Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

32
61 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian a. Letak dan Luas Kota Bandung merupakan ibu kota dari Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung memiliki luas 16.767 hektar. Letak Kota Bandung berada 107° BT dan 6° 55° LS. Kota ini secara geografis terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Barat. Dengan demikian, Bandung mempunyai nilai strategis terhadap daerah-daerah di sekitarnya, Bandung Dalam Angka (BDA) 2009. Dalam BDA 2009 Kota Bandung terletak di ketinggian ±768 m di atas permukaan laut rata-rata (mean sea level). Daerah utara Kota Bandung pada umumnya lebih tinggi dari pada daerah selatan. Rata-rata ketinggian di sebelah utara adalah ±1050 dpl, sedangkan di bagian selatan adalah ±675 dpl. Bandung dikelilingi oleh pegunungan yang membuat Bandung menjadi semacam cekungan (Bandung Basin). Kota Bandung dialiri dua sungai utama, yaitu Sungai Cikapundung dan Sungai Citarum beserta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir ke arah selatan dan bertemu di Sungai Citarum. Dengan kondisi yang demikian,

Transcript of Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

Page 1: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

61

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

a. Letak dan Luas

Kota Bandung merupakan ibu kota dari Provinsi Jawa Barat. Kota

Bandung memiliki luas 16.767 hektar. Letak Kota Bandung berada 107°

BT dan 6° 55° LS. Kota ini secara geografis terletak di tengah-tengah

provinsi Jawa Barat. Dengan demikian, Bandung mempunyai nilai

strategis terhadap daerah-daerah di sekitarnya, Bandung Dalam Angka

(BDA) 2009.

Dalam BDA 2009 Kota Bandung terletak di ketinggian ±768 m di

atas permukaan laut rata-rata (mean sea level). Daerah utara Kota

Bandung pada umumnya lebih tinggi dari pada daerah selatan. Rata-rata

ketinggian di sebelah utara adalah ±1050 dpl, sedangkan di bagian selatan

adalah ±675 dpl. Bandung dikelilingi oleh pegunungan yang membuat

Bandung menjadi semacam cekungan (Bandung Basin). Kota Bandung

dialiri dua sungai utama, yaitu Sungai Cikapundung dan Sungai Citarum

beserta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir ke arah

selatan dan bertemu di Sungai Citarum. Dengan kondisi yang demikian,

Page 2: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

62

Bandung selatan sangat rentan terhadap masalah banjir. Kota Bandung

berbatasan dengan wilayah:

1) Sebelah Utara : Kecamatan Lembang

2) Sebelah Selatan : Kecamatan Dayeuh Kolot

3) Sebelah Barat : Kota Cimahi

4) Sebelah Timur : Kecamatan Cileunyi

b. Ancaman Gempa di Kota Bandung

Kota Bandung dan sekitarnya terancam gempa dahsyat

berkekuatan 7,5 pada skala Richter (SR). Dalam Jurnal Geologi Indonesia

vol 1 No 1 Maret 2006, ancaman ini bisa muncul, jika terjadi pergerakan

di sejumlah lempeng penyusun patahan Cimandiri-Lembang. Jika ini

terjadi, gempa besar tersebut akan mengguncang cekungan Bandung.

Selain Kota Bandung, Cimahi, Padalarang, serta Lembang, gempa juga

mengintai sejumlah wilayah di Sukabumi, termasuk Palabuhanratu.

Patahan Lembang yang terletak di Kabupaten Bandung Barat,

Jawa Barat, aktif bergerak. Perhitungan oleh pakar geologi terkait menurut

Sutikto (2006-11) pergerakan itu sebesar 2 milimeter per tahun.

Masyarakat harus diberi pemahaman tentang risiko bencana dan upaya

mitigasi. Belum banyak masyarakat yang mengetahui keaktifan Patahan

Lembang. Gempa besar di patahan itu pun belum pernah tercatat secara

ilmiah., gempa bumi telah terjadi berulang kali dan ditemukan tanah yang

berlapis-lapis di lereng patahan, misalnya di Situ Umar. Lapisan tanah itu

Page 3: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

63

terjadi karena gempa bumi yang berulang kali, pada kedalaman sekitar

150 sentimeter, ada perbedaan lapisan tanah di Situ Umar. Di bawahnya

terdapat tanah dengan kontur lapisan yang cenderung tidak beraturan.

Kontur semacam itu terjadi karena guncangan gempa. Kontur serupa

ditemukan di lapisan tanah dengan kedalaman 3,5 meter.

menurut Somantri (2008:2), menjelaskan bahwa Patahan Lembang

adalah patahan yang masih aktif. Salah satu kriterianya adalah bentuk riil

yang bisa terlihat secara kasat mata saat ini. Selain itu, pola penumpukan

lapisan tanah menunjukkan adanya pergerakan lempeng secara vertikal.

Selain struktur tanah, kecepatan pergeseran dan komposisi batuan pun

punya andil besar untuk menentukan dampak yang ditimbulkan. Cekungan

bandung yang merupakan danau purba pada ribuan tahun silam memiliki

struktur tanah yang labil. Di wilayah ini tanah lempung menjadi bahan

utama penyusunnya. Jika terjadi gempa meskipun skalanya kecil cukup

untuk memporakporandakan kawasan Bandung dan sekitarnya.

Keaktifan lempeng ini menunjukkan wilayah Lembang dan Kota

Bandung rentan terhadap dampak gempa bumi. Kawasan patahan kini

semakin padat penduduk. Terlebih lagi, Kota Bandung yang berjarak

sekitar 15 kilometer arah selatan dari patahan itu berdiri di atas tanah

dengan tingkat kematangan rendah.

