PEMANFAATAN LIMBAH KAYU UNTUK PEMBUATAN BRIKET ARANG

19
PEMANFAATAN LIMBAH KAYU UNTUK PEMBUATAN BRIKET ARANG Keberadaan dan peran industri hasil hutan utamanya kayu di Indonesia dewasa ini menghadapi tantangan yang cukup berat berkaitan dengan adanya ketimpangan antara kebutuhan bahan baku industri dengan kemampuan produksi kayu secara berkesinambungan. Bila memperhatikan kondisi hutan alam sekarang ini yang semakin menurun baik kualitasnya maupun luasnya berarti makin rusaknya kondisi hutandan langkanya bahan baku kayu serta besarnya tantangan berbagai aspek khususnya di sektor kehutanan (lingkungan, ekolabel dan perdagangan karbon) maka perlu dilakukan perubahan mendasar dalam kebijakan penmbangunan kehutanan, salah satunya dengan mengedepankan peran inovasi teknologi yang lebih berpihak pada masyarakat khususnya industri kecil, meningkatkan efisiensi pengolahan hasil hutan serta memaksimalkan pemanfaatan kayu dan limbah biomassa yang mengarah pada zero waste. Potensi limbah industri kayu berdasarkan perbandingan output dan input serta mengacu pada hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor,maka potensi limbah kayu lapis mencapai 60% sedangkan pada industri penggergajian sekitar 50,2% dari bahan baku yang diolah (DEPHUT.1990)

Transcript of PEMANFAATAN LIMBAH KAYU UNTUK PEMBUATAN BRIKET ARANG

Page 1: PEMANFAATAN LIMBAH KAYU UNTUK PEMBUATAN BRIKET ARANG

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU UNTUK PEMBUATAN BRIKET

ARANG

Keberadaan dan peran industri hasil hutan utamanya kayu di Indonesia dewasa ini

menghadapi tantangan yang cukup berat berkaitan dengan adanya ketimpangan antara

kebutuhan bahan baku industri dengan kemampuan produksi kayu secara berkesinambungan.

Bila memperhatikan kondisi hutan alam sekarang ini yang semakin menurun baik kualitasnya

maupun luasnya berarti makin rusaknya kondisi hutandan langkanya bahan baku kayu serta

besarnya tantangan berbagai aspek khususnya di sektor kehutanan (lingkungan, ekolabel dan

perdagangan karbon) maka perlu dilakukan perubahan mendasar dalam kebijakan

penmbangunan kehutanan, salah satunya dengan mengedepankan peran inovasi teknologi

yang lebih berpihak pada masyarakat khususnya industri kecil, meningkatkan efisiensi

pengolahan hasil hutan serta memaksimalkan pemanfaatan kayu dan limbah biomassa yang

mengarah pada zero waste.

Potensi limbah industri kayu berdasarkan perbandingan output dan input serta mengacu

pada hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor,maka potensi

limbah kayu lapis mencapai 60% sedangkan pada industri penggergajian sekitar 50,2% dari

bahan baku yang diolah (DEPHUT.1990)

Data tersebut menunjukkan bahwa potensi limbah kayu cukup besar dan ternyata hanya

sebagian (35-49%) kayu yang diekploitasi dapat digunakan secara maksimal dan selebihnya

berupa limbah kayu. Jika tidak dilakukan pemanfaatan secara optimal dikhawatirkan hal

tersebut akan mencemari lingkungan sekitarnya.

Menghadapi krisis bahan bakar saat ini, energi alternative merupakan salah satu solusi

sebagai penggantian BBM (bahan Bakar Minyak) yaitu dengan melakukan konversi energi.

Sejalan dengan usaha dalam meningkatkan nilai tambah (value) hasil hutan dan menghemat

penggunaan bahan baku kayu guna menjaga kelangsungan hutan serta mengurangi

ketergantungan akan energi minyak bumi dan gas, maka perlu dipikirkan bagaimana

memanfaatkan potensi limbah kayu sehingga menjadi barang yang mempunyai nilai jual

Page 2: PEMANFAATAN LIMBAH KAYU UNTUK PEMBUATAN BRIKET ARANG

ekonomis. Berdasarkan permasalahan di atas, kami akan memaparkan tentang penerapan

konsep 3R (Reduce, Reuse, and Recycle) dalam memanfaatkan limbah kayu untuk

pembuatan briket arang. 3R merupakan salah satu metode yang bertujuan untuk mendaur

ulang limbah, sehingga dapat digunakan kembali baik dalam proses produksi maupun untuk

dipergunakan di luar industri.

