis pada ajaran dan nilai-nilai dalam
agama Hindu. Penerapan pembelajaran dapat dilihat dari
bagaimana konten pembelajaran yang tercantum pada RPH
tersebut. Jadi teknik bercerita tentang cerita-cerita Hindu
menjadi hal yang unik di temukan pada PAUD Bija Santhi, dan
ini sangat penting dideskripsikan dalam kajian sehingga
nantinya ada konsep yang jelas berkenaan dengan PAUD
berbasis pada ajaran dan nilai keagamaan, yakni agama Hindu.
Pengenalan terhadap dewa-dewa Hindu adalah sebagai basis
dari peningkatan sraddha dan bhakti generasi Hindu ke
depannya. Mereka hendaknya sejak dini dikenalkan konsep
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 46
teologi, sebab mengacu pada Wiana (2008: 98), bahwasanya
belajar agama semasih muda adalah penting sebagaimana kitab
Sarasamuccaya sebutkan, seperti rumput ilalang yang masih
muda, dimana fisik sedang prima dan pikiran sedang tajamnya
dan sebagai bekal ke depannya dalam meningkatkan jenjang
Grehasta, Wanaprasta dan Bhiksuka Asrama.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 47
PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI MELALUI TEKNIK
BERCERITA
Pendidikan anak usia dini (early child education) yang
dalam kajian ini disebut PAUD sangat penting dilaksanakan
sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara
utuh, yakni untuk pembentukan karakter, budi pekerti luhur,
cerdas, ceria, terampil dan memiliki sraddha kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Berkenaan dengan hal tersebut, keberadaan
PAUD Bija Santhi adalah lembaga pendidikan yang
berkosentrasi pada pengembangan anak usia dini agar anak
didik memiliki pribadi yang seutuhnya. Untuk itu,
penyelenggaraan dari pendidikan anak usia dini sesungguhnya
tidak memerlukan biaya yang mahal, tetapi dapat dikembangkan
dengan cara-cara sederhana, dan mengacu pada Asmawati
(2008: 13), bahwa penyelenggaraan pendidikan PAUD
sebaiknya dilakukan dengan prinsip berkesesuaian dengan
lingkungan dimana anak didik tumbuh dan berkembang.
Bertolak atas hal tersebut, penyelenggaraan pembelajaran
pada PAUD Bija Santhi lebih kepada pembelajaran yang
mendasarkan atas ajaran-ajaran agama Hindu dan sesuai dengan
lingkungan di mana anak didik tumbuh dan berkembang.
Sebagaimana yang terdapat dalam kurikulum dan dijabarkan
dalam RPH, bahwasanya dalam rangka menumbuhkembangkan
potensi pekerti dan budi dalam dirinya, maka PAUD Bija Santhi
menerapkan teknik bercerita Hindu. Teknik tersebut adalah
sebuah metode sederhana di mana guru selalu mengupayakan
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 48
memberikan cerita-cerita dalam ajaran agama Hindu, baik yang
terdapat dalam kisah Purana tentang para dewa, kitab Itihasa
dan cerita-cerita Tantri Kamandaka atau Panca Tantra.
Berdasarkan atas penelusuran, bahwa penerapan teknik
bercerita yang sudah diterapkan pada PAUD Bija Santhi adalah
cerita yang mengacu pada kisah Purana dalam agama Hindu.
Kisah tersebut diolah sedemikian rupa menjadi sebuah naskah
cerita yang menarik dan sangat mudah dimengerti tentang
keberadaan ikonografi Dewa-dewa dalam agama Hindu.
Sekaligus mereka dikenalkan terlebih dahulu citra dewa-dewa
tersebut melalui media visualisasi, sehingga sangat mudah
dimengerti dan hal tersebut sesuai dengan tahap perkembangan
anak didik.
Cerita Dalam Ajaran Agama Hindu yang Mengandung Nilai
Budi Pekerti
Sebagaimana disinggung sebelumnya, bahwasanya
penerapan teknik bercerita pada PAUD Bija Santhi adalah
mengacu pada naskah Purana dalam ajaran agama Hindu. Hal
tersebut berangkat dari gagasan, bahwa kisah-kisah dalam
Purana tersebut adalah kisah tentang keberadaan para dewa
beserta dengan mitologi di dalamnya. Sebagaiman dijelaskan
pendidik pada PAUD Bija Santhi menjelaskan sebagai berikut.
“Selama ini yang saya dan beberapa pendidik lainnya gunakan dalam menerapkan cerita tentang dewa-dewa
adalah merujuk pada sumber kisah Purana dalam agama
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 49
Hindu. Sesungguhnya cerita lainnya yang akan kami rujuk
ke depannya adalah kisah tentang Panca Tantra, dan
cerita anak lainnya yang sarat dengan nilai budi pekerti.
Kisah dewa-dewa dalam Purana juga sangat penting
untuk meningkatkan keyakinan mereka akan keberadaan
dari dewa-dewa tersebut sebagai tahap awal mereka untuk
memasuki perkembangan rasa keberagamaan mereka.
Kemudian, tidak serta merta kisah para dewa tersebut
diceritakan. Tentunya ada hal-hal yang kami upayakan
untuk tidak diceritakan, terutama ketika ada para dewa
bertempur dan yang lainnya yang sangat susah untuk
dipahami. Maka dari itu, naskah cerita kami kerjakan
kembali dengan berupaya lebih menekankan pada konsep
keyakinan dan bhakti sebagai dasar karakter anak didik,
dan tentunya disesuaikan dengan tahap perkembangan
anak didik.”
Satu hal yang dapat dijadikan acuan dalam memetakan
konsep dalam penerapan teknik bercerita pada PAUD adalah
cerita hendaknya memperhatikan fase perkembangan anak didik.
Sebagaimana teori perkembangan anak, bahwasanya anak dapat
berkembang, tumbuh dan belajar bermanfaat sebagai perspektif
yang membantu pendidik untuk memahami dan menjelaskan
berbagai fenomena belajar anak. Dalam belajar anak harus
memahami kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri melalui
bantuan pendidik sehingga multipotensi dan multikecerdasan
yang dimiliki anak dapat teraktualisasikan.
Perkembangan anak menjadi delapan tahapan. Setiap anak
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 50
akan melewati tahapan perkembangan di mana setiap tahap anak
berpotensi mendapatkan pengalaman, baik positif dan negatif.
Kepribadian yang sehat diperoleh apabila seorang anak dapat
melewati masa krisis dalam tugas perkembangannya dengan
baik. Pada masa bayi seorang anak memerlukan pengasuhan
yang penuh cinta kash dari orang-orang di sekitarnya sehingga
anak merasa aman. Hal ini akan menumbuhkan kepercayaan
dalam diri anak bahwa lingkungannya merupakan tempat yang
aman dan nyaman baginya sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal terutama dalam aspek sosial
emosional. Ketidakkonsistenannya dalam mengasuh akan
menimbulkan penolakan bayi sehingga muncul
ketidakpercayaan dalam diri anak terhadap pengasuhnya yang
berlanjut pada munculnya ketidakpercayaan terhadap orang lain
dan lingkungan. Jadi, teori ini mendasarkan pandangannya
bahwa perkembangan psikologis anak sangat dipengaruhi oleh
lingkungannya.
Mengacu pada deskripsi teoretis tersebut, jelas
menunjukkan bahwasanya penerapan teknik belajar apapun pada
PAUD hendaknya memperhatikan perkembangan psikologis,
dan lingkungannya. Jadi, dengan memberikan mereka (anak
didik) pada PAUD Bija Santhi cerita-cerita dalam kisah Purana,
maka akan memberikan efek yang positif terhadap
perkembangan budi pekerti mereka. Terlebih kisah-kisah dalam
Purana tersebut disajikan dengan mengedepankan ketauladanan
dari pada para dewa sehingga mampu memetik potensi dan
segala kecerdasan spiritual siswa. Terlebih pendidik bisa
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 51
menyampaikan dan menyajikannya dengan baik, dan relevan
dengan tahap perkembangan anak didik.
Cerita Dalam Kitab Purana yang Mengandung Nilai Budi
Pekerti
Kitab Purana adalah berada pada bagian kitab Smerti
dalam kodefikasi Veda. Sebagaimana uraian Siwananda (2006:
87), bahwa kitab Smerti adalah kitab kedua setelah Sruti, dan
Smerti dari urat kata “Smr” yang berarti mendengar. Jadi kitab
ini adalah kitab yang bukan diwahyukan secara langsung, tetapi
direkam melalui pendengaran dan dituliskan kembali
berdasarkan atas pengetahuan anubhawa jñana. Dalam kitab
Smreti terbagi menjadi beberapa kelompok kitab utama, dan
kitab Purana ada di dalamnya. Menurut Titib (2008: 76), bahwa
Purana adalah kisah yang merupakan sejarah berkenaan dengan
para dewa di masa silam. Purana adalah sejarah dan kebenaran
yang dikisahkan kembali.
Menurut Saraswati (2010: 76), Purana adalah penjabaran
dari ajaran Veda, dan apa yang ada dalam Purana sejatinya ada
dalam Veda. Veda begitu sangat susah dipelajari, tetapi dengan
Purana maka ajaran Veda lebih dipahami dan dimengerti. Oleh
sebab itu, terdapat 108 jenis Purana, dan terbagi menjadi dua
kelompok besar, yakni Upa Purana dan Maha Purana atau
Purana Mayor dan Minor. Hampir semua Purana berkisah
tentang keberadaan para dewa, dan bagaimana kisah para dewa
yang banyak mengandung nilai luhur dari ajaran agama Hindu.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 52
Sebagaimana Titib (2008: 99), bahwa kisah dalam Purana
banyak mengnadung muatan ajaran spiritual dan karakter serta
budi pekerti yang luhur dari ajaran Veda.
Bertolak atas hal tersebut, kisah tersebut kemudian
diadopsi oleh para pendidik di PAUD Bija Santhi sebagai upaya
untuk menumbuhkembangkan potensi budi pekerti pada anak
didik. Adapun kisah dalam Purana tersebut diharapkan dapat
direalisasikan dalam proses pembelajaran. Sebagaimana
menurut Suantara (wawancara: 24 Juli 2018) menjelaskan
bahwasanya kisah- kisah yang ada dalam kitab Purana ini
disampaikan dalam pembelajaran pada PAUD Bija Santhi
adalah sebagai upaya untuk menanamkan sikap sraddha, bhakti
dan sebagai upaya mengajarkan nilai Veda sejak dini. Hal
tersebut senada dengan Wiana (2008: 65); Titib (2006: 99),
bahwa Veda hendaknya diajarkan sejak dini, sebab mengajarkan
ajaran Veda dari fase dini akan menjadikan anak didik siswa
yang sistha, yakni berbudi pekerti luhur dan mulia.
Pembelajaran sejak dini dimana PAUD sebagai fase awal
perkembangan pendidikan anak didik, maka menanamkan ajaran
moralitas spiritual dalam Veda sangatlah penting. Terlebih
dalam kisah Purana ada kisah-kisah yang merefleksikan
perilaku seorang siswa belajar kepada guru dengan menerapkan
konsep belajar dan bermain (learning through games). Bahkan
dengan anak didik mendengar cerita yang dikisahkan dalam
Purana, maka mereka sudah dikatakan tersentuh pengetahuan
Veda, sebab jenjang belajar Veda hendaknya harus dimulai dari
mendengarkan dan belajar Veda, seperti dalam kutipan sloka
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 53
dalam Vayu Purana, I.201 sebagai berikut.
Itihasa puranabhyam vedam sampupbrhayet
bibhetyalpasrutad vedo mamayam praharisyanti.
Terjemahan:
Hendaknya Veda dijelaskan melalui sejarah Itihasa Veda
dan sejarah dewa-dewa dan raja-raja dalam Purana.Veda
merasa takut kalau seorang bodoh membacanya. Veda
berpikir bahwa dia akan memukulnya (Titib, 2008: 2).
Sloka dari Vayu Purana yang sangat menarik untuk
dideskripsikan dalam narasi ini dan memiliki hal yang relevan
dengan praktik teknik bercerita Hindu pada PAUD Bija Santhi.
Jadi, mempelajari Veda dengan mengisahkan Purana dan
Itihasa adalah menjauhkan manusia dari awidya atau kebodohan
tersebut. Oleh sebab itu, kisah-kisah dalam Purana yang banyak
tersebut diinterpolasi dengan bagaimana keseharian anak didik
dan lingkungan pembelajarannya. Berdasarkan hal itu, berikut
dikutipkan beberapa cerita yang digunakan dalam penerapan
teknik bercerita Hindu pada PAUD Bija Santhi Desa Pakraman
Padangtegal Ubud yang kuat nilai pendidikan budi pekertinya
sebagai berikut.
1. Kisah Varaha Purana
Kisah dalam Purana yang paling sering dikisahkan dalam
pembelajaran pada PAUD Bija Santhi adalah kisah dalam
Varaha Purana. Kisah tersebut dapat dikutipkan sebagai
berikut.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 54
Cerita Kelahiran Bumi
Awal kisah diceritakan dimulai dari kedatangan empat
orang anak berjalan dengan cepat dan tergopoh-gopoh menuju
ke Vaikunta, yakni alam tempat tinggalnya Deva Viṣṇu. Kedatangan empat orang anak tersebut adalah untuk bertemu
dengan Deva Viṣṇu. Mereka dengan bergegas menuju tempat
tinggalnya Deva Viṣṇu yang terbaring di atas Naga Sesa dan
mengapung di lautan Antahkaran. Lautan tersebut adalah lautan
“penyebab” dari semua ini ada dan diciptakan. Sebelum mereka
sampai di tempat tinggal Deva Viṣṇu, dua penjaga istana
DevaViṣṇu, yakni Jaya dan Vijaya melihat mereka. Dua penjaga
tersebut, lalu bergegas menghampiri keempat orang anak
tersebut. Sebab Jaya dan Vijaya melihat keganjilan. Tumben-
tumbennya istana DevaViṣṇu didatangi empat orang anak yang
tidak dikenal oleh mereka.
Melihat hal tersebut, dengen sigap Jaya dan Vijaya
menghampiri empat orang anak itu, dan menghadang mereka
agar tidak memasuki kediaman Deva Viṣṇu. Sembari
menghadang Jaya berkata.
“Wahai anak-anak, akan kemana kalian? Dan apa urusan
kalian datang ke Vaikunta. Taukah kalian bahwa di sini
alam Deva Viṣṇu, dan tidak boleh ada yan masuk sembarangan. Jadi, jangan masuk.” Demikian perkataan
Jaya, dan dilanjutkan Vijaya berkata dengan tegas “Iya benar kata saudaraku Jaya, tidak boleh sembarang orang
memasuki alam Viṣṇu. Terlebih kalian anak-anak kecil”.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 55
Merasa dihadang, dan mendengar perkataan Jaya dan
Wijaya, anak yang paling muda dari keempat anak-anak tersebut
menjawab “Hai tuanku, saya ingin bertemu dengan Tuhan. Bukalah pintunya, dan ijinkan kami bertemu.” Mendengar
jawaban yang demikian, Jaya dan Wijaya masih tetap tidak
mengijinkan mereka memasuki tempat bersthananya Deva
Viṣṇu. “Emm tidak, kami tidak akan memberikan kalian masuk dan bertemu Deva Viṣṇu. Viṣṇu sedang beristirahat” sahut Jaya dan Vijaya dengan tegas.
Mendengar larangan tegas Jaya dan Vijaya, anak yang lagi
satunya tersenyum dan menyahut dengan lembut “Wahai tuanku Jaya dan Vijaya yang dikenal sebagai abdi Deva Viṣṇu yang
sangat taat. Kami sebelum ke sini dan bertemu Deva, kami
sudah membuat perjanjian dengan Deva Viṣṇu. Sudikah kiranya
wahai abdi Deva Viṣṇu yang setia untuk mengijinkan kami
bertemu.” Mendengar perkataan lembut anak tersebut tidak
membuat Jaya dan Vijaya mengijinkan mereka masuk dan
bertemu Deva Viṣṇu. Justru Jaya dan Vijaya semakin marah dan
berkata yang tidak patut kepada empat orang anak tersebut
“Ah….tidak bisa, pokoknya kami tidak mengijinkan kalian masuk dan bertemu Deva Viṣṇu. Deva Viṣṇu sedang beristirahat”, tegas Jaya dan Vijaya.
Mendengar perkataan Jaya dan Vijaya yang tidak patut,
keempat anak tersebut menatap Jaya dan Vijaya, seraya anak
yang tertua dari keempat anak tersebut menjawab dengan nada
sedikit keras “Wahai Jaya dan Vijaya, apakah anda tahu siapa kami? Saya sendiri adalah Sanaka, ini adalah Sanatana,
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 56
berikutnya adalah Sanandana dan terakhir adalah Sanatkumara.
Kami adalah para Kumaras putra dari Deva Brahma”, demikian kata Sanaka sangat tegas kepada Jaya dan Vijaya.
Mendengar kata para Kumara tersebut, Jaya dan Vijaya
menjadi ketakutan dan memohon ampun kepada para Kumara.
Sembari merunduk menghormat, Jaya dan Vijaya berkata
“Wahai para Kumara putra Brahma yang terpuji, maafkanlah
kami berdua sudah terlalu lancang sama tuan- tuan. Silakanlah
temui Deva Viṣṇu sekarang.”
Para Kumara tidak terima atas permintaan maaf Jaya dan
Vijaya, sebab mereka sudah berani berkata-kata yang tidak patut
kepada para Kumara. Jaya dan Vijaya juga menghalangi dengan
sengaja para Kumara, padahal para Kumara sudah
menyampaikan secara santun maksud kedatangannya ingin
bertemu dengan Deva Viṣṇu. Atas perilaku yang demikian, maka
para Kumara berkata “Wahai Jaya dan Vijaya, karena engkau berkata tidak patut kepada kami. Padahal kami sudah berkata
baik- baik, dan kami pula sudah menyampaikan dengan santun
bahwa kedatangan kami ke sini adalah untuk bertemu dengan
Deva Viṣṇu. Namun, kalian masih menghalangi dan berkata yang
tak patut. Maka kalian akan terlahir dengan dengan Deva di
dunia menjadi Kama, Kroda dan Mada untuk melawan Deva
Viṣṇu”, demikian doa para Kumara diiringi dengan suara
gemuruh di angkasa dan menggetarkan istana Vaikunta.
Beberapa setelah itu terjadi, akhirnya Deva Viṣṇu bergegas keluar seraya meminta maaf kepada anak-anak Deva
Brahma atas perilaku dari Jaya dan Vijaya, tetapi doa terlanjur
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 57
terucap, sehingga kelahiran Jaya dan Vijaya di dunia tidak dapat
dihindari. Namun demikian, doa untuk Jaya dan Vijaya akan
dicabut ketika Jaya dan Vijaya dalam bentuk manusia mati di
tangan Deva Viṣṇu. Terdiam sejenak kemudian Deva Viṣṇu
memberikan jalan terbaik untuk Jaya dan Vijaya. Kemudian
Jaya dan Vijaya berakata:
“Wahai tuanku para Kumara, ini doa dan karma seperti
apa yang harus saya terima dari kalian. Bagaimana kami
dapat memusuhi junjungan kami Deva Viṣṇu. Saya sudah
mengabdi sekian lama kepada Deva, dan tidak akan
mungkin terjadi hal seperti itu tuanku.”
Mendengar ucapan Jaya dan Vijaya lalu Deva Viṣṇu tersenyum sembari berkata kepada Jaya dan Vijaya ”Wahai abdiku Jaya dan Vijaya, apakah kalian tahu, selama kalian
sebagai abdiku, tetapi tidak pernah memikirkan dan teringat
padaku, dan kalian lebih memikirkan musuh dari pada
memikirkan ku sebagai Deva Viṣṇu. Oleh karena itu, kalian akan menjadi kama, kroda dan mada, sehingga kalian akan selalu
memikirkan tentang diri ku”, demikianlah sabda Deva Viṣṇu
kepada Jaya dan Vijaya.
Jaya dan Vijaya tidak mempunyai pilihan selain untuk
menyetujui hal tersebut. Kedua penjaga dan abdi Deva Viṣṇu ini
kemudian lahir sebagai saudara kembar bernama
Hiranyakashyap (Hirayakasipu) dan Hiranyaksha (Hiranyaksa).
Hiranyaksa adalah adik dari Hirayakasipu yang merupakan
Asura (raksasa) yang berasal dari bangsa Aditya. Hiranyaksa
merupakan pemuja Deva Brahma yang taat, Hiranyaksa bertapa
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 58
selama bertahun- tahun sehingga diberikan anugrah oleh Deva
Brahma. Ketika Deva Brahma muncul dihadapannya,
Hiranyaksa meminta anugerah.
“Wahai Deva Brahma, asal darimana semua ini. Hamba
Hiranyaksa melakukan tapa ini hanya ingin memohon
anugerah kepadamu. Berikanlah anugerah itu oh Deva
Brahma.” Mendengar doa dan permohonan Hiranyaksa, maka Deva Brahma pun berkenan memberikan anugerah,
dan berkata kepada Hiranyaksa “Aku puas dengan tapamu, anugerah apa yang kau inginkan Hiranyaksa?..” Tanya Deva Brahma.
Dengan cepat Hiranyaksa menjawab “Ya Deva Brahma
sebagai pemberi anugerah, anugerahi saya, agar saya tidak dapat
dikalahkan oleh siapapun, Deva maupun hewan-hewan, senjata
buatan manusia dan Deva serta kesaktian apapun tidak dapat
mengalahkan saya.” Mendengar permohonan Hiranyaksa, Deva
Brahma pun mengangkat tangan dan menganugerahi Hiranyaksa
sesuai dengan permohonan tersebut.
Setelah mendapat anugerah dari Deva Brahma, seiring
berjalanya waktu kekuatan Hirayaksa bertambah hebat,
keabadian dan kekuatanya membuatnya menjadi angkuh dan
menantang siapapun untuk melawannya. Hirayaksa mulai
menyiksa manusia di bumi, kekuatanya bertambah hari demi
hari membuat bumi bergetar jika Hiranyaksa berjalan dan retak
jika berteriak. Tidak puas dengan itu Hirayaksa menantang
berniat para Deva di Surga.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 59
Hiranyaksa berniat mengalahkan para Deva di Surga. Oleh
sebab itu Hiranyaksa kemudian mengatur siasat. Hiranyaksa sadar
bahwa kekuatan para Deva juga bersumber dari bumi. Cara satu-
satunya untuk mengalahkan para Deva, maka bumi harus
ditenggelamkan. Rencana menenggelamkan bumi akhirnya
dilaksanakan oleh para Asura melalui pimpinan Hiranyaksa.
