Pemanfaatan Musik Sebagai Media Pembelajaran Yang Menjadikan Proses Pembelajaran Menjadi...

25
Pemanfaatan musik sebagai media pembelajaran yang menjadikan proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak membosankan. Musik dapat menyeimbangkan kecerdasan intelektual dan emosional sehingga akan memberikan hasil yang baik bagi siswa. Selain itu musik juga mempengaruhi kondisi fisiologis. Kondisi fisiologis yang relaks akan membangkitkan semangat siswa dalam mengikuti proses belajar. Relaksasi yang diiringi dengan musik membuat pikiran selalu siap dan mampu untuk lebih berkonsentrasi dalam menerima pelajaran. Musik yang paling membantu dalam proses belajar adalah musik barok. Musik barok menggunakan ketukan-ketukan yang khas dan pola-pola yang secara otomatis menyinkronkan tubuh dan pikiran siswa. Selain itu ada musik klasik yang dikatakan mampu untuk menyeimbangkan antara otak kanan dengan otak kiri atau biasa disebut dengan kecerdasan intelektual dengan emosional siswa. Siswa yang telah memperoleh pendidikan musik sejak dini, dewasa nanti akan menjadi manusia yang memiliki pemikiran logis, cerdas, kreatif, mampu mengambil keputusan serta memliki empati. Kata kunci : musik; proses; pembelajaran; media; pengaruh; siswa. Pendahuluan Mengajar adalah salah satu tugas dari guru, dimana pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Penelitian menunjukkan bahwa lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu psikologiutama yang mempengaruhi belajar akademis (Walberg dan Greenberg, 1997). Guru bisa menciptakan suasana belajar yang biasa saja atau kelas yang menjadi suatu pengalaman penemuan yang luar biasa. Untuk membangun suasana yang bagus seorang guru harus bisa membangun suasana kelas yang hidup dan relaks sehingga siswa bisa menerima materi dengan baik. Organ tubuh yang berperan penting dalam proses pembelajaran adalah otak. Belahan otak kiri memegang peranan

description

pemanfaatan musik yang amat bagus dadqdjfnfyqifdqfqpdn djokqinqsdqijdalciadqdsdcwooooooooooooooooooooow panjangin apaan dawdadacqfaDAFFDFADFFFFaawefwf

Transcript of Pemanfaatan Musik Sebagai Media Pembelajaran Yang Menjadikan Proses Pembelajaran Menjadi...

Page 1: Pemanfaatan Musik Sebagai Media Pembelajaran Yang Menjadikan Proses Pembelajaran Menjadi Menyenangkan Dan Tidak Membosankan.

Pemanfaatan musik sebagai media pembelajaran yang menjadikan proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak membosankan. Musik dapat menyeimbangkan kecerdasan intelektual dan emosional sehingga akan memberikan hasil yang baik bagi siswa. Selain itu musik juga mempengaruhi kondisi fisiologis. Kondisi fisiologis yang relaks akan membangkitkan semangat siswa dalam mengikuti proses belajar. Relaksasi yang diiringi dengan musik membuat pikiran selalu siap dan mampu untuk lebih berkonsentrasi dalam menerima pelajaran. Musik yang paling membantu dalam proses belajar adalah musik barok. Musik barok menggunakan ketukan-ketukan yang khas dan pola-pola yang secara otomatis menyinkronkan tubuh dan pikiran siswa. Selain itu ada musik klasik yang dikatakan mampu untuk menyeimbangkan antara otak kanan dengan otak kiri atau biasa disebut dengan kecerdasan intelektual dengan emosional siswa. Siswa yang telah memperoleh pendidikan musik sejak dini, dewasa nanti akan menjadi manusia yang memiliki pemikiran logis, cerdas, kreatif, mampu mengambil keputusan serta memliki empati. Kata kunci : musik; proses; pembelajaran; media; pengaruh; siswa.

Pendahuluan

Mengajar adalah salah satu tugas dari guru, dimana pembelajaran dapat diartikan

sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Penelitian menunjukkan bahwa

lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu psikologiutama yang mempengaruhi

belajar akademis (Walberg dan Greenberg, 1997). Guru bisa menciptakan suasana belajar

yang biasa saja atau kelas yang menjadi suatu pengalaman penemuan yang luar biasa. Untuk

membangun suasana yang bagus seorang guru harus bisa membangun suasana kelas yang

hidup dan relaks sehingga siswa bisa menerima materi dengan baik.

Organ tubuh yang berperan penting dalam proses pembelajaran adalah otak. Belahan

otak kiri memegang peranan penting dalam kegiatan pembelajaran. Kedua belahan otak

dikembangkan secara optimal dan seimbang sehingga belajar dapat berjalan secara maksimal.

Dalam pembelajaran perlu megharmoniskan kerja otak kanan dan otak kiri siswa dengan

menggunakan musik sebagai sebagai media pembelajaran.

Musik ada sepanjang masa, dimanapun  kapanpun musik selalu ada dalam kehidupan.

Hal ini disebabkan karena musik dapat memberikan dampak positif bagi pendengarnya.

Secara umum, musik menimbulkan vibrasi, vibrasi itu menimbulkan stimulasi pada gendang

pendengaran. Stimulasi itu ditransmisikan susunan syaraf syarat pusat (imbic system) di

Page 2: Pemanfaatan Musik Sebagai Media Pembelajaran Yang Menjadikan Proses Pembelajaran Menjadi Menyenangkan Dan Tidak Membosankan.

sentral otak yang merupakan gudang ingatan lalu hypothalaus atau kelenjar segala

sesuatunya untuk mengaitkan musik dengan respon tertentu.

Media pembelajaran dalam proses pembelajaran digunakan untuk menyampaikan

pesan/materi agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Media dalam proses

pembelajaran mempunyai dua peranan yaitu :

1.      Media sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran, media digunakan untuk menjelaskan

bahan ajar agar mudah dipahami siswa sehingga tujuan pembelajaran mampu tercapai.

2.      Media sebagai sumber belajar yaitu sebagai sumber materi yang digunakan didalam proses

pembelajaran.

Penggunaan musik dalam media pembelajaran tentunya akan memberikan dampak 

positif untuk proses pembelajaran. Hal itu dikarenakan musik merupakan salah satu cara

untuk merangsang pikiran, sehingga siswa dapat menerima materi pelajaran dengan baik.

Selain merangsang pikiran, musik juga dapat memperbaiki konsentrasi, ingatan,

meningkatkan aspek kognitif, fisiologis, dan juga kecerdasan emosional. Musik

mempengaruhi perasaan siswa yang akan berpengaruh pada proses belajar mengajar. Musik

tidak mesti selalu ada supaya proses pembelajaran dapat berlangsung akan tetapi musik dapat

menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh George Lozanov membuktikan bahwa musik

ternyata juga sangat bermanfaat dalam proses pembalajaran dan memberikan hasil yang lebih

baik. Leanov mengembangkan metode untuk mempercepat pelatihan bahasa melalui sugesti,

relaksasi, dan musik di Universitas California di Irvie, para peneliti menemukan bahwa murid

yang mendengarkan musik mozart sebelum diuji kemampuannaya memproses informasi

spesial, meraih angka 8 dan 9 poin lebih tinggi daripada mereka yang mendengarkan rekaman

pesan relaksasi verbal.

