PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI...

82
PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI ARANG UNTUK MEDIA TANAM (Studi Kasus di PT.Austral Byna, Provinsi Kalimantan Tengah) AMELIA FATMI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Transcript of PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI...

Page 1: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI ARANG

UNTUK MEDIA TANAM

(Studi Kasus di PT.Austral Byna, Provinsi Kalimantan Tengah)

AMELIA FATMI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI ARANG

UNTUK MEDIA TANAM

(Studi Kasus di PT.Austral Byna, Provinsi Kalimantan Tengah)

AMELIA FATMI

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 3: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

RINGKASAN

AMELIA FATMI. E14063268. Pemanfaatan Limbah Penebangan Menjadi

Arang untuk Media Tanam (Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan

Tengah). Dibimbing oleh UJANG SUWARNA dan SRI WILARSO BUDI R

Pemanenan hutan merupakan kegiatan mengeluarkan hasil hutan berupa

kayu dan non kayu dari dalam hutan untuk dapat dimanfaatkan. Kegiatan ini

berhubungan dengan kegiatan penebangan hutan yang menghasilkan limbah di

areal penebangan dengan jumlah yang cukup besar. Potensi limbah kayu yang

cukup besar dapat dimanfaatkan daripada dibiarkan di dalam hutan. Salah satu

cara pemanfaatan limbah kayu adalah dengan menjadikan arang sebagai media

tanam. Kegiatan ini dalam upaya membantu mengatasi permasalahan lahan

marginal di Kalimantan yang didominasi oleh tanah podsolik merah kuning.

Limbah kayu dilakukan pengarangan dengan metode pembakaran yang

tidak sempurna. Kemudian arang dicampurkan dengan tanah untuk mendapatkan

komposisi yang tepat untuk dijadikan media tanam. Komposisi campuran tanah

dan arang di dalam media tanam polybag ukuran 10x15 cm dengan penambahan

arang yaitu sebesar 0%, 10%, 20% dan 30%. Sengon dipilih sebagai indikator

pertumbuhan karena merupakan pohon yang tergolong cepat tumbuh, dapat

tumbuh di berbagai tipe tanah, dengan teknik silvikultur yang mudah.

Penambahan arang secara nyata meningkatkan pertumbuhan tinggi,

diameter, berat kering semai sengon dan kekokohan semai sengon. Dari hasil

Rancangan Acak Lengkap (RAL) diperoleh bahwa penambahan arang 10% ke

dalam media tanam meningkatkan pertambahan tinggi sebesar 37,15% dibanding

kontrol, penambahan arang 30% meningkatkan diameter dengan sebesar 81,66%

dibandingkan kontrol. Nilai berat kering total semai sengon pada akhir

pengamatan meningkat sebesar 204,76% dibandingkan dengan kontrol pada

penambahan arang 10%. Nilai kekokohan semai sengon pada media tanam

penambahan arang 30% memiliki nilai yang paling baik yaitu 4,90 dibandingkan

kekokohan semai pada media tanam lainnya. Dengan demikian penambahan arang

30% merupakan campuran yang cocok diterapkan untuk media tanam di

persemaian.

Penambahan arang ke dalam media tanam menyebabkan peningkatan

pertumbuhan semai sengon yang tumbuh di atasnya, karena arang memiliki

kandungan unsur hara yang dapat meningkatkan pertumbuhan semai sengon.

Selain itu arang dapat memperbaiki tekstur media tanam dalam polybag agar

dapat menyimpan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh

dengan baik.

Kata Kunci: Limbah penebangan, arang, pertumbuhan, sengon

Page 4: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

SUMMARY

AMELIA FATMI. E14063268. Utilization of Logging Waste for Charcoal as

Plantation Medium (Study Case in PT. Austral Byna, Central Kalimantan).

Supervised by UJANG SUWARNA and SRI WILARSO BUDI R

Forest harvesting is extraction of forest products, timber and non-timber to

be used. This activity relates with logging which generate waste of the cutting

area with large enough in quantity. The big potential of timber waste which is big

enough could be used rather than left in the forest. One of timber waste utilization

is to make charcoal as the plantation medium. This is an effort to help overcome

problems of marginal land in Kalimantan, which is dominated by red-yellow

podzolic soil.

Timber waste is used to produces charcoal through the combustion method

pirolysis. Then charcoal and soil were mixed for geting ideal composition to be

used as plantation medium. The composition of soil and charcoal mixture are

given into polybag plantation medium size 10x15 cm with charcoal addition that

is equal to 0%, 10%, 20% and 30%. Sengon were chosen as indicator of

plantation growth because associated as fast growing species that could in

different soil types, with simple silvicultural techniques.

Charcoal addition significantly increased the growth on height, diameter,

seedling dry weight and sturdiness of sengon seedlings. From the results of

Completely Randomized Design (CRD) found that 10% charcoal addition into the

plantation medium increased height by 37.15% compared to control, 30% the

addition of charcoal increased 81,66% diameter compared to control. Total value

of dry seedling weight in the end of the observation increased by 204.76%

compared with control on the 10% charcoal addition. Value sengon seedling

plantation medium 30% addition charcoal is 4,90 and the best in robustness

compared to other seedlings. Charcoal addition of 30% were the suitable mixture

of media for planting at nursery.

Charcoal addition into the plantation medium increased sengon seedling

growth, because charcoal contains nutrient elements wich could enhance the

seedling growth. Moreover, the charcoal improve the texture of the polybag

plantation medium in order to store the nutrients that plants need for growing

well.

Keywords: Logging waste, charcoal, growth, sengon

Page 5: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Limbah

Penebangan Menjadi Arang untuk Media Tanam (Studi Kasus di PT.Austral

Byna, Provinsi Kalimantan Tengah) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri

dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya

ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2011

Amelia Fatmi

NRP E14063268

Page 6: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

6

Judul Skripsi : Pemanfaatan Limbah Penebangan Menjadi Arang untuk Media

Tanam (Studi Kasus di PT.Austral Byna, Provinsi Kalimantan

Tengah)

Nama : Amelia Fatmi

NRP : E14063268

Menyetujui,

Ketua Anggota

Ujang Suwarna S.Hut.,M.Sc.F Dr. Ir. Sri Wilarso Budi R, MS

NIP : 19720512 199702 1 001 NIP : 19620210 198803 1 003

Mengetahui,

Ketua Departemen Manajemen Hutan

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS

NIP 19630401 199403 1 001

Tanggal Lulus :

Page 7: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Solok pada tanggal 21 Desember 1988

sebagai anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak

Amyus dan Ibu Fatimah.

Penulis menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 13

Padang Belimbing, Kabupaten Solok pada tahun 1994 dan

lulus pada tahun 2000. Kemudian penulis melanjutkan

pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3 X Koto Singkarak

pada tahun 2000 sampai tahun 2003. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan

ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Solok pada tahun 2003 sampai tahun 2006.

Selanjutnya pada tahun yang sama penulis diterima sebagai Mahasiswa Institut

Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan

menempuh pendidikan Tingkat Persiapan Bersama (TPB) selama satu tahun

(2006-2007) sebelum akhirnya diterima di Program Studi Manajemen Hutan,

Fakultas Kehutanan IPB pada tahun ajaran 2007-2008. Selama menuntut ilmu di

IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan yakni sebagai divisi

Hubungan Luar Forest Management Student Club (FMSC) tahun 2007-2008,

divisi Public Relation International Forestry Student Association (IFSA), Panitia

Temu Manajer (TM) Departemen Manajemen Hutan 2008 dan 2009.

Penulis telah mengikuti Praktek Pengenalan Ekositem Hutan (PPEH) pada

tahun 2008 di daerah Sancang-Kamojang (Jawa Barat), Praktek Pengelolaan

Hutan (PPH) pada tahun 2009 di Gunung Walat, Sukabumi dan KPH Cianjur

Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, serta Praktek Kerja Lapang

(PKL) di IUPHHK-HA PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah. Untuk

memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan

judul “Pemanfaatan Limbah Penebangan Menjadi Arang untuk Media Tanam

(Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah)” di bawah bimbingan

Ujang Suwarna S.Hut.,M.Sc.F dan Dr. Ir. Sri Wilarso Budi R, MS.

Page 8: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

i

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala curahan rahmat dan kasih

saying-Nya, sehingga skripsi berjudul “Pemanfaatan Limbah Penebangan Menjadi

Arang untuk Media Tanam (Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan

Tengah)” ini telah berhasil diselesaikan.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tetap tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabatnya, serta para pengikutnya yang

tetap setia dan tetap istiqomah dalam mengikuti semua perjalanannya.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Amyus, Ibu Fatimah, adik-adikku tercinta (Hendra Amalfi, Rizki Aulia

dan Fivi Amirza) dan seluruh keluarga besar atas kasih sayang, do’a dan

dukungan yang tidak pernah putus.

2. Bapak Ujang Suwarna S.Hut.,M.Sc.F dan Dr. Ir. Sri Wilarso Budi R, MS

selaku dosen pembimbing atas semua saran, bimbingan, nasehat dan ilmu

yang diberikan.

3. Bapak Ir. Bintang C.H Simangunsong, MS, PhD selaku dosen penguji dari

Departemen Teknologi Hasil Hutan.

4. Ibu Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, MS selaku dosen penguji dari Departemen

Konservasi Sumber Daya dan Ekowisata.

5. Ir. Kasno, MSc selaku dosen penguji dari Departemen Silvikultur.

6. Bapak Ir. Obay Subarman selaku Manager Operasional PT. Austral Byna,

Muara Teweh, Bapak Hasbullah Idung, Bapak Ir. Adi Gani Rachman, Bapak

M. Yuliadi, Bapak Ihya S.Hut, Bapak Jurni, Bapak Samsuni dan seluruh staff

karyawan PT. Austral Byna Camp Sikui.

7. Departemen Manajemen hutan, Laboratorium Pemanenan Hutan, Mamang

Bibi serta seluruh keluarga besar Departemen Manajemen Hutan.

8. Dikha Marelon, Ferra Azis, Noriza Fedriyanti, Rahmi Novia, atas semangat

dan do’a.

9. Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

Dita, Andre, Suke, Yayat, Andi dan teman-teman di Wisma Nabila (Zuzu,

Vidya, Risty, Citra, Irin, Leni, Nisa, Yunda, Mbak Ufi dan Ana).

Page 9: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

i

10. Teman-teman Manajemen Hutan 43, Silvikultur 43, Teknologi Hasil Hutan 43

dan Konservasi Sumber Daya Hutan 43.

11. Seluruh pihak yang memberikan dukungan baik moril maupun materil.

Bogor, Januari 2011

Penulis

Page 10: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

i

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan

skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Penebangan Menjadi Arang

untuk Media Tanam (Studi Kasus di PT.Austral Byna, Provinsi Kalimantan

Tengah)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan kelulusan program

mayor minor Strata Satu di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan

karena keterbatasan yang dimiliki. Semoga karya ilmiah ini memberikan manfaat

bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2011

Penulis

Page 11: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi

I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian .................................................................................. 2

1.3 Manfaat Penelitian ................................................................................ 2

II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3

2.1 Pemanenan Kayu di Hutan Alam Produksi ......................................... 3

2.2 Potensi dan Pemanfaatan Limbah Kayu Akibat Penebangan Pohon di

Hutan Alam Produksi .......................................................................... 4

2.3 Pemanfaatan Arang untuk Media Tanam ............................................ 6

2.4 Komposisi Campuran Tanah dan Arang untuk Media Tanam ............ 9

2.5 Tanah Podsolik Merah Kuning ( PMK, ordo Ultisol) ......................... 11

III METODE PENELITIAN ........................................................................... 14

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 14

3.2 Bahan dan Alat Penelitian ..................................................................... 14

3.3 Metode Penelitian ................................................................................. 15

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ............................................. 20

4.1 Letak dan Luas Areal ............................................................................ 20

4.2 Tanah dan Geologi ................................................................................ 20

4.3 Iklim .................................................................................................... 20

4.4 Keadaan Hutan ...................................................................................... 21

4.5 Pengusahaan Hutan ............................................................................... 21

V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 23

5.1 Hasil .................................................................................................... 23

5.1.1 Potensi Arang untuk Media Tanam ............................................. 23

5.1.2 Parameter Pertumbuhan Semai Sengon ...................................... 23

5.1.2.1 Pertumbuhan Tinggi Semai Sengon ............................. 23

5.1.2.2 Pertumbuhan Diameter Semai Sengon ......................... 25

5.1.2.3 Berat Kering Total (BKT) ............................................. 26

5.1.2.4 Kekokohan Semai ......................................................... 27

5.1.2.5 Rasio Pucuk Akar (RPA) .............................................. 28

Page 12: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

iii

5.1.3 Hasil Analisis Kimia Arang ........................................................ 29

5.2 Pembahasan ........................................................................................... 30

5.2.1 Potensi Arang untuk Media Tanam ............................................. 30

5.2.2 Parameter Pertumbuhan Semai Sengon pada Media Tanam

Campuran Tanah dan Arang ...................................................... 34

VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 45

6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 45

6.2 Saran .................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 46

Page 13: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

iv

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Luasan setiap bentuk vegetasi di areal IUPHHK PT. Austral Byna ......... 21

2. Rendemen arang dari hasil pembakaran limbah penebangan kayu

Meranti ...................................................................................................... 23

3. Hasil uji pengaruh arang terhadap pertumbuhan tinggi sengon ................ 23

4. Hasil uji Duncan pengaruh pemberian arang terhadap pertumbuhan

tinggi semai sengon 14 minggu setelah tanam (mst) ................................ 24

5. Hasil uji pengaruh arang terhadap pertumbuhan diameter sengon ........... 25

6. Hasil uji Duncan pengaruh pemberian arang terhadap pertumbuhan

diameter semai sengon 14 minggu setelah tanam (mst)............................ 25

7. Hasil uji pengaruh arang terhadap berat kering total ................................ 26

8. Hasil uji Duncan pengaruh pemberian arang terhadap berat kering total

semai sengon 14 minggu setelah tanam (mst)........................................... 27

9. Hasil uji pengaruh arang terhadap kekokohan semai ............................... 27

10. Hasil uji Duncan pengaruh pemberian arang terhadap kekokohan

semai sengon 14 minggu setelah tanam (mst)........................................... 28

11. Hasil uji pengaruh arang terhadap rasio pucuk akar ................................. 29

12. Hasil analisis kimia komponen kimia penting yang terkandung

dalam arang ................................................................................................ 30

Page 14: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

v

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Rata-rata tinggi semai sengon (cm) pada setiap perlakuan penambahan

arang......................................................................................................... 24

2. Pertumbuhan tinggi total semai sengon pada komposisi arang 0%,

10%, 20% dan 30% .................................................................................. 24

3. Rata-rata diameter (mm) semai sengon pada setiap perlakuan

penambahan arang..................................................................................... 26

4. Pertumbuhan diameter total semai sengon pada komposisi arang 0%,

10%, 20% dan 30% ................................................................................... 26

5. Berat kering total semai sengon pada komposisi arang 0%, 10%, 20%,

dan 30% .................................................................................................... 27

6. Kekokohan semai sengon pada komposisi arang 0%, 10%, 20%,

dan 30% .................................................................................................... 28

7. Rasio pucuk akar semai sengon pada komposisi arang 0%, 10%, 20%,

dan 30% .................................................................................................... 29

Page 15: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

vi

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Volume arang yang dihasilkan dari limbah kayu meranti pada proses

pembakaran dengan tungku drum seng .................................................... 51

2. Data hasil pengukuran tinggi semai sengon dari umur 0 minggu sampai

dengan umur 14 minggu ........................................................................... 52

3. Rata-rata pertambahan tinggi (cm) semai sengon per minggu ................. 54

4. Hasil uji pengaruh parameter tinggi pengolahan dengan SAS

(Statistical Analysis Sistem) ...................................................................... 55

5. Data hasil pengukuran diameter semai sengon (mm) umur 4 minggu,

8 minggu 10 minggu,12 minggu dan 14 minggu ...................................... 56

6. Data hasil pertambahan diameter semai sengon (mm) umur 4 minggu,

8 minggu, 10 minggu, 12 minggu dan 14 minggu .................................... 57

7. Hasil uji parameter diameter dengan pengolahan SAS (Statistical

Analysis System) ........................................................................................ 58

8. Berat kering bagian atas (batang dan daun) dan berat kering bagian

bawah (akar) dalam gram .......................................................................... 59

9. Berat kering total (gram) ........................................................................... 60

10. Rasio pucuk akar semai sengon ................................................................ 61

11. Hasil uji parameter berat kering total dengan pengolahan SAS

(Statistical Analysis System) ..................................................................... 62

12. Hasil uji parameter kekokohan semai dengan pengolahan SAS

(Statistical Analysis System) .................................................................... 63

13. Hasil uji pengaruh parameter rasio pucuk akar dengan pengolahan SAS

(Statistical Analysis System) .................................................................... 64

14. Dokumentasi selama kegiatan penelitian .................................................. 65

15. Hasil uji analisis kimia arang .................................................................... 67

Page 16: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanenan hutan merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan hutan

yaitu kegiatan mengeluarkan hasil hutan berupa kayu dan non kayu dari hutan

untuk dimanfaatkan. Kegiatan yang dilakukan dalam pemanenan hutan salah

satunya adalah penebangan pohon untuk memisahkan pohon dari tunggaknya.

Penebangan merupakan kegiatan yang menghasilkan limbah di areal tebangan

paling tinggi. Dari jumlah kayu yang ditebang di hutan, hanya sekitar 40% yang

dimanfaatkan untuk kebutuhan industri, adapaun sisanya sekitar 60% adalah

limbah yang dibiarkan di dalam hutan mulai dari dahan, ranting, cabang, batang

hingga tunggak (Sari 2009). Pemanfaatan limbah dari areal penebangan

merupakan potensi yang sangat besar bila ditanggulangi dengan tepat guna. Salah

satu cara pemanfaatan limbah kayu adalah menjadikan arang. Beberapa tahun

terakhir karena sifatnya arang tidak hanya dikenal sebagai sumber energi, namun

juga digunakan sebagai campuran media tanam untuk membangun kesuburan

tanah.

