Pemantauan Kesehatan Ikan Dan Lingkungan Di Kota Singkawang – Kalimantan Barat

download Pemantauan Kesehatan Ikan Dan Lingkungan Di Kota Singkawang – Kalimantan Barat

of 19

Transcript of Pemantauan Kesehatan Ikan Dan Lingkungan Di Kota Singkawang – Kalimantan Barat

  • 7/22/2019 Pemantauan Kesehatan Ikan Dan Lingkungan Di Kota Singkawang Kalimantan Barat

    1/19

    PEMANTAUAN KESEHATAN IKAN DAN

    LINGKUNGAN DI KOTA SINGKAWANG

    KALIMANTAN BARAT

    LAPORAN PERJALANAN DINAS

    Disusun Oleh :

    ROMI NOVRIADI, S.Pd.Kim., M.Sc

    M. Sanuri, S.ST.Pi

    KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

    DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

    BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT BATAM

    2014

  • 7/22/2019 Pemantauan Kesehatan Ikan Dan Lingkungan Di Kota Singkawang Kalimantan Barat

    2/19

    Pemantauan Kesehatan Ikan dan Lingkungan Di Kota Singkawang Kalimantan Barat

    Romi Novriadi1dan Muhammad Sanuri2

    1)

    Pengendali Hama dan Penyakit Ikan Balai Perikanan Budidaya Laut Batam.Alamat E-mail penulis:[email protected]

    2) Pengawas Perikanan Balai Perikanan Budidaya Laut Batam.

    A B S T R A K

    Peningkatan laju produksi perikanan budidaya secara umum juga berperan penting dalam

    peningkatan masalah lingkungan dan patogen di beberapa negara besar penghasil produk

    komoditas budidaya. Oleh karena itu, pencegahan dan pengendalian penyakit saat ini menjadiprioritas untuk menjamin keberlanjutan industri ini. Untuk dapat melakukan upaya

    pengendalian penyakit secara dini dan terencana, program monitoring penyakit ikan dan

    lingkungan merupakan suatu perangkat yang aplikatif, realistis dan relatif murah. Pada kajianini, program monitoring penyakit ikan dan lingkungan yang merupakan bagian dari tugas pokokBalai Perikanan Budidaya Laut Batam dilakukan oleh Tim Pengendali Hama dan Penyakit Ikan

    di Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat. Dari hasil pemantauan diketahui bahwa

    komoditas utama yang dikembangkan di Kota Singkawang adalah Udang Vannamei Litopenaeusvannamei, Udang Windu L. monodon dan Nila Salin Oreochromus niloticus. Titik sampling yang

    dilakukan di dua tempat, yakni di lokasi Bp. A Bun (mewakili masyarakat/swasta) dan Balai

    Benih Ikan Sentra Singkawang (mewakili unit produksi pemerintah) menunjukkan bahwa media

    pemeliharaan memiliki kisaran pH 7.58 7.69, Salinitas 25dan unsur nitrogen (NO2, NO3,NH3) dan Posfat (PO4) bervariasi tergantung perlakuan. Hasil pemeriksaan patogen

    mengindikasikan bahwa Vibrio parahaemolyticus ditemukan di udang Litopenaeus vannamei.

    Kata Kunci : Monitoring, Penyakit Ikan, Lingkungan, Singkawang, Kalimantan Barat

    The development of aquaculture production generally play an important role for the increasingof environmental and pathological problems in the vast majorities of the aquaculture producing

    countries. Therefore, prevention and control of diseases are now the priority for the durability of

    this industry. To perform an early and well designed diseses prevention, environmental and fishdiseases monitoring program become one of promising tools which are applicative, realistic dan

    relatively low cost program. In this study, environmental and fish diseases programmes which is

    also as one of Batam Mariculture Development Center main function was conducted by Pest and

    Fish Diseases Control team at Singkawang - West Kalimantan Provinces. Based on the

    monitoring activities showed that Pacific white shrimp Litopenaeus vannamei, Black tigershrimp L. monodon and high salinity tilapia Oreochromus niloticus are the main commodity at

    Singkawang City. Sampling point which are performed in two location, namely at Mr. A Bun

    (community/private company) and Singkawang Hatchery Center (Government) indicated that therearing water had pH range from 7.58 -7.69, salinity 25 and the nitrogen substances (NO2,

    NO3, NH3) and Posphate (PO4) varies depend on the treatments. Pathological examination

    indicated that Vibrio parahaemolyticus was found in Litopenaeus vannamei

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 7/22/2019 Pemantauan Kesehatan Ikan Dan Lingkungan Di Kota Singkawang Kalimantan Barat

    3/19

    Key words :Monitoring, Fish Diseases, Environmental, Singkawang, West Kalimantan

    I. Pendahuluan

    Secara geografis, kota Singkawang yang merupakan kota kedua terbesar di KalimantanBarat setelah Ibukota Propinsi Pontianak memiliki potensi yang cukup menjanjikan untuk

    pengembangan bidang perikanan baik dari potensi penangkapan (Laut dan Perairan Umum),pengolahan hasil perikanan dan potensi Budidaya (Laut, Tambak, Kolam dan Keramba).Sebagian besar wilayah utara Kota Singkawang yang merupakan daerah dataran rendah memilikipanjang pantai 27,60 km dan memiliki akses langsung ke jalur perdagangan Internasional danpintu masuk ke wilayah bagian Serawak (Malaysia Timur) melalui perairan Natuna. Potensiperikanan ini juga dilengkapi dengan adanya 2 buah aliran sungai dan satu buah danau yaituDanau Serantangan di Kecamatan Singkawang Selatan, yang saat ini telah menjadi salah satusentra produksi budidaya ikan air tawar di Kalimantan Barat. Untuk budidaya ikan laut, wilayahyang memiliki potensi berada di perairan Laut Sedau Kecamatan Singkawang Selatan yangmemiliki luas 250 Ha. Wilayah ini sangat cocok untuk pengembangan beberapa jenis ikanekonomis penting seperti: Bawal Bintang Trachinotus blochiidan Kakap putihLates calcarifer.

    Walaupun Singkawang hanya memiliki 1 (satu) pulau kecil namun Pemkot Singkawangmemberikan perhatian lebih terutama untuk pembangunan perikanan budidaya melaluipemanfaatan potensi yang ada di wilayah pesisir dan peningkatan kapasitas kelembagaan dansumber daya manusia.

