Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

163
Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD N i Nyoman Perni & I Wayan Mandra | i

Transcript of Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Page 1: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | i

Page 2: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | i

PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI MELALUI TEKNIK

BERCERITA HINDU PADA PAUD

Penulis

Dr. Dra. Ni Nyoman Perni, M.Pd.

Drs. I Wayan Mandra, M.Ag.

Page 3: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | ii

PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI MELALUI TEKNIK

BERCERITA HINDU PADA PAUD

Penulis :

Dr. Dra. Ni Nyoman Perni, M.Pd.

Drs. I Wayan Mandra, M.Ag.

Editor :

Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag., M.Pd.H.

Penerbit :

Jayapangus Press

Jalan Antasura Gang Dewi Madri I Blok A / 3, Peguyangan

Kangin, Kec. Denpasar Utara, Kota Denpasar, Bali 80115

Anggota IKAPI No. 019/Anggota Luar Biasa/BAI/2018

Anggota APPTI No. 002.066.1.11.2018

ISBN : 978-623-7112-32-7

PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI

MELALUI TEKNIK BERCERITA

HINDU PADA PAUD

Penulis :

Dr. Dra. Ni Nyoman Perni, M.Pd.

Drs. I Wayan Mandra, M.Ag.

Denpasar : Jayapangus Press, 2020

iv + 84 pages; 16 x 23 cm

Copyright © Jayapangus Press, 2020

Page 4: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | iii

KATA PENGANTAR

Atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi

(Tuhan Yang Maha Esa) penulis dapat menyelesaikan buku

dengan judul“Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik

Bercerita Hindu Pada PAUD”. Penyusunan buku ini sebagai

implementasi dari konsep Tri Dharma Perguruan Tinggi, dan

penting dalam rangka merumuskan konsep yang jelas berkenaan

dengan PAUD yang berbasis konsep Hindu.

Berkenaan dengan hal tersebut, penulis ajukan dalam

upaya menelaah penerapan pembelajaran budi pekerti melalui

teknik bercerita Hindu pada PAUD di Desa Pakraman

Padangtegal Ubud. Telaah ini penting untuk mengetahui

bagaimana penanaman ajaran budi pekerti dilakukan sejak dini

sebagai upaya mendidik anak didik dengan sikap moral melalui

cerita-cerita yang ada dalam ajaran agama Hindu.

Tentunya buku ini masih banyak kekurangannya, sudi

kiranya dimaklumi dan dijadikan pertimbangan sebagai upaya

pengembangan ilmu pendidikan anak usia dini, dan sebagai

akhir penulis mengucapkan terima kasih.

Denpasar, 7 Agustus 2020

Page 5: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ iii

DAFTAR ISI ....................................................................................... iv

PENDAHULUAN ................................................................................ 1

Sekilas Tentang PAUD di Ubud ...................................................... 1

Menyitas Pembelajaran Budi Pekerti ............................................... 4

Apa Itu Teknik Bercerita Hindu ....................................................... 8

Tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ................................. 9

SELAYANG PANDANG TENTANG DESA PAKRAMAN

PANDANGTEGAL UBUD ............................................................... 12

Sekilas Sejarah Desa Pakraman Padangtegal ................................ 12

Letak Geografis Desa Pakraman Padangtegal ............................... 18

Demografi Desa Pakraman Padangtegal ....................................... 19

Pendidikan ...................................................................................... 21

Sistem Kepercayaan ....................................................................... 22

Keberadaan PAUD Bija Santhi ...................................................... 28

Sejarah Pelembagaan PAUD Bija Santhi Desa Pakraman

Padangtegal .................................................................................... 29

Jumlah Anak Didik PAUD Bija Santhi .......................................... 35

Pembelajaran PAUD Bija Santhi ................................................... 39

PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI MELALUI TEKNIK

BERCERITA ...................................................................................... 47

Cerita Dalam Ajaran Agama Hindu yang Mengandung Nilai Budi

Pekerti ............................................................................................ 48

Penerapan Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita .. 80

Menentukan Topik Cerita Hindu .................................................... 83

Membuat RPPH Pembelajaran ....................................................... 86

Pengorganisasian Anak Didik ........................................................ 92

Disiplin Kelas ................................................................................. 95

Page 6: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | v

Pengelolaan Tempat Bercerita ....................................................... 97

Setrategi Menyampaikan Cerita ..................................................... 99

Memperlihatkan Simulasi Kreatif ................................................ 102

Memberikan Anak Didik Bermain ............................................... 105

Kegiatan Akhir ............................................................................. 107

KENDALA YANG DIHADAPI DALAM PEMBELAJARAN BUDI

PEKERTI MELALUI TEKNIK BERCERITA .................................. 108

Kendala Internal ........................................................................... 108

Guru.............................................................................................. 109

Siswa ............................................................................................ 114

Kendala Eksternal ........................................................................ 119

Sarana-Prasarana .......................................................................... 121

Kondisi Kelas ............................................................................... 124

IMPLIKASI PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI MELALUI

TEKNIK BERCERITA TERHADAP ANAK DIDIK ........................ 130

Anak dapat Mengembangkan Sikap Berkarakter ......................... 131

Anak dapat Mengembangkan Aspek Kognitif ............................. 136

Anak dapat Mengembangkan Aspek Psikomotorik ..................... 141

Anak dapat Mengembangkan Aspek Mental Spiritual ................. 148

PENUTUP ........................................................................................ 152

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 153

Page 7: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 1

PENDAHULUAN

Sekilas Tentang PAUD di Ubud

Penanaman pembelajaran budi pekerti bagi anak didik

sangat penting dilakukan sejak usia dini. Sebab karakter yang

baik akan terbentuk, jika dari sejak usia dini mereka diberikan

pembelajaran yang berhubungan dengan nilai-nilai moralitas

dan etika. Sebagaimana dalam teori perkembangan anak didik,

bahwasanya anak pada usia dini merupakan masa yang paling

optimal untuk berkembang. Berkenaan dengan hal itu,

pembelajaran hendaknya mengarahkan anak didik pada hal-hal

yang berhubungan dengan perilaku (aspek afektif), sehingga

menjadikan anak didik nantinya memiliki sikap yang baik

sebagai pengimplementasian nilai pendidikan karakter.

Mengacu uraian Asmawati, dkk (2008: 1), bahwa anak

usia dini dalam perkembangan awalnya memiliki rasa ingin tahu

yang sangat kuat, dan seorang anak akan melakukan apapun

dalam rangka memenuhi kebutuhan rasa ingin tahu tersebut.

Berkenaan dengan hal itu, pembelajaran budi pekerti menjadi

sangat penting untuk diterapkan dalam proses pembelajaran

pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Melalui pembelajaran budi pekerti, anak didik akan dapat

mengalami sendiri sebuah pengalaman yang sangat penting pada

fase pertumbuhan dan perkembangannya. Sebagaimana J. Piaget

(dalam Sukardjo, 2008: 2) menjelaskan bahwa anak usia dini

masih berada tahap praoprasional konkret yang bertumpu pada

pengalaman langsung. Jadi dengan demikian, pembelajaran

Page 8: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 2

yang mengarahkan mereka untuk “mengalami langsung” adalah sangat penting diaplikasikan.Tentunya dalam hal ini adalah

melalui aktivitas mental dan fisik yang seimbang dan

proporsional.

Adapun pembelajaran budi pekerti secara tidak langsung

mengarahkan anak untuk masuk dalam sebuah proses

pembelajaran langsung (hands on) yang berkaitan dengan minat

dan pengalamannya sendiri. Pembelajaran yang demikian dapat

menjadi sebuah exsperitions base learning (pembelajaran

berbasis pengalaman), sehingga anak didik dapat mengulang-

ulang berbagai kegiatan atau aktivitas pembelajaran yang sama,

meskipun dalam rentang waktu pembelajaran yang pendek.

Dengan demikian, guru PAUD sebagai tenaga pendidik dapat

memfasilitasi anak didik melalui kegiatan pembelajaran yang

dapat memberikan mereka ruang untuk mengenal aspek-aspek

moral dan etika (susila) yang kemudian diwujudkan dalam

sikap.

Bertolak atas hal itu, penerapan pembelajaran budi pekerti

pada anak usia dini dapat dilakukan dengan teknik bercerita, dan

tentunya dalam konteks ini adalah cerita-cerita yang

berhubungan dengan nilai moral dan etika Hindu. Penanaman

sikap moralitas pada anak usia dini dengan cerita-cerita menarik

berkenaan dengan nilai moral akan dapat membentuk

kepribadian anak secara utuh. Sebagaimana Zaenab dan

Syahbudin (2015: 4) menyebutkan bahwa anak yang memiliki

kepribadian utuh, yakni memiliki karakter baik, budi pekerti

luhur, cerdas, ceria, terampil, dan memiliki sikap yakin dan

percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Page 9: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 3

Dalam menumbuhkembangkan kepribadian yang

demikian pada anak usia dini, tidak membutuhkan biaya mahal

dan metode yang rumit. Belakangan saya amati penerapan

pembelajaran pada anak usia dini melalui PAUD beberapa ada

yang kurang efektif. Sebab masih banyak diterapkan metode

pembelajaran yang rumit, dan tidak sesuai dengan tahap

perkembangan anak. Selain itu, masih adanya paradigma bahwa

berhasilnya pembelajaran anak usia dini diukur dari biaya

pendidikan yang mahal. Dalam artian, semakin mahal biaya

pendidikan maka pembelajaran semakin efektif. Namun,

mahalnya biaya pendidikan bukan menjadi jaminan bahwa

pembelajaran akan efektif dapat membentuk kepribadian anak

seutuhnya tanpa diimbangi dengan metode pembelajaran yang

menekankan pada aspek pengalaman langsung.

Penerapan pembelajaran budi pekerti dengan metode

bercerita akan dapat mengembangkan potensi anak yang

beragam. Sebab dengan cerita-cerita yang di dalamnya ada nilai

budi pekerti luhur, maka anak akan dapat memulai mengenal

keperibadiannya yang unik sesuai dengan tahapan usianya. Jadi

dengan teknik bercerita di sini pendidik dapat menyampaikan

cerita-cerita yang mengandung pesan moral, baik dalam mitos,

legenda, purana, satua Bali dan cerita-cerita lainnya yang

berhubungan kearifan lokal.

Melalui penerapan teknik bercerita dalam proses

pembelajaran, anak didik akan tertarik dan pembelajaran akan

menyenangkan bagi anak. Melalui cerita pembelajaran akan

menjadi menggembirakan dan tidak membosankan. Jadi dengan

cerita anak didik pastinya akan memperoleh kesempatan

Page 10: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 4

mengeksplorasi daya imajinasinya (explorations), hingga anak

menemukan (finding), dan anak dapat mengekspresikan

(ekspression) perasaanya sehingga diwujudkan dalam kreasi dan

tindakan.

Teknik bercerita juga sering dijadikan basic pembelajaran

di lingkungan PAUD Desa Pakraman Padangtegal Ubud. Guru

PAUD di Desa Pakraman Padangtegal sering menggunakan

cerita-cerita Hindu, lokal Bali, dan beberapa legenda dalam teks

Panca tantra, seperti Sang Kamandaka, Ni Diah Tantri dan

cerita pendek lainnya. Beberapa tema cerita tersebut di

dalamnya banyak terkandung nilai moral dan susila Hindu yang

relevan di terapkan dalam pembelajaran sehingga anak

memperoleh kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan,

berekspresi yang diwujudkan dalam tindakan.

Terlebih dalam beberapa kesempatan teknik cerita

dipadukan dengan teknik bermain, sehingga ada perpaduan

antara bercerita sambil bermain, dan hal tersebut akan

membantu anak mengenal dirinya dan dengan siapa anak hidup

serta lingkungan tempat anak tinggalnya atau tempat anak

berada.

Menyitas Pembelajaran Budi Pekerti

Istilah pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari konsep

belajar, dan belajar berasal dari bahasa inggris learning dan

instruction. Belajar merupakan suatu proses perubahan kegiatan

dan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan tersebut tidak dapat

disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau

Page 11: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 5

keadaan, sementara seseorang seperti kelelahan atau di bawah

pengaruh obat-obatan. Perubahan kegiatan yang dimaksud

mencakup pengetahuan, kecakapan dan tingkah laku. Perubahan

itu diperoleh melalui pengalaman (latihan) bukan dengan

sendirinya berubah karena kematangan atau keadaan sementara

(Hamalik, 2009: 54). Belajar pada dasarnya adalah proses

perubahan tingkah laku berikut adanya pengalaman.

Pembentukan tingkah laku ini meliputi perubahan keterampilan,

kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi. Oleh

sebab itu, belajar adalah proses aktif yaitu proses mereaksi

terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar

adalah suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses

berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses

melihat, mengamati, memahami sesuatu yang dipelajari.

Bertolak atas hal tersebut pembelajaran merupakan suatu

proses untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan nilai-

nilai yang diarahkan oleh nilai-nilai pendidikan, kebutuhan-

kebutuhan individu siswa, kondisi lingkungan, dan keyakinan

yang dimiliki oleh guru. Agar transfer tersebut dapat

berlangsung dengan lancar, guru paling tidak harus senantiasa

melakukan tiga hal: (1) menggerakkan, membangkitkan, dan

menggabungkan seluruh kemampuan yang dimiliki siswa; (2)

menjadikan apa yang ditransfer menjadi sesuatu yang

menantang diri siswa sehingga muncul intrinsic-motivation dari

siswa untuk mempelajarinya; (3) mengkaji secara mendalam

materi yang ditransfer sehingga menimbulkan keterkaitan

dengan pengetahuan yang lain.

Page 12: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 6

Adapaun budi pekerti berasal dari kosa kata Sanskerta,

yakni dari kata “Budi” dan “Pekerti”.Kata budi berasal dari akar kata budh yang berarti mengetahui, berubah menjadi kata benda

budhi berarti pengetahuan dan kecerdasan dan dalam

selanjutnya masuk ke dalam pengertian ilmu. Sebagaimana

dalam uraian Titib (2006: 1) menjelaskan bahwa budhi memiliki

arti yang lebih luas yakni berhubungan dengan moral, akhlak,

susila atau prilaku yang baik. Adapun “Pekerti” berasal dari kata prakerti yang berarti asas perilaku. Jadi dengan demikian budi

pekerti merujuk pada sebuah perilaku yang baik, berakhlak,

perilaku moral dan sejenisnya. Selanjutnya, budi pekerti juga

memiliki kedekatan arti dengan etika dan moral serta akhlak

mulia. Jika demikian, pembelajaran budi pekerti adalah proses

belajar yang di dalamnya ada penanaman nilai-nilai moralitas,

etika dan susila Hindu. Kemudian tujuan dari pembelajaran budi

pekerti yang terkandung dalam pendidikan budi pekerti adalah:

1. Menumbuh-kembangkan, dan meningkatkan kualitas śraddhā dan bhakti peserta didik, untuk mengenal, mengerti, memahami,

menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Hindu.

2. Membentuk perilaku peserta didik yang dapat mewujudkan

kebahagian jasmani dan rohani (Mokshartham Jagadhita).

3. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti yang

berlandaskan Kitab Suci Veda, dalam pembelajarannya,

diharapkan mampu:

a. Membentuk peserta didik memiliki śraddhā dan bhakti,

berakhlak mulia, berbudi pekerti yang luhur yang

tercermin dalam perilaku sehari- hari, menjalin hubungan

Page 13: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 7

yang selaras, serasi dan seimbang antara manusia dengan

Sang Hyang Widhi, manusia dengan manusia, dan

manusia dengan alam lingkungan, berkarma dan beryajña

yang baik dan benar, mampu menjaga kerukunan inter dan

antar umat beragama, serta mampu membaca dan

memahami Veda.

b. Membentuk peserta didik yang berkarakter, memahami

dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama dengan baik,

berwawasan luas, kritis, kreatif, inovatif dan dinamis serta

memiliki integritas yang tinggi.

c. Mencerdaskan kehidupan dan meningkatkan kualitas anak

bangsa, mampu menjadikan peserta didik sebagai anggota

masyarakat yang agamais, toleran dan bertanggung jawab.

d. Membentuk pertahanan moral peserta didik dalam

menghadapi tantangan global, transformasi budaya dan

arus informasi yang sulit dibendung (Sutriyanti, 2017).

Berdasarkan atas hal tersebut, konsep pembelajaran budi

pekerti yang dimaksud dalam penelitian adalah sebuah proses

pembelajaran yang melibatkan antara pendidik dengan anak

didik untuk mengwujudkan tujuan dari pendidikan budi pekerti,

yakni menumbuhkembangkan siswa yang berkarakter yang baik.

Kemudian tujuannya jelas sebagaimana terkandung dalam

Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, yakni untuk

menciptakan sumber daya manusia yang memiliki iman dan

takwa kepada Tuhan, cerdas jasmani dan rohani serta

bertanggung jawab dan mandiri.

Page 14: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 8

Apa Itu Teknik Bercerita Hindu

Metode sama dengan teknik, yakni suatu cara atau jalan

untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Bercerita berarti

penyampaian cerita dengan cara bertutur. Ada perbedaan antara

bercerita dengan metode penyampaian cerita lain adalah lebih

menonjol aspek teknis penceritaan lainnya. Sebagaimana

pantomin yang lebih menonjolkan gerak dan mimik, operet yang

lebih menonjolkan musik dan nyanyian, puisi dan deklamasi

yang lebih menonjolkan syair, sandiwara yang lebih menonjol

pada permainan peran oleh para pelakunya, atau monolog (teater

tunggal) yang mengoptimalkan semuanya. Jadi tegasnya metode

bercerita lebih menonjolkan penuturan lisan materi cerita

dibandingkan aspek teknis yang lainnya.

Senada dengan itu, Sukardjo dan Mui’n (2011: 87) menjelaskan bahwa teknik bercerita adalah lebih menekankan

pada alur cerita yang di dalamnya ada tokoh-tokoh ideal dalam

cerita yang dapat dimunculkan sehingga anak menemukan figur

ketauladanan moral. Kemudian dalam teknik bercerita, guru

menyampaikan cerita dengan sederhana dan bahasa yang

sederhana sehingga mudah dimengerti. Bahkan jika

memungkinkan pendidik harus mampu memberikan penjiwaan

terhadap cerita yang ditampilkan sehingga sangat bermnafaat,

seperti: (1) Membangun kedekatan emosional antara pendidik

dengan anak, (2) Media penyampai pesan/nilai moral

dan agama yang efektif, (3) Pendidikan imajinasi/fantasi,

(4) Menyalurkan dan mengembangkan emosi, (5) Membantu

proses peniruan perbuatan baik tokoh dalam cerita, (6)

Memberikan dan memperkaya pengalaman batin, (7) Sarana

Page 15: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 9

Hiburan dan penarik perhatian, (8) Menggugah minat baca, dan

(9). Sarana membangun watak mulia.

Sebelum bercerita, pendidik harus memahami terlebih

dahulu tentang cerita apa yang hendak disampaikannya, tentu

saja disesuaikan dengan karakteristik anak-anak usia dini. Agar

dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus mempertimbangkan

materi ceritanya. Pemilihan cerita antara lain ditentukan oleh

pemilihan tema dan judul yang tepat, waktu penyajian dan

suasana (situasi dan kondisi) yang hendaknya disesuaikan

dengan acara/peristiwa yang sedang atau akan berlangsung,

seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, ulang

tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan

profesi, program sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan

materi ceritanya. Pendidik dituntut untuk memperkaya diri

dengan materi cerita yang disesuaikan dengan suasana. Jadi

selaras materi cerita dengan acara yang diselenggarakan, bukan

satu atau beberapa cerita untuk segala suasana. Adapun teknik

bercerita Hindu dalam konsep ini adalah cerita-cerita yang

berhubungan dengan tema-tema dalam ajaran agama Hindu.

Tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Mendiskripsikan konsep Pendidikan Anak Usia Dini yang

disingkat PAUD maka tidak terlepas dari bunyi UU No.20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 28 yang

menyatakan bahwa yang dimaksud pendidikan anak usia dini

adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak

sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

Page 16: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 10

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan anak usia dini (early child education) atau di

sebut PAUD sangat penting dilaksanakan sebagai dasar bagi

pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu

pembentukan karakter. Asmawati, dkk (2008: 13), bahwa

melalui PAUD ini ada tujuan jelas yang hendak dicapai, yakni

pembentukan anak Indonesia yang seutuhnya, yakni dalam arti

memiliki karakter, budi pekerti luhur, cerdas rohani dan jasmani,

dan beriman kepada Tuhan. Keberhasilan anak usia dini

merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang

berikutnya. Usia dini merupakan “Usia emas” bagi seseorang,

artinya bila seseorang pada masa itu mendapat pendidikan budi

pekerti yang tepat, maka ia memperoleh kesiapan belajar yang

baik yang merupakan salah satu kunci utama bagi keberhasilan

belajarnya pada jenjang berikutnya.

Kemudian dalam penerapannya pendidikan anak usia dini

memiliki dua tujuan, yakni tujuan utama dan tujuan penyerta.

Tujuan utama adalah untuk membentuk anak Indonesia yang

berkualitas, yakni anak yang tumbuh dan berkembang sesuai

dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan

yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta

mengarungi kehidupan di masa depan. Karena itu tujuan utama

PAUD adalah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan

anak sedini mungkin yang meliputi aspek fisik, psikis dan sosial

secara menyeluruh yang merupakan hak setiap anak. Kemudian

tujuan penyerta adalah melalui pendidikan anak usia dini

Page 17: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 11

membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar di

sekolah. Karena itu menempatkan tujuan penyerta di atas

segalanya mengandung resiko terhadap terjadinya praktik-

praktik keliru dalam penerapan pembelajaran (Zaenab dan

Syahbudin, 2015: 29).

Berdasarkan atas hal tersebut, konsep PAUD dalam

penelitian ini adalah merujuk pada proses pembelajaran anak

usia dini dalam menumbuhkembangkan segala potensi anak

sehingga menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Manusia yang

memiliki karakter baik, budi pekerti luhur dan memiliki sikap

iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Page 18: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 12

SELAYANG PANDANG TENTANG DESA PAKRAMAN

PANDANGTEGAL UBUD

Sekilas Sejarah Desa Pakraman Padangtegal

Nama Padangtegal telah dikenal pada zaman Bali Kuno.

Hal itu diketahui dari Prasasti Jayapangus yang berangka tahun

Saka 1103 (1181 Masehi). Di situ dikatakan bahwa Raja

(Jayapangus) mendengar ada keresahan di Padangtegal karena

hutan rusak tak terurus. Hutan kemudian diukur dan batas-batas

hutan dibuat. Di dalam batas-batas itu tidak boleh lagi dilakukan

perusakan hutan. (Sumber: Ida Pedanda Wayahan Bun, Griya

Sanur Pejeng, 24 Mei 2009). Pada zaman Bali Kuno, di

Padangtegal telah ada tradisi pemujaan yang dijiwai oleh ajaran

Hindu (Veda). Hal ini dibuktikan oleh adanya peninggalan

berupa berbagai Arca, seperti Arca Ganesha. Peninggalan ini

diidentifikasi berasal dari abad XIII-XIV. Sampai sekarang,

peninggalan itu masih distanakan di Pura Desa/Puseh

Padangtegal. (Sumber: Hasil penelitian Jawatan Purbakala, 2008).

Pada pertengahan abad XIV mulai terjadi migrasi

kelompok-kelompok masyarakat dari berbagai daerah lainnya di

Bali ke Padangtegal. Pada tahun 1550, misalnya hijrah ke

Padangtegal I Gusti Pasek Padang Rata, diikuti beberapa

keluarga. I Gusi Pasek Padang Rata berasal dari Gelgel

(Klungkung), merupakan keturunan Kyai Agung Padang

Subadra dari Padang Silayukti. Beliau hijrah dari Buda Keling,

tempatnya berguru pada Dang Hyang Astapaka.

Page 19: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 13

Di Padangtegal, beliau dan rombongan membangun

tempat permukiman dan tempat pemujaan leluhur yang diberi

nama Pura Padang Rata, yang sekarang dikenal sebagai Pura

Padangkerta (Sumber: Skripsi Ni Nyoman Sroni). Kehadiran I

Gusti Pasek Padang Rata dan keluarga disusul oleh kedatangan

keturunan I Gusti Pangeran Pasek Tohjiwa (Keturunan Beliau

pun membangun tempat pemujaan leluhur, Pura Panti Pasek

Tohjiwa, setelah kedatangan pada gelombang kedua dari

Mengwi, Badung). (Sumber: I Made Subrata) Berbagai

kelompok itu, kemudian bersama-sama membangun Pura

Desa/Puseh dan Dalem. Pada tahun 1700-an, Padangtegal

merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Sukawati

yang berdiri pada tahun 1710. Oleh Dewa Agung Mayun (Raja

Sukawati II), ditugasi I Gusti Lanang Dauh yang disebut I Gusti

Padangtegal, untuk memimpin di Padangtegal. Selama bertugas

di Padangtegal Beliau sempat mendirikan Pura Keloncing.

Sementara itu, di Taman, tetangga Padangtegal, ditugasi I Gusti

Taman. (Sumber: Cok Gede Atmaja, Puri Negara, dan Cokorda

Parta, Puri Peliatan).

Pada masa selanjutnya, di Padagtegal, pernah tinggal

Cokorda Karang (hijrah dari Mambal), saudara tiri Dewa Agung

Gede dan Dewa Agung Made. Beliau di Padangtegal dalam rangka

menyiapkan serangan ke Sukawati karena Sukawati diduduki oleh

Gusti Lanang Munang dan Ki Berasan Gerenceng dari Badung. Di

Padangtegal pula beliau merekrut pasukan untuk membantu

penyerangan. Ketika penyerangan dilakukan, I Gusti Lanang

Munang dapat dibunuh, sementara Ki Berasan Gerenceng dapat

meloloskan diri lewat Guwang.

Page 20: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 14

Pada tahun 1776, dilakukan percobaan pembunuhan

terhadap Cokorda Karang oleh Raja Mengwi karena

kesaktiannya dianggap bisa memudarkan wibawa dan

mengancam Kerajaan Mengwi. Cokorda Karang meloloskan diri

ke arah timur dan bersembunyi di Bukit Ungaran (lokasi Pura

Dalem Agung Padangtegal). Di situ Beliau melakukan tapa dan

mendapat anugerah tombak Ki Bintang Kukus. (Cok Gede

Atmaja, Puri Negara dan Cokorda Parta, Puri Peliatan).

Pada tahun 1800-an, di Pura Bukit Ungaran, tepatnya di

Mandala Utama, oleh masyarakat Padangtegal, didirikan

pelinggih dugul menghadap ke Timur Laut. Pelinggih ini

merupakan stana roh Dewa Agung Jelantik sebagai bentuk

penghormatan masyarakat Padangtegal kepada sosok Dewa

Agung Jelantik, Raja Peliatan perode 1823-1845, yang punya

perhatian besar terhadap Pura Bukit Ungaran. Dewa Agung

Jelantik adalah cucu Dewa Agung Made, Raja Peliatan

sebelumnya, yang menjadi Raja Peliatan setelah penundukan I

Gusti Lanang Munang dan Ki Berasan Gerenceng di Kerajaan

Sukawati. (Cokorda Parta, Puri Peliatan).

Sampai pada pemerintahan Dewa Agung Gede Agung

(keturunan ke-6 dari Dewa Agung Made), Padangtegal masih

menjadi bagian dari Kerajaan Peliatan. Pada saat itu, Pemekel

Padangtegal adalah I Gede Padang Lenyod. Sejarah

Kepemimpinan Desa Pakraman Padangtegal sejak zaman Bali

Kuno telah beberapa kali mengalami pergantian Bendesa dengan

sebutan sesuai pada zaman serta peraturan yang mengaturnya.

Semua pemimpin desa tersebut telah melaksanakan pebangunan

Page 21: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 15

desa sesuai dengan kondisi saat itu. Adapun yang pernah

menjabat sebagai Bendesa di Desa Pakraman Padangtegal

adalah sebagai berikut:

1. Periode 1925-1952

Pada periode ini, yang menjadi Bendesa adalah I Made Kari.

Mengawali kepemimpinannya, dilakukan pemugaran besar-

besaran terhadap Pura Dalem setelah hancur karena gempa

pada tahun 1917.

2. Periode 1952-1962

Pada periode ini, Bendesa Adat Padangtegal adalah I Ketut

Gandeng. I Ketut Gandeng menggantikan I Made Kari.

Selama kepemimpinan I Ketut Gandeng ada beberapa

peristiwa penting yang terjadi. Pada tahun 1959, “Soroh Tri

Wangsa” (cikal bakal Br. Padangtegal Tengah) mengakhiri keikutsertaannya nyungsung Pura Dalem Agung Padangtegal.

Peristiwa ini didahului oleh harapan agar mereka juga turut

nyungsung Pura Desa. Mereka bersedia, dengan syarat

katunas ke Pura Desa Peliatan. Acara nunas sudah dilakukan,

namun karena suatu hal, mereka tidak jadi turut nyungsung

Pura Desa dan keikutsertaan nyungsung Pura Dalem pun

diakhiri. Dua tahun sesudah itu, 1961, untuk pertama kalinya

dilakukan ngaben ngerit. Tampaknya ini merupakan titik

awal tradisi ngaben ngerit di Desa Pakraman Padangtegal.

3. Periode 1962-1986

I Ketut Gandeng digantikan oleh Anak Agung Raka Turas

pada tahun 1962. Yang menjadi bendesa sampai dengan

Page 22: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 16

tahun 1986. Selama kepemimpinan Anak Agung Raka Turas,

beberapa kemajuan dapat dicapai. Pada tahun 1964,

dilakukan padiksan Ida Pedanda Gria Peling Manuaba oleh

Desa Adat, sekaligus pengukuhan beliau sebagai Siwan

Jagat. Pada tahun 1970, di Pura Desa, dilakukan Upacara

Ngusaba Nini. Pada tahun 1973, dilakukan ngaben ngerit

kedua sekaligus penetapan ngaben ngerit berpola lima

tahunan. Pada tahun 1974, di Pura Dalem, dilakukan Upacara

Padudusan Agung. Pada tahun 1985 dilakukan pemekaran

Banjar Padangtegal Kaja, sehingga lahir Banjar Padangtegal

Mekarsari. Mengakhiri masa jabatannya, tahun 1986, Anak

Agung Raka Turas berhasil mengantarkan Desa Adat

Padangtegal memiliki Awig-awig Desa Adat.

4. Periode 1986-2002

Pada periode ini, Bendesa Adat Padangtegal adalah I Made

Bawa. Mengawali kepemimpinannya, I Made Bawa

melakukan penataan terhadap hutan kera di wilayah Pura

Dalem. Pengelolaan diserahkan kepada anggota Hansip di

Desa Adat Padangtegal, namun kurang berhasil. Oleh karena

itu, pada tahun 1988, dibentuklah Badan Pengelola Wenara

Wana Padangtegal dengan ketua I Wayan Acin Tisna. Karena

ketua badan berstatus PNS, perhatian tidak bisa diberikan

sepenuhnya.Untuk mengatasi masalah ini, pada tahun 1999,

pengelolaan Wenara Wana diserahkan kepada seorang

manager. Jabatan manager dipegang oleh I Wayan Selamet.

Di samping dilakukan penataan dan peningkatan pengelolaan

Wenara Wana, selama kepemimpinan I Made Bawa juga ada

Page 23: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 17

beberapa peristiwa penting lainnya. Pada tahun 1987,

didirikan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dengan modal

awal Rp 2.500.000,00. LPD ini mulai memiliki kantor pada

tahun 1999. Pada tahun 1994, dilakukan Upacara Ngusaba

Desa/Ngusaba Nini di Pura Desa. Pada tahun 1996, berdiri

Sekaa Gambang. Pada tahun 2000, dilakukan Upacara

Padanaan di Pura Dalem. Dalam rangka menyongsong

upacara itu, dilakukan pengalihan jalan ke Dusun Nyuh Kuning,

yang semula membelah hutan kera, ke pinggiran hutan kera.

