pembangunan kompetensi bagi pustakawan perpustakaan khusus ...

22
PEMBANGUNAN KOMPETENSI BAGI PUSTAKAWAN PERPUSTAKAAN KHUSUS NON PEMERINTAH DI INDUSTRI Tupan Pustakawan Madya PDII LIPI Abstrak Pustakawan memerlukan pembinaan untuk meningkatkan prospek mereka di lembaga tempat mereka bekerja. Perpusnas merupakan lembaga yang memiliki tugas dan fungsi membina pustakawan pada lembaga pemerintah dan non pemerintah. Tetapi pembinaan bagi pustakawan non pemerintah masih menhadapi kendala. Salah satunya dikarenakan belum terukurnya kompetensi yang dibutuhkan oleh lembaga tersebut. Lembaga non pemerintah memiliki sifat, kemampuan dan kebijakan yang berbeda dengan lembaga pemerintah, sehingga Standar Kompetensi Nasional Indonesia (SKKNI) bidang perpustakaan tidak dapat diterapkan. Kajian ini bertujuan membangun kompetensi pustakawan pada lembaga non pemerintah di Indonesia. Fokus kajian adalah perpustakan khusus di industri, yaitu perpustakaan di industri manufaktur, jasa (Rumah sakit, Bank, Lembaga kursus, LSM dsb), dan perdagangan (perusahaan eksport import). Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan responden adalah pustakawan dan Kepala Perpustakaan. Penyebaran kuesioner menggunakan email. Metode analisis menggunakan Shannon Entropy. Hasil kajian menujukkan bahwa kompetensi yang dibutuhkan pada perpustakan non pemerintah di industri adalah sebagai berikut: (1) Kompetensi umum, prioritas pertama adalah mampu mengoperasikan komputer (Teknologi Informasi) dan prioritas kedua mampu menyusun rencana dan membuat laporan kerja perpustakaan. (2) Kompetensi manajemen koleksi, prioritas pertama adalah mampu melakukan seleksi bahan pustaka dalam rangka pengadaan bahan pustaka dan prioritas kedua adalah mampu melakukan pengkatalogan deskriptif. (3) Kompetensi manajemen informasi, prioritas pertama adalah memiliki kemampuan untuk melakukan layanan referensi baik tercetak maupun elektronik, prioritas kedua adalah mampu melakukan penelusuran informasi dari beragam informasi yang tersedia baik sumber elektronik, cetak maupun lainnya. (4) Kompetensi teknologi informasi, prioritas pertama adalah mengetahui berbagai perangkat keras fitur-fitur maupun aplikasi yang digunakan dalam otomasi perpustakaan dan prioritas kedua adalah memiliki pengetahuan dalam mendigitalisasikan koleksi cetak menjadi koleksi digital serta mampu mengirim dan mengambil informasi dari internet. (5) kompetensi khusus, prioritas pertama adalah memiliki pengetahuan untuk melakukan kajian di bidang perpustakaan, prioritas kedua adalah memiliki pengetahuan untuk membuat karya tulis ilmiah. Sedang untuk kompetensi tambahan yang harus dimliki oleh pustakawan adlah prioritas pertama memiliki kemampuan untuk melakukan pendampingan bagi pustakawan baik di perpustakaan sendiri maupun perpustakaan lain, prioritas kedua adalah memiliki kemampuan bahasa Inggris untuk mendukung tugas-tugas kepustakawanan. Sementara itu, prioritas pertama yang harus dilakukan dalam pembinaan pustakawan di perpustakaan khusus non pemerintah adalah mengizinkan pustakawan mengikuti diklat/training di bidang kepustakawanan, prioritas kedua

Transcript of pembangunan kompetensi bagi pustakawan perpustakaan khusus ...

Page 1: pembangunan kompetensi bagi pustakawan perpustakaan khusus ...

PEMBANGUNAN KOMPETENSI BAGI PUSTAKAWAN PERPUSTAKAAN KHUSUS NON PEMERINTAH DI INDUSTRI

Tupan

Pustakawan Madya PDII LIPI

Abstrak

Pustakawan memerlukan pembinaan untuk meningkatkan prospek mereka di lembaga tempat mereka bekerja. Perpusnas merupakan lembaga yang memiliki tugas dan fungsi membina pustakawan pada lembaga pemerintah dan non pemerintah. Tetapi pembinaan bagi pustakawan non pemerintah masih menhadapi kendala. Salah satunya dikarenakan belum terukurnya kompetensi yang dibutuhkan oleh lembaga tersebut. Lembaga non pemerintah memiliki sifat, kemampuan dan kebijakan yang berbeda dengan lembaga pemerintah, sehingga Standar Kompetensi Nasional Indonesia (SKKNI) bidang perpustakaan tidak dapat diterapkan. Kajian ini bertujuan membangun kompetensi pustakawan pada lembaga non pemerintah di Indonesia. Fokus kajian adalah perpustakan khusus di industri, yaitu perpustakaan di industri manufaktur, jasa (Rumah sakit, Bank, Lembaga kursus, LSM dsb), dan perdagangan (perusahaan eksport import). Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan responden adalah pustakawan dan Kepala Perpustakaan. Penyebaran kuesioner menggunakan email. Metode analisis menggunakan Shannon Entropy. Hasil kajian menujukkan bahwa kompetensi yang dibutuhkan pada perpustakan non pemerintah di industri adalah sebagai berikut: (1) Kompetensi umum, prioritas pertama adalah mampu mengoperasikan komputer (Teknologi Informasi) dan prioritas kedua mampu menyusun rencana dan membuat laporan kerja perpustakaan. (2) Kompetensi manajemen koleksi, prioritas pertama adalah mampu melakukan seleksi bahan pustaka dalam rangka pengadaan bahan pustaka dan prioritas kedua adalah mampu melakukan pengkatalogan deskriptif. (3) Kompetensi manajemen informasi, prioritas pertama adalah memiliki kemampuan untuk melakukan layanan referensi baik tercetak maupun elektronik, prioritas kedua adalah mampu melakukan penelusuran informasi dari beragam informasi yang tersedia baik sumber elektronik, cetak maupun lainnya. (4) Kompetensi teknologi informasi, prioritas pertama adalah mengetahui berbagai perangkat keras fitur-fitur maupun aplikasi yang digunakan dalam otomasi perpustakaan dan prioritas kedua adalah memiliki pengetahuan dalam mendigitalisasikan koleksi cetak menjadi koleksi digital serta mampu mengirim dan mengambil informasi dari internet. (5) kompetensi khusus, prioritas pertama adalah memiliki pengetahuan untuk melakukan kajian di bidang perpustakaan, prioritas kedua adalah memiliki pengetahuan untuk membuat karya tulis ilmiah. Sedang untuk kompetensi tambahan yang harus dimliki oleh pustakawan adlah prioritas pertama memiliki kemampuan untuk melakukan pendampingan bagi pustakawan baik di perpustakaan sendiri maupun perpustakaan lain, prioritas kedua adalah memiliki kemampuan bahasa Inggris untuk mendukung tugas-tugas kepustakawanan. Sementara itu, prioritas pertama yang harus dilakukan dalam pembinaan pustakawan di perpustakaan khusus non pemerintah adalah mengizinkan pustakawan mengikuti diklat/training di bidang kepustakawanan, prioritas kedua