Berbagai Macam Limbah Kayu

Limbah utama dari industri kayu yang jelas adalah potongan - potongan kecil dan

serpihan kayu dari hasil penggergajian serta debu dan serbuk gergaji. Limbah tersebut sangat

sulit dikurangi, hanya bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin menjadi barang lain yang

memiliki nilai ekonomis. Beberapa limbah lain dari sebuah industri furniture sebenarnya

memiliki peran yang besar pada sebuah 'costing' serta dampak lingkungan sehingga akan

sangat bermanfaat apabila bisa dikurangi.

Limbah utama industri kayu antara lain :

A. Potongan kayu dan serbuk gergaji sebagai bahan dasar pembuatan perabot kayu.

Serbuk gergaji dan serpihan kayu dari proses produksi saat ini pada umumnya

dimanfaatkan oleh pabrik sebagai bahan tambahan untuk membuat plywood, MDF

(Medium Density Fiber board) dan lembaran lain. Pada perusahaan dengan skala kecil

dan lokasi yang jauh dari pabrik pembuat chipboard memanfaatkan limbah ini sebagai

bahan tambahan pembakaran boiler di Kiln Dry. Sebagian pula dimanfaatkan oleh

masyarakat sekitar sebagai bahan bakar untuk industri yang lebih kecil seperti batu bata,

kermaik atau dapur rumah tangga.

B. Limbah bahan finishing beserta peralatan bantu lainnya. Limbah ini terbanyak kedua

setelah kayu dan pada kenyataannya (di Indonesia) belum begitu banyak perusahaan

yang menyadari dan memahami betul tentang tata cara penanganan limbah tersebut.

Beberapa masih melakukan pembuangan secara tradisional ke sungai dan ke dalam

tempat pembuangan tertentu di dalam area perusahaan tanpa mempertimbangkan

dampak lingkungannya. Bahkan ada beberapa perusahaan yang 'menjual' thinner bekas

Page 3: PEMANFAATAN LIMBAH KAYU UNTUK PEMBUATAN BRIKET ARANG

kepada penduduk yang tinggal di sekitar pabrik dan selanjutnya diproses untuk keperluan

lain yang kurang jelas.

Ada sebuah organisasi di bawah pengawasan pemerintah yang bertanggung jawab untuk

mengelola limbah kimia tersebut. PT. PPLI (Prasadha Pamunah Limbah Industri) adalah

perusahaan pertama di Indonesia yang mengelola limbah B3 (Bahan Berbahaya dan

Beracun).

C. Limbah kimia sekunder sebagai hasil dari alat bantu dari sebuah industri kayu misal:

accu dari mesin forklift, oli/pelumas bekas, lampu bekas, tinta dan lain-lain. Limbah ini

belum begitu besar volumenya akan tetapi masih belum terkoordinasi dengan baik.

Kebanyakan dari sejumlah industri tidak benar-benar 'membuang' limbah ini keluar dari

pabrik. Kadang - kadang hanya disimpan di sebuah area engineer atau gudang barang

bekas dan ditumpuk bersama - sama dengan peralatan bekas yang lain. Mereka hampir

tidak tahu bagaimana solusi terbaik untuk melenyapkan limbah tersebut.

D. Bahan pembantu lain seperti kardus, plastik pembungkus, kertas amplas bekas, kain

bekas untuk proses finishing, pisau bekas dari mesin serut dan lainnya. Dari sekian

limbah yang dihasilkan, menurut pengamatan penulis hanya limbah pertama yang benar -

benar dipahami oleh beberapa industri kayu bagaimana cara penanganannya yang baik

dan sesuai. Sedangkan limbah utama lainnya masih menjadi sebuah tanda tanya yang

tidak jelas atau bahkan masih menjadi prioritas paling akhir setelah pemikiran tentang

pembaharuan mesin dan investasi baru di dalam pabrik.

