PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat...

109
PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA

Transcript of PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat...

Page 1: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA

Page 2: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,
Page 3: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

BAB XIV

PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA

A. PENDAHULUAN

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1988 telah mengamanatkan bahwa pembangunan daerah perlu senantiasa ditingkatkan agar laju pertumbuhan semua daerah serta laju pertumbuhan wilayah pedesaan dan wilayah perkotaan semakin seimbang dan serasi sehingga pelaksanaan pembangunan nasional serta hasil-hasilnya makin merata di seluruh Indonesia. Ditetapkan pula dalam GBHN bahwa pembangunan daerah perlu dilaksanakan secara terpadu, selaras, serasi dan seimbang serta diarahkan agar pembangunan yang berlangsung di setiap daerah sesuai dengan prioritas dan potensi daerah. Keseluruhan pembangunan daerah juga merupakan satu kesatuan pembangunan nasional yang diarahkan untuk memantapkan terwujudnya Wawasan Nusantara. Untuk mencapai tujuan tersebut maka kemampuan, prakarsa, serta partisipasi masyarakat dan pemerintah daerah dalam pembangunan terus didorong dan ditingkatkan.

GBHN mengamanatkan juga bahwa dalam rangka pembangunan dae-rah perlu diberikan perhatian khusus kepada daerah yang relatif miskin dan terbelakang, daerah padat penduduk dan daerah sangat kurang penduduk, daerah transmigrasi, daerah kepulauan terpencil, serta daerah perbatasan. Untuk ini, pembangunan prasarana dan sarana ekonomi dan sosial perlu ditingkatkan secara lebih merata ke seluruh wilayah tanah air.

XIV/3

Page 4: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

Sesuai amanat GBHN tersebut maka upaya pembangunan daerah, desa dan kota telah dilaksanakan dan ditingkatkan secara konsisten dari tahun ke tahun sejak Repelita I sampai dengan Repelita V, terlebih-lebih dalam 5 tahun terakhir ini, dari tahun 1988/89 hingga tahun 1992/93. Adapun langkah-langkah kebijaksanaan dan program-program pembangunan daerah yang telah dilakukan meliputi pembangunan desa, pembangunan Daerah Tingkat II, pembangunan Daerah Tingkat I, pengembangan kawasan terpadu, pembangunan perkotaan, penataan ruang, penataan pertanahan dan pembinaan aparatur pemerintah. Pembangunan daerah yang dilaksanakan selama PJPT I tersebut telah berhasil membantu memenuhi berbagai kebutuhan yang dihadapi dan lebih mendayagunakan pemanfaatan potensi daerah.

Pada dasarnya kinerja dan dampak pembangunan di daerah di seluruh tanah air adalah hasil keseluruhan upaya bangsa berdasar strategi pembangunan nasional yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu, sesuai dengan Trilogi Pembangunan dan Wawasan Nusantara. Dampak positif dan hasil-hasil pembangunan dalam kurun waktu tersebut sangat dirasakan oleh masyarakat dan pemerintah daerah di seluruh Indonesia. Secara umum, hasil-hasil pembangunan daerah sangat menggembirakan.

Sejak Repelita I telah dikembangkan berbagai program pembangunan daerah, termasuk didalamnya berbagai program bantuan pembangunan melalui Instruksi Presiden (Inpres). Bantuan pembangunan kepada daerah yang terus meningkat tidak saja menciptakan pembangunan yang lebih merata di seluruh wilayah, akan tetapi juga telah mampu menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dan meningkatkan laju pembangunan secara nasional. Selain itu, pembangunan daerah telah berhasil membantu upaya menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Antara lain dapat terlihat dari terbukanya daerah-daerah yang dahulu terisolasi, meningkatnya kemampuan berbagai daerah untuk berswasembada pangan, meningkatnya pelayanan kesehatan, menurunnya angka kematian bayi, dan adanya peningkatan usia harapan hidup. Hal yang juga terlihat dari upaya pembangunan daerah ini adalah meningkatnya kemampuan pemerintah daerah dalam menangani pembangunan di daerah masing -masing.

Dalam Repelita I, upaya pembangunan daerah pertama-tama dilakukan dengan Program Bantuan Pembangunan Desa yang dilaksanakan melalui Program Inpres Desa pada tahun 1969/70, dan kemudian melalui

XIV/4

Page 5: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II atau Program Inpres Dati II pada tahun 1970/71. Pada akhir Repelita I, tahun 1973/74, telah dicanangkan Program Pembangunan Sarana Pendidikan Dasar atau program Inpres Sekolah Dasar yang pelaksanaannya oleh pemerintah Daerah Tingkat II. Program-program ini, Inpres secara nyata telah mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat desa serta memperluas cakupan dan meningkatkan jumlah anak-anak peserta pendidikan dasar, sehingga dapat meningkatnya taraf pendidikan dan kecerdasan masyarakat.

Dalam Repelita II, rangkaian bantuan tersebut telah berhasil ditingkatkan lagi dengan melaksanakan 4 (empat) program bantuan baru: (1) Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan atau Inpres Kesehatan dimulai pada tahun 1974/75; (2) Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I atau Inpres Dati I sejak tahun 1974/75 sebagai pengganti dari Sumbangan Pemerintah Pengganti (SPP) ADO; (3) Bantuan Penghijauan dan Reboisasi dimulai pada tahun 1976/77; dan (4) Bantuan Pembangunan/Pemugaran Pasar pada tahun 1976/77. Dengan demikian selama Repelita II dilaksanakan tujuh Program Bantuan Pembangunan Daerah, tiga di antaranya merupakan program-program bantuan yang sudah diperkenalkan dalam Repelita I.

Dalam Repelita III, untuk melengkapi program-program bantuan pembangunan daerah yang ada dalam periode sebelumnya, sejak tahun 1979/80 telah ditambahkan Program Penunjangan Jalan Kabupaten. Dalam Repelita IV, sejalan dengan kebutuhan daerah, peningkatan besaran anggaran terus dilakukan, di samping dilakukan penambahan kebijaksanaan pelengkap. Kebijaksanaan pelengkap tersebut berupa Kebijaksanaan Pembangunan Perkotaan, yang dimulai tahun 1987/88 dengan nama Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu atau P3KT.

Dalam lima tahun terakhir ini sejak tahun 1988/89 hingga tahun keempat Repelita V, alokasi anggaran telah ditingkatkan dengan sangat berarti didukung dengan penyempurnaan dan pelengkapan kebijaksanaan untuk menunjang pembangunan daerah. Dalam rangka itu pada tahun 1989/90, telah diprogramkan bantuan Peningkatan Jalan Propinsi atau Inpres Peningkatan Jalan Propinsi (IPJP) dan Program Penunjangan Jalan Kabupaten/Kotamadya yang kemudian diganti menjadi Program Peningkatan Jalan Kabupaten atau Inpres Peningkatan Jalan Kabupaten (IPJK). Maksud utama penyempurnaan tersebut adalah untuk meluaskan cakupan program termasuk l ingkup jangkauannya (kabupaten dan propinsi). Dengan

XIV/5

Page 6: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

mengubah program penunjangan menjadi program peningkatan maka pembangunan jaringan jalan tersebut dilaksanakan dengan kualitas konstruksi yang dapat bertahan setidaknya selama 5 tahun.

Selain itu, dalam upaya pemberian perhatian khusus kepada daerah-daerah yang relatif miskin dan terbelakang, sejak tahun 1989/90 telah dilaksanakan Program Pengembangan Kawasan Terpadu (PKT) yang merupakan program untuk pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang pada umumnya berlokasi di kawasan-kawasan yang relatif terisolasi yang sebelumnya masih kurang tersentuh program pembangunan.

Dalam periode 5 tahun terakhir, tahun 1988/89 sampai dengan tahun keempat Repelita V, usaha-usaha peningkatan pembangunan daerah juga telah lebih ditingkatkan lagi dengan melaksanakan penataan ruang daerah di seluruh Indonesia. Penataan ruang sebagai salah satu cara untuk mewadahi kegiatan pembangunan nasional secara lebih efisien dan dalam nafas pembangunan yang berkelanjutan melalui pelestarian sumber daya alam, terus dimasyarakatkan.

Sejalan dengan maksud untuk memanfaatkan ruang secara efisien dan optimal, serta untuk meningkatkan produktivitas dan mutu kegunaan tanah sebagai salah satu kekayaan sumber daya alam, program penataan pertanahan semakin ditingkatkan. Upaya peningkatan penataan pertanahan telah ditunjang dengan memantapkan kelembagaan pertanahan nasional dalam bentuk Badan Pertanahan Nasional (BPN). Program penataan pertanahan telah berhasil meningkatkan penyelesaian registrasi dan sertifikasi tanah di seluruh tanah air. Demikian pula penataan pertanahan melalui konsolidasi tanah, pemetaan penggunaan tanah dipedesaan dan perkotaan, serta penertiban administrasi land reform telah meningkat dengan pesat. Selain daripada itu sistem pendataan pertanahan yang komprehensif dan terinci juga telah berkembang dengan pesat berkat penggunaan perangkat-perangkat dengan teknologi terbaru.

Pembinaan aparatur pemerintahan ditujukan untuk meningkatkan keterampilan personil dan mematangkan fungsi lembaga dalam kerangka otonomi dan desentralisasi. Kegiatan ini meliputi kegiatan pendidikan dan pelatihan, penambahan jumlah tenaga terampil, penyempurnaan lembaga pemerintahan yang ada dan pembentukan lembaga baru, serta penyediaan

XIV/6

Page 7: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

prasarana penunjang kelembagaan yang dibutuhkan. Seluruh kegiatan tersebut telah dilaksanakan dengan semakin meningkat dan telah membuahkan hasil yang cukup menggembirakan.

B. PEMBANGUNAN DESA

Program pembangunan desa sebagai bagian dari upaya pembangunan daerah telah dilaksanakan sejak Repelita I. Program ini terutama diarahkan pada peningkatan kemampuan sumberdaya manusia termasuk penciptaan iklim yang mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat pedesaan dalam berproduksi, mengolah dan memasarkan hasil produksinya, sehingga tercipta lapangan kerja dan pemerataan pendapatan.

Kegiatan pembangunan desa yang dilaksanakan meliputi (1) Bantuan Pembangunan Desa, (2) Pengembangan Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP), (3) Peningkatan Prakarsa dan Swadaya Masyarakat, (4) Pemukiman Kembali Penduduk dan Penataan Desa, (5) Pemugaran Perumahan dan Lingkungan Desa, serta (6) Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Kegiatan-kegiatan pembangunan tersebut telah dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan, membantu mengurangi jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan, meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah desa dan menambah besarnya jumlah desa swasembada.

1. Bantuan Pembangunan Desa

Dalam rangka mempercepat pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya di seluruh Indonesia, serta dalam rangka mendorong pe -ngembangan usaha-usaha swadaya gotong-royong masyarakat di daerah pedesaan, maka sejak Repelita I daerah pedesaan memperoleh bantuan pembangunan desa yang didasarkan atas Instruksi Presiden. Dalam pelaksanaan program Bantuan Pembangunan Desa atau yang biasa dikenal sebagai Inpres Desa ini, bantuan langsung diberikan kepada setiap desa di seluruh Indonesia untuk membiayai proyek-proyek pembangunan yang direncanakan, dilaksanakan, serta dikendalikan oleh masyarakat desa sendiri dan hasilnya dipelihara secara swadaya dengan gotong-royong.

Dengan maksud meningkatkan peranan wanita dalam pembangunan

XIV/7

Page 8: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

desa ini, maka sejak tahun 1980/81 sebagian dari Bantuan Pembangunan Desa tersebut digunakan untuk membantu mengembangkan kemampuan dan peranan kaum wanita melalui Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di setiap desa.

Pada awal Repelita I bantuan yang diberikan langsung kepada setiap desa adalah rata-rata sebesar Rp 100.000 setahun, dan jumlah desa pada akhir Repelita I adalah 45.587 desa. Jumlah bantuan ini kemudian diusahakan untuk ditingkatkan terus, sehingga pada tahun keempat Repelita V, tahun 1992/93, mencapai Rp 4,5 juta, atau 45 kali lipat jumlah pada awal Repelita I, per desa, untuk sebanyak 63.721 desa.

Khusus sejak tahun 1988/89 sampai dengan tahun keempat Repe- lita V, laju peningkatan jumlah bantuan pembangunan desa lebih cepat dari dalam Repelita sebelumnya. Pada tahun 1989/90 jumlah bantuan adalah Rp 1.500.000 per desa, termasuk untuk program PKK sebesar Rp 300.000 per desa. Pada tahun 1990/91 jumlah bantuan ditingkatkan menjadi Rp 2.500.000 per desa termasuk untuk PKK sebesar Rp 500.000. Pada tahun 1991/92, jumlah bantuan desa ditingkatkan lagi menjadi Rp 3.500.000 per desa, termasuk bantuan untuk program PKK sebesar Rp 700.000 per desa. Pada tahun 1992/93, yaitu tahun keempat Repelita V bantuan ini ditingkatkan lagi menjadi Rp 4.500.000 per desa, termasuk Rp 900.000 bantuan untuk kegiatan PKK. Jumlah desa pada tahun itu telah dikonsolida-sikan menjadi 63.721 desa. Rincian jumlah bantuan pembangunan desa untuk tiap propinsi terlihat pada Tabel XIV-1, sedangkan perkembangan jumlah desa, jumlah bantuan tiap desa serta macam bantuan dapat dilihat pada Tabel XIV-2.

Bantuan Pembangunan Desa digunakan antara lain untuk penyediaan prasarana perhubungan desa seperti jalan dan jembatan desa, penyeberangan sungai, pengadaan prasarana pasar, prasarana sosial-budaya seperti kantor Balai Desa, Poskamling, Posyandu, pengadaan air bersih, usaha kebun pembibitan, tanaman pekarangan, usaha penjahitan, usaha penggilingan padi, pembuatan minyak kelapa, pembakaran kapur, dan pembuatan batu bata dan genteng. Di samping itu peranan bantuan ini melalui program PKK dan Posyandu terhadap peningkatan mutu sumber daya manusia terutama di bidang kesehatan, pendidikan dan keluarga berencana adalah sangat besar.

