SNI 03-1727-1989 PPURG

19
Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung ICS Badan Standarisasi Nasional SNI 03-1727-1989 Standar Nasional Indonesia

description

SNI Pembebanan

Transcript of SNI 03-1727-1989 PPURG

Page 1: SNI 03-1727-1989 PPURG

Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumahdan Gedung

ICS Badan Standarisasi Nasional

SNI 03-1727-1989

Standar Nasional Indonesia

Page 2: SNI 03-1727-1989 PPURG

i

Daftar isi

Daftar isi ..................................................................................................................................i

1 Deskripsi ............................................................................................................................1

1.1 Maksud dan Tujuan .......................................................................................................1

1.2 Ruang lingkup................................................................................................................1

1.3 Pengertian .....................................................................................................................1

2 Persyaratan teknis..............................................................................................................2

2.1 Ketentuan-ketentuan mengenai pembebanan ...............................................................2

2.1.1 Beban Mati ....................................................................................................................2

2.1.2 Beban Hidup..................................................................................................................4

2.1.3 Beban Angin ..................................................................................................................9

2.1.4 Beban gempa ..............................................................................................................15

2.1.5 Beban khusus..............................................................................................................15

2.2 Beban Batas dan Beban Kerja.....................................................................................16

2.3 Kemantapan ................................................................................................................17

Page 3: SNI 03-1727-1989 PPURG

1 dari 17

Pedoman perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung

1 Deskripsi

1.1 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan Pedoman Pembebanan untuk Rumah dan Gedung ini adalahmemberikan pedoman dalam merencanakan beban yang diijinkan untuk rumah dan gedung,termasuk beban-beban hidup untuk atap miring, gedung parkir bertingkat dan landasanhelikopter pada atap gedung tinggi dimana parameter-parameter pesawat helikopter yangdimuat praktis sudah mencakup semua jenis pesawat yang biasa dioperasikan.Termasuk juga reduksi beban hidup untuk perencanaan balok induk dan portal sertapeninjauan gempa, yang pemakaiannya optional bukan keharusan, terlebih bila reduksitersebut membahayakan konstruksi atau unsur konstruksi yang ditinjau.

1.2 Ruang lingkup

Dalam buku pedoman ini dimuat: ketentuan-ketentuan mengenai pembebanan, beban mati,beban hidup, beban angin, beban gempa, beban khusus, juga peninjauan beban batas danbeban kerja dan faktor keamanan dalam peninjauan kemantapan.

1.3 Pengertian

1) BEBAN MATI ialah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap,termasuk segala unsur tambahan, penyelsaian-penyelesaian, mesin-mesin sertaperalatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung itu.

2) BEBAN HIDUP ialah semua bebanyang terjadi akibat penghunian atau penggunaansuatu gedung, dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal daribarang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidakmerupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masahidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantaidan atap tersebut. Khusus pada atap ke dalam beban hidup dapat termasuk bebanyang berasal dari air hujan, baik akibat genangan maupun akibat tekanan jatuh (energikinetik) butiran air. Ke dalam beban hidup tidak termasuk beban angin, beban gempadan beban khusus yang disebut dalam ayat (3), (4), dan (5).

3) BEBAN ANGIN ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedungyang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara.

4) BEBAN GEMPA ialah semua beban statik ekwivalen yang bekerja pada gedung ataubagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. Dalamhal pengaruh gempa pada struktur gedung ditentukan berdasarkan suatu analisadinamik, maka yang diartikan dengan beban gempa di sini adalah gaya-gaya di dalamstruktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu.

5) BEBAN KHUSUS ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedungyang terjadi akibat selisih suhu, pengangkatan dan pemasangan, penurunan fondasi,susut, gaya-gaya tambahan yang berasl dari beban hidup seperti gaya rem yangberasal dari keran, gaya sentrifugal dan gaya dinamis yang berasal dari mesin-mesin,serta pengaruh-pengaruh khusus lainnya.

Page 4: SNI 03-1727-1989 PPURG

2 dari 17

2 Persyaratan teknis

2.1 Ketentuan-ketentuan mengenai pembebanan

(1) Struktur gedung harus direncanakan kekuatannya terhadap pembebanan-pembebananoleh:

Beban Mati, dinyatakan dengan lambang MBeban Hidup, dinyatakan dengan lambang HBeban Angin, dinyatakan dengan lambang ABeban Gempa, dinyatakan dengan lambang GBeban Khusus, dinyatakan dengan lambang K

(2) Kombinasi pembebanan yang harus ditinjau adalah sebagai berikut:Pembebanan Tetap : m + HPembebanan Sementara: M + H + A

M + H + GPembebanan Khusus : M + H + K

M + H + A + KM + H + G + K

(3) Apabila beban hidup, baik yang membebani gedung atau bagian gedung secara penuhmaupun sebagian, secara tersendiri atau dalam kombinasi dengan beban-beban lain,memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi struktur atau unsur struktur gedungiru, maka pembebanan atau kombinasi pembebanan tersebut tidak boleh ditinjau dalamperencanaan struktur atau unsur struktur tersebut.

(4) Untuk keadaan-keadaan tertentu beban mati, beban hidup dan beban angin dapatdikalikan dengan satu koefisien reduksi. Pengurangan beban-beban tersebut harusdilakukan apabila hal itu menghasilkan keadaan yang lebih berbahaya untuk strukturatau unsur struktur yang ditinjau.