Potensi Limbah Kayu

Di Indonesia ada tiga macam industri yang secara dominan mengkonsumsi kayu alam

dalam jumlah relatif besar, yaitu: Industri kayu lapis, industri penggergajian dan industri

Pulp/kertas. Sebegitu jauh limbah biomassa dari industri tersebut sebahagian telah

dimanfaatkan kembali dalam proses pengolahannya sebagai bahan bakar guna memenuhi

kebutuhan energi industri kayu lapis dan Pulp/kertas.

Page 4: PEMANFAATAN LIMBAH KAYU UNTUK PEMBUATAN BRIKET ARANG

Hal yang menimbulkan permasalahan menurut Pari. G (2002) adalah limbah industri

penggergajian yang kenyataannya dilapangan masih ada yang ditumpuk, sebagian besar

dibuang ke aliran sungai mengakibatkan penyempitan alur dan pendangkalan sungai serta

pencemaran air, bahkan ada yang dibakar secara langsung sehingga ikut menambah emisi gas

karbon di atmosfir.

Data dari Departemen Kehutanan dan Perkebunan untuk tahun 1999/2000 menunjukkan

bahwa produksi kayu lapis Indonesia mencapai 4,61 juta m³, sedangkan kayu gergajian

mencapai 2,6 juta m³ per tahun. Dengan asumsi bahwa jumlah limbah kayu yang dihasilkan

mencapai 61%, maka diperkirakan limbah kayu yang dihasilkan mencapai lebih dari 4 juta

m³ (BPS. 2000).

Apabila hanya limbah industri penggergajian yang dihitung maka dihasilkan limbah

sebanyak 1,4 juta m³ per tahun. Angka ini cukup besar karena mencapai sekitar separuh dari

produksi kayu gergajian. Produksi kayu gergajian dan perkiraan jumlah limbahnya dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Dari data tersebut diatas menunjukkan bahwa potensi limbah kayu cukup besar dan

ternyata hanya merupakan bagian prosentase kecil saja kayu yang dieksploitasi dapat

digunakan secara maksimal dan selebihnya berupa limbah kayu.

Melihat masih besarnya limbah yang dihasilkan dari industri penggergajian kayu tersebut

setiap tahunnya dan apabila dibiarkan begitu saja tanpa ada pemanfaatan secara efisien,

dikhawatirkan limbah kayu tersebut dapat mencemari lingkungan sekitarnya.

Page 5: PEMANFAATAN LIMBAH KAYU UNTUK PEMBUATAN BRIKET ARANG

Alternatif Pemanfaatan

Limbah kayu khususnya dari industri kayu lapis telah dimanfaatkan sebagai papan blok,

papan partikel (particle board) maupun sebagai bahan bakar pemanas ketel uap. Adapun

limbah dari industri penggergajian kayu pemanfaatannya belum optimal. Alternatif yang bisa

dikembangkan untuk pemanfaatan limbah industri penggergajian kayu sebagai berikut :

a. Arang Serbuk dan Arang Bongkah

Khusus untuk pembuatan arang dari serbuk gergajian kayu, teknologi yang

digunakan berbeda dengan cara pembuatan arang sistem timbun dan klin bata. Teknologi

yang digunakan dengan konstruksi yang dibuat dari plat besi siku yang dapat dibongkar

pasang (knock down) dan ditutup dengan seng lembar.

Dalam 1 hari (9 jam) dapat mengarangkan serbuk sebanyak 150 – 200 kg yang

menghasilkan rendemen arang antara 20-24%. Arang serbuk gergajian yang dihasilkan

dapat dibuat atau diolah lebih lanjut menjadi briket arang, arang aktif dan sebagai media

semai tanaman.

b. Arang Aktif

Arang aktif adalah arang yang diolah lebih lanjut pada suhu tinggi sehingga pori-

porinya terbuka dan dapat digunakan sebagai bahan adsorben. Proses pembuatannya

dengan cara oksidasi gas pada suhu tinggi dan kombinasi antara cara kimia dengan

menggunakan H3PO4 sebagai bahan pengaktif dan oksidasi gas.

