Contoh Karya Ilmiah Borax

31
BORAKS DAN FORMALIN PADA MAKANAN Karya tulis ini dikerjakan dalam rangka pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh : Kelompok : III Ketua : MIDA Anggota MESRIANDI P. MARNI P. KALPEN KALPIN Kelas : XI. IPS

Transcript of Contoh Karya Ilmiah Borax

BORAKS DAN FORMALIN PADA MAKANAN

Karya tulis ini dikerjakan dalam rangka pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh :

Kelompok : III

Ketua : MIDA

Anggota

MESRIANDI P.

MARNI P.

KALPEN

KALPIN

Kelas : XI. IPS

SMA NEGERI 2 WALENRANG

TA. 2013 / 2014

HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis “Boraks dan Formalin pada Makanan”

Disusun oleh :

Ketua : MIDA

Anggota

MESRIANDI P.

MARNI P.

KALPEN

KALPIN

Telah disahkan pada

hari :

tanggal :

Pembimbing

…………………………………..

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami ingin mengucapkan puji dan sykur kepada Tuhan yang Maha Esa

yang telah memberkati kami sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin

mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam

pembuatan karya tulis ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan

fakta pada karya tulis ini.

Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam

berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat

sempurna. Begitu pula dengan karya tulis ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua

hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam karya tulis ini. Kami melakukannya

semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Di mana kami juga memiliki

keterbatasan kemampuan.

Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa kami memiliki keterbatasan dan juga

kekurangan, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Kami

akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat

memperbaiki karya tulis kami di masa datang. Sehingga semoga karya tulis berikutnya

dan karya tulis lain dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.

Dengan menyelesaikan karya tulis ini kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat

dipetik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya karya tulis ini dapat

mengurangi bahkan menghilangkan penggunaan boraks dan formalin sebagai pengawet

pada makanan. Dengan begitu maka kesehatan akan lebih terjamin dan tidak ada lagi

muncul berbagai penyakit baru yang diakibatkan penggunaan bahan-bahan terlarang

sebagai bahan baku makanan. Kami juga mengharapkan kinerja yang lebih baik dan tegas

serta efektif dari pihak pengawas makanan yang merupakan bagian dari kepemerintahan,

sehingga makanan yang dihasilkan dari Indonesia dapat lebih terjamin dan sehat.

Penulis

HALAMAN MOTTO

Motto yang kami pegang dalam penulisan karya ilmiah ini adalah :

“ORA ET LABORA”

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini kami persembahkan untuk :

Seluruh pembaca dan masyarakat Indonesia yang menginginkan kemajuan bangsa dan

kecerdasan bangsa.

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan………………………………………………………… 1

Kata Pengantar………………………………………………………………… 2

Halaman Motto…………………………………………………………………. 3

Halaman Persembahan………………………………………………………. 4

Daftar Isi………………………………………………………………...………… 5

Abstraksi……………………………………...………………………………….. 6

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………………….. 7

1.2 Pembatasan Masalah……………………………………….…………….. 7

1.3 Perumusan Masalah………………………………………………….…… 8

1.4 Tujuan Penulisan……………………………………………..……………. 8

1.5 Metode Penelitian………….………………………………………………. 9

1.6 Hipotesa…………………....…………………………………………………. 9

1.7 Manfaat…………....………………………………………………………….. 9

BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………… 11

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian…………….……………………………………………… 14

3.2 Sumber Data…………………………………………………………… …. 14

3.3 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………… 14

3.4 Teknik Analisis Data…………………………………………………… . 15

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Boraks dan Formalin…………………………………… . 16

4.2 Dampak Penggunaan Boraks dan Formalin Pada Makanan… 16

4.3 Makanan yang Biasanya Mengandung Formalin atau Boraks 18

4.4 Peran pemerintah dalam memberantas boraks

dan formalin di Indonesia………………………………………………… 21

BAB V PENUTUP……………………………………………..…………………. 23

BAB VI DAFTAR PUSTAKA……………………… ………………………… 25

ABSTRAKSI

Karya tulis ini menjelaskan tentang bagaimana sekarang ini banyak kejadian penggunaan

boraks dan formalin sebagai bahan pengawet makanan. Di mana kedua bahan tersebut

sangat dilarang digunakan sebagai bahan baku makanan. Dan jika penggunaannya terus

dilakukan dan dikonsumsi dapat menyebabkan berbagai penyakit terutama kanker dan

bahkan kematian untuk tingkat yang lebih lanjut. Hal ini telah menjadi hal yang cukup

serius dan menjadi suatu masalah yang berusaha diselesaikan dengan baik oleh berbagai

pihak terutama pemerintah.

