Pembahasan Klt 3
Click here to load reader
-
Upload
rita-hanszclar-zhentgraf -
Category
Documents
-
view
105 -
download
24
description
Transcript of Pembahasan Klt 3
F.Pembahasan
Percobaan kali ini mengenai identifikasi senyawa metabolit sekunder
dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Senyawa
metabolit sekunder yang diuji yaitu saponin dengan menngunakan sampel kulit
manggis, alkaloid dengan menggunakan sampel lada hitam, kumarin dengan
menggunakan sampel kunyit, kuinon dengan menggunakan sampel kembang
sepatu, minyak atsiri dengan menggunakan sampel daun jeruk nipis dan
flavonoid dengan menggunakan sampel daun sirsak.
Kromatografi lapis tipis adalah teknik pemisahan suatu senyawa
berdasarkan tingkat kepolaran suatu senyawa dengan eluennya. Eluen
merupakan campuran dua atau lebih pelarut. Prinsip kerjanya memisahkan
sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang
digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari plat silika dan
fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Semakin
dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin
terbawa oleh fase gerak tersebut. Keuntungan dari penggunaan kromatografi
lapis tipis adalah lebih mudah penggunaannya dan lebih murah. Kekurangan
dari teknik ini adalah prosedur pembuatan lempeng yang memerlukan tambahan
waktu.
Manggis (Garcinia mangostana) merupakan tanaman tahunan dari hutan
tropis yang memiliki rasa khas. Perpaduan antara rasa asam, manis dan sedikit
sepat. Manggis mengandung alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin dan steroid.
Senyawa xantrone yang terdapat dalam kulit manggis memiliki sifat sebagai
antidiabetes, antikanker, antiperadangan, antifungi, antibakteri dan sebagai
pewarna alami.
Lada hitam (Piper nigrum) merupakan jenis tanaman terna, berkayu,
memanjat yang mempunyai tinggi hingga 15 meter. Kulit batang berwarna hijau
tua, berakar pada buku-bukunya. Bunga berupa bulir yang menggantung. Buah
buni, buah muda berwarna hijau, buah yang telah tua berwarna hitam. Khasiat
dari lada hitam diantaranya bisa mencegah terjadinya kanker, masalah hati, dan
penyakit kardiovaskuler. Lada hitam berkhasiat meningkatkan fungsi saluran
pencernaan. Diantaranya dapat meningkatkan cairan pencernaan yaitu asam
klorida. Selain itu sifat zat antioksidan pada lada hitam juga berkhasiat dapat
menekan pertumbuhan bakteri baik terutama di saluran usus.
Kunyit (Curcuma domestica) merupakan tanaman terna tahunan yang
memiliki daun yang mirip dengan tumbuh-tumbuhan jenis pisang-pisangan.
Kunyit mengandung senyawa minyak atsiri dan kurkuminoid dimana minyak
atsiri tersebut mengandung senyawa kimia seiskuiterpen alkohol sedangkan
kurkuminoid mengandung senyawa kurkumin dan turunannya yaitu
bisdesmetosikukumin.
Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) merupakan jenis tanaman
hias yang memiliki bunga tunggal berbentuk terompet, berwarna merah dan
memiliki bau khas bunga serta memiliki rasa yang pahit. Bunga kembang sepatu
bermanfaat sebagai antiradang, antidiuretik dan antibakteri. Kandungan kimia
dalam bunga kembang sepatu antara lain golongan flavonoid, sponin dan
antosianin. Selain itu, bunga kembang sepatu juga mengandung polifenol,
diglukosida, sianidin, asam askorbat, serat, sianin dan alkaloid.
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sering dimanfaatkan buahnya, yang
biasanya bulat, berwarna hijau atau kuning, memiliki diameter 3-6 cm, memiliki
rasa asam dan agak pahit, agak serupa rasanya dengan lemon. Tanaman ini
mengandung asam sitrat, asam amino, minyak atsiri, damar, glikosida, asam
sitrun, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang, vitamin B1 dan vitamin C.
Daun sirsak (Annona muricata) mengandung banyak manfaat untuk
bahan pengobatan herbal, dan untuk menjaga kondisi tubuh. Daun sirsak
banyak mengandung acetogenins, annocatacin, annocatalin, annonacin, anonol
dan caclourine. Kandungan senyawa ini merupakan senyawa yang banyak
sekali manfaatnya bagi tubuh, bisa sebagai obat penyakit atau untuk
meningkatkan kekebalan tubuh.