5. Periode 2002-2012

I Made Dana adalah Bendesa pada periode 2002-2012,

didampingi oleh Drs. I Wayan Artika sebagai Sekretaris dan I

Nyoman Sugita sebagai Bendahara. Kepemimpinannya

dimulai dengan pembentukan Saba Desa, pada tahun 2002,

suatu lembaga yang berfungsi memberi pertimbangan kepada

Bendesa dalam mengambil keputusan-keputusan penting.

Pada tahun itu juga ada peristiwa penting lain. Peristiwa itu

adalah keberhasilan memperjuangkan perubahan status

Wanara Wana, dari objek wisata menjadi taman wisata, yang

diikuti oleh perubahan pola bagi hasil dengan Pemkab

Gianyar, dari semula 50:50 menjadi 90:10. Perubahan pola

ini mendatangkan kesejahteraan bagi Desa Pakraman

Padangtegal. Sehingga pembangunan dapat berkembang.

6. Periode 2012-2022

I Made Gandra, S.E sebagai Bendesa Desa Pakraman

Padangtegal dari Tahun 2010 – 2022.

Page 24: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 18

Letak Geografis Desa Pakraman Padangtegal

Desa Pakraman Padangtegal terletak di Kecamatan Ubud

Kabupaten Gianyar dengan luas lahan sekitar 1,28 kilometer

persegi dengan batas-batas sebagai berikut:

Di sebelah Utara : Desa Taman

Di sebelah Timur : Desa Peliatan

Di sebelah Selatan : Desa Pengosekan

Di sebelah Barat : Desa Ubud

Gambar Peta Wilayah Desa Pakraman Padangtegal

(Sumber: Profil Desa Pakraman Padangtegal, 2017)

Lokasi Desa Pakraman Padangtegal sangat strategis,

terdapat objek wisata bernama Mandala Suci Wenara Wana.

Yang di dalamnya terdapat Candi Pura Dalem Agung

Padangtegal dan juga sebagai "Sumber Kesucian" dari candi-

candi lain serta digunakan untuk upacara kremasi.

Wenara Wana atau yang biasa dikenal dengan nama

Mongkey Forest merupakan obyek wisata yang terletak sekitar

Page 25: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 19

1 Km dari pusat pemerintahan Kelurahan Ubud, yang sekaligus

sebagai daerah konservasi terhadap flora dan fauna yang ada di

dalamnya terutama kera, dan Mongkey Forest termasuk wilayah

Desa Pakraman Padangtegal. Jika jarak tempuh dari

Denpasar kurang lebih 24 Km untuk sampai dilokasi, dengan

kondisi jalan yang cukup baik sehingga dapat ditempuh dengan

berbagai jenis kendaraan dalam waktu sekitar 50 menit. Wenara

Wana dihuni oleh ratusan ekor kera, dengan jenis kera ekor

panjang (marcaques/macaca fascicularis). Padangtegal

memiliki iklim tropis biasanya, dengan musim hujan dari bulan

September sampai Februari dan musim kemarau dari bulan

Maret sampai Agustus, dan suhu berkisar setiap tahun dari 220C

ke 300C. Sebagai daerah sangat berbukit dan pada ketinggian

sedikit lebih tinggi dari pantai, lebih dingin dari daerah wisata

selatan. Desa Pakraman Padangtegal terdiri dari empat banjar

yakni Banjar Padangtegal Kaja, Banjar Padangtegal Mekarsari,

Banjar Padangtegal Kelod dan Banjar Padang Kencana.

Demografi Desa Pakraman Padangtegal

Desa Pakraman Padangtegal merupakan suatu kesatuan

sosial masyarakat yang sebagian besar menggantungkan

hidupnya dari mata pencaharian sebagai petani dan seniman.

Kehidupan masyarakat diatur komponen dua lembaga Desa,

yaitu lembaga Desa Dinas dan Desa Pakraman. Desa Dinas

berkiprah di bidang administrasi warga desa dan kegiatan yang

dicanangkan pemerintah daerah maupun pemerintahan pusat.

Sedangkan Desa Pakraman mengatur kehidupan masyarakat di

Page 26: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 20

bidang adat istiadat dan upacara keagamaan termasuk

pementasan Tari Rejang Catur Pada Piodalan Ageng di Pura

Kahyangan Tiga. Sebagaimana hal tersebut dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut.

Tabel Distribusi data tentang penduduk menurut kelompok umur

Umur

(Tahun)

Padangtegal

Kaja

Padangtegal

Mekarsari

Padangtegal

Kelod

Padang

Kencana

0 – 5

tahun

38 27 31 10 106

6 - 18

tahun

176 181 241 51 649

19 - 40

tahun

314 257 344 84 999

41 - 60

tahun

216 179 190 35 620

> 61 96 70 83 21 270

Total 840 714 889 201 2644

Sumber: Profil Desa Pakraman Padangtegal (2017)

Sedangkan kehidupan mata pencaharian masyarakat Desa

Pakraman Padangtegal dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel Distribusi data tentang penduduk berdasarkan mata

pencaharian

No Pekerjaan Jumlah

1 Petani 39

2 Pedagang 85

3 Petugas Pemerintah 142

Page 27: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 21

4 Tentara / Polisi 10

5 Seniman 52

6 Pelajar 645

7 Kedokteran 6

8 Paramedis 8

9 Wirausaha 442

10 Karyawan Swasta 533

11 Pekerja Bangunan 27

12 Buruh 56

13 Penjahit 27

14 Ibu Rumah Tangga 299

15 Imam 17

16 Pensiunan 35

17 Tidak Bekerja 221

Total 2644

Sumber: Profil Desa Pakraman Padangtegal (2017)

Pendidikan

Maju mundurnya suatu masyarakat dapat dilihat dari

tingkatan intelektual warga masyarakat melalui data pendidikan,

oleh karena itu manusia akan bisa maju dan berkembang

bilamana memiliki pendidikan yang memadai. Dengan demikian

faktor pendidikan mestinya mendapatkan perhatian yang serius

dari semua pihak. Pendidikan bukan tanggung jawab pemerintah

namun juga merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat.

Taraf Pendidikan Masyarakat Desa Pakraman

Padangtegal secara umum sudah mencapai seluruh jenjang

Page 28: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 22

pendidikan mulai dari tingkatan PAUD sampai Perguruan

Tinggi. Namun Pendidikan rata-rata terbanyak lulusan Sekolah

Menengah Atas seperti terlihat tabel di bawah ini:

Tabel Distribusi data tentang penduduk berdasarkan tingkat

pendidikan

No. Pendidikan Jumlah

1 Buta Huruf 115

2 Belum Sekolah 138

3 Paud 25

4 TK 54

5 Sekolah Dasar 599

6 SMP 330

7 SMA 914

8 Mahasiswa 469

Total 2644

Sumber: Profil Desa Pakraman Padangtegal (2017)

Sistem Kepercayaan

Masyarakat Desa Pakraman Padangtegal mayoritas

beragama Hindu, didukung oleh adanya tempat

persembahyangan (Pura). Desa Pakraman Padangtegal memiliki

Pura Kahyangan Tiga yang diempon bersama-sama. Namun

terdapat juga beberapa Pura yang diempon secara berkelompok.

Masyarakat Desa Pakraman Padangtegal Kecamatan

Ubud Kabupaten Gianyar memeluk agama Hindu yang berbaur

dengan sistem kepercayaan masyarakat setempat yang menjadi

Page 29: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 23

ciri umum masyarakat agraris. Kepercayaan dalam agama Hindu

disebut Panca Sraddha yakni percaya dengan adanya Ida Sang

Hyang Widhi Wasa, percaya dengan adanya roh leluhur, percaya

akan adanya Hukum Karmaphala, percaya dengan adanya

kelahiran kembali, percaya akan kehidupan yang abadi (moksa).

Kelima kepercayaan itu terpadu dengan konsep Tri Hita Karana

yaitu keseimbangan atau hubungan baik antara manusia dengan

Ida Sang Hyang Widhi Wasa, manusia dengan manusia, dan

manusia dengan alam.

Masyarakat Desa Pakraman Padangtegal juga

mendekatkan diri pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dapat

dilihat dalam wujud Tri Hita Karana. Tri Hita karana adalah

tiga hubungan penyebab kebahagiaan yang terdiri dari

Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan.

1. Parahyangan (Hubungan Manusia dengan Tuhan)

Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta isinya termasuk

manusia. Di dalam agama Hindu dinyatakan bahwa alam

semesta beserta isinya diciptakan Tuhan berdasarkan yajna-

Nya. Oleh karena itu, manusia berhutang urip (hidup) kepada

Tuhan sehingga membuat manusia mempunyai hubungan

yang sangat ketergantungan dengan Tuhan. Dengan

diciptakan manusia ke dunia ini, sudah selayaknya manusia

menunjukan bhakti dan syukur kepada Tuhan. Masyarakat

Desa Pakraman Padangtegal mewujudkan rasa bhakti dan

syukur kepada Tuhan melalui kegiatan-kegiatan keagamaan.

Adapun kegiatan keagamaan tersebut seperti:

Page 30: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 24

a. Melakukan persembahyangan setiap hari, persembahan

yang dilakukan setiap hari berupa yajna yaitu

persembahan makanan (Yajna Sesa) yang dilakukan setiap

keluarga setelah selesai memasak, yang memiliki makna

sebagai ucapan terima kasih atas anugerah Tuhan,

sekaligus memohon ijin untuk menikmati makanan karena

semua yang ada merupakan ciptaan Tuhan. Apabila tidak

memohon ijin untuk mengambil dan menikmati makanan

yang merupakan milik Tuhan, maka orang yang memakan

makanan tersebut tidak ada bedanya dengan pencuri, hal

ini ditegaskan dalam sloka Bhagavad Gita sebagai berikut:

Yajña-śiṣṭaśinaḥ santo Mucyante sarva-kilbiṣaiḥ Bhuñjate te

tv aghaṁ pᾱpᾱ Ye pacanty ᾱtma-kᾱraṇᾱt

Terjemahannya:

Ia yang memakan sisa yajna akan terlepas dari segala

dosa, (tetapi) ia yang memasak makanan bagi diri sendiri,

sesungguhnya makan dosa (Bhagavad-Gita, Sloka 3.13)

b. Melaksanakan Upacara persembahyangan pada saat

Kajeng Kliwon, di Desa Pakraman Padangtegal

masyarakat pemeluk agama Hindu selalu melakukan

persembahan dan persembahyangan dengan menghaturkan

upakara segehan dan canang sari. Dengan tujuan

memohon kepada Tuhan agar berkenan memberikan

keselamatan kepada umat di Desa Pakraman Padangtegal.

c. Melaksanakan persembahyangan Purnama Tilem,

purnama merupakan saat bulan bersinar penuh. Hal ini

Page 31: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 25

datang setiap bulan dan saat tersebut di Desa Pakraman

Padangtegal selalu melaksanakan persembahyangan dan

persembahan kepada Tuhan di Pura Desa dan Puseh,

dalam hal ini sebagai Sang Hyang Candra dan Hyang

Ratih. Untuk memohon waranugraha-Nya berupa

kemakmuran, keselamatan, dan kesejahteraan serta

mengucapkan terima kasih kapada Tuhan atas semua

anugrah yang diberikan. Tilem merupakan saat bulan tidak

bercahaya penuh, disaat tilem diyakini malam yang paling

gelap yang datang setiap bulan. Pada saat tilem ini

masyarakat Hindu di Desa Pakraman Padangtegal

melaksanakan persembahyangan di Pura Dalem dan

persembahan kepada Tuhan berupa banten ajuman.

d. Melaksanakan persembahyangan pada saat hari Raya

Pagerwesi, hari raya Pagerwesi merupakan hari raya

agama Hindu yang jatuh pada hari Buda Kliwon Wuku

Sinta yaitu sebagai hari payogan Hyang Pramesti Guru

disertai oleh para Dewata Nawa Sanga. Pada saat itu

masyarakat Hindu di Desa Pakraman Padangtegal

melakukan persembahyangan di rumah masing-masing

untuk memohon waranugraha kepada Tuhan.

e. Melakukan persembahyangan pada hari Raya Siwaratri,

hari raya Siwaratri adalah hari raya umat Hindu yang

dilaksanakan setiap setahun sekali. Perayaan Siwaratri

dirayakan pada hari Panglong ping empat belas sehari

sebelum Tilem Sasih Kapitu, yang biasanya jatuh bulan

Februari Tahun Masehi.

Page 32: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 26

f. Melaksanakan persembahan dan persembahyangan pada

Hari Raya Galungan dan Kuningan, pada hari Galungan

umat Hindu di Desa Pakraman Padangtegal melakukan

persembahyangan dan persembahan kepada Tuhan baik di

Merajan maupun ke Pura-pura yang disungsung oleh Desa

Pakraman Padangtegal.

g. Melaksanakan persembahyangan pada Hari Raya

Saraswati, hari raya Saraswati adalah hari suci agama

Hindu yang berdasarkan pawukon yang dilaksanakan

setiap enam bulan sekali (210) hari sekali, yaitu setiap

Sabtu Umanis Wuku Watugunung. Pada hari ini dilakukan

persembahyangan kehadapan Tuhan dan manifestasi

sebagai Dewi Saraswati yang telah menurunkan ilmu

pengetahuan kepada manusia. Umat Hindu di Desa

Pakraman Padangtegal ucapan terima kasih kehadapan

Beliau dengan menghaturkan banten Saraswati di atas

buku-buku yang dikumpulkan di tempat khusus.

h. Melaksanakan Hari Raya Nyepi, pada hari raya Nyepi

masyarakat Desa Pakraman Padangtegal melakukan Catur

Brata Penyepian dengan tidak berjalan ke luar rumah,

tidak bekerja, dan tidak menyalakan api.

2. Pawongan (Hubungan Manusia Dengan Manusia)

Manusia adalah makhluk sosial dan tidak dapat hidup tanpa

orang bantuan lain sehingga manusia memiliki hubungan dan

ketergantungan kepada manusia lain. Dengan adanya

ketergantungan antara manusia satu dengan yang lainnya

Page 33: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 27

menyebabkan manusia harus bekerja sama, saling mengisi

dan tolong menolong demi kelangsungan hidupnya. Dengan

demikian sebagai makhluk sosial, manusia tidak boleh

mementingkan diri sendiri, akan tetapi harus saling tolong-

menolong satu sama lainnya. Menurut keterangan warga

desa, bahwa Desa Pakraman Padangtegal menerapkan

pawongan dilihat dari pada waktu salah satu warga

melakukan kegiatan adat seperti perkawinan, potong gigi,

dan sebagainya. Masyarakat setempat pasti membantu

terselenggaranya upacara tersebut yang disebut nguopin.

Berdasarkan uraian di atas, masyarakat di Desa Pakraman

Padangtegal hubungan manusia dengan manusia ini

wujudnya dapat dilihat dari kegiatan seperti upacara

perkawinan, potong gigi, dan sebagainya. Dimana salah satu

warga Desa Pakraman Padangtegal melaksanakan upacara

yajna, masyarakat setempat selalu membantu proses

terselenggaranya upacara tersebut, yang lebih dikenal dengan

istilah nguopin. Dari kegiatan-kegiatan tersebut jelas tampak

adanya hubungan ketergantungan antara manusia satu dengan

manusia lainnya.

3. Palemahan (Hubungan Manusia Dengan Alam)

Alam dan manusia diciptakan oleh Tuhan.Alam adalah

tempat kita hidup dan berkarya sehingga manusia memiliki

hubungan yang erat dengan alam. Dalam ajaran agama Hindu

alam semesta disebut dengan Bhuwana Agung dan manusia

disebut dengan Bhuwana Alit. Pada hakikatnya, yang

menyusun badan dan alam manusia adalah sama yaitu, tanah,

Page 34: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 28

api, air, udara dan akasa. Alam diciptakan oleh Tuhan agar

manusia dapat hidup, oleh karena itu manusia perlu menjaga

kelestarian alam agar tidak rusak. Manusia dengan alam

sama-sama mempunyai hubungan timbal balik. Manusia

dijaga oleh alam dan sebaliknya alam juga dijaga oleh

manusia. Dengan adanya saling memelihara maka akan ada

keselarasan dan keseimbangan antara alam dan manusia.

Hubungan timbal balik antara alam dengan manusia dalam

umat Hindu, di Desa Pakraman Padangtegal dengan

dilaksanakannya hari raya Tumpek Kandang atau Tumpek

Uye, Tumpek Kandang (Tumpek Uye) merupakan salah satu

hari suci yang penting di Bali. Tumpek Kandang (Trumpek

Uye) dilaksanakan setiap Sabtu Kliwon Wuku Uye menurut

perhitungan kalender Jawa yang jatuh setiap enam bulan (210

hari) sekali. Pada hari suci ini, masyarakat di Desa Pakraman

Padangtegal mengadakan upacara untuk Dewa Siva sebagai

Rare Angon (pengembala). Sehingga pada hari ini, upacara

dilakukan di kandang-kandang ternak.

Keberadaan PAUD Bija Santhi di Desa Pakraman

Padangtegal

Lokus kajian dalam penelitian ini adalah di PAUD Bija

Santhi desa Pakraman Padangtegal Ubud. PAUD tersebut

dipandang layak dijadikan kajian, karena satu-satunya PAUD

Hindu yang berada di Desa Pakraman Padangtegal atas gagasan

dari Yayasan Pendidikan Bija Santhi Desa Pakraman

Page 35: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 29

Pandangtegal. Yayasan yang begitu concern dalam

mengembangkan pendidikan Hindu yang dimulai dari

mengembangan pendidikan anak usia dini dan taman kanak-

kanak. Berdasarkan atas hal tersebut berikut dideskripsikan

tentang keberadaan dari PAUD Bija Santhi yang berada di Desa

Pakraman Padangtegal Ubud.

Sejarah Pelembagaan PAUD Bija Santhi Desa Pakraman

Padangtegal

Sejarah awal didirikannya PAUD Bija Santhi adalah

diawali dengan pendirian Yayasan Pendidikan Bija Santhi yang

diprakasai oleh Prajuru Desa Pakraman Padangtegal. Gagasan

tersebut berangkat dari himbauan pemerintah daerah, bahwa

disetiap Desa pakraman hendaknya memiliki pasraman dan

aktif dalam membina pendidikan remaja Hindu, dan pendidikan

anak usia dini. Kemudian mengacu pada hal tersebut, maka

yayasan pun terbentuk yang didalamnya ada basis pendidikan

Hindu, dan semula proses pembelajaran dilakukan di Desa

pakraman.

Setelah berjalan proses pembelajaran, maka ada gagasan

untuk mengembangkan yayasan yang di dalamnya ada

pasraman menjadi pelembagaan pendidikan yang dimulai dari

Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD yang berbasis pada

ajaran dan nilai agama Hindu. Sebagaimana hal tersebut

dijelaskan oleh salah satu pendiri PAUD Bija Santhi, bahwa

kami sendiri merasa perlu untuk membangun satu lembaga

Page 36: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 30

pendidikan yang formal, sebab bagaimanapun lembaga

pendidikan penting. Khususnya pendidikan yang berbasis pada

nilai dan ajaran agama Hindu serta dikhususkan kepada mereka

yang berada diusia dini. Sebab pendidikan usia dini sangat

penting dalam menciptakan generasi Hindu yang berkarakter

dan berbudi pekerti yang baik.

Deskripsi tersebut dapar dikatakan menjadi ilham

tersendiri bagi Prajuru Desa Pakraman Padangtegal untuk

membangun PAUD Hindu yang kemudian diusulkan melalui

Dinas Pendidikan Kabupeten Gianyar yang kemudian berupaya

disampaikan ke pusat, sehingga terbitlah SK dari Dinas

Pendidikan dan Olahraga UPT Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kecamatan Ubud dengan nomor: 800/313/UPT

Dikpora/2014 yang bertanggal 02 Desember 2014, bahwa

PAUD Bija Santhi resmi berdiri dan diberikan ijin oprasional.

Sebagaimana bunyi surat dapat disimak sebagai berkut.

Menindak lanjuti surat saudara tanggal 02 Desember 2014,

Nomor: 02/YPBJS/XII/2014 mengenai hal tersebut di atas,

dengan ini kami memberikan rekomendasi kepada Kelompok

Bermain PAUD Bija Santhi yang berlokasi di Banjar

Padangtegal Kaja. Karena sudah memenuhi persyaratan untuk

proses ijin oprasional.

Semenjak surat izin oprasional tersebut didirikan, maka

PAUD Bija Santhi sudah melakukan kegiatan pembelajaran

sebagaimana mestinya yang didasarkan atas persayaratan yang

sudah tersusun dengan baik. Kemudian pelembagaan juga

dibangun dengan menjadikan lembaga pendidikan PAUD ini sah

Page 37: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 31

secara yuridis, sehingga berbagai upaya dilakukan, dan pada

akhirnya Yayasan Bija Santhi diresmikan sebagai lembaga

formal yang didalamnya ada PAUD Bija Santhi dan TK Bija

Santhi. Sebagaimana yayasan tersebut dapat dilihat pada gambar

berikut.

Gambar Pasraman Bija Santhi adalah Yayasan Hindu yang di

dalamnya ada PAUD dan TK Berbasis Hindu

(Sumber: dok Perni, 2018).

Semenjak diberikan izin oprasional terhadap PAUD Bija

Santhi, maka proses pembelajaran dilakukan, sehingga hingga

saat ini masih tetap eksis dan berkembang, sehingga menjadi

satu-satunya PAUD Hindu yang berada di Desa Pakraman

Padangtegal. Kemudian dalam proses pembelajaran, dan

pengelolaan serta pengembangan PAUD Bija Santhi selalu

berdasarkan atas Visi dan Misi yang telah ditetapkan oleh

yayasan. Adapun Visi dan Misi dari PAUD Bija Santi adalah

sebagai berikut.

Page 38: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 32

Visi: Menjadikan peserta didik tumbuh kembang secara optimal

sehingga untuk memasuki jenjang pendidikan berikutnya.

Misi:

1. Pembelajaran yang berpusat pada anak

2. Kegiatan pembelajaran yang membebaskan proses

berkembangnya potensi anak

3. Bimbingan dan pengasuhan yang terbaik

4. Kerjasama dengan orang tua, lingkungan sekitar dan lembaga

pendidikan lainnya

5. Memberi ruang agar nilai moral/agama, bahasa, emosional,

seni, kognitif dan motoric berkembang dnegan baik.

Visi dan misi tersebut tentunya adalah sebagai landasan

dalam merealisasikan konsep pembelajaran bagi anak-anak

PAUD Bija Santhi. Sebagaimana menurut Yasi (Wawancara: 23

Juli 2018) sebagai pengelola PAUD menjelaskan bahwasanya

visi adalah sesuatu yang nantinya akan dicapai dalam

pengembangan PAUD Bija Santhi, dan dalam rangka untuk

mencapai hal tersebut, maka melalui sebuah misi yang jelas, dan

sebagaimana yang tertuang dalam visi dan misi tersebut di atas.

Selain visi dan misi, PAUD Bija Santhi juga memiliki motto

pembelajaran agar pendidikan dapat menjalankan dengan baik.

Adapun motto tersebut adalah Bermain Sambil Belajar. Motto

yang sangat menarik, dan dapat dijadikan basis pembelajaran

yang relevan dengan pendidikan anak usia dini. Tentunya dalam

konteks ini, pengelolaan PAUD Bija Santhi mengarahkan

pembelajaran sesuai dengan visi pendidikan nasional Depdiknas

pada tahun 2025, yakni pendidikan yang menghasilkan insan

Page 39: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 33

Dra. Ni Nyoman Yasi

PENGASUH/PENDIDIK

1. EKA HAPPY HERYANI, S.PD

2. NI MD JUNI MARIANI, S.PDH

3. I WAYAN MERSA 4. NI NYOMAN PARWATI 5. NI WAYAN RIJASA

BENDAHARA SEKRETARIS

PENGELOLA

Ni Putu Santi Ardani, S.E Ni Putu Sugianti, S. S

Indonesia cerdas komprehensif dan kompetitif (Syahbudin,

2015:1). Berdasarkan atas hal tersebut, PAUD Bija Santhi

tentunya mengelola dengan sikap professional berdasarkan

strutur organisasi yang baik.

Adapun struktur organisasi PAUD Bija Santhi dapat dilihat pada

sekema berikut.

Skema Struktur Organisasi PAUD Bija Santhi

(Sumber: Buku Panduan PAUD Bija Santhi, 2017)

Merujuk pada struktur organisasi PAUD Bija Santhi

tersebut jelas menunjukkan bahwasannya pengelola sebagai

pimpinan tinggi dalam pengelolaan. Tentunya pengegola

memiliki wewenang dalam hal menentukan kebijakan dan arah

Page 40: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 34

pembelajaran PAUD termasuk juga mensinergikan kurikulum

pembelajaran yang terintegrasi dengan ajaran budhi pekerti pada

anak. Di bawah pengelola ada sekretaris yang memiliki

wewenang secara fungsional untuk melakukan pencatatan

terkait data base dari siswa PAUD dan segala sesuatunya yang

berkaitan dengan pendataan siswa dan lembaga. Berikutnya

adalah bendahara yang berhubungan dengan keuangan dan

pendestribusian logistik dalam pembelajaran.

Pendidikan Anak Usia Dini bukan hanya dilakukan di

lembaga formal seperti di sekolah PAUD yang kita ketahui,

akan tetapi PAUD yang sesungguhnya adalah semua kegiatan

baik formal, informal dan nonformal yang sifatnya mendidik

(Syahbudin, 2015: 11). Berdasarkan atas hal tersebut, baik peran

pendidik dan orang tua sangat penting dalam mengembangkan

potensi anak didik agar memiliki budhi pekerti yang luhur.

Untuk itu, PAUD Bija Santhi memberikan kesempatan orang tua

sebagai pendamping selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Namun demikian, peran pendidik juga dituntut professional

dibidangnya, dan pendidik pada PAUD Bija Santhi berjumlah

lima orang yang memiliki kualifikasi yang sesuai dengan

bidangnya. Selain itu, pengelola dan pengurus juga dalam hal ini

secara rutin melakukan pengajaran kepada peserta PAUD.

Sebagai upaya dalam meningkatkan kedekatan mereka sehingga

dapat menggali potensi dalam diri peserta didik.

PAUD Bija Santhi terletak di Desa Pakraman

Padangtegal, yakni tepatnya di Jalan Jembawan Padangtegal

Kaja. PAUD Bija Santhi memiliki gedung dan sarana prasarana

Page 41: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 35

yang layak sebagai pusat pengembangan Pendidikan Anak Usia

Dini. Sarana gedung terdiri dari dua lantai, dan lantai pertama

dikhususkan sebagai tempat pembelajaran PAUD, dan lantai dua

sebagai tempat pembelajaran TK Bija Santhi. Selain sarana

gedung, PAUD Bija Santhi juga dilengkapi dengan berbagai

sarana bermain dan tempat bermain sesuai dengan ketentuan dan

standar PAUD. Jadi dengan sarana dan prasarana tersebut

diharapkan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik,

sehingga anak didik dapat mengoptimalkan masa emasnya

dengan baik.

Jumlah Anak Didik PAUD Bija Santhi

Pemberian pendidikan pada anak usia dini seharusnya

diberikan kepada semua anak tanpa terkecuali, karena akan

sangat membantu setiap anak dalam mengoptimalkan masa

emas perkembangan mereka. Hadirnya lembaga pendidikan

anak usia dini (PAUD) yang semakin banyak seharusnya

dimanfaatkan oleh kalangan orang tua, karena dengan adanya

pemberian pendidikan pada anak usia dini akan membantu anak

sebelum mereka menempuh pendidikan yang tingkatannya lebih

tinggi seperti sekolah dasar (SD). Berkenaan dengan hal

tersebut, meminjam uraian Syahbudin (2015: 15), bahwa

informasi atau sosialisasi tentang manfaat pendidikan anak pada

usia dini sangat penting agar para orang tua dapat memafaatkan

keberadaan lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) untuk

membantu proses perkembangan anak.

Page 42: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 36

Bertolak atas hal tersebut, PAUD Bija Santhi sudah

melakukan sosialisasi dan memberikan informasi berkenaan

dengan keberadaan PAUD Bija Santhi melalui Desa pakraman.

Jadi melalui informasi yang diberikan oleh prajuru Desa

pakraman kepada semua warga Padangtegal, maka semua warga

yang memiliki anak sudah sesuai dengan tingkat usia, maka

diberikan kesempatan untuk anak- anak mereka menempuh jalur

pendidikan pada PAUD Bija Santhi. Sebagaimana uraian Yasi

(wawancara: 23 Juli 2018) sebagai berikut.

“Setiap ada tahun ajaran baru, segala informasi terkait

dengan PAUD ini disampaikan melalui unsur dari Desa

pakraman, dan pihak Desa pakraman menyampaikan ke

warga. Selain itu, sistem sosialisasi juga kami lakukan ke

orang tua yang mereka sendiri datang ke PAUD mencari

informasi berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan

anak usia dini yang berbasis ajaran budi pekerti Hindu.

Sosialisasi ini sangat penting dilakukan, mengingat para

orang tua masih merasa khawatir untuk melepaskan anak

mereka dari rumah, dan peran lembaga adalah

memberikan kepercayaan kepada para orang tua, bahwa

pendidikan anak pada usia dini sangat penting dalam

mengoptimalkan masa emas mereka dalam upaya

mempersiapkan ke jenjang pendidikan selanjutnya.”

Jadi merujuk atas hal tersebut, sosialisasi dan informasi

betapa pentingnya para orang tua untuk mendidik anak mereka

yang dimulai dari pendidikan anak pada usia dini. Sebagaimana

dijelaskan Asmawati (2008: 1), bahwasanya anak khususnya

Page 43: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 37

anak usia dini merupakan masa yang paling optimal untuk

berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu

yang sangat besar dan melakukan apapun untuk memenuhi rasa

ingin tahunya. Selain itu, secara naluriah mereka aktif bergerak,

sehingga pada masa ini dituntut anak dibelajarkan sehingga

dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Berkenaan dengan hal tersebut, PAUD Bija Santhi begitu

sangat berkonsentrasi pada perkembangan anak didik dengan

memperhatikan potensi yang diawali dengan rasa keingin

tahuan mereka. Pihak pengelola PAUD pun memberikan

berbagai informasi terkait dengan perkembangan anak mereka

melalui buku catatan anak didik. Jadi orang tua mencatat

perilaku anak mereka di rumah, sehingga para pendidikan dapat

melakukan pengukuran terhadap aktivitas dan perkembangan

anak didik. Adapun jumlah siswa atau anak didik pada PAUD

Bija Santhi angkatan tahun 2018 adalah berjumlah 28 orang, dan

data selengkapnya dapat dilihat pada tebel berikut.

