PEMBELAJARAN BERBASIS WEBsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Pembelajaran_dan_penilaian.pdf ·...
Transcript of PEMBELAJARAN BERBASIS WEBsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Pembelajaran_dan_penilaian.pdf ·...
PEMBELAJARAN
&
PENILAIAN LITERASI GERAK
BERBASIS WEB
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4 Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi. Pembatasan Pelindungan Pasal 26 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap: i. Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan
peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual; ii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian
ilmu pengetahuan; iii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran,
kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
iv. Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.
Sanksi Pelanggaran Pasal 113 1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
PEMBELAJARAN
&
PENILAIAN LITERASI GERAK
BERBASIS WEB
Dr. Dinny Devi Triana, S.Sn., M.Pd.
Dr. Sri Santosa Sabarini, S.Pd., M.Or.
Rivo Panji Yudha, S.Pd., M.Pd.
PEMBELAJARAN & PENILAIAN LITERASI GERAK BERBASIS WEB
Dinny Devi Triana Sri Santosa Sabarini Rivo Panji Yudha
Desain Cover : Dudi Mahdi
Editor :
Asep Supriyana
Tata Letak : Pitriyani
Kontributor Materi :
Widiastuti Dwi Kusumawardani
Ukuran :
viii, 231 hlm, Uk: 17.5x25 cm
ISBN Elektronis : 978-623-02-1703-6
Cetakan Pertama :
Oktober 2020
Hak Cipta 2020, Pada Penulis
Isi diluar tanggung jawab percetakan
Copyright © 2020 by Deepublish Publisher All Right Reserved
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.
PENERBIT DEEPUBLISH (Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)
Anggota IKAPI (076/DIY/2012)
Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581
Telp/Faks: (0274) 4533427 Website: www.deepublish.co.id www.penerbitdeepublish.com E-mail: [email protected]
v
KATA PENGANTAR
Buku ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan atas support
dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam bentuk hibah
penelitian DRPM dan Pusat Kurikulum & Perbukuan. Materi yang
dipaparkan dalam buku ini dapat dipelajari dalam bentuk daring e-
learning (www.literasigerak.id) dan e-assessment (www.e-assessment.id),
sehingga akan memudahkan pengguna buku untuk mempelajari di mana
saja, tak terbatas ruang dan waktu.
Buku ini mempelajari notasi gerak yang telah disederhanakan
berdasarkan Notasi Laban, serta disesuaikan dengan materi pada
kurikulum mata pelajaran Seni Budaya di kelas 7, khususnya Seni Tari.
Tujuannya agar siswa SMP memiliki keseimbangan antara kemampuan
berpikir dan bergerak dengan melakukan kegiatan membaca, menuliskan,
dan meninterpreasikan simbol ke dalam gerak atau sebaliknya gerak ke
dalam simbol.
Agar memiliki kemampuan yang utuh dalam kecerdasan kinestetik,
diharapkan siswa menggunakan buku berikutnya yaitu Alat Ukur
Kecerdasan Kinestetik dalam Tari, sehingga dapat diketahui peningkatan
kemampuan berpikir dan bergeraknya. Pada web akan banyak
pengembangan materi yang dapat memperkaya kemampuan siswa. Untuk
itu, pengguna web terlebih dahulu harus login atau mendaftar agar dapat
dikonfimasi sebelum dapat terlibat aktif dalam kegatan belajar
selanjutnya.
vi
Terima kasih kepada seluruh tim peneliti dan tim teknisi IT yang
telah membantu, hingga buku dan web yang dikembangkan dapat
digunakan siswa dan guru di sekolah.
Selamat belajar melalui web e-learning dan e-assessment ….
Jakarta, Maret 2020
Penulis
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................................. vii
BAB I LITERASI ABAD KE-21 ........................................................................... 1
BAB II TEORI GERAK DAN KINESTETIK .................................................... 5
A. Konsep dan Teori Gerak .......................................................................... 5
B. Kinestesis ....................................................................................................... 12
C. Tujuan Belajar Gerak ................................................................................ 13
D. Faktor-Fakor yang Mempengaruhi Belajar Gerak ...................... 14
E. Kondisi dalam Belajar Gerak ................................................................ 16
BAB III SIMBOL LITERASI GERAK ................................................................. 21
A. Makna Literasi dalam Gerak ................................................................. 21
B. Koordinasi Gerak dalam Tari ................................................................ 23
C. Penulisan Simbol dalam Literasi Gerak ........................................... 24
BAB IV PENGGUNAAN E-LEARNING LITERASI GERAK ...................... 37
A. Pemanfaatan E-learning untuk Pembelajaran ............................. 40
B. Penggunaan E-learning Literasi Gerak ............................................ 45
C. Pedoman Penggunaan E-learning ..................................................... 46
BAB V MATERI E-LEARNING LITERASI GERAK ...................................... 63
BAB VI PENILAIAN TARI ..................................................................................... 159
A. Makna Penilaian .......................................................................................... 159
B. Prinsip Penilaian ......................................................................................... 164
C. Jenis Penilaian dalam Tari ..................................................................... 167
D. Objektivitas Penilaian .............................................................................. 189
BAB VII PENILAIAN LITERASI GRAK ........................................................... 195
A. Definisi Konseptual ................................................................................... 197
B. Definisi Operasional .................................................................................. 197
C. Kisi-Kisi Instrumen Literasi Gerak .................................................... 198
viii
BAB VIII LEMBAR PENGAMATAN LITERASI GERAK
BERBASIS WEB ......................................................................................................... 201
A. Tugas 1 (Indikator A: Melakukan Gerak) ....................................... 201
B. Tugas 2 (Indikator B: Mendeskripsikan/Menuliskan
Uraian Gerak) ............................................................................................... 206
C. Tugas 3 (Indikator C: Menginterpretasikan Gerak
ke dalam Bentuk Simbol/Notasi) ....................................................... 212
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 219
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF .................................................................. 223
PROFIL PENULIS ...................................................................................................... 227
1
BAB I
LITERASI ABAD KE-21
Literasi memiliki makna yang dapat digunakan pada berbagai
bidang ilmu, baik sosial, sain, maupun teknologi. Literasi merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari, karena
melekat pada implementasi berdasarkan wawasan, pengalaman, dan
pengamatan. Pada kehidupan sehari-hari, literasi memiliki arti kata ‘melek’; artinya, tidak hanya sekadar mengetahui, tetapi juga memahami,
sehingga dapat mengimplementasikan atau mempraktikkannya.
Literasi di abad ke-21 melingkupi banyak hal, bahkan hampir
semua kehidupan terkait dengan literasi, seperti adanya literasi
keuangan, literasi digital, literasi humanitis, literasi industry, dan literasi
lingkungan. Literasi adalah sebuah kemampuan yang melekat dan tidak
dapat berdiri sendiri, bahkan dalam perkembangannya, seringkali
menjadi suatu keterampilan atau kompetensi sesoerang dalam
pemahaman bidang tertentu.
Keterampilan di abad ke-21 meliputi: (1) keterampilan sosial dan
C4 (communication, collaboration, critical thinking, creative thinking dan
HOTS (high other thinking skills) ; (2) Kompetensi berinteraksi dengan
berbagai budaya; (3) Literasi baru (big data, teknologi/coding, humanities,
cyber security; dan (4) belajar sepanjang hayat (sumber: Fadel & Echols,
Preparing your Workforce for Tomorrow Challenges, Bellevue University &
2
Cisco webinar, 2017). Perlunya literasi baru tersebut dipaparkan
Kemristekdikti dalam kebijakan tentang Peningkatan Kapasitas IPTEK,
Riset Inovasi, dan Daya Saing Perguruan Tinggi yang digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 1. Paparan Kebijakan Menteri Ristekdikti
Berdasarkan paparan kebijakan di atas, untuk menghadapi
revolusi industri 4.0 atau era disrupsi diperlukan “literasi baru” selain literasi lama. Literasi lama yang ada saat ini digunakan sebagai modal
untuk berkiprah di kehidupan masyarakat. Literasi lama mencakup
kompetensi calistung. Sementara literasi baru mencakup (1) literasi data,
(2) literasi teknologi, dan (3) literasi manusia. Literasi data terkait dengan
kemampuan membaca, menganalisis, dan membuat konklusi berpikir
berdasarkan data dan informasi (big data) yang diperoleh. Literasi
teknologi terkait dengan kemampuan memahami cara kerja mesin.
Aplikasi teknologi dan bekerja berbasis produk teknologi untuk
mendapatkan hasil maksimal. Literasi manusia terkait dengan
3
kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, kreatif, dan inovatif
(Rozak, 2018).
1. Literasi Dasar
Literasi dasar adalah kemampuan dasar dalam membaca, menulis,
mendengarkan, dan berhitung. Literasi dasar bertujuan untuk
mengoptimalkan kemampuan seseorang dalam membaca, menulis,
berkomunikasi, dan berhitung.
2. Literasi Perpustakaan
Literasi perpustakaan adalah kemampuan dalam memahami dan
membedakan karya tulis berbentuk fiksi dan nonfiksi, memahami cara
menggunakan katalog dan indeks, serta kemampuan memahami
informasi ketika membuat suatu karya tulis dan penelitian.
3. Literasi Media
Literasi media adalah kemampuan dalam mengetahui dan memahami
berbagai bentuk media (media elektronik, media cetak, dan lain-lain),
dan memahami cara penggunaan setiap media tersebut.
4. Literasi Visual
Literasi visual adalah pemahaman yang lebih kemampuan dalam
menginterpretasi dan memberi makna dari suatu informasi yang
berbentuk gambar atau visual. Literasi visual hadir dari pemikiran bahwa suatu gambar bisa ‘dibaca’ dan artinya bisa dikomunikasikan dari proses membaca.
4
5
BAB II
TEORI GERAK DAN KINESTETIK
A. Konsep dan Teori Gerak
Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bergerak. Secara umum
gerak dapat diartikan berpindah tempat atau perubahan posisi sebagian
atau seluruh bagian dari tubuh makhluk hidup. Makhluk hidup akan
bergerak bila ada impuls atau rangsangan yang mengenai sebagian atau
seluruh bagian tubuhnya. Perilaku gerak (motor behavior) merupakan
subdisiplin yang lebih menekankan pada investigasi mengenai prinsip-
prinsip perilaku gerak manusia. Pengertian gerak pada manusia adalah
suatu proses yang melibatkan sebagian atau seluruh bagian tubuh dalam
satu kesatuan yang menghasilkan suatu gerak statis (di tempat) dan
dinamis (berpindah tempat). Proses terjadinya gerakan pada manusia
dimulai dari adanya stimulus yang diterima oleh reseptor yang terdiri
atas pancaindera, dibawa oleh saraf sensorik menuju ke otak.
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam
maupun luar tubuh. Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui
organ sensori (pancaindera). Stimulus yang sempurna memungkinkan
seseorang untuk belajar berfungsi secara sehat dan berkembang dengan
normal. Secara fisiologis, sistem saraf secara terus menerus menerima
ribuan informasi dari organ saraf sensori, menyalurkan informasi melalui
saluran yang sesuai, dan mengintegrasikan informasi menjadi respon
6
yang bermakna stimulus tersebut diolah di otak, kemudian otak
memberikan balikan melalui saraf motorik ke alat-alat gerak seperti otot,
tulang dan sendi. sehingga manusia dapat bergerak.
Proses sensorik diawali dengan penerimaan input (registration),
yaitu individu menyadari akan adanya input. Proses selanjutnya adalah
orientation, yaitu tahap di mana individu memperhatikan input yang
masuk. Tahap berikutnya, kita mulai mengartikan input tersebut
(interpretation). Selanjutnya adalah tahap organization, yaitu tahap di
mana otak memutuskan untuk memperhatikan atau mengabaikan input
ini. Tahap terakhir adalah execution, yaitu tindakan nyata yang dilakukan
terhadap input sensorik tadi (Williamson dan Anzalone, 1996). Perilaku
gerak dapat dibagi ke dalam dua bagian, yaitu (1) belajar gerak (motor
learning) dan (2) teori gerak (motor kontrol).
1. Teori Gerak (Motor Kontrol)
Teori Gerak adalah studi mengenai faktor-faktor fungsi saraf yang
mempengaruhi gerak manusia. Fungsi saraf berhubungan erat dengan
sistem saraf. Sistem saraf merupakan bagian penting dalam memproduksi
gerak manusia sebab sel-sel saraf merangsang otot untuk memproduksi
gerak manusia yang diinginkan atau disadari. Istilah gerak diambil dari
istilah gerak manusia (human movement). Istilah yang dipakai untuk
mempelajari gerak manusia adalah ilmu gerak, kinesiologi, human
performance. Gerak (Motorik) sudah menjadi bagian integral dari
kehidupan manusia. Oleh karena itu, untuk dapat meningkatkan
keterampilan individu, diperlukan perilaku gerak manusia (human
behavior).
7
Ada dua macam gerak manusia, yaitu gerak yang disadari dan
gerakan yang tidak disadari atau gerak refleks. Gerak yang disadari
prosesnya melalui otak, sedangkan gerak yang tidak disadari prosesnya
tidak melalui otak tetapi hanya melalui sumsum tulang belakang. Di mana
gerakan dimulai dari adanya stimulus, diterima oleh reseptor, diteruskan
ke sumsum tulang belakang, menuju ke reseptor terjadilah gerakan yang
tidak disadari (gerak refleks). Adapun prinsip gerak pada manusia, yaitu
dimulai dari bagian yang lebih dekat dengan batang tubuh atau pangkal
anggota tubuh (proksimal) ke bagian yang lebih jauh dari batang tubuh
atau ujung anggota tubuh (distal) dimulai dari sikap menekuk sendi
(fleksi) menuju sikap meluruskan sendi (ekstensi).
Gerak dasar tubuh dimulai dari gerakan telentang, miring,
tengkurap, berguling, merayap, merangkak, duduk, berdiri, berjalan, dan
berlari. jenis-jenis gerakan menurut pergerakan sendi meliputi gerakan:
fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi, rotasi, sirkumduksi, pronasi, supinasi,
infersi, efersi, plantar fleksi, dan dorsi fleksi. Adapun jenis gerakan menurut
jumlah otot yang bergerak terdiri atas dua, yaitu:
1) gerakan kasar (gross motor), yaitu gerakan yang dilakukan oleh
banyak otot, misalnya gerakan berjalan, berlari, melompat, dan
meloncat-loncat; dan
2) gerakan halus (fine motor), yaitu gerakan yang dilakukan oleh sedikit
otot, misalnya gerakan menulis dan menggambar.
8
2. Belajar Gerak (Motor Learning)
Belajar gerak (motor learning) didefinisikan sebagai serangkaian
proses internal yang terkait dengan praktik atau pengalaman gerak yang
mengarah pada perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan
untuk menghasilkan keterampilan gerak. Dengan kata lain, pembelajaran
motorik adalah proses yang terjadi ketika otak merespon terhadap
praktik atau pengalaman dari keterampilan gerak tertentu yang
mengakibatkan perubahan dalam sistem saraf pusat yang memungkinkan
untuk memproduksi keterampilan gerak baru.
Dalam mempelajari keterampilan motorik menurut Fitts & Possner
(1967) menyatakan bahwa proses belajar ada tiga fase/tahapan
pembelajaran, yaitu tahap kognitif (cognitive phase), tahap asosiatif
(associative phase), dan tahap otomatisasi (autonomous phase). Tahapan
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Fase belajar gerak menurut Fitts dan Posner (1967)
a. Tahap Kognitif
Ini adalah tahap awal pembelajaran motorik, tujuannya adalah
untuk mengembangkan pemahaman keterampilan secara keseluruhan.
Pembelajar harus menentukan apa tujuan dari keterampilan yang
dilakukan dan kapan mulai memproses faktor-faktor lingkungan yang
9
akan memengaruhi kemampuan mereka untuk menghasilkan
keterampilan yang dipelajari. Guru harus melakukan yang terbaik untuk
menyediakan lingkungan belajar yang optimal, yang dapat berarti
menghilangkan pengacau besar. Selama tahap ini, pelajar sebagian besar
bergantung pada input visual dan coba-coba untuk memandu
pembelajaran.
b. Tahap Asosiatif
Selama tahap ini, pelajar mulai menunjukkan gerakan yang lebih
halus melalui latihan. Setelah melakukan beberapa latihan dan telah
mengidentifikasi berbagai rangsangan yang mungkin terjadi, pelajar dapat
fokus pada "bagaimana melakukan" bergerak dari "apa yang harus
dilakukan" pada tahap pertama. Di sini, isyarat visual menjadi kurang
penting dan isyarat proprioseptif menjadi sangat penting. Proprioseptif
merupakan sensasi yang berasal dari dalam tubuh manusia, yaitu
terdapat pada sendi, otot, ligamen dan reseptor yang berhubungan
dengan tulang.
Input proprioseptif ini menyampaikan informasi ke otak tentang
kapan dan bagaimana otot berkontraksi (contracting) atau meregang
(stretching), serta bagaimana sendi dibengkokkan (bending),
diperpanjang (extending), ditarik (being pull) atau ditekan (compressed).
Melalui informasi ini, individu dapat mengetahui dan mengenal bagian
tubuhnya dan bagaimana bagian tubuh tersebut bergerak. Isyarat
proprioseptif mengacu pada pelajar yang lebih berfokus pada bagaimana
tubuh mereka bergerak di ruang dan feetback apa yang dirasakan dari
sendi dan otot mereka. Semakin banyak praktik, semakin banyak input
proprioseptif yang diterima pelajar untuk belajar.
10
c. Tahap Otonom
Tahap otonom merupakan fase akhir dalam pembelajaran
keterampilan gerak. Pada fase ini pelajar mencapai tingkat penguasaan
gerakan yang paling tertinggi. Pelajar bisa melakukan rangkaian gerakan
keterampilan secara otonom dan secara otomatis. Gerakan bisa dilakukan
secara otonom. Artinya, pelajar mampu melakukan gerakan keterampilan
tertentu walaupun pada saat yang bersamaan ia harus melakukan
aktivitas lain.
Gerakan yang otomatis adalah gerakan yang bisa dilakukan secara
otomatis. Gerakan bisa dilanjtkan seperti yang dikehendaki walaupun ia
tidak memikirkan unsur-unsur/bentuk-bentuk gerakan yang ingin
dilakukan. Berikut ini adalah matrik belajar gerak menurut Fitts dan
Posner (1967) :
Tahapan
Belajar Kegiatan Keterangan
Fase Kognitif Gerakannya lambat,
tidak konsisten, dan
tidak efisien.
Diperlukan aktivitas
kognitif yang cukup
Perhatian untuk memahami
apa yang harus bergerak
untuk menghasilkan hasil
yang spesifik. Sebagian besar
gerakan dikendalikan secara
sadar. Sesi latihan lebih
fokus pada kinerja, lebih
sedikit variabel &
menggabungkan citra mental
yang jelas (teknis/visual)
11
Tahapan
Belajar Kegiatan Keterangan
Fase Assosiatif Gerakan lebih cair,
dapat diandalkan,
dan efisien.
Dibutuhkan lebih
sedikit aktivitas
kognitif
Beberapa bagian dari
gerakan dikendalikansecara
sadar, beberapa secara
otomatis. Sesi latihan
menghubungkan kinerja dan
hasil, kondisinya dapat
bervariasi.
Fase Otonom Gerakannya akurat,
konsisten, dan
efisien. Diperlukan
sedikit atau tidak
ada aktivitas
kognitif
Gerakan sebagian besar
dikendalikan secara otomatis.
Perhatian dapat difokuskan
pada pilihan taktis. Sesi
latihan lebih berorientasi
pada hasil. Fokus adalah pada
rentang gerak, kecepatan,
akselerasi & penggunaan
keterampilan yang lebih
besar dalam situasi baru
Istilah psikomotor yang berarti gerak (motor) merupakan istilah
umum untuk berbagai bentuk perilaku gerak manusia. Sementara
psikomotor khusus digunakan pada domain mengenai perkembangan
manusia yang mencakup gerak manusia. Jadi, ruang lingkup gerak
(motor) lebih luas dari pada psikomotorik, meskipun secara sinonim
digunakan dengan istilah motor (gerak). Sebenarnya psikomotor mengacu
pada gerakan-gerakan yang dinamakan alih getaran elektirik dari pusat
otot besar.
12
B. Kinestesis
Kinestesis seringkali dinyatakan sebagai perasaan otot atau
perasaan motorik, bahkan cukup popular juga dengan sebutan indera
keenam (the sixth sense), karena merupakan indera tambahan dari lima
indera yang dikenal saat ini. Meskipun kemampuan ini kerapkali
diabaikan sebagai salah satu indera dasar manusia, kinestesis penting
sebagai umpan balik dan selalu memberikan informasi sensori kepada
sistem saraf pusat megenai hal–hal yang terkait dengan karakteristik
gerakan, seperti arah, posisi dalam ruang, kecepatan, dan aktivasi otot
(Magill, 2001:75).
Indera kinestetik berbeda dengan kelima indera yang telah disebut
terlebih dahulu, perasaan kinestetik tergantung pada stimulus internal.
Ujung saraf yang disebut gelondong (spindles) atau proprioseptor yang
terletak di dalam otot, tendon dan ligament, tampaknya merupakan alat
pengoordinasi gerakan tubuh. Adapun reseptor labyrinthine yang terletak
di dalam telinga adalah pengukur keseimbangan tubuh. Kemampuan
koordinasi dan keseimbangan, keduanya merupakan elemen penting
indera knestetis. Dijelaskan oleh Sugiyanto bahwa masing– masing
reseptor memiliki fungsi sendiri–sendiri dalam hubungannya dengan
posisi dan gerakan tubuh. Aktivitas kumparan otot berfungsi utama untuk
membantu reflex– reflex postural dan memelihara tegangan otot.
Reseptor persendian penting untuk presepsi posisi dan gerakan
persendian, dan alat–alat vestibular berguna untuk memelihara
keseimbangan dan menginterprestasi gerakan lateral, horizontal, dan
vertikal (Sugiyanto, 1984:122).
13
C. Tujuan Belajar Gerak
Setiap tujuan pembelajaran gerak pada umumnya memiliki
harapan dengan munculnya hasil tertentu, hasil tersebut biasanya adalah
berupa penguasaan keterampilan. Keterampilan seseorang yang
tergambarkan dalam kemampuannya menyelesaikan tugas gerak tertentu
akan terlihat mutunya dari seberapa jauh orang tersebut mampu
menampilkan tugas yang diberikan dengan tingkat keberhasilan tertentu.
Semakin tinggi tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas gerak
tersebut, semakin baik keterampilan orang tersebut. Dengan demikian,
keterampilan menunjuk pada kualitas tertentu dari suatu tugas gerak.
Di dalam keterampilan tersebut terdapat unsur efektivitas dan
efesiensi. Seorang yang memiliki keterampilan yang tinggi sudah barang
tentu memiliki kedua unsur tersebut. Gerak keterampilan tersebut dapat
dikategorikan sebagai penampilan yang terampil (skilled performance).
Suatu keterampilan itu baru dapat dikuasai atau diperoleh, apabila
dipelajari atau dialihkan yang dilakukan secara terus menerus dalam
periode waktu tertentu. Penampilan yang terampil merupakan tujuan
akhir dari pembelajaran gerak.
Keterampilan adalah derajat keberhasilan yang konsisten dalam
mencapai suatu tujuan dengan efisien dan efektif. Penggolongan
keterampilan dapat dilakukan dengan cara mempertimbangkan (1)
stabilitas lingkungan; jelas tidaknya titik awal serta akhir dari gerakan;
dan ketepatan gerakan yang dimaksud. Keterampilan juga dapat
dibedakan dengan mempertimbangakan dominan tidaknya unsur yang
mengarah ke keterampilan gerak dan ke keterampilan kognitif. Faktor-
faktor yang menentukan keterampilan secara umum dibedakan menjadi
tiga hal utama, yaitu (1) faktor proses belajar mengajar; (2) faktor
14
pribadi; dan (3) faktor situasional (lingkungan). Banyak pendekatan yang
telah dikembangkan untuk menggolongkan keterampilan gerak.
Setiap sistem penggolongan didasarkan pada hakikat umum dari
keterampilan gerak dikaitkan dengan aspek-aspek spesifik dari
keterampilan tersebut. Keterampilan gerak dapat dikelompokkan dalam
dua kategori, yaitu keterampilan gerak terbuka dan keterampilan gerak
tertutup. Hal ini berkaitan dengan kondisi lingkungan (environment) pada
saat keterampilan yang bersangkutan dilakukan.
Klasifikasi keretampilan gerak menurut Schmidt (1991) dibedakan
menjadi keterampilan gerak terbuka dan tertutup. Keterampilan terbuka
(open skill) adalah keterampilan yang ketika dilakukan pada lingkungan
yang berkaitan dengannya bervariasi dan tidak dapat diduga. Ini hampir
sama seperti yang dilakukan oleh Magil (1985) yang menyebutkan bahwa
keterampilan terbuka adalah keterampilan-keterampilan yang melibatkan
lingkungan yang selalu berubah dan tidak bisa diperkirakan, keterampilan
itu ada karena pengaruh lingkungan seperti keterampilan gerak pada
pertandingan silat. Sementara keterampilan gerak tertutup (closed skill)
adalah keterampilan yang relatif stabil dan dapat diduga, yaitu
keterampilan yang akan dilakukan oleh penari tanpa harus dibatasi oleh
lingkungan sekitar. Keterampilan gerak ini yang sering digunakan dalam
seni tari.
D. Faktor-Fakor yang Mempengaruhi Belajar Gerak
Belajar gerak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Magil
(1984), belajar dipengaruhi oleh (1) memahami apa yang dipelajari; (2)
kesempatan untuk merespon; (3) adanya umpan balik; dan (4)
reinforcement.
15
1. Memahami Apa yang Dipelajari
Kejelasan mengenai tujuan pembelajaran yang harus dikuasai
keadaan yang harus diketahui oleh pelajar untuk membantu efektivitas
pembelajaran. Dalam situasi pembelajaran seperti ini sering disebut dengan “memberikan stimulus”. Meski terkesan sederhana, pemberian
stimulus merupakan langkah dasar dan sangat efektif dalam
pembelajaran.
Suatu intruksi yang tidak jelas akan memberikan kesusahan dalam
pencapaian pengertian makna dari pembelajaran, siswa akan menjadi
sulit mengerti maksud dari tujuan belajar. Beberapa jenis stimulus dapat
dalam bentuk verbal, demonstrasi dan alat bantu belajar mengajar yang
dapat digunakan sebagai instrumen untuk memperjelas yang ingin
dicapai.
2. Kesempatan untuk Merespon
Banyak kesempatan untuk merespon merupakan faktor dominan
yang mempengaruhi penguasaan saat pembelajaran berlangsung, hal ini
merupakan suatu hasil dari beberapa penelitian yang dilakukan di
sekolah. Pelajar harus termotivasi untuk mencapai tujuan belajar dan
mendapatkan umpan balik mengenai usahanya tersebut. Hal ini dapat
dirujuk dari respon yang berkualitas dari pelajar, dan semakin banyaknya
respon yang muncul dari pelajar menunjukkan adanya pembelajaran yang
berkualitas.
16
3. Adanya Umpan Balik
Umpan balik dalam pembelajaran merupakan suatu yang sangat
diperlukan, tanpa adanya umpan balik proses belajar tidak akan terjadi.
Sebagai contoh adalah jika siswa diminta untuk melakukan gerak ayunan
lengan dan tangan tanpa kemudian diukur kebenarannya dengan tanpa
diukur dengan besar sudut dari gerakan ayunan itu, kebenaran
pembelajaran hanyalah sebuah perkiraan semata tanpa mengetahui
kebenaran sesungguhnya.