Page 4: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

64

Sumber : Google Docs

Gambar 4.1 Patahan Lembang

Pembangunan di sekitar Patahan Lembang perlu mendapat

perhatian agar tidak menjadi korban jika Patahan Lembang menjadi aktif

kembali. Dalam jurnal Geologi Indonesia Vol 1 No 1 Maret 2006,

menyebutkan bahwa ancaman bencana yang mungkin terjadi di Patahan

Lembang termasuk kategori kelas dunia, karena lokasi patahan berada di

dekat kawasan kota yang sangat padat penduduk. Dapat dilihat dengan

kasat mata, di sekitar patahan itu telah berdiri banyak perumahan dan vila

mewah. Jika patahan sepanjang 24 kilometer itu bergerak sekaligus,

gempa yang dihasilkan diprediksi bisa mencapai 6,7 hingga 7 pada skala

Richter.

Page 5: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

65

Patahan ini juga memicu aktivitas perut Gunung Tangkuban

Parahu. Siklus gempa patahan ini antara 400 hingga 700 tahun sedangkan

gempa terakhir terjadi 500 tahun silam. Dengan demikian ini merupakan

ancaman serius yang perlu penyikapan dini.

Sumber: Pusat Penelitian Mitigasi Bencana ITB

Gambar 4.2 Zonasi Percepatan gempa di Kota Bandung

Pengetahuan mengenai bahaya ini bukan untuk menimbulkan

keresahan, akan tetapi sebaik-baiknya peringatan agar dapat

meminimalisasi kerugian yang diakibatkan oleh kejadian alamiah yang

bisa terjadi kapan saja tanpa bisa diprediksi. Tidak tepat hanya menunggu

kebijakan dari pemerintah atau bahkan berdiam diri menerima takdir.

Kesiapan dalam menyikapi ancaman gempa patahan Lembang harus

Page 6: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

66

dimiliki oleh setiap orang yang hidup dan bertempat tinggal disekitar

kawasan patahan. Sejak sekarang harus sudah dierancankan supaya proses

mitigasi dapat dilakukan dengan mudah dan efektif.

c. Kondisi Pendidikan di Kota Bandung

Salah satu faktor penyebab utama timbulnya banyak korban akibat

bencana gempa adalah karena kurangnya pengetahuan tentang bencana

dan kurangnya kesiapsiagaan dalam mengantisipasi bencana tersebut.

Jumlah sarana pendidikan di Kota Bandung dalam BDA 2007 yaitu

2.379, jika kesiapsiagaan ini sudah tersosialisasi pada komunitas sekolah,

maka akan lebih mudah untuk mengantisipasi bencana tersebut.

Tabel 4.1 Jumlah Sarana Pendidikan di Kota Bandung

Sumber : Bandung Dalam Angka 2007

d. Jumlah Penduduk di Kota bandung yang Sedang Mengenyam

pendidikan

Jumlah penduduk Kota dalam laporan Bandung Dalam Angka (BDA

2007) yaitu 2.414. 704 jiwa, dengan komposisi 1.230.574 jiwa laki-laki dan

1.184.130 jiwa perempuan.

Table 4.2 menunjukan jumlah penduduk Kota Bandung yang sedang

mengenyam pendidikan.

Sarana Pendidikan

TK SD SMP SMA PT Jumlah

Negeri 6 749 55 45 3 858 Swasta 658 282 200 293 88 1521 TOTAL 664 1031 255 338 91 2379

Page 7: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

67

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk yang Sedang Mengenyam Pendidikan

Sumber : Bandung Dalam Angka 2007

Jumlah penduduk Kota Bandung yang sedang mengenyam

pendidikan yaitu 1.798.089, jika dengan jumlah tersebut tahu akan

pentingnya kesiapsiagaan dan dapat mensosialisasikan ke

masyarakat luas maka dampak bencana akan dapat di kurangi.

2. Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah dalam Mengantisipasi

Bencana Gempa Bumi

Komunitas sekolah adalah salah satu stakeholders utama dalam

kajian kesiapsiagaan komunitas dalam menghadapi bencana. Komunitas

sekolah terdiri dari tiga unsur yaitu, sekolah sebagai lembaga, guru dan

siswa. Peran-peran yang diharapkan dari komunitas sekolah adalah

penyiapan rencana penyelamatan, penyebarluasan peringatan bencana,

serta jangka panjangnya diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang bencana.

No Tingkat pendidikan Jumlah

1 TK 10.745

2 SD 525.826

3 SMP 393.767

4 SMA 631.083

5 PT 236.668

Total 1.798.089

Page 8: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

68

1. Pengetahuan dan sikap

Parameter ini di gunakan untuk mengetahui pengetahuan

responden guru dan siswa mengenai bencana.

a. Responden Guru

Pengetahuan tentang bencana yang dimiliki oleh guru diharapkan

dapat disebarluaskan kepada masyarakat khususnya kepada siswa. Profesi

sebagai guru menjadikan responden ini mempunyai peluang besar

memberikan ilmu-ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa.

Tabel berikut ini menunjukan pengetahuan responden guru dalam

memahami pengetahuan tentang bencana.

Tabel 4.3 Pengetahuan dan sikap Responden Guru

No Uraian Persentase (%)

1 2

1

Penyebab terjadinya bencana a. Kejadian Alam 100 b. Perilaku Manusia 91 c. Takdir Tuhan 98

Rata-rata 96 Jenis-jenis Bencana Alam

2

a. Gempa bumi 90 b. Tsunami 87 c. Banjir 92 d. Tanah longsor 72 e. Letusan gunung berapi 95 f. Badai 79

Rata-rata 85 Penyebab gempa

3 a. Pergeseran kerak bumi 99 b. Gunung meletus 90 c. Tanah longsor 61

Page 9: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

69

Sumber : Penelitian 2011

Parameter pengetahuan dan sikap tentang bencana yang dimiliki

oleh guru dikategorikan pada level siap. Kesiapan ini tentu saja

merupakan suatu hal yang sangat penting untuk meningkatkan

pengetahuan terhadap bencana bagi responden siswa, maka dari itu guru

harus selalu senantiasa meningkatkan pengetahuannya.

