Pemantauan Kualitas Air Sungai Dengan Menggunakan Indikator Makrozoobentos
-
Upload
nur-shofwah -
Category
Documents
-
view
2.077 -
download
0
description
Transcript of Pemantauan Kualitas Air Sungai Dengan Menggunakan Indikator Makrozoobentos
Laporan Praktikum
PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI dengan MENGGUNAKAN INDIKATOR
MAKROZOOBENTOS
Oleh:
Kelompok II Offering AA
1. Tarini Mawantia (209331417412)
2. Fauqol Budur (209331417413)
3. Meilisa Rusdiana (209331417415)
4. Rizky Khadafi (209331419816)
5. Unsa Wuriana Safitri (209331420869)
6. Alifiani Nur Rahma (209331420872)
7. Elsa Engga Kusuma (209331423408)
8. Nur Shofwah Al-kiswiyah (209331423412)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
NOVEMBER 2009
PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI dengan MENGGUNAKAN INDIKATOR
MAKROZOOBENTOS
1. TUJUAN PENELITIAN
1) Membandingkan kondisi perairan suatu sungai pada beberapa lokasi yang berbeda
2) Menentukan kualitas air sungai berdasarkan indikator makrozoobenthos.
2. DASAR TEORI
Zoobentos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di
dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang (Rosenberg dan Resh,
1993). Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti dalam proses
dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan (Lind, 1985), serta
menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan (Odum, 1993).
Berdasarkan ukurannya, zoobentos dapat digolongkan ke dalam kelompok zoobentos
mikroskopik atau mikrozoobentos dan zoobentos makroskopik yang disebut juga dengan
makrozoobentos. makrozoobentos dapat mencapai ukuran tubuh sekurang-kurangnya 3 - 5
mm pada saat pertumbuhan maksimum. makrozoobentos dapat ditahan dengan saringan No.
30 Standar Amerika. makrozoobentos merupakan organisme yang tertahan pada saringan
yang berukuran besar dan sama dengan 200 sampai 500 mikrometer. (Rosenberg and Resh ,
1993)
Berdasarkan cara makannya, makrozoobentos dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. filter feader, yaitu hewan bentos yang mengambil makanan dengan menyaring air
2. deposit feader, yaitu hewan bentos yang mengambil makanan dalam substrat dasar.
Misalnya, mollusca-bivalva, beberapa jenis Echinodermata dan Crustacea
berdasarkan keberadaannya diperairan.
Berdasarkan keberadaanya diperairan, makrozoobentos digolongkan menjadi
kelompok epifauna yaitu hewan bentos yang hidup melekat pada permukaan dasar perairan,
sedangkan hewan bentos yang hidup di dalam dasar perairan diseut infauna.
Komunitas bentos dapat juga dibedakan berdasarkan pergerakanna, yaitu kelompok
hewan bentos yang hidupnya menentap (sesile) dan hewan bentos yang hidupnya berpindah-
pindah (motile). Hewan bentos yang hidup sesile seringkali digunakan sebagai indikator
kondisis perairan.
Struktur komunitas zoobentos dipengaruhi berbagai faktor lingkungan abiotik dan
biotik. Secara abiotik, faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan makrozoobentos
adalah faktor fisika-kimia lingkungan perairan. Sifat fisik perairan seperti : pasang surrut,
kedalaman, kecepatan arus, kekeruhan atau kecerahan, substrat dasar dan suhu air. Sifat
kimia antara lain kandungan oksigen dan karbondioksidaterlarut, pH, bahan organik, dan
kandungan hara berpengaruh terhadap hewan bentos. Faktor biologi perairan juga termasuk
faktor penting bagi kelangsungan hidup hewan bentos. (Tudorancea et all. 1979).
Jenis bentos yang digunakan sebagai indikator pencemaran sungai dari yang dapat
hidup di air yang sangat bersih hingga yang tahan di air yang paling kotor.
1) nimfa plecoptera (serangga-serangga) bangsa Plecoptera hidupnya memerlukan
lingkungan air yang sangat baik (sangat bersih).