4. Reinforcement
Secara teoritik sulit untuk membedakan antara antara umpan balik
dan penguatan, penguatan biasanya digambarkan sebagai rangkaian
penguatan yang mengikuti suatu perilaku tertentu dan meningkatkan
kesempatan bahwa perilaku tersebut akan terulang. Sementara umpan
balik mengikuti respon yang tampak.
E. Kondisi dalam Belajar Gerak
Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang diperlukan agar proses
belajar bisa berlangsung sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Keadaan yang diperlukan agar proses belajar terjadi mencakup keadaan
yang ada pada diri pelajar dan perlakuan yang dikenakan kepada pelajar.
1. Kondisi Internal dalam Belajar Gerak
Kondisi internal adalah keadaan yang seharusnya ada pada diri si
pelajar. Kondisi internal dalam belajar gerak meliputi dua macam, yaitu:
17
a. Pelajar harus mengingat bagian-bagian gerakan keterampilan.
b. Pelajar harus mengingat urut-urutan rangkaian gerakan.
Kedua macam kondisi internal tersebut bisa dijelaskan sebagai
berikut:
a. Mengingat bagian gerakan
Untuk mempelajari gerakan keterampilan baru, hanya dimungkinkan
apabila pelajar memiliki modal berupa kemampuan melakukan
gerakan-gerakan yang merupakan dasar terbentuknya gerakan yang
baru.
b. Mengingat urutan rangkaian gerakan
Gerakan keterampilan pada dasarnya merupakan rangkaian dari
gerakan-gerakan. Apabila pelajar tidak bisa mengingat urutan
rangkaian dari gerakan-gerakan, ia tidak akan mampu melakukan
gerakan keterampilan dengan baik.
2. Kondisi Eksternal dalam Belajar Gerak
Kondisi eksternal dalam belajar gerak adalah stimulus dari luar
diri pelajar atau perlakuan yang dikenakan pada diri pelajar agar proses
belajar bisa terjadi. Kondisi eksternal meliputi empat macam, yaitu (1)
sajian instruksi verbal; (2) sajian instruksi visual; (3) kegiatan praktik;
dan (4) penyampaian umpan balik.
a. Sajian Instruksi Verbal
Instruksi verbal bisa diterjemahkan menjadi pengajaran
menggunakan kata-kata. Instruksi verbal dalam belajar gerak adalah
berupa penjelasan mengenai gerakan yang dipelajari. Di sini pelajar
18
memperoleh penjelasan mengenai apa yang harus dilakukan dan
bagaimana sebaiknya melakukannya. Penjelasan sebaiknya diberikan
secara singkat, jelas, dan menggunakan kalimat-kalimat yang sederhana.
Penyampaian instruksi verbal ini hendaknya tidak terlalu lama dan tidak
berbelit-belit, karena justru bisa membingungkan pelajar dan bisa
membosankan. Akibatnya akan menghambat pencapaian hasil belajar.
b. Sajian Instruksi Visual
Instruksi visual adalah pengajaran di mana materi pelajaran
disajikan dalam bentuk sesuatu yang bisa dilihat. Di dalam belajar gerak,
instruksi visual diberikan dalam bentuk sajian model gerakan atau contoh
gerakan. Sajian model gerakan bisa diberikan dalam bentuk peragaan
gerakan oleh seseorang atau dalam bentuk gambar bentuk gerakan.
Peragaan gerakan oleh seseorang, yang mungkin dilakukan oleh guru atau
orang lain. yang bisa melakukan, bisa disebut model hidup. Sementara
yang berupa gambar disebut model gambar. Model gambar bisa berupa
gambar diam atau berupa gambar bergerak. Gambar diam bisa diambil
dari buku-buku atau lembar peraga yang memang dibuat untuk tujuan
tersebut. Sementara gambar berupa rekaman gambar gerakan-gerakan
yang dipelajari. Rekaman tersebut bisa berbentuk rekaman video kaset
atau rekaman film.
c. Kegiatan Praktik
Salah satu kondisi eksternal dalam belajar gerak yang berbentuk
melakukan-melakukan gerakan dipelajari. Gerakan yang dipelajari
dilakukan berulang-ulang. Dengan dilakukan berulang-ulang pengguasaan
gerakan keterampilan bisa meningkat. Ada beberapa prinsip yang perlu
19
diperhatikan di dalam pengaturan kondisi praktik yang antara lain
sebagai berikut:
1) Prinsip pengaturan giliranpraktik
Mempraktikkan gerakan keterampilan bisa dilakukan secara terus
menerus tanpa istirahat. Cara ini disebut massed conditions. Dengan
cara ini pelajar melakukan gerakan berulang-ulang terus menerus
selama'waktu latihan, tanpa ada pengaturan kapan harus melakukan
gerakan dan kapan harus beristirahat. Pokoknya pelajar terus
melakukan gerakan sampai lelah, kemudian latihan diakhiri. Cara yang
kedua adalah mempraktikkan gerakan dengan diselang-seling antara
melakukan gerakan dan waktu istirahat. Cara ini disebut distributed
conditions. Dengan cara ini ada pengaturan giliran melakukan gerakan
beberapa kali, kemudian diseling istirahat dan setelah itu melakukan
gerakan lagi.
2) Prinsip beban belajar meningkat
Gerakan keterampilan pada dasarnya merupakan sekumpulan dari
gerakan-gerakan menjadi unsurnya. Selain itu bahwa penguasaan
gerakan keterampilan akan terjadi secara bertahap dalam
peningkatannya. Mulai dari belum bisa, menjadi bisa, dan kemudian
menjadi terampil melakukan suatu gerakan. Dengan kenyataan-
kenyataan seperti itu hendaknya pengaturan materi belâjar yang
dipraktikkan dimulai dari yang mudah ke yang lebih sukar, atau yang
sederhana ke yang lebih kompleks.
3) Prinsip kondisi belajar bervariasi
Mempraktikkan gerakan merupakan kondisi belajar yang paling berat
di dalam belajar gerak. Pelajar mengerahkan tenaganya untuk
20
melakukan gerakan berulang kali. Ia harus memerangi rasa lelah, dan
kadang-kadang harus memerangi rasa bosan. Agar kelelahan tidak
cepat terjadi atau kalau terjadi tidak begitu dirasakan, serta tidak
cepat terjadi kebosanan pada diri pelajar, penciptaan kondisi praktik
yang bervariasi sangat diperlukan. Di sini diperlukan kreativitas guru
untuk menciptakan variasi.
d. Penyampaian Umpan Balik
Umpan balik adalah masukan yang diterima oleh pelajar
sehubungan dengan apa yang telah dikerjakan. Dari umpan balik pelajar
menjadi tahu apakah yang telah dilakukan adalah benar atau pelajar
menjadi tahu benar atau salah berdasarkan informasi yang tersampaikan
melalui umpan balik. Informasi yang tersimpan melalui umpan balik bisa
berasal dari 2 macam sumber, yaitu sumber dari dalam diri pelajar sendiri
dan bersumber dari luar diri pelajar. Umpan balik yang berasal dari dalam
diri pelajar sendiri disebut umpan balik internal atau umpan balik,
intrinsik; sedangkan umpan balik yang berasal dari luar diri pelajar
disebut umpan balik eksternal atau umpan balik ekstrinsik.
21
BAB III
SIMBOL LITERASI GERAK
A. Makna Literasi dalam Gerak
Mempelajari gerak sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-
hari, karena dengan gerak, bahasa tubuh seseorang dapat diketahui
makna yang terkandung di dalamnya. Bahasa tubuh diperlukan agar kita
dipandang sebagai orang yang memiliki intelektual tinggi dan dapat
berinteraksi dengan orang lain dengan bahasa tubuh yang tertata,
beretika, dan tentu saja harus melihat pada sisi estetisnya. Proses
seseorang dalam melakukan gerak dimulai dengan menangkap simbol
melalui pancaindera yang kemudian diolah di otak sebagai bentuk asoiasi,
dan kemudian diekspresikan atau diotonomkan.
Ketika gerak tersebut diotonomkan atau diekspresikan, ada yang
disebut kontrol gerak. Pada pembelajaran tari, kontrol gerak sangat
diperlukan agar sesuai dengan pakem atau aturan yang terdapat dalam
setiap ragam gerak tari. Literasi gerak yang akan dipelajari merupakan
cara membaca, menuliskan atau mendeskripsikan, dan menerjemahkan
dari simbol ke dalam bentuk gerak atau sebaliknya dari gerak ke dalam
bentuk simbol.
Literasi gerak dengan membaca, menuliskan atau
mendeskripsikan, dan menerjemahkan simbol merupakan langkah dalam
mempelajari notasi tari yang disebut dengan labanotation. Laban notasi
22
dciptakan oleh Rudolf Van Laban pada abad XIX (tepatnya tahun 1928)
seorang koreografer sekaligus penari, keturunan Austro-Hungaria, Sistem
pencatatan tersebut mampu bertahan cukup lama dan telah melalui
proses uji coba terus menerus untuk diakui menjadi sistem notasi tari
secara universal. Sistem pencatatan yang diciptakan oleh Rudolf Von
Laban itu kemudian disebut dengan notasi laban (labanotation), sesuai
dengan nama penciptanya.
Ahli-ahli tari dari Eropa dan Amerika sangat merespon adanya
sistem notasi tari tersebut, mereka mengadakan percobaan (pertama)
untuk mengkaji notasi laban (di Jerman) pada tahun 1936 dalam sebuah
kongres tari. Percobaan dilakukan dengan cara mengirimkan catatan tari
lengkap (dance score) dengan sistem notasi laban, pada seribu penari
yang tersebar di 40 kota yang berjauhan berjauhan jaraknya.
Dari catatan itu, mereka mempelajari tari untuk dipentaskan pada
saat penyelenggaraan konggres tari. Koreografi itu berhasil dipentaskan
dengan hanya beberapa kali latihan dan hanya sekali diadakan gladi
bersih. Hal tersebut menunjukan bahwa catatan tari melalui sistem notasi
laban mudah dipahami sehingga sebuah karya tari dapat
direkontruksikan kembali.
Keberhasilan selanjutnya dibuktikan oleh Zachary Solov
(penanggung jawab Ballet Theatre) pada tahun 1949. Pada perkembangan
selanjutnya pusat-pusat pengkajian mulai didirikan untuk mengadakan
penelitian dan penyempurnaan/perbaikan sistem Labanotation, antara
lain Dance Notation Bureau (pusat pencatatan tari yang didirikan pada
tahun 1940) di NewYork, Ohio, Philadelphia, London, dan Israel
merupakan lembaga yang paling gigih dalam usaha penyebarluasan dan
penyempur-naan notasi laban, Kinematographische Institute di Jerman,
23
Laban Art of Movement Centre, Beecmont Movement study Centre
danLanguage of Dance Centre di Inggris, dan sebagainya. Pada akhirnya
dicapai sebuah kesepakatan dan penyegaran dalam penggunan notasi
laban untuk seluruh negara di dunia.
Kesepakatan tersebut secara luas disampaikan pada
penyelenggaraan The Internasional Council of Kinetography Laban (ICKL)
pada tahun 1959. Pada perjalanan selanjutnya notasi laban terus
mengalami penyempurnaan-penyempurnaan seperlunya oleh si pencetus
maupun oleh ahli-ahlilain di antaranya; Ann Hutchnson pada tahun 1970,
Peggy Huckney, et. all. Pada tahun 1978 diselenggarakan konferensi tari
Internasional oleh American Dance Guild dan Comitee on Research Dance
di University Hawaii.
B. Koordinasi Gerak dalam Tari
Menurut Suharno (Sridadi, 2009:3), koordinasi gerak adalah
kemampuan seseorang untuk merangkai beberapa unsur gerak menjadi
suatu gerakan yang selaras sesuai dengan tujuannya, atau kemampuan
menampilkan tugas gerak dengan lentur dan akurat yang seringkali
melibatkan perasaan dan serangkaian koordinasi otot yang
mempengaruhi gerakan.
Lutan (2002:70) menyebutkan bahwa koordinasi gerak adalah
kemampuan untuk memadukan pelaksanaan tugas gerak yang terpisah-
pisah yang didukung oleh beberapa sumber penginderaan sehingga
menjadi gerak yang efisien. Koordinasi gerak memerlukan suatu
keharmonisan, irama, dan urutan gerak dari beberapa anggota tubuh.
Menurut Murgiyanto level atau tinggi rendah adalah ukuran tinggi-
24
rendah yang dihasilkan oleh seorang penari dalam melakukan gerak.
Ketinggian maksimal yang dapat dicapai oleh seorang penari adalah
ketika meloncat ke udara, sehingga ketinggian minimal dicapai ketika
rebah di lantai.
Pada notasi laban yaitu suatu sistem yang menganalisis dan
merekam pergerakan manusia. Dipublikasikan pertama kali oleh Rudolf
Van Laban pada tahun 1879-1958 dengan nama kinetographie. Beberapa
orang melanjutkan untuk pengembangan notasi tersebut. Di Amerika oleh
Ann hutchinson dikenal dengan notasi laban. Notasi laban dikembangkan
di Jerman oleh Albrecht Knust dengan nama kinetographie laban.
(Schrott, 1991:200). Sementara level dalam gerak tari adalah level dalam
gerak tari adalah tinggi rendahnya gerak tari yang dilakukan. Gerak tari
berdasarkan level memiliki tiga elemen yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
Ketiga level ini merupakan satu kesatuan utuh sehingga memberi kesan
dinamis pada tari. Penggunaan level pada gerak berhubungan erat dengan
ruang, waktu, dan tenaga. Gerak level rendah dilakukan menyentuh lantai.
Gerak level sedang dilakukan sejajar dengan tubuh, dan gerak level tinggi
dilakukan sebatas kemampuan penari melakukan gerak secara vertikal
C. Penulisan Simbol dalam Literasi Gerak
Literasi gerak ini merupakan adopsi dan adaptasi dari notasi laban
dengan penambahan warna coklat untuk level rendah, hijau untuk level
sedang, dan biru untuk level tinggi. Pemilihan warna disesuaikan dengan
alam lingkungan sekitar siswa yaitu coklat untuk warna tanah yang
memberi level rendah, hijau warna daun yang memberi arti level sedang,
sedangkan biru warna langit yang memberi simbol level tinggi.
25
Pemberian warna pada simbol agar siswa dapat lebih mudah
memahami level gerak yang terdapat dalam notasi laban. Penulisan
literasi gerak terbagi menjadi gerak bagian kiri dan bagian kanan, berikut
gambar secara spesifik penyederhanaan dari simbol-simbol literasi gerak
sebagai media pembelajaran.
Gambar 1. Spesifiasi Simbol Literasi Gerak diadopsi dari Labanotation
26
Secara terperinci marilah kita mulai mengenal simbol-
simbol dari literasi gerak.
Gambar 2. Simbol Literasi Gerak diadopsi dari Labanotation
27
Gambar 3. Simbol Literasi Gerak diadopsi dari Labanotation
Belajar literasi gerak berbasis pada notasi laban bukan belajar
notasi laban yang sesungguhnya, melainkan hanya pada penggunaan
simbol arahnya, Hal ini terjadi karena pemahaman literasi gerak bukan
pada belajar notasi labannya, melainkan notasi laban sebagai stimulus
Gambar 4. Simbol Literasi Gerak diadopsi dari Labanotation
28
untuk mengaktifkan dan menyeimbangkan kerja otak.
Ruang gerak pada notasi laban dapat ditunjukkan dengan simbol
arah gerak, karena ketika tangan merentang ke samping akan memiliki
makna yang berbeda ketika tangan membuka dengan arah serong kiri dan
kanan. Begitu pula ketika tangan ke atas akan berbeda ruangnya jika
tangan merentang ke samping.
Berikut tabel literasi gerak sebagai kuni dasar untuk memahami
agar dapat melakukan gerak sesuai dengan notasi:
Tabel 1. Langkah dalam Literasi Gerak
a. Posisi di tempat
b. Langkah maju kaki kanan/kiri
c. Langkah mundur kaki kanan/kiri
d. Langkah kanan/kiri serong depan
kaki
e. Langkah
kanan/kiri
ke samping kaki
f. Langkah mudur serong belakang
kaki kanan/kiri
29
a. Posisi di tempat dengan kaki
jinjit
b. Langkah maju kaki kanan/kiri
dengan kaki jinjit
c. Langkah mundur kaki kanan/kiri
dengan kaki jinjit
d. Langkah serong kaki kanan
kanan/kiri dengan kaki jinjit
e. Langkah ke samping kaki
kanan/kiri dengan kaki jinjit
f. Langkah mundur serong kaki
kanan/kiri dengan kaki jinjit
30
1. Contoh Koodinasi Gerak Anggota Tubuh dengan Ruang Melalui
Simbol dalam Literasi Gerak
31
Pengembangan gerak tari dapat dilakukan dengan sederhana salah
satunya yaitu mengolah dengan mengubah pola hitungan. Pola hitungan
itu antara lain tempo lambat, sedang dan cepat. Sebagai contoh kalian
32
membuat gerak dengan 8 hitungan kemudian dilakukan menjadi 4
hitungan dan 2x 8 hitungan.
Pengembangan teori literasi gerak dengan membaca, mendefiniskan
dan menuliskan simbol gerak pada tingkat mahir dapat dilakukan dengan
memahami koordinasi gerak berdasarkan ruang dan level serta
adanya variasi hitungan untuk meningkatkan kelincahan motorik siswa.
Berikut merupakan contoh simbol gerak dalam literasi gerak
variasi hitungan, cobalah kalian lakukan:
33
2. Contoh Koordinasi GerakTangan dan Kaki dengan Aksen dan
Variasi Hitungan
Berikut ini, latihan koordinasi gerak tangan dan kaki dengan aksen
dan variasi hitungan.
34
:
Literasi gerak merupakan penyederhanaan notasi laban. Penulisan
simbol literasi gerak terbagi dua menjadi kaki bagian kanan dan kaki
bagian kiri. Namun demikian, agar kalian mudah memahaminya, kaki
bagian atas dan bagian bawah langsung terbagi dari simbolnya dengan
menggunakan 2 level.
35
Mendeskripsikan gerak berdasarkan penulisan notasi dari literasi
gerak dapat dituliskan seperti pada contoh berikut ini:
Bersiap Kaki di tempat level sedang, tangan di tempat level
rendah (posisi berdiri
tegap)
Hitungan
sa
Kaki kiri maju, kanan kanan
terkunci
36
Hitungan
satu
Tangan kiri maju
serong kiri level sedang
Tangan kanan kanan
serong kanan ke
belakang level sedang
Hitungan
tu
Kaki kanan melangkah ke samping kanan level sedang,
kaki kiri terkunci
Hitungan
dua
Kaki di tempat jinjit level tinggi, ke dua tangan maju ke
depan
Hitungan
tiga
Kaki duduk bersimpuh di tempat, tangan kiri ke samping
kiri, tangan kanan ke samping kanan
Hitungan
empat
Kaki di tempat level sedang
Hitungan
em
Tangan kiri ke samping
kiri level tinggi, tangan
kanan ke samping
kanan level tinggi
Hitungan
pat
Ke dua tangan ke
depan level sedang
37
BAB IV
PENGGUNAAN E-LEARNING LITERASI GERAK
Pembelajaran berbasis web yang populer dengan sebutan web-
Based Education (WBE) atau kadang disebut e-learning (electronic
learning) dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia
pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa semua pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan
teknologi internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh yang
mengikutinya, maka kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran
berbasis web.
Kemudian yang ditawarkan oleh teknologi ini adalah kecepatan dan
tidak terbatasnya tempat dan waktu untuk mengakses informasi. Kegiatan
belajar dapat dengan mudah dilakukan oleh peserta didik kapan dan di
mana saja dirasakan aman oleh peserta didik tersebut. batas ruang, jarak,
dan waktu tidak lagi menjadi masalah yang rumit untuk dipecahkan.
Bagaimana cara belajar melalui web? Ada persyaratan utama yang
pelru dipenuhi, yaitu adanya akses dengan sumber informasi melalui
internet. Selanjutnya, adanya informasi tentang letak sumber informasi
yang ingin kita dapatkan. Ada beberapa sumber data yang dapat diakses
dengan bebas dan gratis tanpa proses administrasi pengaksesan yang
rumit. Ada beberapa sumber informasi yang memang telah diberi
otorosiasi pemilik sumber informasi.
38
Teknologi internet memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk
mendapatkan informasi apa saja dari mana saja dan kapan saja dengan
mudah dan cepat. Informasi yang tersedia di berbagai pusat data di
berbagai komputer di dunia. Selama komputer-komputer tersebut saling
terhubung dalam jaringan internet, dapat kita akses dari mana saja. Ini
merupakan salah satru keuntungan belajar melalui internet.
Mewujudkan pembelajaran berbasis web bukan sekedar meletakkan
materi belajar pada web untuk kemudian diakses melelui komputer web.
Namun, ia juga digunakan hanya sebagai media alternatif pengganti
kertas untuk menyimpan berbagai dokumentasi dan informasi. Web
digunakan untuk mendapatkan sisi unggul yang tadi telah diungkap.
Keunggulan yang tidak dimiliki media keretas atau media lain.
Banyak pihak mencoba mengggunakan teknologi web untuk
pembelajaran dengan meletakkan materi belajar secara online, lalu
menugaskan peserta didik untuk mendapatkan (downloading) materi
belajar itu sebagai tugas baca. Setelaha itu mereka diminta untuk
mengumpulkan laporan, tugas, dan sebagainya, kembali ke guru juga
melalui internet. Jika ini dilakukan, tentunya tidak akan menimbulkan
proses belajar yang optimal.
Kita dapat membayangkan suasana di ruang kelas ketika sebuah
proses belajar sedang berlangsung. Berapa banyak di antara peserta didik
aktif terlibat dalam diskusi dan sesi tanya jawab? Apa yang mereka
dilakukan di kelas? Tentunya masih banyak lagi pertanyaan lain yang
sebenarnya kita sudah mengetahui jawabanya.
Satu hal yang perlu di ingat adalah bagaimana teknologi web ini
dapat membantu proses belajar. Untuk kepentingan ini, materi belajar
perlu di kemas berbeda dengan penyampain yang berbeda pula.
39
Adanya teknologi informasi atau internet membuka sumber
informasi yang tadinya susah di akses. Akses terhadap sumber informasi
bukan menjadi masalah lagi. Perpustakaan merupakn salah satu sumber
informasi yang mahal. Adanya jaringan internet memungkinkan
seseorang di indonesia untuk mengakses perpustakaan di Amerika
Serikat. Tanpa adanya internet banyak tugas akhir, tesis, dan disertasi
yang mungkin membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk
diselesaikan.
Kerja sama antarahli dan juga dengan mahasiswa yang letaknya
berjauhan secara fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah. Dahulu
seseorang harus berkelana atau berjalan jauh untuk menemui seorang
pakar untuk mendiskusiakn sebuah masalah. Saat ini hal ini dapat
dilakukan dari rumah dengan mengirimkan e-mail.
Makalah dan penelitian dapat dilakukan dengan tukar menukar data
melalui internet, email, atau dengan mengggunakan mekanisme file
sharing. Jadi, di sini masalah geografis bukan menjadi masalah membatasi
lagi.
Bagi Indonesia, manfaat-manfaat yang disebutkan di atas sudah
dapat menjadi alasan yang kuat untuk menjadikan internet sebagai
infrastruktur bidang pendidikan. Dalam kegiatan pembelajaran dengan
munculnya berbagai software yang dapat digunakan untuk kepentingan
pembelajaran, saat ini para guru dapat merancang pembelajaran berbasis
komputer, dengan menggunakan salah satu bahasa pemograman seperti
delphi, pascal, makromedia flash, swiss MX dan lainya. Hal ini dapat
memberikan variasi dalam mengajar. Seorang guru tidak harus menjejali
siswa dengan informasi yang membosankan. Dengan menggunakan
teknologi informasi seorang guru dapat memanfaatkan komputer sebagai
40
total teaching, di mana guru hanya sebagai fasilitator dan sisiwa dapat
belajar dengan berbasis komputer baik melalui model pembelajaran driils,
tutorial, simulasi, maupun instrucsioanl games.
A. Pemanfaatan E-Learning untuk Pembelajaran
Menurut Jaya Kumar C. Koran (2002), e-learning adalah
pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau
internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi atau
bimbingan. Ada pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk
pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. Sementara
Dong mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous
melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar
yang sesuai dengan kebutuhanya.
Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada
penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan seraingkain solusi
yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada
dengan Campbell (2002), Kamarga (2002) yang intinya menekankan
penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakikat e-learning
Konsep belajar mengajar masih memiliki makna sebagai sebuah
interaksi antara dosen dengan mahasiswa melalui sebuah pertemuan
yang terjadi di dalam kelas. Dosen atau pengajar berperan sangat
dominan di dalam ruang kuliah. Padahal, pembelajaran yang efektif
seharusnya terfokus pada karakteristik yang tergambar dari (proses)
pembelajarannya. Adanya perkembangan proses belajar melalui teknologi
informasi dan komunikasi yang mengenalkan penggunaan media
elektronik seperti komputer dalam menyebarkan informasi.
41
Di dalam bidang pendidikan, perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) ini memicu berkembangnya e-learning. E-learning
adalah sebuah konsep dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
TIK, khususnya menggunakan media yang berbasis internet. Istilah e-
learning sendiri memiliki kesamaan makna dengan beberapa istilah lain
seperti on-line learning, virtual classroom, dan virtual learning.
Istilah e-learning sangat popular beberapa tahun belakangan ini,
mekipun konsepnya sudah cukup lama dimunculkan sebelumnya. Istilah
ini sendiri memiliki definisi yang sangat luas. Terminologi e-learning
cukup banyak dikemukakan dalam berbagai sudut pandang, namun pada
dasarnya mengarah pada pengertian yang sama. Jadi e-learning berarti
pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat
elektronika. Dalam pelaksanaannya, e-learning menggunakan jasa audio,
video, perangkat komputer, atau kombinasi dari ketiganya.
E-learning merupakan sebuah proses pembelajaran yang dilakukan
menggunakan jaringan internet. Dengan e-learning dapat memungkinkan
tersampaikannya suatu informasi dalam bentuk kegiatan atau aplikasi
seperti website menggunakan media TIK yang berupa jaringan internet
atau komputer. Menggunakan e-learning pembelajaran yang berupa suatu
kegiatan lewat media bisa dilakukan kapan dan di mana saja. E-learning
memiliki ciri khas yang menjadi unggulan, yakni tidak tergantung pada
ruang (tempat) dan waktu.
Pada pembelajaran lewat media ini tidak menyita waktu yang begitu
lama untuk mahir di dalamnya, atau sekedar untuk bisa melakukan
pembelajaran e-learning sendiri. E-learning tidak membutuhkan ruangan
(tempat) yang besar atau luas layaknya pembelajaran dalam kelas, e-
learning yang merupakan sebuah teknologi media internet telah
42
memperpendek jarak.
Perkembangan TIK yang menghasilkan internet dengan
pembelajaran berbasis web merupakan suatu kegiatan pembelajaran
yang memanfaatkan media situs web (website) yang bisa diakses melalui
jaringan internet. Pembelajaran berbasis web merupakan salah satu jenis
penerapan dari pembelajaran elektronik (e-learning ). Akan tetapi, di sini
sebenarnya untuk kegunaan e-learning kadang-kadang masih jarang yang
tahu. Apalagi untuk ranah mahasiswa, pemahaman mereka tentang apa
itu e-learning masih kurang.
Di sisi lain, untuk kegunaan e-learning sendiri banyak sekali. Di
samping itu, banyak situs e-learning seperti yang terbaik saat ini di
Indonesia menurut Vebma. com dalam tulisannya #ilmukomputer.com,
#Goesmart. com, #Geschool. net, #Fisikanet. lipi. go. id, #pesonaedu. com.