Page 2: pembangunan kompetensi bagi pustakawan perpustakaan khusus ...

mendapat bimbingan dari atasan untuk mengembangkan pengetahuan di bidang tertentu sesuai kepentingan organisasi atau klien.

Untuk meningkatkan kompetensi pada pustakawan perpustakaan industri diperlukan pola pembinaan melalui diklat/ training dibidang kepustakawanan, dilaksanakan di tempat penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari tiga hari. Pembinaan juga diperoleh melalui bimbingan atasan, mengikuti training dari Perpustakaan Nasional lebih dari 3 hari atau mendatangkan trainer dari luar, dan mengikuti training atas biaya perusahaan. Kata kunci : Pustakawan non pemerintah; pembangunan kompetensi; Perpustakaan khusus

Pendahuluan

Pustakawan Indonesia harus memiliki kompetensi tertentu untuk

meningkatkan profesionalitas dan prospek di lembaga tempatnya bekerja.

Pembinaan terhadap mereka perlu dilakukan lebih dahulu, agar memiliki

kompetensi yang dibutuhkan. Kompetensi sebagai pustakawan pada umumnya

diperoleh di bangku perguruan tinggi dan pengalaman kerja. Tetapi perubahan

yang terjadi pada lingkungan tempat bekerja, kemajuan Teknologi Informasi (TI)

yang pesat, dan semakin berkembangnya kebutuhan pengguna menyebabkan

pustakawan memerlukan pembinaan dari lembaga terkait untuk dapat

mengembangkan kompetensinya.

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) lebih banyak

melakukan pembinaan terhadap perpustakaan pemerintah, dari pada non

pemerintah (swasta). Salah satu kendala untuk membina pustakawan swasta

adalah sifat, kemampuan dan kebijakan yang berbeda antara perpustakan

pemerintah dan swasta (Sulistyo-Basuki, 2014). Kondisi ini berdampak pada tidak

diketahuinya perkembangan profesi pustakawan di perpustakaan atau lembaga

swasta. Peran Perpusnas dalam Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2014 adalah

menjadi lembaga pembina terhadap perpustakaan pemerintah maupun non

pemerintah, termasuk dalam hal pembinaan pustakawan.

Program pembinaan untuk pustakawan swasta di Indonesia masih belum

bisa dibangun, salah satunya dikarenakan kompetensi pustakawan di perpustakaan

swasta belum terukur (Sulistyo-Basuki, 2014). Hal tersebut dikarenakan

pustakawan pada lembaga swasta tidak memiliki rincian tugas spesifik. Seorang

pustakawan swasta melakukan seluruh kegiatan yang diperlukan, mulai dari

Page 3: pembangunan kompetensi bagi pustakawan perpustakaan khusus ...

katalogisasi, menelusur informasi, hingga membersihkan ruangan. Sedangkan

rincian tugas pustakawan di lembaga pemerintah sudah jelas diatur menurut

aturan jabatan fungsional pustakawan.

Jumlah kajian terkait pengembangan kompetensi pustakawan pada lembaga

non pemerintah di Indonesia, masih sangat sedikit. Terlebih lagi kajian terhadap

pembinaan pustakawan perpustakaan khusus di industri, misalnya perpustakaan di

industri manufaktur, jasa (Rumah Sakit, Bank, Lembaga kursus, LSM dsb), dan

perdagangan (usaha dagang dan perusahaan eksport import). Survey yang

dilakukan oleh Sholihuddin et al (2012) menyajikan fakta bahwa mahasiswa

lulusan ilmu perpustakaan dan informasi Universitas Airlangga mendapat

pekerjaan di sejumlah perusahaan swasta, seperti industri, jasa, pendidikan,

penelitian, perbankan dan wirausaha. Mereka berprofesi sebagai pustakawan

maupun profesi lain. Kompetensi yang dibutuhkan pada pustakawan maupun

profesi lain di lembaga swasta tersebut, dilaporkan sesuai dengan kompetensi

yang diperoleh di bangku kuliah.

Perpusnas merupakan lembaga yang memiliki tugas dan fungsi membina

pustakawan yang bekerja tidak hanya di lembaga pemerintah, tetapi juga non

pemerintah. Pembinaan bagi pustakawan swasta masih menghadapi kendala, salah

satunya karena belum terukurnya kompetensi yang dibutuhkan oleh lembaga non-

pemerintah. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, perlu diidentifikasi

kompetensi yang dibutuhkan oleh pustakawan di lembaga non pemerintah.

Pembinaan terhadap pustakawan menjadi kebutuhan dan penting. Terlebih

bagi pustakawan pada perpustakaan khusus, yang dituntut untuk memiliki

kompetensi tertentu dikarenakan koleksi, pemustaka dan lembaga yang menaungi

perpustakaan yang dikelolanya bersifat khusus. Hal tersebut sesuai dengan hasil

penelitian (Khayatun dan Syaikhu, 2011), dimana sertifikasi pustakawan perlu

dikelompokan, karena masing-masing jenis perpustakaan memiliki kekhususan

dalam pengelolaan dan pelayanan. Dengan demikian program pembinaan pun

perlu menyesuaikan dengan kebutuhan jenis perpustakaannya.

Kajian ini fokus pada kompetensi yang dibutuhkan oleh pustakawan yang

bekerja di perpustakaan khusus di industri, misalnya pustakawan yang bekerja

pada perpustakaan Rumah Sakit (RS), bank, yayasan, perusahaan manufaktur,

Page 4: pembangunan kompetensi bagi pustakawan perpustakaan khusus ...

jasa, perdagangan, serta organisasi lain. Pembatasan ini diambil, mengingat

jumlah kajian mengenai perpustakaan khusus di industri masih sangat sedikit.

Padahal pustakawannya dituntut memiliki kompetensi tertentu karena sifat yanag

khusus dari perpustakaan yang dikelola.