    Saat ini, upaya untuk meningkatkan kapasitas dan keberlanjutan produksi ikan budidayadihambat oleh adanya penyakit dan degradasi kualitas lingkungan. Secara global, keberadaanmikroorganisme patogen dan memburuknya kualitas media pemeliharaan ini telah menyebabkankerugian ekonomi yang cukup besar bagi para pembudidaya (Hill, 2005). Sebagai contoh, infeksiyellowhead virus (YHV)/white spot syndrome virus (WSSV) telah menyebabkan kerugianhingga US$ 1 Miliar per tahun di beberapa sentra produksi udang di Asia (Briggs et al., 2004).Kasus lain seperti infeksi yang disebabkan oleh salmon anaemia virus (ISAV) pada ikan Salmonbahkan telah menyebabkan kerugian hingga US$33 juta selama periode epidemik tahun1998/1999 di Skotlandia. Tidak hanya penyakit, masalah lingkungan juga dapat menyebabkankerugian ekonomi yang cukup besar seperti yang dialami oleh para pembudidaya ikan Kerapu diBatu Licin-Tanjung Pinang yang mengalami kerugian hingga Rp 1.8 Milyar akibat limbah hasilpengolahan bauksit (Romi, 2013). Seluruh kerugian ini mengindikasikan bahwa programpemantauan dini sangat diperlukan untuk mengurangi dampak atau penyebaran patogen tertentuserta mengetahui status kesehatan ikan dan lingkungan budidaya.

    Pengendalian penyakit secara umum sangat bergantung pada keseimbangan antara: (1)kualitas lingkungan, (2) diagnosis dan pemantauan rutin terhadap keberadaan patogen dan (3)status kesehatan komoditas budidaya. Oleh karena itu, program pemantauan rutin dilakukan olehLaboratorium Penguji Balai Perikanan Budidaya Laut Batam yang telah memiliki sistemmanajemen mutu hasil analisa berdasarkan ISO/IEC 17025: 2008 untuk mendapatkan Informasiyang akurat tentang keragaan jenis patogen potensial di Kotamadya Singkawang, memetakansecara akurat sebaran geografis jenis patogen potensial selama periode tertentu dan melakukanevaluasi terhadap berbagai upaya pengendalian yang telah dilakukan di lokasi monitoring agardapat ditentukan strategi pengendalian penyakit tertentu yang lebih efisien, aplikatif danekonomis bagi para pembudidaya di Kota Singkawang.

  • 7/22/2019 Pemantauan Kesehatan Ikan Dan Lingkungan Di Kota Singkawang Kalimantan Barat

    4/19

    II. Metodologi

    II.1 Pelaksanaan KegiatanKegiatan pemantauan ini dilakukan di Kotamadya Singkawang, - Provinsi Kalimantan

    Barat pada tanggal 12 Mei 15 Mei 2014. Kegiatan pemantauan di lakukan di KotamadyaSingkawang dengan pertimbangan bahwa daerah ini memiliki potensi untuk peningkatan jumlahproduksi budidaya ikan laut , khsusnya dalam produksi ikan Bawal Bintang Trachinotus blochiidan Kakap putihLates calcarifer

    II.2 Pengambilan contohMetoda pengambilan contoh air dilakukan menurut metode gabungan tempat (integrated)

    berdasarkan SNI 6989.57:2008, sementara metoda pengambilan contoh ikan dilakukan secarapurposive yang merupakan pemilihan sampel untuk kepentingan tertentu (FAO, 2004). Programpengambilan sampel juga dilakukan dengan mempertimbangkan jalur masuk agenpencemar/penyakit ke lingkungan laut, periode pemaparan dan mekanisme transport di badan air

    (Syakti, et al.,2012).

    II.3 Preparasi Sampel

    Untuk analisis di laboratorium, sampel atau organ dimasukkan dengan segera ke dalamlarutan es untuk mencegah adanya perubahan yang tidak diinginkan. Dari lokasi pengambilansampel hingga ke laboratorium, sampel atau organ dipindahkan ke dalam kotak polystyreneyangmengandung es dan dipertahankan pada suhu 40 C. Untuk analisa white spot syndrome virus(WSSV) dan iridovirus, sampel kaki renang udang serta jaringan limpa dan ginjal di fiksasidalam larutan ethanol 75% kemudian disimpan dalam kotak polystyrene terpisah untukmencegah adanya kontaminasi.

    II.4 Analisa SampelAnalisa distribusi jenis penyakit dan kualitas lingkungan pada kegiatan monitoring ini

    dilakukan melalui tiga tahapan, yakni tahapan pre site,on sitedan post site. Tahapan pre sitemerupakan tahapan pengumpulan data yang diperoleh melalui informasi anamnesa dan bahanyang disampaikan oleh para pembudidaya ikan. Hasil analisa pre site kemudian diverifikasidengan melakukan kunjungan lapangan (tahapan on site). Pada tahapan on site, analisadilakukan untuk beberapa parameter kualitas air, diantaranya: (1) pH menggunakan pH meter,(2) oksigen terlarut menggunakan DO meter, (3) Kadar garam menggunakan refraktometer, (4)Suhu menggunakan thermometer dan (5) kecerahan dengan menggunakan Secchi disk

    Analisa post site dilakukan untuk analisa kualitas air lanjutan yang meliputi parameterAmmonia (NH3), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3) dan Posphat (PO4) dengan menggunakan metodeKolorimetri. Tahapan analisa post site juga dilakukan untuk identifikasi bakteri secarakonvensional dan identifikasi white spot syndrome virus (WSSV) serta iridovirus sebagai agenpenyebab Sleepy Grouper Diseases (SGD) dengan menggunakan metode Polymerase ChainReaction (PCR) konvensional. Hasil analisa dari kegiatan monitoring ini juga dilengkapi dengankeragaan jumlah aktivitas budidaya perikanan di Kotamadya Singkawang.