Tabel Data Peserta Didik Tahun 2018 pada PAUD Bija Santhi

NO NAMA SISWA

JENIS

KELAMIN TGL LAHIR UMUR L P

1 Ni Putu Putri V √ 26/03/2015 3-4

2 I Ketut Adi Suta √ 21/02/2015 3-4

3 I Kadek Rangga √ 22/05/2015 3-4

4 Putu Arga

Praba Kartana

√ 19/01/2014 3-4

5 I Gusti Ngurah

Wira Adi P

√ 27/03/2015 3-4

Page 44: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 38

6 Ni Putu Arana

Remesree M

√ 2/3/2014 3-4

7 Putu Risna

Purnama Dewi

√ 5/1/2015 3-4

8 Ni Putu Rica

Putri

√ 6/9/2014 3-4

9 Komang Nara

Swaryana

√ 2/8/2013 4-5

10 Ni Wayan Rina

Anjani

√ 13/12/2013 4-5

11 Ni Putu Yulia

Swari

√ 2/7/2014 3-4

12 Dw Ayu Divya

Maheswari

√ 1/2/2015 3-4

13 Putu Binar

Cahaya Mas

√ 14/11/2013 4-5

14 I Wayan Damar

Ariguna

√ 4/6/2014 3-4

15 I Putu Adi

Dharma Wiguna

√ 21/06/2014 4-5

16 A.A Istri Felica

Gayatri

√ 2/2/2015 3-4

17 I Gede Tristan

Wibawa

√ 21/01/2014 3-4

18 Ni Wyn Irha

Maharani P

√ 3/9/2014 3-4

19 I Putu Angga

Kusuma

√ 5/6/2014 3-4

20 Gst Ayu

Anindya Gita

√ 14/10/2014 3-4

21 A.A Happy

Paramita Dewi

√ 14/12/2014 3-4

22 Ni Kdk Nessa

Triani Srinadi

√ 14/06/2014 3-4

Page 45: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 39

23 Made Bagus

Khananda A

√ 17/12/2013 4-5

24 Kadek Mahendra

Dananjaya

√ 16/04/2014 3-4

25 Ni Made Verisa √ 5/9/2014 3-4

26 Gusti Ayu

Metha Pradnya

√ 31/01/2015 3-4

27 Ni Kadek Listia

Atika Dewi

√ 15/01/2014 4-5

28 Kadek Krishnanda

Dwitama

√ 28/2/2014 3-4

(Sumber: Data Peserta Didik PAUD Bija Santhi, 2018).

Merujuk pada tebel 4.4 tersebut di atas, jelas menunjukkan

bahwasanya jumlah peserta didik pada angkatan tahun 2018

adalah berjumlah 28 peserta didik yang terbagi atas 12 laki-laki

dan 16 perempuan, dan usia mereka rata-rata adalah berusia 3-4

tahun, dan ada berusia antara 4-5 tahun. Kemudian merujuk pula

atas jumlah peserta didik PAUD Bija Santhi angkatan 2018 ada

peningkatan signifikan dari tahun sebelumnya di mana jumlah

peserta didik hanya berjumlah 15 siswa. Hal tersebut

menunjukkan adanya peningkatan daya minat masyarakat agar-

agar anak-anak mereka diberikan pendidikan di fase dini dalam

hal menumbuhkembangkan segala potensi dan budi pekerti yang

dimiliki peserta didik.

Pembelajaran PAUD Bija Santhi

Keberadaan lembaga PAUD belakangan dipandang sangat

penting dalam upaya menumbuhkembangkan karakter dan budi

Page 46: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 40

pekerti luhur dalam diri siswa. Hal tersebut berangkat dari

adanya paradigma, bahwasanya pada usia dini adalah fase dari

masa yang paling baik anak diberikan pendidikan sehingga

mereka mampu mengembangkan segala potensi dengan baik.

Tentunya hal ini menunjukkan bahwa, pendidikan anak usia dini

dari masa ke masa mengalami kemajuan. Sebagaimana uraian

Syahbudin (2015:15), bahwasanya jumlah PAUD sangat banyak

dan hal tersebut ada indikasi kemajuan dalam pelembagaan

pendidikan berbasis usia dini.

Tidak saja demikian, keberadaan dari PAUD pun kini

tidak saja hanya di kota-kota, melainkan telah masuk sampai ke

Desa. Hal tersebut menunjukkan bahwasanya ada kesadaran

orang tua akan perlunya memberikan pendidikan kepada anak

usia dini juga telah tumbuh dengan mamasukan anak mereka ke

lembaga pendidikan anak usia dini. Terlebih mengacu uraian

Susetyo (2016: 76), bahwa keberhasilan anak usia dini

merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang

berikutnya.

Berdasarkan atas hal tersebut, PAUD Bija Santhi berupaya

dikelola dengan sebaik-baiknya, dan berdasarkan atas standar

professional bagi PAUD. Terlebih visi dan misi PAUD sudah

sangat jelas tujuannya adalah sejatinya menciptakan generasi

berbudi pekerti, dan terlebih pada masa dini itulah disebut

dengan “Usia emas” bagi seseorang. Artinya, bila seseorang pada masa itu mendapatkan pendidikan yang tepat, maka ia

memperolah kesiapan belajar yang baik yang merupakan salah

satu kunci utama bagi keberhasilan belajarnya pada jenjang

Page 47: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 41

berikutnya. Berkenaan dengan hal tersebut, peran pendidik dan

pengelolaan lembaga sangat penting dilakukan, dan pada PAUD

Bija Santhi sendiri memiliki motto “Belajar Sambil Bermain”, sehingga pembelajaran hendaknya dapat mengimplementasikan

motto tersebut. Oleh sebab itu, maka pendidik diharapkan dapat

menjalankan profesinya sebagai tenaga professional.

Sebagaimana uraian Suantara sebagai berikut.

“PAUD Bija Santhi berupaya merekrut pendidik yang

professional. Meskipun pada awal berdirinya PAUD ini

masih menggunakan tenaga yang istilahnya ngayah, yakni

mendidik dengan suka rela. Namun dalam perkembangan

selanjutnya, kami berupaya melakukan perekrutan tenaga

pendidik yang berkualitas, dan kami memiliki program

untuk memberikan beasiswa kepada guru untuk

melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.”

Frofesi adalah tugas atau keahlian yang dilengkapi

prasyarat pendidikan dan kompetensi khusus untuk

meningkatkan mutu proses pekerjaan sesuai dengan nilai-nilai,

norma-norma dan standar mutu yang dipersyaratkan dalam

masing- masing profesi (Rusman, 2008: 5). Termasuk juga

menjadi pendidik PAUD hendaknya dapat dipahami sebagai

profesi yang ditekuni dengan jaminan kesejahteraan dan

penghargaan. Dengan demikian keprofesian menjadi pendidik

PAUD terlihat dari cara para pendidik dalam merealisasikan

pembelajaran di dalam suasana belajar yang nyata. Berangkat

dari hal tersebut, kompetensi pendidik pada Pendidikan Anak

Usia Dini (PAUD), hendaknya dikembangkan secara

Page 48: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 42

berkelanjutan. Untuk itu, PAUD Bija Santhi sendiri

mengedepankan pendidik yang memiliki kompetensi yang

menyangkut substansi, seperti: accountability, communication,

decisvenees, initiative, judgment, persuasivinnes, planning dan

organizing serta problem solving (wawancara: Yasi, 23 Juli 2018).

Kemudian diantara kompetensi tersebut, bagi

pembelajaran PAUD perencanaan atau plaming memegang

peranan penting, dan hal tersebut mengacu pada urain Asmawati

(2008: 43), bahwa untuk mendapatkan melaksanakan tugasnya

dengan baik dalam pembelajaran, para pendidik PAUD

hendaknya dapat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian

(RPH) bagi PAUD dengan mengacu pada stnadar kurikulum

yang dibuat dan ditentukan. Berdasarkan hal tersebut, pendidik

di PAUD Bija Santhi diharuskan membuat RPH agar

pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan kurikulum yang

diberlakukan. Adapun RPH PAUD Bija Santhi yang dikutip dari

(RPH PAUD Bija Santhi, 2018) adalah sebagai berikut.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Semester/

minggu : I/3

Hari/Tanggal : Rabu, 18 Juli 2018

Kelompok/ usia : KB/3,5 Tahun

Tema/sub tema : Kemahakuasaan Tuhan/ Dewa-Dewa Hindu

Materi :

KD 3.1-4.1 Doa Salam

KD 3.3-4.3 Membuat Banten Saiban

Page 49: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 43

KD 3.6-4.6 Bercerita Dewa-Dewa Hindu

KD 3.15-4.15 Menyanyi lagu “Nama-nama hari, nama-

nama bagian tubuh, nama jari dengan jari-jari”.

Materi yang masuk dalam SOP untuk pembiasan

1. Bersyukur terhadap ciptaan Tuhan

2. Mengucapkan salam masuk dalam SOP penyambutan dan

penjemputan

3. Doa sebelum dan mengenal aturan masuk dalam SOP

pembukaan

4. Mencuci tangan masuk ke dalam SOP sebelum dan sesudah

makan

Alat dan Bahan

1. Daun dan wadahnya

2. Nasi, garam, dan telor dadar

3. Kertas

4. Spidol

5. Gunting dan gambar Dewa-Dewa agama Hindu

Pembukaan (15 menit)

1. Berkumpul dan berbaris di halaman

2. Bernyanyi pembukaan seperti Om Swastyastu, Good

Morning, Trikaya Parisuddha, anggota tubuh dan dewa-dewa

Hindu.

Page 50: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 44

3. Berdoa sebelum belajar

4. Membuka dengan menanyakan aktivits pengalaman mereka

dalam berdoa

5. Anak-anak masuk kelas masing-masing.

Inti (90 menit)

1. Guru menanyakan kabar anak-anak dan memulai mengabsen

2. Guru mengajak anak-anak untuk memotong daun pisang

3. Guru mengajak anak-anak membuat banten saiban

4. Guru mengajak anak-anak mebanten saiban

5. Guru mengajak anak-anak mendengarkan cerita dewa-dewa

Hindu

6. Guru menilai dengan kreteria bintang 4

Recalling

1. Tanya Jawab tentang kegiatan yang sudah dilaksanakan pada

proses pembelajaran

2. Menunjukkan kemampuan anak mengikuti gurunya

3. Mampu menamakan dewa-dewa Hindu pada gambar dewa-

dewa

4. Memberikan pujian pada anak

5. Menasehati anak agar memiliki sikap sraddha dan bhakti

kepada Tuhan

6. Istirahat

Page 51: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 45

Penutup (15 menit)

1. Berbaris dan menanyakan kembali serta memberikan

penguatan pada kegiatan yang dilakukan

2. Tanya jawab tentang kegiatan satu hari dan

menginformasikan kegiatan esok hari

3. Berdoa

4. Penerapan SOP Penutup

Rencana Penilaian

1. Sikap (Kedisiplinan, Keaktifan di kelas, tidak menggangu

teman)

2. Pengetahuan dan Keterampilan (Mendengarkan cerita dan

mampu menyebutkan nama dewa-dewa Hindu)

Meurujuk atas kutipan RPH tersebut di atas, jelas

menunjukkan bahwasanya basis dari pembelajaran pada PAUD

Bija Santhi adalah berbasis pada ajaran dan nilai-nilai dalam

agama Hindu. Penerapan pembelajaran dapat dilihat dari

bagaimana konten pembelajaran yang tercantum pada RPH

tersebut. Jadi teknik bercerita tentang cerita-cerita Hindu

menjadi hal yang unik di temukan pada PAUD Bija Santhi, dan

ini sangat penting dideskripsikan dalam kajian sehingga

nantinya ada konsep yang jelas berkenaan dengan PAUD

berbasis pada ajaran dan nilai keagamaan, yakni agama Hindu.

Pengenalan terhadap dewa-dewa Hindu adalah sebagai basis

dari peningkatan sraddha dan bhakti generasi Hindu ke

depannya. Mereka hendaknya sejak dini dikenalkan konsep

Page 52: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 46

teologi, sebab mengacu pada Wiana (2008: 98), bahwasanya

belajar agama semasih muda adalah penting sebagaimana kitab

Sarasamuccaya sebutkan, seperti rumput ilalang yang masih

muda, dimana fisik sedang prima dan pikiran sedang tajamnya

dan sebagai bekal ke depannya dalam meningkatkan jenjang

Grehasta, Wanaprasta dan Bhiksuka Asrama.

Page 53: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 47

PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI MELALUI TEKNIK

BERCERITA

Pendidikan anak usia dini (early child education) yang

dalam kajian ini disebut PAUD sangat penting dilaksanakan

sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara

utuh, yakni untuk pembentukan karakter, budi pekerti luhur,

cerdas, ceria, terampil dan memiliki sraddha kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Berkenaan dengan hal tersebut, keberadaan

PAUD Bija Santhi adalah lembaga pendidikan yang

berkosentrasi pada pengembangan anak usia dini agar anak

didik memiliki pribadi yang seutuhnya. Untuk itu,

penyelenggaraan dari pendidikan anak usia dini sesungguhnya

tidak memerlukan biaya yang mahal, tetapi dapat dikembangkan

dengan cara-cara sederhana, dan mengacu pada Asmawati

(2008: 13), bahwa penyelenggaraan pendidikan PAUD

sebaiknya dilakukan dengan prinsip berkesesuaian dengan

lingkungan dimana anak didik tumbuh dan berkembang.

Bertolak atas hal tersebut, penyelenggaraan pembelajaran

pada PAUD Bija Santhi lebih kepada pembelajaran yang

mendasarkan atas ajaran-ajaran agama Hindu dan sesuai dengan

lingkungan di mana anak didik tumbuh dan berkembang.

Sebagaimana yang terdapat dalam kurikulum dan dijabarkan

dalam RPH, bahwasanya dalam rangka menumbuhkembangkan

potensi pekerti dan budi dalam dirinya, maka PAUD Bija Santhi

menerapkan teknik bercerita Hindu. Teknik tersebut adalah

sebuah metode sederhana di mana guru selalu mengupayakan

Page 54: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 48

memberikan cerita-cerita dalam ajaran agama Hindu, baik yang

terdapat dalam kisah Purana tentang para dewa, kitab Itihasa

dan cerita-cerita Tantri Kamandaka atau Panca Tantra.

Berdasarkan atas penelusuran, bahwa penerapan teknik

bercerita yang sudah diterapkan pada PAUD Bija Santhi adalah

cerita yang mengacu pada kisah Purana dalam agama Hindu.

Kisah tersebut diolah sedemikian rupa menjadi sebuah naskah

cerita yang menarik dan sangat mudah dimengerti tentang

keberadaan ikonografi Dewa-dewa dalam agama Hindu.

Sekaligus mereka dikenalkan terlebih dahulu citra dewa-dewa

tersebut melalui media visualisasi, sehingga sangat mudah

dimengerti dan hal tersebut sesuai dengan tahap perkembangan

anak didik.

Cerita Dalam Ajaran Agama Hindu yang Mengandung Nilai

Budi Pekerti

Sebagaimana disinggung sebelumnya, bahwasanya

penerapan teknik bercerita pada PAUD Bija Santhi adalah

mengacu pada naskah Purana dalam ajaran agama Hindu. Hal

tersebut berangkat dari gagasan, bahwa kisah-kisah dalam

Purana tersebut adalah kisah tentang keberadaan para dewa

beserta dengan mitologi di dalamnya. Sebagaiman dijelaskan

pendidik pada PAUD Bija Santhi menjelaskan sebagai berikut.

“Selama ini yang saya dan beberapa pendidik lainnya gunakan dalam menerapkan cerita tentang dewa-dewa

adalah merujuk pada sumber kisah Purana dalam agama

Page 55: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 49

Hindu. Sesungguhnya cerita lainnya yang akan kami rujuk

ke depannya adalah kisah tentang Panca Tantra, dan

cerita anak lainnya yang sarat dengan nilai budi pekerti.

Kisah dewa-dewa dalam Purana juga sangat penting

untuk meningkatkan keyakinan mereka akan keberadaan

dari dewa-dewa tersebut sebagai tahap awal mereka untuk

memasuki perkembangan rasa keberagamaan mereka.

Kemudian, tidak serta merta kisah para dewa tersebut

diceritakan. Tentunya ada hal-hal yang kami upayakan

untuk tidak diceritakan, terutama ketika ada para dewa

bertempur dan yang lainnya yang sangat susah untuk

dipahami. Maka dari itu, naskah cerita kami kerjakan

kembali dengan berupaya lebih menekankan pada konsep

keyakinan dan bhakti sebagai dasar karakter anak didik,

dan tentunya disesuaikan dengan tahap perkembangan

anak didik.”

Satu hal yang dapat dijadikan acuan dalam memetakan

konsep dalam penerapan teknik bercerita pada PAUD adalah

cerita hendaknya memperhatikan fase perkembangan anak didik.

Sebagaimana teori perkembangan anak, bahwasanya anak dapat

berkembang, tumbuh dan belajar bermanfaat sebagai perspektif

yang membantu pendidik untuk memahami dan menjelaskan

berbagai fenomena belajar anak. Dalam belajar anak harus

memahami kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri melalui

bantuan pendidik sehingga multipotensi dan multikecerdasan

yang dimiliki anak dapat teraktualisasikan.

Perkembangan anak menjadi delapan tahapan. Setiap anak

Page 56: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 50

akan melewati tahapan perkembangan di mana setiap tahap anak

berpotensi mendapatkan pengalaman, baik positif dan negatif.

Kepribadian yang sehat diperoleh apabila seorang anak dapat

melewati masa krisis dalam tugas perkembangannya dengan

baik. Pada masa bayi seorang anak memerlukan pengasuhan

yang penuh cinta kash dari orang-orang di sekitarnya sehingga

anak merasa aman. Hal ini akan menumbuhkan kepercayaan

dalam diri anak bahwa lingkungannya merupakan tempat yang

aman dan nyaman baginya sehingga anak dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal terutama dalam aspek sosial

emosional. Ketidakkonsistenannya dalam mengasuh akan

menimbulkan penolakan bayi sehingga muncul

ketidakpercayaan dalam diri anak terhadap pengasuhnya yang

berlanjut pada munculnya ketidakpercayaan terhadap orang lain

dan lingkungan. Jadi, teori ini mendasarkan pandangannya

bahwa perkembangan psikologis anak sangat dipengaruhi oleh

lingkungannya.

Mengacu pada deskripsi teoretis tersebut, jelas

menunjukkan bahwasanya penerapan teknik belajar apapun pada

PAUD hendaknya memperhatikan perkembangan psikologis,

dan lingkungannya. Jadi, dengan memberikan mereka (anak

didik) pada PAUD Bija Santhi cerita-cerita dalam kisah Purana,

maka akan memberikan efek yang positif terhadap

perkembangan budi pekerti mereka. Terlebih kisah-kisah dalam

Purana tersebut disajikan dengan mengedepankan ketauladanan

dari pada para dewa sehingga mampu memetik potensi dan

segala kecerdasan spiritual siswa. Terlebih pendidik bisa

Page 57: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 51

menyampaikan dan menyajikannya dengan baik, dan relevan

dengan tahap perkembangan anak didik.

Cerita Dalam Kitab Purana yang Mengandung Nilai Budi

Pekerti

Kitab Purana adalah berada pada bagian kitab Smerti

dalam kodefikasi Veda. Sebagaimana uraian Siwananda (2006:

87), bahwa kitab Smerti adalah kitab kedua setelah Sruti, dan

Smerti dari urat kata “Smr” yang berarti mendengar. Jadi kitab

ini adalah kitab yang bukan diwahyukan secara langsung, tetapi

direkam melalui pendengaran dan dituliskan kembali

berdasarkan atas pengetahuan anubhawa jñana. Dalam kitab

Smreti terbagi menjadi beberapa kelompok kitab utama, dan

kitab Purana ada di dalamnya. Menurut Titib (2008: 76), bahwa

Purana adalah kisah yang merupakan sejarah berkenaan dengan

para dewa di masa silam. Purana adalah sejarah dan kebenaran

yang dikisahkan kembali.

Menurut Saraswati (2010: 76), Purana adalah penjabaran

dari ajaran Veda, dan apa yang ada dalam Purana sejatinya ada

dalam Veda. Veda begitu sangat susah dipelajari, tetapi dengan

Purana maka ajaran Veda lebih dipahami dan dimengerti. Oleh

sebab itu, terdapat 108 jenis Purana, dan terbagi menjadi dua

kelompok besar, yakni Upa Purana dan Maha Purana atau

Purana Mayor dan Minor. Hampir semua Purana berkisah

tentang keberadaan para dewa, dan bagaimana kisah para dewa

yang banyak mengandung nilai luhur dari ajaran agama Hindu.

Page 58: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 52

Sebagaimana Titib (2008: 99), bahwa kisah dalam Purana

banyak mengnadung muatan ajaran spiritual dan karakter serta

budi pekerti yang luhur dari ajaran Veda.

Bertolak atas hal tersebut, kisah tersebut kemudian

diadopsi oleh para pendidik di PAUD Bija Santhi sebagai upaya

untuk menumbuhkembangkan potensi budi pekerti pada anak

didik. Adapun kisah dalam Purana tersebut diharapkan dapat

direalisasikan dalam proses pembelajaran. Sebagaimana

menurut Suantara (wawancara: 24 Juli 2018) menjelaskan

bahwasanya kisah- kisah yang ada dalam kitab Purana ini

disampaikan dalam pembelajaran pada PAUD Bija Santhi

adalah sebagai upaya untuk menanamkan sikap sraddha, bhakti

dan sebagai upaya mengajarkan nilai Veda sejak dini. Hal

tersebut senada dengan Wiana (2008: 65); Titib (2006: 99),

bahwa Veda hendaknya diajarkan sejak dini, sebab mengajarkan

ajaran Veda dari fase dini akan menjadikan anak didik siswa

yang sistha, yakni berbudi pekerti luhur dan mulia.

Pembelajaran sejak dini dimana PAUD sebagai fase awal

perkembangan pendidikan anak didik, maka menanamkan ajaran

moralitas spiritual dalam Veda sangatlah penting. Terlebih

dalam kisah Purana ada kisah-kisah yang merefleksikan

perilaku seorang siswa belajar kepada guru dengan menerapkan

konsep belajar dan bermain (learning through games). Bahkan

dengan anak didik mendengar cerita yang dikisahkan dalam

Purana, maka mereka sudah dikatakan tersentuh pengetahuan

Veda, sebab jenjang belajar Veda hendaknya harus dimulai dari

mendengarkan dan belajar Veda, seperti dalam kutipan sloka

Page 59: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 53

dalam Vayu Purana, I.201 sebagai berikut.

Itihasa puranabhyam vedam sampupbrhayet

bibhetyalpasrutad vedo mamayam praharisyanti.

Terjemahan:

Hendaknya Veda dijelaskan melalui sejarah Itihasa Veda

dan sejarah dewa-dewa dan raja-raja dalam Purana.Veda

merasa takut kalau seorang bodoh membacanya. Veda

berpikir bahwa dia akan memukulnya (Titib, 2008: 2).

Sloka dari Vayu Purana yang sangat menarik untuk

dideskripsikan dalam narasi ini dan memiliki hal yang relevan

dengan praktik teknik bercerita Hindu pada PAUD Bija Santhi.

Jadi, mempelajari Veda dengan mengisahkan Purana dan

Itihasa adalah menjauhkan manusia dari awidya atau kebodohan

tersebut. Oleh sebab itu, kisah-kisah dalam Purana yang banyak

tersebut diinterpolasi dengan bagaimana keseharian anak didik

dan lingkungan pembelajarannya. Berdasarkan hal itu, berikut

dikutipkan beberapa cerita yang digunakan dalam penerapan

teknik bercerita Hindu pada PAUD Bija Santhi Desa Pakraman

Padangtegal Ubud yang kuat nilai pendidikan budi pekertinya

sebagai berikut.

1. Kisah Varaha Purana

Kisah dalam Purana yang paling sering dikisahkan dalam

pembelajaran pada PAUD Bija Santhi adalah kisah dalam

Varaha Purana. Kisah tersebut dapat dikutipkan sebagai

berikut.

Page 60: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 54

Cerita Kelahiran Bumi

Awal kisah diceritakan dimulai dari kedatangan empat

orang anak berjalan dengan cepat dan tergopoh-gopoh menuju

ke Vaikunta, yakni alam tempat tinggalnya Deva Viṣṇu. Kedatangan empat orang anak tersebut adalah untuk bertemu

dengan Deva Viṣṇu. Mereka dengan bergegas menuju tempat

tinggalnya Deva Viṣṇu yang terbaring di atas Naga Sesa dan

mengapung di lautan Antahkaran. Lautan tersebut adalah lautan

“penyebab” dari semua ini ada dan diciptakan. Sebelum mereka

sampai di tempat tinggal Deva Viṣṇu, dua penjaga istana

DevaViṣṇu, yakni Jaya dan Vijaya melihat mereka. Dua penjaga

tersebut, lalu bergegas menghampiri keempat orang anak

tersebut. Sebab Jaya dan Vijaya melihat keganjilan. Tumben-

tumbennya istana DevaViṣṇu didatangi empat orang anak yang

tidak dikenal oleh mereka.

Melihat hal tersebut, dengen sigap Jaya dan Vijaya

menghampiri empat orang anak itu, dan menghadang mereka

agar tidak memasuki kediaman Deva Viṣṇu. Sembari

menghadang Jaya berkata.

“Wahai anak-anak, akan kemana kalian? Dan apa urusan

kalian datang ke Vaikunta. Taukah kalian bahwa di sini

alam Deva Viṣṇu, dan tidak boleh ada yan masuk sembarangan. Jadi, jangan masuk.” Demikian perkataan

Jaya, dan dilanjutkan Vijaya berkata dengan tegas “Iya benar kata saudaraku Jaya, tidak boleh sembarang orang

memasuki alam Viṣṇu. Terlebih kalian anak-anak kecil”.

Page 61: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 55

Merasa dihadang, dan mendengar perkataan Jaya dan

Wijaya, anak yang paling muda dari keempat anak-anak tersebut

menjawab “Hai tuanku, saya ingin bertemu dengan Tuhan. Bukalah pintunya, dan ijinkan kami bertemu.” Mendengar

jawaban yang demikian, Jaya dan Wijaya masih tetap tidak

mengijinkan mereka memasuki tempat bersthananya Deva

Viṣṇu. “Emm tidak, kami tidak akan memberikan kalian masuk dan bertemu Deva Viṣṇu. Viṣṇu sedang beristirahat” sahut Jaya dan Vijaya dengan tegas.

Mendengar larangan tegas Jaya dan Vijaya, anak yang lagi

satunya tersenyum dan menyahut dengan lembut “Wahai tuanku Jaya dan Vijaya yang dikenal sebagai abdi Deva Viṣṇu yang

sangat taat. Kami sebelum ke sini dan bertemu Deva, kami

sudah membuat perjanjian dengan Deva Viṣṇu. Sudikah kiranya

wahai abdi Deva Viṣṇu yang setia untuk mengijinkan kami

bertemu.” Mendengar perkataan lembut anak tersebut tidak

membuat Jaya dan Vijaya mengijinkan mereka masuk dan

bertemu Deva Viṣṇu. Justru Jaya dan Vijaya semakin marah dan

berkata yang tidak patut kepada empat orang anak tersebut

“Ah….tidak bisa, pokoknya kami tidak mengijinkan kalian masuk dan bertemu Deva Viṣṇu. Deva Viṣṇu sedang beristirahat”, tegas Jaya dan Vijaya.

Mendengar perkataan Jaya dan Vijaya yang tidak patut,

keempat anak tersebut menatap Jaya dan Vijaya, seraya anak

yang tertua dari keempat anak tersebut menjawab dengan nada

sedikit keras “Wahai Jaya dan Vijaya, apakah anda tahu siapa kami? Saya sendiri adalah Sanaka, ini adalah Sanatana,

Page 62: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 56

berikutnya adalah Sanandana dan terakhir adalah Sanatkumara.

Kami adalah para Kumaras putra dari Deva Brahma”, demikian kata Sanaka sangat tegas kepada Jaya dan Vijaya.

Mendengar kata para Kumara tersebut, Jaya dan Vijaya

menjadi ketakutan dan memohon ampun kepada para Kumara.

Sembari merunduk menghormat, Jaya dan Vijaya berkata

“Wahai para Kumara putra Brahma yang terpuji, maafkanlah

kami berdua sudah terlalu lancang sama tuan- tuan. Silakanlah

temui Deva Viṣṇu sekarang.”

Para Kumara tidak terima atas permintaan maaf Jaya dan

Vijaya, sebab mereka sudah berani berkata-kata yang tidak patut

kepada para Kumara. Jaya dan Vijaya juga menghalangi dengan

sengaja para Kumara, padahal para Kumara sudah

menyampaikan secara santun maksud kedatangannya ingin

bertemu dengan Deva Viṣṇu. Atas perilaku yang demikian, maka

para Kumara berkata “Wahai Jaya dan Vijaya, karena engkau berkata tidak patut kepada kami. Padahal kami sudah berkata

baik- baik, dan kami pula sudah menyampaikan dengan santun

bahwa kedatangan kami ke sini adalah untuk bertemu dengan

Deva Viṣṇu. Namun, kalian masih menghalangi dan berkata yang

tak patut. Maka kalian akan terlahir dengan dengan Deva di

dunia menjadi Kama, Kroda dan Mada untuk melawan Deva

Viṣṇu”, demikian doa para Kumara diiringi dengan suara

gemuruh di angkasa dan menggetarkan istana Vaikunta.

Beberapa setelah itu terjadi, akhirnya Deva Viṣṇu bergegas keluar seraya meminta maaf kepada anak-anak Deva

Brahma atas perilaku dari Jaya dan Vijaya, tetapi doa terlanjur

Page 63: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 57

terucap, sehingga kelahiran Jaya dan Vijaya di dunia tidak dapat

dihindari. Namun demikian, doa untuk Jaya dan Vijaya akan

dicabut ketika Jaya dan Vijaya dalam bentuk manusia mati di

tangan Deva Viṣṇu. Terdiam sejenak kemudian Deva Viṣṇu

memberikan jalan terbaik untuk Jaya dan Vijaya. Kemudian

Jaya dan Vijaya berakata:

“Wahai tuanku para Kumara, ini doa dan karma seperti

apa yang harus saya terima dari kalian. Bagaimana kami

dapat memusuhi junjungan kami Deva Viṣṇu. Saya sudah

mengabdi sekian lama kepada Deva, dan tidak akan

mungkin terjadi hal seperti itu tuanku.”

Mendengar ucapan Jaya dan Vijaya lalu Deva Viṣṇu tersenyum sembari berkata kepada Jaya dan Vijaya ”Wahai abdiku Jaya dan Vijaya, apakah kalian tahu, selama kalian

sebagai abdiku, tetapi tidak pernah memikirkan dan teringat

padaku, dan kalian lebih memikirkan musuh dari pada

memikirkan ku sebagai Deva Viṣṇu. Oleh karena itu, kalian akan menjadi kama, kroda dan mada, sehingga kalian akan selalu

memikirkan tentang diri ku”, demikianlah sabda Deva Viṣṇu

kepada Jaya dan Vijaya.

Jaya dan Vijaya tidak mempunyai pilihan selain untuk

menyetujui hal tersebut. Kedua penjaga dan abdi Deva Viṣṇu ini

kemudian lahir sebagai saudara kembar bernama

Hiranyakashyap (Hirayakasipu) dan Hiranyaksha (Hiranyaksa).

Hiranyaksa adalah adik dari Hirayakasipu yang merupakan

Asura (raksasa) yang berasal dari bangsa Aditya. Hiranyaksa

merupakan pemuja Deva Brahma yang taat, Hiranyaksa bertapa

Page 64: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 58

selama bertahun- tahun sehingga diberikan anugrah oleh Deva

Brahma. Ketika Deva Brahma muncul dihadapannya,

Hiranyaksa meminta anugerah.

“Wahai Deva Brahma, asal darimana semua ini. Hamba

Hiranyaksa melakukan tapa ini hanya ingin memohon

anugerah kepadamu. Berikanlah anugerah itu oh Deva

Brahma.” Mendengar doa dan permohonan Hiranyaksa, maka Deva Brahma pun berkenan memberikan anugerah,

dan berkata kepada Hiranyaksa “Aku puas dengan tapamu, anugerah apa yang kau inginkan Hiranyaksa?..” Tanya Deva Brahma.

Dengan cepat Hiranyaksa menjawab “Ya Deva Brahma

sebagai pemberi anugerah, anugerahi saya, agar saya tidak dapat

dikalahkan oleh siapapun, Deva maupun hewan-hewan, senjata

buatan manusia dan Deva serta kesaktian apapun tidak dapat

mengalahkan saya.” Mendengar permohonan Hiranyaksa, Deva

Brahma pun mengangkat tangan dan menganugerahi Hiranyaksa

sesuai dengan permohonan tersebut.

