PEMATUHAN DAN PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN …...Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna...
Transcript of PEMATUHAN DAN PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN …...Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PEMATUHAN DAN PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNANSERTA IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM TALK SHOW
“APA KABAR INDONESIA MALAM” DI TV ONE:Suatu Tinjauan Pragmatik
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratanguna Melengkapi Gelar Sarjana Jurusan Sastra Indonesia
Fakultas Sastra dan Seni RupaUniversitas Sebelas Maret
Disusun OlehMARINA CATUR NOPITA WATI
C0207004
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : MARINA CATUR NOPITA WATINIM : C0207004
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Pematuhan danPelanggaran Prinsip Kesantunan serta Implikatur Percakapan dalam Talk Show“Apa Kabar Indonesia Malam” di TV One: Suatu Tinjauan Pragmatik adalahbetul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) danditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar maka saya bersediamenerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperolehdari skripsi tersebut.
Surakarta, Januari 2012
Yang membuat pernyataan,
Marina Catur Nopita Wati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Hidup adalah kegelapan jika tanpa hasrat dan keinginan.Dan semua hasrat keinginan adalah buta, jika tidak disertai pengetahuan.
Dan pengetahuan adalah hampa jika tidak diikuti pelajaran.Dan setiap pelajaran akan sia-sia jika tidak disertai cinta
(Khalil Gibran)
Orang terkuat bukan mereka yang selalumenang melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh.
(Khalil Gibran)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada: Ayah dan Ibu tercinta Kakak-kakak dan keponakanku tersayang Semua yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt., sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Pematuhan dan Pelanggaran Prinsip
Kesantunan serta Implikatur Percakapan dalam Talk Show “Apa Kabar
Indonesia Malam” di TV One: Suatu Tinjauan Pragmatik. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret, yang telah berkenan memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra
dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan izin serta
kemudahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
3. Dra. Chattri S. Widyastuti, M. Hum., selaku pembimbing skripsi yang
senantiasa memberikan bimbingan serta pengarahan kepada penulis dengan
penuh kesabaran.
4. Miftah Nugroho, S.S., M. Hum., selaku penelaah proposal skripsi yang dengan
sabar memberi masukan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi.
5. Drs. Henry Yustanto, M.A., selaku pembimbing akademik yang senantiasa
memberi pengarahan dan bimbingan dalam proses belajar
6. Seluruh dosen di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
7. Bapakku Supardi, B.A. dan Ibuku Suwarni yang telah merawat dan
membesarkan, serta mendidik penulis dengan penuh kasih sayang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
8. Kakak-kakak penulis: Alm. Hari Purwanto, Titik Harjanti S. Kep., Agung
Budi Santoso, dan kakak ipar penulis Suharni, serta keponakan penulis Ghinaa
Kaamalia Amandha dan Rofiqi Fadhil Hafidsyah yang telah memberikan
semangat, kasih sayang dan keceriaan kepada penulis.
9. Sahabat Nthungs: Marilda Ali Damru, Arvita Kusumardani, Panca Ratna Sari,
Eri Dwi Astuti, Vitalia Rakhman. Terima kasih atas perhatian dan
kebersamaan yang telah diberikan kepada penulis.
10. Teman-teman Sastra Indonesia UNS angkatan 2007. Aril, Arvita, Panca, Eri,
Vitalia, Yenny, Diana Dwi S, Unun, Alfiatun, Ukhti, Tri H, Fitria, Safitri,
Puspita, Imas, Ummi N, Wilda, Betty, Esti, Putri, Arif, Ikhsan, Hari S., Wibi,
Anggara, Rahmat, Fajar, Hari, Arif S., dll. Terima kasih atas kebersamaannya
selama ini di Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret.
11. Sahabat-sahabatku: Wulan Sari, Ika Susanti, Indah Purwaningsih, Prih
Ariningrum, Lisa Yayi Sari. Terima kasih atas kepedulian dan kasih sayang
yang diberikan kepada penulis.
12. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Januari 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………...… i
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………... iii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................… iv
LEMBAR MOTTO ……………………………………………………... v
LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................... vi
KATA PENGANTAR …………………………………………………... vii
DAFTAR ISI ..........................................................................................… ix
DAFTAR TABEL………………………………………………………... xii
DAFTAR SINGKATAN………………………………………………… xiii
DAFTAR AKRONIM……………………………………………............. xiv
ABSTRAK .................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………… ...… 1
B. Pembatasan Masalah ……………………………………… 7
C. Rumusan Masalah ………………………………………… 8
D. Tujuan Penelitian ………………………………………. … 8
E. Manfaat Penelitian ………………………………………... 9
F. Sistematika Penulisan …………………………………….. 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Studi Terdahulu………………………………… 11
B. Landasan Teori…………………………………………….. 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
1. Definisi Pragmatik…………………………………… 14
2. Situasi Tutur…………………………………………. 16
3. Tindak Tutu..………………………………………… 18
4. Tindak Tutur Langsung dan Tidak Tutur Tidak Langsung 23
5. Tindak Tutur Literal dan Tidak Tutur Tidak Literal…. 25
6. Prinsip Kesantunan…………………………………… 26
7. Skala Kesantunan…………………………………..... 32
8. Implikatur…………………………………………….. 37
9. Talk Show……………………………………………. 41
C. Kerangka Pikir ..............................................................…… 42
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian…………………………………………… 44
B. Sumber Data dan Data …………………………………… 45
C. Teknik Pengumpulan Data………………………………... 45
D. Teknik Klasifikasi Data …………...................................... 47
E. Teknik Analisis Data……………………………………… 49
F. Teknik Penyajian Analisis Data 50
BAB IV ANALISIS
A. Pematuhan Prinsip Kesantunan dalam Talk Show AKIM
1. Pematuhan Maksim Kearifan …………………….…… 52
2. Pematuhan Maksim Kedermawanan……………….….. 55
3. Pematuhan Maksim Pujian …………………………… 57
4. Pematuhan Maksim Kerendahan Hati………………… 60
5. Pematuhan Maksim Kesepakatan …………………….. 62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
6. Pematuhan Maksim Simpati ………………………….. 64
B. Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam Talk Show AKIM
1. Pelanggaran Maksim Kearifan ………………………… 68
2. Pelanggaran Maksim Kedermawanan ………………… 71
3. Pelanggaran Maksim Pujian……………………………. 75
4. Pelanggaran Maksim Kerendahan Hati………………… 77
5. Pelanggaran Maksim Kesepakatan……………………… 80
6. Pelanggaran Maksim Simpati…………………………… 83
C. Implikatur Percakapan dalam Talk Show AKIM
1. Implikatur ‘meminta’……………………………………. 86
2. Implikatur ‘menghina’………………………………….. 87
3. Implikatur ‘sindiran’……………………………………. 89
4. Implikatur ‘ketidakpercayaan’…………………………. 91
5. Implikatur ‘menyuruh’…………………………………. 93
6. Implikatur ‘tidak setuju’……………………………….. 94
7. Implikatur ‘kecewa’…………………………………..... 95
8. Implikatur ‘keraguan’………………………………….. 98
BAB V PENUTUP
A. Simpulan........................................................................ …. 101
B. Saran .............................................................................. …. 103
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................… 104
LAMPIRAN DATA ................................................................................ 106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pematuhan prinsip kesantunan dalam talk show AKIM 67
Tabel 2 Pelanggaran prinsip kesantunan dalam talk show AKIM 85
Tabel 3 Implikatur percakapan dalam talk show AKIM 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR SINGKATAN
AKIM : Apa Kabar Indonesia Malam
ANTV : Andalas Televisi
BBM : Black Berry Masangger
DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
GBK : Gelora Bung Karno
HAM : Hak Asasi Manusia
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
KPK : Komisi Pemberantasan Korupsi
MU : Manchester Unieted
MUI : Majelis Ulama Indonesia
Nas. : Nasional
OVJ : Opera Van Java
PAN : Partai Amanat Nasional
PDI-P : Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan
PNS : Pegawai Negeri Sipil
PSSI : Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia
SBY : Susilo Bambang Yudhoyono
Swt. : subhanahu wa taala
U-23 : Under-23
U-I9 : Under-19
YME : Yang Maha Esa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR AKRONIM
Bapepam : Badan Pengawas Pasar Modal
Inpres : Instruksi Presiden
Kamtibmas : Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
Kapolri : Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Keppres : Keputusan Presiden
Mabes : Markas Besar
Menkopolhukam : Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan
Orba : Orde Baru
Orla : Orde Lama
Panja : Panitia Kerja
Pansus : Panitia Khusus
Polri : Kepolisian Negara Republik Indonesia
Raker : Rapat Kerja
Satgas : Satuan Tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRAK
MARINA CATUR NOPITA WATI. C0207004. 2012. Pematuhan danPelanggaran Prinsip Kesantunan serta Implikatur Percakapan dalam Talk Show“Apa Kabar Indonesia Malam” di TV One: Suatu Tinjauan Pragmatik. Skripsi:Jurusan Sastra Indonesia. Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Universitas SebelasMaret Surakarta.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimanawujud pematuhan prinsip kesantunan yang terdapat dalam talk show Apa KabarIndonesia Malam di TV One? (2) Bagaimana wujud pelanggaran prinsipkesantunan yang terdapat dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TVOne?, (3) Bagaimana wujud implikatur percakapan yang terdapat dalam talk showApa Kabar Indonesia Malam di TV One?
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan wujud pematuhanprinsip kesantunan yang terdapat dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam diTV One, (2) Mendeskripsikan wujud pelanggaran prinsip kesantunan yangterdapat dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One, (3)Mendeskripsikan wujud implikatur percakapan yang terdapat dalam talk showApa Kabar Indonesia Malam di TV One.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.Sumber data penelitian ini adalah stasiun televisi TV One yang menayangkantayangan talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One. Data dalampenelitian ini adalah tuturan yang mengandung prinsip kesantunan dan implikaturpercakapan beserta konteks yang terdapat dalam talk show Apa Kabar IndonesiaMalam di TV One pada bulan Januari dan Februari 2011. Teknik pengumpulandata yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik bebas libat cakap, teknikrekam, dan teknik catat. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakanteknik analisis heuristik dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Teknikpenyajian hasil analisis data dalam penelitian ini menggunakan penyajian informaldan formal yaitu berupa kata-kata dan berupa lambang, tanda yang menjelaskanhasil dari analisis data dalam penelitian ini.
Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa terdapat pematuhan danpelanggaran terhadap prinsip kesantunan. Pematuhan tersebut meliputi keenammaksimnya yaitu maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian,maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Pelangaranprinsip kesantunan meliputi keenam maksimnya, yaitu maksim kearifan, maksimkedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan,dan maksim simpati. Terdapat pula implikatur percakapan yang meliputiimplikatur meminta, menghina, sindiran, ketidakpercayaan, menyuruh, tidaksetuju, kecewa, dan keraguan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:88) dinyatakan bahwa
bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota
suatu masyarakat untuk berkerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.
Bahasa merupakan percakapan atau perkataan yang baik dan sopan santun. Pada
dasarnya bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Semakin pentingnya komunikasi mendorong manusia untuk menciptakan
media-media baru. Media-media baru yang diciptakan oleh manusia dalam bentuk
media cetak dan media elektronik. Media komunikasi yang termasuk media cetak
misalnya surat kabar, majalah, tabloid, dan buku, sedangkan media elektronik
misalnya radio, televisi, dan internet. Media cetak dan media elektronik
merupakan sarana komunikasi yang tidak langsung antara penutur dan mitra tutur.
Media komunikasi tersebut diciptakan untuk mempermudah proses komunikasi.
Televisi merupakan salah satu bagian dari media elektronik yang ditujukan
kepada masyarakat umum dan pesan-pesan yang disebarkan mengenai
kepentingan umum (Onong Uchjana Efendy, 2006:23). Hal ini karena televisi
merupakan salah satu media elektronik yang paling efisien untuk menyebar
luaskan berita. Dengan media televisi masyarakat mampu melihat dan mendengar
apa yang sedang diperbincangkan, karena televisi merupakan salah satu media
audio-visual yaitu menampilkan bentuk gambar yang hidup dan suara yang jelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Stasiun TV One merupakan salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia.
Stasiun TV One (sebelumnya bernama Lativi) didirikan pada tanggal 9 Agustus
2002 oleh pengusaha Abdul Latief. Pada saat itu, konsep penyusunan acaranya
banyak menonjolkan masalah yang berbau klenik, erotisme, berita kriminalitas
dan beberapa hiburan ringan lainnya. (http://id.wikipedia.org/wiki/TvOne diakses
tanggal 18 Februari 2011 pukul 14.00)
Lativi merupakan salah satu televisi yang hadir untuk menghibur
masyarakat dengan program hiburan maupun informasi yang faktual dan aktual.
Susunan acara Lativi sebanyak 60% hiburan, 20% berita, dan 20% info komersial
(http://indonesianjournalist.multiply.com/journal/item diakses tanggal 14 Februari
2012 pukul 20.00).
Pada tanggal 14 Februari 2008, Lativi secara resmi berganti nama menjadi
TV One. Komposisi acara yang dihadirkan oleh TV One yaitu 70% berita dan
sisanya gabungan untuk program olahraga dan hiburan.
(http://id.wikipedia.org/wiki/TvOne diakses tanggal 18 Februari 2011 pukul
14.00).
Stasiun TV One yang mempunyai slogan “Terdepan Mengabarkan”
menjadi simbol bahwa TV One merupakan salah satu televisi swasta yang lebih
mengedepankan acara berita. Acara berita tersebut dapat bermanfaat, serta
menambah ilmu pengetahuan bagi masyarakat luas karena selalu memberikan
informasi yang cepat, tajam dan akurat.
Selain slogan TV One “Terdepan Mengabarkan”, logo TV One yang
berbentuk lingkaran dengan angka 1 di dalamnya, dengan latar belakang bola
dunia serta berwarna merah dan putih juga mempunyai arti. Warna merah dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
putih melambangkan Indonesia. Lingkaran dengan angka 1 di dalamnya
merupakan simbol persatuan. Penggunaan kalimat berbahasa Inggris One
menunjukkan kesiapan TV One dalam kancah pertelevisian global, sehingga
mudah dipahami oleh mitra kerja TV One yang berada di luar negeri serta
mencerminkan optimisme kebangsaan, sebagai bangsa Indonesia yang ingin maju
(http://id.pbk.wikia.com/wiki/TvOne diakses tanggal 28 April 2011 pukul 16.45).
Apa Kabar Indonesia Malam (disingkat menjadi AKIM) merupakan salah
satu acara talk show di TV One. AKIM adalah salah satu program talk show yang
menyajikan kabar-kabar terbaru yang sedang menjadi perbincangan terhangat di
kalangan masyarakat umum mulai dari ekonomi, sosial, politik, kebudayaan dan
olahraga. Acara ini menjadi lebih menarik karena selalu menghadirkan
narasumber. Narasumber yang dihadirkan akan disesuaikan dengan topik yang
sedang diperbincangkan dan publik akan mengetahui pernyataan atau opini dari
narasumber. Dengan berbagai opini, baik positif maupun negatif diharapkan dapat
membangun pemikiran yang positif bagi masyarakat luas yang menyaksikan acara
talk show ini.
Dalam AKIM terdapat tuturan-tuturan yang merupakan bentuk
komunikasi antara pembawa acara dengan narasumber. Tayangan yang
merupakan tuturan opini ini menggunakan skenario yang dikembangkan dengan
tuturan-tuturan yang spontan dan terkadang menghasilkan suatu kelucuan. Hal ini
ada sisi positif dan sisi negatif. Sisi positifnya adalah talk show yang bermutu
dapat menggiring opini publik pada suatu hal yang baik, sedangkan jika acara talk
show banyak menghadirkan hal-hal yang tidak baik, pasti membuat sifat bangsa
ini menjadi tidak cerdas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Talk Show AKIM dibagi menjadi 2 segmen. Segmen pertama pembacaan
berita dan segmen kedua yaitu dialog atau perbincangan antara pembawa acara
dengan narasumber. Oleh karena itu, penulis membatasi objek penelitian pada
dialog atau perbincangan yang terjadi antara pembawa acara dengan narasumber
yang dihadirkan.
Alasan penulis tertarik menjadikan talk show AKIM sebagai objek
penelitian karena acara ini memiliki karakteristik tersendiri yang menjadikan
acara ini berbeda dengan acara yang lain. Dalam talk show AKIM penggunaan
bahasa atau tuturan yang disampaikan oleh pembawa acara lebih bermutu, hal ini
dapat dilihat dari strategi-strategi bertanya yang disampaikan oleh pembawa
acara. Strategi-strategi bertanya tersebut menjadikan narasumber memberi
informasi yang lebih kepada pemirsa yang menyaksikan acara tersebut. Acara ini
juga dikemas secara ringan walaupun topik yang disajikan tidak selalu ringan. Hal
ini bertujuan agar pemirsa tidak cepat bosan, menambah ilmu pengetahuan, serta
membuka cakrawala pemikiran yang lebih luas terhadap suatu masalah yang
sedang terjadi.
Adapun dari aspek kebahasaan, tuturan atau percakapan yang dilakukan
oleh pembawa acara dengan narasumber mempunyai kekhasan tersendiri. Hal
yang menarik dalam perbincangan atau dialog ini yaitu, karena tuturan yang
disampaikan antar narasumber sering terjadi perbedaan pendapat sehingga
menimbulkan perdebatan. Hal ini biasa terjadi jika narasumber sama-sama berasal
dari kalangan atas, ada yang pro dan ada yang kontra. Walaupun antar narasumber
terjadi perdebatan, namun masih terlihat suasana yang santai dan tetap berkenan
di hati pemirsa. Sebagai contoh, narasumber sama-sama berasal dari anggota DPR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
komisi III atau XI, dan biasanya antarfraksi politik selalu terjadi perbedaan
pendapat. Masing-masing narasumber mempunyai power (kekuasaan) dalam
berbicara. Kekuasaan yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh terhadap cara
bicaranya. Walaupun dengan nada suara yang tinggi, para narasumber tetap
menggunakan pilihan bahasa yang santun sehingga tidak menyinggung perasaan
lawan tutur. Pilihan bahasa yang digunakan akan menimbulkan efek tersendiri,
dari setiap tuturan yang diucapkan dapat terlihat apakah tuturan tersebut
mematuhi atau melanggar prinsip kesantunan. Artinya, kesantunan seseorang
dalam berbicara akan membawa pengaruh tersendiri pada diri sendiri dan juga
lawan tutur.
Selain dari aspek kesantunan, setiap tuturan yang diujarkan oleh penutur
menimbulkan suatu efek terhadap mitra tutur. Tuturan-tuturan yang disampaikan
mempunyai makna atau maksud tertentu baik secara tersirat ataupun tersurat,
secara eksplisit maupun implisit. Dengan demikian, dari tuturan-tuturan tersebut
akan muncul implikatur.
Prinsip kesantunan dan implikatur merupakan salah satu bagian dari ilmu
pragmatik. Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari bahasa
yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu (Nadar, F.X. 2009:2).
Tuturan-tuturan spontan yang terdapat dalam talk show AKIM di TV One
merupakan ungkapan perasaan penutur. Tuturan-tuturan yang disampaikan antara
narasumber dengan pembawa acara lebih tepat diteliti dengan menggunakan
pendekatan pragmatik. Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang
mempelajari maksud ujaran atau daya (force) ujaran dan fungsi ujaran, bukan
hanya kalimat saja dan bukan hanya memandang bahasa sebagai sistem sosial dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
sistem komunikasi. Selain itu, tidak semua tuturan mempunyai makna sesuai
dengan kata-kata yang menyusunnya, terkadang ada maksud yang tersembunyi di
belakangnya. Apa yang mungkin diartikan, disiratkan, atau dimaksudkan oleh
penutur yang berbeda dari apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur didalam
suatu percakapan disebut implikatur yang merupakan salah satu bagian dari ilmu
pragmatik. Ketidakmampuan linguistik struktural untuk menjelaskan fenomena
yang ada di luar kalimat serta kejenuhan para linguis terhadap linguistik struktural
yang mengkaji bahasa dalam batasan kalimat saja memicu lahirnya cabang ilmu
linguistik yang disebut pragmatik. Pragmatik berisi hal-hal tentang penggunaan
bahasa yang tidak dapat dijelaskan dari sudut pandang linguistik struktural
(Jumanto, 2009:83). Dengan demikian, pragmatiklah yang dapat mengkaji hal ini.
Pragmatik yang mengkaji maksud ujaran sangat berhubungan dengan
konteks. Konteks ini sangat penting yang kemudian didefinisikan oleh Leech
(dalam Nadar, F.X. 2009:6) sebagai background knowledge assumed to be shared
by s and h and which contributes to h’s interpretation of what s means by a given
utterance (“Latar belakang pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan
tutur sehingga lawan tutur dapat membuat interpretasi mengenai apa yang
dimaksud oleh penutur pada waktu membuat tuturan tertentu”) (s berarti speaker
“penutur”; h berarti hearer “lawan tutur”). Antara penutur dengan mitra tutur
tentu sudah saling mengetahui apa yang diperbincangkan sehingga tidak akan
terjadi salah paham atau salah pengertian antara penutur dan mitra tutur karena
mereka sama-sama mengetahui konteks tuturannya. Dengan demikian, konteks
sangat diperlukan dalam pragmatik karena konteks adalah hal-hal yang gayut
dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan ataupun latar belakang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan lawan tutur dan yang
membantu lawan tutur menafsirkan makna tuturan.
Dari uraian latar belakang masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa
penelitian terhadap talk show yang dilakukan dalam penelitian ini terkait dengan
penggunaan bahasa sebagai media interaksi para penutur dalam talk show AKIM
di TV One yang tertuang dalam perbincangan atau dialog. Penelitian ini
membahas permasalahan dengan menggunakan teori pragmatik sebagai landasan
teori berdasarkan alasan bahwa ilmu pragmatik mempelajari struktur bahasa
secara eksternal, artinya, bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam
komunikasi (I Dewa Putu Wijana, 1996:1). Hal ini menjadikan ilmu pragmatik
tepat apabila digunakan untuk menjawab permasalahan yang dipertanyakan dalam
penelitian ini. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini meliputi prinsip
kesantunan dan implikatur. Berdasarkan hal tersebut, penulis memberi judul
penelitian ini Pematuhan dan Pelanggaran Prinsip Kesantunan serta Implikatur
Percakapan dalam Talk Show “Apa Kabar Indonesia Malam” di TV One: Suatu
Tinjauan Pragmatik.
B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah bertujuan untuk mempermudah penulis dalam
menentukan data, sehingga penelitian akan lebih terarah.