Perumusan Masalah

Kajian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan terkait dengan kompetensi

profesi pustakawan di industri, yaitu:

1. Bagaimanakah sebaran pustakawan pada perpustakaan khusus di lembaga

industri?

2. Apa saja uraian tanggung jawab dan kualifikasi pustakawan tersebut (dengan

menggunakan SKKNI bidang perpustakaan sebagai acuan)?

3. Bagaimana prospek dan pembinaan karir pustakawan tersebut?

4. Apa saja kompetensi umum dan cara pembinaan pustakawan yang dimaksud

Tujuan Penelitian

Tujuan kajian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi sebaran pustakawan yang bekerja pada perpustakaan

khusus di industri.

2. Mengidentifikasi uraian tanggung jawab dan kualifikasi dengan

menggunakan SKKNI bidang perpustakaan sebagai acuan.

3. Mengidentifikasi prospek dan pembinaan karir pustakawan pada

perpustakaan khusus di industri.

4. Menentukan kompetensi dan cara pembinaan yang dibutuhkan oleh

pustakawan pada perpustakaan khusus di industri.

Sasaran dari kajian ini adalah tersedianya rekomendasi mengenai

kompetensi dan cara pembinaan yang dibutuhkan oleh pustakawan pada

perpustakaan khusus di industri.

Page 5: pembangunan kompetensi bagi pustakawan perpustakaan khusus ...

Manfaat Penelitian

Keluaran kajian yang berupa rincian kompetensi umum dan cara pembinaan

yang dibutuhkan oleh pustakawan perpustakaan khusus non-pemerintah ini, dapat

digunakan untuk membuat program pembinaan, guna meningkatkan kompetensi

mereka. Dampak yang ditimbulkan dari kajian ini di masa depan adalah

terukurnya kompetensi pustakawan yang bekerja pada perpustakaan khusus non-

pemerintah, terutama di industri.

Ruang Lingkup Penelitian

Subjek kajian adalah pustakawan yang bekerja di perpustakaan khusus di

industri, yaitu industri manufaktur, jasa dan perdagangan. Industri manufaktur

adalah : industri yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi dengan

menggunakan mesin, alat, daya, dan tenaga kerja yang memilki nilai tambah.

Industri jasa adalah suatu produk yang tidak nyata (intangible) dari hasil kegiatan

timbal balik antara pemberi jasa (produsen) dan penerima jasa (customer) melalui

suatu atau beberapa aktivitas untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Industri

perdagangan adalah industri yang bergerak di bidang usaha pembelian barang

untuk dijual kembali, tanpa mengolah barang yang dibelinya. Sedangkan definisi

pustakawan yang digunakan dalam kajian ini, sesuai dengan UU no.43/2007 yaitu

seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau

pelatihan kepustakawanan, serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk

melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.

Studi Pustaka

Sejarah dan Definisi Perpustakaan Khusus di Indonesia

Menurut UU No. 43/2007 perpustakaan khusus merupakan perpustakaan

yang diperuntukkan secara terbatas bagi pemustaka di lingkungan lembaga

pemerintah, lembaga masyarakat, lembaga pendidikan keagamaan, rumah ibadah,

atau organisasi lain.

Pendirian perpustakaan khusus bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

bahan perpustakaan/informasi di lingkungannya, dalam rangka mendukung

pengembangan dan peningkatan lembaga maupun kemampuan sumber daya

Page 6: pembangunan kompetensi bagi pustakawan perpustakaan khusus ...

manusia (Surachman,2005). Perpustakaan khusus umumnya dikelola oleh

organisasi bisnis, industri, ilmiah, pemerintah, pendidikan, asosiasi profesi dan

lain sebagainya. Karakter perpustakaan khusus biasanya khusus dalam hal fungsi,

subyek yang ditangani, koleksi yang dikelola, pemakai yang dilayani, dan

kedudukannya (Surachman, 2005).

Kompetensi Pustakawan pada Perpustakaan Khusus Non Pemerintah

Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang mencakup pengetahuan,

keterampilan dan sikap kerja yang dapat terobservasi dalam menyelesaikan suatu

pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan (Perpusnas,

2011).

Kompetensi pustakawan mengacu pada kompetensi yang dirumuskan oleh

The Special Library Association (SLA) pada tahun 2003 yang terdiri dari

(Kismiyati, 2011 dalam Khayatun dan Syaikhu, 2011):

1. Kompetensi profesional, yaitu yang terkait dengan pengetahuan

pustakawan di bidang sumber-sumber informasi, teknologi,

manajemen dan penelitian, dan kemampuan menggunakan

pengetahuan tersebut sebagai dasar untuk menyediakan layanan

perpustakaan dan informasi.

2. Kompetensi personal/individu yang menggambarkan satu kesatuan

keterampilan, perilaku dan nilai yang dimiliki pustakawan agar dapat

bekerja secara efektif, menjadi komunikator yang baik, selalu

meningkatkan pengetahuan, dapat memperlihatkan nilai lebihnya, serta

dapat bertahan terhadap perubahan dan perkembangan dalam dunia

kerjanya.

Permasalahan dalam Membangun dan Mmenerapkan Program Pembinaan

Pustakawan Non Pemerintah

Program pembinaan untuk pustakawan yang berstatus Pegawai Negeri Sipil

(PNS) tidak dapat diterapkan pada pustakawan swasta. Menurut UU No. 43 tahun

2007, perpustakaan nasional atau Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) dan

badan lain yang ditunjuk di tingkat provinsi, dapat memberikan pelatihan kepada

Page 7: pembangunan kompetensi bagi pustakawan perpustakaan khusus ...

karyawan untuk menjadi pustakawan. Pelatihan tersebut berlangsung sekitar 3

bulan. Lembaga non pemerintah tidak mungkin mengizinkan karyawannya

mengikuti pelatihan selama 3 bulan dengan tetap menerima gaji (Sulistyo-Basuki,

2014).

Seorang pustakawan yang bekerja di perpustakaan swasta melakukan

seluruh pekerjaan di perpustakaan tersebut. Lembaga swasta tidak menerapkan

sistem jenjang jabatan pustakawan berdasarkan pada tugas pekerjaan. Dalam

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.

9 tahun 2014 tugas Pustakawan dibedakan menurut jenjang jabatan fungsional

pustakawannya. Bila Peraturan Menteri tersebut diterapkan pada perpustakaan

swasta, maka seorang pustakawan melakukan kegiatan dari pustakawan pertama

sampai dengan pustakawan utama (Sulistyo-Basuki, 2014).