Setelah mendapat anugerah dari Deva Brahma, seiring

berjalanya waktu kekuatan Hirayaksa bertambah hebat,

keabadian dan kekuatanya membuatnya menjadi angkuh dan

menantang siapapun untuk melawannya. Hirayaksa mulai

menyiksa manusia di bumi, kekuatanya bertambah hari demi

hari membuat bumi bergetar jika Hiranyaksa berjalan dan retak

jika berteriak. Tidak puas dengan itu Hirayaksa menantang

berniat para Deva di Surga.

Page 65: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 59

Hiranyaksa berniat mengalahkan para Deva di Surga. Oleh

sebab itu Hiranyaksa kemudian mengatur siasat. Hiranyaksa sadar

bahwa kekuatan para Deva juga bersumber dari bumi. Cara satu-

satunya untuk mengalahkan para Deva, maka bumi harus

ditenggelamkan. Rencana menenggelamkan bumi akhirnya

dilaksanakan oleh para Asura melalui pimpinan Hiranyaksa.

Hiranyaksa melalui kesaktian yang telah diberikan oleh Deva

Brahma berhasil memindahkan bumi dari porosnya. Bumi yang

sudah tercabut dari porosnya kemudian tergelincir dan tenggelam

di lautan kosmik, samudra alam semesta bernama Garbhodaka.

Para deva menjadi sangat khawatir dengan tenggelamnya

bumi, dan bumi akan musnah jika dibiarkan selamanya bumi

tenggelam. Tidak saja manusia dengan segala isinya, para deva

pun akan terancam. Sebab kekuatan para deva adalah bumi

dengan segala isinya. Manusia tidak akan dapat memberikan

persembahan yadnya kepada para deva, sehingga Deva akan

melemah dan hancurlah dunia pada deva dan alam semesta.

Melihat keanggkuahn Hiranyaksa tersebut, maka para deva pun

melawan dan menantang Hiranyaksa. Namun, kesaktian

Hiranyaksa atas berkah Deva Brahma tidak dapat dikalahkan.

Bahkan kesaktian dari para Deva dikalahkan oleh Hiranyaksa.

Para deva berlarian menghindari serangan Hiranyaksa dan para

Asura. Para deva tiada pilihan lain, kecuali menghadap Deva

Viṣṇu, sebab hanya diriNya yang akan dapat mengalahkan

Hiranyaksa, sebab Hiranyaksa adalah jelmaan dari abdinya yang

didoakan oleh para Kumara menjadi musuh Deva Viṣṇu, karena

telah berbuat tidak patut dengan Deva Viṣṇu.

Page 66: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 60

Setelah para Deva berhasil dikalahkan oleh Hiranyaksa,

maka para Deva pun bergegas menemui Deva Viṣṇu di Vaikunta

Loka. Sesampainya di Vaikunta Loka, para Deva berkata dan

sekaligus menghormat kepada Deva Viṣṇu “Wahai Deva Viṣṇu

sebagai Deva pemelihara dan pelindung. Engkaulah Narayana, dan

engkaulah pemelihara. Ada Asura yang sangat sakti bernama

Hiranyaksa, dan atas anugrah Deva Brahma ia memiliki

kesaktian yang hebat tuanku Deva.”

Deva Viṣṇu tersenyum dan berkata “Oh ya, lalu apa yang dilakukan Hiranyaksa?” Tanya Deva Viṣṇu. Para deva menyahut

“Oh yang mulia Deva Viṣṇu, pastilah engkau sudah mengetahui,

bahwa Hiranyaksa dengan kesaktiannya sudah menenggelamkan

bumi. Kemudian para Asura menyerang para deva di

kahyangan. Tuanku pasti sudah mengetahui, bahwa kekuatan

para deva terletak di Bumi, sebab jika bumi ditenggelamkan

maka manusia tidak akan ada yang dapat menghaturkan yandya.

Jadi, kami para deva memohon belas kasih tuanku untuk

kembali mengangkat Bumi dan mengalahkan Hiranyaksa.”

Mendengar cerita dari para deva, Deva Viṣṇu tersenyum

dan berkata kepada para deva “Wahai para deva baiklah Aku

akan menyelamatkan bumi. Hiranyaksa tidak akan dapat

mengalahkanKu, sebab ia adalah abdiku yang didoakan oleh

para Kumara. Aku sebagai Viṣṇu sangat mengetahui

kelemahannya, dan Aku sebagai Deva pemelihara Aku akan

menyelamatkan bumi dari dasar lautan Garbhodaka.”Mendengar jawaban Deva Viṣṇu yang demikian para deva merasa puas dan

berkata kepada Viṣṇu “Wahai Deva Viṣṇu sebagai penyelamat dan

Page 67: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 61

pemelihara bumi, kami merasa senang tuanku Deva berkenan akan

menyelamatkan bumi.” Kemudian Deva Viṣṇu mempersilakan

para Deva untuk tetap tinggal di Vaikunta Loka untuk sementara

sampai nantinya Deva Viṣṇu berhasil mengalahkan

Hiranyaksa.“Wahai para Deva kalian untuk sementara tinggalah

di Vaikunta, dan muliakanlah Deva Viṣṇu agar misi Ku berhasil.

Sebab sudah saatnya Jaya untuk mengakhiri kutukannya dan

agar segera ia kembali ke Vaikunta” demikian kata Deva Viṣṇu

kepada para Deva (Buku Panduan Bercerita Purana PAUD Bija

Santhi, 2018).

Kisah tersebut adalah diambil dalam teks Varaha Purana

yang diterjemahkan oleh Debroy (2008) yang mengiasahkan

tentang kemahakuasaan Dewa Visnu sebagai pemelihara alam

semesta. Jadi kisah tersebut diceritakan dengan baik oleh para

pendidik dari PAUD Bija Santhi. Tentunya ada banyak nilai

yang berhubungan dengan sikap dan pendidikan budi pekerti di

dalamnya. Selain kisah tersebut, ada pula kisah lainnya yang

diceritakan, seperti cerita dalam kisah Deva Visnu menjelma

sebagai Varaha Avatara, seperti dalam kutipan berikut. Cerita

Kisah Penjelmaan Deva Visnu Menjadi Varaha

Selanjutnya diceritakan Deva Viṣṇu menjelma menjadi

Varāha Awatara. Dikisahkan setelah bumi ditenggelamkan

Hiranyaksa, bumi berada di dasar samudra Garbhodaka. Tidak

ada kehidupan di dalamnya, dan berpengaruh terhadap

kehidupan di alam para Deva. Rsi Sanatkumara juga mendengar

hal tersebut, dan merasa iba kepada kehidupan bumi dan para

Deva. Sang Rsi juga sudah mendengar permintaan para deva

Page 68: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 62

kepada Deva Viṣṇu, tetapi Deva Viṣṇu hingga kini belum juga

menjelma sebagai Varāha Awatara.

Sang Rsi mengalami kegundahan, dan Rsi Sanatkumara

segera melakukan pemujaan terhadap Deva Viṣṇu dengan

mengucapkan doa-doa yang dikenal dengan Kseva Stuti. Kesava

Stuti, yakni doa-doa untuk memuliakan Deva Viṣṇu agar

berkenan memberikan waranugraha. Doa tersebut dapat pula

membebaskan manusia dari dosa dan papa sehingga manusia

akan sampai pada alam Deva Viṣṇu ketika meninggal nantinya.

Rsi Sanatkumara mulai mengucapkan doa tersebut dengan

sungguh-sungguh dan niat yang tulus. Ia bermeditasi kepada

Deva Viṣṇu dan memberikan persembahan yadnya sehingga

Deva Viṣṇu berkenan. Rsi Sanatkumara mengetahui, bahwa

Deva Viṣṇu dipuja harus dengan ketulusan dan keiklasan agar

berkenan memberikan anugrah.

Kemudian mendengar doa-doa yang diucapkan Rsi

Sanatkumara dengan rasa tulus, maka Deva Viṣṇu segera

menolong dan segera terlahir menjadi Varāha. Namun untuk

bisa menjadi Varāha, Deva Viṣṇu akan terlahir dari Deva

Brahma sebagai sang pencipta. Deva Brahma bertapa dengan

khusuk, dan dari kekuatan tapa Deva Brahma, Deva Viṣṇu

menjelma menjadi Varāha Awatara, yakni Babi Hutan yang

sangat besar. Tinggi Tuhan Varāha tersebut 6000 yojana dan

lebar badannya 3000 yojana. Ketika Deva Viṣṇu merubah wujud

menjadi Varāha Avatara, yakni babi hutan raksasa, semesta

bergetar dan membuat semua planet-planet berguncang dan

tidak beraturan.

Page 69: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 63

Seeokor Babi besar muncul meraung, tinggi dan lebar

sekian yojana membuat para Deva yang menyaksikan sangat

terkagum.Taring Varāha sangat besar dan panjang mengkilat

menyilaukan. Taring inilah nantinya yang akan digunakan untuk

mengangkat bumi dari samudra. Para Deva memuja keagungan

dari Tuhan Varāha, dan mereka berseru “Wahai Deva Viṣṇu

sebagai Varāha kami memujaMu seru sekalian semesta sebagai

pelindung bumi. Kami memuja Deva dengan perwujudan

sebagai Varāha.” Suara gemuruh dari angkasa, dan hujan bunga pun menyertai doa kepada Tuhan Varāha yang telah terlahir

menjadi Babi Raksasa untuk mengalahkan Hiranyaksa yang

lalim. Adapun perwujudan Tuhan Varāha dalam bentuk

penggambaran Hindu di India adalah sebagai berikut.

Perwujudan Varāha Avatara tersebut bagi masyarakat

Hindu di Bali diwujudkan dalam bentuk pelawatan sesuhunan

berupa Barong Bangkal, Barong Bangkung atau Barong Kucit.

Banyak pura di Bali, khususnya pura Puseh sebagai pemujaan

Deva Viṣṇu nyungsung Barong Bangkal, yakni Barong yang

diwujudkan dengan wujud Babi Besar dengan segala atributnya.

Adapun perwujudan Barong Bangkal tersebut dapat dilihat pada

gambar berikut.

Demikianlah perwujudan Varāha Avatara Hindu di India

dan dalam tradisi beragama Hindu di Bali. Perwujudan yang

sama, yakni sama-sama menyerupai Babi Raksasa, dan akan

menjadi penyelamat bagi bumi dan segala isinya. Selanjutnya

kembali pada cerita, di mana Rsi Sanatkumara menghentikan

sejenak doa-doanya kepada Deva Viṣṇu. Sang Rsi begitu

Page 70: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 64

terkagum melihat perwujudan Tuhan Varāha, dan segera

berseru kepada Varāha “Oh Deva Viṣṇu dalam manifestasinya

sebagai Tuhan Varāha, perwujudanMu yang agung akan

membawa bumi yang tenggelam pada porosnya. Aku

memujaMu oh Deva Viṣṇu sebagai Varāha.” Kemudian Rsi

Sanatkumara kembali melanjutkan doanya agar segera Tuhan

Varāha berhasil mengangkat bumi, dan berhasilkan

mengalahkan Hiranyaksa sang Asura jahat.

Mendegar pujian para Deva, dan Rsi Sanatkumara, maka

Deva Viṣṇu yang sudah menjelma atau bereinkarnasi menjadi

Varāha bersabda kepada para Deva dan Rsi Sanatkumara

“Wahai para Deva dan semua makhluk, Aku akan masuk ke

dalam laut untuk mengangkat Ibu bumi.”Demikianlah sabda Varāha Avatara kepada para Deva (Buku Panduan Becerita

PAUD Bija Santhi, 2018).

Dua cerita dalam kisah Varaha Purana itulah dijadikan

panduan bagi pendidik pada PAUD Bija Santhi dalam

merealisasikan proses pembelajaran. dua cerita tersebut di atas

diceritakan melalui teknik bercerita yang kemudian dilanjutkan

dengan mengenal dewa-dewa tersebut, shingga anak didik

terbantukan dalam mengenal terlebih dahulu citra dewata, dan

menauladani sikap dan kebijaksaan dari para dewa tersebut.

Selain itu pendidik juga menekankan pada aspek efektif atau

perilaku dari anak didik.

2. Kisah Kurma Purana

Kisah berikutnya yang dijadikan panduan bercerita pada

Page 71: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 65

PAUD Bija Santhi adalah kisah dalam Kurma Purana, yakni

kisah menarik yang banyak menekankan konsep pendidikan

budi pekerti. Sesungguhnya ada banyak kisah yang dijadikan

panduan dalam bercerita, sebab sebagaimana uraian Yasi

(wawancara: 23 Juli 2018) menjelaskan bahwa ada banyak

sumber ajaran yang dapat dijadikan sumber atau bahan membuat

cerita yang bernafaskan ajaran agama Hindu. Kedepannya

bukan tidak mungkin cerita itu akan dijadikan rujukan dalam

bercerita. Tetapi ditahun ajaran ini, kisah Purana dan Panca

Tantra dijadikan rujukan dalam pendidik menerapkan teknik

bercerita. Hal tersebut sejalan dengan Titib dan Sapariani (2006:

3) menjelaskan sebagai berikut.

Dalam dunia pendidikan di samping faktor keteladanan

orang tua di rumah, guru di sekolah dan tokoh-tokoh agama dan

masyarakat, tidak kalah pentingnya adalah lingkungan. Untuk

itu lingkungan yang baik bagi anak didik dapat dibina dengan

menerapkan pembelajaran berbasis pada cerita, dan dalam

tradisi Bali disebut dengan masatua. Jadi peran orang tua dapat

merujuk pada sumber-sumber ajaran agama Hindu sebagaimana

ada dalam kitab Itihasa dan Purana. Selain itu, melalui cerita

tersebut anak didik akan memiliki pola kebiasaan yang baik.”

Merujuk atas uraian tersebut, jelas menunjukkan bahwa

lingkungan yang baik dapat dibangun berdasarkan atas kisah-

kisah dalam Veda dan kesusasteraan Hindu, sehingga

memberikan efek yang positif bagi perkembangan potensi anak

didik. Sebagaimana mengutip cerita dalam buku panduan

bercerita PAUD Bija Santhi berikut.

Page 72: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 66

Kisah Gautama Dalam Kurma Purana ribuan tahun yang

lalu ada kemarau yang sangat panjang di bumi. Tak ada

makanan yang diperoleh kelaparan terjadi dimana-mana.

Banyak penduduk Desa yang mengalami kematian. Banyak

penderitaan terjadi, dan menyebabkan penduduk bumi

mengalami kematian.

Tidak saja itu, ada beberapa orang rṣi yang tinggal di

hutan, mereka juga menderita kekurangan makanan. Banyak para

suci mengalami kematian karena kelaparan dan kekurangan

makanan. Mereka mengalami penderitaan yang hebat, sehingga

mereka berharap akan ada yang menolong dan menghilangkan

kemarau.

Namun demikian ada satu pertapaan yang sangat banyak

mendapatkan curah hujan. Pertapaan tersebut ternyata milik Ṛṣi Gautama adalah rsi yang sangat sakti dan ia mempunyai sebuah

pertapaan dalam hutan. Begitu besar kekuatan Gautama

sehingga hujan di pertapaannya tak pernah berhenti. Tak ada

kelaparan dan terdapat banyak makanan di pertapaan itu.

Mendengar ada seorang rsi yang sangat sakti, maka para pertapa

lainnya datang berbondong-bondong menuju pertapaan Rsi

Gautama. Para pertapa kemudian pergi ke pertapaan Gautama

dan memohon padanya untuk memberikan makanan dan

perlindungan. Gautama setuju, dan para ṛṣi hidup di pertapaan

itu dengan bahagia.

Setelah dua belas tahun berlalu, hujan turun lagi seperti

biasa. Kemarau berlalu dan tumbuhan penghasil makanan

tumbuh lagi. Para ṛṣi kemudian memohon pamit pada ṛṣi

Page 73: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 67

Gautama. Para rsi ini mengucapkan terimakasih yang mendalam

kepada Rsi Gautama, dan sekalian mereka memohon untuk

memberikan ajaran kebaikan kepada dunia dan isinya. Namun

sebelum para rsi pergi meninggalkan pertapaan Rsi Gautama

berkata. “Tinggallah beberapa hari lagi,” kata Gautama. “Jadilah

tamuku dan berkahi rumahku”. Mendengar permintaan Gautama, mereka para rsi akhirnya berkenan tinggal dan

menginap beberapa hari di pertapaan Gautama. Namun apa yang

terjadi setelah mereka setuju untuk menginap di pertapaan.

Ternyata mereka sangat iri pada Gautama dan kekuatan

yang dimilikinya. Mereka berniat menjatuhkan Gautama.

Dengan kekuatannya, mereka menciptakan anak sapi hitam.

Anak sapi ini hanyalah ilusi dan dikirimkan pada Gautama.

Gautama melihat ternak ini kesana kemari dan akhirnya

memutuskan untuk membawanya ke kandang ternaknya. Tetapi

saat ia menyentuh sapi ternak itu mati. Semua ini terjadi karena

kekuatan ilusi, tetapi Gautama tidak tahu tentang hal ini. Ia

mengira bahwa dirinya telah membunuh sapi itu.

Para rsi yang membuat rencana itu kemudian

menghampiri Rsi Gautama, dan menuduh Gautama sudah

melakukan tindakan membunuh.Terlebih membunuh sapi dan

tindakan demikian sangat bertentangan dengan ajaran Veda.

Para rsi pun berkata kepada Gautama.“Engkau jahat, engkau telah membunuh sapi” kata para ṛṣi pada Gautama.“Akan sangat

berdosa jika kami tinggal disini sebagai tamumu, kami akan

pergi”.

Page 74: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 68

Mendengar ucapan tersebut, Gautama segera membacakan

satu bait mantram Veda untuk mencari kebenarannya. Akhirnya

ia mengetahui, bahwa Saat anak sapi itu hanyalah ilusi yang dibuat

oleh para rsi yang iri hati akan kekuatan yang dimilikinya.

Rsi Gautama sangat marah kepada para ṛṣi dan mengutuk

mereka. “Karena engkau jahat, engkau akan menyimpang dari

jalan yang ditetapkan Veda. Kalian akan tercampak di neraka

dan akan dilahirkan berkali-kali sehingga kalian bebas dari dosa-

dosamu”. Mendengar kutukan tersebut, para ṛṣi memohon pada

Viṣṇu dan Śiva. Mereka berharap dosa-dosa mereka dapat

dibersihkan. Mendengar permohonan tersebut Dewa Siva dan

Dewa Visnu melakukan percakapan yang serius.

“Apa yang akan kita lakukan pada para ṛṣi ini?” Śiva bertanya pada Viṣṇu.“Apakah kita harus mengampuni mereka. Mereka memohon ampunan”. “Tidak”, jawab

Viṣṇu, “Mereka yang tidak mematuhi apa yang ditentukan

dalam kitab Veda pasti akan membusuk di neraka, tetapi

karena mereka tidak diijinkan untuk mengikuti ajaran

śāstra suci, mari kita susun beberapa śāstra lain untuk

mereka. mereka akan mengikuti śāstra yang beraliran

hitam ini, membusuk di neraka dan akan dilahirkan

berkali-kali. Ini adalah penebusan dosa mereka”.

Untuk membingungkan para ṛṣi, Śiva menyamar menjadi seorang guru agama yang agung. Ia menyebarkan ajaran

jahat dan para brāhmaṇa bodoh itu mulai mengikuti apa

yang diajarkannya (Buku Panduan Teknik Bercerita

PAUD Bija Santhi, 2018).

Page 75: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 69

Merujuk kisah tersebut jelas menunjukkan bahwa cerita

dalam kisah tersebut mengandung banyak nilai yang

menekankan pada aspek budi pekerti. Melalui kisah tersebut,

anak didik pastinya termotipasi untuk menumbuhkembangkan

potensi moral dalam dirinya, dan sangatlah tepat pada fase usia

dini mereka dibekali dengan pendidikan sepiritual Hindu. Kisah

dalam Kurma Purana lainnya yang digunakan adalah sebagai

berikut.

Kisah Andaka dalam Kurma Purana

Ketika Śiva pergi, Ia meninggalkan Nandi pengikutnya untuk menjaga rumah. Ia juga memberi tanggung jawab agar

Viṣṇu menjaga Pārvatī, para dewa dan para ṛṣi. Nandi adalah abdi

yang sangat setia dari Dewa Siva. Kesetiaan tersebut ia buktikan

dengan mengikuti segala perintah Dewa Siva, dan benar-benar

melakukan pentaatan yang kuat. Pada hari itu, Siva

memerintahkan Nandi untuk menjaga Dewi Parvati, dan

siapapun tidak diperkenankan untuk bertemu dengan beliau.

Mengetahui Śiva pergi, Andhaka berpikir inilah saat yang tepat untuk menculik Pārvatī. Ia melihat Nandi berdiri menjaga pintu gerbang di rumah Śiva. Andhaka memang sejak dari dahulu memiliki niat jahat untuk menculik Parvati. Kesempatan

yang bagus dan kebetulan Dewa Siva sudah pergi. Maka segera

ia bergegas menuju kediaman Parvati. Tetapi, Nandi dengan

gagahnya sudah berdiri di depan pintu gerbang kediaman

Parvati. Nandi akan berusaha menghalau siapapun itu yang

berniat memasuki kediaman Parvati.

Page 76: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 70

Andhaka mendekati pintu gerbang, dan seraya menantang.

Terjadilah pertarungan yang hebat antara Andhaka dengan

Nandi. Nandi dikenal sangat sakti, sebab ia adalah abdi dari

dewa Siva, dan Trisula Siva adalah senjata yang diberikan Siva

kepadanya. Senjata tersebut dapat dijadikan perlindungan yang

tangguh untuk Nandi dan Parvati. Pertarungan hanya

berlangsung sebentar, dan Nandi mampu melukai dada Andhaka

dengn Triśūla.

Namun demikia, Andhaka bukan pula raksasa yang

sembarangan. Ia adalah raksasa yang sangat sakti. Nandi yang

menghalangi dirinya untuk menculik Parvati. Dan, hal ini

membuat Andhaka marah dan ia menciptakan ribuan raksasa

yang seperti dirinya. Pasukan raksasa ini mengalahkan Nandi

dan para dewa. Raksasa pun menyerang kediaman para dewa,

dan semuanya lari tunggang langgang. Raksasa demikian sangat

saktinya, sehingga membuat Nandi kalang kabut.

Nandi tidak tahu harus berbuat apa. Kemudian ia teringat

akan Dewa Visnu, dan segera ia pergi ke Vaikunta Loka, yakni

alam Dewa Visnu berada. Nandi mulai memohon pada Viṣṇu untuk mengalahkan para raksasa yang diciptakan oleh Andhaka.

Kahirnya Dewa Visnu berkenan, dan dengan kesaktiannya,

dewa Viṣṇu menciptakan beberapa dewi dari tubuhnya. Para Dewi ini keluar sangat banyak dari dalam diri Visnu, dan sang

dewi membunuh tentara raksasa ini.

Mengetahui bahwa para raksasa dikalahkan oleh sang

dewi ciptaan Dewa Visnu, maka Andhaka juga melarikan diri. Ia

sudah mengetahui kesaktian dan kemhakuasaan Dewa Visnu,

Page 77: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 71

sehingga ia mengalami ketakutan. Ia melarikan diri tidak serta

merta menyerah begitu saja. Sesampainya ditempat pelariannya

itu, Andhaka menghimpun kaum raksasa untuk kembali

menculik Parvati. Setelah dua belas tahun tidak terasa, Śiva kembali dan mengetahui apa yang terjadi.

Saat itu Andhaka sudah sembuh dan ia kembali ingin

menculik Pārvatī. Seluruh kekuatan raksasa dikerahkan untuk menyerang alam Siva dan Visnu. Viṣṇu dan Śiva berperang melawan pasukan Andhaka.

Viṣṇu berkata pada Śiva, “Bunuhlah raksasa ini. Hanya

dirimu yang dapat membunuh Andhaka.Bunuhlah raksasa itu dan

kembalikan kondisi dunia”. Śiva membelah dada Andhaka dengan triśūla.Ia mengangkat triśūla itu dengan tubuh Andhaka

yang tertancap pada salah satu ujungnya, dengan triśūla yang

diangkat tinggi-tinggi, Śiva mulai menari.

Tetapi kekuatan dan pikiran jahat Andhaka telah hilang

saat Śiva menghujamkan triśūla-nya pada Andhaka. Dia mulai

memuja Śiva. Doa ini menyenangkan hati Śiva.

Ia menurunkan triśūla itu, dan berkata pada Andhaka,

“Aku senang dengan doamu. Pengikutku adalah para gana.

Jadilah pengikutku dan engkau akan menjadi gaṇapati, yaitu

pemimpin pada gaṇa. Engkau akan menjadi teman bagi Nandi

(Buku Panduan Teknik Bercerita PAUD Bija Santhi, 2018).

Demikianlah panduan cerita yang digunakan oleh para

pendidikan PAUD Bija Santhi Desa Pakraman Padangtegal

dalam mendidik anak didik agar dapat menumbuhkembangkan

Page 78: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 72

budi pekerti yang luhur dalam diri peserta didik. Namun terlepas

dari tersebut di atas, buku panduan ini hanyalah sebuah panduan

cerita dan peran pendidik yang menginterpolasi cerita tersebut

sehingga mudah dimengerti dan bermanfaat bagi anak didik.

Sebagaiman dalam teori perkembangan anak, bahwa pada usia

yang rata-rata antara 3-4 tahun disebut dengan masa peka, dan

oleh sebab itu pendidik hendaknya mampu menciptakan suatu

kondisi yang kondusif, yakni memberi kesempatan dan

menadakan pembelajaran sambil bermain (Asmawati, dkk:

2008: 19). Berkenaan dengan hal tersebut, pola pengajaran pada

PAUD Bija Santhi adalah menekankan pada motto belajar

sambil bermain. Belajarnya adalah melalui cerita dan

bermainnya adalah melalui menyanyi, membuat banten saiban,

dan jenis permainan lainnya.

Cerita Dalam Panca Tantra yang Mengandung Nilai Budi

Pekerti

Selain dalam kisah Purana, panduan bercerita pada PAUD

Bija Sathi juga merujuk pada kisah-kisah Panca Tantra yang

dalam kasanah Nusantara lebih lazim disebut dengan Cerita

Tantri Kamandaka. Kitab Panca Tantra adalah memuat kisah

alphabet yang jumlah ribuan, dan mengacu pada uraian

Zoetmulder (1997: 32), bahwa Panca Tantra setelah sampai di

Nusantara menjadi kisah Ni Diah Tantri yang untuk

menghindarkan diri dari kama sang raja, maka ia bercerita

semalam penuh sehingga sampai pada kelemahan raja

diceritakan kepada Ni Diah Tantri.

Page 79: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 73

Namun dalam konteks ini, teks Panca Tantra tidak

ditelisik secara mendalam, sebab arah kajian ini adalah merujuk

pada sumber cerita yang dijadikan panduan oleh pendidik

PAUD Bija Santhi dalam menerapkan teknik bercerita dalam

rangka menumbuhkembangkan karakter anak didik agar

menjadi anak didik yang berbudi pekerti yang luhur.

Sebagaimana menurut Suantara (wawancara: 24 Juli 2018),

bahwasanya pendidikan anak usia dini adalah upaya daripada

pendidik untuk merangsang anak didik munculnya kreativitas

dan pemikiran inovatif melalui teknik bercerita. Terutama

kreativitas yang berhubungan dengan tradisi, seni dan budaya

yang dijiwai oleh ajaran agama Hindu. Sebagaimana dengan

uraian Narayana (1999: 90), bahwa dengan bercerita (cinha

katha), maka anak akan terbiasa untuk membangun pemahaman

berkenaan dengan moralitas spiritual sehingga menemukan

konsep yang jelas tentang spiritualitas dan standar moral di

dalamnya.

Bertumpu atas hal tersebut, jelas bahwasanya

pembelajaran dengan teknik bercerita pada PAUD Bija Santhi

adalah sebagai upaya untuk mengarahkan anak didik memiliki

pemahaman yang jelas tentang budi pekerti dalam diri mereka,

dan dalam kisah Panca Tantra yang diceritakan oleh guru

sangat banyak kisah-kisah atau cerita yang memuat hal tersebut,

baik secara implisit dan eksplesit. Sebagaimana kisah tersebut

dapat dikutip pada Buku Panduan Tekni Bercerita Guru PAUD

Bija Santhi (2018) sebagai berikut.

Page 80: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 74

Pentingnya Persahabatan

Dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai mahkluk sosial

kita tidak bisa menghindari sebuah jalinan persahabatan (relasi)

dengan masyarakat yang ada di sekitar kita. Sayangnya, banyak

kita menemukan tipikal orang yang mau bersahabat dengan kita

bila ada maunya atau merasa diuntungkan. Meski sudah

seringkali menjalin persahabatan dengan seseorang, adakalanya

kita kesulitan membedakan mana teman yang sejati dan mana

teman palsu. Bahkan kadang kita bisa salah pilih sahabat. Tak

jarang seseorang mengabaikan teman sejatinya tetapi dekat

dengan sahabat yang palsu, karena kesalahan dalam menilai

seorang sahabat. Oleh karena salah memilih sahabat, seringkali

kita dihancurkan oleh teman sendiri, menusuk dari belakang,

teman makan teman. Kebijaksanaan kuno mengajarkan bahwa

teman seperti itu hendaknya dihindari untuk dijadikan sahabat

yang kedua kalinya, seperti dinyatakan, “Orang yang ingin berteman dengan seseorang yang telah membiarkan susah

sebelumnya, pasti mencari kematiannya sendiri”. Sebenarnya

bagaimana membedakan teman sejati dengan teman palsu?

untuk menjawab pertanyaan itu, terdapat sebuah kisah di dalam

Panca Tantra tentang Gajah dan Burung Pipit. Di bawah ini

percakapan burung pelatuk dengan burung pipit untuk melawan

gajah yang bertubuh besar, yang sekiranya tak dapat dikalahkan

oleh mahkluk kecil seperti burung pipit, namun karena

persatuan, gajah dapat dikalahkan dengan bekerja sama, seperti

dinyatakan: Sesuatu yang kecil- kecil dan setelah disatukan,

menjadi tak terkalahkan [1].. Serpihan-serpihan rumput, dirajut

Page 81: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 75

menjadi seutas tali dapat mengikat seekor gajah. Dengan cara

seperti itulah kerja sama burung pipit, pelatuk, lalat dan katak

berhasil membunuh seekor gajah. (Panca Tantra, hal 64 dalam

Kisah Tiga Ekor Ikan). Di bawah ini penggalan percakapan

burung pipit dengan burung pelatuk tentang sahabat yang

sesungguhnya atau teman sejati dalam kisah Gajah dan Burung

Pipit, sebagai berikut: “Temanku yang baik, mengapa Anda begitu bersedih?” ujar burung pelatuk. Ingatlah: Orang-orang

bijaksana tidak bersedih atas kehilangan sesuatu, kematian dan

masa lalu. Hanya orang bodoh yang bersedih terhadap sesuatu

yang tak patut disedihkan. Dia menambah kesedihan, pada

kesedihan yang sudah ada, sehingga penderitaannya menjadi

ganda. Itulah perbedaannya orang-orang bijaksana dengan yang

bodoh.” “Memang benar demikian,” sahut burung pipit itu dengan mata sembab. “Tetapi gajah jahanam itu telah membunuh anak-anakku. Kalau memang engkau bersahabat

denganku, tolong carikan jalan untuk membalas dendam kepada

gajah itu, sehingga aku dapat menghilangkan rasa duka yang

menghantamku.” “Baiklah. Akan ku coba,” kata burung pelatuk itu bersungguh-sungguh.” Aku pasti menolongmu, sebab:

Teman yang sesungguhnya adalah teman yang membantu dalam

kesulitan. Anak yang sesungguhnya adalah anak yang patuh

kepada orang tuanya. Pelayan sesungguhnya adalah pelayan

yang melaksanakan tugas kewajibannya. Dan istri yang

sesungguhnya adalah istri yang berbuat demi kebahagian

suaminya. Dan dalam keadaan makmur semua orang adalah

sahabatmu. Tetapi orang yang membantu pada saat kesulitan,

itulah temanmu yang sejati, meskipun dia tidak sederajat

Page 82: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 76

kelahirannya. Hal serupa juga dinyatakan didalam kitab

Canakya Niti Sastra, “Di dalam perayaan/pesta, didalam

kedukaan, di waktu sedang kekurangan makanan, di waktu musuh

menyerang, di dalam sidang raja dan di tempat pembakaran mayat

atau kuburan, kalau seseorang selalu bersama kita, pada saat-saat

seperti itu dialah keluarga yang sebenarnya”.

