Pembagian Tugas Kimia
-
Upload
riskhibayusarwosaputro -
Category
Documents
-
view
41 -
download
1
description
Transcript of Pembagian Tugas Kimia
(DAVID WIDYANTO)
I. PEMBAHASAN
I.1 Reaksi – reaksi Pendahuluan
Percobaan ini bertujuan untuk membandingkan konsentrasi larutan
berdasarkan kepekatan warna yang dilakukan dengan menggunakan campuran
bahan uji 10 mL KSCN 0.002 M dan 3 mL Fe(NO3)3 0,2 M.
Larutan dibagi ke dalam 4 tabung reaksi. Tabung reaksi I digunakan
sebagai pembanding, tampak warna merah pekat. Reksi :
KSCN + Fe(NO3)3 3KNO3 + Fe(SCN)2+ + 2SCN-
Warna merah adalah warna ion Fe(SCN)2+. Tabung reaksi I digunakan
sebagai pembanding. Untuk tabung reaksi yang lain karena pada percobaan ini
menggunakan metode deret standar yang mana larutan yang akan dianalisa
dibandingkan warnanya dengan suatu larutan standar yang volume larutannya
sama.
(Fatih, 2008)
(NINDYAN AGNA)
Pada tabung reaksi II ditambahkan 1 tetes KSCN pekat, warna larutan
tetap merah pekat namun lebih encer. Hal ini disebabkan penambahan volume
larutan yang mengakibatkan konsentrasi berubah dan mempengaruhi
kepekatan, sesuai dengan persamaan :
V1 . N1 = V2 . N2
Keterangan :
V1 = volume larutan standar
V2 = volume larutan sesudah
N1 = normalitas asli
N2 = normalitas yang diubah
(Brady, 1990)
Begitu juga pada tabung reaksi III yang ditambahkan 3 tetes Fe(NO3)3 0,2 M
warna larutan tetap merah tua namun kepekatanya bertambah.
(DEASY GITASARI)
Sedangkan pada tabung reaksi IV yang ditambahkan sebongkah
Na2HPO4 menunjukan warna larutan menjadi kuning dan sangat encer. Selain
itu, muncul endapan berwarna putih yang merupakan Na. Reaksi :
Fe(NO3)3 + 3KSCN + Na2HPO4 3KNO3 + Fe(SCN)2+ + 2SCN- + HPO42+ +
2Na
(AGARY FAHRURROZY)
I.2 Penentuan Tetapan Kesetimbangan Reaksi Pembentukan (FeSCN)2+
Kolorimetri adalah suatu metode analisa kimia yang didasarkan pada
perbandingan intensitas warna suatu larutan dengan warna larutan standar.
Metode kolorimetri merupakan metode spektroskopi sinar tampak,
berdasarkan panjang sinar tampak oleh suatu larutan berwarna, hanya
senyawa berwarna yang dapat ditentukan dengan metode ini. Senyawa tak
berwarna dapat dibuat berwarna dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa
berwarnya, misalnya ion Fe3+ dan SCN- menghasilkan larutan berwarna
merah. Lazimnya, kolorimetri dilakukan dengan membandingkan larutan
standar dengan cuplikan yang dibuat pada keadaan yang sama dengan
menggunakan tabung Messler atau kolorimetri Dubuscog. Dengan kolorimetri
elektronik, jumlah cahaya yang diserap berbanding lurus dengan konsentrasi
larutan. Metode ini sering digunakan untuk menentukan konsentrasi besi di
dalam air minum.
(Damin, 1997)
Metode Pengenceran (Metode Silinder Hehner)
Larutan sampel dan larutan standar dengan konsentrasi Cx dan Cy
ditempelkan pada tabung kaca dengan ukuran yang sama. Larutan yang lebih
pekat diencerkan sampai warnanya memiliki intensitas yang sama dengan
yang lebih encer. Untuk memperoleh kesamaan intensitas tinggi larutan akan
dihitung by(b2) dapat divariasikan sedemikian rupa sehingga :
Cx . bx = Cy . by atau Cy = cx .bx
by
(Sumardjo, 1997)
Percobaan ini diawali dengan menyediakan 7 labu ukur ukuran 10 mL.
Kemudian masing – masing diisi dengan 5 mL larutan Fe(NO3)3 0,2 M.