Pengujian pertama adalah uji organoleptis. Uji organoleptis merupakan
pengujian berdasarkan pengamatan secara visual atau menggunakan panca
indera yang meliputi warna, bau dan rasa. Pada kulit manggis berbau khas dan
menusuk, rasa sepat, pahit dan berwarna merah kehitaman. Buah lada hitam
berbau khas aromatik, rasa pedas dan berwarna hitam. Rimpang kunyit berbau
khas aromatik, rasa getir, dan berwarna jingga. Bunga kembang sepatu berbau
khas bunga, rasa pahit dan berwarna merah. Daun jeruk nipis berbau khas
aromatik, rasa pedas atau getir, dan berwarna hijau tua. Daun sirsak berbau khas
daun, rasa sepat, pahit, dan berwarna hijau tua.
Pengujian kedua adalah penyarian atau ekstraksi sampel dengan cara
sampel dipotong kecil-kecil sehingga luas permukaan semakin besar sehingga
dapat mempermudah kontak dengan pelarut. Selain itu dengan dipotong kecil-
kecil sel tanaman akan rusak dan senyawa dapat keluar dari dalam sel.
Kemudian dimasukkan sampel ke dalam gelas kimia dan ditambahkan metanol
hingga sampel terendam. Metanol berfungsi sebagai pelarut dimana metanol
bersifat semi polar sehingga dapat melarutkan hampir semua senyawa dalam
sampel baik yang sifatnya polar maupun yang nonpolar. Ekstraksi merupakan
proses untuk menghasilkan sediaan cair yang diperoleh dengan mengekstraksi
zat-zat aktif dari simplisia menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua
pelarut diuapkan dan massa yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan. Metode ekstraksi yang digunakan adalah
maserasi. Maserasi adalah metode ekstraksi yang dilakukan dengan merendam
sampel dalam cairan penyari. Prinsip dari maserasi adalah adanya pemecahan
pada membran sel karena perbedaan konsentrasi pada bagian dalam dan bagian
luar sel sehingga senyawa yang ada di dalam sel akan keluar dari dalam sel dan
larut dalam cairan penyari. Berdasarkan hasil pengamatan ekstrak sampel kulit
manggis menghasilkan warna merah keunguan, lada hitam menghasilkan
larutan berwarna hijau kehitaman, sampel kunyit menghasilkan warna kuning,
sampel bunga sepatu menghasilkan warna kemerahan, sampel daun jeruk nipis
menghasilkan warna hijau dan sampel daun sirsak larutan berwarna hijau tua.
Pengujian ketiga adalah identifikasi saponin. Saponin adalah segolongan
senyawa glikosida yang mempunyai struktur steroid dan mempunyai sifat-sifat
khas dapat membentuk larutan koloidal dalam air dan membuih bila dikocok.
Glikosida saponin bisa berupa saponin steroid maupun saponin triterpenoid.
Sampel yang digunakan adalah kulit manggis, dan eluen yang digunakan
merupakan campuran antara klorofrom dengan aseton dengan perbandingan 4 :
1. Perbandingan pelarut yang digunakan ini dilakukan dengan tujuan untuk
menurunkan polaritas pelarut, sehingga dapat menarik senyawa yang diinginkan.
Eluen adalah campuran dua atau lebih pelarut yang digunakan sebagai fase
gerak. Penjenuhan eluen bertujuan untuk menghilangkan uap air atau gas serta
zat pengotor lainnya yang dapat mempengaruhi laju eluen pada saat bergerak di
fase diam. Setelah itu plat silika gel diaktifkan terlebih dahulu sehingga pada
saat digunakan plat silika gel dapat menjerap eluen dan berikatan dengan
senyawa dalam sampel. Plat silika gel diaktifkan dengan cara di oven pada suhu
1050 C selama 30 menit. Pengaktifan plat KLT berfungsi untuk menghilangkan
uap air dan udara sehingga agar eluen dapat bergerak ke batas atas. Penotolan
pada plat KLT menggunakan pipa kapiler, hal ini bertujuan agar mempermudah
tempat penotolan pada plat KLT di tempat yang sama, ukuran pipa kapiler yang
kecil juga memungkinkan tidak menggunakan ekstrak yang banyak dan
menghasilkan noda yang sesuai. Pada plat KLT digunakan batas atas dan batas
bawah, batas atas berukuran 0,2 cm dan batas bawah berukuran 0,5 cm. Batas
atas berfungsi untuk mengetahui batas akhir eluen bergerak pada plat KLT dan
batas bawah merupakan tempat untuk penotolan ekstrak. Identifikasi senyawa
saponin dengan metode KLT dilakukan dengan penjenuhan eluen di dalam
chamber dengan kertas saring. Ekstrak metanol kulit manggis yang telah
diuapkan ditotolkan pada plat KLT dengan menggunakan pipa kapiler.
