(Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

36
1. Pengertian rupture perineum Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul yang terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis serta diafragma pelvis. Rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan maupun dengan menggunakan alat atau tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Robekan perineum terjadi pada hampir semua primipara (Wiknjosastro, 2005). Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari pada biasa sehinga kepala janin terpaksa lahir lebih kebelakang dari pada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari pada sirkumferensia suboksipito bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan vagina (Saifudin, 2008). 2. Klasifikasi Robekan Perineum a. Ruptur Perineum Spontan 1

Transcript of (Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

Page 1: (Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

1. Pengertian rupture perineum

Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul yang terletak

antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia  urogenitalis serta

diafragma pelvis. Rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada  saat bayi

lahir baik secara spontan maupun  dengan menggunakan alat atau tindakan.

Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas

apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Robekan perineum terjadi pada hampir

semua primipara (Wiknjosastro, 2005).

Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas

apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari pada

biasa sehinga kepala janin terpaksa lahir lebih kebelakang dari pada biasa, kepala

janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari pada

sirkumferensia suboksipito bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan

vagina (Saifudin, 2008).

2. Klasifikasi Robekan Perineum

a.   Ruptur Perineum Spontan

Yaitu luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa

dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat

persalinan dan biasanya tidak teratur.

b. Ruptur perineum yang disengaja (Episiotomi)

Yaitu luka perineum yang terjadi karena dilakukan pengguntingan atau

perobekan pada perineum: Episiotomi adalah torehan yang dibuat pada

perineum untuk memperbesar saluran keluar vagina.

(Wiknjosastro, 2007)

1

Page 2: (Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

2

3. Kategori Rupture Perineum

Luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa dilakukan

tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan dan

biasanya tidak teratur.

Tingkat robekan perineum dapat dibagi atas 4 tingkatan :

Tingkat I   

Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai

kulit perineum sedikit (Wiknjosastro, 2005).

Gambar 1. Rupture Perineum Tingkat 1

Tingkat II

Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selama mengenai selaput lendir

vagina juga mengenai muskulus perinei transversalis, tapi tidak mengenai

sfingter ani (Wiknjosastro, 2005).

Page 3: (Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

3

Gambar 2. Rupture Perineum Tingkat II

Tingkat III    

Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot-otot

sfingter ani (Wiknjosastro, 2005).

Gambar 3. Rupture Perineum Tingkat III

Tingkat IV

Robekan mengenai perineum sampai otot sfingter ani dan rectum.

(Wiknjosastro, 2005).

Page 4: (Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

4

Gambar 4. Rupture Perineum Tingkat IV

4. Tujuan pejahitan perlukaan perineum

Tujuan dari pejahitan perlukaan perineum adalah :

a. Untuk mendekatkan jaringan-jaringan agar proses penyembuhan bisa terjadi,

proses penyembuhan itu sendiri bukanlah hasil dari penjahitan tersebut tetapi

hasil dari pertumbuhan jaringan.

b. Untuk menghentikan perdarahan yang terjadi akibat perlukaan yang

menyebabkan pembuluh darah terbuka.

5. Benang Untuk Menjahit Perineum

Benang jahit terdiri atas dua macam yaitu sebagai berikut :

1. Benang yang dapat diserap (plain catgut): terbuat dari jaringan ikat usus

domba. Larut dalam seminggu, namun catgut yang direndam dalam larutan

khromik oksida (chromic catgut) lebih lama absorpsinya dan bertahan selama

10-40 hari. Catgut chromic baik untuk penjahitan luka episiotomi dan robekan

akibat persaiinan. Benang buatan/sintetis (vicryl atau polyglatin 910) juga

dapat diserap dalam 60-90 hari.

2. Benang yang tidak diserap.

Page 5: (Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

5

a. Terbuat dari katun, sutera jaringan tumbuh-tumbuhan, logam, dan bahan

sintetis.

b. Cenderung menimbulkan reaksi jaringan.

(Sulistyawati & Nugraheny, 2010)

Benang yang digunakan untuk menjahit luka perineum adalah cat gut kromik.