Hasil penelitian Pari (1996) menyimpulkan bahwa arang aktif dari serbuk

gergajian sengon yang dibuat secara kimia dapat digunakan untuk menarik logam Zn, Fe,

Mn, Cl, PO4 dan SO4 yang terdapat dalam air sumur yang terkontaminasi dan juga dapat

digunakan untuk menjernihkan air limbah industri pulp/kertas. Arang aktif yang

diaktivasi dengan bahan pengaktif NH4HCO3 menghasilkan arang aktif yang memenuhi

standar Jepang dengan daya serap yodium lebih dari 1050 mg/g dan rendemen arang

aktifnya sebesar 38,5% (Pari.1999).

Page 6: PEMANFAATAN LIMBAH KAYU UNTUK PEMBUATAN BRIKET ARANG

c. Energi

Jenis limbah yang digunakan sebagai sumber energi dapat berupa potongan ujung,

sisa pemotongan kupasan, serutan dan serbuk gergajian kayu yang kesemuanya

digunakan untuk memanaskan ketel uap. Pada industri kayu lapis keperluan pemakaian

bahan bakar untuk ketel uap sebesar 19,7% atau 40%.

Dari total limbah yang dihasilkan. Untuk industri pengeringan papan skala kecil

proses pengeringan dilakukan secara langsung dengan membakar limbah sebetan atau

potongan ujung, panas yang dihasilkan dengan bantuan blower dialirkan kedalam suatu

ruangan yang berisi papan yang akan dikeringkan.

Hasil penelitian Nurhayati (1991) menyimpulkan bahwa untuk mengeringkan

papan sengon sebanyak 10260 kg berat basah pada kadar air 161,04% menjadi 5220 kg

papan pada kadar air 6,58% selama 6 hari menghabiskan limbah sebanyak 3433 kg.

Teknologi lainnya adalah proses konversi kayu menjadi bahan bakar melalui proses

glasifikasi fluidized bed yang menghasilkan nilai kalor gas sebesar 7,106 MJ/m³ dengan

komposisi gas H2 = 5,6%, CO = 11,77%, CH4 = 4,34%, C2H6 = 0,21%, N2 = 57, 69 %,

O2= 0,40% dan CO2 =15,71%.

d. Soil Conditioning

Penggunaan arang baik yang berasal dari limbah eksploitasi maupun yang berasal

dari industri pengolahan kayu untuk soil conditioning merupakan salah satu alternatif

pemanfaatan arang selain sebagai sumber energi. Secara morfologis arang memiliki pori-

pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan hara tanah.

Oleh sebab itu aplikasi arang pada lahan-lahan terutama lahan miskin hara dapat

membangun dan meningkatkan kesuburan tanah, karena dapat menambah beberapa

fungsi antara lain : sirkulasi udara dan air tanah, pH tanah, merangsang pembentukan

spora endo dan ekto mikoriza dan menyerap kelebihan CO2 tanah, sehingga dapat

meningkatkan produktifitas lahan dan hutan tanaman.

Hasil penelitian Gusmalina et.al (1999), menunjukkan bahwa pemberian arang

dan arang aktif bambu sebagai campuran media tanam dapat meningkatkan persentase

pertumbuhan baik pada tingkat semai maupun anakan (seedling) dari Eucalyptus

urophylla.

Page 7: PEMANFAATAN LIMBAH KAYU UNTUK PEMBUATAN BRIKET ARANG

Pemberian arang serbuk gergaji dan arang serasah dapat meningkatkan

pertumbuhan anakan Acacia mangium dan Eucalyptus citriodora lebih dari 30%

dibanding tanpa pemberian arang, begitu juga pemberian arang dilapangan dapat

meningkatkan diameter batang tanaman E. urophylla, sedangkan untuk tanaman

pertanian seperti cabe (Capsicum annum) penambahan arang bambu sebanyak 5% dan

arang sekam sebanyak 10% dapat meningkatkan persentase pertumbuhan tinggi tanaman

menjadi 11%.

e. Kompos dan Arang Kompos

Serbuk gergaji merupakan salah satu limbah industri pengolahan kayu gergajian.

Alternatif pemanfaatan dapat dijadikan kompos untuk pupuk tanaman. Hasil penelitian

Komarayati (1996) menunjukkan bahwa pembuatan kompos serbuk gergaji kayu tusam

(Pinus merkusii) dan serbuk gergaji kayu karet (Havea braziliensis) dengan

menggunakan activator EM4 dan pupuk kandang menghasilkan kompos dengan nisbah

C/N 19,94 dan rendemen 85% dalam waktu 4 bulan.