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan penelitian pada pemakaian
bahasa yang digunakan dalam dialog atau perbincangan talk show Apa Kabar
Indonesia Malam di TV One. Aspek-aspek pragmatik yang dibahas dalam
penelitian ini terbatas pada wujud pematuhan prinsip kesantunan, wujud
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
pelanggaran prinsip kesantunan dan wujud implikatur percakapan yang terdapat
dalam tuturan talk show AKIM di TV One.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka
permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana wujud pematuhan prinsip kesantunan yang terdapat dalam talk
show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One?
2. Bagaimana wujud pelanggaran prinsip kesantunan yang terdapat dalam
talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One?
3. Bagaimana wujud implikatur percakapan yang terdapat dalam talk show
Apa Kabar Indonesia Malam di TV One?
D. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian yang baik, harus mempunyai tujuan penelitian yang jelas.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan wujud pematuhan prinsip kesantunan yang terdapat
dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One.
2. Mendeskripsikan wujud pelanggaran prinsip kesantunan yang terdapat
dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One.
3. Mendeskripsikan wujud implikatur percakapan yang terdapat dalam talk
show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
E. Manfaat Penelitian
Hasil kajian dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
teoretis maupun praktis.
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis merupakan manfaat yang berkenaan dengan
pengembangan ilmu dan dalam hal ini ilmu kebahasaan atau linguistik.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan khasanah
pengetahuan mengenai studi tentang prinsip kesantunan dan implikatur.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemahaman
terhadap percakapan atau dialog talk show, terutama dalam memahami
prinsip kesantunan dan implikatur yang ditimbulkan oleh tindak tutur
dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One. Selain itu,
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau referensi
untuk penelitian sejenis selanjutnya.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian diperlukan untuk memberikan
gambaran mengenai langkah-langkah suatu penelitian agar runtut dan sistematis.
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini tersusun atas lima bab. Kelima
bab itu adalah sebagai berikut.
Bab pertama berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Bab kedua berisi kajian pustaka. Bab ini terdiri atas tinjauan studi
terdahulu, landasan teori dan kerangka pikir yang secara langsung berhubungan
dengan masalah yang hendak diteliti dan dikaji sebagai acuan dalam sebuah
penelitian.
Bab ketiga berisi metode penelitian yang terdiri atas jenis penelitian,
sumber data dan data, teknik pengumpulan data, klasifikasi data, teknik analisis
data dan teknik penyajian hasil analisis data.
Bab keempat berisi analisis data. Dari analisis data ini akan didapatkan
hasil penelitian yang akan menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam
bab pertama.
Bab kelima merupakan penutup. Penutup berisi simpulan dari hasil
penelitian dan dilanjutkan dengan saran dari penulis yang berhubungan dengan
proses penelitian yang telah dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Studi Terdahulu
Penelitian mengenai prinsip kerjasama, kesantunan dan implikatur
percakapan sudah banyak dilakukan. Beberapa kajian terdahulu yang penulis
temukan, yang sejenis dan masih relevan dengan penelitian ini akan dipaparkan
sebagai berikut :
Skripsi Waluyo (2009) yang berjudul “Pelanggaran Prinsip Kerjasama dan
Prinsip Kesopanan dalam Percakapan Lum Kelar di Radio SAS FM”,
mendeskripsikan hasil kajiannya sebagai berikut: 1) pelanggaran prinsip kerja
sama dalam percakapan Lum Kelar berupa pelanggaran maksim kuantitas,
pelanggaran maksim kualitas, pelanggaran maksim relevansi, pelanggaran
maksim pelaksanaan dan pelanggaran prinsip kerja sama paling banyak terjadi
terhadap maksim kualitas; 2) pelanggaran terhadap prinsip kesopanan terjadi
terhadap lima maksim berupa pelanggaran maksim kebijaksanaan, pelanggaran
maksim penerimaan, pelanggaran maksim kemurahan, pelanggaran maksim
kerendahan hati dan pelanggaran maksim kecocokan; 3) terdapat beberapa
implikatur percakapan berupa menegaskan, mengeluh, menciptakan humor,
menyindir, memastikan, menolak, menyombongkan diri, mengejek dan
menyatakan rasa kasar.
Skripsi Tanjung TyasNing Putri (2010) yang berjudul “Pelanggaran
Prinsip Kesantunan dalam Film Warkop DKI Maju Kena Mundur Kena: Sebuah
Tinjauan Pragmatik”, mendeskripsikan pelanggaran prinsip kesantunan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
terdapat dalam film Warkop DKI Maju Kena Mundur Kena dan mendeskripsikan
implikatur dari pelanggaran prinsip kesantunan dalam film Warkop DKI Maju
Kena Mundur Kena. Simpulan dari penelitian ini mencakup dua hal. Pertama,
ditemukan adanya pelanggaran terhadap prinsip kesantunan dalam film Warkop
DKI Maju Kena Mundur Kena. Pelanggaran prinsip kesantunan hanya terjadi
terhadap lima maksim dari tujuh maksim yang tercakup dalam prinsip ini, yaitu
pelanggaran maksim kearifan, pelanggaran maksim kedermawanan, pelanggaran
maksim pujian, pelanggaran maksim kesepakatan dan pelanggaran maksim
simpati. Pelanggaran terhadap maksim kerendahan hati dan maksim pertimbangan
tidak ditemukan dalam penelitian ini. Kedua, tuturan dalam film Warkop DKI
yang berjudul Maju Kena Mundur Kena mengandung beberapa implikatur
percakapan. Implikatur percakapan tersebut digunakan antara lain untuk
mempermainkan seseorang, mencari perhatian, mengambil keuntungan,
menyatakan pilihan, mengejek, menyatakan ketidaksukaan, menyindir, memaksa,
mengeluh dan menolak permintaan.
Skripsi Dwi Ariyani (2010) yang berjudul “Pelanggaran Prinsip
Kesantunan dan Implikatur dalam Acara Opera Van Java di Trans 7: Sebuah
Tinjauan Pragmatik”, mendeskripsikan bentuk pelanggaran prinsip kesantunan
dalam OVJ, prinsip ironi dan bentuk implikatur dalam OVJ. Berdasarkan analisis
dalam penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, ditemukan
pelanggaran terhadap prinsip kesantunan. Pelanggaran paling banyak ialah
terhadap maksim pujian, yang diikuti oleh maksim kearifan, simpati, kesepakatan,
pertimbangan, kerendahan hati, dan terakhir maksim kedermawanan. Kedua,
terhadap prinsip ironi dalam acara OVJ. Hanya terdapat sedikit data yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
mengandung penerapan prinsip ironi. Hal tersebut karena kemungkinan para
pemain OVJ akan merasa lebih puas jika menghina atau mengecam orang lain.
Hal itu dapat di lihat dari raut muka mereka yang tersenyum. Ketiga, ditemukan
beberapa implikatur percakapan dalam acara OVJ. Implikatur tersebut terdiri dari
sembilan macam implikatur yang berbeda. Kesembilan macam implikatur tersebut
adalah implikatur menghina, memancing amarah, tidak suka dengan kedatangan
orang lain, mempengaruhi, tidak suka, ingin menyiksa, tidak sayang kepada istri,
menyuruh, merayu. Dalam OVJ implikatur yang terjadi di dominasi oleh
implikatur yang menghina.
Dari uraian di atas, ketiga penelitian tersebut membahas mengenai
masalah prinsip kesantunan, prinsip ironi, dan implikatur yang dilakukan dalam
objek kajian penelitiannya. Ketiga penelitian di atas digunakan sebagai tinjauan
studi terdahulu, karena dalam penelitian ini penulis membahas mengenai prinsip
kesantunan dan implikatur percakapan. Oleh karena itu, penulis mencoba
memfokuskan penelitian mengenai pematuhan prinsip kesantunan, pelanggaran
prinsip kesantunan dan implikatur percakapan dalam talk show Apa Kabar
Indonesia Malam yang ditayangkan di TV One. Selain itu, penelitian mengenai
prinsip kesantunan dan implikatur dengan sumber data talk show Apa Kabar
Indonesia Malam di TV One belum ada yang meneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
B. Landasan Teori
1. Definisi Pragmatik
Pengertian pragmatik yang paling tua dikemukan oleh Moris. Menurut
Moris (dalam Nadar, F.X. 2009:2), pragmatik adalah cabang linguistik yang
mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu.
Pada tahun 1983, pragmatik terus dikembangkan oleh ahli filsuf seperti
Austin, Searle dan Grice. Austin dan Searle mengemukakan teori tentang tindak
tutur (speech act) dan Grice mengemukakan teori tentang prinsip kerja sama
(cooperative principles) dan implikatur percakapan (conversational implicature)
(Rustono, 1999:1).
Sejak tahun 1971 pragmatik masuk ke dalam peta linguistik. Tercakupnya
pragmatik merupakan tahap akhir dalam linguistik, dari sebuah disiplin sempit
yang mengurusi data fisik bahasa, menjadi suatu disiplin yang luas yang meliputi
bentuk, makna dan konteks (Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:2).
Menurut Mey (1993:42) “pragmatics is the study of condition of human
language uses as these are determined by the context of society” pragmatik adalah
kajian tentang kondisi penggunaan bahasa manusia sebagaimana ditentukan oleh
konteks masyarakat.
Levinson (1983:9) mendefinisikan pragmatik sebagai berikut, “pragmatics
is the study of those relations between language and context that are
grammaticalized, or enconded in the structure of a language” pragmatik
merupakan kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatikalisasi
atau terkodifikasi dalam struktur bahasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
George Yule (1996:4) menyebutkan bahwa “pragmatics is the study of the
relationship between linguistic forms and the users of those forms. The advantage
of studying language via pragmatics is that one can talk abaut people’s intended
meaning, their assumptions, their purposes or goals, and the kinds of actions (for
example, request) that they are performing when they speak” studi tentang
hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakaian bentuk-bentuk itu.
Manfaat belajar bahasa melalui pragmatik ialah bahwa seseorang dapat bertutur
kata tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka, maksud atau tujuan
mereka, dan jenis-jenis tindakan (sebagai contoh : permohonan) yang mereka
perlihatkan ketika mereka sedang berbicara.
Menurut Asim Gunarwan (dalam PELLBA 7, 1994:83-84), pragmatik
adalah bidang linguistik yang mempelajari maksud ujaran, bukan makna kalimat
yang diujarkan. Pragmatik mempelajari maksud ujaran atau daya (force) ujaran.
Pragmatik juga mempelajari fungsi ujaran, yakni untuk apa suatu ujaran itu dibuat
atau diujarkan.
Rustono (1999:17) menjelaskan ilmu pragmatik mengungkapkan maksud
suatu tuturan di dalam peristiwa komunikasi, oleh karena itu analisis pragmatis
berupaya menemukan maksud penutur, baik yang diekspresikan secara tersurat
maupun yang diungkapkan secara tersirat di balik tuturan. Maksud tuturan dapat
diidentifikasikan dengan mempertimbangkan komponen situasi tutur yang
mencakupi penutur, mitra tutur, tujuan, konteks, tuturan sebagai hasil aktivitas,
dan tuturan sebagai tindakan verbal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
I Dewa Putu Wijana (1996:1) menjelaskan bahwa pragmatik adalah
cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni
bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan untuk komunikasi.
2. Situasi Tutur
Situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan. Pernyataan ini sejalan
dengan pandangan bahwa tuturan merupakan akibat, sedangkan situasi tutur
merupakan sebabnya. Di dalam komunikasi tidak ada tuturan tanpa situasi tutur.
Memperhitungkan situasi tutur sangat penting di dalam pragmatik. Maksud
tuturan yang sebenarnya hanya dapat diidentifikasi melalui situasi tutur yang
mendukungnya. Tidak selamanya tuturan itu secara langsung menggambarkan
makna yang dikandung oleh unsur-unsurnya (Rustono, 1999:25).
Leech (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:19-21) menjelaskan
mengenai aspek-aspek situasi ujar untuk mengetahui apakah suatu percakapan
tersebut merupakan fenomena pragmatis atau semantis. Aspek situasi ujar tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Yang menyapa (penyapa) atau yang disapa (pesapa)
Orang yang menyapa akan diberi simbol n ‘penutur’ dan orang yang
disapa dengan simbol t ‘petutur’. Jadi penggunaan penutur dan petutur tidak
membatasi pragmatik pada bahasa lisan saja. Istilah-istilah ‘penerima’ (orang
yang menerima dan menafsirkan pesan) dan ‘yang disapa’ (orang yang
seharusnya menerima dan menjadi sasaran pesan) juga perlu dibedakan. Si
penerima bisa saja seorang yang kebetulan lewat dan pendengar pesan, dan
bukan orang yang disapa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2. Konteks sebuah tuturan
Konteks diartikan sebagai aspek-aspek yang gayut dengan lingkungan
fisik dan sosial sebagai tuturan. Konteks diartikan sebagai suatu pengetahuan
latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan petutur dan
membantu petutur menafsirkan makna tuturan.
3. Tujuan sebuah tuturan
Tujuan sebuah tuturan adalah tujuan atau fungsi daripada makna yang
dimaksud atau maksud penutur mengucapkan sesuatu. Istilah tujuan dianggap
lebih netral daripada maksud, karena tidak membebani pemakaiannya dengan
suatu kemauan atau motivasi yang sadar, sehingga dapat digunakan secara
umum untuk kegiatan-kegiatan yang berorientasi tujuan.
4. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan tindak ujar
Pragmatik berurusan dengan tindak-tindak atau performasi-performasi
verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu. Dengan demikian
pragmatik menangani bahasa pada tingkatan yang lebih konkret daripada tata
bahasa.
5. Tuturan sebagai produk tindakan verbal
Selain sebagai tindak ujar atau tindak verbal itu sendiri, dalam
pragmatik kata ‘tuturan’ dapat digunakan dalam arti yang lain, yaitu, sebagai
produk suatu tindak verbal (bukan tindak verbal itu sendiri).
Sebuah tuturan dapat merupakan suatu contoh kalimat (sentence-
instance) atau tanda kalimat (sentence-token), tetapi bukanlah sebuah kalimat.
Dalam artian yang kedua ini tuturan-tuturan merupakan unsur-unsur yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
maknanya dikaji dalam pragmatik, sehingga dengan tepat pragmatik dapat
digambarkan sebagai suatu ilmu yang mengkaji makna tuturan.
3. Tindak Tutur
Nadar, F.X. (2009:11) menjelaskan teori tentang tindak tutur ‘speech act’
berawal dari ceramah yang disampaikan oleh filsuf berkebangsaan Inggris, John
L. Austin, pada tahun 1955 di Universitas Harvard, yang kemudian diterbitkan
tahun 1962 dengan judul “How to do things with words”. Austin (1962:99)
“performance of an act in saying something as opposed to performance of an act
of saying something” dalam mengatakan sesuatu, tindakan yang dilakukan sama
seperti mengatakan sesuatu tersebut.
Austin (1962:9) “the actions may be performed in ways other than by a
performative utterance, and in any case the circumstances, including other
actions, must be appropriate” suatu tindakan dapat dilakukan dengan cara lain
tidak hanya dengan tuturan performatif, dan dalam situasi apapun, termasuk
tindakan lainnya juga harus tepat.
Austin (dalam Nadar, F.X. 2009:11), menyebutkan bahwa pada dasarnya
pada saat seseorang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Pada waktu
seseorang menggunakan kata-kata kerja (berjanji, minta maaf, menamakan,
menyatakan), maka yang bersangkutan tidak hanya mengucapkan tetapi juga
melakukan tindakan berjanji, meminta maaf, dan menamakan. Tuturan-tuturan
tersebut dinamakan tuturan performatif, sedangkan kata kerjanya juga disebut kata
kerja performatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Menurut Austin (1962:14-15) “some at least of the things which are
necessary for the smooth or ‘happy’ functioning of a performative” setidaknya
ada beberapa hal yang diperlukan untuk fungsi dari performatif.
1. “There must exist an accepted conventional procedure having a certain
conventional effect, that procedure to include the uttering of certain words by
certain persons in certain circumstances” harus ada prosedur konvensional
yang diterima, memiliki efek konvensional tertentu, prosedur yang
mengucapkan kata-kata tertentu oleh orang-orang tertentu dalam keadaan
tertentu.
2. “The particular persons and circumstances in a given case must be
appropriate for the invocation of the particular procedure invoked” orang-
orang tertentu dan dalam keadaan tertentu harus sesuai dengan prosedur.
3. “The procedure must be executed by all participants both correctly and
completely” prosedur ini harus dilaksanakan dengan lengkap dan benar oleh
semua pelaku.
4. “Where, as often, the procedure is designed for use by persons having certain
thoughts or feelings, or for inauguration of certain consequential conduct on
the part of any participant, then a person participanting in and so invoking
the procedure must in fact have those thoughts or feelings, and the
participant must intend so to conduct themselves, and further. Must actually
so conduct themselves subsequently” dimana, prosedur ini dirancang untuk
digunakan oleh orang yang memiliki pikiran atau perasaan tertentu, atau
untuk peresmian perilaku konsekuensial tertentu pada setiap peserta, maka
pelaku dalam menggunakan prosedur yang sebenarnya harus memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
pikiran-pikiran atau perasaan, dan pelaku harus berniat untuk melakukan
sendiri sehingga harus benar-benar melakukan sendiri.
Searle (1974:16) mengembangkan hipotesis dari Austin “The form that
this hypothesis will take is that speaking a language is performing speech atcs,
acts such as making statements, giving commands, asking questions, making
promise, and so on; and more abstractly” bentuk hipotesis ini akan berbicara
mengenai bahasa sebagai tindak tutur, tindakan seperti membuat pernyataan,
memberi perintah, mengajukan pertanyaan, membuat janji, dan sebagainya.
Searle (1974:23-24) mengemukakan bahwa secara pragmatis ada tiga jenis
tindakan yang dapat diwujudkan oleh penutur, yakni tindak lokusi (locutionary
act), tindak ilokusi (ilocutionary act), dan tindak perlokusi (perlocutionary act).
1. Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini
disebut sebagai the act of saying something (I Dewa Putu Wijana, 1996:17).
Nababan (dalam I Dewa Putu Wijana, 1996:18) mengatakan bila diamati
secara seksama konsep lokusi itu adalah konsep yang berkaitan dengan
proposisi kalimat.
Lebih jauh tindak lokusi adalah tindak tutur yang relatif paling mudah untuk
diidentifikasikan karena pengidentifikasiannya cenderung dapat dilakukan
tanpa menyertakan konteks tuturan yang tercakup dalam situasi tutur (I Dewa
Putu Wijana, 1996:18).
2. Tindak Ilokusi
Tindak ilokusi disebut sebagai the act of doing something. Tindak tutur
ilokusi dipergunakan untuk melakukan sesuatu, misalnya menginformasikan,
minta maaf,dll (I Dewa Putu Wijana, 1996:18).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
3. Tindak Perlokusi
Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan
untuk mempengaruhi lawan tutur. Sebuah tuturan yang diutarakan oleh
seseorang seringkali mempunyai daya pengaruh (perlocutionary force), atau
efek bagi yang mendengarkan. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara
sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Tindak ini disebut the act of affecting
someone (I Dewa Putu Wijana, 1996:19-20).
Menurut George Yule (1996:47) “speech act is actions performed via
utterances” tindak tutur adalah tindakan yang dilakukan lewat tuturan. Lebih
lanjut George Yule (1996:53-54) membagi menjadi lima jenis tindak tutur yaitu :
1. Declarations (Deklarasi)
“Declarations are those kinds of speech acts that change the world via
their utterance. Evey convensational illustrate, the speaker has to have a
special institutional role, in a specific context, in order to perform a
declarations appropriately. In using declaration, the speaker changes the
world via words. Example : You’re out!” Tindak tutur deklaratif ialah jenis
tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Setiap percakapan
menggambarkan, penutur harus memiliki peran institusional khusus, dalam
konteks yang khusus, untuk menampilkan deklarasi secara tepat. Pada waktu
menggunakan deklarasi penutur mengubah dunia dengan kata-kata. Contoh :
Anda ke luar!
2. Representatives (Representatif)
“Representative are those kinds ofspeech acts that state what the
speaker believes to be the case or not. Statements of fact, assertions,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
conclusions, and descriptions. In using a representative, the speaker makes
words fit the world (of belief). Example : The earth is flat.” Tindak tutur
representatif ialah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini
penutur kasus atau bukan. Pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan,
dan pendeskripsian. Pada waktu menggunakan sebuah representatif, penutur
mencocokkan kata-kata dengan dunia (kepercayaannya). Contoh : Bumi itu
datar.
3. Expressives (Ekspresif)
“Expressives are those kinds of speech acts that state what the speaker
feels. They express psychological states and can be statements of pleasure,
pain, likes, dislike, joy, or sorrow. In using an expressive, the speaker makes
words fit the worls (of feeling). Example : I’m really sorry!” Tindak tutur
ekspresif ialah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan
oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan-pernyataan
psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan,
kebenciaan, kesenangan atau kesengsaraan. Pada waktu menggunakan
ekspresif penutur menyesuaikan kata-kata dengan dunia (perasaannya).
Contoh : Sungguh, saya minta maaf!
4. Directives (Direktif)
“Directives are those kinds of speech acts that speakers use to get
someone else to do something. They express what the speaker wants. They are
commands, orders, requests, suggestions. In using a directive, the speaker
attempts to make the world fit the words (via the hearer). Example : Don’t
touch that.” Tindak tutur direktif ialah jenis tindak tutur yang dipakai oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini
menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi
perintah, pemesanan, permohonan, pemberian saran. Pada waktu
menggunakan direktif penutur berusaha menyesuaikan dunia dengan kata
(lewat pendengar). Contoh : Jangan menyentuh itu.
5. Commissives (Komisif)
“Commisives are those kinds of speech acts that speakers use to
commit themselves to some future action. They axpress what the speaker
intends. They are promises, threats, refusals, pledges. In using a commissive,
the speaker undertakes to make the world fit the words (via the speaker).
Example : We will not do that.” Tindak tutur komisif ialah jenis tindak tutur
yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-
tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja
yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak tutur ini dapat berupa janji, ancaman,
penolakan, ikrar. Pada waktu menggunakan komisif, penutur berusaha untuk
menyesuaikan dunia dengan kata-kata (lewat penutur). Contoh : Kami tidak
akan melakukan ini.
Selain tindak tutur yang diuraiakan di atas, tindak tutur dapat dibedakan
menjadi tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal dan
tindak tutur tidak literal (I Dewa Putu Wijana, 1996:29-36).
4. Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur Tidak Langsung
Secara formal, berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi
kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
(imperatif). Tindak tutur langsung (direct speech act) menggunakan kalimat
berita yang difungsikan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu,
kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh,
mengajak, dsb, tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur langsung
(direct speech act). Contoh : Rambutmu sudah panjang.
Tuturan di atas dapat mengandung arti yang sebenarnya, dan berfungsi untuk
menyatakan informasi secara langsung karena modusnya adalah kalimat
berita (deklaratif).