Hiranyaksa melalui kesaktian yang telah diberikan oleh Deva
Brahma berhasil memindahkan bumi dari porosnya. Bumi yang
sudah tercabut dari porosnya kemudian tergelincir dan tenggelam
di lautan kosmik, samudra alam semesta bernama Garbhodaka.
Para deva menjadi sangat khawatir dengan tenggelamnya
bumi, dan bumi akan musnah jika dibiarkan selamanya bumi
tenggelam. Tidak saja manusia dengan segala isinya, para deva
pun akan terancam. Sebab kekuatan para deva adalah bumi
dengan segala isinya. Manusia tidak akan dapat memberikan
persembahan yadnya kepada para deva, sehingga Deva akan
melemah dan hancurlah dunia pada deva dan alam semesta.
Melihat keanggkuahn Hiranyaksa tersebut, maka para deva pun
melawan dan menantang Hiranyaksa. Namun, kesaktian
Hiranyaksa atas berkah Deva Brahma tidak dapat dikalahkan.
Bahkan kesaktian dari para Deva dikalahkan oleh Hiranyaksa.
Para deva berlarian menghindari serangan Hiranyaksa dan para
Asura. Para deva tiada pilihan lain, kecuali menghadap Deva
Viṣṇu, sebab hanya diriNya yang akan dapat mengalahkan
Hiranyaksa, sebab Hiranyaksa adalah jelmaan dari abdinya yang
didoakan oleh para Kumara menjadi musuh Deva Viṣṇu, karena
telah berbuat tidak patut dengan Deva Viṣṇu.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 60
Setelah para Deva berhasil dikalahkan oleh Hiranyaksa,
maka para Deva pun bergegas menemui Deva Viṣṇu di Vaikunta
Loka. Sesampainya di Vaikunta Loka, para Deva berkata dan
sekaligus menghormat kepada Deva Viṣṇu “Wahai Deva Viṣṇu
sebagai Deva pemelihara dan pelindung. Engkaulah Narayana, dan
engkaulah pemelihara. Ada Asura yang sangat sakti bernama
Hiranyaksa, dan atas anugrah Deva Brahma ia memiliki
kesaktian yang hebat tuanku Deva.”
Deva Viṣṇu tersenyum dan berkata “Oh ya, lalu apa yang dilakukan Hiranyaksa?” Tanya Deva Viṣṇu. Para deva menyahut
“Oh yang mulia Deva Viṣṇu, pastilah engkau sudah mengetahui,
bahwa Hiranyaksa dengan kesaktiannya sudah menenggelamkan
bumi. Kemudian para Asura menyerang para deva di
kahyangan. Tuanku pasti sudah mengetahui, bahwa kekuatan
para deva terletak di Bumi, sebab jika bumi ditenggelamkan
maka manusia tidak akan ada yang dapat menghaturkan yandya.
Jadi, kami para deva memohon belas kasih tuanku untuk
kembali mengangkat Bumi dan mengalahkan Hiranyaksa.”
Mendengar cerita dari para deva, Deva Viṣṇu tersenyum
dan berkata kepada para deva “Wahai para deva baiklah Aku
akan menyelamatkan bumi. Hiranyaksa tidak akan dapat
mengalahkanKu, sebab ia adalah abdiku yang didoakan oleh
para Kumara. Aku sebagai Viṣṇu sangat mengetahui
kelemahannya, dan Aku sebagai Deva pemelihara Aku akan
menyelamatkan bumi dari dasar lautan Garbhodaka.”Mendengar jawaban Deva Viṣṇu yang demikian para deva merasa puas dan
berkata kepada Viṣṇu “Wahai Deva Viṣṇu sebagai penyelamat dan
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 61
pemelihara bumi, kami merasa senang tuanku Deva berkenan akan
menyelamatkan bumi.” Kemudian Deva Viṣṇu mempersilakan
para Deva untuk tetap tinggal di Vaikunta Loka untuk sementara
sampai nantinya Deva Viṣṇu berhasil mengalahkan
Hiranyaksa.“Wahai para Deva kalian untuk sementara tinggalah
di Vaikunta, dan muliakanlah Deva Viṣṇu agar misi Ku berhasil.
Sebab sudah saatnya Jaya untuk mengakhiri kutukannya dan
agar segera ia kembali ke Vaikunta” demikian kata Deva Viṣṇu
kepada para Deva (Buku Panduan Bercerita Purana PAUD Bija
Santhi, 2018).
Kisah tersebut adalah diambil dalam teks Varaha Purana
yang diterjemahkan oleh Debroy (2008) yang mengiasahkan
tentang kemahakuasaan Dewa Visnu sebagai pemelihara alam
semesta. Jadi kisah tersebut diceritakan dengan baik oleh para
pendidik dari PAUD Bija Santhi. Tentunya ada banyak nilai
yang berhubungan dengan sikap dan pendidikan budi pekerti di
dalamnya. Selain kisah tersebut, ada pula kisah lainnya yang
diceritakan, seperti cerita dalam kisah Deva Visnu menjelma
sebagai Varaha Avatara, seperti dalam kutipan berikut. Cerita
Kisah Penjelmaan Deva Visnu Menjadi Varaha
Selanjutnya diceritakan Deva Viṣṇu menjelma menjadi
Varāha Awatara. Dikisahkan setelah bumi ditenggelamkan
Hiranyaksa, bumi berada di dasar samudra Garbhodaka. Tidak
ada kehidupan di dalamnya, dan berpengaruh terhadap
kehidupan di alam para Deva. Rsi Sanatkumara juga mendengar
hal tersebut, dan merasa iba kepada kehidupan bumi dan para
Deva. Sang Rsi juga sudah mendengar permintaan para deva
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 62
kepada Deva Viṣṇu, tetapi Deva Viṣṇu hingga kini belum juga
menjelma sebagai Varāha Awatara.
Sang Rsi mengalami kegundahan, dan Rsi Sanatkumara
segera melakukan pemujaan terhadap Deva Viṣṇu dengan
mengucapkan doa-doa yang dikenal dengan Kseva Stuti. Kesava
Stuti, yakni doa-doa untuk memuliakan Deva Viṣṇu agar
berkenan memberikan waranugraha. Doa tersebut dapat pula
membebaskan manusia dari dosa dan papa sehingga manusia
akan sampai pada alam Deva Viṣṇu ketika meninggal nantinya.
Rsi Sanatkumara mulai mengucapkan doa tersebut dengan
sungguh-sungguh dan niat yang tulus. Ia bermeditasi kepada
Deva Viṣṇu dan memberikan persembahan yadnya sehingga
Deva Viṣṇu berkenan. Rsi Sanatkumara mengetahui, bahwa
Deva Viṣṇu dipuja harus dengan ketulusan dan keiklasan agar
berkenan memberikan anugrah.
Kemudian mendengar doa-doa yang diucapkan Rsi
Sanatkumara dengan rasa tulus, maka Deva Viṣṇu segera
menolong dan segera terlahir menjadi Varāha. Namun untuk
bisa menjadi Varāha, Deva Viṣṇu akan terlahir dari Deva
Brahma sebagai sang pencipta. Deva Brahma bertapa dengan
khusuk, dan dari kekuatan tapa Deva Brahma, Deva Viṣṇu
menjelma menjadi Varāha Awatara, yakni Babi Hutan yang
sangat besar. Tinggi Tuhan Varāha tersebut 6000 yojana dan
lebar badannya 3000 yojana. Ketika Deva Viṣṇu merubah wujud
menjadi Varāha Avatara, yakni babi hutan raksasa, semesta
bergetar dan membuat semua planet-planet berguncang dan
tidak beraturan.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 63
Seeokor Babi besar muncul meraung, tinggi dan lebar
sekian yojana membuat para Deva yang menyaksikan sangat
terkagum.Taring Varāha sangat besar dan panjang mengkilat
menyilaukan. Taring inilah nantinya yang akan digunakan untuk
mengangkat bumi dari samudra. Para Deva memuja keagungan
dari Tuhan Varāha, dan mereka berseru “Wahai Deva Viṣṇu
sebagai Varāha kami memujaMu seru sekalian semesta sebagai
pelindung bumi. Kami memuja Deva dengan perwujudan
sebagai Varāha.” Suara gemuruh dari angkasa, dan hujan bunga pun menyertai doa kepada Tuhan Varāha yang telah terlahir
menjadi Babi Raksasa untuk mengalahkan Hiranyaksa yang
lalim. Adapun perwujudan Tuhan Varāha dalam bentuk
penggambaran Hindu di India adalah sebagai berikut.
Perwujudan Varāha Avatara tersebut bagi masyarakat
Hindu di Bali diwujudkan dalam bentuk pelawatan sesuhunan
berupa Barong Bangkal, Barong Bangkung atau Barong Kucit.
Banyak pura di Bali, khususnya pura Puseh sebagai pemujaan
Deva Viṣṇu nyungsung Barong Bangkal, yakni Barong yang
diwujudkan dengan wujud Babi Besar dengan segala atributnya.
Adapun perwujudan Barong Bangkal tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut.
Demikianlah perwujudan Varāha Avatara Hindu di India
dan dalam tradisi beragama Hindu di Bali. Perwujudan yang
sama, yakni sama-sama menyerupai Babi Raksasa, dan akan
menjadi penyelamat bagi bumi dan segala isinya. Selanjutnya
kembali pada cerita, di mana Rsi Sanatkumara menghentikan
sejenak doa-doanya kepada Deva Viṣṇu. Sang Rsi begitu
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 64
terkagum melihat perwujudan Tuhan Varāha, dan segera
berseru kepada Varāha “Oh Deva Viṣṇu dalam manifestasinya
sebagai Tuhan Varāha, perwujudanMu yang agung akan
membawa bumi yang tenggelam pada porosnya. Aku
memujaMu oh Deva Viṣṇu sebagai Varāha.” Kemudian Rsi
Sanatkumara kembali melanjutkan doanya agar segera Tuhan
Varāha berhasil mengangkat bumi, dan berhasilkan
mengalahkan Hiranyaksa sang Asura jahat.
Mendegar pujian para Deva, dan Rsi Sanatkumara, maka
Deva Viṣṇu yang sudah menjelma atau bereinkarnasi menjadi
Varāha bersabda kepada para Deva dan Rsi Sanatkumara
“Wahai para Deva dan semua makhluk, Aku akan masuk ke
dalam laut untuk mengangkat Ibu bumi.”Demikianlah sabda Varāha Avatara kepada para Deva (Buku Panduan Becerita
PAUD Bija Santhi, 2018).
Dua cerita dalam kisah Varaha Purana itulah dijadikan
panduan bagi pendidik pada PAUD Bija Santhi dalam
merealisasikan proses pembelajaran. dua cerita tersebut di atas
diceritakan melalui teknik bercerita yang kemudian dilanjutkan
dengan mengenal dewa-dewa tersebut, shingga anak didik
terbantukan dalam mengenal terlebih dahulu citra dewata, dan
menauladani sikap dan kebijaksaan dari para dewa tersebut.
Selain itu pendidik juga menekankan pada aspek efektif atau
perilaku dari anak didik.
2. Kisah Kurma Purana
Kisah berikutnya yang dijadikan panduan bercerita pada
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 65
PAUD Bija Santhi adalah kisah dalam Kurma Purana, yakni
kisah menarik yang banyak menekankan konsep pendidikan
budi pekerti. Sesungguhnya ada banyak kisah yang dijadikan
panduan dalam bercerita, sebab sebagaimana uraian Yasi
(wawancara: 23 Juli 2018) menjelaskan bahwa ada banyak
sumber ajaran yang dapat dijadikan sumber atau bahan membuat
cerita yang bernafaskan ajaran agama Hindu. Kedepannya
bukan tidak mungkin cerita itu akan dijadikan rujukan dalam
bercerita. Tetapi ditahun ajaran ini, kisah Purana dan Panca
Tantra dijadikan rujukan dalam pendidik menerapkan teknik
bercerita. Hal tersebut sejalan dengan Titib dan Sapariani (2006:
3) menjelaskan sebagai berikut.
Dalam dunia pendidikan di samping faktor keteladanan
orang tua di rumah, guru di sekolah dan tokoh-tokoh agama dan
masyarakat, tidak kalah pentingnya adalah lingkungan. Untuk
itu lingkungan yang baik bagi anak didik dapat dibina dengan
menerapkan pembelajaran berbasis pada cerita, dan dalam
tradisi Bali disebut dengan masatua. Jadi peran orang tua dapat
merujuk pada sumber-sumber ajaran agama Hindu sebagaimana
ada dalam kitab Itihasa dan Purana. Selain itu, melalui cerita
tersebut anak didik akan memiliki pola kebiasaan yang baik.”
Merujuk atas uraian tersebut, jelas menunjukkan bahwa
lingkungan yang baik dapat dibangun berdasarkan atas kisah-
kisah dalam Veda dan kesusasteraan Hindu, sehingga
memberikan efek yang positif bagi perkembangan potensi anak
didik. Sebagaimana mengutip cerita dalam buku panduan
bercerita PAUD Bija Santhi berikut.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 66
Kisah Gautama Dalam Kurma Purana ribuan tahun yang
lalu ada kemarau yang sangat panjang di bumi. Tak ada
makanan yang diperoleh kelaparan terjadi dimana-mana.
Banyak penduduk Desa yang mengalami kematian. Banyak
penderitaan terjadi, dan menyebabkan penduduk bumi
mengalami kematian.
Tidak saja itu, ada beberapa orang rṣi yang tinggal di
hutan, mereka juga menderita kekurangan makanan. Banyak para
suci mengalami kematian karena kelaparan dan kekurangan
makanan. Mereka mengalami penderitaan yang hebat, sehingga
mereka berharap akan ada yang menolong dan menghilangkan
kemarau.
Namun demikian ada satu pertapaan yang sangat banyak
mendapatkan curah hujan. Pertapaan tersebut ternyata milik Ṛṣi Gautama adalah rsi yang sangat sakti dan ia mempunyai sebuah
pertapaan dalam hutan. Begitu besar kekuatan Gautama
sehingga hujan di pertapaannya tak pernah berhenti. Tak ada
kelaparan dan terdapat banyak makanan di pertapaan itu.
Mendengar ada seorang rsi yang sangat sakti, maka para pertapa
lainnya datang berbondong-bondong menuju pertapaan Rsi
Gautama. Para pertapa kemudian pergi ke pertapaan Gautama
dan memohon padanya untuk memberikan makanan dan
perlindungan. Gautama setuju, dan para ṛṣi hidup di pertapaan
itu dengan bahagia.
Setelah dua belas tahun berlalu, hujan turun lagi seperti
biasa. Kemarau berlalu dan tumbuhan penghasil makanan
tumbuh lagi. Para ṛṣi kemudian memohon pamit pada ṛṣi
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 67
Gautama. Para rsi ini mengucapkan terimakasih yang mendalam
kepada Rsi Gautama, dan sekalian mereka memohon untuk
memberikan ajaran kebaikan kepada dunia dan isinya. Namun
sebelum para rsi pergi meninggalkan pertapaan Rsi Gautama
berkata. “Tinggallah beberapa hari lagi,” kata Gautama. “Jadilah
tamuku dan berkahi rumahku”. Mendengar permintaan Gautama, mereka para rsi akhirnya berkenan tinggal dan
menginap beberapa hari di pertapaan Gautama. Namun apa yang
terjadi setelah mereka setuju untuk menginap di pertapaan.
Ternyata mereka sangat iri pada Gautama dan kekuatan
yang dimilikinya. Mereka berniat menjatuhkan Gautama.
Dengan kekuatannya, mereka menciptakan anak sapi hitam.
Anak sapi ini hanyalah ilusi dan dikirimkan pada Gautama.
Gautama melihat ternak ini kesana kemari dan akhirnya
memutuskan untuk membawanya ke kandang ternaknya. Tetapi
saat ia menyentuh sapi ternak itu mati. Semua ini terjadi karena
kekuatan ilusi, tetapi Gautama tidak tahu tentang hal ini. Ia
mengira bahwa dirinya telah membunuh sapi itu.
Para rsi yang membuat rencana itu kemudian
menghampiri Rsi Gautama, dan menuduh Gautama sudah
melakukan tindakan membunuh.Terlebih membunuh sapi dan
tindakan demikian sangat bertentangan dengan ajaran Veda.
Para rsi pun berkata kepada Gautama.“Engkau jahat, engkau telah membunuh sapi” kata para ṛṣi pada Gautama.“Akan sangat
berdosa jika kami tinggal disini sebagai tamumu, kami akan
pergi”.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 68
Mendengar ucapan tersebut, Gautama segera membacakan
satu bait mantram Veda untuk mencari kebenarannya. Akhirnya
ia mengetahui, bahwa Saat anak sapi itu hanyalah ilusi yang dibuat
oleh para rsi yang iri hati akan kekuatan yang dimilikinya.
Rsi Gautama sangat marah kepada para ṛṣi dan mengutuk
mereka. “Karena engkau jahat, engkau akan menyimpang dari
jalan yang ditetapkan Veda. Kalian akan tercampak di neraka
dan akan dilahirkan berkali-kali sehingga kalian bebas dari dosa-
dosamu”. Mendengar kutukan tersebut, para ṛṣi memohon pada
Viṣṇu dan Śiva. Mereka berharap dosa-dosa mereka dapat
dibersihkan. Mendengar permohonan tersebut Dewa Siva dan
Dewa Visnu melakukan percakapan yang serius.
“Apa yang akan kita lakukan pada para ṛṣi ini?” Śiva bertanya pada Viṣṇu.“Apakah kita harus mengampuni mereka. Mereka memohon ampunan”. “Tidak”, jawab
Viṣṇu, “Mereka yang tidak mematuhi apa yang ditentukan
dalam kitab Veda pasti akan membusuk di neraka, tetapi
karena mereka tidak diijinkan untuk mengikuti ajaran
śāstra suci, mari kita susun beberapa śāstra lain untuk
mereka. mereka akan mengikuti śāstra yang beraliran
hitam ini, membusuk di neraka dan akan dilahirkan
berkali-kali. Ini adalah penebusan dosa mereka”.
Untuk membingungkan para ṛṣi, Śiva menyamar menjadi seorang guru agama yang agung. Ia menyebarkan ajaran
jahat dan para brāhmaṇa bodoh itu mulai mengikuti apa
yang diajarkannya (Buku Panduan Teknik Bercerita
PAUD Bija Santhi, 2018).
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 69
Merujuk kisah tersebut jelas menunjukkan bahwa cerita
dalam kisah tersebut mengandung banyak nilai yang
menekankan pada aspek budi pekerti. Melalui kisah tersebut,
anak didik pastinya termotipasi untuk menumbuhkembangkan
potensi moral dalam dirinya, dan sangatlah tepat pada fase usia
dini mereka dibekali dengan pendidikan sepiritual Hindu. Kisah
dalam Kurma Purana lainnya yang digunakan adalah sebagai
berikut.
Kisah Andaka dalam Kurma Purana
Ketika Śiva pergi, Ia meninggalkan Nandi pengikutnya untuk menjaga rumah. Ia juga memberi tanggung jawab agar
Viṣṇu menjaga Pārvatī, para dewa dan para ṛṣi. Nandi adalah abdi
yang sangat setia dari Dewa Siva. Kesetiaan tersebut ia buktikan
dengan mengikuti segala perintah Dewa Siva, dan benar-benar
melakukan pentaatan yang kuat. Pada hari itu, Siva
memerintahkan Nandi untuk menjaga Dewi Parvati, dan
siapapun tidak diperkenankan untuk bertemu dengan beliau.
Mengetahui Śiva pergi, Andhaka berpikir inilah saat yang tepat untuk menculik Pārvatī. Ia melihat Nandi berdiri menjaga pintu gerbang di rumah Śiva. Andhaka memang sejak dari dahulu memiliki niat jahat untuk menculik Parvati. Kesempatan
yang bagus dan kebetulan Dewa Siva sudah pergi. Maka segera
ia bergegas menuju kediaman Parvati. Tetapi, Nandi dengan
gagahnya sudah berdiri di depan pintu gerbang kediaman
Parvati. Nandi akan berusaha menghalau siapapun itu yang
berniat memasuki kediaman Parvati.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 70
Andhaka mendekati pintu gerbang, dan seraya menantang.
Terjadilah pertarungan yang hebat antara Andhaka dengan
Nandi. Nandi dikenal sangat sakti, sebab ia adalah abdi dari
dewa Siva, dan Trisula Siva adalah senjata yang diberikan Siva
kepadanya. Senjata tersebut dapat dijadikan perlindungan yang
tangguh untuk Nandi dan Parvati. Pertarungan hanya
berlangsung sebentar, dan Nandi mampu melukai dada Andhaka
dengn Triśūla.
Namun demikia, Andhaka bukan pula raksasa yang
sembarangan. Ia adalah raksasa yang sangat sakti. Nandi yang
menghalangi dirinya untuk menculik Parvati. Dan, hal ini
membuat Andhaka marah dan ia menciptakan ribuan raksasa
yang seperti dirinya. Pasukan raksasa ini mengalahkan Nandi
dan para dewa. Raksasa pun menyerang kediaman para dewa,
dan semuanya lari tunggang langgang. Raksasa demikian sangat
saktinya, sehingga membuat Nandi kalang kabut.
Nandi tidak tahu harus berbuat apa. Kemudian ia teringat
akan Dewa Visnu, dan segera ia pergi ke Vaikunta Loka, yakni
alam Dewa Visnu berada. Nandi mulai memohon pada Viṣṇu untuk mengalahkan para raksasa yang diciptakan oleh Andhaka.
Kahirnya Dewa Visnu berkenan, dan dengan kesaktiannya,
dewa Viṣṇu menciptakan beberapa dewi dari tubuhnya. Para Dewi ini keluar sangat banyak dari dalam diri Visnu, dan sang
dewi membunuh tentara raksasa ini.
Mengetahui bahwa para raksasa dikalahkan oleh sang
dewi ciptaan Dewa Visnu, maka Andhaka juga melarikan diri. Ia
sudah mengetahui kesaktian dan kemhakuasaan Dewa Visnu,
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 71
sehingga ia mengalami ketakutan. Ia melarikan diri tidak serta
merta menyerah begitu saja. Sesampainya ditempat pelariannya
itu, Andhaka menghimpun kaum raksasa untuk kembali
menculik Parvati. Setelah dua belas tahun tidak terasa, Śiva kembali dan mengetahui apa yang terjadi.