Penggalan dari kisah dalam Panca Tantra tersebut sangat

menarik dikisahkan dalam proses pembelajaran. Sebagaimana

uraian Heryani (wawancara: 24 Juli 2018), bahwa kisah tersebut

diambil dari teks Panca Tantra yang mencerminkan sikap

kesetiaan dan soliditas antar sahabat. Tentunya nilai budi pekerti

akan banyak ditemukan, dan jika diajarkan sejak dini maka

sikap untuk saling menghargai akan terpatri pada peserta didik.

Sebagaimana hal tersebut dijelaskan Hasbullah (2010: 65),

bahwasanya sikap menghargai merupakan salah satu dari nilai

karakter yang dikembangkan dalam pendidikan karakter.

Demikian pula sikap saling menghargai merupakan salah satu

cara untuk menumbuhkembangkan sikap mandiri dan

keperduliaan sosial pada anak didik, sehingga menjadi pribadi

yang mandiri. Selain cerita itu, pendidik di PAUD Bija Santhi

juga menggunakan cerita yang lain dari Panca Tantra, yakni

cerita Tiga Pangeran Yang Bodoh.

Dahulu kala, di India Selatan ada sebuah kerajaan dengan

ibukotanya bernama Mahilaropyam. Di kerajaan itulah

memerintah seorang raja, Armashakti namanya. Beliau amat

sangat terpelajar dan sangat ahli dalam berbagai ilmu

pengetahuan termasuk seni.

Page 83: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 77

Raja itu mempunyai tiga orang putra bernama Bahushakti,

Ugrashakti, dan Anantashakti. Namun sayang, ketiga pangeran

itu sama sekali tidak ada yang mewarisi bakat dan sifat

ayahandanya. Mereka sama sekali tidak memiliki minat belajar,

hingga semuanya bodoh. Sang raja tentu sangat risau dan

prihatin terhadap kenyataan ini. Sebab beliau khawatir, jika

dinastinya ambruk karena tidak ada yang mewarisi

kekuasaannya kelak. Sang raja kemudian mengumpulkan para

menterinya khusus untuk membahas bagaimana caraya

mengantisipasi semua itu. "Saudara-saudara, kalian semua telah

mengetahui bagaimana bodohnya ketiga putraku. Mereka sama

sekali tidak memiliki pengertian sedikitpun. Melihat keberadaan

mereka, kegairahan hidupku sangat terganggu" Sang raja lalu

mengutip kata kata mutiara.

"Anak yang tidak lahir, mati dan bodoh, dua jenis pertama

adalah lebih baik, karena menimbulkan kesedihan hanya sekali

saja, namun anak yang bodoh menimbulkan kesedihan

sepanjang hayat" Setelah berhenti sejenak, sang raja

melanjutkan lagi: "Dan...Apakah gunanya sapi bila tidak

beranak ataupun tidak menghasilkan susu, dan apakah gunanya

seorang anak, yang bodoh dan tidak berbakti?" Setelah

membaca kata kata indah itu, sang raja menatap para menterinya

satu persatu. "Oleh karena itu, mohon berikan aku jalan

sehingga anak-anakku menjadi maju dan berilmu" Salah seorang

menterinya berkata."Yang Mulia, untuk memahami tata bahasa

saja membutuhkan dua belas tahun. Kemudian ditambah dengan

ilmu yang lain, misalnya ilmu ekonomi dan agama memerlukan

rentang waktu yang lama untuk benar-benar bisa menguasainya.

Page 84: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 78

Setelah menguasai itu, barulah kecerdasan bisa berkembang."

Sumati, salah seorang menteri yang lain berkata menimpali,

"Hidup kita amat singkat, sedangkan ilmu-ilmu yang disebutkan

tadi memerlukan waktu lama untuk menguasainya. Jadi, kita

harus menemukan cara yang lebih singkat untuk mencerdaskan

para pangeran." Sang Raja merasa lega mendengar ucapan

Sumati. Belum sempat mengucapkan sebuah kata, Sumati sudah

mendahului, "Hamba mengenal seorang Brahmana, namanya

Vishnu Sharma. Beliau begitu ahli dalam berbagai bidang ilmu.

Semua muridnya tak terhingga jumlahnya. Demikianlah, hamba

mengusulkan agar para pangeran diserahkan pada sang

Brahmana, hamba yakin beliau akan menjadi tentram." Sesudah

raja mendengar ini, beliau memutuskan untuk segera

mengundang Vishnu Sharma ke istana segera. Sidang pun

ditutup, dan Sumati diutus untuk menemui Vishnu Sharma.

Tidak beberapa lama, sang brahmana segera menghadap

raja di istana, sang raja memberi penghormatan istimewa

kepada Vishnu Sharma. "Bhagawan, saya mohon, didiklah

putra-putra saya agar cepat menguasai Nitisastra. Sebagai

ucapan terima kasih, saya akan memberikan seratus Desa yang

bebas pajak." Vishnu Sharma tersenyum mendengar sabda sang

raja. Dengan tutur tata bahasa yang lembut, Bhagawan

Vishnu Sharma menghaturkan sembah, "Yang Mulia, saya

mohon paduka mendengarkan kata kata saya. Percayalah dan

peganglah kata kata saya, sebab kata kata saya adalah

kebenaran. Saya tidak akan menjual ilmu pengetahuan karena

loba akan harta benda. Saya tidak gila harta.

Page 85: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 79

Umur saya sudah delapan puluh tahun dan indra saya

terkendali. Sebagai seorang guru saya selalu siap mendidik

putra-putra anda. Catatlah harinya, jika dalam waktu enam

bulan dalam asuhanku putra- putra tuan tidak menguasai

Nitisastra, maka biarlah saya tidak mecapai surga. Catatlah

sumpah saya ini" Raja dan para menteri sangat terkejut

sekaligus gembira mendengar sumpah sang bhagawan yang

idak main-main sekaligus tidak masuk akal itu. Dengar

penghormatan dan penghargaan tinggi, Raja kemudian

menyerahkan ketiga putranya kepada sang brahmana untuk

kemudian diajak ke asrama menempuh pendidikan. Bhagawan

Vishnu Sharma mula-mula memberikan pelajaran berupa cerita-

cerita karangan yang khusus untuk ketiga putra raja tersebut.

Karya sastra yang disebut Nitisastra itu dibagi menjadi lima

tantra, yaitu :

1. Perselisihan di Antara Sahabat

2. Mendapatkan Teman

3. Gagak dan Burung Hantu

4. Kehilangan Keuntungan

5. Tindakan Tanpa Pertimbangan

Bhagawan Vishnu Sharma mengatakan, cerita ini sangat

tinggi nilainya, bahkan memiliki mukjizat. "Orang yang telah

mempelajari Nitisastra ini, atau hanya mendengarkan ajaran-

ajarannya, tak akan pernah terkalahkan, bahkan oleh Indra,

Dewa Surga sekalipun" kata Bhagawan (Buku Panduan

Bercerita PAUD Bija Santhi, 2018).

Page 86: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 80

Merujuk atas kisah dalam Panca Tantra tersebut, banyak

hal sesungguhnya yang dapat digali, sehingga menemukan

beragam nilai yang berhubungan dengan pendidikan budi

pekerti. Beberapa cerita tersebut di atas sering diaplikasikan

dalam proses pembelajaran pada PAUD Bija Santhi dengan

menggunakan teknik bercerita yang sesuai dengan buku

panduan bercerita, kurikulum dan RPH pembelajaran yang akan

dibuat oleh para pendidik.

Penerapan Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik

Bercerita

Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang

secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat

tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan,

informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan

dengan rasa menyenangkan oleh karena orang yang menyajikan

cerita tersebut menyampaikan dengan menarik. Menikmati

sebuah cerita mulai tumbuh pada seorang anak, sehingga anak

didik mengerti berbagai peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan

setelah memorinya merekam beberapa kabar berita masa pada

usia 3-6 tahun.

Sebagaimana uraian Rusman (2011:16), bahwa dari cerita-

cerita yang ada, meliputi beberapa unsur yang di dalamnya nilai

estetika dan norma. Mungkin dengan cerita si anak akan

melakukan hal-hal positif karena semua informasi dan peristiwa

yang tercakup dalam sebuah cerita akan berdampak sekali dalam

pembentukan akal dan norma seorang anak, baik dari segi

Page 87: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 81

budaya, imajenasi maupun bahasa kesehariaanya. Seorang anak

mempunyai potensi untuk segala hal lebih cepat, sehingga lebih

mudah membentuk dan mengarahkan dirinya. Hal tersebut

sesuai dengan tujuan dari penyelenggaraan PAUD Bija Santhi,

yaitu untuk melakukan dasar ke arah perkembangan sikap,

pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh

anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan

untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.

Keberadaan PAUD hendaknya dapat berusaha semaksimal

mungkin untuk dapat menciptakan situasi pembelajaran yang

dapat mengembangkan seluruh potensi anak termaksud

pengembangan bahasa. Menurut Piaget (Tanpubolon,1991: 65),

bahwasanya sejak lahir hingga dewasa pikiran anak melalui

berkembangan melalui jenjang-jenjang berperiode sesuai dengan

tingkatan kematangan anak itu secara keseluruhan dengan

interaksi-interaksinya dengan lingkunganya. Jenjang-jenjang

yang sesuai dengan tahap perkembangan anak adalah sebagai

berikut.

1. Jenjang sensorimotorik, sejak lahir hingga 18\24 Bulan dalam

mendekati akhir priode ini sesudah bahasa anak mulai

tumbuh pikiran dimaksud juga mulai tumbuh,

2. Jenjang properasional:18\24 hingga 6\7 tahun dengan ciri

dalam perkembangan kemampuan berfikir dengan bantuan

simbol-simbol (lambang-lambang).

Untuk kegiatan PAUD, bercerita adalah kegiatan yang

dilakukan oleh guru kepada anak didik untuk menyampaikan

materi pembelajaran dengan menarik. Bercerita dapat dilakukan

Page 88: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 82

dihadapan anak didik itu sendiri atau antar anak didik dengan

orang dewasa, bahkan dapat menggunakan media audio visual.

Untuk penerapan teknik bercerita pada PAUD Bija Santhi

sendiri adalah menggunakan metode bercerita dengan alat atau

visual berupa gambar-gambar para dewa. Sebagaimana uraian

Yesi (Wawancara: 25 Juli 2018) sebagai pengelola yayasan

sebagai berikut.

“Penerapan teknik bercerita Hindu pada PAUD Bija Santhi adalah menggunakan teknik bercerita dengan alat

atau media, seperti gambar dewa-dewa agama Hindu,

sehingga daya visualisasi anak dapat mengembangkan

dirinya dalam upaya meningkatkan karakter dan dalam

ajaran agama Hindu Sraddha dan Bhakti anak didik

kepada Ida Sang Hyang Widdhi Wasa. Selain itu

adakalnya juga tanpa menggunakan media, seperti ketika

menggunakan cerita dari Panca Tantra. Adapun

penerapannya adalah sederhana, yakni pendidikan

membuat rencana pembelarajan harian, pengorganisasian

anak didik, pengelolaan kelas, dan memberikan mereka

untuk mengenal dewa-dewa Hindu melalui media

gambar.”

Bertolak atas uraian tersebut, penerapan teknik bercerita

pada PAUD Bija Santhi adalah dengan menggunakan media

gambar, dan adakalanya juga tanpa menggunakan media.

Becerita menggunakan media dan tidak bukanlah menjadi

sebauah permasalahan bagi guru dalam menerapkan teknik

bercerita dalam pembelajaran. Sebab hal terpenting dari

penerapan teknik bercerita adalah kemampuan pendidik

Page 89: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 83

menyampaikan isi cerita agar dapat menumbuhkan minat anak

didik kebiasaan bersikap dan membaca. Sebagaimana uraian

Tampubolon (1991:50), bahwasanya bercerita kepada anak

memainkan peranan penting bukan saja dalam menumbuhkan

minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam

mengembangkan bahasa dan pikiran anak.

Fungsi kegiatan bercerita bagi anak usia 3-5 tahun adalah

membantu perkembangan bahasa anak dan dengan bercerita

pendengaran anak dapat difungsikan dengan baik, untuk

kemampuan berbicara dengan menambah perbendaharaan kosa

kata, kemampuan mengucapkan kata-kata, melatih merangkai

kalimat sesuai dengan tahap perkembangannya, selanjutnya

anak dapat mengekpresikannya melalui bernyanyi, menulis,

ataupun menggambar sehingga pada akhirnya anak mampu

membaca situasi, gambar, tulisan atau bahasa isyarat.

Berdasarkan hal tersebut, berikut uraian penerapan teknik

bercerita pada PAUD Bija Santhi Desa Pakraman Padangtegal.

Menentukan Topik Cerita Hindu

Langkah pertama yang dilakukan pendidik pada PAUD

Bija Santhi dalam menerapkan teknik bercerita Hindu dalam

proses pembelajaran adalah menentukan topik cerita yang sesuai

dengan fase perkembangan anak didik. Dalam penerapan teknik

bercerita, topik cerita merupakan sesuatu hal yang penting dan

sentral, sebab salah menentukan topik cerita maka pembelajaran

tidak akan optimal dalam menumbuhkembangkan potensi anak

didik. Terlebih, pendidikan anak usia dini adalah fase yang

Page 90: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 84

sangat penting untuk kedepannya anak didik dapat

meningkatkan pembelajaran pada jenjang yang lebih baik.

Berdasarkan atas hal tersebut, Yasi (Wawancara: 24 Juli 2018)

menjelaskan sebagai berikut.

“Para guru di sini memilih topik yang sangat sederhana, sebab anak didik agar mudah mereka memahami cerita

tersebut, dan guru tidak memiliki kesulitan dalam

menceritakan di depan anak didik. Tema atau topik

tentunya dipilih yang relevan dengan tujuan daripada

pembelajaran, yakni menumbuhkan aspek budi pekerti

yang luhur dalam diri peserta didik.”

Merujuk atas uraian tersebut, jelas bahwasanya tema yang

dipilih hendaknya sederhana dan mudah dimengerti, sehingga

sesuai dengan fase perkembangan anak didik. Bagi pendidik di

PAUD Bija Santhi, tema merujuk pada kisah Purana dan Panca

Tantra yang memiliki muatan budi pekerti, dan tentunya kisah-

kisah tersebut dipilih yang paling sederhana. Guru atau pendidik

yang memilih tema cerita juga memperhatikan beberapa hal,

seperti aspek mental, pengalaman, lingkungan dan pesan nanti

yang dapat diterima oleh peserta didik. Adapun hal tersebut

sesuai dengan uraian Widiarmi, dkk (2006: 76), bahwa anak

didik PAUD membutuhkan dongeng atau cerita karena beberapa

hal, yakni:

1. Anak membangun gambaran-gambaran mental pada saat

guru memperdengarkan kata-kata yang melukiskan kejadian.

2. Anak memperoleh gambaran yang beragam sesuai dengan

latar belakang pengetahun dan pengalaman masing-masing.

Page 91: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 85

3. Anak memperoleh kebebasan untuk melakukan pilihan secara

mental.

4. Anak memperoleh kesempatan menangkap imajinasi dan

citraan-citraan cerita: citraan gerak, citraan visual, dan

auditif.

Jadi melalui cerita, mendorong anak didik bukan saja

senang menyimak cerita, tetapi juga senang bercerita atau

berbicara. Anak belajar tentang tata cara berdialog dan bernarasi

dan terangsang untuk menirukannya. Kemampuan untuk

mempraktekkan terdorong karena dalam cerita ada negosiasi,

pola tindak-tutur yang baik seperti menyuruh, melarang,

berjanji, mematuhi larangan dan memuji. Jadi memilih topik

yang tepat adalah secara tidak langsung akan dapat memacu

beberapa hal, seperti uraian Tanpubolon (1991: 3) sebagai

berikut.

Pertama anak memiliki kosa kata cenderung berhasil

dalam meraih prestasi akademik. Kedua, anak yang pandai

berbicara memperoleh perhatian dari orang lain. Hal ini penting

karena pada hakikatnya anak senang menjadi pusat perhatian

dari orang lain. Ketiga, anak yang pandai berbicara mampu

membina hubungan dengan orang lain dan dapat memerankan

kepemimpinannya dari pada anak yang tidak dapat berbicara.

Berbicara baik mengisyaratkan latar belakang yang baik pula.

Keempat, anak yang pandai berbicara akan memiliki

kepercayaan diri dan penilaian diri yang positif, terutama setelah

mendengar komentar orang tentang dirinya.

Page 92: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 86

Bertolak atas gagasan tersebut, menentukan atau memilih

topik cerita yang dilakukan pendidik pada PAUD Bija Santhi

adalah dengan memperhatikan hal tersebut di atas, sebab topik

cerita yang menarik dan relevan dengan tujuan pembelajaran

akan dapat mengoptimalkan segala potensi dalam diri anak

didik, sehingga sikap dan karakter dalam dirinya menjadi lebih

baik.

Membuat RPPH Pembelajaran

Setelah menemukan tema cerita dan topik cerita

ditentukan, dilanjutkan dengan pendidik PAUD Bija Santhi

membuat rencana pembelajaran harian yang lazim disingkat

menjadi RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian).

Sebagaimana dalam pembelajaran disekolah formal, bahwa

rencana pembelajaran adalah berisi rancangan tentang

pembelajaran yang dilakukan pendidik terhadap anak didik.

Dalam teori manajemen pendidikan, perencanaan (planning)

pembelajaran merupakan hal yang penting agar pembelajaran

dapat berjalan efektif dan epesien, sehingga pendidik dapat

mengukur kemampuan siswa dan guru dalam mendidik

(Hasbullah, 2010: 45).

Bagi para pendidik dilingkungan PAUD Bija Santhi, RPH

dibuat berdasarkan atas silabus dan kurikulum yang telah

ditentukan berdasarkan atas standar pendidikan anak usia dini

yang mengacu pada kurikulum nasional 2013 tentang

Pendidikan Anak Usia Dini. Sebagaimana uraian Mui’in (2015: 122), bahwa kurikulum PAUD 2013 dibuat dengan tujuan

Page 93: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 87

mendorong perkembangan peserta didik secara optimal sehingga

memberi dasar untuk menjadi manusia Indonesia yang memiliki

kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang

beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu

berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum dapat dianalogikan

sebagai program yang dirancang untuk mencapai tujuan. Jika

Tujuannya adalah Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak,

maka kurikulum sebagai program Pengembangan PAUD untuk

mencapai aspek perkembangan tersebut. Adapun RPH yang

digunakan oleh pendidik PAUD Bija Santhi dapat dilihat

sebagai berikut.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Harian Semester/minggu : I/3

Hari/Tanggal : Rabu, 18 Juli 2018

Kelompok/ usia : KB/3,5 Tahun

Tema/sub tema : Kemahakuasaan Tuhan/Dewa Hindu

Materi

KD 3.1-4.1 Doa Salam

KD 3.3-4.3 Membuat Banten Saiban

KD 3.6-4.6 Bercerita Dewa-Dewa Hindu

KD 3.15-4.15 Menyanyi lagu “nama-nama hari, nama-nama

bagian tubuh, nama jari dengan jari-jari”.

Materi yang masuk dalam SOP untuk pembiasan

Page 94: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 88

1. Bersyukur terhadap ciptaan Tuhan

2. Mengucapkan salam masuk dalam SOP penyambutan dan

penjemputan

3. Doa sebelum dan mengenal aturan masuk dalam SOP

pembukaan

4. Mencuci tangan masuk ke dalam SOP sebelum dan sesudah

makan

Alat dan Bahan

1. Daun dan wadahnya

2. Nasi, garam, dan telor dadar

3. Kertas

4. Spidol

5. Gunting dan gambar Dewa-Dewa agama Hindu

Pembukaan (15 menit)

1. Berkumpul dan berbaris di halaman

2. Bernyanyi pembukaan seperti Om Swastyastu, Good

Morning, Trikaya Parisuddha, anggota tubuh dan dewa-dewa

Hindu.

3. Berdoa sebelum belajar

4. Membuka dengan menanyakan aktivits pengalaman mereka

dalam berdoa

5. Anak-anak masuk kelas masing-masing.

Inti (90 menit)

Page 95: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 89

1. Guru menanyakan kabar anak-anak dan memulai mengabsen

2. Guru mengajak anak-anak untuk memotong daun pisang

3. Guru mengajak anak-anak membuat banten saiban

4. Guru mengajak anak-anak mabanten saiban

5. Guru mengajak anak-anak mendengarkan cerita dewa-dewa

Hindu

6. Guru menilai dengan kreteria bintang 4

Recalling

1. Tanya Jawab tentang kegiatan yang sudah dilaksanakan pada

proses pembelajaran

2. Menunjukkan kemampuan anak mengikuti gurunya

3. Mampu menamakan dewa-dewa Hindu pada gambar dewa-

dewa

4. Memberikan pujian pada anak

5. Menasehati anak agar memiliki sikap sraddha dan bhakti

kepada Tuhan

6. Istirahat

Penutup (15 menit)

1. Berbaris dan menanyakan kembali serta memberikan

penguatan pada kegiatan yang dilakukan

2. Tanya jawab tentang kegiatan satu hari dan

menginformasikan kegiatan esok hari

3. Berdoa

Page 96: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 90

4. Penerapan SOP Penutup

5. Rencana Penilaian

1. Sikap (Kedisiplinan, Keaktifan di kelas, tidak menggangu

teman)

2. Pengetahuan dan Keterampilan (Mendengarkan cerita dan

mampu menyebutkan nama dewa-dewa Hindu).

Jadi menyimak isi dari RPPH tersebut di atas jelas

menunjukan bahwasanya RPPH adalah sangat penting bagi guru

dalam mengarahkan pembelajaran agar dapat berjalan terstruktur

dan sistematis. RPPH merupakan perencanaan pembelajaran

yang termasuk perangkat penting dari proses pembelajaran,

sehingga RPPH dapat memandu pendidik dalam mendidik anak

didik. Untuk itu pengelola PAUD Bija Santhi berupaya untuk

melakukan kajian dan penyesuaian dengan standar RPPH yang

mengacu pada Kurikulum PAUD 2013.

Sebagaimana uraian Asmawanti, dkk (2008: 122), bahwa

kemampuan belajar anak di lembaga pendidikan, khususnya di

lembaga PAUD, perlu disiapkan dengan seksama melalui

layanan pembelajaran dan penilaian yang efektif. Pembelajaran

dan penilaian yang efektif adalah pembelajaran dan penilaian

yang terus-menerus dilakukan secara optimal. Hal ini sesuai

dengan perkembangan anak yang bersifat dinamis. Untuk

selanjutnya, hasil pembelajaran dan penilaian akan menjadi

rujukan bagi pengembangan perencanaan pembelajaran

selanjutnya. Dengan demikian, pembelajaran menjadi suatu

siklus utuh antara penilaian, perencanaan, dan pelaksanaan yang

berlangsung secara berkesinambungan. Untuk dapat menjaga

Page 97: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 91

siklus utuh di atas secara berkualitas dan terus-menerus dalam

memfasilitasi anak, guru PAUD wajib memahami

perkembangan anak dengan baik dan juga cara-cara menilainya.

Selain itu untuk mendukung keseluruhan pembelajaran

lebih bermakna, para guru juga perlu melibatkan orang

tua/keluarga serta lingkungan secara optimal. Dengan upaya

yang optimal tersebut, diharapkan setiap anak yang dilayani

disetiap satuan PAUD dapat mencapai tingkat perkembangan

yang terbaik sehingga akhirnya mereka dapat memasuki tingkat

pendidikan selanjutnya dengan kematangan dan kesiapan

kompetensi serta berkepribadian yang memadai. Bertolak atas

deskripsi tersebut, pembelajaran pada PAUD Bija Santhi orang

tua diberikan kesempatan untuk melakukan pendampingan,

sehingga anak didik dapat mencapai tingkat perkembangan

secara optimal.

Gambar Para Orang Tua Diberikan Kesempatan Untuk

Melakukan Pendampingan Terhadap Anak Didik Hingga

Sampai Pada Anak Didik Terbiasa Belajar Mandiri (Sumber:

dok Perni, 2018).

Page 98: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 92

Gambar tersebut di atas terlihat jelas bagaimana peran

orang tua mendampingi anak-anak mereka dalam proses

pembelajaran, dan hal tersebut adalah penting bagi

perkembangan mereka dalam berproses sebagaiman dalam teori

perekmbangan anak, bahwa orang tua memiliki peran setrategis

dalam membentuk pribadi mereka dalam upaya menumbuhkan

sikap berbudi pekerti yang luhur. Oleh karena itu, RPPH pada

pembelajaran yang di dalamnya ada penerapan teknik bercerita

sesungguhnya adalah kesatuan perangkat pembelajaran terkecil

yang sangat bermanfaaf dalam upaya mendidik siswa agar

memiliki karakter.

Pengorganisasian Anak Didik

Sesungguhnya pada RPPH sudah terlihat secara sistematis

bagaimana proses pembelajaran tersebut dapat berlangsung

dengan baik. Dari konten RPPH juga dapat dilihat bagaimana

proses pembelajaran dengan menerapkan teknik bercerita

dilakukan oleh pendidik dalam ruang pembelajaran. Namun

demikian, pembelajaran dapat berjalan dengan baik ketika para

pendidik mampu merealisasikan RPPH tersebut dalam proses

pembelajaran yang nyata. Kadangkalanya kelemahan seorang

pendidik adalah ketidaksiapan mereka dalam

mengimplementasikan pembelajaran tersebut ke dalam proses

pembelajaran yang nyata dalam suasana belajar yang melibatkan

antara guru dengan murid.

Berdasarkan atas hal tersebut, dalam penerapan

pembelajaran melalui teknik bercerita sangat perlu melakukan

Page 99: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 93

pengorganisasian anak didik. Meminjam uraian Anita Yus

(2011: 65) menjelaskan bahwasanya pengorganisasian anak

didik memiliki maksud mengarahkan anak didik untuk

mengikuti proses pembelajaran, sehingga ada interaksi yang

melibatkan guru atau pendidik dengan anak didik. Pun demikian

pengorganisasian yang dilakukan pendidik pada PAUD Bija

Santhi adalah sebagai proses awal dalam pembelajaran yang

mana pendidik mengarahkan anak didik untuk mengikuti proses

pembelajaran. Sebagaimana dijelaskan Parwati (Wawancara: 24

Juli 2018) sebagai berikut.

“Saya selaku pendidik dan para pendidik lainnya pada PAUD Bija Santhi ini berupaya melakukan

pengorganisasian anak didik dengan cara mengarahkan

anak didik untuk melakukan proses pembelajaran awal,

yakni dengan berkumpul, kemudian mengucapkan salam

Om Swastyastu, bernyanyi Tri Kaya Parisudha, dan

nyanyian lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan

mengarahkan mereka untuk berdoa, dan mengarahkan

mereka agar memasuki ruang belajar, sehingga ada

interaksi yang kondusip antara pendidik dengan anak

didik.”

Pengorganisasian yang dilakukan pendidik pada PAUD

Bija Santhi dilakukan dengan cara berkumpul kemudian

mengucapkan Om Swastyastu. Setelah itu anak didik diarahkan

untuk menyanyikan lagu Tri Kaya Parisudha, seperti dalam

kutipan berikut.

Page 100: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 94

“Satu-satu berpikir yang baik, dua-dua berkata yang benar,

tiga-tiga berbuat yang benar, satu dua tiga Tri Kaya

Parisudha”.

Lagu tersebut di atas dinyanyikan berulang-ulang,

sehingga anak didik terbiasa mendengarkan nyanyian rohani

sehingga kecerdasan spiritual mereka dapat berkembang dengan

baik. Mengulang adalah metode yang efetif bagi siswa dalam

menguatkan kecerdasan siswa. Sebagaimana disebutkan dalam

metode pembelajaran pembiasaan, bahwa membiasakan siswa

dalam mengalami akan mengarahkan siswa untuk mengalami,

dan pengalaman adalah dasar dari semua pengetahuan (Rusman,

2011: 221).

Gambar Anak Didik pada PAUD Bija Santhi Diarahkan Untuk

Menyanyikan Lagu Tri Kaya Parisudha dan Nyanyian

Mengenal Anggota Tubuh (Sumber: dok, Perni 2018).

Setelah anak didik diberikan kesempatan bernyanyi

bersama, kemudian anak didik juga disuruh menyanyikan

tentang anggota tubuh mulai dari kepala, mata, mulut, mata,

telinga, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya. Sembari

Page 101: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 95

bernyanyi, anak didik disuruh dan ditunjukkan masing-masing

anggota tubuhnya dengan harapan anak didik dapat melatih

gerak motorik dalam perkembangannya sebagai anak yang

nantinya dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal.

Kemudian setelah itu, dilanjutkan dengan kegiatan berdoa

bersama sebagai salah satu cara untuk membiasakan anak didik

dalam setiap kegiatan untuk berdoa terlebih dahulu. Setelah

berdoa baru kemudian anak didik diarahkan menuju ruangan

atau tempat belajar di mana pendidik selalu melakukan

pendampingan dengan baik.

Disiplin Kelas

Dalam kegiatan bercerita pada PAUD, bentuk-bentuk

disiplin kelas tentu harus disesuaikan dengan karakteristik anak

usia dini. Dalam melakukan peceritaannya seorang guru tetap

perlu menenangkan muridnya untuk mendengarkan pesan

melalui ceritanya. Proses menenangkan murid perlu dilakukan

dengan cara mendidik, tidak disertai dengan ancaman dilakukan

dengan mengikat perhatian mereka melalui cerita yang disajikan

dengan menarik sehingga tidak membuat anak sibuk sendiri.

Bertolak atas hal itu, penerapan disiplin anak didik pada

PAUD Bija Santhi adalah dengan mengarahkan anak didik

untuk berdisiplin didasarkan atas fase perkembangannya. Anak

didik yang belar di PAUD Bija Santhi tidak dipaksa untuk

melakukan pendisiplinan diri, tetapi diarahkan untuk berdisiplin

dari sejak dini, dan peran guru sangatlah penting dalam upaya

untuk mengarahkan anak didik agar memiliki sikap disiplin.

Page 102: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 96

Sebagaimana uraian Rijasa (Wawancara: 24 Juli 2018),

bahwa dalam mendidik siswa agar disiplin pada anak usia dini

sangatlah sulit, dan tidak semua guru dapat melakukannya

dengan baik, sehingga proses pembelajaran tidak dapat berjalan

dengan baik. Dalam perkembangannya, anak-anak usia dini

masih dipandang sebagai anak-anak yang belum memiliki daya

fokus yang baik, dan karakteristik mereka yang masih suka

bermain, maka peran pendidik pun harus siap dan dapat bersabar

dalam mengarahkan perilaku mereka dalam pendisiplinan

bersikap.

