PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI...

81
PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN (Analisis Putusan Pengadilan Agama Medan No. 92/Pdt.G/2009/PA.Mdn) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S. Sy) Oleh: MUHAMAD FAUDZAN NIM.1110044100013 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1435 H/2014 M

Transcript of PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI...

Page 1: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI DAN

PEREMPUAN (Analisis Putusan Pengadilan Agama Medan

No. 92/Pdt.G/2009/PA.Mdn)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S. Sy)

Oleh:

MUHAMAD FAUDZAN

NIM.1110044100013

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1435 H/2014 M

Page 2: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

ii

Page 3: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

iii

Page 4: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

iv

Page 5: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

v

ABSTRAK

Muhamad Faudzan. NIM 1110044100013. PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI

AHLI WARIS LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN (ANALISIS PUTUSAN

PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN NO. 92/PDT. G/2009 PAMDN).

Program Studi Hukum Keluarga Islam, Konsentrasi Peradilan Agama, Fakultas

Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 /

2014. xi + 70 halaman + 94 halaman lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan hak waris bagian laki-laki dan

perempuan dua berbanding satu yang telah digariskan oleh al-Qur’an. Dengan

menganalisis putusan Pengadilan Agama Medan No. 92/Pdt.G/2009 PAMdn yang

memberikan bagian hak waris laki-laki dan perempuan dengan perimbangan satu

berbanding satu. Kemudian lebih menggali pendapat ulama tentang tafsir ketentuan

ayat al-Qur’an, qat’iy zanniy ayat tersebut dan hikmah hak waris laki-laki dan

perempuan dua berbanding satu.

Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan dengan pendekatan

kualitatif. Sumber data primer berupa putusan Pengadilan Agama Medan No. 92/Pdt.

G/2009 PAMdn. Menggunakan metode analisis data kualitatif. Dan teknik

penulisannya berdasarkan pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kesimpulan bahwa hakim membagi harta waris

kepada ahli waris dengan perimbangan 1:1 dengan mengganggap ketentuan tersebut

bukan sesuatu yang qath’i dan dapat dilakukan ijtihad yang terhadapnya dengan

segala pertimbangan dari proses diperiksanya perkara tersebut.

Kata kunci: Kewarisan Anak Laki-Laki dan Perempuan, Dua berbanding Satu,

Putusan Pengadilan Agama.

Pembimbing : Sri Hidayati, M. Ag.

Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013

Page 6: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

vi

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمن الرحيم

Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Besar

Muhammad SAW, pembawa Syari’ahnya yang universal bagi semua umat manusia

dalam setiap waktu dan tempat hingga akhir zaman.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Almarhum Ayahanda Muhammad

Sujudi Gufran dan Ibunda Drs. Hj. Sisva Yetti, SH., MH. Yang selalu memberikan

dorongan, bimbingan, kasih sayang, dan doa tanpa kenal lelah dan bosan. Semoga

Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada mereka.

Dalam penulisan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis

temukan, namun syukur alhamdulillah berkat rahmat dan rida-Nya, kesungguhan,

serta dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak

langsung segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya sehingga pada akhir

skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya pada kesempatan

kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Phil. JM. Muslimin, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

vii

2. Bapak Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H., M.A., dan Ibu Hj. Rosdiana, M.A., Ketua

Prodi dan Sekretaris Prodi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Sri Hidayati, M.Ag., dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu,

tenaga, dan pikiran selama membimbing penulis.

4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta staf pengajar pada lingkungan Prodi

Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya

kepada penulis selama duduk di bangku perkuliahan.

5. Segenap jajaran staf dan karyawan akademik Perpustakaan Fakultas Syariah

dan Hukum dan Perpustakaan Utama yang telah membantu penulis dalam

pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.

6. Segenap Hakim dan staf Kepaniteraan Pengadilan Agama Medan, yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis dalam mencari data-data sebagai

bahan rujukan skripsi.

7. Doa dan harapan penulis panjatkan kepada keluarga tercinta Fauziatul

Mardhiyah, Akhmad Doddy Rasyidi, Muhammad Khaerul Luthfi, Arinie Zidna

dan juga seluruh Keluarga Besar uwa Bahrin Lubis dan Efrizaidar Harahap,

yang senantiasa memberikan dukungan sejak awal perkuliahan sampai penulis

dapat menyelesaikan skripsi.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis yaitu Rusdi Rizki Lubis, Arif Rahman

Hakim, M. Putra Fajar, Caryono, Rifki Abdurrahman, Ircham Mahaputra, Irfan

Page 8: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

viii

Zidny, Irfan Nur Hasan, M. Zaky Ahla, M. Ulil Azmi, Fajrul Islamy, Syahbana

Arif, Sopriyanto, Erwin Hikmatiar, Nisa Oktafiani, Wardatul Jannah, Dede

Ummu Kulsum, Defi Uswatun Hasanah, Inayah Maily, Khoirun Nisa, Sainah,

Azizah, Rena Soraya dan semua teman-teman Peradilan Agama Angkatan 2010

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang menjadi teman

seperjuangan sebelum maupun ketika di bangku perkuliahan.

9. Semua Keluarga Besar Federasi Olahraga Mahasiswa (FORSA), Persatuan

Tenis Meja UIN Jakarta, dan Anggota KKN Youth 2013 yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang

berlipat ganda. Sungguh, hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan mereka

dengan kebaikan yang berlipat ganda pula.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya

dan bagi pembaca pada umumnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun

senantiasa penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.

Ciputat, 28 April 2014

Muhamad Faudzan

Page 9: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI...................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN.......................................................................... iv

ABSTRAK..................................................................................................... v

KATA PENGANTAR................................................................................... vi

DAFTAR ISI.................................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.......................................................

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................

D. Metode Penelitian.................................................................

E. Review Studi Terdahulu.......................................................

F. Sistematika Penulisan...........................................................

1

6

7

8

10

12

BAB II KEWARISAN ANAK LAKI-LAKI DAN ANAK

PEREMPUAN............................................................................

14

A. Menurut Al-Qur’an, Ulama, dan Intelektual Islam..............

1. Menurut Al-Qur’an........................................................

14

14

Page 10: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

x

2. Menurut Ulama dan Intelektual Islam...........................

B. Qat’iy dan Zanniy Ketentuan 2:1 dalam Al-Qur’ȃn.............

C. Hikmah Ketentuan 2:1 dalam Al-Qur’ȃn.............................

18

26

36

BAB III PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MEDAN NOMOR

92/PDT.G/2009/PA.MDN DAN ANALISA..............................

45

A. Kronologi Hukum................................................................

B. Tuntutan Penggugat..............................................................

C. Pertimbangan Majelis Hakim...............................................

D. Putusan Majelis Hakim........................................................

E. Analisis Penulis....................................................................

45

47

48

59

61

BAB IV PENUTUP................................................................................... 66

A. Kesimpulan...........................................................................

B. Saran.....................................................................................

66

67

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

LAMPIRAN

68

Page 11: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Mohon Kesediaan Pembimbing Skripsi.

2. Surat Keterangan Permohonan Data/Wawancara.

3. Surat Jawaban Pengadilan Agama Medan.

4. Salinan Pengadilan Agama Medan No. 92/Pdt.G/2009/PA.Mdn.

Page 12: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Segi kehidupan yang diatur oleh Allah tersebut dapat dikelompokkan kepada

dua kelompok. Pertama, hal-hal yang berkaitan dengan hubungan lahir manusia

dengan Allah penciptanya. Aturan tentang hal ini disebut hukum ibadah. Tujuannya

untuk menjaga hubungan antara Allah dan penciptanya, yang disebut hablun min

Allah. Kedua, hal-hal yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan

manusia yang lainnya dan alam sekitarnya. Aturan tentang hal ini disebut hukum

mu’ȃmalȃt.1

Di antara aturan yang hubungan antar sesama manusia yang ditetapkan oleh

Allah adalah aturan harta warisan. Tata aturan membagi harta peninggalan antara

para ahli waris merupakan bentuk manifestasi dari pengakuan Islam tentang adanya

hak milik perseorangan, baik terhadap harta yang bergerak, maupun terhadap harta

yang tidak bergerak, dan juga manifestasi bahwa harta milik seseorang, setelah

matinya, berpindah kepada ahli waris dan harus dibagi secara adil antara ahli

warisnya, baik kepada perempuan maupun laki-laki, baik kecil maupun besar apabila

telah terpenuhi syarat-syarat menerima harta warisan.2 Ia manifes dari rangkaian teks

1 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Prenada Media Grup,2004), h.3. 2 Hasbi al-Shiddieqy, Fiqhul Mawaris: Hukum-Hukum Warisan dalam Syari’at Islam,

(Jakarta:Bulan Bintang, 1973), h.19.

Page 13: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

2

dokumen suci dan telah memperoleh prioritas yang tinggi dalam keterlibatannya

sebagai fenomena prinsip yang fundamental dalam ajaran Islam.3 Dan menurut Imam

al-Qurtubi dalam kitab tafsirnya, sebagaimana dikutip oleh Muhammad Ali al-

Sabouni, berkata bahwa ayat-ayat mawaris tersebut merupakan salah satu tiang

agama, tonggak hukum Islam, serta induk ayat-ayat al-Qur’an karena farȃid

merupakan ilmu yang sangat tinggi derajatnya dan bahkan merupakan separuh dari

ilmu keislaman.4

Dasar aturan penyelesaian warisan yang disebut farȃid atau hukum kewarisan

Islam adalah beberapa ayat al-Qur’an dan sedikit tambahan dari hadits Nabi.5

Muhammad Amin Suma memilah ayat-ayat mawaris ini ke dalam tiga kelompok

besar yakni: Pertama, kelompok ayat induk inti yang terdiri dari surat al-Nisa`, ayat

7, 11, 12, 33, dan 176, Kedua, kelompok ayat pendukung yang terdiri dari surat al-

Nisa`, ayat 9, 10, 13, 14, dan 32-34, Ketiga, kelompok ayat terkait yang terdiri dari

al-Baqarah, ayat 228, al-Nisa`, ayat 19, dan al-Ahzab, ayat 4.6 Dalam Kompilasi

Hukum Islam, yang dianggap sebagai fiqh orang Indonesia7 juga mengatur tentang

hukum kewarisan Islam terdapat pada Buku II KHI tentang Hukum Kewarisan dari

3 Sukris Sarmadi, Transendensi Keadilan Hukum Waris Islam Transformatif,

(Jakarta:RajaGrafindo Persada, 1997), h.1. 4 Muhammad Ali al-Sabouni, al-Mawȃrits fi al-Syarȋ’ah al-Islȃmiyyah, Penerjemah Hamdan

Rasyid, (Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2005), h.17-18. 5 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, h.36. 6 Muhammad Amin Suma, Keadilan Hukum Waris Islam:Dalam Pendekatan Teks dan

Konteks, (Jakarta:Rajawali Pers,2013), h.24. 7 Arskal Salim, dkk, Demi Keadilan dan Kesetaraan: Dokumentasi Program Sensitivitas

Jender Hakim Agama di Indonesia, (Jakarta: PUSKUMHAM UIN Jakarta, 2009), h.80.

Page 14: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

3

Pasal 171 sampai dengan 193. Terkait dengan tema penulisan skripsi ini, maka yang

akan dibahas tentang redaksi ayat للذكر مثل حظ األنثيني yakni bagi anak laki-laki itu sama

bagiannya dengan bagian dua orang anak perempuan dan kalimat ini di ulang dua

kali, yakni dalam surat an-Nisa`, ayat 11 dan ayat 176.8

Sekalipun hukum kewarisan itu dari sisi normatif merupakan salah satu ayat

qauliyah yang dipandang qat’iy al-dalȃlah, tetapi secara kontekstual, perjalanannya

ayat-ayat tentang kewarisan terutama yang terkait dengan bagian anak laki-laki sama

dengan bagian dua anak perempuan atau yang dikenal dengan formula 2:1 masih

banyak diperbincangkan terutama setelah maraknya isu gender yang menuntut

kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan termasuk dalam pembagian harta

waris.9 Isu ini selalu menjadi isu kontroversial disebabkan oleh doktrin yang sudah

diterima tanpa dipertanyakan lagi bahwa hak waris perempuan setengah dari hak

waris laki-laki. Karenanya, setiap upaya penerapan hukum yang berbeda dari doktrin

ini secara normatif dipandang sebagai langkah yang bertentangan dengan ketentuan

hukum Islam.10

8 Suma, Keadilan Hukum Waris, h. 62. 9 Maskufa,”Kewarisan Laki-Laki dan Perempuan: Perspektif Fiqih, KHI dan Praktek di

Pengadilan Serta di Masyarakat.” Dalam Makalah Workshop Penyusunan Naskah Akademik Undang-

Undang Hukum Terapan Peradilan Agama Bidang Kewarisan, di Hotel Horison Bekasi, 12-13 Juli

2011, h. 1. 10 Arskal Salim, dkk, Demi Keadilan dan Kesetaraan, h.80.

Page 15: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

4

Hal ini juga dikemukakan oleh Munawir Sjadzali11

yang mengomentari bahwa

dalam pembagian harta warisan, al-Qur’an surat al-Nisa’, ayat 11, dengan jelas

menyatakan bahwa hak anak laki-laki adalah dua kali lebih besar daripada anak

perempuan. Tetapi ketentuan tersebut sudah banyak ditinggalkan oleh masyarakat

Islam Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Di berbagai daerah

yang terkenal kuat Islamnya seperti Sulawesi Selatan12

dan Kalimantan Selatan

tentang banyaknya penyimpangan dari ketentuan al-Qur’an tersebut. Para ahli waris

dari seorang yang meninggal dunia meminta fatwa waris sesuai dengan hukum waris

Islam kepada Pengadilan Agama, akan tetapi para ahli waris kerapkali tidak

melaksanakan fatwa waris tersebut dan kemudian pergi ke Pengadilan Negeri untuk

meminta agar diperlakukan sistem pembagian yang lain, yang terang tidak sesuai

dengan farȃ’id. Dengan melihat secara kontekstual di masyarakat maka beliau

kemudian melontarkan gagasan untuk menyamakan bagian kali-laki dan perempuan

dengan formula 1:1. Gagasan ini menimbulkan pro dan kontra dan memasuki wilayah

qat’iy dan zanniy dalam kajian ushul fiqh. Sebagian kritik terhadap gagasannya

11 Dikemukakan dalam Gagasan Reaktualisasi Ajaran Islam yang dilemparkan ke masyarakat

pada tahun 1985 ketika beliau menjabat Menteri Agama Republik Indonesia dan gagasan ini

disampaikan juga dalam forum Paramadina, Lihat Munawir Sjadzali, “Dari Lembah Kemiskinan,

dalam Muhamad Wahyuni Nafis, ed., Kontekstualisasi Ajaran Islam:70 Tahun Prof. Dr. H. Munawir

Sjadzali, MA, (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1995), h. 87. 12 Di Sulawesi Selatan, para hakim Pengadilan Agama biasanya menjadi mediator, para hakim

sering menerapkan prinsip perdamaian atau pembagian harta warisan secara kekeluargaan. Pihak-pihak

yang bertikai oleh hakim diajak untuk bermusyawarah membicarakan masalah pembagian harta

warisan secara merata (mengajak pihak laki-laki untuk mengalah dan kemudian mau merelakan

bagiannya menajdi sama rata dengan saudari perempuannya) atau paling tidak memperhatikan aspek

kepentingan ekonomi masing-masing pihak. Lebih lanjut lihat Arskal Salim, dkk, Demi Keadilan dan

Kesetaraan: Dokumentasi Program Sensitivitas Jender Hakim Agama di Indonesia, (Jakarta:

PUSKUMHAM UIN Jakarta, 2009), h.82.

Page 16: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

5

mengemukakan argumen klasik bahwa formula anak laki-laki berhak menerima dua

kali lebih besar dari anak perempuan, itu tercantum dalam ayat al-Qur’an, nas sarȋh

yang dalam istilah ushul fiqh termasuk dalil qat’iy dan yang tidak boleh diubah.13

Terhadap gagasan ini pula, Ibrahim Hosen menawarkan suatu konsep dalam langkah-

langkah pembaharu hukum Islam yaitu memfiqihkan hukum qat’iy.14

Selain kasus di atas terdapat beberapa kasus putusan Mahkamah Agung

memang telah ada yang memberikan bagian sama atau sama bagian antara laki-laki

dengan bagian perempuan.15

Salah satunya di Pengadilan Agama Medan yang

memutuskan pembagian harta waris dengan formula 1:1 bagi ahli waris laki-laki dan

perempuan yang terdapat dalam putusan Pengadilan Agama Medan No.

92/Pdt.G/2009/PA.Mdn.