Di samping itu, untuk berbicara secara sopan, perintah dapat
diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang
diperintah tidak merasa dirinya diperintah. Bila hal ini terjadi, terbentuk
tindak tutur tidak langsung (indirect speech act).
Tuturan yang diutarakan secara tidak langsung biasanya tidak dapat
dijawab secara langsung tetapi harus segera dilaksanakan maksud yang
terimplikasi di dalamnya.
Contoh : Ada makanan di almari.
Contoh kalimat di atas, bila diucapkan kepada seorang teman yang
membutuhkan makanan, dimaksudkan untuk memerintah lawan tuturnya
mengambil makanan yang ada di almari, bukan sekadar untuk
menginformasikan bahwa di almari ada makanan.
Dari uraian mengenai tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak
langsung, skema penggunaan modus kalimat dalam kaitannya dengan
kelangsungan tindak tutur dapat digambarkan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Modus Tindak Tutur
Langsung Tidak Langsung
Berita Memberitakan Menyuruh
Tanya Bertanya Menyuruh
Perintah Memerintah -
5. Tindak Tutur Literal dan Tindak Tutur Tidak Literal
Tindak tutur literal (literal speech act) adalah tindak tutur yang
maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya, sedangkan
tindak tutur tidak literal (nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang
maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang
menyusunnya.
Selanjutnya apabila tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung
disinggungkan (diinteraksikan) dengan tindak tutur literal dan tindak tutur tidak
literal, akan didapatkan tindak tutur-tindak tutur berikut ini :
a. Tindak Tutur Langsung Literal
Tindak tutur langsung literal (direct literal speech act) adalah tindak
tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan
maksud pengutaraannya. Maksud memerintah disampaikan dengan kalimat
perintah, memberitakan dengan kalimat berita, menanyakan sesuatu dengan
kalimat tanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
b. Tindak Tutur Tidak Langsung Literal
Tindak tutur tidak langsung literal (indirect literal speech act) adalah
tindak tutur yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai
dengan maksud penggutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya
sesuai dengan apa yang dimaksudkan penutur. Dalam tindak tutur ini maksud
memerintah disampaikan dengan kalimat berita atau kalimat tanya.
c. Tindak Tutur Langsung Tidak Literal
Tindak tutur langsung tidak literal (direct nonliteral speech act)
adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai
dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki
makna yang sama dengan maksud penuturnya. Maksud memerintah
diungkapkan dengan kalimat perintah, dan maksud menginformasikan
dengan kalimat berita.
d. Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal
Tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech
act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna
kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan.
6. Prinsip Kesantunan
Asim Gunarwan (dalam PELLBA 7, 1994:7) menyebutkan ada beberapa
pakar yang membahas kesantunan berbahasa yaitu Lakoff, Fraser, Brown dan
Levinson serta Leech. Teori yang disampaikan itu pada dasarnya beranjak dari
pengamatan yang sama, yaitu bahwa di dalam komunikasi yang sebenarnya
penutur tidak selalu mematuhi prinsip kerja sama Grice.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Secara lengkap Leech (terjemahan M. D. D. Oka) mengungkapkan enam
maksim yang termasuk dalam prinsip kesantunan ini. Keenam maksim tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Maksim Kearifan (tact maxim)
Leech (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:166) menjelaskan
maksim kearifan mengatur dua jenis ilokusi Searle, yaitu ilokusi impositif dan
ilokusi komisif. Isi proposional ilokusi-ilokusi ini mengacu pada tindakan
yang akan dilaksanakan oleh penutur (komisif) atau petutur (direktif).
Maksim ini menggariskan setiap peserta tutur untuk meminimalkan
kerugian orang lain, atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain (Leech
edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:206).
Kunjana Rahardi menyebutkan istilah lain dari maksim kearifan,
yaitu maksim kebijaksanaan. Dengan perkataan lain, menurut maksim ini,
kesantunan dalam bertutur dapat dilakukan apabila maksim kebijaksanaan
dilaksanakan dengan baik. Sebagai pemerjelas atas pelaksanaan maksim
kebijaksanaan ini dalam komunikasi yang sesungguhnya dapat dilihat pada
contoh berikut ini.
(1) Tuan Rumah : “Silakan makan saja dulu, nak!“Tadi kami semua sudah mendahului.”
Tamu : “Wah, saya jadi tidak enak, Bu.”(sumber : Kunjana Rahardi, 2005:61)
Informasi Indeksal :
Dituturkan oleh seorang Ibu kepada seorang anak muda yang sedang
bertamu di rumah Ibu tersebut. Pada saat itu, ia harus berada di rumah Ibu
tersebut sampai malam karena hujan sangat deras dan tidak segera reda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Di dalam tuturan di atas tampak dengan sangat jelas bahwa apa yang
dituturkan si Tuan Rumah sungguh memaksimalkan keuntungan bagi sang
Tamu. Lazimnya, tuturan semacam ini dapat ditemukan dalam keluarga-
keluarga pada masyarakat tutur desa. Orang-orang desa biasanya sangat
menghargai tamu, baik tamu yang datangnya secara kebetulan maupun tamu
yang sudah direncanakan terlebih dahulu kedatangannya (Kunjana Rahardi,
2005:62).
2. Maksim Kedermawanan (generosity maxim)
Maksim kedermawanan ini, dijelaskan buatlah keuntungan dari diri
sendiri sekecil mungkin, buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin.
Maksim kedermawanan dalam ilokusi-ilokusi impositif dan komisif (Leech
edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:206).
Contoh :
(1) You can lend me your car. (tidak sopan)(Kamu dapat meminjamkan mobilmu pada saya).
(2) I can lend you my car.(Aku dapat meminjamkan mobilku padamu).
(3) You must come and have dinner with us.(Kamu harus datang makan malam di rumah kami).
(4) We must come and have dinner with you. (tidak sopan)(Kami harus datang dan makan malam di tempatmu).
Ada dua alasan mengapa tawaran (2) dan undangan (3) dianggap
sopan : pertama, karena dua kalimat itu menyiratkan keuntungan untuk orang
lain, dan kedua, karena kedua kalimat tersebut menyiratkan kerugian untuk
diri sendiri namun alasan yang kedua tidak begitu krusial. Tetapi pada (1) dan
(4) hubungan diri sendiri dengan orang lain pada skala untung-rugi menjadi
terbalik (Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:208-210).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
3. Maksim Pujian (approbation maxim)
Di dalam maksim pujian dijelaskan bahwa kecamlah orang lain
sedikit mungkin, pujilah orang lain sebanyak mungkin. Dalam ilokusi-ilokusi
ekspresif dan asertif (Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:207).
Leech (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:212-213) menjelaskan
pada maksim ini aspek negatifnya yang lebih penting yaitu “jangan
mengatakan hal-hal yang tidak menyenangkan mengenai orang lain, terutama
mengenai orang lain yang yang biasa disebut dengan mitra tutur”. Karena itu,
menurut maksim pujian, sebuah pujian seperti What a marvellous meal you
cooked! (Masakanmu enak sekali) sangat dihargai, sedangkan ucapan seperti
What an owful meal you cooked! (Masakanmu sama sekali tidak enak!) tidak
akan dihargai.
Untuk memperjelas hal itu, lihat contoh berikut ini :
Dosen A : ”Pak, aku tadi sudah memulai kuliah perdana untuk kelasBusiness English.”
Dosen B : “Oya, tadi aku mendengar Bahasa Inggrismu jelas sekali darisini.”
Informasi indeksial :
Dituturkan oleh seorang dosen kepada temannya yang juga seorang dosen
dalam ruang kerja dosen pada sebuah perguruan tinggi.
(Sumber : Kunjana Rahardi, 2005:63)
Pemberitahuan yang disampaikan dosen A terhadap rekannya dosen B
pada contoh di atas, ditanggapi dengan baik bahkan disertai dengan pujian
atau penghargaan oleh dosen A. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dalam pertuturan itu dosen B berperilaku santun terhadap dosen A (Kunjana
Rahardi, 2005:63).
4. Maksim Kerendahan Hati (modesty maxim)
Di dalam maksim kerendahan hati dijelaskan bahwa pujilah diri
sendiri sedikit mungkin, kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin. Maksim
kerendahan hati dalam ilokusi-ilokusi ekspresif dan asertif (Leech edisi
terjemahan M. D. D. Oka, 1993:207).
Sebagaimana maksim-maksim sopan santun lainnya Leech (edisi
terjemahan M. D. D. Oka, 1993:214-215) menjelaskan maksim kerendahan
hati juga tampak dalam bentuk-bentuk asimetris :
(8) A : They were so kind to us.B : Yes, they were, weren’t they.
(A) : Mereka baik sekali terhadap kita)(B) : Ya, betul)
(9) A : You were so kind to us.B : Yes, I was, Wasn’t.(A) : Anda baik sekali terhadap saya)(B) : Ya, betul).
(10) A : How stupid of me!(A) : Bodoh sekali saya!)
Kalimat (8) menunjukkan bahwa memang sopan kalau sependapat
dengan pujian orang lain, kecuali kalau pujian itu ditujukan kepada diri
sendiri. Begitu pula kalimat (10) menunjukkan bahwa mengencam diri
dianggap baik, juga kalau untuk tujuan melucu kecaman itu dilebih-lebihkan.
Pada kalimat (9) melanggar submaksim pertama maksim kerendahan hati
berarti membual, dan ini merupakan suatu pelanggaran sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
5. Maksim Kesepakatan (agreement maxim)
Di dalam maksim kesepakatan dijelaskan usahakan agar
ketaksepakatan antara diri dan lain terjadi sesedikit mungkin, dan usahakan
agar kesepakatan antara diri dengan lain terjadi sebanyak mungkin. Maksim
kesepakatan dalam ilokusi asertif (Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka,
1993:207).
Di dalam maksim ini, ditekankan agar para peserta tutur dapat saling
membina kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur. Apabila
terdapat kemufakatan atau kecocokan antara diri penutur dan mitra tutur
dalam kegiatan bertutur, masing-masing dari mereka dapat dikatakan bersikap
santun (Kunjana Rahardi, 2005:64).
Contoh :
(11) A : English is a difficult language to learn.B : True, but the grammar is quite aesy.(A : Bahasa Inggris adalah bahasa yang sulit dipelajari.)(B : Betul, tetapi tata bahasanya cukup mudah).
(12) A : The book is tremendousty well written.B : Yes, well written as a whole, but there are some rather boring
patches, don’t you think?(A : Buku ini ditulis dengan sangat baik).(B : Ya, secara keseluruhan memang baik, tetapi saya rasa ada
beberapa bagian yang membosankan.)
(11) dan (12) memperlihatkan bahwa ketaksepakatan sebagian lebih
sering disukai daripada ketaksepakatan sepenuhnya (Leech edisi terjemahan
M. D.D. Oka, 1993:218).
6. Maksim Simpati (sympathy maxim)
Di dalam maksim simpati dijelaskan bahwa kurangilah rasa antipati
antara diri dengan lain hingga sekecil mungkin, tingkatkan rasa simpati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
sebanyak-banyaknya antara diri dengan lain. Maksim simpati dalam ilokusi
asertif (Leech edisi M. D. D. Oka, 1993:207).
Kunjana Rahardi (2005:65-66), menjelaskan di dalam maksim
kesimpatian, diharapkan agar para peserta tutur dapat memaksimalkan sikap
simpati antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya. Sikap antipati
terhadap salah seorang peserta tutur akan dianggap sebagai tindakan tidak
santun. Contoh berikut ini akan memperjelas pernyataan ini.
Ani : “Tut, nenekku meninggal.”Tuti : “Innalillahiwainnailaihi rojiun. Ikut berduka cita.
Informasi indeksial.
Dituturkan oleh seorang karyawan kepada karyawan lain yang sudah
berhubungan erat pada saat mereka berada di ruang kerja mereka.
7. Skala Kesantunan
Pematuhan dan pelanggaran kesantunan akhirnya akan menyangkut
derajat atau tingkat kesantunan sebuah tuturan. Leech ( dalam edisi terjemahan
M. D. D. Oka, 1993: 194-200) memberikan lima skala kesantunan yang
digunakan sebagai tolak ukur untuk menentukan tingkat kesantunan suatu
tuturan.
1. Skala Untung Rugi (cost-benefit)
Leech (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:194) menjelaskan pada skala ini
diperkirakan keuntungan atau kerugian tindakan petutur bagi penutur atau
bagi petutur.
Skala untung-rugi terdiri dari dua skala yang berbeda, yaitu untung-
rugi bagi penutur dan untung-rugi bagi petutur. Pada umumnya keberagaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
dua skala ini saling bergantung, tetapi mungkin juga keberagaman skala yang
satu terjadi terlepas dari keberagaman skala yang lain (Leech edisi terjemahan
M. D. D. Oka, 1993:195).
Kedua skala ini terdapat hubungan yang erat, karena baik impositif
(untung-rugi bagi petutur) maupun komisif (untung-rugi bagi penutur)
merupakan ilokusi yang khas yang mengusulkan suatu tindakan yang
melibatkan antara penutur dan petutur; yaitu, penutur melakukan sesuatu
untuk petutur atau sebaliknya (Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka,
1993:196).
Contoh : merugikan kurangpetutur sopan
(1) Peel the potatoes.(Kupas kentang ini).
(2) Hand me the newspaper.(Berikan saya surat kabar itu).
(3) Sit down.(Duduk).
(4) Look at that.(Lihatlah itu).
(5) Enjoy your holiday.(Nikmatilah liburanmu).
(6) Have another sandwich.(Makanlah sepotong lagi). Menguntungkan lebih
petutur sopan
(Sumber : Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:167).
Skala keuntungan dan kerugian, menunjuk kepada besar kecilnya
kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur pada
sebuah pertuturan. Semakin tuturan tersebut merugikan diri penutur, akan
semakin dianggap santunlah tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin
tuturan itu menguntungkan diri penutur akan semakin dianggap tidak
santunlah tuturan itu (Kunjana Rahardi, 2005:66-67).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
2. Skala Kemanasukaan (optionality scale)
Skala ini mengurut ilokusi-ilokusi menurut jumlah pilihan yang
diberikan oleh penutur kepada petutur (Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka,
1993:195).
Istilah lain untuk skala kemanasukaan yaitu skala pilihan (Optionality
scale). Skala pilihan menunjuk kepada banyak atau sedikitnya pilihan
(options) yang disampaikan si penutur kepada mitra tutur dalam kegiatan
bertutur. Semakin pertuturan itu memungkinkan penutur atau mitra tutur
menentukan pilihan yang banyak dan leluasa, akan dianggap semakin
santunlah tuturan itu. Sebaliknya, apabila pertuturan itu sama sekali tidak
memberikan kemungkinan memilih bagi si penutur dan si mitra tutur, tuturan
tersebut dianggap tidak santun (Kunjana Rahardi, 2005:67).
3. Skala Ketaklangsungan (indirectness scale)
Leech (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:195) menjelaskan skala
ketaklangsungan dari sudut pandang penutur skala ini mengurut ilokusi-
ilokusi menurut panjang jalan yang menghubungkan tindak ilokusi dengan
tujuan ilokusi, sesuai dengan analisis cara tujuan.
Skala ketaklangsungan juga dapat dirumuskan dari sudut pandang
petutur, yaitu sesuai panjangnya jalan inferensial yang dibutuhkan oleh
makna untuk sampai ke daya. Oleh karena itu, ada dua skala ketaklangsungan
: satu untuk penutur dan satu untuk petutur. Kedua skala ini mempunyai
banyak kesepadanannya, karena strategi petutur untuk menginterpretasikan
(inferential strategy) merupakan rekontruksi langkah demi langkah
pemahaman petutur mengenai strategi ilokusi penutur. Dalam membahas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
ketaklangsungan, biasanya sudut pandang penutur tidak perlu dibedakan
dengan sudut pandang petutur (Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka,
1993:195).
Contoh : ketaklang- kurangsungan sopan
(7) Answer the phone.(Angkat telepon)
(8) I want you to answer the phone.(Saya ingin kamu mengangkat telepon)
(9) Will you answer the phone?(Maukah anda mengangkat telepon?)
(10) Can you answer the phone?(Dapatkah anda mengangkat telepon?)
(11) Would you mind answering the phone?(Apakah anda keberatan mengangkat telepon?)
(12) Could you possibly answer the phone?(Apa mungkin anda mengangkat telepon?)
lebihsopan
(Sumber : Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:168.)
Skala ketidaklangsungan menunjuk kepada peringkat langsung atau
tidak langsungnya maksud sebuah tuturan. Semakin tuturan itu bersifat
langsung akan dianggap semakin tidak santun, demikian sebaliknya semakin
tidak langsung maksud sebuah tuturan akan dianggap semakin santunlah
tuturan tersebut (Kunjana Rahardi, 2005:67).
4. Skala Otoritas (authority scale)
Skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan sosial antara penutur
dan mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan. Semakin jauh jarak sosial
(rank rating) antara penutur dengan mitra tutur, tuturan yang digunakan akan
cenderung menjadi semakin santun. Sebaliknya, semakin dekat jarak sosial di
antara keduanya, akan cenderung berkuranglah peringkat kesantunan tuturan
yang digunakan dalam bertutur (Leech dalam Kunjana Rahardi, 2005:67).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Berikut adalah gambar hubungan antara skala keotoritasan dan skala
jarak sosial.
Jarak horizontal
(Sumber : Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:198).
Leech (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:199) menjelaskan skala
otoritas digambarkan dengan sumbu vertikal yang mengukur jarak sosial
menurut ‘kekuasaan’ atau otoritas yang dimiliki seorang pemeran serta atas
pemeran serta yang lain. Ukuran ini adalah ukuran yang asimetris, artinya,
seorang yang memiliki otoritas atau kekuasaan dapat menggunakan bentuk
sapaan yang akrab kepada orang lain, tetapi orang yang disapa akan
menjawab dengan sapaan yang hormat.
5. Skala jarak sosial (social distance)
Leech (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:199) menjelaskan skala
jarak sosial (social distance) digambarkan dengan garis horisontal yang
mengukur jarak sosial. Menurut skala ini derajat rasa hormat yang ada pada
sebuah situasi ujar tertentu sebagian besar tergantung pada beberapa faktor
yang relatif permanen, yaitu faktor-faktor status atau kedudukan, usia, derajat
Jara
k ve
rtika
l
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
keakraban, dan sebagainya, tetapi sedikit banyak juga tergantung pada
peranan sementara seseorang dalam hubungannya dengan orang lain.
Skala jarak sosial menunjuk kepada peringkat hubungan sosial antara
penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam sebuah pertuturan. Ada
kecenderungan bahwa semakin dekat jarak peringkat sosial di antara
keduanya, akan menjadi semakin kurang santunlah tuturan itu. Demikian
sebaliknya, semakin jauh jarak sosial antara penutur dengan mitra tutur akan
semakin santunlah tuturan yang digunakan itu. Dengan kata lain, tingkat
keakraban hubungan antara penutur dengan mitra tutur sangat menentukan
peringkat kesantunan tuturan yang digunakan dalam bertutur (Leech dalam
Kunjana Rahardi, 2005:68).
8. Implikatur
Implikatur merupakan salah satu kajian di bidang pragmatik. Grice (dalam
I Dewa Putu Wijana, 1996:37-38) dalam artikelnya Logic and Conversation
mengemukakan bahwa sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proposisi yang
bukan merupakan bagian dari tuturan bersangkutan, proposisi yang di
implikasikan itu disebut implikatur (implicature).
Grice (dalam Rustono, 1999:77) menyebutkan bahwa implikatur
percakapan adalah implikasi pragmatis yang terdapat di dalam percakapan yang
timbul sebagai akibat terjadinya pelanggaran prinsip percakapan. Sejalan dengan
batasan tentang implikasi pragmatis, implikatur percakapan itu adalah proposisi
atau pernyataan implikatif, yaitu apa yang mungkin diartikan, disiratkan, atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
dimaksudkan oleh penutur yang berbeda dari apa yang sebenarnya dikatakan oleh
penutur didalam suatu percakapan.
George Yule (1996:40) “in implicature speakers who communicate
meaning via implicature and the listeners who recognize those communicated
meanings via inference” dalam implikatur penuturlah yang menyampaikan makna
lewat implikatur dan pendengarlah yang mengenali makna-makna yang
disampaikan lewat inferensi itu. George Yule membedakan implikatur percakapan
menjadi tiga, yaitu generalized conversational implicatures (implikatur
percakapan umum), parlicularized conversational implicatures (implikatur
percakapan khusus), conventional implicatures (implikatur konvensional).
George Yule (1996:40-41) “in generalized conversational implicature no
special knowlwdge is required in the context to calculate the additional conveyed
meaning” dalam implikatur percakapan umum, pengetahuan khusus tidak
dipersyaratkan untuk memperhitungkan makna tambahan yang disampaikan.
Example:
I was sitting in a garden one day. A child look over the force.
(Pada suatu hari saya duduk di sebuah kebun. Seorang anak kecil
melongok lewat pagar)
“The implicatures, that the garden and the child mentioned are not the
speaker’s, are calculated on the principle that if the speaker was capable of being
more specific, (be more informative, following the quantity maxim)” Implikatur
di atas, bahwa kebun dan anak yang disebutkan tersebut bukan milik penutur,
diperhitungkan pada prinsip bahwa apabila penutur mampu lebih spesifik (yaitu
menjadi lebih informatif karena mengikuti maksim kuantitas).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Selain implikatur percakapan umum, George Yule (1996:42-43)
menjelaskan mengenai implikatur percakapan khusus. “Particularized
conversational implicatures take place in very specific contexts in which locally
recognized inferences are assumed. Such inferences are required to work out the
conveyed meaning which result from particularized conversational implicatures.“
Implikatur percakapan khusus terjadi ketika dalam konteks yang sangat khusus di
mana seseorang mengasumsikan informasi yang diketahui secara lokal. Inferensi-
inferensi yang sedemikian dipersyaratkan untuk menentukan maksud yang
disampaikan menghasilkan implikatur percakapan khusus.
Example :
Rick : Hey, coming to the wild party tonight?(Hei. Apakah kau akan menghadiri pesta yang gaduh itu nantimalam?)
Tom : My parents are visiting.(orang tuaku akan mengunjungiku)
“In order to make Tom’s response relevant, Rick has to draw on some assumed
knowledge that one collage student in this setting expects another to have” Untuk
membuat jawaban Tom menjadi relevan, Rick harus memiliki persediaan sedikit
pengetahuan yang diasumsikan bahwa salah satu mahasiswa dalam adegan ini
mengharapkan sesuatu yang lain yang akan dikerjakan.
George Yule (1996:78) “Convestional implicatures don’t have to accur in
conversation, and they don’t depend on special contexts for their interpretation.
Conventaional implicatures are associated with specific words and result in
additional conveyed meaning when those words are used” implikatur
konvensional tidak harus terjadi dalam percakapan, dan tidak bergantung pada
konteks khusus untuk menginterpretasikannya. Implikatur konvensional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
diasosiasikan dengan kata-kata khusus dan menghasilkan maksud tambahan yang
disampaikan apabila kata-kata itu digunakan.