  • 7/22/2019 Pemantauan Kesehatan Ikan Dan Lingkungan Di Kota Singkawang Kalimantan Barat

    5/19

    III. Hasil dan Pembahasan

    III.1 Hasil

    III.1.1 Gambaran Umum Kota Singkawang

    Singkawang, atau biasa disebut denganSan Keuw Jong (bahasa etnis Tionghoa)merupakan daerah otonom di ProvinsiKalimantan Barat berdasarkan kepadaUndang-undang Nomor 12 Tahun 2001.Secara administratif, KotamadyaSingkawang memiliki 5 (lima)kecamatan dan 26 (dua puluh enam)kelurahan. Singkawang sejak awal telahmenjelma menjadi desa yang cukupmaju karena menjadi tempat singgah

    para pedagang dan penambang emas dariMonterado. Berdasarkan topografiwilayah, Kota Singkawang sebagianbesar merupakan dataran rendah denganketinggian 0-2 m dari permukaan lautyaitu 31.904 hektar atau 63,30 % dariluas Kota Singkawang dan tersebar dilima kecamatan, sedangkan wilayah

    lainya berupa bukit dan gunung seluas 18.496 hektar (36,70%) sebagian besar terdapat diSingkawang Timur dan Singkawang Selatan, sedikit di Singkawang Barat dan Tengah. Wilayahpesisir pantai yang topografi wilayahnya relatife datar adalah Kecamatan Singkawang Barat danUtara, Sedangkan wilayah pesisir pantai di Kecamatan Singkawang Selatan terdiri dari bukit dandataran.

    Kota Singkawang yang berbatasan langsung dengan laut Natuna dengan panjang garispantai 27,60 km memiliki potensi yang sangat baik untuk pengembangan sektor perikanan baikperikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Potensi penangkapan laut diperkirakanmencapai 1.630.600 ton dan perairan umum mencapai 182 ton (DKP Singkawang, 2012).Potensi perikanan budidaya juga cukup baik, namun hanya 0,01% dari potensi tersebut yangsudah dimanfaatkan oleh para pembudidaya.

    No Potensi Luas (Ha)Luas lahan (Ha)

    Yang dimanfaatkan Belum dimanfaatkan

    1 Laut 250 0 2502 Tambak 175 40 1353 Kolam 141 60,30 80,704 Karamba+KJT 100 0,010 99,99

    Jumlah 666 118,01 547,99

    Gambar 1. Peta lokasi monitoring

    (Kotamadya Singkawang)

  • 7/22/2019 Pemantauan Kesehatan Ikan Dan Lingkungan Di Kota Singkawang Kalimantan Barat

    6/19

    Tabel 1. Potensi budidaya perikanan di Kota Singkawang (Sumber: Profil DKP Singkawang,2012).

    Untuk perikanan budidaya, jumlah produksi di Kota Singkawang terus mengalamipeningkatan. Hal ini ditunjukkan dari jumlah produksi sebesar 459.79 Ton pada tahun 2011 yangmengalami peningkatan sebesar 174% bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang memiliki total

    produksi sebesar 264.36 Ton. Namun sangat disayangkan jumlah poduksi untuk perikananbudidaya laut belum dapat ditampilkan karena tingkat pengembangan dan penguasaan teknologiyang masih sangat kecil.

    No. Bidang Kegiatan

    2010 2011

    Produksi (ton)Nilai Produksi

    (ton)

    Nilai

    (Rp. 000) (Rp. 000)

    1

    Perikanan Tangkap 1.128,70 28.512.659 942,00 24.647.960

    a. Laut 763,50 18.186.049 610,40 15.389.780

    b. Perairan Umum 365,20 10.326.610 331,60 9.258.180

    2

    Perikanan Budidaya 264,36 6.958.565 459,79 11.543.450

    a. Air Laut - - - -

    b. Air Tawar 147,86 2.298.565 259,79 3.543.450

    c. Air Payau 116,50 4.660.000 200,00 8.000.000

    3Pengolahan HasilPerikanan

    511,32 9.251.226 182,09 9.710.900

    Jumlah 1.904,38 44.722.450 1.583,88 45.902.310

    Tabel 2. Perkembangan Produksi Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota SingkawangTahun 2010-2011 (Sumber: Profil Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Singkawang Tahun2012).

    Dalam upaya untuk meningkatkan hasil produksi budidaya ikan laut, Pemerintah KotaSingkawang bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat telah membangun BalaiBudidaya Ikan Sentral (BBIS) Seksi budidaya ikan air payau dan laut yang berlokasi di jalanmalindo desa teluk karang kelurahan sedau kecamatan singkawang selatan kota singkawang,dengan luas areal 4,0 Ha. Pemerintah Kota Singkawang sendiri juga telah membuat zonaproduksi budidaya ikan laut di perairan Laut Sedau Kecamatan Singkawang Selatan seluas 250Ha. Komoditas yang dapat dikembangkan di daerah ini berdasarkan profil hidrologis dan

    topografi menurut tim monitoring Kesehatan Ikan adalah Bawal Bintang Trachinotus blochiidanKakap putih Lates calcarifer. Hasil pemikiran ini telah dikomunikasikan dengan pihak DinasKelautan dan Perikanan Kota Sigkawang. Potensi pengembangan budidaya ikan laut selaindidukung oleh Tersedianya perairan laut yang memadai dengan kualitas air cukup baik, juga ikandidukung oleh tersedianya pakan yang berkualitas dengan memanfaatkan ikan hasil tangkapanyang melimpah sebagai sumber pakan murah dalam kegiatan budidaya. Prospek cerah dalamusaha pengembangan produksi budidaya laut telah melalui kajian dalam bentuk demplotbudidaya oleh instansi terkait yang hasilnya menunjukan secara teknis dan ekonomis dinyatakan

  • 7/22/2019 Pemantauan Kesehatan Ikan Dan Lingkungan Di Kota Singkawang Kalimantan Barat

    7/19

    layak untuk pengembangan usaha budidaya laut. Namun sampai saat ini baik dari pemerintahmaupun swasta masih sangat sdikit yang melakukan kegiatan budidaya ikan air laut tersebut.

    III.1.2 Titik Pemantauan Kesehatan Ikan dan Lingkungan Kota Singkawang

    Pemantauan kesehatan ikan dan lingkungan di Kotamadya Singkawang dilakukan di dua

    lokasi, yaitu:1. Unit produksi udang Vannamei (Pacific white shrimp Litopenaeus vannamei) milik Bp. ABun (No. HP: 08125603450) yang berlokasi di: Jl. Raya Sepudak, Kelurahan Sei Bulan,Kecamatan Singkawang Utara, Kotamadya Singkawang, Povinsi Kalimantan Barat.