Tanah podsolik merah kuning yang mendominasi pada lahan hutan

Kalimantan, memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah. Masalah kesuburan

tanah yang buruk ini berhubungan dengan keadaan tanah yang masam, penurunan

kandungan bahan organik yang cepat serta sifat fisik dan fisiko-kimia tanah yang

kurang baik. Oleh sebab itu, dilakukan perbaikan kesuburan tanah melalui

pemberian bahan organik berupa arang. Sifat arang yang alkalis sangat cocok

untuk lahan masam agar dapat menambah ketersediaan unsur hara, meningkatkan

nilai KTK tanah serta memperbaiki sifak fisik dan biologi tanah. Karena arang

dapat memperbaiki tekstur, struktur, dan pH tanah sehingga dapat memacu

pertumbuhan akar, meningkatkan perkembangan mikroorganisme tanah,

meningkatkan kemampuan tanah menahan air dan menjaga kesuburan tanah.

Selain itu arang mempunyai kemampuan dalam memperbaiki sirkulasi air dan

udara di dalam tanah sehingga dapat merangsang dan memudahkan pertumbuhan

dan perkembangan akar tanaman.

Page 17: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

2

Penggunaan komposisi arang juga mengefisienkan biaya pemupukan

sehingga lahan tetap memiliki unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan tanaman

tanpa harus menggunakan pupuk buatan. Penelitian ini dirancang untuk

memanfaatkan limbah kayu menjadi arang agar dapat digunakan secara maksimal

untuk campuran tanah dan arang sebagai media tanam yang cocok untuk

pertumbuhan tanaman.

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menghitung potensi arang yang dihasilkan dari limbah penebangan.

2. Menentukan komposisi campuran tanah dan arang yang cocok sebagai

media tanam di persemaian.

3. Menguji respon pertumbuhan anakan sengon pada media tanam campuran

tanah dan arang.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini untuk memanfaatkan limbah

penebangan berupa batang, cabang dan ranting dari jenis meranti agar dapat

dijadikan arang sebagai campuran media tanam yang sangat menguntungkan

untuk persiapan kegiatan penanaman.

Page 18: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemanenan Kayu di Hutan Alam Produksi

Pemanenan hasil hutan dapat pula diartikan sebagai serangkaian kegiatan

yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu dari hutan ke tempat penggunaan

atau pengolahan. Kegiatan ini dibedakan atas empat komponen utama, yaitu :

1. Penebangan (timber cutting), yaitu mempersiapkan kayu seperti menebang

pohon dan memotong kayu sebelum kayu disarad jika dianggap perlu.

2. Penyaradan (skidding), yaitu usaha untuk memindahkan kayu dari tempat

penebangan ke tepi jalan angkutan.

3. Pengangkutan (transportation), yaitu usaha mengangkut kayu dari hutan ke

tempat penimbunan atau pengolahan.

4. Penimbunan yaitu usaha untuk menyimpan kayu dalam keadaan baik

sebelum digunakan atau dipasarkan, dalam kegiatan ini termasuk

pemotongan ujung-ujung kayu yang pecah atau kurang rata sebelum

ditimbun.

Pemanenan hutan dimaksudkan untuk memanfaatkan hutan dari segi

ekonomi, ekologi dan sosial. Tujuan dari kegiatan pemanenan adalah

memaksimalkan nilai kayu, mengoptimalkan pasokan bahan baku industri,

meningkatkan kesempatan kerja dan mengembangkan perekonomian daerah.

Pemanenan hutan identik dengan pemanenan kayu yang merupakan serangkaian

kegiatan kehutanan yang mengubah pohon dan biomassa lainnya menjadi bentuk

yang dapat dipindahkan ke lokasi lain sehingga bermanfaat bagi kehidupan

ekonomi dan kebudayaan masyarakat (Suparto 1979).

Implementasi kegiatan pemanenan kayu telah melibatkan banyak pihak

mulai perencanaan sampai dengan pelaksanaan di lapangan. Namun perencanaan

pelaksanaanya masih belum bisa menampakkan hasil yang diharapkan. Walaupun

perencana telah berusaha untuk memikirkan pola penebangan yang baik untuk

mendapatkan target yang telah ditetapkan dan bagian pelaksana berusaha untuk

melaksanakan kegiatan penebangan sesuai dengan rencana yang ditetapkan,

namun kenyataannya kondisi lapangan tidak memungkinkan pelaksanaan yang

Page 19: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

4

sesuai perencanaan. Pelaksanaan pemanenan kayu pada kawasan hutan produksi

dilaksanakan secara ekonomis dengan dampak buruk terhadap lingkungan hutan

yang minimal (Elias 1999).

Penebangan kayu merupakan proses mengubah pohon berdiri menjadi

kayu bulat yang dapat diangkut keluar hutan untuk dimanfaatkan. Penebangan

kayu di hutan alam produksi dilakukan dengan empat prinsip yaitu meminimalkan

kecelakaan, meminimalkan kerugian dan kerusakan pohon, memaksimalkan nilai

produk kayu dari tiap pohon dan tidak menyulitkan kegiatan pemanfaatan hasil

hutan berikutnya (Budiaman 2001).

Kegiatan penebangan kayu di hutan alam produksi dilakukan dengan

menggunakan batas diameter, dimana pohon-pohon yang boleh ditebang adalah

pohon yang memiliki diameter atau lebih besar dari 50 cm. Batasan tersebut

ditetapkan untuk mengurangi jumlah limbah yang terlalu besar dan untuk

memenuhi standar batang komersial yang dapat diterima untuk diperjualbelikan

(Budiaman 2001).

Kegiatan penebangan kayu merupakan salah satu dari kegiatan

pemanfaatan hutan pada kawasan hutan produksi. Tujuan dari kegiatan ini yaitu

untuk menghasilkan kayu untuk pemenuhan kebutuhan bahan baku industri hilir

dan untuk pemenuhan kebutuhan pasar. Banyaknya kayu yang dikeluarkan dari

kawasan hutan produksi tergantung kepada kemampuan hutan produksi tersebut

menyediakan kayu serta bagaimana kegiatan pemanenan tersebut dilaksanakan.

Dampak kegiatan pemanenan terhadap lingkungan adalah gambaran bagaimana

pemanenan tersebut dijalankan dan juga merupakan petunjuk bagaimana kualitas

pekerjaan pemanenan pada akhirnya.

2.2 Potensi dan Pemanfaatan Limbah Kayu Akibat Penebangan Pohon di

Hutan Alam Produksi

Kegiatan pemanenan hutan baik secara sadar ataupun tidak sadar akan

memberikan dampak negatif dari aspek ekologis, ekonomis maupun sosial. Secara

ekonomis dan ekologis, pemanenan hutan terutama di hutan alam menyebabkan

lima dampak besar bagi hutan yaitu keterbukaan areal, kerusakan tegakan tinggal,

pemadatan tanah, erosi dan limbah pemanenan (Elias 1999). Menurut

Matangaran et al. (2000) menyatakan bahwa limbah pemanenan merupakan

Page 20: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

5

limbah mekanis yang terjadi akibat kegiatan pemanenan kayu, selain itu terdapat

pula limbah alami (defect) yang terjadi secara alami karena tidak memenuhi

persyaratan yang diinginkan. Limbah pemanenan terdiri dari bagian-bagian pohon

atau tumbuhan sebagai hasil dari kegiatan pemanenan hutan dapat berupa semua

kayu bulat yang merupakan bagian batang komersial, potongan pendek, tunggak,

cabang dan ranting (Budiaman 2000).

Limbah pemanenan sering ditimbulkan akibat kesalahan teknis di

lapangan dan juga akibat perencanaan pemanenan yang kurang tepat. Selama ini

banyaknya limbah yang dihasilkan pada kegiatan pemanenan hutan akibat

pemanenan kayu yang tidak dilakukan dengan perencanaan dan teknik yang

benar, hal itu juga mengakibatkan kerusakan hutan yang parah yang disebabkan

oleh pemanenan kayu konvensional tidak dengan rencana dan teknik yang

memadai (Direktorat Pengolahan Hasil Hutan 1989).

Limbah kayu akibat pemanenan di areal tebangan berasal dari dua sumber

yaitu bagian pohon yang ditebang yang seharusnya dapat dimanfaatkan tetapi

tidak diambil dan yang berasal dari tegakan tinggal yang rusak akibat dilakukan

pemanenan kayu. Perbaikan pemanfaatan kayu pada pengusahaan hutan dari sisi

pemanenan hutan dapat dilakukan dengan memanfaatkan seluruh bagian batang

yang potensial (batang, cabang dan ranting) yang secara teknis, ekonomis dan

ekologis masih layak untuk diusahakan (Soewito 1980).

Penilaian potensi limbah dilihat dari tiap-tiap bagian kegiatan pemanenan

yaitu di areal petak tebangan, limbah jalan sarad, limbah TPn, limbah jalan

angkutan dan limbah TPK. Semua kegiatan pemanenan yang berpotensi

menghasilkan limbah yang besar dapat dicari alternatif pemanfaatan agar bisa

memberi keuntungan. Salah satu bentuk pemanfaatan yang dilakukan agar

diperoleh nilai tambah adalah dengan mengolah kayu limbah tersebut menjadi

suatu barang yang mempunyai nilai manfaat tinggi (nilai ekonomi).

Berbagai upaya dilakukan untuk pendayagunaan limbah pemanenan hutan

agar dapat memberikan manfaat dan dengan sekecil mungkin menimbulkan

kerusakan lingkungan. Dewasa ini terdapat beberapa bentuk usaha dengan

memanfaatkan limbah kayu seperti : industri papan partikel, papan serat, papan

blok, papan sambungan serta industri arang kayu (Direktorat Pengolahan Hasil

Page 21: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

6

Hutan 1989). Pemanfaatan limbah penebangan baik yang berasal dari batang,

cabang, ranting maupun daun-daun bekas tebangan secara tradisional merupakan

sumber energi alternatif yang disebut kayu bakar atau arang. Sebagian besar

karbon akan disimpan dalam bentuk arang jika bahan organik tersebut diproses

melalui pembakaran.

Proses pembuatan arang tidak telalu susah untuk dilakukan dan tidak

memerlukan banyak biaya. Limbah penebangan dikelompokkan berdasarkan jenis

dan bagian batang agar dapat memperoleh kandungan karbon yang lebih tinggi.

Serta proses pembakaran disesuaikan dengan ukuran alat pembakar dan kapasitas

pembakaran tersebut agar diperoleh arang yang berkualitas baik. Pada sistem

pembakaran, pembuatan arang digunakan untuk mencegah banyaknya karbon

yang hilang dan panas berlebihan dari pembakaran kayu dan melindungi oksigen

agar tetap diserap oleh permukaan bumi.

2.3 Pemanfaatan Arang untuk Media Tanam

Para peneliti melaporkan bahwa arang digunakan tidak hanya berfungsi

sebagai pupuk, juga berperan sebagai kondisioner tanah untuk mempercepat

pertumbuhan tanaman. Selain itu penambahan arang ke tanah dapat meningkatkan

pertumbuhan tanaman, daya simpan dan ketersediaan hara yang lebih tinggi. Hal

ini berhubungan dengan meningkatnya kapasitas tukar kation, luasan permukaan

serta penambahan unsur hara secara langsung oleh arang (Glaser et al. 2002).

Selain itu, arang juga dilaporkan mampu meningkatkan kandungan bahan organik

tanah dan kesuburan tanah. Untuk pemanfaatan lebih lanjut sebagai media tanam

tanaman, arang dicampur dengan tanah agar diperoleh komposisi yang tepat.

Karena arang juga memiliki pengaruh terhadap perbaikan pH tanah sehingga

tanaman akan tumbuh lebih subur. Arang akan tersimpan dalam waktu yang

relatif lebih lama di dalam tanah, kegiatan ini merupakan salah satu metode

pengurangan karbon yang lepas ke atmosfer.

Media tanam berupa campuran tanah dan arang merupakan salah satu

komponen habitat atau tempat tumbuh bagi tanaman. Tanaman akan tumbuh

subur bila media tumbuhnya subur dan akan merana bila media tumbuhnya tidak

subur. Sebagai media tumbuh semai, diperlukan tanah yang steril dan yang

mempunyai sifat-sifat porositas dan drainase yang baik, bebas batu dan kerikil.

Page 22: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

7

Nilai pH media sebaiknya berkisar antara 5-7 dan lebih diusahakan tidak

menggunakan tanah bertekstur liat.

Penambahan arang ke tanah memiliki dampak positif pada sifat-sifat

tanah, meningkatkan produktivitas dan kesuburan tanah serta meningkatkan pH.

Selain itu, penambahan arang ke tanah dapat berdampak positif terhadap

perkecambahan biji, pertumbuhan tanaman dan produktivitas. Arang yang baik

mempunyai pH netral, yaitu pH yang mendekati 7, sedangkan batasan pH arang

yang dijadikan standar oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah berkisar

antara 6,8-7,49. Kondisi pH tanah yang terlalu rendah (asam) akan membuat

unsur hara makro tidak dapat diserap tanaman dan unsur hara mikro akan tersedia

dalam jumlah yang berlimpah. Kelebihan unsur hara mikro dan kekurangan unsur

hara makro akan sangat merugikan tanaman. Kondisi pH yang terlalu tinggi (basa)

juga akan merugikan tanaman, karena unsur hara mikro menjadi tidak tersedia dan

unsur hara makro berlimpah.

Arang merupakan salah satu sumber bahan organik tanah yang berasal dari

kayu yang terbakar dan mengalami oksidasi tidak sempurna. Dalam arang ini

masih terdapat unsur-unsur logam dan unsur anorganik lain serta unsur karbon

yang memiliki komposisi paling besar. Arang merupakan bahan yang penting

dalam menciptakan kesuburan tanah terutama dapat memperbaiki sifat fisiko-

kimia tanah (Gunawan 1987). Bahan ini mempunyai sifat absorpsi yang sangat

kuat terhadap senyawa-senyawa terlarut udara dan air tanah serta endapan.

Kemampuan arang dalam menyerap air dapat meningkatkan kapasitas

tanah untuk untuk menyimpan air, sekaligus membatasi perkolasi air keluar dari

tubuh tanah yang berarti pula membatasi perlindian hara terlarutkan (Gunawan

1987). Penempatannya dalam kompleks tanah dan daya serap terhadap udara

menciptakan ruang pori yang lebih porus serta kondisi aerasi yang lebih baik.

Kemampuannya dalam mengikat senyawa-senyawa terlarut terutama bahan

organik yang larut pada air tanah dapat menjadi habitat baru bagi mikroba tanah

yang memiliki kemampuan memanfaatkan senyawa-senyawa serapan sebagai

sumber energinya. Sedangkan absorpsi terhadap senyawa-senyawa yang bersifat

racun atau toksik dapat membantu kemantapan perkembangan dan pertumbuhan

tanaman.

Page 23: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

8

Perbaikan unsur dan struktur tanah yang terjadi sebagai hasil dari

penambahan arang ke dalam tanah menciptakan lingkungan yang menguntungkan

bagi perkembangan akar dan mikroba tanah. Pemberian arang pada media tanam

dapat memperbaiki lingkungan sistem perakaran, merangsang pembentukan akar

menjadi lebih baik, mekanisme penyerapan hara tidak terhambat, serta

memperlancar angkutan hara dari akar ke bagian atas. Pengaruh dari

perkembangan akar menyebabkan volume akar yang berkontak dengan hara

tersedia semakin besar. Sehingga penyerapan hara melalui pergerakan pasif

maupun aktif dari perakaran tanaman menjadi meningkat.

Penambahan arang ke dalam tanah asam dapat pula meningkatkan

kesuburan kimia tanah, karena hasil dekomposisi arang nantinya secara langsung

melepaskan berbagai unsur yang diperlukan tanaman seperti N, P, K, Ca, Mg dan

Na yang sebelumnya terikat dalam arang tersebut dan secara tidak langsung

meningkatkan nilai pH tanah dan P yang tersedia serta menurunkan Al terlarut

(Rachman 1993).

Selanjutnya Gusmalina (2002) mengatakan bahwa penambahan arang dan

arang bambu meningkatkan pertumbuhan tinggi semai Eucalyptus urophylla lebih

baik dibandingkan kontrol, namun pertumbuhannnya akan lebih baik lagi apabila

pada waktu penanaman arang dicampurkan dengan kompos. Pengaruh terbaik

terhadap petumbuhan anakan Pinus merkusii yaitu pada pemberian kompos dan

arang masing-masing 30% (Komarayati et al. 2004). Penambahan arang 10% ke

dalam media tanam juga meningkatkan pertambahan tinggi dan diameter anakan

Acacia mangium (Siregar 2007). Disamping itu, arang dapat merangsang aktivitas

dan merupakan tempat berkembang biak mikroorganisme. Karena pada dasarnya

arang juga mempunyai kemampuan untuk mengikat dan menyimpan hara tanah

melalui porinya sehingga dapat meningkatkan produktifitas lahan.

Arang mempunyai banyak fungsi dalam pertumbuhan tanaman.

Pembebasan unsur-unsur hara dari arang yang terjadi selama perombakan bahan

organik tanah mempunyai pengaruh positif bagi pertumbuhan tanaman yang tidak

dapat dijelaskan hanya dengan penambahan nutrisi biasa. Humifikasi bahan

tersebut dari biomassa tanaman atau sumber yang lain tidak hanya menyediakan

Page 24: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

9

hara N, P, K dan nutrisi lainnya tetapi juga mempunyai pengaruh fisik dan

fisiologi terhadap tanaman.

2.4 Komposisi Campuran Tanah dan Arang untuk Media Tanam

Arang adalah suatu bahan padat berpori yang merupakan hasil pembakaran

bahan yang mengandung karbon dimana sebagian porinya tertutup oleh

hidrokarbon dan senyawa organik lainnya. Arang tersusun dari atom-atom yang

secara kovalen membentuk struktur heksagonal datar dengan satu atom C pada

setiap sudutnya (Djatmiko et al. 1985).