2) nimfa lalat sehari atau serangga-serangga bangsa Ephemeroptera. Serangga-
serangga ini dapat hidup di lingkungan yang sangat baik sampai lingkungan yang
buruk.
3) larva ulat kantung air / serangga-serangga bangsa Trichoptera. Serangga –
serangga yang membutuhkan lingkungan yang baik dan sangat baik.
4) udang-udangan (Crustacea dari bangsa Decapoda). Biota yang membutuhkan
lingkungan yang sangat baik.
5) nimfa capung / serangga-serangga bangsa Odonata . serangga –serangga yang
membutuhkan lingkungan hidup yang baik.
6) binatang lunak atau Mollusca. Hidup di lingkungan yang kondisinya sedang
sampai buruk.
7) kepik air (serangga-serangga bangsa Hemiptera) hidup di lingkungan yang sangat
baik sampai lingkungan yang sangat sedang.
8) kumbang(seranggas-serangga bangsa Coleoptera) umumnya hidup di kondisi
lingkungan sedang.
9) larva nyamuk atau larva lalat. Hidup di lingkungan yang sedang sampai
lingkungan yang buruk.
10) cacing biasanya hidup lingkungan yang sangat buruk.
3. DATA HASIL PENGAMATAN
Pengukuran kualitas air berdasarkan faktor abiotik
Pada pengamatan yang kami lakukan untuk mengetahui faktor abiotik yang
mempengaruhi kualitas air kami menggunakan 2 alat yaitu DO meter dan Turbidimeter, dari
pengamatan yang kami lakukan diperoleh data sebagai berikut :
No Alat Pengukur Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Rata-Rata
1 DO meter
Kadar oksigen
(mg/L)
Suhu (oC)
8,39
25,96
13,08
25,50
4,25
25,70
8,33
24,53
5,83
26,13
7,976
25,57
2 Turbidimeter
Kekeruhan
1
1
1
1
1
1
Suhu (oC)
Kadar oksigen
(mg/L)
25,80
20,33
25,17
15,60
24,70
19,67
24,53
8,33
23,35
17,80
24,746
16,346
Pengukuran kualitas air berdasarkan indicator makrozoobenthos (biotik)
Faktor Biotik sebagai penunjuk kualitas air ditinjau dari hewan yang ada pada
lingkungan air(sungai) tersebut. Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan kami
memperoleh data sebagai berikut :
1) Kelompok 1
No Nama Hewan Jumlah Skor
1 Anggang-anggang 7 5
2 Siput Kolam 20 3
3 Belalang 1 -
Rata-rata 4
2) Kelompok 2
No Nama Hewan Jumlah Skor
1 Anggang-anggang 79 5
2 Siput Kolam 33 3
3 Capung Air 5 -
Rata-rata 4
3) Kelompok 3
No Nama Hewan Jumlah Skor
1 Anggang-anggang 19 5
2 Siput Kolam 27 3
3 Capung Air 2 -
4 Belalang 1 -
Rata-rata 4
4) Kelompok 4
No Nama Hewan Jumlah Skor
1 Anggang-anggang 36 5
2 Siput Kolam 19 3
3 Capung Air 3 -
4 Belelang 2 -
Rata-rata 4
5) Kelompok 5
No Nama Hewan Jumlah Skor
1 Anggang-anggang 37 5
2 Siput Kolam 21 5
3 Kepik Air 6 3
4 Capung Air 2 -
Rata-rata 4,33
Kualitas air
Rata-rata
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5
4 (kotor) 4 (kotor) 4 (kotor) 4 (kotor) 4,33 (kotor) 4,066 (kotor)
∴ Kualitas air di Sungai Metro termasuk dalam kategori kotor
4. ANILISIS DATA
Berdasarkan hasil pegamatan yang dilakukan oleh 5 kelompok pada lokasi yang
berbeda, dapat diketahui criteria sungai dengan melihat faktor biotik, yaitu jenis
makrozoobenthos dan faktor abiotik yaitu kadar oksigen, suhu, dan kekeruhan
Hasil pengamatan pada kelompok 1 adalah sebagai berikut :
1) Faktor abiotik
a. Suhu
Suhu dapat diukur dengan menggunakan turbidimeter dan DO meter,
diperoleh 25,96 oC diukur dengan menggunakan DO meter dan 25,80
oC diukur
dengan menggunakan turbidimeter.