Jadi untuk menggunakan musik sebagai media pendidikan sebaiknya mengetahui hal-

hal berikut :

1.      Mengapa musik baik digunakan untuk media pembelajaran ?

2.      Jenis musik apa yang baik digunakan untuk media pembelajaran ?

3.      Apakah manfaat dari penggunaan musik dalam pembelajaran ?

Page 3: Pemanfaatan Musik Sebagai Media Pembelajaran Yang Menjadikan Proses Pembelajaran Menjadi Menyenangkan Dan Tidak Membosankan.

4.      Musik dapat digunakan apa saja supaya dapat membantu proses pembelajaran ?

5.      Apa perbedaan antara pembelajaran dengan menggunakan musik dan pembelajaran yang

tidak menggunakan musik ?

Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai penggunaan musik sebagai media

pembelajaran. Dilihat dari dampak musik terhadap hasil belajar siswa yang lebih baik dengan

menggunakan media pembelajaran musik ini maka, proses pembelajaran akan lebih

menyenangkan dan tidak membosankan. Pembahasan ini akan dimulai dari mengapa musik

baik digunakan untuk media pembelajaran, kemudian dilanjutkan jenis musik apa saja yang

baik digunakan untuk media pembalajaran, setelah itu manfaat dari penggunaan musik dalam

pembelajaran, kemudian peran musik dalam pembelajaran, serta perbedaan antara

pembelajaran dengan menggunakan musik dan pembelajaran yang tidak menggunakan

musik.

B.     Pembahasan

Musik salah satu cara untuk merangsang pikiran sehingga siswa dapat menerima

materi pembelajaran dengan baik. Musik baik digunakan untuk media pembelajaran karena

musik mampu menyeimbangkan antara otak kanan dengan otak kiri, ini berarti

menyeimbangkan antara aspek intelektual dengan aspek emosional. Dalam pembelajaran agar

proses belajar dapat berjalan dengan baik, harus ada keseimbangan antara otak kanan dan

otak kiri, apalagi untuk materi-materi yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Selain itu

mengapa musik bisa dijadikan media pembelajaran karena musik dapat merangsang

kecerdasan. Kecerdasan tersebut adalah sebagai berikut :

1.      Musik dapat merangsang fungsi otak artinya musik memberikan rangsangan pertumbuhan

fungsi-fungsi pada otak fungsi ingatan untuk belajar, untuk berbahas, mendengar dan

berbicara, serta analisis, intelek, dan fungsi kesadaran. Musik juga dapat merangsang

pertumbuhan pada ingatan.

2.      Merangsang otak secara fisik disini bukan berati musik yang memperbaiki kondisi fisik otak

akan tetapi kondisi fisik otak yang lebih baik memungkinkan seserang belajar musik.

3.      Meningkatkan fungsi kognitif artinya musik memungkinkan untuk berpikir, mengingat,

menganalisis, belajar dan secara umum melakukan aktivitas mental yang lebih tinggi.

Page 4: Pemanfaatan Musik Sebagai Media Pembelajaran Yang Menjadikan Proses Pembelajaran Menjadi Menyenangkan Dan Tidak Membosankan.

4.      Merangsang proses asosiatif artinya musik dapat menjadi perangsang yang dapat

membangkitkan siswa untuk mengingat kembali pengalaman emosional pada masa kanak-

kanak.

5.      Merangsang rekognitif (mengenal kembali) artinya dengan musik saraf indera pendengaran

mengirim sinyal ke otak untuk mengenali kembali alunan musik tersebut. Jika siswa pernah

mendengar musik itu sebelumnya, maka siswa akan memberikan respon terhadap sesuatu

yang pernah dialaminya.

6.      Musik memperluas gudang ingatan artinya musik mampu untuk membangkitkan individu

untuk memanggil kembali data lainnya karena adanya proses asosiatif. Musik merupakan

data yang juga berfungsi sebagai stimulator untuk memanggil kembali ingatan lain.

7.      Merangsang perkembangan bahasa artinya musik sering digunakan untuk membantu siswa

supaya lebih mampu belajar berbahasa.

8.      Merangsang pikiran ritmis artinya musik melatih koordinasi gerak dengan ritme, belajar dan

memahami musik merupakan suatu proses belajar memahami irama.

Ada teori yang mengatakan bahwa dalam situasi otak kiri sedang bekerja, seperti

mempelajari situasi baru, musik akan membangkitkan reaksi otak kanan yang intuitif dan

kreatif sehingga masukannya dapat dipadukan dengan keseluruhan proses., otak kanan

cenderung untuk terganggu selama rapat, kuliah, dan sebagainy, yang merupakan penyebab

mengapa seseorang itu melamun dan memperhatikan pemandangan ketika seseorang berniat

untuk berkonsentrasi, memasang musik adalah cara efektif untuk menyibukan otak kanan

ketika sedang berkonsentrasi pada aktivitas-aktivitas otak kiri. (Deporter dan Hernacki 2011:

74)

Jenis musik yang baik digunakan untuk media pembelajaran seperti yang telah

dipaparkan sedikit diatas adalah jenis musik barok. Menurut penemuan Dr.Lozanov musik

yang  paling membantu untuk media pembelajaran adalah musik barok seperti Bach, Handel,

Pachelbel, dan Vivaldi. Para kompiser menggunakan ketukan yang sangat khas dan pola-pola

secara otomatis menyingkronkan tubuh dan pikiran, pengaruh musik barok tidak terbatas bagi

manusia. Untuk memasukan informasi, jangan menggunakan musik yang mengandung kata-

kata. Gunakan musik sesuai dengan kebutuhan. Untuk pemasukan informasi, gunakan musik

Page 5: Pemanfaatan Musik Sebagai Media Pembelajaran Yang Menjadikan Proses Pembelajaran Menjadi Menyenangkan Dan Tidak Membosankan.

dengan tempo 55-70 bit per menit. Untuk brain storming diskusi atau tugas yang

menggunakan output gunakan musik yang lebih aktif dengan tempo 100-149 bit per menit.

Selain itu ada jenis musik yang lain yang dapat membantu dalam proses pembelajaran :

1.    Musik klasik, kompleksitas musik klasik merangsang kompleksitas bagian otak. Selain itu

musik klasik juga mampu untuk menyeimbangkan antara otak kanan dengan otak kiri atau

biasa disebut dengan kecerdasan intelektual dengan emosional siswa.   Seperti musik karya

Mozart

2.    Nature Sound Music, merupakan bentuk integratif musik klasik dengan suara-suara alam.

Seperti komposisi musik barok disertai dengan latar belakang suara ombak lautan atau

gemercik air.

3.    Ayat suci, pembacaan ayat suci secara musikal dapat memberikan ketenangan bagi yang

mendengarkannya sehingga dapat mewujudkan rileks tapi mampu untuk berkonsentrasi untuk

menerima pelajaran.

Dengan menggunakan musik yang khusus, maka kita dapat mengerjakan pekerjaan

yang melelahkan, pekerjaan yang berat menjadi relaks dan tetap berkonsentrasi sehingga

pekerjaan yang berat akan menjadi lebih ringan.

               Manfaat penggunaan musik untuk membantu proses pembelajaran yaitu :

1.      Musik akan membuat siswa rileks dan mengurangi stress yang akan menghambat proses

pembelajaran.

2.      Merangsang kreativitas dan kemampuan berpikir siswa sehingga dapat memperoleh hasil

yang lebih baik.

3.      Membantu kreativitas dengan membawa otak pada gelombang tertentiu.

4.      Merangsang minat baca, keterampilamn motorik dan perbendaharaan kata.

5.      Sangat efektif untuk proses pembelajaran yang melibatkan pikiran sadar maupun pikiran

bawah sadar.

