Pembahasan Atau Isi Secara Umum
-
Upload
tony-ramirez -
Category
Documents
-
view
221 -
download
4
description
Transcript of Pembahasan Atau Isi Secara Umum
1. Pengertian Natrium
Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang mempunyai
fungsi menjaga keseimbangan cairan dan asam basa tubuh, serta berperan dalam transmisi
syaraf dan kontraksi otot (Almatiser, 2005). Garam natrium terutama terdapat dalam cairan di
luar sel seperti cairan dalam pembuluh darah dan cairan dalam jaringan di antara sel-sel.
Garam dapur mengandung natrium yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan fungsi
tubuh. Ginjal akan menahan natrium saat tubuh kekurangan natrium dan sebaliknya saat kadar
natrium tinggi, ginjal akan mengeluarkan kelebihan natrium melalui urin. Apabila fungsi
ginjal tidak optimal, kelebihan natrium tidak bisa dibuang dan menumpuk di dalam darah.
Volume cairan tubuh akan meningkat dan membuat jantung dan pembuluh darah bekerja
lebih keras untuk memompa darah, tekanan darah pun akhirnya meningkat (Almatiser, 2005).
2. Pengaruh Natrium terhadap Hipertensi
Garam dapur sebagai salah satu sumber utama natrium. Tubuh memang butuh
natrium, tetapi bila berlebihan akan menjadi salah satu penyebab hipertensi. Natrium atau
sodium merupakan salah satu mineral penting bagi tubuh. Kadar natrium di dalam tubuh
sekitar 2 persen dari total mineral. Tubuh orang dewasa sehat mengandung 256 gram senyawa
natrium klorida (NaCl) yang setara dengan 100 gram unsur natrium. Kadar natrium normal
pada serum 310-340 mg/dL. Kebutuhan tubuh akan natrium telah banyak diteliti oleh
ilmuwan yang bergerak di bidang gizi dan kesehatan. Kita memerlukan minimum 200-500
miligram natrium setiap hari untuk menjaga kadar garam dalam darah tetap normal, yaitu 0,9
persen dari volume darah di dalam tubuh (Zemel, dkk, 1986).
Kurangnya konsumsi natrium dapat menyebabkan volume darah menurun yang
membuat tekanan darah menurun, denyut jantung meningkat, pusing, kadang-kadang disertai
kram otot, lemas, lelah, kehilangan selera makan, daya ingat menurun, daya tahan terhadap
infeksi menurun, luka sukar sembuh, gangguan penglihatan, rambut tidak sehat dan terbelah
ujungnya, serta terbentuknya bercak-bercak putih di kuku. Walaupun natrium memegang
peran penting untuk kesehatan tubuh, konsumsi yang berlebih tetap harus dicegah karena
dapat menimbulkan efek negatif. Banyaknya sumber natrium di alam menyebabkan kasus
defisiensi natrium sangat jarang terjadi. Sebaliknya, kasus kelebihan konsumsi yang justru
sering menjadi masalah. Karena itu, pola makan harus dicermati agar terhindar dari dampak
negatif kelebihan natrium (Zemel, dkk, 1986).
Kebutuhan National Research Council of The National Academy of Sciences
merekomendasikan konsumsi natrium per hari sebanyak 1.100-3.300 mg. Jumlah tersebut
setara dengan ½-1½ sendok teh garam dapur per hari. Untuk orang yang menderita hipertensi,
konsumsi natrium dianjurkan tidak lebih dari 2.300 mg perhari. Jumlah tersebut sama dengan
6 gram NaCl atau lebih kurang satu sendok teh garam dapur. American Heart Association
(AHA) merekomendasikan konsumsi Na bagi orang dewasa tidak lebih dari 2.400 mg/hari,
yaitu setara dengan satu sendok teh garam dapur sehari. Menurut United States Department of
Agriculture (USDA), rata-rata kebutuhan natrium ibu hamil sekitar 2.400 mg dalam sehari,
kira-kira setara dengan satu sendok the (Darmojo, 2001).
Di beberapa negara, tingkat konsumsi natrium cenderung sangat tinggi. Tingkat
konsumsi natrium di Amerika Serikat mencapai 4.000-5.000 mg/hari. Tingginya konsumsi
natrium di AS disebabkan tingginya konsumsi fast food, sehingga hipertensi merupakan
pembunuh paling mematikan. Di Jepang, konsumsi garam dapur sangat luar biasa, yaitu
sekitar 25-35 gram/hari. Padahal, menurut ahli gizi, orang dewasa idealnya makan garam 6
gram sehari dan anak-anak hanya 3 gram garam per hari. Tingginya konsumsi garam di
Jepang karena sebagian besar makanan berasal dari hewan laut, yang menyebabkan 84 persen
pria dewasa di Jepang dipastikan menderita hipertensi. Di Indonesia, seiring dengan
meningkatnya dominasi pola makan ala Barat, hipertensi kian menjadi masalah (Darmojo,
2001).