Berdasarkan perbedaan antara tekstual al-Qur’an dengan kontekstual yang

terjadi di Pengadilan Agama Medan maupun di masyarakat terkait masalah formula

2:1 bagian laki-laki dan perempuan dan masuk juga ke dalam persoalan kajian ushul

fiqh apakah ayat al-Qur’an للذكر مثل حظ األنثيني termasuk ayat qat’iy atau zanniy,

maka penulis tertarik untuk membahas masalah ini dalam skripsi yang berjudul

13 Munawir Sjadzali, “Dari Lembah Kemiskinan, dalam Muhamad Wahyuni Nafis, ed.,

Kontekstualisasi Ajaran Islam:70 Tahun Prof. Dr. H. Munawir Sjadzali, MA, (Jakarta: Yayasan Wakaf

Paramadina, 1995), h.88-93. 14 Ibrahim Hosen, “Beberapa Catatan Tentang Reaktualisasi Hukum Islam, dalam Muhamad

Wahyuni Nafis, ed., Kontekstualisasi Ajaran Islam:70 Tahun Prof. Dr. H. Munawir Sjadzali, MA,

(Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1995), h.273. 15 Suma, Keadilan Hukum Waris Islam, h.62.

Page 17: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

6

Pembagian Hak Waris 1:1 Bagi Ahli Waris Laki-Laki dan Perempuan (Analisis

Putusan Pengadilan Agama Medan No. 92/Pdt.G/2009/PA.MDN).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan luasnya pembicaraan tentang kewarisan Islam, maka

penulis membatasi pada masalah porsi bagian waris bagi ahli waris laki-laki dan ahli

waris perempuan dan yang berkaitan dengan masalah tersebut.

Pembatasan masalah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pembagian waris dalam skripsi ini dibatasi pada pembagian waris dalam

ketentuan Hukum Kewarisan Islam.

b. Ahli waris dibatasi pada anak laki-laki dan perempuan pewaris.

c. Putusan Pengadilan Agama Medan No. 92/Pdt.G/2009/PaMdn dibatasi

tentang sengketa kewarisan antara penggugat I-IX dengan tergugat I-III.

2. Perumusan Masalah

Pada surat al-Nisȃ’, ayat 11, dan ayat 176, mengatur hak waris laki-laki dua

berbanding satu dengan anak perempuan. Dalam kenyataannya, Majelis Hakim

Pengadilan Agama Medan dalam putusannya memutuskan tentang bagian ahli waris

laki-laki bersama dengan ahli waris perempuan adalah satu berbanding satu (1:1).

Rumusan masalah di atas penulis merincinya dalam bentuk pertanyaan sebagai

berikut:

Page 18: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

7

a. Bagaimana keputusan hakim Pengadilan Agama Medan dalam memutus

perkara sengketa kewarisan tentang porsi ahli waris laki-laki dan porsi

ahli waris perempuan?

b. Bagaimana pertimbangan dan dasar hakim Pengadilan Agama Medan

dalam putusan tersebut yang memutuskan bahwa bagian ahli waris laki-

laki dan perempuan adalah satu berbanding satu (1:1) ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dengan melihat pokok permasalahan sebagaimana diuraikan di atas, maka

tujuan yang hendak dicapai dari penulisan ini adalah:

a. Untuk menjelaskan keputusan hakim Pengadilan Agama Medan dalam

memutus perkara sengketa kewarisan tentang porsi hak waris ahli waris

laki-laki dan porsi untuk ahli waris perempuan.

b. Untuk mengidentifikasi pertimbangan dan dasar hakim Pengadilan

Agama Medan dalam putusan tersebut yang memutuskan bahwa bagian

ahli waris laki-laki dan perempuan adalah satu berbanding satu (1:1).

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan didapatkan dalam penelitian diantaranya adalah:

Page 19: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

8

a. Secara teoritis-akademis, skripsi ini sebagai wujud kontribusi positif

penulis terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada

bidang hukum kewarisan Islam yang mengatur pembagian hak waris dua

berbanding satu bagi ahli waris laki-laki dan perempuan.

b. Secara praktis, diharapkan skripsi ini dapat dijadikan sebagai sebuah

masukan yang positif bagi kelansungan hidup umat manusia yang

mendatang baik kepada masyarakat, civitas akademika Fakultas Syariah

dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

maupun Peradilan Agama sebagai salah satu badan peradilan di

Indonesia.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif

yang bersifat deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata

atau gambar daripada angka-angka.16

Dan secara khusus dalam skripsi ini,

menganalisa isi putusan Pengadilan Agama, untuk melihat sejauh mana proses

penyelesaian para hakim menyelesaikan perkara sengketa kewarisan dalam

pembagian hak waris bagi ahli waris laki-laki dan perempuan.

2. Pendekatan

16 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif:Analisis Data,(Jakarta:Rajawali Pers, 2011), h.3.

Page 20: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

9

Dalam penulisannya memakai metode pendekatan yuridis-empiris, mempunyai

ciri khas bertitik tolak pada data primer dan umumnya mencari tahu jawaban terhadap

kesenjangan antara hukum yang seharusnya (das sollen) dengan hukum kenyataanya

(das sein).17

3. Sumber Data Penelitian

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer berbentuk putusan Pengadilan Agama Medan No.

92/Pdt.G/2009/PA.Mdn yang didapatkan dari Pengadilan Agama Medan.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari al-Qur’an, kitab-

kitab tafsir al-Qur’an, kitab-kitab hadits, Kompilasi Hukum Islam, buku-buku,

dan beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan pembagian porsi hak

waris bagi laki-laki dan perempuan.

4. Teknik Pengumpul Data

Untuk memperoleh semua data yang dibutuhkan, digunakan alat pengumpul

data sebagai berikut:

a. Observasi dilakukan di Pengadilan Agama Medan untuk mendapatkan

putusan Pengadilan Agama Medan terkait dengan sengketa hukum

kewarisan Islam.

17 Yayan Sopyan, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: t.p., 2010), h.32.

Page 21: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

10

b. Studi dokumentasi, yaitu mengkaji dan meneliti putusan hakim

Pengadilan Agama Medan No. 92/Pdt.G/2009 PaMdn yang sudah

berkekuatan hukum tetap (BHT) terkait masalah bagian ahli waris laki-

laki dan perempuan.

c. Studi kepustakaan (library reseach), yaitu untuk memperoleh landasan

teoritis yang ada kaitannya dengan judul penulis bahas, dimana penelitian

yang dilakukan dengan cara mengkaji buku-buku, makalah, artikel

maupun website.18

5. Analisis Data

Dalam pengolahan data, dilakukan dengan cara analisis data kualitatif, yakni

upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari

dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.19

6. Teknik penulisan

Teknik penulisan dalam penyusunan proposal ini berpedoman pada Buku

Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.

18 Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2008), h.141. 19Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2012), h. 248.

Page 22: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

11

E. Review Studi Terdahulu

Dalam melakukan penulisan skripsi ini, penulis telah menemukan beberapa

skripsi yang membahas tentang waris. Berikut skripsi yang penulis temukan:

No. Identitas Substansi Pembeda

1. Neneng Fatimah,PAI-

FITK 2011

“Konsep Waris dalam

Perspektif Prof. Dr. H.

Munawir Sjadzali,

MA.”

Menyajikan analisis

konsep pembagian

warisan bagi ahli waris

laki-laki dan perempuan

yakni dua berbanding

satu dalam pandangan

Prof. Dr. H. Munawir

Sjadzali, MA.

Pada skripsi ini

menganalisa

pertimbangan Hakim

Pengadilan Agama

Medan dalam

menyelesaikan

masalah pembagian

warisan bagi ahli

waris laki-laki dan

perempuan yakni dua

berbanding satu.

2. Eva Nurmala, PMH-

FSH, 2010

“Efektifitas

Pelaksanaan Pasal 176

Skripsi ini menyajikan

metode penelitian

kuantitatif dengan

menyebarkan questioner

Skripsi ini

menggunakan metode

kualitatif yakni

menganalisa putusan

Page 23: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

12

KHI Tentang

Pembagian Laki-Laki

dan Perempuan

Hukum Waris KHI

(Studi Kasus

Masyarakat Kel.

Ciganjur Kec.

Jagakarsa, Jakarta

Selatan).”

kepada masyarakat

tentang pembagian hak

waris laki-laki dan

perempuan.

terhadap perkara yang

terkait dengan

pembagian hak waris

kepada ahli waris

laki-laki dan

perempuan.

3 Firman Abdurrahman,

SAS-FSH, 2013

“ Penyamaan Bagian

Anak Laki-Laki dan

Perempuan Melalui

Praktek Hibah di

Masyarakat Kelurahan

Nyomplong

Sukabumi.”

Skripsi ini menyajikan

penelitian lapangan

terhadap kasus

penyamaan bagian anak

laki-laki dan perempuan

di daerah tertentu dan

menemukan bahwa

penyamaan bagian

tersebut melalui hibah.

Dalam skripsi penulis

tidak mengambil

objek penelitian pada

suatu daerah tertentu

akan tetapi

mengambil dokumen-

dokumen untuk

dijadikan objek

penelitiannya.

Page 24: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

13

Dengan demikian, yang membedakan skripsi penulis adalah skripsi

menganalisa dokumen dalam bentuk putusan hakim Pengadilan Agama Medan

dengan menggunakan metode kualitatif sebagai jenis penelitiannya.

F. Sistematika Penulisan

Proposal ini terdiri dari empat (IV) bab dan tiap-tiap bab terdiri beberapa sub

bab sebagai berikut:

Bab I. Merupakan bab pendahuluan. Bab ini berisikan latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian, review studi terdahulu, dan sistematika penulisan.

Bab II. Bab ini berisi tinjauan kewarisan anak laki-laki dan perempuan menurut al-

Qur’an, ulama dan intelektual Islam, konsep qat’iy dan zanniy ketentuan 2:1 dalam

al-Qur’an dan hikmah ketentuan 2:1 dalam al-Qur’an.

Bab III. Bab ini berisikan putusan Pengadilan Agama Medan Nomor

92/Pdt.G/2009/PA.MDN yang terdiri dari kronologi hukum, tuntutan penggugat,

pertimbangan dan putusan majelis hakim serta analisa penulis.

Bab IV. Bab ini merupakan bab penutupan yang berisi kesimpulan, saran dan daftar

pustaka.

Page 25: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

14

BAB II

KEWARISAN ANAK LAKI-LAKI DAN ANAK PEREMPUAN

A. Menurut Al-Qur’ȃn, Ulama, dan Intelektual Islam

1. Menurut Al-Qur’ȃn

Dasar aturan penyelesaian warisan yang disebut farȃ‟id1 atau hukum kewarisan

Islam adalah beberapa ayat al-Qur‟an dan sedikit tambahan dari hadits Nabi.2

Para ahli berbeda pendapat tentang jumlah ayat waris. Ada yang menyebutkan

hanya sekitar 5-6 ayat saja dan ada juga yang menyebutkannya lebih dari itu.

Perbedaan ini berpangkal pada ketidaksamaan pendirian mereka dalam menyikapi

ayat-ayat yang pada satu sisi tidak tegas-tegas berisikan ihwal penentuan ahli waris

masing-masing, sementara ada sisi lain, ayat-ayat itu tetap memiliki keterkaitan

(munȃsabah) yang langsung dengan ayat-ayat induk mawaris itu sendiri. Kemudian

di luar perbedaan pendapat di kalangan para ahli, dalam bukunya, Muhammad Amin

Suma memilah ayat-ayat mawaris ini ke dalam tiga kelompok besar yakni: Pertama,

kelompok ayat induk inti yang terdiri dari surat al-Nisȃ`, ayat 7, 11, 12, 33, dan 176,

Kedua, kelompok ayat pendukung yang terdiri dari surat al-Nisȃ`, ayat 9, 10, 13, 14,

1 Secara etimologi farȃ‟id berasal dari kata فريضة ج فرائض -يفرض -فرض yang berarti menduga,

mengira-ngirakan menentukan, menetapakan, mewajibkan. Lihat Ahmad Warson Munawwir, Al-

Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, (Yogyakarta:Pustaka Progressif, 2002), h.1046. Sedangkan secara

terminologi farȃid adalah ilmu yang membahas tentang peralihan hak milik terhadap harta kekayaan

dalam hal ini penentuan siapa-siapa saja yang berhak menjadi ahli waris, berapa bagian masing-masing

ahli waris, kapan harta peninggalan itu bisa dibagi dan bagaimana pembagiannya. Lihat juga

Muhammad Amin Suma, Keadilan Hukum Waris Islam:Dalam Pendekatan Teks dan Konteks,

(Jakarta:Rajawali Pers,2013), h.11. 2 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h.36.

Page 26: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

15

dan 32-34, Ketiga, kelompok ayat terkait yang terdiri dari al-Baqarah, ayat 228, al-

Nisȃ`, ayat 19, dan al-Ahzȃb, ayat 4.3 Terkait dengan tema penulisan skripsi ini maka

yang akan dibahas tentang redaksi ayat للذكر مثل حظ األنثيني yakni bagi anak laki-laki itu

sama bagiannya dengan bagian dua orang anak perempuan dalam QS. al-Nisȃ` (4): 11

dan kalimat ini di ulang dua kali, yakni dalam surat al-Nisȃ‟, ayat 176 4.5

11:4))النساء/

3 Suma, Keadilan Hukum Waris Islam, h.23-24.

4

176:4))النساء/

Artinya: “Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: "Allah memberi

fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak

dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta

yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara

perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi

keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli waris

itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, Maka bahagian seorang saudara laki-laki

sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya

kamu tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. 5 Suma, Keadilan Hukum Waris Islam, h.62.

Page 27: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

16

Artinya: “Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)

anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagaian dua orang

anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi

mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang

saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi

masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu

mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi

oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu

mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-

pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah

dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak

mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu.

Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha

Bijaksana.”

Adapun asbȃbu al-nuzȗl dari surat al-Nisȃ, ayat 11 adalah hadits yang

diriwayatkan oleh Jabir 6, adalah sebagai berikut:

ي ض ر ر اب ج ن ع ر د ك املن ن اب ن ر ب خ : أ ال ق م ى ر ب خ أ ج ي ر ج ن اب ن أ ام ش ا ى ن ر ب خ ى: أ س و م ن ب م ي اى ر ب ن ث د ح ب الن ن د ج و ف ني ي اش م ة م ل س ن ب ف ر ك ب و ب أ و م ل س و و ي ل ع الل ل ص ب الن ن اد : ع ال ق و ن ع ال ع ت الل ع ن ص أ ن أ ن ر م أ ا ت : م ت ل ق ، ف ت ق ف أ ف ي ل ع ش ر ، ث و ن م أ ض و ت ف اء ا ب ع د ، ف ل ق ع أ ل م ل س و و ي ل ع الل ل ص .)رواه البخاري((...م ك د ل و أ ف الل م ك ي ص و )ي ت ل ز ن ؟ ف الل ل و س ا ر ي ال م ف

Artinya: “Ibrahim bin Musa menyampaikan kepadaku dari Hisyam, dari Ibnu Juraij

yang berkata, Ibnu al-Munkadir mengabarkan kepadaku bahwa Jabir berkata,” Nabi

SAW bersama Abu Bakar menjengukku di bani Salamah dengan berjalan kaki. Beliau

mendapatiku dalam keadaan tidak sadar. Beliau minta diambilkan air, kemudian

beliau berwudu dengannya, lalu memercikku hingga aku sadar kembali. Lalu

berkata,” Wahai Rasulullah, apa yang kau perintahkan kepadaku mengenai

hartaku?” Untuk itu, turunlah ayat,”Allah mewasiatkan kalian mengenai anak-anak

kalian....”(HR. al- Bukhȃri)7

6 Jalaludin al-Suyuthi, Asbabu al- Nuzul: Sebab Turunnya Ayat al-Qur‟ȃn, Penerjemah Abdul

Hayyie, dkk, (Jakarta:Gema Insani, 2008), h.153-154. 7 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Ensiklopedia Hadits 2: Shahȋh al-Bukhȃri

2, Penerjemah Subhan Abdullah, dkk, (Jakarta:Almahira, 2012), h.155-156.