Kemudian dimasukkan plat ke dalam chamber dengan posisi plat berdiri dengan
kemiringan 5° dari dinding chamber. Eluen yang merupakan fase gerak akan
melarutkan komponen zat campuran yang ditotolkan pada plat KLT. Komponen
yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal, sedangkan komponen yang
mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. Suatu pelarut yang
bersifat polar akan tertahan pada silika gel yang bersifat polar sedangkan
komponen yang bersifat non polar akan tertarik oleh eluen. Semakin dekat
kepolaran antara senyawa dengan eluen maka senyawa akan semakin terbawa
oleh fase gerak. Hal ini berdasarkan prinsip like dissolve like. Setelah eluen
mencapai batas atas plat diambil dan diamati di bawah sinar UV kemudian
disemprotkan menggunakan H2SO4 dan diamati kembali pada cahaya tampak
dan dibawah sinar UV. Tujuan penyemprotan dengan H2SO4 adalah untuk
memperkuat fluoresensi warna yang terlihat bila diamati di bawah sinar UV
pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Pada cahaya tampak noda yang
naik terlihat. Hal ini karena H2SO4 merusak gugus kromofor dan menyebabkan
terjadinya pergeseran batokrom yang sebelumnya hanya bisa terlihat di UV,
tetapi setelah disemprot H2SO4 dapat dilihat langsung. Pada Pengamatan pada
sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm menunjukkan adanya fluoresensi
dengan noda berbentuk ekor berwarna kuning. Hal ini karena plat KLT
dilengkapi oleh indikator fluoresensi pada sinar UV bergelombang pendek.
Sedangkan, pada panjang gelombang 366 nm warna noda berubah menjadi
jingga. Adanya perbedaan warna ini karena pada UV 254 nm plat berfluoresensi
dan mengahasilkan noda gelap, sedangkan pada 366 nm sebaliknya. Mekanisme
penampakkan noda pada sinar UV yaitu suatu molekul yang mengabsorbsi
cahaya ultraviolet akan mencapai keadaan tereksitasi dan kemudian
memancarkan cahaya tampak pada saat kembali ke tingkat dasar (emisi), emisi
inilah yang digambarkan sebagai fluoresensi (cahaya berwarna). Noda yang
terbentuk pada pengujian ini seharusnya tidak berekor dan jarak antara noda satu
dengan yang lainnya jelas. Hal ini disebabkan karena pemilihan eluen yang
kurang tepat, penotolan berulang dan letaknya yang kurang tepat. Nilai Rf yang
diperoleh yaitu 0,48. Rf (retention factor) merupakan nilai jarak relatif Rf pada
pelarut. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh eluen. Senyawa
yang memiliki nilai Rf lebih besar, berarti memilki kepolaran yang rendah dan
sebaliknya. Hal tersebut karena fase diam bersifat polar, dimana senyawa yang
lebih polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf
yang rendah. Hail yang diperoleh pada pengujian ini adalah positif mengandung
saponin, hal ini telah sesuai dengan teori.
Pengujian keempat adalah identifikasi alkaloid. Senyawa alkaloid
merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh
alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis
tumbuhan. Secara organoleptis, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit,
biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Alkaloid secara umum
mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan
merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Sampel yang digunakan adalah buah
lada hitam. Eluen yang digunakan adalah campuran antara metanol dan NH4OH
pekat dengan perbandingan 200 : 3. Perbandingan pelarut yang digunakan ini
dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan polaritas pelarut, sehingga dapat
menarik senyawa yang diinginkan. Identifikasi senyawa alkaloid pada sampel
lada hitam, diawali dengan menguapkan ekstrak untuk menghilangkan sisa
pelarut. Kemudian ekstrak ditambahkan lagi dengan amonia dan kloroform.