    2. Balai Budidaya Ikan Sentral (BBIS) Seksi budidaya ikan Air Payau dan Laut yang berlokasidi Jalan malindo desa teluk karang, Kelurahan Sedau, Kecamatan Singkawang Selatan,Kotamadya Singkawang, Povinsi Kalimantan Barat.Adapun penanggungjawab BBIS Singkawang pada saat pemantauan adalah Bp. SaifullahSiregar (No. HP: 081345924273).

    Dalam upaya untuk memenuhi fungsi monitoring kesehatan ikan dan lingkungan

    Laboratorium Penguji Balai Perikanan Budidaya Laut Batam (LP-475-IDN), tim monitoringtelah berusaha menginventarisir kegiatan budidaya ikan laut di Kota Singkawang, namuninformasi yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Singkawang bahwa usahabudidaya ikan laut sudah tidak ada lagi di Kota Singkawang sejak tahun 2010.

    III.2.1 Profil produksi lokasi monitoringA. Unit produksi udang Vannamei milik Bp. A Bun

    No Jenis identifikasi Hasil Identifikasi

    1 Nama Pemilik A Bun (C.P : 08125603450)E-mail: [email protected]

    2 Lokasi Jl. Raya Sepudak, Kelurahan Sei Bulan, Kotamadya Singkawang3 Luas budidaya 29 ha, terdiri atas:1. 7 tambak, masing-masing memiliki luas 4000 m32. 8 petak kolam, masing-masing memiliki ukuran 7000 m3

    4 Tingkat teknologi Madya

    5 Asal Benih Anyer dan Kerawang (memiliki sertifikat SPF)

    6 Padat tebar 85 ekor/m

    7 Waktu tebar Umumnya penebaran benih dilakukan pada bulan Februari danmemiliki siklus tebar berbeda untuk mendapatkan hasil panen yangberkelanjutan

    8 Sumber air Sungai Bulan yang bermuara ke laut Natuna (input)

    Sungai Rasau yang bermuara ke laut Natuna (output)9 Sejarah penyakit Infectious hypodermal and hematopoietic necrosis virus (IHHNV)

    10 Waktu serangan Dimulai pada saat musim penghujan yang ditandai denganperubahan kualitas air

    11 Upaya pengendalianpenyakit

    Pemberian Vitamin C, Immunostimulan, Probiotik untukmelancarkan pencernaan udang dan Probiotik untuk memperbaikikualitas perairan (Bio remediasi)

    12 Bobot serangan Sedang (mortality maksimum 50% per unit produksi)

  • 7/22/2019 Pemantauan Kesehatan Ikan Dan Lingkungan Di Kota Singkawang Kalimantan Barat

    8/19

    13 Pakan Pelet komersil (Gold Coin)

    14 Biosekuriti Nihil dan belum memiliki sertifikat CBIB

    Analisa kualitas air on site Wawancara budidaya dengan Mr. A Bun

    Tambak udang Vannamei Mr. A Bun Isolasi bakteri dan Virus di lokasi

    Pakan Gold Coin untuk udang Vannamei Garam untuk preparasi tambak udang

  • 7/22/2019 Pemantauan Kesehatan Ikan Dan Lingkungan Di Kota Singkawang Kalimantan Barat

    9/19

    Sumber air (Sungai Bulan) Sistem pengelolaan air sederhana

    Obat-obatan yang digunakan Sampel udang Vannamei

    Manajemen pengelolaan pakan Kantor dan asrama karyawan

  • 7/22/2019 Pemantauan Kesehatan Ikan Dan Lingkungan Di Kota Singkawang Kalimantan Barat

    10/19

    Gambar 2. Fasilitas produksi udang Vannamei di tambak milik Mr. A Bun

    B. Unit produksi Balai Benih Ikan Sentra (BBIS) Seksi Budidaya Ikan Payau dan LautSingkawang

    No Jenis identifikasi Hasil Identifikasi1 Nama Koordinator Saifullah Siregar, S.St.Pi (CP: 081345924273)

    2 Lokasi Jalan malindo desa teluk karang, Kelurahan Sedau, Singkawang

    3 Jumlah SDM 8 orang terdiri atas SLTA: 2 0rang, D-3 : 3 orang, D-4/S-1: 3orang

    4 Luas budidaya 4,0 Ha

    5 Tingkat teknologi Madya

    6 Asal Induk Situbondo dan Bali

    7 Waktu tebar Awal tahun anggaran

    8 Sumber air Payau

    9 Upaya pengendalianpenyakit

    Pemberian Vitamin C, Probiotik untuk pencernaan danbioremediasi air serta aplikasi vaksin untuk ikan nila salin

    10 Pakan Pakan pellet Komersil11 Biosekuriti Level 1

    Tabel 4. Keragaan budidaya di Balai Benih Ikan Sentra (BBIS) Singkawang

    No. Jenis Bangunan Volume Jumlah Keterangan

    1. Pos Satpam 2 x 2 m 1 unit Baik, perlu perbaikan2. Kantor 1 unit Baik3. Mess operator type 36 1 unit Baik, sebagai mess karyawan4. Mess operator type 45 1 unit Baik, sebagai mess karyawan5. Rumah genset 5 x 3 m 1 unit Baik

    6. Rumah blower 5 x 3 m 1 unit Baik7. Rumah pompa 4 x 3 m 1 unit Baik8. Ex rumah genset & blower 3 x 3 m 3 unit Baik9. Gedung Lab Pakan Alami type 54 1 unit Baik, belum optimal difungsikan

    10. Bak Reservoir Air Laut 120 ton 1 unit Baik11. Bak Reservoir Air Tawar 9 ton 1 unit Baik12. Bak Induk 120 ton 3 unit Baik13. Bak Fitoplankton 30 ton 6 unit Dialihkan menjadi bak naupli udang14. Bak Rotifer 30 ton 4 unit Baik15. Bak Pendederan 2 ton 10 unit Baik16. Bangunan Indoor (Hatchery) 30 x 12 m 1 unit Baik