b. Responden Siswa

d. Angin topan dan halilintar 7 e. Peneboran minyak 23

Rata-rata 56 Ciri-ciri bangunan tahan gempa

4

a. Bangunan dari bahan setengah tembok dan kayu

77

b. Bangunan dari bahan kayu 90 c. Bangunan bertingkat dan kokoh 43

Rata-rata 70 Sumber informasi gempa

5

a. Radio 15 b. TV 97 c. Koran, majalah, bulletin 38 d. Buku saku, poster, leaflet,

billboard, rambu peringatan 41

e. Sosialisasi, seminar, pertemuan 45 f. Saudara, kerabat, teman, tetangga 65 g. Petugas pemerintah 29 h. LSM dan lembaga non

pemerintah lainnya (misal PMI) 31

Rata-rata 45 6 Memberikan pelajaran tentang gempa 87 7 Menginformasikan pada murid 97 Rata-rata Parameter Pengetahuan 76

Lanjutan Tabel 4.13

Page 10: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

70

Pengetahuan yang dimiliki siswa tentang kebencanaan merupakan

sebauah modal yang akan meningkatkan tingkat kesiapsiagaan komunitas

sekolah. Pengetahuan ini juga tidak terlepas dari peran seorang guru yang

merupakan bagian dari sumber informasi siswa untuk mendapatkan

pengetahuan dan wawasan tentang kebencanaan.

Tabel 4.4 berikut ini menunjukkan tingkat pengetahuan dan sikap

siswa terhadap bencana khususnya bencana gempa.

Tabel 4.4 Pengetahuan dan sikap Responden Siswa

No Uraian Persentase (%)

1 3

1

Penyebab terjadinya bencana

d. Kejadian Alam 89

e. Perilaku Manusia 79

f. Takdir Tuhan 92

Rata-rata 86

2

Jenis-jenis Bencana Alam

a. Gempa bumi 97

b. Tsunami 96

c. Banjir 99

d. Tanah longsor 95

e. Letusan gunung berapi 91

f. Badai 75

Rata-rata 92

3

Penyebab gempa bumi

a. Pergeseran kerak bumi 75

b. Gunung meletus 72

c. Tanah longsor 65

d. Angin topan dan halilintar 31

e. Ambasan tanah 61

f. Pengeboran minyak 19

Rata-rata 53

4 Ciri-ciri gempa kuat

Page 11: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

71

a. Gempa membuat pusing/limbung 71

b. Gempa menyebabkan goyangan kencang/keras sehingga tidak bisa berdiri

90

c. Getaran gempa terjadi cukup lama da diikuti oleh gempa-gempa susulan yang lebih kecil

63

d. Bangunan retak atau roboh 79

Rata-rata 75

5

Tindakan bila terjadi gempa saat di sekolah

a. Berlindung di bawah meja 66 b. Menjauh dari rak 57 c. Menjauh dari jendela 61

d.Jangan berdesakan pada saat keluar 70

e. Berlari menuju lapangan terbuka 92

Rata-rata 69

6

Mewaspadai terjadinya gempa

a. Menambah pengetahuan 78

b. Menyimpan buku dan peralatan di tempat aman

74

c.Mengikuti simulasi gempa 32

d.Mendengarkan informasi di TV, radio dll 91

Rata-rata 68

7 Sumber info bencana

a.Sekolah 45

b. media cetak (koran, majalah,tabloid) dan elektronik (TV/radio/internet)

89

c.Buku, komik, poster, leaflet, papan pengumuman, selebaran

15

d.Keluarga/saudara/teman 79

Rata-rata 57

8 Mendapatkan materi gempa 97

9 Membicarakan gempa dengan teman atau keluarga

98

Rata-rata parameter pengetahuan responden siswa

77

Sumber: Penelitian 2011

Parameter pengetahuan tentang bencana yang dimiliki siswa dapat

dikategorikan pada level siap. Tetapi level siap pada responden siswa

masih bernilai kecil sehingga diperlukan banyak pembenahan untuk

Lanjutan Tabel 4.4

Page 12: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

72

memperbaikinya. Guru merupakan peluang besar untuk menambah

pengetahuan siswa agar mencapai level yang lebih baik lagi.

2. Rencana Tanggap Darurat

Parameter ini di gunakan untuk mengetahui rencana tanggap

darurat responden guru dan siswa dan sekolah (sebagai lembaga)

mengenai bencana.

a. Responden Guru

Guru memiliki peranan penting dalam rencana tanggap darurat

menghadapi bencana. Guru bertanggung jawab juga untuk keselamatan

murid ketika berada di sekolah.

Tabel berikut ini menunjukan rencana tanggap darurat yang

dimiliki oleh responden guru dalam mengantisipasi terjadinya bencana.

Tabel 4.5 Rencana Tanggap Darurat Responden Guru

No

Uraian Persentase (%)

1 2

1

Tindakan dalam mengantisipasi bencana gempa

a. Menyiapkan/copy dokumen-dokumen kelas/mata pelajaran yang diajarkan dan menyimpannya di tempat yang aman

69

b. Melatih siswa untuk menyelamatkan diri 52

c. Memaku/mengikat rak-rak buku ke dinding atau lantai 32

d. Meletakkan barang-barang dan buku-buku di tempat rendah/lantai

38

Rata-rata 47

2

Tindakan saat terjadi gempa

a. Menenangkan siswa 82

b. Memberi aba-aba agar siswa berlindung di bawah meja yang kokoh samapai getaran gempa berhenti

62

c. Memandu siswa untuk menjauh dari rak-rak buku/barang dan benda-benda yang tergantung atau jendela kaca

61

d. Memandu siswa untuk merunduk kearah pintu sambil melindungi 72

Page 13: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

73

kepala

e. Memandu siswa keluar ruangan/gedung secara teratur dan tidak berdesak-desakan

82

f. Jika berada di lantai dua atau lebih, memandu siswa untuk menggunakan tangga darurat dan tidak menggunakan elevator/lift

87

g. Lari menyelamatkan diri 13

Rata-rata 65

Rata-rata Parameter Pengetahuan Guru 56

Sumber: Penelitian 2011

Parameter rencana tanggap darurat yang dimiliki responden guru

dapat dikategorikan pada level kurang siap. Sekolah diharuskan

melakukan beberapa pembenahan terkait dengan rencana tanggap darurat

ini, dikarenakan guru memegang peranan yang sangat vital sebagai

penghubung kepada murid tersebut.