Selain itu Pasaribu (1987) juga memanfaatkan serbuk gergaji sengon

(Paraserianthes falcataria) sebagai bahan baku kompos. Kompos yang dihasilkan

mempunyai nisbah C/N 46,91 dengan rendemen 90% dalam waktu 35 hari.

f. Briket Arang

Briket arang adalah arang aktif hasil dari proses karbonisasi yang diolah lebih

lanjut menjadi bentuk briket. Berdasarkan hasil penelitian Hartoyo et al (1978)

menyimpulkan bahwa kualitas briket arang yang dihasilkan setaraf dengan briket arang

buatan Inggris dan memenuhi persyaratan yang berlaku di Jepang karena menghasilkan

kadar abu dan zat mudah menguap yang rendah serta tingginya kadar karbon terikat dan

nilai kalor.

Briket arang dari serbuk gergajian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber

energi alternatif sebagai pengganti minyak tanah dan kayu bakar, dengan sendirinya

Indonesia akan terselamatkan CO2 sebanyak 3,5 juta ton sedangkan untuk dunia karena

kebutuhan kayu bakar dan arang untuk tahun 2000 saja diperkirakan sebanyak 1,70 x 109

m³ maka jumlah CO2 yang dapat dicegah pelepasannya sebanyak 6,07 x 109 ton CO2/th

(Moriera, 1997).

Page 8: PEMANFAATAN LIMBAH KAYU UNTUK PEMBUATAN BRIKET ARANG

Gambaran Umum Kualitas Arang Limbah Kayu

Kendatipun persyaratan kualitas arang berbeda menurut kegunaannya, secara umum

menurut Ngindra (1983) dalam Marukan (1990) mengatakan bahwa arang kayu yang baik

untuk bahan bakar mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a. Warna hitam dengan nyala kebiru-biruan

b. Mengkilap pada pecahannya

c. Tidak mengotori tangan

d. Terbakar dengan tidak banyak asap

e. Dapat menyala terus tanpa dikipasi

f. Tidak terlalu cepat terbakar

g. Berdenting seperti logam

Penilaian kualitas arang kayu dilakukan berdasarkan ukuran dan sifat fisik, warna, bunyi

nyala, kekerasan, berat jenis, nilai kalor, analisa kadar air, kadar abu, karbon terikat dan

kadar zat mudah menguap.

Pengertian Briket Arang dan Proses Pembuatannya

Briket arang adalah arang aktif hasil dari proses karbonisasi pada suhu tertentu yang

dipadatkan setelah melalui proses penumbukan menjadi serbuk arang, pencampuran bahan

perekat dan pencetakan.

Bahan baku yang dipergunakan untuk pembuatan briket arang umumnya adalah arang

kayu atau serbuk kayu yang diperoleh dari limbah penggergajian atau limbah lain industri

perkayuan (Hartoyo et al. 1978).

Stamm dan Harris (1953) dalam Holil (1980), mengemukakan bahwa ada 4 cara

pembuatan briket arang yaitu :

1. Pembuatan briket arang dari bagian-bagian kayu tanpa bahan perekat dengan diikuti

proses karbonisasi dalam tekanan sedang

2. Pengempaan dan proses karbonisasi bagian-bagian kayu dilakukan secara serentak

3. Pengempaan campuran arang kayu dan bagian-bagian kayu disusul dengan proses

karbonisasi

Page 9: PEMANFAATAN LIMBAH KAYU UNTUK PEMBUATAN BRIKET ARANG

4. Pengempaan campuran arang kayu dan bahan perekat, disusul dengan pengeringan dan

kadang-kadang dilakukan karbonisasi kembali.

Pada garis besarnya pengolahan briket arang meliputi 4 tahap yaitu :

1. Persediaan pembuatan serbuk arang

2. Pembuatan bahan perekat

3. Pencampuran serbuk arang dengan bahan perekat

4. Pengempaan dan pengeringan

Bahan perekat yang biasanya pada briket arang digunakan adalah perekat tapioka. Dalam

penggunaannya perekat ini akan menimbulkan asap yang lebih sedikit dibandingkan dengan

bahan perekat lainnya, namun akan menurunkan sedikit nilai kalornyabila dibandingkan

dengan nilai kalor kayu dalam bentuk aslinya (Sudrajat et al 1994). Kelemahan lain adalah

sifatnya yang tidak tahan terhadap kelembaban, sehingga kadar perekat dalam briket arang

pada umumnya <5%.