    17. Bangunan Outdoor 30 x 12 m 1 unit Baik, belum difungsikan18. Tiang Listrik 6 m 15 unit Baik19. Saluran air U 80 Baik20. Bangsal Benih 8 x 3 m 1 unit Baik21. Bak Filter 3 ton 1 unit Baik22. Instalasi pipa Baik

    Tabel 5. Fasilitas produksi di Balai Benih Ikan Sentra (BBIS) Singkawang

  • 7/22/2019 Pemantauan Kesehatan Ikan Dan Lingkungan Di Kota Singkawang Kalimantan Barat

    11/19

    No Komoditas

    Jumlah produksi s/d April Tahun

    2014 JumlahTarget

    produksi

    Capaian

    target

    (%)Jan Feb Mar April

    1 Udang windu - - 211.340 655.245 866.585 750.000 115.542 Udang Vannamei - - - - - 950.000 03 Nener Bandeng 108.775 220.580 110.000 274.320 713.675 500.000 142.744 Nila salin 45.400 32.000 29.198 70.000 176.5985 Udang galah - - - 300 300

    Tabel 6.Rekapitulasi penyediaan benih tahun 2014 (data s/d bulan April). Sumber data: BBISSingkawang

    Foto bersama staff BBIS Singkawang Produksi massalPhytoplankton

    Bak produksi nila salin Benih nila salin (salinitas 15)

  • 7/22/2019 Pemantauan Kesehatan Ikan Dan Lingkungan Di Kota Singkawang Kalimantan Barat

    12/19

    Bak induk nila salin Unit produksiArtemia(zooplankton)

    Ruang penyimpanan vaksin dan starter alga Pakan dan obat di BBIS Singkawang

    Isolasi bakteri dan virus di lokasi Unit produksi udang windu

  • 7/22/2019 Pemantauan Kesehatan Ikan Dan Lingkungan Di Kota Singkawang Kalimantan Barat

    13/19

    Mess karyawan dan Guest house Reservoir untuk sumber air produksi

    Rumah Genset Rumah Blower

    Konsultasi budidaya Diskusi bersama seluruh staff BBIS

  • 7/22/2019 Pemantauan Kesehatan Ikan Dan Lingkungan Di Kota Singkawang Kalimantan Barat

    14/19

    Gambar 3. Fasilitas produksi dan kegiatan di Balai Benih Ikan Sentra (BBIS) Singkawang

    III.1.3 Hasil Analisa Kualitas Air di lokasi monitoring (on site anal ysis)

    Berdasarkan hasil pemantauan kesehatan lingkungan di kedua lokasi tersebut, data

    karakteristik kualitas air disajikan pada Tabel 7.

    No Parameter

    Lokasi Pemantauan

    Mr. A Bun BBIS Singkawang

    Titik 1 Titik 2 Titik 1 Titik 2

    1 pH (derajat keasaman) 7.61 7.58 7.62 7.692 Salinitas () 25 25 25 153 Kedalaman (m) 2 2 2 44 Oksigen terlarut (mg/l) 5.47 5.21 4.82 4.825 Suhu ( C) 34.2 34.3 37.5 32.9

    *)Pengukuran dilakukan pada saat pemantauan

    Tabel 7. Karakteristik kualitas air di lokasi monitoring (on site analysis). Pengambilan sampeldilakukan sebanyak 2 titik untuk setiap lokasi pemantauan. Titik 1 dan 2 di lokasi Mr. A Bunmerupakan kualitas air di unit produksi udang Vannamei. Titik 1 di BBIS Singkawangmerupakan kualitas air di unit produksi udang windu dan titik 2 merupakan kualitas air di unitproduksi benih nila salin

    III.1.4 Hasil Analisa Kualitas Air di laboratorium (post site analysis)

    No Parameter

    Lokasi Pemantauan

    Unit produksi Vannamei

    (Mr. A Bun)

    Unit produksi udang windu

    (BBIS Singkawang)1 Nitrite NO2(mg/l) 3.0 0.112 Nitrate NO3(mg/l) 105.8 1.83 Ammonia NH3(mg/l) 0.56 0.034 Posphate PO4(mg/l) 1.69 0.445 Kekeruhan (NTU) 2.4 1.7

    Tabel 8. Karakteristik kualitas air hasil analisa di laboratorium. Sampling air dilakukanberdasarkan SNI 6989.57:2008.

    III.1.5 Hasil Identifikasi penyakit Ikan (post site analysis)

    No Parameter

    Lokasi Pemantauan

    Unit produksi Vannamei

    (Mr. A Bun)

    Unit produksi udang windu

    (BBIS Singkawang)

    1 Karakterisasi Bakteri Vibrio parahaemolyticus negatif2 Virus negatif negatif

  • 7/22/2019 Pemantauan Kesehatan Ikan Dan Lingkungan Di Kota Singkawang Kalimantan Barat

    15/19

    Tabel 9. Identifikasi penyakit ikan di laboratorium. Analisa bakteri dilakukan dengan metodekonvensional dan virus menggunakan metodaPolymerase Chain Reaction

    III.2 Pembahasan

    Pengendalian kondisi lingkungan dan keberadaan mikroorganisme patogen dalam media

    pemeliharaan mutlak dilakukan untuk menjamin keberlanjutan produksi budidaya agar tetapstabil dan optimal. Upaya pengendalian dapat dilakukan secara teknis, seperti dengan melakukantindakan pencegahan prophylaxis seperti penggunaan probiotik untuk perbaikan kualitas air(Rengpipat et al., 2003); aplikasi probiotik untuk untuk meningkatkan status daya tahan tubuhdan mengendalikan penyakit dalam kegiatan budidaya (Romi, 2013; Robertsen et al., 1994);hingga kepada aplikasi teknologi quorum sensing untuk mengendalikan bakteri patogen agartidak menginfeksi organism akuatik tanpa harus membunuh bakteri dimaksud (Hardman et al.,1998). Disamping aplikasi teknis, upaya pengendalian juga dapat dilakukan dengan beberapatindakan non-teknis, antara lain dengan menetapkan zonasi usaha budidaya ikan laut,penggunaan komoditas dan/atau populasi yang lebih tahan terhadap infeksi jenis patogen tertentuhingga kepada penerapan monitoring untuk mendapatkan informasi dini yang akurat, aplikatif

    dan realistis dalam menentukan status kesehatan ikan budidaya.