Tidak sampai di situ saja. Sebenarnya pembelajaran e-learning
melalu internet juga banyak, hanya saja jika kita sebagai mahasiswa tidak
ingin tahu, bisa jadi kita yang malas untuk membuka wawasan kita atau
mencari tahu pembelajaran yang terbaik saat ini. Yang terpenting, kita
sebagai pelaku harus pandai-pandai mencari referensi yang baik pada
zaman yang semakin maju. Jadi, kita tidak berhenti hanya di situ. Kita bisa
melihat yang di luar sana untuk pembelajaran e-learning sendiri.
Apabila menemukan pembelajaran yang pas, tidak hanya merasakan
kesenangan secara pribadi, tetapi kita akan terus menerus membuka e-
learning tersebut dan selalu ingin tahu lebih jauh mengenai e-learnin,
sehingga kita sekaligus belajar melalui pembelajaran e-learning sendiri.
Walaupun sekarang sudah ada situs e-learning terbaik diindonesia, kita
tidak bisa mengacu pada satu pandangan saja untuk saat ini karena
banyak yang lebih baik asal kita mau berusaha dan mencari-cari.
43
Dengan berbasis website, e-learning dapat berkembang dari
pembelajaran menggunakan internet kemudian memiliki sebuah isi dari
video, teks, dan sebagainnya yang disebut dengan website. Munculnya
website tersebut yang telah berkembang sangat cepat disebabkan oleh
faktor utama, yaitu penyebaran informasi melalui website begitu cepat
dan mencakup area yaag luas (mendunia), sehingga tidak ada batasan
waktu dan jarak. Selain itu juga, sampai sekarang ini lagi tren pembuatan
website pribadi atau blog. Misalnya, apabila ingin kuliah, kita tinggal
mendaftar pada website-website yang telah menyediakan e-learning,
sehingga proses perkulihannya dapat dilakukan secara online walaupun
dibatasi oleh jarak jauh.
Pembelajaran berbasis web adalah suatu kegiatan proses belajar
mengajar yang dilakukan dengan memanfaatkan media situs (website)
yang dapat diakses melalui jaringan internet yang terkoneksi atau
terhubung secara simultan, sehingga memungkinkan untuk bertukar data
dan informasi antar komputer. Hal itu dikenal dengan sebutan web based
learning (WBL) atau web based education (WBE) merupakan salah satu
jenis penerapan dari pembelajaran elektronik (e-learning). Dengan
demikian dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia
pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan.
Aspek yang membedakan pembelajaran tradisional dari e-learning
adalah kelas tradisionalnya. Guru dianggap sebagai orang yang serba tahu
dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya.
Sementara di dalam pembelajaran e-learning fokus utamanya adalah
pelajar. Pelajar mandri pada waktu tertentu dan bertanggung jawab untuk
pembelajaranya. Suasana pembelajaran e-learning akan memaksa pelajar
memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajaranya. Pelajar
44
membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha dan inisiatif
sendiri.
Sementara itu, ada beberapa karakteristik e-learning. Pertama,
memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di mana guru dan siswa,
antarsiswa, atau antarguru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah,
tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler. Kedua, memanfaatkan
keunggulan komputer. Ketiga, menggunakan bahan ajar bersifat mandiri
disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan
saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukanya. Keempat,
memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar,
dal hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat
setiap saat di komputer.
erbagai kelebihan dalam penerapan teknologi instruksional, seperti
penggunaan web (e-learning ) dapat diasumsikan sebagai salah satu
faktor pendorong berkembangnya proses pembelajaran pada institusi-
institusi pendidikan nonformal. Dengan metode pembelajaran seperti itu,
para siswa ditempatkan pada rangkaian belajar di mana mereka secara
aktif mencari dan memperoleh informasi dan bahan belajar yang sangat
luas dalam berbagai format media baik teks, gambar, video, maupun film
dengan menggunakan web (e-learning) sebagai media. Dalam uses and
gratification theory dijelaskan bahwa khalayak memiliki kekuatan (aktif)
dalam menentukan pemanfaatan media massa termasuk media dalam
internet sesuai dengan kebutuhan dan kepuasan mereka atas informasi
yang dibutuhkan.
45
B. Penggunaan E-Learning Literasi Gerak
Para guru telah memanfaatkan fasilitas ini sabagai sarana mengakses
web untuk mendapatkan informasi yang lebih luas tentang bahan belajar
yang menarik bagi siswa, strategi pembelajaran yang efektif, dan berbagai
tools akademik. Selain itu, melalui pengarahan dari para guru (teachers),
para siswa (students) dapat mengakses web pada pusat multimedia secara
langsung sebagai sumber informasi yang luas yang tersedia dalam
berbagai macam format media (multimedia) ; teks, visial, audio, video,
atau film yang menarik untuk belajar pendidikan seni tari.
Pada pembelajaran tari, diperlukan kecerdasan kinestetik yang baik,
agar dapat menirukan gerak, mengembangkan gerak, mempersepsikan
gerak, memanipulasi gerak, dan berimprovisasi gerak yang disebut
dengan literasi gerak (movement literation). Sesuai dengan teori Harrow
yang menyebutkan bahwa ranah psikomotor terdiri atas keterampilan
manipulatif, motor, dan gerakan-gerakan yang memerlukan koordinasi
neuromuskuler (Grow, 2011). Koordinasi neuromuskuler ini
mengarahkan pada gerak yang dilakukan dengan menggunakan kognitif
(persepsi gerak), sehingga dibutuhkan literasi gerak yang baik.
Body expression of emotion through body posture and gesture (Sue,
Paquette, 2010) merupakan literacy movement atau literasi gerak yang
lebih kepada pemahaman atau pemaknaan gerak. Untuk mendiagnostik
kemampuan literasi gerak tersebut dapat dilakukan dengan e-learning
dalam bentuk web dengan mengunggah hasil kreativitas geraknya, atau
menerjemahkan apa yang diapresiasi dalam bentuk gerak tari.
Dengan teknologi, guru seni budaya, khususnya senitari dapat
menyajikan pembelajaran yang lebih informatif, inovatif, detail dan
imajinatif, siswa mampu diajak ke dunia pembelajaran yang lebih nyata
46
dan membangun karakter seni siswa itu sendiri. Hal ini mungkin sama
halnya dengan mata pelajaran lain, yang ketika harus dijelaskan dan
dicontohkan, kemudian guru akan kesulitan karena harus menyediakan
objek penjelas dan contoh yang konkret. Oleh karena itu, dengan
menggunakan media pembelajaran e-learning tentu diharapkan menjadi
sebuah solusi yang akan membantu keberhasilan prosesbelajar mengajar,
namun belum banyak guru yang menggunakan media e-learning tersebut.
Buku ini membahas tentang memahami Pengenalan Sistem e-
learning literasi gerak, memahami akses ke sistem e-learning, serta
mengaplikasikan proses pembelajaran menggunakan metode e-learning.
Dengan demikian diharapkan siswa SMP yang mengikuti ekstrakulikuler
tari dapat mengikuti pembelajaran berbasis e-learning dan android ini
dengan baik.
C. Pedoman Penggunaan E-Learning
Pedoman ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi siswa
pembelajaran e-learning dalam memahami tata cara penggunaan metode
pembelajaran e-learning bagi siswa SMP yang mengikuti ekstrakulikuler
tari.
1. Kebutuhan Sistem
Adapun perangkat yang dibutuhkan untuk dapat menggunakan e-
learning adalah sebagai berikut:
a) Seperangkat komputer/laptop dan gawai (gadget/handphone) dan
sejenisnya, lebih disarankan menggunakan komputer/laptop karena
beberapa fasilitas, seperti tes online tidak dapat muncul pada
47
perangkat lain (misalnya, pada telepon seluler) ;
b) Sistem operasi bebas, baik windows, linux, unix, android (untuk
handphone) dan lain-lain yang mendukung GUI (graphical user
interface) ;
c) Web browser seperti Internet explorer, opera, mozilla firefox, google
chrome, safari dan lain-lain; menggunakan versi terbarukan lebih
baik;
d) PDF Reader, lebih disarankan adobe reader, dapat juga menggunakan
foxit reader, nitro PDF reader, dan lainnya;
e) Flash player versi terbaru, beberapa materi pembelajaran
menggunakan flash. Apabila flash player tidak ter-install akan
mengakibatkan materi pembelajaran tidak dapat muncul; dan
f) Multimedia player (mp3, flv, mpg, avi, mov, 3gp), beberapa materi
pembelajaran tersedia dalam bentuk multimedia.
2. Membuka Laman E-Learning Literasi Gerak
Situs e-learning literasi gerak dapat diakses melalui jaringan
internet. Untuk akses dari jaringan internet komputer/laptop Anda harus
memiliki fasilitas hotspot (wifi). Apabila sudah mendapat sinyal tersebut
bukalah web browser. Ketik pada address bar:http://literasigerak. id/.
3. Mengenal Lingkungan Laman E-Learning
Berikut ini beberapa menu di halaman e-learning:
1) Banner berisi basic untuk mengakses cepat ke menu pembelajaran
yang diikuti;
48
2) Indikator login/belum login (di pojok kanan atas) ;
3) Menu Navigasi, berisi home untuk mengakses cepat ke awal laman
dan kalendar;
4) Menu Navigasi, berisi basic untuk mengakses cepat ke menu
pembelajaran yang diikuti;
5) Menu course categories, berisi menu basic, intermediate, dan advance
sebagai kelas pembelajaran yang dapat diikuti; dan
6) Menu Informasi, berisi menu untuk mengakses cepat informasi ke
menu social media, about us, terms of use, faq support contact dan juga
contact person;
Berikut ini menu tampilan sebelum login
49
Bab ini memperkenalkan kepada siswa mengenai sistem e-learning
literasi gerak. Materi kebutuhan sistem ini memperkenalkan kepada
siswa tentang perangkat-perangkat apa saja yang digunakan. Lebih lanjut
Bab ini membahas mengenai praktik bagaimana situs e-learning sehingga
dapat diakses melalui jaringan internet. Terakhir, Bab ini memberikan
pengenalan lingkungan laman e-learning dan perangkatnya.
50
4. Membuat Account
1) Untuk membuat akun, masuk ke dalam menu login terlebih
dahulu
2) Setelah masuk ke dalam menu login klik menu create new account
3) Setelah masuk ke dalam menu create account, lalu isi pada kolom
username dan password dan username. Username diisi dengan
nama lengkap siswa tanpa spasi. Untuk pengisian Password/kata
sandi harus memiliki setidaknya 8 karakter, setidaknya 1 digit,
51
setidaknya 1 huruf kecil, setidaknya 1 huruf besar, setidaknya 1
karakter nonalfanumerik seperti *, -, atau # Contoh: username:
muhammaddoni, password: Doni12345678
4) Setelah mengisi username dan password, lalu mengisi kolom-
kolom email address, email again (pengulangan kolom email
address), first name, surname (nama panggilan), kota tinggal,
country (negara). Setelah mengisi kolom-kolom lalu klik Create
My New Account.
52
Doni12345678 muhammaddonikusum
5) Setelah Akun dibuat silakan kembali ke halaman utama dan klik
menu login di kanan atas. Setelah itu, isi username dan password
yang sudah Anda buat tadi, lau klik login.
6) Masuk Ke Proses Pembelajaran
Untuk masuk ke proses belajar, pertama-tama Anda harus sudah
dalam keadaan login. Pada menu NAVIGASI (menu sebelah kiri
dari halaman e-learning) klik menu “Kursus Yang Saya Ikuti”.
Daftar kelas yang Anda ikuti akan muncul seperti berikut.
5. Proses Pembelajaran Metode E-Learning
Ada banyak format file yang mungkin tersedia sebagai materi
pembelajaran seperti: doc, docx, xls, xlsx, ppt, pptx, flash, pdf, mp3, flv, dan
mp4. Beberapa format dapat langsung dijalankan dan ditampilkan pada
halaman web browser, namun beberapa format lainnya harus melalui
proses unduh (download) terlebih dahulu.
Format yang langsung dapat ditampilkan misalnya adalah materi
53
dalam bentuk flv, mp3, pdf dan flash, tetapi tentu saja komputer Anda
harus ter-install flv, player, mp3, pdf dan flash player-nya terlebih dahulu.
Untuk membuka dan mempelajari materi yang tersedia, Anda dapat
langsung meng-klik pada materi yang dikehendaki, maka materi yang di-
klik akan langsung ditampilkan. Materi dalam bentuk pdf. Beberapa
materi tidak dapat langsung ditampilkan pada web browser, misalnya
materi dalam format word (.doc,. docx). Ketika di-klik materi tersebut
akan ditampilkan pada jendela download. Artinya, kita harus mengunduh
terlebih dahulu materi tersebut sebelum dapat dibuka dan dipelajari
isinya.
1) Masuk ke dalam Modul
Masuk kehalaman depan lalu pilih menu basic
2) Dalam menu basic terdapat video sapaan tentang isi halaman Basic,
juga kegiatan belajar 1 sampai dengan 5.
54
3) Dalam setiap kegiatan belajar terdapat deskripsi juga audio sapaan
kegiatan belajar
55
Siswa dapat melihat materi pembelajaran dengan klik di uraian
materi. Di dalamnya terdapat materi berbentuk video, power point,
pdf, juga doc/docx.
4) Untuk melakukan diskusi siswa bisa masuk ke dalam halam diskusi
terdapat 2 diskusi yang harus siswa lakukan dengan membuat
kelompok yang berisikan 5 orang/ kelompok.
56
Setelah masuk ke dalam halam diskusi selanjutnya memilih menu add
new discussion topic. Setelah itu setiap siswa perwakilan kelompok bisa
mengisi pada kolom subjek yaitu “jawaban kelompok ½/3” dan kolom
message diisi dengan jawaban dari topik diskusi yang sudah disediakan.
5) Untuk mengunggah file ke dalam forum diskusi dapat dilakukan
dengan dua acara di antaranya adalah:
(a) untuk mengunggah file berbentuk foto dapat menggunakan fitur
“insert or edit image” dengan memilih gambar, dan “upload this
57
file”
58
(b) untuk mengunggah file berbentuk video, powerpoint, dan file
dengan kapasitas besar lainnya dapat menggunakan fitur “manage file” dengan memilih gambar, dan “upload this file”.
59
Unggah file/letakan file di
kolom berikut
6) Selanjutnya dalam setiap kegiatan belajar pada setiap modul terdapat
tes formatif berupa pilihan ganda yang berjumlah 5 nomor.
Dalam menu tes formatif pilihan ganda siswa dapat mengisi setiap
soal dengan meng-klik jawaban dari setiap soal. Dengan meng-klik
continue the last attempt.
60
7) Setiap kegiatan belajar terakhir dalam setiap modul terdapat tugas
yang harus dikerjakan dengan mengumpulkan video yang diunggah
(upload) pada kolom jawaban tugas.
8) Guru dan siswa dapat melihat hasil hasil kehiatan belajar dari fitur
grade. Untuk melihat nilai atau grades silakan pilih modul dan
kegiatan belajar yang diinginkan dan pilih fitur grade.
KLIK SESUAI
DENGAN JAWABAN
61
GRADE BISA DILIHAT DI
KOLOM BERIKUT INI
62
63
BAB V
MATERI E-LEARNING LITERASI GERAK
Materi literasi gerak dalam web e-learning terdiri atas 3 modul yang
isinya terdiri atas beberapa kegiatan belajar. Pada masing-masing
kegiatan belajar terdapat standar kompetensi yang harus dicapai, uraian
materi, diskusi, tes formatif, dan respons siswa terhadap materi atau isi
dari kegiatan belajar. Berikut ini dipaparakan materi pada masing-masing
modul.
1. MATERI BASIC KEGIATAN
BELAJAR 1 TEORI GERAK
Sekarang marilah kita mulai dengan kegiatan belajar 1, yaitu tentang
teori gerak, yang dipelajari melalui cara kerja otak dalam pembentukan
gerak. Setelah kita tahu cara kerja otak, dan pegaruh otak pada berbagai
kecerdasan, marilah kita mulai dengan belajar literasi gerak, agar otak
kanan dan otak kiri menjadi seimbang, karena dalam literasi gerak ada
kegiatan berpikir yaitu menangkap simbol dari pancaindera mata.
Kemudian disalurkan ke otak, untuk diolah atau diasosiasi. Selanjutnya,
digerakkan sesuai dengan simbol yang ditangkap oleh pancaindera mata
kita. Selain itu, kita juga belajar mendeskripsikan atau menuliskan dari
simbol yang sudah kita gerakkan, agar otak kiri berfungsi, karena ada
proses berpikir kritis di dalamnya.
64
Setelah mempelajari kegiatan belajar 1 ikutilah diskusi, dan tes
formatifnya!
Marilah kita belajar Teori Gerak
Tahukah kamu bahwa ketika kita dapat bergerak karena adanya
kerja otak yaitu kerja otak PFC (Pre frontal Cortex) yang letaknya terdapat
di bagian depan kepala. Angkatlah tanganmu dan letakkan di bagian dahi,
di situlah tempat PFC, dan PFC ini hanya ada pada otak manusia yang
membedakan kita dengan binatang. Bagian ini dirancang Tuhan supaya
manusia dapat memilih yang baik dan memilki etika. PFC memiliki
tanggung jawab dan berfungsi untuk (1) konsentrasi, memahmai benar
dan salah; (2) mngendalikan diri; dan (3) menunda kepuasan, berpikir
kritis, dan merencanakan masa depan. PFC adalah pusat pertimbangan
dan pengambilan keputusan. PFC inilah yang membentuk kepribaian dan
perilaku social. PFC bisa rusak karena masuknya zat adiktif, narkotika
atau NAPZA. Oleh kaena itu, kamu harus menjaga otakmu agar cara kerja dapat berfungsi dengan baik ya…
Ternyata kontemplasi karya seni dapat memperbaiki interaksi area
otak, dan akan memperlambat penuaan. Pada otak terdapat beberapa
saraf, salah satu saraf yang dapat mengantar gelombang elektromagnetik,
memerintahkan kepada bagian anggota tubuh kita untuk bergerak, maka
saraflah yang kemudian mengendalikan otak agar dapat menggerakan
tubuh kita.
Perhatikan video berikut ini: https://www. youtube.
com/watch?v=E_gPIg0a9lU
Sebagaimana diketahui bahwa otaklah yang membedakan manusia
satu dengan yang lainnya, otak terbagi menjadi otak kanan dan otak kiri.
65
Marilah kita lihat video berikut: https://www. youtube.
com/watch?v=LdbrK7nqUTI
A. KOMPETENSI DASAR
3. 1 Memahami gerak tari berdasarkan unsur ruang, waktu, dan
tenaga
4. 1 Memeragakan gerak tari berdasarkan unsur ruang, waktu, dan
tenaga
B. POKOK MATERI
1. Teori Gerak
2. Pembentukan Gerak dalam Tari
D. URAIAN MATERI
1. Teori Gerak
Pelajari PPT materi tentang teori gerak berikut ini, jika kalian
masih tidak paham kalian dapat tanyakan pada guru seni budaya, guru
olah raga, atau orang tuamu.
66
67
68
69
70
71
72
73
2. Pembentukan Gerak dalam Tari
Gerak dapat dibuat untuk berbagai alasan, baik yang disengaja
maupun refleks atas dorongan dalam dirinya, baik secara naluriah
maupun emosional yang akan mendorong seseorang dalam melakukan
gerak. Selanjutnya, menurut Humphrey (1983) dalam Dinny (2012), gerak
diciptakan karena adanya sejumlah sebab dan alasan tertentu. Ada empat
unsur gerak dalam tari yang digunakan untuk dasar penyusunan sebuah
gerak, yakni desain, dinamika, irama atau ritme dan motivasi
Berdasarkan penjelasan tersebut, gerak memiliki desain yang
meliputi desain garis saling berlawanan (oppositional) dan desain garis
searah berturutan (successional).
Contoh:
Desain garis yang berlawanan (oppositional) membentuk sudut siku-
siku atau melingkar membentuk sebuah lengkungan. Desain garis yang
74
berlawanan mempertegas dan memperkuat suasana dan makna. Garis
yang berlawanan dapat mengungkapkan kegembiraan, harapan yang
besar, dan sebagainya. Adapun desain garis searah berturutan
(succession) mempunyai watak yang lembut dan halus.
Dinamika merupakan gerak yang halus dan tajam serta berbagai
macam tingkat ketegangan. Baik dalam tempo dan tensi terdapat gerak
pelan lembut bertenaga, cepat-lembut tanpa ketegangan, cepat-tajam
bertenaga, agak tajam dengan sedikit tenaga, dan perlahan halus tanpa
tegangan. Dinamika gerak dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
gerak tajam dan gerak lembut. Gerak tajam merupakan gerak tangkas
dengan kecepatan tinggi dan dengan tempo cepat yang dilakukan dari
kemampuan seseorang.
Sementara itu, gerak lembut merupakan gerak yang jika dilakukan
membutuhkan waktu yang relatif panjang. Ritme adalah ketukan dan
cepat lambatnya sebuah gerakan. Motivasi merupakan bagian inti dan
bagian yang paling penting dari sebuah gerak tari. Sebab untuk
mendapatkan motivasi, pasti pencipta tari akan mencari inspirasi
terlebih dahulu agar sebuah gerak mempunyai nilai di dalamnya.
E. RANGKUMAN
Belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-
respon muskular dan diekspresikan dalam gerak tubuh.
Belajar gerak adalah melibatkan unsur fisik, pikir, dan emosi dan
perasaan.
Gerak keterampilan adalah gerak yang mengikuti pola atau
bentuk tertentu yang memerlukan. koordinasi dan kontrol
75
sebagian atau seluruh tubuh yang bisa dilakukan melalui proses
belajar.
Gerak dalam tari diciptakan karena adanya sejumlah sebab dan
alasan tertentu yakni desain, dinamika, irama atau ritme dan
motivasi.
Desain yang meliputi desain garis saling berlawanan (opposition)
dan desain garis searah berturutan (succession).
Dinamika merupakan gerak yang halus dan tajam serta berbagai
macam tingkat ketegangan atau kuat lembut.
F. TUGAS
Buatlah kelompok yang terdiri atas 4 orang.
1. Coba diskusikan, menurut pendapat Anda, faktor apa saja yang
mempengaruhi belajar gerak serta berikan contoh!
2. Jelaskan, menurut Anda, apa yang dimaksud dengan keterampilan
dan mengapa dalam gerak terdapat keterampilan?
G. TES FORMATIF
1. Jika seseorang akan menciptakan gerak tari, bagian penting yang harus dimiliki adalah ….
A. Motivasi
B. Kekuatan
C. Kelembutan
76
D. Perasaan
2. Dinamika gerak dapat dibedakan menjadi …
A. Dua bagian yaitu gerak laki-laki dan gerak perempuan
B. Dua bagian yaitu gerak sempit dan gerak luas
C. Dua bagian yaitu gerak kuat dan gerak lemah
D. Dua bagian yaitu gerak tajam dan gerak lembut
3. Gerak yang jika dilakukan membutuhkan waktu yang relatif panjang biasanya dapat dilihat pada gerak….
A. Keras
B. Kuat
C. Lemah
D. Lembut
4. Ketika belajar gerak, respon yang dihasilkan dalam bentuk gerak berupa ….
A. Neomuskuler
B. Pre frotanl Coretex
C. Otak kanan
D. Otak kiri
5. Yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya adalah ….
A. Tingkah laku
B. Otak
77
C. Karakter
D. Gerak
KEGIATAN BEAJAR 2 GERAK
KINESTETIS
Setelah kita mengetahui teori gerak dengan kendali cara kerja otak
yang bertugas mengontrol gerak, gerak dalam tari haruslah gerak yang
memiliki nilai estetis, yang disebut dengan gerak kinestetis. Marilah kita
pelajari tentang gerak kinestetis, sehingga nanti kalian bisa membedakan
gerak yang mengandung estetis dan gerak keseharian. Di akhir
pembelajaran kalian harus melakukan diskusi, dan mengerjakan tes
formatif.
Mari kita mulai mempelajari Kegiatan Belajar 2
A. KOMPETENSI DASAR
3. 1 Memahami gerak tari berdasarkan unsur ruang, waktu, dan
tenaga
4. 1 Memeragakan gerak tari berdasarkan unsur ruang, waktu, dan
tenaga
B. POKOK MATERI
1. Pengertian Gerak Kinestetik
2. Fungsi Gerak Kinesteis
78
C. URAIAN MATERI
1. Pengertian Gerak Kinestetis
Kinestesis seringkali dinyatakan sebagai perasaan otot ataupun
perasaan motorik, bahkan cukup popular juga dengan sebutan indera
keenam (the sixth sense), karena dikenal dengan indera tambahan dari
lima indera yang dikenal saat ini. Meskipun kemampuan ini kerapkali
diabaikan sebagai salah satu indera dasar manusia, kinestesis penting
sebagai umpan balik dan selalu memberikan informasi sensori kepada
sistem saraf pusat megenai hal-hal yang terkait dengan karakteristik
gerakan, seperti: arah, posisi dalam ruang, kecepatan, dan aktivasi otot
(Magill, 2001:75).
Indera kinestetik berbeda dengan kelima indera yang telah disebut
terlebih dahulu, perasaan kinestetik tergantung pada stimulus internal.
Ujung saraf yang disebut gelondong (spindles) atau proprioseptor yang
terletak di dalamotot, tendon dan ligament, tampaknya merupakan alat
pengkoordinasi gerakan tubuh. Adapun reseptor labyrinthine yang
terletak di dalam telinga adalah pengukur keseimbangan tubuh.
Kemampuan koordinasi dan keseimbangan, keduanya merupakan
elemen penting indera kinestetis. Dijelaskan oleh Sugiyanto bahwa
masing-masing reseptor memiliki fungsi sendiri-sendiri dalam
hubungannya dengan posisi dan gerakan tubuh. Aktivitas kumparan otot
berfungsi utama untuk membantu reflex-reflex postural dan memelihara
tegangan otot. Reseptor persendian penting untuk persepsi untuk
presepsi posisi dan gerakan persendian, dan alat-alat vestibular berguna
untuk memelihara keseimbangan dan menginterprestasi gerakan lateral,
horizontal dan vertikal (Sugiyanto, 1984:122).
79
2. Gerak Kinestetis dalam Tari
Pemahaman gerak kinestetis dalam tari pada umumnya terkait
dengan gerak yang memiliki nilai estetis. Jika gerak yang dihasilkan belum
memiliki rasa estetis atau keindahan, belum dapat disebut dengan gerak
tari, karena gerak dalam tari bersifat estetis walaupun gerak dasarnya
diambil dari gerak keseharian.
Marilah kita bedakan gerak keseharian dan gerak yang memiliki
estetika.
Gambar tersebut menunjukkan pemetik teh yang sedang berjalan.
80
Video Eksplorasi
Bandingkan ke dua gambar tersebut, manakah gerak yang meniliki nilai
estetis?
Gerak dalam tari memiliki rasa estetis karena geraknya telah
mengalami distorsi atau perombakan dan sitilisasi atau diperindah,
dengan memperhatikan ruang, waktu, tenaga, seperti yang dijelaskan
pada teori pembentukan gerak yang telah dijelaskan pada KB 1.
Mari kumpulkan gambar-gambar lainnya, dengan membedakan
gambar gerak tari dan gambar gerak keseharian. Berikut perhatikan
tayangan gerak kinestetis dalam tari:
https://www. youtube. com/watch?v=TV5U9bXk5G8
https://www. youtube. com/watch?v=0thm-AjwMgU (1:27)
E. RANGKUMAN
Kinestesis dinyatakan sebagai perasaan otot atau perasaan
motorik, bahkan cukup popular juga dengan sebutan indera
keenam (the sixth sense).