        Untuk menciptakan suasana yang mendukung proses belajar, otak perlu mendapat

rangsangan yang sesuai, sehingga otak dapat dengan mudah menerap informasi dan mengerti

informasi dan mengembangkan keterampilan berpikir.

Page 6: Pemanfaatan Musik Sebagai Media Pembelajaran Yang Menjadikan Proses Pembelajaran Menjadi Menyenangkan Dan Tidak Membosankan.

        Manfaat musik sebenarnya tergantung pada cara kita menggunakannya, kapan dan

apa saja jenis musiknya. Berikut penggunaan musik dalam  proses pembelajaran :

1.      Musik digunakan sebaagai pembukaan sehingga pada waktu yang sesuai akan sangat

membantu mempengaruhi perhatian siswa di awal proses pembelajaran.

2.      Musik digunakan sebagai pembatas waktu, contohnya jika  guru memberikan tugas kepada

siswa, maka guru dapat membatasi waktu untuk mengerjakan tugas sampai selesai musik

tersebut.

3.      Musik digunakan untuk membantu diskusi, saat melakukan diskusi mainkan musik sebagai

latar belakang. Peran musik disini adalah untuk menciptakan atmosfir yang mendukung

proses diskusi.

4.      Musik digunakan untuk membangkitkan semangat dan energi, saat suasana kelas agak

menurun, siswa sudah mulai mengantuk, bosan, atau letih mainkan musik dengan tempo yang

tinggi sambil melakukan gerak badan atau brain gym.

5.      Musik untuk penutup, jika ada musik pembukaan maka harus ada musik penutup. Musik ini

dimainkan saat siswa telah selesai belajar dan bersiap untuk pulang sehingga pada saat

pulang siswa dapat pulang dengan senang dan gembira.

Perbedaan belajar dengan menggunakan musik dengan belajar tanpa musik :

Tanpa musik Menggunakan musik

Denyut nadi dan tekanan darah

meningkat sehingga otak menjadi

tegang sulit untuk menerima materi

pelajaran.

Denyut nadi dan tekanan darah

rendah sehingga otak menjadi relaks

dan mudah untuk menerima materi

pelajaran.

Gelombang otak semaikn cepat

sehingga akan mengakibatkan pesan

yang sudah disampaikan ke otak akan

cepat hilang dan tidak tersimpan

ke longtherm memory.

Gelombang otak melambat sehingga

siswa akan menyimpan materi yang

telah disampaikan sampai

ke longtherm memory.

Otot-otot menegang, sulit untuk

menerima materi pembelajaran

Otot-otot relaks, mudah untuk

menerima materi pelajaran.

C.     Penutup

Page 7: Pemanfaatan Musik Sebagai Media Pembelajaran Yang Menjadikan Proses Pembelajaran Menjadi Menyenangkan Dan Tidak Membosankan.

Jadi, dengan menggunakan musik siswa akan lebih membangkitkan motivasi untuk

belajar. Dengan musik proses pembelajaran akan lebih menyenangkan dan tentunya tidak

membosankan dan juga memberikan hasil yang lebih baik dari pada tidak menggunakn

musik. Musik dapat menjadikan siswa relaks dan siap untuk menerima materi pelajaran

dengan mudah sehingga dapat tersimpan di longtherm memory siswa. dengan. Siswa yang

telah memperoleh pendidikan musik sejak dini, dewasa nanti akan menjadi manusia yang

memiliki pemikiran logis, cerdas, kreatif, mampu mengambil keputusan serta memliki

empati.

Dengan demikian, diharapkan agar unsur musik dapat dimasukan ke dalam kurikulum

sehingga mampu untuk menghasilkan hasil pembelajaran yang maksimal dan tidak

membosankan.

D.    Daftar PustakaMeiarn, Dave. 2002. The Accelarated Learning. Bandung : Kaifa.

De Porter, Bobby dan Mike Henakli. 2011. Quantum Learning. Bandung: KaifaDe Porter Bobby, Reardon Mark, Sarah Singer Nourie.2004. Quantum Teaching. Bandung :Kaifa.Yuliani Rahma. 2012 . Pemanfaatan Musik Dalam Proses Belajar

Mengajar .   http://hennyslalusemangat.blogspot.com/2010/05/komputer-sebagai-media-pembelajaran.html. Diakses tanggal 15  Juni 2012.

Alit Adi Sanjaya. 2010. Penggunaan Musik Dalam Pembelajaran di Kelas untuk Menciptakan Kerja Otak yang Harmonis. http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/17/penggunaan-musik-dalam-pembelajaran-di-kelas-untuk-menciptakan-kerja-otak-yang-harmonis/. Diakses tanggal 16 Juni 2012

Setyawan Rudy. 2006. Fungsi Musik Dalam Pembelajaran. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/22064754.pdf. Diakses tanggal 16 Juni 2012.

Henny. 2010. Pengaruh Musik Sebagai Media Pembelajaran. http://hennyslalusemangat.blogspot.com/2010/05/komputer-sebagai-media-pembelajaran.html. Diakses tanggal 15 Juni 2012.

Page 8: Pemanfaatan Musik Sebagai Media Pembelajaran Yang Menjadikan Proses Pembelajaran Menjadi Menyenangkan Dan Tidak Membosankan.

http://tataitusinta.blogspot.com/2012/06/pemanfaatan-musik-sebagai-media.html

http://tataitusinta.blogspot.com/2012/06/pemanfaatan-musik-sebagai-media.html

Pendidikan musikDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pendidikan musik adalah bidang studi yang terkait dengan pengajaran dan pembelajaran musik. Bidang studi ini mencakup semua aspek pembelajaran, termasuk psikomotor (pengembangan kemampuan), kognitif (pemerolehan pengetahuan), dan afektif, termasuk apresiasi musik dan sensitivitasnya. Keberadaan pelatihan musik mulai dari pendidikan prasekolah sampai pascasekunder umum ditemukan di berbagai negara karena keterlibatan dalam musik dianggap sebagai komponen dasar budaya dan perilaku manusia. Musik, seperti bahasa, adalah pencapaian yang membedakan manusia dengan makhluk lain.[1]

Daftar isi

  [sembunyikan] 

1 Pengenalan 2 Metodologi instruksional

o 2.1 Metode pendidikan musik internasional ternama 2.1.1 Metode Dalcroze 2.1.2 Metode Kodály 2.1.3 Orff Schulwerk 2.1.4 Metode Suzuki

o 2.2 Metode ternama lainnya 2.2.1 Teori Pembelajaran Musik Gordon 2.2.2 Pedagogi Musik Dunia 2.2.3 Solfège Konversasional 2.2.4 Metode Carabo-Cone 2.2.5 MMCP 2.2.6 Metode O'Connor 2.2.7 Metode Boss School

3 Sejarah pendidikan musik di Amerika Serikato 3.1 Abad ke-18o 3.2 Abad ke-19o 3.3 Awal abad ke-20o 3.4 Pertengahan abad ke-20 sampai 21

4 Standar dan penilaian 5 Integrasi dengan pelajaran lain 6 Pentingnya pendidikan musik 7 Advokasi musik 8 Pengajar musik berpengaruh 9 Organisasi profesional 10 Lihat pula 11 Referensi 12 Daftar pustaka 13 Bacaan lanjutan

Page 9: Pemanfaatan Musik Sebagai Media Pembelajaran Yang Menjadikan Proses Pembelajaran Menjadi Menyenangkan Dan Tidak Membosankan.

