Pembahasan Mollusca KKL Alas Purwo 2014

6
BAB V PEMBAHASAN A. Tingkat keanekaragaman mollusca di Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo pada zona batu berlempeng, batu beralga, lempeng berpasir, batu kecil Dari data dan analisis data yang telah diperoleh, indeks keanekaragaman spesies mollusca paling tinggi ada pada zona lempeng berpasir yaitu sebesar 2,349032. Hal dapat dilihat dari jenis spesies yang telah ditemukan dan jumlahnya yang banyak. Hal ini dikarenakan letak zona lempeng berpasir pada plot yang letaknya tidak terlalu jauh dari bibir pantai, sehingga arus ombak yang diterima tidak begitu besar. Dari sini nampak bahwa spesies pada zona lempeng berpasir lebih banyak dan lebih bervariasi. Selain itu pada zona lempeng berpasir, kondisinya lebih stabil. Menurut Margalef (1968) dalam Odum (1993) komunitas lingkungan yang mantap mempunyai keanekaragaman yang lebih tinggi dari pada komunitas yang dipengaruhi oleh gangguan-gangguan musiman atau secara periodik oleh manusia dan alam. Dengan kondisi lingkungan yang mendukung, menyebabkan organisme yang hidup dapat melaksanakan kelangsungan hidupnya dengan baik. Atau dapat dikatakan organisme dapat tumbuh dan berkembang

description

Pembahasan Mollusca KKL Alas Purwo 2014 Off G 2012 kelompok 10

Transcript of Pembahasan Mollusca KKL Alas Purwo 2014

Page 1: Pembahasan Mollusca KKL Alas Purwo 2014

BAB V

PEMBAHASAN

A. Tingkat keanekaragaman mol lusca d i Panta i Pancur

Taman Nas iona l A las Purwo pada zona batu berlempeng, batu

beralga, lempeng berpasir, batu kecil

Dari data dan analisis data yang telah diperoleh, indeks

keanekaragaman spesies mollusca paling tinggi ada pada zona lempeng

berpasir yaitu sebesar 2,349032. Hal dapat dilihat dari jenis spesies yang telah

ditemukan dan jumlahnya yang banyak. Hal ini dikarenakan letak zona

lempeng berpasir pada plot yang letaknya tidak terlalu jauh dari bibir pantai,

sehingga arus ombak yang diterima tidak  begitu besar. Dari sini nampak

bahwa spesies pada zona lempeng berpasir lebih banyak dan lebih bervariasi.

Selain itu pada zona lempeng berpasir, kondisinya lebih stabil. Menurut

Margalef (1968) dalam Odum (1993) komunitas lingkungan yang mantap

mempunyai keanekaragaman yang lebih tinggi dari pada komunitas yang

dipengaruhi oleh gangguan-gangguan musiman atau secara periodik oleh

manusia dan alam.

Dengan kondisi lingkungan yang mendukung, menyebabkan

organisme yang hidup dapat melaksanakan kelangsungan hidupnya dengan

baik. Atau dapat dikatakan organisme dapat tumbuh dan berkembang

biak dengan baik. Keanekaragaman jenis Mollusca yang tinggi pada zona

lempeng berpasir ini karena didukung oleh kondisi lingkungan abiotik seperti

salinitas, pH, dan suhu yang akan lebih cocok atau sesuai bagi kehidupan

Mollusca yang hidup di dalamnya.

Daerah padang surut merupakan badan pantai yang setengah tertutup

air laut, yang berada di antara jarak pasang tertinggi dan surut terendah

(Odum 1993). Pada daerah seperti ini, zona yang paling dekat pantai lebih

lama mengalami kekeringan saat surut, yakni . Zona “Lithoral” dan

sebaliknya.

Page 2: Pembahasan Mollusca KKL Alas Purwo 2014

B. Tingkat kemerataan mol lusca d i Panta i Pancur Taman

Nas iona l A las Purwo pada zona batu berlempeng, batu beralga,

lempeng berpasir, batu kecil

Dari data yang diperoleh, tingkat kemerataan paling tinggi ada pada

zona lempeng berpasir dengan kemerataan sebesar 0,684054. T ingg inya

n i l a i kemerataan pada zona tersebut menunjukkan bahwa kondisi

lingkungan dikatakan heterogen. Zona lempeng berpasir merupakan zona

dengan nilai kemerataan yang paling tinggi, karena besarnya kemampuan

Mollusca untuk  bertahan hidup pada zona lempeng berpasir tersebut sama,

sehingga menyebabkan kehidupan Mollusca menjadi merata.

Nurhadi (1999) menjelaskan bahwa perbedaan kepadatan jenis

Mollusca antarlokasi menggambarkan kesesuaian jenis Mollusca terhadap

kondisi fisik, kimia pada masing-masing lokasi. Zona dengan kemerataan

jenis tertinggi menunjukkan bahwa kondisi lingkungan di setiap zona-zona

tersebut merupakan habitat yang cocok bagi kehidupan jenis Mollusca yang

bersangkutan. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan kemerataan

antarsemua zona, berarti setiap jenis Mollusca yang ditemukan memiliki

kesesuaian yang berbeda terhadap kondisi lingkungan yang ditempatinya.