Kinestetis penting sebagai umpan balik dan selalu memberikan
informasi sensori kepada sistem saraf pusat megenai hal-hal yang
terkait dengan karakteristik gerakan.
Ujung saraf yang disebut gelondong (spindles) atau proprioseptor
yang terletak di dalamotot, tendon dan ligament, tampaknya
merupakan alat pengoordinasi gerakan tubuh.
81
Reseptor labyrinthine yang terletak di dalam telinga adalah
pengukur keseimbangan tubuh.
F. TUGAS
Buatlah kelompok dengan 4 orang
1. Carilah gambar gerak keseharian yang kemudian menjadi gerak
tari!
2. Beri deskrispi pada gerak tari tersebut yang kalian dapatkan!
G. TES FORMATIF
1. Bentuk ekspresi gerak yang diungkapkan penari ketika bergerak taritermasuk unsur ….
A. Wiraga
B. Wirama
C. Wirupa
D. Wirasa
2. Gerak tari yang sudah memiliki nilai estetis dapat ditemukan ketika gerak tersebut telah mengalami ….
A. Perombakan
B. Pengembangan
C. Stilirisasi
D. Penataan
3. Reseptor yang terletak di dalam telinga yang berfungsi untuk
82
mengukur keseimbangan tubuh adalah ….
A. Pre Frontal Cortex
B. Labyrinthine
C. Proprioseptor
D. Sensorik
4. Proprioseptor yang terletak di dalam otot, tendon dan ligament, tampaknya merupakan alat ….
A. Koordinasi gerak
B. Keseimbangan gerak
C. Kelenturan gerak
D. Keindahan gerak
5. Sistem saraf pusat terkait dengan karakteristik gerakan…
A. Keseimbangan, kekuatan, koordinasi, dan keindahan
B. Arah, posisi dalam ruang, kecepatan, dan aktivasi otot
C. Keseimbangan, otot, kecepatan, dan aktivitas otot
D. Keindahan, estetis, posisi dalam ruang, dan arah gerak
KEGIATAN BELAJAR 3
PENGERTIAN GERAK DALAM TARI DAN SIMBOL GERAK DALAM
NOTASI LABAN
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 2, sekarang kita mempelajari
Kegiatan Belajar 3 yang isinya tentang pengertian tari, jenis gerak tari,
dan gerak tari dalam notasi laban. Di akhir pembelajaran kalian harus
83
melakukan diskusi, dan mengerjakan tes formatif.
Sekarang marilah kita belajar tentang Pengertian Gerak dalam Tari
dan Simbol Gerak dalam Notasi Laban.
A. KOMPETENSI DASAR
3. 1 Memahami gerak tari berdasarkan unsur ruang, waktu, dan
tenaga
4. 1 Memeragakan gerak tari berdasarkan unsur ruang, waktu, dan
tenaga
B. POKOK MATERI
1. Pengertian Tari
2. Jenis Gerak Tari
3. Notasi Tari
C. URAIAN MATERI
1. Pengertian Gerak dalam Tari
Perhatikan PPT berikut ini yang akan menjelaskan pengertian gerak
dalam tari, jika ada yang belum dipahami kalian bisa menanyakan
langsung pada guru tarimu di sekolah.
84
85
86
87
Berdasarkan slide tersebut sudah jelaskah kamu bahwa gerak dalam
tari memiliki unsur ruang, waktu, dan tenaga, seperti yang telah
88
dijelaskan pada KB 1. Ruang gerak ada yang isebut dengan body space
(ruang tubuh penari), dan space area (ruang area penari ketika bergerak)
2. Jenis Gerak Tari
Pada pembelajaran di kelas Seni Budaya bidang studi Seni Tari, tentu
gurumu telah menjelaskan tentang jenis tari. Sekarang mari kita ulang lagi
untuk mempelajari jenis tari dari ppt berikut ini:
89
90
91
92
Setelah mempelajari slide tersebut, gerak tari dapat dilihat dari jenis
fungsi dari tari ketika dipertunjukkan.
93
3. Notasi Tari
Pada materi ini bukalah link berikut:
www. e-assessment. id lalu klik Pembelajaran Literasi Gerak
Video tentang sejarah notasi tari (video literasi gerak)
D. RANGKUMAN
Unsur utama dalam tari adalah gerak
Gerak dalam tari memiliki unsur ruang, waktu, dan tenaga
Ruang dalam gerak tari terdiri atas body space dan body area
Waktu dalam gerak tari terbagi menjadi tempo dan durasi
Tenaga dalam gerak tari terdiri atas intensitas, kualitas, dan
aksen
Tari berdasarkan pola garapan terbagi menjadi tari tradisi dan
tari kreasi
E. TUGAS
Buatlah kelompok yang terdiri atas 4 orang, kemudian:
1. Amati dan tuliskan gerak-gerak yang ada dalam tari tradisi
2. Amati dan tuliskan gerak-gerak yang ada dalam tari kreasi
94
F. TES FORMATIF
Pilihlah jawaban yang palig tepat dari beberapa pertanyaan
berikut!
1. Jika suatu gerak telah distilir maupun didistorsi, dapat disebutsebagai gerak….
A. Bela diri
B. Tari
C. Olah raga
D. Sehari-hari
2. Gerak tari harus memperhatikan unsur ruang, waktu, dan
tenaga. Unsur ruang terbagi menjadi …A. Ruang tubuh dan ruang gerak
B. Body space dan space area
C. Ruang area dan ruang panggung
D. Body shape dan shape area
3. Gerak dalam tari terbagi menjadi dua yaitu … A. Gerak maknawi dan gerak murni
B. Gerak keseharian dan gerak estetis
C. Gerak bermain dan gerak murni
D. Gerak bermakna dan gerak simbolis
4. Gerak pada tari tradisi pada umumnya memiliki ….
A. Kebebasan
95
B. Kreativitas
C. Pakem
D. Kebaruan
5. Gerak sebagai hasil kreativitas biasanya dapat ditemukan pada tari ….
A.Tradisi
B.Kreasi
C. Primitif
D. Istana
KEGIATAN BELAJAR 4
RUANG DALAM GERAK TARI
Setelah mempelajari kegiatan belajar 3, selanjutnya marilah kita
pelajari kegiatan belajar 4 yang isinya memahami ruang gerak dalam tari,
dan simbol ruang gerak tari pada notasi laban. Di akhir pembelajaran,
kalian harus melakukan diskusi dan mengerjakan tes formatif.
Marilah kita mulai mempelajari tentang Ruang dalam Gerak Tari.
A. KOMPETENSI DASAR
3. 1 Memahami gerak tari berdasarkan unsur ruang, waktu, dan
tenaga
4. 1 Memeragakan gerak tari berdasarkan unsur ruang, waktu, dan
tenaga
96
B. Pokok Materi
1. Ruang dalam Gerak
2. Simbol Ruang dalam Literasi Gerak
C. URAIAN MATERI
1. Ruang dalam Gerak Tari
a. Pengertian
Gerak dalam tari terdiri atas tenaga, ruang dan waktu yang
berhubungan erat dengan wiraga, wirama dan wirasa. Pengertin “ruang” dalam tari bukanlah pengertian ruang dalam arti kata “kamar” yang dibatasi oleh bidang-bidang tiga dimensional (panjang, lebar dan tinggi),
namun pengertiannya dalam tari lebih ditekankan pada garis-garis yang
dibentuk oleh penari sebagai garis imajiner. Setiap kali tubuh bergerak, ia
akan menciptakan ruang bagi dirinya sendiri.
Ruang dapat dinyatakan sebagai ruang positif dan ruang negatif.
Ruang positif pada dasarnya adalah ruang yang ditimbulkan oleh garis
kontur dari bagian tubuh yang bergerak misalnya tangan, kaki, dan
kepala. Adapun ruang negatif adalah ruang kosong yang ditimbulkan
sebagai akibat perubahan garis kontur tubuh yang bergerak.
b. Jenis Ruang dalam Gerak Tari
Gerak dalam tari dapat dihasilkan dari pross eksplorasi, yang
memperhatkan postur tubuh dalam satu kesatuan kelompok gerak,
sehingga akan menimbulkan kesan ruang yang berbeda.
97
Produk koreografi kelompok yang bersifat nonliteral tanpa tema
cerita, seperti tipe murni dan studi yang lebih mementingkan atau
berkonsentrasi pada tema teba gerak itu sendiri, jenis kelamin dan
postur tubuh ini untuk mempertimbangkan kesatuan pusat perhatian
dalam ruang tari, misalnya kesatuan kelompok pria dan wanita,
kelompok postur tubuh besar dan kecil, bilamana terjadi pencampuran
jenis kelamin maupun postur tubuh dalam kesatuan kelompok itu, akan
menimbulkan tangkapan-tangkapan estetis yang berbeda-beda.
c. Simbol Ruang dalam Literasi Gerak
Literasi gerak merupakan hasil adopsi dan adaptasi dari notasi laban.
Pada notasi laban memiliki simbol arah yang memiliki arti sebagai ruang
gerak. Demikian pula dalam literasi gerak, di mana ruang memiliki arah
gerak yang sama dengan notasi laban. Berikut contoh arah ruang gerak
yang terdapat dalam literasi gerak.
Simbol Gerak Level Sedang
No. Gambar Keterangan
1.
Posisi ditempat
98
Simbol Gerak Level Sedang
No. Gambar Keterangan
2.
Langkah maju kaki kanan/kiri
3.
Langkah mundur kaki kanan/kiri
4.
Langkah serong depan kaki
kanan/kiri
99
Video Literasi Gerak Dasar Notasi dengan Warna
Simbol Gerak Level Sedang
No. Gambar Keterangan
5.
Langkah ke samping kaki
kanan/kiri
6.
Langkah mundur serong belakang
kaki kanan/kiri
100
D. RANGKUMAN
Ruang ini bisa dinyatakan sebagai ruang positif dan ruang negatif.
Ruang positif pada dasarnya adalah ruang yang ditimbulkan oleh
garis kontur dari bagian tubuh yang bergerak misalnya tangan,
kaki, dan kepala.
Ruang negatif adalah ruang kosong yang ditimbulkan sebagai
akibat perubahan garis kontur tubuh yang bergerak.
Kesadaran penari terhadap rasa ruang seyogyanya mencakup
kedua ruang positif dan negatif tersebut
Ruang gerak ditentukan postur tubuh penari, jenis kelamin, dan
karakteristik penari
E. TUGAS
Buatlah kelompok, satu kelompok tedisri dari 4 orang. Buatlah
simbol literasi gerak dan buat deskripsinya
F. TES FORMATIF
Pilihlah jawaban yang paling benar dari beberapa pertanyaan
berikut ini!
1. Ruang yang ditimbulkan oleh garis imajiner dari bagian tubuh
yang bergerak misalnya tangan, kaki, dan kepala, disebut
dengan....
101
A. ruang positif
B. ruang negative
C. ruang gerak
D. ruang tubuh
2. Ketika penari melakukan gerak, yang harus diperhatikan adanya kesadaran terhadap…
A. ruang positif
B. ruang negative
C. ruang area
D. ruang gerak dan ruang area
3. Jika penari perempuan bertubuh besar, dan ingin memberi
kesan gerak maskulin ruang gerak yang dihasilkan sebaiknya ….
A. menyilang
B. membuka
C. kontras
D. menutup
4. Ruang gerak yang memberi kesan sedih biasanya dilakukan dengan gerakan ….
A. menyilang
B. membuka
C. kontras
D. menutup
102
5. Berikut ini simbol literasi gerak
Mempunyai arti ….
A. melangkah kaki kanan serong kiri
B. melangkah kaki kanan serong kanan
C. melangkah kaki kiri serong kiri
D. melangkah kaki kiri serong kanan
KEGIATAN BELAJAR 5
WAKTU DALAM GERAK TARI
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 4, sekarang kita mempelajari
Kegiatan Belajar 5 yang isinya tentang waktu dalam gerak tari. simbol
gerak tari dalam notasi laban dapat dilihat dari hitungan. Di akhir
pembelajaran kalian harus melakukan diskusi, dan mengerjakan tes
formatif.
Marilah kita mulai mempelajari tentang Waktu dalam Gerak Tari.
103
A. KOMPETENSI DASAR
3.1 Memahami gerak tari berdasarkan unsur ruang, waktu, dan
tenaga
3.2 Memeragakan gerak tari berdasarkan unsur ruang, waktu,
dan tenaga
B. POKOK MATERI
1. Waktu dalam Gerak Tari
2. Simbol Waktu Gerak dalam Literasi Gerak
C. URAIAN MATERI loop
1. Waktu dalam Gerak Tari
Gerak, ruang, dan waktu terintegrasi sebagai kesatuan yang
membentuk tari. Adapun yang dimaksud dengan “waktu” tidaklah hanya berkait dengan “irama” yang melekat dengan iringan gerak tari yang tersaji, namun lebih jauh adalah berkaitan dengan dinamika emosional
yang ditimbulkannya. Irama tidak selamanya harus ditandai secara fisik
dengan ketukan yang dapat didengar, namun bisa saja dengan detak
jantung yang sering hanya bisa bisa didengar oleh diri sendiri. Jeda atau
diam pun juga merupakan musik yang mampu menghidupkan tari.
Pengertian waktu bermakna pengulangan, namun keyataannya dapat
memberikan makna. Dimensi waktu seperti itulah yang menjadikan
sebuah tari memiliki kebaruan gerak.
Pelajari PPT berikut ini tentang waktu dalam tari berikut ini:
104
105
2. Simbol Literasi Gerak Berdasarkan Hitungan
Berikut ini simbol literasi gerak yang memperhatikan htungan dan
variasi ruang gerak yang harus diikuti sesuai dengan simbolnya. Hitungan
106
tersebut dapat dilakukan dengan tempo yang lambat atau tempo cepat,
sehingga akan menghasilkan penyelesaian waktu yang berbeda walaupun
simbok geraknya sama.
Latihan Simbol Gerak
No. Gambar Keterangan
1.
Hitungan 1
2.
Hitungan 2
3.
Hitungan 3
4.
Hitungan 4
107
D. RANGKUMAN
Hitungan cepat atau lambat dapat mempengruhi waktu dalam
melakukan gerak tari
Pada tari putri yang berkarakter halus biasanya menggunakan
tempo yang lambat, dan hal ini kaan berbeda dengan gerak untuk
karakter putra gagah
Durasi tari akan sangat tergantung tempo yang dilakukan dalam
setiap gerakannya.
E. DISKUSI
Butlah kelompok yang terdiri atas 4 orang
1. Identifikasi tari-tari Randai yang memiliki tempo lambat, dan
cepat
2. Kelompokan tari tradisi kamu ketahui sesuai dengan karakternya
F. TES FORMATIF
1. Tari merupakan unsur gerak yang harus memperhatikan ruang,
waktu, dan tenaga. Apabila gerak tersebut dilakukan dengan
hitungan 1-4, dilanjutkan hitungan 1-8, dan diakhiri hitungan 1-
2. Adanya perubahan hitungan yang berpengaruh terhadap
Video Literasi Gerak Latihan 4
(Lihat Web E-Learning)
108
gerak, maka akan menimbukan gerak yang memiliki…
A. ruang
B. waktu
C. tenaga
D. dinamika
2. Cepat lambatnya gerak yang dapat dilihat pada Tari Randai dari
Sumatera Barat menunjukkan tarian tersebut memiliki tempo
yang dinamis. Namun demikian Tari Randai tidak menggunakan musik pengiring berupa…
A. diatonis
B. internal
C. kontemporer
D. pentatonis
3. Keindahan gerak salah satunya dapat dilihat dari penggunaan
irama. Untuk itu, tari yang baik adalah jika penggunaan irama
dapat memenuhi fungsi musik yaitu....
A. pendukung suasana, pengatur tempo, pengiring
gerak
B. pengatur tempo, pengatur ritme, pengatur dinamika
gerak
C. pengiring gerak, pengatur tempo, pengatur ritme
D. pengiring gerak, pendukung suasana, pemberi ilustrasi
4. Perbedaan gerak berdasarkan hitungan antara 1–4 dengan 1–8,
109
dapat dirasakan adanya perbedaaan…
A. ritme
B. kualitas
C. kuantitas
D. intensitas
5. Mengatur tempo gerak dapat dilakukan melalui musik
pengiring tari. Pada tari Sunda pengatur tempo tersebut biasanya diatur oleh alat musik berupa…
A. rebab
B. saron
C. gong
D. kendang
2. MATERI INRMEDIATE KEGIATAN BELAJAR 1
KOORDINASI GERAK. TAGAN, DAN KAKI DENGAN MENGGUNAKAN
LEVEL
Pada Kegiatan Belajar 1 di Modul 2 ini, kita akan mempelajari
Koordinasi gerak kaki dan tangan dengan menggunakan unsur level.
Kalian sudah mulai belajar mengkoordinasikan gerak kaki dan tangan
secara bersamaan pada hitungan yang sama. Langkah pembelajaran yang
harus diperhatikan adalah (1) Amati simbol gerak dalam literasi gerak;
(2) Mengingat bentuk simbol gerak beserta warnanya untuk menunjukan
level gerak; (3) Mencoba melakukan sesuai dengan simbol geraknya; dan
(4) Mendemonstrasikan simbol gerak tersebut dengan hitungan yang
110
konstan.
Marilah kita mulai dengan kegiatan belajar 1 yaitu KoordinasiGerak
Tangan Dan Kaki Dengan Menggunakan Level, setelah itu ikutilah diskusi,
dan tes formatifnya
A. KOMPETENSI DASAR
3. 1 Memahami gerak tari berdasarkan unsur ruang, waktu, dan
tenaga
4. 1 Memeragakan gerak tari berdasarkan unsur ruang, waktu, dan
tenaga
B. POKOK MATERI
1. Koordinasi Gerakan Aggota Tubuh dengan Level Melalui Simbol
dalam Literasi Gerak
2. Contoh Koordinasi Gerakan Aggota Tubuh dengan Level Melalui
Simbol dalam Literasi Gerak
C. URAIAN MATERI
1. Koordinasi Gerak Anggota Tubuh dengan Level Melalui Simbol
dalam Literasi Gerak
Menurut Suharno (Sridadi, 2009: 3) koordinasi gerak adalah
kemampuan seseorang untuk merangkai beberapa unsur gerak menjadi
suatu gerakan yang selaras dengan tujuannya, atau kemampuan
menampilkan tugas gerak dengan lentur dan akurat yang seringkali
111
melibatkan perasaan dan serangkaian koordinasi otot yang
mempengaruhi gerakan.
Lutan (2002: 70) menyebutkan bahwa koordinasi gerak adalah
kemampuan untuk memadukan pelaksanaan tugas gerak yang terpisah-
pisah yang didukung oleh beberapa sumber penginderaan sehingga
menjadi gerak yang efisien. Koordinasi gerak memerlukan suatu
keharmonisan, irama, dan urutan gerak dari beberapa anggota tubuh.
Menurut Murgiyanto, level atau tinggi rendah adalah ukuran tinggi-
rendah yang dihasilkan oleh seorang penari dalam melakukan gerak.
Ketinggian maksimal yang dapat dicapai oleh seorang penari adalah
ketika meloncat ke udara, sehingga ketinggian minimal dicapai ketika
rebah di lantai.
Pada Notasi laban yaitu suatu sistem yang menganalisis dan
merekam pergerakan manusia. Dipublikasikan pertama kali oleh Rudolf
von laban pada tahun 1879-1958 dengan nama kinetographie. Beberapa
orang melanjutkan untuk pengembangan notasi tersebut. Di Amerika
oleh Ann hutchinson dikenal dengan Notasi laban. Notasi laban
dikembangkan di Jerman oleh Albrecht knust dengan nama
kinetographie laban. (Schrott, 1991:200) (https://media. neliti.
com/media/publications/219327-pemodelan-3-dimensi-notasi-laban-
dengan. pdf)
Sementara level dalam gerak tari adalah level dalam gerak tari
adalah tinggi rendahnya gerak tari yang dilakukan. Gerak tari
berdasarkan level memiliki tiga elemen yaitu rendah, sedang dan tinggi.
Ketiga level ini merupakan satu kesatuan utuh sehingga memberi kesan
dinamis pada tari. Penggunaan level pada gerak berhubungan erat dengan
ruang, waktu, dan tenaga. Gerak level rendah dilakukan menyentuh lantai.
112
Gerak level sedang dilakukan sejajar dengan tubuh, dan gerak level tinggi
dilakukan sebatas kemampuan penari melakukan gerak secara vertikal.
2. Contoh Koordinasi Gerak Anggota Tubuh dengan Level Melalui
Simbol dalam Literasi Gerak
Literasi gerak ini merupakan adopsi dan adaptasi dari notasi laban
dengan penambahan warna coklat untuk level rendah, hijau untuk level
sedang, dan biru untuk level tinggi. Pemilihan warna disesuaikan dengan
alam lingkungan sekitar siswa yaitu coklat untuk warna tanah yang
memberi level rendah, hijau warna daun yang memberi arti level sedang,
sedangkan biru warna langit yang memberi simbol level tinggi.
Pemberian warna pada simbol agar siswa dapat lebih mudah
memahami level gerak yang terdapat dalam notasi laban. Penulisan
literasi gerak terbagi menjadi gerak bagian kiri dan bagian kanan, berikut
gambar secara spesifik penyederhanaan dari simbol-simbol literasi gerak
sebagai media pembelajaran.
113
Secara terperinci marilah kita mulai mengenal simbol-simbol dari
literasi gerak
114
115
D. RANGKUMAN
Notasi laban diciptakan dengan tujuan agar gerak dalam tari
dapat dicatat dan didokumenkan
Terdapat garis untuk menggambarkan simbol gerak bagian kaki,
tangan, bagian kiri dan kanan
116
Video Gerak Kaki tangan 1
(Lihat Web E-Learning)
Level pada literasi gerak yang berbasis pada notasi laban ditandai
dengan warna hijau untuk leveli sedang, warna coklat untuk level
rendah, dan warna biri untuk level tinggi
E. DISKUSI
Buatlah kelompok yang terdiri atas 4 orang, kemudian:
1. Gambarlah simbol literasi gerak kaki dengan berbagai level untuk
4 hitungan
2. Gambarlah simbol literasi gerak tangan dengan berbagai level
untuk 4 hitungan
117
F. Tes Formatif KB 1
1. Penulisan notasi laban untuk gerak ke kiri dan ke kanan
disimbolkan dengan tanda:
A.
B.
C.
D.
118
2. Perhatikan gambar notasi laban berikut ini:
gerak kaki disimbolkan dengan…
A. simbol di tempat
B. simbol garis
C. simbol warna coklat
D. simbol gerak ke samping kiri dan kanan
3. Perhatikan gambar notasi laban berikut ini
Warna hijau mrupakan simbol untuk gerak ….
A. kaki
B. kepala
C. tangan
D. diam
119
4. Pada gambar berikut ini
Merupakan simbol gerak ….
A. ke depan level sedang
B. ke depan level rendah
C. ke depan level tinggi
D. ke belakang level sedang
KEGIATAN BELAJAR 2
KOORDINASI GERAK TANGAN DAN KAKI DENGAN MENGGUNAKAN
RUANG
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 1, sekarang kita mempelajari
Kegiatan Belajar 2 yang isinya tentang Koordinasi Gerak Tangan dan
Kaki dengan Menggunakan Ruang. Pada kegiatan belajar 2 ini kalian
harus sudah memahami dengan benar simbol arah dari notasi laban
dengan tepat, sekaligus dapat mengkoordinasikan gerakan antara tangan
dan kaki. Langkah pembelajaran yang harus diperhatikan adalah (1)
amati simbol literasi gerak; (2) mengingat bentuk simbol gerak beserta
warnanya untuk gerak beserta warnanya untuk menunjukan ruang gerak;
(3) mencoba melakukan sesuai dengan simbol geraknya; dan (4)
mendemonstrasikan simbol gerak tersebut dengan hitungan yang
120
konstan.
Di akhir pembelajaran kalian harus melakukan diskusi, dan
mengerjakan tes formatif. Marilah kita belajar tentang Koordinasikan
Gerak Tangan dan Kaki Dengan Menggunakan Ruang
A. KOMPETENSI DASAR
3. 1 Memahami gerak tari berdasarkan unsur ruang, waktu, dan
tenaga
4. 1 Memeragakan gerak tari berdasarkan unsur ruang, waktu, dan
tenaga
B. POKOK MATERI
1. Koodinasi Gerak Anggota Tubuh dengan Ruang Melalui Simbol
dalam Literasi Gerak
2. Contoh Koodinasi Gerak Anggota Tubuh dengan Ruang Melalui
Simbol dalam Literasi Gerak
C. URAIAN MATERI
1. Koodinasi Gerak Anggota Tubuh dengan Ruang Melalui Simbol
dalam Literasi Gerak
Pemahaman ruang sebagai gerak tari memiliki hubungan dengan
kekuatan-kekuatan motor penggeraknya, yaitu struktur ritmis dari pola
gerakan yang terjadi dalam ruang itu (Sumandiyo, 2003: 23). Dikatakan
pula bahwa ruang gerak tari dapat menciptakan suatu imaji dinamis.
121
Aspek ruang dalam gerak tubuh merupakan komponen visual tari. Ruang
di dalam tari, selain ruang untuk pertunjukan juga ada ruang yang
diciptakan oleh penari.
(http://staffnew. uny. ac. d/upload/131699326/pendid
ikan/MODUL+TARI+NUSANTARA+IV. pdf).
Berikut gambar-gambar notasi literasi gerak (https://www. google.
com/search?q=gambar+notasi+l
aban&safe=active&sxsrf=ACYBGNQPROWwKaVjt5H4 WNL1nNsJ7_H-
Kg:1569051316713&source=lnms&tbm= isch&sa=X&v
ed=0ahUKEwjzuvfSs-
HkAhWVfn0KHRcyC5EQ_AUIESgB&biw=1319&bih=58
1#imgrc=ZngRkChJqTP3kM:)
Belajar literasi gerak berbasis pada notasi laban bukan belajar notasi
laban yang sesungguhnya, tetapi hanya pada penggunaan simbol arahnya
saja, hal ini karena pemahaman literasi gerak bukan pada belajar notasi
labannya, tetapi notasi laban sebagai stimulus untuk mengaktifkan dan
menyeimbangkan kerja otak.
Ruang gerak pada notasi laban dapat ditunjukkan dengan simbol
arah gerak, karena ketika tangan merentang ke samping akan memiliki
makna yang berbeda ketika tangan membuka dengan arah serong kiri
dan kanan.
Begitu pula ketika tangan ke atas akan berbeda ruangnya jika tangan
merentang ke samping.
Sekarang mari lakukan gerak berikut:
122
a. Posisi di tempat
b. Langkah maju kaki kanan/kiri
c. Langkah kanan/kiri mundur
kaki
d. Langkah serong depan kaki
kanan/kiri
e. Langkah kanan/kiri ke samping
kaki
f. Langkah mudur serong
belakang kaki kanan/kiri
Kita ulangi lagi dengan simbol berikut ini:
a. Posisi di tempat dengan kaki
jinjit
b. Langkah maju kaki kanan/kiri
dengan kaki jinjit
123
c. Langkah mundur kaki
kanan/kiri dengan kaki jinjit
d. Langkah serong kaki kanan
kanan/kiri dengan kaki jinjit
e. Langkah ke samping kaki
kanan/kiri dengan kaki jinjit
f. Langkah mundur serong kaki
kanan/kiri dengan kaki jinjit
D. Contoh Koodinasi Gerak Anggota Tubuh dengan Ruang Melalui
Simbol dalam Literasi Gerak
Ikuti gerak pada video pembelajaran gerak pad web e-assessment.id dan
lakukan pula gerak kaki berikut ini:
124
125
Video Gerak Tangan
(Lihat Web E-Learning)
Kemudian lakukan juga gerak tangan berikut ini:
Selanjunya lakukan gerak kaki dan tangan secara bersama-sama
berikut ini:
126
E. RANGKUMAN
Ruang sebagai elemen tari memiliki hubungan dengan kekuatan-
kekuatan motor penggeraknya, yaitu struktur ritmis dari pola
gerakan yang terjadi dalam ruang tersebut
Pada literasi gerak berbasis notasi laban, ruang ditunjukkan
dengan simbol arah gerak yang berbeda-beda
Gerak memiliki kesan ruang yang berbeda jika dilakukan dengan
menggunakan level atau arah yang berbeda-beda.