Saat itu Andhaka sudah sembuh dan ia kembali ingin
menculik Pārvatī. Seluruh kekuatan raksasa dikerahkan untuk menyerang alam Siva dan Visnu. Viṣṇu dan Śiva berperang melawan pasukan Andhaka.
Viṣṇu berkata pada Śiva, “Bunuhlah raksasa ini. Hanya
dirimu yang dapat membunuh Andhaka.Bunuhlah raksasa itu dan
kembalikan kondisi dunia”. Śiva membelah dada Andhaka dengan triśūla.Ia mengangkat triśūla itu dengan tubuh Andhaka
yang tertancap pada salah satu ujungnya, dengan triśūla yang
diangkat tinggi-tinggi, Śiva mulai menari.
Tetapi kekuatan dan pikiran jahat Andhaka telah hilang
saat Śiva menghujamkan triśūla-nya pada Andhaka. Dia mulai
memuja Śiva. Doa ini menyenangkan hati Śiva.
Ia menurunkan triśūla itu, dan berkata pada Andhaka,
“Aku senang dengan doamu. Pengikutku adalah para gana.
Jadilah pengikutku dan engkau akan menjadi gaṇapati, yaitu
pemimpin pada gaṇa. Engkau akan menjadi teman bagi Nandi
(Buku Panduan Teknik Bercerita PAUD Bija Santhi, 2018).
Demikianlah panduan cerita yang digunakan oleh para
pendidikan PAUD Bija Santhi Desa Pakraman Padangtegal
dalam mendidik anak didik agar dapat menumbuhkembangkan
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 72
budi pekerti yang luhur dalam diri peserta didik. Namun terlepas
dari tersebut di atas, buku panduan ini hanyalah sebuah panduan
cerita dan peran pendidik yang menginterpolasi cerita tersebut
sehingga mudah dimengerti dan bermanfaat bagi anak didik.
Sebagaiman dalam teori perkembangan anak, bahwa pada usia
yang rata-rata antara 3-4 tahun disebut dengan masa peka, dan
oleh sebab itu pendidik hendaknya mampu menciptakan suatu
kondisi yang kondusif, yakni memberi kesempatan dan
menadakan pembelajaran sambil bermain (Asmawati, dkk:
2008: 19). Berkenaan dengan hal tersebut, pola pengajaran pada
PAUD Bija Santhi adalah menekankan pada motto belajar
sambil bermain. Belajarnya adalah melalui cerita dan
bermainnya adalah melalui menyanyi, membuat banten saiban,
dan jenis permainan lainnya.
Cerita Dalam Panca Tantra yang Mengandung Nilai Budi
Pekerti
Selain dalam kisah Purana, panduan bercerita pada PAUD
Bija Sathi juga merujuk pada kisah-kisah Panca Tantra yang
dalam kasanah Nusantara lebih lazim disebut dengan Cerita
Tantri Kamandaka. Kitab Panca Tantra adalah memuat kisah
alphabet yang jumlah ribuan, dan mengacu pada uraian
Zoetmulder (1997: 32), bahwa Panca Tantra setelah sampai di
Nusantara menjadi kisah Ni Diah Tantri yang untuk
menghindarkan diri dari kama sang raja, maka ia bercerita
semalam penuh sehingga sampai pada kelemahan raja
diceritakan kepada Ni Diah Tantri.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 73
Namun dalam konteks ini, teks Panca Tantra tidak
ditelisik secara mendalam, sebab arah kajian ini adalah merujuk
pada sumber cerita yang dijadikan panduan oleh pendidik
PAUD Bija Santhi dalam menerapkan teknik bercerita dalam
rangka menumbuhkembangkan karakter anak didik agar
menjadi anak didik yang berbudi pekerti yang luhur.
Sebagaimana menurut Suantara (wawancara: 24 Juli 2018),
bahwasanya pendidikan anak usia dini adalah upaya daripada
pendidik untuk merangsang anak didik munculnya kreativitas
dan pemikiran inovatif melalui teknik bercerita. Terutama
kreativitas yang berhubungan dengan tradisi, seni dan budaya
yang dijiwai oleh ajaran agama Hindu. Sebagaimana dengan
uraian Narayana (1999: 90), bahwa dengan bercerita (cinha
katha), maka anak akan terbiasa untuk membangun pemahaman
berkenaan dengan moralitas spiritual sehingga menemukan
konsep yang jelas tentang spiritualitas dan standar moral di
dalamnya.
Bertumpu atas hal tersebut, jelas bahwasanya
pembelajaran dengan teknik bercerita pada PAUD Bija Santhi
adalah sebagai upaya untuk mengarahkan anak didik memiliki
pemahaman yang jelas tentang budi pekerti dalam diri mereka,
dan dalam kisah Panca Tantra yang diceritakan oleh guru
sangat banyak kisah-kisah atau cerita yang memuat hal tersebut,
baik secara implisit dan eksplesit. Sebagaimana kisah tersebut
dapat dikutip pada Buku Panduan Tekni Bercerita Guru PAUD
Bija Santhi (2018) sebagai berikut.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 74
Pentingnya Persahabatan
Dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai mahkluk sosial
kita tidak bisa menghindari sebuah jalinan persahabatan (relasi)
dengan masyarakat yang ada di sekitar kita. Sayangnya, banyak
kita menemukan tipikal orang yang mau bersahabat dengan kita
bila ada maunya atau merasa diuntungkan. Meski sudah
seringkali menjalin persahabatan dengan seseorang, adakalanya
kita kesulitan membedakan mana teman yang sejati dan mana
teman palsu. Bahkan kadang kita bisa salah pilih sahabat. Tak
jarang seseorang mengabaikan teman sejatinya tetapi dekat
dengan sahabat yang palsu, karena kesalahan dalam menilai
seorang sahabat. Oleh karena salah memilih sahabat, seringkali
kita dihancurkan oleh teman sendiri, menusuk dari belakang,
teman makan teman. Kebijaksanaan kuno mengajarkan bahwa
teman seperti itu hendaknya dihindari untuk dijadikan sahabat
yang kedua kalinya, seperti dinyatakan, “Orang yang ingin berteman dengan seseorang yang telah membiarkan susah
sebelumnya, pasti mencari kematiannya sendiri”. Sebenarnya
bagaimana membedakan teman sejati dengan teman palsu?
untuk menjawab pertanyaan itu, terdapat sebuah kisah di dalam
Panca Tantra tentang Gajah dan Burung Pipit. Di bawah ini
percakapan burung pelatuk dengan burung pipit untuk melawan
gajah yang bertubuh besar, yang sekiranya tak dapat dikalahkan
oleh mahkluk kecil seperti burung pipit, namun karena
persatuan, gajah dapat dikalahkan dengan bekerja sama, seperti
dinyatakan: Sesuatu yang kecil- kecil dan setelah disatukan,
menjadi tak terkalahkan [1].. Serpihan-serpihan rumput, dirajut
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 75
menjadi seutas tali dapat mengikat seekor gajah. Dengan cara
seperti itulah kerja sama burung pipit, pelatuk, lalat dan katak
berhasil membunuh seekor gajah. (Panca Tantra, hal 64 dalam
Kisah Tiga Ekor Ikan). Di bawah ini penggalan percakapan
burung pipit dengan burung pelatuk tentang sahabat yang
sesungguhnya atau teman sejati dalam kisah Gajah dan Burung
Pipit, sebagai berikut: “Temanku yang baik, mengapa Anda begitu bersedih?” ujar burung pelatuk. Ingatlah: Orang-orang
bijaksana tidak bersedih atas kehilangan sesuatu, kematian dan
masa lalu. Hanya orang bodoh yang bersedih terhadap sesuatu
yang tak patut disedihkan. Dia menambah kesedihan, pada
kesedihan yang sudah ada, sehingga penderitaannya menjadi
ganda. Itulah perbedaannya orang-orang bijaksana dengan yang
bodoh.” “Memang benar demikian,” sahut burung pipit itu dengan mata sembab. “Tetapi gajah jahanam itu telah membunuh anak-anakku. Kalau memang engkau bersahabat
denganku, tolong carikan jalan untuk membalas dendam kepada
gajah itu, sehingga aku dapat menghilangkan rasa duka yang
menghantamku.” “Baiklah. Akan ku coba,” kata burung pelatuk itu bersungguh-sungguh.” Aku pasti menolongmu, sebab:
Teman yang sesungguhnya adalah teman yang membantu dalam
kesulitan. Anak yang sesungguhnya adalah anak yang patuh
kepada orang tuanya. Pelayan sesungguhnya adalah pelayan
yang melaksanakan tugas kewajibannya. Dan istri yang
sesungguhnya adalah istri yang berbuat demi kebahagian
suaminya. Dan dalam keadaan makmur semua orang adalah
sahabatmu. Tetapi orang yang membantu pada saat kesulitan,
itulah temanmu yang sejati, meskipun dia tidak sederajat
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 76
kelahirannya. Hal serupa juga dinyatakan didalam kitab
Canakya Niti Sastra, “Di dalam perayaan/pesta, didalam
kedukaan, di waktu sedang kekurangan makanan, di waktu musuh
menyerang, di dalam sidang raja dan di tempat pembakaran mayat
atau kuburan, kalau seseorang selalu bersama kita, pada saat-saat
seperti itu dialah keluarga yang sebenarnya”.
Penggalan dari kisah dalam Panca Tantra tersebut sangat
menarik dikisahkan dalam proses pembelajaran. Sebagaimana
uraian Heryani (wawancara: 24 Juli 2018), bahwa kisah tersebut
diambil dari teks Panca Tantra yang mencerminkan sikap
kesetiaan dan soliditas antar sahabat. Tentunya nilai budi pekerti
akan banyak ditemukan, dan jika diajarkan sejak dini maka
sikap untuk saling menghargai akan terpatri pada peserta didik.
Sebagaimana hal tersebut dijelaskan Hasbullah (2010: 65),
bahwasanya sikap menghargai merupakan salah satu dari nilai
karakter yang dikembangkan dalam pendidikan karakter.
Demikian pula sikap saling menghargai merupakan salah satu
cara untuk menumbuhkembangkan sikap mandiri dan
keperduliaan sosial pada anak didik, sehingga menjadi pribadi
yang mandiri. Selain cerita itu, pendidik di PAUD Bija Santhi
juga menggunakan cerita yang lain dari Panca Tantra, yakni
cerita Tiga Pangeran Yang Bodoh.
Dahulu kala, di India Selatan ada sebuah kerajaan dengan
ibukotanya bernama Mahilaropyam. Di kerajaan itulah
memerintah seorang raja, Armashakti namanya. Beliau amat
sangat terpelajar dan sangat ahli dalam berbagai ilmu
pengetahuan termasuk seni.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 77
Raja itu mempunyai tiga orang putra bernama Bahushakti,
Ugrashakti, dan Anantashakti. Namun sayang, ketiga pangeran
itu sama sekali tidak ada yang mewarisi bakat dan sifat
ayahandanya. Mereka sama sekali tidak memiliki minat belajar,
hingga semuanya bodoh. Sang raja tentu sangat risau dan
prihatin terhadap kenyataan ini. Sebab beliau khawatir, jika
dinastinya ambruk karena tidak ada yang mewarisi
kekuasaannya kelak. Sang raja kemudian mengumpulkan para
menterinya khusus untuk membahas bagaimana caraya
mengantisipasi semua itu. "Saudara-saudara, kalian semua telah
mengetahui bagaimana bodohnya ketiga putraku. Mereka sama
sekali tidak memiliki pengertian sedikitpun. Melihat keberadaan
mereka, kegairahan hidupku sangat terganggu" Sang raja lalu
mengutip kata kata mutiara.
"Anak yang tidak lahir, mati dan bodoh, dua jenis pertama
adalah lebih baik, karena menimbulkan kesedihan hanya sekali
saja, namun anak yang bodoh menimbulkan kesedihan
sepanjang hayat" Setelah berhenti sejenak, sang raja
melanjutkan lagi: "Dan...Apakah gunanya sapi bila tidak
beranak ataupun tidak menghasilkan susu, dan apakah gunanya
seorang anak, yang bodoh dan tidak berbakti?" Setelah
membaca kata kata indah itu, sang raja menatap para menterinya
satu persatu. "Oleh karena itu, mohon berikan aku jalan
sehingga anak-anakku menjadi maju dan berilmu" Salah seorang
menterinya berkata."Yang Mulia, untuk memahami tata bahasa
saja membutuhkan dua belas tahun. Kemudian ditambah dengan
ilmu yang lain, misalnya ilmu ekonomi dan agama memerlukan
rentang waktu yang lama untuk benar-benar bisa menguasainya.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 78
Setelah menguasai itu, barulah kecerdasan bisa berkembang."
Sumati, salah seorang menteri yang lain berkata menimpali,
"Hidup kita amat singkat, sedangkan ilmu-ilmu yang disebutkan
tadi memerlukan waktu lama untuk menguasainya. Jadi, kita
harus menemukan cara yang lebih singkat untuk mencerdaskan
para pangeran." Sang Raja merasa lega mendengar ucapan
Sumati. Belum sempat mengucapkan sebuah kata, Sumati sudah
mendahului, "Hamba mengenal seorang Brahmana, namanya
Vishnu Sharma. Beliau begitu ahli dalam berbagai bidang ilmu.
Semua muridnya tak terhingga jumlahnya. Demikianlah, hamba
mengusulkan agar para pangeran diserahkan pada sang
Brahmana, hamba yakin beliau akan menjadi tentram." Sesudah
raja mendengar ini, beliau memutuskan untuk segera
mengundang Vishnu Sharma ke istana segera. Sidang pun
ditutup, dan Sumati diutus untuk menemui Vishnu Sharma.
Tidak beberapa lama, sang brahmana segera menghadap
raja di istana, sang raja memberi penghormatan istimewa
kepada Vishnu Sharma. "Bhagawan, saya mohon, didiklah
putra-putra saya agar cepat menguasai Nitisastra. Sebagai
ucapan terima kasih, saya akan memberikan seratus Desa yang
bebas pajak." Vishnu Sharma tersenyum mendengar sabda sang
raja. Dengan tutur tata bahasa yang lembut, Bhagawan
Vishnu Sharma menghaturkan sembah, "Yang Mulia, saya
mohon paduka mendengarkan kata kata saya. Percayalah dan
peganglah kata kata saya, sebab kata kata saya adalah
kebenaran. Saya tidak akan menjual ilmu pengetahuan karena
loba akan harta benda. Saya tidak gila harta.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 79
Umur saya sudah delapan puluh tahun dan indra saya
terkendali. Sebagai seorang guru saya selalu siap mendidik
putra-putra anda. Catatlah harinya, jika dalam waktu enam
bulan dalam asuhanku putra- putra tuan tidak menguasai
Nitisastra, maka biarlah saya tidak mecapai surga. Catatlah
sumpah saya ini" Raja dan para menteri sangat terkejut
sekaligus gembira mendengar sumpah sang bhagawan yang
idak main-main sekaligus tidak masuk akal itu. Dengar
penghormatan dan penghargaan tinggi, Raja kemudian
menyerahkan ketiga putranya kepada sang brahmana untuk
kemudian diajak ke asrama menempuh pendidikan. Bhagawan
Vishnu Sharma mula-mula memberikan pelajaran berupa cerita-
cerita karangan yang khusus untuk ketiga putra raja tersebut.
Karya sastra yang disebut Nitisastra itu dibagi menjadi lima
tantra, yaitu :
1. Perselisihan di Antara Sahabat
2. Mendapatkan Teman
3. Gagak dan Burung Hantu
4. Kehilangan Keuntungan
5. Tindakan Tanpa Pertimbangan
Bhagawan Vishnu Sharma mengatakan, cerita ini sangat
tinggi nilainya, bahkan memiliki mukjizat. "Orang yang telah
mempelajari Nitisastra ini, atau hanya mendengarkan ajaran-
ajarannya, tak akan pernah terkalahkan, bahkan oleh Indra,
Dewa Surga sekalipun" kata Bhagawan (Buku Panduan
Bercerita PAUD Bija Santhi, 2018).
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 80
Merujuk atas kisah dalam Panca Tantra tersebut, banyak
hal sesungguhnya yang dapat digali, sehingga menemukan
beragam nilai yang berhubungan dengan pendidikan budi
pekerti. Beberapa cerita tersebut di atas sering diaplikasikan
dalam proses pembelajaran pada PAUD Bija Santhi dengan
menggunakan teknik bercerita yang sesuai dengan buku
panduan bercerita, kurikulum dan RPH pembelajaran yang akan
dibuat oleh para pendidik.
Penerapan Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik
Bercerita
Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang
secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat
tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan,
informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan
dengan rasa menyenangkan oleh karena orang yang menyajikan
cerita tersebut menyampaikan dengan menarik. Menikmati
sebuah cerita mulai tumbuh pada seorang anak, sehingga anak
didik mengerti berbagai peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan
setelah memorinya merekam beberapa kabar berita masa pada
usia 3-6 tahun.
Sebagaimana uraian Rusman (2011:16), bahwa dari cerita-
cerita yang ada, meliputi beberapa unsur yang di dalamnya nilai
estetika dan norma. Mungkin dengan cerita si anak akan
melakukan hal-hal positif karena semua informasi dan peristiwa
yang tercakup dalam sebuah cerita akan berdampak sekali dalam
pembentukan akal dan norma seorang anak, baik dari segi
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 81
budaya, imajenasi maupun bahasa kesehariaanya. Seorang anak
mempunyai potensi untuk segala hal lebih cepat, sehingga lebih
mudah membentuk dan mengarahkan dirinya. Hal tersebut
sesuai dengan tujuan dari penyelenggaraan PAUD Bija Santhi,
yaitu untuk melakukan dasar ke arah perkembangan sikap,
pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh
anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.
Keberadaan PAUD hendaknya dapat berusaha semaksimal
mungkin untuk dapat menciptakan situasi pembelajaran yang
dapat mengembangkan seluruh potensi anak termaksud
pengembangan bahasa. Menurut Piaget (Tanpubolon,1991: 65),
bahwasanya sejak lahir hingga dewasa pikiran anak melalui
berkembangan melalui jenjang-jenjang berperiode sesuai dengan
tingkatan kematangan anak itu secara keseluruhan dengan
interaksi-interaksinya dengan lingkunganya. Jenjang-jenjang
yang sesuai dengan tahap perkembangan anak adalah sebagai
berikut.
1. Jenjang sensorimotorik, sejak lahir hingga 18\24 Bulan dalam
mendekati akhir priode ini sesudah bahasa anak mulai
tumbuh pikiran dimaksud juga mulai tumbuh,
2. Jenjang properasional:18\24 hingga 6\7 tahun dengan ciri
dalam perkembangan kemampuan berfikir dengan bantuan
simbol-simbol (lambang-lambang).
Untuk kegiatan PAUD, bercerita adalah kegiatan yang
dilakukan oleh guru kepada anak didik untuk menyampaikan
materi pembelajaran dengan menarik. Bercerita dapat dilakukan
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 82
dihadapan anak didik itu sendiri atau antar anak didik dengan
orang dewasa, bahkan dapat menggunakan media audio visual.
Untuk penerapan teknik bercerita pada PAUD Bija Santhi
sendiri adalah menggunakan metode bercerita dengan alat atau
visual berupa gambar-gambar para dewa. Sebagaimana uraian
Yesi (Wawancara: 25 Juli 2018) sebagai pengelola yayasan
sebagai berikut.
“Penerapan teknik bercerita Hindu pada PAUD Bija Santhi adalah menggunakan teknik bercerita dengan alat
atau media, seperti gambar dewa-dewa agama Hindu,
sehingga daya visualisasi anak dapat mengembangkan
dirinya dalam upaya meningkatkan karakter dan dalam
ajaran agama Hindu Sraddha dan Bhakti anak didik
kepada Ida Sang Hyang Widdhi Wasa. Selain itu
adakalnya juga tanpa menggunakan media, seperti ketika
menggunakan cerita dari Panca Tantra. Adapun
penerapannya adalah sederhana, yakni pendidikan
membuat rencana pembelarajan harian, pengorganisasian
anak didik, pengelolaan kelas, dan memberikan mereka
untuk mengenal dewa-dewa Hindu melalui media
gambar.”
Bertolak atas uraian tersebut, penerapan teknik bercerita
pada PAUD Bija Santhi adalah dengan menggunakan media
gambar, dan adakalanya juga tanpa menggunakan media.
Becerita menggunakan media dan tidak bukanlah menjadi
sebauah permasalahan bagi guru dalam menerapkan teknik
bercerita dalam pembelajaran. Sebab hal terpenting dari
penerapan teknik bercerita adalah kemampuan pendidik
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 83
menyampaikan isi cerita agar dapat menumbuhkan minat anak
didik kebiasaan bersikap dan membaca. Sebagaimana uraian
Tampubolon (1991:50), bahwasanya bercerita kepada anak
memainkan peranan penting bukan saja dalam menumbuhkan
minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam
mengembangkan bahasa dan pikiran anak.
Fungsi kegiatan bercerita bagi anak usia 3-5 tahun adalah
membantu perkembangan bahasa anak dan dengan bercerita
pendengaran anak dapat difungsikan dengan baik, untuk
kemampuan berbicara dengan menambah perbendaharaan kosa
kata, kemampuan mengucapkan kata-kata, melatih merangkai
kalimat sesuai dengan tahap perkembangannya, selanjutnya
anak dapat mengekpresikannya melalui bernyanyi, menulis,
ataupun menggambar sehingga pada akhirnya anak mampu
membaca situasi, gambar, tulisan atau bahasa isyarat.
Berdasarkan hal tersebut, berikut uraian penerapan teknik
bercerita pada PAUD Bija Santhi Desa Pakraman Padangtegal.
Menentukan Topik Cerita Hindu
Langkah pertama yang dilakukan pendidik pada PAUD
Bija Santhi dalam menerapkan teknik bercerita Hindu dalam
proses pembelajaran adalah menentukan topik cerita yang sesuai
dengan fase perkembangan anak didik. Dalam penerapan teknik
bercerita, topik cerita merupakan sesuatu hal yang penting dan
sentral, sebab salah menentukan topik cerita maka pembelajaran
tidak akan optimal dalam menumbuhkembangkan potensi anak
didik. Terlebih, pendidikan anak usia dini adalah fase yang
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 84
sangat penting untuk kedepannya anak didik dapat
meningkatkan pembelajaran pada jenjang yang lebih baik.