Sedangkan untuk kemerataan yang terendah adalah pada zona batu

berlempeng dengan kemerataan 0,490197. Hal ini terlihat dari spesiesnya

yang tidak mengelompok secara rata.

C. Tingkat kekayaan mol lusca d i Panta i Pancur Taman

Nas iona l A las Purwo pada zona batu berlempeng, batu beralga,

lempeng berpasir, batu kecil

Dari hasil data dan analisis data menunjukkan bahwa kekayaan jenis

Mollusca yang terdapat di Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo

Banyuwangi berbeda antara satu dengan yang lain. Kekayaan yang paling

tinggi terdapat pada zona lempeng berpasir yaitu 4,672901. Kekayaan

merupakan bagian dari adanya keanekaragaman. Kekayaan dapat dipengaruhi

oleh banyak hal. Diantaranya adalah suhu, pH, salinitas cahaya, besar

Page 3: Pembahasan Mollusca KKL Alas Purwo 2014

gelombang air, dan lain sebagainya. Kekayaan menunjukkan keragaman

spesies yang banyak hidup pada zona tertentu.

Hal ini sesuai dengan pendapat Mubarok (1978) dalam Nazlim

(1999) bahwa kondisi lingkungan yang cocok atau tidak bagi kehidupan

Mollusca akan terlihat dalam bentuk akhir yaitu mengenai kelimpahan

organisme ini dalam hal kekayaan pada lokasi tersebut. Hal ini menunjukkan

bahwa zona lempeng berpasir memiliki komunitas Mollusca yang lebih stabil

dibanding zona yang lain.

D. Spes i e s mol lusca yang mendominans i d i Panta i Pancur

Taman Nas iona l A las Purwo pada zona batu berlempeng, batu

beralga, lempeng berpasir, batu kecil

Dari data dan hasil analisis data yang diperoleh, diketahui ada spesies

yang dapat dikatakan mendominasi. Hal ini dikarenakan pada zona yang

berbeda, spesies ini selalu muncul dan sering munculnya pada zona yang

berbeda, memiliki rasio yang paing banyak. Apabila melihat rasio spesies

yang paling banyak muncul pada data yang telah diperoleh, diketahui Nerita

albicilla Linn 1758 paling banyak muncul pada pada semua zona. Hal ini

menandakan bahwa spesies ini memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan

lingkungan. Misalnya spesies ini dapat memakan makanan yang berbeda pada

tiap substratnya, sehingga spesies ini dapat tumbuh dan berkembang biak

dengan baik. Seperti yang kita tahu bahwa daerah pasang surut kondisi

lingkungannya berubah-ubah. Bahkan di setiap zonasi sudah berbeda lagi

kondisinya. Maka spesies yang dominan (kelimpahannya tinggi, dan

penyebarannya merata) adalah spesies yang paling adaptif terhadap

lingkungan pasang surut ini. Dengan adanya faktor yang seperti ini, Nerita

albicilla Linn 1758 dapat dikatakan mendominasi pada setiap zona yang

berbeda. Selain itu mungkin pada Nerita albicilla Linn 1758 ini memiliki

tingkat reproduksi yang paling tinggi diantara spesies yang lainnya, sehingga

dapat ditemukan pada semua zona.

Menurut Margalef (1968) dalam Nazlim (1999) komunitas lingkungan

yang mantap mempunyai keanekaragaman yang lebih tinggi dari pada

Page 4: Pembahasan Mollusca KKL Alas Purwo 2014

komunitas yang dipengaruhi oleh gangguan-gangguan musiman

atau secara periodik oleh manusia dan alam. Hal ini menunjukkan bahwa

pada spesies yang ternyata memiliki jumlah yang tinggi memiliki

komunitas Mollusca yang lebihstabil dibanding spesies yang lain.

E. Faktor ab io t ik d i Panta i Pancur Taman Nas iona l A las

Purwo pada zona batu berlempeng, batu beralga, lempeng berpasir,

batu kecil

Data faktor abiotik yang didapatkan hanya salinitas pada zona batu

kecil untuk plot 1 yaitu 4%, plot 2 yaitu 4%, dan plot 3 yaitu 3,5%. Kondisi

lingkungan (faktor abiotik) memegang peranan penting dalam

laju pertumbuhan populasi yang nantinya akan mempengaruhi

keanekaragaman, kemerataan dan kekayaan spesies dalam suatu

komunitas tertentu.Kondisi lingkungan (faktor abiotik) menjadi faktor

pembatas dalam setiap ekosistem, termasuk wilayah pasang surut ini. Faktor

abiotik secara langsung akan mempengaruhi keanekaragaman, kepadatan

populasi dan penyebaran spesies dalam suatu komunitas tertentu.

Pada daerah pasang surut ini, pasang surut air laut akan sangat

berpengaruh terhadap populasi spesies itu. Dalam keadaan ekstrim saat surut,

suatu organisme pada daerah garis pasang naik pasti sanggup menahan

kekeringan dan perubahan temperatur, karena hanya sebentar saja

tersiram atau tertutup air, sebaliknya pada kawasan bawah  pasang

surut (subtidal) organisme selalu tertutup air (Odum, 1993) dalam Asiyah

(1999). G. Pengaruh Faktor Lingkungan Abiotik.