Jenny Thomas (1995:57)“Conventional implicature and conversational
implicature in common the property that they both convey an additional level of
meaning, beyond the semantic meaning of the words uttered. They differ in that in
the case of convensational implicature the same implicature is always conveyed,
regardless of context, whereas in the case of conventaional implicature, what is
implied varies according to the context of utterance” Dalam implikatur
konvensional dan implikatur percakapan pada umumnya memiliki sifat bahwa
keduanya menyampaikan makna tambahan, di luar makna semantik dari kata yang
diucapkan. Kedua implikatur tersebut memiliki perbedaan. Di dalam implikatur
konvensional, implikatur tidak selalu disampaikan dengan memperhatikan
konteks, sedangkan dalam implikatur percakapan disampaikan dengan
memperhatikan konteks. Menurut Levinson (dalam Jenny Thomas, 1995:57)
terdapat beberapa contoh perbandingan implikatur konvensional, ia menyebutkan
empat yaitu tapi, pun, jadi, dan namun.
Jenny Thomas (1995:58) ”conversational implicature arises only in a
particular context of utterance” implikatur percakapan adalah implikatur yang
diucapkan berubah menurut konteks percakapan. Perhatikan contoh berikut ini :
‘Great, that’s really great! That’s made my Christmas!’
(Hebat, ini benar-benar hebat! Ini adalah natalku yang hebat
Konteks yang terjadi dari kalimat di atas adalah ketika hari Natal tahun 1993,
sebuah ambulans dikirim untuk menjemput seorang pria yang pingsan. Pria
tersebut mabuk dan muntah-muntah di sekujur tubuh perawat yang menolongnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Kalimat di atas membuat implikatur bahwa penutur sangat marah karena
seseorang baru saya muntah di dadanya (Jenny Thomas, 1995:58).
9. Talk Show
Istilah talk show adalah aksen dari bahasa Inggris di Amerika. Di Inggris
sendiri, istilah talk show ini biasa disebut chat show. Pengertian talk show adalah
sebuah program televisi atau radio di mana seseorang ataupun group berkumpul
bersama untuk mendiskusikan berbagai hal topik dengan suasana santai tetapi
serius, yang dipandu oleh seorang moderator. Kadangkala, talk show
menghadirkan tamu berkelompok yang ingin mempelajari berbagai pengalaman
hebat. Di lain hal juga, seorang tamu dihadirkan oleh moderator untuk berbagi
pengalaman. Acara talk show ini biasanya diikuti dengan menerima telepon dari
para pendengar/penonton yang berada di rumah, mobil, ataupun di tempat lain
(http://www.hendra.ws/pengertian-talkshow/ diakses tanggal 18 Februari 2011
pukul 14.00).
Talk show adalah ungkapan bahasa Inggris yang berasal dari dua kata:
show dan talk. Show artinya tontonan, pertunjukan atau pameran, sedangkan talk
artinya omong-omong, ngobrol-ngobrol. Dengan begitu talk show berarti
pertunjukan orang-orang yang sedang ngobrol. Talk show berupa seminar-
seminar, sarasehan, diskusi atau debat yang mengambil tema tertentu
(http://sarlito.hyperphp.com/my-stories/my-stories-.../talk-show.html diakses
tanggal 28 Maret pukul 13.00l).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir adalah cara kerja yang digunakan oleh penulis untuk
menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Kerangka pikir melibatkan faktor-
faktor yang ada dalam penelitian ini . Kerangka pikir yang terkait dalam penelitian
ini secara garis besar digambarkan pada bagan di bawah ini.
(Apabila terjadi tuturan tidak langsung)
Tuturan antara pembawa acaradengan narasumber talk showAKIM
Carapembawaacara bertanya
Caranarasumbermenjawab
Pematuhan prinsipkesantunan
Pelanggaran prinsipkesantunan
Implikatur
Tindak Tutur
Kekuasaan danpendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Keterangan bagan :
Sumber data pada penelitian ini adalah talk show Apa Kabar Indonesia
Malam di TV One. Data dalam penelitian ini adalah sebagian tuturan yang
mengandung pematuhan prinsip kesantunan, pelanggaran prinsip kesantunan dan
implikatur percakapan. Tuturan tersebut merupakan wujud dari pertanyaan yang
diucapkan pembawa acara dan jawaban yang diberikan oleh narasumber dalam
talk show ini. Tuturan atau jawaban dari narasumber bisa dipengaruhi oleh faktor
power (kekuasaan) dan pendidikan.
Semua dialog atau tuturan yang dilakukan oleh para pendukung talk show
Apa Kabar Indonesia Malam di TV One, baik pembawa acara maupun
narasumber disebut dengan peristiwa tutur. Tuturan yang dilakukan oleh para
pendukung talk show tersebut dapat tersampaikan melalui tindak tutur yang
mereka lakukan, sehingga dengan tindak tutur akan diketahui apakah tuturan itu
merupakan tututan yang mematuhi prinsip kesantunan atau tuturan yang
melanggar prinsip kesantunan.
Berbagai tuturan yang terjadi antara pembawa acara dengan narasumber
pada sebuah percakapan memungkinkan timbulnya pematuhan prinsip kesantunan
dan pelanggaran prinsip kesantunan. Adanya pematuhan dan pelanggaran prinsip
kesantunan oleh penutur akan menghasilkan tuturan yang berbentuk implisit yang
biasa disebut dengan implikatur, sehingga dari pelanggaran tersebut akan muncul
implikatur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.
Edi Subroto berpendapat bahwa metode kualitatif adalah metode pengkajian atau
metode penelitian terhadap suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang
dengan menggunakan metode statistik (1992:5).
Menurut Sudaryanto (1988:62), penelitian deskriptif itu dilakukan semata-
mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang memang secara
empiris hidup pada penuturnya, sehingga yang dihasilkan adalah perian bahasa
yang mempunyai sifat pemaparan yang apa adanya.
Dalam penelitian ini, penulis mencatat dengan teliti dan cermat data-data
yang berwujud tuturan yang terdapat dalam talk show Apa Kabar Indonesia
Malam di TV One. Dengan demikian, hasil analisis akan berbentuk deskripsi
fenomena prinsip kesantunan dan implikatur yang terdapat dalam talk show Apa
Kabar Indonesia Malam di TV One.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
pragmatik. Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang mendasarkan diri pada
reaksi atau tanggapan mitra tutur atau lawan tutur (Edi Subroto, 2007:65). Dalam
penelitian ini, pendekatan pragmatik digunakan untuk menjawab permasalahan
dan menginterpretasikan maksud dari tuturan yang dituturkan. Prinsip kesantunan
dan implikatur yang terdapat dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV
One dianalisis dengan mempertimbangkan faktor-faktor konteks situasi tuturnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
B. Sumber Data dan Data
Sumber data adalah asal data dari suatu penelitian diperoleh. Sumber data
merupakan bahan mentah data, yang dalam bentuk konkret tampak sebagai
segenap tuturan (Sudaryanto, 1990:33). Adapun sumber data dalam penelitian ini
adalah stasiun televise TV One yang menayangkan talk show Apa Kabar
Indonesia Malam di TV One.
Data merupakan semua informasi atau bahan yang disediakan oleh alam
(dalam arti luas) yang harus dicari atau dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti.
Data terdapat pada segala sesuatu apa pun yang menjadi bidang dan sasaran
penelitian. Data dapat terdapat pada wujud pemakaian bahasa, pada diri orang
perorang atau masyarakat, pada perilaku atau perbuatan perorangan atau
masyarakat, pada semua kegiatan masyarakat, pada alam apa pun dengan segala
fenomenanya (Edi Subroto, 2007:38).
Adapun data dalam penelitian ini adalah tuturan yang mengandung prinsip
kesantunan dan implikatur beserta konteks yang terdapat dalam talk show Apa
Kabar Indonesia Malam di TV One dari bulan Januari dan Februari 2011.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk memperoleh
data-data yang berkualitas. Sudaryanto (1993:133), menyebutkan lima macam
teknik pengumpulan data, yaitu teknik sadap, teknik simak libat cakap, teknik
simak bebas libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat. Adapun teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap,
teknik rekam dan teknik catat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Teknik simak bebas libat cakap adalah peneliti tidak dilibatkan secara
langsung untuk ikut menentukan pembentukkan dan pemunculan calon data
kecuali hanya sebagai pemerhati saja, pemerhati terhadap calon data yang
terbentuk dan muncul dari peristiwa kebahasaan yang berada di luar dirinya.
Penutur sumber data secara objektif diandaikan tidak menyadari bahwa tuturannya
disadap oleh linguis sang peneliti dan dijadikan data penelitian
(Sudaryanto,1993:134-135).
Ketika teknik simak bebas libat cakap digunakan, sekaligus dapat
dilakukan pula perekaman dengan menggunakan alat perekam. Pelaksanaan
merekam itu sudah barang tentu harus dilakukan sedemikian sehingga tidak
mengganggu kewajaran proses kegiatan pertuturan yang sedang terjadi; sehingga
dalam praktiknya, kegiatan merekam itu atau setidak-tidaknya tujuan merekam itu
cenderung selalu dilakukan tanpa sepengetahuan penutur sumber data atau
pembicara (Sudaryanto, 1993:135).
Teknik rekam adalah alat utama penulis untuk memudahkan analisis data.
Perekaman dapat dilakukan dengan menggunakan tape recorder sebagai alatnya.
Perekaman harus dilakukan dengan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
perekaman kewajaran proses kegiatan pertuturan yang sedang terjadi, sehingga
dalam praktiknya, kegiatan merekam itu cenderung selalu dilakukan tanpa
sepengetahuan sumber data atau pembicara (Sudaryanto, 1993:135). Alat bantu
yang digunakan untuk merekam dalam penelitian ini adalah handphone.
Setelah data dikumpulkan melalui teknik rekam, penulis kemudian
melakukan pencatatan terhadap data tersebut. Teknik catat dapat dilakukan
langsung ketika teknik simak bebas libat cakap dan teknik rekam selesai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
digunakan atau sesudah perekaman dilakukan, dan dengan menggunakan alat tulis
tertentu (Sudaryanto, 1993:135). Pencatatan dilakukan dengan melakukan
transkripsi data hasil rekaman dari handphone ke dalam sebuah transkrip data dari
talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One agar mudah dilakukan analisis.
Penulis kemudian memaparkan deskripsi data dalam bentuk teks percakapan
sekaligus menjelaskan konteks situasi percakapan.
D. Teknik Klasifikasi Data
Edi Subroto (2007:51) menyatakan bahwa perlu ditekankan kepada
peneliti untuk membatasi dan merumuskan masalah secara jelas perihal “apa” atau
“segi” tertentu tentang bahasa mana “yang diteliti”, menguraikan secara
secukupnya ruang lingkup atau cakupan yang diteliti, yaitu bagaimana sifat
penelitian itu dan semacamnya. Kesemuanya itu memberi arahan yang jelas yang
bersifat menuntun tahapan demi tahapan di dalam pelaksanaan penelitian
linguistik. Pemberian arahan atau tuntunan itu juga sekaligus memberikan isyarat-
isyarat tahapan apa yang akan dikerjakan berikutnya dan bagaimana tahapan
berikutnya itu dilakukan atau dikerjakan.
Teknik klasifikasi data pada penelitian ini dilakukan dengan cara memilih
tuturan-tuturan yang mengandung prinsip kesantunan dan implikatur. Hal tersebut
dikarenakan tidak semua tuturan mengandung prinsip kesantunan dan implikatur.
Adanya pengurutan data tersebut bermanfaat untuk mencocokkan data-
data dengan analisisnya, yaitu memberikan syarat tambahan apa yang akan
dikerjakan berikutnya dan bagaimana tahapan ini dilakukan dengan
mengurutkannya sesuai dengan tujuan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Contoh penomoran data :
Keterangan :
16 : Nomor urut data
AKIM : Apa Kabar Indonesia Malam
TV One : Stasiun televisi
17 Jan 2011 : tanggal, bulan, tahun data diperoleh.
Di dalam tuturan di atas tampak dengan jelas bahwa apa yang dituturkan
oleh Tina sebagai pembawa acara sungguh memaksimalkan keuntungan bagi
lawan tuturnya, yaitu salah satu pemain tim nasional yang ditunjuk untuk maju ke
depan mewakili teman-temanya. Penutur (Tina) mempersilakan mitra tuturnya
(salah satu pemain tim nasional) untuk duduk di kursi yang telah disediakan.
Tindakan mempersilakan Tina itu dituturkan melalui tuturan “langsung saja
silakan duduk!”. Tuturan silakan merupakan penanda lingual tindak tutur
direktif ‘mempersilakan’ yang merupakan pematuhan prinsip kesantunan maksim
kearifan. Prinsip kesantunan dengan pematuhan maksim kearifan sudah dilakukan
Konteks :Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina dan Divi.Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang santai. Pada saat acara berlangsungTina mempersilakan duduk salah satu pemain sepak bola tim nasional. TujuanTina ingin pemain tersebut mau melakukan permintaan Tina untuk duduk dikursi yang telah disediakan.Divi : “Ini nanti kita akan memanggil salah satu pemain tim nas, ya Tina.”Tina : “Oke. Kita panggil saja salah satu dari mereka, ayo salah satu dari
pemain disuruh atasannya maju ke depan nih! Hahahaha”Divi : (Sambil berjalan ke bawah) “Biar saya saja yang turun ke bawah
mengajak naik ke sini, Tina.”Tina : “Halo, apa kabar? Oke! Langsung saja silakan duduk! Nanti biarlah
saya dan Divi berdiri boleh, nggak apa-apa.”
(16/ AKIM / TV One/ 17 Jan 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
oleh Tina dengan meminimalkan kerugian lawan tutur dan memaksimalkan
keuntungan lawan tutur, yaitu dengan mempersilakan duduk narasumbernya. Tina
sebagai pembawa acara memang lebih santun berdiri daripada narasumber yang
berdiri. Hal ini dikarenakan kursi yang disediakan sudah tidak cukup lagi, terlalu
banyak narasumber yang disuruh maju ke depan.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data
bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data (Lexy J. Moleong, 2007:280).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis heuristik. Pragmatik sebagai pemecahan masalah dapat dilihat dari sudut
pandang penutur dan petutur. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini
adalah penerapan prinsip kesantunan dan implikatur percakapan. Leech (edisi
terjemahan M. D. D. Oka, 61-62), menjelaskan teknik heuristik berusaha
mengidentifikasikan daya pragmatik sebuah tuturan dengan merumuskan
hipotesis-hipotesis dan kemudian mengujinya berdasarkan data-data yang
tersedia. Bila hipotesis tidak teruji, akan dibuat hipotesis yang baru. Proses ini
terus berulang sampai akhirnya tercapai suatu pemecahan (berupa hipotesis yang
teruji kebenarannya, yaitu hipotesis yang tidak bertentangan dengan evidensi yang
ada). Pemecahan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat dari petutur karena
masalah yang ada di sini ialah masalah interpretasi tuturan, berdasarkan makna
tuturan, informasi mengenai latar belakang konteks dan asumsi-asumsi dasar, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
petutur membuat hipotesis-hipotesis mengenai tujuan-tujuan tertentu terhadap
masalah interpretasi tuturan tersebut.
Metode heuristik ini diterapkan dengan menggunakan pendekatan
kontekstual yang mengacu pada konsep bentuk tuturan yang mengandung prinsip
kesantunan dan implikatur. Metode analisis kontekstual adalah cara analisis data
dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan identitas konteks-
konteks yang ada (Kunjana Rahardi, 2005:16).
Adapun yang dimaksud dengan konteks adalah lingkungan sosial tuturan.
Konteks di dalam pragmatik, pada hakikatnya adalah segala latar belakang
pengetahuan yang dapat dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur (I Dewa
Putu Wijana, 2005:27).
F. Teknik Penyajian Analisis Data
Tahap akhir dalam penelitian ini adalah penyajian hasil analisis data. Hasil
analisis data disajikan dengan metode penyajian informal dan formal. Metode
penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa walaupun dengan
terminologi yang teknis sifatnya; sedangkan penyajian formal adalah perumusan
dengan tanda dan lambang-lambang. Tanda yang dimaksud di antaranya : tanda
tambah (+), tanda kurang (−), tanda bintang (*), tanda panah (→), tanda kurung
biasa ( ( ) ), tanda kurung kurawal ({ }), tanda kurung siku ([ ]). Adapun lambang
yang dimaksud di antaranya : lambang haruf sebagai singkatan nama (S, P, O, V,
K), lambang sigma (Ʃ) untuk satuan kalimat, dan berbagai diagram (Sudaryanto,
1993:145).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Dari sekian banyak penyajian formal yang dikemukakan oleh Sudaryanto,
maka dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan beberapa lambang dan
tanda-tanda. Lambang dan tanda-tanda tersebut adalah tanda kurung ( ( ) ), tanda
titik (.), tanda koma (,), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kutip (“…”), tanda
petik tunggal (‘…’).
Selain penyajian analisis formal, penulis juga menggunakan penyajian
hasil analisis data informal yaitu mendeskripsikan hasil analisis dengan kata-kata
biasa untuk menjelaskan atau menafsirkannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
BAB IV
ANALISIS DATA
Analisis data merupakan tahap yang paling penting dalam sebuah
penelitian. Tahap ini dilakukan untuk menemukan jawaban-jawaban yang
berhubungan dengan rumusan masalah. Pada pembahasan penelitian Pematuhan
dan Pelanggaran Prinsip Kesantunan serta Implikatur Percakapan dalam Talk
Show “Apa Kabar Indonesia Malam” di TV One: Suatu Tinjauan Pragmatik ini,
penulis khususkan pada percakapan antara pembawa acara dengan narasumber.
Deskripsi dalam analisis ini meliputi tiga bagian, yaitu wujud pematuhan prinsip
kesantunan dalam talk show AKIM, wujud pelanggaran prinsip kesantunan dalam
talk show AKIM, dan wujud implikatur percakapan dalam talk show AKIM.
A. Pematuhan Prinsip Kesantunan dalam Talk Show AKIM
1. Pematuhan Maksim Kearifan (tact maxim)
Maksim kearifan berisi dua submaksim, yaitu (a) buatlah kerugian
orang lain sekecil mungkin, dan (b) buatlah keuntungan orang lain sebesar
mungkin. Maksim kearifan dalam ilokusi impositif dan ilokusi komisif. Data
yang merupakan pematuhan maksim kearifan dapat dilihat pada contoh
percakapan berikut.
(1) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina danPak Aga. Tuturan disampaikan dengan intonasi yang sedang dan dalamsuasana yang santai. Pak Aga bermaksud untuk memberi tahu kepadapara pemain U-23 bahwa pelatih menyuruh para pemain untuk pulangterlebih dahulu sebelum berangkat ke Turkmenistan. Tujuannya supayapara pemain bersedia pulang dan berpamitan dengan keluarganya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tina : “Pak Aga mungkin tambahan untuk mulai pelatihan bagi tim nasU-23, akan dimulai kapan? Untuk pelatihan akan dimulai kapanPak Aga atau tim nas U-23 ini.”
Aga : “Tanggal 24 dimulainya.”Tina : “24. Jadi sekarang masih boleh pada pulang kampung dulu?”Aga : “Dari coach cuma kayaknya diizinkan pulang terlebih dahulu
masing-masing bertemu keluarganya. Yang mau pulang, pulangsaja!”
(18/AKIM/TV One/17 Jan 2011)
Pada percakapan (1) terdapat pematuhan terhadap maksim kearifan,
khususnya submaksim kedua karena memberikan keuntungan kepada orang
lain sebesar mungkin. Pematuhan terlihat pada tuturan Bapak Aga “Yang
mau pulang, pulang saja!”. Tuturan tersebut disampaikan oleh Bapak Aga
kepada para pemain U-23 yang akan belajar sepak bola ke Turkmenistan.
Tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur direktif, karena merupakan
tuturan menyuruh. Tuturan pulang saja adalah penanda lingual dari tindak
tutur direktif ‘menyuruh’.
Tuturan “Yang mau pulang, pulang saja!” mematuhi maksim
kearifan karena memberikan keuntungan kepada orang lain yaitu para pemain
sepak bola U-23. Bapak Aga yang mewakili coach U-23, memberi tahu
bahwa para pemain boleh pulang terlebih dahulu. Oleh karena itu, Bapak Aga
menyuruh para pemain untuk pulang karena tidak akan bertemu dengan
keluarga dalam waktu yang cukup lama. Tuturan tersebut jelas memberi
keuntungan bagi para pemain, karena diberi kesempatan untuk pulang dan
berpamitan dengan keluarga terlebih dahulu. Jika dilihat dari skala untung
rugi, tuturan tersebut memberi keuntungan kepada orang lain (petutur)
sehingga tuturan tersebut termasuk tindak tutur yang santun. Dilihat dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
skala jarak sosial, hubungan sosial Bapak Aga dengan para pemain sepak
bola U-23 tidak terlalu dekat, maka tuturan yang disampaikan lebih santun.
Contoh data lain yang menunjukkan pematuhan maksim kearifan dapat
dilihat pada percakapan berikut.
(2) Konteks tuturan : Tuturan disampaikan oleh Tina kepada Bang Effendy.Tuturan tersebut dituturkan dalam suasana yang santai. Tina merasasenang bertemu dengan Bang Effendy, dan mempersilakan Bang Effendyuntuk duduk di sofa merah. Tujuannya supaya Bang Effendy bersediaduduk di sofa.Tina : “Ini dia, yang satu jurnalis yang kemudian menjadi anggota
parlemen, apa kabar Bang Effendy Ghazali?”Effendy : “Selamat malam. Baik Tina.”Tina : “Silakan duduk, Bang Effendy!”
(82/AKIM/TV One/21 Jan 2011)
Pada percakapan (2) terdapat pematuhan terhadap maksim kearifan,
khususnya submaksim pertama karena membuat kerugian orang lain sekecil
mungkin. Pematuhan terlihat pada tuturan Tina, “Silakan duduk, Bang
Effendy!”. Tuturan tersebut disampaikan oleh Tina kepada Bang Effendy.
Tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur direktif, karena merupakan
tuturan mempersilakan. Tuturan silakan adalah penanda lingual dari tindak
tutur direktif ‘mempersilakan’.
Tuturan “Silakan duduk, Bang Effendy!”, mematuhi maksim
kearifan karena memberikan keuntungan kepada Bang Effendy dan bukan
memberi kerugian. Keuntungan tersebut adalah memberikan kenyamanan
terhadap Bang Effendy untuk duduk di sofa yang telah disediakan. Jika
dilihat dari skala untung-rugi, tuturan tersebut menguntungkan bagi Bang
Effendy. Sudah selayaknya Tina sebagai pembawa acara memberikan
kenyamanan bagi narasumber yang hadir. Tuturan yang memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
keuntungan kepada orang lain tersebut, berdasarkan skala untung-rugi
termasuk tindak tutur yang santun.