b. Responden Siswa

Rencana tangap darurat yang menjadi parameter bagi responden

siswa adalah berkaitan dengan persiapan responden dalam menghadapai

bencana tsunami. Parameter ini sangat dibutuhkan untuk mengatahui

tingkat persiapan siswa dalam menghadapi bencana

Tabel-tabel berikut ini menunjukan persiapan yang dilakukan

responden dalam menghadapi bencana gempa bumi

Page 14: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

74

Tabel 4.6 Rencana Tanggap Darurat Responden Siswa

No Uraian Persentase

(%) 1 2

1

Persiapan siswa dalam menghadapi bencana gempa

a. Mengikuti latihan menyelamatkan diri 53

b. Mengetahui tempat yang aman 65

c. Mencatat alamat-alamat atau nomor telpon penting keluarga dan kerabat

37

d. Mengetahui tempat-tempat penting seperti: rumah sakit, pemadam kebakaran, polisi, PMI, PLN

32

e. Menyepakati tempat berkumpul anggota keluarga 27

Rata-rata 42

2

Prioritas barang yang akan diselamatkan ketika terjadi bencana

a. Raport/ijazah 54

b. Tas/kantong/kotak yang berisi buku dan keperluan sekolah 76

c. Surat-surat dan barang-barang penting lainnya 71

d. Barang-barang kesayangan 91

Rata-rata 73

3

Bahan Dan Materi Tentang Bencana Gempa Yang Diperoleh Oleh Responden Siswa

a. Buku-buku tentang gempa 82

b. Poster, leaflet, buku saku, komik, kliping koran tentang gempa 49

c. VCD, kaset tentang gempa 52

Rata-rata 61

4

Alat Bantu Kesiapsiagaan Bencana

a. Peta dan jalur evakuasi/penyelamatan 0

b. Peralatan dan perlengkapan evakuasi/penyelamatan 0

c. Kotak P3K dan obat-obatan penting 94

d. Posko kesehatan sekolah 92

e. Palang Merah Remaja (PMR) 90

Rata-rata 55

Rata-rata Parameter Rencana Tanggap Darurat Siswa 57

Sumber : Penelitian 2011

Parameter rencana tanggap darurat yang dimiliki oleh responden

siswa dikategorikan pada level hampir siap. Beberapa responden

menjawab pernah mengikuti latihan penyelamatan diri. Kegiatan ini bukan

Page 15: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

75

diadakan oleh sekolah, melainkan oleh lembaga lain yang mengundang

siswa untuk mengikuti kegiatan. Diharapkan sekolah mengadakan

berbagai kegiatan berkaitan dengan bencana agar menambah pengetahuan

tentang mitigasi bencana dan siswa dapat lebih mempersiapkan dirinya

ketika nantinya terjadi bencana.

c. Responden Sekolah (sebagai lembaga)

Parameter rencana tanggap darurat pada responden sekolah

(sebagai lembaga) berkaitan dengan perencanaan sebelum bencana.

Table berikut menunjukan rencana tanggap darurat pada responden

sekolah (sebagai lembaga).

Tabel 4.7 Rencana Tanggap Darurat Responden Sekolah (lembaga)

No Uraian Persentase

(%) 1 2

1 Menyiapkan back-up atau copy dokumen-dokumen penting untuk mengantisipasi bencana

50

2

Menyiapkan rencana evakuasi

a. Menyepakati tempat-tempat evakuasi/pengungsian 50

b. Membuat peta dan jalur evakuasi sekolah -

c. Menyiapkan peralatan dan perlengkapan evakuasi -

d. Melakukan latihan/simulasi evakuasi -

Rata-rata 13

3

Kegiatan yang berkaitan dengan pertolongan pertama

a. Meyiapkan kotak P3K dan obat-obatan penting 100

b. Menyiapkan posko kesehatan sekolah 100

c. Mengaktifkan dokter kecil atau Palang Merah Remaja 75

d. Latihan pertolongan pertama 100

Rata-rata 93

Rata-rata Parameter Rencana Tanggap Darurat Sekolah (sebagai lembaga)

52

Sumber: Hasil Penelitian 2011

Page 16: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

76

Parameter rencana tanggap darurat yang dimiliki oleh responden sekolah

(sebagai lembaga) dikategorikan pada level kurang siap. Sekolah harus lebih

meningkatkan rencana-rencana tanggap darurat, agar ketika terjadi bencana

sudah lebih siap dalam mengatasinya.

3. Peringatan Bencana

Parameter ini di gunakan untuk mengetahui pengetahuan responden guru,

siswa dan sekolah (sebagai lembaga) mengenai bencana.

a. Responden Guru

Peringatan bencana merupakan komponen penting bagi setiap

stakeholder dalam pengurangan resiko bencana. Bagi responden guru

peringatan bencana merupakan sebauh tanda yang dapat digunakan bagi

diri dan untuk menyelamatkan muridnya dari resiko bencana, karna guru

mempunyai peran penring dalam hal in sebagai media transfer ilmu

kepada siswa. Dengan begitu, siswa bisa lebih waspada ketika ada

peringatan bencana.

Tabel berikut ini menunjukkan sistem peringatan bencana yang

diketahui oleh responden guru.