Sebagai pusat utama kelangsungan negara, pemerintah harus dapat dengan bijak

memutuskan dan bertindak bagaimana penanganan kasus tersebut. Terutama kasus pada

pembuatan bakso dengan bahan pengawet boraks dan berbagai makanan seperti ikan asin

serta tahu yang diawetkan dengan menggunakan formalin. Berbagai solusi kami tuliskan

di sini. Tetapi solusi tersebut tidaklah semuanya dapat dijalankan dengan hasil yang cepat

dan ada kemungkinan banyak faktor yang menyebabkan penyelesaian masalah ini tidak

dapat diselesaikan dengan baik. Karena masalah ini harus kembali lagi kepada

masyarakatnya yang terlibat langsung.

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab I ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, pembatasan masalah,

perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, hipotesa dan manfaat.

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekarang ini banyak sekali bahan kimia dan berbagai campuran-campuran

lain dibuat dan diciptakan untuk membuat pekerjaan manusia dalam membuat

makanan lebih efektif dan efisien. Tetapi di samping untuk makanan dibuat juga

bahan kimia untuk pembuatan kebutuhan lain. Di mana bahan kimia tersebut tidak

boleh dipergunakan dalam pembuatan makanan dan dapat berakibat fatal.

Hal ini sangat penting dan juga memprihatinkan. Fenomena ini merupakan salah

satu masalah dan kebobrokan bangsa yang harus diperbaiki. Janganlah sampai

membiarkan hal ini terus berlarut dan akhirnya akibat menumpuk di masa depan.

Oleh karena itu, kami berusaha merangkum sedemikian rupa dan mencoba

membedah apa saja yang seharusnya dilakukan dan mengapa hal ini menjadi hal

yang sangat penting.

1.2 Pembatasan Masalah

Boraks adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet kayu,

antiseptik kayu dan pengontrol kecoa. Sedangkan formalin adalah bahan kimia

yang digunakan sebagai desinfektan, pembasmi serangga dan dalam industri

tekstil serta kayu lapis.

Kedua bahan kimia tersebut memang berguna jika digunakan sesuai fungsinya,

tetapi menjadi sangat berbahaya bila digunakan dalam pembuatan pangan. Di

mana pangan itu merupakan segala sesuatu yang menjadi bahan makanan

manusia. Dan akibat dari penggunaan bahan-bahan kimia tersebut bisa jadi

sangatlah fatal, dari kanker hingga menyebabkan kematian.

Dalam karya tulis ini kami akan berusaha membahas pendeskripsian sedetail

mungkin dari boraks dan formalin itu sendiri serta bagaimana kedua bahan kimia

tersebut dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan pangan.

Begitu pula dengan berbagai akibat dari penggunaan boraks dan formalin pada

pangan tersebut serta bagaimana solusi yang harus dilakukan demi membasmi hal

ini dan mencegah terjadi lagi.

1.3 Perumusan Masalah

1 Apa faktor yang mendorong pihak-pihak tertentu untuk menggunakan

boraks atau formalin pada pangan yang diproduksinya?

2 Jenis pangan apa saja yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin

pada proses pembuatannya?

3 Bagaimana mengetahui suatu pangan dibuat dengan bahan pengawet dari boraks

atau formalin?

4 Apa akibat dari penggunaan boraks atau formalin pada produk pangan?

5 Bagaimana penanganan penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan

ini supaya dapat dibasmi secara tuntas?

1.4 Tujuan Penulisan

Mengetahui pengertian boraks dan formalin.

Mengetahui jenis-jenis pangan yang menjadi sasaran penggunaan boraks dan

formalin pada proses pembuatannya.

Mengetahui dampak negatif dari penggunaan boraks dan formalin pada produk

pangan.