Arang dapat dijadikan media tanam karena sifat arang antara lain tahan

lama, tidak mudah ditumbuhi jamur dan bakteri, dapat menyerap senyawa yang

bersifat racun atau toksik. Komposisi kimiawi arang kayu sebagian besar

mengandung karbon (C), sedangkan kandungan sulfur (S) dan fosfor (P) sangat

sedikit serta mengandung zat abu (Ahmad 2006). Telah banyak dilakukan

penelitian yang menunjukkan bahwa penambahan arang ke dalam tanah terutama

di daerah tropis dapat meningkatkan hasil tanaman yang disajikan dalam bentuk

hubungan antara perubahan arang dan tanah dengan respon tanaman untuk

berbagai jenis tanah.

Menurut Gusmalina (1999) fungsi penambahan arang ke dalam media

tanam dapat memperbaiki struktur dan tekstur media dalam polybag. Hal ini

terjadi karena dengan pemberian arang akan mengurangi kepadatan media dengan

semakin banyaknya ruang pori pada media. Struktur dan tekstur yang baik akan

merangsang pertumbuhan akar sehingga tingkat penyerapan unsur hara akan

semakin tinggi sesuai yang dibutuhkan tanaman. Selain itu penambahan arang

menghasilkan tanaman yang lebih tinggi dan warna daun yang lebih hijau karena

arang memiliki kandungan karbon C yang tinggi sehingga mampu membuat tanah

lebih gembur.

Sifat absorpsi yang kuat terhadap air maupun senyawa-senyawa lain

merupakan suatu kelebihan dari arang untuk dapat dikedepankan dan

menjadikannya sebagai pembenah tanah. Adanya sifat ini membuat arang mampu

meningkatkan daya serap dan daya jerap tanah terhadap air serta membatasi

perkolasi air keluar dari tanah yang berarti membatasi perlindiran terlarutkan,

selain itu arang juga dapat mengabsorpsi senyawa yang bersifat racun.

Page 25: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

10

Kebutuhan arang sebagai campuran untuk media tanam akan meningkat

sejalan dengan perkembangan dunia kehutanan dan pertanian. Untuk

meningkatkan produksi arang perlu dilakukan perhatian terhadap kualitas arang

yang dihasilkan dari proses pembakaran. Secara ekologi penggunaan arang dapat

memberikan beberapa dampak positif terhadap lingkungan. Dampak positif

tersebut antara lain mengurangi penggunaan topsoil secara besar-besaran pada

pembibitan skala luas, pemanfaatan sampah organik dan berkurangnya pemakaian

pupuk kimia. Pada sektor kehutanan penggunaan arang telah lama diteliti

penggunaannya. Bahan yang diteliti efektivitasnya antara lain adalah serbuk

gergaji, sampah organik, kotoran hewan dan serasah.

Selain meningkatkan kandungan unsur-unsur hara yang dibutuhkan

tanaman dan mengurangi tingkat keasaman tanah, arang dapat memperbaiki

struktur dan tekstur media dalam polybag (Gusmalina 2009). Hal ini terjadi

karena dengan pemberian arang akan mengurangi kepadatan media dengan

semakin banyak ruang pori dalam media tanam. Struktur dan tekstur yang baik

akan merangsang pertumbuhan akar sehingga tingkat penyerapan unsur hara akan

semakin tinggi sesuai yang dibutuhkan tanaman. Analisis yang dilakukan terhadap

tanah yang ditambah arang menunjukkan bahwa arang dapat memperbaiki tekstur,

struktur dan pH tanah sehingga dapat memacu pertumbuhan akar, meningkatkan

perkembangan mikroorganisme tanah, meningkatkan kemampuan tanah menahan

air dan menjaga kesuburan tanah.

Pemberian bahan organik merupakan alternatif yang tepat guna

meningkatkan kesuburan tanah, terutama untuk menambahkan ketersediaan bahan

organik yang cenderung didapati rendah dan cepat menurun serta bagi perbaikan

sifat fisik dan fisiko–kimia tanah. Selain itu pemberian bahan organik dirasa lebih

ramah terhadap lingkungan, karena bentuk pemupukan ini sebenarnya merupakan

adopsi dari praktek penyediaan hara yang terjadi secara alami. Bahan organik

dalam hal ini arang yang diberikan sebagai salah satu sumber penyedia bagi

terciptanya kondisi tersebut.

Pemberian bahan organik berupa arang dapat menciptakan suatu

lingkungan tumbuh yang baik bagi perakaran dan pertumbuhan tanaman secara

keseluruhan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Soepardi (1983) tentang

Page 26: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

11

pengaruh arang sebagai bahan organik terhadap sifat-sifat tanah bahwa secara

fisik bahan organik merangsang granulasi, menurunkan plastisitas, kohesi dan

kekerasan tanah, mengatur aerasi, meningkatkan kemampuan menahan air serta

merupakan pemantap agregat tanah. Bahan organik juga berpengaruh langsung

terhadap fisiologi tanaman yang merangsang serapan hara sehingga dapat

meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Arang yang dihasilkan dijadikan untuk komposisi campuran tanah dan

arang yang digunakan sebagai media tanam di persemaian dapat mengurangi

penggunaan pupuk kimia dalam jumlah besar. Media tanam ini dapat ditanami

untuk tanaman meranti dan sengon, sesuai dengan sistem silvikultur yang akan

digunakan maka jenis yang diambil adalah jenis sengon saja. Komposisi yang

baik dapat dilihat dari kualitas pertumbuhan tanaman dilakukan pada jenis sengon

dengan nama ilmiah Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen yang termasuk ke

dalam famili Leguminosae. Jenis ini termasuk jenis cepat tumbuh (fast growing

species).

Pada dasarnya pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh kualitas tanahnya

dalam hal ini menyangkut aspek kesuburan tanah yang dicirikan oleh terciptanya

sinergisme kondisi fisik, kimia dan biologi tanah dalam siklus biogeokimia pada

proses penyerapan unsur hara oleh tanaman. Oleh karena itu menjaga kesuburan

tanah dalam arti menjadikan unsur hara tersedia dan dapat diserap oleh tanaman

dalam alur siklus merupakan hal penting. Upaya untuk ini dapat dilakukan melalui

tindakan pemupukan.

2.5 Tanah Podsolik Merah Kuning ( PMK, ordo Ultisol)

Tanah podsolik merah kuning memiliki penyebaran paling luas di

Indonesia yaitu sekitar 47,526 juta Ha atau meliputi kira-kira 24,9% dari total

daratan Indonesia (Mulyadi dan Soepraptohardjo 1975). Tanah ini merupakan

tanah mineral di daerah iklim sedang, sub-tropik dan tropik dengan curah hujan

antara 2.500-3.500 mm tiap tahun tanpa bulan kering yang nyata. Jenis tanah ini

dapat berkembang dari berbagai jenis bahan induk, umumnya mempunyai solum

dalam (± 2 m), tekstur liat, struktur gumpal dengan kemantapan agregat kurang

mantap (lemah) serta tingkat kesuburan dan aktivitas mikroba yang rendah

(Soepraptohardjo 1976). Rendahnya daya dukung kesuburan tanah dan tingkat

Page 27: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

12

kemantapan agregat diakibatkan oleh bahan induk tanah yang bersifat masam,

miskin unsur hara dan proses pelapukan yang intensif. Tanah podsolik merah

kuning banyak dijumpai di daerah iklim basah. Dalam tanah tersebut konsentrasi

ion H+ melebihi konsentrasi ion OH

- serta mengandung Al, Fe dan Mn terlarut

dalam jumlah yang besar sehingga dapat meracuni tanaman.

Menurut Rachim dan Darmawan (1991) tanah podsolik merah kuning

berdasarkan taksonomi tanah USDA (United Stated Department of Agriculture

1990) termasuk ke dalam Haplohumult kerena memiliki kejenuhan basa dengan

jumlah kation < 35%, kadar bahan organik > 0,9% dan distribusi liat menurut

kedalaman menunjukkan perbedaan > 20% dari iluviasi maksimum di atas

kedalaman. Tanah podsolik merah kuning atau red yellow podzolic termasuk ordo

Ultisol, sub ordo Udult, yang ditandai dengan adanya akumulasi lempung pada

lapisan bawah. Umumnya merupakan tanah yang lembab dan berkembang di

bawah iklim tropika. Tanah ini telah mempunyai perkembangan profil,

berkonsistensi teguh, bereaksi asam, memiliki selaput lempung dan tingkat

kejenuhan basanya rendah. Tanah podsolik merah kuning dapat terbentuk dari

bahan yang berbeda-beda. Menurut Soepraptohardjo (1979) tanah podsolik merah

kuning terbentuk melalui proses podsolisasi dari bahan induk tuf masam, batuan

pasir dan sedimen kuarsa melalui proses podsolisasi. Podsolik bereaksi masam

hingga sangat masam dengan pH H2O 3,5-5,0 dan kejenuhan basa yang rendah

(<20%) serta kadar organik rendah (<10%).

Tanah podsolik merah kuning memiliki solum agak tebal (1-2 m) dengan

batas horison nyata. Tanah ini mempunyai lapisan permukaan yang sangat tercuci

(highly leached) berwarna kelabu cerah sampai kekuningan di atas horison

akumulasi yang bertekstur relatif berat berwarna merah atau kuning dengan

struktur gumpal, agregat kurang stabil dan permeabilitas rendah. Perkembangan

lapisan permukaan yang tercuci terkadang kurang nyata (Soepraptoharjo 1979).

Daya menahan air kurang dan kepekaan terhadap erosi besar, mineral

lempungnya terutama kaolinit serta memiliki produktivitas rendah sampai sedang

(Soepardi 1983). Tanah podsolik merah kuning termasuk jenis tanah yang

kesuburannya rendah. Masalah kesuburan tanah yang buruk ini berkaitan erat

dengan cepat menurunnya kandungan bahan organik tanah serta sifat fisik dan

Page 28: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

13

fisiko-kimia tanah kurang baik. Metode pengukuran karakteristik tanah dapat

dilakukan dengan pengambilan sampel tanah di lapangan dan menguji di

laboratorium tanah. Pengujian sampel tanah adalah sifat kimia meliputi pH tanah,

C-organik, unsur hara P dan unsur hara K (Setyorini et al. 2009).

Rendahnya kesuburan tanah podsolik merah kuning disebabkan oleh

bahan induknya miskin akan mineral primer yang mengandung unsur hara yang

dibutuhkan tanaman. Kandungan hara pada tanah podsolik merah kuning

umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan

kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi berjalan cepat dan

sebagian terbawa erosi. Dengan penambahan arang dapat memperbaiki kondisi

tanah sehingga tanaman yang tumbuh di atasnya dapat berkembang dengan

optimal.

Tanah podsolik merah kuning yang mendominasi pada lahan hutan

Kalimantan memiliki karakteristik kesuburan tanah yang rendah. Hasil analisis

tanah menunjukkan bahwa tanah podsolik merah kuning derajat keasaman yang

tinggi, kandungan C, N, P dan K yang rendah. Unsur hara N dan P terdapat dalam

jumlah yang sedikit dalam tanah dan sebagian besar dari kedua unsur tersebut

berada dalam bentuk senyawa yang tidak tersedia bagi tanaman.

Tanah podsolik merah kuning yang digunakan untuk penelitian ini berasal

dari hutan penelitian Haurbentes, Kecamatan Jasinga yaitu tanah di bawah

tegakan pohon meranti. Tanah yang diambil disesuaikan dengan keadaan tanah di

lokasi penelitian yang mempunyai jenis tanah yang sama dengan yang ada di

Haurbentes. Tanah podsolik merah kuning mempunyai perkembangan profil

sedang, berwarna merah sampai kuning, mempunyai horizon Argilik, bersifat

asam, miskin hara, serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa rendah.

Permeabilitas tanah podsolik merah kuning lambat sampai dengan baik, oleh

karena itu di musim kemarau tanaman mudah menderita kekurangan air.

Sebaliknya di musim hujan perakaran tanaman dapat mati karena penggenangan

air. Rendahnya kesuburan tanah podsolik merah kuning disebabkan oleh bahan

induknya miskin akan mineral primer yang mengandung unsur hara yang

dibutuhkan tanaman dan curah hujan yang tinggi sehingga sering terjadi erosi.

Page 29: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

14

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 8 Juni 2010 sampai dengan 25 Juni

2010 meliputi kegiatan pembuatan arang di areal persemaian PT. Austral Byna,

Base Camp Sikui, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, kemudian

dilanjutkan dengan pengujian arang di Balai Penelitian Tanah, Balitbang

Pertanian, Bogor dan pengujian respon pertumbuhan semai sengon di rumah kaca

laboratorium Silvikultur dari tanggal 26 Juli 2010 sampai dengan tanggal 1

November 2010.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah penebangan

berupa batang, cabang dan ranting untuk pembuatan arang. Sedangkan bahan

yang digunakan untuk pengecambahan benih adalah media kecambah (pasir),

benih sengon, polybag ukuran 10 x 15 cm dan tanah podsolik merah kuning untuk

penyapihan. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Phiband untuk pengukur diameter bahan baku arang.

b. Timbangan untuk menimbang bahan baku untuk pembuatan arang.

c. Drum seng untuk pembuatan arang.

d. Karung goni untuk menampung arang yang dihasilkan.

e. Kamera untuk mengabadikan peristiwa pada saat penelitian.

f. Pita meter untuk pengukur panjang bahan baku dan tinggi semai sengon.

g. Kaliper digital untuk pengukur diameter semai sengon.

h. Timbangan mikro untuk mengukur berat kering batang, daun dan akar sengon.

i. Oven untuk pengeringan batang, daun dan akar sengon.

j. Program pengolahan data.

k. Alat tulis menulis serta alat penunjang lain.

Page 30: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

15

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Pembuatan Arang

Limbah penebangan berupa batang, cabang dan ranting jenis Meranti

diambil dari petak tebang kemudian diukur berat basah dan berat kering bahan

baku untuk pembuatan arang. Setelah pengukuran berat basah dan berat kering

dilanjutkan dengan pengukuran kadar air bahan baku dengan menghitung

perbandingan berat kering tanur (berat basah dikurangi berat kering bahan baku)

dengan berat kering bahan baku, dengan rumus (Haygreen dan Bowyer 1989):

Kadar air (%) = Berat basah- Berat kering) (kg)

X 100% Berat kering (kg)

Setelah menghitung kadar air dilanjutkan dengan proses pembuatan arang melalui

pembakaran menggunakan metode tungku drum seng (Iskandar dan Santosa

2005) dengan memperhatikan:

1. Pembuatan tungku drum dilakukan dengan memotong bagian atas drum.

Jumlah lubang udara harus dibuat pada bagian bawah tungku agar tidak

terdapat celah yang terlalu besar. Setelah itu dilakukan pembuatan penutup

drum dan cerobong asap.

2. Pemotongan bahan baku (limbah kayu) dan dibelah sesuai dengan ukuran dan

kapasitas drum

3. Pengisian limbah kayu ke dalam tungku. Sebelumnya pada bagian dasar

tungku diberi potongan kayu bakar atau sisa-sisa serutan kayu kering. Posisi

kayu dibuat mendatar dan serapat mungkin agar dapat menampung kayu lebih

banyak. Pengisian ini dilakukan hingga tungku penuh oleh bahan baku

(limbah kayu).

4. Pada bagian dasar tungku drum diberi ganjal dengan bata merah atau batu

setinggi ± 5-10 cm, pada 3 lokasi titik. Di bawah tungku kemudian diberi

potongan kayu bakar atau serutan kayu kering yang diberi sedikit solar

sebagai umpan. Setelah api dinyalakan, tunggu sampai nyala bara api

merembet ke dalam tungku melalui lubang udara sehingga bahan baku kayu

yang terdapat di dalam tungku dapat terbakar dengan sempurna.

Page 31: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

16

5. Pada awalnya asap dari pembakaran potongan atau kayu serpih umpan

terlihat putih dan tipis. Setelah proses pembakaran berjalan asap akan

semakin tebal.

6. Pemasangan tutup drum dan cerobong asap untuk mengarahkan asap hasil

pembakaran yang keluar setelah pembakaran bahan baku berjalan. Proses dari

pembakaran umpan sampai bahan baku terbakar dengan sempurna ± 30

menit.

7. Setelah proses pembakaran berjalan lancar, di bagian bawah tungku dan

sekelilingnya ditutup dengan pasir atau tanah untuk memperkecil lubang

udara, hanya diberi 3 lubang dengan diameter ± 3 cm.

8. Proses pengarangan biasa ini memerlukan waktu selama 6 jam. Hal ini

dilakukan bila kayu relatif basah.

9. Proses pendinginan dapat dilakukan jika asap yang dikeluarkan semakin tipis.

Pendinginan dilakukan dengan menyiram air atau menutup drum dengan kain

basah dan rumput basah.

10. Proses pembakaran dilakukan sebanyak 30 kali ulangan.

11. Penimbangan berat kering hasil arang.

3.3.2 Pengukuran Rendemen Arang dan Potensi Arang

Pengukuran rendemen arang hasil pembakaran dilakukan dengan

menghitung perbandingan berat kering arang yang dihasilkan dengan berat bahan

baku kayu yang digunakan dengan rumus (Djatmiko et al. 1985) :

Rendemen (%) = Berat kering arang (kg)

X 100% Berat kering bahan baku (kg)

Pengukuran faktor konversi arang dilakukan dengan menghitung

perbandingan arang yang dihasilkan dengan contoh uji bahan baku kayu yang

digunakan, dengan rumus :

Faktor konversi arang = Berat arang (ton)

Berat contoh uji bahan baku (m³)

Pengukuran potensi arang dilakukan dengan menghitung potensi limbah

kayu dikalikan dengan faktor konversi arang, dengan rumus :

Potensi arang = potensi limbah kayu (m³/ha) X faktor konversi arang

Page 32: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

17

3.3.3 Penyiapan Media

Pengambilan tanah untuk bahan media tanam berasal dari hutan percobaan

Haurbentes Jasinga yang disesuaikan dengan keadaan tanah di lokasi penelitian.