Page 17: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

77

Tabel 4.8 Sistem Peringatan Bencana Responden Guru

No Uraian Persentase

(%) 1 2

1

Jenis-jenis peringatan bencana yang diketahui

a. Tradisional ( turun temurun di masyarakat) 37

b. Kesepakatan local 0

Rata-rata 18

2

Tindakan yang dilakukan ketika mendengar peringatan bencana

a. Memandu siswa untuk lari ke tempat yang tinggi 82

b. Memandu siswa menuju tempat pengungsian/evakuasi 78

c. Menyelamatkan dokumen penting 69

d. Membantu anak-anak, ibu hamil,orang tua dan orang cacat di sekitar sekolah ke tempat aman sementara

79

e. Menenangkan diri/siswa agar tidak panik 80

f. Mematikan listrik di sekolah 72

g. Segera pulang ke rumah 69

Rata-rata 75

Rata-rata Parameter Peringatan Bencana Responden Guru 46

Sumber: Hasil Penelitian 2011

Parameter peringatan bencana yang dimiliki oleh responden guru

dikategorikan pada level kurang siap. Guru harus lebih meningkatkan

kesiapsiagaan menghadapi bencana. Diperlukan pembenahan khususnya

pada pengetahuan tentang peringatan bencana, mayoritas responden lebih

banyak mengetahui peringatan bencana secara tradisional dibandingkan

dengan peringatan kesepakatan lokal.

b. Responden Siswa

Hasil kajian menunjukan pengetahuan siswa tentang sistem

peringatan bencana belum cukup baik. Kajian ini harus lebih di tingkatkan

agar dapat berguna bagi diri siswa pribadi maupun keluarga serta kerabat

siswa dalam mengantisipasi resiko bencana. Peringatan bencana

Page 18: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

78

hendaknya disosialisasikan dan diketahui oleh seluruh elemen masyarakat

agar terciptanya suatu pengetahuan yang seragam mengenai sistem ini.

Table berikut ini menunjukan tingkat pengetahuan siswa tentang

peringatan bencana dan tindakan antisipasi ketika mendengar peringatan

tersebut.

Tabel 4.9 Sistem Peringatan Bencana

No Uraian Persentase (%)

1 2

1

Jenis-jenis peringatan bencana

a. Tradisional ( turun temurun di masyarakat) 46

b. Kesepakatan local 0

Rata-rata Paramter Peringatan Bencana Responden Siswa 23

Sumber: Hasil Penelitian 2011

Parameter peringatan bencana yang dimiliki oleh responden siswa

dikategorikan pada belum siap. Peningkatan yang perlu dilakukan adalah

dalam hal sistem peringatan bencana, mayoritas siswa hanya mengetahui

sistem peringatan bencana tradisional saja dibandingkan dengan sistema

peringatan lokal. Dibutuhkan peran serta dari berbagai pihak untuk

meningkatkan kesiapsiagaan ini.

a. Responden Sekolah (sebagai lembaga)

Sekolah mempunyai peran yang sangat penting untuk memberikan

pengetahuan mengenai peringatan bencana, karena hal ini dapat

mempermudah memberitahukan adanya bencana pada komunitas sekolah

jika sewaktu-waktu terjadi bencana.

Page 19: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

79

Tabel berikut menunjukan sistem peringatan bencana yang

diketahui oleh sekolah (sebagai lembaga).

Tabel 4.10 Sistem Peringatan Bencana Responden Sekolah (lembaga)

No Uraian Persentase

(%) 1 2

1 Mendapatkan informasi tentang peringatan bencana -

2 Peralatan untuk menyampaikan/menyebarluaskan peringatan bencana (lonceng, sirine, kentongan, dll)

100

3 Rencana/langkah untuk merespon peringan bencana -

Rata-rata Paramter Peringatan Bencana Responden Sekolah (sebagai lembaga)

33

Sumber: Hasil Penelitian 2011

Parameter peringatan bencana yang dimiliki oleh responden

sekolah (sebagai lembaga) dikategorikan pada level belum siap. sekolah

harus lebih meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana dan harus

lebih mempersiapkan langkah-langkah untuk merespon peringatan

bencana.

4. Mobilisasi Sumber Daya

Parameter ini di gunakan untuk mengetahui pengetahuan

responden guru, siswa dan sekolah (sebagai lembaga) mengenai bencana.

a. Responden Guru

Mobilisasi sumberdaya yang dilakukan responden guru adalah

berkaitan dangan kegiatan guru dalam menambah pengetahuan dan

wawasan kebencanaan. Guru dituntut agar dapat memahami aspek-aspek

Page 20: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

80

kebencanaan untuk dapat menyampaikan informasi tersebut kepada

muridnya.

Tabel berikut ini menunjukkan keikutsertaan responden guru

dalam kegiatan pelatihan, workshop ceramah maupun diskusi tentang

kebencanaan.

Tabel 4.11 Mobilisasi Sumber Daya

No Uraian Persentase (%)

1 2

1 Seminar yang diikuti oleh responden guru 59

2 Penyampaian informasi tentang bencana kepada masyarakat umum dan murid

70

Rata-rata Parameter Mobilisasi Sumber Daya 64

Sumber: Hasil Penelitian 2011

Parameter mobilisasi sumber daya yang dimiliki responden guru

dikategorikan pada level hampir siap. Pemegang kebijakan pada tiap-tiap

sekolah diharapakan lebih meningkatkan kegiatan-kegiatan dalam bentuk

seminar atau pelatihan untuk meningkatkan kinerja guru dan menambah

wawasan guru terhadap kebencanaan.

b. Responden Siswa

Parameter terakhir yang menjadi kajian kesiapsiagaan bencana

untuk responden siswa adalah mobilisasi sumberdaya. Mobilisasi

sumberdaya pada siswa ini lebih ditekankan kepada peningkatan skill

siswa dalam menghadapi bencana agar dapat mempunyai peran ketika

nantinya terjadi bencana.

Page 21: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

81

Tabel berikut ini menunjukan salah satu komponen dari mobilisasi

sumberdaya berupa kegiatan dan laithan yang terkait kebencanaan yang

pernah diikuti oleh siswa.