Sebagaimana dilakukan pada guru PAUD Bija Santhi

selalu melakukan pendampingan, dan mengarahkan dengan

kesabaran penuh agar tidak ada aspek yang dapat mencederai

sisi psikologis siswa.

Selain itu, peran orang tua juga sangat penting dalam

mengarahkan anak mereka untuk memiliki sikap disiplin. Untuk

itu, pada penerapan pembelajaran dengan teknik bercerita orang

tua diberikan kesempatan untuk melakukan pendampingan,

sehingga seorang anak yang masih sangat tergantung pada

ibunya merasa aman dan nyaman selama proses kegiatan

pembelajaran berlangsung.

Sebab berdasarkan pengamatan peneliti, bahwasanya

arahan guru sering tidak dihiraukan oleh anak didik, tetapi

arahan orang tua yang mendampingi mereka hiraukan dan di

sinilah tugas berat seorang guru PAUD dalam mengarahkan

anak didik sebagaimana peran orang tua mereka. Jadi, pada

PAUD Bija Santhi kita melihat sebuah sinergitas yang baik

Page 103: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 97

antara guru sebagai pendidik formal dengan para orang tua

sebagai pendidik non formal yang sama-sama memiliki visi dan

kepentingan untuk menumbuhkembangkan kecerdasan anak

didik secara holistik. Adapun sinergitas antara guru dengan para

orang tua dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar Nampak Guru dan Orang Tua Siswa Berupaya

Melakukan Pendampingan Kepada Anak Dalam Mengikuti

Proses Pembelajaran (Sumber: dok, Perni 2018).

Pengelolaan Tempat Bercerita

Selanjutnya adalah masuk ke tahapan pengelolaan tempat

bercerita. Banyak cara pengelolaan tempat untuk bercerita

menurut Tampubolon, (1991: 17) yang terdiri dari: penataan

tempat untuk bercerita, posisi media, penataan ruang cerita dan

strategi penyampaian cerita untuk anak didik. Selanjutnya

dijelaskan bahwasanya tempat duduk sisa dalam kegiatan

bercerita perlu mendapatkan perhatian yang serius. Sebab

tempat duduk berkaitan dengan banyak hal. Keterkaitan itu

Page 104: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 98

adalah interaksi guru dan siswa, karakteristik materi penceritaan,

media pembelajaran yang digunakan dalam penceritaan. Oleh

karena, itu tempat duduk siswa sangat berpengaruh dalam

keberhasilan kegiatan bercerita. Aktifitas bercerita tidak harus

dilakukan didalam kelas, kegiatan bercerita dapat dilakukan

dimanapun asal memenuhi kriteria kebersihan, keamanan dan

kenyamanan. Jika jumlah anak sedikit, bercerita dapat dilakukan

diberbagai tempat seperti di teras, di bawah pohon, dan lain

sebagainya. Pada prinsipnya yang penting tempat tersebut dapat

menampung semua anak, teduh, bersih dan aman. Apabila

jumlah anak relatif banyak sebaiknya dipilih tempat yang lebih

luas. Ruang kelas merupakan tempat yang paling representative

(memenuhi persyaratan) yang lebih baik lagi apabila cerita yang

disampaikan ditempat yang berkaitan.

Gambar Nampak Suasana Kelas Sebagai Tempat Bercerita yang

Dikelola Dengan Baik (Sumber: dok, Perni 2018).

Gambar tersebut di atas menunjukkan bahwasanya

pengelolaan kelas sebagai tempat bercerita demikian sangat

Page 105: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 99

pentingnya dilakukan. Sebab hal tersebut sangat berpengaruh

terhadap suasana belajar dan kenyamanan anak didik untuk

menyimak cerita. Nampak pada gambar penempatan beberapa

media pembelajaran juga sangat penting, seperti uraian Nugraha,

dkk (2008: 43), bahwasanya penempatan media dalam ruangan

perlu memperhatikan beberapa aspek. Keterjangkauan menjadi

prioritas bahwa semua media yang akan dipakai mudah

dijangkau oleh guru sehingga tidak mengganggu proses

penceritaan. Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah

keselamatan media terhadap kemungkinan gangguan yang

muncul berasal dari murid-murid sendiri. Untuk itu yang perlu

dilakukan adalah peraturan akan murid, guru dan media dengan

baik.

Kegiatan bercerita di PAUD dapat dilakukan dimana saja.

Pelaksanaanya dapat dilakukan didalam maupun diluar kelas.

Jika penceritaan dilakukan di dalam kelas, maka kelas perlu

ditata untuk memberikan dukungan penceritaan. Penataan

tersebut meliputi ventilasi, tata cahaya dan tata warna.

Sedangkan penataan yang dilakukan di luar kelas membutuhkan

beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti kesesuaian tuntutan

cerita, keamanan dan kenyamanan.

Setrategi Menyampaikan Cerita

Selanjutnya setelah ruangan atau tempet belajar ditata dan

dikelola dengan baik, anak didik diarahkan menuju tempat

belajar, dan pendidik mengarahkan anak didik untuk duduk

dengan baik dan teratur. Kemudian guru sebagai pendidik pada

Page 106: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 100

PAUD Bija Santhi melakukan pengabsenan dengan

membacakan nama- nama mereka sembari memberikan media

pembelajaran yang nantinya akan digunakan siswa untuk

belajar. Setelah pembacaan absensi siswa, maka guru pada

PAUD Bija Santhi memulai kegiatan bercerita Hindu dengan

merujuk pada kisah-kisah dalam Purana Hindu sebagaimana

narasi cerita dan panduannya dapat dilihat pada sub bab

sebelumnya. Kegiatan bercerita di PAUD dapat dilakukan

dengan baik, apabila sebelumnya dipersiapkan terlebih

dahulu, tidak hanya itu saja peran seorang guru disini juga

sangat berperan penting, untuk memberikan suasana yang

menyenangkan agar anak dalam mendengarkan cerita atau

bercerita dengan hati yang senang. Karena pada prinsipnya

belajar di PAUD Bija Santhi adalah belajar sambil bermain.

Mengacu pada uraian Yesi (Wawancara: 24 Juli 2018)

menjelaskan sebagai berikut.

”Dalam guru di sini menyapaikan cerita, guru menggunakan media berupa gambar dan tidak juga

menggunakan media apapun. Tetapi yang pernah

dilakukan dan sering dipraktikan adalah teknik bercerita

menggunakan media, meskipun itu hanya berupa gambar

dewa-dewa dalam agama Hindu. Selain itu, siswa

diarahkan untuk mendengar, dan pendidik bercerita pun

hendaknya dengan gerak tubuh sehingga ada ekspresi dari

cerita yang menarik. Misalnya dalam kisah ada adegan

gembira, dan guru harus mampu menyiratkan rasa

kegembiraan itu. Kemudian, jika memungkinkan dan

cerita sudah dikisahkan berulang kali, maka pendidik

Page 107: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 101

dapat mengarahkan siswa untuk menceritakan kembali

kisah tersebut untuk mengukur kemampuan dan daya

tangkap anak didik.”

Merujuk atas uraian tersebut, jelas menunjukkan

bahwasannya setrategi penyampaian cerita yang dilakukan

pendidik pada PAUD Bija Santhi adalah sejalan dengan teknik

bercerita yang mengacu pada metode bercerita yang sesuai

dengan teori pembelajaran. Adapaun metode tersebut mengacu

pada uraian Tampubolon, (1991: 18) bahwasanya strategi

bercerita yang baik digunakan dalam pembelajaran anak adalah

Storytelling, strategi reproduksi cerita dan strategi simulasi

kreatif. Adapun strategi Storytelling merupakan penceritaan

cerita yang dilakukan secara terencana dengan menggunakan

benda-benda visual, dan metode ini bertujuan untuk

menghasilkan kemampuan berbahasa anak.

Penggunaan metode ini dibutuhkan untuk melatih dan

membentuk keterampilan berbicara, pengembangkan daya nalar,

dan pengembanangkan imajinasi anak. Metode ini contohnya

seperti metode sandiwara, metode bermain peran, metode

bercakap- cakap dan metode tanya jawab. Selanjutnya adalah

setrategi Reproduksi Cerita adalah kegiatan belajar mengajar

bercerita kembali cerita yang didengar. Tujuan kegiatan ini sama

dengan tujuan setrategi Storytelling. Setrategi ini dimulai setelah

guru bercerita,kemudian anak diminta menceritakan cerita itu

sesuai dengan daya tangkap anak. Selanjutnya adalah strategi

simulasi kreatif dilaksanakan untuk memanipulasi kegiatan

belajar sambil bermain dari penggalan dialog cerita dengan

menunjukkan gambar dewa atau media lainnya.

Page 108: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 102

Gambar Proses Bercerita yang Dilakukan Ibu Ni Nyoman Yasi

Ketika Menceritakan Tentang Kisah Dewa-Dewa Dalam Purana

(Sumber: dok Perni, 2018).

Memperlihatkan Simulasi Kreatif

Setelah pendidik menyampaikan cerita, pembelajaran

dilanjutkan dengan pendidik memperlihatkan simulasi kreatif

yang dibuat oleh pendidik. Simulasi kreatif merupakan media

pembelajaran dengan menggunakan teknik bercerita melalui

gambar dan alat berupa silmulasi yang dibuat oleh pendidik.

Sebagaimana uraian Rusman (2011: 54), bahwa simulasi dapat

dibuat oleh pendidik dengan memanfaatkan sumber daya

lingkungan dan diupayakan agar menarik, dan tentunya

memiliki nilai relevansi dengan narasi yang diceritakan. Melalui

simulasi yang nanti diperlihatkan setelah pendidik

menyampaikan cerita, dan mafaatnya adalah dapat memberikan

visual yang tepat bagi siswa, sehingga pembelajaran dapat

berlangsung dengan efektif dan efesien.

Pada PAUD Bija Santhi, simulasi kreatif yang dibuat oleh

pendidik adalah sangat sederhana, yakni gambar daripada dewa-

Page 109: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 103

dewa yang dikisahkan dalam kisah Purana, dan membuat juga

simulasi dengan cara menuangkan dalam bentuk pembelajaran

yang lain. Misalnya saja, dalam kisah Purana diceritakan bahwa

orang yang memakan tanpa mepersembahkan terlebih dahulu

kepada Tuhan, maka mereka dianggap pencuri. Untuk itu, siswa

diarahkan oleh pendidik PAUD Bija Santhi untuk membuat

Banten Saiban, yakni sarana pemujaan untuk

mempersembahkan sesuatu yang kita akan makan, sehingga

anak didik memiliki pemahaman bahwa apapun yang dimakan

hendaknya dipersembahkan terlebih dahulu (Wawancara: Yesi,

24 Juli 2018).

Menurut peneliti simulasi kreatif yang ditujukan oleh para

pendidik pada PAUD Bija Santhi adalah sesuatu yang menarik

dan bisa dijadikan temuan konsep dalam menemukan konsep

yang jelas berkenaan dengan teknik bercerita Hindu. Setelah

anak didik ditunjukkan cara membuat Banten Saiban, siswa

kemudian diarahkan untuk mengalami Mabanten saiban, dan

mereka dibagi berdasarkan pengelompokan. Ada Masaiban di

pura PAUD, di halaman dan di pintu masuk PAUD. Jadi dengan

demikian, siswa atau anak didik diarahkan untuk belajar

mengalami. Jadi kembali lagi, bahwa pengorganisasian kelas

dan pembelajaran adalah sangat penting, sehingga simulasi

dapat diperlihatkan, dan pembelajaran bercerita akan menjadi

hal yang menarik. Sebagaimana uraian Asmawati, dkk (2008:

29) adalah sebagai berikut.

Simulasi kreatif yang diperlihatkan kepada anak didik

akan dapat memberikan banyak keuntungan dalam proses

pembelajaran, seperti: (1) membuat pekerjaan guru akan

Page 110: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 104

lebih mudah, (2) hari-hari anak akan menjadi lebih

menyenangkan, (3) anak akan lebih mengerti dan

memahami maksud dari cerita tersebut, (4) anak tidak

akan pernah bosan untuk mengikuti pembelajaran, dan (5)

atmosfer kegiatan dari pembelajaran dapat lebih

terantisifasi dengan baik.

Jadi banyak keuntungan yang didapat oleh anak didik

untuk dapat guru menciptakan suasana belajar menjadi lebih

baik. Pun demikian menjadikan anak didik dapat bertumbuh dan

berkembang sebagaimana adanya dalam proses

perkembangganya yang alami. Jadi, dalam konteks ini peran

Guru sangat penting untuk menata dan mengelola pembelajaran

agar tujuan dari pembelajaran yang ada dalam kurikulum dapat

tercapai dengan baik. Adapun bagaiman aproses anak didik

diarahkan untuk membuat Banten Saiban dapat dilihat pada

gambar 5.7 sebagai berikut.

Gambar Terlihat Pendidik pada PAUD Bija Santhi Sedang

Mengarahkan Anak Didik untuk Membuat Banten Saiban

(Sumber: dok Perni, 2018).

Page 111: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 105

Memberikan Anak Didik Bermain

Sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya

bahwasanya motto daripada PAUD Bija Sanhti adalah “Belajar

sambil bermain”. Jadi dengan demikian siswa atau anak didik pada PAUD diarahkan tidak saja belajar dan memperlihatkan

simulasi kreatif yang berhubungan dengan praktik beragama

Hindu, tetapi juga anak didik diberikan keleluasaan bermain

sebagaimana mestinya dalam ruang bermain. Permainan yang

diberikan adalah berhubungan dengan tingkat perkembangan

siswa agar sesuai dengan tingkat perkembangan usia dini.

Bagi anak usia dini bermain merupakan komponen

penting dan berpengaruh pada kualitas suatu program. Bermain

adalah pekerjaan anak-anak dan anak-anak selalu ingin bermain.

Dalam bermain anak-anak mengembangkan keterampilan

memecahkan masalah dengan berbagai cara melakukan sesuatu

yang berbeda dan membedakan pendekatan yang terbaik. Dalam

bermain anak-anak menggunakan bahasa untuk melancarkan

kegiatan menjelajah dan menyaring bahasa mereka ketika

mereka berbicara dan mendengarkan anak-anak lainnya. Ketika

bermain, mereka belajar tentang orang-orang lain sehingga

mereka menguji coba peraturan dan keputusan yang berbeda

ketika mereka bekerja bersama. Bermain alami anak- anak

dikembangkan dalam semua area, yang meliputi intelektual,

sosial, emosional dan fisik. Berangkat dari hal tersebut, maka

anak didik pada PAUD Bija Santhi diberikan kesempatan dan

waktu bermain dalam mereka belajar berinteraksi dan

membangun kerjasama pada masing-masing anak didik.

Berdasarkan observasi peneliti, nampak anak didik pada PAUD

Page 112: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 106

Bija Santhi bermain dalam sentra kelompok kecil, sehingga

mereka dapat bekerja bersama, memungkinkan sekali anak-anak

untuk berinteraksi lebih sering daripada kelompok besar. Anak-

anak akan dapat belajar bekerjasama ketika mereka

mendapatkan kesempatan merespons, mengkomunikasikan dan

mengerjakan ide atau gagasan mereka. Senada dengan itu,

Parwati (Wawancara, 24 Juli 2018) menjelaskan sebagai berikut.

“Anak-anak didik di sini diberikan kesempatan untuk

mereka bermain, dan bahkan jika ada menginginkan

bermain ketika pembelajaran atau ketika guru bercerita

tidaklah menjadi permasalahan, dan mereka diberikan

kebebasan sepenuhnya tetapi terarah. Mereka di dalam

ruangan belajar pun diberikan bermain dengan beberapa

media permainan yang telah ditentukan dan dibuat oleh

pengelola. Anak didik diberikan pula pedampingan selama

ia bermain, dan oirang tua juga diberikan kesempatan

untuk mengarahkan mereka dalam bermain sehingga ada

hubungan yang positif antara anak, guru dan orang tua.”

Jadi dengan demikianlah jelas bahwasanya bermain adalah

sisi kealamian anak-anak, dan kegiatan bermain akan

memberikan beberapa keuntungan dan hal yang sangat positif,

seperti anak dapat mempelajari dirinya sendiri, anak dapat

memilih dan memilah berbagai informasi, belajar untuk saling

berinteraksi, belajar menjawab dan memberikan pertanyaan,

belajar membangun kerja sama, membangun belajar pada anak

agar mampu berkonsentrasi, membentuk keterampilan hidup,

mengatasi rasa takut dan keuntungan lainnya.

Page 113: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 107

Kegiatan Akhir

Berikutnya adalah kegiatan akhir dari pembelajaran, yakni

kegiatan penutup yang dimaksudkan adalah sebagai akhir dari

proses kegiatan pembelajaran. Pada penutupan kegiatan belajar

di sini, guru pada PAUD Bija Santhi memberikan penegasan

sekaligus penguatan berupa pesan dari cerita yang dikisahkan

tersebut untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi

pesan ini penting disampaikan sebagai sebuah penegasan,

bahwasanya dalam cerita terdapat pesan moral dalam upaya

menumbuhkembangkan aspek budi pekerti anak didik.

Selain itu, dalam kegiatan penutupan belajar ini pula

dilaksanakan kegiatan berdoa untuk memohon keselamatan dan

sebagai ungkapan terimakasih sebab pembelajaran sudah

berjalan dengan baik. Mereka disuruh duduk dengan baik, dan

dengan sikap Anjali, yakni mencakupkan tangan di dada

kemudian bersama-sama berdoa kepada Ida Sang hyang Widhi

Wasa dengan segala manifestasinya, dan Sang hyang Aji

Saraswati yang telah memberikan keselamatan dan

pengetahuan, sehingga dapat menjadikan anak-anak siswa

PAUD Bija Santhi memiliki budi pekerti luhur.

Page 114: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 108

KENDALA YANG DIHADAPI DALAM

PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI MELALUI

TEKNIK BERCERITA

Dalam setiap proses pembelajaran pasti ada beberapa

kendala di dalamnya, dan kendala tersebut bisa disebabkan oleh

dua faktor penting, yakni faktor internal dan eksternal. Kedua

faktor tersebut pada umumnya menjadi penyebab kegiatan

pembelajaran tidak dapat lagi berjalan dan berlangsung

sebagaimana mestinya. Kendala-kendala tersebut tentunya

sangat penting dideskripsikan, sehingga ada sebuah solusi logis

agar permasalahan tersebut dapat diselesaikan atau

ditanggulangi dengan baik. Adapun kendala yang dihadapi

dalam penerapan pembelajaran budi pekerti melalui teknik

bercerita Hindu pada PAUD Bija Santhi adalah sebagai berikut.

Kendala Internal

Bagaimapun kendala internal adalah kendala yang serius

dihadapi oleh berbagai lembaga pendidikan di Indonesia.

Termasuk juga dalam lembaga pendidikan anak usia dini

kendala internal menjadi hal yang signifikan menjadi

penghambat dalam proses pembelajaran. Kendala internal dalam

hal ini merujuk pada beberapa komponen, seperti guru sebagai

pendidik dan siswa sebagai anak didik atau peserta didik.

Sebagaimana uraian Sayahbudin (2015: 164), bahwasanya

kendala internal adalah kendala yang sering dialami oleh

lembaga pendidikan, dan internal merujuk pada unsur atau

komponen yang ada di dalam lembaga pendidikan tersebut yang

di dalamnya ada komponen guru dan siswa.

Page 115: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 109

Sebagaimana uraian Hasbullah (2010), bahwa sistem

pendidikan, termasuk juga sistem pendidikan anak usia dini

yang di dalamnya ada beberapa unsur meliputi, guru, siswa, dan

kurikulum. Unsur atau komponen tersebut adalah sangat penting

untuk menciptakan proses pembelajaran yang baik, sehingga

tujuan daripada pembelajaran dapat tercapai. Namun kendala-

kendala dalam proses pembelajaran akan terjadi, ketika

komponen guru, siswa sebagai anak didik, dan kurikulum

mengalami permasalahan, terlebih jika guru tidak profesional

dalam merealisasikan pembelajaran.

Berkenaan dengan hal tersebut, lembaga PAUD Bija

Santhi berupaya untuk meningkatkan keprofesionalan tenaga

pendidik, sebab mengacu pada uraian Rusman (2011: 89),

bahwa guru adalah sebagai sosok yang begitu dihormati lantaran

memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan

pembelajaran di sekolah PAUD dan juga membantu

perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya

secara optimal. Hal tersebutlah menjadi motivasi bagi

pengembangan lembaga PAUD Bija Santhi untuk berupaya

meningkatkan keprofesionalan guru sebagai pendidik. Lebih

jelasnya kendala tersebut dijelaskan sebagai berikut.

Guru

Sesbenaranya ada banyak kendala yang dihadapi bagi

lembaga PAUD Bija Santhi dalam upaya merealisasikan

pembelajaran pendidikan budi pekerti melalui penerapan teknik

bercerita Hindu. Kendala yang paling fundamental adalah

Page 116: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 110

kendala akan tenaga pendidik yang selama ini selalu diupayakan

dalam hal peningkatan keprofesionalitasannya dan kualitasnya.

Selama ini tenaga pendidikan di lingkungan PAUD Bija Santhi

adalah berjumlah lima orang dan dua orang sudah bergelar

sarjana pendidikan, dan itupun bukan sarjana pendidikan dalam

konsentrasi bidang ilmu pendidikan PAUD. Kemudian dalam

proses pembelajaran pun terkadang masih dibantu oleh

pengelola, sebab dipandang mereka masih belum mampu

sepenuhnya mendidik anak didik sebagaimana tenaga pendidik

professional.

Namun demikian, lembaga pendidikan PAUD Bija Santhi

masih tetap berupaya untuk melakukan terobosan-terobosan dan

usaha dalam upaya mengembangkan kompetensi tenaga

pendidik sebagai tenaga professional dibidangnya. Sebagaimana

uraian Yesi (Wawancara: 24 Julia 2018) sebagai berikut.

“Kami pada PAUD Bija Sanhti masih boleh dikatakan kekurangan pendidik professional. Dari mengelola PAUD

dan TK dengan jumlah tenaga pendidik yang demikian,

maka sangat diperlukan tenaga pendidik. Tetapi sangat

jarang ada tenaga pendidik yang mengabdi dan mau

mengabdikan dirinya mendidik anak didik. Tetapi dari

tenaga pendidik yang sudah ada, kami berupaya untuk

meningkatkan professional dan kompetensi dirinya

menjadi guru, sehingga dapat memenuhi standar

profesionalitas keguruan.”

Jadi boleh dikatakan bahwa kendala internal yang

dihadapi oleh lembaga PAUD Bija Santhi adalah berhubungan

Page 117: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 111

dengan masih kurangnya tenaga pendidik yang memenuhi

standar profesi guru yang telah ditentukan. Kendala internal

tersebut pastinya berdampingan signifikan terhadap proses

pembelajaran. Padahal, pembelajaran sangat membutuhkan

tenaga professional, dan terlebih guru dalam sistem pendidikan

nasional adalah dinyatakan sebagai tenaga profesi yang dituntut

memiliki kopetensi yang sesuai standar Sisdiknas.

Kuranagnya tenaga pendidik yang memiliki kompetensi

yang sesuai dengan standar berdampak pula terhadap penerapan

pembelajaran melalui cerita Hindu. Banyak guru pada PAUD

Bija Santhi mengalami kesulitan dalam merealisasikan program,

dan cerita di dalam kelas sehingga cerita yang disungguhkan

terkadang tidak menarik. Cerita yang tidak menarik akan

menyebabkan proses pembelajaran terganggu, dan minat siswa

terhadap cerita menurun, sehingga banyak anak didik tidak

menghiraukan gurunya bercerita. Terlebih tenaga pendidik

ketika menyusun cerita dan menuangkannya ke dalam RPPH

mengabaikan prinsip-prinsip metode bercerita, sehingga cerita

terkesan membosankan anak didik.

Berdasarkan atas kajian peneliti yang didasarkan atas

pengamatan emperik, bahwa tenaga pendidik kurang menguasai

jalan cerita dengan baik. Padahal untuk bisa bercerita dengan

baik di depan anak didik, narasi cerita hendaknya dikuasai

sehingga ada penjiwaan cerita yang nantinya pendidik dituntut

juga mampu memaknai cerita dan mengambil beberapa nilai

moral yang ditegaskan kembali kepada anak didik agar anak

didik dapat menumbuhkan aspek budi pekerti dalam dirinya.

Heryani (Wawancara: 24 Juli 2018) menyatakan sebagai berikut.

Page 118: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 112

“Memang saya akui, pembelajaran budi pekerti melalui teknik bercerita masih menjadi sesuatu hal yang baru bagi saya,

sehingga ada banyak hal yang perlu dilatih lagi dalam upaya

menyampaikan narasi, pesan dan makna cerita. Banyak dari

kami yang masih perlu melakukan kajian dan berlatih dalam

meningkatkan pemahaman baik teori dan praktik berkenaan

dengan pembelajaran melalui cerita. Untuk itu, kami sebagai

pendidik berupaya untuk mengembangkan kemampuan dan

profesionalitas diri, sehingga menjadi pendidik yang berkualitas

dan mampu merealisasikan secara optimal berkenaan dengan

pendidikan budi pekerti melalui penerapan bercerita Hindu.”

Profesionalitas pendidik menjadi hal yang penting dalam

pengembangan lembaga pendidikan apapun, termasuk PAUD.

Berdasarkan atas penjelasan pasal 28 ayat 3 Peraturan Pemeritah

No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,

kopetensi pedagogic adalah “Kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap

peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,

evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik.

Sedangkan Peraturan Menteri nomor 16 tahun 2007 menjelaskan

sebagai berikut.

1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,

sosial, kultural, emosional, dan intelektual,

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran

3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang

pengembangan yang ditempuh,

Page 119: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 113

4. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik

5. Memanfaatkan teknologi dan informasi dalam

mengembangkan pembelajaran, sehingga mampu

menciptakan teknik pembelajaran yang dapat bermanfaat

bagi pengembangan karekter anak didik.

Sistem pendidikan modern pada umumnya terdiri dari

berbagai komponen pendidikan yang saling berhubungan.

Dalam sistem tersebut, komponen satu dengan yang lainnya

bersinergi untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang telah

ditentukan. Diuraikan sebelumnya, bahwa sistem pendidikan

dalam hal ini adalah komponen pendidikan yang meliputi: (1)

tujuan pendidikan, (2) peserta didik, (3) guru sebagai pendidik,

(4) kurikulum dan (5) lingkungan. Tujuan dan peserta didik

telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, dan dalam sub

bab ini deskripsi secara khusus menyoal tentang guru sebagai

pendidik.

Hasbullah (2013:124) menjelaskan bahwa guru sebagai

pendidik berfungsi sebagai pembimbing pengaruh, untuk

menumbuhkan aktivitas peserta didik dan sekaligus sebagai

pemegang tanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan.

Adapun (Rusman, 2011) menjelaskan bahwa pendidik sebagai

yang memfasilitator dalam proses pembelajaran. Dantes (2008)

menyatakan pula bahwa pendidik adalah ia yang memiliki tugas

sebagai pendidik sehingga segala potensi yang ada dalam diri

siswa akan muncul.

Berkenaan dengan gagasan tersebut, pendidik secara

esensial memiliki perbedaan makna dengan mengajar. Pendidik

Page 120: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 114

memang memiliki tugas dan fungsi sebagagi pendidik, yakni

mendidik siswa agar potensi siswa dapat tumbuh. Adapun

mengajar lebih kepada hal yang bersifat formal sehingga

terkesan ke arah formalitas. Dengan demikian, guru sebagai

pendidik harus bersungguh-sungguh mendidik siswa tidak hanya

sekadar mengikuti proses pembelajaran. UU Sisdiknas No.20

Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidik harus menjalankan

kewajibannya sebagai pendidik dengan baik, sebab mendidik

adalah “Usaha sadar”, dan terencana untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan (Atmosuwito, 2010:69).

Suwantara (Wawancara: 24 Juli 2018) menjelaskan

bahwasanya untuk meningkatkan profesi guru menjadi guru

yang professional, maka lembaga PAUD Bija Santhi berupaya

memberikan beasiswa kepada tenaga pendidik agar dapat

menempuh studi di jalur sarjana PAUD, sehingga nantinya dapat

memberikan kontribusi yang baik terhadap lembaga. Selama ini

sudah ada satu tenaga pendidik yang sudah menyelesaikan

studinya pada lembaga perguruan tinggi PAUD, dan yang lagi

satu sedang menempuh studi. Tenaga pendidik yang sudah

memiliki standar kompentensi yang sesuai, tentunya akan

menjadi barometer pengajaran pada PAUD Bija Santhi.

Siswa

Kendala internal selanjutnya adalah siswa sebagai anak

didik pada PAUD Bija Santhi yang rata-rata berusia 3 sampai 5

tahun yang tentunya diusia yang demikian sangat banyak

kendala yang dihadapi pendidik dalam merealisasikan kegiatan

Page 121: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 115

atau proses pembelajaran. Secara teoretis, suatu sistem

pendidikan terdiri atas komponen-komponen atau bagian-

bagian yang menjadi inti dari proses pendidikan. Sistem

pendidikan di dalamnya terdapat beragam komponen yang

bersinergi menjalankan proses pendidikan guna mencapai tujuan

pendidikan yang telah ditentukan. Selain tujuan pendidikan,

peserta didik juga merupakan salah satu komponen dalam sistem

pendidikan yang penting dan utama. Hasbullah (2013:123)

menjelaskan bahwasanya peserta didik merupakan objek

sekaligus sebagai subjek pendidikan. Sebagai objek, peserta

didik tersebut menerima perlakuan-perlakuan tertentu, tetapi

dalam pandangan pendidikan modern, peserta didik lebih tepat

dikatakan sebagai subjek atau pelaksana pendidikan. Adapun

Dimyati dan Mudjiono (2013:35) mengemukakan bahwasanya

peserta didik merupakan komponen penting dalam proses

pembelajaran.

Berangkat dari gagasan teoretis tersebut PAUD Bija

Santhi memberikan perhatian yang penuh terhadap kegiatan

pembelajaran sebagai sebuah proses “Belajar sambil bermain”. Jadi anak didik PAUD Bija Santhi berjumlah 29 orang yang

rata-rata berusia 3 sampai 5 tahun, dan dalam teori

perkembangan fases usia yang demikian sangat rentan dengan

berbagai kendala yang menyebabkan proses pembelajaran tidak

dapat berjalan dengan baik. Sebagaimana Yasi (Wawancara: 24

Juli 2018) menjelaskan sebagai berikut.

“Para pendidik merasakan sekali ada banyak kendala dalam proses pembelajaran. Terutama kendala yang

dihadapi para guru ketika diterapkannya pembelajaran

Page 122: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 116

budi pekerti melalui media bercerita. Anak didik yang

jumlahnya 29 orang memiliki beragam karakteristik yang

unik dan itu mereka tunjukkan dengan sikap. Ada yang

kalem dan pendiam, ada yang reaktif dan aktif, ada yang

pasif dan ada yang suka usil sama temannya ada yang suka

bercanda ketika guru menceritakan kisah dewa- dewa

dalam kisah Purana.”

Mengacu pada teori perkembangan anak, bahwa anak pada

fase usia yang demikian sangatlah menentukan sikap mereka

dalam memasuki tahapan selanjutnya. Masa anak-anak atau usia

dini, seorang anak akan mulai bereksplorasi terhadap

lingkungannya. Hal ini membuat anak terkadang lepas kendali

dengan mencoba berbagai hal tanpa memperdulikan bahayanya.

Oleh sebab itu, pada masa inilah pendidik perlu memberikan

dukungan dan respons yang tepat agar keinginan anak untuk

mandiri dapat tersalurkan (Hamalik, 2009: 65). Jadi delapan

perkembangan ini merujuk pada perkembangan psikis anak yang

sangat dipengaruhi oleh lingkungan.