2.1.1 Beban Mati

a. Berat sendiri(1) Berat sendiri dari bahan-bahan bangunan penting dan dari beberapa komponen

gedung yang harus ditinjau di dalam menentukan beban mati dari suatu gedung,harus diambil menurut Tabel 1.

(2) Apabila dengan bahan bangunan setempat diperoleh berat sendiri yang menyimpanglebih dari 10 persen terhadap nilai-nilai yang tercantum dalam Tabel 1, maka beratsendiri tersebut harus ditentukan tersendiri dengan memperhitungkan kelembabansetempat, dan nilai yang ditentukan ini harus dianggap sebagai pengganti dari nilaiyang tercantum dalam Tabel 1 itu. Penyimpangan ini dapat terjadi terutama padapasir (antara lain pasir besi), koral (antara lain koral kwarsa), batu pecah, batu alam,batu bata, genting dan beberapa jenis kayu.

(3) Berat sendiri dari bahan bangunan dan dari komponen gedung yang tidak tercantumdalam Tabel 1 harus ditentukan tersendiri.

b. Reduksi beban mati(1) Apabila beban mati memberikan pengaruh yang menguntungkan terhadap

pengerahan kekuatan suatu struktur atau unsur struktur suatu gedung, maka bebanmati tersebut harus diambil menurut Tabel 1 dengan mengalikannya dengankoefisien reduksi 0,9.

(2) Apabila beban mati sebagian atau sepenuhnya memberi pengaruh yangmenguntungkan terhadap kemantapan suatu struktur atau unsur struktur suatugedung, maka dalam meninjau kemantapan tersebut menurut Pasal 2.3 beban matitersebut harus dikalikan dengan koefisien reduksi 0,9.

Page 5: SNI 03-1727-1989 PPURG

3 dari 17

Tabel 1 Berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung

Bahan BangunanBaja 7.850 kg/m3

Batu alam 2.600 kg/m3

Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat tumpuk) 1.500 kg/m3

Batu karang (berat tumpuk) 700 kg/m3

Batu pecah 1.450 kg/m3

Besi tuang 7.250 kg/m3

Beton (1) 2.200 kg/m3

Beton bertulang (2) 2.400 kg/m3

Kayu (Kelas 1) (3) 1.000 kg/m3

Kerikil, koral (kering udara sampai lembab, tanpa diayak) 1.650 kg/m3

Pasangan bata merah 1.700 kg/m3

Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung 2.200 kg/m3

Pasangan batu cetak 2.200 kg/m3

Pasangan batu karang 1.450 kg/m3

Pasir (kering udara sampai lembab) 1.600 kg/m3

Pasir (jenuh air) 1.800 kg/m3

Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembab) 1.850 kg/m3

Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai lembab) 1.700 kg/m3

Tanah, lempung dan lanau (basah) 2.000 kg/m3

Timah hitam (timbel) 11.400 kg/m3

Komponen GedungAdukan, per cm tebal:

- dari semen 21 kg/m2

- dari kapur, semen merah atau tras 17 kg/m2

Aspal, termasuk bahan-bahan mineral penambah, per cm tebal 14 kg/m2

Dinding pasangan bata merah:- satu batu 450 kg/m2

- setengah batu 250 kg/m2

Dinding pasangan batako:Berlubang:

- tebal dinding 20 cm (HB 20) 200 kg/m2

- tebal dinding 10 cm (HB 10) 120 kg/m2

Tanpa lubang- tebal dinding 15 cm 300 kg/m2

- tebal dinding 10 cm 200 kg/m2

Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya, tanpapenggantung langit-langit atau pengaku), terdiri dari:- semen asbes (eternity dan bahan lain sejenis), dengan

tebal maksimum 4 mm 11 kg/m2

- kaca, dengan tebal 3 – 4 mm 10 kg/m2

Lantai kayu sederhana dengan balok kayu, tanpa langit-langitdengan bentang maksimum 5 m dan untuk beban hidupmaksimum 200 kg/m2 40 kg/m2

Penggantung langit-langit (dari kayu), dengan bentangmaksimum 5 m dan jarak s.k.s. minimum 0,80 m 7 kg/m2

Penutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso, per m2 bidangatap 50 kg/m2

Penutup atap sirap dengan reng dan usuk/kaso, per m2 bidangatap 40 kg/m2

Page 6: SNI 03-1727-1989 PPURG

4 dari 17

Penutup atap seng gelombang (BWG 24) tanpa gordeng 10 kg/m2

Penutup lantai dari ubin semen portland, teraso dan beton, tanpaadukan per cm tebal 24 kg/m2

Semen asbes gelombang (tebal 5 mm) 11 kg/m2

Catatan:(1) Nilai ini tidak berlaku untuk beton pengisi.(2) Untuk beton getar, beton kejut, beton mampat dan beton padat lain sejenis, berat sejenis, berat

sendirinya harus ditentukan tersendiri.

(3) Nilai ini adalah nilai rata-rata; untuk jenis-jenis kayu tertentu lihat Pedoman PerencanaanKonstruksi Kayu.

2.1.2 Beban Hidup

a. Beban hidup pada lantai gedung(1) Beban hidup pada lantai gedung harus diambil menurut Tabel 2. Ke dalam beban

hidup tersebut sudah termasuk perlengkapan ruang sesuai dengan keguanaan lantairuang yang bersangkuatn dan juga dinding-dinding pemisah rinagn dengan berattidak lebih dari 100 kg/m2. Beban-beban berat, misalnya yang disebabkan olehlemari-lemari arsip dan perpustakaan seta oleh alat-alat, mesin-mesin dan barang-barang lain tertentu yang sangat berat, harus ditentukan tersendiri.