Pematuhan terhadap submaksim pertama maupun kedua dalam prinsip
kesantunan maksim kearifan tersebut, dapat dikatakan memiliki karakteristik
yang sama, yaitu bahwa penutur berusaha memberi keuntungan terhadap
orang lain.
2. Pematuhan Maksim Kedermawanan (generosity maxim)
Maksim kedermawanan berisi dua submaksim, yaitu (a) buatlah
keuntungan diri sendiri sekecil mungkin, dan (b) buatlah kerugian diri
sendiri sebesar mungkin. Maksim kedermawanan dalam ilokusi impositif dan
komisif. Data yang merupakan pematuhan maksim kedermawanan dapat
dilihat pada contoh percakapan berikut.
(3) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tinadengan Egie. Tuturan tersebut disampaikan dalam suasana yang santai.Tina menyampaikan pertanyaan kepada Egie, mau mudik atau tidak.Sebelum Egie berangkat ke Turkmenistan untuk latihan sepak bola,Egie memilih untuk memperkuat club walaupun Egie akan terbang keTurkmenistan dan lama tidak bertemu dengan keluarganya.Tina : “Kalau Egie dari mana asalnya?”Egie : “Jakarta”Tina : “Dari Jakarta. Jadi nggak mungkin ya nggak mudik?”Egie : “Nggak mbak! Untuk memperkuat klub.”Tina : “Nggak pulang? Kagum saya nggak pulang heeeemmm.”
(19/AKIM /TV One/17 Jan 2011)
Pada percakapan (3) terdapat pematuhan terhadap maksim
kedermawanan, terutama terhadap submaksim pertama yaitu membuat
keuntungan diri sendiri sekecil mungkin. Pematuhan terlihat pada tuturan
Egie, “Nggak mbak! Untuk memperkuat klub.”. Tuturan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
termasuk dalam tindak tutur komisif karena menyanggupi. Tuturan nggak
mbak adalah penanda lingual dari tindak tutur komisif ‘menyanggupi’.
Tuturan Egie tersebut dituturkan kepada Tina, untuk memberi tahu
kepada Tina bahwa Egie menyatakan kesanggupan untuk tidak pulang dan
tetap di klub. Tuturan Egie, “Nggak mbak! Untuk memperkuat klub”,
merupakan pematuhan maksim kedermawanan karena Egie memberikan
keuntungan diri sendiri sekecil mungkin, dan memberikan keuntungan yang
banyak terhadap klub sepak bola.
Jika dikaitkan dengan skala untung-rugi, tuturan Egie tersebut jelas
merugikan Egie. Kerugian yang dialami oleh Egie yaitu Egie tidak pulang
dan tidak akan bertemu dengan keluarganya. Sementara keuntungan yang
didapatkan oleh klub yaitu, klub tersebut tidak kehilangan salah satu pemain
sehingga menguntungkan klub tersebut.
Contoh percakapan lain yang merupakan pematuhan maksim
kedermawanan ialah sebagai berikut.
(4) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tinadengan Bapak Maruarar. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yangsantai. Tina bermaksud menyuruh Pak Maruarar untuk menggunakanmikrofon Tina terlebih dahulu karena belum memakai mikrofon.Tujuannya suapaya Bapak Maruarar mau menggunakan mik tersebutsehingga suara Bapak Maruarar terdengar jelas oleh para pemirsa.Tina : “Selamat malam bang.”Maruarar : “Apa kabar Tina?”Tina : “Baik. Sebelum pakai miknya, nggak pa-pa. Pakai mik
saya dulu saja bang! Ini kita sudah singgung sedikit yangsudah berlangsung di komisi III.
(101/AKIM/TV One/24 Jan 2011)
Pada percakapan (4) terdapat pematuhan terhadap maksim
kedermawanan, khususnya submaksim yang kedua karena membuat kerugian
terhadap diri sendiri sebesar mungkin. Pematuhan terlihat pada tuturan Tina,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
“Pakai mik saya dulu saja bang!” Tuturan tersebut disampaikan oleh Tina
kepada Bapak Maruarar. Tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
direktif, karena merupakan tuturan menyuruh. Tuturan pakai mik saya adalah
penanda lingual dari tindak tutur direktif ‘menyuruh’.
Tuturan “Pakai mik saya dulu saja!”, mematuhi maksim
kedermawanan karena memberikan keuntungan kepada Bapak Maruarar dan
bukan memberi kerugian. Keuntungan Bapak Maruarar tersebut adalah Tina
memberikan mikrofonnya untuk Bapak Maruarar karena mikrofon yang
dipakai Bapak Maruarar tidak berfungsi dengan baik. Jika dilihat dari skala
untung-rugi, tuturan tersebut menguntungkan bagi Bapak Maruarar dan
merugikan Tina. Bapak Maruarar sangat diuntungkan karena mendapat
mikrofon dari Tina, sedangkan Tina dirugikan karena mikrofonnya harus
diberikan kepada Bapak Maruarar. Tuturan yang memberikan keuntungan
kepada orang lain tersebut, berdasarkan skala untung-rugi termasuk tindak
tutur yang santun.
Pematuhan terhadap submaksim pertama maupun kedua dalam prinsip
kesantunan maksim kedermawanan tersebut, dapat dikatakan memiliki
karaktersitik yang sama, yaitu bahwa penutur berusaha memberi kerugian
terhadap diri sendiri sebesar mungkin.
3. Pematuhan Maksim Pujian (approbation maxim)
Maksim pujian mempunyai dua submaksim, yaitu (a) kecamlah orang
lain sedikit mungkin, dan (b) pujilah orang lain sebanyak mungkin. Maksim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
pujian dalam ilokusi ekspresif dan asertif. Data yang merupakan pematuhan
maksim pujian dapat dilihat pada contoh percakapan berikut.
(5) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina, AdjieMasaid dan Wolf Gang Pikal. Tuturan tersebut terjadi dalam situasi yangsantai. Mereka sedang membicarakan para pemain yang akan dikirim keTurkmenistan. Walf Gang Pikal terdengar memuji salah satu pemain.Tujuannya yaitu Walf Gang bermaksud memberikan pujian terhadapsalah satu pemain sepak bola yaitu Okto.Tina : “Katanya di Turkmenistan suhunya 5o jadi para pemain
harus beradaptasi dengan cuaca dan pemain bagus gitu ya,karena tidak terbiasa kita dari negara tropis. Mas Adjie,kalau tinggi mereka rata-rata 180, kita berapa yang U-23ini?”
Adjie : “Eeeeee, yang 180 ada beberapa ya Wolf?”Wolf Gang Pikal : “Karena sebetulnya di dalam U-23 ada 25 orang yang
saya rasa mungkin ada 10 pemain di atas 180, tapi ada juga5 pemain di bawah 160. Soalnya kita banyak pemainlincah seperti Okto kecil tapi juga luar biasa.”
(5/AKIM/TV One/17 Jan 2011)
Pada percakapan (5) terdapat pematuhan maksim pujian, terutama
pematuhan terhadap submaksim kedua yaitu penutur memuji orang lain.
Pematuhan dilakukan oleh Wolf Gang Pikal dan pujian tersebut ditujukan
kepada Okto (salah satu pemain tim nas). Pematuhan dapat dilihat pada
tuturan “Soalnya kita banyak pemain lincah seperti Okto kecil tapi juga
luar biasa”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur ekspresif, yaitu penutur
memuji orang lain. Tuturan luar biasa adalah penanda lingual tindak tutur
ekspresif ‘memuji’.
Penutur (Wolf Gang Pikal) memberikan pujian terhadap Okto. Penutur
(Wolf Gang Pikal) menuturkan “Soalnya kita banyak pemain lincah
seperti Okto kecil tapi juga luar biasa”, yang memuji Okto. Wolf Gang
Pikal kagum dengan Okto, walaupun Okto mempunyai struktur tubuh yang
kecil namum mempunyai kualitas permainan sepak bola yang luar biasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Contoh percakapan lain yang merupakan pematuhan maksim pujian
ialah sebagai berikut.
(6) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang disampaikan oleh Tinakepada Bang Ruhut. Tina menyindir Bang Ruhut. Tuturan disampaikandengan intonasi yang sedang dan dalam suasana yang santai namunsedikit menggunakan nada sindiran. Namun, Bang Ruhut memberikanpujian kepada Bapak SBY, bahwa Bang Ruhur merasa bangga dengansikap kepemimpinan Presiden SBY terkait masalah pernyataan presidenyang tidak pernah naik gaji.Tina : “Bang Ruhut, jangan-jangan gajinya gedean Bang Ruhut
dibanding presiden?”Ruhut : “Terus terang kita sebenarnya bangga dan ada rasa
haru. Seorang kepala negara yang demikian bekerjakeras, ya! Kebetulan saya anak buahnya saya tahu karierbeliau dalam bekerja 1x24 jam itu kurang.”
(62/AKIM/TV One/21 Jan 2011)
Pada percakapan (6) terdapat pematuhan terhadap maksim pujian,
terutama submaksim kedua yaitu penutur memuji orang lain sebanyak
mungkin. Pematuhan dilakukan oleh Bang Ruhut dan pujian tersebut
ditujukan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pematuhan dapat
dilihat pada tuturan “Terus terang kita sebenarnya bangga dan ada rasa
haru. Seorang kepala negara yang demikian bekerja keras, ya!
Kebetulan saya anak buahnya saya tahu karier beliau dalam bekerja
1x24 jam itu kurang”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur ekspresif,
yaitu penutur memberikan pujian terhadap orang lain, namun pujian tersebut
diucapkan secara tidak langsung. Tuturan terus terang kita sebenarnya
bangga dan ada rasa haru, adalah penanda lingual tindak tutur ekspresif
‘memuji’.
Penutur Bang Ruhut memberikan pujian terhadap Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono. Penutur (Bang Ruhut) menuturkan “Terus terang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
kita sebenarnya bangga dan ada rasa haru. Seorang kepala negara yang
demikian bekerja keras, ya! Kebetulan saya anak buahnya saya tahu
karier beliau dalam bekerja 1x24 jam itu kurang”. Tuturan tersebut
merupakan pematuhan maksim pujian. Tuturan dari Bang Ruhut tersebut
mempunyai maksud memuji kinerja dari Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono.
4. Pematuhan Maksim Kerendahan Hati (modesty maxim)
Maksim kerendahan hati mempunyai dua submaksim, yaitu (a) pujilah
diri sendiri sedikit mungkin dan (b) kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin.
Maksim kerendahan hati dalam ilokusi ekspresif dan asertif. Data yang
merupakan pematuhan maksim kerendahan hati dapat dilihat pada contoh
percakapan berikut.
(7) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina danBang Frans. Tuturan tersebut terjadi dalam situasi yang santai. Tinasangat kagum dengan penampilan Bang Frans yang bermain musikdengan sisir sebagai alat musik. Tujuan Tina yaitu memberikan pujiankepada Bang Frans.Tina : “Achhhhhh, keren banget. Hahahahaha.
Yang keren bukan saya, beliau maksudnya. Bang Frans,coba saya mau tanya semua pasti terpana pasti takjub. Sayamau lihat! Ini kru semua mukanya juga pada terperanah semua.Ini hanya sisir sama plastik?”
Frans : “Ya”(75/AKIM /TV One/21 Jan 2011)
Pada percakapan (7) terdapat pematuhan terhadap maksim kerendahan
hati, khususnya submaksim kedua yaitu mengecam diri sendiri sebanyak
mungkin. Pematuhan terjadi karena Tina meminimalkan pujian terhadap
dirinya sendiri. Pematuhan dilakukan oleh Tina, yaitu pada tuturan “yang
keren bukan saya, beliau maksudnya”. Tuturan tersebut termasuk tindak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
tutur ekspresif, karena memuji orang lain. Tuturan yang keren merupakan
penanda lingual tindak tutur ekspresif ‘memuji’.
Penutur (Tina) memberikan pujian terhadap Bang Frans dan
merendahkan diri sendiri. Penutur (Tina) menuturkan “yang keren bukan
saya, beliau maksudnya”, dan tuturan tersebut merupakan pematuhan
maksim kerendahan hati. Tuturan dari Tina tersebut mempunyai maksud
memuji kemampuan Bang Frans dalam bermain musik dengan menggunakan
sisir. Tina akan merasa lebih santun dengan memberikan pujian kepada Bang
Frans sebanyak mungkin untuk merendahkan diri.
Berikut contah data lain yang merupakan pematuhan maksim
kerendahan hati.
(8) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina danBang Frans. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang santai. Tinabermaksud memberikan pujian kepada Bang Frans, namun terkihat darituturan Bang Frans bahwa Bang Frans cenderung lebih merendahkandiri. Tujuannya supaya Bang Frans tidak menjadi sombong..Tina : “Jadi bukan karena sisir ajaib gitu ya?Frans : “Nggak!”Tina : “Plastiknya apa aja?”Frans : “Sebenarnya yang ajaib itu Tuhan.”
(78/AKIM /TV One/21 Jan 2011)
Pada percakapan (8) terdapat pematuhan terhadap maksim kerendahan
hati, khususnya submaksim pertama yaitu pujilah diri sendiri sedikit
mungkin. Pematuhan maksim kerendahan hati terjadi karena Bang Frans
meminimalkan pujian terhadap dirinya sendiri dihadapan Tina dan penonton
yang melihat penampilan Bang Frans. Pematuhan maksim kerendahan hati
dilakukan oleh Bang Frans, yaitu pada tuturan “Sebenarnya yang ajaib itu
Tuhan.” Tuturan tersebut termasuk tindak tutur asertif, menunjukkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
yang ajaib itu Tuhan bukan Bang Frans. Tuturan Sebenarnya yang ajaib itu
Tuhan, merupakan penanda lingual tindak tutur asertif ‘menunjukkan’.
Penutur (Bang Frans) berusaha untuk merendahkan dirinya sendiri
agar tidak menjadi sombong. Penutur (Bang Frans) menuturkan
“Sebenarnya yang ajaib itu Tuhan”, dan tuturan tersebut merupakan
pematuhan maksim kerendahan hati. Tuturan dari Bang Frans tersebut
mempunyai maksud memuji kebesaran Tuhan YME yang memiliki semua
alam semesta ini. Bang Frans tidak memuji dirinya sendiri, karena merasa
bahwa kemampuan yang dimiliki merupakan anugerah dari Tuhan. Bang
Frans sungguh memaksimalkan pematuhan dihadapan Tina dan penonton
yang menyaksikan acara tersebut.
5. Pematuhan Maksim Kesepakatan (agreement maxim)
Maksim kesepakatan terdiri dari dua submaksim, yaitu (a) usahakan
agar ketaksepakatan antara diri dan lain terjadi sesedikit mungkin, dan (b)
usahakan kesepakatan antara diri dengan lain terjadi sebanyak mungkin.
Maksim kesepakatan diatur dalam ilokusi asertif. Data yang merupakan
pematuhan maksim kesepakatan dapat dilihat pada contoh percakapan
berikut.
(9) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina,Bapak Ramandhan dan Bang Effendy Ghazali. Tuturan tersebut terjadidalam suasana yang santai. Mereka membahas mengenai kasus‘pembohongan publik’ yang dilontarkan tokoh-tokoh agama yangditujukan kepada presiden. Bang Effedy menyetujui pernyataan yangdilontarkan oleh Tina dan Bang Ramadhan.Tina : “Tapi kan tokoh agama nggak bisa nggak bohong juga.”Ramadhan : “Setuju!”Effendy : “Kalau itu setuju. Dan dalam hal pembohongan publik
itu definisinya sederhana, lie to the public on the matter of
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
the interest. Jadi artinya, ada kebohongan di depan publik,kepada publik, tentang hal-hal yang terkait dengankepentingan publik. Itu tadi ya.”
(93/AKIM /TV One/21 Jan 2011)
Pada percakapan (9) terdapat pematuhan terhadap maksim
kesepakatan, khususnya submaksim pertama yaitu usahakan ketaksepakatan
antara diri dan lain terjadi sesedikit mungkin. Pematuhan maksim
kesepakatan terjadi antara Tina, Bapak Ramadhan dari farksi partai
Demokrat dan Bang Effendy Ghazali. Pematuhan maksim kesepakatan
dituturkan oleh Bang Effendy, yaitu pada tuturan “Kalau itu setuju”.
Tuturan tersebut termasuk tindak tutur asertif, yaitu menyetujui terhadap
suatu hal. Tuturan setuju adalah penanda lingual tindak tutur asertif
‘menyetujui’.
Dari tuturan Bang Effendy “Kalau itu setuju”, petutur menyetujui
pernyataan yang diucapkan oleh Tina dan Bapak Ramadhan sehingga
menunjukkan kesepakatan antara penutur dan mitra tutur. Bang Ramadhan
dan Effendy Ghazali sama-sama menyetujui, karena apa yang dikatakan Tina
adalah suatu kebenaran. Kesepakatan antara penutur dan mitra tutur dapat
terlihat dengan jelas, sehingga dari tuturan tersebut menunjukkan pematuhan
maksim kesepakatan. Penutur setuju dengan pendapat Tina yang mengatakan
bahwa tokoh agama tidak bisa tidak berbohong.
Contoh lain yang menyatakan pematuhan maksim kesepakatan terdapat
pada percakapan berikut.
(10) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina,Bapak Yoris dan Bapak Anas. Tuturan tersebut terjadi dalam suasanayang santai. Mereka membahas mengenai kompetisi politik yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
sedang terjadi dan Bapak Anas mengakui kalau terjadi kompetisipolitik.Tina : “Kompetisi politik begitu?”Yoris : “Artinya, tidak keluar daripada subtansi bukan?”Anas : “Iya, saya mengakui itu”
(100/AKIM /TV One/24 Jan 2011)
Pada percakapan (10) terdapat pematuhan terhadap maksim
kesepakatan, khususnya submaksim kedua, yaitu usahakan kesepakatan
antara diri sendiri dengan orang lain sebanyak mungkin. Pematuhan maksim
kesepakatan terjadi antara Tina, Bapak Yoris dari partai Golkar dan Bapak
Anas Urbaningrum dari partai Demokrat. Pematuhan maksim kesepakatan
dituturkan oleh Bapak Anas Urbaningrum, yaitu pada tuturan “Iya, saya
mengakui itu”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur asertif, yaitu
mengakui akan kebenaran suatu hal. Tuturan Iya, saya mengakui itu adalah
penanda lingual tindak tutur asertif ‘mengakui’.
Dari tuturan Bapak Anas “Iya, saya mengakui itu” penutur
mengemukakan pengakuan suatu hal, sehingga menunjukkan kesepakatan
antara penutur dan mitra tutur. Kesepakatan antara Tina, Bapak Yoris dan
Bapak Anas adalah akan terjadi kompetisi politik. Bapak Anas mengakui
akan adanya kompetisi politik kalau masalah Gayus dengan Satgas
diperpanjang. Dengan demikian, terlihat jelas pematuhan maksim
kesepakatan dilakukan oleh Bapak Anas Urbaningrum.
6. Pematuhan Maksim Simpati (sympathy maxim)
Maksim simpati terdiri dari dua submaksim, yaitu (a) kurangi rasa
antipati antara diri dengan lain hingga sekecil mungkin dan (b) tingkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan lain. Maksim simpati
diatur dalam ilokusi asertif. Data yang merupakan pematuhan maksim simpati
dapat dilihat pada contoh percakapan berikut.
(11) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tinadengan Bapak Arif. Tuturan tersebut dituturkan dalam suasana yangsedikit memprihatinkan. Bapak Arif menceritakan keadaan anaknyayang sedang sakit tumor, namun sudah sedikit membaik. Tina merasakasihan melihat keadaan anak Bapak Arif, namun sedkit senangmendengar pernyataan Pak Arif bahwa keadaan anaknya yang sudahsedikit membaik. Tujuan Tina yaitu menunjukkan rasa simpatinya.Tina : “Boleh saya tahu bagaimana perkembangan Sauzan?”Arif : “Dari serangkaian tes yang dua hari lalu dilakukan itu tidak
ada menunjukkan adanya penyebaran ke sumsum tulang daneeee cairan otak. Dan menurut tim medis dokter yangmenangani penyebarannya ke luar bukan ke dalam.”
Tina : “Alhamdulillah kita senang mendegarnya. Artinya nggakada yang ke dalam begitu ya pak?”
(87/AKIM /TV One/21 Jan 2011)
Pada percakapan (11) terdapat pematuhan terhadap maksim simpati,
khususnya submaksim pertama karena mengurangi rasa antipati antara diri
dengan lain hingga sekecil mungkin. Pematuhan terhadap maksim simpati
dilakukan oleh Tina terhadap Bapak Arif. Pematuhan dapat dilihat pada
tuturan “Alhamdulillah kita senang mendegarnya”. Tuturan tersebut
termasuk tindak tutur asertif karena Tina menunjukkan rasa senang. Tuturan
Alhamdulilah kita senang mendengarnya adalah penanda lingual tindak tutur
asertif ‘menunjukkan rasa senang’.
Berdasarkan tuturan yang dituturkan oleh penutur “Alhamdulillah
kita senang mendegarnya”, menunjukkan pematuhan maksim simpati.
Penutur (Tina) memberikan rasa simpati kepada mitra tuturnya (Bapak Arif).
Melalui tuturan tersebut menunjukkan bahwa penutur (Tina) mempunyai rasa
simpati kepada petutur (Bapak Arif), yaitu mengungkapkan rasa senang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
sebagai wujud simpati kepada Bapak Arif. Bapak Arif adalah orang tua dari
Sauzan, dan Sauzan adalah balita berusia 4 tahun yang menderita penyakit
tumor dibagian wajah hingga menutupi 2/3 wajahnya sehingga harus di
operasi.
Contoh data lain yang menunjukkan pematuhan maksim simpati dapat
dilihat pada percakapan berikut.
(12) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Dividengan Ibu Linda. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang sedikitmemprihatinkan. Divi bermaksud menujukkan keprihatinannya kepadaIbu Linda karena masalah yang dihadapi Ibu Linda sungguh berat.Tujuan Divi adalah menujukkan rasa simpatinya kepada Ibu Linda.Divi : “Baiklah Ibu. Saya turut prihatin, semoga kasus atau
masalah ibu ini bisa diselesaikan dengan seadil-adilnya.Nanti kita akan lihat proses hukum ibu.”