Berdasarkan atas hal tersebut, Yasi (Wawancara: 24 Juli 2018)
menjelaskan sebagai berikut.
“Para guru di sini memilih topik yang sangat sederhana, sebab anak didik agar mudah mereka memahami cerita
tersebut, dan guru tidak memiliki kesulitan dalam
menceritakan di depan anak didik. Tema atau topik
tentunya dipilih yang relevan dengan tujuan daripada
pembelajaran, yakni menumbuhkan aspek budi pekerti
yang luhur dalam diri peserta didik.”
Merujuk atas uraian tersebut, jelas bahwasanya tema yang
dipilih hendaknya sederhana dan mudah dimengerti, sehingga
sesuai dengan fase perkembangan anak didik. Bagi pendidik di
PAUD Bija Santhi, tema merujuk pada kisah Purana dan Panca
Tantra yang memiliki muatan budi pekerti, dan tentunya kisah-
kisah tersebut dipilih yang paling sederhana. Guru atau pendidik
yang memilih tema cerita juga memperhatikan beberapa hal,
seperti aspek mental, pengalaman, lingkungan dan pesan nanti
yang dapat diterima oleh peserta didik. Adapun hal tersebut
sesuai dengan uraian Widiarmi, dkk (2006: 76), bahwa anak
didik PAUD membutuhkan dongeng atau cerita karena beberapa
hal, yakni:
1. Anak membangun gambaran-gambaran mental pada saat
guru memperdengarkan kata-kata yang melukiskan kejadian.
2. Anak memperoleh gambaran yang beragam sesuai dengan
latar belakang pengetahun dan pengalaman masing-masing.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 85
3. Anak memperoleh kebebasan untuk melakukan pilihan secara
mental.
4. Anak memperoleh kesempatan menangkap imajinasi dan
citraan-citraan cerita: citraan gerak, citraan visual, dan
auditif.
Jadi melalui cerita, mendorong anak didik bukan saja
senang menyimak cerita, tetapi juga senang bercerita atau
berbicara. Anak belajar tentang tata cara berdialog dan bernarasi
dan terangsang untuk menirukannya. Kemampuan untuk
mempraktekkan terdorong karena dalam cerita ada negosiasi,
pola tindak-tutur yang baik seperti menyuruh, melarang,
berjanji, mematuhi larangan dan memuji. Jadi memilih topik
yang tepat adalah secara tidak langsung akan dapat memacu
beberapa hal, seperti uraian Tanpubolon (1991: 3) sebagai
berikut.
Pertama anak memiliki kosa kata cenderung berhasil
dalam meraih prestasi akademik. Kedua, anak yang pandai
berbicara memperoleh perhatian dari orang lain. Hal ini penting
karena pada hakikatnya anak senang menjadi pusat perhatian
dari orang lain. Ketiga, anak yang pandai berbicara mampu
membina hubungan dengan orang lain dan dapat memerankan
kepemimpinannya dari pada anak yang tidak dapat berbicara.
Berbicara baik mengisyaratkan latar belakang yang baik pula.
Keempat, anak yang pandai berbicara akan memiliki
kepercayaan diri dan penilaian diri yang positif, terutama setelah
mendengar komentar orang tentang dirinya.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 86
Bertolak atas gagasan tersebut, menentukan atau memilih
topik cerita yang dilakukan pendidik pada PAUD Bija Santhi
adalah dengan memperhatikan hal tersebut di atas, sebab topik
cerita yang menarik dan relevan dengan tujuan pembelajaran
akan dapat mengoptimalkan segala potensi dalam diri anak
didik, sehingga sikap dan karakter dalam dirinya menjadi lebih
baik.
Membuat RPPH Pembelajaran
Setelah menemukan tema cerita dan topik cerita
ditentukan, dilanjutkan dengan pendidik PAUD Bija Santhi
membuat rencana pembelajaran harian yang lazim disingkat
menjadi RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian).
Sebagaimana dalam pembelajaran disekolah formal, bahwa
rencana pembelajaran adalah berisi rancangan tentang
pembelajaran yang dilakukan pendidik terhadap anak didik.
Dalam teori manajemen pendidikan, perencanaan (planning)
pembelajaran merupakan hal yang penting agar pembelajaran
dapat berjalan efektif dan epesien, sehingga pendidik dapat
mengukur kemampuan siswa dan guru dalam mendidik
(Hasbullah, 2010: 45).
Bagi para pendidik dilingkungan PAUD Bija Santhi, RPH
dibuat berdasarkan atas silabus dan kurikulum yang telah
ditentukan berdasarkan atas standar pendidikan anak usia dini
yang mengacu pada kurikulum nasional 2013 tentang
Pendidikan Anak Usia Dini. Sebagaimana uraian Mui’in (2015: 122), bahwa kurikulum PAUD 2013 dibuat dengan tujuan
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 87
mendorong perkembangan peserta didik secara optimal sehingga
memberi dasar untuk menjadi manusia Indonesia yang memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum dapat dianalogikan
sebagai program yang dirancang untuk mencapai tujuan. Jika
Tujuannya adalah Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak,
maka kurikulum sebagai program Pengembangan PAUD untuk
mencapai aspek perkembangan tersebut. Adapun RPH yang
digunakan oleh pendidik PAUD Bija Santhi dapat dilihat
sebagai berikut.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian Semester/minggu : I/3
Hari/Tanggal : Rabu, 18 Juli 2018
Kelompok/ usia : KB/3,5 Tahun
Tema/sub tema : Kemahakuasaan Tuhan/Dewa Hindu
Materi
KD 3.1-4.1 Doa Salam
KD 3.3-4.3 Membuat Banten Saiban
KD 3.6-4.6 Bercerita Dewa-Dewa Hindu
KD 3.15-4.15 Menyanyi lagu “nama-nama hari, nama-nama
bagian tubuh, nama jari dengan jari-jari”.
Materi yang masuk dalam SOP untuk pembiasan
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 88
1. Bersyukur terhadap ciptaan Tuhan
2. Mengucapkan salam masuk dalam SOP penyambutan dan
penjemputan
3. Doa sebelum dan mengenal aturan masuk dalam SOP
pembukaan
4. Mencuci tangan masuk ke dalam SOP sebelum dan sesudah
makan
Alat dan Bahan
1. Daun dan wadahnya
2. Nasi, garam, dan telor dadar
3. Kertas
4. Spidol
5. Gunting dan gambar Dewa-Dewa agama Hindu
Pembukaan (15 menit)
1. Berkumpul dan berbaris di halaman
2. Bernyanyi pembukaan seperti Om Swastyastu, Good
Morning, Trikaya Parisuddha, anggota tubuh dan dewa-dewa
Hindu.
3. Berdoa sebelum belajar
4. Membuka dengan menanyakan aktivits pengalaman mereka
dalam berdoa
5. Anak-anak masuk kelas masing-masing.
Inti (90 menit)
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 89
1. Guru menanyakan kabar anak-anak dan memulai mengabsen
2. Guru mengajak anak-anak untuk memotong daun pisang
3. Guru mengajak anak-anak membuat banten saiban
4. Guru mengajak anak-anak mabanten saiban
5. Guru mengajak anak-anak mendengarkan cerita dewa-dewa
Hindu
6. Guru menilai dengan kreteria bintang 4
Recalling
1. Tanya Jawab tentang kegiatan yang sudah dilaksanakan pada
proses pembelajaran
2. Menunjukkan kemampuan anak mengikuti gurunya
3. Mampu menamakan dewa-dewa Hindu pada gambar dewa-
dewa
4. Memberikan pujian pada anak
5. Menasehati anak agar memiliki sikap sraddha dan bhakti
kepada Tuhan
6. Istirahat
Penutup (15 menit)
1. Berbaris dan menanyakan kembali serta memberikan
penguatan pada kegiatan yang dilakukan
2. Tanya jawab tentang kegiatan satu hari dan
menginformasikan kegiatan esok hari
3. Berdoa
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 90
4. Penerapan SOP Penutup
5. Rencana Penilaian
1. Sikap (Kedisiplinan, Keaktifan di kelas, tidak menggangu
teman)
2. Pengetahuan dan Keterampilan (Mendengarkan cerita dan
mampu menyebutkan nama dewa-dewa Hindu).
Jadi menyimak isi dari RPPH tersebut di atas jelas
menunjukan bahwasanya RPPH adalah sangat penting bagi guru
dalam mengarahkan pembelajaran agar dapat berjalan terstruktur
dan sistematis. RPPH merupakan perencanaan pembelajaran
yang termasuk perangkat penting dari proses pembelajaran,
sehingga RPPH dapat memandu pendidik dalam mendidik anak
didik. Untuk itu pengelola PAUD Bija Santhi berupaya untuk
melakukan kajian dan penyesuaian dengan standar RPPH yang
mengacu pada Kurikulum PAUD 2013.
Sebagaimana uraian Asmawanti, dkk (2008: 122), bahwa
kemampuan belajar anak di lembaga pendidikan, khususnya di
lembaga PAUD, perlu disiapkan dengan seksama melalui
layanan pembelajaran dan penilaian yang efektif. Pembelajaran
dan penilaian yang efektif adalah pembelajaran dan penilaian
yang terus-menerus dilakukan secara optimal. Hal ini sesuai
dengan perkembangan anak yang bersifat dinamis. Untuk
selanjutnya, hasil pembelajaran dan penilaian akan menjadi
rujukan bagi pengembangan perencanaan pembelajaran
selanjutnya. Dengan demikian, pembelajaran menjadi suatu
siklus utuh antara penilaian, perencanaan, dan pelaksanaan yang
berlangsung secara berkesinambungan. Untuk dapat menjaga
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 91
siklus utuh di atas secara berkualitas dan terus-menerus dalam
memfasilitasi anak, guru PAUD wajib memahami
perkembangan anak dengan baik dan juga cara-cara menilainya.
Selain itu untuk mendukung keseluruhan pembelajaran
lebih bermakna, para guru juga perlu melibatkan orang
tua/keluarga serta lingkungan secara optimal. Dengan upaya
yang optimal tersebut, diharapkan setiap anak yang dilayani
disetiap satuan PAUD dapat mencapai tingkat perkembangan
yang terbaik sehingga akhirnya mereka dapat memasuki tingkat
pendidikan selanjutnya dengan kematangan dan kesiapan
kompetensi serta berkepribadian yang memadai. Bertolak atas
deskripsi tersebut, pembelajaran pada PAUD Bija Santhi orang
tua diberikan kesempatan untuk melakukan pendampingan,
sehingga anak didik dapat mencapai tingkat perkembangan
secara optimal.
Gambar Para Orang Tua Diberikan Kesempatan Untuk
Melakukan Pendampingan Terhadap Anak Didik Hingga
Sampai Pada Anak Didik Terbiasa Belajar Mandiri (Sumber:
dok Perni, 2018).
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 92
Gambar tersebut di atas terlihat jelas bagaimana peran
orang tua mendampingi anak-anak mereka dalam proses
pembelajaran, dan hal tersebut adalah penting bagi
perkembangan mereka dalam berproses sebagaiman dalam teori
perekmbangan anak, bahwa orang tua memiliki peran setrategis
dalam membentuk pribadi mereka dalam upaya menumbuhkan
sikap berbudi pekerti yang luhur. Oleh karena itu, RPPH pada
pembelajaran yang di dalamnya ada penerapan teknik bercerita
sesungguhnya adalah kesatuan perangkat pembelajaran terkecil
yang sangat bermanfaaf dalam upaya mendidik siswa agar
memiliki karakter.
Pengorganisasian Anak Didik
Sesungguhnya pada RPPH sudah terlihat secara sistematis
bagaimana proses pembelajaran tersebut dapat berlangsung
dengan baik. Dari konten RPPH juga dapat dilihat bagaimana
proses pembelajaran dengan menerapkan teknik bercerita
dilakukan oleh pendidik dalam ruang pembelajaran. Namun
demikian, pembelajaran dapat berjalan dengan baik ketika para
pendidik mampu merealisasikan RPPH tersebut dalam proses
pembelajaran yang nyata. Kadangkalanya kelemahan seorang
pendidik adalah ketidaksiapan mereka dalam
mengimplementasikan pembelajaran tersebut ke dalam proses
pembelajaran yang nyata dalam suasana belajar yang melibatkan
antara guru dengan murid.
Berdasarkan atas hal tersebut, dalam penerapan
pembelajaran melalui teknik bercerita sangat perlu melakukan
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 93
pengorganisasian anak didik. Meminjam uraian Anita Yus
(2011: 65) menjelaskan bahwasanya pengorganisasian anak
didik memiliki maksud mengarahkan anak didik untuk
mengikuti proses pembelajaran, sehingga ada interaksi yang
melibatkan guru atau pendidik dengan anak didik. Pun demikian
pengorganisasian yang dilakukan pendidik pada PAUD Bija
Santhi adalah sebagai proses awal dalam pembelajaran yang
mana pendidik mengarahkan anak didik untuk mengikuti proses
pembelajaran. Sebagaimana dijelaskan Parwati (Wawancara: 24
Juli 2018) sebagai berikut.
“Saya selaku pendidik dan para pendidik lainnya pada PAUD Bija Santhi ini berupaya melakukan
pengorganisasian anak didik dengan cara mengarahkan
anak didik untuk melakukan proses pembelajaran awal,
yakni dengan berkumpul, kemudian mengucapkan salam
Om Swastyastu, bernyanyi Tri Kaya Parisudha, dan
nyanyian lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan
mengarahkan mereka untuk berdoa, dan mengarahkan
mereka agar memasuki ruang belajar, sehingga ada
interaksi yang kondusip antara pendidik dengan anak
didik.”
Pengorganisasian yang dilakukan pendidik pada PAUD
Bija Santhi dilakukan dengan cara berkumpul kemudian
mengucapkan Om Swastyastu. Setelah itu anak didik diarahkan
untuk menyanyikan lagu Tri Kaya Parisudha, seperti dalam
kutipan berikut.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 94
“Satu-satu berpikir yang baik, dua-dua berkata yang benar,
tiga-tiga berbuat yang benar, satu dua tiga Tri Kaya
Parisudha”.
Lagu tersebut di atas dinyanyikan berulang-ulang,
sehingga anak didik terbiasa mendengarkan nyanyian rohani
sehingga kecerdasan spiritual mereka dapat berkembang dengan
baik. Mengulang adalah metode yang efetif bagi siswa dalam
menguatkan kecerdasan siswa. Sebagaimana disebutkan dalam
metode pembelajaran pembiasaan, bahwa membiasakan siswa
dalam mengalami akan mengarahkan siswa untuk mengalami,
dan pengalaman adalah dasar dari semua pengetahuan (Rusman,
2011: 221).
Gambar Anak Didik pada PAUD Bija Santhi Diarahkan Untuk
Menyanyikan Lagu Tri Kaya Parisudha dan Nyanyian
Mengenal Anggota Tubuh (Sumber: dok, Perni 2018).
Setelah anak didik diberikan kesempatan bernyanyi
bersama, kemudian anak didik juga disuruh menyanyikan
tentang anggota tubuh mulai dari kepala, mata, mulut, mata,
telinga, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya. Sembari
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 95
bernyanyi, anak didik disuruh dan ditunjukkan masing-masing
anggota tubuhnya dengan harapan anak didik dapat melatih
gerak motorik dalam perkembangannya sebagai anak yang
nantinya dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal.
Kemudian setelah itu, dilanjutkan dengan kegiatan berdoa
bersama sebagai salah satu cara untuk membiasakan anak didik
dalam setiap kegiatan untuk berdoa terlebih dahulu. Setelah
berdoa baru kemudian anak didik diarahkan menuju ruangan
atau tempat belajar di mana pendidik selalu melakukan
pendampingan dengan baik.
Disiplin Kelas
Dalam kegiatan bercerita pada PAUD, bentuk-bentuk
disiplin kelas tentu harus disesuaikan dengan karakteristik anak
usia dini. Dalam melakukan peceritaannya seorang guru tetap
perlu menenangkan muridnya untuk mendengarkan pesan
melalui ceritanya. Proses menenangkan murid perlu dilakukan
dengan cara mendidik, tidak disertai dengan ancaman dilakukan
dengan mengikat perhatian mereka melalui cerita yang disajikan
dengan menarik sehingga tidak membuat anak sibuk sendiri.
Bertolak atas hal itu, penerapan disiplin anak didik pada
PAUD Bija Santhi adalah dengan mengarahkan anak didik
untuk berdisiplin didasarkan atas fase perkembangannya. Anak
didik yang belar di PAUD Bija Santhi tidak dipaksa untuk
melakukan pendisiplinan diri, tetapi diarahkan untuk berdisiplin
dari sejak dini, dan peran guru sangatlah penting dalam upaya
untuk mengarahkan anak didik agar memiliki sikap disiplin.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 96
Sebagaimana uraian Rijasa (Wawancara: 24 Juli 2018),
bahwa dalam mendidik siswa agar disiplin pada anak usia dini
sangatlah sulit, dan tidak semua guru dapat melakukannya
dengan baik, sehingga proses pembelajaran tidak dapat berjalan
dengan baik. Dalam perkembangannya, anak-anak usia dini
masih dipandang sebagai anak-anak yang belum memiliki daya
fokus yang baik, dan karakteristik mereka yang masih suka
bermain, maka peran pendidik pun harus siap dan dapat bersabar
dalam mengarahkan perilaku mereka dalam pendisiplinan
bersikap.
Sebagaimana dilakukan pada guru PAUD Bija Santhi
selalu melakukan pendampingan, dan mengarahkan dengan
kesabaran penuh agar tidak ada aspek yang dapat mencederai
sisi psikologis siswa.
Selain itu, peran orang tua juga sangat penting dalam
mengarahkan anak mereka untuk memiliki sikap disiplin. Untuk
itu, pada penerapan pembelajaran dengan teknik bercerita orang
tua diberikan kesempatan untuk melakukan pendampingan,
sehingga seorang anak yang masih sangat tergantung pada
ibunya merasa aman dan nyaman selama proses kegiatan
pembelajaran berlangsung.
Sebab berdasarkan pengamatan peneliti, bahwasanya
arahan guru sering tidak dihiraukan oleh anak didik, tetapi
arahan orang tua yang mendampingi mereka hiraukan dan di
sinilah tugas berat seorang guru PAUD dalam mengarahkan
anak didik sebagaimana peran orang tua mereka. Jadi, pada
PAUD Bija Santhi kita melihat sebuah sinergitas yang baik
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 97
antara guru sebagai pendidik formal dengan para orang tua
sebagai pendidik non formal yang sama-sama memiliki visi dan
kepentingan untuk menumbuhkembangkan kecerdasan anak
didik secara holistik. Adapun sinergitas antara guru dengan para
orang tua dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar Nampak Guru dan Orang Tua Siswa Berupaya
Melakukan Pendampingan Kepada Anak Dalam Mengikuti
Proses Pembelajaran (Sumber: dok, Perni 2018).
Pengelolaan Tempat Bercerita
Selanjutnya adalah masuk ke tahapan pengelolaan tempat
bercerita. Banyak cara pengelolaan tempat untuk bercerita
menurut Tampubolon, (1991: 17) yang terdiri dari: penataan
tempat untuk bercerita, posisi media, penataan ruang cerita dan
strategi penyampaian cerita untuk anak didik. Selanjutnya
dijelaskan bahwasanya tempat duduk sisa dalam kegiatan
bercerita perlu mendapatkan perhatian yang serius. Sebab
tempat duduk berkaitan dengan banyak hal. Keterkaitan itu
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 98
adalah interaksi guru dan siswa, karakteristik materi penceritaan,
media pembelajaran yang digunakan dalam penceritaan. Oleh
karena, itu tempat duduk siswa sangat berpengaruh dalam
keberhasilan kegiatan bercerita. Aktifitas bercerita tidak harus
dilakukan didalam kelas, kegiatan bercerita dapat dilakukan
dimanapun asal memenuhi kriteria kebersihan, keamanan dan
kenyamanan. Jika jumlah anak sedikit, bercerita dapat dilakukan
diberbagai tempat seperti di teras, di bawah pohon, dan lain
sebagainya. Pada prinsipnya yang penting tempat tersebut dapat
menampung semua anak, teduh, bersih dan aman. Apabila
jumlah anak relatif banyak sebaiknya dipilih tempat yang lebih
luas. Ruang kelas merupakan tempat yang paling representative
(memenuhi persyaratan) yang lebih baik lagi apabila cerita yang
disampaikan ditempat yang berkaitan.
Gambar Nampak Suasana Kelas Sebagai Tempat Bercerita yang
Dikelola Dengan Baik (Sumber: dok, Perni 2018).
Gambar tersebut di atas menunjukkan bahwasanya
pengelolaan kelas sebagai tempat bercerita demikian sangat
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 99
pentingnya dilakukan. Sebab hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap suasana belajar dan kenyamanan anak didik untuk
menyimak cerita. Nampak pada gambar penempatan beberapa
media pembelajaran juga sangat penting, seperti uraian Nugraha,
dkk (2008: 43), bahwasanya penempatan media dalam ruangan
perlu memperhatikan beberapa aspek. Keterjangkauan menjadi
prioritas bahwa semua media yang akan dipakai mudah
dijangkau oleh guru sehingga tidak mengganggu proses
penceritaan. Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah
keselamatan media terhadap kemungkinan gangguan yang
muncul berasal dari murid-murid sendiri. Untuk itu yang perlu
dilakukan adalah peraturan akan murid, guru dan media dengan
baik.
Kegiatan bercerita di PAUD dapat dilakukan dimana saja.
Pelaksanaanya dapat dilakukan didalam maupun diluar kelas.
Jika penceritaan dilakukan di dalam kelas, maka kelas perlu
ditata untuk memberikan dukungan penceritaan. Penataan
tersebut meliputi ventilasi, tata cahaya dan tata warna.
Sedangkan penataan yang dilakukan di luar kelas membutuhkan
beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti kesesuaian tuntutan
cerita, keamanan dan kenyamanan.