(2) Beban hidup yang ditentukan dalam pasal ini tidak perlu dikalikan dengan suatukoefisien kejut.

(3) Lantai-lantai gedung yang dapat diharapkan akan dipakai untuk berbagai-bagaitujuan, harus direncanakan terhadap beban hidup terberat yang mungkin dapatterjadi.

b. Beban hidup pada atap gedung(1) Beban hidup pada atap dan/atau bagian atap serta pada struktur tudung (canopy)

yang dapat dicapai dan dibebani oleh orang, harus diambil minimum sebesar 100kg/m2 bidang datar.

(2) Beban hidup pada atap dan/atau bagian atap yang tidak dapat dicapai dan dibebanioleh orang, harus diambil yang paling menentukan di antara dua macam bebanberikut:a) Beban terbagi rata per m2 bidang datar berasal dari beban air hujan sebesar (40

– 0,8 α) kg/m2

di mana α adalah sudut kemiringan atap dalam derajat, dengan ketentuan bahwabeban tersebut tidak perlu diambil lebih besar dari 20 kg/m2 dan tidak perluditinjau bila kemiringan atapnya adalah lebih besar dari 500.

b) Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau seorang pemadam kebakarandengan peralatannya sebesar minimum 100 kg.

(3) Pada balok tepi atau gordeng tepi dari atap yang tidak cukup ditunjang oleh dindingatau penunjang lainnya dan pada kantilever harus ditinjau kemungkinan adanyabeban hidup terpusan sebesar minimum 200 kg.

(4) Beban hidup pada atap gedung tinggi yang dilengkapi dengan landasan helikopter(helipad) harus diambil sebesar minumum 200 kg/m2 di luar daerah landasan,sedangkan pada daerah landasannya harus diambil beban yang berasal darihelicopter sewaktu mendarat dan mengangkasa dengan ketentuan-ketentuansebagai berikut:a) Umum

Struktur landasan beserta struktur pemikulnya harus direncanakan terhadapbeban-beban yang berasal dari helicopter yang paling menentukan, yaitu apabilaterjadi pendaratan yang keras karena mesin mati sewaktu melandas (hovering).Beban-beban helicopter tersebut dikerjakan pada landasan melalui tumpuan-tumpuan pendarat. Helikopter-helikopter ukuran kecil sampai sedang pada

Page 7: SNI 03-1727-1989 PPURG

5 dari 17

umumnya mempunyai tumpuan pendarat jenis palang (skid type) atau jenisbantalan (float type), sedangkan yang ukuran besar mempunyai tumpuanpendarat jenis roda. Tumpuan-tumpuan pendarat deapt terdiri dari dua buahtumpuan utama di samping sebuah tumpuan belakang atau sebuah tumpuandepan. Parameter-parameter helicopter dari jenis umum dioperasikan diberikandalam Tabel 3, dengan catatan bahwa besaran-besaran yang diberikan itu dapatberubah pada model-model keluaran baru. Untuk jenis-jenis helicopter yang tidaktercantum dalam Tabel 3, parameter-parameternya harus diambil menurut yangditentukan oleh pabrik pembuatnya.

b) Pembagian bebanMasing-masing tumpuan pendarat meneruskan bagian tertentu dari berat brutohelikopter, bergantung pada jenis helikopter dan jenis tumpuan pendaratnya.Pada jenis-jenis helikopter yang mempunyai tumpuan-tumpuan pendarat utama,masing-masing tumupan pendarat tersebut pada umunya, meneruskan 40sampai 45 persen dari berat bruto helikopter. Untuk beberapa jenis helikopter didalam Tabel 3 dicantumkan persentase berat bruto helikopter yang diteruskanoleh masing-msing tumpuan pendarat. Yang diartikan dengan berat brutohelikopter adalah berat total helikopter adalah berat total helikopter berikutmuatan penuh seperti yang diizinkan menurut peraturan internasional (FAA).Dalam perencanaan struktur landasan beserta struktur pemikulnya dianggapbahwa 2 buah tumpuan pendarat secara serempak membebani landasan.

c) Beban rencanaUntuk memperhitungkan beban kejut pada pendaratan yang keras akibat mesinmati, maka sebagai beban rencana yang diteruskan oleh tumpuan pendaratharus diambil beban menurut b diatas dikalikan dengan koefisien kejut sebesar1,5.

d) Bidang kontakUntuk perencanaan lantai landasan, beban rencana menurut c di atas yang berpabeban terpusat dapat dianggap disebar terbagi rata di dalam bidang kontaktumpuan pendarat. Luas bidang kontak ini bergantung pada jenis helikopter danjenis tumpuan pendaratnya dan untuk beberapa jenis helikopter dicantumkandalam Tabel 3. Untuk tumpuan pendartai dari jenis roda, di mana masing-masingterdiri dari beberapa roda, nilai-nilai luas bidang kontak yang diberikan adalahjumlah dari luas bidang kontak masing-masing roda, sedangkan untuk tumpuanpendarat dari jenis palang luas bidang kontak tersebut adalah luas bidang palangyang berada langsung sekitar batang penumpu. Pada umumnya, lantai landasandapat dianggap kuat apabila direncanakan terhadap beban terpusat sebesar 50persen dari berat bruto helikopter yang terbagi rata dalam bidang kontak seluas600 cm2.

c. Beban hidup oleh keran(1) Bentuk bagan dan besarnya beban rencana serta sifat-sifat lain dari keran harus

ditentukan sesuai dengan jenis keran yang bersangkutan berdasarkan ketentuan-ketentuan dari pabrik pembuatnya atau yang diisyaratkan oleh instansi berwenangyang bersangkutan.