Pengenalan[sunting | sunting sumber]

Di sekolah dasar, anak biasanya belajar memainkan instrumen seperti kibor atau perekam, menyanyi dalam paduan suara kecil, dan mempelajari elemen bunyi musik dansejarah musik. Meski pendidikan musik di berbagai negara secara tradisional menekankan musik klasik Barat, dalam beberapa dasawarsa terakhir para pengajar musik cenderung menyertakan penerapan dan sejarah musik non-barat untuk memberikan pengalaman musik yang penuh dan mengajarkan multikulturalisme dan pemahaman internasional. Di sekolah dasar dan menengah, pelajar diberikan kesempatan naik panggung dalam bentuk ansambel musik, seperti paduan suara, orkestra, atau band sekolah:band konser, orkes barisan, atau band jazz. Di sejumlah sekolah menengah, kelas musik tambahan juga diberikan. Di sekolah menengah pertama atau sederajat, musik biasanya terus menjadi bagian yang dibutuhkan dalam kurikulum.[2]

Di tingkat universitas, mahasiswa di sebagian besar program seni dan humaniora akan menerima kredit akademik setelah mengambil kursus musik, yang biasanya berbentuk kursus pengenalan sejarah musik, atau kursus apresiasi musik yang berfokus pada mendengarkan musik dan mempelajari berbagai gaya musik. Selain itu, banyak universitas di Amerika Utara dan Eropa memiliki sejenis ansambel musik yang dapat diikuti mahasiswa dari berbagai bidang studi seperti paduan suara, band konser, orkes barisan, atau orkestra. Banyak universitas menawarkan program sarjana dalam bidang pendidikan musik, sehingga memungkinkan mahasiswa mereka menjadi pengajar ansambel tersertifikasi untuk sekolah dasar dan menengah, serta kelas musik pemula. Program yang lebih tinggi dapat berujung pada bekerja di universitas. Program-program ini terdiri dari penyelesaian kelas teknik yang bervariasi, instruksi pribadi, berbagai ansambel, dan observasi mendalam mengenai pengajar-pengajar di daerahnya. Departemen pendidikan musik di universitas-universitas Amerika Utara dan Eropa juga mendukung penelitian interdisipliner di bidang-bidang seperti psikologi musik, historiografi pendidikan musik, etnomusikologi pendidikan, sosiomusikologi, dan filsafat pendidikan.

Studi musik seni Barat semakin umum dalam pendidikan musik di luar Amerika Utara dan Eropa, termasuk negara-negara Asia seperti Korea Selatan, Jepang, dan Cina. Pada saat yang sama, universitas dan perguruan tinggi Barat memperluas kurikulum mereka sehingga mencakup budaya non-Barat, seperti musik Afrika atau Bali (misalnya musik gamelan), serta musik rock (lihat pedagogi musik populer).

Pendidikan musik juga terjadi dalam konteks terindividualisasi, belajar seumur hidup, dan masyarakat. Baik musisi amatir dan profesional biasanya mengambil pelajaran musik, sesi singkat pribadi dengan seorang guru. Musisi amatir biasanya mempelajari kerumitan musik dan teknik musik tingkat awal hingga menengah.

Metodologi instruksional[sunting | sunting sumber]

Meski strategi instruksional dibatasi oleh guru musik dan kurikulum musik di sekolah mereka, banyak guru yang sangat bergantung pada satu atau banyak metodologiinstruksional yang muncul pada generasi-generasi terbaru dan berkembang cepat pada paruh terakhir abad ke-20.

Metode pendidikan musik internasional ternama[sunting | sunting sumber]

Metode Dalcroze[sunting | sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah: euritmika

Metode Dalcroze dikembangkan pada awal abad ke-20 oleh musisi dan pengajar asal Swiss, Émile Jaques-Dalcroze. Metode ini dibagi menjadi tiga konsep dasar - pemakaiansolfège, improvisasi, dan euritmika. Kadang disebut "gimnastika ritmik", euritmika mengajarkan konsep ritme, struktur, dan ekspresi musik menggunakan gerakan, dan merupakan konsep terkenal dari Dalcroze. Metode ini berfokus pada memungkinkan pelajar mendapatkan kesadaran fisik dan pengalaman musik melalui pelatihan yang dilakukan dengan semua indera, terutama kinestetik. Menurut metode Dalcroze, musik adalah bahasa dasar otak manusia dan secara mendalam terhubung dengan definisi manusia.

Page 10: Pemanfaatan Musik Sebagai Media Pembelajaran Yang Menjadikan Proses Pembelajaran Menjadi Menyenangkan Dan Tidak Membosankan.

Metode Kodály[sunting | sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Metode Kodály

Bahasa tangan Solfège Curwen. Versi ini memiliki tendensi nada dan judul menarik untuk setiap nada.

Zoltán Kodály (1882–1967) adalah pengajar musik dan komponis Hongaria yang menekankan manfaat instruksi fisik dan respon terhadap musik. Meski sebenarnya bukan metode pendidikan, ajaran-ajarannya berada dalam kerangka kerja yang menyenangkan dan mendidik yang dibangun kuat pada teori musik dasar dan notasi musik dalam berbagai bentuk verbal dan tertulis. Tujuan utama Kodály adalah menciptakan cinta abadi terhadap musik dalam diri pelajar dan merasa bahwa sudah menjadi tugas sekolah anak untuk menyediakan elemen pendidikan yang vital ini. Sejumlah metode pengajaran ciptaan Kodály mencakup pemakaian bahasa tangan solfège, notasi pendek musik (notasi stik), dan solmisasi ritme (verbalisasi). Meski banyak negara memakai tradisi musik rakyat mereka untuk membangun urutan instruksinya sendiri, Amerika Serikat cenderung memakai urutan Hongaria, padahal musik rakyat Hongaria sangat berbeda ketimbang Amerika Serikat.

Karya Katinka S. Daniel membawa pemikiran Kodaly ke garis depan pendidikan musik di Amerika Serikat. Daniel memperkenalkan kurikulumnya di Konferensi Kodaly Internasional tahun 1973 dan pada tahun-tahun selanjutnya yang berujung pada penerbitan literatur untuk pengajar musik yang menggabungkan lagu rakyat Hongaria dengan lagu rakyat Amerika Serikat dan musik klasik barat. Daniel setuju dengan Kodaly mengenai kewajaran memakai lagu ringan yang sederhana dari budaya pelajarnya sendiri sebagai dasar pendidikan musik, namun ia kukuh bahwa urutan di mana pola nada diajarkan harus dimulai dengan nada ketiga minor menurun, atau “sol-mi”, pola yang merupakan interval paling alami dan sederhana bagi semua anak untuk dinyanyikan. Katina Daniel membuat tugas mengadaptasi karya Kodaly ke pendidikan musik Amerika Serikat tidak lagi menakutkan bagi para pengajar Amerika Serikat. [3]

Orff Schulwerk[sunting | sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Orff Schulwerk

Carl Orff adalah seorang komponis ternama Jerman. Orff Schulwerk karyanya dianggap sebagai "pendekatan" terhadap pendidikan musik. Pendekatan ini dimulai dengan kemampuan dalam diri pelajar untuk bermain dengan bentuk-bentuk musik yang belum sempurna, menggunakan ritme

Page 11: Pemanfaatan Musik Sebagai Media Pembelajaran Yang Menjadikan Proses Pembelajaran Menjadi Menyenangkan Dan Tidak Membosankan.

dan melodi dasar. Orff menganggap tubuh merupakan instrumen perkusif dan pelajar didorong mengembangkan kemampuan musik mereka dengan cara yang mellintasi perkembangan musik barat. Pendekatan ini mendorong improvisasi dan mengurangi tekanan orang dewasa dan latihan mekanik, sehingga membantu penemuan jati diri pelajar tersebut. Carl Orff mengembangkan sekelompok instrumen khusus, termasuk bentuk modifikasiglockenspiel, silofon, metallophone, drum, dan instrumen perkusi lainnya untuk memenuhi persyaratan kursus Schulwerk.[4]