Hasil Analisis Briket Arang

a. Sifat Fisis

- Kerapatan 0,51 – 0,84 gr/cm3

1 – 1,2 gr/cm3 (buatan Jepang)

1 gr/cm3 (buatan Amerika)

0,84 gr/cm3 (buatan Inggris)

- Keteguhan Tekan 13,33 – 32,01 kg/cm2

60 – 65 kg/cm2 (buatan Jepang)

62 kg/cm2 (buatan Amerika)

12,7 kg/cm2 (buatan Inggris)

- Nilai Kalor 4259,78 – 7349,85 kal/gr

6000 – 7000 kal / gr (buatan Jepang)

6230 kal/gr (buatan Amerika)

7289 kal/gr (buatan Inggris)

Page 10: PEMANFAATAN LIMBAH KAYU UNTUK PEMBUATAN BRIKET ARANG

b. Sifat Kimia

- Kadar Air 2,01 – 4,37 % (buatan Indonesia 7,57 %)

6 – 8 % (buatan Jepang)

6,2 % (buatan Amerika)

3,6 % (buatan Jepang)

- Kadar Zat Menguap 13,21 – 32,48 % (buatan Indonesia 16,14%)

15 – 30 % (buatan Jepang)

19 – 28 % (buatan Amerika)

16,4 % (buatan Inggris)

- Kadar Abu 2,54 – 4,23 % (buatan Indonesia 5,51 %)

3 – 6 % (buatan Jepang)

8,3 % (buatan Amerika)

5,9 % (buatan Inggris)

- Kadar Karbon Terikat 65,82 – 84,13 % (buatan Indonesia 78,35 %)

60 – 80 % (buatan Jepang)

60 % (buatan Amerika)

75,3 % (buatan Inggris)

Pembahasan

Karena sifat dan karakteristiknya yang unik, kayu merupakan bahan yang paling banyak

digunakan untuk keperluan konstruksi. Kebutuhan kayu yang terus meningkat dan potensi hutan

yang terus berkurang menuntut penggunaan kayu secara efisien dan bijaksana, antara lain dengan

memanfaatkan limbah berupa serbuk kayu menjadi produk yang bermanfaat.

Kebutuhan manusia akan kayu sebagai bahan bangunan baik untuk keperluan konstruksi,

dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk.

Kebutuhan kayu untuk industri perkayuan di Indonesia diperkirakan sebesar 70 juta m3 per

tahun dengan kenaikan rata-rata sebesar 14,2 % per tahun sedangkan produksi kayu bulat

diperkirakan hanya sebesar 25 juta m3 per tahun, dengan demikian terjadi defisit sebesar 45 juta

m3 (Priyono,2001). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya daya dukung hutan sudah tidak

Page 11: PEMANFAATAN LIMBAH KAYU UNTUK PEMBUATAN BRIKET ARANG

dapat memenuhi kebutuhan kayu. Keadaan ini diperparah oleh adanya konversi hutan alam

menjadi lahan pertanian, perladangan berpindah, kebakaran hutan, praktek pemanenan yang

tidak efisen dan pengembangan infrastruktur yang diikuti oleh perambahan hutan. Kondisi ini

menuntut penggunaan kayu secara efisien dan bijaksana, antara lain melalui konsep the whole

tree utilization, disamping meningkatkan penggunaan bahan berlignoselulosa non kayu, dan

pengembangan produk-produk inovatif sebagai bahan bangunan pengganti kayu.

Selama ini limbah serbuk kayu banyak menimbulkan masalah dalam penanganannya

yang selama ini dibiarkan membusuk, ditumpuk dan dibakar yang kesemuanya berdampak

negatif terhadap lingkungan sehingga penanggulangannya perlu dipikirkan. Salah satu jalan yang

dapat ditempuh adalah memanfaatkannya menjadi produk yang bernilai tambah dengan

teknologi aplikatif dan kerakyatan sehingga hasilnya mudah disosialisasikan kepada masyarakat.