Page 28: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

17

بن د م م بن الل د ب ع ن و ع ر م بن ع الل د ي ب ا ع ن ر ب خ : أ ي د ع ا بن ي ر كك ن ث د : ح د ي ح بن د ب ا ع ن ث د ح الل ل ص الل ل و س ر ل د ع س ن ا م ه ي ت ن اب ب ع ي ب الر بن د ع س ة أ ر ام ت اء : ج ال ق الل د ب ع ن ب ر اب ج ن ، ع ل ي ق ع ن ا، و د ي ه ش د ح أ م و ي ك ع ا م ه و ب أ ل ت ق ع ي ب الر بن د ع ا س ت ن اب ان ات ! ى الل ل و س ا ر : ي ت ال ق ف م ل س و و ي ل ع ((. ك لل ف ي الل ض ق : )) ي ال . ق ال ا م م ل و ل ان ح ك ن ت ل ، و ال ا م م ل ع د ي م ل ا ف م ال م ذ خ ا أ م ه م ع ني ث ل الث د ع س ت ن اب ط ع :))أ ال ق ا ف م ه م ع ل م ل س و و ي ل ع الل ل ص الل ل و س ر ث ع ب ، ف اث ر ي امل ة آي ت ل ز ن ف ((.)رواه الرتميذ(ك ل و ه ف ي ق ا ب م و ن م ا الث م ه م أ ط ع أ و

Artinya: “Abd bin Humaid menyampaikan kepda kami dari Zakaria bin Adi, dari

Ubaidullah bin Amr yang mengabarkan dari Abdullah bin Muhammad bin Aqil

bahwa Jabir bin Abdullah berkata,” Istri beserta kedua anak perempuan Sa‟ad

datang mengadu kepada Nabi SAW seraya berkata,‟Wahai Rasulullah, ini adalah

dua anak perempuan Sa‟ad bin al-Rabi‟ yang telah syahid saat ikut perang Uhud

bersamamu. Paman kedua anak ini telah mengambil seluruh hak mereka tanpa sisa

padahal keduanya tidak dapat dinikahkan, kecuali jika memiliki uang.‟Beliau

menjawab,‟Allah yang akan memutuskan perkara ini.‟ Setelah itu turunlah ayat waris

dan Rasulullah SAW mengutus seseorang kepada paman keduanya dengan membawa

perintah,‟Berikan dua pertiga harta warisan untuk kedua putri Sa‟ad dan untuk ibu

mereka seperdelapan. Adapun sisanya menjadi hak milikmu.‟”(HR. al- Tarmidzi).8

Dan juga dalam hadits riwayat Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy‟ats al-Azdi al-

Sijistani:

الل د ب ع ن ع م ل الع ل ى أ ن م ه ر ي غ و س ي ق بن د او د ن ر ب خ : أ ال ق ب ى و ا ابن ن ث د : ح ال ق ح ر الس ا ابن ن ث د ح ك ل ى اد ع س ن ! الل ل و س ا ر : ي ت ال ق ع ي ب الر بن د ع س ة أ ر ام ن : أ الل د ب ع بن ر اب ج ن ، ع ل ي ق ع بن د م م بن ا ى ي ر ا ت م ، ف ه ذ خ أ ل ال ا م م ل ع د ي ل و و ل ا ك م ه اث ر ي م ا و م ال ا م م ه م ع اء ف ت اس د ق و ني ت ن اب ك ر ت و ي الل ض ق :)) ي م ل س و و ي ل ع الل ل ص الل ل و س ر ال ق .ف ال ا م م ل و ل ا د ب أ ان ح ك ن ت ! ل االل و ؟ ف الل ل و س ر

الل ل و س ر ال ق (. ف 11ة )النساء: اآلي ( م ك د ل و أ ف الل م ك ي ص و اء:)ي س الن ة ر و س ت ل ز ن و ال ((. ق ك لل ف ا م ه م أ ط ع أ و ني ث ل ا الث م ه ط ع ا: أ م ه م ع ل ال ق ا((، ف ه ب اح ص و ة أ املر ا ل و ع د ))ا م ل س و و ي ل ع الل ل ص . )رواه أبو داود(ح ص أ و ا ى : ىذ د او د و ب أ ال ((. ق ك ل ف ي ق ا ب م و ن م الث

8 Abu Isa Muhammad bin Isa al-Tirmidzi, Ensiklopedia Hadits 6: Jami‟ al-Tirmidzi,

Penerjemah Idris, dkk, (Jakarta:Almahira, 2012), h.700.

Page 29: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

18

Artinya: “ Ibnu al-Sarh menyampaikan kepda kami dari Ibnu Wahb, dari Dawud bin

Qais dan beberapa orang ulama yang mengabarkan dari Abdullah bin Muhammad

bin Aqil, dari Jabir bin Abdullah bahwa istri Sa‟ad bin al-Rabi‟ berkata,” Wahai

Rasulullah, Sa‟ad telah gugur dalam peperangan dan dia meninggalkan dua anak

perempuan. Pamannya mengambil seluruh harta peninggalan Tsabit dan tidak

memberikan sedikit untuk kedua anak ini. Bagaimana pendapatmu, wahai

Rasulullah? Demi Allah, keduanya tidak dapat menikah jika tiak memiliki harta sama

sekali.‟ Rasulullah SAW berkat,‟Allah akan menjelaskan bagian warisan mereka.‟

Lalu turunlah ayat, „Allah mensyariatkan kepada kalian tentang (pembagian warisan

untuk) anak-anak kalian,‟ (QS. 4:11).‟ Kemudian Rasulullah SAW berkata,‟

Panggilkan wanita tadi beserta paman dari kedua anakny.!‟ Beliau berkata kepada

paman kedua anak itu,‟Berikanlah dua pertiga harta warisan (Tsabit) kepada kedua

anaknya, seperdelapan kepda istrinya dan sisanya untukmu!.‟” (HR. Abu Dȃwud)9

2. Menurut Ulama dan Intelektual Islam

Surat al-Nisȃ‟, ayat 11 ini merupakan perincian dari ayat-ayat sebelumnya yang

menjelaskan tentang ketentuan memberi kepada setiap pemilik hak-hak sah mereka

dan menegaskan bahwa ada hak untuk laki-laki dan perempuan berupa bagian

tertentu dari warisan ibu bapak dan kaum kerabat. Ayat tersebut mendahulukan hak

atas anak-anak karena mereka umumnya lebih lemah dari orang tua dan mempunyai

hubungan kekerabatan yang paling dekat.10

Menurut Abu Ja‟far, disebutkan bahwa ayat ini diturunkan kepada Nabi SAW

sebagai sebuah penjelasan dari Allah tentang ketentuan yang diwajibkan ketika

seseorang mewarisi orang yang meninggal dunia, juga tentang hak untuk mewarisi

yang dimiliki ahli waris, sebagaimana yang telah dijelaskan tadi, sebab orang-orang

9 Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy‟ats al-Azdi al-Sijistani, Ensiklopedian Hadits 5: Sunan

Abu Dawud, Penerjemah Muhammad Ghazali, dkk, (Jakarta:Almahira, 2013), h.611. 10 Maskufa,”Kewarisan Laki-Laki dan Perempuan: Perspektif Fiqih, KHI dan Praktek di

Pengadilan Serta di Masyarakat.” Dalam makalah workshop penyusunan naskah akademik Undang-

Undang Hukum Terapan Peradilan Agama Bidang Kewarisan, di Hotel Horison Bekasi, 12-13 Juli

2011, h.3.

Page 30: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

19

jahiliyah dahulu tidak memberikan harta warisan mereka kepada seorang ahli waris

pun yang tidak turut menghalau musuh dan berperang, yaitu anak-anak mereka yang

masih kecil dan istri-istri mereka. Mereka mengkhususkan harta warisan mereka

kepada orang-orang yang ikut berperang, bukan kepada keturunan mereka.

Selanjutnya Allah SWT memberitahukan bahwa warisan yang ditinggalkan oleh

orang yang meninggal dunia itu berhak diwarisi oleh orang-orang yang disebutkan

dan wajib menerima warisan dalam ayat ini, juga pada akhir surat ini. Allah

berfirman tentang anak yang masih kecil dan sudah dewasa, yang laki-laki dan yang

perempuan bahwa mereka berhak mewarisi harta ayah mereka jika tidak ada ahli

waris selain mereka bagian seorang anak laki-laki sama dengan dua bagian anak

perempuan.11

Dalam al-Nisȃ‟, ayat 11 ini menyebutkan bahwa pembagian harta warisan bagi

ahli waris laki-laki adalah dua kali bagian dari ahli waris perempuan. Menurut Abu

Ja‟far dalam Tafsir al-Tabari, berkata bahwa makna firman-Nya, Allah“ يوصيكم الل

mensyariatkan bagimu” maksudnya adalah “Allah mensyariatkan kepada kalian, ىف

,adalah tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu حظ األنثيني أولدكم للذكر مثل

yaitu: bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua anak perempuan. Allah

berfirman, “Allah mensyariatkan kepada kalian jika salah seorang di antara kalian

11 Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir al-Thabari, Tafsir al-Thabari, Penerjemah Akhmad

Affandi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), Jilid 6, h.533.

Page 31: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

20

meninggal dunia dan meninggalkan anak laki-laki dan perempuan, maka semua anak

laki-laki dan perempuan berhak atas harta warisan. bagian laki-laki sama dengan

bagian dua bagian anak perempuan.” Kata “mitslu” di-rafa‟-kan karena ia menjadi

sifat, yaitu bagi huruf lam pada firman Allah Bagian anak laki-laki.” Kata“ للذكر

“mistlu” tidak dinasab oleh firman Allah, يوصيكم الل “Allah mensyariatkan bagimu,‟

sebab wasiat dalam firman Allah ini merupakan sebuah pemberitahuan, yang berarti

“perkataan” (Allah berfirman kepada kalian). sedangkan perkataan itu tidak “jatuh”

pada nama-nama yang diberitakan tersebut. Jadi, dalam hal ini seakan-akan Allah

berfirman, “ Hak kamu dalam pembagian pusaka untuk anak-anakmu, yaitu bagian

seorang anak lelaki di antara mereka, sama dengan bagian dua orang anak

perempuan.”12

Menurut Quraish Shihab, potongan ayat li al-dzakari mitslu hazzi al-untsayaini,

ini mengandung penekanan pada bagian anak perempuan karena dengan dijadikannya

bagian anak perempuan sebagai ukuran buat bagian anak laki-laki, maka itu berarti,

sejak semula – seakan-akan sebelum ditetapkannya hak laki-laki – hak anak

perempuan telah terlebih dahulu ada. Bukankah jika anda akan mengukur sesuatu,

terlebih dahulu anda harus memiliki alat ukur, baru kemudian menetapkan kadar

12 Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir al-Tabari, Tafsir Al-Tabari, Penerjemah Akhmad Affandi,

h.532.

Page 32: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

21

ukuran sesuatu itu. Penggunaan redaksi ini adalah untuk menjelaskan hak perempuan

memperoleh warisan, bukan seperti yang diberlakukan pada masa Jahiliyah.13

Terhadap surat al-Nisa‟ ayat 11 yang terkait bagian kewarisan laki-laki dan

perempuan, Muhammad Syahrur14

memperkenalkan inti dari teorinya, yang oleh

Hallaq diterjemahkan sebagai “Teori Limit” atau “Teori Batas”(hudȗd). Yang

menyatakan bahwa batas minimal bagian anak kelompok wanita sebesar 33,33% atau

satu bagian dan batas maksimal bagian kelompok anak laki-laki memperoleh dua kali

lipat bagian wanita 66,66% atau dua bagian kelompok wanita.15

Ayat ini merupakan prinsip pertama dalam pembagian harta warisan. Dalam

prinsip ini terdapat indikasi bahwa pihak perempuan adalah dasar atau titik tolak

dalam penentuan bagian masing-masing pihak. Menurut beliau, seakan-akan Allah

menyatakan: “perhatikan bagian yang telah kalian tentukan untuk dua perempuan,

lalu berikanlah semisal itu kepada pihak laki-laki”, karena dilihat dari logika teoritis

dan aplikasi ilmiah manapun, sangat tidak masuk akal mengetahui dan menentukan

13 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran,( Jakarta:

Lentera Hati, 2002), Vol. II, h.361. 14 Nama lengkap Muhammad Syahrur bin Daib lahir di Damaskus, Syria, pada 11 April 1938.

Ia merupakan anak kelima dari seorang ayah yang bekerja sebagai tukang celup. Pendidikannya

dimulai dari sekolah Ibtidaiyah dan tsanawiyah di Damaskus. Syahrur memperoleh ijazah Tsanawiyah

dari sekolah „Abd al-Rahman al-Kawakib pada tahun 1957. Pada 1957 juga, ia dikirim ke Saratow,

dekat Moskow, utntuk belajar Teknik Sipil dan memperoleh gelar MA danPh.D di bidang mekanika

tanah dan Teknik Pondasi dan diangkat sebagai Professor jurusan Teknik Sipil di Universitas

Damaskus.lebih lanjut lihat Faisar Ananda Arfa dan Muhammad Syahrial, “Hermeunatika Muhammad

Syahrur dan implikasinya terhadap Istinbȃt al-Ahkȃm dalam Persoalan Wanita, Ahkam XIII, no. 1

(Januari 2013), h. 109-110. Dan lihat juga Muhammad Syahrur, Metodologi Fikih Kontemporer,

Penerjemah Sahiron Syamsuddin, (Yogyakarta: Elsaq Press, 2004), h.i. 15 Faisar Ananda Arfa dan Muhammad Syahrial, “Hermeunatika Muhammad Syahrur dan

implikasinya terhadap Istinbȃt al-Ahkȃm dalam Persoalan Wanita, Ahkam XIII, no. 1 (Januari 2013), h.

121.

Page 33: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

22

hal semisal sesuatu sebelum mengetahui dan menentukan batasan sesuatu yang

dimisalkan tersebut.16

Selanjutnya mari perhatikan redaksi akhir ayat wasiat dalam firman-Nya: fa in

kunna nisȃ‟an fawqa al-itsnatayni fa lahunna tsulusa mȃ taraka; wa in kȃnat

wȃhidatan fa lahȃ al-nisfu (...dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua,

maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu

seorang saja, maka ia memperoleh separo harta). Ayat ini merupakan nas wasiat yang

mengcakup seluruh prinsip-prinsip waris secara terperinci. Redaksi ayat yang datang

setelah ayat ini merupakan penjelasan kasus-kasus spesifik dari ketiga kasus waris

yang menggambarkan hudȗd Allah (batas-batas hukum Allah) ini. Hal ini

berdasarkan atas kenyataan bahwa setelah Allah menjelaskan wasiat-Nya tentang

prinsip-prinsip waris dalam surat al-Nisa‟ ayat 11 dan 12, Allah mengawali ayat 13

dengan redaksi tilka hudȗda Allah (demikian adalah batas-batas hukum Allah).

Untuk memahami hukum dan aturan pembagian harta warisan, menurut

Muhammad Syahrur diperlukan ilmu bantu, antara lain: teknik analisis, analisis

matematis, teori himpunan dan konsep variabel pengikut dan variabel pengubah, yang

dalam ilmu matematika dapat digambarkan dengan rumusan persamaan fungsi

berikut: Y= f (x). Dalam hukum waris, laki-laki disimbolkan dengan (y) sebagai

variabel pengikut dan perempuan dengan simbol (x) sebagai variabel pengubah.

16 Muhammad Syahrur, Metodologi Fikih Kontemporer, Penerjemah Sahiron Syamsuddin,

(Yogyakarta: Elsaq Press, 2004), h.340.

Page 34: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

23

Dalam hal ini, perempuan adalah dasar dalam penghitungan waris dan bagian laki-

laki ditetapkan batasannya setelah bagian perempuan ditetapkan, karena sebagai

variabel pengikut (y) yang nilainya berubah dan bergerak sesuai dengan perubahan

bagian perempuan.17

Muhammad Syahrur mendapati bahwa mayoritas ahli fiqh membaca ayat li al-

dzakari mitslu hazzi al-untsayaini (bagi anak laki-laki semisal dua anak perempuan),

tetapi mereka mengaplikasikan seakan-akan Allah berfirman: li al-dzakari mitsla

hazzi al-untsa (bagi anak laki-laki sama dengan dua kali bagian seorang anak

perempuan). Menurut Syahrur, pendapat ini adalah kesalahan pertama dalam aturan-

aturan pembagian harta warisan yang selama ini berlaku. Ada perbedaan besar antara

penggandaan jumlah perempuan (al-untsayaini) seperti dalam firman Allah: li al-

dzakari mitslu hazzi al-untsayaini dan penggandaan prosentase (mitsla) seperti dalam

pendapat para ahli fikih: li al-dzakari mitslu hazzi al-untsa. Pada kondisi pertama

terdapat variabel pengikut dan variabel pengubah, juga terdapat variabel pengubah

tertentu, yaitu jumlah perempuan yang terkadang bernilai satu, dua atau lebih. Laki-

laki adalah variabel yang mengikuti perubahan variabel perempuan.

Oleh karena itu, jumlah laki-laki disebut hanya sekali dalam ayat, sedangkan

jumlah perempuan memiliki kemungkinan nilai yang sangat beragam, sejak dari

angka satu hingga tak terbatas. Pada kondisi dua yang diterapkan oleh ahli fikih, tidak

17 Muhammad Syahrur, Metodologi Fikih Kontemporer, Penerjemah Sahiron Syamsuddin,

h.340-341.