(2) Pedoman ini hanya memberikan ketentuan-ketentuan mengenai keran jalan, yangterdiri dari keran induk (kereta keran) dan keran angkat yang berjalan di atas keraninduk di arah melintang. Ketentuan-ketentuan tersebut harus dianggap sebagaipersyaratan minimum. Apabila karena hal-hal tertentu dalam perencanaan keran danstruktur gedungnya secara keseluruhan terjadi keadaan-keadaan pembebanan yanglain dari pada menurut peraturan ini, maka beban rencana harus ditentukan tersendiriyang disetujui oleh instansi berwenang yang bersangkutan.

(3) Beban keran yang membebani struktur pemikulnya terdiri dari berat sendiri keranditambah dengan berat muatan yang diangkatnya, dalam kedudukan keran induk dankeran angkat yang paling menentukan bagi struktur yang ditinjau. Sebagai beban

Page 8: SNI 03-1727-1989 PPURG

6 dari 17

rencana harus diambil beban keran tersebut denan mengalikannya dengan suatukoefisien kejut yang ditentukan menurut rumus berikut:

Ψ= (1 + k1 k2 v) ≥ 1,15

dimana:Ψ = koefisien kejut yang nilainya tidak boleh diambil kurang dari 1,15.V = kecepatan angkat ksimum dalam m/det pada pengankatan muatan maksimum

dalam kedudukan keran induk dan keran angkat yang paling menentukan bagistruktur yang ditinjau, dan nilainya tidak perlu diambil lebih dari 1,00 m/det.

k1 = koefisien yang bergantung pada kekakuan struktur keran induk, yang untukkeran induk dengan struktur rangka, pada umumnya nilainya dapat diambilsebesar 0,6.

k2 = koefisien yang bergantung pada sifat-sifat mesin angkat dari keran angkatnya,dan dapat diambil sebagai berikut:- pada mesin listrik biasa atau mesin-mesin lain dengan sifat-sifat yang sejenis k2

= 1,0- pada mesin sangkar asinkron dan mesin termis dengan kopling k2 = 1,3.- pada mesin dengan pembatas percepatan otomatis:

+ dengan alat cengkeram k2 = 0,75+ dengan alat kait k2 = 0,50

Catatan: Pengaruh khusus dari keran ditentukan dalam Pasal 2.1.5.

Tabel 2. Beban hidup pada lantai gedung

a Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut dalam b 200 kg/mb Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana dan gudang-gudang tidak

penting yang bukan untuk toko, pabrik atau bengkel 125 kg/mc Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran, hotel

asrama dan rumah sakit 250 kg/md Lantai ruang olah raga 400 kg/me Lantai ruang dansa 500 kg/mf Lantai dan balkon-dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan yang lain

dari pada yang disebut dalam a s/d e, seperti masjid, gereja, ruangpagelaran, ruang rapat, bioskop dan panggung penonton dengantempat duduk tetap 400 kg/m

g Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau untukpenonton yang berdiri 500 kg/m

h Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c 300 kg/mi Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam d, e, f dan g 500 kg/mj Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f dan g 250 kg/mk Lantai untuk: pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, toko

buku, toko besi, ruang alat-alat dan ruang mesin, harus direncanakanterhadap beban hidup yang ditentukan tersendiri, dengan minimum 400 kg/m

l Lantai gedung parkir bertingkat:- Untuk lantai bawah- Untuk lantai tingkat lainnya

800 kg/m400 kg/m

m Balkon-balkon uang menjorok bebas keluar harus direncanakanterhadap beban hidup dari lantai ruang yang berbatasan, denganminimum 300 kg/m

Page 9: SNI 03-1727-1989 PPURG

7 dari 17

Tabel 3 Parameter-parameter helikopter

d. Beban hidup horizontalBeban hidup horizontal yang dapat terjadi oleh desakan sejumlah besar manusia yangbergerak pada gedung-gedung tertentu, harus ditinjau bekerja pada struktur pemikulnyadalam dua arah yang saling tegak lurus, sebesar suatu persentase dari beban hidup verticalmenurut Pasal 2.1.2. Pedoman ini bergantung pada jenis struktur dan penggunaan gedung

Page 10: SNI 03-1727-1989 PPURG

8 dari 17

(misalnya pada panggung-panggung penonton), persentase tersebut diambil 5 sampai 10persen.

e. Reduksi beban hidup(1) Peluang untuk tercapainya suatu persentase tertentu dari beban hidup yang membebani

striktur pemikul suatu gedung selama umur gedung tersebut, bergantung pula padapenggunaan gedung itu dan untuk apa beban hidup tersebut ditinjau. Berhubung peluanguntuk terjadinya beban hidup penuh yang membebani semua bagian dan semua unsurstruktur pemikul secara serempak selalma umur gedung tersebut adalah sangat kecil,maka untuk hal-hal yang disebut dalam ayat (2), (3) dan (4) dari pasal ini, beban hiduptersebut dapat dianggap tidak efektif sepenuhnya, sehingga beban hidup terbahi ratayang ditentukan dalam pasal 2.1.2a dan 2.1.2b. Pedoman ini dapat dikalikan dengansuatu koefisien reduksi

(2) Pada perencanaan balok-balok induk dan portal-portal dari system struktur pemikulbeban dari suatu gedung, maka untuk memperhitungkan peluang terjadinya nilai-nilaibeban hidup yang berubah-ubah seperti yang disebut dalam ayat (1), beban hidupterbagi rata yang ditentukan dalam Pasal 1.2a dan b. Pedoman ini dapat dikalikandengan koefisien reduksi yang nilainya bergantung pada penggunaan gedung yangditinjau dan yang dicantumkan dalam Tabel 4.