Hal ini dikarenakan jenis tanah di Haurbentes sama dengan jenis tanah di lokasi

penelitian (PT. Austral Byna). Sebelum dimasukkan ke dalam polybag dengan

ukuran 10 cm x 15 cm (500 gram), tanah diayak dan dijemur terlebih dahulu agar

steril. Arang yang digunakan sebelumnya ditumbuk hingga halus dan ditimbang

dengan kadar : 0% (0 gram), 10% (50 gram), 20% (100 gram) dan 30% (150

gram). Tanah dan arang tersebut dicampurkan sampai merata kemudian

dimasukkan ke dalam polybag. Masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan

sebanyak 10 kali. Setiap polybag diberi label sesuai dengan perlakuan.

3.3.4 Penyapihan dan Pemeliharaan

Setiap polybag yang telah diisi media tanam dimasukkan bibit anakan

sengon yang berumur dua minggu dengan tinggi 4-5 cm dan berdaun muda

sebanyak empat helai.

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman, pengendalian

hama, dan pemupukan. Penyiraman dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pagi dan

sore hari. Pengendalian hama dilakukan secara manual dengan mencari dan

mematikan hama yang menyerang. Pemupukan dilakukan dengan pemberian

pupuk NPK sebanyak 0,1 gram ke dalam setiap polybag pada minggu ke-8 setelah

tanam.

3.3.5 Pengamatan Parameter Pertumbuhan

1. Tinggi tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap minggu selama 14 minggu

setelah tanam. Tinggi diukur dari permukaan media sampai pangkal pertumbuhan

daun yang paling muda.

2. Diameter tanaman

Pengukuran diameter dilakukan pada awal penanaman bibit (semai),

pertengahan dan akhir pengamatan. Diameter diukur 1,5 cm di atas permukaan

media tanam.

Page 33: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

18

3. Berat kering total (BKT)

Setelah pengamatan tinggi dan diameter selesai, pada akhir penelitian

semai sengon dipotong menjadi dua bagian yaitu bagian bawah (bagian akar) dan

bagian atas semai (batang dan daun). Sebelum pengovenan masing-masing bagian

dilakukan penimbangan. Tanaman tersebut dikeringudarakan terlebih dahulu

dengan cara dianginkan beberapa saat. Bagian akar serta bagian batang dan daun

dibungkus dengan kertas, selanjutnya dioven pada suhu 105°C selama 24 jam.

Berat kering total merupakan hasil penjumlahan kedua bagian yaitu bagian akar

dengan bagian batang dan daun.

4. Kekokohan semai

Kekokohan semai digunakan untuk mengetahui kualitas semai yang

didasarkan atas perbandingan tinggi dan diameter semai di akhir pengamatan,

dengan rumus (Hendromono 2003).

Kekokohan semai = Tinggi akhir semai sengon (cm)

Diameter akhir semai sengon (mm)

5. Rasio pucuk akar (RPA)

Rasio pucuk akar dihitung dengan membandingkan berat kering bagian

atas (batang dan daun) dengan berat kering bagian bawah (akar).

3.3.6 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam pengujian arang terhadap

pertumbuhan sengon adalah Rancangan Acak Lengkap. Terdapat 4 kombinasi

perlakuan dengan 10 kali pengulangan dan tanaman seluruhnya berjumlah 40.

Kombinasi perlakuan yang diujicobakan adalah sebagai berikut :

M0A0 = media tanam tanpa penambahan arang sebagai kontrol

M0A10 = media tanam dengan penambahan arang 10%

M0A20 = media tanam dengan penambahan arang 20%

M0A30 = media tanam dengan penambahan arang 30%.

Bentuk hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut :

H0 : Penambahan arang ke dalam media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap

peningkatan pertumbuhan sengon.

Page 34: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

19

H1 : Penambahan arang ke dalam media tanam berpengaruh nyata terhadap

peningkatan pertumbuhan sengon.

Kriteria pengambilan keputusan dari hipotesis yang diuji adalah :

Jika nilai P ≤ Fα=0,05, maka tolak H0

Jika nilai P > Fα=0,05, maka terima H0

untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap peubah yang

diamati, dilakukan analisis keragaman yang diperoleh dari pengolahan data

dengan menggunakan aplikasi SAS (Statistical Analysis System) kemudian bila

pengaruh yang diberikan menunjukkan perbedaan yang nyata maka akan

dilanjutkan dengan uji Duncan. Pengujian ini dilakukan untuk melihat perbedaaan

pengaruh tiap perlakuan.

Page 35: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

20

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Luas Areal

Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (IUPHHK-

HA) PT. Austral Byna secara geografis berada antara posisi 0° 30'-1° 68' LS dan

114° 45'-115° 45' BT. Secara administrasi pemerintahan termasuk keadaan

wilayah kecamatan Lahei, Teweh Timur dan Gunung Purui, Kabupaten Barito

Utara dengan ibukota Muara Teweh, Provinsi Kalimantan Tengah dengan ibukota

Palangkaraya dan termasuk kedalam BKPH Muara Teweh, KPH Murung Utara,

Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah. Berdasarkan hidrologi, pada areal

kerja perusahaan terdapat empat kelompok sungai yaitu Sungai Teweh-Sungai

Lahei dan Sungai Montallat-Sungai Sempirang. Luas areal IUPHHK PT. Austral

Byna adalah 255.530 ha. Menurut peta penataan areal kerja (PAK) luas areal

efektif (areal bersih produksi) adalah 210.290 Ha yang terdiri atas areal THPB

(Tebang Habis Permudaan Buatan), TPTI (Tebang Pilih Tanam Indonesia) dan

TPTII (Tebang Pilih Tanam Indonesia-Intensif).

4.2 Tanah dan Geologi

Jenis tanah termasuk jenis podsolik merah kuning tersusun dari batuan

sedimen (batu, liat, batu debu dan batu pasir). Tanah ini umumnya bersolum

dalam, bertekstur sedang dan agak halus serta berada pada daerah yang

berdrainase terhambat. Daerah daratan dicirikan oleh pola sungai yang hampir

sejajar. Dalam perkembangannya, bentuk wilayah dipengaruhi oleh erosi. Erosi

pada kemiringan curam terlihat jelas kikisannya, sehingga terjadi torehan-torehan

yang makin tajam, sedangkan pada bagian perlembahan terjadi pengendapan, pada

daerah perbukitan terlihat jelas sekali adanya proses pengikisan akibat erosi.

4.3 Iklim

Berdasarkan kriteria Schmidt & Ferguson, areal IUPHHK PT. Austral

Byna termasuk dalam tipe iklim nilai A berkisar 0–13%. Sesuai tipe iklimnya,

areal IUPHHK ini mempunyai curah hujan yang tinggi dengan persebaran yang

Page 36: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

21

hampir merata sepanjang tahun, artinya tidak terjadi musim kemarau atau bulan

kering yang panjang. Jumlah hari hujan rata-rata bulanan terjadi dalam bulan

Desember dan terendah pada bulan Juni. Mengingat seluruh areal IUPHHK ini

hanya terdiri dari satu tipe iklim yaitu A, maka tidak dilakukan pemetaan iklim

terpisah. Secara umum daerah termasuk lembab, sehingga tidak rawan terhadap

kebakaran hutan.

4.4 Keadaan Hutan

Hutan areal IUPHHK PT. Austral Byna termasuk ke dalam hutan tropika

basah dataran rendah. Bentuk vegetasinya merupakan areal berhutan primer,

bekas tebangan dan non hutan dengan luasan seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Luasan setiap bentuk vegetasi di areal IUPHHK PT. Austral Byna

No Bentuk Vegetasi Luas

Ha Persentase

1 Hutan Primer - -

2 Hutan Bekas Tebangan 156.293 53,10

3 Non Hutan 132.24 44,90

4 Tertutup Awan 6.067 2,10

Jumlah 294.6 100,00

Keterangan : Pengukuran Planimetris Peta Penafsiran Potret Udara Tahun 1995 dan Citra Landsat

Tahun 2005. Hasil deniasi citra landsat 2005 (Juni dan April) dikompilasi data Juli

2005 menghasilkan areal Non Hutan menjadi 134.707 Ha dan eks tebangan 159.893

ha

4.5 Pengusahaan Hutan

Sistem pemanenan hutan yang diterapkan PT. Austral Byna adalah sistem

silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) akan tetapi mulai tahun 2007

PT. Austral Byna juga melaksanakan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam

Indonesia Intensif (TPTII) atau Silvikultur Intensif (SILIN). Oleh karena itu,

sistem yang diterapkan di PT. Austral Byna ini ada dua sistem TPTI dan TPTII.

Sistem perencanaan yang dilakukan di PT. Austral Byna adalah sistem

pemanenan secara mekanis, artinya semua kegiatan dilaksanakan dengan

menggunakan bantuan mesin. Sistem yang digunakan pada Rencana Kerja

Tahunan (RKT) 2009 PT. Austral Byna yaitu TPTI (Tebang Pilih Tanam

Indonesia).

Page 37: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

22

Kegiatan penebangan pada RKT 2009 dilaksanakan oleh dua pihak yaitu

PT. Austral Byna dan mitra kerja. Petak tebang yang dikerjakan oleh PT. Austral

Byna sebanyak 34 petak dan 6 petak sisanya dikerjakan oleh mitra kerja.

Penebangan dilaksanakan oleh regu tebang yang terdiri dari satu orang

chainsawman dan satu orang pembantu (helper). Jenis-jenis pohon yang ditebang

adalah Balau, Bangkirai, Binuang, Cengal, Jabon, Kapur, Kapur Naga, Keruing,

Kulim, Lambin, Melapi, Meranti, Mersawa, dan Nyatoh. Kayu hasil pemanenan

dialokasikan untuk kebutuhan industri sendiri yaitu industri plywood dan

sawnmill.

Page 38: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

23

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Potensi Arang untuk Media Tanam

Bahan baku pembuatan arang diambil dari limbah penebangan di petak

tebang berupa limbah batang, cabang dan ranting dari jenis meranti. Potensi arang

disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Rendemen arang dari hasil pembakaran limbah penebangan kayu meranti

Komponen Jumlah

Berat basah kayu (ton) 1,65

Berat kering kayu (ton) 1,64

Berat kering arang (ton) 0,41

Rendemen rata-rata 1(%) 26,50

Potensi arang 2(ton/ha) 24,14

Faktor konversi arang 3(ton/m

3) 0,07

Keterangan : 1 Rendemen rata-rata merupakan perbandingan berat kering arang dengan berat kering kayu

(bahan baku) rata-rata sebanyak 30 kali pengulangan.

2 Potensi arang merupakan jumlah arang yang dihasilkan dari 1 Ha areal tebangan dengan 356 m3/ha limbah kayu dikalikan faktor konversi arang.

3 Faktor konversi arang merupakan jumlah contoh uji kayu yang digunakan sebanyak 6 m3

menghasilkan arang sebanyak 407 kg.

5.1.2 Parameter Pertumbuhan Semai Sengon

5.1.2.1 Pertumbuhan Tinggi Semai Sengon

Pertumbuhan ukuran tinggi semai sengon merupakan parameter yang

digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diterapkan. Hasil

pengolahan data menunjukkan bahwa penambahan arang pada media tanam

memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai sengon (Tabel 3).

Tabel 3 Hasil uji pengaruh arang terhadap pertumbuhan tinggi semai sengon

Sumber

Keragaman

Derajat

bebas (Db)

Jumlah

Kuadrat (JK)

Kuadrat

Tengah (KT)

F-

hitung P

Perlakuan 3 110,09 36,69 21,47 0,0001

Galat 36 61,53 1,70

Total 39 171,62

Keterangan : perlakuan berpengaruh nyata pada taraf uji nilai (α = 0,05)

Dari nilai P=0,0001 < Fα=0,05 berarti H0 ditolak, artinya perlakuan

penambahan arang berpengaruh sangat nyata pada tinggi semai sengon. Hasil uji

Page 39: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

24

Duncan dari pengaruh pemberian arang terhadap pertumbuhan tinggi semai

sengon disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil uji Duncan pengaruh pemberian arang terhadap pertumbuhan tinggi

semai sengon 14 minggu setelah tanam (mst)

Perlakuan Rata-rata tinggi semai

sengon (cm)

Persentase peningkatan

dibanding kontrol (%)

Kontrol 4,63b

Arang 10% 6,35a 37,15

Arang 20% 3,08c -33,47

Arang 30% 1,94c -58,09

Keterangan : huruf yang sama menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap perlakuan

berdasarkan uji lanjut Duncan pada α=0,05 (selang kepercayaan 95%)

Rata-rata pertambahan tinggi semai sengon pada setiap perlakuan

disajikan pada Gambar 1. Pada Gambar 2 dapat dilihat pertumbuhan tinggi sengon

dari awal pengamatan sampai dengan akhir pengamatan yang mengalami

pertambahan tinggi setiap minggu pada setiap perlakuan.

Gambar 1 Rata-rata tinggi semai sengon (cm) 14 minggu setelah tanam (mst)

pada setiap perlakuan penambahan arang

Gambar 2 Pertumbuhan tinggi semai sengon 14 minggu setelah tanam (mst) pada

komposisi -♦- arang 0% , -■- arang 10% , -▲- arang 20%, -x- arang

30%.

Page 40: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

25

5.1.2.2 Pertumbuhan Diameter Semai Sengon

Pertambahan diameter merupakan parameter yang sering dijadikan untuk

melihat pengaruh perlakuan dan pertumbuhan tanaman. Hasil pengolahan data

menunjukkan bahwa penambahan arang pada media tanam memberikan pengaruh

yang nyata terhadap pertumbuhan diameter semai sengon yang disajikan pada

Tabel 5.

Tabel 5 Hasil uji pengaruh arang terhadap pertumbuhan diameter semai sengon

Sumber

Keragaman

Derajat

bebas (Db)

Jumlah

Kuadrat (JK)

Kuadrat

Tengah (KT)

F-

hitung P

Perlakuan 3 1,45 0,48 30,15 0,0001

Galat 36 0,57 0,01

Total 39 2,03

Keterangan : perlakuan berpengaruh nyata pada taraf uji nilai (α = 0,05)

Dari Tabel Anova di atas dapat diketahui bahwa nilai P=0,0001 < Fα=0,05

yang berarti H0 ditolak. Hasil uji Duncan pengaruh penambahan arang terhadap

pertumbuhan diameter sengon disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil uji Duncan pengaruh penambahan arang terhadap pertumbuhan

diameter semai sengon 14 minggu setelah tanam (mst)

Perlakuan Rata-rata diameter semai

sengon (mm)

Persentase peningkatan

dibanding kontrol (%)

Kontrol 0,60c

Arang 10% 0,99a 65,00

Arang 20% 0,77b 28,33

Arang 30% 1,09a 81,66

Keterangan : huruf yang sama menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap

perlakuan berdasarkan uji lanjut Duncan pada α=0,05 (selang kepercayaan 95%)

Pada Gambar 3 disajikan rata-rata diameter semai sengon dari minggu ke-

1 sampai dengan minggu ke-14 pada setiap perlakuan penambahan arang. Gambar

4 menyajikan pertumbuhan diameter semai sengon pada awal pengamatan sampai

dengan akhir pengamatan pada minggu ke-14.

Page 41: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

26

Gambar 3 Rata-rata diameter (mm) 14 minggu setelah tanam (mst) semai sengon

pada setiap perlakuan penambahan arang.

Gambar 4 Pertumbuhan diameter semai sengon 14 minggu setelah tanam (mst)

pada komposisi -♦- arang 0% , -■- arang 10% , -▲- arang 20%, -x-

arang 30%.

5.1.2.3 Berat Kering Total (BKT)

Berat kering total diperoleh dengan menjumlahkan berat kering tanaman

bagian atas (pucuk) dan berat kering tanaman yang ada dalam tanah (akar). Hasil

pengolahan data menunjukkan bahwa penambahan arang pada media tanam

memberikan pengaruh nyata terhadap berat kering total semai sengon yang

disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil uji pengaruh arang terhadap berat kering total

Sumber

Keragaman

Derajat

bebas (Db)

Jumlah

Kuadrat (JK)

Kuadrat

Tengah (KT)

F-

hitung

P

Perlakuan 3 1,39 0,46 10,47 0,0001

Galat 36 1,59 0,04

Total 39 2,98

Keterangan : perlakuan berpengaruh nyata pada taraf uji nilai (α = 0,05)

Page 42: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

27

Dari Tabel Anova di atas dapat diketahui bahwa nilai P=0,0001 < Fα=0,05

sehingga H0 ditolak. Hasil uji Duncan pengaruh pemberian arang selengkapnya

disajikan pada Tabel 8. Gambar 5 memperlihatkan bahwa pemberian arang ke

dalam media tanam memberikan pengaruh terhadap pertambahan berat kering

total (BKT) semai sengon.

Tabel 8 Hasil uji Duncan pengaruh pemberian arang terhadap berat kering total

semai sengon 14 minggu setelah tanam (mst)

Perlakuan Berat kering total semai

sengon (gr)

Persentase peningkatan

dibanding kontrol (%)

Kontrol 0,21b

Arang 10% 0,64a 204,76

Arang 20% 0,24b 14,28

Arang 30% 0,18b -14,28

Keterangan : huruf yang sama menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap perlakuan

berdasarkan uji lanjut Duncan pada α=0,05 (selang kepercayaan 95%)

Gambar 5 Berat kering total semai sengon pada komposisi arang 0% (M0A0),

10% (M0A10), 20% (M0A20) dan 30% (M0A30).