Cat gut adalah benang yang dapat diserap karena terbuat dari usus sapi yang

bahan utamanya terdiri dari kolagen. Kolagen adalah suatu protein asing dalam

tubuh manusia dan terurai oleh kerja enzim pencernaan (proteolisis).

Cat gut kromik adalah benang cat gut yang telah dikombinasi dengan garam-

garaman krom. Fungsi garam-garaman krom adalah menunda proses proteolisis

yang menyebabkan cat gut diabsorpsi, sehingga memperpanjang waktu agar

benang dapat dipertahankan dalam jaringan bersama-sama selama proses

penyembuhan. Cat gut akan diabsorpsi kurang lebih selama satu minggu dan

akan mulai kehilangan kekuatannya setelah 3 hari. Cat gut kromik menunda

absorpsi selama 10-40 hari bergantung jumlah garam-garaman yang digunakan,

tetapi umumnya dapat mempertahankan kekuatannya selama 2-3 minggu

(Sulistyawati & Nugraheny, 2010).

Jenis dan ukuran benang untuk penjahitan luka perineum:

a. Catgut kromik 4-0

- Perbaikan dinding anterior rektum pada laserasi derajat empat

- Perbaikan laserasi klitoris

- Perbaikan ditempat lain apabila memerlukan benang yang sangat halus

b. Catgut kromik 3-0

- Perbaikan mukosa vagina

- Jahitan subkutan

- Jahitan subkutikula

Page 6: (Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

6

- Perbaikan laserasi periuretra

c. Catgut kromik 2-0

- Perbaikan sfingter ani ekstra

- Perbaikan laserasi serviks

- Perbaikan laserasi dinding vagina lateral

- Jahitan dalam terputus-putus pada otot pelvis

(Sulistyawati & Nugraheny, 2010)

Benang yang ideal untuk episiotomi/perlukaan jalan lahir adalah 2/0 atau 3/0.

Hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih ukuran diameter benang adalah

bahwa otot memerlukan benang yang lebih kuat. Semakin besar nomor benang

maka benang semakin halus (misalnya 4-0, 6-0, 8-0). Semakin kecil nomor

benang maka semakin berat benang dan semakin kuat tegangan benang

(misalnya 2-0, 1-0).

Prinsip pengikatan simpul adalah sebagai berikut.

1.      Simpul harus terikat kuat.

2.      Simpul harus sekecil mungkin.

3. Ujung benang dipotong ± 1½ cm dari simpul.

4. Simpul mati adalah yang terbaik.

(Sulistyawati & Nugraheny, 2010)

6. Macam-macam Jahitan

A. Jahitan interrupted:

1. Jahitan simple interrupted (Jahitan satu demi satu).

Merupakan jenis jahitan yang paling dikenal dan paling banyak digunakan.

Jarak antara jahitan sebanyak 5-7 mm dan batas jahitan dari tepi luka

sebaiknya 1-2 mm. Semakin dekat jarak antara tiap jahitan, semakin baik

bekas luka setelah penyembuhan.

Page 7: (Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

7

2. Jahitan Matras

a. Jahitan matras vertikal

Jahitan jenis ini digunakan jika tepi luka tidak bisa dicapai hanya

dengan mengunakan jahitan satu demi satu. Misalnya di daerah yang

tipis lemak subkutisnya dan tepi luka cenderung masuk kedalam.

b. Jahitan matras horizontal

Jahitan ini digunakan untuk menautkan fassia dan aponeurosis. Jahitan

ini tidak boleh digunakan untuk menjahit lemak subkutis karena

membuat kulit diatansa terliat lebih bergelombang.

3. Jahitan Continous

a. Jahitan jelujur

Lebih cepat dibuat, lebih kuat dan pembagian tekanannya lebih rata

bila dibandingkan dengan jahitan terputus. Kelemahannya jika benang

putus / simpul terurai seluruh tepi luka akan terbuka.

b. Jahitan feston

Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya,

biasa sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi

jahitan jelujur biasa.

c. Jahitan kantung tembakau

B. Jahitan Subkutis

1. Jahitan continous

Jahitan terusan subkutikuler atau intrademal. Digunakan jika ingin

dihasilkan hasil yang baik setelah luka sembuh. Juga untuk menurunkan

tengan pada luka yang lebar sebelum dilakukan penjahitan satu demi satu.