Berdasarkan atas hal tersebut, penerapan pembelajaran

melalui bercerita akan mampu memberikan rangsangan kepada

anak didik untuk mereka merespon sehingga berpengaruh secara

positif terhadap perkembangan psikologis anak didik. Jadi

kendala anak didik saat menyimak cerita dalam pembelajaran,

seperti ada anak yang reaktif/aktif, pasif/diam, suka bercanda,

acuh tak acuh, masih larut dalam dunianya sendiri dan ada pula

yang menyimak dengan baik merupakan cara anak dalam

merespon lingkungannya sehingga di sinilah peran guru atau

pendidik dalam mengembangkan kemampuan keprofesiaannya

Page 123: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 117

dalam mengembangkan cerita dalam proses pembelajaran.

Adapun anak didik ketika dalam proses pembelajaran dengan

perilaku yang berbeda dapat dilihat pada gambar 6.1 sebagai

berikut.

Gambar Situasi Kelas Pada Saat Proses Pembelajaran

Berlangsung, dan Perilaku Anak Menunjukkan Perbedaan yang

Unik, Sehingga Peran Guru Sangat Penting Dalam Menciptakan

Pembelajaran yang Menarik (Sumber: dok Perni, 2018).

Dalam pandangan peneliti, perilaku anak didik yang

demikian bukanlah dapat dinyatakan sebagai kendala

sesungguhnya dalam menerapkan teknik bercerita dalam

pembelajaran. Suasana belajar yang demikian dan perilaku anak

yang beragam merupakan keunikan tersendiri bagi anak didik

dalam merespon lingkungannya tersendiri, dan boleh dinyatakan

sebagai lingkungan pembelajarannya yang baru. Sebagaimana

dalam teori pendidikan, bahwa dalam memepelajari

perkembangan manusia ada beberapa hal yang harus

Page 124: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 118

diperhatikan diantaranya adalah proses pematangan, khususnya

pematangan fungsi kognitif, proses belajar dan pembawaan atau

bakat serta minat (Syah, 1997: 43). Sejak anak lahir sampai anak

berusia 3 tahun mereka memiliki kepekaan dalam hal menyerap

berbagai hal yang terjadi di sekelilingnya atau lingkungannya.

Nampaknya anak didik pada PAUD Bija Santhi pun

merefleksikan hal yang sama, dan menunjukkan bahwasanya

perilaku anak merupakan cerminan dari perkembangannya

sebagai sebuah proses pematangan. Kendalanya yang dirasakan

oleh pendidik adalah respon anak didik terlalu peka dan terlalu

terserap ke dalam lingkungan sekelilingnya, sehingga dalam

proses pembelajaran mereka akan membiasakan diri dengan

kondisi di rumah di mana mereka beradaptasi secara intens. Jadi,

kendala-kendala yang demikian semestinya dijadikan bahan

kajian dan evaluasi dalam pengembangan lembaga PAUD Bija

Santhi dalam upaya meningkatkan kualitas lembaga, dan

pendidik dalam menerapkan teknik bercerita.

Perlu juga membagun sinergitas dengan keluarga sebagai

tempat pendidikan tertua untuk menerapkan pola asuh anak

didik yang benar-benar merepresentasikan pengembangan sikap,

kognisi dan keterampilannya. Keluarga bukanlah semata-mata di

mana anak didik terlahir, tetapi mengacu pada uraian Hasbullah

(2010) merupakan lembaga tertua yang penting mendidik anak

pada fase 0 sampai 6 tahun. Sebab pada masa itulah masa yang

paling tepat dalam menanamkan mereka konsep yang jelas

tentang budi pekerti sehingga dapat mereka realiasasikan dalam

kehidupan yang nyata sehari-hari.

Page 125: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 119

Kendala berikutnya yang dihadapi anak-anak didik pada

PAUD Baija Santhi adalah masih ketergantungan anak-anak

terhadap kedua orang tua mereka, sehingga pembelajaran mesti

didampingi. Bukan berarati hal tersebut tidak penting, tetapi

bagaimanpun akan sedikit menghambat proses untuk mereka

berkembang, terutama mengembangkan sikap mandiri. Tetapi,

berdasarkan atas uraian Yasi (Wawancara: 24 Juli 2018)

menjelaskan bahwasanya perkembangan anak memang beragam

sangat tergantung dari lingkungan dan faktor genetika. Tetapi

yang jelas pembelajaran hendaknya dibiarkan berkembang

secara alamiah. Dengan demikian, melalui teknik bercerita

sesungguhnya dapat mengarahkan anak didik untuk berkembang

secara alami dan mandiri sebagaimana mereka berproses dalam

perkembangannya bersama dengan pembelajaran yang semakin

meningkat kualitasnya.

Kendala Eksternal

Selain kendala internal, kendala eksternal juga penting di

deskripsikan dalam menelisik berbagai kendala dalam

penerapan pembelajaran budi pekerti pada PAUD Bija Santhi

melalui penerapan belajar teknik bercerita Hindu. Kendala

eksternal yang dapat peneliti amati berdasarkan atas penelusuran

peneliti adalah kendala yang bersifat luaran, seperti sarana dan

prasarana dalam menerapkan teknik bercerita, kondisi kelas, dan

lingkungan pembelajaran yang berdampak pada kurang

optimalnya pembelajaran, sehingga untuk mewujudkan siswa

yang berbudi pekerti teramat sangat jauh dari yang diharapkan.

Page 126: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 120

Untuk itu, lembaga PAUD Bija Sanhti sudah melakukan

berbagai hal dalam mengeleminir kendala-kendala yang

dihadapi PAUD Bija Santhi dalam merealisasikan pembelajaran.

Sebagaimana dijelaskan Suwantara (Wawancara: 24 Juli 2018)

sebagai berikut.

“Berbicara mengenai kendala eksternal atau kendala luaran dalam penerapan pembelajaran boleh dinyatakan

PAUD Bija Sanhti telah berhasil menanggulangi beberapa

hal yang dipandang sangat urgensi terkait dengan

pembelajaran. Terutama menciptakan lingkungan

pembelajaran yang aman dan kondusif. Berkenaan dengan

hal tersebut, lembaga pendidikan PAUD Bija Santhi

mengadakan kerjasama dengan lembaga pakraman agar

memenuhi standar sarana pembelajaran dapat tercapai,

yakni mulai dari gedung tempat belajar, aula, kantor guru

sekaligus pengawai dan sarana lainnya, seperti arena

bermain, perlengkapan simulasi pembelajaran, seperti

pisau, gunting, lem, kertas, warna dan yang lainnya.

Berbagai kendala tersebut di atas merupakan kendala yang

sering sekali dihadapi oleh lembaga pendidikan PAUD. Oleh

karena itu, berbagai kajian tentang PAUD sedang dilakukan

untuk mengembangkan lembaga pendidikan PAUD Hindu. Pun

demikian guru PAUD sebagai pelaku pendidik seyogianya

mengetahui arah mana anak didik/siswa akan dibawa, dan

mengacu pada Undang-Undang Sisdiknas, bahwa pendidikan

adalah sadar dan terencana untuk menciptakan generasi yang

memiliki kecerdasaam holistik. Berkenaan dengan hal tersebut

berikut diuraikan beberapa kendala eksternal, seperti:

Page 127: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 121

Sarana-Prasarana

Salah satu aspek yang seharusnya mendapat perhatian

utama oleh setiap pengelola pendidikan adalah mengenai

fasilitas pendidikan, khususnya lembaga pendidikan PAUD.

Sarana pendidikan umumnya mencakup semua fasilitas yang

secara langsung dipergunakan dan menunjang proses

pendidikan, seperti: Gedung, ruangan belajar atau kelas, alat-alat

atau media pendidikan, meja, kursi, dan sebagainya. Sedangkan

yang dimaksud dengan fasilitas-prasarana adalah yang secara

tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan, seperti:

halaman, kebun atau taman sekolah, maupun jalan

menuju ke sekolah. Fasilitas pendidikan pada dasarnya

dapat dikelompokkan dalam empat kelompok yaitu tanah,

bangunan, perlengkapan, dan perabot sekolah (site, building,

equipment, and furniture). Agar semua fasilitas tersebut

memberikan kontribusi yang berarti pada jalannya proses

pendidikan, hendaknya dikelola dengan baik. Manajemen yang

dimaksud meliputi: (1) Perencanaan, (2) Pengadaan, (3)

Inventarisasi, (4) Penyimpanan, (5) Penataan, (6) Penggunaan,

(7) Pemeliharaan, dan (8) Penghapusan. Jadi, secara umum

sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu

proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena

apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang

dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan

sesuai dengan rencana (Rusman, 2011: 121).

Guru membutuhkan sarana pembelajaran dalam

menunjang kegiatan pembelajaran. Selain kemampuan guru

dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran, dukungan dari

Page 128: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 122

sarana pembelajaran sangat penting dalam membantu guru.

Semakin lengkap dan memadai sarana pembelajaran yang

dimiliki sebuah sekolah akan memudahkan guru dalam

melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidikan. Begitu pula

dengan suasana selama kegiatan pembelajaran. Sarana

pembelajaran harus dikembangkan agar dapat menunjang proses

belajar mengajar.

Merujuk atas deskripsi tersebut di atas, sarana dan

prasarana merupakan aspek yang penting dalam lembaga

pendidikan apapun itu. Oleh karena itu, lembaga pendidikan

PAUD Bija Santhi berupaya memenuhi sarana dan prasarana

sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh lembaga

pendidikan PAUD pada umumnya. Namun demikian, terkait

dengan penerapan pembelajaran pendidikan budi pekerti melalui

teknik bercerita Hindu dirasa masih banyak ada kekurangan

yang sangat perlu dilengkapi, seperti uraian Rijasa (Wawancara:

24 Juli 2018) sebagai berikut.

“Jika dilihat dari keseluruhan sarana dan prasarana pembelajaran pada PAUD Bija Santhi sudah dapat

dinyatakan memenuhi standar sebagai lembaga

pendidikan. Ada gedung, tempat bermain, ruang kelas,

ruang kantor, ruang administrasi, pura PAUD, dapur, dan

yang lainnya. Kemudian prasarana lainnya seperti

komputer, perlengkapan pembelajaran dan lainnya

sudahlah memadai. Namun demikian, khususnya dalam

penerapan praktek pembelajaran teknik bercerita ada

sarana dan prasarana yang kurang, seperti alat simulasi

yang sesuai dengan cerita, gambar dewa-dewa dan

Page 129: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 123

beberapa alat peraga yang menunjukkan atau

mempermudah dalam anak memahami cerita.”

Alat simulasi peraga sangat penting dalam menerapkan

pembelajaran dengan teknik bercerita. Alat simulasi tidak perlu

selalu mahal atau menghabiskan biaya yang mahal. Alat

simulasi dapat dibuat oleh pendidik dengan sederhana dan

sesuai dengan cerita yang dibawakan dan lingkungan di mana

anak didik tersebut berkembang. Selain itu, alat simulasi dapat

dibuat dengan media visualisasi baik berupa gambar dan video.

Namun demikian, tempat belajar pada PAUD Bija Santhi belum

memiliki LCD Proyektor sehingga menjadi kendala tersendiri

bagi guru dalam menerapkan teknik bercerita dalam

pembelajaran budi pekerti.

Padahal sarana dan prasarana yang berbasis teknologi

merupakan aspek yang penting dalam penerapan pembelajaran

melalui teknik bercerita. Hal tersebut berangkat dari sebuah

pandangan, bahwasanya sarana dan prasarana pendidikan

merupakan media pendukung pembelajaran. Sebagaimana

uraian Lickona (2010: 32), bahwa tidak dapat dipungkiri bahwa

dalam proses pendidikan, bahwa kualitas pendidikan tersebut

juga di dukung dengan sarana dan prasarana yang menjadi

standar sekolah atau instansi pendidikan yang terkait. Sarana

dan prasarana sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam

belajar. Hal ini menunjukkan bahwa peranan sarana dan

prasarana sangat penting dalam menunjang kualitas belajar

siswa, terlebih anak didik pada lembaga PAUD. Misalnya saja

sekolah PAUD Bija Sanhti yang berada di Desa Pakraman

Ubud kota yang sudah memiliki aula kesenian, maka anak

Page 130: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 124

didiknya secara langsung dapat belajar seni sedangkan lembaga

PAUD yang berada di tempat lain yang tidak memiliki aula

kesenian atau studio seni, maka anak didik mereka tidak akan

bisa menari kecuali mereka belajar di sanggar. Adapun ruang

pendidik PAUD Bija Santhi dapat dilihat pada gambar berikut.

Pengelolaan itu dimaksudkan agar dalam menggunakan

sarana dan prasarana di sekolah bisa berjalan dengan efektif dan

efisien. Pengelolaan sarana dan prasarana merupakan kegiatan

yang amat penting di sekolah, karena keberadaannya akan

sangat mendukung terhadap suksesnya proses pembelajaran di

sekolah. Dalam mengelola sarana dan prasarana di sekolah

dibutuhkan suatu proses sebagaimana terdapat dalam

manajemen yang ada pada umumnya, yaitu mulai dari

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pemeliharaan dan

pengawasan. Apa yang dibutuhkan oleh sekolah perlu

direncanakan dengan cermat berkaitan dengan sarana dan

prasarana yang mendukung semua proses pembelajaran.

Kondisi Kelas

Kendala selanjutnya dalam menerapkan pembelajaran

budi pekerti melalui teknik bercerita pada PAUD Bija Santhi

Desa Pakraman Padangtegal adalah kondisi kelas yang tidak

dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang berbasis pada

teknologi. Kondisi yang demikian akan berdampak pada proses

pembelajaran yang tidak maksimal dalam mengembangkan

potensi anak didik. Berbasis teknologi yang dimaksud adalah

sistem kompoterisasi. Komputer dan LCD Proyektor merupakan

Page 131: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 125

komponen yang penting dalam menerapkan pembelajaran

dengan teknik bercerita.

Melalui alat tersebut, pendidik dapat memvisualisasikan

nama dewa-dewa dan tokoh dalam cerita yang dipandang

mampu memiliki ikon atau sosok yang dapat ditauladani

sikapnya, sehingga siswa mampu mengembangkan imajinasi

mereka dan akan berpengaruh positif terhadap perkembangan

anak didik. Hal tersebut berangkat dari hal, bahwasanya anak

membutuhkan dongeng atau cerita karena beberapa hal, seperti

uraian Rusman (2011: 87) sebagai berikut.

1. Anak membangun gambaran-gambaran mental pada saat guru

memperdengarkan kata-kata yang melukiskan kejadian.

2. Anak memperoleh gambaran yang beragam sesuai dengan

latar belakang pengetahun dan pengalaman masing-masing.

3. Anak memperoleh kebebasan untuk melakukan pilihan secara

mental.

4. Anak memperoleh kesempatan menangkap imajinasi dan

citraan- citraan cerita: citraan gerak, citraan visual, dan

auditif.

Jadi kondisi kelas yang berbasis pada teknologi sangat

penting diterapkan dalam pembelajaran, dan kondisi yang

demikian belum terlengkapi pada PAUD Bija Santhi. Namun

demikian, Yasi (wawancara: 24 Juli 2018) menjelaskan

bahwasanya lembaga pendidikan PAUD masih berusaha untuk

memenuhi setandar yang demikian, terutama menyediakan LCD

Proyektor pada ruang belajar, sehingga memudahkan guru untuk

Page 132: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 126

memvisualisasikan cerita melalui media gambar dan visual,

sehingga makna dan pesan cerita berhasil ditangkap.

Kondisi kelas yang baik dan sarana pembelajaran yang

lengkap akan berdampak pada situasi pembelajaran yang lebih

nyaman. Terlebih dalam pembelajaran melalui teknik bercerita,

dan sebagaimana metode cerita adalah kegiatan seseorang secara

lisan untuk menyampaikan suatu hal kepada orang lain. Hal

tersebut dapat berupa informasi, atau hal lain seperti dongeng

yang memiliki tujuan untuk menghibur. Bercerita dapat

dilakukan dengan alat bantu (media) atau tanpa bantuan alat

apapun. Di dalam kelas, metode cerita dapat diartikan sebagai

kegiatan penyampaian pesan yang dilakukan secara lisan baik

dari guru ke siswa, siswa ke guru dan juga dari siswa ke siswa.

Jadi bercerita dalam kelas tidak hanya guru yang bercerita untuk

menciptakan kelas yang berorientasi pada siswa maka

memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar melakukan

sendiri menjadi salah satu aspek yang paling penting.

Metode bercerita haruslah memperhatikan keutuhan isi

cerita dari awal sampai akhir. Guru juga hars merencanakan isi

cerita yang akan disampaikan sehingga dapat menjadi cerita

yang utuh dan menarik. Metode ini sejatinya merupakan

padanan dari metode ceramah hanya saja terdapat modifikasi

dalam bentuk penyampaian menjadi lebih menarik. Tujuan

utama penggunaan metode cerita tentu agar tercapainya tujuan

pembelajaran. Namun lebih sepesifik metode bercerita memiliki

tujuan untuk melatih siswa mendengarkan cerita, memahami isi

cerita, bertanya dari isi cerita, menjawab soal yang bersumber

dari cerita dan terakhir yaitu mampu untuk menceritakan

Page 133: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 127

kembali apa yang ia dengan dengan bahasa mereka sendiri.

Metode bercerita adalah sebuah metode yang dapat menarik

minat siswa dalam mempelajari suatu hal. Terlebih bila cerita

disampaikan secara "Wah". Metode cerita juga berfungsi untuk

menambah perbendaharaan kata anak usia PAUD. Dengan

mendengarkan siswa akan memahami kata kata yang mereka

belum pernah tau sebelumnya. Sehingga mereka akan berfikir

dan menyimpan berbagai macam perbendaharaan kata baru.

Dengan bercerita kembali mereka dapat memperkuat ingatan

terhadap perbendaharaan kata baru. Dengan menerapkan metode

bercerita ada beberapa hal yang dapat diperoleh sebagai manfaat

(Sayahbudin, 2015: 35), diantaranya yaitu:

1. melatih daya serap atau daya tangkap anak

2. mengembangkan daya fikir anak

3. meningkatkan konsentrasi anak

4. mengembangkan daya imajinasi siswa

5. menciptakan situasi yang menyenangkan di kelas

6. meningkatkan keakraban antara guru dan siswa siswinya

7. meningkatkan perkembangan bahasa anak

Sekolah PAUD Bija Santhi cerita yang diberikan adalah

cerita sederhana, oleh sebab itu metode pembelajarannya disebut

sebagai metode pembelajaran cerita sederhana. Hal-hal yang

dapat dilakukan dalam melaksanakan pembelajaran dengan

teknik tersebut adalah melakukan pengamatan terhadap gambar

dewa- dewa dan nama tokoh, sehingga kegiatan dapat

dilanjutkan dengan beberapa hal, seperti melakukan kegiatan

Page 134: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 128

seperti bermain peran dan menceritakan kembali. Oleh sebab

itu, kondisi kelas hendaknya disesuaikan dengan narasi cerita,

sehingga ada kesesuaian. Lebih spesifik, berikut ini langkah-

langkah pembelajaran bercerita dapat dilakukan dengan

memanfaatkan kondisi kelas, yakni:

a. Penyelidikan

Pada kegiatan penyelidikan guru memberikan pertanyaan

kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap

suatu topik yang akan guru sampaikan tentang kisah Dewa

Wisnu. Misalnya : Taukah Dewa Wisnu adalah sebagai

pencipta. Jadi yang dibutuhkan adalah media dan sarana

prasarana yang merujuk pada objek tersebut.

b. Penyajian bahan baru

Melalui metode cerita, atau ceramah juga bisa. Guru

menyampaikan materi yang berkaitan dengan topik yang akan

diselidiki. Misanya : Guru menyampaikan wujud Dewa Wisnu

dan di sini dibutuhkan simulasi peraga berupa gambar atau

video dewa-dewa agama Hindu.

c. Asimilasi/pengumpulan data

Kegiatan siswa untuk mencari informasi dengan cara

mengamati, mencatat dan mendokumentasikan segala informasi

yang dibutuhkan sebagai tugas yang diberikan oleh guru. Misal :

Setelah mengetahui wujud Dewa Wisnu, anak didik bisa

mencari gambar-gambar yang banyak serta menunjukkan dewa

wisnu tersebut, dan sinilah dibutuhkan beberapa bentuk visual

dewa-dewa dalam agama Hindu.

Page 135: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 129

d. Menyampaikan kembali

Pada tahap ini para siswa menyampaikan kembali apa

yang telah mereka ketahui dari data yang telah mereka

kumpulkan, baik berupa cerita lisan dan yang berhubungan

dengan hal tersebut.

Jadi penerapan teknik bercerita membutuhkan sarana dan

prasarana yang hendaknya memadai, sebab teknik ini sangat

baik karena peserta didik dapat secara langsung memanfaatkan

pengetahuan yang mereka peroleh dalam praktik nyata. Namun

yang perlu diperhatikan dalam penerapan metode pembelajaran

melalui cerita adalah tidak semua topik pembelajaran dapat

menggunakan metode ini. dengan sarana dan prasarana yang ada

pada lembaga pendidikan.

Page 136: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 130

IMPLIKASI PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI

MELALUI TEKNIK BERCERITA TERHADAP

ANAK DIDIK

Penerapan pembelajaran budi pekerti melalui teknik

bercerita pada PAUD Bija Santhi Desa Pakraman Padangtegal

tentunya membawa implikasi. Implikasi yang nampak terutama

pada anak didik sebagai subjek didik, sehingga deskripsi pada

bab ini dikhususkan kepada implikasi teknik bercerita terhadap

beberapa hal yang terkait dengan anak didik, seperti karakter

atau perilaku, kognisi, psikomotorik, potensi diri dan aspek

mental spiritual yang ada pada anak didik.

Kemudian dalam menelaah implikasi, peneliti

menggunakan teropong analisis sebagaimana teori Taksonomi

Bloom yang menurut Dantes (2008: 87), bahwa implikasi

pembelajaran dalam ranah pendidikan hendaknya capaiannya

menuju pada aspek afektif yakni perilaku atau sikap, kognisi

atau kecerdasan intelektual dan psikomotorik yakni

keterampilan. Tiga aspek tersebut merupakan alat ukur yang

nantinya dapat dinyatakan bahwa proses pembelajaran dapat

berjalan dengan baik.

Demikian pula dalam proses pembelajaran PAUD Bija

Santhi yang menerapkan teknik bercerita dalam upaya

mengembangkan pendidikan yang berbasis pada pendidikan

budi pekerti melalui ajaran agama Hindu tentunya. Berdasarkan

atas hal tersebut, maka dalam penerapannya selama ini

pembelajaran dengan teknik bercerita berimplikasi pada

beberapa hal sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, seperti

berikut.

Page 137: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 131

Anak dapat Mengembangkan Sikap Berkarakter

Penerapan teknik bercerita Hindu pada PAUD Bija Santhi

secara elementer sangat berdampak pada pengembangan sikap

atau aspek apektif. Sikap dalam konteks ini tentunya perilaku

yang merefleksikan nilai karakter Hindu yang tercermin pada

sikap anak didik. Pembelajaran pendidikan budi pekerti pada

PAUD Bija Santhi melalui cerita-cerita Hindu memiliki peran

penting dan setrategis dalam mengembangkan sikap serta

kepribadian anak didik, sehingga ke depannya anak didik akan

menjadi pribadi yang berbudi pekerti luhur. Hal tersebut

menurut Yasi (Wawancara: 24 Juli 2018), bahwa:

“Penerapan pembelajaran budi pekerti melalui teknik bercerita dipandang efektif dan relevan dengan fase

perkmebangan anak pada usia dini.Sebab cerita demikian

sangat menarik bagi mereka, dan ajaran-ajaran moral

(susila) begitu mudah dicerta dan melekat dalam alam

pikir anak didik, sehingga dibawa pada kebiasan-

kebiasaan yang baik. Sebagaimana yang dapat kita lihat

pada perilaku anak didik PAUD Bija Santhi yang sudah

mulai menunjukkan sikap dan perilaku yang berkarakter.

Harapannya sikap yang demikian tidak saja diterapkan di

sekolah tetapi juga diterapkan dalam di rumah di mana

mereka ada dalam keluarga. Berdasarkan informasi dari

orang tua anak didik, ada semacam transformasi perilaku

yang dimunculkan bagi anak-anak mereka. Mereka sudah

mulai menyakan banten saiban, dan yang lainnya yang

berhubungan dengan perilaku moral.”

Page 138: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 132

Bedasarkan atas uraian tersebut jelas menunjukkan

bahwasannya teknik bercerita Hindu ternyata mampu

memunculkan trasnformasi positif kepada anak didik, sehingga

di rumahnya mereka sudah mulai memunculkan perilaku yang

baik kepada kedua orang tua, saudara dan adik, dan orang tua.

Melalui bercerita sesungguhnya berimplikasi pada melatih daya

serap anak sehingga anak didik menjadi terlatih untuk

memperhatikan, mendegar dan melaksanakannya dalam perilaku

dan orang lain.

Tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahu adalah agar anak

mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang

disampaikan orang lain, anak dapat bertanya apabila tidak

memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan, selanjutnya

anak dapat menceritakan dan mengekpresikan terhadap apa yang

didengarkan dan diceritakannya, sehingga hikmah dari isi cerita

dapat dipahami dan lambat laun dapat didengarkan,

diperhatikan, dilaksanakan, dan diceritakan pada orang lain.

Karena menurut Jerome S. Brunner (dalam Tampubolon, 1991:

10), bahawasanya bahasa berpengaruh besar pada

perkembangan pikiran anak. Dengan demikian jelas

menunjukkan bahwasanya teknik bercerita merupakan metode

yang bermafaat bagi anak didik, seperti: (1) Dapat menjangkau

jumlah anak yang relatif banyak, (2) Waktu yang tersedia dapat

dimanfaatkan dengan efektif dan efisien, (3) Pengaturan kelas

menjadi lebih sederhana, (4) Guru dapat menguasai kelas

dengan mudah, dan(5) Secara relatif tidak banyak memerlukan

biaya.

Page 139: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 133

Bertolak atas hal tersebut, jelas munjukkan bahwasannya

teknik bercerita secara tidak langsung dapat menumbuhkan

sikap berkarakter dalam diri anak didik. Hal tersebut dapat

dilihat dari kemampuan anak didik dalam memunculkan sisi

kreatifitas dan sikap religiusnya dalam proses pembelajaran.

Ada satu hal yang menarik dalam sikap, yakni anak didik pada

PAUD Bija Santhi sudah diajarkan sikap berdoa, bernyanyi lagu

Tri Kaya Parisudha, menghormati orang tua dan membantu

orang tua dalam membuat yajña sesa, yakni Banten Saiban.

Sikap berdoa adalah sikap awal yang dianjurkan bagi anak

didik. Tentunya harapan ke depannya mereka memiliki

kebiasaan untuk tetap berdoa sebelum mereka melakukan

aktivitas apapun. Kisah dalam cerita yang disampaikan pendidik

ternyata membawa anak didik pada dimensi religius, sehingga

mereka memiliki keyakinan bahwa Tuhan akan memberikan

selalu keselamatan ketika mereka berdoa.

Karakter yang baik merupakan aspek penting dalam

proses pembelajaran dalam sistem pendidikan. Sebagaimana hal

tersebut dideskripsikan Thomas Lickona sebagai penggagas

teori pendidikan karakter. Lickona (2013:81) menjelaskan

bahwasanya karakter yang baik merupakan hal yang kita

inginkan dimiliki anak didik. Karakter dalam hal ini merujuk

pada nilai operatif dalam tindakan. Anak didik dalam belajar

tentunya berdasarkan atas proses, dan nilai sering menjadi suatu

kebaikan, suatu disposisi batin yang dapat diandalkan untuk

menanggapi situasi dengan cara yang menurut moral itu baik.

Jadi, dengan bertolak atas gagasan tersebut, teknik bercerita

pada pembelajaran budi pekerti PAUD Bija Santhi

Page 140: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 134

sesungguhnya berhubungan dengan realisasi dari nilai moral

dalam cerita tersebut. Nilai opratif dalam cerita diejawantahkan

dalam realisasi berupa kegiatan berdoa, sembahyang, dan

melakukan tindakan religius. Hal tersebut sejalan dengan apa

yang dijelaskan Lickona dalam teori karakternya.

Berdasarkan atas hal tersebut, karakter selalu berhubungan

dengan tiga hal, yakni pengetahuan moral, perasaan moral, dan

perilaku moral. Oleh karena itu, karakter yang baik terdiri dari

mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik, dan

melakukan hal yang baik. Ketiga hal tersebut, diperlukan dalam

mengarahkan suatu kehidupan moral; ketiganya ini membentuk

kedewasaan moral. Ketika kita berpikir tentang jenis karakter

yang kita inginkan bagi anak didik, sudah jelas bahwa kita

menginginkan anak didik mampu menilai apa yang benar,

sangat perduli tentang apa yang benar, dan kemudian melakukan

apa yang mereka yakini itu benar (Lickona, 2013: 82).Merujuk

atas uraian tersebut di atas, jelas menunjukkan bahwa karakter

tidak hanya sebatas konsep yang normative. Karakter adalah

berhubungan dengan perasaan moral dan perilaku moral.

Pengetahuan moral berhubungan dengan perubahan moral

kehidupan. Keenam aspek tersebut merupakan aspek yang

paling menonjol sebagai tujuan pendidikan karakter yang

diinginkan. Pengetahuan moral berhubungan dengan perasaan

moral yang identik dengan sisi emosional karakter. Sisi ini

terkadang diabaikan dalam proses pembelajaran, padahal sisi ini

adalah aspek yang terpenting dalam proses pembelajaran

sebagai upaya untuk menumbuhkembangkan karakter dalam diri

siswa. Selanjutnya meminjam uraian Lickona (dalam Hasbullah,

Page 141: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 135

2009: 99), bahwa pengembangan perasaan moral secara tidak

langsung dapat menumbuhkan kepekaan terhadap hati nurani,

harga diri, empati dan mencintai hal-hal yang baik. Demikian

pula kendali diri dan sikap rendah diri akan dapat berkembang

dengan baik.

Merujuk pada skema teoretis tersebut pula dapat dicermati

bahwa realisasi dari perasaan moral adalah tindakan moral.

Dalam tindakan tersebut, siswa pada PAUD Bija Sanhti sebagai

anak didik nantinya diupayakan dapat beperilaku berdasarkan

standar moralitas. Anak didik hendaknya mampu memiliki sikap

kompetensi moral, yakni berlomba-lomba untuk mewujudkan

sikap yang baik dalam perilaku mereka. Selain itu, siswa mampu

menentukan pilihan yang benar dalam suatu situasi moral.

Menurut Lickona (2013) ada hal yang penting lainnya adalah

“Kebiasaan” siswa untuk merealisasikan tindakan moral, sehingga mendapat manfaat dari kebiasaan tersebut. Termasuk

kebiasaan berdoa, seperti dalam gambar berikut.

Gambar Anak Didik PAUD Bija Santhi Sedang Diarahkan

Untuk Berdoa Sebelum Kegiatan Belajar akan Dilangsungkan

(Sumber: dok Peneliti, 2018).

Page 142: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 136

Anak dapat Mengembangkan Aspek Kognitif

Kembali mengacu pada Bloom (dalam Sukardjo, 2008:

21), bahwasanya perkembangan anak didik mesti diarahkan

tidak saja mengarah pada perilaku. Tetapi penting juga

mengarahkan aspek kognisi anak didik agar memiliki

kecerdasan intelektual yang baik sebagai bekal persiapan nanti

untuk anak didik memasuki jenjang yang lebih tinggi. Untuk itu,

melalui pendekatan bercerita dengan cerita yang disampaikan

diharapkan anak didik memiliki kepekaan terhadap daya

konsentrasi, sebab cerita disampaikan secara lisan. Bercerita

adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan

atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan

tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang

lain (Bachri :2005:10). Dengan kata lain bercerita adalah

menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau

suatu kejadian secara lisan dalam upaya untuk mengembangkan

potensi kemampuan berbahasa.