Tabel 4.12 Mobilisasi Sumber Daya

No Uraian Persentase (%)

1 2

1

Jenis-jenis pelatihan yang diikuti oleh responden siswa

a. P3K termasuk dokter kecil, PMR 37

b. Kepramukaan (tali temali, memasang tenda dan membuat tandu)

47

c. Latihan dan simulasi evakuasi 29

d. Pertemuan/ceramah tentang bencana 30

Rata-rata 35

2 Penyampaian informasi tentang bencana kepada keluarga dan masyarakat

71

Rata-rata Parameter Mobilisasi Sumber Daya 53

Sumber: Hasil Penelitian 2011

Parameter mobilisasi sumber daya yang dimiliki oleh responden

siswa dapat dikategorikan pada level kurang siap. Sekolah diharapakan

mengadakan berbagi macam kegiatan ekstrakurikler yang berhubungan

dengan mitigasi bencana. Kegiatan ini nantinya dapat menjadikan siswa

mengerti akan pentingnya kesadaran terhadap bencana untuk mengurangi

jumlah korban terhadap resiko bencana.

c. Responden Sekolah (sebagai lembaga)

Parameter mobilisasi sumber daya pada responden sekolah

(sebagai lembaga) lebih di tekankan pada keikutsertaan guru/staff sekolah

dalam mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan kesiapsiagaan dan

penyediaan bahan-bahan materi yang tersedia di sekolah.

Page 22: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

82

Tabel berikut menunjukan keikutsertaan sekolah dalam kegiatan

yang berkaitan dengan kesiapsiagaan dan penyediaan bahan materi.

Tabel 4.13 Mobilisasi Sumber Daya Responden Sekolah (lembaga)

No

Uraian Persentase (%)

1 2

1 Petugas/kelompok khusus yang berkaitan dengan kesiapsiagaan menghadapi bencana

-

2 Pimpinan/guru/staf yang mengikuti pelatihan/seminar yang berkaitan dengan kesiapsiagaan menghadapi bencana

75

3

Bahan materi yang berkaitan dengan kesiapsiagaan menghadapi bencana

a. Buku-buku tentang gempa 100

b. Poster, leaflet, buku saku, komik, kliping, Koran tentang gemapa

100

c. VCD, kaset tentang gempa 100

Rata-rata 100

4 Memasukan materi kesiapsiagaan dalam mata pelajaran yang relevan

50

5 Simulasi evakuasi untuk guru dan siswa dan staff sekolah -

6 Alokasi anggaran untuk kesiapsiaagaan mengahadapi bencana -

7

Bantuan yang berkaitan dengan kesiapsiagaan

a. Penyediaan bahan dan materi 75

b.Penyediaan peralatan dan perlengkapan -

c.Pelatihan simulasi -

d.Bantuan pendanaan -

Rata-rata 18

Rata-rata Parameter Mobilisasi Sumber Daya 34

Sumber : Hasil Penelitian 2011

Parameter mobilisasi sumber daya yang dimiliki oleh responden

sekolah (sebagai lembaga) dapat dikategorikan pada level belum siap.

Sekolah diharapkan untuk mengikutsertakan guru/staff untuk mengiuti

kegiatan yang berkaitan dengan kesiapsiagaan, supaya guru/staff

Page 23: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

83

mempunyai bekal ilmu untuk di berikan pada siswa dan masyarakat

umum.

5. Kebijakan Sekolah (sebagai lembaga) Dalam Mengantisipasi

Bencana Gempa

Parameter ini hanya untuk mengetahui kebijakan yang dimiliki

oleh responden sekolah (sebagai lembaga).

Tabel 4.14 Kebijakan Sekolah (sebagai lembaga)

No Uraian Persentase (%)

1 2

1 Kebijakan program pendidikan yang berkaitan dengan kesiapsiagaan

1

2

Program tercantum dalam peraturan-peratura :

a. Departemen Pendidikan Nasional -

b. Peraturan Daerah -

c.Pendidikan Dinas Kota Bandung 1

Rata-rata 1

3 Peraturan dilaksanakan di sekolah -

4 Peraturan yang dibuat sekolah -

Rata-rata Parameter Kebijakan Sekolah 1

Sumber : Penelitian 2011

Parameter kebijakan yang dimiliki oleh responden sekolah

(sebagai lembaga) dapat dikategorikan pada level belum siap. Sekolah

diharapkan untuk membuat peraturan-peraturan terkait dengan

kesiapsiagaan bencana.

3. Perhitungan Tingkat Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah

Penghitungan tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah dilakukan

dengan cara menjumlah seluruh parameter yang dikaji dan dikalikan

dengan bobot masing-masing parameter.

Page 24: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

84

Tabel 4.15 berikut ini menunjukan nilai total parameter yang dikaji

dalam penelitian.

Tabel 4.15 Indeks Total Parameter Komunitas Sekolah

Sumber: Hasil Penelitian 2011

Tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah bernilai 58 dan masuk

pada level hamper siap. Faktor penunjangnya yaitu nilai indeks

pengetahuan dan sikap yang bernilai 76 dan masuk pada level siap.

4. Tingkat Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah Di Tiap Rayon

Tabel 4.16

Nilai Indeks Kesiapsiagaan di Tiap Rayon

Nama Sekolah Rayon Nilai Indeks level

SMA N 1 Bandung Utara 53 Kurang Siap

SMA N 10 Bandung timur 48 Kurang Siap

SMA N 13 Bandung Barat 57 Hampir Siap

SMA N 18 Bandung Selatan 55 Hampir Siap

Sumber: Penelitian 2011

No Parameter Nilai Indeks Level

1 Pengetahuan dan sikap 76 Siap

2 Kebijakan 8 Belum Siap

3 Rencana tanggap darurat 54 Hampir siap

4 Sistim peringatan bencana 39 Kurang siap

5 Mobilisasi sumberdaya 34 Kurang siap

Nilai Indeks total 58 Hampir siap

Page 25: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

85

Tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah di lihat dari tiap rayon,

dan rayon Bandung Barat mempunyai nilai indeks tertinggi yaitu 57.

Faktor penunjangnya di lihat dari hasil kajian yaitu pada parameter

kebijakan, Rayon Bandung Barat yang di wakili SMA 13 sudah

mempunyai kebijakan yang di dapat dari Dinas pendidikan, namun

kebijakan tersebut tidak dilaksanakan dan disosialisasikan pada komunitas

sekolah karna pihak sekolah merasa belum perlu untuk

mensosialiasasikannya.