2. Jahitan interrupted dermal stitch

C. Jahitan Dalam

Pada luka infeksi misalnya insisi abses, dipasang dren. Dren dapat dibuat dari

guntingan sarunga tangan fungsi dren adalah mengelirkan cairan keluar

berupa darah atau serum.

Page 8: (Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

8

7. Teknik menjahit robekan perineum

Tingkat I  

Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat dilakukan hanya dengan

memakai catgut yang dijahitkan secara jelujur (continuous suture) atau dengan

cara angka delapan/figure of eight (Wiknjosastro, 2005).

Tingkat II  

Pada robekan perineum tingkat II, setelah diberi anastesi lokal, otot-otot

diafragma urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan

kemudian luka pada vagina dan kulit perineum ditutup dan mengikutsertakan

jaringan-jaringan dibawahnya (saifudin, 2006).

Jahitan mukosa vagina: jahit mukosa vagina secara jelujur dengan catgut

kromik 2-0. Dimulai dari sekitar 1 cm diatas puncak luka didalam vagina

sampai pada batas vagina (saifudin, 2006).

Jahitan otot perineum: lanjutkan jahitan pada daerah otot perineum sampai

ujung luka pada perineum secara jelujur dengan catgut kromik 2-0. Lihat

didalam luka untuk mengetahui letak ototnya. Penting sekali untuk menjahit

otot ke otot agar tidak ada rongga diantaranya (saifudin, 2006).

Jahitan kulit: carilah lapisan subkutikuler persis dibawah lapisan kulit.

Lanjutkan dengan jahitan subkutikuler kembali ke arah batas vagina, akhiri

dengan simpul mati pada bagian dalam vagina (saifudin, 2006).

Tingkat III

Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum tingkat II maupun

tingkat III, jika dijumpai pinggir yang tidak rata atau bergerigi, maka pinggir

bergerigi tersebut harus diratakan terlebih dahulu. Pinggir robekan sebelah

kiri dan kanan masing-masing diklem terlebih dahulu kemudian digunting.

Setelah pinggir robekan rata, baru dilakukan penjahitan luka robekan

(Wiknjosastro, 2005).

Page 9: (Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

9

Jahitan sfingter ani: jepit otot spingter dengan klem Allis atau pinset. Tautkan

ujung otot spingter ani dengan 2-3 jahitan benang kromik 2-0 angka 8 secara

interuptus. Larutan antiseptik pada daerah robekan. Reparasi mukosa vagina,

otot perineum dan kulit (saifudin, 2006).

Tingkat IV

Mula-mula dinding depan rectum yang robek dijahit. Kemudian fasia

peirektal dan fasia septum rektovaginal dijahit dengan catgut kromik,

sehingga bertemu kembali. Ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh

karena robekan diklem dingan klem pean lurus. Kemudian dijahit dengan 2-3

jahitan  catgut kromik sehingga bertemu kembali.  Selanjutnya robekan dijahit

lapis demi lapis seperti menjahit robekan perineum tingkat II (Wiknjosastro,

2005).

8. Prinsip dasar saat penjahitan perineum

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan pada saat melakukan penjahitan luka

episiotomi atau laserasi perineum adalah sebagai berikut :

a. Perawat/bidan memiliki penglihatan yang baik terhadap lapang kerja

penjahitan perineum

b. Posisi pasien memungkinkan perawat/bidan dapat dengan nyaman dan leluasa

melakukan penjahitan, yaitu litotomi. Jika diperlukan dapat ditambahkan

pengganjal dibawah bokong dengan ketebalan beberapa cm.

c. Penggunaan cahaya yang cukup terang.

d. Anatomi dapat dilihat dengan jelas.

e. Teknik yang steril.