Jabatan fungsional maupun tunjangan fungsional bagi pustakawan swasta

perlu dibina. Pembinaannya adalah dengan mengadakan komunikasi antara

organisasi profesi dengan lembaga tempat pustakawan mengabdi. Profesi lain

seperti jabatan fungsional dosen swasta, kini sudah banyak yang mengikuti

fungsional dosen pegawai negeri. Di harapkan profesi pustakawan akan berbuat

hal yang sama pula seperti profesi yang lain. Belum banyak acuan fungsional

pustakawan diikuti oleh pustakawan swasta kemungkinan disebabkan oleh dua hal

yaitu: (a). Tunjangan fungsional pustakawan masih rendah dan belum layak

dijadikan rujukan bagi pustakawan swasta; (b) Swasta belum menyadari bahwa

profesi pustakawan adalah profesi yang harus diakui, sama halnya dengan guru,

dosen, peneliti dan sebagainya. Pengakuan profesi pustakawan sebagai jabatan

fungsional, tidak hanya dilihat dalam bentuk imbalan gaji, tetapi juga

penghargaan misalnya kenaikan pangkat yang lebih cepat dengan mengumpulkan

kredit tertentu. Bagi pustakawan yang kreatif dan produktif akan dapat naik

pangkat tanpa dihambat oleh pejabat struktural (Zulfikar Zen, 2007).

Kebutuhan dan Dampak tidak adanya Pembinaan pada Pustakawan

Secara umum pustakawan yang memulai karir di perpustakaan yang

dikelola perusahaan swasta akan memilih menghabiskan karirnya di perpustakaan

umum milik pemerintah. Hal tersebut dikarenakan jaminan yang lebih baik pada

Page 8: pembangunan kompetensi bagi pustakawan perpustakaan khusus ...

kompensasi, kondisi kerja, pengembangan bakat, pengetahuan dan kemampuan

(Younghee, 2010). Penulis asumsikan, kondisi tersebut merupakan salah satu

dampak belum diperhatikannya karir pustakawan swasta.

Menurut Sri Junandi dan Maryono (2012) kinerja pustakawan sangat

dipengaruhi antara lain oleh kualitas kepemimpinan, saling percaya, komunikasi

dua arah, tanggung jawab, dan tekanan jabatan. Rendahnya motivasi kerja

pustakawan pun antara lain dipengaruhi oleh tidak dilibatkannya pustakawan

dalam pengambilan keputusan, arus komunikasi tidak berjalan sempurna dan

lemahnya dukungan dari pihak atasan. Dengan demikian pembinaan untuk

meningkatkan kompetensi profesional dan individu sangat diperlukan oleh

pustakawan.

Darch dan De Jager (2012) meneliti mengenai hubungan peneliti dengan

pustakawan di Afrika Selatan. Penelitian tersebut mengungkap bahwa peneliti

tidak terlalu membutuhkan pustakawan dan layanan perpustakaan dianggap tidak

berharga. Hal ini disebabkan banyak pustakawan tidak mendapat pelatihan formal

dalam disiplin akademik tertentu, selain ilmu perpustakaan dan informasi, bahkan

seringkali pustakawan bukan sarjana. Bibliografi subyek tidak diajarkan di

sekolah-sekolah perpustakaan di Afrika Selatan, sehingga pustakawan merasa

tidak siap menyediakan bahan penelitian tertentu.

Konsep rekrutmen pegawai pada lembaga swasta adalah mempekerjakan

seorang pegawai dengan waktu pelatihan yang singkat, tetapi menjadi staf yang

produktif, memiliki kompetensi dasar, baik professional maupun teknis, serta

dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan lingkungan bisnis dan

teknologi yang cepat. Jumlah pekerja diperpustakaan biasanya tidak banyak,

sehingga pegawai yang mampu melakukan banyak tugas sangat diperlukan

(Tchobanoff dan Price, 1993).

Perpustakaan di perusahaan swasta seperti perusahaan manufaktur bahan

kimia dan makanan menginginkan calon pegawai dengan beberapa kriteria, yaitu

sebagai berikut (Tchobanoff dan Price, 1993):

1. Pengetahuan profesional/teknis dan kemampuan calon pegawai.

2. Kemampuan komunikasi dan karakteristik calon pegawai

3. Pengalaman professional yang sesuai.

Page 9: pembangunan kompetensi bagi pustakawan perpustakaan khusus ...

4. Kemampuan manajemen dan kepemimpinan

5. Latar belakang pendidikan perpustakaan.

6. Kriteria lain

Reformasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Jepang telah

mendorong banyak perpustakaan akademik untuk menggunakan tenaga

outsourcing (tenaga kontrak). Tenaga kontrak memberikan berbagai keuntungan

bagi perpustakaan antara lain keahlian, kualitas layanan, fleksibilitas, dan secara

keuangan menguntungkan bagi perpustakaan. Tetapi efek jangka panjang dengan

adanya tenaga kontrak ini menimbulkan kekhawatiran. Keuangan yang terbatas,

sistem manajemen yang sulit diterapkan, kelanjutan struktur organisasi,

kesempatan pegawai yang kurang luas, kurangnya kepemimpinan dan program

pendidikan ilmu perpustakaan dan informasi yang tidak memadai dalam

menjadikan tenaga kontrak ini profesional (Nobue Matsuoka-Motley, 2011).

Prospek Karir Pustakawan pada Perpustakaan Khusus

Prospek karir pustakawan pada perputakaan khusus di Indonesia masih

belum dikaji secara empiris. Khayatun dan Syaikhu (2011) serta Rohman dan

Rodiah (2012) membahas aspek sertifikasi pustakawan pada perpustakaan khusus.

Sebagian kajian fokus pada aspek koleksi yaitu sumber informasi (Tambunan,

2013), sistem informasi (Fitriani, 2012), layanan (Mutia, 2015), pemanfaatan

koleksi (Aninda, 2013). Sebagian lagi fokus pada aspek kelembagan yaitu

pengelolaan (Surachman, 2005), peran (Persia dan Rohmiyati (2013), arsitektur

(Leiwakabessy, 2013). Berikut ini pembahasan mengenai prospek karir bagi

pustakawan di Nigeria dan Swedia:

Pada tahun 1980, McKinnon (1980) telah membicarakan inovasi baru

mengenai cara transfer pengetahuan yang efektif dari literatur ke perusahaan.

