PEMBANGUNAN PERIKANAN

2
PEMBANGUNAN PERIKANAN Pemerintah Republik Indonesia (RI) memiliki visi untuk mengukuhkan diri sebagai pengekspor perikanan di dunia pada 2015, utamanya dalam perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Menuju visi tersebut, Indonesia masih memiliki banyak permasalahan yang menuntut solusi sesegera mungkin. Prof. Ir. Sukoso, PhD menyampaikan hal tersebut saat menjadi pemateri dalam kuliah tamu IAAS di Hotel UB, Rabu (14/7). Dengan paparan "Recent Development of Indonesian Fisheries", dihadapan 100 peserta, ia kemudian mentabulasi berbagai permasalahan tersebut. Diantaranya adalah terbatasnya area penangkapan, masalah reproduksi, kehadiran penyakit serta ketersediaan pakan."Semua permasalahan tersebut membutuhkan solusi melalui penerapan teknologi", kata dia. Terkait penyakit misalnya, Sukoso menekankan pentingnya penyelesaian tanpa menggunakan bahan kimia yang menurutnya sangat tidak gampang. Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan ini menambahkan, pemanfaatan teknologi juga diperlukan pada pakan melalui penyediaan sumber protein yang seminimal mungkin menggunakan ikan dan bahan pangan manusia. "Semua area penangkapan di Indonesia sudah over fishing, jadi mau kemana untuk mencapai produksi sebesar itu", ungkapnya memaparkan kondisi terkini perikanan tangkap di Indonesia. Karena keterbatasan tersebut, ia kemudian menyarankan agar dimulai program perikanan budidaya menuju pemenuhan kebutuhan 2015. Hanya saja, untuk perikanan budidaya pun ia menjumpai permasalahan krusial dalam penyediaan bibit unggul. "Penyediaan bibit unggul membutuhkan teknologi tinggi diantaranya untuk teknologi reproduksi. Karena itu, selama ini kita selalu mengimpor benih unggul", katanya prihatin. Terhadap seluruh permasalahan tersebut, Prof. Sukoso pun memberikan tiga solusi utama yang meliputi penerapan teknologi penangkapan, penegakan hukum serta perbaikan lingkungan pantai sebagai penyokong produk benih ikan secara alami. "Sumber Daya Alam (SDA) kita terus menurun tetapi permintaan selalu meningkat. Karena itu, perlu pengaturan penangkapan khususnya penggunaan alat-alat yang eco- friendly termasuk pengaturan ukuran mata jaring", kata dia. Terkait masalah sosioekonomi nelayan, pihaknya juga mengetengahkan tiga solusi yakni pemindahan lokasi nelayan ke daerah-daerah yang masih produktif, pengalihan aktivitas nelayan diluar kesehariannya seperti peternakan dan pembudidayaan ikan serta optimalisasi SDA yang ada di wilayah pantai dengan menyadarkan masyarakat pentingnya memelihara lingkungan pantai. Pembicara lain yang juga turut hadir dalam kesempatan tersebut adalah Prof. Dr. Ir. Hari Purnomo, yang mengemukakan masalah food safety. Diwawancarai usai acara, salah seorang peserta asal Thailand, Kampanat Phesatcha, menceritakan pembangunan perikanan di negaranya. Di negeri gajah putih ini, menurutnya perikanan telah berorientasi ekspor melalui industrialisasi dengan komoditas utama udang, tuna, catfish dan tilapia (sejenis ikan lokal). Dalam pengelolaannya, pola kemitraan antara industri, pemerintah dan masyarakat telah terjalin disana. "Kepada petani, biasanya industri akan memberikan benih dan material lainnya untuk kemudian di budidayakan. Pemerintah berperan sebagai pembuat regulasi diantaranya dalam pengendalian harga sehingga tetap bisa bersaing di pasar dunia", terang mahasiswa program Animal Sciences Khon-Kaen University ini. Thailand Selatan merupakan sentra perikanan di sana, yang meliputi daerah Phuket, Chonbari, serta Prachuabkirikun. PROF. SUKOSO