Mengetahui peranan pemerintah dalam memberantas penggunaan formalin dan

boraks pada makanan.

1.5 Metode Penulisan

Pada penulisan karya tulis ini kami menggunakan satu metode, yaitu

dengan angket. Di mana angket akan kami sebarkan dengan jumlah 40 lembar. Di

mana angket itu berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai boraks dan formalin pada

makanan mengacu pada tujuan yang telah ada.

1.6 Hipotesa

1 Boraks dan formalin merupakan bahan pengawet yang umumnya

digunakan untuk industri tekstil, kayu, dsb. Dapat juga digunakan sebagai

pembasmi serangga dan hal-hal lain yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan

makanan.

2 Jenis pangan yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin pada

proses pembuatannya adalah tahu, tempe, bakso dan ikan asin.

3 Akibat dari penggunaan boraks atau formalin pada produk pangan adalah

berbagai gangguan pada saluran pencernaan, hati, saraf, otak, serta pada organ-

organ yang berselaput yang terkena secara langsung. Dan bila terjadi secara terus

menerus dapat menyebabkan kanker bahkan kematian.

4 Sebenarnya pemerintah telah berperan dalam pemberantasan penggunaan

boraks dan formalin pada produk makanan. Tetapi tindakan-tindakan yang

dilakukan pemerintah kurang tegas dan tidak tepat mengenai sasaran. Sehingga

hingga sekarang kita masih sering melihat orang-orang yang keracunan atau

terkena penyakit lainnya, disebabkan memakan makanan yang mengandung

boraks atau formalin.

1.7 Manfaat

Dapat mengetahui cirri-ciri makanan dengan bahan baku boraks atau

formalin sebagai pengawet sehingga dapat menghindarinya.

Dapat menghindari secara langsung penggunaan boraks dan formalik pada produk

pangan.

Dapat menambah wawasan dengan mengetahui dampak yang diakibatkan dari

penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan.

Dapat membantu pencegahan dan pemberantasan penggunaan boraks dan

formalin dengan berbagai solusi yang telah dipikirkan.

BAB II

LANDASAN TEORI

Boraks merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai industri

nonpangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Boraks biasa

berupa serbuk kristal putih, tidak berbau, mudah larut dalam air, tetapi boraks tidak dapat

larut dalam alkohol. Boraks biasa digunakan sebagai pengawet dan antiseptic kayu. Daya

pengawet yang kuat dari boraks berasal dari kandungan asam borat didalamnya.

Asam borat sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan

asam borat dalam air digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater.

Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung, dan salep luka kecil.

Namun, bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada luka luas, karena beracun

ketika terserap masuk dalam tubuh. Berikut beberapa pengaruh boraks pada kesehatan.

a. Tanda dan gejala akut :

Muntah-muntah, diare, konvulsi dan depresi SSP(Susunan Syaraf Pusat)

b. Tanda dan gejala kronis

- Nafsu makan menurun

- Gangguan pencernaan

- Gangguan SSP : bingung dan bodoh

- Anemia, rambut rontok dan kanker.

Sedangkan formalin merupakan cairan tidak berwarna yang digunakan sebagai

desinfektan, pembasmi serangga, dan pengawet yang digunakan dalam industri tekstil

dan kayu. Formalin memiliki bau yang sangat menyengat, dan mudah larut dalam air

maupun alkohol. Beberapa pengaruh formalin terhadap kesehatan adalah sebagai berikut.

a. Jika terhirup akan menyebabkan rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan , sukar

bernafas, nafas pendek, sakit kepala, dan dapat menyebabkan kanker paru-paru.

b. Jika terkena kulit akan menyebabkan kemerahan pada kulit, gatal, dan kulit terbakar

c. Jika terkena mata akan menyebabkan mata memerah, gatal, berair, kerusakan mata,

pandangan kabur, bahkan kebutaan

d. Jika tertelan akan menyebabkan mual, muntah-muntah, perut terasa perih, diare, sakit

kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit membiru,

hilangnya pandangan, kejang, bahkan koma dan kematian.