Untuk tabung reaksi I, larutan berwarna kuning dan digunakan sebagai
larutan pembanding. Konsentrasi ion Fe3+ dapat dihitung :
Fe(NO3)3 Fe3+ + 3NO3-
Mol = M . V
Keterangan :
M = konsentrasi larutan
V = volume larutan
Karena dalam hal ini volume larutan adalah 1 atau konstan sehingga
mol ~M. Mol sendiri berbanding lurus terhadap koefisien persamaan reaksi,
maka :
Perbandingan koefisien perbandingan mol perbandingan M
(Chang, 1994)
Fe(NO3)3 Fe3+ + 3NO3-
0,2 M 0,2 M
Sehingga diperoleh konsentrasi ion Fe3+ sebesar 0,2 M. Setelah ditambahkan
air hingga 10 mL, konsentrasi ion Fe3+ tersebut akan berubah menjadi :
M2 = M 1 .V 1
V 2 =
0.2 M . 5 mL10 mL
M2 = 0,1 M
(HAFIDS GALANT A)
Pada tabung reaksi II ditambahkan 1 mL larutan KSCN 0,002 M,
warna yang dihasilkan adalah merah tua dan encer. Pada tabung reaksi
sebelumnya (tabung reaksi I), larutan ditambahkan aquades hingga batas labu
ukur 10 mL dan dilakukan penggojongan yang bertujuan agar larutan menjadi
homogen. Reaksi :
Fe(NO3)3 + 3KSCN 3KNO3 + Fe(SCN)2+ + 2SCN-
Konsentrasi ion Fe3+ :
M1 . V1 = M2 . V2
M2 = M 1.V 1
V 2 =
0,2 M . 5mL10 mL
M2 = 0,1 M
Keterangan :
M1 = konsentrasi awal
V1 = volume awal
M2 = konsentrasi akhir
V2 = volume akhir
Sedangkan konsentrasi ion (FeSCN)2+ :
Fe(NO3)3 + 3KSCN 3KNO3 + (FeSCN)2+ + 2SCN-
Awal 1 0,002 - - -
Bereaksi 0.0007 0,002 0,002 0,0007 0,002
Setimbang 0,0003 0,38 0,002 0,0007 0,002
Mol (FeSCN)2+ = 0,007 mmol, konsentrasinya,
M = mol(FeSCN )2+¿
V {camp . KSCN+Fe(NO3 )3 }
¿
M = 0,007
6
M = 0,00011 M
Sehingga konsentrasi (FeSCN)2+ dalm 10 mL larutan (ditambah aquades
hingga batas labu ukur) adalah :
M1 . V1 = M2 . V2
M2 = M 1. V 1
V 2 =
0,00011 M . 6 mL10 mL
= 0,0007 M
10
M2 = 0,0007 M
(RISKY BAYU S)
Pada tabung reakdi III ditambahkan 3 mL larutan KSCN 0,002 M
kemudian ditambahkan aquades hingga batas labu ukur. Warna larutan yang
diperoleh adalah merah agak pekat.
Konsentrasi ion Fe3+ :
M1 . V1 = M2 . V2
M2 = M 1.V 1
V 2 =
0,25 M . 4 mL10 mL
M2 = 0,1 M
Konsentrasi ion (FeSCN)2+ adalah :
Fe(NO3)3 + 3KSCN 3KNO3 + (FeSCN)2+ + 2SCN-
Awal 0,01 0,004 - - -
Bereaksi 0,0013 0,004 0,004 0,0013 0,004
Setimbang 0,0087 - 0,004 0,0013 0,004
Mol (FeSCN)2+ = 0,0013 mmol
Konsentrasinya, M = molV
= 0,0013
1
M = 0,0013 mmol
Konsentrasi (FeSCN)2+ dalam larutan :
M1 . V1 = M2 . V2
M2 = M 1. V 1
V 2 =
0.0013 .110
M2 = 0,00013 M
Tetapan kesetimbangan :
Kc = [ KNO3]3 .¿¿
Kc = (0,004 )3 .0,0013 .0,0043
0,0087
Kc = 612,0459 x 10-21
(LARAS CAHYANI)
Pada tabung reaksi IV ditambahkan masing – masing 3; 4 dan 5 mL
larutan KSCN 0,002. Perubahan yang terjadi secara berurutan adalah warna
pada tabung reaksi IV menjadi merah pekat. Pada tabung reaksi V, larutan
berwarna makin pekat dan pada tabung reaksi VI warna larutan paling pekat.
Hali ini juga menunjukan bahwa konsentrasi (FeSCN)2+ pada masing –
masing tabung reaksi berubah, seperti pembuktian pada tabung reaksi II dan
III. Seangkan pada tabung reaksi ke VII yang mana penambahan larutan
KSCN belum diketahui, diperoleh warna larutan yang sama dengan tabung
reaksi IV yang ditambahkan 3 mL larutan KSCN 0,002 M.
II. KESIMPULAN
II.1Pembandingan konsentrasi larutan dilakukan dengan pengamatan sesuai
dengan kepekatan warnanya.
II.2Konsentrasi larutan FeSCN2+ dapat ditentukan dengan metode kolorimetri.
II.3Menentukan tetapan kesetimbangan reaksi pembentukan FeSCN2+.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E. 1990. General Chemistry Principle and Structure. United
States : Wiley.
Budaveri, Susan. 1989. The Merck Index Second Edition. USA : The Merck
Index Co.
Chang, Raymond. 1994. Chemistry Fifth Edition. USA : Mc Grawhill.
Cotton, Albert F. 1989. Kimia Organik Dasar. Jakarta : UI Press.
Fatih, Ahmad. 2008. Kamus Kimia. Jakarta : Panji Pustaka.
Keenan, Wood. 1990. Kimia Universitas. Jakarta : Erlangga.
Khopkar, S.M, terjemahan oleh Saptoraharjo, a., 1990. Konsep Dasar Kimia
Analitik. Jakarta : UI Press.
Sukardjo. 1985. Kimia Anorganik. Yogyakarta : Bina Aksara.
Sumarjo, Damin. 1997, 1998. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar. Semarang :
UNDIP Press.
Parker, Sybil P. 1993. Encyclopedia of Chemistry. Mc. Graw Hill : USA.
Petrucci, Ralph H. 1985. General Chemistry. Jakarta : Erlangga.
Underwood, A L. 1998. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi Ke-6. Jakarta :
Erlangga.
LEMBAR PENGESAHAN
Semarang, 14 November 2013
Mengetahui
Asisten
Anis Komariah
24030110110022
Praktikan
David Widyanto Nindyan Agna
21100113120034 21100113120036
Deasy Gitasari Agary Fahrurrozy
21100113120040 21100113120042
Hafids Galant A Rhisky Bayu S
21100113120044 21100113120046
Laras Cahyani P
21100113120050