(3) Pada perencanaan system struktur penahan beban horizontal dari suatu gedung, bebanhidup pada gedung itu ikut menentukan besarnya beban gempa yang harus dipikul olehsistem struktur tersebut. Dalam hal ini, untuk memperhitungkan peluang terjadinya bebanhidup yang berubah-ubah seperti yang disebut dalam ayat (1), maka untuk menentukanbeban gempa menurut Pasal 2.1.4. Pedoman ini, beban hidup terbagi rata yangditentukan dalam Pasal 2.1.2. Pedomanini dapat dikalikan dengan suatu koefisienreduksi yang nilainya bergantung pada penggunaan gedung yang ditinjau dan yangdicantumkan dalam Tabel 4.

(4) Pada perencanaan unsur-unsur struktur vertical seperti kolom-kolom dan dinding-dindingserta fondasinya yang memikul beberapa lantai tingkat, beban hidup yang bekerja padamasing-masing lantai tingkat tersebut mempunyai peranan penting dalam menentukankekuatan. Dalam hal ini, untuk memperhitungkan peluang terjadinya beban hidup yangberubah-ubah seperti yang disebut dalam ayat (1), maka untuk perhitungan gaya normal(gaya aksial) di dalam unsur-unsur struktur vertikal seperti kolom-kolom dan dinding-dinding serta beban pada fondasinya, jumlah kumulatif beban hidup terbagi rata yangditentukan dalam Pasal 2.1.2. Pedoman ini yang bekerja pada lantai-lantai tingkat yangdipikulnya, dapat dikalikan dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya bergantungpada jumlah lantai yang dipikul pada yang dicantumkan dalam Tabel 5.

(5) Pada perencanaan unsur-unsur struktur vertical seperti kolom-kolom dan dinding-dindingserta fondasinya yang memikul lantai tingkat seperti yang disebut dalam ayat (4), bebanhidup penuh tanpa dikalikan dengan koefisien reduksi tetap harus ditinjau pada:- Lantai gudang, ruang arsip, perpustakaan dan ruang-ruang penyimpanan lain

sejenis;- Lantau ruang yang memikul beban berat tertentu yang bersifat tetap, seperti alat-alat

dan mesin-mesin.(6) Pada perencanaan fondasi pengaruh beban hidup pada laintai yang menumpu di atas

tananh harus turut ditinjau. Dalam hal ini, beban hidup pada lantai tersebut sehubungandengan yang ditentukan dalam ayat (4) harus tetap diambil penuh tanpa dikalikandengan suatu koefisien reduksi.

Page 11: SNI 03-1727-1989 PPURG

9 dari 17

Tabel 4 Koefisien reduksi beban hidupKoefisien reduksi beban hidup

Penggunaan gedungUntuk

perencanaanbalok induk dan

portal

Untukpeninjauan

gempa

PERUMAHAN/PENGHUNIAN:Rumah tinggal, asrama, hotel, rumah sakitPENDIDIKAN:Sekolah, ruang kuliahPERTEMUAN UMUM:Mesjid, gereja, bioskop, restoran, ruang dansa, ruangpagelaranKANTOR:Kantor, bankPERDAGANGAN:Toko, toserba, pasarPENYIMPANAN:Gudang, perpustakaan, ruang arsipINDUSTRI:Pabrik, bengkelTEMPAT KENDARAAN:Garasi, gedung parkirGANG DAN TANGGA:-Perumahan/Perhunian-Pendidikan, kantor-Pertemuan umum, perdagangan penyimpanan,industri, tempat kendaraan

0,75

0,90

0,90

0,60

0,80

0,80

1,00

0,90

0,750,75

0,90

Tabel 5 Koefisien reduksi beban hidup kumulatifJumlah lantai yang dipikul Koefisien reduksi yang dikalikan kepada

beban hidup kumulatif12345678 dan lebih

1,01,00,90,80,70,60,50,4

2.1.3 Beban Angin

a. Penentuan beban anginBeban angina ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positip dan tekanan negatip(isapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang yang ditinjau. Besarnya tekananpositip dan tekanan negatip ini dinyatakan dlam kg/m2, ditentukan dengan mengalikantekanan tiup yang ditentukan dalam Pasal 2.1.3a. dengan koefisien-koefisien angina yangditentukan dalam b.b. Tekanan tiup(1) Tekanan tiup harus diambil minimum 25 kg/m2, kecuali yang ditentukan dalam ayat-ayat

(2), (3) dan (4).(2) Tekanan tiup di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai harus diambil

minimum 40 kg/m2, kecuali yang ditentukan dalam ayat-ayat (3) dan (4).

Page 12: SNI 03-1727-1989 PPURG

10 dari 17

(3) Untuk daerah-daerah di dekat laut dan daerah-daerah lain tertentu,m di mana terdapatkecepatan-kecepatan angina yang mungkin menghasilkan tekanan tiup yang lebih besardari pada yang ditentukan dalalm ayat-ayat (1) dan (2), tekanan tiup (p) harus dihitungdengan rumus:

P =2

16

v(kg/m2)

di mana V adalah kecepatan angina dalam m/det., yang harus ditentukan oleh instansiyang berwenang.