F. DISKUSI
Buatlah kelompok yang terdiri atas 4 orang
1. Buatlah simbol literasi gerak untuk gerak kaki dengan berbagai
arah
127
2. Buatlah simbol literasi gerak untuk gerak tangan dengan berbagai
arah
G. TES FORMATIF
1. Ruang pada literasi gerak dapat ditunjukkan dengan simbol ….
A. garis
B. arah
C. gerak
D. tempat
2. Jika tangan kiri ke samping kiri, dilanjutkan dengan gerak tangan kanan ke sampang kanan, akan menghasilkan posisi tangan….A. sembah
B. merentang
C. melenggang
D. bersiap
3. Jika kaki kanan melangkah ke depan, dan tangan kanan ke
belakang, dilakukan secara berulang-ulang bergantian, akan menunjukkan gerak….
A. berjalan
B. trisik
C. berlari
D. duduk simpuh
4. Jika tangan merentang, akan memiliki kesan ….
128
A. sempit
B. luas
C. tertutup
D. besedih
5. Jika tangan kiri ke samping kanan, dilanjutkan dengan tangan
kanan ke samping kiri, posisi tengan tersebut akan memiliki makna ….
A. sempit
B. luas
C. tertutup
D. besedih
KEGIATAN BELAJAR 3
KOORDINASI GERAK TANGAN DAN KAKI DENGAN MENGGUNAKAN
LEVEL DAN RUANG
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 1 dan 2, sekarang kita
mempelajari Kegiatan Belajar 3 yang isinya tentang Koordinasi Gerak
Tangan dan Kaki dengan Menggunakan Level dan Ruang. Pada
kegiatan belajar 3 ini kalian harus sudah memahami dengan benar simbol
arah dan level dari notasi laban dengan tepat, sekaligus dapat
mengkoordinasikan gerakan antara tangan dan kaki. Langkah
pembelajaran yang harus diperhatikan adalah (1) amati simbol literasi
gerak; (2) mengingat bentuk simbol gerak beserta warnanya untuk
menunjukan level dan ruang gerak; (3) mencoba melakukan sesuai
129
dengan simbol geraknya; dan (4) mendemonstrasikan simbol gerak
tersebut dengan hitungan yang konstan.
Di akhir pembelajaran kalian harus melakukan diskusi, dan
mengerjakan tes formatif. Sekarang marilah kita belajar tentang
Koordinasi Gerak Tangan dan Kaki dengan Menggunakan Level dan
Ruang.
A. KOMPETENSI DASAR
3. 1 Memahami gerak tari berdasarkan unsur ruang, waktu, dan
tenaga
4. 1 Memeragakan gerak tari berdasarkan unsur ruang, waktu, dan
tenaga
B. POKOK MATERI
1. Koodinasi Gerakan Aggota Tubuh dengan Level dan Ruang Melalui
Simbol dalam Literasi Gerak
2. Contoh Koodinasi Gerakan Aggota Tubuh dengan Level dan Ruang
Melalui Simbol dalam Literasi Gerak
130
C. URAIAN MATERI
1. Koodinasi Gerak Anggota Tubuh, Level, dan Ruang Melalui
Simbol dalam Literasi Gerak
Berikut simbol literasi gerak berbasis notasi laban yang sudah diadopsi
dan diadaptasi.
Pada gambar di atas adalah simbol dalam notasi laban yang
menggunakan level rendah, gerakan tangan, dan gerakan kaki yang
dilakukan dalam posisi rendah.
131
Pada gambar di atas adalah simbol dalam notasi laban yang
menggunakan level menengah, gerakan tangan, dan gerakan kaki yang
dilakukan dalam posisi menengah.
132
Video Literasi Gerak
(Lihat Web E-Learning)
Pada gambar di atas adalah simbol dalam literasi gerak yang
menggunakan level atas, gerakan tangan, dan gerakan kaki yang dilakukan
dalam posisi atas.
Setelah melihat gambar dari simbol gerak dalam level, berikut ini
video mengenai koordinasi gerakan aggota tubuh, level, dan ruang melalui
simbol dalam literasi gerak.
133
Sekarang marilah kita perhatikan gambar di berikut ini
Gambar tersebut menunjukkan kaki kakan di belakang, kaki kiri ke
depan, dan tangan ke bawah di tempat. Pada posisi tersebut memberikan
kesan ruang gerak kaki membuka dan ruang gerak tangan menutup.
Sementara untuk gambar di bawah ini menunjukkan kaki kanan
terkunci, kaki kiri ke samping kanan, dan tangan kiri ke depan.
134
2. Contoh Koodinasi Gerak Anggota Tubuh dengan Level dan Ruang
Melalui Simbol dalam Literasi Gerak
Berikut ini adalah contoh gerak kaki dan tangan yang dilakukan
dengan 4 hitungan. Kalian coba praktikan sesuai dengan gambar tersebut!
135
Video Gerak Kaki Tangan
(Lihat Web E-Learning)
Jika dibuat ke dalam bentuk tulisan, akan seperti deskripsi berikut ini
Bersiap Kaki kanan posisi di belakang, kaki kiri yang
berada di depan
Tangan ke bawah
Hitungan 1 Kaki kanan serong kanan level rendah, kaki
kiri terkunci
Tangan kanan ke samping kiri
Hitungan 2 Kaki kiri melangkah ke samping, kaki kanan
diangkat
Tangan kiri ke samping kanan, tangan kanan
ke depan
Hitungan 3 Kaki kanan ke samping, kaki kiri diangkat
Tangan kiri maju, tangan kanan dikunci
Berdasarkan gerak tersebut, yang perlu diperhatikan adalah simbol
arah gerak ke samping kanan, ke samping kiri, ke depan kiri, ke depan
kanan, ke belakang kiri, ke belakang kanan, serong kanan, serong kiri, dan
di tempat, atau terkunci, dan diangkat jika pada bagian kaki tidak
ditemukan simbol apapun.
136
D. RANGKUMAN
Penggunaan level dan ruang sebagai elemen tari memiliki
hubungan dengan kekuatan-kekuatan motor serta akan
menentukan pada karakter gerak
Pada literasi gerak berbasis notasi laban untuk level ditandai
denan warna, sedangan ruang ditandai dengan simbol arah.
Gerak memiliki kesan ruang yang berbeda jika dilakukan dengan
menggunakan level atau arah yang berbeda-beda.
E. DISKUSI
Buatlah kelompok yang terdiri atas 4 orang
1. Buatlah simbol literasi gerak untuk gerak kaki dengan berbagai
level dan berbagai simbol arah!
2. Buatlah simbol literasi gerak untuk gerak tangan dengan berbagai
level dan berbagai simbol arah!
F. TES FORMATIF
Pilihlah jawaban yang paling benar dari pertanyaan
berikut ini!
1. Jika terdapat deskripsi berikut ini, simbol naotasi yang benar adalah…
Kaki kiri melangkah ke samping kaki kanan diangkat
Tangan kiri ke samping kanan, tangan kanan ke depan
137
A.
B.
C.
D.
138
2. Prhatikan gambar berikut ini:
A. Kaki kanan ke samping, kaki kiri diangkat. Tangan kiri maju,
tangan kanan dikunci
B. Kaki kiri melangkah ke samping kaki kanan diangkat.
Tangan kiri ke samping kanan, tangan kanan ke depan.
C. Kaki kanan ke samping, kaki kiri diangkat.
Tangan kiri maju, tangan kanan dikunci.
D. Kaki kiri dan kanan kembali ke tempat dengan level rendah
Tangan kanan ke samping kanan, tangan kiri ke samping kiri
3. Ruang dalam gerak tari dapat ditunjukkan dengan ….
A. volume gerak
B. karater gerak
C. posisi
D. tubuh penari
4. Ruang dalam literasi gerakdapat ditunjukkan dengan ….
A. hitungan
B. warna
139
C. simbol arah
D. garis
5. Warna coklat pada literasi gerak yang berbasis notasi laban artinya
memiliki arti level….
A. sedang
B. tinggi
C. rendah
D. di tempat
3. MATERI ADVANCE
KEGIATAN BELAJAR 1
KOORDINASI GERAK TANGAN DAN KAKI DENGAN LEVEL DAN
VARIASI HITUNGAN
Hallo bagaimana kabarnya hari ini? Semoga masih tetap semangat untuk mempelajari literasi gerak ya…
Dalam proses belajar pada dasarnya tidak ada yang tidak bisa, hanya
tinggal kamu yakin saja untuk mencobanya.
Pada Kegiatan Belajar 1 di Modul 3 ini, kita akan mempelajari
Koordinasi Gerak Tangan dan Kaki dengan Menggunakan Level dan
Variasi Hitungan. Di materi ini kalian akan mempelajari pola variasi
hitungan. Jadi, ketika kalian melakukan gerakan dengan hitungan 1 akan
terdapat dua gerakan, yaitu gerakan pada hitungan “sa” dan gerakan yang
lain pada hitungan “tu”, begitu pula pada hitungan “du-a”, “ti-ga”, “em-
pat”, masig-masing akan memiliki simbol gerak yang berbeda.
140
Kalian sudah mulai belajar mengkoordinasikan gerak kaki dan
tangan secara bersamaan pada hitungan yang sama. Langkah
pembelajaran yang harus diperhatikan adalah (1) amati simbol literasi
gerak; (2) mengingat bentuk simbol gerak beserta warnanya untuk
menunjukan level gerak; (3) cermti variasi hitungannya; (4) mencoba
melakukan sesuai dengan simbol gerak dan viriasi hitungan; dan (5)
mendemonstrasikan simbol gerak tersebut dengan hitungan yang
konstan.
Marilah kita mulai dengan kegiatan belajar 1 yaitu Koordinasi
Gerak Tangan dan Kaki dengan Menggunakan Level dan Variasi
Hitungan. Setelah itu, ikutilah diskusi, dan tes formatifnya
A. KOMPETENSI DASAR
3.1 Memahami gerak tari berdasarkan unsur ruang, waktu, dan tenaga
4. 1 Memeragakan gerak tari berdasarkan unsur ruang, waktu, dan
tenaga
B. POKOK MATERI
1. Koordinasi gerak angota tubuh, level dan hitungan melalui
simboldalam literasi gerak.
2. Contoh Koordinasi gerak angota tubuh, level dan hitungan
melalui simbol dalam literasi gerak.
141
C. URAIAN MATERI
1. Koordinasi Gerak Angota Tubuh, Level, dan Hitungan Melalui
Simbol dalam Literasi Gerak
Menurut Suharno (Sridadi, 2009: 3) koordinasi gerak adalah
kemampuan seseorang untuk merangkai beberapa unsur gerak menjadi
suatu gerakan yang selaras sesuai dengan tujuannya, atau kemampuan
menampilkan tugas gerak dengan lentur dan akurat yang seringkali
melibatkan perasaan dan serangkaian koordinasi otot yang
mempengaruhi gerakan.
Video Mekanisme Kerja Otot: https://www. youtube.
com/watch?v=mH9-PVZ8gPE
Koordinasi gerak dalam tari merupakan perpaduan dari beberapa
gerakan yang tersusun menjadi suatu rangkaian gerak yang harmonis
dengan tujuan tertentu.
Perhatikan video berikut ini:
video mengenai Language of Anatomy -Movement: https://www.
youtube. com/watch?v=X5RUFXZZBH4
Level atau tinggi rendah adalah ukuran tinggi-rendah yang
dihasilkan oleh seorang penari dalam melakukan gerak. Ketinggian
maksimal yang dapat dicapai oleh seorang penari adalah ketika
meloncat ke udara, sehingga ketinggian minimal dicapai ketika rebah
di lantai.
142
Sumber:https://brilianmedia. com/2018/12/03/level- gerak/
Notasi laban merupakan sebuah sitem pencatatan gerak tari dengan
menggunakan simbol-simbol piktoral dan linier yang berfungsi untuk
merekam dan menganalisis gerak tari
Marilah Kita lihat Video mengenai Pembelajaran literasi gerak.
berikut ini: https://www. youtube. com/watch?v=vP- v2RENKZk&t=3s
143
2. Contoh Koordinasi Gerak Angota Tubuh, Level, dan Hitungan
Melalui Simbol dalam Literasi Gerak
Pada literasi gerak anggota tubuh dapat ditunjukkan dengan level
serta hiungan yang digunakan. Koordinasi gerak kaki dan tangan dengan
berbagai level dan simbol arah gerak dapat coba kalian lakukan. Jangan
lupa praktikkan pula hitungannya.
Perhatikan contoh berikut ini:
Cobalah cermati dan pahami simbol literasi gerak tersebut serta
pembagian hitungannya. Lakukanlah sesuai dengan gambar.
Berikut kalian data lihat di video berikut ini: Video Nabila Advance 1.
144
Simbol manakah yang masih sulit untuk dipahami? Lakukan
berulang-ulang dan catat sampai berapa kali hitungannya sehingga kalian
dapat melakukan dengan lancar.
Selamat mencoba!
D. RANGKUMAN
Notasi laban memiliki berbagai level gerak dalam satu hitungan
Warna yang digunakan dalam literasi gerak berbasis notasi laban
ini, yaitu:
1. warna hijau level sedang
2. warna coklat level rendah
3. warna biru level tinggi
Simbol gerak dapat menngunakan variasi level dalam satu
gerakan.
E. Diskusi
Buatlah kelompok terdiri atas 4 orang, kemudian lakukan gerak
berikut ini:
145
146
F. Tes Formatif
1. Perhatikan gambar berikut:
Deskripsi gerak untuk tangan adalah sebagai berikut:
A. hitungan “sa”: kaki kiri ke samping, kaki kanan terkunci level
sedang; hitungan “a:: tangan kiri dan kanan ke samping level
tinggi
B. hitungan “sa”: tangan kiri dan kanan maju level rendah;
hitungan “a”: tangan kiri dan kanan ke samping level tinggi
C. hitungan “sa”: kaki kiri dan kanan maju level sedng; hitungan “a”: kaki kiri dan kanan ke samping level tinggi
D. hitungan “sa”: tangan kiri dan kanan maju level sedang;
hitungan “a”: tangan kiri dan kanan ke samping level tinggi
2. Simbol-simbol piktoral dan linier yang berfungsi untuk … dalam gerak tari
A. merekam dan menganalisis
B. melakukan dan mencoba
C. mengoordinasikan dan melatihkan
D. mengayati dan mendemosntrasikan
3. Jika ada simbol di bawah garis tebal pada awal gerak, maknanya
147
adalah ….
A. hitungan pertama
B. bersiap
C. gerak lanjutan
D. gerak diam
4
Gambar tersebut menunjukkan posisi kaki:
A. di tempat rendah
B. ke samping kiri dan kanan level sedang
C. ke samping kiri dan kanan level rendah
D. di tempat level sedang
5. Perhatikan gambar berikut:
148
Gerak kaki dapat dilakukan dengan:
A. maju melompat
B. maju level sedang
C. maju level tinggi
D. variasi maju level sedang dan level tinggi
KEGIATAN BELAJAR 2
KOORDINASI GERAK TANGAN DAN KAKI DENGAN MENGGUNAKAN
RUANG DAN VARIASI HITUNGAN
Hallo semuanya, masih semangat mengikuti kegiatan belajar hari ini?
Mario Teguh Pernah Berkata, “Orang-orang yang berhenti belajar akan
menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan”Pada Kegiatan Belajar 2 di Modul 3 ini, kita akan mempelajari
Koordinasi Gerak Tangan dan Kaki dengan Menggunakan Ruang dan
Variasi Hitungan. Di materi ini kalian akan mempelajari ruang dan pola
variasi hitungan. Jadi ketika kalian melakukan gerakan dengan hitungan 1
akan terdapat dua gerakan, yaitu gerakan pada hitungan sa dan gerakan
yang lain pada hitungan tu, begitu pula pada hitungan “du-a”, “ti-ga”, ”em-
pat”, masig-masing akan memiliki simbol gerak yang berbeda
Kalian sudah mulai belajar mengkoordinasikan gerak kaki dan
tangan secara bersamaan pada hitungan yang sama. Langkah
pembelajaran yang harus diperhatikan adalah (1) amati simbol literasi
gerak; (2) mengingat bentuk simbol gerak beserta warnanya untuk
menunjukan level gerak; (3) cermati variasi hitungannya; (4) mencoba
149
melakukan sesuai dengan simbol gerak dan viriasi hitungan; dan (5)
mendemonstrasikan simbol gerak tersebut dengan hitungan yang
konstan.
Marilah kita mulai dengan kegiatan belajar 2 yaitu Koordinasi
Gerak Tangan dan Kaki dengan Menggunakan Ruang dan Variasi
Hitungan, setelah itu ikutilah diskusi, dan tes formatifnya
A. KOMPETENSI DASAR
3. 1 Memahami gerak tari berdasarkan unsur ruang, waktu, dan
tenaga
4. 1 Memeragakan gerak tari berdasarkan unsur ruang, waktu, dan
tenaga
B. POKOK MATERI
1. Koordinasi Gerak Tangan dan Kaki dengan Menggunakan Ruang
dan Variasi Hitungan
2. Contoh Koordinasi Gerak Tangan dan Kaki dengan Menggunakan
Ruang dan Variasi Hitungan
C. URAIAN MATERI
1. Koordinasi Gerak Tangan dan Kaki dengan Menggunakan Ruang
dan Variasi Hitungan
Hitungan koodinasi gerak dalam literasi gerak tidak dihubungkan
untuk suatu gaya tari tertentu (tidak sama dengan notasi yang
150
didasarkan pada tari balet klasik). literasi gerak berdasar pada gerakan
alami manusia, dan tiap perubahan gerakan harus secara rinci dituliskan
notasinya. Notasi ini berisi beberapa gambar tentang gerakan yang
dilakukan, penulisan notasi ini tidak mengoreksi gerakan tetapi
melakukan gerakan.
Sumber: Jurnal Informatika, Vol. 4, No. 2, Desember 2008: 175–190
Mari Perhatikan Video Animasi mengenai gerak koodinasi berdasarkan
teori laban:
https://www. youtube. com/watch?v=LA6W5kI- c34&t=45s
Level atau tinggi rendah adalah ukuran tinggi-rendah dalam literasi
gerak dibedakan melalui variasi warna untuk lebih mendetail hijau untuk
level sedang, biru untuk level tinggi, dan coklat untuk level rendah.
Perhatikan gambar grafis level gerak berikut ini:
151
Warna pada gambar tersebut menunjukkan level gerak rendah,
sedang, dan tinggi. Perhatikan pula arah simbolnya. Jika dalam hitungan
terdapat dua level, lakukan sesuai dengan smbolnya, khusus untuk gerak
yang spesifik, seperti melompat, seperti gambar berikut ini:
152
2. Contoh Koordinasi Gerak Tangan dan Kaki dengan
Menggunakan Ruang dan Variasi Hitungan
Literasi gerak merupakan penyederhanaan notasi laban. Penulisan
simbol literasi gerak terbagi dua menjadi kaki bagian kanan dan kaki
bagian kiri. Namun demikian agar kalian mudah memahaminya, kaki
bagian atas dan bagian bawah langsung terbagi dari simbolnya dengan
menggunakan 2 level.
Sekarang mari lakukan gerak berikut ini:
153
Marilah kita belajar mendeskripsikan gerak tersebut, selain kalian juga
harus bisa melakukannya.
Bersiap Kaki di tempat level sedang, tangan di tempat level
rendah (posisi berdiri tegap)
Hitungan sa Kaki kiri maju, kanan kanan
terkunci
154
Hitungan
satu
Tangan kiri maju serong
kiri level sedang
Tangan kanan kanan
serong kanan ke belakang
level sedang
Hitungan tu Kaki kanan melangkah ke samping kanan level sedang, kaki
kiri terkunci
Hitungan
dua
Kaki di tempat jinjit level tinggi, ke dua tangan maju ke
depan
Hitungan
tiga
Kaki duduk brsimpuh di tempat, tangan kiri ke samping kiri,
tangan kanan ke samping kanan
Hitungan
empat
Kaki di tempat level sedang
Hitungan
em
Tangan kiri ke samping
kiri level tinggi, tangan
kanan ke samping kanan
level tinggi
Hitungan pat Ke dua tangan ke depan
level sedang
Mendeskripsikan gerak notasi laban dapat dilakukan seperti tabel di
atas. Kalian harus belajar menerjemahkan dari gambar ke dalam bentuk
tulisan
155
D. RANGKUMAN
Mendeskripsikan gerak harus diperhatikan bagian kaki dan
tangan serta hitungan yang terbagi ke dalam dua gerakan
Mendeskripsikan ke dalam bentuk itungan harus menggunakan
kalimat yang jelas, sehingga dipahami ketika orang lain membaca
dan dapat mempraktikannya
E. DISKUSI
Buatlah kelompok yang terdiri atas 4 orang, deskripsikan
gambar notasi laban berikut ini:
156
157
F. TES FORMATIF
1. Perhatikan gambar berikut:
Gambar tersebut menunjukkan gerak:
A. berdiri level rendah
B. duduk bersimpuh
C. berdiri di tempat
D. bediri level sedang
2. Gambar berikut ini:
Merupakan simbol:
A. kedua kaki merapat
B. kedua kaki diam
C. kedua kaki berdiri
158
D. kedua kaki terkunci
3. Kemampuan dalam menuliskan, mendeskripsikan dan
menerjemahkan simbol gerak disebut dengan …. gerak
A. koordinasi
B. keseimbangan
C. literasi
D. notasi
4. Simbol literasi gerak diadaptasi dari …
A. Jacquline Smith
B. Rudolf Van Laban
C. Richard Van Laban
b. Laban Notation
5. Penulisan Simbol literasi gerak terbagi menjadi 2 bagian yaitu ….
A. gerak kaki dan tangan
B. gerak badan dan kepala
C. gerak anggota tubuh bagian kanan dan kiri
b. garis pembagian hitungan dan gerakan
159
BAB VI
PENILAIAN TARI
A. Makna Penilaian
Sebelum membicarakan penilaian dalam pembelajaran, ada baiknya
kita menyamakan persepsi terlebih dahulu tentang konsep dan
pengertian yang akan kita gunakan. Pada saat membicarakan masalah
penilaian, kita sering menggunakan beberapa istilah seperti tes,
pengukuran, penilaian, dan evaluasi yang digunakan secara tumpang
tindih (over lap). Kita sering rancu dalam menggunakan istilah-istilah
tersebut karena keempat istilah itu terjadi dalam satu kegiatan yaitu pada
saat kita menilai hasil belajar siswa. Contohnya, pada ulangan harian, Arif
dapat menjawab tiga dari lima pertanyaan tes uraian tetapi pada ulangan
harian sebelumnya Arif hanya dapat mengerjakan dua dari lima butir soal
yang disediakan. Dari data tersebut, Anda menyatakan bahwa Arif telah
mengalami kemajuan dalam belajar. Ini berarti pembelajaran yang Anda
lakukan cukup berhasil. Dari contoh tersebut, sebenarnya Anda telah
melakukan tes, pengukuran, penilaian, dan evaluasi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Anda berikan kepada Arif adalah
contoh alat ukur untuk mengukur hasil belajar Arif. Alat ukur tersebut
mengacu pada pengertian tes. Keberhasilan Arif menjawab dengan benar
tiga dari lima pertanyaan merupakan hasil pengukuran. Penggunaan alat
ukur yang menghasilkan angka-angka ini mengacu pada pengertian
pengukuran. Setelah membandingkan hasil ulangan harian pertama dan
160
kedua, Anda menilai bahwa Intan telah meningkat hasil belajarnya.
Pernyataan ini mengacu pada pengertian penilaian. Sementara
pernyataan Anda tentang keberhasilan pembelajaran yang Anda lakukan
telah mengacu pada pengertian evaluasi.
Di lapangan banyak guru yang belum mengetahui dengan benar
konsep penilaian dan evaluasi. Satu istilah yang sering digunakan untuk
mewadahi kegiatan penilaian dan evaluasi adalah penilaian. Penggunaan
istilah penilaian untuk mewadahi kedua kegiatan tersebut sebenarnya
tidak terlalu salah karena dalam konsep penilaian dan evaluasi
mengandung unsur pengambilan kesimpulan.
Menurut Hanna (1993),
Assessment is the process of collecting, interpreting, and synthesizing
information to aid in decision making. Assessment synonymous with
measurement plus observation. It concerns drawing inferences from
these data sources. The primary purpose of assessment is to increase
student’s learning and development rather than simply to grade or rank student performance (Morgan & O’Reilly, 1999).
Penilaian merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dalam
sistem pendidikan saat ini. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat
dari nilai-nilai yang diperoleh siswa. Tentu saja untuk itu diperlukan
sistem penilaian yang baik dan tidak bias. Sistem penilaian yang baik akan
mampu memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga
pada gilirannya akan mampu membantu guru merencanakan strategi
pembelajaran. Bagi siswa sendiri, sistem penilaian yang baik akan mampu
memberikan motivasi untuk selalu meningkatkan kemampuannya. Untuk
dapat memahaminya berikut ini merupakan beberapa pendapat ahli
tentang definisi penilaian.
Penilaian (assessment) adalah istilah umum yang mencakup semua
161
metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau
kelompok peserta didik. Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti
yang menunjukkan pencapaian belajar peserta didik. Penilaian
merupakan suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk
menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu (Griffin & Nix, 1991).
Penilaian mencakup semua proses pembelajaran. Oleh karena itu,
kegiatan penilaian tidak terbatas pada karakteristik peserta didik saja,
tetapi juga mencakup karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas,
dan administrasi sekolah. Instrumen penilaian untuk peserta didik dapat
berupa metode dan/atau prosedur formal atau informal untuk
menghasilkan informasi tentang peserta didik. Instrumen penilaian dapat
berupa tes tertulis, tes lisan, lembar pengamatan, pedoman wawancara,
tugas rumah, dan sebagainya. Penilaian juga diartikan sebagai kegiatan
menafsirkan data hasil pengukuran atau kegiatan untuk memperoleh
informasi tentang pencapaian kemajuan belajar peserta didik.
Penilaian menurut Kunandar (2013:35) adalah proses pengumpulan
berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar
siswa. Sementara itu menurut Sani (2014:201) penilaian adalah proses
menyimpulkan dan menafsirkan fakta-fakta serta membuat pertimbangan
dasar yang profesional untuk mengambil kebijakan berdasarkan
sekumpulan informasi. Daryanto (2014:111) menyatakan penilaian
adalah rangkaian kegiatan untuk memeroleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga dapat
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Penilaian yang efektif merupakan bagian terintregrasi dari proses
pembelajaran, seperti yang disampaikan oleh Mardapi (2012:4) bahwa
162
upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dilakukan dengan
meningkatkan kualitas pembelajaran dan Penilaian. Sistem pembelajaran
yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik, selanjutnya
kualitas belajar dapat dilihat melalui Penilaiannya.