Menggunakan sarung tangan ekstra diatas sarung tangan steril yang telah

dikenakan sebelumnya. Tujuannya untuk menghindari kontaminasi ketika

melakukan pemeriksaan rectum, dan setelah selesai melakukan

pemeriksaan rectum sarung tangan ekstra ini segera dibuang

Page 10: (Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

10

Mengatur posisi kain steril di area rectum dan dibawahnya sampai

dibawah ketinggian meja atau tempat tdur untuk mengupayakan area yang

tidak terkontaminasi jika benang jatuh kearea tersebut dan menyeka

apapun yang terdapat ditempat tersebut

f. Tindakan cepat.

g. Septik dan antisepsis pada daerah luka episiotomi.

h. Jika luka episiotomi meluas, tangani seperti robekan derajat III dan IV.

i. Jahit mukosa vagina secara jelujur dengan catgut cromic 2-0.

j. Mulai dari sekitar 1 cm di atas puncak luka episiotomi sampai pada batas

vagina.

k. Gunakan pinset untuk menarik jarum melalui jaringan vagina.

l. Jahit otot perineum dengan benang 2-0 secara interuptus.

m. Jahit kulit secara intruptus dan subkutikuler dengan benang 2-0.

n. Bekerja hati-hati.

o. Hati-hati jangan sampai kasa/kapas tertinggal dalam vagina.

p. Penjelasan dan pendekatan yang peka terhadap perasaan ibu selama tindakan.

q. Pentingnya tindak lanjut jangka panjang untuk menilai teknik dan pemilihan

bahan untuk penjahitan.

r. Pencegahan trauma lebih lanjut yang tidak perlu pada jaringan insisi. Contoh-

contoh trauma lebih lanjut yang tidak perlu, seperti berikut :

Penggunaan jarum bermata (berlubang) yang menggunakan dua helai

benang menembus jaringan.

Penggunaan jarum dan benang dengan ukuran yang lebih besar dari pada

yang diperlukan.

Penggunaan jarum potong traumatic yang tidak tepat, bukan jarum bundar

atraumatik Jarum potong berbentuk segitiga dan setiap sisinya memiliki

sisi pemotong. Jarum ini akan menyebabkan trauma yang lebih besar dari

pada jarum yang berbentuk bundar. Jarum bundar ini memiliki titik

Page 11: (Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

11

runcing dan akan melewati jaringan lunak lebih mudah dengan trauma

yang lebih sedikit.

Jumlah pungsi (penusukan) jarum berlebihan yang tidak perlu terjadi,

dapat disebabkan oleh salah satu hal dibawah ini:

Penempatan jahitan yang salah sehingga perlu diangkat atau dijahit

lagi.

Terlalu banyak jahitan dan terlalu rapat.

Stranggulasi jaringan karena jahitan yang terlalu ketat. Stranggulasi

jaringan mengurangi kekuatan jaringan dan jika jahitan terlalu ketat

menyebabkan sirkulasi tidak adekuat bahkan dapat menyebabkan

jaringan tanggal (lepas).

Tindakan berulang menyentuh dan membersihkan luka yang tidak

perlu.

(Sulistyawati & Nugraheny, 2010)

9. Langkah-langkah penjahitan robekan perineum

a. Persiapan Alat

- Benang

- 1 buah sarung tangan steril/DTT

- 1 buah pinset serologis

- 1 buah gunting benang

- 1 kom air DTT

- 1 kom kapas DTT

- 1 buah pinset anatomis

- 1 buah linex

- 1 buah dux

- Korentang

- Bengkok

- Kasa seperlunya

Page 12: (Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

12

- Nafida dengan jarum

- Spuit sekali pakai 10 ml

- Patahkan ampul lidokain

b. Persiapan Pasien

Bantu ibu mengambil posisi litotomi sehingga bokongnya berada di tepi

tempat tidur atau meja. Topang  kakinya dengan alat penopang atau minta

anggota keluarganya  untuk memegang kaki ibu sehingga tetap berada

dalam posisi litotomi.

Tempatkan handuk atau kain bersih dibawah bokong pasien.

 Jika mungkin, tempatkan  lampu sedemikian rupa sehingga perineum

dapat terlihat lebih jelas.

 Gunakan teknik aseptik pada saat memeriksa robekan atau episiotomi,

berikan anastesi lokal dan jahit luka.

Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir.

Pakai sarung tangan DTT dan steril

 Dengan menggunakan teknik aseptik, persiapkan peralatan dan bahan

DTT untuk penjahitan.

Duduk dengan posisi santai dan nyaman sehingga luka bisa dengan mudah

dilihat dan penjahitan dilakukan tanpa kesulitan.

 Gunakan kain kassa DTT untuk menyeka vulva, vagina, dan perineum

pasien.

Periksa vagina dan perineum secara lengkap. Pastikan bahwa laserasi

merupakan laserasi derajat satu dan dua. Jika laserasinya dalam atau luka

episiotominya meluas, periksa lebih jauh dan pastikan bahwa tidak terjadi

robekan derajat tiga atau empat. Masukan jari yang sudah bersarungtangan

ekstra  kedalam anus dengan hati-hati dan angkat jari tersebut secara

perlahan untuk mengidentifikasi sfingter ani. Raba tonus atau ketegangan

Page 13: (Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

13

sfingter. Jika sfingter terluka, pasien mengalami laserasi derajat tiga atau

empat dn harus dirujuk.

Lepaskan sarung tangan ekstra yang tadi telah digunakan untuk

memeriksa rektum, lalu buang.

Berilah anastesi lokal.

Siapkan jarum (pilih jarum yang batangnya bulat, tidak pipih) dan benang.

Gunakan benang cat gut kromik no 2-0 atau 3-0.

 Tempatkan jarum pada pegangan jarum dengan sudut 90 derajat, lalu jepit

jarum tersebut.

(Sulistyawati & Nugraheny, 2010)

c. Anestesi Lokal

Keuntungan anestesi lokal

- Ibu lebih merasa nyaman (sayang ibu)

- Perawat/bidan lebih leluasa dalam penjahitan

- Lebih cepat dalam menjahit perlukaannya (mengurangi kehilangan

darah)

- Trauma pada jaringan lebih sedikit (mengurangi infeksi)

- Cairan yang digunakan yaitu lidokain 1% dan tidak dianjurkan

penggunaan lidokain 2% karena konsentrasinya terlalu tinggi dan

menimbulkan nekrosis jaringan

Peralatan

Gunakan tabung suntik satu kali pakai dengan jarum ukuran 22 panjang 4

cc. Jarum yang lebih panjang atau tabung suntik yang lebih besar dapat

digunakan, tetapi jarum harus berukuran 22 atau lebih kecil tergantung

pada tempat yang memerlukan anastesi. Obat standar yang digunakan

untuk anastesi lokal adalah 1% lidokain tanpa epineprin (silokain). Jika

lidokain 1% tidak tersedia, gunakan lidokain 2% dengan dilarutkan

Page 14: (Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

14

terlebih dahulu dengan air steril dengan perbandingan 1 : 1, sebagai

contoh, larutkan 5 ml lidokain 2% dengan 5 ml air steril untuk membuat

larutan lidokain 1% (Sulistyawati & Nugraheny, 2010).

Tindakan anestesi lokal

Langkah-langkah pemberian anastesi lokal adalah sebagai berikut:

1. Jelaskan pada ibu apa yang akan dilakukan dan bantu ibu untuk merasa

santai atau rileks.

2. Isap 10 ml larutan lidokain 1% ke dalam alat suntik sekali pakai ukuran

10 ml (jika diperlukan boleh digunakan tabung yang lebih besar), jika

lidokain 1% tidak ada, boleh menggunakan lidokain 2%, tetapi

dilarutkan dulu dengan perbandingan 1:1).

3. Tempelkan/pasang jarum suntik ukuran 22 pada tabung suntik tersebut.

4. Tusukkan jarum ke ujung atau pojok luka (laserasi), tarik jarum

sepanjang tepi luka (ke arah bawah di antara mukosa dan kulit

perineum).

5. Aspirasi (tarik pendorong tabung suntik) untuk memastikan bahwa

jarum tidak berada dalam pembuluh darah. Jika darah masuk ke tabung

suntik, jangan teruskan penyuntikan dan tarik jarum seluruhnya.