description

mm

Transcript of PEMBANGUNAN PERIKANAN

PEMBANGUNAN PERIKANANPemerintah Republik Indonesia (RI) memiliki visi untuk mengukuhkan diri sebagai pengekspor perikanan di dunia pada 2015, utamanya dalam perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Menuju visi tersebut, Indonesia masih memiliki banyak permasalahan yang menuntut solusi sesegera mungkin. Prof. Ir. Sukoso, PhD menyampaikan hal tersebut saat menjadi pemateri dalam kuliah tamu IAAS di Hotel UB, Rabu (14/7). Dengan paparan "Recent Development of Indonesian Fisheries", dihadapan 100 peserta, ia kemudian mentabulasi berbagai permasalahan tersebut. Diantaranya adalah terbatasnya area penangkapan, masalah reproduksi, kehadiran penyakit serta ketersediaan pakan."Semua permasalahan tersebut membutuhkan solusi melalui penerapan teknologi", kata dia. Terkait penyakit misalnya, Sukoso menekankan pentingnya penyelesaian tanpa menggunakan bahan kimia yang menurutnya sangat tidak gampang. Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan ini menambahkan, pemanfaatan teknologi juga diperlukan pada pakan melalui penyediaan sumber protein yang seminimal mungkin menggunakan ikan dan bahan pangan manusia."Semua area penangkapan di Indonesia sudah over fishing, jadi mau kemana untuk mencapai produksi sebesar itu", ungkapnya memaparkan kondisi terkini perikanan tangkap di Indonesia. Karena keterbatasan tersebut, ia kemudian menyarankan agar dimulai program perikanan budidaya menuju pemenuhan kebutuhan 2015. Hanya saja, untuk perikanan budidaya pun ia menjumpai permasalahan krusial dalam penyediaan bibit unggul. "Penyediaan bibit unggul membutuhkan teknologi tinggi diantaranya untuk teknologi reproduksi. Karena itu, selama ini kita selalu mengimpor benih unggul", katanya prihatin.Terhadap seluruh permasalahan tersebut, Prof. Sukoso pun memberikan tiga solusi utama yang meliputi penerapan teknologi penangkapan, penegakan hukum serta perbaikan lingkungan pantai sebagai penyokong produk benih ikan secara alami. "Sumber Daya Alam (SDA) kita terus menurun tetapi permintaan selalu meningkat. Karena itu, perlu pengaturan penangkapan khususnya penggunaan alat-alat yang eco-friendly termasuk pengaturan ukuran mata jaring", kata dia.Terkait masalah sosioekonomi nelayan, pihaknya juga mengetengahkan tiga solusi yakni pemindahan lokasi nelayan ke daerah-daerah yang masih produktif, pengalihan aktivitas nelayan diluar kesehariannya seperti peternakan dan pembudidayaan ikan serta optimalisasi SDA yang ada di wilayah pantai dengan menyadarkan masyarakat pentingnya memelihara lingkungan pantai. Pembicara lain yang juga turut hadir dalam kesempatan tersebut adalah Prof. Dr. Ir. Hari Purnomo, yang mengemukakan masalah food safety.Diwawancarai usai acara, salah seorang peserta asal Thailand, Kampanat Phesatcha, menceritakan pembangunan perikanan di negaranya. Di negeri gajah putih ini, menurutnya perikanan telah berorientasi ekspor melalui industrialisasi dengan komoditas utama udang, tuna, catfish dan tilapia (sejenis ikan lokal). Dalam pengelolaannya, pola kemitraan antara industri, pemerintah dan masyarakat telah terjalin disana. "Kepada petani, biasanya industri akan memberikan benih dan material lainnya untuk kemudian di budidayakan. Pemerintah berperan sebagai pembuat regulasi diantaranya dalam pengendalian harga sehingga tetap bisa bersaing di pasar dunia", terang mahasiswa program Animal Sciences Khon-Kaen University ini. Thailand Selatan merupakan sentra perikanan di sana, yang meliputi daerah Phuket, Chonbari, serta Prachuabkirikun.PROF. SUKOSO http://prasetya.ub.ac.id/berita/Prof-Sukoso-Pembangunan-Perikanan-Indonesia-658-id.html