(4) Pada cerobong, tekanan tiup dalam kg/m2 harus ditentukan dengan rumus (42,5 + 0,6 h),dimana h adalah tinggi cerobong seluruhnya dalam meter, diukur dari lapangan yangberbatasan.

(5) Apabila dapat dijamin suatu gedung terlindung efektif terhadap angina dari suatu jurusantertentu oleh gedung-gedung lain, hutan-hutan pelindung atau penghalang-penghalanglain, maka tekanan tiup dari jurusan itu menurut ayat-ayat (1) s/d (4) dapat dikalikandengan koefisien reduksi sebesar 0,5.

c. Koefisien angin (untuk bagan koefisien angina, lihat gambar 1).(1) Gedung tertutup

Untuk bidang-bidang luar, koefisien angina (+ berarti tekanan dan berarti isapan), adalahsebagai berikut:a. Dinding vertikal:

Di pihak anginDi belakang anginSejajar dengan arah angin

+0,9-0,4-0,4

b. Atap segi-tiga dengan sudut kemiringan α:Di pihak angin: α<650 ( 0,02α

650 < α < 900

Di belakang angin, untuk semua α

-0,4)+ 0,9-0,4

c. Atap lengkung dengan sudut pangkal β:β < 220 : untuk bidang lengkung di pihak angin:

pada seperempat busur pertamapada seperempat busur keduauntuk bidang lengkung di belakang angin:pada seperempat busur pertamapada seperempat busur kedua

β > 220 : untuk bidang lengkung di pihak angin:pada seperempat busur pertamapada seperempat busur keduauntuk bidang lengkung di belakang angin:pada seperempat busur pertamapada seperempat busur kedua

-0,6-0,7

-0,5-0,2

-0,5-0,6

-0,4-0,2

Catatan: Sudut pangkal adalah sudut antara garis penghubung titik pangkal dengantitik puncak dan garis horisontal.

d. Atap segi-tiga majemuk:Untuk bidang-bidang atap di pihak angin:α < 650

650 < α < 900

Untuk semua bidang atap di belakang angin, kecuali yangvertical menghadap angin, untuk semua αUntuk semua bidang atap vertical di belakang angin yangmenghadap angin

(0,2 α – 0,4)+0,9

-0,4

+0,4(2) Gedung terbuka sebelah

Page 13: SNI 03-1727-1989 PPURG

11 dari 17

Untuk bidang luar, koefisien angina yang ditentukan dalam ayat (1) tetap berlaku,sedang kan pada waktu yang bersamaan di dalam gedung dianggap bekerja suatutekanan positip dengan koefisien angin +0,6 apabila bidang yang terbuka terletak dipihak angin dan suatu tekanan negatip dengan koefisien angin -0,3 apabila bidang yangterbuka terletak di belakang angin.

(3) Atap tanpa dindinga. Untuk beban angin dari satu jurusan, atap pelana biasa tanpa dinding harus

direncanakan menurut keadaan yang paling berbahaya di antara 2 cara (I dan II),dengan koefisien angin untuk bidang atap seperti berikut:

Tabel 6 Koefisien Angin untuk Bidang Atap Pelana biasa tanpa dindingKemiringan atap Bidang atap di pihak angin Bidang atap lain

I. 00 < α < 200

α > 300-1,2-0,8

-0,4-0,8

II. α = 00

100 < α < 200

α = 300

α > 300

+1,2+0,8+0,8+0,5

+0,40,0-0,4

(-0,4 -300

)

Untuk atap-atap pelana terbalik (atap-atap V) tanpa dinding untuk bidang bawah dariatap berlaku koefisien-koefisien angin yang sama seperti untuk bidang atas atappelanan biasa.

b. Untuk atap-atap miring sepihak tanpa dinding, untuk bidang atas berlaku koefisienangin (- atau + bergantung pada arah angin) sebagai berikut:

Tabel 7 Koefisien Angin untuk bidang atap miring sepihak tanpa dindingKemiringan atap Bidang atap di pihak angin Bidang atap lain

I. 00 < α < 100

α = 400+ atau -1,2+ atau -1,8

+ atau -0,4+ atau -1,0

Untuk kemiringan-kemiringan yang terdapat di antaranya, diadakan interpolasi linier.(4) Dinding yang terdiri bebas

Untuk dinding-dinding yang berdiri bebas, koefisien angin untuk bidang di pihak anginadalah +0,9 dan untuk bidang di belakang angin adalah – 0,4 (jumlahnya 1,3).

(5) Cerobong dengan penampang lingkaranUntuk cerobong dengan penampang lingkaran, koefisien angin untuk tekanan positip dantekanan negatip (isapan) bersama-sama adalah 0,7. Koefisien angin ini berlaku untukbidang cerobong yang diproyeksikan pada bidang vertikal yang melalui sumbu cerobong.

(6) Struktur rangka (lattice structures)Koefisien angin untuk struktur-struktur rangka a s/d e di bawah ini berlaku untuk bidangrangka. Bidang rangka adalah bidang-bidang batang rangka yang diproyeksikan padabidang melalui sumbu-sumbu batang.a. Untuk struktur rangka bidang, koefisien angin untuk tekanan positip dan tekanan

negatip (isapan) jumlahnya adalah 1,6.b. Untuk struktur rangka ruang dengan penampang melintang berbentuk persegi

dengan arah angin tegak lurus pada salah satu bidang rangka kedua di belakangangin adalah +1,2.

c. Untuk struktur rangka ruang dengan penampang melintang berbentuk bujur sangkardengan arah angin 450 terhadap bidang-bidang rangka, koefisien angin untk keduabidang rangka di pihak angin adalah masing-masing +0,65 dan untuk kedua rangkadi belakang angin masing-msing +0,5. Kecuali iru, masing-masing rangka harusdiperhitungkan terhadap beban angin yang bekerja dalam masing-masing bedangnyadengan koefisien angin yang sama dengan koefisien angin untuk beban angin yangbekerja tegak lurus padanya.