5.1.2.4 Kekokohan Semai

Kekokohan semai merupakan perbandingan antara tinggi terhadap

diameter yang diukur pada akhir pengamatan, digunakan untuk mengetahui

kualitas semai sengon. Hasil kekokohan semai sengon disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Hasil uji pengaruh arang terhadap kekokohan semai

Sumber

Keragaman

Derajat bebas

(Db)

Jumlah Kuadrat

(JK)

Kuadrat

Tengah (KT)

F-

hitung P

Perlakuan 3 128,09 40,69 25,76 0,0001

Galat 36 92,64 1,65

Total 39 134,62

Keterangan : perlakuan berpengaruh nyata pada taraf uji nilai (α = 0,05)

Page 43: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

28

Dari Tabel Anova di atas dapat diketahui bahwa nilai P=0,0001 < Fα=0,05

maka H0 ditolak. Hasil uji Duncan pengaruh pemberian arang selengkapnya

disajikan pada Tabel 10. Gambar 6 memperlihatkan bahwa pemberian arang

dalam media tanam memberikan pengaruh terhadap kekokohan semai sengon.

Tabel 10 Hasil uji Duncan pengaruh pemberian arang terhadap kekokohan semai

sengon 14 minggu setelah tanam (mst)

Perlakuan Kekokohan semai sengon

Kontrol 12,24a

Arang 10% 10,11a

Arang 20% 8,11b

Arang 30% 4,90c

Keterangan : huruf yang sama menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap perlakuan

berdasarkan uji lanjut Duncan pada α=0,05 (selang kepercayaan 95%)

Gambar 6 Kekokohan semai sengon pada komposisi arang 0% (M0A0), 10%

(M0A10), 20% (M0A20) dan 30% (M0A30).

5.1.2.5 Rasio Pucuk Akar (RPA)

Rasio pucuk akar adalah perbandingan berat kering seluruh bagian

tanaman yang berada di atas tanah dan berat kering yang berada di dalam tanah

(akar). Hasil pengolahan data yang menunjukkan bahwa penambahan arang pada

media tanam tidak memberikan pengaruh nyata terhadap rasio pucuk akar semai

sengon yang disajikan pada Tabel 11.

Page 44: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

29

Tabel 11 Hasil uji pengaruh arang terhadap rasio pucuk akar

Sumber

Keragaman

Derajat bebas

(Db)

Jumlah

Kuadrat (JK)

Kuadrat Tengah

(KT)

F-

hitung

P

Perlakuan 3 26,31 8,77 1,85 0,16

Galat 36 170,60 4,74

Total 39 196,91

Keterangan : perlakuan berpengaruh nyata pada taraf uji nilai (α = 0,05)

Dari Tabel Anova di atas dapat diketahui bahwa tidak ada pengaruh

penambahan arang terhadap perbandingan berat kering pucuk dan akar semai

sengon. Hal ini dapat dilihat dari nilai P=0,16 > Fα=0,05 maka terima H0. Pada

Gambar 7 memperlihatkan nilai rasio pucuk akar pada tiap perlakuan penambahan

arang ke dalam media tanam.

Gambar 7 Rasio pucuk akar semai sengon pada komposisi arang 0% (M0A0),

10% (M0A10), 20% (M0A20) dan 30% (M0A30).

5.1.3 Hasil Analisis Kimia Arang

Penetapan kualitas arang kayu umumnya dilakukan terhadap komposisi

kimia dan sifat fisis, tetapi dalam penelitian ini hanya dilakukan pada komposisi

kimianya. Unsur-unsur kimia dalam arang yang dianalisis adalah unsur yang

dibutuhkan oleh tanah untuk dapat memenuhi kebutuhan tanaman, disajikan

dalam Tabel 12.

Page 45: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

30

Tabel 12 Hasil analisis kimia komponen kimia penting yang terkandung dalam

arang

Komponen Arang Satuan Keterangan

pH (H2O) 8,3 Agak alkalis

C – Organik 5,40 % Sangat tinggi

N – Kjeldahl 0,09 % Rendah

C/N rasio 60 Sangat tinggi

P Potensial (HCl 25%, P2O5) 4,00 mg/100 gr Rendah

K Potensial (HCl 25%, K2O) 62,00 mg/100 gr Tinggi

Ca (1 N NH4Oac, pH 7,0 ekstraksi) 4,18 Cmol/kg Rendah

Mg (1 N NH4Oac, pH 7,0 ekstraksi) 0,59 Cmol/kg Rendah

K (1 N NH4Oac, pH 7,0 ekstraksi) 1,78 Cmol/kg Tinggi

Na (1 N NH4Oac, pH 7,0 ekstraksi) 0,20 Cmol/kg Rendah

Total (1 N NH4Oac, pH 7,0 ekstraksi) 6,75 Cmol/kg Sedang

Kapasitas Tukar Kation (1 N NH4Oac,

pH 7,0 ekstraksi) 4,32 Cmol/kg

Tinggi

Kejenuhan Basa >100 % Sangat tinggi

Sumber: Hasil analisis Laboratorium Balai Penelitian Tanah

5.2 Pembahasan

5.2.1 Potensi Arang untuk Media Tanam

Bahan baku alternatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari

limbah penebangan kayu jenis meranti berupa batang, cabang dan ranting. Kayu

jenis meranti memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan bahan baku

arang karena jumlah limbah di petak tebang sangat tinggi. Belum ada langkah

pemanfaatan yang lebih lanjut dari limbah tersebut selain dijadikan kayu bakar.

Pembuatan arang dilakukan dengan pembakaran bahan baku dari limbah

penebangan kayu jenis meranti menggunakan metode tungku drum seng. Limbah

penebangan berupa batang yang berukuran besar dipotong, disesuaikan dengan

ukuran dan kapasitas alat pembakar agar diperoleh arang yang memiliki rendemen

tinggi dan berkualitas baik. Pembuatan arang menggunakan limbah penebangan

dengan mengambil contoh uji kayu sebanyak 6 m3 dan diperoleh arang sebanyak

407 kg. Dari jumlah contoh uji limbah kayu yang digunakan untuk pembuatan

Page 46: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

31

arang dan jumlah arang yang dihasilkan maka diperoleh faktor konversi arang

sebesar 67,83 kg/m3 atau sebesar 0,07 ton arang/m

3 kayu.

Rendemen merupakan perbandingan berat arang yang dihasilkan dengan

berat bahan baku limbah kayu yang digunakan. Rendemen rata-rata yang

diperoleh dari 30 kali pengulangan dalam pembuatan arang adalah 26,50%. Hasil

penelitian sebelumnya oleh Sari (2009) menunjukkan total volume limbah

penebangan di petak tebang adalah 356 m³/ha. Apabila semua limbah kayu yang

ada dalam 1 Ha areal penebangan tersebut dijadikan arang maka akan diperoleh

arang sebanyak 24,14 ton. Jumlah arang yang dihasilkan dapat digunakan sebagai

media tanam dalam polybag dengan komposisi arang 30% atau campuran tanah

dan penambahan arang 150 gram per polybag, maka dapat dibuat komposisi

campuran media tanam sebanyak 160.933 polybag. Bedeng semai yang umumnya

dipakai di persemaian memiliki ukuran 4 m2

dapat memuat 400 polybag. Dari

total limbah dalam 1 Ha areal penebangan dapat mencukupi kebutuhan arang

untuk persemaian seluas 0,16 Ha.

Nilai rata-rata rendemen diperoleh dari perbandingan berat arang yang

dihasilkan dengan berat kering kayu yang dibakar. Dari pembuatan arang

diperoleh nilai rendemen sebesar 26,50% atau 0,27. Terdapat perbedaan yang

sangat besar antara berat arang yang dihasilkan dengan berat bahan baku kayu

yang digunakan, hal ini dikarenakan ukuran dari bahan baku kayu ada yang tidak

seragam. Ukuran kayu yang lebih kecil akan cepat terbakar dan mudah menjadi

abu. Kualitas arang kayu dipengaruhi oleh jenis kayu dan proses saat

pengarangan. Nilai rendemen yang tergolong rendah sebagai akibat tidak adanya

pengukuran terhadap suhu pada proses pembakaran. Proses perombakan yang

cepat tanpa disertai pengawasan panas yang diberikan akan menghasilkan

rendemen arang yang rendah.

Arang dapat dibuat dari bahan-bahan yang mengandung karbon baik

organik maupun anorganik, dari tumbuhan, hewan maupun barang tambang.

Arang yang baik mutunya untuk media tanam adalah arang yang mempunyai

kadar karbon tinggi dan kadar abu rendah. Hasil penelitian Nurhayati (2002)

menunjukkan bahwa produksi arang dari bahan baku kayu bakau akan diperoleh

rendemen yang tinggi pada perlakuan sampel dengan cara dipotong-potong secara

Page 47: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

32

manual. Variasi nilai rendemen arang pada umumnya dipengaruhi oleh berat jenis

bahan kayu, dimana jenis kayu yang menunjukkan berat jenis tinggi akan

cenderung untuk menghasilkan arang yang tinggi pula. Jenis kayu yang berat akan

menghasilkan arang yang lebih baik daripada kayu yang ringan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembakaran antara lain

kecepatan aliran udara, kecepatan pembakaran arang dan kenaikan temperatur.

Kenaikan temperatur udara pembakaran menyebabkan semakin pendek waktu

pembakaran. Disamping itu pengaruh berat jenis, kekeringan kadar bahan dan

suhu akhir pengarangan dapat menentukan hasil dan kualitas arang yang

diperoleh. Besarnya kadar air bahan kayu untuk pengarangan dipakai kayu kering

udara yang mempunyai kadar air berkisar 20-30%. Kayu yang mempunyai berat

jenis tinggi memerlukan waktu pengarangan yang lebih lama dibandingkan

dengan kayu yang mempunyai berat jenis rendah. Adapun yang dimaksud dengan

kayu yang mempunyai berat jenis tinggi yaitu kayu yang mempunyai berat jenis >

0,6 sedangkan kayu yang mempunyai berat jenis rendah yaitu kayu yang

mempunyai berat jenis < 0,6.

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan arang berupa limbah

penebangan yaitu kayu jenis meranti yang termasuk ke dalam suku

Dipterocarpacea. Dipterocarpaceae memiliki pori yang soliter, berdiameter besar,

berat jenis 0,67-0,75 yang tergolong kayu kelas kuat. Meranti termasuk ke dalam

jenis kayu berat bila dilihat dari berat jenisnya sehingga jenis kayu ini sangat baik

untuk bahan baku pembuatan arang. Arang yang dihasilkan dari jenis kayu daun

lebar yang memiliki berat jenis 0,67-0,70 mempunyai rendemen sekitar 30-38%

(Syachri dan Hartoyo 1976). Selain itu jenis kayu berat apabila dibakar terlalu

lama tidak mudah berubah menjadi abu dan juga menghasilkan permukaan arang

yang luas. Semakin tinggi berat jenis kayu, semakin keras arang yang dihasilkan

dan semakin tinggi rendemen arang, semakin tinggi kadar karbon terikatnya tetapi

zat mudah menguap semakin rendah (Syachri dan Hartoyo 1976). Limbah

penebangan yang telah dikeringkan (biomassa) diubah dengan menggunakan

teknologi atau metode untuk mengkonversi dari biomassa menjadi arang, meliputi

pembakaran dengan metode gasifikasi, pirolisis dan metode langsung. Teknologi

perubahan biomassa dengan metode gasifikasi pada dasarnya adalah usaha

Page 48: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

33

penggunaan bahan bakar padat yang lebih dahulu diubah dalam bentuk gas. Pada

proses gasifikasi ini, biomassa dibakar dengan udara terbatas sehingga gas yang

dihasilkan sebagian besar mengandung karbon monoksida (CO).

Teknologi perubahan biomassa dengan metode pirolisis yaitu pembakaran

biomassa pada kondisi tanpa oksigen. Tujuannya adalah melepaskan zat terbang

yang terkandung pada biomassa. Secara umum kandungan zat terbang dalam

biomassa cukup tinggi. Produk proses pirolisis ini berbentuk cair, gas dan padat

(arang). Karbonisasi biomassa atau yang lebih dikenal dengan pengarangan adalah

suatu proses untuk menaikkan nilai kalor biomassa dan dihasilkan pembakaran

yang bersih dengan sedikit asap. Hasil karbonisasi adalah berupa arang yang

tersusun atas karbon yang berwarna hitam. Prinsip proses karbonisasi adalah

pembakaran biomassa tanpa adanya kehadiran oksigen. Pada saat pirolisis, energi

panas mendorong terjadinya oksidasi sehingga senyawa karbon yang kompleks

sebagian besar terurai menjadi karbon atau arang. Sebagian besar pori-pori arang

masih tertutup oleh hidrokarbon dan komponen lain seperti abu, air, nitrogen dan

sulfur.

Proses pembakaran langsung yaitu proses pembakaran yang paling mudah

dibandingkan dengan lainnya. Limbah atau biomassa langsung dibakar tanpa

proses-proses lainnya. Cara seperti ini sangat mudah dijumpai. Seperti halnya di

pedesaan, banyak masyarakat memanfaatkan kayu bakar sebagai bahan bakar

karena praktis dan mudah mendapatkannya walaupun secara umum efisiensinya

sangat rendah. Sedangkan di dunia industri pembakaran langsung juga banyak

digunakan untuk produksi listrik seperti di pabrik kelapa sawit dan gula yang

memanfaatkan limbahnya sebagai bahan bakar. Biomassa dapat dibakar dalam

bentuk serbuk, briket ataupun batangan yang disesuaikan dengan penggunaan dan

kondisi biomassa. Pada penelitian ini proses pembakaran langsung digunakan

untuk mengubah biomassa berupa limbah penebangan menjadi arang. Pembakaran

langsung menggunakan tungku drum seng sebagai media pembakar menghasilkan

kadar abu yang cukup tinggi. Keberadaan abu yang berlebihan dapat

menyebabkan terjadinya penyumbatan pori-pori arang sehingga luas permukaan

arang berkurang. Selain itu juga menyebabkan korosi dimana kualitas arang

berkurang. Tidak ada pengukuran suhu saat proses pembuatan arang

Page 49: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

34

menyebabkan suhu di dalam tungku drum seng tidak merata keseluruhan. Dimana

di bagian bawah telah menjadi abu, di bagian tengah menjadi arang dan bagian

atas belum terbakar sama sekali, hal ini juga mengakibatkan hasil rendemen arang

kecil pada akhir pembakaran. Peningkatan suhu akan meningkatkan kadar abu

yang disebabkan oleh kenaikan suhu karbonisasi yang memicu teroksidasinya

sebagian besar zat mudah menguap termasuk juga karbon.

Faktor-faktor yang juga harus diperhatikan dalam pembuatan arang selain

jenis kayu yang digunakan adalah keadaan api serta keadaan tungku. Kondisi api

pada saat proses pembakaran dijaga agar api tidak padam, karena jika keadaan api

terganggu maka arang yang dihasilkan tidak sempurna (bantat) dan biasa disebut

kepala arang. Keadaan tungku arang harus selalu diperhatikan agar tidak terjadi

kebocoran pada saat pembakaran arang. Bahan baku dan keadaan tungku harus

bersih dari kotoran yaitu berupa tanah, pasir dan benda-benda asing lainnya.

Sebelum dilakukan proses pengarangan bahan baku terlebih dahulu dikeringkan

atau dijemur pada udara terbuka hingga mencapai kering udara agar proses

pengarangan berjalan cepat dan tidak banyak mengeluarkan asap. Dalam proses

pembakaran membuat arang juga dipengaruhi oleh waktu. Semakin lama waktu,

maka kadar abu juga akan semakin meningkat karena semakin lama proses

pembakaran memicu penghilangan karbon. Perbedaan waktu yang dibutuhkan

sampai terbentuknya arang tergantung pada kadar air, bentuk dan komposisi kimia

limbah penebangan yang digunakan.

5.2.2 Parameter Pertumbuhan Semai Sengon pada Media Tanam

Campuran Tanah dan Arang

Penambahan arang pada media tanam dilakukan untuk mendapatkan bukti

secara nyata akan fungsi atau manfaat arang tersebut. Arang dapat digunakan

untuk membangun kembali kesuburan lahan kritis yang miskin hara. Keuntungan

pemberian arang, antara lain memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah,

sehingga dapat merangsang pertumbuhan akar dan memberikan habitat untuk

pertumbuhan semai tanaman (Gusmalina 1999).

Sengon atau Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen adalah spesies yang

dijadikan sebagai indikator keberhasilan dari campuran tanah dan arang sebagai

media tanam. Tanaman untuk tumbuh memerlukan media yang mampu

Page 50: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

35

memberikan tempat tumbuh yang baik dan menyediakan unsur-unsur hara untuk

kelangsungan hidup tanaman. Media tanam pada prinsipnya dapat dinilai baik

apabila media tanam memiliki empat peranan pokok yaitu mampu menyediakan

tunjangan mekanik, memiliki kemampuan menyimpan air, memiliki aerasi yang

baik dan mampu menyuplai unsur hara dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman.

Pertumbuhan merupakan suatu aktivitas yang sangat penting bagi tanaman

menjadi besar, sel menjadi lebih banyak dan kemampuan untuk berkembang biak.

Menurut Gardner et al. (1991) menyebutkan bahwa pertumbuhan merupakan

akibat adanya interaksi antara berbagai faktor internal perangsang pertumbuhan

yaitu pengendali genetik dan unsur-unsur iklim, tanah dan biologis dari

lingkungan. Pertumbuhan tanaman sangat ditentukan oleh penyerapan unsur hara

oleh tanaman. Tingkat keberhasilan tumbuh ini dapat dilihat dari peningkatan atau

penambahan dari tinggi, diameter, berat kering total, kekokohan semai serta dapat

dilihat dari nilai rasio pucuk akar semai sengon. Pertumbuhan tanaman yang baik

didukung oleh kualitas tanah yang baik juga.