Tujuan penambahan amonia agar alkaloid berada dalam bentuk bebasnya
sehingga dapat teridentifikasi sedangkan fungsi penambahan kloroform untuk
menghilangkan zat pengotor. Setelah itu sampel ditotolkan pada plat sebanyak
tiga kali agar noda yang terlihat tidak terlalu sedikit dan dimasukkan ke dalam
chamber dan ditunggu hingga eluen naik sampai tanda batas. Kemudian
dikeringkan plat, setelah kering diamati pada sinar UV 254 nm dan 366 nm.
Setelah itu plat disemprot dengan pereaksi Dragendorff dan diamati kembali
pada sinar UV. Senyawa alkaloid dapat bereaksi dengan pereaksi Dragendorff
karena senyawa alkaloid masih memiliki gugus nitrogen yang mempunyai satu
pasangan elekton bebas sehingga alkaloid bersifat nukleofilik dan cenderung
bersifat basa. Sehingga senyawa alkaloid dapat berikatan dengan ion-ion logam
berat yang berikatan dengan muatan positif sehingga dapat menghasilkan
senyawa yang berwarna. Berdasarkan hasil pengamatan, pada panjang
gelombang 254 nm terlihat noda berwarna kuning kehijauan, sedangkan pada
panjang gelombang 366 nm terlihat noda berwarna kuning. Alkaloid dapat
berpendar karena adanya gugus kromofor. Hal ini membuktikan bahwa sampel
lada hitam mengandung alkaloid, hal ini telah sesuai dengan teori yang ada.
Pengujian kelima adalah identifikasi kumarin. Kumarin merupakan
senyawa metabolit sekunder minyak atsiri yang terbentuk terutama dari turunan
glukosa nonatsiri saat penuaan. Kumarin yang terkandung dalam suatu
tumbuhan dapat dikenal dari baunya. Bila tumbuhan tersebut dikeringkan, maka
akan memberikan bau yang khas. Sifat kelarutan kumarin sangat bervariasi,
ada yang larut dalam pelarut polar, ada yang sedikit larut dalam pelarut polar
dan ada pula yang larut dalam pelarut non polar. Sampel yang digunakan adalah
kunyit, dan eluen yang digunakan adalah campuran n-heksana dan etil asetat
dengan perbandingan 6 : 4. Perbandingan pelarut yang digunakan ini dilakukan
dengan tujuan untuk menurunkan polaritas pelarut, sehingga dapat menarik
senyawa yang diinginkan. Identifikasi senyawa kumarin dalam sampel kunyit
dilakukan dengan menguapkan ekstrak yang bertujuan untuk menghilangkan
sisa pelarut. Setelah itu ditotolkan pada plat silika gel dan dimasukkan dalam
chamber yang berisi eluen yang telah dijenhkan dengan posisi tegak dan
ditunggu hingga eluen naik sampai batas atas plat KLT. Setelah itu plat KLT
dikeringkan dan diamati pada sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm dan
366 nm. Kemudian plat KLT disemprot dengan pereaksi Dragendorff sampai
semua plat terbasahi lalu dikeringkan dan diamati kembali pada sinar UV 254
nm dan 366 nm, dan dihasilkan noda yang naik. Berdasarkan hasil pengamatan
pada panjang gelombang 254 nm menunjukkan warna hijau kekuningan
sedangkan pada panjang gelombang 366 nm menunjukkan warna hijau. Pada
pengujian ini senyawa kumarin berpendar pada lampu UV 254 nm dan 366 nm.
Karena terdapat gugus kromofor, dimana gugus kromofor ini akan menangkap
sinar UV yang kemudiaan atom-atom yang terdapat pada metabolit sekunder
kumarin mengalami kenaikan tingkat energi ke energi yang lebih tinggi atau
tereksitasi karena pada energi yang tinggi atom-atom tidak stabil. Berdasarkan
hasil pengamatan, sampel kunyit positif mengandung kumarin, hal ini telah
sesuai dengan teori.