Page 14: SNI 03-1727-1989 PPURG

12 dari 17

d. Untuk struktur rangka ruang dengan penampang melintang berbentuk segi-tiga samasisi dengan arah angin tegak lurus pada bidang rangka di pihak angin, koefisienangin untuk rangka tersebut adalah +1,6 dan untuk kedia rangka di belakang anginadalah masing-masing +0,3. Kecuali itu, masing-masing rangka di belakang anginharus diperhitungkan terhadap beban angin yang bekrja di dalam masing-masingbidangnya dengan koefisien angin masing-masing sebesar 0,5.

e. Untuk struktur rangka ruang dengan penampang melintang berbentuk segi-tiga samasisi dengan arah angin tegak lurus pada rangka di pihak angin adalah +0,4 dan untukrangka di pihak angin harus diperhitungkan terhadap beban angin yang bekerja didalam masing-masing bidangnya dengan koefisien angin masing-masing sebesar0,7.

(7) Gedung dan bangunan lainKoefisien angin untuk gedung dan bangunan dengan bentuk penampang yang lain daripada yang ditentukan dalam pasal ini dapat diambil harga-harga untuk bentuk-bentukyang hampir serupa, kecuali apabila koefisien angin itu ditentukan dengan percobaanterowongan angin.

d. Pembebasan peninjauan beban angin(1) Pada gedung tertutup dan rumah tinggal dengan tinggi tidak lebih dari 16 m, dengan

lantai-lantai dan dinding-dinding yang memberikan kekakuan yang cukup, strukturutamanya tidak perlu diperhitungkan terhadap beban angin, kecuali apabilaperbandingan antara tinggi dan lebar bangunan itu menyebabkan diperlukannyapeninjauan beban angin itu.

(2) Apabila perbandingan antara tinggi dan lebar gedung dan struktur dari gedung itu adalahsedemikian rupa, hingga tidak menyebabkan diperlukannya peninjauan beban angin,maka juga untuk gedung dengan tinggi lebih dari 16 m dapat diberikan pembebasan ataspeninjauan beban angin.

Page 15: SNI 03-1727-1989 PPURG

13 dari 17

Page 16: SNI 03-1727-1989 PPURG

14 dari 17

Gambar 1 Koefisien angin menurut pasal 3.2.1c

Page 17: SNI 03-1727-1989 PPURG

15 dari 17

2.1.4 Beban gempa

a. Beban gempa dan perencanaan tahan gempaDengan memperhatikan pembebanan yang harus ditinjau dalam perencanaan strukturmenurut Pasal 2.1. reduksi beban hidup untuk peninjauan gempa menurut Pasal 2.1.2c. danmodulus elastisitas struktur yang mengalami perubahan-perubahan bentuk yan gbersifatsingkat oleh gerakan tanah akibat gempa menurut Pasal 2.1.5b maka pengaruh gempa danperencanaan tahan gempa untuk struktur-struktur gedung di Indonesia harus mengikutiPedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung.

2.1.5 Beban khusus

a. Ketentuan Mengenai Beban Khusus(1) Setiap struktur dan/atau unsur struktur gedung harus diperiksa terhadap gaya-gaya

khusus yang diakibatkan oleh: selisih suhu, pemasanangan, penurunan fondasi, susut,rangkak, gaya rem, gaya sentrifugal, gaya dinamik, dan pengaruh-pengaruh khususlainnya.

(2) Pada penambahan dan/atau perubahan gedung juga harus diperiksa gaya-gaya yangtimbul akibat dihilangkannya tumpuan-tumpuan, pengaku-pengaku, dan struktur-strukturlain sejenis. Dalam hal ini, harus diadakan tindakan-tindakan untuk mencegah akibat-akibat buruk dari pengaruh-pengaruh khusus tersebut, yang mana harus ditinjau khususuntuk setiap keadaan.

b. Pengaruh Selisih Suhu dan Gaya Dinamik(1) Pengaruh-pengaruh kuhus pada struktur dan/atau unsur struktur gedung yang

diakibatkan oleh selisih suhu udara luar, harus diperhitungkan dengan menganggapkemungkinan naik turunnya suhu sebanyak 100 C.

(2) Untuk perhitungan pengaruh-pengaruh khusus akibat selisih suhu, jika tidak ditentukanlain, dapat diambil nilai-nilai modulus elastisitas E dan koefisien pengembangan linier גsebagai berikut:

Tabel 8 Modulus elastisitas dan koefisien pengembanganBahan struktur E

(kg/cm2)ג

Baja profilBetonBeton bertulang dan beton praktekanKayu: sejajar serat

tegak lurus seratPasangan bata

2,1 x 106

2,1 x 105

1 x 105

1 x 105

0,2 x 105

12 x 10-6

10 x 10-6

4 x 10-6

40 x 10-6

10 x 10-6

(3) Untuk menentukan pengaruh gaya dinamik pada struktur gedung, seperti yang berasaldari mesin-mesin, termasuk juga dari gerakan tanah akibat gempa, yang menyebabkanperubahan-perubahan bentuk struktur yang bersifat singkat, maka khusus untuk strukturbeton bertulang dan beton pratekan nilai modulus elastisitasnya harus diambil 1,5 kalidari nilai yang tercantum dalam Tabel 8.