XIV/8

Page 9: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

TABEL XIV – 1PERKEMBANGAN BANTUAN PEMBANGUNAN DESA, 1)

1969/70 – 1992/93(juta rupiah)

1) Inpres Bantuan Pembangunan Desa, angka tahunan2) Kegiatan penunjang

XIV/9

Page 10: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

TABEL XIV – 2PERKEMBANGAN JUMLAH DESA DAN BANTUAN PEMBANGUNAN DESA, 1)

1969/70 – 1992/93

1) Angka tahunan2) Bantuan untuk menunjang kegiatan PKK, Rp. 300.000,- per Desa3) Bantuan untuk menunjang kegiatan PKK, Rp. 500.000,- per Desa4) Bantuan untuk menunjang kegiatan PKK, Rp. 700.000,- per Desa5) Bantuan untuk menunjang kegiatan PKK, Rp. 900.000,- per Desa

XIV/10

Page 11: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

2. Pemantapan Pelaksanaan Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP)

Usaha untuk meningkatkan dan mengkoordinasikan pembangunan desa dilaksanakan melalui sistem UDKP yaitu sistem perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan yang dilakukan di tingkat kecamatan. Usaha ini merupakan penerapan mekanisme perencanaan dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah sehingga dengan demikian dapat tercapai tujuan pembangunan daerah yang merupakan upaya pencapaian sasaran nasional di daerah, sesuai dengan kebutuhan, potensi, aspirasi, dan prioritas penanganan masalah yang dihadapi masyarakat daerah pedesaan. Sistem UDKP diterapkan di kecamatan yang berpotensi untuk berkembang dan diharapkan perkembangannya dapat membawa dampak positif terhadap kecamatan sekitarnya.

Program ini dimulai sejak Repelita III. Untuk meningkatkan kemampuan UDKP sebagai sistem manajemen pembangunan tingkat keca-matan maka sejak periode tersebut telah dilaksanakan berbagai kegiatan, seperti Penataran Camat, penempatan Tenaga Kerja Sukarela Badan Urusan Tenaga Sukarela Indonesia (TKS-BUTSI), pemberian paket UDKP, pelatihan pembina teknis Kader Pembangunan Desa (KPD) dan Instansi Sektor Kecamatan (ISK) UDKP, serta penentuan Kecamatan Terpilih.

Dalam Repelita III, sesuai dengan strategi Trilogi Pembangunan yang menitikberatkan pada pemerataan, sistem UDKP mulai diterapkan di kecamatan-kecamatan yang relatif terbelakang dan padat penduduk, dalam upaya makin mengurangi keterbelakangannya. Melalui sistem UDKP ini juga dikembangkan teknologi pedesaan yang sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing. Dampak program ini terlihat dengan semakin baiknya kualitas perencanaan pembangunan desa, makin tertampungnya aspirasi masyarakat pedesaan, makin terkoordinirnya pembangunan proyek sektoral di kecamatan, serta pelaksanaan program-program pedesaan lainnya.

Dalam Repelita III ini telah diselenggarakan Penataran Camat untuk sebanyak 1.093 orang dan pelatihan pembina teknis KPD sebanyak 2.567 orang. Dengan demikian, dialog dengan para Camat dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan pembangunan makin dapat berjalan dengan baik, serta dapat memperoleh masukan-masukan maupun usulan-usulan program pembangunan yang lebih tepat guna.

XIV/11

Page 12: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

Dalam Repelita IV, telah dilakukan kegiatan penataran Camat sejumlah 2.242 orang, penempatan TKS-BUTSI sebanyak 666 orang, latihan Sekwilcam (Sekretaris Wilayah Kecamatan) sebanyak 3.529 orang, latihan penatar UDKP Tingkat Kabupaten sebanyak 75 orang dan latihan KPD sejumlah 168.953 orang.

Sejak tahun 1988/89 hingga tahun keempat Repelita V, yaitu tahun 1992/93, kegiatan-kegiatan UDKP terutama ditekankan pada kegiatan Penataran Camat untuk pemantapan sistem UDKP, pelatihan KPD, dan pelatihan pelatih Pembangunan Desa Terpadu (PDT) tingkat Kabupaten/ Kotamadya.

Pada tahun 1988/89, penataran Camat dilanjutkan untuk 952 orang, pelatihan KPD untuk 61.325 orang, dan pelatihan PDT untuk 570 orang. Pada tahun 1989/90, kegiatan penataran Camat dilaksanakan untuk 1.042 orang, pelatihan KPD untuk- 36.010 orang, dan pelatihan pelatih PDT sebanyak 3.481 orang. Sedangkan pada tahun 1990/91, penataran Camat dilaksanakan untuk sejumlah 1.255 orang, pelatihan KPD sebanyak 18.005 orang, dan pelatihan untuk pelatih PDT untuk sebanyak 960 orang. Dalam tahun 1991/92, kegiatan Penataran Camat dilaksanakan untuk sebanyak 941 orang, pelatihan KPD sebanyak 19.055 orang, pelatihan pelatih PDT sebanyak 960 orang. Sedangkan untuk tahun keempat Repelita V, yaitu tahun 1992/93, penataran Camat dilaksanakan untuk sebanyak 838 orang serta Pelatihan Pelatih PDT sejumlah 1.260 orang.

Demikianlah maka selama lima tahun terakhir sejak tahun 1988/89 sampai dengan tahun keempat Repelita V, telah dilaksanakan penataran dan pelatihan bagi 5.028 Camat, 134.345 KPD, dan 7.231 pelatih PDT. Manfaat peningkatan kemampuan aparat di tingkat desa dan kecamatan tersebut terutama dapat dirasakan pada waktu pelaksanaan program yang direncanakan dan dilaksanakan di tingkat kecamatan seperti misalnya Program PKT.

3. Peningkatan Prakarsa dan Swadaya Masyarakat

Dalam rangka peningkatan pembangunan di daerah pedesaan, prakarsa dan partisipasi masyarakat termasuk lembaga swadaya masyarakat di pedesaan terus didorong dan ditingkatkan. Sejalan dengan maksud tersebut, gerakan PKK dan LKMD yang dibentuk oleh, dari, dan untuk

XIV/12

Page 13: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

masyarakat desa terus dikembangkan dan ditingkatkan fungsinya. Pengembangan dan peningkatan LKMD diarahkan pada peningkatan kemampuannya untuk: merencanakan dan melaksanakan pembangunan desa serta mewadahi kegiatan dan peran serta masyarakat desa dalam pembangunan. Untuk dapat makin meningkatkan efektivitas fungsi LKMD, maka di setiap desa/kelurahan dibentuk Kader Pembangunan Desa (KPD) yang berperan sebagai pendorong motivasi dan penggerak masyarakat dalam pembangunan di setiap desa. Hingga sekarang, pada tahun keempat Repelita V ini, sebanyak 48% desa telah memiliki KPD.

Dalam upaya peningkatan kualitas manusia pedesaan, khususnya peningkatan sikap, pengetahuan dan keterampilannya, sejak tahun 1989/90 dilaksanakan Kursus Pelopor Pembangunan Desa (KPPD). Melalui KPPD ini diharapkan makin dapat ditingkatkan produktivitas dan kualitas tenaga kerja pedesaan, yang sangat diperlukan dalam rangka upaya meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan.

Sejalan dengan upaya peningkatan program PKK, maka dalam Repelita IV telah dilaksanakan pelatihan pengelolaan program dan penyuluhan bagi Tim Penggerak PKK dari tingkat Propinsi sampai tingkat Kecamatan. Selama Repelita IV telah dilakukan pelatihan bagi Tim Penggerak PKK tingkat Propinsi sebanyak 810 orang, Tim Penggerak PKK Tingkat Kabupaten sebanyak 8.880 orang dan Tim Penggerak PKK Tingkat Kecamatan sebanyak 8.110 orang. Mulai tahun 1989/90 dilaksanakan Latihan Pengelola Program dan Penyuluhan PKK Tingkat Kecamatan yang diikuti oleh 3.576 orang, tahun 1990/91 diikuti oleh sebanyak 4.200 orang, tahun 1991/92 sebanyak 2.400 orang dan pada tahun 1992/93 diikuti sebanyak 1.740 orang.

Sejak tahun 1988/89 sampai dengan tahun keempat Repelita V, tahun 1992/93, kegiatan PKK telah lebih ditingkatkan antara lain dalam penyelenggaraan pelatihan bagi Tim Penggerak PKK tingkat Kecamatan, pembinaan kegiatan kelompok UP2K (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga), penyelenggaraan Kejar Paket A, dan dalam pembinaan Posyandu.

Selain itu dalam upaya memperluas jangkauan kegiatan PKK, sejak tahun 1986 telah berhasil dikembangkan "Kelompok Dasa Wisma" yaitu kelompok PKK yang masing-masing terdiri dari 10 hingga 20 keluarga yang

XIV/13

Page 14: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

tinggalnya berdekatan, dan kegiatan Peningkatan Pendapatan Usaha Keluarga. Untuk menunjang kegiatan tersebut sampai dengan tahun keempat Repelita V telah dilatih sebanyak 1.710 orang anggota Kelompok Dasa Wisma dan 2.850 orang pembina kegiatan Peningkatan Pendapatan Usaha Keluarga.

Dengan usaha-usaha ini maka dua hal telah dicapai yakni pertama, penyiapan dan peningkatan kemampuan pelaksana pembangunan di tingkat paling bawah, dan kedua peningkatan . peran serta wanita secara aktif dalam usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat dari tingkat paling bawah serta dalam usaha merangsang dan menampung peran serta masyarakat secara langsung.

4. Pemukiman Kembali Penduduk dan Penataan Desa

Usaha Pemukiman Kembali Penduduk dilaksanakan di daerah-daerah yang penduduknya masih mengikuti pola hidup berpindah-pindah, sedangkan Penataan Desa dilakukan di desa-desa yang penduduknya sangat sedikit. Kegiatan pemukiman kembali penduduk dilakukan terutama bagi penduduk yang terancam atau terkena bencana alam, yang terkena proyek vital, dan yang berdiam di daerah-daerah kritis/rawan, di daerah perbatasan, daerah aliran sungai, dan daerah suaka alam. Kegiatan pemukiman kembali penduduk dilaksanakan sejak tahun keempat Repelita I, 1972/73. Dalam Repelita I telah berhasil dimukimkan kembali sebanyak 2.180 KK, dalam Repelita II sebanyak 6.519 KK, dalam Repelita III sebanyak 16.169 dan dalam Repelita IV sebanyak 28.421 KK. Sehingga sampai dengan tahun kedua Repelita IV, yaitu tahun 1985/1986, telah berhasil dimukimkan kembali penduduk sebanyak 53.289 KK yang tersebar di 220 lokasi (kabupaten) di seluruh Indonesia.

Sejak tahun 1986/87 program ini diintegrasikan dengan program transmigrasi dan ditujukan untuk membina desa-desa transmigrasi yang telah diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Dengan demikian, hingga tahun keempat Repelita V, tahun 1992/93, dalam program kegiatan pemukiman kembali penduduk lebih banyak dilakukan kegiatan pembinaan dan pemantapan pembinaan desa di desa-desa transmigrasi tersebut. Di dalam kegiatan ini, pada tahun 1989/90 telah dilaksanakan kegiatan pembinaan di 39 lokasi, 1990/91 di 37 lokasi, tahun 1991/92 di 45 lokasi dan pada tahun 1992/93 di 44 lokasi.

XIV/14

Page 15: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

Dengan kegiatan ini, maka desa-desa transmigrasi telah lebih terintegrasikan dalam sistem permukiman di dalam kecamatannya, baik secara sosial maupun ekonomi. Dengan demikian program transmigrasi menjadi bagian yang lebih terpadu dengan program pembangunan pemerintah daerah. Sementara itu dampak lain dari program ini adalah semakin berkurangnya jumlah penduduk yang masih mengikuti pola hidup berpindah-pindah, pemanfaatan lahan semakin efisien, dan jumlah desa berpenduduk jarang semakin berkurang.

5. Pemugaran Perumahan dan Lingkungan Desa

Kegiatan Pemugaran Perumahan dan Lingkungan Desa dimaksudkan untuk membantu kelompok masyarakat desa yang perlu membangun dan memperbaiki rumahnya agar makin memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan dan lingkungan.

Kegiatan ini telah diselenggarakan sejak Repelita II hingga tahun keempat Repelita V sekarang ini. Sasaran kegiatan ini terutama adalah kelompok yang kurang mampu. Sejak Repelita II hingga tahun keempat Repelita V, telah dilaksanakan Pemugaran Perumahan dan Lingkungan Desa di 46.004 lokasi.

Dalam Repelita II, dilaksanakan pemugaran di sebanyak 1.145 lokasi, sedangkan dalam Repelita III, sebanyak 5.691 lokasi, dan dalam Repelita IV dilaksanakan pemugaran perumahan di 7.358 lokasi. Sejak tahun 1988/89 sampai dengan tahun 1992/93 program pemugaran perumahan dan lingkungan desa telah dilaksanakan di 15.076 lokasi yang tersebar di 26 propinsi.

Pada tahun 1988/89 dilaksanakan pemugaran perumahan di 2.466 lokasi, pada tahun 1989/90 di 2.540 lokasi, tahun 1990/91 di 3.100 lokasi, tahun 1991/92 di 3.405 lokasi dan tahun 1992/93 di 3.565 lokasi.

Dalam tahun 1992/93, yaitu tahun keempat Repelita V, program ini diubah menjadi Program Penataan Desa dan dilaksanakan di 7 propinsi yaitu: Kalimantan Barat, Maluku, DI Yogyakarta, Jambi, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Timor Timur.

Dampak dari Pemugaran Perumahan dan Lingkungan Desa adalah

XIV/15

Page 16: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

semakin meningkatnya kondisi lingkungan perumahan pedesaan sehingga mutu kehidupan masyarakat desa menjadi lebih baik.