b. Kadar oksigen
Kadar oksigen dapat diukur dengan menggunakan DO meter dan Turbidimeter
dapat diperoleh 8,39 (dengan DO meter), 20,33 (dengan turbidimeter)
c. Kekeruhan air
Kekeruhan air dapat diukur dengan menggunakan turbidimeter, diperoleh 1.
Bila dilihat dari faktor abiotiknya, dapat dianalisis bahwa tempat yang diamati
kualitas airnya keruh karena kadar oksigennya rendah (bila diukur dengan DO
meter)
2) Faktor biotik
Makrozoobentos yang ditemukan oleh kelompok 1 adalah jenis anggang-anggang,
siput kolam dan belalang. Dari data diatas dapat dianalisis bahwa bila dilihat dari
faktor biotiknya maka kualitas air sungai pada daerah yang diamati oleh
kelompok 1 keruh/ kotor karena hanya ditemukan sedikit jenis makrozoobentos.
Hasil pengamatan pada kelompok 2 adalah sebagai berikut :
1) Faktor abiotik
a. Suhu
Dengan menggunakan turbidimeter didapatkan data 25,17oC dan bila diukur
dengan menggunakan DO meter didapatkan data 25,50oC
b. Kadar oksigen
Bila diukur dengan menggunakan DO meter diperoleh data 13,08 mg/L dan
bila diukur dengan menggunakan turbidimeter diperoleh data 15,60 mg/L.
c. Kekeruhan air
Kekeruhan air dapat diukur dengan menggunakan turbidimeter, diperoleh 1.
Bila dilihat dari faktor abiotiknya, dapat dianalisis bahwa tempat yang diamati
agak baik. Karena kadar oksigennya sedang.
2) Faktor biotik
Makrozoobenthos yang ditemukan oleh kelompok 2 adalah anggang-anggang,
capung air, siput kolam. Dari data diatas dapat dianalisis bahwa bila dilihat dari
faktor biotiknya maka kualitas air sungai pada daerah yang diamati oleh
kelompok 2 keruh/ kotor karena hanya ditemukan sedikit jenis makrozoobentos.
Hasil pengamatan pada kelompok 3 adalah sebagai berikut :
1) Faktor abiotik
a. Suhu
Bila diukur dengan menggunakan Turbidimeter diperoleh data 24,70oC, bila
diukur dengan DO meter diperoleh data 25,70oC
b. Kadar oksigen
Bila diukur dengan menggunakan DO meter diperoleh data 4,25 mg/L dan
bila diukur dengan menggunakan turbidimeter diperoleh data 19,67 mg/L.
c. Kekeruhan air
Kekeruhan air dapat diukur dengan menggunakan turbidimeter, diperoleh 1.
Bila dilihat dari faktor abiotiknya, dapat dianalisis bahwa tempat yang diamati
kotor karena dilihat dari kadar oksigen yang rendah bila diukur dengan DO meter.
2) Faktor biotik
Makrozoobenthos yang ditemukan oleh kelompok 3 adalah anggang-anggang,
capung air, siput kolam dan belalang. Dari data diatas dapat dianalisis bahwa bila
dilihat dari faktor biotiknya maka kualitas air sungai pada daerah yang diamati
oleh kelompok 3 sedang karena ditemukan 4 jenis makrozoobentos.
Hasil pengamatan pada kelompok 4 adalah sebagai berikut :
1) Faktor abiotik
a. Suhu
Bila diukur dengan menggunakan Turbidimeter diperoleh data 24,53oC, bila
diukur dengan DO meter diperoleh data 24,53oC
b. Kadar oksigen
Bila diukur dengan menggunakan DO meter diperoleh data 8,33 mg/L dan
bila diukur dengan menggunakan turbidimeter diperoleh data 8,33 mg/L.
c. Kekeruhan air
Kekeruhan air dapat diukur dengan menggunakan turbidimeter, diperoleh 1.