Pindahkan posisi jarum dan suntikan kembali.

Alasan: Ibu dapat mengalami kejang dan kematian bila lidokain    

disuntikkan ke dalam pembuluh darah.

6. Suntikan anestesi sejajar dengan permukaan luka pada saat jarum suntik

ditarik perlahan-lahan.

7. Tarik jarum sampai ke bawah tempat di mana jarum tersebut

disuntikkan.

8. Arahkan lagi jarum ke daerah di atas tengah luka dan ulangi langkah

empat. Tusuk jarum untuk ketiga kalinya sehingga tiga garis di satu sisi

luka mendapat anastesi lokal. Ulangi proses ini di sisi lain luka tersebut.

Page 15: (Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

15

Setiap sisi luka akan memerlukan kurang lebih 5 ml lidokain 1% untuk

mendapatkan anastesi yang cukup.

9. Tunggu selama dua menit dan biarkan anastesi tersebut bekerja dan

kemudian uji daerah yang dianastesi dengan cara mencubit dengan

forsep atau disentuh dengan jarum yang tajam.Jika ibu merasakan jarum

atau cubitan tersebut, tunggu dua menit lagi dan kemudian uji kembali

sebelum mulai menjahit luka.

(Sulistyawati & Nugraheny, 2010)

10. Penjahitan Laserasi pada Perineum

Langkah-langkah penjahitan laserasi pada perineum adalah sebagai berikut.

Cuci tangan secara saksama dan gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat

tinggi atau steril. Ganti sarung tangan jika sudah terkontaminasi atau jika

tertusuk jarum maupun peralatan tajam lainnya.

Pastikan bahwa peralatan dan bahan-bahan yang digunakan untuk melakukan

penjahitan sudah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril.

Setelah memberikan anastesi lokal dan memastikan bahwa daerah tersebut

telah dianastesi, telusuri dengan hati-hati dengan menggunakan satu jari untuk

secara luas menentukan batas-batas luka. Nilai kedalaman luka dan lapisan

jaringan yang terluka. Dekatkan tepi laserasi untuk menentukan bagaimana

cara menjahitnya menjadi satu dengan mudah.

Tusukkan seluruh jarum dari tepi luka pada perbatasan antara mukosa dan

kulit perineum ke arah perineum. Lakukan aspirasi untuk memeriksa adanya

darah dari pembuluh darah yang tertusuk (Gambar 5).

Page 16: (Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

16

Gambar 5

Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm di atas ujung laserasi di bagian dalam

vagina. Setelah membuat tusukan pertama, buat ikatan dan potong pendek

benang ydng lebih pendek dari ikatan (Gambar 6).

Gambar 6

Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin

himen (Gambar 7).

Page 17: (Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

17

Gambar 7

Tepat sebelum cincin himen, masukan jarum ke dalam mukosa vagina lalu ke

bawah cincin himen sampai jarum berada di bawah laserasi. Periksa bagian

antara jarum di perineum dan bagian atas laserasi. Perhatikan seberapa dekat

jarum ke atas puncak luka (Gambar 8).

Gambar 8

Teruskan ke arah bawah, tetapi tetap pada luka, hingga jelujur mencapai

bagian bawah laserasi. Pastikan bahwa jarak antara jahitan sama dan otot yang

terluka telah dijahit. Jika laserasi meluas ke dalam otot, mungkin perlu

Page 18: (Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

18

melakukan satu atau dua lapisan putus-putus untuk menghentikan perdarahan

dan atau mendekatkan jaringan tubuh secara efektif (Gambar 9).

Gambar 9

Setelah mencapai ujung laserasi, arahkan jarum ke atas dan teruskan

penjahitan dengan menggunakan jahitan jelujur untuk menutup jaringan

subkutikuler. Jahitan ini akan menjadi jahitan lapis kedua. Periksa lubang

bekas jarum tetap terbuka berukuran 0,5 cm atau kurang. Luka ini akan

menutup dengan sendirinya saat penyembuhan luka (Gambar 10).

Gambar 10

Page 19: (Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

19

Tusukkan jarum dari robekan perineum ke dalam vagina. Jarum harus keluar

dari belakang cincin himen (Gambar 11).