Seluruh bantuan pembangunan desa tersebut telah menghasilkan berbagai prasarana dasar yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat desa, sesuai dengan kondisi dan masalah desa yang bersangkutan. Bantuan desa juga telah mendorong berkembangnya swadaya masyarakat, khususnya yang berwujud sumbangan masyarakat, yang secara langsung dapat membantu memperbesar hasil dan memperluas jangkauannya.

Kegiatan-kegiatan yang dibiayai dari bantuan-bantuan pembangunan desa bersama swadaya masyarakat tersebut telah berhasil membantu meningkatkan kemandirian penduduk pedesaan, meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah desa dan makin meluaskan cakupan serta sebaran kegiatan-kegiatan pembangunan sampai ke pelosok-pelosok tanah air.

Berbagai dampak program pembangunan pedesaan telah dapat terlihat dengan semakin bertambahnya jumlah desa Swasembada. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran pemahaman masyarakat pedesaan dalam kemandirian dan peran sertanya dalam proses pembangunan semakin meningkat. Kesiapan partisipasi dalam perekonomian daerah juga semakin mantap. Di samping itu dampak pembinaan desa Swasembada diharapkan akan dapat memperkokoh perekonomian koperasi yang berlandaskan pada kegiatan perekonomian masyarakat pedesaan. Di samping itu derajat kesehatan dan keadaan gizi masyarakat semakin membaik. Berbagai pencapaian tingkat kesejahteraan nasional, antara lain didukung pula oleh kinerja program ini.

C. PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II

Program Pembangunan Daerah Tingkat II pada dasarnya dimak-sudkan sebagai usaha untuk mencapai sasaran pembangunan daerah secara nasional sesuai dengan kebutuhan, potensi, serta aspirasi masyarakat, dan dapat menanggulangi masalah di masing-masing daerah. Untuk maksud ini untuk seluruh Daerah Tingkat II telah diberikan beberapa program bantuan. Melalui seluruh program bantuan pembangunan Daerah Tingkat II ini diharapkan kabupaten dan kotamadya Daerah Tingkat II dapat terdukung dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pembangunan yang menjadi

XIV/16

Page 17: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

tanggung jawab dan wewenang pemerintah Daerah Tingkat II.

Secara keseluruhan jenis-jenis bantuan itu adalah berupa: Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II atau dikenal dengan Inpres Dati II; Bantuan Pembangunan Sarana Pendidikan Dasar atau Inpres Sekolah Dasar; Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan atau Inpres Kesehatan; Bantuan Sarana Penghijauan; Bantuan Kredit Pemugaran Pasar atau Inpres Pasar; dan Bantuan Peningkatan Jalan dan Jembatan Kabupaten/Kotamadya, atau Inpres Peningkatan Jalan dan Jembatan Kabupaten/Kotamadya (IPJK).

Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II atau Inpres Dati II mulai dilaksanakan pada tahun 1970/71. Tiga tahun kemudian, yaitu pada tahun 1973/74, jenis bantuan untuk Daerah Tingkat II ditambah lagi dengan program Bantuan Pembangunan Sarana Pendidikan Dasar, atau Inpres Sekolah Dasar. Pada tahun 1974/75, program pembangunan daerah tingkat II ditambah lagi dengan Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan, atau Inpres Kesehatan. Sejak tahun 1988/89 sampai dengan tahun keempat Repelita V program Bantuan Pembangunan Sarana Pendidikan Dasar dikenal sebagai program Peningkatan Pembinaan Sekolah Dasar sedangkan program Pembangunan Sarana Kesehatan dijadikan 2 (dua) program baru, masing-masing Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan serta Program Penyediaan Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman.

Bantuan Sarana Penghijauan atau Inpres Penghijauan dan Bantuan Kredit Pemugaran Pasar atau Inpres Pasar mulai dilaksanakan sejak tahun 1976/77. Sejak tahun 1989/90 Program Bantuan Sarana Penghijauan kemudian dikenal sebagai Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis.

Program Peningkatan Jalan dan Jembatan Kabupaten/Kotamadya atau Inpres Peningkatan Jalan dan Jembatan Kabupaten/Kotamadya dilaksanakan sejak 1989/90. Program bantuan ini merupakan penyempurnaan dari Program Penunjangan Jalan dan Jembatan Kabupaten/Kotamadya yang dilaksanakan sejak tahun 1979/80.

1. Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II

Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II atau yang juga dikenal sebagai Inpres Dati II ditujukan untuk membantu Daerah Tingkat II dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pembangunan di daerahnya. Dengan

XIV/17

Page 18: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

penyediaan bantuan ini diharapkan agar Pemerintah Daerah Tingkat II dapat secara lebih leluasa melaksanakan berbagai upaya untuk menggali serta memanfaatkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat di daerah masing-masing. Sejak permulaannya, tahun 1970/71 sampai dengan tahun keempat Repelita V sebagian besar penggunaan Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II diarahkan kepada kegiatan operasional dan pemeliharaan prasarana dan sarana yang sudah ada, terutama jalan dan jembatan. Namun di samping itu digunakan juga untuk peningkatan dan pembangunan jalan baru.

Jumlah bantuan yang diterima oleh masing-masing Daerah Tingkat II melalui Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II didasarkan pada jumlah penduduk. Bagi daerah yang berpenduduk kurang dari suatu jumlah tertentu, diberikan bantuan dengan jumlah minimum yang telah ditetapkan. Baik bantuan berdasarkan jumlah penduduk maupun bantuan minimum terus ditingkatkan dari tahun ke tahun. Jika pada tahun pertama diadakannya bantuan ini, yaitu tahun 1970/71, besar bantuan adalah Rp 50,- per penduduk dengan minimum bantuan Rp 5 juta, maka pada tahun keempat Repelita V besar bantuan telah ditingkatkan menjadi Rp 4.000 per penduduk dengan minimum bantuan Rp 750 juta. Dengan perkataan lain bantuan masing-masing Dati II sejak Repelita I hingga tahun 1992/93, per jiwa telah meningkat 80 kali, sedangkan bantuan minimum per Dati II meningkat 150 kali.

Khusus selama lima tahun terakhir sejak tahun 1988/89 sampai dengan tahun 1992/93, yaitu tahun keempat Repelita V, besar bantuan telah ditingkatkan dari Rp 1.450 per penduduk dengan bantuan minimum per Dati II sebesar Rp 170 juta per Dati II menjadi Rp 4.000 per penduduk dengan bantuan minimum Rp 750 juta per Dati II. Data perkembangan penyediaan dana melalui Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II secara lengkap dapat dilihat pada Tabel XIV-3.

Di samping jumlah yang diterima atas dasar jumlah penduduk atau jumlah bantuan minimum, Daerah Tingkat II memperoleh pula sejumlah dana sebagai pengembalian hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. Dana ini juga dimaksudkan untuk mendorong peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat di daerah-daerah. Selain itu dimaksudkan juga agar Pemerintah Daerah lebih aktif dalam meningkatkan upaya penggalian sumber-sumber

XIV/18

Page 19: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

TABEL XIV – 3PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN PEMBANGUNAN DATI II, 1)

MASING-MASING PROPINSI DAERAH TINGKAT I1970/71 – 1992/93

(juta rupiah)

1) Angka tahunan.2) Termasuk bantuan untuk penyusunan RUTR Dati II dan Pengembangan Perkotaan.3) Peralatan dan Kegiatan Penunjang.

XIV/19

Page 20: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

pendapatan yang ada di daerah, seperti Pajak Bumi dan Bangunan.

Hasil fisik dari pelaksanaan Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II meliputi berbagai macam jenis prasarana dan sarana yang dapat dikelompokkan dalam prasarana jalan, jembatan, pengairan dan lain-lain. Dalam tahun terakhir Repelita I (1973/74) Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II yang telah dapat dilaksanakan meliputi 2.799 proyek.

Sejak tahun 1988/89 sampai dengan tahun keempat Repelita V, yaitu tahun 1992/93, jumlah proyek yang dikerjakan mencapai 28.744 proyek, yaitu dari 3.802 proyek pada tahun 1988/89, menjadi 9.025 proyek pada tahun 1992/93 (Tabel XIV-4).

Jenis proyek yang paling menonjol, atau lebih dari separuh kegiat-annya dibiayai dari Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II, adalah proyek pemeliharaan jalan dan jembatan. Jika pada akhir Repelita I, yaitu tahun 1973/74, proyek jalan yang dibiayai dari bantuan ini baru mencapai se-panjang 5.220 km, maka selama 5 tahun sejak tahun 1988/89 sampai dengan tahun keempat Repelita V, telah dapat ditangani sepanjang 184.777 km jalan. Pada tahun 1988/89, pemeliharaan jalan yang dikerjakan mencapai 33.812 km. Sedangkan pada tahun 1989/90, yaitu tahun pertama Pelita V, jalan yang ditangani mencapai 23.463 km, tahun 1990/91 sepanjang 49.008 km, tahun 1991/92 sepanjang 31.494 km, dan tahun 1992/93 atau pada tahun keempat Pelita V diperkirakan 47.000 km. Jadi selama 4 tahun Pelita V, telah ditangani jalan sepanjang 150.965 km meliputi kegiatan berupa pemeliharaan, rehabilitasi, dan peningkatan serta berupa pembangunan jaringan jalan baru.

Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II juga dipergunakan untuk menangani pembangunan berbagai macam prasarana dan sarana lainnya seperti terminal bus, pelabuhan sungai, pasar desa serta berbagai macam prasarana lingkungan permukiman seperti saluran air limbah, bangunan pengendali banjir, persampahan, dan lain-lain. Lokasi proyek-proyek tersebut tersebar ke pelosok-pelosok di setiap kabupaten/kotamadya, sehingga menjangkau sebagian besar penduduk Indonesia.

Dengan bantuan ini, maka prasarana baik sosial maupun ekonomi yang sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan dan kebutuhan penduduk telah secara berangsur-berangsur terpenuhi. Hal ini di samping menyelamat-

XIV/20

Page 21: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

TABEL XIV – 4HASIL FISIK PELAKSANAAN PROYEK-PROYEK 1)BANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II,

TAHUN 1970/71 – 1992/93

1) Angka tahunan.2) Angka sementara.

XIV/21

Page 22: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

kan lingkungan pemukiman penduduk dari bahaya banjir dan meningkatkan usaha penyehatan lingkungan pemukiman tersebut, juga telah meluaskan jangkauan kegiatan ekonomi penduduk dalam proses produksi dan pemasaran hasilnya. Di samping itu juga jangkauan pelayanan sosial serta mutunya meningkat sehingga derajat kesehatan maupun tingkat pengetahuan dan keterampilan mereka meningkat. Bantuan-bantuan ini secara tidak langsung juga berperan dalam upaya kita menanggulangi kemiskinan dan keterisolasian, yang secara langsung ditangani melalui program PKT (Pengembangan Kawasan Terpadu).

Di samping menghasilkan produk fisik, pelaksanaan Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II telah memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam upaya peningkatan pendapatan melalui penyediaan kesempatan kerja. Lebih kurang seperempat dari seluruh biaya proyek-proyek yang dibiayai dari program ini dan sebagian besar dari belanja bahan untuk pelaksanaan proyek-proyek bantuan ini berupa komponen upah. Adapun tenaga kerja yang dapat terserap baik dalam pelaksanaan kegiatan proyek maupun dalam proses produksi bahan dan material meliputi rata-rata lebih-kurang 500.000 orang per tahun.

2. Bantuan Peningkatan Jalan Kabupaten/Kotamadya

Bantuan penting lainnya yang disediakan untuk pembangunan Daerah Tingkat II adalah Bantuan Peningkatan Jalan Kabupaten/Kotamadya. Bantuan pembangunan ini mulai dilaksanakan pada tahun anggaran 1979/80 dengan nama Bantuan Penunjangan Jalan Kabupaten/Kotamadya dan ditujukan untuk meningkatkan aktivitas pembangunan melalui peningkatan jumlah jaringan jalan di seluruh Daerah Tingkat II.

Mulai tahun pertama Repelita V (1989/90), sesuai dengan intensitas kegiatan ekonomi yang sudah berkembang ditandai dengan meningkatnya lalu-lintas barang dan orang di Daerah Tingkat II, sifat bantuan diubah dari penunjangan jalan menjadi peningkatan jalan, dengan maksud mengutamakan kegiatan-kegiatan perbaikan dan peningkatan kondisi jalan, namun dengan biaya pemeliharaan yang relatif lebih rendah.

Besar bantuan untuk peningkatan jalan ini dari tahun ke tahun meningkat terus sesuai dengan prioritas yang diberikan. Pada tahun 1979/80, saat bantuan ini mulai dilaksanakan, jumlah yang disediakan

XIV/22

Page 23: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

adalah Rp 13 miliar dan setiap tahun meningkat terus sehingga menjadi Rp 825,6 miliar pada tahun keempat Repelita V. Hal ini berarti meningkat dengan lebih dari 63 kali lipat.

Sejak tahun 1988/89 sampai tahun 1992/93, bantuan ini rata-rata setiap tahun meningkat 47%, yaitu dari Rp 180 miliar pada tahun 1988/89, menjadi sebesar Rp 825,6 miliar pada tahun keempat Repelita V (Tabel XIV-5).

Bantuan Penunjangan Jalan Daerah Tingkat II selama Repelita III yang dimulai pada tahun 1979/80, telah menghasilkan hasil fisik berupa penunjangan jalan secara kumulatif sepanjang 32.939,6 km dan 60.165,2 m jembatan, dan selama Pelita IV menghasilkan hasil fisik berupa penunjangan jalan sepanjang 38.881,7 km dan 44.577,6 m jembatan.

Dalam Repelita V Program Penunjangan Jalan diganti menjadi Program Peningkatan Jalan. Hasilnya pada tahun 1989/90 berupa peningkatan jalan sepanjang 6.016,6 km dan 9.753,0 m jembatan, pada tahun 1990/91 berupa peningkatan jalan sepanjang 12.200,1 km dan 23.573,3 m jembatan, pada tahun 1991/92 berupa peningkatan jalan sepanjang 10.063,9 km dan 22.327,6 m jembatan, dan pada tahun 1992/93 peningkatan jalan sepanjang 10.550,0 km dan 22.492,1 m jembatan telah diselesaikan (Tabel XIV-6). Sampai dengan tahun keempat Pelita V telah ditingkatkan pemantapan jalan sepanjang 38.830,6 km dan penanganan 78.146,0 m jembatan. Dampak pembangunan jalan ini terhadap mobilitas manusia, barang dan jasa adalah sangat besar. Hal ini sudah tentu akan meningkatkan efisiensi pelaksanaan pembangunan di Dati II.