Bila dilihat dari faktor abiotiknya, dapat dianalisis bahwa tempat yang diamati
kualitas airnya keruh karena kadar oksigennya rendah (bila diukur dengan DO
meter)
2) Faktor biotik
Makrozoobenthos yang ditemukan oleh kelompok 4 adalah anggang-anggang,
capung air, siput kolam dan belalang. Dari data diatas dapat dianalisis bahwa bila
dilihat dari faktor biotiknya maka kualitas air sungai pada daerah yang diamati
oleh kelompok 4 sedang karena ditemukan 4 jenis makrozoobentos.
Hasil pengamatan pada kelompok 5 adalah sebagai berikut :
1) Faktor abiotik
a. Suhu
Bila diukur dengan menggunakan Turbidimeter diperoleh data 23,35oC, bila
diukur dengan DO meter diperoleh data 26,13oC
b. Kadar oksigen
Bila diukur dengan menggunakan DO meter diperoleh data 5,83 mg/L dan
bila diukur dengan menggunakan turbidimeter diperoleh data 17,80 mg/L.
c. Kekeruhan air
Kekeruhan air dapat diukur dengan menggunakan turbidimeter, diperoleh 1.
Bila dilihat dari faktor abiotiknya, dapat dianalisis bahwa tempat yang diamati
kualitas airnya keruh karena kadar oksigennya rendah (bila diukur dengan DO
meter)
2) Faktor biotik
Makrozoobenthos yang ditemukan oleh kelompok 5 adalah anggang-anggang,
capung air, siput kolam dan kepik air. Dari data diatas dapat dianalisis bahwa bila
dilihat dari faktor biotiknya maka kualitas air sungai pada daerah yang diamati
oleh kelompok 5 sedang karena ditemukan 4 jenis makrozoobentos.
Dari data rata-rata kelompok (data kelas) diperoleh data sebagai berikut :
1) Faktor abiotik
a. Suhu
Data rata-rata suhu yang diukur dengan DO meter adalah 25,57oC dan data
rata-rata suhu yang diukur dengan turbidimeter adalah 24,746oC.
b. Kadar oksigen
Data rata-rata kadar oksigen yang diukur dengan DO meter 7,976 mg/L dan
data rata-rata kadar oksigen yang diukur dengan turbidimeter adalah 16,346
mg/L
c. Kekeruhan
Data rata-rata kekeruhan diukur dengan turbidimeter adalah 1
Bila dilihat dari faktor abiotiknya, dapat dianalisis bahwa pada sungai Metro
kualitas airnya keruh karena kadar oksigennya rendah (bila diukur dengan DO
meter)
2) Faktor biotik
Makrozoobenthos yang ditemukan pada sungai Metro adalah anggang-anggang,
siput kolam, belalang, capung air, kepik air. Dan bila diukur berdasarkan indikator
makrozoobentosnya maka kualitas air sungai Metro adalah kotor.
5. PEMBAHASAN
Pemantauan kualitas air dengan menggunakan indikator makrozoobenthos pada
sungai metro ditemukan bermacam-macam makrozoobenthos, yaitu anggang-anggang,
capung air, siput kolam, belalang dan kepik air. Kebanyakan spesies yang ditemukan berada
di permukaan air dan menempel pada bebeatuan di dasar air. Makrozoobenthos itu snediri
merupakan golongan hewan-hewan kecil ukuran tubuh millimeter yang sebagian besar atau
seluruh hidupya berada didasar perairan, yang bergerak lambat atau merayap, menggali
lubang atau menempel. (Welch, 1980)
Menurut Roienberg dan Rush (1992) makrozoobenthos adalah hewan-hewan yang
hidup di substrat-substrat dasar umumnya golongan invertebrata. Makrozoobenthos
umumnya hidup diberbagai habitat seperti danau, kolam, selokan, sungai bahkan dilaut.
