Pembahasan Sistem Respirasi.doc
-
Upload
rere-arlita-sariningrum -
Category
Documents
-
view
285 -
download
2
description
Transcript of Pembahasan Sistem Respirasi.doc
Lembar Kerja
Data Perhitungan dengan Berbagai Posisi dan Kerja Fisik
A. Pengaruh Sikap Badan
1. Tidur Terlentang/Berbaring 5. Minum sambil ekspirasi
Frekuensi : 18 kali per menit Frekuensi : 14 kali per menit
Amplitudo : 1 mm Amplitudo : 4 mm
2. Duduk 6. Berbicara
Frekuensi : 18 kali per menit Frekuensi : 18 kali per menit
Amplitudo : 5 mm Amplitudo : 5 mm
3. Berdiri
Frekuensi : 14 kali per menit
Amplitudo : 4 mm
4. Minum sambil inspirasi
Frekuensi : 14 kali per menit
Amplitudo : 3 mm
B. Pengaruh Kerja Fisik
1. Berlari di Tempat
Frekuensi : 24 kali per menit
Amplitudo : 5 mm
2. Napas Biasa dan Tahan Napas
Frekuensi : 13 kali per menit
Amplitudo : 2 mm
3. Napas Dalam dan Tahan Napas
Frekuensi : 18 kali per menit
Amplitudo : 20 mm
Pembahasan
Sistem pernapasan atau sistem respirasi pada manusia terdiri dari hidung, faring, laring,
trakhea, dan paru-paru (bronkhus, bronkhiolus dan alveolus), begitu pula halnya pada hewan.
Proses pernapasan meliputi dua tahap utama, yaitu tahap memasukkan udara yang kaya oksigen
dari lingkungan luar ke dalam paru-paru tepatnya alveolus (inspirasi) serta tahap mengeluarkan
udara yang kaya karbondioksida dari paru-paru menuju ke luar tubuh. Proses respirasi juga
identik dengan pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam alveolus dan sel tubuh. Hal
tersebut yang menyebabkan proses respirasi dibedakan berdasarkan lokasi pertukaran oksigen
dan karbondioksida yaitu proses respirasi eksterna dan respirasi interna.
Tiap orang dan spesies hewan memiliki kapasitas paru-paru yang berbeda tergantung dari
kebiasaan hidup dan keadaan fisiologisnya. Pernafasan (respirasi) adalah gabungan aktivitas
mekanisme yang berperan dalam proses suplai oksigen ke seluruh tubuh dan pembuangan
karbondioksida atau hasil dari pembakaran sel. Fungsi pernafasan adalah menjamin tersedianya
O2 untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh serta mengeluarkan CO2 hasil metabolisme sel
secara terus menerus (Soemantri, 1995). Makanan yang kita makan yang kemudian diolah oleh
alat-alat pencernaan makanan mengandung sumber energi yang berguna bagi sel-sel tubuh.
Tetapi sumber energy tersebut masih dalam keadaan terikat. Untuk membebaskan energi zat
makanan tersebut harus ada proses pembakaran (oksidasi sel/metabolisme sel) yang memerlukan
oksigen dari luar.
Jalur terjadinya proses inspirasi adalah udara masuk melalui hidung melewati nasofaring,
oral faring menuju ke trakhea, kemudian ke percabangan trakhea (bronchus), lalu masuk ke
percabangan bronchus (bronchiolus) dan udara berakhir pada ujung bronchus yang memiliki
bentuk berupa gelembung yaitu alveolus (alveoli) yang merupakan tempat pertukaran udara
terjadi. Alveoli berbentuk seperti sekumpulan buah anggur. Satu dari paru-paru kita,
mengandung jutaan alveoli. Di alveoli ini terjadi pertukaran gas O2 dari kapiler darah ke alveoli
dan CO2 dari olveoli ke kapiler darah (Campbell et al. 1999).
Inspirasi adalah proses aktif, dimana hal ini terjadi akibat kontraksi dari otot yang
menyebabkan paru-paru mengembang dan volumenya membesar sehingga tekanan berkurang
dan menyebabkan udara masuk kedalam paru-paru. Sedangkan ekspirasi adalah proses pasif
dimana paru relaksasi sehingga paru-paru mengecil sehingga udara keluar. Proses inspirasi-
ekspirasi dibantu oleh otot-otot, rongga dada, dan diafragma.