Penggunaan dana bantuan peningkatan jalan ini, di samping diarahkan untuk peningkatan pelayanan lalu lintas angkutan barang dan penumpang pada umumnya, juga diarahkan untuk menangani ruas-ruas strategis, seperti yang menunjang kegiatan PIR/NES, menunjang pengembangan pariwisata, dan menunjang program transmigrasi. Untuk daerah-daerah di luar Jawa terutama Kalimantan, Irian Jaya, Sulawesi, Riau dan Sumatera Selatan, bantuan peningkatan jalan juga digunakan untuk meningkatkan jalan-jalan setapak menjadi jalan yang dapat dilalui kendaraan, sehingga dapat membuka daerah terpencil dan terisolir. Dengan demikian masyarakat di daerah terpencil mempunyai hubungan ke pusat-pusat pemasaran untuk menjual hasil produksinya, yang pada

XIV/23

Page 24: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

TABEL XIV – 5PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN PENINGKATAN JALAN KABUPATEN/KOTAMADYA 1)

1979/80 – 1992/93(juta rupiah)

1) Angka tahunan.2) Kegiatan Penunjang.

XIV/24

Page 25: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

TABEL XIV – 6PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN PENINGKATAN JALAN KABUPATEN/KOTAMADYA, 1)

1979/80 – 1992/93(juta rupiah)

1) Angka tahunan.2) Angka diperbaiki.3) Angka sementara..

XIV/25

Page 26: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

gilirannya dapat meningkatkan kegiatan perekonomian setempat, sehingga dapat menanggulangi kemiskinan di daerah tersebut.

Melalui bantuan ini, usaha pengadaan peralatan pembuatan jalan di daerah juga didorong dengan semakin besarnya volume pekerjaan peningkatan jalan dan jembatan yang ditangani. Dalam rangka mengatasi kurangnya kemampuan industri konstruksi, dan untuk membantu perkembangan industri konstruksi di berbagai daerah dalam pelaksanaan proyek-proyek dengan bantuan ini juga diusahakan keterlibatan asosiasi industri konstruksi agar lebih banyak menyebar ke daerah-daerah dan melaksanakan sistim paket kontrak dan sub-kontrak untuk memungkinkan kontraktor kelas lebih rendah, terutama kontraktor setempat, untuk berpartisipasi dalam pembangunan di Daerah Tingkat II. Untuk penyediaan dan pengadaan aspal secara tepat waktu telah diusahakan pengembangan distributor aspal di berbagai daerah. Upaya ini juga dimaksudkan untuk sekaligus dapat mendorong tumbuhnya kesempatan berusaha di bidang pengadaan aspal.

Adanya Bantuan Peningkatan Jalan Kabupaten/Kotamadya telah mempercepat tersedianya prasarana jalan di Daerah Tingkat II dan di pedesaan yang selanjutnya mempermudah hubungan antara pusat produksi dan pusat pemasaran. Pada gilirannya hal ini mendorong tumbuhnya kegiatan perekonomian di pedesaan, baik pertanian maupun industri kerajinan rakyat, di samping mempermudah pergerakan orang, sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan, meningkatkan efisiensi kegiatan ekonomi pedesaan dan mengurangi kemiskinan. Selanjutnya hal ini juga memberi peluang penambahan lapangan kerja yang lebih besar di sektor produksi maupun jasa. Diharapkan luas cakupan dan kualitas akses di Dati II akan meningkatkan kegiatan produksi terutama industri rakyat dan manufaktur.

Dengan semakin ditingkatkannya dana program Inpres Dati II dan program Inpres Peningkatan Jalan Kabupaten/Kotamadya, maka jaringan jalan di Tingkat II telah bertambah dengan sangat berarti. Hal ini terlihat dari bertambahnya panjang jalan yang di tahun 1970 adalah sekitar 54.284 km, menjadi 65.218 km di tahun 1975; lima tahun kemudian, 1980, naik lagi menjadi 96.998 km, di tahun 1985 meningkat sehingga mencapai 157.525 km dan pada tahun 1990 menjadi 170.631 km.

XIV/26

Page 27: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

D. PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I

1. Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I

Pada tahun 1974/75 Pemerintah mulai melaksanakan bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I. Langkah kebijaksanaan ini ditujukan untuk memacu dan meningkatkan peranan pemerintah daerah dalam pembangunan sesuai dengan prioritas dan potensi daerah masing-masing, seperti yang digariskan dalam GBHN. Penggunaan bantuan ini pada tahun tersebut terutama diarahkan untuk kegiatan operasi dan pemeliharaan bangunan pengairan dan jalan propinsi. Mulai tahun 1976/77 bantuan kepada Daerah Tingkat I dikembangkan lebih lanjut dengan program Reboisasi yang dilaksanakan pada kawasan hutan negara.

Selanjutnya sejak tahun 1989/90 program bantuan Peningkatan Jalan Propinsi mulai dilaksanakan sebagai upaya untuk memperlancar pengangkutan barang dan meningkatkan aksesibilitas lalu-lintas antar kabupaten.

Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan keselarasan antara pembangunan sektoral dan regional, meningkatkan keserasian pertumbuhan antar daerah dan meningkatkan partisipasi daerah dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Dalam kerangka itu jumlah bantuan yang diterimakan secara keseluruhan terus meningkat. Di samping itu alokasi antar daerah selalu diserasikan dengan maksud memperkecil kesenjangan antar daerah.

Sesuai dengan kebijaksanaan tersebut, jumlah bantuan minimum yang diberikan kepada Daerah Tingkat I terus ditingkatkan dari sebesar Rp 2 miliar pada akhir Repelita II menjadi sebesar Rp 22,5 miliar pada tahun keempat Repelita V, atau lebih dari sebelas kali lipat. Bantuan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada berbagai daerah yang relatif belum berkembang, seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Irian Jaya, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Bengkulu dan Jambi, untuk memacu perkembangan masing-masing agar makin memperkecil ketertinggalannya.

Khususnya sejak tahun 1988/89 sampai dengan tahun keempat Repelita V, yaitu tahun 1992/93, alokasi Bantuan Daerah Tingkat I terus

XIV/27

Page 28: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

ditingkatkan. Bahkan sejak tahun 1990/91, di samping bantuan dasar juga disediakan sejumlah dana tertentu, yaitu sebesar Rp 108 miliar, yang pengalokasiannya menggunakan faktor luas wilayah daratan sebagai proporsi yang dikalikan jumlah tersebut. Dengan memasukkan unsur luas wilayah sebagai kriteria alokasi, besaran bantuan pembangunan Dati I bervariasi antara satu propinsi dengan propinsi yang lain sesuai dengan luas geografis masing-masing. Dengan demikian propinsi yang mempunyai wilayah cukup luas seperti Irian Jaya, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Riau dan Sumatera Selatan memperoleh tambahan alokasi bantuan sesuai dengan luas wilayah masing-masing sehingga dapat lebih meningkatkan kegiatan pembangunannya sesuai dengan kebutuhannya.

Bantuan Dati I pada tahun 1988/89 per propinsi adalah Rp 12 miliar. Dengan makin ditingkatkannya bantuan tersebut, khususnya bantuan dasarnya, maka pada tahun keempat Repelita V, yaitu tahun 1992/93, bantuan setiap propinsi masing-masing menjadi Rp 22,5 miliar, ditambah dengan alokasi yang diperolehnya berdasarkan luas areal wilayahnya. Dengan demikian jumlah bantuan Dati I untuk setiap propinsi pada tahun 1992/93 menjadi jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah bantuan tahun terakhir Repelita II dan hampir dua kali lipat dibanding dengan tahun 1988/89. Perkembangan bear bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I untuk seluruh propinsi dapat, dilihat pada Tabel XIV-7.

Pola penggunaan Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I, dalam Repelita II dan III dibagi atas dua bagian. Bagian yang pertama digunakan untuk kegiatan operasi dan pemeliharaan pengairan serta perbaikan irigasi, dan pemeliharaan jalan propinsi. Kebijaksanaan ini dimaksudkan agar Pemerintah Daerah makin memprioritaskan kegiatan operasi dan pemeliharaan bangunan-bangunan infrastruktur hasil pembangunan yang telah dilaksanakan tahun sebelumnya. Bagian kedua digunakan untuk melaksanakan berbagai proyek tertentu sesuai dengan prioritas daerah dalam rangka mengatasi masalah yang mendesak yang dihadapi Pemerintah Daerah, dan untuk mengembangkan potensi daerah dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah masing-masing.

Kegiatan operasi dan pemeliharaan pengairan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah di semua propinsi rata-rata setiap tahun dapat memfungsikan secara teknis 3.556.800 ha sawah. Pemeliharaan sarana irigasi ini sangat besar sumbangannya dalam pelestarian swasembada

XIV/28

Page 29: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

TABEL XIV – 7PERKEMBANGAN BANTUAN PEMBANGUNAN DATI I, 1)

1973/74 – 1992/93(juta rupiah)

1) Angka tahunan.2) SPP-ADO (Sumbangan Pemerintah Pengganti Alokasi Devisa Otomatis)3) Kegiatan Penunjang.

XIV/29

Page 30: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

pangan. Secara fisik, hasil sejak tahun 1974/75 sampai dengan tahun keempat Repelita V terus meningkat. Jika pada tahun 1974/75 meliputi 3.657.175 ha, maka pada tahun 1992/93 meliputi 5.495.028 ha. Sejak tahun 1989/90-1992/93, berbagai prasarana dan sarana yang dioperasikan dan dipelihara dengan program ini antara lain meliputi: 8.798 bendung, 8.991 bangunan air, seperti, pintu-bagi, dan pintu-buang. Juga ditangani sepanjang 66.492 km saluran pembawa, baik saluran primer maupun sekunder, serta sebagian kecil saluran tertier. Di samping itu 24.770 km saluran pembuang, dan 2.574 buah fasilitas eksploitasi, seperti, kendaraan roda empat, sepeda motor, dan lain sebagainya.

Sepanjang 4.412 km tanggul banjir dan 51.867 km jalan inspeksi juga telah memanfaatkan bantuan Kegiatan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana tersebut kesemuanya dilaksanakan oleh Dinas PU Tingkat I.

Jika pada tahun 1974/75 baru dapat mengoperasikan dan memelihara jaringan pengairan seluas 3.718.299 ha, maka pada tahun 1992/93 telah meningkat menjadi seluas 4.143.136 ha.

Dampak yang dapat dirasakan oleh Pemerintah Daerah dengan adanya Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I adalah penciptaan peluang untuk mendorong peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Total PAD ke 27 propinsi adalah sebesar Rp 714,070 miliar pada tahun 1987/1988, meningkat menjadi Rp 814,156 miliar pada tahun 1988/1989 dan pada tahun 1991/1992 meningkat lagi menjadi Rp 1.604,037. Suatu kenaikan sebesar 97% dalam kurun waktu 4 tahun. Sebagian dari Pendapatan Asli Daerah tersebut digunakan untuk memperlancar kegiatan pembangunan.

Dampak lain dari adanya Bantuan Pembangunan Dati I adalah adanya peningkatan pelayanan serta kemampuan aparat pemerintah dalam pengelolaan pembangunan dan makin mengecilnya kesenjangan pembangunan antar daerah. Antara lain memperbesar bantuan kepada daerah-daerah yang relatif tertinggal, melengkapi rangsangan program nasional dalam pengentasan kemiskinan, misalnya melalui pelanjutan program Pengembangan Kawasan Terpadu. Bahkan sekarang inisiatif dilakukan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I, sedang program nasional adalah sebagai stimulasi/pelengkap saja.

XIV/30

Page 31: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

2. Bantuan Peningkatan Jalan Propinsi

Dalam rangka peningkatan kondisi dan kualitas jalan propinsi yang ada, maka Pemerintah Daerah Tingkat I telah memperoleh Bantuan Peningkatan Jalan Propinsi sejak awal tahun 1989/90. Target pada tahun terakhir Repelita V adalah bahwa 90% jalan propinsi mencapai kondisi mantap.

Sejalan dengan kebijaksanaan desentralisasi, tanggung jawab peningkatan kualitas dan pemeliharaan jalan propinsi secara penuh telah diserahkan kepada Daerah Tingkat I. Oleh karena itu alokasi bantuan untuk peningkatan jalan propinsi setiap tahun secara nasional ditingkatkan cukup besar.

Pada tahun 1989/90 dialokasikan bantuan sebesar Rp 69,25 miliar; kemudian ditingkatkan terus sehingga pada tahun 1992/93 menjadi Rp 347,62 miliar, atau lebih dari 5 kali lipat.

Hasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90, dan menjadi 12.374,6 km jalan dan 47.955,6 m jembatan pada tahun 1992/93. Dengan demikian sampai akhir tahun keempat secara persentase telah dicapai 74,6% jalan propinsi dalam kondisi mantap. Sisanya akan ditangani pada tahun terakhir Repelita V. Rincian alokasi bantuan dan realisasi hasil fisik di masing-masing propinsi terlihat pada Tabel XIV-8.

Penyediaan dana Bantuan Peningkatan Jalan Propinsi, di samping telah mempercepat pencapaian sasaran jalan mantap, juga telah berhasil memperbaiki mutu pelayanan jasa angkutan, mengurangi biaya eksploitasi kendaraan, dan memperlancar arus lalulintas. Perbaikan tingkat aksesibilitas perhubungan di setiap propinsi secara umum akan meningkatkan kegiatan ekonomi dalam menopang kebijaksanaan peningkatan program ekspor dari sektor non migas. Selain itu juga mendorong kemajuan industri konstruksi setempat dengan dimanfaatkannya sumber daya manusia, peralatan dan sumber daya lainnya di daerah. Hal ini sangat membantu persiapan proses tinggal landas.