Metode Suzuki[sunting | sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Metode Suzuki

Metode Suzuki dikembangkan oleh Shinichi Suzuki di Jepang sesaat setelah Perang Dunia II, dan metode ini memakai pendidikan musik untuk memperkaya hidup dan karakter moral para pelajarnya. Gerakan ini berdiri di atas pemikiran bahwa "semua anak bisa menjadi terpelajar" dalam musik, dan bahwa belajar bermain musik pada tingkat tinggi juga melibatkan pembelajaran ciri-ciri dan keutamaan karakter yang menjadikan jiwa seseorang lebih indah. Metode utama dalam mencapai hal ini terpusat pada menciptakan lingkungan belajar musik yang sama seperti lingkungan seseorang untuk belajar bahasa ibu mereka. Lingkungan 'ideal' ini membutuhkan cinta, contoh berkualitas tinggi, pujian, berlatih menghapal dan mengulang, dan sebuah jadwal yang diatur oleh kesiapan perkembangan pelajar untuk mempelajari suatu teknik tertentu. Meski Metode Suzuki lumayan terkenal di seluruh dunia, di dalam Jepang sendiri pengaruhnya kurang muncul ketimbang Metode Yamaha, dikembangkan Genichi Kawakami bekerja sama dengan Yamaha Music Foundation.

Metode ternama lainnya[sunting | sunting sumber]

Selain empat metode internasional ternama di atas, beberapa pendekatan lain juga berpengaruh. Metode-metode yang kurang dikenal disebutkan di bawah:

Teori Pembelajaran Musik Gordon[sunting | sunting sumber]

Metode ini didasarkan pada penelitian dan uji coba lapangan yang ekstensif oleh Edwin E. Gordon dan rekan-rekannya. Teori Pembelajaran Musik memberikan guru musik sebuah metode lengkap untuk mengajar kemusisian melalui audiasi, istilah ciptaan Gordin untuk mendengar musik dalam pikiran dengan pemahaman. Metode pengajaran membantu guru musik menetapkan tujuan kurikulum berurutan sesuai dengan gaya dan keyakinan pengajaran mereka.[5]

Pedagogi Musik Dunia[sunting | sunting sumber]

Pertumbuhan keragaman budaya dalam populasi usia sekolah mendorong para pengajar musik dari tahun 1960-an dan seterusnya mendiversifikasi konten kurikulum musik, dan bekerja sama dengan etnomusikolog dan sejumlah seniman-musisi dunia dalam menciptakan praktik instruksional yang relevan dengan tradisi musik. 'Pedagogi musik dunia' dicetuskan oleh Patricia Shehan Campbell untuk menyebut konten musik dunia dan praktik pada program musik sekolah dasar dan menengah. Perintis gerakan ini, terutama Barbara Reeder Lundquist dan William M. Anderson, memengaruhi generasi kedua pengajar musik (termasuk Bryan J. Burton, Mary Goetze, Ellen McCullough-Brabson, dan Mary Shamrock) untuk merancang dan menyalurkan model kurikulum ke guru-guru musik dari berbagai tingkatan dan spesialisasi.

Solfège Konversasional[sunting | sunting sumber]

Dipengaruhi metodologi Kodály dan Teori Pembelajaran Musik Gordon, Conversational Solfège dikembangkan oleh Dr. John M. Feierabend, ketua pendidikan musik di Hartt School di Universitas Hartford. Filsafat metode ini adalah memandang musik sebagai seni aural dengan kurikulum berbasis literatur. Urutan metodologi ini melibatkan proses 12 tahap untuk mengajar melek musik. Tahap-tahap tersebut meliputi pola ritme dan nada dan memecahkan pola tersebut menggunakan silabel dan notasi. Tidak seperti metode tradisional Kodály, metode ini mengikuti instruksi aktual Kodály dan memakai urutan yang didasarkan pada lagu rakyat Amerika Serikat, bukannya memakai urutan yang digunakan di Hongaria berdasarkan lagu rakyat Hongaria.

Page 12: Pemanfaatan Musik Sebagai Media Pembelajaran Yang Menjadikan Proses Pembelajaran Menjadi Menyenangkan Dan Tidak Membosankan.

Metode Carabo-Cone[sunting | sunting sumber]

Pendekatan awal masa kecil yang kadang dikenal sebagai Pendekatan Sensori-Motor Terhadap Musik ini dikembangkan oleh violinis Madeleine Carabo-Cone. Pendekatan ini melibatkan pemakaian perlengkapan, kostum, dan mainan untuk anak-anak untuk belajar konsep musik dasar berupa staf, durasi not, dan kibor piano. Lingkungan konkret ruangan kelas yang dirancang secara khusus memungkinkan anak-anak mempelajari dasar-dasar musik dengan mengeksplorasi melalui sentuhan.[6]

MMCP[sunting | sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah: MMCP

Manhattanville Music Curriculum Project dikembangkan tahun 1965 dan merupakan metode alternatif dalam membentuk perilaku positif terhadap pendidikan musik. Pendekatan kreatif ini berpusat pada pelajar menjadi musisi dan terlibat dalam proses penemuan. Guru memberikan pelajar kebebasan untuk mencipta, mementaskan, berimprovisasi, melakukan, meneliti, dan menyelidiki berbagai faset musik dalam kurikulum spiral.

Metode O'Connor[sunting | sunting sumber]

Mark O'Connor mengembangkan metode pendidikan biola [7] [8]  yang dirancang untuk memandu pelajar melalui perkembangan teknik musik yang diperlukan untuk menjadi violinis yang mahir. Metode ini terdiri dari serangkaian piece yang mencakup berbagai genre.[9] Sesi pelatihan guru didasarkan pada metode yang diberlakukan di negaranya.

Metode Boss School[sunting | sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Boss School of Music

Pada masa kejayaannya, Boss School of Music di Mumbai mengembangkan metode pendidikan khusus[10] menggunakan teknologi audio-visual, konsep yang disederhanakan dan peralatan musik yang dirancang khusus.[11][12] Mereka melatih pelajar pemula untuk ujian kibor elektronik bertingkat terstandardisasi yang diadakan Trinity College London, dan memerlukan 3-6 bulan saja untuk melatih mereka menggunakan metode sendiri,[13][10][14][15] yang dengan metode tradisional malah memakan 8 tahun.[10][13] Dr. Vidyadhar Vyas, Kepala Departemen Musik Universitas Mumbai mengklaim mereka telah "merevolusi" pembelajaran musik dengan mengajarkan konsep musik rumit dalma waktu singkat.[10][13][15] Mereka juga melatih beberapa anak antara usia 6 dan 10 tahun untuk ujian Kibor Elektronik Tingkat 8 yang diadakan Trinity College, dan setelah mereka lulus ujian, mereka disebut-sebut sebagai anak berkemampuan istimewa.[16][17][18][19][20][21][22] Meski metode mereka tidak terdokumentasikan secara formal, banyak musisi terkenal diMumbai seperti Louis Banks mengakui bahwa sekolah tersebut telah mengembangkan sebuah "teknik yang revolusioner".[10][12]

Sejarah pendidikan musik di Amerika Serikat[sunting | sunting sumber]

Abad ke-18[sunting | sunting sumber]

Setelah ceramah Pendeta Thomas Symmes, sekolah menyanyi pertama didirikan tahun 1717 di Boston dengan tujuan memperbaiki kemampuan menyanyi dan membaca musik di gereja. Sekolah-sekolah menyanyi ini perlahan menyebar ke seluruh koloni Amerika Serikat. Pendeta John Tufts menerbitkan An Introduction to the Singing of Psalm Tunes Using Non-Traditional Notation yang dianggap sebagai buku teks musik pertama di koloni ini. Antara tahun 1700 hingga 1820, lebih dari 375 buku nada diterbitkan oleh para penulis seperti Samuel Holyoke, Francis Hopkinson, William Billings, dan Oliver Holden.[23]

Musik mulai menyebar sebagai pelajaran kurikuler ke distrik-distrik sekolah lainnya. Segera, musik meluas ke semua jenjang sekolah dan pengajaran membaca musik terus membaik sampai kurikulum musik tumbuh dan mencakup beberapa aktivitas selain membaca musik. Pada akhir 1864, pelajaran musik di sekolah umum menyebar ke seluruh Amerika Serikat.