Dimana proses tersebut dapat menghemat keuangan dari departemen Research

and Development (R & D). Beberapa cara untuk meningkatkan transfer teknologi

dari perpustakaan ke perusahaan, antara lain melalui penyediaan jasa yang

disebut current awareness profiles, penelusuran literatur, diseminasi informasi

terseleksi, serta layanan referensi dengan komputer, manual dan telepon.

Page 10: pembangunan kompetensi bagi pustakawan perpustakaan khusus ...

Harande (2009) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa industri

pengemasan serta industri kapas dan hasil pertanian di Nigeria menawarkan

prospek yang luas bagi perpustakaan dan layanan informasi. Hansson dan

Johannesson (2013) mengkaji mengenai pandangan pustakawan akademik di

perpustakaan perguruan tinggi di Swedia terhadap pekerjaan mereka dan

kemungkinannya dalam mendukung peneliti. Menurut Hansson dan Johannesson,

dalam strategi publikasi, peneliti harus menentukan dimana dan bagaimana

mempublikasikan karyanya. Peran perpustakaan adalah menyebarkan dan

menyediakan dokumen. Pustakawan juga dapat memberikan berbagai alternatif

informasi penelitian yang lain, impact factor, parallel publishing, akses terbuka,

mengkatalog, dan menyediakan dokumen tercetak untuk dipinjam di

perpustakaan.

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang

Perpustakaan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia menetapkan

rancangan standar kompetensi kerja nasional bidang perpustakaandalam

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No

83/2012. SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek

pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan

dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pembentukan SKKNI

Bidang Perpustakaan adalah untuk memajukan dan mengembangkan karir serta

profesionalisme Pustakawan Indonesia. Tujuan SKKNI bidang perpustakaan

adalah:

1. Meningkatkan profesionalisme pustakawan dalam menjalankan perannya

sebagai mediator dan fasilitator informasi.

2. Menjadi tolak ukur kinerja pustakawan.

3. Menghasilkan pengelompokan keahlian pustakawan sesuai dengan

standardisasi yang telah divalidasi oleh lembaga sertifikasi.

4. Memberi arah, petunjuk dan metode atau prosedur yang baku dalam

menjalankan profesinya dengan mengedepankan kode etik

Page 11: pembangunan kompetensi bagi pustakawan perpustakaan khusus ...

kepustakawanan Indonesia.

Dalam SKKNI bidang perpustakaan, pengetahuan, keterampilan dan sikap

kerja diwujudkan dalam 3 (tiga) kelompok unit kompetensi, yaitu: komptensi

umum, kompetensi inti dan komptensi khusus.

Rasio Jumlah Pustakawan dan Jumlah Penduduk di Indonesia

Rasio jumlah pustakawan yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan

jumlah penduduk Indonesia belum ideal (Indonesia, 2010). Jumlah penduduk

Indonesia 237.641.326 jiwa, sementara jumlah pustakawan Pegawai Negeri Sipil

(PNS) sebesar 3037 orang. Menurut American Library Association (ALA) rasio

antara pustakawan dan penduduk idealnya adalah 1: 1000 (Hasanah, 2009). Jadi

jumlah kebutuhan pustakawan di Indonesia adalah sebesar 237.641 orang. Daya

serap pustakawan PNS yang tidak sebesar kebutuhan tersebut, dapat dibantu

dengan rekrutmen pustakawan pada lembaga swasta.

Metodologi Penelitian Tahapan kegiatan, metoda dan keluaran yang akan dilakukan dalam kajian

ini disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Tahapan Kegiatan, Metoda dan Keluaran

No Kegiatan Pengumpulan data:

− Metoda

− Instrumen

Cara

analisis

Keluaran

1. Identifikasi

sebaran

pustakawan

− Kajian pustaka

dan web

− Tabel

Telaah

Isi

Data sebaran pustakawan di

industri

2. Identifikasi

kualifikasi dan

tanggung jawab

− Wawancara

− Pertanyaan

wawancara

Telaah

Isi

Data kompetensi yang

dibutuhkan berdasarkan SKKNI

bidang perpustakaan

3. Identifikasi

prospek karir

dan pembinaan

− Wawancara

− Pertanyaan

wawancara

Telaah

Isi

Data prospek jabatan dan tugas di

masa depan serta teknik

pembinaan

Page 12: pembangunan kompetensi bagi pustakawan perpustakaan khusus ...

4. Identifikasi

kompetensi dan

cara pembinaan

− Survey

− Kuesioner

Shannon

entropy

Data bobot dan prioritas

kompetensi, serta cara pembinaan

yang diusulkan

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan pembahasan penelitian ini diuraikan secara sistematis

berdasarkan pada hasil yang diperoleh sesuai tahapan penelitian.

Sebaran Pustakawan yang Bekerja di Industri

Berdasarkan hasil penelusuran melalui website, direktori perpustakaan khusus

dan dokumen keanggotaan asosiasi seperti Ikatan Pustakawan Indonesia (IP) dan

Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII) diperoleh 92

pustakawan dari 92 perusahaan.

Dari 92 pustakawan yang bekerja di perpustakaan industri, mereka tersebar di

kota Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Bogor dan Bandung. Jakarta merupakan

kota dengan jumlah penduduk terpadat yaitu mencapai 10.177.924 jiwa, memiliki

jumlah perpustakaan industri terbanyak yaitu mencapai 69 perpustakaan.

Rinciannya adalah industri manufaktur 5, industri perdagangan 3 dan jasa 61

perpustakaan. Industri jasa merupakan jumlah yang terbanyak yang meliputi jasa

perbankan, jasa pendidikan normal, jasa rumah sakit, jasa lain dan Lembaga

Swadaya masyarakat(LSM).

Semarang kota dengan kepadatan penduduk sedang terdapat 7 perpustakaan

industri yaitu 2 industri manufaktur dan 5 industri jasa. Yogyakarta dengan

kepadatan penduduk rendah memiliki jumlah perpustakaan industri sebanyak 8

perpustakaan dengan rincian 1 perpustakaan industri manufaktur dan 7 industri

jasa. Sedangkan kota lain yang kami telusuri aadalah Kota Bandung ada 2

perpustakaan industri manufaktur dan Kota Bogor ada 6 perpustakaan industri

jasa.

Kualifikasi dan Tanggung Jawab Pustakawan di Industri

Calon pustakawan yang dibutuhkan di industri adalah lulusan S1

Perpustakaan, ulet, rajin, mau belajar, mampu mengoperasikan komputer dan

Page 13: pembangunan kompetensi bagi pustakawan perpustakaan khusus ...

internet, mampu berbahasa Inggris dengan baik, mampu melakukan penelusuran

informasi berdasarkan karakter database, mampu berkomunikasi dan menganalisis

permintaan customer. Kualifikasi tersebut sesuai SKKNI bidang perpustakaan

yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diwujudkan

dalam 3 (tiga) kelompok unit kompetensi yaitu yaitu kompetensi umum,

kompetensi inti dan kompetensi khusus.