    Berdasarkan susunan organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Singkawangdiketahui bahwa fokus pemerintah kota Singkawang masih tertuju kepada peningkatan produksidan belum memiliki program monitoring secara rutin dan terencana. Hal ini umumnyadisebabkan oleh keterbatasan sumber daya manusia dan peralatan yang dibutuhkan untukmelakukan kegiatan monitoring secara rutin. Dalam hal peningkatan produksi, Dinas Kelautandan Perikanan Kota Singkawang memiliki Balai Benih Bagak Sahwa dengan kaasitas produksiberjumlah 54 kolam dengan perincian 21 kolam untuk Induk, 15 kolam untuk calon induk dan 18kolam untuk pendederan. Adapun kapasitas produksi BBI Bagak Sahwa tertera pada Tabel 8berikut ini:

    NO

    BALAI

    BENIH IKAN

    (BBI)

    JENIS

    IKAN

    KAPASITAS PRODUKSI (ekor)SERTIFIKASI

    CPIBBBIUNTUK

    BANTUAN

    PRODUKSI

    TOTAL

    1BBI TAWARBAGAKSAHWA

    Lele 31.200 5.600 36.800 Mas 61.544 10.000 71.544 Nila 22.500 4.000 26.500

    Gurami 4.500 1.000 5.500 JUMLAH 119.744 20.600 140.344

    Tabel 8. Produksi Balai Benih Ikan (BBI) Bagak Sahwa Tahun 2011 (Sumber: Profil DKP

    Singkawang, 2012).

    Untuk pengembangan usaha budidaya ikan laut pernah dilakukan denganmengembangkan komoditas ikan Kerapu lumpur pada kurun waktu 2006 hingga 2009. Hanyasaja dikarenakan kurangnya dukungan finansial dan kondisi hidrologis yang memiliki arus airlaut yang cukup kuat, usaha budidaya ikan laut terhenti dan bahkan dalam Profil DKPSingkawang tahun 2012 disebutkan tidak ada aktivitas budidaya ikan laut di Singkawang. Hal ini

  • 7/22/2019 Pemantauan Kesehatan Ikan Dan Lingkungan Di Kota Singkawang Kalimantan Barat

    16/19

    mendorong pemerintah kota berupaya untuk mencari investor guna pengembangan sektorbudidaya ikan laut dengan menggunakan teknologi off shore.

    Berdasarkan hasil analisa kualitas air di dua lokasi pemantauan diketahui bahwa untukparameter yang dianalisa secara on site, kualitas air masih cukup optimal dalam mendukung

    stabilitas dan optimalisasi hasil produksi ikan budidaya. Namun, penting untuk diperhatikanbahwa suhu air pada saat pemantauan diketahui cukup tinggi dan bila dibandingkan denganinformasi yang diperoleh dari para pembudidaya, fluktuasi suhu pada malam hari cukupsignifikan. Fluktuasi suhu yang cukup tinggi akan menyebabkan ikan dan udang menjadi stress,memicu timbulnya penyakit dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Pada fase benih, fluktuasisuhu diharapkan berkisar antara 1.33.00C (Hochheimer, 1988).

    Menurut Van Wyk dan Scarpa. (1999), kualitas air yang direkomendasikan untukbudidaya udang Vannameimemiliki konsentrasi NO2 1 ppm dan NO3 60 ppm. Sementarahasil analisapost siteuntuk sampel air dari unit produksi Mr. A Bun diketahui bahwa konsentrasinitit (NO2) mencapai 3 ppm dan nitrat (NO3) bahkan mencapai hingga 105.8 ppm. Hal ini berarti

    bahwa terjadi peningkatan hingga 300% dan 175% dari kondisi optimal yang dipersyaratkan.Nitrit dan nitrat ada di dalam air sebagai hasil dari oksidasi. Nitrit merupakan hasil oksidasi dariammonia dengan bantuan bakteri Nitrisomonas dan Nitrat hasil dari oksidasi Nitrit denganbantuan bakteri Nitrobacter. Keduanya selalu ada dalam konsentrasi yang rendah karena tidakstabil akibat proses oksidasi dan sangat tergantung pada keberadaan bahan yang dioksidasi danbakteri. Kedua bakteri tersebut akan optimal melakukan proses nitrifikasi pada pH 7.0-7.3(Malone & Burden, 1988). Hampir tidak ada nitrat yang masuk di tanah karena prosespencucian dan penggunan pupuk.

    Tingkat racun Nitrit (NO2) sangat bergantung pada kondisi internal dan eksternal ikanseperti, spesies, umur ikan, dan kualitas air. Ion nitrit masuk ke dalam ikan dengan bantuan sel

    Klorida insang (Svobodova et al., 1993). Di dalam darah nitrit akan bersatu denganhaemoglobin, yang berakibat pada peningkatan methaemoglobin (Svobodova et al, 1993).Kondisi ini akan berdampak kepada kurangnya kemampuan darah dalam melakukan transportasioksigen (Svobodova et al, 1993). Secara visual, peningkatan methaemoglobin akan terlihat padawarna insang yang berubah menjadi coklat dan kondisi yang sama juga terlihat pada darah. Jikajumlah methaemoglobon tidak lebih dari 50% dari total haemoglobin, ikan akan tetap hidup, tapibila melebihi hingga 70-80% gerakannya akan melamban. Bila terus meningkat maka ikan akankehilangan kemampuan untuk bergerak dan tidak akan merespon terhadap stimulan.