3. Program Pengembangan Wilayah (PPW)

Melengkapi bantuan pembangunan untuk Pemerintah Daerah

XIV/31

Page 32: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

TABEL XIV – 8PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN PENINGKATAN JALAN PROPINSI, 1)

1989/90 – 1992/93

1) Angka tahunan.2) Kegiatan Penunjang.

XIV/32

Page 33: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

Tingkat I, Pemerintah juga melaksanakan program-program pengembangan wilayah. Program Pengembangan Wilayah ditujukan untuk mengembangkan wilayah-wilayah tertentu dengan berbagai kegiatan sektoral secara terpadu. Program ini dimulai sejak Repelita I, dan dari tahun ke tahun cakupan kegiatan serta wilayah yang ditangani semakin meningkat sesuai dengan permasalahan yang semakin berkembang.

Dalam Repelita I disusun studi-studi pembangunan wilayah di Wilayah Sumatera Barat, Sumatera Bagian Selatan, Kalimantan Barat, dan Jabotabek.

Dalam Repelita II, yaitu periode tahun 1974/75-1978/79, studi-studi pembangunan wilayah lebih diperluas lagi baik dalam cakupan wilayahnya maupun sasaran dan hasil-hasil yang diharapkan. Sasaran dan hasil-hasilnya lebih diperluas sehingga mencakup pengembangan data dasar dan analisis wilayah, serta rencana pengembangan wilayah jangka panjang dan jangka menengah yang mencakup pengembangan sektoral dan pengembangan spasial. Wilayah-wilayah yang distudi selama Repelita II meliputi: Sumatera Bagian Selatan, Indonesia Bagian Timur dan Sulawesi, Jawa Timur dan Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bandung Raya, Gerbang Kerto-susila dan Kalimantan Timur.

Dalam Repelita III, yaitu periode tahun 1979/80-1983/84, telah dilaksanakan lima proyek pengembangan wilayah terpadu (di sebelas propinsi). Yang terbesar di antaranya adalah Provincial Area Development Project (PDP) I dan PDP II yang mencakup 8 propinsi atau 44 kabupaten di berbagai daerah. Proyek pengembangan wilayah lainnya adalah Bangun Desa I di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk 2 kabupaten, di Kabupaten Pasaman Barat, dan 2 kabupaten di Daerah Istimewa Aceh.

Dalam Repelita IV, yaitu periode 1984/85, studi wilayah yang lebih menekankan kepada identifikasi program dan keterpaduan proyek untuk investasi jangka menengah dan jangka pendek, dilaksanakan di wilayah Maluku dan Sumatera bagian utara.

Selain menyelesaikan lima proyek-proyek pengembangan wilayah terpadu terdahulu, dalam Repelita IV ini juga dilaksanakan enam proyek baru, yaitu: proyek-proyek pengembangan lahan perbukitan kritis di wilayah Jawa Tengah, wilayah Jawa Timur, wilayah Mahakam Tengah, wilayah

XIV/33

Page 34: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

Sulawesi Selatan, wilayah Sulawesi Tenggara, dan wilayah NTT. Di samping itu ada dua proyek yang ditujukan khusus untuk peningkatan kemampuan Bappeda Dati I dalam mengevaluasi dan merencanakan pemanfaatan sumber daya lahan, yaitu proyek Land Resources Evaluation and Planning (LREP) di delapan propinsi di Sumatera serta peningkatan kelembagaan perkreditan di daerah (Financial Institution Development), kedua-duanya tahun 1988/1989.

Dalam Repelita V, studi wilayah dilanjutkan dan dilaksanakan di dua wilayah yaitu di Sumatera bagian Selatan yang dimulai pada tahun 1990 dan diselesaikan pada tahun 1992, serta di wilayah Indonesia bagian Timur yang baru dimulai tahun 1993 ini dan diharapkan selesai pada tahun 1995. Berbeda dengan studi-studi pengembangan wilayah pada masa sebelumnya, studi pengembangan wilayah dalam Repelita V ini lebih ditekankan pada penyusunan paket-paket pengembangan wilayah terpadu dengan mengidentifikasi sektor-sektor strategis yang perlu dikembangkan di kawasan-kawasan tertentu dengan profil investasi yang lebih jelas. Dalam Repelita V ini juga diteruskan pelaksanaan program-program pengembangan wilayah di wilayah Teluk Cenderawasih, Irian Jaya, NTB, NTT, Sulawesi, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Timor Timur.

Dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumber daya kelautan, dan meningkatkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam perencanaan pe-ngembangan wilayah, pada waktu ini sedang disiapkan kegiatan program Marine Resource Evaluation and Planning (MREP) yang dimulai di 10 propinsi pada tahun 1992/93. Sedangkan untuk pemanfaatan sumber daya lahan dilaksanakan proyek LREP II tahun 1992/93 yang mencakup 18 propinsi, untuk melengkapi proyek LREP I yang sudah dilaksanakan terdahulu di 8 propinsi di Sumatera.

Dengan demikian, keseluruhan program pengembangan wilayah yang telah dilaksanakan mencakup kegiatan studi-studi propinsi, upaya identifikasi potensi untuk keperluan investasi, sampai dengan kegiatan penyempurnaan penyusunan data perencanaan kawasan daratan dan kawasan lautan. Diharapkan dengan meningkatnya pengenalan daerah secara lebih sistematis merupakan persiapan yang lebih memadai dalam menyongsong Repelita selanjutnya.

Dengan demikian dapat dilihat bahwa serangkaian program bantuan

XIV/34

Page 35: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

pembangunan daerah terutama Bantuan Dati I telah banyak berperan dalam pembangunan nasional yang berwawasan Nusantara. Pembangunan jalan, pelabuhan dan telekomunikasi telah menciptakan suatu keadaan yang memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa. Perkembangan-perkembangan tersebut menjamin kesatuan ekonomi yang digambarkan dengan makin kecilnya perbedaan harga antar daerah.

E. PENGEMBANGAN KAWASAN TERPADU

Dalam rangka lebih memeratakan pembangunan dan hasil-hasilnya ke seluruh pelosok wilayah Indonesia, khususnya mengingat adanya wilayah-wilayah yang terpencil sehingga tertinggal dibanding masyarakat di tempat-tempat lain, maka sejak tahun 1989/90 telah dilaksanakan program Pengembangan Kawasan Terpadu.

Pengembangan Kawasan Terpadu (PKT) adalah program pembangun-an yang dirancang secara khusus untuk menanggulangi kemiskinan dengan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui serangkaian kegiatan di kawasan-kawasan yang relatif masih terbelakang. Kawasan-kawasan tersebut pada umumnya masih belum tersentuh oleh program-program pembangunan yang ada, karena menghadapi permasalahan-permasalahan khusus, seperti keterpencilan lokasi, keterbatasan sumber daya alam yang dimiliki, sifat lahan kritis/minus, lingkungan yang kumuh, kekurangan pelayanan prasarana dasar dan hal-hal lain, yang semuanya merupakan kendala utama terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Sasaran program PKT adalah: (1) merangsang kegiatan sosial ekonomi masyarakat melalui peningkatan mutu sumber daya manusia, pengembangan wilayah dan perbaikan mutu lingkungan hidup; (2) mem-bangkitkan dan mengembangkan partisipasi masyarakat melalui pelibatan masyarakat secara aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, pemberian hak dan tanggungjawab kepada masyarakat dalam pembangunan, serta meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengembangkan dan memelihara hasil pembangunan yang dilaksanakan; (3) mendukung program pembangunan daerah melalui peningkatan perencanaan dari bawah, peningkatan koordinasi pembangunan antar instansi di daerah, dan

XIV/35

Page 36: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

peningkatan kemampuan aparat pemerintah daerah dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara terpadu.

Dalam pencapaian sasaran yang pertama, program PKT mengguna-kan pendekatan pengembangan wilayah secara terpadu yaitu melalui pelaksanaan serangkaian kegiatan yang disesuaikan dengan permasalahan utama yang dihadapi oleh masyarakat di masing-masing kawasan. Kegiatan tersebut antara lain meliputi usaha pemenuhan kebutuhan dasar, bantuan untuk meningkatkan produksi dan kemampuan berusaha masyarakat, penyediaan prasarana fisik berskala kecil untuk menembus keterisolasian wilayah, bantuan untuk peningkatan produktivitas dan pemasaran hasil produksi masyarakat, pemeliharaan sumber daya air, tanah dan hutan melalui kegiatan konservasi lahan kritis, reboisasi dan penghijauan serta pencegahan abrasi dan intrusi air laut.

Untuk mencapai sasaran yang kedua dilakukan perencanaan program yang dilakukan dari bawah dan pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara swakelola. Perencanaan dari bawah yang diterapkan dalam program PKT dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut menentukan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan pelaksanaan dengan cara swakelola dapat melibatkan masyarakat dalam proses pembangunan dan sekaligus menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat setempat. Selain itu cara ini dapat pula memberikan peluang terhadap penggunaan bahan lokal yang ada. Dengan demikian, program PKT memberikan banyak hasil, yaitu hasil program secara fisik dan juga meningkatkan kemampuan masyarakat untuk merencanakan dan melaksanakan program sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu, program ini juga menambah kesempatan kerja bagi masyarakat setempat. Dan yang sangat panting, program ini memberi peluang inisiatif merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang cocok dengan kebutuhan di kawasan itu oleh masyarakat setempat.

Tanggung jawab perencanaan dan pelaksanaan program PKT dise-rahkan kepada Pemerintah Daerah Tk. II, dibantu oleh Pemerintah Daerah Tk. I. Melalui mekanisme tersebut program PKT dapat secara otomatis meningkatkan kemampuan aparatur Pemerintah Daerah Tk. I dan II dalam koordinasi, perencanaan, dan pelaksanaan pembangunan di daerah.

XIV/36

Page 37: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

Program PKT dimulai pada tahun anggaran 1989/90, dengan alokasi dana sebesar Rp 2,35 miliar untuk membiayai 12 lokasi/kawasan proyek percontohan di 12 propinsi, yaitu di DI Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku, Irian Jaya dan Timor Timur. Pelaksanaan program tersebut mendapat tanggapan positif dari Pemerintah Daerah dan masyarakat setempat.

Pada tahun 1990/91 alokasi dana program PKT ditingkatkan menjadi Rp 30,7 miliar untuk menangani 112 kawasan di 97 kabupaten di 26 propinsi di luar DKI Jakarta. Pada tahun yang sama, program PKT juga menangani pengembangan Badan Kredit Desa (BKD) dengan cara mendukung pelatihan personil kunci untuk mengaktifkan kembali 1.346 BKD di Jawa dan Madura. Hal tersebut dimaksudkan untuk memperbesar jumlah lembaga perkreditan di desa yang tumbuh dari bawah, yang diharapkan nantinya dapat memberikan pelayanan kredit yang lebih mudah kepada masyarakat desa bagi pengembangan usahanya.

Pada tahun 1991/92 alokasi dana bagi program PKT ditingkatkan lagi menjadi Rp 73,4 miliar, untuk menangani 241 kawasan di 147 kabupaten di 27 propinsi. Pada tahun tersebut upaya penanggulangan kemiskinan tidak saja dilakukan di pedesaan, tetapi juga di kawasan perkotaan, seperti di DKI Jakarta. Program PKT tahun tersebut juga memberi dukungan terhadap kegiatan pemukiman kembali di Timor Timur di 8 kecamatan di 5 kabupaten.

Pada tahun 1992/93, alokasi dana program PKT meningkat menjadi Rp 154,2 miliar untuk menangani 480 kawasan di 248 kabupaten di 27 propinsi. Perincian perkembangan bantuan Program PKT sejak tahun 1989/90 sampai tahun 1992/93 diberikan dalam Tabel XIV-9.

Sejalan dengan maksud memperluas cakupan program PKT, maka pencapaian tujuan dan sasaran program juga terus ditingkatkan. Mulai tahun anggaran 1992/93 program PKT diupayakan untuk dikaitkan dengan program lain yang lebih luas, yaitu antara lain dengan program pengembangan perekonomian rakyat di Kalimantan dan dengan program SP3 (Sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan). Dalam rangka penyiapan

XIV/37

Page 38: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

TABEL XIV – 9PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN 1)

PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN TERPADU1979/80 – 1992/93

(juta rupiah)

Keterangan:1) Angka tahunan.2) Program PKT baru dimulai pada awal Repelita V;

angka di dalam kurung menunjukkan jumlah kawasan/kecamatan.3) Termasuk bantuan luar negeri untuk propinsi DI Aceh, Jawa Barat dan Maluku.

XIV/38

Page 39: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

masyarakat secara lebih matang, diupayakan juga pelibatan unsur lembaga swadaya masyarakat (LSM/LPSM). Semua upaya yang telah ditempuh ter-sebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari program penanggulangan kemiskinan secara keseluruhan, dalam rangka mempercepat proses peningkatan kesejahteraan sekitar 27 juta penduduk yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Hasil pelaksanaan program PKT selama ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan telah ditangani sekitar 850 kawasan yang mencakup kurang lebih 4.100 desa. Masyarakat yang memperoleh manfaat secara langsung dari bantuan program diperkirakan kurang lebih mencapai 210.000 KK, sedangkan secara tidak langsung memberikan pula manfaat kepada 140.000 KK penduduk di sekitar desa-desa yang memperoleh bantuan program yang tersebar di semua propinsi.

Dampak langsung dari program PKT yang dapat dirasakan oleh masyarakat antara lain berupa penyusutan jumlah wilayah yang belum terjangkau oleh program pembangunan disebabkan oleh semakin berkurang-nya tingkat keterisolasian desa. Dengan diterapkannya perencanaan dari bawah maka aspirasi kegiatan pembangunan yang selama ini belum sempurna pelaksanaannya atau belum masuk prioritas daerah, dapat dilaksanakan melalui PKT. Kebutuhan prasarana penunjang jalan maupun penunjang komunikasi laut, khususnya bagi daerah-daerah terpencil dan jarang penduduk, juga telah dapat ditanggulangi dan diwujudkan melalui program PKT. Lebih lanjut, dengan adanya program PKT, masyarakat telah dapat meningkatkan pemasaran hasil-hasil pertanian sejalan dengan semakin membaiknya sarana perhubungan ke pusat-pusat pemasaran tersebut. Dampak penting lainnya yang dapat terlihat sebagai hasil program PKT adalah adanya peningkatan kemampuan dan ketrampilan aparat pemerintah daerah dalam merencanakan dan mengelola kebutuhan pembangunannya serta memfungsikan proses perencanaan dari bawah secara lebih efektif. Hal yang terakhir ini sangat penting dalam memantapkan proses pentahapan desentralisasi/otonomi daerah secara nyata dan bertanggung jawab.