Setrategi Menyampaikan Cerita
Selanjutnya setelah ruangan atau tempet belajar ditata dan
dikelola dengan baik, anak didik diarahkan menuju tempat
belajar, dan pendidik mengarahkan anak didik untuk duduk
dengan baik dan teratur. Kemudian guru sebagai pendidik pada
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 100
PAUD Bija Santhi melakukan pengabsenan dengan
membacakan nama- nama mereka sembari memberikan media
pembelajaran yang nantinya akan digunakan siswa untuk
belajar. Setelah pembacaan absensi siswa, maka guru pada
PAUD Bija Santhi memulai kegiatan bercerita Hindu dengan
merujuk pada kisah-kisah dalam Purana Hindu sebagaimana
narasi cerita dan panduannya dapat dilihat pada sub bab
sebelumnya. Kegiatan bercerita di PAUD dapat dilakukan
dengan baik, apabila sebelumnya dipersiapkan terlebih
dahulu, tidak hanya itu saja peran seorang guru disini juga
sangat berperan penting, untuk memberikan suasana yang
menyenangkan agar anak dalam mendengarkan cerita atau
bercerita dengan hati yang senang. Karena pada prinsipnya
belajar di PAUD Bija Santhi adalah belajar sambil bermain.
Mengacu pada uraian Yesi (Wawancara: 24 Juli 2018)
menjelaskan sebagai berikut.
”Dalam guru di sini menyapaikan cerita, guru menggunakan media berupa gambar dan tidak juga
menggunakan media apapun. Tetapi yang pernah
dilakukan dan sering dipraktikan adalah teknik bercerita
menggunakan media, meskipun itu hanya berupa gambar
dewa-dewa dalam agama Hindu. Selain itu, siswa
diarahkan untuk mendengar, dan pendidik bercerita pun
hendaknya dengan gerak tubuh sehingga ada ekspresi dari
cerita yang menarik. Misalnya dalam kisah ada adegan
gembira, dan guru harus mampu menyiratkan rasa
kegembiraan itu. Kemudian, jika memungkinkan dan
cerita sudah dikisahkan berulang kali, maka pendidik
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 101
dapat mengarahkan siswa untuk menceritakan kembali
kisah tersebut untuk mengukur kemampuan dan daya
tangkap anak didik.”
Merujuk atas uraian tersebut, jelas menunjukkan
bahwasannya setrategi penyampaian cerita yang dilakukan
pendidik pada PAUD Bija Santhi adalah sejalan dengan teknik
bercerita yang mengacu pada metode bercerita yang sesuai
dengan teori pembelajaran. Adapaun metode tersebut mengacu
pada uraian Tampubolon, (1991: 18) bahwasanya strategi
bercerita yang baik digunakan dalam pembelajaran anak adalah
Storytelling, strategi reproduksi cerita dan strategi simulasi
kreatif. Adapun strategi Storytelling merupakan penceritaan
cerita yang dilakukan secara terencana dengan menggunakan
benda-benda visual, dan metode ini bertujuan untuk
menghasilkan kemampuan berbahasa anak.
Penggunaan metode ini dibutuhkan untuk melatih dan
membentuk keterampilan berbicara, pengembangkan daya nalar,
dan pengembanangkan imajinasi anak. Metode ini contohnya
seperti metode sandiwara, metode bermain peran, metode
bercakap- cakap dan metode tanya jawab. Selanjutnya adalah
setrategi Reproduksi Cerita adalah kegiatan belajar mengajar
bercerita kembali cerita yang didengar. Tujuan kegiatan ini sama
dengan tujuan setrategi Storytelling. Setrategi ini dimulai setelah
guru bercerita,kemudian anak diminta menceritakan cerita itu
sesuai dengan daya tangkap anak. Selanjutnya adalah strategi
simulasi kreatif dilaksanakan untuk memanipulasi kegiatan
belajar sambil bermain dari penggalan dialog cerita dengan
menunjukkan gambar dewa atau media lainnya.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 102
Gambar Proses Bercerita yang Dilakukan Ibu Ni Nyoman Yasi
Ketika Menceritakan Tentang Kisah Dewa-Dewa Dalam Purana
(Sumber: dok Perni, 2018).
Memperlihatkan Simulasi Kreatif
Setelah pendidik menyampaikan cerita, pembelajaran
dilanjutkan dengan pendidik memperlihatkan simulasi kreatif
yang dibuat oleh pendidik. Simulasi kreatif merupakan media
pembelajaran dengan menggunakan teknik bercerita melalui
gambar dan alat berupa silmulasi yang dibuat oleh pendidik.
Sebagaimana uraian Rusman (2011: 54), bahwa simulasi dapat
dibuat oleh pendidik dengan memanfaatkan sumber daya
lingkungan dan diupayakan agar menarik, dan tentunya
memiliki nilai relevansi dengan narasi yang diceritakan. Melalui
simulasi yang nanti diperlihatkan setelah pendidik
menyampaikan cerita, dan mafaatnya adalah dapat memberikan
visual yang tepat bagi siswa, sehingga pembelajaran dapat
berlangsung dengan efektif dan efesien.
Pada PAUD Bija Santhi, simulasi kreatif yang dibuat oleh
pendidik adalah sangat sederhana, yakni gambar daripada dewa-
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 103
dewa yang dikisahkan dalam kisah Purana, dan membuat juga
simulasi dengan cara menuangkan dalam bentuk pembelajaran
yang lain. Misalnya saja, dalam kisah Purana diceritakan bahwa
orang yang memakan tanpa mepersembahkan terlebih dahulu
kepada Tuhan, maka mereka dianggap pencuri. Untuk itu, siswa
diarahkan oleh pendidik PAUD Bija Santhi untuk membuat
Banten Saiban, yakni sarana pemujaan untuk
mempersembahkan sesuatu yang kita akan makan, sehingga
anak didik memiliki pemahaman bahwa apapun yang dimakan
hendaknya dipersembahkan terlebih dahulu (Wawancara: Yesi,
24 Juli 2018).
Menurut peneliti simulasi kreatif yang ditujukan oleh para
pendidik pada PAUD Bija Santhi adalah sesuatu yang menarik
dan bisa dijadikan temuan konsep dalam menemukan konsep
yang jelas berkenaan dengan teknik bercerita Hindu. Setelah
anak didik ditunjukkan cara membuat Banten Saiban, siswa
kemudian diarahkan untuk mengalami Mabanten saiban, dan
mereka dibagi berdasarkan pengelompokan. Ada Masaiban di
pura PAUD, di halaman dan di pintu masuk PAUD. Jadi dengan
demikian, siswa atau anak didik diarahkan untuk belajar
mengalami. Jadi kembali lagi, bahwa pengorganisasian kelas
dan pembelajaran adalah sangat penting, sehingga simulasi
dapat diperlihatkan, dan pembelajaran bercerita akan menjadi
hal yang menarik. Sebagaimana uraian Asmawati, dkk (2008:
29) adalah sebagai berikut.
Simulasi kreatif yang diperlihatkan kepada anak didik
akan dapat memberikan banyak keuntungan dalam proses
pembelajaran, seperti: (1) membuat pekerjaan guru akan
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 104
lebih mudah, (2) hari-hari anak akan menjadi lebih
menyenangkan, (3) anak akan lebih mengerti dan
memahami maksud dari cerita tersebut, (4) anak tidak
akan pernah bosan untuk mengikuti pembelajaran, dan (5)
atmosfer kegiatan dari pembelajaran dapat lebih
terantisifasi dengan baik.
Jadi banyak keuntungan yang didapat oleh anak didik
untuk dapat guru menciptakan suasana belajar menjadi lebih
baik. Pun demikian menjadikan anak didik dapat bertumbuh dan
berkembang sebagaimana adanya dalam proses
perkembangganya yang alami. Jadi, dalam konteks ini peran
Guru sangat penting untuk menata dan mengelola pembelajaran
agar tujuan dari pembelajaran yang ada dalam kurikulum dapat
tercapai dengan baik. Adapun bagaiman aproses anak didik
diarahkan untuk membuat Banten Saiban dapat dilihat pada
gambar 5.7 sebagai berikut.
Gambar Terlihat Pendidik pada PAUD Bija Santhi Sedang
Mengarahkan Anak Didik untuk Membuat Banten Saiban
(Sumber: dok Perni, 2018).
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 105
Memberikan Anak Didik Bermain
Sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya
bahwasanya motto daripada PAUD Bija Sanhti adalah “Belajar
sambil bermain”. Jadi dengan demikian siswa atau anak didik pada PAUD diarahkan tidak saja belajar dan memperlihatkan
simulasi kreatif yang berhubungan dengan praktik beragama
Hindu, tetapi juga anak didik diberikan keleluasaan bermain
sebagaimana mestinya dalam ruang bermain. Permainan yang
diberikan adalah berhubungan dengan tingkat perkembangan
siswa agar sesuai dengan tingkat perkembangan usia dini.
Bagi anak usia dini bermain merupakan komponen
penting dan berpengaruh pada kualitas suatu program. Bermain
adalah pekerjaan anak-anak dan anak-anak selalu ingin bermain.
Dalam bermain anak-anak mengembangkan keterampilan
memecahkan masalah dengan berbagai cara melakukan sesuatu
yang berbeda dan membedakan pendekatan yang terbaik. Dalam
bermain anak-anak menggunakan bahasa untuk melancarkan
kegiatan menjelajah dan menyaring bahasa mereka ketika
mereka berbicara dan mendengarkan anak-anak lainnya. Ketika
bermain, mereka belajar tentang orang-orang lain sehingga
mereka menguji coba peraturan dan keputusan yang berbeda
ketika mereka bekerja bersama. Bermain alami anak- anak
dikembangkan dalam semua area, yang meliputi intelektual,
sosial, emosional dan fisik. Berangkat dari hal tersebut, maka
anak didik pada PAUD Bija Santhi diberikan kesempatan dan
waktu bermain dalam mereka belajar berinteraksi dan
membangun kerjasama pada masing-masing anak didik.
Berdasarkan observasi peneliti, nampak anak didik pada PAUD
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 106
Bija Santhi bermain dalam sentra kelompok kecil, sehingga
mereka dapat bekerja bersama, memungkinkan sekali anak-anak
untuk berinteraksi lebih sering daripada kelompok besar. Anak-
anak akan dapat belajar bekerjasama ketika mereka
mendapatkan kesempatan merespons, mengkomunikasikan dan
mengerjakan ide atau gagasan mereka. Senada dengan itu,
Parwati (Wawancara, 24 Juli 2018) menjelaskan sebagai berikut.
“Anak-anak didik di sini diberikan kesempatan untuk
mereka bermain, dan bahkan jika ada menginginkan
bermain ketika pembelajaran atau ketika guru bercerita
tidaklah menjadi permasalahan, dan mereka diberikan
kebebasan sepenuhnya tetapi terarah. Mereka di dalam
ruangan belajar pun diberikan bermain dengan beberapa
media permainan yang telah ditentukan dan dibuat oleh
pengelola. Anak didik diberikan pula pedampingan selama
ia bermain, dan oirang tua juga diberikan kesempatan
untuk mengarahkan mereka dalam bermain sehingga ada
hubungan yang positif antara anak, guru dan orang tua.”
Jadi dengan demikianlah jelas bahwasanya bermain adalah
sisi kealamian anak-anak, dan kegiatan bermain akan
memberikan beberapa keuntungan dan hal yang sangat positif,
seperti anak dapat mempelajari dirinya sendiri, anak dapat
memilih dan memilah berbagai informasi, belajar untuk saling
berinteraksi, belajar menjawab dan memberikan pertanyaan,
belajar membangun kerja sama, membangun belajar pada anak
agar mampu berkonsentrasi, membentuk keterampilan hidup,
mengatasi rasa takut dan keuntungan lainnya.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 107
Kegiatan Akhir
Berikutnya adalah kegiatan akhir dari pembelajaran, yakni
kegiatan penutup yang dimaksudkan adalah sebagai akhir dari
proses kegiatan pembelajaran. Pada penutupan kegiatan belajar
di sini, guru pada PAUD Bija Santhi memberikan penegasan
sekaligus penguatan berupa pesan dari cerita yang dikisahkan
tersebut untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi
pesan ini penting disampaikan sebagai sebuah penegasan,
bahwasanya dalam cerita terdapat pesan moral dalam upaya
menumbuhkembangkan aspek budi pekerti anak didik.
Selain itu, dalam kegiatan penutupan belajar ini pula
dilaksanakan kegiatan berdoa untuk memohon keselamatan dan
sebagai ungkapan terimakasih sebab pembelajaran sudah
berjalan dengan baik. Mereka disuruh duduk dengan baik, dan
dengan sikap Anjali, yakni mencakupkan tangan di dada
kemudian bersama-sama berdoa kepada Ida Sang hyang Widhi
Wasa dengan segala manifestasinya, dan Sang hyang Aji
Saraswati yang telah memberikan keselamatan dan
pengetahuan, sehingga dapat menjadikan anak-anak siswa
PAUD Bija Santhi memiliki budi pekerti luhur.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 108
KENDALA YANG DIHADAPI DALAM
PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI MELALUI
TEKNIK BERCERITA
Dalam setiap proses pembelajaran pasti ada beberapa
kendala di dalamnya, dan kendala tersebut bisa disebabkan oleh
dua faktor penting, yakni faktor internal dan eksternal. Kedua
faktor tersebut pada umumnya menjadi penyebab kegiatan
pembelajaran tidak dapat lagi berjalan dan berlangsung
sebagaimana mestinya. Kendala-kendala tersebut tentunya
sangat penting dideskripsikan, sehingga ada sebuah solusi logis
agar permasalahan tersebut dapat diselesaikan atau
ditanggulangi dengan baik. Adapun kendala yang dihadapi
dalam penerapan pembelajaran budi pekerti melalui teknik
bercerita Hindu pada PAUD Bija Santhi adalah sebagai berikut.
Kendala Internal
Bagaimapun kendala internal adalah kendala yang serius
dihadapi oleh berbagai lembaga pendidikan di Indonesia.
Termasuk juga dalam lembaga pendidikan anak usia dini
kendala internal menjadi hal yang signifikan menjadi
penghambat dalam proses pembelajaran. Kendala internal dalam
hal ini merujuk pada beberapa komponen, seperti guru sebagai
pendidik dan siswa sebagai anak didik atau peserta didik.
Sebagaimana uraian Sayahbudin (2015: 164), bahwasanya
kendala internal adalah kendala yang sering dialami oleh
lembaga pendidikan, dan internal merujuk pada unsur atau
komponen yang ada di dalam lembaga pendidikan tersebut yang
di dalamnya ada komponen guru dan siswa.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 109
Sebagaimana uraian Hasbullah (2010), bahwa sistem
pendidikan, termasuk juga sistem pendidikan anak usia dini
yang di dalamnya ada beberapa unsur meliputi, guru, siswa, dan
kurikulum. Unsur atau komponen tersebut adalah sangat penting
untuk menciptakan proses pembelajaran yang baik, sehingga
tujuan daripada pembelajaran dapat tercapai. Namun kendala-
kendala dalam proses pembelajaran akan terjadi, ketika
komponen guru, siswa sebagai anak didik, dan kurikulum
mengalami permasalahan, terlebih jika guru tidak profesional
dalam merealisasikan pembelajaran.
Berkenaan dengan hal tersebut, lembaga PAUD Bija
Santhi berupaya untuk meningkatkan keprofesionalan tenaga
pendidik, sebab mengacu pada uraian Rusman (2011: 89),
bahwa guru adalah sebagai sosok yang begitu dihormati lantaran
memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan
pembelajaran di sekolah PAUD dan juga membantu
perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya
secara optimal. Hal tersebutlah menjadi motivasi bagi
pengembangan lembaga PAUD Bija Santhi untuk berupaya
meningkatkan keprofesionalan guru sebagai pendidik. Lebih
jelasnya kendala tersebut dijelaskan sebagai berikut.
Guru
Sesbenaranya ada banyak kendala yang dihadapi bagi
lembaga PAUD Bija Santhi dalam upaya merealisasikan
pembelajaran pendidikan budi pekerti melalui penerapan teknik
bercerita Hindu. Kendala yang paling fundamental adalah
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 110
kendala akan tenaga pendidik yang selama ini selalu diupayakan
dalam hal peningkatan keprofesionalitasannya dan kualitasnya.
Selama ini tenaga pendidikan di lingkungan PAUD Bija Santhi
adalah berjumlah lima orang dan dua orang sudah bergelar
sarjana pendidikan, dan itupun bukan sarjana pendidikan dalam
konsentrasi bidang ilmu pendidikan PAUD. Kemudian dalam
proses pembelajaran pun terkadang masih dibantu oleh
pengelola, sebab dipandang mereka masih belum mampu
sepenuhnya mendidik anak didik sebagaimana tenaga pendidik
professional.
Namun demikian, lembaga pendidikan PAUD Bija Santhi
masih tetap berupaya untuk melakukan terobosan-terobosan dan
usaha dalam upaya mengembangkan kompetensi tenaga
pendidik sebagai tenaga professional dibidangnya. Sebagaimana
uraian Yesi (Wawancara: 24 Julia 2018) sebagai berikut.
“Kami pada PAUD Bija Sanhti masih boleh dikatakan kekurangan pendidik professional. Dari mengelola PAUD
dan TK dengan jumlah tenaga pendidik yang demikian,
maka sangat diperlukan tenaga pendidik. Tetapi sangat
jarang ada tenaga pendidik yang mengabdi dan mau
mengabdikan dirinya mendidik anak didik. Tetapi dari
tenaga pendidik yang sudah ada, kami berupaya untuk
meningkatkan professional dan kompetensi dirinya
menjadi guru, sehingga dapat memenuhi standar
profesionalitas keguruan.”
Jadi boleh dikatakan bahwa kendala internal yang
dihadapi oleh lembaga PAUD Bija Santhi adalah berhubungan
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 111
dengan masih kurangnya tenaga pendidik yang memenuhi
standar profesi guru yang telah ditentukan. Kendala internal
tersebut pastinya berdampingan signifikan terhadap proses
pembelajaran. Padahal, pembelajaran sangat membutuhkan
tenaga professional, dan terlebih guru dalam sistem pendidikan
nasional adalah dinyatakan sebagai tenaga profesi yang dituntut
memiliki kopetensi yang sesuai standar Sisdiknas.
Kuranagnya tenaga pendidik yang memiliki kompetensi
yang sesuai dengan standar berdampak pula terhadap penerapan
pembelajaran melalui cerita Hindu. Banyak guru pada PAUD
Bija Santhi mengalami kesulitan dalam merealisasikan program,
dan cerita di dalam kelas sehingga cerita yang disungguhkan
terkadang tidak menarik. Cerita yang tidak menarik akan
menyebabkan proses pembelajaran terganggu, dan minat siswa
terhadap cerita menurun, sehingga banyak anak didik tidak
menghiraukan gurunya bercerita. Terlebih tenaga pendidik
ketika menyusun cerita dan menuangkannya ke dalam RPPH
mengabaikan prinsip-prinsip metode bercerita, sehingga cerita
terkesan membosankan anak didik.
Berdasarkan atas kajian peneliti yang didasarkan atas
pengamatan emperik, bahwa tenaga pendidik kurang menguasai
jalan cerita dengan baik. Padahal untuk bisa bercerita dengan
baik di depan anak didik, narasi cerita hendaknya dikuasai
sehingga ada penjiwaan cerita yang nantinya pendidik dituntut
juga mampu memaknai cerita dan mengambil beberapa nilai
moral yang ditegaskan kembali kepada anak didik agar anak
didik dapat menumbuhkan aspek budi pekerti dalam dirinya.
Heryani (Wawancara: 24 Juli 2018) menyatakan sebagai berikut.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 112
“Memang saya akui, pembelajaran budi pekerti melalui teknik bercerita masih menjadi sesuatu hal yang baru bagi saya,
sehingga ada banyak hal yang perlu dilatih lagi dalam upaya
menyampaikan narasi, pesan dan makna cerita. Banyak dari
kami yang masih perlu melakukan kajian dan berlatih dalam
meningkatkan pemahaman baik teori dan praktik berkenaan
dengan pembelajaran melalui cerita. Untuk itu, kami sebagai
pendidik berupaya untuk mengembangkan kemampuan dan
profesionalitas diri, sehingga menjadi pendidik yang berkualitas
dan mampu merealisasikan secara optimal berkenaan dengan
pendidikan budi pekerti melalui penerapan bercerita Hindu.”
Profesionalitas pendidik menjadi hal yang penting dalam
pengembangan lembaga pendidikan apapun, termasuk PAUD.
Berdasarkan atas penjelasan pasal 28 ayat 3 Peraturan Pemeritah
No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
kopetensi pedagogic adalah “Kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik.
Sedangkan Peraturan Menteri nomor 16 tahun 2007 menjelaskan
sebagai berikut.
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
sosial, kultural, emosional, dan intelektual,
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang
pengembangan yang ditempuh,
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 113
4. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik
5. Memanfaatkan teknologi dan informasi dalam
mengembangkan pembelajaran, sehingga mampu
menciptakan teknik pembelajaran yang dapat bermanfaat
bagi pengembangan karekter anak didik.
Sistem pendidikan modern pada umumnya terdiri dari
berbagai komponen pendidikan yang saling berhubungan.
Dalam sistem tersebut, komponen satu dengan yang lainnya
bersinergi untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang telah
ditentukan. Diuraikan sebelumnya, bahwa sistem pendidikan
dalam hal ini adalah komponen pendidikan yang meliputi: (1)
tujuan pendidikan, (2) peserta didik, (3) guru sebagai pendidik,
(4) kurikulum dan (5) lingkungan. Tujuan dan peserta didik
telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, dan dalam sub
bab ini deskripsi secara khusus menyoal tentang guru sebagai
pendidik.
Hasbullah (2013:124) menjelaskan bahwa guru sebagai
pendidik berfungsi sebagai pembimbing pengaruh, untuk
menumbuhkan aktivitas peserta didik dan sekaligus sebagai
pemegang tanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan.
Adapun (Rusman, 2011) menjelaskan bahwa pendidik sebagai
yang memfasilitator dalam proses pembelajaran. Dantes (2008)
menyatakan pula bahwa pendidik adalah ia yang memiliki tugas
sebagai pendidik sehingga segala potensi yang ada dalam diri
siswa akan muncul.
Berkenaan dengan gagasan tersebut, pendidik secara
esensial memiliki perbedaan makna dengan mengajar. Pendidik
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 114
memang memiliki tugas dan fungsi sebagagi pendidik, yakni
mendidik siswa agar potensi siswa dapat tumbuh. Adapun
mengajar lebih kepada hal yang bersifat formal sehingga
terkesan ke arah formalitas. Dengan demikian, guru sebagai
pendidik harus bersungguh-sungguh mendidik siswa tidak hanya
sekadar mengikuti proses pembelajaran. UU Sisdiknas No.20
Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidik harus menjalankan
kewajibannya sebagai pendidik dengan baik, sebab mendidik
adalah “Usaha sadar”, dan terencana untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan (Atmosuwito, 2010:69).