Page 13: Pemanfaatan Musik Sebagai Media Pembelajaran Yang Menjadikan Proses Pembelajaran Menjadi Menyenangkan Dan Tidak Membosankan.

Abad ke-19[sunting | sunting sumber]

Tahun 1832, Lowell Mason dan George Webb membentuk Boston Academy of Music dengan tujuan mengajarkan menyanyi dan teori, serta metode mengajar musik. Mason menerbitkan Manuel of Instruction pada tahun 1834 yang didasarkan pada karya pendidikan musik Pestalozzian System of Education yang didirikan oleh pengajar asal Swiss,Johann Heinrich Pestalozzi. Buku ini perlahan banyak dipakai oleh guru-guru sekolah musik. Sejak 1837-1838, Boston School Committee mengizinkan Lowell Mason mengajar musik di Hawes School sebagai demonstrasi. Ini dianggap sebagai pertama kalinya pendidikan musik diperkenalkan ke sekolah-sekolah umum di Amerika Serikat. Pada tahun 1838, Boston School Committee menyetujui masuknya musik ke kurikulum dan Lowell Mason menjadi pengawas musik dasar pertama yang diakui komite. Pada tahun-tahun selanjutnya, Luther Whiting Mason menjadi Pengawas Musik di Boston dan menyebarkan pendidikan musik ke berbagai jenjang pendidikan umum (sekolah bahasa, dasar, dan menengah). Selama pertengahan abad ke-19, Boston menjadi model kota-kota lain di Amerika Serikat untuk memasukkan dan membentuk program pendidikan musik di sekolah-sekolah umum.[24] Metodologi musik untuk guru sebagai sebuah kursus pertama diperkenalkan di Normal School. Konsep guru kelas di sekolah yang mengajarkan musik di bawah arahan seorang pengawas musik menjadi model standar untuk pendidikan musik sekolah umum pada abad itu. (lihat pula Pendidikan musik di Amerika Serikat)

Awal abad ke-20[sunting | sunting sumber]

Di Amerika Serikat, perguruan tinggi keguruan dengan program sarjana empat tahun dikembangkan dari Normal School dan mencakup pelajaran musik. Oberlin Conservatorypertama kali memberikan gelar Bachelor of Music Education. Osbourne G. McCarthy, seorang pengajar musik Amerika Serikat, memperkenalkan detail mempelajari musik untuk mendapatkan kredit di Chelsea High School. Peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah pendidikan musik pada awal abad ke-20 juga meliputi:

Pendirian Music Supervisor's National Conference (berubah nama menjadi Music Educators National Conference pada tahun 1934, kemudian MENC: The National Association for Music Education tahun 1998, dan saat ini The National Association for Music Education - NAfME) di Keokuk, Iowa tahun 1907.

Munculnya gerakan band dan orkestra sekolah yang berujung pada program musik sekolah yang berorientasi pada pementasan.

Pertumbuhan jumlah literatur metode musik. Frances Elliot Clark  mengembangkan dan mempromosikan perpustakaan rekaman fonograf

untuk sekolah. Carl Seashore  dan ujian bakat musik Measures of Musical Talent-nya mulai menguji orang-

orang dalam bidang musik.

Pertengahan abad ke-20 sampai 21[sunting | sunting sumber]

Tabel berikut mengilustrasikan sejumlah perkembangan pesat dari periode ini:

Tanggal Peristiwa Peristiwa penting bagi pendidikan musik

1950The Child's Bill of Rights in Music[25]

Sebuah filsafat yang terpusat pada pelajar didukung secara formal oleh MENC.

1953American School Band Directors Associationdibentuk

Gerakan band semakin terorganisasi.

Page 14: Pemanfaatan Musik Sebagai Media Pembelajaran Yang Menjadikan Proses Pembelajaran Menjadi Menyenangkan Dan Tidak Membosankan.

1957 Peluncuran SputnikPeningkatan fokus kurikulum terhadap sains, matematika, teknologi dengan sedikit penekanan pada pendidikan musik.

1959Contemporary Music Project

Tujuan proyek ini adalah menjadikan musik kontemporer relevan bagi anak-anak dengan menempatkan komponis dan pementas berkualitas dalam lingkungan pengajaran. Proyek ini menciptakan gerakan Comprehensive Musicianship.

1961American Choral Directors Associationdibentuk

Gerakan paduan suara semakin terorganisasi.

1963 Yale Seminar

Pengembangan pendidikan seni yang didukung pemerintah berfokus pada literatur kelas musik berkualitas. Juilliard Project berujung pada kompilasi dan penerbitan karya-karya musik dari berbagai era sejarah untuk sekolah dasar dan menengah.

1965National Endowment for the Arts

Bantuan keuangan federal dan pengakuan nilai yang dimiliki musik dalam masyarakat.

1967Tanglewood Symposium

Penetapan filsafat pendidikan musik yang bersatu dan eklektik. Penekanan tertentu terhadap musik pemuda, musik pendidikan khusus, musik perkotaan, dan musik elektronik.

1969 GO Project35 tujuan yang dibuat oleh MENC untuk menciptakan program pendidikan musik berkualitas di sekolah umum, diterbitkan dan direkomendasikan agar diikuti oleh semua pengajar musik.

1978The Ann Arbor Symposium

Menekankan dampak teori pembelajaran dalam pendidikan musik dalam bidang: persepsi auditori, pembelajaran motor, perkembangan anak, kemampuan kognitif, pemrosesan memori, pengaruh, dan motivasi.

1984Becoming Human Through Music Symposium

"The Wesleyan Symposium on the Perspectives of Social Anthropology in the Teaching and Learning of Music" (Middletown, Connecticut, August 6–10, 1984). Menekankan pentingnya konteks budaya dalam pendidikan musik dan dampak budaya terhadap cepatnya perubahan demografi di Amerika Serikat.

1990 Multicultural Symposium in Music Education

Muncul dari kesadaran akan meningkatnya keragaman populasi sekolah di Amerika Serikat, simposium tiga hari untuk guru musik ini disponsori oleh MENC, Society for Ethnomusicology, dan

Page 15: Pemanfaatan Musik Sebagai Media Pembelajaran Yang Menjadikan Proses Pembelajaran Menjadi Menyenangkan Dan Tidak Membosankan.

Smithsonian Institution, dengan tujuan memberikan model, material, dan metode untuk mengajar musik dari berbagai budaya dunia untuk anak-anak sekolah dan kaum pemuda.