F. PEMBANGUNAN PERKOTAAN

Pertumbuhan penduduk perkotaan selama tahun 1980-1990 mencapai

XIV/39

Page 40: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

rata-rata 5,4% per tahun. Kota-kota besar dengan penduduk di atas 200.000 jiwa tumbuh dengan laju pertumbuhan antara 3-6% per tahun. Sedangkan kota-kota lainnya yang berpenduduk di bawah 200.000 jiwa tumbuh dengan laju yang lebih pesat. Pertumbuhan penduduk di kota-kota yang berstatus Kotamadya lebih pesat daripada di kota-kota lainnya.

Urbanisasi yang pesat ini tidak mungkin dibendung. Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan diversifikasi ekonomi nasional. Di samping merupakan pusat pertumbuhan ekonomi, kota-kota di Indonesia juga berfungsi sebagai pusat pendidikan tinggi serta pelayanan sosial lainnya, serta merupakan penggerak modernisasi dan inovasi. Semua fungsi itu menuntut penanganan kota yang terpadu sebagai bagian dari pembangunan daerah dan nasional. Untuk itu pemerintah melaksanakan berbagai program pembangunan perkotaan khususnya menyangkut pem-bangunan prasarana, peningkatan kemampuan keuangan dan kelembagaan daerah, penanggulangan kemiskinan, dan sebagainya.

Dalam Repelita III, pada tahun 1980/81 telah dilakukan studi komprehensif mengenai Strategi Nasional Pembangunan Perkotaan (National Urban Development Strategy/NUDS). Atas dasar hasil studi ini, diusahakan identifikasi tingkatan (hirarki) dan kategori kota dalam sistem perkotaan yang menjadi landasan kebijaksanaan pengembangan prasarana perkotaan nasional.

Dalam Repelita IV, dalam tahun 1981-1985, dilakukan upaya penyusunan konsep pembangunan perkotaan terpadu yang merupakan tindak lanjut dari studi penyusunan Strategi Nasional Pembangunan Perkotaan. Pada tahun 1986 pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan perkotaan yang terdiri dari 6 butir: (i) Peningkatan wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam pembangunan dan pemeliharaan prasarana perkotaan; (ii) Penyempurnaan perencanaan dan penyusunan program pembangunan perkotaan; (iii) Peningkatan kemampuan keuangan pemerintah daerah; (iv) Penyempurnaan sistem pendanaan dengan memantapkan tata cara pinjaman pemerintah daerah; (v) Peningkatan kemampuan tenaga dan kelembagaan pemerintah daerah; (vi) Peningkatan koordinasi antara berbagai instansi dan tingkat pemerintahan yang terkait.

XIV/40

Page 41: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

Sesuai dengan arahan kebijaksanaan yang telah digariskan tersebut maka pada tahun anggaran 1986/87 mulai dilaksanakan penyiapan Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT). Program ini bertujuan untuk menterpadukan pembangunan prasarana perkotaan dan meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan kota.

Prinsip-prinsip yang mendasari pelaksanaan P3KT adalah de-sentralisasi dan atau dekonsentrasi fungsi perencanaan dan pengembangan program, keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan program-program fisik, serta keterpaduan sumber-sumber pembiayaan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan sumber-sumber dana luar negeri.

P3KT pada saat ini meliputi program pembangunan di tujuh sektor, yaitu penyediaan air bersih, pengendalian banjir, pengelolaan persampahan, pengelolaan sanitasi lingkungan, perbaikan kampung, dan perbaikan prasarana lingkungan pasar.

Penyiapan pelaksanaan P3KT dimulai pada tahun ketiga Repelita IV. Pada saat itu Program Jangka Menengah (PJM) kota Metropolitan Bandung telah diselesaikan. Selanjutnya pada tahun 1987/88, cakupan penyiapan P3KT terus diperluas ke kota-kota besar, seperti Jabotabek dan kota-kota kecil lainnya. Pada tahun 1988/89 dilaksanakan P3KT di Medan.

Pada tahun 1989/90 sebanyak 90 kota besar dan kecil, sebagian besar meliputi kota-kota di Pulau Jawa dan Sumatera, telah melaksanakan P3KT. Pada tahun 1990/91 jumlah kota yang telah menyusun PJM dalam rangka pelaksanaan P3KT meningkat menjadi 121 kota, termasuk kota-kota yang memasuki tahapan pelaksanaan, seperti Bogor, Tangerang, Bekasi, Bandar Lampung, dan Palembang. Selain itu, juga dilaksanakan P3KT di kota-kota sedang dan kecil di Jawa Timur, Bali, Sulawesi, dan Irian Jaya. Pada tahun 1991/92, dan tahun 1992/93, tahun keempat Repelita V, jumlah kota besar dan kecil yang termasuk dalam program P3KT seluruhnya mencapai 123 buah. Pada tahun keempat Repelita V, hampir seluruh kota-kota yang telah memiliki PJM tersebut sudah memasuki tahap pelaksanaan (Tabel XIV-10).

Pada tahun terakhir Repelita V direncanakan dapat segera dilaksanakan pembangunan prasarana perkotaan untuk kota-kota di Jawa

XIV/41

Page 42: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

TABEL XIV – 10JUMLAH KOTA KABUPATEN/KODYA DALAM PROGRAM 1)

PEMBANGUNAN PRASARANA KOTA TERPADU (P3KT)1989/90 – 1992/93

Keterangan:1) Angka tahunan.2) P3KT dimulai dengan tahap persiapan konsep dan perencanaan program pada tahun 1986/87

pelaksanaannya sebagai Program Nasional baru dimulai pada awal Repelita V.

XIV/42

Page 43: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

Tengah, DI Yogyakarta, Kalimantan dan kota-kota di wilayah Indonesia bagian Timur, seperti di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Timor Timur.

Peningkatan kemampuan koordinasi lembaga dalam pengelolaan perkotaan juga dikembangkan. Dalam hal ini, mulai tahun anggaran 1986/87, telah dibentuk Tim Koordinasi Pembangunan Perkotaan (TKPP) yang bertugas untuk menetapkan kebijaksanaan pembangunan perkotaan. Pada tahun 1989 dibentuk Tim Koordinasi Pengelolaan Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (TKP4KT). yang bertugas mengelola pelaksanaan P3KT dan memberikan dukungan teknis pada TKPP. Sejak tahun 1989/90 fungsi koordinasi pembangunan perkotaan melalui TKPP lebih ditingkatkan lagi. Peningkatan kemampuan kelembagaan daerah merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari peningkatan kelembagaan. tingkat pusat. Untuk itu telah dikembangkan bentuk struktur organisasi di daerah guna mendukung pelaksanaan P3KT. Program ini juga meningkatkan peranan institusi daerah dalam upaya untuk mengimbangi percepatan yang timbul pada pembangunan perkotaan. Usaha-usaha yang telah dilakukan selama ini adalah berupa bantuan pelatihan yang diikuti oleh wakil-wakil instansi yang terkait dalam pembangunan perkotaan di daerah.

Dalam kurun waktu PJPT I pelaksanaan pembangunan perkotaan juga telah memberikan sumbangan besar dalam penanggulangan kemiskinan di daerah perkotaan. Jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan di daerah perkotaan telah menurun dari sekitar 39% dari jumlah penduduk perkotaan di tahun 1976, menjadi sekitar 17% pada tahun 1990.

Upaya penanggulangan kemiskinan di daerah perkotaan banyak diarahkan pada. program peremajaan lingkungan permukiman kumuh atau KIP (Kampong Improvement Program). Pada akhir Repelita I, tahun 1973/74, penanganan lingkungan permukiman kumuh telah dimulai di 1 kota, DKI Jakarta. Pada akhir Repelita II, 1978/79, telah ditangani di 2 kota yaitu DKI Jakarta dan Surabaya. Sedangkan pada akhir Repelita III, 1983/84, penanganan permukiman kumuh telah meningkat secara kumulatif menjadi di 228 kota, meliputi area seluas 25.490 ha. Pada akhir Repelita IV, yaitu tahun 1988/89, jumlah kota yang ditangani dalam program ini secara kumulatif menjadi 451 kota, meliputi area seluas 49.757,6 ha.

XIV/43

Page 44: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

Khusus dalam tahun 1988/89 penanganan kawasan permukiman kumuh mencakup kawasan seluas 5.431,7 ha. Sejak tahun pertama sampai tahun keempat Repelita V, penanganan permukiman kumuh masing-masing dapat disebutkan sebagai berikut: tahun 1989/90 sebanyak 242 kota, tahun 1990/91 sebanyak 291 kota, tahun 1991/92 sebanyak 299 kota, dan tahun 1992/93 sebanyak 386 kota.

Sejak tahun 1984/85 hingga tahun 1988/89 seluas 24.100 hektar permukiman kumuh di perkotaan telah diperbaiki melalui Program Perbaikan Kampung (KIP) dan telah bermanfaat bagi sekitar 6 juta rumah tangga.

Usaha lain untuk perbaikan kondisi perumahan bagi penduduk berpendapatan rendah adalah penyediaan pinjaman Bank Tabungan Negara (BTN) bagi rumah tangga dengan penghasilan kurang dari Rp 450.000 per bulan.

Dengan dilaksanakannya program pembangunan perkotaan, selain telah memberikan dampak bagi peningkatan penyediaan prasarana perkotaan juga telah memberikan pengaruh positif pada pelaksanaan desentralisasi dan koordinasi pembangunan di daerah. Hal ini dapat diindikasikan dengan adanya peningkatan kontribusi pendanaan daerah baik melalui Pendapatan Asli Daerah maupun program-program Inpres untuk pelaksanaan pembangunan perkotaan secara keseluruhan. Pemerintah Dati II dituntut secara aktif melakukan kapitalisasi dan penggalian sumber dayanya dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.

Dalam upaya peningkatkan kemampuan keuangan pemerintah daerah tersebut, pada Repelita IV pemerintah juga memperkenalkan Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) yang merupakan sistem penilaian dan pemungutan pajak perkotaan. Dengan dilaksanakannya sistem ini, pendapatan asli daerah di luar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terlihat meningkat secara berarti, setiap tahunnya tumbuh dengan rata-rata 6,4% dalam tahun-tahun 1984/85-1988/89. Sebagai contoh, 9 Dati II di Propinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan 19,5% hingga 95,9%; 4 Dati II di Sumatera Barat meningkat 13,8% hingga 42,6% dan 5 Dati II di Jawa Barat sebesar 24,5% hingga 47,6%.

XIV/44

Page 45: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

Selain itu peran serta masyarakat dan swasta dalam penyediaan prasarana perkotaan makin menjadi kenyataan. Hal ini terlihat dari peningkatan partisipasi masyarakat dalam program perbaikan kampung dan peningkatan peranan aktif serta kerja sama pihak swasta dan pemerintah Dati II dalam bidang air minum dan persampahan. Koordinasi pembangunan di daerah juga terlihat makin meningkat, yaitu dengan makin berfungsinya Bappeda TK I maupun Bappeda TK II sebagai lembaga perencana dan koordinasi serta terlibatnya dinas-dinas sektoral TK I dan II pada tahap persiapan serta pelaksanaan pembangunan prasarana perkotaan.

G. PENATAAN RUANG

Sesuai dengan perkembangan kebijaksanaan pembangunan nasional, program penataan ruang dari Repelita ke Repelita juga mengalami penyempurnaan sehingga makin mampu menunjang dan mendorong tercapainya sasaran-sasaran pembangunan nasional dan daerah. Tujuan penataan ruang dalam skala yang besar adalah koordinasi dan integrasi pembangunan sektoral dan daerah dalam kerangka mekanisme pemanfaatan sumber daya yang optimal, terwujudnya keseimbangan pertumbuhan dalam suatu wilayah dan antar wilayah (daerah, kota, desa), serta kelestarian lingkungan hidup. Sedangkan dalam skala lebih kecil penataan ruang bertujuan untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan berbagai pemanfaatan dan pengembangan unsur fisik serta fungsi prasarana dan sarana ke dalam satuan tata lingkungan kota dan desa yang optimal. Penataan ruang di tingkat ini berusaha mengakomodasikan berbagai rencana pembangunan fisik yang dilaksanakan masyarakat dan pemerintah daerah, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

Dalam Repelita I, program penataan ruang secara nasional diarahkan untuk membentuk wawasan masyarakat akan pentingnya arti pembangunan yang dilandaskan pada rencana tata ruang pada berbagai tingkatan wilayah. Pada periode ini rencana tata ruang yang berhasil disusun antara lain adalah Rencana Garis Besar untuk 58 kota dan Rencana Induk untuk 9 kota.

Dalam Repelita II, program penataan ruang diarahkan untuk menunjang rehabilitasi prasarana perhubungan (khususnya jalan) dan

XIV/45

Page 46: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

pengairan di berbagai daerah dan kota secara cepat. Hasil-hasil program penataan ruang dalam Repelita ini berupa rencana-rencana kerangka umum baik untuk kota maupun daerah (kabupaten/propinsi). Selanjutnya untuk mendukung tercapainya usaha penyusunan tersebut dan pelaksanaannya di daerah, dibentuk Unit-unit Perencanaan Daerah di 10 Propinsi. Di samping itu dilakukan juga penyusunan rancangan Undang-undang Bina Kota dan Standar Tata Ruang Kota.