Linda : “Terima kasih”(115/AKIM /TV One/11 Feb 2011)
Pada percakapan (12) terdapat pematuhan terhadap maksim simpati,
khususnya submaksim kedua yaitu meningkatkan rasa simpati sebanyak
mungkin. Pematuhan terhadap maksim simpati dilakukan oleh Divi kepada
Ibu Linda. Pematuhan maksim simpati dapat dilihat pada tuturan “Saya turut
prihatin, semoga kasus atau masalah ibu ini bisa diselesaikan dengan
seadil-adilnya”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur asertif karena Divi
mengungkapkan keprihatinannya kepada Ibu Linda. Tuturan Saya turut
prihatin, semoga kasus atau masalah ibu ini bisa diselesaikan dengan seadil-
adilnya adalah penanda lingual tindak tutur asertif ‘menunjukkan
keprihatinan’.
Berdasarkan tuturan yang dituturkan oleh penutur (Divi) “Saya turut
prihatin, semoga kasus atau masalah ibu ini bisa diselesaikan dengan
seadil-adilnya”, menunjukkan pematuhan maksim simpati. Penutur (Divi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
memberikan rasa simpati kepada mitra tuturnya (Ibu Linda). Melalui tuturan
tersebut menunjukkan bahwa penutur (Divi) mempunyai rasa simpati kepada
petutur (Ibu Linda), yaitu mengungkapkan rasa keprihatinannya sebagai
bentuk rasa simpati kepada Ibu Linda. Divi prihatin dengan nasib Ibu Linda
yang tersangkut dengan masalah hukum. Ibu Linda adalah salah satu
tersangka kasus Bank Century.
Adapun pematuhan prinsip kesantunan dalam tuturan talk show AKIM
di TV One, secara lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1
Pematuhan prinsip kesantunan dalam talk show AKIM
No Pematuhan Prinsip Kesantunan Nomor Data1.
2.
3.
4.
5.
Maksim Kearifana. Submaksim pertama
b. Submaksim kedua
Maksim Kedermawanana. Submaksim pertamab. Submaksim kedua
Maksim Pujiana. Submaksim pertamab. Submaksim kedua
Maksim Kerendahan Hatia. Submaksim pertamab. Submaksim kedua
Maksim Kesepakatana. Submaksim pertamab. Submaksim kedua
3, 9, 13, 15, 10, 16, 23, 33, 42, 51, 68,79, 82, 108.18, 33, 64, 107, 113, 114.
19, 27, 98.11, 16, 44, 101.
2, 8, 14, 19, 38, 63, 76, 80, 110, 112.5, 6, 62, 69.
78.75, 118.
54, 74, 93, 106, 1107.55, 95, 97, 100.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
6. Maksim Simpatia. Submaksim pertamab. Submaksim kedua
34, 60, 61, 70, 81, 87, 88, 90, 111, 119.115, 118.
B. Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam Talk Show AKIM
1. Pelanggaran Maksim Kearifan (tact maxim)
Maksim kearifan berisi dua submaksim, yaitu (a) buatlah kerugian
orang lain sekecil mungkin, dan (b) buatlah keuntungan orang lain sebesar
mungkin. Maksim kearifan dalam ilokusi impositif dan ilokusi komisif. Data
yang merupakan pelanggaran maksim kearifan dapat dilihat pada contoh
percakapan berikut.
(13) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina danAdjie Masaid. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang santai. Tinamenyuruh para pemain yang duduk di bawah untuk berdiri. TujuanTina yaitu agar para pemain mau melakukan perintahnya.Adji : “Ini yang akan bermain U-23 yang sudah terpilih gitu ya.”Tina : “Ini diaaaaaaa. Kita akan menggantungkan harapan,
berdiri semuanya, berdiri yang umur 23! Kok malu-maluberdirinya.”
Adji : “Iya, makasih.”(4/AKIM/TV One/17 Jan 2011)
Pada percakapan (13) terdapat pelanggaran maksim kearifan,
khususnya submaksim pertama yaitu penutur memberikan kerugian orang
lain sebesar mungkin. Pelanggaran dilakukan oleh Tina dengan tuturan “Kita
akan menggantungkan harapan, berdiri semuanya, berdiri yang umur
23!”. Tuturan tersebut disampaikan oleh Tina kepada para pemain U-23.
Tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur direktif, karena merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
tuturan menyuruh. Tuturan berdiri adalah penanda lingual dari tindak tutur
direktif ‘menyuruh’.
Tuturan yang disampaikan Tina “Kita akan menggantungkan
harapan, berdiri semuanya, berdiri yang umur 23!’, merupakan
pelanggaran maksim kearifan karena memberikan kerugian kepada para
pemain U-23 yang hadir di acara tersebut bukan keuntungan. Para pemain U-
23 sedang duduk di bawah panggung bersama teman-teman dan pemirsa
yang lain. Kerugian para pemain U-23 adalah mereka harus berdiri dan
mematuhi perintah dari Tina. Dilihat dari skala untung-rugi, tuturan tersebut
merugikan pemain U-23, karena mereka harus berdiri untuk melaksanakan
perintah dari Tina. Dilihat dari skala ketaklangsungan, tuturan tersebut
merupakan tuturan langsung. Dilihat dari skala kemanasukaan atau pilihan,
penutur tidak memberikan pilihan kepada pemain U-23. Pemain U-23 tidak
bisa memilih untuk berdiri atau tidak. Tuturan Tina tersebut merupakan
tindak tutur imperatif yaitu tuturan yang mempunyai maksud memerintah.
Dengan demikian tuturan yang disampaikan oleh Tina merupakan
pelanggaran maksim kearifan.
Contoh data lain yang menunjukkan pelanggaran maksim kearifan
dapat dilihat pada percakapan berikut.
(14) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Said,Divi, Ogi, dan Nirina. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yangsantai. Said, Divi, Ogi berdebat tentang pemain naturalisasi, kemudianNirina menyela dan menyuruh para penonton untuk bertepuk tangan.Tujuan Nirina yaitu para penonton mau melakukan perintahnya untukbertepuk tangan. Dalam tuturan ini penonton melakukan perintah dariNirina.Said : “Oke, paling nggak sebenarnya akhirnya kita dan teman-
teman kita yang baru jadi entertainment akhirnya mengikutijuga tim nas, karena di sana kita juga ada pemain naturalisasi.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Divi : “Nah.”Ogi : “Sebenarnya bukan naturalisasi, tapi desentralisasi yang
bener.”Divi : “Puas Ogi?”Ogi : “Ya, ada apa?”Nirina : “Sebentar, ini sekarang yang artisnya bukan kita, yang
artisnya adalah mereka yang ada di depan ini dong. Tepuktangan buat mereka!” ( Semua hadirin bertepuk tangan)
(12/AKIM/TV One/17 Jan 2011)
Pada percakapan (14) terdapat pelanggaran maksim kearifan,
khususnya submaksim kedua yaitu penutur memberikan keuntungan orang
lain sekecil mungkin. Pelanggaran dilakukan oleh Nirina dengan tuturan
“Tepuk tangan buat mereka!”. Tuturan tersebut disampaikan oleh Nirina
kepada seluruh pemirsa. Tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
direktif, karena merupakan tuturan menyuruh. Tuturan tepuk tangan adalah
penanda lingual dari tindak tutur direktif ‘menyuruh’.
Tuturan yang disampaikan Nirina “Tepuk tangan buat mereka!’,
merupakan pelanggaran maksim kearifan karena memberikan kerugian
kepada para pemirsa yang hadir dalam acara tersebut bukan keuntungan. Para
pemirsa sedang menikmati acara tersebut, kemudian Nirina menyuruh
mereka untuk bertepuk tangan. Kerugian para pemirsa adalah mereka harus
bertepuk tangan dan mematuhi perintah Nirina. Dilihat dari skala untung-
rugi, tuturan tersebut merugikan pemirsa, karena mereka harus bertepuk
tangan untuk melaksanakan perintah Nirina. Dilihat dari skala
ketaklangsungan, tuturan tersebut merupakan tuturan langsung. Dilihat dari
skala kemanasukaan atau pilihan, penutur tidak memberikan pilihan kepada
para pemirsa. Pemirsa tidak bisa memilih untuk bertepuk tangan atau tidak.
Tuturan Nirina tersebut merupakan tindak tutur imperatif yaitu tuturan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
mempunyai maksud memerintah. Dengan demikian tuturan yang
disampaikan oleh Tina merupakan pelanggaran maksim kearifan.
2. Pelanggaran Maksim Kedermawanan (generosity maxim)
Maksim kedermawanan berisi dua submaksim, yaitu (a) buatlah
keuntungan diri sendiri sekecil mungkin, dan (b) buatlah kerugian diri
sendiri sebesar mungkin. Maksim kedermawanan dalam ilokusi impositif
dan ilokusi komisif. Data yang merupakan pelanggaran maksim
kedermawanan dapat dilihat pada contoh percakapan berikut.
(15) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Divi danArdi. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang santai. Ardimemberitahu kepada kepada Divi kalau ingin menjadi presenter. Padasaat segmen pembacaan berita, Divi menyuruh Ardi untuk membacaberita. Ardi membaca berita bersama dengan Divi. Tujuan Divisupaya Ardi membacakan berita dan belajar menjadi presenter.Divi : “Ya, tadi saat saya membacakan berita ini adik saya
Ardiansyah tim nas usia 19 yang tertarik jadi presenter juga ya?Ini yang Anda harus bacakan!”
Ardi : “Saya yang baca? Mana?”Divi : “Ini, dari atas.”
(22/AKIM/TV One/17 Jan 2011)
Pada percakapan (15) terdapat pelanggaran terhadap maksim
kedermawanan, terutama submaksim yang pertama yaitu memberikan
kerugian orang lain sebesar mungkin. Pelanggaran terlihat pada tuturan Divi
“Ini yang Anda harus bacakan!”. Tuturan tersebut termasuk dalam tindak
tutur direktif, karena menyuruh petutur untuk melakukan sesuatu. Tuturan
bacakan adalah penanda lingual dari tindak tutur direktif ‘menyuruh’.
Tuturan Divi tersebut ditujukan kepada Ardi. Divi menyuruh Ardi
untuk membaca berita yang seharusnya dibaca oleh Divi. Tuturan Divi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
tersebut adalah “Ini yang Anda harus bacakan!”. Penutur (Divi) ingin
Ardi yang membacakan berita tersebut, sedangkan Divi menyaksikan Ardi
membacakan berita tersebut. Sebenarnya yang harus membacakan berita
tersebut Divi bukan Ardi, karena Divi yang menjadi pembawa acara dalam
talk show tersebut. Keuntungan yang didapatkan oleh penutur ialah penutur
tidak perlu membacakan berita sedangkan kerugian yang dialami petutur
ialah petutur harus membacakan berita. Dalam hal ini jelas sekali bahwa
penutur merugikan petutur.
Dilihat dari skala untung-rugi, tuturan Divi tersebut jelas tidak santun
karena merugikan Ardi. Kerugian yang dialami petutur (Ardi) ialah harus
membacakan berita, dan berita tersebut seharusnya bukan petutur (Ardi)
yang membacakan. Dilihat dari skala kemanasukaan atau pilihan, penutur
(Divi) tidak memberikan pilihan kepada mitra tutur. Penutur menyuruh mitra
tuturnya untuk membacakan berita dan petutur tidak diberi pilihan untuk
menerima atau menolak perintah tersebut. Divi tidak menanyakan terlebih
dahulu kesanggupan dari Ardi. Tuturan tersebut cenderung langsung
memerintah Ardi untuk membacakan berita. Dilihat dari skala
ketaklangsungan, tuturan tersebut merupakan tindak tutur langsung. Tuturan
penutur (Divi) tersebut termasuk tuturan imperatif yaitu tuturan yang
mempunyai maksud memerintah untuk membacakan berita. Ardi di sini
merupakan tamu atau undangan yang kewajibannya menikmati acara yang
sedang berlangsung bukan disuruh membacakan berita walaupun sebenarnya
Ardi ingin belajar menjadi presenter. Dengan demikian tuturan yang
disampaikan Divi merupakan pelanggaran maksim kedermawanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Contoh data lain yang menunjukkan pelanggaran maksim
kedermawanan dapat dilihat pada percakapan berikut.
(16) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina danPak Didi. Tuturan tersebut menggunakan intonasi yang agak tinggi dandalam suasana yang sidikit menegangkan karena terjadi perdebatan.Mereka membicarakan masalah korupsi yang dilakukan Gayus. PakDidi memberikan pernyataan mengenai persoalan Gayus dan Satgas,bahwa Gayus tidak bisa dipercaya sehingga Pak Didi memberi sarankepada Bang Hotma untuk melaporkan ke polisi saja. Tujuannyasupaya Bang Hotma mau melaporkan ke polisi.Tina : “Oke, sekarang saya ke Pak Didi ada komentarnya. Pak Didi
mulai ini dianggap serius oleh Gayus Tambunan, soal tuduhankepada yang jadi effect the low dan agar tidak dianggapmembela Satgas!”
Didi : “Karena saya, banyak yang nggak percaya sama Satgas, sayaya ini ya terserah! Saya pikir banyak yang tidak percayadengan Gayus karena seperti yang saya bilang tadiketerangannya berbelit-belit, bertele-tele, tidak jelas. Ini buatapa saya pusingin. Jadi, saya kalau memang keberatan Gayus,kan ada ranah hukum. Jadi nggak perlu rame-rame di apalagidikomisi III dibawa, buang-buang waktulah. Jadi, bawa keranah hukum aja! Neh saran buat Bang Hotma ya, bawake ranah hukum! Jadi nggak usah dibawa ke media massa iniuntuk panjang lebar, energi kita akan capek untuk melihatatau menonton Satgas dan Gayus ini. Jadi, sekali lagi Gayustidak bisa dipercaya dan banyak orang yang nggak yakindengan ini, apa namanya keterangan dia. Jadi, bawa ke ranahhukum aja selesai!”
(46/AKIM/TV One/20 Jan 2011)
Pada percakapan (16) terdapat pelanggaran terhadap maksim
kedermawanan, terutama submaksim yang kedua yaitu memberikan
keuntungan diri sendiri sebesar mungkin. Pelanggaran terlihat pada tuturan
Divi “Jadi, bawa ke ranah hukum aja! Neh saran buat Bang Hotma ya,
bawa ke ranah hukum!”. Tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
direktif, karena menyarankan petutur untuk melakukan sesuatu. Tuturan Neh
saran buat Bang Hotma ya adalah penanda lingual dari tindak tutur direktif
‘menyarankan’.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Tuturan Bapak Didi tersebur ditujukan kepada Bang Hotma. Pada saat
perbincangan berlangsung, Bapak Didi menyarankan kepada Bang Hotma
untuk melaporkan kasus Gayus dengan Satgas ke pihak kepolisian.
Sementara itu, Pak Didi pun juga bisa melaporkan kasus Gayus dan Satgas
ini, tanpa harus menyarankan Bang Hotma untuk melaporkan terlebih
dahulu. Tuturan Bapak Didi tersebut adalah “Jadi, bawa ke ranah hukum
aja! Neh saran buat Bang Hotma ya, bawa ke ranah hukum!”. Penutur
(Bapak Didi) menyarankan kepada Bang Hotma untuk melaporkan ke
kepolisian, daripada saling mengeluarkan penyataan yang belum pasti
kebenarannya, sehingga diharapkan dalam kasus ini diketahui mana yang
benar dan mana yang salah. Keuntungan yang didapatkan oleh penutur (Pak
Didi) ialah penutur tidak perlu melaporkan ke kepolisian. Pak Didi merasa
bahwa Satgas itu benar, dan yang salah adalah Gayus.
Dilihat dari skala untung-rugi, tuturan Pak Didi tersebut jelas tidak
santun karena menguntungkan diri sendiri dan merugikan mitra tutur (Bang
Hotma). Kerugian yang dialami petutur (Bang Hotma) adalah Bang Hotma
diharapkan untuk melaporkan kasus Gayus dengan Satgas ke kepolisian.
Dilihat dari skala kemanasukaan atau pilihan, penutur (Pak Didi) tidak
memberikan pilihan kepada mitra tutur (Bang Hotma). Penutur
memyarankan kepada mitra tutur untuk melaporkan kasus Gayus dengan
Satgas ke kepolisian dan tidak memberi pilihan yang lain. Dilihat dari skala
ketaklangsungan, tuturan tersebut merupakan tindak tutur langsung. Tuturan
Pak Didi tersebut termasuk tuturan imperatif yaitu tuturan yang mempunyai
maksud memerintah, yaitu memerintah Bang Hotma untuk melaporkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
kasus tersebut kepada pihak kepolisian. Dilihat dari skala otoritas, Pak Didi
dan Bang Hotma sama-sama orang yang berlatar belakang hukum.
Keduanya mempunyai jarak sosial yang dekat. Dengan demikian tuturan
dari Bang Hotma tersebut merupakan pelanggaran maksim kedermawanan.
Pelanggaran terhadap submaksim pertama maupun kedua dalam
prinsip kesantunan maksim kedermawanan tersebut, dapat dikatakan
memiliki karaktersitik yang sama, yaitu bahwa penutur berusaha memberi
keuntungan terhadap diri sendiri sebesar mungkin.
3. Pelanggaran Maksim Pujian (approbation maxim)
Maksim pujian mempunyai dua submaksim, yaitu (a) kecamlah orang
lain sedikit mungkin, dan (b) pujilah orang lain sebanyak mungkin. Maksim
pujian diatur dalam ilokusi ekspresif dan asertif. Data yang merupakan
pelanggaran maksim pujian dapat dilihat pada contoh percakapan berikut.
(17) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh BangHotma dengan Pak Didi. Tuturan tersebut menggunakan intonasi yangtinggi dan dalam suasana yang sedikit menegangkan. Pak Didi denganBang Hotma saling melontarkan argumen untuk membela dirinyamasing-masing karena sama-sama orang hukum. Tujuan merekasaling ingin menhina satu dengan yang lain.Didi : “Kalau Bang Hotma yakin, bawa ke ranah hukum saja!”Hotma : “Sudah.”Didi : “Bagus, bagus. Tapi, nggak usah merasa inilah komentar
tadi ditarik aja lah!”Hotma :” Nggak, nggak.”Didi : “Saya pikir Anda nggak luar biasa juga.”Hotma : “Saya nggak luar biasa tapi saya nggak nyalah-nyalahin
orang. Anda neh siapa? Anda neh belajar hukum nggak?”Didi : “Hahahahaha. Anda neh yang saya ragu neh justru Anda.”Hotma : “Nggak pa-pa. Yang penting masyarakat tahu.”
(48/AKIM/TV One/20 Jan 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Pada percakapan (17) terdapat pelanggaran terhadap maksim pujian,
terutama submaksim pertama yaitu penutur mengecam petutur. Pelanggaran
dilakukan oleh Pak Didi kepada Bang Hotma. Pelanggaran terlihat pada
tuturan “Saya pikir Anda nggak luar biasa juga”. Tuturan tersebut
termasuk tindak tutur ekspresif. Tuturan nggak luar biasa adalah penanda
lingual dari tindak tutur ekspresif ‘menghina’.
Tuturan Bapak Didi “Saya pikir Anda nggak luar biasa juga”,
merupakan pelanggaran maksim pujian karena menghina orang lain, yaitu
menghina Bang Hotma. Pak Didi merasa tidak senang dengan sikap Bang
Hotma yang menyalahkan Pak Didi, sehingga Pak Didi menuturkan tuturan
tersebut. Tuturan Bapak Didik tersebut mengandung sebuah hinaan terhadap
Bang Hotma. Terlihat Pak Didi tidak begitu suka dengan ucapan-ucapan
Bang Hotma yang lain, sehingga muncul penghinaan yang dilakukan oleh
Pak Didi terhadap Bang Hotma.
Contoh data lain yang menunjukkan pelanggaran maksim pujian dapat
dilihat pada percakapan berikut.
(18) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh BangHotma dengan Pak Didi. Tuturan tersebut menggunakan intonasi yangtinggi dan dalam suasana yang sedikit menegangkan. Bang Hotmabilang kepada Pak Didi untuk berhati-hati kalau memberikankomentar atau memberikan pernyataan, namun Pak Didi tidak senangdengan sikap Bang Hotma dan tidak perlu menghormati Bang Hotma.Tujuan Pak Didi ingin menghina Bang Hotma.Tina : “Saya mau ke Pak Catur……..” (di sela oleh Hotma dan
Tina langsung terdiam)Hotma : “Itu hati-hati kalau bicara. Kalau bicara hati-hati supaya
tidak dikomentari. Yang junior hormati yang senior, yangsenior lebih hormati yang junior.”
Didi : “Kalau yang senior begini, buat apa dihormati?”(52/AKIM/TV One/20 Jan 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Pada percakapan (18) terdapat pelanggaran terhadap maksim pujian,
terutama submaksim pertama yaitu penutur mengecam petutur. Pelanggaran
dilakukan oleh Pak Didi kepada Bang Hotma. Pelanggaran terlihat pada
tuturan “Kalau yang senior begini, buat apa dihormati?”. Tuturan
tersebut termasuk tindak tutur ekspresif ‘merendahkan’. Tuturan buat apa
dihormati adalah penanda lingual dari tindak tutur ekspresif ‘menghina’
orang lain.
Tuturan Bapak Didi “Kalau yang senior begini, buat apa
dihormati!”, merupakan pelanggaran maksim pujian karena menghina
orang lain, yaitu menghina Bang Hotma. Tuturan Bapak Didi tersebut
mengandung sebuah hinaan terhadap Bang Hotma. Terlihat Pak Didi tidak
begitu suka dengan Bang Hotma sehingga Pak Didi tidak perlu menghormati
Bang Hotma yang sikapnya dianggap tidak baik oleh Pak Didi, sehingga
muncul penghinaan yang dilakukan oleh Pak Didi terhadap Bang Hotma.
4. Pelanggaran Maksim Kerendahan Hati (modesty maxim)
Maksim kerendahan hati mempunyai dua submaksim, yaitu (a) pujilah
diri sendiri sedikit mungkin, dan (b) kecamlah diri sendiri sebanyak
mungkin. Maksim kerendahan hati dalam ilokusi ekspresif dan asertif. Data
yang merupakan pelanggaran maksim kerendahan hati dapat dilihat pada
contoh percakapan berikut.
(19) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina danIan. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang santai. Tina dan Iansedang membicarakan pemain sepak bola yang terkenal di zaman ordelama dan orde baru. Ian terlihat menyombongkan diri sendiri.Tujuannya supaya Ia terlihat seperti orang yang besar dan terkenal dimasa orde lama sampai sekarang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Tina : “Saya mau tanya, waktu orde lama kagum sama siapa?”Ian : “Andi Lala, Orba.”Tina : “Orba.”Ian : “Saya ngetop itu zaman Orba, waktu Orba top saya top,
waktu Golkar top saya top.”Tina : “Lho!! Hahahahahahaha”
(7/AKIM/TV One/17 Jan 2011)
Pada percakapan (19) terdapat pelanggaran maksim kerendahan hati,
khususnya submaksim yang pertama karena memaksimalkan pujian kepada
diri sendiri. Pelanggaran maksim kerendahan hati dilakukan oleh Ian, yaitu
pada tuturan “Saya ngetop itu zaman Orba, waktu Orba top saya top,
waktu Golkar top saya top”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur
ekspresif yaitu menyombongkan diri sendiri. Tuturan Saya ngetop itu zaman
Orba, waktu Orba top saya top, waktu Golkar top saya top adalah penanda
lingual dari tindak tutur ekspresif ‘menyombongkan’.