Suwantara (Wawancara: 24 Juli 2018) menjelaskan
bahwasanya untuk meningkatkan profesi guru menjadi guru
yang professional, maka lembaga PAUD Bija Santhi berupaya
memberikan beasiswa kepada tenaga pendidik agar dapat
menempuh studi di jalur sarjana PAUD, sehingga nantinya dapat
memberikan kontribusi yang baik terhadap lembaga. Selama ini
sudah ada satu tenaga pendidik yang sudah menyelesaikan
studinya pada lembaga perguruan tinggi PAUD, dan yang lagi
satu sedang menempuh studi. Tenaga pendidik yang sudah
memiliki standar kompentensi yang sesuai, tentunya akan
menjadi barometer pengajaran pada PAUD Bija Santhi.
Siswa
Kendala internal selanjutnya adalah siswa sebagai anak
didik pada PAUD Bija Santhi yang rata-rata berusia 3 sampai 5
tahun yang tentunya diusia yang demikian sangat banyak
kendala yang dihadapi pendidik dalam merealisasikan kegiatan
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 115
atau proses pembelajaran. Secara teoretis, suatu sistem
pendidikan terdiri atas komponen-komponen atau bagian-
bagian yang menjadi inti dari proses pendidikan. Sistem
pendidikan di dalamnya terdapat beragam komponen yang
bersinergi menjalankan proses pendidikan guna mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditentukan. Selain tujuan pendidikan,
peserta didik juga merupakan salah satu komponen dalam sistem
pendidikan yang penting dan utama. Hasbullah (2013:123)
menjelaskan bahwasanya peserta didik merupakan objek
sekaligus sebagai subjek pendidikan. Sebagai objek, peserta
didik tersebut menerima perlakuan-perlakuan tertentu, tetapi
dalam pandangan pendidikan modern, peserta didik lebih tepat
dikatakan sebagai subjek atau pelaksana pendidikan. Adapun
Dimyati dan Mudjiono (2013:35) mengemukakan bahwasanya
peserta didik merupakan komponen penting dalam proses
pembelajaran.
Berangkat dari gagasan teoretis tersebut PAUD Bija
Santhi memberikan perhatian yang penuh terhadap kegiatan
pembelajaran sebagai sebuah proses “Belajar sambil bermain”. Jadi anak didik PAUD Bija Santhi berjumlah 29 orang yang
rata-rata berusia 3 sampai 5 tahun, dan dalam teori
perkembangan fases usia yang demikian sangat rentan dengan
berbagai kendala yang menyebabkan proses pembelajaran tidak
dapat berjalan dengan baik. Sebagaimana Yasi (Wawancara: 24
Juli 2018) menjelaskan sebagai berikut.
“Para pendidik merasakan sekali ada banyak kendala dalam proses pembelajaran. Terutama kendala yang
dihadapi para guru ketika diterapkannya pembelajaran
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 116
budi pekerti melalui media bercerita. Anak didik yang
jumlahnya 29 orang memiliki beragam karakteristik yang
unik dan itu mereka tunjukkan dengan sikap. Ada yang
kalem dan pendiam, ada yang reaktif dan aktif, ada yang
pasif dan ada yang suka usil sama temannya ada yang suka
bercanda ketika guru menceritakan kisah dewa- dewa
dalam kisah Purana.”
Mengacu pada teori perkembangan anak, bahwa anak pada
fase usia yang demikian sangatlah menentukan sikap mereka
dalam memasuki tahapan selanjutnya. Masa anak-anak atau usia
dini, seorang anak akan mulai bereksplorasi terhadap
lingkungannya. Hal ini membuat anak terkadang lepas kendali
dengan mencoba berbagai hal tanpa memperdulikan bahayanya.
Oleh sebab itu, pada masa inilah pendidik perlu memberikan
dukungan dan respons yang tepat agar keinginan anak untuk
mandiri dapat tersalurkan (Hamalik, 2009: 65). Jadi delapan
perkembangan ini merujuk pada perkembangan psikis anak yang
sangat dipengaruhi oleh lingkungan.
Berdasarkan atas hal tersebut, penerapan pembelajaran
melalui bercerita akan mampu memberikan rangsangan kepada
anak didik untuk mereka merespon sehingga berpengaruh secara
positif terhadap perkembangan psikologis anak didik. Jadi
kendala anak didik saat menyimak cerita dalam pembelajaran,
seperti ada anak yang reaktif/aktif, pasif/diam, suka bercanda,
acuh tak acuh, masih larut dalam dunianya sendiri dan ada pula
yang menyimak dengan baik merupakan cara anak dalam
merespon lingkungannya sehingga di sinilah peran guru atau
pendidik dalam mengembangkan kemampuan keprofesiaannya
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 117
dalam mengembangkan cerita dalam proses pembelajaran.
Adapun anak didik ketika dalam proses pembelajaran dengan
perilaku yang berbeda dapat dilihat pada gambar 6.1 sebagai
berikut.
Gambar Situasi Kelas Pada Saat Proses Pembelajaran
Berlangsung, dan Perilaku Anak Menunjukkan Perbedaan yang
Unik, Sehingga Peran Guru Sangat Penting Dalam Menciptakan
Pembelajaran yang Menarik (Sumber: dok Perni, 2018).
Dalam pandangan peneliti, perilaku anak didik yang
demikian bukanlah dapat dinyatakan sebagai kendala
sesungguhnya dalam menerapkan teknik bercerita dalam
pembelajaran. Suasana belajar yang demikian dan perilaku anak
yang beragam merupakan keunikan tersendiri bagi anak didik
dalam merespon lingkungannya tersendiri, dan boleh dinyatakan
sebagai lingkungan pembelajarannya yang baru. Sebagaimana
dalam teori pendidikan, bahwa dalam memepelajari
perkembangan manusia ada beberapa hal yang harus
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 118
diperhatikan diantaranya adalah proses pematangan, khususnya
pematangan fungsi kognitif, proses belajar dan pembawaan atau
bakat serta minat (Syah, 1997: 43). Sejak anak lahir sampai anak
berusia 3 tahun mereka memiliki kepekaan dalam hal menyerap
berbagai hal yang terjadi di sekelilingnya atau lingkungannya.
Nampaknya anak didik pada PAUD Bija Santhi pun
merefleksikan hal yang sama, dan menunjukkan bahwasanya
perilaku anak merupakan cerminan dari perkembangannya
sebagai sebuah proses pematangan. Kendalanya yang dirasakan
oleh pendidik adalah respon anak didik terlalu peka dan terlalu
terserap ke dalam lingkungan sekelilingnya, sehingga dalam
proses pembelajaran mereka akan membiasakan diri dengan
kondisi di rumah di mana mereka beradaptasi secara intens. Jadi,
kendala-kendala yang demikian semestinya dijadikan bahan
kajian dan evaluasi dalam pengembangan lembaga PAUD Bija
Santhi dalam upaya meningkatkan kualitas lembaga, dan
pendidik dalam menerapkan teknik bercerita.
Perlu juga membagun sinergitas dengan keluarga sebagai
tempat pendidikan tertua untuk menerapkan pola asuh anak
didik yang benar-benar merepresentasikan pengembangan sikap,
kognisi dan keterampilannya. Keluarga bukanlah semata-mata di
mana anak didik terlahir, tetapi mengacu pada uraian Hasbullah
(2010) merupakan lembaga tertua yang penting mendidik anak
pada fase 0 sampai 6 tahun. Sebab pada masa itulah masa yang
paling tepat dalam menanamkan mereka konsep yang jelas
tentang budi pekerti sehingga dapat mereka realiasasikan dalam
kehidupan yang nyata sehari-hari.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 119
Kendala berikutnya yang dihadapi anak-anak didik pada
PAUD Baija Santhi adalah masih ketergantungan anak-anak
terhadap kedua orang tua mereka, sehingga pembelajaran mesti
didampingi. Bukan berarati hal tersebut tidak penting, tetapi
bagaimanpun akan sedikit menghambat proses untuk mereka
berkembang, terutama mengembangkan sikap mandiri. Tetapi,
berdasarkan atas uraian Yasi (Wawancara: 24 Juli 2018)
menjelaskan bahwasanya perkembangan anak memang beragam
sangat tergantung dari lingkungan dan faktor genetika. Tetapi
yang jelas pembelajaran hendaknya dibiarkan berkembang
secara alamiah. Dengan demikian, melalui teknik bercerita
sesungguhnya dapat mengarahkan anak didik untuk berkembang
secara alami dan mandiri sebagaimana mereka berproses dalam
perkembangannya bersama dengan pembelajaran yang semakin
meningkat kualitasnya.
Kendala Eksternal
Selain kendala internal, kendala eksternal juga penting di
deskripsikan dalam menelisik berbagai kendala dalam
penerapan pembelajaran budi pekerti pada PAUD Bija Santhi
melalui penerapan belajar teknik bercerita Hindu. Kendala
eksternal yang dapat peneliti amati berdasarkan atas penelusuran
peneliti adalah kendala yang bersifat luaran, seperti sarana dan
prasarana dalam menerapkan teknik bercerita, kondisi kelas, dan
lingkungan pembelajaran yang berdampak pada kurang
optimalnya pembelajaran, sehingga untuk mewujudkan siswa
yang berbudi pekerti teramat sangat jauh dari yang diharapkan.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 120
Untuk itu, lembaga PAUD Bija Sanhti sudah melakukan
berbagai hal dalam mengeleminir kendala-kendala yang
dihadapi PAUD Bija Santhi dalam merealisasikan pembelajaran.
Sebagaimana dijelaskan Suwantara (Wawancara: 24 Juli 2018)
sebagai berikut.
“Berbicara mengenai kendala eksternal atau kendala luaran dalam penerapan pembelajaran boleh dinyatakan
PAUD Bija Sanhti telah berhasil menanggulangi beberapa
hal yang dipandang sangat urgensi terkait dengan
pembelajaran. Terutama menciptakan lingkungan
pembelajaran yang aman dan kondusif. Berkenaan dengan
hal tersebut, lembaga pendidikan PAUD Bija Santhi
mengadakan kerjasama dengan lembaga pakraman agar
memenuhi standar sarana pembelajaran dapat tercapai,
yakni mulai dari gedung tempat belajar, aula, kantor guru
sekaligus pengawai dan sarana lainnya, seperti arena
bermain, perlengkapan simulasi pembelajaran, seperti
pisau, gunting, lem, kertas, warna dan yang lainnya.
Berbagai kendala tersebut di atas merupakan kendala yang
sering sekali dihadapi oleh lembaga pendidikan PAUD. Oleh
karena itu, berbagai kajian tentang PAUD sedang dilakukan
untuk mengembangkan lembaga pendidikan PAUD Hindu. Pun
demikian guru PAUD sebagai pelaku pendidik seyogianya
mengetahui arah mana anak didik/siswa akan dibawa, dan
mengacu pada Undang-Undang Sisdiknas, bahwa pendidikan
adalah sadar dan terencana untuk menciptakan generasi yang
memiliki kecerdasaam holistik. Berkenaan dengan hal tersebut
berikut diuraikan beberapa kendala eksternal, seperti:
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 121
Sarana-Prasarana
Salah satu aspek yang seharusnya mendapat perhatian
utama oleh setiap pengelola pendidikan adalah mengenai
fasilitas pendidikan, khususnya lembaga pendidikan PAUD.
Sarana pendidikan umumnya mencakup semua fasilitas yang
secara langsung dipergunakan dan menunjang proses
pendidikan, seperti: Gedung, ruangan belajar atau kelas, alat-alat
atau media pendidikan, meja, kursi, dan sebagainya. Sedangkan
yang dimaksud dengan fasilitas-prasarana adalah yang secara
tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan, seperti:
halaman, kebun atau taman sekolah, maupun jalan
menuju ke sekolah. Fasilitas pendidikan pada dasarnya
dapat dikelompokkan dalam empat kelompok yaitu tanah,
bangunan, perlengkapan, dan perabot sekolah (site, building,
equipment, and furniture). Agar semua fasilitas tersebut
memberikan kontribusi yang berarti pada jalannya proses
pendidikan, hendaknya dikelola dengan baik. Manajemen yang
dimaksud meliputi: (1) Perencanaan, (2) Pengadaan, (3)
Inventarisasi, (4) Penyimpanan, (5) Penataan, (6) Penggunaan,
(7) Pemeliharaan, dan (8) Penghapusan. Jadi, secara umum
sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu
proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena
apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang
dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan
sesuai dengan rencana (Rusman, 2011: 121).
Guru membutuhkan sarana pembelajaran dalam
menunjang kegiatan pembelajaran. Selain kemampuan guru
dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran, dukungan dari
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 122
sarana pembelajaran sangat penting dalam membantu guru.
Semakin lengkap dan memadai sarana pembelajaran yang
dimiliki sebuah sekolah akan memudahkan guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidikan. Begitu pula
dengan suasana selama kegiatan pembelajaran. Sarana
pembelajaran harus dikembangkan agar dapat menunjang proses
belajar mengajar.
Merujuk atas deskripsi tersebut di atas, sarana dan
prasarana merupakan aspek yang penting dalam lembaga
pendidikan apapun itu. Oleh karena itu, lembaga pendidikan
PAUD Bija Santhi berupaya memenuhi sarana dan prasarana
sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh lembaga
pendidikan PAUD pada umumnya. Namun demikian, terkait
dengan penerapan pembelajaran pendidikan budi pekerti melalui
teknik bercerita Hindu dirasa masih banyak ada kekurangan
yang sangat perlu dilengkapi, seperti uraian Rijasa (Wawancara:
24 Juli 2018) sebagai berikut.
“Jika dilihat dari keseluruhan sarana dan prasarana pembelajaran pada PAUD Bija Santhi sudah dapat
dinyatakan memenuhi standar sebagai lembaga
pendidikan. Ada gedung, tempat bermain, ruang kelas,
ruang kantor, ruang administrasi, pura PAUD, dapur, dan
yang lainnya. Kemudian prasarana lainnya seperti
komputer, perlengkapan pembelajaran dan lainnya
sudahlah memadai. Namun demikian, khususnya dalam
penerapan praktek pembelajaran teknik bercerita ada
sarana dan prasarana yang kurang, seperti alat simulasi
yang sesuai dengan cerita, gambar dewa-dewa dan
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 123
beberapa alat peraga yang menunjukkan atau
mempermudah dalam anak memahami cerita.”
Alat simulasi peraga sangat penting dalam menerapkan
pembelajaran dengan teknik bercerita. Alat simulasi tidak perlu
selalu mahal atau menghabiskan biaya yang mahal. Alat
simulasi dapat dibuat oleh pendidik dengan sederhana dan
sesuai dengan cerita yang dibawakan dan lingkungan di mana
anak didik tersebut berkembang. Selain itu, alat simulasi dapat
dibuat dengan media visualisasi baik berupa gambar dan video.
Namun demikian, tempat belajar pada PAUD Bija Santhi belum
memiliki LCD Proyektor sehingga menjadi kendala tersendiri
bagi guru dalam menerapkan teknik bercerita dalam
pembelajaran budi pekerti.
Padahal sarana dan prasarana yang berbasis teknologi
merupakan aspek yang penting dalam penerapan pembelajaran
melalui teknik bercerita. Hal tersebut berangkat dari sebuah
pandangan, bahwasanya sarana dan prasarana pendidikan
merupakan media pendukung pembelajaran. Sebagaimana
uraian Lickona (2010: 32), bahwa tidak dapat dipungkiri bahwa
dalam proses pendidikan, bahwa kualitas pendidikan tersebut
juga di dukung dengan sarana dan prasarana yang menjadi
standar sekolah atau instansi pendidikan yang terkait. Sarana
dan prasarana sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam
belajar. Hal ini menunjukkan bahwa peranan sarana dan
prasarana sangat penting dalam menunjang kualitas belajar
siswa, terlebih anak didik pada lembaga PAUD. Misalnya saja
sekolah PAUD Bija Sanhti yang berada di Desa Pakraman
Ubud kota yang sudah memiliki aula kesenian, maka anak
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 124
didiknya secara langsung dapat belajar seni sedangkan lembaga
PAUD yang berada di tempat lain yang tidak memiliki aula
kesenian atau studio seni, maka anak didik mereka tidak akan
bisa menari kecuali mereka belajar di sanggar. Adapun ruang
pendidik PAUD Bija Santhi dapat dilihat pada gambar berikut.
Pengelolaan itu dimaksudkan agar dalam menggunakan
sarana dan prasarana di sekolah bisa berjalan dengan efektif dan
efisien. Pengelolaan sarana dan prasarana merupakan kegiatan
yang amat penting di sekolah, karena keberadaannya akan
sangat mendukung terhadap suksesnya proses pembelajaran di
sekolah. Dalam mengelola sarana dan prasarana di sekolah
dibutuhkan suatu proses sebagaimana terdapat dalam
manajemen yang ada pada umumnya, yaitu mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pemeliharaan dan
pengawasan. Apa yang dibutuhkan oleh sekolah perlu
direncanakan dengan cermat berkaitan dengan sarana dan
prasarana yang mendukung semua proses pembelajaran.
Kondisi Kelas
Kendala selanjutnya dalam menerapkan pembelajaran
budi pekerti melalui teknik bercerita pada PAUD Bija Santhi
Desa Pakraman Padangtegal adalah kondisi kelas yang tidak
dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang berbasis pada
teknologi. Kondisi yang demikian akan berdampak pada proses
pembelajaran yang tidak maksimal dalam mengembangkan
potensi anak didik. Berbasis teknologi yang dimaksud adalah
sistem kompoterisasi. Komputer dan LCD Proyektor merupakan
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 125
komponen yang penting dalam menerapkan pembelajaran
dengan teknik bercerita.
Melalui alat tersebut, pendidik dapat memvisualisasikan
nama dewa-dewa dan tokoh dalam cerita yang dipandang
mampu memiliki ikon atau sosok yang dapat ditauladani
sikapnya, sehingga siswa mampu mengembangkan imajinasi
mereka dan akan berpengaruh positif terhadap perkembangan
anak didik. Hal tersebut berangkat dari hal, bahwasanya anak
membutuhkan dongeng atau cerita karena beberapa hal, seperti
uraian Rusman (2011: 87) sebagai berikut.
1. Anak membangun gambaran-gambaran mental pada saat guru
memperdengarkan kata-kata yang melukiskan kejadian.
2. Anak memperoleh gambaran yang beragam sesuai dengan
latar belakang pengetahun dan pengalaman masing-masing.
3. Anak memperoleh kebebasan untuk melakukan pilihan secara
mental.
4. Anak memperoleh kesempatan menangkap imajinasi dan
citraan- citraan cerita: citraan gerak, citraan visual, dan
auditif.
Jadi kondisi kelas yang berbasis pada teknologi sangat
penting diterapkan dalam pembelajaran, dan kondisi yang
demikian belum terlengkapi pada PAUD Bija Santhi. Namun
demikian, Yasi (wawancara: 24 Juli 2018) menjelaskan
bahwasanya lembaga pendidikan PAUD masih berusaha untuk
memenuhi setandar yang demikian, terutama menyediakan LCD
Proyektor pada ruang belajar, sehingga memudahkan guru untuk
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 126
memvisualisasikan cerita melalui media gambar dan visual,
sehingga makna dan pesan cerita berhasil ditangkap.
Kondisi kelas yang baik dan sarana pembelajaran yang
lengkap akan berdampak pada situasi pembelajaran yang lebih
nyaman. Terlebih dalam pembelajaran melalui teknik bercerita,
dan sebagaimana metode cerita adalah kegiatan seseorang secara
lisan untuk menyampaikan suatu hal kepada orang lain. Hal
tersebut dapat berupa informasi, atau hal lain seperti dongeng
yang memiliki tujuan untuk menghibur. Bercerita dapat
dilakukan dengan alat bantu (media) atau tanpa bantuan alat
apapun. Di dalam kelas, metode cerita dapat diartikan sebagai
kegiatan penyampaian pesan yang dilakukan secara lisan baik
dari guru ke siswa, siswa ke guru dan juga dari siswa ke siswa.
Jadi bercerita dalam kelas tidak hanya guru yang bercerita untuk
menciptakan kelas yang berorientasi pada siswa maka
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar melakukan
sendiri menjadi salah satu aspek yang paling penting.
Metode bercerita haruslah memperhatikan keutuhan isi
cerita dari awal sampai akhir. Guru juga hars merencanakan isi
cerita yang akan disampaikan sehingga dapat menjadi cerita
yang utuh dan menarik. Metode ini sejatinya merupakan
padanan dari metode ceramah hanya saja terdapat modifikasi
dalam bentuk penyampaian menjadi lebih menarik. Tujuan
utama penggunaan metode cerita tentu agar tercapainya tujuan
pembelajaran. Namun lebih sepesifik metode bercerita memiliki
tujuan untuk melatih siswa mendengarkan cerita, memahami isi
cerita, bertanya dari isi cerita, menjawab soal yang bersumber
dari cerita dan terakhir yaitu mampu untuk menceritakan
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 127
kembali apa yang ia dengan dengan bahasa mereka sendiri.
Metode bercerita adalah sebuah metode yang dapat menarik
minat siswa dalam mempelajari suatu hal. Terlebih bila cerita
disampaikan secara "Wah". Metode cerita juga berfungsi untuk
menambah perbendaharaan kata anak usia PAUD. Dengan
mendengarkan siswa akan memahami kata kata yang mereka
belum pernah tau sebelumnya. Sehingga mereka akan berfikir
dan menyimpan berbagai macam perbendaharaan kata baru.
