pembahasan frkasinasi 2

2
PEMBAHASAN FRAKSINASI II Setelah melakukan fraksinasi I dengan metode ekstraksi cai-cair, selanjutnya dilakukan fraksinasi II yaitu dengan menggunakan kromatografi kolom klasik. Prinsip kerja kromatografi kolom adalah dengan adanya perbedaan daya serap dari masing-masing komponen, campuran yang akan diuji, dilarutkan sedikit pelarut lalu dimasukan lewat puncak kolom dan dibiarkan mengalir kedalam zat menyerap. Senyawa yang lebih polar akan terserap lebih kuat sehingga turun lebih lambat dan senyawa non polar terserap lebih lemah dan turun lebih cepat. Zat yang diserap dari larutan secara sempurna oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada kolom. Pelarut lebih lanjut/dengan tanpa tekanan udara masing-masinh zat akan bergerak turun dengan kecepatan khusus sehingga terjadi pemisahan dalam kolom. Pelarut mempunyai peranan yang penting dalam mengelusi sampel yang dapat menentukan keberhasilan pemisahan secara kromatografi kolom. Sistem pelarut yang digunakan pada kromatografi kolom ini harus menghasilkan nilai Rf 0,2-0,3 sesuai dengan literatur FHI fase gerak menggunakan kloroform : etilasetat (6:4) tetapi dihasilkan nilai Rf yang terlalu besar sehingga tidak efektif untuk kromatografi kolom, selanjutnya dilakukan orientasi fase gerak didaptkan etilasetat : n- heksan (5:5) meghasilkan nilai Rf 0,33 nilai ini berada pada rentang 0,2-0,3 sehingga yang dipakai sebagai fase erak yaitu etilasetat : n- heksan (5:5). Penyiapan pertama yaitu dengan menghitung fasa diam, fase diam yang digakan adalah Silica gel for colom jumlah fase diam sama banyak dengan jumlah isolate yang didapat yaitu sebanyak 25 gram. Penyiapan fase diam menggunakan cara basah, yaitu dengan cara melarutkan fase diam silica gel dalam eluen (etil asetat :n-heksan). Setelah terbentuk

description

fitokim

Transcript of pembahasan frkasinasi 2

PEMBAHASAN FRAKSINASI II

Setelah melakukan fraksinasi I dengan metode ekstraksi cai-cair, selanjutnya dilakukan fraksinasi II yaitu dengan menggunakan kromatografi kolom klasik. Prinsip kerja kromatografi kolom adalah dengan adanya perbedaan daya serap dari masing-masing komponen, campuran yang akan diuji, dilarutkan sedikit pelarut lalu dimasukan lewat puncak kolom dan dibiarkan mengalir kedalam zat menyerap. Senyawa yang lebih polar akan terserap lebih kuat sehingga turun lebih lambat dan senyawa non polar terserap lebih lemah dan turun lebih cepat. Zat yang diserap dari larutan secara sempurna oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada kolom. Pelarut lebih lanjut/dengan tanpa tekanan udara masing-masinh zat akan bergerak turun dengan kecepatan khusus sehingga terjadi pemisahan dalam kolom.Pelarut mempunyai peranan yang penting dalam mengelusi sampel yang dapat menentukan keberhasilan pemisahan secara kromatografi kolom. Sistem pelarut yang digunakan pada kromatografi kolom ini harus menghasilkan nilai Rf 0,2-0,3 sesuai dengan literatur FHI fase gerak menggunakan kloroform : etilasetat (6:4) tetapi dihasilkan nilai Rf yang terlalu besar sehingga tidak efektif untuk kromatografi kolom, selanjutnya dilakukan orientasi fase gerak didaptkan etilasetat : n-heksan (5:5) meghasilkan nilai Rf 0,33 nilai ini berada pada rentang 0,2-0,3 sehingga yang dipakai sebagai fase erak yaitu etilasetat : n-heksan (5:5).Penyiapan pertama yaitu dengan menghitung fasa diam, fase diam yang digakan adalah Silica gel for colom jumlah fase diam sama banyak dengan jumlah isolate yang didapat yaitu sebanyak 25 gram. Penyiapan fase diam menggunakan cara basah, yaitu dengan cara melarutkan fase diam silica gel dalam eluen (etil asetat :n-heksan). Setelah terbentuk fase diam seperti bubur masukan sampel hingga rata, terakhir masukan eluen etilasetat : n-heksan biarkan hingga turun , tamping fraksi dengan menggunakan botol vial berdasarkan volume dan warna . Pada kromatografi kolom ini senyawa non polar akan keluar terlebih dahulu dibandingkan senyawa polar.Elluen dialirkan terus menerus jangan sampai kering untuk pemisahan komponen dengan kecepatan alir yang tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat agar proses tidak terlalu lama. Eluen mengalir mengelusi sampel menyusuri fase diam di sepanjang kolom dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Vial-vial tersebut akan mengandung senyawa non polar dan polar.Vial tersebut dipantau menggunakan KLT setiap interval 5 fraksi, didapatkan total vial sebanyak 51 vial , vial-vial tersebut dipantau dengan interval 5 dan terdapat bercak yang diduga merupakan senyawa sinensetin pada vial nomor 40 hingga 51 adanya sinensetin karena pada saat pemantauan menggunakan KLT dibawah lampu UV 254 nm & 366 nm terdapa 1 bercak berwarna biru dengan nilai Rf 0,43 yang mendekati nilai Rf pada literature nilai Rf sinensetin maka diduga sinensetin berada pada subfraksi 40-51 yang selanjutnya digunakan untuk proses pemurnian.