Gambar 11

Ikat benang dengan membuat simpul di dalam vagina. Potong ujung benang

dan sisakan sekitar 1,5 cm. Jika ujung benang dipotong terlalu pendek, simpul

akan longgar dan laserasi akan terbuka.

Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan tidak ada kasa

atau peralatan yang tertinggal di dalam.

Dengan lembut, masukkan jari paling kecil ke dalam anus. Raba apakah ada

jahitan pada rektum. Jika ada jahitan yang teraba, ulangi pemeriksaan rektum

enam minggu pascapersalinan. Jika penyembuhan belum sempurna (misalnya

jika ada fistula rektovaginal atau ibu melapor inkontinensia alvi atau feses),

ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.

Cuci daerah genital secara lembut dengan sabun dan air disinfeksi tingkat

tinggi, kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi yang nyaman.

(Sulistyawati & Nugraheny, 2010)

Page 20: (Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

20

Hal yang perlu di ingat:

a. Tidak usah menjahit laserasi derajat satu yang tidak mengalami perdarahan

dan dapat mendekat dengan baik.

b. Gunakan seminimal mungkin jahitan untuk mendekatkan jaringan dasn

memastikan hemostasis.

c. Selalu gunakan teknik aseptik.

d. Jika ibu mengeluh sakit pada saat dilakukan penjahitan. Berikan lagi anastesi

lokal untuk memastikan kenyamanan ibu, inilah yang disebut asuhan sayang

ibu (Sulistyawati & Nugraheny, 2010).

11. Komplikasi penjahitan perlukaan perineum

a. Overlapping : Terjadi sebagai akibat tidak dilakukan adaptasi luka sehingga

luka menjadi tumpang tindih dan luka mengalami

penyembuhan yang lambat dan apabila sembuh maka hasilnya

akan buruk.

b. Nekrosis : Jahitan yang terlalu tegang dapat menyebabkan avaskularisasi

sehingga menyebabkan kematian jaringan.

c. Infeksi : Infeksi dapat terjadi karena tehnik penjahitan yang tidak steril,

luka yang telah terkontaminasi, dan adanya benda asing yang

masih tertinggal.

d. Perdarahan : Terapi antikoagulan atau pada pasien dengan hipertensi.

e. Hematoma : Terjadi pada pasien dengan pembuluh darah arteri terpotong

dan tidak dilakukan ligasi/pengikatan sehingga perdarahan

terus berlangsung dan menyebabkan bengkak.

f. Dead space (ruang/rongga mati) : Yaitu adanya rongga pada luka yang

terjadi karena penjahitan yang tidak lapis

demi lapis.

Page 21: (Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

21

g. Sinus : Bila luka infeksi sembuh dengan meninggalkan saluran sinus,

biasanya ada jahitan multifilament yaitu benang pada dasar

sinus yang bertindak sebagai benda asing.

h. Dehisensi : Adalah luka yang membuka sebelum waktunya disebabkan

karena jahitan yang terlalu kuat atau penggunaan bahan benang

yang buruk.

i. Abses : Infeksi hebat yang telah menghasilkan produk pus/nanah

(Sulistyawati & Nugraheny, 2010).

12. Perawatan Luka Jahitan Perineum

a. Perawatan Pasca Tindakan

Apabila terjadi robekan tingkat IV (Robekan sampai mukosa rektum),

berikan antibiotik profilaksis dosis tunggal Ampisilin 500 mg per oral dan

metronidazol 500 mg per oral.

Observasi tanda-tanda infeksi

Jangan lakukan pemeriksaan rektal selama 2 minggu

Berikan pelembut feses selama seminggu per oral

(Wiknjosastro, 2005)

b. Perawatan luka perineum berikutnya

Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah

Saat mandi

Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka

maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang

tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian

pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan

pembersihan perineum.

Page 22: (Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

22

Setelah buang air kecil

Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar

terjadi kontaminasi air seni pada rektum akibatnya dapat memicu

pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan

perineum.

Setelah buang air besar.

Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran

disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus

ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses

pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.