Dengan bercerita kembali mereka dapat memperkuat ingatan
terhadap perbendaharaan kata baru. Dengan menerapkan metode
bercerita ada beberapa hal yang dapat diperoleh sebagai manfaat
(Sayahbudin, 2015: 35), diantaranya yaitu:
1. melatih daya serap atau daya tangkap anak
2. mengembangkan daya fikir anak
3. meningkatkan konsentrasi anak
4. mengembangkan daya imajinasi siswa
5. menciptakan situasi yang menyenangkan di kelas
6. meningkatkan keakraban antara guru dan siswa siswinya
7. meningkatkan perkembangan bahasa anak
Sekolah PAUD Bija Santhi cerita yang diberikan adalah
cerita sederhana, oleh sebab itu metode pembelajarannya disebut
sebagai metode pembelajaran cerita sederhana. Hal-hal yang
dapat dilakukan dalam melaksanakan pembelajaran dengan
teknik tersebut adalah melakukan pengamatan terhadap gambar
dewa- dewa dan nama tokoh, sehingga kegiatan dapat
dilanjutkan dengan beberapa hal, seperti melakukan kegiatan
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 128
seperti bermain peran dan menceritakan kembali. Oleh sebab
itu, kondisi kelas hendaknya disesuaikan dengan narasi cerita,
sehingga ada kesesuaian. Lebih spesifik, berikut ini langkah-
langkah pembelajaran bercerita dapat dilakukan dengan
memanfaatkan kondisi kelas, yakni:
a. Penyelidikan
Pada kegiatan penyelidikan guru memberikan pertanyaan
kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap
suatu topik yang akan guru sampaikan tentang kisah Dewa
Wisnu. Misalnya : Taukah Dewa Wisnu adalah sebagai
pencipta. Jadi yang dibutuhkan adalah media dan sarana
prasarana yang merujuk pada objek tersebut.
b. Penyajian bahan baru
Melalui metode cerita, atau ceramah juga bisa. Guru
menyampaikan materi yang berkaitan dengan topik yang akan
diselidiki. Misanya : Guru menyampaikan wujud Dewa Wisnu
dan di sini dibutuhkan simulasi peraga berupa gambar atau
video dewa-dewa agama Hindu.
c. Asimilasi/pengumpulan data
Kegiatan siswa untuk mencari informasi dengan cara
mengamati, mencatat dan mendokumentasikan segala informasi
yang dibutuhkan sebagai tugas yang diberikan oleh guru. Misal :
Setelah mengetahui wujud Dewa Wisnu, anak didik bisa
mencari gambar-gambar yang banyak serta menunjukkan dewa
wisnu tersebut, dan sinilah dibutuhkan beberapa bentuk visual
dewa-dewa dalam agama Hindu.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 129
d. Menyampaikan kembali
Pada tahap ini para siswa menyampaikan kembali apa
yang telah mereka ketahui dari data yang telah mereka
kumpulkan, baik berupa cerita lisan dan yang berhubungan
dengan hal tersebut.
Jadi penerapan teknik bercerita membutuhkan sarana dan
prasarana yang hendaknya memadai, sebab teknik ini sangat
baik karena peserta didik dapat secara langsung memanfaatkan
pengetahuan yang mereka peroleh dalam praktik nyata. Namun
yang perlu diperhatikan dalam penerapan metode pembelajaran
melalui cerita adalah tidak semua topik pembelajaran dapat
menggunakan metode ini. dengan sarana dan prasarana yang ada
pada lembaga pendidikan.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 130
IMPLIKASI PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI
MELALUI TEKNIK BERCERITA TERHADAP
ANAK DIDIK
Penerapan pembelajaran budi pekerti melalui teknik
bercerita pada PAUD Bija Santhi Desa Pakraman Padangtegal
tentunya membawa implikasi. Implikasi yang nampak terutama
pada anak didik sebagai subjek didik, sehingga deskripsi pada
bab ini dikhususkan kepada implikasi teknik bercerita terhadap
beberapa hal yang terkait dengan anak didik, seperti karakter
atau perilaku, kognisi, psikomotorik, potensi diri dan aspek
mental spiritual yang ada pada anak didik.
Kemudian dalam menelaah implikasi, peneliti
menggunakan teropong analisis sebagaimana teori Taksonomi
Bloom yang menurut Dantes (2008: 87), bahwa implikasi
pembelajaran dalam ranah pendidikan hendaknya capaiannya
menuju pada aspek afektif yakni perilaku atau sikap, kognisi
atau kecerdasan intelektual dan psikomotorik yakni
keterampilan. Tiga aspek tersebut merupakan alat ukur yang
nantinya dapat dinyatakan bahwa proses pembelajaran dapat
berjalan dengan baik.
Demikian pula dalam proses pembelajaran PAUD Bija
Santhi yang menerapkan teknik bercerita dalam upaya
mengembangkan pendidikan yang berbasis pada pendidikan
budi pekerti melalui ajaran agama Hindu tentunya. Berdasarkan
atas hal tersebut, maka dalam penerapannya selama ini
pembelajaran dengan teknik bercerita berimplikasi pada
beberapa hal sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, seperti
berikut.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 131
Anak dapat Mengembangkan Sikap Berkarakter
Penerapan teknik bercerita Hindu pada PAUD Bija Santhi
secara elementer sangat berdampak pada pengembangan sikap
atau aspek apektif. Sikap dalam konteks ini tentunya perilaku
yang merefleksikan nilai karakter Hindu yang tercermin pada
sikap anak didik. Pembelajaran pendidikan budi pekerti pada
PAUD Bija Santhi melalui cerita-cerita Hindu memiliki peran
penting dan setrategis dalam mengembangkan sikap serta
kepribadian anak didik, sehingga ke depannya anak didik akan
menjadi pribadi yang berbudi pekerti luhur. Hal tersebut
menurut Yasi (Wawancara: 24 Juli 2018), bahwa:
“Penerapan pembelajaran budi pekerti melalui teknik bercerita dipandang efektif dan relevan dengan fase
perkmebangan anak pada usia dini.Sebab cerita demikian
sangat menarik bagi mereka, dan ajaran-ajaran moral
(susila) begitu mudah dicerta dan melekat dalam alam
pikir anak didik, sehingga dibawa pada kebiasan-
kebiasaan yang baik. Sebagaimana yang dapat kita lihat
pada perilaku anak didik PAUD Bija Santhi yang sudah
mulai menunjukkan sikap dan perilaku yang berkarakter.
Harapannya sikap yang demikian tidak saja diterapkan di
sekolah tetapi juga diterapkan dalam di rumah di mana
mereka ada dalam keluarga. Berdasarkan informasi dari
orang tua anak didik, ada semacam transformasi perilaku
yang dimunculkan bagi anak-anak mereka. Mereka sudah
mulai menyakan banten saiban, dan yang lainnya yang
berhubungan dengan perilaku moral.”
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 132
Bedasarkan atas uraian tersebut jelas menunjukkan
bahwasannya teknik bercerita Hindu ternyata mampu
memunculkan trasnformasi positif kepada anak didik, sehingga
di rumahnya mereka sudah mulai memunculkan perilaku yang
baik kepada kedua orang tua, saudara dan adik, dan orang tua.
Melalui bercerita sesungguhnya berimplikasi pada melatih daya
serap anak sehingga anak didik menjadi terlatih untuk
memperhatikan, mendegar dan melaksanakannya dalam perilaku
dan orang lain.
Tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahu adalah agar anak
mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang
disampaikan orang lain, anak dapat bertanya apabila tidak
memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan, selanjutnya
anak dapat menceritakan dan mengekpresikan terhadap apa yang
didengarkan dan diceritakannya, sehingga hikmah dari isi cerita
dapat dipahami dan lambat laun dapat didengarkan,
diperhatikan, dilaksanakan, dan diceritakan pada orang lain.
Karena menurut Jerome S. Brunner (dalam Tampubolon, 1991:
10), bahawasanya bahasa berpengaruh besar pada
perkembangan pikiran anak. Dengan demikian jelas
menunjukkan bahwasanya teknik bercerita merupakan metode
yang bermafaat bagi anak didik, seperti: (1) Dapat menjangkau
jumlah anak yang relatif banyak, (2) Waktu yang tersedia dapat
dimanfaatkan dengan efektif dan efisien, (3) Pengaturan kelas
menjadi lebih sederhana, (4) Guru dapat menguasai kelas
dengan mudah, dan(5) Secara relatif tidak banyak memerlukan
biaya.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 133
Bertolak atas hal tersebut, jelas munjukkan bahwasannya
teknik bercerita secara tidak langsung dapat menumbuhkan
sikap berkarakter dalam diri anak didik. Hal tersebut dapat
dilihat dari kemampuan anak didik dalam memunculkan sisi
kreatifitas dan sikap religiusnya dalam proses pembelajaran.
Ada satu hal yang menarik dalam sikap, yakni anak didik pada
PAUD Bija Santhi sudah diajarkan sikap berdoa, bernyanyi lagu
Tri Kaya Parisudha, menghormati orang tua dan membantu
orang tua dalam membuat yajña sesa, yakni Banten Saiban.
Sikap berdoa adalah sikap awal yang dianjurkan bagi anak
didik. Tentunya harapan ke depannya mereka memiliki
kebiasaan untuk tetap berdoa sebelum mereka melakukan
aktivitas apapun. Kisah dalam cerita yang disampaikan pendidik
ternyata membawa anak didik pada dimensi religius, sehingga
mereka memiliki keyakinan bahwa Tuhan akan memberikan
selalu keselamatan ketika mereka berdoa.
Karakter yang baik merupakan aspek penting dalam
proses pembelajaran dalam sistem pendidikan. Sebagaimana hal
tersebut dideskripsikan Thomas Lickona sebagai penggagas
teori pendidikan karakter. Lickona (2013:81) menjelaskan
bahwasanya karakter yang baik merupakan hal yang kita
inginkan dimiliki anak didik. Karakter dalam hal ini merujuk
pada nilai operatif dalam tindakan. Anak didik dalam belajar
tentunya berdasarkan atas proses, dan nilai sering menjadi suatu
kebaikan, suatu disposisi batin yang dapat diandalkan untuk
menanggapi situasi dengan cara yang menurut moral itu baik.
Jadi, dengan bertolak atas gagasan tersebut, teknik bercerita
pada pembelajaran budi pekerti PAUD Bija Santhi
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 134
sesungguhnya berhubungan dengan realisasi dari nilai moral
dalam cerita tersebut. Nilai opratif dalam cerita diejawantahkan
dalam realisasi berupa kegiatan berdoa, sembahyang, dan
melakukan tindakan religius. Hal tersebut sejalan dengan apa
yang dijelaskan Lickona dalam teori karakternya.
Berdasarkan atas hal tersebut, karakter selalu berhubungan
dengan tiga hal, yakni pengetahuan moral, perasaan moral, dan
perilaku moral. Oleh karena itu, karakter yang baik terdiri dari
mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik, dan
melakukan hal yang baik. Ketiga hal tersebut, diperlukan dalam
mengarahkan suatu kehidupan moral; ketiganya ini membentuk
kedewasaan moral. Ketika kita berpikir tentang jenis karakter
yang kita inginkan bagi anak didik, sudah jelas bahwa kita
menginginkan anak didik mampu menilai apa yang benar,
sangat perduli tentang apa yang benar, dan kemudian melakukan
apa yang mereka yakini itu benar (Lickona, 2013: 82).Merujuk
atas uraian tersebut di atas, jelas menunjukkan bahwa karakter
tidak hanya sebatas konsep yang normative. Karakter adalah
berhubungan dengan perasaan moral dan perilaku moral.
Pengetahuan moral berhubungan dengan perubahan moral
kehidupan. Keenam aspek tersebut merupakan aspek yang
paling menonjol sebagai tujuan pendidikan karakter yang
diinginkan. Pengetahuan moral berhubungan dengan perasaan
moral yang identik dengan sisi emosional karakter. Sisi ini
terkadang diabaikan dalam proses pembelajaran, padahal sisi ini
adalah aspek yang terpenting dalam proses pembelajaran
sebagai upaya untuk menumbuhkembangkan karakter dalam diri
siswa. Selanjutnya meminjam uraian Lickona (dalam Hasbullah,
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 135
2009: 99), bahwa pengembangan perasaan moral secara tidak
langsung dapat menumbuhkan kepekaan terhadap hati nurani,
harga diri, empati dan mencintai hal-hal yang baik. Demikian
pula kendali diri dan sikap rendah diri akan dapat berkembang
dengan baik.
Merujuk pada skema teoretis tersebut pula dapat dicermati
bahwa realisasi dari perasaan moral adalah tindakan moral.
Dalam tindakan tersebut, siswa pada PAUD Bija Sanhti sebagai
anak didik nantinya diupayakan dapat beperilaku berdasarkan
standar moralitas. Anak didik hendaknya mampu memiliki sikap
kompetensi moral, yakni berlomba-lomba untuk mewujudkan
sikap yang baik dalam perilaku mereka. Selain itu, siswa mampu
menentukan pilihan yang benar dalam suatu situasi moral.
Menurut Lickona (2013) ada hal yang penting lainnya adalah
“Kebiasaan” siswa untuk merealisasikan tindakan moral, sehingga mendapat manfaat dari kebiasaan tersebut. Termasuk
kebiasaan berdoa, seperti dalam gambar berikut.
Gambar Anak Didik PAUD Bija Santhi Sedang Diarahkan
Untuk Berdoa Sebelum Kegiatan Belajar akan Dilangsungkan
(Sumber: dok Peneliti, 2018).
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 136
Anak dapat Mengembangkan Aspek Kognitif
Kembali mengacu pada Bloom (dalam Sukardjo, 2008:
21), bahwasanya perkembangan anak didik mesti diarahkan
tidak saja mengarah pada perilaku. Tetapi penting juga
mengarahkan aspek kognisi anak didik agar memiliki
kecerdasan intelektual yang baik sebagai bekal persiapan nanti
untuk anak didik memasuki jenjang yang lebih tinggi. Untuk itu,
melalui pendekatan bercerita dengan cerita yang disampaikan
diharapkan anak didik memiliki kepekaan terhadap daya
konsentrasi, sebab cerita disampaikan secara lisan. Bercerita
adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan
atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan
tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang
lain (Bachri :2005:10). Dengan kata lain bercerita adalah
menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau
suatu kejadian secara lisan dalam upaya untuk mengembangkan
potensi kemampuan berbahasa.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada PAUD
Bija Santhi, teknik bercerita dilaksanakan dalam upaya
memperkenalkan, memberikan keterangan, atau penjelasan
tentang hal baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran
yang dapat mengembangkan berbagai kompetensi dasar usia
anak. Oleh karena itu materi yang disampaikan berbentuk cerita
yang awal dan akhirnya berhubungan erat dalam kesatuan yang
utuh, maka cerita tersebut harus dipersiapkan terlebih dahulu.
Biasanya kegiatan bercerita dilaksanakan pada kegiatan
penutup, sehingga kalau anak pulang, anak menjadi tenang dan
senang setelah mengikuti pembelajaran, Namun demikian pada
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 137
prakteknya tidak selalu pada saat kegiatan penutup, bercerita
dapat dilakukan pada saat kegiatan pembukaan, kegiatan inti,
maupun pada waktu-waktu senggang di sekolah, misalnya pada
saat waktu istirahat, karena mendengarkan cerita adalah sesuatu
yang mengasyikkan bagi anak usia dini (Wawancara: Yasi, 24
Juli 2018).
Menurut Tampubolon (1991:50), “Bercerita kepada anak
memainkan peranan penting bukan saja dalam menumbuhkan
minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam
mengembangkan bahasa dan pikiran anak” Fungsi kegiatan
bercerita bagi anak usia 3-6 tahun adalah membantu
perkembangan bahasa anak dan dengan bercerita pendengaran
anak dapat difungsikan dengan baik, untuk kemampuan
berbicara dengan menambah perbendaharaan kosa kata,
kemampuan mengucapkan kata-kata, melatih merangkai kalimat
sesuai dengan tahap perkembangannya, selanjutnya anak dapat
mengekpresikannya melalui bernyanyi, menulis, ataupun
menggambar sehingga pada akhirnya anak mampu membaca
situasi , gambar, tulisan atau bahasa isyarat.
Bercerita merupakan salah satu metode dan teknik
bermain yang banyak dipergunakan di PAUD Bija Santhi.
Bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar
bagi anak usia dini dengan membawakan cerita kepada anak
secara lisan. Jadi, bercerita adalah cara bertutur dan
menyampaikan cerita atau memberikan penjelasan secara lisan.
Bercerita juga merupakan cara untuk menyampaikan nilai-nilai
yang berlaku di masyarakat. Seorang guru PAUD Bija Santhi
hendaklah mampu menjadi seorang pendongeng yang baik yang
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 138
akan menjadikan cerita sebagai kegiatan bermain yang menarik
dan dapat menjadikan pengalaman yang unik bagi anak. Isi
cerita pun diupayakan berkaitan dengan cara berikut ini.
1. Dunia kehidupan anak yang penuh suka cita, yang menuntut
isi cerita memiliki unsur yang dapat memberikan perasaan
gembira, lucu, menarik dan mengasyikkan bagi anak. Dunia
kehidupan anak berkaitan dengan cerita seputar lingkungan
terdekat anak, seperti lingkungan keluarga, sekolah dan
lingkungan bermain anak.
2. Minat anak pada umumnya anak PAUD sangat berminat pada
cerita- cerita tentang : binatang, tanaman, kendaraan, boneka,
robot, planet, dan lain-lain.
3. Tingkat usia, kebutuhan dan kemampuan mencerna isi cerita.
Ceritanya harus cukup pendek dalam rentang perhatian anak.
Cerita tersebut bersifat meningkatkan daya pikir anak seperti
cerita-cerita tentang makanan dan minuman sehat, kebersihan
diri melayani diri sendiri.
4. Membuka kesempatan bagi anak untuk bertanya dan
menanggapi setelah guru selesai bercerita (Anita, Yus. 2011:
33).
Atas deskripsi tersebut, jelas dapat dinyatakan bahwa
teknik bercerita Hindu secara tidak langsung dapat menanamkan
aspek moral dan kecerdasan akal serta intelegnsia anak didik.
Sebab dengan itu, anak didik akan mengalami pengetahuan
tersebut. Sebagaimana adanya ilmu terlahir dari adanya
akumulasi pengetahuan, sehingga menjadilah ilmu. Menurut
Tadkiroatun (2005:95) ditinjau dari beberapa aspek, manfaat
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 139
metode bercerita sebagai berikut: (1) Membantu pembentukan
pribadi dan moral anak, (2) Menyalurkan kebutuhan imajinasi
dan fantasi, 3) Memacu kemampuan verbal anak, (4)
Merangsang minat menulis anak, (5) Merangsang minat baca
anak, dan (6) Membuka cakrawala pengetahuan anak.
Sedangkan menurut Bachri (2005: 11), manfaat bercerita
adalah dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab
dalam bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa
jadi merupakan hal baru baginya. Manfaat bercerita dengan kata
lain adalah menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi
sehingga dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak.
Misalnya melalui media dongeng/bercerita dapat berfungsi
sebagai penggugah kreativitas anak-anak. Melalui
dongeng/cerita, guru bisa menyampaikan pesan-pesan, hikmah-
hikmah dan pengalaman-pengalaman kepada murid-muridnya.
Disamping memperkaya imajinasi anak, dongeng/bercerita pun
menjadikan anak-anak merasa belajar sesuatu, tetapi tak merasa
digurui. Bahkan, dengan melalui dongeng/cerita diketahui
adalah merupakan salah satu cara yang efektif mengembangkan
aspek- aspek kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan), social
dan aspek konatif (penghayatan) anak-anak. Dongeng/cerita
mampu membawa anak-anak pada pengalaman-pengalaman
baru yang belum pernah dialaminya. Karena itu guru perlu
memiliki kreativitas, penghayatan, dan kepekaan pada saat
bercerita agar pesan dapat sampai kepada murid-muridnya.
Adapun fungsi dari pada metode bercerita (Moeslichatoen
2004:45) yaitu : (1) Melatih daya konsentrasi, (2) Melatih
mengungkapkan daya pikir, (3) Menambah pengetahuan dan
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 140
keterampilan anak dalam mengkomunikasikan isi gambar,( 4)
Melatih menghubungkan isi gambar sesuai dengan imajinasi
anak, (5) Melatih mengungkapkan imajinasi anak, (6) Melatih
anak berkomunikasi secara lisan, dan (7) Menambah kosa kata
dalam berbahasa. Anak membutuhkan dongeng atau cerita
karena beberapa hal: (1) Anak membangun gambaran-
gambaran mental pada saat guru memperdengarkan kata-kata
yang melukiskan kejadian. (2) Anak memperoleh gambaran
yang beragam sesuai dengan latar belakang pengetahun dan
pengalaman masing-masing. (3) Anak memperoleh kebebasan
untuk melakukan pilihan secara mental. (4) Anak memperoleh
kesempatan menangkap imajinasi dan citraan-citraan cerita:
citraan gerak, citraan visual, dan auditif.
Cerita mendorong anak-anak didik PAUD Bija Santhi
bukan saja senang menyimak cerita, tetapi juga senang bercerita
atau berbicara. Anak belajar tentang tata cara berdialog dan
bernarasi dan terangsang untuk menirukannya. Kemampuan
untuk mempraktekkan terdorong karena dalam cerita ada
negosiasi, pola tindak-tutur yang baik seperti menyuruh,
melarang, berjanji, mematuhi larangan dan memuji.Memacu
kemampuan bercerita anak PAUD Bija Santhi merupakan
sesuatu yang penting, karena beberapa alasan, yaitu : Pertama
anak memiliki kosa kata cenderung berhasil dalam meraih
prestasi akademik. Kedua, anak yang pandai berbicara
memperoleh perhatian dari orang lain. Hal ini penting karena
pada hakikatnya anak senang menjadi pusat perhatian dari orang
lain. Ketiga, anak yang pandai berbicara mampu membina
hubungan dengan orang lain dan dapat memerankan
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 141
kepemimpinannya dari pada anak yang tidak dapat berbicara.
Berbicara baik mengisyaratkan latar belakang yang baik pula.
Keempat, anak yang pandai berbicara akan memiliki
kepercayaan diri dan penilaian diri yang positif, terutama setelah
mendengar komentar orang tentang dirinya.
Dalam berbicara terkadang individu dapat menyesuaikam
dengan keinginannya sendiri. Pada dasarnya berbicara sama
halnya dengan menuangkan segala perasaan kita yang
tersimpan. Kita dalam berbicara dapat mengungkapkan, serta
mengekspresikan apa keinginan kita. Berdasarkan atas hal
tersebut, lembaga pendidikan PAUD berupaya untuk memenuhi
konsep ideal tersebut di atas.
Anak dapat Mengembangkan Aspek Psikomotorik
Pembelajaran budi pekerti pada PAUD Bija Santhi tidak
saja berimplikasi pada aspek epektif dan kognitif, tetapi
berimplikasi pula pada aspek keterampilan atau psikomotorik.