Page 35: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

24

ada variabel pengubah, variabel pengikut maupun dasar perhitungan. Laki-laki

mendapatkan dua kali bagian perempuan berapa pun jumlah perempuannya. Dan

pada firman-Nya: li al-dzakari mitslu hazzi al-untsayaini, Allah menunjukkan bahwa

jatah laki-laki menjadi dua kali lipat jatah perempuan dalam satu kasus saja, yaitu

ketika adanya dua perempuan berbanding dengan satu laki-laki dalam pengertian

bahwa terdapat jumlah objektif bukan jumlah hipotesis untuk menyatakan jumlah

satu laki-laki dan dua perempuan. Hal ini berarti bahwa dalam wilayah himpunan

jatah laki-laki adalah dua kali lipat jatah perempuan ketika jumlah perempuan dua

kali lipat jumlah laki-laki. 18

Kemudian Muhammad Syahrur juga menjelaskan penyelesaian matematis jika

jumlah perempuan lebih besar dari dua kali jumlah laki-laki atau dalam kasus satu

laki-laki dengan 3, 4, atau 5 perempuan dan seterusnya. Dalam hal ini disebutkan

jawaban Allah dalam firman-Nya: fa in kunna nisȃ‟an fawqa al-itsnatayni fa lahunna

tsulusa mȃ taraka (...dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka

bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan). Dalam hal ini memperhatikan

dua hal. Pertama, jumlah perempuan berubah dan berganti. Kedua, jatah laki-laki

tidak mencapai dua kali lipat jatah perempuan, karena jika kita tentukan harta warisan

bagi empat anak, misalnya, yang terdiri dari satu anak laki-laki dan tiga perempuan,

tentulah jatah laki-laki mencapai 33,33% dari harta peninggalan, dan jatah

perempuan, masing-masing adalah 66,66% : 3 = 22,22%. Jika kita tentukan,

18 Muhammad Syahrur, Metodologi Fikih Kontemporer, Penerjemah Sahiron Syamsuddin,

h.341-342.

Page 36: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

25

misalnya, harta waris bagi enam anak yang terdiri dari satu laki-laki dan lima

perempuan, tentulah laki-laki akan mendapat jatah sebesar 33,33%, sedangkan jatah

perempuan masing-masing, sebesar 66,66% : 5 = 13,33%. Kenyataan ini memperkuat

pendapat bahwa jatah laki-laki sebesar dua kali jatah perempuan hanya pada satu

kasus saja, bukan pada seluruh kasus sebagaimana yang dianggap oleh para ahli fikih

dalam aplikasi hukum fikih selama ini.19

Dari penjelasan di atas, batas minimal kelompok wanita sebesar 1/3 dari harta

warisan berdasarkan firman Allah: li al-dzakari mitslu hazzi al-untsayaini yang

dipahami Syahrur bahwa jumlah ahli warisnya terdiri dari satu anak laki-laki dan dua

anak perempuan. Batas minimal bagi kelompok wanita sebesar 2/3 atau 66,66% dari

harta peninggalan, ini landasannya firman Allah: fa in kunna nisȃ‟an fawqa al-

itsnatayni fa lahunna tsulusa mȃ taraka.20

Syahrur berpendapat juga bahwa hukum waris yang telah ditetapkan Allah

dalam wasiat-Nya adalah hukum umum (universal). Oleh karena itu, keadilan dengan

cara sama rata tidak diwujudkan pada level individu, tetapi hanya dapat diwujudkan

dalam level kolektif.21

Ia beranggapan bahwa dasar perhitungan dalam hukum

warisan adalah kelompok wanita sedangkan kelompok laki-laki hanya sebagai

variabel pengikut yang bagiannya dapat berubah-ubah sesuai dengan jumlah

19 Muhammad Syahrur, Metodologi Fikih Kontemporer, Penerjemah Sahiron Syamsuddin,

h.342. 20 Faisar Ananda Arfa dan Muhammad Syahrial, “Hermeunatika Muhammad Syahrur dan

implikasinya terhadap Istinbȃt al-Ahkȃm dalam Persoalan Wanita, h. 122. 21 Muhammad Syahrur, Metodologi Fikih Kontemporer, Penerjemah Sahiron Syamsuddin,

h.344.

Page 37: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

26

kelompok wanita yang mewarisi bersamanya. Maksudnya, apabila variabel wanita itu

seorang sendiri maka variabel seorang laki-laki mendapat separoh, begitu juga

variabel wanita. Apabila variabel wanita terdiri dari dua orang, maka variabel seorang

laki-laki maka sebanding dengan variabel dua orang perempuan. Kemudian apabila

variabel wanita lebh dari dua orang, maka variabel laki-laki mendapat 1/3 dan

variabel wanita mendapat 2/3 berapa pun jumlah mereka.22

B. Qat’iy dan Zanniy Ketentuan 2:1 dalam Al-Qur’ȃn

Istilah qat‟iy dan zanniy sebagaimana lazim diketahui masing-masing terdiri

atas dua bagian, yaitu yang menyangkut al-tsubȗt (kebenaran sumber) dan al-dalȃlah

(kandungan makna).23

Tidak terdapat perbedaan pendapat di kalangan umat Islam menyangkut

kebenaran sumber al-Qur‟an. Semua bersepakat untuk meyakini bahwa redaksi ayat-

ayat al-Qur‟an yang terhimpun dalam mushaf dan dibaca oleh kaum Muslim di

seluruh penjuru dunia dewasa ini adalah sama tanpa sedikit perbedaan pun dengan

yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril.

Al-Qur‟ȃn jelas qat‟iy al-tsubȗt. Hakikatnya merupakan salah satu dari apa yang

dikenal dengan istilah ma‟lȗm min al-dȋn bi al-darȗrah (sesuatu yang sudah sangat

jelas, aksiomatik dalam ajaran agama). karena itu, di sini tidak akan dibicarakan

22 Faisar Ananda Arfa dan Muhammad Syahrial, “Hermeunatika Muhammad Syahrur dan

implikasinya terhadap Istinbȃt al-Ahkȃm dalam Persoalan Wanita, h. 123. 23 Berasal dari kata ثبوتا -يثبت -ثبت yang memiliki arti tetap, kekal dan abadi. Sedangkan al-

dalȃlah berasal dari kata لةدال و دالال و دال –يدل –دل yang memiliki arti menunjukkan, menuntun. Lihat

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, (Yogyakarta:Pustaka Progressif,

2002), h.145 dan h.417.

Page 38: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

27

masalah qat‟iy al-tsubȗt tersebut. Yang menjadi persoalan adalah bagian kedua, yakni

yang menyangkut kandungan makna redaksi ayat-ayat al-Qur‟ȃn.24

Menurut Quraish Shihab yang menyatakan bahwa masalah ini tidak menjadi

salah satu pokok bahasan ulama-ulama tafsir tetapi persoalan ini dibahas oleh ulama-

ulama usȗl al-fiqh. Secara mudah hal tersebut dapat dibuktikan dengan membuka

lembaran kitab-kitab „ulȗm al-Qur‟ȃn. Lihat misalnya al-Burhan karangan al-

Zarkasyi atau al-Itqan oleh al-Sayuti. Walaupun tidak menjadi pokok bahasan ulama

tafsir, namun mereka menekankan perlunya seorang mufassir untuk mengetahui usȗl

al-fiqh, khususnya dalam rangka menggali ayat-ayat hukum.25

Masalah ini juga merupakan salah satu gagasan pembaruan dalam lapangan

usȗl al-fiqh yang selalu hangat diperbincangkan setiap zaman adalah konsep qat‟iy

dan zanniy. Konsep ini merupakan satu pembahasan yang paling sensitif dibicarakan

dan selalu menimbulkan perdebatan panjang. Perdebatan mengenai qat‟iy dan zanniy

juga merambah ke Indonesia. Materi-materi usul al-fiqh yang semula diterima apa

adanya, kini oleh beberapa pihak mulai dipersoalkan.26

Perdebatan ini bermula ketika Munawir Sjadzali yang menyuarakan gagasan

reaktualisasi ajaran Islam pada tahun 1985 ketika beliau menjabat Menteri Agama RI.

Berangkat dari pandangannya tentang masalah kewarisan yang terjadi di masyarakat,

24 Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟ȃn: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat (Jakarta: Mizan), h.212. Lihat juga Abdul Wahhab Khallaf, „Ilmu Usȗl al-Fiqh, (Jakarta:

Pustaka Amani, 2003), h.35. 25 Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟ȃn, h.212-214. 26 Ali Rifuan, “Konsep Qat‟i dan Zanniy dan Sikap Keberagaman Masyarakat”, dalam Jaenal

Aripin, ed., Filasafat Hukum Islam Dalam Dua Pertanyaan, (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h.17.

Page 39: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

28

kemudian memasuki wilayah kaidah qat‟iy dan zanniy. Menurutnya ayat-ayat

kewarisan tidak qat‟iy sebagaimana yang dipahami oleh ulama Islam. Gagasannya

disampaikan juga dalam forum Paramadina mendapatkan tanggapan yang beragam

ada yang pro dan ada juga yang kontra dari masyarakat luas.27

Setelah terlontarnya gagasan Munawir Sjadzali ini, beberapa pihak sibuk

menganggarap masalah qat‟iy dan zanniy.28

Salah satunya adalah Prof. Ibrahim

Husen, LML, yang menawarkan gagasan memfikihkan hukum qat‟iy sebagai salah

satu metode reaktualisasi hukum Islam.29

Disusul Masdar Farid Mas‟udi yang dikutip

dari Ali Rifuan, yang mencoba merasionalisasi konsep qat‟iy dan zanniy.30

Menurutnya yang qat‟iy adalah prinsip-prinsip fundamental agama seperti ke-

maslahat-an dan keadilan. Di samping itu, M. Quraish Shihab mengatakan,

menyinggung gagasan al-Syatibi, yang menyatakan bahwa kepastian makna

(qat‟iyyah al-dalȃlah) suatu nash yang muncul dari sekumpulan dalil zanniy yang

kesemuanya mengandung kemungkinan makna yang sama.31

Secara teoritik, dalam literatur-literatur usȗl al-fiqh, klasik maupun modern

istilah qat‟iy dan zanniy didefinisikan dari kaca literalnya. Dalam etimologi qat‟iy

27 Munawir Sjadzali, “Dari Lembah Kemiskinan, dalam Muhamad Wahyuni Nafis, ed.,

Kontekstualisasi Ajaran Islam:70 Tahun Prof. Dr. H. Munawir Sjadzali, MA, (Jakarta: Yayasan Wakaf

Paramadina, 1995), h.87. 28 Ali Rifuan, “Konsep Qat‟i dan Zanniy dan Sikap Keberagaman Masyarakat”, Filasafat

Hukum Islam Dalam Dua Pertanyaan, h.17. 29 Ibrahim Hosen, “Beberapa Catatan Tentang Reaktualisasi Hukum Islam”, dalam Muhamad

Wahyuni Nafis, ed., Kontekstualisasi Ajaran Islam:70 Tahun Prof. Dr. H. Munawir Sjadzali, MA,

(Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1995), h.253. 30 Ali Rifuan, “Konsep Qat‟i dan Zanniy dan Sikap Keberagaman Masyarakat”, h.18. 31 Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟ȃn, h.216.

Page 40: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

29

berasal dari kata قطعا -يقطع –قطع yang berarti memotong, mencegah, menyatakan

dengan pasti, membatalkan, menghadang32

atau bisa juga berarti الشيء بانة yang

artinya memisahkan sesuatu.33

Sedangkan zanniy berasal dari kata ظنا –يظن –ظن

yang berarti mengerti, meyakini, menduga, mengira, keraguan, kebimbangan.34

Menurut Abdul Wahhab Khallaf, qat‟iy adalah nas yang menunjukkan makna yang

dipahami secara tertentu, tidak memerlukan takwil dan tidak mungkin dipahami

dengan makna yang lain. Sebalikya zanniy dipahami sebagai nas yang menunjukkan

makna tetapi dimungkinkan adanya takwil dan mungkin untuk dipalingkan dari

makna asal kepada makna lain.35

Dalam karya-karya klasik, istilah qat‟iy sering disamakan dengan kata „ilm dan

al-yaqin. Istilah „ilm yang banyak dikaji dalam ilmu kalam merupakan kata yang

sering menggantikan istilah qat‟iy, meskipun dalam studi yang lebih lanjut istilah

qat‟iy ternyata lebih umum dari „ilm. Menurut Imam al-Syȃfi‟i sebagaimana yang

dikutip oleh Ali Rifuan dari kitab al-Risȃlah, „ilm dapat dibagi menjadi dua, Pertama,

„ilmu al-„ammah atau pengetahuan yang pasti diketahui oleh orang Islam berakal

sehat, seperti kewajiban salat lima waktu, puasa pada bulan Ramadan, haji dan zakat

serta keharaman zina, mencuri, membunuh dan meminum khamar. Kedua, „ilmu al-

32 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, h.1133. 33 Sa‟ad bin Nasir bin „Abdul „Azȋz al-Syatsuriy, al-Qat‟u wa al-Zannu „Inda al-Usȗliyyȋn,

(Riyȃd: Dȃr al-Habȋb, 1997), h.12-14. 34Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, h. 883. 35 Abdul Wahhab Khallaf, „Ilmu Usȗl al-Fiqh, (Jakarta: Pustaka Amani, 2003), h.36-37.

Page 41: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

30

khassah, yaitu pengetahuan tentang masalah yang tidak fundamental, tidak ada nas

dalam al-Qur‟an dan juga dalam sunnah, serta memungkinkan ta‟wil dan analogi.36

Adapun istilah zanniy dalam literatur usȗl al-fiqh mempunyai keterkaitan

dengan istilah syakk dan wahm. Baik zanniy , syakk, dan wahm mempunyai kesamaan

dari segi bahwa ketiganya menafikkan kepastian dan ketidakyakinan. Wahm adalah

pemberlakuan salah satu dari dua hal yang mempunyai tingkat kemungkinan yang

lemah (marjȗh). Syakk adalah pemberlakuan dua hal yang mempunyai kekuatan

sama. Adapun zanniy adalah pemberlakuan salah satu dari dua hal yang mempunyai

kemugkinan yang lebih kuat (rȃjih). Zanniy memiliki tingkatan-tingkatan yang

memberi ruang bertambah atau berkurang sampai tak terbatas. Secara statistik dapat

dirumuskan bahwa tingkatan paling rendah dari zanniy adalah lebih besar dari 0,5.

Angka ini adalah ukuran statistik untuk syakk. Tingkatan yang lebih rendah dari 0,5

ditempati oleh wahm. Adapun tingkatan yang lebih tinggi dari 0,5 tetapi di bawah 1,0

adalah zanniy yang disebut juga ghalabat al- zann, al- zann al-qawiy, atau al- zann

al-muttakhim li al-yaqin.37

Istilah qat‟iy dan zanniy yang hingga saat ini dianggap sebagai istilah yang

maklum, tanpa ada masalah, dan dianggap sudah final. Pada dasarnya belum

memiliki landasan yang jelas. Terkait hal ini Ali Rifuan mengutip pendapat Masdar

Farid Mas‟udi yang menjelaskan bahwa kategori qat‟iy dan zanniy sebagai istilah

36 Ali Rifuan, “Konsep Qat‟iy dan Zanniy dan Sikap Keberagaman Masyarakat”, h.20. 37 Ali Rifuan, “Konsep Qat‟iy dan Zanniy dan Sikap Keberagaman Masyarakat”, h.21.

Page 42: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

31

tidak terdapat baik dalam al-Qur‟an maupun hadits Nabi. Bahwa ada ayat masuk

kategori zanniy adalah teori ulama sendiri, khususnya ulama fikih. Belum jelas benar

siapa pertama kali mengintrodusir kategori ini. Tetapi teori ini hampir tidak pernah

digugat, menurutnya adalah karena keserupaannya yang kuat dengan kategori

muhkȃm dam mutasyȃbih yang diintrodusir sendiri oleh al-Qur‟an. Keduanya sama-

sama berangkat dari pemahaman terhadap teks ajaran (ayat) dari sudut semantik,

bahasa, bukan dari sudut idea yang dipesankan oleh teks ajaran itu. Bedanya hanya

dalam hal penggunaannya. Qat‟iy dan zanniy dikenakan untuk memahami ayat-ayat

hukum (al-ahkȃm), sedangkan muhkȃm dam mutasyȃbih untuk ayat-ayat lain (yang

non hukum).38

Selajutnya mengutip pendapat al-Syatibi, yang dikutip oleh Quraish Shihab,

bagaimana penetapan status qat‟iy atau bagaimana proses yang dilalui oleh suatu

hukum yang diangkat dari nas sehingga ia pada akhirnya dinamai qat‟iy. Menurut al-

Syatibi qat‟iy al-dalalah (kepastian makna) suatu nas muncul dari sekumpulan dalil

zanniy yang kesemuanya mengandung kemungkinan makna yang sama.