Langkah-langkah perawatan perineum sebagai berikut :

Persiapan

1) Ibu Post Partum

Perawatan luka perineum ini dimulai sesegera mungkin setelah 6 jam

dari persalinan normal. Ibu akan dilatih dan dianjurkan untuk mulai

bergerak duduk dan latihan berjalan. Tentu saja bila keadaan ibu

cukup stabil dan tidak mengalami komplikasi misalnya tekanan darah

tinggi atau pendarahan (Fereer, 2001).

Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi dengan

posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi

kaki terbuka (Fereer, 2001).

2) Alat dan bahan

Alat yang digunakan adalah baskom dan gayung atau shower air

hangat dan handuk bersih dan kering. Sedangkan bahan yang

digunakan adalah air hangat, pembalut ganti baru, celana dalam bersih

dan antiseptik (Fereer, 2001).

3) Penatalaksanaan

Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak

Page 23: (Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

23

mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan

meningkatkan penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan menurut

Hamilton (2002) adalah sebagai berikut:

Mencuci tangan.

Lepas semua pembalut dan bersihkan dari arah depan ke belakang.

Waslap dibasahi dan buat busa sabun lalu gosokkan

perlahan waslap yang sudah ada busa sabun tersebut ke seluruh

lokasi luka jahitan. Jangan takut dengan rasa nyeri, bila tidak

dibersihkan dengan benar maka darah kotor akan menempel pada

luka jahittan dan menjadi tempat kuman berkembang biak.

Bilas dengan air hangat dan ulangi sekali lagi sampai yakin bahwa

luka benar – benar bersih. Bila perlu lihat dengan cermin kecil.

Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke

belakang.

Kenakan pembalut baru yang bersih dan nyaman.

Kenakan celana dalam yang bersih dari bahan katun. Jangan

mengenakan celana dalam yang bisa menimbulkan reaksi alergi.

Cuci kembali tangan.

4) Evaluasi

Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah:

Perineum tidak lembab

Posisi pembalut tepat

Ibu merasa nyaman

c. Penanganan Komplikasi

Jika terdapat hematoma, darah dikeluarkan. Jika tidak ada tanda infeksi

dan perdarahan sudah berhenti, lakukan penjahitan.

Page 24: (Kel.6) Isi Dan Pembahasan Repair Perineum

24

Jika terdapat infeksi, buka dan drain luka. Lalu berikan terapi ampisilin

500 mg per oral 4 x sehari selama 5 hari dan metronidazol 400 mg per oral

3 x sehari selama 5 hari.

Jika infeksi mencapai otot dan terdapat nekrosis, lakukan debridemen dan

berikan antibiotika secara kombinasi sampai pasien bebas demam 48 jam.

- Penisilin G 2 juta unit setiap 6 jam IV

- Ditambah Gentamisin 5 mg/kgBB setiap 24 jam IV

- Ditambah Metronidazol 500 mg peroral setiap 8 jam IV

Sesudah pasien bebas demam 48 jam berikan :

- Ampisilin 500 mg peroral empat kali sehari selama 5 hari

- Ditambah Metronidazol 400 mg peroral tiga kali sehari selam 5 hari.

Luka dapat dijahit bila telah tenang, 2-4 minggu kemudian.

Fistula rektovaginal perlu dilakukan bedah rekonstruksi 3 bulan atau lebih

pasca persalinan (Wiknjosastro, 2005).

d. Informasi Kesehatan Untuk Ibu

Menjaga daerah vulva dan perineumnya agar selalu bersih dan kering.

Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineum.

Mencuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir tiga

sampai empat kali per hari.

Kembali dalam seminggu untuk memeriksakan penyembuhan lukanya.

Ibu harus kembali lebih awal jika ia mengalami demam atau

mengeluarkan cairan yang berbau busuk dari daerah lukanya atau jika

daerah tersebut menjadi lebih nyeri.

Menyarankan ibu mengkonsumsi nutrisi dan makanan bernilai gizi tinggi

Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh atau

sedikitnya minum 8 gelas sehari.

(Sulistyawati & Nugraheny, 2010).