Makrozoobenthos diantaranya adalah crustacea, isopoda, dekapoda, oligochaeta, molusca,
nematode, dan analida.(Brotowidjoyo, djarubito, 1990). Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan oleh 5 kelompok, sebagian besar ditemukan jenis makrozoobenthos siput kolam
yang masuk dalam filum moluska dan kelas gastropoda. Anggang-anggang termasuk dalam
filum antropoda dan kelas insect. Belalang, kepik air, dan capung termasuk dalam filum
antropoda dan kelas insect.
Adanya pencemaran lingkungan, maka keanekaragaman spesies akan menurun dan
mata rantai makanannya menjadi lebih sederhana. Makrozoobenthos yang dapat di jadikan
indikator biologis pencemaran sungai dapat di amati dari keanekaragaman spesies dan laju
pertumbuhan spesies. Berdasarkan data pengamatan dari berbagai kelompok terdapat
perbedaan jumlah keanekaragaman spesies antara kelompok satu dengan kelompok yang lain.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa kualitas air disungai tersebut tidak sama.
Keanekaragaman flora dan fauna ekosistem sungai tinggi menandakan kualitas air
tersebut baik atau belum tercemar. Tetapi sebaliknya bila keanekaragaman kecil, sungai
tersebut tercemar atau kotor.
Kriteria air pada sungai metro termasuk pada kriteria sedang atau mendekati kotor.
Hal ini didasarkan pada penemuan jenis makrozoobenthos. Dan indikator makrozoobenthos,
kondisi perairan dapat dikategorikan menjadi lima kondisi, yaitu : kondisi sangat buruk,
kondisi buruk, kondisi sedang, baik, dan kondisi sangat baik. Pada kondisi sangat baik
ditemukan berbagai macam hewan. Pada kondisi baik ditemukan udang air biasa, nimfa lalat
sehari insang segiempat, larva ulat air, nimfa capung jarum dan biasa. Pada kondisi sedang
ditemukan larva kumbang, angang-anggang, kepik air, siput berpintu, siput tak berpintu,
cacing pipih dan kerang. Kondisi buruk biasanya ditemukan larva nyamuk dan lalat, belatung
ekor tikus, larva mrutu biasa, cacing bersegmen, dan lintah. Sedangkan pada kondisi sangat
buruk tidak ditemukan hewan. (tuarita, 2006)
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, didapatkan suhu sebesar 25,56oC
dan organism makrozoobenthos yang ditemukan adalah anggang-anggang, siput kolam,
capung air, belalang, dan kepik air. Jadi organisme tersebut dapat hidup pada suhu suhu
ptimum tersebut.
Faktor abiotik yang diukur pada sungai metro antara lain suhu, kadar oksigen, dan
kekeruhan. Sungai metro bersuhu rata-rata 25,56. Peningkatan suhu akan menyebabkan
kenaikan aktivitas enzim dalam membantu reaksi metabolism. Namun pada lingkungan
perairan mempunyai variasi suhu yang relative sempit. Hal ini disebabkan karena air sebagai
penutup permukaan bumi mempunyai peran peredam panas dari pancaran matahari.
Sehubungan dengan itu maka kisaran toleransi hewan-hewan akuatik pada umumnya relative
sempit dibandingkan degan hewan-hewan daratan. . (Faiturrahman, 1992)
Masing-masing makrozoobenthos memiliki kriteria tersendiri yaitu kadar pencemaran.
Makrozoobenthos juga memiliki kisaran toleransi tersendiri terhadap konsentrasi oksigen
terlarut (DO). Bahan-bahan organic yang berasal dari buangan domestic, masuk ke dalam
sungai, diuraikan oleh mikroba dengan bantuan oksigen. Oleh karena itu, semakin tercemar
suatu perairan, maka semakin sedikit kadar oksigen, karena oksigen terlarut dalam air
digunakan mikroba untuk menguraikan sampah organic. (Faiturrahman, 1992)
Oksigen yang terlarut dalam air diperoleh dari hasil fotosintesis. Kadar oksigen dalam
air dapat diukur dengan menggunkan DO meter dan turbidimeter. Organisme tidak bisa
betahan hidup apabila berada pada air yang memiliki kadar oksigen kurang dari 5 ppm (5
mg/L) sedangkan bakteri anaerob akan berkembang biak dengan cepat. Dari hasil
pengamatan, kadar oksigen terlarut adalah sebesar 7,9 mg/L. hal ini menunjukkan bahwa
kadar oksigen dalam taraf sedang.