    Selain identifikasi kualitas lingkungan, kegiatan monitoring juga telah mengidentifikasikeberadaan bakteri Vibrio parahaemolyticusdi lokasi tambang udang L. vannamei milik Bp. A

    Bun. Sementara keberadaan virus baik di Balai Benih Ikan Sentra Singkawang maupun di unitproduksi udang milik Bp. A Bun Negatif. Pada budidaya udang,beberapa bakteri patogen yangtermasuk kedalam genus Vibrio spp dilaporkan telah menjadi mimpi buruk dan menjadi salahsatu faktor penghambat dalam keberlanjutan produksi, diantaranya adalah: Vibrio hispanicus(Gomez-Gil et al., 2004); Vibrio alginolyticus (Gunther dan Catena, 1980; Rico-Mora danVoltolina, 1995); Vibrio parahaemolyticus (Gunther dan Catena, 1980; Puente et al., 1992; Rico-Mora dan Voltolina, 1995).Fusarium solani(Criado-Fornelio et al.,1989); Vibrio proteolyticus(Verschuereet al., 1999, 2000b); Vibrio harveyi atau Vibrio campbelli(Roque and Gomez-Gill,

  • 7/22/2019 Pemantauan Kesehatan Ikan Dan Lingkungan Di Kota Singkawang Kalimantan Barat

    17/19

    2003; Soto-Rodriguez et al., 2003a,b); dan Vibrio vulnificus (Soto-Rodriguez et al., 2003a).Keberadaan bakteri ini bahkan telah menyebabkan kerugian hingga lebih dari US $ 120 jutasepanjang tahun 1990 hingga 1992 di China (Wei, 2002).

    V. parahaemolyticus umumnya dapat ditemui di sepanjang pantai dan di lingkungan

    estuary, termasuk di air, sedimen, pada partikel yang tersuspensi, plankton, ikan dan kerang-kerangan. Dan secara global, bakteri ini menjadi penyebab utama penyakit pencernaan akibatfrekuensi konsumsi makanan laut yang tinggi (Levin, 2006). Penelitian yang dilakukan olehRuangpan dan Kitao (1991), dengan mengisolasi bakteri pada sentra udang di Thailand selama

    kurun waktu 1988 1990 menyebutkan bahwa V. parahaemolyticus merupakan wabah yangumum terjadi pada udang windu. Bahkan penelitian dari Vandenberghe et al. (1999),menyimpulkan bahwa infeksi bakteri V. parahaemolyticusini juga umum ditemukan pada benihdan udang dewasa Litopenaeus vannamei. Selain udang, bakteri ini juga menyebabkan kematianmassal pada abalone (Haliotis diversicolor supertexta) di Cina sejak tahun 2002 (Cai et al., 2006a,b).

    Upaya pengendalian dapat dilakukan dengan membangkitkan sistem imun alamiah melaluipemberian immunostimulan, probiotik dan melalui aplikasi Heat Shock Protein (HSP70), karenaavertebrata termasuk udang Litopenaeus vannamei dan Litopenaeus monodon umumnya tidakmemiliki memori sehingga aplikasi vaksinasi tidak dapat dilakukan (Romi dan Kadari, 2013).Tindakan pengendalian dengan menggunakan antibiotika juga sebaiknya ditinggalkan, karenadampak dari penggunaan antibiotika selain tidak efektif dan menimbulkan resistensi pada bakteri,

    juga dapat menimbulkan ancaman terhadap kesehatan manusia berupa alergi dan keracunanmelalui akumulasi antibiotik pada produk olahan ikan dan udang yang dikonsumsi (Aldermandan Hastings, 1998). Beberapa upaya untuk menghindari timbulnya penyakit akibat infeksi bakteri,khususnya oleh keberadaan V. parahaemolyticus, juga dapat dilakukan dengan meningkatkankualitas media air pemeliharaan dan menerapkan aplikasi Biosekuriti terhadap seluruh sarana danfasilitas yang digunakan selama pemeliharaan. Dengan tindakan pencegahan yang efektif dankonsisten maka keberlanjutan usaha produksi dapat terus ditingkatkan.

    Ucapan Terima Kasih

    Penulis mengucapkan terima kasih atas seluruh bantuan dan informasi yang diberikan oleh Bp. ABun (pemilik unit produksi Tambak Udang), Bp. Saifullah Siregar (BBIS Singkawang) danseluruh staff Dinas Kelautan dan Perikanan Kotamadya Singkawang, Bp. Mulyadi Nursidik,SPi(Kabid. Perikanan Budidaya); Bp. Turangan,SST.Pi (Kasie. Pengembangan Sarana danPrasarana Perikanan Budidaya) dan Bp. Husin, S.St.Pi (Penyuluh Perikanan) yang telahmembantu menydiakan informasi dan menemani penulis selama melakukan pemantauan diKotamadya Singkawang. Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepadaBalai Perikanan Budidaya Laut Batam yang telah memfasilitasi perjalanan pemantauan ini

    melalui Anggaran Kegiatan Pemantauan Kesehatan Ikan dan Lingkungan dan PengawasanBudidaya Tahun Anggaran 2014, sehingga kegiatan pemantauan ini dapt berjalan baik danlancer.

  • 7/22/2019 Pemantauan Kesehatan Ikan Dan Lingkungan Di Kota Singkawang Kalimantan Barat

    18/19

    Daftar Pustaka

    Aldeman, D.J. and Hastings, T.S. (1998). Antibiotic use in aquaculture: development ofantibiotic resistance-potential for consumer health risks. Int. J. Food Sci. Technology(33): 139-155.

    Briggs, M., Funge-Smith, S., Subasinghe, R. and Phillips, M. (2004). Introductions andmovement ofPenaeus vannamei andPenaeus stylirostris in Asia and the Pacific. Foodand Agricultural Organization of the United Nations, Regional Office for Asia and thePacific. RAP Publication 2004/10. 99pp.

    Cai, J., Han, H., Song, Z., Li, C., and Zhou, J. (2006a) Isolation and characterization ofpathogenic Vibrio alginolyticus from diseased post larval abalone, Haliotis diversicolorsupertexta (Lischke).Aquaculture Res 37:12221226.

    Cai, J., Han, Y., and Wang, Z. (2006b) Isolation of Vibrio parahaemolyticus from abalone(Haliotis diversicolor supertexta L.) post-larvae associated with mass mortalities.Aquaculture 257: 161166.

    Criado-Fornelio, A., E. Mialhe., E. Constantin. and H. Grizel. (1989). Experimental infection ofArtemiasp. ByFusarium solani. Bull. Eur. Assoc. Fish Pathol. (9): 35-37.

    Gomez-Gil, B., Thompson, FL., Thompson, CC., Garcia-Gasca, A., Roque, A., Swings, J.(2004). Vibrio hispanicus sp. nov., isolated from Artemia sp. and sea water in Spain.IntJ Syst Evol Microbiol. 54(Pt 1): 261-5.