Nilai Indeks Kesiapsiagaan di atas di hitung dengan menggunakan

t-test dalam SPSS, t hitung = -2,324 dan sig. 0,103 karena │t hitung│> t

table ( 2,324 > 0,15 ), maka Ho diterima. Kesimpulannya nilai indeks

kesiapsiagaan masuk pada level kurang siap, dimana asumsi sebelumnya

nilai indeks kesiapsiagaan ada pada level hampir siap.

Hasil kajian penelitian di lapangan menunjukan nilai indeks

kesiapsiagaan berada pada level hampir siap, sedangkan setelah di uji

menggunakan t-test dalam SPSS hasilnya kesiapsiagaan ada pada level

kurang siap. Ini menunjukan bahwa kesiapsiagaan komunitas sekolah

memang belum siap, factkr yang menjadi penunjang adalah dari nilai

parameter pengetahuan dan sikap yang rata-rata mempunyai nilai indeks

tinggi.

Kesiapsiagaan juga bisa dilihat dari kondisi bangunan dari masing-

masing sekolah. Di wilayah Bandung Utara yang di wakili SMA 1,

Page 26: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

86

bangunan berlantai dua dan kontruksi gedungnya merupakan gedung

buatan zaman dulu. Berbeda dengan di wilayah lainnya, gedung sekolah

merupakan bangunan baru yang dibangun sekitar 10-15 tahun terakhir.

Semua sampel sekolah mempunyai bangunan berlantai dua dan yang harus

menjadi perhatian adalah jalan keluar yang sempit untuk jumlah siswa

yang banyak. Ini menandakan bahwa jika sewaktu-waktu terjadi bencana

maka akan mempersulit jalur evakuasi, dikarenakan jalan keluar yang

sempit. Semua sekolah yang menjadi sampel penelitian, hanya mempunyai

satu jalur untuk jalan keluar, ini juga berarti akan terjadi penumpukan

karna hanya ada satu akses keluar.

B. Pembahasan

Indeks total yang menjadi nilai kesiapsiagaan bencana gempa bumi

di kota Bandung setelah di hitung dengan rumus indeks kesiapsiagaan

adalah sebesar 58. Indeks kesiapsiagaan komunitas sekolah termasuk

dalam level hampir siap. hal yang paling mempengaruhi kesiapsiagaan

komunitas sekolah adalah indeks guru dan siswa yang cukup tinggi. Tetapi

pengetahuan yang diperoleh bukan dari sekolah melainkan dari luar

sekolah dan guru juga kurang mentransfer pengetahuannya kepada pihak

sekolah khususnya siswa. Sangat disayangkan jika sekolahnya sendiri

tidak begitu antusias dalam menyikapi kesiapsiagaan bencana gempa

bumi. Hal ini terbukti dengan tidak terdapatnya kebijakan-kebijakan yang

menyangkut kebencanaan disekolah tersebut.

Page 27: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

87

Nilai indeks kebijakan dalam komunitas sekolah yaitu 8, nilai yang

sangat kecil dan tergolong pada level belum siap. Sekolah belum

mempunyai kebijakan mengenai kesiapsiagaan bencana gema bumi,

dikarenakan sekolah merasa belum perlu diadakan kebijakan tersebut.

Selama ini bencana gempa bumi yang terjadi tidak terlalu membahayakan,

yang dilakukan sekolah selama ini adalah hanya menambah pengetahuan

saja mengenai kebencanaan. Sudah seharusnyalah sekolah mempunyai

kebijakan, agar komunitas sekolah mempunyai banyak pengetahuan dan

siap serta siaga jika sewaktu-waktu bencana terjadi. Selama ini yang

terjadi adalah kita menunggu datangnya bencana baru kesiapsiagaan

dipelajari, alangkah lebih baik jika kita mempelajari kesiapsiagaan

sebelum bencana itu terjadi.

Nilai indeks pengetahuan pada komunitas sekolah di Kota

Bandung yaitu 76 dan termasuk pada level siap. Komunitas sekolah

banyak mendapatkan pengetahuan mengenai kebencanaan termasuk

kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi. Sebagian dari komunitas

sekolah mengetahui tentang potensi bencana gempa bumi di Kota

Bandung. Bukan hanya gempa kiriman dari luar kota tapi Kota Bandung

sendiri pun mempunyai potensi yang mengancam masyarakat Kota

Bandung. Bantuan media cetak dan elektronik sangat mempunyai

pengaruh yang besar terhadap tingkat pengetahuan komunitas sekolah

tentang kesiapsiagaan. Sekolah justru kurang mensosialisasikan potensi

Page 28: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

88

dan dampak gempa bumi tersebut. Dalam kurikulum pembelajaran pun

materi mengenai kebencanaan sangat sedikit di bahas, jadi kemungkinan

siswa dan komunitas sekolah mendapatkan pengetahuan tentang

kebencanaan di sekolah sangatlah kecil. Materi mengenai bencana gempa

bumi di bahas di kelas X semester 1.

Parameter rencana tanggap darurat dalam komunitas sekolah

mempunyai nilai indeks 54 dan termasuk pada level hampir siap. Upaya

penyelamatan untuk mengurangi dampak negatif dari bencana gempa

bumi dalam komunitas sekolah sudah cukup baik, namun hal yang mereka

lakukan bukan semata-mata mempersiapkan dalam mengahdapi bencana,

melainkan karna memang mereka sudah mempunyai pengetahuan

sebelumnya. Beberapa diantara guru dan siswa dari komunitas sekolah

pernah mengikuti simulasi bencana, dan simulasi bencana ini pun

dipelajari di kegiatan ekstrakulikuler.