c. Pengaruh Khusus dari Keran(1) Pengaruh khusus dari keran yang disebut dalam Pasal 2.1.2c. terdiri dari gaya rem, gaya

sentrifugal dan pengaruh akibat terjepitnya roda-roda.(2) Gaya rem terdiri dari:

a. Gaya rem memanjang keran induk; bekerja horisontal memanjang di atas lintasan ditempat masing-masingroda keran-induk yang direm; besarnya harus diambil 1/7 darireksi maksimum yang terjadi pada masing-masing rida itu. Gaya rem memanjang

Page 18: SNI 03-1727-1989 PPURG

16 dari 17

dapat diambil lebih kecil dari pada yang ditentukan di atas, apabila perhitungan ahlidapat membuktikannya.

b. Gaya rem melintang keran-angkat; bekerja horisontal melintang di atas lintasankeran-induk; gaya rem ini dibagikan kepada roda-roda keran-induk pada masing-masing lintasannya; besarnya pada masing-masing lintasan harus diambil 1/15 dariberat keran-angkat berikut beban kerjanya. Gaya rem melintang dapat diambil lebihkecil dari pada yang ditentukan di atas, apabila perhitungan ahli dapatmembuktikannya.

Gaya rem memanjang dan melintang dianggap tidak bekrja bersamaan.(3) Gaya sentrifugal akibat gerakan berkelok (swing motion), yang bekerja horisontal

melintang di atas lintasan di tempat masing-masing roda keran-induk, ditentukan denganmengalikan reaksi maksimum yang terjadi pada masing-masing roda itu denganpercepatan sentrifugal akibat gerakan berkelok. Untuk keran-keran dengan beban kerjamaksimum sampai 10 t, percepatan sentrufugal harus diambil minimum 0,10 m/det2.Untuk keran-keran lainnya dengan kecepatan kelok sampai 120 m/menit, percepatan ituharus diambil 0,50 m/det2 dan yang dengan kecepatan kelok lebih dari 120 m/menit,harus diambil 0,60 m/det2.

(4) Pengaruh kemungkinan terjepitnya roda-roda keran-induk harus ditinjau denganmenganggap adanya sepasang gaya melintang yang berlawanan arahnya, masing-masing bekerja di atas lintasan di tempat masing-masing roda keran-induk, dan yangbesarnya harus diambil 1/10 dari reaksi maksimum masing-masing roda itu. Gaya inidianggap tidak bekerja bersamaan dengan gaya rem melintang yang ditentukan dalamayat (2) atau dengan gaya sentrifugal yang ditentukan dalam ayat (3).

2.2 Beban Batas dan Beban Kerja

(1) Apabila kekuatan unsur-unsur struktur gedung direncanakan berdasarkan kekuatanbatas, mak abeban batas yang ditinjau dalam analisa strukturnya di dapat denganmangalikan beban-beban rencana menurut peraturan ini dengan faktor (koefisien) bebanyang bersangkutan. Apabila kekuatan unsur-unsur struktur gedung tersebutdirencanakan berdasrkan tegangan yang diizinkan, maka beban kerja yang ditinjaudalam analisa strukturnya adalah beban-beban rencana menurut peraturan ini. Dalamhal ini, perencanaan struktur harus dilakukan berdasarkan peraturan yang berlaku untukstruktur dari jenis yang dihadapi, seperti struktur beton bertulang berdasarkan PedomanPerencanaan Beton Bertulang Bab II.: Konstruksi dan struktur kayu berdasarkanPedoman Perencanaan Konstruksi Kayu.

(2) Pada peninjauan beban kerja pada tanah fondasi, maka pada Pembebanan Sementarayang ditentukan dalam Pasal 2.1 ayat (2), daya dukung tanah yang diizinkan dapatdinaikkan seperti menurut Tabel 9.Pada peninjauan beban kerja pada fundasi tiang pancang dan tiang bor, maka padaPembebasan Sementara yang ditentukan dalam Pasal 2.1 ayat (2), selama teganganyang diijinkan di dlam tiang memenuhi syarat-syarat yang berlaku untuk bahan tiangyang bersangkutan, daya dukung tiang yang diijinkan dapat dinaikkan sampai 50 persen.

(3) Apabila pada Pembebanan Khusus menurut Pasal 2.1. ayat (2) ditinjau gaya-gayadinamis yang berasal dari mesin-mesin, yang sifatnya berulang dengan atau tanpaperubahan tanda, maka untuk memperhitungkan gejala kelelahan dari bahan perludiadakan penurunan kekuatan batas atau penurunan tegangan yang diijinkan, yangbergantung pada jenis bahan struktur yang bersangkutan.

Page 19: SNI 03-1727-1989 PPURG

17 dari 17

Tabel 9 Daya dukung tanah fondasi

Jenis tanah fondasiPembebanan Tetap.Daya dukung yangdiizinkan (kg/cm2)

Pembebanan Sementara.Kenaikan daya dukung yang

diizinkan (%)Keras

SedangLunak

Amat lunak

≥ 52 - 5

0,5 – 20 – 0,5

5030

0 – 300

2.3 KemantapanSetiap gedung dan bagian-bagiannya harus ditinjau stabilitasnya pada setiap kombinasipembebanan menurut Pasal 2.1. ayat (2). Faktor keamanan terhadap stabilitas tersebut,seperti tehadap guling, gelincir dan lain-lain harus sedikit-dikitnya 1,5.