Terhimpunnya makna yang sama dari dalil-dalil yang beraneka ragam itu

memberikan “kekuatan” tersendiri. Ini pada akhirnya berbeda dari keadaan masing-

masing dalil tersebut ketika berdiri sendiri. Kekuatan dari himpunan tersebut

menjadikannya tidak bersifat zanniy lagi. Ia telah meningkat menjadi semacam

38 Ali Rifuan, “Konsep Qat‟iy dan Zanniy dan Sikap Keberagaman Masyarakat”, h.22-22.

Page 43: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

32

mutawatir ma‟nawiy, dan dengan demikian dinamalah ia sebagai qat‟iy al-dalalah.39

Metode ini disebut juga istiqara‟ ma‟nawiy, yaitu penyimpulan secara induktif dari

sejumlah dalil-dalil zanniy yang mempunyai tujuan berbeda tetapi menunjuk kepada

satu pengertian secara pasti (qat‟iy), baik melalui pengulangan, penguatan maupun

penyebaran dalil-dalil tersebut. Konsep istiqara‟ ma‟nawiy

oleh al-Syatibi

selanjutnya digunakan sebagai dasar dari seluruh atau kebanyakan teori-teorinya.

Dinilai oleh beberapa kalangan sebagai pendekatan baru bahkan unik dalam teori

hukum atau usul al- fiqh sunni.40

Untuk memperjelas metodenya al-Syatibi memberikan beberapa contoh salah

satunya yang menyangkut tentang ke-hujjah-an shalat dan ditunjukkan oleh lafaz و

maka nas ini tidak menunjukkan kepada kewajiban shalat, walaupun , أقيموا الصالة

redaksinya perintah. Sebab, banyak ayat al-Qur‟an yang menggunakan redaksi

perintah tapi dinilai bukan sebagai perintah wajib. Berdasarkan argumen istiqara‟

ma‟nawiy, kepastian tersebut datang dari pemahaman terhadap nas-nas lain yang,

walaupun dengan redaksi atau berbeda-beda, disepakati bahwa kesemuanya

mengandung makna yang sama. Seperti adanya perintah Allah aqȋmȗ al-salȃh dalam

contoh di atas dengan variasi dan turunannya, adanya pujian bagi orang yang

mengerjakan dan celaan bagi yang meninggalkannya, adanya paksaan terhadap

39 Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟ȃn: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat, h.216-217. 40 Ali Rifuan, “Konsep Qat‟iy dan Zanniy dan Sikap Keberagaman Masyarakat”, h.27.

Page 44: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

33

mukallaf melaksanakannya, baik dengan berdiri, duduk maupun berbaring, adanya

perintah memerangi orang yang sengaja meninggalkannya, juga dihubungkannya

shalat dengan iman dan kewajiban zakat.41

Kumpulan nas yang memberikan makna-makna tersebut, yang kemudian

disepakati oleh umat, melahirkan pendapat bahwa penggalan ayat aqȋmȗ al-salȃh

secara pasti atau qat‟iy mengandung makna wajibnya shalat. Juga disepakati bahwa

tidak ada kemungkinan arti lain yang dapat ditarik darinya.42

Kemudian bagaimana Abdul Wahhab Khallaf berbicara tentang penetapan

kasus qat‟iy yang berbeda dengan pendapat al-Syatibi. Menurut Abdul Wahhab

Khallaf, nas yang qat‟iy al-dalalah adalah nas yang menunjukkan kepada makna

yang pemahaman makna itu dari nas tersebut telah tertentu dan tidak mengandung

takwil serta tidak ada peluang untuk memahami makna lainnya dari nas tersebut.

Misalnya dalam QS. al-Nisȃ` (4): 11.

11:4))النساء/

Artinya: “Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh

istri-istri kamu jika mereka tidak mempunyai anak.”

41 Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟ȃn: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat, h.217. 42 Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟ȃn: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat, h.217-218.

Page 45: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

34

Ayat ini menunjukkan secara pasti dan demikian pula setiap nas yang

menunjukkan bagian dalam harta waris yang telah ditentukan jumlahnya.43

Dengan

demikian menurut Ali Rifuan, setiap nas yang menunjukkan bagian dalam hal waris,

had atau sanksi hukuman yang telah ditentukan atau yang menunjukkan bilangan-

bilangan yang telah ditentukan, semua itu bernilai qat‟iy. Sebaliknya nas-nas yang

berbentuk lafaz musytarak, lafaz „ȃm, lafaz mutlȃq, dan sejenisnya bernilai zanniy,

karena seluruh lafaz-lafaz tersebut yang menunjukkan sebuah arti, tetapi dapat

menunjukkan makna lain.44

Namun ketika memahami ketentuan ayat-ayat kewarisan terkait bagian-bagian

ahli waris sebagai ayat yang qat‟iy al-dalalah, sebagaimana Abdul Wahhab Khallaf

kemukakan di atas, ternyata ketika dalam penerapannya terdapat konsep „aul. Adanya

konsep „aul45

dalam sistem waris kaum Sunni merupakan salah satu perubahan dalam

pelaksanaan hukum kewarisan yang diakibatkan oleh perubahan struktur keluarga.46

Kita mengetahui bahwa dengan sistem „aul, seorang ahli waris misalnya yang

dalam al-Qur‟an secara eksplisit ditetapkan memperoleh seperdelapan tetapi dalam

kenyataannya mungkin hanya memperoleh sepersembilan dari harta warisan.

43 Abdul Wahhab Khallaf, „Ilmu Usȗl al-Fiqh, h.36-37. 44 Ali Rifuan, “Konsep Qat‟iy dan Zanniy dan Sikap Keberagaman Masyarakat”, h.23. 45 Berasal dari kata kerja عول –يعول –عال yang berarti lalim, tidak adil, berkurang. Lihat

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, h.987. Secara terminologi berarti

bertambahnya saham dzawil furudh dan berkurangnya kadar penerimaan warisan mereka. Lihat

Asyhari Abta dan Djunaidi Abd. Syakur, Ilmu Waris Al-Farȃid, (Surabaya: Pustaka Hikmah Perdana,

2005), h.98. 46 M. Atho Mudzhar, Letak Gagasan Reaktualisasi Hukum Islam Munawir Sjadzali di Dunia

Islam, dalam Muhamad Wahyuni Nafis, ed., Kontekstualisasi Ajaran Islam:70 Tahun Prof. Dr. H.

Munawir Sjadzali, MA, (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1995), h. 313

Page 46: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

35

Contohnya pada masalah ini47

, seorang meninggal dunia dengan meninggalkan

seorang istri, dua ibu bapak, dan dua orang anak perempuan yang menurut al-Qur‟an

pembagiannya adalah 1/8 untuk istri, masing-masing 1/6 untuk ibu dan bapak, dan

2/3 untuk kedua anak perempuan, sehingga jumlah keseluruhannya adalah 27/24.

Karena penyebutnya lebih kecil dari pembilang maka untuk melaksanakan pembagian

itu diterapkan konsep „aul, caranya penyebut disamakan dengan pembilang yaitu

27/27. Dengan demikian maka istri yang dalam al-Qur‟an ditetapkan secara eksplisit

memperoleh 1/8 atau 3/24 dalam kenyataan hanya akan memperoleh 3/27 atau 1/9,

kemudian ibu bapak yang seharusnya memperoleh 4/24 menjadi 4/27 masing-

masingnya dan dua anak perempuan yang seharusnya memperoleh 16/24 menjadi

hanya 16/27. Perlu diingat bahwa dasar penerapan sistem „aul itu adalah ijtihad.48

Di

dalam sejarah dijelaskan, bahwa orang yang pertama kali yang melakukan „aul adalah

Umar bin Khattab.49

47 Masalah ini dinamakan minbarriyah, sebab Ali bin Abi Talib tengah berada di atas mimbar

di Kufah dan dia mengatakan di dalam khutbahnya:”Segala puji bagi Allah yang telah memutuskan

dengan kebenaran secara pasti, dan membalas setiap orang dengan apa yang dia usahakan dan kepada-

Nya tempat berpulang dan kembali,” lalu dia ditanya tentang masalah itu, maka dia menjawab di

tengah-tengah khutbahnya:” dan istri itu, seperdelapannya menjadi sepersembilan,” kemudian dia

melanjutkan khutbahnya. Lebih lanjut lihat Fatchur Rahman, Ilmu Waris, (Bandung: al-Ma‟arif, 1981),

h.410 dan lihat juga Moh. Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam: Sebagai Pembaruan

Hukum Positif di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.123-124. 48 Mudzhar, Letak Gagasan Reaktualisasi Hukum Islam Munawir Sjadzali di Dunia Islam,

dalam, h. 313-314. 49 Pada suatu hari Khalifah Umar bin Khattab didatangi oleh seorang sahabat yang

menanyakan tentang masalah kematian seseorang, di mana ada seorang wanita meninggal dunia

dengan meninggalkan seorang suami dan dua orang saudara perempuan sekandung. Menurut ketentuan

berlaku, seorang suami mendapat bagian 1/2 dan dua saudara perempuan sekandung mendapat 2/3.

Dengan demikian, jumlah bagian masing-masing melebihi harta peninggalan. Umar semula bimbang,

tidak mengetahui siapakah yang berhak didahulukan dan siapakah yang harus diakhirkan menurut

ketentuan hukum Allah SWT. Kemudian Abbas bin Abdul Muthalib pun memberikan pertimbangan

kepadanya. Dalam riwayat lain yang memberikan pertimbangan kepadanya itu adalah Zaid bin Tsabit

Page 47: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

36

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa pendapat Abdul Wahhab

Khallaf sebagaimana yang menerangkan bahwa ayat tentang bagian ahli waris

merupakan ayat yang qat‟iy, yang sudah jelas tanpa tidak membutuhkan ta‟wil

maupun interpretasi yang lainnya, akan tetapi dalam konteks pelaksanaan bagian

waris tersebut didapati konsep „aul yang merupakan salah satu ijtihad yang dapat

mengubah hitungan bagian ahli waris yang telah ditentukan al-Qur‟an.

C. Hikmah Ketentuan 2:1 dalam Al-Qur’ȃn

Para ulama klasik maupun kontemporer, sesungguhnya telah lama bersuara dan

mencoba berusaha bahkan lebih dari itu pula bekerja keras untuk mencari tahu

jawaban tentang rahasia apa atau apa rahasia dibalik kebijakan Allah SWT

meipatgandakan bagian kewarisan kaum laki-laki terutama anak dan suami daripada

anak perempuan dan istri. Sesekali antara ayah dan ibu atau antara saudara laki-laki

dengan saudara perempuan.50

1. Menurut Muhammad Ali al-Sabouni berpendapat tentang hikmah mengapa

bagian laki-laki dua kali bagian perempuan. Menurut beliau bahwa syariat

Islam membedakan pembagian harta warisan antara perempuan dengan laki-

laki, karena terdapat hikmah yang banyak sekali, di antaranya ialah:

a. Segala kebutuhan dan biaya hidup perempuan menjadi tanggung jawab

laki-laki. Karena itu, semua kebutuhan dan biaya hidup perempuan wajib

dengan cara „aul. Lebih lanjut lihat Moh. Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam:

Sebagai Pembaruan Hukum Positif di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.122-123. 50 Suma, Keadilan Hukum Waris Islam, h.109.

Page 48: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

37

dipenuhi oleh laki-laki, baik anaknya, ayahnya, saudara laki-lakinya, atau

kerabat yang lain.

b. Perempuan tidak dibebani kewajiban memberi nafkah kepada siapapun.

Berbeda dengan laki-laki, mereka dibebani kewajiban memberi nafkah

kepada keluarga, kaum kerabat dan orang lain yang menjadi tanggung

jawabnya.

c. Biaya hidup yang dikeluarkan oleh laki-laki, demikian juga kewajiban-

kewajiban finansial mereka jauh lebih besar. Oleh karena itu, kebutuhan

laki-laki terhadap harta jauh lebih banyak dibandingkan dengan

kebutuhan perempuan.

d. Laki-laki, ketika akan menikah harus membayar mahar kepada calon

istrinya, dan sesudah berkeluarga dibebani kewajiban memberikan nafkah

kepada istri dan anak-anaknya, baik untuk keperluan pangan, sandang

maupun papan.

e. Laki-laki juga wajib membiayai pendidikan anak-anaknya, dan

pengobatan istri serta anak-anaknya, di mana hal ini tidak dibebankan

kepada perempuan.51

Masih banyak lagi anggaran pembiayaan yang dibebankan kepada laki-

laki berdasarkan syariat Islam dan perintah Allah. Sebagaimana firman Allah

SWT dalam QS. al-Talȃq (65): 7.52

51 Muhammad Ali al-Sabouni, al-Mawȃrits fi al-Syarȋ‟ah al-Islȃmiyyah, Penerjemah Hamdan

Rasyid, (Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2005), h.21-22.

Page 49: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

38

)/56:7الطالق)

Artinya: “Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah

menurut kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendakalah

memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.”

2. Al-Syanqiti yang menafsirkan ayat ini menyatakan bahwa pada ayat ini Allah

tidak menjelaskan tentang hikmah dari pengunggulan laki-laki atas perempuan

dalam masalah pembagian harta waris, padahal mereka berdua memiliki

kedudukan yang sama dalam hal kekerabatan. Akan tetapi, Allah telah

mengisyaratkan hal itu di tempat lain, yaitu dalam surat al-Nisȃ`, ayat 34. Sebab

orang yang menjadi pemimpin bagi orang lain dan berkewajiban untuk

menafkahinya akan selalu dibayang-bayangi oleh kekurangan, sedangkan orang

yang dipimpin oleh orang lain dan diberi nafkah olehnya selalu dibayang-

bayangi oleh kelebihan (dalam hartanya). Adapun hikmah diutamakannya

orang yang selalu dibayang-bayangi oleh kekurangan di atas orang selalu

dibayang-bayangi oleh kelebihan adalah karena kekurangan yang dialami oleh

orang pertama sangatlah jelas.53

52 al-Sabouni, al-Mawȃrits fi al-Syarȋ‟ah al-Islȃmiyyah, Penerjemah Hamdan Rasyid, h.22. 53 Al-Syanqiti, Tafsir Adwa al-Bayan, Penerjemah Fathurazi, ( Jakarta: Pustaka Azzam,

2006), Jilid 1, h.620-621.

Page 50: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

39

3. Pendapat lain dari Muhammad Abduh dan al-Sayyid Rasyid Rida54

sebagaimana dikutip oleh Amin Suma, yang menegaskan bahwa di antara

hikmah penetapan bagian ahli waris laki-laki itu sama dengan bagian dua orang

perempuan adalah karena laki-laki selain memerlukan nafkah untuk dirinya

sendiri, juga memerlukan nafkah untuk istri dan anak-anaknya (keluarganya).

Di sinilah terletak alasannya mengapa laki-laki harus mendapatkan dua bagian.

Sedangkan perempuan, paling sedikit dia hanya akan menafkahi dirinya sendiri

dan kalau dia menikah maka nafkah kehidupannya akan dijamin oleh suaminya.

Itulah pula maka ada ungkapan yang mengatakan bahwa bagian kewarisan

perempuan akan tetap saja lebih banyak dibandingkan dengan bagian laki-laki

tatkala dihubungkan dengan ihwal pernafkahan.55

4. Dan dalam bukunya juga, Amin Suma mengutip pendapat seorang Grand

Syaikh al-Azhar, Mahmud Syaltut yang menyebutkan bahwa pembinaan hukum

kewarisan dalam Islam, itu didasarkan selain didasarkan pada asas, juga

mempertimbangkan hikmah hukum yang memang mengehendaki keharusan

adanya penentuan bagian ahli waris yang berhubungan dengan kehidupan laki-

laki dan perempuan (suami dan istri), kehidupan keluarga/rumah tangga dan

kehidupan sosial kemasyarakatan sekaligus. Pasalnya dalam kehidupan

komunitas laki-laki dan perempuan, Islam memandang bahwa pembebanan

54 Dua orang „alim yang berkebangsaan Mesir yang masyhur disebut-sebut sebagai pelopor

pembaharuan hukum Islam, mujaddid atau mujtahid. Lihat Suma, Keadilan Hukum Waris Islam,

h.109. 55 Suma, Keadilan Hukum Waris Islam, h.109-110.