    Gomez-Gil, B., F.A.A. Grobois, J.R. Jarero and M.D.H. Vega. (1994). Chemical disinfection ofArtemia nauplii. J. World Aquaculture Society (25): 574-583.

    Gunther, D. & Catena, A. (1980). The interaction of Vibrio with Artemia nauplii. In : G.Persoone, P. Sorgeloos, O. Roels, E. Jaspers (Eds.). The brine shrimp Artemia-Ecology, culturing and use in aquaculture. Vol. 1, Universa Press, Wetteren, Belgium.

    Hardman, A.M., Stewart, G.S. and Williams, P. (1998). Quorum sensing and the cell-cellcommunication dependent regulation of gene expression in pathogenic and non-pathogenic bacteria.Antonie Van Leeu 74:199-210.

    Hill, B.J. (2005) The need for effective disease control in international aquaculture. Dev. Biol.(Basel) (121): 312.

    Hochheimer J. 1985. Using Water Quality Convertion Tables for Soft Crabbing. Maryland SeaGrant Extension Program. Crab Shedders Workbook Series.

    Levin, R.E. (2006) Vibrio parahaemolyticus, a notably lethal human pathogen derived fromseafood: a review of its pathogenicity, characteristics, subspecies characterization, andmolecular methods of detection',Food Biotechnol 20: 93- 128.

    Puente, M.E., Vega-Villasante, F., Holguin, G. and Bashan, Y. (1992). Susceptibility of thebrine shrimp Artemia and its pathogen Vibrio parahaemolyticusto chlorine dioxide incontaminated sea water. J. Appl.. Bacteriol (73) : 465-471

    Rengpipat, S., Tunyanun, A., Fast, A.W., Piyatiratitivorakul, S. and Menasveta, P. (2003).Enhanced growth and resistance to Vibrio challenge in pond-reared black tiger shrimpPenaeus monodon fed aBacillusprobiotic.Dis. Aquat. Org. 55:169-173.

    Rico-Mora, R. & D. Voltolina. (1995). Effects of bacterial isolates from Skeletonema costatumcultures on the survival ofArtemia fransiscananauplii. J. Invertebr. Pathol. (66): 203-204.

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Gomez-Gil%20B%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=14742490http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Thompson%20FL%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=14742490http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Thompson%20CC%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=14742490http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Garcia-Gasca%20A%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=14742490http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Roque%20A%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=14742490http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Swings%20J%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=14742490http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14742490http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14742490http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14742490http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14742490http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Swings%20J%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=14742490http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Roque%20A%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=14742490http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Garcia-Gasca%20A%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=14742490http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Thompson%20CC%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=14742490http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Thompson%20FL%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=14742490http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Gomez-Gil%20B%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=14742490
  • 7/22/2019 Pemantauan Kesehatan Ikan Dan Lingkungan Di Kota Singkawang Kalimantan Barat

    19/19

    Robertsen, B., Engstad, RE., Jorgensen. JB. (1994). Beta glucans as immunostimulants. In :Stolen J, Fletcher TC (eds) Modulators of fish immune response. SOS Publication, fairHaven. pp. 8399.

    Romi N and Muh Kadari. (2013). Perlakuan Gnotobiotik Kultur Artemia Dengan -glukan:Kajian Potensi -glukan Untuk Memperkuat Resistensi Terhadap Vibriosis.

    Indonesiana Aquaculture (1): 15-24Romi Novriadi. (2013). Studi Komparasi dan Dampak Hasil Keputusan Gugatan PerdataPencemaran Lingkungan Budidaya Ikan Laut di Pulau Bintan. Buletin Riset SosekKelautan dan Perikanan Vol. I (2): 41-45

    Roque, A. and B. Gomez-Gill. (2003). Therapeutic effects of enrofloxacin in an experimentalinfection with a luminescent Vibrio harveyi in Artemiafransiscana Kellog 1906.Aquaculture (220): 37-42

    Ruangpan, L., and Kitao, T. (1991) Vibrio bacteria isolated from black tiger shrimp, Penaeusmonodon Fabricius.J Fish Dis 14: 383388.

    Soto-Rodriguez, S.A., Simoes, N., Jones, D.A., Roque, A. and Gomez-Gil, B. (2003b).Assessment of fluorescent-labeled bacteria for evaluation of in vivo uptake of bacteria

    (Vibrio spp.) by crustacean larvae. J Microbil Methods(52): 101-114.Soto-Rodriguez, S.A., Roque, A., Lizarraga-Partida, M.L., Guerra-Flores, A.L. and Gomez-Gil,B. (2003a). Virulence of luminous vibrios to Artemia franciscana nauplii. Dis AquatOrg(53): 231-240.

    Svobodova Z, Richard Lioyd, Jana Machova, dan Blanka Vykusova. 1993. Water Quality andFish Health. EIPAC Technical Paper. FAO Fisheries Department.

    Vandenberghe, J., Verdonc, K., Lrobles-Arozarena, R., Rivera, G., Bolland, A., Balladares, M.,Gomez-Gil, B., Calderon, J., Sorgeloos, P., and Swings, J. (1999) Vibrios Associatedwith Litopenaeus vannamei Larvae, Postlarvae, Broodstock, and Hatchery Probionts.Appl Environ Microbiol 65: 25922597.

    Verschuere, L., Heang, H., Criel, G., Sorgeloos, P., Verstraete, W. (2000b). Selected BacterialStrains Protect Artemia spp. from the Pathogenic Effects of Vibrio proteolyticusCW8T2. Applied and Environmental Microbiology (66): 11391146.

    Verschuere, L., G. Rombaut., G. Huys., J. Dhont., P. Sorgeloos. and W. Verstraete. (1999).Microbial control of the culture of Artemia juveniles through preemptive colonizationby selected bacterial strains. Appl. Environ. Microbiol. (65): 655-671.

    Wei, Q. (2002) Social and economic impacts of aquatic animal health problems in aquaculture inChina, pp. 5561. In: Arthur, J.R., Phillips, M.J., Subasinghe, R.P., Reantaso, M.B.,MacRae , I.H. (Eds.). Primary Aquatic Animal Health Care in Rural, Small-Scale,Aquaculture Development.FAO Fish Tech Pap. No. 406.