Penilaian sendiri didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan
data siswa yang dilakukan selama proses pembelajaran ataupun terhadap
hasil pembelajaran. Penilaian ini digunakan sebagai refleksi bagaimana
pembelajaran berlangsung. Sebuah pendapat disampaikan oleh Gurney
(2007) sebagaimana dikutip oleh Zheng et al. (2014:2) bahwa Penilaian
merupakan bagian dari pembelajaran, bukan akhir. Selanjutnya, Drake
sebagaimana dikutip oleh Subali (2010a:328) menyatakan Penilaian
bukan hanya sebagai bagian dari suatu kegiatan belajar (assessment of
learning), melainkan Penilaian untuk pembelajaran (assessment for
learning) dan berfungsi untuk memajukan siswa dalam belajar
(assessment as learning). Hal ini menyiratkan bahwa assessment bukan
hanya sebagai alat untuk mengevaluasi hasil siswa, melainkan bagian dari
dan untuk pembelajaran itu sendiri.
Wiyono dan Sunarni (2009:3) menyatakan Penilaian adalah suatu
upaya untuk mengumpulkan data atau informasi dengan menggunakan
multiteknik dan multisumber yang digunakan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan. Data atau informasi yang dimaksud yaitu data
tentang proses dan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan di kelas,
baik hasil pembelajaran permuatan pembelajaran maupun aspek
pembelajaran. Berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan Penilaian
guru akan mengambil keputusan yang menggambarkan ketercapaian
tujuan pembelajaran oleh siswa.
Penilaian memiliki cakupan yang luas mulai dari kegiatan wajib
163
ataupun opsional/tugas bagi siswa dalam pembelajaran dan kesesuaian
bentuk tertentu dari Penilaian dipengaruhi oleh pertimbangan disiplin
ilmu dan jenis pembelajaran yang didata (Zacharis, 2010:61). Salah satu
bentuk Penilaian yang digunakan dalam Kurikulum 2013 yaitu Penilaian
autentik.
Penilaian adalah proses mengumpulkan informasi tentang siswa dan
kelas untuk maksud-maksud pengambilan keputusan instruksional
(Richard, 2008:217). Penilaian berarti proses pengumpulan informasi.
Untuk guru, Penilaian dilakukan sebagai tujuan memutuskan
keterampilan mengajar (James, 1987, 6). Penilaian atau penilaian
diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran
berdasarkan kriteria maupun aturan-aturan tertentu (Widoyoko, 2012:3).
Jadi, penilaian merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi
hasilbelajar siswa yang diperoleh dari berbagai jenis tagihan dan
mengolah informasi tersebut untuk menilai hasil belajar dan
perkembangan belajar siswa. Berbagai jenis tagihan yang digunakan
dalam penilaian, antara lain kuis, ulangan harian, tugas individu, tugas
kelompok, ulangan akhir semester, dan laporan kerja.
Penilaian yang dilakukan oleh guru sangat penting dalam proses
pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik
menerima pengetahuan yang telah diberikan. Guru harus menyiapkan tes-
tes untuk mengetahui kemampuan peserta didik dan memberikan
penilaian terhadap tes-tes yang akan diberikan. Kegiatan peserta didik
yang sistematis dan berkesinambungan tentang hasil belajar peserta didik
yang diperoleh berdasarkan sekumpulan informasi untuk pengambilan
keputusan inilah yang disebut sebagai penilaian.
Menurut Arikunto (2013: 35) penilaian dalam Kurikulum 2013
164
mengacu pada Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan. Standar penilaian bertujuan untuk menjamin
beberapa hal sebagai berikut.
a) Perencanaan penilaian peserta didik sesuai kompetensi yang akan
dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian;
b) Pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka,
edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks budaya; dan
c) Pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan
informatif. Standar penilaian pendidikan ini disusun sebagai acuan
penilaian bagi pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah pada
satuan pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.
B. Prinsip Penilaian
Prinsip penilaian mengacu pada standar penilaian pendidikan
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Prinsip tersebut mencakup:
a) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuanyang diukur. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan
perlu disusun melalui prosedur sebagaimana dijelaskan dalam
panduan agar memiliki bukti kesahihan dan keandalan.
b) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria
yang jelas tanpa dipengaruhi oleh subjektivitas penilai. Oleh karena
itu, dalam rangka meningkatkan objektivitas penilaian, pendidik
menggunakan rubrik atau pedoman dalam memberikan skor
terhadap jawaban peserta didik atas butir soal uraian dan tes praktik
atau kinerja.
165
c) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta
didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang
agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
Faktor tersebut tidak relevan di dalam penilaian. Oleh karena itu,
perlu dihindari agar faktor tersebut tidak berpengaruh terhadap hasil
penilaian.
d) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu
komponen kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini hasil penilaian
benar-benar dijadikan dasar untuk memperbaiki proses
pembelajaran yang diselenggarakan oleh peserta didik. Jika hasil
penilaian menunjukkan banyak peserta didik yang gagal, sementara
instrumen yang digunakan sudah memenuhi persyaratan secara
kualitatif, berarti proses pembelajaran kurang baik. Dalam hal
demikian, pendidik harus memperbaiki rencana dan/atau
pelaksanaan pembelajarannya.
e) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan. Oleh karena itu, pendidik menginformasikan
prosedur dan kriteria penilaian kepada peserta didik. Selain itu, pihak
yang berkepentingan dapat mengakses prosedur dan kriteria
penilaian serta dasar penilaian yang digunakan.
f) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup
semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik
penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan
peserta didik. Oleh karena itu, penilaian bukan semata-mata untuk
menilai prestasi peserta didik melainkan harus mencakup semua
aspek hasil belajar untuk tujuan pembimbingan dan pembinaan.
166
g) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan
bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. Oleh karena itu,
penilaian dirancang dan dilakukan dengan mengikuti prosedur dan
prinsip-prinsip yang ditetapkan. Dalam penilaian kelas, misalnya,
guru kelompok mata pelajaran estetika menyiapkan rencana
penilaian bersamaan dengan menyusun silabus dan RPP.
h) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran
pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Oleh karena itu, instrumen
penilaian disusun dengan merujuk pada kompetensi (SKL, SK, dan
KD). Selain itu, pengambilan keputusan didasarkan pada kriteria
pencapaian yang telah ditetapkan.
i) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik
dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. Oleh karena itu,
penilaian dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip keilmuan
dalam penilaian dan keputusan yang diambil memiliki dasar yang
objektif.
Mardapi (2004) mengemukakan tentang prinsip yang harus
diperhatikan dalam penilaian. Prinsip penilaian yang penting adalah
akurat, ekonomis, dan mendorong peningkatan kualitas pembelajaran.
Oleh sebab itu, sistem penilaian yang digunakan disetiap lembaga
pendidikan harus mampu (1) memberi informasi yang akurat; (2)
mendorong siswa belajar; (3) memotivasi guru; (4) meningkatkan kinerja
lembaga; dan (5) meningkatkan kualitas pendidikan.
Herman, Aschbacher dan Winters (1992) menyatakan dua tujuan
yang paling dasar dilakukan penilaian, yaitu untuk (1) menentukan sejauh
manasiswa telah menguasai pengetahuan atau keterampilan keterampilan
dan (2) mendiagnosis kelemahan dan kelebihan siswa dan merancang
167
pengajaran yang sesuai. Terkait dengan tujuan pertama, penilaian harus
difokuskan kepada hasil belajar dengan menggunakan tes dan penilaian
langsung terhadap projek atau produk karya siswa. Untuk tujuan kedua,
penilaian difokuskan kepada perhatian tentang pengalaman mengapa
siswa berbuat salah, sehingga yang dibutuhkan adalah informasi tentang
proses dari pada hasil belajar. Oleh karena itu, teknik-teknik yang tepat
digunakan antara lain wawancara, observasi, jurnal siswa atau evaluasi
diri, daftar isian, dan pemikiran-pemikiran siswa mengenai proses
belajarnya.
C. Jenis Penilaian dalam Tari
Penilaian mengenal dua jenis istilah, yaitu istilah penilaian
tradisional dan. Penilaian autentik. Penilaian tradisional adalah penilaian
dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik pen and paper tests,
yaitu tes menggunakan soalsoal pada lembar soal. Penilaian tradisional
lebih lanjut dijelaskan oleh Gulikers (2004:67) bahwa penilaian
tradisional pada pembelajaran di kelas meliputi tes dengan jawaban
singkat atau pilihan ganda. Salah satu penilaian alternatif yang
menyediakan cara mengevaluasi pembelajaran selain penilaian
tradisional adalah penilaian autentik. Kemendikbud (2013) menyatakan
penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara
komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan
keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Ataç (2012:9) juga mendefinisikan penilaian autentik
sebagai bentuk penilaian dengan menggunakan aktivitas dan tugas yang
mencerminkan tujuan pembelajaran, kurikulum sesuai dengan real life
situation. Penilaian ini menekankan pada evaluasi yang bermakna dalam
168
pembelajaran, yang menggunakan bermacam-macam bentuk penilaian
yang menggambarkan pelajaran, kemampuan, motivasi, dan sikap siswa
yang relevan dengan aktivitas kelas.
Tugas-tugas penilaian dalam pembelajaran yang diberikan bukan
hanya mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, melainkan
pengaplikasian keterampilan dalam menyelesaikan masalah yang ada
dalam kehidupan nyata. Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan
oleh Gulikers (2004:69) bahwa penilaian merupakan penilaian yang
mengharuskan siswa untuk menggunakan beberapa kompetensi, atau
kombinasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang perlu mereka
praktikkan dalam professional life.
Melatihkan kemampuan psikomotor atau keterampilan gerak ada
beberapa langkah yang harus dilakukan agar pembelajaran mampu
membuahkan hasil yang optimal. Mills (2014) menjelaskan bahwa
langkah-langkah dalam mengajar praktik adalah (1) menentukan tujuan
dalam bentuk perbuatan; (2) menganalisis keterampilan secara rinci dan
berutan; (3) mendemonstrasikan keterampilan disertai dengan
penjelasan singkat dengan memberikan perhatian pada butir-butir kunci
termasuk kompetensi kunci yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan dan bagian-bagian yang sukar; (4) memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mencoba melakukan praktik dengan
pengawasan dan bimbingan; dan (5) memberikan penilaian terhadap
usaha peserta didik.
Pada Pasal 64 Ayat 5 Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan ditegaskan bahwa penilaian
hasil belajar kelompok mata pelajaran seni tari dilakukan melalui
pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
169
perkembangan kompetensi peserta didik. Penegasan tentang penilaian
berbasis kompetensi melalui pengamatan terfokus yang harus dipilih
dalam menilai hasil belajar peserta didik dalam kelompok mata pelajaran
seni tari mengisyaratkan perlunya penggunaan bentuk penilaian yang
bersifat khusus.
Untuk memenuhi tuntutan akuntabilitas dalam dunia pendidikan,
pendidik mata pelajaran kelompok mata pelajaran seni tari perlu
mengembangkan sistem penilaian hasil belajar dengan memperhatikan
esensi kelompok mata pelajaran seni tari. Penilaian hasil belajar yang
relatif dapat diterima adalah jenis penilaian nontes atau berbasis
pengamatan/observasi yakni penilaian yang dilakukan dengan cara
mengamati secara terfokus yaitu perilaku peserta didik dalam hal
apresiasi, performance/rekreasi, dan kreasi sebagai cerminan dari
kompetensi dalam mata pelajaran Seni tari.
Pengukuran penilaian hasil belajar menggunakan instrumen nontes
untuk mengevaluasi hasil belajar aspek afektif dan keterampilan motorik.
Bentuk penilaian yang menggunakan alat ukur/instrumen nontes, yaitu
penilaian unjuk kerja/performance, penilaian projek/produk, penilaian
potofolio, dan penilaian sikap. Alat penilaian yang tergolong teknik
nontes, antara lain (1) kuesioner/angket, (2) wawancara (interview), (3)
daftar cocok (check-list), (4) pengamatan/observasi, (5) penugasan, (6)
portofolio, (7) jurnal, (8) inventori, (9) penilaian diri (self-assessment),
dan (10) penilaian oleh teman sejawat (peer assessment).
1. Penilaian Unjuk Kerja (Performance Assessment)
Pada tes bentuk perbuatan (unjuk kerja), umumnya dilakukan
170
dengan caramenyuruh peserta tes untuk melakukan sesuatu pekerjaan
yang bersifat fisik (praktik). Tes bentuk perbuatan ini sangat cocok untuk
melakukan penilaian dalam pelajaran praktik/keterampilan atau
praktikum di laboratorium. Alat yang digunakan untuk melakukan
penilaian pada umumnya berupa lembar pengamatan (lembar observasi).
Tes bentuk perbuatan ini pada umumnya dapat digunakan baik untuk
menilai proses maupun hasil (produk) dari suatu kegiatan praktik.
Mengukur dimaksudkan memberi bentuk kuantitatif dari suatu
kegiatan atau kemampuan yang dimiliki, yaitu dalam bentuk angka. Pada
pengukuran unjuk kerja yang digunakan adalah lembar pengamatan.
Pengukuran unjuk kerja dipergunakan untuk mencocokkan kesesuaian
antara pengetahuan mengenai teori dan keterampilan di dalam praktik
sehingga hasil evaluasinya menjadi lebih jelas. Penilaian penguasaan
kompetensi aspek keterampilan atau psikomotor yang dimiliki oleh
seseorang atau peserta didik, hanya ada satu bentuk tes yang tepat yaitu
tes perbuatan (performance assessment). Artinya, orang yang akan dinilai
keterampilannya harus menampilkan atau melakukan skill yang
dimilikinya di bawah persyaratan-persyaratan kerja yang berlaku.
2. Pengertian Penilaian Unjuk Kerja
Performance assessment merupakan penilaian yang dilakukan
dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.
Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi
yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu, seperti praktik di
studio, presentasi dan diskusi. Cara penilaian ini dianggap lebih autentik
dari pada tes tertulis karena apa yang diniliai mencerminkan kemampuan
peserta didik yang sebenarnya (Stinggins, 1994).
171
Ramlan (2010:1) menyatakan bahwa penilaian unjuk kerja
(performance assessment) merupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian
unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan terhadap
aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian unjuk kerja dapat
digunakan sebagai alternatif dari tes yang selama ini banyak digunakan
untuk mengukur keberhasilan belajar peserta didik pada suatu lembaga.
Dengan Penilaian unjuk kerjaini, diharapkan proses pengukuran hasil
belajar tidak lagi dianggap sebagai suatu kegiatan yang tidak menarik dan
bukan merupakan bagian yang terpisah dari proses pembelajaran. Oleh
karena itu, penggunaan Penilaian unjuk kerja menjadi penting dalam
proses pembelajaran karena dapat memberikan informasi lebih banyak
tentang kemampuan peserta didik dalam proses maupun produk, bukan
sekedar memperoleh informasi tentang jawaban benar atau salah saja.
Penilaian unjuk kerja dapat mengukur keterampilan berpikir dan
penalaran kognitif siswa dan kemampuan mereka untuk menerapkan
pengetahuan untuk memecahkan masalah yang realistis dan bermakna.
Mereka dirancang untuk lebih mencerminkan kinerja yang menarik,
memungkinkan siswa untuk membangun atau melakukan respons asli,
dan menggunakan kriteria yang telah ditentukan untuk mengevaluasi
pekerjaan siswa. Kesamaan yang dekat antara kinerja yang dinilai dan
kinerja yang menarik adalah karakteristik yang menentukan dari
penilaian kinerja (Kane, Crooks, & Cohen, 1999). Sebagaimana dinyatakan
oleh Standar untuk Tes Pendidikan dan Psikologis, penilaian kinerja
berusaha untuk meniru konteks atau kondisi di mana pengetahuan atau
keterampilan yang dimaksud benar-benar diterapkan (American
Research Association, American Psychological Association, & Dewan
172
Nasional Pengukuran dalam Pendidikan, 1999, hal. 137).
Penilaian unjuk kerja dikembangkan untuk mengetes kemampuan
siswa dalam mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilannya (apa
yang mereka ketahui dan mereka lakukan) pada berbagai situasi nyata
dan konteks tertentu. Penialaian ini bukan hanya dimaksudkan untuk
menguji ingatan faktual siswa melainkan untuk menilai penerapan
pengetahuan faktual dan konsep-konsep ilmiah siswa. Mengevaluasi
kinerja dapat menjadi lebih rumit dalam situasi ini. Cara tradisional untuk
mengevaluasi pertunjukan interaktif adalah bagi manusia untuk
mengevaluasinya, mencari bukti dalam tindakan ketika mereka terjadi
dan situasi terungkap. Fitur kinerja tertentu dapat dicari, dihitung, dicatat
ada atau tidaknya, atau dinilai secara holistik. Dalam simulasi berbasis
komputer, prosedur penilaian otomatis dapat digunakan untuk
mengevaluasi pekerjaan siswa dalam tugas-tugas yang kurang terstruktur
ini.
Penilaian unjuk kerja (performance assessment) merupakan cara
penilaian yang dilakukan dengan mengamati dan menilai aktivitas siswa
yang melakukan atau menunjukkan kinerja tertentu. Permendikbud RI No
66 tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan menerangkan bahwa
penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang
sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta
didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Pendidik menilai
kompetensi keterampilan melalui Penilaian unjuk kerja yaitu penilaian
yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi
dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Unjuk
kerja merupakan salah satu contoh dari Penilaian unjuk kerja peserta
173
didik. Penilaian unjuk kerja adalah proses pengumpulan data dengan cara
pengamatan yang sistematik untuk membuat keputusan secara individu.
Penilaian unjuk kerja digunakan terhadap suatu tugas yang
membuutuhkan respon nonverbal. Penilaian unjuk kerja dalam dunia
pendidikan sudah banyak digunakan terutama untuk bidang studi
teknologi, ilmu-ilmu alam, matematika, ekonomi, dan bahasa. Melalui
penilaian ini akan diperoleh informasi tentang apa yang sudah dicapai dan
yang belum dicapai (Mardapi, 2008).
Penilaian unjuk kerja pada prinsipnya lebih ditekankan pada proses
keterampilan dan kecakapan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
Penilaian ini sangat cocok digunakan untuk menggambarkan proses,
kegiatan, atau unjuk kerja. Proses, kegiatan, atau unjuk kerja dinilai
melalui pengamatan terhadap siswa ketika melakukannya. Penilaian
unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai
terhadap aktivitas mahasiswa sebagaimana yang terjadi. Misalnya,
penilaian terhadap kemampuan mahasiswa merangkai alat praktikum
untuk percobaan sederhana dilakukan selama mahasiswa merangkai alat,
bukan sebelum atau setelah alat dirancang.
Menurut Popham (1994: 141) penilaian terhadap kinerja siswa
setidaknya memiliki tiga sifat, yaitu kriteria ganda (multiple criteria),
standar kualitas yang telah dispesifikasi (prespektified quality standards)
dan penaksiran penilaian (judgmental appraisal). Penilaian unjuk kerja
(Performance Penilaiant), merupakan bagian dari penilaian alternatif,
penilaian ini muncul sekitar tahun1980-an, sebagai kritikan terhadap
kelemahan tes baku yang menggunakan tes objektif, tes baku banyak
mendominasi di persekolahan dan merupakan bagian yang terisolir dari
proses pembelajaran secara keseluruhan. Tes baku didasarkan pada
174
prinsip-prinsip validitas, realibilitas, keadilan dan kemanfaatan
(usebilitas).
Penilaian ini melibatkan aktivitas siswa yang membutuhkan unjuk
keterampilan tertentu dan/atau penciptaan hasil yang telah ditentukan.
Karena itu, metodologi Assessment ini memberi peluang kepada guru
untuk menilai pencapaian berbagai hasil pendidikan yang sebenarnya
tidak dapat dijabarkan dalam tes tertulis. Melalui metodologi ini,
Assessment kinerja memungkinkan guru mengamati siswa saat siswa
sedang bekerja atau melakukan tugas belajar, atau guru dapat menguji
hasil-hasil yang dapat dicapai, serta menilai (judge) tingkat
penguasaan/kecakapan yang dicapai mahasiswa (UPI, 2011)
Penilaian unjuk kerja merupakan bentuk penilaian yang
menekankan kinerja siswa yang berhubungan dengan situasi yang
sebenarnya, dan dapat mengetahui sikap siswa yang diharapkan, serta
memungkinkan untuk mengukur keterampilan siswa secara kompleks
(Palm, 2008). Hal ini sejalan dengan Wren (2009) yang mengemukakan
bahwa penilaian unjuk kerja merupakan bentuk penilaian yang
memungkinkan siswa untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam
konteks yang sesungguhnya.
Penilaian unjuk kerja merupakan suatu bentuk penilaian autentik
yang meminta peserta didik untuk mendemonstrasikan dan
mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai konteks sesuai dengan
kriteria yang diinginkan. (Masrukan 2013: 31). Stiggins dalam Masrukan,
penilaian unjuk kerja adalah suatu bentuk tes di mana siswa diminta
untuk melakukan aktivitas khusus dibawah pengawasan penguji (guru)
yang akan mengobservasikan penampilannya dan membuat keputusan
tentang kualitas hasil belajar yang akan ditumjukkannya.
175
Penilaian unjuk kerja menurut Glencoe (2006:2) yaitu mengukur
pelaksanaan seorang siswa dalam membuat karya (produk) khusus atau
menunjukkan informasi. Hal ini dapat membantu dalam mengukur
pengetahuan siswa tetapi juga menggabungkan pemikiran dan
pemrosesan tingkat atas. Menurut Hogan (2007:15), Penilaian unjuk kerja
mengacu pada sebuah penilaian yang memperbolehkan siswa untuk
tampil, yaitu untuk menghasilkan atau melakukan sesuatu. Pada
praktiknya, Penilaian unjuk kerja menerapkan sesuatu tentang keaslian
tugas. Beberapa tipe performance assessment disebut penilaian autentik.
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Objek Penilaian
unjuk kerja adalah tercapainya kompetensi belajar siswa yang mampu
menunjukkan unjuk kerja (performance) tertentu yang dapat diamati,
spesifik, dan terukur. Unjuk kerja yang dapat diamati antara lain adalah
melakukan presentasi, menggunakan peralatan laboratorium, dan
membuat projek. Penilaian unjuk kerja tidak dilakukan dengan tes tertulis
atau wawancara, melainkan dengan mengamati perilaku secara langsung
yang mempresentasikan unjuk kerja tersebut. Secara garis besar penilaian
pembelajaran yang mencakup penilaian unjuk kerja dapat dilakukan
terhadap dua hal, yaitu (1) proses pelaksanaan pekerjaan, yang
mencakup: langkah kerja dan aspek personal; dan (2) produk atau hasil
pekerjaan. Aspek panilaian dalam unjuk kerja pada presentasi tugas
berupa proses pelaksanaan unjuk kerja presentasi dan hasil media yang
mereka buat dan mereka gunakan.
Firdaus (2017) mengatakan, bahwa memberi kesempatan bagi
peserta didik untuk berpartisipasi dalam penyelidikan berbasis
kontekstual melalui pengamatan langsung dan penyelidikan ke dunia
176
nyata sangat mendukung dalam mengembangkan kemampuan memahami
konsep fisika dan keterampilan ilmiah. Dalam kasus pembelajaran ini,
guru dapat membuat penilaian kerja. Penilaian unjuk kerja (performance
assessment) secara sederhana dapat dinyatakan sebagai penilaian
terhadap kemampuan dan sikap siswa yang ditunjukkan melalui suatu
perbuatan.
Menurut para ahli Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian
terhadap perolehan, penerapan pengetahuan, dan keterampilan yang
menunjukkan kemampuan siswa dalam proses maupun produk. Penilaian
tersebut mengacu kepada standar tertentu. Terdapat istilah lainnya yang
berkaitan dengan Penilaian unjuk kerja yaitu penilaian alternatif
(alternative assessment) dan penilaian autentik (authentic assessment).
Beberapa ahli menyatakan bahwa istilah penilaian autentik kadang-
kadang digunakan untuk menjelaskan penilaian unjuk kerja karena tugas-
tugas penilaiannya yang lebih dekat dengan kehidupan nyata. Istilah
penilaian alternatif digunakan untuk Penilaian unjuk kerja karena
merupakan alternatif untuk penilaian tradisional dengan paper and pencil
test. Standar diperlukan dalam Penilaian unjuk kerja untuk
mengidentifikasikan secara jelas apa yang seharusnya siswa ketahui dan
apa yang seharusnya siswa dapat lakukan.
Standar tersebut dikenal dengan istilah rubrik. Rubrik dapat
dinyatakan sebagai panduan pemberian skor yang menunjukkan sejumlah
kriteria performance pada proses atau hasil yang diharapkan. Rubrik
terdiri atas gradasi mutu kinerja siswa mulai dari kinerja yang paling
buruk hingga kinerja yang paling baik disertai skor untuk setiap gradasi
mutu tersebut. Dengan mengacu pada rubrik inilah guru memberikan
nilai terhadap kinerja siswa. Selain dari rubrik, Penilaian unjuk kerja
177
terdiri atas komponen lainnya yaitu task (tugas-tugas). Task merupakan
perangkat tugas yang menuntut siswa untuk menunjukkan suatu
performance (kinerja) tertentu.
Melalui penilaian unjuk kerja guru dapat meminta siswa untuk
menyebutkan unsur tugas yang akan mereka gunakan dalam menentukan
kriteria penyelesaiannya. Hal ini dapat digunakan guru untuk
memberikan umpan balik terhadap kinerja siswa, baik dalam laporan
naratif maupun laporan kelas (Majid, 2014:64). Hal ini sebagaimana yang
dikemukakan oleh Arifin (2014:180), yakni bahwa unjuk kerja dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan keterampilan siswa
melalui tes penampilan atau demonstrasi, maupun kerja nyata.
Selanjutnya, Mislevy (1996) menunjukkan bahwa penilaian kinerja
dapat memungkinkan pengukuran perubahan yang lebih baik, baik
kuantitatif maupun kualitatif. Contoh hipotetis dari ukuran kuantitatif
perubahan untuk penilaian kinerja matematika adalah bahwa seorang
siswa menggunakan strategi rekursif hanya dua dari sepuluh kali selama
administrasi pertama penilaian matematika, tetapi enam dari sepuluh kali
selama pemerintahan kedua. Contoh evaluasi kualitatif perubahan adalah
bahwa siswa beralih dari strategi yang kurang efektif ke strategi rekursif
yang lebih canggih setelah instruksi.
Seperti yang ditunjukkan definisi ini, penilaian kinerja tidak harus
menilai penalaran yang kompleks dan keterampilan memecahkan
masalah. Misalnya, jika domain yang ditargetkan adalah kecepatan dan
ketepatan di mana siswa dapat menggunakan keyboard, ukuran yang
menangkap akurasi dan kecepatan keyboarding siswa akan dianggap
sebagai penilaian kinerja. Jelas keyboard bukan keterampilan berpikir
tingkat tinggi tetapi keterampilan prosedural otomatis yang dipelajari.
178
Namun, penilaian kinerja yang kami maksud dalam bab ini adalah
penilaian yang dirancang untuk menilai keterampilan penalaran dan
pemecahan masalah yang kompleks dalam disiplin akademik dan yang
dapat digunakan untuk penilaian skala besar.
Dari uraian di atas dapat dideskripsikan bahwa Penilaian unjuk
kerja yaitu mengukur pelaksanaan seorang siswa dalam membuat karya
(produk) khusus atau menunjukkan informasi. Penilaian kinerja tersebut
dapat diterapkan dalam semua muatan pelajaran. Salah satu muatan
pelajaran yang menakankan pada penilaian kinerja yaitu muatan
pelajaran matematika. Materi yang terdapat dalam muatan pelajaran
matematika menekankan siswa untuk menerapkan pengetahuannya
dalam konteks yang baru.