Tanggung pustakawan perpustakaan industri adalah melakukan semua bidang

kepustakwanan mulai dari seleksi bahan pustaka sampai dengan pelayanan

informasi.

Prospek Karir dan Pembinaan Karir Pustakawan di Industri

Menurut Informan Pustakawan bisa naik menjadi manajer perpustakaan,

atau ditugaskan ke bagian lain di luar perpustakaan. Sedangkan menurut Kepala

Perpustakaan PT Pharos manajer perpustakaan tidak bisa menjadi seorang

manajer, kecuali jika manajer perpustakaan seorang dokter. Sedangkan menurut

Kepala Pusat Informasi Kompas Gramedia, setiap pustakawan yang sudah

bekerja selama 3-5 tahun berhak mengikuti uji kompetensi. Pekerjaan yang

dilakukan oleh setiap pustakawan akan dinilai oleh penguji kompetensi yaitu yaitu

dewan Litbang kompas yang meliputi staf litbang senior/expert dan SDM dari

Pusat Informasi. Materi yang diujikan adalah yang berkaitan dengan pekerjaan

dokumentasi dan informasi.

Pembinaan yang dilakukan adalah (1) Mengadakan training yang dilakukan

oleh manajer perpustakaan itu sendiri. (2) Mengikuti pelatihan/seminar yang

diadakan oleh pihak luar selama 1-2 hari. (3) Dilibatkan dalam kegiatan penelitian

Kompetensi dan Cara Pembinaan Pustakawan di Industri

Seluruh informan mengatakan bahwa komptensi yang dibutuhkan untuk

calon pustakawan di perpustakaan non pemerintah di industri adalah mampu

mengoperasikan komputer dan menggunakan internet, mampu berbahasa Inggris

dengan baik, mampu melakukan penelusuran informasi berdasarkan karakter

database, mampu berkomunikasi dan menganalisis permintaan customer

Page 14: pembangunan kompetensi bagi pustakawan perpustakaan khusus ...

Seluruh informan mengatakan bahwa pola pembinaan yang dilakukan untuk

meningkatkan kompetensi pustakawan adalah dengan mengadakan training yang

dilakukan oleh manajer perpustakaan itu sendiri, mengikuti pelatihan yang

dilakukan oleh pihak luar selama 1-2 hari, mengikuti seminar, workshop. Untuk

diklat yang berlangsung selama 3 bulan perusahaan tidak mengizinkan, karena

pusatakawan yang ada di perpustakan non pemerintah hanya 1 orang.

Middle manajer memfasilitasi pustakawan untuk meningkatkan kompetensi yaitu

diikutkan dalam pelatihan/training kepustakawanan yang diadakan sendiri

maupun oleh pihak luar selama 1-2 hari, diikutkan dalam kegiatan penelitian,

seminar dan workshop.

Bobot dan Prioritas Kompetensi Pustakawan pada Perpustakaan Khusus

Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang mencakup pengetahuan,

keterampilan dan sikap kerja yang dapat terobservasi dalam menyelesaikan suatu

pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan. Dalam

SKKNI bidang perpustakaan, pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja

diwujudkan dalam 3 (tiga) kelompok unit kompetensi, yaitu: kompetensi umum,

kompetensi inti dan kompetensi khusus. Rincian bobot dan prioritas kompetensi

adalah prioritas 1 sangat tinggi, prioritas 2 tinggi, prioritas 3 sedang, prioritas 4

rendah dan prioritas 5 sangat rendah. Bobot dan prioritas selengkapnya dapat

dilihat pada tabel 2. berikut.

Page 15: pembangunan kompetensi bagi pustakawan perpustakaan khusus ...

Tabel 2. Bobot dan Prioritas Komptensi pada Perpustakaan Khusus

Keterangan:

Urutan prioritas 1 : sangat tinggi

Urutan prioritas 2 : tinggi

Urutan prioritas 3 : sedang

Urutan prioritas 4 : rendah

Urutan prioritas 5 : sangat rendah

Page 16: pembangunan kompetensi bagi pustakawan perpustakaan khusus ...

Berdasarkan perhitungan bobot dan prioritas menggunakan Shannon

Entrophy serperti pada Tabel 2. diatas terlihat bahwa prioritas satu untuk

kompetensi umum adalah mengopersikan komputer tingkat dasar. Menyusun dan

membuat lepaoran kerja perpustakaan (prioritas dua). Untuk kompetensi inti

yaitu untuk manajemen koleksi adalah melakukan seleksi bahan pustaka dalam

rangka pengadaan bahan pustaka (prioritas satu). Untuk manajemen informasi

prioritas satu adalah melakukan layanan referensi, melakukan penelusuran

informasi, dan menganalisis kebutuhan informasi. Membangun sebuah tim,

bekerja sama, serta memotivasi rekan kerja dalam satu tim merupakan prioritas

satu dalam kompetensi interpersonal. Mengetahui perangkat keras dan fitur fitur

yang digunakan dalam otomasi perpustakaan, serta mampu mendigitalisasikan

koleksi cetak menjadi koleksi elktronik merupakan prioritas satu dari kompetensi

teknologi informasi. Adapun untuk komptensi khusus yang merupakan prioritas

satu adalah mampu melakukan kajian di bidang perpustakaan dokumentasi dan

informasi. Sedangkan untuk kompetensi tambahan adalah mampu melakukan

pendampingan terhadadap perpustakaan sendiri maupun perpustakaan lain.

Pada pola pembinaan yang memiliki bobot urutan kinerja tertinggi adalah

mengikuti diklat/ training di bidang kepustakawanan, mengikuti traning di tempat

penyelenggara, dan diizinkan oleh perusahaan mengikuti training dalam waktu

kurang lebih 3 hari. Dengan demikian pustakawan pada perpustakaan khusus di

industri menginginkan diklat atau training di bidang kepustakawanan, dan

dilaksanakan di tempat penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari tiga hari.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik

simpulan sebagai berikut :

Sebaran perpustakaaan khusus non pemerintah yang teridentifikasi sebanyak

92 perpustakan yang tersebar di Pulau Jawa yaitu di kota Jakarta, Semarang,

Yogyakarta, Bogor dan Bandung. Perpustakaan khusus di luar Pulau Jawa belum

teridentifikasi. Hal tersebut bisa jadi dikarenakan sebaran industri mayoritas di

Page 17: pembangunan kompetensi bagi pustakawan perpustakaan khusus ...