Penutur mengujarkan tuturan tersebut untuk memberitahukan kepada
pemirsa bahwa Ian juga terkenal pada masa orde baru. Pada masa itu Partai
Golkar sangat terkenal. Ian mengakui bahwa dirinya terkenal di masa orde
baru, sehingga seperti menyombongkan diri sendiri. Pada masa orde baru
Ian sangat terkenal sebagai anggota band Koes Ploes. Tuturan tersebut
bertentangan dengan maksim kerendahan hati. Seharusnya Ian lebih
merendahkan diri sendiri dengan meminimalkan pujian terhadap diri sendiri.
Contoh data lain yang menunjukkan pelanggaran maksim kerendahan
hati dapat dilihat pada percakapan berikut.
Tuturan tersebut menggunakan intonasi yang tinggi dan dalam suasana
yang sedikit menegangkan. Pak Didi dengan Bang Hotma saling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
melontarkan argumen untuk membela dirinya masing-masing karena sama-
sama orang hukum.
(20) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tinadengan Bang Hotma. Tuturan tersebut menggunakan intonasi yangagak tinggi dan dalam suasana yang sedikit menegangkan. Tina danBang Hotma membahas mengenai kasus korupsi yang dilakukan olehGayus. Sebagai kuasa hukum Gayus yaitu Bang Hotma memberipenjelasan mengenai kasus Gayus dengan Satgas. Tujuan Bang Hotmaingin menhina orang lain.Tina : “Gini Bang Hotma, kan Satgas berkomentar karena Gayus
duluan yang berbicara setelah keputusan dari MajelisHakim vonis kemarin. Jadi kalau merasa barang kali Satgastidak benar wajar barang kali dikomentari. Begitu nggakmenurut Anda Bang Hotma? Yang disampaikan Gayusdianggap tidak benar.”
Hotma : “Boleh aja, boleh aja. Tapi kan kita jadi kacau. Sekaranglihat neh! Ngapain neh kita ngomong-ngomongin. Ini kitasemua kenapa? Mau jujur? Karena tindakan-tindakanSatgas? Kalau Satgas tidak menjanjikan ini, tidak suruhngomongin Ical begitu orang melawan nggak boleh! Tadiyang nyletuk bicara sama saya keluar nggak dari TV?”
Tina : “Itu tadi Pak Didi Irawadi yang eeee mengomentariAnda.”
Hotma : “Jadi ini bicara sama saya nggak malu?”(50/AKIM/TV One/20 Jan 2011)
Pada percakapan (20) terdapat pelanggaran maksim kerendahan hati,
khususnya submaksim yang pertama karena memaksimalkan pujian kepada
diri sendiri. Pelanggaran maksim kerendahan hati dilakukan oleh Bang
Hotma, yaitu pada tuturan “Jadi ini bicara sama saya nggak malu?” .
Tuturan tersebut termasuk tindak tutur ekspresif yaitu membanggakan diri
sendiri. Tuturan Jadi ini bicara sama saya nggak malu adalah penanda
lingual dari tinda tutur ekspreif ‘membanggakan’.
Bang Hotma merasa dirinya lebih baik dan benar daripada Pak Didi.
Tuturan Bang Hotma “Jadi ini bicara sama saya nggak malu?”, ditujukan
kepada Pak Didi. Bang Hotma menyombongkan dan membanggakan diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
sendiri, karena sebagai junior Pak Didi dianggap tidak pantas berbicara
dengan Bang Hotma. Dari tuturan Bang Hotma tersebut, Bang Hotma
membanggakan diri sendiri, dan merendahkan Pak Didi sebagai mitra tutur.
Tuturan tersebut bertentangan dengan submaksim pertama untuk memuji
diri sendiri sedikit mungkin. Tuturan Bang Hotma tersebut justru
memaksimalkan pujian terhadap diri sendiri.
5. Pelanggaran Maksim Kesepakatan (agreement maxim)
Maksim kesepakatan terdiri dari dua submaksim, yaitu (a) usahakan
agar ketaksepakatan antara diri dan lain terjadi sesedikit mungkin, dan (b)
usahakan kesepakatan antara diri dengan lain terjadi sebanyak mungkin.
Maksim kesepakatan dalam ilokusi asertif. Data yang merupakan
pelanggaran maksim kesepakatan dapat dilihat pada contoh percakapan
berikut.
(21) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina, PakCatur dan Pak Nudirman. Tuturan tersebut disampaikan denganintonasi yang agak tinggi dan dalam suasana yang sedikitmenegangkan. Mereka membahas masalah pembentukan Panja atauPansus. Terlihat Pak Nudirman tidak sepakat dengan dibentuknyaPanja. Tujuan Pak Nudirman tidak setuju Panja dan ingin dibentukPansus.Tina : “Jadi Panja apa Pansus Mas Catur?”Catur : “Sampai sekarang masih Panja.”Tina : “Kalau fraksi akan berubah kah? Kalau Golkar udah
sepakat Pansus, eeee Bang Trimed PDI Perjuangankelihatannya juga akan kearah Pansus. Dari PAN?”
Catur : “Kita lihat dulu neh, Panja kita efektifkan dulu.”Tina : “Tapi banyak yang berfikir, tadi kan masih beda dong.
Saya pikir sudah semua sepakat untuk eeeee Pansus.Menurut Pak Nudirman kenapa seh nggak cukup Panja ajagitu lho?”
Nurdiman : “Karena masalah ini tidak selesai hanya denganpenyidik, kita juga butuh katakanlah untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
pemeriksaan terhadap 151 perusahaan yangdisebutkan, jadi Pansus menurut saya lebih efektif.”
(28/AKIM/TV One/20 Jan 2011)
Pada percakapan (21) terdapat pelanggaran terhadap maksim
kesepakatan, terutama submaksim pertama karena penutur mempunyai
ketaksepakatan dengan petutur. Pelanggaran tersebut dapat dilihat pada
tuturan Bapak Nudirman “Karena masalah ini tidak selesai hanya dengan
penyidik, kita juga butuh katakanlah untuk pemeriksaan terhadap 151
perusahaan yang disebutkan, jadi Pansus menurut saya lebih efektif”.
Tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur asertif, yaitu menyatakan
pendapat tentang suatu hal. Tuturan karena masalah ini tidak selesai hanya
dengan penyidik, kita juga butuh katakanlah untuk pemeriksaan terhadap
151 perusahaan yang disebutkan, jadi Pansus menurut saya lebih efektif
merupakan penanda lingual dari tindak tutur asertif ‘menyatakan pendapat’.
Dari tuturan Bapak Nudirman tersebut, terlihat bahwa Bapak
Nudirman menunjukkan ketaksepakatan dengan petutur. Penutur tidak setuju
kalau hanya dengan Panja, penutur merasa lebih efektif jika diganti Pansus.
Penutur (Bapak Nudirman) tidak setuju kalau dengan Panja, sementara Bapak
Catur tetap Panja, sehingga ketaksepakatan terjadi antara Bapak Nudirman
dengan Bapak Catur. Oleh karena itu, Bapak Nudirman menunjukkan
ketaksepakatannya.
Contoh data lain yang menunjukkan pelanggaran terhadap maksim
kesepakatan terdapat pada percakapan berikut.
(22) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina,Bapak Ramadhan dan Bang Effendt. Tuturan tersebut terjadi dalamsuasana yang santai. Mereka membahas tentang pernyatan tokoh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
lintas agama yang mengatakan bahwa presiden melakukanpembohongan publik. Bapak Ramadhan memberikan pembelaantentang peryataan kalau presiden melakukan pembohongan publik.Bang Effendy menanggapi dengan ketidak setujuan. Tujuan BangEffendy yaitu tidak sepakat dengan pernyataan Bapak Ramadhan.Ramadhan : “Ketika tokoh agama mengatakan pemerintah
berbohong ada ribuan tokoh lintas agama yangmengatakan presiden jujur begitu. Dan jadi sah-sah sajasemua itu. Ada yang puas dan tidak. Tetapi ketika energikita habiskan untuk membahas berbohong atau tidakberbohong. Sayang sekali negeri ini. Solusi harus kita caridan kita benarkan pemerintahan.”
Effendy : “Yang ujungnya saya setuju tapi yang pangkalnyatidak!” Pangkalnya itu persis dengan lagunya tadiTina, ‘setia’.”
Tina : “Haaaaaa, Oke!”(85/AKIM/TV One/21 Jan 2011)
Pada percakapan (22) terdapat pelanggaran terhadap maksim
kesepakatan, terutama submaksim pertama karena penutur memiliki
ketaksepakatan dengan petutur. Pelanggaran tersebut dilakukan oleh Bang
Effendy, terlihat pada tuturan “Yang ujungnya saya setuju tapi yang
pangkalnya tidak!” Pangkalnya itu persis dengan lagunya tadi Tina,
‘setia’.” Tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur asertif karena
menyatakan ketidaksetujuan atau ketaksepakatan. Tuturan “yang
pangkalnya tidak”, merupakan penanda lingual dari tindak tutur asertif
‘menunjukkan ketaksepakatan’.
Dari tuturan Bang Effendy tersebut, terlihat bahwa Bang Effendy
menunjukkan ketaksepakatan dengan petutur. Penutur (Bang Effendy) tidak
setuju atau tidak sepakat dengan pernyataan yang diucapkan oleh Bapak
Ramadhan bahwa ada ribuan tokoh lintas agama lain, yang mengatakan
presiden jujur. Sementara Bang Effendy merasa bahwa itu tidak benar. Bang
Effendy tidak setuju dengan pernyataan Bapak Ramadhan, dan Bang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Effendy merasa bahwa Bapak Ramadhan membela Presiden SBY. Hal ini
dikarenakan Bapak Ramadhan salah satu anggota partai Demokrat dan
Bapak SBY adalah ketua umum dari partai Demokrat. Bang Effendy
menunjukkan ketaksepakatannya dan merupakan pelanggaran maksim
kesepakatan.
6. Pelanggaran Maksim Simpati (sympathy maxim)
Maksim simpati terdiri dari dua submaksim, yaitu (a) kurangi rasa
antipati antara diri dengan lain hingga sekecil mungkin, dan (b) tingkatkan
rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan lain. Maksim simpati
dalam ilokusi asertif. Data yang merupakan pelanggaran maksim simpati
dapat dilihat pada contoh percakapan berikut.
(23) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh BapakNudirman. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang sedikitmemprihatinkan. Di depan pintu masuk DPR ada wadah yang berisikoin dan akan diberikan untuk Presiden SBY. Hal ini terkait denganpernyataan presiden yang tidak naik gaji. Bapak Nudirmanmenyarankan kepada presiden untuk menerima koin untuk presidentersebut. Tujuan Bapak Nudirman ingin merendahkan presiden denganmenerima koin tersebut.Nudirman : “Sebenarnya kan Bapak Presiden itu curhat kan.
Nah, seharusnya Bapak Presiden dalam hal ini harusberbesar hatilah demi rakyat kita. Jadi, kalau mencariyang salah, mungkin presiden yang salah. Harusnyabeliau bisa ini menasihati, memberikan gambaran-gambaran bahwa eeeee tidak perlu disampaikan kepadamasyarakat. Karena akan menimbulkan efek-efek berantai.Nah, kalau saya cuma menaggapi lebih bagus BapakPresiden uang ini diterima saja, dan diteruskan kepadapahlawan-pahlawan kita. Pejuang-pejuang kita yang telahbekerja keras, yang jumlahnya nggak banyak. Kalau sayasampaikan kepada Bapak Presiden seperti itu.”
(109/AKIM/TV One/26 Jan 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Pada percakapan (23) terdapat pelanggaran terhadap maksim simpati,
khususnya submaksim pertama karena memaksimalkan rasa antipati kepada
orang lain. Pelanggaran terlihat pada tuturan Bapak Nudirman “Jadi, kalau
mencari yang salah, mungkin presiden yang salah”. Tuturan tersebut
termasuk tindak tutur asertif, karena penutur menujukkan siapa yang salah.
Tuturan Jadi, kalau mencari yang salah, mungkin presiden yang salah,
adalah penanda lingual dari tinda tutur asertif ‘menujukkan’.
Berdasarkan tuturan tersebut, terlihat penutur sama sekali tidak
mengurangi rasa antipati kepada petutur. Petutur (Bapak SBY) sedang
mendapatkan masalah yaitu menyangkut pernyataannya yang tidak naik gaji,
kemudian ada beberapa oknum melakukan pengumpulan koin untuk
presiden. Koin untuk presiden yang ditujukan kepada Bapak Susilo
Bambang Yudhoyono tersebut, oleh sebagian orang dianggap suatu
penghinaan. Bapak Nudirman dari fraksi PDI-P justru mendukung aksi
tersebut, sementara oleh sebagian orang dianggap suatu penghinaan. Bapak
Nudirman tidak memberikan rasa simpati sama sekali terhadap Bapak
Presiden. Bapak Nudirman justru memberikan rasa antipati terhadap Bapak
Presiden. Tuturan “Jadi, kalau mencari yang salah, mungkin presiden
yang salah” menunjukkan bahwa penutur (Bapak Nudirman) menyalahkan
tindakan yang dilakukan Presiden SBY. Melihat animo masyarakat yang
begitu besar, Bapak Nudirman sebagai anggota DPR terlihat tidak
mempunyai rasa simpati. Hal tersebut sangat bertentangan dengan
submaksim pertama maksim simpati, yang seharusnya mengurangi rasa
antipati antara diri sendiri dengan orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Adapun pelanggaran prinsip kesantunan dalam tuturan talk show
AKIM di TV One, secara lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2
Pelanggaran prinsip kesantunan dalam talk show AKIM
No Pelanggaran Prinsip Kesantunan Nomor Data1.
2.
3.
4.
5.
6.
Maksim Kearifana. Submaksim pertamab. Submaksim kedua
Maksim Kedermawanana. Submaksim pertamab. Submaksim kedua
Maksim Pujiana. Submaksim pertamab. Submaksim kedua
Maksim Kerendahan Hatia. Submaksim pertamab. Submaksim kedua
Maksim Kesepakatana. Submaksim pertamab. Submaksim kedua
Maksim Simpatia. Submaksim pertamab. Submaksim kedua
4, 8, 12, 21, 24, 30, 49, 56, 81, 91.20, 41, 72, 96.
22, 27, 45, 77, 110, 104, 116.46.
47, 48, 52, 59, 92, 99.1
6, 7, 50, 66.10
28, 69, 84, 85, 94.-
109.-
C. Implikatur percakapan dalam talk show AKIM
Pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan dalam talk show Apa
Kabar Indonesia Malam, menunjukkan adanya implikatur yang tersimpan dalam
percakapan tersebut. Implikatur ialah apa yang mungkin diartikan, disiratkan, atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
dimaksudkan oleh penutur berbeda dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh
penutur di dalam suatu percakapan. Dalam talk show AKIM, terdapat 11 macam
implikatur yang berbeda. Implikatur tersebut adalah ‘meminta’, ‘menghina’,
‘sindiran’, ‘ketidakpercayaan’, ‘menyuruh’, ‘tidak setuju’, ‘kecewa’, dan
‘keraguan’.
1. Implikatur ‘meminta’
Meminta adalah minta (KBBI, 2005:746). Implikatur ‘meminta’
adalah apa yang diartikan, disiratkan, diungkapan secara tidak langsung
penutur ingin meminta sesuatu terhadap mitra tutur.
Data yang menunjukkan implikatur ‘meminta’ dapat dilihat pada
percakapan berikut.
(24) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina danBapak Arif. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang sedikitmemprihatinkan. Anak Pak Arif yang bernama Sauzan dirawat dirumah sakit karena menderita penyakit tumor. Pak Arif menyatakankebutuhan dana yang ia perlukan untuk biaya operasi dan perawatanSauzan. Tujuan Pak Arif adalah berharap kepada pihak TV One danpemirsa untuk membantu meringankan beban yang dialaminya.Tina : “Ini bagaimana keadaan Sauzan pak?”Arif : “Alhamdulilah, sedikit membaik ya.”Tina : “Sebetulnya pak, kalau dikatakan kebutuhan bapak 100 juta itu
untuk apa saja?”Arif : “Kalau yang pastinya karena juga dari pihak rumah sakit
belum bisa memberikan eeee perkiraan juga, jadi belumtahu ya mbak. Itu perkiraan saya sangat kasarlah. Bisa jadinanti lebih dari 100 juta.”
Tina : “Baik pak, semoga pemirsa banyak yang terketuk hatinyauntuk membantu Sauzan!”
Arif :”Terima kasih.”(89/AKIM/TV One/21 Jan 2011)
Pada percakapan (24) terdapat tuturan yang mengandung implikatur
‘meminta’. Hal ini dapat dilihat pada tuturan Pak Arif “Kalau yang
pastinya karena juga dari pihak rumah sakit belum bisa memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
eeee perkiraan juga, jadi belum tahu ya mbak. Itu perkiraan saya
sangat kasarlah. Bisa jadi nanti lebih dari 100 juta”. Tuturan tersebut
diungkapkan oleh Bapak Arif yang sedang memerlukan bantuan secara
moril maupun materi. Anak dari Bapak Arif tersebut sedang menderita sakit
dan membutuhkan uang untuk biaya operasi.
Pada tuturan tersebut, bapak Arif mengungkapkan kebutuhan biaya
operasi anaknya. Tuturan Pak Arif “Kalau yang pastinya karena juga dari
pihak rumah sakit belum bisa memberikan eeee perkiraan juga, jadi
belum tahu ya mbak. Itu perkiraan saya sangat kasarlah. Bisa jadi
nanti lebih dari 100 juta”, secara tersirat Pak Arif meminta kepada para
pemirsa untuk memberikan bantuan berupa materi untuk biaya operasi
anaknya. Pak Arif hanya seorang wiraswasta yang penghasilannya tidak
begitu banyak, sehingga Pak Arif berharap ada yang bersedia membantu
untuk meringankan beban yang ditanggung.
2. Implikatur ‘menghina’
Menghina adalah merendahkan; memandang rendah; menyinggung
perasaan orang lain (KBBI, 2005:402). Implikatur ‘menghina’ adalah apa
yang mungkin diartikan, disiratkan, atau dimaksudkan oleh penutur
mempunyai maksud merendahkan orang lain.
Data yang menunjukkan implikatur ‘menghina’ dapat dilihat pada
percakapan berikut.
(25) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Pak Dididan Bang Hotma. Tuturan tersebut dengan menggunakan intonasi yangtinggi dan dalam suasana yang sedikit menegangkan. Mereka beraduargumen mengenai kasus Gayus dengan Satgas. Pak Didi menyatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
kalau Bang Hotma tidak perlu mengurui junior, karena belum tentuyang senior itu selalu benar. Tujuan yang diinginkan Pak Didi yaituingin menghina dan menjatuhkan Bang Hotma.Didi : “Saudara Hotma, tidak usah mengurui junior-junior
saudara!”Hotma : “Itu Didi bisa diam tidak?”Didi : “Bang Hotma bekerja yang baik saja secara professional.
Kalau memang saudara mengganggap Satgas keliru kan adainstitusi hukum. Jadi nggak usah menggurui junior dan kitasemua ya? Di sini Anda juga belum tentu benar.”
(51/AKIM/TV One/20 Jan 2011)
Pada percakapan (25) terdapat tuturan yang mengandung implikatur
menghina orang lain. Hal ini dapat dilihat pada tuturan Pak Didi “Saudara
Hotma, tidak usah mengurui junior-junior saudara!”. Tuturan tersebut
dituturkan oleh Pak Didi dan ditujukan kepada mitra tuturnya yaitu Bang
Hoyma.
Pada tuturan tersebut, Pak Didi terlihat tidak suka dengan Bang
Hotma. Pak Didi menyuruh Bang Hotma untuk tidak mengurui junior-
juniorna. Pak Didi merasa bahwa Bang Hotma belum tentu benar, dan
sebagai senior seharusnya sikap yang diperlihatkan tidak seperti itu. Tuturan
Pak Didi tersebut merupakan kalimat perintah, yang sebenarnya Pak Didi
tidak suka dengan Bang Hotma. Secara tersirat, dari tuturan tersebut Pak
Didi menghina atau merendahkan Bang Hotma, karena Pak Didi sebagai
junir seharusnya menghormati Bang Hotma. Hinaan tersebut dilakukan oleh
Pak Didi, karena Pak Didi tidak senang dengan sikap Bang Hotma yang
merasa benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
3. Implikatur ‘sindiran’
Sindiran adalah perkataan (gambaran dsb) yang bermaksud menyindir
orang; celaan (ejekan dsb) yang tidak langsung (KBBI, 2005:1069).
Implkatur ‘sindiran’ adalah apa yang diartikan, secara tersirat mempunyai
maksud untuk menyindir mitra tutur.
Contoh data yang menunjukkan implikatur yang mengungkapkan
‘sindiran’ dapat dilihat pada percakapan berikut.
(26) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina,Bapak Didi Irawadi dan Nudirman. Tuturan tersebut terjadi dalamsuasana yang santai. Mereka sedang memperbincangkan warna bajuyang dipakai, kemudian di samakan dengan warna partai politik.Tujuan Tina ingin menyindir narasumber yang hadir.Tina : “Hahahahahaha, ini semua Anda hitam-hitam kecuali Pak
Didi ini nuansanya merah atau pink?”Didi : “Merah. Masih ada semangat mudah-mudahan bisa diungkap
secara ini ya, secara apa namanya bisa tuntas gitu.”Tina : “Bukan karena PDI-P hitam merah?”Didi : “Bukan.”Catur : “Bukan. Pokoknya simpatisan PDI-P mau dijadikan menteri!”Tina : “Hahahahaha. Oke, ini kesannya Bang Trimed mengapit
antara Golkar dan Demokrat.”(25/AKIM/TV One/18 Jan 2011)
Pada percakapan (26) terdapat implikatur yang mengungkapkan
sindiran. Sindiran tersebut ditujukan kepada Pak Didi. Hal ini dapat dilihat
pada tuturan Tina “Bukan karena PDI-P hitam merah?”. Tuturan tersebut
dituturkan pada saat itu sedang membahas kasus korupsi Gayus Tambunan.
Pada saat itu seluruh narasumber memakai pakaian dengan warna hitam.
Pak Didi adalah salah satu anggota DPR dari fraksi partai Demokrat.
Lambang partai Demokrat di dominasi dengan warna biru, sementara
lambang partai PDI-P di dominasi warna hitam dan ada sedikit warna merah.