Sikap badan, kerja fisik, dan berbagai rangsangan dapat menjadi faktor perubahan
gerakan napas, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Salah satu percobaan yang
dilakukan dalam posisi berbaring, diperoleh hasil frekuensi napas sebanyak 18 kali per menit
dengan amplitudo 1 mm, hal tersebut telah sesuai dengan teori yang ada dimana pada umumnya,
manusia mampu bernapas antara 15–18 kali setiap menitnya. Posisi tubuh sangat berpengaruh
terhadap frekuensi pernapasan. Pada posisi duduk atau tiduran, beban berat tubuh disangga oleh
sebagian besar bagian tubuh sehingga terjadi penyebaran beban. Hal ini mengakibatkan jumlah
energi yang diperlukan untuk menyangga tubuh tidak terlalu besar sehingga frekuensi
pernapasannya juga rendah.
Pernafasan duduk awal dilakukan sebagai pemanasan (warming-up) bagian dalam tubuh
sebelum melakukan pernafasan bergerak. Pernafasan duduk akhir dilakukan untuk pendinginan
(cooling down) dan pengendapan tenaga hasil latihan. Pernafasan duduk juga dikerjakan diluar
latihan bersamaan dengan nafas gerak (Anonim 2011). Selain itu dilakuan juga percobaan
dengan posisi duduk diperoleh hasil percobaan 18 per menit dengan amplitudo sebesar 5 mm.
Hasil frekuensi tersebut sama dengan hasil dalam posisi berbaring namun nilai amplitudonya
berbeda. Hal ini dapat terjadi akibat banyak faktor, salah satunya adalah probandus yang rutin
berolahraga sehingga diperoleh amplitude dari napas yang panjang. Ruangan yang pengap dapat
juga mempengaruhi, sehingga probandus cenderung mengambil napas dalam-dalam serta
keadaan fisiologis dari probandus.
Posisi berikutnya adalah berdiri, diperoleh hasil frekuensi sebanyak 14 napas per menit
dengan amplitudo 4 mm, hasil tersebut kurang sesuai dengan teori, hal ini disebabkan pada tubuh
yang berdiri, otot-otot kaki akan berkontraksi sehingga diperlukan tenaga untuk menjaga tubuh
tetap tegak berdiri. Untuk itu diperlukan banyak O2 dan diproduksi banyak CO2. Pada posisi
tubuh berdiri, frekuensi pernapasannya meningkat (Anonim 2011).
Pada percobaan minum sambil melakukan respirasi didapatkan hasil bahwa saat inspirasi
sambil minum frekuensinya menjadi 14 per menit dan amplitudo 3 mm. Saat ekspirasi sambil
minum frekuensinya adalah 14 per menit dan amplitudo 4 mm. Hal ini terjadi karena saat
inspirasi, epiglotis dalam keadaan terbuka sehingga akan menyebabkan udara masuk ke trakhea,
sedangkan saat minum esophagus akan terbuka, sehingga tidak akan bisa terjadi inspirasi sambil
minum kecuali akan menyebabkan tersedak. Sedangkan saat minum suhu tubuh akan turun dan
menyebabkan penurunan frekuensi bernapas.
Pengaruh kerja fisik terhadap kecepatan respirasi terlihat pada hasil frekuensi sebanyak
24 kali per menit dengan rata-rata amplitudo 5 mm yang dihitung setelah probandus berlari-lari
ditempat. Hal ini disebabkan oleh laju metabolisme yang meningkat sehingga kebutuhan oksigen
dan pembentukan karbondioksida juga meningkat. Kebutuhan oksigen yang meningkat ini
menyebabkan kecepatan respirasi juga meningkat dari keadaan normal pada manusia sekitar 12-
18 kali per menit (Isnaeni 2006). Berdasarkan kurva pencatatan kimograf terlihat bahwa
gerakan-gerakan napas dan kecepatan respirasi probandus mulai normal kembali kurang lebih
pada detik ke-33 setelah selesai berlari. Selain itu, napas probandus terlihat banyak terjadi
inspirasi atau pengambilan napas yang panjang. Menurut Armi (2010), frekuensi pernafasan
pada individu normal setelah melakukan aktivitas adalah maksimal 50 kali/menit. Berdasarkan
pernyataan tersebut probandus dapat dinyatakan normal, tidak menderita penyakit yang
mengganggu pernafasan.