1994National Standards for Music Education

Hampir sepanjang 1980-an, muncul kampanye reformasi pendidikan dan akuntabilitas semua pelajaran kurikulum. Hal ini mendorong MENC memperkenalkan National Standards for Music Education.[26] Standar MENC diadopsi oleh banyak negara bagian, sementara negara-negara bagian lain telah membuat standar mereka sendiri atau mengabaikan standar ini.

1999The Housewright Symposium / Vision 2020

Mempelajari perubahan filsafat dan praktik dan memprediksi bagaimana wajah pendidikan musik Amerika Serikat pada tahun 2020.

2007Tanglewood II: Charting the Future[27]

Berefleksi pada 40 tahun perubahan pendidikan musik sejak simposium Tanglewood pertama tahun 1967, mengembangkan deklarasi mengenai prioritas selama 40 tahun selanjutnya.

Tawaran kursus musik dan bahkan seluruh program sarjana dalam pendidikan musik daring berkembang pada dasawarsa pertama abad ke-21 di banyak institusi, dan bidangpedagogi musik dunia dan pedagogi musik populer juga mengalami ekspansi besar.

Standar dan penilaian[sunting | sunting sumber]

Standar adalah pernyataan kurikulum yang dipakai untuk membantu pengajar menentukan tujuan pengajaran mereka. Pemakaian standar semakin umum di banyak negara pada abad ke-20. Sepanjang eksistensinya, kurikulum pendidikan musik di Amerika Serikat ditentukan secara lokal atau oleh masing-masing guru. Pada beberapa dasawarsa terakhir, muncul perpindahan besar untuk mengadopsi standar regional dan/atau nasional. MENC: The National Association for Music Education, membuat sembilan standar konten sukarela yang diberi nama National Standards for Music Education.[1] Standar ini mensyaratkan:

1. Menyanyikan  repertoar musik yang bervariasi secara sendiri dan bersama.2. Mementaskan  repertoar musik yang bervariasi secara sendiri dan bersama.3. Mengimprovisasi  melodi, variasi, dan iringan.4. Menggubah  dan mengatur musik sesuai panduan yang ditetapkan.5. Membaca  dan menotasi musik.6. Mendengarkan, menganalisis, dan mendeskripsikan musik.7. Menilai musik dan pementasan musik.8. Memahami hubungan antara musik, seni lain, dan disiplin di luar seni.9. Memahami musik terkait dengan sejarah dan budaya.

Banyak negara dan distrik sekolah menggunakan standarnya sendiri untuk pendidikan musik.

Negara bagian Washington telah menguji penilaian pementasan berbasis kelas yang mensyaratkan pelajar kelas 5 dan lebih tinggi untuk menggubah musik dalam satu staf dan menyanyi sekilas lembar musik tanpa bantuan instrumen. Ini dirancang untuk menilai standar yang diharapkan dimiliki oleh semua pelajar.[28] Menyanyi sekilas membaca adalah persyaratan belajar di Washington untuk kelas 8. Negara bagian lain juga sedang mengevaluasi penilaian pementasan seperti ini.

Page 16: Pemanfaatan Musik Sebagai Media Pembelajaran Yang Menjadikan Proses Pembelajaran Menjadi Menyenangkan Dan Tidak Membosankan.

Integrasi dengan pelajaran lain[sunting | sunting sumber]

Sejumalh sekolah dan organisasi mempromosikan integrasi kelas-kelas seni, seperti musik, dengan pelajaran lain, seperti matematika, sains, atau bahasa Inggris. Sering diduga bahwa dengan mengintegrasi beberapa kurikulum akan membantu setiap pelajaran terbentuk satu sama lain, sehingga memperbaiki kualitas pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan musik dapat memainkan peran penting dalam perkembangan anak dan kegiatan skolastik mereka.

Salah satu contohnya adalah program "Changing Education Through the Arts" dari Kennedy Center. CETA mendefinisikan integrasi seni sebagai menemukan hubungan alami antara satu bentuk seni atau lebih (tari, drama/teater, musik, seni visual, bercerita, boneka, dan/atau tulisan kreatif) dan satu bidang kurikulum atau lebih (sains, ilmu sosial, seni bahasa Inggris, matematika, dan lain-lain) demi mengajar dan menilai tujuan dalam seni dan bidang pelajaran lainnya. Ini memungkinkan fokus sekaligus terhadap mencipta, mementaskan, dan/atau menanggapi seni namun masih membicarakan konten bidang pelajaran lain.[29]

The Learning Maestros adalah sebuah perusahaan yang bertujuan menciptakan karya musikal dan materi pendidikan interdisipliner baru yang mengeksplorasi hubungan antara musik dan sains, literatur, seni visual, sejarah alam, dan masalah sosial. Perusahaan ini didirikan oleh Julian Fifer dan komponis Bruce Adolphe. Karya-karya pendidikan interdisipliner ternama yang telah mereka ciptakan bekerja sama dengan penulis dan ilmuwan adalah "Tyrannosaurus Sue: A Cretaceous Concerto" (untuk Field Museum of Natural History, Chicago), "Red Dogs and Pink Skies: A Musical Celebration of Paul Gauguin" (bersamaan dengan pameran di Metropolitan Museum of Art, New York), "Self Comes to Mind" (dibuat bersama ilmuwan saraf Antonio Damasio, dipentaskan oleh Yo-Yo Ma di American Museum of Natural History, New York), "Let Freedom Sing: the story of Marian Anderson" (dibuat bersama penulis Carolivia Herron, dipentaskan oleh Washington National Opera), "Zephyronia" (dibuat bersama penulis Louise Gikow, utuk Imani Winds), dan "Witches, Wizards, Spells, and Elves: The Magic of Shakespeare" (untuk Chicago Chamber Musicians dan Chicago Shakespeare Theater).

Lifelong Learning Programme 2007–2013 Uni Eropa telah mendanai tiga proyek yang memakai musik untuk membantu pembelajaran bahasa. Lullabies of Europe (untuk prasekolah dan pemula),[30] FolkDC (untuk sekolah dasar),[31] dan PopuLLar (untuk sekolah menengah)[32]

Pentingnya pendidikan musik[sunting | sunting sumber]

Menurut Florida Music Educators Association, “Musik dan seni rupa telah menjadi bagian penting dari sistem pendidikan di setiap budaya selama lebih dari 3.000 tahun. Otak manusia telah diperlihatkan sangat terikat dengan musik; ada dasar biologi bahwa musik merupakan bagian penting dari kehidupan manusia. Musik dan seni mengitari kehidupan sehari-hari dalam budaya masa kini. Kebanyakan seniman, arsitek, dan musisi zaman sekarang memperoleh ketertarikan mereka selama sekolah melalui kelas seni rupa. Pendidikan tanpa seni rupa sangat miskin secara mendasar dan lantas mendorong terciptanya masyarakat yang miskin." [33]

William Earhart, mantan presiden Music Educators National Conference, mengatakan, "Musik memperbaiki pengetahuan di bidang matematika, sains, geografi, sejarah, bahasa asing, olahraga, dan pelatihan vokasional."[34] Musik tidak hanya menginspirasi kreativitas dan kinerja, tetapi kinerja akademik secara keseluruhan terpengaruh secara serius. Sebuah studi yang dilakukan Harris Poll menunjukkan bahwa 9 dari 10 orang dengan gelar pascasarjana pernah mengikuti pendidikan musik. Studi National Report of SAT menunjukkan bahwa pelajar dengan pengalaman pementasan musik mendapat skor tinggi pada ujian SAT: 57 poin lebih tinggi di verbal dan 41 poin lebih tinggi di matematika.[35] Sekoalh-sekolah yang mempunyai kinerja akademik tinggi di Amerika Serikat menghabiskan 20 sampai 30% anggaran mereka untuk seni dengan penekanan pada pendidikan musik.[36]