Pulau Jawa. Diperlukan waktu penelitian yang lebih panjang untuk

mengidentifikasi sebaran pustakawan di luar pulau Jawa.

Kualifikasi yang dibutuhkan calon pustakawan adalah lulusan S1

Perpustakaan, berkarakter baik, mampu mengoperasikan komputer dan internet,

mampu berbahasa Inggris dengan baik, mampu melakukan penelusuran informasi

berdasarkan karakter database, mampu berkomunikasi dan menganalisis

permintaan customer. Tanggung jawab pustakawan perpustakaan industri adalah

melakukan semua kegiatan kepustakawanan mulai dari perencanaan sampai

dengan pelayanan.

Kompetensi umum yang perlu dimiliki pustakawan industri adalah mampu

mengoperasikan komputer tingkat dasar dan mampu menyusun rencana dan

membuat laporan kerja perpustakaan. Kompetensi manajemen koleksi yang

diperlukan adalah mampu melakukan seleksi bahan pustaka, mampu melakukan

pengkatalogan deskriptif, mampu melakukan pengkatalogan subjek, dan mampu

melakukan perawatan bahan pustaka. Kompetensi manajemen teknologi informasi

yang perlu dimiliki adalah kemampuan untuk melakukan layanan referensi,

kemampuan melakukan penelusuran informasi dari beragam informasi, dan

kemampuan menganalisis kebutuhan informasi dan mengenali beragam jenis

penggunaan informasi. Kompetensi interpersonal yang harus dimiliki pustakawan

adalah dapat bekerja sama dan berkomunikasi dengan pengguna perpustakaan dan

sesama rekan kerja dengan baik. Kompetensi teknologi informasi yang perlu

dimiliki pustakawan adalah mengetahui berbagai perangkat keras, fitur-fitur

maupun aplikasi yang digunakan dalam otomasi perpustakaan, dapat

mendigitalisasikan koleksi, serta mampu mengirim dan mengambil informasi dari

internet.

Kompetensi khusus yang perlu dimiliki adalah pengetahuan untuk

melakukan kajian di bidang perpustakaan, pengetahuan untuk membuat karya

tulis ilmiah, dan pengetahuan untuk membuat literatur sekunder seperti abstrak

dan sejenisnya.

Kompetensi tambahan bidang perpustakaan yang harus dimiliki pustakawan

adalah kemampuan untuk melakukan pendampingan, kemampuan bahasa Inggris

Page 18: pembangunan kompetensi bagi pustakawan perpustakaan khusus ...

untuk mendukung tugas-tugas kepustakawanan, dan pengetahuan khusus dalam

bidang tertentu, sesuai dengan kepentingan organisasi atau klien.

Pola pembinaan yang diperlukan pustakawan adalah diklat/ training

dibidang kepustakawanan, dilaksanakan di tempat penyelenggara dalam waktu

tidak lebih dari tiga hari. Pembinaan juga diperoleh melalui bimbingan atasan,

mengikuti training dari Perpustakaan Nasional lebih dari 3 hari atau

mendatangkan trainer dari luar, dan mengikuti training atas biaya perusahaan.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan pengelompokan kompetensi pada tabel 16 di atas dan prioritas

pada pola pembinaan maka rekomendasinya adalah sebagai berikut:

1. Perpustakaan Nasional dapat menawarkan pembinaan dengan materi sesuai

prioritas sangat tinggi dan diadakan di Perpustakaan Nasional selama 3 hari

2. Perpustakaan Nasional dapat menawarkan pembinaan yang diselenggarakan di

perusahaan, dengan mendatangkan pelatih dari perpusnas, dalam waktu lebih

dari 3 hari, mencakup seluruh kompetensi dan biaya dari perusahaan. Waktu

dan jenis bimbingan kompetensi yang diinginkan, disesuaikan dengan

kebutuhan Industri

3. Perpustakaan Nasional selayaknya dapat menentukan biaya yang dibutuhkan

dan waktu yang diperlukan untuk setiap kegiatan dalam kompetensi

Page 19: pembangunan kompetensi bagi pustakawan perpustakaan khusus ...

DAFTAR PUSTAKA

Alireza Peyvand Robati dan Diljit Singh. 2013. Competencies required by special librarians: An

analysis by educational levels. Journal of Librarianship and Information Science. 45:113-

139.

Aninda, Putri S. 2013. Pemanfaatan koleksi perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi

masyarakat di perpustakaan puskesmas kusuma bangsa Pekalongan. Skripsi. Ilmu

perpustakaan Universitas Diponegoro, Semarang. http://eprints.undip.ac.id/40988/ Tanggal

akses 18 Juli 2015.

Badan Pusat Statistik. 2015 . Proyeksi Penduduk Kabupaten/kota Propinsi DIY 2010-2020.

Badan Pusat Statistik. 2015. Proyeksi Penduduk Kabupaten/kota Propinsi DKI Jakarta 2010-

2020.

Badan Pusat Statistik. 2015 . Proyeksi Penduduk Kabupaten/kota Propinsi Jawa Tengah 2010-

2020.

Basri, Seta. 2013. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian dengan

SPSS.http://setabasri01.blogspot.co.id/2012/04/uji-validitas-dan-reliabilitas-item.html.

Akses Tanggal 9 Desember 2015.

Darch, Colin dan Karin De Jager. 2012. Making a Difference in the Research Community: South

Africa's Library Academy Experience and the Researcher–Librarian Relationship. The

Journal of Academic Librarianship. 38(3):145–152.

Fitriani, Melia. 2012. Analisis penerapan Sistem Informasi Cyber Library di Layanan

Perpustakaan Kantor Bank Indonesia. Jurnal Ilmu Perpustakaan. 1(1):33-42.

Gerolimos, Michalis dan Konsta, Rania. 2008. Librarians’ skills and qualifications in a modern

informational environment. Library Management. 29(8/9):691-699.

Hartnett, Eric. 2014. NASIG's Core Competencies for Electronic Resources Librarians Revisited:

An Analysis of Job Advertisement Trends, 2000–2012. The Journal of Academic

Librarianship. 40:247–258.

Hansson, Joacim dan Krister Johannesson. 2013. Librarians' Views of Academic Library

Support for Scholarly Publishing: An Every-day Perspective. The Journal of Academic

Librarianship. 39:232–240.

Page 20: pembangunan kompetensi bagi pustakawan perpustakaan khusus ...