Boraks dan formalin akan berguna dengan positif bila memang digunakan sesuai dengan

seharusnya, tetapi kedua bahan itu tidak boleh dijadikan sebagai pengawet makanan

karena bahan-bahan tersebut sangat berbahaya, seperti telah diuraikan diatas pengaruhnya

terhadap kesehatan. Walaupun begitu, karena ingin mencari keuntungan sebanyak-

banyaknya, banyak produsen makanan yang tetap menggunakan kedua bahan ini dan

tidak memperhitungkan bahayanya. Pada umumnya, alasan para produsen menggunakan

formalin dan boraks sebagai bahan pengawet makanan adalah karena kedua bahan ini

mudah digunakan dan mudah didapat, karena harga nya relatif murah dibanding bahan

pengawet lain yang tidak berpengaruh buruk pada kesehatan. Selain itu, boraks dan

formalin merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga

menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso dan kerupuk. Beberapa contoh makanan

yang dalam pembuatannya sering menggunakan boraks dan formalin adalah bakso,

kerupuk, ikan, tahu, mie, dan juga daging ayam.

Formalin dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi manusia

karena merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi racunnya akan

mempengaruhi kerja syaraf. Secara awam kita tidak dapat mengetahui seberapa besar

kadar konsentrat formalin dan boraks yang digunakan dalam suatu makanan. Oleh karena

itu lebih baik hindari makanan yang mengandung formalin dan boraks. Berikut adalah

beberapa cara mengidentifikasi makanan yang menggunakan formalin dan boraks.

- Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari

kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging.

- Kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk,

teksturnya bagus dan renyah.

- Ikan basah yang tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna merah tua

dan tidak cemerlang, dan memiliki bau menyengat khas formalin.

- Tahu yang berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga lebih dari

3 hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, dan berbau menyengat khas

formalin.

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab 3 ini akan dijelaskan mengenai jenis penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data dan teknik analisa data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang kami gunakan adalah penelitian korelatif. Yang di maksud dengan

penelitian korelatif adalah penelitian yang menghubungkan data-data yang ada. Sesuai

dengan pengertian tersebut kami menghubungkan data-data yang kami dapat antara yang

satu dengan yang lain. Selain itu kami juga menghubungkan data-data yang ada dengan

landasan teori yang kami gunakan. Sehingga diharapkan penelitian kami bisa menjadi

penelitian yang benar dan tepat.

3.2 Sumber data

Sumber data kami adalah beberapa siswa SMA Kanisius, yang kira-kira kami ambil

sampel adalah 40 siswa.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah dengan

angket. Dengan angket kami dapat menyimpulkan, melalui jumlah koresponden yang

menjawab pertanyaan tertentu dan membandingkan jumlah koresponden yang menjawab

dengan jawaban yang berbeda pada pertanyaan yang sama. Dan setiap dari pertanyaan itu

akan saling berkaitan.

3.4 Teknik Analisis Data

Cara kami dalam menganalisis data yang kami dapat yaitu dengan pertama-tama

memastikan bahwa semua data dan landasan teori yang diperlukan telah diperoleh

dengan baik. Lalu kami mulai menghitung jumlah data, setelah itu kami

mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari tiap pertanyaan pada angket berdasarkan

jumlah responden yang memilih. . Langkah berikutnya, sesuai dengan jenis penelitian

kami, kami menghubungkan data-data yang satu dengan yang lain dan juga dengan

landasan teori yang ada. Langkah terakhir, kami menuangkannya dalam karya tulis ini.

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai apa itu boraks dan formalin, dampak penggunaan

boraks dan formalin pada makanan dan jenis-jenis makanan yang mengandung boraks

dan formalin yang kesemuanya itu dilengkapi dengan hasil angket sebelumnya.

4.1 Pengetahuan akan Boraks dan Formalin

Menurut hasil angket kami, didapatkan bahwa yang mengetahui secara pasti apa itu

boraks dan formalin adalah 29 orang dan yang tidak mengetahui begitu pasti apa itu

boraks dan formalin adalah 11 orang, dari total 40 angket yang dibagikan.

Hal itu menunjukkan bahwa responden yang mengetahui secara persis apa itu boraks dan

formalin lebih banyak daripada yang tidak mengetahui secara pasti. Jika dimasukkan

dalam persen maka 72,5 % responden menyatakan mengetahui boraks dan formalin,

sedangkan 27,5 % lainnya tidak begitu mengetahui tentang boraks dan formalin.