Pengolahan waste to product merupakan pengolahan limbah menjadi bahan baku atau

produk baru yang bernilai ekonomis. Dalam pengelolaannya, waste to product harus menerapkan

prinsip-prinsip :

1. Reduce

Reduce yaitu upaya mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya limbah.

Dalam hal ini, diharapkan kita dapat mengurangi penggunaan material kayu yang dapat

menambah jumlah limbah serbuk kayu, serta dapat mengurangi dan mencegah kerusakan

hutan akibat penebangan hutan secara liar tanpa memperhatikan kondisi lingkungan

2. Reuse

Reuse yaitu upaya penggunaan limbah untuk digunakan kembali tanpa mengalami proses

pengolahan atau perubahan bentuk yang dapat dilakukan di dalam atau di luar daerah

proses produksi yang bersangkutan. Dalam pengolahan limbah serbuk gergaji ini,

maksudnya adalah menggunakan kembali serbuk gergaji menjadi bahan baku untuk

membuat briket arang yang bernilai ekonomis

Page 12: PEMANFAATAN LIMBAH KAYU UNTUK PEMBUATAN BRIKET ARANG

3. Recycle

Recycle yaitu upaya pemanfaatan limbah dengan cara proses daur ulang melalui

pengolahan fisik atau kimia, baik untuk menghasilkan produk yang sama maupun produk

yang lain yang dapat dilakukan di dalam atau di luar proses produksi yang bersangkutan.

Dalam pengolahan limbah serbuk gergaji ini, maksudnya adalah mendaur ulang serbuk

gergaji menjadi produk baru, yaitu briket arang

4. Hemat Energi

Pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi briket arang terbukti mampu menghemat

penggunaan energi. Pada tahun 1990 berdiri pabrik briket arang tanpa perekat di Jawa

Barat dan Jawa Timur yang menggunakan serbuk gergajian kayu sebagai bahan baku

utamanya.

Kualitas briket arang yang dihasilkan mempunyai nilai kalor kurang dari 7000 kal/gr.

Apabila briket arang dari serbuk gergajian ini dapat digunakan sebagai sumber energi

alternatif baik sebagai pengganti minyak tanah maupun kayu bakar maka akan dapat

terselamatkan CO2 sebanyak 3,5 juta ton untuk Indonesia, sedangkan untuk dunia karena

kebutuhan kayu bakar dan arang untuk tahun 2000 diperkirakan sebanyak 1,70 x 109 m3

(Moreira (1997) maka jumlah CO2 yang dapat dicegah pelepasannya sebanyak 6,07 x 109

ton CO2/th

5. Eco-Efisiensi

Eco-efisiensi disini maksudnya pengolahan limbah serbuk gergaji diharapkan dapat

berimbas positif terhadap lingkungan. Dengan penggunaan briket arang sebagai bahan

bakar maka kita dapat menghemat penggunaan kayu sebagai hasil utama dari hutan.

Selain itu memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan pembuatan briket arang maka

akan meningkatkan pemanfaatan limbah hasil hutan sekaligus mengurangi pencemaran

udara, karena selama ini serbuk gergaji kayu yang ada hanya dibakar begitu saja.

Page 13: PEMANFAATAN LIMBAH KAYU UNTUK PEMBUATAN BRIKET ARANG

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Mengolah Limbah kayu sisa produksi. Dalam

http://www.tentangkayu.com/2008/01/mengolah-limbah-kayu-sisa-produksi.html.

(diunduh tanggal 25 September 2012)

Anonim. 2010. 3R (Reuse-Reduce-Recycle). Dalam

http://acil.menlh.go.id/index.php/sampah/1394-3r-reuse-reduce-recycle . (diunduh

tanggal 25 September 2012)

Bahri, Samsul. 2008. Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan Kayu untuk Briket Arang

dalam Mengurangi Pencemaran Lingkungan di Nangroe Aceh Darussalam. Dalam

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6590/1/08E00258.pdf. (diunduh

tanggal 25 September 2012)

Marcklin, Boy. Pengolahan Limbah Serbuk Kayu dengan menerapkan sistem Waste to

Product. Dalam http://onlinebuku.com/2008/12/07/pengolahan-limbah-serbuk-kayu-

dengan-menerapkan-sistem-waste-to-product/. (diunduh tanggal 25 September 2012)