Sebagaimana uraian Parwati (wawancara: 24 Juli 2018), bahwa
cerita yang disampaikan akan bermanfaat dalam
mengembangkan daya keterampilan anak yang tertuang dalam
berbagai perilaku anak didik yang menunjukkan mereka sedang
merespon lingkungannya dengan baik. Salah satu keterampilan
siswa pada PAUD bija Santhi melalui teknik bercerita adalah
siswa akan memiliki kemampuan berbicara dengan baik.
Menurut Hulit& Howard (1997), sesungguhnya bahasa adalah
ekspresi kemampuan manusia yang bersifat innate atau bawaan.
“Bahasa” dan “Pengekpresian bahasa” adalah dua hal yang
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 142
berbeda. Bahasa berada di dalam otak kita, dan ia akan tetap ada
walaupun diekpresikan atau tidak Seseorang yang tidak bisa
bicara (bisu) bukan berarti ia tidak memiliki bahasa. Ia tetap
dapat mengetahui tentang kosa kata bahasa dan dapat
menyimpan pengetahuannya dalam bentuk bahasa.
Bahasa dapat diekspresikan dalam berbagai bentuk, yaitu
bicara, tulisan, dan gerakan. Bicara adalah ekspresi oral dari
bahasa. Organ manusia yang berperan adalah mulut dan
tenggorokan. Terkadang penggunaan istilah ”Bahasa” dan ”Bicara” ini tertukar atau disamakan arti. Pada kenyataannya kedua istilah ini berbeda walaupun memiliki kaitan yang erat
dalam komunikasi. Bicara bisa saja hadir tanpa adanya bahasa,
begitupun sebaliknya. Bahasa juga dapat hadir tanpa bicara,
contohnya adalah orang bisu-tuli karena ia tidak dapat
mendengar ekpresi oral dari bahasa maka ia tidak dapat bicara.
Bagi orang bisu-tuli bukan berarti ia tidak memiliki bahasa, jika
ia menerima stimulasi yang tepat dan kesempatan pendidikan
yang sesuai maka ia akan dapat mengembangkan kemampuan
bahasa yang sama dengan orang yang dapat mendengar dan
dapat berbicara atau orang yang normal seperti manusia biasa.
Dengan kata lain, ekspresi bahasa pada orang- orang tersebut
bukan dengan oral melainkan dengan gerakan atau tulisan.
Dalam menyampaikan cerita, pendidik hendaknya mampu
memainkan peran mereka masing-masing melalui percakapan
yang berarti saling mengkomunikasikan pikiran dan perasaan
secara verbal atau mewujudkan kemampuan bahasa reseptif dan
ekpresif. Lain pula pada buku yang sama dikatakan bahwa
”Bercakap-cakap dapat pula diartikan sebagai dialog atau
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 143
sebagai perwujudan bahasa reseptif dan ekpresif dalam suatu
situasi” Penguasaan bahasa reseptif adalah semakin banyaknya
kata-kata yang baru dikuasai oleh anak yang diperoleh dari
kegiatan bercakap-cakap itu. Dan penguasaan berbahasa
ekpresif adalah semakin seringnya anak menyatakan keinginan,
kebutuhan, pikiran, dan perasaan pada orang lain secara lisan.
Jadi bercakap-cakap adalah merupakan suatu cara
penyampaian bahan pengembangan bahasa yang dilaksanakan
melalui bercakap-cakap salam bentuk tanya-jawab antara anak
dengan guru atau anak dengan anak, yang dikomunikasikan
secara lisan dan merupakan salah satu bentuk komunikasi antar
pribadi, dimana satu dengan yang lainnya saling
mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara verbal atau
kemampuan mewujudkan bahasa yang reseptif dan ekspresif
dalam suatu dialog yang terjadi dalam suatu situasi.
Menurut Widodo (2008 : 4) berpendapat bahwa “ Bahasa ekspresif adalah kemampuan anak untuk mengeluarkan kata-
kata yang berarti” Sedangkan menurut Fizal (2008 :3)
berpendapat bahwa “Bahasa ekspresif adalah bahasa lisan dimana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur
menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan”. Menurut Nanda Santoso (Fajar Mulya, 1996), berpendapat
bahwa “Berbicara merupakan sarana komunikasi untuk
menyampaikan perasaan, berkata apa yang dikatakan dalam
berbahasa. Dari beberapa pengertian diatas yang dikemukakan
oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
bahasa ekspresif adalah merupakan cara seorang anak dalam
mengungkapkan perasaan serta kata-katanya kepada orang lain
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 144
yang berada di sekitarnya yang mempunyai arti dan kadang
dicampur dengan gerakan tubuh.Anak menerima dan
mengekspresikan bahasa dengan berbagai cara. Berbicara dan
menulis merupakan keterampilan bahasa ekspresif yang
melibatkan pemindahan arti melalui symbol visual dan verbal
yang diproses dan diekspresikan anak. Ketika anak berbicara
dan menulis, mereka menyusun bahasa dan mengkonsep arti.
Pengertian bahasa ekpresif adalah merupakan cara seorang
anak dalam mengungkapkan perasaan serta kata-katanya kepada
orang yang berada di sekitarnya, terutama orang tuanya yang
berupa pengucapan secara langsung atau secara lisan. Memacu
kecerdasan linguistik merupakan kegiatan yang sangat penting.
Pernyataan ini didukung oleh pendapat sejumlah ahli, bahwa
diantara komponen kecerdasan yang lain, kecerdasan
linguistiklah yang mungkin merupakan kecerdasan yang paling
universal. Menurut Nurbiana (2007: 3.7), ada dua tipe
perkembangan berbicara yaitu :
1. Egosentric Speech
Terjadi ketika anak berusia 2 sampai 3 tahun, dimana anak
mulai berbicara pada dirinya sendiri. Perkembangan berbicara
anak dalam hal ini sangat berperan dalam mengembangkan
kemampuan berpikirnya.
2. Socialized Speech
Terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya ataupun
dengan lingkungannya. Hal ini berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan adaptasi sosial anak. Berkenaan dengan hal tersebut
terdapat 5 bentuk sosialized speech yaitu saling tukar informasi
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 145
untuk tujuan bersama, penilaian terhadap ucapan atau tingkah
laku orang lain, perintah, pertanyaan, dan jawaban.
Perkembangan kemampuan berbahasa pada anak Taman
Kanak-kanak adalah perubahan yang terjadi pada anak yang
ditandai dengan perkembangan bahasa anak menurut Mustakim
Nur, (2001 : 24) bahwa perkembangan bahasa yang dimaksud
adalah: “Perkembangan bunyi, perkembangan kata,
perkembangan kalimat dan perkembangan makna” Adapun
penjelasannya sebagi berikut:
1. Perkembangan bunyi (Fonologi)
Bunyi yang dihasilkan organ artikulasi mengalami
perubahan dan penyempurnaan. Pada tahap permulaan anak
mengeluarkan bunyi konsonan/vocal, kemudian berkembang
menjadi fonem ketika anak mengucapkan rangkap seperti
Fonem ”Str” pada kata ”Strika” atau fonem ”r” pada kata ramai dan rusak.
2. Perkembangan kata (Morfologi)
Perkembangan morfologi pada anak dari satu kata menjadi
kata, kadang- kadang anak mengucapkan dua kata menjadi
kalimat, kadang-kadang kita mendengar anak “Mama, Ali mencubit saya”, “Koko memukul saya”. Perkembangan morfologi anak semakin bertambah seiring dengan pertambahan
usianya atau dengan kata lain semakin bertambah usia semakin
bertambah pula jumlah kata yang diperoleh anak berkaitan
dengan nama-nama benda permainan atau kata-kata yang
berhubungan dengan kebutuhan anak sehari-hari.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 146
3. Perkembangan kalimat (Sintaksis)
Anak menyusun kalimat dari kata yang diketahui dan
dikenalnya. Perkembangan kalimat pada anak diperoleh ketika
anak berada dalam lingkungan keluarga. Anak mulai menyusun
kalimat dengan kata-kata pertama berupa kata benda (subjek)
kemudian kata kerja (predikat), misalnya “Mama pergi”, “Kakak
makan nasi”.
4. Perkembangan makna (Semantik)
Perkembangan semantik pada anak sudah nampak sejak
anak itu menggunakan kalimat yang terdiri dari dua kata.
Perkembangan semantik anak semakin lama semakin cepat.
Anak mengucapkan kata-kata selalu mengaitkan dengan
maknanya sehingga kata-kata yang diucapkan dapat dipahami
oleh teman bicaranya. Peran orang tua atau orang yang dekat
dengan anak itu akan menentukan perkembangam semantik
anak dengan mengarahkan dan memberi perbaikan ucapan kata
akan memberi kesadaran makna kata dan pertumbuhan semantik
anak. Seorang anak kecil belajar berbicara mula-mula adalah
dengan cara menunjukkan berbagai benda-benda yang
dilihatnya atau kata yang dapat menunjukkan pada pengertian
tempat “Di sini” atau ”Sekarang”. Daftar kata-kata ini akan
segera meningkat tanpa batas. Namun bisa diperkirakan bahwa
seorang anak pada usia dua tahun setidaknya memerlukan 270
kata.
Jadi dengan pembelajaran melalui teknik bercerita Hindu
yang dilakukan guru pada PAUD Bija Santhi secara tidak
langsung akan dapat melatih anak didik untuk dapat melatih
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 147
kepekaan, kosentrasi, memperhatikan dan kemampuan
berbicara, khususnya berbahasa sehingga komunikasi mereka
dapat terbangun menjadi anak didik yang dapat membangun
komunikasi yang baik. Selain itu, teknik bercerita sangat
bermanfaat dalam mengembangkan kepribadian anak didik
menjadi pribadi yang berbudaya dan segala potensi dalam
dirinya akan tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya
menjadi pribadi yang berkarakter.
Mengajarkan anak usia dini melalui teknik bercerita
seorang guru harus mempersiapkan indikator-indikator apa yang
akan digunakan dalam mengajarkan anak didiknya khususnya
pada pengembangan bahasa ekspresif anak yang akan
menunjang pembelajaran apada anak didiknya. Di mana dalam
pengembangan bahasa ekspresif anak terdapat berbagai macam
indikator-indikator (Dhieni, 2006:97) antara lain :
(1)Menyebutkan nama diri, nama orang tua, jenis kelamin,
alamat rumah dengan lengkap, (2) Anak diharapkan agar dapat
berkomunikasi/berbicara lancar secara lisan dengan lafal yang
benar, (3) Bercerita menggunakan kata ganti saya, dan aku.
Pendapat lain tentang perkembangan bahasa, Lerner, (Ali
Nugraha, 2007:10.26), menyatakan bahwasanya dasar utama
perkembangan bahasa adalah pengalaman-pengalaman
berbahasa yang kaya. Pengalaman-pengalaman yang kaya itu
akan menunjang faktor-faktor bahasa yang lain, yaitu : (1)
mendengarkan, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) penulisan.
Mendengar dan membaca termasuk keterampilan berbahasa
yang menerima atau reseptif. Sedang berbicara dan penulisan
atau mengarang termasuk keterampilan bahasa ekspresif.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 148
Anak dapat Mengembangkan Aspek Mental Spiritual
Selain implikasi tersebut di atas, implikasi yang penting
juga terlihat pada anak didik PAUD Bija Santhi setelah
diterapkannya teknik bercerita Hindu untuk menumbuhkan
aspek budi pekerti yang luhur dalam diri anak didik adalah
mulai tumbuhnya sikap mental spiritual anak didik.
Sebagaimana uraian Yasi (Wawancara: 24 Juli 2018), bahwa
dari beberapa kali diterapkannya pembelajaran melalui teknik
bercerita berdampak pada semakin berkembangnya aspek
mental spiritual anak didik. Anak didik merasa nyaman
melakukan proses pembelajaran, dan sudah nampak mereka
menikmati pembelajaran, baik dari proses awal pembelajaran
hingga akhir pembelajaran.
Teknik bercerita merupakan teknik yang relevan dalam
mengembangkan sikap mental spiritual anak didik, sebab
pendidik PAUD Bija Santhi selalu berupaya untuk menanamkan
aspek dan nilai-nilai budi pekerti dalam diri anak didik,
sehingga kedepannya anak didik memiliki sikap mental spiritual
yang tangguh dalam memasuki jenjang selanjutnya. Hal tersebut
adalam penting bagi anak didik dalam membangun aspek
kecerdasan spiritual mereka, sehingga menjadi pribadi yang
mapan. Sebagaimana uraian Wiana (2008: 34), bahwa masa
mudalah adalah masa yang paling baik mengembangkan
karakter dan moralitas mereka, sehingga menjadi pribadi yang
mencerminkan budi pekerti yang baik.
Perkembangan positif berkaitan dengan dunia mental anak
didik pada PAUD Bija Santhi terlihat dari respon positif anak
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 149
didik terhadap pembelajaran yang diarahkan oleh guru. Guru
sebagai pendidik merasakan ada perubahan sikap dan anak didik
tidak lagi susah diarahkan sebagaimana pada awal pertemuan.
Kini mereka begitu mudah di arahkan, dan beberapa dari anak
didik sudah tidak perlu lagi didampingi oleh orang tua mereka
dalam pembelajaran.Antar siswa sudah ada interaksi yang intens
yang mereka wujudkan dalam permainan-permainan yang dapat
membangun aspek sosial dan religius mereka.
Kemudian, hal yang paling nampak dalam mengamati
perkembangan mental spiritual mereka adalah terlihat adari
bagaimana mereka begitu mudah untuk diarahkan membuat
sarana upacara yajna sesa, yakni banten saiban. Dari sejak dini
mereka diarahkan untuk memberikan persembahan dan berdoa
sebelum makan adalah ajaran terpenting dalam agama Hindu.
Mereka ditanamkan nilai kebersyukuran dan terima kasih
kepada Tuhan, sebab karena beliau anak-anak bisa diberikan
keselamatan dan kegembiraan. Jadi untuk itu, anak didik
diharapkan nantinya sampai di rumah bisa membantu orang tua
dalam membuat sarana persembahan.
Tentunya hal yang demikian adalah penting dalam
membangun aspek kecerdasan spiritual anak didik. Pendidikan
usia dini dengan menanamkan nilai spiritual akan dapat
menjadikan anak didik memiliki sraddha dan bhakti yang kokoh
terhadap agama Hindu yang mereka yakini. Sebab selama ini
sangat banyak masyarakat Hindu memiliki keraguan akan
agamanya, sehingga mereka berpidah keyakinan. Berbeda
dengan umat lain, sedari kecil mereka diajarkan dengan
sistematis tentang agamanya, sehingga mereka memiliki
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 150
keimanan yang kuat. Untuk mencegah hal tersebut, anak-anak
Hindu di Desa Pakraman Padangtegal dididik menjadi insan
Hindu yang beriman serta bertakwa kepada Tuhan sebagaimana
dicetuskan dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003.
Adapun kegiatan pembelajaran membuat sarana upakara yajna
sesa dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.
Gambar Anak Didik pada PAUD Bija Santhi Sedang Melakukan
Prosesi Masaiban Sebagai Salah Satu Cara untuk
Menumbuhkan Aspek Mental Spiritual (Sumber: dok, Peneliti
2018).
Setelah mereka membuat banten saiban mereka diarahkan
oleh guru untuk melakukn prosesi tersebut sehingga anak didik
mengalami pengalaman spiritual, dan pengalaman itu akan
meninggalkan kesan dalam psikologis mereka sehingga aspek
mental spiritualnya dapat tumbuh dengan baik. Mereka di
arahkan pula untuk melakukn prosesi tersebut dibeberapa tempat
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 151
mulai dari pura PAUD sampai pekarangan dan pintu masuk
(baca: lebuh), sehingga mereka menyadari bahwa Tuhan ada
dalam semuanya dan segalanya sebagaimana yang mereka
dengar dalam kisah dan cerita-cerita yang dikisahkan oleh
pendidik dalam pembelajaran yang menggunakan teknik
bercerita.
Setelah itu mereka diarahkan untuk berkumpul kembali
dan pendidik menjelaskan dengan baik pesan dari prosesi
tersebut sebagai sebuah ritual yang hendaknya dilaksanakan
dalam setiap hari sebagai kegiatan yang hendaknya dilakukan.
Dengan demikian, seorang anak akan mendapatkan gambaran
yang baik antara cerita dengan praktik melalui pengalaman.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 152
PENUTUP
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat
dideskripsikan simpulan dari kajian ini adalah:
1. Penerapan pembelajaran budi pekerti melalui teknik bercerita
Hindu pada PAUD Bija Santhi adalah mengacu pada sumber
cerita yang mengandung pendidikan budi pekerti, seperti
kisah dalam Purana dan Panca Tantra. Kemudian
penerapannya dilakukan dengan menentukan topic cerita,
membuat RPPH pembelajaran, pengorganisasian anak didik,
disiplin kelas, pengelolaan tempat bercerita, setrategi
menyampaikan cerita, memperlihatkan simulasi kreatif,
memberikan anak bermain dan penutup.
2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan
pembelajaran budi pekerti melalui teknik bercerita Hindu
adalah meliputi dua hal yakni kedalan internal yang di
dalamnya ada komponen guru sebagai pendidik dengan siswa
sebagai peserta didik. Kendala eksternal adalah meliputi
beberapa hal seperti sarana dan prasarana dan kondisi kelas
sebagai lingkungan pembelajaran.
3. Implikasi penerapan pembelajaran budi pekerti melalui
teknik bercerita Hindu terhadap anak didik meliputi beberapa
implikasi, bahwa dengan bercerita aspek perilaku karakter
anak didik dapat tumbuh, aspek kognitif atau kecerdasan
mereka juga umbuh secara bertahap dan alamiah, aspek
keterampilan bahasa dan tumbuhnya aspek mental spiritual
anak didik.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 153
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana I Gede Agus Budi. 2011. Sistem Pendidikan
Berdasarkan Veda Dalam Cerita Bhagawan Domya pada
Teks Adi Parwa. Tesis (tidak diterbitkan). Fakultas Ilmu
Pendidikan Pascasarjana, Institut Hindu Dharma Negeri
Denpasar.
Aryadharma, Ni Kadek Surpi. 2005. Melahirkan Generasi
Berkarakter Dewata (Kiat Sukses Menurut Hindu),
Denpasar : Pustaka Bali Post.
Asmawati, Luluk, dkk. 2008. Pengelolaan Kegiatan
Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Bakhytiar, Amsal, dan Jallalludin. Filsafat ilmu. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada. Divisi Buku Perguruan Tinggi.
Bose, A.C. 2000. Panggilan Veda (Terjemahan dari judul. The
Call Of Vedas), Surabaya :Paramita.
Dantes, I Nyoman. 2008. Pembelajaran Teknohumanistik
(Jurnal Ilmiah UNDIKSA). Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha.
Debroy. 2008. Wisnu Purana. Paramita: Surabaya.
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar, Jakarta :
Bumi Aksara. Hasbullah. 2013. Dasar-Dasar Ilmu
Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
Hassbulah, Hasan. 2010. Sistem Pendidikan Nasional Teori dan
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 154
Aplikasi. Jakarta: Kreasi Wacana.
Irmayanti, M. 2002. Realitas dan Objektivitas: Refleksi Kritis
Atas Cara Kerja Ilmiah. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Kaelan. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat:
Paradigma Bagi Pengembangan Penelitian Interdisipliner
Bidang Filsafat, Budaya, Sosial, Semiotika, Sastra,
Hukum, dan Seni. Yogyakarta: Paradigma.
Muhadjir, Noeng. 1998. Metodelogi Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Rake Sarasin.
Narayana Sadguru Sri Satya. 1999. Wacana Musim Panas.
Jakarta: Sai Book Trust.
Narda, I Wayan. 2012. Penerapan Sistem Pendidikan Agama
Hindu Dalam Pembentukan Kepribadian Siswa Kelas V
SD Negeri 2 Samplangan Kecamatan Gianyar. Tesis (tidak
diterbitkan). Program Pasca Sarjana Institut Hindu
Dharma Negeri Denpasar.
Pendit, S., Nyoman. 2005. Vedanta (Percik-Percik Renungan
Svami Vivekananda), Denpasar: Pustaka Bali Post.
Pendit, S., Nyoman. 2007. Sad Darsana. Denpasar: Pustaka
Bali Post.
Rusman, R. 2011. Metode Pembeajaran teori dan aplikasi.
Yogyakarta: LKIS.
Rusman. 2011. Model-Meodel Pembelajaran, Jakarta : PT
Rajindo Persada .
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 155
Saraswati, Sri Swami Candrasekarendra. 2010. Peta Jalan Veda.
Jakarta: Media Hindu.
Siwananda, Sri Swami. 2008. Intisari Ajaran Agama Hindu.
Paramita: Surabaya.
Somvir. 2001. 108 Mutiara Veda Untuk Kehidupan Sehari-hari,
Surabaya : Paramita.
Sukadi. 2015. Pendidikan Keagamaan Hindu Melalaui Pasraman
Formal Berdasarkan Permenagri Nomor 56 Tahun 2014
(makalah ilmiah seminar Program Pasacasarjana IHDN
Denpasar). Singaraja: Undiksa.
Sukardjo. M. 2012. Landasan Pendidikan Konsep dan
Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tampubolon. 1991. Metode Bercerita Sebagai Metode
Pembelajaran PAUD. Jakarta: ICRSS.
Titib I Made. 2008. Purana Sumber Ajaran Agama Hindu yang
Komperensif. Paramita: Surabaya.
Titib, I Made dan Sapariani. 2006. Pendidikan Budi Pekerti
dalam Ajaran Agama Hindu. Surabaya: Paramita.
Titib, I Made. 1996. Menumbuhkembangkan Pendidikan Budi
Pekerti Pada Anak (Pespektif Agama Hindu). Denpasar:
Bali Post.
Uno, Hamzah B. 2009. Model Pemebelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Wiana, I Ketut. 2008. Cara Belajar Agama Hindu yang Baik.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 156
Denpasar: Putaka Manik Geni.
Wijaya, Surya Prima. 2010. Saya Bangga Beragama Hindu,
Surabya: Paramita.
Zaenabdan Syahbudin. 2015. Profesionalisme Guru PAUD
Menuju NTB Bersaing (Pengantar Manajemen
Pendidikan, Praktik, Teori, dan Aplikasi). Sleman:
Deeppublish.
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD
Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 157