Hasil ini menunjukkan bahwa penyuluhan dan pengetahuan akan boraks dan formalin

harus lebih sering disosialisasikan, agar diharapkan kita semua mengetahui secara pasti

apa itu boraks dan formalin, sehingga dapat menggunakannya secara benar, sesuai

dengan fungsinya. Maka diharapkan juga dengan pengetahuan akan boraks dan formalin

tersebut, kasus penggunaan boraks dan formalin pada bahan makanan dapat dikurangi

bahkan menghilang dari masyarakat.

4.2 Dampak Penggunaan Boraks dan Formalin Pada Makanan

Melalui hasil angket yang telah kami sebarkan sebelumnya, didapat hasil bahwa jumlah

responden yang mengerti akan dampak angket hamper sama dengan responden yang

tidak begitu tahu tentang dampak boraks dan formalin pada makanan. Adapun jumlah

responden yang tahu dampak boraks dan formalin pada makanan adalah 18 orang dan

yang tidak begitu tahu sebanyak 20 orang sedangkan yang sama sekali tidak tahu ada 2

orang. Jika dituangkan dalam presentasi adalah sebagai berikut :

1. Jawaban A : 45%

2. Jawaban B : 5%

3. Jawaban C :50%

Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden masih rancu

atau bingung tentang apa dampak boraks dan formalin bagi tubuh tersebut.

Lalu apa sebenarnya dampak boraks dan formalin dalam makanan bila dikonsumsi tubuh

kita?

a. Formalin

Formalin tidak boleh digunakan sebagai bahan pengawet untuk pangan. Akibatnya jika

digunakan pada pangan dan dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan beberapa gejala

diantaranya adalah tenggorokan terasa panas dan kanker yang pada akhirnya akan

mempengaruhi organ tubuh lainnya,serta gejala lainnya.

Pengaruh Formalin Terhadap Kesehatan :

· Jika terhirup

Rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan , sukar bernafas, nafas pendek, sakit kepala,

kanker paru-paru.

· Jika terkena kulit

Kemerahan, gatal, kulit terbakar

· Jika terkena mata

Kemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata, pandangan kabur, kebutaan

· Jika tertelan

Mual, muntah, perut perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan hati,

kerusakan saraf, kulit

membiru, hilangnya pandangan, kejang, koma dan kematian.

b. Boraks

Efek toksiknya akan terasa bila boraks dikonsumsi secara kumulatif dan penggunaannya

berulang-ulang. Pengaruh terhadap kesehatan :

· Tanda dan gejala akut :

Muntah, diare, merah dilendir, konvulsi dan depresi SSP (Susunan Syaraf Pusat)

· Tanda dan gejala kronis

- Nafsu makan menurun

- Gangguan pencernaan

- Gangguan SSP : bingung dan bodoh

- Anemia, rambut rontok dan kanker.

Formalin dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi manusia

karena merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi racunnya akan

mempengaruhi kerja syaraf. Secara awam kita tidak tahu seberapa besar kadar konsentrat

formalin dan boraks yang dianggap membahayakan. Oleh karena ada baiknya kita hindari

makanan yang mengandung formalin dan boraks. Jauhkan anak-anak dari makanan yang

mengandung boraks dan formalin. Formalin dan boraks tidak boleh digunakan dalam

makanan.

4.3 Makanan yang Biasanya Mengandung Formalin atau Boraks

Berdasarkan hasil penelitian melalui angket yang telah kami sebarkan, jumlah responden

yang menganggap bahwa tahu dan bakso adalah makanan yang paling sering diberi

formalin sebanyak 33 orang, sedangkan yang memilih ikan sebanyak 6 orang, dan 1

orang memilih kerupuk. Sedangkan menurut makanan-makanan yang biasa mengandung

boraks dan formalin yang biasanya mereka konsumsi, jumlah responden yang memilih

tahu dan bakso sebanyak 28 orang, 10 orang memilih ikan dan 2 orang memilih kerupuk.