Peringatan bencana pada komunitas sekolah mempunyai nilai 39

dan termasuk pada level kurang siap. Mayoritas responden kurang

mengetahui apa dan bagaimana peringatan bencana itu, karna selama ini

jika terjadi bencana tidak pernah ada peringatan sebelumnya. Untuk

bencana gempa bumi memang sulit untuk memprediksi. Berbeda dengan

bencaba tsunami, bisa terlihat 10-15 menit sebelumnya ketika air laut tiba-

tiba surut. Bisa dikatakan sistem peringatan bencana pada komunitas

sekolah di Kota Bandung itu tidak ada, terbukti dari hasil pengambilan

Page 29: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

89

data di lapangan melaui angket yang di sebar, mereka menjawab bukan

karna telah mengalami bencana tapi itu adalah rencana yang akan

dilakukan ketika sewaktu-waktu bencana itu terjadi.

Mobilisasi sumber daya dalam komunitas sekolah mempunyai nilai

indeks 34 dan termasuk pada level belum siap. Mayoritas responden

belum pernah mengikuti pelatihan atau seminar/workshop tentang

kebencanaan, hanya beberapa saja yang di utus sekolah untuk mengikuti

kegiatan tersebut. Beberapa guru mentrasnfer lagi ilmu yang di

dapatkannya kepada komunitas sekolah, khususnya siswa, yang nantinya

dapat disebarluaskan pada masyarakat umum dan memang sudah

seharusnya dalam pembelajaran pun pengetahuan tentang kebencaan di

bahas. Kegiatan ektrakulikuler pun sangat membantu siswa dalam hal

simulasi dan keterampilan, misalnya : tali temali, dokter kecil, membuat

tandu, dll. Sehingga dapat membantu penyebarluasan ke luar dari

komunitas sekolah. tapi tidak semua siswa, hanya siswa yang ikut kegiatan

ekstrakulikuler saja yang dapat melakukannya. Untuk itu perlu pemerataan

agar seluruh siswa mempunyai keterampilan dasar tersebut.

Page 30: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

90

Tabel 4.17 Indeks Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah

No Anggota Komunitas Nilai Indeks Level

1 Lembaga 61 Hampir Siap

2 Guru 70 Siap

3 Siswa 72 Siap

4 Komunitas Sekolah 58 Hampir Siap

Sumber: Penelitian 2011

Indeks kesiapsiagaan komunitas sekolah di kota Bandung dalam

menghadapi bencana gempa bumi tergolong hampir siap. diperlukan

banyak pembenahan untuk menuju sebuah pendidikan sadar bencana.

Tentunya langkah awal yang harus diambil adalah membuat kebijakan-

kebijakan yang mendukung kearah mitigasi bencana. Kebijakan tersebut

haruslah dimengerti dan pahami oleh seluruh komponen sekolah.

Sosialisasi merupakan wujud nyata yang dapat dilakukan agar

pengetahuan tentang kebijakan tersebut dapat tersebarluas. Kebijakan-

kebijakan ini haruslah mencakup segala aspek dam pendidikan, agar

nantinya akan terjalin suatu kesinergisan antara kebijakan dengan

kurikulum pendidikan yang terdapat di masing-masing sekolah.

Selain rendahnya parameter kebijakan, nilai indeks peringatan

bencana juga juga cukup rendah. Rendahnya Indikator peringatan bencana

tersebut, terkait dengan belum terlaksananya berbagai aspek terkait

dengan sistem peringatan bencana seperti lemabaga yang bertanggung

Page 31: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

91

jawab, perlengkapan dan peralatan, serta diseminasi sistem peringatan

bencana

Rayon Bandung Barat mempunyai nilai tingkat kesiapsiagaan

paling tinggi jika di banding dengan rayon Bandung Utara, Bandung

Selatan dan Bandung Timur, dan masuk pada level hamper siap. Faktor

yang mempengaruhi dan menjadi pembeda dari yang lain yaitu, Rayon

Bandung Barat mempunyai kebijakan mengenai kebencanaan, namun

sangat disayangkan kebijakan tersebut belum disosialisasikan pada

komunitas sekolah.

Mengingat pentingnya kesiapsiagaan, tingkat kesiapsiagan suatu

komunitas dapat menurun setiap saat dengan berjalannya waktu dan

dengan terjadinya perubahan-perubahan sosial-budaya, politik dan

ekonomi dari suatu komunitas. Maka dari itu, sangat diperlukan untuk

selalu memantau dan mengetahui kondisi kesiapsiagaan suatu komunitas

dan melakukan usaha-usaha untuk selalu menjaga dan meningkatkan

tingkat kesiapsiagaan tersebut.

Melalui komunitas sekolah, pengetahuan dan kepedulian tentang

bencana dapat diberikan sejak usia dini. Diperlukan pula dukungan teknis,

seperti penyediaan sarana/prasarana tanggap darurat dan peringatan

bencana sampai pada tingkat kecamatan, kelurahan dan kelompok

masyarakat.

Page 32: Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)

92

Sekolah merupakan tempat proses belajar-mengajar dan juga

proses sosialisasi. Sekolah mempunyai peran strategis dalam upaya

mitigasi bencana, oleh karena itu perlu membangun kapasitas guru agar

memahami konsep yang benar tentang kebencanaan, pelatihan formal dan

kolaborasi dengan institut pendidikan, serta mengintegrasikan pemahaman

PRB (Pengurangan Risiko Bencana) dalam pelatihan guru-guru.

Psikoedukasi pada siswa SMA merupakan langkah yang tepat

dalam suatu pembelajaran mitigasi bencana. Siswa SMA merupakan

remaja yang sedang dalam proses yang rentan karena perubahan fisik yang

berakibat langung pada perubahan psikososialnya, dalam perspektif

psikososial upaya memahami kondisi siswa secara kognitif sampai dengan

tindakan dalam merespon bencana, mekanisme pikiran, tanggapan dan

respon terhadap bencana tersebut diharapkan dapat dijadikan indikator

tingkat pemahaman assessment siswa secara cermat dan utuh dalam arti

seberapa tingkat kesadaran akan risiko bencana maupun respon serta

mitigasi yang telah menjadi pengetahuan dan perspektifnya. Tingkat

kepedulian sekolah dan instansi terkait dengan kesiapsiagaan sangat

penting dalam tahapan ini, untuk dapat menentukan langkah-langkah yang

diperlukan guna mengurangi dampak akibat bencana.