Page 51: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

40

hidup kaum perempuan itu dalam kehidupan dirinya dan pembiayaan anak-

anaknya serta jaminan kesejahteraannya dan pembiayaan lain-lainnya

dibebankan ke atas pundak kaum laki-laki. Itulah di antara rahasia dari makna

keadilan (kesebandingan) antara bagian laki-laki yang lebih besar daripada

bagian perempuan, supaya kaum laki-laki itu memiliki percaya diri dalam

memikul beban pembiayaan kehidupan istri dan kehidupan diri serta kehidupan

anak-anaknya.56

5. Menurut Muhammad Amin Suma, mengaitkan surat al-Nisȃ‟, ayat 19, yang

mengingatkan jangan sampai meninggalkan keturunan yang lemah materi

sebagai salah satu rahasia pembagian harta warisan yang menganut

perimbangan 2:1 bagi laki-laki. Bagi anak laki-laki telah dipersiapkan sama

dengan bagian dua orang anak perempuan, itu mengingat anak laki-laki yang

masih kecil, sesungguhnya sudah dibayang-bayangi beban keluarga kelak

begitu dia dewasa yang ditandai dengan pintu gerbang perkawinan. Sementara

anak-anak yang perempuan, sama sekali tidak digelayuti oleh beban kewajiban

untuk menafkahi keluarga.57

Dan juga beliau mengaitkan penggalan surat al-

Baqarah, ayat 228, و للرجال عليهن درجة و الل عليم حكيم, yang menyatakan bahwa

56 Suma, Keadilan Hukum Waris Islam, h.119. 57 Muhammad Amin Suma, “Menakar Keadilan Hukum Warisan Islam Melalui Pendekatan

Teks dan Konteks al-Nusȗs, Ahkam XII, no. 1 (Juli 2012), h.210

Page 52: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

41

para lelaki (suami/ayah) ada satu tingkatan kelebihan daripada perempuan

(istri-istrinya), termasuk juga sebagai hikmah perimbangan 2:1.58

Kalau hendak dihitung-hitung, jenis kewajiban suami dalam konteks

material semisal kewajiban memberikan nafkah dan perlindungan fisik memang

lebih banyak dan lebih berat dibandingkan dengan jenis-jenis kewajiban istri

yang lebih fokus kepada hal-hal yang bersifat immaterial semisal pengasuhan

dan pemberian/pelayanan rasa kasih sayang. Sedangkan waris adalah terkait

dengan keduanya material dan immaterial dalam hal ini memelihara

keberlangsungan keluarga dan kekeluargaan.59

6. Menurut Amir Syarifuddin, tentang jumlah bagian yang didapat oleh laki-laki

dan perempuan terdapat dua bentuk. Pertama, laki-laki mendapat jumlah yang

sama banyak dengan perempuan; seperti ibu dan ayah sama-sama mendapat

seperenam dalam keadaan pewaris meninggalkan anak kandung, sebagaimana

yang dinyatakan dalam ayat 11 surat al-Nisȃ‟. Begitu pula saudara laki-laki dan

saudara perempuan sama-sama mendapat seperenam dalam kasus pewaris

adalah seseorang yang tidak memiliki ahli waris langsung sebagaimana tersebut

dalam ayat 12 surah al-Nisȃ‟. Kedua, laki-laki yang memperoleh bagian lebih

banyak atau dua kali lipat dari yang didapat oleh perempuan dalam kasus yang

sama yaitu anak laki-laki dengan anak perempuan dan saudara laki-laki dengan

saudara perempuan. Dalam kasus yang terpisah duda mendapat dua kali bagian

58 Suma, Keadilan Hukum Waris Islam, h.35-37. 59 Suma, Keadilan Hukum Waris Islam, h.38.

Page 53: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

42

yang diperoleh oleh janda yaitu setengah banding seperempat bila pewaris tidak

ada meninggalkan anak dan seperempat banding seperdelapan bila pewaris ada

meninggalkan anak sebagaimana tersebut dalam surat al-Nisȃ, ayat 12.60

Dari penjelasan di atas bahwa ditinjau dari segi jumlah memang terdapat

ketidaksamaan. Akan tetapi hal tersebut bukan berarti tidak adil, karena

keadilan dalam pandangan Islam tidak hanya diukur dengan jumlah yang

didapat saat menerima hak waris tetapi juga dikaitkan kepada kegunaan dan

kebutuhan.61

Secara umum dapat dikatakan pria membutuhkan lebih banyak materi

dibandingkan wanita. Hal tersebut dikarenakan pria – dalam ajaran Islam –

memikul kewajiban ganda yaitu untuk dirinya sendiri dan terhadap keluarganya

termasuk para wanita, sebagaimana dijelaskan Allah dalam QS. Al-Nisȃ` (4):

34.

34:4))النساء/

Artinya: “Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena

Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain, dan karena

mereka telah menafkahkan sebagiandari harta mereka.”

Bila dihubungkan jumlah yang diterima dengan kewajiban dan tanggung

jawab seperti disebutkan di atas, maka akan terlihat bahwa kadar manfaat yang

60 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h.24-25. 61 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, h.25.

Page 54: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

43

dirasakan pria sama dengan apa yang dirasakan oleh pihak wanita. Meskipun

pada mulanya pria menerima dua kali lipat dari perempuan, namun sebagian

dari yang diterima akan diberikannya kepada wanita dalam kapasitasnya

sebagai pembimbing yang bertanggung jawab. Inilah konsep keadilan dalam

konsep Islam.62

7. Menurut Fachtur Rahman, syariat bagian kepada orang laki-laki lebih banyak

daripada orang perempuan adalah sebagai imbalan atas tanggung jawab orang

perempuan. Ia sebagai pemimpin atau calon pemimpin rumah tangga yang

bertanggung jawab harus berusaha sekuat tenaga untuk mencari nafkah dan

mencukupi kebutuhan keluarganya dan orang-orang yang berada dibawah

tanggungannya. Untuk mensejahterakan hidup keluarganya, tidak mustahil, ia

harus menjelajahi daratan, mengarungi lautan, dan menyeberangi angkasa untuk

berniaga. Berlainan dengan orang perempuan yang boleh dikatakan tanggung

jawabnya tidak seberat dan seluas laki-laki dalam bidang kelangsungan hidup

keluarga dan pengabdian kepada negara dan masyarakat. Kendatipun pada

beberapa orang perempuan terdapat bakat dan keahlian dalam mencari nafkah

dan bahkan ada yang sanggup mencukupi kelansungan hidup keluarganya,

namun secara syariat dan tabiat tetap membebankan pertangung jawab yang

seberat itu kepada orang laki-laki.63

62 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, h.25-26. 63 Fatchur Rahman, Ilmu Waris, h.410

Page 55: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

44

Dalam mencari hikmah ketentuan porsi dua berbanding satu, pendapat para

ulama yang disebutkan di atas untuk mencari tahu jawaban tentang rahasia apa atau

apa rahasia dibalik kebijakan Allah SWT melipatgandakan bagian kewarisan kaum

laki-laki terutama anak dan suami daripada anak perempuan dan istri, singkatnya

bahwa menyatakan bahwa laki-laki berhak menerima porsi pembagian tersebut

karena segala kebutuhan dan biaya hidup perempuan menjadi tanggung jawab laki-

laki. Karena itu, semua kebutuhan dan biaya hidup perempuan wajib dipenuhi oleh

laki-laki, baik anaknya, ayahnya, saudara laki-lakinya, atau kerabat yang lain. Biaya

hidup yang dikeluarkan oleh laki-laki, demikian juga kewajiban-kewajiban finansial

mereka jauh lebih besar. Oleh karena itu, kebutuhan laki-laki terhadap harta jauh

lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan perempuan.

Page 56: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

45

BAB III

PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MEDAN NOMOR

92/PDT.G/2009/PA.MDN DAN ANALISA

A. Kronologi Hukum

Pewaris meninggal dunia di Medan dan dikebumikan pada tanggal 29 April

2005 dikarenakan sakit dan almarhumah istri pewaris meninggal dunia terlebih

dahulu dari pewaris yaitu tanggal 16 Oktober 1997 dikarenakan sakit juga.

Selama masa perkawinan pewaris bersama dengan istrinya telah dikaruniai 10

orang anak kandung, terdiri dari 6 orang anak laki-laki dan 4 orang anak perempuan.

Akan tetapi anak kedua dan yang kedelapan (keduanya laki-laki) dari pewaris

meninggal dunia, anak kedua pewaris meninggal pada tanggal 15 Juni 2005 dan anak

kedelapan meninggal pada tahun 1980.

Almarhum anak kedelapan dari pewaris selama masa hidupnya belum menikah,

sedangkan almarhum anak kedua selama masa hidupnya sudah menikah dan

mempunyai empat orang anak kandung, yang terdiri dari 3 anak perempuan dan 1

anak laki-laki.

Struktur keluarga dari pewaris dapat dilihat lebih lanjut pada gambar di bawah

ini.

Page 57: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

46

P

Keterangan:

: Pewaris (meninggal pada 29 April 2005)

: Ahli waris laki-laki

: Ahli waris perempuan

A : Anak ke-1 laki-laki (penggugat I)

B : Anak ke-2 laki-laki (meninggal pada 15 Juni 2005)

C : Anak ke-3 perempuan (penggugat II)

D : Anak ke-4 laki-laki (penggugat III)

E : Anak ke-5 perempuan (tergugat I)

F : Anak ke-6 laki-laki (tergugat II)

G : Anak ke-7 perempuan (tergugat III)

H : Anak ke-8 laki-laki (meninggal pada tahun 1980 dan belum menikah)

I : Anak ke-9 laki-laki

J : Anak ke-10 perempuan

B1 : Anak ke-1 perempuan dari almarhum anak ke-2 pewaris

B2 : Anak ke-2 perempuan dari almarhum anak ke-2 pewaris

B3 : Anak ke-3 laki-laki dari almarhum anak ke-2 pewaris

B4 : Anak ke-4 perempuan dari almarhum anak ke-2 pewaris

Page 58: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

47

Pewaris meninggalkan harta warisan yaitu berupa sebidang tanah seluas 255 m2

berikut bangunan rumah semi permanen yang berdiri di atasnya berukuran ± 8,5

meter x 20 meter beratap seng, lantai semen, setempat dikenal terletak di Jalan Sei

Deli No. 119 A, Kelurahan Silalas, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan. Maka

harta tersebut menjadi harta warisan dari pewaris yang harus dibagi kepada ahli

warisnya. Demikian pula oleh karena anak kedua pewaris meninggal dunia, maka

bagian warisnya dari harta pewaris jatuh ke ahli warisnya empat orang anaknya.

Terhadap harta peninggalan pewaris, para penggugat telah berusaha untuk

bermusyawarah kepada para tergugat agar dapat diselesaikan dengan cara

musyawarah kekeluargaan, akan tetapi tidak mendapat tanggapan yang positif dari

pihak tergugat.

Maka dari itu, pada tanggal 21 Januari 2009 mengajukan perkara kepada

Pengadilan Agama Medan dan diharapakan Pengadilan Agama Medan dapat

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi antara para Penggugat dengan para

Tergugat. Penggugat I sampai Penggugat V dan Tergugat I sampai Tergugat III

adalah anak kandung pewaris. Bahwa Penggugat VI adalah istri almarhum anak

kedua dari pewaris, adapun Penggugat VII,VIII, dan IX adalah anak-anak kandung

dari perkawinan Penggugat VI dengan almarhum anak kedua pewaris.

B. Tuntutan Penggugat

Page 59: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

48

Dalam gugatan yang diajukan oleh para penggugat, penggugat meminta Majelis

Hakim Pengadilan Agama Medan untuk:

1. Mengabulkan gugatan para Penggugat seluruhnya.

2. Menetapkan ahli waris yang berhak atas harta peninggalan pewaris.

3. Menetapkan istri dan anak dari almarhum anak kedua pewaris sebagai ahli

waris yang berhak atas harta peninggalan almarhum anak kedua tersebut yang

diperolehnya dari pewaris.

4. Menetapkan harta berupa: Sebidang tanah seluas 255 m2 berikut bangunan

rumah semi permanen yang berdiri di atasnya berukuran ± 8,5 meter x 20 meter

beratap seng, lantai semen, setempat dikenal terletak di Jalan Sei Deli No. 119

A, Kelurahan Silalas, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan; adalah harta

peninggalan/warisan pewaris.

5. Menetapkan bagian/porsi masing-masing ahli waris pewaris dan almarhum

anak kedua pewaris dan menghukum para Penggugat dan para Tergugat untuk

membagi harta peninggalan pewaris secara riil dan apabila tidak dapat

dilakukan secara riil, maka dilakukan dengan cara lelang dan hasilnya dibagi

kepada ahli warisnya sesuai dengan bagian/porsi masing-masing ahli waris.

C. Pertimbangan Majelis Hakim

Tentang hal pewaris telah meninggal dunia tidak terdapat perbedaan dalil antara

penggugat dan tergugat. Adapun tergugat-tergugat hanya mempersoalkan hanya

tentang saat yang pasti dan tegas meninggalnya kedua orang pewaris tersebut.

Page 60: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

49

Meskipun tergugat-tergugat menyatakan dalil penggugat mengenai saat

meninggalnya pewaris tidak tegas, tetapi majelis hakim menganggap dalil penggugat

tersebut sudah dapat dipahami, apalagi jika dihubungkan dengan surat-surat bukti

penggugat yaitu bukti P-3 berupa surat kematian pewaris yang dikeluarkan oleh

instansi yang berwenang.

Tentang ahli waris, bahwa tergugat-tergugat tidak membantah susunan ahli

waris yang disebutkan di dalam surat gugatan, akan tetapi ada penyebutan yang tidak

benar yaitu nama istri dari almarhum anak kedua pewaris, karena menurut tergugat-

tergugat, istri dari almarhum anak kedua pewaris tersebut bukan boru atau bukan

marga lubis. Dan penggugat mengakui penyebutan marga pada istri almarhum anak

kedua pewaris di dalam surat gugatan karena terbawa-bawa oleh nama suaminya.

Dengan berdasarkan bukti P-7, P-8, pengakuan tergugat-tergugat, dan kesaksian

saksi-saksi, tersebut ahli waris pewaris ialah:1

1. ASL, anak ke-1 laki-laki;

2. AL, anak ke-3 perempuan;

3. KL, anak ke-4 laki-laki;

4. YL, anak ke-5 perempuan;

5. BL, anak ke-6 laki-laki;

6. NL, anak ke-7 perempuan;

7. ZL, anak ke-9 laki-laki;

1 Untuk ahli waris menggunakan inisial nama ahli waris.

Page 61: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

50

8. SML, anak ke-10 perempuan.

9. As binti almarhum anak kedua pewaris,cucu perempuan;

10. Cha binti almarhum anak kedua pewaris,cucu perempuan;

11. MZ bin almarhum anak kedua pewaris,cucu laki-laki;

12. Ram binti almarhum anak kedua pewaris,cucu perempuan.

Dengan berdasarkan ketentuan Pasal 185 Kompilasi Hukum Islam, anak-anak

dari pasangan suami istri almarhum anak kedua pewaris dengan istrinya menjadi ahli

waris pewaris dalam kedudukannya sebagai ahli waris pengganti almarhum anak

kedua pewaris.

Sedangkan dalil-dalil tergugat-tergugat di dalam dupliknya yang menyatakan

kedudukan ahli waris pengganti adalah tidak mempunyai dasar hukum dan

seharusnya ditolak, adalah dalil yang tidak tepat, karena Kompilasi Hukum Islam

menerapakan asas penggantian ahli waris.

Terbukti pewaris dan semua ahli warisnya sebagaimana tersebut adalah masing-

masing beragama Islam dan terbukti juga kedua orang tua yakni pewaris bersama

dengan istrinya, masing-masing telah meninggal lebih duluan.

Bahwa menurut saksi penggugat yang berada di dekat pewaris sewaktu akan

meninggal, tidak meninggalkan wasiat tertentu, sedang untuk hutang pewaris akan

dipertimbangkan kemudian di bawah ini.

Page 62: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

51

Selanjutnya tentang harta peninggalan (tirkah), bahwa tidak ada perbedaan dalil

antara penggugat dan tergugat, yaitu objek sengketa yang dimaksud penggugat adalah

objek sengketa itu juga yang dimaksud oleh tergugat-tergugat. Hanya saja tergugat-

tergugat mempersoalkan mengenai:

1. Alas hak pewaris, dan

2. Tata cara pembagiannya kepada para ahli waris.

Bahwa tentang alas hak pewaris atas objek sengketa sehingga menjadi harta

peninggalannya ialah surat-surat bukti P-1 dan P-2, kesaksian saksi-saksi, baik saksi

penggugat maupun saksi-saksi tergugat, dan juga pengakuan tergugat-tergugat sendiri

dan terbukti objek sengketa berupa: sebidang tanah seluas 255 meter2 berikut

bangunan rumah semi permanen yang berdiri di atasnya berukuran ± 8,5 meter x 20

meter beratap seng, lantai semen, setempat dikenal terletak di Jalan Sei Deli No. 119

A, Kelurahan Silalas, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan adalah harta peninggalan

pewaris dan objek sengketa tersebut belum pernah dibagi kepada ahli waris pewaris

dan atas dasar gugatan penggugat telah terbukti quod non tentang pewaris, ahli waris,

dan harta peninggalan yang belum terbagi, maka menurut hukum harta peninggalan

pewaris tersebut harus dibagi kepada semua ahli warisnya.