Data ini menunjukkan bahwa kebanyakan siswa SMA Kanisius beranggapan bahwa tahu

dan bakso merupakan makanan yang biasanya diberi formalin atau boraks. Tahu dan

bakso memang cukup dikenal sering diberi formalin maupun boraks, namun bukan

mereka makanan yang paling sering diberi formalin maupun boraks. Berdasarkan

penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia tahun 2005, penggunaan boraks

formalin pada ikan dan hasil laut menempati peringkat teratas. Yakni, 66 persen dari total

786 sampel. Sementara mi basah menempati posisi kedua dengan 57 persen. Tahu dan

bakso berada di urutan berikutnya yakni 16 persen dan 15 persen.

Dan dari pertanyaan nomor tiga pada angket ternyata responden banyak menjawab bahwa

mereka paling sering mengkonsumsi tahu dan bakso. Padahal, menurut kebanyakan dari

mereka tahu dan bakso adalah makanan yang biasanya mengandung boraks atau

formalin. Mengapa mereka masih tetap sering mengonsumsinya meskipun menganggap

bahwa tahu dan boraks yang paling sering mengandung formalin dan boraks? Mungkin

hal ini disebabkan karena siswa SMA Kanisius percaya bahwa para pedagang di Kanisius

pasti tidak memberikan formalin maupun boraks pada dagangannya, maka mereka tidak

takut untuk mengonsumsinya.

Namun tetap saja, boraks dan formalin sangatlah berbahaya bila termakan. Walaupun

berdasarkan hasil penelitian Badan Pengawasan Obat dan Makanan Indonesia tahun 2005

penggunaan boraks dan formalin paling banyak adalah pada ikan dan hasil laut, namun

jumlah 16 persen dan 15 persen tetap merupakan jumlah yang besar. Kita harus berhati-

hati dalam memilih makanan yang akan kita makan, terutama makanan-makanan yang

sedang marak diberi boraks maupun formalin.

Oleh karena itu, di bawah ini kami paparkan mengenai ciri-ciri dari beberapa makanan

yang diberi boraks maupun formalin:

a. Mi basah

Penggunaan formalin pada mi basah akan menyebabkan mi tidak rusak sampai dua hari

pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es

( 10 derajat Celsius). Baunya agak menyengat, bau formalin. Tidak lengket dan mie lebih

mengkilap dibandingkan mie normal. Penggunaan boraks pada pembuatan mi akan

menghasilkan tekstur yang lebih kenyal.

B. Tahu

Tahu merupakan makanan yang banyak digemari masyarakat, karena rasa dan kandungan

gizinya yang tinggi. Namun dibalik kelezatannya kita perlu waspada karena bisa saja tahu

tersebut mengandung bahan berbahaya. Perhatikan secara cermat apabila menemukan

tahu yang tidak mudah hancur atau lebih keras dan kenyal dari tahu biasa, kemungkinan

besar tahu tersebut mengandung bahan berbahaya, bisa formalin maupun boraks. Selain

itu, tahu yang diberi formalin tidak akan rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25

derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius).

Tahu juga akan terlampau keras, namun tidak padat. Bau agak mengengat, bau formalin.

C. Bakso

Bakso tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Teksturnya

juga sangat kenyal.

D. Ikan segar

Ikan segar yang diberi formalin tekstur tubuhnya akan menjadi kaku dan sulit dipotong.

Ia tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Warna insang

merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar dan warna daging ikan putih bersih.

E. Ikan asin

Ikan asin yang mengandung formalin akan terasa kaku dan keras, bagian luar kering

tetapi bagian dalam agak basah karena daging bagian dalam masih mengandung air.

Karena masih mengandung air, ikan akan menjadi lebih berat daripada ikan asin yang

tidak mengandung formalin. Tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar ( 25

derajat Celsius). Tubuh ikan bersih, cerah.

4.4 Peran pemerintah dalam memberantas boraks dan formalin di Indonesia

Walaupun penyebaran boraks dan formalin di Indonesia sudah luas sekali dan sudah

menjadi umum, pemerintah masih tidak mengambil langkah yang tegas dalam menangani

hal ini. Buktinya bisa didapat, bahwa ternyata penggunaan formalin dan boraks sebagai

bahan pengawet makanan masih merajalela.