Pendidikan musik juga meningkatkan kesuksesan seseorang dalam masyarakat. Dalam setiap budaya manusia, musik dibawa-bawa karena ide dan cita-citanya. Nilai musik membentuk kemampuan seseorang dan karakternya mulai berkembang. Texas Commission on Drugs and Alcohol Abuse Report mencatat bahwa pelajar yang berpartisipasi dalam band atau orkestra

Page 17: Pemanfaatan Musik Sebagai Media Pembelajaran Yang Menjadikan Proses Pembelajaran Menjadi Menyenangkan Dan Tidak Membosankan.

mengalami masa hidup yang lebih pendek dan sering memakai zat-zat berbahaya, termasuk alkohol, tembakau, dan obat-obatan.[37]

Pendidikan musik juga meningkatkan aktivitas otak secara keseluruhan. Penelitian yang dilakukan di Universitas Wisconsin menemukan bahwa pelajar yang punya pengalaman bermain piano atau kibor 34% lebih baik dalam mengerjakan tes yang mengukur aktivitas lobus spasial-temporal, yaitu bagian otak yang dipakai saat mengerjakan matematika, sains, dan teknik.[38]

Musik juga memperbaiki cara belajar. Lebih spesifik lagi, musik membantu pengingatan kembali teks. Wallace (1994) mempelajari pengubahan teks menjadi melodi. Satu eksperimen menghasilkan lagu tiga bait dengan melodi non-repetitif; setiap bait memiliki musik yang berbeda. Eksperimen kedua menghasilkan lagu tiga bait dengan melodi repetitif; setiap bait memiliki musik yang sama. Eksperimen lain mempelajari pengingatan kembali teks tanpa musik. Musik repetitif menghasilkan pengingatan kembali teks dalam jumlah tinggi, dan dari situ diambil kesimpulan bahwa musik berperan sebagai alat mnemonik.[39] Smith (1985) mempelajari musik latar dengan daftar kata. Sebuah eksperimen melibatkan pengingatan daftar kata dengan musik latar. Para peserta mengingat kata-kata tersebut 48 jam kemudian. Eksperimen lain melibatkan pengingatan daftar kata tanpa musik latar. Para pesertanya juga mengingat kata-kata tersebut 48 jam kemudian. Peserta yang mengingat daftar kata dengan musik latar mengingat kembali lebih banyak kata sehingga diambil kesimpulan bahwa musik memberikan acuan kontekstual.[40]

Perlu diketahui bahwa, "Meski banyak studi memperlihatkan pengaruh positif di bidang akademik lain, musik dan seni rupa adalah disiplin akademik yang, seperti akademik lainnya, merupakan cara independen untuk belajar dan mengetahui." [33] Sayangnya, musik di sekolah-sekolah dihapus akibat pemotongan anggaran sekolah. Asisten Superintenden Kurikulum dan Instruksi untuk Chesapeake Public Schools di Chesapeake, Virginia,[41] Dr. Patricia Powers menyatakan, "Tidak biasanya melihat pemotongan program di bidang musik dan seni ketika ekonomi membaik. Justru sayang sekali kehilangan dukungan di bidang-bidang ini, terutama sejak program musik dan seni banyak berkontribusi positif terhadap masyarakat." Apa yang tidak diketahui dewan sekolah adalah menghapus pelajaran musik dapat menjatuhkan skor ujian karena dampak positifnya terhadap segala hal, mulai dari akademik sampai kewarganegaraan, bahkan kebersihan pribadi.[34]

Musik menjadikan siswa lebih sukses di sekolah. Kemampuan yang dipelajari melalui disiplin musik, transfer ke kemampuan belajar, kemampuan komunikasi, dan kemampuan kognitif bermanfaat di setiap bagian kurikulum sekolah. Partisipasi dalam ansambel juga menjadikan siswa lebih sukses. Hal ini membantu siswa belajar bekerja lebih efektif di lingkungan sekolah dan mengurangi tindakan kekerasan dan perilaku tidak pantas lainnya.

Musik juga membantu pelajar yang mengalami pertumbuhan kecerdasan. Studi lain juga menemukan bahwa kecerdasan anak meningkat akibat pendidikan musik. Hal yang baru adalah gabungan studi perilaku yang ketat dan riset saraf baru menunjukkan bagaimana studi musik dapat berkontribusi aktif terhadap perkembangan otak. Para peneliti di Universitas Montreal memakai berbagai teknik pencitraan otak untuk menyelidiki aktivitas otak selama melakukan hal-hal berbau musik dan menemukan bahwa membaca skor musik dan bermain musik mengaktifkan wilayah-wilayah di keempat lobus korteks; dan bagian-bagian serebelum juga menjadi aktif saat kegiatan itu dilakukan.

Studi lain menemukan bahwa musik membantu penalaran. Musik membuat siswa sebagai pelajar dan pemikir yang lebih baik.

Advokasi musik[sunting | sunting sumber]

Di sejumlah komunitas, dan bahkan seluruh sistem pendidikan nasional, musik mendapatkan sedikit dukungan sebagai suatu pelajaran akademik, dan guru musik merasa bahwa mereak harus aktif mencari dukungan publik untuk pendidikan musik sebagai pelajaran yang sah. Persepsi perlunya mengubah opini publik ini berujung pada pengembangan berbagai pendekatan yang umumnya disebut "advokasi musik". Advokasi musik muncul dalam berbagai bentuk, beberapa di antaranya didasarkan pada argumen sarjana dan temuan ilmiah yang sah,

Page 18: Pemanfaatan Musik Sebagai Media Pembelajaran Yang Menjadikan Proses Pembelajaran Menjadi Menyenangkan Dan Tidak Membosankan.

sementara contoh lainnya bergantung pada data yang tidak meyakinkan dan masih kontroversial.

Di antara proyek-proyek advokasi musik terkenal yang baru yang telah menjadi subjek kontroversi adalah "Efek Mozart" (yang sekarang diyakini merupakan teori yang didasarkan pada salah penafsiran dan pembesar-besaran), National Anthem Project, dan gerakan Cultural Diversity in Music Education yang berusaha mencari arti pedagogi setara di antara para pelajar tanpa memandang ras, etnis, atau masalah sosioekonomi. Meski "Efek Mozart" tergolong kontroversi, teori ini memiliki kebenaran dalam membuktikan bahwa teori tersebut dapat diandalkan. Pengujiannya melibatkan dua kelompok, satu kelompok sudah diajari musik dan satu lagi tidak. Ketika tes ini dilakukan pada anak-anak berusia tiga tahun, uji temporal mereka 35% lebih baik daripada mereka yang tidak diajari musik; tes ini berlangsung selama beberapa hari. Satu-satunya celah dalam tes ini adalah kelompok usia yang berbeda. Semakin tua usianya, semakin sedikit efeknya.[42]

Banyak sarjana musik kontemporer menekankan bahwa advokasi musik hanya bisa benar-benar efektif jika didasarkan pada argumen bunyi empiris yang memasuki motivasi politik dan agenda pribadi. Posisi mengenai advokasi musik ini diusung khusus oleh para filsuf pendidikan musik (seperti Bennett Reimer, Estelle Jorgensen, David J. Elliott, John Paynter dan Keith Swanwick,), meski masih ada celah antara diskursus filsafat pendidikan musik dan praktik aktual oleh guru-guru musik dan eksekutif organisasi musik.