Oksigen adalah gas yang amat penting bagi hewan. Perubahan kandungan oksigen
terlarut di lingkungan sangat berpengaruh terhadap hewan air. Kebutuhan oksigen sangat
bervariasi, tergantung oleh jenis, stadia dan aktivitas makrozoobenthos. Kandungan oksigen
terlarut mempengaruhi jumlah dan jenis makrozoobenthos di perairan. Semakin tinggi kadar
oksigen terlarut maka jumlah benthos semakin banyak. Hal ini sesuai dengan hasil
pengamatan kelompok 2 yang kadar oksigen terarutnya tinggi dan jumlah benthos banyak.
Secara tidak langsung kekeruhan akan mempengaruhi aktivitas organisme yang hidup
di sana. Semakin tinggi tingkat kekeruhan air maka intensitas cahaya yang mauk ke perairan
akan berkurang, sehingga organisme yang ada akan mengalami kematian. Dari hasil
pengamatan, tingkat kekeruhan air sungai metro adalah sebesar 1. Kekeruhan dan kedalaman
air mempunyai pengaruh terhadap jumlah dan jenis hewan benthos. Semakin keruh suatu
perairan maka jumlah dan jenis benthos akan semakin sedikit, begitupula sebaliknya. Dalam
hal ini sungai metro mempunyai kualitas air yang sedang atau mendekati kotor.
6. KESIMPULAN
1) Kualitas air sungai dapat diukur berdasarkan faktor abiotik dan faktor biotiknya
2) Faktor abiotik yang diukur adalah suhu, kekeruhan, dan kadar oksigen.
Semakin tinggi suhu semakin buruk kualitas air pada sungai
Semakin keruh air semakin buruk kualitas air sungai
Semakin rendah kadar oksigen maka semakin sedikit organisme yang hidup dan
kualitas air sungai buruk.
3) Faktor biotik yang diukur adalah jumlah organisme makrozoobenthos yang ada.
Semakin sedikit jenis makrozoobenthos yang hidup maka semakin buruk kualitas air
sungai.
4) Berdasarkan hasil pengamatan mengenai organisme makrozoobenthos dan faktor-
faktor abiotik yang diamati di sungai metro, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas
sungai metro dikategorikan kotor.
DAFTAR RUJUKAN
Brotowidjoyo, M.D. 1990. Zoologi dasar. Jakarta : Erlangga
Cooper, J.M. and J.L. Wilhm. 1975. Spatial and temporal variability in productivity, species
diversity, and pigment diversity of periphyton in a stream receiving domestic and oil
refinery effluents. Southwestern Naturalist
Fathurrahman. 1992. Komunitas makrozoobenthos di sepanjang sungai Cimahi Kabupaten Bandung.
Thesis. Bandung : PPS Biologi ITB
Kendeigh, S.C., 1980. Ecology with Special Reference to Animal & Man, Prentice Hall : New
Jersey.
Lind, O. T. 1985. Handbook of common methods in limnology.Sec. Ed. Kendall/Hunt Publ.
Comp. Dubuque.
Odum EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Yogayakarta : Gajah Mada University press.
Rosenberg, D.M. and V.H. Resh ( eds.) 1993. Freshwater biomonitoring and benthic
macroinvertebrates. Chapman and Hall : New York.
Tuarita, Hawa, dkk. Tanpa tahun. Biologi untuk Kimia. Malang : UM press
Tudorancea, C.; R. H. Green and J. Huebner. 1978. Structure Dynamics and Pro-duction of the
Benthic Fauna in Lake Manitoba. Hydrobiologia
Welch, C. 1980. Limnology. New York : McGraw-Hill Book Company Inc.