Dalam Repelita III, pendekatan pengembangan wilayah semakin ditekankan. Program perencanaan tata ruang semakin ditingkatkan dengan melakukan kegiatan penyusunan rencana tata ruang permukiman transmigrasi, penyusunan SPWTN (Struktur Pengembangan Wilayah Tingkat Nasional), SWP (Satuan Wilayah Pengembangan), WPP (Wilayah Pengembangan Partial), SKP (Satuan Kawasan Permukiman), serta perencanaan dan penentuan orde-orde kota disemua propinsi.

Mengingat pertumbuhan kota-kota yang disebabkan oleh urbanisasi dan pertumbuhan daerah-daerah kabupaten yang pesat sebagai hasil pembangunan nasional dalam Repelita I dan II, maka dalam Repelita III program transmigrasi dan pengendalian pertumbuhan kota dan daerah dianti -sipasi tidak hanya dengan pengaturan rencana-rencana tata ruang dalam lingkup kota dan kabupaten, tetapi juga rencana tata ruang dalam lingkup propinsi, antar propinsi dan secara nasional. Selain itu juga telah diperluas pembinaan kemampuan tenaga dan lembaga yang terkait.

Dalam Repelita IV, hal-hal utama yang mempengaruhi kebijaksanaan dan prioritas sasaran program penataan ruang adalah: perlunya keterpaduan untuk mengurangi dampak negatif pembangunan yang mengutamakan pelaksanaan sektor tertentu; kebutuhan prasarana kota yang terus meningkat serta pelestarian lingkungan hidup untuk pembangunan yang berkelanjutan. Dalam periode ini, seperti telah dikemukakan sebelumnya, dilaksanakan studi Strategi Nasional Pembangunan Perkotaan, yang kemudian diimplementasikan dalam pelaksanaan Program Pengembangan Prasarana Kota Terpadu (P3KT).

Dengan masuknya secara resmi program penataan ruang ke dalam dokumen Repelita IV, maka kegiatan dan hasil program penataan ruang

XIV/46

Page 47: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

langsung diperhitungkan sebagai produk pembangunan nasional yang merupakan wadah untuk memadukan berbagai produk perencanaan pembangunan sektor dan daerah. Pada akhir Repelita IV telah diselesaikan rencana tata ruang untuk 239 kota, rencana umum tata ruang daerah untuk 36 kabupaten dan studi pengembangan wilayah untuk 5 propinsi.

Program penataan ruang sejak tahun 1988/89 diarahkan antara lain untuk mengidentifikasi kawasan-kawasan yang perlu diprioritaskan dalam rangka pengembangan ekonomi daerah. Disamping itu program ini juga diarahkan untuk memberi dimensi spasial dari program pembangunan daerah. Tujuannya adalah agar pada akhir Repelita V, semua daerah telah mempunyai rencana tata ruang yang dapat digunakan sebagai landasan penyusunan program pembangunan yang akan dilaksanakan.

Sejak tahun 1988/89, program penataan ruang telah merupakan amanat GBHN 1988. Dalam lingkup kebijaksanaan itu program penataan ruang lebih difokuskan pada peninjauan kembali rencana-rencana tata ruang yang telah disusun sebelumnya.

Hasil program penataan ruang sejak tahun 1988/89 hingga tahun keempat Repelita V terus ditingkatkan dan meliputi perencanaan tata ruang kota, Kabupaten, dan tata ruang Propinsi serta kawasan-kawasan yang dianggap prioritas. Pada tahun 1988/89 rencana kota yang telah tersusun baru meliputi 1 kota, yaitu DKI Jakarta.

Sejak itu dalam rangka pelaksanaan program ini telah berhasil disusun rencana pengembangan kota besar untuk 8 kota, Rencana Umum Tata Ruang Kota (RTURK) untuk 7 kota, Rencana Umum Tata Ruang Daerah Kabupaten (RUTRD) sebanyak 21 kabupaten, Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi (RSTRP) sebanyak 2 Propinsi dan identifikasi kawasan strategis di 26 propinsi. Pada tahun 1990/91 telah berhasil disusun: Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota untuk 13 kawasan, RUTRD untuk 48 kabupaten, RSTRP untuk sebanyak 6 propinsi dan studi pengembangan wilayah untuk 10 propinsi. Selanjutnya pada tahun 1991/92, telah dihasilkan antara lain RDTR Kota untuk 39 kawasan, Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) untuk 9 kota, RUTRD Kabupaten untuk 112 kabupaten, RSTR Propinsi sebanyak 18 propinsi sehingga telah mencakup seluruh 27 propinsi,

XIV/47

Page 48: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

dan pengembangan peta digital di beberapa wilayah perkotaan. Dalam tahun ke empat Repelita V, yaitu tahun 1992/93, telah diselesaikan antara lain rencana tata ruang kawasan strategis di 4 kawasan, pedoman teknik penataan ruang kawasan dan penyusunan metoda pemantauan perubahan struktur ruang kota. Pada akhir Repelita V nanti, diharapkan penyusunan Rencana Umum Tata Ruang untuk -seluruh 296 Dati II (kodya dan kabupaten) dapat diselesaikan.

Dalam 5 tahun terakhir ini, sampai dengan tahun keempat Repelita V juga ditingkatkan kegiatan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan aparat Pemerintah Daerah. Untuk mengamankan pemanfaatan ruang dalam mewadahi pembangunan dengan pertumbuhan yang tinggi sekaligus menjamin berkelanjutan, Tim Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional dibentuk dengan Keputusan Presiden No. 57 Tahun 1989. Tim ini terdiri dari instansi/departemen teknis yang terlibat dalam perencanaan maupun operasionalisasi pembangunan dan penataan ruang, dipimpin oleh Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional selaku Ketua, Menteri Sekretaris Negara dan Menteri Negara KLH selaku Wakil Ketua I dan II.

Proses penyusunan rencana-rencana tata ruang itu secara berangsur-angsur dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dengan bantuan teknis dari beberapa instansi pusat. Pada tahun 1990 telah dikeluarkan Keputusan Presiden yang mengatur pengelolaan kawasan berfungsi lindung (Keppres No. 32/1990) dan pengaturan penggunaan tanah bagi kawasan industri (Keppres No. 33/1990).

Program penataan ruang sejak Repelita I telah turut meningkatkan keterpaduan pembangunan antar sektor di Pusat dan di daerah dan telah berhasil mengurangi pemanfaatan ruang yang tumpang tindih, meningkatkan keterpaduan perencanaan dan sinkronisasi pelaksanaannya, optimasi penggunaan sumber-sumber daya dan pelestarian lingkungan hidup dalam berbagai tingkat/lingkup pembangunan daerah dan kota.

Kekompleksan masalah penataan ruang yang dihadapi dan didorong oleh perlunya pemantapan penataan ruang secara hukum sebagai landasan pengembangan pembangunan, maka pemerintah memberlakukan Undang-undang tentang Penataan Ruang (UU No.24 Tahun 1992). Ber -

XIV/48

Page 49: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

dasarkan Undang-undang Penataan Ruang tersebut, kegiatan-kegiatan pembangunan di daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat harus dilandaskan pada rencana tata ruang daerah.

Untuk dapat melaksanakan Undang-undang Penataan Ruang tersebut maka upaya pemasyarakatan yang telah dimulai sejak November 1992 perlu terus dilanjutkan. Pemasyarakatan Undang-undang Penataan Ruang tersebut sangat penting, baik bagi aparat pengelola pembangunan di daerah maupun masyarakat luas.

Program-program penataan ruang selama PJPT I terutama dalam 5 tahun terakhir telah berhasil meletakkan landasan spasial untuk pembangunan yang serasi secara sektoral, antar wilayah dan antar waktu. Dengan demikian, dampak program penataan ruang telah banyak dirasakan dengan semakin meningkatnya kualitas koordinasi pembangunan di daerah. Lebih terkoordinasinya pembangunan di daerah selanjutnya akan menghindarkan adanya konflik-konflik penggunaan ruang antar sektor, lebih meningkatnya efisiensi penggunaan ruang dan sumber daya alam serta semakin tingginya efektivitas penggunaan sang untuk mendapatkan nilai tambah yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat.

Pada akhir Repelita V, semua propinsi, kotamadya dan kabupaten serta kota-kota penting diharapkan sudah memiliki rencana tata ruang daerah yang berkekuatan hukum. Dengan adanya rencana tata ruang daerah yang berkekuatan hukum tersebut, maka diharapkan seluruh masyarakat akan mematuhi rencana tata ruang sehingga pelaksanaan pembangunan daerah akan dapat dilaksanakan secara lebih terkoordinasi secara spasial, dan upaya pelestarian sumber daya alam akan dapat terlaksana.

H. PENATAAN PERTANAHAN

Arti strategis dari tanah dalam lingkup pembangunan pertanahan ini berkaitan dengan peranannya dalam perwujudan aspek keadilan dan peningkatan kesejahteraan rakyat dalam arti hak memiliki, mengusahakan serta menikmati hasil tanah tersebut. Kenyataannya tanah yang tersedia secara fisik terbatas, dalam pengertian luas maupun sebarannya.

XIV/49

Page 50: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

Dalam GBHN digariskan bahwa kebijaksanaan dasar pembangunan bidang pertanahan diarahkan pada pemanfaatan tanah yang sungguh- sungguh membantu usaha peningkatan kesejahteraan rakyat dalam rangka mewujudkan keadilan sosial. Kegiatan-kegiatan di bidang pertanahan dalam rangka mencapai tujuan tersebut meliputi penguasaan tanah, penataan penggunaan tanah, pengurusan hak-hak atas tanah, serta pengukuran dan pendaftaran tanah.

Hasil-hasil yang telah dicapai sejak Repelita I hingga tahun keempat Repelita V adalah antara lain penerbitan sebanyak 4.187.272 sertifikat untuk keperluan PIR (Perkebunan Inti Rakyat), permukiman transmigrasi, PRONA (Proyek Operasi Nasional Agraria) dan tanah wakaf. Selain itu telah juga dilaksanakan pemetaan fotogrametri seluas 1.096.000 ha, konsolidasi tanah perkotaan seluas 4.400 ha, pemetaan penggunaan tanah di pedesaan dan perkotaan seluas 417.984 ha, serta penertiban administrasi land reform untuk 114.976 Kepala Keluarga. Secara rinci data tersebut dijabarkan dalam Tabel XIV-11.

Kegiatan di bidang pertanahan selama Repelita I terutama difokuskan pada penertiban hak-hak atas tanah, dan pemetaan penggunaan serta kemampuan tanah di wilayah pedesaan dan perkotaan di seluruh Indonesia. Dalam Repelita II, kegiatan bidang pertanahan diutamakan pada upaya penatagunaan dan pengurusan hak-hak atas tanah, serta pengukuran dan pendaftaran tanah. Pada periode ini juga di beberapa daerah telah di -laksanakan pengukuran tanah melalui pemotretan udara (fotogrametris) sebagai kelanjutan kegiatan pengukuran secara terestris yang dilakukan dalam Repelita I.

Peningkatan kegiatan program transmigrasi secara besar-besaran pada akhir Repelita II, juga telah meningkatkan kegiatan di bidang pertanahan, terutama meliputi penyiapan lahan transmigrasi, pengukuran, pendaftaran, dan penyelesaian sertifikat tanah.

Dalam Repelita III, kegiatan di bidang pertanahan dalam menunjang program pembangunan sektor perkebunan, peternakan, perikanan dan perumahan juga semakin meningkat. Kegiatan ini meliputi persiapan pengadaan lahan, pengukuran, pemetaan dan pemberian sertifikat hak atas

XIV/50

Page 51: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

TABEL XIV – 11PELAKSANAAN KEGIATAN PERTANAHAN 1)

1973/74 – 1992/93

1) Angka kumulatif sejak 1968, kecuali dalam Repelita V.

XIV/51

Page 52: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

tanah bagi para peserta proyek/masyarakat di sektor tersebut. Sementara itu jaminan kepastian hukum atas tanah bagi masyarakat berpenghasilan rendah juga makin ditingkatkan dengan pemberian sertifikat melalui kegiatan PRONA.

Dalam Repelita IV telah diselesaikan pemetaan fotogrametris untuk 100 kota. Pemetaan tersebut digunakan untuk kepentingan pengadaan data dasar di bidang pertanahan bagi keperluan selanjutnya, antara lain untuk perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di daerah perkotaan.

Pada tahun 1988/89, Badan Pertanahan Nasional (BPN) dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988 dengan tugas utama membantu Presiden dalam mengelola dan mengembangkan administrasi pertanahan. Sejak itu, sesuai dengan arahan GBHN Tahun 1988, kebijaksanaan dalam bidang pertanahan diarahkan untuk lebih menunjang kegiatan-kegiatan yang mendukung pembangunan secara keseluruhan.

Dewasa ini Badan Pertanahan Nasional sedang melaksanakan otomatisasi program pengadministrasian pertanahan dan melanjutkan pemetaan (terestrial) sumber daya pertanahan di seluruh 27 propinsi. Dengan kegiatan ini diharapkan pada akhir Repelita VI masalah registrasi dan sertifikasi yang tertunggak akan dapat diselesaikan.

Pada tahun 1989/90, telah dikeluarkan sertifikat tanah untuk PIR dan transmigrasi, masing-masing berjumlah 23.788 dan 116.131 buah sertifikat. Disamping itu juga telah dilaksanakan konsolidasi tanah perkotaan seluas 2.300 ha, pemetaan detail penggunaan tanah pedusunan seluas 4.480.000 ha, pemetaan kemampuan tanah seluas 3.400 ha, dan pemetaan kawasan Puncak di kabupaten Bogor seluas 8.000 ha.

Pada tahun 1990/91 telah dilaksanakan penertiban sertifikat PIR dan transmigrasi sebanyak 2.981 dan 164.034 sertifikat dan sertifikat PRONA sebanyak 58.321 sertifikat, pembuatan peta pendaftaran tanah dan foto-grametri seluas masing-masing 49.723 dan 9.000 ha, pemetaan pengguna- an tanah perkotaan di 25 kota, pemetaan detail penggunaan tanah pedusun- an seluas 7.956.000 ha dan pemetaan kemampuan tanah seluas 1.680.000 ha, serta meneruskan pemetaan kawasan Puncak seluas 10.000 ha.