Dan pembagian sebagaimana dimaksud dapat dilakukan secara riil atau dengan

melalui kesepakatan penjualan oleh kedua belah pihak, atau penjualan lelang oleh

Page 63: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

52

instansi yang berwenang kemudian hasil penjualannya dibagikan kepada semua ahli

waris sesuai bagian yang ditentukan dalam putusan ini.

Di dalam pemeriksaan persidangan terjadi perbedaan dalil antara penggugat dan

tergugat-tergugat yaitu penggugat menghendaki pembagian berdasarkan hukum

farȃid, yaitu anak laki-laki memperoleh dua bagian dan anak perempuan memperoleh

satu bagian, sedang tergugat-tergugat menghendaki pembagian atas dasar persamaan

perolehan antara anak laki-laki dengan anak perempuan.

Bahwa dalil tergugat-tergugat yang menghendaki pembagian objek sengketa

sama untuk semua ahli waris tanpa membedakan jenis kelamin ialah karena yang

merawat dan memenuhi segala kepentingan pewaris semasa hidupnya ialah anak-

anaknya yang perempuan dan yang menonjol adalah tergugat I dan penggugat V,

sedang penggugat I sendiri tidak peduli terhadap almarhum pewaris.

Atas dalil tergugat-tergugat tersebut penggugat membuktikan kepeduliannya

terhadap pewaris, dengan mengajukan bukti P-6 berupa pelunasan hutang pewaris

oleh penggugat I kepada Nurhayati Lubis (bukan tergugat dalam perkara ini)

tertanggal 9 Mei 2001.

Selain bukti tertulis, penggugat juga mengajukan saksi-saksi, akan tetapi saksi

II penggugat justru menyaksikan tiga orang anak yang merawat almarhum pewaris

ialah tergugat I, II, dan penggugat V. Dan penggugat I menyatakan keberatan atas

kesaksian saksi II dari penggugat tersebut, dengan mendalilkan sebaliknya yaitu

Page 64: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

53

antara tergugat I pernah terlibat perselisihan dengan pewaris, karena semasa hidup

pewaris dihalang-halangi untuk kawin lagi sepeninggal almarhumah istri pewaris.

Akan tetapi menurut majelis hakim bukanlah perselisihan yang sungguh-sungguh,

karena dalam praktek memang sering terjadi seorang anak perempuan yang ditinggal

mati ibunya kemuadian melarang ayahnya untuk kawin lagi, karena anak perempuan

tersebut merasa sanggup untuk mengurusi kepentingan ayahnya, sebagaimana halnya

dalam perkara ini.

Tergugat-tergugat juga telah membuktikan dalil-dalilnya dengan mengajukan

saksi-saki yang mana pokoknya bermaskud untuk memberikan keyakinan tentang

kepedulian tergugat-tergugat kepada almarhum pewaris, sebagaimana kesaksian yang

diajukan oleh pasangan suami istri Kasmariyos bin Tokoh dan Lisna Murni Nasution.

Dari keterangan saksi Rudi Iskandar bin Usman Istambul, yang istrinya

paramedis dan sering merawat pewaris, mengalami sendiri kalau diperlukan

pembayaran atas pengobatan pewaris, yang membayar kadang tergugat I, tergugat II

dan kadang juga tergugat III. Saksi menyatakan tidak melihat anak-anak pewaris

lainnya melakukan hal-hal seperti itu.

Majelis hakim menimbang atas dalil-dalil kedua belah pihak dan saksi-saksi

yang diajukan, majelis hakim memandang perlu untuk mempertimbangkan aspek-

aspek normatif mengenai ketentuan pembagian harta peninggalan dan mengkaitkan

dengan fakta kejadian perkara.

Page 65: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

54

Majelis hakim menimbang terlebih dahulu bahwa dalam QS. al-Nisȃ` (4): 11,

Allah berfirman:

Artinya: “Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)

anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang

anak perempuan...”.

Bahwa Pasal 176 Kompilasi Hukum Islam juga menyebutkan:” Anak

perempuan bila hanya seorang ia mendapat separoh bagian, bila dua atau lebih

mereka bersama-sama mendapat dua pertiga bagian dan apabila anak perempuan

bersama-sama dengan anak laki-laki, maka bagian anak laki-laki adalah dua

berbanding satu dengan anak perempuan.”

Dan selain ketentuan-ketentuan tersebut sudah menjadi ketentuan adat di

sebagian wilayah di Indonesia yakni dalam hal pembagian harta peninggalan pewaris

berlaku asas “laki-laki memikul, dan perempuan menjunjung”, artinya anak laki-laki

memperoleh dua bagian, sedang anak perempuan memperoleh satu bagian.

Terhadap atas ketentuan ayat al-Qur‟an tersebut, majelis hakim tidak pada

tempatnya untuk melakukan uji materil apapun metodenya, karena persoalannya

menyangkut keyakian agama yang dianut, akan tetapi menafsirkan ayat tersebut

sesuai dengan fakta kejadian perkara adalah tetap dalam wilayah diskresi hakim, akan

tetapi yang menjadi permasalahan ialah apakah ayat tentang pembagian harta

peninggalan tersebut digeneralisasikan untuk semua keadaan tanpa harus

Page 66: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

55

memperhitungkan seberapa besar pengabdian atau jasa ahli waris terhadap

pewarisnya.

Bahwa juga menjadi permasalahan ialah hutang pewaris yang dimaksud dalam

QS. al-Nisȃ` (4): 11 tersebut yakni:

... ... 11:4))النساء/

Artinya: “(harta peninggalan hanya boleh dibagi waris kepada setiap ahli waris)

setelah menunaikan wasiat atasnya atau hutang pewaris.”

Apakah semata-mata yang dimaksud adalah hutang riil atau boleh ditafsirkan

termasuk hutang jasa pewaris.

Menurut ijtihad majelis hakim, pembagian harta warisan sebagaimana tersebut,

baik dalam ayat al-Qur‟an maupun Kompilasi Hukum Islam bukanlah sebuah harga

mati dari suatu ketentuan yang sama sekali tidak dapat berubah lagi, terutama ketika

permasalahannya terkait dengan rasa keadilan para ahli waris, dan rasa keadilan itu

sendiri merupakan suatu illat hukum (penyebab yang dapat mengakibatkan tejadinya

perubahan hukum).

Pendekatan alur pikir pertimbangan tersebut ialah tidak mungkin kitab suci al-

Qur‟an membuat suatu diskriminasi kategoris berdasarkan jenis kelamin dalam hal

pembagian harta peninggalan seseorang kalau bukan didasari pertimbangan tertentu,

atau karena kondisi masyarakat sewaktu turunnya ayat, karena al-Qur‟an

Page 67: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

56

mengajarkan persamaan antara laki-laki dan perempuan, adapun yang

membedakannya antara lain ialah kualitas amal perbuatannya.

Dalam pertimbangannya, majelis hakim mengutip pendapat Syaikh Ali Ahmad

al-Jurjawi dalam Kitab Hikmah al-Tasyri‟ wa Falsafatuhu (terjemahan dengan judul

Hikmah di Balik Hukum Islam) Buku 2 Bidang Muamalah, halaman 267 untuk

selanjutnya diambil alih sebagai pertimbangan hukum, bahwa “Sebab lain mengapa

laki-laki lebih besar dari perempuan ialah karena laki-laki itu dibebani dengan

masalah hidup yang tidak mampu dijalankan oleh kaum wanita.” Mafhȗm

mukhallafah dari pendapat tersebut ialah apabila perempuan yang dibebani masalah

hidup, maka perempuan tersebut juga dapat memperoleh bagian yang lebih besar.

Bahwa tentang asas persamaan tersebut disebutkan di dalam QS. al-Nahl (16):

97.

Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun

perempuan dalam keadaan beriman maka sesungguhnya akan kami berikan

kepadanya kehidupan yang baik.”

Dengan nas al-Qur‟an surat al-Nahl, ayat 97 tersebut memberikan sesuatu

gambaran tentang persamaan antara laki-laki dan perempuan, adapun perbedaannya

terletak antara lain pada prestasi atau pengabdian, yang dalam hal ini ialah

pengabdian ahli waris terhadap pewaris semasa hidupnya.

Page 68: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

57

Maka dari itu majelis hakim tetap menentukan asas pembagian harta

peninggalan antara laki-laki dengan perempuan adalah dua berbanding satu, akan

tetapi fakta kejadian menghendaki maka porsi dua bagian laki-laki dan porsi satu

bagian perempuan sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan perubahan illat

hukum.

Porsi dua bagian untuk anak laki-laki adalah porsi maksimal yang dapat

dikurangi, sedang porsi satu bagian untuk anak perempuan adalah porsi minimal yang

sewaktu-waktu apabila persyaratan menghendaki dapat meningkat sama dengan porsi

perolehan anak laki-laki.

Dengan berdasarkan kesaksian saksi-saksi, majelis hakim berpendapat adalah

dipandang tidak memenuhi rasa keadilan apabila ketentuan normatif pembagian waris

sebagaimana tersebut dalam al-Qur‟an langsung diterapkan untuk semua keadaan

tanpa memperhatikan fakta kejadian perkara, antara lain sejauh mana bakti ahli waris

terhadap pewaris semasa hidupnya.

Ketentuan dalam al-Qur‟an surat al-Nisa‟, ayat 11 tentang pembagian harta

warisan tersebut tidak dapat dipandang sebagai ketentuan yang berdiri sendiri,

melainkan saling terkait dan berhubungan dengan ayat-ayat lainnya sebagai satu

kesatuan sistem hukum yang tidak terpisah.

Bahwa dari kesaksian saksi-saksi, baik saksi penggugat maupun tergugat

menyatakan anak-anak perempuan pewarislah yang banyak merawat, menemani

Page 69: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

58

berkomunikasi, mengurusi kepentingan-kepentingan, termasuk membayar biaya-

biaya perawatan pewaris dan fakta kejadian tersebut sama sekali tidak dapat

diabaikan begitu saja, karena perintah berbuat baik dan wajar kepada orang tua juga

merupakan perintah al-Qur‟an. Prestasi-prestasi tersebut adalah merupakan hutang

jasa pewaris terhadap sebagian ahli warisnya dan adalah patut apabila dihargai

dengan pembagian harta peninggalan pewaris.

Bahwa penggugat juga mengajukan bukti P-6 berupa pembayaran hutang

pewaris oleh penggugat I, tetapi surat bukti seperti itu bersifat multitafsir, yakni bisa

saja penggugat memang benar membayar hutang pewaris tetapi didahului oleh tawar

menawar prestasi, atau justru uang yang dipergunakan membayar adalah uang

pewaris sendiri sedang penggugat hanya sebagai perantara, juga bisa terjadi adanya

kaitan yang erat antara pelunasan hutang pewaris tersebut dengan surat-surat objek

sengketa oleh penggugat.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, dengan tetap memperhatikan

nas ayat al-Qur‟an dan ketentuan Kompilasi Hukum Islam, majelis hakim – atas dasar

fakta kejadian perkara – menetukan, bahwa pembagian objek sengketa harta

peninggalan pewaris kepada ahli warisnya adalah sama antara laki-laki dengan anak

perempuan, yakni masing-masing anak memperoleh 1/9 (sepersembilan) dari harta

peninggalan pewaris.

Page 70: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

59

Oleh karena itu maka gugatan penggugat dapat dikabulkan sebagian dan

tuntutan penggugat dalam gugatan yang menuntut pembagian perolehan almarhum

anak kedua pewaris kepada istri dan anak-anaknya dipandang sebagai perkara

voluntair dan seharusnya diajukan dalam perkara tersendiri, lagi pula untuk anak-

anak dari perkawinan almarhumah anak kedua pewaris dan istrinya telah dinyatakan

sebagai ahli waris pengganti.

Di dalam perkara ini tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang, maka

biaya perkara ditanggung bersama oleh penggugat dan tergugat-tergugat masing-

masing untuk separohnya.

Mengingat kaidah ushul fiqh:

ة ال و ح ال و ة ن ك م ال و ة ن م ز ال ي غ ت ب ام ك ح ال ر ي غ ت ر ك ن ل Artinya: “Tidak dapat diingkari terjadinya perubahan hukum karena perubahan

waktu, tempat dan kondisi tertentu.”

Mengingat kaidah ushul fiqh:

ام د ع و ا أ د و ج و ة ل الع ع م ر و د م ك ال Artinya: “Penerapan hukum (harus) memperhatikan ada atau tidaknya illat hukum.”

Mengingat Pasal 173 Kompilasi Hukum Islam dan memperhatikan segala

ketentuan hukum syarak dan peraturan perundang-undangan lainnya yang

bersangkutan dengan perkara ini.

D. Putusan Majelis Hakim

Page 71: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

60

Majelis Hakim Pengadilan Agama Medan menjatuhkan putusan terhadap

perkara ini, sebagaimana tersebut dengan amar berbunyi di bawah ini:

1. Menetapkan ahli waris yang berhak atas harta peninggalan pewaris yakni

delapan anak dari pewaris diluar almarhum anak kedua dan kedelapan pewaris

beserta pembagiannya yang masing-masing memperoleh 1/9 (sepersembilan)

bagian dari harta peninggalan pewaris.

2. Menyatakan bahwa anak-anak dari perkawinan almarhum anak kedua pewaris

dengan istrinya adalah ahli waris pengganti dengan memperoleh 1/9 bagian

yaitu bagian almarhum anak kedua pewaris tersebut. Untuk lebih menjelaskan

lagi, lihat gambar bagan ahli waris di bawah ini.

3. Menyatakan objek sengketa berupa: Sebidang tanah seluas 255 m2 berikut

bangunan rumah semi permanen yang berdiri di atasnya berukuran ± 8,5 meter

x 20 meter beratap seng, lantai semen, setempat dikenal terletak di Jalan Sei

Deli No. 119 A, Kelurahan Silalas, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan

Page 72: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

61

adalah harta peninggalan almarhum pewaris yang harus dibagi kepada para ahli

warisnya dengan pembagian sebagaimana yang telah disebutkan.

4. Menghukum Penggugat dan para Tergugat untuk membagi harta peninggalan

almarhum pewaris secara riil dam apabila tidak dapat dilakukan secaara riil,

maka dilakukan dengan cara penjualan lelang dan hasilnya dibagi kepada ahli

warisnya sesuai dengan bagian/porsi masing-masing ahli waris.

E. Analisis Penulis

1. Porsi Bagian Anak Laki-Laki dan Anak Perempuan

Dalam pertimbangan majelis hakim menyebutkan porsi dua bagian untuk anak

laki-laki adalah porsi maksimal yang dapat dikurangi, sedang porsi satu bagian untuk

anak perempuan adalah porsi minimal yang sewaktu-waktu apabila persyaratan

menghendaki dapat meningkat sama dengan porsi perolehan anak laki-laki.

Pertimbangan majelis hakim ini selaras dengan implikasi teori batas atau teori hudȗd

yang disampaikan oleh Muhammad Syahrur terhadap surat al-Nisa‟, ayat 11. Yang

menyatakan bahwa batas minimal bagian anak kelompok wanita sebesar 33,33% atau

satu bagian dan batas maksimal bagian kelompok anak laki-laki memperoleh dua kali

lipat bagian wanita 66,66% atau dua bagian kelompok wanita.2

Menurut ijtihad majelis hakim, pembagian harta warisan baik dalam ayat al-

Qur‟an maupun Kompilasi Hukum Islam bukanlah sebuah harga mati dari suatu

ketentuan yang sama sekali tidak dapat berubah lagi, terutama ketika

2 Muhammad Syahrur, Metodologi Fikih Kontemporer, Penerjemah Sahiron Syamsuddin,

(Yogyakarta: Elsaq Press, 2004), h.341-342.