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada PAUD

Bija Santhi, teknik bercerita dilaksanakan dalam upaya

memperkenalkan, memberikan keterangan, atau penjelasan

tentang hal baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran

yang dapat mengembangkan berbagai kompetensi dasar usia

anak. Oleh karena itu materi yang disampaikan berbentuk cerita

yang awal dan akhirnya berhubungan erat dalam kesatuan yang

utuh, maka cerita tersebut harus dipersiapkan terlebih dahulu.

Biasanya kegiatan bercerita dilaksanakan pada kegiatan

penutup, sehingga kalau anak pulang, anak menjadi tenang dan

senang setelah mengikuti pembelajaran, Namun demikian pada

Page 143: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 137

prakteknya tidak selalu pada saat kegiatan penutup, bercerita

dapat dilakukan pada saat kegiatan pembukaan, kegiatan inti,

maupun pada waktu-waktu senggang di sekolah, misalnya pada

saat waktu istirahat, karena mendengarkan cerita adalah sesuatu

yang mengasyikkan bagi anak usia dini (Wawancara: Yasi, 24

Juli 2018).

Menurut Tampubolon (1991:50), “Bercerita kepada anak

memainkan peranan penting bukan saja dalam menumbuhkan

minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam

mengembangkan bahasa dan pikiran anak” Fungsi kegiatan

bercerita bagi anak usia 3-6 tahun adalah membantu

perkembangan bahasa anak dan dengan bercerita pendengaran

anak dapat difungsikan dengan baik, untuk kemampuan

berbicara dengan menambah perbendaharaan kosa kata,

kemampuan mengucapkan kata-kata, melatih merangkai kalimat

sesuai dengan tahap perkembangannya, selanjutnya anak dapat

mengekpresikannya melalui bernyanyi, menulis, ataupun

menggambar sehingga pada akhirnya anak mampu membaca

situasi , gambar, tulisan atau bahasa isyarat.

Bercerita merupakan salah satu metode dan teknik

bermain yang banyak dipergunakan di PAUD Bija Santhi.

Bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar

bagi anak usia dini dengan membawakan cerita kepada anak

secara lisan. Jadi, bercerita adalah cara bertutur dan

menyampaikan cerita atau memberikan penjelasan secara lisan.

Bercerita juga merupakan cara untuk menyampaikan nilai-nilai

yang berlaku di masyarakat. Seorang guru PAUD Bija Santhi

hendaklah mampu menjadi seorang pendongeng yang baik yang

Page 144: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 138

akan menjadikan cerita sebagai kegiatan bermain yang menarik

dan dapat menjadikan pengalaman yang unik bagi anak. Isi

cerita pun diupayakan berkaitan dengan cara berikut ini.

1. Dunia kehidupan anak yang penuh suka cita, yang menuntut

isi cerita memiliki unsur yang dapat memberikan perasaan

gembira, lucu, menarik dan mengasyikkan bagi anak. Dunia

kehidupan anak berkaitan dengan cerita seputar lingkungan

terdekat anak, seperti lingkungan keluarga, sekolah dan

lingkungan bermain anak.

2. Minat anak pada umumnya anak PAUD sangat berminat pada

cerita- cerita tentang : binatang, tanaman, kendaraan, boneka,

robot, planet, dan lain-lain.

3. Tingkat usia, kebutuhan dan kemampuan mencerna isi cerita.

Ceritanya harus cukup pendek dalam rentang perhatian anak.

Cerita tersebut bersifat meningkatkan daya pikir anak seperti

cerita-cerita tentang makanan dan minuman sehat, kebersihan

diri melayani diri sendiri.

4. Membuka kesempatan bagi anak untuk bertanya dan

menanggapi setelah guru selesai bercerita (Anita, Yus. 2011:

33).

Atas deskripsi tersebut, jelas dapat dinyatakan bahwa

teknik bercerita Hindu secara tidak langsung dapat menanamkan

aspek moral dan kecerdasan akal serta intelegnsia anak didik.

Sebab dengan itu, anak didik akan mengalami pengetahuan

tersebut. Sebagaimana adanya ilmu terlahir dari adanya

akumulasi pengetahuan, sehingga menjadilah ilmu. Menurut

Tadkiroatun (2005:95) ditinjau dari beberapa aspek, manfaat

Page 145: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 139

metode bercerita sebagai berikut: (1) Membantu pembentukan

pribadi dan moral anak, (2) Menyalurkan kebutuhan imajinasi

dan fantasi, 3) Memacu kemampuan verbal anak, (4)

Merangsang minat menulis anak, (5) Merangsang minat baca

anak, dan (6) Membuka cakrawala pengetahuan anak.

Sedangkan menurut Bachri (2005: 11), manfaat bercerita

adalah dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab

dalam bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa

jadi merupakan hal baru baginya. Manfaat bercerita dengan kata

lain adalah menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi

sehingga dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak.

Misalnya melalui media dongeng/bercerita dapat berfungsi

sebagai penggugah kreativitas anak-anak. Melalui

dongeng/cerita, guru bisa menyampaikan pesan-pesan, hikmah-

hikmah dan pengalaman-pengalaman kepada murid-muridnya.

Disamping memperkaya imajinasi anak, dongeng/bercerita pun

menjadikan anak-anak merasa belajar sesuatu, tetapi tak merasa

digurui. Bahkan, dengan melalui dongeng/cerita diketahui

adalah merupakan salah satu cara yang efektif mengembangkan

aspek- aspek kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan), social

dan aspek konatif (penghayatan) anak-anak. Dongeng/cerita

mampu membawa anak-anak pada pengalaman-pengalaman

baru yang belum pernah dialaminya. Karena itu guru perlu

memiliki kreativitas, penghayatan, dan kepekaan pada saat

bercerita agar pesan dapat sampai kepada murid-muridnya.

Adapun fungsi dari pada metode bercerita (Moeslichatoen

2004:45) yaitu : (1) Melatih daya konsentrasi, (2) Melatih

mengungkapkan daya pikir, (3) Menambah pengetahuan dan

Page 146: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 140

keterampilan anak dalam mengkomunikasikan isi gambar,( 4)

Melatih menghubungkan isi gambar sesuai dengan imajinasi

anak, (5) Melatih mengungkapkan imajinasi anak, (6) Melatih

anak berkomunikasi secara lisan, dan (7) Menambah kosa kata

dalam berbahasa. Anak membutuhkan dongeng atau cerita

karena beberapa hal: (1) Anak membangun gambaran-

gambaran mental pada saat guru memperdengarkan kata-kata

yang melukiskan kejadian. (2) Anak memperoleh gambaran

yang beragam sesuai dengan latar belakang pengetahun dan

pengalaman masing-masing. (3) Anak memperoleh kebebasan

untuk melakukan pilihan secara mental. (4) Anak memperoleh

kesempatan menangkap imajinasi dan citraan-citraan cerita:

citraan gerak, citraan visual, dan auditif.

Cerita mendorong anak-anak didik PAUD Bija Santhi

bukan saja senang menyimak cerita, tetapi juga senang bercerita

atau berbicara. Anak belajar tentang tata cara berdialog dan

bernarasi dan terangsang untuk menirukannya. Kemampuan

untuk mempraktekkan terdorong karena dalam cerita ada

negosiasi, pola tindak-tutur yang baik seperti menyuruh,

melarang, berjanji, mematuhi larangan dan memuji.Memacu

kemampuan bercerita anak PAUD Bija Santhi merupakan

sesuatu yang penting, karena beberapa alasan, yaitu : Pertama

anak memiliki kosa kata cenderung berhasil dalam meraih

prestasi akademik. Kedua, anak yang pandai berbicara

memperoleh perhatian dari orang lain. Hal ini penting karena

pada hakikatnya anak senang menjadi pusat perhatian dari orang

lain. Ketiga, anak yang pandai berbicara mampu membina

hubungan dengan orang lain dan dapat memerankan

Page 147: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 141

kepemimpinannya dari pada anak yang tidak dapat berbicara.

Berbicara baik mengisyaratkan latar belakang yang baik pula.

Keempat, anak yang pandai berbicara akan memiliki

kepercayaan diri dan penilaian diri yang positif, terutama setelah

mendengar komentar orang tentang dirinya.

Dalam berbicara terkadang individu dapat menyesuaikam

dengan keinginannya sendiri. Pada dasarnya berbicara sama

halnya dengan menuangkan segala perasaan kita yang

tersimpan. Kita dalam berbicara dapat mengungkapkan, serta

mengekspresikan apa keinginan kita. Berdasarkan atas hal

tersebut, lembaga pendidikan PAUD berupaya untuk memenuhi

konsep ideal tersebut di atas.

Anak dapat Mengembangkan Aspek Psikomotorik

Pembelajaran budi pekerti pada PAUD Bija Santhi tidak

saja berimplikasi pada aspek epektif dan kognitif, tetapi

berimplikasi pula pada aspek keterampilan atau psikomotorik.

Sebagaimana uraian Parwati (wawancara: 24 Juli 2018), bahwa

cerita yang disampaikan akan bermanfaat dalam

mengembangkan daya keterampilan anak yang tertuang dalam

berbagai perilaku anak didik yang menunjukkan mereka sedang

merespon lingkungannya dengan baik. Salah satu keterampilan

siswa pada PAUD bija Santhi melalui teknik bercerita adalah

siswa akan memiliki kemampuan berbicara dengan baik.

Menurut Hulit& Howard (1997), sesungguhnya bahasa adalah

ekspresi kemampuan manusia yang bersifat innate atau bawaan.

“Bahasa” dan “Pengekpresian bahasa” adalah dua hal yang

Page 148: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 142

berbeda. Bahasa berada di dalam otak kita, dan ia akan tetap ada

walaupun diekpresikan atau tidak Seseorang yang tidak bisa

bicara (bisu) bukan berarti ia tidak memiliki bahasa. Ia tetap

dapat mengetahui tentang kosa kata bahasa dan dapat

menyimpan pengetahuannya dalam bentuk bahasa.

Bahasa dapat diekspresikan dalam berbagai bentuk, yaitu

bicara, tulisan, dan gerakan. Bicara adalah ekspresi oral dari

bahasa. Organ manusia yang berperan adalah mulut dan

tenggorokan. Terkadang penggunaan istilah ”Bahasa” dan ”Bicara” ini tertukar atau disamakan arti. Pada kenyataannya kedua istilah ini berbeda walaupun memiliki kaitan yang erat

dalam komunikasi. Bicara bisa saja hadir tanpa adanya bahasa,

begitupun sebaliknya. Bahasa juga dapat hadir tanpa bicara,

contohnya adalah orang bisu-tuli karena ia tidak dapat

mendengar ekpresi oral dari bahasa maka ia tidak dapat bicara.

Bagi orang bisu-tuli bukan berarti ia tidak memiliki bahasa, jika

ia menerima stimulasi yang tepat dan kesempatan pendidikan

yang sesuai maka ia akan dapat mengembangkan kemampuan

bahasa yang sama dengan orang yang dapat mendengar dan

dapat berbicara atau orang yang normal seperti manusia biasa.

Dengan kata lain, ekspresi bahasa pada orang- orang tersebut

bukan dengan oral melainkan dengan gerakan atau tulisan.

Dalam menyampaikan cerita, pendidik hendaknya mampu

memainkan peran mereka masing-masing melalui percakapan

yang berarti saling mengkomunikasikan pikiran dan perasaan

secara verbal atau mewujudkan kemampuan bahasa reseptif dan

ekpresif. Lain pula pada buku yang sama dikatakan bahwa

”Bercakap-cakap dapat pula diartikan sebagai dialog atau

Page 149: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 143

sebagai perwujudan bahasa reseptif dan ekpresif dalam suatu

situasi” Penguasaan bahasa reseptif adalah semakin banyaknya

kata-kata yang baru dikuasai oleh anak yang diperoleh dari

kegiatan bercakap-cakap itu. Dan penguasaan berbahasa

ekpresif adalah semakin seringnya anak menyatakan keinginan,

kebutuhan, pikiran, dan perasaan pada orang lain secara lisan.

Jadi bercakap-cakap adalah merupakan suatu cara

penyampaian bahan pengembangan bahasa yang dilaksanakan

melalui bercakap-cakap salam bentuk tanya-jawab antara anak

dengan guru atau anak dengan anak, yang dikomunikasikan

secara lisan dan merupakan salah satu bentuk komunikasi antar

pribadi, dimana satu dengan yang lainnya saling

mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara verbal atau

kemampuan mewujudkan bahasa yang reseptif dan ekspresif

dalam suatu dialog yang terjadi dalam suatu situasi.

Menurut Widodo (2008 : 4) berpendapat bahwa “ Bahasa ekspresif adalah kemampuan anak untuk mengeluarkan kata-

kata yang berarti” Sedangkan menurut Fizal (2008 :3)

berpendapat bahwa “Bahasa ekspresif adalah bahasa lisan dimana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur

menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan”. Menurut Nanda Santoso (Fajar Mulya, 1996), berpendapat

bahwa “Berbicara merupakan sarana komunikasi untuk

menyampaikan perasaan, berkata apa yang dikatakan dalam

berbahasa. Dari beberapa pengertian diatas yang dikemukakan

oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian

bahasa ekspresif adalah merupakan cara seorang anak dalam

mengungkapkan perasaan serta kata-katanya kepada orang lain

Page 150: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 144

yang berada di sekitarnya yang mempunyai arti dan kadang

dicampur dengan gerakan tubuh.Anak menerima dan

mengekspresikan bahasa dengan berbagai cara. Berbicara dan

menulis merupakan keterampilan bahasa ekspresif yang

melibatkan pemindahan arti melalui symbol visual dan verbal

yang diproses dan diekspresikan anak. Ketika anak berbicara

dan menulis, mereka menyusun bahasa dan mengkonsep arti.

Pengertian bahasa ekpresif adalah merupakan cara seorang

anak dalam mengungkapkan perasaan serta kata-katanya kepada

orang yang berada di sekitarnya, terutama orang tuanya yang

berupa pengucapan secara langsung atau secara lisan. Memacu

kecerdasan linguistik merupakan kegiatan yang sangat penting.

Pernyataan ini didukung oleh pendapat sejumlah ahli, bahwa

diantara komponen kecerdasan yang lain, kecerdasan

linguistiklah yang mungkin merupakan kecerdasan yang paling

universal. Menurut Nurbiana (2007: 3.7), ada dua tipe

perkembangan berbicara yaitu :

1. Egosentric Speech

Terjadi ketika anak berusia 2 sampai 3 tahun, dimana anak

mulai berbicara pada dirinya sendiri. Perkembangan berbicara

anak dalam hal ini sangat berperan dalam mengembangkan

kemampuan berpikirnya.

2. Socialized Speech

Terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya ataupun

dengan lingkungannya. Hal ini berfungsi untuk mengembangkan

kemampuan adaptasi sosial anak. Berkenaan dengan hal tersebut

terdapat 5 bentuk sosialized speech yaitu saling tukar informasi

Page 151: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 145

untuk tujuan bersama, penilaian terhadap ucapan atau tingkah

laku orang lain, perintah, pertanyaan, dan jawaban.

Perkembangan kemampuan berbahasa pada anak Taman

Kanak-kanak adalah perubahan yang terjadi pada anak yang

ditandai dengan perkembangan bahasa anak menurut Mustakim

Nur, (2001 : 24) bahwa perkembangan bahasa yang dimaksud

adalah: “Perkembangan bunyi, perkembangan kata,

perkembangan kalimat dan perkembangan makna” Adapun

penjelasannya sebagi berikut:

1. Perkembangan bunyi (Fonologi)

Bunyi yang dihasilkan organ artikulasi mengalami

perubahan dan penyempurnaan. Pada tahap permulaan anak

mengeluarkan bunyi konsonan/vocal, kemudian berkembang

menjadi fonem ketika anak mengucapkan rangkap seperti

Fonem ”Str” pada kata ”Strika” atau fonem ”r” pada kata ramai dan rusak.

2. Perkembangan kata (Morfologi)

Perkembangan morfologi pada anak dari satu kata menjadi

kata, kadang- kadang anak mengucapkan dua kata menjadi

kalimat, kadang-kadang kita mendengar anak “Mama, Ali mencubit saya”, “Koko memukul saya”. Perkembangan morfologi anak semakin bertambah seiring dengan pertambahan

usianya atau dengan kata lain semakin bertambah usia semakin

bertambah pula jumlah kata yang diperoleh anak berkaitan

dengan nama-nama benda permainan atau kata-kata yang

berhubungan dengan kebutuhan anak sehari-hari.

Page 152: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 146

3. Perkembangan kalimat (Sintaksis)

Anak menyusun kalimat dari kata yang diketahui dan

dikenalnya. Perkembangan kalimat pada anak diperoleh ketika

anak berada dalam lingkungan keluarga. Anak mulai menyusun

kalimat dengan kata-kata pertama berupa kata benda (subjek)

kemudian kata kerja (predikat), misalnya “Mama pergi”, “Kakak

makan nasi”.

4. Perkembangan makna (Semantik)

Perkembangan semantik pada anak sudah nampak sejak

anak itu menggunakan kalimat yang terdiri dari dua kata.

Perkembangan semantik anak semakin lama semakin cepat.

Anak mengucapkan kata-kata selalu mengaitkan dengan

maknanya sehingga kata-kata yang diucapkan dapat dipahami

oleh teman bicaranya. Peran orang tua atau orang yang dekat

dengan anak itu akan menentukan perkembangam semantik

anak dengan mengarahkan dan memberi perbaikan ucapan kata

akan memberi kesadaran makna kata dan pertumbuhan semantik

anak. Seorang anak kecil belajar berbicara mula-mula adalah

dengan cara menunjukkan berbagai benda-benda yang

dilihatnya atau kata yang dapat menunjukkan pada pengertian

tempat “Di sini” atau ”Sekarang”. Daftar kata-kata ini akan

segera meningkat tanpa batas. Namun bisa diperkirakan bahwa

seorang anak pada usia dua tahun setidaknya memerlukan 270

kata.

Jadi dengan pembelajaran melalui teknik bercerita Hindu

yang dilakukan guru pada PAUD Bija Santhi secara tidak

langsung akan dapat melatih anak didik untuk dapat melatih

Page 153: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 147

kepekaan, kosentrasi, memperhatikan dan kemampuan

berbicara, khususnya berbahasa sehingga komunikasi mereka

dapat terbangun menjadi anak didik yang dapat membangun

komunikasi yang baik. Selain itu, teknik bercerita sangat

bermanfaat dalam mengembangkan kepribadian anak didik

menjadi pribadi yang berbudaya dan segala potensi dalam

dirinya akan tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya

menjadi pribadi yang berkarakter.

Mengajarkan anak usia dini melalui teknik bercerita

seorang guru harus mempersiapkan indikator-indikator apa yang

akan digunakan dalam mengajarkan anak didiknya khususnya

pada pengembangan bahasa ekspresif anak yang akan

menunjang pembelajaran apada anak didiknya. Di mana dalam

pengembangan bahasa ekspresif anak terdapat berbagai macam

indikator-indikator (Dhieni, 2006:97) antara lain :

(1)Menyebutkan nama diri, nama orang tua, jenis kelamin,

alamat rumah dengan lengkap, (2) Anak diharapkan agar dapat

berkomunikasi/berbicara lancar secara lisan dengan lafal yang

benar, (3) Bercerita menggunakan kata ganti saya, dan aku.

Pendapat lain tentang perkembangan bahasa, Lerner, (Ali

Nugraha, 2007:10.26), menyatakan bahwasanya dasar utama

perkembangan bahasa adalah pengalaman-pengalaman

berbahasa yang kaya. Pengalaman-pengalaman yang kaya itu

akan menunjang faktor-faktor bahasa yang lain, yaitu : (1)

mendengarkan, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) penulisan.

Mendengar dan membaca termasuk keterampilan berbahasa

yang menerima atau reseptif. Sedang berbicara dan penulisan

atau mengarang termasuk keterampilan bahasa ekspresif.

Page 154: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 148

Anak dapat Mengembangkan Aspek Mental Spiritual

Selain implikasi tersebut di atas, implikasi yang penting

juga terlihat pada anak didik PAUD Bija Santhi setelah

diterapkannya teknik bercerita Hindu untuk menumbuhkan

aspek budi pekerti yang luhur dalam diri anak didik adalah

mulai tumbuhnya sikap mental spiritual anak didik.

Sebagaimana uraian Yasi (Wawancara: 24 Juli 2018), bahwa

dari beberapa kali diterapkannya pembelajaran melalui teknik

bercerita berdampak pada semakin berkembangnya aspek

mental spiritual anak didik. Anak didik merasa nyaman

melakukan proses pembelajaran, dan sudah nampak mereka

menikmati pembelajaran, baik dari proses awal pembelajaran

hingga akhir pembelajaran.

Teknik bercerita merupakan teknik yang relevan dalam

mengembangkan sikap mental spiritual anak didik, sebab

pendidik PAUD Bija Santhi selalu berupaya untuk menanamkan

aspek dan nilai-nilai budi pekerti dalam diri anak didik,

sehingga kedepannya anak didik memiliki sikap mental spiritual

yang tangguh dalam memasuki jenjang selanjutnya. Hal tersebut

adalam penting bagi anak didik dalam membangun aspek

kecerdasan spiritual mereka, sehingga menjadi pribadi yang

mapan. Sebagaimana uraian Wiana (2008: 34), bahwa masa

mudalah adalah masa yang paling baik mengembangkan

karakter dan moralitas mereka, sehingga menjadi pribadi yang

mencerminkan budi pekerti yang baik.

Perkembangan positif berkaitan dengan dunia mental anak

didik pada PAUD Bija Santhi terlihat dari respon positif anak

Page 155: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 149

didik terhadap pembelajaran yang diarahkan oleh guru. Guru

sebagai pendidik merasakan ada perubahan sikap dan anak didik

tidak lagi susah diarahkan sebagaimana pada awal pertemuan.

Kini mereka begitu mudah di arahkan, dan beberapa dari anak

didik sudah tidak perlu lagi didampingi oleh orang tua mereka

dalam pembelajaran.Antar siswa sudah ada interaksi yang intens

yang mereka wujudkan dalam permainan-permainan yang dapat

membangun aspek sosial dan religius mereka.

Kemudian, hal yang paling nampak dalam mengamati

perkembangan mental spiritual mereka adalah terlihat adari

bagaimana mereka begitu mudah untuk diarahkan membuat

sarana upacara yajna sesa, yakni banten saiban. Dari sejak dini

mereka diarahkan untuk memberikan persembahan dan berdoa

sebelum makan adalah ajaran terpenting dalam agama Hindu.

Mereka ditanamkan nilai kebersyukuran dan terima kasih

kepada Tuhan, sebab karena beliau anak-anak bisa diberikan

keselamatan dan kegembiraan. Jadi untuk itu, anak didik

diharapkan nantinya sampai di rumah bisa membantu orang tua

dalam membuat sarana persembahan.

Tentunya hal yang demikian adalah penting dalam

membangun aspek kecerdasan spiritual anak didik. Pendidikan

usia dini dengan menanamkan nilai spiritual akan dapat

menjadikan anak didik memiliki sraddha dan bhakti yang kokoh

terhadap agama Hindu yang mereka yakini. Sebab selama ini

sangat banyak masyarakat Hindu memiliki keraguan akan

agamanya, sehingga mereka berpidah keyakinan. Berbeda

dengan umat lain, sedari kecil mereka diajarkan dengan

sistematis tentang agamanya, sehingga mereka memiliki

Page 156: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 150

keimanan yang kuat. Untuk mencegah hal tersebut, anak-anak

Hindu di Desa Pakraman Padangtegal dididik menjadi insan

Hindu yang beriman serta bertakwa kepada Tuhan sebagaimana

dicetuskan dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003.

Adapun kegiatan pembelajaran membuat sarana upakara yajna

sesa dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.

Gambar Anak Didik pada PAUD Bija Santhi Sedang Melakukan

Prosesi Masaiban Sebagai Salah Satu Cara untuk

Menumbuhkan Aspek Mental Spiritual (Sumber: dok, Peneliti

2018).

Setelah mereka membuat banten saiban mereka diarahkan

oleh guru untuk melakukn prosesi tersebut sehingga anak didik

mengalami pengalaman spiritual, dan pengalaman itu akan

meninggalkan kesan dalam psikologis mereka sehingga aspek

mental spiritualnya dapat tumbuh dengan baik. Mereka di

arahkan pula untuk melakukn prosesi tersebut dibeberapa tempat

Page 157: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 151

mulai dari pura PAUD sampai pekarangan dan pintu masuk

(baca: lebuh), sehingga mereka menyadari bahwa Tuhan ada

dalam semuanya dan segalanya sebagaimana yang mereka

dengar dalam kisah dan cerita-cerita yang dikisahkan oleh

pendidik dalam pembelajaran yang menggunakan teknik

bercerita.

Setelah itu mereka diarahkan untuk berkumpul kembali

dan pendidik menjelaskan dengan baik pesan dari prosesi

tersebut sebagai sebuah ritual yang hendaknya dilaksanakan

dalam setiap hari sebagai kegiatan yang hendaknya dilakukan.

Dengan demikian, seorang anak akan mendapatkan gambaran

yang baik antara cerita dengan praktik melalui pengalaman.

Page 158: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 152

PENUTUP

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat

dideskripsikan simpulan dari kajian ini adalah:

1. Penerapan pembelajaran budi pekerti melalui teknik bercerita

Hindu pada PAUD Bija Santhi adalah mengacu pada sumber

cerita yang mengandung pendidikan budi pekerti, seperti

kisah dalam Purana dan Panca Tantra. Kemudian

penerapannya dilakukan dengan menentukan topic cerita,

membuat RPPH pembelajaran, pengorganisasian anak didik,

disiplin kelas, pengelolaan tempat bercerita, setrategi

menyampaikan cerita, memperlihatkan simulasi kreatif,

memberikan anak bermain dan penutup.

2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan

pembelajaran budi pekerti melalui teknik bercerita Hindu

adalah meliputi dua hal yakni kedalan internal yang di

dalamnya ada komponen guru sebagai pendidik dengan siswa

sebagai peserta didik. Kendala eksternal adalah meliputi

beberapa hal seperti sarana dan prasarana dan kondisi kelas

sebagai lingkungan pembelajaran.

3. Implikasi penerapan pembelajaran budi pekerti melalui

teknik bercerita Hindu terhadap anak didik meliputi beberapa

implikasi, bahwa dengan bercerita aspek perilaku karakter

anak didik dapat tumbuh, aspek kognitif atau kecerdasan

mereka juga umbuh secara bertahap dan alamiah, aspek

keterampilan bahasa dan tumbuhnya aspek mental spiritual

anak didik.

Page 159: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 153

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana I Gede Agus Budi. 2011. Sistem Pendidikan

Berdasarkan Veda Dalam Cerita Bhagawan Domya pada

Teks Adi Parwa. Tesis (tidak diterbitkan). Fakultas Ilmu

Pendidikan Pascasarjana, Institut Hindu Dharma Negeri

Denpasar.

Aryadharma, Ni Kadek Surpi. 2005. Melahirkan Generasi

Berkarakter Dewata (Kiat Sukses Menurut Hindu),

Denpasar : Pustaka Bali Post.

Asmawati, Luluk, dkk. 2008. Pengelolaan Kegiatan

Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Bakhytiar, Amsal, dan Jallalludin. Filsafat ilmu. Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada. Divisi Buku Perguruan Tinggi.

Bose, A.C. 2000. Panggilan Veda (Terjemahan dari judul. The

Call Of Vedas), Surabaya :Paramita.

Dantes, I Nyoman. 2008. Pembelajaran Teknohumanistik

(Jurnal Ilmiah UNDIKSA). Singaraja: Universitas

Pendidikan Ganesha.

Debroy. 2008. Wisnu Purana. Paramita: Surabaya.

Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar, Jakarta :

Bumi Aksara. Hasbullah. 2013. Dasar-Dasar Ilmu

Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.

Hassbulah, Hasan. 2010. Sistem Pendidikan Nasional Teori dan

Page 160: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 154

Aplikasi. Jakarta: Kreasi Wacana.

Irmayanti, M. 2002. Realitas dan Objektivitas: Refleksi Kritis

Atas Cara Kerja Ilmiah. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Kaelan. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat:

Paradigma Bagi Pengembangan Penelitian Interdisipliner

Bidang Filsafat, Budaya, Sosial, Semiotika, Sastra,

Hukum, dan Seni. Yogyakarta: Paradigma.

Muhadjir, Noeng. 1998. Metodelogi Penelitian Kualitatif.

Yogyakarta: Rake Sarasin.

Narayana Sadguru Sri Satya. 1999. Wacana Musim Panas.

Jakarta: Sai Book Trust.

Narda, I Wayan. 2012. Penerapan Sistem Pendidikan Agama

Hindu Dalam Pembentukan Kepribadian Siswa Kelas V

SD Negeri 2 Samplangan Kecamatan Gianyar. Tesis (tidak

diterbitkan). Program Pasca Sarjana Institut Hindu

Dharma Negeri Denpasar.

Pendit, S., Nyoman. 2005. Vedanta (Percik-Percik Renungan

Svami Vivekananda), Denpasar: Pustaka Bali Post.

Pendit, S., Nyoman. 2007. Sad Darsana. Denpasar: Pustaka

Bali Post.

Rusman, R. 2011. Metode Pembeajaran teori dan aplikasi.

Yogyakarta: LKIS.

Rusman. 2011. Model-Meodel Pembelajaran, Jakarta : PT

Rajindo Persada .

Page 161: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 155

Saraswati, Sri Swami Candrasekarendra. 2010. Peta Jalan Veda.

Jakarta: Media Hindu.

Siwananda, Sri Swami. 2008. Intisari Ajaran Agama Hindu.

Paramita: Surabaya.

Somvir. 2001. 108 Mutiara Veda Untuk Kehidupan Sehari-hari,

Surabaya : Paramita.

Sukadi. 2015. Pendidikan Keagamaan Hindu Melalaui Pasraman

Formal Berdasarkan Permenagri Nomor 56 Tahun 2014

(makalah ilmiah seminar Program Pasacasarjana IHDN

Denpasar). Singaraja: Undiksa.

Sukardjo. M. 2012. Landasan Pendidikan Konsep dan

Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Tampubolon. 1991. Metode Bercerita Sebagai Metode

Pembelajaran PAUD. Jakarta: ICRSS.

Titib I Made. 2008. Purana Sumber Ajaran Agama Hindu yang

Komperensif. Paramita: Surabaya.

Titib, I Made dan Sapariani. 2006. Pendidikan Budi Pekerti

dalam Ajaran Agama Hindu. Surabaya: Paramita.

Titib, I Made. 1996. Menumbuhkembangkan Pendidikan Budi

Pekerti Pada Anak (Pespektif Agama Hindu). Denpasar:

Bali Post.

Uno, Hamzah B. 2009. Model Pemebelajaran. Jakarta: Bumi

Aksara.

Wiana, I Ketut. 2008. Cara Belajar Agama Hindu yang Baik.

Page 162: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 156

Denpasar: Putaka Manik Geni.

Wijaya, Surya Prima. 2010. Saya Bangga Beragama Hindu,

Surabya: Paramita.

Zaenabdan Syahbudin. 2015. Profesionalisme Guru PAUD

Menuju NTB Bersaing (Pengantar Manajemen

Pendidikan, Praktik, Teori, dan Aplikasi). Sleman:

Deeppublish.

Page 163: Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu ...

Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Teknik Bercerita Hindu Pada PAUD

Ni Nyoman Perni & I Wayan Mandra | 157