Harande, Yahya Ibrahim. 2009. Information for Industry in Nigeria. Library Philosophy and

Practice. July:1-7.

Hasanah, Nanan. 2009. World Class University Library. Makalah (PPT) disampaikan pada Rapat

Kerja FPPTI Jabar, 30 April, Aula BPAD Prop. Jabar http://elib.unikom.ac.id

/files/disk1/342/jbptunikompp -gdl-nananhasan-17065-1-wcu.pdf, Tanggal akses 6 Juli

2015.

Indonesia. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. 2012. Keputusan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2012 tentang penetapan

rancangan standar kompetensi kerja nasional Indonesia sektor jasa kemasyarakatan, sosial

budaya, hiburan, dan perorangan lainnya bidang perpustakaan menjadi standar kompetensi

kerja nasional Indonesia. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2012.

Indonesia. BPS 2010. Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan

2010. Tanggal akses 23 Juli 2015.

Khayatun dan Syaikhu Akhmad. 2011. Kajian Tentang Peluang Dan Tantangan Program

Sertifikasi Pustakawan di Indonesia. http:// repository.ipb.ac.id/ Tanggal akses 16 Juli

2015.

Leiwakabessy, Victor Janis Thimoty. 2013. Landasan konseptual perencanaan dan perancangan

cinema and film library di Yogyakarta. Skripsi. Universitas Atmajaya, Yogyakarta.

McKinnon, Linda M. B. 1980. The Corporate Library as a Source of New Technology. Long

Range Planning. 13 (April).

Musa, Nazaruddin. 2012. Konsep Pengembangan Perpustakaan Berbasis Komunitas. LIBRIA.

3(4). http:// www.researchgate.net/ publication/ 235899328 Tanggal akses 16 Juli 2015.

Mutia, Fitri. 2015. Kondisi Layanan Perpustakaan Khusus bagi Penyandang Cacat di Yayasan

Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surabaya. Record And Library Journal. 1(1).

Noh, Younghee. 2010. A Study Analyzing the Career Path of Librarians. The Journal of

Academic Librarianship. 36(4):329–346.

Nobue Matsuoka-Motley. 2011. Librarian as Commodity: Outsourcing in Japanese Academic

Libraries. The Journal of Academic Librarianship. 37(3):273–277.

Ohoiwutun, Victor Edwin; Desie M.D. Warouw; dan Melky Turang. 2014. Pengaruh

Manajemen Koleksi Perpustakaan Terhadap Minat Baca Mahasiswa Jurusan Ilmu

Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado. Journal “Acta Diurna”. 3(2).

Page 21: pembangunan kompetensi bagi pustakawan perpustakaan khusus ...

Perpusnas. 2011. Rekomendasi Hasil Rapat Koordinasi Komisi I: Program Pengembangan Karir

Pustakawan Berbasis Kompetensi. Tanggal akses 15 Juli 2015.

Persia dan Rohmiyati (2013. Peran Perpustakaan Anak di Rumah Sakit kanker Dharmais Jakarta.

Jurnal Ilmu Perpustakaan. 2(3):19-26.

Robati, Alireza Peyvand dan Singh, Diljit. 2013. Competencies required by special librarians: An

analysis by educational levels. Journal of Librarianship and Information Science. 45:113-

139.

Rohman, Asep Saeful dan Rodiah, Saleha. (2012). Studi Tentang Kesiapan Pustakawan Dalam

Menghadapi Sertifikasi Pustakawan : Survei Pada Pustakawan PNS Dan Non PNS (swasta)

Di Wilayah Kota Bandung. Laporan Penelitian.

Rufaidah, Vivit Wardah. 2009. Kompetensi Pustakawan Perpustakaan Khusus (Studi Kasus

Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Bogor). Jurnal Perpustakaan

Pertanian. 18(1).

Santoso, Singgih. 2010. Statistik Parametik: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: Elex

Media Komputindo.

Sholihuddin, Muhammad; Kartika Sari. N. L. A. S; Berlian Pradinarsari, Sallya Natasha. 2012.

Peluang Kerja Sarjana Ilmu Informasi dan Perpustakaan-UniversitasAirlangga : Persepsi

dan Realitas.. Tanggal akses 16 Juli 2015.

Smith, Dennis J; Hurd, Jessi, dan Schmidt, LeEtta. (2013). Developing core competencies for

library staff: How University of South Florida Library re-evaluated its workforce. C&RL

News January: 14-35.

Sri Junandi dan Maryono. 2012. Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Pustakawan

Universitas Gadjah Mada. Sangkakala, Edisi ke-12.

Sulistyo Basuki. 2014. Pola Pembinaan Pustakawan Swasta. Sulistyo-Basuki's Blog Library And

Information Science. Tanggal akses 15 Juli 2015.

Sulistyo Basuki. 2014. Perpustakaan Nasional dan Asosiasi Pustakawan di Indonesia dilihat dari

segi sejarah. Disampakan pada Temu Ilmiah Berdirinya Perpustakaan Nasional RI dan

Peran Organisasi Profesi. Jakarta 4 Juni 2004. http://eprints.rclis.org/

8730/1/National_Library_ and_Library_Association.pdf. Tanggal akses 23 Juli 2015.

Sulistyowati, E.Yani. 2012. Peranan Pustakawan dalam Membentuk Citra Perpustakaan. Info

Persadha, hlm.:89-98.

Page 22: pembangunan kompetensi bagi pustakawan perpustakaan khusus ...

Surachman, Arif. 2005. Pengelolaan perpustakaan khusus. Disampaikan pada Seminar Jurusan

Seni Kriya, Institut Seni Indonesia.

http://eprints.rclis.org/8633/1/Manajemen_Perpustakaan_Khusus.pdf. Tanggal akses 16

Juli 2015.

Tambunan, Kamariah. 2013. Kajian perpustakaan khusus dan sumber informasi di Indonesia.

BACA. 34(1):29-46.

Tara E. Murray. 2014. Professional Development and the Special Librarian. Journal of Library

Administration. 54(8).

Tcobanoff, James B. dan Jack A. Price. 1993. Industrial Information Service Managers:

Expectations of, and Support of, the Educational Process. Library Trends. 42(2):249-56.

Ullah, Midrar dan Anwar, Mumtaz A. 2013. Developing competencies for medical librarians in

Pakistan. Health Information and Libraries Journal. 30(1):59–71.

UU Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007. Tentang Perpustakaan.

Zulfikar, Zen. 2007. Profesi Pustakawan. Makalah bagi peserta Pendidikan dan Pelatihan

Pustakawan, Pusdiklat Depag RI. Jakarta.