Pada saat itu, Pak Didi memakai baju warna hitam dan dasi berwarna merah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Sebenarnya Tina bertanya kepada Pak Didi, namun di dalam kalimat tanya
tersebut mengandung impilkatur menyindir. Tuturan Tina “Bukan karena
PDI-P hitam merah?”, secara tersirat Tina menyindir Pak Didi, karena
Pak Didi adalah anggota Demokrat tetapi memakai pakaian dengan warna
hitam-merah yang merupakan warna lambang partai PDI-P. Dalam hal ini,
di satu sisi partai Demokrat dengan partai PDI-P merupakan partai oposisi,
sehingga Tina menyindir Pak Didi. Partai oposisi adalah partai yang sering
menentang dan mengkritik pendapat atau kebijaksanaan politik partai yang
lebih berkuasa.
Contoh data lain yang menunjukkan implikatur sindiran dapat dilihat
pada percakapan berikut.
(27) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina danBang Trimedia. Tuturan tersebut terjadi dalam situasi yang santai. Saatacara berlangsung semua narasumber memakai baju berwarna hitam.Tina bertanya kepada Pak Nudirman apa mau warna biru? Tujuan Tinaingin menyindir Pak Nudirman, namun dijawab oleh Bang Trimedia.Tina : “Kita lanjutkan lagi Apa Kabar Indonesia Malam.
Sekarang giliran Pak Didi untuk menjelaskan, tapi sebentardulu sebelum kita hadirkan, ini jarang lho jarang terjadinarasumber 4 orang bajunya satu warna hitam semuahehehehehehe. Berkabung karena Gayus kayaknya?Hahahahaha. Bapak kan ada sedikit, Mas Catur ada sedikitwarna biru. Mungkin Pak Nudirman mau warna biru?Hehehehe”
Trimedia : “Itu bukan biru Demokrat, itu biru PAN itu.”Tina : “Oooooo, hahahahahaha.”
(32/AKIM/TV One/20 Jan 2011)
Pada percakapan (27) terdapat implikatur yang mengungkapkan
sindiran. Sindiran tersebut ditujukan kepada Pak Nudirman. Hal ini dapat
dilihat pada tuturan Tina “Mungkin Pak Nudirman mau warna biru?
Hehehehe”. Tuturan tersebut dituturkan pada saat itu sedang membahas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
kasus korupsi Gayus Tambunan. Pada saat itu seluruh narasumber memakai
pakaian dengan warna hitam.
Pak Nudirman merupakan salah satu anggota DPR dari fraksi
Golongan Karya (Golkar). Tuturan Tina “Mungkin Pak Nudirman mau
warna biru? Hehehehe”, secara tersirat Tina memberikan sindiran kepada
Pak Nudirman. Kalimat yang dilontarkan Tina merupakan pertanyaan yang
ditujukan kepada Bapak Nudirman, dan secara tersirat Tina menyindir Pak
Nudirman, akankah pindah ke partai Demokrat. Tina menyindir Pak
Nudirman, karena Tina mengganggap saat ini partai Demokrat adalah partai
terbesar di Indonesia. Jika Pak Nudirman berpindah dari partai Golkar ke
Demokrat, di Parlemen Pak Nudirman akan mendapat kekuasaan yang lebih
banyak dibandingkan dengan partai oposisi.
4. Implikatur ‘ketidakpercayaan’
Tidak adalah partikel untuk menyatakan pengingkaran, penolakan,
penyangkalan, dsb (KBBI, 2005:1189). Percaya adalah mengakui atau yakin
bahwa sesuatu benar atau nyata (KBBI, 2005:856). Impilkatur
‘ketidakpercayaan’ adalah apa yang diartikan, secara tersirat tidak mengakui
atau menyakini bahwa suatu hal itu benar.
Contoh data yang menunjukkan implikatur yang mengungkapkan
ketidakpercayaan dapat dilihat pada percakapan berikut.
(28) Konteks tututan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina danPak Didi. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang santai. Tinabertanya masalah Satgas kepada Pak Didi. Pak Didi yang dianggapsebagai pembela Satgas memberikan komentar terkait masalah Satgasdengan Gayus. Tujuan Pak Didi ingin membela Satgas karena Pak Diditidak percaya dengan Gayus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Tina : “Saya berarti tanya ke Pak Didi dulu untuk belain Satgas.”Didi : “Oh, kita tidak membela Satgas ya. Kami tidak melihat hal-hal
yang melanggar, apa yang melanggar dari Satgas. Tidak ada! Inikan dalam rangka mendorong ya. Presiden membentuk Satgasini kita jangan lupa filosofinya. Ketika penegak hukum itutidak berjalan dengan baik, tidak berjalan dengansebagaimana mestinya makalah dibentuk Satgas.”
(29/AKIM/TV One/20 Jan 2011)
Pada percakapan (28) terdapat implikatur yang mengungkapkan
‘ketidakpercayaan’. Hal ini dapat dilihat pada tuturan Pak Didi “ketika
penegak hukum itu tidak berjalan dengan baik, tidak berjalan dengan
sebagaimana mestinya makalah dibentuk Satgas”. Tuturan tersebut
dituturkan pada saat itu sedang membahas kasus korupsi Gayus Tambunan
yang berseteru dengan Satgas.
Pada tuturan Pak Didi “ketika penegakkan hukum itu tidak
berjalan dengan baik, tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya
makalah dibentuk Satgas”, secara tersirat mengungkapkan
ketidakpercayaan terhadap kinerja para penegak hukum maka dibentuklah
Satgas. Ketidakpercayaan tersebut dikarenakan para penegak hukum tidak
optimal dalam menyelesaikan masalah tersebut sehingga masalahnya tidak
cepat selesai tetapi semakin berkepanjangan. Satgas tersebut dibentuk untuk
membantu para penyidik dalam menyelesaikan kasus korupsi Gayus
Tambunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
5. Implikatur ‘menyuruh’
Menyuruh adalah memerintah (supaya melakukan sesuatu) (KBBI,
2005:1109). Implikatur ‘menyuruh’ adalah apa yang diartikan, secara tersirat
menyuruh atau memerintah seseorang untuk melakukan sesuatu.
Contoh data yang menunjukkan implikatur ‘menyuruh’ dapat dilihat
pada percakapan berikut.
(29) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Divi danIbu Linda. Tutruran tersebut terjadi dalam suasana yang sedikitmemprihatinkan. Ibu Linda adalah salah satu tersangka kasus BankCentury. Ibu Linda memberikan pernyataan bahwa bukan hanya IbuLinda yang tersangkut masalah tapi masih banyak. Tujuan Ibu Linda,dengan informasi yang diberikan kepada polisi, polisi dapatmengungkap permasalahan ini dan menangkap tersangka yang lain.Divi : “Apa ibu merasa tidak adil dengan semua ini?Linda : “Ya, jelas! Karena di samping saya dan Arga itu masih ada
pak. Ekor buntutnya itu masih ada, kami beri tahu itukepada polisi!. Kami tertekan. Kalau biasanya kita melakukanaktifitas sehari-hari itu tersenyum, tapi hati kami selalumenangis.”
Divi : “Oh, baiklah.”(117/AKIM/TV One/11 Feb 2011)
Pada percakapan (29) terdapat implikatur menyuruh. Hal ini dapat
dilihat pada tuturan Ibu Linda “Ekor buntutnya itu masih ada, kami beri
tahu itu kepada polisi.!”. Tuturan tersebut dituturkan pada saat
membicarakan kasus Bank Century, dan Ibu Linda salah satu tersangka
kasus Bank Century.
Pada tuturan Ibu Linda “Ekor buntutnya itu masih ada, kami beri
tahu itu kepada polisi.!”, secara tersirat mempunyai maksud menyuruh.
Ibu Linda memberitahu kapada polisi bahwa “Ekor buntutnya itu masih
ada”, dengan maksud bahwa selain dirinya masih banyak orang lain yang
menjadi tersangka dalam kasus Bank Century. Tututan Ibu Linda yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
merupakan kalimat tak langsung berupa pemberitahuan tersebut,
menyiratkan bahwa Ibu Linda menyuruh kepada polisi untuk mengungkap
kasus ini dan menangkap tersangka lain.
6. Implikatur ‘tidak setuju’
Tidak adalah partikel untuk menyatakan pengingkaran, penolakan,
penyangkalan, dsb (KBBI, 2005:1189). Setuju adalah sepakat; sependapat;
cocok; sesuai (KBBI, 2005:1217). Implikatur ‘tidak setuju’ apa yang
mungkin diartikan, secara tersirat mengungkapkan ketidaksetujuan atau
ketidaksepakatan terhadap suatu hal.
Contoh data yang menunjukkan implikatur ‘tidak setuju’ dapat dilihat
pada percakapan berikut.
(30) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tinadengan Bapak Trimedia. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yangsantai. Pak Trimedia menyatakan kekhawatirannya kalau kasus Satgasdengan Gayus jadi berlarut-larut akan menimbulkan efek politik yangtidak baik. Tujuan dari Bapak Trimedia ingin menunjukkan ketidaksetujuannya bila Deny ikut campur selalu ikut dalam kasus Gayus danSatgas ini.Trimedia : “Dan mungkin soal eksistensi Deny Indrayana ini
daripada misalnya komisi III apa lagi ikut. Kalau initerjadi saya khawatir ini memakan waktu 1 bulan lagi,2 bulan lagi. Terjadi kemudian tsunami politik lagi.”
Tina : “Tsunami politik awal tahun gitu, hehehehehe.”(43/AKIM/TV One/20 Jan 2011)
Pada percakapan (30) terdapat implikatur yang mengungkapkan ‘tidak
setuju’. Hal ini dapat dilihat pada tuturan Bapak Trimedia “kalau ini terjadi
saya khawatir ini memakan waktu 1 bulan lagi, 2 bulan lagi. Terjadi
kemudian tsunami politik lagi”. Tuturan tersebut dituturkan pada saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
membahas eksistensi Deny Indrayana sebagai anggota Satgas yang
menangani kasus korupsi Gayus Tambunan.
Pada tuturan Bapak Trimedia “kalau ini terjadi saya khawatir ini
memakan waktu 1 bulan lagi, 2 bulan lagi. Terjadi kemudian tsunami
politik lagi”, secara tersirat mengungkapkan ketidaksetujuan dengan kinerja
Deny Indrayana dan tidak setuju terhadap komisi III yang mau ikut masuk
dalam masalah antara Satgas dengan Gayus ini. Artinya, Bapak Trimedia
tidak setuju karena akan memakan waktu yang lama, dan ditakutkan terjadi
ketegangan politik. Bapak Trimedia menyatakan ketidaksetujuan terhadap
kinerja Deny, karena jika kinerja Deny tidak sesuai dengan aturan yang ada
artinya Deny terlalu ikut campur dengan tugas penegak hukum. Deny
mendapat tugas untuk mencari fakta, bukan menghakimi tersangka. Oleh
karena itu, secara tersirat Bapak Trimedia tidak setuju dengan sikap Deny
karena dikhawatirkan akan menimbulkan efek yang tidak baik antara Satgas,
Gayus dan para penegak hukum (Polri dan Kejaksaan).
7. Implikatur ‘kecewa’
Kecewa adalah kecil hati; tidak puas (karena tidak terkabul
keinginannya, harapannya, dsb); tidak senang (KBBI, 2005:522). Implikatur
‘kecewa’ adalah apa yang diartikan, secara tersirat mengungkapkan perasaan
tidak puas terhadap suatu hal.
Contoh data yang menunjukkan implikatur ‘kecewa’ dapat dilihat pada
percakapan berikut.
(31) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina danBapak Catur. Tuturan tersebut terjadi dengan suasana yang santai. Tina
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
dan Pak Catur sedang membahas masalah Gayus, yang tidak akanselesai kalau selalu berbalas keterangan di media. Tujuan Pak Caturyaitu menunjukkan rasa kecewa dengan sikap Satgas dan Gayus.Tina : “Ini bertanda ini saling berbalas keterangan di media itu.”Catur : “Iya.”Tina : “Menurut bapak, ini bagaimana?”Catur : “Iya. Ini saya sampaikan aaaa tidak akan ada penyelesaian.
Ini membuat lebih hiruk pikuk!”(39/AKIM/TV One/20 Jan 2011)
Pada percakapan (31) terdapat implikatur yang mengungkapkan
kekecewaan. Hal ini dapat dilihat pada tuturan Bapak Catur “Iya. Ini saya
sampaikan aaaa tidak akan ada penyelesaian. Ini membuat lebih hiruk
pikuk!”. Tuturan tersebut dituturkan pada saat membahas masalah Gayus
dengan Satgas yang saling melontarkan pernyataan di beberapa media
massa.
Pada tuturan Bapak Catur “Iya. Ini saya sampaikan aaaa tidak akan
ada penyelesaian. Ini membuat lebih hiruk pikuk!”, secara tersirat
mengungkapkan kekecewaan. Pada saat itu pihak Gayus maupun Satgas
saling berbalas keterangan di media massa. Seharusnya kedua belah pihak
tersebut dipertemukan secara langsung agar setiap masalah dapat
diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, Bapak Catur tersebut secara
tersirat merasa kecewa terhadap sikap Satgas maupun Gayus yang saling
memberikan pernyataan di tempat yang bukan semestinya. Bapak Catur
merasa kecewa karena mereka tidak dipertemukan secara langsung, tetapi
malah memberikan pernyataan-pernyataan di media massa yang menjadi
konsumsi publik. Bapak Catur merasa kecewa karena hal tersebut tidak akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
menyelesaikan masalah yang ada justru akan menjadi lebih hiruk pikuk
karena tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah.
Contoh data lain yang menunjukkan implikatur ‘kecewa’ dapat dilihat
pada percakapan berikut.
(32) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina danBang Ruhut. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang santai. Tinadan Bang Ruhut membicarakan masalah kinerja pengacara Gayus.Bang Ruhut merasa tidak senang dengan kinerja teman-temannyasesama lowyer yang mendampingi Gayus. Tujuan Bang Ruhut yaitumenunjukkan rasa kecewa dengan sikap temannya tersebut.Tina : “ ni menyangkut pernyataan Gayus setelah persidangan Bang
Ruhut?Ruhut : “Itu teman-teman saya itu bagaimana kerjanya?”Tina : “Itu kan temen-temen Abang semua! Bang Buyung, Bang
Fuad, sama-sama lowyer.”Ruhut : “Iya. Saya dengar di sini, kok kita nggak tahu apa yang dia
mau baca. Jadi aku pusing. Saya, semua langkah klien saya,saya mesti tahu. Kalau nggak, nggak bisa! Kalau nggak,malu kita!”
(71/AKIM/TV One/21 Jan 2011)
Pada percakapan (32) terdapat implikatur yang mengungkapkan
kekecewaan. Hal ini dapat dilihat pada tuturan Bang Ruhut “Saya, semua
langkah klien saya, saya mesti tahu. Kalau nggak, nggak bisa! Kalau
nggak, malu kita!”. Tuturan tersebut dituturkan pada saat membahas
masalah Gayus yang membacakan beberapa pernyataan setelah persidangan
dirinya selesai dilaksanakan oleh Kejaksaan. Gayus adalah tersangka kasus
korupsi di Direktorat Jenderal Pajak. Pada saat membacakan peryataan,
Gayus didampingi pengacaranya yaitu Bapak Adnan Buyung Nasution.
Pada tuturan Bang Ruhut “Saya, semua langkah klien saya, saya
mesti tahu! Kalau nggak, nggak bisa! Kalau nggak, malu kita!”, secara
tersirat mengungkapkan kekecewaan. Bang Ruhut merasa kecewa terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
kinerja pengacara Gayus, yang tidak mengetahui kalau klien yang
didampingi akan memberikan pernyataan usai persidangan. Bang Ruhut
merasa kecewa, karena sama-sama pengacara merasa malu dengan kejadian
tersebut. Seharusnya sebagai pengacara yang profesional harus mengetahui
langkah-langkah klien yang didampingi.
8. Implikatur ‘keraguan’
Keraguan adalah perihal ragu; keadaan ragu; kesangsian;
kebingungan; kebimbangan (KBBI, 2005:921). Implikatur ‘keraguan’ adalah
apa yang diatikan, secara tersirat mengungkapkan kebingungan atau
kebimbangan terhadap suatu hal.
Contoh data yang menunjukkan implikatur ‘keraguan’ dapat dilihat
pada percakapan berikut.
(33) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina danBang Noersy. Tuturan yang disampaikan oleh Bang Noersymenggunakan intonasi yang tinggi. Tina dan Bang Noersymembicarakan masalah perpajakan, Bang Noersy memberikanpernyataan mengenai kepemimpinan pajak. Tujuan Bang Noersyadalah menunjukkan keraguannya bila pajak dipimpin oleh orang yangmempunyai kepemimpinan yang lemah, karena mafia pajak hanya bisadiselesaikan dengan kepemimpinan yang kuat.Tina : “Jadi nggak usah bayar pajak karena memang itu ternyata
tidak bayar!”Noersy : “Karena itu tersangkut beberapa persoalan mafia pajak.
Mafia pajak hanya bisa diselesaikan jika kepemimpinanitu kuat. Naahhhhhhhh…”
(65/AKIM/TV One/21 Jan 2011)
Pada percakapan (33) terdapat implikatur yang mengungkapkan
keraguan. Hal ini dapat dilihat pada tuturan Bang Noersy “Mafia pajak
hanya bisa diselesaikan jika kepemimpinan itu kuat. Naahhhhhhhh…”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Tuturan tersebut dituturkan pada saat membahas masalah pergantian
pemimpin di Direktorat Jenderal Pajak. Pemimpin yang sekarang yaitu
Bapak Fuad Rahmani dianggap seseorang yang mempunyai kepemimpinan
yang soft artinya pemimpin yang mempunyai model kepemimpinan lunak,
tidak keras.
Pada tuturan tersebut, secara tersirat Bang Noersy mengungkapkan
keraguan terhadap model kepemimpinan Bapak Fuad Rahmani yang tidak
keras. Bang Noersy beranggapan bahwa dalam Departemen yang besar, juga
membutuhkan pemimpin yang besar artinya mempunyai model
kepemimpinan yang keras dan tegas. Oleh karena itu, Bang Noersy ragu
dengan Bapak Fuad, apakah mampu memimpin Direktorat Jenderal Pajak
yang sedang dalam masa perbaikan di segala aspek yang menyangkut
Direktorat Jenderal Pajak. Aspek tersebut dapat berupa orang yang bekerja,
kebijakan yang akan dibuat, citra yang akan ditimbulkan setelah itu dll.
Adapun implikatur percakapan dalam tuturan talk show AKIM di TV
One, secara lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3
Implikatur percakapan dalam talk show AKIM
No Implikatur percakapan Nomor Data
1.
2.
3.
Meminta
Menghina
Sindiran
89, 103, 110.
49, 50, 51, 109.
17, 25, 26, 32, 45, 57, 68, 83, 86, 85,92, 102.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
4.
5.
6.
7.
8.
Ketidakpercayaan
Menyuruh
Tidak Setuju
Kecewa
Keraguan
28, 29, 35, 105.
67, 117.
43, 72.
11, 39, 53, 63, 71, 113.
65, 73.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan tiga hal yang merupakan jawaban
dari perumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya. Simpulan dari
penelitian ini dapat dilihat pada uraian berikut.
1. Dalam analisis yang dilakukan pada talk show Apa Kabar Indonesia Malam
di TV One, terdapat pematuhan prinsip kesantunan. Pematuhan tersebut
meliputi seluruh maksimnya yaitu maksim kearifan, maksim kedermawanan,
maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim
simpati. Dari keenam maksim tersebut, data yang paling banyak adalah
maksim kearifan yaitu 20 data, diikuti maksim pujian yaitu 14 data, maksim
simpati 12 data, maksim kesepakatan 9 data, maksim kedermawanan 7 data,
dan maksim kerendahan hati sebanyak 3 data.
2. Dalam analisis talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One, terdapat
pula pelanggaran prinsip kesantunan. Pelanggaran tersebut meliputi keenam
maksim, yaitu maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian,
maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati.
Pelanggaran paling banyak ialah pada maksim kearifan yaitu 14 data, diikuti
maksim kedermawanan 8 data, maksim kerendahan hati kesepakatan 5 data,
maksim kesepakatan 5 data, maksim pujian 7 data, dan yang terakhir maksim
simpati 1 data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
3. Dalam analisis talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One, terdapat
11 implikatur percakapan. Implikatur percakapan tersebut adalah, implikatur
‘meminta’, implikatur ‘menghina’, implikatur ‘sindiran’, implikatur
‘ketidakpercayaan’, implikatur ‘menyuruh’, implikatur ‘tidak setuju’,
implikatur ‘kecewa’, dan implikatur ‘keraguan’. Kedelapan implikatur
tersebut, implikatur yang sering muncul adalah implikatur ‘sindiran’
sebanyak 12 data, diikuti implikatur ‘kecewa’ 6 data, implikatur
‘ketidakpercayaan’ 4 data, implikatur ‘menghina’ 4 data, implikatur
‘meminta’ 3 data, implikatur ‘menyuruh’ 2 data, implikatur ‘tidak setuju’ 2
data dan implikatur ‘keraguan’ 2 data. Dalam penelitian ini, implikatur yang
paling banyak adalah implikatur sindiran, hal ini dikarenakan antara penutur
dan mitra tutur mempunyai maksud dan kepentingan yang berbeda, sehingga
antara penutur dan mitra tutur ada kecenderungan perberbedaan pendapat.
Penutur dan mitra tutur terkadang berasal dari satu institusi yang sama,
sehingga dalam mengungkapkan pendapat dibuat lebih halus agar terdengar
sopan dan tidak menyinggung mitra tutur walaupun maksud yang terkandung
di dalamnya memberikan sindiran. Hal ini membuat penutur cenderung
mengungkapkan sesuatu secara implisit agar mitra tuturnya tidak
tersinggung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
B. Saran
Dalam penelitian ini, penulis membahas mengenai prinsip kesantunan dan
implikatur percakapan dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One.
Prinsip kesantunan yang dibahas meliputi pematuhan dan pelanggaran terhadap
prinsip kesantunan tersebut. Dalam pembahasan penelitian ini, masih terbatas
pada ketujuh maksim kesantunan Leech baik yang mematuhi maksim kesantunan
maupun yang melanggar maksim kesantunan serta implikatur percakapan yang
timbul dalam percakapan tersebut. Penelitian ini belum lengkap dan belum
sempurna, karena masih banyak teori kesantunan lain yang dapat digunakan untuk
menganalisis lebih dalam lagi.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini merupakan penelitian tahap awal,
sehingga masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Penulis berharap,
dalam penelitian selanjutnya dapat meneliti lebih baik daripada penelitian-
penelitian sebelumnya, karena pembelajaran akan terus berjalan dan ilmu akan
terus berkembang tidak akan berhenti sampai di sini.