XIV/52

Page 53: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

Pada tahun 1991/92 kegiatan penertiban sertifikat melalui kegiatan PRONA semakin ditingkatkan dan berhasil menyelesaikan sebanyak 81.261 sertifikat. Pada tahun ini juga dimulai kegiatan penertiban sertifikat tanah wakaf sebanyak 95.003 sertifikat. Sementara itu penertiban sertifikat PIR dan transmigrasi mencapai 5.706 dan 154.168 sertifikat, pembukuan hak sebanyak 26.771 persil, serta penertiban pengurusan hak-hak tanah sebanyak 18.710 SK. Melalui kegiatan pengaturan kembali penguasaan tanah (landre-form), telah diselesaikan redistribusi tanah seluas 8.410 ha, serta konsolidasi tanah perkotaan dan pertanian seluas 1.250 ha. Selain itu dilaksanakan pemetaan pendaftaran tanah dan fotogrametri masing-masing seluas 14.848 ha dan 55.200 ha, pemetaan detail penggunaan tanah pedusunan seluas 14.620.000 ha, pemetaan kemampuan tanah seluas 2.152.000 ha, melanjutkan pemetaan kawasan Puncak seluas 10.000 ha.

Pada tahun 1992/93 kegiatan penertiban sertifikasi tetap dilanjutkan untuk lahan-lahan yang belum disertifikasi. Penertiban sertifikasi untuk PIR dan transmigrasi masing-masing menghasilkan 1.732 dan 18.656 sertifikat, sedangkan untuk PRONA telah dikeluarkan 9.975 sertifikat. Dalam bidang penatagunaan tanah telah diselesaikan pemetaan detail penggunaan tanah pedusunan seluas 10.842.000 ha dan pemetaan kemampuan tanah seluas 2.168.000 ha.

Upaya pengembangan sistem informasi geografis pertanahan untuk menunjang terwujudnya tertib hukum dan administrasi di bidang pertanahan merupakan salah satu program penataan pertanahan yang diprioritaskan. Upaya tersebut antara lain dilakukan dengan penggunaan teknologi pemetaan dan pemantauan perubahan penggunaan tanah dengan pemanfaatan foto-foto udara, citra satelit dan program otomatisasi pendataan pertanahan pada umumnya.

Program pengelolaan pertanahan yang dilaksanakan selama 4 tahun Repelita V, antara lain, telah pula menghasilkan peningkatan sistem pendataan pertanahan yang lebih komprehensif. Hal ini terutama telah dimanfaatkan untuk keperluan pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam hal mendukung pelaksanaan pembangunan, sistem pendataan termasuk ketersediaan peta-peta detail tersebut telah menjadi sumber informasi yang kaya dan mutakhir untuk kepentingan

XIV/53

Page 54: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

perencanaan teknis baik di , tingkat pusat maupun daerah. Dengan demikian perkembangan masalah pertanahan dapat terus dipantau dan dikelola administrasinya secara cepat. Program pemetaan dengan menggunakan foto udara, dalam rangka perbaikan peta dasar pertanahan/pendaftaran tanah nasional, secara langsung bermanfaat bagi pendataan peningkatan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di semua propinsi.

Melalui program pertanahan ini, pelayanan pertanahan kepada masyarakat terutama dalam bentuk kepastian penguasaan hak atas tanah serta penyelesaian sengketa hak atas tanah, juga telah mengalami banyak peningkatan. Kepastian penguasaan tanah tersebut sangat bermanfaat antara lain dalam memberikan kemudahan bagi masyarakat, misalnya para petani untuk memperoleh kredit. Secara umum juga dapat digunakan sebagai data dasar dalam perhitungan pajak pemilikan tanah.

Sangat penting untuk dikemukakan adalah waktu pengurusan sertifikat sebagai pelayanan masyarakat pada saat ini telah jauh lebih cepat dari Repelita sebelumnya. Pada umumnya waktu pengurusan telah berkurang sebanyak separuh waktu yang dibutuhkan sebelumnya. Lebih jauh lagi, berkat program otomatisasi yang telah dilaksanakan sekarang, kasus-kasus adanya duplikasi sertifikat secara bertahap telah dapat dihilangkan.

I. PEMBINAAN APARATUR PEMERINTAHAN

Pembangunan daerah yang semakin pesat menuntut ditingkatkannya jumlah dan kemampuan aparatur pemerintah, khususnya di Daerah Tingkat II. Pembinaan aparatur dalam hal ini ditujukan untuk meningkatkan keterampilan aparat dan mematangkan fungsi kelembagaan dalam kerangka otonomi dan desentralisasi agar makin mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan kegiatan-kegiatan pembangunan.

Berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan aparatur Peme-rintahan Daerah telah dilaksanakan sejak Repelita I, antara lain mulai dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di dalam maupun di luar negeri; penambahan tenaga terampil sesuai dengan kebutuhan; dan penyempurnaan lembaga-lembaga pemerintahan serta pembentukan lembaga baru. Prasarana

XIV/54

Page 55: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

penunjang kelembagaan, baik itu berupa penyempurnaan peraturan maupun prasarana fisik Pamong Praja, telah pula dilaksanakan secara bertahap. Peningkatan kemampuan Pemerintah Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II untuk merencanakan dan menyusun anggaran kegiatan telah diawali dengan pembentukan Bappeda tingkat propinsi pada tahun 1974 dan tingkat Bappeda kabupaten/kotamadya pada tahun 1980.

Pembentukan kedua lembaga perencanaan daerah tersebut me-lengkapi kebutuhan pelaksana badan perencana dalam alur proses perencanaan nasional - regional.

Pada mulanya kebutuhan tenaga ahli perencana yang masih langka, dipenuhi dengan menugaskan atau mengalih-tugaskan tenaga ahli dari staf perguruan tinggi setempat. Namun sekarang, sesudah 15 tahun, ketersediaan tenaga ahli perencana, di Bappeda Tk. I dan Bappeda Tk. II telah makin mantap dan merupakan tenaga tetap yang tangguh. Hal ini, antara lain, berkat program peningkatan kursus program Perencanaan Nasional yang diadakan sejak tahun 1975 bekerja sama dengan Universitas Indonesia.

Bappeda Tingkat II, yang dalam lingkup pembangunan jangka panjang akan memegang peran kunci dalam perencanaan daerah, saat ini sedang memperoleh kesempatan untuk ditingkatkan keterampilan perencananya dengan pelatihan Teknik Manajemen Perencanaan Pem-bangunan (TMPP). Program pendidikan dan pelatihan ini diselenggarakan bersama oleh Bappenas dan Departemen Dalam Negeri dengan bekerjasama dengan Universitas Indonesia, Universitas Syiah Kuala, Universitas Gajah Mada dan Universitas Hasanuddin. Program ini, dirancang khusus untuk meningkatkan kemampuan aparat Bappeda Tingkat II dalam kegiatan perencanaan pembangunan daerah, sebagai persiapan peletakan titik berat otonomi Daerah Tingkat II, sesuai dengan yang diamanatkan dalam PP No. 45 Tahun 1992.

Yang penting dengan dibentuknya kedua Bappeda di Tingkat I dan Tingkat II tersebut, proses perencanan Pusat Daerah dilengkapi dengan wawasan perencanaan dari bawah keatas. Berfungsinya kedua badan perencanaan daerah tersebut tercermin dalam acara. tahunan dalam P5D (Pedoman Penyusunan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan di Daerah) yang berlangsung sejak lebih dari 10 tahun yang lalu.

XIV/55

Page 56: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

Peningkatan kemampuan dan keterampilan aparat pemerintah daerah terus menerus dilaksanakan dan bahkan sekarang terdapat jaminan agar hasil penataran ataupun kursus peningkatan kemampuan perencanaan daerah berdaya guna. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tahun 1992, lulusan program up grading tidak dapat dipindahkan atau dimutasikan, minimal selama 5 tahun.

Selanjutnya secara bertahap, urusan pemerintahan yang sebelumnya ditangani oleh Pemerintah Pusat diserahkan kepada Pemerintah Daerah, antara lain dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) 14/1987 mengenai pengalihan beberapa fungsi Pekerjaan Umum ke daerah, dan PP 6/1988 yang melimpahkan kewenangan untuk mengkoordinasikan kegiatan pembangunan instansi pusat di daerah kepada Gubernur dan Bupati/ Walikotamadya.

Penyempurnaan kelembagaan dalam mendukung pembangunan dae-rah, desa dan kota, menjadi lebih terkoordinasi dengan ditetapkannya Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD) melalui Keppres No. 23/1975, diperkuat dengan Keppres No. 250/M/1983. Tugas-tugas DPOD yang terpenting adalah memberikan saran kepada Presiden mengenai pembentukan daerah-daerah otonomi baru, pengintegrasian satuan-satuan otonomi lokal, pengalihan tanggung jawab pusat ke daerah, dan penambahan sumber-sumber pendanaan lokal.

Status administrasi yang tepat dan kemampuan pembiayaan yang memadai sangat penting untuk pengelolaan kota yang efektif. Demikianlah terus diusahakan untuk meningkatkan status kota-kota menjadi kota administratif atau kotamadya.

Selama 5 tahun dari 1988 hingga 1992, telah dikeluarkan serangkaian Peraturan Perundangan-undangan yang meningkatkan status dan peranan daerah, baik Daerah Tingkat I maupun Daerah Tingkat II. Peraturan Perundang-undangan tersebut adalah:(1) PP Nomor 22 Tahun 1991 tentang Penyerahan Sebagian Urusan

Pemerintahan Dalam Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kepada Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II;

XIV/56

Page 57: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

(2) PP Nomor 44 Tahun 1990 tentang Perubahan Batas Wilayah Kota-madya Dati II Sawahlunto, Kabupaten Dati II Sawahlunto/Sijunjung dan Kabupaten Dati II Solok;

(3) UU Nomor 6 Tahun 1990 tentang Pembentukan Kabupaten Dati II Halmahera Tengah;

(4) UU Nomor 7 Tahun 1990 tentang Pembentukan Kotamadya Dati II Bitung;

(5) UU Nomor 6 Tahun 1991 tentang Pembentukan Kabupaten Dati II Lampung Barat;

(6) UU Nomor 1 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kotamadya Dati II Denpasar;

(7) PP Nomor 45 Tahun 1992 tentang Titik Berat Otonomi pada Daerah Tingkat II;

(8) PP Nomor 69 Tahun 1992 tentang Perubahan Batas Wilayah Kota-madya Dati II Salatiga dan Kabupaten Dati II Semarang.

Adapun kegiatan yang sedang dalam proses penyelesaian adalah:1. RUU Pembentukan Kotamadya Dati II Tangerang; 2. RUU Pembentukan Kotamadya Dati II Jayapura; 3. RUU Pembentukan Kotamadya Dati II Mataram;4. RUU Pembentukan Kotamadya Dati II Palu;5. Yang masih dalam penelitian dan evaluasi Departemen Dalam Negeri

ialah:1. Pembentukan Kotamadya Dati II Kupang;2. Pembentukan Kotamadya Dati II Kendari;3. Perluasan Kotamadya Dati II Sukabumi;4. Perluasan Kotamadya Dati II Bogor;5. Perluasan Kotamadya Dati II Magelang; dan6. Pemindahan Ibu kota Kabupaten Dati II Ermera dari Ermera ke

Gleno (secara de facto telah pindah sejak tahun 1982).

Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas penyiapan program dan proyek pada tingkat lokal serta untuk men-terpadukan prioritas daerah dan prioritas pusat secara sistematis. Untuk itu konsultasi pembangunan dilaksanakan secara bertahap mulai dari desa, kecamatan, kabupaten, propinsi, wilayah sampai tingkat nasional. Pemerintah senantiasa berusaha agar kualitas mekanisme perencanaan pembangunan dari atas dan dari bawah terus meningkat.

XIV/57

Page 58: PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA · Web viewHasil program Peningkatan Jalan Propinsi ini terlihat meningkat terus yaitu 2.493,9 km jalan dan 7.177,6 m jembatan pada tahun 1989/90,

Mengingat pentingnya modernisasi institusi pelayanan umum maka telah dilakukan suatu studi penyempurnaan administrasi khususnya administrasi perkotaan. Hasilnya adalah Konsep Rencana Strategis (Renstra) Pengelolaan Perkotaan di Indonesia. Laporan ini menggambarkan pola pengelolaan kota yang ada beserta usulan-usulan perbaikan yang sesuai dengan kondisi di Indonesia.

Dalam rangka meningkatkan kualitas aparatur pemerintah di daerah, sejak Repelita I sampai dengan Repelita V telah dilaksanakan berbagai program pendidikan dan latihan yang diperuntukkan bagi aparat Departemen Dalam Negeri (Depdagri) Pusat maupun aparat Pemerintah Daerah Tingkat I dan Tingkat II. Program Diklat tersebut dibagi menjadi: Diklat Kader melalui institusi pendidikan yang ditunjuk (HP, APDN, dan beberapa universitas di dalam negeri); Diklat Penjenjangan (SESPA, SEPADYA, SEPALA, SEPADA); Diklat Teknis Fungsional yang meliputi lebih dari 122 jenis pelatihan; Diklat Penataran melalui kegiatan orientasi yang dilakukan kepada aparat Pemda; dan Diklat Luar Negeri melalui pengiriman aparat Depdagri Pusat dan Pemda untuk studi di luar negeri.

Selain dari pada itu berbagai upaya telah dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan aparatur di bidang Keuangan Daerah, khususnya bagi aparat Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II dan aparat Bagian Keuangan Daerah Tingkat II. Untuk itu telah dilaksanakan latihan keuangan daerah yang dikerjakan oleh Universitas Indonesia. Sedangkan untuk meningkatkan kemampuan Dinas Pekerjaan Umum, dalam Pelita V ini telah ditempatkan 600 tenaga teknik di Daerah Tingkat II khususnya di daerah luar Jawa. Selain penempatan tenaga teknis di Daerah Tingkat II, juga dilakukan peningkatan kemampuan melalui berbagai latihan yang dilaksanakan oleh Departemen Pekerjaan Umum.

XIV/58