Tinggi merupakan parameter yang paling mudah diukur sebagai indikator

pengaruh penambahan arang terhadap pertumbuhan semai sengon. Perubahan

tinggi semai sengon menunjukkan adanya pertumbuhan yang nilainya didapat dari

perhitungan selisih tinggi semai sengon akhir pengamatan dengan tinggi semai

awal pengamatan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terjadi kecenderungan

pertumbuhan yang meningkat dari awal pengamatan sampai dengan minggu akhir

pengamatan. Pada penambahan arang 10% ke dalam media tanam memberikan

respon yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol untuk pertumbuhan tinggi

semai sengon dengan rata-rata tinggi 6,35 cm atau menunjukkan kenaikan tinggi

sebesar 1,72 cm, nilai persentase untuk peningkatan tersebut adalah sebesar

37,15% dibandingkan dengan kontrol. Hasil uji menunjukkan bahwa penambahan

arang ke dalam media tanam sebanyak 20% menunjukkan rata-rata tinggi semai

sengon lebih kecil 1,55 cm atau menurun sebesar 33,47% dibandingkan dengan

kontrol. Dengan penambahan arang 30% ke dalam media tanam menunjukkan

rata-rata tinggi semai sengon lebih kecil sebesar 2,69 cm atau penurunan

persentase pertumbuhan sebesar 58,09% dibandingkan dengan kontrol.

Page 51: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

36

Pada Gambar 1 dapat dilihat pertumbuhan tinggi sengon dari awal

pengamatan sampai dengan akhir pengamatan yang mengalami pertambahan

tinggi setiap minggu pada setiap perlakuan. Pengamatan pertumbuhan tinggi

dilakukan setiap 1 minggu sekali, sehingga pengukuran pertumbuhan tinggi

dilakukan sebanyak 14 kali pengukuran selama 14 minggu. Pada minggu pertama

sampai dengan minggu ke-8 tidak terlihat pertambahan tinggi yang terlalu besar,

tetapi pertambahan tinggi yang cukup signifikan terjadi pada minggu ke-10 dan

pada minggu ke-14 pengaruh penambahan arang terhadap tinggi berada pada titik

maksimal. Pertumbuhan tinggi semai yang lambat diduga karena penyediaan hara

belum terserap sepenuhnya oleh tanaman atau unsur hara sebagian mengalami

proses pencucian melalui kegiatan penyiraman sehingga respon pertumbuhan

tidak cukup signifikan.

Pertumbuhan tinggi dipengaruhi oleh unsur hara nitrogen yang tersedia di

dalam tanah. Nitrogen yang terdapat dalam arang tersedia perlahan-lahan bagi

pertumbuhan tanaman yang diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan

bagian-bagian vegetative tanaman. Peranan unsur nitrogen yaitu meningkatkan

pertumbuhan, meningkatkan warna hijau daun karena merupakan bahan penyusun

klorofil serta meningkatkan jumlah anakan (Hairiah 2004). Selain itu juga

berperan dalam merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan khususnya

batang, cabang dan daun. Kekurangan unsur nitrogen menyebabkan warna daun

mengalami perubahan dari hijau agak kekuningan menjadi kuning, anakannya

sedikit tumbuh kerdil. Kalium mempunyai peranan yang tidak kalah penting

dalam proses-proses fisiologis seperti metabolisme nitrogen, metabolisme

karbohidrat, mengawasi dan mengatur aktivitas beragam unsur mineral dan

mempercepat pertumbuhan jaringan merismatik (Hakim et al. 1986).

Dari hasil uji Duncan pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa campuran tanah

dan arang sebanyak 10% menambah pertumbuhan diameter sengon sebesar 0,39

mm atau dengan persentase pertumbuhan meningkat sebesar 65% dibandingkan

kontrol. Campuran tanah dan arang 20% dapat menambah diameter semai sengon

sebesar 0,17 mm atau persentase pertumbuhan dibandingkan dengan kontrol

meningkat sebesar 28,33%. Campuran tanah dan arang 30% ke dalam media

tanam dapat meningkatkan diameter semai sengon sebesar 81,66% terhadap

Page 52: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

37

kontrol atau mengalami rata-rata pertambahan diameter sebesar 0,49 mm. Dengan

penambahan arang 30% ke dalam media tanam telah dapat memenuhi kebutuhan

hara yang diperlukan semai sengon untuk meningkatkan pertambahan diameter.

Pertambahan diameter semai sengon menunjukkan bahwa respon pertumbuhan

diameter terjadi lebih lambat, mengingat usia muda semai sengon cenderung

mengalami pertumbuhan yang cepat ke arah vertikal. Hal tersebut disebabkan

adanya berbagai faktor di lapangan yang mempengaruhi penambahan arang

sehingga lebih terkonsentrasi pada pemanjangan tunas pada tinggi semai sengon.

Pertumbuhan diameter dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi

proses fotosintesis. Pertumbuhan diameter akan berlangsung apabila kebutuhan

hasil fotosintesis untuk respirasi, penggantian daun, pertumbuhan akar dan tinggi

telah terpenuhi. Selain itu, pertambahan diameter dapat dipengaruhi oleh jarak

tanam atau pengaturan peletakan posisi polybag. Pemberian jarak antar polybag

yang sesuai dapat memberi ruang tumbuh yang lebih besar dan pengambilan

cahaya matahari dapat berlangsung optimal sehingga pertambahan diameter dapat

terjadi lebih maksimal.

Pada Gambar 2 menyajikan pertumbuhan diameter semai sengon pada

awal pengamatan sampai dengan akhir pengamatan pada minggu ke-14. Pada

umumnya pertambahan diameter semai sengon mengalami peningkatan, tetapi

hasil pengukuran dari minggu ke-4 sampai minggu ke-8 tidak mengalami

pertambahan yang cukup besar, pertambahan diameter mengalami peningkatan

yang cukup signifikan pada minggu ke-10 dan minggu ke-14. Hal ini dikarenakan

penambahan arang pada media tanam di minggu pertama belum mencukupi

kebutuhan unsur hara pada sengon. Peningkatan parameter pertumbuhan tanaman

disebabkan oleh peranan arang dalam membantu dalam penyediaan hara. Hasil

dari analisis Balai Penelitian tanah, arang memiliki kandungan C-organik sebesar

5,40% dan kandungan C/N sebesar 60. Kedua unsur ini membantu dalam

perombakan bahan organik dan sangat penting bagi mikroorganisme dalam tanah

untuk menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.

Parameter berat kering total (BKT) merupakan indikator untuk mengetahui

baik tidaknya pertumbuhan semai sengon serta dapat menggambarkan efisiensi

proses fisiologis pada tanaman. Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa penambahan

Page 53: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

38

arang 10% menunjukkan berat kering total meningkat 0,43 gram dari kontrol atau

persentase berat kering total semai sengon mengalami peningkatan sebesar

204,76% dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan penambahan arang 20%

menghasilkan peningkatan berat kering total sebesar 0,03 gram atau peningkatan

persentase pertumbuhan sebesar 14,28% dibandingkan kontrol. Pada penambahan

arang 30% nilai berat kering total semai sengon lebih kecil 0,03 gram

dibandingkan dengan kontrol atau menurun sebesar 14,28%.

Nilai berat kering total semai sengon menunjukkan kemampuan semai

sengon untuk menyerap unsur hara yang tersedia dalam media tersebut. BKT

dapat secara langsung ditentukan oleh besarnya petumbuhan. Bila semai sengon

tumbuh dengan baik maka akan diperoleh nilai BKT yang besar, artinya semai

sengon mampu menyerap unsur hara yang terdapat dalam media tanam.

Kemudian melalui proses metabolisme diubah dan disusun menjadi sel-sel baru

(daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah dan akar). Arang yang kaya dengan

berbagai unsur hara dan mineral memasok kebutuhan hara yang diserap tanaman

melalui perakaran dan selanjutnya disalurkan ke seluruh bagian tanaman untuk

proses fotosintesis. Hasil fotosintesis digunakan tanaman untuk menunjang

berbagai aktivitas hidup tanaman seperti proses respirasi, pembentukan sel dan

jaringan yang baru. Unsur yang berguna sebagai bahan mentah untuk

pembentukan protein membantu asimilasi dan pernafasan adalah unsur fosfor.

Fosfor juga sangat berperan penting dalam menyalurkan energi dalam sel dan

dapat meningkatkan efisiensi kerja kloroplas (Hakim et al. 1986). Dengan

ketersediaan unsur hara yang cukup, fotosintesis akan berlangsung dengan lancar

dan pertumbuhan akan meningkat dengan cepat sehingga sel jaringan tanaman

akan semakin banyak. Dengan kandungan fosfor yang tinggi pada tanaman akan

meningkatkan laju fotosintesis dan merangsang pembentukan daun baru yang

akan ikut meningkatkan berat kering total tanaman dan rasio pucuk akar

Kekokohan semai merupakan nilai yang menunjukkan kemampuan

tanaman untuk beradaptasi dengan lingkungan. Ukuran kekokohan semai yang

baik adalah yang seimbang antara perkembangan tinggi dengan perkembangan

diameter semai sengon. Adanya variasi pertumbuhan tinggi menyebabkan variasi

pada nilai kekokohan semai, dimana rata-rata kekokohan semai tertinggi pada

Page 54: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

39

media tanam kontrol yaitu sebesar 12,24. Pada penambahan arang 10% memiliki

nilai kekokohan semai sebesar 10,11 dan penambahan arang 20% kekokohan

semai sebesar 8,11. Nilai kekokohan semai sengon pada media tanam dengan

penambahan arang 30% yaitu sebesar 4,9. Kekokohan bibit akan ditentukan oleh

besaran dan variasi dari tinggi dan diameter bibit. Nilai kekokohan semai yang

baik (ideal) untuk siap dipindahkan ke lapangan adalah mendekati nilai 2-5

(Hendromono 2003). Nilai kekokohan semai yang bernilai diatas rata-rata ideal

karena pertumbuhan tinggi semai tidak seimbang dengan diameternya. Pada

penambahan arang 30% berarti bahwa nilai parameter kekokohan semai tersebut

sudah memenuhi persyaratan siap tanam serta memiliki daya tahan hidup yang

tinggi di lapangan. Semai sengon yang memiliki nilai kekokohan semai lebih kecil

akan lebih tahan dari gangguan angin jika ditanam di lapangan, sedangkan semai

sengon dengan nilai kekokohan semai yang lebih besar jika ditanam di lapangan

akan mudah rebah karena tidak tahan terhadap gangguan angin. Semakin kecil

nilai kekokohan semai maka semai tersebut akan makin mudah dalam hal

beradaptasi dengan lingkungan dan lebih tahan terhadap gangguan angin.

Rasio pucuk akar (RPA) merupakan perbandingan antara berat kering

pucuk dengan berat kering akar tanaman. Selain itu juga merupakan faktor yang

penting dalam pertumbuhan tanaman yang mencerminkan perbandingan antara

kemampuan tanaman dalam menyerap air dan mineral dengan proses transpirasi

dan luasan fotosintesis dari tanaman (Sitompul dan Guritno 1995). Dari

penelitian ini, perlakuan penambahan arang tidak memberikan pengaruh yang

nyata terhadap parameter rasio pucuk akar. Pada penambahan arang 30%

memberikan nilai rasio pucuk akar (RPA) paling besar yaitu 6,23 sedangkan nilai

RPA yang paling kecil pada penambahan arang 20% dalam media tanam yang

bernilai 3,96. Rasio pucuk akar pada media kontrol memiliki nilai sebesar 4,92,

sedangkan pada campuran tanah dan arang 10% rasio pucuk akar bernilai sebesar

4,83.

Pertumbuhan tanaman yang normal ditunjukkan dengan perkembangan

pucuk dan akar yang seimbang. Menurut Ramadani (2007) menyebutkan bahwa

tanaman dikatakan baik jika interval rasio pucuk akar bernilai antara 1-3, dengan

nilai terbaik adalah yang mendekati angka terendah. Rasio pucuk akar yang tinggi

Page 55: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

40

dengan produksi biomassa total yang besar secara tidak langsung menunjukkan

bahwa akar yang relatif sedikit, cukup untuk mendukung pertumbuhan tanam

yang relatif besar dalam menyediakan air dan unsur hara. Tanaman yang

kekurangan air dan serapan unsur hara yang rendah akan menghasilkan rasio

pucuk akar yang rendah. Terjadinya hambatan media pertumbuhan tanaman akan

diikuti oleh penurunan rasio pucuk akar (Hairiah et al. 2004). Pertumbuhan

tanaman tergantung pada aktivitas sistem fotosintesis, oleh karena itu tidak dapat

dihindarkan lagi bahwa pertumbuhan mengalami tekanan seleksi yang intensif

baik pada kemampuan untuk menghasilkan bagian-bagian dimana fotosintesis

terjadi maupun kemampuan agar fotosintesis berjalan lebih efisien (Soerianegara

1990).

Penyerapan hara oleh tanaman dipengaruhi oleh jumlah dan ketersediaan

hara dalam tanah. Menurut kebutuhan tanaman, unsur-unsur hara penting dapat

digolongkan menjadi : unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro

dibutuhkan dalam jumlah relatif lebih banyak yaitu : Carbon, Hidrogen (H),

Oxigen(O), Nitrogen (N), Phosporus (P), Pottasium (K), Sulfat (S), Magesium

(Mg) dan Calcium (Ca). Unsur-unsur penting yang dibutuhkan tanaman tersebut

diatas berasal dari sumber yang berbeda-beda. Unsur-unsur hara C, H dan O

berasal dari atmosfir atau air, sedang unsur-unsur hara lainnya berasal dari

mineral tanah. Unsur hara N, P dan K merupakan unsur yang sangat penting

dalam pertumbuhan dan perkembangan semai sengon terutama untuk fotosintesis

serta tergolong unsur hara makro karena diperlukan dalam jumlah yang besar oleh

tanaman.

Kandungan unsur hara dalam arang terbilang lengkap (mengandung unsur

hara makro dan mikro), meskipun nilainya masih tergolong kecil. Hasil analisis

arang mempunyai kandungan nitrogen (N) sebesar 0,09%, unsur fosfor (P)

sebesar 4mg/100gram, unsur kalium (K) sebesar 62 mg/100gram. Kandungan hara

yang nilai kecil ini menyebabkan pertumbuhan tinggi dan diameter semai sengon

pada minggu pertama setelah tanam sampai dengan minggu ke-8 tidak

berkembang dengan baik. Keadaan ini dapat diatasi dengan melakukan

penambahan pupuk NPK. Maka unsur hara yang belum terpenuhi dengan

penambahan arang dapat dibantu dengan penambahan pupuk NPK. Unsur hara

Page 56: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

41

yang terkandung di dalam pupuk NPK lebih cepat tersedia bagi tanaman. Ketika

pupuk tersebut diaplikasikan ke dalam tanaman maka akan langsung dapat

dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Semai sengon mengalami

pertumbuhan yang cepat setelah penambahan pupuk NPK pada minggu ke-9.

Pupuk NPK mampu mensuplai N dalam bentuk organik seperti protein,

asam amino, gula amino, N tak terlarut asam, N tak diketahui yang terhidrolisis

dan N organik yang terimobilisasi dalam organisme tanah yang dapat menjadi N

tersedia (NH4+

dan NO3-

) melalui proses mineralisasi (aminisasi, amonifikasi dan

nitrifikasi) dalam bentuk terlarut. Penambahan N dari pupuk NPK menyebabkan

meningkatnya aktivitas mikroorganisme sehingga mempercepat proses

dekomposisi bahan organik tanah. Hal itu disebabkan karena penambahan pupuk

dapat meningkatkan kandungan N total tanah dalam berbagai bentuk anorganik

seperti NH4+

atau NH3 atau NO3-

, sehingga dengan meningkatnya kandungan N

total tersebut akan menurunkan rasio C/N tanah. Penambahan NPK digunakan

juga untuk menurunkan C/N yang tinggi karena NPK menyebabkan terjadinya

proses dekomposisi bahan organik oleh jasad renik. Dalam proses dekomposisi

bahan organik akan dirombak menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana.

Senyawa karbon kompeks akan dirombak menjadi senyawa yang sederhana

sampai akhirnya senyawa tersebut tidak dapat didekomposisikan lagi. Hasilnya

menyebabkan kandungan C-organik menurun sedangkan kandungan N dan unsur

hara lainnya meningkat. Berdasarkan rumus C/N, jika N meningkat maka rasio

tersebut akan menurun.

Pada umumnya arang tidak hanya mengandung karbon saja, pada Tabel 12

dapat diketahui bahwa arang memiliki pH (H2O) 8,3 nilai ini menggambarkan

sifat arang adalah basa. Hal ini juga berkaitan dengan salah satu sifat tanah

podsolik merah kuning yang memiliki keasaman yang tinggi (asam-sangat asam).

Keasaman tanah yang rendah disebabkan oleh kekurangan basa-basa yang

dipertukarkan. Penambahan kation-kation tertentu dalam jumlah yang cukup dapat

menaikkan pH. Kenaikan pH disebabkan oleh pelepasan basa-basa yang

dikandung oleh bahan organik. Selain itu kenaikan pH mungkin disebabkan

pengaruh pertukaran anion oleh anion-anion organik yang dihasilkan selama

proses dekomposisi (Winarso 1996). Kation-kation basa hasil dekomposisi bahan

Page 57: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

42

organik yang dilepaskan ke dalam tanah dapat mengakibatkan tanah jenuh dengan

kation basa dan hal ini akan mempengaruhi pH tanah. Keberadaan kation-kation

basa dapat meningkatkan konsentrasi OH- dan pada gilirannya akan meningkatkan

pH tanah. Selain pH arang yang tinggi untuk meningkatkan pH tanah, kation-

kation yang paling sesuai untuk mengurangi keasaman tanah tersebut adalah Ca

dan Mg. Kandungan Ca dan Mg dalam arang yang bernilai sebesar 4,18 Cmol/kg

dan 0,59 Cmol/kg tergolong sangat tinggi sehingga sudah dapat digunakan untuk

menetralkan keasaman tanah. Magnesium (Mg) merupakan komponen mineral

penyusun klorofil yang dibutuhkan oleh tanaman untuk kegiatan enzim-enzim

yang berhubungan dengan metabolisme karbohidrat, terutama dalam siklus asam

sitrat yang memiliki peranan penting dalam respirasi sel. Tanpa magnesium,

tanaman tidak dapat menggunakan cahaya untuk membuat makanan. Jumlah

kation demikian menentukan presentase kejenuhan basa dalam arang yang lebih

dari 100% sehingga secara tidak langsung menentukan kepekatan ion H+ arang

yang ditambahkan di dalam tanah.

Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan kapasitas arang untuk menjerap

dan mempertahankan kation. Jerapan dan pertukaran kation memegang peranan

praktis yang sangat penting dalam penyerapan hara oleh tanaman, kesuburan

tanah, retensi hara, dan pemupukan. Kation yang terjerap umumnya tersedia bagi

tanaman melalui pertukaran dengan ion H+

yang dihasilkan oleh respirasi akar

tanaman. Hara yang ditambahkan ke dalam tanah akan ditahan oleh permukaan

koloid sehingga untuk sementara terhindar dari pencucian. Nilai KTK arang 4,32

Cmol/kg sudah tergolong sangat tinggi dan akan dapat membantu pengikatan

kation di dalam tanah. KTK menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-

unsur hara, karena unsur-unsur hara terdapat dalam kompleks jerapan koloid

sehingga tidak mudah tercuci.

Walaupun pada dasarnya penambahan arang mampu menambah

kandungan unsur hara dalam media tanam, namun penambahan arang yang terlalu

berlebihan akan menyebabkan penurunan pertumbuhan semai sengon. Oleh

karena itu pertumbuhan semai sengon yang rendah pada media tanam dengan

penambahan arang lebih dari 20% kemungkinan besar disebabkan oleh unsur hara

yang terkandung dalam arang terlalu tinggi. Dari nilai pH yang tinggi arang akan

Page 58: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

43

menyebabkan pH media tanam juga ikut meningkat sehingga sifatnya menjadi

alkalis. Nilai pH yang tinggi akan mempengaruhi ketersediaan unsure hara bagi

semai sengon. Kondisi pH yang tinggi (alkalis) menyebabkan kandungan unsur

hara seperti kandungan Ca pada media tanam cukup tinggi, sehingga unsur P yang

tersedia bagi tanaman akan terikat oleh unsur Ca dalam bentuk kalsium-fosfat.

Selain itu juga menyebabkan menurunnya kandungan unsur P yang berperan

dalam perkembangan sel dan kandungan unsur Mg menjadi terbatas. Menurut

Hakim et al. (1986) pada tanah basa banyak dijumpai ion Ca bebas dari bentuk

kalsium-fosfat yang mengendapkan fosfat (P). Pengikatan unsur P oleh unsur Ca

akan menyebabkan terhambatnya proses perkembangan sel tanaman karena

kebutuhan P untuk proses tersebut tidak mencukupi sehingga pertumbuhan

tanaman tidak optimum.

Selain menyebabkan unsur P yang terbatas, kondisi media tanam yang

alkalis juga mempengaruhi ketersediaan kalsium yang berfungsi dalam

mekanisme pembukaan stomata serta sebagai katalisator. Pada media tanam yang

bersifat terlalu basa akan menyebabkan penurunan ketersediaan unsur Ca, kondisi

ini mengakibatkan tanaman tidak dapat menjalankan kegiatan fotosintesis secara

optimum dan kurang mampu memanfaatkan nitrogen yang ada pada media tanam.

Meskipun N yang tersedia cukup banyak tetapi tidak sepenuhnya dapat

dimanfaatkan oleh tanaman untk meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman dan

merangsang tumbuh anakan. Pada akhirnya kondisi yang dimiliki oleh media

tanam akan menghambat pertumbuhan tanaman. Penurunan pertumbuhan semai

sengon juga disebabkan oleh faktor media tanam yang mengalami proses

dekomposisi yang belum sempurna.

Pertumbuhan tanaman juga dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor

antara lain sinar matahari, suhu, udara, air dan unsur hara yang terkandung dalam

tanah. Tanah merupakan perantara penyediaan faktor-faktor tersebut kecuali sinar

matahari. Menurut Sitompul dan Guritno (1995) pertumbuhan tanaman yang baik

dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan yang

mempengaruhi tanaman diantaranya adalah ketersediaan air, unsur hara, iklim dan

adanya hama dan penyakit. Dengan pemberian air setiap hari yaitu dengan

penyiraman yang dilakukan pagi dan sore terlihat sekali vigor tanaman tegak dan

Page 59: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

44

tidak mudah rusak serta tanaman tidak menjadi layu. Hal ini merupakan salah satu

fungsi air yaitu sebagai pengatur suhu bagi semai sengon, karena air mempunyai

kemampuan menyerap panas dengan baik. Tanaman membutuhkan air yang

cukup selama pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan tanaman akan air

untuk perkembangannya sangat bergantung pada banyak faktor diantaranya

adalah: (1) tipe dan fase pertumbuhan, (2) tanah dengan kandungan airnya yang

berbeda-beda dan (3) cuaca. Penyerapan air akan mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan serta hasil tanaman karena terjadi perubahan pada anatomi,

morfologi, fisiologi dan biokimia tanaman yang pada akhirnya akan

mempengaruhi produktivitas tanaman. Tanah atau media tanam merupakan

pemasok hara dan air yang diperlukan semai sengon sebagai tempat hidup

komponen biotik, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan.

Mengingat penelitian ini dilakukan di laboratorium rumah kaca yang

setiap siang hari suhu tidak selalu fluktuatif maka pemberian air setiap hari akan

membantu menstabilkan suhu tanah dan tanaman. Hama dan penyakit yang

menyerang semai sengon di rumah kaca juga beragam seperti kutu yang

menyebabkan daun menguning dan lama kelamaan menjadi rontok.

Pemberantasan hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida pada semai

sengon. Keberhasilan pertumbuhan tanaman di lapangan dipengaruhi oleh banyak

faktor, diantaranya adalah kemampuan adaptif tanaman itu sendiri terhadap

kondisi lingkungan dan kualitas tanah sebagai media tumbuh tanaman.

Kemampuan adaptif tanaman terhadap lingkungan tempat tumbuh bersifat

spesifik. Mekanisme adaptasi ini berlainan untuk setiap jenis tanaman,

menyesuaikan dengan kondisi lingkungan tempat tumbuhnya.

Page 60: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

45

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Potensi arang yang dapat dihasilkan dari limbah kayu pada areal penebangan

adalah 24,14 ton/Ha dengan rata-rata rendemen sebesar 26,50%. Potensi

arang tersebut dapat dimanfaatkan sebagai campuran media tanam dengan

komposisi arang 30% untuk membangun persemaian seluas 0,16 ha.

2. Penambahan arang sebagai campuran media tanam dapat meningkatkan

pertumbuhan semai sengon secara nyata. Penambahan arang 10% ke dalam

media tanam meningkatkan pertambahan tinggi semai sengon sebesar 37,15%

dan meningkatkan nilai berat kering total sebesar 204,76%. Penambahan

arang sebesar 30% ke dalam media tanam meningkatkan diameter semai

sengon sebesar 81,66%.

3. Penambahan arang 30% pada media tanam merupakan komposisi campuran

media tanam yang cocok digunakan di persemaian karena memiliki nilai

kekokohan semai yang paling baik yaitu sebesar 4,90.

6.2 Saran

1. Perlu perbaikan alat dan metode pembuatan arang di lapangan agar diperoleh

arang yang memiliki nilai rendemen tinggi dan arang berkualitas lebih baik

untuk campuran media tanam.

2. Perlu penelitian lanjutan untuk tingkat keberhasilan penambahan arang di

lapangan selain campuran tanah dan arang dengan komposisi 0%, 10%, 20%,

dan 30% terutama pada jenis-jenis endemik.

3. Agar hasil penelitian ini dapat diimplementasikan dalam skala lapangan maka

perlu dilakukan uji coba pengaruh penambahan arang kayu sebagai salah satu

campuran untuk media tanam.

Page 61: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

46

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad AG. 2006. Pengaruh arang kayu dan cendawan endomikhoriza terhadap

proses biogeokimia dan distribusi biomassa karbon pada semai manglit

[tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Budiaman A. 2000. Kuantifikasi kayu bulat kecil limbah pemanenan pada

pengusahaan hutan alam. Jurnal Teknologi Hasil Hutan. Fakultas

Kehutanan IPB.

Budiaman A. 2001. Waktu kerja & produktifitas penebangan kayu penuh (whole

tree) pada pengusahaan hutan alam. Jurnal Teknologi Hasil Hutan. Fakultas

Kehutanan IPB.

Brown S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest.

Forestry Paper No. 134. FAO, USA

Darmawijaya MI. 1997. Klasifikasi Tanah Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan

Pelaksana Pertanian di Indonesia. Gadjah Mada University Press.

Jogjakarta.

Direktorat Pengolahan Hasil Hutan, Departemen Kehutanan. 1989. Pemanfaatan

Limbah Kayu. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Djatmiko B, Ketaren S dan Setyahartini S. 1985. Pengolahan Arang dan

Kegunaannya. Agroindutri Press, Jurusan Teknologi Industri Pertanian,

FATETA-IPB Bogor.

Elias. 1999. Reduced Impact Timber Harvesting in The Indonesian Selective

Cutting and Planting System. Penerbit IPB Press. Bogor.

Gardner FD, Pearce RB, Michell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI-

Press. Jakarta.

Glaser B, Lehmann J and Zech W. 2002. Ameliorating physical and chemical

properties of highly weathered soils in the tropics with charcoal–a review.

Biol Fertil Soils 35:219–230. Springer–Verlag. Germany.

Gunawan LW. 1987. Teknik Kultur Jaringan. PAU Bioteknologi IPB. Bogor.

Gusmailina, Pari G, Komarayati S. 1999. Teknologi Penggunaan Arang dan

Arang Aktif sebagai Soil Conditioning pada Tanaman Kehutanan. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Bogor.

Gusmalina, Pari G, Komarayati S. 2002. Pembuatan Arang dan Arang Kompos.

Bahan temu lapang peningkatan kualitas kayu dari hutan rakyat, Juli 2002

di Ciamis) Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan.

Bogor.

Gusmalina. 2009. Arang Kompos Bioaktif Inovasi Teknologi untuk Menunjang

Pembangunan Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Hasil Hutan. Bogor.

Page 62: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

47

Hairiah K, Sugiarto C, Utami SR, Purnomosidhi P dan Roshetko JM. 2004.

Diagnosis faktor penghambat pertumbuhan akar sengon (Paraserianthes

falcataria L. Nielsen) pada Ultisol di Lampung Utara. Agrivita 26. (1)P. 89-

97.

Hakim N, Nyakpa MY, Lubis AM, Nugroho SG, Diha MA, Hong GB dan Bailey

HH. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung

Haryanto dan Idawati. 1990. Pengaruh pemberian jerami pada serapan N dan

pertumbuhan padi. Majalah Batan Vol. XXIII : 32-41.

Haygreen JG, dkk. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Semua Pengantar. Sutjipto

A, Hadikusumo, penerjemah; Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Hendromono. 2003. Kriteria peniliaian mutu bibit dalam wadah yang siap tanam

untuk rehabilitasi hutan dan lahan. Buletin Penelitian dan Pengembangan

Kehutanan (4) (1) : 11-20. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta.

Iskandar H dan Santosa KD. 2005. Panduan Singkat Cara Pembuatan Arang

Kayu Alternatif Pemanfaatan Limbah Kayu oleh Masyarakat. Center for

International Forestry Research. Bogor.

Komarayati S dan Gusmailina. 1994. Pembuatan arang dan briket arang dari kayu

Manis Cinnamomum Burmanii Ness.ex. BL dan kayu Sukun Artocarpus

Altilis Parkinson. Jurnal Hasil Penelitian Hasil Hutan Vol 12 no 6 (1994)

PP.225-228. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi

Alam, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

Komarayati S, Dadang S dan Mahpudin. 2004. Beberapa sifat dan pemanfaatan

arang dari serasah dan kulit kayu pinus. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol.

22(1) 2004: 17-22. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil

Hutan. Bogor.

Marsono SP. 2001. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Matangaran JR, Togar LT, Tjetjep UK, Yovi EY. 2000. Studi Pemanfaatan

Limbah Pembalakan untuk Bahan Baku Industri Dalam Rangka

Pengembangan dan Pemasaran Hasil Hutan. Laporan Akhir Direktorat

Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Bekerja Sama dengan Fakultas

Kehutanan IPB. Bogor.

Mulyadi D dan Soepraptohadjo M. 1975. Masalah data luas dan penyebaran

tanah-tanah kritis. Lembaga Penelitian Tanah. Bogor.

Notohadiprawiro. 1983. Pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap pertumbuhan

kedelai pada tanah podsolik merah kuning [tesis]. Program Pascasarjana.

Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Nurhayati C dan Hartoyo. 1976. Pengaruh berat jenis kayu daun lebar terhadap

sifat arang. Laporan Penelitian Hasil Hutan No.72. Bogor.

Rachim DA dan Darmawan. 1991. Pengaruh Pengeringan Contoh Tanah

Terhadap Beberapa Sifat Fisik Dan Kimia Penciri Klasifikasi Sistem

Page 63: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

48

Taksonomi Tanah Pada Latosol dan Podsolik Merah Kuning. Fakultas

Pertanian IPB. Bogor.

Rachman S. 1993. Masalah Identifikasi Sifat Andik dan Klasifikasi Tanah Andisol

Abu Vulkanik Pasiran Menurut Soil Taxonomy 1992. Fakultas Pertanian

Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Ramadani H. 2007. Formulasi inokulum fungi mikoriza arbuskula (FMA) dan

vermikompos dalam meningkatkan kualitas semai Jati Muna Tectona

grandis Linn f [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Salisbury F, Ross CW. 2001. Plant Physiologi vol 1, 2 and 3. Institut Teknologi

Bandung. Bandung.

Sari MR. 2009. Identifikasi dan pengukuran potensi limbah pemanenan kayu

(studi kasus PT. Austral Byna, Provinsi Kalimantan Tengah). [skripsi].

Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Setyorini D, Nurjaya MP, Widowati LR, Kasno A. 2009. Perangkat Uji Tanah

Kering. Balai Penelitian Tanah, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Sumber Keragaman Daya Lahan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor.

Siregar CA. 2007. Effect of charcoal application in the early growth stage of

Acacia mangium and Michelia montana. Journal of Forestry Research

2007;Vol.4 No.119-30. Ministry of Forestry, Forestry Research And

Development Agency. Jakarta.

Sitompul dan Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soepraptohardjo M. 1976. Jenis Tanah di Indonesia, seri 3 C Klasifikasi Tanah.

training Pemetaan Tanah 1976-1977. Lembaga Penelitian Tanah Bogor.

Bogor.

Soepraptohardjo M. 1979. Klasifikasi Tanah. Lembaga Penelitian Tanah Bogor.

Bogor.

Soerianegara I. 1990. Pemanfaatan hutan mangroves secara rasional untuk

berbagai tujuan. Dalam Potensi Sumberdaya Perikanan Pantai Sulawesi

Tenggara. Prosiding Temu Karya. Balai Penelitian Budidaya Pantai

Balitbang Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta.

Soewito. 1980. Limbah Eksploitasi Hutan pada Areal Bekas Tebangan.

Proceeding Seminar Eksploitasi Hutan. Lembaga Penelitian Hasil Hutan.

Bogor.

Suparto RS. 1979. Eksploitasi Hutan Modern. Fakultas Kehutanan. Institut

Peranian Bogor. Bogor.

Syachri N dan Hartoyo. 1976. Pengaruh Berat Jenis Kayu Daun Lebar terhadap

Sifat Arang. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor.

Tanaka. 1963. Fundamental study on wood carbonization. Bull. Exp. Forest of

Hokkaido University.

Page 64: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

49

Tan HK. 1993. Principles of Soil Chemistry. Marcel Dekker Inc. New York.

362P.

Tisdale SL, Nelson and Beaton JD. 1990. Soil Fertility and Fertilizers. 4th

Edition.

Macmillan Pub. Co. New York.

Winarso S. 1996. Pengaruh penambahan bahan organik terhadap pengkelatan

aluminium oleh senyawa-senyawa humik pada Typic Haplohumult [tesis].

Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Page 65: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

50

LAMPIRAN

Page 66: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

51

Lampiran 1 Volume arang yang dihasilkan dari limbah kayu Meranti pada proses

pembakaran dengan tungku drum seng

Ulangan

Limbah batang, cabang, ranting

Berat kering arang (kg) Rendemen Berat basah

(kg)

Berat kering

(kg) Kadar air (%)

1 81,0 80,0 1,3 15,0 0,19

2 75,0 74,0 1,4 11,5 0,16

3 90,0 89,5 0,6 15,5 0,17

4 89,0 88,5 0,6 12,0 0,14

5 95,0 94,5 0,5 7,0 0,07

6 65,5 65,0 0,8 7,0 0,11

7 53,0 52,0 1,9 21,0 0,40

8 50,0 50,0 0,0 10,0 0,20

9 45,0 45,0 0,0 20,0 0,44

10 42,0 42,0 0,0 15,0 0,36

11 45,0 45,0 0,0 13,0 0,29

12 45,0 45,0 0,0 12,0 0,27

13 45,0 45,0 0,0 15,0 0,33

14 45,0 45,0 0,0 11,0 0,24

15 45,0 45,0 0,0 11,0 0,24

16 40,0 40,0 0,0 12,0 0,30

17 40,0 40,0 0,0 12,5 0,31

18 40,0 40,0 0,0 18,0 0,45

19 45,0 45,0 0,0 10,5 0,26

20 43,0 43,0 0,0 11,0 0,26

21 45,0 45,0 0,0 18,0 0,40

22 50,0 50,0 0,0 12,0 0,24

23 50,0 50,0 0,0 17,5 0,35

24 45,0 45,0 0,0 8,0 0,18

25 50,0 50,0 0,0 20,5 0,41

26 45,0 45,0 0,0 11,0 0,24

27 50,0 50 ,0 0,0 9,0 0,18

28 50,0 50,0 0,0 10,0 0,20

29 45,0 45,0 0,0 12,0 0,27

30 101,0 100,0 1,0 29,0 0,29

Jumlah 1649,5 1643,5 - 407,0 -

Rata-rata 0,27

Nilai tertinggi 0,45

Nilai terendah 0,07

Standar Deviasi 0,10

Page 67: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

52

Lampiran 2 Data hasil pengukuran tinggi semai Sengon (cm) dari umur 0 minggu sampai dengan umur 14 minggu

No Perlakuan Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 M0A0 5,3 5,5 5,7 6,0 6,3 6,6 7,0 7,3 7,5 7,8 8,2 9,0 11,5 11,7

2 M0A0 5,7 6,0 6,2 6,3 6,3 6,4 6,4 6,5 6,7 7,2 7,6 9,1 10,2 10,4

3 M0A0 5,5 5,6 5,8 6,0 6,2 6,3 6,4 6,4 6,6 6,8 7,0 8,2 11,0 11,2

4 M0A0 4,3 4,5 4,7 4,8 4,8 4,9 4,9 5,1 5,2 5,5 5,7 5,8 6,0 6,2

5 M0A0 5,5 5,6 5,7 5,9 6,4 6,5 6,6 6,6 6,7 7,0 7,5 8,0 8,5 8,7

6 M0A0 6,0 6,2 6,3 6,5 6,6 6,8 6,9 6,9 7,3 7,6 7,9 9,0 9,5 9,7

7 M0A0 5,5 5,7 5,8 5,9 6,0 6,2 6,3 6,3 6,8 7,2 7,5 8,1 9,5 9,6

8 M0A0 5,0 5,2 5,3 5,5 5,8 5,9 6,0 6,1 6,2 6,7 8,0 8,8 9,3 10,2

9 M0A0 6,5 6,7 6,8 6,9 7,2 7,3 7,5 7,6 7,8 8,2 8,5 9,8 12,0 12,7

10 M0A0 6,0 6,0 6,1 6,3 6,5 6,7 6,8 6,9 7,0 7,5 7,8 8,0 11,0 11,2

11 M0A10 5,5 5,7 5,9 6,3 6,5 6,7 6,8 6,9 7,2 7,5 8,2 8,5 11,2 11,8

12 M0A10 6,4 6,5 6,6 6,8 6,9 7,1 7,2 7,3 7,5 7,8 8,0 8,5 11,3 11,8

13 M0A10 5,8 5,9 6,0 6,2 6,4 6,6 6,8 7,0 7,3 7,5 7,7 8,0 11,2 11,9

14 M0A10 5,1 5,2 5,3 5,4 5,5 5,7 5,8 5,9 6,0 6,2 6,5 6,8 8,5 9,5

15 M0A10 5,9 6,0 6,2 6,3 6,4 6,5 6,7 6,8 7,0 7,3 7,5 8,0 9,8 10,5

16 M0A10 5,5 5,7 5,8 5,9 6,1 6,2 6,3 6,5 7,1 7,7 8,5 9,0 10,0 10,7

17 M0A10 5,0 5,1 5,3 5,5 5,8 6,0 6,1 6,2 6,4 6,9 8,9 9,5 12,0 12,7

18 M0A10 5,1 5,2 5,3 5,5 5,7 5,9 6,0 6,2 6,4 6,9 7,3 8,5 11,2 11,6

19 M0A10 6,5 6,7 6,8 6,9 7,3 7,5 7,7 7,8 7,9 8,5 9,2 10,2 11,8 12,6

52

Page 68: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

53

Lampiran 2 (Lanjutan)

No Perlakuan

Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

20 M0A10 6,0 6,2 6,4 6,5 7,0 7,2 7,3 7,4 7,5 8,0 9,0 11,5 16,0 17,2

21 M0A20 5,5 5,5 5,6 5,7 5,8 5,9 6,0 6,3 6,5 6,7 7,7 8,2 8,8 9,0

22 M0A20 6,0 6,2 6,3 6,4 6,5 6,7 6,8 6,9 7,1 7,6 8,0 9,2 9,5 9,7

23 M0A20 6,0 6,1 6,2 6,3 6,5 6,6 6,7 6,8 7,0 7,3 8,4 8,5 8,8 9,0

24 M0A20 6,0 6,1 6,2 6,3 6,4 6,5 6,6 6,7 6,9 7,0 8,2 8,5 9,0 9,1

25 M0A20 5,0 5,1 5,2 5,3 5,4 5,6 5,8 5,9 6,0 6,5 6,9 7,0 7,5 7,7

26 M0A20 5,5 5,5 5,6 5,6 5,7 5,7 5,7 5,8 5,9 6,4 6,8 7,4 7,8 7,9

27 M0A20 5,7 5,7 5,9 5,9 6,0 6,1 6,3 6,4 6,6 6,8 7,4 8,0 8,3 8,4

28 M0A20 3,5 3,7 3,8 3,8 3,9 3,9 4,9 5,1 5,2 5,5 6,3 8,0 8,3 8,5

29 M0A20 5,4 5,5 5,6 5,7 5,7 5,8 5,9 6,0 6,2 6,5 6,9 7,2 7,5 7,7

30 M0A20 3,3 3,5 3,5 3,6 3,7 3,8 3,8 3,9 4,0 4,3 4,8 5,2 5,5 5,7

31 M0A30 5,5 5,6 5,7 5,8 5,9 6,1 6,3 6,5 6,8 7,0 7,5 8,4 8,5 8,6

32 M0A30 5,5 5,6 5,7 5,8 5,9 6,1 6,2 6,3 6,5 6,8 7,0 7,5 7,7 7,7

33 M0A30 5,0 5,1 5,2 5,2 5,3 5,4 5,5 5,5 5,6 5,7 5,8 5,9 6,0 6,0

34 M0A30 4,5 4,5 4,6 4,7 4,8 4,8 4,8 4,9 5,0 5,1 5,5 6,5 6,6 6,6

35 M0A30 3,5 3,6 3,7 3,8 3,9 4,0 4,2 4,3 4,5 4,7 5,0 5,5 5,7 5,7

36 M0A30 3,5 3,6 3,7 3,8 3,9 4,1 4,2 4,3 4,5 4,7 5,3 5,3 5,5 5,6

37 M0A30 4,5 4,5 4,6 4,7 4,8 4,9 5,0 5,1 5,3 5,4 5,7 6,0 6,2 6,3

38 M0A30 4,7 4,8 4,8 4,9 5,0 5,2 5,3 5,4 5,6 5,8 5,9 6,0 6,1 6,2

39 M0A30 4,5 4,7 4,8 4,9 5,0 5,1 5,1 5,2 5,4 5,4 5,5 5,8 5,9 6,0

40 M0A30 3,6 3,7 3,8 3,9 4,0 4,2 4,3 4,4 4,7 4,9 5,2 5,2 5,3 5,5

53

Page 69: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

54

Lampiran 3 Rata-rata pertambahan tinggi (cm) semai Sengon per minggu

No Perlakuan

Minggu ke-

Rata-rata 1-2 2-3 3-4 4-5 5-6 6-7 7-8 8-9 9-10 10-11 11-12 12-13 13-14

1 M0A0 0,2 0,1 0,2 0,2 0,2 0,1 0,1 0,2 0,4 0,4 0,8 1,5 0,31 0,36

2 M0A10 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,1 0,1 0,2 0,4 0,6 0,5 2,3 0,73 0,45

3 M0A20 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,1 0,2 0,3 0,7 0,6 0,4 0,17 0,24

4 M0A30 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3 0,4 0,1 0,07 0,16

54

Page 70: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

55

Lampiran 4 Hasil uji parameter tinggi dengan pengolahan SAS (Statistical

Analysis Sistem)

The SAS System

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

perlakuan 4 M0A0 M0A10 M0A20 M0A30

Number of Observations Read 40

Number of Observations Used 40

Source DF Sum of Squares Mean

Square

F Value Pr > F

Model 3 110.0940000 36.6980000 21.47 <.0001

Error 36 61.5260000 1.7090556

Corrected Total 39 171.6200000

The SAS System

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for respon

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 36

Error Mean Square 1.709056

Means with the same letter

are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A 6.3500 10 M0A10

B 4.6300 10 M0A0

C 3.0800 10 M0A20

C 1.9400 10 M0A30

Page 71: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

56

Lampiran 5 Data hasil pengukuran diameter semai Sengon (mm) umur 4 minggu,

8 minggu 10 minggu, 12 minggu, dan 14 minggu.

No Perlakuan Minggu ke-

4 8 10 12 14

1 M0A0 0,3 0,4 0,5 0,7 0,7

2 M0A0 0,2 0,4 0,6 0,7 0,7

3 M0A0 0,2 0,4 0,5 0,9 0,9

4 M0A0 0,2 0,3 0,6 0,9 0,9

5 M0A0 0,3 0,3 0,5 0,8 0,8

6 M0A0 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7

7 M0A0 0,3 0,6 0,6 0,7 0,7

8 M0A0 0,2 0,4 0,5 0,9 0,9

9 M0A0 0,3 0,5 0,6 1,0 1,0

10 M0A0 0,3 0,6 0,7 1,0 1,0

11 M0A10 0,2 0,3 0,6 0,8 1,1

12 M0A10 0,2 0,2 0,6 1,1 1,4

13 M0A10 0,2 0,3 0,7 0,8 1,2

14 M0A10 0,2 0,4 0,7 0,9 1,3

15 M0A10 0,2 0,3 0,6 0,6 0,9

16 M0A10 0,3 0,5 0,9 0,9 1,2

17 M0A10 0,2 0,4 0,7 0,8 1,1

18 M0A10 0,2 0,5 0,7 0,9 1,2

19 M0A10 0,2 0,3 0,6 0,8 1,2

20 M0A10 0,2 0,4 0,7 0,9 1,3

21 M0A20 0,2 0,3 0,5 0,7 0,9

22 M0A20 0,3 0,4 0,5 0,9 1,1

23 M0A20 0,3 0,3 0,5 0,8 1,0

24 M0A20 0,3 0,5 0,7 1,2 1,3

25 M0A20 0,3 0,5 0,6 0,8 1,0

26 M0A20 0,3 0,4 0,6 0,8 1,0

27 M0A20 0,3 0,4 0,6 0,9 1,1

28 M0A20 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0

29 M0A20 0,2 0,3 0,5 0,8 1,0

30 M0A20 0,2 0,4 0,5 0,6 0,8

31 M0A30 0,2 0,3 0,6 1,3 1,4

32 M0A30 0,2 0,3 0,5 1,2 1,3

33 M0A30 0,2 0,3 0,5 1,2 1,3

34 M0A30 0,2 0,3 0,5 1,2 1,2

35 M0A30 0,2 0,3 0,5 1,1 1,2

36 M0A30 0,2 0,4 0,6 1,5 1,6

37 M0A30 0,3 0,4 0,5 1,3 1,4

Page 72: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

57

Lampiran 5 (Lanjutan)

No Perlakuan Minggu ke-

4 8 10 12 14

38 M0A30 0,3 0,3 0,5 1,1 1,2

39 M0A30 0,2 0,3 0,6 1,1 1,3

40 M0A30 0,2 0,3 0,5 1,0 1,2

Lampiran 6 Data hasil pertambahan diameter semai Sengon (mm) umur 4

minggu, 8 minggu 10 minggu, 12 minggu, dan 14 minggu.

Perlakuan Minggu ke-

4 8 10 12 14

M0A0 0,25 0,18 0,13 0,26 0,01

M0A10 0,23 0,14 0,32 0,17 0,34

M0A20 0,25 0,13 0,18 0,27 0,19

M0A30 0,22 0,10 0,21 0,67 0,11

Page 73: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

58

Lampiran 7 Hasil uji parameter diameter dengan pengolahan SAS (Statistical

Analysis System)

The SAS System

The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Source DF Sum of

Squares

Mean

Square

F

Valu

e

Pr > F

Model 3 1.45475000 0.48491667 30.15 <.0001

Error 36 0.57900000 0.01608333

Corrected

Total

39 2.03375000

R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean

0.715304 14.70378 0.126820 0.862500

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

perlakuan 3 1.45475000 0.48491667 30.15 <.0001

Duncan Grouping Mean N perlakuan

A 1.09000 10 M0A30

A 0.99000 10 M0A10

B 0.77000 10 M0A20

C 0.60000 10 M0A0

Page 74: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

59

Lampiran 8 Berat kering bagian atas (batang dan daun) dan berat kering bagian

bawah(akar) dalam gram.

Ulangan M0A0 M0A10 M0A20 M0A30

A B A B A B A B

1 0,05 0,21 0,04 0,23 0,03 0,15 0,05 0,26

2 0,03 0,15 0,04 0,42 0,04 0,15 0,04 0,23

3 0,02 0,06 0,1 0,51 0,09 0,29 0,03 0,24

4 0,03 0,18 0,12 0,52 0,05 0,25 0,04 0,2

5 0,03 0,13 0,12 0,34 0,03 0,11 0,03 0,21

6 0,03 0,24 0,15 0,45 0,04 0,24 0,01 0,12

7 0,06 0,31 0,11 0,53 0,04 0,1 0,01 0,03

8 0,02 0,09 0,08 0,34 0,05 0,15 0,01 0,11

9 0,05 0,2 0,11 0,48 0,08 0,38 0,03 0,07

10 0,04 0,2 0,38 1,29 0,03 0,08 0,01 0,03

Jumlah 0,36 1,77 1,25 5,11 0,48 1,9 0,26 1,5

Rata-rata 0,04 0,18 0,13 0,51 0,05 0,19 0,03 0,15 Keterangan: A=berat kering tanaman bagian bawah(akar), B=berat kering tanaman bagian atas

(batang dan daun)

Page 75: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

60

Lampiran 9 Berat kering total (gram)

Ulangan M0A0 M0A10 M0A20 M0A30

1 0,26 0,27 0,18 0,31

2 0,18 0,46 0,19 0,27

3 0,08 0,61 0,38 0,27

4 0,21 0,64 0,3 0,24

5 0,16 0,46 0,14 0,24

6 0,27 0,6 0,28 0,13

7 0,37 0,64 0,14 0,04

8 0,11 0,42 0,2 0,12

9 0,25 0,59 0,46 0,1

10 0,24 1,67 0,11 0,04

Jumlah 2,13 6,36 2,38 1,76

Rata-rata 0,21 0,64 0,24 0,18

Page 76: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

61

Lampiran 10 Rasio pucuk akar semai Sengon

Ulangan M0A0 M0A10 M0A20 M0A30

1 4,20 5,75 5,00 5,20

2 5,00 10,50 3,75 5,75

3 3,00 5,10 3,22 8,00

4 6,00 4,33 5,00 5,00

5 4,33 2,83 3,67 7,00

6 8,00 3,00 6,00 12,00

7 5,17 4,82 2,50 3,00

8 4,50 4,25 3,00 11,00

9 4,00 4,36 4,75 2,33

10 5,00 3,39 2,67 3,00

Jumlah 49,20 48,34 39,56 62,28

Rata-rata 4,92 4,83 3,96 6,23

Page 77: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

62

Lampiran 11 Hasil uji parameter berat kering total dengan pengolahan SAS

( Statistical Analysis System)

HASIL ANALISIS PERLAKUAN

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

perlakuan 4 M0A0 M0A10 M0A20 M0A30

Number of Observations Read 40

Number of Observations Used 40

Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 1,38692750 0,46230917 10,47 <,0001

Error 36 1,58985000 0,04416250

Corrected Total 39 2,97677750

Duncan Grouping Mean N perlakuan

A 0,63600 10 M0A10

B 0,23800 10 M0A20

B 0,21300 10 M0A0

B 0,17600 10 M0A30

Page 78: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

63

Lampiran 12 Hasil uji parameter kekokohan semai dengan pengolahan SAS

(Statistical Analysis System)

The SAS System

The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Source DF Sum of

Squares

Mean

Square

F-

Value

Pr >

F

Model 3 128.094000 40.690160 25.76 0,0001

Error 36 92.643200 1.653200

Corrected

Total

39 134.621400

R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean

0.715304 14.70378 0.126820 0.862500

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

perlakuan 3 128.094000 40.690160 25.76 0,0001

Duncan Grouping Mean N perlakuan

A 4.90076 10 M0A30

A 10.10924 10 M0A10

B 8.10784 10 M0A20

C 12.24096 10 M0A0

Page 79: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

64

Lampiran 13 Hasil uji parameter rasio pucuk akar dengan pengolahan SAS

( Statistical Analysis System)

HASIL ANALISIS PERLAKUAN

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

Perlakuan 4 M0A0 M0A10 M0A20 M0A30

Number of Observations Read 40

Number of Observations Used 40

HASIL ANALISIS PERLAKUAN

The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 26,3121675 8,7707225 1,85 0,1555

Error 36 170,5952100 4,7387558

Corrected Total 39 196,9073775

R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean

0.133627 43,67494 2,176868 4,984250

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

Perlakuan 3 26,31216750 8,77072250 1,85 0,1555

Page 80: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

65

Lampiran 14 Dokumentasi selama kegiatan penelitian

Pengukuran volume limbah Pemotongan limbah kayu

Limbah batang, cabang dan ranting yang telah dipotong

Proses pembuatan arang dengan tungku drum seng

Arang hasil pembakaran

Page 81: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

66

Pencampuran tanah dan arang kemudian dimasukkan ke dalam poybag

Pertumbuhan sengon dengan kadar arang 0%, 10%, 20% dan 30%

Page 82: PEMANFAATAN LIMBAH PENEBANGAN MENJADI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47817/E11afa.pdf · Nova Anika S.Tp, Sinta Rahmi Putri, Nurazizah RN, Yani, Cici, Asri, Anna,

67

Lampiran 15 Hasil uji analisis kimia arang

67