Sebenarnya, pemerintah sudah berusaha mengambil tindakan, yaitu dengan melalui

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Beberapa langkah sudah diambil oleh

BPOM, seperti : melarang panganan permen merek white rabbit creamy, kiamboy, classic

cream, black currant, dan manisan plum; mengeluarkan permenkes no. 722/1998 tentang

bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam pangan; dan melakukan sosialisasi

penggunaan bahan tambahan makanan yang diizinkan dalam proses produksi makanan &

minuman sesuai UU No. 23/1992 untuk aspek keamanan pangan, & UU No. 71/1996.

Tetapi upaya yang dilakukan Badan POM tersebut, hanya dianggap gertakan oleh para

pedagang, karena Badan POM hanya mengeluarkan undang-undang dan aturan. Tetapi

Badan POM tidak melakukan tindakan tegas seperti memberi sanksi tegas bagi pedagang

yang masih menggunakan boraks dan formalin, bahkan badan ini masih kurang gencar

dalam melakukan razia.

Dari data angket yang kami sebarkan ke beberapa responden, terdapat pertanyaan :

“Menurut anda apakah peran pemerintah sudah ada dalam pemberantasan formalin? “

Dan dari pertanyaan itu, sebanyak 4 orang menjawab upaya pemerintah sudah banyak,

sebanyak 17 orang menjawab upaya pemerintah sudah lumayan, dan terakhir 19 orang

menjawab upaya pemerintah tidak ada sama sekali.

Dari hasil angket diatas, dapat disimpulkan bahwa upaya pemerintah masih kurang,

karena lebih banyak orang yang beranggapan bahwa upaya pemerintah masih sangat

kurang. Ini mungkin disebabkan karena memang pemerintah kurang serius / tegas dalam

menangani masalah ini, padahal ini adalah masalah yang serius, karena dapat

membahayakan kesehatan manusia. Pemerintah seharusnya lebih gencar dalam

menangani masalah ini.

BAB V

PENUTUP

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab IV dapat disimpulkan bahwa:

a. Sebagian besar dari kita telah mengetahui tentang boraks dan formalin secara pasti,

tetapi ada juga sebagian kecil lainnya yang belum begitu mengetahui apa itu boraks dan

formalin.

b. Masih ada sebagian dari kita yang belum mengetahui secara pasti dampak penggunaan

boraks dan formalin pada produk makanan, walaupun sebagian ada yang mengetahui

secara pasti.

c. Menurut responden tahu dan bakso adalah makanan yang paling sering menjadi

sasaran penggunaan boraks dan formalin. Tetapi menurut penelitian BPOM pada tahun

2005, ikan adalah bahan makanan yang paling sering menjadi sasaran boraks dan

formalin.

d. Pemerintah masih sangat kurang dan tidak tegas dalam mengatasi masalah penggunaan

boraks dan formalin, sehingga masih banyak kasus mengenai hal ini terjadi.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keseluruhan makalah ini kami ingin memberikan beberapa

saran sebagai berikut:

Ø Berikan penyuluhan lebih lanjut kepada masyarakat mengenai boraks dan formalin,

pengertian, fungsinya, serta dampaknya apabila tidak digunakan sesuai fungsinya.

Ø Pengawasan yang lebih ketat oleh pemerintah dan pengambilan tindakan tegas, seperti

mengirimkan pengawas-pengawas pemerintah ke daerah-daerah tertentu dan membuat

undang-undang mengenai boraks dan formalin.

Ø Masyarakat harus lebih jeli dalam memilih makanan dan tidak membelinya bila

sepertinya mengandung bahan formalin maupun boraks.

Ø Kesadaran dari masyarakat untuk membantu pemberantasan dan pencegahan

penggunaan boraks dan formalin pada bahan makanan. Seperti melaporkan kepada yang

berwajib jika melihat ada orang lain yang sengaja menggunakan boraks dan formalin

pada makanan yang dijualnya, dan juga tidak secara sembarangan menjual boraks dan

formalin, tanpa mengetahui latar belakang pembeliannya.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.beritaindonesia.co.id

http://www.depkes.go.id

http://www.disnakkeswan-lampung.go.id

http://id.wikipedia.org

http://www.gizi.net