Pengujian keenam adalah identifikasi kuinon. Kuinon adalah senyawa
berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor pada benzokuinon
yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan
rangkap karbon. Kuinon bersifat mudah larut dalam pelarut lemak dan akan
tereksitasi bersama-sama dengan karotenoid dan klorofil. Sampel yang
digunakan adalah bunga kembang sepatu, dan eluen yang digunakan adalah
campuran heksana dan etil asetat dengan perbandingan 6 : 4. Heksana
merupakan pelarut yang bersifat non polar dengan konstanta dielektrik sebesar
2,0. Etil asetat merupakan pelarut yang bersifat semipolar dengan konstanta
dielektrik sebesar 6,0. Identifikasi senyawa kuinon, dilakukan dengan ekstraksi
sampel terlebih dahulu dengan menggunakan pelarut metanol, lalu diuapkan.
Setelah itu dilakukan pengujian dengan metode KLT. Eluen dibuat dalam
chamber dan dijenuhkan. Selanjutnya, ekstrak metanol bunga kembang sepatu
yang telah diuapkan ditotolkan di atas plat KLT tepat pada bagian tengah plat
KLT dengan tujuan agar hasil totolan dapat teramati dengan baik. Dimasukkan
plat yang telah ditotolkan oleh ekstrak metanol kedalam chamber dengan posisi
yang tegak agar laju kenaikan eluen di garis akhir pada plat KLT sama. Diambil
plat KLT dan dikeringkan, kemudian diamati di sinar UV pada panjang
gelombang 254 nm dan 366 nm. Jika noda naik maka diberi penampak noda
KOH 10% dalam metanol dengan tujuan untuk menampakkan noda ekstrak pada
plat KLT. Hasil yang diperoleh setelah dilihat di sinar UV noda berwarna hijau
namun noda tidak naik bersama dengan kenaikkan eluen hingga garis akhir. Hal
ini kemungkinan dikarenakan pelarut yang digunakan sebagai eluen kurang
polar, sehingga eluen yang digunakan dalam pengujian ini diganti dengan toluen
dan asam asetat dengan perbandingan 99 : 1. Toluen merupakan pelarut organik
dengan konstanta dielektrik sebesar 2,4. Sedangkan asam asetat merupakan
pelarut polar dengan konstanta dielektrik sebesar 6,2. Hasil yang diperoleh pada
plat KLT adalah noda tetap tidak mengalami kenaikan setelah eluen diganti. Hal
ini kemungkinan terjadi karena pelarut yang digunakan sebagai eluen
kepolarannya kurang untuk meningkatkan pergerakkan noda, sehingga dapat
dilakukan penggantian pelarut dengan meningkatkan kepolaran pelarut.
Misalnya dengan mengkombinasikan antara pelarut etil asetat dan metanol
dengan perbandingan 100 : 16. Adanya perbandingan pelarut ini berujuan untuk
meningkatkan polaritas pelarut sehingga dapat menarik senyawa yang
diinginkan. Hasil yang diperoleh adalah positif kembang sepatu menganung
kuinon. Berdasarkan literatur yang ada, kuinon merupakan senyawa yang
memiliki gugus kromofor sehingga saat disinari dengan sinar UV 254 nm akan
menghasilkan warna merah kecoklatan dan pada sinar UV 366 nm akan
menghasilkan warna merah.
Pengujian ketujuh adalah identifikasi minyak atsiri. Minyak atsiri
merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan memiliki komponen
volatif pada beberapa tumbuhan dengan karakteristik tertentu. Sampel yang
digunakan adalah daun jeruk nipis, dan eluen menggunakan campuran pelarut
organik toluen dan etil asetat dengan perbandingan 93 : 7. Perbandingan pelarut
yang digunakan ini dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan polaritas
pelarut, sehingga dapat menarik senyawa yang diinginkan. Identifikasi minyak
atsiri pada sampel daun jeruk purut, dilakukan dengan terlebih dahulu
mengekstrasi sampel dengan menggunakan pelarut metanol. Lalu diuapkan
hingga dihasilkan ekstrak kering. Identifikasi senyawa dengan menggunakan
metode KLT yaitu dilakukan penjunahan eluen dalam chamber dengan
menggunakan kertas saring. Kemudian ditotolkan ekstrak metanol daun jeruk
purut pada plat KLT yang telah diberi tandadengan menggunakan pipa kapiler.
Dimasukkan plat yang telah ditotoli ekstak metanol ke dalam chamber yang
berisi eluen dan diamati kenaikkan cuplikan atau sampel bersama dengan
kenaikkan eluen pada plat KLT hingga batas akhir. Selanjutnya dikeringkan plat
KLT dan diidentifikasi dibawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm
teramati 3 noda yang berpendar dan 366 nm teramati 1 noda yang berpendar.