Page 73: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

62

permasalahannya terkait dengan rasa keadilan para ahli waris, dan rasa keadilan itu

sendiri merupakan suatu illat hukum (penyebab yang dapat mengakibatkan tejadinya

perubahan hukum). Dengan menggarisbawahi pertimbangan majelis hakim di atas,

penulis berpendapat bahwa hakim beranggapan ayat kewarisan tentang porsi waris

dua berbanding satu dapat disimpulkan bahwa ketentuan tersebut adalah zanniy

karena hakim menyatakan aturan tersebut bukan harga mati dengan adanya suatu illat

hukum. Dan jika ayat tersebut merupakan qat’iy seharusnya hakim tidak melakukan

ijtihad terhadap masalah tersebut, karena para ulama ushul bersepakat bahwa ruang

lingkup ijtihad hanya pada ayat-ayat yang bersifat zanniy.3 Hal ini juga bertentangan

dengan pendapat Abdul Wahhab Khallaf tentang ayat qat’iy yang tidak membutuhkan

interpretasi atau menutup kemungkinan ada makna lain selain dari yang disebutkan

oleh nas tersebut.4 Pertimbangan majelis hakim ini mengingatkan pendapat Masdar

Farid Mas‟udi, sebagaimana yang dikutip oleh Ali Rifuan, tentang ayat yang masuk

ke dalam kategori zanniy, yang menerangkan bahwa suatu nushush yang berbicara

tentang wasilah yakni prosedur, tentang aturan-aturan teknis instrumental yang

dimaksudkan untuk mencapai cita kemashlahatan universal yang berbasis tujuan

syariah.5

Berbicara juga tentang ijtihad yang dilakukan oleh majelis hakim, menurut

penulis ijtihad yang dilakukan oleh majelis hakim merupakan gabungan ijtihad

3 Ali Rifuan, “Konsep Qat’i dan Zanniy dan Sikap Keberagaman Masyarakat”, dalam Jaenal

Aripin, ed., Filasafat Hukum Islam Dalam Dua Pertanyaan, (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h.35. 4 Abdul Wahhab Khallaf, „Ilmu Usȗl al-Fiqh, (Jakarta: Pustaka Amani, 2003), h.36-37 5 Ali Rifuan, “Konsep Qat’i dan Zanniy dan Sikap Keberagaman Masyarakat”, dalam Jaenal

Aripin, ed., Filasafat Hukum Islam Dalam Dua Pertanyaan, h.32.

Page 74: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

63

istinbȃtiy dengan ijtihad tatbȋqiy. Apabila seorang mujtahid berhadapan dengan

nushush al- syariah dalam meneliti dan menyimpulkan ide hukum yang terkandung

dalam nushush, maka ijtihad yang dilakukannya disebut ijtihad istinbatiy. Apabila

seorang mujtahid telah menemukan ide atau substansi hukum, untuk menerapkannya

pada suatu yang kongkret, diperlukan pula satu bentuk ijtihad yang disebut ijtihad

tatbȋqiy. Dan dalam hal ini seorang mujtahid harus memiliki pemahaman yang

mendalam tentang maqȃsid al-syari’ah, sehingga dengan tepat ia menentukan ide

hukum yang telah dihasilkannya akan mencapai tujuan-tujuan syar‟i atau tidak.

Ijtihad inilah yang diperlukan dalam menghadapi berbagai berubahan sosial.6

Model ijtihad ini dapat kita lihat dalam pertimbangan hakim yang paling

pertama melihat nushush syariah yakni teks al-Qur‟an dari surat al-Nisa‟, ayat 11,

kemudian menyimpulkan ide hukum yang terkandung dalam ayat tersebut dan dalam

penerapannya pada sesuatu kasus yang konkret dengan mempertimbangkan maqȃsid

al-syarȋ’ah sehingga jiwa putusan yang ditetapkan oleh hakim akan mencapai tujuan-

tujuan syar‟i, yang dalam pertimbangan hakim mempertimbangkan jasa dari tergugat

I dalam merawat pewaris dari masa hidupnya ketika pewaris sakit sampai pewaris

meninggal dunia dan tentunya dilengkapi dengan keterangan-keterangan saksi yang

diajukan oleh para pihak. Maka dari itu majelis hakim memutuskan bagian bagi ahli

waris laki-laki dan perempuan adalah sama rata atau satu berbanding satu.

6 Ijtihad ini merupakan pendapat Imam al-Syathibi, yang dikutip oleh Ali Rifuan, yang

menbagi ijtihad berdasarkan segi kajian objeknya. Lebih lanjut lihat Ali Rifuan, “Konsep Qat’i dan

Zanniy dan Sikap Keberagaman Masyarakat”, dalam Jaenal Aripin, ed., Filasafat Hukum Islam Dalam

Dua Pertanyaan, h.38.

Page 75: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

64

2. Ahli Waris Pengganti

Pada pertimbangan majelis hakim dengan berdasarkan ketentuan Pasal 185

Kompilasi Hukum Islam, anak-anak dari pasangan suami istri almarhum anak kedua

pewaris dengan istrinya menjadi ahli waris pewaris dalam kedudukannya sebagai ahli

waris pengganti almarhum anak kedua pewaris. Menurut penulis majelis hakim

kurang tepat dalam penerapan hukum terkait penetapan bahwa anak-anak dari

pasangan suami istri almarhum anak kedua pewaris dengan istrinya sebagai ahli

waris. Menurut penulis masalah pembagian waris tersebut bukanlah ahli waris

pengganti7 tetapi lebih tepatnya dikenakan masalah munȃsakhah

8. Kembali melihat

kronologi hukum yang menyebutkan bahwa pewaris meninggal pada tanggal 29 April

2005 sedangkan almarhum anak kedua pewaris meninggal pada tanggal 15 Juni 2005.

Waktu kematian pewaris dan almarhum anak kedua pewaris ini tidak sesuai dengan

ketentuan ahli waris pengganti dalam Kompilasi Hukum Islam disebutkan dalam

pasal 185 bahwa ahli waris yang meninggal lebih dahulu dari pada pewaris,

kedudukannya dapat digantikan oleh anaknya dengan catatan bahwa bagian ahli waris

pengganti tidak boleh melebihi bagian ahli waris yang sederajat dengan yang diganti.9

Sedangkan munȃsakhah menurut Ibnu Umar al-Baqry sebagaimana dikutip oleh

Fatchur Rahman ialah kematian seseorang sampai seseorang atau beberapa orang

7 Di Indonesia masalah ahli waris pengganti merupakan penyelesaian masalah tentang bagian

cucu yatim dan diatur dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 185. Di Mesir, masalah cucu yatim

diselesaikan dengan aturan wasiat wajibah. Lebih lanjut lihat Moh. Ja‟far, Polemik Hukum Waris,

(Jakarta: Kencana Mas, 2007), h.137-138. 8 Berasal dari kata kerja ناسخ –ناسخ yang berarti menggantikan. Lihat Ahmad Warson

Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, (Yogyakarta:Pustaka Progressif, 2002), h.1412 9 Kompilasi Hukum Islam: Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 1991, (Jakarta: Direktorat

Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam Departemen Agama RI, 2001), h.86.

Page 76: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

65

yang mewarisinya menyusul meninggal dunia sebelum harta peninggalan

dibagikan.10

Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa unsur-unsur munasakhah

adalah sebagai berikut:

1. Harta pusaka pewaris belum dibagi-bagikan kepada para ahli waris menurut

ketentuan pembagian harta pusaka.

2. Adanya kematian dari seorang atau beberapa orang ahli warisnya setelah

pewaris meninggal.

3. Adanya pemindahan bagian harta pusaka dari orang yang mati kemudian

kepada ahli waris yang lain atau kepada ahli waris yang semula belum menjadi

ahli waris terhadap orang yang mati pertama-tama.

4. Pemindahan bagian ahli waris yang telah mati kepada ahli waris harus dengan

jalan waris mewarisi.11

Maka dari itu munȃsakhah lebih tepat dari pada ahli waris pengganti untuk

permasalahan tersebut dan ketika munȃsakhah diterapkan, bukan hanya anak dari

almarhum anak kedua pewaris yang mendapatkan bagian waris akan tetapi istri dari

almarhum juga mendapatkan bagian harta peninggalan. Maka dari itu, ahli waris dari

almarhum anak ke-2 pewaris adalah istri dan keempat anaknya dan mendapat 1/9

bagian yaitu bagian almarhum anak kedua pewaris tersebut.

10 Fatchur Rahman, Ilmu Waris, (Bandung: al-Ma‟arif, 1981), h.460 11 Fatchur Rahman, Ilmu Waris, h.460-461.

Page 77: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

66

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan beberapa poin, diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Dalam putusan Pengadilan Agama Medan No. 92/Pdt.G/2009 Pa Mdn membagi

bagian hak waris ahli waris laki-laki dan perempuan yaitu kesemuanya adalah

anak dari pewaris adalah masing-masing 1/9 bagian dari harta warisan yang

ditinggalkan (porsi perbandingan bagian anak laki dan perempuan satu

berbading satu (1:1)).

2. Pertimbangan majelis hakim atas putusannya tersebut adalah majelis hakim

tetap menentukan asas pembagian harta peninggalan antara laki-laki dengan

perempuan adalah dua berbanding satu sesuai dengan surat al-Nisa’, ayat 11

dan Pasal 176 KHI, akan tetapi ketentuan terebut bukan sebuah harga mati

karena fakta kejadian menghendaki maka porsi dua bagian laki-laki dan porsi

satu bagian perempuan sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan perubahan

illat hukum. Dari kesaksian saksi-saksi, baik saksi penggugat maupun tergugat

menyatakan anak-anak perempuan pewarislah yang banyak merawat,

menemani berkomunikasi, mengurusi kepentingan-kepentingan, termasuk

membayar biaya-biaya perawatan pewaris dan fakta kejadian tersebut sama

sekali tidak dapat diabaikan begitu saja, karena perintah berbuat baik dan wajar

Page 78: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

67

kepada orang tua juga merupakan perintah al-Qur’an. Prestasi-prestasi tersebut

adalah merupakan hutang jasa pewaris terhadap sebagian ahli warisnya dan

adalah patut apabila dihargai dengan pembagian harta peninggalan pewaris. Hal

ini majelis hakim mengaitkan dengan surat al-Nahl, ayat 97 yang memberikan

sesuatu gambaran tentang persamaan antara laki-laki dan perempuan, adapun

perbedaannya terletak antara lain pada prestasi atau pengabdian, yang dalam hal

ini ialah pengabdian ahli waris terhadap pewaris semasa hidupnya.

Maka dari itu, majelis hakim berpendapat adalah dipandang tidak

memenuhi rasa keadilan apabila ketentuan normatif pembagian waris

sebagaimana tersebut dalam al-Qur’an langsung diterapkan untuk semua

keadaan tanpa memperhatikan fakta kejadian perkara, antara lain sejauh mana

bakti ahli waris terhadap pewaris semasa hidupnya

B. Saran

1. Untuk Hakim Pengadilan Agama agar mempertimbangkan fakta-fakta hukum

di saat pemeriksaan suatu perkara kewarisan apalagi yang menyangkut

tentang keadilan untuk para pihaknya.

2. Dengan banyaknya konsentrasi keilmuan di zaman ini, semoga civitas

akademika Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

lebih mengkaji kembali masalah tentang porsi hak waris dua berbanding satu

kepada ahli waris laki-laki dam perempuan.

Page 79: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

68

DAFTAR PUSTAKA

Abta, Asyhari dan Djunaidi Abd. Syakur. Ilmu Waris Al-Farȃid. Surabaya: Pustaka

Hikmah Perdana, 2005.

Ali al-Sabouni, Muhammad. al-Mawȃrits fi al-Syarȋ’ah al-Islȃmiyyah. Penerjemah

Hamdan Rasyid. Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2005.

Arfa, Faisar Ananda dan Muhammad Syahrial, “Hermeunatika Muhammad Syahrur

dan implikasinya terhadap Istinbȃt al-Ahkȃm dalam Persoalan Wanita, Ahkam

XIII, no. 1 (Januari 2013).

Atho Mudzhar, Muhammad. “Letak Gagasan Reaktualisasi Hukum Islam Munawir

Sjadzali di Dunia Islam, dalam Muhamad Wahyuni Nafis, ed.,

Kontekstualisasi Ajaran Islam:70 Tahun Prof. Dr. H. Munawir Sjadzali, MA.

Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1995.

al-Bukhari, Abu Abdullah Ismail ibn Muhammad, Ensiklopedia Hadits 2: Shahȋh al-

Bukhȃri 2. Penerjemah Subhan Abdullah, dkk. Jakarta: Almahira, 2012.

Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Hosen, Ibrahim. “Beberapa Catatan Tentang Reaktualisasi Hukum Islam, dalam

Muhamad Wahyuni Nafis, ed. Kontekstualisasi Ajaran Islam:70 Tahun Prof.

Dr. H. Munawir Sjadzali, MA. Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1995.

__________. Kompilasi Hukum Islam: Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 1991.

Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam Departemen

Agama RI, 2001.

Ja‟far, Mohammad. Polemik Hukum Waris. Jakarta: Kencana Mas, 2007.

Khallaf, Abdul Wahhab. „Ilmu Usȗl al-Fiqh. Jakarta: Pustaka Amani, 2003.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2008.

Maskufa,”Kewarisan Laki-Laki dan Perempuan: Perspektif Fiqih, KHI dan Praktek di

Pengadilan Serta di Masyarakat.” dalam Makalah Workshop Penyusunan

Naskah Akademik Undang-Undang Hukum Terapan Peradilan Agama Bidang

Kewarisan, Hotel Horison Bekasi, 12-13 Juli 2011.

Page 80: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

69

Moloeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2012.

Muhibbin, Mohammad dan Abdul Wahid. Hukum Kewarisan Islam: Sebagai

Pembaruan Hukum Positif di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia.

Yogyakarta:Pustaka Progressif, 2002.

Rahman, Fatchur. Ilmu Waris. Bandung: al-Ma‟arif, 1981.

Rifuan, Ali. “Konsep Qat’i dan Zanniy dan Sikap Keberagaman Masyarakat”, dalam

Jaenal Aripin, ed. Filasafat Hukum Islam Dalam Dua Pertanyaan. Jakarta:

Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

2008.

al-Sabouni, Muhammad Ali. al-Mawȃrits fi al-Syarȋ’ah al-Islȃmiyyah. Penerjemah

Hamdan Rasyid. Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2005.

Salim, Arskal, dkk. Demi Keadilan dan Kesetaraan: Dokumentasi Program

Sensitivitas Jender Hakim Agama di Indonesia. Jakarta: PUSKUMHAM UIN

Jakarta, 2009.

Sarmadi, Sukris. Transendensi Keadilan Hukum Waris Islam Transformatif. Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 1997.

al-Shiddieqy, Hasbi. Fiqhul Mawaris: Hukum-Hukum Warisan dalam Syari’at Islam.

Jakarta: Bulan Bintang, 1973.

Shihab, Quraish. Membumikan al-Qur’ȃn: Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Mizan, 2007.

__________. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran. Vol. II.

Jakarta: Lentera Hati, 2002.

al-Sijistani, Abu Dawud al-Asy‟ats al-Azdi ibn Sulaiman, Ensiklopedian Hadits 5:

Sunan Abu Dawud, Penerjemah Muhammad Ghazali, dkk. Jakarta:Almahira,

2013.

Sjadzali, Munawir. “Dari Lembah Kemiskinan, dalam Muhamad Wahyuni Nafis, ed.

Kontekstualisasi Ajaran Islam:70 Tahun Prof. Dr. H. Munawir Sjadzali, MA.

Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1995.

Page 81: PEMBAGIAN HAK WARIS 1:1 BAGI AHLI WARIS LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30485/1/MUHAMAD... · Daftar puskata : Tahun 1973 s.d Tahun 2013 . vi KATA

70

Sopyan, Yayan. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: t.p., 2010.

Suma, Muhammad Amin. Keadilan Hukum Waris Islam:Dalam Pendekatan Teks dan

Konteks. Jakarta: Rajawali Pers,2013.

__________. “Menakar Keadilan Hukum Warisan Islam Melalui Pendekatan Teks

dan Konteks al-Nusȗs. Ahkam XII, no. 1 (Juli 2012).

al-Suyuti, Jalaludin. Asbabu al- Nuzul: Sebab Turunnya Ayat al-Qur’ȃn. Penerjemah

Abdul Hayyie, dkk. Jakarta:Gema Insani, 2008.

Syahrur, Muhammad. Metodologi Fikih Kontemporer. Penerjemah Sahiron

Syamsuddin. Yogyakarta: Elsaq Press, 2004.

al-Syanqiti. Tafsir Adwa al-Bayan. Penerjemah Fathurazi. Jilid 1. Jakarta: Pustaka

Azzam, 2006.

Syarifuddin, Amir. Hukum Kewarisan Islam. Jakarta: Prenada Media Grup,2004.

al-Syatsuriy, Nasir ibn Sa‟ad. al-Qat’u wa al-Zannu ‘Inda al-Usȗliyyȋn. Riyȃd: Dȃr

al-Habȋb, 1997.

al-Tabari, Abu Ja‟far Jarir ibn Muhammad, Tafsir al-Tabari. Penerjemah Akhmad

Affandi. Jilid 6. Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.

al-Tirmidzi, Abu Isa Isa ibn Muhammad, Ensiklopedia Hadits 6: Jami’ al-Tirmidzi,

Penerjemah Idris, dkk. Jakarta:Almahira, 2012.