3. Karakteristik Penilaian Unjuk Kerja (Performance Assessment)
Tes unjuk kerja dapat dilakukan secara kelompok dan juga dapat
dilakukan secara individual. Dilakukan secara kelompok berarti guru
menghadapi sekelompok tester, sedangkan secara individual berarti
seorang guru seorang testee. Tes unjuk kerja dapat digunakan untuk
mengevaluasi mutu suatu pekerjaan yang telah selesai dikerjakan,
keterampilan, kemampuan merencanakan sesuatu pekerjaan dan
mengidentifikasikan bagian-bagian sesuatu piranti mesin misalnya. Hal
yang penting dalam penilaian unjuk kerja adalah cara mengamati dan
menskor kemampuan kinerja peserta didik. Guna meminimalisasi faktor
subjektivitas keadilan dalam menilai kemampuan kinerja peserta didik,
biasanya rater atau penilai jumlahnya lebih dari satu orang sehingga
diharapkan hasil penilaian mereka menjadi lebih valid dan reliabel. Di
samping itu, dalam pelaksanaan penilaian diperlukan suatu pedoman
179
penilaian yang bertujuan untuk memudahkan penilai dalam menilai,
sehingga tingkat subjektivitas bisa ditekan.
Penilaian unjuk kerjamerupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian
unjuk kerja cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi
yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu, seperti: praktik di
sanggar, praktik seni tari, presentasi, diskusi, bermain peran, memainkan
alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi. Cara penilaian ini
dianggap lebih autentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih
mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Tingkat
penguasaan terhadap bagian-bagian yang sulit dari suatu pekerjaan.
Unsur-unsur yang menjadi karakteristik inti dari suatu pekerjaan akan
menjadi bagian dari suatu tes unjuk kerja.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tes unjuk kerja
adalah ketersediaan peralatan dan bahan-bahan lainnya yang diperlukan
untuk tugas-tugas spesifik, kejelasan, dan kelengkapan instruksi. Secara
garis besar penilaian pembelajaran keterampilan pada dasarnya dapat
dilakukan terhadap dua hal, yaitu (1) proses pelaksanaan pekerjaan, yang
mencakup: langkah kerja dan aspek personal; dan (2) produk atau hasil
pekerjaan. Penilaian terhadap aspek proses umumnya lebih sulit
dibanding penilaian terhadap produk atau hasil kerja.
Penilaian proses hanya dapat dilakukan dengan cara pengamatan
(observasi), dan dilakukan seorang demi seorang. Penilaian proses pada
umumnya cenderung lebih subjektif dibanding penilaian produk, karena
tidak ada standar yang baku. Namun demikian, penilai dapat lebih
meningkatkan objektivitas penilaiannya dengan cara analisis tugas.
Sementara itu, penilaian produk pada umumnya lebih mudah dilakukan
180
daripada penilaian proses, karena dapat dilakukan dengan menggunakan
instrumen yang lebih valid dan reliabel, seperti alat-alat ukur mikrometer
dan meteran. Dalam penilaian produk, karakteristik yang digunakan
sebagai standar biasanya adalah berhubungan dengan kemanfaatan,
kesesuaian dengan tujuan, dimensi, tampak luar, tingkat penyimpangan,
kekuatan, dan sebagainya.
4. Penilaian Projek
Suatu proses pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang
terdiri atas perencanaan, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi.
Kegiatan belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana
mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak
dicapai.
Untuk mengetahui berhasil tidaknya tujuan yang diharapkan, guru
perlu adanya evaluasi. Menurut Ralph Tyler, evaluasi adalah sebuah
proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa,
dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Definisi yang lebih luas
dikemukakan oleh dua orang ahli lain, yakni Cronbach dan Stufflebeam
yang mengatakan bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh
mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan, dalam
hal ini terkait dengan prestasi atau hasil belajar.
Penilaian projek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian
terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut
periode/waktu tertentu. Penilaian projek dilakukan oleh pendidik untuk
tiap akhir bab atau tema pelajaran. Penyelesaian tugas dimaksud berupa
investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan,
181
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian
data (Abdul Majid, 2015, h. 63).
Menurut Kemendikbud (2015:124) pada penilaian projek
setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan meliputi
kemampuan pengelolaan, relevansi, dan keaslian, diuraikan sebagai
berikut:
a) Kemampuan pengelolaan yaitu, kemampuan peserta didik dalam
memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan
data serta penulisan laporan.
b) Relevansi yaitu, kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan
mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman, dan
keterampilan dalam pembelajaran.
c) Keaslian yaitu, projek yang dilakukan peserta didik harus merupakan
hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi dan dukungan
terhadap projek peserta didik.
Penilaian projek adalah suatu kegiatan penilaian suatu tugas yang
mencakup beberapa kompetensi yang harus diselesaikan oleh peserta
didik dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut dapat berupa
investigasi terhadap suatu proses atau kejadian yang dimulai dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan data dan
penyajian data. Penilaian projek dilakukan dari mulai perencanaan,
proses pengerjaan sampai ahir projek. Untuk itu seorang guru atau asesor
perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai.
Pelaksanaan penilaian dapat juga menggunakan rating scale atau daftar
cek.
Tentunya tidak semua model penilaian tersebut bisa diterapkan
182
pada mata pelajaran. Untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
terutama pada materi-materi yang terkait dengan project work, guru bisa
menggunakan penilaian projek.
Penilaian projek dapat dilakukan mulai perencanaan, proses selama
pengerjaan tugas, dan terhadap hasil akhir projek. Dengan demikian guru
perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti
penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, kemudian
menyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitiannya juga
dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian ini dapat
menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek (checklist) atau
skala rentang (rating scale)
5. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam
membuat suatu produk dan kualitas produk tersebut. Penilaian produk
tidak hanya diperoleh dari hasil akhir saja tetapi juga proses
pembuatannya. Penilaian produk meliputi penilaian terhadap
kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni,
seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar),
barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam.
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk. Cara
analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan
terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses
pengembangan yang dikemukakan Kunandar (2013: 299).
Kriteria yang digunakan guru untuk memilih produk siswa yang
183
akan dilibatkan dalam penilaian yaitu (1) relevan dan mewakili
kompetensi yang akan dinilai. Cara menentukan relevan tidaknya suatu
produk adalah menetapkan kompetensi yang akan diukur setiap
memberikan tugas kepada siswa, dan menetapkan kompetensi yang akan
diukur pada tiap tahap dalam pembuatan produk; dan (2) jumlah produk
dan objektivitas penilaian. Semakin banyak produk yang dinilai untuk
masing-masing kompetensi, kesimpulan yang dihasilkan akan semakin
tepat. Penilaian produk yang objektif adalah penilaian yang tidak
dipengaruhi oleh jenis dan bentuk produk serta tidak dipengaruhi oleh
guru yang menilai.
Kelebihan dari penilaian produk adalah (1) guru dapat menilai
kreativitas anak untuk melihat siswa memiliki daya cipta dan mempunyai
kompetensi; (2) kompetensi masing-masing anak betul-betul dapat
diketahui secara objektif; (3) siswa dapat mempraktikkan ilmu yang
diperoleh secara langsung melalui pengalaman yang real; dan (4) siswa
dapat menelaah kembali kebenaran materi yang telah diperoleh.
Sementara kekurangan dari penilaian produk adalah (1)
memerlukan waktu yang cukup banyak; (2) tidak semua kompetesi dapat
dibuat karya nyata terutama yang abstrak; (3) biaya untuk membuat
karya nyata kadang-kadang mahal; (4) proses pembuatan perlu waktu
yang lama; (5) kemampuan fisik sebagai penunjang tidak sama; dan (6)
subjektif penskorannya.
6. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang
didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan
184
kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut
dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap
terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang relevan dengan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata
pelajaran tertentu. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya
peserta didik secara individu atau kelompok pada satu periode
pembelajaran tertentu (Abdul Majid, 2015:67).
Keunggulan dari penilaian portofolio adalah guru dapat mengetahui
perkembangan peserta didik secara individual, peserta didik tidak perlu
menunggu peserta didik lain untuk menyelesaikan kompetensi dasar yang
sudah ditentukan, memudahkan guru untuk mencari solusi bagi peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar, memotivasi peserta didik untuk
kerja mandiri, mendorong terjadinya perubahan paradigma dalam
penilaian, artinya melalui penilaian portofolio lebih menekankan pada
proses perubahan kemampuan peserta didik sebagai hasil belajar, tidak
hanya di fokuskan pada hasil belajar semata, adanya akuntabilitas.
Artinya, proses seleksi karya terbaik maupun dokumen yang telah
dikerjakan peserta didik senantiasa melibatkan peserta didik dalam
penilaian dan, peserta didik akan mampu menghargai hasil karya peserta
didik lainnya.
Sementara kelemahan dari penilaian portofolio adalah
membutuhkan waktu yang banyak untuk melakukan penilaian, sulit
dilaksanakan pada kelas yang besar, tidak semua guru mampu melakukan
(jumlah peserta didik banyak), sulit memantau kejujuran peserta didik
dan terlalu banyak variasi instrumen (Kunandar, 2014:298).
Penilaian portopolio di dalam kelas memerlukan Langkah-Langkah
sebagai berikut jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan
185
portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik
yang digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh
peserta didik sendiri, tentukan bersama peserta didik sampel-sampel
portofolio apa saja yang akan dibuat. Portofolio antarpeserta didik yang
satu dan yang lain bisa sama atau bisa juga berbeda. Kumpulkan dan
simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau folder di
rumah masing-masing atau loker masing-masing di sekolah. Berilah
tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta
didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke
waktu.Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya
dengan para peserta didik.
Penilaian kualitas karya dapat dilkukan dengan cara, meminta
peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat
membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan memberi
keterangan tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta
bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat
membahas portofolio, setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum
memuaskan, peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki.
Namun, antara peserta didik dan guru dibuat “kontrak” atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya yang telah
diperbaiki harus diserahkan kepada guru, dan bila perlu, jadwalkan
pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu, undang orang tua
peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan
portofolio, sehingga orang tua dapat membantu dan memotivasi anaknya.
7. Penilaian Sikap
Ranah sikap adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
186
Ada asumsi bahwa sikap seseorang terhadap sesuatu bisa dipengaruhi
dari pengetahuan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu itu. Ranah
afektif mencakup watak prilaku seperti perasaan, minat sikap, emosi, atau
nilai. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai
hasil belajar dalam bidang kemampuan efektif berhubungan dengan
minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerjasama,
disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain,
dan kemampuan mengendalikan diri. (Kunandar, 2014:104).
Sikap menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak
memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai
keberhasilan. Menurut Kunandar (2014:118) adanya kelebihan dan
kelemahan penilaian kompetensi sikap, di antaranya kelebihan dari
penilaian kompetensi sikap adalah (1) dapat dilakukan bersamaan
dengan proses belajar mengajar; (2) dapat dilakukan secara langsung atau
tidak langsung melalui hasil kerja peserta didik; (3) mengetahui faktor
penyebab berhasil tidaknya proses pembelajaran peserta didik; (4)
mengajak peserta didik bersikap jujur; (5) mengajak peserta didik
menjalankan tugasnya supaya tepat waktu; (6) mengetahui sikap peserta
didik terhadap pelajaran dapat diketahui; (7) mengetahui faktor-faktor
keterbatasan peserta didik; (8) melihat karakter peserta didik sehingga
kendala yang muncul dapat diatasi; (9) memotivasi peserta didik untuk
terus berbenah diri karena kreativitas sangat dituntut; (10) meredam
egoisme individu setelah diberi tahu sikapnya; dan (11) menumbuhkan
rasa bertanggung jawab peserta didik pada tugasnya.
Peserta didik bisa bekerja sama dan saling menghargai antarteman.
Sementara kelemahan dari penilaian sikap adalah (1) sulit dilakukan
pengamatan pada jumlah peserta didik yang terlalu banyak; (2)
187
membutuhkan alat penilaian yang tepat; (3) memerlukan waktu
pengamatan yang cukup lama, menuntut profesionalisme guru karena
mengamati peserta didik yang bervariasi; (4) penilainnya subjektif; (5)
kurang dapat dijadikan acuan karena sikap peserta didik dapat berubah-
ubah; (6) terlalu banyak format yang melelahkan guru; (7) perlu
persiapan yang lengkap; (8) sulit mengadopsi sikap peserta didik yang
beragam; (9) sulit menyamakan persepsi karena latar belakang yang
berbeda; (10) sikap peserta didik yang kurang terbuka menyulitkan
penilaian; (11) sangat tergantung situasi yang sedang dialami peserta
didik sehingga hasilnya berpeluang berbeda; (12) jawaban peserta didik
sulit diuji kejujurannya; (13) guru lebih menanggapi peserta didik yang
aktif saja yang kurang aktif kurang terpantau; dan (14) kadang-kadang
tidak sejalan dengan intelegasinya.
Ada dua pendekatan penilaian dalam seni yang sering dipergunakan
dalam dunia pendidikan, yaitu pendekatan objektif dan pendekatan
subjektif. Instrumen penilaian dengan dua pendekatan ini memiliki
kelemahan-kelemahan saat digunakan dalam menilai sebuah karya tari
kreasi. Saat karya tari kreasi dipertontonkan, durasi yang dibutuhkan
relatif panjang, sehingga jika dilakukan penialaian memerlukan penilaian
yang sangat panjang, dan karya tari kreasi hanya bisa dinikmati sesaat
saja, tidak bisa di ulang kembali. Sekalipun akan diulang hanya bisa
menggunakan rekaman audio visual, dan situasi sudah jauh berbeda
dengan situasi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, terlalu banyak atau
secara ekstrem menikmati seni dengan dengan kacamata nalar atau rasio
menjadi kurang relevan. Sehingga kesan subjektif penilai/penikmat seni
juga turut menentukan.
Penilaian dengan pendekatan subjektif cenderung bersifat intuitif,
188
subjektivitas penilai sangat tinggi. Aliran seni yang diikuti oleh penilai,
dan latar belakang penilai sangat mempengaruhi hasil penilaian.
Akibatnya objektivitas penilai kurang dapat dipertanggungjawabkan
dalam penilaian tari kreasi. Penilaian hasil belajar seni tari di sekolah
selama ini lebih banyak menggunakan pendekatan intuitif. Hal ini
didasarkan pada pertimbangan efesiensi. Sehingga praktiknya kadang-
kadang sudah disertai dengan kompromi-kompromi tertentu oleh para
penilai sebelum melakukan penilaian bersama. Hal ini sebenarnya sudah
mendekati penilaian objektif, sehingga penilai tidak penggunakan
instrumen yang formal.
Penggunaan penilaian formatif masuk akal dalam konteks
pembelajaran seni tari di mana penekanan diberikan pada latihan dan
perbaikan. Umpan balik dari pembelajaran tari, termasuk teman sebaya
dan guru, penting untuk pertumbuhan siswa sebagai penari (Warburton,
2009), sehingga penilaian formatif dapat dilihat sebagai bagian integral
dari penciptaan dan kinerja tarian. Untungnya, guru bukan satu-satunya
sumber umpan balik di kelas. Ketika penilaian diri dan teman sebaya
diajarkan dan dibimbing dengan cermat, seperti yang dilaporkan dalam
projek ini di sini, umpan balik yang konstruktif dan terfokus dapat berasal
dari siswa sendiri.
Penilaian diri adalah proses di mana siswa mengkritik pekerjaan
mereka sendiri sesuai dengan harapan yang dinyatakan secara eksplisit,
biasanya dalam bentuk tujuan atau kriteria, dan kemudian merevisi dan
meningkatkan pekerjaan mereka (Andrade dan Valtcheva 2009).
Penilaian rekan, atau umpan balik teman, adalah ketika siswa
mengomentari pekerjaan masing-masing (Topping 2009). Penilaian
sendiri dan rekan seperti yang digunakan dalam konteks artikel ini tidak
189
termasuk penilaian atau penilaian sumatif: mereka murni formatif.
Penelitian telah menunjukkan bahwa penilaian diri dan teman dapat
mempromosikan pembelajaran dan prestasi siswa (Topping 2009; Brown
dan Harris 2013) di bawah kondisi yang tepat.
Penilaian sejawat dan diri yang efektif membutuhkan tiga hal: (1)
pemahaman tentang kriteria untuk kinerja yang sukses; (2) umpan balik
yang konstruktif mengenai kesenjangan antara standar yang diwakili oleh
kriteria tersebut dan pekerjaan siswa saat ini; dan (3) mengetahui
bagaimana tutup celah melalui revisi (Black dan Wiliam 1998; Sadler
1989). Sebagai contoh, ketika seorang koreografer membuat kriteria
untuk tarian yang jelas, para penari siswa dapat memberikan umpan balik
yang dapat ditindaklanjuti untuk diri mereka sendiri dan satu sama lain
yang menginformasikan proses latihan. Dengan penggunaan berulang,
seniman tari menginternalisasi kriteria dan mengembangkan pemahaman
tentang bagaimana kinerja kualitas didefinisikan oleh lapangan.
D. Objektivitas Penilaian
McQuail (1987:129) mengatakan bahwa objektivitas pada umumnya
berkaitan dengan berita dan informasi. Objektivitas merupakan nilai
sentral yang mendasari disiplin profesi yang dituntut oleh parawartawan
sendiri. Dengan demikian, objektivitas diperlukan untuk
mempertahankan.
Atkins (1977) mengatakan bahwa perspektif mengenai objektivitas
yaitu jurnalis haruslah tidak memihak dalam mengumpulkan, memproses
dan memberikan berita yang dapat menjadi nyata dan konkret sehingga
dapat dibuktikan oleh pembacanya (De Beer dan Merrill, 2004: 168).
190
Guru memegang peranan yang penting dalam sistem pendidikan.
Guru sebagai pendidik, guru tentu perlu menjalankan tugas dan fungsinya
secara profesional agar tercipta suatu proses pendidikan yang dapat
mengembangkan minat dan bakat peserta didik. Hal lain yang tak kalah
penting adalah bagaimana seorang guru dapat membawa peserta didik
agar menjadi manusia yang cerdas, berkepribadian luhur serta
bermanfaat bagi orang lain.
Sebagai upaya pembentukan peserta didik yang cerdas, ada
beberapa serangkaian proses yang perlu ditempuh oleh guru. Guru perlu
mempertimbangkan dan merencanakan desain pembelajaran dengan
matang terkait itu metode pembelajaran, media pembelajaran, teknik
pembelajaran sampai memberikan penilaian terhadap kinerja peserta
didik selama proses pembelajaran.
Dalam memberikan penilaian yang baik atas kinerja peserta didik
dalam pembelajaran, guru tentu perlu meninjaunya dari berbagai aspek,
baik itu dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotor peserta didik.
Dalammemberikan penilaian juga, guru perlu memgang prinsip objektif
dan adil.
Objektif berarti dalam memberikan penilaian guru melihat dari fakta
dan data di lapangan tanpa ada intervensi dari pihak manapun, serta
tanpa ada politik kepentingan di dalamnya. Adil sendiri bermakna
proposional yang artinya bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Guru yang profesional menjadikan prinsip objektif dan adil tadi
sebagai landasan dalam menentukan sikap dan menilai kinerja peserta
didik. Independensi dan kebijaksanaan seorang guru juga menjadi
pondasi kokoh bagi guru yang ingin menjadikan objektif dan adil sebagai
prinsip penilaiannya.
191
Sering kali kita melihat guru yang menilai tidak secara objektif.
Kecenderungan tersebut dapat hadir disebabkan beberapa faktor yang
bersifat subjektif, bukan tidak benar menilai secara subjektif, hanya saja
kebanyakan penilaian subjektif kerap kali dilandasi oleh hal yang tidak
ada kaitannya dengan kinerja peserta didik dalam proses pembelajaran.
Ada contoh kasus peserta didik yang mendapat nilai tinggi, padahal
kenyatannya di lapangan belum pantas untuk diberikan nilai tinggi, baik
itu dari segi kognitif, afektif maupun psikomotornya. Lantas mengapa
guru tadi tetap memberikan nilai tinggi? rupanya ada faktor lain yang
melandasinya, mulai dari kedekatan dengan orang tua, faktor anak
seorang pejabat, anak atasan, sampai anak rekan bisnisnya!.
Contoh lain yang diceritakan oleh rekan penulis adalah ketika
seorang guru memberikan nilai yang rendah bukan berdasarkan lemah
atau bobrok kognitif, afektif, atau psikomotornya. Ia mendapat nilai
rendah hanya karena tidak membeli buku yang disarankan oleh gurunya.
Ironisnya padahal dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor bisa
dibilang ia cukup unggul. Menurut hemat penulis, bukan suatu tindakan
pembangkangan ketika tidak membeli buku tersebut. Tidaklah tepat jika
hanya karena tidak membeli buku, seorang guru tega memberikan nilai
rendah kepada mereka yang tidak membelinya.
Kasus di atas menandakan bahwa masih adanya guru yang
berpikiran sempit dan dangkal dalam memberikan penilaian terhadap
peserta didiknya. Penilaian dipengaruhi sifat egois guru tanpa
pertimbangan yang matang dalam memberikan penilaiannya.
Menilai itu ya harus objektif dan adil. Tidak bisa seorang guru hanya
mengedepankan egonya semata. Penilaian tadi tentunya dapat
berdampak besar terhadap peserta didik yang menerimanya. Tentu rasa
192
kecewa, dikhianati dan kehilangan motivasi akan ada dalam benak
peserta didik karena tidak mendapatkan suatu keadilan dari gurunya.
Memberikan penilaian terhadap seseorang (murid, mahasiswa) oleh
pendidik (guru, dosen) harus senantiasa mengacu pada objektivitas, atau
dengan kata lain penilaian harus objektif jauh dari sifat-sifat yang
mengandung unsur subjektif. Pertanyaan kini muncul apa kriteria
penilaian objektif dan mengapa harus objektif?
Sebelum menjawab dua pertanyaan itu ada baiknya terlebih dahulu
memahami arti dari penilaian itu sendiri, menilai dan penilaian tidak akan
terpisahkan dari adanya hasil dan prestasi, kompetensi dan indikator
lainnya yang dijadikan tolok ukur (standar) tertentu dalam menentukan
keberhasilan.
Penilaian dikatakan objektif jika senantiasa memiliki kejelasan
tujuan yang ingin dicapai, penilaian objektif akan selalu mengacu pada
aturan dan keteraturan, penilaian objektif harus berpangkal pada adanya
keinginan untuk menciptakan/meningkatkan prestasi dan penilaian
objektif tentunya harus dapat menciptakan keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan (harmonisasi)
Dilihat dari sudut pandang sebagai seorang pendidik (guru, dosen)
hal pertama jelas dalam melakukan penilaian harus ada satu tujuan (goal)
yang akan dicapai artinya seorang pendidik harus memiliki sense of goal.
Pendidik harus sudah tahu tujuan penilaian itu adalahmengukur
kemampuan atau kompetensi peserta didik setelah dilaksanakannya
proses pembelajaran. Hal kedua dalam melakukan penilaian, pendidik
dituntut harus menyadari adanya sense of regulation (keteraturan),
sebagai contoh adanya aturan memberikan dan membuat soal (dalam
bentuk pilihan ganda dan atau essay misalnya) ada batasan waktu
193
penyelesaian tugas dan lainnya yang harus ditepati. Proses penilaian yang
objektif juga harus mampu membuat setiap peserta didik (murid,
mahasiswa) untuk berprestasi dan menemukan potensi unik yang dimiliki
oleh masing-masing peserta didik.
Hal lain yang ketiga adalah seorang pendidik dituntut memiliki sense
of achievement, sebagai contoh ketika peserta didiknya mengalami
masalah dalam pembelajarannya, seorang pendidik harus memiliki
kemauan dan kemampuan melakukan achievement motivation training
(AMT) memberikan motivasi dan semangat kepada mereka. Ingatlah tidak
ada peserta didik (murid, mahasiswa) yang bodoh, yang ada adalah
peserta didik yang malas. Kemalasan hanya membuahkan hasil (nilai)
yang rendah. Dan yang terakhir pendidik harus memiliki sense of harmony
yang akan menciptakan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan.
Ketika telah ada standar penilaian yang baku, peserta didik akan
merasakan keadilan dari nilai yang didapatkannya, dengan berlandaskan
pada obejektivitas akan sama-sama menguntungkan kedua belah pihak,
bahwa pendidik bisa melihat kemampuan setiap peserta didiknya, dan
peserta didikpun merasakan kemampuan apa yang telah dikuasainya.
Jadi mengapa harus penilaian objektif? Artinya, yang menilai dan
yang dinilai akan mengerti dan memahami bahwa penilaian objektif
mempunyai tujuan yang jelas antara lain mengetahui kemampuan,
keterampilan, kompetensi, prestasi dll. yang menilai dan yang dinilai
memiliki kesamaan dan kesatuan dalam pemikiran bahwa obejektivitas
penilaian itu senantiasa berlandaskan pada aturan yang baku (standar)
bukan keluar dari aturan pribadi (pendidik) dan aturan itu akan selalu
mengikuti keteraturan berkelanjutan, dengan penilaian objektif pendidik
dan peserta didik yang dinilai dapat merasakan bahwa segala daya upaya
194
harus dilakukan untuk mencapai prestasi tertentu bukan hanya
berlandaskan “belas kasihan” semata atau mungkin ada personal interest
lainnya yang melatarbelakangi penilaian itu sehingga unsur
objektivitasnya menjadi kabur, selanjutnya penilaian objektif akan
menciptakan harmonisasi antara pendidik dan peserta didik yang dinilai
(tidak akan muncul unsur kecurigaan terhadap pendidik/penilai, semua
sudah jelas, terukur, teratur dengan segala aturan yang sudah diketahui
oleh semua yang berkepentingan).
Adanya kesadaran akan tujuan, aturan dan keteraturan, prestasi
dan harmonisasi empat hal initentunya harus sampai juga kepada
pemikiran peserta didik secara utuh. Adalah suatu keniscayaan jika
pendidik mampu melakukan transfer of knowledge keempat unsur ini
sehingga menyatu dalam pemikiran pendidik dan anak didik, niscaya akan
muncul rasa percaya (trust) bahwa pendidik (guru, dosen) telah
memberikan penilaian secara objektif. Peserta didik tidak akan merasa lagi “diperlakukan” tidak adil atau dinilai berdasarkan like and dislike
semata.
195
BAB VII
PENILAIAN LITERASI GRAK
Pada pembelajaran tari diperlukan kecerdasan kinestetik yang
baik, agar dapat menirukan gerak, mengembangkan gerak,
mempersepsikan gerak, memanipulasi gerak, dan berimprovisasi gerak
yang disebut dengan literasi gerak (movement literation). Sesuai dengan
teori Harrow yang menyebutkan ranah psikomotor terdiri atas
keterampilan manipulatif, motor dan gerakan-gerakan yang memerlukan
koordinasi neuromuskuler (Harrow, 1972). Adanya koordinasi
neuromuskuler ini yang mengarahkan pada gerak yang dilakukan dengan
menggunakan kognitif seseorang yang disebut dengan persepsi gerak.
Persepsi gerak inilah yang kemudian memiliki benang merah
dengan literacy movement atau literasi gerak yang lebih kepada
pemahaman atau pemaknaan gerak. Hal ini sesuai dengan kompetensi
yang harus dimiliki siswa Sekolah Menengah Pertama, khususnya pada
mata pelajaran Seni Budaya bidang studi Seni Tari.
Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat
kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis,
berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian
tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Elizabeth
Sulzby (1986), arti literasi adalah kemampuan berbahasa yang dimiliki
oleh seseorang dalam berkomunikasi (membaca, berbicara, menyimak,
196
dan menulis) dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Jika
didefinisikan secara singkat, literasi adalah kemampuan menulis dan
membaca. Menurut HarveyJ. Graff (2006), arti literasi adalah suatu
kemampuan dalam diri seseorang untuk menulis dan membaca.