Kemudian dsemprot plat KLT dengan asam sufat pekat H2SO4 10% dan
dipanaskan di atas hot plate untuk menampakkan noda. Hasil yang diperoleh
pada pengujian ini adalah dalam daun jeruk purut positif mengandung minyak
atsiri.
Pengujian kedelapan adalah identifikasi flavonoid. Flavonoid merupakan
senyawa metabolit sekunder yang termasuk golongan senyawa fenolik dimana
flavonoid memliki struktur C6-C3-C6. Flavonoid merupakan senyawa polar
karena memiliki beberapa gugus hidroksil sehingga flavonoid dapat larut dalam
pelarut-pelarut yang sifatnya polar. Sampel yang digunakan adalah daun sirsak
dan eluen menggunakan campuran antara butanol, asam asetat dan air dengan
perbandingan 3 : 1 : 1 yang sifatnya sangat polar sehingga dapat menarik
flavonoid yang sifatnya polar. Identifikasi senyawa flavonoid dalam sampel
daun sirsak dilakukan dengan menguapkan ekstrak metanol daun sirsak yang
bertujuan untuk menghilangkan pelarut yang terdapat dalam ekstrak. Setelah itu
ditotolkan pada plat silika gel dan dimasukkan di dalam chamber yang berisi
eluen yang telah dijenuhkan kemudian ditutup dan di tunggu hingga eluen
mencapai batas atas pada plat silika gel. Kemudian diamati dibawah sinar UV
dengan panjang gelombang 254 nm dan 366 nm, selanjutnya disemprot dengan
sitoborat atau amonia. Tetapi dalam pengujian ini yang digunakan amonia.
Tujuan penambahan amonia adalah untuk manampakkan noda pada saat dilihat
di sinat UV. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa noda yang terbentuk
membentuk noda berekor. Hal tersebut dikarenakan sampel yang ditotolkan
terlalu pekat dan kemungkinan eluen yang digunakan tidak jenuh. Pada saat
dilihat dibawah sinar UV, maka hanya berpendar (berfluoresensi) pada panjang
gelombang 366 nm. Mekanisme fluorosensi adalah terjadinya pergeseran
batokromatik ke arah panjang gelombang yang lebih panjang. Hal tersebut
menandakan bahwa sampel mengandung senyawa yang memberikan serapan
pada panjang gelombang tersebut. Penampakan noda pada sinar UV mencapai
suatu keadaan tereksitasi dimana elektron-elektron menempati orbital dengan
tingkat energi yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan, noda yang
terbentuk berpendar merah pada panjang gelombang 366 nm. Menurut teori,
bercak noda pada sinar UV setelah disemprot dengan amonia berwarna merah
atau jingga maka flavonoid yang terdapat didalamnya adalah khalkon. Hal
tersebut membuktikan bahwa sampel daun sirsak mengandung senyawa
alkaloid, hal ini telah sesuai dengan teori.
Mekanisme penampakkan noda pada sinar UV yaitu suatu molekul yang
mengabsorbsi cahaya ultraviolet akan mencapai keadaan tereksitasi dan
kemudian memancarkan cahaya tampak pada saat kembali ke tingkat dasar
(emisi), emisi inilah yang digambarkan sebagai fluoresensi (cahaya berwarna).
Pada UV 254 nm, plat akan berfluoresensi sedangkan noda akan tampak
berwarna gelap, karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator
fluoresensi yang terdapat pada plat. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan
emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron
tereksitasi dari tingkat energi rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi
kemudian kekeadaan semula sambil melepaskan energi. Pada UV 366 nm, noda
akan berfluoresensi dan plat berwarna gelap. Penampakan noda pada UV 366
nm adalah karena adanya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor
yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya
yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen
tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat
energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada UV 366 nm terlihat
terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluoresensi pada UV 366 nm.
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Kulit manggis (Garcinia mangostana) positif mengandung senyawa
saponin
2. Buah lada hitam (Piper nigrum) positif mengandung senyawa alkaloid
3. Rimpang kunyit (Curcuma domestica) positif mengandung senyawa
kumarin
4. Bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis) positif mengandung
senyawa kuinon
5. Daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) positif mengandung senyawa
minyak atsiri
6. Daun sirsak (Annona muricata) positif mengandung senyawa flavonoid