Dalam tubuh kita terdapat sistem otonom untuk mengatur keseimbangan kadar
natrium di dalam darah. Jika kadar natrium terlalu tinggi, otak akan mengirimkan sinyal rasa
haus dan mendorong kita untuk minum. Selain itu, jika sensor dalam pembuluh darah dan
ginjal mengetahui adanya kenaikan tekanan darah dan sensor di jantung menemukan adanya
peningkatan volume darah, ginjal dirangsang untuk mengeluarkan lebih banyak natrium dan
air kencing, sehingga mengurangi volume darah. Jika kadar natrium terlalu rendah, sensor
dalam pembuluh darah dan ginjal akan mengetahui bila volume darah menurun dan memacu
reaksi rantai yang berusaha untuk meningkatkan volume cairan dalam darah. Kelenjar adrenal
akan mengeluarkan hormon aldosteron, sehingga ginjal menahan natrium. Sementara itu,
kelenjar hipofisa mengeluarkan hormon antidiuretik, sehingga ginjal menahan air. Penahanan
natrium dan air menyebabkan berkurangnya pengeluaran air kencing, yang pada akhirnya
akan meningkatkan volume darah dan tekanan darah kembali ke normal. Sensitivitas
seseorang terhadap kadar natrium dalam darah berbeda-beda. Umumnya, semakin bertambah
usia seseorang, semakin bertambah tingkat sensitivitasnya (Graudal, dkk, 1998).
3. Fungsi Natrium
Natrium mengatur keseimbangan asam basa darah, mengatur keseimbangan cairan
dalam tubuh, mengatur kontraksi otot-otot. Natrium juga mengatur agar garam-garam mineral
lain larut dalam darah supaya jangan mengendap pada dinding pembuluh darah. Na berfungsi
memelihara tekanan osmosis sel, pH, serta mengatur permeabilitas membran sel. Selain itu,
Na mempunyai peranan dalam konduksi impuls dari saraf. Defisiensi Na akan menyebabkan
ganguan pada ginjal, perubahan nilai osmotik, dan perubahan suhu tubuh. Hal-hal tersebut
akan menimbulkan gejala hipertensi (tekanan darah meningkat) (Zemel, dkk, 1986).
Mineral natrium (Na) merupakan kation utama yang terdapat pada cairan
ekstraselular. Dengan demikian, mineral Na memegang peran penting dalam mengatur
keseimbangan cairan tubuh. Jika mineral Na tersebut tidak berimbang, air akan mengalir ke
dalam atau ke luar sel untuk menjaga konsentrasi Na agar tetap berimbang. Unsur natrium
sangat penting untuk penyerapan glukosa di dalam ginjal dan usus, serta untuk pengangkutan
zat-zat gizi lain melewati membran sel. Melalui asosiasinya dengan klorida (Cl) dan
bikarbonat, Na terlibat dalam pengaturan keseimbangan asam-basa, sehingga cairan tubuh
berada pada kisaran pH netral untuk mendukung metabolisme tubuh. Sebagian besar natrium
diserap oleh usus halus dan hanya sedikit yang diserap oleh lambung. Dari usus, natrium
dialirkan oleh darah ke hati, kemudian ke ginjal untuk disaring dan dikembalikan ke darah
dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan tubuh. Regulasi metabolisme natrium oleh ginjal
dikontrol oleh aldosteron, yaitu hormon yang disekresikan oleh kelenjar adrenal. Apabila
konsumsi natrium rendah atau kebutuhan tubuh meningkat, kadar aldosteron akan meningkat
dan ginjal lebih banyak menyerap kembali (reabsorpsi) natrium. Hal sebaliknya terjadi jika
konsumsi natrium berlebihan. Salah satu perannya yang paling esensial adalah untuk menjaga
keseimbangan osmotik atau keseimbangan aliran cairan di dalam tubuh. Selain itu, natrium
juga mempunyai peran penting untuk merangsang saraf serta membantu sel-sel untuk
metabolisme zat gizi esensial lainnya. Natrium juga mempunyai peran untuk menjaga fungsi
dan kerja otot jantung, serta mencegah penyakit-penyakit berbahaya seperti gangguan saraf.