Beberapa kajian tentang movement literation digunakan untuk
mengetahui kemampuan berpikir dan bergerak melalui notasi tari yang
berupa simbol dan pengkodean (Bucek, 2013). Simbol dan kode tersebut
cukup rumit, sehingga penting bagi penari untuk membuat catatan
tertulis tentang gerak, membaca simbol, dan membentuk pola-pola dari
simbol tersebut.
Pada literasi gerak yang dikenal dengan istilah motif writing
yaitu alat untuk memfasilitasi pengetahuan konten tari. Hal ini dapat
dilihat sebagai ekpresi garis di ruang atas pentas. Melalui motif writing,
siswa dapat menunjukkan di mana (level, arah), kapan (durasi, meter,
pulsa, tempo), dan bagaimana (kuat, lembut, hingar bingar, perkusi,
melonjak, bergelombang, dll). Hal terjadu karena motif writing dialami
melalui berbagai metode pengkodean-pendengaran (mendengarkan),
kinetik (bergerak), visual (membaca), dan taktil (menulis) itu memiliki
potensi untuk merangsang pembelajaran dan membantu dalam
memahami informasi. Misalnya, ketika seseorang membaca atau menari
simbol menari pada skor, dia atau merasa-berpikir-bergerak secara
bersamaan. Menanggapi simbol-simbol pada baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Kemampuan ini juga terdapat dalam seni tari, di mana gerak
sebagai alat ungkap yang memiliki makna. Kemampuan membaca dan
menulis pada tari lebih kepada gerak atau berupa simbol yang
dipersepsikan kemudian diekspresikan. Beberapa kajian tentang
197
movement literation digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir
dan bergerak melalui notasi tari yang berupa simbol dan pengodean
(Bucek, 2013). Simbol dan kode tersebut cukup rumit, sehingga penting
bagi penari untuk membuat catatan tertulis tentang gerak, membaca
simbol, dan membentuk pola-pola dari simbol tersebut. Siswa belajar
menari sambil mengasah keterampilan bahasa mereka dan mulai terlibat
dalam lintas-disiplin, pengalaman lintas-pengalaman yang membangun
pemahaman dan memicu kreativitas (Robinson, 2006).
Siswa dapat memperhatikan simbol-simbol kinestetik dari
tarian, posisi tubuh, penyebaran berat, rasa tegang atau kebebasan pada
otot, dan menceritakan kembali pengalaman mereka tentang gerakan
yang diekspresikan. Simbol-simbol dalam tari tersebut dikenal dengan
Laban Notation yang merupakan alat untuk memudahkan penari untuk
membaca gerak, sehingga gerak dapat terdimumentasi dengan baik.
A. Definisi Konseptual
Literasi gerak adalah kemampuan memahami dan memaknai
simbol gerak yang merupakan adaptasi dari notasi laban melalui kegiatan
membaca, menuliskan, dan menginterpretasikan notasi tersebut dengan
lancar, cepat, dan tepat.
B. Definisi Operasional
Pengukuran literasi gerak dilakukan melalui penilaian nontes
berupa pengamatan dengan memberikan skor dikotomi (jika benar diberi
skor 1 dan jika salah diberi skor 0) dari indikator sebagai berikut: (1)
melakukan gerak dengan membaca simbol gerak untuk mengukur
198
pemahaman atau persepsi terhadap simbol gerak, kemudian
diekspresikan melalui gerak; (2) mendeskripsikan/menuliskan uraian
gerak dari simbol gerak yang dipilih untuk mengukur kemampuan
menulis atau mendeskripsikan gerak; dan 3) menginterpretasikan simbol
gerak dari deskrispi atau uraian gerak untuk mengukur pemahaman
simbol gerak berdasarkan deskripsi.
C. Kisi-Kisi Instrumen Literasi Gerak
No Indikator Aspek No. Butir Soal
A. 1 Melakukan gerak
dengan membaca
simbol gerak
Ketepatan gerak
dengan simbol yang
dibaca
1, 2, 3
2 Kelancaran
melakukaan gerak
sesuai dengan simbol
yang dibaca
4, 5, 6
3 Kecepatan dalam
Merespon simbol
7, 8, 9
B. 1 Mendeskripsikan/
menuliskan uraian
gerak
Ketepatan
mendeskripsikan gerak
dari simbol yang
dibaca
10, 11, 12
199
2 Kelancaran
mendeskripsikan gerak
sesuai dengan simbol
yang dibaca
13, 14, 15
3 Kesesuaian dalam
mendekripsikan
gerak yang dibaca
dari simbol dengan
EYD
16, 17, 18
C. 1 Menginterpretasikan
/ membuat simbol
gerak
Ketepatan dalam
mengejawantahkan
deskripsi gerak ke
dalam bentuk simbol
19, 20, 21
2 Kelancaran dalam
mengejawantahkan
deskripsi gerak ke
dalam bentuk simbol
22, 23, 24
3 Kesesuaian dalam
mengejawantahkan
deskripsi gerak ke
dalam bentuk simbol
25, 26, 27, 28
200
201
BAB VIII
LEMBAR PENGAMATAN LITERASI GERAK
BERBASIS WEB
A. Tugas 1 (Indikator A: Melakukan Gerak) Instruksi:
1) Disajikan 4 jenis notasi gerak dengan hitungan 1–4.
202
203
2) Siswa memilih salah satu notasi gerak yang disajikan.
3) Lakukan gerak dengan lancar dan benar berdasarkan notasi
gerak yang dipilih.
4) Rekam gerak tersebut dengan menggunakan smart phone, lalu up
load ke web e-assessment.
5) Bacalah panduan penggunaan web e-assessment.
6) Guru memberikan check list berdasarkan hasil pengamatan gerak
yang dilakukan siswa.
7) Berilah feedback di setiap hasil pengamatan pada web e-assessment.
204
Indikator Aspek
Penilaian
Kode/No
Butir Soal
0
(tidak)
1
(ya) Ket
A. Melakukan gerak
dengan membaca
simbol gerak
Ketepatan
gerak dengan
simbol yang
dibaca
1 Gerak yang dilakukan
memperhatkan simbol
level
Lihat
gambar
2 Gerak yang dilakukan
memperhatikan simbol
petunjuk arah
Lihat
gambar
3 Gerak yang dilakukan
memperhatikan imbol
tanda khusus
Lihat
gambar
Kelancaran
melakukaan
gerak sesuai
4 Gerak yang dilakukan
memperhatikan
hitungan yang tertulis
Lihat
gambar
205
Indikator Aspek
Penilaian
Kode/No
Butir Soal
0
(tidak)
1
(ya) Ket
dengan simbol
yang dibaca
5 Gerak yang dilakukan
tidak terputus-putus
Lihat
gambar
6 Gerak yang dilakukan
dengan tempo yang
konstan
Lihat
gambar
Kecepatan
dalam
Merespon
simbol
7 Refleksitas dalam
Melakukan gerak
Lihat
gambar
8 Penangkapan/pemaham
an terhadap simbol
gerak
Lihat
gambar
9 Gerak yang direspon
dengan durasi singkat
Lihat
gambar
206
B. Tugas 2 (Indikator B: Mendeskripsikan/Menuliskan Uraian
Gerak)
Instruksi:
1) Disajikan 4 jenis notasi gerak dengan hitungan 1–4
207
208
2) Siswa memilih salah satu notasi gerak yang disajikan.
3) Buat deskripsi gerak berdasarkan simbol dan hitungan dari salah
satu gambar yang dipilih.
4) Tuliskan di kertas dan posting dalam web e-assessment.
5) Bacalah panduan penggunaan web e-assessment.
6) Guru memberikan check list berdasarkan hasil pengamatan gerak
yang dilakukan siswa.
7) Berilah feedback di setiap hasil pengamatan pada web e-assessment.
209
Indikator Aspek Penilaian Kode/No
Butir Soal
0
(tidak)
1
(ya) Ket
C. Mendeskripsikan/
menuliskan uraian
gerak
Ketepatan
mendeskripsikan
gerak dari simbol
yang dibaca
10 Uraian gerak yang
dituliskan
memperhatikan simbol
gerak
Lihat
gambar
11 Uraian gerak yang
dituliskan ke dalam
bentuk tulisan
memperhatikan simbol
petunjuk arah
Lihat
gambar
12 Uraian gerak yang
dituliskan
memperhatikan
hitungan
Lihat
gambar
210
Indikator Aspek Penilaian Kode/No
Butir Soal
0
(tidak)
1
(ya) Ket
Kelancaran
mendeskripsikan
/menuliskan
gerak sesuai
dengan simbol
yang dibaca
13 Uraian gerak yang
dituliskan mengikuti
aturan (ada hitungan
dan uraian gerak)
Lihat
gambar
14 Gerak yang dituliskan
tidak terputus-putus
atau (bolong) setiap “bar”nya
Lihat
gambar
15 Uraian gerak yang
dituliskan
memperhatikan waktu
penyelesaian
Lihat
gambar
Kesesuaian dalam
mendekripsikan
16 Keterbacaan penulisan
uraian gerak yang
Lihat
gambar
211
Indikator Aspek Penilaian Kode/No
Butir Soal
0
(tidak)
1
(ya) Ket
gerak yang dibaca
dari simbol
dengan EYD
diterjemah kan dari
simbol
17 Susunan kalimat yang
ditulis berdasarkan
simbol
Lihat
gambar
18 Uraian gerak dituliskan
dengan rapi
Lihat
gambar
212
C. Tugas 3: (Indikator C: mengiterpretasikan Gerak ke dalam Bentuk
Simbol/Notasi)
Instruksi:
1) Disajikan partitur notasi gerak dengan hitungan 1– 4.
213
2) Siswa memilih salah satu deskripsi gerak yang disajikan.
214
3) Letakkan simbol gerak yang disajikan berdasarkan deskrispi yang
dipilih ke dalam partitur notasi gerak.
4) Bacalah panduan penggunaan web e-assessment.
215
5) Guru memberikan check list berdasarkan hasil pengamatan gerak
yang dilakukan siswa.
6) Berilah feedback di setiap hasil pengamatan pada web e-assessment.
216
Indikator Aspek Penilaian Kode/No
Butir Soal
0
(tidak)
1
(ya) Ket
D. Menginterpretasikan
gerak ke dalam
bentuksimbol/notasi
Ketepatan dalam
mengejawantahkan
deskripsi gerak ke
dalam bentuk
simbol
19 Notasi/simbol
yang dibuatmem
perhatikan level
yang digunakan
bedasarkan
dancecript
Lihat
deskripsi
20 Notasi/simbol
yang dibuat
memperhatikan
arah bedasarkan
dancecript
Lihat
deskripsi
21 Notasi yang dibuat
mengikuti aturan
(tata letak pada
garis gerak)
Lihat
deskripsi
217
Indikator Aspek Penilaian Kode/No
Butir Soal
0
(tidak)
1
(ya) Ket
Kelancaran dalam
mengejawantahkan
deskripsi gerak ke
dalam bentuk
simbol
22 Notasi yang dibuat
Memperhatikan
hitungan
berdasarkan
dancecript
Lihat
deskripsi
23 Notasi yang dibuat
tidak terputus-
putus
Lihat
deskripsi
24 Notasi yang dibuat
dituliskan dengan
durasi singkat
Lihat
deskripsi
Kesesuaian dalam
mengejawan tahkan
Deskripsi gerak ke
25 Notasi yang dibuat
mengikuti
deskripsi
Lihat
deskripsi
218
Indikator Aspek Penilaian Kode/No
Butir Soal
0
(tidak)
1
(ya) Ket
dalam bentuk
simbol
26 Notasi yang dibuat
memperhatikan “bar”nya
berdasarkan
deskripsi
Lihat
deskripsi
27 Notasi yang dibuat
Memperhatikan
Hitungan
berdasarkan
deskripsi
Lihat
deskripsi
28 Notasi yang dibuat
memperhat ikan
dan mengikuti
aturan garis bagian
anggota tubuh
Lihat
deskripsi
219
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Majid. (2015). Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Agus Mahendra dan Amung Ma’mun. (1998). Teori Belajar dan
Pembelajaran Motorik. Bandung: IKIP Bandung Press.
Andrade, H., and Valtcheva, A. (2009). “Promoting Learning and
Achievement Through Self-Assessment”. Theory Pract. 48, 12–19. doi:
10. 1080/00405840802577544
Arends, Richard. (2008). Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Brown, J. A., Fishco, V. V., & Hanna, G. (1993). Nelson-Denny Reading Test:
Manual For Scoring And Interpretation, forms G & H. Rolling
Meadows, IL: Riverside Publishing
Brown, G. T. L., & Harris, L. R. (2013). “Student Self-Assessment”. In J. H.
McMillan (Ed. ). The SAGE handbook of research on classroom
assessment (pp. 367-393). Thousand Oaks, CA: Sage.
Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
De Beer, A. S. & John, C. M. (2004). Global Jurnalism: Topical Issue and Topical
Sistems. USA: Pearson Education.
Denis McQuail. 1987. Mass Communication Theory (Teori Komunikasi Massa).
Jakarta: Erlangga.
Eko Putro Widoyoko. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gurney, P. (2007). “Five Factors for Effective Teaching” Journal of Teachers´
Work, Vol. 4, Issue 2, 89-98
220
Gulikers, Judith T. M, Bastiens, Theo J, Kirschner, Paul A. (2004). “A Five-
Dimensional Framework for Authentic Assessment”. Journal of
Educational TechnologyResearch and Development, 52, 67-86.
Herman, J. L., P. R. Aschbacher. and L. Winters (1992). A Practical Guide To
Alternative Assessment. Alexandria, Va.: Association for Supervision
and Curriculum Development.
James N. Butcher, Charles D. Spielberger. (1987). “Advances in Personality
Assessment”. Vol. 6. Lawrence Erlbaum Associates. Hillsdale, NJ.
Joseph B. Oxendine. 1996. Psychology of Motor Learning. Englewood Cliffs:
Prentice-Hall Inc.
Kane, M., Crooks, T., & Cohen, A. (1999). “Validating Measures of
Performance”. Educational Measurement: Issues and Practice, 18(2),
5-17.
Kemdikbud. (2013). Pedoman Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Kemdikbud.
Lutan, Rusli. (1988). Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan
Metode. Jakarta: P2LPTK Dirjen Dikti Depdikbud.
Kunandar. (2013). Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mardapi, Djemari. (2012). Pengukuran Penilaian & Evaluasi Pendidikan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Magil R. G. (1976). Motor Learning: Concepts and Appication.
Singapura:McGraw-Hill Book Co. O’Reilly, M. and Morgan, C (1999) “Online Assessment: Creating
Communities And Opportunities. In Computer Assisted Assessment
in Higher Education”. Brown, S. ; Race, P. and Bull, J. (Eds) Staff and
Educational Development Series. Kogan Page: London.
Schmidt, R. A., (1988). Motor Kontrol and Learning: A Behavioral Emphasis,
Edisi ke dua, Champaign, IL: Human Kinetics, USA., 1991, Motor
Learning an Performance: From Principles to Practice, Human
Kinetics Publishers, Ltd., USA.
Subali, Bambang. (2010a). “Bias Item Tes Keterampilan Proses Sains Pola
221
Divergen dan Modivikasinya sebagai Tes Kreativitas”. Jurnal
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 14(2) : 309-334.
Sugiyanto, (1984). Pengaruh Penggunaan Videokaset, Kualitas Model
Gerakan, Kelompok Umur, Jenis Kelamin dan Persepsi Kinestetik
(disertasi) Jakarta:FPS-IKIP Jakarta.
Stiggins. (1994). Pengertian Motivasi. Jakarta: Akar Ilmu.
Topping, K. J. (2009). “Peer Assessment”. Theory into Practice, 48, 20-27.
doi:10. 1080/00405840802577569 Triana, Dinny Devi. (2012). “Penilaian Kinestetik dalam Seni Tari”. Jurnal
Evaluasi Pendidikan, Vol. 3, No. 1, Maret 2012
Wiyono, B. B., & Sunarni. (2009). “Evaluasi Program Pendidikan dan
Pembelajaran”. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Malang.
Zacharis, N. Z. (2010). “Innovative Assessment For Learning Enhancement:
Issues And Practices”. Contemporary Issues in Education Research
(CIER), 3(1), 61-70. https://doi. org/10. 19030/cier. v3i1. 162
Sumber Internet
Jabar. tribunews. com
Saif-drawing. blogspot. com viva. co. id
alona. co. id martinrecords. com
ni. wikipedia. org user. uni-franfurt. De labanwigman. blogspot. com
contactout. Comgf. org
https://www. youtube. com/watch?v=E_gPIg0a9lU https://www. youtube.
com/watch?v=LdbrK7nqUTI https://www. youtube.
com/watch?v=TV5U9bXk5G8 https://www. youtube.
com/watch?v=0thm-AjwMgU
http://staffnew. uny. ac. id/upload/131699326/pendi-dikan/
MODUL+TARI+NUSANTARA+IV. pdf
222
https://www. google. com/search?q=gambar+notasi+laban
&safe=active&sxsrf=ACYBGNQPROWwKaVjt5H4WNL 1nNsJ7_-
Kg:1569051316713&source=lnms&tbm= isch&sa=X&
ved=0ahUKEwjzuvfSs- HkAhWVfn0KHRcyC5EQ_AUIESgB&biw=
1319&bih=5 81#imgrc=ZngRkChJqTP3kM
223
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
MATERI E-LEARNING LITERASI GERAK
A. MATERI BASIC
KEGIATAN BELAJAR 1
1. A. Motivasi
2. A. Dua Bagian Yaitu Gerak Tajam Dan Gerak Lembut
3. D. Lembut
4. A. Neomuskuler
5. B. Otak
KEGIATAN BEAJAR 2
1. D. Wirasa
2. C. Stilirisasi
3. B. Labyrinthine
4. A. Koordinasi Gerak
5. B. Arah, Posisi Dalam ruang, kecepatan, dan aktivasi otot
KEGIATAN BELAJAR 3
1. B. Tari
2. B. Body Space Dan Space Area
3. A. Gerak Maknawi Dan Gerak Murni
4. C. Pakem
5. B. Kreasi
224
KEGIATAN BELAJAR 4
1. A. Ruang Positif
2. D. Ruang Gerak Dan Ruang Area
3. A. Menyilang
4. C. Kontras
5. C. Melangkah Kaki Kiri Serong Kiri
KEGIATAN BELAJAR 5
1. B. Waktu
2. D. Pentatonis
3. A. Pendukung suasana, pengatur tempo, pengiring gerak
4. A. Ritme
5. D. Kendang
B. MATERI INRMEDIATE
KEGIATAN BELAJAR 1
1. A
2. D. simbol gerak ke samping kiri dan kanan
3. C. Tangan
4. A. ke depan level sedang
225
KEGIATAN BELAJAR 2
1. B. arah
2. B. Merentang
3. A. berjalan
4. B. Luas
5. C. tertutup
KEGIATAN BELAJAR 3
1. B
2. D. Kaki kiri dan kanan kembali ke tempat dengan level Rendah
Tangan kanan ke samping kanan, tangan kiri ke samping kiri
3. A. volume gerak
4. C. simbol arah
5. C. Rendah
C. MATERI ADVANCE
KEGIATAN BELAJAR 1
1. D. Hitungan sa: tangan kiri dan kanan maju level sedang, hitungan
a: tangan kiri dan kanan ke samping level tinggi
2. A. Merekam dan menganalisis
3. B. Bersiap
4. A. Di tempat rendah
5. A. Maju melompat
226
KEGIATAN BELAJAR 2
1. B. Duduk bersimpuh
2. D. Kedua kaki terkunci
3. C. Literasi
4. B. Rudolf Van Laban
5. C. Gerak anggota tubuh bagian kanan dan kiri
227
PROFIL PENULIS
Dinny Devi Triana, lahir pada tahun 1968.
Pendidikan D3 ASTI Bandung Jurusan Seni Tari
(1991), S1 ISI Yogyakarta Jurusan Tari Nusantara
(1993), S2 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
(2004), dan tahun 2006 melanjutkan program S3
Univeristas Negeri Jakarta pada Program Studi
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan.
Sejak tahun 1993 mulai bekerja di Program
Studi S1 Pendidikan Seni Tari, dan tahun 2012 di Program Studi S2
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Pascasajana UNJ sebagai staf pengajar
hingga sekarang. Pernah menduduki jabatan Ketua Jurusan Seni Tari untuk
periode 2007-2011, anggota Satuan Pengawas Internal (SPI) UNJ tahun
2012-2016.
Pengalaman menjadi penulis buku, antara lain Buku Seni Budaya
untuk SMA/SMK (Penerbit Inti Prima), Buku Seni Budaya dan Keterampilan
kelas 1 s/d 5 SD (Penerbit Galaxi), Buku Evaluasi dalam Pembelajaran Seni
Tari (Penerbit Yastin Learning Center), modul PPG (UNJ Press, 2009), modul
Peningkatan Kompetensi Kebudayan Bagi Guru Mata Pelajaran Seni Budaya
SMP Kelas VII (2013), Modul Peningkatan Kompetensi Kebudayaan: Metode
Perencanaan Penyelenggaraan Pertunjukan Seni, Modul Peningkatan
Kompetensi Kebudayaan: Evaluasi Penyelenggaraan Pameran dan atau
Pertunjukan (Kementerian Pendidikan dan Kebudyaan Badan
Pengembangan SDM Pendidikan Kebudayaan, 2015). Narasumber
228
Direktorat Sekolah Menengah Pertama Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan (2016-sekarang), Narasumber Direktorat Kebudayaan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2016-sekarang).
Pengalaman bekerja sebagai tim perumus kurikulum 2013 mata
pelajaran Seni Budaya, Instruktur nasional dan fasilitator kurikulum 2013
dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Dasar
dan Menengah, penilai buku teks dan nonteks (Pusat Kurikulum dan
Perbukuan), serta kegiatan pengabdian masyarakat di Balai Latihan
Kesenian DKI Jakarta.
Penelitian yang pernah dilakukan Pengembangan Instrumen Penilaian
Tari Karya Mahasiswa LPTK (Lemlit UNJ, 2004), Minat Baca Masyarakat
Tangerang (Kerjasama dengan Perpustakaan Kab. Tangerang, 2004),
Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif Dengan Tari Hasil Karya Mahasiswa
LPTK (Lemlit UNJ, 2006), Minat Pelajar SLTA se-DKI Jakarta (Kerjasama
dengan Dinas Kebudayaan dan Permeseuman DKI Jakarta, 2006),
Kompetensi Koreografer: Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Kreatif,
Penguasaan Pengetahuan Komposisi Tari dan Tari Hasil Karya Mahasiswa
(FBS UNJ, 2007). Penelitian Hibah Bersaing: Model Penilaian I-Pop Dance
(Modern Dance) tahun 2013, Strategi Penilaian Sebagai Evaluasi Formatif
Untuk Meningkatkan Keterampilan Menari Pada Pembelajaran Praktik Tari
(2014). Model Pengukuran Cerdas Kinestetik Dalam Menata Tari Pada
Mahasiswa Seni tari (2015). Penelitian unggulan perguruan tinggi dalam
mengembangkan model penilaian kinerja berbasis kompetensi guru seni
budaya di sekolah menengah (2016). Model Penilaian Kinerja Dalam
Pembelajaran Seni Tari Untuk Siswa Sekolah Menengah (2017), Literasi
Penilaian Berbasis High Other Thinking Skill Pada Pembelajaran Seni Budaya
Di Sekolah Menengah Pertama DKI Jakarta (2018),
229
Model E-Assessment Literasi Gerak untuk Meningkatkan Kecerdasan
Kinestetik Berbasis web Pada Pembelajaran Seni Budaya di SMP (2019-
2020), Model Bahan Ajar Literasi Gerak Berbasis Labanotation untuk
Mendiagnostik Kecerdasan Kinestetik Siswa SMP (2019).
Karya Ilmiah yang dihasilkan berupa artikel yang ditulis berdasarkan
hasil penelitian pada jurnal nasional dan internasional. Serta produk dalam
bentuk pembelajaran literasi gerak berbasis web, dan penilaian literasi
gerak berbasis web e-assessment.
Tahun 2009 melaksanakan workshop tari Betawi di KJRI Frankfurt
dan KBRI Jerman pada kegiatan revitalisasi seni. Misi kebudayaan ke Korea
(2014), dan Maroko (2015). Mengikuti seminar nasional dan internasional
pada setiap tahunnya.
230
Sri Santoso Sabarini, lahir di Surakarta Jawa
Tengah padatahun 1976. Pendidikan S1 UNS
Surakarta, JurusanPendidikan Olahraga lulus tahun
1999, melanjutkan S2 pada Prodi Ilmu
Keolahragaan Pasca Sarjana UNS (2008), S3
Pendidikan Olahraga UPI Bandung (2017).
Tahun 1999mulaibekerja di SMK N 1 Surakarta
sebagai guru Pendidikan Jasmani. Sejak Tahun 2005 menjadi dosen tetap
pada prodi Pendidikan Jasmani FKIP UNS. Tahun 2019 diangkat menjadi
kepala program studi PJKR FKOR UNS s. d sekarang. Tahun 2018 mengajar
pada Program Ilmu Keolahragaan Pasca Sarjana UNS mata kuliah
perkembangan gerak. Tahun 2018 s. d 2019 sebagai pengelola PPG
membidangi Divisi Kemahasiswaan.
Pengalaman bekerja sebagai tim perumus kurikulum 2013 mata
pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan (PJOK) jenjang SMP,
Instruktur nasional dan fasilitator kurikulum 2013 dari Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah,
penilai buku teks (Pusat Kurikulum dan Perbukuan) sejak tahun 2016,
sebagai Assesor PPK di LP2KS Kemendikbud sejak tahun 2012 s.d. sekarang,
Sebagai pengembang Instrumen Potensi Kepemimpinan Calon Kepala
Sekolah tahun 2012 s. d sekarang. Pengembang Instrumen UKIN PPG mapel
PJOK tahun 2020.
231
Rivo Panji Yudha, lahir di kota Cirebon, tanggal 01
Maret 1990. Telah menyelesaikan jenjang studi S-1
Pendidikan Matematika di UGJ (Universitas
Gunung Jati Cirebon) (tahun 2007-2011). Serta
Magister Pendidikan program studi Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan (2012-2014). Tahun 2017
melanjutkan jenjang S-3 di Universitas Negeri
Jakarta Jurusan Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan. Saat ini menjadi Dosen tetap di FKIP Universitas 17 Agustus
1945 Cirebon, dan Pernah menjabat sebagai Wakil Dekan III. Mengampu
mata kuliah evaluasi pembelajaran, metode penelitian, statistika dasar.
Pernah menjadi dosen tamu di Universitas Muhammadiyah Cirebon, IAIN
Syekh Nurjati Cirebon, LP3I Cirebon. Aktif menulis artikel dan jurnal ilmiah
juga menjadi narasumber dalam sebuah seminar dan pelatihan software
olah data. Pernah menjadi pembicara dalam 3 konferensi international di
Bali dan Jakarta. Tulisannya tentang Asesmen dibidang pendidikan
matematika. Pernah menjadi anggota penelitian nasional yang di danai oleh
pusat kurikulum dan perbukuan dan membuat penelitian bertemakan
asesmen di bidang pendidikan. Keahlian saya dibidang pembuatan
instrumen, asesmen, research & development, analisis kebijakan.
Menguasai berbagai software olah data statistik (Mplus, SPSS, Amos, Lisrel)
maupun software yang terkait analisis butir soal (IRT, Bilog, Genova,
Winsteps, Facets).