Pengaruh berbicara terhadap proses respirasi dilakukan dengan meminta probandus
membaca dengan dimulai dari intonasi yang sedang hingga tinggi. Setelah probandus membaca
dengan intonasi suara rendah hingga tinggi, diperoleh frekuensi sebesar 18 kali per menit dengan
rata-rata amplitudo 5 mm. Berdasarkan kurva pencatatan kimograf terhadap inspirasi dan
ekspirasi terlihat bahwa pada saat membaca kecepatan respirasi probandus tidak teratur. Kondisi
ini disebabkan oleh ikut keluarnya karbondioksida pada saat probandus membaca, sehingga jika
di paru-paru terjadi kekurangan oksigen probandus secara tiba-tiba akan menarik nafas kembali.
Perlahan atau tingginya intonasi suara mempengaruhi kecepatan dan gerakan-gerakan napas
probandus. Semakin tinggi dan cepat intonasi suara, maka frekuensi pernafasan pun akan
semakin sering. Hal ini dilakukan untuk tetap mempertahankan konsistensi pada saat membaca
dan agar kebutuhan oksigen di paru-paru tetap terpenuhi.
Respirasi melibatkan keseluruhan proses yang menyebabkan pergerakan pasif O2 dari
atmosfer ke jaringan untuk menunjang metabolisme sel serta pergerakan pasif CO2 selanjutnya
yang merupakan produk sisa metabolisme dari jaringan ke atmosfer. Sistem pernapasan ikut
berperan dalam homeostasis dengan mempertukarkan O2 dan CO2 antara atmosfer dan darah.
Darah mengangkut O2 dan CO2 antara sistem pernapasan dan jaringan. (Purba 2006)
Saat menahan napas, maka tubuh akan mengalami peningkatan karbondioksida dan
terjadi deoksigenasi jaringan atau nekrosis pada jaringan. Tubuh memerlukan oksigen yang harus
masuk dan bertukar dengan karbondioksida untuk keperluan metabolisme sel. Pada percobaan,
terdapat perbedaan ketahanan pada napas biasa dan napas yang dihirup dalam-dalam. Probandus
dapat menahan napas lebih lama pada keadaan setelah menghirup napas dalam-dalam (Purba
2006).
Probandus yang menahan napas dari napas biasa dapat mencapai waktu tahan 1 menit 7
detik atau 67 detik. Sementara saat menghirup napas dalam-dalam dan menahannya, probandus
dapat mencapai waktu lebih dari dua kali lipat saat napas biasa yaitu 2 menit 24 detik atau 144
detik. Hal ini terjadi karena saat menghirup napas dalam-dalam, volume udara yang masuk ke
paru-paru (Volume Tidal) akan diperoleh lebih banyak. Hal ini dapat juga disebut inspirasi kuat.
Pada inspirasi kuat, tekanan intrapleura turun mencapai -30 mmHg sehingga pengembangan
jaringan paru menjadi lebih besar. Bila ventilasi meningkat, derajat pengempisan jaringan paru
juga ditingkatkan oleh kontraksi aktif otot ekspirasi yang menurunkan intratoraks. Udara yang
disimpan dalam paru-paru lebih banyak sehingga walaupun napas tertahan, oksigen masih dapat
dialirkan ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. (Purba 2006)
Simpulan
Proses respirasi sangat dipengaruhi oleh sikap badan, menelan, kerja fisik, berbicara,
kadar CO2, rangsangan sensorik yang kuat. Respirasi juga harus disesuaikan dengan kebutuhan
tubuh, sehingga zat-zat makanan, O2, panas dapat terpenuhi dan zat-zat yang tidak dibutuhkan
tubuh seperti CO2 akan dibuang melalui ekspirasi.
Daftar Pustaka
Anonim . 2011 . Frekuensi Pernapasan Berdasarkan Suhu Tinggi Saat Tubuh Panas dan Dingin.
http://ochenbiofisiologi.blogspot.com/2011/11/frekuensi-pernapasan.html [terhubung berkala
7 Mei 2012]
Armi Z. 2010. Pernafasan. http://zianarmie.wordpress.com. [7 Mei 2012]
Campbell et. al., 1999. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Isnaeni, wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisus
Purba, A. 2006. Kardiovaskuler dan Faal Olahraga. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran.
Soemantri S, Budiarso RL, Suhardi, Sarimawar, Bachroen C. 1995. Survei kesehatan rumah
tangga (SKRT). Jakarta: Depkes RI; 1995.96-125