Bagi ibu hamil, natrium berperan meningkatkan kerja jantung, memompa darah agar dapat
memenuhi kebutuhan sang ibu dan janin (Yaswir, 2012).
4. Penyerapan dan penyimpanan natrium
Natrium diserap dari lambung dan usus, kemudian dihantarkan dalam darah ke ginjal
dan disaring dikembalikan lagi ke dalam darah. Untuk menyerap natrium, diperlukan energi.
Kelebihan natrium dibuang memulai urine. Hormon mengatur metabolisme natrium (Yaswir,
2012).
5. Pengaruh Terhadap Penyakit
Orang yang menderita hipertensi perlu mengurangi konsumsi natrium. Penelitian
Klinik menunjukan bahwa diet rendah natrium sangat baik mencegah dan meringankan
odema, proteinuria (albumin dalam urin) (Yaswir, 2012).
6. Sumber Natrium dalam Bahan Makanan
Sumber natrium antara lain adalah Makanan yang diawetkan dengan garam dapur :
Ikan asin, terasi, ebi, udang kering, telur asin, telur pindang, buah kaleng, asinan; makanan
laut; makanan yang mengandung natrium / pengawet : Roti, biskuit, sosis, cornet, kecap,
petis, tauco; makanan ringan; makanan siap saji; garam (Almatsier, 2005).
Sumber bahan pangan, baik nabati maupun hewani, merupakan sumber alami
natrium. Umumnya pangan hewani mengandung natrium lebih banyak dibandingkan dengan
nabati. Namun, sumber utamanya garam dapur (NaCl), soda kue (natrium bikarbonat),
penyedap rasa monosodium glutamat (MSG), serta bahan-bahan pengawet yang digunakan
pada pangan olahan, seperti natrium nitrit dan natrium benzoat. Natrium juga mudah
ditemukan dalam makanan sehari-hari, seperti pada kecap, makanan hasil laut, makanan siap
saji (fast food), serta makanan ringan (snack). Umumnya makanan dalam keadaan mentah
sudah mengandung 10 persen natrium dan 90 persen ditambahkan selama proses pemasakan
(Mattes, dkk, 1991).
7. Tujuan Diet Hipertensi
Pada penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi > 160 /gram mmHg, selain
pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup. Tujuan
dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan
mempertahankan tekanan darah menuju normal. Disamping itu, diet juga ditujukan untuk
menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak
kolesterol dan asam urat dalam darah. Harus diperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang
menyertai darah tinggi seperti jantung, ginjal dan diabetes mellitus (Santoso, 2009). Prinsip
diet pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut :
- Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang.
- Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita.
- Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar
diet (Santoso, 2009).
Diet adalah salah satu cara untuk mengatasi hipertensi tanpa efek samping yang
serius, karena metode pengendaliannya yang lebih alami, jika dibandingkan dengan obat
penurun tekanan darah yang dapat membuat pasiennya menjadi tergantung seterusnya pada
obat tersebut (Sustrani, dkk, 2005).
8. Mengatur Menu Makanan
Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk
menghindari dan membatasi makanan yang dpat meningkatkan kadar kolesterol darah serta
meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung
(Sediaoetama, 2006).
Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, craker, keripik dan
makanan kering yang asin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan
dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang
kering, telur asin, selai kacang).
5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang
tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu
penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
(Sediaoetama, 2006)
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2005). Prinsip Dasar Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Darmojo, B. 2001. Mengamati Perjalanan Epidemiologi Hipertensi di Indonesia. Jakarta: Medika no.7.
Graudal NA, Galloe AM, Garred P.: Effects of Sodium Restriction on Blood Pressure, Renin, Aldosterone, Catecholamines, Cholesterols, and Triglyceride a Meta-Analysis. JAMA 1998;279:1383-91.
Mattes RD, Donnelly D. Relative Contributions of Dietary Sodium Sources. J Am Coll Nutr 1991;10:383-93.
Santoso, Fredy. Diet Pencegah Hipertensi. 2009. Diakses Tanggal 15 September 2009. Http://www.semuanyaada.com/index.php?option=com_content&task=view&id=126&Itemid=59.
Sediaoetama, A. D. 2006. Ilmu Gizi Jilid II. Jakarta: Dian Rakyat.
Sustrani, L, dkk. 2005. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Yaswir, R dan Ira Ferawati. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium. Jurnal Kesehatan Andalas. 2012; 1(2).
Zemel MB, Gualdoni SM, Sowers JR. Sodium Excretion and Plasma Renin Activity in Normotensive and Hypertensive Black Adults as Affected by Dietary Calcium and Sodium. J Hypertens 1986;4:Suppl 6:S343-S345.